Date post: | 23-Nov-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | khangminh22 |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.
2.1 Laboratorium Biologi
2.1.1 Laboratorium dan Fungsinya
Secara etimologi kata ”laboratorium” berasal dari kata latin yang berarti
”tempat bekerja” dan dalam perkembangannya kata ”laboratorium”
mempertahankan arti aslinya yaitu ”tempat bekerja”, akan tetapi khusus untuk
keperluan penelitian ilmiah. Ketika IPA atau sains merasa perlu mengadakan
ruang, laboratorium merupakan suatu solusi siswa melakukan kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan sains. Sains merupakan suatu ilmu empiris, yaitu ilmu
yang didasari atas pengamatan dan eksperimentasi merupakan bagian dari
pendidikan sains. Laboratorium yang digunakan untuk kegiatan ini disebut
sebagai laboratorium sains sekolah (school science laboratory) (Kertasia, 2006).
Laboratorium diartikan sebagai tempat yang dapat berbentuk ruangan
terbuka, ruang tertutup, kebun sekolah, rumah kaca atau lingkungan lain untuk
melakukan percobaan atau penelitian. Empat ruang atau kamar yang dimaksud
adalah gedung yang dibatasi dinding, atap, atau alam terbuka. Pengertian
laboratorium yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada laboratorium yang
berupa ruang tertutup. Laboratorium merupakan suatu wadah atau tempat untuk
melakukan eksperimen-eksperimen sebagai pembuktian kebenaran teori-teori
yang diberikan dalam kelas, merangsang percobaan tertentu secara terpimpin, atau
menemukan sendiri sekaligus meningkatkan daya nalar siswa (Lubis, 1993).
15
Adapun fungsi dari ruangan laboratorium IPA/sains antara lain sebagai
berikut :
a. Tempat pembelajaran IPA/sains dan memberikan keterampilan-
keterampilan.Dalam pembelajaran IPA terdapat keseimbangan antara
produk (konsep/pengetahuan) dan kemampuan yang berkembang selama
proses belajarmelalui keterampilan proses. Beberapa keterampilan proses
yang dapat diperoleh peserta didik dalam kegiatan laboratorium antara lain
mengamati dan menafsirkan, memprediksi, menggunakan peralatan dan
mengukur,mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, merencanakan
penyelidikan/percobaan, menginterpretasikan, dan berkomunikasi
(Saptono, 2003)
b. Tempat dihasilkannya teman-teman baru, baik teori-teori maupun
bendabenda/alat-alat/teknologi baru dan keterampilan-keterampilan
c. Tempat display atau pameran (Koesmadji, 2004)
d. Tempat mempraktikkan dan membuktikan benar/tidaknya (verifikasi)
faktorfaktor gejala-gejala tertentu.
e. Tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran Biologi secara praktek
yang memerlukan peralatan khusus (Prawoto, 2007)
Laboratorium sangat penting bagi pembelajaran IPA di sekolah karena
banyak materi IPA khususnya Biologi yang harus dilakukan dengan kegiatan
praktikum. Kegiatan laboratorium (praktikum) merupakan bagian integral dari
kegiatan belajar mengajar biologi. Laboratorium merupakan tempat, gedung,
ruang dengan segala macam peralatan yang diperlukan untuk kegiatan ilmiah,
16
selain itu laboratorium merupakan sarana media dimana dilakukan kegiatan
belajar mengajar biologi terutama praktikum.
2.1.2 Alat Laboratorium Biologi
Berbagai macam peralatan terdapat di dalam laboratorium. Secara umum
peralatan dalam laboratorium biologi SMA di klasifikasikan berdasar atas bahan
dasar penyusunnya. Menurut (Suryanti, 2015) alat diklasifikasikan menjadi alat
plastik, alat karet, alat logam, alat kaca, alat elektronik, dan alat dengan bahan
dasar lainnya. Tujuan pengklasifikasian alat adalah untuk mempermudah dalam
pengunaan alat oleh pemakai, serta pengelolaannya (penyimpanan dan perawatan)
Alat yang sering digunakan, alat yang boleh diambil sendiri oleh siswa dan alat-
alat yang mahal harganya atau alat yang langka sebaiknya disimpan secara
terpisah. Alat-alat yang digunakan untuk beberapa jenis percobaan sebaiknya
disimpan di tempat penyimpanan khusus. Misalnya mikroskop, agar kualitas
fungsi lensanya terjaga biasanya disimpan di tempat yang terang dan tidak lembab
(Rumbniah, 2011).
Alat percobaan Biologi umumnya disimpan menurut judul percobaan atau
dapat berdasarkan bahan dasar pembuatan alat. Penyimpanan alat berbahan dasar
plastik, kaca logam dan karet sepertigelas ukur, tabung reaksi dan sebagainya
masing-masing dikelompokkan menjadi satu dan disimpan menurut kelompoknya
masing-masing (Lubis, 1993). Alat percobaan laboratorium akan lebih baik jika
disimpan terpisah berdasarkan jenisnya, sehingga siswa lebih mudah menemukan
alat yang akan digunakan.
17
Alat-alat berbahan dasar kaca sebaiknya juga terpisah dengan alat-alat
listrik maupun alat-alat plastik. Alat yang berat diletakkan di tempat yang mudah
dijangkau, alat yang mahal atau yang berbahaya disimpan di tempat yang
terkunci. Pada dasarnya penyimpanan alat tidak boleh ditempatkan di tempat yang
dapat menyebabkan alat itu rusak atau di tempat yang pada proses pengambilan
atau pengembaliannya dapat membahayakan pemakainya (Kertasia, 2006).
Secara umum laboratorium biolgi yang terdapat di sekolah memilki standar
peralatan dasar adalah sebagai berikut: (1) mikroskop siswa, (2) gelas preparat
dan covernya (3) alat-alat gelas (seperti Erlenmeyer, beaker, cawan, gelas piala,
serta gelas ukur, dll, (4) kaca pembesar, serta (5) buku identifikasi (Munandar,
2012). Secara spesifik dilengkapi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no. 24
tahun 2007 tentang Sarana dan Prasarana Sekolah, minimal alat yang harus
dimilki oleh sekolah antara lain adalah: (1) mikroskop cahaya, (2) mikroskop
stereo, (3) perangkat pemeliharaan mikroskop, (4) gelas benda, (5) gelas penutup,
(6) gelas arloji, (7) cawan petri, (8) gelas beaker, (9) corong, (10) pipet ukur, (11)
sikat tabung reaksi, (12) penjepit tabung reaksi, (13) erlenmeyer, (14) kotak
preparat, (15) lumpang dan alu, (16) gelas ukur, (17) stopwatch, (18) kaki tiga,
(19) perangkat batang statif, (20) klem universal, (21) pembakar spiritus, (22)
kasa, (23) aquarium, (24) neraca, (25) sumbat karet, (26) termometer, (27)
perangkat bedah hewan, (28) termometer suhu tanah, dan (29) kuadrat.
18
Gambar 2.1 Alat Dasar Laboratorium Biologi Sumber: (Akbar, 2017)
2.1.3 Bahan Laboratorium Biologi
Demikian halnya alat-alat laboratorium, bahan laboratotium yang ada di
laboratorium jumlahnya relatif banyak. Salah satu contoh bahan laboratorium
yang digunakan adalah bahan kimia. Bahan Kimia dapat menimbulkan resiko
bahaya yang cukup tinggi, oleh karena itu dalam pengelolaan laboratorium aspek
penyimpanan, penataan dan pemeliharaan bahan kimia merupakan bagian penting
yang harus diperhatikan (Widhy, 2009).
Bahan laboratorium yang terdapat dalam laboratorium biologi, terdiri dari
beberapa bahan yakni bahan kimia dan juga spesimen Menurut Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional no. 24 tahun 2007 tentang Sarana dan Prasarana Sekolah,
bahan kimia standar yang seharusnya terdapat dalam laboratorium biologi
diantaranya adalah asam sulfat, HCl, acetokarmin, eosin, etanol, glukosa,
indikator/universal, iodium, KOH, MnSO4, NaOH, vaseline, dan kertas saring.
Sedangkan untuk spesimen yang harusnya terdapat dalam laboratorium biologi
19
terdiri dari bahan awetan tumbuhan dan hewan. Bahan awetan (spesimen)
tumbuhan terdiri dari tumbuhan tingkat rendah yakni lumut dan paku, hingga
tumbuhan tingkat tinggi yang dikemas dalam bentuk preparat dari akar, batang,
hingga daun. Spesimen hewan dimulai dari hewan tingkat rendah (invertebrata) ke
hewan tingkat tinggi (vertebrata).
Bahan yang akan digunakan juga harus diperhatikan, karena potensi bahaya
juga dapat datang dari peralatan yang dipergunakan (Khamidinal, 2009). Bahaya
yang dimaksud adalah terjadinya kebakaran, keracunan, mengganggu
kesehatan,merusak, menyebabkan luka, menyebabkan korosi dan sebagainya.
Oleh karena itu, perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
1) Penyimpanan bahan kimia dipisahkan antara senyawa organik dan senyawa
anorganik, senyawa anorganik disusun berurutan menurut abjad nama radikal
logamnya (Lubis, 1993) Pengurutan secara alfabetis akan lebih tepat apabila
bahan kimia sudah dikelompokkan menurut sifat fisis dan sifat kimianya
Gambar 2.2 Bahan Dasar Laboratotium Biologi Sumber : (Anonim, 2019)
20
terutama tingkat kebahayaannya. Penyimpanan bahan kimia tersebut harus
didasarkan atas tingkat risiko bahaya yang paling tinggi.
2) Zat atau bahan kimia disimpan jauh dari sumber panas dan tidak terkena sinar
matahari langsung.
3) Pada label botol diberi catatan tentang tanggal zat dalam botol sehingga dapat
diketahui tanggal bahan kimia tersebut kadaluwarsa.
4) Setiap bahan kimia harus diberi label yang jelas. Gunakan MSDS (Mastery
Safety Data Sheet/ lembar data keamanan bahan) untuk informasi lebih jelas
mengenai bahan kimia tersebut (Kertasia, 2006)
5) Tidak menyimpan botol bahan kimia di tempat yang lebih tinggi letaknya
daripada mata.
6) Penyimpanan dapat dilakukan dengan mengelompokkan berdasarkan atas
bahan pembuat alat dan berdasarkan atas kelompok pokok bahasan (Lubis,
1993)
7) Penyimpanan merupakan bagian dari pemeliharaan, alat disimpan agar alat
itu aman, artinya alat itu tidak boleh hilang atau rusak, disamping agar ruang
tempat penyimpanan alat itu terletak kelihatan rapi tergantung pada fasilitas
yang ada di laboratorium.
2.1.4 Prinsip Keselamatan Kerja untuk Alat dan Bahan Laboratorium
Dalam penggunaannya baik alat dan bahan laboratorium, terdapat
beberapa prinsip dalam melakukan keselamatam kerja yang terdapat di dalam
laboratorium. Dengan diketahuinya bahan dasar dari suatu alat kita dapat
menentukan atau mempertimbangkan cara penyimpanannya (Rosana, 2013). Alat
21
yang terbuat dari logam tentunya harus dipisahkan dari alat yang terbuat dari gelas
atau porselen. Jadi alat seperti kaki tiga harus dikelompokkan dengan statif atau
klem tiga jari karena ketiganya memiliki bahan dasar yang sama yaitu logam.
Sedangkan gelas kimia dikelompokkan dengan labu erlenmeyer dan labu dasar
rata karena bahan dasarnya gelas (Suryanti, 2015)
Belumlah cukup hanya dengan memperhatikan bahan dasar dari suatu
alat, namun penyimpanan alat yang memilki bahan dasar yang sama harus ditata
kembali. Jika tempat penyimpanan kaki tiga dan klem tiga jari adalah
menggunakan lemari rak, maka tahapan rak untuk kaki tiga harus berbeda dengan
tahap rak klem tiga jari, akan tetapi kedua tahap rak harus berdekatan. Dengan
memperhatikan bahan dasar alat, peralatan yang terbuat dari logam umumnya
memiliki bobot lebih tinggi dari peralatan yang terbuat dari gelas atau plastic.
Oleh karena itu dalam penyimpanan dan penataan alat aspek bobot benda perlu
juga diperhatikan. Janganlah menyimpan alat-alat yang berat di tempat yang lebih
tinggi agar mudah diambil dan disimpan kembali (Widhy, 2009)
Bahan kimia yang ada di laboratorium jumlahnya relatif banyak seperti
halnya jumlah peralatan. Di samping jumlahnya yang cukup banyak bahan kimia
dapat menimbulkan resiko bahaya yang cukup tinggi, oleh karena itu dalam
pengelolaan lab aspek penyimpanan, penataan dan pemeliharaan bahan kimia
merupakan bagian penting yang harus diperhatikan. Hal umum yang harus
menjadi perhatian dalam penyimpanan dan penataan bahan diantaranya adalah
meliputi aspek pemisahan, tingkat resiko bahaya, pelabelan, fasilitas
penyimpanan, wadah sekunder, bahan kedaluarsa, inventarisasi, dan informasi
22
resiko bahaya.Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan
alfabetis tidaklah tepat, kebutuhan itu hanya diperlukan untuk melakukan proses
pengadministrasian. Penggunaan secara alfabetis akan lebih tepat jika bahan kimia
disusun dan dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat kimianya terutama
tingkat kebahayaannya.
Bahan lain yang terdapat dalam laboratorium biologi adalah spesimen,
yang di dalamnya terdiri dari spesimen baik dari tumbuhan dan juga hewan.
Terdapat beberapa macam spesimen diantaranya yakni awetan, herbarium, dan
juga bioplastik. Awetan basah dalam penyimpanannya setelah di buat kemudian
dimasukkan dalam daftar inventaris koleksi, pencatatan dilakukan kedalam field
book/book collector, sedangkan untuk spesimen herbarium keterangan tentang
spesimen ditulis dalam etiket. Dalam penataan sama halnya dengan penataan alat
bahwasannya untuk dasar peletakkan didasarkan pada berat spesimen (Nugraha,
2011)
2.2 Buku Ajar
2.2.1 Pengertian Buku Ajar
Dalam Kamus Oxford, buku diartikan sebagai number of sheet of paper,
either printed or blank, faunted together in a cover, yaitu sejumlah lembaran
kertas, baik cetakan maupun kosong, yang di jilid dan diberi kulit. Hal serupa juga
dikemukakan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang mendifinisikan buku sebagai
lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong (Setiawan, 2010). Menurut
pandangan lain, ada pula yang mengartikan buku sebagai sumber bahan ajar
dalam bentuk materi cetak (printed material) (Surrahman, 2010).
23
Buku sebagai bahan ajar sendiri didefinisikan sebagai buku yang berisi
suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis
(Depdiknas, 2004). Lebih lanjut, Depdiknas (2008) menyebutkan bahwa buku ajar
merupakan salah satu jenis bahan ajar cetak yang da[at ditampilkan dalam
berbagai bentuk misalnya print out, dan elektronik (format pdf). Kemudian, secara
khusus, buku sebagai bahan ajar (buku ajar/buku teks) dibedakan menjadi dua
macam, yaitu buku teks utama dan buku teks pelengkap (Mohammad, 2010).
Buku ajar utama berisi bahan pelajaran suatu bidang studi yang digunakan
sebagai buku pokok bagi siswa dan pendidik. Sedangkan buku ajar pelengkap
adalah buku yang sifatnya membantu atau merupakan tambahan dari buku ajar
utama serta digunakan oleh pendidik dan peserta didik. Sehingga, yang dimaksud
dengan buku teks pelajaran atau buku ajar yakni buku yang berisi ilmu
pengetahuan, yang diturunkan dari kompetensi dasar yang tertuang dalam
kurikulum, di mana buku tersebut digunakan oleh siswa untuk belajar dan guru
untuk membelajarkan (Prastowo, 2011).
2.2.2 Pentingnya Buku Ajar dalam Pembelajaran
Buku ajar hingga kini masih dianggap sebagai bahan ajar yang paling
utama. Hal ini terbukti dengan hampir di dalam sebuah institusi pendidikan, dari
jenjang yang paling dasar hingga jenjang yang paling tinggi, menggunakan buku
ajar sebagai bahan ajar utamanya (Prastowo, 2011). Lebih lanjut Depdiknas
(2008) menjelaskan mengenai arti penting dari buku ajar tentang fungsi dan tujuan
dari buku ajar.
24
Buku ajar memiliki fungsi sebagai bahan ajar yaitu sebagai: (1) pedoman
bagi pendidik yang akan mengarahkan semua aktivitas dalam proses
pembelajarannya, sekaligus merupakan sebuah substansi kompetensi yang
seharusnya diajarkan kepada siswa, (2) pedoman bagi siswa yang akan
mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus
merupakan substansi kompetensi yang harus dipelajarinya, dan (3) alat eveluasi
pencapai atau penguasaan hasil pembelajaran.
Tujuan penyusunan buku ajar sebagai bahan ajar mengacu kepada buku
Panduan Pengembangan Bahan Ajar menurut Depdiknas (2008) antara lain: (1)
menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan
mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai dengan
karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik; (2) membantu
peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku teks yang
terkadang sulit diperoleh; dan (3) memudahkan pendidik dalam melaksanakan
pembelajarannya.
Menurut Nasution (1997), buku ajar juga memilki kegunaan yang
terangkum di dalamnya, yakni (1) membantu pendidik dalam melaksanakan
kurikulum karena disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku, (2) menjadi
pegangan guru dalam menentukan metode pengajaran, (3) memberi kesempatan
bagi siswa untuk mengulangi pembelajaran atau mempelajari pelajaran yang baru,
(4) memberikan pengetahuan bagi siswa maupun pendidik.
25
2.2.3 Prinsip Pengembangan Buku Ajar
Berdasarkan Depdiknas (2008), terdapat 6 prinsip sebagi dasar
pengembangan dan penyusunan buku ajar. Diantaranya prinsip tersebut adalah
sebagai berikut: (1) mulai dari yang mudah untuk memahami yang paling suli,
dari segi yang kongkret untuk memahami yang abstrak; (2) pengulangan
informasi dengan cara yang bervariatif; (3) memberikan reinforcement terhadap
pemahaman siswa; (4) memberikan motivasi belajar kepada siswa; (5) perumusan
indikator kompetensi yang cocok dengan karakteristik siswa; dan (6)
memperlihatkan hasil belajar siswa.
Menurut Ballstaedt dalam (Depdiknas, 2008) bahan ajar cetak harus
memperhatikan beberapa hal berikut: (1) susunan tampilan, yang menyangkut
urutan yang mudah, judul yang singkat, daftar isi, struktur kognitif yang jelas,
rangkuman dan tugas pembaca; (2) bahasa yang mudah, yang menyangkut
mengalirnya kosakata, jelasnya kalimat, jelasnya hubungan antar kalimat, dan
kalimat yang tidak terlalu panjang, (3) menguji pemahaman, yang menyangkut
menilai melalui orangnya, checklist untuk pemahaman, (4) kemudian dibaca, yang
menyangkut keramahan terhadap mata (font tidak terlalu kecil), urutan teks
terstruktur, dan mudah dibaca; dan (5) materi instruksional, yang menyangkut
pemilihan teks, bahan kajian, dan lembar kerja (worksheet)
2.2.4 Komponen Buku Ajar
Komponen buku ajar menyangut komponen spesifik produk yang terkait
dengan penelitian dan pengembangan ini, yaitu spesifikasi produk secara teknis
dan spesifikasi produk secara substansi.
26
1. Komponen Spesifikasi Produk secara Teknis
Komponen spesifik produk secara teknis mencakup komponen bahasa dan
tampilan bahan ajar
1) Bahasa
Bahan ajar merupakan sarana komunikasi bagi siswa, agar dapat
mengkomunikasikannya dengan baik, maka penulisan bahasanya juga
jelas supaya pesan yang disampaikan mudah dipahami. Secara teknis,
indikator yang mendukung kemudahan dan kejelasan bahasa bahan ajar
antara lain: komunikatif, dialogis, interaktif, serta lugas supaya
mendapatkan keterbacaan materi (Muclish, 2010). Bahan ajar dikatakan
komunikatif apablia penataan kalimat yang digunakan tidak bertele-tele.
Bahan ajar dikatakan interaktif apabila gaya penulisannya menempatkan
penulis sebagai orang pertama, dan pelajar sebagai pembaca (orang
kedua). Lugas berarti terkait penggunaan bahasa yang sesuai konteks ilmu
yang dibahas sehingga mempunyai makna.
2) Desain Tampilan
Desaian tampilan buku ajar mengacu pada prinsip desain visual.
Desain tampilan bahan ajar mencakup: desain fisik dan layout (tata letak
elemen-elemen desain terhadap bidang dalam media untuk mendukung
pesan yang dibawanya). Desain fisik buku ajar harus sesuai dengan ISO
(International Organization for Standarization). Adapun ukuran fisik buku
yang dapat digunakan adalah ukuran A4, A5, B5 (Muclish, 2010), atau
tergantung pada kenyamanan siswa untuk membacanya.
27
Desain layout meliputi tipografi (ukuran dan jenis huruf, spasi,
serta lebar paragraf), wana, gambar, dan pengaturan. Ukuran dan jenis
huruf akan mempengaruhi kejalasan pelajar membaca dengan lancar.
Rustan (2009) memaparkan bahwa untuk bagian isi maskah huruf yang
boleh digunakan adalah 9-14 point, ukuran huruf 14 point ke atas untuk
judul dan sub judul, dan di bawah 9 point digunakan untuk caption.
Sedangkan Muller-Brockmann dalam Rustan (2009), merekomendasikan
lebar paragraf diusahakan 7 sampai 10 kata per baris. Penggunaan gambar
dalam bahan ajar bertujuan untuk memperoleh realism, mengungkapkan
pemikiran, mengingat objek yang sebenarnya, dan singkatnya untuk
memberikan pemaknaan dalam pembelajaran.
2. Komponen Spesifikasi Produk secara Substansi
Komponen spesifik produk secara substansi mencakup tujuan pembelajaran
atau elemen kompetensi, uraian materi dan latihan.
1) Elemen Kompetensi
Adanya elemen kompetensi akan membantu siswa mengetahui hakikat
pembelajaran dan mengarahkan peserta didik pada pengetahuan maupun
keterampilan yang harus dicapai. Sehingga siswa akan cenderung
mengorganisir kegiatan pembelajarannya ke arah tujuan tersebut.
2) Uraian Materi
Materi bahan ajar ini disajikan dengan urutan yang sistemastis
berdasarkan hasil analisis pembelajaran yang telah dilakukan. Penyajian
bermula dari hal yang sederhana ke hal yang lebih kompleks. Ruang
28
lingkup yang disajikan sesuai dengan elemen komptensi yang telah
dirumuskan, sehingga materi tidak berkurang maupun bertambah. Untuk
memudahkan pemahaman terhdap materi, perlu disajikan ilustrasi sesuai
dengan materi siswa.
3) Rangkuman
Rangkuman memuat konsep yang mewakili setiap bagian materi. Dengan
membaca rangkuman, siswa seakan-akan memahami kesulurhan isi dari
materi. Menurut Seherman dalam Purwanto (2013), rangkuman adalah
tinjauan kembali terhadap materi pembelajaran yang dipelajari.
Rangkuman tidak hanya memperkuat ingatan, tapi juga sebagai
pendalaman terhadap apa yang telah dipelajari oleh siswa.
Selain kedua komponen tersebut diatas, komponen-komponen menurut
Kemendikbud (2014) kriteria buku dalam Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:
1. Buku ditulis mengacu kepada konsep Kurikulum (KI, KD, dan silabus)
2. Dalam mengajar ada dua jenis buku (buku siswa dan buku guru)
3. Buku siswa lebih ditekankan kepada activity base bukan merupakan
bahan bacaan
4. Setiap buku siswa memuat model pembelajaran dan project yang akan
dilakukan siswa
5. Buku guru memuat panduan bagi guru dan mengajarkan materi bagi
siswa
29
2.2.5 Langkah Mengembangkan Buku Ajar
Menurut Prastowo (2011), terdapat 6 tahap/langkah dalam
mengembangakan buku sebagai bahan ajar sebagai berikut:
1) Analisis kebutuhan yang terdiri dari standar kompetensi dan kompetensi
dasar, analisis sumber belajar, dan pemilihan bahan ajar.
2) Penyusunan peta bahan ajar yang disusun setelah diketahui banyak bahan
ajar yang disiapkan melalui analisis kebutuhan bahan ajar. Peta
kebutuhan bahan ajar sangat diperlukan guna mengetahui jumlah bahan
ajar yang harus ditulis dan sekuensi atau urutan bahan ajar. Di dalamnya
juga termasuk analisis materi yang telah diuraikan.
3) Menentukan judul buku yang akan ditulis sesuai dengan standar
kompetensi yang akan dicapai. Untuk menentukan judul, pada umumnya
beradasarkan materi pokok.
4) Merancang outline buku agar isi buku lengkap mencakup seluruh aspek
yang diperlukan untuk mencapai suatu kompetensi. Menurut Deporter
(2009), ada dua strategi yang digunakan untuk mencurahkan gagasan
yang digunakan, yakni peta konsep dan strategi kerangka.
5) Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan. Bentuk referensi yang
digunakan dapat berupa buku ilmiah, jurnal penelitian, surat kabar,
majalah, laporan penelitian, surat kabar, internet dan sumber lain yang
relevan.
6) Menulis buku dilakukan dengan memperhatikan penyajian kalimat yang
disesuaikan dengan tingkatan pembaca. Sebagai contoh, untuk siswa
30
yang duduk di bangku SMA/MA, maka upayakan membuat tulisan
dengan kalimat yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata per kalimat
dan dalam satu paragraf terdiri dari 3-7 kalimat.
7) Mengevaluasi atau mengedit hasil tulisan dengan membaca ulang. Unsur
yang akan dinilai di dalamnya adalah akurasi, detail dan contoh, dan
kesempatan memperbaiki tulisan
8) Memberikan ilustrasi gambar, tabel, gambar, diagram atau sejenis
lainnya secara proporsional. Tujuan dari pemberian ilustasi, gambar,
diagram atau sejenis lainnya adalah untuk mendukung penjelasan materi
yang disajikan.
2.2.6 Penilaian Buku Ajar
Buku ajar untuk setiap mata pelajaran yang digunakan pada satuan
pendidikan dasar dan menengah dipilih dari buku ajar yang ditetapkan oleh
Menteri berdasarkan rekomendasi penilaian kelayakan dari Badan Standar
Nasional Pendidikan/BSNP (Tim Fokusmedia, 2005). Penilaian buku ajar
pendidikan yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
terdiri dari insrumen khusus dalam bentuk angket dengan penskoran tertentu.
Setiap instrumen penilaian buku dalam Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) terdapat butir-butir penilaian dan deskripsinya yang digunakan sebagai
acuan dalam menilai kualitas buku ajar sehingga buku ajar dapat digunakan dalam
proses pembelajaran.
Standar-standar yang dipandang berkaitan dengan kelayakan isi/materi
yang termuat dalam buku ajar alat dan bahan laboratorium biologi kurikulum
31
2013, meliputi empat dimensi. Dimensi tersebut, yaitu dimensi spiritual, dimensi
sosial, dimensi pengetahuan dan dimensi keterampilan (Depdiknas, 2008).
Keempat dimensi itu menjadi acuan dari Kompetensi Inti (KI) dan harus
dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) ketika siswa belajar
tentang pengetahuan dan penerapan pengetahuan.
Kompetensi inti bukan untuk diajarkan tetapi, untuk dibentuk melalui
berbagai tahapan proses pembelajaran pada setiap mata pelajaran yang relevan.
Dalam mendukung kompetensi inti, capaian pembelajaran mata pelajaran
diuraikan menjadi beberapa kompetensi dasar yang dikelompokkan menjadi
empat. Uraian kompetensi dasar secara rinci ini adalah untuk memastikan capaian
pembelajaran yang tidak berhenti sampai pengetahuan saja, melainkan harus
berlanjut ke keterampilan, dan bermuara pada sikap (Mulyasa, 2013).
1. Dimensi Spiritual (KI-1)
a. Terdapat kalimat yang mengandung unsur spiritual. Pada setiap bab
terdapat kalimat yang mengandung atau bernuansa spiritual
b. Pada setiap kesulurahan buku harus meghindari unsure SARA (Suku, Ras,
Agama) Pornografi, dan Bias (gender, wilayah/daerah) serta tidak
melanggar HAKI (Hak Atas Kelayakan Intelektual)
2. Dimensi Sosial (KI-2)
Pada setiap bab terdapat kalimat yang dapat mengembangkan aspek sosial
(kerja sama, saling membantu, kepedulian), sikap positif (kesadaran akan
pentingnya pembelajaran laboratorium, dan senang ketika mempelajarinya) dan
32
karakter (disiplin, rasa ingin tahu, teliti, jujur, pantang menyerah, kritis,
bertanggung jawab dan sebagainya)
3. Dimensi Pengetahuan (KI-3)
a. Cakupan Materi
1) Keluasan materi sesuai dengan KD pada KI-3
2) Kedalaman materi sesuai dengan KD pada KI-3
Setiap bab memuat dimensi pengetahuan faktual, procedural, dan
metakognisi yang mendukung pencapaiannya KD pada KI-3
b. Keakuratan Materi
Materi harus disajikan secara tepat sehingga tidak ada miskonsepsi dan
kesalahan dalam pemahaman. Akurasi dapat dijadikan pondasi bagi siswa
untuk membangun kerangka berpikir. Suatu pernyataan dapat dianggap
benar bila didasarkan atas pernyataan-pernyataan terdahulu yang diterima
kebenarannya (Depdiknas, 2008).
4. Dimensi Keterampilan (KI-4)
a. Penalaran (reasoning)
Penalaran berperan pada saat siswa harus membuat kesimpulan. Karenanya
materi perlu memuat uraian, contoh tugas, pertanyaan, atau soal latihan
yang mendorong siswa untuk secara runtut membuat kesimpulan yang
sahih (valid). Materi dapat pula memuat soal-soal terbuka (open-ended
problem), yaitu soal yang menuntut siswa untuk member jawaban atau
strategi penyelesaian yang bervariasi
33
b. Pemecahan masalah (problem solving)
Untuk menumbuhkan kreatifitas peserta didik, sajian materi perlu memuat
beragam strategi, soal non-rutin, atau latihan pemecahan masalah termasuk
menemukan (inquiry). Soal non-rutin adalah soal yang tipenya berbeda
dengan contoh atau soal latihan yang telah disajikan.
c. Keterkaitan
Keterkaitan antar konsep dapat dimuculkan dalam bentuk uraian dan
contoh. Hal ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam membangun
jaringan pengetahuan konsep alat dan bahan laboratorium biologi.
d. Komunikasi
Materi memuat contoh atau latihan untuk mengkomunikasikan gagasan,
secara tertulis maupun lisan, untuk memperjelas keadaan ataupun masalah.
e. Penarapan (aplikasi)
Materi memuat uraian, contoh, atau soal-soal yang menjelaskan penerapan
konsep dalam kehidupan sehari-hari atau dalam ilmu lain.
f. Kemenarikan Materi
Materi memuat uraian, strategi, gambar, foto, sketsa, cerita, sejarah,
contoh, atau soal-soal menarik yang dapat menimbulkan minat peserta
didik untuk mengkaji lebih jauh.
g. Mendorong untuk mencari informasi lebih jauh
Materi memuat tugas yang mendorong peserta didik untuk memperoleh
informasi lebih lanjut dari berbagai sumber lain seperti internet, buku,
artikel, dan sebagainya
34
h. Materi pengayaan
Penyajian memuat uraian, contoh-contoh, atau soal-soal pengayaan
(enrichment) yang berkaitan dengan topik yang dibicarakan (lebih luas
atau lebih dalam dari yang dituntut oleh KD). Materi pengayaan sebaiknya
disajikan secara proporsional, dalam arti tidak memperkenalkan definisi
baru atau tidak terlalu jauh berbeda dengan apa yang dituntut KD.
2.3 Materi Keselamatan Kerja
2.3.1 Keselamatan Kerja di Laboratorium
Biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup dan
hubungannya dengan lingkungan. Kegiatan–kegiatan untuk mempelajari biologi
erat kaitannya dengan pengamatan objek. Pengamatan objek ini sebagian besar
dilakukan di laboratorium meskipun ada juga yang dilakukan di luar laboratorium.
Kerja di laboratorium tentunya melibatkan aktivitas penggunaan alat-alat
laboratorium, bahan-bahan fisik, kimiawi, biologis, serta prosedur kerja yang
beraneka ragam. Rangkaian kerja di laboratorium memilki resiko kecelakaan kerja
yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan seorang peneliti. Semakin
tinggi intensitas dan ragam kerja di laboratorium semakin tinggi pula resiko
kecelakaan kerja yang mungkin terjadi. Sehubungan dengan hal tersebut maka
perlu diketahui bahaya yang ditimbulkan oleh benda yang ada di laboratorium
(Sulistyowati, 2013). Sebelum melakukan praktikum di laboratorium, maka siswa
harus mengenal dan memhamai cara penggunaan semua peralatan dasar yang
biasa digunakan dalam laboratorium biologi serta menerapkan K3 di laboratorium
(Widhy, 2009)
35
Selain peralatan laboratorium hal yang perlu di perhatikan dalam
mnerapkan prinsip keselamatan kerja dalam laboratorium adalah dengan
mengenal bahan laboratorium. Beberapa jenis bahan terdapat dalam laboratorium
biologi, diantaranya yakni bahan kimia dan bahan biologi. Beberapa jenis bahan
kimia dibutuhkan dalam praktikum tertentu. Sebagian besar bahan kimia tersebut
adalah berbahaya sehingga dalam penggunaannya siswa harus mengenal sifat
bahan kimia yang akan digunakan dalam praktikum. Berikut adalah contoh
symbol bahan kimia, bahaya, serta cara memperlakukannya.
Tabel 2.1 Simbol Beberapa Bahan Kimia dalam Laboratorium
Simbol Sifat Bahan
Kimia
Contoh Bahan
Kimia Cara Memperlakukan
Mudah
terbakar
Alkohol, keton,
dan gas etena
Jangan didekatkan
dengan sumer api atau
permukaan logam yang
panas
Mudah
meledak
(bersifat
eksplosif)
Amonium
dikromat,
nitroselulosa
Jangan didekatkan di
tempat yang panas atau
dekat sumber api, tetapi
sebaliknya disimpan
dalam keadaan basah,
hindari zat tersebut dari
goncangan dan gesekan
Menimbulkan
karat dan
luka pada
bagian yang
terkena
Asam dan alkali
kuat, misalnya
asam hipoklorit,
asam sulfat
Hindarkan dari alat-alat
yang terbuat dari logam
yang mudah berkarat
seperti besi atau kayu
yang mudah terbakar.
Simbol
Beracun dan
bersifat
karsinogen
Berbahaya
atau
menyebabkan
iritasi dan
keracunan
Radioaktif
Adapula bahan biologi yang terdapat dalam laboratorium diantaranya
adalah sebegai berikut :
No Nama Bahan
1 Tumbuhan
Sifat Bahan
Kimia
Contoh Bahan
Kimia Cara Memperlakukan
Jangan mengenai tubuh.
Beracun dan
bersifat
karsinogen
Merkuri, sianida,
fenol dan gas
asam sulfida
Jangan terminum,
dicicipi, terhirup atau
mengenai kulit uapnya.
Hindari kontak langsung
dengan uapnya.
Berbahaya
atau
menyebabkan
iritasi dan
keracunan
Kloroform,
natrium
hidroksida,
butanol, uap
bromin, hidrogen
peroksida, dan
gas klorin
Uapnya jangan mengenai
kulit, jangan tertelan,
atau terhirup
Radioaktif Uranium,
plutonium,
thorium, dan
actinium
Disimpan dalam botol
berdinding tebal dan
tertutup. Jangan
mengenai tubuh
Adapula bahan biologi yang terdapat dalam laboratorium diantaranya
adalah sebegai berikut :
Tabel 2.2 Beberapa Bahan Biologi
Nama Bahan Kemanan dan Pengamanan serta Karakteristiknya
Apabila menggunakan tanaman berbahaya misalnya
tanaman berduri dan beracun, hendaknya memakai
sarung tangan. Setelah tanaman digunakan,
hendaknmya tanaman dapat di tanam kembali jika
36
Cara Memperlakukan
Jangan mengenai tubuh.
Jangan terminum,
dicicipi, terhirup atau
mengenai kulit uapnya.
Hindari kontak langsung
dengan uapnya.
Uapnya jangan mengenai
kulit, jangan tertelan,
atau terhirup
Disimpan dalam botol
berdinding tebal dan
tertutup. Jangan
mengenai tubuh
Adapula bahan biologi yang terdapat dalam laboratorium diantaranya
Karakteristiknya
Apabila menggunakan tanaman berbahaya misalnya
tanaman berduri dan beracun, hendaknya memakai
sarung tangan. Setelah tanaman digunakan,
hendaknmya tanaman dapat di tanam kembali jika
37
No Nama Bahan Kemanan dan Pengamanan serta Karakteristiknya
kondisinya masih utuh. Apabila tanaman sudah tidak
dimungkinkan untuk ditanam kembali maka alangkah
lebih baik di tinmbun saja dengan tanah
2 Hewan Apabila menggunakan objek hewan perlu dilakukan
pembiusan terhadap hewan tersebut agar terhindar
dari serangan atau gigitan. Apabila sudah
menggunakan hewan maka alangkah baiknya dikubur
(jika sudah mati) dan di lepas kembali jika sudah
selesai digunakan dan masih hidup
3 Mikroorganisme Apabila memakai objek berupa bakteri maka harus
menggunakan perlengkapan berupa sarung tangan,
dan masker agar terhindar dari infreksi
mikroorganisme tersbut. Setelah melakukan kegiatan,
semua peralatan disterilkan termasuk mencuci tangan
sampai bersih menggunakan antiseptik.
Sumber: Sulistyowati, 2013
2.3.2 Materi Keselamatan Kerja dalam Kurikulum 2013
Sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat ini yaitu kurikulum 2013 telah
diuraikan terkait ruang lingkup mata pelajaran Biologi SMA/MA. Biologi sebagai
bagian dari struktur keilmuan IPA, lahir dan berkembang melalui pengamatan
objek dan eksperimen. Eksperimen merupakan kegiatan melalui penggunaan dan
pengembangan kerterampilan proses dan sikap ilmiah. Dengan demikian peranan
38
laboratorium sangat besar sebagai sumber belajar efektif untuk mencapai
kompetensi yang harus diharapkan oleh siswa. Sehingga peranan laboratorium
hendaknya harus dikelola dengan baik.
Rangkain kerja di laboratorium yang melibatkan aktivitas penggunaan
alat-alat laboratorium, bahan-bahan fisik, kimiawi, biologis serta prosedur kerja
yang beragam, memiliki resiko kerja yang dapat membahayakan keselamatan dan
kesehatan seorang peneliti. Semakin tinggi intensitas dan ragam jenis kerja di
laboratorium, semakin tinggi pula resiko kecelakaan kerja yang terjadi.
Sehubungan hal tersebut maka diperlukan pengetahuan tentang bahaya resiko
kecelakaan kerja dengan mengetahui bahaya yang ditimbulkan oleh benda atau
barang yang ada di laboratorium (Sulistyowati, 2013).
Berdasarkan penjelasan materi diatas, maka sub pokok materi yang akan
dijadikan bahan sebagai pengembangan buku ajar oleh peneliti yakni tentang alat
dan bahan laboratorium yang berfokus lagi pada nama, tata cara penggunaan dan
perawatan serta penyimpanannya. Sebagai langkah untuk mempermudah materi
pada siswa, maka pengembangan materi yang akan disajikan ke dalam buku ajar
menjadi dua secara keseluruhan yakni alat serta bahan. Adapun kompetensi Inti
dan Kompetensi Dasar yang berkaitan dengan materi Keselamatan Kerja yang
berkesesuaian dengan silabus kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013 materi Keselamatan Kerja
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
4. Mengolah, menalar, dan menyaji
dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan
3.1 Menjelaskan ruang lingkup biologi
(permasalahan pada berbagai objek
biologi dan tingkat organisasi
39
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.
kehidupan), melalui penerapan metode
ilmiah dan prinsip keselamatan kerja
4.1 Menyajikan data hasil penerapan
metode ilmiah tentang permasalahan
pada berbagai objek biologi dan tingkat
organisasi kehidupan
2.4 Penguasaan Konsep dalam Pembelajaran
Menurut Rosser (1984) dalam (Dahar, 1989), “ Konsep adalah suatu
abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-
kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunai atribut-atribut yang sama.”
Berdasarkan pernyataan tersebut konsep adalah pemberian label kelompok yang
memiliki kesamaan. Selanjutnya Dahar (1989) menyatakan bahwa konsep itu
adalah abstraksi-abstraksi yang berdasarkan pengalaman. Dari pernyataan
tersebut konsep terbentuk melalui pengalaman, suatu konsep telah dipelajari, bila
yang diajar dapat menampiljan perilaku tertentu. Konsep terbentuk melalui sutau
proses dan menghasilkan suatu perilaku.
Konsep diperoleh melalui dua cara Ausabel dalam Dahar, 1989), yaitu
formasi konsep dan asimilasi konsep. Pembentukan konsep ini mengikuti pola.
Pembentukan konsep merupakan sebuah induktif. Siswa diiberikan sejumlah
proses tertentu kemudian melalui proses diskriminasi dan abstraksi, siswa
menetapkan suatu aturan yang menentukan kriteria konsep tersebut. Berbeda
dengan asimilasi konsep, cara ini adalah dengan cara deduktif. Anak diberikan
terlebih dahulu konsep, kemudian dihubungkan dengan gagasan-gagasan yang
relevan dengan struktur kognitif mereka.
40
Penguasaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pemahaman atau
kesanggupan untuk menggunakan (pengetahuan, kepandaian, dsb). Jadi
penguasaan konsep dapat diartikan sebagai kemampuan siswa untuk
menggunakan konsep. Penggunaan konsep ditujukan dalam menyelasaikan
berbagai persoalan, baik terkait konsep tersebut atau penerapannya.
Menurut Arikunto (2009), Evaluasi pada ranah kognitif menyangkut
masalah “benar/salah” yang didasarkan atas dalil, hukum dan prinsip
pengetahuan. Penguasaan konsep adalah kemampuan menggunakan konsep yang
ditujukan dalam menyelesaikan berbagai persoalan terkait konsep atau
penerapannya. Kemampuan tersebut terukur dengan siswa menjawab benar/salah
berbagai persoalan yang didasarkan pada konsep. Hal ini berarti penguasaan
konsep masuk ke dalam ranah kognitif Bloom.
Bloom dalam Munaf (2001) membagi ranah kognitif menjadi enam jenjang
kemampuan secara hirarkis, yaitu:
1. Hafalan (C1)
Jenjang hafalan meliputi kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep,
prinsip, prosedur, atau istilah yang dipelajari tanpa harus memahami atau
menggunakannya. Suatu soal dikatakan berbentuk hafalan apabila materi
yang ditanyakan terdapat dalam buku oelajaran, atau siswa sudah
diberitahukan oleh guru.
2. Pemahaman (C2)
Pemahaman meruapakan salah satu jenjang kemampuan dalam proses
berpikir dimana siswa dituntut untuk memahami yang berarti mengetahui
41
tentang sesuatau hal dan dapat melihatnya dari beberapa segi. Dalam
kemampuan ini termasuk kemampuan untuk mengubah suatu bentuk
menjadi bentuk lain. Materi yang ditanyakan merupakan perluasan dari
materi yang ada dalam buku.
3. Penerapan (C3)
Penerapan merupakan kemampuan berpikir yang tinggi daripada
pemahaman. Jenjang penerapan merupakan kemampuan menggunakan
prinsip, teorim hukum, aturan, maupun metode yang dipelajari pada situasi
baru.
4. Analisis (C4)
Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau
meguraikan suatu bahan keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil,
dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor
yang satu dengan faktor yang lainnya.
5. Sintesis (C5)
Sintesis merupakan kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian
yang terpisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu, atau
menggabungkan bagian-bagian (unsur-unsur) sehingga terjelma pola yang
berkaitan secara logis, atau mengambil kesimpulan dari peristiwa-peristiwa
yang ada hubungannya satu dengan yang lainnya.
6. Evaluasi (C6)
Evaluasi merupakan kemampuan tertinggi, yaitu bila seseorang dapat
melakukan penilaian terhadap suatu situasi, nilai-nilai, atu ide-ide. Untuk
42
dapat menilai seseorang sudah dapat memahami, dapat menerapkan, mampu
mensintesis, dan menganalisa.
Penguasaan konsep pada penelitian yang akan dilaksanakan hanya meliputi
tiga aspek yakni ranah kognitif C1, C2, dan C3. Keetiga aspek tersebut dapat
diprediksi mampu meningkatkan nilai hasil belajar yang diperoleh oleh siswa.
2.5 Cara Mengukur Penguasan Konsep
Terdapat beberapa indikator dalam kemampuan pemahaman konsep seperti
yang diungkapkan oleh Hamalik (2002) bahwa ada 4 indikator siswa telah
mengetahui suatu konsep, yaitu:
a. Ia dapat menyebutkan nama contoh-contoh konsep bila dia melihatnya.
b. Ia dapat menyatakan ciri-ciri (properties) konsep tersebut.
c. Ia dapat memilih, membedakan antara contoh-contoh dari yang bukan
contoh.
d. Ia mungkin lebih mampu memecahkan masalah yang berkenaan dengan
konsep tersebut.
Menurut Kurniawan (2013) Pemahaman mengacu pada kemampuan
memahami makna materi yang telah dipelajari, unsur pemahaman ini pada
dasarnya menyangkut kemampuan menangkap suatu makna konsep yang ditandai
antara lain dengan kemampuan menjelaskan arti suatu konsep dengan kata-kata
sendiri. Dalam penelitian ini maka pengambilan data penguasaan konsep
dilakukan dengan mengukur kompetensi siswa dalam ranah kognitifnya dengan
menggunakan lembar tes yang dilakukan pada awal dan akhir kegiatan
pembelajaran atau pretest dan postest.
43
2.6 Kerangka Konsep
Permasalahan pembelajaran laboratorium, jarang begitu diperhatikan oleh
pendidik saat ini. Menurut Sundari (2008) banyaknya guru, masih jarang
melaksanakan pembelajaran di laboratorium dengan memanfaatkan alat maupun
bahan laboratorium sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Sehingga pembelajaran
mengenai pengenalan laboratorium awal di dalam laboratorium begitu kurang
termanfaatkan. Hasil observasi yang dilakukan peneliti di SMA Negeri 3 Malang,
pembelajaran tentang materi terkait yang dilakukan di SMA Negeri 3 Malang
masih belum terfasilitasi dengan sempurna, bahan ajar yang digunakan hanya
berupa sumber belajar berupa LKS dan buku teks yang kurang mendalami materi.
Pembelajaran yang ideal adalah pembelajaran dengan mengoptimalkan
bahan ajar yang digunakan yang berkesesuaian dengan kebutuhan dan
karakteristik materi ajar yang akan disajikan (Depdiknas, 2007). Khususnya pada
materi keselamatan kerja yang terdapat pada pokok bahasan materi ruang lingkup
biologi, perlu adanya pendalaman materi tentang prinsip keselamatan kerja pada
alat dan bahan laboratorium. Disamping itu bentuk bahan ajar yang sebelumnya
yang digunakan berupa LKS perlu adanya pengembangan berupa buku ajar,
dimana karakteristiknya berkesesuaian dengan kebutuhan guru dan siswa sebagai
panduan pembelajaran.
Berdasarkan pertanyaan tersebut diatas, maka dibutuhkan suatu bahan ajar
yang dapat memfasilitasi siswa sehingga selain pembelajaran yang dilakukan
dapat berjalan optimal, maka dapat pula meningkatkan penguasaan konsep siswa
mengenai alat dan bahan laboratorium biologi. Oleh karena itu peneliti
44
mengembangkan buku ajar alat dan bahan laboratorium biologi yang menarik dan
berkualitas untuk dijadikan bahan ajar yang digunakan guru serta bahan ajar
mandiri bagi siswa
Kondisi ideal : 1. Pembelajaran Pengenalan Alat dan
Bahan Laboratorium Biologi merupakan materi esensial yang didalamnya termasuk ke dalam objek biologi dan prinsip keselamatan kerja
2. Salah satu penunjang untuk mebantu siswa dalam praktiknya adalah dengan mengembangkan bahan ajaryakni buku ajar
3. Buku ajar dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar pokok bagi siswa terkait materi keselamatan kerja sekaligus sebagai buku panduan guru
Kondisi Riil: 1. Pembelajaran Pengenalan Alat dan
Bahan Laboratorium Biologi yang belum terfasilitasi sempurna
2. Minimnya bahan ajar terkait tentang Alat dan Bahan Laboratorium Biologi yang dapat membantu siswa dalam praktiknya. Sumber belajar hanya berupa LKS
3. Tuntutan praktikum dalam laboratorium biologi serta kaitannya dengan penguasaan konsep materi pokok keselamatan kerja membuat konsep pengembangan bahan ajar perlu dilakukan
Pembelajaran pengenalan alat dan bahan laboratorium biologi yang masih minim bahan
ajar terkait yang dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa mengenai alat dan bahan
laboratorium
Dibutuhkan pengembangan bahan ajar yang dapat memfasilitasi siswa dalam kaitannya dengan
pembelajaran materi keselamatan kerja khusus untuk alat dan bahan laboratorium biologi
Penggunaan Buku Ajar Alat dan Bahan Laboratorium Biologi sebagai bahan ajar untuk kegiatan pembelajaran materi keselamatan kerja
Pengembangan Buku Ajar Alat dan Bahan Laboratoroum Biologi untuk Meningkatkan
Penguasaan Konsep Siswa Materi Keselamatan Kerja Kelas X SMA/MA
Uji Validitas dan Eksperimen
Tidak Layak Layak