+ All Categories
Home > Documents > 8. TERMOREGULASI SEMUT

8. TERMOREGULASI SEMUT

Date post: 25-Apr-2023
Category:
Upload: unsri
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
12
FISIOLOGI HEWAN TERMOREGULASI PADA SEMUT RANGRANG DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2 (DUA) 1. DEVI FITRIA SUSANTI (PENCARI SUMBER) 2. TRI AGUSTIN WIJAYA (PENCARI SUMBER) 3. NITA ELVA RETTA (PEMBUAT PPT) 4. WIWIK OKTAINI (EDITOR) 5. YURIKE WAHYUNI (EDITOR) DOSEN MATA KULIAH : Mgs. M. Tibrani PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Transcript

FISIOLOGI HEWAN

TERMOREGULASI PADA SEMUT RANGRANG

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2 (DUA)

1. DEVI FITRIA SUSANTI (PENCARI SUMBER)

2. TRI AGUSTIN WIJAYA (PENCARI SUMBER)

3. NITA ELVA RETTA (PEMBUAT PPT)

4. WIWIK OKTAINI (EDITOR)

5. YURIKE WAHYUNI (EDITOR)

DOSEN MATA KULIAH :

Mgs. M. Tibrani

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2015

TERMOREGULASI PADA SEMUT

1. Pengertian Termoregulasi

Termoregulasi adalah kemampuan yang dimiliki oleh

hewan untuk mempertahankan panas tubuhnya.

Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan

cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari

homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya

hewan berdarah dingin (cold-blood animals) dan hewan

berdarah panas (warm-blood animals). Namun, ahli-

ahli Biologi lebih suka menggunakan istilah ektoterm

dan endoterm yang berhubungan dengan sumber panas

utama tubuh hewan.

a. Hewan Eksoterm

Hewan ektoterm adalah hewan yang sangat

bergantung pada suhu di lingkungan luarnya untuk

meningkatkan suhu tubuhnya, karena panas yang

dihasilkan dari keseluruhan sistem metabolismenya

hanya sedikit contoh ikan dan amfibia.

Cara adaptasi hewan eksoterm menghadapi suhu

yang sangat tinggi yaitu :

Dengan meningkatkan laju pendinginan

Dengan penguapan melalui kulit bagi hewan yang

berkulit lembab

Dengan cara berkeringat untuk hewan yang

mempunyai kelenjar keringat dan melalui saluran

napas

Bagi hewan yang kulitnya tebal dan kedap air

dengan cara mengubah mesin metaboliknya agar

bisa bekerja pada suhu tinggi.

Cara adaptasi hewan eksoterm pada suhu sangat

dingin yaitu :

Dengan menambah zat terlarut ke dalam cairan

tubuhnya untuk meningkatkan konsentrsasi osmotik

dan menambah protein anti beku ke dalam cairan

tubuh.

Pengurangan Gradien Termik (T1-T2),

Penurunan Konduktans Termik (C),

Penurunan Panas Melalui Evaporasi dan

Peningkatan Termogenesis.

b. Hewan Endoterm

Hewan endoterm, adalah hewan yang suhu tubuhnya

berasal dari produksi panas di dalam tubuh, yang

merupakan hasil samping dari metabolisme jaringan

contoh aves dan mamalia.

Hewan endoderm melakukan adaptasi terhadap suhu

sangat dingin dengan cara, yaitu menurunkan

termogenesis dan meningkatkan termolisis. Respon

hewan endoterm dalam mengantisipasi variasi

temperatur pada lingkungan baru yaitu dengan

aklimatisasi. Hewan golongan homeoterm dalam

menghadapi perubahan suhu lingkungan cenderung

mempertahankan suhu tubuhnya dengan cara

meningkatkan adaptasi atau penyesuaian diri

terhadap lingkungan. Ada juga mempertahankan suhu

tubuhnya karena golongan homeoterm mempunyai

kemampuan faal untuk mengontrol suhu tubuhnya,

sehingga hewan homeoterm memiliki tingkat adaptasi

yang lebih tinggi dibanding hewan golongan

poikiloterm.

2. Pengaruh Suhu Pada Lingkungan

a. Poikilotermis

Hewan poikilotermis yaitu hewan yang tidak

mampu mempertahankann suhu tubuhnya. Poikiloterm

suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu

tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan

dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga

disebut hewan berdarah dingin.

b. Homoitermis

Hewan homoitermis yaitu hewan yang mampu

mempertahankan suhu tubuhnya. Homoitermis sering

disebut hewan berdarah panas. Pada hewan

homoitermis suhunya lebih stabil, hal ini

dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga

dapat mengatur suhu tubuh.

Hewan homoitermis dapat melakukan aktifitas

pada suhu lingkungan yang berbeda akibat dari

kemampuan mengatur suhu tubuh. Hewan homoitermis

mempunyai variasi temperatur normal yang

dipengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin,

faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan

malam, faktor makanan yang dikonsumsi dan faktor

jenuh pencernaan air.

Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat

menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu

yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan

lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang

melalui proses radiasi, berkeringat yang

menyejukkan badan.

3. Termoregulasi pada semut rangrang

Semut rangrang termasuk hewan poikilotermis, yaitu

hewan yang tidak mampu mempertahankan suhu tubuhnya

karena suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan.

Semut rangrang juga disebut hewan ektoterm. Hewan

ektoterm yaitu hewan yang sangat bergantung pada

suhu di lingkungan luarnya untuk meningkatkan suhu

tubuhnya, karena panas yang dihasilkan dari

keseluruhan sistem metabolismenya hanya sedikit.

PROJECT YANG DILAKUKAN UNTUK MATERI TERMOREGULASI

Mengamati perilaku semut pada tempat yang mempunyai

suhu berbeda-beda (suhu kamar, panas dan dingin).

1. Alat dan bahan

- Gelas

- Plastik yang diberi lubang

- Mangkuk kecil

- Semut rangrang (masukkan dalam toples yang sudah

beri lubang)

- Es batu

- Air panas

2. Cara kerja

a. Siapkan semut sebagai hewan yang akan diamati

system termoregulasinya.

b. Siapkan gelas dan plastik sebagai penutup gelas

tersebut (penutup bertujuan agar semut tersebut

tidak keluar). Plastik diberi lubang untuk tempat

keluar masuk udara.

c. Untuk suhu kamar

- Masukkan semut ke dalam gelas dan tutup. Amati

selama ± 1 menit dan catat apa yang terjadi

pada semut tersebut.

- Setelah selesai keluarkan semut dari dalam

gelas dan masukkan kembali ke dalam toples.

d. Untuk suhu panas

- Kemudia masukkan air panas ke dalam gelas

(untuk membuat gelas menjadi panas) dan

mangkuk. Tungggu sebentar dan buang air yang

ada di dalam gelas.

- Letakkan gelas tersebut ke dalam mangkuk berisi

air panas (ini bertujuan agar panas d dalam

gelas tetap terjaga).

- Masukkan semut ke dalam gelas tersebut dan

tutup. Amati selama ± 1 menit dan catat apa

yang terjadi pada semut tersebut.

- Setelah selesai keluarkan semut dari dalam

gelas dan masukkan kembali ke dalam toples.

e. Setelah langkah f dilakukan, tunggu beberapa saat

(untuk membuat semut kembali dalam keadaan normal)

f. Untuk suhu panas

- Masukkan es batu ke dalam gelas (untuk membuat

gelas menjadi dingin), tunggu beberapa menit.

- Keluarkan es batu dari dalam gelas, kemudian

masukkan semut ke dalam gelas tersebut. Amati

selama ± 1 menit dan catat apa yang terjadi

pada semut tersebut.

3. Hasil pengamatan

a. Pada suhu kamar

Semut rangrang yang berada di dalam gelas

dengan suhu kamar, keadaannya sangat tenang dan

tidak berusaha untuk keluar dari gelas. Semut

tersebut hanya berjalan di sisi gelas tersebut.

Iihat gambar berikut.

Gambar semut pada suhu kamar

Perbesaran 0,17×

Sumber : Dokumen pribadi

b. Pada suhu panas

Semut rangrang yang berada di dalam gelas

dengan suhu panas, keadaannya sangat stres

terlihat dari tingkahnya yang selalu berputar-

putar di dinding gelas dan berusaha untuk keluar

dari gelas tersebut. Semut tersebut selalu

berputar-putar mengelilingi semua sisi gelas dan

sesekali naik ke permukaan gelas untuk mencari

jalan keluar. Lihat ganbar berikut.

Gambar semut pada suhu panas

Perbesaran 0,17×

Sumber : Dokumen pribadi

c. Pada suhu dingin

Semut rangrang yang berada di dalam gelas

dengan suhu dingin, keadaannya sangat stres dan

gerakkanya sangat lambat. Semut tersebut seperti

kedinginan terlihat dari tingkahnya sangat lambat

dan berusaha menekuk tubuhnya agar menjadi

sedikit lebih panas. Lihat gambar berikut.

Gambar semut pada suhu dingin

Perbesaran 0,26×

Sumber : Dokumen pribadi

4. Pembahasan

Dari hasil pengamatan tersebut dapat diketahui

bahwa semut rangrang bisa hidup di semua tempat

dengan suhu yang berbeda-beda. Meskipun demikian,

semut rangrang dapat hidup dengan baik pada suhu

kamar (27-32oC). Semut rangrang masih bisa bertahan

hidup namun dalam kondisi yang kurang baik (stres)

pada suhu panas (33-37oC) dan suhu dingin (± 22-

26oC). Semut rangrang akan mati pada suhu ≥ 38 oC dan

≤ 22 oC.

5. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa semut rangrang termasuk hewan

poikilotermis.

SUMBER

Mulia, Zahrotu. 2013.

http://zahrotulmaulia88.blogspot.com/2013/10/termo

regulasi-pada-hewan.html (online). Diakses tanggal

21 juni 2015.

Putri, Dian Mutia. 2011.

http://senangbiologi.blogspot.com/2011/09/termoreg

ulasi -pada-hewan.html (online). Diakses tanggal

21 juni 2015.

Rianti, Ana. 2014.

http://membukajendeladuniaku.blogspot.com/2014/06/

laporan -fishew-termoregulasi-dan.html (online).

Diakses tanggal 21 juni 2015.

Tibrani. Mgs.. M. dan Adeng Slamet. 2014. Bahan Ajar

Fisiologi Hewan. Tidak diterbitkan : Palembang.


Recommended