+ All Categories
Home > Documents > Akuntansi Biaya

Akuntansi Biaya

Date post: 21-Feb-2023
Category:
Upload: independent
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
31
Akuntansi Biaya Akuntansi Biaya sering dipakai pada perusahaan manufaktur, dimana perusahaan itu membeli barang mentah, memprosesnya dan menjualnya. Tidak seperti perusahaan dagang yang hanya membeli barang dan menjualnya lagi. Tujuan Akuntansi Biaya 1. Penentuan Harga Pokok Produk 2. Perencanaan dan Pengendalian Biaya 3. Pengambilan Keputusan Bisnis Penentuan Harga Pokok Produk Harga pokok produk merupakan akumulasi dari biaya-biaya yang dibebankan pada produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Dalam penentuan harga pokok produk digunakan untuk perhitungan laba atau rugi perusahaan yang dilaporkan kepada pihak eksternal perusahaan. Informasi mengenai harga pokok produk menjadi dasar bagi manajemen dalam pengambilan keputusan harga jual produk yang bersangkutan. Oleh karena itu, akuntansi biaya dalam hal ini merupakan bagian dari akuntansi manajemen. Perencanaan dan Pengendalian Biaya Perencanaan biaya berkaitan dengan pengambilan keputusan manajemen mengenai penggunaan sumber-sumber ekonomik pada masa yang akan datang. Akuntansi biaya menyajikan informasi biaya yang
Transcript

Akuntansi Biaya

Akuntansi Biaya sering dipakai pada perusahaan manufaktur, dimana

perusahaan itu membeli barang mentah, memprosesnya dan

menjualnya. Tidak seperti perusahaan dagang yang hanya membeli

barang dan menjualnya lagi.

Tujuan Akuntansi Biaya

1. Penentuan Harga Pokok Produk

2. Perencanaan dan Pengendalian Biaya

3. Pengambilan Keputusan Bisnis

Penentuan Harga Pokok Produk

Harga pokok produk merupakan akumulasi dari biaya-biaya yang

dibebankan pada produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Dalam

penentuan harga pokok produk digunakan untuk perhitungan laba

atau rugi perusahaan yang dilaporkan kepada pihak eksternal

perusahaan.

Informasi mengenai harga pokok produk menjadi dasar bagi

manajemen dalam pengambilan keputusan harga jual produk yang

bersangkutan. Oleh karena itu, akuntansi biaya dalam hal ini

merupakan bagian dari akuntansi manajemen.

Perencanaan dan Pengendalian Biaya

Perencanaan biaya berkaitan dengan pengambilan keputusan

manajemen mengenai penggunaan sumber-sumber ekonomik pada masa

yang akan datang. Akuntansi biaya menyajikan informasi biaya yang

mencakup biaya masa lalu dan biaya yang akan datang. Informasi

yang dihasilkan akuntansi biaya menjadi dasar bagi manajemen

untuk menyusun perencanaan biaya.

Pengendalian biaya pada dasarnya merupakan serangkaian kegiatan

monitoring dan evaluasi secara terus menerus, serta komparasi

antara realisasi dengan anggaran biaya. Akuntansi biaya

menyajikan informasi mengenai rencana dan realisasi biaya dengan

penekanan pada selisih (penyimpangan) realisasi biaya dari

rencana yang telah ditentukan.

Pengambilan Keputusan Bisnis

Pengambilan keputusan berkaitan dengan pemilihan berbagai

alternative tindakan. Dalam hal ini manajemen memerlukan

informasi biaya yang relevan untuk dasar pengambilan keputusan

bisnis.

Dalam Akuntansi Biaya sering dipakai pada perusahaan manufaktur,

dimana perusahaan itu membeli barang mentah, memprosesnya dan

menjualnya. Tidak seperti perusahaan dagang yang hanya membeli

barang dan menjualnya lagi. Karena di perusahaan manufaktur kita

“memproses” berarti dapat disimpulkan bahwa kita mengolah barang

mentah menjadi barang jadi.

Untuk menentukan Harga Pokok Produksi  maka diperlukan biaya-

biaya yang terlibat dalam memproses barang. Yaitu sebagai berikut

:

Biaya Bahan Baku

Biaya yang timbul karena adanya pemakaian bahan baku / bahan

mentah dalam proses saat memproduksi barang/ produk.

BTKL ( Biaya Tenaga Kerja Langsung )

Biaya yang timbul karena pemakaian tenaga kerja yang digunakan

untuk mengolah/ memproduksi barang. Jadi, gaji untuk membayar

tenaga kerja ini disebut Biaya Tenaga Kerja Langsung.

BOP (Biaya Overhead Pabrik )

Biaya yang timbul karena pemakaian fasilitas untuk mengolah

barang berupa mesin,alat,tempat kerja dan kemudahan lainnya.

Yang termasuk dalam BOP adalah :

1. Bahan Penolong

2. BTKTL ( Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung )

3. Beban Listrik pabrik

4. Biaya operasional pabrik

selain ketiga komponen diatas, terdapat biaya komersial. Biaya

komersial adalah biaya yang timbul diluar dari kegiatan produksi

seperti biaya pemasaran dan biaya admin dan umum.

Penentuan Harga Pokok Bahan Baku

Berbagai macam metode penentuan harga pokok bahan baku yang

dipakai dalam produksi (materials costing methods) diantaranya

adalah : Peramalan ekonomi (economic forecast)

1. Metode Identifikasi Khusus.

Dalam metode ini, setiap jenis bahan baku yang ada digudang harus

di beri tanda harga pokok per satuan berapa bahan baku tersebut

dibeli. Setiap pembelian bahan baku yang harga persatuanya

berbeda dengan harga per satuan bahan baku yang sudah ada di

gudang, dan harus dipisahkan penyimpanannya dan diberi tanda pada

harga berapa bahan baku tersebut dibeli. Dalam metode ini, tiap-

tiap jenis bahan baku yang ada di gudang jelas identitas harga

pokoknya, sehingga setiap pemakaian bahan baku dapat diketahui

harga pokok per satuanya secara tepat.

2. Metode Biaya Standar

Dalam metode ini, bahan baku yang dibeli dicatat dalam kartu

persediaan sebesar harga standar (standar prince) yaitu harga

taksiran yang mencerminkan harga yang diperkirakan untuk tahun

anggaran tertentu. Pada saat pakai, bahan baku diebankan kepada

produk pada harga standar tersebut.

Jurnal yang di buat saat pembelian bahan baku :

Persediaan Bahan

Baku                                                              

       XXXX

           Selisih Harga

XXXX

Untuk mencatat bahan baku yang  dibeli sebesar harga standar :

Selisih

Harga                                                             

                        XXXX

           Utang Dagang

XXXX

Untuk mencatat harga sesungguhnya bahan baku yang dibeli :

Barang Dalam Proses-

BBB                                                              

XXXX

           Persediaan Bahan

Baku                                                              

        XXXX

Jurnal pada saat pemakaian ahan baku :

BDP-BBB                                                           

                             XXXX

         Persediaan Bahan

Baku                                                              

        XXXX

3. Metode Rata-Rata Harga Pokok Bahan Baku Pada Akhir Bulan

Dalam metode ini, pada tiap akhir bulan dilakukan perhitungan

harga pokok rata-rata per satuan tiap jenis persediaan bahan baku

yang ada di gudang . Harga pokok rata-rata persatuan ini kemudian

digunakan untuk menghitung harga pokok bahan baku yang dipakai

dalam produksi dalam bulan berikutnya.

4. Metode Rata-Rata Rergerak / Rata-Rata Tertimbang

Dalam meode ini, persediaan bahan baku yang ada di gudang

dihitung harga pokok rata-ratanya, dengan cara membagi total

harga pokok dengan jumlah satuanya . Setiap kali terjadi

pembelian yang harga pokok persatuanya berbeda dengan harga rata-

rata pokok persediaan yang ada di gudang, harus dilakukan

perhitungan harga pokok rata-rata per satuan yang baru.

Bahan baku yang dipakai dalam proses prouksi dihitung harga

pokoknya dengan mengalikan jumlah satuan bahan baku yang dipakai

dengan harga pokok rata-rata per satuan bahan baku yang ada di

gudang.

Contoh :

Persediaan Bahan Baku A pada 1 Januari 20X1 terdiri dari :

600 kg   @Rp2.400   = Rp1.440.000

400 kg   @Rp2.500   = Rp1.000.000

Masalah-masalah Khusus yang Berhubungan Dengan Bahan Baku

1. SISA BAHAN ( SCRAP MATERIALS )

Sisa bahan merupakan bahan baku yang rusak dalam proses produksi,

sehingga tidak dapat menjadi bagian produk jadi. Jika sisa bahan

tidak mempunyai nilai jual, akibat yang ditimbulkan adalah harga

pokok  persatuan produk jadi lebih tinggi.

TanggalKuantitas

Kransaksi

Harga

beli

Kg

Per kg Jumlah

6/1 Pemakaian 700

15/1 Pembelian 1.200Rp2.75

0

17/1 Pembelian 500Rp3.00

0

Rp

3.300.000

21/1 Pemakaian 1.100 1.500.000

Jumlah PemakaianRp

4.800.000

Jika bahan masih mempunyai nilai jual, masalah yang timbul adalah

bagaimana memperlakukan hasil penjualan sisa bahan tersebut.

Hasil penjualan sisa bahan dapat diperlakukan sebagai pengurang

biaya bahan baku pesanan yang menghasilkan sisa bahan tersebut,

sebagai pengurangan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya

terjadi, atau sebagai penghasil di luar usaha.

Hasil Penjualan Sisa Bahan Diperlakukan Sebagai Pengurang Biaya

Bahan Baku yang Dipakai Dalam Pesanan Yang Menghasilkan Sisa

Bahan Tersebut.

Jika sisa bahan terjadi karena karakteristik proses pengolahan

pesanan tertentu, maka hasil penjualan sisa bahan dapat

diidentifikasikan dengan pesanan tersebut.

Jurnal saat penjualan sisa bahan :

Kas / Piutang dagang                                                             

XX

            Barang Dlm Proses-Biaya Bahan Baku                                 

XX

Hasil penjualan sisa bahan ini juga dicatat dlm kartu hargapokok

pesanan yang bersangkutan dalam kolom “biaya bahan baku” sebagai

pengurang biaya bahan baku pesanan tersebut

Hasil Penjualan Sisa Bahan Diperlakukan Sebagai Pengurangan

Terhadap Biaya Overhead Pabrik yang Sesungguhnya Terjadi.

Jika sisa bahan tidak dapat diidentifikasikan dengan pesanan

tertentu, dan sisa bahan merupakan hal yang biasa terjadi dalam

roses pengerjaan produk, maka hasil penjualannya dapat

diperlakukan sebagai pengurangan biaya Overhead pabrik

sesungguhnnya.

Jurnal pada saat penjualan sisa bahan baku adalah :

Kas/ Piutang Dagang                                                             

XX

            Biaya Overhead pabrik sesungguhnnya                                 

XX

Hasil Penjualan Sisa Bahan Diperlakukan Sebagai Penghasilan Di

Luar Usaha .

Hasil penjualan sisa bahan dapat pula diperlakukan sebagai

penghasilan di luar usaha dan tidak sebagai pengurang biaya

produksi .

Jurnal saat penjualan sisa bahan adalah :

Kas / Piutang dagang                                                             

XX

            Hasil Penjualan Sisa Bahan                                                    

XX

Contoh :

Bagian Produksi menyerahkan 2.000 kg sisa bahan baku ke Bagian

Gudang. Sisa bahan tersebut ditaksir laku dijual Rp5000 per kg .

Sampai dg akhir periode akuntansi sisa bahan tersebut telah laku

dijual sebanyak 1.250 kg dgn harga jual Rp6000 per kg.

Jurnal penyerahan sisa bahan :

Persediaan Sisa Bahan    (2000xRp5000)           Rp 10.000.000

         Hasil Penjualan                                        

Rp 10.000.000

Jurnal penjualan sisa bahan :

Kas / Piutang Dagang      (1.250xRp6000 ) Rp 7.500.000

         Persd. Sisa bahan

Rp 7.500.000

Jurnal Penyesuaian pada akhir periode:

Hasil Penjualan                (750xRp5000) Rp 3.750.000

         Penghasilan yg blm direalisasikan                  

Rp 3.750.000

Jurnal penyesuaian karena adanya selisih harga jual : (Rp6000-

Rp5000=Rp1000)

Persd. Bahan baku   (1.250xRp1000) Rp 1.250.000

         Hasil penjualan                                   

Rp 1.250.000

2. PRODUK RUSAK (SPOILED GOODS)

Produk rusak merupakan produk yang tidak memenuhi standar

kualitas yang telah ditetapkan. Produk rusak merupakan produk

yang telah menyerap biaya produksi dan secara ekonomis tidak

dapat diperbaiki menjadi produk baik.

Perlakuan terhadap produk rusak sangat tergantung dari sifat dan

penyebab terjadinya produk rusak, yaitu:

1. Apabila penyebab terjadinya produk rusak adalah hal yang

bersifat luar biasa, misalnya sulitnya proses produksi,

maka harga pokok produk rusak akan dibebankan

sebagai tambahan harga pokok produk yang baik dalam

pesanan yang bersangkutan. Apabila produk rusak laku

dijual, maka hasil penjualan produk rusak akan

diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi pesanan

yang bersangkutan.

Contoh :

PT Prakarsa Husada memproduksi atas dasar pesanan. Dalam bulan

Januari 20X7 perusahaan menerima pesanan pembuatan 1.000 satuan

produk A .

Untuk memenuhi pesanan tersebut perusahaan memproduksi 1.100

satuan produk A dengan biaya produksi sbb :

BBB 75.000 , BTKL 175.000 , BOP dibebankan atas dasar tarif

sebesar 150% dari BTKL .

Pada saat pesanan selesai dikerjakan 100 satuan produk rusak, yg

secara ekonomis tidak dapat diperbaiki. Produk rusak tersebut

diperkirakan laku dijual 350 per satuan.

Jurnal untuk mencatat biaya produksi untuk mengolah 1.100 satuan

produk A :

Barang Dlm Proses-BBB Rp 75.000

Barang Dlm Proses-BTKL Rp 175.000

Barang Dlm Proses-BOP Rp 262.000

Persediaan Bahan Baku               Rp 75.000

Gaji dan Upah                         Rp 175.000

Biaya Overhead yg dibebankan          Rp 262.000

Apabila tidak terdapat produk rusak, maka harga pokok per

unit adalah :

Rp512.500/1.100 = Rp 466

Dengan adanya produk rusak 100 unit akan mengakibatkan harga

pokok perunitnya menjadi lebih besar karena harga pokok produk

rusak dibebankan pada produk yang baik.

Harga produk A yang baik :

Rp512.500/1000 = Rp 513

Jika produk rusak masih laku dijual, maka hasil penjualan produk

rusak dikurangkan dari biaya produksi yang seluruhnya telah

dibebankan kepada produk yang baik. Pembagian nilai Jual produk

sebagai pengurang terhadap tiap-tiap rekening Barang Daam Proses

tersebut, didasarkan pada perbandingan tiap-tiap elemen biaya

tersebut dalam harga pokok rusak disajikan sebagai berikut :

Pembagian nilai jual produk rusak adalah sbb :

Barang Dlm Proses-BBB           75% x 6.800   =  5.100

Barang Dlm Proses-BTKL         75% x 15.900 = 11.925

Barang Dlm Proses-BOP           75% x 23.900 = 17.925 +

                                                   Jumlah              

34.950*

*Jumlah sesungguhnya 35.000, selisih 50 karena ada pembulatan dlm perhitungan.

Jurnal untuk mencatat nilai jual produk rusak dan pengurangan

biaya produksi pesanan yang bersangkutan :

Persediaan Produk Rusak (100x350)     Rp 35.000

               Barang Dlm Proses-BBB                    Rp

5.100

               Barang Dlm Proses-BTKL                  Rp 11.925

               Barang Dlm Proses-BOP                    Rp

17.925

Jurnal pencatatan harga pokok produk jadi adalah sbb :

Persediaan Produk jadi              Rp 477.500

               BDP-BBB                               Rp 69.900

               BDP-BTKL                            Rp 163.075

               BDP-BOP                               Rp 244.575

Karena produk rusak masih laku dijual seharga Rp 35.000 maka

biaya produksi berkurang menjadi : Rp 477.500 yaitu (Rp 512.500 -

Rp 35.000), sehingga harga pokok persatuan produk A yang baik

adalah Rp 477,5 atau Rp 478 dari (Rp 477.500 - 1000).

Jika produk rusak merupakan hal yang normal terjadi dalam proses

pengolahan produk, maka kerugian yang timbul sebagai akibat

terjadinya produk rusak dibebankan kepada produk secara

keseluruhan, dengan cara memperhitugkan kerugian tersebut didalam

tarif biaya overhead pabrik. Oleh karena itu, anggaran biaya

overhead pabrik yang akan digunakan untuk menentukan tarif biaya

overhead pabrik terdiri dari elemen-elemen berikut :

Biaya bahan penolong XXXX

Biaya  kerja tak

langsung                                             XXXX

Biaya reparasi dan pemeliharaan                                  

XXXX

Biaya

asuransi                                                          

  XXXX

Biaya overhead pabrik

lain                                         XXXX

Rugi produk rusak (hasil penjualan-harga pokk produk rusak) XXXX

Biaya Overhead Pabrik yang dianggarkan                  

= XXXX

Tarif  BOP = BOP yang dianggarkan / Dasar pembebanan

Contoh :

PT Prakarsa Husada memproduksi produk atas dasar pesanan. Karena

produk rusak merupakan hal yang biasa terjadi dalam prses

pengolahan produk, maka kerugian adanya produk rusak sudah

diperhitungkan dalam penentuan tarif BOP pada awal tahun. Tarif

BOP adalah 160% dari BTKL.

Pada tahun 20X7, perusahaan menerima pesanan produk B seanyak

2.000 unit . Biaya produksi yang dikeluarkan untuk mengerjakan

pesanan tersebut adalah:

BBB Rp 100.000 , BTKL Rp 250.000 , BOP Rp 400.000 (160% x Rp

250.000).

Setelah pesanan ini selesai doproduksi, ternyata dari 2.300 unit

produk selesai yang dihasilkan terdapat 300 unit produk rusak,

yang diperkirakan masih laku dijual Rp 200 per unit .

Jurnal mencatat biaya produksi untuk mengolah pesanan B tersebut

adalah :

BDP-BBB                                              Rp 100.000

BDP-BTKL                                           Rp 250.000

BDP-BOP                                              Rp 400.000

   Persediaa Bahan Baku                                          

Rp 100.000

   Gaji dan Upah                                                

Rp 250.000

   BOP yg dibebankan                                       

Rp 400.000

Karena dalam tarif BOP telah diperhitungkan kerugian produk 

rusak, maka berarti seluruh produk yang diproduksi  akan dibebani

dengan kerugian karena adanya produk rusak tersebut. Oleh karena

itu , kerugian yang sesungguhnya timbul dari produk rusak

didebitkan dalam rekening BOP sesungguhnya. 

Kerugian karena adanya produk rusak :

Harga pokok produk rusak                  300 x Rp 326* = Rp

97.800

Nilai jual produk  rusak                       300 x Rp 200   =

Rp 60.000 _

Jadi kerugian produk rusak                                        

= Rp37.800

Jurnal pencatatan produk rusak  dan kerugianya adalah :

Persediaan Produk Rusak             Rp 60.000

BOP Sesungguhnya                      Rp 37.800

      BDP-BBB       (300x43)                      Rp 12.900

      BDP-BTKL    (300x109)                    Rp 32.700

      BDP-BOP       (300x174)                    Rp 52.200

Jurnal pencatatan produk jadi yang baik adalah sbb :

Persediaan produk  jadi    Rp 652.000

      BDP-BBB                                           Rp

86.000

      BDP-BTKL                                        Rp 218.000

      BDP-BOP                                           Rp

348.000

3. PRODUK CACAT (DEFECTIVE GOODS)

Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang

telah ditentukan, tetapi dengan mengeluarkan biaya pengerjaan

kembali untuk memperbaikinya, produk tersebut secara ekonomis

dapat disemurnakan lagi menjadi produk jadi yang baik.

Masalah yang timbul dalam produk cacat adalah bagaimana

memperlakukan biaya tambahan untuk pengerjaan kembali (rework

cost) produk cacat tersebut. Perlakuan terhadap biaya pengerjaan

kembali produk cacat adalah mirip dengan produk rusak (spoiled

goods).

Jika produk cacat bukan merupakan hal yang bisa terjadi dalam proses produksi,

tetapi karena karakteristik pesanan tetentu, maka biaya pengerjaan kembali produk

cacat dapat dibebankan sebagai tambahan biaya prouksi pesanan yang  ersangkutan.

Jika produk cacat merupakan hal yang biasa terjadi dalamproses pengerjaan produk,

maka biaya pengerjaan kembali dapat dibebankan kepada seluruh produksi dengan

cara memperhitungkan biaya pengerjaan kembali tersebut kedalam tarif BOP. Biaya

pengerjaan kembali produk cacat yang sesungguhnya terjadi didebitkan dalam

rekening BOP Sesungguhnya.

Pencatatan Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat Jika Biaya

Tersebut Dibeankan kepada Pesanan Tertentu .

Contoh :

PT Rimendi menerima pesanan 100 satuan produk X. Biaya produksi

yang dikeluarkan untuk mengolah produk tersebut adalah :

BBB Rp 40.000, BTKL Rp 25.000 , BOP 200% dari BTKL .

Setelah pengolahan 100 satuan produk X tersebut selesai, ternyata

terdapat 10 satuan produk cacat tersebut terdiri dari biaya  BTKL

Rp 5.000 dan BOP pada tarif yang biasa dipakai .

Jurnal pencatatan produksi pesanan tersebut dan biaya pengerjaan

kembali produk cacat tersebut adalah sbb :

Jurnal pencatatan biaya produksi 100 satuan produk X :

BDP-BBB                                     Rp 40.000

BDP-BTKL                                  Rp 25.000

BDP-BOP                                     Rp 50.000

Persediaan Bahan Baku                      Rp 40.000

      Gaji dan Upah                                     Rp

25.000

      BOP yg diebankan                              Rp 50.000

Jurnal pencatatan biaya pengerjaan kembali produk cacat jika

biaya tersebut dibebankan sebagai tamahan biaya produksi pesanan

yang bersangkutan :

BDP-Biaya Tenaga Kerja                         Rp 5.000

BDP-Biaya Overhead pabrik                    Rp 10.000

                  Gaji dan Upah                                                

Rp 5.000

                  BOP yang

Dibebankan                                   Rp 10.000

Jurnal pencatatan harga pokok produk selesai :

Persediaan Produk Jadi                 Rp 130.000

      BDP-BBB                                           Rp 40.000

      BDP-BTKL                                        Rp 30.000

      BDP-BOP                                           Rp

60.000

Pencatatan Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat Jika Biaya

Tersebut Dibeankan kepada Produksi Secara Keseluruhan.

Contoh :

Di dalam proses produksi PT Prakarsa selalu terjadi produk cacat,

yang secara ekonomis masih dapat diperbaiki dengan cara

mengeluarkan biaya pengerjaan kembali. Oleh karena itu, pada

waktu menentukan tarif BOP, di dalam anggaran BOP diperhitungkan

ditaksiran biaya pengerjaan kembali produk cacat yang akan

dikeluarkan selama periode anggaran. Tarif BOP ditentukan sebesar

150% dari BTKL, PT Prakarsa dalam periode anggaran tersebut

menerima pesanan pembuatan 500 satuan produk Y. Biaya produksi

yang dikeluarkan untuk mengolah produk tersebut adalah:

BBB Rp 100.000 , BTKL Rp 124.000 . Setelah pengolahan 500 satuan

produk Y tersebut selesai, ternyata terdapat 50 satuan produk

cacat. Biaya pengerjaan kembali 50 satuan produk  cacat tersebut

terdiri dari : BTKL Rp 10.000 , dan BOP pada tarif yang dipakai.

Jurnal pencatatan biaya produksi pesanan tersebut dan biaya

pengerjaan kembali produk cacat adalah sbb :

Jurnal pencatatan biaya produksi 500 satuan produk :

BDP-BBB                                       Rp 100.000

BDP-BTKL                                     Rp 125.000

BDP-BOP                                       Rp 187.000

      Persediaan Bahan Baku                                  Rp

100.000

      Gaji dan Upah                                                

Rp 125.000

      BOP yg diebankan                                         

Rp 187.000

Jurnal pencatatan biaya pengerjaan kembali produk cacat jika

biaya tersebut dibebankan kepada produk secara keseluruhan :

BOP Sesungguhnya                         Rp 25.000

      Gaji dan Upah                                    

Rp 10.000

      BOP yang Dibebankan                                  

Rp 15.000

Jurnal pencatatan harga pokok produk selesai :

Persediaan Produk Jadi                 Rp 412.000

      BDP-

BBB                                                       Rp

100.000

      BDP-BTKL                                         

Rp 125.000

      BDP-

BOP                                                       Rp

187.000

Soal : Akuntansi biaya dibuat dengan tujuan untuk penentuan harga

pokok produk, selain tujuan tersebut sebutkan tujuan lainnya?

1. …..

a. Perencanaan dan Pengendalian Biaya

b. Penentuan Biaya Bahan Baku

c. Pengambilan Keputusan Bisnis

d. Perencanaan dan Pengendalian Bisnis

e. Penentuan Harga Produk Jadi

f. Penetapan Strategi Bisnis

2. Dalam menentukan Harga Pokok Produksi  maka diperlukan

biaya- biaya yang terlibat dalam memproses membuat produk /

barang, sebutkan biaya – biaya yang terlibat

a. Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja Langsung, Biaya

Tetap

b. Biaya Bahan Baku, Biaya Overhead, Biaya Tenaga Kerja

Langsung

c. Biaya Bahan Baku, Biaya Tenga Kerja Langsung, Biaya

Pemasaran

d. Biaya Bahan Baku, Biaya Listrik, Biaya Overhead

e. Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja Langsung, Biaya

Overhead

f. Biaya Tenaga Kerja, Biaya Tenga Kerja Langsung, Biaya

Pemasaran

3. Biaya Overhead pabrik adalah

a. Semua biaya yang berasal dari pembuatan barang di pabrik,

selain biaya bahan baku dan biaya TKL

b. Biaya yang timbul karena pemakaian fasilitas untuk

mengolah barang di pabrik, seperti pemakaian mesin, dll.

c. Semua biaya yang timbul untuk memproduksi barang / produk

d. Biaya yang dihasilkan dari pembuatan suatu produk

e. Jawaban a dan c benar

f. Jawaban a dan b salah

4. Yang termasuk biaya overhead adalah….

a. Biaya listrik kantor, biaya penggunaan mesin, biaya

operasional pabrik

b. Biaya operasional pabrik, biaya bahan penolong, biaya

tenaga kerja tidak langsung

c. Biaya administrasi, biaya operasional pabrik, biaya bahan

penolong

d. Biaya pemasaran, biaya administrasi, biaya operasional

pabrik

e. Biaya produksi, biaya pemasaran, biaya operasional pabrik

f. Biaya listrik pabrik, biaya operassional pabrik, biaya

tenaga kerja tidak langsung

5. Dalam penentuan harga pokok bahan baku, ada beberapa metode

yang digunakan. Sebutkan metode yang digunakan untuk

penentuan harga pokok bahan baku

a. Metode LIFO, Metode FIFO, dan Metode Average

b. Metode Biaya Standar, Metode Identifikasi Khusus

c. Metode rata-rata tertimbang, Metode rata-rata harga pokok

bahan baku pada akhir bulan

d. Metode rata-rata harga pokok bahan baku awal bulan,

metode biaya khusus

e. Jawaban a dan b benar

f. Jawaban b dan d benar

6. Masalah khusus yang biasanya terjadi dan berhubungan dengan

bahan baku adalah

a. Adanya produk tidak laku

b. Adanya sisa bahan

c. Adanya produk rusak dan produk cacat

d. Jawaban a dan b benar

e. Jawaban b dan c salah

f. Jawaban a dan c benar

7. Jika biaya bahan baku adalah Rp. 300.000, biaya tenaga kerja

langsung 150% dari biaya bahan baku, dan biaya overhead

pabrik ¾ dari biaya tenaga kerja langsung maka berapa total

biaya yang dibutuhkan :

a. Rp 1.070.000

b. Rp 1.087.500

c. Rp 1.677.500

d. (Rp 300.000 + Rp 450.000 + Rp 337.500)

e. (Rp 300.000 + Rp 450.000 + Rp 320.000)

f. Jawaban a dan e benar

8. Dari soal no. 7 diatas diketahui barang yang di produksi

adalah 3000 unit, maka biaya yang dibebankan untuk 1 unit

adalah

a. Rp 362,50

b. Rp 356,67

c. Rp 559,17

d. Jawaban a benar

e. Jawaban b benar

f. Jawaban c salah

9. Jika Bagian Produksi menyerahkan 1.000 kg sisa bahan baku ke

Bagian Gudang. Sisa bahan tersebut ditaksir laku dijual Rp

5000 per kg . maka ayat jurnal untuk mencatat kegiatan

diatas adalah

a. Persediaan Bahan Rp 5.000.000 pada Hasil Penyerahan Rp

5.000.000

b. Persediaan Sisa Bahan Rp. 500.000 pada Hasil Penyerahan

Rp 500.000

c. Persediaan Sisa Bahan Rp. 5.000.000 pada Hasil Penjualan

Rp 5.000.000

d. Hasil Penjualan Rp 5.000.000 pada Persediaan Bahan Rp

5.000.000

e. Jawaban c benar

f. Jawaban a benar

10. Jika produk rusak merupakan hal yang normal terjadi

dalam proses pengolahan produk, maka kerugian yang timbul

akan dibebankan pada…

a. Biaya bahan baku saja

b. Biaya overhead saja

c. Biaya bahan baku dan biaya overhead

d. Biaya produk secara keseluruhan

e. Jawaban c benar

f. Jawaban d benar

11. Jika perusahaan X menerima pesanan 10.000 unit produk,

dengan biaya satuan Rp 1.000, dengan rincian biaya yang

dibutuhkan adalah Rp 4.000.000 untuk bahan baku, 120% untuk

biaya overhead, maka berapa biaya tenaga kerja langsung yang

dibutuhkan ?

a. Rp. 3.000.000

b. Rp. 3.200.000

c. Rp. 3.400.000

d. Jawaban a benar dan b benar

e. Jawaban b benar dan c salah

f. Jawaban a salah dan b salah

12. Jika perusahaan XYZ menerima pesana 5.000 unit produk

dengan total biaya produksi Rp 10.000.000, dengan biaya

bahan baku Rp 4.000.000, biaya TKL Rp. 4.000.000, dan biaya

Overhead Rp. 2.000.000, sebutkan jurnal yang dibutuhkan

untuk mencatat biaya overhead ?

a. Biaya overhead Rp 2.000.000 pada biaya overhead Rp

2.000.000

b. Biaya overhead Rp 2.000.000 pada BOP yang dibebankan Rp

2.000.000

c. Biaya overhead Rp 2.000.000 pada total biaya Rp

10.000.000

d. Jawaban a dan b benar

e. Jawaban a salah dan c benar

f. Jawaban b benar dan c salah

13. Jika hasil penjualan sisa bahan diperlakukan sebagai

penghasilan diluar usaha secara tunai maka jurnal saat

penjualan adalah

a. Piutang pada hasil penjualan sisa bahan

b. Kas pada penjualan sisa bahan

c. Kas pada penjualan produk

d. Kas pada sisa penjualan

e. Jawaban a dan b benar

f. Jawaban b benar dan c salah

14. Jika pada setelah penjualan sisa bahan terdapat selisih

harga jual, maka ayat jurnal penyesuaian yang dibutuhkan

adalah

a. Persediaan bahan baku pada penjualan

b. Persediaan barang pada penjualan

c. Kas pada persediaan bahan baku

d. Jawaban a benar dan b benar

e. Jawaban a benar dan c salah

f. Jawaban b benar dan c salah

15. Apabila penyebab terjadinya produk rusak adalah hal

yang bersigat luar biasa, maka harga pokok produksi akan

dibebankan sebagai

a. Biaya persediaan bahan baku untuk awal periode

selanjutnya

b. Tambahan harga pokok produk yang baik dalam pesanan yang

bersangkutan

c. Tambahan biaya untuk biaya satuan yang baru

d. Jawaban a benar dan b salah

e. Jawaban b benar dan c salah

f. Jawaban c benar dan a benar

16. Ayat jurnal yang digunakan untuk mencatat nilai jual

produk rusak dan pengurangan biaya produksi yang

bersangkutan adalah

a. Persediaan produk rusak pada (WIP – BBB, WIP – BTKL, WIP

– BOP)

b. Persediaan barang pada (WIP – BBB, WIP – BTKL, WIP – BOP)

c. Persediaan produk rusak pada (WIP – BBB, WIP – Biaya

pemrosesan, WIP – BOP)

d. Jawaban a dan b benar

e. Jawaban b dan c salah

f. Jawaban a dan b salah

17. PT. ABC menerima pesanan sebanyak 5.000 unit produk,

dengan biaya bahan baku sebesar Rp 10.000.000, biaya tenaga

kerja langsung Rp 8.000.000, dan biaya overhead adalah 50%

dari biaya bahan baku dan 40% dari biaya tenaga kerja

langsung. Dari data diatas berapa biaya overhead yang

dibutuhkan untuk membuat produk tersebut

a. Rp 5.000.000

b. Rp 3.200.000

c. Rp 16.200.000

d. Rp 8.200.000

e. Jawaban a dan b salah

f. Jawaban c benar dan d salah

18. Dari soal no. 17, diketahui bahwa untuk memenuhi

pesanan perusahaan memproduksi sebanyak 5.125 unit, maka

berapa biaya satuan / harga pokok yang dibebankan untuk per

unitnya?

a. Rp 3.356

b. Rp 3.625

c. Rp 3.240

d. Jawaban a salah dan b salah

e. Jawaban b salah dan c salah

f. Jawaban b benar dan c salah

19. Dari soal no. 17 diketahui pada saat pesanan selesai

dikerjakan 125 satuan produk rusak, yang secara ekonomis

tidak dapat diperbaiki. Maka berapa harga pokok perunit yang

dibebankan

a. Rp 3.640

b. Rp 3.600

c. Rp 3.440

d. Harga pokok perunit menjadi lebih besar Rp 84 dibanding

bila tidak ada yang rusak

e. Harga pokok perunit bertambah 0.0025% dari biaya pokok

perunit sebelumnya

f. Jawaban d dan e salah

20. Lanjutan no.19 jika, produk yang rusak masiih laku

dijual seharga Rp. 500.000, maka menjadi berpakah biaya

produksi untuk memproduksi pesanan tersebut

a. Rp. 17.200.000

b. Rp. 16.700.000

c. Rp. 500.000

d. Rp 8.700.000

e. Jawaban c dan d salah

f. Jawaban b benar dan c benar


Recommended