Date post: | 18-Nov-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | khangminh22 |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN PENGESAHAN
PERATURAN PRESIDEN (PERPES) NOMOR 20 TAHUN 2018
TENTANG PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING (TKA)
DI DETIK.COM DAN REPUBLIKA ONLINE
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Ahmad Muhajirin
NIM: 11140510000004
PROGRAM STUDI JURNALISTIK
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019/1440 H
ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN PENGESAHAN
PERATURAN PRESIDEN (PERPES) NOMOR 20 TAHUN 2018
TENTANG PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING (TKA)
DI DETIK.COM DAN REPUBLIKA ONLINE
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Ahmad Muhajirin
NIM: 11140510000004
Pembimbing
Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si
NIP: 197608122005011005
PROGRAM STUDI JURNALISTIK
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019/1440 H
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Ahmad Muhajirin
NIM :11140510000004
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Framing
Pemberitaan Pengesahan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 Tentang
Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Detik.com dan Republika Online adalah benar
merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam
penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya
cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses
yang semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata
skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan seperlunya.
Jakarta, 31 Mei 2019
Ahmad Muhajirin
11140510000004
i
ABSTRAK
Ahmad Muhajirin. Analisis Framing Pemberitaan Pengesahan Peraturan
Presiden (Perpes) Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Penggunaan Tenaga
Kerja Asing (TKA) Di Detik.com dan Republika Online.
Pengesahan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 tentang
Penggunaan Tenaga Kerja Asing (Perpres TKA) oleh Presiden Joko Widodo Pada
26 Maret 2018 menimbulkan kontroversi di masyarakat. Pihak-pihak yang pro
menganggap Perpres TKA akan memberikan investasi lebih banyak dari luar
negeri ke dalam negeri. Sementara, pihak-pihak yang kontra justru merasa Perpres
TKA akan membuat arus kedatangan pekerja asing ke dalam negeri semakin deras
dan mengancam tenaga kerja lokal. Kebijakan tersebut menjadi sorotan dan
pemberitaan di berbagai media massa. Terlihat Detik.com dan Republika Online
cukup masif memberitakan pengesahan kebijakan tersebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut munculah pertanyaan yaitu bagaimana
Detik.com dan Republika Online membingkai pemberitaan pro kontra mengenai
Pengesahan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 berdasarkan framing
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki?
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dengan pendekatan
kualitatif. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis
framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Model framing tersebut
menggunakan empat struktur dalam membedah teks yaitu, sintaksis, skrip, tematik
dan retoris.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori konstruksi realitas
yang diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman yang menyatakan
bahwa konstruksi media massa atas realitas sosial melihat bagaimana realitas
dipandang oleh individu secara subjektif.
Hasil penelitian ini menemukan kesimpulan bahwa Detik.com dan
Republika Online memiliki perbedaan perspektif dalam memberitakan pro kontra
mengenai pengesahan Perpres TKA Nomor 20 Tahun 2018. Detik.com menilai
deregulasi mengenai kebijakan tenaga kerja asing perlu dilakukan melalui
Pengesahan Perpres Nomor 20 Tahun 2018, agar lebih resposif terhadap
perkembangan zaman sehingga berdampak pada peningkatan investasi di
Indonesia. Sementara, Republika Online mengkonstruksikan Perpres Nomor 20
Tahun 2018 sebagai kebijakan yang bermasalah karena bertentangan dengan
Undang-Undang Ketenagakerjaan. Perpres TKA juga dikonstruksikan sebagai
kebijakan yang tidak memberikan solusi atas permasalahan TKA terutama terkait
pengawasan dan penegakan hukum terhadap pelanggaran yang dilakukan TKA di
Indonesia.
Kata Kunci : Kontroversi, Perpres TKA Nomor 20 Tahun 2018, Tenaga Kerja
Asing, Framing, Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki, Detik.com, Republika
Online.
.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, Puji dan syukur kehadiran Sang Maha Pengasih dan Penyayang
Allah Subhanahu Wataala yang telah memberikan ridho dan rahmat kepada
penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "Analisis
Framing Pemberitaan Pengesahan Peraturan Presiden (Perpes) Nomor 20
Tahun 2018 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA) Di Detik.Com
Dan Republika Online. Shalawat seiring salam juga penulis sanjungkan kepada
Rasulullah SAW, keluarga dan para sahabat beliau, yang telah menjadi pelita
terdepan di jalan agama Allah SWT.
Skripsi ini merupakan tugas akhir penulis yang disusun guna melengkapi
salah satu syarat yang telah ditentukan dalam menempuh program studi Strata Satu
(SI) Jurusan Jurnalistik di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Karya tulis ini tentu jauh dari kata sempuma karena keterbatasan penulis
sebagai manusia biasa. Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa
skripsi ini tidak akan selesai tanpa doa, bantuan dan dukungan dari semua pihak.
Karena itu, pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Suparto, M. Ed, Ph.d., Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum, Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag., serta Wakil Dekan III
Bidang Kemahasiswaan, Dr. Suhaimi, M.Si.
2. Ketua Prodi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si dan Sekretaris Prodi Jurnalistik,
Dra. Musfirah Nurlaily, MA, yang telah membantu penulis selama masa
perkuliahan.
3. Ade Masturi, MA, selaku Dosen Pembimbing Akademik.
4. Dosen Pembimbing Skripsi, Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si, yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, dan
iii
memberikan banyak pelajaran, serta menyemangati peneliti dengan
kesabaran untuk dapat menyelesaikan penelitian ini degan baik.
5. Seluruh dosen pengajar dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan ilmu-ilmu yang sangat bermanfaat bagi
penulis.
6. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang
telah menyediakan buku serta fasilitas lainnya, sehingga penulis mendapat
banyak referensi dalam penelitian ini.
7. Segenap Pimpinan dan staf Detik.com dan Republika Online. Khususnya
Koordinator Liputan Detik Finance Hans Henricus B.S.A Editor Nasional
Republika Online Karta Raharja Ucu yang telah memberikan waktu dan
bantuan dalam proses wawancara.
8. Kedua orang tua tercinta Umi dan Bapak serta para orang tua asuh, Ibu Hj
Nani Rohani, Kak Majid, Kak Erni dan Pak Burhan terima kasih atas segala
cinta, kasih sayang dan doa-doa yang selalu dipanjatkan untuk kesuksesan
dan keberhasilan penulis.
9. Kakak-Kakakku tersayang, Rahmat Jazuli, Irma Juiiawati, Kiki Rizkillah
dan M. Ikbal Fuadi yang selalu memberi semangat dan bantuan dalam
bentuk apapun sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan
baik. Semoga Allah selalu memberikan kebahagiaan dan keselamatan di
dunia dan akhirat.
10. Pejuang-pejuang tangguh keluarga besar Forum Mahasiswa Beasiswa
Bidikmisi 2014 (Formabi) dan Mahasantri Ma'had Al-Jamiah yang sudah
bersama-sama berjuang dan berproses meraih mimpi dan cita-cita.
11. Guru sekaligus bapak asuh Ma'had Al-Jamiah Mr. H. Utob Tobroni, Lc.,
MCL, yang senantiasa membangunkan subuh kami dengan hentakan sorban
dan suara lantangnya "qum! qum! ya walad! wake up!" yang akan penulis
selalu rindukan.
12. Keluarga Rabbani dan Rumah Tahfidz AI-Hikam terima kasih sudah
memberi kesempatan kepada penulis untuk menjadi bagian dari keluarga
Qurani. Semoga keberkahan senantiasa menyertai kita semua.
iv
13. Sahabat DNK TV 5.0 : Abdul, Ndep, Mpip, Ncop, Oci, Ucon, Dhita, Silpa,
Wilu, Dita, Irna, Arita, kak Nisa, kak Urr, dan kak Ryan, dan kak Bibah.
Terimakasih sudah mau berbagi kisah, tertawa, dan menangis bersama
menjadi keluarga. Momen bersama kalian tak akan terlupakan.
14. Dedi Fahrudin, M.Ikom, General Manager Komunitas Dakwah dan
Komunikasi Televisi (DNK TV), serta keluarga besar DNK TV yang telah
memberikan pengalaman dan berbagi ilmu seputar dunia pertelevisian.
15. Kawan-kawan Jurnalistik 2014 yang telah berjuang bersama dalam
mengikuti perkuliahan selama hampir empat tahun. Terima kasih atas
pertemanan, pembelajaran, dan pengalaman yang telah diberikan kepada
penulis.
16. KKN MAP AN 88 yang sudah berbagi pengalaman yang tidak terlupakan.
Semoga silaturahmi yang terjalin akan tetap terjaga selamanya.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, mendukung,
mendo"akan, dan meluangkan waktu untuk berbagi informasi dalam menyusun
skripsi, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan budi baik mereka
dengan balasan yang setimpal. Peneliti menyadari skripsi ini masih belum
mencapai kesempurnaan, namun peneliti telah berusaha semaksimal mungkin
untuk dapat menyelesaikannya dengan baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.
Wassalamnalaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jakarta, April 2019
Ahmad Muhajirin
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL .................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Identifikasi Masalah.............................................................. 6
C. Batasan dan Batasan Masalah ............................................... 7
D. Tujuan Penelitian .................................................................. 8
E. Manfaat Penelitian ................................................................ 8
F. Metodologi Penelitian ........................................................... 9
G. Sistematika Penulisan ......................................................... 18
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Konstruksi Sosial Media Massa ......................................... 16
B. Konseptualisasi Media Massa ............................................ 21
1. Definisi Media Massa ..................................................... 21
2. Fungsi Media Massa ....................................................... 22
3. Media Online .................................................................. 23
C. Konseptualisasi Berita ........................................................ 25
1. Definisi Berita ................................................................. 25
2. Nilai Berita...................................................................... 27
3. Jenis Berita...................................................................... 29
D. Analisis Framing ................................................................. 30
1. Konsep Framing.............................................................. 30
2. Efek Framing .................................................................. 34
3. Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki ........... 36
E. Tenaga Kerja Asing ........................................................... 43
1. Definisi Tenaga Kerja Asing .......................................... 43
2. Landasan Pengaturan TKA ............................................. 46
3. Pengaturan TKA Pada Perpres Nomor 20 Tahun 2018 .. 47
F. Kajian Pustaka ...................................................................... 49
G. Kerangka Berfikir ................................................................ 54
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
A. Detik.com............................................................................ 56
B. Republika Online ................................................................ 58
vi
BAB IV DATA TEMUAN PENELITIAN
A. Berita Pekan Pertama ........................................................ 62
1. Sintaksis ......................................................................... 62
2. Skrip ............................................................................... 71
3. Tematik .......................................................................... 73
4. Retoris ............................................................................ 76
B. Berita Pekan Kedua ........................................................... 79
1. Sintaksis ......................................................................... 79
2. Skrip ............................................................................... 87
3. Tematik .......................................................................... 89
4. Retoris ............................................................................ 94
C. Berita Pekan Ketiga............................................................ 97
1. Sintaksis ......................................................................... 97
2. Skrip ............................................................................. 104
3. Tematik ........................................................................ 105
4. Retoris .......................................................................... 109
D. Berita Pekan Keempat ...................................................... 114
1. Sintaksis ....................................................................... 114
2. Skrip ............................................................................. 124
3. Tematik ........................................................................ 125
4. Retoris .......................................................................... 128
BAB V PEMBAHASAN
A. Pembahasan ...................................................................... 131
B. Interpretasi........................................................................ 137
BAB VI PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ...................................................................... 142
B. Saran ................................................................................. 143
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Judul Berita Detik.com dan Republika Online ......................................... 7
Tabel 2.1 Skema Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki ............. 37
Tabel 4.1 Headline Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Pertama ........... 62
Tabel 4.2 Lead Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Pertama .................. 64
Tabel 4.3 Latar Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Pertama ................. 65
Tabel 4.4 Kutipan Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Pertama ............. 67
Tabel 4.5 Pernyataan Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Pertama ........ 69
Tabel 4.6 Penutup Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Pertama............. 70
Tabel 4.7 5W+1H Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Pertama ............. 72
Tabel 4.8 Detail Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Pertama ................ 73
Tabel 4.9 Koherensi Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Pertama ......... 74
Tabel 4.10 Kata Ganti Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Pertama ...... 76
Tabel 4.11 Leksikon Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Pertama ......... 76
Tabel 4.12 Grafis Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Pertama .............. 77
Tabel 4.13 Headline Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Kedua ............ 79
Tabel 4.14 Lead Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Kedua .................. 80
Tabel 4.15 Latar Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Kedua .................. 81
Tabel 4.16 Kutipan Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Kedua ............. 82
Tabel 4.17 Pernyataan Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Kedua......... 85
Tabel 4.18 Penutup Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Kedua ............. 86
Tabel 4.19 5W+1H Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Kedua ............. 87
Tabel 4.20 Detail Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Kedua ................ 88
Tabel 4.21 Koherensi Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Kedua .......... 91
Tabel 4.22 Kata Ganti Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Kedua ......... 92
Tabel 4.23 Leksikon Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Kedua ........... 94
Tabel 4.24 Grafis Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Kedua ................ 95
Tabel 4.25 Headline Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Ketiga ........... 97
Tabel 4.26 Lead Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Ketiga .................. 98
Tabel 4.27 Latar Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Ketiga .................. 99
Tabel 4.28 Kutipan Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Ketiga ........... 100
vi
Tabel 4.29 Pernyataan Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Ketiga ...... 102
Tabel 4.30 Penutup Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Ketiga .......... 104
Tabel 4.31 5W+1H Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Ketiga ........... 105
Tabel 4.32 Detail Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Ketiga.............. 106
Tabel 4.33 Koherensi Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Ketiga ....... 107
Tabel 4.34 Kata Ganti Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Ketiga ...... 109
Tabel 4.35 Leksikon Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Ketiga ......... 109
Tabel 4.36 Grafis Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Ketiga.............. 112
Tabel 4.37 Headline Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Keempat ..... 114
Tabel 4.38 Lead Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Keempat ............ 115
Tabel 4.39 Latar Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Keempat ........... 117
Tabel 4.40 Kutipan Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Keempat ....... 117
Tabel 4.41 Pernyataan Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Keempat .. 122
Tabel 4.42 PenutupDetik.com dan Republika Online Edisi Pekan Keempat ........ 122
Tabel 4.43 5W+1HDetik.com dan Republika Online Edisi Pekan Keempat ........ 124
Tabel 4.44 DetailDetik.com dan Republika Online Edisi Pekan Keempat ........... 125
Tabel 4.45 Koherensi Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Keempat ... 126
Tabel 4.46 Kata Ganti Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Keempat .. 127
Tabel 4.17 Leksikon Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Keempat ..... 128
Tabel 4.18 Grafis Detik.com dan Republika Online Edisi Pekan Keempat .......... 128
Tabel 5.1 Perbedaan Frame Detik.com dan Republika Online Edisi .................... 134
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA) tidak dapat dihindari
mengingat masih terbatasnya kemampuan sumber daya manusia Indonesia
dan berkembangnya kerjasama global di bidang investasi dan
ketenagakerjaan. Keberadaan tenaga kerja asing tersebut merupakan
tantangan bagi pemerintah, karena sampai dengan saat ini Indonesia masih
menghadapi berbagai persoalan ketenagakerjaan, baik di dalam negeri
maupun di luar negeri. Oleh karena itu, hal ini perlu ditinjau dari
keinginan politik negara terhadap tenaga kerja asing di Indonesia, yang
diproses melalui politik hukum formal maupun material, yang kemudian
direalisasikan dalam bentuk kebijakan.
Negara yang diberi mandat Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 untuk memberikan pelindungan terhadap
seluruh rakyat Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
harus mengatur ketenagakerjaan asing tersebut dengan baik. Pengaturan
ketenagakerjaan asing harus memperhatikan prinsip kedaulatan negara,
hubungan antarnegara, dan instrumen hukum internasional. Agar
pengaturan tersebut komprehensif, maka perlu dibuat undang-undang yang
khusus mengatur tenaga kerja asing. Untuk menjalankan perintah
peraturan perundang-undangan maka diperlukan kebijakan turunan yaitu
Peraturan Presiden (Perpres).
Pada 26 Maret 2018 Presiden Joko Widodo mengesahkan
kebijakan baru yaitu Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 tentang
Penggunaan Tenaga Kerja Asing (Perpres TKA). Perpres ini sekaligus
menggantikan kebijakan sebelumnya yaitu Peraturan Presiden Nomor 72
Tahun 2014 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing serta Pelaksanaan
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja Pendamping. Pada bagian
Menimbang Pengesahan Perpres Nomor 20 Tahun 2018 bertujuan untuk
mendukung perekonomian nasional dan perluasan kesempatan kerja
melalui peningkatan investasi.
2
Pengesahan Perpres Nomor 20 Tahun 2018 menuai pro dan kontra
di tengah masyarakat. Pihak-pihak yang pro menganggap TKA akan
memberikan dampak positif karena dapat meningkatkan investasi di
Indonesia. Sementara, pihak yang kontra menganggap Perpres TKA
berdampak negatif karena akan membuat arus kedatangan pekerja asing ke
dalam negeri semakin masif.
Beberapa pihak, seperti Kementerian Perindustrian (Kemenperin)
dan Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) serta instansi lainnya seperti
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menganggap Perpres
Nomor 20 tahun 2018 bukan sebagai masalah. Menteri Ketenagakerjaan
dan Transmigrasi (Kemnakertrans) Hanif Dakhiri menyebutkan bahwa
Perpres TKA bukan untuk membebaskan keberadaan tenaga kerja asing
(TKA) di Indonesia tapi untuk menyederhanakan prosedur dan mekanisme
birokrasi sehingga bisa lebih cepat dan efisien. Kebijakan tersebut
diharapkan dapat mengundang investasi asing serta mendongkrak
kemudahan berbisnis di Indoensia agar semakin kompetitif. Sependapat
dengan Hanif, Ketua Umum Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh
Indonesia (KSPSI) Yorrys Raweyai menilai bahwa Perpres tersebut sangat
penting dalam rangka mendukung terwujudnya iklim investasi yang lebih
baik.
Sementara, di sisi lain para buruh yang tergabung dalam
Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) beranggapan bahwa Perpres
TKA salah arah dan justru mengancam pekerja Indonesia. Tujuan
kebijakan pemerintah dianggap tidak sesuai dengan keadaan di lapangan.
Ketua KSPI Said Iqbal mengatakan bahwa Perpres itu tetap berbahaya
bagi keberlangsungan para pekerja dalam negeri meskipun aturan itu
membuka peluang investasi tapi di sisi lain membuka peluang masuknya
tenaga kerja kasar (unskilled worker) dari pihak asing secara masif.1
Sejalan dengan Ikbal, Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Pekerja
Tekstil Sandang Kulit, Indra Munaswar, menganggap bahwa Perpres
Nomor 20 tahun 2018 bertentangan dengan Undang Undang. Ketentuan
1 https://nasional.kompas.com/read/2018/04/24/12412811/kspi-perpres-tka-
ancam-keberlangsungan-pekerja-lokal. diakses pada 10 Mei 2018.
3
Pasal 9 dan Pasal 10 ayat (1) Perpres TKA dinilai bertentangan dengan
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU
Ketenagakerjaan). Demikian pula, ketentuan Pasal 19 dan Pasal 26 Perpres
TKA dianggap memberikan kelonggaran bagi tenaga kerja asing (TKA) di
Indonesia. Salah satu poin yang bertentangan adalah dalam Undang-
undang Ketenagakerjaan telah mewajibkan adanya Rencana Penggunaan
Tenaga Kerja Asing (RPTKA), sementara dalam Pepres Nomor 20 Tahun
2018 justru tidak mensyaratkan RPTKA untuk posisi seperti komisaris
dan direksi, serta pekerja yang dibutuhkan pemerintah. Pengesahan
Perpres TKA ini juga menjadi salah satu dari tiga tuntutan utama yang
disuarakan para buruh diberbagai daerah pada peringatan May Day 2018
lalu2.
Menyikapi penerbitan Perpres TKA, Komisi IX DPR RI telah
melakukan rapat kerja dengan Menteri Ketenagakerjaan. Komisi IX DPR
RI perlu melakukan pengawasan terhadap Tim Pengawas TKA yang telah
dibentuk oleh Pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pengawasan
terhadap TKA.
Pengaturan mengenai TKA pada dasarnya diperbolehkan dan
diatur dalam Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 pada Bab VIII
tentang penggunaan TKA. Tujuan penggunaan TKA tersebut adalah
pertama, untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil dan
professional dibidang tertentu yang belum dapat diisi oleh tenaga kerja
Indonesia (TKI). Kedua, untuk mempercepat proses pembangunan
nasional dengan jalan mempercepat alih ilmu pengetahuan dan tekhnologi
dan meningkatkan investasi asing sebagai penunjang pembangunan di
Indonesia. Keberadaan TKA juga diawasi oleh Tim Pengawas Orang
Asing yang merujuk pada UU. No. 6 Tahun 2011 tentang keimigrasian
pasal 66 sampai pasal 76 .
Berdasarkan data dari Direktorat PPTKA diketahui bahwa TKA
yang bekerja di Indonesia pada 2017 tercatat sebanyak 85.974 orang.
Berdasarkan data PPTKA Kemnaker, Jumlah IMTA (Izin Menggunakan
2https://www.idntimes.com/news/indonesia/helmi/may-day-3-tuntutan-buruh-
aksi-besok-1/full (diakses pada 10 Mei 2018)
4
Tenaga Kerja Asing) yang diterbitkan bagi TKA jangka panjang dan
jangka pendek pada 2015 sebanyak 111.536 orang, 2016 sebanyak
118.088 orang dan 2017 sebanyak 126.006. Sedangkan data Jumlah IMTA
yang berlaku pada tahun 2015 sebanyak 77.149 orang di 2016 sebanyak
80.375 dan pada tahun 2017 sebanyak 85.974 orang. Berikut data lengkap
mengenai jumlah TKA di Indonesia dari tahun ke tahun:
Gambar 1.1
Grafik Data TKA di Indonesia
S
umb
er:
PPT
KA Kemenaker
Pro dan kontra terkait pemberitaan pengesahan Perpres TKA tak
luput dari sorotan media massa. Sebagai alat penyampai berita media
massa bertugas untuk menyampaikan peristiwa-peristiwa dan pesan yang
ingin disampaikan ini bisa diterima secara serempak oleh khalayak luas.
Setiap berita yang disajikan oleh media massa tentunya telah didesain
dengan kepentingan media baik secara internal maupun eksternal. Dengan
demikian maka teks media sangat dipengaruhi oleh pekerja media secara
38634 41459 47641 55515 60670
70120 73624 77149 80375 85974 95335
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Jumlah TKA di Indonesia
5
individu, rutinitas media, organisasi media itu sendiri, institusi diluar
media dan ideologi.3
Dalam menyampaikan pesannya media massa mengkonstruksikan
berbagai realitas yang akan dipublikasikan. Sehingga seluruh isi media
merupakan realitas yang telah dikonstruksikan dalam bentuk wacana yang
bermakna. Media mencoba mengkonstruk realitas dengan cara melakukan
penyeleksian isu, dimana media mencoba melakukan pemilihan fakta.
Aspek mana yang akan ditampilkan dan mana yang tidak. Mengalihkan
fakta yang satu dengan fakta lain, atau bahkan mungkin menutupi sisi
tertentu. Selain itu, media juga mencoba menonjolkan satu aspek tertentu
dari pemberitaan, sehingga tampak menarik dan melekat dihati khalayak.4
Bingkai pemberitaan dari media yang berbeda-beda ini akan
menyebabkan realitas bentukan yang berbeda.5 Terlebih untuk
memperkuat kebenaran atas pemberitaannya, media mencoba
menyuguhkan berbagai argumentasi yang dinilai kuat untuk mendukung
gagasannya tersebut. Sehingga tak heran, jika hasil konstruksi atas realitas
bentukan media nampak benar dan terlihat apa adanya, sesuai dengan apa
yang terjadi di lapangan.
Kemajuan teknologi yang semakin pesat saat ini, membuat
masyarakat tidak hanya membutuhkan informasi yang akurat dan menarik
tetapi akses kecepatan dan kepraktisan karena hal tersebut sangat
dibutuhkan diabad informasi saat ini. Dengan demikian dapat dikatakan
media online merupakan salah satu media yang paling sering digunakan
oleh masyarakat saat ini.
Media online yang secara aktif mengangkat pemberitaan Perpres
TKA adalah Detik.com dan Republika Online. Tercatat selama periode
April Detik.com sudah menerbitkan 63 berita dan Republika Online
sebanyak 67 pemberitaan. Alasan penulis memliih Detik.com dan
3 Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating The Messege: Theories
Of Influence on Mass Media Content, (New York: Longman Publishing Group, 1996) h.
223. 4 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media,
(Yogyakarta: LKiS, 2012), cet ke-VII, h. 224. 5 Wina Armada Sukardi, Kajian Tuntas 350 Tanya Jawab UU Pers dan Kode
Etik Jurnalistik, (Jakarta: Dewan Pers, 2013), cet ke-II, h. 398.
6
Republika Online karena kedua media tersebut memiliki latar belakang
dan ideologi yang berbeda.
Selain itu Detik.com dan Republika Online juga merupakan portal
media terbesar di Indonesia. Merujuk pada hasil survei alexa.com, sebuah
perusahaan yang menyediakan data komersial terkait traffic web6
menjadikan kedua media tersebut sebagai 40 besar dalam jajaran Top Sites
in Indonesia pada kategori News (Berita). Dalam kategori tersebut
Detik.com dan Republika Online berturut-turut berada diurutan pertama
dan kelima dengan jumlah Total Sites Linking In sebanyak 58,872 dan
Republika Online Sebanyak 15,580.7
Dari latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut dan mendalam dalam sebuah judul penelitian
“Analisis Framing Pemberitaan Pengesahan Peraturan Presiden
Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing di
Detik.com dan Republika Online.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis
mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam pemberitaan mengenai
Polemik Pengesahan Peraturan Presiden Nomor 20 tahun 2018 tentang
Penggunaan Tenaga Kerja Asing pada Detik.com dan Repubika Online .
Diantaranya:
1. Permasalahan mengenai regulasi atau kebijakan tenaga kerja asing di
Indonesia seringkali terjadi. Hal tersebut ditandai dengan masih
adanya pelanggaran seperti hadirnya tenaga kerja asing unskill worker
yang mengancam tenaga kerja lokal. Dalam hal ini peran perintah
sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
2. Polemik mengenai pengesahan Perpres TKA Nomor 20 tahun 2018
dinilai bermuatan unsur kepentingan elite politik.
6Alexa Internet, https://id.wikipedia.org/wiki/Alexa_Internet diakses pada 15
Mei 2018 7 Top Sites In Indonesia,
https://www.alexa.com/topsites/category/World/Bahasa_Indonesia/Berita, diakses pada
15 Mei 2018.
7
3. Detik.com dan Repubika Online terlihat berbeda pandangan dalam
menuliskan pemberitaan mengenai pro dan kontra pengesahan Perpres
TKA Nomor 20 tahun 2018.
C. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar pembahasan lebih terarah maka penulisan ini dibatasi pada
analisis tekstual dari berita “Pengesahan Perpres TKA Nomor 20
Tahun 2018”. Adapun media massa yang akan dianalisis ialah media
online Detik.com dan Republika Online edisi April 2018.
Kemudian pada edisi tersebut penulis menentukan sampel berita
yang relevan dengan penulisan ini. Setiap pekannya penulis memilih
masing-masing satu berita dari Detik.com dan Republika Online.
Sehingga selama edisi April 2018 total berita yang penulis analisis
berjumlah delapan berita. Pemilihan sample berita ini menggunakan
Sampling Purposive. Menrurut Prov. Dr Sugiyono Sampling Purposive
adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.8 Pada
penulisan ini penulis mempertimbangkan aspek kesesuaian judul dan
isi berita dengan judul skripsi serta memilih berita yang utuh dan
lengkap. Delapan berita yang dipilih antara lain:
Tabel 1.1
Judul Berita Detik.com dan Republika Online
Pekan Detik.com Republika Online
Pertama Perpres TKA Terbit
Menaker: Perpendek
Birokrasi
Perpres TeVnaga Kerja
Asing Perkecil Kesempatan
Pekerja Lokal
Kedua Menaker: Tak Akan Ada
Banjir Tenaga Kerja Asing
Regulasi TKA Lemah
Penegakan Hukum
Ketiga Perpres Tenaga Kerja
Asing Ditolak, Wacana
Pansus Muncul di DPR
Pemerintah Diminta Cabut
Perpres Tenaga Kerja Asing
Keempat Perpres 20/2018, Karpet
Merah Investor atau Tenaga
Kerja Asing?
Ekonom Indef: Perpres
Memudahkan TKA Bekerja
di Indonesia
8 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2006), h.124
8
2. Rumusan Masalah
Bagaimana Detik.com dan Republika Online membingkai
pemberitaan Pengesahan Peraturan Presiden No 20 Tahun 2018
Tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui bagaimana frame Detik.com dan Republika
Online membingkai pemberitaan Peraturan Presiden No 20 Tahun 2018
Tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing berdasarkan framing Zhongdang
Pan dan Gerald M. Kosicki.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademik
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi kontribusi terhadap
pengembangan keilmuan komunikasi khususnya dalam penelitian analisis
framing. Penelitian ini juga diaharapkan bids memberikan pengetahuan
tentang bagaimana kerja redaksional di media dengan proses konstruksi
realitas sosial di media massa terkait berita Pengesahan Peraturan Presiden
Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Tenaga Kerja Asing.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjelasan kepada
pembaca mengenai isu-isu tenega kerja asing khususnya terkait Regulasi
penggunaan TKA di Indonesia yang termuat dalam Peraturan Presiden
Nomor 20 Tahun 2018. Penelitian ini juga diharapkan bisa menjadi bahan
referensi dalam penelitian serupa dalam bidang komunkasi massa
khususnya dalam penelitian analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald
M. Kosicki.
9
F. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma, menurut Dani Vardiansyah, diartikan sebagai cara
pandang seseorang terhadap diri dan lingkungannya yang akan
mempengaruhi dalam berfikir, bersikap, dan bertingkah laku.9
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis.
Paradigma ini memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas
yang natural tapi terbentuk dari hasil konstruksi.10
Paradigma ini
mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap media dan teks
berita yang dihasilkanya.
Dalam kontek berita realitas bisa saja terjadi pada peristiwa
yang sama namun dikonstruksikan berbeda. Perbedaan konstruksi
realitas ini dimulai dari level individu wartawan yang bisa jadi
mempunyai pandangan dan konsepsi yang bebeda ketika melihat suatu
peristiwa. Bagaimana wartawan mengkstruksi peristiwa dapat
diwujudkan dalam teks berita. Berita dalam pandangan konstruktivis
bukan merupakan fakta dalam arti yang sebenarnya ia adalah produk
dari interaksi antara wartawan dengan fakta. Oleh karena itulah bagi
kaum konstruktivis realitas itu bersifat subjektif tergantung sudut
pandang wartawan.11
2. Pendektan Penelitian
Pendekatan penelitian adalah cara pandang yang dipakai dalam
melihat permasalahan penelitian. Penelitian ini menggunakan
penelitian kualitatif. Penelitian ini lebih menekankan pada makna,
penalaran, definisi, suatu definisi tertentu, lebih banyak meneliti yang
berhubungan dengan sehari-hari.
Menurut Craswell, beberapa asumsi dalam pendekatan
kualitatif yaitu pertama, peneliti kualitatif lebih memerhatikan proses
9 Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT
Indeks, 2008), h. 27. 10 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media,
(Yogyakarta:PT LkiS Pelangi Aksara, 2002) h.43. 11 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media,
(Yogyakarta:PT LkiS Pelangi Aksara, 2002) h.20.
10
dari pada hasil. Kedua, peneliti kualitatif lebih memerhatikan
interpretasi. Ketiga, peneliti kualitatif merupakan alat utama dalam
mengumpulkan data dan analisis data serta peneliti kualitatif harus
terjun langsung ke lapangan melakukan observasi partisipasi di
lapangan. Keempat, penelitian kualitatif menggambarkan bahwa
peneliti terlibat dalam proses penelitian interpetasi data, dan
pencapaian pemahaman melalui kata atau gambar.12
Pendektan kualitatif bertujuan untuk menggali dan memahami
apa yang dialami subjek penelitian, perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan dan lain-lain secara holistik dengan cara deskriptif dalam
bentuk konteks yang khusus dengan memanfaatkan berbagai metode
ilmiah.13
3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis framing
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Analisis ini terbagi menjadi
empat struktur besar, yaitu: struktur sintaksis, struktur skrip, struktur
tematik dan struktur retoris.
Penulis menganalisis pemberitaan mengenai pengesahan
Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Tenaga Kerja
Asing. Kemudian, penulis menyimpulkan hasil temuan dari analisis
tersebut. Hasil penelitian ini bersifat deskriptif yaitu memberikan
gambaran mengenai bagaimana Detik.com dan Republika Online
mengkonstruksi pemberitaan mengenai pengesahan Peraturan Presiden
No 20 Tahun 2018 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing.
4. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian : Detik.com dan Republika Online
12
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori Paradigma, dan Diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group: 2006)
h. 307 13
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya 2006), h.6.
11
b. Objek Penelitian : Berita mengenai Pengesahan Peraturan
Presiden Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Penggunaan Tenaga
Kerja Asing.
5. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kantor Detik.com di Gedung
Transmedia - Lantai 8-9 Jln. Kapten Tendean kav. 12-14 A, Jakarta
Selatan, pada 25 Maret 2019 dan kantor Republika Online yang
beralamat di Jl.Warung Buncit Raya No.37 Jakarta Selatan, 12510
pada 06 April 2019.
6. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi Teks
Dalam penelitian kualitatif, observasi digunakan sebagai
teknik pengumpulan data. Observasi menurut Gordon E.Mills
adalah sebuah kegiatan yang terencana dan terfokus untuk melihat
dan mencatat serangkaian perilaku ataupun jalannya sebuah sistem
yang memilik tujuan tertentu, serta mengungkap apa yang ada di
balik munculnya perilaku dan landasan suatu sistem tersebut.14
Penulis melakukan pengamatan secara sistematis dengan meneliti
teks berita tentang mengenai Pengesahan Peraturan Presiden
Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing
di Detik.com dan Republika Online.
b. Wawancara
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik
pengumpulan data wawancara mendalam (indepth interview).
Wawancara mendalam merupakan proses tanya jawab antara
pewawancara dengan narasumber yang dilakukan dengan cara
komunikasi langsung bertatap muka guna memperoleh data secara
mendalam. Sama seperti teknik wawancara lainnya, hanya saja
14 Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi, Dan Focus Groups Sebagai
nstrumen Penggalian Data Kualitatif, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h.131.
12
wawancara mendalam membutuhkan waktu yang lama bersama
informan di lokasi penulisan.15
Wawancara dilakukan dengan Hans Henricus B.S.A selaku
Koordinator Liputan Detik Finance dan Karta Raharja Ucu sebagai
Editor Nasional Republika Online.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu cara untuk
mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu
media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat
langsung oleh subjek yang bersangkutan. 16
Penulis mengumpulkan dan mempelajari data melalui
sumber bacaan, seperti buku-buku yang relevan dengan masalah
yang dibahas dan mendukung penelitian yang bisa diperoleh
penulis dari internet, perpustakaan, atau sumber lain yang bisa
digunakan untuk analisis dalam penelitian ini.
7. Teknik Analsis Data
Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan berita-berita yang
terkait berita tersebut. Setelah berita dikumpulkan penulis mengambil
beberapa berita yang menarik itu untuk diteliti dan difokuskan, lalu
penulis membuat pertanyaan yang sesuai dengan rumusan masalah.
Setelah itu, penulis menggunakan analisis framing Zhongdang Pan dan
Gerald M.Kosicki, menganalisis pemberitaan mengenai Pengesahan
Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Penggunaan
Tenaga Kerja Asing di Detik.com dan Republika Online.
Penelitian ini akan menghasilkan data deskriptif yakni
memberikan gambaran mengenai bagaimana Pengesahan Peraturan
Presiden Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja
Asing di Detik.com dan Republika Online.
15 Bungin Burhan, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2010), h.108. 16 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Imu Sosial,
(Jakarta: Salemba Humanika, 2012) Cet ke-3, h.143.
13
8. Model Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis menganalisa pemberitaan
pengesahan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 Tentang
Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Detik.com dan Republika Online
menggunakan teknik analisis framing model analisis Zhongdang Pan
dan Gerald M. Kosicki. Perangkat framing ini menganalisis media
melalui struktur bahasa yang digunakan dalam mengkonstruksi suatu
realitas.
Analisis framing model ini membagi perangkat framing
kedalam empat struktur golongan besar. Keempat struktur tersebut
dibagi kedalam framing sebagai berikut:
1. Struktur sintaksis, yaitu susunan bagian berita seperti headline,
lead, latar informasi, sumber, dan penutup dalam suatu kesatuan
teks berita secara keseluruhan. Bagian itu tersusun dalam bentuk
yang tetap dan teratur sehingga membentuk skema yang menjadi
pedoman bagaimana fakta hendak disusun
2. Struktur skrip, yaitu cara wartawan untuk mengisahkan atau
menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Skrip juga
digunakan sebagai strategi wartawan dalam mengkonstruksi berita.
Bentuk umum dari struktur skrip adalah pola 5W+1H yaitu who,
what, when, where, why, dan how.
3. Struktur tematik, yaitu bagaimana sebuah peristiwa diungkap oleh
wartawan melalui tulisan menjadi sebuah teks berita. Perangkat
pengamatannya seperti koherensi, detail, bentuk kalimat, dan kata
ganti.
4. Struktur retoris, yaitu menggambarkan pilihan kata yang dipilih
wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan. Beberapa
elemen yang dipakai wartawan yaitu, dipakai oleh wartawan yaitu,
leksikon, pemilihan, dan pemakaian kata tertentu. Penekanan
pesan dalam berita juga dapat dilakukan dengan menggunakan
unsur foto atau grafis.
14
9. Pedoman Penulisan Skripsi
Penelitian ini mengacu pada pedoman yang berlaku di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pedoman
tersebut digunakan penulis untuk mengikuti aturan tentang
keseragaman penulisan karya ilmiah. Buku pedoman karya ilmiah ini
diterbitkan berdasarkan Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Nomor 507 Tahun 2017 .
G. Sistematika Penulisan
Agar penulisan ini bersifat sistematis, maka penulis
membaginya menjadi enam bab yang tiap-tiap babnya terdiri dari sub-
sub bab. Adapaun penulisannya adalah sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Pada ini dipaparkan mengenai latar belakang, pembatasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metodologi penelitian dan sistematika penulisan penelitian.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi landasan teori yang digunakan yaitu, definisi
konstruksi realitas sosial, definisi analisis framing, analisis framing
model Zongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, definisi media massa,
fungsi media massa, konsep, nilai dan jenis berita, kode etik jurnalistik
dan konsep Tenaga Kerja Asing.
BAB III GAMBARAN UMUM
Bab ini penulis membahas tentang gambaran umum profil dan
sejarah berdirinya Detik.com dan Republika Online.
BAB IV DATA DAN TEMUAN DAN PENELITAN
Pada bab ini berisi analisis framing dan kosntruksi realitas sosial
terhadap pemberitaan pengesahan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun
2018. Temuan penelitian menggunakan analisis framing model
Zongdang Pan dan Gerald M. Kosicki dengan melihat pada unsur
sintaksis, skrip, tematik, dan retoris.
15
BAB V PEMBAHASAN
Bab ini berisi uraian latar belakang, teori dan rumusan teori baru
dari penelitian.
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi penutup yang memuat kesimpulan penelitian dan
sekaligus menjawab pertanyaan yang diajukan dalam perumusan
masalah, serta menyampaikan implikasi, saran-saran dan lampiran-
lampiran yang terkait dengan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konstruksi Sosial Media Massa
Sebagai sarana penyampai informasi, media massa memiliki
kekuatan untuk membentuk realitas sosial di dalam masyarakat. Peter L.
Berger dan Thomas Luckman melalui bukunya „Social Construction of
Reality, a Treatise in the Socialogical of Knowledge’ berpandangan bahwa
sebuah realitas merupakan suatu bentukan (konstruksi). Konstruksi sosial
menggambarkan dimana terjadinya proses sosial melalui tindakan dan
interaksinya, individu menciptakan secara terus menerus (intens) akan
menciptakan realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif.1
Konstruksi sosial merupakan suatu teori yang dapat digunakan
dalam metode analisis framing. Teori ini mengenai pembentukan sebuah
realitas yang dilihat dari bagaimana sebuah realitas sosial itu memiliki
makna. Sehingga realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi oleh individu
secara subjektif kepada individu lainnya sehingga realitas tersebut dapat
dilihat secara objektif dan pada akhirnya individu akan mengkonstruksi
realitas yang ada dan merekonstruksikan kembali ke dalam dunia
realitasnya.
Manusia memaknai dirinya dan objek di sekelilingnya berdasarkan
sifat-sifat atau sensasi yang dialaminya saat berhubungan dengan objek
tersebut. Pemaknaan tersebut berasal dari tindakan yang terpola dan terjadi
secara terus menerus yang pada akahirnya mengalami objektifasi dalam
kesadaran mereka yang mempersepsikannya. Dalam aspek psikologis
manusia melihat sebuah realitas akan memiliki persepsi yang berbeda
sesuai dengan apa yang dipahaminya. Oleh kerenanya, realitas yang sama
bisa jadi akan dipahami dan digambarkan secara berbeda pula oleh setiap
individu. Individu mampu secara aktif dan kreatif mengembangkan segala
realitas sesuai dengan stimulus dalam kognitifnya.
Berger dan Luckmann menilai proses mengkonstruksi melalui
interaksi sosial yang dialektis dari tiga bentuk realitas, yakni symbolic
1 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analiis Semiotik, Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2006) H.91.
17
reality, objective reality, dan subjective reality yang berlangsung dalam
suatu proses dalam tiga momen simultan yaitu eksternalisasi, objektivasi,
dan internalisasi.2
Objective reality, merupakan suatu kompleksitas definisi realitas
(termasuk ideologi dan keyakinan) gejala-gejala sosial, seperti tindakan
dan tingkah laku yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan sering
dihadapi oleh individu sebagai fakta.
Symbolic reality, merupakan ekspresi bentuk-bentuk simbolik dari
realitas objektif, yang umumnya diketahui oleh khalayak dalam bentuk
karya seni, fiksi serta berita-berita di media.
Sedangkan objective reality merupakan Realitas sosial pada
individu, yang berasal dari realitas sosial objektif dan realitas sosial
simbolik, merupakan konstruksi definisi realitas yang dimiliki individu
dan dikonstruksi melalui proses internalisasi. Realitas subjektif yang
dimiliki masing-masing individu merupakan basis untuk melibatkan diri
dalam proses eksternalisasi atau proses interaksi sosial dengan individu
lain dalam sebuah struktur sosial.
Adapun dalam pandangan Peter L. Berger tiga tahapan tersebut
adalah3:
1. Eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia ke
dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Ini sudah
menjadi sifat dasar manusia, ia akan selalu mencurahkan diri ke
tempat dimana dia berada. Proses ini berawal dari latar belakang
seseorang dalam melakukan pencurahan dirinya kedalam sebuah
realitas. Proses ini dapat dilihat dari latar belakang pendidikan, sosial,
ekonomi dan lain sebagainya. Latar belakang akan mempengaruhi
seseorang dalam melihat realitas.
2. Objektivikasi, yaitu hasil yang telah dicapai, baik mental maupun fisik
dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Hasil itu menghasilkan
2 Muhammad Mufid, Komunikasi dan Regulasi penyiaran,( Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2007), h. 92 3 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media (Yogyakarta:
LKiS,2002), h. 16
18
realitas objektif yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu
sendiri sebagai suatu faktisitas yang berada di luar dan berlainan dari
manusia yang menghasilkannya. Setelah manusia mencurahkan
dirinya ke dalam sebuah realitas, maka mereka akan menghasilkan
sebuah pemaknaan pada dirinya terkait dengan realitas sekitarnya.
Latar belakang seseorang akan menghasilkan realitas yang berbeda
dalam melihat kondisi sosial.
3. Internalisasi, proses ini lebih merupakan penyerapan kembali dunia
objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif
individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Berbagai macam
unsur dari dunia yang telah terobjektifkan tersebut akan ditangkap
sebagai gejala realitas di luar kesadarannya, sekaligus sebagai gejala
internal bagi kesadaran. Malalui internalisasi, manusia menjadi hasil
dari masyarakat. Dalam tahap ini adalah bagaimana manusia kembali
merefleksikan apa yang telah ia hasilkan melalui pencurahan dirinya
ke dalam sebuah realitas dan melihat apa yang dipersepsikan oleh
lingkungan sekitar terhadap realitas yang sama. Misalnya, sebagai
pekerja media, seorang wartawan tidak akan mungkin menuliskan
hasil pencurahan dirinya dalam sebuah realitas untuk dijadikan sebuah
berita. Biasanya mereka dibatasi oleh pengertian-pengertian yang
dihasilkan oleh rapat redaksi dalam membuat realitas dalam sebuah
pemberitaan. Dan ini terjadi pada tubuh media manapun.
Kemudian proses pembentukan realitas dalam media massa memiliki
tiga tahap, yang terdiri dari tahap menyiapkan materi konstruksi, tahap
sebaran konstruksi dan tahap pembentukan konstruksi realitas.4 Pertama
tahap menyiapkan materi konstruksi yang terpenting adalah melihat
keberpihakan media massa kepada kapitalisme yang menjadi dominan,
mengingat dimana media massa adalah mesin produksi kapitalis yang
harus menghasilkan keuntungan. Kedua, pada tahap sebaran konstruksi,
dilihat dari strategi media massa dalam menyebarkan informasi. Pada
umumnya persebaran konstruksi sosial media massa menggunakan model
4 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,
2011), h. 195-197.
19
satu arah. Dimana media berkuasa penuh terhadap penyebar informasi dan
penonton atau pembaca tidak memiliki pilihan selain mengonsumsi
informasi tersebut. Ketiga, tahap pembentukan konstruksi realitas, yang
terdiri atas pembentukan konstruksi realitas, pembentukan konstruksi citra.
Terakhir, tahap mengkonfirmasi, tahapan ini ketika media massa maupun
pembaca memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya
untuk terlibat dalam pembentukan konstruksi.
Realitas yang ditampilkan oleh media pada dasarnya merupakan
hasil konstruksi media itu sendiri. Realitas dalam media massa
dikonstruksi dengan melalui tiga tahap, yaitu tahap konstruksi realitas
pembenaran, kesediaan dikonstruksi oleh media massa dan sebagai pilihan
konsumtif. Pertama, konstruksi realitas pembenaran merupakan realitas
yang dikonstuksi media massa dan apa yang disajikan di media massa
seluruhnya diangap sebagai suatu kebenaran. Kedua, tahap kesediaan
dikonstruksi oleh media massa, kesediaan khalayak menjadi konsumen
media. ketiga, tahap pilihan konsumtif, yaitu ketergantungan individu
terhadap media.5
Media massa berupaya mengkonstruksi realitas dipengaruhi
beberapa faktor, yaitu adanya tuntutan yang dilakukan oleh internal
organisasi media untuk memahami konteks dimana gambaran sebuah
media dihasilkan. Faktor lainnya adalah kepemilikan dan pasar, iklan,
hegemoni, pesan penting dan kerjasama kepemilikan.
Saat melakukan konstruksi atas sebuah realitas, media massa
melakukan tiga tindakan yang berpengaruh terhadap pembentukan citra
atas realitas tersebut, yaitu:
1. Pemilihan kata atau simbol (bahasa)
Ketika media menyajikan sebuah laporan mengenai peristiwa,
pemilihan kata atau simbol tertentu akan memengaruhi seseorang
dalam memaknai sebuah realitas.
5 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,
2011), h. 195-197.
20
2. Mekanisme Framing
Hal ini dilakukan media untuk menyederhanakan sebuah berita karena
adanya tuntutan teknis. Dalam menentukan sebuah bingkai, media
memiliki kepentingan internal maupun eksternal yang bersifat teknis,
ekonomis, politik maupun ideologis. Dari kepentingan-kepentingan
tersebut dapat dilihat arah media dalam menentukan berita.
3. Adanya agenda setting media
Ketika media menyediakan ruang dan waktu dalam menampilkan
sebuah informasi, maka realitas itu akan mudah diterima oleh
khalayak. Media memiliki kekuatan besar ketika menyampaikan
sebuah peristiwa. Saat media menganggap penting sebuah peristiwa,
maka masyarakat pun akan melihat peristiwa tersebut sebagai
peristiwa yang dianggap penting.
Dalam konstruksi realitas bahasa adalah unsur yang sangat penting.
Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan realitas
dalam sebuah peristiwa. Bahasa merupakan alat konseptualisasi dan alat
narasi.6 Konten media massa adalah bahasa, baik itu bahasa verbal
maupun non verbal. Bahasa verbal dapat berupa lisan dan tulisan.
Sementara bahasa non verbal dapat berupa gambar, foto, grafik, angka
tabel dan lain-lain. Dalam konstruktivis pula, bahasa dalam media massa
dianggap sebagai faktor utama dalam kegiatan komunikasi serta hubungan
sosial. Bahasa tidak hanya dilihat sebagai alat untuk menggambarkan
realitas objektif dan dipisahkan dari subjek penyampai pesan. Bahasa
memiliki kemampuan untuk mengontrol maksud-maksud tertentu dalam
sebuah wacana.
B. Konseptualisasi Media Massa
1. Definisi Media Massa
Media massa merupakan alat yang digunakan untuk
menyampaikan informasi dari sumber kepada khalayak. Media massa juga
sebagai sarana yang secara terorganisasi digunakan untuk menyampaikan
6 Ibnu Hamad, Konstruksi Relitas Politik di Media Massa: Sebuah Study Cricital
Discourse Analysis (Jakarta: Granit, 2004 ), h. 12.
21
pesan kepada khalayak dengan cara terbuka dalam jangka waktu yang
singkat.7 Ada tiga jenis media massa yang dikenal masyarakat, yaitu media
cetak, media elektronik dan media online (new media). Definisi
komunikasi massa paling sederhana dikemukakan oleh Bitter yakni,
komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media
massa pada sejumlah besar orang.8 Menurut Cangara, karakteristik media
massa adalah:9
1. Bersifat melembaga; artinya pihak yang mengelola media bukan
hanya satu orang melainkan terdiri atas banyak orang yang
terlebaga. Mulai dari proses pengumpulan, mengelola hingga
menyajikan informasi.
2. Bersifat satu arah; artinya komunikasi yang dilakukan bersifat
monolog, yakni tidak ada dialog antara komunikator dan
komunikan.
3. Meluas dan serempak; artinya masyarakat dimanapun bisa
mendaptkan informasi dalam waktu seksama.
4. Memakai peralatan teknis dan mekanis seperti radio, televisi, surat
kabar dan sebagainya.
5. Bersifat terbuka; artinya dapat diterima oleh siapa saja dan di mana
saja tanpa mengenal usia, ras, jenis kelamin dan agama.
2. Fungsi Media Massa
Menurut Elvinaro, media massa berfungsi sebagai pemberi
informasi, secara edukasi, pengawas, pewearis nila-nilai, hiburan dan
persuasif. Sedangkan menurut Jay Blackdan Fedrick C. Whitney
fungsi media massa antara lain;10
7 Nuraini Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, ( Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2010), h. 198 8 Siti Karlinah, dkk, Komunikasi Massa, Cet-11( Jakarta: Universitas terbuka,
2000), h.13. 9 Elvinaro Ardinato dan Lukianti Komala Erdinaya, Komunikasi Massa: Suatu
Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), h.50-57 10
Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada
2007) h. 64.
22
a. To Inform (Menginformasikan)
Memberikan informasi kepada masyarakat secara terus-
menerus dan rutin dalam bentuk penafsiran dan perspektif
masyarakat.
b. To Entertaint (Memberi hiburan)
Memberikan alternatif segmen kepada masyarakat dan
khalayak dalam memberikan penyegaran yang bersifat hiburan
ringan.
c. To Persuade (Membujuk)
Memberikan perspektif yang dibentuk media kepada khalayak
yang menyaksikan agar terpengaruh oleh informasi yang
disebarkan media massa.
d. Transmission of the culture (transmisi budaya)
Memberikan efek trasnmisi budaya yang dibentuk dari adanya
media massa dan arus informasi.
e. To Educate (Mendidik)
Menurut Alexis S. Tan, seperti dikutip Nurudin, salah satu
fungsi media massa adalah mendidik.11
Media massa
merupakan sarana pendidikan bagi khalayak. Media massa
harus menyajikan hal-hal yang bersifat mendidik melalui
konten yang ditampilkan. Media massa juga harus memberikan
pengetahuan dan terampilan, mengajarkan nilai, etika serta
aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.
3. Media Online
Dalam kurun waktu 20 kebelakang perkembangan teknologi
semakin mempengaruhi berbagai aktivitas keseharian masyarakat
dunia. Dalam hal ini perkembangan media turut ambil bagian dalam
penyebaran informasi. Media online menjadi salah satu media
mainstream yang kini menjadi sebuah alat untuk mendapatkan
11
Ibid, h. 65.
23
informasi. Kehadiran media online mempermudah orang lain untuk
mendapatkan informasi yang dia inginkan, bahkan informasi yang
berada sangat jauh dari diri mereka. Kecepatan dan kemudahan
menjadikan media online sebagai primadona pada zaman ini.
Perkembangan media online tentu saja tidak dapat dilepaskan dari
pengaruh internet. Sebuah sistem sederhana yang saling
menghubungkan tiap-tiap data yang ada dalam sebuah server
kemudian ditransmisikan dengan ribuan kilometer kabel yang
terbentang diseluruh dunia yang kemudian data tersebut dapat dengan
mudah dikonsumsi didepan komputer pribadi masing-masing.
Internet adalah jaringan dunia yang mengembangkan ARPANET,
suatu sistem komunikasi yang terkait dengan pertahanan keamanan
yang dikembangkan pada tahun 1960-an. Manfaat sistem komunikasi
yang berjejaringan ini dengan cepat ditangkap oleh peneliti dan
pendidik secara umum.12
Penemuan ini mengubah siapapun dalam mencari informasi.
Pengguna media online tidak dapat diatur dalam tata cara
penggunaannya. Mereka memiliki kuasa penuh atas apa yang mereka
konsumsi setiap hari, mereka akan fokus mencari apa yang mereka
butuhkan tanpa perlu permisi atau bahkan tidak perlu jauh-jauh datang
ke sebuah daerah atau negara untuk mendapatkan berita yang mereka
inginkan. Aktivitas belajar dan mengajar pun kini sudah terpengaruhi
dengan kehadiran media online. Sebagian besar orang dalam lingkup
akademisi menggunakan media online dalam kesehariannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa media online merupakan media
yang menggunakan internet. Sepintas lalu orang akan menilai media
online merupakan media eletronik, tetapi para pakar memisahkannya
dalam kelompok tersendiri. Alasannya media online menggunakan
gabungan proses media cetak dengan menulis informasi yang
12 Werner J. Severin and James W. Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah,
Metode, danTerapan Dalam Media Massa, (Jakarta: Prenada Media Group, 2004), h.
457.
24
disalurkan melalui sarana eletronik, tetapi juga berhubungan dengan
komunikasi personal yang terkesan perorangan.13
Adapun perbedaan antara media online dengan media cetak dan
elektronik yaitu: 14
Pertama, pada media online berita-berita yang disampaikan jauh
lebih cepat, bahkan setiap beberapa menit dapat di-up date. Peristiwa-
peristiwa besar yang baru saja terjadi sudah dapat diketahui dengan
membaca media online, masyarakat tidak harus menunggu esok hari
lewat koran atau pekan depan lewat majalah. Faktor kecepatan inilah
yang tidak diperoleh lewat media cetak.
Kedua, dalam media online sangat mudah untuk mengakses berita-
berita yang disajikan, tidak hanya dapat dilakukan lewat komputer atau
laptop yang dipasang internet, tetapi lewat ponsel atau HP pun bisa
sehingga sangat mudah dan praktis. Pembaca juga bisa berbagi cerita-
cerita penting dari media online itu kepada banyak orang yang tidak
bisa dilakukan di media cetak maupun elektronik.
Ketiga, pembaca media online dapat memberikan tanggapan atau
komentar secara langsung terhadap berita-berita yang disukai atau
tidak disukainya dengan mengetik pada kolom komentar yang telah
disediakan. Pembaca dapat mengekspresikan pikiran dan unek-
uneknya. Jadi, pembaca tidak perlu menulis surat pembaca yang
pemuatannya bisa memakan waktu beberapa hari.
C. Konseptualisasi Berita
1. Definisi Berita
Istilah “berita” berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Vrit yang
kemudian masuk dalam bahasa Inggris menjadi Write, yang memiliki
arti “ada” atau “terjadi”. Sebagian ada yang menyebutnya Vritta masuk
13
Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik (Bogor: Ghalia Indonesia,
2008), h. 13. 14
Zaenuddin HM, The Journalist, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 7-9.
25
dalam Bahasa Indonesia menjadi “berita” atau “warta”.15
Sedangkan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti berita adalah laporan
mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Berikut definisi berita
menurut beberapa tokoh:
1. Menurut Tom Clarke, seorang direktur sebuah institut jurnalistik
mengatakan bahwa NEWS (berita) berasal dari suatu akronim
(singkatan) yaitu: N(orth), E(ast), W(est), S(outh). Dari akronim
tersebut Clarke ingin menggambarkan bahwa berita sebagai suatu
hal yang dapat memenuhi kebutuhan naluri keingintahuan manusia
dengan memberi kabar dari segala penjuru dunia. Maksudnya
adalah sifat berita yang menghimpun keterangan atau informasi
dari empat penjuru arah.16
2. Jakob Oetama mendefinisikan berita bukalah suatu fakta, tapi
laporan tentang fakta itu sendiri. Suatu peristiwa menjadi berita
hanya apabila ditemukan dan dilaporkan oleh wartawan atau
membuatnya masuk dalam kesadaran publik dan dengan demikian
menjadi pengetahuan publik.17
3. Menurut Paul De Maeseneer menyebutkan bahwa berita
merupakan informasi yang memiliki pengaruh pada khalayak serta
relevan dan layak dinikmati oleh khlayak.18
4. Menurut prof. Mitchel V. Charney berita adalah laporan tercepat
menganai fakta atau opini yang mengandung hal yang menarik
minat atau penting, atau kedua-duanya, bagi sejumlah besar
penduduk).19
15 Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, (Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya, 2004), Cet. III, h. 46 16 Sedia Willing Barus, Jurnalistik:Petunjuk Teknis Menulis Berita, (Jakarta:
Erlangga, 2010), h. 25. 17
Ibid, h. 26 18
Helena Olii, Berita dan Informasi: Jurnalistik Radio, (PT. Indeks, 2007). Cet
ke-1, h. 25. 19
Onong Uchjana Efendi, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komuikasi, ( Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2003), h. 131
26
5. Definisi berita menurut Dean M. Lyle Spencer adalah setiap fakta
yang akurat atau suatu ide yang dapat menarik perhatian bagi
sejumlah besar pembaca.20
6. Kemudian, definisi berita dalam praktiknya, menurut AS Hari
Sumadiria berita adalah semua hal yang terjadi di dunia, apa yang
ditulis dalam surat kabar, apa yang disiarkan di radio, dan apa yang
ditayangkan oleh televisi. Berita menyampaikan fakta tetapi tidak
setiap fakta merupakan berita, berita menyangkut orang-orang
walau tidak setiap orang menjadi berita, dan berita merupakan
sejumlah peristiwa yang terjadi di dunia, tetapi sebagian kecil yang
dilaporkan.21
Dari beberapa pengertian pakar tersebut, penulis
menyimpulkan bahwasannya berita ialah jalan cerita atau laporan
tentang suatu peristiwa baik sekitar kita maupun di seluruh penjuru
dunia. Peristiwa tersebut merupakan fakta disekitar kita atau diseluruh
penjuru dunia yang baru terjadi, aktual, mengandung unsur
keluarbiasaan, ketokohan, langka, konflik, entertainment dan penting
diketahui khlayak serta memiliki pengaruh terhadap khalayak. Laporan
peristiwa tersebut dimuat di media tertentu, baik media cetak,
elektronik maupun online.
Ada faktor-faktor yang menentukan bagaimana berita tersebut
diproduksi. Faktor-faktor tesebut adalah:22
1. Rutinitas Organisasi
Setiap hari institusi media secara teratur memproduksi berita, dan
proses seleksi itu adalah bagian dari ritme dan keteraturan kerja
yang dijalankan setiap hari.
20 Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2011), h.68. 21 AS. Haris Sumardiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature,
(Bandung: Rosdakarya, 2008), cet ke-III, h. 63. 22 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media,
(Yogyakarta: LkiS, 2011), h. 119
27
2. Nilai Berita
Nilai berita bukan hanya menentukan peristiwa apa yang akan
diberitakan, tetapi juga bagaimana berita dikemas. Peristiwa tidak
lantas dapat disebut sebagai berita tetapi ia harus dinilai terlebih
dahulu apakah peristiwa tersebut memenuhi kriteria nilai berita.
3. Kategori Berita
Kategori dipakai untuk membedakan jenis isi berita dan subjek
peristiwa yang menjadi berita.
4. Ideologi Profesional/Objektivitas
Objektivitas dalam produksi berita digambarkan sebagai tidak
mencampuradukkan antara fakta dan opini. Objektivitas
merupakan standar professional yang berhubungan dengan jaminan
bahwa apa yang disajikan adalah suatu kebenaran.
2. Nilai Berita
Nilai (news value) berita merupakan karakteristik intrinsik
dalam berita. Nilai berita menjadi ukuran yang berguna dan diterapkan
untuk menentukan kelayakan berita (newsworthy).23
Nilai-nilai
tersebut adalah:24
a. Immediacy atau timeliness: nilai tersebut terkait dengan
kesegaran peristiwa yang dilaporkan. Sebuah berita dituntut
untuk memiliki nilai aktualitas karena sering dinyatakan
sebagai laporan dari sebuah kejadian/peristiwa yang baru
terjadi. Semakin segar sebuah berita yang dilaporkan akan
semakin bernilai berita itu.
b. Proximity: merupakan kedekatan peristiwa dengan pembaca
atau pemirsa dalam keseharian hidup mereka. orang-orang akan
lebih tertarik dengan peristiwa yang menyangkut kehidupan
mereka. semakin dekat berita tersebut dengan pembaca maka
akan semakin bernilai pula berita itu.
23
Luwi Iswara, Catatan-catatan Jurnalisme Dasar. Cet-3, (Jakarta: Kompas
2007) , h.53 24
Santana K, Septiawan, Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2005), h. 18-20
28
c. Consequence; artinya berita yang mengubah kehidupan
pembaca adalah berita yang mengandung konsekuensi. Nilai
konsekuensi umumnya menjadi ukuran pentingnya suatu berita.
Pentingnya sebuah berita dinilai dari timbulnya rangkaian
peristiwa yang dapat memengaruhi banyak orang.
d. Conflict; artinya pemberitaan mengenai ketegangan, perang,
demonstrasi bahkan kriminal merupakan contoh elemen yang
membuat sebuah berita dapat menarik perhatian pembaca.
e. Oddity; artinya peristiwa yang terjadi merupakan peristiwa
unik dan tidak lazim di masyarakat. Peristiwa yang tidak biasa
terjadi akan diperhatikan oleh masyarakat.peristiwa tersebut
jarang dijumpai oleh pembaca sehingga mereka tertarik untuk
membaca berita yang dilaporkan.
f. Sex; artinya dalam dunia jurnalistik sex juga memiliki nilai
berita. Sex kerap jadi elemen utama dalam sebuah pemberitaan,
misalnya perselingkuhan public figure, tindakan asusila dan
pelecehan sexsual. Tak jarang pula, sex menjadi elemen
tambahan bagi pemberitaan tertentu, seperti pada berita
olahraga, kriminal dan selebritis.
g. Emotion; artinya berita tersebut memiliki human interest.
Berita yang disajikan mampu menyentuh perasaan khalayak.
Berita-berita mengenai kisah-kisah yang mengandung
kesedihan, kemarahan, simpati, ambisi, cinta, kebencian,
kebahagiaan atau humor dapat membuat berita tersebut
memiliki nilai yang mampu menarik minat pembaca.
h. Prominence; artinya ketokohan yang terlibat dalam peristiwa
yang diberitakan. Elemen ini adalah unsuryang menjadi dasar
istilah “name “make news” atau “ nama membuat berita”.
Unsur ketokohan selalu menjadi incaran pembuat berita karena
menarik minat pembaca.
i. Suspense; artinya berita tersebut adalah berita tentang peristiwa
yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Nilai faktualitas
29
(kebenaran) tetap menjadi hal terpenting yang dituntut oleh
khalayak.
j. Progress; elemen ini merupakan elemen perkembangan
peristiwa yang ditunggu masyarakat. Lahirnya penemuan-
penemuan baru, pengobatan baru dan alat-alat baru merupakan
sebuah progress yang menjadi nilai kelayakan berita.
3. Jenis Berita
Terdapat banyak macam atau jenis berita dalam dunia
jurnalistik. Setiap jenis berita memiliki karakteristiknya sendiri.
Terdapat lima jenis berita yang dikenal dimasyarakat, masing-masing
Straight News, Depth News, Investigative News, Interpretative News
dan Opinion News.25
Berikut adalah penjelasan mengenai kelima jenis
berita tersebut:
a. Straight News; adalah berita yang langsung pada sasaran secara
singkat dan lugas. Diberitakan tanpa mencampurkan opini
penulis. Dsiarkan secara cepat dan biasanya menjadi berita
utama.
b. Depth News; atau berita mendalam merupakan jenis berita yang
dikembangan dari peristiwa yang ada dibawah suatu
permukaan atau dari sebuah peristiwa yang sudah diketahui
secara umum.
c. Investigative News; adalah berita yang dihasilkan melalui
proses penyelidikan atau investigasi dan biasanya diangkat dari
kasus penting yang diketahui oleh masyarakat luas, serta
berdasarkan penelitian dari berbagai sumber.
d. Interpretative News; adalah berita yang dikembangkan dari
pendapat wartawan berdasarkan fakta yang ditemukan.
e. Opinion News; adalah berita menganai pendapat seseorang,
biasanya pendapat pakar cendekiawan mengenai suatu
peristiwa.
25 Asep Syamsul Ramli, Jurnalistik Untuk Pemula, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), H.23
30
D. Analisis Framing
1. Konsep Framing
Gagasan mengenai pembingkaian atau framing pertama kali
dilontarkan oleh Beterson pada 1995. Menurut para ahli analisis framing
merupakan pengembangan dari analisis wacana sehingga akhirnya
menghasilkan metode baru yang digunakan untuk melihat fenomena di
media.26
Pada mulanya, framing dimaknai sebagai struktur konseptual atau
perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan
dan wacana serta menyediakan kategori-kategori standar untuk
mengapresiasi realitas. Kemudian, konsep ini dikembangkan oleh
Goffman pada 1974. Ia mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan
perilaku yang membimbing individu untuk membaca realitas.
Framing termasuk kedalam bagian bentuk dari konsep-konsep teori
terkemuka oleh Maxwel Mc. Comb dan Daniel L. Shaw melalui teori
agenda setting. Framing merupakan sebuah strategi penyusunan realitas
sedemikian rupa yang menghasilkan sebuah wacana. Dalam media massa,
wacana ini paling banyak berbentuk berita.27
Framing dilakukan media
membuat suatu berita dan ditampilkan secara terus-menerus sehingga
muncul agenda publik. Secara singkat, framing dapat dikatakan sebagai
sebuah cara media menyajikan sebuah peristiwa.28
Framing juga sebagai
pendekatan yang digunakan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau
cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan
menulis berita. Cara pandang itu pada akhirnya menentukan fakta apa
yang diambil bagaian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta
hendak dibawa kemana berita tersebut.29
26
Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana, ( Yogyakarta: LkiS,
2001), h. 2-7. 27 Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa (Jakarta:
Granit, 2004), h.21-22 28
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi Dan Politik Media.
(Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara, 2012), h.66. 29
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2006) H.162.
31
Dalam framing pasti ada bagian yang terbuang dan ada bagian
yang terlihat. Sehingga analisis framing digunakan untuk mengetahui
kenapa suatu peristiwa diberitakan dan yang lainnya tidak, kenapa satu
peristiwa diberitakan dengan sudut pandang berbeda, mengapa suatu
peristiwa ditonjolkan sedang yang lain tidak, dan lain sebagainya.30
Jadi
analisis framing untuk menjawab kenapa suatu berita dikonstruksikan
sedemikian rupa oleh media.
Teori mengenai framing berkembang karena pandangan kaum
konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme memiliki pandangan sendiri
terhadap media dan teks beritas yang dihasilkannya. Konsep
konstruktionisme diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas
Luckman. Menurut mereka realitas tidak dibentuk secara ilmiah atau
berasal dari Tuhan, namun hasil bentukan dan konstruksi.31
Dalam perspektif ilmu komunikasi, analisis framing digunakan
untuk menganalisis pesan-pesan tertulis maupun lisan. Konsep mengenai
framing sering digunakan oleh media untuk menggambarkan proses
seleksi dan penonjolan aspek tertentu dari realitas. Dalam analisis framing
akan terlihat asumsi bahwa media massa memiliki peran yang strategis
dalam menentukan apa yang penting bagi publik.
Setiap media memiliki ideologi yang berbeda. Ideologi dapat
diartikan sebagai cara melihat dunia. Hal tersebut akan menghasilkan
sebuah interpretasi bagaimana sebuah ideologi bisa berdampak pada
produksi dan konsumsi teks-teks.32
Adanya ideologi akan membuat sudut
pandang penulisan sebuah peristiwa menjadi beragam diberbagai media
massa. Hal tersebut membuat konten di media massa berbeda-beda.
Terdapat lima faktor utama yang memengaruhi isi media. Kelima faktor
30
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana,
2006), h. 225 31
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, Analisis Framing , (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2006) h. 91. 32
Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik di Media Massa: Sebuah Study
Critical Discourse Analysis, (Jakarta: Granit, 2004), h.12.
32
tersebut adalah individu, kerutinan media, organisasi, ekstra media dan
ideologi. berikut adalah penjelasannya:33
1. Level Individu
Pada tingkat ini individu dari pekerja media, karakteristik individu
(seperti gender, etnis dan organisasi seksual) dan latar belakang dan
pengalaman pribadinya (seperti pendidikan, agama dan status sosial
ekonomi orang tua) tidak hanya membentuk sikap, nilai dan
kepercayaan pribadi individu, namun mengarahkan latar belakang dan
pengalaman profesionalnya. Seorang jurnalis memiliki orientasi nilai
tertentu dalam berhadapan dengan realitas yang sedang terjadi
(memiliki pengaruh dalam menciptakan konstruksi sosial).
2. Level kerutinan media
Level ini merupakan tahap ketika jurnalis sudah dibiasakan untuk
menjalankan suatu pekerjaan dengan cara atau prosedur yang pasti
atau tetap. Rutinitas media massa memengaruhi praktik-praktik
diantaranya deadline dan kendala waktu lainnya, kebutuhan ruang dan
penerbitan, struktur piramida terbalik untuk menulis berita, nilai
berita, standar objektivitas dan kepercayaan reporter pada sumber-
sumber berita.
3. Level Organisasi
Pada tingkat organisasi media, yang menjadi fokus adalah tujuan
organisasi media. Pemberitaan di media bukanlah sebuah hasil yang
bersifat perseorangan, melainkan kerja kelompok yang menunjukan
aspek kolektivitas. Tujuannya adalah memproduksi konten yang
berkualitas dengan tujuan mencari keuntungan.
Framing dapat digunakan untuk menyederhanakan peristiwa yang
panjang, lebar dan rumit.34
Misalnya ketika media cetak ingin
menyampaikan sebuah peristiwa, namun memiliki keterbatasan pada
kolom dan halaman serta pada media elektronik yang memiliki
33
Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa ( Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada 2012), h.52. 34
Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik di Media Massa: Sebuah Study
Critical Discourse Analysis, (Jakarta: Granit, 2004), h. 21
33
keterbatasan waktu. Pada saat itulah media tidak dapat menampilkan
peristiwa secara utuh sehingga framing dapat digunakan untuk
menyederhanakan peristiwa yang akan diberitakan.
Terdapat dua aspek dalam framing, yakni memilih fakta atau
realitas dan menuliskan fakta.35
Pertama, memilih fakta merupakan proses
dimana seorang wartawan melihat suatu peristiwa. Fakta dipilih
berdasarkan asumsi serta perspektif wartawan. Wartawan akan memilih
realitas mana yang akan diambil dan memilih angle tertentu. Dengan
pemilihan ini artinya terdapat aspek tertentu dari realitas yang tidak
diberitakan dan aspek tertentu justru ditonjolkan. Jika demikian, tentunya
pemahaman dan konstruksi realitas atas suatu peristiwa bisa jadi berbeda
antara satu media dengan media lain.
Kedua, menuliskan fakta atau realitas. proses ini merupakan
bagaimana cara wartawan menyajikan fakta yang telah dipilih dengan cara
penonjolan realitas. Bagaimana wartawan menekankan fakta tersebut
dalam bentuk kata, kalimat dan proposisi tertentu serata dengan bantuan
aksentuasi foto dan gambar. Selain itu fakta yang telah dipilih ditekankan
agar nampak lebih menonjol, misalnya dengan nempatkan sebagai
headline depan atau bagian belakang, pengulangan, pemakaian grafis
untuk mendukung dan meperkuat penonjolan, pemakaian lebel tentu untuk
mendeskripsikan orang atau peristiwa, asosiasi terhadap simbol budaya,
generalisasi, simplifikasi, dan pemakaian kata yang mencolok, gambar dan
sebagainya.
Pemilihan fakta dan penulisan fakta yang menggunakan kata,
kalimat atau foto itu merupakan hubungan memilih aspek tertentu dari
realitas. Aspek tertentu yang sengaja ditonjolkan tersebut akan
mendapatkan alokasi dan perhatian yang besar dibanding aspek lain.
Sehingga kemenonjolan tersebut, memiliki peluang besar untuk sebuah
berita diperhatikan, dianggap lebih bermakna dan akan lebih diingat oleh
khalayak.
35 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi Dan Politik Media.
(Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara, 2012), h.79.
34
2. Efek Framing
Framing berkaitan dengan dengan bagaimana realitas dibingkai
dan disajikan kepada khalayak. Sebuah realitas bisa jadi dibingkai dan
dimaknai secara berbeda oleh media. Bahkan pemaknaan itu bisa jadi akan
sangat berbeda.36
Salah satu efek framing yang paling mendasar adalah
realitas sosial yang kompleks, penuh dimensi dan tidak beraturan disajikan
dalam berita sebagai sesuatu yang sederhana, beraturan dan memenuhi
logika tertentu. Framing menyediakan alat bagaimana peristiwa dibentuk
dan dikemas dalam kategori yang dikenal oleh khalayak. Karena itu,
framing menolong khalayak untuk memproses informasi ke dalam
kategori yang dikenal, kata-kata kunci dan citra tertentu. Khalayak bukan
disediakan informasi yang rumit, melainkan informasi yang tinggal ambil,
kontekstual, berarti bagi dirinya dan dikenal dalam benak mereka.37
Framing umunya ditandai dengan menonjolkan aspek tertentu dari
realitas. Akibatnya pembaca lebih terfokus kepada aspek yang satu dan
aspek lainnya tidak mendapatkan perhatian yang memadai. Dalam
menyajikan berita, wartawan juga menampilkan sisi tertentu dan
melupakan sisi yang lain, hal ini menyebabkan adanya sisi lain yang tek
terlihat oleh pembaca yang mempengaruhi bagaimana realitas itu
dipahami. Kemudian berita seringkali memfokuskan pemberitaan pada
aktor dan melupakan aktor yang lain yang mungkin lebih penting dalam
pemberitaan tersebut. oleh karena itu, framing bisa membuat khalayak
digiring pada ingatan tertentu mengenai suatu peristiwa. Kemudian
Eriyanto dalam bukunya membagi efek framing menjadi dua, yaitu:38
1. Mobilisasi Masa
Dalam suatu peristiwa sosial, ada strategi bagaimana khalayak
mempunyai pandangan yang sama atas suatu isu. Kesamaan
pandangan ini ditandai dengan menciptakan masalah bersama,
musuh bersama, dan pahlawan bersama. Dengan persamaan itulah
36
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi Dan Politik Media.
(Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara, 2012), h. 165 37
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi Dan Politik Media.
(Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara, 2012), h. 166 38
Ibid, h. 169
35
khalayak bisa digerakkan dan dimobilisasi. Framing berguna untuk
menarik dukungan publik karena dapat membatasi kesadaran serta
persepsi publik atas suatu peristiwa. Maksudnya media hanya
menyediakan perspektif tertentu yang telah mereka pilih, kemudian
disajikan kepada khalayak sehingga mereka berkeyakinan bahwa
hanya perspektif. itulah yang dapat digunakan untuk memahami dan
mendefinisikan masalah. Media bisa secara tidak sadar melemparkan
kesalahan pada pihak lain.
2. Menggiring Khalayak Pada Ingatan Tertentu.
Individu bisa mengetahui peristiwa sosial dari pemberitaan media.
Pembingkaian realitas tertentu oleh media dapat berpengaruh pada
bagaimana individu menafsirkan peristiwa tersebut. Kemudian
secara aktif khalayak akan membentuk pemahaman dan perspektif
mereka atas suatu realitas.
Beberapa hal yang membuat berita mudah diingat adalah berita yang
dramtis dan diabadikan. Hal ini dapat sangat berpengaruh bagaimana
seorang melihat suatu peristiwa. Dalam hal ini G. Lawrence
menyebutnya sebagai ikon berita (news icon).39
Ikon dalam suatu
berita dapat didefinisikan sebagai simbol dan citra yang digambarkan
secara sempurna dan dramatis. Hal tersebut membentuk pola pikir
khalayak terhadap sesuatu yang dramatis dan sempurna yang dapat
meninggalkan kenangan yang kuat. Jika suatu ketika diberitakan
mengenai peristiwa yang serupa, maka khalayak akan kembali
mengingat pada pola pikir mereka yang dulu dibentuk oleh media.
3. Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki
Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis framing model
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Dalam pendekatan ini terdapat dua
konsepsi framing yang berkaitan, yakni konsep psikologi dan konsep
sosiologi. Konsep psikologi lebih menekankan pada bagaimana seseorang
memproses berita dalam dirinya. Sedangkan konsep sosiologis menekankan
39 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi Dan Politik Media.
(Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara, 2012), h. 178
36
pada bagaimana seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan
menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas di
luar dirinya.
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki membagi perangkat framing
kedalam empat struktur golongan besar yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan
retoris. Keempat dimensi struktural ini membentuk semacam tema yang
menghubungkan antara makna proposisi dalam wacana dengan kerangka
acuan wacana itu dalam dunia nyata. Melalui keempat struktur ini, dapat
dilihat bagaimana kecondongan wartawan dalam memahami suatu
peristiwa dan menginterpretasikan pemahamannya ke dalam bentuk berita.
Pendekatan- pendekatan tersebut dapat digambarkan dalam bentuk skema
sebagai berikut:40
Tabel 2.1
Skema Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki
STRUKTUR PERANGKAT
FRAMING
UNIT YANG DIAMATI
Sintaksis
Cara Wartawan
Menyusun Fakta
Skema Berita
Headline, lead, latar
indormasi, kutipan,
sumber, pernyataan,
penurup.
Skrip
Cara Wartawan
Mengisahkan Fakta
Kelengkapan Berita 5W+1H
Tematik
Cara Wartawan
Menulis Fakta
Detail
Koherensi
Bentuk Kalimat
Kata Ganti
Paragraf, Proporsisi
kalimat, hungan
antarkalimat
40
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi Dan Politik Media.
(Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara, 2012), h. 295
37
Retoris
Cara Wartawan
Menekankan Fakta
Lekison
Grafis
Metafora
Kata, idiom, gambar/foto,
grafik
Perangkat framing pada tabel diatas terdiri dari empat elemen.
Pertama, struktur Sintaksis berkaitan dengan bagaimana wartawan
menyusun skema teratur terhadap sebuah peristiwa dalam bentuk teks
berita. Kedua, Skrip berkaitan dengan bagaimana wartawan mengisahkan
peristiwa dengan pola yang lengkap dalam bentuk teks berita. Ketiga,
struktur tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan
mengungkapkan fakta melalui tulisannya kedalam prosisi, kalimat, atau
hubungan antar kalimat, yang membentuk teks berita secara keseluruhan.
Keempat, struktur retoris berhubungan dengan bagaimana wartawan
menekankan arti tertentu yang ingin ditonjolkan dalam berita.
a. Sintaksis
Secara umum pengertian sintaksis adalah susunan kata atau frase
dalam kalimat. Sintaksis berhubungan dengan bagaimana wartawan
menyusun peristiwa kedalam susunan kisah berita. Dalam wacana
berita, sintaksis merujuk pada pengertian susunan dan bagian berita
seperti headline, lead, latar informasi, sumber, penutup yang terdapat
dalam satu kesatuan teks berita secara keseluruhan.41
Struktur sintaksis yang paling populer dalam teks berita ialah
bentuk piramida terbalik, yaitu bagian yang atas ditampilkan lebih
penting dibanding dengan bagian bawahnya. Selain itu struktur
piramida terbalik ini mengacu pada pengorganisasian bagian-bagian
struktur yang runtut, seperti headline (judul utama), lead (kepala berita
atau penduhuluan), episode (runtutan cerita), background (latar
belakang), dan ending or conclusion (penutup atau kesipulan).
Headline merupakan aspek sintaksis yang menunjukan tingkat
kemenonjolan dan kecenderungan berita. Pembaca cenderung
41
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi Dan Politik Media.
(Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara, 2012), h. 296.
38
mengingat headline ketimbang bagian berita. Headline mempengaruhi
bagaimana kisah dimengerti untuk kemudian digunakan dalam
membuat pengertian isu dan peristiwa sebagaimana media paparkan.42
Headline biasanya menjadi pusat perhatian pembaca sebelum bagian
berita lainnnya, oleh sebab itu kemasan dan variasi dari headline
dibutuhkan untuk lebih menarik bagi pembaca.
Elemen sintaksis selanjutnya adalah lead. Pada umumnya lead
menunjukan sudut pandang dari berita serta menunjukan perspektif
tertentu dari peristiwa yang diberitakan. Lead yang disebut juga teras
atau intro dalam berita ialah sebuah kalimat atau sejumlah kalimat
pertama pada sebuah berita yang dimaksudkan untuk menarik minat
agar khlayak mengikuti berita tersebut. Lead juga dimaksudkan untuk
membuat jalan supaya alur berita tersusun dan untuk menekankan arti
berita.43
Lead berita terbagi menjadi beberapa macam. Pada berita yang
ditulis dengan cara piramida terbalik lead terbagi menjadi dua macam.
Pertama, formal lead yaitu lead yang mengandung unsur (5W+1H).
Kedua, informal lead yaitu lead yang hanya mengandung sebagian
unsur berita.
Selain headline dan lead ada pula aspek sintaksis lain yakni
latar atau latar belakang dari sebuah peristiwa. Melalui latar yang
dipilih akan menentukan ke arah mana pandangan khalayak akan
dibawa. Kenampakan latar biasanya berada pada awal bagian berita
sebelum pendapat wartawan yang sebenarnya muncul. Hal ini
memberikan kesan bahwa pendapat wartawan dalam berita nantinya
bukanlah pandangan subjektif dari wartawan, namun padangannya
sangat beralasan. Melalui latar dapat diketahui bagaimana wartawan
memberi pemaknaan atas suatu peristiwa.
Kemudian yang termasuk dalam struktur sintaksis ialah
pengutipan sumber berita. Bagian ini dalam penulisan berita
42
Ibid, h. 297. 43
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Ciputat: Kalam Indonesia, Desember
2005), h.97-98
39
dimaksudkan untuk membangun objektivitas. Pengutipan sumber
berita juga bertujuan untuk memberikan penekanan bahwa apa yang
ditulis oleh wartawan bukanlah pendapat wartawan melainkan
pendapat dari orang yang mempunyai otoritas tertentu.44
Pengutipan
sumber ini menjadi prangkat framing atas tiga hal. Pertama,
mengklaim validitas atau kebenaran dari pernyataan yang dibuat
dengan mandasarkan diri pada klaim otoritas akademik. Kedua,
menghubungkan poin tertentu dari pandangannya kepada pejabat yang
berwenang. Ketiga, mengecilkan pendapat atau pandangan tertentu
yang dihubungkan dengan kutipan atau pandangan mayoritas sehingga
pandangan tersebut tampak sebagai menyimpang.45
c. Skrip
Skrip merupakan salah satu strategi wartawan dalam mengemas
berita. bagaimana sebuah peristiwa dipahami dengan cara menyusun
bagian tertentu. Dalam struktur framing skrip, laporan berita sering
disusun dalam bentuk cerita. Hal ini karena dua hal. Pertama, banyak
laporan berita yang berusaha menunujukan hubungan, peristiwa yang
ditulis merupakan kelanjutan dari peristiwa sebelumnya. Kedua, berita
umumnya berorientasi menghubungkan teks yang ditulis dengan
lingkungan pembaca.
Bentuk umum dari struktur skrip adalah pola 5W+1H, who, what,
when, where, why dan how.46
Unsur kelengkapan pola 5W+1H
merupakan penanda framing yang penting. Meski pola ini tidak selalu
dijumpai dalam setiap berita yang ditampilkan, kategori informasi ini
yang diharapkan diambil oleh wartawan untuk dilaporkan.
d. Tematik
Struktur tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan
mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi,
kalimat atau hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara
44 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi Dan Politik Media.
(Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara, 2012), h. 298. 45
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi Dan Politik Media.
(Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara, 2012), h.298-299. 46
Ibid., h.299
40
keseluruhan.47
Struktur tematik melihat bagaimana fakta tersebut
ditulis, bagaimana kalimat yang digunakan, bagaimana menempatkan
dan menulis sumber ke dalam teks berita secara keseluruhan. Terdapat
beberapa elemen dalam perangkat tematik, yaitu detail, koherensi,
bentuk kalimat, dan kata ganti.
Koherensi ialah pertalian atau jalinan antarkata, proposisi atau
kalimat.48
Koherensi berfungsi untuk menggabungkan dua kalimat atau
dua proposisi dari fakta yang berbeda, sehingga kedua fakta tersebut
tampak memiliki kaitan (berhubungan). sederhananya, koherensi
memberikan kesan kepada khlayak bagaimana dua fakta diabstraksikan
dan dihubungkan.
Terdapat beberapa jenis koherensi; pertama, koherensi sebab-
akibat. Kalimat atau proposisi satu dipandang sebagai akibat atau
sebab dari proposisi lain. Contoh kata penghubungnya ialah
“mengakibatkan” atau “menyebabkan”. Kedua, koherensi penjelas.
Kalimat atau proposisi yang satu sabagai penjelas dari proposisi lain.
Koherensi penjelas ini ditandai dengan kata “dan”, “lalu”, atau “yang”.
Ketiga, koherensi pembeda. Proposisi atau kalimat satu dipandang
sebagai lawan dari proposisi atau kalimat lain. Koherensi pembeda ini
ditandai dengan kata hubung “dibandingkan” atau “sedangkan”.
Kemudian elemen kedua dari tematik adalah detail. Detail
berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan wartawan.49
Melalui elemen detail dapat diketahui bagaimana wartawan
mengekspresikan sikapnya secara tersembunyi dan akan nampak
seberapa besar ruang yang disediakan wartawan untuk menguraikan
aspek tertentu dari pemberitaan. Detail dapat diketahui dengan melihat
keseluruhan dimensi peristiwa, bagian mana yang diuraikan secara
panjang lebar dan bagian mana yang diuraikan dengan detail sedikit.
47
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung. PT Remaja Rosdakarya, 2006) h. 176 48 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi Dan Politik Media.
(Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara, 2012), h. 302. 49
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT.
LKIS Pelangi Aksara, 2011), h. 238.
41
Mengapa wartawan lebih memilih menguraikan dimensi tertentu dan
bukan dimensi lain? Apa efek dari penguraian detail itu terhadap
seseorang atau kelompok atau gagasan yang diberitakan oleh
wartawan.50
Elemen tematik selanjutnya adalah Bentuk kalimat. Hal ini dapat
menentukan apakah subjek dieksperesikan secara implisit atau eksplisit
dalam teks. Penempatan kalimat diawal atau diakhir dapat
mempengaruhi makna yang timbul karena akan menunjukan bagian
mana yang lebih ditonjolkan kepada khalayak. Bentuk kalimat dapat
pula diamati dalam teks berita dari bentuk kalimat yang digunakan.
Apakah berita tersebut menggunakan bentuk deduktif atau induktif.
Kalimat deduktif ialah kalimat yang inti kalimatnya (umum) berada
diawal kalimat dan kemudian kalimat khusus. Sedangkan kalimat
induktif sebaliknya, dimana kalimat khusus diletakan diawal, dan inti
kalimat diletakkan di akhir. Dalam bentuk kalimat deduktif,
penonjolan terhadap aspek tertentu lebih terlihat sementara dalam
bentuk induktif inti kalimat nampak samar dan tersembunyi, karena
diletakan diakhir kalimat.51
Kemudian elemen terakhir dari tematik adalah kata ganti. Kata
ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk
menunjukan dimana posisi seseorang dalam wacana. Misal dalam
pemakaian kata ganti “kita” atau “kami” mempunyai gambaran
menumbuhkan solidaritas, aliansi, perhatian publik, serta mengurangi
kritik dan oposisi hanya kepada diri sendiri. Selain itu kata ganti
“kami” menandakan batas antara komunikator dan khalayak dengan
sengaja dihilangkan untuk menunjukan apa yang menjadi sikap
komunikator juga menjadi sikap khalayak. Berbeda jika menggunakan
kata “saya” atau “kita”, seolah menunjukan sikap tersebut merupakan
sikap resmi komunikator semata-mata. Begitupun dengan kata ganti
“kami” dan “mereka” justru menciptakan jarak dan memisahkan antara
50
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT.
LKIS Pelangi Aksara, 2011), h. 238. 51
Ibid, 252.
42
pihak “kami” dan “mereka”. Untuk yang dianggap sependapat dengan
wartawan maka digunakan kata ganti “kami”, tetapi bagi yang tidak
sependapat digunakan kata ganti “mereka”.52
Kata ganti merupakan
elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu
komunitas inmajinatif.53
e. Retoris
Struktur retoris berhubungan dengan bagaimana wartawan
menekankan arti tertentu kedalam berita.54
Struktur retoris dari wacana
berita menggambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh
wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan oleh
wartawan.
Wartawan menggunakan perangkat retoris untuk membuat citra,
meningkatkan kemenonjolan pada sisi tertentu dan meningkatkan
gambaran yang diinginkan dari suatu berita. Struktur retoris dari
wacana berita juga menunjukan kecenderungan bahwa apa yang
disampaikan tersebut adalah suatu fakta dan kebenaran bukan sekedar
persuasi.55
Terdapat beberapa elemen dari struktur retoris yang dipakai oleh
wartawan. Elemen tersebut ialah elemen leksikon, grafis dan metafora.
Leksikon merupakan elemen terpenting, leksikon melihat pada
pemilihan dan penggunaan kata-kata tertentu untuk menandai atau
menggambarkan peristiwa. Suatu fakta umumnya terdiri atas beberapa
kata yang memiliki sinonim kata. Diantara beberapa sinonim kata
tersebut, komunikator bebas memilih kata mana yang akan digunakan.
Namun, pilihan kata yang digunakan tidak semata-mata hanya sebuah
kebetulan, tetapi juga secara ideologis menunjukan bagaimana
52
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT.
LKIS Pelangi Aksara, 2011), h. 253-254 53
Ibid, h. 254. 54 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung. PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.
176. 55
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT.
LKIS Pelangi Aksara, 2011), h. 304
43
pemaknaan seseorang terhadap realitas.56
Bahkan tak jarang apabila
suatu peristiwa yang terjadi mengenai keburukan komunikator,
penggunaan kata yang dipilih akan nampak lebih halus dengan
menggunakan kosakata yang dihaluskan (eufemisme). Pilihan kata
tersebut menunjukan sikap dan ideologi tertentu.
Elemen kedua dari retoris ialah grafis. Selain lewat kata,
penekanan pesan dalam berita juga dapat dilakukan dengan
menggunakan unsur grafis. Grafis biasanya muncul lewat bagian
tulisan yang dibuat berdeda dibandingkan tulisan lain. Pemakaian
huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat
dengan ukuran yang lebih besar.Termasuk di dalamnya adalah
pemakaian caption, raster, grafik, foto, gambar, atau tabel untuk
mendukung arti penting suatu pesan. Bagian-bagian yang ditonjolkan
ini menekankan kepada khalayak pentingnya bagian tersebut. Bagian
yang dicetak berbeda tersebut adalah bagian yang dianggap penting
oleh komunikator, dimana ia menghendaki khlalayak menaruh
perhatian lebih pada bagian tersebut. Elemen grafik memeberikan efek
kognitif, ia mengontrol perhatian dan ketertarikan secara intensif dan
menunjukan apakah suatu informasi itu dianggap penting dan menarik
sehingga harus dipusatkan atau difokuskan.57
Elemen retoris yang terakhir ialah metafora. Dalam suatu
wacana berita, wartawan tidak hanya menyampaikan pesan pokok
lewat teks, tetapi juga kiasan, ungkapan, metafora yang dimaksudkan
sebagai bumbu pelengkap dari suatu berita. Akan tetapi, pemakaian
metafora tertentu bisa jadi menjadi petunjuk utama untuk mengerti
makna suatu teks.
56
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT.
LKIS Pelangi Aksara, 2011), h.305. 57
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT.
LKIS Pelangi Aksara, 2011), h.306.
44
E. Tenaga Kerja Asing
a. Definisi Tenaga Kerja Asing
Istilah Tenaga Kerja Asing (TKA) sudah menjadi fenomena yang
lumrah. Dilihat dari perkembangannya, latar belakang digunakannya TKA
di Indonesia mengalami perubahan sesuai zamannya. Ketika Belanda
membuka perkebunan besar di beberapa daerah di Indonesia, seperti
Sumatera Timur, alasan kelangkaan sumberdaya manusia sebagai
pekerja/buruh yang mendorong pemerintah belanda ketika itu
mendatangkan pekerja asing dari negara lain. Kini dengan semakin
berkembangnya IPTEK maka alasan kebutuhan akan tenaga kerja yang
memiliki keahlian dalam bidang tertentu menjadi alasan utama digunakan
TKA.
Tenaga Kerja asing adalah tiap orang bukan warga negara
Indonesia yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun
maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan barang atau jasa untuk
memenuhui kebutuhan masyarakat.58
Sedangkan pengertian Tenaga Kerja
Asing ditinjau dari segi Undang-Undang pada pasal 1 angka 13 UU No. 13
Tahun 2013 tentang Ketenagakerjan dijelaskan bahwa Tenaga Kerja Asing
adalah warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di
wilayah Indonesia.
Menurut Budiono ada beberapa tujuan penempatan TKA di
Indonesia yaitu:59
a. Memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil dan profesional pada
bidang-bidang tertentu yang belum dapat diisi oleh Tenaga Kerja
Indonesia (TKI).
b. Mempercepat proses pembangunan nasional dengan jalan
mempercepat proses alih teknologi atau ilmu pengetahuan,
terutama dibidang industri.
58
Abdul Khakim, Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Bandung:
Citra Aditya Bakti, 2009), h.27 59
Budiono, Abdul Rachmat, Hukum Perburuhan di Indonesia, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 115
45
c. Memberikan perluasan kesempatan kerja bagi Tenaga Kerja
Indonesia (TKI)
d. Meningkatkan investasi asing sebagai penunjang modal
pembanguna di Indonesia.
Mengenai penggunaan tenaga kerja asing dalam Undang-Undang
Ketenagakerjaan diatur dalam pasal 42 hingga pasal 49. Pasal 42 intinya
menyatakan bahwa setiap pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga kerja
asing wajib memiliki izin tertulis dari menteri atau penjabat yang ditunjuk.
Pemberi kerja orang perseorangan dilarang memperkerjakan tenaga kerja
asing dan tenaga kerja asing tersebut dapat dipekerjakan di Indonesia hanya
dalam hubungan kerja untuk jabatan tertentu dan waktu tertentu.9
Pihak dalam hukum ketenagakerjaan sangat luas, yaitu tidak hanya
pengusaha dan pekerja/ buruh saja tetapi juga pihak-pihak lain yang terkait.
Luasnya para pihak ini karena masing-masing pihak yang terkait dalam
hubungan industrial saling berinteraksi sesuai dengan posisinya dalam
mengahasilkan barang dan/jasa. Para pihak dalam hukum ketenagakerjaan
tersebut adalah pekerja/buruh, pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh,
organisasi pengusaha, dan pemerintah/penguasa.
b. Landasan Pengaturan TKA
Peraturan-peraturan sebagai landasan hukum penggunaan TKA,
antara lain:
1. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya
menyangkut BAB VIII Tentang Penggunaan TKA;
2. UU No. 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Bukan Pajak (PNBP
3. Peraturan Pemerintah No. 92 Tahun 2000 tentang Tarif Atas Jenis
Penerimaan Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Tenaga
Kerja dan Transmigrasi.
4. Keputusan Presiden No. 75 Tahun 1995 tentang Penggunaan
Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang.
5. Kepmenakertrans No. 223/Men/2003 tentang Jabatan-Jabatan di
Lembaga Pendidikan yang Dikecualikan dari Kewajiban
Membayar Kompensasi;
46
6. Kepmenakertrans No. 228/Men/2003 tentang cara pengesahan
Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA
7. Kepmenakertrans No. 20/Men/III/2004 tentang Tata Cara
Memperoleh Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing.
8. Kepmenakertrans No. 21/Men/IV2004 tentang Penggunaan
Tenaga Kerja Asing Sebagai Pemandu Nyanyi.
9. Permenakertrans No. 07/MEN/III/2006 juncto No. 15/MEN/2006
tentang Penyederhanaan Prosedur Penerbitan Izin
Mempekerjakan TKA.
10. Permenakertrans No. 02/Men/XII/2004 Tentang Pelaksanaan
Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Bagi Tenaga Kerja Asing.
c. Pengaturan TKA Pada Perpres Nomor 20 Tahun 2018
Perpres TKA Nomor 20 Tahun 2018 disahkan dan ditandatangani
Presiden Joko Widodo pada 26 Maret 2018. Perpres ini secara otomatis
menggantikan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2014 yang dibuat di
era Presiden SBY yang berisi tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing
serta Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja Pendamping
yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku berdasarkan Pasal 38 huruf a
Perpres TKA. Namun pengesahan kebijakan tersebut menuai kontroversi
di masyarakat. Beberapa substansi Perpres TKA yang dianggap
mengundang kontroversi yaitu:
1. Pasal 9 Perpres TKA
Dalam pasal tersebut menyatakan pengesahan bahwa RPTKA
merupakan izin untuk mempekerjakan TKA. Ketentuan ini
dipandang Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Pekerja Tekstil
Sandang Kulit Indra Munaswar, bertentangan dengan Pasal 43 ayat
(1) UU Ketenagakerjaan dan penjelasannya. Pasal 43 ayat (1)
menyatakan bahwa pemberi kerja TKA harus memiliki RPTKA
yang disahkan oleh menteri atau pejabat yang ditunjuk. Dalam
47
penjelasannya RPTKA merupakan persyaratan untuk mendapatkan
izin kerja TKA.60
Dengan adanya Pasal 9 Perpres TKA berarti pengesahan
RPTKA merupakan izin memperkerjakan TKA. Adapun dalam UU
Ketenagakerjaan, izin mempekerjakan TKA dan RPTKA diatur
dalam pasal yang berbeda. Izin mempekerjakan TKA diatur dalam
Pasal 42 ayat (1) UU Ketenagakerjaan, sedangkan RPTKA diatur
dalam Pasal 43 ayat (1) UU Ketenagakerjaan.
Artinya, pengesahan RPTKA bukan merupakan izin untuk
memperkerjakan TKA. Dalam hal ini, substansi dalam Pasal 9
Perpres TKA seharusnya bukan dalam bentuk Peraturan Presiden,
namun harus dituangkan dalam bentuk perubahan Pasal 42 ayat (1)
dan Pasal 43 ayat (1) UU Ketenagakerjaan.
2. Pasal 10 ayat (1) Perpres TKA
Dalam pasal tersebut menyatakanbahwa pemberi kerja
TKA tidak wajib memiliki RPTKA untuk mempekerjakan TKA
yang merupakan direksi atau anggota dewan komisaris pada
Pemberi Kerja TKA; pegawai diplomatik dan konsuler pada kantor
perwakilan negara asing; dan TKA yang dibutuhkan oleh
pemerintah. Pengecualian ini tidak sesuai Pasal 43 ayat (3) UU
Ketenagakerjaan yang mengatur pengecualian hanya bagi instansi
pemerintah, badan-badan internasional, dan perwakilan negara
asing. Pasal 10 ayat (1) Perpres TKA memperluas pengecualian
dalam UU Ketenagakerjaan dan mengatur norma baru yang belum
diatur dalam UU Ketenagakerjaan. Perpres TKA seharusnya
merupakan peraturan pelaksanaan dari UU Ketenagakerjaan dan
bukan membuat norma baru. Dalam hal ini, perluasan pengecualian
tersebut seharusnya diatur dalam bentuk perubahan UU
Ketenagakerjaan, bukan dalam Peraturan Presiden.
60
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/04/30/103600226/pro-kontra-perpres-
tenaga-kerja-asing
48
3. Pasal 19 Perpres TKA
Pasal tersebut menyatakan bahwa pejabat imigrasi pada
Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri memberikan Vitas
paling lama 2 (dua) hari sejak permohonan diterima secara
lengkap. Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI)
Said Iqbal menilai proses pemberian Vitas selama dua hari sebagai
pelonggaran bagi pekerja asing untuk bekerja di Indonesia.61
4. Pasal 26 Perpres TKA
Dalam pasal tersebut mengatur bahwa setiap pemberi kerja
TKA wajib menunjuk tenaga kerja Indonesia sebagai tenaga kerja
pendamping; melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga
kerja Indonesia sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki
oleh TKA; dan memfasilitasi pendidikan dan pelatihan Bahasa
Indonesia kepada TKA. Menurut Said Iqbal, ketentuan tersebut
tidak mencantumkan secara tegas kewajiban TKA untuk
melakukan transfer of job dan transfer of knowledge TKI.
Ketentuan tersebut tidak menyebutkan jumlah tenaga kerja
Indonesia yang harus mendampingi TKA dan diberi pelatihan oleh
pemberi kerja TKA.62
Berikut pemaparan lengkap mengenai
perbedaan Perpres TKA Nomor 72 Tahun 2014 dan Perpres No 20
Tahun 2018
F. Kajian Pustaka
Dalam penyusunan skripsi penulis melakukan tinjauan pustaka di
untuk dijadikan referensi penelitian yang mendukung dan menjadi acuan
penulisan skripsi ini. Analisis yang penulis gunakan merujuk pada
penelitian-penelitian terdahulu dan buku-buku yang membahas tentang
analisis framing, khususnya framing Zhongdang Pan dan Gerald M.
Kosicki. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kesamaan dan
61
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180502071142-12-295009/bedah-
pasal-kontroversi-perpres-jokowi-soal-tka 62
ibid
49
plagiat. Beberapa Skripsi mengenai analisis framing yang menjadi acuan
diantaranya yaitu:
1. Penelitian dari Aji Sasongko (NIM 1110051100094), Kosentrasi
Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2015 dengan skripsi berjudul Bingkai
Pemberitaan Penyergapan Terorisme Ciputat: Studi Komparasi
Berita Di Liputan6.Com Dan Tempo.Co.
Skripsi ini membahas tentang pemberitaan penyergapan teroris
yang terjadi di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Penelitian
menggunakan model analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M.
Kosicki. Dengan menggunakan empat dimensi struktural teks berita
sebagai perangkat framing, keempat struktur tersebut adalah sintaksis,
skrip, tematik, dan retoris.
Hasil penelitian ini adalah ditemukannya perbedaan antara
Liputan6.com dan Tempo.co dalam membingkai pemberitaan
penyergapan terorisme Ciputat. Pada pemberitaanya Liputan6.com
menekankan pemberitaan mengenai kinerja Polri pada penggerebekkan
teroris Ciputat harus diapresiasi dan sudah sesuai prosedur. Pada
pemberitaan ini, Liputan6.com dikuatkan dengan pernyataan Wakil
Ketua DPR Priyo Budi Santoso dan Kapolri Jenderal Sutarman.
Sedangkan Tempo.co menekankan mengenai kritikan terhadap kinerja
Polri pada penggerebekkan tersebut. Pada pemberitaan ini, Tempo.co
dikuatkan dengan pernyataan Wakil Ketua Komisi Pertahanan DPR
Tubagus Hasanudin dan Pengamat Kontraterorisme Harits Abu Ulya.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan penulis
lakukan terletak pada pisau analisis yang digunakan yaitu analisis
framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Meski menggunakan
pisau analisis yang sama namun subjek dan objek yang digunakan
berbeda.
2. Penelitian dari Muhammad Rifat Syauqi (NIM 107051002468),
Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015 dengan skripsi
50
berjudul Anslisis Framing Pemberitaan Satu Tahun SBY Boediono
di Harian Media Indonesia.
Penelitian ini membahas tentang pemberitaan rekam jejak
pemerintahan SBY Boediono selama setahun di Harian Media
Indonesia. Dalam penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori
ekonomi politik namun hanya komodifikasi saja. Adapun metodologi
yang dipakai adalah metode kualitatif, dengan pendekatan analisis
framing model Zongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Hasil penelitian
ini menunjukan semua berita di Media Indonesia terkait satu tahun
pemerintahan SBY Budiono lebih menekankan kepada evaluasi selama
satu tahun pemerintahan yang dipimpin SBY dan Budiono. Terlihat
dari berita yang disajikan, terdapat angka merah terhadap kinerja dari
pemerintahan yakni di bidang hubungan internasional, kinerja
ekonomi, kinerja hukum, dan kinerja politik dan kemungkinan adanya
reshuffle. Bahasa jurnalistik dan pesan dakwah terhadap pemerintahan
SBY di Media Indonesia masih terdapat kata-kata yang tidak sesuai
dengan kaidah bahasa jurnalistik yakni tidak tunduk kepada etika
seperti kata “mendepak” dan “penggulingan” dan secara dakwah, kata
– kata tersebut tidak sesuai dengan qoulan karimah atau perkataan
yang mulia apalagi ini berita tentang seorang pemimpin di sebuah
Negara.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan penulis
lakukan terletak pada pisau analisis yang digunakan yaitu analisis
framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Meski menggunakan
pisau analisis yang sama namun objek yang digunakan berbeda.
3. Penelitian Yusuf Nurdian (NIM 108051100068) Konsentrasi
Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2013 dengan skripsi berjudul: Analisis Framing
Pemberitaan Pelecehan Seksual Di Taman Kanak- Kanak Jakarta
International School (JIS) Pada Surat Kabar Media Indonesia.
Penelitian ini membahas tentang kasus pelecehan seksual yang
terjadi di taman kanak-kanak Jakarta International School (JIS)
51
menjadi bahan sorotan seluruh masyarakat Indonesia. Kasus pelecehan
seksual tersebut telah menelan lebih dari satu korban, ditambah lagi
kasus tersebut terjadi di tempat yang seharusnya steril dari tindakan
pelecehan seksual dan bisa dibilang lingkungan kedua bagi anak,
selain lingkungan keluarga. Penelitian ini menggunakan paradigma
penelitian konstruktivis dengan analisis data kualitatif dan jenis
metode penelitian yang digunakan ialah analisis framing model
Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki. Hasil penelitian menunjukan
bahwa Media Indonesia lebih cenderung membela pihak korban
kekerasan JIS serta berisi saran untuk pemerintah, khususnya
Kemendikbud dan pihak kepolisian untuk menanggapi dengan tegas
kasus pelecehan seksual tersebut dengan segera menutup TK JIS dan
menindak tegas pelaku sesuai dengan hukum yang berlaku, agar kasus
yang sama tidak terulang kembali dikemudian hari.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan penulis
lakukan terletak pada pisau analisis yang digunakan yaitu analisis
framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Meski menggunakan
pisau analisis yang sama namun objek dan subjek yang digunakan
berbeda.
4. Penelitian Panji Febrian Nugraha (NIM 1112051000039), Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016 dengan skripsi
berjudul Konstruksi Realitas Sosial Kasus Tewasnya Terduga
Teroris di Media Online (Analisis Framing Berita Siyono di
Kompas.com).
Penelitian ini membahas tentang kasus tewasnya terduga teroris
Siyono yang diduga akibat kekerasan yang dilakukan oleh Densus 88.
Kontroversi kematian Siyono semakin berkembang dan menjadi
polemik setelah PP Muhammadiyah dan Komnas HAM mengeluarkan
rilis hasil otopsi ulang Siyono yang berbeda dengan rilis Polri terkait
penyebab kematian Siyono.. Analasis pada penelitian ini, dilakukan
dengan cara menelaah lima buah berita di Kompas.com terkait berita
52
tewasnya terduga teroris Siyono dilihat dari perangkat framing
Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki yang memiliki empat elemen
struktural yakni: Sintaksis, Skrip, Tematik, dan Retoris. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa Kompas.com dalam membingkai
berita terkait tewasnya terduga teroris Siyono ini, lebih menonjolkan
fakta kesalahan Polri terkait hasil pemeriksaan penyebab kematian
yang dinilai di bawah standar dan berbeda dengan hasil otopsi yang
dilakukan oleh PP Muhammadiyah dan Komnas HAM. Selain itu,
pemberitaan Kompas.com juga cenderung menyudutkan tindakan
Densus 88 dan Polri dan meminta evaluasi serta pengawasan terhadap
Densus 88 oleh Polri.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan penulis
lakukan terletak pada pisau analisis yang digunakan yaitu analisis
framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Meski menggunakan
pisau analisis yang sama namun objek dan subjek yang digunakan
berbeda.
5. Listia Guntari, (NIM : 1111051000027), Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016 dengan skripsi berjudul Analisis
Framing Pemberitaan di Republika Online tentang Penolakan
Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) pasca
pelegalan pernikahan sesama jenis di Amerika Serikat.
Penelitian ini membahas tentang pemberitaan Disahkannya
pernikahan sesama jenis di Amerika Serikat yang dinilai semakin
menguatkan gerakan-gerakan persamaan hak lesbian, gay, biseksual,
dan transgender (LGBT). Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, dengan metode penelitian
framing Robert N. Entman dan memakai paradigma konstruktivisme.
Hasil Penelitian ini menyimpulkan bahwa Republika Online dalam
membingkai pemberitaan mengenai penolakan LGBT pasca pelegalan
pernikahan sesama jenis di Amerika Serikat bahwa Republika Online
mengidentifikasi mengenai pelegalan pernikahan sesama jenis yang
53
ada di Amerika Serikat itu sebagai arus besar yang akan masuk ke
Indonesia, peneybab masalahnya yaitu karena sudah muncul di public
internasional dan sudah sampai ke indonesia, nilai moralnya adalah
indonesia berdasarkan ketuhanan yang maha esa dimana setiap warga
negara harus melaksanakan ajaran agamanya. Kemudian solusinya
adalah untuk mencoba membuka mata para perilaku LGBT bahwa
mereka masih bisa disembuhkan.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan penulis
lakukan terletak pada subjek media yang diteliti yaitu Republika
Online. Meski menggunakan subjek yang sama namun subjek
penelitian dan pisau analisis yang digunakan berbeda.
G. Kerangka Berfikir
Bagan diatas menggambarkan bahwa penelitian ini menggunakan
analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki dengan
objek penelitian yaitu berita mengenai polemik pengesahan Peraturan
Presiden Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing
Berita mengenai polemik pengesahan Peraturan Presiden Nomor 20
Tahun 2018 tentang Penggunaan Tenaga Kerja pada Detik.com dan
Republika Online edisi April 2018
Hasil Analisis:
Pembingkaian berita polemik pengesahan Peraturan Presiden
Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing
yang dikonstruksi oleh Detik.com dan Republika Online
Analisis framing model Zhongdang Pan
dan Gerald M.Kosicki
Mendeskripsikan bagaimana Detik.com dan Republika Online
membingkai pemberitaan polemik pengesahan Peraturan Presiden
Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing
menggunakan struktur sintaksis, skrip, tematik dan retoris.
54
pada Detik.com dan Republika Online edisi April 2018. Dari
pembingkaian berita tersebut maka akan ditemukan frame yang dibangun
dalam pemberitaan pengesahan Perpres TKA.
55
BAB III
GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
A. Detik.com
1. Sejarah Singkat
Detik.com merupakan portal berita online dibawah naungan
perusahan PT. Agracom (Agranet Multicitra Sibercom) yang berdiri
pada tahun 1995. Pada awalnya perusahaan ini bergerak dibidang
penyedia jasa konsultasi, pengembangan dan pengelolaan website.
Semenjak krisis moneter pada 1997, PT Agracom melemah sehingga
para pendiri perusahaan memutuskan untuk mencari cara untuk
membuat bisnis yang bisa bertahan dalam situasi krisis.
Pendiri Agracom yakni Budiono Darson (mantan wartawan
Detik), Yayan Sopyan (mantan waratwan Detik) Abdul Rahman
(mantan wartwan Tempo) akhirnya sepekat untuk mendirikan situs
berita online. Media online dirasa sangat dibutuhkan karena melihat
kebutuhan masyarakat akan informasi yang semakin banyak. Pada saat
itu Detik.com bukanlah media online satu-satunya karena sebelumnya
sudah ada media online seperti Republika.co.id, Kompas.co.id dan
Tempo yang merupakan perpindahan versi cetak ke online. Para
pendiri Detik.com pada saat itu berkeinginan untuk mendirikan media
online yang bersifat breakingnews dan selalu update. Sehingga
Detik.com tidak lagi menggunakan karakteristik media cetak harian,
mingguan dan bulanan, namun per detik.
Akhirnya media online Detik.com resmi diluncurkan pada 9
Juli 1998 yang pada saat itu lebih fokus pada peliputan seputar politik,
ekonomi dan teknologi informasi. Kemudian pada saat kondisi politik
mereda dan perekonomian mulai membaik Detik.com memutuskan
untuk melampirkan berita hiburan dan olahraga. Kemudian Detik.com
terus berkembang menjadi situs berita digital populer dikalangan
pengguna internet di Indonesia. 1
1 Sejarah berdirinya detik.com, http://digilib.unila.ac.id/247/11/BAB%20IV.pdf
(diakses pada 2 Desember 2018, pukul 13.35)
56
Pada 3 Juli 2011 Pemilik C.T Corp, Chairul Tanjung
Mengakuisisi Detik.com dengan nilai US$60 juta atau Rp 521-540
miliar. Setelah diambil alih, maka selanjutnya jajaran direksi akan diisi
oleh pihak-pihak dari Trans Corp — sebagai perpanjangan tangan CT
Corp di ranah media.
2. Visi dan Misi
a. Visi
Menjadi tujuan utama orang Indonesia untuk mendapatkan
konten dan layanan digital, baik melalui internet maupun selular/
mobile.
b. Misi
a. Memiliki komitmen tinggi untuk memberikan kepuasan kepada
pelanggan.
b. Memberikan kesejahteraan kepada karyawan dan menjadi
tempat yang baik untuk berkarier.
c. Memberikan hasil optimal yang berkesinambungan bagi
pemegang saham. 2
3. Struktur
Direktur Konten : Alfito Deannova
Dewan Redaksi : Alfito Deannova, Ardhi Suryadhi, Elvan
Dany, Sutrisno, Odillia Winneke, Sudrajat,
Fajar Pratama, Fakih Fahmi
Pemimpin Redaksi/
Penanggung Jawab : Alfito Deannova
Wakil Pemimpin
Redaksi : Ardhi Suryadhi, Elvan Dany Sutrisno
Kepala Peliputan : Herianto Batubara (Jakarta)
Andi Saputra (Daerah dan Luar Negeri).
2 Dokumen resmi Detik.com.
57
B. Republika Online
1. Profil Singkat
Kehadiran Republika diawali sebagai media massa cetak berupa
koran nasional yang dilahirkan oleh kalangan Komunitas Muslim bagi
publik di Indonesia. Republika terbit perdana pada 4 Januari 1993.
Terbitnya Republika diperoleh atas upaya-upaya Ikatan Cendekiawan
Muslim se-Indonesia (ICMI) yang sukses menembus pembatasan ketat
pemerintah untuk izin penerbitan pada saat itu. Setelah kiprah politik ICMI
surut, kini sebagian besar saham Republika dimiliki oleh Mahaka Media.
Tujuan awal didirikannya Republika adalah untuk menampung aspirasi
komunitas muslim dalam konteks wacana nasional yang disalurkan
melalui pluralisme informasi kepada masyarakat luas.
Sejak awal terbit, dalam kurun waktu yang relatif singkat, oplah
Republika mencapai 100.000 pada 15 Januari 1993. Memasuki tahun
1995, distribusi pembaca mampu menjangkau 11 kota di Indonesia, dan
jumlah tirasnya mencapai 130.000. Masih pada tahun yang sama, jumlah
pembaca harian Republika mencapai 550.000. Menurut data SRI, harian
Republika berada pada urutan ke-2 sebagai media nasional yang paling
banyak dibaca serta memiliki daya beli lebih.
Dua tahun setelah Koran Republika terbit, pada tahun 1995,
Republika resmi melebarkan sayap dengan melahirkan jurnalisme versi
online dengan menyajikan layanan berita di situs web internet, dengan
alamat www.republika.co.id. Ini adalah koran pertama di Indonesia yang
tampil di dunia internet, situs ini kemudian dinamakan Republika.co.id dan
biasa disebut ROL (Republika Online). Pada saat itu, muatan ROL hanya
menduplikasi materi berita-berita koran Republika secara lengkap.
Tujuan Tujuan utama penerbitan Republika versi internet adalah
untuk melayani pembaca yang tidak terjangkau distribusi koran cetak dan
untuk pembaca yang berada di luar negeri. Pada fase berikutnya
Republika.co.id secara bertahap mulai berkembang sesuai dengan
58
kemajuan teknologi khususnya teknologi informasi. Desain dan berbagai
layanan web dan materi beritanya pun lebih diperkaya.3
Dengan kemajuan informasi dan perkembangan sosial media,
Republika.co.id kini hadir dengan berbagai fitur baru yang merupakan
campuran komunikasi media digital. Informasi yang disampaikan
diperbarui secara berkelanjutan yang terangkum dalam sejumlah kanal,
menjadikannya sebuah portal berita yang bisa dipercaya. Selain
menyajikan informasi, Republika.co.id juga menjadi rumah bagi
komunitas muslim. Republika.co.id kini juga hadir dalam versi English.4
Sesuai dengan falsafah dasar Republika, muatan Republika.co.id
tetap mengedepankan Komunitas Muslim sebagai basis pengunjungnya.
Oleh karena itu, Republika.co.id lebih mengangkat content-content
bermuatan Islam. Dengan ideologi tersebut Republika.co.id menjadi media
online yang berciri khas keislaman.
2. Visi dan Misi
a. Visi
Menjadikan harian umum Republika sebagai koran umat yang
terpercaya dan mengedepankan nilai-nilai universal yang sejuk,
toleran, damai, cerdas, dan profesional. Namun mempunyai prinsip
dalam keterlibatannya menjaga persatuan bangsa dan kepentingan
umat Islam yang berdasarkan pemahaman rahmatan lil alamin.
b. Misi
Menciptakan dan menghidupkan sistem manajemen yang efisien
dan efektif, serta mampu dipertanggungjawabkan secara
professional.
3. Struktur
Pemimpin Redaksi : Irfan Junaidi
Wakil Pemimpin Redaksi : Nur Hasan Murtiaji
Redaktur Pelaksana ROL : Elba Damhuri
3 Dokumentasi resmi Republika.co.id
4 http://www.republika.co.id/page/about diakses pada 12 Januari 2018
59
Wakil Redaktur
Pelaksana ROL : Joko Sadewo
Asisten Redaktur
Pelaksana ROL : Didi Purwadi, Muhammad
Subarkah, Budi Rahardjo
60
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Hasil Temuan Teks Berita Detik.com dan Republika Online
Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Penggunaan
Tenaga Kerja Asing (Perpres TKA) disahkan Presiden Joko Widodo pada
26 Maret 2018. Perpres ini sekaligus menggantikan kebijakan sebelumnya
yaitu Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2014 tentang Penggunaan
Tenaga Kerja Asing serta Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga
Kerja Pendamping. Pengesahan Perpres TKA disebutkan guna mendukung
perekonomian nasional dan perluasan kesempatan kerja melalui
peningkatan investasi.
Penerbitan Perpres TKA mengundang kontroversi di masyarakat.
Beberapa pihak menilai Perpres TKA dalam beberapa pasalnya diangap
bertentangan dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan dan juga
cenderung mempermudah masuknya TKA ke Indonesia. Sementara pihak
pemerintah menilai penerbitan Perpres TKA semata-mata untuk
mendongkrak perekonomian di tanah air.
Pro dan kontra terkait pemberitaan pengesahan Perpres TKA tak
luput dari sorotan media massa termasuk Detik.com dan Republika Online.
Dalam menyampaikan pesannya media massa mengkonstruksikan
berbagai realitas yang akan dipublikasikan. Sehingga seluruh isi media
merupakan realitas yang telah dikonstruksikan dalam bentuk wacana yang
bermakna. Media mencoba mengkonstruk realitas dengan cara melakukan
penyeleksian isu, dimana media mencoba melakukan pemilihan fakta.
Aspek mana yang akan ditampilkan dan mana yang tidak. Mengalihkan
fakta yang satu dengan fakta lain, atau bahkan mungkin menutupi sisi
tertentu. Selain itu, media juga mencoba menonjolkan satu aspek tertentu
dari pemberitaan, sehingga tampak menarik dan melekat dihati khalayak.1
Maka dari itu pada bab ini penulis mencoba menganalisa dan
membandingkan bagaimana bingkai pemberitaan mengenai pengesahan
1 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media,
(Yogyakarta: LKiS, 2012), cet ke-VII, h. 224.
61
Perpres TKA melalui analisis tekstual menggunakan metode analisis
framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Penulis mencoba melihat
bagaimana keberpihakan kedua media tersebut melalui empat struktur
besar, yaitu: struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik dan struktur
retoris.
Dalam penelitian ini penulis memilih masing-masing empat berita
dari Detik.com dan Republika Online pada edisi April 2018. Judul berita
pada Detik.com antara lain: Perpres TKA Terbit Menaker: Perpendek
Birokrasi, Menaker: Tak Akan Ada Banjir Tenaga Kerja Asing, Perpres
Tenaga Kerja Asing Ditolak, Wacana Pansus Muncul di DPR, Perpres
20/2018, Karpet Merah Investor atau Tenaga Kerja Asing. Sementara
Judul berita pada Republika Online antara lain: Perpres Tenaga Kerja
Asing Perkecil Kesempatan Pekerja Lokal, Regulasi TKA Lemah
Penegakan Hukum, Pemerintah Diminta Cabut Perpres Tenaga Kerja
Asing, Ekonom Indef: Perpres Memudahkan TKA Bekerja di Indonesia.
Pemberitaan Pekan Pertama pada Detik.com dan Republika Online
5 dan 7 April 2018
1. SINTAKSIS
a. Headline
Tabel 4.1
Headline Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Headline Perpres TKA Terbit
Menaker: Perpendek
Birokrasi
Perpres Tenaga Kerja
Asing Dinilai Pinggirkan
Pekerja Lokal
Pada pekan pertama April 2018 pemberitaan mengenai polemik
pengesahan Perpres TKA mulai mencuat ke permukaan dan menjadi
sorotan di berbagai media. Pada pekan ini penulis mengambil masing-
masing satu pemberitaan dari Detik.com dan Republika Online.
62
Pada tabel 4.1 Detik.com dan Republika Online mulai mengangkat
isu ini dengan judul yang yang berbeda. Detik.com mengangat berita
dengan judul “Perpres TKA Terbit Menaker: Perpendek Birokrasi” yang
merupakan kutipan langsung Menteri Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri.
Dalam judul tersebut secara tegas menyebutkan tujuan diterbitkannya
Perpres TKA adalah untuk Perpendek Birokrasi. Kata Perpendek memiliki
arti ringkas atau sebentar. 2 Awalan “Per” pada kata tersebut berfungsi
untuk “membuat lebih” pada kata kerja. Artinya Menaker ingin
menyampaikan bahwa tujuan Perpres tersebut untuk “lebih meringkaskan”
birokrasi atau sistem pada Perpres sebelumnya yang memiliki proses
panjang dan berbelit. Hal ini secara tidak langsung Detik.com mencoba
menonjolkan bahwa Perpes TKA memiliki kelebihan dari pada aturan
sebelumnya.
Sedangkan pada judul yang diangkat oleh Republika Online lebih
menekankan pada dampak yang terjadi akibat diterbitkannya Perpres TKA
Nomor 20 Tahun 2018. Kata pinggirkan berasal dari kata pingir yang
artinya tepi, sisi,3 dengan dengan akhiran “an” merujuk pada arti akibat
atau hasil perbuatan. Secara tidak langsung Perpres TKA akan berdampak
atau akan berhasil menyampingkan atau meminggirkan keberadaan tenaga
kerja lokal karena posisi tenaga kerja lokal diisi oleh tenaga kerja asing.
Dalam judul ini Republika Online lebih menekankan bahwa diterbitkannya
Perpres TKA berdampak negatif karena mengancam keberadan tenaga
kerja lokal. Pemilihan judul tersebut terlihat bahwa berita yang akan
diarahkan Republika Online lebih kepada dampak lain dari Perpres TKA
yang tidak disebutkan dalam Judul Detik.com
2 https://kbbi.kemdikbud.go.id, diakses pada 29 Januari 2019
3 https://kbbi.kemdikbud.go.id diakses pada 29 Januari 2019
63
b. Lead
Tabel 4.2
Lead Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Lead Jakarta - Presiden Joko
Widodo (Jokowi) telah
merilis Peraturan Presiden
(Perpres) yang mengatur
tenaga kerja asing di
Indonesia. Kebijakan ini
diatur dalam Perpres nomor
20 Tahun 2018 tentang
Penggunaan Tenaga Kerja
Asing (TKA).
REPUBLIKA.CO.ID,
JAKARTA -- Wakil Ketua
Badan Kerjasama Antar
parlemen (BKSAP) Rofi
Munawar menyesalkan
kebijakan Presiden Jokowi yang
telah secara resmi mengeluarkan
Peraturan Presiden Nomor 20
Tahun 2018 tentang Penggunaan
Tenaga Kerja Asing (TKA).
Perpres ini menggantikan
Perpres Nomor 72 Tahun 2014
tentang Penggunaan Tenaga
Kerja Asing yang dibuat pada
era presiden Susilo Bambang
Yudhoyono.
Pada tabel 4.2 Sepintas lead dalam teks berita Detik.com dan
Republika Online memiliki kesamaan yaitu pemaparan informasi terkait
berita Penerbitan Perpres Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan
Tenaga Kerja Asing (TKA). Namun jika diamati kedua media ini memiliki
arah pemberitaan yang berbeda.
Pada lead Detik.com pemberitaan mengarah pada aspek posisi
pemerintah yang menyatakan bahwa Presiden Jokowi telah mengesahkan
Perpres TKA terbaru yang termuat dalam Perpres nomor 20 Tahun 2018.
Detik.com menggunakan kata “mengatur” dalam lead tersebut yang
mengartikan bahwa Perpres TKA menertibkan segala proses yang
berhubungan dengan TKA. Kata tersebut tidak ditampilkan Republika
Online.
Kemudian Republika Online mengarah pada poisis wakil rakyat
dalam hal ini dari Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen
(BKSAP) Rofi Munawar yang menyuarakan penyesalannya terkait
pengesahan Perpres TKA. Pada kalimat terakhir Republika Online
menyebutkan bahwa Perpres TKA akan menggantikan kebijakan yang
64
sama yaitu Perpres Nomor 72 Tahun 2014 yang dibuat pada era
sebelumnya. Jika diamati kata penyesalan mengartikan bahwa Rofi tidak
ingin mengganti Perpres Nomor 72 Tahun 2014 tersebut dengan Perpres
Nomor 20 Tahun 2018. Hal ini mengartikan bahwa Perpres terbaru tidak
lebih baik dari Perpres sebelumnya dan bahkan lebih buruk.
Lead Detik.com jelas lebih menekankan pada arah pemberitaan
untuk memberitahukan kepada khalayak bahwa ada kebijakan baru yang
akan mengatur Tenaga Kerja Asing. Sedangkan Republika Online lebih
menekankan kepada penolakan Perpes TKA dengan menyesali kebijakan
tersebut.
c. Latar
Tabel 4.3
Latar Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Latar Merespons kebijakan ini,
Menteri Ketenagakerjaan
(Menaker) Hanif Dhakiri
meminta masyarakat tak
perlu khawatir soal aturan
tenaga kerja asing ini.
Menurut Hanif Perpres ini
untuk mempercepat proses
perizinan, namun tidak
menggerus pengendalian dan
pengawasan TKA.
Tujuannya, kata Hanif,
Perpres tersebut dapat
memudahkan investasi yang
masuk ke Indonesia.
pemerintah mengeluarkan
perpres ini dengan kacamata
tunggal dan dengan pola pikir
eksternalitas. Ironisnya, kata
dia, pada saat yang bersamaan
tidak cukup cermat
memperhatikan faktor-faktor
penentu lainnya secara internal
seperti inventarisasi masalah
industrial yang akan terjadi
dikarenakan kelonggaran
terhadap TKA.
Pada tabel 4.3 Latar yang digunakan Detik.com adalah terkait
respon Hanif Dhakiri mengenai kekhawatiran yang berkembang di
masyarakat mengenai penerbitan Perpres TKA Nomor 20 Tahun 2018
yang dianggap mengganggu keberadaan tenaga kerja lokal. Hanif ingin
meyakinkan kepada masyarakat bahwa Perpres TKA tidak akan
65
berdampak negatif bagi tenaga kerja lokal dan meminta masyarakat untuk
tidak perlu khawatir dan tetap tenang. Berikut kutipan pernyataan:
“Merespons kebijakan ini, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker)
Hanif Dhakiri meminta masyarakat tak perlu khawatir soal aturan
tenaga kerja asing ini.”
Selain itu latar Detik.com mengatikan dampak positif dan keuntungan
Perpres TKA yang dapat memperbaiki perekonomian Indonesia melalui
peningkatan Investasi. Peningkatan tersebut dapat diraih dengan
mempermudah perizinan bagi para investor namun tanpa menyampingkan
unsur pengendalian atau pengawasan. Dalam latar ini Hanif
menyampaikaN dua poin utama yaitu mempermudah perizinan dan
memperketat pengawasan bagi para investor yang ingin berinvestasi di
Indonesia sehingga suhu investasi di Indonesia semakin baik.
Sedangkan latar yang digunakan Republika Online adalah terkait
dampak negatif dari pengesahan Perpres TKA. Republika Online
mengambil pernyataan dari Wakil Ketua BKSAP, Rofi Munawar yang
menyatakan bahwa dalam mengeluarkan perpres tersebut pemerintah
dianggap tidak memperhatikan aspek-aspek penting lain yang seharusnya
dapat dijadikan landasan dalam pengesahan Perpres TKA. Berikut kutipan
pernyataannya:
..pemerintah mengeluarkan perpres ini dengan kacamata tunggal
dan dengan pola pikir eksternalitas..
Melalui pernyataan Rofi, Republika Online mengarahkan
pemberitaan untuk mengkritisi kebijakan pemerintah yang kurang cermat
dalam memperhatikan faktor-faktor penentu lainnya secara internal seperti
inventarisasi masalah industrial yang akan terjadi dikarenakan kelonggaran
terhadap TKA.
66
d. Kutipan
Tabel 4.4
Latar Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Kutipan "Nggak usah terlalu khawatir.
Ini kan memperpendek jalur
birokrasinya
menyederhanakan proses aja.
Nggak hanya TKA aja tapi
juga untuk TKI juga. Secara
prinsip seluruh peraturan itu
perlu dideregulasikan, tanpa
ada kualifikasi tertentu,"
(Menteri Ketenagakerjaan,
Hanif Dhakiri)
"Percaya kepada pemerintah,
pemerintah memiliki skema
pengendalian yang jelas, yang
masuk tetap memiliki
kualifikasi dan yang pekerja
kasar juga tetap dilarang, dan
ini untuk investasi dan
lapangan kerja juga makin
banyak,"
(Menteri Ketenagakerjaan,
Hanif Dhakiri)
"Di digital e-commerce
mereka perlu orang kalau
memang harus RPTKA
semua, ada jalan keluar juga
kalau diperlukan tiba-tiba, di
Perpres ada jalan keluarnya,"
(Menteri Koordinator
Perekonomian, Darmin
Nasution)
"Dengan keluarnya regulasi
Perpes yang baru disahkan,
nampaknya desakan publik
agar tidak gampang
memberikan kelonggaran
terhadap masuknya TKA
hanya dianggap angin lalu
oleh Pemerintah. Padahal
dengan keluarnya peraturan
tersebut secara alamiah akan
memperkecil kesempatan
pekerja Indonesia,"
"Proses pengawasan yang
tidak optimal akan
berdampak pada penggunaan
TKA pada bidang-bidang
kerja yang seharusnya
ditempati oleh pekerja
domestik,"
"Pemerintah harus cermat
menentukan kebijakan dan
regulasi yang akan di ambil
guna menjaga keseimbangan
antara tenaga kerja asing
dengan tenaga kerja dalam
negeri,"
"Saya berkeyakinan masih
banyak putra-putri bangsa
Indonesia yang cukup
mumpuni untuk memegang
pekerjaan yang selama ini
dikerjakan untuk TKA,"
(Wakil Ketua Badan Kerja
Sama Antar Parlemen
(BKSAP) Rofi Munawar)
67
Pada Tabel 3.3 Detik.com mewawancarai dua narasumber yaitu
Menteri Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri dan Menteri Koordinator
Perekonomian, Darmin Nasution.
Jika diamati, pernyataan kedua narasumber tersebut menyetujui
disahkannya Perpres TKA. Hanif meminta kepada masyarakat untuk tidak
perlu khawatir terkait Perpres TKA. Karena pada dasarnya Perpres
tersebut hanya menyederhanakan proses tanpa memudahkan masuknya
TKA ke Indonesia. Hanif juga menegaskan bahwa peraturan tersebut
hanya mengatur untuk kualifikasi tertentu sehingga pekerja kasar atau
unskill worker tetap dilarang masuk. Pada kutipan selanjutnya Menteri
Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution mebenarkan pernytaan hanif
dengan merelasikan Perpres TKA dengan fenomana digital e-commerce
atau perusahaan digital yang dianggap relevan dan sangat dibutuhkan di
era saat ini. Jika diamati pada kutipan diatas, Detik.com sengaja
memasukan kutipan Darmin untuk mempertegas dan untuk memperkuat
pernyataan Hanif.
Kemudian dalam pemberitaan diatas Republika Online hanya
mengutip wawancara dari Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen
(BKSAP) Rofi Munawar. Jika diamati secara keseluruah dalam kutipan
tersebut Rofi terlihat kontra terhadap Perpres TKA. Dalam hal ini sangat
jelas bahwa Republika Online ingin mengarahkan pemberitaan kepada
penolakan terhadap Perpres TKA.
Dari semua kutipan yang ditampilkan Republika Online bermuara
pada kesimpulan bahwa Pemerintah tidak berpihak kepada rakyat. Perpres
TKA dianggap sebagai bentuk kebijakan yang lebih menguntungan
Tenaga Kerja Asing. Kutipan tersebut juga lebih kepada mengkritisi
langkah pemerintah yang dianggap tidak cermat karena tidak
memperhatikan aspek penting lain, salah satunya terkait segi pengawasan
yang seolah diabaikan.
68
e. Pernyataan
Tabel 4.5
Pernyataan Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Pernyataan Menurut Hanif Perpres ini
untuk mempercepat proses
perizinan, namun tidak
menggerus pengendalian
dan pengawasan TKA.
Tujuannya, kata Hanif,
Perpres tersebut dapat
memudahkan investasi
yang masuk ke Indonesia.
Pemerintah mengeluarkan
perpres ini dengan kacamata
tunggal dan dengan pola pikir
eksternalitas. Ironisnya, kata
dia, pada saat yang
bersamaan tidak cukup
cermat memperhatikan
faktor-faktor penentu lainnya
secara internal seperti
inventarisasi masalah
industrial yang akan terjadi
dikarenakan kelonggaran
terhadap TKA
Ia (Rofi) mengatakan
berdasarkan data dari
Kemenakertrans, jumlah
pengawas TKA sangat
sedikit, yakni hanya 1.200
orang. Angka ini tidak
sebanding dengan kebutuhan
pengawasan terhadap TKA
yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia.
Pada Tabel 4.5 Pernyataan Detik.com dan Republika Online
terlihat sangat kontras. Detik.com menggunakan pernyataan dari Menaker
yang menganggap Perpres TKA akan berdampak positif bagi Indonesia.
Dalam pernyataan yang ditampilkan Detik.com Hanif menegaskan bahwa
proses percepatan perizinan tidak akan berdampak pada masuknya TKA
secara masif ke Indonesia karena peraturan tersebut tetap memperhatikan
pengendalian dan pengawasan yang ketat.
Sedangkan Republika Online memasukan pernyataan dari Wakil
BKSAP yang mengkritisi Perpres TKA. Dalam pengesahan kebijakan
tersebut pemerintah dianggap kurang cermat karena hanya menggunakan
kacamata tunggal dan pola pikir eksternalitas. Pernyataan Republika
69
Online juga megarah pada pemaparan jumlah pengawas TKA yang
dianggap tidak sebanding dengan jumlah TKA yang harus diawasi.
Dari aspek pernyataan sangat terlihat frame atau pembingkaian
yang dilakukan Detik.com dan Republika Online. Bagaimana kedua media
ini menampilkan realitas satu dan membuang realitas lain, sehingga
realitas yang ditampilkan seolah menjadi realitas mutlak. Detik.com
menampilkan realitas bahwa dengan kebijakan baru, Perpres TKA dapat
memperbaiki suhu investasi di Indonesia sehingga berdampak pada
perbaikan ekonomi negara. Namun secara bersamaan Detik.com tidak
menampilkan dari segi pengawasan TKA yang bermasalah. Begitupula
dengan Republika Online yang hanya menampilkan realitas hanya pada
pengawasan yang bermasalah.
f. Penutup
Tabel 4.6
Penutup Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Penutup "Di digital e-commerce
mereka perlu orang kalau
memang harus RPTKA
semua, ada jalan keluar
juga kalau diperlukan tiba-
tiba, di Perpres ada jalan
keluarnya,"
Presiden Jokowi
menandatangani Perpres
Nomor 20 Tahun 2018
tentang Penggunaan Tenaga
Kerja Asing. Perpres ini
ditandatangani Jokowi pada
26 Maret 2018 dan
diundangkan Menteri Hukum
dan HAM Yasonna Laoly
pada 29 Maret 2018.
Pada Tabel 4.6 Detik.com menutup pemberitaan dengan
menampilkan kutipan wawancara dari Menteri Koordinator Perekonomian,
Darmin Nasution yang secara tidak langsung mebenarkan pernyataan
Menaker yaitu merelasikan Perpres TKA dengan fenoma digital e-
commerce atau perusahaan digital yang dianggap relevan dan sangat
dibutuhkan di era saat ini. Sedangkan Republika Online menutup dengan
informasi terkait penandatanganan Perpres TKA yang disahkan pada pada
26 Maret 2018.
70
Hal menarik pada komparasi ini adalah isi teks pada bagian
penutup yang digunakan Republika Online merupakan lead atau teras
berita yang dipakai Detik.com dalam pemberitaanya. Artinya satu fakta
atau realitas yang sama ditempatkan pada posisi yang berbeda oleh kedua
media ini. Tentunya hal ini bukan tanpa tujuan, melainkan sebuah strategi
bagi media untuk menonjolkan fakta atau realitas yang dianggap penting.
Jika merujuk pada konsep struktur Piramida Terbalik bahwa aspek
yang dianggap menarik atau penting diletakan dibagian atas teks (lead)
kemudian penjelasan tambahan dijadikan sub judul yang berbeda berikut
dengan penutupnya. Informasi atau realitas terkait pengesahan Perpres
Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang
ditandatangani Jokowi pada 26 Maret 2018 diposisikan berbeda oleh kedua
media ini. Detik.com menjadikan realitas tersebut sangat penting sehingga
diletakan sebagai lead berita. Sedangkan Republika Online menganggap
realitas tersebut hanya sebagai informasi tambahan sehingga di letakan di
bagian penutup. Perbedaan poisis tersebut berdampak pada bingkai
pemberitaan yang digunakan Detik.com dan Republika Online.
2. SKRIP
a. Kelengkapan Berita
Tabel 4.7
5W+1H Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
5W+1H (What)
masyarakat tak perlu
khawatir soal aturan tenaga
kerja asing (Peraturan
Presiden Nomor 20 Tahun
2018)
(Siapa)
Menteri Ketenagakerjaan
(Menaker), Hanif Dhakiri.
Dimana (When)
Komplek Istana Presiden,
Apa yang terjadi (What)
menyesalkan kebijakan
Presiden Jokowi yang telah
meneken Peraturan Presiden
Nomor 20 Tahun 2018
tentang Penggunaan Tenaga
Kerja Asing (TKA).
Who (Siapa)
Wakil Ketua Badan Kerja
Sama Antar Parlemen
(BKSAP), Rofi Munawar.
71
Jakarta.
Kapan (Where)
Kamis, 5 Aril 2018
Mengapa (Why)
Perpres ini (Peraturan
Presiden Nomor 20 Tahun
2018) diterbitkan untuk
mempercepat proses
perizinan, namun tidak
menggerus pengendalian
dan pengawasan TKA.
Tujuannya, tersebut dapat
memudahkan investasi
yang masuk ke Indonesia.
Bagaimana (How)
Perpres TKA hanya
memperpendek jalur
birokrasinya
menyederhanakan proses
aja. Tidak hanya TKA aja
tapi juga untuk TKI juga.
Secara prinsip seluruh
peraturan itu perlu
dideregulasikan, tanpa ada
kualifikasi tertentu.
Dimana (When)
(wawancara tertulis)
Kapan (Where)
Sabtu, 7 Aril 2018
Mengapa (Why)
Karena pemerintah
mengeluarkan perpres ini
dengan kacamata tunggal dan
dengan pola pikir
eksternalitas.
Bagaimana (How)Sebelum
mengeluarkan kebijakan ini
pemerintah harusnya melihat
kebutuhan dan permintaan
TKA, disesuaikan dengan
ketersediaan sumber daya
manusia yang ada. TKA
yang didatangkan oleh
perusahaan hendaknya benar-
benar tenaga yang terampil
sehingga dapat mendorong
investasi, proses
pembangunan ekonomi dan
teknologi di Indonesia.
Pada Tabel 4.6 memaparkan tentang unsur skrip yang akan melihat
bagaimana pembingkaian dilakukan kedua media ini. Dari unsur ini kita
akan mengetahui unsur apa yang dihilangkan dan ditonjolkan.
Teks berita Detik.com secara lengkap memaparkan semua unsur
skrip yang memenuhi standar 5W+1H. Namun Unsur Where Pada
Republika Online tidak dicantumkan karena kutipan yang digunakan
Republika Online didapatkan dari keterangan tertulis narasumber .
Terdapat perbedaan penonjolan dalam teks Detik.com dan
Republika Online pada unsur Why. Detik.com lebih mengarah pada
penjelasan terkait Perpres TKA tidak akan memberikan kelonggaran
terhadap tenaga kerja asing. Sehingga Detik.com menonjolkan bahwa
masyarakat tidak perlu khawatir terkasi kebijakan ini. Sedangkan Unsur
72
Why pada teks berita Republika Online lebih mengkritisi Perpres TKA
karena dalam pengesahan kebijakan tersebut Pemerintah menggunakan
kacamata tunggal dan dengan pola pikir eksternalitas. Sehingga Republika
ingin menonjolkan kepada pembaca bahwa Perpres ini perlu
dikhawatirkan dapat memberikan kelonggaran masuknya TKA ke
Indonesia.
3. TEMATIK
a. Detail
Tabel 4.8
Detail Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Kalimat Presiden Jokowi telah
menandatangani Perpres ini
pada 26 Maret 2018, dan
aturan ini berlaku setelah 3
bulan terhitung sejak
tanggal diundangkan, 29
Maret 2018, oleh Menteri
Hukum dan HAM,
Yasonna Laoly di Jakarta.
Ironisnya, kata dia, pada saat
yang bersamaan tidak cukup
cermat memperhatikan
faktor-faktor penentu lainnya
secara internal seperti
inventarisasi masalah
industrial yang akan terjadi
dikarenakan kelonggaran
terhadap TKA.
....jumlah pengawas TKA
sangat sedikit, yakni hanya
1.200 orang. Tidak sebanding
dengan kebutuhan
pengawasan terhadap TKA
yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia.
Pada Tabel 4.7 Detail yang coba ditampilkan Detik.com pada
pemberitaan ini adalah penonjolan mengenai pengesahan Perpres TKA
yang dijelaskan secara lebih lengkap. Lebih lanjut Detik.com memaparkan
kapan aturan tersebut akan diberlakukan secara resmi.
.....dan aturan ini berlaku setelah 3 bulan terhitung sejak tanggal
diundangkan,
73
Pada detail tersebut Detik.com mencoba meyakinkan kepada
pembaca bahwa Perpres TKA pasti akan berlaku walaupun pada realitanya
aturan ini menjadi polemik di tengah masyarakat dan mungkin bisa saja
batal untuk diberlakukan. Artinya bagimanapun besarnya penolakan dari
masyarakat hal tersebut tidak akan berdampak pada aturan ini dan akan
tetap diberlakukan tiga bulan setelah pengesahan.
Kemudian detail yang ditampilkan Republika Online lebih kepada
mengkritisi terkait langkah yang diambil pemerintah dalam pengesahan
aturan ini. Kata Ironisnya secara tegas Republika Online menggambarkan
realita kecerobohan pemeritah karena tidak memperhatikan faktor penting
lain yang akan berdampak negatif bagi negara. Kemudian pada paragraf
selanjutnya Republika Online memaparkan secara faktual dan jelas terkait
jumlah pengawas TKA yang dianggap tidak ideal dengan jumlah yang
seharusnya. Artinya media ini mencoba mempertegas dan meyakinkan
bahwa pemerintah tidak bijak dalam pengesahan Perpres TKA.
b. Koherensi
Tabel 4.9
Koherensi Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Koherensi ....Perpres ini untuk
mempercepat proses
perizinan, namun tidak
menggerus pengendalian
dan pengawasan TKA
....Perpres tersebut dapat
memudahkan investasi
yang masuk ke Indonesia.
..pemerintah mengeluarkan
perpres ini dengan kacamata
tunggal dan dengan pola pikir
eksternalitas.
Visa terbatas merupakan
syarat mutlak bagi TKA
untuk mendapatkan Izin
Tinggal Sementara yang
izinnya dikeluarkan oleh
Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia (HAM).
Padahal, kata Rofi, menurut
UU Ketenagakerjaan Nomor
Nomor 13 Tahun 2003, izin
hanya boleh diberikan oleh
Kementerian
Ketenagakerjaan.
74
Pada tabel 4.8 Detik.com menampilkan dua koherensi pada
paragraf ke-7 yaitu koherensi pembeda dan koherensi sebab akibat.
Koherensi pembeda ini terlihat antara dua fakta/kalimat berbeda yang
sengaja diabstraksikan sehingga kedua kalimat tersebut saling berkaitan.
Kalimat “mempercepat proses perizinan” dan “tidak menggerus
pengendalian dan pengawasan TKA” dihububungkan dengan kata namun.
Hal tersebut bertujuan untuk memberikan kesan positif kepada pembaca
bahwa langkah yang diambil pemerintah dibarengi dengan hal positif.
Kemudian koherensi sebab akibat menggambarkan tujuan atau akibat dari
pengesahan Perpres TKA yang dihubungkan dengan kata dapat. Sehingga
hal tersebut juga memberikan citra positif bahwa Perpres TKA akan
berdampak baik bagi negara.
Kemudian koherensi yang ditampilkan oleh Republika Online
adalah koherensi penjelas dan koherensi pembeda. Koherensi penjelas
terdapat pada paragraf ke-3. Dua fakta yang sama dihubungkan
menggunakan kata dan dengan tujuan untuk mempertegas atau
memperjelas dua fakta tersebut sehingga terkesan semakin negatif. Lalu
pada koherensi pembeda ini terlihat pada paragraf ke-7 dan ke-8. Kedua
paragraf tersebut dihubungkan dengan kata padahal yang menjelaskan
bahwa aturan yang disahkan pemerintah bertentangan dengan aturan lain
yang sejajar. Dalam hal ini Republika menampilkan kalimat terkait
wewenang dalam pengurusan Vitas (Visa terbatas). Pada paragraf ke-7
wewenang pengurusan Vitas dalam Perpres TKA diberikan oleh
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM). Sedangkan pada
Pada paragraf ke-8 dalam UU Ketenagakerjaan Nomor Nomor 13 Tahun
2003 menyebutkan wewenang pengurusan Vitas Kementerian
Ketenagakerjaan. Dua hal tersebut sengaja dibenturkan Republika Online
untuk menegaskan bahwa Perpres TKA bertentangan sehingga
memberikan kesan negatif kepada pemerintah.
75
c. Kata Ganti
Tabel 4.10
Kata Ganti Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Kalimat ....kata dia dalam keterangan
tertulis yang diterima
Republika.co.id...
...Ironisnya, kata dia, pada
saat yang bersamaan tidak
cukup cermat ....
Pada Tabel 4.8 Kata ganti dia yang digunakan Republika Online
menggambarkan bahwa pandangan atau sikap tersebut merupakan
pernyataan dari narasumber. Republika Online mempertegas dengan
menggunakan kata ganti dia agar memberikan nada bahwasanya
pandangan tersebut bukanlah pandangan Republika Online secara subjektif
melainkan pandangan narasumber.
4. RETORIS
a. Leksikon
Tabel 4.11
Bentuk Kalimat Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Kata/Frasa Perpres ini untuk
mempercepat proses
perizinan,
Aturan, Kebijakan
..Pemerintah mengeluarkan
perpres ini dengan kacamata
tunggal dan dengan pola
pikir eksternalitas..
Kebijakan
Pada tabel Tabel 4.19 Detik.com menggunakan kalimat
mempercepat proses perizinan untuk digunakan pada paragraf ke-6 untuk
mempertegas kutipan pada paragraf sebelumnya. Kalimat tersebut
digunakan Detik.com mengutip dari wawancara dengan Hanif Dhakiri
yang berbunyi:
76
“....Ini kan memperpendek jalur birokrasinya menyederhanakan
proses aja..”
Kalimat memperpendek jalur birokrasi sengaja diparafrasekan oleh
Detik.com menjadi mempercepat proses perizinan untuk mempermudah
pemahaman kepada khalayak. Ini artinya secara tida langsung Detik.com
membantu meyakinkan kepada pembaca bahaw Perpres TKA berdampak
positif.
Kemudian Republika Online mengambil sudut pandang berbeda
yaitu mengkritisi Perpres TKA. Kata Kacamata tunggal merujuk pada
pengertian perspektif, pemahaman atau pandangan satu sisi dan
mengabaikan sisi lain. Sedangkan pola pikir eksternalitas merujuk pada
hal atau kegiatan yang dapat mengganggu kesejahteraan orang lain, dalam
hal ini adalah pekerja lokal.
Kemudian Detik.com mempunyai kesamaan dalam penggunaan
parafrase Perpres TKA yaitu menggunakan kaya Kebijakan dan Aturan.
Sedangkan Republika Online hanya menggunakan kata kebijakan.
b. Grafis
Tabel 4.12
Kata Ganti Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Gambar
atau Foto
Menteri Ketenagakerjaan,
Hanif Dhakiri
Foto Ilustrasi Tenaga
Kerja/Karyawan
Huruf Kalimat judul ditampilkan
dengan ukuran besar dan
tebal (Bold)
Kalimat judul ditampilkan
dengan ukuran besar dan
tebal (Bold)
Dibawah judul dan gambar
ilustrasi Republika
menampilkan tulisan
Perpres tersebut
77
memberikan kelonggaran
terhadap masuknya
pekerja asing ke Indonesia.
Dengan ukuran huru setara
dengan artikel namun diberi
ketebalan .
Gambar yang ditampilkan Detik.com adalah foto Menteri
Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri sedang menyampaikan argumen kepada
audiens dengan mimik wajah yang serius. Sedangkan Republika
menggunakan gambar ilustrasi kumpulan pekerja yang sedang berjalan.
Dari segi grafis Republika Online mencoba memberikan penekanan
dengan menampilkan tulisan yang terlihat mencolok dibawah gambar
ilustrasi. Kalimat yang ditampilkan adalah: “Perpres tersebut
memberikan kelonggaran terhadap masuknya pekerja asing ke
Indonesia” tulisan tersebut ditampilkan dengan menggunakan huruf tebal
(bold). Penempatan dan bentuk tulisan sengaja dilakukan Republika
Online untuk memberikan arti penting dalam berita tersebut. Republika
Online ingin menyampaikan kepada pembaca bahwa Perpres TKA
berdampak negatif dan mengancam tenaga kerja lokal.
Pemberitaan Pekan kedua pada Detik.com dan Republika Online
9 dan 10 April 2018
1. SINTAKSIS
a. Headline
Tabel 4.13
Headline Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Headline Menaker: Tak akan Ada
Banjir Tenaga Kerja
Asing
Regulasi TKA Lemah
Penegakan Hukum
78
Pada Tabel 4.12 Lead pada Detik.com dan Republika Online
terlihat sangat kontras. Detik.com mengangkat judul dari pernyataan
Menaker yang menepis kekhawatiran masyarakat terkait polemik Perpres
TKA yang dianggap akan memberikan kelonggaran bagi TKA. Sedangkan
Republika Online mengangkat isu dengan judul yang seolah menpis
pernyataan Menaker. Yaitu terkait realita di lapangan yang menyatakan
bahwa Regulasi TKA lemah penegakan hukum.
Judul Detik.com “Menaker: Tak akan Ada Banjir Tenaga Kerja
Asing” merujuk pada pernyataan Menaker dalam keterangan tertulis yang
disampaikan pada 9 April 2019. Dari banyak pernyataan, Detik.com
memilih judul tersebut tentunya ada hal ingin ditekankan dalam
pemberitaan ini. Kata Banjir memiliki arti datang (ada) banyak sekali,
meluap atau melebihi kapasitas.4 Detik.com ingin menekankan bahwa
aturan dalam Perpres TKA tidak akan mendatangkan TKA secara masif
melebihi kuota atau kapasitas yang sudah ditentukan sehingga akan
mengancam keberadaan tenaga kerja lokal. Aturan yang termuat pada
Perpres TKA justru mengatur masuknya TKA secara tertib sesuai dengan
aturan.
Berbeda dengan Detik.com, judul Republika Online jelas
menunjukan pandanganya. Dalam judul tersebut secara jelas mewakili
informasi yang akan disampaikan, yakni terkait banyaknya pelanggaran
yang tidak tidak ditindaklanjuti oleh pemerintah terkait keberadaan TKA
di Indonesia.
b. Lead
Tabel 4.14
Lead Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Lead Jakarta - Menteri
Ketenagakerjaan Hanif
Dhakiri menyebut
terbitnya Peraturan
Presiden (Perpres) Nomor
20 Tahun 2018 tentang
REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta --
Regulasi tenaga kerja asing
dinilai lemah di sisi penegakan
hukum. Hal itu bila
implementasi di lapangan tidak
sesuai aturan normatif sehingga
4 https://kbbi.kemdikbud.go.id
79
penggunaan Tenaga Kerja
Asing (TKA), dilakukan
untuk penyederhanaan
prosedur. Aturan tersebut
tak lantas menghilangkan
prinsip penggunaan TKA
yang selektif dan syarat
kualitatif.
rawan pelanggaran.
Lead yang ditampilkan Detik.com dan Republika Online terlihat
sangat kontras. Lead Detik.com menunjukan perspektifnya terkait tujuan
disahkannya Perpres TKA yaitu untuk memangkas birokrasi tanpa
mengabaikan unsur pengawasan yang selektif. Berbeda dengan sudut
pandang Republika Online yang secara jelas memaparkan sisi lain dari
regulasi Perpres TKA yang bermasalah yaitu ketidaksesuaian antara aturan
yang berlaku dengan keadaan dilapangan.
Dalam lead-nya Republika Online menggunakan unsur why
mengapa Perpres TKA lemah disisi penegakan hukum. Berikut
kutipannya:
“...implementasi di lapangan tidak sesuai aturan normatif
sehingga rawan pelanggaran..”
Dalam kutipan diatas terlihat bahwa alasan perpres TKA dinilai
lemah secara penegakan hukum. Hal tersebut terjadi karena ada
kesenjangan antara aturan normatif (kaidah yang berlaku dalam dalam
Perpres TKA) dengan implementasi (pelaksanaan atau penerapan Perpres
TKA) dilapangan sehingga rawan terjadi pelanggran.
Kelengkapan unsur why dalam lead tersebut berfungsi sebagai
kelengkapan informasi yang disajikan. Hal ini juga mengindikasikan
dengan makna yang sebenarnya ingin ditekankan Republika Online agar
sejak awal pembaca setuju pada alasan mengapa Perpes tersebut lemah
secara penegakan hukum. Hal ini sangat jelas menunjukan sudut pandang
serta ke arah mana pemberitaan ini akan dikembangkan.
Di sisi lain, Detik.com hanya terdapat satu unsur lead yaitu what
lead. Detik.com hanya ingin menjelaskan tujuan Perpres TKA yang
80
memperpendek birokrasi yang selama ini cukup rumit. Selain itu
Detik.com juga menampilkan bahwa dengan disahkan aturan tersebut tetap
mengacu pada prinsip penggunaan TKA yang selektif dan syarat
kualitatif.
c. Latar
Tabel 4.15
Latar Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Latar “...Perpres yang akan keluar
ini adalah prosedur perizinan
TKA agar lebih cepat dan
lebih responsif terhadap
perkembangan zaman,
termasuk dengan munculnya
jenis-jenis pekerjaan baru,"
( Paragraf ke-2)
...dengan sekarang regulasi
dilonggarkan. Saat
implementasi melenceng dari
rencana, tidak pernah ada
penegakan hukum. Padahal
regulasi berfungsi mengatur
implementasi.
( Paragraf ke-4)
Latar informasi yang ditampilkan Detik.com mengenai alasan
pokok mengapa Perpes TKA disahkan. Dari latar yang ditampilkan terlihat
bahwa Perpres TKA sangat diperlukan di era saat ini. Secara tidak
langsung latar mengarah pada perspektif aturan TKA Nomor 72 Tahun
2014 yang dibuat pada ere sebelumnya dianggap tidak lagi relevan dengan
kondisi saat ini sehingga perlu dibuatkan kebijakan terbaru.
Detik.com ingin mengarahkan kepada khalayak bahwa Perpes
TKA Nomor 20 Tahun 2018 adalah sebuah solusi pembaharuan yang
mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Hal ini terlihat pada
kalimat “termasuk dengan munculnya jenis-jenis pekerjaan baru.” Seolah
menegaskan bahwa saat ini perkembangan semakin maju dan pekerjaan
baru muncul dengan karakteristik yang berbeda pula. Perkembangan ini
merujuk pada fenomena era digital saat ini yang menyentuh hampir
seluruh aspek termasuk pada bidang ketenagakerjaan. Tentunya dalam
menghadapi perubahan zaman sangatlah diperlukan regulasi atau
kebijakan baru yang mampu menyesuaikan dengan kondisi saat ini.
81
Latar pada Republika Online menggambarkan sisi lain dari Perpres
TKA yaitu permasalahan dari segi penegakan hukum. Hal tersebut
ditandai dengan tidak adanya tindak lanjut dari pemerintah ketika terjadi
pelanggaran di lapangan, padahal sudah jelas regulasi bukan hanya
mengatur tetapi penegakan hukum kepada TKA. Pada latar tersebut
Republika Online secara tidak langsung mengarahkan kepada pembaca
bahwa pemerintah tak cukup hanya mengesahkan Perpres TKA tapi juga
mengawasi pada tahap implementasi sehingga berjalan sesuai dengan
kebijakan yang ada.
d. Kutipan
Tabel 4.16
Kutipan Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Kutipan "Semangat dari Perpres yang
akan keluar ini adalah
prosedur perizinan TKA agar
lebih cepat dan lebih
responsif terhadap
perkembangan zaman,
termasuk dengan munculnya
jenis-jenis pekerjaan baru,"
"Intinya, semua hal terkait
soal perizinan bukan hanya
soal TKA, tapi juga
perizinan tenaga kerja di
dalam negeri. Misalnya isu
Pekerja Migran Indonesia
(PMI) mau ke luar negeri, ini
juga kita reformasi. Jangan
sampai orang mau bekerja
keluar negeri, butuh waktu
bertele-tele dan panjang.
Sementara secara kualitatif
dia memenuhi syarat untuk
bekerja keluar negeri, "
"Kebutuhan tersebut
dipenuhi dengan
memanfaatkan TKA
profesional dari luar negeri,"
"Sehingga regulasi ini jadi
kekhawatiran di bursa tenaga
kerja karena penegakan
hukumnya lemah,"
"Tinggal bagaimana itu bisa
dikunci dan sesuai regulasi,"
"Juga dijelaskan TKA yang
boleh itu apa saja, jangan cek
kosong,"
Direktur (INDEF) Enny Sri
Hartati
82
"Dalam Perpres tersebut
diatur pengaturan baru
masuknya TKA akan
mempermudah prosedur dan
ketenangan berinvestasi di
Indonesia dengan kepastian
hukum dan berusaha bagi
investor dan TKA. Namun
persyaratan dan ketentuan
tetap ketat, "
"Kalau ada pelanggaran ya
ditindak, termasuk tindakan
deportasi,"
"Yang pasti, Perpres bukan
bertujuan untuk
membebaskan TKA, tapi
sekedar memudahkan
prosedur, birokrasi sehingga
investasi makin banyak dan
lapangan kerja makin
tercipta.
"Lapangan kerja tercipta,
pasti untuk rakyat Indonesia,
bukan untuk yang lain,"
(Pernyataan Hanif Dhakiri.
Menteri Ketenagakerjaan)
Dalam teks berita Detik.com menampilkan kutipan Hanif Dhakiri
sebagai Menteri Ketenagakerjaan. Dalam kutipan tersebut dinyatakan bahwa
Perpres TKA tak hanya mempermudah izin bagi tenaga kerja asing tetapi
juga bagi tenaga kerja domestik yang akan bekerja ke luar negeri. Regulasi
ini pada akhirnya akan berdampak pada kemudahan prosedur bagi para
investor yang akan berinvestasi yang akan menciptakan lapangan pekerjaan
baru di Indonesia. Dalam kutipan penutup Hanif mempertegas bahwa
Perpres TKA justru akan memberikan efek positif bagi rakyat indonesia
karena semakin mudah investasi semakin banyak lapangan pekerjaan dan
semakin banyak menyerap tenaga kerja lokal. Seluruh kutipan yang
ditampilkan Detik.com bersumber dari Hanif Dhakiri. Ini artinya secara
tidak langsung sangat terlihat Detik.com berpihak kepada pemerintah.
83
Berbeda dengan Detik.com, kutipan yang digunakan Republika
Online mengarah pada aspek kesesuaian normatif dengan implementasi
pada Perpres TKA. Kutipan tersebut bersumber pada pernyataan Direktur
Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri
Hartati. Permasalahan yang sering terjadi adalah pada level implementatif.
Sehingga hal tersebut menimbulkan kekhawatiran akan kehadiran TKA
yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Dalam hal ini adalah
keberadaan TKA unskill worker atau TKA tanpa keahlian yang tidak
ditindaklanjuti oleh pemerintah.
Penggunaan kutipan pada teks berita pekan kedua, Detik.com dan
Republika Online sama-sama menggunakan narasumber tunggal. Pada teks
Detik.com seluruh artikel merupakan perkataan Hanif Dhakiri, Menteri
Ketenagakerjaan sedangkan Republika Online seluruh artikel bersumber
pada pernyataan Enny Sri Hartati, Direktur INDEF yang diuraikan kedalam
satu berita. Kutipan tunggal tersebut menunjukan aspek kredibelitas
narasumber untuk menunjukan kredibelitas fakta. Itu artinya kedua media
ini belum memenuhi aspek cover both side sehingga penilaian validitas
informasi tidak berimbang.
e. Pernyataan
Tabel 4.17
Pernyataan Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Pernyataan Dia (Hanif) mengatakan,
pekerja asing hanya
boleh menduduki
jabatan-jabatan tertentu
yang terbatas dan bersifat
skilled, paling rendah
adalah engineer atau
teknisi. Pekerja kasar
tidak boleh dan jika ada
maka sudah pasti
merupakan pelanggaran.
Dia mengatakan, dengan
sekarang regulasi
dilonggarkan. Saat
implementasi melenceng dari
rencana, tidak pernah ada
penegakan hukum. Padahal
regulasi berfungsi mengatur
implementasi.
Dia mengatakan, memang
perlu ada riset, bila TKA
mentransfer teknologi, berapa
besar bisnis yang bisa
diekspansi dan SDM lokal
yang merasakan transfer ilmu.
84
Pada tabel 4.16 Pernyataan Detik.com mengarah kepada penegasan
bahwa Perpres TKA hanya untuk mengatur pada posisi atau jabatan yang
memerlukan skill. Sehingga penggunaan TKA sangat dibatasi hanya pada
posisi seperti komisaris, direksi dan jabatan-jabatan keahlian seperti
engineer atau teknisi. Detik.com mengarahkan pandangan publik agar
tidak perlu khawatir akan maraknya TKA masuk ke Indonesia. Karena
pada dasarnya pekerja yang unskill worker tetap akan dilarang dan
ditindak tegas.
Pernyataan Republika Online mengarah kepada permasalahan dari
aspek implementasi dari Perpres TKA. Pelanggaran sering terjadi pada
hadirnya tenaga kerja asing unskill worker yang tidak ditindaklanjuti oleh
pemerintah. Secara tidak langsung Republika Online ingin mengarahkan
kepada pembaca bahwa Pemerintah lalai dalam melakukan
pengawasan terhadap masuknya TKA unskill worker dan tidak tegas dalam
penegakan hukum kepada TKA yang melanggar.
f. Penutup
Tabel 4.18
Penutup Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Penutup "Yang pasti, Perpres bukan
bertujuan untuk
membebaskan TKA, tapi
sekedar memudahkan
prosedur, birokrasi
sehingga investasi makin
banyak dan lapangan kerja
makin tercipta. "Lapangan
kerja tercipta, pasti untuk
rakyat Indonesia, bukan
untuk yang lain,"
Sebelumnya, Badan
Kerjasama Antarparlemen
(BKSAP) menyesalkan
kebijakan Presiden Jokowi
yang telah secara resmi
mengeluarkan Peraturan
Presiden Nomor 20 Tahun
2018 tentang Penggunaan
Tenaga Kerja Asing (TKA)
karena mengurangi
kesempatan kerja tenaga
lokal. Perpres ini
menggantikan Perpres Nomor
72 Tahun 2014 tentang
Penggunaan Tenaga Kerja
Asing yang dibuat pada era
presiden Susilo Bambang
Yudhoyono.
85
Dalam penutupnya Detik.com kembali menegaskan bahwa
penyederhanaan prosuder pada Perpres TKA pada akhirnya akan
berdampak pada kemudahan investasi sehingga dapat membuka lapangan
pekerjaan yang semakin banyak. Pernyataan kalimat penutup pada teks
berita Detik.com merupakan pengulangan pada paragraf ke-1, ke-2, ke-10
dan paragraf ke-11. Hal ini jelas bahwa pengulangan kalimat tersebut
merupakan penekanan guna mengarahkan khalayak bahwa kalimat
tersebut sangat penting. Disisi lain Detik.com meyakinkan kepada
pembaca bahwa Perpres TKA akan berdampak positif bagi negara sehingg
kebijakan ini perlu didukung.
Republika Online menutup pemberitaan dengan pernyataan Badan
Kerjasama Antarparlemen (BKSAP) yang menyesalkan Perpres TKA.
Dalam hal ini Republika Online tidak menyebutkan secara detail siapa dari
BKSAP yang menyatakan penyesalan terhadap kebijakan ini. Secara tidak
langsung dalam teks Republika Online terdapat bentuk generalisasi yang
ditunjukan dengan cara menghilangkan atau tidak mencantumkan subjek
atau tokoh tertentu. Sehingga dalam hal ini terkesan bahwa seluruh
anggota BKSAP menyesalkan kebijakan ini.
2. SKRIP
a. Kelengkapan Berita
Tabel 4.19
5W+1H Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
5W+1H Apa (What)
Terbitnya Peraturan
Presiden (Perpres) TKA
dilakukan untuk
penyederhanaan prosedur.
Aturan tersebut tak lantas
menghilangkan prinsip
penggunaan TKA yang
selektif dan syarat
kualitatif.
Apa (What)
Regulasi tenaga kerja asing
dinilai lemah di sisi
penegakan hukum.
Siapa (Siapa)
Direktur Institute for
Development of Economics
and Finance (INDEF) Enny
Sri Hartati
86
Siapa (Siapa)
Menteri Ketenagakerjaan
Hanif Dhakiri
Dimana (Where)
---------
Kapan (Whene)
Senin, 9 April 2018
Mengapa (Why)
Perpres tersebut merupakan
simplifikasi aturan dari
beberapa K/L. Keberadaan
tenaga kerja pendamping
merupakan kunci proses
alih teknologi, pengetahuan
dan keahlian yang berguna
untuk meningkatkan
kompetensi dan keahlian
bagi pekerja.
Bagaimana (How)
Indonesia perlu melakukan
upaya untuk mendongkrak
kualitas kemudahan
berbisnis agar bisa bersaing
dengan negara-negara lain.
Salah satu upaya yang akan
dilakukan pemerintah
adalah dengan
penyederhanaan regulasi
perizinan penggunaan TKA
di Indonesia tadi.
Dimana (Whre)
---------
Kapan (Whene)
Selasa, 10 April 2018
Mengapa (Why)
..yang jadi masalah adalah
kesesuaian normatif dengan
implementasi.
Bagaimana (How)
....memang perlu ada riset,
bila TKA mentransfer
teknologi, berapa besar bisnis
yang bisa diekspansi dan
SDM lokal yang merasakan
transfer ilmu.
Dalam unsur skrip yang ditampilkan Detik.com dan Republika
Online mencakup unsur what, who, when, where dan how namun pada
unsur where kedua media ini tidak mencantumkan karena keterangan
87
narasumber yang digunakan bersumber melalui keterangan tertulis dan
keterangan melalui telepon.
Dalam keseluruhan skrip Detik.com lebih menekankan pada unsur
what dan why yaitu terkait apa saja kebijakan yang dirubah dan mengapa
Perpres TKA perlu diterbitkan. Pada unsur what pada teks berita
Detik.com banyak sekali paragraf menjelaskan bahwa perpres ini lebih
kepada penyederhanaan prosedur tanpa mengabaikan unsur pengawasan
secara selektif. Kemudian unsur why menegaskan bahwa Perpes TKA
pada akhirnya akan berdampak pada kemudahan investasi sehingga
mampu membuka lapangan pekerjaan di Indonesia. Kedua unsur tersebut
ditekankan Detik.com supaya pembaca tidak perlu khawatir terkait
diterbitkannya Perpres TKA.
Tinjauan unsur skrip yang ditampilkan Republika Online
menekankan pada unsur why yang menginformasikan kepada pembaca
bahwa Perpres TKA sering terjadi masalah pada kesesuaian antara unsur
normatif dan implementasi disebabkan karena lemahnya penegakan
hukum bagi TKA yang melanggar.
3. TEMATIK
a. Detail
Tabel 4.20
Detail Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Kalimat ...selain menyederhanakan
prosedur dan persyaratan
tetap ketat, juga untuk
meningkatkan daya saing,
meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, memperluas
kesempatan kerja, kepastian
berusaha, mengurangi
ekonomi yang tinggi, dan
efisiensi administrasi.
(Paragraf ke-9)
...misalnya untuk aturan
penggunaan TKA untuk
keahlian yang belum
dipunyai tenaga kerja
Indonesia, ternyata banyak
dilanggar dengan
mempekerjakan juga pekerja
dasar dengan alasan
berpegang pada aturan
formal.
(Paragraf ke-3)
88
Peringkat EoDB Indonesia
masih berada di bawah
Singapura yang menduduki
peringkat 2 dengan nilai
84,57, dan beberapa negara
ASEAN lainnya.
Contohnya Malaysia di
peringkat 24 dengan nilai
78,43, Thailand 26 dengan
nilai 77,44, dan Brunei
Darussalam di posisi 56
dengan nilai 70,60, dan
Vietnam di posisi 68
dengan nilai 67,93.
(Paragraf ke-12)
..pekerja asing hanya boleh
menduduki jabatan-jabatan
tertentu yang terbatas dan
bersifat skilled, paling
rendah adalah engineer atau
teknisi. Pekerja kasar tidak
boleh dan jika ada maka
sudah pasti merupakan
pelanggaran.
(Paragraf ke-15)
Pada tabel 4.19 Detik.com menampilkan detail pada paragraf ke-
9,12 dan 15. Paragraf ke-9 Detik.com secara lengkap menjabarkan kalimat
pendukung terkait tujuan pengesahan Perpres TKA. Kata “selain” dalam
kalimat tersebut menegaskan bahwa pengesahan Perpres TKA bukan
hanya sekedar menyederhanakan prosedur melainkan banyak tujuan positif
lainnya. Padahal jika kalimat pada paragraf ke-9 tidak dicantumkan
pembaca tetap mengkap apa tujuan Perpes ini disahkan. Hal ini
menandakan bahwa Detik.com secara tidak langsung ingin meyakinkan
pembaca bahwa pengesahan Perpres TKA memberikan banyak dampak
positif, seperti yang dijabarkan pada kalimat berikut:
89
...untuk meningkatkan daya saing, meningkatkan pertumbuhan
ekonomi,memperluas kesempatan kerja, kepastian berusaha,
mengurangi ekonomi yang tinggi, dan efisiensi administrasi.
Fakta lain yang dijabarkan secara lengkap oleh Detik.com terlihat
pada paragraf ke-12. Paragraf ini memaparkan secara gamblang terkait
data indkes kemudahan berbisnis yang merujuk pada data Ease of Doing
Business Index (EoDB) yaitu sebuah indkes yang dibuat oleh Bank Dunia.
Secara lengkap Detik.com menggamarkan presentasi kemudahan berbisnis
Indonesia dan mengurutkan serta membandingkan dengan negara lain.
Pada data tersebut Indonesia berada jauh dibawah negara-negara di
ASEAN. Dengan menampilkan data tersebut secara tidak langsung
Detik.com ingin membuat data pendukung untuk memperkuat alasan
Perpres TKA harus disahkan oleh pemerintah.
Lalu pada paragraf ke-15 Detik.com memaparkan detail terkait
jabatan yang boleh diisi oleh TKA dan diatur dalam Perpres TKA. Pada
paragraf ditegaskan bahwa jabatan yang boleh diisi hanya untuk posisi
yang membutuhkan skill atau kemampuan khusus. Kalimat diperjelas
dengan pengecualian jabatan yang tidak boleh diisi dan dianggap
melanggar Dalam hal ini disebut dengan TKA unskill worker. Paragraf
tersebut dapat meyakinkan pembaca bahwa kebijakan ini tidak akan
mengganggu dan mengancam tenaga kerja lokal.
Kemudian aspek detail yang ditampilkan Republika Online terlihat
pada pada paragraf ke-3. Pada Paragraf tersebut Republika Online
memaparkan secara lengkap contoh pelanggaran yang dilakukan
pemerintah dalam penegakan Perpres TKA dalam hal ini masalah
implementasi yang tidak berjalan sesuai dengan kebijakan. Hal ini
amemberikan gambaran lengkap kepada pembaca bahwa Pemerintah tidak
melaksanakan hal yang sangat penting dalam sebuah aturan yaitu
implementasi dari pengawasan dalam hal ini pengawasan terhadap TKA
ilegal arau unskill worker yang tidak ditindak tegas oleh pemerintah.
Secara tidak langsung pemerintah dianggap tidak melaksanakan atau
90
telahmengabaikan dua tugas utama yaitu pengawasan dan penegakan
hukum terhadap TKA ilegal.
b. Koherensi
Tabel 4.21
Koherensi Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Koherensi ...Perpres Nomor 20 Tahun
2018 selain
menyederhanakan prosedur
dan persyaratan tetap ketat,
juga untuk meningkatkan
daya saing, meningkatkan
pertumbuhan ekonomi,
memperluas kesempatan
kerja, kepastian berusaha,
mengurangi ekonomi yang
tinggi, dan efisiensi
administrasi.
Kemudahan berbisnis
dapat mempengaruhi iklim
usaha di suatu Negara.
Sektor swasta menjadi
mampu berkembang
dengan lebih baik lagi,
sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan
ekonomi negara
. dengan sekarang regulasi
dilonggarkan. Saat
implementasi melenceng
dari rencana, tidak pernah
ada penegakan hukum.
Padahal regulasi berfungsi
mengatur implementasi.
..Karena saat investasi
berjalan, dampaknya juga
pada pembukaan kesempatan
kerja baru..
Koherensi yang ditampilkan Detik.com adalah jenis koherensi
penjelas dan koherensi sebab akibat. Kohernesi penjelas terdapat pada
paragraf ke-9 yang ditandai dengan kata “selain dan juga” kata tersebut
menjelaskan secara detail tujuan lain disahkannya Perpes TKA yang secara
garis besar menampilkan citra positif sehingga akan memengaruhi
pembaca. Kemudian koherensi sebab akibat telihat pada paragraf ke-13
yang ditandai dengan kata “dapat” yang memaparkan dampak, akibat atau
manfaat dari disahkannya Perpres TKA yaitu dapat memperbaiki iklim
investasi di Indonesia.
Kemudian koherensi yang diterdapat pada teks berita Republika
Online yaitu koherensi pembeda dan kohernsi sebab akibat. Koherensi
91
pembeda terlihat pada paragraf ke-4 yang ditandai dengan kata “padahal”
menjelaskan tentang penegakan hukum yang diabaikan pemerintah.
Koherensi sebab akibat terdapat pada paragraf ke-5 yang memaparkan
akibat dari adanya investasi.
c. Kata Ganti
Tabel 4.22
Kata Ganti Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Kalimat ...semua hal terkait soal
perizinan bukan hanya soal
TKA, tapi juga perizinan
tenaga kerja di dalam
negeri. Misalnya isu
Pekerja Migran Indonesia
(PMI) mau ke luar negeri,
ini juga kita reformasi.
Jangan sampai orang mau
bekerja keluar negeri,
butuh waktu bertele-tele
dan panjang..
....dia mengatakan...
Pada tabel 4.21 dalam teks berita Detik.com terdapat kata ganti
jamak (lebih dari satu orang) pada paragraf ke-5 yaitu kata ganti kita. Kata
ganti tersebut merujuk pada pernyataan dari Hanif Dhakiri yang
sebenarnya menunjukan bahwa pernyataan tersebut mewakili sikap dari
lembaga yang ia jabat yaitu Kementerian Ketenagakerjaan. Ini artinya
pernyataan tersebut bukan merupakan representasi sikap dari pribadi Hanif
Dhakiri seorang, melainkan mencakup seluruh jajaran kementerian dan
pemerintah. Namun penggunaan kata “kita” menurut penulis kurang tepat.
Karena kata ganti tersebut mencakup pembicara dan lawan bicara
(khalayak/pembaca/masyarakat). Seharusnya jika kata ganti tersebut
merujuk pada sikap Hanif dan Kemnenterian Ketenagakerjaan maka
seharusnya menggunakan kata ganti kami yang menunjukan sikap
pembicara tanpa melibatkan lawan bicara (khalayak/pembaca/masyarakat).
Namun penulis menganggap penggunaan kata ganti kita bukan tanpa
tujuan melainkan memberikan kesan bahwa pernyataan tersebut
merpresentasikan seluruh masyarakat Indonesia.
92
Kemudian pada teks Republika Online kata ganti yang sering
digunakan adalah kata ganti tunggal yaitu “dia”. Kata ganti dia yang
digunakan Republika Online menggambarkan bahwa pandangan atau sikap
tersebut merupakan pernyataan dari narasumber. Republika Online
mempertegas dengan menggunakan kata ganti tersebut agar memberikan
nada bahwasanya pandangan tersebut bukanlah pandangan Republika
Online secara subjektif melainkan pandangan narasumber.
4. RETORIS
a. Leksikon
Tabel 4.23
Leksikon Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Kata/Frasa ...karena pemerintah
mengendalikan melalui
perizinan dan syarat-syarat
masuk cukup ketat..
..syarat yang dilonggarkan,
implementasinya bisa lebih
longgar...
Pada tabel 4.2 menampilkan unsur leksikon yang digunakan oleh
Detik.com dan Republika Online. Dalam memaparkan kalimat terkait
syarat-syarat atau perizinan yang terdapat pada Perpres TKA, kedua media
ini menggunakan pilihan kata yang berbeda. Hal tersebut secara tidak
langsung dilakukan untuk mendukung ideologi atau tujuan dari media
tersebut dalam pemberitaan ini. Detik.com menggunakan kata
“mengatur” yang memiliki kata dasar atur dengan awalan me. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia kata mengatur memiliki arti lain yaitu
menata, merapikan, mengurus dan menyusun. Makna mengatur yang
digunakan Detik.com mempertegas bahwa syarat-syarat dalam perizinan
TKA benar-benar dijaaga dan dipantau dengan baik oleh pemerintah. Hal
ini pada akhirnya memberikan kesan halus (eufimisme) kepada pemerintah
terkait kebijakan ini.
Berbeda dengan Detik.com, dalam mengungkapkan kalimat syarat
dan perizinan TKA, Republika Online menggunakan kata dilonggarkan
yang memiliki kata dasar longgar dengan awalan di dan akhiran an. Kata
tersebut secara tidak langsung memberikan kesan bahwa pemerintah
93
secara sengaja melonggarkan perizinan TKA. Hal ini memberikan kesan
negatif kepada pemerintah dan menganggap pemerintah membebaskan
masuknya TKA ke Indonesia.
b. Grafis
Tabel 4.24
Kata Ganti Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Gambar
atau Foto
Foto Hanif Dhakiri Menteri
Ketenagakerjaan
Foto Ilustrasi tenaga kerja
asing
Huruf Kalimat judul ditampilkan
dengan ukuran besar dan
tebal (Bold)
Kalimat judul ditampilkan
dengan ukuran besar dan
tebal (Bold)
Dibawah judul dan gambar
ilustrasi Republika
menampilkan kalimat
Saat implementasi
melenceng dari rencana,
tidak pernah ada
penegakan hukum.
Dengan ukuran huruf setara
dengan artikel namun diberi
ketebalan .
Pada unsur grafis Detik.com menampilkan Foto Hanif Dhakiri
Menteri Ketenagakerjaan bersama dengan jajaran pemerintah lainnya.
Detik.com tidak memeberikan caption atau penjelasan terkait foto tersebut.
Dalam foto tersebut Hanif terlihat sedang menyampaikan pendapat, pidato
atau konferensi pers kepada audiens atau wartawan. Foto yang digunakan
Detik.com secara tidak langsung mendukung artikel yang ditampilkan
Detik.com pada pemberitaan ini. Karena dalam teks berita Detik.com
secara keseluruhan menampilkan kutipan wawancara dari Hanif Dhakiri.
Kemudian pada penulisan judul ditampilkan lebih besar dan tebal dengan
tulisan “Menaker: Tak akan Ada Banjir Tenaga Kerja Asing.” Judul
tersebut juga sesuai dan berkaitan dengan foto yang ditampilkan yaitu
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker).
94
Dari segi grafis Republika Online menampilkan gambar ilustrasi
tenaga kerja asing. Jika diamati illustrasi tersebut menampilkan
rombongan TKA berwajah oriental terlihat sedang berjalan menyebrang di
zebra cross. Penggunaan illustrasi tersebut seolah mendukung isi artikel
pada berita ini yaitu terkait tenaga kerja asing di Indonesia. Kemudian
pada judul seperti biasa ditampilkan dengan ukuran besar dan diberi
ketebalan. Namun ada sebuah kalimat di bawah gambar illustrasi yang
bertuliskan “Saat implementasi melenceng dari rencana, tidak pernah ada
penegakan hukum”. Kalimat tersebut ditampilkan dengan menggunakan
huruf tebal (bold). Penempatan dan bentuk tulisan sengaja dilakukan
Republika Online untuk memberikan arti penting dalam berita tersebut.
Republika Online ingin menyampaikan kepada pembaca bahwa dalam
Implementasinya pengakan hukum terhadap TKA yang melanggar tidak
pernah ditindak oleh pemerintah. Hal ini memberikan kesan bahwa
pemerintah tidak tegas dalam mengawasi dan menagakan hukum bagi
TKA yang melanggar.
Pemberitaan Pekan ketiga pada Detik.com dan Republika Online
19 dan 18 April 2018
1. SINTAKSIS
a. Headline
Tabel 4.25
Headline Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Headline Perpres Tenaga Kerja
Asing Ditolak, Wacana
Pansus Muncul di DPR RI
Pemerintah Diminta Cabut
Perpres Tenaga Kerja Asing
Pada tabel 4.24 pemberitaan mengenai Perpres TKA edisi pekan
ketiga pada Detik.com dan Republika Online memasuki babak baru yaitu
terkait munculnya aksi penolakan dari beberapa pihak. Kedua media ini
sama-sama menampilkan isu yang sama. Namun dalam pemberitaannya
Detik.com dan Republika Online memiliki sudut pandang yang berbeda.
95
Judul pemberitaan yang ditampilkan Detik.com adalah aksi
penolakan dari Perpres TKA yang berujung wacana pansus di DPR RI.
Dalam hal ini Pansus (Panitia khusus) merupakan alat kelengkapan DPR
RI yang bersifat sementara. Pansus bertugas melaksanakan tugas tertentu
dalam jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh rapat paripurna dan
dapat diperpanjang oleh Badan Musyawarah apabila panitia khusus belum
dapat menyelesaikan tugasnya.5 Pansus dibentuk dan dibubarkan oleh
DPR RI setelah jangka waktu penugasannya berakhir atau karena tugasnya
dinyatakan selesai. Dalam judul tersebut Detik.com memberikan gambaran
kepada pembaca bahwa aksi penolakan Perpres TKA ini jelas berasal dari
DPR RI dan baru tahap wacana.
Berbeda dengan Detik.com Republika Online menampilkan judul
terkait pemberitaan penolakan terhadap Perpres TKA dengan meminta
agar kebijakan tersebut dicabut. Dalam judul ini Republika Online tidak
mencantumkan secara jelas siapa yang meminta agar Perpres ini dicabut.
Dalam hal ini secara tidak langsung Republika Online melakukan
nominalisasi subjek. Seingga kesan yang muncul seolah Perpres TKA ini
menuai penolakan dari banyak kalangan.
Berkaitan dengan keterangan di atas bahwa Detik.com dan
Republika Online sama-sama menampilkan fakta terkait penolakan
Perpres TKA namun kedua media tersebut berbeda dalam pengemasan
judul berita. Judul Detik.com lebih menampilkan aksi Pansus dari DPR RI
sedangkan Republika Online lebih kepada permintaan agar Perpres TKA
dicabut.
5 http://www.DPR RI.go.id
96
b. Lead
Tabel 4.26
Lead Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Lead Jakarta - Perpres Tenaga
Kerja Asing (TKA) yang
diterbitkan Presiden Joko
Widodo menuai kritik dari
sejumlah anggota DPR RI.
Wacana pembentukan
panitia khusus (pansus) pun
mencuat.
REPUBLIKA.CO.ID,
JAKARTA -- Wakil Ketua DPR
RI RI Koordinator bidang
Kesejahteraan Rakyat (Kokesra)
Fahri Hamzah mengakui bahwa
keberadaan Peraturan Presiden
(Perpres) Nomor 20 Tahun 2018
tentang Tenaga Kerja Asing,
selain bertentangan dengan
Undang-Undang (UU)
Ketenagakerjaan, juga
mengundang kecemburuan yang
besar dari para buruh lokal. Oleh
karenanya, Pemerintah harus
segera mencabut Perpres tersebut
sebelum menimbulkan persoalan
yang lebih serius.
Pada Tabel 4.25 Lead yang ditampilkan Detik.com dan Republika
Online terlihat kontras dengan pandangannya masing-masing. Teks dalam
lead Detik.com menggunakan what lead dan who lead yang menunjukan
pandangan bahwa Perpres TKA yang disahkan Joko Widodo menuai kritik
dari sejumlah anggota DPR RI. Dalam teks tersebut detik menggunakan
kata “sejumlah” untuk mempertegas bahwa kritik tersebut tidak berasal
dari seluruh anggota DPR RI melainkan hanya beberapa anggota saja. Hal
ini terlihat bahwa Detik.com tidak ingin melakukan nominalisasi subjek
dalam hal ini lembaga DPR RI.
Kemudian teks dalam lead Republika Online menggunakan jenis
what lead, who lead dan why lead. Lead tersebut menampilkan pandangan
Fahri Hamzah sebagai wakil ketua DPR RI dari partai PKS yang
menaggap bahwa Perpres TKA bermasalah. dalam lead tersebut terdapat
dua hal yang menjadi alasan mengapa Perpres tersebut bermasalah, yaitu
melanggar UU ketenagakerjaan dan mengundang kecemburuan para buruh
97
lokal. Kedua alasan tersebut seolah ingin menguatkan pernyataan
setelahnya bahwa Perpres TKA haris dicabut.
Dalam lead yang ditampilkan kedua media tersebut secara garis
besar adalah merujuk pada subjek yang sama yaitu dari pihak DPR RI.
Namun bingkai yang ditampilkan keduanya sangat berbeda. Detik.com
menampilkan bahwa DPR RI hanya pada batas mengkritik saja sedangkan
Republika Online lebih dari sekedar mengkritik yaitu menampilkan agar
Perpres ini dicabut. Secara tidak langsung frame yang ingin dibangun
Detik.com adalah Perpres TKA tidak berbahaya karena dalam hal ini kritik
lebih dianggap sebagai bahan perbaikan untuk Perpres TKA. Sedangkan
pandangan Republika Online secara tidak langsung mengaggap Perpres
TKA berbahaya dan perlu dicabut.
c. Latar
Tabel 4.27
Latar Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Latar Fadli berpendapat
penerbitan perpres tersebut
salah arah dan tidak
memihak tenaga kerja
lokal.
"Saya rasa ini tidak adil, dan
harus segera dihentikan oleh
Pemerintah, karena itu
membuat orang-orang kita
cemburu,"
Latar yang dipilih Detik.com menggambarkan bahwa Perpres TKA
tidak memihak kepada tenaga kerja lokal. Sedangkan Republika Online
menggambarkan bahwa Perpes TKA tidak adil. Latar yang ditampilkan
kedua media ini sama-sama berasal dari pernyataan yang disampaikan oleh
wakil ketua DPR RI RI yaitu Detik.com menampilkan pernyataan Fadli
Zon sedangkan Republika Online menampilkan pernyataan dari Fahri
Hamzah. Mesikipun berasal dari lembaga dan jabatan yang sama yaitu dari
wakil ketua DPR RI namun nada kalimat yang di tampilkan berbeda.
Bahkan dalam teks Republika Online ditambahkan “harus dihentikan”
yang memiliki arti lain bahwa Perpres TKA harus dicabut seperti
mempertegas argumen pada judul dan lead pada teks berita Republika
Online.
98
Jika dilihat dari struktur jabatan wakil ketua DPR RI. Fahri
Hamzah dan Fadli Zon membawahi bidang yang berbeda. Fadli sebagai
Wakil Ketua DPR RI Bidang Politik dan Keamanan sedangkan Fahri
Hamzah sebagai Wakil Ketua DPR RI Bidang Kesejahteraan. Penulis
mengamati pemilihan narasumber ini bukan tanpa alasan. Secara tidak
langsung Detik.com mengaitkan Perpres TKA dengan unsur politik
sedangkan Republika Online mengaitkannya dengan kesejakteraan rakyat.
d. Kutipan
Tabel 4.28
Latar Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Kutipan "Saya menyesalkan adanya
relaksasi aturan tenaga kerja
asing yang dilakukan oleh
pemerintah. Perpres No
20/2018 tentang
Penggunaan Tenaga Kerja
Asing tak berpihak pada
kepentingan tenaga kerja
lokal,"
"Sebelum ada Perpres No
20/2018 saja lonjakannya
sudah besar, apalagi sesudah
ada perpres ini,"
"Saya menilai pemerintah
tidak peka pada kepentingan
tenaga kerja kita,"
"Jadi, bila perlu nanti kita
usulkan untuk dibentuk
pansus mengenai tenaga
kerja asing agar lebih punya
taring. Bahaya sekali jika
pemerintahan ini berjalan
tanpa kontrol memadai,"
(Fadli Zon)
"Jadi kita tahu karena ini
tahun politik, isu tenaga
kerja pasti digoreng-goreng.
"Saya rasa ini tidak adil, dan
harus segera dihentikan oleh
Pemerintah, karena itu
membuat orang-orang kita
cemburu,"
"Bahkan sekarang ini, hak-hak
pasar mereka di bawah yang
unskillable (tidak punya
keahlian), diambil oleh
datangnya pekerja asing yang
tidak punya keahlian secara
masif,".
"Tapi ternyata yang datang ini,
dan yang dilegalkan melalui
Perpres ini, justru yang tidak
punya keahlian yang pasarnya
di Indonesia ini banyak sekali
karena pengangguran sangat
besar. Kita tahu, pertama-tama
karena penyerapan tenaga
kerja bersumber dari
pertumbuhan ekonomi.
Sementara ekonomi kita
mandeg,"
"Sekali lagi, ini harus
dihentikan. Sebab kalau tidak,
saya siap berbicara dengan
kawan-kawan di DPR RI
99
Tapi sekali lagi kami
tegaskan, perbaikan yang
dilakukan dalam perpres itu
adalah administrasi,
pengurusan. Agar misalnya
seorang direktur yang sudah
bekerja di sini kan banyak,
kemudian mereka harus
keluar dulu ke Singapura
untuk izin sementara, baru
masuk lagi. Nah, izin-izin
begitulah yang diatur,
dipermudah,"
(Pramono Anung)
bahwa ini tidak bisa dibiarkan,
dan harus ada investigasi,"
(Fahri Hamzah)
Dalam teks berita tersebut Detik.com mewawancarai Wakil Ketua
DPR RI Fadli Zon dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung. Fadli Zon
menanggapi terkait pengesahan Perpres TKA yang menurutnya tidak
berpihak kepada tenaga kerja lokal. Fadli juga memberikan penegasan
bahwa Perpres ini adalah sebuah bentuk kemunduran dari kebijakan
sebelumnya yang menurutnya masih bermasalah. Hal ini menjadi landasan
Fadli untuk mengusulkan Pansus DPR RI untuk Perpres TKA. Dari segi
susunan kutipan narasumber Detik.com menempatkan kutipan Pramono
Anung setelah pernyataan Fadli. Hal tersebut terlihat bahwa Detik.com
memberikan ruang kepada pihak pemerintah untuk menanggapi dan
mengkalarifikasi pernyataan Fadli. Anung memberikan nada bahwa regulasi
pada Perpres TKA tidak bermasalah namun hanya dimainkan oleh pihak
tertentu karena situasi politik sedang hangat.
Pada teks berita Republika Online hanya mewawancarai Wakil
Ketua DPR RI Fahri Hamzah, sehingga narasumber dalam teks ini adalah
narasumber tunggal. Jika diamati poin utama dalam kutipan tersebut terkait
Perpres TKA yang harus segera dicabut.
Dari segi kelengkapan narasumber terlihat bagimana Detik.com
dan Republika Online mengarahkan pemberitaan ini. Detik.com
menampilkan dua sudut pandang yang berbeda sehingga pemberitaan
tersebut memenuhi unsur cover bothside. Namun dari susunan narasumber
100
terlihat bahwa pernyataan narasumber kedua seolah menepis pernyataan
narasumber sebelumnya dengan nada bahwa pernyataan narasumber
pertama tidak benar. Sedangkan Republika Online hanya menampilkan
narasumber tunggal dan tidak memenuhi unsur cover bothside sehingga
jelas arah pemberitaan adalah terkait perpres TKA perlu dicbut.
e. Pernyataan
Tabel 4.29
Pernyataan Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Pernyataan ... Kabinet Pramono Anung
mengatakan Peraturan
Presiden No 20 Tahun
2018 tentang Tenaga Kerja
Asing (TKA) untuk
mempermudah
administrasi TKA level
manajer ke atas, bukan
untuk memudahkan TKA
masuk Indonesia. Pramono
sadar isu TKA itu sengaja
dimainkan oleh pihak
tertentu pada 'tahun politik'
seperti saat ini. Meski
demikian, dia menegaskan
perpres itu berkaitan
dengan administrasi.
Dikemukakan Fahri kalau
DPR RI dan Pemerintah
sudah sukses melahirkan UU
Perlindungan Pekerja Migran
Indonesia (PPMI) Nomor 18
Tahun 2017, yang
melindungi pekerja
Indonesia di luar negeri.
Tetapi, para buruh ini merasa
pekerja di dalam negeri
sendiri tidak dilindungi, baik
itu hak-haknya dalam
pembayaran dan sebagainya.
Pada tabel Tabel 4.28 Detik.com menggunakan pernyataan dari
Pramono Anung yang memandang bahw Perpres TKA ini berkaitan
dengan kemudahan administrasi yang diberikan kepada level manajer ke
atas. Ini artinya pernyataan Anung sekaligus memberikan penekanan
bahwa Perpres tersebut tidak menyentuh ranah TKA yang tidak memiliki
keahlian (unskill worker) yang selama ini menurutnya selalu
dipermasalahkan dan sengaja dimainkan oleh pihak tertentu ditahun
politik.
Sedangkan Republika Online menggunakan pernyataan Fahri
Hamzah yang menunjukan bentuk ketidakadilan pemerintah terhadap
tenaga kerja lokal. Hal tersebut terlihat dari hadirnya kebijakan yang
101
melindungi tenaga kerja indonesia di luar negeri yang termuat dalam UU
Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PPMI) Nomor 18 Tahun 2017
sedangkan perlindungan bagi tenaga kerja lokal tidak ada. Secara tidak
langsung teks ini mengarahkan bahwa Perpres TKA tidak mampu menjadi
payung hukum yang melindungi tenaga kerja lokal.
Dari unsur pernyataan terdapat perbedaan bingkai yang dilakukan
oleh Detik.com dan Republika Online. Frame Detik.com lebih mengarah
kepada penonjolan regulasi pada Perpres TKA hanya pada TKA terlatih
dalam hal ini tingkat manajer ke atas. Sikap tersebut menegaskan bahwa
kemudahan bagi TKA terlatih bukan sebagai bentuk kemudahan bagi TKA
masuk ke Indonesia melainkan kemudahan dalam aspek administrasi.
Sedangkan frame yang dilakukan Republika Online lebih mengarah pada
sikap pemerintah yang dianggap tidak adil terhadap tenaga kerja lokal
pada tingkat level buruh.
f. Penutup
Tabel 4.30
Penutup Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Penutup "Jadi kita tahu karena ini
tahun politik, isu tenaga
kerja pasti digoreng-
goreng. Tapi sekali lagi
kami tegaskan, perbaikan
yang dilakukan dalam
perpres itu adalah
administrasi, pengurusan.
Agar misalnya seorang
direktur yang sudah
bekerja di sini kan banyak,
kemudian mereka harus
keluar dulu ke Singapura
untuk izin sementara, baru
masuk lagi. Nah, izin-izin
begitulah yang diatur,
dipermudah,"
Fahri juga menyebutkan
bahwa keluarnya Perpres
No.20/2018 ini, apa yang
sebenarnya melanggar UU
Ketenagakerjaan sekarang
mau dilegalkan. Sehingga
akan lebih banyak lagi
berdatangan buruh-buruh
unskillable itu.
Pada bagian penutup Detik.com memaparakan kutipan wawancara
dari Pramono Anung yang menegaskan secara jelas bentuk perbaikan
102
dalam Perpres TKA. Hal ini secara tidak langsung Detik.com ingin
mengajak agar isu terkait pengesahan tidak perlu dikhawatirkan karena
tidak akan berdampak pada kelonggaran bagi TKA masuk ke Indonesia.
Sedangkan penutup Republika Online lebih menekankan pada
aspek pelanggaran yang dilakukan pemerintah dalam pengesahan
kebijakan tersebut sehingga akan berdampak pada kelonggaran bagi TKA
golongan unskillable masuk ke Indonesia. Bagian akhir ini terlihat bahwa
Republika Online konsisten dalam membahas terkait bentuk pelangaran
yang terdapat pada Perpres TKA. Hal tersebut untuk memperkuat
argumennya bahwa kebijakan TKA yang disahkan Joko Widodo tersebut
harus dicabut.
2. SKRIP
a. Kelengkapan Berita
Tabel 4.31
5W+1H Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
5W+1H (What)
Perpres Tenaga Kerja
Asing (TKA) yang
diterbitkan Presiden Joko
Widodo menuai kritik dari
sejumlah anggota DPR RI.
Wacana pembentukan
panitia khusus (pansus)
pun mencuat.
(Who)
Sejumlah anggota DPR RI
(Why)
...penerbitan perpres
tersebut salah arah dan
tidak memihak tenaga
kerja lokal.
(When)
Kamis, 19 April 2018
(What)
Perpres TKA No 20/2018
harus segera dicabut sebelum
menimbulkan persoalan yang
lebih serius.
(Who)
Wakil Ketua DPR RI Fahri
Hamzah
(Why)
..keberadaan Peraturan
Presiden (Perpres) Nomor 20
Tahun 2018 tentang Tenaga
Kerja Asing, selain
bertentangan dengan Undang-
Undang (UU)
Ketenagakerjaan, juga
mengundang kecemburuan
yang besar dari para buruh
lokal.
103
(Where)
Tidak dicantumkan
(How)
..pemerintah seharusnya
menerbitkan aturan yang
melindungi tenaga kerja
lokal.
(When)
Selasa, 17 April 2018
(Where)
Jakarta
(How) DPR RI dan Pemerintah
sudah sukses melahirkan UU
Perlindungan Pekerja Migran
Indonesia (PPMI) Nomor 18
Tahun 2017, yang melindungi
pekerja Indonesia di luar
negeri. Tetapi, para buruh ini
merasa pekerja di dalam
negeri sendiri tidak
dilindungi, baik itu hak-
haknya dalam pembayaran
dan sebagainya.
Dari struktur skrip ini pembingkaian kedua media akan terlihat dari
unsur skrip mana yang coba dihilangkan atau dimunculkan. Dari segi
kelengkapan unsur 5W+1H pada teks Detik.com cukup lengkap hanya saja
unsur where tidak dicantumkan karena pernyataan didapatkan dari akun
media sosial narasumber. Sedangkan unsur 5W+1H pada teks Republika
Online sudah lengkap.
Jika diamati terdapat perbedaan pada unsur what dan why. Pada
Unsur what Detik.com memaknai Perpres TKA menuai kritik dari DPR RI
sedangkan pada teks Republika Online lebih memaknainya sebagai aturan
yang berbahaya sehingga harus segera dicabut. Kemudian perbedaan pada
unsur why Detik.com memaknai perpres TKA sebagai kebijakan yang
salah arah dan tidak memihak kepada tenaga kerja lokal. sedangkan
Republika Online lebih memaknainya Perpres TKA sebagai kebijakan
yang melanggar UU ketenagakerjaan dan dapat menimbulkan
kecemburuan sosial terutama bagi tenaga kerja lokal. Padahal kedua
pernyataan tersebut berasal dari lembaga yang sama yaitu DPR RI, namun
104
pemaknaan sangat terlihat kontras. Hal ini menentukan arah pemberitaan
yang hendak dibawa oleh kedua media ini.
3. TEMATIK
a. Detail
Tabel 4.32
Detail Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Kalimat ..Dia mengutip data
Kementerian
Ketenagakerjaan dan
Transmigrasi
(Kemnakertrans) per Maret
2018 yang menyebutkan
sekitar 126 ribu tenaga
kerja asing ada di
Indonesia. Angka ini
melonjak 69,85 persen
dibandingkan jumlah
tenaga kerja asing pada
Desember 2016, yang
masih 74.813 orang.
Bahkan, sambung Fahri
Hamzah, dalam ekonomi
yang mandeg saat ini maka
otomatis tidak bisa menyerap
tenaga kerja, karena
investasinya itu masih
dominan dikerja oleh mesin.
Ditambah lagi, pasar
tenaga kerja Indonesia
diserobot oleh tenaga kerja
asing.
Pada unsur detail Detik.com menjelaskan secara lengkap data
jumlah tenaga kerja asing di Indonesia. Terlihat Detik.com mempertegas
data tersebut dengan membandingkan data pada tahun sebelumnya. Hal ini
memperlihatkan kepada pembaca presentasi kenaikan jumlah TKA
sebanyak 69,85%. Namun Detik.com tidak memaparkan apakah kenaikan
tersebut masih dalam batas wajar sesuai kebijakan Perpres TKA
sebelumnya. Sehingga pembaca lebih fokus pada pada kenaikan
presentasinya saja.
Berbeda dengan Detik.com, detail yang ditampilkan Republika
Online lebih kepada kondisi tenaga kerja lokal yang dianggap dirugikan
karena peluang atau pasar tenaga kerja diambil oleh TKA. Namun
pernyataan tersebut tidak dijelaskan pasar jenis apa yang diambil, apakah
posisi pada pasar yang membutuhkan keahlian atau posisi tanpa keahlian.
105
b. Koherensi
Tabel 4.33
Koherensi Detik.com dan Republika Online
Unsur Republika Online Republika Online
Koherensi
Hubungan
antar
kalimat
...Dia menegaskan kebijakan
Joko Widodo ini perlu
dikoreksi. DPR dulu pernah
membentuk Panja Pengawas
Tenaga Kerja Asing. Tapi
Fadli menyebut
rekomendasinya diabaikan.
Pramono sadar isu TKA itu
sengaja dimainkan oleh
pihak tertentu pada 'tahun
politik' seperti saat ini.
Meski demikian, dia
menegaskan perpres itu
berkaitan dengan
administrasi.
..DPR dan Pemerintah
sudah sukses melahirkan
UU Perlindungan Pekerja
Migran Indonesia (PPMI)
Nomor 18 Tahun 2017,
yang melindungi pekerja
Indonesia di luar negeri.
Tetapi, para buruh ini
merasa pekerja di dalam
negeri sendiri tidak
dilindungi..
Pada tabel 4.31 koherensi yang digunakan Detik.com mencakup
dua paragraf yaitu paragraf ke-5 dan ke-7. Koherensi pertama menggunakan
jenis koherensi pembeda yang ditandai dengan kata “tapi” yang
menghubungkan dua kalimat berbeda pada paragraf ke-5 sehingga saling
berkaitan. Hal ini bertujuan untuk memberikan nada bahwa Presiden Joko
Widodo telah mengabaikan usaha yang dilakukan DPR dalam upaya
pengawasan bagi keberadaan tenaga kerja asing. Kemudian koherensi
selanjutnya juga menggunakan jenis koherensi pembeda yang ditandai
dengan kata “meski” yang menghubungkan dua kalimat pada paragraf ke-5.
Hal tersebut menunjukan sikap pemerintah yang tetap meyakinkan bahwa
Perpres TKA tetap bertujuan untuk mengatur arus TKA di Indonesia
meskipun terdapat penolakan dari berbrbagai pihak.
Kemudian unsur koherensi pada teks berita Republika Online
terdapat pada paragraf ke-3 dengan menggunakan jenis koherensi pembeda
yang ditandai dengan kata “tetapi”. Koherensi tersebut menunjukan bahwa
106
buruh lokal tidak mendapatkan perlakuan yang sama dengan tenaga kerja
migran yang telah diberikan perlindungan oleh pemerintah melalaui
kebijakan yang terdapat pada UU PPMI. Koherensi itu sengaja digunakan
untuk memperlihatkan sikap pemerintah yang tidak adil kepada sesama
pekerja baik lokal. Hal tersebut juga memberikan penegasan pada kalimat
yang sudah tertulis dalam lead berita ini.
c. Kata Ganti
Tabel 4.34
Kata Ganti Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Kalimat Meski demikian, dia
menegaskan perpres itu
berkaitan dengan
administrasi.
Kita tahu, pertama-tama
karena penyerapan tenaga
kerja bersumber dari
pertumbuhan ekonomi.
Sementara ekonomi kita
mandeg
Kata ganti yang digunakan Detik.com adalah kata ganti dia, yang
merujuk pada narasumber Pramono Anung. kata ganti tersebut
menciptakan jarak antara wartawan (Detik.com) dengan narasumber.
Detik.com ingin memberikan kesan objektif dengan menyatakan bahwa ini
adalah pernyataan narasuber bukan pernyataan subjektif media.
Kemudian kata ganti yang digunakan Republika Online ialah kita.
menggunakan Kata ganti tersebut merujuk pada representasi bagi sikap
bersama. Pada kalimat tersebut Republika Online membenarkan fakta
bahwa penyerapan tenaga kerja bersumber dari pertumbuhan ekonomi.
4. RETORIS
a. Leksikon
Tabel 4.35
Bentuk Kalimat Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Kata Kritik datang dari Wakil
Ketua DPR Fadli Zon.
Fadli berpendapat
..Peraturan Presiden (Perpres)
Nomor 20 Tahun 2018
tentang Tenaga Kerja Asing,
107
penerbitan perpres tersebut
salah arah dan tidak
memihak tenaga kerja
lokal.
... tidak memihak tenaga
kerja lokal.
selain bertentangan dengan
Undang-Undang (UU)
Ketenagakerjaan, juga
mengundang kecemburuan
yang besar
..dari para buruh lokal.
Penggunaan kata atau frasa yang digunakan Detik.com dan
Republika Online dalam mengungkapkan bentuk pelanggaran dalam
Perpres TKA Nomor 20 Tahun 2018 dalam bentuk teks dan kalimat cukup
berbeda. Detik.com menggunakan kata “salah arah” dan “tidak memihak”
sedangkan Republika Online menggunakan kata bertentangan dan
“mengundang kecemburuan”.
Dalam teks Detik.com dalam menilai Perpres TKA menggunakan
kata “salah arah”. Kata tersebut memiliki arti lain yaitu tidak sesuai
dengan tujuan atau melenceng dari tujuan semula. Maksudnya perpres
tersebut yang semula untuk melindungi tenaga kerja indonesia tapi malah
memudahkan tenaga kerja asing. Dalam hal ini Detik.com mengaitkan
Perpres TKA dengan objek dari kebijakan tersebut yaitu tenaga kerja itu
sendiri. Sedangkan Republika Online menggunakan kata “bertentangan”
yang memiliki arti lain tidak selaras. Maksudnya Perpres TKA tidak sesuai
dengan peraturan yang lebih tinggi yaitu undang-undang dalam hal ini
adalah tidak sesuai dengan UU Ketenagakerjaan. Republika Online lebih
menitikberatkan pada kebijakan itu sendiri yaitu Perpres TKA. Kata “salah
arah” dan “bertentangan” secara makna memiliki persamaan, namun kata
tersebut memilki keterkaitan yang berbeda. Kata “salah arah” lebih kepada
objek dari kebijakan tersebut (tenaga kerja) sedangkan kata “bertentangan”
lebih berkaitan dengan subjeknya yaitu kebijakan (Perpres TKA).
Detik.com juga menggunakan kata “tidak memihak” dalam
menjelaskan maksud kritik dari Perpres TKA. Tidak memihak dalam hal
ini adalah bahwa Perpres TKA ini tidak menguntungkan bagi tenaga kerja
indonesia. Hal ini memberikan nada bahwa sebagian besar atau
keseluruhan kebijakan dalam Perpres TKA menguntungkan bagi tenaga
108
kerja asing. Kemudian dan Republika Online dalam teksnya menggunakan
kata “mengundang kecemburuan” bagi tenaga kerja indonesia kepada
tenaga kerja asing. Penggunaan kata tersebut lebih mengungkapkan
dampak dari Perpres TKA sedangkan Detik.com lebih mengungkapan
kritik pada isi kebijakan Perpres TKA itu sendiri.
Kemudian perbedaan pada teks Detik.com dan Republika Online
lainnya juga terletak pada penggunaan tenaga kerja dan buruh. Dalam teks
berita di atas Detik.com menggunakan kata “tenaga kerja lokal” dan dan
Republika Online menggunakan kata “buruh lokal”.
Secara pengertian Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. (13 tahun 2003
Bab I pasal 1 ayat 2).6
Sedangkan pengertian buruh, pekerja, tenaga kerja atau karyawan
pada dasarnya adalah manusia yang menggunakan tenaga dan
kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik
berupa uang maupun bentuk lainya kepada Pemberi Kerja
atau Pengusaha atau majikan.7
Secara makna tenaga kerja dan buruh memang memiliki
persamaan. Namun pemilihan frasa ini pasti memiliki konotasi atau kesan
yang berbeda. Dalam budya masyarakat kita kata “Buruh” berkonotasi
sebagai pekerja yang lebih rendah dan lebih besar menggunakan
otot/tenaga. sedangkan pekerja, Tenaga kerja dan Karyawan adalah
sebutan untuk buruh yang lebih tinggi, dan diberikan cenderung kepada
buruh yang tidak memakai otot tapi otak dalam melakukan kerja. Pada
intinya keempat kata ini sama mempunyai arti satu yaitu Pekerja. Hal
tersebut terutama merujuk pada Undang-undang Ketenagakerjaan, yang
berlaku umum untuk seluruh pekerja maupun pengusaha di Indonesia.
Namun menurut penulis perbedaan mendasar penggunaan kata
buruh dan tenaga kerja adalah kata buruh lebih umum dan memiliki
6 https://id.wikipedia.org
7 https://id.wikipedia.org
109
cakupan yang luas sedangkan kate tenaga kerja lebih kepada bahasa yang
sering dipakai dalam bahasa hukum atau undang-undang sebagaimana
yang tercantum dalam UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2.
b. Grafis
Tabel 4.36
Kata Ganti Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Gambar
atau
Foto
Dalam artikel berita terdapat
1 ilustrasi dan 2 foto.
Ilustrasi tersebut berupa
kumpulan icon dari
berbagai jenis
pekerjaan/jabatan dan
diletakan sebagai gambar
utama.
Lalu terdapat foto Fadli Zon
dan Pramono Anung sebagai
gambar pendukung.
Terdapat satu foto Fahri
Hamzah sebagai Wakil
Anggota DPR RI sedang
memberikan keterangan di
depan wartawan.
Huruf Judul dicetak dengan ukuran
huruf lebih besar dan diberi
ketebalan.
Judul dicetak dengan ukuran
huruf lebih besar dan diberi
ketebalan.
Kemudian terdapat tulisan
“Perpres tersebut dinilai
mengundang kecemburuan
besar dari buruh lokal.”
yang diletakan setelah gambar
utama dan caption. Dengan
ukuran sama dengan artikel
namu diberi ketebalan.
Grafis yang digunakan Detik.com adalah satu ilustrasi tenaga kerja
sebagai gambar utama dan dua foto yaitu Fadli Zon dan Pramono Anung
sebagai gambar pendukung. Ilustrasi yang digunakan Detik.com bertujuan
untuk mendukung tema pemberitaan yang berkaitan dengan tenaga kerja.
Kemudian foto Fadli Zon diletakan diatas artikel yang berisi pernyataan
dari Fadli Zon juga foto Pramono Anung diletakan di atas artikel yang
berisi pernyataan dari Pramono. Penggunaan kedua foto tersebut bertujuan
untuk memberikan penegasan bahwa pernyataan yang terdapat dalam
110
artikel tersebut berasal dari kedua narasumber yang berbeda. Untuk grafis
teks terdapat pada judul artikel dengan diberikan ketebalan dan ukuran
lebih besar untuk membedakan dengan teks pada artikel/body berita.
Kemudian grafis yang terdapat pada Republika Online berupa foto
Fahri Hamzah yang sedang memberikan keterangan di depan para
wartawan. Penggunaan foto tersebut sengaja digunakan untuk memberikan
penekanan bahwa dalam artikel tersebut berisi pernyataan dari Fahri
Hamzah. Kemudian pada judul menggunakan huruf yang lebih besar dan
diberi keteblan untuk menonjolkan kalimat tersebut. Lalu di bawah
gambar utama dan sebelum teks artikel terdapat kalimat “Perpres tersebut
dinilai mengundang kecemburuan besar dari buruh lokal.” dengan teks
yang diberi ketebalan. Penggunaan kalimat tersebut bertujuan untuk
mempertegas gagasan Republika Online sekaligus supaya menjadi
perhatian utama sehingga kalimat tersebut menjadi sangat penting.
Kalimat tersebut secara makna sekaligus menunjukan sikap Republika
Online untuk mengkritik kebijakan Perpres TKA yang akan berdampak
negatif pada tenaga kerja lokal.
Pemberitaan Pekan Keempat pada Detik.com dan Republika Online
25 dan 28 April 2018
1. SINTAKSIS
a. Headline
Tabel 4.37
Headline Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Headline Perpres 20/2018, Karpet
Merah Investor atau Tenaga
Kerja Asing?
Ekonom Indef: Perpres
Memudahkan TKA Bekerja di
Indonesia
Pada Tabel 4.36 headline/judul yang digunakan Detik.com adalah
jenis question headline atau judul berita kalimat tanya. Dalam judul
tersebut Detik.com memberikan pertanyaan terkait bagaimana arah dan
untuk siapa Perpres Nomor 20 tahun 2018. Kata “Karpet Merah” dalam
111
judul tersebut adalah bentuk ungkapan yang memiliki arti sambutan
istimewa atau kemudahan. Judul tersebut juga dilengkapi dengan kata
penghubung “atau” untuk menghubungkan subjek yang berbeda antara
Investor dan Tenaga Kerja Asing. Detik.com secara tidak lasngsung
membenarkan adanya dua fakta berbeda yang menjadi pedebatan di
masyarakat terkait apakah Perpres TKA memudahkan Investor untuk
berinvestasi di Indonesia atau memudahkan Tenaga Kerja Asing bekerja di
Indonesia. Pembenaran dua fakta tersebut disertai argumentasi pada isi
pemberitaan dan kemudian pembaca yang akan menilai terhadap dau fakta
yang disajikan.
Jenis headline/udul seperti ini sengaja digunakan Detik.com untuk
menarik perhatian pembaca karena diharapkan menjawab pertanyaan atau
rasa penasaran pembaca terkait Polemik dan pro konta mengenai Perpres
TKA yang sedang hangat diperbincangkan. Penggunaan judul ini juga
secara sadar wartawan ingin melibatkan pembaca dan reaksi yang
diharapkan adalah pembaca tertarik dan melanjutkan menyimak berita
yang disajikan.
Berbeda dengan Detik.com, judul pada berita Republika Online
menggunakan jenis Quotation Headline atau judul berita kutipan. Kutipan
yang digunakan dalam judul tersebut berasal dari lembaga riset
independen dalam bidang ekonomi dan keuangan bernama INDEF
(Institute for Development of Economics and Finance). Judul tersebut
memaparkan bahwa Perpres TKA memberikan kemudahan bagi TKA
bekerja di Indonesia sehingga sudah jelas arah pemberitaan yang akan
diarahkan Republika Online yaitu untuk mengkritisi kebijakan ini.
Perbedaan judul pada Detik.com dan Republika Online sangat
kontras terlihat. Detik.com memberikan pernyataan sedangan Republika
Online memberikan pernyataan. Judul tersebut akan berlanjut pada isi
berita kedua media. Pada isi teks Detik.com secara jelas akan
menampilkan pemaparan dua sudut pandang atau fakta yang disertai
dengan argumen dan kutipan terkait apakah Perpres TKA memudahkan
bagi Investor atau TKA. Pada akhirnya penyusunan dua argumen tersebut
112
dapat dilihat kemana arah pemberitaan Detik.com. Sedangkan pada teks
Republika Online fakta yang ditampilkan sudah jelas sebagai bentuk kritik
bahwa Perpres TKA memudahkan bagi Tenaga Kerja Asing.
b. Lead
Tabel 4.38
Lead Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Lead Jakarta - Isu serbuan
tenaga kerja asing (TKA)
kembali mencuat.
Pemerintah dianggap
mempermudah masuknya
TKA dengan menerbitkan
Perpres Nomor 20 tahun
2018 berisi 10 bab dan 39
pasal yang membahas
mengenai TKA.
REPUBLIKA.CO.ID,
JAKARTA -- Ekonom Indef
Bhima Yudhistira Adinegara
menegaskan, konteks dari
Peraturan Presiden (Perpres)
Nomor 20 Tahun 2018 tentang
Tenaga Kerja Asing (TKA)
pada intinya tetaplah
memudahkan TKA bekerja di
Indonesia. Meskipun, kata dia,
selama ini pemerintah selalu
berdalih Perpres tersebut
bertujuan untuk
menyederhanakan birokrasi
perizinan.
Lead yang terdapat pada teks berita Detik.com membahas tentang
tuduhan yang diberikan kepada pemerintah terkait kemudahan yang
diberikan kepada TKA untuk bekerja di Indonesia melalui Pengesahan
Perpres TKA Nomor 20 tahun 2018. Tuduhan tersebut ditandai dengan
kata “dianggap” yang sekaligus dikaitkan dengan informasi serbuan TKA
ke Indonesia yang sedang hangat diperbincangkan pada akhir April 2018.
Kata “isu” dalam lead tersebut memberikan penegasan bahwa informasi
serbuan tenaga kerja asing masih belum terjamin kebenarannya. Dalam hal
ini Detik.com sangat berhati-hati dalam menuliskan fakta dalam lead
tersebut sehingga informasi serbuan TKA bukan dianggap sebagai fakta
melainkan hanya sebuah isu
Kemudian lead yang digunakan Republika Online secara eksplisit
memaparkan bahwa Perpres TKA yang disahkan pemerintah berujung
pada kemudahan masuknya TKA ke Indonesia. Kata “intinya” pada teks
113
tersebut seolah memberikan bantahan terhadap apa yang disampaikan
pemerintah terkait tujuan Perpres TKA yaitu untuk menyederhanakan
birokrasi perizinan perizinan. Dalam leadnya Republika Online jelas ingin
membawa pemberitaan ini untuk mengkritisi pemerintah.
Secara garis besar perbedaan dalam lead Detik.com dan Republika
Online terlihat pada sikap pemerintah terkait pengesahan Perpres TKA.
Detik.com pada lead menggunakan kata “dianggap” yang secara tidak
langsung memberikan nada bahwa pemerintah hanya diduga memberikan
kemudahan bagi TKA. Sedangkan pada lead Republika Online sudah
secara jelas menganggap pemerintah memberikan kemudahan bagi TKA
melalui pengesahan Perpres Nomor 20 tahun 2018.
c. Latar
Tabel 4.39
Latar Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Latar Pemerintah mengeluarkan
kebijakan itu dengan tujuan
mempermudah proses
administrasi TKA. Salah
satu tujuan lainya menambah
jumlah investasi yang masuk
dan mengontrol jumlah TKA
yang ada.
konteks dari Peraturan
Presiden (Perpres) Nomor 20
Tahun 2018 tentang Tenaga
Kerja Asing (TKA) pada
intinya tetaplah memudahkan
TKA bekerja di Indonesia.,
Latar yang ditampilkan Detik.com adalah terkait pemaparan tujuan
disahkannya Perpres Nomor 20 tahun 2018 yaitu menambah jumlah
investasi yang masuk dan mengontrol jumlah TKA yang ada. Latar ini
digunakan sebagai argumen atau fakta-fakta yang digunkan Detik.com
untuk menegaskan arah pemberitaanya pada sudut pandang pemerintah.
Berbeda dengan Detik.com, latar informasi yang ditampilkan
Republika Online mengajak pembaca untuk mengkritisi kebijakan dalam
Perpres TKA yang akan berdampak pada kemudahan tenaga kerja asing
bekerja di Indonesia. Latar ini digunakan sebagai argumen yang digunakan
114
Republika Online untuk menegaskan arah pemberitaanya pada sudut
pandang INDEF sebagai lembaga riset independen dalam bidang ekonomi
dan keuangan sehingga memberikan kesan bahwa apa yang disampaikan
INDEF bersifat subjektif. Republika Online secara tidak langsung
mengarahkan pembaca untuk berfikir bahwa Perpres TKA dapat
membahayakan keberlangsungan tenaga kerja lokal.
d. Kutipan
Tabel 4.40
Kutipan Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Kutipan "Pertama soal data perlu
diperdalam. Karena yang
kami dapat berda-beda satu
bilang 86 ribu beberapa hari
lalu, tapi lewat Setkab 126
ribu. Ini apakah 85 ribu yang
jangka panjang atau seperti
apa? Jadi harus clear dulu,"
Bhima Yudhistira
Adhinegara
(INDEF)
"TKI di negara lain, besar.
TKI kalau survei World
Bank, ada 9 juta TKI di luar
negeri, 55% di Malaysia,
13% di Saudi Arabia, 10% di
China-Taipei, 6% di
Hongkong, 5% Singapura,"
"Jika diperbandingkan
dengan jumlah TKA di
negara lain persentase TKA
kita hanya di kisaran kurang
dari 0,1% karena jumlah
TKA kita hingga akhir 2017
hanya sekitar 85 ribu dari
berbagai negara,"
"Jadi saya ingin katakan, di
Perpres ini, kemudahan dari
sisi prosedur dan birokrasi,
bukan membebaskan. Yang
"Jadi kita tidak lagi berputar-
putar dengan kata itu, apapun
itu alasannya, pada intinya
Perpes itu adalah
memudahkan TKA bekerja di
Indonesia,"
"Ini yang saya kira harus
disinkronkan dulu. Terutama
oleh Kemenaker, Imigrasi dan
juga Pemerintah Daerah.
Mungkin data juga bisa
dimaksimalkan di Pemda, tapi
kalau Pemda tidak tahu data
terkini tentang TKA ini akan
menimbulkan kegaduhan yang
berkepanjangan,"
"Yang kita ingin kan
tranfaransi yang lebih luas
penggunaan TKA di Indonesia
plus korelasinya kepada
pertumbuhan ekonomi dan
investasi. Dari dulu INDEF
sudah mengkritisi tentang
TKA, tidak terpengaruh oleh
politik atau tidak,"
Bhima Yudhistira Adhinegara
(INDEF)
115
dulu pekerja kasar dilarang
masuk, sekarang dilarang
masuk. Misalkan ada orang
asing bekerja kasar, itu
pelanggaran dan pelanggaran
pasti ditindak,"
Hanif Dhakiri (Menteri
Ketenagakerjaan)
"Pelatihan pendidikan bukan
hanya soal kurikulum tapi
juga pengajarnya.
Pengajarannya tidak cukup,
maka kita permudah
masuknya tenaga kerja
asing,"
"Kita tahu kita nggak punya
instruktur, nggak cukup dari
yang kita perlukan. Katakan
kita tidak cukup untuk e-
commerce, tidak cukup
tenaga coding, sehingga kita
siapkan pendidikan dan
pelatihannya. Kita siapkan
kebijakannya tapi kita tahu
tetap tidak cukup dalam
jangka pendek, kita buka
kerannya,"
Darmin Nasution (Menteri
Koordinator bidang
Perekonomian)
"Karena sekarang isunya
akhir-akhir ini isunya adalah
TKA, Tenaga Kerja Asing.
Padahal, sebetulnya yang
kita reform adalah
bagaimana menyederhanakan
prosedur administrasi untuk
TKA. Berbeda,"
"Ini lah namanya politik,"
Joko Widodo (Presiden RI)
116
Pada tabel 4.39 Detik.com dan Republika Online secara umum
sama-sama menggunakan kutipan Bhima Yudhistira Adhinegara dari
lembaga riset independen dalam bidang ekonomi dan keuangan INDEF.
Kutipan tersebut sama-sama membahas tentang kepastian data TKA.
Keduannya menganggap pemerintah dianggap tidak transparan terkait data
TKA yang ada di Indonesia. Hal tersebut dilihat dari perbedaan data TKA
di berbagai lembaga yang punya wewenang dalam pendataan TKA di
Indonesia seperti Kemenaker, Imigrasi dan juga Pemerintah Daerah.
Meskipun sama sama menjadikan Indef sebagai narasumber utama, namun
porsi yang diberikan kedua media tersebut berbeda.
Pada teks berita, selain menampilkan kutipan wawancara dari
INDEF Detik.com juga menampilkan kutipan wawancara dari Hanif
Dhakiri, Menteri Ketenagakerjaan, Darmin Nasution, Menteri Koordinator
bidang Perekonomian dan Presiden Joko Widodo. Dalam teks berita itu
jika diamati pernyataan dari INDEF adalah satu-satunya yang bernada
kontra terhadap pengesahan Perpres TKA, sedangkan tiga narasumber
lainnya setuju. Jika melihat susunan wawancara yang ditampilkan
Detik.com pernyataan dari INDEF yang mengkritisi kebijakan Perpres
TKA dengan menyebutkan bahwa Pemerintah tidak transparan terkait data
TKA seolah langsung dibantah oleh kutipan Hanif Dhakiri yang diletakan
setelah pernyataan INDEF. Pernyataan Hanif tersebut terlihat cukup
eksplisit dengan menampilkan data perbandingan jumlah TKA dan jumlah
tenaga kerja indonesia yang bekerja diluar negeri. Hal tersebut terlihat
pada kutipan dibawah ini:
"Jika diperbandingkan dengan jumlah TKA di negara lain
persentase TKA kita hanya di kisaran kurang dari 0,1% karena jumlah
TKA kita hingga akhir 2017 hanya sekitar 85 ribu dari berbagai negara,"
Pernyatan Hanif juga dilengkapi dengan penegasan bahwa Perpres
20/2018 dibuat untuk menyederhanakan aspek prosedur, birokrasi, dan
mekanisme perizinan tanpa menghilangkan syarat kualitatif TKA, seperti
jangka waktu dan kualifikasi jabatan yang ditawarkan kepada TKA.
117
Pernyataan Hanif diperkuat oleh narasumber lainnya yaitu Darmin
Nasution dan Presiden Jokowi. Dalam pernyataan tersebut Darmin
menyebutkan bahawa penyederhanaan prosedur TKA sangat dibutuhkan
dibidang Pendidikan. Darmin menyebut Indonesia masih butuh tenaga ahli
dari luar negeri untuk memberi pelatihan terhadap sumber daya manusia
(SDM) dalam negeri sebagimana terlihat dalam kutipan dibawah ini.
"Pelatihan pendidikan bukan hanya soal kurikulum tapi juga
pengajarnya. Pengajarannya tidak cukup, maka kita permudah masuknya
tenaga kerja asing,"
Pada bagian akhir Presiden Jokowi juga memberikan tanggapan
terkait isu miring yang menyebutkan bahwa Indonesia diserbu TKA yang
dikaitkan dengan Perpres TKA yang disahkannya pada akhir maret 2018.
Jokowi menyebut isu tersebut sengaja dimainkan dan dijadikan komoditas
politik.
Tiga pernyataan yang setuju dengan Perpres TKA yaitu dari Hanif,
Darmin dan Presiden Jokowi disusun oleh Detik.com setelah pernyataan
dari INDEF. Kutipan pernyataan INDEF yang mengkritisi pemerintah
terkait transparansi data TKA di Indonesia berjumlah 6 paragraf, disusun
pandangan yang setuju dengan Perpres TKA yaitu pernyataan Hanif
sebanyak 7 paragraf, pernyataan Darmin sebanyak 5 paragraf dan
pernyataan Jokowi sebanyak 7 Paragraf. Skema semacam ini akan bukan
hanya menempatkan pandangan INDEF yang tidak mencolok, melainkan
menjadi minoritas di antara pandangan lain. Perpindahan pandangan
menentang dan mendukung Perpres TKA dibuat dengan kalimat pada
paragraf ke-13 “Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri pun buka suara”.
Pemakaian kalimat semacam itu mensugestikan kepada pembaca bahwa
pandangan INDEF dibantah dan dianggap salah.
Kemudian pada kutipan yang ditampilkan Republika Online hanya
menggunakan pernyataan tunggal dari INDEF. Dalam kutipan tersebut
terdapat tiga poin yaitu Perpres Perpres Nomor 20 tahun 2018 pada
dasarnya tetap memudahkan TKA, pemerintah diminta untuk
menselraskan data TKA diberbagai instansi dan pernyataan INDEF yang
118
menegaskan bahwa segala bentuk kritiknya tidak dipengaruhi oleh politik.
Berbeda dengan Detik.com, Republika Online memberikan porsi yang
lebih besar untuk menampilkan kutipan dari INDEF.
e. Pernyataan
Tabel 4.41
Pernyataan Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Pernyataan riuhnya isu serbuan TKA
salah satunya juga
disebabkan sikap
pemerintah yang dianggap
tidak transparan dalam
data TKA di Indonesia.
keresahan yang selama ini
meluas terkait isu TKA
bermula dari berbeda-
bedanya data TKA di
Indonesia.
Pada tabel pernyataan Detik.com dan Republik Online sama-sama
membahas isu serbuan TKA ke Indonesia. Detik.com memandang isu
tersebut disebabkan sikap pemerintah yang tidak transparan terkait data
TKA di Indonesia, sehingga hal tersebut menjadi penyebab riuhnya isu
serbuan TKA kembali muncul. Sedangkan Republika Online memandang
isu serbuan TKA disebabkan oleh perbedaan data TKA yang ada
diberbagai lembaga salah satunya dari Kemenaker, sehingga hal tersebut
menimbulkan keresahan bagi tenaga kerja lokal. Mesikipun sama-sama
menggunakan isu dan pernyataan yang sama namun keduanya terlihat
berbeda dalam pemilihan bahasa. Dalam mengungkapkan dampak
perbedaan data TKA Detik.com menggunakan kata “riuh” sedangkan
Republika Online lebih menggunakan kata “keresahan”. Kedua kata
tersebut tentunya memiliki perbedaan maknda dan konotasi.
119
f. Penutup
Tabel 4.42
Penutup Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Penutup Jokowi pun mengatakan,
isunya ini jadi bahan
politik. "Ini lah namanya
politik," katanya.
"Yang kita ingin kan
tranfaransi yang lebih luas
penggunaan TKA di
Indonesia plus korelasinya
kepada pertumbuhan
ekonomi dan investasi. Dari
dulu INDEF sudah
mengkritisi tentang TKA,
tidak terpengaruh oleh politik
atau tidak,"
Pada tabel penutup telihat perbedaan yang sangat kontras antara
Detik.com dan Republika Online. Pada bagian penutup Detik.com
menggunakan pernyataan dari Presiden Jokowi yang menanggapi isu
serbuan TKA dan Pengesahan Perpres pengesahan Perpres TKA yang
menurutnya di politisasi oleh pihak-pihak tertentu sehingga memberikan
citra negatif terhadap pemerintahan dan menjadikan suasana semakin
gaduh. Namun dalam penutup tersebut tidak menyebutkan subjek atau
lembaga secara eksplisit. Hal tersebut secara tidak langsung memberikan
kesan bahwa pernyataan Jokowi ditunjukan untuk semua kalangan yang
menolak Perpres TKA.
Dalam penutup Republika Online justru terlihat kontras dengan apa
yang terdapat dalam penutup Detik.com. Republika Online menggunakan
pernyataan INDEF yang secara eksplisit mengomentari pemerintah.
Menurutnya apa yang segala apa yang diungkapkan INDEF terkait kritik
Perpes TKA yang disahkan pemerintah tidak harus selalu dinilai sebagai
bentuk politisasi karena dalam hal ini INDEF sebagai ekonom atau pakar
yang indepenen.
Penulis mengamati pada bagian penutup berita, kedua media ini
sudah terlihat bagaimana arah pemberitaan yang hendak diarahkan.
Detik.com ingin menonjolkan dari sisi pemerintah dengan menampilkan
pernyataan dari Jokowi sehingga memberikan kesan bahwa segala bentuk
120
kritik terkait Perpres TKA dianggap sebagai pihak yang hanya
memanfaatkan keadaan untuk kepentingan politik. Sedangkan sudut
pandang yang hendak dibangun adalah pemerintah seharusnya bersikap
bijak dalam menilai sebuah kritik dengan cara melihat siapa lembaga yang
mengkritisi. Jika dalam hal ini seorang pakar, pengamat dan akademisi
tidak serta merta dinilai sebagai bentuk politisasi.
2. SKRIP
a. Kelengkapan Berita
Tabel 4.43
5W+1H Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
5W+1H (What)
data-data tenaga asing yang
ada di Indonesia diminta
untuk di jabarkan secara jujur
dan trasnparan.
(Who)
INDEF (Institute for
Development of Economics
and Finance).
(Why)
riuhnya isu serbuan TKA
salah satunya juga disebabkan
sikap pemerintah yang
dianggap tidak transparan
dalam data TKA di Indonesia.
(When) Rabu 25, April 2018.
(Where)
Kantor Detik.com
(How)
Bhima mengusulkan agar
pemerintah menerbitkan data
setiap triwulanan terkait
(What)
konteks dari Peraturan
Presiden (Perpres) Nomor 20
Tahun 2018 tentang Tenaga
Kerja Asing (TKA) pada
intinya tetaplah memudahkan
TKA bekerja di Indonesia
(Who)
INDEF (Institute for
Development of Economics
and Finance).
(Why)
--
(When)
Sabtu, 28 April 2018
(Where)
Warung Daun Cikini, Jakarta
(How)
--
121
jumlah TKA di Indonesia.
Dengan begitu masyarakat
bisa mengetahui pasti jumlah
TKA yang menjadi
pesaingnya.
Dari struktur skrip ini pembingkaian kedua media akan nampak
dari unsur skrip mana yang dihilangkan kedua media online tersebut. Teks
berita Detik.com memaprakan setiap unsur skrip yang memenuhi unsur
5w+1H.
Sedangkan pada teks Republika Online. Unsur skrip yang coba
dihilangkan adalah unsur why yang tidak menjelaskan mengapa Perpres
TKA tetap memudahkan tenaga kerja asing masuk ke Indonesia.
Kemudian unsur how juga tida ditampilkan terkait bagaimana solusi atau
sikap yang sehrusnya diambil pemerintah dalam Perpres TKA tersebut.
Hal ini secara tidak langsung Republika Online dalam pemberitaannya
hanya berfokus pada kritik mengenai Perpres TKA tanpa menjelaskan
alasan mengapa kebijakan tersebut harus dikritik.
3. TEMATIK
a. Detail
Tabel 4.44
Detail Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Kalimat dengan menerbitkan
Perpres Nomor 20 tahun
2018 berisi 10 bab dan 39
pasal yang membahas
mengenai TKA.
-----
Detail yang ditampilkan Detik.com adalah terkait jumlah bab dan
pasal dalam Perpres TKA. Dalam hal ini kalaupun Detik.com tidak
mencantumkan kalimat tersebut pembaca tetap memahami bahwa Perpres
TKA tersebut berisi dari beberapa bab dan pasal. Namun pemaparan
jumlah pasal tersebut pada akhirnya mengingatkan pembaca bahwa
kebijakan dalam Perpres TKA berisi bab dan pasal yang lebih banyak
122
daripada Perpres TKA sebelumnya yaitu berjumlah 10 bab dan 39 pasal
sedangkan pada Perpres TKA sebelumnya terdiri dari 6 bab dan 19 pasal.
Hal ini secara tidak langsung memberikan asumsi bahwa kebijakan
Perpres TKA dengan jumlah bab dan pasal yang lebih banyak mampu
mengatur TKA lebih ketat lagi.
b. Koherensi
Tabel 4.45
Koherensi Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Koherensi Pemerintah mengeluarkan
kebijakan itu dengan tujuan
mempermudah proses
administrasi TKA. Salah
satu tujuan lainya
menambah jumlah
investasi yang masuk dan
mengontrol jumlah TKA
yang ada.
Namun beberapa pihak
memandang bahwa perpres
tersebut mempermudah
masuknya TKA.
Jika yang mengkritik adalah
seorang politisi, kata dia,
kemungkinan isu TKA
dipolitisasi, itu ada. Namun,
kalau kritik tersebut muncul
dari akademisi, ekonom,
pengamat, atau lain-lain yang
mengkritisi berdasarkan data,
maka tidak etis jika disebut
sebagai bentuk politisasi
Pada tabel 4.31 menampilkan koherensi yang digunakan oleh
kedua media. Teks berita Detik.com terdapat koherensi pembeda yaitu
pada paragraf kedua dan ketiga. Koherensi atau jalinan kata tersebut
ditandai dengan kata “namun” yang menunjukan bahwa terdapat dua hal
yang berbeda antara kedua paragraf tersebut. Jika dilihat pada paragraf
kedua berisi keterangan tentang tujuan pemerintah mengesahkan Perpes
TKA yaitu menambah jumlah investasi yang masuk dan mengontrol
jumlah TKA. Kemudian pada paragraf ketiga terlihat kontras berbeda
dengan memaparkan bahwa Perpres TKA akan berdampak negatif yaitu
mempermudah masuknya tenaga kerja asing. Pada awal kalimat paragraf
kedua terdapat kata “namun” yang bertujuan untuk menghubungkan kedua
paragraf tersebut sehingga menjadi saling berkaitan satu sama lain.
123
Penggunaan kata “namun” pada koherensi yang terdapat pada paragraf
kedua, memberikan kesan bahwa ungkapan pada paragraf tersebut
terdengar aneh dan berbeda dan memberikan kesan benar untuk paragraf
kedua.
Kemudian pada teks Republika Online koherensi yang digunakan
juga sama dengan Detik.com yaitu koherensi pembeda. Namun koherensi
digunakan untuk menghubungkan pada tema yang berbeda. Koherensi
Republika Online terdapat pada paragraf kelima yang memaprakan dua
kalimat berbeda yaitu terkait ungkapan INDEF yang meminta agar
pernyataanya tidak dianggap sebagai bentuk politisasi karena dirinya
dalam hal ini INDEF berperan sebagai pakar dan akademisi. Sedangkan
jika kritik itu datang dari kalangan politisi maka hal tersebut patutt
dicurigai bermuatan poiitik. Kedua kaimat tersebut dihubungkan denga
kata “namun” sehingga memberikan perbedaan yang jelas antara kritik dari
apakar dan akademisi dengan kritik yang berasal dari politisi.
c. Kata Ganti
Tabel 4.46
Kata Ganti Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Kalimat Dia mengatakan untuk
menciptakan SDM
Indonesia masih
kekurangan instruktur
untuk memberi pelatihan
dan pendidikan. Dalam
jangan pendek cara satu-
satunya adalah merekrut
tenaga asing.
Sementara itu, dia juga
meminta, agar kritik dan
masukan terhadap TKA tidak
lantas disebut sebagai bentuk
politisasi
Kata ganti dia yang digunakan Detik.com dan Republika Online
menggambarkan bahwa pandangan atau sikap tersebut merupakan
ungkapan narasumber. Kata ganti dai pada teks Detik.com merujuk pada
pernyataan Darmin Nasution dan kata ganti pada teks Republika Online
merujuk pada Pernyataan Bhima Yudhistira. Detik.com dan Republika
Online mempertegas dengan menggunakan kata ganti dia agar
124
memberikan nada bahwasannya pandangan tersebut bukanlah pandangan
Republika secara subjektif, namun itu merupakan pandangan narasumber.
4. RETORIS
a. Leksikon
Tabel 4.47
Bentuk Kalimat Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Kata/Frasa Bhima Yudhistira
Adhinegara mengatakan,
riuhnya isu serbuan TKA
salah satunya juga
disebabkan sikap
pemerintah yang dianggap
tidak transparan dalam data
TKA di Indonesia.
menurut Bhima, keresahan
yang selama ini meluas
terkait isu TKA bermula dari
berbeda-bedanya data TKA
di Indonesia..
Dalam mengungkapkan dampak terhadap perbedaan data TKA di
Indonesia menggunakan kata riuh sedangkan Republika Online lebih
memilih menggunakan kata keresahan. Kedua kata tersebut tentunya
memiliki perbedaan makna dan konotasi. Kata riuh memiliki arti lebih
kepada arti suasana gaduh, sedangkan kata resah lebih bermakna gelisah
dan tidak tenang. Kata riuh lebih menggambarkan suasana di ruang umum
yang luas sedangkan resah lebih bermakna suasana hati atau perasaan
pribadi. Jika dikaitkan dengan unsur ini isu serbuan TKA ini Detik.com
memaknainya sebagai penyebab kegaduhan diperpolitikan Indonesia
sedangkan sedangkan Republika Online memaknainya sebagai penyebab
tenaga kerja lokal merasa resah.
125
b. Grafis
Tabel 4.48
Kata Ganti Detik.com dan Republika Online
Unsur Detik.com Republika Online
Gambar
atau
Foto
Terdapat tiga ilustrasi ikon
tenaga kerja dan dua foto
Terdapat foto ilustrasi tenaga
kerja yang membawa
bendera negara Cina
Huruf/
Kalimat
Judul dicetak dengan ukuran
huruf lebih besar dan diberi
ketebalan.
Terdapat sub judul pada
halaman 2-5 dengan tulisan
huruf lebih besar dan diberi
ketebalan. Judul tersebut
diantaranya:
1. Pemerintah Diminta Jujur
Soal Data TKA
2. Menaker Buka-Bukaan
Soal Data TKA
3. Pemerintah Sebut RI
Kekurangan Tenaga Ahli
Infrastruktur
4. Jokowi Curiga Isu TKA
Hanya Ajang Pertempuran
Politik
Judul dicetak dengan ukuran
huruf lebih besar dan diberi
ketebalan.
Terdapat tulisan “Kritik dan
masukan terhadap TKA
jangan disebut-sebut
sebagai bentuk politisasi.”
yang diletakan setelah
gambar utama dan caption.
Dengan ukuran sama dengan
artikel namu diberi
ketebalan.
Berita yang ditampilkan Detik.com termuat dalam lima
halaman/slide. Setiap halaman terdiri dari empat sub judul dengan tema
dan narasumber yang berbeda namun tetap berkaitan satu sama lain.
Grafis yang digunakan Detik.com adalah tiga ilustrasi tenaga kerja
yang terdapat pada halaman satu sampai tiga. Kemudian pada halaman
keempat terdapat foto proses pembangunan insfrtuktur dari kementerian
PUPR dan halaman kelima terdapat foto Presiden Jokowi. Penggunaan
garfis tersebut bertujuan untuk mendukung sub judul sesuai dan sesuai
dengan tema yang dibahas pada setiap halaman tersebut.
Kemudian grafis yang terdapat pada Republika Online berupa
ilustrasi kartun tenaga kerja yang menggunakan jas dan membawa koper
126
dengan mengibarkan bendera negara Cina di tanganya dengan posisi
seperti sedang berlari. Jika dimaknai ilustrasi tersebut adalah tenaga kerja
asing asal Cina. Penggunaan ilustrasi tersebut sengaja digunakan untuk
mendukung artikel berita Republika Online yang membahas isu serbuan
tenaga kerja asing. Pengunaan bendera Cina pada ilustrasi tersebut
menurut penulis berlandaskan pada data yang menyebutkan mayoritas
TKA yang ada di Indonesia adalah bersal dari negaran Cina.
Kemudian pada judul menggunakan huruf yang lebih besar dan
diberi keteblan untuk menonjolkan kalimat tersebut. Lalu di bawah
gambar utama dan sebelum teks artikel terdapat kalimat “Kritik dan
masukan terhadap TKA jangan disebut-sebut sebagai bentuk politisasi.”
dengan teks yang diberi ketebalan. Penggunaan kalimat tersebut bertujuan
untuk mempertegas gagasan Republika Online sekaligus supaya menjadi
perhatian utama sehingga kalimat tersebut menjadi sangat penting.
Kalimat tersebut secara makna sekaligus menunjukan sikap Republika
Online untuk mengkritik sikap pemerintah yang selalu menanggap orang
atau atau pihak yang mengkritisi Perpres TKA selalu diangap sebagai
tindakan politisasi.
127
BAB V
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Hasil Temuan
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab awal, tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pembingkaian terkait pemberitaan polemik
pengesahan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 tentang
Penggunaan Tenaga Kerja Asing pada media Online Detik.com dan
Republika Online.
Berdasarkan hasil analisis penelitian teks berita pada bab
sebelumnya mengenai pemberitaan polemik pengesahan Perpres TKA
Nomor 20 Tahun 2018 edisi April 2018 dengan menggunakan studi
analisis pembingkaian Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, maka
penulis menetapkan sebagai berikut :
Dilihat dari struktur sintaksis, keempat teks berita dari Detik.com
mengangkat tentang kebijakan pengaturan tenaga kerja asing pada Perpres
sebelumnya yang terlalu rumit dan sudah tidak relevan dengan kondisi saat
ini termasuk dengan hadirnya jenis-jenis pekerjaan baru. Sehingga
pengesahan Perpres TKA perlu dilakukan untuk menjawab permasalahan
tersebut. Sementara Republika Online mengangkat tentang permasalahan
kebijakan tenaga kerja asing aspek pengawasan dan implementasi
penegakan hukum terhadap pelanggaran yang terjadi pada Perpres
sebelumnya. Sehingga peningkatan pengawasan terhadap tenaga kerja
asing lebih dibutuhkan daripada penegsahan Perpres TKA Nomor 20
Tahun 2018.
Dalam hal ini, wartawan Detik.com mengkonstruksi pengesahan
Perpres TKA, dengan cara mengeksternalisasikan pengesahan tersebut dan
mengobjektivasikannya sebagai pemangkasan birokrasi, peningkatan
investasi, dan penciptaan lapangan kerja baru. Sementara Republika
Online mengkonstruksi pengesahan Perpres TKA, dengan cara
mengeksternalisasikan pengesahan tersebut dan mengobjektivasikannya
sebagai kebijakan yang bermasalah, pelonggaran terhadap tenaga kerja
asing dan ancaman terhadap tenaga kerja lokal. Lalu, wartawan dari
128
Detik.coam Republika Online menginternalisasikan berbagai peristiwa
tersebut yang dilihatnya sehingga jadilah empat buah berita.
Dilihat dari struktur skrip, keempat buah berita pada Detik.com dan
Republika Online cenderung menonjolkan unsur why (kenapa) dan how
(bagaimana). Dalam beritanya, Detik.com berusaha untuk mengkonstruksi
dengan cara menggiring opini pembaca dengan menyampaikan fakta-fakta
yang berkaitan dengan kondisi investasi dan kemudahan berbisnis di
Indonesia yang semakin menurun sehingga perlu dilakukan deregulasi
kebijakan mengenai pengaturan tenaga kerja asing yaitu dengan
pengesahan Perpres TKA Nomor 20 Tahun 2018. Sementara Republika
Online berusaha untuk mengkonstruksi dengan cara menggiring opini
pembaca dengan menyampaikan fakta-fakta yang berkaitan kondisi di
lapangan dengan banyaknya pelanggaran yang terjadi akibat kurangnya
pengawasan dan impementasi penegakan hukum dari pemerintah sehingga
keberadaan tenaga kerja asing menjadi ancaman bagi tenaga kerja lokal.
Kemudian pada unsur who dalam menyebutkan narasumber yang
dianonimkan oleh kedua media tersebut masih dalam takaran wajar sesuai
dengan Kode Etik Jurnalistik.
Dilihat dari struktur tematik, beragam tema yang hendak
dimuncukan teks berita pada Detik.com dan Republika Online terlahir dari
koherensi penjelas, koherensi penghubung serta detail. Koherensi
koherensi pada Detik.com disampaikan melalui berbagai pemaparan
mengenai kondisi investasi kemudahan berbisnis di Indonesia yang
menurun dan menghubungkannya fenomena era Industri 4.0 seperti e-
commerce yang membutuhkan akses fleksibelitas dan kecepatan birokrasi.
Detik.com juga terihat sangat konsisten memaparkan secara detail terkait
kemudahan perizinan pada Perpres TKA tanpa mengabaikan aspek
pengendalian dan pengawasan. Sementara Koherensi koherensi pada
Republika Online memaprakan bahwa kemudahan dalam Perpres TKA
tidak memihak kepada tenaga kerja lokal dan menghubungkannya dengan
hadirnya tenaga kerja asing unskill worker sebagai dampak lemahnya
pengawasan dan penegakan hukum. Republika Online memaparkan
129
Perpres TKA sebagai kebijakan yang bermasalah karena melanggar
undang-undang ketenagakerjaan dan memaparkan secara detail pasal-pasal
yang bermasalah tersebut.
Dilihat dari segi retoris, penekanan fakta pada kedua media
tersebut oleh penggunaan elemen leksikon dan gaya bahasa. Adapun
penggunaan elemen leksikon dan gaya bahasa tersebut datang dari ragam
pemilihan kata/diksi yang berkarakter kata majemuk. Detik.com pada
teksnya lebih banyak menggunakan kata kebijakan/aturan, mengendalikan,
mengesahkan, dikoreksi dan riuh. Sementara Republika Online
menggunakan kata kebijakan/regulasi, melonggarkan, mengeluarkan,
dicabut dan resah. Kata majemuk yang digunakan Detik.com hadir dalam
bahasa atau istilah-istilah seperti: deregulasi (proses menghilangkan atau
mengurangi segala aturan), responsif, tenaga kerja lokal dan sebagainya.
Sementara istilah yang digunakan Republika Online adalah
kacamata tunggal, eksternalitas, buruh lokal dan lain.lain. Penggunaan
kata dan istilah yang digunakan Detik.com dan Republika Online terlihat
berbeda karena masing-masing media baik cetak maupun elektronik
mempunyai visi dan misi, kepentingan yang berbeda-beda bahkan
keberpihakan secara terang–terangan pada salah satu pihak pun terlihat
pada tajuk rencana yang dibuat oleh editorial masing-masing media,
bentuk pemberitaan, serta gaya bahasa antara satu media dengan media
lainnya juga berbeda.
Pemaparan lengkap mengenai perbedaan bingkai pemberitaan
polemik pengesahan Perpres Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Penggunaan
Tenaga Kerja Asing pada Detik.com dan Republika Online adalah sebagai
berikut:
130
Tabel 5.1
Perbedaan Frame Detik.com dan Republika Online
Edisi Media Online dan
Judul
Frame
Pekan
Pertama
April 2018
Detik.com
“Perpres TKA
Terbit Menaker:
Perpendek
Birokrasi”
(1) Detik.com menekankan
pemberitaan pada aspek
perlunya dilakukan deregulasi
terkait kebijakan yang
mengatur soal TKA (Perpres
TKA lama) karena dianggap
sudah tidak relevan dengan
kondisi saat ini. Hal tersebut
secara tidak langsung
memberikan pemahaman
kepada pembaca bahwa
pengesahan Perpres TKA
Nomor 20 Tahun 2018 adalah
sebuah keputusan yang sudah
tepat.
(2) Teks Detik.com menonjolkan
penjelasan mengenai maskud
kemudahan dalam Perpres
TKA bahwa kemudahan
tersebut lebih kepada aspek
regulasinya tanpa mengabaikan
aspek pengawasan dan
pengendalian TKA. Sehingga
masyarakat tidak perlu
khawatir bahwa kebijakan
tersebut dapat melonggarkan
tenaga kerja asing masuk ke
Indonesia.
(3) Detik.com mengaitkan Perpres
TKA dengan fenomena yang
sedang berkembang saat ini
yaitu perusahaan digital e-
commerce. Dalam teks
pemberitaan keberadaan
perusahaan digital
membutuhkan akses kecepatan
dan fleksibelitas terkait
perizinan. Sehingga hal ini
semakin memperkuat gagasan
bahwa pengesahan Perpres
TKA Nomor 20 Tahun 2018
sangat dbutuhkan.
131
Republika Online
Perpres Tenaga
Kerja Asing Dinilai
Pinggirkan Pekerja
Lokal
(1) Republika Online menonjolkan
pemberitaan mengenai Perpres
TKA Nomor 20 Tahun 2018
sebagai bentuk pengabaian atas
desakan publik untuk
mengetatkan masuknya TKA.
Karena terdapat sejumlah
faktor internal yang diabaikan
seperti masalah jumlah
pengawas TKA yang tidak
sebanding dengan jumlah TKA
sehingga berdampak pada
kelonggaran terhadap Tenaga
Kerja Asing.
(2) Republika Online menilai
pengawasan yang tidak
optimal, akan berdampak pada
penggunaan Tenaga Kerja
Asing (TKA) pada bidang
kerja yang seharusnya
ditempati pekerja lokal.
Sehingga hal ini merupakan
acaman yang serius.
(3) Republika Online menilai
beberapa pasal dalam Perpres
TKA bertentangan dengan UU
Ketenagakerjaan.
Pekan
Kedua April
2018
Detik.com
Menaker: Tak akan
Ada Banjir Tenaga
Kerja Asing
(1) Detik.com menekankan bahwa
penyederhanaan prosedur pada
Perpres TKA tidak
menghilangkan prinsip
penggunaan TKA yang selektif
dan syarat kualitatif. Sehingga
TKA yang masuk ke Indonesia
hanya boleh menduduki
jabatan-jabatan tertentu yang
terbatas dan bersifat skilled
(2) Detik.com melihat Perpres
TKA sebagai simfilkasi aturan
dari beberapa kementerian atau
lembaga yang sebelumnya
cukup rumit dan memerlukan
waktu lama.
(3) Detik.com memaparkan secara
detail mengenai dampak positif
Perpres TKA pada aspek
132
kemudahan berbisnis yang
berdampak pada peningkatan
investasi di Indonesia.
Republika Online
Regulasi TKA
Lemah Penegakan
Hukum
(1) Republika Online menilai
Perpres TKA Nomor 20 Tahun
2018 tidak memberikan solusi
terhadap permasalahan krusial
soal TKA pada kebijakan
sebelumnya yaitu terkait
penegakan hukum terhadap
pelanggaran yang dilakukan
TKA di Indonesia.
(2) Republika Online lebih
mengkritisi Perpres TKA pada
aspek implementasi yang
rawan pelanggaran.
(3) Republika Online memberikan
nada negatif bahwa Perpres
TKA bisa menjadi
kekhawatiran di bursa tenaga
kerja karena penegakan
hukumnya lemah.
Pekan
Ketiga
April 2018
Detik.com
Perpres Tenaga
Kerja Asing
Ditolak, Wacana
Pansus Muncul di
DPR RI
(1) Detik.com lebih menekankan
bahwa pengesahan Perpres
TKA Nomor 20 Tahun 2018
yang dianggap tidak terlalu
berpihak kepada tenaga kerja
lokal hanya perlu dikoreksi.
Republika Online
Pemerintah
Diminta Cabut
Perpres Tenaga
Kerja Asing
(1) Republika Online melihat
Perpres TKA Nomor 20 Tahun
2018 sebagai kebijakan yang
akan menimbulkan
permasalahan dan dianggap
berbahaya sehingga harus
segera dicabut. Republika
Online menekankan bahwa
pada aspek isi kebijakan
tersebut melanggar Undang-
undang dan dapat
menimbulkan kecemburuan
bagi tenaga kerja lokal.
Pekan
Keempat
Detik.com
Perpres 20/2018,
Karpet Merah
Investor atau
(1) Detik.com menonjolkan pada
aspek jumlah tenaga kerja lokal
(TKI) diluar negeri dengan
jumlah tenaga kerja asing
133
April 2018 Tenaga Kerja
Asing?
(TKA) di Indonesia yang
memiliki perbandingan sangat
jauh. Jumlah TKI mencapai
jutaan orang sedangkan jumlah
TKA hanya pada angka ratusan
ribu saja. Hal tersebut
menekankan bahwa tidak bisa
dikatakan jika TKA menyerbu
Indonesia.
(2) Detik.com menekankan bahwa
isu serbuan TKA sebagai
bentuk politisasi dari pihak
tertentu.
Republika Online
Ekonom Indef:
Perpres
Memudahkan TKA
Bekerja di
Indonesia
(1) Republika Online
menonjolkan pada aspek
bahwa kebijakan dalam Perpres
TKA pada akhirnya tetap
berujung pada kemudahan bagi
tenaga kerja Asing.
(2) Republika Online juga
menekankan bahwa segala
bentuk kritik terkait TKA tidak
serta-merta disebut bentuk
politiasai namun harus dilihat
dulu pada konteks siapa yang
mengkritik.
B. Interpretasi
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 20 Tahun 2018 Tentang
Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang disahkan Presiden Jokowi pada 26
Maret 2018 menuai kontroversi di masyarakat. Pemerintah menilai perlu
dilakukanya pengaturan kembali perizinan penggunaan TKA dengan cara
menerbitkan Perpres TKA Nomor 20 Tahun 2018 guna mendukung
perekonomian nasional dan perluasan kesempatan kerja melalui
peningkatan investasi. Sementara menurut sebagian pihak lain pengesahan
Perpres TKA justru berdampak negatif karena terdapat beberapa
kekurangan dan kelemahan baik dari segi formil dan materil.
Pemberitaan mengenai kontroversi Pengesahan Perpres TKA tak
luput dari sorotan media massa. Pemberitaan ini menjadi perbincangan di
masyarakat karena berkaitan dengan isu serbuan tenaga kerja asing dan
sempat menjadi tranding topic di media sosial. Media online Detik.com
134
dan Republika Online juga tak luput mengangkat isu ini dalam
pemberitaanya.
Secara garis besar hasil anilsisis pada bab sebelumnya terlihat
perbedaan sudut pandang yang digunkan Detik.com dan Republika Online
dalam membingkai pemberitaan pengesahan Perpres TKA. Dari
keseluruhan teks berita, Detik.com melihat pengesahan Perpres TKA
adalah keputusan yang tepat karena kebijakan tersebut sudah relevan dan
kondisi saat ini. Detik.com memandang perlu adanya kebijakan baru yang
mengatur TKA karena kebijakan pada Perpres sebelumnya terlalu rumit
sehingga menghambat proses Investasi. Pemangkasan birokrasi dalam
Perpres TKA Nomor 20 Tahun 2018 memberikan kemudahan akses bagi
investor sehingga kemudahan tersebut berdampak pada peningkatan
investasi di Indonesia. Terkait hal ini, pihak Detik.com memberikan
keterangan sebagai berikut:1
“Peraturan kita sebelumnya terlalu rumit dengan aturan tenaga
kerjanya saja padahal di sisi lain proyek dari para investor dari
negara lain harus sudah berjalan dan membutuhkan tenaga ahli dari
mereka (investor). Jika izin bagi mereka para TKA ahli tersebut
terlalu rumit dan lama hal tersebut akan mengahambat proses
investasi berlangsung. Maka ada bebrapa aturan dari Perpres TKA
yang lama harus dipangkas tapi KITAS harus tetap ada. Sehingga
para investor tidak merasa kesusahan untuk dan atau akan
berinvestasi di Indonesia. Jadi dalam hal ini peraturan sudah tegas
hanya soal pengawasannya saja harus ditingkatkan. Dalam hal ini
aparat juga harus terlibat karena beberpa perusahaan juga berada di
daerah dan pelosok yang jauh dari pengawasan.”
Berbeda dengan Detik.com, Republik Online menilai terbitnya
Perpres TKA, cenderung mempermudah masuknya TKA ke Indonesia,
padahal banyak tenaga kerja lokal yang masih membutuhkan lapangan
pekerjaan. Republika Online memahami pemerintah membutuhkan TKA
untuk menarik investasi dan tenaga ahli ke Indonesia, namun pada sisi lain
Perpres TKA akan menimbulkan dampak negatif yang lebih besar,
1 Wawancara dengan Hans Henricus B.S.A, Koordinator Liputan Detik Finance,
Jakarta 25 Maret 2019
135
mengingat keterbatasan kemampuan pemerintah dalam melakukan
pengawasan. Hal tersebut terlihat dari hasil wawancara penulis dengan
pihak Republika Online, sebagai berikut.
"Bagi pemerintah pada awalnya Perpres TKA ini disahkan untuk
memperbaiki ekonomi di Indonesia melalui peningkatan investasi
dengan cara mempermudah izin bagi TKA masuk ke Indonesia.
Tapi menurut kami itu harus ditinjau ulang dulu. Karena angka
pengangguran di Indonesia itu cukup tinggi dan pada masa
pemerintahan saat ini yang sudah hampir empat tahun berjalan,
angka penurunan pengangguran masih cukup sedikit. Terlihat dari
angka penurunan kemiskinan hanya di bawah 1% yaitu pada angka
9,82% menjadi 9,16%. Melihat hal tersebut mengapa pemerintah
tidak memberikan lapangan pekerjaan tersebut untuk tenaga kerja
lokal dulu bukan kepada TKA.
Tapi dalam hal ini Perpres TKA harus tetap dilaksanakan,
karena pemerintah pasti punya pertimbangan sendiri. Tapi tetap
dalam hal ini setiap investasi pasti ada perjanjian-perjanjian yang
tidak bisa dipisahkan. Misal terkait penggunaan beberapa tenaga
kerja dari pemberi investasi itu sendiri. Memang tujuan awal
pemerintah adalah untuk mempermudah izin yang semula terlalu
rumit dengan cara memotong beberapa regulasi itu. Tapi imbasnya
adalah persaingan antara tenaga kerja lokal dengan TKA akan
semakin ketat.”
Kemudian Terkait perbedaan framing tersebut, kedua media memiliki
alasan masing-masing. Dalam pemberitaannya Detik.com tidak terlalu
mendetailkan terkait Perpres TKA sebagai kebijakan yang menjadi
polemik tapi pemberitaan lebih mengarahkan aspek pemaparan dampak
positif dari Perpres TKA. Hal tersebut terlihat dari pemilihan narasumber
dengan tidak terlalu menampilkan pernyataan pro dan kontra dari lembaga
buruh yang menolak atau setuju pada kebijakan ini. Hal tersebut terlihat
dari hasil wawancara penulis dengan pihak Detik.com sebagai berikut.
“Dalam pemberitaan tersebut kita tidak mencari atau menampilkan
pro dan kontra terkait Perpres TKA. Jadi disini kita mau
menunjukan bahwa ada sebuah kebijakan yang baru diterbitkan
dan kita meminta pengamat untuk memberikan pendapat.
Kebetulan pada saat itu hanya INDEF yang merespon dan bersedia
untuk dimintai keterangan. Dalam hal ini INDEF posisinya sebagai
pengamat yang kami anggap netral dan lebih kredibel. Kalo kita
ngambil wawancara atau narasumber dari organisasi buruh susah
dan kurang mewakili karena organisasi buruh tersebut sudah
136
terbagi kedalam dua kelompok, yaitu kelompok buruh yang pro
(KSPSI) dan kelompok buruh yang kontra (KSPI). Maka dari itu
kita mengambil narasumber dari pihak yang tengah (netral) saja
yaitu INDEF.”
Republika Online memiliki asumsi tersendiri dalam mengemas
pemberitaan terkait polemik pengesahan Perpres TKA. Republika Online
beranggapan segala kebijakan yang disahkan pemerintah tak lepas dari
kritik. Hal tersebut terlihat dari hasil wawancara penulis dengan pihak
Detik.com sebagai berikut.
“Menurut kami kebijakan itu harus tetap dilaksanakan terlepas dari
pro dan kontranya. Sebagai warga negara Indonesia kebijakan itu
harus didukung. Tapi dukungan itu tidak menutup kemungkinan
untuk dikritik. Karena Perpres ini berdampak secara horizontal jadi
ada efek terhadap aspek sosial juga. Apakah dengan Perpres TKA
ini lapangan pekerjaan di Indonesia semua akan digarap oleh
TKA? lalu bagaimana dengan tenaga kerja pribumi?”
Pembingkaian kedua media ini juga terlihat dari pernyataan
narasumber yang ditampilkan. Baik Detik.com maupun Republika Online
keduanya terlihat adanya ketidak berimbangan dalam memberikan ruang
kepada masing-masing pihak secara proporsional. Dalam hal ini, dari
setiap edisi Detik.com yang mengangkat pemberitaan Pengesahan Perpres
TKA, hanya sebagian kecil ruang yang diberikan Detik.com untuk
menampilkan pernyataan dari narasumber yang mamberikan kritik
terhadap kebijakan tersebut, sebaliknya Detik.com lebih banyak
memberikan ruang untuk narasumber yang berasal dari pihak pemerintah
untuk melakukan klarifikasi soal Perpres TKA yang dianggap tidak
berpihak kepada tenaga kerja lokal. Sebaliknya, ruang yang diberikan
Republika Online sebagian besar diberikan untuk pernyataan-pernyataan
dari narasumber yang memberikan kritik terhadap Perpres TKA.
Dengan demikian kedua media membingkai pemberitaan
Pengesahan Perpres TKA dengan tidak mempertimbangkan kaidah-kaidah
jurnalisme yang diatur dalam kode etik jurnalistik pasal 3 yang
menyebutkan bahwa ―wartawan Indonesia selalu menguji informasi,
memberitakan secara berimbang, tidak mencampur adukan fakta dan
137
opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.
Penafsiran dari kata memberitakan secara berimbang ialah memberikan
ruang atau waktu pemberitaan kepada masing-masing pihak secara
proporsional.2
Media mengkonstruksi berita dengan cara tertentu sehingga
masyarakat melihat sebuah realitas dari pandangan yang berbeda-beda
sesuai dengan cara pandang media. Detik.com dan Republika Online tanpa
bisa dihindari juga melakukan keberpihakan meski dengan alasan
kebijakan dari media atau kondisi dan situasi saat itu. Detik.com dan
Republika memandang Pengesahan Perpres TKA dengan cara yang
berbeda, mengkonstruksinya dengan cara mereka masing-masing,
sehingga menghasilkan pemaknaan yang berbeda. Berita di media online
tidak sepenuhnya menggambarkan realitas yang sesungguhnya, karena
berita ada melalui proses panjang yang didalamnya terdapat pertarungan
kepentingan dan ideologi. Posisi dilematis media inilah yang seharusnya
menjadi alasan pembaca untuk kritis terhadap isi pemeberitaan di media.
2 Wina armada sukardi, Kajian Tuntas 350 Tanya Jawab, UU Pers dan Kode Etik
Jurnalistik, (Jakarta: Dewan Pers, 2013), cet ke- II, h. 389
138
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menganalisa teks berita Detik.com dan Republik Online, kemudian
didukung data hasil wawancara dari kedua media tersebut. Maka dapat
disimpulkan hasil analisis framing berita polemik pengesahan Peraturan Presiden
Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing pada media
Online Detik.com dan Republika Online dengan menggunakan model analisis
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki sebagai berikut:
Dalam bingkai Detik.com, deregulasi mengenai kebijakan tenaga kerja
asing perlu dilakukan karena pada kebijakannya sebelumnya (Perpres TKA
Nomor 72 Tahun 2014) dianggap sudah tidak relevan dengan kondisi saat ini.
Detik.com mengkonstruksikan kebijakan yang termuat pada Perpres Nomor 20
Tahun 2018 lebih resposif terhadap perkembangan zaman termasuk dengan
munculnya jenis-jenis pekerjaan baru. Framing yang ditonjolkan Detik.com yaitu
pemaparan mengenai kemudahan dalam Perpres TKA lebih kepada
penyederhanaan aspek prosedur, birokrasi, dan mekanisme perizinan tanpa
menghilangkan syarat kualitatif TKA. Pada akhirnya penyederhanaan tersebut
berdampak pada kemudahan dan peningkatan investasi sehingga mampu
memperluas kesempatan kerja di Indonesia.
Sementara Republika Online mengkonstruksikan Perpres Nomor 20 Tahun
2018 sebagai kebijakan yang bermasalah karena bertentangan dengan Undang-
undang ketenagakerjaan. Perpres TKA dinilai tidak memberikan solusi bagi
permasalahan TKA terutama terkait pengawasan dan penegakan hukum terhadap
pelanggaran yang dilakukan TKA di Indonesia. Teks berita Republika Online
menonjolkan pada aspek bahwa kebijakan dalam Perpres TKA pada akhirnya
tetap berujung pada kemudahan bagi tenaga kerja Asing sehingga persepsi yang
terlihat bahwa pengesahan Perpres TKA bukan solusi terbaik karena tidak
memihak kepada tenaga kerja lokal.
139
B. Saran
1. Sebagai media nasional, Detik.com dan Republik Online, dalam
memberitakan polemik pengesahan Perpres Nomor 20 Tahun 2018 Tentang
Penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA), hendaknya dapat memberikan
pemberitaan yang berimbang. Pemberian atau menampilkan porsi yang
berimbang terhadap narasumber dari kedua belah pihak. Menyajikan
pemberitaan yang sesuai dengan kaidah jurnalistik. Serta menyajikan
informasi dengan mengutamakan kepentingan masyarakat diatas
kepentingan pihak-pihak lain.
2. Masyarakat sebaiknya lebih kritis ketika membaca pemberitaan di media
massa. Masyarakat juga sebaiknya tidak hanya membaca berita dari satu
sumber karena setiap media memiliki pertimbangan tersendiri ketika
menampilkan sebuah tema pemberitaan. Media dalam memproduksi berita
tentu akan melakukan proses konstruksi. Realitas yang ditampilkan media
bukanlah realitas yang terjadi sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ardianto, Elvinaro dan Lukianti Komala Erdinaya. 2007. Komunikasi Massa:
Suatu Pengantar. Bandung. Simbiosa Rekatama Media.
Barus, Sedia Willing. 2010. Jurnalistik:Petunjuk Teknis Menulis Berita. Jakarta.
Erlangga
Budiono, Abdul Rachmat, 1995. Hukum Perburuhan di Indonesia, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Burhan. 2008. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma Dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat. Jakarta. Kencana.
Djuroto, Totok . 2004. Manajemen Penerbitan Pers, Bandung. PT. Remaja Rosda
Karya,
Efendi, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komuikasi. Bandung:
Citra Aditya Bakti.
Eriyanto. 2012. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi Dan Politik Media.
Yogyakarta. PT. LKIS Pelangi Aksara
_______.2011. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Cet ke- IX.
2011. Yogyakarta. PT. LKIS Pelangi Aksara
Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa. Jakarta:
Granit.
Herdiansyah, Haris. 2015. Wawancara, Observasi, Dan Focus Groups Sebagai
instrumen Penggalian Data Kualitatif, Jakarta: Rajawali Pers,
_______. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Imu Sosial, Jakarta:
Salemba Humanika,
Ishwara, Luwi. 2005. Catatan-catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta. Buku Kompas
Karlinah, Siti dkk. 2000. Komunikasi Massa, Jakarta: Universitas terbuka.
Khakim, Abdul. 2009, Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Citra
Aditya Bakti, Bandung,
Kriyantono, Rachmat. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Edisi 1.Cet ke-III. 2008.
Kencana: Jakarta
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja
Rosdakarya.
Mondry. 2008. Pemahaman Teori Dan Praktik Jurnalistik. Bogor. Ghalia
Indonesia.
Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta. PT. Raja Grafindo
Persada.
Olii, Helena. 2007. Berita dan Informasi: Jurnalistik Radio. Jakarta PT. Indeks.
Ramli, Asep Syamsul. 2009. Jurnalistik Untuk Pemula. Bandung. PT. Remaja
Rosdakarya.
Septiawan, Santana K. 2005. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta. Yayasan Obor
Indonesia
Severin , Werner J. and James W. 2004 Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah,
Metode, danTerapan Dalam Media Massa. Jakarta. Prenada Media
Group
Sobur, Alex. 2006. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya.
Soyomukti, Nuraini. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jogjakarta. Ar-Ruzz
Media
Sudibyo, Agus. 2006. Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta . LkiS
Suhandang, Kustadi. 2004. Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk
dan Kode Etik. Bandung. Nuansa.
Sukardi, Wina Armada. 2013. Kajian Tuntas 350 Tanya Jawab UU Pers Dan
Kode Etik Jurnalistik. Jakarta. Dewan Pers.
Sumardiria, AS. Haris. 2008. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature.
Cet ke-III. Bandung. Rosdakarya
Sunandar. 2008. Dakwah dalam Medium Televisi Kajian Formalisasi Program
Dakwah di TPI. Disertasi tidak diterbitkan. Sekolah pascasarjana UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Suryawati, Indah. 2011. Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik. Bogor:
Ghalia Indonesia
Tamburaka, Apriadi. 2012. Agenda Setting Media Massa Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Tebba, Sudirman. 2005. Jurnalistik Baru. Kalam Indonesia: Ciputat
Vardiansyah, Dani. 2008. Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Jakarta: PT
Indeks.
Zaenuddin HM. 2011. The Journalist, Bandung. Remaja Rosdakarya.
Jurnal
Ariany, Nevey Varida. 2016. Penegakan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Asing
Ilegal Di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian dan pengembangan Hukum
Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I.
Referensi Pendukung
Alexa Internet, https://id.wikipedia.org/wiki/Alexa_Internet diakses pada 15 Mei
2018
https://nasional.kompas.com/read/2018/04/24/12412811/kspi-perpres-tka-ancam-
keberlangsungan-pekerja-lokal
https://www.alexa.com/topsites/category/World/Bahasa_Indonesia/Berita, diakses
pada 15 Mei 2018.
https://www.idntimes.com/news/indonesia/helmi/may-day-3-tuntutan-buruh-aksi-
besok-1/full diakses pada 15 Mei 2018.
Top Sites In Indonesia,
https://www.alexa.com/topsites/category/World/Bahasa_Indonesia/Berita, diakses pada
15 Mei 2018.
Tabel Perbandingan Pengaturan Tentang Tenaga Kerja Asing Perpres 72
Tahun 2014 Dan Perpres No 20 Tahun 2018
Ketentuan Perpres TKA
Nomor 72 Tahun 2014
Perpres TKA
Nomor 20 Tahun 2018
PENGGUNAAN
TENAGA KERJA
ASING
Bab II
Pasal 2
Penggunaan TKA dilakukan
oleh Pemberi Kerja TKA
dalam hubungan kerja untuk
jabatan tertentu
dan waktu tertentu.
Bab II
Pasal 2
(1) Penggunaan TKA
dilakukan oleh Pemberi
Kerja TKA dalam hubungan
kerja untuk jabatan tertentu
dan waktu tertentu.
(2) Penggunaan TKA
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan
memperhatikan kondisi
PEMBERI KERJA
TKA
Pasal 3
a. instansi pemerintah,
perwakilan negara asing,
badan badan internasional;
b. kantor perwakilan dagang
asing, kantor perwakilan
perusahaan asing dan kantor
berita asing yang melakukan
kegiatan di Indonesia;
c. perusahaan swasta asing
yang berusaha di Indonesia;
d. badan hukum yang
didirikan berdasarkan hukum
Indonesia atau badan usaha
asing yang terdaftar di
instansi yang berwenang;
e. lembaga sosial,
keagamaan, pendidikan, dan
kebudayaan; dan
f. usaha jasa impresariat.
Pasal 3
a. instansi pemerintah,
perwakilan negara asing,
badan badan internasional,
dan organisasi internasional;
b. kantor perwakilan dagang
asing, kantor perwakilan
perusahaan asing, dan kantor
berita asing yang melakukan
kegiatan di Indonesia;
c. perusahaan swasta asing
yang berusaha di Indonesia;
d. badan hukum yang
didirikan berdasarkan hukum
Indonesia dalam bentuk
Perseroan Terbatas atau
e. Yayasan, atau badan usaha
asing yang terdaftar di
instansi yang berwenang;
f. lembaga sosial,
keagamaan, pendidikan, dan
kebudayaan;
g. usaha jasa impresariat;
dan
h. badan usaha sepanjang
tidak dilarang Undang
Undang.
KEWAJIBAN
PEMBERI KERJA
Pasal 4 (1) Setiap Pemberi Kerja
TKA wajib mengutamakan
penggunaan tenaga kerja
Indonesia pada semua jenis
Pasal 4
(1) Setiap Pemberi Kerja
TKA wajib mengutamakan
penggunaan tenaga kerja
Indonesia pada semua jenis
jabatan yang tersedia.
(2) Dalam hal jabatan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) belum dapat
diduduki oleh tenaga kerja
Indonesia, jabatan tersebut
dapat diduduki oleh TKA
jabatan yang tersedia
(2) Dalam hal jabatan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) belum dapat
diduduki oleh tenaga kerja
Indonesia, jabatan tersebut
dapat diduduki oleh TKA.
PEMBATASAN TKA
Tidak ada
Pasal 5
(1) TKA dilarang
menduduki jabatan yang
mengurusi personalia
dan/atau jabatan tertentu.
(2) Jabatan tertentu
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan oleh
Menteri.
(3) Dalam hal kementerian
/lembaga mensyaratkan
kualifikasi dan kompetensi,
atau melarang TKA untuk
jabatan tertentu,
menteri/kepala lembaga
menyampaikan syarat atau
larangan dimaksud kepada
RANGKAP
PEKERJAAN
Tidak ada
Pasal 6
(1) Pemberi Kerja TKA pada
sektor tertentu dapat
mempekerjakan TKA yang
sedang dipekerjakan oleh
Pemberi Kerja TKA yang
lain dalam jabatan yang
sama.
(2) TKA sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
dipekerjakan paling lama
sampai dengan berakhirnya
masa kerja TKA
sebagaimana kontrak kerja
TKA dengan Pemberi Kerja
TKA pertama.
(3) Jenis jabatan, sektor, dan
tata cara penggunaan TKA
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) diatur
lebih lanjut dengan
Peraturan Menteri.
KEWAJIBAN Pasal 5 Pasal 7
PEMBERI KERJA
MEMILIKI RPTKA
(1) Setiap Pemberi Kerja
TKA harus memiliki
RPTKA yang disahkan oleh
Menteri atau pejabat yang
ditunjuk sebelum
mempekerjakan TKA.
(2) Untuk memiliki RPTKA
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Pemberi Kerja TKA
harus mengajukan
permohonan secara tertulis
kepada Menteri atau pejabat
yang ditunjuk.
(1) Setiap Pemberi Kerja
TKA yang menggunakan
TKA harus memiliki
RPTKA yang disahkan oleh
Menteri atau pejabat yang
ditunjuk.
JANGKA WAKTU
RPTKA
Pasal 7
(1) RPTKA dapat diberikan
untuk jangka waktu paling
lama 5 (lima) tahun dan
dapat diperpanjang untuk
jangka waktu yang sama
dengan memperhatikan
kondisi pasar kerja dalam
negeri.
Tidak ada
ISI RPTKA Pasal 7
(2) RPTKA sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan perubahan,
meliputi:
a. alamat perusahaan;
b. nama perusahaan;
c. jabatan;
d. lokasi kerja;
e. jumlah TKA; dan/ atau
Pasal 7
(2) RPTKA sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit memuat:
a. alasan penggunaan TKA;
b. jabatan dan/atau
kedudukan TKA dalam
struktur organisasi
perusahaan yang
bersangkutan;
c. jangka waktu penggunaan
TKA; dan
d. penunjukan tenaga kerja
Indonesia sebagai
pendamping TKA yang
dipekerjakan
(5) Selain informasi
sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), RPTKA dapat
memuat rencana penggunaan
TKA untuk pekerjaan yang
bersifat sementara atau
sewaktu-waktu dengan masa
kerja paling lama 6 (enam)
bulan, seperti pekerjaan
untuk melakukan audit,
kendali mutu produksi,
inspeksi pada cabang
perusahaan di Indonesia, dan
pekerjaan yang berhubungan
dengan pemasangan atau
perawatan mesin.
PROSEDUR
PENGESAHAN
RPTKA
Tidak ada
Pasal 7
(3) Untuk mendapatkan
pengesahan RPTKA
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Pemberi Kerja TKA
mengajukan permohonan
kepada Menteri atau pejabat
yang ditunjuk.
(4) Permohonan pengesahan
RPTKA sebagaimana
dimaksud pada ayat (3)
disampaikan oleh Pemberi
Kerja TKA dengan
melampirkan:
a. surat izin usaha dari
instansi yang
berwenang;
b. akta dan keputusan
pengesahan pendirian
dan/atau
b. perubahan dari
instansi yang
berwenang;
c. bagan struktur
organisasi
perusahaan;
d. surat pernyataan
untuk penunjukan
Tenaga Kerja
e. Pendamping dan
pelaksanaan
pendidikan dan
f. pelatihan kerja; dan
g. surat pernyataan
untuk melaksanakan
pendidikan dan
h. pelatihan kerja bagi
tenaga kerja
Indonesia sesuai
i. dengan kualifikasi
jabatan yang
diduduki oleh TKA.
BATAS WAKTU
PENGURUSAN
PENGESAHAN
RPTKA
Tidak ada
Pasal 8
Pengesahan RPTKA
diberikan oleh Menteri atau
pejabat yang ditunjuk paling
lama 2 (dua) hari sejak
permohonan diterima secara
lengkap.
IJIN
MEMPEKERJAKAN
TKA
Pasal 5
(3) RPTKA sebagaimana
dimaksud pada ayat (2)
digunakan sebagai dasar
untuk memperoleh IMTA
Pasal 8
(1) Setiap Pemberi Kerja
TKA wajib memiliki IMTA
yang diterbitkan oleh
Menteri atau pejabat yang
ditunjuk.
Pasal 9
Pengesahan RPTKA
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 merupakan
izin untuk mempekerjakan
TKA
JANGKA WAKTU Pasal 9
(1) IMTA diberikan untuk
jangka waktu paling lama 1
(satu) tahun dan dapat
diperpanjang.
(2) Perpanjangan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan paling
lama 1 (satu) tahun dengan
ketentuan tidak melebihi
jangka waktu berlakunya
RPTKA.
(3) Dalam hal jabatan
komisaris dan direksi,
perpanjangan IMTA
diberikan paling lama 2
(dua) tahun dengan
ketentuan tidak melebihi
Pasal 11
(1) RPTKA yang telah
disahkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8
berlaku sesuai dengan jangka
waktu rencana penggunaan
TKA oleh Pemberi Kerja
TKA.
(2) RPTKA sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
wajib dilakukan perubahan
sepanjang terdapat
perubahan mengenai:
a. alamat Pemberi Kerja
TKA;
b. nama Pemberi Kerja
TKA;
c. jabatan yang akan
diduduki TKA;
d. kebutuhan
menggunakan TKA
untuk pekerjaan yang
bersifat sementara
dan tidak tercantum
dalam RPTKA
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (5);
e. jangka waktu
penggunaan TKA;
f. jumlah TKA yang
melebihi jumlah
TKA dalam RPTKA
awal; dan/atau
g. penunjukan tenaga
kerja Indonesia
sebagai pendamping
TKA yang
dipekerjakan.
PROSEDUR
PERPANJANGAN
IJIN KERJA
Pasal 9
(4) Perpanjangan IMTA
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), diterbitkan
oleh:
a. Menteri atau pejabat
yang ditunjuk untuk
TKA yang lokasi
kerjanya lebih dari
satu provinsi;
b. gubernur atau pejabat
yang ditunjuk untuk
TKA yang lokasi
kerjanya lebih dari
satu kabupaten/kota
dalam satu provinsi;
atau
c. bupati/walikota atau
pejabat yang ditunjuk
untuk TKA yang
lokasi kerjanya
Pasal 11
(3) Pemberi Kerja TKA
menyampaikan perubahan
RPTKA sebagaimana
dimaksud pada ayat (2)
kepada Menteri atau pejabat
yang ditunjuk
PENGECUALIAN
KEWAJIBAN
MEMILIKI RPTKA
Pasal 6
Kewajiban memiliki RPTKA
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (1) tidak
berlaku bagi instansi
pemerintah, perwakilan
negara asing, dan badan –
badan internasional
Pasal 10
(1) Pemberi Kerja TKA
tidak wajib memiliki
RPTKA untuk
mempekerjakan TKA yang
merupakan:
a. pemegang saham
yang menjabat
sebagai anggota
Direksi atau anggota
Dewan Komisaris
pada Pemberi Kerja
TKA;
b. pegawai diplomatik
dan konsuler pada
kantor perwakilan
negara asing; atau
c. TKA pada jenis
pekerjaan yang
dibutuhkan oleh
pemerintah.
(2) Jenis pekerjaan yang
dibutuhkan oleh pemerintah
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c ditetapkan
oleh Menteri.
PEKERJAAN
BERSIFAT
DARURAT &
MENDESAK
Tidak ada
Pasal 13
(1) Untuk pekerjaan yang
bersifat darurat dan
mendesak, Pemberi Kerja
TKA dapat mempekerjakan
TKA dengan mengajukan
permohonan pengesahan
RPTKA kepada Menteri atau
pejabat yang ditunjuk paling
lama 2 (dua) hari kerja
setelah TKA bekerja.
(2) Pengesahan RPTKA
sebagaimana dimaksud pada
ayat
(1) diberikan Menteri atau
pejabat yang ditunjuk, paling
lama 1 (satu) hari kerja
setelah permohonan diterima
secara lengkap.
KEWAJIBAN
MENYAMPAIKAN
DATA TKA
SEBELUM
MEMPEKERJAKAN
TKA
Tidak ada
Pasal 14
(1) Pemberi Kerja TKA yang
akan mempekerjakan TKA
menyampaikan data calon
TKA kepada Menteri atau
pejabat yang ditunjuk.
(2) Data calon TKA
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)
meliputi:
a. nama, jenis kelamin,
tempat dan tanggal
lahir;
b. kewarganegaraan,
nomor paspor, masa
berlaku paspor, dan
tempat paspor
diterbitkan;
c. nama jabatan dan
jangka waktu
bekerja;
d. pernyataan
penjaminan dari
Pemberi Kerja TKA;
dan
e. ijazah pendidikan
dan surat keterangan
pengalaman kerja
atau sertifikat
kompetensi sesuai
dengan syarat jabatan
yang akan diduduki
TKA.
(3) Menteri atau pejabat
yang ditunjuk
menyampaikan notifikasi
penerimaan data calon TKA
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) kepada Pemberi
Kerja TKA paling lama 2
(dua) hari kerja dengan
tembusan Direktorat
Jenderal Imigrasi
KEWAJIBAN
MEMBAYAR DANA
KOMPENSASI
Tidak ada
Pasal 15
(1) Pemberi Kerja TKA
wajib membayar dana
kompensasi penggunaan
TKA atas setiap TKA yang
dipekerjakan setelah
menerima notifikasi.
(2) Pembayaran dana
kompensasi penggunaan
TKA sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan
melalui bank yang ditunjuk
oleh Menteri.
(3) Pembayaran dana
kompensasi penggunaan
TKA oleh Pemberi Kerja
TKA merupakan Penerimaan
Negara Bukan Pajak.
PENGECUALIAN
KEWAJIBAN
MEMBAYAR DANA
KOMPENSASI
Pasal 16
(1) Instansi pemerintah,
perwakilan negara asing, dan
badan internasional yang
mempekerjakan TKA, tidak
Tidak ada
diwajibkan memiliki
RPTKA dan membayar dana
kompensasi penggunaan
TKA.
(2) Penggunaan TKA pada
lembaga sosial, lembaga
keagamaan, dan penggunaan
TKA pada jabatan tertentu di
lembaga pendidikan, tidak
diwajibkan membayar dana
kompensasi penggunaan
TKA.
(3) Ketentuan mengenai
jabatan tertentu di lembaga
pendidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2),
ditetapkan lebih lanjut
dengan Keputusan Menteri.
PEMBAGIAN DANA
KOMPENSASI
Tidak ada
Pasal 24
(1) Pembayaran Dana
Kompensasi Penggunaan
Tenaga Kerja Asing
dilakukan setiap tahun sesuai
dengan jangka waktu TKA
bekerja di wilayah
Indonesia.
(2) Dalam hal penggunaan
TKA lebih dari 1 (satu)
tahun, pembayaran dana
kompensasi untuk tahun
kedua dan tahun berikutnya
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) menjadi:
a. penerimaan negara
bukan pajak, dalam
hal TKA bekerja di
lokasi lebih dari 1
(satu) provinsi;
b. penerimaan daerah
provinsi, dalam hal
TKA bekerja di
lokasi lebih dari 1
(satu) kabupaten/kota
dalam 1 (satu)
provinsi; dan
c. penerimaan daerah
kabupaten/kota,
dalam hal TKA
bekerja di lokasi
dalam 1 (satu)
kabupaten/kota.
KEWAJIBAN
MEMILIKI VISA
TINGGAL
TERBATAS (VITAS)
dan IJIN TINGGAL
TERBATAS
Tidak ada
Pasal 17
1) Setiap TKA yang bekerja
di Indonesia wajib
mempunyai Vitas untuk
bekerja.
(2) Vitas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
dimohonkan oleh Pemberi
Kerja TKA atau TKA
kepada menteri yang
membidangi urusan
pemerintahan di bidang
hukum dan hak asasi
manusia atau pejabat
imigrasi yang ditunjuk.
(3) Pejabat imigrasi yang
ditunjuk sebagaimana
dimaksud pada ayat (2),
termasuk pejabat imigrasi
yang berada di Perwakilan
Republik Indonesia di luar
negeri.
Pasal 18
Permohonan Vitas
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 ayat (2)
dimohonkan dengan
melampirkan notifikasi dan
bukti pembayaran
Pasal 19
Pejabat imigrasi pada
Perwakilan Republik
Indonesia di luar negeri
memberikan Vitas paling
lama 2 (dua) hari sejak
permohonan diterima secara
lengkap.
Pasal 20
(1) Permohonan Vitas
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 ayat (2)
sekaligus dapat dijadikan
permohonan Itas.
(2) Dalam hal pengajuan
permohonan Itas dilakukan
sekaligus dengan
permohonan Vitas
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), proses permohonan
pengajuan Itas dilaksanakan
Perwakilan Republik
Indonesia di luar negeri yang
merupakan perpanjangan
dari Direktorat Jenderal
Imigrasi.
Pasal 21
(1) Pemberian Itas
dilaksanakan di Tempat
Pemeriksaan Imigrasi.
(2) Itas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
merupakan izin tinggal
untuk bekerja bagi TKA.
(3) Izin tinggal untuk bekerja
bagi TKA untuk pertama
kali diberikan paling lama 2
(dua) tahun dan dapat
diperpanjang sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Pemberian Itas bagi TKA
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sekaligus disertai
dengan pemberian Izin
Masuk Kembali untuk
beberapa kali perjalanan
yang masa berlakunya sesuai
dengan masa berlaku Itas.
VITAS & ITAS
DALAM KEADAAN
DARURAT
Tidak ada
Pasal 22
Dalam melaksanakan
pekerjaan yang bersifat
darurat dan mendesak, TKA
dapat menggunakan jenis
visa dan izin tinggal yang
diperuntukkan bagi kegiatan
dimaksud sebagaimana
diatur dalam peraturan
perundang-undangan
.
BIAYA VITAS &
ITAS
Pasal 23
Permohonan Vitas untuk
bekerja dan Itas bagi TKA
Tidak ada
dikenakan biaya Penerimaan
Negara Bukan Pajak
kementerian yang
membidangi urusan
pemerintahan di bidang
hukum dan hak asasi
manusia sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan
KEWAJIBAN
MELINDUNGI TKA
Tidak ada
Pasal 25
Setiap Pemberi Kerja TKA
wajib menjamin TKA
terdaftar dalam Jaminan
Sosial Ketenagakerjaan bagi
TKA yang bekerja lebih dari
6 (enam) bulan dan/atau
polis asuransi di perusahaan
asuransi berbadan hukum
Indonesia.
PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN
TENAGA
PENDAMPING
Pasal 11
(1) Setiap Pemberi Kerja
TKA wajib:
a. menunjuk tenaga
kerja Indonesia
sebagai Tenaga Kerja
Pendamping; dan
b. melaksanakan
pendidikan dan
pelatihan sesuai
dengan kualifikasi
jabatan yang
diduduki oleh TKA.
(2) Ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat
(1) tidak berlaku bagi TKA
yang menduduki
jabatan direksi dan/ atau
komisaris.
Pasal 26
(1) Setiap Pemberi Kerja
TKA wajib
a. menunjuk tenaga
kerja Indonesia
sebagai Tenaga Kerja
Pendamping
melaksanakan
pendidikan dan
pelatihan bagi tenaga
kerja Indonesia
sesuai dengan
kualifikasi jabatan
yang diduduki oleh
TKA
b. memfasilitasi
pendidikan dan
pelatihan Bahasa
Indonesia kepada
TKA
(2) Ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
huruf a
tidak berlaku bagi TKA yang
menduduki
jabatan direksi dan/atau
komisaris
Pasal 12 Pasal 27
Penunjukan tenaga kerja
Indonesia sebagai Tenaga
Kerja Pendamping
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 ayat (1)
huruf a dilaksanakan untuk
alih teknologi dan alih
keahlian.
Penunjukan tenaga kerja
Indonesia sebagai Tenaga
Kerja Pendamping
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 26 ayat (1)
huruf a dilaksanakan untuk
alih teknologi dan alih
keahlian.
Pasal 13
(1) Pendidikan dan pelatihan
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 ayat (1)
huruf b dapat dilaksanakan
di dalam dan/ atau di luar
negeri.
(2) Pelaksanaan pendidikan
dan pelatihan di dalam
negeri sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 28
(1) Pendidikan dan pelatihan
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 26 ayat (1)
huruf b dapat dilaksanakan
di dalam dan/atau di luar
negeri.
(2) Pelaksanaan pendidikan
dan pelatihan di dalam
negeri sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang undangan
Pasal 14
Tenaga Kerja Pendamping
yang mengikuti pendidikan
dan pelatihan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13
mendapat sertifikat pelatihan
dan/ atau sertifikat
kompetensi sesua1 dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan
Pasal 29
Tenaga Kerja Pendamping
yang mengikuti pendidikan
dan pelatihan mendapat
sertifikat pelatihan dan/atau
sertifikat kompetensi sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
PEMBINAAN &
PENGAWASAN
Pasal 15
Pembinaan terhadap Pemberi
Kerja TKA dilakukan oleh
Kementerian Tenaga Kerja
dan Transmigrasi dan dinas
yang membidangi
ketenagakerjaan di provinsi
dan kabupaten/kota sesuai
dengan kewenangannya,
Pasal 32
Pembinaan terhadap Pemberi
Kerja TKA dalam
penggunaan TKA serta
pelaksanaan pendidikan dan
pelatihan dilakukan oleh
kementerian yang
membidangi urusan di
bidang ketenagakerjaan dan
dinas yang membidangi
ketenagakerjaan di provinsi
dan kabupaten/kota sesuai
dengan kewenangannya.
Pasal 16
Pengawasan atas
pelaksanaan penggunaan
TKA serta pelaksanaan
pendidikan clan pelatihan
tenaga kerja pendamping
sebagaimana diatur dalam
Peraturan Presiden ini
dilakukan oleh pegawai
pengawas ketenagakerjaan
pada Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi dan
dinas yang membidangi
ketenagakerjaan di provinsi
dan kabupaten/kota sesuai
dengan kewenangannya.
Pasal 33
(1) Pengawasan atas
penggunaan TKA
dilaksanakan oleh:
a. Pengawas
Ketenagakerjaan
pada kementerian
dan dinas provinsi
yang membidangi
urusan di bidang
ketenagakerjaan; dan
b. pegawai imigrasi
yang bertugas pada
bidang pengawasan
dan penindakan
keimigrasian, secara
terkoordinasi sesuai
dengan lingkup tugas
dan kewenangan
masing-masing.
(2) Pengawas
Ketenagakerjaan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a melakukan
pengawasan pada norma
penggunaan TKA sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Pengawasan pendidikan
dan pelatihan Tenaga Kerja
Pendamping dilakukan oleh
Pengawas Ketenagakerjaan
pada kementerian dan dinas
provinsi yang membidangi
urusan di bidang
ketenagakerjaan secara
bersama-sama atau sendiri-
sendiri sesuai dengan
lingkup tugas dan
kewenangan masing-masing.
PELAPORAN Pasal 17
(1) Pemberi kerja TKA
wajib melaporkan
pelaksanaan penggunaan
TKA setiap 6 (enam) bulan
kepada Menteri.
(2) Laporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1),
Pasal 30
(1) Pemberi Kerja TKA
wajib melaporkan
pelaksanaan penggunaan
TKA setiap 1 (satu) tahun
kepada Menteri.
(2) Laporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1),
meliputi:
a. pelaksanaan
penggunaan TKA;
dan
b. pelaksanaan
pendidikan dan
pelatihan tenaga
kerja pendamping.
(3) Ketentuan lebih lanjut
mengenai tata cara
pelaporan diatur dengan
Peraturan Menteri.
meliputi:
a. pelaksanaan
penggunaan TKA;
dan
b. pelaksanaan
pendidikan dan
pelatihan Tenaga
Kerja Pendamping.
(3) Dalam hal kontrak kerja
TKA akan berakhir atau
diakhiri sebelum masa
kontrak kerja, Pemberi Kerja
TKA wajib melaporkan
kepada Menteri dan Kepala
Kantor Imigrasi di lokasi
tempat tinggal TKA.
Pasal 31
Menteri atau pejabat yang
ditunjuk harus
menyampaikan data TKA
yang dipekerjakan oleh
Pemberi Kerja TKA kepada
unit kerja pemerintahan
provinsi/kabupaten/kota
yang membidangi
ketenagakerjaan sesuai
dengan lokasi kerja TKA
27. SANKSI
Tidak ada
Pasal 34
(1) Pemberi Kerja TKA yang
melanggar ketentuan
penggunaan TKA,
pelaksanaan pendidikan dan
pelatihan Tenaga Kerja
Pendamping, dan pelaporan
dikenakan sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundangundangan di
bidang ketenagakerjaan.
(2) Pemberi Kerja TKA yang
memberikan keterangan
tidak benar dalam
pernyataan penjaminan atau
tidak memenuhi jaminan
yang diberikannya dan TKA
yang melanggar ketentuan
izin tinggal keimigrasian
dikenakan sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang undangan di
bidang keimigrasian.
PEMBIAYAAN
Tidak ada
Pasal 35
Segala biaya yang
diperlukan untuk
pelaksanaan Peraturan
Presiden ini dibebankan
pada Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara,
Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Provinsi,
serta sumber pendanaan
lainnya yang sah sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
Di sisi lain Penerbitan Perpres TKA akan menimbulkan dampak positif.
Penyederhanaan perizinan TKA akan mendorong meningkatnya investasi di Indonesia
dan membuka semakin banyak kesempatan kerja. Namun Perpres TKA juga
menimbulkan dampak negatif yaitu pertama, meningkatnya TKA akan mengurangi
peluang tenaga kerja Indonesia terutama skilled worker dalam mendapatkan
kesempatan kerja. Kedua, dengan tidak dibutuhkannya RPTKA bagi TKA sebagai
komisaris, direksi, serta pekerja yang dibutuhkan pemerintah, secara tidak langsung
berpotensi menurunkan kompensasi TKA dalam bentuk penerimaan negara bukan
pajak (PNPB). Ketiga, meningkatnya TKA akan menambah beban pemerintah dalam
hal pengawasan TKA, sementara selama ini pemerintah sering menyatakan memiliki
keterbatasan dalam pengawasan TKA, khususnya di daerah. Keempat, pengaturan
dalam Perpres TKA yang bertentangan dengan UU Ketenagakerjaan memungkinkan
dilakukannya upaya hukum pengujian materil Perpres TKA ke Mahkamah Agung
sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (2) UU PPP.