ii
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul ‘Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Persebaran Permukiman
Apartemen di Surabaya Barat dan Surabaya Timur’. Semoga makalah ini dapat
berguna bagi siapapun yang membacanya. Harapan penyusun makalah ini semoga
dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Sebelumnya penyusun mengucapkan terima kasih kepada Pak Surya Hadi
Kusuma, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing kami dalam mata kuliah Analisis
Lokasi dan Keruangan yang telah memberikan bimbingan berkenaan dengan
substansi dan sumber referensi data-data terkait makalah ini. Adapun makalah ini
jauh dari kata sempurna, sehingga penulis sangat membutuhkan kritik serta saran
dalam perbaikan tugas kami selanjutnya.
Mei 2015
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
I.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
II.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
II.2.1 Tujuan ......................................................................................................... 2
II.2.2 Sasaran ........................................................................................................ 2
II.3 Sistematika Penulisan ........................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 3
II.1 Definisi Permukiman Apartemen ...................................................................... 3
II.2 Fungsi Apartemen ............................................................................................. 3
II.3 Klasifikasi Apartemen ....................................................................................... 3
II.4 Teori Konsentris ................................................................................................ 6
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................... 8
III.1 Jenis dan Sumber Data ..................................................................................... 8
III.1.1 Jenis Data .................................................................................................. 8
III.1.2 Sumber Data .............................................................................................. 8
III.2 Metode Pengumpulan Data .............................................................................. 8
III.3 Teknik Analisa Data ......................................................................................... 8
III.3.1 Statistik Deskriptif .................................................................................... 8
III.3.2 Analytical Hierarchy Process (AHP) ........................................................ 9
III.3.3 Expert Choice 11 ..................................................................................... 10
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................................. 11
IV.1 Gambaran Umum ........................................................................................... 11
IV.2 Analytic Hierarchy Process pada Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Persebaran Apartemen di Surabaya Barat .............................................................. 13
IV.3 Analytic Hierarchy Process pada Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Persebaran Apartemen di Surabaya Timur ............................................................ 14
IV.4 Interpretasi Hasil Analisis dengan Teori dan Kebijakan terkait Permukiman
Apartemen di Surabaya Timur ............................................................................... 16
BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 18
V.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 18
V.2 Lesson Learned ............................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 19
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Permukiman di perkotaan terbentuk akibat adanya kegiatan yang muncul di
suatu kawasan. Kegiatan di suatu kawasan juga dipengaruhi oleh adanya
permukiman dan adanya kebutuhan guna menunjang aktivitas masyarakat tersebut.
Terbentuknya permukiman dan kegiatan tidak dapat dipisahkan dari proses
munculnya dua hal tersebut.
Kota Surabaya mempunyai pola permukiman yang padat, beberapa
kawasan yang menarik untuk diteliti di antaranya adalah Surabaya Barat dan
Surabaya Timur. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya,
wilayah Surabaya Barat dan Surabaya Timur diperuntukan untuk kawasan
permukiman. Dilihat dari hal itu, maka perlu adanya identifikasi dan analisa
mengenai perkembangan permukiman yang ada di Surabaya Barat dan Surabaya
Timur. Selain itu, dapat pula diidentifikasi dan dianalisis bagaimana kegiatan yang
ada di Surabaya Barat dan Surabaya Timur yang dipengaruhi dan memengaruhi
permukiman yang terbentuk di dalamnya.
Surabaya merupakan ibukota provinsi Jawa Timur dimana terdapat banyak
pusat-pusat kegiatan yang menarik banyak pendatang. Masyarakat pendatang
hanya tinggal sementara dengan kepentingan pekerjaan, pendidikan dan
kepentingan lainnya. Sehingga kebutuhan akan tempat tinggal adalah sebuah
keharusan bagi masyarakat pendatang. Sedangkan lahan yang diperuntukan untuk
permukiman di Kota Surabaya terbatas. Salah satu solusi untuk memecahkan
masalah ini yakni pemerintah memutuskan untuk membangun permukiman
apartemen.
II.2 Rumusan Masalah
1. Faktorapa yang memengaruhi terbentuknya permukiman apartemen di
Surabaya Barat dan Surabaya Timur?
2. Bagaimana lokasi ideal untuk apartemen di Surabaya Barat dan Surabaya
Timur?
3. Bagaimana arahan pembangunan permukiman apartemen di Surabaya
Barat dan Surabaya Timur dengan mempertimbangkan estetika kota?
2
II.2.1 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor
apa saja yang memengaruhi terbentuknya permukiman apartemen di
Surabaya Barat dan Surabaya Timur yang kemudian dapat digunakan
sebagai arahan pembangunan permukiman apartemen yang sesuai dengan
mempertimbangkan estetika kota yang dilandasi oleh kebijakan.
II.2.2 Sasaran
Sasaran penelitian ini adalah mengetahui faktor pola perkembangan
permukiman apartemen di Surabaya Barat dan Surabaya Timur serta
membuat arahan pembangunan apartemen di Surabaya Barat dan
Surabaya Timur yang mempertimbangkan ketinggian bangunan di pusat
kota, KKOP dan estetika kota.
II.3 Sistematika Penulisan
Pada makalah ini terdapat lima bab yang berguna untuk mempermudah
pembaca dalam memahami isi dari makalah ini secara keseluruhan mengenai
terbentuknya pusat permukiman di Surabaya Barat dan Surabaya Timur.
Bab I Merupakan bab pendahuluan dan awal dari makalah ini. Bab ini
berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, serta sistematika penulisan
dari tugas analisis lokasi dan keruangan tentang faktor-faktor yang memengaruhi
persebaran permukiman apartemen di Surabaya Barat dan Surabaya Timur.
Bab II Merupakan bab tinjauan pustaka, yang berisi pustaka-
pustaka, referensi, serta kebijakan terkait permukiman apartemen yang terbentuk,
dan faktor yang memengaruhi terbentuknya permukiman apartemen.
Bab III Merupakan bab metode penelitian yakni bab yang membahas
bagaimana penelitian ini dilakukan, apa saja indikator dan variabelnya, siapa saja
partisipannya, dan bagaimana data ini akan diolah.
Bab IV Merupakan bab analisis dan pembahasan, yang mengulas
bagaimana analisis dilakukan, bagaimana proses menginput data, bagaimana
data diolah dan bagaimana output serta interpretasinya.
BAB V Merupakan bab akhir yaitu penutup dari makalah ini dan
berisi tentang simpulan dari analisis faktor-faktor yang memengaruhi persebaran
permukiman apartemen di Surabaya Barat dan Surabaya Timur.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi Permukiman Apartemen
Permukiman apartemen adalah suatu kompleks hunian dan bukan sebuah
tempat tinggal yang berdiri sendiri, seperti yang tertera pada Time saver Standards
for Building Types oleh Joseph Chiara. Apartemen juga dapat didefinisikan sebagai
sebuah ruangan atau beberapa susunan ruangan dalam beberapa jenis yang
memiliki kesamaan dalam suatu bangunan yang digunakan sebagai rumah tinggal.
Apartemen merupakan salah satu variasi jenis hunian yang diminati oleh
masyarakat menengah ke atas terutama yang tinggal di kota-kota besar. Jika
dahulu rumah biasa atau landedhouse menjadi primadona pilihan tempat tinggal,
kini kecenderungan itu sedikit demi sedikit mulai bergeser. Hal ini bukan
disebabkan oleh faktor tren, melainkan timbul masalah permukiman di perkotaan
yang dimana ketersediaan lahan mulai menurun. Oleh sebab itulah, apartemen
yang merupakan hunian vertikal menjadi alternatif yang layak bagi pengembang
perumahan di wilayah pusat kota untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
terhadap tempat tinggal.
II.2 Fungsi Apartemen
Apartemen memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut (Chiara, 2001):
a. Fungsi utama, sebagai permukiman vertikal dengan kegiatan yang relative
sama dengan permukiman pada umumnya. Penekanannya adalah pada
aktivitas rutin seperti tidur, makan, menerima tamu, interaksi sosial,
melakukan hobi, bekerja, dan lain-lain.
b. Fungsi sekunder, adalah fungsi yang menambah kenyamanan penghuni
seperti layanan olahraga, kesehatan, komersial, dan layanan anak.
c. Fungsi tersier, aadalah fungsi pelengkap terkait kegiatan pengelolaan
seperti administrasi, pemasaran, pemeliharaan kebersihan, pemeliharaan
bangunan, dan keamanan.
II.3 Klasifikasi Apartemen
a. Berdasarkan tipe pengelolaanya, terdapat tiga jenis apartemen (Aknal,
2007), yakni:
Serviced Apartment
Apartemen yang dikelola secara menyeluruh oleh manajemen
tertentu. Biasanya menyerupai cara pengelolaan sebuah hotel, yaitu
4
penghuni mendapatkan pelayanan menyerupai hotel bintang lima,
misalnya unit berperabotan lengkap, house keeing, layanan kamar,
laundry,business center.
Apartemen Milik Sendiri
Apartemen yang dijual dan dapat dibeli oleh pihak individu. Mirip
dengan apartemen sewa, apartemen ini juga tetap memiliki pengelola
yang mengurus fasilitas umum penghuninya.
Apartemen Sewa
Apartemen yang disewa oleh individu tanpa pelayanan khusus.
Meskipun demikian, tetap ada manajemen apartemen yang mengatur
segala sesuatu berdasarkan kebutuhan bersama seperti sarana
persampahan, pemeliharaan bangunan, lift, koridor, dan fasilitas
umum lainnya.
b. Berdasarkan tujuan pembangunan, apartemen dibagi menjadi tiga (Akmal,
2007), yakni:
Komersial
Apartemen yang hanya ditujuan untuk bisnis komersial yang
mengejar keuntungan atau profit.
Umum
Apartemen yang ditujukan untuk semua lapisan masyarakat, akan
tetapi biasanya hanya dihuni oleh lapisan masyarakat kalangan
menengah ke bawah.
Khusus
Apartemen yang hanya dipakai oleh kalangan tertentu saja, dan
biasanya dimiliki suatu perusahaan atau instansi yang dipergunakan
oleh para pegawai maupun tamu yang berhubungan dengan
pekerjaan.
c. Berdasarkan penghuni jenis terdapat empat jenis apartemen, yakni:
Apartemen Keluarga
Apartemen ini dihuni oleh keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan
anaknya. Bahkan tidak jarang orang tua dari ayah atau ibu tinggal
bersama. Terdiri dari 2 hingga 4 kamar tidur, belum termasuk kamar
tidur pembantu yang tidak selalu ada. Biasanya dilengkapi dengan
balkon untuk interaksi dengan dunia luar.
Apartemen Lajang
Apartemen ini dihuni oleh pria atau wanita yang belum menikah dan
biasanya tinggal bersama teman mereka. Mereka menggunakan
5
apartemen sebagai tempat tinggal, bekerja, dan beraktivitas lain
diluar jam kerja.
Apartemen Pebisnis/Ekspatrial
Apartemen ini digunakan oleh para pengusaha untuk bekerja karena
mereka telah mempunyai hunian sendiri di luar partemen ini.
Biasanya terletak dekat dengan temapt kerja sehingga member
kemudahan bagi pengusaha untuk mengontrol pekerjaannya.
Apartemen Manula
Apartemen ini merupakan suatu hal yang baru di Indonesia, bahkan
dapat dikatakan tidak ada meskipun sudah menjadi sebuah
kebutuhan. Di luar negeri seperti Amerika, Tiongkok, Jepang, dan
lain-lain telah banyak dijumpai apartemen untuk hunian manusia usia
lanjut. Desain apartemen disesuaikan dengan kondisi fisik para
manula dan mengakomodasi manula dengan alat bantu jalan.
d. Berdasarkan sistem kepemilikan, terdapat dua jenis apartemen, oleh Joseph
De Chiara dalam buku Time Saver Standards for Building Type, yaitu:
Apartemen Sewa
Apartemen sewa adalah apartemen yang dimiliki oleh perorangan
atau suatu badan usaha dengan unit-unit yang disewakan kepada
masyarakat dengan harga dan jangka waktu tertentu. Apartemen
sewa mendatangkan keuntungan bagi pemilik apartemen.
Dibutuhkan keterikatan antara pengelola dan penghuni yang sangat
erat. Pengelola diwajibkan memelihara dan memberikan pelayanan
apartemen, sementara penyewa diwajibkan membayar biaya
pengelolaan maupun layanan yang dapat dibayarkan terpisah
maupun bersamaan dengan uang sewa apartemen.
Apartemen Beli
Apartemen beli adalah apartemen yang dimiliki oleh perorangan atau
suatu badan usaha dengan unit-unit yang dijual kepada masyarakat
dengan harga dan jangka waktu tertentu. Meskipun unit hunian dapat
dibeli, namun pengelolaan apartemen tetap diselenggarakan oleh
manajemen tertentu atas dasar keterkaitan antar unit hunian dan
masalah keamanan hunian. Apartemen beli dapat dimiliki oleh
perseorangan maupun kelompok.
6
II.4 Teori Konsentris
Pengertian Kota menurut Dickinson (dalam Jayadinata, 1999) adalah suatu
permukiman yang bangunan rumahnya rapat dan penduduknya bernafkah bukan
pertanian. Suatu kota umumnya selalu mempunyai rumah-rumah yang
mengelompok atau merupakan permukiman terpusat. Suatu kota yang tidak
terencana berkembang dipengaruhi oleh keadaan fisik sosial. Sedangkan Kota
yang terencana adalah kota-kota yang mengikuti desain tertentu sejak dirancang
sampai digunakan (Wikipedia, 2013).
Gambar 1. Ilustrasi Teori Konsentris
Sumber: Website Perencanaan Kota dikutip tahun 2015
Menurut Ilhami (1988) sebagian besar terjadinya kota adalah berawal dari
desa yang mengalami perkembangan yang pasti. Faktor yang mendorong
perkembangan desa menjadi kota adalah karena desa berhasil menjadi pusat
kegiatan tertentu, misalnya desa menjadi pusat pemerintahan, dibangunnya industri,
pusat perdagangan, pusat pertambangan, pusat pergantian transportasi, seperti
menjadi pelabuhan, pusat pemberhentian kereta api, terminal bus dan sebagainya.
Kota mengalami perkembangan sebagai akibat dari pertambahan penduduk,
perubahan sosial-ekonomi dan budayanya serta interaksi dengan kota-kota lainnya,
dimana model sebagai gambar berikut berupa suatu perkembangan kota yang baik
dan semestinya.
Gambar di atas menggambarkan tentang Teori zona konsentris yakni model
yang dikemukakan oleh E.W Burgess yang menggambarkan struktur kota sebagai
pola lima zona lingkaran konsentris. Menurut model ini, dinamika perkembangan
kota akan terjadi dengan meluasnya zona pada setiap lingkaran. Sejalan dengan
perkembangan masyarakat maka berkembang pula jumlah penduduk dan jumlah
struktur yang dibutuhkan masyarakat dalam menunjang kehidupannya. Sementara
itu proses segregasi dan diferensiasi terus berjalan, yang kuat akan selalu
mengalahkan yang lemah. Daerah pemukiman dan institusi akan terdepak keluar
secara sentrifugal dan kegiatan perdagangan dan jasa akan semakin terkonsentrasi
7
pada lahan yang paling baik di kota, atau dengan kata lain sektor yang berpotensi
ekonomi kuat akan merebut lokasi strategis dan sektor yang berpotensi ekonomi
lemah akan terdepak ke lokasi yang derajat aksesibilitasnya jauh lebih rendah dan
kurang bernilai ekonomi. Dengan kata lain, apabila landscape datar, aksesibilitas
menunjukkan nilai yang sama ke segala penjuru dan persaingan bebas untuk
mendapatkan ruang, maka penggunaan lahan suatu kota cenderung berbentuk
konsentris dan berlapis-lapis.
8
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1 Jenis dan Sumber Data
III.1.1 Jenis Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data kualitatif, karena data yag
diperoleh berbentuk kata-kata bukan dalam bentuk angka. Namun dalam
melakukan analisis hirarki pada program komputer expert choice, penginputan
dilakukan dengan menggunakan angka yang memiliki definisi tersendiri.
III.1.2 Sumber Data
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi
mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer. Data-data yang didapat berasal dari
responden yang telah dipilih oleh peneliti yang dilakukan pada Bulan Mei tahun
2015.
III.2 Metode Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara kuesioner. Kuesioner merupakan suatu daftar yang
berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan
diteliti. Jenis pertanyaan pada kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
kuesioner tertutup, hal ini dikarenakan pada tiap-tiap pertanyaan disediakan pilihan
yang mana pada masing-masing pilihan memiliki definisi yang berbeda.
Serta pembagian kuesioner ini dibagikan pada responden terpilih antara lain
dari Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, BAPPEKO Surabaya, Dinas
Perencanaan Umum Kota Surabaya, Dinas Bina Marga Kota Surabaya, Dinas
Permukiman Surabaya, PT Ciputra Surya Tbk, dan masyarakat pendatang. Yang
kemudian setelah data-data yang didapat dari responden, maka akan didapat
peringkat faktor pembentuk permukiman apartemen di Kota Surabaya bagian barat
dan timur.
III.3 Teknik Analisa Data
III.3.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan
pengumpulan dan penyajian suatu gugus sehingga memberikan informasi
9
yang berguna. Statistika desktiptif hanya memberikan informasi mengenai
data yang dipunyai dan sama sekali tidak menarik inferensia atau
kesipulan apapun tentang gugus induknya yang lebih besar. (Wikipedia,
2013)
Statistika yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpul yang berlaku
untuk umum atau generalisasi. Statistika deskriptif dapat digunakan bila
peneliti hanya ingin mendesktipsikan data sampel dan tidak ingin
membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel
tersebut diambil (Sugiono, 2008)
Pada penelitian ini, diharapkan pembaca dapat memahami grafik
hasil dari proses analisis hirearki yang dilakukan pada program komputer
Expert Choice.
III.3.2 Analytical Hierarchy Process (AHP)
Analisis Hierarki Proses (AHP) adalah suatu metode yang sering
digunakan untuk menilai tindakan yang dikaitkan dengan perbandingan
bobot kepentingan antara faktor serta perbandingan beberapa alternatif
pilihan. AHP merupakan pendekatan dasar dalam pengambilan atau
membuat keputusan. Tujuan dari AHP ini adalah menyelesaikan masalah
yang kompleks atau tidak berkerangka dimana datadan informasi statistik
dari masalah yang dihadapi sangat sedikit, mengatasi antara nasionalitas
dan intuisi, memilih yang terbaik dari sejumlah alternatif yang telah
dievakusi dengan memperhatikan beberapa kriteria.
Proses hierarki adaah suatu model yang memberikan kesempatan
bagi perorangan atau kelompokan untuk membangun gagasan-gagasan
dan mengefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka
masing-masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya.
Ada dua alasan utama untuk menyatakan suatu tindakan akan lebih baik
dibandingkan tindakan lain. Alasan yang pertama adalah pengaruh-
pengaruh tindakan tersebut kadang-kadang tidak dapat dibandingkan
karena satu ukuran atau bidang yang berbeda dan kedua, menyatakan
bahwa pengaruh tindakan tersebut yang satu dapat dicapai dengan
pemburukan lainnya. Kedua alasan tersebut akan menyulitkan dalam
membuat ekuivalensi antar pengaruh sehingga diperlukan suatu skala
yang disebut prioritas.
10
III.3.3 Expert Choice 11
Expert Choice adalah sebuah aplikasi yang khusus
digunakan sebagai alat bantu implementasi model-model dalam Decission
Support System (DSS) atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sistem
Penunjang Keputusan (SPK) dalam sebuah perusahaan ataupun untuk
keperluan akademik. Beberapa kemudahan terdapat dalam Expert
dibandingkan dengan software sejenis, kemudahan-kemudahan antara
lain:
Fasilitas GUI yang digunakan, sehingga cocok digunakan baik bagi
kalangan perusahaan ataupun bagi kalangan perusahaan ataupun
bagi kalangan akademik yang baru saja mempelajari tentang seluk
beluk Sistem Penunjang Keputusan
Banyak fitur-fitur yang menyediakan pemodelan decission suport
system secara baik, tanpa perlu melakukan instalasi atau pengaturan
ulang parameter yang terlalu banyak.
III.3.3 Analisis Ketinggian Bangunan
Pada penelitian ini, dilakukan analisis ketinggian bangunan dengan
cara melihat ke arah peraturan terkait Kawasan Keselamatan Operasi
Penerbangan (KKOP). KKOP diperlukan untuk mengendalikan ketinggian
benda tumbuh dan pendirian bangunan di bandar udara dan sekitarnya.
KKOP adalah wilayah daratan dan/atau perairan dan ruang udara di
sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk kegiatan operasi
penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan penerbangan.
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan no. 48 Tahun 2002 tentang
penyelenggaraan bandar udara namun, KKOP ditentukan batas-batasnya
dengan koordinat yang mengacu pada bidang referensi World Geodetic
System 1984 (WGS-84) dan batas-batas ketinggian di atas permukaan
laut rata-rata (Mean Sea Level) dalam satuan meter.
Pada KKOP tidak dibenarkan adanya bangunan atau benda tumbuh,
baik yang tetap maupun yang dapat berpindah, yang lebih tinggi batas
ketinggian yang diperkenankan sesuai dengan Aerodrome Reference
Code (Kode Referensi Landas Pacu) dan Runway Classification
(Klasifikasi Landas Pacu) dari suatu bandar udara.
11
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
IV.1 Gambaran Umum
Surabaya Barat, berdasarkan kebijakan yang tercantum dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya, merupakan wilayah dari Kota Surabaya yang
peruntukannya didominasi oleh permukiman, hal ini yang membuat para developer
tidak membuat pengecualian terhadap pembangunan permukiman apartemen.
Apartemen identik dengan hunian eksklusif untuk kalangan tertentu, khususnya
masyarakat pendatang, untuk mengendalikan kebutuhan akan tempat tinggal di
kala terbatasnya lahan di Surabaya Barat.
Berdasarkan pengumpulan data dari Badan Perencanaan Pembangunan
Kota Surabaya, didapatkan bahwa kecenderungan persebaran apartemen di
Surabaya Barat disebabkan banyaknya pembangunan-pembangunan bangunan
komersial seperti kegiatan retail pusat perbelanjaan, ruko, dan perkantoran. Maka,
apartemen-apartemen yang berdiri di Surabaya Barat tersebar luas di kawasan
bangunan-bangunan komersial tersebut, antara lain The Via & The Vue, Java
Paragon, Puri Matahari, The Adiwangsa, dan Puncak Bukit Golf yang berdiri di
kawasan perdagangan dan jasa; Ciputra, Somerset, dan Puri Darmo yang berdiri di
kawasan perumahan. Jika ditinjau dari perkembangannya dari tahun ke tahun,
Pada tahun 2001 terdapat 3 apartemen yaitu: Apartemen Java Paragon, Apartemen
Somerset, dan Apartemen Puri Matahari. Pada evaluasi RTRW tahun 2013
terdaftar 5 pembangunan apartemen di Wilayah Surabaya Barat yaitu: Apartemen
Java Paragon, Grande Family Apartemen,Apartemen Taman Baverly, Apartemen
Puri Matahari dan Apartemen Puri Darmo. Akan tetapi pada kenyataannya terbukti
bahwa jumlah pembangunan apartemen di Surabaya Barat semakin meningkat
dengan cepat.
Serupa dengan Surabaya Barat, Surabaya Timur juga merupakan kawasan
yang peruntukannya didominasi oleh permukiman. Terlebih lagi Surabaya Timur
merupakan kawasan yang berada di pinggir pantai yang dapat dilihat oleh para
investor sebagai kawasan yang menyuguhkan beberapa pemandangan yang cocok
untuk pembangunan bangunan komersial. Selain letak Surabaya Timur yang dekat
dengan pantai, pertumbuhan bangunan komersial yang mengundang tumbuhnya
permukiman apartemen juga tinggi. Permukiman apartemen di Surabaya Timur
tersebar mulai dari berdirinya di kawasan perdagangan dan jasa, serta perumahan.
Seperti Gunawangsa, Trillium, dan Puncak Kertajaya yang berdiri di kawasan
12
perdagangan dan jasa, serta Cosmo dan Pakuwon yang berdiri di kawasan
perumahan.
Gambar 2. Persebaran Apartemen di Surabaya Barat
Sumber: Google Maps 2015
Analisis yang dilakukan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi persebaran apartemen di Surabaya Barat ini menggunakan aplikasi
Expert Choice. Penelitian ini mempunyai dua variabel yang dimasukkan ke dalam
aplikasi Expert Choice, yakni aksesibilitas dan prasarana. Variabel aksesibilitas
mempunyai 6 sub-variabel, meliputi trayek angkatan publik, jarak dari CBD, jarak ke
pusat kota, jarak ke tempat kerja, jarak ke layanan jasa, dan jarak ke layanan jasa.
Sedangkan variabel prasarana mempunyai 5 sub-variabel, meliputi jaringan jalan,
jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan drainase, dan jaringan telekomunikasi.
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran
permukiman apartemen di Surabaya Barat dan Surabaya Timur ini melibatkan 7
partisipan, antara lain Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, BAPPEKO
Surabaya, Dinas Perencanaan Umum Kota Surabaya, Dinas Bina Marga Kota
Surabaya, Dinas Permukiman Surabaya, PT Ciputra Surya Tbk, dan masyarakat
pendatang.
Pengolahan data yang dimaksud melalui beberapa tahapan, yaitu;
pengindetifikasian, penetapan variabel mengenai faktor yang mempengaruhi
persebaran apartemen di Surabaya Barat dan Surabaya Timur dari penelitian-
penelitian sebelumnya yang serupa, dan kemudian data didapatkan dari hasil
pengisian kuisioner oleh partisipan-partisipan yang tertera di atas. Setelahnya,
dilakukanpengolahan data dengan menggunakan aplikasi Expert Choice.
Setelah itu, dilakukan perhitungan analisis pada faktor yang mempengaruhi
persebaran apartemen di Surabaya Barat dan Surabaya Timur, lalu didapatkan
konsistensi keputusannya. Saat pengumpulan data pada perangkat lunak sudah
13
didapatkan, maka proses dari pembobotan berpasangan pada masing-masing
variabel ataupun antar sub-variabel dapat diselesaikan.
IV.2 Analytic Hierarchy Process pada Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Persebaran Apartemen di Surabaya Barat
Pada analisis ini setelah goals, variabel, sub-variabel, dan partisipan
dimasukkan ke aplikasi Expert Choice, maka hasil dari pengisian kuisioner oleh
berbagai partisipan yang terlibat diinput ke Expert Choice dan didapatkan hasil rata-
rata yang didapatkan seperti gambar di bawah ini.
Gambar 3. Proses input data pada Expert Choice 11 (Prasarana)
Sumber: Data Olahan Peneliti Mei 2015
Gambar 4. Proses input data pada Expert Choice 11 (Aksesbilitas)
Sumber: Data Olahan PenelitI Mei 2015
Gambar di atas menunjukkan input nilai hasil dari kuisioner oleh 7 instansi
yang telah ditetapkan, yang sudah dirata-ratakan . Nilai tersebut merupakan nilai
Pairwise Comparison, yaitu penilaian secara komparatif berpasangan. Setiap faktor
baik berupa obyektif atau variabel, sub variabel, dan alternatif keputusan
ditentukan bobotnya dengan mengadakan pembandingan sepasang demi
sepasang. Maksudnya adalah elemen-elemen dibandingkan berpasangan
terhadap suatu kriteria yang ditentukan, dan pada penelitian ini adalah
14
membandingkan antar sub-variabel masing-masing di aksesibilitas dan prasarana.
Gambar 5. Output Surabaya Barat Sumber: Data Olahan Peneliti Mei 2015
Didapatlah hasil yang memperlihatkan bahwa pada dua variabel yang diuji,
variabel aksesibilitaslah yang lebih mempengaruhi persebaran permukiman
apartemen di Surabaya Barat dibandingkan dengan variabel prasarana.
Gambar 6. Output Grafik Surabaya Barat
Sumber: Data Olahan Peneliti Mei 2015
Hasil output menunjukkan bahwa di Surabaya Barat, faktor yang paling
mempengaruhi persebaran permukiman apartemen adalah hal aksesibilitas yakni
jarak ke tempat kerja. Namun di sini faktor prasarana juga penting karena jaringan
listrik rankingnya berada tepat berada di bawah jarak ke tempat kerja.
IV.3 Analytic Hierarchy Process pada Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Persebaran Apartemen di Surabaya Timur
Pada analisis ini, sama dengan analisis yang dilakukan untuk Surabaya
Barat, setelah goals, variabel, sub-variabel, dan partisipan dimasukkan ke aplikasi
15
Expert Choice, maka hasil dari pengisian kuisioner oleh berbagai partisipan yang
terlibat diinput ke Expert Choice dan didapatkan hasil rata-rata yang didapatkan
seperti gambar di bawah ini.
Gambar 7. Proses input data pada Expert Choice 11 (Aksesibilitas)
Sumber: Data Olahan Peneliti Mei 2015
Gambar 8. Proses input data pada Expert Choice 11 (Prasarana)
Sumber: Data Olahan Peneliti Mei 2015
Sama dengan analisis Expert Choice terhadap Surabaya Barat sebelumnya,
gambar di atas menunjukkan input nilai hasil dari kuisioner oleh 7 instansi yang
telah ditetapkan, yang sudah dirata-ratakan . Nilai tersebut merupakan nilai
Pairwise Comparison, yaitu penilaian secara komparatif berpasangan. Setiap faktor
baik berupa obyektif atau variabel, sub variabel, dan alternatif keputusan
ditentukan bobotnya dengan mengadakan pembandingan sepasang demi
sepasang. Maksudnya adalah elemen-elemen dibandingkan berpasangan
terhadap suatu kriteria yang ditentukan, dan pada penelitian ini adalah
membandingkan antar sub-variabel masing-masing di aksesibilitas dan prasarana
16
Gambar 9. Output Surabaya Timur
Sumber: Data Olahan Peneliti Mei 2015
Dari hasil diatas, didapatkan hasil bahwa pengaruh variabel aksesibilitas
lebih mempengaruhi persebaran permukiman apartemen di Surabaya Timur
dibandingkan dengan variabel Prasarana.
Gambar 10. Output Grafik Surabaya Timur
Sumber: Data Olahan Peneliti Mei 2015
Berdasarkan grafik output diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor
aksesibilitas yaitu jarak ke tempat kerja merupakan faktor terpenting yang
menentukan persebaran permukiman apartemen di Surabaya Timur, lalu disusul
dengan faktor prasarana yakni jaringan jalan yang menempati urutan kedua.
IV.4 Interpretasi Hasil Analisis dengan Teori dan Kebijakan terkait
Permukiman Apartemen di Surabaya Timur
Surabaya yang merupakan pusat kota, sehingga menyebabkan banyaknya
aktivitas yang terjadi didalamnya, dan mengundang secara tidak langsung para
pekerja baik dari luar kota yang datang ke Surabaya dengan kepentingan masing-
masing. Kota Surabaya terlihat banyak dikarenakan jumlah penduduk yang tidak
seimbang dengan lahan yan tersedia.
17
Bila dilihat RTRW Surabaya, wilayah Surabaya Barat dan Surabaya Timur
diarahkan untuk permukiman, yang dimana hal tersebut dibuktikan juga pada
analisis yang dilakukan dengan aplikasi expert choice, yang menunjukkan bahwa
yang menjadi pendukung utama adanya pembangunan permukiman khususnya
apartemen didukung oleh aksesibilitas dan prasarana. Namun bila dilihat dari
kenyetaan bahwa yang kebanyakan yang tinggal di apartemen adalah para
pendatang yang bekerja di kota Surabaya. Sehingga pembangunan apartemen
didukung oleh adanya sarana utama yakni Aksesibilitas dan/atau jarak ke tempat
kerja.
Adapun hubungan yang menunjukkan bahwa dari kondisi eksisting hingga
analisis serta dilihat dari hasil teori menunjukkan sedemikian hasil yang sama
bahwa, area peripheral yang dikhususkan untuk permukiman (permukiman
apartemen) didukung oleh prasarana utama yakni jaringan jalan, pada kenyatannya
di Surabaya terlihat sudah sesuai dengan teori dan hasil analisis.
18
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Tumbuhnya permukiman apartemen dikarenakan kota Surabaya sebagai
pusat Kota yang menyebabkan banyaknya orang yang berkempentingan untuk
mencari kehidupan yang layak di pusat kota Surabaya. Sehingga mendorong para
pendatang dari luar Kota Surabaya mendatangi Surabaya, para pendatang tersebut
berkempetingan di Surabaya dengan waktu yang lama, maka tuntutan dan/atau
keinginan untuk bermukim di kota tersebut yang dekat pula dengan lokasi tujuannya.
Hasil analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan analisis Expert
Choice 11, dengan analisis Analytic Hierarchy Process (AHP) menunjukkan bahwa
tumbuhnya permukiman apartemen di Kota Surabaya dikarenakan adanya
dukungan absolut oleh Aksesibilitas yakni jarak ke tempat kerja, hal ini dapat
dinyatakan bahwa hasil analisis yang ada sesuai pada kondisi eksisting.
Untuk estetita Kota Surabaya sendiri masih dinilai kurang baik, karena sulit
untuk mengidentifikasi letak pusat Kota dari area peripheral hal tersebut diakibatkan
oleh banyaknya permukiman apartemen yang tingginya melebihi batas yang
ditentukan, tingginya lebih dari 20 lantai. Dalam hal ini sangat mempengaruhi
estetika Kota Surabaya itu sendiri.
V.2 Lesson Learned
Dari hasil analisis yang telah dilakukan adapun pelajaran yang didapatkan
dari pembahasan analisa, berikut pelajaran yang didapatkan;
• Dilihat dari permukiman Apartemen di Kota Surabaya sudah sesuai dengan
teori Konsentris. Namun perlu memerhatikan batas ketinggian bangunan
(KKOP) supaya dapat terlihat estetika suatu kota.
• Sebagai seorang perencana perlu memerhatikan ketersediaan lahan yang
ada dengan jumlah penduduk, baik penduduk tetap maupun penduduk
pendatang. Selain itu, dalam menyediakan permukiman bagi masyarakat
pendatang berupa apartemen, harus memperhatikan faktor-faktor
aksesibilitas dan prasarana.
19
DAFTAR PUSTAKA
Angkasapura. (t.thn.). KKOP. Dipetik Mei 29, 2015, dari Juanda Surabaya Airport:
http://juanda-airport.com/kkop
Nurjanah, R. (2009, April 16). Analisis Hierarki Proses. Dipetik Mei 24, 2015, dari
Academia.edu: https://www.academia.edu
Sugiyono. (2009). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Wikipedia. (2013, April 6). Kategori: Kota Terencana. Dipetik Mei 2, 2015, dari
Wikipedia Bahasa Indonesia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Kota_terencana
Wikipedia. (2013, April 6). Statistika Deskriptif. Dipetik Mei 12, 2015, dari
Wikipedia: http://id.wikipedia.org/