+ All Categories
Home > Documents > ANALISIS TES BHP \u0026 BHT DENGAN SPARTEK \u0026 MULTI LOG PADA SUMUR BN-X DAN B-Y LAPANGAN BUNYU...

ANALISIS TES BHP \u0026 BHT DENGAN SPARTEK \u0026 MULTI LOG PADA SUMUR BN-X DAN B-Y LAPANGAN BUNYU...

Date post: 01-Dec-2023
Category:
Upload: independent
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
67
ANALISIS TES BHP & BHT DENGAN SPARTEK & MULTI LOG PADA SUMUR BN-X DAN B-Y LAPANGAN BUNYU PERTAMINA EP ASSET 5 KERTAS KERJA WAJIB Oleh : Nama Mahasiswa : Hakiki Cahya Mukti Kaiden NIM : 13412009/B Program Studi : Teknik Produksi Migas Konsentrasi : Produksi Diploma : II (dua) KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SEKOLAH TINGGI ENERGI DAN MINERAL Akamigas STEM-Akamigas Cepu, Juni 2015
Transcript

ANALISIS TES BHP & BHT DENGAN

SPARTEK & MULTI LOG PADA SUMUR BN-X

DAN B-Y LAPANGAN BUNYU

PERTAMINA EP ASSET 5

KERTAS KERJA WAJIB

Oleh :

Nama Mahasiswa : Hakiki Cahya Mukti Kaiden

NIM : 13412009/B

Program Studi : Teknik Produksi Migas

Konsentrasi : Produksi

Diploma : II (dua)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

SEKOLAH TINGGI ENERGI DAN MINERAL Akamigas

STEM-Akamigas

Cepu, Juni 2015

Judul : Analisis Tes BHP & BHT Dengan Spartek &

Multi Log Pada Sumur BN-X dan B-Y

Lapangan Bunyu Pertamina EP Asset 5

Nama Mahasiswa : Hakiki Cahya Mukti Kaiden

NIM : 13412009/B

Program Studi : Teknik Produksi Migas

Konsentrasi : Produksi

Diploma : II (Dua)

Menyetujui

Pembimbing Kertas Kerja Wajib

Ir. Edi Untoro. M. T

NIP: 196007281994031001

Mengetahui

Ketua Program Studi Teknik Produksi

Eko Budhi Santosa. ST

NIP: 195409211978091

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah ‘aza wa jalla, Dzat dimana hidup dan

matti manusia ada digenggaman-Nya, tempat kembali segala urusan dan memohon

pertolongan. Dia yang telah melimpahkan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Kertas Kerja Wajib dengan judul “ANALISIS TES BHP & BHT

DENGAN SPARTEK & MULTI LOG PADA SUMUR BN-X DAN B-Y LAPANGAN

BUNYU PERTAMINA EP ASSET 5” dengan baik

Penyusunan Kertas Kerja Wajib ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi

kurikulum STEM Akamigas Cepu tahun ajaran 2014/2015 Program Studi Produksi

Diploma I. Yang disusun berdasarkan Praktek Kerja Lapangan pada tanggal 30 Maret – 18

April 2015.

Tidak lupa dalam kesempatan yang berbahagia ini, ucapan terima kasih dan

penghormatan yang mendalam penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Ir. Tugas S. Sugiarto, M.M. selaku Direktur STEM Akamigas yang telah

berkenan menerima penulis mengikuti pendidikan di STEM Cepu.

2. Bapak Eko Budhi Santosa, ST. selaku Ketua Program Studi Produksi STEM Akamigas

yang telah menyetujui dan membimbing dalam penulisan KKW Wajib ini.

3. Bapak Ir. Edi Untoro, M.T. selaku Pembimbing dalam penulisan KKW wajib ini.

4. Bapak Ibnu Aidi Work Over & Well Service Ast. Manager Pertamina EP Asset 5 Bunyu

Field.

5. Bapak Davi Rovaldi selaku pengawas Well Testing dan pengawas Rig Hoist H-30 di

Pertamina EP Asset 5 Bunyu Field juga selaku Pembimbing Praktek Kerja Lapangan.

6. Teman-teman mahasiswa STEM Akamigas, khususnya dari Prodi Produksi.

7. Untuk orangtua saya tercinta, untuk segala dukungannya

Penulis berharap semoga penulisan KKW ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian

demi kesuksesan dimasa yang akan datang dan bila ada saran dan masukan untuk penulisan

ini sangat diharapkan.

Cepu, Maret 2015

Penulis,

Hakiki Cahya Mukti K

NIM. 13412009/B

ii

INTISARI

Amerada adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengukur tekanan dan

temperatur di dalam sumur-sumur minyak atau gas. Pada umumnya test amerada

dilakukan secara periodik pada sumur-sumur yang mengalami penurunan produksi.

Dengan diketahui kondisi dari sumur tersebut, maka dapat ditentukan rencana

produksi di masa yang akan datang. Di field Bunyu untuk melakukan test amerada

biasanya dilakukan setelah pengerjaan well service, sebab tekanan dan temperatur

dapat diketahui perbedaannya setelah dan sebelum perawatan.

Di field Bunyu untuk model amerada yang digunakan adalah amerada model

baru yaitu sudah menggunakan sistem komputer, jadi hasil rekaman pengukuran

tekanan dan temperatur dasar sumur dapat langsung diketahui di dalam komputer

dengan mengkoneksikan amerada ke komputer. Sebelum adanya penggunaan

amerada model baru, di lapangan bunyu masi menggunakan amerada model lama

yaitu masih metode manual. Pada amerada model lama untuk pembacaan hasil

rekaman tekanan dan temperatur dasar sumur masih harus membaca chart record

yang telah direkam di dalam plate yang ada di dalam mandrel setelah itu hasil

rekaman dicatat tiap kedalaman pada setiap 3 menit. Untuk pembacaan chart record

pada amerada belum tentu akurat, sebab pembacaan orang bisa berbeda. Setelah

adanya amerada model baru maka penggunaan menjadi lebih ringan, karena

amerada model digital ini langsung di koneksikan terhadap komputer atau laptop

setelah amerada di angkat dari sumur lalu hasil rekaman pengukuran tekanan dan

temperatur dasar sumur langsung terbaca pada komputer.

Di lapangan ini test amerada menggunakan dua tipe yaitu spartek dan multi log

(PRM – 05). Di Bunyu pengukuran amerada dilakukan pada sumur SA (Sembur

Alam), (Sembur SB (Sembur Buatan) atau sumur gas lift dan sumur water

injection, lalu hasil rekaman BHP dan BHT langsung terekam pada amerada dan

hasil amerada langsung dimasukkan kedalam aplikasi spartek sapphire logon (jika

menggunakan spartek) atau multilog geophysic (jika menggunakan PRM-05).

Untuk pengukuran BHP dan BHT pada sumur BN -20 menggunakan spartek dan

sedangkan untuk sumur BN – 40 menggunakan model PRM – 05 (multi log). Hasil

dari pengukuran BHP dan BHT terekam di EMR unit amerada.

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

INTISARI ......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ v

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vii

I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2

1.3. Batasan Masalah........................................................................................ 2

1.4. Sistematika Penulisan ............................................................................... 2

II. ORIENTASI UMUM ................................................................................ 4

2.1. Sejarah Singkat PT Pertamina EP Asset 5 Field Bunyu ........................... 4

2.2. Sejarah Produksi ....................................................................................... 6

2.3. Kondisi Geologi ........................................................................................ 7

2.4. Struktur Organisasi ................................................................................... 8

2.5. Sarana dan Fasilitas Produksi ................................................................... 9

III. LANDASAN TEORI ............................................................................... 14

3.1. Definisi ...................................................................................................... 14

3.2. Amerada Bottom Hole Pressure dan Bottom Hole Temperature

Gauge ....................................................................................................... 14

iv

3.2.1. Recording Section ........................................................................... 16

3.2.2. Pressure Element ............................................................................ 20

3.3.3. Temperature Element ...................................................................... 22

3.3. Wireline Unit ............................................................................................. 23

3.4. Lubricator .................................................................................................. 26

IV. ANALISIS TES BHP & BHT DENGAN SPARTEK & MULTI

LOG PADA SUMUR BN-X DAN B-Y LAPANGAN BUNYU

PERTAMINA EP ASSET 5 .......................................................................... 33

4.1. Proses Aliran Pemisahan Crude Oil Di Field Bunyu ................................ 33

4.2. Operasional Amerada ................................................................................ 34

4.3.Standard Operating Procedure (SOP) ....................................................... 37

4.3.1. Persiapan Pemasangan Amerada .................................................... 37

4.3.2. Pengukuran Tekanan dan Temperatur ............................................ 38

4.4.3. Prosedur Pembongkaran Amerada .................................................. 39

4.4. Analisis Pengukuran BHP dan BHT Dengan Spartek & Multi Log

Pada Sumur BN-X Dan B-Y Lapangan Bunyu ........................................ 39

4.4.1. Data Produksi Sumur ...................................................................... 39

4.4.2. Pengolahan Data Amerada .............................................................. 40

4.4.3. Program Kerja ................................................................................. 47

4.4.4. Data Profile Sumur .......................................................................... 50

4.5. Keselamatan Kerja .................................................................................... 51

V. PENUTUP .................................................................................................. 53

5.1. Simpulan ................................................................................................... 53

5.2. Saran .......................................................................................................... 54

v

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 55

LAMPIRAN ....................................................................................................

vi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Produksi Harian Sumur BN-20 ........................................................ 40

Tabel 4.2 Produksi Harian Sumur BN-40 ........................................................ 40

Tabel 4.3 Data Pengukuran Amerada BN-20 .................................................. 41

Tabel 4.4 Data Pengukuran Amerada BN-40 .................................................. 45

Tabel 4.5 Program Kerja Sumur BN-20 .......................................................... 48

Tabel 4.6 Program Kerja Sumur BN-40 .......................................................... 50

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Pulau Bunyu ................................................................................. 6

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Pertamina EP Asset 5 Field Bunyu .............. 8

Gambar 3.1 Amerada BHP & BHT Surveys ................................................... 14

Gambar 3.2 Wireline Socket ............................................................................ 16

Gambar 3.3 Wireline Unit ................................................................................ 23

Gambar 3.4 Hydraulic Unit .............................................................................. 24

Gambar 3.5 Depthometer ................................................................................. 25

Gambar 3.6 Weight Indicator ........................................................................... 26

Gambar 3.7 Lubricator ..................................................................................... 27

Gambar 3.8 Stuffing Box ................................................................................. 29

Gambar 3.9 Wireline BOP ............................................................................... 30

Gambar 3.10 Knuckle Joint ............................................................................. 32

Gambar 4.1 Operasional Amerada ................................................................... 35

Gambar 4.2 Spartek Sapphire .......................................................................... 37

Gambar 4.3 Grafik Pressure vs Depth.............................................................. 42

Gambar 4.4 Grafik Pressure vs Depth.............................................................. 45

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 ...................................................................................................... 56

Lampiran 2 ...................................................................................................... 57

Lampiran 3 ...................................................................................................... 58

Lampiran 4 ...................................................................................................... 59

Lampiran 5 ...................................................................................................... 60

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia perminyakan masalah akibat dari problema sumur minyak bumi

mempunyai dampak yang cukup besar, terutama akibat penurunan produksi minyak

bumi, penurunan fluid level, BHP dan BHT. Pada permasalahan tersebut sangat

berbahaya karena dapat menyebabkan perusahaan kerugian karena akibat adanya

penurunan produksi untuk itu diperlukan pengukuran BHP dan BHT untuk

mengetahui produksi yang akan datang pada sumur yang akan di tes. Dalam

kesempatan ini penulis mengambil judul “ANALISIS TES BHP & BHT

DENGAN SPARTEK & MULTI LOG PADA SUMUR BN-X DAN B-Y

LAPANGAN BUNYU PERTAMINA EP ASSET 5 ”. Amerada adalah suatu alat

yang berfungsi untuk mengukur tekanan dan temperaur di dalam sumur-sumur

minyak atau gas.

Sebelum ada amerada model digital (terbaru), perusahaan masih menggunakan

amerada model manual (lama). Dengan adanya unit terbaru peralatan tes amerada

perusahaan dapat membantu lebih mudah tugas operator RAM dalam pengkuran

BHP dan BHT, karena sebelum adanya model digital tes amerada masih

menggunakan sistem manual, yaitu untuk mengetahui rakaman BHP dan BHT

harus menggunakan Chart record yang terdapat pada plate yang berada dalam

mandrel, dan hasil rekaman dicatat dan setelah adanya sistem digital amerada

langsung terekam didalam EMR dan hasilnya langsung di koneksikan dengan

komputer.

2

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan Kertas Kerja Wajib adalah :

Memahami Analisis BHP dan BHT dengan amerada di sumur BN –X

dan B-Y.

Untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan penulis baik pada

teori maupun aplikasi di lapangan.

Sebagai syarat kelulusan di STEM-AKAMIGAS.

1.3 Batasan Masalah

Sesuai dengan program studi diploma dua (DII), maka dalam Kertas Kerja Wajib

ini penulis membatasi tulisan hanya pada Analisis BHP dan BHT dengan amerada

di sumur BN-X dan B-Y.

1.4 Sistematika Penulisan

Penuyusunan Kertas Kerja Wajib ini mengacu pada pedoman penuyunan Kertas

Kerja Wajib. Sistematika penulisan terdiri dari:

BAB I, PENDAHULUAN yang berisi tentang latar belakang sebagai

pemilihan judul, maksud dan tujuan, batasan masalah, serta sistematika

penulisan.

BAB II, ORIENTASI UMUM membahas tentang sejarah singkat PT

Pertamina EP Asset 5 Field Bunyu, Sejarah Produksi, Kondisi Geologi,

Struktur Organisasi serta Sarana dan Fasilitas Produksi.

BAB III, TEORI DASAR yang membahas tentang mengenai Definisi,

Amerada Bottom Hole Pressure dan Bottom Hole Temperature Guge,

Wireline Unit, dan Lubricator.

BAB IV, PEMBAHASAN berisi tentang Proses Aliran Pemisahan Crude

Oil di Bunyu Field, Operasional Amerada, Prosedur Pengukuran Amerada,

3

Analisis Pengukuran BHP dan BHT Dengan Spartek & Multi Log Pada

sumur BN-X dan B-Y Lapangan Bunyu dan Keselamatan Kerja.

BAB V, PENUTUP yang ditulis mengenai Simpulan dan Saran dari pokok

pembahasan.

4

II. ORIENTASI UMUM

2.1. Sejarah Singkat PT Pertamina EP Asset 5 Field Bunyu

Bunyu, salah satu pulau kecil yang terletak di utara Borneo berdekatan dengan

kota Tarakan dan Malaysia. Untuk sampai ke pulau Bunyu kita harus menggunakan

pesawat udara dari Balikpapan menuju Tarakan, kemudian perjalanan dilanjutkan

memakai jasa speed boat yang ditempuh selama kurang lebih satu jam menuju

dermaga Bunyu. Meskipun pulau kecil Bunyu menyimpan kekayaan alam yang

berlimpah seperti minyak bumi dan batu bara.

Sejarah kegiatan eksplorasi

dan produksi migas di Bunyu diawali oleh perusahaan bernama Bataafsche

Petroleum Maatschappij (BPM) di tahun 1901 yang melakukan pemboran di

sumur B-001 hingga B-016. Dua puluh tahun kemudian pengusahaan kegiatan

perminyakan di Bunyu dilaksanakan oleh Nederlansche Indische Aardolie

Maatschappij (NIAM) yang merupakan perusahaan patungan antara BPM dan

pemerintah Hindia Belanda. Sejak tahun 1951 lapangan Bunyu dikembangkan

sebagai lapangan produktif. Sejalan dengan perkembangan politik saat itu dimana

sebagai konsekuensi pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh pemerintah

kolonial Belanda mengakibatkan partner BPM dalam NIAM bukan lagi pemerintah

Hindia Belanda melainkan pemerintah Republik Indonesia. Tahun 1959 NIAM

berubah menjadi PT Pertambangan Minyak Indonesia (PERMINDO) dan

kemudian dilikuidasi dan kekayaan yang menjadi hak pemerintah Indonesia

dijadikan modal perusahaan minyak baru yang diberi nama PN PERTAMIN yang

5

wilayah operasinya juga meliputi lapangan Bunyu. Dengan penggabungan PN

PERTAMIN dan PN PERMINA menjadi PN PERTAMINA di tahun 1968 dan

kemudian menjadi PERTAMINA di tahun 1971, maka pengelolaan lapangan

Bunyu juga berpindah tangan kepada PERTAMINA.

Dalam pengoperasian yang dilakukan PERTAMINA, lapangan Bunyu

semakin berkembang. Meskipun sempat dioperasikan oleh perusahaan bernama

PT Ustraindo di tahun 1993 sampai dengan 1994, Pertamina kemudian kembali

mengambil alih lapangan ini dan hingga kini berada di bawah naungan PT

PERTAMINA EP Asset 5.

Selain minyak bumi, perut bumi pulau Bunyu juga kaya akan gas alam cair

(LNG). Setelah melalui serangkaian penjajakan pada tahun 1983 dibangunlah

kilang methanol untuk mengolah gas alam tersebut, awalnya kilang ini bernama

kilang Methanol Bunyu (KMB) yang pembangunannya selesai pada tahun 1986.

Waktu peresmian beroperasinya kilang Methanol Bunyu pada tanggal 23 Oktober

1986, Presiden Soeharto berkesempatan hadir dan secara seimbolis membuka resmi

beroperasinya kilang tersebut.

Di awal eksploitasinya kilang methanol ini mampu mengolah gas alam 35 juta

cuft perharinya untuk diolah menjadi produk methanol 100 ton perharinya.

Produksi methanol Bunyu cukup baik untuk sepuluh tahun pertama, namun setelah

sepuluh tahun kedua produksinya mulai berkurang, Pertamina memutuskan untuk

menberikan kontrak pengerjaannya kepada PT. Medco Energy. PT. Medco Energy

6

yang meneruskan pegelolaan kilang methanol ini hanya bertahan selama 11 tahun,

dan ketika produksinya makin merosot akhirnya pada tahun 2008 kilang ini ditutup.

Gambar 2.1 Pulau Bunyu

2.2. Sejarah Produksi

Lapangan Bunyu diproduksikan dengan menggunakan metode sembur alam,

gas lift, dan pompa. Adapun kondisi operasi produksi lapangan Bunyu (periode

2009-2014) sebagai berikut :

a. 2009 : Laju produksi rata-rata pada tahun 2009 adalah 1.811 BOPD, 4.594

MMSCFD, dan 27.378 BWPD.

b. 2010 : Laju produksi rata-rata pada tahun 2010 adalah 4.454 BOPD, 5.123

MMSCFD, dan 14.311 BWPD.

c. 2011 : Laju produksi rata-rata pada tahun 2011 adalah 5.347 BOPD, 5.459

mmscfd gas, dan 16.459 BWPD.

7

d. 2012 : Laju produksi rata-rata pada tahun 2012 adalah 7.420 BOPD, 8.867

mmscfd gas, dan 25.311 BWPD.

e. 2013 : Laju produksi rata-rata pada tahun 2013 adalah 5.501 BOPD, 8.003

mmscfd gas, dan 28.001 BWPD.

f. 2014 : Laju produksi rata-rata pada tahun 2014 adalah 5.991 BOPD, 10.490

mmscfd gas, dan 29.687 BWPD.

2.3. Kondisi Geologi

Lapangan Bunyu secara geografis terletak di ujung tenggara. Luas Wilayah

Kerja Pertambangan (WKP) sekitar 187,5 km² dengan memiliki lima jenis

sruktur Geologi yaitu : MELIAT, TABUL, SANTUL, TARAKAN dan BUNYU.

Pada formasi Bunyu , formasi ini mempunyai ketebalan sekitar 300-700 meter dan

terletak secara tak selaras di atas formasi Tarakan. Litologinya terdiri dari batuan

pasir tebal berukuran menengah sampai kasar kadang-kadang konglomerat dan

selang seling dengan lignit dan serpih. Pada umumnya batu pasir lebih tebal, lebih

kasar, dan lebih kompak dibandingkan dengan batu pasir dari formasi Tarakan.

Tebal batu pasir dan batubara berkisar dari 1 – 30 meter. Rata-rata kedalaman

sumur di Lapangan Bunyu 2000 – 3000 meter dengan formasi untuk sumur

penghasil minyak di kedalaman 800 – 1500 meter dan untuk sumur penghasil gas

di kedalaman lebih dari 1500 meter.

8

2.4. Struktur Organisasi

Struktur organisasi di PT PERTAMINA EP Asset 5 Bunyu dipimpin oleh

seorang Field Manager yang membawahi beberapa Assistant Manager, yaitu

Operation Planning Ast. Manager, Petroleum Engineering Ast. Manager, Work

Over & Well Services Ast. Manager, Production Operation Ast. Manager, Bunyu

RAM Ast. Manager, Bunyu HSSE Ast. Manager, Bunyu Finance Ast. Manager,

Bunyu Human Resources Ast. Manager, Bunyu Finance Ast. Manager, Bunyu

Legal & Relation Ast. Manager, Bunyu Supply Chain Management Ast. Manager.

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Pertamina EP Asset 5 Field Bunyu

9

2.5. Sarana dan fasilitas Produksi

PEP (Pertamina Eksplorasi) Bunyu mempunyai beberapa unit pengolahan

di lapangan Bunyu seperti Gathering Station 1, 2, dan 3, Main Gathering Station,

dan Terminal. Proses pengolahan fluida pertama dilakukan di Gathering Station

dengan tujuan untuk memisahkan fluida dengan menggunakan peralatan produksi

yang dioperasikan secara semi-otomatis. Peralatan ini biasanya dioperasikan

langsung oleh operator yang berada di lapangan ataupun dioperasikan dan dikontrol

secara pneumatic pada peralatan produksi tertentu. Peralatan produksi di lapangan

ini juga dilengkapi dengan fasilitas Shut Down System, dimana fasilitasini akan

mematikan operasi peralatan-peralatan produksi secara otomatis bila terjadi

suatu kondisi yang menyimpang dari operasi produksi normal.

Beberapa peralatan produksi yang terdapat di PEP Bunyu antara lain

meliputi:

a. Separator,

berfungsi memisahkan fluida produksi dari sumur menjadi 2 atau 3 fasa,

yaitu:

1. Fasa Gas, di mana gas ini kemudian diproses di dalam Scrubber untuk

dijadikan gas bersih sebagai gas suction kompresor dan sebagian lagi

dipakai untuk bahan bakar turbin generator.

2. Fasa Minyak, dimana minyak ini kemudian dikirim ke tangki untuk

proses emulsi.

10

3. Fasa Air, yang kemudian diinjeksikan lagi ke dalam sumur sebagai

air injeksi (water disposal).

b. Gas Scrubber,

berfungsi untuk memisahkan gas dengan air sehingga membuat gas

menjadi bersih.

c. Tanki Penimbun (Storage tank),

berfungsi untuk menampung hasil produksi sementara sebelum

dipompakan ke kapal pengangkut (Tanker).

d. Pompa Pengirim (Shipping Pump), berfungsi mengirimkan minyak

dari Terminal ke kapal pengangkut yang berada di perairan Bunyu, kira–

kira berjarak 1,5 km dari Terminal.

e. Stasiun Metering Gas.

Berfungsi sebagai alat ukur gas yang disalurkan ke Perusahaan Listrik

Negara (PLN) Tarakan.

f. Stasiun Kompresor Gas

PEP Bunyu mempunyai 2 Stasiun Kompresor Gas (SKG), dimana Stasiun

Kompresor tersebut mempunyai fungsi masing-masing, yaitu :

1. Kompresor Bunyu, berfungsi untuk mensuplai gas injeksi sumur

produksi gas lift serta menaikkan tekanan bahan bakar gas bersih untuk

Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) dan gas engine.

2. Kompresor Nibung, berfungsi untuk mensuplai gas ke Perusahaan

Listrik Negara (PLN) Bunyu dan Tarakan.

11

f. Pembangkit Tenaga Listrik.

Kebutuhan tenaga listrik untuk proses produksi dipenuhi dari pembangkit

tenaga listrik. Beberapa pembangkit menggunakan turbin gas, sedangkan

sisanya menggunakan mesin diesel yang berbahan bakar solar.

SKG (Stasiun Kompresor Gas) Bunyu memiliki beberapa peralatan produksi

pemisahan gas antara lain:

1. Kompresor Gas

Di lapangan ini terdapat 3 unit kompresor yang berfungsi sebagai

pengering gas sebelum di jual ke PLN Bunyu dan di injeksikasan ke

sumur sebagai metode gas lift.

2. Gas Scrubber

Di Lapangan ini terdapat 3 gas scrubber yang masing masing dialirkan

ke kompresor untuk dikompresi lagi sebelum di injeksikan ke sumur.

3. KO Drum

Alat ini berfungsi sebagai lanjutan dari gas scrubber untuk memisahkan

kembali gas dengan air, agar gas sebelum di alirkan ke gas engine,

PLTG, dan injeksi sumur harus dalam keaadan bebas air atau dry gas.

4. Tangki

Di lapangan ini terdapat 3 tangki, yaitu condesate storage tank, tangki

air fire hydrant, dan tangki air cooler gas kompresor. Masing masing

tangki mempunyai fungsi masing masing :

12

a. Condesate Storage Tank

Alat ini berfungsi sebagai penampung liquid yang masih terdapat

komponen gas yang terikut dari proses pemisahan KO drum dan gas

scrubber.

b. Fire Hydrant

Tangki yang berfungsi sebagai penampung air pemadam (untuk

safety), mencegah untuk bilamana suatu waktu terjadi kebakaran

pada suatu peralatan di SKG Bunyu.

c. Cooler Gas Kompresor

Alat ini berfungsi sebagai pendingin kompresor agar kompresor

tidak terlalu panas pada saat operasi.

5. Pump Discharge Water Disposal

Di SKG Bunyu memiliki 3 pump discharge water disposal, yang

berfungsi sebagai pengangkatan crude oil oleh injeksi air dari hasil

proses pemisahan pada KO drum dan Gas Scrubber

6. Kompresor Gas

Dilapangan ini terdapat 3 unit kompresor yang berfungsi sebagai

pengering gas sebelum di injeksikan kedalam sumur, sebagai pengerak

gas engine, dan PLTG

SKG (Stasiun Kompresor Gas) Nibung juga memiliki beberapa peralatan

produksi pemisahan gas antara lain :

13

7. Gas Scrubber

Di Lapangan ini terdapat 4 gas scrubber yang masing masing dialirkan

ke kompresor untuk dikompresi lagi sebelum di jual ke PLN Bunyu dan

Tarakan.

8. Kompresor Gas

Di lapangan ini terdapat 3 unit kompresor yang berfungsi sebagai

pengering gas sebelum di jual ke pelanggan masyrakat, PLN Bunyu dan

Tarakan.

9. Condesate Tank

Pada unit tangki kondesat di SKG Nibung ini digunakan sebagai

penampung liquid yang masih tercampur komponen gas hasil

pemisahan gas scrubber dan hasil kompresi gas.

14

III. LANDASAN TEORI

3.1. Definisi

Amerada adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengukur tekanan dan

temperatur di dalam sumur – sumur minyak atau gas. Pada umumnya, test amerada

dilakukan secara periodik pada sumur – sumur yang mengalami penurunan

produksi. Dengan diketahuinya kondisi dari sumur – sumur tersebut. Maka dapat

ditentukan rencana produksi di masa yang akan datang.

3.2. Amerada Bottom Hole Pressure dan Bottom Hole Temperature Gauge

Peralatan ini diperlukan untuk pengukuran tekanan dan temperatur di dasar

sumur dan secara garis besar dapat dibagi menjadi:

a. Amerada bottom hole pressure gauge dan bottom hole temperatur gauge

b. Wireline unit

c. Lubricator (recovery tube) dan kelengkapannya

Gambar 3.1 Amerada BHP & BHT Surveys

15

1. Peralatan Penunjang Amerada

Peralatan penunjang Amerada terdiri dari :

a. Wire line unit

b. Lubricator Assembly

c. Stuffing box

d. Wire line BOP

e. Tree Connection

f. Gin Pole

g. Hay Pully

h. Jar

i. Sinker Bar

j. Knuckle Joint

2. Bottom Hole Pressure / Temperature Gauge

Ada 2 type Amerada, yaitu type RPG (untuk pengukuran tekanan) dan type RT

(untuk pengukuran temperature). Pada masing-masing type tersedia dua ukuran,

yaitu RPG-3 dan RT-7 dengan diameter 1.25”, serta RPG-4 dan RT-8 dengan

diameter 1” (untuk pengukuram di tubing kecil).

Peralatan ini terdiri dari:

a. Recording Section

b. Pressure Element

c. Temperature Element

d. Accesories & operating tools

16

3.2.1. Recording Section

Recording section merupakan bagian atas dari amerada, dan dapat

disambungkan ke pressure element atau ketemperatur element secara

bergantian. Bagian – bagian dari fungsi masing – masing adalah sebagai

berikut:

a. Wireline Socket

Terletak di ujung atas amerada dan disambungkan dengan outer housing

cover. Fungsinya adalah untuk menggantungkan Amerada pada kawat pejal

(slick line/wireline). Teknik menggantungkan wireline socket ke kawat

cukup dengan lilitan atau yang lebih kuat dengan menggunakan wireline

clip.

Gambar 3.2 Wireline socket

17

b. Outer housing

Berfungsi untuk melindungi alat – alat yang berada di dalamnya (clock,

inner housing cover dan alat – alat perekam), baik dari goncangan/benturan

maupun dari fluida sumur. Ujung atasnya berbentuk ulir untuk

penyambungan ke wireline socket, dan ujung bawahnya berupa ulir untuk

penyambungan ke pressure/temperarure element. Sambungan antara outer

housing dengan pressure/temperature element harus di rapatkan dengan

memasang “O” ring.

c. Inner Housing dan Inner Housing Cover

Berfungsi untuk penempatan clock, dan alat – alat perekam (chart holder,

dan stylus assembly). Pada bagian atas inner housing terdapat dua lubang

yang bersebelahan, yang digunakan untuk menyambungkan clock ke lead

screw assembly dan untuk memutar lead screw saat membuat garis nol

tekanan. Dibawahnya terdapat satu lubang persegi memanjang yang

fungsinya untuk pemasangan chart holder dan stylus assembly. Lubang ini

ditutup dengan inner housing cover pada saat stylus assembly dan chart

holder sudah di pasang. Di bagian bawah terdapat satu lubang berbentuk

lubang kunci yang digunakan untuk memasang inner housing dengan

pressure/temperatur element, dan untuk menyambungkan stylus arm dengan

stylus shaft. Pada sambungan ini juga harus dipasang “O” ring. Ujung atas

outer housing berupa ulir untuk penyambungan dengan clock.

18

d. Clock

Berupa jam mekanik biasa yang bentuknya silindris, dilengkapi dengan

clock coupler, clutch, dan pegas – pegas. Berfungsi untuk mendorong chart

holder ke bawah dengan pelan – pelan dan dengan kecepatan konstan.

Pemilihan clock berdasarkan perkiraan lama pengukuran. Tersedia clock

dengan lama hidup 1.5*, 3, 6*, 12, 24, 36*, 48, 60*, 72, 90*, 120, 144, 180,

dan 360 jam. Tanda * khusus untuk penggunaan double pitch lead screw,

dan angka tidak menunjukkan lama hidup clock yang sebenarnya. Clock

juga tersedia dalam type, yaitu Standard (sampai dengan 300ºF), High

Temperature (sampai 500ºF) dan Ultra High Temperature (sampai 700ºF).

Ultra High Temperature Clock hanya dibuat untuk 3, 12 dan 24 jam. Clock

coupler digunakan untuk memutar/menghidupkan jam, sedang clutch

digunakan untuk menghubungkan clock dengan lead screw.

e. Lead Screw Assembly

Berfungsi untuk merubah gerakan putar clock menjadi gerak turun yang

diteruskan oleh chart holder lift ke chart holder. Dengan demikian, waktu

direkam ke arah memanjang chart.

f. Chart Holder

Chart Holder berbentuk silinder dan berfungsi untuk penempatan chart pada

bagian dalamnya. Bagian atas dilengkapi dengan leher untuk

menggantungkan chart holder pada chart holder lift. Di dalam chart holder

(tepat di tengah silinder) terdapat batang memanjang (guide rod) yang

berfungsi untuk menjaga agar tangkai jarum (stylus arm) tidak mengalami

19

getaran saat Amerada diturunkan ke dalam sumur. Pemasangan chart di

dalam chart holder dibantu dengan alat yang disebut chart loading mandrel.

g. Stylus Assembly

Stylus assembly terdiri dari jarum (stylus), stylus arm spring, dan stylus

arm. Stylus berupa jarum untuk menggores chart, dan tersedia dalam bahan

batu saphire (standard), intan (diamond), dan baja (steel). Stylus dipasang

pada Stylus arm spring yang berfungsi untuk mengatur “ON” dan “OFF”

jarum, dengan bantuan kawat geser (sliding wire) untuk stylus assembly

type B-111 atau dengan menggeser sleeve untuk type B-229. Stylus arm

spring dipasang pada stylus arm. Stylus arm bergerak memutar mengikuti

gerakan pressure element. Dengan demikian tekanan direkam di chart pada

arah melintang.

h. Chart

Chart berupa lempeng tembaga tipis (standard, untuk temperatur sampai

dengan 500ºF), atau nickel alloy steel (ultra high temperature, untuk

temperatur sampai dengan 700ºF) yang dipasang melingkar di dalam chart

holder. Pada bagian dalam (yang akan digores oleh stylus), chart dilapisi

dengan film lubricant berwana hitam (black coated chart) yang lebih umum

digunakan, atau berwana abu – abu (grey coated chart). Dan segi bentuknya,

tersedia dua plihan, yaitu flat chart (datar) dan flanged chart (ditekuk pada

kedua sisi memanjangnya). Penggunaan flanged chart lebih dianjurkan

karena lebih akurat. Chart holder untuk flar chart dapat dirubah untuk

20

penggunaan flanged chart dengan melepas guide strip yang terpasang di

dalam chart holder.

3.2.2. Pressure Element

Pressure element adalah bagian alat yang berrfungsi untuk mengindera tekanan

dan merubahnya menjadi gerakan yang selanjutnya diteruskan ke jarum (stylus).

Pressure element tersedia dalam kisaran tekanan 500 psi sampai dengan 30000

psi. Pressure element terdiri dari element housing assembly, pressure coil (helical

bourdon tube), bellows atau unbellows, stylus shaft support, stylus shaft, oil trap,

dan thermometer well, dengan fungsi masing – masing sebagai berikut:

a. Element housing assembly

Berfungsi untuk melingdungi helical bourdon tube, connector antara helical

bourdon dengan bellows/unbellows, stylus shaft, dan stylus shaft support.

Diameter luar element housing sama dengan outer housing.

b. Bellows/unbellows

Berfungsi sebagai sensor tekanan, dan untuk mengisolasi helical bourdon

tube agar tidak kemasukan fluida sumur (mencegah korosi, penyumbatan).

Bellows berbentuk pipa bergelombang (corrugated pipe) yang sedikit

elastis. Pada saar menerima tekanan, bellows akan sedikit memendek dan

meneruskan tekanan ke helical bourdon tube. Jika temperatur sumur

melebihi 300ºF atau 149ºC bellows akan memanjang sampai mencapai

dasar oil trap sehingga pengukuran tekanan menjadi tidak akurat, dan

bahkan dapat merusak bellows. Unbellows merupakan vaniasi sensor

tekanan, dan digunakan untuk sumur – sumur dengan temperatur di atas

21

300ºF atau 149ºC, Unbellows merupakan sistem terbuka. Fluida di dalam

oil trap berhubungan langsung dengan fluida pengisi bourdon tube dan

unbellows (boudon fluid), sehingga tidak terjadi kehilangan tekanan. Untuk

mencegah tercampurnya fluida sumur dan bourdon fluid, saluran tekanan

dibuat dari pipa kapiler kecil yang panjang dipasang melilit unbellows body.

c. Helical Bourdon Tube (Pressure Coil)

Helical bourdon tube merupakan pipa pipih (tidak bulat) yang berfungsi

untuk memperkuat efek tekanan yang diterima dari bellows/unbellows,

supaya rekaman tekanan dapat dibaca dengan teliti.

d. Oil Trap

Oil trap berfungsi sebagai tempat minyak pelumas yang direndam

bellows/unbellows, sekaligus melindunginya dari benturan. Alat ini

disambungkan dengan ulir keujung bawah pressure element. Pada

sambungan ini tidak diperlukan “O” ring. Pada saat akan menyambung oil

trap dengan pressure element dengan oil trap (Amerada dalam posisi tegak),

oil trap diisi dengan minyak sampai setengahnya. Setelah penyambungan

yang dikeraskan dengan tangan, tutup lubang (pressure port) yang terdapat

pada dinding oil trap dengan vent screw. Sedudah itu Amerada direbahkan,

dan sambungan – sambungan dapat diperkuat dengan menggunakan kunci

pas 11

16”. Menjelang Amerada dimasukkan kedalam lubricator, vent screw

dibuka agar tekanan dan fluida sumur dapat masuk ke oil trap.

22

e. Thermometer Bulb

Alat ini di pasang pada ujung bawag pressure element, dan berfungsi untuk

melindungi maximum thermometer yang mungkin diperlukan untuk

mengukur temperatur yang paling tinggi di dalam sumur. Sambungan antara

thermometer well dengan oil trap harus dirapatkan dengan “O” ring.

f. Maximum Registering Thermometer

Maximum registering thermometer atau cukup disebut maximum

thermometer adalah thermometer air raksa yang didesain sedemikian rupa

sehingga setelah membaca temperatur tertinggi, air raksa tidak turun

meskipun temperatur sekeliling turun. Dengan demikian temperatur tertiggi

dalam sumur dapat diketahui meskipun amerada dicabut sampai

permukaan. Permukaan air raksa hanya dapat diturunkan kembali ke harga

minimum dengan jalan mengocok thermometer beberapa kali. Maximum

thermometer terpasang di dalam pelindungnya (armour), dan ditempatkan

di dalam thermometer well selama pengukuran. Untuk meredam

getaran/goncangan, sebaiknya di ujung bawah dan atasnya diganjal dengan

material lunak, dan lebih baik sekeliling armour juga dililit dengan “O” ring.

3.2.3. Temperature Element

Temperatur element hampir sama dengan pressure element, kecuali sensor

tekanan dengan sensor temperatur, dan tidak dilengkapi dengan oil trap maupun

thermometer well. Element , stylus housing, helical bourdon tube, stylus shaft, dan

stylus shaft support sama dengan yang ada pada pressure element. Sensor

temperatur berupa thermometer bulb yang tersedia dalam dua pilihan yaitu

23

standard, dan fast responding type. Temperature element tersedia dalam kisaran

temperatur 300ºF sampai 700ºF.

3.3. Wireline Unit

Wireline unit berfungsi untuk menurunkan Amerada ke dasar sumur dan

mencabut kembali ke permukaan dengan perantaraan kawat baja (wire line atau

slick line). Wireline unit secara garis besar terdiri dari wireline drum lengkap

dengan wireline, engine, rem depthometer, pulley, counter weight, dan lengan

pengatur gulungan.

Gambar 3.3 Wireline Unit

a. Wireline drum dan Wireline

Wireline drum berfungsi sebagai gulungan kawat, dan digerakkan oleh motor

engine. Panjang dan ukuran kawat tersedia dalam beberapa pilihan, yaitu

dengan diameter 0,06” sampai 0,09”. Dimana pilihan tergantung pada

kedalaman sumur

24

b. Engine

Umumnya berupa motor diesel, di mana tenaganya (HP) tergantung pada

ukuran dan panjang kawat.

Gambar 3.4. Hydraulic Unit

c. Rem

Terdiri dari rem kampas dan rem hidolik. Rem hidrolik berfungsi untuk

memperlambat dan menghentikan amerada saat diturunkan. Rem kampas

berfungsi untuk memperkuat rem hidrolik saat menurunkan amerada dan untuk

menghentikan amerada saat dicabut.

d. Depthometer

Berfungsi untuk mengukur kedalaman yang dicapai pada setiap saat amerada

diturunkan maupun saat dicabut. Dengan demikian dapat ditentukan kapan

amerada akan dihentikan apabila penurunan dilakukan secara bertahap pada

interval – interval kedalaman tertentu, dan pada kedalaman berapa amerada

duduk di dasar sumur. Sedangkan pada saat pencabutan amerada, dengan

membaca depthometer, akan dapat diketahui kapan amerada sampai ke

permukaan.

25

Gambar 3.5 Depthometer

e. Pulley

Digunakan untuk menepatkan kerja depthometer. Putaran depthometer diatur

oleh putaran pulley. Untuk itu kawat harus selalu tegang pada saat

menurunkan/mencabut amerada.

f. Counter Weight

Digunakan untuk mengimbangi berat yang ditanggung kawat, karena makin

dalam amerada turun, makin berat beban akibat bertambah panjangnya kawat

yang masuk ke dalam sumur.

g. Weight Indicator

Untuk mengetahui beban yang dapat ditanggung pada kawat yang dipergunakan

alat penunjuk beban. Besarnya beban yang terbaca pada petunjuk beban adalah

total bebanyang ada pada kawat dimana alat ini dipasang. Hal ini agar tidak

terjadi tarikan melebihi batas ama. Ada 3 jenis weight indicator, yaitu :

mekanik, hidrolik dan elektronik.

26

Gambar 3.6 Weigth Indicator

h. Lengan Pengatur

Gulungan digunakan untuk meratakan gulungan agar tidak menumpuk pada

salah satu sisi drum.

Seluruh peralatan tersebut dimuat pada satu skid. Skid dapat setiap kali diangkat

dengan truk ke lokasi sumur, atau terpasang secara permanen pada satu trailer kecil

yang ditarik dengan mobil pick-up.

3.4. Lubricator (Recovery Tube)

Fungsi lubricator adalah untuk membantu memasukkan amerada ke dalam

sumur, baik sumur dalam keaadan berproduksi maupun dalam keaadan mati

(ditutup). Lubricator berbentuk pipa yang bagian bawahnya dilengkapi dengan

fasilitas untuk penyambungan ke kepala sumur (christmas tree) dengan kopling

pukul (union coupling), bagian tengah dilengkapi dengan bleed valve untuk

membuang sisa tekanan setelah amerada dicabut, dan bagian atas dilengkapi dengan

pulley untuk kawat, dan stufing box untuk memungkinkan kawat diulur turun atau

ditarik tanpa bocor.

27

Untuk mendirikan lubricator diulur turun jufa ada beberapa teknik:

a. Dengan bantuan gin pole. Amerada dapat dimasukkan ke dalam lubricator

sebelum lubricator didirikan.

b. Dengan memberi anak tangga yang dilaskan pada lubricator yang terbuat dari

bahan yang ringan (allumunium alloy steel). Lubricator di angkat oleh pekerja

dan di sambungkan ke christmas tree. Bagian atas lubricator (upper section)

dilengkapi dengan union coupling. Penyambungan dilakukan dengan jalan

pekerja memanjat lubricator.

c. Dengan bantuan crane. Digunakan untuk pengukuran tandem, sehingga

dibutuhkan lubricator yang panjangnya dua kali lipat dari yang untuk

pengukuran tunggal.

Gambar 3.7 Lubricator

28

1. Stuffing Box

2. Upper Section

3. Quick Union

4. Rope Block

5. Telescopic Ginpole

6. Midle Section

7. Lower Section

8. Bleed Off Valve

9. Wirline Valve

10. Wireline Pulley

11. Wellhead Connection

12. Weight Indicator

13. Load Binder and Chains

14. Wellhead Flange

Lubricator terdiri dari :

Upper lubricator

Middle lubricator

Lower lubricator

Pada lower lubricator dilengkapi dengan bleed of valve. Apabila rangkaian

Amerada sudah masuk ke dalam pipa sembur atau top valve sudah dibuka, maka

lubricator yang semula bertekenan atmosfir akan mempunyai tekanan sebesar

29

tekanan sumur. Bleed of valve dapat dipergunakan untuk membuang tekanan di

dalam lubricator tersebut.

1. Stuffing Box

Stuffing box ini yang dilengkapi dengan katrol puncak, dipasang di atas

lubricator. Stuffing box yang tahan tekanan tinggi ini dilengkapi dengan

kelengkapan operasi dan pengaman, yaitu plunger pencegah semburan liar yang

dirancang khusus untuk menutup stuffing box yang packing-nya dapat diganti,

meskipun lubricator masih bertekanan.

Gambar 3.8 Stuffing Box

2. Wire Line BOP

Wire line BOP ini berukuran 3 inchi, dipasang di bawah lubricator. Katup ini

dapat dibuka dan ditutup penuh tanpa merusak kabel baja di dalamnya.

30

Gambar 3.9 Wireline BOP

3. Tree Connection

Penghubung ke puncak X-mastree ini dapat berupa penghubung flensa,

penghubung ulir atau kombinasi keduanya. Namun untuk mendapatkan

penyambungan cepat, umumnya kita menggunakan perangkat union (quick union

coupling).

4. Gin Pole

Ginp pole adalah merupakan pully yang berukuran kecil yang dipasang pada

X-mastree/dekat tee silang di bawah katrol puncak dan hay pully dapat dipasang

dengan weight indicator. Kawat Amerada melaui hay pully dan terus menuju ke

katrol puncak stuffing box.

Dengan demikian selama operasi Amerada, lubricator tidak banyak goyang

serta packing stuffing box tidak cepat aus.

31

5. Jar

Jar merupakan alat sentak yang dipergunakan untuk membebaskan peralatan

yang terjepit. Alat sentak ini dapat meneruskan pukulan/sentakan beberapa kali

lipat besaran dari yang diberikan kepadanya. Dirangkai dengan sinker dan alat ini

dipakai apabila diperkirakan akan ada jepitan pada peralatan yang dioperasikan di

dalam sumur.

6. Sinker Bar (Stem)

Sinker barr adalah merupakan batang pemberat. Alat ini dipakai apabila

rangkaian Amerada susah diturunkan di dalam pipa sembur. Jumlah sinker bar

yang dipakai tergantung dari jumlah beratan yang harus diberikan pada

rangakaian tersebut.

7. Knuckle Joint

Bentuknya seperti stem, tetapi mempunyai ball swivell ditengahnya, ada juga

yang ditambah dengan per (spring) yang disebut spring loaded knuckle joint, dan

berfungsi memberikan fleksibilitas pada tool spering, misalnya pada lubang miring

dan juga pada pulling tool atau fishing tool untuk memudahkan mencapai sasaran.

Knuckle joint harus selalu diperiksa betul – betul sebelum dipergunakan terutama

pada pin dan bolanya.

32

Gambar 3.10 Knuckle joint

33

IV. ANALISIS TES BHP & BHT DENGAN SPARTEK & MULTI

LOG PADA SUMUR BN-X DAN B-Y LAPANGAN BUNYU

PERTAMINA ASSET 5

4.1. Proses Aliran Pemisahan Crude Oil Di Field Bunyu

Produksi crude oil di Bunyu sekitar 5001 BPD untuk keseluruhan sumur yang

ada di field Bunyu ini. Di Bunyu untuk proses pemisahan crude oil berada di SP I

dan SP II, selanjutnya hasil pemisahan akan dialirkan ke MGS (Main Gathering

System) untuk ditampung sementara dulu di tangki sebelum dialirkan ke Loading

Terminal sebelum pengapalan. Di MGS crude oil yang banyak mengadung air yang

terikut dari water injection well dimasukkan ke dalam tangki FWKO (Free Water

Knockout) atau AWA (Automatic Water Aftap) untuk dipisahkan air dan

minyaknya, selanjutnya di tampung ke tangki lalu dialirkan ke Terminal Loading

untuk dikapalkan. Fluida produksi dari sumur, gas akan dialirkan ke SKG (Stasiun

Kompresi Gas).

Di Field Bunyu terdapat dua SKG, yaitu SKG Bunyu dan SKG Nibung. Untuk

SKG Bunyu gas dari sumur atau hasil dari proses pemisahan dari SP I dan SP II

dipisahkan di masing-masing SKG, untuk SP I gas akan dialirkan ke SKG Nibung,

lalu gas yang di proses di SKG Nibung akan di Jual ke masyarakat melalui jalur

pipa ke masing-masing rumah atau dinamakan city gas dan di jual ke PLN.

Selanjutnya untuk di SKG Bunyu gas diproses untuk dikeringkan dari wet gas ke

dry gas, akan tetapi untuk di SKG Bunyu gas hasil proses pemisahannya akan

diinjeksikan ke dalam sumur sebagai sumur buatan dan sebagian ada juga yang

dijual ke PLN dan di bakar langsung ke flare.

34

4.2. Operasional Amerada

Amerada adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengukur tekanan dan

temperatur di dalam sumur-sumur minyak atau gas. Pada umumnya test amerada

dilakukan secara periodik pada sumur-sumur yang mengalami penurunan produksi.

Dengan diketahui kondisi dari sumur tersebut, maka dapat ditentukan rencana

produksi di masa yang akan datang. Di field Bunyu test amerada dilakukan secara

tiap minggu berapa kali dan tidak tentu selalu dilakukan pengukuran. Di field

Bunyu untuk melakukan test amerada biasanya dilakukan setelah pengerjaan well

service, sebab tekanan dan temperatur dapat diketahui perbedaannya setelah dan

sebelum perawatan tergantung dari enginernya.

Di lapangan ini test amerada menggunakan dua tipe yaitu spartek dan multi log

(PRM – 05). Di Bunyu pengukuran amerada dilakukan pada sumur SA (Sembur

Alam), (Sembur SB (Sembur Buatan) atau sumur gas lift dan sumur water

injection, lalu hasil rekaman BHP dan BHT langsung terekam pada amerada dan

hasil amerada langsung dimasukkan kedalam komputer dengan menggunakan

aplikasi spartek sapphire logon (jika menggunakan spartek) atau multilog

geophysic (jika menggunakan PRM-05). Untuk pengukuran BHP dan BHT pada

sumur BN -20 menggunakan spartek dan sedangkan untuk sumur BN – 40

menggunakan model PRM – 05 (multi log). Hasil dari pengukuran BHP dan BHT

terekam di EMR unit amerada.

Dasi hasil pengukuran BHP dan BHT di dapat untuk mengetahui dari gradient

tekanan dasar sumur dan temperatur dasar sumur. Dalam pengukuran amerada juga

dapat mengukur fluid level dan mengukur BHP dan BHT. Untuk mendapatkan data

35

BHP dan BHT terlebih dahulu diketahui data gradient tekanannya, lalu untuk

mendapatkan gradient tekanan dan gradient temperatur dapat di ketahui melalui

persamaan berikut :

GTp = ∆P

∆H .................................................... (4.1)

GTm = ∆T

∆H ................................................... (4.2)

Keterangan :

GTp = Perbandingan selisih tekanan dengan selisih kedalaman,

Psi/ft

GTm = Perbandingan selisih temperatur dengan selisih kedalaman,

°F/ft

ΔP = Selisih tekanan, Psi

ΔT = Selisih temperatur, °F

ΔH = Selisih kedalaman, ft

Gambar 4.1. Operasional Amerada

36

Dari hasil data gradient tekanan diketahui maka dapat diketahui berapa besar FBHP

dan SBHP nya. Untuk mendapatkan data FBHP maka dapat digunakan persamaan

berikut :

FBHP = Pwf = Ptop perfo + GTpf (Mid Perfo - Top Perfo) .............. (4.3)

Keterangan :

FBHP = Flowing Bottom Hole Pressure, Psi

Ptop perfo = Tekanan pembacaan amerada terakhir, Psi

GTp(akhir) = Gradient tekanan flowing pada pembacaan

terakhir, Psi/ft

Mid Perfo = Perforasi tengah, ft

Top Perfo = Perforasi atas, ft

Untuk mendapatkan data SBHP dapat digunakan persamaan sebagai berikut :

SBHP = Pr = Ptop perfo + GTpst (Mid Perfo - Top Perfo) ............... (4.4)

Keterangan :

SBHP = Static Bottom Hole Pressure, Psi

Ptop perfo = Tekanan pembacaan amerada terakhir, Psi

GTpst = Gradient tekanan static, Psi/ft

Mid Perfo = Perforasi tengah, ft

Top Perfo = Perforasi atas, ft

Setelah data gradient temperatur diketahui maka dapat diketahui berapa besar BHT

nya. Untuk mendapatkan data BHT dapat digunakan persamaan sebagai berikut :

BHT = Ttop perfo + GTm (Mid Perfo - Top Perfo) ......................... (4.5)

37

BHT = Bottom Hole Temperatur, °F

Ttop perfo = Temperetur pembacaan amerada terakhir, °F

GTm = Gradient temperatur, °F/ft

Mid Perfo = Perforasi tengah, ft

Top Perfo = Perforasi atas, ft

Data Spesifikasi Spartek :

Sensor Type : Sapphire

Range(s) : 750, 1500, 3k, atau 6k

Accuracy : 0.3 psi or 0.03% Full-Scale

Resolution : 0.0003% Full-Scale / year

Drift : < 0.03% Full-Scale / year

Temperature : 135°C 275°F

Voltage (min) : 3V

Current (sleep) : 0.10 mA

Current (sample) : 4.50 mA

Channel : Pressure

Temperarture

Time

Fastest sample rate : 1 sec/sample

Memory Capacity : 1,000,000 sample

Material : 17-4 PH

Diameter : Inconel 718-NACE

Length :

38

Gambar 4.2 Spartek Sapphire

4.3. Standard Operating Procedure (SOP)

4.3.1. Persiapan Pemasangan Amerada

1. Sebelum melakukan pekerjaan tes sumur terlebih dahulu melakukan safety

breafing.

2. Setelah itu lakukan pemilihan sumur atas perintah dari enginer dan lakukan

pengecekan kondisi sumur yang akan di tes.

3. Unit peralatan Amerada di setting terlebih dahulu dan EMR telah di setting

dari kantor untuk di programkan.

4. Selanjutnya pasang lubricator di atas top valve lalu koneksikan kawat dan

stand coil tool-nya lalu di masukkan kedalam lubricator.

5. Pasangkan stuffing box di ujung atas lubricator dan pasang weight indicator

lalu kita posisikan meteran 0.

39

6. Sebelum melakukan area (memasukkan amerada) kedalam sumur, lakukan

penjajagan kedalaman dengan run sheaker.

7. Setelah itu baru lakukan area (memasukkan amerada ) kedalam sumur,

didalam lubricator amerada sudah mulai merekam sampai di perforasinya.

8. Top valve dibuka ketika memasukkan amerada.

4.3.2. Pengukuran Tekanan dan Temperatur

1. Setelah selesai dilakukan pekerjaan tes sumur, amerada langsung di bawa

ke RAM untuk dilakukan pengecekan hasil rekaman pengukuran yang telah

dilakukan.

2. Hasil rekaman pengukuran BHP dan BHT yang terekam pada Spartek atau

PRM-05 akan langsung dimasukkan kedalam komputer untuk di olah

datanya.

3. Untuk memasukkan kabel ke unit, lepas pelindung baterry amerada terlebih

dahulu, lalu cabut baterry baru diganti dengan colokan kabel connector.

4. Berdasarkan model amerada, jika menggunakan spartek maka

menggunakan aplikasi dari perusahaan bersangkutan yang membuat yaitu

spartek sapphire logon dan jika menggunakan PRM-05 menggunakan

aplikasi multilog geophysic.

5. Setelah data keluar maka langsung dikirim ke enginer untuk di olah lebih

lanjut.

4.3.3. Prosedur Pembongkaran Amerada

1. Setelah tool sudah mencapai atas lubricator dibawah stuffing box atau kawat

dari peralatan wireline unit sudah mengendor dan tutup top valve.

40

2. Selanjutnya mengablas tekanan pada lubricator.

3. Setelah itu buka stuffing box lalu lepas wight indicator dan tarik tool dari

dalam ke permukaan lalu letakkan di bawah.

4. Setelah melepas stuffing box dan amerada telah dikeluarkan, selanjutnya

lepas lubricator pada x-masstree.

4.4. Analisis Pengukuran BHP & BHT Dengan Amerada pada Sumur BN-X

dan B-Y Lapangan Bunyu

4.4.2. Data Produksi Sumur

Dalam operasi well test, kita membutuhkan data produksi suatu sumur untuk

mengetahui berapa produksinya tiap hari apakah ada penurunan produksi apa tidak,

berikut data produksinya :

Sumur BN-X

Tabel 4.1. Produksi Harian BN-20

Tanggal

Gross

Test.

Akhir

(bbl)

Nett

Test

Akhir

(bbl)

Gross

Nyata

hari ini

(bbl)

Nett

Aktual

Tes

Hari

ini

(bbl)

Nett

Nyata

hari ini

(bbl)

Water

cut

(%)

Gas

ASO

(mscf)

Gas

Own

(mscf)

30-03-15 761 502 806 532 532 34,00 0 0

31-03-15 793 518 782 513 513 34,40 0 0

01-04-15 795 521 794 520 520 34,51 0 0

02-04-15 803 518 799 520 520 34,92 0 0

41

Tanggal

Gross

Test.

Akhir

(bbl)

Nett

Test

Akhir

(bbl)

Gross

Nyata

hari ini

(bbl)

Nett

Aktual

Tes

Hari

ini

(bbl)

Nett

Nyata

hari ini

(bbl)

Water

cut

(%)

Gas

ASO

(mscf)

Gas

Own

(mscf)

03-04-15 774 497 793 511 511 35,56 0 0

04-04-15 817 472 788 489 489 37,94 0 0

05-04-15 787 459 797 463 463 41,91 0 0

Sumur B-Y

Tabel 4.2 Produksi Harian Sumur BN-40

Tanggal

Gross

Test.

Akhir

(bbl)

Nett

Test

Akhir

(bbl)

Gross

Nyata

hari ini

(bbl)

Nett

Aktual

Tes

Hari

ini

(bbl)

Nett

Nyata

hari ini

(bbl)

Water

cut (%)

Gas

ASO

(mscf)

Gas

Own

(mscf)

04-04-15 598 0 50 0 0 100,00 21 21

05-04-15 403 0 403 0 0 90,00 350 38

4.4.2. Pengolahan Data Amerada

Untuk mendapatkan data gradient tekanan dan gradient temperatur maka

dilakukanlah pengukuran amerada untuk mendapatkan tekanan pada tiap

42

kedalaman, selanjutnya data diinput kedalam komputer untuk mendapatkan data

BHP dan BHT nya, data sebagai berikut :

Data pengukuran sumur BN-X

Tabel 4.3. Data pengukuran amerada

Kedalaman Waktu Pressure Temperatur

Pressure

Gradient

Temperatur

Gradient

MD TVD (ft) Menit Psia (°C) (Psi/ft) (°F/ft)

0 0 3 253,41 60,42 0,0000 0,0000

100 328,10 3 328,00 62,11 0,2273 0,0093

200 656,12 3 392,43 63,84 0,1964 0,0095

300 983,78 3 466,54 65,45 0,2269 0,0089

400 1.307,25 3 546,69 66,86 0,2470 0,0078

500 1.629,82 3 632,74 68,14 0,2676 0,0072

600 1.947,02 3 724,16 69,27 0,2873 0,0064

700 2.265,77 3 815,64 70,00 0,2879 0,0041

800 2.582,34 3 907,55 70,54 0,2894 0,0031

885 2.853,38 60 992,24 70,68 0,3125 0,0009

43

Gambar 4.3 Grafik Pressure vs Depth

Untuk mendapatkan FBHP dari data sumur diatas, cari gradient tekanan terlebih

dahulu. Gradent tekanan didapat melaui hasil pengukuran amerada juga dapat

dibuktikan dengan penggunaan persaaman sebagai berikut :

GTp(akhir) =∆P

∆H

GTp(akhir) =(992,24-907,55)

(2853-2582)

GTp(akhir) = 0,3125 psi/ft

0,000 0,050 0,100 0,150 0,200 0,250 0,300 0,350

0,00

100,00

200,00

300,00

400,00

500,00

600,00

700,00

800,00

900,00

1000,00

0 200 400 600 800 1.000 1.200

Pressure Gradient (psi/ft)

Dep

th (

mTV

D)

Pressure (psia)

Pressure Pressure Gradient Flowing

44

Untuk mendapatkan data gradient temperatur dapat dibuktikan dengan persamaan

berikut :

GTm =∆T

∆H

GTm =(184,824 - 184,672)

(2853 - 2582)

GTm = 0,0009 °F/ft

Untuk hasil analisa data FBHP menggunakan persamaan (4.3) sebagai berikut :

FBHP = Pwf = Ptop perfo + GTpf (Mid Perfo - Top Perfo)

FBHP = 992,24 psi + 0,3125 psi/ft ( 3341,934 - 2853,38 ) ft

FBHP = 992,24 psi + 114,1975 psi

FBHP = 1144,913 psi

Untuk hasil analisa data BHT dari sumur BN-X dapat kita gunakan persamaan (4.5)

sebagai berikut :

BHT = Ttop perfo + GTm (Mid Perfo - Top Perfo)

BHT= 184,824 °F + 0,0009 °F/ft ( 3341,934-2853,38 ft )

BHT = 184,824 °F + 0,4396 °F

BHT = 185,26 °F

45

Data pengukuran sumur B-Y

Tabel 4.4 Data pengukuran amerada

Kedalaman Waktu Pressure Temperatur

Pressure

Gradient

Temperatur

Gradient

MD TVD (ft) menit Psia (°C) (Psi/ft) (°F/ft)

0 0,00 3 76,41 39,38 0,000 0,0000

100 328,10 3 84,55 41,60 0,025 0,0122

179 587,07 3 92,35 44,02 0,030 0,0168

199 652,39 3 95,13 45,12 0,043 0,0303

341 1109,90 3 103,72 49,21 0,019 0,0161

361 1172,99 3 106,98 50,08 0,052 0,0249

486 1563,40 3 113,74 52,38 0,017 0,0106

506 1625,80 3 114,35 52,81 0,010 0,0124

602 1926,93 3 122,55 53,26 0,027 0,0027

622 1989,73 3 124,16 53,21 0,026 0,0015

689 2199,84 3 129,86 52,65 0,027 0,0047

709 2262,84 3 128,58 52,31 0,020 0,0099

767 2447,95 3 133,85 51,26 0,028 0,0102

787 2512,66 3 135,84 54,44 0,031 0,0886

816 2607,12 3 137,88 56,04 0,022 0,0305

836 2672,44 3 149,98 68,52 0,185 0,3439

900 2882,16 3 238,24 70,74 0,421 0,0190

46

Kedalaman Waktu Pressure Temperatur

Pressure

Gradient

Temperatur

Gradient

MD TVD (ft) menit Psia (°C) (Psi/ft) (°F/ft)

1000 3210,23 3 375,44 73,88 0,418 0,0173

1100 3538,33 3 513,65 77,42 0,421 0,0194

1168 3761,40 3 613,83 80,17 0,449 0,0222

Gambar 4.4 Grafik Pressure vs Depth

-0,100 0,000 0,100 0,200 0,300 0,400 0,500

0,00

100,00

200,00

300,00

400,00

500,00

600,00

700,00

800,00

900,00

1.000,00

1.100,00

1.200,00

1.300,00

0 100 200 300 400 500 600 700

Pressure Gradient (psi/ft)

Dep

th (

mTV

D)

Pressure (psia)

Pressure Pressure Gradient Flowing

47

Untuk mendapatkan BHP dari data sumur diatas, cari gradient tekanan terlebih

dahulu. Gradient tekanan didapat melaui hasil pengukuran amerada juga dapat

dibuktikan dengan penggunaan persaaman sebagai berikut :

GTpst =∆P

∆H

GTpst =(613,83 - 84,55)

(3761,40 - 328,10)

GTpst = 0,1541 psi/ft

Untuk mendapatkan data gradient temperatur dapat dibuktikan dengan persamaan

berikut :

GTm =∆T

∆H

GTm =(201,906 - 196,956)

(3761,40 - 3538,33)

GTm = 0,02219 °F/ft

Untuk hasil analisa data BHP menggunakan persamaan (4.4) sebagai berikut :

SBHP = Pr = Ptop perfo + GTpst (Mid Perfo - Top Perfo)

SBHP = 613,83 psi + 0,1541 psi/ft ( 4321,764 - 3761,40 ) ft

SBHP = 613,83 psi + 86,3521 psi

SBHP = 700,1821 psi

Untuk hasil analisa data BHT dari sumur B-Y dapat kita gunakan persamaan (4.5)

sebagai berikut :

BHT = Ttop perfo + GTm (Mid Perfo - Top Perfo)

BHT = 201,9 °F + 0,02219 °F/ft ( 421,764 - 3761,40 ) 𝑓𝑡

BHT = 201,9°F + 12,434 °F

48

BHT = 214,334 °F

4.4.3. Program Kerja

Well : BN-20 Layer : G-45 Depth : 883.5 – 885 m

Total Depth : 1,279 m/4,196 ft

Top Cement : -

EOT : 867 m/2,845 ft

Packer : 856 m/2,809 ft

Start : 1-April-2015

End : -

Well Type : Directional “S” Type

Run Sinker : 890,00 m/2,920 ft

Tools : Spartek

Pressure Element : -

Flowing/Static : Flowing

Choke : SA 28

Tubing Pressure : 252 psi

Casing Pressure : 330 psi

Tabel 4.5 Program Kerja Sumur BN-X

Depth Time

(Minutes)

Start Stop Remark

m Ft

885 2,904 60 09.06,15 13.18,00 Lakukan test produksi

800 2,625 3 13.20,26 13.23,26 Connect Baterry at 08.52,25

700 2,297 3 13.25,55 13.28,55 Unconnect battery at

49

Depth Time

(Minutes)

Start Stop Remark

m Ft

600 1,969 3 13.30,34 13.33,34

500 1,641 3 13.35,50 13.38,00 Masuk tes mulai jam 8-12

400 1,312 3 13.39,29 13.42,29 Sinker s/d 890 m

300 984 3 13.43,52 13.46,52

200 656 3 13.48,11 13.51,11

100 328 3 13.52,38 13.55,38

0 0 3 13.57,12 14.00,12

Pre Job Safety Meeting

Rig Up Lubricator

Run In Hole Sinker 1 ¼” to 890 m

Pull Out Of Hole Sinker 1 ¼” to surface

Run In Hole EMR Step by step to surface measurement gradient flowing

Rig Down Lubricator

Well : BN-40 Layer : k-85 Depth : 1167 – 1168 m

Total Depth : 2,581 m/5,187 ft

Top Cement : 1,250 m/4,101 ft

EOT : 1,152 m/3,779 ft

Packer : 1,141 m/3,774 ft

Start : 6-April-2015

End :

50

Well Type : Directional “S” Type

Run Sinker : 1,200 m 3,937 ft

Tools : PRM - 5

Pressure Element : -

Flowing/Static : Flowing

Choke : SB OF

Tubing Pressure : 120 psi

Casing Pressure : 360 psi

Tabel 4.6 Program Kerja Sumur B-Y

Depth Time

(Minutes)

Start Stop Remark

m Ft

1,168 3832 3 09.21,30 13.08,00 Lakukan tes produksi dan

ukur gas injeksi

1100 3609 3 13.10,50 13.13,50 Connect baterry at 8.51

1000 3281 3 13.15,23 13.18,50

900 2953 3 13.20,01 13.18,23 Sinker s/d 1200 m

836 2743 3 13.24,21 13.23,01 Masuk tes jam 8-12.00

816 2677 3 13.27,40 13.27,21

787 2582 3 13.31,08 13.30,40

767 2517 3 13.34,28 13.34,08

709 2326 3 13.38,30 13.37,28

689 2261 3 13.41,56 13.41,30

51

Depth Time

(Minutes)

Start Stop Remark

M Ft

602 1975 3 13.49,14 13.52,14

506 1660 3 13.53,02 13.56,02

486 1595 3 13.56,22 13.59,22

361 1184 3 14.00,56 14.03,56

341 1119 3 14.04,14 14.07,14

199 653 3 14.08,58 14.11,58

179 587 3 14.12,18 14,15,18

100 328 3 14.16,19 14.19,19

0 0 3 14.21,40 14.24,40

Job Procedure :

Pre Job Safety Meeting

Rig Up Lubricator

Run In Hole Sinker 1 ¼” to 1200 m

Pull Out Of Hole Sinker 1 ¼” to surface

Run In Hole EMR to perforation at 1168 m

Pull Out of Hole EMR Step by step to surface measurement gradient flowing

Rig Down Lubricator

4.3. Data Profile Sumur

Data profile sumur BN-X

Diameter Tubing : 2 7/8” @ 867 m

52

Diameter Conductor Casing : 20” @ 40 m

Diameter Intermediate Casing : 13 3/8” @ 396,8 m

Diameter Production Casing : 9 5/8” @ 1278 m

Top Perforation : 883,5 – 885 m

Middle Perforation : 1080,5 – 1081 m

Bottom Perforation : 1165 – 1167,5 m

Total Depth : 1279 m

Data Sumur BN-Y

Diameter Tubing : 2 7/8” @ 1,152 m

Diameter Conductor Casing : 20” @ 94 m

Diameter Intermediate Casing : 13 3/8” @ 664,15 m

Diameter Production Casing : 9 5/8” @ 1578 m

Top Perforation : 1167 – 1168 m

Middle Perforation : -

Bottom Perforation : 1486,5 – 1488 m

Gaslift valve : 1. 160,94 m

2. 286,94 m

3. 393,1 m

4. 480,07 m

5. 557,89 m

6. 606,87 m

53

4.5. Keselamatan Kerja

Keselamatan Kerja merupakan usaha untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja

yang mungkin terjadi setiap saat. Bahaya yang utama dalam pelaksanaan tes

amerada yaitu ketika lalai tangan bisa terjepit pulley atau slickline, terkena paparan

gas ketika mengablas tekanan pada sumur, bisa juga tertimpa lubricator, tertimpa

sinker, tekanan buid up yang tinggi, tertimpa stuffing box, dan bisa terjatuh dari

wellhead. Untuk mencegah dan mengurangi kerugian akibat kecelakaan kerja,

maka perusahaan harus memberikan pendidikan dan pelatihan pada para pekerja

tentang bahaya kecelakaan kerja dan kebakaran, serta harus menyediakan alat

keselamatan kerja seperti: safety helm, safety shoes, ear plug, sarung tangan,

pakaian safety (overall), masker dan alat pemadam kebakaran yang berguna untuk

safety.

Dalam hal-hal yang harus diperhatikan bagi pekerja yang berhubungan dengan

keselamatan kerja ketika melaksanakan tes amerada adalah:

Melakukan safety introduction terlebih dahulu sebelum melakukan

proses pekerjaan well testing.

Memakai Alat Pelindung Diri (APD).

Lakukan pengecekan pada bagian-bagian unit lubricator agar tidak

terjadi kebocoran.

Menjauhkan hal-hal yang dapat menimbulkan percikan api dari

sumur.

Pengecekan rutin terhadap peralatan yang akan digunakan.

54

V. PENUTUP

5.1. Simpulan

Dari pembahasan dalam Kertas Kerja Wajib ini dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

1. Dengan mengetahui SOP (Standard Operating Procedure) unit peralatan

amerada di perusahaan ini, bisa mengetahui perbedaan antara SOP yang ada

dibuku dan di lapangan.

2. Dengan adanya unit terbaru peralatan untuk model digital perusahaan dapat

membuat lebih mudah tugas operator RAM dalam pengkuran BHP dan BHT,

karena sebelum adanya model digital tes amerada masih menggunakan sistem

manual, yaitu untuk mengetahui pembacaan BHP dan BHT menggunakan

Chart record yang dimasukkan kedalam mandrel dan setelah adanya sistem

digital amerada langsung di koneksikan dengan komputer.

3. Di perusahaan ini unit tes amerada menggunakan model spartek dan PRM-05

(multi log).

4. Pada sumur BN-X tes amerada menggunakan model spartek, dan untuk sumur

B-Y menggunakan model PRM-05.

5. Pada sumur B-Y pada produksi sebelumnya gross 50 bbl water cut 100%

setelah perawatan sumur produksi gross 403 bbl water cut 90% selama 24 jam

dan dilakukan tes amerada tekanan akhir 613,83 psi.

6. Sumur B-Y Ditutup sementara karena water cut-nya masih > 90%

55

7. Setelah dilakukan tes amerada pada sumur BN-X didapat tekanan akhir sebesar

992,24 psi.

5.2. Saran

1. Untuk selalu melakukan perawatan terhadap peralatan amerada

2. Untuk melaksanakan tes amerada pada sumur hendaknya selalu dilengkapi

dengan wireline BOP walaupun sumur itu SB atau SA

56

DAFTAR PUSTAKA

1. Edi Untoro, Ir. M. T. Amerada RPG-3 and RPG-4. Gauge Operator

Manual. Tahun 2002

2. Krisno Utomo. 2004. Sonolog, Amerada dan Dinamometer. Yogyakarta.

3. Gore Nancy, 1984, Wireline Operations, Petroleum Extension The

University of Texas, Austin, Texas

4. ____________ , 1964, Wireline Operations – Book 5 of Vocation Training

Series, American Petroleum Institute, Dallas, Texas.

57

LAMPIRAN

Wireline Unit Lubricator

Stuffing Box Gin Pole

Weight Indicator EMR


Recommended