EFEKTIVITAS MODEL RECIPROCAL TEACHING
PADA PENCAPAIAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
DAN DISPOSISI MATEMATIS
Diana Awwaliyati*, Bambang Eko Susilo, Kartono
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang
e-mail: [email protected]
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model reciprocal
teaching pada pencapaian kemampuan berpikir kreatif dan disposisi matematis serta
memperoleh bukti empirik tentang pengaruh positif disposisi matematis terhadap
kemampuan berpikir kreatif. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik di SMP N 3
Patebon. Pengambilan sampel dengan teknik cluster random sampling dan terpilih kelas VII
A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII B sebagai kelas kontrol. Desain penelitian yang
digunakan adalah post test only group design. Pengambilan data dengan metode observasi,
metode tes dan metode angket. Dari penelitian ini diperoleh: (1) rata-rata nilai kemampuan
berpikir kreatif dengan menggunakan model reciprocal teaching dapat melebihi kriteria
ketuntasan minimal; (2) kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen lebih baik daripada
kelas kontrol; (3) disposisi matematis kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol;
(4) adanya pengaruh positif disposisi matematis pada model reciprocal teaching terhadap
kemampuan berpikir kreatif. Pada uji regresi linear sederhana diperoleh persamaan regresi
dan , artinya pengaruh disposisi matematis terhadap
kemampuan berpikir kreatif sebesar 78,5%. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika pada pencapaian kemampuan berpikir kreatif dan disposisi matematis dengan
model reciprocal teaching merupakan pembelajaran yang efektif.
Kata kunci: Disposisi Matematis; Efektivitas; Kemampuan Berpikir Kreatif;
Model Reciprocal teaching.
Abstract: The purpose of this research is to find out the effectiveness of reciprocal
teaching model on achievement of creative thinking ability and mathematical disposition
and to obtain the emperical evidence about the positive influence of the mathematical
disposition toward creative thinking ability. Population in this research is students at SMP
3 Patebon. Sampling with cluster random sampling technique and elected 7A as
experimentation class and 7B as control class. Design research used is post test only group
design. Adoption of data by observation method, test method and method poll. There are
four points obtained from this research: (1) The average value ability of creative thinking
using the reciprocal teaching model can exceed the minimum criteria of passing grade in
creative thinking ability; (2) creative thinking ability of experimental class is better than
control class; (3) mathematical disposition of experimental class is better than the control
class; (4) there is a positive influence on mathematical model of disposition of reciprocal
teaching of creative thinking ability. In simple linear regression test the researcher obtained
equation and , it means that the influence of
mathematical disposition of creative thinking ability is 78,5%. Can be concluded that the
learning of mathematics in the achievement of creative thinking ability and mathematical
disposition with reciprocal teaching model was effective learning.
Keywords: Ability To Think Creatively; Effectiveness; Mathematical Disposition;
Reciprocal teaching Model.
PENDAHULUAN
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yang mengungkapkan bahwa
matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar sampai
dengan sekolah menengah untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir
logis, analisis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Akan tetapi
dalam sebagian besar pendidikan formal matematika saat ini, pembelajaran matematika
sering memfokuskan pada pengembangan kemampuan berpikir analisis saja, sedangkan
kemampuan berpikir kreatif sering terabaikan. Padahal kreativitas dalam belajar matematika
sangat diperlukan, hal ini dikarenakan permasalahan dalam matematika sangat luas dan
bervariasi. Menurut Daryanto (2009), berpikir kreatif pada hakikatnya adalah berhubungan
dengan penemuan sesuatu,mengenai hal yang menghasilkan sesuatu baru dengan
menggunakan sesuatu yang telah ada (Rahmawati, 2010: 3). Hasil penelitian Holyoak dan
Thagard, Sternberg dalam Edward A. Silver dan Pittsburgh (1997: 2) adalah kreativitas
berkaitan erat dengan, pengetahuan fleksibel yang sering dikaitkan dengan jangka waktu
pekerjaan dan refleksi lebih cepat, wawasan yang luar biasa, dan rentan terhadap pengaruh
pembelajaran serta pengalaman. Dalam analisis Edward A. Silver dan Pittsburgh (1997: 2)
juga mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan kreatif adalah kecenderungan untuk berpikir
dan berperilaku kreatif. Munandar (2009: 179) menyatakan keterampilan kognitif kreatif
adalah: berpikir lancar, berpikir fleksibel, berpikir orisinil dan berpikir elaboratif
Pembelajaran matematika tidak hanya dimaksudkan untuk mengembangkan aspek
kognitif, melainkan juga aspek afektif, seperti disposisi matematis. Menurut NCTM
(Pearson Education, 2000) dalam Mahmudi (2010: 6), disposisi matematis mencakup
kemauan untuk mengambil risiko dan mengeksplorasi solusi masalah yang beragam,
kegigihan untuk menyelesaikan masalah yang menantang, mengambil tanggung jawab
untuk merefleksi pada hasil kerja, mengapresiasi kekuatan komunikasi dari bahasa
matematika, kemauan untuk bertanya dan mengajukan ide-ide matematis lainya, kemauan
untuk mencoba cara berbeda untuk mengeksplorasi konsep-konsep matematis, memiliki
kepercayaan diri terhadap kemampuannya, dan memandang masalah sebagai tantangan. Hal
tersebut sejalan dengan pendapat Katz (2009) dalam konteks matematika. Dalam konteks
pembelajaran, disposisi matematis berkaitan dengan bagaimana siswa bertanya, menjawab
pertanyaan, mengkomunikasikan ide-ide matematis, bekerja dalam kelompok, dan
menyelesaikan masalah Mahmudi (2010: 5).
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VII SMP Negeri 3
Patebon, suasana belajar mengajar masih menggunakan model konvensional, pembelajaran
masih berpusat pada guru (teacher centered) sehingga menjadikan peserta didik kurang
komunikatif dalam kegiatan belajar mengajar. Guru memberikan contoh kemudian disalin
oleh peserta didik, dan ketika diberikan soal lain peserta didik merasa kesulitan untuk
menyelesaikannya. Peserta didik juga lemah dalam menyelesaikan soal non-rutin berkaitan
dengan menjustifikasi atau membuktikan, menalar, menggeneralisasi, membuat konjektur,
dan menemukan hubungan antara fakta-fakta yang diberikan. Rasa ingin tahu peserta didik
terhadap matematika serta motivasi peserta didik untuk menyelesaikan soal dengan cara lain
juga masih kurang. Secara umum kemampuan berpikir kreatif dan disposisi matematis
peserta didik dalam menyelesaikan masalah matematika masih rendah. Akibatnya sebanyak
50% hasil belajar peserta didik yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal.
Menurut Wahyudin (1999) diantara penyebab rendahnya pencapaian peserta didik
dalam pembelajaran matematika adalah proses pembelajaran yang belum optimal
(Mustikasari 2010: 45). Sebagai upaya memfasilitasi peserta didik agar kemampuan
berpikir kreatif dan disposisi matematis berkembang, yaitu dengan suatu pembelajaran
sedemikian hingga pembelajaran tersebut berangkat dari pembelajaran yang membuat
peserta didik aktif sehingga peserta didik leluasa untuk berpikir dan mempertanyakan
kembali apa yang mereka terima dari gurunya. Menurut Kilpatrick, Swafford, dan Findell
dalam Mulyana (2000: 11) untuk mengembangkan disposisi matematika peserta didik perlu
diberikan lebih banyak kesempatan untuk menguasai matematika, menyadari manfaat
ketekunan, dan merasakan keuntungan dari penguasaan matematika. Pembelajaran
matematika dengan model reciprocal teaching merupakan salah satu alternatif yang
berupaya membuat peserta didik dapat secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran
matematika di kelas. Reciprocal teaching merupakan pembelajaran dengan scaffolding,
artinya guru adalah agen yang memandu pengajaran sehingga peserta didik
mengembangkan keterampilan berpikir tingkat yang lebih tinggi dari seorang yang lebih
ahli atau melalui teman sejawat yang memiliki kemampuan lebih tinggi (Nur, 2000: 14).
Garderen (2004: 226) menyatakan bahwa pembelajaran reciprocal teaching diterapkan
untuk membangun pemahaman peserta didik dalam mengatasi permasalahan matematika.
Empat komponen penting dari versi lain pembelajaran reciprocal teaching meliputi:
clarifying (mengklarifikasi), predicting (memprediksi), questioning (membuat
soal/pertanyaan) serta summarizing (merangkum).
Pembelajaran matematika tidak hanya terfokus pada kebenaran jawaban tetapi lebih
pada proses matematika seperti menyusun pola matematis dan hubungan, pengujian dugaan,
serta memprediksi jawaban yang benar. Ketika peserta didik mengikuti pembelajaran
matematika mereka didorong untuk mengembangkan kemampuan bermatematika mereka
dengan pengalaman untuk membangun pengetahuan baru yang lebih kompleks. Menurut
NCTM (1989) dalam Nishitani (2011: 2) berpendapat bahwa pandangan kontemporer
percaya bahwa orang yang kreatif dalam matematika cenderung memiliki daya tarik dan
apresiasi terhadap melakukan matematika, dan cenderung berpikir dan bertindak positif.
Yang dimaksud kecenderungan tersebut adalah keinginan yang kuat untuk memilih strategi
dalam memecahkan tugas-tugas matematika, percaya diri, motivasi untuk mencari solusi
alternatif, rajin, perasaan menantang, dan kecenderungan untuk mencerminkan cara berpikir
mereka.
Berdasarkan uraian di atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah:
(1) apakah rata-rata nilai kemampuan berpikir kreatif peserta didik dengan model
pembelajaran reciprocal teaching dapat melebihi kriteria ketuntasan minimal?; (2) apakah
nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif peserta didik dengan model reciprocal teaching
lebih baik dari peserta didik dengan model konvensional?; (3) apakah nilai rata-rata
disposisi matematis peserta didik dengan model reciprocal teaching lebih baik dari peserta
didik dengan model konvensional?; (4) adakah pengaruh disposisi matematis terhadap
kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada model reciprocal teaching ?
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui rata-rata nilai kemampuan
berpikir kreatif peserta didik yang diajar menggunakan model reciprocal teaching dapat
melebihi kriteria ketuntasan minimal dalam pada materi luas daerah bangun datar segi
empat; (2) untuk mengetahui nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas
VII SMP N 3 Patebon yang diajar dengan model reciprocal teaching lebih baik
dibandingkan dengan peserta didik yang diajar dengan model konvensional; (3) untuk
mengetahui nilai rata-rata disposisi matematis peserta didik kelas VII SMP N 3 Patebon
yang diajar dengan model reciprocal teaching lebih baik dibandingkan dengan peserta didik
yang diajar dengan model konvensional; (4) untuk mengetahui pengaruh positif disposisi
matematis peserta didik pada model reciprocal teaching terhadap kemampuan berpikir
kreatif peserta didik kelas VII SMP N 3 Patebon pada materi luas daerah bangun datar segi
empat.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen, dengan desain Post Test Only Group
Design.
Gambar 1.1 Desain Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII semester 2 tahun
ajaran 2011/2012 di SMP Negeri 3 Patebon. Sampel diperoleh dengan menggunakan teknik
Cluster Rundom Sampling yang menghasilkan dua kelas yaitu kelas VII A sebagai kelas
eksperimen dan kelas VII B sebagai kelas kontrol. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah model pembelajaran matematika dan variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir
kreatif dan disposisi matematis peserta didik. Metode yang digunakan untuk mengambil
data adalah metode dokumentasi, metode tes dan metode angket.
Data awal yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen leger guru
mata pelajaran matematika, diambil nilai mentah ulangan akhir semester I kelas VII A dan
VII B SMP N 3 Patebon. Data ini kemudian diuji normalitas dan homogenitasnya
menggunakan SPSS 17.0 diperoleh output nilai Sig.= 0.200= 20%. Jelas dengan α=5%,
maka Sig = 20% > 5% sehingga disimpulkan nilai awal dari kelas eksperimen dan kontrol
berdistribusi normal (Sukestiyarno, 2011: 73). Sedangkan pada homogenitas nilai Sig.
adalah 0,983 = 98,3%. Karena nilai Sig = 98,3% > 5% maka kelompok eksperimen dan
kontrol mempunyai varians yang sama, artinya data tersebut homogen (Sukestiyarno, 2011:
120). Data akhir diperoleh dari nilai kemampuan berpikir kreatif dan disposisi matematis
peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, data tersebut kemudian dianalisis
lebih lanjut dengan uji normalitas, uji homogenitas, uji ketuntasan, uji perbedaan rata-rata ,
dan analisis regresi untuk mengetahui pengaruh positif disposisi matematis pada model
reciprocal teaching terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik.
Keadaan akhir : nilai tes Kemampuan berpikir kreatif dan angket disposisi matematis.
Keadaan awal : nilai matematika semester 1
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Model Konvensional Model Reciprocal
Teaching
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil kemampuan berpikir kreatif setelah diberi perlakuan pada kelas eksperimen
dengan model pembelajaran reciprocal teaching dan kelas kontrol dengan model
pembelajaran konvensional dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Kemampuan Berpikir Kreatif
A. Statistik Deskriptif Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Nilai Tertinggi 94 88
Nilai Terendah 53 52
Rata – rata 76,6 70,7
Varians 131,3 124,2
Simpangan Baku 11,5 11,1
B. Indikator Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen (%) Kelas Kontrol (%)
Kemampuan peserta didik dalam
menjawab masalah matematika
secara tepat (fluency).
91 89
Kemampuan menjawab masalah
matematika melalui cara yang
tidak baku (flexibility).
68 59
Kemampuan menjawab masalah
matematika dengan menggunakan
bahasan, cara atau idenya sendiri
(originality).
65 59
Kemampuan memperluas
jawaban masalah, memunculkan
masalah baru atau gagasan baru
(elaborasi).
83 76
Secara keseluruhan kemampuan peserta didik dalam menjawab masalah
matematika secara tepat serta memperluas jawaban ataupun memunculkan masalah baru
baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol sudah baik. Namun pada kelas eksperimen
maupun kelas kontrol kemampuan peserta didik dalam menjawab masalah matematika
dengan cara tidak baku ataupun mengunakan idenya sendiri masih rendah hal ini
ditunjukkan dengan prosentase yang masih dibawah 70%. Salah satu cara untuk
meningkatkan kedua indikator tersebut adalah dengan menambah latihan soal yang
mengacu pada open-ended. Dengan latihan soal yang mengacu pada open-ended, maka
peserta didik akan terbiasa dengan soal yang mempunyai banyak cara untuk menyelesaikan
soal.
Hasil disposisi matematis pada kelas eksperimen dengan model pembelajaran
reciprocal teaching dan kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Data Disposisi Matematis
A. Kategori Disposisi Matematis Kelas Eksperimen (%) Kelas Kontrol (%)
Tinggi 47 43
Sedang 53 56
Kurang 0 0
Rendah 0 0
B. Indikator Disposisi Matematis Kelas Eksperimen (%) Kelas Kontrol (%)
Rasa percaya diri dalam
pembelajaran matematika dan
dalam menyelesaikan masalah
matematika.
80 80
Fleksibel dalam kerja matematika
yang meliputi mencari ide
matematis dan mencoba berbagai
alternatif penyelesaian masalah
matematis.
70 65
Gigih dan ulet dalam mengerjakan
tugas-tugas matematika.
68 65
Memiliki keingintahuan dalam
belajar matematika.
72 63
Melakukan refleksi terhadap cara
berpikir dan kinerja pada diri
sendiri dalam belajar matematika
74 70
Menghargai aplikasi matematika
dalam bidang lain dan kehidupan
sehari-hari.
90 80
Secara keseluruhan disposisi matematis peserta didik pada kelas eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran reciprocal teaching lebih baik daripada peserta didik
pada kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional. Namun dapat dilihat pada
indikator kedua dan ketiga rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol masih dibawah
70%, hal ini menunjukkan kemampuan peserta didik dalam mencari ide-ide matematis dan
mencoba berbagai alternatif penyelesaian masalah matematis serta kegigihan dan keuletan
peserta didik dalam mengerjakan tugas matematika masih kurang. Untuk meningkatkan
kegigihan dan keuletan peserta didik pada kelas eksperimen yang menggunakan model
pembelajaran reciprocal teaching guru dapat menambahkan latihan soal yang mengacu
pada open-ended. Dengan adanya soal yang mengacu pada open-ended maka peserta didik
akan mersa tertantang untuk menyelesaikan masalah matematika dan akan membiasakan
peserta didik fleksibel dalam melakukan kerja matematik, karena soal yang mengacu pada
open-ended dapat mengembangkan ide-ide untuk mencoba berbagai alternatif lain dalam
menyelesaikan masalah matematika.
Pelaksanaan penelitian dengan menggunakan model reciprocal teaching
dilaksanakan di kelas VII A SMP Negeri 3 Patebon dengan jumlah peserta didik sebanyak
30 orang. Selama proses pembelajaran peserta didik dibagi menjadi 6 kelompok. Kelompok
tersebut bersifat permanen, artinya selama proses pembelajaran berlangsung peserta didik
berada dalam kelompok yang sama. Pembagian kelompok pada pertemuan pertama
dilakukan secara acak. Setiap kelompok beranggotakan lima orang peserta didik.
Pengelompokkan seperti ini dapat memberikan kesempatan peserta didik untuk saling
berineraksi. Peserta didik diharapkan membantu antar anggota kelompoknya, berdiskusi,
dan berargumentasi, saling berbagi pengetahuan yang dimiliki serta saling mengisi
kekurangan masing-masing anggota kelompok dalam memahami materi yang diberikan.
Meski peserta didik belajar bersama, mereka tidak boleh saling membantu dalam
mengerjakan kuis (Slavin, 2005: 12).
Dalam pembelajaran peserta didik lebih aktif dan tidak banyak tergantung kepada
guru. Dalam pembelajaran guru berperan sebagai scaffolding dan juga berperan dalam
mengatur jalannya diskusi dalam belajar kelompok serta memberikan pengantar materi yang
sedang dipelajari. Pada awal pelajaran, guru memberikan penjelasan mengenai materi yang
berkaitan dengan keliling dan luas daerah segi empat sebagai motivasi untuk peserta didik.
guru juga memberikan contoh soal dan penyelesaiannya. Hal ini sebagai contoh atau model
bagi peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran. Setelah guru memberikan penjelasan,
kemudian peserta didik memperoleh lembar diskusi kelompok untuk mempelajari materi
yang berkaitan dengan keliling dan luas segi empat, peserta didik berdiskusi untuk
mengklarifikasi materi. Materi yang diberikan untuk setiap kelompok sama. Setiap
kelompok bertanggung jawab terhadap materi yang ditugaskan. Dalam upaya memahami
lembar diskusi kelompok, setiap kelompok disarankan untuk membaca buku acuan atau
menanyakan kepada guru jika mengalami kesulitan sehingga kelompok akan lebih memiliki
persiapan dalam mempresentasikannya. Selain itu peserta didik diajak memprediksi
hubungan antar konsep yang telah dipelajari dengan konsep yang sedang dipelajari melalui
serangkaian pertanyaan pada lembar diskusi kelompok, kemudian menyelesaikan contoh
soalnya. Dalam kegiatan tersebut peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikir
kreatifnya, serta pengembangan sikap disposisi matematis, yang salah satunya adalah sifat
terbuka dan rasa ingin tahu peserta didik terhadap materi segi empat.
Peserta didik memiliki tanggung jawab terhadap peserta didik lain dan kelompok
lainnya, disamping tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri. Usaha untuk menjelaskan
sesuatu kepada rekannya justru akan membantunya dalam melihat sesuatu dengan lebih
jelas. Dalam menyampaikan kembali materi yang telah didiskusikan, peserta didik harus
berbagi tugas dan berbagi tanggung jawab yang sama besar kepada para anggota kelompok.
Peserta didik memperoleh ketrampilan bekerjasama selama belajar dan peserta didik akan
bertanggung jawab secara individual. Tanggung jawab individual seperti ini memotivasi
peserta didik untuk memberikan penjelasan dengan baik satu sama lainnya (Slavin, 2005:
12). Selama diskusi, guru berkeliling kelas untuk memantau jalannya diskusi dan membantu
kelompok yang mengalami kesulitan. guru memberikan motivasi agar peserta didik aktif
berdiskusi karena hasil pemikiran beberapa peserta didik akan lebih baik daripada hasil
pemikiran satu peserta didik saja.
Setelah waktu diskusi selesai, guru menunjuk satu kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Peserta didik lain menanggapi jika ada
kesalahan atau yang belum jelas tentang materi tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan
tanya jawab dengan mengajukan soal untuk diselesaikan. Bila dari kelompok yang
mempresentasikan mengalami kesulitan maka kelompok yang lain boleh membantu, jika
ada penyelesaian yang berbeda maka guru mempersilahkan untuk menuliskan jawabannya
kedepan dan dibahas bersama. Dari kegiatan ini peserta didik akan dibiasakan untuk
berpikir terbuka serta berani mengungkapkan pendapapatnya, sehingga akan timbul rasa
percaya diri dalam diri peserta didik. Pada tahap terakhir peserta didik bersama dengan guru
merangkum hal-hal penting dari hasil diskusi yang telah dilakukan bersama, hal ini sangat
penting bagi peserta didik yang kurang aktif, mereka dapat melakukan refleksi atas cara
berpikirnya sehingga mereka akan lebih siap dalam menerima materi selanjutnya.
Setelah mendapat perlakuan yang berbeda yaitu pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran reciprocal teaching pada kelas eksperimen dan model pembelajaran
konvensional pada kelas kontrol, kedua kelas tersebut diberikan tes akhir yang sama untuk
menguji kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Selain itu peserta didik juga diberikan
angket disposisi matematis untuk mengetahui respon dari peserta didik terhadap
pembelajaran matematika. Dari hasil perhitungan dengan bantuan SPSS 17.0 pada uji
ketuntasan belajar disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran reciprocal teaching mencapai ketuntasan belajar dan mempunyai nilai rata-
rata di atas nilai batas minimal ketuntasan. Berdasarkan hasil uji beda rata-rata diperoleh
kesimpulan bahwa rata-rata nilai kemampuan berpikir kreatif peserta didik di kelas
eksperimen tidak sama dengan rata-rata kemampuan berpikir kreatif kelas kontrol. Rata-
rata nilai kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen adalah 76,60 sedangkan pada kelas
kontrol sebesar 70,70. Begitu juga rata-rata nilai disposisi matematis peserta didik di kelas
eksperimen tidak sama dengan rata-rata disposisi matematis kelas kontrol Rata-rata nilai
kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen adalah 75,14 sedangkan pada kelas kontrol
sebesar 69,64. Dari hasil tersebut, maka diperoleh informasi bahwa rata-rata kemampuan
berpikir kreatif dan disposisi matematis peserta didik dengan menggunakan model
pembelajaran reciprocal teaching lebih baik daripada rata-rata kemampuan berpikir kreatif
dan disposisi matematis kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran
konvensional
Dalam penelitian ini disposisi matematis dinilai berdasarkan indikator yang sudah
ditetapkan pada tiap poin dalam bentuk angket begitu juga dengan kemampuan berpikir
kreatif peserta didik yang dinilai berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dalm bentuk
tes uraian. Dari nilai disposisi matematis dan nilai kemampuan berpikir kreatif peserta didik
kemudian dilakukan perhitungan uji regresi linear sederhana untuk mengetahui apakah
disposisi matematis berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik
atau tidak. Sedangkan dari hasil perhitungan dengan bantuan SPSS 17.0 diperoleh
persamaan regresi sederhananya adalah dan , artinya
pengaruh positif disposisi matematis terhadap kemampuan berpikir kreatif sebesar 78,5%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa disposisi matematis peserta didik berpengaruh positif
terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Hal ini sejalan dengan pendapat
Nishitani dkk (2011: 14) yang mengemukakan bahwa ada hubungan antara kreativitas
matematika dan disposisi sedemikian hingga dalam hal ini disposisi matematika adalah
prasyarat untuk mencapai kreativitas matematika.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa (1) hasil belajar peserta
didik yang diajar menggunakan model reciprocal teaching dapat melebihi kriteria
ketuntasan minimal dalam kemampuan berpikir kreatif pada materi luas daerah bangun
datar segi empat; (2) nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen dengan
model reciprocal teaching lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol yang
menguunakan model konvensional; (3) nilai rata-rata disposisi matematis kelas eksperimen
dengan model reciprocal teaching lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol yang
menggunakan model konvensional; (4) adanya pengaruh positif disposisi matematis peserta
didik pada model reciprocal teaching terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik.
Artinya pembelajaran matematika dengan model reciprocal teaching dikatakan efektif pada
pencapaian kemampuan berpikir kreatif dan disposisi matematis. Pada model pembelajaran
reciprocal teaching dapat dikembangkan dengan latihan soal yang mengacu pada open-
ended untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan disposisi matematis peserta
didik.
UCAPAN TERIMAKASIH
1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang.
2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si, Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang.
3. Drs. Arief Agoestanto, M.Si, Ketua Jurusan Matematika.
4. Drs. Kartono, M.Si, Pembimbing I yang telah memberikan petunjuk, arahan dan
bimbingan pada peneliti.
5. Bambang Eko Susilo, S.Pd., M.Pd. Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan
dan masukan dalam penyusunan artikel ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Matematika yang telah memberikan bekal kepada penulis
dalam penyusunan artikel ini.
7. Ahmad Jazuri, S.Pd. Kepala SMP N 3 Patebon yang telah memberi ijin penelitian.
8. Sriyatno, S.Pd, seluruh staf pengajar, dan karyawan di SMP N 3 Patebon atas bantuan
yang diberikan selama proses penelitian.
9. Siswa kelas VII SMP N 3 Patebon yang telah membantu proses penelitian.
10. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya artikel ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
DAFTAR PUSTAKA
Garderen, D. V. 2004. “Reciprocal Teaching As A Comprehension Strategy For
Understanding Mathematical Word Problems”. Reading And Writing Quarterly.
New York : Taylor & Francis Group.
Mahmudi, Ali. 2010. Tinjauan Asosiasi antara Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis dan Disposisi Matematis. Makalah: UNY.
Mulyana, Endang. 2000. “Pengaruh Model Pembelajaran Matematika Knisley terhadap
Peningkatan Pemahaman dan Disposisi Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas
Program Ilmu Pengetahuan Alam”. Jurnal Pendidikan. Jurusan Pendidikan
Matematika FPMIPA UPI Bandung. hal 1-13.
Mustikasari, dkk.. 2010. “Pengembangan Soal-soal Open-Ended Pokok Bahasan Bilangan
Pechan”. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 4. No.1, hal. 45-60.
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Nishitani, I. et al. 2011. “Mathematical Creativity and Disposition :Experiment with Grade-
10 Students using Silver Inquiry Approach”. University School of Gunma, Bulletin
Part of Natural Science Education. Vol. 59, hal 1-16.
Nur, Mohamad & Prima Retno Wikandari. 2000. Pengajaran Berpusat Pada Siswa Dan
Pendekatan Konstruktivis Dalam Pengajaran. Surabaya: UNESA-UNIVERSITY
Press
Pittsburgh, Edward A. Silver. 1997.”Fostering Creativity through Instruction Rich in
Mathematical Problem Solving and Problem Posing”. Analyses: USA.
Rahmawati, D. T. 2010. Kompetensi Berpikir Kritis Dan Kreatif Dalam Pemecahan
Masalah Matematika di SMP Negeri 2 Malang. On line at
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/penmath/article/viewFile/612/634_umm_scienti
fic_journal.pdf. [8 Juli 2012].
Slavin, R. E. 2005. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.
Sukestiyarno. 2011. Olah Data Penelitian Berbantuan SPSS. Semarang: UNNES Press.