+ All Categories
Home > Documents > Artikel Ilmiah (efektifitas reciprocal theaching)

Artikel Ilmiah (efektifitas reciprocal theaching)

Date post: 01-Feb-2023
Category:
Upload: unnes
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
12
EFEKTIVITAS MODEL RECIPROCAL TEACHING PADA PENCAPAIAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN DISPOSISI MATEMATIS Diana Awwaliyati*, Bambang Eko Susilo, Kartono Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang e-mail: [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model reciprocal teaching pada pencapaian kemampuan berpikir kreatif dan disposisi matematis serta memperoleh bukti empirik tentang pengaruh positif disposisi matematis terhadap kemampuan berpikir kreatif. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik di SMP N 3 Patebon. Pengambilan sampel dengan teknik cluster random sampling dan terpilih kelas VII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII B sebagai kelas kontrol. Desain penelitian yang digunakan adalah post test only group design. Pengambilan data dengan metode observasi, metode tes dan metode angket. Dari penelitian ini diperoleh: (1) rata-rata nilai kemampuan berpikir kreatif dengan menggunakan model reciprocal teaching dapat melebihi kriteria ketuntasan minimal; (2) kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol; (3) disposisi matematis kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol; (4) adanya pengaruh positif disposisi matematis pada model reciprocal teaching terhadap kemampuan berpikir kreatif. Pada uji regresi linear sederhana diperoleh persamaan regresi dan , artinya pengaruh disposisi matematis terhadap kemampuan berpikir kreatif sebesar 78,5%. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika pada pencapaian kemampuan berpikir kreatif dan disposisi matematis dengan model reciprocal teaching merupakan pembelajaran yang efektif. Kata kunci: Disposisi Matematis; Efektivitas; Kemampuan Berpikir Kreatif; Model Reciprocal teaching. Abstract: The purpose of this research is to find out the effectiveness of reciprocal teaching model on achievement of creative thinking ability and mathematical disposition and to obtain the emperical evidence about the positive influence of the mathematical disposition toward creative thinking ability. Population in this research is students at SMP 3 Patebon. Sampling with cluster random sampling technique and elected 7A as experimentation class and 7B as control class. Design research used is post test only group design. Adoption of data by observation method, test method and method poll. There are four points obtained from this research: (1) The average value ability of creative thinking using the reciprocal teaching model can exceed the minimum criteria of passing grade in creative thinking ability; (2) creative thinking ability of experimental class is better than control class; (3) mathematical disposition of experimental class is better than the control class; (4) there is a positive influence on mathematical model of disposition of reciprocal teaching of creative thinking ability. In simple linear regression test the researcher obtained equation and , it means that the influence of mathematical disposition of creative thinking ability is 78,5%. Can be concluded that the learning of mathematics in the achievement of creative thinking ability and mathematical disposition with reciprocal teaching model was effective learning. Keywords: Ability To Think Creatively; Effectiveness; Mathematical Disposition; Reciprocal teaching Model.
Transcript

EFEKTIVITAS MODEL RECIPROCAL TEACHING

PADA PENCAPAIAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

DAN DISPOSISI MATEMATIS

Diana Awwaliyati*, Bambang Eko Susilo, Kartono

Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang

e-mail: [email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model reciprocal

teaching pada pencapaian kemampuan berpikir kreatif dan disposisi matematis serta

memperoleh bukti empirik tentang pengaruh positif disposisi matematis terhadap

kemampuan berpikir kreatif. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik di SMP N 3

Patebon. Pengambilan sampel dengan teknik cluster random sampling dan terpilih kelas VII

A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII B sebagai kelas kontrol. Desain penelitian yang

digunakan adalah post test only group design. Pengambilan data dengan metode observasi,

metode tes dan metode angket. Dari penelitian ini diperoleh: (1) rata-rata nilai kemampuan

berpikir kreatif dengan menggunakan model reciprocal teaching dapat melebihi kriteria

ketuntasan minimal; (2) kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen lebih baik daripada

kelas kontrol; (3) disposisi matematis kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol;

(4) adanya pengaruh positif disposisi matematis pada model reciprocal teaching terhadap

kemampuan berpikir kreatif. Pada uji regresi linear sederhana diperoleh persamaan regresi

dan , artinya pengaruh disposisi matematis terhadap

kemampuan berpikir kreatif sebesar 78,5%. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

matematika pada pencapaian kemampuan berpikir kreatif dan disposisi matematis dengan

model reciprocal teaching merupakan pembelajaran yang efektif.

Kata kunci: Disposisi Matematis; Efektivitas; Kemampuan Berpikir Kreatif;

Model Reciprocal teaching.

Abstract: The purpose of this research is to find out the effectiveness of reciprocal

teaching model on achievement of creative thinking ability and mathematical disposition

and to obtain the emperical evidence about the positive influence of the mathematical

disposition toward creative thinking ability. Population in this research is students at SMP

3 Patebon. Sampling with cluster random sampling technique and elected 7A as

experimentation class and 7B as control class. Design research used is post test only group

design. Adoption of data by observation method, test method and method poll. There are

four points obtained from this research: (1) The average value ability of creative thinking

using the reciprocal teaching model can exceed the minimum criteria of passing grade in

creative thinking ability; (2) creative thinking ability of experimental class is better than

control class; (3) mathematical disposition of experimental class is better than the control

class; (4) there is a positive influence on mathematical model of disposition of reciprocal

teaching of creative thinking ability. In simple linear regression test the researcher obtained

equation and , it means that the influence of

mathematical disposition of creative thinking ability is 78,5%. Can be concluded that the

learning of mathematics in the achievement of creative thinking ability and mathematical

disposition with reciprocal teaching model was effective learning.

Keywords: Ability To Think Creatively; Effectiveness; Mathematical Disposition;

Reciprocal teaching Model.

PENDAHULUAN

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yang mengungkapkan bahwa

matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar sampai

dengan sekolah menengah untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir

logis, analisis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Akan tetapi

dalam sebagian besar pendidikan formal matematika saat ini, pembelajaran matematika

sering memfokuskan pada pengembangan kemampuan berpikir analisis saja, sedangkan

kemampuan berpikir kreatif sering terabaikan. Padahal kreativitas dalam belajar matematika

sangat diperlukan, hal ini dikarenakan permasalahan dalam matematika sangat luas dan

bervariasi. Menurut Daryanto (2009), berpikir kreatif pada hakikatnya adalah berhubungan

dengan penemuan sesuatu,mengenai hal yang menghasilkan sesuatu baru dengan

menggunakan sesuatu yang telah ada (Rahmawati, 2010: 3). Hasil penelitian Holyoak dan

Thagard, Sternberg dalam Edward A. Silver dan Pittsburgh (1997: 2) adalah kreativitas

berkaitan erat dengan, pengetahuan fleksibel yang sering dikaitkan dengan jangka waktu

pekerjaan dan refleksi lebih cepat, wawasan yang luar biasa, dan rentan terhadap pengaruh

pembelajaran serta pengalaman. Dalam analisis Edward A. Silver dan Pittsburgh (1997: 2)

juga mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan kreatif adalah kecenderungan untuk berpikir

dan berperilaku kreatif. Munandar (2009: 179) menyatakan keterampilan kognitif kreatif

adalah: berpikir lancar, berpikir fleksibel, berpikir orisinil dan berpikir elaboratif

Pembelajaran matematika tidak hanya dimaksudkan untuk mengembangkan aspek

kognitif, melainkan juga aspek afektif, seperti disposisi matematis. Menurut NCTM

(Pearson Education, 2000) dalam Mahmudi (2010: 6), disposisi matematis mencakup

kemauan untuk mengambil risiko dan mengeksplorasi solusi masalah yang beragam,

kegigihan untuk menyelesaikan masalah yang menantang, mengambil tanggung jawab

untuk merefleksi pada hasil kerja, mengapresiasi kekuatan komunikasi dari bahasa

matematika, kemauan untuk bertanya dan mengajukan ide-ide matematis lainya, kemauan

untuk mencoba cara berbeda untuk mengeksplorasi konsep-konsep matematis, memiliki

kepercayaan diri terhadap kemampuannya, dan memandang masalah sebagai tantangan. Hal

tersebut sejalan dengan pendapat Katz (2009) dalam konteks matematika. Dalam konteks

pembelajaran, disposisi matematis berkaitan dengan bagaimana siswa bertanya, menjawab

pertanyaan, mengkomunikasikan ide-ide matematis, bekerja dalam kelompok, dan

menyelesaikan masalah Mahmudi (2010: 5).

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VII SMP Negeri 3

Patebon, suasana belajar mengajar masih menggunakan model konvensional, pembelajaran

masih berpusat pada guru (teacher centered) sehingga menjadikan peserta didik kurang

komunikatif dalam kegiatan belajar mengajar. Guru memberikan contoh kemudian disalin

oleh peserta didik, dan ketika diberikan soal lain peserta didik merasa kesulitan untuk

menyelesaikannya. Peserta didik juga lemah dalam menyelesaikan soal non-rutin berkaitan

dengan menjustifikasi atau membuktikan, menalar, menggeneralisasi, membuat konjektur,

dan menemukan hubungan antara fakta-fakta yang diberikan. Rasa ingin tahu peserta didik

terhadap matematika serta motivasi peserta didik untuk menyelesaikan soal dengan cara lain

juga masih kurang. Secara umum kemampuan berpikir kreatif dan disposisi matematis

peserta didik dalam menyelesaikan masalah matematika masih rendah. Akibatnya sebanyak

50% hasil belajar peserta didik yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal.

Menurut Wahyudin (1999) diantara penyebab rendahnya pencapaian peserta didik

dalam pembelajaran matematika adalah proses pembelajaran yang belum optimal

(Mustikasari 2010: 45). Sebagai upaya memfasilitasi peserta didik agar kemampuan

berpikir kreatif dan disposisi matematis berkembang, yaitu dengan suatu pembelajaran

sedemikian hingga pembelajaran tersebut berangkat dari pembelajaran yang membuat

peserta didik aktif sehingga peserta didik leluasa untuk berpikir dan mempertanyakan

kembali apa yang mereka terima dari gurunya. Menurut Kilpatrick, Swafford, dan Findell

dalam Mulyana (2000: 11) untuk mengembangkan disposisi matematika peserta didik perlu

diberikan lebih banyak kesempatan untuk menguasai matematika, menyadari manfaat

ketekunan, dan merasakan keuntungan dari penguasaan matematika. Pembelajaran

matematika dengan model reciprocal teaching merupakan salah satu alternatif yang

berupaya membuat peserta didik dapat secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran

matematika di kelas. Reciprocal teaching merupakan pembelajaran dengan scaffolding,

artinya guru adalah agen yang memandu pengajaran sehingga peserta didik

mengembangkan keterampilan berpikir tingkat yang lebih tinggi dari seorang yang lebih

ahli atau melalui teman sejawat yang memiliki kemampuan lebih tinggi (Nur, 2000: 14).

Garderen (2004: 226) menyatakan bahwa pembelajaran reciprocal teaching diterapkan

untuk membangun pemahaman peserta didik dalam mengatasi permasalahan matematika.

Empat komponen penting dari versi lain pembelajaran reciprocal teaching meliputi:

clarifying (mengklarifikasi), predicting (memprediksi), questioning (membuat

soal/pertanyaan) serta summarizing (merangkum).

Pembelajaran matematika tidak hanya terfokus pada kebenaran jawaban tetapi lebih

pada proses matematika seperti menyusun pola matematis dan hubungan, pengujian dugaan,

serta memprediksi jawaban yang benar. Ketika peserta didik mengikuti pembelajaran

matematika mereka didorong untuk mengembangkan kemampuan bermatematika mereka

dengan pengalaman untuk membangun pengetahuan baru yang lebih kompleks. Menurut

NCTM (1989) dalam Nishitani (2011: 2) berpendapat bahwa pandangan kontemporer

percaya bahwa orang yang kreatif dalam matematika cenderung memiliki daya tarik dan

apresiasi terhadap melakukan matematika, dan cenderung berpikir dan bertindak positif.

Yang dimaksud kecenderungan tersebut adalah keinginan yang kuat untuk memilih strategi

dalam memecahkan tugas-tugas matematika, percaya diri, motivasi untuk mencari solusi

alternatif, rajin, perasaan menantang, dan kecenderungan untuk mencerminkan cara berpikir

mereka.

Berdasarkan uraian di atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah:

(1) apakah rata-rata nilai kemampuan berpikir kreatif peserta didik dengan model

pembelajaran reciprocal teaching dapat melebihi kriteria ketuntasan minimal?; (2) apakah

nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif peserta didik dengan model reciprocal teaching

lebih baik dari peserta didik dengan model konvensional?; (3) apakah nilai rata-rata

disposisi matematis peserta didik dengan model reciprocal teaching lebih baik dari peserta

didik dengan model konvensional?; (4) adakah pengaruh disposisi matematis terhadap

kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada model reciprocal teaching ?

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui rata-rata nilai kemampuan

berpikir kreatif peserta didik yang diajar menggunakan model reciprocal teaching dapat

melebihi kriteria ketuntasan minimal dalam pada materi luas daerah bangun datar segi

empat; (2) untuk mengetahui nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas

VII SMP N 3 Patebon yang diajar dengan model reciprocal teaching lebih baik

dibandingkan dengan peserta didik yang diajar dengan model konvensional; (3) untuk

mengetahui nilai rata-rata disposisi matematis peserta didik kelas VII SMP N 3 Patebon

yang diajar dengan model reciprocal teaching lebih baik dibandingkan dengan peserta didik

yang diajar dengan model konvensional; (4) untuk mengetahui pengaruh positif disposisi

matematis peserta didik pada model reciprocal teaching terhadap kemampuan berpikir

kreatif peserta didik kelas VII SMP N 3 Patebon pada materi luas daerah bangun datar segi

empat.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen, dengan desain Post Test Only Group

Design.

Gambar 1.1 Desain Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII semester 2 tahun

ajaran 2011/2012 di SMP Negeri 3 Patebon. Sampel diperoleh dengan menggunakan teknik

Cluster Rundom Sampling yang menghasilkan dua kelas yaitu kelas VII A sebagai kelas

eksperimen dan kelas VII B sebagai kelas kontrol. Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah model pembelajaran matematika dan variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir

kreatif dan disposisi matematis peserta didik. Metode yang digunakan untuk mengambil

data adalah metode dokumentasi, metode tes dan metode angket.

Data awal yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen leger guru

mata pelajaran matematika, diambil nilai mentah ulangan akhir semester I kelas VII A dan

VII B SMP N 3 Patebon. Data ini kemudian diuji normalitas dan homogenitasnya

menggunakan SPSS 17.0 diperoleh output nilai Sig.= 0.200= 20%. Jelas dengan α=5%,

maka Sig = 20% > 5% sehingga disimpulkan nilai awal dari kelas eksperimen dan kontrol

berdistribusi normal (Sukestiyarno, 2011: 73). Sedangkan pada homogenitas nilai Sig.

adalah 0,983 = 98,3%. Karena nilai Sig = 98,3% > 5% maka kelompok eksperimen dan

kontrol mempunyai varians yang sama, artinya data tersebut homogen (Sukestiyarno, 2011:

120). Data akhir diperoleh dari nilai kemampuan berpikir kreatif dan disposisi matematis

peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, data tersebut kemudian dianalisis

lebih lanjut dengan uji normalitas, uji homogenitas, uji ketuntasan, uji perbedaan rata-rata ,

dan analisis regresi untuk mengetahui pengaruh positif disposisi matematis pada model

reciprocal teaching terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik.

Keadaan akhir : nilai tes Kemampuan berpikir kreatif dan angket disposisi matematis.

Keadaan awal : nilai matematika semester 1

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Model Konvensional Model Reciprocal

Teaching

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil kemampuan berpikir kreatif setelah diberi perlakuan pada kelas eksperimen

dengan model pembelajaran reciprocal teaching dan kelas kontrol dengan model

pembelajaran konvensional dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Kemampuan Berpikir Kreatif

A. Statistik Deskriptif Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Nilai Tertinggi 94 88

Nilai Terendah 53 52

Rata – rata 76,6 70,7

Varians 131,3 124,2

Simpangan Baku 11,5 11,1

B. Indikator Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen (%) Kelas Kontrol (%)

Kemampuan peserta didik dalam

menjawab masalah matematika

secara tepat (fluency).

91 89

Kemampuan menjawab masalah

matematika melalui cara yang

tidak baku (flexibility).

68 59

Kemampuan menjawab masalah

matematika dengan menggunakan

bahasan, cara atau idenya sendiri

(originality).

65 59

Kemampuan memperluas

jawaban masalah, memunculkan

masalah baru atau gagasan baru

(elaborasi).

83 76

Secara keseluruhan kemampuan peserta didik dalam menjawab masalah

matematika secara tepat serta memperluas jawaban ataupun memunculkan masalah baru

baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol sudah baik. Namun pada kelas eksperimen

maupun kelas kontrol kemampuan peserta didik dalam menjawab masalah matematika

dengan cara tidak baku ataupun mengunakan idenya sendiri masih rendah hal ini

ditunjukkan dengan prosentase yang masih dibawah 70%. Salah satu cara untuk

meningkatkan kedua indikator tersebut adalah dengan menambah latihan soal yang

mengacu pada open-ended. Dengan latihan soal yang mengacu pada open-ended, maka

peserta didik akan terbiasa dengan soal yang mempunyai banyak cara untuk menyelesaikan

soal.

Hasil disposisi matematis pada kelas eksperimen dengan model pembelajaran

reciprocal teaching dan kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Data Disposisi Matematis

A. Kategori Disposisi Matematis Kelas Eksperimen (%) Kelas Kontrol (%)

Tinggi 47 43

Sedang 53 56

Kurang 0 0

Rendah 0 0

B. Indikator Disposisi Matematis Kelas Eksperimen (%) Kelas Kontrol (%)

Rasa percaya diri dalam

pembelajaran matematika dan

dalam menyelesaikan masalah

matematika.

80 80

Fleksibel dalam kerja matematika

yang meliputi mencari ide

matematis dan mencoba berbagai

alternatif penyelesaian masalah

matematis.

70 65

Gigih dan ulet dalam mengerjakan

tugas-tugas matematika.

68 65

Memiliki keingintahuan dalam

belajar matematika.

72 63

Melakukan refleksi terhadap cara

berpikir dan kinerja pada diri

sendiri dalam belajar matematika

74 70

Menghargai aplikasi matematika

dalam bidang lain dan kehidupan

sehari-hari.

90 80

Secara keseluruhan disposisi matematis peserta didik pada kelas eksperimen yang

menggunakan model pembelajaran reciprocal teaching lebih baik daripada peserta didik

pada kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional. Namun dapat dilihat pada

indikator kedua dan ketiga rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol masih dibawah

70%, hal ini menunjukkan kemampuan peserta didik dalam mencari ide-ide matematis dan

mencoba berbagai alternatif penyelesaian masalah matematis serta kegigihan dan keuletan

peserta didik dalam mengerjakan tugas matematika masih kurang. Untuk meningkatkan

kegigihan dan keuletan peserta didik pada kelas eksperimen yang menggunakan model

pembelajaran reciprocal teaching guru dapat menambahkan latihan soal yang mengacu

pada open-ended. Dengan adanya soal yang mengacu pada open-ended maka peserta didik

akan mersa tertantang untuk menyelesaikan masalah matematika dan akan membiasakan

peserta didik fleksibel dalam melakukan kerja matematik, karena soal yang mengacu pada

open-ended dapat mengembangkan ide-ide untuk mencoba berbagai alternatif lain dalam

menyelesaikan masalah matematika.

Pelaksanaan penelitian dengan menggunakan model reciprocal teaching

dilaksanakan di kelas VII A SMP Negeri 3 Patebon dengan jumlah peserta didik sebanyak

30 orang. Selama proses pembelajaran peserta didik dibagi menjadi 6 kelompok. Kelompok

tersebut bersifat permanen, artinya selama proses pembelajaran berlangsung peserta didik

berada dalam kelompok yang sama. Pembagian kelompok pada pertemuan pertama

dilakukan secara acak. Setiap kelompok beranggotakan lima orang peserta didik.

Pengelompokkan seperti ini dapat memberikan kesempatan peserta didik untuk saling

berineraksi. Peserta didik diharapkan membantu antar anggota kelompoknya, berdiskusi,

dan berargumentasi, saling berbagi pengetahuan yang dimiliki serta saling mengisi

kekurangan masing-masing anggota kelompok dalam memahami materi yang diberikan.

Meski peserta didik belajar bersama, mereka tidak boleh saling membantu dalam

mengerjakan kuis (Slavin, 2005: 12).

Dalam pembelajaran peserta didik lebih aktif dan tidak banyak tergantung kepada

guru. Dalam pembelajaran guru berperan sebagai scaffolding dan juga berperan dalam

mengatur jalannya diskusi dalam belajar kelompok serta memberikan pengantar materi yang

sedang dipelajari. Pada awal pelajaran, guru memberikan penjelasan mengenai materi yang

berkaitan dengan keliling dan luas daerah segi empat sebagai motivasi untuk peserta didik.

guru juga memberikan contoh soal dan penyelesaiannya. Hal ini sebagai contoh atau model

bagi peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran. Setelah guru memberikan penjelasan,

kemudian peserta didik memperoleh lembar diskusi kelompok untuk mempelajari materi

yang berkaitan dengan keliling dan luas segi empat, peserta didik berdiskusi untuk

mengklarifikasi materi. Materi yang diberikan untuk setiap kelompok sama. Setiap

kelompok bertanggung jawab terhadap materi yang ditugaskan. Dalam upaya memahami

lembar diskusi kelompok, setiap kelompok disarankan untuk membaca buku acuan atau

menanyakan kepada guru jika mengalami kesulitan sehingga kelompok akan lebih memiliki

persiapan dalam mempresentasikannya. Selain itu peserta didik diajak memprediksi

hubungan antar konsep yang telah dipelajari dengan konsep yang sedang dipelajari melalui

serangkaian pertanyaan pada lembar diskusi kelompok, kemudian menyelesaikan contoh

soalnya. Dalam kegiatan tersebut peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikir

kreatifnya, serta pengembangan sikap disposisi matematis, yang salah satunya adalah sifat

terbuka dan rasa ingin tahu peserta didik terhadap materi segi empat.

Peserta didik memiliki tanggung jawab terhadap peserta didik lain dan kelompok

lainnya, disamping tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri. Usaha untuk menjelaskan

sesuatu kepada rekannya justru akan membantunya dalam melihat sesuatu dengan lebih

jelas. Dalam menyampaikan kembali materi yang telah didiskusikan, peserta didik harus

berbagi tugas dan berbagi tanggung jawab yang sama besar kepada para anggota kelompok.

Peserta didik memperoleh ketrampilan bekerjasama selama belajar dan peserta didik akan

bertanggung jawab secara individual. Tanggung jawab individual seperti ini memotivasi

peserta didik untuk memberikan penjelasan dengan baik satu sama lainnya (Slavin, 2005:

12). Selama diskusi, guru berkeliling kelas untuk memantau jalannya diskusi dan membantu

kelompok yang mengalami kesulitan. guru memberikan motivasi agar peserta didik aktif

berdiskusi karena hasil pemikiran beberapa peserta didik akan lebih baik daripada hasil

pemikiran satu peserta didik saja.

Setelah waktu diskusi selesai, guru menunjuk satu kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Peserta didik lain menanggapi jika ada

kesalahan atau yang belum jelas tentang materi tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan

tanya jawab dengan mengajukan soal untuk diselesaikan. Bila dari kelompok yang

mempresentasikan mengalami kesulitan maka kelompok yang lain boleh membantu, jika

ada penyelesaian yang berbeda maka guru mempersilahkan untuk menuliskan jawabannya

kedepan dan dibahas bersama. Dari kegiatan ini peserta didik akan dibiasakan untuk

berpikir terbuka serta berani mengungkapkan pendapapatnya, sehingga akan timbul rasa

percaya diri dalam diri peserta didik. Pada tahap terakhir peserta didik bersama dengan guru

merangkum hal-hal penting dari hasil diskusi yang telah dilakukan bersama, hal ini sangat

penting bagi peserta didik yang kurang aktif, mereka dapat melakukan refleksi atas cara

berpikirnya sehingga mereka akan lebih siap dalam menerima materi selanjutnya.

Setelah mendapat perlakuan yang berbeda yaitu pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran reciprocal teaching pada kelas eksperimen dan model pembelajaran

konvensional pada kelas kontrol, kedua kelas tersebut diberikan tes akhir yang sama untuk

menguji kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Selain itu peserta didik juga diberikan

angket disposisi matematis untuk mengetahui respon dari peserta didik terhadap

pembelajaran matematika. Dari hasil perhitungan dengan bantuan SPSS 17.0 pada uji

ketuntasan belajar disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran reciprocal teaching mencapai ketuntasan belajar dan mempunyai nilai rata-

rata di atas nilai batas minimal ketuntasan. Berdasarkan hasil uji beda rata-rata diperoleh

kesimpulan bahwa rata-rata nilai kemampuan berpikir kreatif peserta didik di kelas

eksperimen tidak sama dengan rata-rata kemampuan berpikir kreatif kelas kontrol. Rata-

rata nilai kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen adalah 76,60 sedangkan pada kelas

kontrol sebesar 70,70. Begitu juga rata-rata nilai disposisi matematis peserta didik di kelas

eksperimen tidak sama dengan rata-rata disposisi matematis kelas kontrol Rata-rata nilai

kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen adalah 75,14 sedangkan pada kelas kontrol

sebesar 69,64. Dari hasil tersebut, maka diperoleh informasi bahwa rata-rata kemampuan

berpikir kreatif dan disposisi matematis peserta didik dengan menggunakan model

pembelajaran reciprocal teaching lebih baik daripada rata-rata kemampuan berpikir kreatif

dan disposisi matematis kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran

konvensional

Dalam penelitian ini disposisi matematis dinilai berdasarkan indikator yang sudah

ditetapkan pada tiap poin dalam bentuk angket begitu juga dengan kemampuan berpikir

kreatif peserta didik yang dinilai berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dalm bentuk

tes uraian. Dari nilai disposisi matematis dan nilai kemampuan berpikir kreatif peserta didik

kemudian dilakukan perhitungan uji regresi linear sederhana untuk mengetahui apakah

disposisi matematis berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik

atau tidak. Sedangkan dari hasil perhitungan dengan bantuan SPSS 17.0 diperoleh

persamaan regresi sederhananya adalah dan , artinya

pengaruh positif disposisi matematis terhadap kemampuan berpikir kreatif sebesar 78,5%.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa disposisi matematis peserta didik berpengaruh positif

terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Hal ini sejalan dengan pendapat

Nishitani dkk (2011: 14) yang mengemukakan bahwa ada hubungan antara kreativitas

matematika dan disposisi sedemikian hingga dalam hal ini disposisi matematika adalah

prasyarat untuk mencapai kreativitas matematika.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa (1) hasil belajar peserta

didik yang diajar menggunakan model reciprocal teaching dapat melebihi kriteria

ketuntasan minimal dalam kemampuan berpikir kreatif pada materi luas daerah bangun

datar segi empat; (2) nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen dengan

model reciprocal teaching lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol yang

menguunakan model konvensional; (3) nilai rata-rata disposisi matematis kelas eksperimen

dengan model reciprocal teaching lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol yang

menggunakan model konvensional; (4) adanya pengaruh positif disposisi matematis peserta

didik pada model reciprocal teaching terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik.

Artinya pembelajaran matematika dengan model reciprocal teaching dikatakan efektif pada

pencapaian kemampuan berpikir kreatif dan disposisi matematis. Pada model pembelajaran

reciprocal teaching dapat dikembangkan dengan latihan soal yang mengacu pada open-

ended untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan disposisi matematis peserta

didik.

UCAPAN TERIMAKASIH

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si, Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang.

3. Drs. Arief Agoestanto, M.Si, Ketua Jurusan Matematika.

4. Drs. Kartono, M.Si, Pembimbing I yang telah memberikan petunjuk, arahan dan

bimbingan pada peneliti.

5. Bambang Eko Susilo, S.Pd., M.Pd. Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan

dan masukan dalam penyusunan artikel ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Matematika yang telah memberikan bekal kepada penulis

dalam penyusunan artikel ini.

7. Ahmad Jazuri, S.Pd. Kepala SMP N 3 Patebon yang telah memberi ijin penelitian.

8. Sriyatno, S.Pd, seluruh staf pengajar, dan karyawan di SMP N 3 Patebon atas bantuan

yang diberikan selama proses penelitian.

9. Siswa kelas VII SMP N 3 Patebon yang telah membantu proses penelitian.

10. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya artikel ini yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu.

DAFTAR PUSTAKA

Garderen, D. V. 2004. “Reciprocal Teaching As A Comprehension Strategy For

Understanding Mathematical Word Problems”. Reading And Writing Quarterly.

New York : Taylor & Francis Group.

Mahmudi, Ali. 2010. Tinjauan Asosiasi antara Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis dan Disposisi Matematis. Makalah: UNY.

Mulyana, Endang. 2000. “Pengaruh Model Pembelajaran Matematika Knisley terhadap

Peningkatan Pemahaman dan Disposisi Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas

Program Ilmu Pengetahuan Alam”. Jurnal Pendidikan. Jurusan Pendidikan

Matematika FPMIPA UPI Bandung. hal 1-13.

Mustikasari, dkk.. 2010. “Pengembangan Soal-soal Open-Ended Pokok Bahasan Bilangan

Pechan”. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 4. No.1, hal. 45-60.

Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Nishitani, I. et al. 2011. “Mathematical Creativity and Disposition :Experiment with Grade-

10 Students using Silver Inquiry Approach”. University School of Gunma, Bulletin

Part of Natural Science Education. Vol. 59, hal 1-16.

Nur, Mohamad & Prima Retno Wikandari. 2000. Pengajaran Berpusat Pada Siswa Dan

Pendekatan Konstruktivis Dalam Pengajaran. Surabaya: UNESA-UNIVERSITY

Press

Pittsburgh, Edward A. Silver. 1997.”Fostering Creativity through Instruction Rich in

Mathematical Problem Solving and Problem Posing”. Analyses: USA.

Rahmawati, D. T. 2010. Kompetensi Berpikir Kritis Dan Kreatif Dalam Pemecahan

Masalah Matematika di SMP Negeri 2 Malang. On line at

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/penmath/article/viewFile/612/634_umm_scienti

fic_journal.pdf. [8 Juli 2012].

Slavin, R. E. 2005. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.

Sukestiyarno. 2011. Olah Data Penelitian Berbantuan SPSS. Semarang: UNNES Press.


Recommended