+ All Categories
Home > Documents > AUDIT DELAY MANAGEMENT CONTROL SYSTEM SERTA ...

AUDIT DELAY MANAGEMENT CONTROL SYSTEM SERTA ...

Date post: 30-Jan-2023
Category:
Upload: khangminh22
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
71
1 PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN Taufik Hidayat, Edi Triwibowo, Novel Vebrina Marpaung │JUNI 2021 2528-0813 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY Maulina Dyah Permatasari, Muhammad Mahessa Saputra PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN MANAGEMENT CONTROL SYSTEM SERTA BUDAYA ORGANISASI DALAM MENINGKATKAN KINERJA APARATUR DAERAH Neng Asiah, Sabaruddinsah FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SAVING BEHAVIOR GENERASI MILLENIAL Rensi Suryanti, Wisnu Setyawan, Ulfa Dwi Nopiana PENERAPAN AKUNTANSI DALAM ADMINISTRASI BISNIS PERGUDANGAN (STUDY KASUS: PENYELESAIAN SELISIH PERSEDIAAN ) Muhammad Sapruwan 2774-2695 6 1
Transcript

1

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN

KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

Taufik Hidayat, Edi Triwibowo, Novel Vebrina Marpaung

│JUNI 2021 2528-0813

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

AUDIT DELAY

Maulina Dyah Permatasari, Muhammad Mahessa Saputra

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN

MANAGEMENT CONTROL SYSTEM SERTA BUDAYA

ORGANISASI DALAM MENINGKATKAN KINERJA APARATUR

DAERAH

Neng Asiah, Sabaruddinsah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SAVING

BEHAVIOR GENERASI MILLENIAL Rensi Suryanti, Wisnu Setyawan, Ulfa Dwi Nopiana

PENERAPAN AKUNTANSI DALAM ADMINISTRASI BISNIS

PERGUDANGAN (STUDY KASUS: PENYELESAIAN SELISIH

PERSEDIAAN )

Muhammad Sapruwan

2774-2695 6 1

i

Vol. 6 No. 1 – Juni 2021 ISSN: 2528-0813 – e-ISSN: 2774-2695

Pelita Bangsa

Redaksi Jurnal Ilmiah Akuntansi BIsnis Pelita Bangsa hanya akan menerima tulisan asli (bukan

terjemahan atau saduran/plagiat) berkaitan dengan ilmu akuntansi dan manajemen keuangan.

Berkenaan dengan hal tersebut maka penulis/peneliti wajib mengisi surat permohonan publikasi dan

surat pernyataan keaslian karya ilmiah. Redaksi berhak menyunting ataupun mengedit tulisan dari

pengajuan peneliti/penulis yang akan dimuat tanpa mengubah konteks isi. Tulisan yang sudah dimuat

sepenuhnya menjadi hak redaksi dan jika tidak dimuat maka akan dikembalikan pada pengirim,

dengan syarat apabila disertai sampul yang sudah diberi alamat lengkap dan perangko secukupnya.

Komitmen Jurnal Akuntansi Bisnis Pelita Bangsa, Insya Allah terbit setiap 6 (enam) bulan sekali

dalam satu tahun, yaitu pada bulan, Juni dan Desember. Sekali terbit jurnal ilmiah ini akan memuat 5

(lima) cakupan artikel.

SUSUNAN DEWAN REDAKSI

PEMBINA

Rektor Universitas Pelita Bangsa

PENANGGUNG JAWAB

Ketua DPPM Universitas Pelita Bangsa

Dr. Retno Purwani Setyaningrum, S.E., M.M.

KETUA DEWAN REDAKSI PELAKSANA

Dian Sulistyorini W, S.E., M.Si.,Ak.,CA., ASEAN CPA., CTT.

ANGGOTA REDAKSI PELAKSANA

Adibah Yahya, S.E., M.M.

Liesma Maywarni Siregar, S.E., M.Si.

Wisnu Setyawan, S.E., M.M.

Arif Teguh Nugroho, S.E., M.M.

Mohammad Rafli Ramadhan

REVIEWER

Febrina Nafasati Prihantini, S.E., M.Si.

Adibah Yahya., S.E., M.M., Ak.

ALAMAT REDAKSI

e-mail: [email protected]

Kampus Pelita Bangsa Gd.B

Jl. Inspeksi Kalimalang Tegal Danas (Arah Deltamas) Kec. Cikarang Pusat Kab. Bekasi

Telp : (021) 251 8181, 82, 83 Fax : (021) 252 8184

ii

PENGANTAR REDAKSI

Assalamu’alaikum, Wr, Wb.

“Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, yang memberikan rahmat dan hidayahnya

kepada kita semua”

Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga “Jurnal

Ilmuah Akuntansi Bisnis Pelita Bangsa Volume 6 Nomor 1” ini dapat tersusun dan terbit dengan

menyajikan 5 (lima) artikel penelitian.

Redaksi menyadari dengan benar bahwa terdapat banyak kekurangan yang harus diperbaiki,

maka berkenaan dengan hal tersebut pihak Redaksi membuka lebar kritik dan saran dari pembaca

demi perbaikan jurnal ilmiah ini. Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis Pelita Bangsa Volume 6 Nomor

1 diterbitkan oleh Prodi Akuntansi Universitas Pelita Bangsa pada periode Juni 2021.

Wassalamu’alaikum Wr, Wb.

Redaksi

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

SUSUNAN DEWAN REDAKSI ............................................................................. i

PENGANTAR REDAKSI ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KINERJA

KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

Taufik Hidayat, Edi Triwibowo, Novel Vebrina Marpaung .................................. 1-18

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY

Maulina Dyah Permatasari, Muhammad Mahessa Saputra .................................

19-32

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, MANAGEMENT CONTROL

SYSTEM, DAN BUDAYA ORGANISASI DALAM MENINGKATKAN

KINERJA APARATUR PEMERINTAH KOTA BEKASI

Neng Asiah, Sabaruddinsah ...................................................................................... 33-46

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SAVING BEHAVIOR

GENERASI MILLENIAL

Rensi Suryanti, Wisnu Setyawan , Ulfa Dwi Nopiana ............................................ 47-58

PENERAPAN AKUNTANSI DALAM ADMINISTRASI BISNIS

PERGUDANGAN (STUDY KASUS: PENYELESAIAN SELISIH

PERSEDIAAN )

Muhammad Sapruwan ..........................................................................................

59-67

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Taufik Hidayat; Novel Vebrina Marpaung 1

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KINERJA KEUANGAN

TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

Taufik Hidayat1, Edi Triwibowo2, Novel Vebrina Marpaung3 1,2,3 Universitas Pelita Bangsa

[email protected]

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh good corporate governance dan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan yang dapat dijadikan acuan manajemen dalam menggunakan tata kelola yang baik dan tepat sehingga dapat menguntungkan perusahaan secara keseluruhan. Populasi pada penelitian ini menggunakan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan sampel perusahaan BUMN pada tahun 2016-2019. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, komite audit dan Return on Equity (ROE), sedangkan variabel nilai perusahaan diproksikan dengan Price Book Value (PBV). Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik purposive sampling. Jenis penelitian yang yang digunakan adalah penelitian penjelasan dengan pendekatan kuantitatif. Berdasarkan analisis diperoleh hasil bahwa secara parsial, dewan komisaris independen dan ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, komite audit tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, Secara simultan dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, komite audit dan ROE berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Kata kunci: Dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, komite audit, Return on Equity (ROE), nilai perusahaan.

ABSTRACT

This study aims to analyze the effect of good corporate governance and company performance on firm value which can be used as a management reference in using good and appropriate governance so that it can benefit the company as a whole. The population in this study used all companies listed on the Indonesia Stock Exchange with a sample of state-owned companies in 2016-2019. The variables used in this study are independent board of commissioners, institutional ownership, audit committee and Return on Equity (ROE), while the firm value variable is proxied by Price Book Value (PBV). The technique used in sampling in this study is to use purposive sampling technique. The type of research used is explanatory research with a quantitative approach. ased on the analysis, the results show that partially, the independent board of commissioners and ROE have a positive and significant effect on firm value, institutional ownership has a negative and significant effect on firm value, the audit committee has no and no significant effect on firm value, simultaneously independent board of commissioners, institutional ownership , audit committee and ROE affect firm value. Keywords: Independent commissioner, institutional ownership, audit committee, Return on Equity (ROE), firm value. PENDAHULUAN

Nilai perusahaan merupakan tujuan jangka panjang perusahaan yang dapat dinilai dari harga per sahamnya karena merupakan suatu penilaian investor terhadap perusahaan yang dapat diamati melalui pergerakan harga saham perusahaan yang terdaftar di bursa untuk perusahaan yang sudah go public. Pentingnya nilai perusahaan digunakan untuk mengetahui bagaimana keadaan perusahaan

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Taufik Hidayat; Novel Vebrina Marpaung 2

tersebut dan untuk menentukan minat para investor untuk menginvestasikan dana mereka di perusahaan tersebut. Keadaan harga saham perusahaan yang stabil dapat mengindikasikan bahwa keadaan perusahaan tersebut baik dan sejalan dengan nilai perusahaan (Sulastri & Nurdiansyah, 2017).

Untuk meningkatkan nilai perusahaan, perusahaan harus memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil harus tepat. Perusahaan harus mengambil keputusan mengenai pendanaan yang akan membiayai perusahaannya. Keputusan pendanaan yang diambil oleh perusahaan suatu saat akan memutuskan komposisi yang tepat dalam memilih modal yang akan menghasilkan struktur modal yang optimal, yang dimana pemilik perusahaan juga mengharapkan keuntungan yang optimal.

Perusahaan yang memiliki nilai perusahaan yang tinggi dapat meningkatkan kemakmuran pemegang saham, sehingga pemegang saham dapat menginvestasikan modalnya ke dalam perusahaan. Dengan persaingan yang semakin ketat, diharapkan perusahaan dapat berjalan secara seimbang dengan tetap memperhatikan Tata Kelola Perusahaan yang Baik. Pendirian suatu perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas, namun tujuan pertama adalah untuk mencapai keuntungan yang maksimal (Hidayat & Yuliah, 2018).

Tata kelola yang baik dapat ditunjukkan melalui pengelolaan keuangan perusahaan yang tergambar dalam kinerja perusahaan. Dari dua puluh perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), perusahaan yang sudah melaporkan kinerjanya sebanyak 75% sedangkan sisanya belum melaporkan kinerja sebanyak 15%. Lima perusahaan yang belum melaporkan adalah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Kimia Farma Tbk (KAEF), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Timah Tbk (TINS).

Tabel 1 Kinerja Perusahaan Perusahaan BUMN Tahun 2019

Kode Perusahaan

Pendapatan (Triliun Rp)

Perubahan (% YoY)

Laba (Miliar Rp)

Perubahan (% YoY)

NPM (%)

BBRI 57.44 7.08 16.305 9.53 28.39 BMRI 44.49 14.85 13.531 11.11 30.41 TLKM 69.35 7.73 11.078 27.36 0.16 BBNI 28.60 9.36 7.634 2.66 26.69 JSMR 5.16 7.65 1.060 1.36 20.55 WSKT 14.80 -35.39 998 -66.63 6.74 WIKA 11.36 -12.43 891 72.23 7.84 SMGR 16.35 22.86 485 -50.09 2.96 PTPP 10.72 12.80 363 -24.26 3.39 GIAA 31.02 9.74 341 Berbalik Untung 1.10 ADHI 5.43 -10.79 215 1.08 3.96 SMBR 0.83 6.37 8 -68.62 0.91 INAF 0.37 -12.04 -24 Berbalik Rugi -6.60 KRAS 9.93 -17.82 -1.908 742.83 -19.22

Sumber: (Ayuningtyas, 2019), data diolah 2020 Berdasarkan pada tabel 1, mayoritas emiten BUMN melaporkan performa yang cukup

memuaskan. Dari 15 emiten, 13 diantaranya membukukan nilai positif pada pos laba bersih dan 2 emiten yang mendapat nilai rendah. Bahkan terdapat emiten yang sebelumnya mengalami kerugian, pada periode kali ini berhasil memperoleh keuntungan. Pertumbuhan pendapatan paling besar dibukukan oleh PT Semen Indonesia Tbk (SMGR). Hingga akhir bulan juni 2019, SMGR membukukan pertumbuhan pendapatan yaitu 22,86% secara tahunan menjadi Rp 16,35 triliun. Akan tetapi laba bersih perusahaan justru menurun 50,09% secara tahunan menjadi Rp 484,78 miliar dari periode yang sama dengan tahun sebelumnya sebesar Rp 971,34 miliar. Besar kemungkinan menurunnya laba dipengaruhi oleh beban keuangan yang naik lebih dari tiga kali lipat mendaji Rp 1,5 triliun, dibandingkan dengan tahun sebelumnya senilai Rp 459,62 miliar.

Di pihak lain, emiten dengan total perolehan terbesar dicatat oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan pendapatan mencapai Rp 69,35 triliun. Meskipun menjadi perusahaan yang baik dari sisi pemasukan, perolehan laba TLKM masih kalah dengan pencapaian

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Taufik Hidayat; Novel Vebrina Marpaung 3

laba yang dicatat PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Pada semester I-2019, TLKM memperoleh keuntungan sebesar Rp 11,08 triliun, sedangkan keuntungan yang dibukukan oleh BBRI mencapai Rp 16,31 triliun, yang dimana secara tidak langsung perusahaan juga berhasil memperoleh tingkat penghasilan (Net Profit margin/NPM) yang cukup tingi yaitu 28,39% (Ayuningtyas, 2019).

Perusahaan BUMN di Indonesia adalah perusahaan yang dituntut untuk melakukan Good Corporate Governance. Salah satu perusahaan BUMN yang diduga melakukan penyelenggaraan Good Corporate Governance yaitu PT Garuda Indonesia (GIAA) yang telah menerapkan prinsip GCG dan meraih penghargaan sebagai The Most Trusted Company dua kali berturut-turut pada tahun 2009 dan 2010. Dengan penghargaan tersebut, Garuda dianggap sangat terpercaya dalam transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi dan fairness. Namun pada tahun 2019, menurut laporan keuangan yang dipublikasikan oleh PT. Garuda Indonesia (Persero) tahun buku 2018 tercatat laba bersih senilai US$ 809.846, setara Rp 11,33 miliar (asumsi kurs Rp 14.000). Ketika dilakukan perbandingan dengan tahun sebelumnya, kondisi tersebut dinyatakan tidak sesuai, dimana terdapat kerugian sebesar US$ 216.582.416 (Hartomo, 2019). GIAA terindikasi melanggar pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar modal, peraturan Bapepam dan LK Nomor VIII.G.7 tentang penyajian dan pengungkapan laporan Laporan Keuangan Emiten dan Perusahaan publik.

Peristiwa GIAA menggambarkan bahwa tata kelola perusahaan menjadi hal yang penting dalam menunjang nilai perusahaan (Widianingsih, 2018). Diantara komponen-komponen tata kelola perusahaan yang terdapat pada perusahaan, penelitian ini memfokuskan pembahasan pada karakteristik dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, komite audit, dan variabel kinerja perusahaan yang diproksikan melalui return on equity (ROE). Fokus pada variabel tersebut dikarenakan terdapat inkonsistensi penelitian terdahulu mengenai pengaruh pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap nilai perusahaan.

Dewan komisaris independen merupakan salah satu bagian dalam GCG, dimana anggota dewan independen dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam pengambilan keputusan dewan. Karena sifatnya yang independen, penilaian yang objektif dapat diberikan terhadap evaluasi kinerja dewan dan manajemen. Penilaian yang objektif menciptakan kesetaraan diantara berbagai kepentingan, sehingga kinerja manajemen yang meningkat dapat meningkatkan pula nilai perusahaan (Alfinur, 2016; Anggraini, 2013; Berliani & Riduwan, 2017; Fitriyani, 2017; Meindarto & Lukiastuti, 2017; Sarafina & Saifi, 2017; Sari & Sanjaya, 2019; Widianingsih, 2018) menunjukkan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh terhadap nilai perusahaan, sedangkan penelitian (Amrizal & Rohmah, 2017; Sari & Sanjaya, 2019; Widianingsih, 2018) menunjukkan bahwa dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya komisaris independen dalam sebuah perusahaan dinilai belum cukup efektif untuk melakukan pemantauan terhadap manajer perusahaan dan para pelaku pasar belum sepenuhnya mempercayai kinerja komisaris independen dalam suatu perusahaan.

Semakin besar nilai kepemilikan institusional maka semakin kuat kontrol terhadap perusahaan sihingga pemilik perusahaan dapat mengendalikan perilaku manajemen agar bertindak sesuai dengan tujuan perusahaan dan pada akhirnya berhasil meningkatkan nilai perusahaan, hal ini menunjukkan bahwa fungsi kontrol dari pemilik sangat menentukan dalam meningkatkan suatu kinerja perusahaan. Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan (Amrizal & Rohmah, 2017; Berliani & Riduwan, 2017; Hidayat & Yuliah, 2018; Lestari & Ghani, 2019; Meindarto & Lukiastuti, 2017). Namun karena pihak institusi sebagai pemilik saham perusahaan belum efektif dalam melaksanakan kontrol dan monitoring terhadap pihak manajemen. Kepemilikan institusional memiliki kecenderungan untuk tidak terlalu ikut berpartisipasi dalam mengambil keputusan untuk mengelola kebijakan didalam perusahaan sesuai dengan penelitian (Alfinur, 2016; Fitriyani, 2017; Manurung, Effrida, & Gondowonto, 2019; Widianingsih, 2018) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Untuk variabel GCG berikutnya yaitu komite audit, yang merupakan faktor ketiga yang diduga berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Jumlah audit yang semakin besar memungkinkan kualitas pelaporan semakin tinggi dan monitoring pihak manajemen akan semakin tinggi juga. Kehadiran komite audit yang melakukan pengawasan terhadap kinerja dewan komisaris dan meningkatkan

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Taufik Hidayat; Novel Vebrina Marpaung 4

kualitas arus informasi antara pemegang saham dan manajer sehingga membantu mengurangi agency problem dan akan meningkatkan nilai perusahaan (Sarafina & Saifi, 2017; Widianingsih, 2018) Namun dalam fungsi pengawasannya peran komite audit yang kurang dalam melakukan pengawasan dan pengendalian perusahaan menyebabkan menurunnya nilai perusahaan (Amrizal & Rohmah, 2017; Anggraini, 2013; Meindarto & Lukiastuti, 2017; Sari & Sanjaya, 2019; Wardoyo & Veronica, 2013).

Tingkat pengembalian atas ekuitas yang disetorkan perusahaan melalui proksi return on equity (ROE) dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Semakin tinggi pengembalian yang diberikan perusahaan akan membuat para pemegang saham tertarik untuk membeli saham perusahaan karena keuntungan yang akan didapat dari pengembalian, sehingga nilai perusahaan akan meningkat di mata para investor (Dahar, Yanti, & Rahmi, 2019; Sari & Sanjaya, 2019; Wardoyo & Veronica, 2013). Namun ketika investasi tidak hanya memperhatikan tingkat pengembalian yang tinggi melainkan investor juga harus memperhatikan kondisi lingkungan investasi. Apabila tingkat pengembalian tinggi, tetapi kondisi investasi tidak baik, maka investor akan mempertimbangkan suatu investasi. Kondisi tersebut menandakan bahwa tingkat pengembalian ekuitas (ROE) tidak mempengaruhi nilai perusahaan (Ardesta & Andayani, 2019; Kahfi, Pratomo, & Aminah, 2018; Sulastri & Nurdiansyah, 2017).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor GCG yang diproksikan melalui dewan komisaris independen, kepemilikan institusional dan komite audit terhadap nilai perusahaan. Disamping itu variabel kinerja perusahaan yang diproksikan melalui ROE juga diteliti untuk mengetahui pengaruhnya terhadap nilai perusahaan, dengan objek perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2019. KAJIAN PUSTAKA Teori Agensi Teori agensi merupakan teori yang menjelaskan hubungan antara priciplas (pemilik modal) dengan agents (manajemen). Jansen dan Meckling (1976) mendefisinikan hubungan keagenan dimana pihak prinsipal memperkerjakan agent dalam rangka pengelolaan perusahaan. Kesepatakatan antara prinsipal dan agen menjadi dasar dalam melakukan kerjasama. Prinsipal memberikan kewenangan kepada agen untuk pengambilan keputusan dan wajib memberikan laporan kepada prinsipal sebagai bentuk pertanggungjwaban. Nilai Perusahaan

Nilai pasar perusahaan terbentuk melalui harga pasar dari saham perusahaan disaat terjadi transaksi antara pembeli dan penjual. Nilai pasar perusahaan ini dapat dilihat dari harga sahamnya, karena harga pasar saham dianggap cerminan dari nilai aset perusahaan yang sesungguhnya. Nilai perusahaan yang terbentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Adanya peluang investasi dapat memberikan dampak yang positif tentang pertumbuhan perusahaan. Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi juga nilai perusahaan.

Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dihubungkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi akan membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan sangat penting karena apabila nilai perusahaan tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Sarafina & Saifi, 2017). Dalam penilaian perusahaan terkandung unsur proyeksi, asuransi, perkiraan dan keputusan. Ada beberapa konsep dasar penilaian yaitu nilai ditentukan untuk suatu periode tertentu, nilai ditentukan pada harga yang wajar, penilaian tidak dipengaruhi oleh kelompok pembeli tertentu. Indikator-indikator yang mempengaruhi nilai perusahaan Price to Book Value (PBV) (Amrizal & Rohmah, 2017).

Price to Book Value (PBV) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi sebagai perusahaan yang terus berkembang. Semakin tinggi nilai rasio PBV artinya pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut. Semakin tinggi rasio PBV maka semakin tinggi penilaian investor dibandingkan dengan dana yang ditanamkan dalam perusahaan, sehingga semakin besar pula peluang bagi para investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. Rumus yang digunakan adalah:

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Taufik Hidayat; Novel Vebrina Marpaung 5

Good Corporate Governance (GCG) Sebagai sebuah konsep yang semakin populer, Good Corporate Governance tidak memiliki definisi tunggal. Untuk memperoleh gambaran tentang pengertian Good Corporate Governance lihat definisi menurut Organization for Economic Cooperation and Development (OECD): Bahwa Corporate Governance (CG) adalah sistem yang digunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan serta mengatur pembagian tugas, hak dan kewajiban mereka yang berkepentingan terhadap kehidupan perusahaan, termasuk para pemegang saham, dewan pengurus, para manajer dan semua anggota stakeholders non pemegang saham. Corporate Governance juga mengetengahkan ketentuan dan prosedur yang harus diperhatikan Dewan pengurus dan Direksi dalam pengambilan keputusan yang bersangkutan dalam kehidupan perusahaan. Konsep transparansi dan akuntabilitas bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan perusahaan merupakan prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Penerapan tata kelola perusahaan dapat menciptakan kondisi pasar yang efisien, transparan dan konsisten sesuai dengan hukum. Dukungan dari tiga pilar yang saling terkait yaitu negara sebagai regulator, dunia bisnis sebagai peserta pasar dan publik sebagai pengguna produk dan layanan bisnis sangat diperlukan dalam tata kelola perusahaan (Mudrikah, 2019). Dewan Komisaris Independen

Dewan Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham, dan hubungan keluarga dengan anggota direksi, dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali atau hubungan dengan perseroan yang dapat mempengaruhi kemampuan yang bersangkutan untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan .

Komisaris independen merupakan organ yang memiliki fungsi pengawasan atas pengelolaan manajer. Dewan komisaris independen sangat diperlukan dalam melaksanakan praktik good corporate governance sebagai jembatan antara pemegang saham dengan manajer. Pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris independen dilakukan dengan memberikan arahan dan monitoring terhadap pengelolaan manajer dan menjamin bahwa pengelolaan yang dilakukan sudah sesuai dengan strategi perusahaan. Adanya fungsi pengawasan yang tidak memihak salah satu organ menjadikan efisiensi dan daya saing perusahaan meningkat (Widianingsih, 2018).

Menurut peraturan yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia, jumlah komisaris independen proposional dengan jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham yang tidak berperan sebagai pengendali dengan ketentuan perusahaan yang sahamnya tercatat di BEI yang memiliki komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari seluruh anggota komisaris yang dipilih melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Komisaris independen juga harus memahami undang-undang dan peraturan tentang pasar modal dan diusulkan oleh pemegang saham yang bukan merupakan pemegang saham pengendali dalam rapat umum pemegang saham.

Manfaat utama keberadaan direktur independen dan komisaris independen adalah untuk melindungi kepentingan pemegang saham minoritas dan pemangku kepentingan lainnya serta menjaga prinsip kesetaraan (Fitriyani, 2017; Meindarto & Lukiastuti, 2017). Komisaris independen dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional memiliki arti yang penting dalam memonitoring manajemen karena dengan adanya kepemilikan institusional maka akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Institusional mempunyai investasi ekuitas yang cukup besar sehingga investor terdorong untuk mengawasi tindakan dan kinerja manajer lebih ketat. Kepemilikan institusional yaitu proporsi

DKI = 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐃𝐞𝐰𝐚𝐧 𝐊𝐨𝐦𝐢𝐬𝐚𝐫𝐢𝐬 𝐢𝐧𝐝𝐞𝐩𝐞𝐧𝐝𝐞𝐧

𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐀𝐧𝐠𝐠𝐨𝐭𝐚 𝐃𝐞𝐰𝐚𝐧 𝐊𝐨𝐦𝐢𝐬𝐚𝐫𝐢𝐬

Price to Book Value (PBV) = 𝐇𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 (𝐏𝐞𝐧𝐮𝐭𝐮𝐩𝐚𝐧)

𝑩𝒐𝒐𝒌 𝑽𝒂𝒍𝒖𝒆 dengan Book Value =

𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐄𝐤𝐮𝐢𝐭𝐚𝐬

𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐋𝐞𝐦𝐛𝐚𝐫 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐁𝐞𝐫𝐞𝐝𝐚𝐫

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Taufik Hidayat; Novel Vebrina Marpaung 6

kepemilikan saham yang dimiliki institusional pada akhir tahun yang di ukur dalam presentase saham yang dimiliki investor institusional dalam perusahaan (Widianingsih, 2018).

Aktivitas monitoring institusi mampu meningkatkan struktur pengelolaan perusahaan dan kemakmuran pemegang saham. Monitoring yang dilakukan institusi mampu mensubtitusi biaya keagenan, Sehingga biaya keagenan menurun dan nilai perusahaan meningkat. Kepemilikan institusional memiliki kelebihan antara lain: 1. Memiliki profesionalisme dalam menganalisis informasi, sehingga dapat menguji keandalan

informasi. 2. Memiliki motivasi yang kuat untuk melaksanakan pengawasan yang lebih ketat atas aktivitas yang

terjadi di dalam perusahaan. Keberadaaan investor institusinal dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang

efektif dalam pengambilan keputusan oleh manajer (Fitriyani, 2017; Widianingsih, 2018). Kepemilikan institusional dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Komite Audit Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris perusahaan, yang dimana anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris perusahaan tersebut yang bertugas untuk membantu dewan komisaris perusahaan untuk melakukan pemeriksaan yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam pengelolaan perusahaan. Prinsip komite audit adalah mengoptimalkan fungsi pengawasan agar tidak terjadi ketidaksesuaian informasi yang akan mengakibatkan kerugian perusahaan, sehingga akan menurunkan nilai perusahaan. Komite audit sebagai salah satu mekanisme corporate governance yang mampu mengurangi praktek manipulasi dan kecurangan dengan menjunjung prinsip corporate governance, transparansi, tanggung jawab, fairness, dan akuntabilitas yang pada prosesnya menghambat praktek kecurangan dalam perusahaan (Widianingsih, 2018).

Keberadaan komite audit diatur melalui surat edaran Bapepam Nomor SE-03/PM/2002 (bagi perusahaan publik) dan keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-103/MBU/2002 (bagi BUMN) (Meindarto & Lukiastuti, 2017). Jumlah komite audit minimal tiga orang, diketuai oleh komisaris independen perusahaan dengan dua orang eksternal yang independen serta menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan. Komite audit mempunyai fungsi membantu dewan komisaris untuk: 1. Laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. 2. Menciptakan iklim disiplin dan pengendalian yang dapat mengurangi kesempatan terjadinya

penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan. 3. Meningkatkan efektivitas fungsi internal audit maupun eksternal audit. 4. Mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris atau dewan pengawas.

Bursa Efek Indonesia (BEI) mengharuskan membentuk dan memiliki komite audit yang diketahui oleh komisaris independen, karena Komite audit merupakan komponen penting yang harus ada pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Komite Audit dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode tertentu baik dalam kaitannya dengan aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas (Ratnasari, Chomsatu Samrotun, & Wijayanti, 2018). Kinerja keuangan merupakan suatu analisis yang dilakukan

KA = 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐃𝐞𝐰𝐚𝐧 𝐊𝐨𝐦𝐢𝐬𝐚𝐫𝐢𝐬 𝐈𝐧𝐝𝐞𝐩𝐞𝐧𝐝𝐞𝐧 𝐃𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐊𝐨𝐦𝐢𝐭𝐞 𝐀𝐮𝐝𝐢𝐭

𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐊𝐨𝐦𝐢𝐭𝐞 𝐀𝐮𝐝𝐢𝐭

KINST = 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐃𝐢𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢 𝐈𝐧𝐬𝐭𝐢𝐭𝐮𝐬𝐢

𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐁𝐞𝐫𝐞𝐝𝐚𝐫

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Taufik Hidayat; Novel Vebrina Marpaung 7

untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan, dengan menggunakan kaidah kinerja keuangan yang baik dan benar. Kinerja keuangan sering diukur dengan analisis rasio keuangan, antara lain rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk mendapatan laba dengan melalukan penjualan, aktiva dan modal perusahaan. Rasio likuiditas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek. Rasio leverage yang menunjukkan seberapa besar aktifitas perusahaan yang dibayari hutang, rasio yang menunjukkan efektifitas dan efisiensi penggunaan aktiva perusahaan dari rasio nilai pasar yang menunjukkan nilai saham yang telah go public.

Return On Equity (ROE) Return On Equity (ROE) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari

modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan atau laba bagi seluruh pemegang saham, baik itu saham biasa maupun saham preferen. Semakin besar nilai ROE yang dihasilkan, maka mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi para pemegang saham (Berliani & Riduwan, 2017).

Laba yang dihasilkan perusahaan mampu meningkatkan harga saham perusahaan yang berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan profit dipandang positif oleh investor, sehingga investor mengambil keputusan untuk membeli saham perusahaan. Para pelaku pasar modal menggunakan informasi laba tersebut untuk melakukan transaksi jual beli saham perusahaan. Hasil ini membuktikan kepada investor bahwa perusahaan mampu mengelola modal yang sudah ditanamkan oleh investor dan hasil ini juga akan memberikan return kepada investor atas investasinya pada perusahaan.

Kinerja perusahaan dalam penelitian ini mengguankan variabel Return On Equity (ROE) sebagai rasio untuk mengukur profitabilitas. Rasio ini menggambarkan Rasio ini mewakili seberapa besar perusahaan menghasilkan laba berdasarkan penggunaan modal perusahaan yang digunakan. Meningkatnya rasio ROE dari tahun ke tahun pada suatu perusahaan artinya, terjadi adanya kenaikan laba bersih dari perusahaan yang bersangkutan. Meningkatnya laba bersih dapat dijadikan indikasi bahwa nilai perusahaan juga naik karena meningkatnya laba bersih sebuah perusahaan yang bersangkutan akan menyebabkan harga saham yang artinya kenaikan dalam nilai perusahaan (Berliani & Riduwan, 2017; Fitriyani, 2017). Rumus untuk menghitung Return on Equity (ROE) adalah :

HIPOTESIS

Hipotesis menyatakan hubungan antara beberapa variabel yang akan diuji secara empiris. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis dari rumusan masalah penelitian, belum dinyatakan jawaban yang empirik (Sugiyono, 2017). Dengan demikian hipotesis dijadikan sebagai pedoman agar penelitian dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Hasil dari penelitian yang dilakukan dapat mendukung atau menolak hipotesis.

Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap nilai perusahaan

Dewan Komisaris Independen merupakan proporsi anggota dewan komisaris independen yang ada dalam perusahaan. Tugas dewan komisaris independen adalah mendorong diterapkannya prinsip good corporate governance dalam perusahaan dengan melakukan tugas pengawasan secara efektif dan memberikan nasehat kepada dewan direksi mengenai penyimpangan pengelolaan perusahaan. Jumlah dewan komisaris independen yang semakin banyak, akan menunjukkan bahwa fungsi pengawasan dan koordinasi dewan komisaris independen akan semakin baik.

Dewan komisaris independen bertanggung jawab untuk memotivasi secara aktif supaya komisaris dalam menjalankan tugasnya sebagai pengawas dan penasehat direksi dapat meyakinkan perusahaan untuk menjalankan strategi yang efektif, meyakinkan perusahaan menaati hukum yang ada atau nilai-nilai yang ditentukan dalam perusahaan sehingga peusahaan mempunyai tata kelola yang baik. Dewan komisaris independen juga mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi kinerja direksi sehingga kinerja yang dilakukan sesuai dengan kepentingan pemegang saham.

ROE = 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐒𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤

𝐄𝐤𝐮𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐏𝐞𝐦𝐞𝐠𝐚𝐧𝐠 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Taufik Hidayat; Novel Vebrina Marpaung 8

Jumlah komisaris independen dapat menjamin agar mekanisme pengawasan berjalan dengan efektif dan sesuai dengan undang-undang. Komisaris independen diharapkan dapat menunjang penerapan GCG pada suatu perusahaan. Semakin banyak dewan komisaris independen maka tingkat pengawasan terhadap perilaku dan kinerja manajemen juga akan semakin tinggi, sehingga mewakili kepentingan stakeholders selain kepentingan pemegang saham mayoritas dan akan berdampak baik untuk nilai perusahaan (Alfinur, 2016; Anggraini, 2013; Berliani & Riduwan, 2017; Fitriyani, 2017; Meindarto & Lukiastuti, 2017; Sarafina & Saifi, 2017; Sari & Sanjaya, 2019; Widianingsih, 2018). Selain itu dengan adanya dewan komisaris independen dapat mengurangi konflik agensi dalam perusahaan dan fokus dalam upaya meningkatkan nilai perusahaan. H1: Dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan

Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap nilai perusahaan Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh investor berbentuk

institusi atau badan hukum baik itu bank, reksa dana, pialang saham atau penasihat investasi, perusahaan asuransi dan pensiun. Kepemilikan institusional memiliki peran penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara pihak manajer dengan pemegang saham. Monitoring yang dilakukan institusi mampu mensubtitusi biaya keagenan lain sehingga biaya keagenan menurun dan nilai perusahaan meningkat (Amrizal & Rohmah, 2017).

Semakin besar kepemilikan institusional dapat mengoptimalkan nilai perusahaan, sehingga pemborosan yang dilakukan oleh agen dapat dicegah dengan pemenuhan proporsi dalam kepemilikan institusional (Amrizal & Rohmah, 2017; Berliani & Riduwan, 2017; Hidayat & Yuliah, 2018; Lestari & Ghani, 2019; Meindarto & Lukiastuti, 2017). H2: Kepemilikan Institusional berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan Pengaruh Komite Audit terhadap nilai perusahaan

Komite audit adalah sekelompok orang yang dipilih dari dewan komisaris perusahaan yang bertanggung jawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan independensinya dari manajemen. Independensi merupakan sifat yang harus dimiliki oleh komite audit. Tanggung jawab komite audit dalam melindungi kepentingan pemegang saham minoritas dapat meyakinkan investor untuk mempercayakan investasinya terhadap perusahaan.

Komite audit memiliki peranan penting, yaitu menjaga integritas proses penyusunan laporan keuangan dan memelihara tercapainya pengendalian yang memadai, sehingga kontrol perusahaan akan meningkat dan dapat mengurangi konflik manajemen. Tindak kecurangan dan perilaku perilaku opportunistic manajemen yang dapat merugikan perusahaan dapat dicegah melalui pemahaman komite audit terhadap sistem pengendalian internal perusahaan. Nilai perusahaan dapat meningkat dengan adanya komite sehingga perusahaan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Adanya pengawasan dari Komite audit akan memastikan pencapaian kinerja perusahaan sehingga berdampak pada nilai perusahaan dan diharapkan dapat menciptakan lingkungan usaha yang transparan (Sarafina & Saifi, 2017; Widianingsih, 2018). H3: Komite audit secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan Pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap nilai perusahaan

Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola modal yang tersedia dalam menghasilkan net income. Rasio ini berguna untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang diperoleh dari penanaman modal. Analisis ROE menggambarkan tingkat return investasi bagi investor. Semakin tinggi nilai rasio ROE yang dimiliki sebuah perusahaan, ketertarikan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut juga akan semakin tinggi. Harga saham perusahaan juga akan meningkat sebagai dampak dari tingginya minat investor dalam berinvestasi pada perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi.

Semakin baik kinerja manajemen suatu perusahaan dalam menghasilkan pendapatan yang optimal dari modal yang ditanamkan maka semakin tinggi keuntungan yang dicapai dan juga akan meningkatkan nilai perusahaan tersebut. Segala kebijakan yang diputuskan oleh manajemen dalam usaha meningkatkan nilai perusahaan dengan cara memakmurkan pemilik dan investor dapat dilihat

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Taufik Hidayat; Novel Vebrina Marpaung 9

H1

H2

H3

H4

pada harga saham. Sehingga dengan demikian investor akan menganalisis nilai perusahaan, karena hasil analisis tersebut akan memberikan informasi yang bermanfaat kepada para investor ketika menilai peluang perusahaan pada masa mendatang dalam menghasilkan keuntungan. Dengan menggunakan analisis penilaian terhadap ROE, investor bisa mendapatkan informasi berapa persen return yang dihasilkan perusahan dari modal yang ditanamkan oleh investor, yang dimana hipotesis ini didukung oleh (Dahar et al., 2019; Sari & Sanjaya, 2019; Wardoyo & Veronica, 2013). H4: Return on Equity (ROE) berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan

Pengaruh Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, Komite Audit dan Return on Equity (ROE) berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan

Penerapan GCG dalam perusahaan jika dilakukan dengan baik akan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Keberadaan dewan komisaris independen, proporsi kepemilikan institusional dan pemahaman komite audit terhadap internal perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Kinerja keuangan yang diproksikan dalam tingkat pengembalian laba terhadap penggunaan modal menjadi salah satu faktor peningkatan nilai perusahaan. Sehingga hipotesis 5 menyatakan bahwa secara simultan komponen GCG dan ROE berpengaruh terhadap nilai perusahaan. H5: Dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, komite audit dan Return on Equity (ROE) berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan. Kerangka pemikiran Berdasarkan landasan teori, hasil penelitian sebelumnya dan permasalahan yang telah dikemukakan, maka berikut disajikan kerangka pemikiran yang dituangkan dalam model penelitian pada gambar 1 berikut ini:

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Sumber: data diolah, 2020 METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan terhadap perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2016-2019. Dasar pemilihan obyek penelitian ini adalah tidak ada kendala dalam pengumpulan data, dan data dapat dikumpulkan dalam waktu yang relatif singkat. Data yang digunakan dalam penelitian merupakan data sekunder yang diperoleh melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id.

Berdasarkan data yang digunakan, jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif karena dalam penelitian ini mengacu pada perhitungan dan analisis data berupa angka. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif adalah penelitian dari suatu rumusan masalah yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2017). Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan atau pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi. Sebanyak 20 perusahaan BUMN yang terdaftar pada periode 2016-2019 menjadi

Dewan Komisaris

Independen (X1)

Kepemilikan

Institusional (X2)

Komite Audit

(X3)

ROE

(X4)

Nilai Perusahaan

(Y)

H5

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Taufik Hidayat; Novel Vebrina Marpaung 10

populasi dalam penelitian ini. Sampel diambil dengan menggunakan purposive sampling, yaitu suatu metode penarikan sampel dengan kriteria khusus yang telah dtentukan oleh peneliti. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini memilikii 2 variabel induk yaitu variabel dependen dan variabel independen, dimana terdapat 1 (satu) variabel dependen (Y): (Nilai Perusahaan) dan 4 (empat) variabel independen (X): yaitu (Kepemilikan institusiponal, Dewan komisaris, Komite audit dan ROE). Berikut tabel definisi operasional variabel atas penelitian yang dilakukan:

Tabel 2 Definisi Operasional Variabel

Variabel dan definisi Pengukuran Skala Nilai Perusahaan (Y) adalah sebuah rasio yang digunakan untuk menentukan harga wajar suatu saham dengan cara menghitung harga saham terakhir pada nilai buku dari sebuah laporan keuangan tahun terakhir perusahaan (Amrizal & Rohmah, 2017)

Price to Book Value

(PBV)= 𝐇𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 (𝐏𝐞𝐧𝐮𝐭𝐮𝐩𝐚𝐧)

𝑩𝒐𝒐𝒌 𝑽𝒂𝒍𝒖𝒆

dengan

Book Value = 𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐄𝐤𝐮𝐢𝐭𝐚𝐬

𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐋𝐞𝐦𝐛𝐚𝐫 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐁𝐞𝐫𝐞𝐝𝐚𝐫

Rasio

Kepemilikan Institusional (X1) Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh pihak institusi lain yaitu kepemilikan oleh perusahaan atau lembaga lainnya (Fitriyani, 2017; Widianingsih, 2018)

KINST = 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐃𝐢𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢 𝐈𝐧𝐬𝐭𝐢𝐭𝐮𝐬𝐢

𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐁𝐞𝐫𝐞𝐝𝐚𝐫

Rasio

Dewan komisaris independen (X2) Dewan komisaris independen adalah suatu jabatan yang menjadi bagian dari suatu keanggotaan dewan komisaris, namun bersifat independen dan tidak memiliki afiliasi dengan anggota komisaris lainnya, seperti pemegang saham, direktur, atau manajemen perusahaan

DKI = 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐃𝐞𝐰𝐚𝐧 𝐊𝐨𝐦𝐢𝐬𝐚𝐫𝐢𝐬 𝐈𝐧𝐝𝐞𝐩𝐞𝐧𝐝𝐞𝐧

𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐀𝐧𝐠𝐠𝐨𝐭𝐚 𝐃𝐞𝐰𝐚𝐧 𝐊𝐨𝐦𝐢𝐬𝐚𝐫𝐢𝐬

Rasio

Komite Audit (X3) Komite audit adalah suatu badan atau komite yang dibentuk oleh jajaran dewan komisaris yang mempunyai tujuan untuk membantu melakukan pengecekkan, pemeriksaan, dan penelitian yang dianggap penting terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi dari jajaran direksi dalam pengelolaan perusahaan tercatat (Meindarto & Lukiastuti, 2017).

Komite Audit = 𝐊𝐨𝐦𝐢𝐬𝐚𝐫𝐢𝐬 𝐈𝐧𝐝𝐞𝐩𝐞𝐧𝐝𝐞𝐧 𝐃𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐊𝐨𝐦𝐢𝐭𝐞 𝐀𝐮𝐝𝐢𝐭

𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐊𝐨𝐦𝐢𝐭𝐞 𝐀𝐮𝐝𝐢𝐭

Rasio

ROE (X4) ROE digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki perusahaan (Kahfi et al., 2018).

ROE = 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐒𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤

𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐤𝐭𝐢𝐯𝐚

Rasio

Sumber: data diolah, 2020 HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas yaitu suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini pengujian normalitas distribusi data populasi dilakukan dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov Smirnov. Data populasi dikatakan berdistribusi normal jika koefisien Asymp.Sig (2-tailed) lebih besar dari α = 0,05.

Tabel 3 Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Taufik Hidayat; Novel Vebrina Marpaung 11

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 56 Normal Parametersa, b Mean ,0000000

Std. Deviation ,88251270 Most Extreme Differences

Absolute ,081 Positive ,081 Negative -,071

Test Statistic ,081 Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c, d

Sumber: Output Spss, data sekunder diolah (2020 Berdasarkan pada tabel 3 hasil uji normalitas menunjukkan hasil nilai Asymp. Sig. (2-tailed) dari empat variabel independen adalah sebesar 0,200. Ini berarti Asymp. Sig. (2-tailed) 0,200 lebih besar dari α 0,05 maka artinya data yang dianalisis berdistribusi normal atau menyebar normal.

b. Uji Multikolonieritas Uji ini multikolinieritas adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel dalam model regresi linier berganda. Dalam perhitungan uji multikolonieritas menggunakan dua cara yaitu: 1. Jika nilai Tolerance > 0,1 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) < 10, maka hal tersebut

menunjukkan tidak terjadi multikolinieritas. 2. Jika nilai Tolerance < 0,1 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) > 10, maka hal tersebut

menunjukkan terjadi multikolinieritas. Tabel 4

Hasil Uji Multikolonieritas

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients Collinearity Statistics

B Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -,163 ,690 DKI 3,793 1,823 ,256 ,924 1,082 KI -1,540 ,524 -,375 ,858 1,165 KA -,685 1,055 -,085 ,828 1,208 ROE 1,992 ,710 ,335 ,983 1,017

Sumber: Output Spss, data sekunder diolah (2020) Berdasarkan Hasil pengujian pada tabel 4 menunjukkan bahwa semua variabel independen mempunyai nilai tolerance sebesar > 0,1 dan nilai VIF < 10. Nilai tolerance variabel DKI (X1) sebesasar 0,924 dengan nilai VIF sebesar 1,082. Nilai tolerance variabel KI (X2) 0,858 dengan nilai VIF sebesar 1,165. Nilai tolerance variabel KA (X3) sebesar 0,828 dengan nilai VIF sebesar 1,208. Nilai tolerance variabel ROE (X4) sebesar 0,983 dengan nilai VIF sebesar 1,017. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinieritas dalam model regresi ini.

c. Uji Heterokesdastisitas Uji heteroskesdastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Heteroskedastisitas diuji dengan metode Rank Spearman. Aturan dari metode rank spearman yaitu nilai signifikan kurang dari 5% maka terjadi gejala heteroskedastisitas, tetapi apabila nilai signifikansi > 5% maka tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Hasil dari uji heteroskedastisitas ditunjukkan pada tabel 5.

Tabel 5 Hasil Uji Rank Spearman

Correlations

DKI KI KA ROE Unstandardized

Residual

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Taufik Hidayat; Novel Vebrina Marpaung 12

Spearman's rho

DKI Correlation Coefficient

1,000 ,153 ,105 ,321* ,039

Sig. (2-tailed) . ,260 ,440 ,016 ,775 N 56 56 56 56 56

KI Correlation Coefficient

,153 1,00

0 ,262 ,251 -,027

Sig. (2-tailed) ,260 . ,051 ,062 ,842 N 56 56 56 56 56

KA Correlation Coefficient

,105 ,262 1,00

0 ,219 ,027

Sig. (2-tailed) ,440 ,051 . ,105 ,845 N 56 56 56 56 56

ROE Correlation Coefficient

,321* ,251 ,219 1,000 ,077

Sig. (2-tailed) ,016 ,062 ,105 . ,571 N 56 56 56 56 56

Unstandardized Residual

Correlation Coefficient

,039 -,027 ,027 ,077 1,000

Sig. (2-tailed) ,775 ,842 ,845 ,571 . N 56 56 56 56 56

Sumber: Output Spss, data Sekunder diolah (2020) Berdasarkan pengujian pada tabel 5 rank spearman, diperoleh nilai signifikansi untuk variabel dewan komisaris independen (X1) sebesar 77,5%. Nilai signifikansi variabel kepemilikan institusional diperoleh sebesar 84,2%. Nilai signifikansi variabel komite audit diperoleh sebesar 84,5%. Nilai signifikansi variabel return on equity (ROE) diperoleh sebesar 57,1%. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen pada penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan yang terjadi di antara anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun pada rangkaian waktu. Nilai Durbin-Watson (DW-test) selanjutnya dibandingkan dengan nilai tabel DW menggunakan tingkat signifikansi 5%.

Tabel 6 Hasil Uji Autokorelasi Durbin-Watson (DW-test)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 ,533a ,285 ,228 ,91647 1,461

Sumber: Outpur Spss, data sekunder diolah (2020) Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa hasil uji autokorelasi menunjukkan nilai D-W sebesar

1,461 dengan jumlah N=56 dan jumlah variabel bebas (k) = 4 dengan taraf signifikansi 5% (0,05), Maka diperoleh nilai dL = 1,4201 dan nilai dU =1,7246 sehingga diperoleh nilai 4-dL = 4-1,4201 = 2,5799 dan nilai 4-dU = 4-1,7246 = 2,2754. Oleh karena nilai 1,461 berada diantara dU dan 4-dU (1,461 < 2,2754 < 2,5799) maka pengujian dengan Durbin-Watson berada pada daerah tidak ada autokorelasi maka dapat dikatakan pada model regresi tidak terjadi autokorelasi. Analisis Regresi Linier Berganda

Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis regresi linier berganda yang bertujuan untuk mencari pengaruh dewan komisaris independen (X1), kepemilikan institusional (X2), komite audit (X3), dan Return on Equity (ROE) (X4) pada nilai perusahaan (Y) pada perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2016-2019, baik secara serempak maupun secara parsial.

Tabel 7 Hasil uji regresi linier berganda

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Taufik Hidayat; Novel Vebrina Marpaung 13

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -,163 ,690 ,814 DKI 3,793 1,823 ,256 ,042 KI -1,540 ,524 -,375 ,005 KA -,685 1,055 -,085 ,519 ROE 1,992 ,710 ,335 ,007

Sumber: Output Spss, data sekunder diolah (2020)

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 7, maka persamaan regresi linier berganda dapat disusun sebagai berikut:

Y = -0,163 + 3,793DKI - 1,540KI - 0,685KA + 1,992ROE + e Penjelasan dari persamaan diatas adalah sebagai berikut:

1. Konstanta sebesar -0,163 menunjukkan bahwa jika variabel-variabel independen (dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, komite audit, dan return on equity (ROE)) diasumsikan tidak mengalami perubahan (konstan) maka nilai Y (nilai perusahaan) adalah sebesar -0,163 satuan.

2. Dewan komisaris independen (X1) memiliki koefisien regresi dengan arah positif sebesar 3,793. Hal tersebut berarti setiap ada peningkatan dewan komisaris independen sebesar satu satuan, maka akan meningkatkan nilai perusahaan sebesar 3,793 dengan asumsi variabel independen lainnya bernilai tetap.

3. Kepemilikan institusional (X2) memiliki koefisien regresi dengan arah negatif sebesar -1,540. Hal tersebut berarti setiap ada peningkatan kepemilikan institusional sebesar satu satuan, maka akan menurunkan nilai perusahaan sebesar -1,540 dengan asumsi variabel independen lainnya bernilai tetap.

4. Komite audit (X3) memiliki koefisien regresi dengan arah negatif sebesar -0,685. Hal tersebut berarti setiap ada peningkatan komite audit sebesar satu satuan, maka akan menurunkan nilai perusahaan sebesar -0,685 dengan asumsi variabel independen lainnya bernilai tetap.

5. Return on equity (X4) memiliki koefisien regresi dengan arah positif sebesar 1,992. Hal tersebut berarti setiap ada peningkatan return on equity (ROE) sebesar satu satuan, maka akan meningkatkan nilai perusahaan sebesar 1,992 dengan asumsi variabel independen lainnya bernilai tetap.

Pengujian Hipotesis Uji t (Parsial) Uji statistik t pada dasarnya menjelaskan seberapa jauh kemampuan satu variabel independen secara parsial dapat menjelaskan variasi variabel dependen, dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil dari uji t (t-test) dapat dilihat pada tabel 7.

a. Hasil menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,042 kurang dari taraf nyata 0,05, maka hipotesis pertama (H1) diterima.

b. Hasil menunjukkan tingkat sigifikansi 0,005 kurang dari taraf nyata 0,05, maka hipotesis kedua (H2) diterima.

c. Hasil menunjukkan tingkat signifikansi 0,519 lebih dari taraf nyata 0,05, maka hipotesis ketiga (H3) ditolak.

d. Hasil menunjukkan tingkat signifikansi 0,007 kurang dari taraf nyata 0,05, maka hipotesis keempat (H4) diterima.

1. Uji F (Simultan) Uji F yaitu uji kelayakan model, bertujuan untuk menguji kebenaran koefisien regresi secara keseluruhan, nilai signifikansi uji F dibandingkan dengan tingkat signifikansi < 0,05 (α=5%) dan nilai Fhitung > Ftabel. Berdasarkan tabel 4.10 diperoleh hasil bahwa N1 = k-1 = 4 dan N2 = n-k-1 =

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Taufik Hidayat; Novel Vebrina Marpaung 14

50 – 4 = 46. Dengan menarik garis dari N1 bernilai 4 dan N2 bernilai 46 dan mempertemukannya, diperoleh Ftabel sebesar 2,57

Tabel 8 Hasil Uji Statistik F

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 17,037 4 4,259 5,071 ,002b Residual 42,836 51 ,840 Total 59,873 55

Sumber: output Spss, data sekunder diolah (2020) Berdasarkan tabel 8 diperoleh hasil Fhitung sebesar 5,071 dengan nilai signifikan 0,002 dan diperoleh Ftabel 2,57 dengan nilai signifikan 0,05. Dengan demikian dapat dilihat bahwa Fhitung > Ftabel atau signifikan 5,071 > 2,57 dan 0,002 < 0,05. Sehingga H5 diterima dimana komisaris independen, kepemilikan institusional, komite audit, return on equity (ROE) berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2016-2019.

2. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Berdasarkan tabel 6 diatas menunjukkan bahwa nilai Adjusted R2 yang diperoleh R Square adalah sebesar 0,228. Nilai Adjusted R2 yang positif tersebut menunjukkan bahwa pengujian yang dilakukan memberikan hasil yang baik. Nilai tersebut artinya bahwa kemampuan perusahaan yang dijelaskan oleh variabel independen kepemilikan dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, komite audit dan return on equity (ROE) adalah sebesar 22,8%, sedangkan sisanya yaitu sebesar 0,772% (100% - 22,8%) dipengaruhi oleh variabel bebas lainnya yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dari berbagai pengujian diatas, dapat dibahas pembahasan sebagai berikut: 1. Pengaruh dewan komisaris independen terhadap nilai perusahaan

Dewan komisaris independen memiliki nilai koefisien regresi sebesar 3,793, dengan tingkat signifikan 0,042 atau (0,094 < 0,05). Sedangkan nilai thitung adalah sebesar 2.081 dan ttabel 2,006 (thitung > ttabel). Kesimpulannya adalah H1 diterima, artinya variabel dewan komisaris independen memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2019. Hasil penelitian ini didukun oleh (Alfinur, 2016; Anggraini, 2013; Berliani & Riduwan, 2017; Fitriyani, 2017; Meindarto & Lukiastuti, 2017; Sarafina & Saifi, 2017; Sari & Sanjaya, 2019; Widianingsih, 2018) yang menyatakan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Adanya pengaruh positif tersebut disebabkan oleh mekanisme kontrol yang kuat dari dewan komisaris independen terhadap manajemen, yang dimana mekanisme kontrol tersebut merupakan peran vital bagi terciptanya GCG. Semakin banyak jumlah komisaris independen dapat menjamin agar mekanisme pengawasan berjalan dengan efektif dan sesuai dengan ungdang-undang. Komisaris independen diharapkan dapat menunjang penerapan GCG pada suatu perusahaan yang dapat meningkatkan nilai perusahaan.

2. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan Kepemilikan institusional memiliki nilai koefisien regresi sebesar -1,540, dengan tingkat signifikan 0,005. Sedangkan Nilai thitung sebesar -2,937 dan ttabel sebesar -2,006 (thitung < ttabel). Kesimpulannya adalah H2 diterima, artinya variabel kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2016-2019. Hasil penelitian ini didukung oleh (Israel, Mangantar, & Saerang, 2018) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Keberadaan pemegang saham institusi yang diharapkan memiliki kemampuan monitoring yang lebih baik tidak mampu membuat tata kelola perusahaan menjadi transparan. Ada indikasi

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Taufik Hidayat; Novel Vebrina Marpaung 15

pemegang saham institusi hanya mementingkan kepentingan pribadinya atau kepentingan institusinya tanpa melihat kepentingan pemegang saham yang lain. Keadaan seperti ini akan memberikan pengaruh yang besar terhadap perusahaan. Implikasinya, perusahaan tidak mampu memberikan informasi laporan keuangan yang fairness sehingga investor tidak akan bereaksi di pasar karena terdapat kandungan informasi bad news pada laporan keuangan.

3. Pengaruh komite audit terhadap nilai perusahaan Komite audit memiliki nilai koefisien regresi sebesar -1,540, dengan tingkat signifikan 0,519 lebih besar dari 0,05. Sedangkan nilai thitung sebesar -2,937 dan ttabel -2,006 (thitung < ttabel). Kesimpulannya adalah H3 ditolak, artinya variabel komite audit tidak memiliki pengaruh dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2016-2019. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian (Amrizal & Rohmah, 2017; Anggraini, 2013; Meindarto & Lukiastuti, 2017; Sari & Sanjaya, 2019; Wardoyo & Veronica, 2013) yang menyatakan bahwa komite audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa ada kemungkinan dengan adanya keberadaan komite audit tidak memberikan jaminan bahwa kinerja perusahaan akan semakin baik, sehingga pasar menganggap keberadaan komite audit tidak menjadi faktor pertimbangan dalam mengapresiasi nilai perusahaan. Investor tidak perlu melihat jumlah komite audit yang dimiliki oleh suatu perusahaan karena perusahaan sudah pasti memenuhi peraturan tersebut.

4. Pengaruh return on equity (ROE) terhadap nilai perusahaan Variabel Return on Equity (X4) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 1,992, dengan tingkat signifikansi 0,007 kurang dari 0,05. Sedangkan nilai thitung sebesar 2,806 dan ttabel 2,006 (thitung > ttabel). Kesimpulannya adalah H4 diterima, artinya return on equity (ROE) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2016-2019. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa return on equity (ROE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Semakin baik kinerja manajemen suatu perusahaan dalam menghasilkan pendapatan yang optimal dari modal yang ditanamkan maka semakin tinggi keuntungan yang dicapai dan juga akan meningkatkan nilai perusahaan tersebut (Dahar et al., 2019; Sari & Sanjaya, 2019; Wardoyo & Veronica, 2013).

5. Pengaruh dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, komite audit, dan ROE berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan Uji f dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, komite audit, dan ROE mempunyai nilai f hitung sebesar 5,071 dengan signifikan 0,002 artinya lebih kecil dari 5% atau 0,05. Dengan demikian hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa variabel dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, komite audit, dan ROE secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2016-2019. Maka hipotesis kelima (H5) diterima. Sedangkan Jika dilihat dari nilai koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0,228 menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan sebesar 22,8%.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah disampaikan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Dewan komisaris independen memiliki pengaruh dan signifikan terhadap nilai perusahaan

BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2019. Hal ini mengindikasikan semakin banyak dewan komisaris independen maka tingkat pengawasan terhadap perilaku dan kinerja manajemen juga akan semakin tinggi, sehingga mewakili kepentingan stakeholders selain kepentingan pemegang saham mayoritas dan akan berdampak baik untuk nilai perusahaan.

2. Kepemilikan institusional memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2016-2019. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen perusahaan tidak dapat mempengaruhi besar kecilnya nilai manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan.

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Taufik Hidayat; Novel Vebrina Marpaung 16

3. Komite audit tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2016-2019. Hal ini dapat dijelaskan bahwa ada kemungkinan dengan adanya keberadaan komite audit tidak memberikan jaminan bahwa kinerja perusahaan akan semakin baik, sehingga pasar menganggap keberadaan komite audit tidak menjadi faktor pertimbangan dalam mengapresiasi nilai perusahaan. Investor tidak perlu melihat jumlah komite audit yang dimiliki oleh suatu perusahaan karena perusahaan sudah pasti memenuhi peraturan tersebut. Keberadaan komite audit dipandang hanya sebagai pemenuhan kewajiban perusahaan pada peraturan yang telah ditetapkan pemerintah sehingga dalam pelaksanaannya, komite audit belum melakukan kewajibannya secara maksimal.

4. ROE memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan nilai perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2016-2019. Semakin baik kinerja manajemen suatu perusahaan dalam menghasilkan pendapatan yang optimal dari modal yang ditanamkan maka semakin tinggi keuntungan yang dicapai dan juga akan meningkatkan nilai perusahaan tersebut

5. Secara simultan dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, komite audit dan ROE berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa nilai perusahaan dipengaruhi oleh tata kelola perusahaan yang baik dan tingkat pengembalian laba yang tinggi.

6. Nilai koefisien determinasi yang disesuaikan (Adjusted R Square) adalah 0,228 yang memiliki pengertian bahwa dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, komite audit, dan ROE mampu menjelaskan nilai perusahaan sebesar 22,8% dan sisanya 77,2% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam model penelitian.

SARAN

Saran yang dapat diberikan peneliti terkait dengan penelitian ini antara lain: 1. Peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang serupa diharapkan menambahkan

variabel Good Corporate Governance (GCG) dengan pengukuran yang lain dan memperpanjang periode penelitian sehingga dapat mempengaruhi variabel Y lebih besar lagi.

2. Peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian serupa diharapkan menambah variabel independen sebagai determinan nilai perusahaan. Penambahan variabel tersebut diharapkan mampu meningkatkan pengembangan dan keberlangsungan perusahaan dalam jangka panjang dan sebagai upaya mempertahankan eksistensi perusahaan sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

3. Perusahaan sebaiknya lebih memperbaharui lagi informasi mengenai perusahaan khususnya dibidang kinerja keuangan sehingga calon investor maupun investor akan mudah memperoleh informasi mengenai perusahaan tersebut.

4. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun perusahaan swasta agar melaksanakan Good Corporate Governance (GCG) dengan baik agar investor tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan yang memiliki tata kelola perusahaan yang baik.

DAFTAR PUSTAKA Alfinur, A. (2016). Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance (Gcg) Terhadap Nilai

Perusahaan Pada Perusahaan Yang Listing Di Bei. Jurnal Ekonomi MODERNISASI, 12(1), 44. https://doi.org/10.21067/jem.v12i1.1178

Amrizal, & Rohmah, S. H. N. (2017). Pengaruh Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit dan Kualitas Audit terhadap Nilai Perusahaan. Seminar Nasional Dan The 4th Call for Syariah Paper, 76–89. Retrieved from https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/handle/11617/9217

Anggraini, D. (2013). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Textile, Garment yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia(BEI)Periode 2009-2012. Jurnal Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang.

Ardesta, D., & Andayani, W. (2019). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan: Studi Pada Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-2018. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas Brawijaya, 8(2), 1–16.

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Taufik Hidayat; Novel Vebrina Marpaung 17

Ayuningtyas, D. (2019). Kinerja Emiten BUMN, BRI Juara Laba & Telkom Jawara Omzet. Retrieved from cnbcindonesia.com website: https://www.cnbcindonesia.com/market/20190808102836-17-90618/kinerja-emiten-bumn-bri-juara-laba-telkom-jawara-omzet

Berliani, C., & Riduwan, A. (2017). Pengaruh Good Corporate Governance, Kinerja Keuangan, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 6(2), 176–193.

Dahar, R., Yanti, N. S. P., & Rahmi, F. (2019). Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan dan Return On Equity Terhadap Nilai Perusahaan Property And Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi & Bisnis Dharma Andalas, 21(1), 121–132.

Fitriyani, A. (2017). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional Dan Dewan Komisaris Independen Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating ( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode. In Skripsi.

Hartomo, G. (2019). Kronologi Kasus Laporan Keuangan Garuda Indonesia hingga Kena Sanksi. Retrieved from economy.okezone.com website: https://economy.okezone.com/read/2019/06/28/320/2072245/kronologi-kasus-laporan-keuangan-garuda-indonesia-hingga-kena-sanksi

Hidayat, A., & Yuliah, N. (2018). the Effect of Good Corporate Governance and Tax Planning on Company Value. Eaj (Economics and Accounting Journal), 1(3), 234. https://doi.org/10.32493/eaj.v1i3.y2018.p234-241

Israel, C., Mangantar, M., & Saerang, I. S. (2018). Pengaruh Struktur Modal, Kepemilikan Institusional Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bei. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 6(3), 1118–1127. https://doi.org/10.35794/emba.v6i3.20073

Kahfi, M. F., Pratomo, D., & Aminah, W. (2018). Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Assets Turn Over dan return On Equity Terhadap Nilai Perusahaan ( Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Food and Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2011 – 2016 ). E-Proceeding of Management, 5(1), 566–574. Retrieved from https://openlibrarypublications.telkomuniversity.ac.id/index.php/management/article/view/6264/6243

Lestari, S. P., & Ghani, R. G. Al. (2019). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Humaniora, 4(2), 50–63.

Manurung, E., Effrida, E., & Gondowonto, A. J. (2019). Effect of Financial Performance, Good Corporate Governance and Corporate Size on Corporate Value in Food and Beverages. International Journal of Economics and Financial Issues, 9(6), 100–105. https://doi.org/10.32479/ijefi.8828

Meindarto, A., & Lukiastuti, F. (2017). Pengaruh Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-2014. Telaah Bisnis, 17(2), 145–168. https://doi.org/10.35917/tb.v17i2.53

Ratnasari, D., Chomsatu Samrotun, Y., & Wijayanti, A. (2018). Effect of Financial Performance and Good Corporate Governance on Value of Company. EBA Journal: Journal Economics, Bussines and Accounting, 4(2), 10–21. https://doi.org/10.32492/eba.v4i2.610

Sarafina, S., & Saifi, M. (2017). PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN DAN NILAI PERUSAHAAN (Studi Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2015). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Universitas Brawijaya, 50(3), 108–117.

Sari, D. P. K., & Sanjaya, R. (2019). Pengaruh Good Corporate Governance, Dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, 20(1), 21–32. https://doi.org/10.34208/jba.v20i1.404

Sugiyono, P. D. (2017). Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sulastri, E. M., & Nurdiansyah, D. H. (2017). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap

Kinerja Dan Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Yang Terindeks Oleh Cgpi. Manajerial:

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Taufik Hidayat; Novel Vebrina Marpaung 18

Jurnal Manajemen Dan Sitem Informasi, 2(2), 35–45. https://doi.org/10.34308/eqien.v3i1.35 Wardoyo, & Veronica, T. M. (2013). pengaruh good corporate governance, CSR dan Kinerja

keuangan terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Dinamika Manajemen, 4(2), 132–149. Retrieved from http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jdm

Widianingsih, D. (2018). Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Komisaris Independen, serta Komite Audit pada Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan CSR sebagai Variabel Moderating dan Firm Size sebagai Variabel Kontrol. Jurnal Akuntansi Dan Pajak, 19(1), 38. https://doi.org/10.29040/jap.v19i1.196

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Maulina Dyah Permatasari; Muhammad Mahessa Saputra 19

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY

Maulina Dyah Permatasari1, Muhammad Mahessa Saputra2

1,2 Universitas Pelita Bangsa

[email protected]

ABSTRAK Setiap perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia harus melaporkan laporan keuangannya kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) setelah diaudit oleh auditor eksternal. Jika terlambat, maka akan dikenakan sanksi. Audit delay adalah lamanya waktu untuk menyelesaikan proses audit dari akhir tahun fiskal hingga tanggal diterbitkannya laporan audit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pergantian auditor, reputasi KAP, opini audit dan komite audit terhadap audit delay pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2019. Populasi penelitian ini adalah perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di BEI tahun 2016–2019 sebanyak 45 perusahaan dengan teknik pengambilan sampel yaitu puposive sampling dan menghasilkan 27 perusahaan untuk diuji. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pergantian auditor tidak berpengaruh terhadap audit delay dengan nilai β 0,089 dan nilai signifikansinya 0,875, (2) reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap audit delay dengan nilai β -0,512 dan nilai signifikansinya 0,420, (3) opini audit berpengaruh negatif signifikan terhadap audit delay dengan nilai β -1.992 dan nilai signifikansinya 0,004, (4) komite audit tidak berpengaruh terhadap audit delay dengan nilai β 0,098 dan nilai signifikansinya 0,776, (5) Hasil uji simultan pada analisis ini menggunakan Omnibus Test yang menunjukkan bahwa semua variabel secara simultan berpengaruh signifikan terhadap audit delay dengan nilai signifikansinya 0,046.

Kata Kunci: Audit delay, pergantian auditor, reputasi KAP, opini audit dan komite audit.

ABSTRACT Every company listed on the Indonesia Stock Exchange must report its financial statements to the Financial Services Authority (OJK) after being audited by an external auditor. If it is late, it will be penalized. Audit delay is the length of time to complete the audit process from the end of the fiscal year until the date the audit report is issued. The purpose of this study was to determine the effect of auditor turnover, KAP reputation, audit opinion and audit committee on audit delay in transportation service companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2016-2019. The population of this research is the transportation service companies listed on the IDX in 2016–2019 as many as 45 companies with a sampling technique that is purposive sampling and produces 27 companies to be tested. The analysis technique used is logistic analysis. The results showed that (1) auditor turnover has no effect on audit delay with a value of β 0.089 and a significance value of 0.875, (2) auditor reputation has no effect on audit delay with a value of β -0.512 and a significance value of 0.420, (3) audit opinion has a significant negative effect on audit delay with a value of β -1.992 and a significance value of 0.004, (4) the audit committee has no effect on audit delay with a β value of 0.098 and a significance value of 0.776, (5) The simultaneous test results in this analysis use the Omnibus Test which shows that all variables simultaneously have a significant effect on the audit delay with a significance value of 0.046. Keywords: Audit delay, auditor change, KAP reputation, audit opinion and audit committee.

PENDAHULUAN Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja

keuangan suatu entitas. Komponen lengkapnya terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, penghasilan komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Maulina Dyah Permatasari; Muhammad Mahessa Saputra 20

laporan keuangan (IAI, 2017). Laporan keuangan disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan atas informasi atas pengukuran secara ekonomi mengenai kepemilikan sumber daya dan kinerja entitas.

Pengguna laporan keuangan seperti calon investor, calon kreditor dan pihak yang memiliki kepentingan mendapatkan informasi mengenai kinerja entitas melalui laporan keuangan yang dijadikan dasar bagi pengambilan keputusan. Bagi calon investor, laporan keuangan perusahaan yang baik akan membuat calon investor merasa yakin untuk menginvestasikan modal atau sahamnya kepada perusahaan tersebut. Bagi calon kreditor, laporan keuangan memberikan informasi tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang akan dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan untuk menolak ataupun menyetujui pinjaman yang duajukan. Bagi pihak manajemen, laporan keuangan digunakan sebagai bahan pertimbangan manajemen perusahaan untuk periode di masa yang akan datang (Ulfah & Widyartati, 2020).

Pengguna laporan keuangan membutuhkan laporan keuangan yang memiliki kualitas yang baik, lengkap, transparan dan tepat waktu (Verawati & Wirakusuma, 2016). Salah satu kewajiban bagi perusahaan yang telah go public yaitu menyampaikan laporan keuangan secara berkala dan tepat waktu (timeliness). Mengenai kewajiban menyampaikan laporan keuangan dengan tepat waktu, hal ini telah diatur dalam UU No.8 Tahun 1995 tentang peraturan pasar modal bahwa emiten yang terdaftar di pasar modal wajib menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada publik tentang peristiwa material. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 29/POJK.04/2016 tentang laporan tahunan emiten atau perusahaan publik, mengatakan bahwa penyampaian laporan tahunan wajib disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat pada akhir bulan keempat setelah tahun buku berakhir. Selain itu, jika perusahaan tidak mematuhi peraturan tersebut, maka akan dikenakan sanksi (ojk.go.id, 2016).

Sanksi tersebut diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 9/POJK.04/2016, yaitu berupa peringatan tertulis, denda, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha, pencabutan izin usaha, pembatalan persetujuan atau pembatalan pendaftaran (POJK Bab IV pasal 19). Selain itu, dalam Peraturan Pemerintah No 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal Bab XII pasal 63 huruf e menyatakan bahwa bagi setiap perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan dikenakan sanksi denda Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) setiap hari keterlambatan penyampaian laporan keuangan dengan total keseluruhan denda paling banyak sebesar Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Berdasarkan sanksi yang telah ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan dan pemerintah, maka setiap perusahaan berupaya untuk menyampaikan laporan tahunan kurang dari batas waktu yang telah diberikan oleh Otoritas Jasa Keuangan. Namun, pada kenyataannya masih terdapat beberapa perusahaan yang terlambat dalam menyampaikan laporan tahunannya. Berikut ini data perusahaan yang terlambat menyampaikan laporan keuangan tahun 2016-2019.

Tabel 1. Data non-timelines perusahaan tahun 2016-2019

Tahun Listing Company Delay Reporting Persentase

2016 539 17 3,15% 2017 566 10 1,76% 2018 617 10 1,62% 2019 751 42 5,59%

Sumber: (idx.co.id, 2020) data diolah, 2020 Berdasarkan tabel di atas, persentase tertinggi perusahaan yang terlambat menyampaikan

laporan keuangan tahun 2016-2019 terjadi pada tahun 2019 dengan persentase 5,59%. Persentase tersebut tidak terlalu tinggi, namun tidak dapat dipungkiri bahwa setiap tahunnya ada saja perusahaan yang terlambat dalam menyampaikan laporan keuangan. Salah satu perusahaan yang terlambat, yaitu perusahaan sektor jasa transportasi. PT Steady Safe Tbk, PT Zebra Nusantara Tbk dan PT Air Asia Indonesia Tbk adalah perusahaan jasa transportasi yang terlambat menyampaikan laporan keuangan di tahun 2016-2019. Bahkan, PT Zebra Nusantara Tbk mengalami keterlambatan penyampaian laporan keuangan dua tahun berturut-turut di tahun 2016 dan 2017.

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Maulina Dyah Permatasari; Muhammad Mahessa Saputra 21

Perusahaan yang belum menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu setiap periodenya mengalami peningkatan (Yahya & Cahyana, 2020). Ketidaktepatan dalam penyampaian laporan keuangan dapat mempengaruhi nilai laporan keuangan, karena di dalam laporan keuangan auditan terdapat informasi laba yang dijasikan dasar dalam pengambilan keputusan oleh investor. Artinya informasi laba yang dipublikasikan akan menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham. Maka dari itu, laporan keuangan perusahaan harus disajikan secara akurat dan tepat waktu (Sari & Priyadi, 2016).

Ketepatan waktu dalam menyampaikan laporan keuangan bergantung pada ketepatan waktu auditor dalam mengaudit. Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal dikeluarkannya opini audit dalam laporan keuangan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit. Perbedaan waktu ini dalam audit sering disebut dengan keterlambatan audit atau audit delay (Praptika & Rasmini, 2016). Investor menerima dampak baik secara langsiung maupun tidak langsung atas keterlambatan penyampaian laporan (Yulianti, 2020). Berdasarkan hal tersebut perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay (Halim, 2018), (Yulianti, 2020), (Yahya & Cahyana, 2020), (Ulfah & Widyartati, 2020).

Faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay diantaranya adalah pergantian auditor, reputasi KAP, opini audit dan komite audit. Faktor pertama yaitu pergantian auditor, tujuan perusahaan melakukan pergantian auditor sebagai dasar sikap objektif auditor dan menjaga independensi dalam melakukan tugasnya sebagai auditor. Selain itu, bisa karena berakhirnya kontrak kerja yang disepakati antara Kantor Akuntan Publik dengan pemberi tugas dan telah memutuskan untuk tidak memperpanjang dengan penugasan baru. Dalam proses audit, jika perusahaan mengganti auditornya maka memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan jika auditor tersebut melanjutkan penerimaan penugasan. Hal ini bisa mengakibatkan lamanya pengauditan yang berakibat pada penundaan penyampaian laporan keuangan auditan.

Pergantian auditor mempengaruhi audit delay yang berarti bahwa ketika terjadi pergantian auditor perusahaan cenderung menunjukkan keterlambatan penyampaian laporan keuangan (Praptika & Rasmini, 2016; Verawati & Wirakusuma, 2016), namun hal yang berbeda disampaikan oleh (Sylviana, 2019; Syofiana, Suwarno, & Haryono, 2018; Widhiasari & Budiartha, 2016; Yanthi, Merawati, & Munidewi, 2020) yang berpendapat bahwa pergantian auditor tidak mempengaruhi audit delay. Hal ini berarti bahwa audit delay tidak terjadi walaupun perusahaan mengalami pergantian auditor.

Kinerja auditor dapat digambarkan melalui reputasi KAP yang menunjukkan prestasi dan kepercayaan publik terhadap KAP. KAP yang memiliki reputasi baik biasanya berafiliasi dengan KAP kategori “Big Four” (Hanasari, 2018). Hal ini menunjukkan bahwa KAP Big Four dapat membantu menyelesaikan laporan keuangan secara teppat waktu karena memiliki reputasi yang baik (Widhiasari & Budiartha, 2016; Yahya & Cahyana, 2020). Jika perusahaan menggunakan KAP bereputasi baik maka dapat mempersingkat audit delay (Natonis & Tjahjadi, 2019; Verawati & Wirakusuma, 2016; Yahya & Cahyana, 2020; Yanthi et al., 2020). Sedangkan (Mawardi, 2017; Shofiyah & Wilujeng Suryani, 2020; Syachrudin & Nurlis, 2018; Yulianti, 2020) reputasi KAP tidak berpengaruh terhadap audit delay, hal ini menjelaskan bahwa di Indonesia belum memiliki lembaga penilai atas kinerja kantor akuntan publik, sehingga belum dapat menjelaskan baik tidaknya kinerja KAP yang masuk The Big Four serta dapat disimpulkan bahwa KAP yang berafiliasi dengan Big Four tidak selalu dapat mempersingkat audit delay.

Opini audit merupakan pernyataan yang dikeluarkan oleh auditor untuk memberikan keyakinan bagi pemangku kepentingan mengenai keandalan laporan keuangan (Ardianingsih, 2018). Opini audit sangat bergantung pada temuan auditnya. Auditor harus memastikan laporan (Theodorus, 2015). Opini audit merujuk pada Standar Audit yaitu, opini tanpa modifikasian dan opini modifikasian.

Perusahaan yang laporan keuangannya memperoleh opini tanpa modifikasian akan mengalami audit delay yang relatif lebih pendek dibandingkan perusahaan yang laporan keuangannya memperoleh opini modifikasian. Menunjukkan bahwa opini audit berpengaruh negatif signifikan terhadap audit delay (Lestari, Rasyidi, & Susanti, 2017; Sari & Priyadi, 2016; Sylviana, 2019). Berbeda dengan penelitian yang dilakukan (Natonis & Tjahjadi, 2019; Syachrudin & Nurlis, 2018) yang

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Maulina Dyah Permatasari; Muhammad Mahessa Saputra 22

menunjukkan bahwa opini auditor tidak berpengaruh terhadap audit delay. Hal ini menunjukkan bahwa opini apa saja yang diberikan oleh auditor, tidak berpengaruh terhadap panjang pendeknya proses penyelesaian audit (audit delay).

Komite audit merupakan komite yang dibentuk dan bertanggung jawab kepada dewan komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi dewan komisaris. Sesuai dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.04/2015, komite audit diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris, yang beranggotakan minimal 3 (tiga) orang yang diketuai oleh komisaris independen dan pihak dari luar perusahaan. Komite audit berpengaruh negatif signifikan terhadap audit delay (Fakri & Taqwa, 2019; Lestari et al., 2017; Munthe, Husna, & Sepliyani, 2017) Hal ini menunjukkan bahwa semakin sedikit anggota komite audit, maka akan memperpanjang audit delay. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Fakri & Taqwa, 2019; Mazkiyani & Handoyo, 2017; Verawati & Wirakusuma, 2016). KAJIAN PUSTAKA Audit Delay Peraturan Pasar Modal dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 menyatakan bahwa semua perusahaan yang terdaftar dalam pasar modal wajib menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada Bapepam (sekarang OJK) dan mengumumkan kepada masyarakat. Salah satu kewajiban perusahaan yang sudah go public adalah mempublikasikan laporan keuangan yang telah disusun dengan standar akuntansi keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar dalam Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dalam Undang-Undang ini dinyatakan bahwa dalam hal penyampaian laporan keuangan telah diaudit dan disusun dengan standar akuntansi keuangan apabila melewati batas waktu penyampaian laporan keuangan tahunan, maka hal tersebut diperhitungkan sebagai keterlambatan penyampaian laporan keuangan tahunan (audit delay).

Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik, menjelaskan penyampaian laporan tahunan wajib disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) paling lambat pada akhir bulan keempat setelah tahun buku berakhir (ojk.go.id, 2016). Jadi, dalam peraturan ini dinyatakan bahwa batas waktu penyampaian laporan keuangan tahunan selambat-lambatnya pada akhir bulan keempat (30 April) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Jika penyampaian laporan keuangan tahunan lebih dari tanggal tersebut, maka hal tersebut diperhitungkan sebagai keterlambatan penyampaian laporan keuangan tahunan (audit delay). Selain itu, jika perusahaan tidak mematuhi peraturan tersebut, maka akan dikenakan sanksi. Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 9/POJK.04/2016 (ojk.go.id, 2016), sanksi tersebut bisa saja berupa peringatan tertulis, denda, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha, pencabutan izin usaha, pembatalan persetujuan atau pembatalan pendaftaran (POJK Bab IV pasal 19).

Menurut PSAK No.1 (Revisi 2017), bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Informasi yang relevan akan bermanfaat bagi para pemakai apabila tersedia tepat waktu sebelum pemakai kehilangan kesempatan atau kemampuan untuk mempengaruhi keputusan yang akan diambil (IAI, 2017).

Menurut Dyer dan Mc Hugh (1975) dalam (Mawardi, 2017), membagi keterlambatan atau lag menjadi: a. Preliminary lag, adalah interval antara berakhirnya tahun fiskal sampai dengan tanggal diterimanya

laporan keuangan pendahulu oleh pasar modal. b. Auditor’s signature lag, adalah interval antara berakhirnya tahun fiskal sampai tanggal yang

tercantum di dalam laporan auditor. Dari definisi tersebut Auditor’s signature lag merupakan salah satu nama lain dari audit delay.

c. Total lag, adalah interval antara berakhirnya tahun fiskal sampai dengan tanggal diterimanya laporan keuangan tahunan publikasi oleh pasar modal.

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Maulina Dyah Permatasari; Muhammad Mahessa Saputra 23

Audit delay atau audit report lag menurut Knechel dan Payne (2001) dalam (Sari & Priyadi, 2016) dibagi menjadi 3 komponen, yaitu: a. Sceduling Lag, yaitu selisih waktu antara akhir tahun fiskal perusahaan dengan dimulainya

pekerjaan lapangan auditor. b. Fieldwork Lag, yaitu selisih waktu antara dimulainya pekerjaan lapangan dan saat penyelesaiannya. c. Reporting Lag, yaitu selisih waktu antara saat penyelesaian pekerjaan lapangan dengan tanggal

laporan auditor. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa audit delay adalah lamanya waktu untuk menyelesaikan proses audit dari akhir tahun fiskal hingga tanggal diterbitkannya laporan audit. Pergantian Auditor

Sikap objektif auditor dalam menjaga tugasnya sebagai auditor dalam perusahaan dapat dilakukan melalui pergantian auditor. Beberapa perusahaan melakukan pemutusan kontrak kerja dengan auditor sebelumnya sesuai dengan kesepakatan untuk tidak memperpanjang kontrak kerja (Verawati & Wirakusuma, 2016). Pergantian auditor adalah pengangkatan auditor baru yang berbeda dari auditor tahun sebelumnya Primsa, dkk (20120 dalam (Siahaan, Surya, & Zarefar, 2019). Pergantian auditor merupakan perilaku yang dilakukan oleh perusahaan untuk berpindah auditor baik disebabkan oleh aturan yang ada maupun secara sukarela (Praptika & Rasmini, 2016).

Untuk memperketat pengawasan terhadap Akuntan Publik yang melakukan audit terhadap perusahaan penyelenggara jasa keuangan, OJK mengeluarkan POJK Nomor 13 Tahun 2017 tentang Penggunaan Jasa Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik dalam Kegiatan Jasa Keuangan. Dalam peraturan tersebut, diatur bahwa institusi jasa keuangan wajib membatasi penggunaan audit dari Akuntan Publik paling lama 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Sedangkan pembatasan penggunaan jasa dari KAP tergantung pada hasil evaluasi Komite Audit. Selain itu, institusi jasa keuangan harus menggunakan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdaftar di OJK.

Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP)

Kantor Akuntan Publik adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan mendapatkan izin usaha berdasarkan undang-undang. Sedangkan Akuntan Publik adalah seseorang yang telah memperoleh izin untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam undang-undang (Theodorus, 2015). Undang-undang yang mengatur tentang Akuntan Publik (AP) dan Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah UU No. 5 Tahun 2011.

Menurut (Widhiasari & Budiartha, 2016), KAP Big Four adalah kelompok empat firma jasa profesional dan akuntansi internasional terbesar, yang menangani mayoritas pekerjaan audit untuk perusahaan publik maupun perusahaan swasta. Berikut ini Kantor Akuntan Publik yang bekerjasama dengan KAP Big Four di Indonesia yaitu: 1. KAP Deloitte Touche Thomatsu (Deloitte), bekerjasama dengan KAP Satrio Bing Eny, Imelda &

Rekan. 2. KAP Price Waterhouse Coopers (PWC), bekerjasama dengan KAP Tanudiredja, Wibisana, Rintis &

Rekan / PT Prima Wahana Caraka. 3. KAP Ernst & Young (EY), bekerjasama dengan KAP Purwantono, Suherman, dan Surja (PSS). 4. KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), bekerjasama dengan KAP Siddharta Widjaja &

Rekan. Opini Audit

Opini audit adalah pendapat yang dikeluarkan oleh auditor mengenai kewajaran penyusunan laporan keuangan sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (Ardianingsih, 2018). Opini audit sangat bergantung pada temuan auditnya. Ketika merumuskan opini, auditor perlu memastikan apakah laporan keuangan dibuat sesuai dengan kerangka pelaporan yang berlaku (Theodorus, 2015).

Dalam merumuskan pendapat atas laporan keuangan, sesuai Standar Akuntansi auditor harus mengevaluasi apakah laporan keuangan disusun dalam semua hal yang material sesuai dengan ketentuan dalam kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Pengevaluasian tersebut harus

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Maulina Dyah Permatasari; Muhammad Mahessa Saputra 24

mencakup pertimbangan atas aspek kualitatif praktik akuntansi entitas, termasuk indikator kemungkinan penyimpangan dalam pertimbangan manjemen.

Opini audit merujuk pada Standar Audit (SA) terbagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut: 1. Opini Tanpa Modifikasian

Opini ini mencakup opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion). Mencakup juga paragraf penekanan suatu hal dan paragraf hal lain. Opini ini merujuk pada SA 700 yang mengatakan auditor harus menyatakan opini tanpa modifikasian bila auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan disusun dalam semua hal yang material sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

2. Opini Modifikasian Berdasarkan SA 705, auditor harus memodifikasi opini dalam laporan keuangan ketika auditor menyimpulkan bahwa berdasrkan bukti audit yang diperoleh, laporan keuangan secara keseluruhan tidak bebas dari kesalahan penyajian material atau auditor tidak memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material. Dapat juga dikatakan apabila laporan keuangan yang disusun sesuai dengan ketentuan suatu kerangka yang wajar, tetapi tidak mencapai penyajian wajar, maka auditor harus mendiskusikan hal tersebut dengan manajemen bagaimana hal tersebut diselesaikan serta harus menentukan apakah perlu untuk memodifikasi opininya dalam laporan auditor independen. Berdasarkan SA 705, tipe opini modifikasian adalah sebagai berikut: a. Opini Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion) b. Opini Tidak Menyatakan Pendapat (Disclaimer Opinion)

Komite Audit Komite audit adalah komite yang dibentuk dan bertanggung jawab kepada dewan komisaris

dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi dewan komisaris (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.04/2015). Dalam melakukan perannya, komite audit memiliki tugas dan tanggung jawab meliputi: 1. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan Emiten atau Perusahaan

Publik kepada publik dan atau pihak otoritras lain laporan keuangan, proyeksi, dan laporan lainnya terkait dengan informasi keuangan Emiten atau Perusahaan Publik;

2. Melakukan penelaahan atas ketaatan atas ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan kegiatan Emiten atau Perusahaan Publik;

3. Memberikan pendapat independen dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara manajemen dan Akuntan atas jasa yang diberikannya:

4. Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai penunjukkan Akuntan yang didasarkan pada independensi, ruang lingkup penugasan dan imbalan jasa;

5. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal dan mengawasi pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas temuan auditor internal;

6. Melakukan penelaahan terhadap aktivitas pelaksanaan manajemen resiko yang dilakukan oleh Direksi, jika Emiten atau Perusahaan Publik tidak memiliki fungsi pemantau risiko di bawah Dewan Komisaris;

7. Menelaah pengaduan yang berkaitan dengan proses akuntansi dan pelaporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik;

8. Menelaah dan membiarkan saran kepada Dewan Komisaris terkait dengan adanya potensi benturan kepentingan Emiten atau Perusahaan Publik; dan

9. Menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi Emiten atau Perusahaan Publik.

HIPOTESIS Hipotesis dalam penelitian Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay (Studi

Empiris pada Perusahaan Jasa Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-2019), ditetapkan sebagai berikut: 1. Pengaruh pergantian auditor terhadap audit delay

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Maulina Dyah Permatasari; Muhammad Mahessa Saputra 25

Tujuan perusahaan melakukan pergantian auditor dalam rangka menjaga independensi auditor agar tetap bersikap objektif dalam melakukan tugasnya sebagai auditor. Pergantian auditor juga merupakan salah satu peraturan yang dikeluarkna oleh OJK, dengan masa penugasan maksimal 3 tahun berturut-turut. Ketika terjadi pergantian auditor cenderung terjadi audit delay (Praptika & Rasmini, 2016; Saad & Anjani, 2016; Verawati & Wirakusuma, 2016). Hal ini menunjukkan pergantian auditor berpengaruh positif signifikan terhadap audit delay. Hal ini dapat diartikan bahwa pergantian auditor dapat menyebabkan audit delay.

H₁: Pergantian auditor berpengaruh positif signifikan terhadap audit delay 2. Pengaruh reputasi KAP terhadap audit delay

Reputasi KAP yang baik menunjukkan kredibilitas dari laporan keuangan. KAP yang memiliki reputasi atau nama yang baik, biasanya berafiliasi dengan KAP universal seperti Big Four Worldwide Accounting Firm (Big Four). Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Munthe et al., 2017; Verawati & Wirakusuma, 2016; Yanthi et al., 2020) reputasi KAP berpengaruh negatif signifikan terhadap audit delay. Hal ini menunjukkan bahwa jika emiten atau perusahaan diaudit oleh KAP yang berafiliasi dengan Big four, maka akan mempersingkat audit delay.

H₂: Reputasi KAP berpengaruh negatif signifikan terhadap audit delay 3. Pengaruh opini audit terhadap audit delay

Opini audit adalah pendapat yang dikeluarkan oleh auditor mengenai kewajaran penyusunan laporan keuangan sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (Ardianingsih, 2018). Opini yang dikeluarkan oleh auditor memberikan keyakinan bagi pemangku kepentingan mengenai keandalan laporan keuangan. Opini audit merujuk pada Standar Audit yaitu, opini tanpa modifikasian dan opini modifikasian. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan (Sari & Priyadi, 2016; Siahaan et al., 2019; Sylviana, 2019), opini audit berpengaruh negatif signifikan terhadap audit delay. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa perusahaan yang laporan keuangannya memperoleh opini tanpa modifikasian akan mengalami audit delay yang relatif lebih pendek dari pada perusahaan yang laporan keuangannya memperoleh opini modifikasian. Hal tersebut dapat dikarenakan perusahaan yang mendapatkan opini modifikasian, auditor harus mencari bukti penyebab dikeluarkannya opini tersebut, sehingga akan memakan banyak waktu dalam proses audit.

H₃: Opini audit berpengaruh negatif signifikan terhadap audit delay 4. Pengaruh komite audit terhadap audit delay

Komite audit adalah komite yang dibentuk dan bertanggung jawab kepada dewan komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi dewan. Komite audit diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris, yang beranggotakan minimal 3 (tiga) orang yang diketuai oleh komisaris independen dan pihak dari luar perusahaan. Menurut penelitian (Fakri & Taqwa, 2019; Lestari et al., 2017; Munthe et al., 2017) komite audit dikatakan berpengaruh negatif signifikan terhadap audit delay. Hal ini menunjukkan bahwa semakin sedikit anggota komite audit, maka akan memperpanjang audit delay.

H₄: Komite audit berpengaruh negatif signifikan terhadap audit delay 5. Pengaruh pergantian auditor, reputasi KAP, opini audit dan komite audit terhadap audit delay

Ketika terjadi pergantian auditor cenderung terjadi audit delay, jika audit dilakukan oleh KAP yang memiliki reputasi Big-Four maka audit delay dapat diperpendek. Hasil laporan audit berupa opini audit modifikasian dapat mempengaruhi ketepatan laporan keuangan, begitupula halnya dnegan banyaknya komite audit yang terdapat di suatu perusahaan. Secara simultan variabel-variabel tersebut dapat menajdi faktor penyebab audit delay.

H₅: Pergantian auditor, reputasi KAP, opini audit dan komite audit berpengaruh secara simultan terhadap audit delay

Model Penelitian

Berdasarkan hipotesis di atas, bahwa Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan Jasa Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-2019), dapat dilihat dari gambar berikut:

Gambar 1

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Maulina Dyah Permatasari; Muhammad Mahessa Saputra 26

H1

H2

H3

H4

H5

Model Penelitian

Sumber: Data diolah, 2020 METODE PENELITIAN

Penelitian ini diklasifikasikan sebagai jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif atau disebut juga dengan paradigma kuantitatif menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variable-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik (Indriantoro & Supomo, 2018). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil data sekunder berupa buku-buku, jurnal penelitian terdahulu dan juga mengakses website. Penelitian ini membahas tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2019.

Tabel 2.

Definisi Operasional Variabel Variabel Dimensi / Konsep Variabel Indikator Skala

Audit Delay (Y)

Audit delay adalah rentang waktu lamanya hari dalam menyelesaikan proses audit oleh auditor independen dari tanggal tutup buku pada tanggal 31 Desember sampai dengan tanggal yang tercantum dalam laporan auditor independen (Apriliane, 2015).

Dummy: 1 = Mengalami audit delay 0 = Tidak mengalami audit delay

Nominal

Pergantian auditor (X1)

Pergantian auditor adalah cara perusahaan untuk menjaga independensi dari auditor agar tetap bersikap objektif dalam melakukan tugasnya sebagai auditor. Selain itu, bisa karena berakhirnya kontrak kerja yang disepakati antara Kantor Akuntan Publik dengan pemberi tugas dan telah memutuskan untuk tidak memperpanjang dengan penugasan baru (Verawati, 2016)

Dummy: 1 = Melakukan pergantian

auditor 0 = Tidak melakukan

pergantian auditor

Nominal

Reputasi KAP (X2)

Reputasi KAP merupakan prestasi dan kepercayaan publik yang disandang atas kinerjanya. KAP yang memiliki reputasi baik biasanya berafiliasi dengan KAP kategori “Big Four” (Hanasari, 2018).

Dummy: 1 = KAP Big Four 0 = KAP Non Big Four

Nominal

Opini audit (X3)

Opini audit adalah pendapat yang dikeluarkan oleh auditor mengenai kewajaran penyusunan laporan keuangan sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (Ardianingsih, 2018:176).

Dummy: 1 = Opini tanpa

modifikasian 0 = Opini modifikasian

Nominal

Pergantian

Auditor (X1)

Reputasi KAP

(X2)

Opini Audit (X3)

Komite Audit

(X4)

Audit Delay (Y)

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Maulina Dyah Permatasari; Muhammad Mahessa Saputra 27

Komite audit (X4)

Komite audit adalah komite yang dibentuk dan bertanggung jawab kepada dewan komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi dewan komisaris (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.04/2015).

KA = ⅀ komite audit

Nominal

(Sumber: Data diolah, 2020)

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Variabel bebas dikatakan mengalami multokolinearitas jika nilai tolerance < 0,10 dan VIF > 10 atau variabel bebas tidak mengalami multikolinearitas jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10. Berikut hasil uji mutikolinearitas yang diolah dengan SPSS versi 26:

Tabel 3.

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 Pergantian auditor .889 1.125 Reputasi KAP .970 1.031 Opini audit .968 1.033 Komite audit .913 1.095

Sumber: Output SPSS, data diolah 2020

Berdasarkan tabel diatas, nilai tolerance dari pergantian auditor sebesar 0,889, reputasi KAP sebesar 0,970, opini audit sebesar 0,968 dan komite audit sebesar 0,913. Nilai tersebut menunjukkan bahwa nilai tolerance dari masing-masing variabel lebih besar dari 0,10. Sedangkan nilai VIF dari masing-masing variabel secara berturut-turut sebesar 1,125, 1,031, 1,033 dan 1,095, dimana masing-masing variabel nilainya lebih kecil dari 10 yang berarti bahwa model regresi tersebut bebas dari multikolinearitas.

b. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi adalah menguji tentang ada tidaknya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan periode t-1 pada persamaan regresi linear. Apabila terjadi korelasi, maka menunjukkan adanya autokorelasi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi autokorelasi. Metode pengujian menggunakan uji Durbin-Watson (DW test). Model regresi dikatakan tidak terdapat autokorelasi apabila nilai Durbin Watson berada diantara DU dan 4-DU atau berkisar 1,55 sampai 2,46 (untuk n > 15), artinya tidak terdapat autokorelasi pada penelitian tersebut (Ana Ramadhayanti, 2019:140). Berikut ini hasil uji autokorelasi:

Tabel 4.

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 .337a .113 .079 .367 1.774

a. Predictor: (Constant), Komite audit, Reputasi KAP, Opini audit, Pergantian KAP b. Dependent Variable: Audit delay

Sumber: Output SPSS, data diolah 2020 Berdasarkan hasil tabel diatas, diperoleh nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 1,774, nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel signifikasi 5% atau 0,05 dengan jumlah sampel N = 108 dan jumlah variabel independen 4 (K = 4). Dari tabel DW diperoleh nilai dU sebesar 1,764, nilai 4-dU (4 - 1,764) sebesar 2,236. Nilai DW 1,774 lebih besar dari nilai dU yaitu 1,764 dan kurang

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Maulina Dyah Permatasari; Muhammad Mahessa Saputra 28

dari 4-dU yaitu 2,236 (dU < DW < 4-dU) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi dalam penelitian tersebut.

Analisis Regresi Logistik Analisis regresi logistik (logistic regression) digunakan untuk penelitian yang variabel

dependennya bersifat kategorikal (nominal atau non metrik) dan variabel independennya kombinasi antara metrik dan non metrik (Ghozali, 2018:325). Dalam penelitian ini analisis regresi logistik

digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh pergantian auditor (X₁), reputasi KAP (X₂), opini

audit (X₃) dan komite audit (X₄) terhadap audit delay. 1. Uji Overall Fit Model

Untuk menguji overall fit model, nilai -2LogL pada block number = 1 harus turun dari -2LogL block number = 0. Berikut ini tabel hasil uji overall fit model:

Tabel 5.

Hasil Uji Overall Fit Model Iteration History

Iteration -2 Log likelihood Step 0 100.474 Step 1 90.766

Sumber: Output SPSS, data diolah 2020

Dari hasil pengujian overall fit model, nilai -2 Log Likelihood pada block number 0 adalah sebesar 100,474, sedangkan nilai -2 Log Likelihood pada block number 1 sebesar 90,766. Hal ini menunjukkan terjadinya penurunan nilai -2 Log Likelihood sebesar 100,474 – 90,273 = 9,708. Artinya bahwa secara keseluruhan model regresi logistik yang digunakan merupakan model yang baik.

2. Uji Goodness of Fit Test Nilai Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Pengujian dilakukan dengan mengukur nilai Chi-square pada bagian bawah uji Hosmer and Lemeshow harus menunjukkan angka probabilitas > 0,05, artinya tidak ada perbedaan yang nyata antara model dengan data. Berikut ini tabel hasil uji Goodness of Fit Test:

Tabel 6.

Hasil Uji Goodness of Fit Test

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 4.800 5 .441 Sumber: Output SPSS, data diolah 2020

Dilihat dari tabel Hosmer and Lemeshow Test, menunjukkan nilai Chi-square sebesar 4,800 dengan probabilitas signifikansi 0,441 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05 maka H0 tidak dapat ditolak (H0 diterima). Hal ini berarti model regresi yang dipergunakan dalam penelitian ini layak dipakai untuk analisis selanjutnya, karena tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati.

Analisis Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui besarnya variabilitas variabel independen dalam menjelaskanvariabel dependen dilakukan pengujian koefisien determinasi. Pada regresi logistik, koefisien determinasi dapat dilihat pada nilai Nagelkarke R Square yang merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell’s. Nagelkarke R Square digunakan untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari nol sampai satu. Cox dan Snell’s Square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R2 pada Multiple Regression. Sehingga, nilai Nagelkarke’s R Square dapat diinterpretasikan sama seperti nilai R2 pada Multiple Regression. Berikut ini tabel uji koefisien determinasi:

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Maulina Dyah Permatasari; Muhammad Mahessa Saputra 29

Tabel 7. Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square

1 90.766a .086 .142

Sumber: Output SPSS, data diolah 2020 Dari tabel diatas, diketahui nilai koefisien determinasi Negelkerke R Square adalah 0,142. Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel audit delay dapat dijelaskan oleh variabel pergantian auditor, reputasi KAP, opini auditor, dan komite audit sebesar 14,2%, sedangkan sisanya sebesar 85,8% dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model penelitian ini. Uji Regresi Logistik

Pada penelitian ini uji regresi logistik (logistic regression) digunakan untuk mengetahui apakah

ada pengaruh pergantian auditor (X₁), reputasi KAP (X₂), opini audit (X₃) dan komite audit (X₄) terhadap audit delay. Berikut ini tabel hasil uji regresi logistik:

Tabel 8.

Hasil Uji Regresi Logistik Variables in the Equation

B S.E Wald df Sig.

Step 1a

Pergantian Auditor .089 .567 .025 1 .875 Reputasi KAP -.512 .635 .650 1 .420 Opini Audit -1.992 .693 8.265 1 .004 Komite Audit .098 .346 .081 1 .776 Constant -.093 1.230 .006 1 .940

a.Variable(s) entered on step 1: Pergantian Auditor, Reputasi KAP, Opini Audit, Komite Audit.

Sumber: Output SPSS, data diolah 2020

Berdasarkan tabel 8, maka diperoleh persamaan regresi logistik sebagai berikut:

Ln 𝑝

1−𝑝= -0,093 + 0,089PA - 0,512RKAP - 1,992OA + 0,098KA + e

1. Nilai konstanta sebesar -0,093. Hasil ini dapat diartikan bahwa apabila besarnya nilai seluruh variabel independen adalah 0, maka besarnya nilai audit delay akan menurun sebesar 0,093.

2. Nilai koefisien regresi variabel pergantian auditor adalah sebesar -0,089. Hasil ini dapat diartikan bahwa apabila variabel pergantian auditor meningkat sebesar satu satuan, maka audit delay akan meningkat sebesar 0,089 dengan asumsi semua variabel lain tetap.

3. Nilai koefisien regresi variabel reputasi KAP adalah sebesar -0,512. Hasil ini dapat diartikan bahwa apabila variabel reputasi KAP meningkat sebesar satu satuan, maka audit delay akan menurun sebesar 0,512 dengan asumsi semua variabel lain tetap.

4. Nilai koefisien regresi variabel opini audit adalah sebesar -1,992. Hasil ini dapat diartikan bahwa apabila variabel opini audit meningkat sebesar satu satuan, maka audit delay akan menurun sebesar 1,992 dengan asumsi semua variabel lain tetap.

5. Nilai koefisien regresi variabel komite audit adalah sebesar 0,098. Hasil ini dapat diartikan bahwa apabila variabel komite audit meningkat sebesar satu satuan, maka audit delay akan meningkat sebesar 0,098 dengan asumsi semua variabel lain tetap.

Uji hipotesis Uji secara parsial Pembahasan uji hipotesis secara parsial dapat dilihat dari tabel 8 dengan melihat nilai signifikansi, adapun pembahasan sebagai berikut:

a. Pergantian auditor berpengaruh positif signifikan terhadap audit delay (H₁) Variabel pergantian auditor menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0,089 dengan probabilitas

variabel sebesar 0,875 di atas signifikansi 0,05 (5 persen). Hal ini mengandung arti bahwa H₁

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Maulina Dyah Permatasari; Muhammad Mahessa Saputra 30

ditolak, dengan demikian tidak terbukti bahwa pergantian auditor berpengaruh positif signifikan terhadap audit delay.

b. Reputasi KAP berpengaruh negatif signifikan terhadap audit delay (H₂) Variabel reputasi KAP menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar -0,512 dengan probabilitas

variabel sebesar 0,420 di atas signifikansi 0,05 (5 persen). Hal ini mengandung arti bahwa H₂ ditolak, dengan demikian tidak terbukti bahwa reputasi KAP berpengaruh negatif signifikan terhadap audit delay.

c. Opini audit berpengaruh negatif signifikan terhadap audit delay (H₃) Variabel reputasi KAP menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar -1,992 dengan probabilitas

variabel sebesar 0,004 di bawah signifikansi 0,05 (5 persen). Hal ini mengandung arti bahwa H₃ diterima, dengan demikian terbukti bahwa reputasi KAP berpengaruh negatif signifikan terhadap audit delay.

d. Komite audit berpengaruh negatif signifikan terhadap audit delay (H₄) Variabel komite audit menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0,098 dengan probabilitas

variabel sebesar 0,776 di atas signifikansi 0,05 (5 persen). Hal ini mengandung arti bahwa H₄ ditolak, dengan demikian tidak terbukti bahwa komite audit berpengaruh negatif signifikan terhadap audit delay.

Uji Simultan (Omnibus Test)

Untuk mengetahui pengaruh secara simultan variabel independen terhadap variabel dependen maka dilakukan uji simultan omnibus test dalam analisis regresi logistik (Ghozali, 2011). Berikut ini tabel

hasil uji Omnibus Test:

Tabel 9 Hasil Uji Omnibus Test

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 9.708 4 .046 Block 9.708 4 .046 Model 9.708 4 .046

Sumber: Output SPSS, data diolah 2020

Berdasarkan tabel 9, maka didapat untuk nilai p-value (sig -2 tailed) sebesar 0,046 < 0,05, maka H₅ diterima. Artinya variabel pergantian auditor, reputasi KAP, opini audit dan komite audit berpengaruh secara simultan terhadap variabel audit delay. PEMBAHASAN 1. Pengaruh pergantian auditor terhadap audit delay

Hasil pengujian menggunakan regresi logistik menunjukkan bahwa pergantian auditor (X₁) tidak berpengaruh terhadap audit delay. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi variabel pergantian auditor yang sebesar 0,875 dan nilai koefisien regresi senilai 0,089 pada taraf signifikansi 5%, berarti nilai 0,975 > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan hipotesis 1 ditolak. Hasil penelitian sejalan dengan (Sylviana, 2019; Syofiana, Suwarno, & Haryono, 2018; Widhiasari & Budiartha, 2016; Yanthi, Merawati, & Munidewi, 2020).

2. Pengaruh Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) terhadap audit delay

Hasil pengujian menggunakan regresi logistik menunjukkan bahwa reputasi KAP (X₂) tidak berpengaruh terhadap audit delay. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi variabel reputasi KAP yang sebesar 0,420 dan nilai koefisien regresi senilai -0,512 pada taraf signifikansi 5%, berarti nilai 0,420 > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan hipotesis 2 ditolak. Reputasi KAP tidak berpengaruh terhadap audit delay, hasil penelitian sejalan dengan (Mawardi, 2017; Shofiyah & Wilujeng Suryani, 2020; Syachrudin & Nurlis, 2018; Yulianti, 2020) yang berarti bahwa baik KAP Big Four maupun Non Big Four dapat menjalankan ketepatan laporan keuangan.

3. Opini Audit

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Maulina Dyah Permatasari; Muhammad Mahessa Saputra 31

Hasil pengujian menggunakan regresi logistik menunjukkan bahwa opini audit (X₃) berpengaruh negatif signifikan terhadap audit delay. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi variabel opini audit yang sebesar 0,004 dan nilai koefisien regresi senilai -1,992 pada taraf signifikansi 5%, berarti nilai 0,004 < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan hipotesis 3 diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan (Natonis & Tjahjadi, 2019; Syachrudin & Nurlis, 2018) yang menunjukkan opini audit berpengaruh negatif signifikan terhadap audit delay. Hal ini membuktikan bahwa perusahaan yang laporan keuangannya memperoleh opini tanpa modifikasian akan mengalami audit delay yang relatif lebih pendek dari pada perusahaan yang laporan keuangannya memperoleh opini modifikasian. Hal tersebut dapat dikarenakan perusahaan yang mendapatkan opini modifikasian, auditor harus mencari bukti penyebab dikeluarkannya opini tersebut, sehingga akan memakan banyak waktu dalam proses audit.

4. Komite Audit

Hasil pengujian menggunakan regresi logistik menunjukkan bahwa komite audit (X₄) tidak berpengaruh terhadap audit delay. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi variabel komite audit yang sebesar 0,776 dan nilai koefisien regresi senilai 0,098 pada taraf signifikansi 5%, berarti nilai 0,776 > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan hipotesis 4 ditolak. Komite audit diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris, yang beranggotakan minimal 3 (tiga) orang yang diketuai oleh komisaris independen dan pihak dari luar perusahaan. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap audit delay. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Fakri & Taqwa, 2019; Mazkiyani & Handoyo, 2017; Verawati & Wirakusuma, 2016), komite audit tidak berpengaruh terhadap audit delay. Hal ini menunjukkan banyak atau tidaknya jumlah anggota komite audit tidak mempengaruhi panjang pendeknya audit delay.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pergantian auditor tidak berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan jasa transportasi yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2019, dengan nilai β 0,089 dan nilai signifikansinya 0,875. Yang berarti ada atau tidak adanya pergantian auditor, tidak akan mempengaruhi panjang pendeknya audit delay.

2. Reputasi KAP tidak berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2019, dengan nilai β -0,512 dan nilai signifikansinya 0,420. Artinya perusahaan yang menggunakan jasa KAP yang berafiliasi dengan KAP Big Four ataupun Non-Big Four, tidak akan mempengaruhi panjang pendeknya audit delay.

3. Opini audit berpengaruh negatif signifikan terhadap audit delay pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2019, dengan nilai β -1.992 dan nilai signifikansinya 0,004. Artinya perusahaan yang mendapatkan selain opini tanpa modifikasian, maka akan memperpanjang audit delay. Hal tersebut dapat dikarenakan perusahaan yang mendapatkan opini modifikasian, auditor harus mencari bukti penyebab dikeluarkannya opini tersebut, sehingga akan memakan banyak waktu dalam proses audit.

4. Komite audit tidak berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2019, dengan nilai β 0,098 dan nilai signifikansinya 0,940. Yang berarti berapapun jumlah anggota komite audit, tidak akan mempengaruhi panjang pendeknya audit delay.

5. Pergantian auditor, reputasi KAP, opini audit dan komite audit berpengaruh secara simultan terhadap audit delay pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2019, dengan nilai signifikansinya 0,046.

SARAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai variabel-variabel yang telah diteliti oleh peneliti, maka peneliti mengemukakan saran dengan harapan dapat bermanfaat, antara lain sebagai berikut: 1. Diharapkan agar peneliti selanjutnya dapat menggunakan variabel independen lain seperti sistem

pngendalian internal, penerapan IFRS ataupun bisa menggunakan variabel penerapan PSAK 71,

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Maulina Dyah Permatasari; Muhammad Mahessa Saputra 32

72, dan 73 yang mulai berlaku pada tahun 2020. 2. Menggunakan perusahaan lain sebagai sampel penelitian, sehingga dapat dijadikan perbandingan

penelitian. 3. Jangka waktu yang digunakan lebih diperpanjang untuk menghasilkan hasil penelitian yang lebih

baik. DAFTAR PUSTAKA Ardianingsih, A. (2018). Audit Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara. Fakri, I., & Taqwa, S. (2019). Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Audit Report Lag.

Jurnal Eksplorasi AKuntansi, 1(3), 995–1012. Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 22 (8th ed.). Semarang:

Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Halim, Y. C. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Report Lag Periode 2013-2016 Di

Bursa Efek Indonesia. Jurnal Muara Ilmu Ekonomi Dan Bisnis, 2(1), 54. https://doi.org/10.24912/jmieb.v2i1.1655

IAI. (2017). PSAK No.1. Jakarta: IAI. idx.co.id. (2020). Pengumuman Penyampaian Laporan Keuangan Auditan. Jakarta. Indriantoro, N., & Supomo, B. (2018). Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen

(Pertama). Yogyakarta: BPFE. Lestari, C. S., Rasyidi, A., & Susanti, W. (2017). Pengaruh Reputasi KAP , Opini Audit dan Komite

Audit Terhadap Audit Delay Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015. Jurnal Ekonomi Akuntansi, 3(3), 389–403.

Mawardi, R. (2017). THE EFFECT OF INTERNAL AND EXTERNAL FACTORS TO AUDIT DELAY AND TIMELINESS (Empirical Study From Real Estate, and Property Company In Indonesia). Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis Airlangga, 2(1), 165–180. https://doi.org/10.31093/jraba.v2i1.25

Mazkiyani, N., & Handoyo, S. (2017). Audit report lag of listed companies in Indonesia stock exchange. Jurnal Aplikasi Bisnis, 17(1), 77–95. https://doi.org/10.20885/jabis.vol17.iss1.art5

Munthe, I. L. S., Husna, H. A., & Sepliyani. (2017). Pengaruh Komite Audit, Karakteristik Perusahaan dan Kualitas Auditor Terhadap Audit Delay Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015. Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Natonis, S. A., & Tjahjadi, B. (2019). Determinant of Audit Report Lag Among Mining Companies in Indonesia. Jurnal Organisasi Dan Manajemen, 15(1), 68. https://doi.org/10.33830/jom.v15i1.927.2019

ojk.go.id. (2016). Peraturan OJK No.9/PJOK.04/2016 Tentang Sanksi. OJK. Praptika, P., & Rasmini, N. (2016). Pengaruh Audit Tenure, Pergantian Auditor Dan Financial

Distress Pada Audit Delay Pada Perusahaan Consumer Goods. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 15(3), 2052–2081.

Saad, B., & Anjani, M. (2016). Analisis Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Pergantian Auditor, dan Ukuran Kantor Akuntan Publik Terhadap Audit Delay Pada Sektor Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmu Akuntansi, 13(1), 23–45.

Sari, H. K., & Priyadi, M. P. (2016). Faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay pada perusahaan manufaktur tahun 2010-2014. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 5(6), 1–17.

Shofiyah, L., & Wilujeng Suryani, A. (2020). Audit Report Lag and Its Determinants. KnE Social Sciences, 2020(29), 202–221. https://doi.org/10.18502/kss.v4i7.6853

Siahaan, I., Surya, R. A. S., & Zarefar, A. (2019). Pengaruh Opini Audit, Pergantian Auditor, Kesulitan Keuangan Dan Efektivitas Komite Audit Terhadap Audit Delay. Jurnal Politeknik Caltex Riau, 12(2), 1135–1144. Retrieved from https://jurnal.pcr.ac.id/index.php/jakb/

Syachrudin, D., & Nurlis. (2018). Influence of company size, audit opinion, profitability, solvency, and size of public accountant offices to delay audit onproperty sector manufacturing companies listed in Indonesia stock exchange. International Journal of Scientific and Technology Research, 7(10), 106–111.

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Maulina Dyah Permatasari; Muhammad Mahessa Saputra 33

Sylviana, D. (2019). Pengaruh Solvabilitas , Pergantian Auditor dan Opini Auditor Terhadap Audit Delay. Seminar Nasional Teknologi Komputer & Sains (SAINTEKS), 92–95, ISBN: 978-602-52720-1–1.

Syofiana, E., Suwarno, S., & Haryono, A. (2018). Pengaruh Financial Distress, Auditor Switching dan Audit Fee terhadap Audit Delay pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia. JIATAX (Journal of Islamic Accounting and Tax), 1(1), 64. https://doi.org/10.30587/jiatax.v1i1.449

Theodorus, T. (2015). Audit Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat. Ulfah, M., & Widyartati, P. (2020). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu

Penyampaian Laporan Keuangan Pada Perusahaan Properti dan Real Estate Yang Terdaftar di BEI Periode 2016-2018. Jurnal STIE Semarang, 12(1), 96–108.

Verawati, N., & Wirakusuma, M. (2016). Pengaruh Pergantian Auditor, Reputasi KAP, Opini Audit, Dan Komite Audit Dalam Audit Delay. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 17(2), 1083–1111.

Widhiasari, N. M. ., & Budiartha, I. K. (2016). Pengaruh Umur Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Reputasi Auditor, Dan Pergantian Auditor Terhadap Audit Report Lag. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 15(1), 200–227. https://doi.org/10.33087/jiubj.v20i2.918

Yahya, A., & Cahyana, D. (2020). Determinan Audit Report Lag (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ-45 Tahun 2014-2018). Akuntansi Dewantara, 4(2). https://doi.org/10.26460/AD.v4i2.8384

Yanthi, K. D. P., Merawati, L. K., & Munidewi, I. A. B. (2020). Pengaruh Audit Tenure, Ukuran KAP, Pergantian Auditor dan Opini Audit Terhadap Audit Delay. Jurnal Kharisma, 2(1), 148–158.

Yulianti, V. (2020). Determinan Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan. Jurnal Akuntansi Bisnis Pelita Bangsa, 5(1), 13–26.

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Neng Asiah; Sabaruddinsah 34

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN MANAGEMENT

CONTROL SYSTEM SERTA BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA

APARATUR PEMERINTAH DAERAH

Neng Asiah1, Sabaruddinsah2

1Universitas Pelita Bangsa

2Universitas Sultan Ageung Tirtayasa

[email protected]

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pegaruh gaya kepemimpinan transformasional, management control system, dan budaya organisasi terhadap kinerja aparatur Organisasi Pemerintah Daerah Kota Bekasi. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Regresi Berganda. Data dalam penelitian ini diolah menggunakan software SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 23. Sampel dalam penelitian ini 10 Organisasi Pemerintah Daerah Kota Bekasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari kuesioner yang dibagikan secara langsung kepada responden, kuesioner yang disebarkan dalam penelitian ini berjumlah 60 kuesioner. Hasil penelitian ini menyimpulkan gaya kepemimpinan transformasional tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja organisasi, sedangkan MCS melalui beliefs system berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja aparatur, MCS melalaui boundary system tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja aparatur, MCS melalui diagnostik system tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja aparatur, MCS melalui interaktif system berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja aparatur, dan budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja aparatur Kata kunci: Gaya kepemimpinan transformasional, MCS, budaya organisasi, dan kinerja

ABSTRACT This study aims to examine the influence of transformational leadership style, management control system, and organizational culture on the performance of the Bekasi City Government Organization. The analytical method used in this research is multiple regression analysis. The data in this study were processed using SPSS software (Statistical Product and Service Solution) version 23. The sample in this study was 10 Bekasi City Government Organizations. The data used in this study were obtained from questionnaires that were distributed directly to respondents, the questionnaires distributed in this study amounted to 60 questionnaires. The results of this study conclude that the transformational leadership style has no significant effect on organizational performance, while MCS through the belief system has a positive and significant effect on the performance of the apparatus, MCS through the boundary system has no significant effect on the performance of the apparatus, MCS through the diagnostic system has no significant effect on the performance of the apparatus, MCS through the interactive system has a positive and significant effect on the performance of the apparatus, and organizational culture has a positive and significant effect on the performance. Keywords: Transformational leadership style, MCS, organizational culture, and performance.

PENDAHULUAN Pandemi Corona (Covid-19) yang terjadi saat ini, berdampak terhadap tatanan kehidupan

umat manusia baik dari aspek ekonomi, sosial, budaya, bahkan dalam beribadah kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu dibutuhkan perbaikan sumber daya manusia yang telatih, bekerja dalam situasi tekanan baik dari internal maupuan eksternal harus dapat menyesuaiakan diri dalam rangka mencapai tujuan perusahaan atau organisasi.

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Neng Asiah; Sabaruddinsah 35

Setiap organisasi publik harus mampu menciptakan strategi dalam meningkatakn kinerja, supaya tetap bisa bertahan di tengah pandemi Covid-19. Kinerja sektor publik dimaksudkan untuk menunjang memperbaiki kinerja pemerintah dalam memperbaiki pengalokasian sumber daya serta pembuatan keputusan dan juga untuk memfasilitasi terwujudnya akuntabilitas publik. Dalam upaya reformasi, peran kepemimpinan negara, penting dalam menanamkan budaya pengukuran efisiensi dan efektivitas implementasi kebijakan melalui berbagai alat (Bass, 1985). Gaya kepemimpinan menggambarkan metode pimpinan untuk mempengaruhi orang lain ataupun bawahannya sedemikian rupa sehingga orang tersebut bersedia melaksanakan keinginan seseorang pimpinan untuk meraih tujuan organisasi walaupun secara individu hal tersebut mungkin tidak disenangi (Luthans, 2002 dalam Trisnaningsih, 2007).

Dalam kondisi seperti saat ini gaya kepemimpinan yang sering diterapkan oleh para pemimpin adalah gaya kepemimpinan transformasional, karena lebih berkarisma serta menginspirasi bawahan mereka, mempunyai pengaruh besar, loyal terhadap perusahaan, menghormati bawahan, serta dapat menjalankan visi organisasi (House, 1976). Konsep kepemimpinan transformasional mengintegrasikan ide-ide yang dikembangkan dalam pendekatan sifat, gaya serta kontingensi. Penelitian yang dilakukan oleh Suwaidi (2019) dan Orabi (2016) terdapat hubungan positif antara gaya kepemimpinan transformasional dan kinerja organisasi. Sedangkan penelitian yang dilakukan Hermanto (2018) dan Komardi (2008) membuktikan bahwa gaya kepemimpinan transformasional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja organisasi,

Management control system (MC) memiliki perananan dalam keberhasilan mencapai tujuan organisasi (Bastian, 2014). Oleh sebab itulah lembaga pemerintahan perlu memiliki sistem pengendalian organisasi yang baik dalam melayani kepentingan masyarakat, karena sistem pengendalian manajemen berperan dalam mengawasi kinerja aparatur pemerintah dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari secara baik dan benar. Pengawasan kinerja sektor pemerintah merupakan pengawasan terhadap perilaku aparatur terutama pada level manajerial (Tri, et al, 2019). Pengawasan tersebut dapat dinilai dari partisipasi aparatur pusat maupun daerah dalam proses penyusunan anggaran, pengendalian anggaran serta struktur organisasi dan tata kerja (SOTK) yang diterapkan pada pemerintahan tersebut. Hal ini perlu untuk menghindari terjadinya kemungkinan prilaku menyimpang atau yang disebut sebagai perilaku disfungsional.

Management control system (MCS) merupakan suatu sub topik penting dalam penelitian di bidang akuntansi manajemen. Karena MCS sangat penting untuk perumusan dan pengimplementasian strategi. Disamping itu juga MCS merupakan fungsi kritis dalam organisasi (Merchant dan Van der Stede, 2007). Alasan ini memberikan makna bahwa kegagalan suatu organisasi karena kegagalan dalam menjalankan MCS.

Penelitian Sutoyo (2015) menyimpulkan bahwa management conrtol system berdasarkan sistem batasan (boundary system), sistem keyakinan (beliefs system) dan sistem pengendalian interaktif (interactive control system) dapat memotivasi karyawan dengan nilai-nilai dan visi misi organisasi dan memacu karyawan untuk mencari, mengeksplorasi, membuat, dan melakukan usaha yang terlibat dalam tindakan-tindakan yang tepat dan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Sedangkan management control system berdasarkan sistem keyakinan (beliefs system) menurut Romadhani (2016) tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

Budaya organisasi merupakan atribut kunci strategi dalam setiap organisasi yang sukses memainkan peran penting dalam mencapai kepentingan publik (Preston et al,1998), karena budaya organisasi adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu sendiri. Permasalahan yang muncul dalam budaya organisasi pemerintah yaitu sering didapati sejumlah ruangan kantor yang masih terlihat kosong, bahkan beberapa pegawai tidak masuk kantor tanpa alasan yang jelas, adapun pegawai yang masuk kantor tak jarang datang terlambat (Banne, 2016).

Penelitian yang dilakukan oleh Karsam (2017) dan Suwaidi (2019) menyatakan bahwa terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja organisasi. Akan tetapi hasil berbeda diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Sutoyo (2015) & Rizki (2010) yang menemukan bahwa budaya organisasi tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Neng Asiah; Sabaruddinsah 36

Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan transformasional, terhadap kinerja aparatur pemerintah.

2. Mengetahui pengaruh management control system terhadap kinerja aparatur pemerintah. 3. Mengetahui pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja aparatur pemerintah.

KAJIAN PUSTAKA Teori Kontijensi

Teori kotinjensi merupakan pemikiran pengelolaan organisasi bisa berjalan dengan baik serta mudah, apabila pemimpin organisasi sanggup mencermati serta memberikan solusi dalam situasi tertentu yang sedang dialami. Pada perinsipnya pendekatan kontigensi atau yang dikenal juga dengan pendekatan situasional merupakan sesuatu pemikiran teknik manajemen memberikan kontribusi untuk pencapaian target organisasi yang bervariasi dalam situasi ataupun lingkungan yang berbeda.

Berdasarkan pendekatan kontijensi tidak terdapat suatu sistem kontrol terbaik secara menyeluruh yang bisa diterapkan untuk semua organisasi dalam melaksanakan sistem tanpa memandang adanya keterlibatan variabel konstektual dimana organisasi tersebut berada. Menurut Otley dalam Bambang, (2018) teori kontinjensi bisa digunakan untuk menganalisis dan mendesain sistem akuntansi manajemen dalam mendapatkan informasi, yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan dalam menghadapi persaingan. Hal yang diperhatikan berdasarkan teori kotinjensi dalam menilai kinerja organisasi sangat tergantung kepada kecocokan antara faktor-faktor kontekstual organisasi (Cadez dan Guilding, 2008). Chenhall (2007) menemukan bahwa faktor- faktor kontekstual sangat mempengaruhi dalam mendesain management control system. Faktor- faktor tersebut antara lain adalah lingkungan, teknologi, struktur organisasi, dimensi organisasi, strategi, serta budaya organisasi.

Menurut Merchant & Van Der Stede (2007) management control system berperan dalam suatu organisasi dan penting untuk perhatikan, karena kegagalan dalam mempraktikkan management control system, akan berakibat pada kegagalan organisasi yang dapat menyebabkan kerugian finansial, hilangnya reputasi, serta berakhir pada kegagalan organisasi. Teori kontijensi ini memfokuskan pada variabel tertentu yang berhubungan dengan lingkungan yang bisa menentukan gaya kepemimpinan yang paling sesuai untuk situasi yang seperti sekarang ini. Teori ini juga dikenal dengan pendekatan situasional dan sering disebut sebagai ”leader-match” (penyesuaian dengan pemimpin). Maksud dari leader-match adalah menempatkan pemimpin pada pola kepemimpinan yang sesuai dengan situasi yang ada (Iensufiie, 2010).

Disamping itu juga faktor kontekstual lain yang perlu dipertimbangkan dalam pendekatan kontinjensi adalah budaya organisasi, karena budaya organisasi yang baik akan dianggap sebagai soft- contingency variable (Gong dan Tse, 2009). Selanjutnya Doney, et al. (1998) berpendapat bahwa budaya organisasi baik, pada tingkat personal maupun organisasi dapat berdampak terhadap kinerja perusahaan, oleh sebab itulah budaya organsisa perlu dipertimbangkan dalam mempererat hubungan antara bawahan dengan atasan. Disamping itu juga budaya organisasi dapat berperan penting terhdap pengembangan sebuah organisasi sehingga budaya organisasi perlu dipertimbangkan dalam menerapkan kapabilitas sebagai strategi organisasi. HIPOTESIS 1. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kinerja Aparatur

Dalam upaya untuk memahami peran kepemimpinan transformasional dalam pengembangan kinerja organisasi, para ahli mempertimbangkan bagaimana teori kepemimpinan ini berdampak pada aspek spesifik perilaku karyawan dan organisasi untuk membentuk hasil. Choudhary, Akhtar, dan Zaheer (2013) menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan organisasi untuk berubah dan berinovasi. Ini dapat mendorong

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Neng Asiah; Sabaruddinsah 37

pertumbuhan dan ekspansi yang menunjukkan kinerja organisasi yang sukses (Choudhary et al., 2013).

De Jong dan Bruch (2013) mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional dapat memperkuat dan menciptakan lingkungan yang kondusif, dimana karyawan termotivasi untuk mencapai tujuan perusahaan karena memiliki pemimpin yang dapat memotivasi mereka dalam mencapai tujuan organisasi. Giroux dan McLarney (2014) berpendapat bahwa dampak kepemimpinan transformasional dapat menciptakan iklim dan budaya yang baik dalam perusahaan sehingga berimplikasi sistemik bagi karyawan, pelanggan, dan pemegang saham.

Secara umum, kepemimpinan transformasional memiliki kemampuan untuk mendukung karyawan dan memotivasi mereka lebih berkomitmen, lebih terlibat dan lebih puas dengan pekerjaan mereka (Hoxha, 2015), serta dapat meningkatkan iklim organisasi yang menghasilkan pengaruh positif pada perilaku karyawan yang memiliki hasil langsung dan terukur untuk kinerja organisasai (DeJong & Bruch, 2013). Hasil penelitian Orabi (2016) dan Suwaidi (2019) menemukan bahwa gaya kepemimpinan transformasional secara positif mempengaruhi kinerja karyawan, karena hal ini disebabkan karena model kepemimpinan transformasionalini menjadi penting dalam membentuk hasil kinerja. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian: H1: Terdapat pengaruh positif gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja aparatur

2. Pengaruh Management Control System Terhadap Kinerja Aparatur Tujuan penerapan MCS pada dasarnya untuk menyediakan informasi yang berguna dalam

pengambilan keputusan, perencanaan, pengendalian, serta penilaian (Kaplan, 1983; Widener, 2007). Oleh sebab itu, MCS pada dasarnya merupakan sesuatu sistem yang disusun dari komponen-komponen yang saling melengkapi (Milgrom serta Roberts, 1995; Otley, 1994; Widener, 2004). Ini berarti jika pemakaian tiap elemen MCS wajib digunakan secara bersama-sama supaya memiliki kekuatan dalam penerapannya.

Simons (1994) dalam studinya membagi empat tipe pengendalian; (1) sistem beliefs, (2) sistem boundary, (3) sistem pengendalian diagnostik dan (4) sistem pengendalian interaktif atau dikenal sebagai levers of control. Dari keempat lever’s tersebut dalam pengimplementasian tidak dapat digunakan sendiri-sendiri, namun saling melengkapi bila digunakan secara bersamaan. Sistem belief’s mengkomunikasikan nilai-nilai inti untuk memberikan inspirasi dan memotivasi karyawan untuk mencari, mengeksplorasi, menciptakan dan melakukan usaha yang terkait dengan tindakan yang tepat.

Sistem boundary digunakan untuk membentuk batasan-batasan berupa aturan dan mengkomunikasikannya dengan tindakan yang harus dihindari oleh karyawan. Sistem pengendalian diagnostik merupakan sistem umpan balik formal yang digunakan untuk memantau hasil organisasi dan mengoreksi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dari standar kinerja yang ditetapkan sebelumnya. Sistem pengendalian interaktif merupakan suatu sistem formal yang digunakan oleh manajer puncak untuk secara teratur dan secara personal melibatkan mereka sendiri dalam aktivitas pengambilan keputusan dari bawahan (Simons, 1994; 2000). Hal tersebut di dukung oleh penelitian Jamaludin (2016). MCS melalui tuas kendali (LOC) berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan dan kinerja karyawan. Penelitian Sutoyo (2015) dan Jamil (2013) menyimpulkan bahwa sistem pengendalian manajemen melalaui sistem batasan (boundary), sistem pengendalian diagnostik, sistem kontrol diagnostik berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja aparatur. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: H2 a: Terdapat pengaruh positif Management Control System (MCS) berdasarkan sistem keyakinan

(beliefs system) terhadap kinerja aparatur H2 b: Terdapat pengaruh positif Management Control System (MCS) berdasarkan system batasan

(boundary system) terhadap kinerja aparatur. H2 c: Terdapat pengaruh positif Managemen Control Sytem (MCS) berdasarkan sistem pengendalian

diagnostik terhadap kinerja aparatur. H2 d: Terdapat pengaruh positif Management Control System (MCS) berdasarkan sistem pengendalian

interaktif terhadap kinerja aparatur

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Neng Asiah; Sabaruddinsah 38

H1

H2a

H2b

H2c

H2d

H3

3. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Aparatur Peranan budaya organisasi dalam perusahaan dapat memberikan suasa yang kondusif bagi

setiap individua tau karyawan dalam suatu organisasi, karena budaya organisasi yang baik dapat memberikan arahan kepada setiap karyawan dalam meningkatkan inovasi baru, keterampilan, karena budaya organisasi menjadi petunjuk yang jelas untuk pengalokasian sumberdaya perusahaan agar bersaing di masa yang akan datang (Hamel dan Prahalad, 1994). Sehingga dengan adanya budaya organisasi yang baik diharapkan mampu meningkatkan keterampilan karyawan dan membuat organisasi tersebut mampu bersaing dan berkelanjutan, sehingga pada akhirnya akan berdampak pada efisiensi organisasi (Nono,2014).

Penelitian Soedjono (2005) yang mengatakan bahwa budaya organisasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan. Budaya organisasi yang kuat merupakan hasil dari penyebaran kepercayaan dan nilai-nilai yang berkembang dalam suatu organisasi dan mengarahkan perilaku anggotanya. Kemudian Penelitian Suwaidi (2019) menunjukan bahwa budaya organisasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: H3: Terdapat pengaruh positif budaya organisasi terhadap kinerja aparatur MODEL PENELITIAN Berdasarakan uraian hipotesis yang telah di uraikan di atas, maka dapat disusun model penelitian seperti gambar berikut ini:

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Sumber: dari berbagai sumber, 2020

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Organisasi Pemerintah Daerah (OPD)

Kota Bekasi. Penelitian ini dilakukan di lingkungan pemerintahan, karena organisasi pemerintahan memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan hak publik. Seluruh proses pembangunan serta pelayanan yang diberikan ditujukan dalam rangka untuk mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling. Adapun kriteria pengambilan sampel penelitian ini adalah: 1. Organisasi pemerintah daerah yang terdapat di lingkup Kota Bekasi. 2. Aparatur pemerintah yang menduduki jabatan kepala bagian dan kepala sub bagian. 3. Aparatur pemerintah yang menduduki jabatan yang sama minimal 1 tahun.

Variabel Penelitian

H1

1

Gaya Kepemimpinan

Transformasional

Budaya Organisasi

Management Control System (Beliefs System)

Management Control System (Boundary System)

Management Control System (Diagnostik)

Management Control System (Interaktif)

Kinerja Aparatur Daerah

H1

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Neng Asiah; Sabaruddinsah 39

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan melakukan uji hipotesis. yang bertujuan menggambarkan fenomena atau gejala sosial secara kuantitatif atau menganalisa bagaimana fenomena atau gejala sosial yang terjadi di masyarakat saling berhubungan satu sama lain (Sugiyono, 2017). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel gaya kepemimpinan transformasional, management control system, dan budaya organisasi sebagai variabel independen dan variabel kinerja organisasi sebagai variabel dependen.

Metode Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda (Ghozali, 2016). Sebelum dilakukan analisis regresi berganda maka terlebih dahulu dilakukan uji kualitas data yang terdiri dari uji instrumen alat pengamatan dan uji asumsi klasik. 1. Uji Kualitas Data

Uji kualitas data dilakukan melalui uji validitas dan uji reabilitas dengan software SPSS. Uji validitas penelitian ini didetetapkan oleh proses pengukuran yang akurat. Instrumen dikatakan valid apabila Kasier Mayer Olkin (KMO) Barlett’s test of sphericity < 0.05 (Ghozali, 2016). Kemudian uji reliabilitas menunjukan konsistensi serta stabilitas suatu skor dari sesuatu instrumen pengukur. Sesuatu konstruk ataupun variabel dikatakan reliabel bila nilai Cronbach Alpha >0, 60 (Ghozali, 2016).

2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan dengan melihat grafik histogram serta Normal Probability Plot. Selain itu, uji normalitas juga dilakukan dengan Kolmogorov Smirnov Test. Apabila nilai probabilitas lebih besar dari tingkatan kesalahan 0,05, maka dapat disimpulkan nilai residual dari model regresi berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk melihat terdapat ataupun tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam sesuatu model regresi linear berganda. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan variance inflation factor (VIF) serta Tolerance. Multikolinearitas terjali apabila VIF >10.

c. Uji Heteroskedastisitas Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mengetahui heteroskedastisitas dapat dilihat dari grafik scatterplot. Dasar pengambilan keputusan antara lain sebagai berikut: (a) bila terdapat pola tertentu, semacam titik yang terdapat membentuk sesuatu pola tertentu yang teratu (bergelombang, melebar), maka telah terjadi heteroskedastisitas serta (b) jika tidak terdapat pola yang jelas, dan titik menyebar di atas serta di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3. Uji Hipotesis Penelitian ini memakai satu variabel dependen serta 3 variabel independen maka untuk

menguji hipotesis yang diajukan digunakan alat analisis regresi berganda. Regresi bertujuan untuk menguji pengaruh antara satu variabel dengan variabel lain. Pengujian hipotesis ini dengan memakai alat statistik SPSS. Adapun persamaan regresinya adalah:

Y = a + b1X1+ b2X2 + b3X3 + b4 X4 + b5X5 + b6X6 + e

Keterangan: a= Konstanta b= Koefisien regresi e= Variabel pengganggu (eror). Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak, maka dilakukan pengujian terhadap variabel-variabel penelitian. Adapun pengujian tersebut adalah uji kebaikan model (uji F), uji koefisien determinasi (R²), Uji T. a. Uji F

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Neng Asiah; Sabaruddinsah 40

Uji Statistik F digunakam untuk mengetahui Good of Model atau pengujian apakah model dapat diterima atau tidak. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%). Jika nilai signifikan < 0,05 maka model tersebut baik digunakan dalam penelitian.

b. Uji Koefisien Determinasi R² Koefisien determinasi R2 digunakan untuk mengetahui kontribusi prosentase variabel independen terhadap variabel dependen (Kuncoro, 2007). Jika koefisien determinsi R2 = 1, artinya variabel independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksikan variasi variabel dependen. Jika koefisien determinasi R2 = 0, artinya variabel independen tidak mampu dalam menjelaskan variasi-variasi variabel dependen (Ghozali, 2016).

c. Uji T Uji parsial dengan t test ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian t dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel. Jika t hit > t tabel dengan tingkat kepercayaan 95% atau (p-value < 0,05), maka Ha diterima, yang artinya variabel independen yang diuji secara parsial mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen dan apabila t hit < t table maka Ha ditolak (Ghozali, 2016).

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Analisis Regresi Berdasarkan data yang telah diolah menggunakan software SPSS, maka berikut ini akan

disajikan hasil analisis regresi berganda sebagai berikut: Tabel 1

Hasil Uji Analisis Regresi Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -1,515 3,059 -,495 ,623

Gaya Kepemimpinan Transformasional (X1) ,024 ,071 ,058 ,340 ,736

MCS Beliefs System (X2 a) ,474 ,215 ,270 2,208 ,033

MCS Boundary System (X2 b) ,058 ,211 ,030 ,277 ,783

MCS Diagnostik System (X2 c) ,099 ,115 ,125 ,862 ,393

MCS Interaktif System (X2 d) ,196 ,089 ,237 2,201 ,033

Budaya Organisasi (X3) ,233 ,110 ,330 2,125 ,039

a. Dependent Variable: Kinerja Aparatur

Sumber: SPSS 26, data diolah 2020

Y= -1,515 + 0,024 + 0,474 + 0,058 + 0,099 + 0,196 + 0,233 + e

Berdasarkan persamaan di atas dapat dijelaskan bahwa, jika variabel independen bernilai tetap, maka nilai kinerja aparatur sebesar -1,515. Kemudian jika nilai gaya kepemimpinan transformasional meningkat sebesar 1 persen dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan terjadi kenaikan kinerja sebesar 0,024 satuan. Selanjutnya apabila variable MCS beliefs system meningkat sebesar 1 persen dengan asumsi variabel lain di anggap konstanta, maka akan terjadi peningkatan kinerja aparatur sebesar 0,474. Kemudian apabila variabel MCS interaktif system meningkat sebesar 1 pesen dengan asumsi variable lain konstanta, maka akan terjadi kenaikan kinerja aparatur sebesar 0,058. Selanjutnya apabila variable MCS boundary system mengalami kenaikan sebesar 1 persen dengan asumsi variabel lain di anggap konstanta, maka akan berdampak terhadap kenaikan kinerja sebesar 0,099. Kemudian apabila MCS diagnostik system meningkat sebesar 1 persen dengan asumsi variabel lain di anggap konstanta, maka akan terjadi kenaikan kinerja aparatur sebesar 0,196. Dan apabila variabel budaya organisasi naik sebesar 1 persen dengan asumsi variabel lain di anggap konstanta, maka akan terjadi peningkatan kinerja aparatur sebesar 0,233 satuan.

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Neng Asiah; Sabaruddinsah 41

Uji Koefisien Determinasi Uji Koefisien Determinasi R2 pada dasarnya digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemungkinan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Apabila R2 mendekati nilai 1, maka semakin kuat kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependennya.

Tabel 2 Hasil Uji Koefisien Determinasi

Sumber: SPSS 26, data diolah 2020

Berdasarkan tabel 2 dapat jelaskan bahwa nilai koefisien determinasi (adjusted R square) model penelitian ini adalah sebesar 0,789 atau 78,9%. Hal ini berarti variabel independen mampu menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel dependen sebesar 78,9%, dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar model penelitian ini.

Uji Statistik F Untuk Good of Model digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan bahwa

apabila nilai signifikansi > 0,05 maka model dikatakan layak, sedangkan apabila nilai signifikansi < 0,05 maka model tidak layak.

Tabel 3 Hasil Uji Statistiik F

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 220,107 6 36,684 17,127 ,000b Residual 82,473 43 1,918 Total 302,580 49

a. Dependent Variable: Kinerja Aparatur (Y) b. Predictors: (Constant), Kepemimpinan Transformasional (X1), MCS Beliefs System (X2 a), MCS Interaktif System (X2 b), MCS Boundary System (X2 c), MCS Diagnostik System (X2 d), Budaya Organisasi (X3)

Sumber: SPSS 26, data diolah 2020

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai Fhitung sebesar 17,127 > Ftabel 2,320 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model layak untuk digunakan dalam penelitian ini. Uji Statistik T

Uji statistik t bertujuan untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Jika nilai signifikan > 0,05, maka hipotesis ditolak. Hal ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikan < 0,05, maka hipotesis diterima. Hal ini berarti secara parsial variabel independen memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hasil dari uji statistik T dapat dilihat pada tabel 1.

Berdasarkan uji statistik variabel gaya kepemimpinan transformasional diperoleh nilai t hitung sebesar 0,340 dan t tabel 1,94 dengan nilai signifikansi sebesar 0,736 > 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengujian variabel gaya kepemimpinan transformasional tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja aparatur. Maka hipotesis pertama ditolak.

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 ,853a ,727 ,789 1,38491

a. Predictors: (Constant), Gaya Kepemimpinan Transformasional (X1), MCS Beliefs System (X2 a), MCS Interaktif System (X2 b), MCS Boundary System (X2 c), MCS Diagnostik System (X2 d), Budaya Organisasi (X3) b. Dependent Variable: Kinerja Aparatur (Y)

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Neng Asiah; Sabaruddinsah 42

Selanjutnya berdasarkan hasil uji statistik variabel management control system berdasarkan beliefs system diperoleh nilai t hitung sebesar 2,208 lebih besar dari t tabel 1,94 dengan nilai signifikansi sebesar 0,033 < 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengujian variabel management control system berdasarkan beliefs system berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja aparatur. Maka hipotesis kedua diterima.

Kemudian berdasarkan hasil uji statistik variabel management control system berdasarkan boundary system diperoleh t hitung sebesar 0,277 lebih kecil dari t tabel 1,94 dengan nilai signifikansi sebesar 0,783 > 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengujian variabel management control system berdasarkan boundary system tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja aparatur. Maka hipotesis ketiga penelitian ditolak.

Berdasarkan hasil pada tabel uji statistik variabel management control system berdasarkan diagnostik system diperoleh nilai t hitung sebesar 0,862 lebih kecil dari t tabel 1,94 dengan nilai signifikansi sebesar 0,393> 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel management control system berdasarkan diagnostik system tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja apartur. Maka hipotesis keempat ditolak.

Berdasarkan hasil uji statistic variabel management control system berdasarkan interaktif system diperoleh nilai t hitung sebesar 2,201 lebih besar dari t tabel 1,94 dengan nilai signifikansi sebesar 0,033 < 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengujian variabel management control system berdasarkan interaktif system berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja aparatur. Maka hipotesis keempat diterima.

Berdasarkan hasil uji statistic variable budaya organisasi diperoleh hasil nilai t hitung sebesar 2,125 lebih besar dari t tabel 1,94 dengan nilai signifikansi sebesar 0,039 < 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja aparatur. Maka hipotesis kelima diterima.

PEMBAHASAN Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional terhadap Kinerja Aparatur

Gaya kepemimpinan transformasional dalam penelitian ini di ukur dengan indikator pengaruh ideal, motivasi inspirasional, simulasi intelektual dan pertimbangan individual, belum berjalan sebagaimana mestinya, hal ini disebabkan karena saat ini masih terjadi Pademik Covid 19 yang menyebabkan aktivitas tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga apa yang diarahkan dari pimpinan belum terlaksana sesuai dengan keinginan.

Maka diperlukan strategi yang tepat dalam dalam kondisi dan situasi pademi seperti sekarang ini untuk memudahkan proses pengambilan keputusan. Oleh sebab itu diharapkan para pempinan memiliki terobosan, inovasi dalam mendelegasikan tugas dari pimpinan kepada karyawan dengan komunikatif, berkaitan dengan pencapaian target. Penelitian Setiawan (2015) dan Jonnaidi dan Tanjung (2020) juga menghasilkan penelitian bahwa gaya kepemimpinan transformasional tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja aparatur.

Pengaruh Mangement Control System Berdasarkan Beliefs System terhadap Kinerja Aparatur

Widener (2007) menyatakan bahwa sistem keyakinan (beliefs system) dapat memotivasi karyawan dengan nilai-nilai dan visi misi organisasi dan memacu karyawan untuk mencari, mengeksplorasi, membuat, dan melakukan usaha yang terlibat dalam tindakan-tindakan yang tepat. Beliefs system ini terkait visi dan misi kepada seluruh anggota organisasi. Beliefs system berperan terhadap kinerja aparatur. Hal ini disebabkan karena para aparatur atau pegawai Organisasi Pemerintah Daerah Kota Bekasi sangat memahami secara penuh tentang visi misi organisasi dan nilai-nilai utama organisasi. Dengan kata lain, pimpinan sudah mengkomunikasikan kepada pegawai tentang nilai-nilai utama organisasi dan visi misi organisasi tersebut, dan pegawai meresponnya secara positif..

Hasil pengujian penelitian ini sesuai dengan penelitian Febrinaldi et al (2016) yang menyatakan terdapat pengaruh positif dan signifikan management control system berdasarkan beliefs system terhadap kinerja organisasi dimana beliefs system menjelaskan nilai-nilai inti dari suatu organisasi, dimana semakin baiknya beliefs system maka akan baik pula kinerja dari suatu organisasi. Selanjutnya penelitian

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Neng Asiah; Sabaruddinsah 43

Pasaribu et al (2017) Pada penelitian ini sistem keyakinan (beliefs system) berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi.

Pengaruh Management Control System Berdasarkan Boundary System terhadap Kinerja Aparatur

Tidak terdapat pengaruh signifikan management control system berdasarkan system boundary terhadap kinerja aparatur Organisasi Pemerintah Daerah Kota Bekasi. Hal ini diduga karena karyawan atau pegawai Organisasi Pemerintah Daerah Kota Bekasi kurang memahami batasan-batasan atau hal-hal yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan oleh pegawai secara terus menerus. Menurut Tekavcic (2008) mengatakan bahwa sistem boundary memberikan batasan-batasan atau kode etik perilaku yang dapat digunakan oleh setiap individu dalam rangka meningkatkan kemajuan organisasi. Situasi ini dapat terjadi apabila pimpinan organisasi dapat mengkomunikasikan batasan-batasan atau hal-hal boleh dan tidak bisa dilakukan oleh pegawai secara terus menerus, sehingga karyawan ikut termotivasi untuk meningkatkan produktifitas mereka.

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Jamil dan Muhamad (2013) dan Pasaribu et al (2017) yang menunjukkan hasil bahwa MCS berdasarkan sistem boundary tidak berpengaruh terhadap kinerja aparatur. Hal ini menandakan bahwa dalam organisasi penggunaan motivasi secara negatif melalui sistem boundary tidak dapat memacu pegawai/karyawan untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Pengaruh Management Control System Berdasarkan Diagnostik System terhadap Kinerja Aparatur

Tidak terdapat pengaruh signifikan dari management control system berdasarkan system diagnostik terhadap kinerja aparatur Organisasi Pemerintah Daerah Kota Bekasi diduga disebabkan pimpinan organisasi yang kurang memantau hasil organisasi dan mengoreksi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dari standar kinerja yang ditetapkan sebelumnya, dimana menururt Simon (2000) menjelaskan bahwa diagnostic control system memotivasi karyawan untuk melakukan serta menyelaraskan perilaku karyawan dengan tujuan organisasi. Sementara Raharjo et al (2017) menyatakan walaupun organisasi menerapkan sistem pengendalian diagnostik tetapi tidak akan meningkatkan kinerja organisasi tersebut secara signifikan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nanu Hasanah et al. (2016), dimana sistem pengendalian diagnostik tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja aparatur. Pengaruh Management Control System Berdasarkan Interaktif System terhadap Kinerja Aparatur

Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh management control system berdasarkan interaktif system terhadap kinerja aparatur. Management control system berdasarkan interaktif system tidak berpengaruh terhadap kinerja aparatur Organisasi Pemerintah Daerah Kota Bekasi diduga disebabkan oleh ada kemungkinan karena situasi Pandemi yang masih terjadi pimpinan organisasi mengalami kendala dalam berkommunikasi secara langsung dengan para aparatur, padahal dalam konsef ini pimpinan diajurkan sedemikian rupa memiliki frekuensi interaksi dengan para bawahannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Simons (1995) dimana sistem pengendalian interaktif akan efektif jika sistem formal yang digunakan oleh manajer puncak (pimpinan) untuk melibatkan diri mereka secara teratur dan pribadi dalam kegiatan pengambilan keputusan dari bawahan.

Sesuai dengan penelitian Febrinaldi et al (2016) dan Bastian et al (2017) yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan interaktif control system terhadap kinerja aparatur dimana interaktif control system merupakan proses komunikasi dua arah antara manajer dengan bawahan pada berbagai tingkat organisasi, dimana semakin baik interaktif control system maka akan baik pula kinerja dari suatu organisasi.

Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Aparatur

Budaya organisasi diukur dengan indikator misi, konsistensi, adaptasi dan keterlibatan. Dari dimensi di atas diduga dimensi misi, konsistensi, adaptasi dan keterlibatan berjalan dengan baik di Organisasi Pemerintah Daerah Kota Bekasi dalam meningkatkan kinerja aparatur dalam organisasi, karena memang dimensi budaya organisasi inilah yang merupakan inti organisasi yang menjadikan

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Neng Asiah; Sabaruddinsah 44

anggota organisasi teguh dan fokus terhadap apa yang dianggap penting oleh organisasi. Disamping itu dimensi konsistensi akan mendorong setiap individu akan memiliki sistem dan keyakinan, nilai, serta simbol yang dapat dimengerti oleh setiap individu. Disamping itu juga dengan budaya organisasi yang baik, membuat staf merasa dikutsertakan dalam kegiatan organisasi sehingga membuat staf bertanggung jawab tentang tindakan yang akan dilakukannya.

Hal ini diperkuat oleh Denison (2000) dan Suwaidi et al (2019) yang menyatakan bahwa konsistensi di dalam organisasi merupakan dimensi yang menjaga kekuatan dan stabilitas di dalam organisasi, kemampuan adaptasi merupakan kemampuan organisasi untuk menerjemahkan pengaruh lingkungan terhadap organisasi, sehingga tujuan inti organisasi yang menjadikan anggota organisasi teguh dan fokus terhadap apa yang dianggap penting oleh organisasi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut:

1. Gaya kepemimpinan transformasional tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja aparatur Organisasi Pemerintah Daerah Kota Bekasi.

2. Management control system berdasarkan beliefs system berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja aparatur pada Organisasi Pemerintah Daerah Kota Bekasi.

3. Management control system berdasarkan boundary system tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja aparatur pada Organisasi Pemerintah Daerah Kota Bekasi.

4. Management control system berdasarkan diagnostik system tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja aparatur pada Organisasi Pemerintah Daerah Kota Bekasi.

5. Management control system berdasarkan interaktif system berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja aparatur pada Organisasi Pemerintah Daerah Kota Bekasi.

6. Budaya organisasi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja aparatur pada Organisasi Pemerintah Daerah Kota Bekasi.

Saran Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan saran bagi peneliti selanjutnya sebagai

berikut: 1. Penelitian selanjutnya sebaiknya memperluas cakupan wilayah penelitian. 2. Penelitian selanjutnya sebaiknya menambahkan variabel lain yang dapat mempengaruhi kinerja

aparatur pemerintah daerah. 3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan objek penelitian yang lain, selain

Organisasi Pemerintah Daerah (OPD).

DAFTAR PUSTAKA Anthony, Robert N., David W. Young. (2003). Management Control System in Nonprofit Organization.

Boston: McGraw-Hill. Anthony, R. N., Govindarajan, V. (2005). Sistem Pengendalian Manajemen (Edisi Sebelas). Jakarta: Penerbit

Salemba Empat. Amrullah, R., Ismail, T., & Uzliawati, L. (2019). Pengaruh Budaya Organisasi, Intellectual Capital Dan

Keragaman Pengukuran Kinerjan Terhadap Kinerja Organisasi (Study Empiris Perusahaan Manufaktur Di Kota Bekasi). Jurnal Riset Akuntansi Tirtayasa, 3(2), 221-240.

Bass, B. M., Bass Bernard, M. (1985). Leadership and performance beyond expectations. Bass, B. M., Avolio, B. J. (2000). MLQ multifactor leadership questionnaire. Redwood City: Mind Garden. Buono, A., Bowditch, J., Lewis, J. (1985). When cultures collide: the anatomy of amerger. Human Relations,

38(5), 477500. Denison, D. R. (1984). Bringing corporate culture to the bottom line. Organizational dynamics, 13(2), 5-22. Denison, D. R. (1990). Corporate culture and organizational effectiveness. John Wiley & Sons. Embrianto, P. A., Sulindawati, N. L. G. E., Sinarwati, N. K. (2016). Pengaruh Partisipasi

Penyusunan Anggaran, Gaya Kepemimpinan, Sistem Pengendalian Manajemen Dan Total Quality Management Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Locus Of Control Sebagai Variabel

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Neng Asiah; Sabaruddinsah 45

Moderating (Studi Pada Dinas Pendapatan Kabupaten Buleleng). Jimat (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Undiksha, 6(3).

Febrinaldi, Zaitul, Dandes Rifa (2020). Pengaruh Kerangka Levers Of Control (Loc) Dan Organizational Learning Terhadap Peningkatan Organizational Performance. (Studi Empiris Pada Perusahaan Jasa Kesehatan Propinsi Sumatera Barat)

Ghozali, Imam. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete dengan program IBM SPSS 23. Edisi 8. ISBN : 979.704.015.1

Handayani, A., & Bastian, E. (2017). Pengaruh Fleksibilitas Budaya Dan Kerangka Levers Of Control Terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal Riset Akuntansi Tirtayasa, 2(2), 1-16.

Hasanuh, N., & Nawawi, A. (2016). Pengaruh Pengendalian Diagnostik Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus Pada PT. Bravo Satya Kencana Karawang). Accounthink: Journal of Accounting and Finance, 1(01).

Herminingsih. (2009). Pengaruh Partisipasi dalam Penganggaran dan Peran Manajerial Pengelola Keuangan Daerah terhadap Kinerja Pemerintah Daerah. Universitas Diponegoro, Semarang.

Jamil, C. Z. M., Mohamed, R. (2013). The effect of management control system on performance measurement system at small medium hotel in Malaysia. International Journal of Trade, Economics and Finance, 4(4), 202.

Kurniawan, M. (2013). Pengaruh komitmen organisasi, budaya organisasi, dan kepuasan kerja terhadap kinerja organisasi publik (studi empiris pada skpd pemerintah kabupaten kerinci). Jurnal Akuntansi, 1(3).

Lekatompessy., J. E. (2011). Peran Sistem Pengendalian Manajemen Dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan: Analisis Kontinjensi Dan Resource-Based View (Doctoral dissertation, Program Pascasarjana Undip).

Muthia, R., Dewi, S. (2017). Pengaruh Budaya Organisasi, Sistem Pengendalian Manajemen Dan Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kinerja Organisasi (Studi pada Perusahaan Telekomunikasi Area Bogor). Seminar Nasional Akuntansi dan Bisnis (SNAB), Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.

Orabi, T. G. A. (2016). The impact of transformational leadership style on organizational performance: Evidence from Jordan. International Journal of Human Resource Studies, 6(2), 89-102.

Raharjo, R. P., & Pasaribu, H. (2017). Pengaruh Sistem Pengendalian Formal Dan Informal Terhadap Kinerja Organisasi (Studi Kasus Pada SKPD di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabaputen Klaten). Kajian Akuntansi, 12(1), 53-62.

Sakaran, U. (2011). Research Methods For Business (Buku 2). Setiawan, E. Y. (2015). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional

terhadap Kinerja Karyawan PT. Iss Indonesia di Rumah Sakit National Surabaya. Jurnal Manajemen Magistra, 1(1).

Simons, R. (1995). Lever’s of Control: How Managers Use Innovative Control Systems to Drive Strategy Renewal. Boston. Harvard Business School Press.

Simons, R. (2000). Performance Measurement and Control Systems for Implementing Strategy. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.

Soedjono, S. (2005). Pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja organisasi dan kepuasan kerja karyawan pada terminal penumpang umum di surabaya. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 7(1), 22-47.

Sugiono, S. (2012). Metodelogi Penelitian Bisnis. Alpha Beta, Jakarta. Sutoyo, Sutoyo., Desta Mahardhika. 13.2 (2015): 139-270. "Pengaruh Sistem Pengendalian

Manajemen Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Organisasi (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)." Buletin Ekonomi Jurnal Manajemen, Akuntansi Dan Ekonomi Pembangunan.

Subroto, Andi. (2011):"Organizational Culture and Leadership Role for Improving Organizational Performance: Automotive Components Industry In Indonesia." International Journal of Innovation, Management and Technology 2.5:383

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL 6 NO. 1 – JUNI 2021

Neng Asiah; Sabaruddinsah 46

Suwaidi, A. A. Al., Rahman, M. H. (2019). Organizational Culture, Leadership and Performance in Dubai Municipality', Future Governments (Actions and Insights-Middle East North Africa, Volume 7).

Tanjung, M. S. B. (2020). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Dan Motivasi Kerja Terhadapkepuasan Kerja Dan Kinerja Pegawai (Studi Kasus pada Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Tenaga Kerja Kabupaten Solok) (No. h8eqd). Center for Open Science.

Tekavcic, at.al. (2008). Levers of Control: Analysis of Management Control System in A Slovenian Company. The Journal of Applied Business Research 24(4).

Van de Ven, A. H., Ferry, D. L. (1980). Measuring and assessing organizations. John Wiley & Sons. Widener, Sally K. (2007). An Empirical Analysis of the Levers of Control Framework. Accounting,

Organizations and Society 32 (6): 757-788. Yusuf, P.S. dkk. (2018). The Effect of Management Control System and Leadership Style on

Managerial Performance (An Empirical Studies on SOE Company in Bandung). International journal of engineering and technology, 7, 274.

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL . 6 NO. 1. – JUNI 2021

Rensi Suryanti; Wisnu Setyawan; Ulfa Dwi Noviana 47

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SAVING BEHAVIOR GENERASI

MILLENIAL

Rensi Suryanti 1, Wisnu Setyawan 2 , Ulfa Dwi Nopiana 3 1,2,3,Universitas Pelita Bangsa

[email protected]

ABSTRAK Sebagai Generasi Millenial dalam era perkembangan digital saat ini tentu harus menyadari betul bahwa apa yang dilakukan masa kini akan berdampak pada masa depan dan menabung merupakan salah satu pilihan dalam menjaga kestabilan keuangan untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi saving behavior generasi milenial pada mahasiswa manajemen angkatan 2016 Universitas Pelita Bangsa. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dan data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer berupa kuesioner dengan sampel sebanyak 282 mahasiswa. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan program SPPS 26. Hasil dari penelitian ini menunjukan secara parsial financial literacy, self-control, saving motive dan income dapat mempengaruhi saving behavior generasi milenial mahasiswa manajemen angkatan 2016 Universitas Pelita Bangsa, sedangkan secara parsial peer influence tidak berpengaruh signifikan terhadap saving behavior generasi milenial mahasiswa manajemen angkatan 2016 Universitas Pelita Bangsa. Kata kunci: Generasi Milenial, Saving Behavior, Financial Literacy, Self-Control, Peer Influence, Saving Motive dan Income.

ABSTRACT As a Millennial Generation in the current era of digital development, of course, you must be well aware that what you do today will have an impact on the future and saving is one of the options in maintaining financial stability for the short and long term. This study was conducted with the aim of analyzing what factors can affect the saving behavior of the millennial generation, especially in management students of the 2016 batch of Pelita Bangsa University. The data analysis method used in this research is descriptive quantitative method and the data used are secondary data and primary data in the form of a questionnaire with a sample of 282 students. The data processing in this study uses the SPPS 26 program. The results of this study show that partially financial literacy, self-control, saving motive and income can affect the saving behavior of the millennial generation of management students at Pelita Bangsa University, while partially peer influence has no significant effect. towards saving behavior for the millennial generation of management students from Pelita Bangsa University. Keywords: Millennial Generation, Saving Behavior, Financial Literacy. Self-Control, Peer Influence, Saving Motive and Income. PENDAHULUAN

Pembangunan sebuah negara dibentuk dengan pertumbuhan ekonomi, karena tingkat ekonomi negara merupakan salah satu parameter dalam menjelaskan bahwa negara tersebut bisa mencapai kesejahteraan secara financial. Sebagian besar Ekonomi di Indonesia disokong dengan konsumsi masyarakat, melonjaknya pertumbuhan konsumsi produk domestic membuat percepatan perekonomian Indonesia konsisten stabil, Selama 4 tahun terakhir Pertumbuhan Perekonomian Indonesia tetap pada

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL. 6 NO. 1 – JUNI 2021

Rensi Suryanti; Wisnu Setyawan; Ulfa Dwi Noviana 48

tingkat 5% (tahun 2016- 2019). Hal ini menjelaskan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat di Indonesia secara financial masih terjaga stabil. (Sumber: JPPN.com dan Bisnis.com).

Gambar 1 Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) 2017-2019

Sumber: BPS, data diolah 2020

Produk Domestik Bruto (PDB) dapat menjelaskan peningkatan pendapatan negara. Pada tahun

2019 Produk Domestik Bruoto (PDB) perkapita sebesar Rp. 59,1 juta atau setara dengan 4.174,9 US dollar, terus naik sejak 2017 hingga 2019. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pendapatan PDB per kapita pada tahun 2018 dengan rata-rata pendapatan per kapita sebesar Rp. 56 juta atau setara dengan 3,972,2 US dollar, Sementara pendapatan PDB per kapita pada tahun 2017 sebesar Rp. 51,9 juta atau setara dengan 3.877 US dollar. Maka jika dilihat dari pertumbuhan PDB per kapita tersebut, kemampuan masyarakat untuk menabung dan investment di sektor jasa keuangan akan semakin tinggi. (BPS, 2020) Sumber: https://bps.go.id.

Peran menabung untuk pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat penting, laju pertumbuhan ekonomi terkait pada keputusan untuk menabung, karena semakin tinggi tingkat tabungan maka akan mendorong tingkat investasi (Ardiana, 2017). Jawa Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia. Menurut data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) inklusi keuangan dan indeks literasi di Jawa Barat dalam pengamatan tahun 2016 tertulis di angka 71,4% dan 33%. Angka tersebut melonjak menjadi 88,48% dan 37,43% pada tahun 2019 mencapai target dari yang sudah ditetapkan.(OJK, 2019). Sumber: https://www.ojk.go.id.

Perilaku menabung berguna untuk dilakukan sejak dini sehingga mampu membimbing anak untuk dapat mengontrol diri dari perilaku komsumtif, serta membiasakan untuk dapat mengatur keuangan mereka dengan bijaksana. kegiatan menabung juga dapat melatih anak-anak mengelola keuangan secara perlahan sehingga anak bisa tumbuh menjadi kelompok yang berpengalaman dalam mengelola manejemen keuangan dimasa depan (Ningsih, Sudarma, & Semarang, 2018). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku menabung yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal mencakup budaya, demografi, status sosial, sub- budaya, keluarga, referensi kelompok dan marketing. Sedangkan, faktor internal mencakup presepsi, pengetahuan, motivasi, pengendalian diri, dan perilaku. (Ningsih et al., 2018) dalam penelitiannya menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku menabung pada generasi muda adalah sosialisasi orang tua, pengendalian diri, literasi keuangan dan pengaruh teman sebaya.

Universitas Pelita Bangsa atau dikenal dengan panggilan UPB adalah salah satu perguruan tinggi swasta yang total keseluruhan peminatnya cukup banyak dimana menurut website resmi perguruan tinggi swasta tersebut mampu menampung 20.000 mahasiswa secara keseluruhan. Mahasiswa Universitas Pelita Bangsa (UPB) terdiri dari mahasiswa regular (kelas pagi) dan reguler weekend (kelas

2017 2018 2019

PDB 51,9 56 59,1

48

50

52

54

56

58

60(t

riliu

n r

up

iah

)PDB (dalam triliun rupiah)

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL. 6 NO. 1 – JUNI 2021

Rensi Suryanti; Wisnu Setyawan; Ulfa Dwi Noviana 49

malam dan akhir pekan). Sumber: http://www.pelitabangsa.ac.id. Didukung hasil studi pra-observasi dari 30 mahasiswa di Fakultas Ekonomi Bisnis dan Ilmu Sosial, Universitas Pelita Bangsa (UPB), 30 mahasiswa yang sudah dijadikan objek praobservasi memiliki rekening bank, dan memiliki kegiatan menabung dikelas dengan buku tabungan manual. Sekitar 20 mahasiswa regular kelas pagi melakukan kegiatan menabung dikelas dalam periode persemester dan sisanya 10 mahasiswa reguler weekend menyimpan sebagian pendapatan mereka tiap bulan dan menyisihkan untuk membayar uang kuliah sendiri. Dapat disimpulkan bahwa budaya menabung di Fakultas Ekonomi Bisnis dan Ilmu Sosial di Universitas Pelita Bangsa dapat dikatakan baik.

(Utami & Sirine, 2016) meneliti “Faktor- faktor yang mempengaruhi Perilaku Menabung di Kalangan Mahasiswa” hasilnya menunjukan bahwa melek finansial, sosialisasi orang tua berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku menabung, dan teman sebaya tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku menabung mahasiswa. (Chalimah, Martono, & Khafid, 2019) menemukan bahwa self-control berpengaruh positif terhadap saving behavior. (Amilia, Bulan, & Rizal, 2018) menemukan bahwa melek finansial, dan kontrol diri berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku menabung pada mahasiswa Bidik Misi, sedangkan teman sebaya tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku menabung pada mahasiwa Bidik Misi.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh (Marwati, 2018) menemukan bahwa literasi keuangan, pengendalian diri, motif menabung dan pendapatan berpengaruh signifikan terhadap perilaku menabung mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta. Sedangkan teman sebaya tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku menabung mahasiswa Universitas Negeri tabungan manual. Sekitar 20 mahasiswa regular kelas pagi melakukan kegiatan menabung dikelas dalam periode persemester dan sisanya 10 mahasiswa reguler weekend menyimpan sebagian pendapatan mereka tiap bulan dan menyisihkan untuk membayar uang kuliah sendiri. Dapat disimpulkan bahwa budaya menabung di Fakultas Ekonomi Bisnis dan Ilmu Sosial di Universitas Pelita Bangsa dapat dikatakan baik. (Utami & Sirine, 2016)meneliti “Faktor- faktor yang mempengaruhi Perilaku Menabung di Kalangan Mahasiswa” hasilnya menunjukan bahwa melek finansial, sosialisasi orang tua berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku menabung, dan teman sebaya tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku menabung mahasiswa. (Chalimah et al., 2019) menemukan bahwa self-control berpengaruh positif terhadap saving behavior. (Amilia et al., 2018) menemukan bahwa melek finansial, dan kontrol diri berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku menabung pada mahasiswa Bidik Misi, sedangkan teman sebaya tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku menabung pada mahasiwa Bidik Misi.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh (Marwati, 2018) menemukan bahwa literasi keuangan, pengendalian diri, motif menabung dan pendapatan berpengaruh signifikan terhadap perilaku menabung mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta. Sedangkan teman sebaya tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku menabung mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta. (Khatun, 2018) meneliti Effect of Financial Literacy and Parental Socialization on Students Saving Behavior of Bangladesh hasilnya menunjukan bahwa financial literacy berpengaruh positif dan signifikan terhadap saving behavior. Jeetendra & Saru (2018) meneliti “Parental and Peer Influence on the Saving Behavior of the Youth hasilnya menunjukan bahwa peer influence berpengaruh positif dan signifikan terhada Saving Behavior. (Adityandani & Haryono, 2019) juga dalam penelitiannya bahwa pendapatan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap perilaku menabung.

Berkenaan dengan saving behavior, kebutuhan akan menabung berbeda setiap individu karena pola pikir yang berbeda pengetahuan keuangan, perilaku, komunitas sosial, motif menabung dan pendapatan. Untuk mewakili kesenjangan antara perilaku individu, pengetahuan keuangan, lingkungan sosial, motif menabung dan pendapatan dilakukan pengamatan, maka perlu memahami bagaimana mahasiswa/i benar-benar mencoba mencapai tujuan tabungan mereka. Berdasarkan latar belakang tesebut, maka penelitian ini akan meneliti “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Saving Behavior Generasi Milenial Mahasiswa Universitas Pelita Bangsa.”.

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL. 6 NO. 1 – JUNI 2021

Rensi Suryanti; Wisnu Setyawan; Ulfa Dwi Noviana 50

KAJIAN PUSTAKA

Menurut data sensus penduduk, Generasi Millenial 2018, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa generasi millenial mencapai 33,75% dari total penduduk keseluruhan. Hal ini berarti sumbangan generasi millenial dalam membentuk struktur jumlah penduduk usia produktif cukup tinggi, dimana 67,02% penduduk dengan usia produktif, sekitar 50,36% adalah generasi millenial. Dengan ini menunjukan adanya Bonus Demografi, dengan kekuatan sebesar itu Generasi Millenial tentu saja memiliki peranan yang sangat besar. Generasi Millenial akan mencerminkan dari gambaran Bangsa Indonesia, apakah akan menjadi bangsa yang konsumtif atau produktif. Sumber: https://bps.go.id (BPS, 2018).

(Nkoutchou, 2012) menyatakan bahwa dalam masyarakat yang ditandai oleh tingkat konsumsi yang tinggi menghasilkan tingginya hutang, tabungan adalah tantangan utama, terutama meningkatnya biaya hidup. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Ming Thung, Ying Kai, Sheng Nie, Wan Chiun, & Chang Tsen, 2012) menabung adalah proses tidak menghabiskan uang sekarang untuk digunakan di masa depan dengan berbagai motif dan tujuan dibelakang itu. Perilaku Menabung penting untuk di mulai sejak dini sehingga mampu mendidik anak untuk bisa mengendalikan diri dari perilaku yang konsumtif, belajar untuk dapat membelanjakan uang mereka dengan bijak. Selain itu, kegiatan menabung dapat melatih anak-anak masuk mengelola keuangan secara bertahap sehingga mereka bisa tumbuh menjadi generasi yang terampil dalam bidang keuangan manajemen nantinya dan akhirnya mencapai kesejahteraan finansial.

Literasi keuangan bermanfaat sebagai pendorong pemahaman mengenai pengelolaan keuangan untuk pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kegiatan investasi untuk tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Yahya, 2021). Literasi keuangan menekankan pada bagaimana menabung untuk masa depan melalui pengetahuan dan kemampuan dalam mengaplikasikannya (Lusardi et al, 2010) dalam (Yahya, 2021). Semakin tinggi tingkat literasi seseorang cenderung lebih dapat mengendalikan diri dari sikap konsumtif dan melakukan saving untuk masa depan.

(Ningsih et al., 2018) Perilaku Menabung dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal terdiri dari budaya, demografi, kelas dan status sosial, keluarga, kelompok referensi, dan pemasaran. Sedangkan faktor internal itu sendiri terdiri dari persepsi, pembelajaran, memori, motivasi, kepribadian, emosi, dan sikap. (Alwi, Hashim, & Ali, 2015) dalam artikel Future Savings Challenge, ada budaya menabung yang kuat di antara Generasi Y atau yang kita kenal dengan Generasi Milenial, yang bertahan pada produk uang tunai. Namun demikian, bersama dengan keraguan tentang lembaga keuangan dan kebencian terhadap investasi, terkait dengan resiko. Jasa keuangan dalam bidang menabung perlu menemukan pandangan cara untuk menumbuhkan kebiasaan menabung pada Generasi Milenial.

Menurut penelitian oleh (Alwi et al., 2015) dalam artikel Future Savings Challenge, ada budaya menabung yang kuat di antara Generasi Y atau yang kita kenal dengan Generasi Milenial, yang bertahan pada produk uang tunai. Tingkat literasi keuangan di kalangan siswa masih relative rendah, hasil survei yang di lakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2016 yaitu tingkat literasi keuangan siswa di Indonesia sebesar 23 %. Literasi Keuangan terkait erat dengan manajemen keuangan, dimana semakin tinggi tingkat literasi keuangan seseorang, semakin baik manajemen keuangan orang tersebut. dalam penelitian OECD; (Lantara et al 2015), literasi keuangan adalah kombinasi dari kesadaran, pengetahuan, keterampian, sikap, dan perilaku yang diperlukan untuk menghasilkan keputusan keuangan dan akhirnya mencapai individu kesejahteraan financial. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi literasi keuangan menurut (Hidajat, 2015), adalah pekerjaan, umur, jenis kelamin, pendidikan dan pendapatan.

Kemampuan untuk mengendalikan perilaku, kecenderungan untuk menarik perhatian, keinginan, untuk mengubah perilaku agar sesuai untuk orang lain, selalu nyaman dengan orang lain, menutup perasaanya (Amilia et al., 2018). Sebagaimana faktor psikologis lainnya, kontrol diri dipengaruhi oleh beberapa faktor lain menurut (Ningsih et al., 2018) adalah faktor internal dan faktor

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL. 6 NO. 1 – JUNI 2021

Rensi Suryanti; Wisnu Setyawan; Ulfa Dwi Noviana 51

eksternal. Faktor internal yang terdapat dalam kontrol diri meliputi faktor usia dan kematangan, sedangkan faktor eksternal yang terdapat dalam kontrol diri meliputi lingkungan keluarga, terutama orang tua. Kontrol diri dalam pengelolaan keuangan merupakan strategi yang digunakan oleh individu untuk mencegan pemborosan dalam alokasi keuangan. Indikator variabel Self control dalam penelitian ini mengarah pada penelitian yang diungkapkan oleh (Alwi et al., 2015), yaitu Memiliki inisiatif untuk menyimpan pengeluaran tidak terduga, Mempunyai niat untuk melakukan penghematan, Mempunyai perasaan tidak nyaman tanpa perencanaan keuangan, Mempunyai perasaan tidak nyaman melakukan pengeluaran yang tidak penting.

(Alwi et al., 2015) menenkankan bahwa generasi Y atau generasi milenial sering disebut mudah dipengaruhi oleh teman sebaya yang menginspirasi bahwa mereka bisa dengan mudah terpengaruh dari tekanan teman sebaya ketika melakukan keputusan. (Ardiana, 2017)menekankan bahwa anak muda juga belajar dari interaksi langsung dan tidak langsung dengan teman sebaya; melalui diskusi, pembuatan peraturan, penguatan dan pemodelan tetapi juga mengintegrasikan kehidupan sosial mereka dengan gadget elektronik. Pengaruh Teman sebaya (peer influence) dalam penelitian (Amilia et al., 2018) mengungkapkan, teman sebaya adalah sebuah kelompok sosial yang sering di definisikan sebagai semua orang yang memiliki kesamaan sosial atau memiliki kesamaan ciri-ciri, seperti kesamaan tingkat usia.(Amilia et al., 2018), menyatakan hal yang sama bahwa teman sebaya adalah anak-anak dengan tingkat umur dan tingkat kedewasaan yang kurang lebih sama.

Pengaruh Teman sebaya (peer influence) dalam penelitian (Amilia et al., 2018) mengungkapkan, teman sebaya adalah sebuah kelompok sosial yang sering di definisikan sebagai semua orang yang memiliki kesamaan sosial atau memiliki kesamaan ciri-ciri, seperti kesamaan tingkat usia.(Amilia et al., 2018), menyatakan hal yang sama bahwa teman sebaya adalah anak-anak dengan tingkat umur dan tingkat kedewasaan yang kurang lebih sama. Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat di simpulkan bahwa perilaku teman sebaya adalah hubungan individu pada anak-anak atau remaja dengan tingkat usia yang sama serta melibatkan keakraban yang relatif besar dalam kelompoknya.

Dalam penelitian (Ardiana, 2017) terdapat beberapa indikator teman sebaya, Indikator ini digunakan sebagai tolak ukur yang nantinya akan digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kelompok teman sebaya (peer influence) terhadap perilaku menabung. Indikator peer influence adalah sebagai berikut: 1. Menabung secara teratur 2. Pengelolaan keuangan 3. Perbandingan pendapatan dan pengeluaran 4. Banyak waktu luang 5. Pengeluaran rutin.

Menurut (Marwati, 2018), mengungkapkan motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri individu seseorang, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat di interprestasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. Semua tingkah laku manusia ada hakikatnya mempunyai motif. Kegiatan-kegiatan tersebut yang biasa kita lakukan sehari-hari juga mempunyai motif-motif tersendiri. Seperti ketika kita akan melakukan kegiatan menabung tentunya kita mempunyai motif dari kegiatan menabung tersebut.

Menurut Keynes pendapatan adalah fungsi dari konsumsi dan tabungan atau di formulasikan Y= C + S. dengan Y adalah pendapatan, C adalah konsumsi, sedangkan S adalah Saving atau tabungan (Sobri, 1980, dalam Marwati 2018). Dalam arti ekonomi menurut (Butarbutar, Widayatsari, & Aqualdo, 2017), pendapatan sebagai balas jasa atas penggunaan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh sektor rumah tangga dan sektor perushaan yang dapat berupa gaji atau upah, sewa, bunga serta keuntungan atau profit. Menurut penelitian (Marwati, 2018) menyebutkan bahwa pendapatan merupakan sejumlah nominal penerimaan yang diperoleh mahasiswa pada periode tertentu (bisa per minggu atau per bulan) yang diukur dalam satuan mata uang (rupiah). Pendapatan dalam penelitian tersebut diukur dengan

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL. 6 NO. 1 – JUNI 2021

Rensi Suryanti; Wisnu Setyawan; Ulfa Dwi Noviana 52

nominal penerimaan mahasiswa yang berasal dari kiriman orang tua/saudara, dan bekerja. HIPOTESIS Pengaruh financial literacy terhadap saving behavior generasi milenial

(Khatun, 2018) dalam artikelnya yang berjudul “Effect of Financial Literacy and Parental Socialization on Students Saving Behavior of Bangladesh” menyatakan bahwa : financial literacy berpengaruh positif dan signifikan terhadap saving behavior. (Puspasari, Yanto, & Prihandono, 2018) dalam artikel “The Saving Behavior of State Vocational High School Student in Tegal Regency” menyatakan hal serupa bahwa financial literacy berpengaruh positif dan signifikan terhadap saving behavior of state vocational high school student in tegal regency. Oleh karena itu hipotesis pertama diusulkan sebagai berikut: H1: financial literacy berpengaruh positif signifikan terhadap saving behavior generasi milenial Pengaruh self control terhadap saving behavior generasi milenial

(Chalimah et al., 2019) dalam artikel yang berjudul “The Saving Behavior of Public Vacational High School Students of Business and Management Program in Semarang” hasil penelitiannya yakni : self control berpengaruh positif dan signifikan terhadap saving behavior. (Utami & Sirine, 2016) dalam artikel yang berjudul “Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Menabung di Kalangan Mahasiswa menyatakan bahwa : kontrol diri berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap perilaku menabung mahasiswa. Oleh karena itu hipotesis kedua akan diusulkan sebagai berikut: H2: self control berpengaruh positif signifikan terhadap saving behavior generasi milenial Pengaruh peer influence terhadap saving behavior generasi milenial

(Dangol & Maharjan, 2018) dalam artikel yang berjudul “Parental and Peer Influence on the Saving Behavior of the Youth” menyatakan bahwa : peer influence berpengaruh positif dan signifikan terhadap saving behavior of the youth. (Amilia et al., 2018) dalam artikel yang berjudul “Analysis of factor affecting student Bidik Misi Saving Behavior” menyatakan bahwa : teman sebaya tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku menabung. Oleh karenanya Hipotesis ketiga akan diusulkan sebagai berikut H3: Peer influence berpengaruh positif signifikan terhadap saving behavior generasi millenial Pengaruh saving motive terhadap saving behavior generasi milenial

(Marwati, 2018) dalam artikel yang berjudul “Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Menabung mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta” menyatakan bahwa : motif menabung berpengaruh signifikan terhadap perilaku menabung mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta. (Fisher & Montalto, 2010) dalam artikel yang berjudul “Effect on Saving Motive and Horizon on Saving Behaviors” terbit di Journal of Economic Psychology menyatakan bahwa : saving motive berpengaruh positif dan signifikan terhadap saving behavior. hipotesis keempat diusulkan sebagai berikut: H4: Saving Motive berpengaruh positif signifikan terhadap Saving Behavior Generasi Millenial. Pengaruh income terhadap saving behavior generasi milenial

(Marwati, 2018) dalam artikel yang berjudul “Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Menabung mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta menyatakan bahwa : pendapatan berpengaruh signifikan terhadap perilaku menabung mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta. (Adityandani & Haryono, 2019) dalam artikel yang berjudul “Pengaruh Demografi, Financial Attitude, Financial Knowledge dan Suku Bunga terhadap Perilaku menabung Masyarakat Kota Surabaya” menyatakan pendapatan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap perilaku menabung. Oleh karena itu hipotesis kelima akan diusulkan sebagai berikut: H5: Income berpengaruh signifikan terhadap saving behavior generasi milenial

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL. 6 NO. 1 – JUNI 2021

Rensi Suryanti; Wisnu Setyawan; Ulfa Dwi Noviana 53

H1

H2

H3

H4

H5

Berdasarkan hipotesis yang ada bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi Saving Behavior Generasi Milenial dalam dilihat dalam kerangka penelitian berikut:

Gambar 2 Kerangka Penelitian

Sumber: dari berbagai sumber, data diolah 2020 METODE PENELITIAN

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa S1 Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Bisnis dan Ilmu Sosial di Universitas Pelita Bangsa Angkatan 2016. Ada tiga Teknik yang digunakan dalam penelitian ini , yaitu : 1. Angket atau Kuesioner Kuesioner

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk di jawab (Sugiyono, 2016). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dibagikan kepada mahasiwa S1 Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Bisnis dan Ilmu Sosial di Universitas Pelita Bangsa.

2. Studi Pustaka Dalam penelitian ini, penulis melakukan ke studi kepustakaan dengan cara mempelajari, mengkaji dan menelaah literatur-literatur berupa jurnal-jurnal, berita referensi Pengaruh Financial Literacy, Self 32 Control, Peerl Influence, Saving Motive dan Income terhadap Saving Behavior Generasi Milenial (Studi Kasus pada Mahasiswa/i Universitas Pelita Bangsa).

3. Observasi Dalam penelitian ini, penulis melakukan observasi/ mengamati pada objek penelitian dengan tujuan memperoleh data sekunder melalui website resmi yang dirilis perusahaan, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Metode yang digunakan merupakan metode analisis regresi linier berganda dengan perhitungan melalui software IBM SPSS versi 26. Regresi linear berganda adalah model regresi linier yang variable bebasnya terdiri lebih dari satu. Variabel bebas (Independent variable) adalah variable yang mempengaruhi dan variable terikat (Dependent variable) adalah variable yang dipengaruhi.

Operasional variable merupakan konsep variable yang digunakan dalam penelitian ini, sebagaimana tercantum dalam table dibawah ini :

Financial

Literacy

Saving Motive

Self Control

Peer

Influence

Income

Saving

Behaviour

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL. 6 NO. 1 – JUNI 2021

Rensi Suryanti; Wisnu Setyawan; Ulfa Dwi Noviana 54

Tabel 1. Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Indikator

Saving Behavior (Perilaku Menabung)

Perilaku Menabung adalah perilaku yang dilakukan oleh seseorang dengan menyisihkan sebagian dari penghasilan mereka, harus menabung (Chalimah et al., 2019)

a. Menabung secara periodik b. Membandingkan harga sebelum

melakukan pembelian c. Dapat Mengontrol pengeluaran d. Memiliki uang cadangan e. Sikap berhemat f. Menabung terlebih dahulu untuk

rencana masa yang akan datang g. Membeli barang yang dibutuhkan

saja Financial Literacy (Literasi Keuangan)

Literasi Keuangan adalah pengetahuan (knowledge), keyakinan (confidence), dan keterampilan (skill), yang dapat mempengaruhi sikap (attitude) dan perilaku (behavior) untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan dalam rangka mencapai kesejahteraan. (OJK, 2016)

a. Pengetahuan umum (basic concept)

b. Simpanan atau Pinjaman c. Asuransi d. Investasi

Self Control (Pengendalian Diri)

a) Kontrol Perilaku b) Kontrol Kognitif c) Kontrol Keputusan

(Marwati, 2018) indikator Self Control adalah sebagai berikut: a. Memiliki kemampuan

mengendalikan keadaan b. Memiliki kemampuan mengatur

stimulus c. Memiliki kemampuan

mengantisipasi peristiwa atau kejadian

d. Memiliki kemampuan mengambil keputusan

e. Memiliki kemampuan memilih tindakan.

Peer Influence (Pengaruh Teman Sebaya)

Peer Influence adalah hubungan individu pada anak-anak atau remaja dengan tingkat usia yang sama serta melibatkan keakraban yang relatif besar dalam kelompoknya.

a. menabung secara teratur b. Pengelolaan keuangan c. Perbandingan pendapatan dan

pengeluaran d. banyak waktu luang e. pengeluaran rutin.

Saving Motive (Motivasi Menabung)

Motif adalah keuatan yang terdapat dalam diri individu seseorang, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat.

a. Berjaga-jaga b. The Life-cycle c. Perhitungan Keuntungan d. Meningkatkan standar kehidupan e. Kebebasan f. Spekulatif/usaha g. Warisan

Income (Pendapatan)

Pendapatan adalah balas jasa atas penggunaan faktorfaktor produksi yang

Diukur dalam satuan mata uang (rupiah)

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL. 6 NO. 1 – JUNI 2021

Rensi Suryanti; Wisnu Setyawan; Ulfa Dwi Noviana 55

Variabel Konsep Indikator

dimiliki oleh sektor rumah tangga dan sektor perushaan yang dapat berupa gaji atau upah, sewa, bunga serta keuntungan atau profit. (Butarbutar et al., 2017)

a. Total Penerimaan mahasiswa dari orang tua/ saudara.

b. Beasiswa / Bekerja

Sumber: dari berbagai sumber, data diolah 2020 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Financial Literacy, Self- Control, Peer Influence,

Saving Motive dan Income secara parsial berpengaruh terhadap Saving Behavior Generasi Milenial. Penelitian ini sangat perlu dilakukan untuk mengetahui berbagai faktor perilaku apa saja yang dapat mendorong Saving Behavior Generasi Milenial. Sehingga dapat membantu pola pikir setiap individu dalam pengambilan keputusan melakukan menabung. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Variabel Dependen yang digunakan adalah Saving Behavior, sedangkan variabel independennya adalah Financial Literacy, Self- Control, Peer Influnece, Saving Motive dan Income. Penelitian ini relative sederhana sehingga dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda .

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiwa manajemen angkatan 2016 yang sedang menabung selama 1 tahun terakhir. Hal ini dikarenakan mahasiswa manajemen angakatan 2016 merupakan bagian dari generasi milenial. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 282 responden. Data primer yang digunakan berupa kuesioner. Kuesiner penelitian disebar di social media hanya dalam bentuk google doc form dalam kurun waktu 40 hari, sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui bps.go.id, bi.go.id, ojk.go.id. Kuesioner terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama adalah pertanyaan penyaring. Bagian kedua adalah pertanyaan demografi mengetahui gambaran umum responden terkait jenis kelamin, program kelas dan pendapatan. Bagian ketiga adalah pertanyaan inti terkait variabel penelitian dalam bentuk skala likert 1 sampai 5 yang terdiri dari 6 variabel dan total 59 pertanyaan. Data diolah dengan menggunakan SPSS 26.

Langkah pertama adalah menguji instrumen pertanyaan dengan dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Data yang dinyatakan valid dan reliabel akan di uji menggunakan asumsi klasik. Selanjutnya baru dilakukan uji hipotesis secara parsial. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, (apabila nilai sig. > 0,05 maka data berdistribusi normal), dan uji multikolinearitas (dikatakan lolos uji multikolinearitas jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10,0 maka tidak terjadi multikolinearitas), serta langkah selanjutnya adalah uji hipotesis secara parsial (dikatakan berpengaruh apabila r-hitung > r-tabel, nilai sig.< 0,05). HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 2 dibawah ini menunjukan bahwa instrumen pertanyaan apabila r-hitung > r-tabel artinya valid, sehingga dapat disimpulkan bahwa data layak digunakan dalam penelitian.

Tabel 2. Uji Hipotesis Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 4,114 2.311 1,780 0,076

Financial Literacy 0,347 0,054 0,354 6,378 0,000

Self Control 0,177 0,054 0,187 3,274 0,001

Peer Influence 0,095 0,054 0,089 1,754 0,081

Saving Motive 0,145 0,037 0,222 3,915 0,000

Income 3,03E-07 0,000 0,108 2,492 0,013

a. Dependent Variable: Saving Behaviour

Sumber: SPSS 26, data diolah 2020

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL. 6 NO. 1 – JUNI 2021

Rensi Suryanti; Wisnu Setyawan; Ulfa Dwi Noviana 56

PEMBAHASAN 1. Pengaruh Variabel Financial Literacy terhadap Saving Behavior Generasi Milenial

Hasil uji hipotesis menunjukan bahwa Financial Literacy secara parsial berpengaruh terhadap Saving Behavior Generasi Milenial dengan nilai t-hitung 6,378 > t-tabel (1,969) dan nilai signifikasi < 0,05 sehingga hipotesis pertama diterima. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Khatun, 2018) yang menyatakan bahwa Financial Literacy berpengaruh positif terhadap Saving Behavior. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Financial Literacy berdampak positif serta meningkatkan dalam melakukan Saving Behavior Generasi Milenial pada Mahaiswa.

2. Pengaruh Variabel Self-Control terhadap Saving Behavior Generasi Milenial Hasil uji hipotesis menunjukan bahwa Self- Control secara parsial berpengaruh terhadap Saving Behavior Generasi Milenial dengan nilai t- hitung 3,274 > t-tabel (1,969) dan nilai signifikasi < 0,05 sehingga hipotesis kedua diterima. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti, dkk (2019) yang menyatakan bahwa Self- Control berpengaruh positif terhadap Saving Behavior. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Self-Control berdampak positif, semakin baik Self-Control pada mahasiwa akan meningkatkan dalam melakukan Saving Behavior Generasi Milenial.

3. Pengaruh Variabel Peer Influence terhadap Saving Behavior Generasi Milenial Hasil uji hipotesis menunjukan bahwa Peer Influence secara parsial berpengaruh terhadap Saving Behavior Generasi Milenial dengan nilai t- hitung 1,754 > t-tabel (1,969) dan nilai signifikasi < 0,05 sehingga hipotesis ketiga ditolak. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh(Dangol & Maharjan, 2018), dimana adanya pengaruh positif antara Peer Influence dengan Saving Behavior. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan (Utami & Sirine, 2016) menyatakan bahwa Peer Influence secara parsial tidak berepngaruh terhadap Saving Behavior. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Peer Influence secara parsial tidak berpengaruh dengan Saving Behavior. Kemungkinan hal ini dikarenakan pada sampel mahasiswa manajemen angkatan 2016 Universitas Pelita Bangsa cenderung pada waktu luang kurang diskusi masalah keuangan dan menabung antara rekan atau teman sebaya.

4. Pengaruh Variabel Saving Motive terhadap Saving Behavior Generasi Milenial Hasil uji hipotesis menunjukan Saving Motive secara parsial berpengaruh terhadap Saving Behavior Generasi Millenial dengan nilai t-hitung 3.915 > t-tabel (1,969) dengan nilai signifikasi < 0,05 sehingga hipotesis keempat diterima. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Marwati, 2018) yang menyatakan bahwa Saving Motive berpengaruh positif terhadap Saving Behavior. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Saving Motive berdampak positif, semakin baik Saving Motive semakin meningkat pula Saving Behavior Generasi Millenial.

5. Pengaruh Variabel Income terhadap Saving Behavior Generasi Milenial Hasil uji hipotesis menunjukan variable Income secara parsial berpengaruh terhadap Saving Behavior Generasi Millenial dengan nilai t-hitung 2,492 > t-tabel (1,969) dengan nilai signifikasi < 0.05 sehingga hipotesis kelima diterima. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan (Marwati, et al 2018) yang menyatakan bahwa Income berpengaruh positif terhadap Saving behavior. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Income berdampak positif, semakin baik Income samakin meningkatkan saving bahavior.

KESIMPULAN

Hasil dari penelitian ini menggunakan Uji T yang menunjukan bahwa secara terpisah atau parsial Financial Literacy, Self-Control, Saving Motive dan Income bernilai positif dan berpengaruh signifikan terhadap Saving Behavior Generasi Milenial, sedangkan variabel Peer Influence bernilai positif tetapi tidak berpengaruh terhadap Saving Behavior. Penyebab variabel Peer Influence tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap Saving Behavior adalah kurangnya diskusi masalah-masalah keuangan dan

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL. 6 NO. 1 – JUNI 2021

Rensi Suryanti; Wisnu Setyawan; Ulfa Dwi Noviana 57

informasi tabungan terhadap rekan dan teman saat waktu luang bersama. Saran untuk penelitian selanjutnya dalam pemilihan populasi dan metode sampling pada

penelitian diharapkan lebih luas ruang lingkupnya, supaya dapat menggambarkan tema penelitian secara menyeluruh dan tepat. Sedangkan saran untuk pembaca perlunya pembekalan pada mahasiswa untuk menerapkan menabung secara rutin, dengan meningkatkan pemahaman konsep manajemen keuangan yang baik, serta melakukan penghematan. Berdasakan Hasil Uji t pada variabel bebas yaitu peer influence terhadap variabel terikatnya saving behavior bernilai positif tetapi tidak berpengaruh dan tidak signifikan secara parsial, oleh karna ini bagi peneliti yang akan melakukan penelitian selanjutnya dengan tema yang sama, sebaiknya dapat mengidentifikasi pengaruh variabel lain, supaya hasil penelitian lebih maksimal dan optimal. DAFTAR PUSTAKA Adityandani, W., & Haryono, N. A. (2019). Pengaruh Demografi, Financial Attitude, Financial

Knowledge, Dan Suku Bunga Terhadap Perilaku Menabung Masyarakat Kota Surabaya. Jurnal Ilmu Manajemen (JIM), 7(2), 316–326.

Alwi, S., Hashim, I. Z. A., & Ali, M. S. (2015). Factors Affecting Savings Habits within Millennials in

Malaysia : Case Study on Students of Taylor ’ s University. Fourth Asia-Pacific Conference on Global Business, Economics, Finance and Social Sciences (AP15Malaysia Conference), 7–9.

Amilia, S., Bulan, T. P. L., & Rizal, M. (2018). Pengaruh melek finansial, sosialisasi orang tua, dan teman sebaya terhadap perilaku menabung mahasiswa bidik misi Fakultas Ekonomi Universitas Samudra. Jurnal Samudra Ekonomika, 2(2), 97–107.

Ardiana, M. (2017). Kontrol Diri, Pendidikan Pengelolaan Keuangan Keluarga, Pengetahuan Inklusi Keuangan Siswa Pengaruhnya Terhadap Perilaku Menabung Siswa Smk Se Kota Kediri. Jurnal Ekonomi Pendidikan Dan Kewirausahaan, Vol. 4, p. 59. https://doi.org/10.26740/jepk.v4n1.p59-75

BPS. (2018). BPS. BPS. (2020). BPS. Butarbutar, G. R., Widayatsari, A., & Aqualdo, N. (2017). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHA INDUSTRI MAKANAN KHAS DI KOTA TEBING TINGGI. JOMFekom, 4(1), 843–857.

Chalimah, S. N., Martono, S., & Khafid, M. (2019). The Saving Behavior of Public Vocational High School Students of Business and Management Program in Semarang. Journal of Economic Education, 8(1), 22–29.

Dangol, J., & Maharjan. (2018). Parental and Peer Influence on saving behavior of the Youth. International Research Journal of Management Science.

Fisher, P. J., & Montalto, C. P. (2010). Effect of saving motives and horizon on saving behaviors. Journal of Economic Psychology, 31(1), 92–105. https://doi.org/10.1016/j.joep.2009.11.002

Hidajat, T. (2015). Literasi Keuangan. Semarang: STIE Bank BPD Jateng. Khatun, M. (2018). Effect of Financial Literacy and Parental Socialization on Students Savings Behavior

of Bangladesh. Internasional Journal of Scientific and Research Publications. Marwati, R. D. (2018). Faktor-faktor Yang Memengaruhi Perilaku Menabung Mahasiswa S1 Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. In Jurnal Pendidikan Ekonomi: Kajian Ilmiah Bidang Pendidikan dan Ekonomi (Vol. 7).

Ming Thung, C., Ying Kai, C., Sheng Nie, F., Wan Chiun, L., & Chang Tsen, T. (2012). Determinants of saving behaviour among the university students in Malaysia. Universiti Tunku Abdul Rahman, (May), 109.

Ningsih, R. S., Sudarma, K., & Semarang, U. N. (2018). The Effect of Family Environment and School Environment Towards Savings Behavior Through Self Control in High School Students in Purwodadi City, Grobogan Regency. Journal of Economic Education, 7(1), 52–59. https://doi.org/10.15294/jeec.v7i1.25105

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL. 6 NO. 1 – JUNI 2021

Rensi Suryanti; Wisnu Setyawan; Ulfa Dwi Noviana 58

Nkoutchou, H. (2012). R Etirement Saving Behaviour of Young Adults in. 5(April), 31–48. OJK. (2016). OJK. OJK. (2019). OJK. Puspasari, E., Yanto, H., & Prihandono, D. (2018). The Saving Behavior of State Vocational High

School Students in Tegal Regency Article Info. / Journal of Economic Education, 7(2), 132–142. Utami, D. S., & Sirine, H. (2016). Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Menabung Di Kalangan

Mahasiswa. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 19(1), 27–52. Yahya, A. (2021). Determinan Perilaku Konsumtif Mahasiswa. 23(01), 37–50.

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL. 6 NO. 1 – JUNI 2021

Muhammad Sapruwan 59

PENERAPAN AKUNTANSI DALAM ADMINISTRASI BISNIS PERGUDANGAN

(STUDY KASUS: PENYELESAIAN SELISIH PERSEDIAAN )

Muhammad Sapruwan

1) Universitas Pelita Bangsa, Jl. Inpeksi Kalimalang Cikarang Kabupaten Bekasi 17530, Jawa Barat

[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini berkaitan dengan permaslahan persediaan barang di gudang. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apa saja selisih persediaan, mengetahui, apa saja penyebab terjadinya selisih persediaan, Mengetahui apa saja dampak selisih persediaan, tindakan bagaimana perbaikan selisih persediaan dari sudut akuntansi. Metode penelitian yang digunakan adalah diskritif kualitatif dan kuantitatif, dengan metode pencatatan akuntansi Phisical Inventory Sistem Hasil temuan penelitian ini adalah langkah-langkah tindakan akuntansi yang harus dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan selisih persediaan barang di gudang. Implikasi dari temuan ini adalah memberikan informasi persediaan yang akurat di laporan keuangan, memberikan pengetahuan dan pembelajaran bagi pelaku bisnis pergudangan, dan akademisi tentang bagaimana penyelesaian selisih persediaan barang di gudang dengan pendekatan akuntansi. Kata Kunci : Akuntansi, Pergudangan, dan Persediaan

ABSTRACT

This research is related to the problem of inventory in the warehouse. The purpose of this research is find out what is the difference in inventory, find out what are the causes of inventory discrepancies, Knowing what the effects of inventory differences are, actions on how to correct the difference in inventory from an accounting point of view. The research method used is qualitative and quantitative descriptions, by recording method accounting Physical Inventory System. The findings of this study are accounting action steps which must be done to solve the problem of differences in inventory in the warehouse. The implications of this finding are provide accurate inventory information in financial statements, provide knowledge and learning for warehousing businesses, and academics about how to settle the difference in inventory in the warehouse with an accounting approach. Keywords : Accounting, Warehouse, and Inventory PENDAHULUAN

Setiap orang sebelum menjalankan tugasnya diperusahaan pasti ingin mengetahui terlebih dahulu kondisi perusahaan didalamnya. Salah satu asset yang penting untuk diketahui lebih lanjut adalah inventarisasi asset persediaan yang tersimpan digudang. Hal ini penting untuk diketahui berapa jumlah nilai asset persediaan yang sebenarnya. Ada peribahasa mengatakan “ tidak makan nangkanya kena getahnya “. Ada permasalahan persediaan dimasa lalu akan tetapi menjadi pertanggung jawaban kita saat ini. Hal ini terjadi karena kelalain kita dalam menerima tanggung jawab asset persediaan yang tersimpan di gudang dengan tidak melakukan stock op-name sebelumnya.

Gudang adalah suatu tempat penyimpanan berbagai macam jenis barang dalam jumlah yang besar maupun kecil, sebelum barang tersebut di gunakan dalam jangka waktu tertentu, untuk tujuan tertentu. Gudang memiliki peranan yang sangat penting dalam menunjang kegiatan operasional suatu perusahaan yakni penerimaan,penyimpanan dan pengeluaran barang. Banyak pihak yang tidak terlalu memperhatikan keberadaanya sehingga baik sengaja maupun tidak sengaja dalam menjalankan aktivitasnya menimbulkan terjadinya selisih persediaan. Persediaan di gudang bermacam-macam

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL. 6 NO. 1 – JUNI 2021

Muhammad Sapruwan 60

bentuk phisiknya mulai dari bahan baku, barang dalam proses, barang jadi, dan bahan penolong atau bahan pembantu lainnya..

Inventarisasi asset persediaan pada umumnya dilakukan dengan cara stock opname. Hendaknya Stock opname dilakukan secara menyeluruh “ Total Jendral “ agar dikemudian hari diketahui sampai batas mana pertanggung-jawabannnya. Stock opname merupakan kegiatan mengontrol antara administrasi dan fisik barang. Dengan diadakanya stock opname maka akan diketahui apakah laporan stock benar atau tidak. Setiap terjadi stock op-name sering ditemukan permasalahan dimana data stock gudang yang dilaporkan tidak mencerminkan kondisi fisik yang sebenarnya. Contoh temuan permasalahan stock opname yang didapatkan sebagai berikut : adanya persediaan barang yang tidak memiliki daftar harga barang, adanya phisik persediaan yang lebih kecil jumlahnya dari catatan gudang, adanya phisik persediaan yang lebih besar jumlahnya dari catatan gudang, adanya phisik barang yang tercatat gudang sedangkan fisiknya tidak ada, Tidak tertib administrasi gudang seperti Bon Permitaan Barang Menyusul, Tidak up to date dalam input data baik penerimaan barang maupun pengeluaran barang, tidak akurat dalam pengisian Bon Permintaan Barang, dan sebagainya.

Permasalahan tersebut disebabkan adanya beberapa factor seperti : seringnya turn over petugas gudang, Pengawasan manajemen tidak berjalan sebagaimana mestinya, kebijakan manajemen pergudangan yang kurang tepat. Tidak pernah dilakukan koreksi kesalahan, dan sebagainya. Mengingat banyak factor penyebab terjadinya selisih persediaan barang di pergudangan , maka penulis tertarik untuk melakukan kajian ilmiah yakni : Apa saja selisih persediaan di gudang, apa saja penyebab terjadinya selisih persediaan di gudang, apa saja dampak selisih persediaan digudang, dan bagaimana perbaikan selisih persediaan di gudang dari sudut akuntansi, sedangkan sanksi dan lainnya, tidak dibahas disini. Untuk itu penulis tertarik mengambil judul Penyelesaian Selisih Persediaan Barang Dengan Pendekatan Akuntansi Di Gudang

. KAJIAN PUSTAKA Akuntansi

Menurut Financial Accounting Standards Board (FASB) (2017) merupakan kegiatan jasa yang berfungsi menyediakan suatu informasi kuantitatif yang kemudian digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi. Menurut Sheila Alifanny (2020) Sistem akuntansi persediaan bahan penolong yang baik sangat berdampak dalam memperbaiki pengendalian internal karena jaringan prosedur, dokumen, catatan dan fungsi akan mempengaruhi proses berjalannya suatu pengandalian internal yang ada, dengan adanya kelengkapan dokumen, catatan, serta fungsi yang terkait pesediaan bahan penolong akanmempermudah jalannya pengendalian internal dan memperbaiki tingkat keandalan informasi akuntansi.

Sumarsan (2017:1) adalah suatu seni untuk mengumpulkan, mengidentifikasi, mengklasifikasikan, mencatat transaksi, serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan, sehingga dapat menghasilkan informasi keuangan atau suatu laporan keuangan yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Catur Sasongko (2016), Akuntansi proses/aktivitas yang menganalisis, mencatat, mengklasifikasikan, mengikhtisarkan, melaporkan, dan menginterprestasikan informasi keuangan untuk kepentingan para penggunanya. Dengan demikian secara teknis dapat dirumuskan, akuntansi meliputi tahapan : Bukti Transaksi - Jurnal (jurnal transaksi, Jurnal Penyesuaian, Jurnal Penutup, Jurnal Balik) - Buku Besar - Laporan Keuangan ( L/R, dan Neraca ). Dalam kajian ini penulis berfokus tentang bagaimana penerapan akuntansi bilamana dipergunakan dalam administrasi bisnis pergudangan terutama untuk transaksi koreksi selisih persediaan.

Persediaan

Menurut Handoko. (2015), Persediaan (inventory) adalah suatu istilah umum yang menunjukan segala sesuatu atau sumber daya-sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Kieso, D. E., Weygandt, J. J., & Warfield, T. D. (2015), Persediaan (Inventory) adalah pos-pos aktiva yang dimiliki perusahaan untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam memproduksi barang yang akan dijual. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2018) Istilah persediaan sendiri didefinisikan sebagai aset yang: dimiliki dan untuk dijual dalam kegiatan

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL. 6 NO. 1 – JUNI 2021

Muhammad Sapruwan 61

usaha biasa, dalam proses produksi untuk dijual, dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Dalam kajian ini penulis berfokus pada akurasi laporan persediaan, sehingga kesalahan-kesalahan seperti selisih lebih stock atau sebaliknya dapat segera diperbaiki.

Gudang

Menurut Olivia Audrey dkk (2019) Gudangadalah tempat yang dibebani tugas untuk menyimpan barang yang akan dipergunakan dalam produksi, sampai barang tersebut diminta sesuai jadwal produksi.Menurut Zaroni. 2017, Gudang merupakan komponen penting dari rantai pasokan modern. Rantai pasokan melibatkan kegiatan dalam berbagai tahap: sourcing, produksi, dan distribusi barang, dari penanganan bahan baku dan barang dalam proses hingga produk jadi. Gudangdapat digambarkan sebagai bagian dari suatu sistem logistik sebuah perusahaan yang berfungsi untuk menyimpan produk dan menyediakan informasi mengenai status serta kondisi material/persediaan yang disimpan di gudang, sehingga informasi tersebut selalu up-to-date dan mudah diakses oleh siapa pun yang berkepentingan. Menurut Martono (2015) fungsi gudang :1. Menyimpan barang untuk sementara waktu sambil menunggu giliran untuk diproses. 2. Memantau pergerakan dan status barang. 3. Meminimumkan biaya pergerakan barang, peralatan, dan karyawan. 4. Menyediakan media komunikasi dengan konsumen mengenai barang. 5. Titik penyeimbang aliran inventory dan barang. Aktivitas gudang di PT. KMB meliputi penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran barang. Dalam kajian ini penulis berfakus tindak lanjut selisih persediaan yang ditimbulkan sehubungan dengan adanya aktivitas penerimaan, dan pengeluaran persediaan barang di gudang dari hasil stock opname. METODE PENELTIAN

Tahapan yang akan dilakukan yaitu pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan aktivitas persediaan barang di pergudangan, dengan cara melakukan studi pustaka, kemudian diolah, disusun menjadi laporan. Penelitian ini menggunakan pendekatan Diskritif kuantitatif yakni mendiskripsikan sesuatu hal penyebab masalah, dan menyelesaikan langsung permasalahan secara matematik (hitung-hitungan) dan administrasi pembukuan (akuntansi). Metode analisis akuntansi yang digunakan adalah metode pencatatan Phisical Inventory Sistem yakni pencatatan selisih persediaan hanya dilakukan pada akhir periode akuntansi melalui ayat jurnal penyesuaian. HASIL DAN PEMBAHASAN Diskripsi Data

Data informassi persedian gudang diperoleh dari salah satu perusahaan yang berinisial PT KMB. Salah satu perusahaan yang bergerak dibidang industri perkebunan dan pabrik kelapa sawit yang berlokasi di sampit Kalimantan Tengah. Dari hasil stock opname didapatlah hasil : Ada barang yang fisiknya lebih banyak dari jumlah dilaporan stock, Ada barang yang fisiknya lebih sedikit dari jumlah dilaporan stock. Dan banyak lagi temuan permasalahan dari stock op name. Data hasil stock opname tidak dicantumkan secara keseluruhan, oleh karena kuantitas datanya yang banyak, serta menjaga kerahasiaan perusahaan. Penulis akan sajikan permasalahan data dari hasil stock opname secara sampel seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Stock Opname

Sumber : Data olahan, 2021

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL. 6 NO. 1 – JUNI 2021

Muhammad Sapruwan 62

Melalui interview dan observasi data, permasalahan selisih persediaan tersebut sepertinya terjadi karena : a. Selisih persediaan barang terjadi karena kurangnya ketelitian petugas gudang dalam pencatatan

barang. Misalnya : Sudah dibuatkan Bukti Keluar Barang akan tetapi fisik barang tidak jadi dikeluarkan. Sehingga terjadi selisih lebih. Kemudian, ada pengambilam barang tanpa Bon Permintaan dengan alasan mendesak Bon Permintaan menyusul. Berjalannya waktu terjadi selisih kurang fisik persediaan dari laporan stock.

b. Lemahnya pengetahuan petugas gudang terhadap administrasi gudang, misalnya : belum tahu cara menyelesaikan permasalahan silsih persediaan.

c. Pengawasan tidak berjalan sebagaimana mestinya, tidak ada file bukti adanya stock opname. d. Seringnya turn over petugas gudang termasuk staff pimpinan gudang yang tidak diikuti dengan

serah terima ( file serah terima tidak ditemukan), e. Belum pernah di evaluasi ( koreksi administrasi laporan/catatan gudang) sejak PT.KMB mulai di

bangun. Dampak Laporan stock yang salah yang diberikan kepada manajemen selama ini adalah

informasi keuangan yang menyesatkan. Sehingga pengambilan keputusan oleh manajemen bisa salah, memberikan dampak pelayanan gudang terhadap pengguna menjadi buruk dan berpengaruh terhadap opersional perusahaan, asset yang hilang (pisik lebih kecil dari catatan), dimana tidak diketahui apakah terjadi karena adanya penyimpangan petugas gudang atau karena kesalahan manajemen pengelolaan persediaan, dan tidak tahu siapa yang musti bertanggung-jawab

Pembahasan

Merujuk temuan hasil stock opname seperti yang penulis uraikan dalam diskripsi data diatas, maka upaya perbaikan yang akan dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :

Gambar 1. Tahapan Perbaikan Selisih Persedian

Sumber : Data olahan, 2021

Penjelasan : 1. Mulai, 2. Pembuatan Berita Acara Perbaikan Selisih Persediaan, mengisi semua phisik yang selisih baik

selisih lebih maupun selisih kurang. dan dimintakan persetujuan pimpinan terkait. Gambar 2 (BAP Perbaikan Selisih Persediaan);

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL. 6 NO. 1 – JUNI 2021

Muhammad Sapruwan 63

Gambar 2. BAP Perbaikan Selisih Persediaan

Sumber : Data Olahan , 2021

3. Pembuatan Bon Permintaan Barang, dimintakan persetujuan pimpinan terkait (Administrasi ini

bisa dilewati Bilamana BAP selisih perbaikan sudah dianggap bukti yang cukup); 4. Jika Phisik persediaan lebih kecil dari laporan stock, maka membuat Bukti Keluar Barang (BKB).

mengisi jumlah barang yang akan dikeluarkan dari laporan stock sesuai dengan selisih kurang yang ditemukan. Selanjutnya dimintakan persetujuan pimpinan terkait. Bukti Keluar Barang inilah sesungguhnya jurnal koreksi dari sudut pandang akuntansi, hanya saja terjadinya transaki koreksi atas fisik yang kurang dari jumlah dilaporan stock di bagian gudang bukan dibagian akunting. Dari sudut akunting BKB inilah bukti transaksi pemakaian persediaan yang nantinya akan diinput ke program stock dan transaksi yang sudah terinput tersebut nantinya akan ditransfer ke Geneal Ledger ( GL). Disinilah keterkaitannya dengan akunting. Subtansi Bukti Keluar Barang adalah jurnal koreksi sebagai berikut:

Gambar 3 Bukti Keluar Barang

Sumber : Data Olahan , 2021

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL. 6 NO. 1 – JUNI 2021

Muhammad Sapruwan 64

5. Jika phisik lebih besar dari laporan stock, maka berdasarkan BA Selisih Persediaan membuat Bukti Penerimaan Barang ( BPB). mengisi jumlah barang yang diterima sesuai dengan selisih lebih yang ditemukan. Selanjutnya dimintakan persetujuan pimpinan terkait. BPB inilah sesungguhnya jurnal koreksi dari sudut pandang akuntansi, hanya saja terjadinya transaki koreksi atas fisik yang lebih dari jumlah dilaporan stock di bagian gudang bukan dibagian akunting. Dari sudut akunting BPB inilah bukti transaksi penerimaan persediaan yang nantinya akan diinput ke program stock, dan BPB yang sudah terinput tersebut nantinya akan ditransfer ke Geneal Ledger ( GL). Disinilah keterkaitannya dengan akunting. Subtansi BPB adalah jurnal koreksi sebagai berikut :

Persediaan A … ..xxxx Biaya selisih Persediaan A………..xxxx

Atau Persediaan A … .xxxx

BDP - selisih Persediaan A………..xxxx (catatan :Jurnal koreksi disesuaikan dengan company bisnis) Input harga persediaan bisa disesuaikan dengan PO (Purchase Order) bilamana masih ada filenya, harga rata-rata di laporan stock, harga PO terakhir persediaan sejenis, atau harga pasaran terakhir, tergantung kebijakan manajemen melihat harga yang paling wajar yang masih bisa diterima. Akuntansi yang digunakan diatas adalah Metode Phisical Inventory Sistem yakni pencatatan selisih persediaan hanya dilakukan pada akhir periode akuntansi melalui ayat jurnal penyesuaian dalam hal ini berdasarkan laporan hasil stock opname. Bilamana sewaktu-waktu petugas gudang mengetahui adanya selisih phisik lebih dan sudah memahami bagaimana melakukan jurnal koreksi, maka dapat digunakan Metode Perpectual (Continual Inventory Sistem) yakni pencatatan selisih persediaan dilakukan setiap terjadi selisih transaksi yang mempengaruhi persediaan dengan mengacu pada perbaikan diatas.

Gambar .4 Bukti Penerimaan Barang

Sumber : Data Olahan , 2021

6. Input BKB Dan BPB ke aplikasi program stock (Data Proses Input dalam kajian ini tidak

dapat ditampilkan berhubung data stock sudah diprotek oleh perusahaan ). 7. Berdasarkan BKB dan BPB, dicatatt ke Kartu Gudang dan ke Label Barang. Bentuk Kartu

Gudang dan Label Barang pada umumnya sama.namun Kartu Gudang ukurannya biasanya lebih Besar dibandingkan Label Barang. Baik Kartu Gudang maupun Label Barang ini tidak ada kaitannya dengan proses akuntansi, .namun perannya sangat besar karena dapat

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL. 6 NO. 1 – JUNI 2021

Muhammad Sapruwan 65

digunakan untuk alat control petugas gudang terhadap persediaan sehigga selisih persediaan dapat diminimalkan. Kartu Gudang biasanya berada di meja petugas gudang, sedang Label Barang biasanya menempel pada rak-rak tempat penyimpanan persediaan sesuai kelompoknya atau jenisnya. Berikut Gambar 5 adalah contoh form bentuk Kartu Gudang / Label Barang.

Gambar.5 Kartu Stock

Sumber : Data Olahan, 2021

8. Evaluasi hasil perbaikan setelah jurnal koreksi dengan memeriksa hasil akhir Laporan stock,

Kartu Gudang, dan Label Barang , mustinnya hasil akhirrnya sama ( angka-angka dalam dokumen ) karena sumber input sama yakni BKB. Selanjutnya dibandingkan dengan jumlah phisik persediaan yang tersedia. Pada TABEL IV.2. adalah evaluasi hasil akhir dari upaya perbaikan jurnal koreksi atas selisih persediaan fisik lebih kecil dibandingkan laporan stock. Pada TABEL IV.3. adalah evaluasi hasil akhir dari upaya perbaikan jurnal koreksi atas selisih persediaan fisik lebih besar dibandingkan laporan stock.

Tabel 2: Perbandingan fisik Persediaan < laporan stock.

Sumber : Data Olahan, 2021

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL. 6 NO. 1 – JUNI 2021

Muhammad Sapruwan 66

Tabel 3: Perbandingan fisik Persediaan < laporan stock

Sumber : Data Olahan, 2021

Implikasi

Dengan penerapan akuntansi melalui jurnal koreksi tersebut maka persediaan dalam laporan stock menjadi akurat, baik dokumen maupun fisik persediaan, sehingga informasi laporan keuangan sebagai dasar penngambilan keputusan manajemen PT. KMB tidak menyesatkan. Petugas gudang dapat memberikan pelayanan yang maksimal dalam menunjang kelancaran operasional produksi perusahaan . Memberikan pengetahuan dan pembelajaran bagi para pelaku bisnis lapangan, serta dunia akademik tentang bagaimana penerapan akuntansi melalui jurnal koreksi selisih persedian pada administrasi bisnis pergudangan.

KESIMPULAN

Dari hasil dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya , maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Selisih persediaan di gudang dari hasil temuan stock op-name adalah adanya selisih fisik

persediaan lebih kecil dibandingkan laporan stock, dan selisih fisik persediaan lebih besar dibandingkan laporan stock.

2. Selisih persediaan di gudang disebabkan antara lain : tingginya turn over petugas gudang & staff pimpinan gudang, kurangnya ketelitian petugas gudang dalam pencatatan barang. Lemahnya pengetahuan administrasi gudang, serta belum tahu cara menyelesaikan selisih persediaan, pengawasan tidak berjalan sebagaimana mestinya, tidak ada file bukti adanya stock opname., belum pernah di evaluasi ( koreksi administrasi laporan/catatan gudang) sejak PT.KMB mulai di bangun.

3. Dampak selisih persediaan digudang adalah informasi keuangan yang menyesatkan, sehingga pengambilan keputusan oleh manajemen bisa salah. Pelayanan gudang terhadap pengguna menjadi buruk dan berpengaruh terhadap opersional perusahaan. Aset yang hilang dimana tidak diketahui apakah terjadi karena adanya penyimpangan atau tidak , serta tidak tahu siapa yang musti bertanggung-jawab.

4. Tindakan perbaikan selisih persediaan di gudang dari sudut akuntansi melputi : a. Pembuatan BAP selisih persediaan dengan persetujuan pimpinan terkait. b. Pembuatan Bon Permintaan Barang, namun bilamana BAP selisih perbaikan dianggap bukti yang cukup, maka Bon Permintaan Barang bisa dilewatkan. c. Bilamana selisih phisik persediaan lebih kecil dibandingkan laporan stock maka diperlukan jurnal koreksi melalui Pembuatan Bukti Keluar Barang dengan persetujuan pimpinan terkait. d. Bilamana selisih phisik persediaan lebih besar dibandingkan laporan stock maka diperlukan jurnal koreksi melalui Pembuatan Bukti Penerimaan Barang dengan persetujuan pimpinan terkait. e. Menginput BKB dan BPB ke program aplikasi stock. f. Mencatat BKB dan BPB ke Kartu Gudang dan ke Label Barang. g. periksa Laporan stock dan phisik persediaan,

JURNAL AKUNTANSI BISNIS PELITA BANGSA-VOL. 6 NO. 1 – JUNI 2021

Muhammad Sapruwan 67

SARAN

Selain perbaikan tersebut diatas saran dan tindakan nyata guna perbaikan managemen gudang secara menyeluruh adalah : 1. Membuat Struktur Organisasi dan job Diiscription petugas gudang secara jelas siapa yang

bertanggung jawab 2. Membuat Standart Operasional Perushaan (SOP) Gudang, dan melakukan sosialisasi SOP gudang

melalui pelatihan untuk meningkatkan kompetensi administrasi pergudangan termasuk akunting 3. Pimpinan sering turun langsung kelapangan untuk melakukan pengawasan, mendengarkan

keluhan, permasalahn dan mencari alternative penyelesaiannya.sampai dengan petugas gudang dianggap mampu mandiri dan bertanggungjawab.

4. Menjadwalkan stock opname secara runtinitas dan berkelanjutan, misalnya Triwulan, semester, atau tahunan.

5. Sanski yang tegas dan kebijakan manjemen yang ketat dipergudangan baik administrasi, SDM ( missal : Dilarang mengambil barang tanpa BON yag sudah disetujui oleh pimpinan).

6. Perbaikan Perangkat Kerja Pergudangan ( misalnya :aplikasi teknologi stock) 7. Perbaikan Sarana dan prasarana seperti : CCTV, penerangan , kunci / gembok, rak material, dan

sebagainya

DAFTAR PUSTAKA Catur Sasongko (2016), Akuntansi Suatu Pengantar. Salemba Empat, Jakarta. Financial Accounting Standards Board (FASB) dalam Statement of Financial Concept (SFAC) No. 1 Handoko. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Pertama. Bandung: Pustaka Setia,

Bandung. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2018. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 1:

Penyajian Laporan Keuangan . Jakarta: IAI Kieso, D. E., Weygandt, J. J., & Warfield, T. D. (2015). Intermediate Accounting:IFRS Edition (2nd

ed.). New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Martono, Ricky. 2015. Manajemen Logostik Terintegrasi. Jakarta: PPM. hal. 343-344 Olivia Audrey Dkk (2019). Analisis Tata Letak Gudang Dengan Menggunakan Metode Dedicate

Storage . Jurnal Asiimetrik: Jurnal Ilmiah Rekayasa& Inovasi Volume 1.1, Januari 2019p-Issn 772655-186002 Universitaspancasila, Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640, Indonesia

Sheila Alifanny (2020). Analisis Sistem Akuntansi Persediaan Bahan Penolong Terhadap Pengendalian Internal CV Bumi Nusantara . e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 2020, Volume VII (2) : 104-109 ISSN : 2355-4665 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Jember (UNEJ) Jln. Kalimantan 37, Jember 68121

Sumarsan, Thomas, 2017, Perpajakan Indonesia, Jakarta : Indeks. Zaroni. 2017. Logistics & Supply Chain Konsep Dasar Logistik Kontemporer Praktik. Jakarta:

Prasetya Mulya Publishing. hal. 101


Recommended