+ All Categories
Home > Documents > BAB I PENDAHULUAN - Arsip UNS

BAB I PENDAHULUAN - Arsip UNS

Date post: 08-Jan-2023
Category:
Upload: khangminh22
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki ratusan etnis yang tersebar di seluruh wilayah, setiap etnis memiliki ragam bahasa dan budaya yang berbeda namun keanekaragam tersebut terwujud dalam satu kesatuan yang ada dalam azas Bhinneka Tunggal Ika.Salah satu etnis yang terbesar dan unik adalah etnis Minangkabau dari Sumatra Barat.Bangsa pertama yang datang ke Minangkabau adalah rumpun astronesia dari daratan Asia Tenggara sekitar tahun 2000 sebelum masehi sebagai pendukung kebudayaan neolitikum atau zaman batu baru 1 . Manusia berbudaya telah bermukim di ranah Minangkabau sebelum abad ke-5 sebelum masehi, mereka melalui ke sungai Rokan berkumpul di Rambah sebagian menyebar ke Mandailing, Rao, Mahek, Sinamaninik dan Patapahan.Dalam abad ke-5 sebelum Masehi datang pemindah kedua yaitu bangsa Malayan Mongoloid dari lembah Me Nam (Muangthai) di zaman perunggu 2 . Etnis Minangkabau memiliki kebiasaan merantau, Merantau artinya pergi ke rantau, yaitu pergi ke luar negeri 3 ,dapat diartikan sebagai arus perpindahan penduduk ke rantau baik secara individual ataupun kelompok ke daerah lain baik 1 M Aziz,TamboSejarah dan Huruf Minangkabau, (Jawa Barat: Klub Buku Adat Budaya Minangkabau Gebu Minang,2005), hlm.23. 2 Zubir Rasyid, Ranah dan Adat Minangkabau,(Jakarta:AW/LPSM, 2009), hlm.19. 3 Elisabeth E Graves, Asal-Usul Elite Minangkabau Modern, (Jakarta: Yayasan Obor,2007), hlm.39
Transcript

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki ratusan etnis yang tersebar di seluruh wilayah, setiap

etnis memiliki ragam bahasa dan budaya yang berbeda namun keanekaragam

tersebut terwujud dalam satu kesatuan yang ada dalam azas Bhinneka Tunggal

Ika.Salah satu etnis yang terbesar dan unik adalah etnis Minangkabau dari

Sumatra Barat.Bangsa pertama yang datang ke Minangkabau adalah rumpun

astronesia dari daratan Asia Tenggara sekitar tahun 2000 sebelum masehi sebagai

pendukung kebudayaan neolitikum atau zaman batu baru1. Manusia berbudaya

telah bermukim di ranah Minangkabau sebelum abad ke-5 sebelum masehi,

mereka melalui ke sungai Rokan berkumpul di Rambah sebagian menyebar ke

Mandailing, Rao, Mahek, Sinamaninik dan Patapahan.Dalam abad ke-5 sebelum

Masehi datang pemindah kedua yaitu bangsa Malayan Mongoloid dari lembah Me

Nam (Muangthai) di zaman perunggu2.

Etnis Minangkabau memiliki kebiasaan merantau, Merantau artinya pergi ke

rantau, yaitu pergi ke luar negeri3,dapat diartikan sebagai arus perpindahan

penduduk ke rantau baik secara individual ataupun kelompok ke daerah lain baik

1M Aziz,TamboSejarah dan Huruf Minangkabau, (Jawa Barat: Klub Buku

Adat Budaya Minangkabau Gebu Minang,2005), hlm.23. 2Zubir Rasyid, Ranah dan Adat Minangkabau,(Jakarta:AW/LPSM, 2009),

hlm.19. 3

Elisabeth E Graves, Asal-Usul Elite Minangkabau Modern, (Jakarta:

Yayasan Obor,2007), hlm.39

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

secara permanen atau sementara waktu, daerah tujuan rantau mencakup seluruh

wilayah Indonesia. Merantau adalah hasil kebudayaan Minangkabau dimana

setiap anak muda atau biasa disebut bujang akan didorong untuk pergi merantau

oleh kerabatnya dengan segala cara. Para pemuda di kampung halamannya yang

dipandang rendah dalam masyarakat bahkan rapat-rapat keluarga mereka tidak

pernah diturutsertakan.Falsafah materialisme Minangkabau mendorong anak

muda mencari harta kekayaan guna memperkuat martabat kaum kerabat di mata

orang lain juga sebagai modal untuk melakukan pernikahan, jarang sekali orang

tua yang melepaskan anak gadisnya untuk menikah dengan orang yang tidak

mempunya sumber penghidupan4.

Masyarakat Minangkabau yang menganut garis keturunan ibu dan struktur

sosial laki-laki semakin mendorong untuk merantau.Etnis Minangkabau dalam

kehidupan sosial, budaya dan ekonomi diatur oleh adat-istiadat menurut ketentuan

matrilineal.Mamak memiliki hak, kewajiban dan bertanggung jawab serta

membimbing kemenakan dan saudara perempuannya serta harta, hasil sawah,

ladang yang dimiliki suku, pemakainnya diatur oleh mamak.Menurut Mochtar

Naim 5, laki-laki Minangkabau menghadapi dilema, dirumah istrinya ia dianggap

tamu, dihormati tanpa hak dan kekuasaan. Di rumah ibunya dia didudukkan

sebagai mamak sebagai pengawal dari keluarga tapi tanpa hak-hak untuk ikut

menikmati hasil dari sawah ladang yang dapat dibawanya ke rumah istrinya.Pada

4 AA Navis, Alam Terkembang Jadi Guru, (Jakarta: PT.Temprint,

1984),hlm.109. 5Kata Pengantar Masri Singarimbun dalam Mochtar Naim,Merantau, Pola

Migrasi Suku Minangkabau, (Yogyakarta: Universitas

ah Mada, 1978)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

akhirnya daripada hidup di kampung, lebih baik merantau ke negeri orang.Faktor

mencari pendidikan yang lebih baik juga mendorong masyarakat Minangkabau

untuk merantau.

Masyarakat Minangkabau memeluk agama Islam sejak awal abad ketujuh

belas dikenal sebagai etnis pemeluk islam yang taat dan patuh6. Masuknya agama

islam mempengaruhi perkembangan kebudayaan Minangkabau7. Di masa lalu

Surau tidak hanya sebatas tempat ibadah saja, tetapi juga memainkan peranan

yang cukup banyak dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, maka tak salah

kiranya apabila dikatakan surau sebagai salah satu pranata sosial di masyarakat

Minangkabau.Surau menyangkut fungsinya sebagai salah satu bagian penting

dalam masyarakat Minangkabau, telah memainkan peranannya untuk memenuhi

berbagai keperluan masyarakat dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Sebut saja

fungsi surau sebagai institusi pendidikan dan pengajaran bagi anak-anak remaja di

Minangkabau, selain itu surau juga memainkan fungsinya dalam sosialisasi

berbagai informasi yang harus di ketahui masyarakat.Tidak dapat disangkal,

dahulunya surau mendapatkan peranan yang sangat strategis dalam membentuk

pribadi orang Minangkabau.Maka tak mengherankan apabila pada saat surau

memainkan peranannya yang sangat strategis tersebut dengan sangat baik.Surau

saat ini masih digunakan untuk belajar mengaji atau Taman Pendidikan Al Quran

6Usman Pelly, Urbanisasi dan Adpatasi, (Jakarta: LP3ES, 1994), hlm.18. 7 Misnal Munir, Makna kehidupan dalam kebudayaan minangkabau

Perpektif Filsafat Sejarah dan Sumbangan bagi Pembangunan

Indonesia,Disertasi, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada,Program Doktor Ilmu

Filsafat, 2012, hlm.85

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

(TPA), namun fungsinya dalam pembentukan pribadi anak Minang tidaklah

sestrategis dulunya, surau bisa disinonimkan sebagai masjid.

Beberapa faktor pendorong merantau membuat merantau seakan menjadi

tradisi dan karunia bakat perantau yang ulung bagi masyarakat

Minangkabau .Peribahasa “Di mano bumi dipijak,di situ langit dijunjung”

diimplemetasikan dengan daya membaurnya yang tinggi, mampu beradaptasi

dengan cepat dengan lingkungannya. Masyarakat Minangkabau tidak suka

membuat eklusifitas lingkungan di rantau yang tercermin dimana tidak adanya

perkampungan khusus orang Minangkabau di daerah rantau dikarenakan orang

Minangkabau sangat suka berbaur dengan masyarakat di daerah

rantau.Masyarakat Minangkabau memiliki keunikan dalam merantau yaitu mereka

pergi merantau tidak membawa modal sepeserpun hanya bermodal tekad dan niat

untuk menggapai kehidupan yang lebih baik di perantauan.Masyarakat

Minangkabau sendiri dalam merantau biasanya memilih kota-kota besar dan padat

penduduknya. Kota besar merupakan kota yang sangat potensial untuk berdagang

yang merupakan ciri khas dari orang Minangkabau. Keterlibatan orang

Minangkabau dalam kegiatan perdagangan tampak di daerah rantau, terutama

rantau pesisir karena itu seperti dikatakan Kato, saudagar mempunyai peran yang

besar di daerah rantau. Di daerah rantau ia tidak hanya memiliki kekuasaan

ekonomis tetapi juga politik8.

8 Gusti Asnan,Dunia Maritim Pantai Barat Sumatera,(Jogjakarta: Ombak,

2007), hlm.35 .

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Karakter orang Jawa yang khas dan Jawa merupakan pusat pemerintahan,

ekonomi dan pendidikan sangat cocok menjadi tujuan merantau etnis

Minangkabau.Kota-kota di Indonesia khususnya di Jawa kerap menjadi tujuan

perantauan adalah Jakarta, Surabaya, Bandung dan kota besar lainnya. Salah satu

tujuan daerah merantau adalah Surakarta (Solo) merupakan sebuah kota di Jawa

Tengah berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali

disebelah utara, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah

timur dan barat, dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan.Surakarta sendiri

cukup banyak perantau yang datang dan mereka biasanya mempertahankan

kehidupan mereka diatas kaum mayoritas dengan berdagang9

, terlebih lagi

termasuk dalam kawasan JOGLOSEMAR (Jogja-Solo-Semarang). Para perantau

Minangkabau ini ke Surakarta untuk berdagang di semua sektor perdagangan

seperti rumah makan Padang, kain, batik, alat tulis kantor, alat-alat listrik,

percetakan dan lain-lain. Sudah menjadi adat dan kebiasaan di Minangkabau

apabila ada sanak saudaranya yang sukses di rantau maka ia akan menarik anak,

kemenakan untuk ikut merantau.

Di Surakarta ini perantau Minangkabau mendapatkan apa yang mereka

inginkan seperti kota-kota besar lainnya karena kota ini merupakan kota yang

berorientasi pada sektor industri dan perdagangan. Hal ini sangat cocok dengan

jiwa perantau yang suka berdagang, Hal inilah yang membuat penulis memilih

kota Surakarta. Masyarakat perantau ini tidak lepas dari proses-proses sosial dan

perubahan sosial sebagai wujud yang dinamis dari masyarakat yang dinamis.

9Wawancara dengan Sutan Saidi, 22 Mei 2014

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Hubungan sosial yang terjadi dalam masyarakat sering disebut proses sosial.

Proses sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi

kehidupan bersama, misalnya pengaruh mempengaruhi antara sosial dengan

politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum dan seterusnya. Bentuk umum

proses sosial adalah interaksi sosial yang memiliki syarat utama berupa adanya

aktifitas-aktifitas sosial. Interaksi sosial adalah suatu hubungan 2 individu atau

lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah dan

memperbaiki kelakuan individu lain atau sebaliknya. Interaksi sosial

membutuhkan media berupa komunikasi yang akan menciptakan pergaulan, salah

satu perwujudan pergaulan adalah organisasi atau formal grup. Formal grup

adalah kelompok-kelompok yang mempunyai peraturan-peraturan yang tegas dan

dengan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan

antara anggota-anggotanya10

Di Surakarta terdapat empat organisasi perantau Minangkabau di Surakarta

yang menginduk ke dalam PWSB (Persatuan Warga Sumatera Barat) Surakarta,

yaitu: Sulit Air Sepakat (SAS), Perkumpulan Keluarga Silungkang (PKS), Ikatan

Warga Saning Baka (IWS), Ikatan Keluarga Sungai Puar (IKSP) 11

.

SAS adalah organisasi perantau Minangkabau asal negeri Sulit Air.Sulit Air

adalah sebuah negeri setingkat pemerintahan desa yang berada di bawah

kecamatan X koto, kabupaten Solok, Sumatra Barat. SAS didirikan oleh perantau

asal nagari Sulit Air pada tahun 1918 beranggotakan seluruh masyarakat perantau

10

Basrowi, Pengantar Sosiologi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hlm.56. 11

Wawancara dengan Sutan Saidi tanggal 21 Mei 2014

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Minangkabau asal Sulit Air dan memiliki cabang di seluruh Indonesia bahkan luar

negeri12

.

Persatuan Keluarga Silungkang (PKS) adalah organisasi perantau Minang

asal Silungkang13

.Silungkang adalah sebuah kecamatan yang masuk wilayah

Sawahlunto, Sumatra Barat. Awal mulanya tahun 1930 sudah berdiri PKS

didirikan oleh perantau Silungkang pada tahun 1952, awal mulanya bernama SSP

(Silungkang Sepakat) karena kata-kata Sepakat sudah digunakan oleh SAS

akhirnya disepakati bernama Persatuan Keluarga Silungkang. PKS didirikan

untuk memfasilitasi perantau yang baru datang serta sarana untuk berkumpul bagi

sesama perantau14

.

Masyarakat perantau asalnagari Sungai Puar tergabung dan dihimpun

dalam wadah organisasi Ikatan Keluarga Sungai Puar (IKSP)15

.Sungai Puar

adalah salah satu nagari di Kabupaten Agam atau Luhak Agam.Terletak di bagian

barat Gunung Marapi, atau sekitar 10 kilometer dari Kota Bukittinggi ke arah

Gunung Marapi.Sebelah utara berbatasan dengan Nagari Kubang Putiah, Sebelah

selatan dengan Sariak dan sebelah Barat dengan Banuhampu.Sungai Puar ini

terkenal sebagai daerah penghasil peralatan dari logam, terutama dari besi dan

12

Metha Dwi Utami, Organisasi Perantau Minang Sulit Air Sepakat (SAS)

Surakarta tahun 1986-1998. Skripsi. Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni

Rupa,2010.hlm.7 13Wawancara dengan Sutan Saidi, 19 Juli 2014 14 https://www.facebook.com/SilungkangPunyoCarito/posts/7149054218832

89 (diakses pada tanggal 23 Mei 2014) 15http://www.nagari-sungaipua.com/?page=perantau (diakses pada tanggal 1

Juli 2014)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

kuningan16

.Tujuan pendirian IKSP ini adalah untuk mempererat tali silahturahmi

masyarakat perantau asal Sungai Puar di perantauan baik secara moril atau

materiil17

.

IWS karesidenan Surakarta adalah organisasi masyarakat perantau asal

Saning Baka.Saniang Baka terletak di X Koto Singkarak, Solok, Sumatra

Barat.IWS dirikan pada tahun 2008 untuk mempererat tali silahturahmi sesama

perantau asal Saning Baka yang merantau di Surakarta18

, IWS memiliki acara

rutin halal bihalal setahun sekali dan arisan rutin yang diadakan sebulan sekali.

Persatuan Warga Sumatera Barat (PWSB) Surakarta adalah satu-

satunya organisasi bagi para perantau yang berasal dari Sumatera Barat atau

Minangkabau di Surakarta. Melihat dari awal perkembangan organisasi

masyarakat perantaun Minangkabau, maka dalam penelitian ini akan dibatasi pada

periode tahun 1971 sampai pada tahun 2004. Periode diambil melihat dari realitas

bahwa pada kurun waktu tersebut merupakn awal-awal pembentukan PWSB

hingga mencapai masa kejayaan PWSB Surakarta.

Melihat latar belakang masalah tersebut maka peneliti mencoba

mengadakan penelitian yang berjudul Dinamika Organisasi Persatuan Warga

Sumatera Barat (PWSB) (Kajian Sosial Ekonomi Masyarakat Perantau Sumatera

Barat di Kota Surakarta tahun 1971-2004).

16http://sungaipua.wordpress.com/ (diakses pada tanggal 1 Juli 2014) 17Wawancara dengan Maskur Sutan Rajo Ameh, 19 Juli 2014 18Wawancara dengan Buyung, tanggal 19 Juli 2014

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disinggung sebelumnya maka

dapat dirumuskan pokok-pokok permasalahan dalam penelitian ini antara lain:

1. Apa yang melatarbelakangi masyarakat Minangkabau pergi merantau ke

Surakarta dan Bagaimana cara mereka beradaptasi dengan penduduk

lokal?

2. Bagaimana proses berdirinya Organisasi Persatuan Warga Sumatera

Barat (PWSB) Surakarta dan perkembangan dari tahun 1971-2004?

3. Bagaimana peranan PWSB dalam bidang sosial-ekonomi bagi

masyarakat perantau Minangkabau di Surakarta tahun 1971-2004?

C. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui latar belakang masyarakat Minangkabau pergi merantau di

Surakarta dan cara mereka beradaptasi

2. Mengumpulkan informasi tentang proses yang melatarbelakangi

berdirinya organisasi PWSB Surakarta

3. Mengetahui peranan PWSB dalam bidang sosial-ekonomi bagi

masyarakat perantau asal Minangkabau di Surakarta.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

D. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai beberapa manfaat, baik itu

manfaat praktis maupun manfaat teoritis dengan menyajikan seperangkat

informasi yang sifatnya tertulis tentang PWSB Surakarta yang dapat dijadikan

sebagai pedoman untuk mengetahui dan mendalami tentang masyarakat

Minangkabau yang merantau di Surakarta dan dengan mengetahui sejarah dan

dinamuka organisasi perantau Minangkabau Persatuan Warga Sumatera Barat

(PWSB) Surakarta. Serta diharapkan penelitian ini dapat menambah referensi

historiografi sejarah sosial ekonomi.

E. Kajian Pustaka

Kepustakaan merupakan bahan-bahan yang dapat dijadikan acuan dan

berhubung dengan pokok permasalahan yang ditulis. Adapun buku-buku yang

dapat dijadikan acuan dalam penulisan ini adalah buku karangan:

Buku karya M.Azis, 2005, Tambo-Sejarah dan Huruf

Minangkabau.mengulas seputar tambo yang merupakan warisan budaya

Minangkabau yang disampaikan secara lisan.Buku juga menceritakan asal mula

orang Minangkabau dari jaman Neolitikum sampai jaman kerajaan Minangkabau

yang didirikan oleh Adityawarman yang keturunan Majapahit.

Mochtar Naim, 1984, Merantau: Pola Migrasi Suku

Minangkabau.mengulas seputar pola migrasi suku Minangkabau dikaitkan dengan

organisasi sosial dan nilai-nilai masyarkat yagn bersangkutan. Menurut Mochtar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

naim19

, merantau sedikitnya mengandung enam unsur pokok antara lain

meninggalkan kampung halaman, dengan kemauan sendiri, untuk jangka waktu

yang lama atau tidak, dengan tujuan mencari penghidupan, menuntut ilmu atau

mencari pengalaman, biasanya dengan maksud kembali pulang dan merantau

ialah lembaga sosial yang membudaya.

Gusti Anan, 2007, Dunia Maritim Pantai Barat Sumatera. mengulas

kehidupan masyarakat pantai barat Sumatera salah satunya adalah etnis

Minangkabau yang mendiami daerah pantai barat bagian selatan. Orang

Minangkabau terkenal sebagai bangsa yang terampil bertani berbagai tanaman

juga dapat menghasilkan berbagai jenis kerajinan tangan, anyaman, produk dari

besi dan kayu. Orang Minangkabau di pesisir menangkap ikan, membuat garam

dan perahu, daerah Minangkabau juga kaya akan mineral seperti emas, besi

Salah satu ciri khas dari suku Minangkabau adalah kemampuan mereka

berdagang. Lekkerkerker yang menulis tentang suku-suku bangsa di Sumatera

menyebut orang Minang adalah suku bangsa terpintar dalam berniaga diantara

suku-suku bangsa lain di Sumatera. De Stuers bahkan menulis bahwa orang

Minangkabau terlahir sebagai saudagar.Laki-laki dan perempuan ikut

berdagang.Perdagangan jarak jauh dan perdagangan keliling sering dilakukan oleh

kaum lelaki.Sedangkan perdagangan untuk kebutuhan harian di pasar desa

(nagari), di samping dilakukan oleh kaum lelaki juga dilakukan oleh

perempuan.Keterlibatan orang Minangkabau dalam kegiatan perdagangan akan

semakin nampak di daerah rantau, terutama Rantau Pesisir karena itu seperti

19

Mochtar Naim, Merantau, (Yogyakarta: Gadjah Mada University press,

1984), hlm. 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

dikatakan Kato, saudagar mempunyai peran yang besar di daerah rantau. Di

daerah rantau ia tidak hanya memiliki kekuasaan ekonomis tetapi juga politik.

Karena itu, Kato menulis, “kalau di darek penghulu berkuasa, maka di daerah

Rantau Pesisir kekuasaan tertinggi sebetulnya berada di tangan saudagar”.

Asykuri Salam, 2006,“Masyarakat Perantau Minangkabau asal Sumatra

Barat di Kota Salatiga 1975-1998”, Skripsi FSSR Ilmu Sejarah Universitas

Sebelas Maret Surakarta. Skripsi ini menjelaskan banyak faktor yang mendorong

Masyarakat Minangkabau untuk merantau antaranya faktor ekonomi, faktor fisik,

faktor pendidikan, daya tarik kota dan sosial. Skripsi tersebut juga menjelaskan

seputar etos kerja dan hubungan sosial yang terjalin dengan sangat baik antara

sesama perantau dan kampung halaman mereka.

Metha Dwi Utami, 2010,“Organisasi Perantau Minang Sulit air Sepakat

(SAS) Surakarta tahun 1986-1998” Skripsi FSSR Ilmu Sejarah Universitas

Sebelas Maret Surakarta. Skripsi ini menjelaskan peranan sebuah organisasi

masyarakat perantau Minangkabau di Surakarta yang bernama Sulit Air Sepakat

yang berperan mempererat hubungan sesama perantau asal negeri Sulit Air yang

berada di Surakarta. Skripsi ini juga menjelaskan proses terbentuknya Sulit Air

Sepakat yang tidak hanya memperhatikan kesejahteraan perantau tetapi juga

kampung Sulit Air yang berada di Sumatra Barat.

Usman Pelly, 1994, Urbanisasi dan Adaptasi.Buku ini mengangkat tentang

tradisi urbanisasi dan adaptasi etnik Minangkabau dan Mandailing yang hingga

kini masih kuat.Kedua etnis ini juga menganut paham yang berbeda yaitu

patrilineal dan matrilineal.Dua etnik ini mempunyai motivasi dan hingga kini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

masih kuat. Meskipun dua etnik ini mempunyai motivasi dan perspektif yang

berbeda dalam mempraktekkan dan memandang tradisi itu, namun sesungguhnya

mereka mendapat dorongan yang kuat dari dalam untuk menyebarkan “misi

budaya” berdasarkan pada nilai-nilai dominan dari pandangan dunia masyarakat

mereka, yang dalam prakteknya misi ini dihadapkan pada kondisi-kondisi

perkotaan-sasaran migrasi-yang berubah cepat.

Majalah Suluah Nagari, Juni 2011. Majalah ini menceritakan Orang

Minangkabau yang pertama kali ke Surakarta adalah Orang Silungkang,

Kecamatan Sawahlunto pada tahun 1930 yang bernama M.Yoesoef yang

merantau ke Jawa yang kala itu dirasakan jauh sekali. Beliau ke Jawa bukan ke

Jakarta tapi ke Surakarta tak lama berselang menyusul para perantau lain dari

Minangkabau. Di Surakarta mereka menjalankan berbagai macam usaha

dilakukan mulai dari rumah makan Padang seperti Embun pagi, Denai. Toko alat

tulis, percetakan yang ada di sepanjang jalan Slamet Riyadi seperti Arlies, Deni

Bersaudara, Merah Putih, Nusa, Lakancang dan UD. Rani Bersaudara adapula

percetakan UD.Nusa Indah yang dahulu kala bernama Fa.Nusantara yang berdiri

tahun 1940 oleh bapak Kamarudin.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

F. Metode Penelitian

Setiap penelitian memerlukan suatu metode, karena peranan metode dalam

sebuah penelitiam sangatlah penting, metode penelitian dipilih dengan

mempertimbangkan kesesuaian objek yang diteliti.Metode penelitian sejarah itu

sendiri menurut Gilbert J.G merupakan seperangkat aturan dan prinsip sistematis

untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara

kritis dan mengajukan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tertulis.

Skripsi ini merupakan penelitian sejarah dengan menggunakan perangkat

metode ilmu sejarah. Metode sejarah terbagi dalam empat tahap yaitu: Heuristic,

kritik sumber, interpretasi dan historiografi20

. Berikut penjelasan dari empat tahap

tersebut.

1. Heuristic adalah tahap mengumpulkan berbagai data dan sumber

sejarah.berupasumber-sumber sejarah sejaman dan dalam bentuk tercetak,

tertulis ataupun lisan serta wawancara. Penulisan ini teknik yang

digunakan untuk mendapatkan sumber adalah dengan studi dokumen, studi

pustaka dan wawancara.

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan dilakukan kedua belah pihak, pewawancara yang mengajukan

pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas

20

Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, (Jakarta: UI Press,1985), hlm.18

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

pertanyaan itu21

. Teknik wawancara ini digunakan dapat mempererat

hubungan peneliti dengan informan dan responden juga untuk membuat

suasana menjadi lebih lancar dan tidak terkesan tegang. Adapaun

beberapa informan yang diwawancarai, yaitu: Tewen(Tetua PWSB), Sutan

Saidi (Komisariat wilayah Solo PWSB)

b. Studi Dokumen

Dalam melaksanakan pengumpulan data untuk penulisan penelitian

ini menggunakan studi dokumen. Studi dokumen dalam hal ini adalah

suatu cara untuk mendapatkan data primer atau data sejaman atau sumber

utama dari tangan pertama yang bisa digunakan untuk menceritakan

peristiwa tersebut. dokumen-dokumen yang diperlukan dalam penelitian

ini adalah Buku Panduan Persatuan Warga Sumatera Barat (PWSB)

Surakarta tahun 2000, Hasil-Hasil Musyawarah Anggota PWSB Surakarta

tahun 2002, Himpunan Sosial Kematian PWSB Surakarta tahun 2000,

Laporan Pertanggung Jawaban PERGAMMI periode 1999-2001, Surat

Keputusan Pengurus PWSB nomor: 001/SK/PWSB/II/2002, arsip berupa

foto-foto kegiatan PWSB. Adapun koran dan majalah tersebut antara lain:

Majalah Minang Maimbau, edisi pertama Februari 1993 dan Majalah

Suluah Nagari,”Mengenal Komunitas Silungkang di Kota Solo”. 7 Juni

2011 yanfg diperoleh dari pengurus PWSB Surakarta

21

J. Lexy.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja

Rosdakarya,1990),hlm.135

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

c. Studi Pustaka

Untuk menunjang penelitian juga digunakan studi pustaka dalam

mengumpulkan data. Studi pustaka dalam mengumpulkan data. Studi

pustaka ini sangat berguna dalam mendukung, melengkapi data-data

penelitian dan juga sebagai referensi, majalah surat kabar, artikel, laporan

penelitian dan karya ilmiah yang relevan dengan permasalahan yang akan

dibahas dalam permasalahan studi pustaka diperoleh dari Perpustakaan

Universitas Sebelas Maret, Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret, Perpustakaan Nasional Indonesia, Arsip

Nasional Indonesia serta buku-buku serta majalah milik pribadi.

2. Kritik sumber merupakan langkah atau cara untuk membuktikan

kebenaran dari sumber data yang telah dikumpulkan, maka pengujian telah

dilakukan terhadap sumber-sumber yang dianggap benar atau valid

dijadikan dasar untuk membangun fakta. Kritik sumber dibedakan menjadi

dua:

a. Kritik ekstern dilakukan untuk menemukan otentitasnya, dalam melakukan

kritik ekstern penulis melakukan beberapa hal sepert, membuktikan

relevansi sumber, melacak apakah sumber otentik, asli, turunan atau

bahkan sumber yang dipalsukan, melacak latar belakang sumber yang

digunakan apabila sumber itu turunan dan kemudian mengkaji kesalahan

atau cacat-cacatnya kemudian membetulkan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

b. Kritik Intern dilakukan untuk mencari kedibilitasnya, dalam melakukan

kritik intern, mempelajari keterkaitan sumber-sumber dengan sumber lain

dengan cara membandingkan

3. Interpretasi adalah memahami yang sebenarnya dari sumber-sumber atau

bukti sejarah yang telah ditemukan. Fakta yang didapat dari sumber

sejarah tersebut kemudian dikaitkan dengan sumber sejarah lainnya untuk

menemukan fakta lain. Langkah ini disebut eksplanasi.

4. Historiografi merupakan pernyajian hasil penelitian dalam bentuk tulisan

yang baru, yang didasarkan pada bukti-bukti yang telah diuji. Sumber

sejarah yang berupa dokumen dan referensi dari studi kepustakaan

dianalisis, kemudian diinterprestasikan, ditafsirkan isinya dan ditulis

menjadi cerita sejarah dimana fakta dari data yang ditemukan dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya.

G. Sistematika

Sistematika penulisan skripsi terdiri bagian awal skripsi, bagian isi dan

bagian akhir. Bab isi terdiri dari 5 bab antara lain yaitu:

Bab I berisi pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian

dan sistematika skripsi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Bab II, Masyarakat perantau Minangkabau di Surakarta tahun 1971-2004

berisi mengenai awal kedatangan masyarakat perantau Minangkabau ke Surakarta,

faktor-faktor pendorong dan penarik orang Minangkabau datang ke Surakarta,

cara mereka beradaptasi dengan penduduk lokal, perkembangannya masyarakat

Minangkabau di kota Surakarta.

Bab III, Perkembangan organisasi Persatuan Warga Sumatra Barat

(PWSB) Surakarta menjelaskaan mengenai gambaran umum perkembangan

PWSB Surakarta.Mulai dari sejarah berdirinya PWSB, keorganisasiannya, sumber

pembiayaan, aset, regenarasi serta pola hubungan kerja sampai kegiatan-kegiatan

yang rutin diselenggarakan oleh PWSB.

Bab IV, Peran Organisasi PWSB dalam bidang dalam bidang sosial

ekonomi di Surakarta, menjelaskan mengenai peranan PWSB bagi perantau

Minangkabau di Surakarta serta peranan terhadap penduduk lokal.

Bab V berisi kesimpulan dari keseluruhan bab yang telah dijelaskan

sebelumnya yang terkait dengan permasalahan yang dikaji kemudian kesimpulan

ini juga menjawab rumusan masalah dalam penelitian.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

BAB II

MASYARAKAT PERANTAU MINANGKABAU DI

SURAKARTA

A. Awal Kedatangan Perantau Minangkabau

Pulau Jawa sebagai pusat pemerintahan, ekonomi dan pendidikan

menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Minangakabau untuk merantau

baik berdagang atau mencari ilmu.Uniknya orang Minangkabau merantau

tidak membawa modal yang cukup seperti ijazah atau pengalaman. Mereka

hanya membawa uang tranportasimenuju daerah rantau karena akan ikut

saudara mereka yang sudah sukses di rantau untuk belajar perdagangan hingga

mereka cukup modal dan pengalaman untuk membuat usaha sendiri yang

terpisah dari saudara yang mereka ikuti. Berdagang merupakan satu-satunya

pilihan untuk bertahan hidup karena sektor formal hampir tidak bisa dirambah

tanpa adanya ijazah atau hubungan kerabat.

Perantau Minangkabau muncul pertama kali di Surakarta tahun 1930.

Pada waktu itu hanya seorang anak muda bernama M.Yusoef yang berasal

dari Silungkang, Kampung Panai Ompek Rumah merantau ke Jawa yang kala

itu dirasakan sangat jauh, ia mendapatkan informasi dari rekannya bahwa

Surakarta memiliki potensi besar dalam bidang perdagangan. Ia langsung

menuju ke Solo bukan ke Jakarta22

.

22

Majalah Suluah Nagari, Edisi 7 Juni 2011, hlm.5

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Tetangga sekampungnya, Yusoef Marah Bungsu dari kampung ia ajak

berdagang ke Surakarta dan H. Ismail yang semula berdagang kain di Jakarta

merasakan kurang maksimal, ia memutuskan merantau ke Surakarta untuk

belajar membuat batik dan melihat potensi perdagangan batik yang masih luas

untuk dikembangkan. Terbukti dengan kesuksesan H. Ismail mampu

membuka toko sendiri bernama toko Silungkang di daerah Nonongan.

H.Ismail melihat potensi perdagangan yang cukup besar di Surakarta

memberikan informasi tersebut kepada rekan-rekannya dan Hasan, H. Yahya,

Saman Mangkuto Rajo merantau ke Surakarta tahun 1932 dan bergabung

dengan Toko Silungkang milik H. Ismail23

.Di susul Perantau dari Balingka

bernama Sutan Bagindo Yasin langsung merantau ke Surakarta juga berjualan

batik pada tahun 193224

. Surakarta yang terkenal sebagai kota batik memang

menarik para perantau Minangkabau untuk berdagang batik di Surakarta untuk

di jual di Sumatra.

Kesuksesan H. Ismail juga tampak dari banyak, luas dan salah satu letak

lokasi rumah H. Ismail yang berada di daerah Kota Barat, kemudian menjadi

Apotek Jati Waluyo namun sudah bukan milik keluarga H.

Ismail25

.Kesuksesan H.Ismail terdengar sampai ke kampung halamannya di

Silungkang, semakin banyak orang Silungkang yang merantau ke Surakarta

sekitar tahun 1940-1950an. H. Idris memulai usaha Toko Sangsaka, Abdullah

pendiri Toko Merah Putih berlokasi di Jalan Slamet Riyadi, Rasyid Sulaiman

23Ibid 24Wawancara dengan Azwir Yasin, tanggal 7 Juni 2014 25Wawancara dengan Henny, tanggal 21 Mei 2014

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Labay, Utiek Akik memulai usaha toko bangunan, Rubain dan H.Komarudin

tahun pendiri Fa.Nusantara. Sebagian besar perantau yang menuju Surakarta

berasal dari kampung halamannya langsung menuju Surakarta tidak ke Jakarta

atau kota lainnya.

Gelombang kedua perantau Minangkabau pada tahun 1960-an seperti

Buyung Nurdin pendiri Toko Nusa, bertempat di Jl. Slamet Riyadi, H.

Mardenis pemilik UD. Deni Bersaudara dan Percetakan Nusa Indah, H.Arlies

pemilik toko Arlies yang terletak di barat Bank BCA Gladak26

. Tahun 1960

juga muncul perantau asal Sulit Air, Sumatra Barat yaitu sepasang suami istri

Munaf dan Nurhayati yang berjualan sandal27

.Tahun 1970-an muncul perantau

Minangkabau Firdaus Yunus, Zaini Rasyid, Rusli Jalil, Yasmir Noor dan

Darwin Abdullah anak dari H.Abdullah pendiri toko Merah Putih serta Sutan

Saidi yang semula ikut toko Sangsaka milik H.Idris kemudian mendirikan

toko Lakancank yang beralamat di jalan Honggowongso no.93.

Tahun 1980-an banyak perantau Minangkabau asal Sulit Air yang datang

ke Surakarta28

. Berkat semakin mudahnya informasi dan tranportasi menuju

Jawa khususnya Surakarta, tahun 1990an semakin banyak perantau

Minangkabau menuju Surakarta.Tahun 2000-an muncul sekelompok perantau

Minangkabau yang mayoritas berasal dari Pasaman dan berdomisili di sekitar

26Majalah Suluah Nagari, Edisi 7 Juni 2011, hlm.5 27Metha Dwi Utami, Organisasi Perantau Minang Sulit Air Sepakat (SAS)

Surakarta tahun 1986-1998. Skripsi.Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni

Rupa,2010.hlm.19 28Ibid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

pasar Kartasura29

. Saat ini usaha-usaha tersebut dijalankan oleh keturunan

kedua dari pendatang gelombang pertama dan kedua dan ada yang

berkembang dan ada yang bangkrut

B. Faktor Pendorong Masyarakat Minangkabau Merantau

Merantau merupakan ciri khas dari suku Minangkabau yang sangat

menonjol,dengan tujuan kota-kota yang strategis dan ramai.Polak menyebut

tiga golongan menyebabkan migrasi ialah Alasan pendorong, alasan penarik

dan kemungkinan perpindahan30

, jika diijabarkan, maka alasan-alasan sebagai

berikut:

1. AlasanPendorong

a. Fisik : Ekologi dan Lokasi

Alam Minangkabau merupakan daerah yang jauh dari pusat perdagangan

dan politik sehingga sulit untuk mengembangkan usaha31

.Minangkabau

memiliki sebagian tanah yang subur untuk bercocok tanam, tanah yang

menghasilkan bahan tambang seperti emas dan batubara dan laut yang

kaya.Saat itu semua telah dimanfaatkan secara optimal tetapi faktor ekologi

menjadi faktor pembatas untuk perkembangan.Laju pertumbuhan penduduk

terus bertambah sehingga terjadi ketidakseimbangan dimana alam sudah tidak

29

Wawancara dengan Azwir Yasin, 7 Juni 2014 30

Andi Ima Kesuma, Migrasi dan Orang Bugis, (Yogyakarta: Ombak,

2004), hlm. 32 31 Asykuri Salam, Masyarakat Perantau Minangkabau (Kajian Sosial

Budaya Masyarakat Perantau Minangkabau asal Sumatera Barat di Kota

Salatiga Tahun 1975-1998). Skripsi. Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni Rupa,

2006, hlm.59

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

mencukupi kebutuhan masyarakat.Hal ini membuatkan sejumlah orang

merantau untuk mencari penghidupan yang lebih baik.

Seorang perantau bernama Askar 32

yang berasal dari Sawahlunto, ia

merantau karena tanah di desanya sudah sempit untuk melakukan pertanian.

Dia hanya memiliki sedikit lahan yang bisa dikelola dan usaha pembuatan

songket di desanya sudah tidak mencukupi kebutuhannya.Ia berpikir dengan

merantau ia akan mendapatkan apa yang dia inginkan. Ia akan kembali ke

desanya setelah memiliki uang yang cukup untuk membeli tanah, berarti ia

harus mengumpulkan banyak uang dan sukses di rantau.

Tahun 1990 Ia merantau pertama kali saat berumur 16 tahun menuju

Jakarta sebelum pindah ke Surakarta.Ia bercerita sebelum ke Surakarta di

Jakarta ia menjaga toko milik orang padang, suatu ketika toko tersebut

bangkrut ia merantau ke Surakarta ke tempat kakaknya yang sukses di

Surakarta untuk membantu usaha kakaknya yang bergerak di bidang alat tulis

kantor.

b. Sosial

Masyarakat Minangkabau yang menganut falsafah materialisme

menghasilkan struktur sosial yang mendorong laki-laki untuk merantau.Laki-

laki Minangkabau menghadapi dilema, dirumah istrinya ia dianggap tamu,

dihormati tapi tanpa hak dan kekuasaan, di rumah ibunya dia didudukkan

sebagai pengawal dari keluarga tapi tanpa hak-hak untuk ikut menikmati hasil

dari sawah ladang yang dapat dibawanya ke rumah istrinya. Kewajiban

32

Wawancara dengan Askar, 20 April 2014

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

seorang lelaki atau Mamak yang berperan ganda yaitu bertanggung jawab

kepada ibu, saudara-saudara perempuannya, istrinya serta anak-anaknya tentu

hal ini sangat memberatkan.Pada akhirnya daripada hidup di kampung, lebih

baik merantau ke negeri orang.

Seorang bujang atau lelaki yang belum berumah tangga, di

Minangkabau terhitung sebagai anggota keluarga ibunya tapi ia tidak dapat

mengolah harta kekayaan milik keluarganya tanpa seizin saudara

perempuannya, bujang berstatus sosial rendah, rapat keluarga mereka tidak

pernah disertakan dan hanya menjadi pesuruh. Lelaki disana tidak terlalu

terikat dengan keluarganya, hal ini tampak dengan tempat tinggalnya di

surau.Masyarakat menilai lebih kepada orang yang merantau atau orang

yang berdagang apabila sukses mereka dapat menunjukkan kekayaannya,

hal itu semakin mendorong mereka untuk merantau.

Anak lelaki didorong untuk meninggalkan rumah sejak kecil.

Seperti pantun minang yang berbunyi: “Apo gunonyo kabau batali, usah

dipauik di pamatang, Pauikan sajo ditengah padang, Apo gunonyo badan

mancari, Iyo pamagang sawah jo ladang, Nak membela sanak kanduang”33

.

Pada pantun itu menjelaskan lelaki didorong untuk merantau dan mencari

harta kekayaan untuk menaikkan derajat dan martabat keluarganya dimata

masyarakat. Keadaan sosial diatas dialami oleh semua pria yang lahir dan

besar di Minangkabau. Merantau sudah mendarah daging, sejak kecil ia

33AA Navis,Alam Terkembang Jadi Guru, (Jakarta: PT.Temprint, 1984),

hlm.108.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

tidur di surau bersama lelaki yang masih bujang lainnya34

. Dirumah ia

hanya makan dan mandi serta tidak disediakan tempat tidur bagi anak lelaki

hanya anak perempuan saja yang memiliki kamar. Lelaki hanya mendapat

kamar ketika sudah menikah dan kamar itu milik istrinya seorang istri.

c. Ekonomi

Faktor ekonomi adalah faktor paling kuat mendorong orang merantau,

jika berhasil dapat meningkatkan martabat dan derajat dirinya serta

keluarganya di rantau dan kampung halaman. Hal ini tampak saat acara

pulang kampung, para perantau berlomba-lomba menunjukkan harta

kekayaan mereka, saling bercerita tentang di rantau yang sering dilebih-

lebihkan.Sawah, ladang mereka dan usaha yang dijalankan di kampung

halaman yang tidak dapat mencukupi kebutuhan mereka, membuat

kecenderungan merantau lebih tinggi lagi35

. Secara adat istiadat disana, para

bujang selalu didorong untuk merantau agar dapat mandiri dan menghidupi

keluarganya di masa depan.

Sutan Saidi bercerita36

, awalnya beliau merantau karena usaha songket

keluargadi kampungnya sudah tidak mencukupi untuk kebutuhan hidup dan

keluarganya. Ia berniat merantau ke Pekanbaru, provinsi Riau saat berumur

16 tahun pada 2 Mei 1971 dengan membawa nasi 3 Bungkus nasi dan uang

34Wawancara dengan Sutan Saidi, 22 Mei 2014 35Asykuri Salam, Masyarakat Perantau Minangkabau (Kajian Sosial

Budaya Masyarakat Perantau Minangkabau asal Sumatera Barat di Kota

Salatiga Tahun 1975-1998). Skripsi. Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni Rupa,

2006, hlm.61 36Wawancara dengan Sutan Saidi, 22 Mei 2014

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

dua ribu rupiah untuk uang tranportasi pemberian Mamaknya. Beliau

merantau ke Pekanbaru dengan tujuan ke tempat ongkunya yang memiliki

usaha. Saat di Pekanbaru, beliau berniat mencari pengalaman dahulu

sebelum menuju rumah ongkunya (kakek) dengan cara menuju rumah

makan untuk membeli makan. Saat itu uangnya sudah habis, otomatis beliau

harus membayar dengan cara mencuci piring dan membantu selama 3hari di

rumah makan tersebut. Di sana beliau belajar cara memasak, melayani tamu,

mengatur rumah makan hari keempat beliau berpamitan dengan pemilik

rumah makan untuk ke tempat ongkunya (kakek). Setiba dirumah ongkunya

(kakek), beliau berdagang rokok lalu sayur kemudian kain batik sampai

1976 beliau berdagang di Pekanbaru.

Sutan Saidi pergi ke Surakarta mulanya mengantar ibundanya untuk

menjaga rumah ongkunya (kakek) yang akan naik haji, Surakarta saat itu

masi sepi. Kakeknya menyuruh Sutan Saidi untuk menjaga toko alat tulis

“Sangsaka” yang beralamat di jalan Slamet Riyadi no.71.Tahun 1990 beliau

keluar dari toko “Sangsaka” untuk membuka usaha alat tulis sendiri yang

bernama “Lakancank” di Ngarsopura bertempat di jalan Honggowongso

no.93.

d. Pendidikan

Pendidikan menjadi faktor pendorong yang kuat semenjak berdirinya

sekolah-sekolah di Minangkabau untuk merantau37

.Semula faktor

pendidikan hanya terbatas pada golongan atas, tidak seperti faktor ekonomi

37Majalah Tempo, No.20 tahun 1986, Koleksi Monumen Pers Nasional

Surakarta.hlm.16

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

yang merupakan faktor pendorong yang mengenai seluruh lapisan

masyarakat.Seperti anak-anak pembesar disana, pejabat-pejabat atau

pedagang kaya yang ingin meningkatkan pendidikan serta prestise dengan

menyekolahkan anak mereka di Jawa.

Faktor pendidikan terus meluas menjadi faktor pendorong untuk

merantau bagi seluruh masyarakat, kemerdekaan Indonesia berefek dengan

meningkatnya putra-putra Minangkabau untuk merantau ke Jawa dimana

jumlah terbanyak adalah para pelajar38

.Pelajar yang merantau terlebih

dahulu menceritakan pengalaman, prestasi serta manfaat dari sekolah di

Jawa, untuk mendorong para pemuda yang masih menimba ilmu di

Minangkabau agar melanjutkan pendidikan di jawa, pelajar yang terdahulu

juga memberikan kemudahan jika ada teman atau saudara yang ingin

melanjutkan pendidikan di kota yang sama dengan mereka.

Pendidikan yang tinggi setimpal dengan perhargaan yang mereka

terima di kampung, memberikan kemudahan untuk merintis karir di bidang

pemerintahan.Semakin tinggi jabatan mereka, semakin tinggi pula status di

masyarakat. Adat-isitiadat Minangkabau tidak menghalangi kemajuan

pemuda mereka justru pendorong yang kuat untuk menimba ilmu dan

pengalaman untuk menghadapi kehidupan di masa depan dan untuk

kemajuan di kampung sesudah mereka menyelesaikan pendidikan. Faktanya,

kenyamanan di daerah rantau membuat banyak di antara mereka yang

akhirnya menetap merantau dan tidak kembali ke kampung.

38Mochtar Naim, Merantau Pola Migrasi Suku Minangkabau,(Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada,1978).hlm.161

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Syeikh Ahmad Khatib, H.Agus Salim, Moh.Hatta,Tan Malaka, Sutan

Syahrir, Moh. Natsir, Abdul Muis, Moh. Sjafei merupakan tokoh-tokoh

terkenal yang berpendidikan tinggi berasal dari Minangkabau mampu

membangkitkan semangat orang Minangkabau untuk melanjutkan

pendidikan yang lebih tinggi di rantau.

Faktor inilah yang mendorong Supardi39

untuk merantau ke Jawa

tahun 1982. Ia ingin melanjutkan pendidikannya ke Jawa dengan biaya

sendiri, mulanya ia ingin berkuliah di IKIP Yogyakarta namun tidak lolos

tes, ia pindah tes di Universitas Sebelas Maret(UNS) Surakarta jurusan

olahraga dan tidak lolos Selama belum diterima di kampus impiannya dan

daripada menganggur, ia bergabung dengan klub sepakbola bernama TNHdi

Surakarta dan ia bermain dengan performa bagus, hal ini membuat klub

sepakbola Monas Putra sebuah klub sepakbola yang terkenal saat itu

membutuhkan pemain yang berstatus honorer, bapak Supardi ikut seleksi

dan lolos tes masuk Monas Putra.

Ia bersama Monas Putra cukup berprestasi dan menjuarai berbagai

kejuaraan. Prestasi Monas Putra membuat pemerintah memberikan

penghargaan dengan mengangkat seluruh pemainMonas Putra menjadi

capeg di Radio Republik Indonesia (RRI) Surakarta, Supardi juga termasuk

salah satunya. Beberapa tahun kemudian ia diangkat menjadi PNS dibawah

Kementrian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo) tahun 1990 dan

bekerja di Monumen Pers Nasional hingga saat ini.

39

Wawancara dengan Supardi, 6 Juni 2014

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

2. Alasan Penarik : Daya Tarik Kota

Kota menjanjikan harapan-harapan yang orang di kampung idam-

idamkan40

. Kehidupan kotasangat menarik dimana orang kota dianggap

sebagai manusia super, memiliki segalanya dan modern. Kota menyediakan

berbagai macam pekerjaan yang mudah ditemui, gaji yang lebih tinggi

daripada di kampung, kelonggaran adat-istiadat yang tidak mengekang,

terjaminnya kebebasan pribadi individu, hiburan dan gemerlap kota yang

memiliki banyak pilihan bahkan faktor lembaga pendidikan yang lebih

bermutu juga menambah daya tarik kota kepada para perantau.

Kota Surakarta yang mengalami pembangunan sangat pesat akan

memberikan banyak kesempatan kerja dan cocok untuk berdagang. Mereka

tertarik menuju Surakarta berdasarkan informasi yang diperoleh dari kerabat

atau kenalan mereka yang telah sukses serta kemudahan-kemudahan yang

tidak mereka dapatkan di kampung halaman41

.Tahun 1970an ada sebagian

perantau yang menuju ke Surakarta untuk mendapatkan atau melanjutkan

pendidikan namun tidak dalam jumlah yang cukup besar, para perantauan

umumnya memiliki latar belakang keluarga mampu di kampungnya.

Para perantau awalnya tidak ada niat untuk menetap di Surakarta,

mereka ingin kembali ke kampung halamannya dimana keluarganya tetap

40Andi Ima Kesuma, Migrasi dan Orang Bugis, (Yogyakarta: Ombak,

2004), hlm. 32 41Wawancara dengan Sutan Saidi, 22 Mei 2014

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

tinggal disana.Di perantauan, mereka mencari uang sebanyak-banyaknya

untuk menghidupi keluarganya di kampung.Saat di kota mereka berusaha

hidup hemat. Merantau ke kota juga mendorong mereka untuk maju dan

menambah pengalaman serta menurut pandangan keluarga mereka di

kampung, para perantau memiliki tempat tersendiri dan terpandang di mata

orang kampung mereka.

Menurut cerita Gusno yang asli Pasaman42

,Sumatera Barat, tahun

1992 ia pergi ke Solo mulanya untuk berkunjung ke rumah kakeknya di

Solo. Kakeknya menyuruh Kusno untuk untuk membantu pabrik tekstil

yang di kelola kakaknya bernama Soraya.Beliau memutuskan untuk tinggal

di Surakarta karena ingin membantu usaha tekstil milik kakeknya, dia hanya

pulang kampung ketika ada acara saja, Gusno sudah berdagang secara

mandiri dan memiliki kios di pasar Klewer.

C. Adaptasi Perantau Minangkabau di Surakarta

Perantau Minangkabau yang memiliki mobilitias tinggi memerlukan

kemampuan adaptasi yang merupakan salah satu bentuk dari daya hidup

stamina kebudayaan.Menurut budayawan W.S Rendra 43

kemampuan

beradaptasi dalam perfektif budaya iaalah kesadaran kreatif untuk mengatasi

tantangan keadaan. Sebab, keadaan di suatu tempat tidak sama dengan tempat

42Wawancara dengan Gusno, 30 Mei 2014 43 Rendra, W.S, Penyair dan Kritik Sosial. (Yogyakarta:Kepel

Press,2001),hlm.51

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

yang lain. Keadaan ini bisa berupa faktor iklim, struktur geografis, watak

manusia atau sistem sosial dan budaya.

Adaptasi adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan dengan

lingkungan sekitar dalam rangka bertahan hidup.Orang Minangkabau terkenal

dengan kemampuan dalam beradaptasi dengan lingkungan baru, hal tersebut

dalam sikap terbuka, mudah berkomunikasi, mudah bergaul, kemampuan

bersilat lidah (berkomunikasi) yang baik sebagai salah satu ciri khas

mereka.Sepanjang sejarah perantau orang Minangkabau, mereka tidak pernah

terlibat konflik dengan penduduk asli di rantaubahkan mereka beradaptasi

dengan menikahi penduduk asli untuk mendukung pembauran mereka dengan

tempat mereka merantau.

Orang Minangkabau enggan menciptakan eklusifitas seperti

diungkapkan Gamawan Fauzi selaku orang Minangkabau yang saat ini

menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri, “……..tidak pernah ada kampung

minang seperti suku lain yang menabalkannama kampung sendiri, seperti

Kampung Melayu, Kampung Jawa, Kampung Mandailing, dan malah ada

kampung China…….”44

.Minangkabau justru memberikan kampung kepada

para pendatang seperti kampung jao untuk orang Jawa dan kampung cina.

Daya adaptasi, kemampuan menyesuaikan diri, yang tinggi membuat

mereka pun diterima oleh masyarakat di mana mereka berada.Mereka

diterima menjadi pemimpin formal maupun informal di rantaunya

44

http://waspada.co.id/index.php?option=

com_content&view=article&id=292873:mendagri-orang-minang-itu-suku-tak-

takut-hidup&catid=14:medan&Itemid=27 (diakses pada tanggal 27 Mei 2014)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

masing-masing. Sebutlah, misalnya, Mr Datuk Djamin yang menjadi

Gubernur Jawa Barat yang kedua (1946); Gubernur Maluku yang kedua dan

ketiga, yakni Muhammad Djosan (1955-1960), dan Muhammad Padang

(1960-1965); Gubernur Sulawesi Tengah yang pertama, Datuk Madjo Basa

Nan Kuniang (1964-1968); Residen/Gubernur Sumatera Selatan yang

pertama dr Adnan Kapau Gani; atau Djamin Dt Bagindo yang menjadi

gubernur pertama Provinsi Jambi (1956-1957)45

.

1. Hubungan Sosial dengan sesama perantau

Perantau yang baru datang biasanya akan menuju ke rumah

saudaranya yang sudah sukses atau mencari induk semang untuk tempat tinggal

sementara. Orang Minangkabau di rantau awal mulanya ikut dengan perantau

yang sukses untuk belajar dan mencari pengalaman setelah mereka cukup kuat,

mereka akan berpisah dan membuat usaha sendiri.Mereka beradaptasi dengan

teman sesama perantau yang hidup dalam satu rumah, berjualan di tempat

yang sama bahkan menjalin kerja sama dengan sesama perantau. Komunikasi

dengan sesama perantau masih menggunakan bahasa Minangkabau untuk

mengobati rasa rindu mereka dengan kampung halaman dan menunjukkan

eksitensi mereka sebagai orang Minangkabau.

Perasaan senasib dan seperjuangan menjadikan hubungan mereka

lebih kuat. Mereka saling membantu satu sama lain jika membutuhkan bantuan,

jenis bantuan tidak hanya berupa bantuan non-materiiil, bantuan berupa

ekonomis juga kerap mereka berikan dengan sesama perantau dan masyarakat

45

https://groups.google.com/forum/#!topic/rantaunet/svmwFkfDXmQ

(diakses pada tanggal 27 Mei 2014)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

sekitar. Hal ini mempercepat proses pembauran serta memperakrab hubungan

sosial orang perantau.

2. Hubungan Sosial perantau dengan masyarakat pribumi

Perantau Minangkabau menuju kota-kota besar untuk mencapai

kesuksesan menempati rumah yang berdekatan dengan penduduk

pribumi.Mereka melakukan hubungan dengan masyarakat sekitar untuk

memberikan rasa aman dan menambah saudara dengan menyesuaikan adat-

istiadat dan mempelajari bahasa yang dipakai pribumi untuk mempermudah

komunikasi.

Pemuda Minangkabau di kampung halaman identik dengan surau

sehingga mereka akan mencari musolla atau masjid untuk mendekatkan diri

yang kuasa dan mempercepat proses adaptasi dengan masyarakat sekitar

dengan cara mengikuti berbagai kegiatan di musollah atau masjid. Saat ini,

Iskandar46

perantau asal Silungkang menetap di Masjid Muslimien Asy

Syamsiyah, ia tinggal disana sekaligus marbot masjid yang merawat masjid

serta menjadi muadzin di setiap tiba waktu salat lima waktu, beliau merasa

nyaman tinggal di masjid karena di kampung halaman sejak kecil beliau sudah

tinggal di musola atau surau. Adaptasi dengan masyarakat sekitar berjalan

sangat baik.

Pekerjaan yang dilakukan orang Minangkabau tergantung pada

pendidikan yang miliki, mereka yang berpendidikan cenderung bekerja di

sektor pemerintahan dan membentuk kelompok dengan mereka yang setingkat

46

Wawancara dengan Iskandar, 30 Mei 2014

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

sedangkan mereka yang kurang berpendidikan cenderung bekerja di bidang

perdagangan.Mereka merantau ke Surakarta, diawali dengan tinggal dan ikut

saudara atau kerabat yang sudah sukses. Keterbatasan modal membuat mereka

ikut saudaranya terlebih dahulu dengan membantu usahanya setelah memiliki

modal sendiri, mereka membuka usahanya sendiri yang bergerak di bidang

yang sama tempat mereka belajar berdagang. Hal ini menimbulkan pola yang

unik karena kesamaan jenis usaha, misal: warung makan padang, toko alat tulis,

percetakan, toko tas dan lain-lain. Berdekatan letak usaha mereka membuat

membuat persaudaraan yang sangat erat namun tak jarang menimbulkan

persaingan dalam perdagangan.Di kampung halaman, mereka tidak saling

mengenal atau hanya mengenal sedikit karena dirantau kebersamaan muncul

dari rasa senasib dan berasal dari Minangkabau.

Menurut Mochtar Naim, suku Jawa merupakan salah satu suku yang

disukai oleh orang Minangkabau untuk diajak bergaul. Karakter lemah lembut

yang dimiliki suku Jawa adalah salah satu alasan mereka suka dengan suku

Jawa, mereka membedakan dengan suku batak yang berperangai

kasar47

.Pembawaan orang Jawa menjadikan orang Minangkabau mudah

bergaul dengan mereka. Dahulu banyak orang Minangkabau di Surakarta yang

berjualan kain batik yang merupakan produk khas daerah Surakarta, semakin

membuktikan proses adaptasi telah berjalan dengan baik. Kegiatan

bermasyarakat seperti kerja bakti, arisan rutin, menengok tetangga yang sakit

serta ikut organisasi pedagang milik kaum pribumi.

47

Mochtar Naim, Merantau Pola Migrasi Suku Minangkabau,(Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada,1978).hlm.204

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Menikahi pribumi salah satu cara orang Minangkabau beradaptasi

dengan masyarakat, pernikahan dengan pribumi berarti menambah saudara di

tempat rantau. Pernikahan antar etnis ini tidak hanya di dominasi oleh para

pemuda kerapkali para pria yang sudah beristri namun istrinya tidak atau

belum dibawa ke rantau, mereka menikahi pribumi untuk mengurus mereka

selama di rantau. Menurut Henny48

, para pria yang sukses dirantau kerapkali

dianjurkan dan dicarikan oleh saudara-saudara mereka untuk menambah

jumlah istri dalam rangka meperbanyak keturunan.

Saat ini perkawinan antar etnis terjadi pada keturunan orang

Minangkabau yang lahir di tanah rantau, otomatis mereka tidak mengenal

kampung halaman orangtuanya, bergaul dengan pribumi, berbahasa pribumi,

hal ini membuat mereka krisis identitas karena merasa orang Jawa tetapi

berdarah Minangkabau. Peranakan yang lahir di rantau sering menikah dengan

pribumi yang menghasilkan keturunan yang disebut anak pisang49

.Apabila

hasil perkawinan antaraAyah orang Jawa beristrikan orang Minangkabau akan

menghasilkan keturunan yang dianggap orang Jawa karena menganut garis

keturunan patrilineal serta dianggap orang Minangkabau jika menurut garis

keturunan matrilineal menimbulkan dilema bagi anak yang berayahkan orang

Minangkabau dan beribukan orang Jawa yang menganut garis keturunan

patrilineal sedang ayahnya berasal dari Minangkabau yang menganut garis

keturunan matrilineal, jika si anak tinggal di Minangkabau dianggap orang

48

Wawancara dengan Henny, tanggal 21 Mei 2014 49

H. Geertz, Indonesia Cultures and Communities, R.mc vey(ed)

Indonesia Southeast Asia Studies, ( Amerika Serikat, Yale University,1963),hlm.

40-42.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Jawa karena beribukan orang Jawa, tetapi jika anak tinggal di Jawa, dia

dianggap orang Minangkabau karena berayahkan orang Minangkabau.

Terbukti daya adaptasi yang tinggi dari Etnis Minangkabau dimana

salah satu Ketua PWSB Surakarta mendapatkan gelar dari Keraton Kasunanan

Surakarta karena banyak berjasa terhadap keraton yaituDirektur Rumah Sakit

Orthopedi Prof. Soeharso Surakarta periode 1997-2002 Dr. H. Fadlan Maalip

SKM mendapat gelar Kanjeng Raden Haryo Tumenggung (KRHT) Husodo

Diningrat pada tahun 2001 kemudian tahun 2003 naik pangkat menjadi

Kanjeng Raden Haryo (KRH) Husodo Diningrat. Gelar tersebut didapatkan

sebagai penghargaan dari Pakubuwono XII atas pengabdian dan jasanya dalam

bidang kesehatan terhadap keluarga Keraton Kasunanan50

.

D. Perkembangan Perantau Minangkabau

Mobilitas etnis Minangkabau “merantau” termasuk yang tertinggi

dibanding etnis lainnya di Indonesia. Persebaran etnis ini mencapai seluruh

pelosok Indonesia yang ditandai dengan keberadaan rumah makan padang

yang ada di seluruh kota di Indonesia. Perantau Minangkabau pertama yang

merantau tahun 1930 M.Yusoef untuk berjualan batik, kota Surakarta memiliki

potensi yang sangat luas untuk berdagang. Sampai tahun 1950an mayoritas

perantau Minangkabau berdagang batik51

.

50 Fadlan Maalip, Dari Ranah Minang Menuju Kasunanan Surakarta

Hadiningrat Melalui Betawi dan Sepucuk Jambi Sembilan Lurah,(Jambi:

Baiturrahim Press, 2009),hlm.142-143 51Wawancara dengan Sutan Saidi, 22 Mei 2014

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Tahun 1960an mulai bermunculan toko-toko alat tulis kantor dan

percetakan-percetakan milik orang Minangkabau. Tahun ke tahun semakin

banyak masyarakat Minangkabau yang merantau ke Surakarta dengan tujuan

berdagang, hal ini membuat semakin banyaknya variasi dalam jenis

perdagangan seperti warung makan padang, sate padang, sandal, tas, sepatu

dan lain-lain52

. Umum jika kita bepergian ke luar kota, kita mencari rumah

makan yang murah, enak serta halal tentu jawabannya adalah rumah makan

padang bahkan rumah makan padang sudah menjadi sebuah franchise sepert:

Sederhana. Para Perantau mencari daerah yang berpenduduk banyak, berarti

kota-kota besar menjadi tujuan mereka. Persebaran mereka ada di Jakarta,

Medan, Bandung, Surabaya, Surakarta.

Pilihan para perantau menuju kota besar karena peluang-peluang

untuk meningkatkan taraf ekonomi lebih besar dan kondisi perdagangan lebih

padat dan ramai. Etnis Minangkabau terkenal sebagai “Cinanya Indonesia”

yang ahli dalam bidang perdagangan dalam berdagang sangat terjamin

kebebasan individu dan tidak diperintah-perintah, masa depan berada dalam

genggaman kita sendiri.

Orang Merantau itu ada yang berhasil adapula yang tidak

berhasil.Kembali ke kampung halaman adalah opsi terbaik buat mereka yang

tidak berhasil, seperti yang dialami Askar53

tahun 1990 ia merantau namun

tidka berhasil maka ia pulang ke kampung halamannya untuk bekerja sebagai

52Wawancara dengan Azwir Yasin, tanggal 7 Juni 2014 53Wawancara dengan Askar, tanggal 20 April 2014

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

pendulang emas dan bercita-cita akan kembali merantau jika modalnya dirasa

sudah mencukupi dan meningkatkan tingkat kehidupan keluarganya. Kebiasaan

bagi yang sukses akan mengajak saudara atau kerabatnya untuk merantau ke

kota tempat dia tinggal. Hal ini dilakukan Mardenis54

yang mengajak

kemenakannya dan tetangganya di Silungkang, Sumatera Barat untuk merantau

ke Surakarta dan bekerja di tempat usaha percetakan dan toko alat tulis kantor

miliknya. Orang yang sudah sukses di rantau sangat senang jika saudara atau

kerabat yang mereka ajak merantau kelak akan sukses dan mandiri seperti

mereka. Hal ini berakibat sepinya kampung halaman mereka serta kebanyakan

di huni orang-orang tua yang berakibat kekurangan tenaga kampung

mereka.Pendatang dari luar Minangkabau justru meramaikan suasana kampung

mereka.

Tujuan utama mereka merantau adalah mengumpulkan harta

sebanyak-banyaknya untuk menghidupi keluarga mereka di kampung55

.hal ini

membuat mereka harus berpola hidup hemat bahkan cenderung pelit. Mereka

datang ke Surakarta tanpa membawa apa-apa setelah beberapa tahun disini

mereka memiliki gadget,kendaraan, toko, rumah bahkan memilik indekos yang

disewakan. Hal ini membuat mereka berpikir dua kali untuk kembali ke

kampung, kebanyakan bingung jika ditanya apakah akan kembali ke kampung

halamannya kelak terutama yang sudah sukses. Jika ditanya apakah untuk

mengirimkan uang untuk keluarga dikampung, kebanyakan menjawab

54

Wawancara dengan Mardenis, tanggal 7 Januari 2014 55

Metha Dwi Utami, Organisasi Perantau Minang Sulit Air Sepakat (SAS)

Surakarta tahun 1986-1998. Skripsi.Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni

Rupa,2010.hlm.32

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

bersedia.Saat idul fitri merupakan waktu paling tepat untuk kembali ke

kampung halaman untuk sementara waktu.Syahwir56

mengalami hal ini, di

Surakarta ia telah ikut saudaranya yang sukses kemudian membuka toko

sendiri untuk berjualan alat tulis kantor, rumah sendiri bahkan anaknya

bersuamikan orang Surakarta. Hal ini membuat dia berkeinginan

menghabiskan sisa hidupnya di sini.Ia pulang ke kampungnya jika ada acara

keluarga yang penting saja.

Kebanyakan perantau yang sudah mapan tidak ingin pulang kampung

karena ingin mengembangkan bisnis di Surakarta yang lebih menjamin masa

depan mereka daripada di kampung halaman. Bertahun-tahun mereka hidup di

Surakarta membuat mereka sudah menjadi orang Surakarta tentu sulit bagi

mereka jika kembali ke kampung yang berarti adaptasi kembali seperti saat

mereka merantau. Kebingungan kerap melanda mereka saat tinggal di

kampung kembali karena terbiasa hidup di kota.

56

Wawancara dengan Syahwir, 20 April 2014

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

BAB III

PERKEMBANGAN ORGANISASI PERSATUAN WARGA

SUMATERA BARAT (PWSB) SURAKARTA

A. Keberadaan Organisasi Masyarakat Minangkabau di Surakarta

1. Sejarah berdirinya organisasi PWSB

Persatuan Warga Sumatera Barat (PWSB) Surakarta adalah

organisasi warga perantau yang berasal dari Sumatera Barat atau

Minangkabau yang hanya ada di Surakarta57

, tidak seperti organisasi

perantauan lainnya yang di setiap kota memiliki cabang.Organisasi PWSB

didirikan oleh para pioneer-pioner perantau dari daerah Aceh, Dili, Batak,

Minang, Riau, Jambi, dan Palembang yang pertama kali datang ke Surakarta

pada tahun 1930 dengan nama Persatuan Andalas Surakarta(PAS)58

.Andalas

yang bermakna Sumatra digunakan karena beranggotakan para perantau yang

berasal dari Sumatra59

.Mulanya PAS dirikan untuk memfasilitasi para

perantau berasal dari Sumatera yang datang ke Surakarta.

Perkembangan sangat pesat bagi organisasi ini membuat

bertambahnya jumlah perantau dari Sumatera dari masing-masing daerah,

pada tahun 1955 setiap daerah Aceh, Dili, Batak, Minang, Riau, Jambi, dan

57

Wawancara dengan Azwir Yasin, tanggal 7 Juni 2014

58Buku Panduan Persatuan Warga Sumatera Barat (PWSB) Surakarta,

(Surakarta: PWSB,2000),hlm.79. 59

Wawancara dengan Sutan Saidi, 22 Mei 2014

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Palembang sudah memiliki banyak perantau, mereka ingin membentuk

organisasi masing-masing maka perantau dari provinsi Sumatera Tengah

mendirikan Persatuan Warga Sumatera Tengah Surakarta (PWST)60

. Menurut

Mochtar Naim61

, Kira-kira 1500 orang Minangkabau dijumpai di Solo (132

keluarga dengan 864 anggota) berdasarkan daftar anggota dan brosur milik

ketua PWST yaitu A. Manan Khadin dimana di Surakarta hampir seluruhnya

bekerja sebagai pedagang yang kebanyakan berasal dari Kampung Sulit Air

dan Silungkang. Saat itu mereka berdagang tekstil, batik, kelontong sekitar

selusin toko, enam penjahit, enam warung makan padang, tiga perusahaan

batik ,satu percetakan serta beberapa pedagang kaki lima pindahan dari

Jakarta62

. Kisah sukses para perantau Sumatera Barat di Surakarta menjadi

daya tarik tersendiri bagi warga Minangkabau di kampung halamannya,

membuat semakin banyaknya perantau Minangkabau yang merantau ke

Surakarta.

Semakin banyaknya perantau asal Sumatera Barat yang datang ke

Surakarta membuat Organisasi Persatuan Warga Sumatera Tengah (PWST)

dipecah kembali dan para perantau Minangkabau mendirikan Persatuan Warga

Sumatera Barat Surakarta (PWSB) pada tahun 197163

.Organisasi di dirikan

oleh Abdul Wahab Gani sekaligus Ketua Umum PWSB Surakarta yang

60

PWSB., Loc.cit 61

Mochtar Naim, Merantau Pola Migrasi Suku Minangkabau,(Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada,1978).hlm.133 62

Ibid, hlm.134 63

PWSB.,Loc.cit.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

pertama64

. Abdul Wahab Gani yang berasal dari Lintau dikenal sebagai tokoh

pemersatu perantau Minangkabau yang berada di Surakarta65

, keberadaan

PWSB sebagai organisasi perantau Minangkabau mengalami kemajuan

dimana dari musyawarah besar yang diadakan berhasil mengumpulkan para

perantau Minangkabau di Surakarta. Masa kepemimpinan Abdul Wahab Gani

yang berlangsung 5 tahun dapat membawa perubahan PWST menjadi PWSB.

Perjalanan PWSB dilanjutkan oleh Nizam Yasin selaku ketua

PWSB dengan masa jabatan terlama yaitu 14 tahun dan dilanjutkan oleh

Syahdan,B.A ketua PWSB periode 1990-1998. Saat PWSB dipimpin Dr.

Fadlan Ma’alip dan Nasrudin Baidan perkembangan PWSB pesat dan

mencapai masa kejayaan pada tahun 1998-2004 dimana seluruh anggota

PWSB benar-benar bersatu dan menunjukkan eksistensi mereka di Surakarta

sehingga dikenal oleh pemerintah daerah provinsi Jawa Tengah maupun

Sumatra Barat dan organisasi perantau Minang lainnya.

Dr. Fadlan Ma’alip yang berada di Surakarta selama 4 tahun dan

menjabat ketua PWSB selama 3 tahun dapat membawa perubahan besar dalam

PWSB. Banyak ide-ide dan pemikiran Dr. Fadlan Ma’alip yang terealisasi

seperti gedung pertemuan di Pabelan, pengajian, arisan rutin serta pembinaan

dan pertunjukan kesenian Minangkabau66

.Sedikit demi sedikit aktif kembali

64

Wawancara dengan Azwir Yasin , tanggal 7 Juni 2014

65 IKM, Minang Maimbau,(Surakarta: La-Kancank, 1992),Hlm.8

66 Fadlan Maalip, Dari Ranah Minang Menuju Kasunanan Surakarta

Hadiningrat Melalui Betawi dan Sepucuk Jambi Sembilan Lurah,(Jambi:

Baiturrahim Press, 2009),hlm.134

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

kegiatan-kegiatan yang sempat terhenti dibawah

kepemimpinannya.Pembenahan organisasi dan peremajaan pengurus

memperlihatkan hasil dimana satu-persatu anggota lama aktif kembali dan

banyaknya anggota baru yang terdata setelah dikunjungi oleh Ketua Umum

PWSB maupun pengurus lainnya.

Hal ini diutarakan oleh Azwir Yasin67

sebagai berikut: “Tahun

1998-2004 PWSB memang sangat menonjol baik dalam kegiatan atau

pembangunan, terutama saat kepemimpinan Dr. Fadlan Ma’alip yang saat itu

beliau ditugaskan memimpin RS. Orthopedi Surakarta. Beberapa tahun

keberadaan beliau di Surakarta dapat menggerakkan roda organisasi PWSB

seperti banyaknya kegiatan arisan, acara kesenian bahkan pembanguna gedung

pertemuan.Dr. Fadlan Ma’alip memiliki dedikasi tinggi dalam membesarkan

PWSB, beliau berani mengorbankan materi maupun waktu untuk kemajuan

PWSB”.

67

Wawancara dengan Azwir Yasin, 7 Juni 2014

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Faktor ketua umum PWSB sangat menentukan dinamika

perkembangan PWSB . Berikut nama-nama Ketua Umum PWSB dari tahun

1971-sekarang:

Tabel I. Periodesasi Ketua PWSB

No Nama Ketua PWSB Periode

1 Abdul Wahab Gani 1971 – 1976

2 Nizam Yasin 1977– 1989

3 Syahdan,B.A 1990 – 1997

4 Dr. Fadlan Ma’alip 1998 – 2001

5 Dr. Nasrudin Baidan 2002 – 2010

6 Epi Rizandi. S.H 2011 – sekarang

Sumber: dokumen PWSB Surakarta

Tahun 2000 berdasarkan jumlah Kartu Keluarga (KK) yang

dimiliki pengurus PWSB Surakarta, PWSB berjumlah 335 KK68

.PWSB

Surakarta memiliki gedung pertemuan sendiri bernama “Rumah Bagonjong

dan Masjid Tauhid”yang beralamat Jl. Pabelan Baru I (utara Assalam

Hypermart) Dusun Lemusir, Pabelan, Sukoharjo.Telp.0271-713539 serta

memiliki Sekretariat Pembantu yang beralamat Rumah Makan “Embun Pagi”

yang beralamat di Jl. Brigjend Slamet Riyadi no. 461 Makam Haji, Kartasura,

Sukoharjo.Telp/fax.0271-713539.

68

PWSB.,Buku Panduan Persatuan Warga Sumatera Barat (PWSB)

Surakarta, (Surakarta: PWSB,2000),hlm.40.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

B. Perkembangan organisasi PWSB tahun 1971-2004

1. Keorganisasian PWSB

a. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi adalah rangkaian aturan yang menunjukkan

hubungan antara fungsi organisasi yang meliputi pimpinan, tugas

wewenang serta tanggung jawab yang masing-masing mempunyai

peranan tertentu dalam kesatuan yang utuh mencapai tujuan organisasi69

.

Struktur organisasi yang baik adalah setiap bagian organisasi

yang ada dapat menjalankan peranannya dengan baik.Struktur

organisasi yang efisien berarti dapat menjalankan peranannya untuk

mencapai hasil terbaik bagi organisasi.

Pengurus PWSB terdiri atas Pengurus harian, seksi-seksi,

komisariat dan penasehat yang dipimpin oleh seorang Ketua

Umum70

.Pengurus harian dipilih dan bertanggung jawab kepada

pemegang kekuasaan tertinggi yaitu Musyawarah anggota dengan masa

bakti satu periode (3 tahun)71

.Masa bakti pengurus PWSB berakhir

setelah Ketua umum terpilih dalam musyawarah anggota

PWSB.Anggota-anggota PWSB yang berdekatan dikoordinasikan oleh

Komisariat Wilayah dan rayon PWSB. Setiap anggota berhak menjadi

pengurus namun harus memenuhi persyaratan antara lain: anggota aktif,

69

Metha Dwi Utami, Organisasi Perantau Minang Sulit Air Sepakat (SAS)

Surakarta tahun 1986-1998. Skripsi.Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni

Rupa,2010.hlm.40 70

PWSB, Hasil-Hasil Musyawarah Anggota PWSB,(Surakarta:PT.

Wangsa Jatra Lestari,2002),hlm.4 71

Ibid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

terpilih dalam rapat anggota, beragama islam, mempunyai kemampuan

memimpin organisasi dan menyatakan kesediaannya, bertempat tinggal

di Surakarta72

.

1) Dewan Penasehat terdiri dan bertugas sebagai berikut73

:

Dewan Penasehat terdiri atas tokoh-tokoh masyarakat

Minang, yang memiliki perhatian terhadap PWSB, baik domisili di

Surakarta dan sekitarnya, maupun di tempat lain. Setiap individu

penasihat mempunyai kedudukan otonom. Tidak ada kelebihan satu

dari yang lain, tetapi masing-masing mempunyai hak dan

kewajiban yang sama terhadap PWSB dan berhak memberikan

saran atau gagasan-gagasan pada semua level kepengurusan, mulai

dari pengurus harian, seksi dan komisariat. Di samping itu mereka

berhak pula menghadiri semua pertemuan yang diadakan PWSB.

2) Pengurus Harian

Pengurus harian merupakan pimpinan tertinggi organisasi

yang terdiri dari:

a) Ketua Umum bertanggung jawab ke luar dan ke dalam serta

memimpin organisasi kedalam dan mewakili organisasi keluar74

.

b) Ketua umum dibantu ketua I, II, III dan IV yang bertugas75

:

72

Ibid.,hlm.10

73Ibid

74Ibid.,hlm.12

75Ibid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

(1) Ketua I membidangi seksi pendidikan, dakwah, kesenian dan

olahraga, adat dan budaya Minang

(2) Ketua II membidangi seksi sosial, usaha, konsultasi hukum

dan Perlindungan

(3) Ketua III membidangi seksi pembangunan dan infrastruktur

dan prasarana

(4) Ketua IV membidangi seksi pemberdayaan perempuan

c) Sekretaris terdiri dari Sekretaris I,II dan III yang bertugas76

:

(1) Sekretaris I bertanggung jawab atas ketertiban adminitrasi

baik ke dalam maupun ke luar dalam organisasi.

(2) Sekretaris II bertanggung jawab mengatur dan

menginventariskan data organisasi dan bertindak notulis.

(3) Sekretaris III membantu serta mewakili tugas-tugas

Sekretaris I dan Sekretaris II.

d) Bendahara terdiri dari Bendahara I, II dan II bertugas yaitu77

:

(1) Bendahara I mengelola, menerima, menyimpan,

mengeluarkan uang sesuai dengan ketentuan, bertanggung

jawab atas kekayaan organisasi.

(2) Bendahara II mengatur adminitrasi kebendaharaan,

mengadakan pembukuan keuangan, bertanggung jawab atas

kekayaan organisasi.

76

Ibid 77

Ibid,hlm.11

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

(3) Bendahara III membantu, mewakiliBendahara I dan

Bendahara III sesuai dengan yang ditentukan.

Pelaksanaan keuangan memiliki ketentuan umum yaitu:

(a) Semua penerimaan dan pengeluaran harus dibukukan

(b) Semua pengeluaran uang harus sepengetahuan Ketua Umum

(c) Semua pengeluaran harus disertai bukti-bukti pengeluaran

(d) Demi pengamanan keuangan diperlukan pembukaan rekening

di bank

e) Seksi-seksi yang terdiri minimal empat orang, berikut rincian

tugas masing-masing seksi78

:

(1) Seksi Sekretariat bertugas:

(a) Menata dan menjaga kelengkapan sekretariatan

(b) Bekerja sama dengan Wakil sekertaris untuk menulis dan

melengkapi surat-surat dalam kegiatan

(2) Seksi Pendidikan bertugas menatar dan memberikan

pendidikan kepada anggota PWSB terutama generasi muda

supaya tidak melupakan asal-usul mereka sebagai orang

Minangkabau

(3) Seksi Dakwah bertugasMerencanakan, mengatur, dan

melaksanakan kegiatan pendidikan dan dakwah yang

meliputi: Peringatan hari besar Islam, kegiatan majelis

78

Ibid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

taklim dan pengajian-pengajian, Shalat Idul Fitri dan Idul

Adha

(4) Seksi Usaha dan ekonomi bertugas sebagai berikut 79

:

(a) Mencari dana tambahan di luar iuran wajib, iuran sukarela

(b) Mendata atau membuat daftar alamat donatur dan sumber –

sumber yang bisa mendapatkan dana

(c) Menjalankan sumbangan iuran wajib dan suka rela kepada

semua anggota panitia dan simpatisan

(d) Melakukan kegiatan usaha lain di luar iuran wajib dan suka

rela yang tidak melenceng dari AD/ART

(e) Memberikan laporan kepada bendahara mengenai

sumbangan dan jumlah uang yang masuk dan keluar pada

setiap bulan

(5) Seksi Sosial bertugas80

:

(a) Menciptakan suasana kerukunan dan kebersamaan anggota

PWSB dalam segala aspek kehidupan, tanpa ada sifat

diskriminasi dan beda perlakuan antar sesama warga.

(b) Menjadi motor penggerak dalam setiap kegiatan sosial, baik

dalam bentuk kesusahan sepertii : menjenguk anggota yang

sakit, terjadinya kematian, dan musibah lainnya yang tidak

diharapkan bersama, maupun dalam kesenangan berupa :

pesta atau hajatan keluarga.

79

Ibid 80

Ibid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

(c) Bekerjasama dan koordinasi dengan pihak lain jika

diperlukan.

(6) Seksi Kesenian dan adat Minangkabau bertugas sebagai berikut81

:

(a) Mendata dan menginventarisir aktivitas Seni Budaya yang

sudah ada untuk dilaporkan dan dikembangkan

(b) Menyelenggarakan pembinaan dan pendampingan dalam

rangka melalui aktivitas di bidang kesenian dan adat

Minangkabau baik secara temporer maupun rutin

(c) Membangun hubungan kerjasama kemitraan dengan pihak

lain untuk mengembangkan aktivitas kesenian dan adat

Minangkabau.

(7) Seksi Olahraga bertugas sebagai berikut82

:

(a) Melaksanakan kegiatan untuk membantu usaha-usaha

pembinaan olahraga dan kepemudaan yang tumbuh dan

berkembang di PWSB.

(b) Melaksanakan kegiatan untuk membantu melaksanakan

program usaha-usaha untuk meningkatkan kegiatan dan

ketrampilan pemuda atau generasi muda.

(c) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Ketua yang

berkaitan langsung dengan tugas seksi pemuda dan olahraga.

(8) Seksi Perlindungan hukum bertugas sebagai berikut83

:

81

Ibid

82

Ibid 83

Ibid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

(a) Melaksanakan perencanaan dan program di Bidang

Perlindungan anggota PWSB.

(b) Memberikan perlindungan hukum kepada persatuan dan

anggota PWSB

(9) Seksi Pemberdayaan perempuan bertugas sebagai berikut84

:

(a) Menyusun dan melaksanakan program/kegiatan seksi

pemberdayaan perempuan.

(b) Melaksanakan koordinasi sinkronisasi dan fasilitasi

program/kegiatan pemberdayaan perempuan.

(c) Melaksanakan pengembangan program/kegiatan

pemberdayaan perempuan.

Pengurus dipilih oleh dan disahkan oleh Musyawarah

anggota85

.Keputusan-keputusan penting PWSB diambil secara

musyawarah untuk mencapai mufakat.Bila terjadi perbedaan pendapat,

dilakukan pemungutan suara dengan minimal duapertiga dari total

suara.Ketua umum dapat menentukan pilihan jika hal-hal diatas tidak

mencapai titik temu.Bila ketua umum berhalangan tidak dapat

menjalankan tugasnya sebagai pimpinan organisasi maka pimpinan

organisasi dijabat oleh ketua I yang posisinya berada di bawah peringkat

ketua umum.Bila ketua I berhalangan, maka ketua II menggantikan

84

Ibid 85 PWSB.,Buku Panduan Persatuan Warga Sumatera Barat (PWSB)

Surakarta, (Surakarta: PWSB,2000),hlm.44.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

tugasnya sebagai pimpinan organisasi, begitu seterusnya.Berikut skema

gambar struktur organisasi PWSB:

Gambar 1

Sumber: Dokumen PWSB tahun 2000

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

3) Komisariat Wilayah

Dalam menjalankan organisasinya, PWSB dibantu 16 Komisariat

Wilayah yang dibuat sesuai kebutuhan dan mempermudah

koordinasi pengurus harian dengan anggota PWSB Surakarta86

:

Komisariat Wilayah terdiri atas:

(a) Komisariat Klewer

(b) Komisariat Kartasura

(c) Komisariat Palur

(d) Komisariat Nusukan

(e) Komisariat Mangkunegaran

(f) Komisariat Laweyan

(g) Komisariat Colomadu

(h) Komisariat Sukoharjo

(i) Komisariat Klaten

(j) Komisariat Boyolali

(k) Komisariat Sragen

(l) Komisariat Delanggu

(m) Komisariat Karanganyar

(n) Komisariat Wonogiri

(o) Komisariat Mojosongo

(p) Komisariat Pasar Kliwon

86

PWSB, Hasil-Hasil Musyawarah Anggota PWSB,(Surakarta:PT.

Wangsa Jatra Lestari,2002),hlm.11.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

b. Musyawarah Anggota merupakan forum tertinggi dalam

PWSB87

.Musyawarah anggota PWSB adalah pertemuan seluruh anggota

PWSB yang diselenggarakan untuk membicarakan kegiatan dan masalah-

masalah organisasi dan masalah-masalah yang dihadapi PWSB pada

umumnya.Musyawarah anggota diselenggarakan oleh pengurus PWSB

dalam tiga tahun sekali namun dapat ditunda atau dipercepat atas dasar

alasan-alasan kuat atau dengan persetujuan sekurang-kurangnya

duapertiga anggota PWSB yang ada.Penundaan penyelenggaraan

konferensi tidak boleh lebih dari setahun dari waktu yang ditetapkan.

Musyawarah anggota berwenang menetapkan AD,ART dan

menetapkan serta membubarkan kepengurusan PWSB,

dilaksanakandilaksanakan setelah idul fitri pada tahun yang

bersangkutan88

.Pengurus yang karena suatu hal tidak dapat menghadiri

musyawarah harus memberitahukan perihal ketidakhadirannya kepada

panitia penyelenggara musyawarah PWSB disertai alasan-alasan yang

jelas serta menyatakan dapat menerima atau tidak penyelenggaraan

konferensi. Musyawarah dianggap sah jika dihadiri sekurang-kurangnya

sepertiga dari total pengurus yang ada, jika tidak tercapai penyelenggaraan

konferensi dapat ditunda menunggu kedatangan pengurus yang tidak dapat

hadir.

Pengurus yang tidak dapat hadir namun memberitahukan perihal

ketidakhadirannya dan menyetujui berlangsungnya musyawarah dapat

87

Ibid.,hlm.14 88

Ibid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

dianggap sebagai menghadiri musyawarah dan menyetujui segala hasil

musyawarah. Keputusan-keputusan musyawarah dilakukan secara mufakat

bila tidak tercapai kata mufakat akan diadakan pemungutan suara dan

keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak bila suara berimbang maka

pilihan pimpinan rapat menentukan. Ketua umum yang terpilih

bertanggung jawab ke luar dan ke dalam serta memimpin organisasi ke

dalam dan mewakili organisasi keluar.Komposisi dan personalia pengurus

ditentukan dengan bantuan atau formatur yang ditunjuk musyawarah.

1) Rapat anggota merupakan forum pertemuan seluruh anggota yang

diadakan dalam rangka pelaksanaan event tertentu sepert halal bi halal,

peringatan hari-hari besar islam dan rapat ini bertujuan sebagai syi’ar

islam dan syi’ar organisasi89

.

2) Rapat Pengurus Lengkap merupakan rapat yang dihadiri oleh seluruh

jajaran pengurus mulai dari dewan penasihat, pengurus harian, seksi dan

komisariat dilaksanakan minimal sekali dalam enam bulan sekali. Rapat

ini bertujuan membahas kebijakan-kebijakan yang belum diatur secara

jelas di dalam AD, ART dan sebagainya90

.

3) Rapat Pengurus Harian merupakan rapat untuk membahas teknik

pelaksanaan program kerja yang ditetapkan dalam musyawarah anggota

89

Ibid.,hlm.14-15 90

Ibid.,hlm.15.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

diselenggarakan sedikitnya satu kali dalam sebulan. Rapat ini dihadiri oleh

seluruh pengurus harian ditambah sekurang-kurangnya 1 orang mewakili

seksi dan komisariat yang sesuai dengan topic pembahasan rapat91

.

4) Rapat Seksi adalah rapat yang dihadiri oleh semua pengurus seksi yang

bersangkutan, guna membahas permasalahan yang menyangkut dengan

bidang seksi dapat dilaksanakan sesuai kebutuhan92

.

5) Rapat Komisariat merupakan rapat yang dihadiri oleh warga atau anggota

komisariat yang bersangkutan guna membahas permasalahan-

permasalahan yang terdapat pada komisariatdapat dilaksanakan sesuai

kebutuhan93

.

c. Asas dan Tujuan94

:

1) Persatuan ini berasaskan kekeluargaan,Pancasila dan Undang-undang

Dasar UUD 1945

2) Tujuan adalah keadaan yang diharapkan dan diusahakan terwujud untuk

mencapai misi organisasi. Tujuan organisasi hal ini merupakan

kendaraan untuk mencapai tujuan PWSB yaitu:

a) Meningkatkan kesejahteraan anggota

91

Ibid. 92

Ibid. 93

Ibid 94

Ibid.,hlm.2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

b) Meningkatkan rasa kekeluargaan sesama warga asal sumatera barat

yang menyatu dan menjadi bagian dari warga sumatera barat

c) Meningkatkan ukhuwah islamiyah islamiyah anggota khususnya

warga sumatera barat dan Indonesia pada umumnya

d. Sifat 95

:

a) Persatuan ini bersifat gotong-royong dan kekeluargaan

b) Persatuan ini bersifat otonom penuh tidak ada ikatan apapun

dengan perhimpunan atau organisasi lain, termasuk lembaga-

lembaga atau perkumpulan-perkumpulan yang ada di Sumatera

Barat ataupun perhimpunan masyarakat Minang di tempat lain atau

luar ranah Minang.

e. Logo Persatuan:

95

Ibid.,hlm.3

Gambar 2

Sumber: PWSB

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Logo persatuan PWSB berupa rumah bagonjong, setengah

lingkaran dan tiga anak tangga yang bertuliskan “PERSATUAN WARGA

SUMATERA BARAT SURAKARTA” (PWSB) ,Makna dari logo PWSB

yaitu 96

:

1) Garis lengkung biru menyungkup gonjong rumah bermakna

langit yang artinya anggota PWSB warga Surakarta yang berasal

dari Sumatera Barat selalu menyesuaikan diri dengan

lingkungan Surakarta.

2) Gonjong adalah lambang spesifik rumah adat Minangkabau

daerah asal PWSB.

3) 5 (lima) buah gonjong melambangkan 5 sila Pancasila dan 5

rukun islam.

4) Rumah terdiri dari 3 tingkat dan 3 warna melambangkan tigo

tungku sajarangan (tiga tungku yang berbeda) yang bermakna

PWSB dalam mengambil kebijakan selalu dimusyawarahkan

antara tiga unsure, yaitu: niniak mamak (pemimpin-pemimpin

nagari), cadiak pandai(orang intelektual) dan alim ulama (ahli

agama islam).

5) Pepatah “Dimano bumi dipijak disitu langit dijunjuang, aie

disauak, rantiang dipatah” merupakan sikap hidup anggota

PWSB yaitu membaur, menyesuaikan diri dengan lingkungan

96

PWSB.,Buku Panduan Persatuan Warga Sumatera Barat (PWSB)

Surakarta, (Surakarta: PWSB,2000),hlm.i.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

tempat tinggal, bersama dengan masyarakat setempat

membangun dan mensejahterakan masyarakat.

f. Kegiatan Organisasi

1) Pengajian Tauhid merupakan kegiatan pengajian yang rutin bagi

anggota PWSB dan Rutindiadakan setiap selasa malam jam

20.0097

. Pengajian ini pertama kali diadakan tahun 1975 berlokasi

di Kemlayan dekat warung gudeg Bu Marni menempati lahan

kosong yang diperbolehkan oleh pemiliknya untuk digunakan

pengajian98

. Pengajian berjalan secara rutin tanpa pernah terputus

dengan mengundang berbagai macam tokoh agama baik orang

Minangkabau atau warga lokal, pengajian ini juga melibatkan

warga sekitar serta undangan pengajian ini rutin di iklankan di

Radio ABC yang saat itu berkantor di pasar Kliwon99

.

Pada tahun 1998 karena lahan yang dimanfaatkan untuk

kegiatan pengajian akan dibangun oleh pemiliknya, pengajian

Tauhid berpindah ke Pasar Triwindu menempati jalan-jalan antara

los-los pedagang setiap selasa malam100

. Tahun 2001, pengajian

Tauhid berpindah tempat pindah kembali karena lahannya tidak

dapat izin untuk digunakan.Pengajian Tauhid dibuatkan Masjid

97

PWSB.,Buku Panduan Persatuan Warga Sumatera Barat (PWSB)

Surakarta, (Surakarta: PWSB,2000),hlm.79.

` 98

Wawancara dengan Sutan Saidi, 22 Mei 2014

99

Wawancara dengan Sutan Saidi, 22 Mei 2014

100Ibid.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

yang menempati lantai II gedung Bagonjong yang berlokasi di

Pabelan. Apresiasi dari pengurus PWSB dengan menggunakan

pengajian Tauhid untuk dijadikan nama Masjid Tauhid101

.

2) Arisan Ibu-Ibu anggota PWSB yang sudah berjalan dari tahun

1971 berlokasi berpindah-pindah setiap bulan menempati rumah

anggota PWSB102

. Arisan ini merupakan salah satu kegiatan

pemberdayaan perempuan dalam rangka membina silahturahmi,

akhlak serta memungut iuran anggota.

3) Penyediaan tanah pekuburan khusus anggota PWSB Surakarta

yang berlokasi di pemakanam Purwoloyo dan Pracimaloyo.

Pembelian tanah seluas masing-masing 0,5 hektar103

. Kedua tanah

pekuburan sudah yang dibeli dengan menggunakan uang kas

PWSB serta donatur, pembelian tanah di fasilitasi oleh ketua

PWSB pertama yang bernama Abdul Wahab Gani pada tahun

1971104

.

4) Pembelian tanah di dukuh Lemusir, Pabelan pada tahun 1985

seluas 260 meter persegi, tanah ini dibeli dengan menggunakan

uang kas PWSB serta sumbangan dari donator105

. Tanah ini

101

PWSB.,Buku Panduan Persatuan Warga Sumatera Barat (PWSB)

Surakarta, (Surakarta: PWSB,2000),hlm.82.

102Ibid. 103

Wawancara dengan Sutan Saidi, 22 Mei 2014

104 Wawancara dengan Azwir Yasin, tanggal 7 Juni 2014

105PWSB.,Buku Panduan Persatuan Warga Sumatera Barat (PWSB)

Surakarta, (Surakarta: PWSB,2000),hlm.79.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

direncanakan untuk pembangunan gedung serbaguna milik PWSB

yang baru terealisasi pada 11 Oktober 1998106

.

5) Pembangunan Masjid dan Rumah Bagonjong di Jl. Pabelan Baru I

(utara Assalam Hypermart) Dusun Lemusir, Pabelan, Sukoharjo.

Pembangunan Masjid dan Rumah Bagonjong yang berfungsi

sebagai gedung tempat pertemuan anggota PWSB , masjid serta

sekretariatan PWSB. Sejak lama pembangunan gedung serbaguna ini

direncanakan dalam rangka memudahkan kegiatan organisasi dan

pembinaan anggota.Pada tahun 1985 membeli tanah di Dusun Lemusir,

PabelanUtara seluas 260 meter persegi setelah itu tanah terbengkalai tidak

ada perkembangannya. Langkah konkret pembangunan baru berjalan saat

kedatangan Dr. H. Fadlan Maalip SKM menjabat sebagai Direktur Rumah

Sakit Orthopedi Prof. Soeharso Surakarta periode 1997-2002 dan ketua

PWSB Surakarta periode 1998-2001 yang berani menggerakkan

pembangunan tanah yang sudah dibeli PWSB107

. Beberapa bulan Dr. H.

Fadlan Maalip SKM tinggal di Surakarta beliau diundang menghadiri

pertemuan warga asal Sumatera Barat dalam rangka pembangunan gedung

pertemuan dan acara menyambut idul fitri. Pertemuan tersebut

memaparkan bahwa pengurus lama PWSB sudah lama vakum dan perlu

diadakan reshuffle.

106

Ibid.,hlm.81 107

Fadlan Maalip, Dari Ranah Minang Menuju Kasunanan Surakarta

Hadiningrat Melalui Betawi dan Sepucuk Jambi Sembilan Lurah,(Jambi:

Baiturrahim Press, 2009),hlm.134

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Tahun 1997 dibentuklah Panitia Pembuatan Gedung melalui SK.

Pengurus PWSB no.01/SK/PWSB/I/1997, selanjutnya menyelesaikan

sertfikasi tanah, sertifikat selesai pada Mei 1998 dengan nomor 2982, hak

milik atas nama Syahdan, BA saat itu menjabat Ketua II PWSB periode

1995-1998. Peletakan batu pertama dilakukan tanggal 11 Oktober 1998

bersamaan pertemuan anggota di Gedung Islamic Center di Pabelan dalam

rangka pemilihan pengurus PWSB periode 1998/2001108

.

Pada awalnya tidaklah mudah mengajak anggota untuk berpartisipasi

membiayai pembangunan, terdapat pertanyaan senior-senior yang

mempertanyakan dana-dana yang dikumpulkan belasan tahun lalu. Semua

itu mampu diselesaikan dengan baik berkat kerja keras Dr. H. Fadlan

Maalip SKM dan terkumpul dana sumbangan dari beberapa anggota untuk

modal awal pembangunan, dalam waktu lima minggu bangunan sudah

berwujud tiang-tiang beton, lantai dan dinding siap untuk pengecoran

lantai kedua109

.Bangunan yang sudah setengah jadi tersebut di

publikasikan kepada anggota PWSB, barulah sumbangan mengalir ke

rekening panitia, pembangunan selesai tahun 2001.Pembangunan masjid

dan rumah Bagonjong berguna sebagai tempat halal bihalal, sholat tarawih,

pengajian tauhid, tempat rapat para pengurus, penyelembelihan hewan

kurban, tempat pembagian zakat dan latihan kesenian.

108

PWSB, op. cit.,hlm.81. 109

Ibid.,hlm.81.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Struktur bangunan Masjid dan Rumah Bagongjong sebagai berikut110

:

a) Lantai I berfungsi sebagai Sekretariat PWSB dan Gedung serba

guna.

b) Lantai II terdapat dua buah menara setinggi 8,5 meter mengapit

mihrab dan 2 pintu seperti pintu Ka’bah dan 4 buah gonjong

memanjang dari kubah kea rah timur, berfungsi sebagai Masjid

bernama Tauhid.

c) Lantai III berfungsi Asrama Transito yang terdiri kamar-kamar

yang dapat dipergunakan tamu-tamu, mahasiswa yang dapat

digunakan dalam waktu terbatas.

6) Pembuatan IKM Ranah Minang

Ikatan Keluarga Muda (IKM) Ranah Minang berdiri tahun

1975111

, awal mulanya IKM Ranah Minang untuk wadah

organisasi bagi pemuda-pemudi Minangkabau yang berada di

Surakarta.Tujuannya menjalin tali silahturahmi dengan sesama

pemuda-pemudi Minangkabau yang berada di Surakarta dengan

kegiatan yang menonjol arisan keliling ke rumah-rumah anggota

IKM Ranah Minang.Tahun 1975-1991 tidak ada kegiatan berarti

yang dilakukan IKM Ranah Minang.

110

Ibid.,hlm.82. 111

Wawancara dengan Sutan Saidi, 22 Mei 2014

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

12 November 1992 baru diadakan reorganisasi IKM Ranah

Minang sekaligus pelantikan pengurus baru, pelantikan bertempat

di Pengajian Tauhid112

. IKM Ranah Minang memilik beberapa

agenda kegiatan yaitu113

:

a) Acara Kesenian Bulanan adalah acara kesenian yang rutin

diadakan sebulan sekali bertempat dirumah makan ANDA

yang berada di komplek pasar Klewer.

b) Pembuatan Kartu Anggota untuk menunjukkan identitas

keanggotaan IKM Ranah Minang.

c) Kegiatan Sosial bagi anggota yang terkena musibah berupa

upaya penggalangan dana.

d) Menerbitkan Majalah Minang Maimbauyang direncanakan

terbit setiap bulan dan sebagai wadah komunikasi dan

kreatifitas anggota sekaligus media publikasi organisasi

IKM Ranah Minang.

IKM hanya berjalan aktif sampai tahun 1995 setelah itu vakum

dikarenakan vakumnya kepengurusan PWSB akibat tiada komitmen para

pengurusnya serta anggota IKM Ranah Minang sudah banyak yang

merantau ke luar Surakarta114

. Baru pada 2 April 1999 ,Pembentukan

PERGAMMI (Persatuan Generasi Muda Minang Surakarta) bentuk baru

112

Majalah Minang Maimbau, Edisi Pertama tahun 1993, Koleksi Milik

Sutan Saidi, hlm.2 113

Ibid.,hlm.28 114

Wawancara dengan Sutan Saidi, 22 Mei 2014

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

organisasi bagi generasi muda minang di Surakarta agar memberikan

gerak lebih luas kepada generasi muda. Rekomendasi dari “Silahturahmi

dan Dialog Generasi Muda Minang” dibuatlah organisasi formal yang

tindaklanjuti dengan Silahturahmi dan Dialog I di RM. Embun Pagi115

.

Acara tersebut menghasilkan beberapa orang tim sukses penyelenggara

Sidang Terbuka Generasi Muda Minang Surakarta.

Sidang Generasi Muda Minang tanggal 25 April 1999 di Auditorium

RS Orthopedi Surakarta menelurkan beberapa produk hukum116

:

a. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi

b. Kepengurusan legitimate

c. Nama organisasi: Persatuan Generasi Muda Minang Surakarta

(PERGAMMI). Sekeretariat: RM. Embun Pagi Jl. Ir. Sutami 118 Solo,

dalam perjalanannya terbentuk grup kesenian yang bernama “Bahana

Minang” dan Pembinaan dan pertunjukan Minangkabau melalui

kerjasama dengan mahasiswa pasca sarjana STSI Surakarta yang

berasal dari dosen ASKI Padang Panjang dan Universitas Andalas.

2. Sumber Pembiayaan PWSB

Setiap persatuan dalam menjalankan tujuannya memerlukan

sumber pembiayaan demi berjalannya kegiatan persatuan. Menilai

115

PWSB.,Buku Panduan Persatuan Warga Sumatera Barat (PWSB)

Surakarta, (Surakarta: PWSB,2000),hlm.55.

116Ibid.,hlm.55-56.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

kemampuan suatu persatuan dapat dilihat dari kepemilikan dana untuk

memajukan dan mengembangkan persatuan. Sumber pembiayaan atau aset

persatuan diperoleh melalui anggota, bantuan luar yang tidak mengikat

serta usaha lain yang sah dan halal sebagaimana tercantum dalam

Anggaran Dasar PWSB Bab VI pasal 15117

. Mengandalkan dana dari

sumbangan anggota tentu tidak menutupi semua pengeluaran untuk

kegiatan anggota, hal itu tampak saat pembangunan gedung dan rumah

bagonjong yang kesulitan dana pada saat awal pembangunan, berkat dari

komitmen para pengurus pembangunan awal dapat berjalan untuk

memancing munculnya donasi dari anggota. Peran serta sumbangan dari

para pengurus tentu menjadi faktor penentu berjalan atau tidaknya

kegiatan persatuan ini.Saat ini sudah dilakukan upaya penambahan kas

dari iuran suka rela saat diadakan arisan atau pengajian untuk

menggemukkan kas PWSB.

3. Aset dan Pengelolaan Arsip PWSB

Persoalan yang menonjol saat ini adalah kurangnya perhatian

anggota terhadap aset-aset yang dimiliki PWSB118

.Terbengkalainya

masjid dan rumah bagonjong tidak berfungsi sebagai tempat transito dan

117

PWSB.,Buku Panduan Persatuan Warga Sumatera Barat (PWSB)

Surakarta, (Surakarta: PWSB,2000),hlm.44.

118Wawancara dengan Sutan Saidi, 22 Mei 2014

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

sekretariatan PWSB119

.Tidak ada yang menunggu dan merawat di rumah

bagonjong tersebut membuat semakin terbengkalai bangunan tersebut.

Pengelolaan data-data dan arsip-arsip tentang PWSB meliputi daftar

anggota, dokumentasi kegiatan, pembukuan dana belum tersusun secara

rapi, bahkan notulen dalam rapat baru digunakan mulai 2011120

. Adapula

yang arsipnya hilang dan terbawa pengurus yang pindah ke luar kota

bahkan arsipnya tidak diketahui keberadaannya karena orang yang

membawa arsip meninggal kemudian ahli warisnya tidak mengetahui

keberadaannya. Upaya pengelolaan aset dan arsip PWSB terus

diupayakan dengan penghidupan kembali kegiatan-kegiatan seperti

Arisan, pengajian, upaya pembuatan buku anggota yang berisi biodata

seluruh anggota PWSB.

4. Regenerasi dalam Organisasi PWSB

Pasang surut melakukan regenerasi pengurus untuk keberlanjutan

dan keberadaan suatu persatuan, memerlukan pengkaderan dan

pembinaan sejak dini dari satu generasi ke generasi lainnya merupakan

hal yang biasa terjadi.Tujuan organisasi dapat tercapai jika regenerasi

berjalan baik121

.Pengurus saat ini merupakan orang-orang Minangkabau

yang terlahir di tanah Minang, otomatis rasa cinta kampung halaman

mereka sangat besar, memiliki rasa memiliki yang sangat kuat walaupun

119Wawancara dengan Azwir Yasin, tanggal 7 Juni 2014

120Wawancara dengan Ewin, tanggal 19 Juni 2014 121

Wawancara dengan Ewin, tanggal 19 Juni 2014

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

saat ini mereka di rantau. Tentu berbeda rasa yang muncul dengan orang

Minangkabau yang lahir dan besar di rantau, mereka merasa orang

rantau karena terbiasa dengan adat-istiadat tempat mereka tinggali, hal

ini memunculkan kekhawatiran kurangnya komitmen generasi

selanjutnya untuk melanjutkan perjalanan PWSB di masa depan, mereka

hanya menganggap kampung halaman orangtuanya dulu adalah sesuatu

yang fana122

. Meningkatkan rasa cinta generasi penerus terhadap tanah

leluhur mereka, dapt dimunculkan dengan sering mengajak mereka

kumpul dengan orang-orang Minangkabau di perantauan, berkomunikasi

menggunakan bahasa minang bahkan mengajak generasi penerus untuk

pulang kampung ke tanah Minangkabau dapat menumbuhkan rasa cinta

kepada kampung halaman leluhur mereka123

.

C. Pola Hubungan Kerjasama PWSB tahun 1971-2004

PWSB yang dibentuk sejak 1971 muncul karena adanya rasa saling

membutuhkan, jaringan serta kepercayaan antara sesama masyarakat

perantau. Pola hubungan kerja ini didasari organisasi PWSB didasari rasa

persaudaraan yang dimiliki pengurus harian PWSB, komisariat serta

anggota PWSB untuk mencapai tujuan meningkatkan kesejahteraan

anggota, meningkatkan ras kekeluargaan serta meningkatkan ukhuwah

islamiyah anggota pada khusunya dan masyarakat Surakarta umumnya.

122

Wawancara dengan Azwir Yasin, tanggal 7 Juni 2014

123 Wawancara dengan Sutan Saidi, 22 Mei 2014

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

1. Hubungan kerjasama dengan anggota tahun 1971-2004

PWSB sebagai organisasi perantau di Surakarta memiliki anggota

yang tersebar di seluruh wilayah se-eks karesidenan Surakarta.Anggota

PWSB adalah kepala keluarga (KK) atau perseorangan yang berasal dari

Sumatera Barat yang bertalian darah atau hubungan perkawinan serta

bertempat tinggal di wilayah karesidenan Surakarta.Komisariat Wilayah

merupakan perpanjangan tangan dari pengurus harian PWSB. Prinsip-

Prinsip dasar dari bentuk hubungan kerja antara Pengurus PWSB dengan

anggota PWSB sebagai berikut:

a. Pengurus harian PWSB melakukan pembinaan kepada masing-

masing Komisariat. Pembinaan tersebut berupa pengarahan

langsung dengan melantik Komisariat Wilayah dan

memberikan motivasi perantau agar menjaga tali silahturahmi

sesama perantau juga masyarakat sekitar. Selain itu juga

memberikan sumbangan uang untuk meningkatkan

pembangunan seperti gedung serbaguna, tanah pekuburan dan

koperasi.

b. Komisariat Wilayah mengkoordinir dan mengajak semua

anggota PWSB menggalang dana kedermawanan sosial

perantau jika ada anggota yang terkena musibah124

.

c. Setiap hasil keputusan dalam musyawarah PWSB, pengurus

mengeluarkan surat edaran atau instruksi kepada masing-

124

Wawancara dengan Sutan Saidi, 22 Mei 2014

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

masing anggota PWSB untuk dapat dilaksanakan segala hasil

keputusan dalam musyawarah.

2. Hubungan Kerjasama PWSB dengan Organisasi perantau

Minangkabau lainnya 1971-2004

PWSB hanya ada di Surakarta dan merupakan induk organisasi

perantau lain yang ada di Surakarta yaitu Sulit Air Sepakat

(SAS) ,Ikatan Warga Saning Bakar (IWS), Ikatan Keluarga Sungai

Puar (IKSP) dan Perkumpulan Keluarga Silungkang (PKS).

Hubungan kerjasama dalam organisasi sosial berupa menghadiri

undangan rapat, mengadakan arisan PASA (Perkumpulan Awak Samo

Awak), pengajian rutin bagi anggota, arisan rutin, membantu jika ada

anggota yang terkena musibah. Memang belum begitu konkret

hubungan sosial dengan organisasi Minangkabau lainnya tapi saat ini

sedang berjalan penghidupan kembali PWSB serta kerjasama dengan

anggota lain125

.

125

Wawancara dengan Azwir Yasin, tanggal 7 Juni 2014

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

BAB IV

PERANAN SOSIAL EKONOMI ORGANISASI PERSATUAN

WARGA SUMATERA BARAT (PWSB) DI SURAKARTA

TERHADAP MASYARAKARAT PERANTAU

A. Peranan PWSB Kepada Masyarakat Perantau

1. Bidang Ekonomi

PWSB sebagai organisasi perantau Minangkabau di Surakarta dalam

tujuannya menyebutkan meningkatkan kesejahterakan anggotanya terutama

dibidang ekonomi126

.YaituKoperasi “Awak Samo Awak Mandiri” (Asa Mandiri).

Sejak berdiri tahun 1971 PWSB memberikan bantuan berupa modal kepada

anggota PWSB masih berdasarkan rasa persaudaraan dan kepercayaan, belum di

kelola secara professional sehingga kerap terjadi kericuhan dalam peminjaman

karena tiada pengikat dalam peminjaman tersebut. Pada tahun 2000 barulah

dimulai rintisan koperasi milik PWSB sendiri yang nantinya dapat dimanfaatkan

seluruh anggota PWSB. Tidak adanya komitmen dan tindakan nyata dari

pengurus saat itu membuat koperasi terbengkalai, baru tahun 2007 dengan tekat

yang kuat akhirnya PWSB memiliki koperasi resmi yang berdiri tanggal 21 April

2007 berdasarkan SK. Gubenur Jawa Tengah no. 14144/BH/KDK.II/2007 tanggal

126

PWSB.,Buku Panduan Persatuan Warga Sumatera Barat (PWSB)

Surakarta, (Surakarta: PWSB,2000),hlm.43.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

5 Oktober 2007 resmi berdiri koperasi “Awak Samo Awak Mandiri” (Asa

Mandiri) yang berlokasi di Gedung Serba Guna Bagonjong, Jl. Pabelan Utara,

Pabelan, Sukoharjo. Modal awal koperasi tersebut dikumpulkan dari donasi para

perantau Minangkabau yang sukses di Surakarta dengan total sebesar 60 juta

rupiah127

.Koperasi milik PWSB ini berupa koperasi simpan pinjam.Dengan

adanya koperasi, memudahkan anggota yang sebagian besar berprofesi pedagang

untuk meminjam uang yang bisa digunakan untuk tambahan modal usaha

mereka.Seperti yang dirasakan Sutan Saidi128

, ia yang berprofesi sebagai

pedagang meras sangat terbantu dengan adanya pinjaman tersebut.Uang pinjaman

bisa menambah barang dagangan yang dahulu hanya bisa berjualan alat tulis

sekarang bisa menambah jualan alat peraga dan papan tulis.

2. Bidang Sosial Budaya

Semenjak dirikannya organisasi PWSB, memberikan banyak keuntungan

yang dirasakan para perantau asal Minangkabau yang berada di Surakarta. Salah

satunya Syahwir129

, menurutnya keberadaan PWSB membuat ia bisa berkumpul

dengan orang-orang dari daerah Minangkabau bahkan mengakrabkan orang yang

satu kampung dengannya dimana saat di kampung ia hanya sekadar mengetahui

namanya. Ketika berada di rantau merasakan senasib sebagai orang-orang rantau

membuat mereka saling akrab.Biasanya setiap bulan tanggal 20 diadakan

pertemuan rutin juga arisan.Pertemua rutin ini memudahkan anggota PWSB

127

Wawancara dengan Azwir Yasin, tanggal 7 Juni 2014

128 Wawancara dengan Sutan Saidi, 22 Mei 2014

129 Wawancara dengan Syahwir, 20 April 2014

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

dalam silahturahmi, pembekalan agama serta pengamalan dan melestarikan

budaya Minangkabau.Hal ini dilakukan agar generasi muda PWSB tetap

memahami adat kampung halaman mereka.Terbukti dengan munculnya majalah

Minang Maimbau kerja keras Ikatan Keluarga Minang (IKM) Ranah Minang pada

tahun 1993130

serta berdirinya grup kesenian Bahana Minang bentukan

PERGAMMI pada tahun 1999131

. Hal ini menunjukkan kecintaan kepada

kampung halamannya dari generasi muda Minangkabau yang besar atau lahir di

Surakarta.

3. Bidang Pembangunan Fisik

Kepemilikan gedung serbaguna bagi suatu organisasi sangat disadari oleh

PWSB.Keberadaan gedung serbaguna memudahkan untuk bertemu serta

berinteraksi.PWSB memiliki gedung serbaguna yang berfungsi sebagai

sekretariatan, sekretariatan koperasi, tempat pertemuan rutin, halal bihalal,

pengajian tauhid, sholat tarawih, pembagian zakat fitrah, acara kurban Idul Adha,

latihan kesenian dan lain-lain132

.

B. Peranan PWSB Kepada Masyarakat Lokal

Orang Minangkabau membaur dan mudah menyesuaikan diri

dengan lingkungan di Surakarta.Di rantau orang Minangkabau tetap

130

IKM, Minang Maimbau,(Surakarta: La-Kancank, 1992),Hlm.2 131

PWSB.,Buku Panduan Persatuan Warga Sumatera Barat (PWSB)

Surakarta, (Surakarta: PWSB,2000),hlm.56.

132PWSB.,Buku Panduan Persatuan Warga Sumatera Barat (PWSB)

Surakarta, (Surakarta: PWSB,2000),hlm.82.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

mempertahankan jadi dirinya, mereka tetap setia memelihara budaya, adat

istiadat, tradisi dan kesenian daerah asal mereka.Sudah menjadi tradisi,

setiap idul fitri seluruh anggota PWSB membaur dalam perayaan yang

dilakukan di sekitar tempat mereka tinggal. Pengajian tauhid dari awal

mulai tahun 1975 sudah melibatkan warga sekitar baik dalam

pelaksanaannya atau mengundang penceramah warga lokal, grup kesenian

Bahana Minang membuka bagi masyarakat lokal yang ingin belajar

kesenian Minangkabau133

.Banyak pula anggota PWSB yang ambil bagian

dalam pemerintahan di Surakarta, seperti Abdul Wahab Gani yang

menjabat sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Solo dari tahun

1970-1976134

.

133

Wawancara dengan Sutan Saidi, 22 Mei 2014

134 IKM, Minang Maimbau,(Surakarta: La-Kancank, 1992),Hlm.8

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

BAB V

KESIMPULAN

Etnis Minangkabau merupakan salah satu etnis dengan daya jelajah yang

sangat tinggi bisa disebut daya jelajah mereka sangat tinggi. Hampir seluruh kota

di Indonesia terdapat etnis Minangkabau terutama di kota besar yang memiliki

potensi perdagangan tinggi seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan Surakarta

termasuk salah satu diantaranya. Etnis Minangkabau merantau ke suatu kota

dengan berbagai macam faktor-faktor yang mempengaruhi etnis Minangkabau

untuk merantau, baik faktor pendorong dan faktor penarik antara lain: ekologi,

lokasi, sosial, ekonomi, pendidikan. Faktor penarik ialah daya tarik kota

berdasarkan informasi dari saudara atau teman mereka yang sudah merantau ke

suatu kota terutama mereka yang berhasil di rantau.

Etnis Minangkabau terkenal dengan kemampuannya dalam beradaptasi, hal

tersebut tercermin dalam sikap terbuka, mudah berkomunikasi, mudah bergaul,

tidak pernah mereka terlibat konflik dengan masyarakat sekitar.Keterbukaan

membuat masyarakat di tempat mereka merantau menerima dengan baik

kehadiran mereka, mayoritas orang Indonesia yang beragama islam semakin

memperkuat ukhuwah islamiyah dengan etnis Minangkabau yang mayoritas

beragama islam. Tidak ada keinginan etnis Minangkabau untuk membuat

eklusifitas di tanah rantau, sehingga tidak mengenal istilah kampung

Minangkabau sebagaimana di Surakarta muncul kampung-kampung khusus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

seperti kampung Sampangan untuk orang Madura, Pecinan kampung khusus

orang China dan lain-lain.

Salah satu bentuk adaptasi lain etnis minangkabau adalah dengan menikahi

pribumi salah satu cara orang Minangkabau beradaptasi dengan masyarakat,

pernikahan dengan pribumi berarti menambah saudara di tempat rantau.Jaman

dahulu menikah dengan orang selain orang Minangkabau dianggap tidak

terhormat. Kelamaan adat ini mulai runtuh seiring perkembangan jaman, semakin

tinggi pernikahan orang Minangkabau dengan masyarakat lokal.Orang

Minangkabau yang menganut garis keturunan ibu sedangkan masyarakat Jawa

khususnya Surakarta menganut garis keturunan ayah. Hal ini membuat keturunan

campuran jika berayahkan Minangkabau sedang ibunya orang jawa akan

menghasilkan keturunan yang disebut anak pisang.

Persatuan Warga Sumatera Barat (PWSB) Surakarta adalah organisasi

warga perantau yang berasal dari Sumatera Barat atau Minangkabau, pada tahun

2000 berjumlah 335 kepala keluarga yang berkediaman di se eks-karesidenan

Surakarta. Awalnya Para perantau dari Sumatera Barat mendirikan suatu

organisasi yang memfasilitasi para perantau di Surakarta yang terdiri dari perantau

dari Aceh, Dili, Batak, Minang, Riau, Jambi, dan Palembang pada tahun 1930

dengan nama Persatuan Andalas Surakarta. Pada tahun 1955 setiap daerah sudah

memiliki banyak anggota, mereka ingin membentuk organisasi masing-masing

maka perantau dari provinsi Sumatera Tengah mendirikan Persatuan Warga

Sumatera Tengah (PWST) Surakarta kemudian Organisasi Persatuan Warga

Sumatera Tengah (PWST) dipecah kembali dan para perantau Minangkabau

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

mendirikan Persatuan Warga Sumatera Barat Surakarta (PWSB) pada tahun 1971.

Ketua PWSB yang pertama bernama Abdul Wahab Gani. Tujuan organisasi hal

ini merupakan kendaraan untuk mencapai tujuan PWSB yaitu: Meningkatkan

kesejahteraan anggota, Meningkatkan rasa kekeluargaan sesama warga asal

sumatera barat yang menyatu dan menjadi bagian dari warga sumatera barat,

Meningkatkan ukhuwah islamiyah anggota khususnya warga sumatera barat dan

Indonesia pada umumnya

PWSB paling menonjol dari segala aspek saat dipimpin bapak Dr. Fadlan

Ma’alip (Ketua PWSB periode 1998-2001) yang merangkap menjadi Direktur

Rumah Saki Orthopedi Prof. Soeharso Surakarta periode 1997-2002, ditandai

dengan Pembangunan Masjid dan Rumah Bagonjong di Jl. Pabelan Baru I (utara

Assalam Hypermart) Dusun Lemusir, Pabelan, Sukoharjo.Pembangunan Masjid

dan Rumah Bagonjong yang berfungsi sebagai gedung tempat pertemuan anggota

PWSB , masjid serta sekretariatan PWSB. Sejak tahun 1985 pembangunan

gedung serbaguna ini direncanakan dalam rangka memudahkan kegiatan

organisasi dan pembinaan anggota.Saat Dr. H. Fadlan Maalip SKM menjabat

sebagai dan ketua PWSB Surakarta periode 1999-2000 barulah bergerak

pembangunan tanah yang sudah dibeli PWSB.

Berbagai peranan diberikan PWSB kepada masyarakat Minangkabau di

Surakarta, dari segi ekonomi berupa pendirian Koperasi Segi Sosial Budaya

sangat menonjol dalam perkumpulan ini diantaranya Halal bihalal setiap ba’da

Idul Fitri di Masjid Bagonjong, pengajian dan arisan ibu-ibu setiap bulan

bertempat di rumah ibu-ibu anggota secara bergiliran, arisan PASA (Perkumpulan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Awak Samo Awak), pengajian Tauhid, membantu anggota yang memiliki hajatan

dan penyediaan perlengkapan pesta perkawinan Minangkabau untuk disewakan,

menengok anggota yang sakit, membantu pengurusan jenazah anggota, pelayanan

kematian, bantuan dana serta pengurusan bagi keluarga yang berduka dan

pembentukan PERGAMMI (Persatuan Generasi Muda Minang Surakarta).PWSB

dalam banyak kegiatan juga melibatkan warga masyarakata sekitar seperti acara

pengajian Tauhid, sholat tarawih, pembagian zakat, grup kesenian yang merekrut

warga sekitar bahkan sebagian besar usaha yang anggota PWSB miliki

mempekerjakan pegawai dari masyarakat sekitar mereka.


Recommended