Date post: | 08-Jan-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | khangminh22 |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia memiliki ratusan etnis yang tersebar di seluruh wilayah, setiap
etnis memiliki ragam bahasa dan budaya yang berbeda namun keanekaragam
tersebut terwujud dalam satu kesatuan yang ada dalam azas Bhinneka Tunggal
Ika.Salah satu etnis yang terbesar dan unik adalah etnis Minangkabau dari
Sumatra Barat.Bangsa pertama yang datang ke Minangkabau adalah rumpun
astronesia dari daratan Asia Tenggara sekitar tahun 2000 sebelum masehi sebagai
pendukung kebudayaan neolitikum atau zaman batu baru1. Manusia berbudaya
telah bermukim di ranah Minangkabau sebelum abad ke-5 sebelum masehi,
mereka melalui ke sungai Rokan berkumpul di Rambah sebagian menyebar ke
Mandailing, Rao, Mahek, Sinamaninik dan Patapahan.Dalam abad ke-5 sebelum
Masehi datang pemindah kedua yaitu bangsa Malayan Mongoloid dari lembah Me
Nam (Muangthai) di zaman perunggu2.
Etnis Minangkabau memiliki kebiasaan merantau, Merantau artinya pergi ke
rantau, yaitu pergi ke luar negeri3,dapat diartikan sebagai arus perpindahan
penduduk ke rantau baik secara individual ataupun kelompok ke daerah lain baik
1M Aziz,TamboSejarah dan Huruf Minangkabau, (Jawa Barat: Klub Buku
Adat Budaya Minangkabau Gebu Minang,2005), hlm.23. 2Zubir Rasyid, Ranah dan Adat Minangkabau,(Jakarta:AW/LPSM, 2009),
hlm.19. 3
Elisabeth E Graves, Asal-Usul Elite Minangkabau Modern, (Jakarta:
Yayasan Obor,2007), hlm.39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
secara permanen atau sementara waktu, daerah tujuan rantau mencakup seluruh
wilayah Indonesia. Merantau adalah hasil kebudayaan Minangkabau dimana
setiap anak muda atau biasa disebut bujang akan didorong untuk pergi merantau
oleh kerabatnya dengan segala cara. Para pemuda di kampung halamannya yang
dipandang rendah dalam masyarakat bahkan rapat-rapat keluarga mereka tidak
pernah diturutsertakan.Falsafah materialisme Minangkabau mendorong anak
muda mencari harta kekayaan guna memperkuat martabat kaum kerabat di mata
orang lain juga sebagai modal untuk melakukan pernikahan, jarang sekali orang
tua yang melepaskan anak gadisnya untuk menikah dengan orang yang tidak
mempunya sumber penghidupan4.
Masyarakat Minangkabau yang menganut garis keturunan ibu dan struktur
sosial laki-laki semakin mendorong untuk merantau.Etnis Minangkabau dalam
kehidupan sosial, budaya dan ekonomi diatur oleh adat-istiadat menurut ketentuan
matrilineal.Mamak memiliki hak, kewajiban dan bertanggung jawab serta
membimbing kemenakan dan saudara perempuannya serta harta, hasil sawah,
ladang yang dimiliki suku, pemakainnya diatur oleh mamak.Menurut Mochtar
Naim 5, laki-laki Minangkabau menghadapi dilema, dirumah istrinya ia dianggap
tamu, dihormati tanpa hak dan kekuasaan. Di rumah ibunya dia didudukkan
sebagai mamak sebagai pengawal dari keluarga tapi tanpa hak-hak untuk ikut
menikmati hasil dari sawah ladang yang dapat dibawanya ke rumah istrinya.Pada
4 AA Navis, Alam Terkembang Jadi Guru, (Jakarta: PT.Temprint,
1984),hlm.109. 5Kata Pengantar Masri Singarimbun dalam Mochtar Naim,Merantau, Pola
Migrasi Suku Minangkabau, (Yogyakarta: Universitas
ah Mada, 1978)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
akhirnya daripada hidup di kampung, lebih baik merantau ke negeri orang.Faktor
mencari pendidikan yang lebih baik juga mendorong masyarakat Minangkabau
untuk merantau.
Masyarakat Minangkabau memeluk agama Islam sejak awal abad ketujuh
belas dikenal sebagai etnis pemeluk islam yang taat dan patuh6. Masuknya agama
islam mempengaruhi perkembangan kebudayaan Minangkabau7. Di masa lalu
Surau tidak hanya sebatas tempat ibadah saja, tetapi juga memainkan peranan
yang cukup banyak dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, maka tak salah
kiranya apabila dikatakan surau sebagai salah satu pranata sosial di masyarakat
Minangkabau.Surau menyangkut fungsinya sebagai salah satu bagian penting
dalam masyarakat Minangkabau, telah memainkan peranannya untuk memenuhi
berbagai keperluan masyarakat dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Sebut saja
fungsi surau sebagai institusi pendidikan dan pengajaran bagi anak-anak remaja di
Minangkabau, selain itu surau juga memainkan fungsinya dalam sosialisasi
berbagai informasi yang harus di ketahui masyarakat.Tidak dapat disangkal,
dahulunya surau mendapatkan peranan yang sangat strategis dalam membentuk
pribadi orang Minangkabau.Maka tak mengherankan apabila pada saat surau
memainkan peranannya yang sangat strategis tersebut dengan sangat baik.Surau
saat ini masih digunakan untuk belajar mengaji atau Taman Pendidikan Al Quran
6Usman Pelly, Urbanisasi dan Adpatasi, (Jakarta: LP3ES, 1994), hlm.18. 7 Misnal Munir, Makna kehidupan dalam kebudayaan minangkabau
Perpektif Filsafat Sejarah dan Sumbangan bagi Pembangunan
Indonesia,Disertasi, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada,Program Doktor Ilmu
Filsafat, 2012, hlm.85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
(TPA), namun fungsinya dalam pembentukan pribadi anak Minang tidaklah
sestrategis dulunya, surau bisa disinonimkan sebagai masjid.
Beberapa faktor pendorong merantau membuat merantau seakan menjadi
tradisi dan karunia bakat perantau yang ulung bagi masyarakat
Minangkabau .Peribahasa “Di mano bumi dipijak,di situ langit dijunjung”
diimplemetasikan dengan daya membaurnya yang tinggi, mampu beradaptasi
dengan cepat dengan lingkungannya. Masyarakat Minangkabau tidak suka
membuat eklusifitas lingkungan di rantau yang tercermin dimana tidak adanya
perkampungan khusus orang Minangkabau di daerah rantau dikarenakan orang
Minangkabau sangat suka berbaur dengan masyarakat di daerah
rantau.Masyarakat Minangkabau memiliki keunikan dalam merantau yaitu mereka
pergi merantau tidak membawa modal sepeserpun hanya bermodal tekad dan niat
untuk menggapai kehidupan yang lebih baik di perantauan.Masyarakat
Minangkabau sendiri dalam merantau biasanya memilih kota-kota besar dan padat
penduduknya. Kota besar merupakan kota yang sangat potensial untuk berdagang
yang merupakan ciri khas dari orang Minangkabau. Keterlibatan orang
Minangkabau dalam kegiatan perdagangan tampak di daerah rantau, terutama
rantau pesisir karena itu seperti dikatakan Kato, saudagar mempunyai peran yang
besar di daerah rantau. Di daerah rantau ia tidak hanya memiliki kekuasaan
ekonomis tetapi juga politik8.
8 Gusti Asnan,Dunia Maritim Pantai Barat Sumatera,(Jogjakarta: Ombak,
2007), hlm.35 .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Karakter orang Jawa yang khas dan Jawa merupakan pusat pemerintahan,
ekonomi dan pendidikan sangat cocok menjadi tujuan merantau etnis
Minangkabau.Kota-kota di Indonesia khususnya di Jawa kerap menjadi tujuan
perantauan adalah Jakarta, Surabaya, Bandung dan kota besar lainnya. Salah satu
tujuan daerah merantau adalah Surakarta (Solo) merupakan sebuah kota di Jawa
Tengah berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali
disebelah utara, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah
timur dan barat, dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan.Surakarta sendiri
cukup banyak perantau yang datang dan mereka biasanya mempertahankan
kehidupan mereka diatas kaum mayoritas dengan berdagang9
, terlebih lagi
termasuk dalam kawasan JOGLOSEMAR (Jogja-Solo-Semarang). Para perantau
Minangkabau ini ke Surakarta untuk berdagang di semua sektor perdagangan
seperti rumah makan Padang, kain, batik, alat tulis kantor, alat-alat listrik,
percetakan dan lain-lain. Sudah menjadi adat dan kebiasaan di Minangkabau
apabila ada sanak saudaranya yang sukses di rantau maka ia akan menarik anak,
kemenakan untuk ikut merantau.
Di Surakarta ini perantau Minangkabau mendapatkan apa yang mereka
inginkan seperti kota-kota besar lainnya karena kota ini merupakan kota yang
berorientasi pada sektor industri dan perdagangan. Hal ini sangat cocok dengan
jiwa perantau yang suka berdagang, Hal inilah yang membuat penulis memilih
kota Surakarta. Masyarakat perantau ini tidak lepas dari proses-proses sosial dan
perubahan sosial sebagai wujud yang dinamis dari masyarakat yang dinamis.
9Wawancara dengan Sutan Saidi, 22 Mei 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Hubungan sosial yang terjadi dalam masyarakat sering disebut proses sosial.
Proses sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi
kehidupan bersama, misalnya pengaruh mempengaruhi antara sosial dengan
politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum dan seterusnya. Bentuk umum
proses sosial adalah interaksi sosial yang memiliki syarat utama berupa adanya
aktifitas-aktifitas sosial. Interaksi sosial adalah suatu hubungan 2 individu atau
lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah dan
memperbaiki kelakuan individu lain atau sebaliknya. Interaksi sosial
membutuhkan media berupa komunikasi yang akan menciptakan pergaulan, salah
satu perwujudan pergaulan adalah organisasi atau formal grup. Formal grup
adalah kelompok-kelompok yang mempunyai peraturan-peraturan yang tegas dan
dengan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan
antara anggota-anggotanya10
Di Surakarta terdapat empat organisasi perantau Minangkabau di Surakarta
yang menginduk ke dalam PWSB (Persatuan Warga Sumatera Barat) Surakarta,
yaitu: Sulit Air Sepakat (SAS), Perkumpulan Keluarga Silungkang (PKS), Ikatan
Warga Saning Baka (IWS), Ikatan Keluarga Sungai Puar (IKSP) 11
.
SAS adalah organisasi perantau Minangkabau asal negeri Sulit Air.Sulit Air
adalah sebuah negeri setingkat pemerintahan desa yang berada di bawah
kecamatan X koto, kabupaten Solok, Sumatra Barat. SAS didirikan oleh perantau
asal nagari Sulit Air pada tahun 1918 beranggotakan seluruh masyarakat perantau
10
Basrowi, Pengantar Sosiologi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hlm.56. 11
Wawancara dengan Sutan Saidi tanggal 21 Mei 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Minangkabau asal Sulit Air dan memiliki cabang di seluruh Indonesia bahkan luar
negeri12
.
Persatuan Keluarga Silungkang (PKS) adalah organisasi perantau Minang
asal Silungkang13
.Silungkang adalah sebuah kecamatan yang masuk wilayah
Sawahlunto, Sumatra Barat. Awal mulanya tahun 1930 sudah berdiri PKS
didirikan oleh perantau Silungkang pada tahun 1952, awal mulanya bernama SSP
(Silungkang Sepakat) karena kata-kata Sepakat sudah digunakan oleh SAS
akhirnya disepakati bernama Persatuan Keluarga Silungkang. PKS didirikan
untuk memfasilitasi perantau yang baru datang serta sarana untuk berkumpul bagi
sesama perantau14
.
Masyarakat perantau asalnagari Sungai Puar tergabung dan dihimpun
dalam wadah organisasi Ikatan Keluarga Sungai Puar (IKSP)15
.Sungai Puar
adalah salah satu nagari di Kabupaten Agam atau Luhak Agam.Terletak di bagian
barat Gunung Marapi, atau sekitar 10 kilometer dari Kota Bukittinggi ke arah
Gunung Marapi.Sebelah utara berbatasan dengan Nagari Kubang Putiah, Sebelah
selatan dengan Sariak dan sebelah Barat dengan Banuhampu.Sungai Puar ini
terkenal sebagai daerah penghasil peralatan dari logam, terutama dari besi dan
12
Metha Dwi Utami, Organisasi Perantau Minang Sulit Air Sepakat (SAS)
Surakarta tahun 1986-1998. Skripsi. Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni
Rupa,2010.hlm.7 13Wawancara dengan Sutan Saidi, 19 Juli 2014 14 https://www.facebook.com/SilungkangPunyoCarito/posts/7149054218832
89 (diakses pada tanggal 23 Mei 2014) 15http://www.nagari-sungaipua.com/?page=perantau (diakses pada tanggal 1
Juli 2014)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
kuningan16
.Tujuan pendirian IKSP ini adalah untuk mempererat tali silahturahmi
masyarakat perantau asal Sungai Puar di perantauan baik secara moril atau
materiil17
.
IWS karesidenan Surakarta adalah organisasi masyarakat perantau asal
Saning Baka.Saniang Baka terletak di X Koto Singkarak, Solok, Sumatra
Barat.IWS dirikan pada tahun 2008 untuk mempererat tali silahturahmi sesama
perantau asal Saning Baka yang merantau di Surakarta18
, IWS memiliki acara
rutin halal bihalal setahun sekali dan arisan rutin yang diadakan sebulan sekali.
Persatuan Warga Sumatera Barat (PWSB) Surakarta adalah satu-
satunya organisasi bagi para perantau yang berasal dari Sumatera Barat atau
Minangkabau di Surakarta. Melihat dari awal perkembangan organisasi
masyarakat perantaun Minangkabau, maka dalam penelitian ini akan dibatasi pada
periode tahun 1971 sampai pada tahun 2004. Periode diambil melihat dari realitas
bahwa pada kurun waktu tersebut merupakn awal-awal pembentukan PWSB
hingga mencapai masa kejayaan PWSB Surakarta.
Melihat latar belakang masalah tersebut maka peneliti mencoba
mengadakan penelitian yang berjudul Dinamika Organisasi Persatuan Warga
Sumatera Barat (PWSB) (Kajian Sosial Ekonomi Masyarakat Perantau Sumatera
Barat di Kota Surakarta tahun 1971-2004).
16http://sungaipua.wordpress.com/ (diakses pada tanggal 1 Juli 2014) 17Wawancara dengan Maskur Sutan Rajo Ameh, 19 Juli 2014 18Wawancara dengan Buyung, tanggal 19 Juli 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disinggung sebelumnya maka
dapat dirumuskan pokok-pokok permasalahan dalam penelitian ini antara lain:
1. Apa yang melatarbelakangi masyarakat Minangkabau pergi merantau ke
Surakarta dan Bagaimana cara mereka beradaptasi dengan penduduk
lokal?
2. Bagaimana proses berdirinya Organisasi Persatuan Warga Sumatera
Barat (PWSB) Surakarta dan perkembangan dari tahun 1971-2004?
3. Bagaimana peranan PWSB dalam bidang sosial-ekonomi bagi
masyarakat perantau Minangkabau di Surakarta tahun 1971-2004?
C. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui latar belakang masyarakat Minangkabau pergi merantau di
Surakarta dan cara mereka beradaptasi
2. Mengumpulkan informasi tentang proses yang melatarbelakangi
berdirinya organisasi PWSB Surakarta
3. Mengetahui peranan PWSB dalam bidang sosial-ekonomi bagi
masyarakat perantau asal Minangkabau di Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
D. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai beberapa manfaat, baik itu
manfaat praktis maupun manfaat teoritis dengan menyajikan seperangkat
informasi yang sifatnya tertulis tentang PWSB Surakarta yang dapat dijadikan
sebagai pedoman untuk mengetahui dan mendalami tentang masyarakat
Minangkabau yang merantau di Surakarta dan dengan mengetahui sejarah dan
dinamuka organisasi perantau Minangkabau Persatuan Warga Sumatera Barat
(PWSB) Surakarta. Serta diharapkan penelitian ini dapat menambah referensi
historiografi sejarah sosial ekonomi.
E. Kajian Pustaka
Kepustakaan merupakan bahan-bahan yang dapat dijadikan acuan dan
berhubung dengan pokok permasalahan yang ditulis. Adapun buku-buku yang
dapat dijadikan acuan dalam penulisan ini adalah buku karangan:
Buku karya M.Azis, 2005, Tambo-Sejarah dan Huruf
Minangkabau.mengulas seputar tambo yang merupakan warisan budaya
Minangkabau yang disampaikan secara lisan.Buku juga menceritakan asal mula
orang Minangkabau dari jaman Neolitikum sampai jaman kerajaan Minangkabau
yang didirikan oleh Adityawarman yang keturunan Majapahit.
Mochtar Naim, 1984, Merantau: Pola Migrasi Suku
Minangkabau.mengulas seputar pola migrasi suku Minangkabau dikaitkan dengan
organisasi sosial dan nilai-nilai masyarkat yagn bersangkutan. Menurut Mochtar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
naim19
, merantau sedikitnya mengandung enam unsur pokok antara lain
meninggalkan kampung halaman, dengan kemauan sendiri, untuk jangka waktu
yang lama atau tidak, dengan tujuan mencari penghidupan, menuntut ilmu atau
mencari pengalaman, biasanya dengan maksud kembali pulang dan merantau
ialah lembaga sosial yang membudaya.
Gusti Anan, 2007, Dunia Maritim Pantai Barat Sumatera. mengulas
kehidupan masyarakat pantai barat Sumatera salah satunya adalah etnis
Minangkabau yang mendiami daerah pantai barat bagian selatan. Orang
Minangkabau terkenal sebagai bangsa yang terampil bertani berbagai tanaman
juga dapat menghasilkan berbagai jenis kerajinan tangan, anyaman, produk dari
besi dan kayu. Orang Minangkabau di pesisir menangkap ikan, membuat garam
dan perahu, daerah Minangkabau juga kaya akan mineral seperti emas, besi
Salah satu ciri khas dari suku Minangkabau adalah kemampuan mereka
berdagang. Lekkerkerker yang menulis tentang suku-suku bangsa di Sumatera
menyebut orang Minang adalah suku bangsa terpintar dalam berniaga diantara
suku-suku bangsa lain di Sumatera. De Stuers bahkan menulis bahwa orang
Minangkabau terlahir sebagai saudagar.Laki-laki dan perempuan ikut
berdagang.Perdagangan jarak jauh dan perdagangan keliling sering dilakukan oleh
kaum lelaki.Sedangkan perdagangan untuk kebutuhan harian di pasar desa
(nagari), di samping dilakukan oleh kaum lelaki juga dilakukan oleh
perempuan.Keterlibatan orang Minangkabau dalam kegiatan perdagangan akan
semakin nampak di daerah rantau, terutama Rantau Pesisir karena itu seperti
19
Mochtar Naim, Merantau, (Yogyakarta: Gadjah Mada University press,
1984), hlm. 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
dikatakan Kato, saudagar mempunyai peran yang besar di daerah rantau. Di
daerah rantau ia tidak hanya memiliki kekuasaan ekonomis tetapi juga politik.
Karena itu, Kato menulis, “kalau di darek penghulu berkuasa, maka di daerah
Rantau Pesisir kekuasaan tertinggi sebetulnya berada di tangan saudagar”.
Asykuri Salam, 2006,“Masyarakat Perantau Minangkabau asal Sumatra
Barat di Kota Salatiga 1975-1998”, Skripsi FSSR Ilmu Sejarah Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Skripsi ini menjelaskan banyak faktor yang mendorong
Masyarakat Minangkabau untuk merantau antaranya faktor ekonomi, faktor fisik,
faktor pendidikan, daya tarik kota dan sosial. Skripsi tersebut juga menjelaskan
seputar etos kerja dan hubungan sosial yang terjalin dengan sangat baik antara
sesama perantau dan kampung halaman mereka.
Metha Dwi Utami, 2010,“Organisasi Perantau Minang Sulit air Sepakat
(SAS) Surakarta tahun 1986-1998” Skripsi FSSR Ilmu Sejarah Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Skripsi ini menjelaskan peranan sebuah organisasi
masyarakat perantau Minangkabau di Surakarta yang bernama Sulit Air Sepakat
yang berperan mempererat hubungan sesama perantau asal negeri Sulit Air yang
berada di Surakarta. Skripsi ini juga menjelaskan proses terbentuknya Sulit Air
Sepakat yang tidak hanya memperhatikan kesejahteraan perantau tetapi juga
kampung Sulit Air yang berada di Sumatra Barat.
Usman Pelly, 1994, Urbanisasi dan Adaptasi.Buku ini mengangkat tentang
tradisi urbanisasi dan adaptasi etnik Minangkabau dan Mandailing yang hingga
kini masih kuat.Kedua etnis ini juga menganut paham yang berbeda yaitu
patrilineal dan matrilineal.Dua etnik ini mempunyai motivasi dan hingga kini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
masih kuat. Meskipun dua etnik ini mempunyai motivasi dan perspektif yang
berbeda dalam mempraktekkan dan memandang tradisi itu, namun sesungguhnya
mereka mendapat dorongan yang kuat dari dalam untuk menyebarkan “misi
budaya” berdasarkan pada nilai-nilai dominan dari pandangan dunia masyarakat
mereka, yang dalam prakteknya misi ini dihadapkan pada kondisi-kondisi
perkotaan-sasaran migrasi-yang berubah cepat.
Majalah Suluah Nagari, Juni 2011. Majalah ini menceritakan Orang
Minangkabau yang pertama kali ke Surakarta adalah Orang Silungkang,
Kecamatan Sawahlunto pada tahun 1930 yang bernama M.Yoesoef yang
merantau ke Jawa yang kala itu dirasakan jauh sekali. Beliau ke Jawa bukan ke
Jakarta tapi ke Surakarta tak lama berselang menyusul para perantau lain dari
Minangkabau. Di Surakarta mereka menjalankan berbagai macam usaha
dilakukan mulai dari rumah makan Padang seperti Embun pagi, Denai. Toko alat
tulis, percetakan yang ada di sepanjang jalan Slamet Riyadi seperti Arlies, Deni
Bersaudara, Merah Putih, Nusa, Lakancang dan UD. Rani Bersaudara adapula
percetakan UD.Nusa Indah yang dahulu kala bernama Fa.Nusantara yang berdiri
tahun 1940 oleh bapak Kamarudin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
F. Metode Penelitian
Setiap penelitian memerlukan suatu metode, karena peranan metode dalam
sebuah penelitiam sangatlah penting, metode penelitian dipilih dengan
mempertimbangkan kesesuaian objek yang diteliti.Metode penelitian sejarah itu
sendiri menurut Gilbert J.G merupakan seperangkat aturan dan prinsip sistematis
untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara
kritis dan mengajukan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tertulis.
Skripsi ini merupakan penelitian sejarah dengan menggunakan perangkat
metode ilmu sejarah. Metode sejarah terbagi dalam empat tahap yaitu: Heuristic,
kritik sumber, interpretasi dan historiografi20
. Berikut penjelasan dari empat tahap
tersebut.
1. Heuristic adalah tahap mengumpulkan berbagai data dan sumber
sejarah.berupasumber-sumber sejarah sejaman dan dalam bentuk tercetak,
tertulis ataupun lisan serta wawancara. Penulisan ini teknik yang
digunakan untuk mendapatkan sumber adalah dengan studi dokumen, studi
pustaka dan wawancara.
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan dilakukan kedua belah pihak, pewawancara yang mengajukan
pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas
20
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, (Jakarta: UI Press,1985), hlm.18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
pertanyaan itu21
. Teknik wawancara ini digunakan dapat mempererat
hubungan peneliti dengan informan dan responden juga untuk membuat
suasana menjadi lebih lancar dan tidak terkesan tegang. Adapaun
beberapa informan yang diwawancarai, yaitu: Tewen(Tetua PWSB), Sutan
Saidi (Komisariat wilayah Solo PWSB)
b. Studi Dokumen
Dalam melaksanakan pengumpulan data untuk penulisan penelitian
ini menggunakan studi dokumen. Studi dokumen dalam hal ini adalah
suatu cara untuk mendapatkan data primer atau data sejaman atau sumber
utama dari tangan pertama yang bisa digunakan untuk menceritakan
peristiwa tersebut. dokumen-dokumen yang diperlukan dalam penelitian
ini adalah Buku Panduan Persatuan Warga Sumatera Barat (PWSB)
Surakarta tahun 2000, Hasil-Hasil Musyawarah Anggota PWSB Surakarta
tahun 2002, Himpunan Sosial Kematian PWSB Surakarta tahun 2000,
Laporan Pertanggung Jawaban PERGAMMI periode 1999-2001, Surat
Keputusan Pengurus PWSB nomor: 001/SK/PWSB/II/2002, arsip berupa
foto-foto kegiatan PWSB. Adapun koran dan majalah tersebut antara lain:
Majalah Minang Maimbau, edisi pertama Februari 1993 dan Majalah
Suluah Nagari,”Mengenal Komunitas Silungkang di Kota Solo”. 7 Juni
2011 yanfg diperoleh dari pengurus PWSB Surakarta
21
J. Lexy.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya,1990),hlm.135
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
c. Studi Pustaka
Untuk menunjang penelitian juga digunakan studi pustaka dalam
mengumpulkan data. Studi pustaka dalam mengumpulkan data. Studi
pustaka ini sangat berguna dalam mendukung, melengkapi data-data
penelitian dan juga sebagai referensi, majalah surat kabar, artikel, laporan
penelitian dan karya ilmiah yang relevan dengan permasalahan yang akan
dibahas dalam permasalahan studi pustaka diperoleh dari Perpustakaan
Universitas Sebelas Maret, Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret, Perpustakaan Nasional Indonesia, Arsip
Nasional Indonesia serta buku-buku serta majalah milik pribadi.
2. Kritik sumber merupakan langkah atau cara untuk membuktikan
kebenaran dari sumber data yang telah dikumpulkan, maka pengujian telah
dilakukan terhadap sumber-sumber yang dianggap benar atau valid
dijadikan dasar untuk membangun fakta. Kritik sumber dibedakan menjadi
dua:
a. Kritik ekstern dilakukan untuk menemukan otentitasnya, dalam melakukan
kritik ekstern penulis melakukan beberapa hal sepert, membuktikan
relevansi sumber, melacak apakah sumber otentik, asli, turunan atau
bahkan sumber yang dipalsukan, melacak latar belakang sumber yang
digunakan apabila sumber itu turunan dan kemudian mengkaji kesalahan
atau cacat-cacatnya kemudian membetulkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
b. Kritik Intern dilakukan untuk mencari kedibilitasnya, dalam melakukan
kritik intern, mempelajari keterkaitan sumber-sumber dengan sumber lain
dengan cara membandingkan
3. Interpretasi adalah memahami yang sebenarnya dari sumber-sumber atau
bukti sejarah yang telah ditemukan. Fakta yang didapat dari sumber
sejarah tersebut kemudian dikaitkan dengan sumber sejarah lainnya untuk
menemukan fakta lain. Langkah ini disebut eksplanasi.
4. Historiografi merupakan pernyajian hasil penelitian dalam bentuk tulisan
yang baru, yang didasarkan pada bukti-bukti yang telah diuji. Sumber
sejarah yang berupa dokumen dan referensi dari studi kepustakaan
dianalisis, kemudian diinterprestasikan, ditafsirkan isinya dan ditulis
menjadi cerita sejarah dimana fakta dari data yang ditemukan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
G. Sistematika
Sistematika penulisan skripsi terdiri bagian awal skripsi, bagian isi dan
bagian akhir. Bab isi terdiri dari 5 bab antara lain yaitu:
Bab I berisi pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian
dan sistematika skripsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Bab II, Masyarakat perantau Minangkabau di Surakarta tahun 1971-2004
berisi mengenai awal kedatangan masyarakat perantau Minangkabau ke Surakarta,
faktor-faktor pendorong dan penarik orang Minangkabau datang ke Surakarta,
cara mereka beradaptasi dengan penduduk lokal, perkembangannya masyarakat
Minangkabau di kota Surakarta.
Bab III, Perkembangan organisasi Persatuan Warga Sumatra Barat
(PWSB) Surakarta menjelaskaan mengenai gambaran umum perkembangan
PWSB Surakarta.Mulai dari sejarah berdirinya PWSB, keorganisasiannya, sumber
pembiayaan, aset, regenarasi serta pola hubungan kerja sampai kegiatan-kegiatan
yang rutin diselenggarakan oleh PWSB.
Bab IV, Peran Organisasi PWSB dalam bidang dalam bidang sosial
ekonomi di Surakarta, menjelaskan mengenai peranan PWSB bagi perantau
Minangkabau di Surakarta serta peranan terhadap penduduk lokal.
Bab V berisi kesimpulan dari keseluruhan bab yang telah dijelaskan
sebelumnya yang terkait dengan permasalahan yang dikaji kemudian kesimpulan
ini juga menjawab rumusan masalah dalam penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
BAB II
MASYARAKAT PERANTAU MINANGKABAU DI
SURAKARTA
A. Awal Kedatangan Perantau Minangkabau
Pulau Jawa sebagai pusat pemerintahan, ekonomi dan pendidikan
menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Minangakabau untuk merantau
baik berdagang atau mencari ilmu.Uniknya orang Minangkabau merantau
tidak membawa modal yang cukup seperti ijazah atau pengalaman. Mereka
hanya membawa uang tranportasimenuju daerah rantau karena akan ikut
saudara mereka yang sudah sukses di rantau untuk belajar perdagangan hingga
mereka cukup modal dan pengalaman untuk membuat usaha sendiri yang
terpisah dari saudara yang mereka ikuti. Berdagang merupakan satu-satunya
pilihan untuk bertahan hidup karena sektor formal hampir tidak bisa dirambah
tanpa adanya ijazah atau hubungan kerabat.
Perantau Minangkabau muncul pertama kali di Surakarta tahun 1930.
Pada waktu itu hanya seorang anak muda bernama M.Yusoef yang berasal
dari Silungkang, Kampung Panai Ompek Rumah merantau ke Jawa yang kala
itu dirasakan sangat jauh, ia mendapatkan informasi dari rekannya bahwa
Surakarta memiliki potensi besar dalam bidang perdagangan. Ia langsung
menuju ke Solo bukan ke Jakarta22
.
22
Majalah Suluah Nagari, Edisi 7 Juni 2011, hlm.5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Tetangga sekampungnya, Yusoef Marah Bungsu dari kampung ia ajak
berdagang ke Surakarta dan H. Ismail yang semula berdagang kain di Jakarta
merasakan kurang maksimal, ia memutuskan merantau ke Surakarta untuk
belajar membuat batik dan melihat potensi perdagangan batik yang masih luas
untuk dikembangkan. Terbukti dengan kesuksesan H. Ismail mampu
membuka toko sendiri bernama toko Silungkang di daerah Nonongan.
H.Ismail melihat potensi perdagangan yang cukup besar di Surakarta
memberikan informasi tersebut kepada rekan-rekannya dan Hasan, H. Yahya,
Saman Mangkuto Rajo merantau ke Surakarta tahun 1932 dan bergabung
dengan Toko Silungkang milik H. Ismail23
.Di susul Perantau dari Balingka
bernama Sutan Bagindo Yasin langsung merantau ke Surakarta juga berjualan
batik pada tahun 193224
. Surakarta yang terkenal sebagai kota batik memang
menarik para perantau Minangkabau untuk berdagang batik di Surakarta untuk
di jual di Sumatra.
Kesuksesan H. Ismail juga tampak dari banyak, luas dan salah satu letak
lokasi rumah H. Ismail yang berada di daerah Kota Barat, kemudian menjadi
Apotek Jati Waluyo namun sudah bukan milik keluarga H.
Ismail25
.Kesuksesan H.Ismail terdengar sampai ke kampung halamannya di
Silungkang, semakin banyak orang Silungkang yang merantau ke Surakarta
sekitar tahun 1940-1950an. H. Idris memulai usaha Toko Sangsaka, Abdullah
pendiri Toko Merah Putih berlokasi di Jalan Slamet Riyadi, Rasyid Sulaiman
23Ibid 24Wawancara dengan Azwir Yasin, tanggal 7 Juni 2014 25Wawancara dengan Henny, tanggal 21 Mei 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Labay, Utiek Akik memulai usaha toko bangunan, Rubain dan H.Komarudin
tahun pendiri Fa.Nusantara. Sebagian besar perantau yang menuju Surakarta
berasal dari kampung halamannya langsung menuju Surakarta tidak ke Jakarta
atau kota lainnya.
Gelombang kedua perantau Minangkabau pada tahun 1960-an seperti
Buyung Nurdin pendiri Toko Nusa, bertempat di Jl. Slamet Riyadi, H.
Mardenis pemilik UD. Deni Bersaudara dan Percetakan Nusa Indah, H.Arlies
pemilik toko Arlies yang terletak di barat Bank BCA Gladak26
. Tahun 1960
juga muncul perantau asal Sulit Air, Sumatra Barat yaitu sepasang suami istri
Munaf dan Nurhayati yang berjualan sandal27
.Tahun 1970-an muncul perantau
Minangkabau Firdaus Yunus, Zaini Rasyid, Rusli Jalil, Yasmir Noor dan
Darwin Abdullah anak dari H.Abdullah pendiri toko Merah Putih serta Sutan
Saidi yang semula ikut toko Sangsaka milik H.Idris kemudian mendirikan
toko Lakancank yang beralamat di jalan Honggowongso no.93.
Tahun 1980-an banyak perantau Minangkabau asal Sulit Air yang datang
ke Surakarta28
. Berkat semakin mudahnya informasi dan tranportasi menuju
Jawa khususnya Surakarta, tahun 1990an semakin banyak perantau
Minangkabau menuju Surakarta.Tahun 2000-an muncul sekelompok perantau
Minangkabau yang mayoritas berasal dari Pasaman dan berdomisili di sekitar
26Majalah Suluah Nagari, Edisi 7 Juni 2011, hlm.5 27Metha Dwi Utami, Organisasi Perantau Minang Sulit Air Sepakat (SAS)
Surakarta tahun 1986-1998. Skripsi.Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni
Rupa,2010.hlm.19 28Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
pasar Kartasura29
. Saat ini usaha-usaha tersebut dijalankan oleh keturunan
kedua dari pendatang gelombang pertama dan kedua dan ada yang
berkembang dan ada yang bangkrut
B. Faktor Pendorong Masyarakat Minangkabau Merantau
Merantau merupakan ciri khas dari suku Minangkabau yang sangat
menonjol,dengan tujuan kota-kota yang strategis dan ramai.Polak menyebut
tiga golongan menyebabkan migrasi ialah Alasan pendorong, alasan penarik
dan kemungkinan perpindahan30
, jika diijabarkan, maka alasan-alasan sebagai
berikut:
1. AlasanPendorong
a. Fisik : Ekologi dan Lokasi
Alam Minangkabau merupakan daerah yang jauh dari pusat perdagangan
dan politik sehingga sulit untuk mengembangkan usaha31
.Minangkabau
memiliki sebagian tanah yang subur untuk bercocok tanam, tanah yang
menghasilkan bahan tambang seperti emas dan batubara dan laut yang
kaya.Saat itu semua telah dimanfaatkan secara optimal tetapi faktor ekologi
menjadi faktor pembatas untuk perkembangan.Laju pertumbuhan penduduk
terus bertambah sehingga terjadi ketidakseimbangan dimana alam sudah tidak
29
Wawancara dengan Azwir Yasin, 7 Juni 2014 30
Andi Ima Kesuma, Migrasi dan Orang Bugis, (Yogyakarta: Ombak,
2004), hlm. 32 31 Asykuri Salam, Masyarakat Perantau Minangkabau (Kajian Sosial
Budaya Masyarakat Perantau Minangkabau asal Sumatera Barat di Kota
Salatiga Tahun 1975-1998). Skripsi. Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni Rupa,
2006, hlm.59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
mencukupi kebutuhan masyarakat.Hal ini membuatkan sejumlah orang
merantau untuk mencari penghidupan yang lebih baik.
Seorang perantau bernama Askar 32
yang berasal dari Sawahlunto, ia
merantau karena tanah di desanya sudah sempit untuk melakukan pertanian.
Dia hanya memiliki sedikit lahan yang bisa dikelola dan usaha pembuatan
songket di desanya sudah tidak mencukupi kebutuhannya.Ia berpikir dengan
merantau ia akan mendapatkan apa yang dia inginkan. Ia akan kembali ke
desanya setelah memiliki uang yang cukup untuk membeli tanah, berarti ia
harus mengumpulkan banyak uang dan sukses di rantau.
Tahun 1990 Ia merantau pertama kali saat berumur 16 tahun menuju
Jakarta sebelum pindah ke Surakarta.Ia bercerita sebelum ke Surakarta di
Jakarta ia menjaga toko milik orang padang, suatu ketika toko tersebut
bangkrut ia merantau ke Surakarta ke tempat kakaknya yang sukses di
Surakarta untuk membantu usaha kakaknya yang bergerak di bidang alat tulis
kantor.
b. Sosial
Masyarakat Minangkabau yang menganut falsafah materialisme
menghasilkan struktur sosial yang mendorong laki-laki untuk merantau.Laki-
laki Minangkabau menghadapi dilema, dirumah istrinya ia dianggap tamu,
dihormati tapi tanpa hak dan kekuasaan, di rumah ibunya dia didudukkan
sebagai pengawal dari keluarga tapi tanpa hak-hak untuk ikut menikmati hasil
dari sawah ladang yang dapat dibawanya ke rumah istrinya. Kewajiban
32
Wawancara dengan Askar, 20 April 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
seorang lelaki atau Mamak yang berperan ganda yaitu bertanggung jawab
kepada ibu, saudara-saudara perempuannya, istrinya serta anak-anaknya tentu
hal ini sangat memberatkan.Pada akhirnya daripada hidup di kampung, lebih
baik merantau ke negeri orang.
Seorang bujang atau lelaki yang belum berumah tangga, di
Minangkabau terhitung sebagai anggota keluarga ibunya tapi ia tidak dapat
mengolah harta kekayaan milik keluarganya tanpa seizin saudara
perempuannya, bujang berstatus sosial rendah, rapat keluarga mereka tidak
pernah disertakan dan hanya menjadi pesuruh. Lelaki disana tidak terlalu
terikat dengan keluarganya, hal ini tampak dengan tempat tinggalnya di
surau.Masyarakat menilai lebih kepada orang yang merantau atau orang
yang berdagang apabila sukses mereka dapat menunjukkan kekayaannya,
hal itu semakin mendorong mereka untuk merantau.
Anak lelaki didorong untuk meninggalkan rumah sejak kecil.
Seperti pantun minang yang berbunyi: “Apo gunonyo kabau batali, usah
dipauik di pamatang, Pauikan sajo ditengah padang, Apo gunonyo badan
mancari, Iyo pamagang sawah jo ladang, Nak membela sanak kanduang”33
.
Pada pantun itu menjelaskan lelaki didorong untuk merantau dan mencari
harta kekayaan untuk menaikkan derajat dan martabat keluarganya dimata
masyarakat. Keadaan sosial diatas dialami oleh semua pria yang lahir dan
besar di Minangkabau. Merantau sudah mendarah daging, sejak kecil ia
33AA Navis,Alam Terkembang Jadi Guru, (Jakarta: PT.Temprint, 1984),
hlm.108.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
tidur di surau bersama lelaki yang masih bujang lainnya34
. Dirumah ia
hanya makan dan mandi serta tidak disediakan tempat tidur bagi anak lelaki
hanya anak perempuan saja yang memiliki kamar. Lelaki hanya mendapat
kamar ketika sudah menikah dan kamar itu milik istrinya seorang istri.
c. Ekonomi
Faktor ekonomi adalah faktor paling kuat mendorong orang merantau,
jika berhasil dapat meningkatkan martabat dan derajat dirinya serta
keluarganya di rantau dan kampung halaman. Hal ini tampak saat acara
pulang kampung, para perantau berlomba-lomba menunjukkan harta
kekayaan mereka, saling bercerita tentang di rantau yang sering dilebih-
lebihkan.Sawah, ladang mereka dan usaha yang dijalankan di kampung
halaman yang tidak dapat mencukupi kebutuhan mereka, membuat
kecenderungan merantau lebih tinggi lagi35
. Secara adat istiadat disana, para
bujang selalu didorong untuk merantau agar dapat mandiri dan menghidupi
keluarganya di masa depan.
Sutan Saidi bercerita36
, awalnya beliau merantau karena usaha songket
keluargadi kampungnya sudah tidak mencukupi untuk kebutuhan hidup dan
keluarganya. Ia berniat merantau ke Pekanbaru, provinsi Riau saat berumur
16 tahun pada 2 Mei 1971 dengan membawa nasi 3 Bungkus nasi dan uang
34Wawancara dengan Sutan Saidi, 22 Mei 2014 35Asykuri Salam, Masyarakat Perantau Minangkabau (Kajian Sosial
Budaya Masyarakat Perantau Minangkabau asal Sumatera Barat di Kota
Salatiga Tahun 1975-1998). Skripsi. Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni Rupa,
2006, hlm.61 36Wawancara dengan Sutan Saidi, 22 Mei 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
dua ribu rupiah untuk uang tranportasi pemberian Mamaknya. Beliau
merantau ke Pekanbaru dengan tujuan ke tempat ongkunya yang memiliki
usaha. Saat di Pekanbaru, beliau berniat mencari pengalaman dahulu
sebelum menuju rumah ongkunya (kakek) dengan cara menuju rumah
makan untuk membeli makan. Saat itu uangnya sudah habis, otomatis beliau
harus membayar dengan cara mencuci piring dan membantu selama 3hari di
rumah makan tersebut. Di sana beliau belajar cara memasak, melayani tamu,
mengatur rumah makan hari keempat beliau berpamitan dengan pemilik
rumah makan untuk ke tempat ongkunya (kakek). Setiba dirumah ongkunya
(kakek), beliau berdagang rokok lalu sayur kemudian kain batik sampai
1976 beliau berdagang di Pekanbaru.
Sutan Saidi pergi ke Surakarta mulanya mengantar ibundanya untuk
menjaga rumah ongkunya (kakek) yang akan naik haji, Surakarta saat itu
masi sepi. Kakeknya menyuruh Sutan Saidi untuk menjaga toko alat tulis
“Sangsaka” yang beralamat di jalan Slamet Riyadi no.71.Tahun 1990 beliau
keluar dari toko “Sangsaka” untuk membuka usaha alat tulis sendiri yang
bernama “Lakancank” di Ngarsopura bertempat di jalan Honggowongso
no.93.
d. Pendidikan
Pendidikan menjadi faktor pendorong yang kuat semenjak berdirinya
sekolah-sekolah di Minangkabau untuk merantau37
.Semula faktor
pendidikan hanya terbatas pada golongan atas, tidak seperti faktor ekonomi
37Majalah Tempo, No.20 tahun 1986, Koleksi Monumen Pers Nasional
Surakarta.hlm.16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
yang merupakan faktor pendorong yang mengenai seluruh lapisan
masyarakat.Seperti anak-anak pembesar disana, pejabat-pejabat atau
pedagang kaya yang ingin meningkatkan pendidikan serta prestise dengan
menyekolahkan anak mereka di Jawa.
Faktor pendidikan terus meluas menjadi faktor pendorong untuk
merantau bagi seluruh masyarakat, kemerdekaan Indonesia berefek dengan
meningkatnya putra-putra Minangkabau untuk merantau ke Jawa dimana
jumlah terbanyak adalah para pelajar38
.Pelajar yang merantau terlebih
dahulu menceritakan pengalaman, prestasi serta manfaat dari sekolah di
Jawa, untuk mendorong para pemuda yang masih menimba ilmu di
Minangkabau agar melanjutkan pendidikan di jawa, pelajar yang terdahulu
juga memberikan kemudahan jika ada teman atau saudara yang ingin
melanjutkan pendidikan di kota yang sama dengan mereka.
Pendidikan yang tinggi setimpal dengan perhargaan yang mereka
terima di kampung, memberikan kemudahan untuk merintis karir di bidang
pemerintahan.Semakin tinggi jabatan mereka, semakin tinggi pula status di
masyarakat. Adat-isitiadat Minangkabau tidak menghalangi kemajuan
pemuda mereka justru pendorong yang kuat untuk menimba ilmu dan
pengalaman untuk menghadapi kehidupan di masa depan dan untuk
kemajuan di kampung sesudah mereka menyelesaikan pendidikan. Faktanya,
kenyamanan di daerah rantau membuat banyak di antara mereka yang
akhirnya menetap merantau dan tidak kembali ke kampung.
38Mochtar Naim, Merantau Pola Migrasi Suku Minangkabau,(Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada,1978).hlm.161
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Syeikh Ahmad Khatib, H.Agus Salim, Moh.Hatta,Tan Malaka, Sutan
Syahrir, Moh. Natsir, Abdul Muis, Moh. Sjafei merupakan tokoh-tokoh
terkenal yang berpendidikan tinggi berasal dari Minangkabau mampu
membangkitkan semangat orang Minangkabau untuk melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi di rantau.
Faktor inilah yang mendorong Supardi39
untuk merantau ke Jawa
tahun 1982. Ia ingin melanjutkan pendidikannya ke Jawa dengan biaya
sendiri, mulanya ia ingin berkuliah di IKIP Yogyakarta namun tidak lolos
tes, ia pindah tes di Universitas Sebelas Maret(UNS) Surakarta jurusan
olahraga dan tidak lolos Selama belum diterima di kampus impiannya dan
daripada menganggur, ia bergabung dengan klub sepakbola bernama TNHdi
Surakarta dan ia bermain dengan performa bagus, hal ini membuat klub
sepakbola Monas Putra sebuah klub sepakbola yang terkenal saat itu
membutuhkan pemain yang berstatus honorer, bapak Supardi ikut seleksi
dan lolos tes masuk Monas Putra.
Ia bersama Monas Putra cukup berprestasi dan menjuarai berbagai
kejuaraan. Prestasi Monas Putra membuat pemerintah memberikan
penghargaan dengan mengangkat seluruh pemainMonas Putra menjadi
capeg di Radio Republik Indonesia (RRI) Surakarta, Supardi juga termasuk
salah satunya. Beberapa tahun kemudian ia diangkat menjadi PNS dibawah
Kementrian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo) tahun 1990 dan
bekerja di Monumen Pers Nasional hingga saat ini.
39
Wawancara dengan Supardi, 6 Juni 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
2. Alasan Penarik : Daya Tarik Kota
Kota menjanjikan harapan-harapan yang orang di kampung idam-
idamkan40
. Kehidupan kotasangat menarik dimana orang kota dianggap
sebagai manusia super, memiliki segalanya dan modern. Kota menyediakan
berbagai macam pekerjaan yang mudah ditemui, gaji yang lebih tinggi
daripada di kampung, kelonggaran adat-istiadat yang tidak mengekang,
terjaminnya kebebasan pribadi individu, hiburan dan gemerlap kota yang
memiliki banyak pilihan bahkan faktor lembaga pendidikan yang lebih
bermutu juga menambah daya tarik kota kepada para perantau.
Kota Surakarta yang mengalami pembangunan sangat pesat akan
memberikan banyak kesempatan kerja dan cocok untuk berdagang. Mereka
tertarik menuju Surakarta berdasarkan informasi yang diperoleh dari kerabat
atau kenalan mereka yang telah sukses serta kemudahan-kemudahan yang
tidak mereka dapatkan di kampung halaman41
.Tahun 1970an ada sebagian
perantau yang menuju ke Surakarta untuk mendapatkan atau melanjutkan
pendidikan namun tidak dalam jumlah yang cukup besar, para perantauan
umumnya memiliki latar belakang keluarga mampu di kampungnya.
Para perantau awalnya tidak ada niat untuk menetap di Surakarta,
mereka ingin kembali ke kampung halamannya dimana keluarganya tetap
40Andi Ima Kesuma, Migrasi dan Orang Bugis, (Yogyakarta: Ombak,
2004), hlm. 32 41Wawancara dengan Sutan Saidi, 22 Mei 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
tinggal disana.Di perantauan, mereka mencari uang sebanyak-banyaknya
untuk menghidupi keluarganya di kampung.Saat di kota mereka berusaha
hidup hemat. Merantau ke kota juga mendorong mereka untuk maju dan
menambah pengalaman serta menurut pandangan keluarga mereka di
kampung, para perantau memiliki tempat tersendiri dan terpandang di mata
orang kampung mereka.
Menurut cerita Gusno yang asli Pasaman42
,Sumatera Barat, tahun
1992 ia pergi ke Solo mulanya untuk berkunjung ke rumah kakeknya di
Solo. Kakeknya menyuruh Kusno untuk untuk membantu pabrik tekstil
yang di kelola kakaknya bernama Soraya.Beliau memutuskan untuk tinggal
di Surakarta karena ingin membantu usaha tekstil milik kakeknya, dia hanya
pulang kampung ketika ada acara saja, Gusno sudah berdagang secara
mandiri dan memiliki kios di pasar Klewer.
C. Adaptasi Perantau Minangkabau di Surakarta
Perantau Minangkabau yang memiliki mobilitias tinggi memerlukan
kemampuan adaptasi yang merupakan salah satu bentuk dari daya hidup
stamina kebudayaan.Menurut budayawan W.S Rendra 43
kemampuan
beradaptasi dalam perfektif budaya iaalah kesadaran kreatif untuk mengatasi
tantangan keadaan. Sebab, keadaan di suatu tempat tidak sama dengan tempat
42Wawancara dengan Gusno, 30 Mei 2014 43 Rendra, W.S, Penyair dan Kritik Sosial. (Yogyakarta:Kepel
Press,2001),hlm.51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
yang lain. Keadaan ini bisa berupa faktor iklim, struktur geografis, watak
manusia atau sistem sosial dan budaya.
Adaptasi adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan dengan
lingkungan sekitar dalam rangka bertahan hidup.Orang Minangkabau terkenal
dengan kemampuan dalam beradaptasi dengan lingkungan baru, hal tersebut
dalam sikap terbuka, mudah berkomunikasi, mudah bergaul, kemampuan
bersilat lidah (berkomunikasi) yang baik sebagai salah satu ciri khas
mereka.Sepanjang sejarah perantau orang Minangkabau, mereka tidak pernah
terlibat konflik dengan penduduk asli di rantaubahkan mereka beradaptasi
dengan menikahi penduduk asli untuk mendukung pembauran mereka dengan
tempat mereka merantau.
Orang Minangkabau enggan menciptakan eklusifitas seperti
diungkapkan Gamawan Fauzi selaku orang Minangkabau yang saat ini
menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri, “……..tidak pernah ada kampung
minang seperti suku lain yang menabalkannama kampung sendiri, seperti
Kampung Melayu, Kampung Jawa, Kampung Mandailing, dan malah ada
kampung China…….”44
.Minangkabau justru memberikan kampung kepada
para pendatang seperti kampung jao untuk orang Jawa dan kampung cina.
Daya adaptasi, kemampuan menyesuaikan diri, yang tinggi membuat
mereka pun diterima oleh masyarakat di mana mereka berada.Mereka
diterima menjadi pemimpin formal maupun informal di rantaunya
44
http://waspada.co.id/index.php?option=
com_content&view=article&id=292873:mendagri-orang-minang-itu-suku-tak-
takut-hidup&catid=14:medan&Itemid=27 (diakses pada tanggal 27 Mei 2014)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
masing-masing. Sebutlah, misalnya, Mr Datuk Djamin yang menjadi
Gubernur Jawa Barat yang kedua (1946); Gubernur Maluku yang kedua dan
ketiga, yakni Muhammad Djosan (1955-1960), dan Muhammad Padang
(1960-1965); Gubernur Sulawesi Tengah yang pertama, Datuk Madjo Basa
Nan Kuniang (1964-1968); Residen/Gubernur Sumatera Selatan yang
pertama dr Adnan Kapau Gani; atau Djamin Dt Bagindo yang menjadi
gubernur pertama Provinsi Jambi (1956-1957)45
.
1. Hubungan Sosial dengan sesama perantau
Perantau yang baru datang biasanya akan menuju ke rumah
saudaranya yang sudah sukses atau mencari induk semang untuk tempat tinggal
sementara. Orang Minangkabau di rantau awal mulanya ikut dengan perantau
yang sukses untuk belajar dan mencari pengalaman setelah mereka cukup kuat,
mereka akan berpisah dan membuat usaha sendiri.Mereka beradaptasi dengan
teman sesama perantau yang hidup dalam satu rumah, berjualan di tempat
yang sama bahkan menjalin kerja sama dengan sesama perantau. Komunikasi
dengan sesama perantau masih menggunakan bahasa Minangkabau untuk
mengobati rasa rindu mereka dengan kampung halaman dan menunjukkan
eksitensi mereka sebagai orang Minangkabau.
Perasaan senasib dan seperjuangan menjadikan hubungan mereka
lebih kuat. Mereka saling membantu satu sama lain jika membutuhkan bantuan,
jenis bantuan tidak hanya berupa bantuan non-materiiil, bantuan berupa
ekonomis juga kerap mereka berikan dengan sesama perantau dan masyarakat
45
https://groups.google.com/forum/#!topic/rantaunet/svmwFkfDXmQ
(diakses pada tanggal 27 Mei 2014)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
sekitar. Hal ini mempercepat proses pembauran serta memperakrab hubungan
sosial orang perantau.
2. Hubungan Sosial perantau dengan masyarakat pribumi
Perantau Minangkabau menuju kota-kota besar untuk mencapai
kesuksesan menempati rumah yang berdekatan dengan penduduk
pribumi.Mereka melakukan hubungan dengan masyarakat sekitar untuk
memberikan rasa aman dan menambah saudara dengan menyesuaikan adat-
istiadat dan mempelajari bahasa yang dipakai pribumi untuk mempermudah
komunikasi.
Pemuda Minangkabau di kampung halaman identik dengan surau
sehingga mereka akan mencari musolla atau masjid untuk mendekatkan diri
yang kuasa dan mempercepat proses adaptasi dengan masyarakat sekitar
dengan cara mengikuti berbagai kegiatan di musollah atau masjid. Saat ini,
Iskandar46
perantau asal Silungkang menetap di Masjid Muslimien Asy
Syamsiyah, ia tinggal disana sekaligus marbot masjid yang merawat masjid
serta menjadi muadzin di setiap tiba waktu salat lima waktu, beliau merasa
nyaman tinggal di masjid karena di kampung halaman sejak kecil beliau sudah
tinggal di musola atau surau. Adaptasi dengan masyarakat sekitar berjalan
sangat baik.
Pekerjaan yang dilakukan orang Minangkabau tergantung pada
pendidikan yang miliki, mereka yang berpendidikan cenderung bekerja di
sektor pemerintahan dan membentuk kelompok dengan mereka yang setingkat
46
Wawancara dengan Iskandar, 30 Mei 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
sedangkan mereka yang kurang berpendidikan cenderung bekerja di bidang
perdagangan.Mereka merantau ke Surakarta, diawali dengan tinggal dan ikut
saudara atau kerabat yang sudah sukses. Keterbatasan modal membuat mereka
ikut saudaranya terlebih dahulu dengan membantu usahanya setelah memiliki
modal sendiri, mereka membuka usahanya sendiri yang bergerak di bidang
yang sama tempat mereka belajar berdagang. Hal ini menimbulkan pola yang
unik karena kesamaan jenis usaha, misal: warung makan padang, toko alat tulis,
percetakan, toko tas dan lain-lain. Berdekatan letak usaha mereka membuat
membuat persaudaraan yang sangat erat namun tak jarang menimbulkan
persaingan dalam perdagangan.Di kampung halaman, mereka tidak saling
mengenal atau hanya mengenal sedikit karena dirantau kebersamaan muncul
dari rasa senasib dan berasal dari Minangkabau.
Menurut Mochtar Naim, suku Jawa merupakan salah satu suku yang
disukai oleh orang Minangkabau untuk diajak bergaul. Karakter lemah lembut
yang dimiliki suku Jawa adalah salah satu alasan mereka suka dengan suku
Jawa, mereka membedakan dengan suku batak yang berperangai
kasar47
.Pembawaan orang Jawa menjadikan orang Minangkabau mudah
bergaul dengan mereka. Dahulu banyak orang Minangkabau di Surakarta yang
berjualan kain batik yang merupakan produk khas daerah Surakarta, semakin
membuktikan proses adaptasi telah berjalan dengan baik. Kegiatan
bermasyarakat seperti kerja bakti, arisan rutin, menengok tetangga yang sakit
serta ikut organisasi pedagang milik kaum pribumi.
47
Mochtar Naim, Merantau Pola Migrasi Suku Minangkabau,(Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada,1978).hlm.204
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Menikahi pribumi salah satu cara orang Minangkabau beradaptasi
dengan masyarakat, pernikahan dengan pribumi berarti menambah saudara di
tempat rantau. Pernikahan antar etnis ini tidak hanya di dominasi oleh para
pemuda kerapkali para pria yang sudah beristri namun istrinya tidak atau
belum dibawa ke rantau, mereka menikahi pribumi untuk mengurus mereka
selama di rantau. Menurut Henny48
, para pria yang sukses dirantau kerapkali
dianjurkan dan dicarikan oleh saudara-saudara mereka untuk menambah
jumlah istri dalam rangka meperbanyak keturunan.
Saat ini perkawinan antar etnis terjadi pada keturunan orang
Minangkabau yang lahir di tanah rantau, otomatis mereka tidak mengenal
kampung halaman orangtuanya, bergaul dengan pribumi, berbahasa pribumi,
hal ini membuat mereka krisis identitas karena merasa orang Jawa tetapi
berdarah Minangkabau. Peranakan yang lahir di rantau sering menikah dengan
pribumi yang menghasilkan keturunan yang disebut anak pisang49
.Apabila
hasil perkawinan antaraAyah orang Jawa beristrikan orang Minangkabau akan
menghasilkan keturunan yang dianggap orang Jawa karena menganut garis
keturunan patrilineal serta dianggap orang Minangkabau jika menurut garis
keturunan matrilineal menimbulkan dilema bagi anak yang berayahkan orang
Minangkabau dan beribukan orang Jawa yang menganut garis keturunan
patrilineal sedang ayahnya berasal dari Minangkabau yang menganut garis
keturunan matrilineal, jika si anak tinggal di Minangkabau dianggap orang
48
Wawancara dengan Henny, tanggal 21 Mei 2014 49
H. Geertz, Indonesia Cultures and Communities, R.mc vey(ed)
Indonesia Southeast Asia Studies, ( Amerika Serikat, Yale University,1963),hlm.
40-42.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Jawa karena beribukan orang Jawa, tetapi jika anak tinggal di Jawa, dia
dianggap orang Minangkabau karena berayahkan orang Minangkabau.
Terbukti daya adaptasi yang tinggi dari Etnis Minangkabau dimana
salah satu Ketua PWSB Surakarta mendapatkan gelar dari Keraton Kasunanan
Surakarta karena banyak berjasa terhadap keraton yaituDirektur Rumah Sakit
Orthopedi Prof. Soeharso Surakarta periode 1997-2002 Dr. H. Fadlan Maalip
SKM mendapat gelar Kanjeng Raden Haryo Tumenggung (KRHT) Husodo
Diningrat pada tahun 2001 kemudian tahun 2003 naik pangkat menjadi
Kanjeng Raden Haryo (KRH) Husodo Diningrat. Gelar tersebut didapatkan
sebagai penghargaan dari Pakubuwono XII atas pengabdian dan jasanya dalam
bidang kesehatan terhadap keluarga Keraton Kasunanan50
.
D. Perkembangan Perantau Minangkabau
Mobilitas etnis Minangkabau “merantau” termasuk yang tertinggi
dibanding etnis lainnya di Indonesia. Persebaran etnis ini mencapai seluruh
pelosok Indonesia yang ditandai dengan keberadaan rumah makan padang
yang ada di seluruh kota di Indonesia. Perantau Minangkabau pertama yang
merantau tahun 1930 M.Yusoef untuk berjualan batik, kota Surakarta memiliki
potensi yang sangat luas untuk berdagang. Sampai tahun 1950an mayoritas
perantau Minangkabau berdagang batik51
.
50 Fadlan Maalip, Dari Ranah Minang Menuju Kasunanan Surakarta
Hadiningrat Melalui Betawi dan Sepucuk Jambi Sembilan Lurah,(Jambi:
Baiturrahim Press, 2009),hlm.142-143 51Wawancara dengan Sutan Saidi, 22 Mei 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Tahun 1960an mulai bermunculan toko-toko alat tulis kantor dan
percetakan-percetakan milik orang Minangkabau. Tahun ke tahun semakin
banyak masyarakat Minangkabau yang merantau ke Surakarta dengan tujuan
berdagang, hal ini membuat semakin banyaknya variasi dalam jenis
perdagangan seperti warung makan padang, sate padang, sandal, tas, sepatu
dan lain-lain52
. Umum jika kita bepergian ke luar kota, kita mencari rumah
makan yang murah, enak serta halal tentu jawabannya adalah rumah makan
padang bahkan rumah makan padang sudah menjadi sebuah franchise sepert:
Sederhana. Para Perantau mencari daerah yang berpenduduk banyak, berarti
kota-kota besar menjadi tujuan mereka. Persebaran mereka ada di Jakarta,
Medan, Bandung, Surabaya, Surakarta.
Pilihan para perantau menuju kota besar karena peluang-peluang
untuk meningkatkan taraf ekonomi lebih besar dan kondisi perdagangan lebih
padat dan ramai. Etnis Minangkabau terkenal sebagai “Cinanya Indonesia”
yang ahli dalam bidang perdagangan dalam berdagang sangat terjamin
kebebasan individu dan tidak diperintah-perintah, masa depan berada dalam
genggaman kita sendiri.
Orang Merantau itu ada yang berhasil adapula yang tidak
berhasil.Kembali ke kampung halaman adalah opsi terbaik buat mereka yang
tidak berhasil, seperti yang dialami Askar53
tahun 1990 ia merantau namun
tidka berhasil maka ia pulang ke kampung halamannya untuk bekerja sebagai
52Wawancara dengan Azwir Yasin, tanggal 7 Juni 2014 53Wawancara dengan Askar, tanggal 20 April 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
pendulang emas dan bercita-cita akan kembali merantau jika modalnya dirasa
sudah mencukupi dan meningkatkan tingkat kehidupan keluarganya. Kebiasaan
bagi yang sukses akan mengajak saudara atau kerabatnya untuk merantau ke
kota tempat dia tinggal. Hal ini dilakukan Mardenis54
yang mengajak
kemenakannya dan tetangganya di Silungkang, Sumatera Barat untuk merantau
ke Surakarta dan bekerja di tempat usaha percetakan dan toko alat tulis kantor
miliknya. Orang yang sudah sukses di rantau sangat senang jika saudara atau
kerabat yang mereka ajak merantau kelak akan sukses dan mandiri seperti
mereka. Hal ini berakibat sepinya kampung halaman mereka serta kebanyakan
di huni orang-orang tua yang berakibat kekurangan tenaga kampung
mereka.Pendatang dari luar Minangkabau justru meramaikan suasana kampung
mereka.
Tujuan utama mereka merantau adalah mengumpulkan harta
sebanyak-banyaknya untuk menghidupi keluarga mereka di kampung55
.hal ini
membuat mereka harus berpola hidup hemat bahkan cenderung pelit. Mereka
datang ke Surakarta tanpa membawa apa-apa setelah beberapa tahun disini
mereka memiliki gadget,kendaraan, toko, rumah bahkan memilik indekos yang
disewakan. Hal ini membuat mereka berpikir dua kali untuk kembali ke
kampung, kebanyakan bingung jika ditanya apakah akan kembali ke kampung
halamannya kelak terutama yang sudah sukses. Jika ditanya apakah untuk
mengirimkan uang untuk keluarga dikampung, kebanyakan menjawab
54
Wawancara dengan Mardenis, tanggal 7 Januari 2014 55
Metha Dwi Utami, Organisasi Perantau Minang Sulit Air Sepakat (SAS)
Surakarta tahun 1986-1998. Skripsi.Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni
Rupa,2010.hlm.32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
bersedia.Saat idul fitri merupakan waktu paling tepat untuk kembali ke
kampung halaman untuk sementara waktu.Syahwir56
mengalami hal ini, di
Surakarta ia telah ikut saudaranya yang sukses kemudian membuka toko
sendiri untuk berjualan alat tulis kantor, rumah sendiri bahkan anaknya
bersuamikan orang Surakarta. Hal ini membuat dia berkeinginan
menghabiskan sisa hidupnya di sini.Ia pulang ke kampungnya jika ada acara
keluarga yang penting saja.
Kebanyakan perantau yang sudah mapan tidak ingin pulang kampung
karena ingin mengembangkan bisnis di Surakarta yang lebih menjamin masa
depan mereka daripada di kampung halaman. Bertahun-tahun mereka hidup di
Surakarta membuat mereka sudah menjadi orang Surakarta tentu sulit bagi
mereka jika kembali ke kampung yang berarti adaptasi kembali seperti saat
mereka merantau. Kebingungan kerap melanda mereka saat tinggal di
kampung kembali karena terbiasa hidup di kota.
56
Wawancara dengan Syahwir, 20 April 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
BAB III
PERKEMBANGAN ORGANISASI PERSATUAN WARGA
SUMATERA BARAT (PWSB) SURAKARTA
A. Keberadaan Organisasi Masyarakat Minangkabau di Surakarta
1. Sejarah berdirinya organisasi PWSB
Persatuan Warga Sumatera Barat (PWSB) Surakarta adalah
organisasi warga perantau yang berasal dari Sumatera Barat atau
Minangkabau yang hanya ada di Surakarta57
, tidak seperti organisasi
perantauan lainnya yang di setiap kota memiliki cabang.Organisasi PWSB
didirikan oleh para pioneer-pioner perantau dari daerah Aceh, Dili, Batak,
Minang, Riau, Jambi, dan Palembang yang pertama kali datang ke Surakarta
pada tahun 1930 dengan nama Persatuan Andalas Surakarta(PAS)58
.Andalas
yang bermakna Sumatra digunakan karena beranggotakan para perantau yang
berasal dari Sumatra59
.Mulanya PAS dirikan untuk memfasilitasi para
perantau berasal dari Sumatera yang datang ke Surakarta.
Perkembangan sangat pesat bagi organisasi ini membuat
bertambahnya jumlah perantau dari Sumatera dari masing-masing daerah,
pada tahun 1955 setiap daerah Aceh, Dili, Batak, Minang, Riau, Jambi, dan
57
Wawancara dengan Azwir Yasin, tanggal 7 Juni 2014
58Buku Panduan Persatuan Warga Sumatera Barat (PWSB) Surakarta,
(Surakarta: PWSB,2000),hlm.79. 59
Wawancara dengan Sutan Saidi, 22 Mei 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Palembang sudah memiliki banyak perantau, mereka ingin membentuk
organisasi masing-masing maka perantau dari provinsi Sumatera Tengah
mendirikan Persatuan Warga Sumatera Tengah Surakarta (PWST)60
. Menurut
Mochtar Naim61
, Kira-kira 1500 orang Minangkabau dijumpai di Solo (132
keluarga dengan 864 anggota) berdasarkan daftar anggota dan brosur milik
ketua PWST yaitu A. Manan Khadin dimana di Surakarta hampir seluruhnya
bekerja sebagai pedagang yang kebanyakan berasal dari Kampung Sulit Air
dan Silungkang. Saat itu mereka berdagang tekstil, batik, kelontong sekitar
selusin toko, enam penjahit, enam warung makan padang, tiga perusahaan
batik ,satu percetakan serta beberapa pedagang kaki lima pindahan dari
Jakarta62
. Kisah sukses para perantau Sumatera Barat di Surakarta menjadi
daya tarik tersendiri bagi warga Minangkabau di kampung halamannya,
membuat semakin banyaknya perantau Minangkabau yang merantau ke
Surakarta.
Semakin banyaknya perantau asal Sumatera Barat yang datang ke
Surakarta membuat Organisasi Persatuan Warga Sumatera Tengah (PWST)
dipecah kembali dan para perantau Minangkabau mendirikan Persatuan Warga
Sumatera Barat Surakarta (PWSB) pada tahun 197163
.Organisasi di dirikan
oleh Abdul Wahab Gani sekaligus Ketua Umum PWSB Surakarta yang
60
PWSB., Loc.cit 61
Mochtar Naim, Merantau Pola Migrasi Suku Minangkabau,(Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada,1978).hlm.133 62
Ibid, hlm.134 63
PWSB.,Loc.cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
pertama64
. Abdul Wahab Gani yang berasal dari Lintau dikenal sebagai tokoh
pemersatu perantau Minangkabau yang berada di Surakarta65
, keberadaan
PWSB sebagai organisasi perantau Minangkabau mengalami kemajuan
dimana dari musyawarah besar yang diadakan berhasil mengumpulkan para
perantau Minangkabau di Surakarta. Masa kepemimpinan Abdul Wahab Gani
yang berlangsung 5 tahun dapat membawa perubahan PWST menjadi PWSB.
Perjalanan PWSB dilanjutkan oleh Nizam Yasin selaku ketua
PWSB dengan masa jabatan terlama yaitu 14 tahun dan dilanjutkan oleh
Syahdan,B.A ketua PWSB periode 1990-1998. Saat PWSB dipimpin Dr.
Fadlan Ma’alip dan Nasrudin Baidan perkembangan PWSB pesat dan
mencapai masa kejayaan pada tahun 1998-2004 dimana seluruh anggota
PWSB benar-benar bersatu dan menunjukkan eksistensi mereka di Surakarta
sehingga dikenal oleh pemerintah daerah provinsi Jawa Tengah maupun
Sumatra Barat dan organisasi perantau Minang lainnya.
Dr. Fadlan Ma’alip yang berada di Surakarta selama 4 tahun dan
menjabat ketua PWSB selama 3 tahun dapat membawa perubahan besar dalam
PWSB. Banyak ide-ide dan pemikiran Dr. Fadlan Ma’alip yang terealisasi
seperti gedung pertemuan di Pabelan, pengajian, arisan rutin serta pembinaan
dan pertunjukan kesenian Minangkabau66
.Sedikit demi sedikit aktif kembali
64
Wawancara dengan Azwir Yasin , tanggal 7 Juni 2014
65 IKM, Minang Maimbau,(Surakarta: La-Kancank, 1992),Hlm.8
66 Fadlan Maalip, Dari Ranah Minang Menuju Kasunanan Surakarta
Hadiningrat Melalui Betawi dan Sepucuk Jambi Sembilan Lurah,(Jambi:
Baiturrahim Press, 2009),hlm.134
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
kegiatan-kegiatan yang sempat terhenti dibawah
kepemimpinannya.Pembenahan organisasi dan peremajaan pengurus
memperlihatkan hasil dimana satu-persatu anggota lama aktif kembali dan
banyaknya anggota baru yang terdata setelah dikunjungi oleh Ketua Umum
PWSB maupun pengurus lainnya.
Hal ini diutarakan oleh Azwir Yasin67
sebagai berikut: “Tahun
1998-2004 PWSB memang sangat menonjol baik dalam kegiatan atau
pembangunan, terutama saat kepemimpinan Dr. Fadlan Ma’alip yang saat itu
beliau ditugaskan memimpin RS. Orthopedi Surakarta. Beberapa tahun
keberadaan beliau di Surakarta dapat menggerakkan roda organisasi PWSB
seperti banyaknya kegiatan arisan, acara kesenian bahkan pembanguna gedung
pertemuan.Dr. Fadlan Ma’alip memiliki dedikasi tinggi dalam membesarkan
PWSB, beliau berani mengorbankan materi maupun waktu untuk kemajuan
PWSB”.
67
Wawancara dengan Azwir Yasin, 7 Juni 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Faktor ketua umum PWSB sangat menentukan dinamika
perkembangan PWSB . Berikut nama-nama Ketua Umum PWSB dari tahun
1971-sekarang:
Tabel I. Periodesasi Ketua PWSB
No Nama Ketua PWSB Periode
1 Abdul Wahab Gani 1971 – 1976
2 Nizam Yasin 1977– 1989
3 Syahdan,B.A 1990 – 1997
4 Dr. Fadlan Ma’alip 1998 – 2001
5 Dr. Nasrudin Baidan 2002 – 2010
6 Epi Rizandi. S.H 2011 – sekarang
Sumber: dokumen PWSB Surakarta
Tahun 2000 berdasarkan jumlah Kartu Keluarga (KK) yang
dimiliki pengurus PWSB Surakarta, PWSB berjumlah 335 KK68
.PWSB
Surakarta memiliki gedung pertemuan sendiri bernama “Rumah Bagonjong
dan Masjid Tauhid”yang beralamat Jl. Pabelan Baru I (utara Assalam
Hypermart) Dusun Lemusir, Pabelan, Sukoharjo.Telp.0271-713539 serta
memiliki Sekretariat Pembantu yang beralamat Rumah Makan “Embun Pagi”
yang beralamat di Jl. Brigjend Slamet Riyadi no. 461 Makam Haji, Kartasura,
Sukoharjo.Telp/fax.0271-713539.
68
PWSB.,Buku Panduan Persatuan Warga Sumatera Barat (PWSB)
Surakarta, (Surakarta: PWSB,2000),hlm.40.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
B. Perkembangan organisasi PWSB tahun 1971-2004
1. Keorganisasian PWSB
a. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi adalah rangkaian aturan yang menunjukkan
hubungan antara fungsi organisasi yang meliputi pimpinan, tugas
wewenang serta tanggung jawab yang masing-masing mempunyai
peranan tertentu dalam kesatuan yang utuh mencapai tujuan organisasi69
.
Struktur organisasi yang baik adalah setiap bagian organisasi
yang ada dapat menjalankan peranannya dengan baik.Struktur
organisasi yang efisien berarti dapat menjalankan peranannya untuk
mencapai hasil terbaik bagi organisasi.
Pengurus PWSB terdiri atas Pengurus harian, seksi-seksi,
komisariat dan penasehat yang dipimpin oleh seorang Ketua
Umum70
.Pengurus harian dipilih dan bertanggung jawab kepada
pemegang kekuasaan tertinggi yaitu Musyawarah anggota dengan masa
bakti satu periode (3 tahun)71
.Masa bakti pengurus PWSB berakhir
setelah Ketua umum terpilih dalam musyawarah anggota
PWSB.Anggota-anggota PWSB yang berdekatan dikoordinasikan oleh
Komisariat Wilayah dan rayon PWSB. Setiap anggota berhak menjadi
pengurus namun harus memenuhi persyaratan antara lain: anggota aktif,
69
Metha Dwi Utami, Organisasi Perantau Minang Sulit Air Sepakat (SAS)
Surakarta tahun 1986-1998. Skripsi.Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni
Rupa,2010.hlm.40 70
PWSB, Hasil-Hasil Musyawarah Anggota PWSB,(Surakarta:PT.
Wangsa Jatra Lestari,2002),hlm.4 71
Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
terpilih dalam rapat anggota, beragama islam, mempunyai kemampuan
memimpin organisasi dan menyatakan kesediaannya, bertempat tinggal
di Surakarta72
.
1) Dewan Penasehat terdiri dan bertugas sebagai berikut73
:
Dewan Penasehat terdiri atas tokoh-tokoh masyarakat
Minang, yang memiliki perhatian terhadap PWSB, baik domisili di
Surakarta dan sekitarnya, maupun di tempat lain. Setiap individu
penasihat mempunyai kedudukan otonom. Tidak ada kelebihan satu
dari yang lain, tetapi masing-masing mempunyai hak dan
kewajiban yang sama terhadap PWSB dan berhak memberikan
saran atau gagasan-gagasan pada semua level kepengurusan, mulai
dari pengurus harian, seksi dan komisariat. Di samping itu mereka
berhak pula menghadiri semua pertemuan yang diadakan PWSB.
2) Pengurus Harian
Pengurus harian merupakan pimpinan tertinggi organisasi
yang terdiri dari:
a) Ketua Umum bertanggung jawab ke luar dan ke dalam serta
memimpin organisasi kedalam dan mewakili organisasi keluar74
.
b) Ketua umum dibantu ketua I, II, III dan IV yang bertugas75
:
72
Ibid.,hlm.10
73Ibid
74Ibid.,hlm.12
75Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
(1) Ketua I membidangi seksi pendidikan, dakwah, kesenian dan
olahraga, adat dan budaya Minang
(2) Ketua II membidangi seksi sosial, usaha, konsultasi hukum
dan Perlindungan
(3) Ketua III membidangi seksi pembangunan dan infrastruktur
dan prasarana
(4) Ketua IV membidangi seksi pemberdayaan perempuan
c) Sekretaris terdiri dari Sekretaris I,II dan III yang bertugas76
:
(1) Sekretaris I bertanggung jawab atas ketertiban adminitrasi
baik ke dalam maupun ke luar dalam organisasi.
(2) Sekretaris II bertanggung jawab mengatur dan
menginventariskan data organisasi dan bertindak notulis.
(3) Sekretaris III membantu serta mewakili tugas-tugas
Sekretaris I dan Sekretaris II.
d) Bendahara terdiri dari Bendahara I, II dan II bertugas yaitu77
:
(1) Bendahara I mengelola, menerima, menyimpan,
mengeluarkan uang sesuai dengan ketentuan, bertanggung
jawab atas kekayaan organisasi.
(2) Bendahara II mengatur adminitrasi kebendaharaan,
mengadakan pembukuan keuangan, bertanggung jawab atas
kekayaan organisasi.
76
Ibid 77
Ibid,hlm.11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
(3) Bendahara III membantu, mewakiliBendahara I dan
Bendahara III sesuai dengan yang ditentukan.
Pelaksanaan keuangan memiliki ketentuan umum yaitu:
(a) Semua penerimaan dan pengeluaran harus dibukukan
(b) Semua pengeluaran uang harus sepengetahuan Ketua Umum
(c) Semua pengeluaran harus disertai bukti-bukti pengeluaran
(d) Demi pengamanan keuangan diperlukan pembukaan rekening
di bank
e) Seksi-seksi yang terdiri minimal empat orang, berikut rincian
tugas masing-masing seksi78
:
(1) Seksi Sekretariat bertugas:
(a) Menata dan menjaga kelengkapan sekretariatan
(b) Bekerja sama dengan Wakil sekertaris untuk menulis dan
melengkapi surat-surat dalam kegiatan
(2) Seksi Pendidikan bertugas menatar dan memberikan
pendidikan kepada anggota PWSB terutama generasi muda
supaya tidak melupakan asal-usul mereka sebagai orang
Minangkabau
(3) Seksi Dakwah bertugasMerencanakan, mengatur, dan
melaksanakan kegiatan pendidikan dan dakwah yang
meliputi: Peringatan hari besar Islam, kegiatan majelis
78
Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
taklim dan pengajian-pengajian, Shalat Idul Fitri dan Idul
Adha
(4) Seksi Usaha dan ekonomi bertugas sebagai berikut 79
:
(a) Mencari dana tambahan di luar iuran wajib, iuran sukarela
(b) Mendata atau membuat daftar alamat donatur dan sumber –
sumber yang bisa mendapatkan dana
(c) Menjalankan sumbangan iuran wajib dan suka rela kepada
semua anggota panitia dan simpatisan
(d) Melakukan kegiatan usaha lain di luar iuran wajib dan suka
rela yang tidak melenceng dari AD/ART
(e) Memberikan laporan kepada bendahara mengenai
sumbangan dan jumlah uang yang masuk dan keluar pada
setiap bulan
(5) Seksi Sosial bertugas80
:
(a) Menciptakan suasana kerukunan dan kebersamaan anggota
PWSB dalam segala aspek kehidupan, tanpa ada sifat
diskriminasi dan beda perlakuan antar sesama warga.
(b) Menjadi motor penggerak dalam setiap kegiatan sosial, baik
dalam bentuk kesusahan sepertii : menjenguk anggota yang
sakit, terjadinya kematian, dan musibah lainnya yang tidak
diharapkan bersama, maupun dalam kesenangan berupa :
pesta atau hajatan keluarga.
79
Ibid 80
Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
(c) Bekerjasama dan koordinasi dengan pihak lain jika
diperlukan.
(6) Seksi Kesenian dan adat Minangkabau bertugas sebagai berikut81
:
(a) Mendata dan menginventarisir aktivitas Seni Budaya yang
sudah ada untuk dilaporkan dan dikembangkan
(b) Menyelenggarakan pembinaan dan pendampingan dalam
rangka melalui aktivitas di bidang kesenian dan adat
Minangkabau baik secara temporer maupun rutin
(c) Membangun hubungan kerjasama kemitraan dengan pihak
lain untuk mengembangkan aktivitas kesenian dan adat
Minangkabau.
(7) Seksi Olahraga bertugas sebagai berikut82
:
(a) Melaksanakan kegiatan untuk membantu usaha-usaha
pembinaan olahraga dan kepemudaan yang tumbuh dan
berkembang di PWSB.
(b) Melaksanakan kegiatan untuk membantu melaksanakan
program usaha-usaha untuk meningkatkan kegiatan dan
ketrampilan pemuda atau generasi muda.
(c) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Ketua yang
berkaitan langsung dengan tugas seksi pemuda dan olahraga.
(8) Seksi Perlindungan hukum bertugas sebagai berikut83
:
81
Ibid
82
Ibid 83
Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
(a) Melaksanakan perencanaan dan program di Bidang
Perlindungan anggota PWSB.
(b) Memberikan perlindungan hukum kepada persatuan dan
anggota PWSB
(9) Seksi Pemberdayaan perempuan bertugas sebagai berikut84
:
(a) Menyusun dan melaksanakan program/kegiatan seksi
pemberdayaan perempuan.
(b) Melaksanakan koordinasi sinkronisasi dan fasilitasi
program/kegiatan pemberdayaan perempuan.
(c) Melaksanakan pengembangan program/kegiatan
pemberdayaan perempuan.
Pengurus dipilih oleh dan disahkan oleh Musyawarah
anggota85
.Keputusan-keputusan penting PWSB diambil secara
musyawarah untuk mencapai mufakat.Bila terjadi perbedaan pendapat,
dilakukan pemungutan suara dengan minimal duapertiga dari total
suara.Ketua umum dapat menentukan pilihan jika hal-hal diatas tidak
mencapai titik temu.Bila ketua umum berhalangan tidak dapat
menjalankan tugasnya sebagai pimpinan organisasi maka pimpinan
organisasi dijabat oleh ketua I yang posisinya berada di bawah peringkat
ketua umum.Bila ketua I berhalangan, maka ketua II menggantikan
84
Ibid 85 PWSB.,Buku Panduan Persatuan Warga Sumatera Barat (PWSB)
Surakarta, (Surakarta: PWSB,2000),hlm.44.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
tugasnya sebagai pimpinan organisasi, begitu seterusnya.Berikut skema
gambar struktur organisasi PWSB:
Gambar 1
Sumber: Dokumen PWSB tahun 2000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
3) Komisariat Wilayah
Dalam menjalankan organisasinya, PWSB dibantu 16 Komisariat
Wilayah yang dibuat sesuai kebutuhan dan mempermudah
koordinasi pengurus harian dengan anggota PWSB Surakarta86
:
Komisariat Wilayah terdiri atas:
(a) Komisariat Klewer
(b) Komisariat Kartasura
(c) Komisariat Palur
(d) Komisariat Nusukan
(e) Komisariat Mangkunegaran
(f) Komisariat Laweyan
(g) Komisariat Colomadu
(h) Komisariat Sukoharjo
(i) Komisariat Klaten
(j) Komisariat Boyolali
(k) Komisariat Sragen
(l) Komisariat Delanggu
(m) Komisariat Karanganyar
(n) Komisariat Wonogiri
(o) Komisariat Mojosongo
(p) Komisariat Pasar Kliwon
86
PWSB, Hasil-Hasil Musyawarah Anggota PWSB,(Surakarta:PT.
Wangsa Jatra Lestari,2002),hlm.11.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
b. Musyawarah Anggota merupakan forum tertinggi dalam
PWSB87
.Musyawarah anggota PWSB adalah pertemuan seluruh anggota
PWSB yang diselenggarakan untuk membicarakan kegiatan dan masalah-
masalah organisasi dan masalah-masalah yang dihadapi PWSB pada
umumnya.Musyawarah anggota diselenggarakan oleh pengurus PWSB
dalam tiga tahun sekali namun dapat ditunda atau dipercepat atas dasar
alasan-alasan kuat atau dengan persetujuan sekurang-kurangnya
duapertiga anggota PWSB yang ada.Penundaan penyelenggaraan
konferensi tidak boleh lebih dari setahun dari waktu yang ditetapkan.
Musyawarah anggota berwenang menetapkan AD,ART dan
menetapkan serta membubarkan kepengurusan PWSB,
dilaksanakandilaksanakan setelah idul fitri pada tahun yang
bersangkutan88
.Pengurus yang karena suatu hal tidak dapat menghadiri
musyawarah harus memberitahukan perihal ketidakhadirannya kepada
panitia penyelenggara musyawarah PWSB disertai alasan-alasan yang
jelas serta menyatakan dapat menerima atau tidak penyelenggaraan
konferensi. Musyawarah dianggap sah jika dihadiri sekurang-kurangnya
sepertiga dari total pengurus yang ada, jika tidak tercapai penyelenggaraan
konferensi dapat ditunda menunggu kedatangan pengurus yang tidak dapat
hadir.
Pengurus yang tidak dapat hadir namun memberitahukan perihal
ketidakhadirannya dan menyetujui berlangsungnya musyawarah dapat
87
Ibid.,hlm.14 88
Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
dianggap sebagai menghadiri musyawarah dan menyetujui segala hasil
musyawarah. Keputusan-keputusan musyawarah dilakukan secara mufakat
bila tidak tercapai kata mufakat akan diadakan pemungutan suara dan
keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak bila suara berimbang maka
pilihan pimpinan rapat menentukan. Ketua umum yang terpilih
bertanggung jawab ke luar dan ke dalam serta memimpin organisasi ke
dalam dan mewakili organisasi keluar.Komposisi dan personalia pengurus
ditentukan dengan bantuan atau formatur yang ditunjuk musyawarah.
1) Rapat anggota merupakan forum pertemuan seluruh anggota yang
diadakan dalam rangka pelaksanaan event tertentu sepert halal bi halal,
peringatan hari-hari besar islam dan rapat ini bertujuan sebagai syi’ar
islam dan syi’ar organisasi89
.
2) Rapat Pengurus Lengkap merupakan rapat yang dihadiri oleh seluruh
jajaran pengurus mulai dari dewan penasihat, pengurus harian, seksi dan
komisariat dilaksanakan minimal sekali dalam enam bulan sekali. Rapat
ini bertujuan membahas kebijakan-kebijakan yang belum diatur secara
jelas di dalam AD, ART dan sebagainya90
.
3) Rapat Pengurus Harian merupakan rapat untuk membahas teknik
pelaksanaan program kerja yang ditetapkan dalam musyawarah anggota
89
Ibid.,hlm.14-15 90
Ibid.,hlm.15.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
diselenggarakan sedikitnya satu kali dalam sebulan. Rapat ini dihadiri oleh
seluruh pengurus harian ditambah sekurang-kurangnya 1 orang mewakili
seksi dan komisariat yang sesuai dengan topic pembahasan rapat91
.
4) Rapat Seksi adalah rapat yang dihadiri oleh semua pengurus seksi yang
bersangkutan, guna membahas permasalahan yang menyangkut dengan
bidang seksi dapat dilaksanakan sesuai kebutuhan92
.
5) Rapat Komisariat merupakan rapat yang dihadiri oleh warga atau anggota
komisariat yang bersangkutan guna membahas permasalahan-
permasalahan yang terdapat pada komisariatdapat dilaksanakan sesuai
kebutuhan93
.
c. Asas dan Tujuan94
:
1) Persatuan ini berasaskan kekeluargaan,Pancasila dan Undang-undang
Dasar UUD 1945
2) Tujuan adalah keadaan yang diharapkan dan diusahakan terwujud untuk
mencapai misi organisasi. Tujuan organisasi hal ini merupakan
kendaraan untuk mencapai tujuan PWSB yaitu:
a) Meningkatkan kesejahteraan anggota
91
Ibid. 92
Ibid. 93
Ibid 94
Ibid.,hlm.2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
b) Meningkatkan rasa kekeluargaan sesama warga asal sumatera barat
yang menyatu dan menjadi bagian dari warga sumatera barat
c) Meningkatkan ukhuwah islamiyah islamiyah anggota khususnya
warga sumatera barat dan Indonesia pada umumnya
d. Sifat 95
:
a) Persatuan ini bersifat gotong-royong dan kekeluargaan
b) Persatuan ini bersifat otonom penuh tidak ada ikatan apapun
dengan perhimpunan atau organisasi lain, termasuk lembaga-
lembaga atau perkumpulan-perkumpulan yang ada di Sumatera
Barat ataupun perhimpunan masyarakat Minang di tempat lain atau
luar ranah Minang.
e. Logo Persatuan:
95
Ibid.,hlm.3
Gambar 2
Sumber: PWSB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Logo persatuan PWSB berupa rumah bagonjong, setengah
lingkaran dan tiga anak tangga yang bertuliskan “PERSATUAN WARGA
SUMATERA BARAT SURAKARTA” (PWSB) ,Makna dari logo PWSB
yaitu 96
:
1) Garis lengkung biru menyungkup gonjong rumah bermakna
langit yang artinya anggota PWSB warga Surakarta yang berasal
dari Sumatera Barat selalu menyesuaikan diri dengan
lingkungan Surakarta.
2) Gonjong adalah lambang spesifik rumah adat Minangkabau
daerah asal PWSB.
3) 5 (lima) buah gonjong melambangkan 5 sila Pancasila dan 5
rukun islam.
4) Rumah terdiri dari 3 tingkat dan 3 warna melambangkan tigo
tungku sajarangan (tiga tungku yang berbeda) yang bermakna
PWSB dalam mengambil kebijakan selalu dimusyawarahkan
antara tiga unsure, yaitu: niniak mamak (pemimpin-pemimpin
nagari), cadiak pandai(orang intelektual) dan alim ulama (ahli
agama islam).
5) Pepatah “Dimano bumi dipijak disitu langit dijunjuang, aie
disauak, rantiang dipatah” merupakan sikap hidup anggota
PWSB yaitu membaur, menyesuaikan diri dengan lingkungan
96
PWSB.,Buku Panduan Persatuan Warga Sumatera Barat (PWSB)
Surakarta, (Surakarta: PWSB,2000),hlm.i.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
tempat tinggal, bersama dengan masyarakat setempat
membangun dan mensejahterakan masyarakat.
f. Kegiatan Organisasi
1) Pengajian Tauhid merupakan kegiatan pengajian yang rutin bagi
anggota PWSB dan Rutindiadakan setiap selasa malam jam
20.0097
. Pengajian ini pertama kali diadakan tahun 1975 berlokasi
di Kemlayan dekat warung gudeg Bu Marni menempati lahan
kosong yang diperbolehkan oleh pemiliknya untuk digunakan
pengajian98
. Pengajian berjalan secara rutin tanpa pernah terputus
dengan mengundang berbagai macam tokoh agama baik orang
Minangkabau atau warga lokal, pengajian ini juga melibatkan
warga sekitar serta undangan pengajian ini rutin di iklankan di
Radio ABC yang saat itu berkantor di pasar Kliwon99
.
Pada tahun 1998 karena lahan yang dimanfaatkan untuk
kegiatan pengajian akan dibangun oleh pemiliknya, pengajian
Tauhid berpindah ke Pasar Triwindu menempati jalan-jalan antara
los-los pedagang setiap selasa malam100
. Tahun 2001, pengajian
Tauhid berpindah tempat pindah kembali karena lahannya tidak
dapat izin untuk digunakan.Pengajian Tauhid dibuatkan Masjid
97
PWSB.,Buku Panduan Persatuan Warga Sumatera Barat (PWSB)
Surakarta, (Surakarta: PWSB,2000),hlm.79.
` 98
Wawancara dengan Sutan Saidi, 22 Mei 2014
99
Wawancara dengan Sutan Saidi, 22 Mei 2014
100Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
yang menempati lantai II gedung Bagonjong yang berlokasi di
Pabelan. Apresiasi dari pengurus PWSB dengan menggunakan
pengajian Tauhid untuk dijadikan nama Masjid Tauhid101
.
2) Arisan Ibu-Ibu anggota PWSB yang sudah berjalan dari tahun
1971 berlokasi berpindah-pindah setiap bulan menempati rumah
anggota PWSB102
. Arisan ini merupakan salah satu kegiatan
pemberdayaan perempuan dalam rangka membina silahturahmi,
akhlak serta memungut iuran anggota.
3) Penyediaan tanah pekuburan khusus anggota PWSB Surakarta
yang berlokasi di pemakanam Purwoloyo dan Pracimaloyo.
Pembelian tanah seluas masing-masing 0,5 hektar103
. Kedua tanah
pekuburan sudah yang dibeli dengan menggunakan uang kas
PWSB serta donatur, pembelian tanah di fasilitasi oleh ketua
PWSB pertama yang bernama Abdul Wahab Gani pada tahun
1971104
.
4) Pembelian tanah di dukuh Lemusir, Pabelan pada tahun 1985
seluas 260 meter persegi, tanah ini dibeli dengan menggunakan
uang kas PWSB serta sumbangan dari donator105
. Tanah ini
101
PWSB.,Buku Panduan Persatuan Warga Sumatera Barat (PWSB)
Surakarta, (Surakarta: PWSB,2000),hlm.82.
102Ibid. 103
Wawancara dengan Sutan Saidi, 22 Mei 2014
104 Wawancara dengan Azwir Yasin, tanggal 7 Juni 2014
105PWSB.,Buku Panduan Persatuan Warga Sumatera Barat (PWSB)
Surakarta, (Surakarta: PWSB,2000),hlm.79.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
direncanakan untuk pembangunan gedung serbaguna milik PWSB
yang baru terealisasi pada 11 Oktober 1998106
.
5) Pembangunan Masjid dan Rumah Bagonjong di Jl. Pabelan Baru I
(utara Assalam Hypermart) Dusun Lemusir, Pabelan, Sukoharjo.
Pembangunan Masjid dan Rumah Bagonjong yang berfungsi
sebagai gedung tempat pertemuan anggota PWSB , masjid serta
sekretariatan PWSB. Sejak lama pembangunan gedung serbaguna ini
direncanakan dalam rangka memudahkan kegiatan organisasi dan
pembinaan anggota.Pada tahun 1985 membeli tanah di Dusun Lemusir,
PabelanUtara seluas 260 meter persegi setelah itu tanah terbengkalai tidak
ada perkembangannya. Langkah konkret pembangunan baru berjalan saat
kedatangan Dr. H. Fadlan Maalip SKM menjabat sebagai Direktur Rumah
Sakit Orthopedi Prof. Soeharso Surakarta periode 1997-2002 dan ketua
PWSB Surakarta periode 1998-2001 yang berani menggerakkan
pembangunan tanah yang sudah dibeli PWSB107
. Beberapa bulan Dr. H.
Fadlan Maalip SKM tinggal di Surakarta beliau diundang menghadiri
pertemuan warga asal Sumatera Barat dalam rangka pembangunan gedung
pertemuan dan acara menyambut idul fitri. Pertemuan tersebut
memaparkan bahwa pengurus lama PWSB sudah lama vakum dan perlu
diadakan reshuffle.
106
Ibid.,hlm.81 107
Fadlan Maalip, Dari Ranah Minang Menuju Kasunanan Surakarta
Hadiningrat Melalui Betawi dan Sepucuk Jambi Sembilan Lurah,(Jambi:
Baiturrahim Press, 2009),hlm.134
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Tahun 1997 dibentuklah Panitia Pembuatan Gedung melalui SK.
Pengurus PWSB no.01/SK/PWSB/I/1997, selanjutnya menyelesaikan
sertfikasi tanah, sertifikat selesai pada Mei 1998 dengan nomor 2982, hak
milik atas nama Syahdan, BA saat itu menjabat Ketua II PWSB periode
1995-1998. Peletakan batu pertama dilakukan tanggal 11 Oktober 1998
bersamaan pertemuan anggota di Gedung Islamic Center di Pabelan dalam
rangka pemilihan pengurus PWSB periode 1998/2001108
.
Pada awalnya tidaklah mudah mengajak anggota untuk berpartisipasi
membiayai pembangunan, terdapat pertanyaan senior-senior yang
mempertanyakan dana-dana yang dikumpulkan belasan tahun lalu. Semua
itu mampu diselesaikan dengan baik berkat kerja keras Dr. H. Fadlan
Maalip SKM dan terkumpul dana sumbangan dari beberapa anggota untuk
modal awal pembangunan, dalam waktu lima minggu bangunan sudah
berwujud tiang-tiang beton, lantai dan dinding siap untuk pengecoran
lantai kedua109
.Bangunan yang sudah setengah jadi tersebut di
publikasikan kepada anggota PWSB, barulah sumbangan mengalir ke
rekening panitia, pembangunan selesai tahun 2001.Pembangunan masjid
dan rumah Bagonjong berguna sebagai tempat halal bihalal, sholat tarawih,
pengajian tauhid, tempat rapat para pengurus, penyelembelihan hewan
kurban, tempat pembagian zakat dan latihan kesenian.
108
PWSB, op. cit.,hlm.81. 109
Ibid.,hlm.81.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Struktur bangunan Masjid dan Rumah Bagongjong sebagai berikut110
:
a) Lantai I berfungsi sebagai Sekretariat PWSB dan Gedung serba
guna.
b) Lantai II terdapat dua buah menara setinggi 8,5 meter mengapit
mihrab dan 2 pintu seperti pintu Ka’bah dan 4 buah gonjong
memanjang dari kubah kea rah timur, berfungsi sebagai Masjid
bernama Tauhid.
c) Lantai III berfungsi Asrama Transito yang terdiri kamar-kamar
yang dapat dipergunakan tamu-tamu, mahasiswa yang dapat
digunakan dalam waktu terbatas.
6) Pembuatan IKM Ranah Minang
Ikatan Keluarga Muda (IKM) Ranah Minang berdiri tahun
1975111
, awal mulanya IKM Ranah Minang untuk wadah
organisasi bagi pemuda-pemudi Minangkabau yang berada di
Surakarta.Tujuannya menjalin tali silahturahmi dengan sesama
pemuda-pemudi Minangkabau yang berada di Surakarta dengan
kegiatan yang menonjol arisan keliling ke rumah-rumah anggota
IKM Ranah Minang.Tahun 1975-1991 tidak ada kegiatan berarti
yang dilakukan IKM Ranah Minang.
110
Ibid.,hlm.82. 111
Wawancara dengan Sutan Saidi, 22 Mei 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
12 November 1992 baru diadakan reorganisasi IKM Ranah
Minang sekaligus pelantikan pengurus baru, pelantikan bertempat
di Pengajian Tauhid112
. IKM Ranah Minang memilik beberapa
agenda kegiatan yaitu113
:
a) Acara Kesenian Bulanan adalah acara kesenian yang rutin
diadakan sebulan sekali bertempat dirumah makan ANDA
yang berada di komplek pasar Klewer.
b) Pembuatan Kartu Anggota untuk menunjukkan identitas
keanggotaan IKM Ranah Minang.
c) Kegiatan Sosial bagi anggota yang terkena musibah berupa
upaya penggalangan dana.
d) Menerbitkan Majalah Minang Maimbauyang direncanakan
terbit setiap bulan dan sebagai wadah komunikasi dan
kreatifitas anggota sekaligus media publikasi organisasi
IKM Ranah Minang.
IKM hanya berjalan aktif sampai tahun 1995 setelah itu vakum
dikarenakan vakumnya kepengurusan PWSB akibat tiada komitmen para
pengurusnya serta anggota IKM Ranah Minang sudah banyak yang
merantau ke luar Surakarta114
. Baru pada 2 April 1999 ,Pembentukan
PERGAMMI (Persatuan Generasi Muda Minang Surakarta) bentuk baru
112
Majalah Minang Maimbau, Edisi Pertama tahun 1993, Koleksi Milik
Sutan Saidi, hlm.2 113
Ibid.,hlm.28 114
Wawancara dengan Sutan Saidi, 22 Mei 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
organisasi bagi generasi muda minang di Surakarta agar memberikan
gerak lebih luas kepada generasi muda. Rekomendasi dari “Silahturahmi
dan Dialog Generasi Muda Minang” dibuatlah organisasi formal yang
tindaklanjuti dengan Silahturahmi dan Dialog I di RM. Embun Pagi115
.
Acara tersebut menghasilkan beberapa orang tim sukses penyelenggara
Sidang Terbuka Generasi Muda Minang Surakarta.
Sidang Generasi Muda Minang tanggal 25 April 1999 di Auditorium
RS Orthopedi Surakarta menelurkan beberapa produk hukum116
:
a. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi
b. Kepengurusan legitimate
c. Nama organisasi: Persatuan Generasi Muda Minang Surakarta
(PERGAMMI). Sekeretariat: RM. Embun Pagi Jl. Ir. Sutami 118 Solo,
dalam perjalanannya terbentuk grup kesenian yang bernama “Bahana
Minang” dan Pembinaan dan pertunjukan Minangkabau melalui
kerjasama dengan mahasiswa pasca sarjana STSI Surakarta yang
berasal dari dosen ASKI Padang Panjang dan Universitas Andalas.
2. Sumber Pembiayaan PWSB
Setiap persatuan dalam menjalankan tujuannya memerlukan
sumber pembiayaan demi berjalannya kegiatan persatuan. Menilai
115
PWSB.,Buku Panduan Persatuan Warga Sumatera Barat (PWSB)
Surakarta, (Surakarta: PWSB,2000),hlm.55.
116Ibid.,hlm.55-56.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
kemampuan suatu persatuan dapat dilihat dari kepemilikan dana untuk
memajukan dan mengembangkan persatuan. Sumber pembiayaan atau aset
persatuan diperoleh melalui anggota, bantuan luar yang tidak mengikat
serta usaha lain yang sah dan halal sebagaimana tercantum dalam
Anggaran Dasar PWSB Bab VI pasal 15117
. Mengandalkan dana dari
sumbangan anggota tentu tidak menutupi semua pengeluaran untuk
kegiatan anggota, hal itu tampak saat pembangunan gedung dan rumah
bagonjong yang kesulitan dana pada saat awal pembangunan, berkat dari
komitmen para pengurus pembangunan awal dapat berjalan untuk
memancing munculnya donasi dari anggota. Peran serta sumbangan dari
para pengurus tentu menjadi faktor penentu berjalan atau tidaknya
kegiatan persatuan ini.Saat ini sudah dilakukan upaya penambahan kas
dari iuran suka rela saat diadakan arisan atau pengajian untuk
menggemukkan kas PWSB.
3. Aset dan Pengelolaan Arsip PWSB
Persoalan yang menonjol saat ini adalah kurangnya perhatian
anggota terhadap aset-aset yang dimiliki PWSB118
.Terbengkalainya
masjid dan rumah bagonjong tidak berfungsi sebagai tempat transito dan
117
PWSB.,Buku Panduan Persatuan Warga Sumatera Barat (PWSB)
Surakarta, (Surakarta: PWSB,2000),hlm.44.
118Wawancara dengan Sutan Saidi, 22 Mei 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
sekretariatan PWSB119
.Tidak ada yang menunggu dan merawat di rumah
bagonjong tersebut membuat semakin terbengkalai bangunan tersebut.
Pengelolaan data-data dan arsip-arsip tentang PWSB meliputi daftar
anggota, dokumentasi kegiatan, pembukuan dana belum tersusun secara
rapi, bahkan notulen dalam rapat baru digunakan mulai 2011120
. Adapula
yang arsipnya hilang dan terbawa pengurus yang pindah ke luar kota
bahkan arsipnya tidak diketahui keberadaannya karena orang yang
membawa arsip meninggal kemudian ahli warisnya tidak mengetahui
keberadaannya. Upaya pengelolaan aset dan arsip PWSB terus
diupayakan dengan penghidupan kembali kegiatan-kegiatan seperti
Arisan, pengajian, upaya pembuatan buku anggota yang berisi biodata
seluruh anggota PWSB.
4. Regenerasi dalam Organisasi PWSB
Pasang surut melakukan regenerasi pengurus untuk keberlanjutan
dan keberadaan suatu persatuan, memerlukan pengkaderan dan
pembinaan sejak dini dari satu generasi ke generasi lainnya merupakan
hal yang biasa terjadi.Tujuan organisasi dapat tercapai jika regenerasi
berjalan baik121
.Pengurus saat ini merupakan orang-orang Minangkabau
yang terlahir di tanah Minang, otomatis rasa cinta kampung halaman
mereka sangat besar, memiliki rasa memiliki yang sangat kuat walaupun
119Wawancara dengan Azwir Yasin, tanggal 7 Juni 2014
120Wawancara dengan Ewin, tanggal 19 Juni 2014 121
Wawancara dengan Ewin, tanggal 19 Juni 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
saat ini mereka di rantau. Tentu berbeda rasa yang muncul dengan orang
Minangkabau yang lahir dan besar di rantau, mereka merasa orang
rantau karena terbiasa dengan adat-istiadat tempat mereka tinggali, hal
ini memunculkan kekhawatiran kurangnya komitmen generasi
selanjutnya untuk melanjutkan perjalanan PWSB di masa depan, mereka
hanya menganggap kampung halaman orangtuanya dulu adalah sesuatu
yang fana122
. Meningkatkan rasa cinta generasi penerus terhadap tanah
leluhur mereka, dapt dimunculkan dengan sering mengajak mereka
kumpul dengan orang-orang Minangkabau di perantauan, berkomunikasi
menggunakan bahasa minang bahkan mengajak generasi penerus untuk
pulang kampung ke tanah Minangkabau dapat menumbuhkan rasa cinta
kepada kampung halaman leluhur mereka123
.
C. Pola Hubungan Kerjasama PWSB tahun 1971-2004
PWSB yang dibentuk sejak 1971 muncul karena adanya rasa saling
membutuhkan, jaringan serta kepercayaan antara sesama masyarakat
perantau. Pola hubungan kerja ini didasari organisasi PWSB didasari rasa
persaudaraan yang dimiliki pengurus harian PWSB, komisariat serta
anggota PWSB untuk mencapai tujuan meningkatkan kesejahteraan
anggota, meningkatkan ras kekeluargaan serta meningkatkan ukhuwah
islamiyah anggota pada khusunya dan masyarakat Surakarta umumnya.
122
Wawancara dengan Azwir Yasin, tanggal 7 Juni 2014
123 Wawancara dengan Sutan Saidi, 22 Mei 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
1. Hubungan kerjasama dengan anggota tahun 1971-2004
PWSB sebagai organisasi perantau di Surakarta memiliki anggota
yang tersebar di seluruh wilayah se-eks karesidenan Surakarta.Anggota
PWSB adalah kepala keluarga (KK) atau perseorangan yang berasal dari
Sumatera Barat yang bertalian darah atau hubungan perkawinan serta
bertempat tinggal di wilayah karesidenan Surakarta.Komisariat Wilayah
merupakan perpanjangan tangan dari pengurus harian PWSB. Prinsip-
Prinsip dasar dari bentuk hubungan kerja antara Pengurus PWSB dengan
anggota PWSB sebagai berikut:
a. Pengurus harian PWSB melakukan pembinaan kepada masing-
masing Komisariat. Pembinaan tersebut berupa pengarahan
langsung dengan melantik Komisariat Wilayah dan
memberikan motivasi perantau agar menjaga tali silahturahmi
sesama perantau juga masyarakat sekitar. Selain itu juga
memberikan sumbangan uang untuk meningkatkan
pembangunan seperti gedung serbaguna, tanah pekuburan dan
koperasi.
b. Komisariat Wilayah mengkoordinir dan mengajak semua
anggota PWSB menggalang dana kedermawanan sosial
perantau jika ada anggota yang terkena musibah124
.
c. Setiap hasil keputusan dalam musyawarah PWSB, pengurus
mengeluarkan surat edaran atau instruksi kepada masing-
124
Wawancara dengan Sutan Saidi, 22 Mei 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
masing anggota PWSB untuk dapat dilaksanakan segala hasil
keputusan dalam musyawarah.
2. Hubungan Kerjasama PWSB dengan Organisasi perantau
Minangkabau lainnya 1971-2004
PWSB hanya ada di Surakarta dan merupakan induk organisasi
perantau lain yang ada di Surakarta yaitu Sulit Air Sepakat
(SAS) ,Ikatan Warga Saning Bakar (IWS), Ikatan Keluarga Sungai
Puar (IKSP) dan Perkumpulan Keluarga Silungkang (PKS).
Hubungan kerjasama dalam organisasi sosial berupa menghadiri
undangan rapat, mengadakan arisan PASA (Perkumpulan Awak Samo
Awak), pengajian rutin bagi anggota, arisan rutin, membantu jika ada
anggota yang terkena musibah. Memang belum begitu konkret
hubungan sosial dengan organisasi Minangkabau lainnya tapi saat ini
sedang berjalan penghidupan kembali PWSB serta kerjasama dengan
anggota lain125
.
125
Wawancara dengan Azwir Yasin, tanggal 7 Juni 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
BAB IV
PERANAN SOSIAL EKONOMI ORGANISASI PERSATUAN
WARGA SUMATERA BARAT (PWSB) DI SURAKARTA
TERHADAP MASYARAKARAT PERANTAU
A. Peranan PWSB Kepada Masyarakat Perantau
1. Bidang Ekonomi
PWSB sebagai organisasi perantau Minangkabau di Surakarta dalam
tujuannya menyebutkan meningkatkan kesejahterakan anggotanya terutama
dibidang ekonomi126
.YaituKoperasi “Awak Samo Awak Mandiri” (Asa Mandiri).
Sejak berdiri tahun 1971 PWSB memberikan bantuan berupa modal kepada
anggota PWSB masih berdasarkan rasa persaudaraan dan kepercayaan, belum di
kelola secara professional sehingga kerap terjadi kericuhan dalam peminjaman
karena tiada pengikat dalam peminjaman tersebut. Pada tahun 2000 barulah
dimulai rintisan koperasi milik PWSB sendiri yang nantinya dapat dimanfaatkan
seluruh anggota PWSB. Tidak adanya komitmen dan tindakan nyata dari
pengurus saat itu membuat koperasi terbengkalai, baru tahun 2007 dengan tekat
yang kuat akhirnya PWSB memiliki koperasi resmi yang berdiri tanggal 21 April
2007 berdasarkan SK. Gubenur Jawa Tengah no. 14144/BH/KDK.II/2007 tanggal
126
PWSB.,Buku Panduan Persatuan Warga Sumatera Barat (PWSB)
Surakarta, (Surakarta: PWSB,2000),hlm.43.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
5 Oktober 2007 resmi berdiri koperasi “Awak Samo Awak Mandiri” (Asa
Mandiri) yang berlokasi di Gedung Serba Guna Bagonjong, Jl. Pabelan Utara,
Pabelan, Sukoharjo. Modal awal koperasi tersebut dikumpulkan dari donasi para
perantau Minangkabau yang sukses di Surakarta dengan total sebesar 60 juta
rupiah127
.Koperasi milik PWSB ini berupa koperasi simpan pinjam.Dengan
adanya koperasi, memudahkan anggota yang sebagian besar berprofesi pedagang
untuk meminjam uang yang bisa digunakan untuk tambahan modal usaha
mereka.Seperti yang dirasakan Sutan Saidi128
, ia yang berprofesi sebagai
pedagang meras sangat terbantu dengan adanya pinjaman tersebut.Uang pinjaman
bisa menambah barang dagangan yang dahulu hanya bisa berjualan alat tulis
sekarang bisa menambah jualan alat peraga dan papan tulis.
2. Bidang Sosial Budaya
Semenjak dirikannya organisasi PWSB, memberikan banyak keuntungan
yang dirasakan para perantau asal Minangkabau yang berada di Surakarta. Salah
satunya Syahwir129
, menurutnya keberadaan PWSB membuat ia bisa berkumpul
dengan orang-orang dari daerah Minangkabau bahkan mengakrabkan orang yang
satu kampung dengannya dimana saat di kampung ia hanya sekadar mengetahui
namanya. Ketika berada di rantau merasakan senasib sebagai orang-orang rantau
membuat mereka saling akrab.Biasanya setiap bulan tanggal 20 diadakan
pertemuan rutin juga arisan.Pertemua rutin ini memudahkan anggota PWSB
127
Wawancara dengan Azwir Yasin, tanggal 7 Juni 2014
128 Wawancara dengan Sutan Saidi, 22 Mei 2014
129 Wawancara dengan Syahwir, 20 April 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
dalam silahturahmi, pembekalan agama serta pengamalan dan melestarikan
budaya Minangkabau.Hal ini dilakukan agar generasi muda PWSB tetap
memahami adat kampung halaman mereka.Terbukti dengan munculnya majalah
Minang Maimbau kerja keras Ikatan Keluarga Minang (IKM) Ranah Minang pada
tahun 1993130
serta berdirinya grup kesenian Bahana Minang bentukan
PERGAMMI pada tahun 1999131
. Hal ini menunjukkan kecintaan kepada
kampung halamannya dari generasi muda Minangkabau yang besar atau lahir di
Surakarta.
3. Bidang Pembangunan Fisik
Kepemilikan gedung serbaguna bagi suatu organisasi sangat disadari oleh
PWSB.Keberadaan gedung serbaguna memudahkan untuk bertemu serta
berinteraksi.PWSB memiliki gedung serbaguna yang berfungsi sebagai
sekretariatan, sekretariatan koperasi, tempat pertemuan rutin, halal bihalal,
pengajian tauhid, sholat tarawih, pembagian zakat fitrah, acara kurban Idul Adha,
latihan kesenian dan lain-lain132
.
B. Peranan PWSB Kepada Masyarakat Lokal
Orang Minangkabau membaur dan mudah menyesuaikan diri
dengan lingkungan di Surakarta.Di rantau orang Minangkabau tetap
130
IKM, Minang Maimbau,(Surakarta: La-Kancank, 1992),Hlm.2 131
PWSB.,Buku Panduan Persatuan Warga Sumatera Barat (PWSB)
Surakarta, (Surakarta: PWSB,2000),hlm.56.
132PWSB.,Buku Panduan Persatuan Warga Sumatera Barat (PWSB)
Surakarta, (Surakarta: PWSB,2000),hlm.82.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
mempertahankan jadi dirinya, mereka tetap setia memelihara budaya, adat
istiadat, tradisi dan kesenian daerah asal mereka.Sudah menjadi tradisi,
setiap idul fitri seluruh anggota PWSB membaur dalam perayaan yang
dilakukan di sekitar tempat mereka tinggal. Pengajian tauhid dari awal
mulai tahun 1975 sudah melibatkan warga sekitar baik dalam
pelaksanaannya atau mengundang penceramah warga lokal, grup kesenian
Bahana Minang membuka bagi masyarakat lokal yang ingin belajar
kesenian Minangkabau133
.Banyak pula anggota PWSB yang ambil bagian
dalam pemerintahan di Surakarta, seperti Abdul Wahab Gani yang
menjabat sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Solo dari tahun
1970-1976134
.
133
Wawancara dengan Sutan Saidi, 22 Mei 2014
134 IKM, Minang Maimbau,(Surakarta: La-Kancank, 1992),Hlm.8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
BAB V
KESIMPULAN
Etnis Minangkabau merupakan salah satu etnis dengan daya jelajah yang
sangat tinggi bisa disebut daya jelajah mereka sangat tinggi. Hampir seluruh kota
di Indonesia terdapat etnis Minangkabau terutama di kota besar yang memiliki
potensi perdagangan tinggi seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan Surakarta
termasuk salah satu diantaranya. Etnis Minangkabau merantau ke suatu kota
dengan berbagai macam faktor-faktor yang mempengaruhi etnis Minangkabau
untuk merantau, baik faktor pendorong dan faktor penarik antara lain: ekologi,
lokasi, sosial, ekonomi, pendidikan. Faktor penarik ialah daya tarik kota
berdasarkan informasi dari saudara atau teman mereka yang sudah merantau ke
suatu kota terutama mereka yang berhasil di rantau.
Etnis Minangkabau terkenal dengan kemampuannya dalam beradaptasi, hal
tersebut tercermin dalam sikap terbuka, mudah berkomunikasi, mudah bergaul,
tidak pernah mereka terlibat konflik dengan masyarakat sekitar.Keterbukaan
membuat masyarakat di tempat mereka merantau menerima dengan baik
kehadiran mereka, mayoritas orang Indonesia yang beragama islam semakin
memperkuat ukhuwah islamiyah dengan etnis Minangkabau yang mayoritas
beragama islam. Tidak ada keinginan etnis Minangkabau untuk membuat
eklusifitas di tanah rantau, sehingga tidak mengenal istilah kampung
Minangkabau sebagaimana di Surakarta muncul kampung-kampung khusus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
seperti kampung Sampangan untuk orang Madura, Pecinan kampung khusus
orang China dan lain-lain.
Salah satu bentuk adaptasi lain etnis minangkabau adalah dengan menikahi
pribumi salah satu cara orang Minangkabau beradaptasi dengan masyarakat,
pernikahan dengan pribumi berarti menambah saudara di tempat rantau.Jaman
dahulu menikah dengan orang selain orang Minangkabau dianggap tidak
terhormat. Kelamaan adat ini mulai runtuh seiring perkembangan jaman, semakin
tinggi pernikahan orang Minangkabau dengan masyarakat lokal.Orang
Minangkabau yang menganut garis keturunan ibu sedangkan masyarakat Jawa
khususnya Surakarta menganut garis keturunan ayah. Hal ini membuat keturunan
campuran jika berayahkan Minangkabau sedang ibunya orang jawa akan
menghasilkan keturunan yang disebut anak pisang.
Persatuan Warga Sumatera Barat (PWSB) Surakarta adalah organisasi
warga perantau yang berasal dari Sumatera Barat atau Minangkabau, pada tahun
2000 berjumlah 335 kepala keluarga yang berkediaman di se eks-karesidenan
Surakarta. Awalnya Para perantau dari Sumatera Barat mendirikan suatu
organisasi yang memfasilitasi para perantau di Surakarta yang terdiri dari perantau
dari Aceh, Dili, Batak, Minang, Riau, Jambi, dan Palembang pada tahun 1930
dengan nama Persatuan Andalas Surakarta. Pada tahun 1955 setiap daerah sudah
memiliki banyak anggota, mereka ingin membentuk organisasi masing-masing
maka perantau dari provinsi Sumatera Tengah mendirikan Persatuan Warga
Sumatera Tengah (PWST) Surakarta kemudian Organisasi Persatuan Warga
Sumatera Tengah (PWST) dipecah kembali dan para perantau Minangkabau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
mendirikan Persatuan Warga Sumatera Barat Surakarta (PWSB) pada tahun 1971.
Ketua PWSB yang pertama bernama Abdul Wahab Gani. Tujuan organisasi hal
ini merupakan kendaraan untuk mencapai tujuan PWSB yaitu: Meningkatkan
kesejahteraan anggota, Meningkatkan rasa kekeluargaan sesama warga asal
sumatera barat yang menyatu dan menjadi bagian dari warga sumatera barat,
Meningkatkan ukhuwah islamiyah anggota khususnya warga sumatera barat dan
Indonesia pada umumnya
PWSB paling menonjol dari segala aspek saat dipimpin bapak Dr. Fadlan
Ma’alip (Ketua PWSB periode 1998-2001) yang merangkap menjadi Direktur
Rumah Saki Orthopedi Prof. Soeharso Surakarta periode 1997-2002, ditandai
dengan Pembangunan Masjid dan Rumah Bagonjong di Jl. Pabelan Baru I (utara
Assalam Hypermart) Dusun Lemusir, Pabelan, Sukoharjo.Pembangunan Masjid
dan Rumah Bagonjong yang berfungsi sebagai gedung tempat pertemuan anggota
PWSB , masjid serta sekretariatan PWSB. Sejak tahun 1985 pembangunan
gedung serbaguna ini direncanakan dalam rangka memudahkan kegiatan
organisasi dan pembinaan anggota.Saat Dr. H. Fadlan Maalip SKM menjabat
sebagai dan ketua PWSB Surakarta periode 1999-2000 barulah bergerak
pembangunan tanah yang sudah dibeli PWSB.
Berbagai peranan diberikan PWSB kepada masyarakat Minangkabau di
Surakarta, dari segi ekonomi berupa pendirian Koperasi Segi Sosial Budaya
sangat menonjol dalam perkumpulan ini diantaranya Halal bihalal setiap ba’da
Idul Fitri di Masjid Bagonjong, pengajian dan arisan ibu-ibu setiap bulan
bertempat di rumah ibu-ibu anggota secara bergiliran, arisan PASA (Perkumpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Awak Samo Awak), pengajian Tauhid, membantu anggota yang memiliki hajatan
dan penyediaan perlengkapan pesta perkawinan Minangkabau untuk disewakan,
menengok anggota yang sakit, membantu pengurusan jenazah anggota, pelayanan
kematian, bantuan dana serta pengurusan bagi keluarga yang berduka dan
pembentukan PERGAMMI (Persatuan Generasi Muda Minang Surakarta).PWSB
dalam banyak kegiatan juga melibatkan warga masyarakata sekitar seperti acara
pengajian Tauhid, sholat tarawih, pembagian zakat, grup kesenian yang merekrut
warga sekitar bahkan sebagian besar usaha yang anggota PWSB miliki
mempekerjakan pegawai dari masyarakat sekitar mereka.