Date post: | 16-Jan-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | independent |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
BAB II
KEADAAN UMUM DAERAH/PROFIL INSTITUSI
A. Sejarah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Yogyakarta
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Yogyakarta adalah Unit Pelaksana Teknis Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen
Pertanian, dibentuk berdasarkan SK Menteri Pertanian
No. 350/Kpts/OT.210/6/2001 yang telah direvisi
dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
633/Kpts/OT.210/12/2003 terdiri dari satu pejabat
eselon IIIa (Kepala Balai) dan dua pejabat eselon
IVa yaitu Kepala sub bagian Tata Usaha dan Kepala
Seksi Pelayanana Teknis serta Pejabat Fungsional
(Peneliti/Penyuluh/fungsional lainnya).
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Yogyakarta dibentuk berdasarkan SK Mentan Nomor
350/Kpts/OT.210/6/2001 tanggal 14 Juni 2001.
Selanjutnya, seiring dengan penyempurnaan organisasi
dan tata kerja Balai yang tertuang dalam Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 16/Permentan/OT.140/3/2006
tanggal 1 Maret 2006, BPTP Yogyakarta adalah Unit
Pelaksana Teknis Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Departemen Pertanian yang berada di bawah
dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan Penelitian
5
dan Pengembangan Pertanian, dan dalam pelaksanaan
sehari-hari dikoordinasikan oleh Kepala Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
(BBP2TP).
Pembentukan BPTP bertujuan untuk menghasilkan
teknologi spesifik lokasi, memperpendek rantai
informasi, mempercepat dan memperlancar diseminasi
hasil penelitian (alih teknologi) kepada petani dan
pengguna teknologi lainnya. Sampai dengan tahun
2001 unit kerja ini masih merupakan Instalasi
Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian
(IPPTP) Yogyakarta, lembaga non struktural yang
merupakan instalasi dari BPTP Jawa Tengah .
IPPTP merupakan penggabungan unit kerja di
bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
dan Badan Pendidikan dan Latihan Pegawai Pertanian
yaitu Laboratorium Hortikultura, Stasiun Tanah dan
Balai Informasi Pertanian Yogyakarta. Dewasa ini
BPTP Yogyakarta menempati 3 lokasi kantor yang
terdiri dari :
(1)Kantor Utama berlokasi di Karangsari
meliputi Adminisrasi, Kelompok Pengkaji
Budidaya, Sosial Ekonomi, Sumberdaya dan
Pasca Panen.
(2)Laboratorium Tanah, Peternakan dan Pasca
Panen yang berlokasi di Karangsari, + 500
6
meter sebelah barat kantor utama
bersebelahan dengan Stadion Maguwoharjo
Yogyakarta.
(3)Gedung yang berlokasi di Jl. Demangan Baru
No. 28 Yogyakarta dimanfaatkan untuk
mess/penginapan.
B. Visi dan Misi
1. Visi
Menjadi institusi penghasil teknologi
pertanian spesifik lokasi menuju pertanian
industrial unggul berkelanjutan berstandar
internasional untuk meningkatkan kemandirian
pangan, nilai tambah, ekspor dan kesejahteraan
masyarakat pertanian.
2. Misi
a. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi-inovasi
pertanian spesifik lokasi yang diperlukan dan
dimanfaatkan oleh petani, stakeholder dan
sesuai permintaan pasar guna mendukung
pembangunan sektor pertanian wilayah.
b. Meningkatkan percepatan diseminasi teknologi
pertanian inovatif dan spesifik lokasi.
7
c. Meningkatkan jaringan kerjasama dengan lembaga
penelitian pertanian internasional, nasional,
maupun pihak swasta.
d. Mengembangkan kapasitas kelembagaan BPTP dalam
rangka meningkatkan pelayanan prima.
C. Tugas dan Fungsi
1. Tugas
Berdasarkan peraturan Menteri Pertanian,
BPTP mempunyai tugas melaksanakan kegiatan
penelitian komoditas, pengkajian perakitan dan
pengembangan teknologi tepat guna spesifik lokasi
untuk wilayah Propinsi DI.Yogyakarta.
2. Fungsi
BPTP Yogyakarta dalam melaksanakan tugas-
tugas fungsionalnya, menyelenggarakan fungsi :
1. Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi
kebutuhan teknologi pertanian tepat guna
spesifik lokasi
2. Pelaksanaan penelitian, pengkajian dan
perakitan teknologi pertanian tepat guna
spesifik lokasi,
8
3. Pelaksanaan pengembangan teknologi dan
diseminasi hasil pengkajian serta perakitan
materi penyuluhan,
4. Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi,
serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil
pengkajian, perakitan dan pengembangan
teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi,
5. Pemberian pelayanan teknik kegiatan pengkajian,
perakitan dan pengembangan teknologi pertanian
guna spesifik lokasi,
6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga
balai.
D. Struktur Organisasi
1. Organisasi Struktural
Jabatan Struktural terdiri dari (1) kepalabalai yang bertugas memimpin pelaksanaan kegiatanBalai dengan memberdayakan secara optimal seluruhsumberdaya manusia yang ada untuk mencapai visidan misi dan dalam melaksanakan mandat Balai, (2)Sub. Bagian Tata Usaha yang bertugas mengelolaberbagai kegiatan yang berkaitan dengan urusankepegawaian, keuangan, surat-menyurat, kearsipan,perlengkapan dan pengembangan teknologipertanian, dan (3) Seksi Kerjasama dan PelayananPengkajian yang mempunyai tugas melakukan
9
pengelolaan yang berkaitan dengan pelayananinformasi, kerjasama dan pelayanan saranapenelitian.
2. Organisasi FungsionalKelompok jabatan fungsional terdiri dari
jabatan fungsional peneliti, penyuluh, danjabatan fungsional lain yang terbagi dalamkelompok jabatan fungsional sesuai dengan bidangkeahlian yang ditetapkan oleh Kepala BadanPeneliti dan Pengembangan Pertanian. Kelompokjabatan fungsional ini mempunyai tugas melakukankegiatan sesuai dengan jabatan fungsional di BPTPYogyakarta yang terbagi dalam kelompok pengkaji(Kelji). Masing-masing dikoordinir oleh seorangtenaga fungsional sebagai ketua Kelji. KeempatKelji tersebut adalah Kelji Sumberdaya, KeljiBudidaya, Kelji Pascapanen dan Alsinstan, sertaKelji Sosial Ekonomi Pertanian.
Selain kedua jalur organisasi tersebutdiatas terdapat dua jalur organisasi nonstruktural dan non fungsional yaitu Keproyekandan Koordinasi Program Pengkajian. Kedua jalurorganisasi tersebut pada kenyataannya dalammelaksanakan tugas sangat membutuhkan koordinasilangsung dengan Kepala Balai, sehingga dipandang
10
perlu diakomodasikan dalam struktural organisasiuntuk memberikan gambaran yang lebih jelas dalamsistem koordinasi dan manajemen balai.
E. Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana yang dimiliki BPTP
Yogyakarta meliputi gedung perkantoran, pertemuan,
perpustakaan, laboratorium tanaman, laboratorium
ternak, laboratorium pasca penen dan alianstan, alat
transportasi/kendaraan, peralatan kantor dan multi
media untuk mendukung operasional balai. Disamping
itu, juga memiliki sejumlah bangunan rumah dinas
untuk sebagian karyawan dan guesthouse/ mess.
Laboratorium telah berfungsi dengan baik
kecuali untuk laboratorium tanaman yang belum
berfungsi optimal karena keterbatasan beberapa
peralatan yang dimiliki. Selama ini pemanfaatan
laboratorium selain untuk menunjang kegiatan staf
lingkup BPTP Yogyakarta, juga dimanfaatkan oleh
pihak luar (mahasiswa dan instansi pemerintah maupun
swasta).
Perpustakaan dengan koleksi cukup memadai, baik
yang berupa buku ilmiah , prosiding , majalah
dan jurnal ilmiah , brosur , liptan telah banyak
11
bermanfaat dalam pustaka pelayanan informasi IPTEK
bagi pengguna, yang bukan saja karyawan lingkup BPTP
Yogyakarta tetapi juga petani, masyarakat umum,
mahasiswa, petugas dari berbagai instansi pemerintah
maupun swasta. Perpustakaan BPTP Yogyakarta adalah
salah satu unit kegiatan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan para pengguna jasa informasi
teknologi pertanian. Unit ini sangat diperlukan oleh
berbagai kalangan pengguna yaitu peneliti, penyuluh,
petani, masayarakat umum, dan mahasiswa dari
berbagai perguruan tinggi. Sistem layanan
perpustakaan BPTP Yogyakarta bersifat terbuka baik
untuk pengguna intern maupun ekstern.
F. Gambaran Selopamioro
Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Bantul
merupakan salah satu desa dengan jumlah dusun 18
dusun; terbanyak diantara desa se-Imogiri. Luas
lahan di Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri
mencakup total 2.275 ha dan merupakan terbesar
12
diantara desa lainnya di Kecamatan Imogiri, Bantul.
Desa Selopamioro Bantul terletak di ketinggian 1500
meter di atas permukaan laut dan berbatasan langsung
dengan Sungai Oya di sebelah Timur. Sebagian besar
warga Selopamioro bermata pencaharian sebagai
petani, yaitu petani padi sawah, petani ladang,
petani bawang merah, kacang tanah, tembakau, dan
cabai. Topografi Desa Selopamioro cenderung berbukit
dan tidak terlalu curam sehingga memungkinkan untuk
dilakukan kegiatan pertanian.
Secara umum daerah tersebut, didominasi oleh
tanah lempung (tanah vertisol) sehingga pada waktu
musim kemarau tanahnya retak-retak dan keras
sementara pada waktu musim hujan, tanahnya cenderung
becek dan lengket akibat lempung yang mengikat air
cukup tinggi (pengaruh tipe lempung montmorilonit).
Desa Selopamioro juga memanfaatkan pembuatan sumur
di dekat lahan dengan tujuan agar pada saat musim
kemarau tanaman pertanian yang dibudidayakan tidak
kekurangan air. Sumur yang dibuat memanfaatkan air
hujan dan terdapat juga yang memompa dari sumur
rumah warga sendiri.
13
BAB III
PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
A. Lokasi dan Waktu Kerja Praktek
Kerja Praktek dilakukan di Nawungan,
Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Bantul tepatnya di
lahan milik warga setempat. Hal ini dikarenakan
pihak BPTP Yogyakarta memakai lahan tersebut untuk
penelitian dan dikarenakan sudah menjalin kemitraan
sejak lama. Kegiatan Kerja Praktek dimulai sejak 7
Mei 2013 – 30 Juli 2013 dan dilaksanakan setiap hari
Senin, Selasa, dan Jumat pukul 09.30 – 13.00, namun
jika tidak ada keperluan lain pukul 09.30 - 15.00
WIB. Kerja Praktek dilakukan hampir 3 bulan lamanya,
namun untuk bulan Juni dan Juli kerja praktek
dilaksanakan 2 minggu sekali.
B. Metode Pelaksanaan Kerja Praktek
14
Kerja Paraktek dilaksanakan dengan beberapa
metode, yaitu :
1. Praktek Kerja Langsung
Praktek kerja langsung yang dilakukan
dimulai dari survei lapangan, pembuatan dan
pemasangan jaringan irigasi, pengujian kecepatan
tetes jaringan irigasi, pembuatan bedengan,
aplikasi pemupukan, penanaman cabai, kalibrasi
dan pengamatan vegetatif tanaman cabai, dan
penyiraman.
2. Bimbingan dan Interview
Metode ini dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan kepada pendamping untuk memperoleh
informasi dan penjelasan yang diperlukan tentang
persoalan yang dihadapi saat pelaksanaan Kerja
Praktek. Bimbingan yang dilakukan meliputi cara
pengoperasian alat, kalibrasi penyiraman, cara
pemupukan, pengukuran diameter dan tinggi
tanaman, pemasangan jaringan irigasi.
3. Studi Pustaka
Metode ini dilakukan dengan cara membaca
literatur atau bahan pustaka sebagai sarana
pendukung pelaksanaan Kerja Praktek.
C. Alat dan Bahan
15
Alat-alat yang dipergunakan selama melakukan
kegiatan Kerja Praktek diantaranya adalah sebagai
berikut :Nama Alat Jumlah
Pipa paralon PVC ukuran 3/4” 40 lonjorSlang plastik kecil 2 gulungSambungan paralon bentuk T
3/4”
11 buah
Sambungan paralon bentuk L
3/4”
10 buah
Sambungan slang kecil 552 buahKran ukuran 3/4” 2 buahPengatur debit air slang 552 buahSolder 2 buahTutup dop 3/4” 12 buahLem Isarplas 4 buahTBA 4 buahGunting seng 1 buahRoll meter panjang 5 m 3 buahBaskom 8 buahPaku usuk 3 kgPaku seng 1 kgSeng 15 mPlastik pelindung tanaman 60 mOutdoor nama demplot dan
perlakuan
1set
Timbangan digital 1 buahStop kran 3/4” 2 buah
Bahan yang dipergunakan selama melakukan
kegiatan Kerja Praktek diantaranya adalah sebagai
berikut :
16
1. Bibit cabai hibrida sebanyak 1200 bibit
2. Larutan PGPR 1 botol
3. Larutan Bamex 1 botol
4. Larutan King Tonik 1 botol (@ 1 liter)
5. Pupuk Kandang 25 kg
6. Pupuk NPK Mutiara (16:16:16) 15 kg
7. Pupuk ZA 15 kg
D. Tata Laksana Kegiatan
1. Persiapan Lahan
Jenis tanah di Desa Selopamioro, Kecamatan
Imogiri, Kabupaten Bantul adalah tanah vertisol.
Tanah vertisol merupakan tanah bertekstur lempung
dengan tingkat kejenuhan basa yang tinggi dan
memiliki tipe lempung 2 : 1 atau lebih dikenal
dengan montmorilonit dengan topografi berupa
dataran antar perbukitan yang tertutup, dalam
arti, tidak terdapat aliran outlet keluar
wilayah, dan basa-basa dari lingkungan sekitar
yang lebih tinggi berakumulasi di dataran,
menyebabkan terbentuknya tanah vertisol,
landformnya, dimaksudkan sebagai dataran volkan,
atau dataran antar perbukitan/pegunungan.
Pada saat musim kering, tampak tanah
tersebut muncul rekahan-rekahan dan sebaliknya
pada saat musim hujan, tanahnya cenderung basah
dan lengket akibat serapan air yang cukup banyak.
17
Untuk persiapan, lahan dibersihkan dari sisa-sisa
tanaman atau perakaran dari pertanaman sebelumnya
kemudian tanah dicangkul sedalam 30 - 40 cm,
selanjutnya dikeringkan selama 7 - 14 hari. Hal
ini dikarenakan tanah di lahan tersebut cenderung
lembab dan basah akibat sifat dari lempung yang
ada pada lahan serta menghindari adanya ancaman
gulma dan penyakit yang ditimbulkan.
Tanah yang sudah agak kering segera dibentuk
bedengan-bedengan selebar 60 - 70 cm, tinggi 30 -
40 cm, lebar parit 40 - 50 cm, sedangkan panjang
bedengan antara 8 - 9 meter. Di sekeliling lahan
kebun cabai dibuat parit keliling selebar dan
sedalam + 70 centimeter. Pada saat bedengan
kasar terbentuk, bedengan dipupuk dengan pupuk
kandang sebanyak 25 kg untuk tiap bedengnya.
Setelah itu, lahan dibiarkan selama 7 hari.
Bedengan yang dibuat sebanyak 24 bedeng. Untuk
jarak tanam yang dipakai nantinya pada saat
penanaman bibit cabai dipakai jarak tanam 40x40
cm.
2. Penyiapan dan Penanaman Bibit
Bibit cabai yang dipakai untuk penanaman
merupakan cabai hibrida. Bibit cabai hibrida
18
tidak disemai di bedengan namun didatangkan dari
tempat lain, dalam hal ini cabai hibrida dipesan
dari mitra kerja BPTP Yogyakarta. Cabai hibrida
didatangkan dengan jumlah + 1200 bibit dengan
asumsi setiap bedeng nantinya akan dibuat 46
lubang untuk bibit tanaman cabai dan untuk
dipakai pengujian sebanyak 552 bibit cabai. Bibit
cabai hibrida yang dipilih berumur 15 hari
setelah dikecambahkan. Bibit cabai dimasukkan ke
dalam polybag berdiameter 5 cm dengan ditambahkan
tanah di dalamnya hingga mencapai berat 10 gram
tetapi tanah yang diberikan tidak memenuhi
seluruh polybag. Sebelum ditanam, bibit cabai
hibrida direndam terlebih dahulu ke dalam larutan
PGPR selama 1 malam.
. Penanaman bibit cabai hibrida dilakukan
pada pagi hari dan terlebih dahulu sebelumnya
bedengan sudah dibuatkan lubang tanam. Lubang
tanam untuk tiap bedengan berjumlah 46 lubang.
Cara penanaman bibit cabai adalah mula-mula
sebagian tanah pada lubang tanam diangkat kira-
kira seukuran media polybag, kemudian bibit
dimasukkan sementara tanah juga diurug hingga
dekat pangkal batangnya cukup padat. Bibit cabai
hibrida yang disemai dalam polybag ini, begitu
dipindahtanamkan langsung tumbuh tanpa mengalami
19
kelayuan (stagnasi). Selesai menanam, bibit cabai
segera disiram tidak terlalu basah agar terjaga
kelembapannya.
3. Aplikasi Pada Cabai
Pada aplikasi untuk cabai, cabai hibrida
diberikan perlakuan pemberian pupuk NPK Mutiara
untuk bedengan atas dengan takaran 400 gr/40 L
air dan pupuk ZA 700 gr/40 L air untuk bedengan
bawah. Selain itu, cabai hibrida juga diberikan
PGPR dengan cara pada saat bibit awal datang
direndam dalam larutan PGPR tersebut dan cabai
hibrida juga disemprot larutan Bamex dan King
Tonik ( takaran 70 ml/tangki). Bamex merupakan
merek insektisida sementara King Tonik merupakan
merek dagang untuk pupuk cair yang berfungsi
merangsang pertumbuhan tanaman dan menjauhkan
tanaman dari kelayuan dan kerontokan.
4. Sistem Penyiraman
Penyiraman yang dilakukan untuk bibit cabai
hibrida hingga menjadi tanaman cabai hibrida
dewasa dengan cara irigasi tetes. Irigasi tetes
adalah suatu sistem untuk memasok air tersaring
ke dalam tanah melalui suatu pemancar (emitter).
Irigasi tetes menggunakan debit kecil dan konstan
20
serta tekanan rendah. Air akan menyebar di tanah
baik ke samping maupun ke bawah karena adanya
gaya kapiler dan gravitasi. Pemberian air pada
irigasi tetes dilakukan dengan menggunakan alat
aplikasi yang dapat memberikan air dengan debit
yang rendah dan frekuensi yang tinggi (hampir
terus menerus) disekitar perakaran tanaman.
Tekanan air yang masuk ke alat aplikasi sekitar
1,0 bar dan dikeluarkan dengan tekanan mendekati
nol untuk mendapatkan tetesan yang terus menerus
dan debit yang rendah. Pembuatan irigasi tetes
ini diawali dengan setiap pipa paralon PVC ukuran
3/4" diberi lubang sebanyak 46 lubang sesuai
dengan banyaknya tanaman cabai yang ada di
bedengan.
Setelah dibuat lubang sejumlah 46 lubang,
selanjutnya lubang-lubang tersebut dipasangkan
dengan sambungan slang kecil. Jika sudah kering
(karena diberi lem), pada saat pemasangan
sambungan slang kecil juga disambungkan dengan
potongan selang kecil sepanjang 20 cm beserta
pengatur debit air slang. Pengaturan selang
(debit air) dilakukan dengan cara mengukur setiap
tetes air yang jatuh dibuat dengan waktu sekitar
3,5 sampai 4,5 detik dengan tujuan agar debit air
yang keluar berupa tetes-tetes air.
21
Sumber air berasal dari dua tandon air yang
telah diisi terlebih dahulu airnya melalui sumur
di dekat lahan (air dari sumur dipompa kemudian
disambungkan dengan selang). Dua tandon air yang
dipakai diletakkan di sebelah selatan bedengan
pengamatan dengan penempatan pada susunan bambu
yang sudah dirangkai menjadi alas untuk kedua
tandon air tersebut. Ketinggian tandon yang
ditempatkan pada bambu tersebut (tandon air dan
susunan bambu) mencapai 3-4 m. Salah satu tandon
air dipasang meteran.
Tandon air yang dipakai berbahan dasar
plastik dengan dimensi
sebagai berikut :
Gambar 1. Bentuk Tandon Air
22
Pada gambar di atas merupakan bentuk dari
tandon air yang dipakai untuk menyimpan air.
Ukuran dari tandon tersebut berupa tinggi sebesar
100 cm dan diameter tandon sebesar 52 cm (jari-
jari tandon sebesar 26 cm). Dari data dimensi
ukuran tandon air tersebut, maka volume air yang
tertampung dalam tandon tersebut dapat dicari
dengan menggunakan rumus :
V = π r2 t
V = 3,14 x (26 cm)2 x 100 cm
V = 3,14 x 676 cm2 x 100 cm
V = 3,14 x 67600 cm3
V = 212264 cm3
V = 212,264 L (≈ 212 L)
Volume tersebut berasal dari salah satu
tandon air saja. Hal ini dikarenakan salah satu
tandon air berfungsi untuk menyaring air yang
berasal dari sumur yang berada di dekat lahan
pertanian dengan telah dipompa terlebih dahulu
menggunakan mesin pompa air yang disambungkan
dengan selang berukuran besar yang dimaksudkan
agar air yang tertampung di dalam tandon air
tersebut tidak tercampur dengan materi lainnya
yang dapat menyumbat pipa-pipa saluran irigasi
tetes.
23
5. Perlakuan Penyiraman
Perlakuan penyiraman untuk setiap bedengan
yang masuk dalam pengujian berbeda-beda. Setiap
bedeng diberi demplot untuk perlakuan
penyiramannya. Perlakuan penyiraman diantaranya :
1. S1 merupakan perlakuan penyiraman seperti
biasa (seperti ketika menyiram tanaman biasa
dengan intensitas yang sama) dengan warna
demplot biru.
2. S2 merupakan perlakuan penyiraman 2-3 hari
sekali dengan warna demplot orange.
3. S3 merupakan perlakuan penyiraman menggunakan
pipa irigasi tetes dialirkan selama 2,5 jam
(tergantung kondisi lahan, apabila terdapat
kendala dapat lebih dari 2,5 jam) dengan warna
demplot hijau.
Penempatan demplot-demplot tersebut
ditempatkan secara acak. Berikut di bawah ini
merupakan susunan demplot-demplot pada setiap
bedengannya:
24
Gambar 2. Denah Susunan Penempatan Demplot Pada
Bedengan
Bedengan yang diberi demplot berjumlah 24
bedeng dengan asumsi teras bagian atas, bedengan
berjumlah 15 bedeng yang telah diberi penutup
plastik. Sementara untuk teras bagian bawah,
bedengan berjumlah 9 bedeng tanpa diberi penutup
plastik (dibiarkan terkena cahaya matahari
langsung).
25