+ All Categories
Home > Documents > BAB II dan BAB III

BAB II dan BAB III

Date post: 16-Jan-2023
Category:
Upload: independent
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
21
BAB II KEADAAN UMUM DAERAH/PROFIL INSTITUSI A. Sejarah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta adalah Unit Pelaksana Teknis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, dibentuk berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 350/Kpts/OT.210/6/2001 yang telah direvisi dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 633/Kpts/OT.210/12/2003 terdiri dari satu pejabat eselon IIIa (Kepala Balai) dan dua pejabat eselon IVa yaitu Kepala sub bagian Tata Usaha dan Kepala Seksi Pelayanana Teknis serta Pejabat Fungsional (Peneliti/Penyuluh/fungsional lainnya). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta dibentuk berdasarkan SK Mentan Nomor 350/Kpts/OT.210/6/2001 tanggal 14 Juni 2001. Selanjutnya, seiring dengan penyempurnaan organisasi dan tata kerja Balai yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 16/Permentan/OT.140/3/2006 tanggal 1 Maret 2006, BPTP Yogyakarta adalah Unit Pelaksana Teknis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan Penelitian 5
Transcript

BAB II

KEADAAN UMUM DAERAH/PROFIL INSTITUSI

A. Sejarah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Yogyakarta

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Yogyakarta adalah Unit Pelaksana Teknis Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen

Pertanian, dibentuk berdasarkan SK Menteri Pertanian

No. 350/Kpts/OT.210/6/2001 yang telah direvisi

dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor

633/Kpts/OT.210/12/2003 terdiri dari satu pejabat

eselon IIIa (Kepala Balai) dan dua pejabat eselon

IVa yaitu Kepala sub bagian Tata Usaha dan Kepala

Seksi Pelayanana Teknis serta Pejabat Fungsional

(Peneliti/Penyuluh/fungsional lainnya).

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Yogyakarta dibentuk berdasarkan SK Mentan Nomor

350/Kpts/OT.210/6/2001 tanggal 14 Juni 2001.

Selanjutnya, seiring dengan penyempurnaan organisasi

dan tata kerja Balai yang tertuang dalam Peraturan

Menteri Pertanian Nomor 16/Permentan/OT.140/3/2006

tanggal 1 Maret 2006, BPTP Yogyakarta adalah Unit

Pelaksana Teknis Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian, Departemen Pertanian yang berada di bawah

dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan Penelitian

5

dan Pengembangan Pertanian, dan dalam pelaksanaan

sehari-hari dikoordinasikan oleh Kepala Balai Besar

Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

(BBP2TP).

Pembentukan BPTP bertujuan untuk menghasilkan

teknologi spesifik lokasi, memperpendek rantai

informasi, mempercepat dan memperlancar diseminasi

hasil penelitian (alih teknologi) kepada petani dan

pengguna teknologi lainnya.  Sampai dengan tahun

2001 unit kerja ini masih merupakan Instalasi

Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian

(IPPTP) Yogyakarta, lembaga non struktural yang

merupakan instalasi dari  BPTP Jawa Tengah .

IPPTP merupakan penggabungan unit kerja di

bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

dan Badan Pendidikan dan Latihan Pegawai Pertanian

yaitu Laboratorium Hortikultura, Stasiun Tanah dan

Balai Informasi Pertanian Yogyakarta. Dewasa ini

BPTP Yogyakarta menempati 3 lokasi kantor yang

terdiri dari :

(1)Kantor Utama berlokasi di Karangsari

meliputi Adminisrasi, Kelompok Pengkaji

Budidaya, Sosial  Ekonomi, Sumberdaya dan

Pasca Panen.

(2)Laboratorium Tanah, Peternakan dan Pasca

Panen yang berlokasi di Karangsari, + 500

6

meter sebelah barat kantor utama

bersebelahan dengan Stadion Maguwoharjo

Yogyakarta.

(3)Gedung yang  berlokasi di Jl. Demangan Baru

No. 28 Yogyakarta dimanfaatkan untuk

mess/penginapan.

B. Visi dan Misi

1. Visi

Menjadi institusi penghasil teknologi

pertanian spesifik lokasi menuju pertanian

industrial unggul berkelanjutan berstandar

internasional untuk meningkatkan kemandirian

pangan, nilai tambah, ekspor dan kesejahteraan

masyarakat pertanian.

2. Misi

a. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi-inovasi

pertanian spesifik lokasi yang diperlukan dan

dimanfaatkan oleh petani, stakeholder dan

sesuai permintaan pasar guna mendukung

pembangunan sektor pertanian wilayah.

b. Meningkatkan percepatan diseminasi teknologi

pertanian inovatif dan spesifik lokasi.

7

c. Meningkatkan jaringan kerjasama dengan lembaga

penelitian pertanian internasional, nasional,

maupun pihak swasta.

d. Mengembangkan kapasitas kelembagaan BPTP dalam

rangka meningkatkan pelayanan prima.

C. Tugas dan Fungsi

1. Tugas

Berdasarkan peraturan Menteri Pertanian,

BPTP mempunyai tugas melaksanakan kegiatan

penelitian komoditas, pengkajian perakitan dan

pengembangan teknologi tepat guna spesifik lokasi

untuk wilayah Propinsi DI.Yogyakarta.

2. Fungsi

BPTP Yogyakarta dalam melaksanakan tugas-

tugas fungsionalnya, menyelenggarakan fungsi :

1. Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi

kebutuhan teknologi pertanian tepat guna

spesifik lokasi

2. Pelaksanaan penelitian, pengkajian dan

perakitan teknologi pertanian tepat guna

spesifik lokasi,

8

3. Pelaksanaan pengembangan teknologi dan

diseminasi hasil pengkajian serta perakitan

materi penyuluhan,

4. Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi,

serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil

pengkajian, perakitan dan pengembangan

teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi,

5. Pemberian pelayanan teknik kegiatan pengkajian,

perakitan dan pengembangan teknologi pertanian

guna spesifik lokasi,

6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga

balai.

D. Struktur Organisasi

1. Organisasi Struktural

Jabatan Struktural terdiri dari (1) kepalabalai yang bertugas memimpin pelaksanaan kegiatanBalai dengan memberdayakan secara optimal seluruhsumberdaya manusia yang ada untuk mencapai visidan misi dan dalam melaksanakan mandat Balai, (2)Sub. Bagian Tata Usaha yang bertugas mengelolaberbagai kegiatan yang berkaitan dengan urusankepegawaian, keuangan, surat-menyurat, kearsipan,perlengkapan dan pengembangan teknologipertanian, dan (3) Seksi Kerjasama dan PelayananPengkajian yang mempunyai tugas melakukan

9

pengelolaan yang berkaitan dengan pelayananinformasi, kerjasama dan pelayanan saranapenelitian.

2. Organisasi FungsionalKelompok jabatan fungsional terdiri dari

jabatan fungsional peneliti, penyuluh, danjabatan fungsional lain yang terbagi dalamkelompok jabatan fungsional sesuai dengan bidangkeahlian yang ditetapkan oleh Kepala BadanPeneliti dan Pengembangan Pertanian. Kelompokjabatan fungsional ini mempunyai tugas melakukankegiatan sesuai dengan jabatan fungsional di BPTPYogyakarta yang terbagi dalam kelompok pengkaji(Kelji). Masing-masing dikoordinir oleh seorangtenaga fungsional sebagai ketua Kelji. KeempatKelji tersebut adalah Kelji Sumberdaya, KeljiBudidaya, Kelji Pascapanen dan Alsinstan, sertaKelji Sosial Ekonomi Pertanian.

Selain kedua jalur organisasi tersebutdiatas terdapat dua jalur organisasi nonstruktural dan non fungsional yaitu Keproyekandan Koordinasi Program Pengkajian. Kedua jalurorganisasi tersebut pada kenyataannya dalammelaksanakan tugas sangat membutuhkan koordinasilangsung dengan Kepala Balai, sehingga dipandang

10

perlu diakomodasikan dalam struktural organisasiuntuk memberikan gambaran yang lebih jelas dalamsistem koordinasi dan manajemen balai.

E. Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana yang dimiliki BPTP

Yogyakarta meliputi gedung perkantoran, pertemuan,

perpustakaan, laboratorium tanaman, laboratorium

ternak, laboratorium pasca penen dan alianstan, alat

transportasi/kendaraan, peralatan kantor dan multi

media untuk mendukung operasional balai. Disamping

itu, juga memiliki sejumlah bangunan rumah dinas

untuk sebagian karyawan dan guesthouse/ mess.

Laboratorium telah berfungsi dengan baik

kecuali untuk laboratorium tanaman yang belum

berfungsi optimal karena keterbatasan beberapa

peralatan yang dimiliki. Selama ini pemanfaatan

laboratorium selain untuk menunjang kegiatan staf

lingkup BPTP Yogyakarta, juga dimanfaatkan oleh

pihak luar (mahasiswa dan instansi pemerintah maupun

swasta).

Perpustakaan dengan koleksi cukup memadai, baik

yang berupa buku ilmiah , prosiding , majalah

dan jurnal ilmiah , brosur , liptan telah banyak

11

bermanfaat dalam pustaka pelayanan informasi IPTEK

bagi pengguna, yang bukan saja karyawan lingkup BPTP

Yogyakarta tetapi juga petani, masyarakat umum,

mahasiswa, petugas dari berbagai instansi pemerintah

maupun swasta. Perpustakaan BPTP Yogyakarta adalah

salah satu unit kegiatan yang ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan para pengguna jasa informasi

teknologi pertanian. Unit ini sangat diperlukan oleh

berbagai kalangan pengguna yaitu peneliti, penyuluh,

petani, masayarakat umum, dan mahasiswa dari

berbagai perguruan tinggi. Sistem layanan

perpustakaan BPTP Yogyakarta bersifat terbuka baik

untuk pengguna intern maupun ekstern.

F. Gambaran Selopamioro

Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Bantul

merupakan salah satu desa dengan jumlah dusun 18

dusun; terbanyak diantara desa se-Imogiri. Luas

lahan di Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri

mencakup total 2.275 ha dan merupakan terbesar

12

diantara desa lainnya di Kecamatan Imogiri, Bantul.

Desa Selopamioro Bantul terletak di ketinggian 1500

meter di atas permukaan laut dan berbatasan langsung

dengan Sungai Oya di sebelah Timur. Sebagian besar

warga Selopamioro bermata pencaharian sebagai

petani, yaitu petani padi sawah, petani ladang,

petani bawang merah, kacang tanah, tembakau, dan

cabai. Topografi Desa Selopamioro cenderung berbukit

dan tidak terlalu curam sehingga memungkinkan untuk

dilakukan kegiatan pertanian.

Secara umum daerah tersebut, didominasi oleh

tanah lempung (tanah vertisol) sehingga pada waktu

musim kemarau tanahnya retak-retak dan keras

sementara pada waktu musim hujan, tanahnya cenderung

becek dan lengket akibat lempung yang mengikat air

cukup tinggi (pengaruh tipe lempung montmorilonit).

Desa Selopamioro juga memanfaatkan pembuatan sumur

di dekat lahan dengan tujuan agar pada saat musim

kemarau tanaman pertanian yang dibudidayakan tidak

kekurangan air. Sumur yang dibuat memanfaatkan air

hujan dan terdapat juga yang memompa dari sumur

rumah warga sendiri.

13

BAB III

PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

A. Lokasi dan Waktu Kerja Praktek

Kerja Praktek dilakukan di Nawungan,

Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Bantul tepatnya di

lahan milik warga setempat. Hal ini dikarenakan

pihak BPTP Yogyakarta memakai lahan tersebut untuk

penelitian dan dikarenakan sudah menjalin kemitraan

sejak lama. Kegiatan Kerja Praktek dimulai sejak 7

Mei 2013 – 30 Juli 2013 dan dilaksanakan setiap hari

Senin, Selasa, dan Jumat pukul 09.30 – 13.00, namun

jika tidak ada keperluan lain pukul 09.30 - 15.00

WIB. Kerja Praktek dilakukan hampir 3 bulan lamanya,

namun untuk bulan Juni dan Juli kerja praktek

dilaksanakan 2 minggu sekali.

B. Metode Pelaksanaan Kerja Praktek

14

Kerja Paraktek dilaksanakan dengan beberapa

metode, yaitu :

1. Praktek Kerja Langsung

Praktek kerja langsung yang dilakukan

dimulai dari survei lapangan, pembuatan dan

pemasangan jaringan irigasi, pengujian kecepatan

tetes jaringan irigasi, pembuatan bedengan,

aplikasi pemupukan, penanaman cabai, kalibrasi

dan pengamatan vegetatif tanaman cabai, dan

penyiraman.

2. Bimbingan dan Interview

Metode ini dilakukan dengan mengajukan

pertanyaan kepada pendamping untuk memperoleh

informasi dan penjelasan yang diperlukan tentang

persoalan yang dihadapi saat pelaksanaan Kerja

Praktek. Bimbingan yang dilakukan meliputi cara

pengoperasian alat, kalibrasi penyiraman, cara

pemupukan, pengukuran diameter dan tinggi

tanaman, pemasangan jaringan irigasi.

3. Studi Pustaka

Metode ini dilakukan dengan cara membaca

literatur atau bahan pustaka sebagai sarana

pendukung pelaksanaan Kerja Praktek.

C. Alat dan Bahan

15

Alat-alat yang dipergunakan selama melakukan

kegiatan Kerja Praktek diantaranya adalah sebagai

berikut :Nama Alat Jumlah

Pipa paralon PVC ukuran 3/4” 40 lonjorSlang plastik kecil 2 gulungSambungan paralon bentuk T

3/4”

11 buah

Sambungan paralon bentuk L

3/4”

10 buah

Sambungan slang kecil 552 buahKran ukuran 3/4” 2 buahPengatur debit air slang 552 buahSolder 2 buahTutup dop 3/4” 12 buahLem Isarplas 4 buahTBA 4 buahGunting seng 1 buahRoll meter panjang 5 m 3 buahBaskom 8 buahPaku usuk 3 kgPaku seng 1 kgSeng 15 mPlastik pelindung tanaman 60 mOutdoor nama demplot dan

perlakuan

1set

Timbangan digital 1 buahStop kran 3/4” 2 buah

Bahan yang dipergunakan selama melakukan

kegiatan Kerja Praktek diantaranya adalah sebagai

berikut :

16

1. Bibit cabai hibrida sebanyak 1200 bibit

2. Larutan PGPR 1 botol

3. Larutan Bamex 1 botol

4. Larutan King Tonik 1 botol (@ 1 liter)

5. Pupuk Kandang 25 kg

6. Pupuk NPK Mutiara (16:16:16) 15 kg

7. Pupuk ZA 15 kg

D. Tata Laksana Kegiatan

1. Persiapan Lahan

Jenis tanah di Desa Selopamioro, Kecamatan

Imogiri, Kabupaten Bantul adalah tanah vertisol.

Tanah vertisol merupakan tanah bertekstur lempung

dengan tingkat kejenuhan basa yang tinggi dan

memiliki tipe lempung 2 : 1 atau lebih dikenal

dengan montmorilonit dengan topografi berupa

dataran antar perbukitan yang tertutup, dalam

arti, tidak terdapat aliran outlet keluar

wilayah, dan basa-basa dari lingkungan sekitar

yang lebih tinggi berakumulasi di dataran,

menyebabkan terbentuknya tanah vertisol,

landformnya, dimaksudkan sebagai dataran volkan,

atau dataran antar perbukitan/pegunungan.

Pada saat musim kering, tampak tanah

tersebut muncul rekahan-rekahan dan sebaliknya

pada saat musim hujan, tanahnya cenderung basah

dan lengket akibat serapan air yang cukup banyak.

17

Untuk persiapan, lahan dibersihkan dari sisa-sisa

tanaman atau perakaran dari pertanaman sebelumnya

kemudian tanah dicangkul sedalam 30 - 40 cm,

selanjutnya dikeringkan selama 7 - 14 hari. Hal

ini dikarenakan tanah di lahan tersebut cenderung

lembab dan basah akibat sifat dari lempung yang

ada pada lahan serta menghindari adanya ancaman

gulma dan penyakit yang ditimbulkan.

Tanah yang sudah agak kering segera dibentuk

bedengan-bedengan selebar 60 - 70 cm, tinggi 30 -

40 cm, lebar parit 40 - 50 cm, sedangkan panjang

bedengan antara 8 - 9 meter. Di sekeliling lahan

kebun cabai dibuat parit keliling selebar dan

sedalam + 70 centimeter. Pada saat bedengan

kasar terbentuk, bedengan dipupuk dengan pupuk

kandang sebanyak 25 kg untuk tiap bedengnya.

Setelah itu, lahan dibiarkan selama 7 hari.

Bedengan yang dibuat sebanyak 24 bedeng. Untuk

jarak tanam yang dipakai nantinya pada saat

penanaman bibit cabai dipakai jarak tanam 40x40

cm.

2. Penyiapan dan Penanaman Bibit

Bibit cabai yang dipakai untuk penanaman

merupakan cabai hibrida. Bibit cabai hibrida

18

tidak disemai di bedengan namun didatangkan dari

tempat lain, dalam hal ini cabai hibrida dipesan

dari mitra kerja BPTP Yogyakarta. Cabai hibrida

didatangkan dengan jumlah + 1200 bibit dengan

asumsi setiap bedeng nantinya akan dibuat 46

lubang untuk bibit tanaman cabai dan untuk

dipakai pengujian sebanyak 552 bibit cabai. Bibit

cabai hibrida yang dipilih berumur 15 hari

setelah dikecambahkan. Bibit cabai dimasukkan ke

dalam polybag berdiameter 5 cm dengan ditambahkan

tanah di dalamnya hingga mencapai berat 10 gram

tetapi tanah yang diberikan tidak memenuhi

seluruh polybag. Sebelum ditanam, bibit cabai

hibrida direndam terlebih dahulu ke dalam larutan

PGPR selama 1 malam.

. Penanaman bibit cabai hibrida dilakukan

pada pagi hari dan terlebih dahulu sebelumnya

bedengan sudah dibuatkan lubang tanam. Lubang

tanam untuk tiap bedengan berjumlah 46 lubang.

Cara penanaman bibit cabai adalah mula-mula

sebagian tanah pada lubang tanam diangkat kira-

kira seukuran media polybag, kemudian bibit

dimasukkan sementara tanah juga diurug hingga

dekat pangkal batangnya cukup padat. Bibit cabai

hibrida yang disemai dalam polybag ini, begitu

dipindahtanamkan langsung tumbuh tanpa mengalami

19

kelayuan (stagnasi). Selesai menanam, bibit cabai

segera disiram tidak terlalu basah agar terjaga

kelembapannya.

3. Aplikasi Pada Cabai

Pada aplikasi untuk cabai, cabai hibrida

diberikan perlakuan pemberian pupuk NPK Mutiara

untuk bedengan atas dengan takaran 400 gr/40 L

air dan pupuk ZA 700 gr/40 L air untuk bedengan

bawah. Selain itu, cabai hibrida juga diberikan

PGPR dengan cara pada saat bibit awal datang

direndam dalam larutan PGPR tersebut dan cabai

hibrida juga disemprot larutan Bamex dan King

Tonik ( takaran 70 ml/tangki). Bamex merupakan

merek insektisida sementara King Tonik merupakan

merek dagang untuk pupuk cair yang berfungsi

merangsang pertumbuhan tanaman dan menjauhkan

tanaman dari kelayuan dan kerontokan.

4. Sistem Penyiraman

Penyiraman yang dilakukan untuk bibit cabai

hibrida hingga menjadi tanaman cabai hibrida

dewasa dengan cara irigasi tetes. Irigasi tetes

adalah suatu sistem untuk memasok air tersaring

ke dalam tanah melalui suatu pemancar (emitter).

Irigasi tetes menggunakan debit kecil dan konstan

20

serta tekanan rendah. Air akan menyebar di tanah

baik ke samping maupun ke bawah karena adanya

gaya kapiler dan gravitasi. Pemberian air pada

irigasi tetes dilakukan dengan menggunakan alat

aplikasi yang dapat memberikan air dengan debit

yang rendah dan frekuensi yang tinggi (hampir

terus menerus) disekitar perakaran tanaman.

Tekanan air yang masuk ke alat aplikasi sekitar

1,0 bar dan dikeluarkan dengan tekanan mendekati

nol untuk mendapatkan tetesan yang terus menerus

dan debit yang rendah. Pembuatan irigasi tetes

ini diawali dengan setiap pipa paralon PVC ukuran

3/4" diberi lubang sebanyak 46 lubang sesuai

dengan banyaknya tanaman cabai yang ada di

bedengan.

Setelah dibuat lubang sejumlah 46 lubang,

selanjutnya lubang-lubang tersebut dipasangkan

dengan sambungan slang kecil. Jika sudah kering

(karena diberi lem), pada saat pemasangan

sambungan slang kecil juga disambungkan dengan

potongan selang kecil sepanjang 20 cm beserta

pengatur debit air slang. Pengaturan selang

(debit air) dilakukan dengan cara mengukur setiap

tetes air yang jatuh dibuat dengan waktu sekitar

3,5 sampai 4,5 detik dengan tujuan agar debit air

yang keluar berupa tetes-tetes air.

21

Sumber air berasal dari dua tandon air yang

telah diisi terlebih dahulu airnya melalui sumur

di dekat lahan (air dari sumur dipompa kemudian

disambungkan dengan selang). Dua tandon air yang

dipakai diletakkan di sebelah selatan bedengan

pengamatan dengan penempatan pada susunan bambu

yang sudah dirangkai menjadi alas untuk kedua

tandon air tersebut. Ketinggian tandon yang

ditempatkan pada bambu tersebut (tandon air dan

susunan bambu) mencapai 3-4 m. Salah satu tandon

air dipasang meteran.

Tandon air yang dipakai berbahan dasar

plastik dengan dimensi

sebagai berikut :

Gambar 1. Bentuk Tandon Air

22

Pada gambar di atas merupakan bentuk dari

tandon air yang dipakai untuk menyimpan air.

Ukuran dari tandon tersebut berupa tinggi sebesar

100 cm dan diameter tandon sebesar 52 cm (jari-

jari tandon sebesar 26 cm). Dari data dimensi

ukuran tandon air tersebut, maka volume air yang

tertampung dalam tandon tersebut dapat dicari

dengan menggunakan rumus :

V = π r2 t

V = 3,14 x (26 cm)2 x 100 cm

V = 3,14 x 676 cm2 x 100 cm

V = 3,14 x 67600 cm3

V = 212264 cm3

V = 212,264 L (≈ 212 L)

Volume tersebut berasal dari salah satu

tandon air saja. Hal ini dikarenakan salah satu

tandon air berfungsi untuk menyaring air yang

berasal dari sumur yang berada di dekat lahan

pertanian dengan telah dipompa terlebih dahulu

menggunakan mesin pompa air yang disambungkan

dengan selang berukuran besar yang dimaksudkan

agar air yang tertampung di dalam tandon air

tersebut tidak tercampur dengan materi lainnya

yang dapat menyumbat pipa-pipa saluran irigasi

tetes.

23

5. Perlakuan Penyiraman

Perlakuan penyiraman untuk setiap bedengan

yang masuk dalam pengujian berbeda-beda. Setiap

bedeng diberi demplot untuk perlakuan

penyiramannya. Perlakuan penyiraman diantaranya :

1. S1 merupakan perlakuan penyiraman seperti

biasa (seperti ketika menyiram tanaman biasa

dengan intensitas yang sama) dengan warna

demplot biru.

2. S2 merupakan perlakuan penyiraman 2-3 hari

sekali dengan warna demplot orange.

3. S3 merupakan perlakuan penyiraman menggunakan

pipa irigasi tetes dialirkan selama 2,5 jam

(tergantung kondisi lahan, apabila terdapat

kendala dapat lebih dari 2,5 jam) dengan warna

demplot hijau.

Penempatan demplot-demplot tersebut

ditempatkan secara acak. Berikut di bawah ini

merupakan susunan demplot-demplot pada setiap

bedengannya:

24

Gambar 2. Denah Susunan Penempatan Demplot Pada

Bedengan

Bedengan yang diberi demplot berjumlah 24

bedeng dengan asumsi teras bagian atas, bedengan

berjumlah 15 bedeng yang telah diberi penutup

plastik. Sementara untuk teras bagian bawah,

bedengan berjumlah 9 bedeng tanpa diberi penutup

plastik (dibiarkan terkena cahaya matahari

langsung).

25


Recommended