+ All Categories
Home > Documents > Critical Review Suburban Subcenters and Employment Density in Metropolitan Chicago

Critical Review Suburban Subcenters and Employment Density in Metropolitan Chicago

Date post: 24-Mar-2023
Category:
Upload: its
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
19
Suburban Subcenters and Employment Density in Metropolitan Chicago Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh EKONOMI KOTA (RP-141308) CRITICAL R E V I E W
Transcript

Suburban Subcenters and Employment Density in Metropolitan Chicago

Perencanaan Wilayah dan KotaFakultas Teknik Sipil dan PerencanaanInstitut Teknologi Sepuluh

EKONOMI KOTA(RP-141308)

CRITICALR E V I

E W

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena tak lepas dari

rahmat dan hidayahNya makalah yang berjudul Critical Review

“Suburban Subcenters and Employment Density in Metropolitan Chicago”

dapat diselesaikan. Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas I

mata kuliah Ekonomi Kota (RP-141308).

Penulis menyadari bahwa laporan ini tersusun dengan peran

serta dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic. Rer. Reg. dan Ibu Vely

Kukinul Siswanto, ST. MT. M.Sc. sebagai dosen mata kuliah,

arahan dan bimbingan beliau sangat membantu dalam penyusunan

laporan ini.

2. Kedua orang tua dan keluarga yang telah mendukung selama

masa studi di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

3. Rekan-rekan di Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota yang

selalu memberikan dorongan dan motivasi selama proses

penyusunan makalah ini.

4. Penulis yang karyanya sangat bermanfaat sebagai referensi

penyusunan makalah, serta semua pihak yang tidak dapat kami

sebutkan satu – persatu dalam muqaddimah singkat ini.

Seperti pepatah, tak ada gading yang tak retak, begitu pula

dengan laporan ini. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak

kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu, kritik dan saran pembaca

yang bersifat membangun sangat kami harapkan, Akhir kata, semoga

karya tulis ini bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

i

Surabaya, 19 Maret 2015

Penulis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................i

DAFTAR ISI...............................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................1

1.1 LATAR BELAKANG......................................................1

1.2 TUJUAN..............................................................1

BAB II LANDASAN TEORI.....................................................1

BAB III REVIEW............................................................2

3.1 PENJELASAN UMUM.....................................................2

3.3 METODE PENELITIAN...................................................4

3.4 HASIL DAN ANALISA...................................................5

BAB iv CRITICAL REVIEW.....................................................7

BAB V PENUTUP.............................................................7

5.1 KESIMPULAN..........................................................7

5.2 LESSON LEARNED.......................................................8

LAMPIRAN..................................................................9

Daftar Pustaka...........................................................12

iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Suburban merupakan suatu daerah disekitar pusat kota yang

berfungsi sebagai daerah permukiman dan manufaktur (pabrik). Menurut

Walter T.Martin, suburban merupakan kelompok mesyarakat yang relatif

kecil dan berdiam dekat kota-kota tersebut. Dengan tersedianya

pabrik sebagai lapangan pekerjaan dan pemukiman yang didalamnya

memiliki sumber daya manusia maka terjadilah hubungan timbal balik.

Kawasan suburban dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan,

pemasukan daerah dan masyarakat setempat jika diolah dengan tata

lokasi yang tepat dan menghasilkan profit.

Untuk memperkaya wawasan terkait pekerjaan, ekonomi dan

lokasi strategis dalam mewujudkan suburban yang memberikan profit

dan benefit, dilakukan review terhadap sebuah penelitian. Artikel

penelitian yang menjadi bahasan reviewer berjudul “Suburban Subcenters

and Employment Density in Metropolitan Chicago”. Tema yang dibahas

dalam artikel penelitian yang dipilih oleh reviewer yaitu tentang

pemusatan ekonomi di area suburban. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis dan menemukan bukti empiris pengaruh jarak lokasi

perusahaan di sub-urban dengan CBD atau perusahaan lainnya

(aksesibilitas) dan jaringan transportasi lokasi perusahaan terhadap

penawaran harga sewa, ongkos distribusi input atau menuju market dan

sumber daya manusia/ pekerja. Jurnal tersebut yang mengambil wilayah

studi di Chicago diharapkan dapat diadopsi untuk area suburban di

Indonesia.

1.2 TUJUAN

Tujuan reviewer melakukan review pada artikel penelitian tersebut

antara lain sebagai berikut.

1.Mengetahui Klasifikasi sub pusat pada suburban

1

2.Mengetahui faktor-faktor yang mendorong pemilik usaha untuk

melokasikan perusahaannya secara terpusat

3.Mengetahui pengaruh aksesibilitas dan jaringan transportasi

terhadap penawaran harga sewa, ongkos distribusi input atau

menuju market dan sumber daya manusia/ pekerja

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam membahas penelitian terkait, peneliti melibatkan

beberapa teori ekonomi. Teori ekonomi tersebut antara lain mengenai

teori bid-rent yang dipelopori melalui teori Von Thunnen pada abad

ke mula muncul pada abad ke-19 di Jerman. Dalam kegiatan pertanian,

teori tentang kemampuan seseorang pengusaha atau petani untuk

membayar sewa tanah yang digunakannya baik untuk kegiatan pertanian,

pendirian rumahmaupun untuk industri.

William Alonso (dalam Yunus, 2000:77) membahas tentang teori

bid-rent analysis (sewa tanah), dimana penyebaran keruangan kegiatan

industri berlokasi diantara perumahan dan retail. Semakin dekat

dengan pusat kota (pusat perdagangan) maka harga (sewa ) tanah

semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Dengan kata lain, sewa yang

ditawarkan orang untuk membayar tanah per meter perseginya, menurun

mengikuti jaraknya dari pusat kota (komersial/perdagangan). Hal ini

disebabkan oleh sewa tanah atau harga tanah yang murah dengan

konpensasi aksebilitas yang tinggi walaupun jauh dari perkotaan agar

perusahaan dapat menerima dengan mudah pasokan bahan baku dan

memasarkan produknya. Seperti digambarkan dalam gambar 2.1 di

lampiran gambar.

Selain itu, kita juga dapat menggunakan teori pendukung.

Teori ini dikutip oleh Daldjoeni,1997:78. Losch menyatakan bahwa

teori lokasi industri yang optimal berdasarkan permintaan (demand)

sebagai salah satu alasan melokasikan industri disuatu daerah agar

2

perusahaan tersebut dapat menguasai wilayah pemasarannya sehingga

dapat menghasilkan paling banyak pendapatan (maximum revenue).

BAB III REVIEW

3.1 PENJELASAN UMUM

Penelitian sebelumnya tentang sub pusat pekerjaan di area

perkotaan terfokus pada definisi dan identifikasi dari sub pusat

pekerjaan, efek dari sub pusat terhadap nilai lahan atau nilai real

estate dan efek dari sub pusat terhadap distribusi spasial pekerjaan

dan populasi pada area perkotaan. Makalah ini menghasilkan dua

kontribusi berbeda dalam penelitian sebab dan akibat sub pusat

pekerjaan pada suburban. Pertama, alasan yang mendasari adanya

diskusi sub pusat pekerjaan dan dirumuskannya pengujian tentang ilmu

ekonomi dan untuk membedakan dua tipe pemusatan ekonomi. Ekonomi

skala internal merujuk pada perusahaan perseorangan secara besar,

selagi pemusatan ekonomi menyebabkan perusahaan ditempatkan bersama.

Pemusatan ekonomi dapat beranjak internal menjadi kelompok

perusahaan yang berdekatan (terpusat). Pemusatan ekonomi dapat

mereduksi biaya transportasi yang dikeluarkan pelanggan. Kami

melakukan tes secara terpisah mengenai efek kepadatan kerja terhadap

akses transportasi dan mengenai segala tentang kedekatan terhadap

sub pusat pekerjaan. Kedua, model kepadatan kerja menggunakan teori

bid-rent (penawaran sewa) (teori ekonomi-geografi yang menjelaskan

pengaruh jarak CBD terhadap harga dan permintaan real estate). Model

tersebut secara tegas mengikutsertakan sebuah proses seleksi yang

menentukan apakah daerah kecil di area perkotaan memiliki lapangan

kerja. Pemodelan ini menghasilkan kemungkinan-kemungkinan dari

daerah dalam memiliki lapangan kerja dengan yang tidak.

Beberapa pengukuran terhadap akses transportasi secara

statistic signifikan dikedua fungsi. Kedekatan terhadap sub pusat

3

pekerjaan juga merupakan faktor utama dari peluang kerja dan

kepadatan kerja. Temuan ini menganjurkan pemusatan ekonomi dengan

adanya fasilitas tanggungan bersama dan pemusatan ekonomi internal

(perusahaan perseorangan yang besar) menjadi kelompok perusahaan

yang berdekatan menentukan pembentukan sub pusat.

Berdasarkan identifikasi terhadap 20 sub pusat suburban,

dapat diklasifikasikan secara umum menjadi:

- Kota-suburban tua

-industri tua kota pinggiran kota

-Industri setelah masa perang dunia ke-2 pinggiran kota

-industri baru/ pengecer di pinggiran kota

-kota-kota perbatasan/pinggiran

-pusat jasa dan pengecer

Lima pusat pekerjaan di tipe industri baru/ pengecer di

pinggiran kota dan tipe kota perbatasan/pinggiran memiliki rata-rata

perkembangan pekerjaan terbesar pada dekade 1980-1990

The. standard textbook analysis (O’Sullivan) menggambarkan

dua tipe primer ekonomi skala internal di satu lokasi dan pemusatan

ekonomi. Pemusatan ekonomi biasanya membahas tiga tipe-tipe dalam

ekonomi: 1. Ekonomi dalam penempatan, dimana keadaan luar dengan

perusahaan perseorangan dan perkembangan dari skala industri local

di area perkotaan; 2 Ekonomi dalam urbanisasi, dimana keadaan luar

dengan industri lokal dan perkembangan dari skala ekonomi kota; 3

hubungan antar industri, dimana perkembangannya dari penghematan

ongkos transportasi untuk pembayaran pemakaian.

Sementara ekonomi skala internal dapat menyebabkan tingginya

kepadatan pekerjaan di area perkotaan, ekonomi skala internal tidak

secara langsung menyebabkan pembentukan sub pusat pekerjaan baru.

Keuntungan yang dihubungkan dengan ukuran dibatasi dari perusahaan

dan tidak memperoleh keuntungan khusus untuk yang lain. Seperti pada

anjuran sebelumnya, pemusatan ekonomi biasanya mengarah ke usaha-

4

usaha yang dijalankan diseluruh area perkotaan. Sebuah lokasi

terlayani dengan baik oleh jalan raya, rel kereta dan sebagainya.

Hal tersebut dapat menarik perusahaan-perusahaan meskipun

perusahaan-perusahaan tersebut tidak berkeinginan untuk berlokasi

berdekatan. Pemusatan ekonomi lainnya terjadi ketika perusahaan-

perusahaan menikmati keuntungan dari berlokasi berdekatan.

Berdekatan dengan perusahaan lainnya dapat memperendah ongkos

produksi melalui penyederhanaan komunikasi secara personal atau juga

dapat membatu konsumen mereduksi ongkos belanja mereka. Awal

terbentuknya lokasi sub pusat suburban bisa jadi merupakan hasil

dari akses aringan transportasi namun pemusatan ekonomi tambahan ini

dapat memberikan dorongan atau alasan kuat perusahaan untuk memilih

lokasi tersebut. Jika akses/ kedekatan perusahaan tersebut

menyebabkan ongkos lebih rendah maka perusahaan menawar lebih banyak

tempat di sub pusat suburban.

Sub pusat pekerjaan berkembang karena ekonomi yang berkembang

murni mulai dari akses hingga infrastruktur dan pemusatan ekonomi

secara berkelompok di sub pusat. Kelebihan dari kedekatan dengan sub

pusat atau melokasikan perusahaan pada pemusatan ekonomi adalah

aksesibilitas yang konstan, hingga kepadatan pekerjaan.

3.3 METODE PENELITIAN

Metode penelitian menggunakan fungsi berdasarkan teori bid

rent. Teori bid rent tersebut kemudian dikembangkan melalui analisis

peneliti. Berikut fungsi basic dari teori Bid-Rent:

LR = Y(m-c) – Ytd,

Keterangan:

LR = Location rent per unit lahan,

Y = Hasil per unit lahan,

m = Harga jual per unit produk,

5

c = Biaya produksi per unit produk,

t = Biaya transportasi per unit produk, dan

d = Jarak lokasi kegiatan ekonomi ke

pasar atau core.

CONTOH :

Hasil = 100 kw per ha;

Harga jual = Rp 50.000 per kw;

Biaya produksi Rp 30.000 per kw,

Biaya transportasi = Rp 200 per kw/Km;

Jarak 40 Km dari pasar.

LR =100x(50.000-30.000)–100x (200 x 40)

= 1.200.000.

Efek sub pusat suburban pada kepadatan pekerjaan dapat

dirumuskan menggunakan fungsi bid-rent (penawaran sewa). Fungsi bid-

rent (penawaran sewa) merepresentasikan jumlah maksimum yang akan

dibayar untuk satu unit lahan oleh perusahaan atau individu sebagai

fungsi karakteristik bidang. Dalam standard model kota monosentrik,

bid-rent (penawaran sewa) adalah fungsi sederhana jarak dari pusat

kota karena seluruh kegiatan ekonomi diasumsikan dilakukan disana

(Fujita). Pendekatan ini tidak cukup untuk pemodelan areasuburban

modern yang memiliki banyak sub pusat pekerjaan. Pusat kota

melanjutkan memengaruhi pola pekerjaan meski di kota desentrasisasi

Los Angeles, namun pekerjaan suburban lebih dipengaruhi oleh akses

jalan raya akses cepat dan segi lainnya dari jaringan transportasi.

Pengukuran aksesibilitas direpresentasikan oleh vector A. Jika

pemusatan ekonomi penting maka bid-rent (penawaran sewa) juga

dipengaruhi oleh kedekatan dengan sub pusat pekerjaan, bebas dari

vector A. Pengukuran akses sub pusat direpresentasikan oleh vector

S. Tempat pekerjaan yang berpotensi juga memiliki karakter khusus

yang memengaruhi bid-rent (penawaran sewa). Misal, Jika sebuah

6

tempat berawa dan berpenyakit untuk pekerjaan, namun yang lain datar

dan bersih sehingga mereduksi ongkos konstruksi. Karakteristik

khusus namun terukur direpresentasikan oleh vector C, karakteristik

yang tidak dapat diobservasi direpresentasikan oleh istilah eror, ᵤ.

Berikut fungsi sederhana bentuk dari lahan sewa non-kediaman

(berdasarkan literature empiris dalam bid-rent):

R1 =bid-rent (penawaran sewa) untuk lahan sewa non-kediaman

X=A,S,C; β1 adalah koefisien

u1= eror

*Fungsi sederhana untuk lahan sewa menggunakan fungsi yang

sama seperti diatas.

Kepadatan Pekerjaan adalah rasio tenaga kerja terhadap lahan.

Antara tenaga kerja dengan lahan sama-sama diikutsetakan dalam

produksi. Kepadatan adalah fungsi, terhadap lahan sewa, harga input

dan harga output.

E=pekerjaan

L=lahan yang digunakan untuk pekerjaan.

*E dan X biasanya angkanya telah ditentukan dan Le biasanya

tidak tersedia.

3.4 HASIL DAN ANALISA

Kumpulan data disediakan oleh Northeastern Illinois Planning

Commission NIPC. NIPC menggunakan data sensus U.S untuk menyediakan

gambaran pekerjaan untuk setiap perempat bagian di suburban Chicago.

Perempat bagian adalah 160 acre tapi tidak selalu tepat 16- acre

7

karena ketidakteraturan permukaan geografisnya. Data yang digunakan

adalah suburban Cook County dan 5 suburban lainnya di north-eastern

Illinois DuPage, Kane, Lake, McHenry, and Will. Terdapat 14,290

pembagian in suburban Chicago atau 3572 mil persegi dari 4239

pekerjaan in 1980. Ada peningkatan besar dalam jumlah tempat

pekerjaan di 1990 yaitu menjadi 4887 pembagian. Kepadatan kerja

meningkat seiring waktu dari 3.048 per acre pada 1980 menjadi 3.261

per acre pada 1990.

Kepadatan Pekerjaan secara sederhana adalah rasio dari

pekerjaan dan area lahan. Teori ini mengusulkan mengenai kepadatan

pekerjaan dan peluang pekerjaan bergantung pada faktor yang

mempengaruhi bid-rent. Variabel berdasarkan fungsi-fungsi pada

bagian sebelumnya menjelaskan pengukuran standar aksebilitas.

Variabel penjelas pertama adalah jarak dari CBD Chicago. CBD

di Chicago bagian yang sangat terpusat sehingga diakses oleh

residensial dan non residensial, bahkan dari suburban. Banyak

pembuktian yang telah ditelaah untuk membuktikannya.

Variabel penjelas kedua adalah jarak menuju bandara O’Hare

Airport. McDonald and Prather mengidentifikasikan bandara O’Hare

sebagai pusat pekerjaan suburban di area Chicago. Ada cukup fakta

yang membuktikan bahwa kedekatan dengan bandara O’Hare meningkatkan

nilai lahan. Bandara O’Hare juga merupakan pusat sistem jalan raya

Chicago: the Tri-State Tollway which circles the city (Jalan Tol

tiga negara bagian yang melingkar kota), the Kennedy Expressway yang

menyediakan akses ke CBD , dan North-West Tollway yang menyediakan

akses ke northwest suburbs intersect yang dekat dengan jalur masuk

ke bandara. Pengukuran aksesibilitas dan tes statistik menuju O’Hare

tidak diperlukan. Kita dapat menggunakan variabel penjelas dengan

menggunakan jarak dari stasiun komuter terdekat.

8

Chicago juga memiliki sistem jalan raya, jalan tol danjalan

raya akses terbatas. Variabel penjelas jarak menuju perhentian/

persimpangan dapat menggunakan jalan raya. NIPC’s pengukuran land-

use menyediakan kumpulan variabel penjelas lainnya. Kebanyakan

industri di Chicago masih menggunakan kereta untuk pengangkutan.

Proporsi pembagiannya disamakan dengan pengukuran aksisibilitas

tempat industri menuju stasiun kereta.

Suburban Chicago memiliki danau yang menarik untuk rumah

tetapi juga berawa sehingga tidak menarik untuk digunakan dilain

sisi. Bagian danau ini memiliki proporsi air yang banyak sehingga

tidak cocok untuk tempat pekerjaan. Selain itu juga penggunaan lahan

untuk taman dan ruang terbuka oleh NIPC tidak memiliki kaitan dengan

kepadatan kerja.

Hasil dari analisa menggunakan variabel penjelas dari teori

Bid-Rent dan tes statistic terdapat pada lampiran mengenai sub pusat

kerja Tabel 3.1. Juga dilampirkan tabel lokasi sub pusat kerja pada

gambar 3.1

BAB IV CRITICAL REVIEW

Jurnal Suburban Subcenters and Employment Density in

Metropolitan Chicago membahas ekonomi kota dari berbagai sisi.

Jurnal tersebut membahas selain dari sisi ekonomi juga sistem

transportasi meskipun tidak secara mendalam dan analisa lokasi dan

keruangan. Dijelaskan dibagian pendahuluan bahwa sistem transportasi

(jaringan dan prasarana pendukung transportasi) memengaruhi

terjadinya pemusatan ekonomi. Perusahaan akan tertarik membangun

perusahaan jika aksesibilitas jalannya baik. Lalu kepadatan kerja

(rasio pekerjaan dengan lahan) akan terbentuk seiring banyaknya

perusahaan yang membangun di wilayah pemusatan ekonomi. Dari segi

analisa lokasi dan keruangan, jurnal ini menggunakan teori bid-rent

9

yang dicetuskan oleh Von Thunnen dalam teorinya. Dijelaskan mengenai

seberapa dekat dengan CBD akan memengaruhi nilai lahan. Nilai lahan

akan memengaruhi pemilik usaha dalam memilih lokasi

perusahaan/pabriknya. Semakin murah nilai lahan namun semakin mudah

aksesnya dengan barang mentah atau tempat pengolahannya maka semakin

diinginkan area tersebut. Dengan begitu pemusatan ekonomi akan

terjadi dan guna lahan tertata dengan baik.

Jika dilihat dari konten yang dibahas, jurnal tersebut

merupakan jurnal yang berisi. Memberikan persepsi baru bahwa ekonomi

kota bukan hanya dilihat dari pendapatan dan pengeluaran kota saja.

Kita harus melihat dari berbagai sisi, sisi sebab dan akibat adanya

ekonomi.

BAB V PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan reviewer didapatkan

kesimpulan antara lain sebagai berikut.

Berdasarkan identifikasi terhadap 20 suburban, dapat

diklasifikasikan sub pusat secara umum menjadi: Kota-

suburban tua, industri tua kota pinggiran kota, Industri

setelah masa perang dunia ke-2 pinggiran kota, industri

baru/ pengecer di pinggiran kota, kota-kota

perbatasan/pinggiran, pusat jasa dan pengecer

Pemusatan ekonomi biasanya membahas tiga tipe-tipe dalam

ekonomi: 1. Ekonomi dalam penempatan, dimana keadaan

luar dengan perusahaan perseorangan dan perkembangan

dari skala industri local di area perkotaan; 2 Ekonomi

dalam urbanisasi, dimana keadaan luar dengan industri

lokal dan perkembangan dari skala ekonomi kota; 3

hubungan antar industri, dimana perkembangannya dari

10

penghematan ongkos transportasi untuk pembayaran

pemakaian.

5.2 LESSON LEARNED

Setelah membahas penelitian tersebut, reviewer mendapat ilmu

atau lesson learned sebagai berikut.

Faktor-faktor yang mendorong pemilik usaha untuk melokasikan

perusahaannya secara terpusat adalah berlokasi berdekatan

dengan perusahaan lainnya sehingga dapat memperendah ongkos

produksi melalui penyederhanaan komunikasi secara personal

atau juga dapat membatu konsumen mereduksi ongkos belanja

mereka. Akses jaringan transportasi juga dapat memberikan

dorongan atau alasan kuat perusahaan untuk memilih lokasi

tersebut.

Kelebihan dari kedekatan dengan sub pusat atau melokasikan

perusahaan pada pemusatan ekonomi adalah aksesibilitas yang

konstan, hingga kepadatan pekerjaan.

11

LAMPIRAN

Gambar 2.1. Kurva Teori Bid-Rent

Sumber: http://perencanaankota.blogspot.com/2011/11/teori-teori-pemilihan-lokasi-

industri.html

12

Gambar 3.1 Employment Subcenters di Suburban Chicago

Sumber: Jurnal Suburban Subcenters and Employment Density in Metropolitan Chicago

13

Tabel 3.1 Employment Subcenters di Suburban Chicago

Sumber: Jurnal Suburban Subcenters and Employment Density in Metropolitan Chicago

14

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Teori Bid-Rent dan Pola Guna Lahan.

https://adipandang.files.wordpress.com/2011/09/teori_bid_rent__pola_

guna_lahan.pdf

Anonim. Teori Lokasi

xa.yimg.com/kq/groups/33216553/192127732/.../Teori+Lokasi.pptx

15


Recommended