BAB V
TRIMIRISTIN
I. TUJUAN
1. Menunjukkan kemahiran dalam memisahkan senyawa bahan alam,
terutama trimisristin dari buah pala.
2. Menjelaskan prinsip dasar reaksi asam dan ester.
II. DASAR TEORI
1.1 Buah Pala
Pohon pala mempunyai tinggi 15-20 m, tumbuh di Indonesia dan
di India bagian barat. Minyak pala terdiri dari 90% hidrokarbon.
Komponen terbanyak yang dapat ditemukan dalam buah pala adalah SOH,
α, dan β pireina. Minyak pala dipakai terutama pada penyedap makanan
dan bahan tambahan dalam bermacam-macam minyak wangi. (Wilcox,
1995)
Biji buah pala merupakan biji dari tumbuh-tumbuhan yang kaya
akan trigliserida yaitu asam lemak ester gliserol. Banyak perbedaan yang
mungkin pada trigliserida terjadi, sejak gliserol mempunyai rantai yang
sangat panjang dan sejumlah ikatan rangkap dan saling berhubungan satu
sama lain. Biji buah pala mengandung trigliserida terutama ester gliserol
yaitu asam lemak tunggal dan asam myristic, yang disebut trimiristin.
Trimiristin yang terkandung dalam biji buah pala kering kira-kira 25%-
30% beratnya. (Winarno, 1991)
1.2 Komposisi Biji Buah Pala
Menurut Albert Y. Leung, komposisi kimia biji pala sebagai
berikut :
1. Minyak atsiri 2-16 % (rata-rata 10 %)
2. Fixed oil atau minyak kental 25-30%, terdiri dari beberapa
jenis asam organik misalnya asam palmetic, stearic, dan
myristic
3. Karbohidrat ± 30% , protein ± 6%
4. Minyak pala mengandung 88% monolepen hidrokarbon
5. Myristicin ± 4-8% dan lain-lain, termasuk jenis alkohol,
misalnya eugenol, methyleugenol, biji buah pala juga
mengandung zat-zat anti oksidan.
(George,Hilman, 1964)
1.3 Sifat Biji Pala
1. Mengandung unsur-unsur psitropik (menimbulkan halusinasi)
2. Mengakibatkan muntah-muntah, kepala pusing, rongga mulut
kering, meningkatkan rasa muntah dan diakhiri dengan
kematian.
3. Memiliki daya bunuh terhadap larva serangga
4. Tidak menimbulkan alergi jika dioleskan pada kulit manusia.
(Helmkamp, 1964)
1.4 Kegunaan biji pala
Biji pala diambil minyaknya dari daging buah dibuat manisan dan
sirup. Biji buah pala yang dimanfaatkan adalah yang telah masak dan
kering. Digunakan sebagai flavoring agent dalam bahan pangan, minuman
dan obat.
Kegunaan biji pala yang lain adalah:
1. Sebagai rempah-rempah
2. Minyaknya untuk kosmetik atau pengobatan
3. Penambah aroma makanan
4. Membunuh larva serangga nyamuk dan insekta lainnya.
( Raphael, 1991)
1.5 Trimiristin
Adalah suatu gliserida, yakni ester yang terbentuk dari gliserol dan
asam miristat. Trimiristin juga merupakan salah satu senyawa bahan alam
golongan lemak yang ditemukan pada biji buah pala (Myristica fragrans).
Trimiristin yang terkandung dalam biji buah pala merupakan lemak yang
juga dapat ditemukan beberapa jenis sayuran yang kaya akan minyak dan
lemak terutama pada biji-bijian. Trimiristin merupakan bentuk kental dan
tidak berwarna serta tidak larut dalam air. Beberapa perbedaan trigliserida
mungkin karena gliserol mempunyai tiga fungsi. Fungsi hidroksil dan juga
mengandung lemak alami yang mempunyai rantai panjang dan sejumlah
ikatan rangkap yang berhubungan satu sama lain. Trimiristin terkandung
sekitar 25% dari berat kering biji buah pala. (Wilcox, 1995)
1.6 Sifat Trimiristin
Trimiristin mempunyai beberapa sifat :
a. Bentuk Kristal : serbuk putih
b. Berat Molekul : 728,18 g/mol
c. Densitas : 0,88 g/cm3
pada suhu 300C
d. Titik lebur 58,50C
e. Kelarutan : - tidak larut dalam air
- Sangat larut dalam alkohol dan eter
(Wilcox,1995)
1.7 Isolasi Trimiristin
Trimiristin merupakan ester yang larut dalam alkohol, eter,
kloroform, dan benzena. Kadar masing-masing komponen ( C 74,73 %, H
11,99 % dan O 12,27 %). Isolasi trimiristin (ester) dan miristat (turunan
fenil propanon) yang merupakan dua produk utama dari buah pala
dilakukan dengan ekstraksi kloroform. Senyawa ini dipisahkan dengan
memisahkan residu dan filtratnya. Trimiristin padat dicampur dengan
alkali, menghasilkan asam miristat. Miristat dimurnikan dengan
kromatografi kolom dan destilasi bertingkat. Isolasi trimiristin dari biji
buah pala yang paling baik adalah dengan cara ekstraksi eter dengan alat
refluks dan residunya dihabiskan dengan aseton. Selain itu senyawa
trimiristin tidak banyak bercampur dengan ester lain yang sejenis.
(Wilcox, 1995)
1.8 Teknik Isolasi Trimiristin
a. Ekstraksi Pelarut
Ekstraksi trimiristin pala yang merupakan biji dari tanaman
yang relative kaya akan trigliserida yaitu asam lemak ester gliseril.
Banyak percobaan dari trigliserida yang mungkin terjadi sejak
gliserol memiliki tiga rantai hidrokarbon dan juga mengandung
asam lemak alami yang mempunyai rantai sangat panjang dan
sejumlah ikatan rangkap yang saling berhubungan satu sama lain.
Biji buah pala sangat luar biasa karena di dalamnya terkandung
trigliserida terutama estergliserol yaitu asam lemak tunggal dan
asam yang disebut trimistin. (Cahyono,1991)
Ekstraksi trimiristin dapat dicapai secara maksimal dari biji
buah pala dengan ekstraksi eter dalam alat refluks dan residunya
dihablur dengan aseton. Dengan cara ini senyawaan trimiristin
yang terdapat dalam biji buah pala tidak banyak tercampur dengan
ester lain yang sejenis. (Francis,1992)
b. Refluks
Refluks dilakukan dengan cara mendidihkan cairan dalam
wadah yang disambungkan dengan kondensor sehingga cairan
terus menerus kembali kedalam wadah. Teknik ini digunakan
untuk melaksanakan reaksi dalam waktu lama, semisal sintesis
organik. (Freiser, 1957)
c. Rekristalisasi dan Kristalisasi
Suatu produk kristal yang terpisah dari campuran reaksi,
biasanya terkontaminasi dengan zat-zat yang tidak murni.
Pemurnian dilakukan dengan cara kristalisasi, dari sebuah pelarut
yang tepat. Secara garis besar, proses kristalisasi terdiri dari
beberapa tahap :
1. Melarutkan zat dalam pelarut pada suhu tinggi.
2. Menyaring larutan yang tidak larut.
3. Melewatkan larutan panas untuk menghilangkan pada kristal
tak dingin dan endapan.
4. Mencuci kristal untuk menghilangkan cairan asli yang masih
melekat.
5. Mengeringkan kristal untuk menghilangkan bekas akhir dari
pelarut.
Rekristalisasi hanyalah sebuah proses lanjutan dari kristalisasi.
Rekristalisasi hanya efektif apabila digunakan pelarut yang tepat.
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam memilih
pelarut yang cocok untuk kristalisasi dan rekristalisasi. Pelarut
yang baik adalah pelarut yang akan melarutkan jumlah zat yang
agak besar pada suhu tinggi, namun akan melarutkan dengan
jumlah sedikit pada suhu rendah dan harus mudah dipisahkan dari
kristal zat yang dimurnikan. Selain itu, pelarut tidak bereaksi
dengan zat yang akan dimurnikan dengan cara apapun. (Fieser,
1957)
1.9 Prinsip Isolasi Trimiristin (Ester) dan Miristat
Trimiristin dan miristat adalah dua produk buah pala yang
dilakukan dengan ekstraksi kloroform, senyawa ini dipisahkan dengan
pemisahan residu dan filtratnya. Trimiristin dapat dicampur dengan alkali
menghasilkan asam miristat. Miristat dimurnikan dengan kromatografi
kolom dan destilasi. (Raphael,1991)
III. PROSEDUR KERJA
1. Alat :
a) Mortar
b) Timbangan
c) Seperangkat alat
ekstraktor soklet
d) Corong buchner
e) Kertas saring
f) Spatula
g) Gelas arloji
h) Kompor listrik
i) Water bath
j) Oven
2. Bahan :
a) Biji buah pala/serbuk biji buah pala 15 gram
b) Eter
c) Aseton
d) Aquades
3. Skema Kerja :
Serbuk pala
Labu alas bulat
Campuran hasil refluks
- Penambahan 30 ml eter
- Perefluksan dengan titik didih eter 34oC
selama 0,5 jam
- Penyaringan dan pendinginan
Residu Filtrat
Pisahkan eter dengan
recovery
Residu
Eter
15 ml Aseton
Gelas Beker
Dingikan suhu kamar 0,5 jam
Dinginkan di air es 0,5 jam
Hasil
Penyaringan dengan
corong Buchner
Hitung presentasi
Trimiristin
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data Pengamatan :
Tabel V. 1 Data Pengamatan
Variabel yang diamati Hasil Pengamatan
Tetesan eter pertama Terjadi 12 menit dari awal proses
Berwarna bening
Siklus pertama Terjadi 18 menit dari tetes pertama
Berwarna kuning pekat
Siklus kedua Terjadi 7 menit setelah siklus pertama
Berwarna kuning agak jernih
Siklus ketiga Terjadi 6 menit setelah siklus kedua
Berwarna kuning makin jernih
Siklus keempat Terjadi 11 menit setelah siklus ketiga
Berwarna kuning jernih
Siklus kelima Terjadi 6 menit setelah siklus keempat
Berwarna kuning jernih
Recovery pertama Terjadi 14 menit
Berwarna kuning
Recovery kedua Terjadi 33 menit
Berwarna orange
Penambahan aseton 5 ml Aseton yang awalnya berwarna hijau
dimasukkan ke dalam trimiristin menjadi
bercampur berwarna orange
Pendinginan suhu ruang
selama 30 menit
Mulai terbentuk endapan putih
Pendinginan dalam air es
selama 30 menit
Terbentuk banyak endapan putih
Oven suhu 50OC selama
10 menit
Didapat berat trimiristin + kertas saring sebesar
3,55 gram
Oven suhu 50OC selama
10 menit
Didapat berat trimiristin + kertas saring sebesar
3,46 gram
Oven suhu 50OC selama 5
menit
Didapat berat trimiristin + kertas saring sebesar
3,35 gram
Oven suhu 50OC selama 5
menit
Didapat berat trimiristin + kertas saring sebesar
3,26 gram
Oven suhu 50OC selama 5
menit
Didapat berat trimiristin + kertas saring sebesar
3,20 gram
Oven suhu 50OC selama 5
menit
Didapat berat trimiristin + kertas saring sebesar
3,16 gram
Oven suhu 50OC selama 5
menit
Didapat berat trimiristin + kertas saring sebesar
3,16 gram
Presentase Rendemen Hasil trimiristin
Berat trimiristin = 3,16 - berat kertas saring
= 3,16 - 0,60
= 2,56 gram
Berat serbuk biji pala = 15 gram
%Trimiristin dalam pala =
x 100 %
=
x 100 %
= 17,06 %
Hasil Pembahasan :
Pada percobaan ini dilakukan pemisahan senyawa organik dengan
menggunakan ekstraksi padat cair, yaitu isolasi trimiristin asam miristat
dari biji pala dengan menggunakan soxhlet.
Pada percobaan isolasi trimiristin dari biji pala mulanya biji pala
dihaluskan terlebih dahulu menjadi serbuk halus. Hal ini dilakukan agar
zat-zat yang terkandung dalam biji pala dapat dengan mudah terlarut
dalam pelarut, sebab dengan semakin halusnya serbuk maka semakin luas
permukaan sentuh antara pelarut dengan sampel sehingga akan semakin
besar kontak dengan pelarut yang digunakan.
Kemudian sampel serbuk biji pala yang sudah dihaluskan
disoxhlet. Digunakannya metode ini karena dalam percobaan ini sampel
yang digunakan berupa padatan yaitu serbuk biji pala. Adapun pelarut
yang digunakan adalah eter. Penggunaan pelarut ini karena eter dapat
digunakan untuk melarutkan trimiristin yang merupakan gliseraldehid
yang bersifat non polar. Kemudian pelarut eter ini dimasukkan dalam labu
alas bulat.
Selanjutnya melakukan soxhletasi selama 5 siklus untuk
menghasilkan ekstrak yang berupa larutan kuning yang semakin jernih.
Dengan terbentuknya larutan yang semakin jernih maka dapat dikatakan
proses ekstraksi ini berlangsung sempurna.
Dalam proses soxhletasi ini digunakan waterbath agar pelarut dapat
menguap. Suatu siklus dikatakan ketika pelarut dalam labu alas bulat akan
menguap akibat pemanasan dari waterbath. Uap pelarut akan naik,
kemudian akan dikondensasikan oleh kondensor menjadi molekul-molekul
cairan pelarut yang jatuh ke dalam tempat sampel serbuk biji pala.
Terjadinya pengembunan ditandai dengan adanya tetesa-tetesan pelarut ke
dalam sampel. Setelah volume tempat sampel dipenuhi oleh pelarut, maka
seluruh cairan (pelarut yang telah membawa solut) akan turun kembali ke
dalam labu alas bulat melalui pipa kecil, inilah yang disebut dengan satu
siklus.
Dalam praktikum ini siklus pertama terjadi sekitar 30 menit dari
awal mulai proses, siklus kedua terjadi sekitar 7 menit setelah siklus
pertama dan siklus ketiga terjadi 6 menit setelah siklus kedua. Siklus
keempat terjadi 11 menit dari siklus ketiga dan siklus kelima terjadi 6
menit setelah siklus keempat. Lamanya siklus pertama diakibatkan karena
pelarut yang bersifat non polar akan mengekstraksi serbuk pala yang
mengandung zat-zat non polar pula dengan optimal dari tetesan pertama
hingga siklus pertama. Setelah itu siklus-siklus selanjutnya berlangsung
lebih cepat karena zat-zat dalam sampel telah terekstraksi optimal pada
siklus pertama. Semakin banyak siklus yang terjadi maka semakin banyak
ekstrak yang didapat karena semakin banyak zat-zat yang ikut terlarut
dalam pelarut sehingga hasil ekstrak akan semakin besar sampai pada
batas kandungan zat/jumlah zat tersebut di dalam sampel. Dari proses
soxhletasi ini diperoleh minyak yang berwarna kuning jernih yang
merupakan minyak pala.
Selanjutnya yaitu dengan perlakuan recovery yang bertujuan
untuk memisahkan antara zat pelarut dengan minyak pala. Pemisahan ini
dilakukan berdasarkan perbedaan titik didih dimana zat yang mempunyai
titik didih rendah akan menguap terlebih dahulu. Dalam proses ini, pelarut
eter memiliki titik didih lebih rendah daripada minyak pala yaitu 34oC,
sehingga eter akan menguap terlebih dahulu dan akibatnya eter akan
terpisah dari minyak pala.
Kemudian minyak pala yang diperoleh dari hasil recovery tadi
ditambahkan dengan aseton dan kemudian didinginkan pada suhu ruang
selama 30 menit . Penambahan aseton ini bertujuan untuk memisahkan
trimiristin dari zat-zat pengotornya sedangkan pendinginan pada suhu
ruang bertujuan untuk melarutkan trimiristin. Proses ini disebut
rekristalisasi. Dalam proses rekristalisasi kriteria pelarut yang digunakan
merupakan pelarut yang tidak bereaksi dengan zat padat yang terlarut.
Juga pelarut tidak memiliki titik didih melebihi titik leleh zat padatnya,
kemudian pelarut hanya sedikit melarutkan zat padat pada suhu kamar,
tetapi sangat mudah melarutkan pada suhu didihnya.
Dalam percobaan ini digunakan aseton karena titik didih aseton
lebih rendah dibandingkan titik leleh zat yang terkandung dalam biji pala
yaitu titik leleh aseton berdasarkan literatur adalah 56,2oC sedangkan titik
leleh trimiristin adalah 56o – 57
oC. Setelah penambahan aseton terbentuk
endapan berwarna putih, proses ini disebut rekristalisasi.
Selanjutnya filtrat hasil penyaringan didinginkan dalam air es
selama 30 menit untuk mempercepat terbentuknya kristal. Kristal
selanjutnya dikumpulkan dan disaring dengan corong Buchner sehingga
diperoleh kristal kering trimiristin yang berwarna putih kekuning-
kuningan.
Untuk memperoleh trimiristin yang kering sempurna kristal
trimiristin dari hasil penyaringan di corong buchner dioven pada suhu
50oC hingga mendapatkan berat yang konstan.
Massa kristal trimiristin yang diperoleh adalah sebesar 2,56 gr
dengan rendemennya sebesar 17,06%.
Hasil rendeman trimiristin yang diperoleh termasuk kecil, yaitu
17,06%, hal ini mungkin disebabkan bentuk serbuk biji pala yang
digunakan masih kurang terlalu halus karena besar kecilnya ukuran
partikel mempengaruhi koefisien ekstraksi, semakin halus serbuk sampel
maka semakin efisien karena semakin halus serbuk maka semakin banyak
kontak dengan pelarut sehingga semakin efisien ekstraknya dan hasilnya
lebih optimal. Jadi, semakin disebabkan kurang halusnya serbuk biji pala
yang digunakan sehingga hasil yang didapatpun juga tidak banyak.
V. SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan :
a. Trimiristin diambil dari pelarut eter dan dimurnikan dengan aseton
melalui proses proses soxhletasi.
b. Rendemen yang didapat adalah 17,06 %.
c. Warna serbuk trimiristin yang didapat kuning
Saran :
a. Sebelum memulai praktikum, dianjurkan agar setiap praktikan
mempelajari dan memahami prosedur kerja, alat dan bahan agar
tidak mengalami kesulitan saat praktikum.
b. Pada saat akan memulai proses soxhletasi pastikan semua celah
udara dapat tertutup rapat.
c. Usahakan memaksimalkan siklus yang terjadi agar semakin tinggi
pula rendemen yang didapat.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen Praktikum Kimia Organik-Biokimia 2013 Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik–Biokimia Teknik Kimia FT UNNES
Semarang.
http://www.scribd.com/doc/140701075/Laporan-Praktikum-Trimiristin
diakses pada hari Sabtu, 16 November 2013 pukul 16.21 WIB
http://evelyta-appe.blogspot.com/2013/06/isolasi-trimiristin.html?m=1
diakses pada hari Sabtu, 16 November 2013 pukul 10.11 WIB
http://www.scribd.com/doc/142350403/PERCOBAAN-v-Isolasi-
Trimiristin-Dari-Biji-Buah-Pala
diakses pada hari selasa, 19 November 2013 pukul 10.34 WIB