+ All Categories
Home > Documents > HUBUNGAN ANTARA KESEJAHTERAAN SPIRITUAL ...

HUBUNGAN ANTARA KESEJAHTERAAN SPIRITUAL ...

Date post: 28-Apr-2023
Category:
Upload: khangminh22
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
141
HUBUNGAN ANTARA KESEJAHTERAAN SPIRITUAL (SPIRITUAL WELL BEING) DAN RESILIENSI PADA ODAPUS (ORANG DENGAN LUPUS) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Program Studi Psikologi Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi Disusun oleh : LILIK SEPRIANI 13320246 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2017
Transcript

HUBUNGAN ANTARA KESEJAHTERAAN SPIRITUAL

(SPIRITUAL WELL BEING) DAN RESILIENSI PADA ODAPUS

(ORANG DENGAN LUPUS)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya

Program Studi Psikologi Universitas Islam Indonesia

Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh

Derajat Sarjana S1 Psikologi

Disusun oleh :

LILIK SEPRIANI

13320246

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2017

i

HUBUNGAN ANTARA KESEJAHTERAAN SPIRITUAL

(SPIRITUAL WELL BEING) DAN RESILIENSI PADA ODAPUS

(ORANG DENGAN LUPUS)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya

Program Studi Psikologi Universitas Islam Indonesia

Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh

Derajat Sarjana S1 Psikologi

Disusun oleh :

LILIK SEPRIANI

13320246

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2017

ii

iii

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’alamin

Segala puji bagi Allah SWT Engkaulah Tuhan yang Maha Esa, terimakasih

atas segala rahmat dan nikmat yang Engkau berikan kepada hamba sehingga

karya sederhana ini dapat diselesaikan.

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk:

Kedua orangtuaku Bapak Sukatno dan Ibu Susidem

Guru-guruku

Para pemikir, serta

Sahabat-sahabat odapus yang sedang berjuang dengan lupus

v

HALAMAN MOTTO

“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, Dan Kami telah

menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan

Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah

kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada

kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah

dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah

hendaknya kamu berharap.”

(QS. Al Insyirah: 1-8)

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kamu. Dan boleh

jadi kamu mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kamu. Allah maha

mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.”

(Q.S. Al-Baqarah: 216)

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka

mengubah diri mereka sendiri“

(Q.S. Ar- Ra’d: 11)

vi

PRAKATA

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahi Rabbil’alaimin. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas

petunjuk dan pertolongan-Nya, serta telah memberikan kemampuan, kekuatan,

dan jalan kemudahan sehinga skripsi ini dapat diselesaikan. Terima kasih atas

semua karunia dan Rahmat-Nya yang telah diberikan hingga hamba masih

berkesempatan untuk menjalani kehidupan sampai detik ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari

bimbingan, dorongan, doa, dan bantuan baik berupa material dan non material

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah peneliti mengucapkan terima

kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Dr. rer. Nat. Arief Fahmie, S.Psi,. MA, Psi. selaku Dekan Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

2. Ibu Mira Aliza Rachmawati, S.Psi., M.Psi., selaku Ketua Program Studi

Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam

Indonesia.

3. Ibu Endah Puspitasari, S.Psi., M.Si., Psikolog, selaku Dosen Pembimbing

Skripsi yang dengan penuh kesabaran memberikan arahan, bimbingan, dan

motivasi kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas

vii

segala nasehat, kritik, saran, waktu, tenaga, serta pikiran yeng telah diberikan

kepada peneliti.

4. Ibu Rumiani, S.Psi., M.Psi. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

bersedia memberikan nasehat, dukungan, dan pengarahan mengenai proses

dari awal kuliah hingga selesai.

5. Seluruh Dosen Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial

Budaya Universitas Islam Indonesia, yang telah membagikan ilmu

pengetahuan serta pengalaman selama proses perkuliahan, dan segenap

karyawan serta staff Program Studi Psikologi Universitas Islam Indonesia

yang telah membantu peneliti dalam administrasi.

6. Kedua orang tua yang sangat peneliti cintai. Ibu Susidem dan Bapak Sukatno,

terima kasih sudah menjadi orang tua terbaik dan tidak ada tandingannya.

Terima kasih atas semangat, doa, dukungan, kasih sayang, nasehat, dan restu

yang selalu diberikan selama ini.

7. Adikku tersayang Rahmat Saputra, terimakasih atas keceriwisannya.

8. Keluarga baru peneliti di Yogyakarta, Keluarga Rudiyah dan Bidadari S.Psi

Ginta Linggaduma S. Psi, Maharani Putri S S. psi, Isna Husnita, Tia Ratu A.,

Fina Fitriana U., Esna Taqwaningtias, Wira Setya D S. Psi, Bhekti Prayogo P.,

Tsabit Bisma, Irman Nuryadin S S. Psi, dan Fajrul Falah W. Terima kasih atas

segala dukungan, bantuan, kebahagiaan, kasih sayang, serta mampu menjadi

inspirasi dan motivasi selama berada disini. Peneliti akan selalu merindukan

saat-saat bersama kalian. Semoga tetap terjaga silaturahminya ya gaes!.

viii

9. Responden yang telah bersedia diminta waktunya untuk membantu dalam

mengisi kuisioner untuk penelitian ini. Terima kasih banyak karena kalian

sangat membantu.

10. Teman-teman Psikologi angkatan 2013 terimakasih atas bantuan,

kebersamaan, dan keceriannya di Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya.

11. Teman-teman KKN PW-122 Imas Kusumandari, Dhiya Ulhaq, Rizki

Endraningtyas, Maulidha Amanati, Rifki Rinaldi, Marisun Fahmi, Aldino si

Ayam Jago dan semua teman - teman tim Desa Jelok. Terima kasih telah

menciptakan keluarga baru.

12. Semua pihak yang terlibat dalam proses menimba ilmu di Program Studi

Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam

Indonesia yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Semoga Allah Subhanallahu wata’ala memberikan limpahan rahmat dan

karunia serta mendapatkan balasan yang lebih baik atas kebaikan semua pihak

yang sudah terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam proses

pengerjaan skripsi ini, Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh

Yogyakarta, Juni 2017

Peneliti

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... ii

PERNYATAAN ETIKA AKADEMIK ................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. iv

HALAMAN MOTTO ............................................................................................... v

PRAKATA ................... ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................. x

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiii

INTISARI ............................................................................................................... xiv

BAB I PENGANTAR ............................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

B. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 9

C. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 9

D. Keaslian Penelitian ........................................................................................ 10

1. Keaslian Topik ........................................................................................... 15

2. Keaslian Teori ............................................................................................ 16

3. Keaslian Alat Ukur .................................................................................... 17

4. Keaslian Responden Penelitian .................................................................. 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 19

A. resiliensi .............. ........................................................................................... 19

1. Pengertian Resiliensi .................................................................................. 21

2. Aspek - aspek Resiliensi ..... ....................................................................... 21

3. Faktor - faktor Resiliensi ............................................................ ................ 24

B. Kesejahteraan Spiritual .................................................................................. 27

1. Pengertian Kesejateraan Spiritual ............................................................... 27

2. Aspek - aspek Kesejahteraan Spiritual ....................................................... 28

C. Systemic Lupus Erythematosus (SLE) ............................. ..............................30

x

1. Pengertian Systemic Lupus Erythematosus ..........................................30

2. Tipe-Tipe Systemic Lupus Erythematosus ............. ..............................31

D. Hubungan antara Kesejahteraan Spiritual dan Resiliensi ............................... 33

E. Hipotesis Penelitian ..................................................................................38

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 39

A. Identifikasi Variabel Penelitian ...................................................................... 39

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................................................ 39

1. Resiliensi ............. ....................................................................................... 39

2. Kesejahteraan Spiritual ............................................................................... 39

C. Subjek Penelitian ........................................................................................... 40

D. Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 40

1. Skala Resiliensi .............. ............................................................................ 41

2. Skala Kesejahteraan Spiritual .................................................................... 42

E. Validitas dan Reliabilitas .............................................................................. 43

F. Metode Analisis Data .... ................................................................................. 45

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN ...................................... 46

A. Orientasi Kancah dan Persiapan .................................................................. 46

1. Orientasi Kancah .................................................................................. 46

2. Persiapan Penelitian ................................................................................ 46

B. Laporan Pelaksanaan Penelitian .................................................................. 50

C. Hasil Penelitian .......................................................................................... 51

1. Deskripsi Subjek Penelitian .................................................................... 51

2. Deskripsi Data Penelitian ......................................................................... 54

3. Uji Asumsi ............................................................................................ 56

4. Uji Hipotesis ............................................................................................ 58

D. Pembahasan ................................................................................................. 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 64

A. Kesimpulan ................................................................................................. 64

B. Saran .......................................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 66

LAMPIRAN

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi Butir Skala Resiliensi Sebelum Uji Coba ................................36

Tabel 2 Distribusi Butir Skala Kesejahteraan Spiritual Sebelum Uji Coba...........37

Tabel 3 Distribusi Butir Skala Resiliensi Setelah Uji Coba ..................................44

Tabel 4 Distribusi Butir Skala Kesejahteraan Spiritual Setelah Uji Coba ............45

Tabel 5 Deskripsi Responden Penelitian ........................................................46

Tabel 6 Deskripsi Responden Penelitian ........................................................46

Tabel 7 Deskripsi Data Penelitian ....................................................................47

Tabel 8 Norma Kategorisasi ................................................................................47

Tabel 9 Kategorisasi Kesejahteraan Spiritual .......................................................48

Tabel 10 Kategorisasi Resiliensi ..........................................................................49

Tabel 11 Hasil Uji Normalitas ..............................................................................49

Tabel 12 Hasil Uji Linearitas ................................................................................50

Tabel 13 Hasil Uji Hipotesis ................................................................................51

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Uji Coba ................................................................................79

Lampiran 2 Tabulasi Data Uji Coba Resiliensi ....................................................91

Lampiran 3 Tabulasi Data Uji Coba Kesejahteraan Spiritual ................................94

Lampiran 4 Hasil Analisis Aitem ..........................................................................98

Lampiran 5 Skala Penelitian ..............................................................................110

Lampiran 6 Tabulasi Data Penelitian Resiliensi .................................................122

Lampiran 7 Tabulasi Data Penelitian Kesejahteraan spiritual ............................125

Lampiran 8 Hasil Uji Asumsi ..............................................................................129

Lampiran 9 Hasil Uji Hipotesis ...........................................................................134

xiii

HUBUNGAN ANTARA KESEJAHTERAAN SPIRITUAL (SPIRITUAL

WELL BEING) DAN RESILIENSI PADA ODAPUS (ORANG DENGAN

LUPUS)

Lilik Sepriani

Endah Puspita Sari

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesejahteraan spiritual

dan resiliensi pada odapus (orang dengan lupus). Hipotesis dalam penelitian ini

adalah terdapat hubungan positif antara kesejahteraan spiritual dengan resiliensi

pada odapus (orang dengan lupus). Untuk menguji hipotesis penelitian, peneliti

melakukan pengambilan data menggunakan skala kesejahteraan spiritual yang

diadaptasi dari skala SWBS (The Spiritual Well-Being Scale) yang disusun oleh

Paloutzian dan Ellison (Ellison, 1983) dan Resiliensi yang diadaptasi dari skala

The Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) yang disusun oleh Connor dan

Davidson (2003). Skala tersebut disebarkan kepada 45 odapus yang tergabung

dalam Komunitas Peduli Lupus X Yogyakarta. Analisis korelasi menunjukan nilai

koefisien r = 0,716 dengan signifikansi p< 0,01 sehingga hipotesis diterima.

Kata kunci : Kesejahteraan spiritual, resiliensi, lupus, odapus

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang Masalah

Lupus atau Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah salah satu jenis

penyakit autoimun kronik yang menyerang berbagai sistem dalam tubuh. Dalam

keadaan normal, sistem kekebalan tubuh berfungsi untuk mengendalikan

pertahanan tubuh, melindungi tubuh dari virus, kuman atau benda asing, dan

melawan infeksi. Pada penyakit Lupus, antibodi yang dihasilkan untuk pertahanan

tubuh berbalik melawan sel tubuhnya sendiri sehingga dapat menyebabkan

gangguan-gangguan pada organ tubuh. Lupus juga disebut dengan penyakit seribu

wajah karena lupus dapat menyerang berbagai organ berbeda dan gejalanya tidak

selalu sama untuk setiap orang. Bahkan pada orang yang sama, gejalanya bisa

berbeda dari waktu ke waktu. Istilah lupus berasal dari bahasa Latin yang berarti

anjing hutan atau serigala. Pada tahun 1800-an Lupus digambarkan sebagai suatu

gangguan kulit dan diberi nama Lupus karena sifat ruamnya yang berbentuk

“kupu-kupu”, melintasi tonjolan hidung dan meluas pada kedua pipi yang

menyerupai gigitan serigala (Price & Wilson, 2006).

Lupus memiliki gejala yang saling tumpang tindih satu dengan yang

lainnya, sehingga diagnosa semakin sulit untuk ditegakkan secara akurat. Gejala

yang paling sering mucul sebagai manifestasi awal adalah nyeri sendi, demam

tinggi sampai 38 derajat Celsius, bengkak pada sendi, lelah berkepanjangan,

berkurangnya berat badan hingga anemia, dan gangguan ginjal. Manifestasi kulit

mencakup ruam eritematosa yang dapat muncul pada wajah, leher, dan badan.

2

Sekitar 40% individu dengan lupus mempunyai ciri khas ruam merah pada wajah

berbentuk seperti kupu-kupu yang melingkupi wilayah sekitar tulang hidung dan

pipi. Sinar matahari dapat memperburuk ruam pada kulit. Ketika penyakit lupus

sedang aktif, rambut akan rontok dalam jumlah banyak serta timbul nyeri pada

dada akibat peradangan kronik. Lupus juga dapat menyerang sistem saraf pusat

maupun saraf tepi. Gejala-gejala yang timbul meliputi perubahan tingkah laku,

kejang-kejang, dan gangguan saraf. Penyakit lupus tidak menular, tetapi individu

dengan lupus harus berobat sepanjang hidupnya (Price & Wilson, 2006).

Penyakit Lupus menyerang perempuan usia produktif delapan kali lebih

sering daripada laki-laki dengan angka kematian lebih tinggi (Perhimpunan

Reumatologi Indonesia, 2011). Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, tidak

pandang bulu. Namun, 9 dari 10 orang dewasa penderita lupus ternyata

perempuan berusia antara 15 sampai 45 tahun. Lupus pada laki-laki umumnya

terjadi sebelum pubertas atau di atas usia 50 tahun. Menurut data Kemenkes RI

(2011), di Indonesia jumlah penderita penyakit Lupus secara tepat belum

diketahui. Pada tahun 1998 tercatat hanya 586 penderita Lupus, ternyata setelah

tahun 2005 telah mencapai 6.578 penderita. Pada tahun 2008, tercatat 8.693. Pada

tahun 2009, tercatat 8.891. Menurut data yang ada pada Yayasan Lupus Indonesia

(Autoimun Care, 2017) penderita lupus pada tahun 2012 telah mencapai 12.700

penderita, dan pada tahun 2013 penderita lupus sudah mencapai 13.300. Saat ini

diperkirakan mencapai 1,5 juta orang penderita lupus. Diagnosis penyakit yang

sering terlambat sehingga berakibat pemberian terapi yang tidak akurat menjadi

penyebab meningkatnya jumlah penderita atau odapus. Orang yang hidup dengan

3

Lupus sering disebut dengan Odapus (orang dengan Lupus). Sebutan ini

diciptakan sebab para penderita Lupus tidak ingin diri mereka dijadikan objek,

namun ingin dilihat sebagai subjek. Sejumlah penyebab pesatnya peningkatan

jumlah odapus setiap tahun juga dipengaruhi penurunan kualitas pelayanan dan

peningkatan masalah yang dihadapi oleh odapus (Kemenkes RI, 2011).

Mengingat manifestasi klinis, perjalanan penyakit lupus sangat beragam dan

risiko kematian yang tinggi, hal ini menimbulkan berbagai dampak perubahan,

baik itu dampak perubahan fisik maupun psikis. Dari segi fisik yang terjadi antara

lain berubahnya kemampuan fisik dan penampilan fisik. Berubahnya kemampuan

fisik misalnya seperti daya tahan tubuh yang cepat sekali melemah dan tidak dapat

lagi beraktivitas di luar secara normal karena harus selalu menghindari sinar

matahari (ultraviolet). Berubahnya penampilan fisik misalnya seperti penampilan

wajah yang membengkak dengan ruam-ruam kemerahan, wajah yang dipenuhi

dengan koreng, tubuh yang menjadi kurus serta kerontokkan rambut yang tidak

wajar. Penderita lupus juga diharuskan untuk mengkonsumsi obat untuk

mengatasi gejala serta 80% diantaranya akan mendapatkan terapi steroid yang

lama, maka hal tersebut akan menimbulkan efek pada penderita lupus. Dari

berbagai macam bentuk manifestasi klinik yang muncul karena penyakit Lupus

khususnya secara fisik berupa pengobatan serta terapi maka akan berpengaruh

kepada kondisi psikologis odapus (Judha & Setiawan, 2015).

Kondisi psikologis yang dialami odapus yaitu saat dinyatakan menderita

penyakit lupus, odapus akan memberikan respon berupa ketegangan (stress)

seperti penolakan dalam menghadapi kenyataan bahwa lupus tidak dapat

4

disembuhkan dan risiko kematian yang disebabkan oleh lupus sangat tinggi.

Sarafino (Smet, 1994) menyatakan bahwa sumber stres bisa berasal dari dalam

diri individu salah satunya yaitu rasa sakit. Tingkatan stres yang muncul pada

individu tergantung pada keadaan rasa sakit dan umur individu. Tekanan

psikologis yang dirasakan oleh odapus dapat memperparah keadaan fisik odapus,

penyakit lupus yang diderita akan lebih mudah untuk kambuh dan menyerang

organ tubuh odapus. Taylor (Smet, 1994) mengungkapkan bahwa stres pada

individu dapat menyebabkan perubahan fisiologis dan psikologis yang

mengakibatkan berkembangnya suatu penyakit. Perubahan fisiologis yaitu

berubahnya kekebalan tubuh individu karena terpapar stres memiliki kerentanan,

juga terhadap berbagai proses patofisiologis termasuk bakteri, alergi, dan

penyakit-penyakit autoimun yang berkaitan dengan pergantian mekanisme

pertahanan imunologis (Ader & Cohen, 1993).

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah satu odapus diperoleh

informasi bahwa pada awal responden menderita sakit selama satu tahun tanpa

diagnosa yang pasti karena gejala sakit yang responden rasakan sering berubah-

ubah. Dua tahun yang lalu akhirnya responden mendapatkan kejelasan tentang

penyakit yang responden derita. Responden didiagnosis positif menderita penyakit

lupus setelah melalui beberapa tes laboratorium dan lupus yang diderita responden

masuk kedalam jenis diskoid lupus karena lupus yang diderita responden

menyerang sendi dan kulit. Reaksi responden saat dokter menjelaskan tentang

penyakit lupus adalah merasa sedih, pasrah, dan responden hanya bisa menangis.

Kondisi ini karena responden sudah mengetahui bahwa penyakit lupus tidak dapat

5

disembuhkan. Selain itu, gejala penyakit lupus seperti sakit pada sendi dan tulang,

demam tinggi, timbulnya ruam pada kulit, rambut rontok, sariawan yang parah

pada mulut, dan sakit pada vagina menyebabkan responden merasa tidak nyaman.

Perasaan tidak nyaman tersebut karena responden harus mengonsumsi obat setiap

hari dan merasakan sakit pada beberapa bagian organ tubuh yang terserang lupus.

Perasaan dikucilkan oleh lingkungan juga responden rasakan, karena responden

dianggap tidak mampu yang membuat responden berusaha untuk menerima, tetap

bersemangat, dan tidak peduli dengan anggapan tersebut (wawancara pribadi, 13

November 2016).

Dampak-dampak perubahan yang terjadi secara fisiologis maupun psikis

menimbulkan efek kurang nyaman bagi para odapus. Ketidakpastian akan

penyakit serta kenyataan bahwa lupus tidak dapat disembuhkan dapat

menimbulkan berbagai reaksi dari odapus. Bagi sebagian odapus, diagnosis

menderita penyakit lupus dimaknai sebagai bagian hidup yang dapat odapus

terima. Pada sebagian odapus yang lain, diagnosis menderita penyakit lupus

merupakan kondisi yang dapat menghancurkan dimana odapus merasa dirinya

menjadi tidak berharga. Ketika seseorang didiagnosis menderita penyakit kronik,

individu dapat mengalami keadaan krisis yang ditandai dengan

ketidakseimbangan fisik, sosial, dan psikologis seperti munculnya ruam

kemerahan pada pipi, perasaan dikucilkan oleh lingkungan, dan kenyataan bahwa

penyakit lupus tidak dapat disembuhkan. Pemahaman yang baik mengenai lupus

serta upaya mencegah kekambuhan akan menjadikan odapus mampu mengatasi

tekanan yang dialami dan beradaptasi dengan perubahan fisik, untuk kemudian

6

bangkit menjadi individu yang dapat menjalankan fungsi psikologisnya dengan

baik. Kemampuan untuk bertahan hidup atau daya lentur terhadap situasi atau

kondisi yang mengancam seperti penyakit, kehilangan pasangan, bencana,

ataupun musibah disebut sebagai resiliensi. Werner & Smith (Isaacson, 2002)

menyatakan bahwa resiliensi sebagai kapasitas untuk secara efektif menghadapi

stres internal berupa kelemahan-kelemahan, maupun stres eksternal, misalnya

penyakit, kehilangan, atau masalah dengan keluarga.

Hollister-Wagner (Everall dkk, 2006) menyebutkan bahwa resiliensi

merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan sifat dasar individu yang

mampu memproteksi individu dari efek negatif risiko dan kemampuan bertahan

menghadapi masalah. Odapus dengan resiliensi yang baik mampu melindungi diri

dari hal-hal yang dapat menurunkan kesehatan yang bisa berakibat fatal bagi

odapus. Ketika odapus mengalami perubahan kesehatan yang tidak pasti (flare

up), odapus mampu mengendalikan diri dari faktor-faktor risiko penyebab

kekambuhan, seperti mengonsumsi obat dengan teratur, tidak melakukan aktivitas

di luar ruangan pada siang hari, dan menghindari sumber stres baik yang berasal

dari diri odapus ataupun lingkungan. Tingginya resiko kematian penyakit lupus,

perubahan kondisi fisik, dan tuntutan dari lingkungan yang dirasakan odapus,

membuat odapus harus mampu bertahan agar menjadi lebih kuat. Odapus yang

resilien percaya bahwa segala sesuatu dapat berubah menjadi lebih baik. Odapus

yang resilien mempunyai harapan terhadap masa depan dan dapat mengontrol

arah kehidupannya agar odapus mampu melindungi diri dari efek-efek negatif.

7

Dalam mengembangkan resiliensi, peran spiritualitas ternyata penting,

karena salah satu faktor yang mempengaruhi resiliensi seseorang adalah spiritual.

Berdasarkan penelitian Bogar dan Killacky (2006) ada lima hal yang menjadi

faktor penentu resiliensi, yaitu competent, high-self regard, helpful life

circumtance, interpersonally skilled, dan spiritual. Berdasarkan faktor-faktor

yang disebutkan oleh Bogar dan Killacky (2006), spiritualitas menjadi salah satu

komponen penting bagi resiliensi seseorang. Spiritualitas tidak hanya terbatas

pada ibadah dan doa saja, tetapi kenyamanan dalam menghadapi kesulitan dan

mengupayakan kesejahteraan (well-being), yang mengukur seberapa baik

seseorang menghadapi permasalahan kesehatan fisik dan mental (Paloutzian,

Bufford, & Wildman, 2012). Menurut Fisher, Francis, dan Johnson (Moodley,

2008) kesehatan spiritual tercermin dari kesejahteraan spiritual seseorang, yang

diwujudkan dalam hubungan dengan diri sendiri (personal), dengan yang lain

(communal), alam (environment), dan Tuhan (transcendental). Namun konsep

kesejahteraan spiritual tidak sama dengan kesehatan spiritual atau kematangan

spiritual karena pengertian-pengertian tersebut lebih berkaitan dengan golongan

tertentu. Kesejahteraan spiritual lebih dekat pada kesejahteraan atau ketentraman

spiritual individu (Reinhoudt, 2004).

Fisher (2010) menyebutkan bahwa kesejahteraan spiritual mencerminkan

sejauhmana individu dalam harmoninya berkaitan dengan makna, tujuan, dan

nilai-nilai kehidupan. Dalam kesejahteraan spiritual terkandung makna

pemeliharaan fisik, biologis, perasaan, dan kesatuan. Odapus membutuhkan

kesejahteraan spiritual dalam menghadapi penyakit lupus sebagai upaya

8

memelihara keadaan fisik, biologis, serta perasaan dengan tujuan membatasi

dampak buruk penyakit lupus. Fernando dan Chowdhury (2010) menyatakan

bahwa World Health Organization sebagai organisasi kesehatan dunia

mengungkapkan bahwa kesejahteraan spiritual menjadi dimensi yang penting

terhadap kesehatan, kesejahteraan, dan sebagai bentuk dukungan untuk

mengembangkan serta menunjukkan adanya perilaku positif yang berguna demi

kesehatan. Penelitian yang dilakukan oleh Afandi dan Prawitasari (2010)

menemukan bahwa penyintasan odapus dalam menghadapi penyakit lupus

ditentukan oleh kesadaran akan bahaya penyakit, spiritualitas, sifat ikhlas, dan

semangat hidup yang tinggi.

Kesejahteraan spiritual pada odapus sendiri dapat dilihat dari seberapa

besar odapus meyakini bahwa penyakit lupus yang diderita adalah sebuah hal

yang harus diterima dengan lapang dada serta meyakini bahwa segala yang terjadi

dalam kehidupan sudah ada yang mengatur. Jika odapus mampu menerima dan

meyakini bahwa lupus merupakan bagian kehidupan yang telah diatur oleh Tuhan,

maka odapus akan menjadi individu yang resilien meskipun dengan kondisi

kesehatan yang tidak pasti seperti perubahan fisik dan psikologis selama proses

pengobatan dan terapi. Sesuai dengan yang dikemukakan Wagnild (2011),

meskipun dalam hidup manusia seringkali tidak memiliki kuasa atas kejadian

yang terjadi pada dirinya seperti kecelakaan, bencana alam, kriminalitasn, hingga

penyakit yang mengarah pada kematian, tetapi setiap individu dapat memilih

bagaimana menghadapi kejadian tersebut. Resiliensi memungkinkan odapus untuk

dapat mengatasi kesulitan yang dihadapi, sehingga dapat mengurangi risiko

9

kekambuhan serta dapat hidup secara baik, seperti melanjutkan kuliah atau

bekerja. Berdasarkan hasil studi kualitatif pada 24 wanita lanjut usia yang telah

mengalami peristiwa traumatis dalam hidup, Wagnild dan Young (1993)

menemukan bahwa resiliensi merupakan suatu kekuatan dalam diri individu

sehingga mampu beradaptasi dalam menghadapi kondisi sulit dan kemalangan

yang menimpa. Selanjutnya, resiliensi juga ditemukan memiliki hubungan dengan

kesehatan fisik dan mental (Black& Ford-Giboe, dalam Wagnild, 2009).

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini diarahkan

untuk melihat lebih jauh mengenai hubungan antara kesejahteraan spiritual

dengan resiliensi pada odapus. Maka pertanyaan penelitian yang diajukan oleh

peneliti adalah “apakah ada hubungan antara kesejahteran spiritual dan resiliensi

pada odapus (orang dengan lupus)?”.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

kesejahteraan spiritual dengan resiliensi pada odapus.

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan sebagai

tambahan informasi dan memperkaya kajian guna pengembangan ilmu

10

psikologi klinis. Selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman

dalam penelitian lebih lanjut mengenai resiliensi.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada odapus,

untuk dapat meningkatkan kemampuan resiliensi odapus dimana resiliensi

penting untuk mencapai penyesuaian diri secara positif dan mampu mengubah

penderitaan yang dialami menjadi suatu tantangan untuk mengembangkan diri

menjadi individu yang jauh lebih baik.

D. Keaslian Penelitian

Penelitian-penelitian terdahulu terkait dengan resiliensi pernah dilakukan

antara lain oleh Eley, dkk. (2013) dengan judul The Relationship Between

Resilience And Personality Traits In Doctors: Implication For Enhancing Well

Being. Peserta dari penelitian ini adalah 479 keluarga praktisi dokter yang berada

diseluruh bagian Australia. Penelitian ini menggunakan alat ukur Temperament

and Character Inventory (TCI-R140) (Cloninger et al, 1994) untuk mengukur

tujuh dimensi dasar kepribadian dan Resilience Scale (Wagnild, 2009) untuk

mengukur resiliensi. Teori resiliensi yang digunakan pada penelitian ini adalah

resiliensi menurut Herrman, Stewart, Diaz – Granados, Berger, Jackson, & Yuen

(2011). Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan resiliensi dengan kepribadian

yang matang, bertanggung jawab, optimis, tekun, dan kooperatif. Analisis regresi

menunjukkan bahwa perbedaan kepribadian memprediksi 39% varians pada

resiliensi.

11

Penelitian resiliensi juga dilakukan oleh Souri dan Hasanirad (2011) dengan

judul Relationship Between Resilience, Optimism and Psychological Well-Being

in Students of Medicine. Sampel penelitian berjumlah 414 mahasiswa kedokteran

terdiri dari 213 laki-laki dan 191 perempuan. Penelitian ini menggunakan teori

resiliensi yang dikemukakan oleh Ryff dan Singer (2003). Penelitian ini

menggunakan Ryff Scale of Psychological Well-Being (RSPWB), Connor

Davidson Resilience Scale (CD-RISC), dan Scheir and Carver’s Life Orientation

Test (LOT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiliensi mampu memprediksi

kesejateraan psikologis, dan optimisme berperan sedikit dalam hubungan antara

resiliensi dan kesejahteraan psikologis. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa

kesejahteraan psikologis dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti resiliensi,

dan optimisme individu.

Selanjutnya penelitian Sisca dan Moningka (2008) dengan judul Resiliensi

Perempuan Dewasa Muda Yang Pernah Mengalami Kekerasan Seksual di Masa

Kanak-kanak. Penelitian ini mengangkat topik mengenai kemampuan resiliensi

para wanita yang pernah mengalami kekerasan seksual dimasa kecilnya. Peserta

penelitian adalah 3 orang wanita dewasa berusia 19-40 tahun dan pernah

mengalami kekerasan seksual di masa kecilnya. Penelitian ini menggunakan teori

resiliensi yang dikemukakan oleh Grotberg (1999). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa adanya kemampuan resiliensi yang diperoleh subjek berasal dari

lingkungan dan dari segi spiritual yaitu dengan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Adapun subjek yang tidak mengalami resiliensi disebabkan oleh faktor internal

12

individu yang cenderung menyalahkan keadaan dan orang lain yang berada di

sekitarnya sehingga subjek sulit untuk menerima masa lalunya.

Penelitian lain dilakukan oleh Anggraeni (2008) dengan judul Resiliensi

Pada Penyandang Tuna Daksa Pasca Kecelakaan. Anggraeni membuat penelitian

dengan metode penelitian kualitatif dengan tujuan untuk mengetahui gambaran

proses resiliensi pada penyandang tuna daksa serta faktor-faktor yang

mempengaruhi pencapaian resiliensi. Teori resiliensi yang digunakan pada

penelitian ini adalah resiliensi menurut Grotberg (1994). Subjek dalam penelitian

ini adalah 2 orang pria penyandang tuna daksa pasca kecelakaan, dimana subjek

kehilangan salah satu anggota tubuhnya yang diakibatkan oleh kecelakaan. Subjek

penelitian berusia 20-30 tahun dan sudah mengalami kecacatan selama 1-5 tahun.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian menggunakan metode observasi dan

wawancara dengan subjek dan significant others. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kedua subjek mengalami resiliensi dalam hidupnya setelah peristiwa

kecelakaan yang menyebabkan kakinya harus diamputasi.

Penelitian Suyasa dan Wijaya (2006) dengan judul Resiliensi dan Sikap

Terhadap Penyalahgunaan Zat (Studi Pada Remaja). Subjek pada penelitian ini

adalah siswa-siswi yang bersekolah di SLTP X. Subjek tidak dibatasi oleh suku

bangsa, jenis kelamin, status sosial ekonomi, status kesehatan, dan agama. Jumlah

subjek penelitian adalah 101 orang. Pengambilan sampel penelitian berdasarkan

teknik convinience sampling. Gambaran subjek penelitian dapat dilihat

berdasarkan usia, jenis kelamin, jenjang pendidikan, jumlah sahabat, jumlah

saudara kandung serta jumlah anggota keluarga di rumah. Rentang usia penelitian

13

yaitu minimal berusia 11 tahun dan maksimal 14 tahun. Rata-rata usia subjek

penelitian adalah 13 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan antara resiliensi dengan sikap terhadap penggunaan napza. Artinya

resiliensi subjek tidak secara langsung menentukan sikap subjek terhadap

penggunaan napza.

Penelitian kesejahteraan spiritual dilakukan oleh Cotton, Levine,

Fitzpatrick, Dold, dan Targ (1999) dengan judul Exploring The Relationships

Among Spiritual Well Being, Quality of Life, and Psychological Adjustment in

Women with Breast Cancer. Responden penelitian berjumlah 142 wanita yang

didiagnosis kanker payudara. Peserta diberi satu set kuesioner yang mengukur

kesejahteraan spiritual, kualitas hidup, dan penyesuaian untuk kanker. Hasil

penelitian menunjukkan korelasi positif antara spiritual kesejahteraan dan kualitas

hidup, serta korelasi yang signifikan antara kesejahteraan rohani dan gaya

penyesuaian pada responden. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya korelasi

negatif antara kualitas hidup dan ketidakberdayaan atau rasa putus asa, dan

korelasi positif antara kualitas hidup dan fatalisme. Hasil akhir penelitian

menunjukkan bahwa ada hubungan antara kesejahteraan spiritual dengan kualitas

hidup dan penyesuaian psikologis pada penderita kanker.

Penelitian yang dilakukan oleh Safariah (2014) dengan judul Pengaruh

Biblioterapi Versi Islam Terhadap Kesejahteraan Spiritual Pada Pasien Penyakit

Jantung Koroner. Subyek penelitian berjumlah 48 orang, masing-masing 24 orang

untuk kelompok intervensi dan kontrol. Kesejahteraan spiritual diukur dengan

menggunakan Spiritual Well Being Scale (SWBS). Pengolahan data melalui

14

analisis uji t berpasangan dan tidak berpasangan, karena uji normalitas

terdistribusi normal. Hasil uji t berpasangan pada kelompok intervensi terdapat

perbedaan bermakna (p= 0,00) kesejahteraan spiritual sebelum dan sesudah

biblioterapi. Hasil penelitian menunjukkan biblioterapi versi islam berpengaruh

terhadap kesejahteraan spiritual pasien penyakit jantung koroner.

Selanjutnya penelitian Vollman, LaMontagne, & Wallston (2009) dengan

judul Existential Well Being Predicts Perceived Control In Adults with Heart

Failure. Subyek penelitian yaitu pasien yang telah terdiagnosis lemah jantung

sebanyak 75 orang berusia diatas 21 tahun dan mengerti bahasa Inggris untuk

mempermudah menyelesaikan alat ukur. Kesejahteraan spiritual diukur dengan

menggunakan Spiritual Well Being Scale (SWBS) dan perceived control diukur

menggunakan Control Attitudes Scale (CAS; Moser & Dracup, 1995). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan yang positif antara

kesejahteraan spiritual terhadap perceived control pada penderita lemah jantung.

Penelitian Arianti (2007) dengan judul Hubungan Stres dalam Kehidupan,

Ketangguhan Kognitif, dan Kesejahteraan Spiritual dengan Strategi Mengurangi

Stres. Subyek penelitian yaitu mahasiswa fakultas teologi Universitas Kristen

Duta Wacana yang mempunyai ciri atau karakteristik yang telah ditentukan.

Subyek pada penelitian berjumlah 50 orang. Penelitian ini menggunakan skala

yang dimodifikasi dari skala Social Readjustment Rating Scale / SRRC (Struwig,

2004) untuk skala kejadian stres dalam kehidupan. Alat ukur yang digunakan

untuk ketangguhan kognitif menggunakan skala ketangguhan/hardines yang

dikembangkan oleh Astuti (1994), dan telah diuji coba oleh Istono (1998). Alat

15

ukur untuk kesejahteraan spiritual menggunakan Spiritual Well Being Scale /

SWBS yang disusun oleh Palautzian dan Ellison (1983). Hasil penelitian

menunjukkan ada korelasi negatif antara kejadian stres dalam hidup dengan

ketangguhan kognitif. Tidak ada korelasi antara kejadian stres dalam hidup

dengan kesejahteraan spiritual. Ada korelasi positif antara ketangguhan kognitif

dengan kesejahteraan spiritual.

Penelitian yang dilakukan Liannara (2016) dengan judul Hubungan Antara

Kesejahteraan Spiritual dengan Resiliensi Pada Penyandang Tunadaksa

Nonbawaan. Subjek penelitian yaitu penyandang tunadaksa nonbawaan

(perempuan dan laki-laki). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

metode skala. Alat ukur untuk mengukur resiliensi diadaptasi dari The 14 Item

Resilience Scale (RS-14) yang dikemukakan oleh Wagnild dan Young (2009),

sedangkan skala kesejahteraan spiritual menggunakan skala adaptasi The Spiritual

Well-Being Scale (SWBS) dari teori Ellison (1983). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa terdapat hubungan positif antara kesejahteraan spiritual dan resiliensi pada

penyandang tunadaksa nonbawaan.

1. Keaslian Topik

Penelitian ini memiliki keaslian topik karena dalam penelitian

sebelumnya belum pernah ada yang melakukan penelitian mengenai

hubungan antara spiritual well being (kesejahteraan spiritual) dengan

resiliensi pada Odapus. Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan yaitu

Eley, dkk. (2013) yang meneliti tentang The Relationship Between

Resilience And Personality Traits In Doctors: Implication For Enhancing

16

Well Being. Selanjutnya penelitian lain dilakukan oleh Souri dan Hasanirad

(2011) yang meneliti tentang Relationship Between Resilience, Optimism

and Psychological Well-Being in Students of Medicine. Penelitian Sisca dan

Moningka (2008) meneliti tentang Resiliensi Perempuan Dewasa Muda

Yang Pernah Mengalami Kekerasan Seksual di Masa Kanak-kanak.

Selanjutnya ada penelitian yang dilakukan Anggraeni (2008) meneliti

tentang Resiliensi Pada Penyandang Tuna Daksa Pasca Kecelakaan.

Penelitian lain yang berbeda dengan penelitian ini adalah Penelitian

kesejahteraan spiritual dilakukan oleh Cotton, Levine, Fitzpatrick, Dold, dan

Targ (1999) yang meneliti tentang Exploring The Relationships Among

Spiritual Well Being, Quality of Life, and Psychological Adjustment in

Women with Breast Cancer. Selanjutnya penelitian Vollman, LaMontagne,

& Wallston (2009) dengan judul Existential Well Being Predicts Perceived

Control In Adults with Heart Failure. Penelitian Liannara (2016) meneliti

mengenai hubungan kesejahteraan spiritual dengan resiliensi pada

penyandang tuna daksa nonbawaan.

Penelitian yang akan dilakukan ini berjudul Hubungan antara

Kesejahteraan Spiritual dengan Resiliensi pada orang dengan lupus

(Odapus). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu kesejahteraan spiritual

dan variabel tergantung yaitu resiliensi.

2. Keaslian Teori

Beberapa teori yang umum digunakan terkait dengan resiliensi adalah

teori resiliensi dari Reivich dan Shatte, Grotberg, Werner dan Smith. Seperti

17

penelitian yang dilakukan oleh Sisca dan Moningka (2008) yang berjudul

Resiliensi Perempuan Dewasa Muda Yang Mengalami Kekerasan Seksusal

Di Masa Kanak-Kanak yang menggunakan teori dari Grotberg (1999). Teori

resiliensi yang digunakan pada ini adalah teori resiliensi milik Connor dan

Davidson (2003). Untuk variabel kesejahteraan spiritual, penelitian ini

menggunakan teori kesejahteraan spiritual oleh Ellison (2009), sama dengan

yang digunakan yang digunakan dalam penelitian Liannara (2016) dengan

judul penelitian Hubungan Kesejahteraan Spiritual Dengan Resiliensi Pada

Penyandang Tuna Daksa Nonbawaan.

3. Keaslian Alat Ukur

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Liannara (2016)

dengan judul Hubungan Kesejahteraan Spiritual Dengan Resiliensi Pada

Penyandang Tuna Daksa Nonbawaan, resiliensi diukur dengan

memodifikasi skala Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RSIC).

Sedangkan pada penelitian ini menggunakan skala resiliensi yang diadaptasi

dari The Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) oleh Connor dan

Davidson (2003), sama dengan skala yang digunakan oleh Souri dan

Hasanirad (2011).

Untuk pengukuran kesejahteraan spiritual peneliti akan menggunakan

alat ukur berupa skala kesejahteraan spiritual (spiritual well being)

menggunakan alat ukur kesejahteraan spiritual di adaptasi dari SWB Scale

(SWBS) Ellison (2009). Alat ukur yang digunakan sama dengan penelitian

yang dilakukan oleh Liannara (2016) dengan judul Hubungan Kesejahteraan

18

Spiritual Dengan Resiliensi Pada Penyandang Tuna Daksa Nonbawaan yang

menggunaka alat ukur Spiritual Well Being Scale (SWBS).

4. Keaslian Responden Penelitian

Subjek penelitian ini adalah orang dengan penyakit lupus (odapus).

Subjek penelitian ini berbeda dengan subjek penelitian lain. Penelitian milik

Sisca dan Moningka (2008) subjek penelitian adalah 3 orang wanita dewasa

berusia 19-40 tahun dan pernah mengalami kekerasan seksual dimasa

kecilnya, penelitian Anggraeni (2008) menggunakan 2 orang pria berusia

20-30 tahun penyandang tuna daksa dapatan. Penelitian Eley, dkk. (2013)

menggunakan keluarga praktisi kedokteran, penelitian Souri dan Hasanirad

(2011) menggunakan mahasiswa kedokteran, penelitian Anggraeni (2008)

menggunakan penyandang tuna daksa berusia 20-30 tahun, dan penelitian

Suyasa dan Wijaya (2006) menggunakan siswa-siswi SLTP X, serta

penelitian Liannara (2016) menggunakan subyek penyandang tuna daksa

nonbawaan.

19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Resiliensi

1. Pengertian Resiliensi

American Psychological Association (2010) mendeskripsikan

resiliensi sebagai proses adaptasi yang baik dalam menghadapi

kesengsaraan, trauma, tragedi, ancaman, dan sumber stres lainnya. Sumber

stres misalnya masalah dalam keluarga dan pertemanan, masalah kesehatan

serius, maupun masalah di tempat kerja, dan finansial. Resiliensi adalah

kemampuan individu untuk mempertahankan kesejahteraan psikologis dan

fisik dalam menghadapi kesulitan (Tian & Hong, 2013). Menurut Luthar

(Embury & Saklosfske, 2013) resiliensi adalah proses dinamis dimana

individu menunjukkan adaptasi positif terhadap pengalaman ataupun

kejadian traumatis. Hal ini bukan menunjukkan sikap kepribadian atau

atribut individu, tetapi merupakan konstrak dua dimensi yang menunjukkan

penyesuaian positif dari paparan kesengsaraan. Menurut Connor dan

Davidson (2003) resiliensi adalah sebuah kualitas personal seseorang yang

memungkinkannya untuk berkembang dalam menghadapi kesulitan dalam

hidup

Gartland, Bond, Olsson, Buzwell, dan Sawyer (2011) menyebutkan

bahwa resiliensi dapat didefinisikan sebagai hasil-hasil perkembangan

positif dalam menghadapi kesulitan atau stres yang tahan terhadap

pengalaman risiko psikososial, proses adaptasi yang sukses atau

20

pengembangan kompetensi meskipun memiliki stres dengan status berisiko

tinggi atau kronis, dan kapasitas sistem dinamis untuk menahan atau pulih

dari gangguan yang signifikan. Resiliensi juga dipahami sebagai suatu hal

yang mengacu pada adaptasi positif, atau kemampuan untuk

mempertahankan atau mendapatkan kembali kesehatan mental, meskipun

setelah mengalami kesulitan (Herrman, Stewart, Diaz – Granados, Berger,

Jackson, & Yuen, 2011).

Menurut Masten (Embury & Saklosfske, 2013) resiliensi atau

ketahanan yang mengacu pada fenomena, ditandai dengan hasil positif

terhadap adanya ancaman serius bagi proses adaptasi atau perkembangan.

Menurut Connor (Embury & Saklosfske, 2013) resiliensi adalah

karakteristik multidimensional yang bervariasi dengan konteks waktu, usia,

gender, asal budaya maupun subjek individual terhadap berbagai tantangan

hidup. Wagnild dan Young (1990) menyatakan bahwa resiliensi merupakan

stamina emosional dan digunakan untuk menjelaskan orang yang

menunjukkan keberanian dan kemampuan beradaptasi pada situasi hidup

yang sulit (kematian, perceraian, peperangan, kemiskinan). Resiliensi adalah

kapasitas untuk bergerak maju dalam keadaan yang merugikan (Patterson,

2001). Menurut Rutter (Bogar dan Killacky, 2006) resiliensi merupakan

sebuah konsep psikologis yang menunjukkan kombinasi antara kepribadian

dasar dengan pengaruh lingkungan, dimana kombinasi tersebut memberikan

perlindungan bagi individu dari efek psikologis yang berbahaya akibat

trauma atau tekanan yang sangat hebat.

21

Resiliensi adalah kemampuan untuk mendapatkan kembali

keseimbangan psikososial setelah terfragmentasi singkat dalam menghadapi

stres berat (Kadner, 1989). Resiliensi mengacu pada kemampuan untuk

bangkit kembali dari keterpurukan dan keberhasilan dalam beradaptasi (Xu

& Ou, 2014). Schoon (2006) menyimpulkan definisi dari beberapa ahli dan

menyatakan bahwa resiliensi merupakan proses dinamis dimana individu

menunjukkan fungsi adaptif dalam menghadapi adversity yang berperan

penting bagi dirinya.

Berdasarkan pendapat Connor dan Davidson (2003) resiliensi adalah

sebuah kualitas personal seseorang yang memungkinkannya untuk

berkembang dalam menghadapi kesulitan dalam hidup. Dengan kualitas

personal yang dimiliki, diharapkan individu yang mengalami kesulitan

dalam hidup dapat bangkit dan tidak kalah dengan keadaan.

2. Aspek-aspek Resiliensi

Menurut Connor dan Davidson (2003) terdapat lima aspek yang

membentuk variabel resiliensi, yaitu:

a. Kompetensi pribadi, standar yang tinggi, dan kegigihan

Aspek ini terkait dengan kemampuan individu dalam usaha untuk

menyelesaikan hambatan yang terjadi pada dirinya. Pada konteks

resiliensi, kegigihan bisa dialami pada peristiwa traumatis, penyakit

kronis, atau saat menghadapi bencana alam.

b. Kepercayaan seseorang pada naluri, adanya toleransi terhadap pengaruh

negatif, dan memiliki kekuatan menghadapi pengaruh stres. Aspek ini

22

memfokuskan seseorang pada ketenangan, pengambilan keputusan, dan

ketepatan waktu ketika menyesuaikan diri dengan stres.

c. Penerimaan diri yang positif, penerimaan yang dimaksud adalah

penerimaan diri yang positif terhadap perubahan dan hubungan yang

aman dengan orang lain. Aspek ini berhubungan dengan kemampuan

seseorang untuk beradaptasi pada perubahan situasi dengan emosi yang

positif, sekalipun perubahan tersebut membawa dampak yang terlihat

tidak baik bagi diri individu.

d. Kontrol, termasuk kontrol diri seseorang untuk mengarah pada tujuan

termasuk usaha untuk memperoleh dukungan orang lain. Situasi sulit

cenderung membuat individu menjadi hilang kontrol, namun individu

yang resilien mampu menghadapi dan mengendalikan situasi agar tidak

bertambah buruk.

e. Pengaruh spiritual dan kepercayaan seseorang terutama pada Tuhan dan

takdir. Keyakinan spiritual penting untuk membentuk individu menjadi

pribadi yang resilien. Keyakinan yang disandarkan pada aspek spiritual

membuat individu tidak menyalahkan diri sendiri dan orang lain ketika

ada peristiwa tidak menyenangkan yang terjadi pada diri individu.

Tokoh lain Wagnild dan Young (1993) mengungkap bahwa

komponen resiliensi meliputi:

a. Equanimity (ketenangan hati)

Suatu perspektif mengenai keseimbangan dan harmoni yang

dimiliki individu berkaitan tentang hidup berdasarkan pengalaman yang

23

terjadi selama hidupnya. Individu yang resilien telah belajar untuk tidak

menunjukkan respon ekstrim dan bersikap tenang.

b. perseverance (ketekunan dan kekerasan hati)

Suatu tindakan untuk bertahan meskipun harus menghadapi

tantangan dan kesulitan. Selain itu, memiliki komponen perseverance

juga berarti bahwa seseorang bersedia untuk berjuang menyusun kembali

hidupnya dan disiplin pada diri sendiri.

c. self reliance (kemandirian)

Keyakinan individu terhadap diri serta kemampuan yang dimiliki.

Melalui berbagai pengalaman, baik itu kesuksesan maupun kegagalan,

individu yang resilien belajar untuk mengatasi masalahnya sendiri. Self

reliance juga merupakan kemampuan individu untuk bergantung pada

diri sendiri serta mengenali kekuatan dan keterbatasan yang ia miliki.

d. meaningfulness atau purpose (kebermaknaan dan tujuan)

Suatu kesadaran bahwa hidup memiliki tujuan, dimana diperlukan

usaha untuk mencapai tujuan tersebut. Wagnild (2010), menambahkan

bahwa komponen ini menjadi dasar dan komponen terpenting dari

resiliensi.

e. existential aloneness (kesendirian eksistensial)

Suatu kesadaran bahwa jalan hidup setiap orang bersifat unik serta

mampu menghargai keberadaan dirinya sendiri. Individu yang resilien

akan mampu berteman dengan dirinya sendiri dalam arti merasa nyaman,

puas, dan menghargai keunikan yang dimiliki dirinya.

24

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti menyatakan pada pendapat

Connor dan Davidson (2003), bahwa aspek-aspek yang dapat

mempengaruhi dan membentuk resiliensi seseorang yaitu kompetensi

pribadi, kepercayaan seseorang pada naluri, penerimaan diri yang positif

terhadap perubahan, kontrol diri, dan pengaruh spiritual dan kepercayaan

seseorang pada Tuhan dan takdir.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Resiliensi

Bogar dan Killacky (2006) menjelaskan istilah resilient determinant

yang merujuk pada lima faktor penentu yang membuat seseorang mampu

bertahan pada situasi traumatis dan menekan serta kembali pada kontinum

normal sebagai manusia yang seutuhnya. Lima faktor penentu tersebut

adalah:

a. Interpersonally skilled (Kemampuan interpersonal)

Kemampuan interpersonal adalah faktor pertama yang membuat

seseorang mampu berinteraksi secara positif dengan orang lain.

Kemampuan ini bisa menggiring kondisi psikologis individu pada

kebahagiaan dan kesenangan.

b. Competent (Kompeten)

Kompetensi adalah gabungan antara bakat dan kerja keras. Individu

yang menggunakan bakat serta berusaha keras untuk terus mengasahnya,

maka individu akan mampu menjadi individu yang berkompeten dan

mampu bersaing secara positif dengan individu lainnya.

25

c. High Self Regard (Penerimaan diri)

Setiap manusia pasti memiliki banyak kelemahan, namun dengan

penerimaan diri yang positif, setiap kelemahan tersebut dapat ditutupi

dengan kelebihan dan mampu menerima diri apa adanya.

d. Spiritual (Rohani)

Keyakinan spiritual menjadi penting untuk membentuk individu

menjadi resilien karena keyakinan spiritual membuat manusia menerima

peristiwa traumatis yang menimpanya. Keyakinan spiritual membuat

individu yakin bahwa ada yang mengatur setiap peristiwa yang terjadi di

alam semesta ini.

e. Helpful Life Circumstance (Keadaan yang membantu)

Lingkungan yang mendukung juga sangat membantu seseorang

untuk menjadi resilien. Lingkungan dapat diartikan sebagai keluarga dan

orang-orang terdekat. Selain dukungan dari lingkungan, helpful life

circumstance muncul dalam bentuk peristiwa yang menentukan dan

menjadi titik balik bagi individu untuk menjadi resilien.

Holaday dan McPhearson (Purnomo, 2014) merumuskan tiga faktor

yang mempunyai pengaruh terhadap resiliensi, yaitu:

a. Psychological Resources (Sumber-sumber Psikologis)

Termasuk di dalamnya locus of control internal, empati dan rasa

ingin tahu, cenderung mencari hikmah dari setiap pengalaman, dan selalu

fleksibel dalam menghadapi situasi. Solmus (Basim, Erknekli & Sesen,

2010) mengatakan bahwa individu dengan locus of control internal lebih

26

responsif terhadap rangsangan ataupun perubahan lingkungan yang dapat

menentukan perilaku masa depan mereka. Hsu (Basim, Erkenekli &

Sesen, 2010) menemukan bahwa individu dengan locus of control

internal tinggi menerima bahwa prestasi dan kegagalan mereka

tergantung pada upaya dan usaha singkat mereka, mereka memiliki

kemampuan untuk menentukan hasil mereka sendiri dan bertanggung

jawab atas apa yang terjadi.

b. Social Support (Dukungan Sosial)

Termasuk di dalamnya pengaruh budaya, dukungan komunitas,

individu, keluarga. Budaya dan komunitas dimana individu tinggal juga

dapat mempengaruhi resiliensi. Kumalasari dan Ahyani (2012)

menyebutkan bahwa dukungan sosial menunjukkan hubungan

interpersonal yang melindungi individu terhadap konsekuensi negatif dari

stres.

c. Cognitive Skills (Kemampuan Kognitif)

Termasuk di dalamnya intelegensi, gaya coping, kemampuan untuk

menghindarkan dari menyalahkan diri sendiri, kontrol personal, dan

spritualitas.

Berdasarkan uraian di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi

yaitu interpersonally skilled (keterampilan interpersonal), kompetent

(kompetensi), high self regard (penerimaan diri), spiritual (rohani), dan helpful

life circumtance (keadaan yang membantu). Oleh karena itu dapat dikatakan

bahwa spiritual merupakan bagian yang dapat mempengaruhi kesejahteraan

27

spiritual dan dapat memiliki kontribusi dalam mempengaruhi resiliensi (Bogar

dan Killacky, 2006).

B. Kesejahteraan spiritual

1. Pengertian kesejahteraan spiritual

Moberg (Fernando & Chowdhury, 2010) mengungkapkan bahwa

kesejahteraan spiritual merupakan sebuah dasar nilai yang berhubungan

dengan kekuatan yang dimiliki seseorang dengan menunjukkan adanya rasa

memiliki hubungan dengan pencipta (kedekatan dengan Tuhan) sebagai

petunjuk mengenai kehidupan sehingga memiliki dampak baik bagi individu

sendiri maupun lingkungan sekitar. Menurut Gomesh dan Fisher (Moodley,

2008), kesejahteraan spiritual adalah kemampuan seseorang dalam

membangun dirinya menjadi penuh dengan potensi dan kemampuan untuk

mengetahui tujuan dasar hidupnya, untuk belajar mengalami cinta, kasih

sayang, kedamaian, dan kesejahteraan serta menolong diri sendiri dan orang

lain untuk menerima potensi tertingginya.

Ellison (1983) menyatakan bahwa keadaan yang mendasari kepuasan

dalam hidup dan kemampuan mengekspresikan hubungan diri dengan

pencipta disebut sebagai kesejahteraan spiritual. Sebagian orang

beranggapan bahwa spiritualitas adalah hidup dengan kesadaran bahwa

Tuhan senantiasa di dekat manusia. Namun tidak selalu begitu, beberapa

orang mungkin juga mengekspresikan spiritualitas melalui nilai-nilai agama,

ritual, dan kepercayaan. Paloutzian dan Ellison (Vollman, LaMontagne,

Wallston, 2006) mendefinisikan spiritual well being (kesejahteraan

28

spiritual) sebagai karakteristik perkembangan kepribadian yang

diasosiasikan sebagai rasa kedamaian, rasa saling mengasihi satu sama lain,

rasa menghormati kehidupan, dan penghargaan terhadap kesatuan kedua

belah pihak di dalam keberagaman budaya. Kesejahteraan spiritual juga

membedakan pengalaman rohani manusia ke dalam dua perbedaan

persfektif yakni religious well being (kedekatan terhadap Tuhan) dan

existential well being (pandangan akan masa depan). Boland (Utsey, dkk,

2007) mengungkapkan kesejahteraan spiritual termasuk dalam kesadaran

akan kemampuan dalam memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sehingga

mewujudkan suatu komitmen guna melatih dan menjadi bagian dari pola

perilaku sehari-hari. Ellison (Moodley, 2008) berpendapat bahwa

kesejahteraan spiritual dipandang sebagai suatu bentuk gambaran pokok

dari ekspresi seseorang dalam kesehatan psikologisnya. Kesejahteraan

spiritual berperan penting dalam persepsi seseorang mengenai sehat dan

sakit.

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka peneliti menggunakan

pendapat Ellison (1983) yang menyatakan bahwa keadaan yang mendasari

kepuasan dalam hidup dan kemampuan mengekspresikan hubungan diri

dengan pencipta disebut sebagai kesejahteraan spiritual.

2. Aspek-aspek Kesejahteraan spiritual

Menurut Ellison (2003) kesejahteraan spiritual dibagi menjadi dua

aspek diantaranya sebagai berikut:

29

a. Kesejahteraan beragama (Religious well being)

Religious well being menurut Boivin, Kirby, Underwood, & Silva

(Vollman, LaMontagne, & Wallston, 2006) adalah berfokus pada

bagaimana individu memandang kesejahteraan kehidupan rohani, seperti

yang diungkapkan dalam kaitannya dengan kekuatan yang lebih tinggi

yakni merasakan adanya hubungan yang dekat terhadap pencipta

(Tuhan).

b. Kesejahteraan eksistensial (Existential Well Being)

Menurut Boivin (Vollman, LaMontagne, & Wallston, 2006)

existential well being adalah keadaan sosial dan psikologis individu

untuk dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan melibatkan

hubungan luar dalam mencapai tujuan hidup sebagai pandangan terhadap

masa depan berdasarkan adanya rasa puas dengan kehidupan, baik yang

meliputi pengalaman positif atau negatif.

Menurut Gomes dan Fisher (2005) terdapat empat aspek yang

membentuk variabel kesejahteraan spiritual, yaitu:

a) Personal, yaitu dimana individu berupaya untuk mencerminkan dan

menemukan makna, nilai, tujuan, dan nilai-nilai hidupnya.

b) Communal, yaitu dimana seseorang berupaya untuk mengungkapkan

secara mendalam hubungan seseorang terhadap diri sendiri, terhadap

orang lain dalam menciptakan nuansa cinta, keadilan, harapan, dan iman

dalam kemanusiaan.

30

c) Transcedental, yaitu hal yang berkaitan dengan hubungan diri seseorang

dengan beberapa hal yang biasanya di luar kemampuan manusia pada

umumnya yang melibatkan keimanan terhadap Tuhan, penyembahan,

sumber misteri dari alam semesta.

d) Environmental well being, yaitu dengan menunjukkan adanya ungkapan

secara alami termasuk rasa kagum, heran, dan kesatuan dengan

lingkungan.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyatakan pada pendapat

Ellison (1983), bahwa kesejahteraan spiritual terdiri dari dua aspek yaitu

kesejahteraan beragama (religious well being) dan kesejahteraan eksistensial

(existential well being).

C. Systemic Lupus Erythematosus (SLE)

1. Pengertian Systemic Lupus Erythematosus (SLE)

Beberapa pengertian tentang Systemic Lupus Erythematosus (SLE)

atau penyakit lupus yang dipaparkan berikut ini, menjelaskan bahwa

penyakit lupus merupakan penyakit autoimun yang kronik dan menyerang

berbagai sistem dalam tubuh. Tanda dan gejala dari penyakit lupus ini bisa

bermacam-macam, bersifat sementara, dan sulit untuk didiagnosis (Price &

Wilson, 2006). Childs (2006) menyebutkan Systemic Lupus Erythematosus

(SLE) atau Lupus sebagai penyakit kronis yang menyerang autoimun yang

mempengaruhi banyak organ penderitanya, seperti susunan syaraf pusat,

darah, otak, koordinasi sel tubuh, ginjal, paru paru, membran sel, dan kulit.

lupus kemudian akan mempengaruhi bagaimana tubuh penderitanya

31

menghasilkan autoantibodies, autonuclear antibodies, dan immune

complexes (Tassiulas, Baumpas, & Wallace dalam Childs, 2006).

Shinjo dkk (Mesquita dkk., 2007) menyebutkan Systemic Lupus

Erythematosus (SLE) sebagai penyakit sistemik autoimun kronis yang

mempunyai variasi gejala klinis (manifestasi klinis). Penyakit ini biasanya

menyerang wanita muda dengan beragam faktor penyebab. Kumar, Abbas,

dan Aster (2015) menyatakan bahwa patogenesis lupus merupakan

gabungan dari faktor genetik dan faktor lingkungan seperti sinar ultraviolet

(UV), mengisap tembakau, dan hormon seks. Penelitian yang dilakukan oleh

Komalig dkk. (2008) tentang fakor-faktor lingkungan yang meningkatkan

risiko penyakit SLE, ditemukan bahwa faktor pernah mengalami penyakit

infeksi seperti ISPA dan tifus, susah tidur, stres, sering menggunakan obat-

obatan, istirahat dan pola makan yang tidak teratur, dan pengaruh sinar

matahari, menjadi faktor-faktor risiko dengan persentase yang cukup tinggi

yang menyebabkan terjadinya penyakit lupus.

2. Tipe-Tipe Systemic Lupus Erythematosus (SLE)

Secara garis besar Systemic Lupus Erythematosus (SLE) terbagi

menjadi tiga tipe. Namun beberapa literatur membagi tipe Systemic Lupus

Erythematosus (SLE) menjadi lebih bervariasi lagi. Berikut tipe-tipe

Systemic Lupus Erythematosus (SLE) yang dimaksud (Komalig dkk., 2008):

a. Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau penyakit Lupus yang

sesungguhnya. Lupus tipe ini, dapat menimbulkan komplikasi, seperti

lupus otak, lupus pembuluh darah jari-jari tangan atau kaki, lupus kulit,

32

lupus ginjal, lupus jantung, lupus darah, lupus otot, lupus retina, lupus

sendi. Lupus tipe ini merupakan tipe yang sangat berat karena

menyerang organ-organ vital yang lain, baik satu atau beberapa organ

vital. The American Rheumatism Assosiation (Price & Wilson, 2006)

telah mengembangkan kriteria untuk memilah SLE yaitu:

1. Ruam di daerah malar

2. Ruam diskoid

3. Fotosensitivitas

4. Artritis pada dua atau lebih sendi-sendi perifer

5. Ulkus pada mulut

6. Gangguan pada ginjal

7. Artritis

8. Gangguan neurologi berupa serangan kejang atau psikosis

9. Anemia atau rendahnya trombosit darah

10. Limfonia

11. Gangguan imunologi

Penegakan diagnosis pada Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dapat

dilakukan apabila adanya empat atau lebih dari sebelas kriteria yang

ditemukan pada individu.

b. Cutaneus lupus atau lupus diskoid, yaitu tipe lupus dengan manifestasi

beberapa jenis kelainan kulit. Lupus tipe ini merupakan lupus yang

hanya menimbulkan efek pada kulit penderitanya, dan disebut pula

lupus ringan. Hampir semua lupus tipe ini bisa berkembang menjadi

33

Systemic Lupus Erythematosus (SLE) jika telah menyerang organ–

organ tubuh yang lain.

c. Drug Induced lupus (DIL) atau Lupus Obat, yaitu tipe lupus yang

timbul akibat efek samping obat dan akan sembuh sendiri dengan

memberhentikan pemberian obat terkait. Umumnya berkaitan dengan

pemakaian obat hydralazine (obat hipertensi) dan procainamide (obat

untuk mengobati detak jantung yang tidak teratur), namun beberapa

tahun terakhir ini obat hydralazine dan procainamide sudah jarang

sekali digunakan.

d. Lupus neonatal, yaitu Lupus yang terjadi pada bayi yang baru

dilahirkan dari ibu dengan SLE. Simtomnya adalah ruam pada kulit

bayi, masalah pada hati, dan rendahnya kadar darah. Simtom-simtom

tersebut dengan sendirinya akan menghilang beberapa bulan kemudian.

Lupus tipe ini sangat jarang terjadi.

3. Hubungan antara kesejahteraan spiritual dengan resiliensi pada

odapus

Lupus merupakan penyakit yang hingga saat ini belum dapat disembuhkan.

Individu yang telah didiagnosa terkena penyakit lupus, tentulah akan merasa

sangat sedih, karena individu tersebut harus hidup dengan penyakit lupus sampai

akhir hayatnya. Penyakit lupus sangat merugikan dan membahayakan karena

penyakit lupus merupakan penyakit yang berpotensi menyebabkan komplikasi

pada berbagai organ tubuh manusia seperti ginjal, hati, otak, kulit, dan bagian

34

organ tubuh lainnya, dan juga dapat menyebabkan kematian. Konsekuensi fisik

dari penyakit lupus, misalnya kerontokan pada rambut dengan jumlah banyak,

wajah menjadi bulat (moon face) yang tampak aneh saat dilihat oleh lingkungan.

Penyakit lupus juga mengubah kemampuan fisik seseorang karena odapus tidak

dapat beraktivitas secara aktif dan normal karena harus menghindari sinar

matahari. Perubahan-perubahan fisik tersebut yang membuat odapus mudah

merasa terisolasi, frutrasi, dan stres (Salve, 2008).

Menurut Taylor (2009), setelah didiagnosa penyakit kronis, penderita akan

memunculkan reaksi seperti penolakan, kecemasan, dan depresi. Reaksi tersebut

adalah fase krisis yang umum dialami oleh penderita penyakit kronis, termasuk

lupus. Setelah fase krisis dilewati, odapus mulai menyadari bahwa penyakit yang

diderita akan mengubah hidupnya. Untuk mampu melewati masa krisis, odapus

harus memiliki kamampuan resiliensi yang tinggi. Seperti yang dijelaskan oleh

Gorthberg (1999), resiliensi merupakan kapasitas seseorang untuk menghadapi,

mengatasi, memperkuat diri, dan melakukan perubahan setelah mengalami

pengalaman-pengalaman yang merugikan (adversity). Pengalaman-pengalaman

yang merugikan berupa ketidakjelasan penyakit yang diderita dan kenyataan

bahwa lupus merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Perubahan

kondisi kesehatan tubuh yang sewaktu-waktu bisa menurun, batasan-batasan

terhadap aktivitas, serta lingkungan yang kurang memahami atau bahkan tidak

mau perduli terhadap odapus merupakan pengalaman negatif yang harus diterima

odapus.

35

Bogar dan Killacky (2006) menyebutkan bahwa untuk menjadi resilien,

individu harus memiliki keyakinan spiritual. Adanya keyakinan spiritual akan

mendekatkan odapus dengan Sang Pencipta dan mampu menumbuhkan

kesejahteraan spiritual pada diri odapus. Kesejahteraan spiritual membuat odapus

menerima penyakit yang diderita. Kesejahteraan spiritual membuat odapus yakin

bahwa ada yang mengatur setiap peristiwa yang terjadi di alam semesta ini

termasuk penyakit lupus yang diderita. Kesejahteraan spiritual tidak akan lepas

dari adanya penanaman diri bahwa kehidupan ini dijalankan berdasarkan

kemampuan untuk memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sehingga mampu

bertahan dan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan psikologis yang

disebabkan oleh penyakit lupus.

Menurut Ellison (1983), kesejahteraan spiritual terdiri dari dua aspek, yaitu

religious well being dan existential well being. Aspek pertama adalah religious

well being yaitu bersifat vertikal, menunjukkan bagaimana hubungan kehidupan

spiritual individu dengan Tuhannya (Pencipta). Seluruh agama tercakup dalam

aspek ini, tidak mengacu pada denominasi agama tertentu. Aspek ini merupakan

gambaran konsep yang sangat berarti bagi individu dalam terminologi “Tuhan”

dalam dimensi vertikal (Ellison, 1983). Perubahan keadaan fisik seperti muculnya

ruam merah pada pipi (butterfly rush), kebotakan, koreng pada kulit, dan kondisi

kesehatan yang tidak pasti menjadi sumber stres, frustasi, dan menarik diri dari

lingkungan pada odapus. Kaposi (Parawita, 2006) menyatakan bahwa pada pasien

Lupus dapat terjadi perubahan mental seperti depresi, gangguan penyesuaian,

gangguan psikotik, dan bunuh diri.

36

Namun apabila odapus memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan

(Pencipta), maka hal tersebut dapat menjadi sumber ketentraman hati, sehingga

terhindar dari perasaan gelisah. Keyakinan seseorang terutama kepada Tuhan dan

takdir akan membentuk individu yang resilien karena membuat individu tidak

menyalahkan diri sendiri dan orang lain ketika ada peristiwa yang tidak

menyenangkan yang terjadi pada individu seperti penyakit kronis, bencana alam,

dan peristiwa traumatis (Connor & Davison, 2003). Individu yang resilien

menurut Wagnild dan Young (2010), telah memahami bahwa hidup bukan sebatas

hal yang baik dan buruk. Odapus mampu memperluas sudut pandang bahwa

penyakit lupus yang diderita oleh odapus merupakan rintangan atau ujian yang

diberikan Tuhan sehingga odapus lebih fokus pada aspek positif seperti

mendekatkan diri kepada pencipta (Tuhan), berusaha mencegah kekambuhan

lupus, dan menerima perubahan fisik dan psikis yang dirasakan odapus. Berkaitan

dengan aspek yang dikemukakan oleh Connor dan Davidson (2003) kepercayaan

seseorang pada naluri, toleransi terhadap pengaruh negatif, dan memiliki kekuatan

menghadapi stres sehingga individu terfokus pada ketenangan, pengambilan

keputusan, dan ketepatan waktu dalam menyesuaikan diri terhadap stres.

Dalam mencapai tujuan hidup, seringkali kita bertemu dengan hambatan,

kesulitan, bahkan kegagalan. Bagi odapus, hambatan dan kesulitan yang menimpa

yaitu menderita penyakit lupus. Kondisi ini mendorong odapus untuk menyerah.

Namun, odapus yang resilien akan terus gigih bertahan untuk berjuang sampai

akhir. Salah satu cara untuk membangun ketahanan ini adalah berusaha

meningkatkan kompetensi pribadi seperti meningkatkan kemampuan beradaptasi

37

dan mengurangi stres pada individu sehingga tetap semangat untuk menyelesaikan

hambatan yang terjadi pada individu (Connor & Davidson, 2003).

Aspek kedua adalah existential well being. Kesejahteraan eksistensial

merupakan dimensi horizontal. Berfokus pada kemampuan individu untuk

menyesuaikan diri dengan kehidupan, lingkungan sosial, dan masyarakat (Ellison,

1983). Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Connor dan Davidson (2003) salah

satu aspek resiliensi yaitu kontrol. Kontrol termasuk kontrol diri pada individu

untuk mengarah pada tujuan termasuk memperoleh dukungan orang lain. Situasi

sulit yang cenderung membuat individu hilang kontrol, namun individu yang

resilien mampu menghadapi dan mengendalikan situasi agar tidak bertambah

buruk. Sebagai salah satu contoh yaitu saat odapus didiagnosa mengidap penyakit

lupus, odapus harus mampu mengontrol diri untuk menjaga kesehatan tubuh

seperti tidak beraktivitas di bawah sinar matahari dan melakukan kegiatan yang

dapat memperburuk penyakit lupus serta menghindari stres baik dari odapus

sendiri ataupun dari lingkungan sekitar odapus. Odapus harus mampu beradaptasi

dengan perubahan yang terjadi.

Setelah odapus mampu mengontrol diri dan memahami kekuatan serta

keterbatasan yang odapus miliki dan odapus dapat menerima keadaan, odapus

akan mampu bersosialisasi dengan masyarakat dan lingkungan sosial yang

berguna untuk memberikan semangat dan mencegah kekambuhan lupus pada

odapus. Hal ini akan berhubungan dengan penerimaan diri yang positif terhadap

perubahan dan hubungan yang aman dengan orang lain (Connor dan

Davidson,2003). Adanya penerimaan diri pada odapus, odapus akan merasa

38

dirinya mampu melakukan atau melaksanakan kegiatan dan dapat bekerja sama

dengan individu yang tidak menderita penyakit lupus. Dengan penyakit lupus

yang diderita odapus mampu memaknai serta mampu menghargai dirinya bahwa

odapus juga memiliki banyak hal yang dapat dikontribusikan untuk lingkungan

sekitar. Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan

spiritual membawa dampak positif terhadap resiliensi pada odapus.

4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini adalah ada hubungan positif antara

kesejahteraan spiritual dengan resiliensi pada orang dengan penyakit lupus

(odapus). Semakin tinggi kesejahteraan spiritual pada odapus, maka diharapkan

semakin tinggi pula resiliensinya. Sebaliknya, semakin rendah kesejahteraan

spiritual, maka akan semakin rendah pula resiliensi pada odapus.

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Tergantung : Resiliensi

2. Variabel Bebas : Kesejahteraan Spiritual

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Resiliensi

Resiliensi diketahui dari skor yang diperoleh subjek setelah mengisi

skala resiliensi. Adapun aspek-aspek resiliensi antara lain kompetensi

pribadi, kepercayaan seseorang pada naluri, penerimaan diri yang positif

terhadap perubahan, kontrol diri, dan pengaruh spiritual dan kepercayaan

seseorang pada Tuhan dan takdir. Resiliensi akan diukur menggunakan

skala resiliensi diadaptasi dari The Connor-Davidson Resilience Scale (CD-

RISC) yang disusun oleh Connor dan Davison (2003). Semakin tinggi skor

yang diperoleh maka semakin tinggi resiliensi pada odapus. Sebaliknya,

semakin rendah skor maka semakin rendah pula resiliensi pada odapus.

2. Kesejahteraan Spiritual

Kesejahteraan spiritual diketahui dari skor yang diperoleh subjek

setelah mengisi skala kesejahteraan spiritual. Adapun aspek-aspek

kesejahteraan spiritual antara lain kesejahteraan beragama (religious well

being) dan kesejahteraan eksistensial (existential well being). Semakin

40

tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi kesejahteraan spiritual pada

diri subjek. Sebaliknya, semakin rendah skor maka semakin rendah pula

kesejahteraan spiritual pada diri subjek. Kesejahteraan spiritual

menggunakan skala kesejahteraan spiritual yang diadaptasi dari skala

SWBS (The Spiritual Well-Being Scale) yang disusun oleh Paloutzian &

Ellison (Ellison, 1983).

C. Responden Penelitian

Responden yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah orang dengan

penyakit lupus (odapus) baik perempuan maupun laki-laki, berasal dari berbagai

kalangan usia, agama, dan status pendidikan.

D. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode pengumpulan

data pada penelitian ini menggunakan skala kesejahteraan spiritual dan skala

resiliensi. Metode penyusunan skala kesejahteraan spiritual dan skala resiliensi

menggunakan skala Likert. Subjek diminta untuk mengisi sejumlah pernyataan

yang akan digunakan untuk mengungkap permasalahan yang diteliti, dengan

memilih salah satu dari kelima alternatif jawaban yang paling sesuai dengan

keadaan subjek.

41

1. Skala Resiliensi

Pada penelitian ini skala yang digunakan untuk mengukur resiliensi

adalah The Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) yang disusun

oleh Connor dan Davidson (2003). The Connor-Davidson Resiliensi Scale

(CD-RISC) ini terdiri dari 25 aitem pernyataan favourable. Pernyataan

favourable adalah pernyataan yang mendukung objek yang akan diukur.

Skala resiliensi ini menggunakan lima alternatif jawaban, yaitu Sangat

Tidak Sesuai, Tidak Sesuai, Cukup Sesuai, Sesuai, Sangat Sesuai. Pada

skala resiliensi ini, subjek diminta untuk memilih pernyataan yang paling

sesuai dengan keadaan subjek. Skor yang tinggi menunjukkan tingginya

resiliensi dan skor yang rendah menunjukkan rendahnya resiliensi. Skala

resiliensi ini akan diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia. Distribusi aitem

Skala Resiliensi dapat dilihat pada tabel 1.

42

Tabel 1

Distribusi Butir Skala Resiliensi Sebelum Uji Coba

No. Aspek Butir Aitem

Jumlah Favourable

1

2

3

4

5

Kompetensi pribadi, standar

yang tinggi, dan kegigihan

Kepercayaan seseorang pada

naluri, adanya toleransi

terhadap pengaruh negatif,

dan kekuatan mengahadpi

stres

Penerimaan diri yang positif

terhadap perubahan dan

hubungan yang baik dengan

orang lain

Kontrol

Pengaruh spiritual dan

kepercayaan seseorang

terhadap Tuhan dan takdir

6, 12, 17, 24

8, 15, 18, 20, 21, 25

1, 2, 9, 10, 13,14

4, 11, 19, 22, 23

3, 5, 7, 16

4

6

6

5

4

Total 25

2. Skala Kesejahteraan Spiritual

Skala kesejahteraan spiritual disusun dengan mengadaptasi dari The

Spiritual Well-Being Scale (SWBS) yang dibuat oleh Paloutzian & Ellison

(Ellison, 1983), berdasarkan dua aspek yang telah dianalisis oleh Paloutzian

& Ellison (Ellison, 1983), antara lain: a) kesejahteraan beragama (religious

well being) dan b) kesejahteraan eksistensial (existential well being).

Jumlah keseluruhan untuk skala kesejahteraan spiritual ini yaitu 20

aitem, diantaranya 12 aitem favourable dan 8 aitem unfavourable. Skala

kesejahteraan spiritual ini menggunakan 5 alternatif jawaban, yaitu Sangat

Tidak Sesuai, Tidak Sesuai, Cukup Sesuai, Sesuai, Sangat Sesuai. Distribusi

43

aitem skala Kesejahteraan Spiritual sebelum uji coba dapat dilihat pada

tabel 2.

Tabel 2

Distribusi Butir Kesejahteraan Spiritual

No

. Aspek

Butir Aitem Jumlah

Favourable Unfavourable

1.

2.

Religious well

being

Existensial well

being

3, 7, 11, 15, 17, 19

4, 6, 8, 10, 14, 20

1, 5, 9,13

2, 12, 16, 18

10

10

Total 12 8 20

E. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Suatu alat ukur dapat dikatakan baik jika memiliki nilai validitas yang

tinggi. Azwar (2013) mengungkapkan bahwa validitas seringkali dikonsepkan

sebagai seberapa jauh alat ukur mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.

Suatu alat yang memiliki validitas yang tinggi akan menghasilkan error

pengukuran yang kecil, hal ini berarti skor yang diperoleh subjek pada alat

ukur tersebut tidak jauh berbeda dengan skor sesungguhnya (Azwar, 2013).

Tidak ada batasan universal yang menunjukkan pada angka minimal yang

harus dipenuhi agar suatu alat ukur psikologi dikatakan dapat menghasilkan

skor yang valid (Azwar, 2013).

Untuk melihat apakah alat ukur tersebut memiliki validitas yang baik

dapat dilihat melalui koefisien validitas, meskipun dalam estimasinya validitas

tidak dapat dituntut sebagai suatu koefisien yang sangat tinggi sebagaimana

penilaian terhadap koefisien reliabilitas (Azwar, 2012). Koefisien yang berada

44

pada angka 0,50 dianggap lebih memuaskan dibandingkan pada koefisien

reliabilitas dengan angka yang sama. Walaupun demikian, koefisien yang

memiliki nilai kurang dari 0,3 biasanya dianggap sebagai tidak memadai

(Azwar, 2012). Cronbach (Azwar, 2012) mengatakan bahwa koefisen dapat

dikatakan memiliki kontribusi yang baik terhadap efisiensi suatu lembaga

pelatihan jika memilki nilai berkisar 0,3 sampai dengan 0,5. Sementara itu,

suatu alat ukur memiliki koefisiensi validitas yang memuaskan atau tidak,

dapat dikembalikan kembali penilaiannya kepada pihak pemakai skala (Azwar,

2012).

2. Reliabilitas

Alat ukur yang baik kualitasnya selain memiliki keakuratan dalam

mengungkap variabel laten juga harus mempunyai reliabilitas. Reliabilitas

sendiri adalah kemampuan sebuah alat ukur untuk menghasilkan skor yang

cermat dengan error pengukuran yang kecil (Azwar, 2012). Sebuah alat ukur

dinyatakan memiliki reliabilitas yang baik ketika mampu menghasilkan skor

yang relatif sama dalam pengukuran yang dilakukan secara berulang kali.

Reliabilitas memilki koefisien yang berada dalam rentang angka dari 0

sampai 1.00. semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati 1.00 berarti

pengukuran tersebut semakin reliabel (Azwar, 2012). Namun, pada

kenyataannya, koefisien sempurna dalam pengukuran psikologi yang mencapai

angka 1.00 belum pernah dijumpai sebelumnya (Azwar, 2012).

45

F. Metode Analisis Data

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesejahteraan

spiritual dengan resiliensi. Agar mengetahui hubungan tersebut, maka data

yang didapatkan perlu dianalisis. Metode yang digunakan peneliti untuk

menganalisis data yakni dengan menggunakan metode statistik korelasi

product moment. Sebelum dilakukan uji korelasi product moment akan

dilakukan uji normalitas dan linearitas terlebih dahulu (Azwar, 2007).

Perhitungan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan komputer pada

program SPSS version 18.0 for windows.

46

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Orientasi Kancah dan Persiapan

1. Orientasi Kancah

Penelitian ini dilakukan di salah satu komunitas peduli lupus di

Yogyakarta. Responden pada penelitian ini adalah odapus (orang dengan

lupus) yang tergabung dalam Komunitas Peduli Lupus X Yogyakarta.

Komunitas Peduli Lupus X Yogyakarta merupakan komunitas yang

bertujuan untuk membangun kebersamaan dan mempererat tali silaturahmi

di antara sesama odapus. Pengambilan data dilakukan peneliti dengan

bertemu langsung dengan odapus. Peneliti mendatangi rumah odapus satu

persatu.

Jumlah odapus yang tercatat di Komunitas Peduli Lupus X

Yogyakarta berjumlah 162 orang, tetapi odapus yang aktif dalam kegiatan

Komunitas Peduli Lupus X Yogyakarta hanya sekitar 20-30 orang. Pada

penelitian ini diperoleh data odapus sebanyak 45 odapus terdiri dari 44

perempuan dan 1 laki-laki.

2. Persiapan

a. Persiapan Administrasi

Persiapan administrasi dalam penelitian ini mencakup pengurusan

surat izin penelitian kepada instansi terkait. Surat pengantar penelitian

dikeluarkan oleh Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya

Universitas Islam Indonesia dengan nomor

47

302/Dek/70/Div.Um.RT/IV/2017 yang tandatangi oleh Dekan Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya dan dosen pembimbing skripsi.

Kemudian, peneliti menyerahkan surat tersebut kepada Ketua Komunitas

Peduli Lupus X Yogyakarta untuk meminta izin pengambilan data.

b. Persiapan alat ukur

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala

kesejahteraan spiritual dan skala resiliensi. Skala kesejahteraan spiritual

yang digunakan merupakan skala yang diadapatasi dari skala SWBS (The

Spiritual Well-Being Scale) yang disusun oleh Paulotzian dan Ellison

(Ellison,1983). Jumlah keseluruhan untuk skala kesejahteraan spiritual

ada 20 aitem, diantaranya yaitu 12 aitem favourable dan 8 aitem

unfavourable. Adapun skala yang digunakan untuk mengukur resiliensi

adalah The Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) yang disusun

oleh Connor dan Davidson (2003). The Connor-Davidson Resiliensi

Scale (CD-RISC) terdiri dari 25 aitem pernyataan favourable. kedua

skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model likert

dengan lima alternatif jawaban pada setiap aitemnya.

c. Uji Coba Alat Ukur

Uji coba alat ukur penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat

daya diskriminasi setiap aitem dari sebuah skala dan kekonsistenan skala

tersebut. Untuk mengetahui tingkat daya diskriminasi aitem dari sebuah

skala maka dilakukan pengujian dengan cara menghitung koefisien

korelasi antara distribusi skor aitem dengan skor total skala tersebut.

48

Aitem dinyatakan memiliki daya diskriminasi yang baik secara statistik

adalah apabila nilai koefisien korelasi dengan skor total skala tersebut >

0,3. Tingkat konsistensi skala dalam mengungkap sebuah konstruk

dianalisis dengan bantuan program SPSS versi 18.0 for windows dengan

metode cronbach alpha.

1) Skala Resiliensi

Hasil uji coba yang dilakukan menunjukkan bahwa dari 25

butir aitem pernyataan menghasilkan 24 aitem yang sahih dan 1

aitem yang gugur. Koefisien correlated item-total correlation

bergerak antara 0,256 hingga 0,850 dengan koefisien cronbach

alpha sebesar 0,941. Berikut merupakan tabel distribusi aitem pada

skala resiliensi.

49

Tabel 3

Distribusi Butir Skala Resiliensi Setelah Uji Coba

Aspek Butir aitem Jumlah

Favorable

Kompetensi pribadi, standar

yang tinggi, dan kegigihan

6(6), 12(12), 17(17),

24(23)

4

Kepercayaan seseorang pada

naluri, adanya toleransi

terhadap pengaruh negatif, dan

kekuatan mengahadpi stres

8(8), 15(15), 18(18),

20, 21(20), 25(24

5

Penerimaan diri yang positif

terhadap perubahan dan

hubungan yang baik dengan

orang lain

1(1), 2(2), 9(9),

10(10),

13(13),14(14)

6

Kontrol

4(4), 11(11), 19(19),

22(21), 23(22)

5

Pengaruh spiritual dan

kepercayaan seseorang

terhadap Tuhan dan takdir

3(3), 5(5), 7(7),

16(16)

4

Total 24

Catatan: angka-angka di dalam kurung ( ) dan dicetak tebal adalah

nomor urut aitem setelah uji coba.

2) Skala Kesejahteraan Spiritual

Hasil uji coba yang dilakukan menunjukkan bahwa dari 20

butir aitem pernyataan menghasilkan 16 aitem yang sahih dan 4

aitem yang gugur. Koefisien correlated item-total correlation

bergerak antara -0,504 hingga 0,715 dengan koefisien cronbach

alpha sebesar 0,853. Berikut merupakan tabel distribusi aitem pada

skala resiliensi.

50

Tabel 4

Distribusi Butir Kesejahteraan Spiritual Setelah Uji coba

Aspek Butir Aitem jumlah

Favourable Unfavourable

Religious

well being

3(1), 7(3), 11(7),

15(11), 17(13),

19(15)

1, 5, 9(5), 13(9)

8

Existensial

well being

4(2), 6, 8(4), 10(6),

14(10), 20(16)

2,12(8), 16(12),

18 (14)

8

Total 16

B. Laporan Pelaksanaan Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari responden yang

tergabung dalam Komunitas Peduli Lupus X Yogyakarta. Responden yang

digunakan dalam penelitian ini adalah odapus yang merupakan pengurus dan

anggota komunitas peduli lupus X. Proses pengambilan data dilakukan selama 26

hari yaitu mulai tanggal 06 April sampai 03 Mei 2017. Sebelum pengambilan data

dilaksanakan, peneliti mengenalkan diri kepada pengurus Komunitas Peduli

Lupus X Yogyakarta dan menyampaikan maksud serta tujuan peneliti. Proses

pengambilan data dilakukan dengan cara memberikan langsung skala penelitian

kepada responden. Selain memberikan skala penelitian secara langsung, peneliti

juga memberikan skala penelitian online. Pemberian kuisioner online dilakukan

kepada responden yang merupakan anggota Komunitas Peduli Lupus X

Yogyakarta namun berada di luar Kota Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan responden yang sama antara uji coba alat ukur

dan pengambilan data untuk penelitian sendiri. Hal tersebut dikarenakan

banyaknya odapus yang tidak terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan komunitas

lupus sehingga pengurus komunitas lupus mengalami kesulitan untuk mengetahui

51

nomor kontak dan alamat odapus secara pasti. Selain itu, sangat jarangnya

responden yang berkeinginan untuk terlibat dalam sebuah penelitian menjadi

salah satu alasan penggunaan responden yang sama dalam uji alat ukur dan

pengambilan data penelitian.

C. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Responden Penelitian

Gambaran mengenai responden penelitian berdasarkan data yang

diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 5

Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin N Persentase (%)

Perempuan 44 97.8%

Laki-laki 1 2.2%

Total 45 100%

Sumber: Data primer

Berdasarkan data di atas dapat diketahui responden yang berjenis

kelamin perempuan berjumlah 44 orang dengan persentase 97.8% dan

responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 1 orang dengan

persentase 2.2%.

Tabel 6

Deskripsi Responden Penelitian Berdasarkan Agama

Agama N Persentase (%)

Islam 38 84.4%

Kristen

Katolik

4

3

8.9%

6.7%

Total 45 100%

Sumber: data primer

52

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa responden yang

beragama Islam berjumlah 38 orang dengan persentase 84.4%, responden

yang beragama Kristen berjumlah 4 orang dengan persentase 8.9%, dan

responden yang beragama Katolik berjumlah 3 orang dengan persentase

6.7%.

Tabel 7

Deskripsi responden penelitian berdasarkan status pernikahan

Status pernikahan N Persentase (%)

Menikah 12 26,7%

Belum menikah

Cerai

31

2

68,9%

4,4%

Total 45 100%

Sumber: Data primer

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa responden yang

berstatus sudah menikah berjumlah 12 orang dengan persentase 26.7%,

responden yang belum menikah berjumlah 31 orang dengan persentase

68.9%, dan responden yang berstatus cerai berjumlah 2 orang dengan

persentase 4.4%.

53

Tabel 8

Deskripsi responden penelitian berdasarkan usia saat terdiagnosa

Usia terdiagnosa N Persentase (%)

9

13

16

17

19

20

1

4

6

5

7

4

2.2%

8.9%

13.3%

11.1%

15.5%

8.9%

23

27

33

40

44

50

5

4

5

1

2

1

11.1%

8.9%

11.1%

2.2%

4.4%

2.2%

Total 45 100%

Sumber: Data primer

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa responden yang

didiagnosa lupus pada usia 9 tahun berjumlah 1 orang dengan persentase

2.2%, usia 13 tahun berjumlah 4 orang dengan persentase 8.9%, usia 16

tahun berjumlah 6 orang dengan persentase 13.3%, usia 17 tahun berjumlah

5 orang dengan persentase 11.1%, usia 19 tahun berjumlah 7 orang dengan

persentase 15.5%, usia 20 tahun berjumlah 4 orang dengan persentase 8.9%,

usia 23 tahun berjumlah 5 orang dengan persentase 11.1%, usia 27 tahun

berjumlah 4 orang dengan persentase 8.9%, usia 33 tahun berjumlah 5

orang dengan persentase 11.1%, usia 40 tahun berjumlah 1 orang dengan

persentase 2.2%, usia 44 tahun berjumlah 2 orang dengan persentase 4.4%,

dan usia 50 tahun berjumlah 1 orang dengan persentase 2.2%.

54

2. Deskripsi Data Penelitian

Setelah melakukan pemberian skor, diketahui deskripsi penelitian

yang berupa data hipotetik dan data empirik yang disajikan dalam tabel

berikut:

Tabel 9

Deskripsi Data Penelitian

Variabel

Hipotetik Empirik

Min Max mean SD Min Max Mean SD

Kesejahteraan

Spiritual

16 80 48 10.66 65 122 93 13.79

Resiliensi 24 120 72 16 56 99 83.13 8.89

Keterangan:

Data Hipotetik : skor yang diperoleh oleh responden

Data Empirik : skor yang sebenarnya diperoleh dari hasil penelitian

Deskripsi data penelitian di atas selanjutnya akan digunakan untuk

mengetahui kriteria kategorisasi subjek pada variabel-variabel yang diteliti.

Kategorisasi ini bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam

kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu

kontinum berdasar atribut yang diukur, contoh dari kontinum jenjang ini

adalah dari rendah ke tinggi (Azwar, 2014). Peneliti menggunakan rumus

kategorisasi yang dibuat oleh Azwar (2014) yang terdiri dari lima kategori.

Rumus tersebut dapat dilihat pada tabel.

55

Tabel 10

Norma Kategorisasi

Norma kategorisasi Kategori

X < ( μ - 1,5 σ) Sangat Rendah

( μ - 1,5 σ) ≤ X < ( μ - 0,5 σ) Rendah

( μ - 0,5 σ) ≤ X < ( μ + 0,5 σ) Sedang

( μ + 0,5 σ) ≤ X ≤ ( μ + 1,5 σ) Tinggi

X > ( μ + 1,5 σ) Sangat Tinggi

Keterangan:

X = Skor Total

σ = Standar Deviasi

μ = Mean

Berdasarkan norma kategori tersebut, maka responden penelitian ini

dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori pada masing-masing variabel,

yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 11

Kategori Responden pada Variabel Kesejahteraan Spiritual

Kategori Rentang Skor Jumlah Persentase (%)

Sangat Rendah X < 32.01

0 0

Rendah 32.01≤ X < 42.67

0 0

Sedang 42.67≤ X < 53.33

0 0

Tinggi 53.33≤ X ≤ 63.99

1 2.22

Sangat Tinggi X > 63.99

44 97.78

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang

memiliki kesejahteraan spiritual dengan kategori sangat rendah, rendah, dan

sedang berjumlah 0 dengan persentase sebesar 0%, 1 orang berada dalam

kategori tinggi dengan persentase sebesar 2.22%, 44 orang berada dalam

kategori sangat tinggi dengan persentase 97.78%. Hal ini menunjukkan

56

bahwa sebagian besar responden penelitian memiliki tingkat kesejahteraan

spiritual dengan kategori sangat tinggi.

Tabel 14

Kategori Responden pada Variabel Resiliensi

Kategori Rentang Skor Jumlah Persentase (%)

Sangat Rendah X < 48

0 0

Rendah 48≤ X < 64

0 0

Sedang 64≤ X < 80

7 15.55

Tinggi 80≤ X ≤ 96

18 40

Sangat Tinggi X > 96

20 44.44

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang

memiliki resiliensi dengan kategori sangat rendah dan rendah berjumlah 0

dengan persentase sebesar 0%, 7 orang berada dalam kategori sedang

dengan persentase sebesar 15.55%, 18 orang berada dalam kategori tinggi

dengan persentase 40%, dan 20 orang berada pada kategori sangat tinggi

dengan persentase 44.44%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar

responden penelitian memiliki tingkat resiliensi dengan kategori sangat

tinggi.

3. Uji Asumsi

Sebelum dilakukan uji hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan uji

asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linearitas terhadap sebaran data

penelitian yang ada. Pengujian asumsi ini dilakukan dengan menggunakan

program statistik yaitu SPSS versi 18.0 for windows.

57

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data

penelitian terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas

diketahui dengan cara menggunakan SPSS yaitu dengan

menggunakan perhitungan Kolmogorov-Smirnov. Jika hasil p > 0.05

maka dapat dinyatakan data yang ada berdistribusi normal.

Tabel 15

Hasil Uji Normalitas

Variabel Skor KS-Z P Kategori

Kesejahteraan

Spiritual 0.069 0.200 Normal

Resiliensi 0.072 0.200 Normal

Hasil uji normalitas kedua skala menunjukkan bahwa kedua

skala terdistribusi normal. Skala resiliensi menunjukkan KS-Z = 0.069

dan p = 0.200 (p > 0.05) dan skala kesejahteraan spiritual menunjukan

angka KS-Z = 0.072 dan p = 0.200 (p > 0.05). Berdasarkan data

tersebut diketahui bahwa data kedua skala yang digunakan peneliti

berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk melihat adanya hubungan antara

variabel tergantung dan variabel bebas yang linear dalam penelitian.

Tabel 16

Hasil Uji Linearitas

Variabel penelitian F Sig.

Kesejahteraan

Spiritual*Resiliensi

Linearity 41.751 0.000

Deviation from Linearity 0.870 0.635

58

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil uji linearitas

antara resiliensi dan kesejahteraan spiritual menunjukkan memenuhi

asumsi linearitas (F = 41.751 dan p = 0.000) karena dapat dikatakan

linear jika nilai p < 0.05.

4. Uji Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan positif antara

kesejahteraan spiritual dengan resiliensi pada odapus (orang dengan lupus).

Uji hipotesis dilakukan untuk menguji korelasi antar kedua variabel. Uji

normalitas dari penelitian menunjukkan bahwa kedua skala berdistribusi

normal dan uji linearitas penelitian menunjukkan hasil yang linear, sehingga

uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi pearson.

Tabel 17

Hasil Uji Hipotesis

Variabel R r2 P Keterangan

Kesejahteraan

Spiritual dan

Resiliensi

0.716 0.513 0.000 (p < 0.01) Signifikan

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa hasil analisis korelasi antara

kesejahteraan spiritual dengan resiliensi pada odapus (orang dengan lupus)

menunjukkan angka p= 0.000 (p < 0.01). Hal ini menunjukkan bahwa ada

hubungan yang sangat signifikan antara kedua variabel penelitian. Nilai

korelasi pearson sebesar r= 0.716 menunjukkan hubungan antara dua

variabel yang berarah positif, sehingga hipotesis dalam penelitian ini

diterima.

59

D. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara

kesejahteraan spiritual dan resiliensi pada odapus (orang dengan lupus).

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, diperoleh hasil r = 0.716

dan p = 0.000 (p < 0.01). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara

kesejahteraan spiritual dan resiliensi pada odapus (orang dengan lupus). Semakin

tinggi kesejahteraan spiritual pada odapus maka semakin tinggi pula resiliensi

pada odapus (orang dengan lupus). Sebaliknya, semakin rendah kesejahteraan

spiritual odapus, maka odapus tersebut akan memiliki resiliensi yang rendah. Hal

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Liannara (2016) pada penyandang

tunadaksa nonbawaan menunjukkan bahwa kesejahteraan spiritual memiliki

pengaruh dalam meningkatkan resiliensi pada diri individu.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Bogar dan Killacky (2006) bahwa salah satu faktor yang

memengaruhi resiliensi adalah spiritualitas. Spiritualitas tidak hanya terbatas

pada ibadah dan doa saja, tetapi kenyamanan dalam menghadapi kesulitan dan

mengupayakan kesejahteraan spiritual untuk mengukur seberapa baik seseorang

menghadapi permasalahan kesehatan fisik dan mental (Paloutzian, Bufford, &

Wildman, 2012). Berdasarkan wawancara nonformal beberapa responden

penelitian juga menyatakan bahwa responden yakin atas kasih sayang Tuhan yaitu

penyakit lupus yang diderita merupakan rintangan kehidupan serta pengingat yang

berfungsi untuk mengingatkan responden agar selalu melakukan kebaikan dalam

hidup.

60

Adapun hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada salah seorang

responden penelitian, responden bercerita bahwa dalam menghadapi penyakit

lupus banyak hal telah responden rasakan seperti pada awal dokter mendiagnosa

bahwa responden menderita penyakit lupus, responden belum bisa menerima

bahwa responden menderita penyakit lupus. Responden merasa marah,

menyalahkan keadaan serta merasa bahwa Tuhan tidak adil. Responden

merasakan dampak-dampak dari pengobatan lupus dan responden semakin sering

merasakan sakit pada bagian-bagian tubuh tertentu. Seiring dengan berjalannya

waktu dan dukungan dari keluarga serta bergabung dengan komunitas peduli

lupus, responden mulai bisa menerima keadaan yang dialami. Responden menjadi

pengurus komunitas dan bertemu dengan banyak odapus lainnya yang merasakan

dampak penyakit lupus yang lebih parah seperti kelumpuhan dan gangguan

penglihatan. Kehawatiran terhadap masa depan dan perasaan tidak berarti semakin

berkurang semenjak responden bergabung dengan komunitas sosial jemaat gereja

tempat responden beribadah. Saat ini responden merasa lebih bahagia, lebih

tentram dan meningkatkan keimanan dalam kehidupan meskipun responden

menderita penyakit lupus. Responden juga meyakini bahwa saat sesuatu

(penyakit) datang dari Tuhan maka hal yang harus responden lakukan adalah

mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal ini sesuia dengan temuan penelitian yang

dilakukan oleh (Hill & Pargament, 2008), penelitian yang dilakukan kepada 1200

orang yang meyakini kebahagiaan spiritual. Pencarian kebahagiaan dan

ketentraman dilakukan oleh beberapa orang yang mengalami problem. Mustamar

(2007) menyatakan bahwa bagi orang yang beriman, neurokorteks yang berada

61

pada bagian kiri akan mengendalikan neurokorteks bagian kanan sehingga

individu tetap tabah dan menanggapi rasa sakit dengan proporsional. Jadi, apabila

individu yang sakit pernah menerima pesan agama, maka akan tersimpan di

hipokampus sehingga perasaan sakit akan diberi makna positif, seperti menerima

sebagai ujian dari Tuhan.

Penelitian yang melibatkan 45 responden dengan spesifikasi 44 responden

berjenis kelamin perempuan dan 1 responden berjenis kelamin laki-laki. Hal ini

sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Price dan Wilson (2006) bahwa sebagian

besar penderita lupus adalah wanita dan berada pada usia produktif. Selanjutnya

responden yang memiliki kesejahteraan spiritual dengan kategori sangat rendah,

rendah, dan sedang berjumlah 0, 1 orang berada dalam kategori tinggi, dan 44

orang berada dalam kategori sangat tinggi. Pada resiliensi tidak terdapat

responden yang memiliki resiliensi kategori sangat rendah dan rendah, 7 orang

berada dalam kategori sedang, 18 orang berada dalam kategori tinggi, dan 20

orang berada pada kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian

besar responden penelitian memiliki tingkat resiliensi dengan kategori tinggi. Hal

ini sesuai dengan yang dikemukakan Howe, Smajdor, dan Stockl (2005) bahwa

resiliensi menguntungkan bagi individu untuk membantu individu menghadapi

tantangan nyata dalam pekerjaan, emosional, tuntutan fisik atau penyakit, dan

harapan.

Dengan menjadi resilien individu akan mampu untuk bertahan di bawah

tekanan atau kesedihan dan tidak menunjukkan suasana hati yang negatif terus

menerus. Apabila resiliensi dalam diri individu meningkat, maka individu tersebut

62

akan mampu mengatasi masalah, mampu untuk meningkatkan potensi-potensi

diri, menjadi optimis, muncul keberanian dan kematangan emosi (Oktaviana,

2015). Grotberg (1999) menyatakan semakin tinggi resiliensi, maka semakin baik

seorang individu dalam menghadapi pengalaman-pengalaman sulit. Bagi odapus

pengalaman sulit tersebut yaitu berupa sakit lupus yang diderita dan efek negatif

dari pengobatan lupus yang dijalani oleh odapus (orang dengan lupus).

Pada hasil penelitian ini dapat dipastikan bahwa kesejahteraan spiritual

odapus sangat tinggi dan menjadi faktor resiliensi odapus. Hal ini didukung

dengan hasil analisis koefisien determinasi r2 = 0.513 yang berarti variabel

kesejahteraan spiritual berpengaruh terhadap resiliensi sebesar 51,3% dan terdapat

sisa dari sumbangan efektif 48.7% yang berarti selain faktor kesejahteraan

spiritual terdapat faktor lain yang memengaruhi resiliensi. Faktor yang

memengaruhi tingginya resiliensi pada odapus yaitu karena odapus memiliki

kemampuan dalam bertahan dan beradaptasi dengan perubahan selama menjalani

pengobatan dan terapi untuk menekan pertumbuhan lupus. Hal ini didukung oleh

penelitian Uyun (2012) yang menyatakan bahwa resiliensi yang tinggi dapat

dikembangkan melalui kemampuan-kemampuan yang ada di dalam diri individu.

Kemampuan-kemampuan tersebut terdiri dari regulasi emosi, pengendalian

impuls, analisis penyebab masalah, efikasi diri, optimis, empati dan pencapaian.

Hasil penelitian Bogar dan Killacky (2006) juga menemukan bahwa terdapat lima

faktor yang memengaruhi resiliensi, yaitu competent, high-self regard, helpful life

circumtance, interpersonally skilled, dan spiritual.

63

Keterbatasan atau faktor penghambat dalam penelitian ini adalah kurang

lengkapnya data yang dimiliki oleh komunitas sehingga peneliti harus mencari

kontak dan alamat odapus secara satu persatu. Sedikitnya odapus yang aktif dalam

kegiatan komunitas menyebabkan peneliti harus mendatangi odapus dari rumah

ke rumah. Tidak semua responden yang peneliti hubungi bersedia untuk

berpartisipasi pada penelitian ini. Selain itu, pada skala penelitian online peneliti

tidak dapat bertemu langsung dengan responden, sehingga hal tersebut bisa

membuat data yang diberikan tidak apa adanya.

64

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

yang positif antara kesejahteraan spiritual dan resiliensi pada odapus (orang

dengan lupus). Semakin tinggi kesejahteraan spiritual, maka semakin tinggi pula

resiliensi pada odapus. Sebaliknya semakin rendah kesejahteraan spiritual odapus,

maka semakin rendah resiliensi odapus sehingga dapat disimpulkan bahwa

hipotesis pada penelitian ini diterima.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat

mengemukakan beberapa saran, yaitu sebagai berikut:

1. Bagi peneliti selanjutnya

Saran bagi peneliti yang ingin mengkaji topik resiliensi pada odapus

(orang dengan lupus), peneliti lain dapat mengeksplorasi dinamika resiliensi

pada odapus dari berbagai latar belakang yang lebih spesifik seperti latar

belakang keluarga, pendidikan, ekonomi, usia, maupun tempat tinggal.

Penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran lain dan

temuan-temuan baru mengenai resiliensi pada odapus dan juga faktor-faktor

apa saja yang melatarbelakangi resiliensi pada odapus. Bagi peneliti yang

ingin mengkaji topik kesejahteraan spiritual (spiritual well being) pada

odapus, peneliti dapat memerhatikan aitem-aitem yang digunakan agar lebih

spesifik terhadapat agama tertentu atau dibuat secara lebih umum.

65

2. Bagi penderita lupus atau odapus

Odapus diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan spiritual dan

resiliensi pada diri odapus. Odapus diharapkan mampu meningkatkan

potensi diri yang dimiliki untuk meningkatkan resiliensi pada odapus,

karena kemampuan resiliensi yang baik diharapkan dapat membantu

mencegah kekambuhan lupus yang diderita oleh odapus. Spiritualitas dalam

hal ini kesejahteraan spiritualitas yang berwujud keikhlasan dan menerima

penyakit lupus sebagai bagian kehidupan yang harus dijalani serta semakin

mendekatkan diri kepada Tuhan akan membantu odapus untuk

meningkatkan kesejahteraan spiritual odapus.

66

DAFTAR PUSTAKA

Ader, R. & Cohen, N. (1993). Psychoneuroimmunology: Conditioning and stress.

Annual Review of Psychology, 44: 53-85.

Afandi, I. N., & Prawitasari. J. E. (2010). Dinamika Penyintas Odapus (Orang

dengan penyakit lupus). Tesis. Universitas Gadjah Mada

American Psychological Association. (n.d.). The Road to Resilience. Dipetik

Desember 6, 2015, dari American Psychological Association:

http://www.apa.org/helpcenter/road-resilience.aspx

Anggraeni, R. R. (2008). Resiliensi pada penyandang tuna daksa pasca

kecelakaan. Skripsi: Universitas Gunadarma

Arifin, I. Z. (2013). model bimbingan dan konseling islam untuk memenuhi

kebutuhan spiritual Pasien rawat inap di rumah sakit. Jurnal Ilmu Dakwah,

6 (19), 170-193.

Autoimun Care. (2017, April). Peran Penting Komunitas Lupus di Indonesia dan

Dunia. Diakses dari http://lupus.autoimuncare.com/peran-penting-

komunitas-lupus-indonesia-dan-dunia/ pada tanggal 25 Juli 2017.

Azwar, S. (2014). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bogar, C. B., & Killacky, D. H. (2006). Resiliency Determinants and Resiliency

Processes Among Female Adult Survivors of Childood Sexual Abuse.

Journal of Counseling & Development, 68, 318-328.

Childs, S.G. (2006). The pathogenesis of systemic lupus erythematosus.

Orthopedic Nursing, 25 (2), 140-145.

Connor, K. M., & Davidson, J. R. T. (2003). Development of a new resilience

scale: The Connor–Davidson Resilience Scale (CD-RISC). Depression and

Anxiety, 18, 76–82.

Eley, D. S., Cloninger, R., Walters, L., Laurance, C., Synnott, R., & Wilkinson,

D. (2013). The relationship between resilience and personality traits in

doctors: implications for enhancing well being. PeerJ, DOI

10.771/peerj.216

Embury, S.P, & Saklofske, D. H. (2013). Resilience in Children, Adolescents, and

Adults. New York: Springer

66

66

Everall, R. D., Altrows, K. J., & Paulson, B. L. (2006). Creating a Future: A study of

Resilience in Suicidal Female Adolescents. Journal of Counseling and Development,

84(4), 461-470.

Fernando, M. & Chowdhury, R. (2010). The Relationship Between Spiritual Well-Being and

Ethical Orientations in Decision Making: an Empirical Study with Business Executives

in Australia. journal of Business Ethics, 95(2), 211-225.

Fisher, J. W. (2010). Development an Application of a Spiritual Well Being Questionnaire

Calle

Gomez, R., & Fisher, J. W. (2005). The spiritual well-being questionnaire: Testing for model

applicability, measurment and structural equivalencies, and latent mean differences

across gender. Personality and Individual Differences, 39 (2005), 1383-1393.

Gartland, D., Bond, L., Olsson, C. A., Buzwell, S., & Sawyer, S. M. (2011). Development of

a multi-dimensional measure of resilience in adolescents: the Adolescent Resilience

Questionnaire. BMC Medical Research Methodology , 1-10.

Herrman, H. Steward, D. E., Diaz.-Granadoz, N, Berger, E. L, Jackson, B., & Yuen, T.

(2011). What Is Resilience. La Revue de Psychiatrie, 56(5), 258-165.

Hill, P. C., & Pargament, K. I. (2008). Advances in the conceptualization and measurement

of religion and spiritual : implicaytions for physical and mental health research.

Psychology of Religion and Spirituality Journal, 5 (1), 3-17.

Howe, A., Smajdor, A., & Stockl, A. (2005). Towards an understanding of resilience and its

relevance to medical training. Medical Education 46, 349–356.

Isaacson, B. (2002). Characteristics and Enhanchement of Resiliency in Young People (pdf

version). University of Winconsis-Stout

Judha, M. & Setiawan, D. I. (2015). Apa dan bagaimana penyakit lupus (sistemik lupus

erimatrosus). Yogyakarta: Gosyen Publishing

Kadner, K. D. (1989). Resilience: Responding to Adversity. Journal of Psychosocial Nursing

& Mental Health Services , 20-25.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKESRI). (2011, Oktober). Lupus

Penyakit Seribu Wajah. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKESRI).

Diakses dari www.depkes.go.id pada tanggal 17 Desember 2016

Komalig, F.M., Hananto, M., Sukana, B., & Pardosi, J.F. (2008). Faktor lingkungan yang dapat

meningkatkan risiko penyakit lupus eritematosus sistemik. Jurnal Ekologi Kesehatan, 7

(2), 747-757.

Koslander, T., Silva, A. B., Roxberg. (2009). Existential and spiritual needs in mental health

care. Journal of Holistic Nursing, 27 (1), 34-42

67

67

Liannara, N. (2016). Hubungan Antara Kesejahteraan Spiritual dengan Resiliensi Pada

Penyandang Tunadaksa Nonbawaan. (Skripsi) (Tidak diterbitkan)

Mesquita, R.C., Coelho de Souza, L.N., Carvalhedo de Bruin, P.F., Carvalho, R.R.,

Medeiros, M.M.C., Castro da Rocha, F.A., & Sales de Bruin, V.M. (2007). Sleep

disturbance and prevalence of depression in systemic lupus erythematosus patients

receiving intravenous cyclophosphamide. Original Article ; Rev Bras Reumatol, 47 (6),

396-400.

Moodley, T. (2008). The Relationship Between Coping And Spiritual Well Being During

Adolescence. Tesis, Faculty Humanity, Departement of Psychology, University Of The

Free State

Mustamar. (2007). Sembuh dan Sehat dengan Mukjizat Al‐Qur’an. Yogyakarta: Lingkaran.

Oktaviana, A. (2015). Hubungan Locus of Control dan Dukungan Sosial dengan Resiliensi

pada Remaja Penyandang Tuna Rungu. Skripsi (Diterbitkan). Samarinda : Universitas

Mulawarman

Parawita, A. (2006). Aspek psikiatri pada systemic lupus erythematosus. Majalah Kedokteran

Damianus, 5 (2).

Patterson, J. (2001). Resilience in the Face of Adversity. School Administrator , 18-24.

Perhimpunan Reumatologi Indonesia. (2011). Diagnosis dan pengelolaan lupus erimatosus

sistemik. Tanpa kota: Perhimpunan Reumatologi Indonesia

Price, S. A. & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit.

Jakarta: EGC

Purnomo, N.A.S. (2014). Resiliensi pada Pasin Stroke Ringan Ditinjau dari jenis kelamin.

Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. 2 (2), 241-262

Rutter, M. (2012). The Promotion of Resilience in the Face of Adversity . Cambridge:

Cambridge University Press.

Safariah, D. T. (2014). Pengaruh biblioterapi versi islam terhadap kesejahteraan spiritual

pada pasien penyakit jantung koroner. Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah, 1(1), 29-48

Salve, H. R. (2008). Gambaran Stres pada Penyandang Lupus dan Rancangan Modul

Treatment Meta Music untuk Menurunkan Stres bagi Penyandang Lupus. Skripsi.

Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Diunduh pada 17 Februari 2017, dari

http://library.gunadarma.ac.id/journal/view/8192/gambaran-stres-pada-penyandang-

lupus-dan-rancangan-modul-treatment-meta-music-untuk-menurunkan-stres-bagi-

penyandang-lupus.html/.

Sisca, H. & Moningka, C. (2008). Resiliensi perempuan dewasa muda yang pernah

mengalami kekerasan seksual di masa kanak-kanak. Journal Psikologi, 2(1), 61-69

68

68

Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakata: PT Gramedia

Souri, H. & Hasanirad, T. (2011). Relationship between resilience, optimism and

psychological well-being in students of medicine. Procedia Social and Behavioral

Sciences, 30(2011), 1541-1544.

Taylor, S. E. (2009). Health psychology. New York: McGraw-Hill

Tian, J., & Hong, J. S. (2013). Validation of the Chinese version of the Resilience Scale and

its cutoff score for detecting low resilience in Chinese cancer patients. Support Care

Cancer , 1497-1502.

Utsey, S. O., Bolden, M.A., Williams, O., Lee, ., Lanier, Y., & Newsome, C. (2007).

Spiritual well being as a mediator of the relation between culture specific coping and

quality of life in a community sample of african americans. Journal of Cross-Cultural

Psychology, 38(2), 123-136.

Uyun, Z. (2012). Resiliensi dalam pendidikan karakter. Skripsi: Universitas Muhamadiyah

Surakarta

Vollman, M. W., LaMontagne, L. L. & Wallston, K. A. (2006). Existential well-being

predicts perceived control in adults with heart failure. Applied Nursing Research, 22

(2009), 198-203

Wagnild, G. M., & Young, H. M. (1993). Development and Psychometric Evaluation of the

Resilience Scale. Journal of Nursing Measurement, I (2), 165-178.

Wagnild, G. (2009). A Review of the Resilience Scale. Journal of Nursing Measurement,

17(2), 105-130

Wagnild, G., M.,. (2011). Will resilience help you to be more successful?. Diunduh dari

http://www.resiliencescale.com/papers/success.html pada tanggal 20 juli 2017

Xu, J., & Ou, L. (2014). Resilience and Quality of Life Among Wenchuan Earthquake

Survivors; the Mediating Role oF Social Support. Public Health , 430-437.

Yusuf, S. L. N. (2010). Konseling Spiritual Teistik (proses pencerahan diri dalam

membangun kehidupan bersama yang bermakna. Bandung: univesitas pendidikan

indonesia.

69

69

LAMPIRAN 1

SKALA UJI COBA

70

70

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

ISLAM INDONESIA

Kampus Terpadu, Jl. Kaliurang Km. 14,5 Sleman

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Bapak/Ibu/Saudara/i yang terhormat,

Di sela-sela kesibukan Bapak/Ibu/Saudara/i, perkenankanlah kami menyita waktu

Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuisioner berikut ini. Kuisioner ini diedarkan untuk

kepentingan penelitian tugas akhir yang kami jalani di Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial

Budaya Universitas Islam Indonesia. Semua jawaban tidak ada yang benar/salah dan tidak

ada kaitannya dengan kebijakan apapun, dikarenakan penelitian ini merupakan murni untuk

ilmu pengetahuan. Untuk itu semua jawaban dan identitas yang dituliskan diberikan jaminan

penuh kerahasiaannya sesuai dengan kode etik penelitian ilmiah. Oleh karena itu, sangat

diharapkan Bapak/Ibu/Saudara/i memberikan jawaban sesuai dengan keadaan yang sedang

dirasakan dan sebenar-benarnya dalam mengisi setiap pernyataan yang disajikan. Dengan

harapan penelitian ini dapat membantu atas pemenuhan kebutuhan Bapak/Ibu/Saudara/i

dikemudian hari. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Peneliti,

Lilik Sepriani

71

71

IDENTITAS

Nama (Inisial) :

Jenis Kelamin :

Umur :

Didiagnosis pada umur :

Agama :

Teman Dekat : Ada / Tidak ada

Tinggal bersama : □ Orangtua

□ Sendiri

□ Pasangan

□ Lainnya ………………............

Status : □ Belum menikah

□ Cerai

□ Menikah

□ Lainnya.....................................

Saya menyatakan bahwa dengan sukarela dan penuh kesadaran dalam mengisi setiap

pernyataan yang diberikan serta memberikan informasi sesuai dengan kondisi saya yang

sebenar-benarnya.

Tertanda

(.....................)

72

72

Bagian I

Petunjuk :

Berilah tanda silang (X) pada kolom yang tersedia, sesuai dengan apa yang Anda

rasakan atau yang sedang Anda alami pada pernyataan dibawah ini. Jawablah secara

terbuka dan jujur sesuai dengan kondisi Anda saat ini.

Contoh :

Saya adalah seseorang yang berpribadi baik.

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai sesuai

Sangat

sesuai

X

1. Saya mampu beradaptasi terhadap perubahan

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai sesuai

Sangat

sesuai

X

2. Saya memiliki hubungan yang dekat dan aman

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai sesuai

Sangat

sesuai

X

3. Saya menyerahkan segala sesuatu kepada takdir atau Tuhan

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai sesuai

Sangat

sesuai

X

X

X

X

X

X

x

x

73

73

4. Saya dapat menghadapi segala sesuatu yang datang

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai sesuai

Sangat

sesuai

X

5. Keberhasilan masa lalu memberikan kepercayaan diri kepada

saya untuk menghadapi tantangan yang baru

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

6. Saya mencoba melihat sisi yang positif dari masalah yang saya

alami

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

7. Mengatasi masalah dapat menguatkan diri saya

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

8. Saya cenderung bangkit kembali setelah mengalami penderitaan

atau sakit

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

9. Sesuatu yang terjadi pasti ada alasannya

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

74

74

10. Saya melakukan usaha yang terbaik untuk segala sesuatu

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

11. Saya dapat mencapai tujuan tujuan saya

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

12. Ketika sesuatu terlihat tidak ada harapan, saya tidak menyerah

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

13. Saya tahu kemana saya harus mencari bantuan

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

14. Saat di bawah tekanan, saya mampu fokus dan berpikir jernih

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

15. Saya lebih memilih untuk menghadapi masalah yang datang

kepada saya

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

75

75

16. Saya tidak mudah terpengaruh dengan kegagalan

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

17. Saya berpikir bahwa diri saya adalah orang yang mampu

menghadapi masalah

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

18. Saya mampu membuat atau menghadapi keputusan yang sulit

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

19. Saya dapat mengatasi perasaan tidak menyenangkan

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

20. Saya bertindak atas firasat

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

76

76

21. Saya memiliki perasaan yang kuat untuk sebuah tujuan

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

22. Saya mampu mengendalikan kehidupan saya

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

23. Saya suka tantangan

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

24. Saya bekerja untuk mencapai tujuan saya

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

25. Saya bangga dengan apa yang telah saya capai

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

77

77

Bagian II

1. Saya tidak banyak menemukan kepuasan saat berdoa kepada

Tuhan

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

2. Saya tidak tahu siapa saya, darimana saya berasal, dan kemana

saya akan pergi

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

3. Saya percaya bahwa Tuhan mencintai dan peduli kepada saya

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

4. Saya merasa bahwa hidup ini merupakan pengalaman yang

positif

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

5. Saya percaya bahwa Tuhan itu jauh dan tidak peduli dengan

situasi yang saya hadapi

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

78

78

6. Saya merasa khawatir dengan masa depan saya

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

7. Saya memiliki hubungan dekat dengan Tuhan

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

8. Saya merasa sangat cukup dan puas dengan kehidupan saya

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

9. Saya tidak banyak mendapatkan kekuatan dan dukungan dari

Tuhan

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

10. Dengan adanya arah yang ditunjukkan oleh Tuhan maka saya

merasa bahagia dan punya tujuan

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai sesuai

Sangat

sesuai

X

11. Saya percaya bahwa Tuhan peduli dengan masalah-masalah saya

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai sesuai

Sangat

sesuai

X

79

79

12. Saya tidak banyak menikmati kehidupan ini

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai sesuai

Sangat

sesuai

X

13. Saya tidak memiliki hubungan yang memuaskan dengan Tuhan

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

14. Saya merasa optimis dengan masa depan saya

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

15. Memiliki hubungan dengan Tuhan membantu saya agar tidak

merasa sendirian

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai sesuai

Sangat

sesuai

X

16. Saya merasa kehidupan ini penuh dengan permasalahan dan

ketidakbahagiaan

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai sesuai

Sangat

sesuai

X

80

80

17. Saya merasa kebutuhan saya akan tercukupi saat saya berdoa

kepada Tuhan

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai sesuai

Sangat

sesuai

X

18. Saya merasa hidup saya tidak berarti

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai sesuai

Sangat

sesuai

X

19. Saya percaya bahwa hubungan saya dengan Tuhan

mempengaruhi kebahagiaan yang saya rasakan

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

20. Saya percaya ada tujuan yang nyata untuk kehidupan saya

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

Mohon untuk memastikan kembali tidak ada jawaban yang terlewat

Terima kasih

81

81

LAMPIRAN 2

TABULASI DATA UJI COBA RESILIENSI

82

82

S A

1

A

2

A

3

A

4

A

5

A

6

A

7

A

8

A

9

A1

0

A1

1

A1

2

A1

3

A1

4

A1

5

A1

6

A1

7

A1

8

A1

9

A2

0

A2

1

A2

2

A2

3

A2

4

A2

5

TOT

AL

S1 3 3 5 3 4 5 4 4 5 4 4 4 4 2 2 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 92

S2 3 3 3 4 5 5 3 5 5 5 4 5 4 3 2 3 5 4 3 3 4 4 5 3 2 95

S3 4 5 5 4 5 5 4 4 3 4 4 4 5 5 2 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 100

S4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 3 3 4 4 4 5 5 4 3 4 5 104

S5 3 4 5 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 82

S6 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 3 5 5 3 5 5 4 4 4 3 3 3 5 4 107

S7 4 5 5 5 5 5 4 3 5 4 2 2 5 1 2 2 3 2 3 4 5 4 3 4 4 91

S8 3 4 4 3 4 3 3 5 4 4 3 3 4 2 2 2 2 3 3 3 5 3 3 5 5 85

S9 3 4 5 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 4 76

S10 2 3 4 2 3 3 3 3 3 4 2 2 4 2 2 2 2 3 2 2 3 1 4 2 2 65

S11 4 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 2 2 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 77

S12 3 5 5 4 4 4 5 3 5 5 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 97

S13 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 3 4 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 4 113

S14 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 3 4 3 2 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 5 97

S15 2 3 4 2 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 1 3 4 4 81

S16 3 3 5 3 5 3 3 4 5 5 4 4 4 3 3 2 4 4 3 3 5 5 3 4 5 95

S17 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 92

S18 4 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 104

S19 3 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 3 4 3 2 4 5 3 3 3 5 4 3 4 3 95

S20 3 4 5 3 4 5 4 4 4 4 3 3 4 2 3 3 3 3 2 4 3 3 3 4 4 87

S21 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 122

S22 4 4 5 4 4 4 3 3 4 5 3 4 5 5 5 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 100

S23 3 4 5 4 4 5 5 4 5 4 3 5 4 3 3 5 4 2 2 3 3 3 5 5 5 98

S24 3 5 5 3 4 4 4 4 5 5 4 4 4 2 2 2 3 2 3 3 4 4 2 4 5 90

S25 4 5 5 4 4 4 3 5 4 3 4 5 5 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 5 5 101

S26 4 3 5 3 3 5 5 5 5 5 3 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 5 3 5 5 104

S27 3 3 5 4 5 4 5 5 5 4 4 5 5 2 3 4 5 4 4 3 3 5 5 5 5 105

83

83

S28 4 4 4 4 4 5 5 3 5 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 99

S29 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 2 3 5 4 5 5 114

S30 4 4 5 3 4 5 4 4 5 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 97

S31 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 2 4 3 3 3 4 81

S32 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 2 4 4 5 4 4 109

S33 4 5 5 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 5 84

S34 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 1 4 5 5 5 5 4 5 5 116

S35 2 3 3 2 3 4 3 4 3 5 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 4 67

S36 3 3 4 2 2 3 3 3 4 4 3 3 4 2 2 3 3 3 3 4 4 3 2 5 5 80

S37 3 4 5 3 3 5 5 5 4 4 3 5 4 3 2 3 3 2 4 2 3 2 2 3 2 84

S38 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 3 3 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 98

S39 3 3 4 3 4 5 4 4 4 5 3 5 4 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 88

S40 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 2 3 4 2 2 2 2 2 2 2 4 2 4 4 4 75

S41 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 1 3 3 1 68

S42 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 89

S43 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 3 4 5 4 4 5 118

S44 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 4 4 73

S45 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 90

84

84

LAMPIRAN 3

TABULASI DATA UJI COBA KESEJAHTERAAN SPIRITUAL

85

85

S B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B13 B14 B15 B16 B17 B18 B19 B20 TOTAL

S1 5 4 5 4 5 3 4 3 4 4 4 4 4 3 5 3 4 4 4 4 80

S2 4 4 5 3 4 2 3 3 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 3 4 78

S3 4 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 96

S4 4 5 5 5 5 2 5 3 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 4 90

S5 5 4 5 4 5 3 4 3 5 5 5 4 5 3 5 4 5 4 4 4 86

S6 1 5 5 5 5 3 4 3 5 5 5 3 5 3 5 3 5 4 5 4 83

S7 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 1 5 2 5 1 1 2 1 5 5 77

S8 2 4 5 5 5 5 4 2 4 5 5 4 5 5 5 3 4 5 5 5 87

S9 5 5 5 4 5 2 3 3 5 4 4 4 4 4 4 3 4 5 3 3 79

S10 3 5 4 4 5 5 3 2 5 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 76

S11 5 5 5 4 5 3 3 4 5 3 4 3 4 2 4 4 4 5 5 3 80

S12 5 5 5 5 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 2 4 78

S13 5 4 5 5 5 4 3 3 4 5 5 4 4 5 5 3 4 4 4 5 86

S14 4 5 5 5 5 2 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 93

S15 4 4 1 4 4 4 3 1 4 5 5 3 4 4 5 2 4 4 5 4 74

S16 5 5 5 5 5 2 4 4 4 5 5 4 5 5 5 4 5 4 5 5 91

S17 4 5 4 4 5 3 4 4 4 4 5 4 4 3 5 4 4 5 4 4 83

S18 4 4 5 4 5 1 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 82

86

86

S19 3 5 5 5 5 3 3 3 4 5 5 4 4 4 5 4 3 5 5 5 85

S20 4 3 5 4 5 3 3 3 5 4 4 4 3 3 5 4 4 4 4 5 79

S21 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 96

S22 5 4 5 5 5 4 3 2 5 3 5 3 5 3 5 3 3 4 4 4 80

S23 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 99

S24 5 4 5 5 5 4 5 3 5 4 5 4 5 3 5 4 5 4 5 4 89

S25 5 1 5 5 1 1 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 86

S26 4 5 5 5 5 4 4 3 5 4 5 4 5 3 5 3 4 5 5 5 88

S27 4 5 5 5 5 2 5 3 5 5 5 4 5 3 5 4 5 5 5 5 90

S28 4 4 4 4 4 2 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 79

S29 5 5 5 5 5 1 5 3 4 4 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 89

S30 5 5 5 4 5 3 3 3 5 4 5 2 5 4 5 4 4 4 5 5 85

S31 4 5 4 4 5 3 3 3 5 3 3 4 5 3 4 3 3 3 4 4 75

S32 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 97

S33 4 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 2 5 5 5 5 5 5 92

S34 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 96

S35 3 4 3 3 3 5 2 2 4 2 2 4 3 2 3 2 2 3 2 2 56

S36 4 2 5 5 5 4 4 3 5 5 5 3 4 3 5 1 5 3 5 5 81

87

87

S37 2 4 5 4 5 3 4 4 5 5 4 3 4 3 5 4 3 4 5 4 80

S38 4 4 5 5 4 2 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 4 86

S39 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 2 4 2 3 5 3 4 69

S40 4 5 4 4 5 3 3 2 5 3 5 4 4 3 2 4 4 4 2 3 73

S41 5 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 2 4 2 4 2 2 3 2 2 65

S42 5 5 4 4 5 2 4 3 5 4 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 85

S43 5 5 5 5 5 1 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 94

S44 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 71

S45 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 77

88

88

LAMPIRAN 4

HASIL ANALISIS AITEM

89

89

Reliabilitas Resiliensi

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 45 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 45 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in

the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's Alpha

Based on

Standardized

Items N of Items

,941 ,942 25

90

90

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

1. Saya mampu beradaptasi terhadap

perubahan

3,58 ,812 45

2. Saya memiliki hubungan yang dekat

dan aman

3,96 ,767 45

3. Saya menyerahkan segala sesuatu

kepada takdir atau Tuhan

4,56 ,693 45

4. Saya dapat menghadapi segala sesuatu

yang datang

3,60 ,863 45

5. Keberhasilan masa lalu memberikan

kepercayaan diri kepada saya untuk

menghadapi tantangan yang baru

3,91 ,733 45

6. Saya mencoba melihat sisi yang

positif dari masalah yang saya alami

4,13 ,757 45

7. Mengatasi masalah dapat menguatkan

diri saya

3,98 ,783 45

8. Saya cenderung bangkit kembali

setelah mengalami penderitaan atau

sakit

3,98 ,812 45

9. Sesuatu yang terjadi pasti ada

alasannya

4,31 ,701 45

10. Saya melakukan usaha yang terbaik

untuk segala sesuatu

4,24 ,712 45

11. Saya dapat mencapai tujuan tujuan

saya

3,40 ,751 45

12. Ketika sesuatu terlihat tidak ada

harapan, saya tidak menyerah

3,82 ,886 45

13. Saya tahu kemana saya harus mencari

bantuan

4,02 ,783 45

14. Saat di bawah tekanan, saya mampu

fokus dan berpikir jernih

3,09 1,062 45

15. Saya lebih memilih untuk menghadapi

masalah yang datang kepada saya

2,96 ,976 45

16. Saya tidak mudah terpengaruh dengan

kegagalan

3,40 ,939 45

17. Saya berpikir bahwa diri saya adalah

orang yang mampu menghadapi

masalah

3,58 ,988 45

18. Saya mampu membuat atau

menghadapi keputusan yang sulit

3,27 ,915 45

91

91

19. Saya dapat mengatasi perasaan tidak

menyenangkan

3,36 ,908 45

20. Saya bertindak atas firasat 3,18 ,860 45

21. Saya memiliki perasaan yang kuat

untuk sebuah tujuan

3,73 ,780 45

22. Saya mampu mengendalikan

kehidupan saya

3,53 1,079 45

23. Saya suka tantangan 3,42 ,917 45

24. Saya bekerja untuk mencapai tujuan

saya

3,93 ,780 45

25. Saya bangga dengan apa yang telah

saya capai

4,07 ,963 45

92

92

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item

Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Squared

Multiple

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

1. Saya mampu

beradaptasi terhadap

perubahan

89,42 174,840 ,678 . ,938

2. Saya memiliki

hubungan yang dekat

dan aman

89,04 178,362 ,541 . ,940

3.Saya menyerahkan

segala sesuatu kepada

takdir atau Tuhan

88,44 179,934 ,518 . ,940

4.Saya dapat

menghadapi segala

sesuatu yang datang

89,40 172,018 ,763 . ,937

5.Keberhasilan masa

lalu memberikan

kepercayaan diri kepada

saya untuk menghadapi

tantangan yang baru

89,09 176,719 ,656 . ,939

6.Saya mencoba melihat

sisi yang positif dari

masalah yang saya

alami

88,87 178,209 ,557 . ,940

7.Mengatasi masalah

dapat menguatkan diri

saya

89,02 176,431 ,625 . ,939

8.Saya cenderung

bangkit kembali setelah

mengalami penderitaan

atau sakit

89,02 175,749 ,634 . ,939

9. Sesuatu yang terjadi

pasti ada alasannya

88,69 178,174 ,608 . ,939

10.Saya melakukan

usaha yang terbaik

untuk segala sesuatu

88,76 179,098 ,548 . ,940

11.Saya dapat mencapai

tujuan tujuan saya

89,60 175,245 ,716 . ,938

93

93

12.Ketika sesuatu

terlihat tidak ada

harapan, saya tidak

menyerah

89,18 174,104 ,648 . ,938

13.Saya tahu kemana

saya harus mencari

bantuan

88,98 177,840 ,555 . ,940

14.Saat di bawah

tekanan, saya mampu

fokus dan berpikir jernih

89,91 169,537 ,701 . ,938

15.Saya lebih memilih

untuk menghadapi

masalah yang datang

kepada saya

90,04 171,225 ,700 . ,938

16.Saya tidak mudah

terpengaruh dengan

kegagalan

89,60 172,018 ,696 . ,938

17.Saya berpikir bahwa

diri saya adalah orang

yang mampu

menghadapi masalah

89,42 174,295 ,566 . ,940

18.Saya mampu

membuat atau

menghadapi keputusan

yang sulit

89,73 174,927 ,590 . ,939

19. Saya dapat

mengatasi perasaan

tidak menyenangkan

89,64 169,143 ,850 . ,936

20.Saya bertindak atas

firasat

89,82 183,331 ,256 . ,943

21.Saya memiliki

perasaan yang kuat

untuk sebuah tujuan

89,27 180,882 ,408 . ,941

22.Saya mampu

mengendalikan

kehidupan saya

89,47 166,845 ,791 . ,936

23.Saya suka tantangan 89,58 176,068 ,540 . ,940

24.Saya bekerja untuk

mencapai tujuan saya

89,07 176,745 ,612 . ,939

25.Saya bangga dengan

apa yang telah saya

capai

88,93 177,609 ,448 . ,941

94

94

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

93,00 190,045 13,786 25

95

95

Reliabilitas Kesejahteraan Spiritual

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 44 97,8

Excludeda 1 2,2

Total 45 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's Alpha

Based on

Standardized

Items N of Items

,853 ,873 20

96

96

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

1.Saya tidak banyak

menemukan kepuasan saat

berdoa kepada Tuhan

4,23 ,937 44

2.Saya tidak tahu siapa saya,

darimana saya berasal, dan

kemana saya akan pergi

4,43 ,846 44

3.Saya percaya bahwa Tuhan

mencintai dan peduli kepada

saya

4,61 ,784 44

4.Saya merasa bahwa hidup ini

merupakan pengalaman yang

positif

4,48 ,628 44

5.Saya percaya bahwa Tuhan

itu jauh dan tidak peduli dengan

situasi yang saya hadapi

4,59 ,948 44

6.Saya merasa khawatir dengan

masa depan saya

2,91 1,197 44

7.Saya memiliki hubungan

dekat dengan Tuhan

3,93 ,846 44

8.Saya merasa sangat cukup

dan puas dengan kehidupan

saya

3,34 ,914 44

9.Saya tidak banyak

mendapatkan kekuatan dan

dukungan dari Tuhan

4,61 ,538 44

10.Dengan adanya arah yang

ditunjukkan oleh Tuhan maka

saya merasa bahagia dan punya

tujuan

4,32 ,740 44

11.Saya percaya bahwa Tuhan

peduli dengan masalah-masalah

saya

4,48 ,876 44

12.Saya tidak banyak

menikmati kehidupan ini

3,98 ,792 44

13.Saya tidak memiliki

hubungan yang memuaskan

dengan Tuhan

4,41 ,693 44

14.Saya merasa optimis dengan

masa depan saya

3,68 ,983 44

97

97

15.Memiliki hubungan dengan

Tuhan membantu saya agar

tidak merasa sendirian

4,50 ,876 44

16.Saya merasa kehidupan ini

penuh dengan permasalahan

dan ketidakbahagiaan

3,73 1,086 44

17.Saya merasa kebutuhan saya

akan tercukupi saat saya berdoa

kepada Tuhan

4,16 ,914 44

18.Saya merasa hidup saya

tidak berarti

4,32 ,829 44

19.Saya percaya bahwa

hubungan saya dengan Tuhan

mempengaruhi kebahagiaan

yang saya rasakan

4,30 ,954 44

20.Saya percaya ada tujuan

yang nyata untuk kehidupan

saya

4,25 ,811 44

98

98

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item

Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Squared

Multiple

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

1.Saya tidak banyak

menemukan kepuasan

saat berdoa kepada

Tuhan

79,02 77,232 ,135 ,251 ,860

2.Saya tidak tahu siapa

saya, darimana saya

berasal, dan kemana

saya akan pergi

78,82 76,896 ,183 ,631 ,857

3.Saya percaya bahwa

Tuhan mencintai dan

peduli kepada saya

78,64 72,330 ,554 ,623 ,843

4.Saya merasa bahwa

hidup ini merupakan

pengalaman yang

positif

78,77 72,505 ,694 ,806 ,840

5.Saya percaya bahwa

Tuhan itu jauh dan

tidak peduli dengan

situasi yang saya

hadapi

78,66 74,788 ,283 ,686 ,854

6.Saya merasa

khawatir dengan masa

depan saya

80,34 90,369 -,504 ,562 ,895

7.Saya memiliki

hubungan dekat

dengan Tuhan

79,32 69,524 ,715 ,805 ,836

8.Saya merasa sangat

cukup dan puas dengan

kehidupan saya

79,91 71,154 ,541 ,729 ,842

9.Saya tidak banyak

mendapatkan kekuatan

dan dukungan dari

Tuhan

78,64 76,562 ,370 ,579 ,850

10.Dengan adanya arah

yang ditunjukkan oleh

Tuhan maka saya

merasa bahagia dan

punya tujuan

78,93 72,763 ,556 ,700 ,843

99

99

11.Saya percaya bahwa

Tuhan peduli dengan

masalah-masalah saya

78,77 70,784 ,596 ,877 ,840

12.Saya tidak banyak

menikmati kehidupan

ini

79,27 73,133 ,485 ,785 ,845

13.Saya tidak memiliki

hubungan yang

memuaskan dengan

Tuhan

78,84 72,462 ,626 ,723 ,841

14.Saya merasa

optimis dengan masa

depan saya

79,57 70,530 ,535 ,730 ,843

15.Memiliki hubungan

dengan Tuhan

membantu saya agar

tidak merasa sendirian

78,75 71,773 ,525 ,765 ,843

16.Saya merasa

kehidupan ini penuh

dengan permasalahan

dan ketidakbahagiaan

79,52 68,209 ,610 ,869 ,839

17.Saya merasa

kebutuhan saya akan

tercukupi saat saya

berdoa kepada Tuhan

79,09 68,782 ,707 ,762 ,835

18.Saya merasa hidup

saya tidak berarti

78,93 72,530 ,504 ,728 ,844

19.Saya percaya bahwa

hubungan saya dengan

Tuhan mempengaruhi

kebahagiaan yang saya

rasakan

78,95 68,696 ,678 ,789 ,836

20.Saya percaya ada

tujuan yang nyata

untuk kehidupan saya

79,00 70,140 ,702 ,716 ,837

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

83,25 80,331 8,963 20

100

100

LAMPIRAN 5

SKALA PENELITIAN

101

101

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

ISLAM INDONESIA

Kampus Terpadu, Jl. Kaliurang Km. 14,5 Sleman

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Bapak/Ibu/Saudara/i yang terhormat,

Di sela-sela kesibukan Bapak/Ibu/Saudara/i, perkenankanlah kami menyita waktu

Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuisioner berikut ini. Kuisioner ini diedarkan untuk

kepentingan penelitian tugas akhir yang kami jalani di Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial

Budaya Universitas Islam Indonesia. Semua jawaban tidak ada yang benar/salah dan tidak

ada kaitannya dengan kebijakan apapun, dikarenakan penelitian ini merupakan murni untuk

ilmu pengetahuan. Untuk itu semua jawaban dan identitas yang dituliskan diberikan jaminan

penuh kerahasiaannya sesuai dengan kode etik penelitian ilmiah. Oleh karena itu, sangat

diharapkan Bapak/Ibu/Saudara/i memberikan jawaban sesuai dengan keadaan yang sedang

dirasakan dan sebenar-benarnya dalam mengisi setiap pernyataan yang disajikan. Dengan

harapan penelitian ini dapat membantu atas pemenuhan kebutuhan Bapak/Ibu/Saudara/i

dikemudian hari. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Peneliti,

Lilik Sepriani

102

102

IDENTITAS

Nama (Inisial) :

Jenis Kelamin :

Umur :

Didiagnosis pada umur :

Agama :

Teman Dekat : Ada / Tidak ada

Tinggal bersama : □ Orangtua

□ Sendiri

□ Pasangan

□ Lainnya ………………............

Status : □ Belum menikah

□ Cerai

□ Menikah

□ Lainnya.....................................

Saya menyatakan bahwa dengan sukarela dan penuh kesadaran dalam mengisi setiap

pernyataan yang diberikan serta memberikan informasi sesuai dengan kondisi saya yang

sebenar-benarnya.

Tertanda

(...........................)

103

103

Bagian I

Petunjuk :

Berilah tanda silang (X) pada kolom yang tersedia, sesuai dengan apa yang Anda

rasakan atau yang sedang Anda alami pada pernyataan dibawah ini. Jawablah secara

terbuka dan jujur sesuai dengan kondisi Anda saat ini.

Contoh :

Saya adalah seseorang yang berpribadi baik.

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai sesuai

Sangat

sesuai

X

1. Saya mampu beradaptasi terhadap perubahan

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai sesuai

Sangat

sesuai

X

2. Saya memiliki hubungan yang dekat dan aman

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai sesuai

Sangat

sesuai

X

3. Saya menyerahkan segala sesuatu kepada takdir atau Tuhan

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai sesuai

Sangat

sesuai

X

X

X

X

X

X

x

x

104

104

4. Saya dapat menghadapi segala sesuatu yang datang

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai sesuai

Sangat

sesuai

X

5. Keberhasilan masa lalu memberikan kepercayaan diri kepada saya

untuk menghadapi tantangan yang baru

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

6. Saya mencoba melihat sisi yang positif dari masalah yang saya

alami

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

7. Mengatasi masalah dapat menguatkan diri saya

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

8. Saya cenderung bangkit kembali setelah mengalami penderitaan

atau sakit

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

9. Sesuatu yang terjadi pasti ada alasannya

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

105

105

10. Saya melakukan usaha yang terbaik untuk segala sesuatu

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

11. Saya dapat mencapai tujuan tujuan saya

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

12. Ketika sesuatu terlihat tidak ada harapan, saya tidak

menyerah

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

13. Saya tahu kemana saya harus mencari bantuan

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

14. Saat di bawah tekanan, saya mampu fokus dan berpikir jernih

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

15. Saya lebih memilih untuk menghadapi masalah yang datang

kepada saya

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

106

106

16. Saya tidak mudah terpengaruh dengan kegagalan

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

17. Saya berpikir bahwa diri saya adalah orang yang mampu

menghadapi masalah

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

18. Saya mampu membuat atau menghadapi keputusan yang sulit

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

19. Saya dapat mengatasi perasaan tidak menyenangkan

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

21. Saya memiliki perasaan yang kuat untuk sebuah tujuan

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

22. Saya mampu mengendalikan kehidupan saya

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

107

107

X

23. Saya suka tantangan

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

24. Saya bekerja untuk mencapai tujuan saya

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

25. Saya bangga dengan apa yang telah saya capai

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

Bagian II

3. Saya percaya bahwa Tuhan mencintai dan peduli kepada saya

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

4. Saya merasa bahwa hidup ini merupakan pengalaman yang

positif

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

108

108

7. Saya memiliki hubungan dekat dengan Tuhan

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

8. Saya merasa sangat cukup dan puas dengan kehidupan saya

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

9. Saya tidak banyak mendapatkan kekuatan dan dukungan dari

Tuhan

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

10. Dengan adanya arah yang ditunjukkan oleh Tuhan maka saya

merasa bahagia dan punya tujuan

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai sesuai

Sangat

sesuai

X

11. Saya percaya bahwa Tuhan peduli dengan masalah-masalah saya

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai sesuai

Sangat

sesuai

X

109

109

12. Saya tidak banyak menikmati kehidupan ini

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai sesuai

Sangat

sesuai

X

13. Saya tidak memiliki hubungan yang memuaskan dengan Tuhan

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

14. Saya merasa optimis dengan masa depan saya

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

15. Memiliki hubungan dengan Tuhan membantu saya agar tidak

merasa sendirian

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai sesuai

Sangat

sesuai

X

16. Saya merasa kehidupan ini penuh dengan permasalahan dan

ketidakbahagiaan

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai sesuai

Sangat

sesuai

X

17. Saya merasa kebutuhan saya akan tercukupi saat saya berdoa

kepada Tuhan

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai sesuai

Sangat

sesuai

X

110

110

18. Saya merasa hidup saya tidak berarti

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai sesuai

Sangat

sesuai

X

19. Saya percaya bahwa hubungan saya dengan Tuhan

mempengaruhi kebahagiaan yang saya rasakan

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

20. Saya percaya ada tujuan yang nyata untuk kehidupan saya

Sangat tidak

sesuai

Tidak

sesuai

Cukup

sesuai Sesuai

Sangat

sesuai

X

Mohon untuk memastikan kembali tidak ada jawaban yang terlewat

Terima kasih

111

111

112

112

LAMPIRAN 6

TABULASI DATA PENELITIAN SKALA RESILIENSI

113

113

S A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15 A16 A17 A18 A19 A21 A22 A23 A24 A25 TOTAL

S1 3 3 5 3 4 5 4 4 5 4 4 4 4 2 2 3 4 3 3 4 4 3 4 4 88

S2 3 3 3 4 5 5 3 5 5 5 4 5 4 3 2 3 5 4 3 4 4 5 3 2 92

S3 4 5 5 4 5 5 4 4 3 4 4 4 5 5 2 3 4 2 4 4 4 4 4 4 96

S4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 3 3 4 4 4 5 4 3 4 5 99

S5 3 4 5 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 79

S6 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 3 5 5 3 5 5 4 4 3 3 3 5 4 103

S7 4 5 5 5 5 5 4 3 5 4 2 2 5 1 2 2 3 2 3 5 4 3 4 4 87

S8 3 4 4 3 4 3 3 5 4 4 3 3 4 2 2 2 2 3 3 5 3 3 5 5 82

S9 3 4 5 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 4 73

S10 2 3 4 2 3 3 3 3 3 4 2 2 4 2 2 2 2 3 2 3 1 4 2 2 63

S11 4 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 2 2 3 4 4 3 3 3 2 3 3 74

S12 3 5 5 4 4 4 5 3 5 5 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 93

S13 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 111

S14 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 3 4 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 95

S15 2 3 4 2 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 1 3 4 4 78

S16 3 3 5 3 5 3 3 4 5 5 4 4 4 3 3 2 4 4 3 5 5 3 4 5 92

S17 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 88

S18 4 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 100

S19 3 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 3 4 3 2 4 5 3 3 5 4 3 4 3 92

S20 3 4 5 3 4 5 4 4 4 4 3 3 4 2 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 83

S21 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 118

S22 4 4 5 4 4 4 3 3 4 5 3 4 5 5 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 97

S23 3 4 5 4 4 5 5 4 5 4 3 5 4 3 3 5 4 2 2 3 3 5 5 5 95

S24 3 5 5 3 4 4 4 4 5 5 4 4 4 2 2 2 3 2 3 4 4 2 4 5 87

S25 4 5 5 4 4 4 3 5 4 3 4 5 5 4 3 4 4 3 4 3 3 4 5 5 97

114

114

S26 4 3 5 3 3 5 5 5 5 5 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 3 5 5 99

S27 3 3 5 4 5 4 5 5 5 4 4 5 5 2 3 4 5 4 4 3 5 5 5 5 102

S28 4 4 4 4 4 5 5 3 5 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 96

S29 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 3 5 4 5 5 112

S30 4 4 5 3 4 5 4 4 5 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 93

S31 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 79

S32 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 107

S33 4 5 5 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 5 82

S34 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 1 4 5 5 5 4 5 5 111

S35 2 3 3 2 3 4 3 4 3 5 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 4 64

S36 3 3 4 2 2 3 3 3 4 4 3 3 4 2 2 3 3 3 3 4 3 2 5 5 76

S37 3 4 5 3 3 5 5 5 4 4 3 5 4 3 2 3 3 2 4 3 2 2 3 2 82

S38 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 3 3 4 4 2 4 4 4 4 4 4 95

S39 3 3 4 3 4 5 4 4 4 5 3 5 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 86

S40 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 2 3 4 2 2 2 2 2 2 4 2 4 4 4 73

S41 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 1 3 3 1 65

S42 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 86

S43 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 4 5 115

S44 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 4 4 70

S45 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 87

115

115

LAMPIRAN 7

TABULASI DATA PENELITIAN KESEJAHTERAAN SPIRITUAL

116

116

S B3 B4 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B13 B14 B15 B16 B17 B18 B19 B20 TOTAL

S1 5 4 4 3 4 4 4 4 4 3 5 3 4 4 4 4 63

S2 5 3 3 3 4 5 5 4

5 5 5 5 5 3 4 64

S3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 80

S4 5 5 5 3 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 4 74

S5 5 4 4 3 5 5 5 4 5 3 5 4 5 4 4 4 69

S6 5 5 4 3 5 5 5 3 5 3 5 3 5 4 5 4 69

S7 5 5 5 4 5 5 1 5 2 5 1 1 2 1 5 5 57

S8 5 5 4 2 4 5 5 4 5 5 5 3 4 5 5 5 71

S9 5 4 3 3 5 4 4 4 4 4 4 3 4 5 3 3 62

S10 4 4 3 2 5 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 58

S11 5 4 3 4 5 3 4 3 4 2 4 4 4 5 5 3 62

S12 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 2 4 65

S13 5 5 3 3 4 5 5 4 4 5 5 3 4 4 4 5 68

S14 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 77

S15 1 4 3 1 4 5 5 3 4 4 5 2 4 4 5 4 58

117

117

S16 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 5 4 5 4 5 5 74

S17 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 5 4 4 5 4 4 66

S18 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 68

S19 5 5 3 3 4 5 5 4 4 4 5 4 3 5 5 5 69

S20 5 4 3 3 5 4 4 4 3 3 5 4 4 4 4 5 64

S21 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 80

S22 5 5 3 2 5 3 5 3 5 3 5 3 3 4 4 4 62

S23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 80

S24 5 5 5 3 5 4 5 4 5 3 5 4 5 4 5 4 71

S25 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 78

S26 5 5 4 3 5 4 5 4 5 3 5 3 4 5 5 5 70

S27 5 5 5 3 5 5 5 4 5 3 5 4 5 5 5 5 74

S28 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 65

S29 5 5 5 3 4 4 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 73

S30 5 4 3 3 5 4 5 2 5 4 5 4 4 4 5 5 67

S31 4 4 3 3 5 3 3 4 5 3 4 3 3 3 4 4 58

S32 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 78

118

118

S33 5 5 5 4 5 4 5 4 5 2 5 5 5 5 5 5 74

S34 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 80

S35 3 3 2 2 4 2 2 4 3 2 3 2 2 3 2 2 41

S36 5 5 4 3 5 5 5 3 4 3 5 1 5 3 5 5 66

S37 5 4 4 4 5 5 4 3 4 3 5 4 3 4 5 4 66

S38 5 5 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 4 72

S39 3 4 3 3 3 4 3 3 4 2 4 2 3 5 3 4 53

S40 4 4 3 2 5 3 5 4 4 3 2 4 4 4 2 3 56

S41 4 4 3 2 4 4 4 2 4 2 4 2 2 3 2 2 48

S42 4 4 4 3 5 4 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 68

S43 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 78

S44 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 57

S45 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 63

67

LAMPIRAN 8

HASIL UJI ASUMSI

68

UJI NORMALITAS

Resiliensi

Kesejahteraan Spiritual

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnov

a Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

SKOR_TOTAL_RESILIENS

I

,069 45 ,200* ,988 45 ,929

SKOR_TOTAL_SWB ,072 45 ,200* ,972 45 ,346

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

69

UJI LINIERITAS

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

SKOR_TOTAL_RESILIENSI

* SKOR_TOTAL_SWB

Between

Groups

(Combined) 6614,750 27 244,991 2,384 ,033

Linearity 4291,114 1 4291,114 41,751 ,000

Deviation from

Linearity

2323,636 26 89,371 ,870 ,635

Within Groups 1747,250 17 102,779

Total 8362,000 44

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared

SKOR_TOTAL_RESILIENSI

* SKOR_TOTAL_SWB

,716 ,513 ,889 ,791

Report

SKOR_TOTAL_RESILIENSI

SKOR_TOTAL_SWB Mean N Std. Deviation

dimension1

56 67,00 1 .

65 68,00 1 .

69 88,00 1 .

71 73,00 1 .

73 75,00 1 .

74 81,00 1 .

75 81,00 1 .

76 65,00 1 .

77 90,50 2 ,707

78 96,00 2 1,414

79 87,33 3 11,504

80 88,25 4 9,946

81 80,00 1 .

82 104,00 1 .

83 99,50 2 10,607

70

85 93,67 3 4,163

86 98,50 4 12,767

87 85,00 1 .

88 104,00 1 .

89 102,00 2 16,971

90 104,50 2 ,707

91 95,00 1 .

92 84,00 1 .

93 97,00 1 .

94 118,00 1 .

96 112,67 3 11,372

97 109,00 1 .

99 98,00 1 .

Total 93,00 45 13,786

71

LAMPIRAN 9

HASIL UJI HIPOTESIS

72

KORELASI ANTARA KESEJAHTERAAN SPIRITUAL DAN RESILIENSI

Correlations

SKOR_TOTAL_

RESILIENSI

SKOR_TOTAL_

SWB

SKOR_TOTAL_RESILIENSI Pearson Correlation 1 ,716**

Sig. (1-tailed) ,000

N 45 45

SKOR_TOTAL_SWB Pearson Correlation ,716** 1

Sig. (1-tailed) ,000

N 45 45

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

73

74


Recommended