Date post: | 28-Apr-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | khangminh22 |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
HUBUNGAN ANTARA KESEJAHTERAAN SPIRITUAL
(SPIRITUAL WELL BEING) DAN RESILIENSI PADA ODAPUS
(ORANG DENGAN LUPUS)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Program Studi Psikologi Universitas Islam Indonesia
Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh
Derajat Sarjana S1 Psikologi
Disusun oleh :
LILIK SEPRIANI
13320246
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2017
i
HUBUNGAN ANTARA KESEJAHTERAAN SPIRITUAL
(SPIRITUAL WELL BEING) DAN RESILIENSI PADA ODAPUS
(ORANG DENGAN LUPUS)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Program Studi Psikologi Universitas Islam Indonesia
Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh
Derajat Sarjana S1 Psikologi
Disusun oleh :
LILIK SEPRIANI
13320246
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2017
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbil’alamin
Segala puji bagi Allah SWT Engkaulah Tuhan yang Maha Esa, terimakasih
atas segala rahmat dan nikmat yang Engkau berikan kepada hamba sehingga
karya sederhana ini dapat diselesaikan.
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk:
Kedua orangtuaku Bapak Sukatno dan Ibu Susidem
Guru-guruku
Para pemikir, serta
Sahabat-sahabat odapus yang sedang berjuang dengan lupus
v
HALAMAN MOTTO
“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, Dan Kami telah
menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan
Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah
hendaknya kamu berharap.”
(QS. Al Insyirah: 1-8)
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kamu. Dan boleh
jadi kamu mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kamu. Allah maha
mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.”
(Q.S. Al-Baqarah: 216)
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka
mengubah diri mereka sendiri“
(Q.S. Ar- Ra’d: 11)
vi
PRAKATA
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahi Rabbil’alaimin. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas
petunjuk dan pertolongan-Nya, serta telah memberikan kemampuan, kekuatan,
dan jalan kemudahan sehinga skripsi ini dapat diselesaikan. Terima kasih atas
semua karunia dan Rahmat-Nya yang telah diberikan hingga hamba masih
berkesempatan untuk menjalani kehidupan sampai detik ini.
Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari
bimbingan, dorongan, doa, dan bantuan baik berupa material dan non material
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah peneliti mengucapkan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Dr. rer. Nat. Arief Fahmie, S.Psi,. MA, Psi. selaku Dekan Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.
2. Ibu Mira Aliza Rachmawati, S.Psi., M.Psi., selaku Ketua Program Studi
Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam
Indonesia.
3. Ibu Endah Puspitasari, S.Psi., M.Si., Psikolog, selaku Dosen Pembimbing
Skripsi yang dengan penuh kesabaran memberikan arahan, bimbingan, dan
motivasi kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas
vii
segala nasehat, kritik, saran, waktu, tenaga, serta pikiran yeng telah diberikan
kepada peneliti.
4. Ibu Rumiani, S.Psi., M.Psi. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
bersedia memberikan nasehat, dukungan, dan pengarahan mengenai proses
dari awal kuliah hingga selesai.
5. Seluruh Dosen Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial
Budaya Universitas Islam Indonesia, yang telah membagikan ilmu
pengetahuan serta pengalaman selama proses perkuliahan, dan segenap
karyawan serta staff Program Studi Psikologi Universitas Islam Indonesia
yang telah membantu peneliti dalam administrasi.
6. Kedua orang tua yang sangat peneliti cintai. Ibu Susidem dan Bapak Sukatno,
terima kasih sudah menjadi orang tua terbaik dan tidak ada tandingannya.
Terima kasih atas semangat, doa, dukungan, kasih sayang, nasehat, dan restu
yang selalu diberikan selama ini.
7. Adikku tersayang Rahmat Saputra, terimakasih atas keceriwisannya.
8. Keluarga baru peneliti di Yogyakarta, Keluarga Rudiyah dan Bidadari S.Psi
Ginta Linggaduma S. Psi, Maharani Putri S S. psi, Isna Husnita, Tia Ratu A.,
Fina Fitriana U., Esna Taqwaningtias, Wira Setya D S. Psi, Bhekti Prayogo P.,
Tsabit Bisma, Irman Nuryadin S S. Psi, dan Fajrul Falah W. Terima kasih atas
segala dukungan, bantuan, kebahagiaan, kasih sayang, serta mampu menjadi
inspirasi dan motivasi selama berada disini. Peneliti akan selalu merindukan
saat-saat bersama kalian. Semoga tetap terjaga silaturahminya ya gaes!.
viii
9. Responden yang telah bersedia diminta waktunya untuk membantu dalam
mengisi kuisioner untuk penelitian ini. Terima kasih banyak karena kalian
sangat membantu.
10. Teman-teman Psikologi angkatan 2013 terimakasih atas bantuan,
kebersamaan, dan keceriannya di Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya.
11. Teman-teman KKN PW-122 Imas Kusumandari, Dhiya Ulhaq, Rizki
Endraningtyas, Maulidha Amanati, Rifki Rinaldi, Marisun Fahmi, Aldino si
Ayam Jago dan semua teman - teman tim Desa Jelok. Terima kasih telah
menciptakan keluarga baru.
12. Semua pihak yang terlibat dalam proses menimba ilmu di Program Studi
Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam
Indonesia yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Semoga Allah Subhanallahu wata’ala memberikan limpahan rahmat dan
karunia serta mendapatkan balasan yang lebih baik atas kebaikan semua pihak
yang sudah terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam proses
pengerjaan skripsi ini, Aamiin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh
Yogyakarta, Juni 2017
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... ii
PERNYATAAN ETIKA AKADEMIK ................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. iv
HALAMAN MOTTO ............................................................................................... v
PRAKATA ................... ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiii
INTISARI ............................................................................................................... xiv
BAB I PENGANTAR ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 9
C. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 9
D. Keaslian Penelitian ........................................................................................ 10
1. Keaslian Topik ........................................................................................... 15
2. Keaslian Teori ............................................................................................ 16
3. Keaslian Alat Ukur .................................................................................... 17
4. Keaslian Responden Penelitian .................................................................. 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 19
A. resiliensi .............. ........................................................................................... 19
1. Pengertian Resiliensi .................................................................................. 21
2. Aspek - aspek Resiliensi ..... ....................................................................... 21
3. Faktor - faktor Resiliensi ............................................................ ................ 24
B. Kesejahteraan Spiritual .................................................................................. 27
1. Pengertian Kesejateraan Spiritual ............................................................... 27
2. Aspek - aspek Kesejahteraan Spiritual ....................................................... 28
C. Systemic Lupus Erythematosus (SLE) ............................. ..............................30
x
1. Pengertian Systemic Lupus Erythematosus ..........................................30
2. Tipe-Tipe Systemic Lupus Erythematosus ............. ..............................31
D. Hubungan antara Kesejahteraan Spiritual dan Resiliensi ............................... 33
E. Hipotesis Penelitian ..................................................................................38
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 39
A. Identifikasi Variabel Penelitian ...................................................................... 39
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................................................ 39
1. Resiliensi ............. ....................................................................................... 39
2. Kesejahteraan Spiritual ............................................................................... 39
C. Subjek Penelitian ........................................................................................... 40
D. Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 40
1. Skala Resiliensi .............. ............................................................................ 41
2. Skala Kesejahteraan Spiritual .................................................................... 42
E. Validitas dan Reliabilitas .............................................................................. 43
F. Metode Analisis Data .... ................................................................................. 45
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN ...................................... 46
A. Orientasi Kancah dan Persiapan .................................................................. 46
1. Orientasi Kancah .................................................................................. 46
2. Persiapan Penelitian ................................................................................ 46
B. Laporan Pelaksanaan Penelitian .................................................................. 50
C. Hasil Penelitian .......................................................................................... 51
1. Deskripsi Subjek Penelitian .................................................................... 51
2. Deskripsi Data Penelitian ......................................................................... 54
3. Uji Asumsi ............................................................................................ 56
4. Uji Hipotesis ............................................................................................ 58
D. Pembahasan ................................................................................................. 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 64
A. Kesimpulan ................................................................................................. 64
B. Saran .......................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 66
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Distribusi Butir Skala Resiliensi Sebelum Uji Coba ................................36
Tabel 2 Distribusi Butir Skala Kesejahteraan Spiritual Sebelum Uji Coba...........37
Tabel 3 Distribusi Butir Skala Resiliensi Setelah Uji Coba ..................................44
Tabel 4 Distribusi Butir Skala Kesejahteraan Spiritual Setelah Uji Coba ............45
Tabel 5 Deskripsi Responden Penelitian ........................................................46
Tabel 6 Deskripsi Responden Penelitian ........................................................46
Tabel 7 Deskripsi Data Penelitian ....................................................................47
Tabel 8 Norma Kategorisasi ................................................................................47
Tabel 9 Kategorisasi Kesejahteraan Spiritual .......................................................48
Tabel 10 Kategorisasi Resiliensi ..........................................................................49
Tabel 11 Hasil Uji Normalitas ..............................................................................49
Tabel 12 Hasil Uji Linearitas ................................................................................50
Tabel 13 Hasil Uji Hipotesis ................................................................................51
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Skala Uji Coba ................................................................................79
Lampiran 2 Tabulasi Data Uji Coba Resiliensi ....................................................91
Lampiran 3 Tabulasi Data Uji Coba Kesejahteraan Spiritual ................................94
Lampiran 4 Hasil Analisis Aitem ..........................................................................98
Lampiran 5 Skala Penelitian ..............................................................................110
Lampiran 6 Tabulasi Data Penelitian Resiliensi .................................................122
Lampiran 7 Tabulasi Data Penelitian Kesejahteraan spiritual ............................125
Lampiran 8 Hasil Uji Asumsi ..............................................................................129
Lampiran 9 Hasil Uji Hipotesis ...........................................................................134
xiii
HUBUNGAN ANTARA KESEJAHTERAAN SPIRITUAL (SPIRITUAL
WELL BEING) DAN RESILIENSI PADA ODAPUS (ORANG DENGAN
LUPUS)
Lilik Sepriani
Endah Puspita Sari
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesejahteraan spiritual
dan resiliensi pada odapus (orang dengan lupus). Hipotesis dalam penelitian ini
adalah terdapat hubungan positif antara kesejahteraan spiritual dengan resiliensi
pada odapus (orang dengan lupus). Untuk menguji hipotesis penelitian, peneliti
melakukan pengambilan data menggunakan skala kesejahteraan spiritual yang
diadaptasi dari skala SWBS (The Spiritual Well-Being Scale) yang disusun oleh
Paloutzian dan Ellison (Ellison, 1983) dan Resiliensi yang diadaptasi dari skala
The Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) yang disusun oleh Connor dan
Davidson (2003). Skala tersebut disebarkan kepada 45 odapus yang tergabung
dalam Komunitas Peduli Lupus X Yogyakarta. Analisis korelasi menunjukan nilai
koefisien r = 0,716 dengan signifikansi p< 0,01 sehingga hipotesis diterima.
Kata kunci : Kesejahteraan spiritual, resiliensi, lupus, odapus
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang Masalah
Lupus atau Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah salah satu jenis
penyakit autoimun kronik yang menyerang berbagai sistem dalam tubuh. Dalam
keadaan normal, sistem kekebalan tubuh berfungsi untuk mengendalikan
pertahanan tubuh, melindungi tubuh dari virus, kuman atau benda asing, dan
melawan infeksi. Pada penyakit Lupus, antibodi yang dihasilkan untuk pertahanan
tubuh berbalik melawan sel tubuhnya sendiri sehingga dapat menyebabkan
gangguan-gangguan pada organ tubuh. Lupus juga disebut dengan penyakit seribu
wajah karena lupus dapat menyerang berbagai organ berbeda dan gejalanya tidak
selalu sama untuk setiap orang. Bahkan pada orang yang sama, gejalanya bisa
berbeda dari waktu ke waktu. Istilah lupus berasal dari bahasa Latin yang berarti
anjing hutan atau serigala. Pada tahun 1800-an Lupus digambarkan sebagai suatu
gangguan kulit dan diberi nama Lupus karena sifat ruamnya yang berbentuk
“kupu-kupu”, melintasi tonjolan hidung dan meluas pada kedua pipi yang
menyerupai gigitan serigala (Price & Wilson, 2006).
Lupus memiliki gejala yang saling tumpang tindih satu dengan yang
lainnya, sehingga diagnosa semakin sulit untuk ditegakkan secara akurat. Gejala
yang paling sering mucul sebagai manifestasi awal adalah nyeri sendi, demam
tinggi sampai 38 derajat Celsius, bengkak pada sendi, lelah berkepanjangan,
berkurangnya berat badan hingga anemia, dan gangguan ginjal. Manifestasi kulit
mencakup ruam eritematosa yang dapat muncul pada wajah, leher, dan badan.
2
Sekitar 40% individu dengan lupus mempunyai ciri khas ruam merah pada wajah
berbentuk seperti kupu-kupu yang melingkupi wilayah sekitar tulang hidung dan
pipi. Sinar matahari dapat memperburuk ruam pada kulit. Ketika penyakit lupus
sedang aktif, rambut akan rontok dalam jumlah banyak serta timbul nyeri pada
dada akibat peradangan kronik. Lupus juga dapat menyerang sistem saraf pusat
maupun saraf tepi. Gejala-gejala yang timbul meliputi perubahan tingkah laku,
kejang-kejang, dan gangguan saraf. Penyakit lupus tidak menular, tetapi individu
dengan lupus harus berobat sepanjang hidupnya (Price & Wilson, 2006).
Penyakit Lupus menyerang perempuan usia produktif delapan kali lebih
sering daripada laki-laki dengan angka kematian lebih tinggi (Perhimpunan
Reumatologi Indonesia, 2011). Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, tidak
pandang bulu. Namun, 9 dari 10 orang dewasa penderita lupus ternyata
perempuan berusia antara 15 sampai 45 tahun. Lupus pada laki-laki umumnya
terjadi sebelum pubertas atau di atas usia 50 tahun. Menurut data Kemenkes RI
(2011), di Indonesia jumlah penderita penyakit Lupus secara tepat belum
diketahui. Pada tahun 1998 tercatat hanya 586 penderita Lupus, ternyata setelah
tahun 2005 telah mencapai 6.578 penderita. Pada tahun 2008, tercatat 8.693. Pada
tahun 2009, tercatat 8.891. Menurut data yang ada pada Yayasan Lupus Indonesia
(Autoimun Care, 2017) penderita lupus pada tahun 2012 telah mencapai 12.700
penderita, dan pada tahun 2013 penderita lupus sudah mencapai 13.300. Saat ini
diperkirakan mencapai 1,5 juta orang penderita lupus. Diagnosis penyakit yang
sering terlambat sehingga berakibat pemberian terapi yang tidak akurat menjadi
penyebab meningkatnya jumlah penderita atau odapus. Orang yang hidup dengan
3
Lupus sering disebut dengan Odapus (orang dengan Lupus). Sebutan ini
diciptakan sebab para penderita Lupus tidak ingin diri mereka dijadikan objek,
namun ingin dilihat sebagai subjek. Sejumlah penyebab pesatnya peningkatan
jumlah odapus setiap tahun juga dipengaruhi penurunan kualitas pelayanan dan
peningkatan masalah yang dihadapi oleh odapus (Kemenkes RI, 2011).
Mengingat manifestasi klinis, perjalanan penyakit lupus sangat beragam dan
risiko kematian yang tinggi, hal ini menimbulkan berbagai dampak perubahan,
baik itu dampak perubahan fisik maupun psikis. Dari segi fisik yang terjadi antara
lain berubahnya kemampuan fisik dan penampilan fisik. Berubahnya kemampuan
fisik misalnya seperti daya tahan tubuh yang cepat sekali melemah dan tidak dapat
lagi beraktivitas di luar secara normal karena harus selalu menghindari sinar
matahari (ultraviolet). Berubahnya penampilan fisik misalnya seperti penampilan
wajah yang membengkak dengan ruam-ruam kemerahan, wajah yang dipenuhi
dengan koreng, tubuh yang menjadi kurus serta kerontokkan rambut yang tidak
wajar. Penderita lupus juga diharuskan untuk mengkonsumsi obat untuk
mengatasi gejala serta 80% diantaranya akan mendapatkan terapi steroid yang
lama, maka hal tersebut akan menimbulkan efek pada penderita lupus. Dari
berbagai macam bentuk manifestasi klinik yang muncul karena penyakit Lupus
khususnya secara fisik berupa pengobatan serta terapi maka akan berpengaruh
kepada kondisi psikologis odapus (Judha & Setiawan, 2015).
Kondisi psikologis yang dialami odapus yaitu saat dinyatakan menderita
penyakit lupus, odapus akan memberikan respon berupa ketegangan (stress)
seperti penolakan dalam menghadapi kenyataan bahwa lupus tidak dapat
4
disembuhkan dan risiko kematian yang disebabkan oleh lupus sangat tinggi.
Sarafino (Smet, 1994) menyatakan bahwa sumber stres bisa berasal dari dalam
diri individu salah satunya yaitu rasa sakit. Tingkatan stres yang muncul pada
individu tergantung pada keadaan rasa sakit dan umur individu. Tekanan
psikologis yang dirasakan oleh odapus dapat memperparah keadaan fisik odapus,
penyakit lupus yang diderita akan lebih mudah untuk kambuh dan menyerang
organ tubuh odapus. Taylor (Smet, 1994) mengungkapkan bahwa stres pada
individu dapat menyebabkan perubahan fisiologis dan psikologis yang
mengakibatkan berkembangnya suatu penyakit. Perubahan fisiologis yaitu
berubahnya kekebalan tubuh individu karena terpapar stres memiliki kerentanan,
juga terhadap berbagai proses patofisiologis termasuk bakteri, alergi, dan
penyakit-penyakit autoimun yang berkaitan dengan pergantian mekanisme
pertahanan imunologis (Ader & Cohen, 1993).
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah satu odapus diperoleh
informasi bahwa pada awal responden menderita sakit selama satu tahun tanpa
diagnosa yang pasti karena gejala sakit yang responden rasakan sering berubah-
ubah. Dua tahun yang lalu akhirnya responden mendapatkan kejelasan tentang
penyakit yang responden derita. Responden didiagnosis positif menderita penyakit
lupus setelah melalui beberapa tes laboratorium dan lupus yang diderita responden
masuk kedalam jenis diskoid lupus karena lupus yang diderita responden
menyerang sendi dan kulit. Reaksi responden saat dokter menjelaskan tentang
penyakit lupus adalah merasa sedih, pasrah, dan responden hanya bisa menangis.
Kondisi ini karena responden sudah mengetahui bahwa penyakit lupus tidak dapat
5
disembuhkan. Selain itu, gejala penyakit lupus seperti sakit pada sendi dan tulang,
demam tinggi, timbulnya ruam pada kulit, rambut rontok, sariawan yang parah
pada mulut, dan sakit pada vagina menyebabkan responden merasa tidak nyaman.
Perasaan tidak nyaman tersebut karena responden harus mengonsumsi obat setiap
hari dan merasakan sakit pada beberapa bagian organ tubuh yang terserang lupus.
Perasaan dikucilkan oleh lingkungan juga responden rasakan, karena responden
dianggap tidak mampu yang membuat responden berusaha untuk menerima, tetap
bersemangat, dan tidak peduli dengan anggapan tersebut (wawancara pribadi, 13
November 2016).
Dampak-dampak perubahan yang terjadi secara fisiologis maupun psikis
menimbulkan efek kurang nyaman bagi para odapus. Ketidakpastian akan
penyakit serta kenyataan bahwa lupus tidak dapat disembuhkan dapat
menimbulkan berbagai reaksi dari odapus. Bagi sebagian odapus, diagnosis
menderita penyakit lupus dimaknai sebagai bagian hidup yang dapat odapus
terima. Pada sebagian odapus yang lain, diagnosis menderita penyakit lupus
merupakan kondisi yang dapat menghancurkan dimana odapus merasa dirinya
menjadi tidak berharga. Ketika seseorang didiagnosis menderita penyakit kronik,
individu dapat mengalami keadaan krisis yang ditandai dengan
ketidakseimbangan fisik, sosial, dan psikologis seperti munculnya ruam
kemerahan pada pipi, perasaan dikucilkan oleh lingkungan, dan kenyataan bahwa
penyakit lupus tidak dapat disembuhkan. Pemahaman yang baik mengenai lupus
serta upaya mencegah kekambuhan akan menjadikan odapus mampu mengatasi
tekanan yang dialami dan beradaptasi dengan perubahan fisik, untuk kemudian
6
bangkit menjadi individu yang dapat menjalankan fungsi psikologisnya dengan
baik. Kemampuan untuk bertahan hidup atau daya lentur terhadap situasi atau
kondisi yang mengancam seperti penyakit, kehilangan pasangan, bencana,
ataupun musibah disebut sebagai resiliensi. Werner & Smith (Isaacson, 2002)
menyatakan bahwa resiliensi sebagai kapasitas untuk secara efektif menghadapi
stres internal berupa kelemahan-kelemahan, maupun stres eksternal, misalnya
penyakit, kehilangan, atau masalah dengan keluarga.
Hollister-Wagner (Everall dkk, 2006) menyebutkan bahwa resiliensi
merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan sifat dasar individu yang
mampu memproteksi individu dari efek negatif risiko dan kemampuan bertahan
menghadapi masalah. Odapus dengan resiliensi yang baik mampu melindungi diri
dari hal-hal yang dapat menurunkan kesehatan yang bisa berakibat fatal bagi
odapus. Ketika odapus mengalami perubahan kesehatan yang tidak pasti (flare
up), odapus mampu mengendalikan diri dari faktor-faktor risiko penyebab
kekambuhan, seperti mengonsumsi obat dengan teratur, tidak melakukan aktivitas
di luar ruangan pada siang hari, dan menghindari sumber stres baik yang berasal
dari diri odapus ataupun lingkungan. Tingginya resiko kematian penyakit lupus,
perubahan kondisi fisik, dan tuntutan dari lingkungan yang dirasakan odapus,
membuat odapus harus mampu bertahan agar menjadi lebih kuat. Odapus yang
resilien percaya bahwa segala sesuatu dapat berubah menjadi lebih baik. Odapus
yang resilien mempunyai harapan terhadap masa depan dan dapat mengontrol
arah kehidupannya agar odapus mampu melindungi diri dari efek-efek negatif.
7
Dalam mengembangkan resiliensi, peran spiritualitas ternyata penting,
karena salah satu faktor yang mempengaruhi resiliensi seseorang adalah spiritual.
Berdasarkan penelitian Bogar dan Killacky (2006) ada lima hal yang menjadi
faktor penentu resiliensi, yaitu competent, high-self regard, helpful life
circumtance, interpersonally skilled, dan spiritual. Berdasarkan faktor-faktor
yang disebutkan oleh Bogar dan Killacky (2006), spiritualitas menjadi salah satu
komponen penting bagi resiliensi seseorang. Spiritualitas tidak hanya terbatas
pada ibadah dan doa saja, tetapi kenyamanan dalam menghadapi kesulitan dan
mengupayakan kesejahteraan (well-being), yang mengukur seberapa baik
seseorang menghadapi permasalahan kesehatan fisik dan mental (Paloutzian,
Bufford, & Wildman, 2012). Menurut Fisher, Francis, dan Johnson (Moodley,
2008) kesehatan spiritual tercermin dari kesejahteraan spiritual seseorang, yang
diwujudkan dalam hubungan dengan diri sendiri (personal), dengan yang lain
(communal), alam (environment), dan Tuhan (transcendental). Namun konsep
kesejahteraan spiritual tidak sama dengan kesehatan spiritual atau kematangan
spiritual karena pengertian-pengertian tersebut lebih berkaitan dengan golongan
tertentu. Kesejahteraan spiritual lebih dekat pada kesejahteraan atau ketentraman
spiritual individu (Reinhoudt, 2004).
Fisher (2010) menyebutkan bahwa kesejahteraan spiritual mencerminkan
sejauhmana individu dalam harmoninya berkaitan dengan makna, tujuan, dan
nilai-nilai kehidupan. Dalam kesejahteraan spiritual terkandung makna
pemeliharaan fisik, biologis, perasaan, dan kesatuan. Odapus membutuhkan
kesejahteraan spiritual dalam menghadapi penyakit lupus sebagai upaya
8
memelihara keadaan fisik, biologis, serta perasaan dengan tujuan membatasi
dampak buruk penyakit lupus. Fernando dan Chowdhury (2010) menyatakan
bahwa World Health Organization sebagai organisasi kesehatan dunia
mengungkapkan bahwa kesejahteraan spiritual menjadi dimensi yang penting
terhadap kesehatan, kesejahteraan, dan sebagai bentuk dukungan untuk
mengembangkan serta menunjukkan adanya perilaku positif yang berguna demi
kesehatan. Penelitian yang dilakukan oleh Afandi dan Prawitasari (2010)
menemukan bahwa penyintasan odapus dalam menghadapi penyakit lupus
ditentukan oleh kesadaran akan bahaya penyakit, spiritualitas, sifat ikhlas, dan
semangat hidup yang tinggi.
Kesejahteraan spiritual pada odapus sendiri dapat dilihat dari seberapa
besar odapus meyakini bahwa penyakit lupus yang diderita adalah sebuah hal
yang harus diterima dengan lapang dada serta meyakini bahwa segala yang terjadi
dalam kehidupan sudah ada yang mengatur. Jika odapus mampu menerima dan
meyakini bahwa lupus merupakan bagian kehidupan yang telah diatur oleh Tuhan,
maka odapus akan menjadi individu yang resilien meskipun dengan kondisi
kesehatan yang tidak pasti seperti perubahan fisik dan psikologis selama proses
pengobatan dan terapi. Sesuai dengan yang dikemukakan Wagnild (2011),
meskipun dalam hidup manusia seringkali tidak memiliki kuasa atas kejadian
yang terjadi pada dirinya seperti kecelakaan, bencana alam, kriminalitasn, hingga
penyakit yang mengarah pada kematian, tetapi setiap individu dapat memilih
bagaimana menghadapi kejadian tersebut. Resiliensi memungkinkan odapus untuk
dapat mengatasi kesulitan yang dihadapi, sehingga dapat mengurangi risiko
9
kekambuhan serta dapat hidup secara baik, seperti melanjutkan kuliah atau
bekerja. Berdasarkan hasil studi kualitatif pada 24 wanita lanjut usia yang telah
mengalami peristiwa traumatis dalam hidup, Wagnild dan Young (1993)
menemukan bahwa resiliensi merupakan suatu kekuatan dalam diri individu
sehingga mampu beradaptasi dalam menghadapi kondisi sulit dan kemalangan
yang menimpa. Selanjutnya, resiliensi juga ditemukan memiliki hubungan dengan
kesehatan fisik dan mental (Black& Ford-Giboe, dalam Wagnild, 2009).
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini diarahkan
untuk melihat lebih jauh mengenai hubungan antara kesejahteraan spiritual
dengan resiliensi pada odapus. Maka pertanyaan penelitian yang diajukan oleh
peneliti adalah “apakah ada hubungan antara kesejahteran spiritual dan resiliensi
pada odapus (orang dengan lupus)?”.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
kesejahteraan spiritual dengan resiliensi pada odapus.
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan sebagai
tambahan informasi dan memperkaya kajian guna pengembangan ilmu
10
psikologi klinis. Selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman
dalam penelitian lebih lanjut mengenai resiliensi.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada odapus,
untuk dapat meningkatkan kemampuan resiliensi odapus dimana resiliensi
penting untuk mencapai penyesuaian diri secara positif dan mampu mengubah
penderitaan yang dialami menjadi suatu tantangan untuk mengembangkan diri
menjadi individu yang jauh lebih baik.
D. Keaslian Penelitian
Penelitian-penelitian terdahulu terkait dengan resiliensi pernah dilakukan
antara lain oleh Eley, dkk. (2013) dengan judul The Relationship Between
Resilience And Personality Traits In Doctors: Implication For Enhancing Well
Being. Peserta dari penelitian ini adalah 479 keluarga praktisi dokter yang berada
diseluruh bagian Australia. Penelitian ini menggunakan alat ukur Temperament
and Character Inventory (TCI-R140) (Cloninger et al, 1994) untuk mengukur
tujuh dimensi dasar kepribadian dan Resilience Scale (Wagnild, 2009) untuk
mengukur resiliensi. Teori resiliensi yang digunakan pada penelitian ini adalah
resiliensi menurut Herrman, Stewart, Diaz – Granados, Berger, Jackson, & Yuen
(2011). Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan resiliensi dengan kepribadian
yang matang, bertanggung jawab, optimis, tekun, dan kooperatif. Analisis regresi
menunjukkan bahwa perbedaan kepribadian memprediksi 39% varians pada
resiliensi.
11
Penelitian resiliensi juga dilakukan oleh Souri dan Hasanirad (2011) dengan
judul Relationship Between Resilience, Optimism and Psychological Well-Being
in Students of Medicine. Sampel penelitian berjumlah 414 mahasiswa kedokteran
terdiri dari 213 laki-laki dan 191 perempuan. Penelitian ini menggunakan teori
resiliensi yang dikemukakan oleh Ryff dan Singer (2003). Penelitian ini
menggunakan Ryff Scale of Psychological Well-Being (RSPWB), Connor
Davidson Resilience Scale (CD-RISC), dan Scheir and Carver’s Life Orientation
Test (LOT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiliensi mampu memprediksi
kesejateraan psikologis, dan optimisme berperan sedikit dalam hubungan antara
resiliensi dan kesejahteraan psikologis. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa
kesejahteraan psikologis dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti resiliensi,
dan optimisme individu.
Selanjutnya penelitian Sisca dan Moningka (2008) dengan judul Resiliensi
Perempuan Dewasa Muda Yang Pernah Mengalami Kekerasan Seksual di Masa
Kanak-kanak. Penelitian ini mengangkat topik mengenai kemampuan resiliensi
para wanita yang pernah mengalami kekerasan seksual dimasa kecilnya. Peserta
penelitian adalah 3 orang wanita dewasa berusia 19-40 tahun dan pernah
mengalami kekerasan seksual di masa kecilnya. Penelitian ini menggunakan teori
resiliensi yang dikemukakan oleh Grotberg (1999). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa adanya kemampuan resiliensi yang diperoleh subjek berasal dari
lingkungan dan dari segi spiritual yaitu dengan mendekatkan diri kepada Tuhan.
Adapun subjek yang tidak mengalami resiliensi disebabkan oleh faktor internal
12
individu yang cenderung menyalahkan keadaan dan orang lain yang berada di
sekitarnya sehingga subjek sulit untuk menerima masa lalunya.
Penelitian lain dilakukan oleh Anggraeni (2008) dengan judul Resiliensi
Pada Penyandang Tuna Daksa Pasca Kecelakaan. Anggraeni membuat penelitian
dengan metode penelitian kualitatif dengan tujuan untuk mengetahui gambaran
proses resiliensi pada penyandang tuna daksa serta faktor-faktor yang
mempengaruhi pencapaian resiliensi. Teori resiliensi yang digunakan pada
penelitian ini adalah resiliensi menurut Grotberg (1994). Subjek dalam penelitian
ini adalah 2 orang pria penyandang tuna daksa pasca kecelakaan, dimana subjek
kehilangan salah satu anggota tubuhnya yang diakibatkan oleh kecelakaan. Subjek
penelitian berusia 20-30 tahun dan sudah mengalami kecacatan selama 1-5 tahun.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian menggunakan metode observasi dan
wawancara dengan subjek dan significant others. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kedua subjek mengalami resiliensi dalam hidupnya setelah peristiwa
kecelakaan yang menyebabkan kakinya harus diamputasi.
Penelitian Suyasa dan Wijaya (2006) dengan judul Resiliensi dan Sikap
Terhadap Penyalahgunaan Zat (Studi Pada Remaja). Subjek pada penelitian ini
adalah siswa-siswi yang bersekolah di SLTP X. Subjek tidak dibatasi oleh suku
bangsa, jenis kelamin, status sosial ekonomi, status kesehatan, dan agama. Jumlah
subjek penelitian adalah 101 orang. Pengambilan sampel penelitian berdasarkan
teknik convinience sampling. Gambaran subjek penelitian dapat dilihat
berdasarkan usia, jenis kelamin, jenjang pendidikan, jumlah sahabat, jumlah
saudara kandung serta jumlah anggota keluarga di rumah. Rentang usia penelitian
13
yaitu minimal berusia 11 tahun dan maksimal 14 tahun. Rata-rata usia subjek
penelitian adalah 13 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara resiliensi dengan sikap terhadap penggunaan napza. Artinya
resiliensi subjek tidak secara langsung menentukan sikap subjek terhadap
penggunaan napza.
Penelitian kesejahteraan spiritual dilakukan oleh Cotton, Levine,
Fitzpatrick, Dold, dan Targ (1999) dengan judul Exploring The Relationships
Among Spiritual Well Being, Quality of Life, and Psychological Adjustment in
Women with Breast Cancer. Responden penelitian berjumlah 142 wanita yang
didiagnosis kanker payudara. Peserta diberi satu set kuesioner yang mengukur
kesejahteraan spiritual, kualitas hidup, dan penyesuaian untuk kanker. Hasil
penelitian menunjukkan korelasi positif antara spiritual kesejahteraan dan kualitas
hidup, serta korelasi yang signifikan antara kesejahteraan rohani dan gaya
penyesuaian pada responden. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya korelasi
negatif antara kualitas hidup dan ketidakberdayaan atau rasa putus asa, dan
korelasi positif antara kualitas hidup dan fatalisme. Hasil akhir penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan antara kesejahteraan spiritual dengan kualitas
hidup dan penyesuaian psikologis pada penderita kanker.
Penelitian yang dilakukan oleh Safariah (2014) dengan judul Pengaruh
Biblioterapi Versi Islam Terhadap Kesejahteraan Spiritual Pada Pasien Penyakit
Jantung Koroner. Subyek penelitian berjumlah 48 orang, masing-masing 24 orang
untuk kelompok intervensi dan kontrol. Kesejahteraan spiritual diukur dengan
menggunakan Spiritual Well Being Scale (SWBS). Pengolahan data melalui
14
analisis uji t berpasangan dan tidak berpasangan, karena uji normalitas
terdistribusi normal. Hasil uji t berpasangan pada kelompok intervensi terdapat
perbedaan bermakna (p= 0,00) kesejahteraan spiritual sebelum dan sesudah
biblioterapi. Hasil penelitian menunjukkan biblioterapi versi islam berpengaruh
terhadap kesejahteraan spiritual pasien penyakit jantung koroner.
Selanjutnya penelitian Vollman, LaMontagne, & Wallston (2009) dengan
judul Existential Well Being Predicts Perceived Control In Adults with Heart
Failure. Subyek penelitian yaitu pasien yang telah terdiagnosis lemah jantung
sebanyak 75 orang berusia diatas 21 tahun dan mengerti bahasa Inggris untuk
mempermudah menyelesaikan alat ukur. Kesejahteraan spiritual diukur dengan
menggunakan Spiritual Well Being Scale (SWBS) dan perceived control diukur
menggunakan Control Attitudes Scale (CAS; Moser & Dracup, 1995). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan yang positif antara
kesejahteraan spiritual terhadap perceived control pada penderita lemah jantung.
Penelitian Arianti (2007) dengan judul Hubungan Stres dalam Kehidupan,
Ketangguhan Kognitif, dan Kesejahteraan Spiritual dengan Strategi Mengurangi
Stres. Subyek penelitian yaitu mahasiswa fakultas teologi Universitas Kristen
Duta Wacana yang mempunyai ciri atau karakteristik yang telah ditentukan.
Subyek pada penelitian berjumlah 50 orang. Penelitian ini menggunakan skala
yang dimodifikasi dari skala Social Readjustment Rating Scale / SRRC (Struwig,
2004) untuk skala kejadian stres dalam kehidupan. Alat ukur yang digunakan
untuk ketangguhan kognitif menggunakan skala ketangguhan/hardines yang
dikembangkan oleh Astuti (1994), dan telah diuji coba oleh Istono (1998). Alat
15
ukur untuk kesejahteraan spiritual menggunakan Spiritual Well Being Scale /
SWBS yang disusun oleh Palautzian dan Ellison (1983). Hasil penelitian
menunjukkan ada korelasi negatif antara kejadian stres dalam hidup dengan
ketangguhan kognitif. Tidak ada korelasi antara kejadian stres dalam hidup
dengan kesejahteraan spiritual. Ada korelasi positif antara ketangguhan kognitif
dengan kesejahteraan spiritual.
Penelitian yang dilakukan Liannara (2016) dengan judul Hubungan Antara
Kesejahteraan Spiritual dengan Resiliensi Pada Penyandang Tunadaksa
Nonbawaan. Subjek penelitian yaitu penyandang tunadaksa nonbawaan
(perempuan dan laki-laki). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
metode skala. Alat ukur untuk mengukur resiliensi diadaptasi dari The 14 Item
Resilience Scale (RS-14) yang dikemukakan oleh Wagnild dan Young (2009),
sedangkan skala kesejahteraan spiritual menggunakan skala adaptasi The Spiritual
Well-Being Scale (SWBS) dari teori Ellison (1983). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat hubungan positif antara kesejahteraan spiritual dan resiliensi pada
penyandang tunadaksa nonbawaan.
1. Keaslian Topik
Penelitian ini memiliki keaslian topik karena dalam penelitian
sebelumnya belum pernah ada yang melakukan penelitian mengenai
hubungan antara spiritual well being (kesejahteraan spiritual) dengan
resiliensi pada Odapus. Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan yaitu
Eley, dkk. (2013) yang meneliti tentang The Relationship Between
Resilience And Personality Traits In Doctors: Implication For Enhancing
16
Well Being. Selanjutnya penelitian lain dilakukan oleh Souri dan Hasanirad
(2011) yang meneliti tentang Relationship Between Resilience, Optimism
and Psychological Well-Being in Students of Medicine. Penelitian Sisca dan
Moningka (2008) meneliti tentang Resiliensi Perempuan Dewasa Muda
Yang Pernah Mengalami Kekerasan Seksual di Masa Kanak-kanak.
Selanjutnya ada penelitian yang dilakukan Anggraeni (2008) meneliti
tentang Resiliensi Pada Penyandang Tuna Daksa Pasca Kecelakaan.
Penelitian lain yang berbeda dengan penelitian ini adalah Penelitian
kesejahteraan spiritual dilakukan oleh Cotton, Levine, Fitzpatrick, Dold, dan
Targ (1999) yang meneliti tentang Exploring The Relationships Among
Spiritual Well Being, Quality of Life, and Psychological Adjustment in
Women with Breast Cancer. Selanjutnya penelitian Vollman, LaMontagne,
& Wallston (2009) dengan judul Existential Well Being Predicts Perceived
Control In Adults with Heart Failure. Penelitian Liannara (2016) meneliti
mengenai hubungan kesejahteraan spiritual dengan resiliensi pada
penyandang tuna daksa nonbawaan.
Penelitian yang akan dilakukan ini berjudul Hubungan antara
Kesejahteraan Spiritual dengan Resiliensi pada orang dengan lupus
(Odapus). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu kesejahteraan spiritual
dan variabel tergantung yaitu resiliensi.
2. Keaslian Teori
Beberapa teori yang umum digunakan terkait dengan resiliensi adalah
teori resiliensi dari Reivich dan Shatte, Grotberg, Werner dan Smith. Seperti
17
penelitian yang dilakukan oleh Sisca dan Moningka (2008) yang berjudul
Resiliensi Perempuan Dewasa Muda Yang Mengalami Kekerasan Seksusal
Di Masa Kanak-Kanak yang menggunakan teori dari Grotberg (1999). Teori
resiliensi yang digunakan pada ini adalah teori resiliensi milik Connor dan
Davidson (2003). Untuk variabel kesejahteraan spiritual, penelitian ini
menggunakan teori kesejahteraan spiritual oleh Ellison (2009), sama dengan
yang digunakan yang digunakan dalam penelitian Liannara (2016) dengan
judul penelitian Hubungan Kesejahteraan Spiritual Dengan Resiliensi Pada
Penyandang Tuna Daksa Nonbawaan.
3. Keaslian Alat Ukur
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Liannara (2016)
dengan judul Hubungan Kesejahteraan Spiritual Dengan Resiliensi Pada
Penyandang Tuna Daksa Nonbawaan, resiliensi diukur dengan
memodifikasi skala Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RSIC).
Sedangkan pada penelitian ini menggunakan skala resiliensi yang diadaptasi
dari The Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) oleh Connor dan
Davidson (2003), sama dengan skala yang digunakan oleh Souri dan
Hasanirad (2011).
Untuk pengukuran kesejahteraan spiritual peneliti akan menggunakan
alat ukur berupa skala kesejahteraan spiritual (spiritual well being)
menggunakan alat ukur kesejahteraan spiritual di adaptasi dari SWB Scale
(SWBS) Ellison (2009). Alat ukur yang digunakan sama dengan penelitian
yang dilakukan oleh Liannara (2016) dengan judul Hubungan Kesejahteraan
18
Spiritual Dengan Resiliensi Pada Penyandang Tuna Daksa Nonbawaan yang
menggunaka alat ukur Spiritual Well Being Scale (SWBS).
4. Keaslian Responden Penelitian
Subjek penelitian ini adalah orang dengan penyakit lupus (odapus).
Subjek penelitian ini berbeda dengan subjek penelitian lain. Penelitian milik
Sisca dan Moningka (2008) subjek penelitian adalah 3 orang wanita dewasa
berusia 19-40 tahun dan pernah mengalami kekerasan seksual dimasa
kecilnya, penelitian Anggraeni (2008) menggunakan 2 orang pria berusia
20-30 tahun penyandang tuna daksa dapatan. Penelitian Eley, dkk. (2013)
menggunakan keluarga praktisi kedokteran, penelitian Souri dan Hasanirad
(2011) menggunakan mahasiswa kedokteran, penelitian Anggraeni (2008)
menggunakan penyandang tuna daksa berusia 20-30 tahun, dan penelitian
Suyasa dan Wijaya (2006) menggunakan siswa-siswi SLTP X, serta
penelitian Liannara (2016) menggunakan subyek penyandang tuna daksa
nonbawaan.
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Resiliensi
1. Pengertian Resiliensi
American Psychological Association (2010) mendeskripsikan
resiliensi sebagai proses adaptasi yang baik dalam menghadapi
kesengsaraan, trauma, tragedi, ancaman, dan sumber stres lainnya. Sumber
stres misalnya masalah dalam keluarga dan pertemanan, masalah kesehatan
serius, maupun masalah di tempat kerja, dan finansial. Resiliensi adalah
kemampuan individu untuk mempertahankan kesejahteraan psikologis dan
fisik dalam menghadapi kesulitan (Tian & Hong, 2013). Menurut Luthar
(Embury & Saklosfske, 2013) resiliensi adalah proses dinamis dimana
individu menunjukkan adaptasi positif terhadap pengalaman ataupun
kejadian traumatis. Hal ini bukan menunjukkan sikap kepribadian atau
atribut individu, tetapi merupakan konstrak dua dimensi yang menunjukkan
penyesuaian positif dari paparan kesengsaraan. Menurut Connor dan
Davidson (2003) resiliensi adalah sebuah kualitas personal seseorang yang
memungkinkannya untuk berkembang dalam menghadapi kesulitan dalam
hidup
Gartland, Bond, Olsson, Buzwell, dan Sawyer (2011) menyebutkan
bahwa resiliensi dapat didefinisikan sebagai hasil-hasil perkembangan
positif dalam menghadapi kesulitan atau stres yang tahan terhadap
pengalaman risiko psikososial, proses adaptasi yang sukses atau
20
pengembangan kompetensi meskipun memiliki stres dengan status berisiko
tinggi atau kronis, dan kapasitas sistem dinamis untuk menahan atau pulih
dari gangguan yang signifikan. Resiliensi juga dipahami sebagai suatu hal
yang mengacu pada adaptasi positif, atau kemampuan untuk
mempertahankan atau mendapatkan kembali kesehatan mental, meskipun
setelah mengalami kesulitan (Herrman, Stewart, Diaz – Granados, Berger,
Jackson, & Yuen, 2011).
Menurut Masten (Embury & Saklosfske, 2013) resiliensi atau
ketahanan yang mengacu pada fenomena, ditandai dengan hasil positif
terhadap adanya ancaman serius bagi proses adaptasi atau perkembangan.
Menurut Connor (Embury & Saklosfske, 2013) resiliensi adalah
karakteristik multidimensional yang bervariasi dengan konteks waktu, usia,
gender, asal budaya maupun subjek individual terhadap berbagai tantangan
hidup. Wagnild dan Young (1990) menyatakan bahwa resiliensi merupakan
stamina emosional dan digunakan untuk menjelaskan orang yang
menunjukkan keberanian dan kemampuan beradaptasi pada situasi hidup
yang sulit (kematian, perceraian, peperangan, kemiskinan). Resiliensi adalah
kapasitas untuk bergerak maju dalam keadaan yang merugikan (Patterson,
2001). Menurut Rutter (Bogar dan Killacky, 2006) resiliensi merupakan
sebuah konsep psikologis yang menunjukkan kombinasi antara kepribadian
dasar dengan pengaruh lingkungan, dimana kombinasi tersebut memberikan
perlindungan bagi individu dari efek psikologis yang berbahaya akibat
trauma atau tekanan yang sangat hebat.
21
Resiliensi adalah kemampuan untuk mendapatkan kembali
keseimbangan psikososial setelah terfragmentasi singkat dalam menghadapi
stres berat (Kadner, 1989). Resiliensi mengacu pada kemampuan untuk
bangkit kembali dari keterpurukan dan keberhasilan dalam beradaptasi (Xu
& Ou, 2014). Schoon (2006) menyimpulkan definisi dari beberapa ahli dan
menyatakan bahwa resiliensi merupakan proses dinamis dimana individu
menunjukkan fungsi adaptif dalam menghadapi adversity yang berperan
penting bagi dirinya.
Berdasarkan pendapat Connor dan Davidson (2003) resiliensi adalah
sebuah kualitas personal seseorang yang memungkinkannya untuk
berkembang dalam menghadapi kesulitan dalam hidup. Dengan kualitas
personal yang dimiliki, diharapkan individu yang mengalami kesulitan
dalam hidup dapat bangkit dan tidak kalah dengan keadaan.
2. Aspek-aspek Resiliensi
Menurut Connor dan Davidson (2003) terdapat lima aspek yang
membentuk variabel resiliensi, yaitu:
a. Kompetensi pribadi, standar yang tinggi, dan kegigihan
Aspek ini terkait dengan kemampuan individu dalam usaha untuk
menyelesaikan hambatan yang terjadi pada dirinya. Pada konteks
resiliensi, kegigihan bisa dialami pada peristiwa traumatis, penyakit
kronis, atau saat menghadapi bencana alam.
b. Kepercayaan seseorang pada naluri, adanya toleransi terhadap pengaruh
negatif, dan memiliki kekuatan menghadapi pengaruh stres. Aspek ini
22
memfokuskan seseorang pada ketenangan, pengambilan keputusan, dan
ketepatan waktu ketika menyesuaikan diri dengan stres.
c. Penerimaan diri yang positif, penerimaan yang dimaksud adalah
penerimaan diri yang positif terhadap perubahan dan hubungan yang
aman dengan orang lain. Aspek ini berhubungan dengan kemampuan
seseorang untuk beradaptasi pada perubahan situasi dengan emosi yang
positif, sekalipun perubahan tersebut membawa dampak yang terlihat
tidak baik bagi diri individu.
d. Kontrol, termasuk kontrol diri seseorang untuk mengarah pada tujuan
termasuk usaha untuk memperoleh dukungan orang lain. Situasi sulit
cenderung membuat individu menjadi hilang kontrol, namun individu
yang resilien mampu menghadapi dan mengendalikan situasi agar tidak
bertambah buruk.
e. Pengaruh spiritual dan kepercayaan seseorang terutama pada Tuhan dan
takdir. Keyakinan spiritual penting untuk membentuk individu menjadi
pribadi yang resilien. Keyakinan yang disandarkan pada aspek spiritual
membuat individu tidak menyalahkan diri sendiri dan orang lain ketika
ada peristiwa tidak menyenangkan yang terjadi pada diri individu.
Tokoh lain Wagnild dan Young (1993) mengungkap bahwa
komponen resiliensi meliputi:
a. Equanimity (ketenangan hati)
Suatu perspektif mengenai keseimbangan dan harmoni yang
dimiliki individu berkaitan tentang hidup berdasarkan pengalaman yang
23
terjadi selama hidupnya. Individu yang resilien telah belajar untuk tidak
menunjukkan respon ekstrim dan bersikap tenang.
b. perseverance (ketekunan dan kekerasan hati)
Suatu tindakan untuk bertahan meskipun harus menghadapi
tantangan dan kesulitan. Selain itu, memiliki komponen perseverance
juga berarti bahwa seseorang bersedia untuk berjuang menyusun kembali
hidupnya dan disiplin pada diri sendiri.
c. self reliance (kemandirian)
Keyakinan individu terhadap diri serta kemampuan yang dimiliki.
Melalui berbagai pengalaman, baik itu kesuksesan maupun kegagalan,
individu yang resilien belajar untuk mengatasi masalahnya sendiri. Self
reliance juga merupakan kemampuan individu untuk bergantung pada
diri sendiri serta mengenali kekuatan dan keterbatasan yang ia miliki.
d. meaningfulness atau purpose (kebermaknaan dan tujuan)
Suatu kesadaran bahwa hidup memiliki tujuan, dimana diperlukan
usaha untuk mencapai tujuan tersebut. Wagnild (2010), menambahkan
bahwa komponen ini menjadi dasar dan komponen terpenting dari
resiliensi.
e. existential aloneness (kesendirian eksistensial)
Suatu kesadaran bahwa jalan hidup setiap orang bersifat unik serta
mampu menghargai keberadaan dirinya sendiri. Individu yang resilien
akan mampu berteman dengan dirinya sendiri dalam arti merasa nyaman,
puas, dan menghargai keunikan yang dimiliki dirinya.
24
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti menyatakan pada pendapat
Connor dan Davidson (2003), bahwa aspek-aspek yang dapat
mempengaruhi dan membentuk resiliensi seseorang yaitu kompetensi
pribadi, kepercayaan seseorang pada naluri, penerimaan diri yang positif
terhadap perubahan, kontrol diri, dan pengaruh spiritual dan kepercayaan
seseorang pada Tuhan dan takdir.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Resiliensi
Bogar dan Killacky (2006) menjelaskan istilah resilient determinant
yang merujuk pada lima faktor penentu yang membuat seseorang mampu
bertahan pada situasi traumatis dan menekan serta kembali pada kontinum
normal sebagai manusia yang seutuhnya. Lima faktor penentu tersebut
adalah:
a. Interpersonally skilled (Kemampuan interpersonal)
Kemampuan interpersonal adalah faktor pertama yang membuat
seseorang mampu berinteraksi secara positif dengan orang lain.
Kemampuan ini bisa menggiring kondisi psikologis individu pada
kebahagiaan dan kesenangan.
b. Competent (Kompeten)
Kompetensi adalah gabungan antara bakat dan kerja keras. Individu
yang menggunakan bakat serta berusaha keras untuk terus mengasahnya,
maka individu akan mampu menjadi individu yang berkompeten dan
mampu bersaing secara positif dengan individu lainnya.
25
c. High Self Regard (Penerimaan diri)
Setiap manusia pasti memiliki banyak kelemahan, namun dengan
penerimaan diri yang positif, setiap kelemahan tersebut dapat ditutupi
dengan kelebihan dan mampu menerima diri apa adanya.
d. Spiritual (Rohani)
Keyakinan spiritual menjadi penting untuk membentuk individu
menjadi resilien karena keyakinan spiritual membuat manusia menerima
peristiwa traumatis yang menimpanya. Keyakinan spiritual membuat
individu yakin bahwa ada yang mengatur setiap peristiwa yang terjadi di
alam semesta ini.
e. Helpful Life Circumstance (Keadaan yang membantu)
Lingkungan yang mendukung juga sangat membantu seseorang
untuk menjadi resilien. Lingkungan dapat diartikan sebagai keluarga dan
orang-orang terdekat. Selain dukungan dari lingkungan, helpful life
circumstance muncul dalam bentuk peristiwa yang menentukan dan
menjadi titik balik bagi individu untuk menjadi resilien.
Holaday dan McPhearson (Purnomo, 2014) merumuskan tiga faktor
yang mempunyai pengaruh terhadap resiliensi, yaitu:
a. Psychological Resources (Sumber-sumber Psikologis)
Termasuk di dalamnya locus of control internal, empati dan rasa
ingin tahu, cenderung mencari hikmah dari setiap pengalaman, dan selalu
fleksibel dalam menghadapi situasi. Solmus (Basim, Erknekli & Sesen,
2010) mengatakan bahwa individu dengan locus of control internal lebih
26
responsif terhadap rangsangan ataupun perubahan lingkungan yang dapat
menentukan perilaku masa depan mereka. Hsu (Basim, Erkenekli &
Sesen, 2010) menemukan bahwa individu dengan locus of control
internal tinggi menerima bahwa prestasi dan kegagalan mereka
tergantung pada upaya dan usaha singkat mereka, mereka memiliki
kemampuan untuk menentukan hasil mereka sendiri dan bertanggung
jawab atas apa yang terjadi.
b. Social Support (Dukungan Sosial)
Termasuk di dalamnya pengaruh budaya, dukungan komunitas,
individu, keluarga. Budaya dan komunitas dimana individu tinggal juga
dapat mempengaruhi resiliensi. Kumalasari dan Ahyani (2012)
menyebutkan bahwa dukungan sosial menunjukkan hubungan
interpersonal yang melindungi individu terhadap konsekuensi negatif dari
stres.
c. Cognitive Skills (Kemampuan Kognitif)
Termasuk di dalamnya intelegensi, gaya coping, kemampuan untuk
menghindarkan dari menyalahkan diri sendiri, kontrol personal, dan
spritualitas.
Berdasarkan uraian di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi
yaitu interpersonally skilled (keterampilan interpersonal), kompetent
(kompetensi), high self regard (penerimaan diri), spiritual (rohani), dan helpful
life circumtance (keadaan yang membantu). Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa spiritual merupakan bagian yang dapat mempengaruhi kesejahteraan
27
spiritual dan dapat memiliki kontribusi dalam mempengaruhi resiliensi (Bogar
dan Killacky, 2006).
B. Kesejahteraan spiritual
1. Pengertian kesejahteraan spiritual
Moberg (Fernando & Chowdhury, 2010) mengungkapkan bahwa
kesejahteraan spiritual merupakan sebuah dasar nilai yang berhubungan
dengan kekuatan yang dimiliki seseorang dengan menunjukkan adanya rasa
memiliki hubungan dengan pencipta (kedekatan dengan Tuhan) sebagai
petunjuk mengenai kehidupan sehingga memiliki dampak baik bagi individu
sendiri maupun lingkungan sekitar. Menurut Gomesh dan Fisher (Moodley,
2008), kesejahteraan spiritual adalah kemampuan seseorang dalam
membangun dirinya menjadi penuh dengan potensi dan kemampuan untuk
mengetahui tujuan dasar hidupnya, untuk belajar mengalami cinta, kasih
sayang, kedamaian, dan kesejahteraan serta menolong diri sendiri dan orang
lain untuk menerima potensi tertingginya.
Ellison (1983) menyatakan bahwa keadaan yang mendasari kepuasan
dalam hidup dan kemampuan mengekspresikan hubungan diri dengan
pencipta disebut sebagai kesejahteraan spiritual. Sebagian orang
beranggapan bahwa spiritualitas adalah hidup dengan kesadaran bahwa
Tuhan senantiasa di dekat manusia. Namun tidak selalu begitu, beberapa
orang mungkin juga mengekspresikan spiritualitas melalui nilai-nilai agama,
ritual, dan kepercayaan. Paloutzian dan Ellison (Vollman, LaMontagne,
Wallston, 2006) mendefinisikan spiritual well being (kesejahteraan
28
spiritual) sebagai karakteristik perkembangan kepribadian yang
diasosiasikan sebagai rasa kedamaian, rasa saling mengasihi satu sama lain,
rasa menghormati kehidupan, dan penghargaan terhadap kesatuan kedua
belah pihak di dalam keberagaman budaya. Kesejahteraan spiritual juga
membedakan pengalaman rohani manusia ke dalam dua perbedaan
persfektif yakni religious well being (kedekatan terhadap Tuhan) dan
existential well being (pandangan akan masa depan). Boland (Utsey, dkk,
2007) mengungkapkan kesejahteraan spiritual termasuk dalam kesadaran
akan kemampuan dalam memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sehingga
mewujudkan suatu komitmen guna melatih dan menjadi bagian dari pola
perilaku sehari-hari. Ellison (Moodley, 2008) berpendapat bahwa
kesejahteraan spiritual dipandang sebagai suatu bentuk gambaran pokok
dari ekspresi seseorang dalam kesehatan psikologisnya. Kesejahteraan
spiritual berperan penting dalam persepsi seseorang mengenai sehat dan
sakit.
Berdasarkan beberapa definisi di atas maka peneliti menggunakan
pendapat Ellison (1983) yang menyatakan bahwa keadaan yang mendasari
kepuasan dalam hidup dan kemampuan mengekspresikan hubungan diri
dengan pencipta disebut sebagai kesejahteraan spiritual.
2. Aspek-aspek Kesejahteraan spiritual
Menurut Ellison (2003) kesejahteraan spiritual dibagi menjadi dua
aspek diantaranya sebagai berikut:
29
a. Kesejahteraan beragama (Religious well being)
Religious well being menurut Boivin, Kirby, Underwood, & Silva
(Vollman, LaMontagne, & Wallston, 2006) adalah berfokus pada
bagaimana individu memandang kesejahteraan kehidupan rohani, seperti
yang diungkapkan dalam kaitannya dengan kekuatan yang lebih tinggi
yakni merasakan adanya hubungan yang dekat terhadap pencipta
(Tuhan).
b. Kesejahteraan eksistensial (Existential Well Being)
Menurut Boivin (Vollman, LaMontagne, & Wallston, 2006)
existential well being adalah keadaan sosial dan psikologis individu
untuk dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan melibatkan
hubungan luar dalam mencapai tujuan hidup sebagai pandangan terhadap
masa depan berdasarkan adanya rasa puas dengan kehidupan, baik yang
meliputi pengalaman positif atau negatif.
Menurut Gomes dan Fisher (2005) terdapat empat aspek yang
membentuk variabel kesejahteraan spiritual, yaitu:
a) Personal, yaitu dimana individu berupaya untuk mencerminkan dan
menemukan makna, nilai, tujuan, dan nilai-nilai hidupnya.
b) Communal, yaitu dimana seseorang berupaya untuk mengungkapkan
secara mendalam hubungan seseorang terhadap diri sendiri, terhadap
orang lain dalam menciptakan nuansa cinta, keadilan, harapan, dan iman
dalam kemanusiaan.
30
c) Transcedental, yaitu hal yang berkaitan dengan hubungan diri seseorang
dengan beberapa hal yang biasanya di luar kemampuan manusia pada
umumnya yang melibatkan keimanan terhadap Tuhan, penyembahan,
sumber misteri dari alam semesta.
d) Environmental well being, yaitu dengan menunjukkan adanya ungkapan
secara alami termasuk rasa kagum, heran, dan kesatuan dengan
lingkungan.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyatakan pada pendapat
Ellison (1983), bahwa kesejahteraan spiritual terdiri dari dua aspek yaitu
kesejahteraan beragama (religious well being) dan kesejahteraan eksistensial
(existential well being).
C. Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
1. Pengertian Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
Beberapa pengertian tentang Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
atau penyakit lupus yang dipaparkan berikut ini, menjelaskan bahwa
penyakit lupus merupakan penyakit autoimun yang kronik dan menyerang
berbagai sistem dalam tubuh. Tanda dan gejala dari penyakit lupus ini bisa
bermacam-macam, bersifat sementara, dan sulit untuk didiagnosis (Price &
Wilson, 2006). Childs (2006) menyebutkan Systemic Lupus Erythematosus
(SLE) atau Lupus sebagai penyakit kronis yang menyerang autoimun yang
mempengaruhi banyak organ penderitanya, seperti susunan syaraf pusat,
darah, otak, koordinasi sel tubuh, ginjal, paru paru, membran sel, dan kulit.
lupus kemudian akan mempengaruhi bagaimana tubuh penderitanya
31
menghasilkan autoantibodies, autonuclear antibodies, dan immune
complexes (Tassiulas, Baumpas, & Wallace dalam Childs, 2006).
Shinjo dkk (Mesquita dkk., 2007) menyebutkan Systemic Lupus
Erythematosus (SLE) sebagai penyakit sistemik autoimun kronis yang
mempunyai variasi gejala klinis (manifestasi klinis). Penyakit ini biasanya
menyerang wanita muda dengan beragam faktor penyebab. Kumar, Abbas,
dan Aster (2015) menyatakan bahwa patogenesis lupus merupakan
gabungan dari faktor genetik dan faktor lingkungan seperti sinar ultraviolet
(UV), mengisap tembakau, dan hormon seks. Penelitian yang dilakukan oleh
Komalig dkk. (2008) tentang fakor-faktor lingkungan yang meningkatkan
risiko penyakit SLE, ditemukan bahwa faktor pernah mengalami penyakit
infeksi seperti ISPA dan tifus, susah tidur, stres, sering menggunakan obat-
obatan, istirahat dan pola makan yang tidak teratur, dan pengaruh sinar
matahari, menjadi faktor-faktor risiko dengan persentase yang cukup tinggi
yang menyebabkan terjadinya penyakit lupus.
2. Tipe-Tipe Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
Secara garis besar Systemic Lupus Erythematosus (SLE) terbagi
menjadi tiga tipe. Namun beberapa literatur membagi tipe Systemic Lupus
Erythematosus (SLE) menjadi lebih bervariasi lagi. Berikut tipe-tipe
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) yang dimaksud (Komalig dkk., 2008):
a. Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau penyakit Lupus yang
sesungguhnya. Lupus tipe ini, dapat menimbulkan komplikasi, seperti
lupus otak, lupus pembuluh darah jari-jari tangan atau kaki, lupus kulit,
32
lupus ginjal, lupus jantung, lupus darah, lupus otot, lupus retina, lupus
sendi. Lupus tipe ini merupakan tipe yang sangat berat karena
menyerang organ-organ vital yang lain, baik satu atau beberapa organ
vital. The American Rheumatism Assosiation (Price & Wilson, 2006)
telah mengembangkan kriteria untuk memilah SLE yaitu:
1. Ruam di daerah malar
2. Ruam diskoid
3. Fotosensitivitas
4. Artritis pada dua atau lebih sendi-sendi perifer
5. Ulkus pada mulut
6. Gangguan pada ginjal
7. Artritis
8. Gangguan neurologi berupa serangan kejang atau psikosis
9. Anemia atau rendahnya trombosit darah
10. Limfonia
11. Gangguan imunologi
Penegakan diagnosis pada Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dapat
dilakukan apabila adanya empat atau lebih dari sebelas kriteria yang
ditemukan pada individu.
b. Cutaneus lupus atau lupus diskoid, yaitu tipe lupus dengan manifestasi
beberapa jenis kelainan kulit. Lupus tipe ini merupakan lupus yang
hanya menimbulkan efek pada kulit penderitanya, dan disebut pula
lupus ringan. Hampir semua lupus tipe ini bisa berkembang menjadi
33
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) jika telah menyerang organ–
organ tubuh yang lain.
c. Drug Induced lupus (DIL) atau Lupus Obat, yaitu tipe lupus yang
timbul akibat efek samping obat dan akan sembuh sendiri dengan
memberhentikan pemberian obat terkait. Umumnya berkaitan dengan
pemakaian obat hydralazine (obat hipertensi) dan procainamide (obat
untuk mengobati detak jantung yang tidak teratur), namun beberapa
tahun terakhir ini obat hydralazine dan procainamide sudah jarang
sekali digunakan.
d. Lupus neonatal, yaitu Lupus yang terjadi pada bayi yang baru
dilahirkan dari ibu dengan SLE. Simtomnya adalah ruam pada kulit
bayi, masalah pada hati, dan rendahnya kadar darah. Simtom-simtom
tersebut dengan sendirinya akan menghilang beberapa bulan kemudian.
Lupus tipe ini sangat jarang terjadi.
3. Hubungan antara kesejahteraan spiritual dengan resiliensi pada
odapus
Lupus merupakan penyakit yang hingga saat ini belum dapat disembuhkan.
Individu yang telah didiagnosa terkena penyakit lupus, tentulah akan merasa
sangat sedih, karena individu tersebut harus hidup dengan penyakit lupus sampai
akhir hayatnya. Penyakit lupus sangat merugikan dan membahayakan karena
penyakit lupus merupakan penyakit yang berpotensi menyebabkan komplikasi
pada berbagai organ tubuh manusia seperti ginjal, hati, otak, kulit, dan bagian
34
organ tubuh lainnya, dan juga dapat menyebabkan kematian. Konsekuensi fisik
dari penyakit lupus, misalnya kerontokan pada rambut dengan jumlah banyak,
wajah menjadi bulat (moon face) yang tampak aneh saat dilihat oleh lingkungan.
Penyakit lupus juga mengubah kemampuan fisik seseorang karena odapus tidak
dapat beraktivitas secara aktif dan normal karena harus menghindari sinar
matahari. Perubahan-perubahan fisik tersebut yang membuat odapus mudah
merasa terisolasi, frutrasi, dan stres (Salve, 2008).
Menurut Taylor (2009), setelah didiagnosa penyakit kronis, penderita akan
memunculkan reaksi seperti penolakan, kecemasan, dan depresi. Reaksi tersebut
adalah fase krisis yang umum dialami oleh penderita penyakit kronis, termasuk
lupus. Setelah fase krisis dilewati, odapus mulai menyadari bahwa penyakit yang
diderita akan mengubah hidupnya. Untuk mampu melewati masa krisis, odapus
harus memiliki kamampuan resiliensi yang tinggi. Seperti yang dijelaskan oleh
Gorthberg (1999), resiliensi merupakan kapasitas seseorang untuk menghadapi,
mengatasi, memperkuat diri, dan melakukan perubahan setelah mengalami
pengalaman-pengalaman yang merugikan (adversity). Pengalaman-pengalaman
yang merugikan berupa ketidakjelasan penyakit yang diderita dan kenyataan
bahwa lupus merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Perubahan
kondisi kesehatan tubuh yang sewaktu-waktu bisa menurun, batasan-batasan
terhadap aktivitas, serta lingkungan yang kurang memahami atau bahkan tidak
mau perduli terhadap odapus merupakan pengalaman negatif yang harus diterima
odapus.
35
Bogar dan Killacky (2006) menyebutkan bahwa untuk menjadi resilien,
individu harus memiliki keyakinan spiritual. Adanya keyakinan spiritual akan
mendekatkan odapus dengan Sang Pencipta dan mampu menumbuhkan
kesejahteraan spiritual pada diri odapus. Kesejahteraan spiritual membuat odapus
menerima penyakit yang diderita. Kesejahteraan spiritual membuat odapus yakin
bahwa ada yang mengatur setiap peristiwa yang terjadi di alam semesta ini
termasuk penyakit lupus yang diderita. Kesejahteraan spiritual tidak akan lepas
dari adanya penanaman diri bahwa kehidupan ini dijalankan berdasarkan
kemampuan untuk memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sehingga mampu
bertahan dan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan psikologis yang
disebabkan oleh penyakit lupus.
Menurut Ellison (1983), kesejahteraan spiritual terdiri dari dua aspek, yaitu
religious well being dan existential well being. Aspek pertama adalah religious
well being yaitu bersifat vertikal, menunjukkan bagaimana hubungan kehidupan
spiritual individu dengan Tuhannya (Pencipta). Seluruh agama tercakup dalam
aspek ini, tidak mengacu pada denominasi agama tertentu. Aspek ini merupakan
gambaran konsep yang sangat berarti bagi individu dalam terminologi “Tuhan”
dalam dimensi vertikal (Ellison, 1983). Perubahan keadaan fisik seperti muculnya
ruam merah pada pipi (butterfly rush), kebotakan, koreng pada kulit, dan kondisi
kesehatan yang tidak pasti menjadi sumber stres, frustasi, dan menarik diri dari
lingkungan pada odapus. Kaposi (Parawita, 2006) menyatakan bahwa pada pasien
Lupus dapat terjadi perubahan mental seperti depresi, gangguan penyesuaian,
gangguan psikotik, dan bunuh diri.
36
Namun apabila odapus memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan
(Pencipta), maka hal tersebut dapat menjadi sumber ketentraman hati, sehingga
terhindar dari perasaan gelisah. Keyakinan seseorang terutama kepada Tuhan dan
takdir akan membentuk individu yang resilien karena membuat individu tidak
menyalahkan diri sendiri dan orang lain ketika ada peristiwa yang tidak
menyenangkan yang terjadi pada individu seperti penyakit kronis, bencana alam,
dan peristiwa traumatis (Connor & Davison, 2003). Individu yang resilien
menurut Wagnild dan Young (2010), telah memahami bahwa hidup bukan sebatas
hal yang baik dan buruk. Odapus mampu memperluas sudut pandang bahwa
penyakit lupus yang diderita oleh odapus merupakan rintangan atau ujian yang
diberikan Tuhan sehingga odapus lebih fokus pada aspek positif seperti
mendekatkan diri kepada pencipta (Tuhan), berusaha mencegah kekambuhan
lupus, dan menerima perubahan fisik dan psikis yang dirasakan odapus. Berkaitan
dengan aspek yang dikemukakan oleh Connor dan Davidson (2003) kepercayaan
seseorang pada naluri, toleransi terhadap pengaruh negatif, dan memiliki kekuatan
menghadapi stres sehingga individu terfokus pada ketenangan, pengambilan
keputusan, dan ketepatan waktu dalam menyesuaikan diri terhadap stres.
Dalam mencapai tujuan hidup, seringkali kita bertemu dengan hambatan,
kesulitan, bahkan kegagalan. Bagi odapus, hambatan dan kesulitan yang menimpa
yaitu menderita penyakit lupus. Kondisi ini mendorong odapus untuk menyerah.
Namun, odapus yang resilien akan terus gigih bertahan untuk berjuang sampai
akhir. Salah satu cara untuk membangun ketahanan ini adalah berusaha
meningkatkan kompetensi pribadi seperti meningkatkan kemampuan beradaptasi
37
dan mengurangi stres pada individu sehingga tetap semangat untuk menyelesaikan
hambatan yang terjadi pada individu (Connor & Davidson, 2003).
Aspek kedua adalah existential well being. Kesejahteraan eksistensial
merupakan dimensi horizontal. Berfokus pada kemampuan individu untuk
menyesuaikan diri dengan kehidupan, lingkungan sosial, dan masyarakat (Ellison,
1983). Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Connor dan Davidson (2003) salah
satu aspek resiliensi yaitu kontrol. Kontrol termasuk kontrol diri pada individu
untuk mengarah pada tujuan termasuk memperoleh dukungan orang lain. Situasi
sulit yang cenderung membuat individu hilang kontrol, namun individu yang
resilien mampu menghadapi dan mengendalikan situasi agar tidak bertambah
buruk. Sebagai salah satu contoh yaitu saat odapus didiagnosa mengidap penyakit
lupus, odapus harus mampu mengontrol diri untuk menjaga kesehatan tubuh
seperti tidak beraktivitas di bawah sinar matahari dan melakukan kegiatan yang
dapat memperburuk penyakit lupus serta menghindari stres baik dari odapus
sendiri ataupun dari lingkungan sekitar odapus. Odapus harus mampu beradaptasi
dengan perubahan yang terjadi.
Setelah odapus mampu mengontrol diri dan memahami kekuatan serta
keterbatasan yang odapus miliki dan odapus dapat menerima keadaan, odapus
akan mampu bersosialisasi dengan masyarakat dan lingkungan sosial yang
berguna untuk memberikan semangat dan mencegah kekambuhan lupus pada
odapus. Hal ini akan berhubungan dengan penerimaan diri yang positif terhadap
perubahan dan hubungan yang aman dengan orang lain (Connor dan
Davidson,2003). Adanya penerimaan diri pada odapus, odapus akan merasa
38
dirinya mampu melakukan atau melaksanakan kegiatan dan dapat bekerja sama
dengan individu yang tidak menderita penyakit lupus. Dengan penyakit lupus
yang diderita odapus mampu memaknai serta mampu menghargai dirinya bahwa
odapus juga memiliki banyak hal yang dapat dikontribusikan untuk lingkungan
sekitar. Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan
spiritual membawa dampak positif terhadap resiliensi pada odapus.
4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada penelitian ini adalah ada hubungan positif antara
kesejahteraan spiritual dengan resiliensi pada orang dengan penyakit lupus
(odapus). Semakin tinggi kesejahteraan spiritual pada odapus, maka diharapkan
semakin tinggi pula resiliensinya. Sebaliknya, semakin rendah kesejahteraan
spiritual, maka akan semakin rendah pula resiliensi pada odapus.
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Tergantung : Resiliensi
2. Variabel Bebas : Kesejahteraan Spiritual
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Resiliensi
Resiliensi diketahui dari skor yang diperoleh subjek setelah mengisi
skala resiliensi. Adapun aspek-aspek resiliensi antara lain kompetensi
pribadi, kepercayaan seseorang pada naluri, penerimaan diri yang positif
terhadap perubahan, kontrol diri, dan pengaruh spiritual dan kepercayaan
seseorang pada Tuhan dan takdir. Resiliensi akan diukur menggunakan
skala resiliensi diadaptasi dari The Connor-Davidson Resilience Scale (CD-
RISC) yang disusun oleh Connor dan Davison (2003). Semakin tinggi skor
yang diperoleh maka semakin tinggi resiliensi pada odapus. Sebaliknya,
semakin rendah skor maka semakin rendah pula resiliensi pada odapus.
2. Kesejahteraan Spiritual
Kesejahteraan spiritual diketahui dari skor yang diperoleh subjek
setelah mengisi skala kesejahteraan spiritual. Adapun aspek-aspek
kesejahteraan spiritual antara lain kesejahteraan beragama (religious well
being) dan kesejahteraan eksistensial (existential well being). Semakin
40
tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi kesejahteraan spiritual pada
diri subjek. Sebaliknya, semakin rendah skor maka semakin rendah pula
kesejahteraan spiritual pada diri subjek. Kesejahteraan spiritual
menggunakan skala kesejahteraan spiritual yang diadaptasi dari skala
SWBS (The Spiritual Well-Being Scale) yang disusun oleh Paloutzian &
Ellison (Ellison, 1983).
C. Responden Penelitian
Responden yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah orang dengan
penyakit lupus (odapus) baik perempuan maupun laki-laki, berasal dari berbagai
kalangan usia, agama, dan status pendidikan.
D. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode pengumpulan
data pada penelitian ini menggunakan skala kesejahteraan spiritual dan skala
resiliensi. Metode penyusunan skala kesejahteraan spiritual dan skala resiliensi
menggunakan skala Likert. Subjek diminta untuk mengisi sejumlah pernyataan
yang akan digunakan untuk mengungkap permasalahan yang diteliti, dengan
memilih salah satu dari kelima alternatif jawaban yang paling sesuai dengan
keadaan subjek.
41
1. Skala Resiliensi
Pada penelitian ini skala yang digunakan untuk mengukur resiliensi
adalah The Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) yang disusun
oleh Connor dan Davidson (2003). The Connor-Davidson Resiliensi Scale
(CD-RISC) ini terdiri dari 25 aitem pernyataan favourable. Pernyataan
favourable adalah pernyataan yang mendukung objek yang akan diukur.
Skala resiliensi ini menggunakan lima alternatif jawaban, yaitu Sangat
Tidak Sesuai, Tidak Sesuai, Cukup Sesuai, Sesuai, Sangat Sesuai. Pada
skala resiliensi ini, subjek diminta untuk memilih pernyataan yang paling
sesuai dengan keadaan subjek. Skor yang tinggi menunjukkan tingginya
resiliensi dan skor yang rendah menunjukkan rendahnya resiliensi. Skala
resiliensi ini akan diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia. Distribusi aitem
Skala Resiliensi dapat dilihat pada tabel 1.
42
Tabel 1
Distribusi Butir Skala Resiliensi Sebelum Uji Coba
No. Aspek Butir Aitem
Jumlah Favourable
1
2
3
4
5
Kompetensi pribadi, standar
yang tinggi, dan kegigihan
Kepercayaan seseorang pada
naluri, adanya toleransi
terhadap pengaruh negatif,
dan kekuatan mengahadpi
stres
Penerimaan diri yang positif
terhadap perubahan dan
hubungan yang baik dengan
orang lain
Kontrol
Pengaruh spiritual dan
kepercayaan seseorang
terhadap Tuhan dan takdir
6, 12, 17, 24
8, 15, 18, 20, 21, 25
1, 2, 9, 10, 13,14
4, 11, 19, 22, 23
3, 5, 7, 16
4
6
6
5
4
Total 25
2. Skala Kesejahteraan Spiritual
Skala kesejahteraan spiritual disusun dengan mengadaptasi dari The
Spiritual Well-Being Scale (SWBS) yang dibuat oleh Paloutzian & Ellison
(Ellison, 1983), berdasarkan dua aspek yang telah dianalisis oleh Paloutzian
& Ellison (Ellison, 1983), antara lain: a) kesejahteraan beragama (religious
well being) dan b) kesejahteraan eksistensial (existential well being).
Jumlah keseluruhan untuk skala kesejahteraan spiritual ini yaitu 20
aitem, diantaranya 12 aitem favourable dan 8 aitem unfavourable. Skala
kesejahteraan spiritual ini menggunakan 5 alternatif jawaban, yaitu Sangat
Tidak Sesuai, Tidak Sesuai, Cukup Sesuai, Sesuai, Sangat Sesuai. Distribusi
43
aitem skala Kesejahteraan Spiritual sebelum uji coba dapat dilihat pada
tabel 2.
Tabel 2
Distribusi Butir Kesejahteraan Spiritual
No
. Aspek
Butir Aitem Jumlah
Favourable Unfavourable
1.
2.
Religious well
being
Existensial well
being
3, 7, 11, 15, 17, 19
4, 6, 8, 10, 14, 20
1, 5, 9,13
2, 12, 16, 18
10
10
Total 12 8 20
E. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Suatu alat ukur dapat dikatakan baik jika memiliki nilai validitas yang
tinggi. Azwar (2013) mengungkapkan bahwa validitas seringkali dikonsepkan
sebagai seberapa jauh alat ukur mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.
Suatu alat yang memiliki validitas yang tinggi akan menghasilkan error
pengukuran yang kecil, hal ini berarti skor yang diperoleh subjek pada alat
ukur tersebut tidak jauh berbeda dengan skor sesungguhnya (Azwar, 2013).
Tidak ada batasan universal yang menunjukkan pada angka minimal yang
harus dipenuhi agar suatu alat ukur psikologi dikatakan dapat menghasilkan
skor yang valid (Azwar, 2013).
Untuk melihat apakah alat ukur tersebut memiliki validitas yang baik
dapat dilihat melalui koefisien validitas, meskipun dalam estimasinya validitas
tidak dapat dituntut sebagai suatu koefisien yang sangat tinggi sebagaimana
penilaian terhadap koefisien reliabilitas (Azwar, 2012). Koefisien yang berada
44
pada angka 0,50 dianggap lebih memuaskan dibandingkan pada koefisien
reliabilitas dengan angka yang sama. Walaupun demikian, koefisien yang
memiliki nilai kurang dari 0,3 biasanya dianggap sebagai tidak memadai
(Azwar, 2012). Cronbach (Azwar, 2012) mengatakan bahwa koefisen dapat
dikatakan memiliki kontribusi yang baik terhadap efisiensi suatu lembaga
pelatihan jika memilki nilai berkisar 0,3 sampai dengan 0,5. Sementara itu,
suatu alat ukur memiliki koefisiensi validitas yang memuaskan atau tidak,
dapat dikembalikan kembali penilaiannya kepada pihak pemakai skala (Azwar,
2012).
2. Reliabilitas
Alat ukur yang baik kualitasnya selain memiliki keakuratan dalam
mengungkap variabel laten juga harus mempunyai reliabilitas. Reliabilitas
sendiri adalah kemampuan sebuah alat ukur untuk menghasilkan skor yang
cermat dengan error pengukuran yang kecil (Azwar, 2012). Sebuah alat ukur
dinyatakan memiliki reliabilitas yang baik ketika mampu menghasilkan skor
yang relatif sama dalam pengukuran yang dilakukan secara berulang kali.
Reliabilitas memilki koefisien yang berada dalam rentang angka dari 0
sampai 1.00. semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati 1.00 berarti
pengukuran tersebut semakin reliabel (Azwar, 2012). Namun, pada
kenyataannya, koefisien sempurna dalam pengukuran psikologi yang mencapai
angka 1.00 belum pernah dijumpai sebelumnya (Azwar, 2012).
45
F. Metode Analisis Data
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesejahteraan
spiritual dengan resiliensi. Agar mengetahui hubungan tersebut, maka data
yang didapatkan perlu dianalisis. Metode yang digunakan peneliti untuk
menganalisis data yakni dengan menggunakan metode statistik korelasi
product moment. Sebelum dilakukan uji korelasi product moment akan
dilakukan uji normalitas dan linearitas terlebih dahulu (Azwar, 2007).
Perhitungan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan komputer pada
program SPSS version 18.0 for windows.
46
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Orientasi Kancah dan Persiapan
1. Orientasi Kancah
Penelitian ini dilakukan di salah satu komunitas peduli lupus di
Yogyakarta. Responden pada penelitian ini adalah odapus (orang dengan
lupus) yang tergabung dalam Komunitas Peduli Lupus X Yogyakarta.
Komunitas Peduli Lupus X Yogyakarta merupakan komunitas yang
bertujuan untuk membangun kebersamaan dan mempererat tali silaturahmi
di antara sesama odapus. Pengambilan data dilakukan peneliti dengan
bertemu langsung dengan odapus. Peneliti mendatangi rumah odapus satu
persatu.
Jumlah odapus yang tercatat di Komunitas Peduli Lupus X
Yogyakarta berjumlah 162 orang, tetapi odapus yang aktif dalam kegiatan
Komunitas Peduli Lupus X Yogyakarta hanya sekitar 20-30 orang. Pada
penelitian ini diperoleh data odapus sebanyak 45 odapus terdiri dari 44
perempuan dan 1 laki-laki.
2. Persiapan
a. Persiapan Administrasi
Persiapan administrasi dalam penelitian ini mencakup pengurusan
surat izin penelitian kepada instansi terkait. Surat pengantar penelitian
dikeluarkan oleh Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia dengan nomor
47
302/Dek/70/Div.Um.RT/IV/2017 yang tandatangi oleh Dekan Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya dan dosen pembimbing skripsi.
Kemudian, peneliti menyerahkan surat tersebut kepada Ketua Komunitas
Peduli Lupus X Yogyakarta untuk meminta izin pengambilan data.
b. Persiapan alat ukur
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala
kesejahteraan spiritual dan skala resiliensi. Skala kesejahteraan spiritual
yang digunakan merupakan skala yang diadapatasi dari skala SWBS (The
Spiritual Well-Being Scale) yang disusun oleh Paulotzian dan Ellison
(Ellison,1983). Jumlah keseluruhan untuk skala kesejahteraan spiritual
ada 20 aitem, diantaranya yaitu 12 aitem favourable dan 8 aitem
unfavourable. Adapun skala yang digunakan untuk mengukur resiliensi
adalah The Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) yang disusun
oleh Connor dan Davidson (2003). The Connor-Davidson Resiliensi
Scale (CD-RISC) terdiri dari 25 aitem pernyataan favourable. kedua
skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model likert
dengan lima alternatif jawaban pada setiap aitemnya.
c. Uji Coba Alat Ukur
Uji coba alat ukur penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat
daya diskriminasi setiap aitem dari sebuah skala dan kekonsistenan skala
tersebut. Untuk mengetahui tingkat daya diskriminasi aitem dari sebuah
skala maka dilakukan pengujian dengan cara menghitung koefisien
korelasi antara distribusi skor aitem dengan skor total skala tersebut.
48
Aitem dinyatakan memiliki daya diskriminasi yang baik secara statistik
adalah apabila nilai koefisien korelasi dengan skor total skala tersebut >
0,3. Tingkat konsistensi skala dalam mengungkap sebuah konstruk
dianalisis dengan bantuan program SPSS versi 18.0 for windows dengan
metode cronbach alpha.
1) Skala Resiliensi
Hasil uji coba yang dilakukan menunjukkan bahwa dari 25
butir aitem pernyataan menghasilkan 24 aitem yang sahih dan 1
aitem yang gugur. Koefisien correlated item-total correlation
bergerak antara 0,256 hingga 0,850 dengan koefisien cronbach
alpha sebesar 0,941. Berikut merupakan tabel distribusi aitem pada
skala resiliensi.
49
Tabel 3
Distribusi Butir Skala Resiliensi Setelah Uji Coba
Aspek Butir aitem Jumlah
Favorable
Kompetensi pribadi, standar
yang tinggi, dan kegigihan
6(6), 12(12), 17(17),
24(23)
4
Kepercayaan seseorang pada
naluri, adanya toleransi
terhadap pengaruh negatif, dan
kekuatan mengahadpi stres
8(8), 15(15), 18(18),
20, 21(20), 25(24
5
Penerimaan diri yang positif
terhadap perubahan dan
hubungan yang baik dengan
orang lain
1(1), 2(2), 9(9),
10(10),
13(13),14(14)
6
Kontrol
4(4), 11(11), 19(19),
22(21), 23(22)
5
Pengaruh spiritual dan
kepercayaan seseorang
terhadap Tuhan dan takdir
3(3), 5(5), 7(7),
16(16)
4
Total 24
Catatan: angka-angka di dalam kurung ( ) dan dicetak tebal adalah
nomor urut aitem setelah uji coba.
2) Skala Kesejahteraan Spiritual
Hasil uji coba yang dilakukan menunjukkan bahwa dari 20
butir aitem pernyataan menghasilkan 16 aitem yang sahih dan 4
aitem yang gugur. Koefisien correlated item-total correlation
bergerak antara -0,504 hingga 0,715 dengan koefisien cronbach
alpha sebesar 0,853. Berikut merupakan tabel distribusi aitem pada
skala resiliensi.
50
Tabel 4
Distribusi Butir Kesejahteraan Spiritual Setelah Uji coba
Aspek Butir Aitem jumlah
Favourable Unfavourable
Religious
well being
3(1), 7(3), 11(7),
15(11), 17(13),
19(15)
1, 5, 9(5), 13(9)
8
Existensial
well being
4(2), 6, 8(4), 10(6),
14(10), 20(16)
2,12(8), 16(12),
18 (14)
8
Total 16
B. Laporan Pelaksanaan Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari responden yang
tergabung dalam Komunitas Peduli Lupus X Yogyakarta. Responden yang
digunakan dalam penelitian ini adalah odapus yang merupakan pengurus dan
anggota komunitas peduli lupus X. Proses pengambilan data dilakukan selama 26
hari yaitu mulai tanggal 06 April sampai 03 Mei 2017. Sebelum pengambilan data
dilaksanakan, peneliti mengenalkan diri kepada pengurus Komunitas Peduli
Lupus X Yogyakarta dan menyampaikan maksud serta tujuan peneliti. Proses
pengambilan data dilakukan dengan cara memberikan langsung skala penelitian
kepada responden. Selain memberikan skala penelitian secara langsung, peneliti
juga memberikan skala penelitian online. Pemberian kuisioner online dilakukan
kepada responden yang merupakan anggota Komunitas Peduli Lupus X
Yogyakarta namun berada di luar Kota Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan responden yang sama antara uji coba alat ukur
dan pengambilan data untuk penelitian sendiri. Hal tersebut dikarenakan
banyaknya odapus yang tidak terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan komunitas
lupus sehingga pengurus komunitas lupus mengalami kesulitan untuk mengetahui
51
nomor kontak dan alamat odapus secara pasti. Selain itu, sangat jarangnya
responden yang berkeinginan untuk terlibat dalam sebuah penelitian menjadi
salah satu alasan penggunaan responden yang sama dalam uji alat ukur dan
pengambilan data penelitian.
C. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Responden Penelitian
Gambaran mengenai responden penelitian berdasarkan data yang
diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 5
Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin N Persentase (%)
Perempuan 44 97.8%
Laki-laki 1 2.2%
Total 45 100%
Sumber: Data primer
Berdasarkan data di atas dapat diketahui responden yang berjenis
kelamin perempuan berjumlah 44 orang dengan persentase 97.8% dan
responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 1 orang dengan
persentase 2.2%.
Tabel 6
Deskripsi Responden Penelitian Berdasarkan Agama
Agama N Persentase (%)
Islam 38 84.4%
Kristen
Katolik
4
3
8.9%
6.7%
Total 45 100%
Sumber: data primer
52
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa responden yang
beragama Islam berjumlah 38 orang dengan persentase 84.4%, responden
yang beragama Kristen berjumlah 4 orang dengan persentase 8.9%, dan
responden yang beragama Katolik berjumlah 3 orang dengan persentase
6.7%.
Tabel 7
Deskripsi responden penelitian berdasarkan status pernikahan
Status pernikahan N Persentase (%)
Menikah 12 26,7%
Belum menikah
Cerai
31
2
68,9%
4,4%
Total 45 100%
Sumber: Data primer
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa responden yang
berstatus sudah menikah berjumlah 12 orang dengan persentase 26.7%,
responden yang belum menikah berjumlah 31 orang dengan persentase
68.9%, dan responden yang berstatus cerai berjumlah 2 orang dengan
persentase 4.4%.
53
Tabel 8
Deskripsi responden penelitian berdasarkan usia saat terdiagnosa
Usia terdiagnosa N Persentase (%)
9
13
16
17
19
20
1
4
6
5
7
4
2.2%
8.9%
13.3%
11.1%
15.5%
8.9%
23
27
33
40
44
50
5
4
5
1
2
1
11.1%
8.9%
11.1%
2.2%
4.4%
2.2%
Total 45 100%
Sumber: Data primer
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa responden yang
didiagnosa lupus pada usia 9 tahun berjumlah 1 orang dengan persentase
2.2%, usia 13 tahun berjumlah 4 orang dengan persentase 8.9%, usia 16
tahun berjumlah 6 orang dengan persentase 13.3%, usia 17 tahun berjumlah
5 orang dengan persentase 11.1%, usia 19 tahun berjumlah 7 orang dengan
persentase 15.5%, usia 20 tahun berjumlah 4 orang dengan persentase 8.9%,
usia 23 tahun berjumlah 5 orang dengan persentase 11.1%, usia 27 tahun
berjumlah 4 orang dengan persentase 8.9%, usia 33 tahun berjumlah 5
orang dengan persentase 11.1%, usia 40 tahun berjumlah 1 orang dengan
persentase 2.2%, usia 44 tahun berjumlah 2 orang dengan persentase 4.4%,
dan usia 50 tahun berjumlah 1 orang dengan persentase 2.2%.
54
2. Deskripsi Data Penelitian
Setelah melakukan pemberian skor, diketahui deskripsi penelitian
yang berupa data hipotetik dan data empirik yang disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel 9
Deskripsi Data Penelitian
Variabel
Hipotetik Empirik
Min Max mean SD Min Max Mean SD
Kesejahteraan
Spiritual
16 80 48 10.66 65 122 93 13.79
Resiliensi 24 120 72 16 56 99 83.13 8.89
Keterangan:
Data Hipotetik : skor yang diperoleh oleh responden
Data Empirik : skor yang sebenarnya diperoleh dari hasil penelitian
Deskripsi data penelitian di atas selanjutnya akan digunakan untuk
mengetahui kriteria kategorisasi subjek pada variabel-variabel yang diteliti.
Kategorisasi ini bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam
kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu
kontinum berdasar atribut yang diukur, contoh dari kontinum jenjang ini
adalah dari rendah ke tinggi (Azwar, 2014). Peneliti menggunakan rumus
kategorisasi yang dibuat oleh Azwar (2014) yang terdiri dari lima kategori.
Rumus tersebut dapat dilihat pada tabel.
55
Tabel 10
Norma Kategorisasi
Norma kategorisasi Kategori
X < ( μ - 1,5 σ) Sangat Rendah
( μ - 1,5 σ) ≤ X < ( μ - 0,5 σ) Rendah
( μ - 0,5 σ) ≤ X < ( μ + 0,5 σ) Sedang
( μ + 0,5 σ) ≤ X ≤ ( μ + 1,5 σ) Tinggi
X > ( μ + 1,5 σ) Sangat Tinggi
Keterangan:
X = Skor Total
σ = Standar Deviasi
μ = Mean
Berdasarkan norma kategori tersebut, maka responden penelitian ini
dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori pada masing-masing variabel,
yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 11
Kategori Responden pada Variabel Kesejahteraan Spiritual
Kategori Rentang Skor Jumlah Persentase (%)
Sangat Rendah X < 32.01
0 0
Rendah 32.01≤ X < 42.67
0 0
Sedang 42.67≤ X < 53.33
0 0
Tinggi 53.33≤ X ≤ 63.99
1 2.22
Sangat Tinggi X > 63.99
44 97.78
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang
memiliki kesejahteraan spiritual dengan kategori sangat rendah, rendah, dan
sedang berjumlah 0 dengan persentase sebesar 0%, 1 orang berada dalam
kategori tinggi dengan persentase sebesar 2.22%, 44 orang berada dalam
kategori sangat tinggi dengan persentase 97.78%. Hal ini menunjukkan
56
bahwa sebagian besar responden penelitian memiliki tingkat kesejahteraan
spiritual dengan kategori sangat tinggi.
Tabel 14
Kategori Responden pada Variabel Resiliensi
Kategori Rentang Skor Jumlah Persentase (%)
Sangat Rendah X < 48
0 0
Rendah 48≤ X < 64
0 0
Sedang 64≤ X < 80
7 15.55
Tinggi 80≤ X ≤ 96
18 40
Sangat Tinggi X > 96
20 44.44
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang
memiliki resiliensi dengan kategori sangat rendah dan rendah berjumlah 0
dengan persentase sebesar 0%, 7 orang berada dalam kategori sedang
dengan persentase sebesar 15.55%, 18 orang berada dalam kategori tinggi
dengan persentase 40%, dan 20 orang berada pada kategori sangat tinggi
dengan persentase 44.44%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden penelitian memiliki tingkat resiliensi dengan kategori sangat
tinggi.
3. Uji Asumsi
Sebelum dilakukan uji hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan uji
asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linearitas terhadap sebaran data
penelitian yang ada. Pengujian asumsi ini dilakukan dengan menggunakan
program statistik yaitu SPSS versi 18.0 for windows.
57
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
penelitian terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas
diketahui dengan cara menggunakan SPSS yaitu dengan
menggunakan perhitungan Kolmogorov-Smirnov. Jika hasil p > 0.05
maka dapat dinyatakan data yang ada berdistribusi normal.
Tabel 15
Hasil Uji Normalitas
Variabel Skor KS-Z P Kategori
Kesejahteraan
Spiritual 0.069 0.200 Normal
Resiliensi 0.072 0.200 Normal
Hasil uji normalitas kedua skala menunjukkan bahwa kedua
skala terdistribusi normal. Skala resiliensi menunjukkan KS-Z = 0.069
dan p = 0.200 (p > 0.05) dan skala kesejahteraan spiritual menunjukan
angka KS-Z = 0.072 dan p = 0.200 (p > 0.05). Berdasarkan data
tersebut diketahui bahwa data kedua skala yang digunakan peneliti
berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk melihat adanya hubungan antara
variabel tergantung dan variabel bebas yang linear dalam penelitian.
Tabel 16
Hasil Uji Linearitas
Variabel penelitian F Sig.
Kesejahteraan
Spiritual*Resiliensi
Linearity 41.751 0.000
Deviation from Linearity 0.870 0.635
58
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil uji linearitas
antara resiliensi dan kesejahteraan spiritual menunjukkan memenuhi
asumsi linearitas (F = 41.751 dan p = 0.000) karena dapat dikatakan
linear jika nilai p < 0.05.
4. Uji Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan positif antara
kesejahteraan spiritual dengan resiliensi pada odapus (orang dengan lupus).
Uji hipotesis dilakukan untuk menguji korelasi antar kedua variabel. Uji
normalitas dari penelitian menunjukkan bahwa kedua skala berdistribusi
normal dan uji linearitas penelitian menunjukkan hasil yang linear, sehingga
uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi pearson.
Tabel 17
Hasil Uji Hipotesis
Variabel R r2 P Keterangan
Kesejahteraan
Spiritual dan
Resiliensi
0.716 0.513 0.000 (p < 0.01) Signifikan
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa hasil analisis korelasi antara
kesejahteraan spiritual dengan resiliensi pada odapus (orang dengan lupus)
menunjukkan angka p= 0.000 (p < 0.01). Hal ini menunjukkan bahwa ada
hubungan yang sangat signifikan antara kedua variabel penelitian. Nilai
korelasi pearson sebesar r= 0.716 menunjukkan hubungan antara dua
variabel yang berarah positif, sehingga hipotesis dalam penelitian ini
diterima.
59
D. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara
kesejahteraan spiritual dan resiliensi pada odapus (orang dengan lupus).
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, diperoleh hasil r = 0.716
dan p = 0.000 (p < 0.01). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara
kesejahteraan spiritual dan resiliensi pada odapus (orang dengan lupus). Semakin
tinggi kesejahteraan spiritual pada odapus maka semakin tinggi pula resiliensi
pada odapus (orang dengan lupus). Sebaliknya, semakin rendah kesejahteraan
spiritual odapus, maka odapus tersebut akan memiliki resiliensi yang rendah. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Liannara (2016) pada penyandang
tunadaksa nonbawaan menunjukkan bahwa kesejahteraan spiritual memiliki
pengaruh dalam meningkatkan resiliensi pada diri individu.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Bogar dan Killacky (2006) bahwa salah satu faktor yang
memengaruhi resiliensi adalah spiritualitas. Spiritualitas tidak hanya terbatas
pada ibadah dan doa saja, tetapi kenyamanan dalam menghadapi kesulitan dan
mengupayakan kesejahteraan spiritual untuk mengukur seberapa baik seseorang
menghadapi permasalahan kesehatan fisik dan mental (Paloutzian, Bufford, &
Wildman, 2012). Berdasarkan wawancara nonformal beberapa responden
penelitian juga menyatakan bahwa responden yakin atas kasih sayang Tuhan yaitu
penyakit lupus yang diderita merupakan rintangan kehidupan serta pengingat yang
berfungsi untuk mengingatkan responden agar selalu melakukan kebaikan dalam
hidup.
60
Adapun hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada salah seorang
responden penelitian, responden bercerita bahwa dalam menghadapi penyakit
lupus banyak hal telah responden rasakan seperti pada awal dokter mendiagnosa
bahwa responden menderita penyakit lupus, responden belum bisa menerima
bahwa responden menderita penyakit lupus. Responden merasa marah,
menyalahkan keadaan serta merasa bahwa Tuhan tidak adil. Responden
merasakan dampak-dampak dari pengobatan lupus dan responden semakin sering
merasakan sakit pada bagian-bagian tubuh tertentu. Seiring dengan berjalannya
waktu dan dukungan dari keluarga serta bergabung dengan komunitas peduli
lupus, responden mulai bisa menerima keadaan yang dialami. Responden menjadi
pengurus komunitas dan bertemu dengan banyak odapus lainnya yang merasakan
dampak penyakit lupus yang lebih parah seperti kelumpuhan dan gangguan
penglihatan. Kehawatiran terhadap masa depan dan perasaan tidak berarti semakin
berkurang semenjak responden bergabung dengan komunitas sosial jemaat gereja
tempat responden beribadah. Saat ini responden merasa lebih bahagia, lebih
tentram dan meningkatkan keimanan dalam kehidupan meskipun responden
menderita penyakit lupus. Responden juga meyakini bahwa saat sesuatu
(penyakit) datang dari Tuhan maka hal yang harus responden lakukan adalah
mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal ini sesuia dengan temuan penelitian yang
dilakukan oleh (Hill & Pargament, 2008), penelitian yang dilakukan kepada 1200
orang yang meyakini kebahagiaan spiritual. Pencarian kebahagiaan dan
ketentraman dilakukan oleh beberapa orang yang mengalami problem. Mustamar
(2007) menyatakan bahwa bagi orang yang beriman, neurokorteks yang berada
61
pada bagian kiri akan mengendalikan neurokorteks bagian kanan sehingga
individu tetap tabah dan menanggapi rasa sakit dengan proporsional. Jadi, apabila
individu yang sakit pernah menerima pesan agama, maka akan tersimpan di
hipokampus sehingga perasaan sakit akan diberi makna positif, seperti menerima
sebagai ujian dari Tuhan.
Penelitian yang melibatkan 45 responden dengan spesifikasi 44 responden
berjenis kelamin perempuan dan 1 responden berjenis kelamin laki-laki. Hal ini
sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Price dan Wilson (2006) bahwa sebagian
besar penderita lupus adalah wanita dan berada pada usia produktif. Selanjutnya
responden yang memiliki kesejahteraan spiritual dengan kategori sangat rendah,
rendah, dan sedang berjumlah 0, 1 orang berada dalam kategori tinggi, dan 44
orang berada dalam kategori sangat tinggi. Pada resiliensi tidak terdapat
responden yang memiliki resiliensi kategori sangat rendah dan rendah, 7 orang
berada dalam kategori sedang, 18 orang berada dalam kategori tinggi, dan 20
orang berada pada kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
besar responden penelitian memiliki tingkat resiliensi dengan kategori tinggi. Hal
ini sesuai dengan yang dikemukakan Howe, Smajdor, dan Stockl (2005) bahwa
resiliensi menguntungkan bagi individu untuk membantu individu menghadapi
tantangan nyata dalam pekerjaan, emosional, tuntutan fisik atau penyakit, dan
harapan.
Dengan menjadi resilien individu akan mampu untuk bertahan di bawah
tekanan atau kesedihan dan tidak menunjukkan suasana hati yang negatif terus
menerus. Apabila resiliensi dalam diri individu meningkat, maka individu tersebut
62
akan mampu mengatasi masalah, mampu untuk meningkatkan potensi-potensi
diri, menjadi optimis, muncul keberanian dan kematangan emosi (Oktaviana,
2015). Grotberg (1999) menyatakan semakin tinggi resiliensi, maka semakin baik
seorang individu dalam menghadapi pengalaman-pengalaman sulit. Bagi odapus
pengalaman sulit tersebut yaitu berupa sakit lupus yang diderita dan efek negatif
dari pengobatan lupus yang dijalani oleh odapus (orang dengan lupus).
Pada hasil penelitian ini dapat dipastikan bahwa kesejahteraan spiritual
odapus sangat tinggi dan menjadi faktor resiliensi odapus. Hal ini didukung
dengan hasil analisis koefisien determinasi r2 = 0.513 yang berarti variabel
kesejahteraan spiritual berpengaruh terhadap resiliensi sebesar 51,3% dan terdapat
sisa dari sumbangan efektif 48.7% yang berarti selain faktor kesejahteraan
spiritual terdapat faktor lain yang memengaruhi resiliensi. Faktor yang
memengaruhi tingginya resiliensi pada odapus yaitu karena odapus memiliki
kemampuan dalam bertahan dan beradaptasi dengan perubahan selama menjalani
pengobatan dan terapi untuk menekan pertumbuhan lupus. Hal ini didukung oleh
penelitian Uyun (2012) yang menyatakan bahwa resiliensi yang tinggi dapat
dikembangkan melalui kemampuan-kemampuan yang ada di dalam diri individu.
Kemampuan-kemampuan tersebut terdiri dari regulasi emosi, pengendalian
impuls, analisis penyebab masalah, efikasi diri, optimis, empati dan pencapaian.
Hasil penelitian Bogar dan Killacky (2006) juga menemukan bahwa terdapat lima
faktor yang memengaruhi resiliensi, yaitu competent, high-self regard, helpful life
circumtance, interpersonally skilled, dan spiritual.
63
Keterbatasan atau faktor penghambat dalam penelitian ini adalah kurang
lengkapnya data yang dimiliki oleh komunitas sehingga peneliti harus mencari
kontak dan alamat odapus secara satu persatu. Sedikitnya odapus yang aktif dalam
kegiatan komunitas menyebabkan peneliti harus mendatangi odapus dari rumah
ke rumah. Tidak semua responden yang peneliti hubungi bersedia untuk
berpartisipasi pada penelitian ini. Selain itu, pada skala penelitian online peneliti
tidak dapat bertemu langsung dengan responden, sehingga hal tersebut bisa
membuat data yang diberikan tidak apa adanya.
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang positif antara kesejahteraan spiritual dan resiliensi pada odapus (orang
dengan lupus). Semakin tinggi kesejahteraan spiritual, maka semakin tinggi pula
resiliensi pada odapus. Sebaliknya semakin rendah kesejahteraan spiritual odapus,
maka semakin rendah resiliensi odapus sehingga dapat disimpulkan bahwa
hipotesis pada penelitian ini diterima.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat
mengemukakan beberapa saran, yaitu sebagai berikut:
1. Bagi peneliti selanjutnya
Saran bagi peneliti yang ingin mengkaji topik resiliensi pada odapus
(orang dengan lupus), peneliti lain dapat mengeksplorasi dinamika resiliensi
pada odapus dari berbagai latar belakang yang lebih spesifik seperti latar
belakang keluarga, pendidikan, ekonomi, usia, maupun tempat tinggal.
Penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran lain dan
temuan-temuan baru mengenai resiliensi pada odapus dan juga faktor-faktor
apa saja yang melatarbelakangi resiliensi pada odapus. Bagi peneliti yang
ingin mengkaji topik kesejahteraan spiritual (spiritual well being) pada
odapus, peneliti dapat memerhatikan aitem-aitem yang digunakan agar lebih
spesifik terhadapat agama tertentu atau dibuat secara lebih umum.
65
2. Bagi penderita lupus atau odapus
Odapus diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan spiritual dan
resiliensi pada diri odapus. Odapus diharapkan mampu meningkatkan
potensi diri yang dimiliki untuk meningkatkan resiliensi pada odapus,
karena kemampuan resiliensi yang baik diharapkan dapat membantu
mencegah kekambuhan lupus yang diderita oleh odapus. Spiritualitas dalam
hal ini kesejahteraan spiritualitas yang berwujud keikhlasan dan menerima
penyakit lupus sebagai bagian kehidupan yang harus dijalani serta semakin
mendekatkan diri kepada Tuhan akan membantu odapus untuk
meningkatkan kesejahteraan spiritual odapus.
66
DAFTAR PUSTAKA
Ader, R. & Cohen, N. (1993). Psychoneuroimmunology: Conditioning and stress.
Annual Review of Psychology, 44: 53-85.
Afandi, I. N., & Prawitasari. J. E. (2010). Dinamika Penyintas Odapus (Orang
dengan penyakit lupus). Tesis. Universitas Gadjah Mada
American Psychological Association. (n.d.). The Road to Resilience. Dipetik
Desember 6, 2015, dari American Psychological Association:
http://www.apa.org/helpcenter/road-resilience.aspx
Anggraeni, R. R. (2008). Resiliensi pada penyandang tuna daksa pasca
kecelakaan. Skripsi: Universitas Gunadarma
Arifin, I. Z. (2013). model bimbingan dan konseling islam untuk memenuhi
kebutuhan spiritual Pasien rawat inap di rumah sakit. Jurnal Ilmu Dakwah,
6 (19), 170-193.
Autoimun Care. (2017, April). Peran Penting Komunitas Lupus di Indonesia dan
Dunia. Diakses dari http://lupus.autoimuncare.com/peran-penting-
komunitas-lupus-indonesia-dan-dunia/ pada tanggal 25 Juli 2017.
Azwar, S. (2014). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bogar, C. B., & Killacky, D. H. (2006). Resiliency Determinants and Resiliency
Processes Among Female Adult Survivors of Childood Sexual Abuse.
Journal of Counseling & Development, 68, 318-328.
Childs, S.G. (2006). The pathogenesis of systemic lupus erythematosus.
Orthopedic Nursing, 25 (2), 140-145.
Connor, K. M., & Davidson, J. R. T. (2003). Development of a new resilience
scale: The Connor–Davidson Resilience Scale (CD-RISC). Depression and
Anxiety, 18, 76–82.
Eley, D. S., Cloninger, R., Walters, L., Laurance, C., Synnott, R., & Wilkinson,
D. (2013). The relationship between resilience and personality traits in
doctors: implications for enhancing well being. PeerJ, DOI
10.771/peerj.216
Embury, S.P, & Saklofske, D. H. (2013). Resilience in Children, Adolescents, and
Adults. New York: Springer
66
66
Everall, R. D., Altrows, K. J., & Paulson, B. L. (2006). Creating a Future: A study of
Resilience in Suicidal Female Adolescents. Journal of Counseling and Development,
84(4), 461-470.
Fernando, M. & Chowdhury, R. (2010). The Relationship Between Spiritual Well-Being and
Ethical Orientations in Decision Making: an Empirical Study with Business Executives
in Australia. journal of Business Ethics, 95(2), 211-225.
Fisher, J. W. (2010). Development an Application of a Spiritual Well Being Questionnaire
Calle
Gomez, R., & Fisher, J. W. (2005). The spiritual well-being questionnaire: Testing for model
applicability, measurment and structural equivalencies, and latent mean differences
across gender. Personality and Individual Differences, 39 (2005), 1383-1393.
Gartland, D., Bond, L., Olsson, C. A., Buzwell, S., & Sawyer, S. M. (2011). Development of
a multi-dimensional measure of resilience in adolescents: the Adolescent Resilience
Questionnaire. BMC Medical Research Methodology , 1-10.
Herrman, H. Steward, D. E., Diaz.-Granadoz, N, Berger, E. L, Jackson, B., & Yuen, T.
(2011). What Is Resilience. La Revue de Psychiatrie, 56(5), 258-165.
Hill, P. C., & Pargament, K. I. (2008). Advances in the conceptualization and measurement
of religion and spiritual : implicaytions for physical and mental health research.
Psychology of Religion and Spirituality Journal, 5 (1), 3-17.
Howe, A., Smajdor, A., & Stockl, A. (2005). Towards an understanding of resilience and its
relevance to medical training. Medical Education 46, 349–356.
Isaacson, B. (2002). Characteristics and Enhanchement of Resiliency in Young People (pdf
version). University of Winconsis-Stout
Judha, M. & Setiawan, D. I. (2015). Apa dan bagaimana penyakit lupus (sistemik lupus
erimatrosus). Yogyakarta: Gosyen Publishing
Kadner, K. D. (1989). Resilience: Responding to Adversity. Journal of Psychosocial Nursing
& Mental Health Services , 20-25.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKESRI). (2011, Oktober). Lupus
Penyakit Seribu Wajah. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKESRI).
Diakses dari www.depkes.go.id pada tanggal 17 Desember 2016
Komalig, F.M., Hananto, M., Sukana, B., & Pardosi, J.F. (2008). Faktor lingkungan yang dapat
meningkatkan risiko penyakit lupus eritematosus sistemik. Jurnal Ekologi Kesehatan, 7
(2), 747-757.
Koslander, T., Silva, A. B., Roxberg. (2009). Existential and spiritual needs in mental health
care. Journal of Holistic Nursing, 27 (1), 34-42
67
67
Liannara, N. (2016). Hubungan Antara Kesejahteraan Spiritual dengan Resiliensi Pada
Penyandang Tunadaksa Nonbawaan. (Skripsi) (Tidak diterbitkan)
Mesquita, R.C., Coelho de Souza, L.N., Carvalhedo de Bruin, P.F., Carvalho, R.R.,
Medeiros, M.M.C., Castro da Rocha, F.A., & Sales de Bruin, V.M. (2007). Sleep
disturbance and prevalence of depression in systemic lupus erythematosus patients
receiving intravenous cyclophosphamide. Original Article ; Rev Bras Reumatol, 47 (6),
396-400.
Moodley, T. (2008). The Relationship Between Coping And Spiritual Well Being During
Adolescence. Tesis, Faculty Humanity, Departement of Psychology, University Of The
Free State
Mustamar. (2007). Sembuh dan Sehat dengan Mukjizat Al‐Qur’an. Yogyakarta: Lingkaran.
Oktaviana, A. (2015). Hubungan Locus of Control dan Dukungan Sosial dengan Resiliensi
pada Remaja Penyandang Tuna Rungu. Skripsi (Diterbitkan). Samarinda : Universitas
Mulawarman
Parawita, A. (2006). Aspek psikiatri pada systemic lupus erythematosus. Majalah Kedokteran
Damianus, 5 (2).
Patterson, J. (2001). Resilience in the Face of Adversity. School Administrator , 18-24.
Perhimpunan Reumatologi Indonesia. (2011). Diagnosis dan pengelolaan lupus erimatosus
sistemik. Tanpa kota: Perhimpunan Reumatologi Indonesia
Price, S. A. & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta: EGC
Purnomo, N.A.S. (2014). Resiliensi pada Pasin Stroke Ringan Ditinjau dari jenis kelamin.
Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. 2 (2), 241-262
Rutter, M. (2012). The Promotion of Resilience in the Face of Adversity . Cambridge:
Cambridge University Press.
Safariah, D. T. (2014). Pengaruh biblioterapi versi islam terhadap kesejahteraan spiritual
pada pasien penyakit jantung koroner. Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah, 1(1), 29-48
Salve, H. R. (2008). Gambaran Stres pada Penyandang Lupus dan Rancangan Modul
Treatment Meta Music untuk Menurunkan Stres bagi Penyandang Lupus. Skripsi.
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Diunduh pada 17 Februari 2017, dari
http://library.gunadarma.ac.id/journal/view/8192/gambaran-stres-pada-penyandang-
lupus-dan-rancangan-modul-treatment-meta-music-untuk-menurunkan-stres-bagi-
penyandang-lupus.html/.
Sisca, H. & Moningka, C. (2008). Resiliensi perempuan dewasa muda yang pernah
mengalami kekerasan seksual di masa kanak-kanak. Journal Psikologi, 2(1), 61-69
68
68
Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakata: PT Gramedia
Souri, H. & Hasanirad, T. (2011). Relationship between resilience, optimism and
psychological well-being in students of medicine. Procedia Social and Behavioral
Sciences, 30(2011), 1541-1544.
Taylor, S. E. (2009). Health psychology. New York: McGraw-Hill
Tian, J., & Hong, J. S. (2013). Validation of the Chinese version of the Resilience Scale and
its cutoff score for detecting low resilience in Chinese cancer patients. Support Care
Cancer , 1497-1502.
Utsey, S. O., Bolden, M.A., Williams, O., Lee, ., Lanier, Y., & Newsome, C. (2007).
Spiritual well being as a mediator of the relation between culture specific coping and
quality of life in a community sample of african americans. Journal of Cross-Cultural
Psychology, 38(2), 123-136.
Uyun, Z. (2012). Resiliensi dalam pendidikan karakter. Skripsi: Universitas Muhamadiyah
Surakarta
Vollman, M. W., LaMontagne, L. L. & Wallston, K. A. (2006). Existential well-being
predicts perceived control in adults with heart failure. Applied Nursing Research, 22
(2009), 198-203
Wagnild, G. M., & Young, H. M. (1993). Development and Psychometric Evaluation of the
Resilience Scale. Journal of Nursing Measurement, I (2), 165-178.
Wagnild, G. (2009). A Review of the Resilience Scale. Journal of Nursing Measurement,
17(2), 105-130
Wagnild, G., M.,. (2011). Will resilience help you to be more successful?. Diunduh dari
http://www.resiliencescale.com/papers/success.html pada tanggal 20 juli 2017
Xu, J., & Ou, L. (2014). Resilience and Quality of Life Among Wenchuan Earthquake
Survivors; the Mediating Role oF Social Support. Public Health , 430-437.
Yusuf, S. L. N. (2010). Konseling Spiritual Teistik (proses pencerahan diri dalam
membangun kehidupan bersama yang bermakna. Bandung: univesitas pendidikan
indonesia.
70
70
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS
ISLAM INDONESIA
Kampus Terpadu, Jl. Kaliurang Km. 14,5 Sleman
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Bapak/Ibu/Saudara/i yang terhormat,
Di sela-sela kesibukan Bapak/Ibu/Saudara/i, perkenankanlah kami menyita waktu
Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuisioner berikut ini. Kuisioner ini diedarkan untuk
kepentingan penelitian tugas akhir yang kami jalani di Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial
Budaya Universitas Islam Indonesia. Semua jawaban tidak ada yang benar/salah dan tidak
ada kaitannya dengan kebijakan apapun, dikarenakan penelitian ini merupakan murni untuk
ilmu pengetahuan. Untuk itu semua jawaban dan identitas yang dituliskan diberikan jaminan
penuh kerahasiaannya sesuai dengan kode etik penelitian ilmiah. Oleh karena itu, sangat
diharapkan Bapak/Ibu/Saudara/i memberikan jawaban sesuai dengan keadaan yang sedang
dirasakan dan sebenar-benarnya dalam mengisi setiap pernyataan yang disajikan. Dengan
harapan penelitian ini dapat membantu atas pemenuhan kebutuhan Bapak/Ibu/Saudara/i
dikemudian hari. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Peneliti,
Lilik Sepriani
71
71
IDENTITAS
Nama (Inisial) :
Jenis Kelamin :
Umur :
Didiagnosis pada umur :
Agama :
Teman Dekat : Ada / Tidak ada
Tinggal bersama : □ Orangtua
□ Sendiri
□ Pasangan
□ Lainnya ………………............
Status : □ Belum menikah
□ Cerai
□ Menikah
□ Lainnya.....................................
Saya menyatakan bahwa dengan sukarela dan penuh kesadaran dalam mengisi setiap
pernyataan yang diberikan serta memberikan informasi sesuai dengan kondisi saya yang
sebenar-benarnya.
Tertanda
(.....................)
72
72
Bagian I
Petunjuk :
Berilah tanda silang (X) pada kolom yang tersedia, sesuai dengan apa yang Anda
rasakan atau yang sedang Anda alami pada pernyataan dibawah ini. Jawablah secara
terbuka dan jujur sesuai dengan kondisi Anda saat ini.
Contoh :
Saya adalah seseorang yang berpribadi baik.
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai sesuai
Sangat
sesuai
X
1. Saya mampu beradaptasi terhadap perubahan
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai sesuai
Sangat
sesuai
X
2. Saya memiliki hubungan yang dekat dan aman
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai sesuai
Sangat
sesuai
X
3. Saya menyerahkan segala sesuatu kepada takdir atau Tuhan
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai sesuai
Sangat
sesuai
X
X
X
X
X
X
x
x
73
73
4. Saya dapat menghadapi segala sesuatu yang datang
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai sesuai
Sangat
sesuai
X
5. Keberhasilan masa lalu memberikan kepercayaan diri kepada
saya untuk menghadapi tantangan yang baru
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
6. Saya mencoba melihat sisi yang positif dari masalah yang saya
alami
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
7. Mengatasi masalah dapat menguatkan diri saya
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
8. Saya cenderung bangkit kembali setelah mengalami penderitaan
atau sakit
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
9. Sesuatu yang terjadi pasti ada alasannya
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
74
74
10. Saya melakukan usaha yang terbaik untuk segala sesuatu
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
11. Saya dapat mencapai tujuan tujuan saya
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
12. Ketika sesuatu terlihat tidak ada harapan, saya tidak menyerah
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
13. Saya tahu kemana saya harus mencari bantuan
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
14. Saat di bawah tekanan, saya mampu fokus dan berpikir jernih
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
15. Saya lebih memilih untuk menghadapi masalah yang datang
kepada saya
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
75
75
16. Saya tidak mudah terpengaruh dengan kegagalan
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
17. Saya berpikir bahwa diri saya adalah orang yang mampu
menghadapi masalah
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
18. Saya mampu membuat atau menghadapi keputusan yang sulit
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
19. Saya dapat mengatasi perasaan tidak menyenangkan
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
20. Saya bertindak atas firasat
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
76
76
21. Saya memiliki perasaan yang kuat untuk sebuah tujuan
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
22. Saya mampu mengendalikan kehidupan saya
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
23. Saya suka tantangan
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
24. Saya bekerja untuk mencapai tujuan saya
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
25. Saya bangga dengan apa yang telah saya capai
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
77
77
Bagian II
1. Saya tidak banyak menemukan kepuasan saat berdoa kepada
Tuhan
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
2. Saya tidak tahu siapa saya, darimana saya berasal, dan kemana
saya akan pergi
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
3. Saya percaya bahwa Tuhan mencintai dan peduli kepada saya
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
4. Saya merasa bahwa hidup ini merupakan pengalaman yang
positif
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
5. Saya percaya bahwa Tuhan itu jauh dan tidak peduli dengan
situasi yang saya hadapi
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
78
78
6. Saya merasa khawatir dengan masa depan saya
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
7. Saya memiliki hubungan dekat dengan Tuhan
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
8. Saya merasa sangat cukup dan puas dengan kehidupan saya
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
9. Saya tidak banyak mendapatkan kekuatan dan dukungan dari
Tuhan
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
10. Dengan adanya arah yang ditunjukkan oleh Tuhan maka saya
merasa bahagia dan punya tujuan
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai sesuai
Sangat
sesuai
X
11. Saya percaya bahwa Tuhan peduli dengan masalah-masalah saya
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai sesuai
Sangat
sesuai
X
79
79
12. Saya tidak banyak menikmati kehidupan ini
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai sesuai
Sangat
sesuai
X
13. Saya tidak memiliki hubungan yang memuaskan dengan Tuhan
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
14. Saya merasa optimis dengan masa depan saya
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
15. Memiliki hubungan dengan Tuhan membantu saya agar tidak
merasa sendirian
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai sesuai
Sangat
sesuai
X
16. Saya merasa kehidupan ini penuh dengan permasalahan dan
ketidakbahagiaan
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai sesuai
Sangat
sesuai
X
80
80
17. Saya merasa kebutuhan saya akan tercukupi saat saya berdoa
kepada Tuhan
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai sesuai
Sangat
sesuai
X
18. Saya merasa hidup saya tidak berarti
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai sesuai
Sangat
sesuai
X
19. Saya percaya bahwa hubungan saya dengan Tuhan
mempengaruhi kebahagiaan yang saya rasakan
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
20. Saya percaya ada tujuan yang nyata untuk kehidupan saya
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
Mohon untuk memastikan kembali tidak ada jawaban yang terlewat
Terima kasih
82
82
S A
1
A
2
A
3
A
4
A
5
A
6
A
7
A
8
A
9
A1
0
A1
1
A1
2
A1
3
A1
4
A1
5
A1
6
A1
7
A1
8
A1
9
A2
0
A2
1
A2
2
A2
3
A2
4
A2
5
TOT
AL
S1 3 3 5 3 4 5 4 4 5 4 4 4 4 2 2 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 92
S2 3 3 3 4 5 5 3 5 5 5 4 5 4 3 2 3 5 4 3 3 4 4 5 3 2 95
S3 4 5 5 4 5 5 4 4 3 4 4 4 5 5 2 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 100
S4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 3 3 4 4 4 5 5 4 3 4 5 104
S5 3 4 5 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 82
S6 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 3 5 5 3 5 5 4 4 4 3 3 3 5 4 107
S7 4 5 5 5 5 5 4 3 5 4 2 2 5 1 2 2 3 2 3 4 5 4 3 4 4 91
S8 3 4 4 3 4 3 3 5 4 4 3 3 4 2 2 2 2 3 3 3 5 3 3 5 5 85
S9 3 4 5 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 4 76
S10 2 3 4 2 3 3 3 3 3 4 2 2 4 2 2 2 2 3 2 2 3 1 4 2 2 65
S11 4 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 2 2 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 77
S12 3 5 5 4 4 4 5 3 5 5 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 97
S13 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 3 4 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 4 113
S14 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 3 4 3 2 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 5 97
S15 2 3 4 2 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 1 3 4 4 81
S16 3 3 5 3 5 3 3 4 5 5 4 4 4 3 3 2 4 4 3 3 5 5 3 4 5 95
S17 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 92
S18 4 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 104
S19 3 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 3 4 3 2 4 5 3 3 3 5 4 3 4 3 95
S20 3 4 5 3 4 5 4 4 4 4 3 3 4 2 3 3 3 3 2 4 3 3 3 4 4 87
S21 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 122
S22 4 4 5 4 4 4 3 3 4 5 3 4 5 5 5 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 100
S23 3 4 5 4 4 5 5 4 5 4 3 5 4 3 3 5 4 2 2 3 3 3 5 5 5 98
S24 3 5 5 3 4 4 4 4 5 5 4 4 4 2 2 2 3 2 3 3 4 4 2 4 5 90
S25 4 5 5 4 4 4 3 5 4 3 4 5 5 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 5 5 101
S26 4 3 5 3 3 5 5 5 5 5 3 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 5 3 5 5 104
S27 3 3 5 4 5 4 5 5 5 4 4 5 5 2 3 4 5 4 4 3 3 5 5 5 5 105
83
83
S28 4 4 4 4 4 5 5 3 5 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 99
S29 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 2 3 5 4 5 5 114
S30 4 4 5 3 4 5 4 4 5 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 97
S31 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 2 4 3 3 3 4 81
S32 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 2 4 4 5 4 4 109
S33 4 5 5 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 5 84
S34 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 1 4 5 5 5 5 4 5 5 116
S35 2 3 3 2 3 4 3 4 3 5 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 4 67
S36 3 3 4 2 2 3 3 3 4 4 3 3 4 2 2 3 3 3 3 4 4 3 2 5 5 80
S37 3 4 5 3 3 5 5 5 4 4 3 5 4 3 2 3 3 2 4 2 3 2 2 3 2 84
S38 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 3 3 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 98
S39 3 3 4 3 4 5 4 4 4 5 3 5 4 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 88
S40 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 2 3 4 2 2 2 2 2 2 2 4 2 4 4 4 75
S41 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 1 3 3 1 68
S42 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 89
S43 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 3 4 5 4 4 5 118
S44 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 4 4 73
S45 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 90
85
85
S B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B13 B14 B15 B16 B17 B18 B19 B20 TOTAL
S1 5 4 5 4 5 3 4 3 4 4 4 4 4 3 5 3 4 4 4 4 80
S2 4 4 5 3 4 2 3 3 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 3 4 78
S3 4 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 96
S4 4 5 5 5 5 2 5 3 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 4 90
S5 5 4 5 4 5 3 4 3 5 5 5 4 5 3 5 4 5 4 4 4 86
S6 1 5 5 5 5 3 4 3 5 5 5 3 5 3 5 3 5 4 5 4 83
S7 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 1 5 2 5 1 1 2 1 5 5 77
S8 2 4 5 5 5 5 4 2 4 5 5 4 5 5 5 3 4 5 5 5 87
S9 5 5 5 4 5 2 3 3 5 4 4 4 4 4 4 3 4 5 3 3 79
S10 3 5 4 4 5 5 3 2 5 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 76
S11 5 5 5 4 5 3 3 4 5 3 4 3 4 2 4 4 4 5 5 3 80
S12 5 5 5 5 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 2 4 78
S13 5 4 5 5 5 4 3 3 4 5 5 4 4 5 5 3 4 4 4 5 86
S14 4 5 5 5 5 2 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 93
S15 4 4 1 4 4 4 3 1 4 5 5 3 4 4 5 2 4 4 5 4 74
S16 5 5 5 5 5 2 4 4 4 5 5 4 5 5 5 4 5 4 5 5 91
S17 4 5 4 4 5 3 4 4 4 4 5 4 4 3 5 4 4 5 4 4 83
S18 4 4 5 4 5 1 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 82
86
86
S19 3 5 5 5 5 3 3 3 4 5 5 4 4 4 5 4 3 5 5 5 85
S20 4 3 5 4 5 3 3 3 5 4 4 4 3 3 5 4 4 4 4 5 79
S21 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 96
S22 5 4 5 5 5 4 3 2 5 3 5 3 5 3 5 3 3 4 4 4 80
S23 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 99
S24 5 4 5 5 5 4 5 3 5 4 5 4 5 3 5 4 5 4 5 4 89
S25 5 1 5 5 1 1 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 86
S26 4 5 5 5 5 4 4 3 5 4 5 4 5 3 5 3 4 5 5 5 88
S27 4 5 5 5 5 2 5 3 5 5 5 4 5 3 5 4 5 5 5 5 90
S28 4 4 4 4 4 2 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 79
S29 5 5 5 5 5 1 5 3 4 4 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 89
S30 5 5 5 4 5 3 3 3 5 4 5 2 5 4 5 4 4 4 5 5 85
S31 4 5 4 4 5 3 3 3 5 3 3 4 5 3 4 3 3 3 4 4 75
S32 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 97
S33 4 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 2 5 5 5 5 5 5 92
S34 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 96
S35 3 4 3 3 3 5 2 2 4 2 2 4 3 2 3 2 2 3 2 2 56
S36 4 2 5 5 5 4 4 3 5 5 5 3 4 3 5 1 5 3 5 5 81
87
87
S37 2 4 5 4 5 3 4 4 5 5 4 3 4 3 5 4 3 4 5 4 80
S38 4 4 5 5 4 2 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 4 86
S39 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 2 4 2 3 5 3 4 69
S40 4 5 4 4 5 3 3 2 5 3 5 4 4 3 2 4 4 4 2 3 73
S41 5 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 2 4 2 4 2 2 3 2 2 65
S42 5 5 4 4 5 2 4 3 5 4 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 85
S43 5 5 5 5 5 1 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 94
S44 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 71
S45 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 77
89
89
Reliabilitas Resiliensi
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 45 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 45 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized
Items N of Items
,941 ,942 25
90
90
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
1. Saya mampu beradaptasi terhadap
perubahan
3,58 ,812 45
2. Saya memiliki hubungan yang dekat
dan aman
3,96 ,767 45
3. Saya menyerahkan segala sesuatu
kepada takdir atau Tuhan
4,56 ,693 45
4. Saya dapat menghadapi segala sesuatu
yang datang
3,60 ,863 45
5. Keberhasilan masa lalu memberikan
kepercayaan diri kepada saya untuk
menghadapi tantangan yang baru
3,91 ,733 45
6. Saya mencoba melihat sisi yang
positif dari masalah yang saya alami
4,13 ,757 45
7. Mengatasi masalah dapat menguatkan
diri saya
3,98 ,783 45
8. Saya cenderung bangkit kembali
setelah mengalami penderitaan atau
sakit
3,98 ,812 45
9. Sesuatu yang terjadi pasti ada
alasannya
4,31 ,701 45
10. Saya melakukan usaha yang terbaik
untuk segala sesuatu
4,24 ,712 45
11. Saya dapat mencapai tujuan tujuan
saya
3,40 ,751 45
12. Ketika sesuatu terlihat tidak ada
harapan, saya tidak menyerah
3,82 ,886 45
13. Saya tahu kemana saya harus mencari
bantuan
4,02 ,783 45
14. Saat di bawah tekanan, saya mampu
fokus dan berpikir jernih
3,09 1,062 45
15. Saya lebih memilih untuk menghadapi
masalah yang datang kepada saya
2,96 ,976 45
16. Saya tidak mudah terpengaruh dengan
kegagalan
3,40 ,939 45
17. Saya berpikir bahwa diri saya adalah
orang yang mampu menghadapi
masalah
3,58 ,988 45
18. Saya mampu membuat atau
menghadapi keputusan yang sulit
3,27 ,915 45
91
91
19. Saya dapat mengatasi perasaan tidak
menyenangkan
3,36 ,908 45
20. Saya bertindak atas firasat 3,18 ,860 45
21. Saya memiliki perasaan yang kuat
untuk sebuah tujuan
3,73 ,780 45
22. Saya mampu mengendalikan
kehidupan saya
3,53 1,079 45
23. Saya suka tantangan 3,42 ,917 45
24. Saya bekerja untuk mencapai tujuan
saya
3,93 ,780 45
25. Saya bangga dengan apa yang telah
saya capai
4,07 ,963 45
92
92
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
1. Saya mampu
beradaptasi terhadap
perubahan
89,42 174,840 ,678 . ,938
2. Saya memiliki
hubungan yang dekat
dan aman
89,04 178,362 ,541 . ,940
3.Saya menyerahkan
segala sesuatu kepada
takdir atau Tuhan
88,44 179,934 ,518 . ,940
4.Saya dapat
menghadapi segala
sesuatu yang datang
89,40 172,018 ,763 . ,937
5.Keberhasilan masa
lalu memberikan
kepercayaan diri kepada
saya untuk menghadapi
tantangan yang baru
89,09 176,719 ,656 . ,939
6.Saya mencoba melihat
sisi yang positif dari
masalah yang saya
alami
88,87 178,209 ,557 . ,940
7.Mengatasi masalah
dapat menguatkan diri
saya
89,02 176,431 ,625 . ,939
8.Saya cenderung
bangkit kembali setelah
mengalami penderitaan
atau sakit
89,02 175,749 ,634 . ,939
9. Sesuatu yang terjadi
pasti ada alasannya
88,69 178,174 ,608 . ,939
10.Saya melakukan
usaha yang terbaik
untuk segala sesuatu
88,76 179,098 ,548 . ,940
11.Saya dapat mencapai
tujuan tujuan saya
89,60 175,245 ,716 . ,938
93
93
12.Ketika sesuatu
terlihat tidak ada
harapan, saya tidak
menyerah
89,18 174,104 ,648 . ,938
13.Saya tahu kemana
saya harus mencari
bantuan
88,98 177,840 ,555 . ,940
14.Saat di bawah
tekanan, saya mampu
fokus dan berpikir jernih
89,91 169,537 ,701 . ,938
15.Saya lebih memilih
untuk menghadapi
masalah yang datang
kepada saya
90,04 171,225 ,700 . ,938
16.Saya tidak mudah
terpengaruh dengan
kegagalan
89,60 172,018 ,696 . ,938
17.Saya berpikir bahwa
diri saya adalah orang
yang mampu
menghadapi masalah
89,42 174,295 ,566 . ,940
18.Saya mampu
membuat atau
menghadapi keputusan
yang sulit
89,73 174,927 ,590 . ,939
19. Saya dapat
mengatasi perasaan
tidak menyenangkan
89,64 169,143 ,850 . ,936
20.Saya bertindak atas
firasat
89,82 183,331 ,256 . ,943
21.Saya memiliki
perasaan yang kuat
untuk sebuah tujuan
89,27 180,882 ,408 . ,941
22.Saya mampu
mengendalikan
kehidupan saya
89,47 166,845 ,791 . ,936
23.Saya suka tantangan 89,58 176,068 ,540 . ,940
24.Saya bekerja untuk
mencapai tujuan saya
89,07 176,745 ,612 . ,939
25.Saya bangga dengan
apa yang telah saya
capai
88,93 177,609 ,448 . ,941
95
95
Reliabilitas Kesejahteraan Spiritual
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 44 97,8
Excludeda 1 2,2
Total 45 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized
Items N of Items
,853 ,873 20
96
96
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
1.Saya tidak banyak
menemukan kepuasan saat
berdoa kepada Tuhan
4,23 ,937 44
2.Saya tidak tahu siapa saya,
darimana saya berasal, dan
kemana saya akan pergi
4,43 ,846 44
3.Saya percaya bahwa Tuhan
mencintai dan peduli kepada
saya
4,61 ,784 44
4.Saya merasa bahwa hidup ini
merupakan pengalaman yang
positif
4,48 ,628 44
5.Saya percaya bahwa Tuhan
itu jauh dan tidak peduli dengan
situasi yang saya hadapi
4,59 ,948 44
6.Saya merasa khawatir dengan
masa depan saya
2,91 1,197 44
7.Saya memiliki hubungan
dekat dengan Tuhan
3,93 ,846 44
8.Saya merasa sangat cukup
dan puas dengan kehidupan
saya
3,34 ,914 44
9.Saya tidak banyak
mendapatkan kekuatan dan
dukungan dari Tuhan
4,61 ,538 44
10.Dengan adanya arah yang
ditunjukkan oleh Tuhan maka
saya merasa bahagia dan punya
tujuan
4,32 ,740 44
11.Saya percaya bahwa Tuhan
peduli dengan masalah-masalah
saya
4,48 ,876 44
12.Saya tidak banyak
menikmati kehidupan ini
3,98 ,792 44
13.Saya tidak memiliki
hubungan yang memuaskan
dengan Tuhan
4,41 ,693 44
14.Saya merasa optimis dengan
masa depan saya
3,68 ,983 44
97
97
15.Memiliki hubungan dengan
Tuhan membantu saya agar
tidak merasa sendirian
4,50 ,876 44
16.Saya merasa kehidupan ini
penuh dengan permasalahan
dan ketidakbahagiaan
3,73 1,086 44
17.Saya merasa kebutuhan saya
akan tercukupi saat saya berdoa
kepada Tuhan
4,16 ,914 44
18.Saya merasa hidup saya
tidak berarti
4,32 ,829 44
19.Saya percaya bahwa
hubungan saya dengan Tuhan
mempengaruhi kebahagiaan
yang saya rasakan
4,30 ,954 44
20.Saya percaya ada tujuan
yang nyata untuk kehidupan
saya
4,25 ,811 44
98
98
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
1.Saya tidak banyak
menemukan kepuasan
saat berdoa kepada
Tuhan
79,02 77,232 ,135 ,251 ,860
2.Saya tidak tahu siapa
saya, darimana saya
berasal, dan kemana
saya akan pergi
78,82 76,896 ,183 ,631 ,857
3.Saya percaya bahwa
Tuhan mencintai dan
peduli kepada saya
78,64 72,330 ,554 ,623 ,843
4.Saya merasa bahwa
hidup ini merupakan
pengalaman yang
positif
78,77 72,505 ,694 ,806 ,840
5.Saya percaya bahwa
Tuhan itu jauh dan
tidak peduli dengan
situasi yang saya
hadapi
78,66 74,788 ,283 ,686 ,854
6.Saya merasa
khawatir dengan masa
depan saya
80,34 90,369 -,504 ,562 ,895
7.Saya memiliki
hubungan dekat
dengan Tuhan
79,32 69,524 ,715 ,805 ,836
8.Saya merasa sangat
cukup dan puas dengan
kehidupan saya
79,91 71,154 ,541 ,729 ,842
9.Saya tidak banyak
mendapatkan kekuatan
dan dukungan dari
Tuhan
78,64 76,562 ,370 ,579 ,850
10.Dengan adanya arah
yang ditunjukkan oleh
Tuhan maka saya
merasa bahagia dan
punya tujuan
78,93 72,763 ,556 ,700 ,843
99
99
11.Saya percaya bahwa
Tuhan peduli dengan
masalah-masalah saya
78,77 70,784 ,596 ,877 ,840
12.Saya tidak banyak
menikmati kehidupan
ini
79,27 73,133 ,485 ,785 ,845
13.Saya tidak memiliki
hubungan yang
memuaskan dengan
Tuhan
78,84 72,462 ,626 ,723 ,841
14.Saya merasa
optimis dengan masa
depan saya
79,57 70,530 ,535 ,730 ,843
15.Memiliki hubungan
dengan Tuhan
membantu saya agar
tidak merasa sendirian
78,75 71,773 ,525 ,765 ,843
16.Saya merasa
kehidupan ini penuh
dengan permasalahan
dan ketidakbahagiaan
79,52 68,209 ,610 ,869 ,839
17.Saya merasa
kebutuhan saya akan
tercukupi saat saya
berdoa kepada Tuhan
79,09 68,782 ,707 ,762 ,835
18.Saya merasa hidup
saya tidak berarti
78,93 72,530 ,504 ,728 ,844
19.Saya percaya bahwa
hubungan saya dengan
Tuhan mempengaruhi
kebahagiaan yang saya
rasakan
78,95 68,696 ,678 ,789 ,836
20.Saya percaya ada
tujuan yang nyata
untuk kehidupan saya
79,00 70,140 ,702 ,716 ,837
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
83,25 80,331 8,963 20
101
101
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS
ISLAM INDONESIA
Kampus Terpadu, Jl. Kaliurang Km. 14,5 Sleman
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Bapak/Ibu/Saudara/i yang terhormat,
Di sela-sela kesibukan Bapak/Ibu/Saudara/i, perkenankanlah kami menyita waktu
Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuisioner berikut ini. Kuisioner ini diedarkan untuk
kepentingan penelitian tugas akhir yang kami jalani di Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial
Budaya Universitas Islam Indonesia. Semua jawaban tidak ada yang benar/salah dan tidak
ada kaitannya dengan kebijakan apapun, dikarenakan penelitian ini merupakan murni untuk
ilmu pengetahuan. Untuk itu semua jawaban dan identitas yang dituliskan diberikan jaminan
penuh kerahasiaannya sesuai dengan kode etik penelitian ilmiah. Oleh karena itu, sangat
diharapkan Bapak/Ibu/Saudara/i memberikan jawaban sesuai dengan keadaan yang sedang
dirasakan dan sebenar-benarnya dalam mengisi setiap pernyataan yang disajikan. Dengan
harapan penelitian ini dapat membantu atas pemenuhan kebutuhan Bapak/Ibu/Saudara/i
dikemudian hari. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Peneliti,
Lilik Sepriani
102
102
IDENTITAS
Nama (Inisial) :
Jenis Kelamin :
Umur :
Didiagnosis pada umur :
Agama :
Teman Dekat : Ada / Tidak ada
Tinggal bersama : □ Orangtua
□ Sendiri
□ Pasangan
□ Lainnya ………………............
Status : □ Belum menikah
□ Cerai
□ Menikah
□ Lainnya.....................................
Saya menyatakan bahwa dengan sukarela dan penuh kesadaran dalam mengisi setiap
pernyataan yang diberikan serta memberikan informasi sesuai dengan kondisi saya yang
sebenar-benarnya.
Tertanda
(...........................)
103
103
Bagian I
Petunjuk :
Berilah tanda silang (X) pada kolom yang tersedia, sesuai dengan apa yang Anda
rasakan atau yang sedang Anda alami pada pernyataan dibawah ini. Jawablah secara
terbuka dan jujur sesuai dengan kondisi Anda saat ini.
Contoh :
Saya adalah seseorang yang berpribadi baik.
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai sesuai
Sangat
sesuai
X
1. Saya mampu beradaptasi terhadap perubahan
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai sesuai
Sangat
sesuai
X
2. Saya memiliki hubungan yang dekat dan aman
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai sesuai
Sangat
sesuai
X
3. Saya menyerahkan segala sesuatu kepada takdir atau Tuhan
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai sesuai
Sangat
sesuai
X
X
X
X
X
X
x
x
104
104
4. Saya dapat menghadapi segala sesuatu yang datang
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai sesuai
Sangat
sesuai
X
5. Keberhasilan masa lalu memberikan kepercayaan diri kepada saya
untuk menghadapi tantangan yang baru
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
6. Saya mencoba melihat sisi yang positif dari masalah yang saya
alami
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
7. Mengatasi masalah dapat menguatkan diri saya
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
8. Saya cenderung bangkit kembali setelah mengalami penderitaan
atau sakit
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
9. Sesuatu yang terjadi pasti ada alasannya
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
105
105
10. Saya melakukan usaha yang terbaik untuk segala sesuatu
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
11. Saya dapat mencapai tujuan tujuan saya
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
12. Ketika sesuatu terlihat tidak ada harapan, saya tidak
menyerah
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
13. Saya tahu kemana saya harus mencari bantuan
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
14. Saat di bawah tekanan, saya mampu fokus dan berpikir jernih
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
15. Saya lebih memilih untuk menghadapi masalah yang datang
kepada saya
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
106
106
16. Saya tidak mudah terpengaruh dengan kegagalan
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
17. Saya berpikir bahwa diri saya adalah orang yang mampu
menghadapi masalah
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
18. Saya mampu membuat atau menghadapi keputusan yang sulit
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
19. Saya dapat mengatasi perasaan tidak menyenangkan
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
21. Saya memiliki perasaan yang kuat untuk sebuah tujuan
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
22. Saya mampu mengendalikan kehidupan saya
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
107
107
X
23. Saya suka tantangan
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
24. Saya bekerja untuk mencapai tujuan saya
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
25. Saya bangga dengan apa yang telah saya capai
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
Bagian II
3. Saya percaya bahwa Tuhan mencintai dan peduli kepada saya
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
4. Saya merasa bahwa hidup ini merupakan pengalaman yang
positif
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
108
108
7. Saya memiliki hubungan dekat dengan Tuhan
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
8. Saya merasa sangat cukup dan puas dengan kehidupan saya
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
9. Saya tidak banyak mendapatkan kekuatan dan dukungan dari
Tuhan
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
10. Dengan adanya arah yang ditunjukkan oleh Tuhan maka saya
merasa bahagia dan punya tujuan
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai sesuai
Sangat
sesuai
X
11. Saya percaya bahwa Tuhan peduli dengan masalah-masalah saya
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai sesuai
Sangat
sesuai
X
109
109
12. Saya tidak banyak menikmati kehidupan ini
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai sesuai
Sangat
sesuai
X
13. Saya tidak memiliki hubungan yang memuaskan dengan Tuhan
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
14. Saya merasa optimis dengan masa depan saya
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
15. Memiliki hubungan dengan Tuhan membantu saya agar tidak
merasa sendirian
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai sesuai
Sangat
sesuai
X
16. Saya merasa kehidupan ini penuh dengan permasalahan dan
ketidakbahagiaan
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai sesuai
Sangat
sesuai
X
17. Saya merasa kebutuhan saya akan tercukupi saat saya berdoa
kepada Tuhan
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai sesuai
Sangat
sesuai
X
110
110
18. Saya merasa hidup saya tidak berarti
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai sesuai
Sangat
sesuai
X
19. Saya percaya bahwa hubungan saya dengan Tuhan
mempengaruhi kebahagiaan yang saya rasakan
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
20. Saya percaya ada tujuan yang nyata untuk kehidupan saya
Sangat tidak
sesuai
Tidak
sesuai
Cukup
sesuai Sesuai
Sangat
sesuai
X
Mohon untuk memastikan kembali tidak ada jawaban yang terlewat
Terima kasih
113
113
S A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15 A16 A17 A18 A19 A21 A22 A23 A24 A25 TOTAL
S1 3 3 5 3 4 5 4 4 5 4 4 4 4 2 2 3 4 3 3 4 4 3 4 4 88
S2 3 3 3 4 5 5 3 5 5 5 4 5 4 3 2 3 5 4 3 4 4 5 3 2 92
S3 4 5 5 4 5 5 4 4 3 4 4 4 5 5 2 3 4 2 4 4 4 4 4 4 96
S4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 3 3 4 4 4 5 4 3 4 5 99
S5 3 4 5 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 79
S6 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 3 5 5 3 5 5 4 4 3 3 3 5 4 103
S7 4 5 5 5 5 5 4 3 5 4 2 2 5 1 2 2 3 2 3 5 4 3 4 4 87
S8 3 4 4 3 4 3 3 5 4 4 3 3 4 2 2 2 2 3 3 5 3 3 5 5 82
S9 3 4 5 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 4 73
S10 2 3 4 2 3 3 3 3 3 4 2 2 4 2 2 2 2 3 2 3 1 4 2 2 63
S11 4 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 2 2 3 4 4 3 3 3 2 3 3 74
S12 3 5 5 4 4 4 5 3 5 5 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 93
S13 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 111
S14 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 3 4 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 95
S15 2 3 4 2 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 1 3 4 4 78
S16 3 3 5 3 5 3 3 4 5 5 4 4 4 3 3 2 4 4 3 5 5 3 4 5 92
S17 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 88
S18 4 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 100
S19 3 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 3 4 3 2 4 5 3 3 5 4 3 4 3 92
S20 3 4 5 3 4 5 4 4 4 4 3 3 4 2 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 83
S21 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 118
S22 4 4 5 4 4 4 3 3 4 5 3 4 5 5 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 97
S23 3 4 5 4 4 5 5 4 5 4 3 5 4 3 3 5 4 2 2 3 3 5 5 5 95
S24 3 5 5 3 4 4 4 4 5 5 4 4 4 2 2 2 3 2 3 4 4 2 4 5 87
S25 4 5 5 4 4 4 3 5 4 3 4 5 5 4 3 4 4 3 4 3 3 4 5 5 97
114
114
S26 4 3 5 3 3 5 5 5 5 5 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 3 5 5 99
S27 3 3 5 4 5 4 5 5 5 4 4 5 5 2 3 4 5 4 4 3 5 5 5 5 102
S28 4 4 4 4 4 5 5 3 5 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 96
S29 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 3 5 4 5 5 112
S30 4 4 5 3 4 5 4 4 5 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 93
S31 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 79
S32 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 107
S33 4 5 5 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 5 82
S34 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 1 4 5 5 5 4 5 5 111
S35 2 3 3 2 3 4 3 4 3 5 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 4 64
S36 3 3 4 2 2 3 3 3 4 4 3 3 4 2 2 3 3 3 3 4 3 2 5 5 76
S37 3 4 5 3 3 5 5 5 4 4 3 5 4 3 2 3 3 2 4 3 2 2 3 2 82
S38 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 3 3 4 4 2 4 4 4 4 4 4 95
S39 3 3 4 3 4 5 4 4 4 5 3 5 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 86
S40 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 2 3 4 2 2 2 2 2 2 4 2 4 4 4 73
S41 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 1 3 3 1 65
S42 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 86
S43 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 4 5 115
S44 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 4 4 70
S45 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 87
116
116
S B3 B4 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B13 B14 B15 B16 B17 B18 B19 B20 TOTAL
S1 5 4 4 3 4 4 4 4 4 3 5 3 4 4 4 4 63
S2 5 3 3 3 4 5 5 4
5 5 5 5 5 3 4 64
S3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 80
S4 5 5 5 3 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 4 74
S5 5 4 4 3 5 5 5 4 5 3 5 4 5 4 4 4 69
S6 5 5 4 3 5 5 5 3 5 3 5 3 5 4 5 4 69
S7 5 5 5 4 5 5 1 5 2 5 1 1 2 1 5 5 57
S8 5 5 4 2 4 5 5 4 5 5 5 3 4 5 5 5 71
S9 5 4 3 3 5 4 4 4 4 4 4 3 4 5 3 3 62
S10 4 4 3 2 5 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 58
S11 5 4 3 4 5 3 4 3 4 2 4 4 4 5 5 3 62
S12 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 2 4 65
S13 5 5 3 3 4 5 5 4 4 5 5 3 4 4 4 5 68
S14 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 77
S15 1 4 3 1 4 5 5 3 4 4 5 2 4 4 5 4 58
117
117
S16 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 5 4 5 4 5 5 74
S17 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 5 4 4 5 4 4 66
S18 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 68
S19 5 5 3 3 4 5 5 4 4 4 5 4 3 5 5 5 69
S20 5 4 3 3 5 4 4 4 3 3 5 4 4 4 4 5 64
S21 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 80
S22 5 5 3 2 5 3 5 3 5 3 5 3 3 4 4 4 62
S23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 80
S24 5 5 5 3 5 4 5 4 5 3 5 4 5 4 5 4 71
S25 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 78
S26 5 5 4 3 5 4 5 4 5 3 5 3 4 5 5 5 70
S27 5 5 5 3 5 5 5 4 5 3 5 4 5 5 5 5 74
S28 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 65
S29 5 5 5 3 4 4 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 73
S30 5 4 3 3 5 4 5 2 5 4 5 4 4 4 5 5 67
S31 4 4 3 3 5 3 3 4 5 3 4 3 3 3 4 4 58
S32 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 78
118
118
S33 5 5 5 4 5 4 5 4 5 2 5 5 5 5 5 5 74
S34 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 80
S35 3 3 2 2 4 2 2 4 3 2 3 2 2 3 2 2 41
S36 5 5 4 3 5 5 5 3 4 3 5 1 5 3 5 5 66
S37 5 4 4 4 5 5 4 3 4 3 5 4 3 4 5 4 66
S38 5 5 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 4 72
S39 3 4 3 3 3 4 3 3 4 2 4 2 3 5 3 4 53
S40 4 4 3 2 5 3 5 4 4 3 2 4 4 4 2 3 56
S41 4 4 3 2 4 4 4 2 4 2 4 2 2 3 2 2 48
S42 4 4 4 3 5 4 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 68
S43 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 78
S44 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 57
S45 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 63
68
UJI NORMALITAS
Resiliensi
Kesejahteraan Spiritual
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
SKOR_TOTAL_RESILIENS
I
,069 45 ,200* ,988 45 ,929
SKOR_TOTAL_SWB ,072 45 ,200* ,972 45 ,346
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
69
UJI LINIERITAS
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
SKOR_TOTAL_RESILIENSI
* SKOR_TOTAL_SWB
Between
Groups
(Combined) 6614,750 27 244,991 2,384 ,033
Linearity 4291,114 1 4291,114 41,751 ,000
Deviation from
Linearity
2323,636 26 89,371 ,870 ,635
Within Groups 1747,250 17 102,779
Total 8362,000 44
Measures of Association
R R Squared Eta Eta Squared
SKOR_TOTAL_RESILIENSI
* SKOR_TOTAL_SWB
,716 ,513 ,889 ,791
Report
SKOR_TOTAL_RESILIENSI
SKOR_TOTAL_SWB Mean N Std. Deviation
dimension1
56 67,00 1 .
65 68,00 1 .
69 88,00 1 .
71 73,00 1 .
73 75,00 1 .
74 81,00 1 .
75 81,00 1 .
76 65,00 1 .
77 90,50 2 ,707
78 96,00 2 1,414
79 87,33 3 11,504
80 88,25 4 9,946
81 80,00 1 .
82 104,00 1 .
83 99,50 2 10,607
70
85 93,67 3 4,163
86 98,50 4 12,767
87 85,00 1 .
88 104,00 1 .
89 102,00 2 16,971
90 104,50 2 ,707
91 95,00 1 .
92 84,00 1 .
93 97,00 1 .
94 118,00 1 .
96 112,67 3 11,372
97 109,00 1 .
99 98,00 1 .
Total 93,00 45 13,786
72
KORELASI ANTARA KESEJAHTERAAN SPIRITUAL DAN RESILIENSI
Correlations
SKOR_TOTAL_
RESILIENSI
SKOR_TOTAL_
SWB
SKOR_TOTAL_RESILIENSI Pearson Correlation 1 ,716**
Sig. (1-tailed) ,000
N 45 45
SKOR_TOTAL_SWB Pearson Correlation ,716** 1
Sig. (1-tailed) ,000
N 45 45
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).