+ All Categories
Home > Documents > Hukum Sebagai Sarana Dalam Pencapaian Keadilan Di Indonesia

Hukum Sebagai Sarana Dalam Pencapaian Keadilan Di Indonesia

Date post: 07-Apr-2023
Category:
Upload: unhas
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
34
Tugas Kelompok Pendidikan Kewarganegaraan (Hukum Sebagai Sarana dalam Pencapaian Keadilan di Indonesia) Oleh: Kelompok VI Wynaldo Adithias Aries Achmad Dalvin Eka Widyastuti Fitrah Ramadhana [E41114311] [E41114309] [E41114310] [E41114312] 1
Transcript

Tugas Kelompok

Pendidikan Kewarganegaraan(Hukum Sebagai Sarana dalam Pencapaian

Keadilan di Indonesia)

Oleh:

Kelompok VIWynaldo Adithias Aries

Achmad Dalvin

Eka Widyastuti

Fitrah Ramadhana

[E41114311]

[E41114309]

[E41114310]

[E41114312]

1

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS HASANUDDIN

TAHUN 2014/2015KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan

Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunia-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Makalah Pendidikan Kewarganegaraan yang berjudul:

“Hukum sebagai Sarana dalam Pencapaian Keadilan di

Indonesia” ini.

Penulis menyadari bahwa Makalah ini dapat

diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai

pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada segenap pihak yang secara langsung

maupun tidak langsung memberikan kontribusi dalam upaya

penyelesaian Makalah ini.

Dari lubuk hati yang paling dalam, sangat disadari

bahwa Makalah ini masih amat jauh dari kesempurnaan.

Seperti halnya kata pepatah “tak ada gading yang tak

retak”, maka tak ada pula manusia yang tak pernah2

melakukan kesalahan. Karena sesungguhnya kesempurnaan

hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa oleh karena itu,

pemberian kritik serta saran-saran yang membangun

sangat penulis harapkan guna pembaharuan dan perbaikan

lebih lanjut, terutama untuk penulisan kami

selanjutnya.

Makassar, 28

Maret 2015

Kelompok VI

3

DAFTAR ISI

Sampul

Kata Pengantar......................................................................................ii

Daftar Isi...............................................................................................iii

BAB I: PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah........................1

B.Rumusan Masalah...............................1

C.Tujuan .......................................2

BAB II: PEMBAHASAN

A...............................................

gertian Hukum.................................

B...............................................

arah dan Sumber Hukum serta Pembagian Bidang

Hukum di Indonesia............................

C...............................................

gsi Hukum.....................................

D...............................................

na Keadilan (Justice)...........................

E...............................................

nsip-Prinsip Keadilan Di Indonesia............

4

F...............................................

dilan Hukum...................................

BAB III: PENUTUP

A. Kesimpulan....................................16

B. Saran.........................................17

Daftar Pustaka......................................................................................iv

5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa

Negara Indonesia merupakan negara hukum, yang

tentunya memiliki peraturan-peraturan hukum, dengan

sifat yang memaksa seluruh masyarakat atau rakyat

Indonesia untuk patuh akan aturan atau kebijakan-

kebijakan tersebut. Badan penegak hukum pun telah

dibentuk guna mewujudkan Negara kita ini sebagai

Negara yang adil dan makmur. Tetapi, tidak dapat

dipungkiri bahwa di Negara kita masih banyak pula

kesalahan dalam penegakan hukumnya dan masih banyak

pula ketidak adilan dalam pelaksanaan hukum yang

berlaku. Namun, hal itu bukanlah kesalahan dari hukum

yang diterapkan, melainkan keteledoran dari badan

badan pelaksana hukum itu sendiri. Akibatnya, banyak

terjadi pelanggaran-pelanggaran hukum, dan pelanggar-

pelanggar itu seharusnya diadili dan dikenai sanksi

sebagaimana mestinya. Namun pada kenyataannya banyak

yang dibiarkan begitu saja dan hal ini tentunya

membawa dampak yang buruk bagi masa depan Negara ini.

6

Agar terbentuk Negara yang memiliki hukum yang

tegas dan sesuai dengan undang-undang yang berlaku,

Oleh karena itu kali ini kita akan membahas mengenai

hukum sebagai sarana dalam pencapaian keadilan di

Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Hukum dan Keadilan?

2. Bagaimana sejarah dan sumber hukum serta

pembagian bidang hukum di Indonesia?

3. Bagaimana penegakan hukum dalam rangka

mewujudkan keadilan di Indonesia?

C. Tujuan

Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat:

1. Mengetahui apa itu hukum dan keadilan.

2. Mengetahui sejarah hukum dan pembagian bidang-

bidang hukum yang terdapat di Indonesia.

3. Mengetahui proses penegakan hukum dalam rangka

mewujudkan keadilan bagi rakyat Indonesia.

7

4.

8

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum

Pengertian Hukum Menurut Para Ahli:

1. Plato, (dilukiskan dalam bukunya Republik). Hukum

adalah sistem peraturan-peraturan yang teratur dan

tersusun baik yang mengikat masyarakat.

2. Aristoteles, hukum hanya sebagai kumpulan

peraturan yang tidak hanya mengikat masyarakat

tetapi juga hakim. Undang-undang adalah sesuatu

yang berbeda dari bentuk dan isi konstitusi; karena

kedudukan itulah undang-undang mengawasi hakim

dalam melaksanakan jabatannya dalam menghukum

orang-orang yang bersalah.

3. Immanuel Kant, hukum adalah keseluruhan syarat-

syarat yang dengan ini kehendak dari orang yang

satu dapat menyesuaikan dengan kehendak bebas dari

orang lain memenuhi peraturan hukum tentang

Kemerdekaan.

4. Alm. Prof. Dr. Achmad Ali, S.H., M.H. (dalam

bukunya Menguak Tabir Hukum) bahwa Hukum adalah

seperangkat kaidah atau ukuran yang tersusun dalam

suatu sistem yang menentukan apa yang boleh dan

9

tidak boleh dilakukan oleh manusia sebagai warga

dalam kehidupan bermasyarakatnya. Hukum tersebut

bersumber baik dari masyarakat sendiri maupun dari

sumber lain yang diakui berlakunya, oleh otoritas

tertinggi dalam masyarakat tersebut, serta benar-

benar diberlakukan oleh warga masyarakat (sebagai

satu keseluruhan) dalam kehidupannya. Jika kaidah

tersebut dilanggar akan memberikan kewenangan bagi

otoritas tertinggi untuk menjatuhkan sanksi yang

sifatnya eksternal.

B. Sejarah dan Sumber Hukum serta Pembagian Bidang

Hukum di Indonesia

Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem

hukum Eropa, hukum agama, dan hukum adat. Sebagian

besar sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana

berbasis pada hukum Eropa, khususnya dari Belanda

karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang

merupakan wilayah jajahan dengan sebutan Hindia-

Belanda (Nederlandsch-Indie). Hukum agama karena

sebagian besar masyarakat Indonesia menganut Islam,

maka dominasi hukum atau syariat Islam lebih banyak

terutama di bidang perkawinan, kekeluargaan, dan

warisan. Selain itu, di Indonesia juga berlaku sistem

hukum adat yang diserap dalam perundang-undangan atau10

yurisprudensi, yang merupakan penerusan dari aturan-

aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya

yang ada di wilayah nusantara.

Sumber hukum Indonesia adalah segala sesuatu yang

memiliki sifat normatif yang dapat dijadikan tempat

berpijak bagi dan atau tempat memperoleh informasi

tentang sistem hukum yang berlaku di Indonesia.

Sumber hukum di Indonesia adalah:

1. Pancasila

2. Undang-Undang Dasar 1945

3. Undang-Undang

4. Traktat atau Treaty

5. Doktrin atau Pendapat Para Ahli Hukum

Hukum dapat dibagi dalam berbagai bidang, antara

lain:

a. Hukum Pidana (Hukum Publik)

Hukum pidana termasuk pada ranah hukum publik.

Hukum pidana adalah hukum yang mengatur hubungan

antar subjek hukum dalam hal perbuatan-perbuatan

yang diharuskan dan dilarang oleh peraturan

perundang-undangan dan berakibat diterapkannya

sanksi berupa pemidanaan dan/atau denda bagi para

11

pelanggarnya. Hukum pidana terbagi menjadi dua

bagian, yaitu hukum pidana materiil dan hukum

pidana formil. Hukum pidana materiil mengatur

tentang penentuan tindak pidana, pelaku tindak

pidana, dan pidana (sanksi). Di Indonesia,

pengaturan hukum pidana materiil diatur dalam kitab

undang-undang hukum pidana (KUHP). Hukum pidana

formil mengatur tentang pelaksanaan hukum pidana

materiil. Di Indonesia, pengaturan hukum pidana

formil telah disahkan dengan UU nomor 8 tahun 1981

tentang hukum acara pidana (KUHAP).

Dalam hukum pidana dikenal 2 jenis perbuatan

yaitu kejahatan dan pelanggaran.

a) Kejahatan ialah perbuatan yang tidak

hanya bertentangan dengan peraturan perundang -

undangan tetapi juga bertentangan dengan nilai

moral, nilai agama dan rasa keadilan masyarakat.

Pelaku pelanggaran berupa kejahatan mendapatkan

sanksi berupa pemidanaan, contohnya mencuri,

membunuh, berzina, memperkosa dan sebagainya.

b) Sedangkan pelanggaran ialah perbuatan

yang hanya dilarang oleh peraturan perundangan

namun tidak memberikan efek yang tidak

berpengaruh secara langsung kepada orang lain,12

seperti tidak menggunakan helm, tidak menggunakan

sabuk pengaman dalam berkendaraan, dan

sebagainya.

b. Hukum Perdata

Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan

kewajiban yang dimiliki pada subyek hukum dan

hubungan antara subyek hukum. Hukum perdata disebut

pula hukum privat atau hukum sipil sebagai lawan

dari hukum publik. Jika hukum publik mengatur hal-

hal yang berkaitan dengan negara serta kepentingan

umum (misalnya politik dan pemilu (hukum tata

negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum

administrasi atau tata usaha negara), kejahatan

(hukum pidana), maka hukum perdata mengatur

hubungan antara penduduk atau warga negara sehari-

hari, seperti misalnya kedewasaan seseorang,

perkawinan, perceraian, kematian, pewarisan, harta

benda, kegiatan usaha dan tindakan-tindakan yang

bersifat perdata lainnya.

Hukum perdata di Indonesia didasarkan pada

hukum perdata di Belanda, khususnya hukum perdata

Belanda pada masa penjajahan. Bahkan Kitab Undang-

undang Hukum Perdata (dikenal KUHPer.) yang berlaku

13

di Indonesia tidak lain adalah terjemahan yang

kurang tepat dari Burgerlijk Wetboek (atau dikenal

dengan BW) yang berlaku di kerajaan Belanda dan

diberlakukan di Indonesia (dan wilayah jajahan

Belanda) berdasarkan asas konkordansi.

Untuk Indonesia yang saat itu masih bernama

Hindia-Belanda, BW diberlakukan mulai 1859. Hukum

perdata Belanda sendiri disadur dari hukum perdata

yang berlaku di Perancis dengan beberapa

penyesuaian.

Kitab undang-undang hukum perdata (disingkat

KUHPer) terdiri dari empat bagian yaitu :

Buku I tentang Orang;

Buku II tentang Kebendaan;

Buku III tentang Perikatan;

Buku IV tentang Daluarsa dan Pembuktian;

c. Hukum Acara

Untuk tegaknya hukum materiil diperlukan hukum

acara atau sering juga disebut hukum formil. Hukum

acara merupakan ketentuan yang mengatur bagaimana

cara dan siapa yang berwenang menegakkan hukum

materiil dalam hal terjadi pelanggaran terhadap

hukum materiil. Tanpa hukum acara yang jelas dan14

memadai, maka pihak yang berwenang menegakkan hukum

materiil akan mengalami kesulitan menegakkan hukum

materiil. Untuk menegakkan ketentuan hukum materiil

pidana diperlukan hukum acara pidana, untuk hukum

materiil perdata, maka ada hukum acara perdata.

Sedangkan, untuk hukum materiil tata usaha negara,

diperlukan hukum acara tata usaha negara.

Tegaknya supremasi hukum itu sangat tergantung

pada kejujuran para penegak hukum itu sendiri yang

dalam menegakkan hukum diharapkan benar-benar dapat

menjunjung tinggi kebenaran, keadilan, dan

kejujuran. Para penegak hukum itu adalah hakim,

jaksa, polisi, advokat, dan petugas Lembaga

Pemasyarakatan. Jika kelima pilar penegak hukum ini

benar-benar menegakkan hukum itu dengan menjunjung

tinggi nilai-nilai yang telah disebutkan di atas,

maka masyarakat akan menaruh respek yang tinggi

terhadap para penegak hukum. Dengan semakin

tingginya respek itu, maka masyarakat akan terpacu

untuk menaati hukum.

d. Hukum Tata Negara

Hukum tata negara adalah hukum yang mengatur

tentang negara, yaitu antara lain dasar pendirian,

struktur kelembagaan, pembentukan lembaga-lembaga15

negara, hubungan hukum (hak dan kewajiban) antar

lembaga negara, wilayah dan warga negara. Hukum

tata negara mengatur mengenai negara dalam keadaan

diam artinya bukan mengenai suatu keadaan nyata

dari suatu negara tertentu (sistem pemerintahan,

sistem pemilu, dll dari negara tertentu) tetapi

lebih pada negara dalam arti luas. Hukum ini

membicarakan negara dalam arti yang abstrak.

e. Hukum Tata Usaha (Administrasi) Negara

Hukum tata usaha (administrasi) negara adalah

hukum yang mengatur kegiatan administrasi negara.

Yaitu hukum yang mengatur tata pelaksanaan

pemerintah dalam menjalankan tugasnya. Hukum

administarasi negara memiliki kemiripan dengan

hukum tata negara.kesamaanya terletak dalam hal

kebijakan pemerintah ,sedangkan dalam hal perbedaan

hukum tata negara lebih mengacu kepada fungsi

konstitusi/hukum dasar yang digunakan oleh suatu

negara dalam hal pengaturan kebijakan

pemerintah,untuk hukum administrasi negara dimana

negara dalam "keadaan yang bergerak". Hukum tata

usaha negara juga sering disebut HTN dalam arti

sempit.

f. Hukum Agraria

16

Hukum Agraria yang dimiliki oleh dan berlaku bagi

masyarakat Indonesia tercantum dalam Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria,

yang diundang-undangkan pada tanggal 24 September

1960. Diberlakukannya undang-undang tersebut dengan

penamaan Hukum Agraria merupakan perluasan konsep

agrarian yang jauh lebih luas dari hukum tanah.

g. Hukum Adat

Hukum Adat adalah sistem aturan yang berlaku

dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang berasal

dari kebiasaan, yang secara turun temurun dihormati

dan ditaati oleh masyarakat sebagai tradisi bangsa

Indonesia.

h. Hukum Islam

Aceh merupakan satu-satunya provinsi yang

banyak menerapkan hukum Islam melalui Pengadilan

Agama, sesuai pasal 15 ayat 2 Undang-Undang RI No.

4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman yaitu :

Peradilan Syariah Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darrussalam

merupakan pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan agama

sepanjang kewenangannya menyangkut kewenangan peradilan

agama, dan merupakan pengadilan khusus dalam lingkungan

peradilan umum sepanjang kewenangannya menyangkut

kewenangan peradilan umum.

17

C. Fungsi Hukum

Secara umum hukum mempunyai arti  himpunan

peraturan yang dibuat oleh yang berwenang dengan

tujuan untuk mengatur tata kehidupan bermasyarakat

yang mempunyai ciri memerintah dan melarang serta

mempunyai sifat memaksa dengan menjatuhkan sanksi

hukuman bagi yang melanggarnya. Untuk mencapai

tujuannya, hukum harus difungsikan menurut fungsi-

fungsi tertentu.

Fungsi Hukum Menurut beberapa Tokoh Indonesia

Menurut pendapat Soedjono Dirjosisworo

1. Fungsi hukum sebagai alat ketertiban dan

ketentraman masyarakat.

2. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan.

3. Sarana penggerak pembangunan.

4. Fungsi kritis dari hukum bahwa daya kerja

hukum tidak semata-mata melakukan pengawasan

kepada aparatur pengawas, aparatur pemerintah dan

aparatur penegak hukumnya.

Menurut Sunaryati Hartono

1. Hukum sebagai pemeliihara ketertiban dan

keamanan.

2. Sebagai sarana pembangunan.

18

3. Sarana penegak keadilan.

4. Sarana pendidikan kepada masyarakat.

Seminar hukum Nasional IV (Badan Pembinaan Hukum

Nasional, 1980:61) menyatakan bahwa fungsi dan

peranan hukum dalam pembangunan ialah:

1. Sebagai pengatur, penertib dan pengawas

kehidupan masyarakat.

2. Penegak keadilan dan pengayom warga

masyarakat.

3. Penggerak dan pendorong pembangunan dan

perubahan menuju masyarakat yang dicita-citakan.

4. Pengaruh masyarakat pada nilai-nilai yang

mendukung usaha pembangunan.

5. Penjamin keseimbangan dan keserasian yang

dinamis dalam masyarakat yang mengalami perubahan

cepat Faktor integrasi antara berbagai sub sistem

budaya bangsa.

Secara umum Hukum memiliki fungsi, yakni:

(1) Hukum sebagai sarana pemeliharaan ketertiban

dan keamanan.

Tujuan pokok dari hukum apabila hendak direduksi

pada satu hal saja, adalah ketertiban (order).

Ketertiban adalah tujuan pokok dan pertama dari

segala hukum. Kebutuhan terhadap ketertiban adalah

19

syarat pokok (fundamental) bagi adanya suatu

masyarakat manusia yang teratur.

(2) Hukum sebagai sarana pembangunan.

Pembinaan bidang hukum harus mampu mengarahkan dan

menampung kebutuhan–kebutuhan hukum menurut

tingkat kemajuan pembangunan di segala bidang

sehingga tercapai ketertiban dan kepastian hukum

sebagai prasarana ke arah peningkatan pembinaan

kesatuan bangsa, sekaligus berfungsi sebagai

sarana pembangunan yang menyeluruh. Ini berarti

pembangunan hukum itu perlu dilakukan sedemikian

rupa, sehingga mampu menciptakan suatu sistem

hukum pembangunan nasional, yang tidak hanya mampu

mempertahankan keutuhan negara dan kesatuan

bangsa, akan tetapi bahkan mampu memakukan

kesejahteraan umum.

(3) Hukum sebagai sarana penegakan keadilan

Keadilan adalah pengakuan dan perlakuan yang

seimbang antara hak dan kewahiban. Jadi, keadilan

pada pokoknya terletak pada keseimbangan atau

keharmonisan antara menuntut hak dan menjalankan

kewajiban. Hukum sangat erat hubunganya dengan

keadilan. Bahkan ada orang yang berpandangan hukum

harus digabungkan dengan keadilan, supaya sungguh-

20

sungguh berarti sebagai hukum dalam menggunakan

kata ius untuk menandakan hukum yang sejati. Hukum

merupakan bagian usaha manusia menciptakan suatu

ko-eksistensi etis di dunia ini. Hanya melalui

suatu tata hukum yang adil orang-orang dapat hidup

dengan damai menuju kesejahteraan jasmani maupun

rohani. Begitu pula rule of law yang terutama

diterapkan pada sistem hukum anglo saxon mempunyai

latar belakang yang sama juga yakni cita-cita akan

keadilan.

(4) Hukum sebagai sarana pendidikan masyarakat.

Untuk memenuhi fungsi hukum sebagai sarana

pendidikan masyarakat, maka norma-norma hukum yang

akan dibentuk harus dapat memperhatikan keadaan

yang beraneka warna di dalam kenyataan dan

pebentuk hukum harus menemukan norma-norma hukum

yang tepat bagi kebutuhan masyarakat masing-

masing.

D. Makna Keadilan (Justice)

Dengan menyatakan bahwa tujuan hukum itu untuk

mewujudkan keadilan semata-mata masih jauh lebih

mudah ketimbang menjawab pertanyaan, tentang apa yang

dimaksud keadilan. Adil itu bagaimana dan yang tidak

adil itu bagaimana?

21

Pertanyaan tersebut di atas menunjukkan bahwa

kita sendiri meragukan pandangan yang menyatakan

bahwa tujuan hukum adalah semata-mata untuk keadilan.

Sebab, keadilan itu sendiri adalah sesuatu yang

abstrak, subjektif karena keadilan bagaimanapun

menyangkut nilai etis yang dianut masing-masing

individu.

Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak definisi

tentang keadilan yang pernah dikemukakan oleh pakar,

akan tetapi definisi-definisi itu berbeda satu sama

lain. Di dalam berbagai literatur, bertebaran

definisi mmaupun ungkapan dan kalimat bijak tentang

makna atau wujud keadilan (justice).

Berikut merupakan beberapa definisi keadilan

menurut beberapa ahli:

⌘ Aristoteles

“Justice is a political virtue, by the rules of it, the state is regulated

and these rules the criterion of what is right”. Jadi Keadilan

menurut Aristoteles adalah kelayakan tindakan

manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah

antara dua ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu

sedikit. Kedua ekstrem melibatkan dua orang atau

benda. Ketika dua orang telah punya kesamaan dalam

ukuran yang telah ditetapkan, maka setiap orang

22

harus mendapatkan objek atau hasil yang sama, jika

tidak sama, maka masing-masing orang akan menerima

bagian yang tidak sama, sedangkan proporsi

pelanggaran terjadap disebut tidak adil.

⌘ Kamus Besar Bahasa Indonesia

Kata keadilan berasal dari kata “adil”, memiliki

arti kejujuran, ketulusan, dan keikhlasan. Jadi

keadilan yang menyiratkan sebagai hal yang tidak

berat sebelah atau tidak memihak dan tidak

sewenang-wenang.

⌘ W.J.S. Poerwodarminto 

Kata adil berarti tidak berat sebelah, harus tidak

ada kesewenang-wenangan dan tidak memihak. Jadi,

keadilan pada dasarnya memperlakukan seseorang atau

pihak lain sesuai dengan hak-hak mereka.

Dari berbagai definisi di atas, sangat tampak

beraneka ragamnya pemahaman tentang makna keadilan.

Ada yang memberikan pandangan bahwa keadilan

merupakan pembenaran bagi pelaksanaan hukum, yang

diperlawankan dengan kesewenag-wenangan. Sebagin

pula, meyakini bahwa yang dimaksud ‘keadilan’ adalah

kelayakan. Keadilan yang sempurna itu tidak pernah

ada, yang ada hanyalah sekadar pencapaian keadilan

dalam kadar tertentu.

23

Menurut Alm. Prof. Dr. Achmad Ali, S.H., M.H.

dalam bukunya Menguak Teori Hukum dan Teori

Peradilan, mengatakan bahwa: “saya sendiri jelas

tidak mendukung pendapat yang menyatakan bahwa hukum

hanyalah semata-mata untuk mewujudkan keadilan karena

bagaimanapun, nilai keadilan selalu subjektif dan

abstrak”.

Sama halnya dengan konsep hukum yang abstrak,

maka demikian pula konsep tentang keadilan merupakan

konsep abstrak dan bersifat subjektif, sesuai nilai

yang dianut oleh masing-masing individu dan

masyarakat.

E. Prinsip Keadilan di Indonesia

Di Indonesia, prinsip-prinsip keadilan secara

formal tertera dalam pembukaan UUD 1945 yakni:

1. bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak

segala bangsa,… karena tidak sesuai dengan peri

kemanusiaan dan ‘peri keadilan’;

2. ,…kemerdekaan Indonesia, yang merdeka, bersatu,

berdaulat, ‘adil’ dan makmur;

3. Untuk memajukan kesejahteraan umum,… dan

‘keadilan sosial’.

4. …. Kemanusiaan yang adil dan beradab;

24

5. Serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sedangkan, penjabaran prinsip-prinsip keadilan

secara formal termuat dalam pasal-pasal UUD 1945,

yaitu:

1. Pasal 1 ayat 3: Negara Indonesi adalah Negara

hukum.

2. Pasal 24 ayat 1: Kekuasaan kehakiman

merupakan kekuasaan yang merdeka untuk

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan

hukum dan keadilan.

3. Pasal 27 ayat 1: Segala warga Negara

bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan

pemerintahan, serta wajib menjunjung hukum dan

pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

4. Pasal 28 D ayat 1: Setiap orang berhak atas

pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian

hukum yang adil serta perlakuan yang adil di

muka hukum.

5. Pasal 28 D ayat 2: Setiap orang berhak untuk

bekerja dan mendapat imbalan dan perlakuan yang

adil dan layak dalam hubungan kerja.

F. Keadilan Hukum

25

Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara

moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda

atau orang. Menurut sebagian besar teori, keadilan

memiliki tingkat kepentingan yang besar. Kebanyakan

orang percaya bahwa ketidakadilan harus dilawan dan

dihukum, dan banyak gerakan sosial dan politis di

seluruh dunia yang berjuang menegakkan keadilan.

Tapi, banyaknya jumlah dan variasi teori keadilan

memberikan pemikiran bahwa tidak jelas apa yang

dituntut dari keadilan dan realita ketidakadilan,

karena definisi apakah keadilan itu sendiri tidak

jelas. keadilan intinya adalah meletakkan segala

sesuatunya pada tempatnya.

Keadilan hukum itu cukup sederhana, yaitu apa

yang sesuai dengan hukum dianggap adil sedang yang

melanggar hukum dianggap tidak adil. Jika terjadi

pelanggaran hukum, maka harus dilakukan pengadilan

untuk memulihkan keadilan. Dalam hal terjadinya

pelanggaran pidana atau yang dalam bahasa sehari-hari

disebut “kejahatan” maka harus dilakukan pengadilan

yang akan melakukan pemulihan keadilan dengan

menjatuhkan hukuman kepada orang yang melakukan

pelanggaran pidana atau kejahatan tersebut. Hukum

Indonesia dinilai belum mampu memberikan keadilan26

kepada masyarakat yang tertindas. Justru sebaliknya,

hukum menjadi alat bagi pemegang kekuasaan untuk

bertindak semena-mena.

Equality before the law. Suatu kata yang selalu

diajarkan pada bangku kuliah fakultas hukum di

seluruh Indonesia atau bahkan seluruh dunia.

Persamaan di depan hukum setidaknya merupakan

gambaran betapa hukum menempatkan setiap orang siapa

pun dia, dari mana pun dia, dan berlatar belakang apa

pun dia, harus ditempatkan dalam kedudukan yang sama

di hadapan hukum.

ASAS persamaan di hadapan hukum itulah yang

menjadikan hukum sebagai sarana pencapaian keadilan.

Adanya persamaan itulah, maka hukum itu harus ditaati

oleh siapa pun karena hanya lewat hukum akan ada

ketertiban, ketenteraman, dan keadilan.

Namun, potret penegakan hukum Indonesia kini

telah berada pada titik yang tidak lagi berada pada

timbangan keseimbangan, bak pedang bermata satu yang

tumpul di atas namun amat tajam di bawah. Betapa

tidak, akhir-akhir ini kita banyak dapatkan fenomena

hukum di negeri Indonesia yang secara tegas

konstitusinya menyebutkan sebagai negara hukum dalam

27

artian segala bentuk tindakan manusianya harus

dilandaskan oleh hukum. Namun, ternyata fenomena-

fenomena yang ada menggabarkan betapa hukum hanya

berlaku sepihak di Indonesia.

Sebuah tayangan televisi akhir-akhir ini secara

gamblang memaparkan kepada masyarakat bagaimana hukum

itu berjalan di tangan-tangan para malaikat dunia

yang seenakanya saja memainkan dan menentukan nasib

seseorang. Jelas para penegak hukum bukan malaikat

apalagi Tuhan, sehingga kesalahan adalah suatu hal

yang wajar atau bahkan suatu takdir yang tak mungkin

dapat dihindari. Tapi, apakah kesalahan yang

berlangsung secara terus-menerus itu juga takdir?

Dalam tayangan televisi tersebut dipaparkan

betapa kasus seorang Jaksa Esther yang secara

terbukti bersalah menjual barang bukti berupa pil

ekstasi yang juga merupakan barang bukti sejumlah

lebih dari 300 butir hanya divonis oleh majelis hakim

satu tahun penjara. Sedangkan di sisi lain sebagai

bahan perbandingan ada seorang sopir yang kedapatan

membawa satu pil ekstasi divonis majelis hakim 4

tahun penjara. Inikah keadilan yang dijanjikan hukum

di negeri ini. Ini hanya satu kasus dari ratusan

28

kasus atau bahkan ribuan kasus yang tidak terekspos

media. Bagaimana para pelaku hukum bisa menjelaskan

keadilan jika posisi hukum diibaratkan sebagai pedang

yang bermata satu?

Betapa tidak, tiga ratus pil ekstasi dan satu pil

ekstasi bisa diberikan hukuman lebih berat untuk yang

satu pil ekstasi. Padahal, secara jelas penjual 300

pil ekstasi adalah seorang penegak hukum yang

seharusnya menyandang gelar terhormat dan integritas

yang harus menjadi panutan masyarakat. Sehingga layak

bagi hakim menjatuhkan hukuman seberat-beratnya

karena secara pribadi ia adalah orang yang tahu

hukum.

Dalam tayangan tersebut, salah seorang majelis

hakim menjelaskan pertimbangannya menjatuhkan vonis

satu tahun. Ia menyatakan bahwa jaksa Esther

terpeleset alias tidak sengaja menjual ekstasi.

Sungguh pertimbangan hukum yang menyedihkan.

Sedangkan untuk kasus sopir yang membawa satu pil

ekstasi tidak pernah ada pertimbangan terpeleset atau

tidak. Padahal, jaksa Esther jika ditelusuri mendalam

selain menjual ekstasi, dia juga mencuri barang

bukti. Artinya, ada dua tindak pidana yang ia

lakukan. Selain itu, dia juga menjual kepada oknum29

kepolisian. Sehingga dari rangkaian tersebut, efek

jera dari putusan pengadilan adalah suatu hal yang

mutlak agar institusi penegak hukum dapat dan mau

mengoreksi dan memperbaiki citranya yang sudah hancur

berantakan di mata masyarakat.

Seharusnya penegak hukum harus bersikap adil

kepada semua masyarakat tanpa membeda bedakan dia itu

“masyarakyat biasa” atau “orang penting” di negeri

ini. Dengan melihat apa kesalahannya yang dibuat dan

dihukum sesuai dengan peraturan yang ada dengan adil,

bukannya malah kasus yang lebih ringan dihukum lebih

berat daripada kasus berat dihukumnya ringan.

Integrated is not negotiable (integritas adalah suatu

hal yang tidak bisa dinegosiasikan) sebuah ungkapan

yang harus selalu dijunjung para penegak hukum kini

hanya tinggal kenangan dan berganti menjadi

integrated is must negotiable (integritas adalah hal

yang harus di negosiasikan). Ketika integritas tidak

lagi menjadi bagian dari penegakan hukum di

Indonesia, keadilan jelas bukan lagi monopoli hukum

di negeri ini.

30

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Alm. Prof. Dr. Achmad Ali, S.H., M.H. (Dalam

bukunya Menguak Tabir Hukum) bahwa hukum adalah

seperangkat kaidah atau ukuran yang tersusun dalam

suatu sistem yang menentukan apa yang boleh dan tidak

boleh dilakukan oleh manusia sebagai warga dalam

kehidupan bermasyarakatnya. Hukum tersebut bersumber

baik dari masyarakat sendiri maupun dari sumber lain

yang diakui berlakunya, oleh otoritas tertinggi dalam

masyarakat tersebut, serta benar-benar diberlakukan

oleh warga masyarakat (sebagai satu keseluruhan)

dalam kehidupannya. Jika kaidah tersebut dilanggar

akan memberikan kewenangan bagi otoritas tertinggi

untuk menjatuhkan sanksi yang sifatnya eksternal.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia: Kata Keadilan

Berasal Dari Kata “Adil”, Memiliki Arti Kejujuran,

Ketulusan, Dan Keikhlasan. Jadi Keadilan Yang

Menyiratkan Sebagai Hal Yang Tidak Berat Atau Tidak

Memihak Dan Tidak Sewenang-wenang.

Hukum di Indonesia terbagi atas beberapa bidangyakni:

31

• Hukum Pidana

• Hukum Perdata

• Hukum Kenegaraan

• Hukum Agraria

• Hukum Adat

• Hukum Islam

Fungsi hukum, yaitu:

1. Hukum sebagai Sarana Pemeliharaan Ketertiban

Dan Keamanan.

2. Hukum sebagai Sarana Pembangunan.

3. Hukum sebagai Sarana Penegakan Keadilan.

4. Hukum sebagai Sarana Pendidikan Masyarakat.

Keadilan hukum dapat diartikan, yaitu apa yang

sesuai dengan hukum dianggap adil sedangkan yang

melanggar hukum dianggap tidak adil. Jika terjadi

pelanggaran hukum, maka harus dilakukan pengadilan

untuk memulihkan keadilan.

B. Saran

Dalam Makalah ini, penulis meyadari masih banyak

kesalahan terutama dari segi penulisan. Oleh karena

itu, kami selaku penulis mengharapkan adanya

penyampaian kritik maupun saran yang membangun agar

penulis dapat melakukan perbaikan pada makalah ini

maupun pada penulisan-penulisan selanjutnya.

Diharapkan pula penegakan hukum dapat dilakukan

32

dengan sebaik-baiknya agar keadilan di Indonesia bisa

tercapai.

33

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Achmad. 2011. Menguak Tabir Hukum. Bogor: GhaliaIndonesia.

Ali, Achmad. 2012. Menguak Teori Hukum (Legal Theory) danTeori Peradilan (Judicalprudence): Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence). Vol. 1. Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group.

Bisri, Ilhami. 2011. Sistem Hukum Indonesia. Jakarta:Rajawali Pers.

http://irfansanjayabakti.blogspot.com/2014/06/hukum-sebagai-pencapaian-keadilan.html

http://hukum-on.blogspot.com/2012/06/pengertian-hukum-menurut-para-ahli.html

34


Recommended