+ All Categories
Home > Documents > Ijarah Muntahiya Bit Tamlik

Ijarah Muntahiya Bit Tamlik

Date post: 20-Feb-2023
Category:
Upload: uinsby
View: 1 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
27
BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah Munculnya Kartu Kredit Awal mula muncul kartu kredit, ketika seorang pengusaha besar di New York Amerika Serikat tahun 1950 sedang menjamu atau bahasa gaulnya “mentlaktir“ teman-temanya di sebuah restoran. Ketika selesai perjamuan, ketika tagihan datang dari pegawai restoran, pengusaha besar itu sangat terkejut dan “grogi” ketika mengambil dompetnya tidak ada atau tertinggal (tidak terbawa). Dalam keadaan panik pengusaha besar tersebut, terpaksa meninggalkan semacam kartu identitas sebagai jaminan kepada pihak Restoran. 3 Berdasarkan kejadian yang tidak disengaja itu, pengusaha menjadi malu dan akhirnya terbesit sebuah ide atau gagasan yang cemerlang untuk melakukan pembayaran dengan menggunakan alat yang sederhana semacam kartu yang dapat menggantikan uang 3 Ibid, 18. 4
Transcript

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Munculnya Kartu Kredit

Awal mula muncul kartu kredit, ketika seorang

pengusaha besar di New York Amerika Serikat  tahun

1950 sedang menjamu atau bahasa gaulnya “mentlaktir“

teman-temanya di sebuah restoran. Ketika selesai

perjamuan, ketika tagihan datang dari pegawai

restoran, pengusaha besar itu sangat terkejut dan

“grogi” ketika mengambil dompetnya tidak ada atau

tertinggal (tidak terbawa). Dalam keadaan panik

pengusaha besar tersebut, terpaksa meninggalkan

semacam kartu identitas sebagai jaminan kepada pihak

Restoran.3

Berdasarkan kejadian yang tidak disengaja itu,

pengusaha menjadi malu dan akhirnya terbesit sebuah

ide atau gagasan yang cemerlang untuk

melakukan  pembayaran dengan menggunakan alat yang

sederhana semacam kartu yang dapat menggantikan uang3 Ibid, 18.

4

5

tunai. Akhirnya pada tahun 1950 kartu kredit mulai

dipasarkan sebagai alat pembayaran dan pengganti

uang tunai.4

Kartu Kredit (Credit Card) adalah kartu yang

diterbitkan oleh Bank atau lembaga lain yang

mengizinkan bagi pemilik (pemegang) kartu untuk

mendapatkan kebutuhannya dengan cara pinjaman. Kartu

Kredit Syari’ah dalam bahasa Arab dikenal dengan

“Bithaqah al-Iqrad”, istilah ini lebih tepat,

karena al-iqrad adalah sistem hutang  pihutang yang

sejak proses persyaratan sampai pelunasan

pinjaman  dibangun berdasarkan syari’ah.5

B. Pengertian Kartu Kredit Syariah

Kartu kredit sering disebut dengan credit card

(bahasa Inggris) yang berarti kartu kredit, dimana

dalam kamus bahasa Indonesia kartu berarti kertas

4 Ibid.5 Abdul Wahab Ibrahim Abu Sulaiman, Banking Card Syari’ah Kartu

Kredit  dan Debit dalam Perspektif Fiqh, terj. Aldi Novia, (Jakarta : PTRaja Grafindo Persada, 2006), 4.

6

tebal yang segi empat bangunnya dan kredit adalah

pinjaman.6 Sedangkan dalam bahasa Arab kartu kredit

sering disebut dengan bithaqah i’timan atau bithaqah al-

iqrad. Bithaqah dalam kamus bahasa Arab berarti

kertas/kartu, i’timan secara bahasa berarti kondisi

aman dan saling percaya, dan iqradh dalam bahasa Arab

berarti peminjaman.7 Dalam Islamic Finance kartu kredit

dikenal dengan istilah islamic card atau syariah card

yang berarti kartu kredit syariah.

Kartu kredit merupakan salah satu jenis dari

kartu plastik yang dikeluarkan oleh bank. Kartu

plastik adalah kartu yang diterbitkan oleh bank atau

otoritas keuangan tertentu yang dapat digunakan

sebagai alat pembayaran atas transaksi barang atau

jasa atau menjamin keabsahan cek yang dikeluarkan

disamping untuk melakukan penarikan tunai.

Berdasarkan fungsinya, kartu plastik dapat

6 S. Wojowasito, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Malang: CV.Pengarang, 1999), 154-194

7 Munawir AF dan Adib Bisri, Kamus Al-Bisri: Indonesia-Arab Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Prograssif, 1999), 36-265.

7

digolongkan sebagai berikut: credit card, charge card dan

debit card.8

Dalam kamus Oxford, kata credit bermakna: Card

allowing the holder to buy goods on credit,9kartu yang yang

mengizinkan pemiliknya untuk mendapatkan

kebutuhannya dengan cara pinjaman.

Sementara menurut Gemala Dewi dalam bukunya

“Hukum Perikatan Islam di Indonesia”, dikatakan

bahwa:

“ Kartu kredit adalah suatu jenis alat pembayaran sebagaipengganti uang tunai yang sewaktu-waktu dapat ditukarkanapa saja yang kita inginkan dimana saja dan cabang yangdapat menerima kartu kredit dari bank atau perusahaan yangmengeluarkannya”.10

Menurut Daeng Naja:

“ Credit card adalah kartu yang dapat digunakan sebagai alatpembayaran yang pelunasan tagihannya dapat dilakukansecara bertahap atau dicicil, kepada pemegang kartu diberikankredit yang jumlahnya dibatasi. Credit limit biasanya bervariasitergantung kepada kemampuan finansial pemegang kartu, dankepercayaan pihak penerbit. Saat tagihan datang, pemegang

8 Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqih Muamalah, (Yoyakarta:Pustaka Pelajar, 2008), 280-281.

9 Oxford Leaner’s Pocket Dictionary, (New York: Oxford UniversityPress, 2008), 104.

10 Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta:Prenada Media, 2005), 214.

8

kartu diwajibkan membayar jumlah tertentu (minimumpayment) dan sisanya akan dikenakan bunga yang besarnyatelah ditentukan oleh penerbit ”.11

Pengertian yang lebih rinci dari kartu kredit

ini adalah uang plastik yang diterbitkan oleh suatu

institusi yang memungkinkan pemegang kartu untuk

memperoleh kredit atas transaksi yang dilakukannya

dan pembayarannya dapat dilakukan secara angsuran

dengan membayar sejumlah bunga (finance charge) atau

sekaligus pada waktu yang telah ditentukan.12

Dari beberapa pengertian di atas dapat

disimpulkan bahwa kartu kredit syariah adalah jenis

kartu yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran

transaksi jual beli barang atau jasa, dimana

pelunasan atau pembayarannya dapat dilakukan

sekaligus atau dengan cara mencicil sejumlah minimum

tertentu, dan hubungan hukum antara para pihak

berdasarkan prinsip syariah. Kartu kredit dapat

dibagi menjadi tiga bagian:

11 Daeng Naja, Legal Audit Operasional Bank, (Yogyakarta: PT.Citra Aditya Bakti, 2006), 166.

12Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam..., 214.

9

1. Kartu kredit yang dibayar dengan angsuran

(credit card)

2. Kartu kredit temporal tanpa bunga (charge

cards)

3. Retail card (kartu eceran).

C. Akad-Akad dan Landasan Syar’i Kartu Kredit Syariah

Di pandang dari sudut syariah, maka dalam

penggunaan kartu ini telah terjadi tolong menolong,

dimana pemegang kartu tertolong dalam hal kebutuhan,

dan disisi lain pedagang juga tertolong dengan

terjualnya barang dagangan yang pembayarannya

dilakukan oleh pihak penerbit kartu kredit syariah.

Dari keterangan di atas, maka dapat diketahui

bahwa dalam kartu kredit syariah terdapat beberapa

macam akad, meliputi:

1. Akad kafalah;

2. Akad qardh; dan

3. Akad ijarah.13 13 BNI Syariah, Formulir Aplikasi Syariah Card, 2008

10

1. Kafalah

Kafalah adalah perjanjian memberikan penjaminan

atau penanggungan. Pemberi jaminan disebut kafil,

sedangkan yang dijamin disebut makful.14

Tanggungan ada dua macam, yakni tanggungan dengan

jaminan dirinya (an-nafs) dan tanggungan dengan

jaminan harta.15 Dalam hal ini penerbit kartu

adalah penjamin (kafil) bagi pemegang kartu

terhadap merchant atas semua kewajiban bayar

(dayn) yang timbul dari transaksi antara pemegang

kartu dengan merchant.16 Dasar hukum untuk akad ini

adalah:

a. Al-Qur'an

Penyeru-penyeru itu berseru, Kami kehilangan piala raja danbarang siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh

14 Sutan Remi Sjahdeini, Perbankan Islam, (Jakarta: PT PustakaUtama Grafiti, 2007), 87.

15 Ibnu Ruysd, Bidayatul Mujtahid, Jilid III, (Jakarta: PustakaAmani, 2007), 251.

16 Abdul Wahab Ibrahim Abu Sulaiman, Banking Cards Syariah KartuKredit

Dalam Perspektif Fiqih, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2006), 105.

11

makanan (seberat) beban unta dan aku menjamin terhadapnya.(Yusuf: 72).

b. Al-Hadits

وع ك����� الأ ن� لمة� ب�� ن� س����� د ع� ���� ي� �ب ي� ع� ب"� ن� ا د ب�� ي������ ز% ا ي�� ي( ث"* د م ح����� ي� زاه� ي������ ن� ا2 ي� ب�� مك ا ال� ي( ث"* د ح�����ة� از( ن(�� ج� ب�� ي� � ب� ذ( ا م ا2 ل ة وس��� لي� ع� ي اهلل ل ي� ص� ب� د ال�ن( ي( ا ع� لوس� ا ح�� ي( ال ك� ه ق�� ي( ع� ي� اهلل زض(

وا ال� ا ق��� ن ن� Qس�� Rل ي���زك� ه� ال ف�( وا لأ ق��� ال� ن� ق��� ب�� ة ذ � لي� ل ع� ال ه�� ق� ها ف�( لي� ل ع� وا ص� ال� ق� ف�(ال ا� ق���� ه�� لي� ل ع� ص��� ول اهلل ا زس��� وا ي���� ال� ق��� رى ف�( خ�(�� ة� ا از( ن(�� ج� ب�� ي� � ب� م ا Qة ث� �� لي� ي ع� ل ص�� لأ ف�(ا ه� لي� ي ع� ل ص� ر ف�( ي� ن�( ا ي�(� ة� ذ �Q"لأن Qوا ي� ال� ا ق��� ن ن� Qس�� Rل ي���زك� ه� ال ف�( عم ق��� ل ن�( ي� ن� ق�� ب�� ة ذ لي� ل ع� ه�ل ه�� ال ف�( وا لأ ق���� ال� ا ق���� ن ن� Qس��� Rل ي����زك� ال ه��� ا� ق���� ه�� لي� ل ع� وا ص��� ال� ق��� ف�( ه� ��Qي ال� Qال�ي ي�� ي� � ب� م ا Qث�ة �� لي� ل ع� اذة� ص��� ن� و ق�� ب�� ال ا م ق�� ك ي� اح� لي ص� وا ع� ل ال ص� ر ق�� ي� ن�( ا ي�( ة� ذ Q"لأن Qوا ي� ال� ن� ق�� ب�� ة ذ لي� ع�

ة لي� ي ع� ل ص ه ف�( ي( �qث لي� ذ وع� ول اهلل ا زس� 17ي��Telah dihadapkan kepada Rasullah SAW (mayat seorang laki-lakiuntuk dishalatkan) ..... Rasulullah SAW bertanya “Apakah diamempunyai warisan? Para sahabat menjawab, “Tidak”. Rasulullahbertanya lagi, “Apakah dia mempunyai utang?” sahabat menjawab“ya, sejumlah 3 dinar”. Rasulullah pun menyuruh para sahabatuntuk menshalatkannya (tetapi beliau sendiri tidak). Abu Qathadahlalu berkata, “Saya menjamin utangnya, ya Rasulullah”. MakaRasulullah pun menshalatkan mayat tersebut. (HR. BukhariNo. 2127, Kitab Al-Hawalah).

2. Qard}

17 Imam Bukhari, Shahi>h al-Buk}a>ri, (Beirut: Da>r al-Kutub‘Alamiyah, 1992)

12

Qard} disebut juga dengan kredit/credo

berarti meminjamkan uang ataupun barang atas dasar

kepercayaan.18 Dalam hal ini Penerbit kartu adalah

pemberi pinjaman (muqridh) dan pemegang kartu

sebagai peminjam (muqtaridh). Landasan syar’i dari

qard adalah:

a. Al-Qur'an ...

... ...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikandan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa danpelanggaran... (Al-Maidah: 2)

b. Hadits

د و ي��� ز% ن� ي�� د ب�� ال�� ا ح�( ي( ث"* د د ح�� ال�� ن� ح�( ام ب�� Qش� ا ه� ي( ث"* د م ح�� زث"� ك� د ال� � ي� ن� ع� ب�� د اهلل ي� �ب ا ع� ي( ث"* د ح�Rك ال���� ي� م� ب"� ا ن� د ب�� ي����� ز% ن� ي�� د ب�� ال���� ا ح�( ي( ث"* د د ح���� ال���� ن� ح�( ام ب�� Qش��� ا ه� ي( ث"* د م ح���� اث�� و ح���� ب����� ا ا ي( ث"* د ح����

م ل ة وس��� �� لي� ع� ي اهلل ل ص��� ول اهلل ال زس��� ال ق���� كR ق���� ال��� م� ن� س ب�� ن�( ن� ا ة ع� ي��� �qث ن� ا ع�ق��رض( ا وال� ه�� ال� Qي م� ر ا Qعش� ة� ن�� دق� ا ال�ص�� وي���� ت� ك م� ة� ي( ج� اب� ال� لي ي�� ي� ع� سرى� ب�� لة� ا ي� �ت� ل� ي� زا

ن� ال لأ ق���� ة� دق� ن� ال�ص ل م� ص( ف�( ا ق�رض( ال ال� ا ي�� ل م� ي"� ر ي� ا ج� لت� ي�� ق� ر ف�( Qش ه� ع� ي� ث�% ما Qث ث�� ة� اج� ن� ح� أ م� ل ق�رض( ا2 ست� ق�رض( لأ ن�� مست� دة وال� ي( ل وع� شا ل ن�� اي� 19ال�ش

18 Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Islam, (Jakarta: GemaInsani, 2001), 109.

19 Imam Ibn Majjah, Shahih Ibnu Majjah, (Beirut: Da>r ‘Alamiyah,tt)

13

Telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Abdul Karimberkata, telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Khalidberkata, telah menceritakan kepada kami Khalid bin Yazid. Dantelah menceritakan kepada kami Abu Hatim berkata, telahmenceritakan kepada kami Hisyam bin Khalid berkata, telahmenceritakan kepada kami Khalid bin Yazid bin Abu Malik dariBapaknya dari Anas bin Malik ia berkata, "Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Pada malam aku diisrakan aku melihatdi atas pintu surga tertulis 'Sedekah akan dikalikan menjadisepuluh kali lipat, dan memberi pinjaman dengan delapan belaskali lipat'. Maka aku pun bertanya: "Wahai Jibril, apa sebabnyamemberi hutang lebih utama ketimbang sedekah?" Jibrilmenjawab: "Karena saat seorang peminta meminta, (terkadang) iamasih memiliki (harta), sementara orang yang meminta pinjaman,ia tidak meminta pinjaman kecuali karena ada butuh.". (HR.Ibnu Majah No 2124).

3. IjarahIjarah adalah akad pemindahan hak guna atas

barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa,

tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan

(ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri.20

Ijarah merupakan suatu transaksi yang mempunyai

status hukum boleh. Kebolehan dimaksud, mempunyai

syarat-syarat sebagai berikut:

a. Harus diketahui kegunaannya, seperti membuat

rumah.

20 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah, (Jakarta: GemaInsani, 2001), 117.

14

b. Pemanfaatan barang yang disewa harus yang

dibolehkan.

c. Harus diketahui oleh penyewa mengenai jumlah

upah atau sewa dari suatu pekerjaan.21

Penerbit kartu dalam akad ini adalah penyedia

jasa sistem pembayaran dan pelayanan terhadap

pemegang kartu. Landasan syar’i diperbolehkannya

akad ijarah:

a. Al-Qur'an

...

Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain,maka tidak ada dosa bagimu memberi pembayaran dengan carayang patut. Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa AllahMaha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Baqarah:233)

b. Hadits

ن� ن� اب�� ة� ع� زم�� ك ن� ع� د ع� ال��� ا ح�( ي( ث"* د ح��� د اهلل �� ي� ن� ع� و اب�� د ه��� ال��� ا ح�( ي( ث"* د ذ ح��� د ش�� ا م� ي( ث"* د ح���ي ط ع� م وا ل ة وس����� ���� لي� ع� ي اهلل ل ي� ص����� ب� م ال�ن( ج� ت� ال اح� ا ق������ هم���� ي( ع� ي� اهلل اس زض����( ���� ي� ع�

ه عط م ن�� ا ل� رام� ان� خ� و ك� مة ول� ج� ى� ح� د( 22ال�

21 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: SinarGrafika, 2006),150.

22 Imam Bukhari, Shahi>h al-Buk}a>ri...

15

Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakankepada kami Khalid dia adalah putra dari 'Abdullah telahmenceritakan kepada kami Khalid dari 'Ikrimah dari Ibnu 'Abbasradliallahu 'anhuma berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihiwasallam berbekam dan membayar orang yang membekamnya.Seandainya berbekam itu haram, tentu Beliau tidak akan memberiupah". (H>R. Bukhari No. 1961)

Ketiga akad diatas adalah akad yang digunakan

dalam transaksi kartu kredit syariah. Hukum islam

memang memperbolehkan menggunakan ketiga akad

tersebut, selama sesuai dengan syariah.

D. Batasan-Batasan Kartu Kredit Syariah

Kartu kredit syariah syariah memiliki batasan-

batasan, yaitu:

1. Tidak menimbulkan riba;

2. Tidak digunakan untuk transaksi yang tidak sesuai

dengan syariah;

3. Tidak mendorong pengeluaran yang berlebihan

(israf), dengan cara antara lain menetapkan pagu

maksimal pembelanjaan;

4. Pemegang kartu utama harus memiliki kemampuan

finansial untuk melunasi pada waktunya;

5. Tidak memberikan fasilitas yang bertentangan

dengan syariah.

16

Selain itu, sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah

Nasional No: 54/DSN-MUI/X/2006 tentang Syariah Card

memberikan ketentuan lain di samping lima hal di

atas, di antaranya yaitu:

1. Ketentuan Fee

a. Iuran keanggotaan (membership fee)

Penerbit Kartu berhak menerima iuran

keanggotaan (rusum al-’ud}wiyah) termasuk

perpanjangan masa keanggotaan dari pemegang

Kartu sebagai imbalan (ujrah) atas izin

penggunaan fasilitas kartu.

b. Merchant fee

Penerbit Kartu boleh menerima fee yang diambil

dari harga objek transaksi atau pelayanan

sebagai upah/imbalan (ujrah) atas perantara

(samsarah), pemasaran (taswiq) dan penagihan

(tahsil al-dayn).

c. Fee penarikan uang tunai

Penerbit kartu boleh menerima fee penarikan

uang tunai (rusum sahb al-nuqud) sebagai fee atas

pelayanan dan penggunaan fasilitas yang

besarnya tidak dikaitkan dengan jumlah

penarikan.

d. Fee Kafalah

17

Penerbit kartu boleh menerima fee dari Pemegang

Kartu atas pemberian Kafalah.

e. Semua bentuk fee tersebut di atas (a s-d d)

harus ditetapkan pada saat akad aplikasi kartu

secara jelas dan tetap, kecuali untuk merchant

fee.

2. Ketentuan Ta’widh dan Denda

a. Ta’widh

Penerbit Kartu dapat mengenakan ta’widh, yaitu

ganti rugi terhadap biaya-biaya yang

dikeluarkan oleh Penerbit Kartu akibat

keterlambatan pemegang kartu dalam membayar

kewajibannya yang telah jatuh tempo.

b. Denda keterlambatan (late charge)

Penerbit kartu dapat mengenakan denda

keterlambatan pembayaran yang akan diakui

seluruhnya sebagai dana sosial.

E. Mekanisme Aplikasi Kartu Kredit Syari’ah

1. Permohonan Penerbitan Kartu Kredit 

a. Nasabah (Card Holder) mengajukan permohonan

kartu dengan memenuhi peraturan yang telah

ditentukan, yaitu mengisi formulir permohonan

kartu kredit, menyerahkan foto copi bukti diri

18

(KTP) dan menyerahkan slip gaji atau surat

ketarangan penghasilan.23

b. Bank atau lembaga keuangan setelah menyetuji

permohonan nasabah, sebelum menerbitkan kartu

kredit, pihak bank atau lembaga keuangan

mensurve atau meneliti langsung ke alamat calon

pemegang kartu kredit (nasabah-card holder) atau

cukup lewat telpon bahkan ada yang langsung

diterbitkan kartu kreditnya karena nasabah

dipandang sudah bonafit dalam kemampuan

finansial.24

c. Jika sudah terpenuhi persyaratan yang dimaksud,

pihak nasabah mendapatkan kartu kredit dari

Bank tersebut dengan kesepakatan segala biaya

yang harus dikeluarkan ketika kartu kredit

tersebut akan digunakan, semisal fee tahunan

(membership fee), merchant fee, fee penarikan

tunai, fee kafalah dan fee sebagai denda

keterlambatan terhadap biaya-biaya yang telah23 Muhammad Kholidin, Kartu Kredit..., 22.24 Ibid

19

dikeluarkan akibat keterlambatan pemegang kartu

dalam membayar kewajibannya yang telah jartuh

tempo. Semua bentuk fee ini ditetapkan secara

jelas dan tetap ketika akad berlangsung kecuali

merchant fee, karena nominal merchant fee belum

bisa dijelaskan secara pasti dan sangat

tergantung dari jenis transaksinya.25

Membership Fee adalah iuran keanggotaan,

termasuk perpanjangan masa keanggotaan dari

pemegang kartu, sebagai imbalan (ujrah) atas izin

menggunakan kartu yang pembayarannya berdasarkan

kesepakatan. Merchant fee yaitu fee yang diberikan

oleh merchant kepada penerbit kartu sehubungan

dengan transaksi yang menggunakan kartu sebagai

imbalan (ujrah) atas jasa perantara (samsaroh),

pemasaran (taswiq) dan penagihan (tahsil al-Dayn). Fee

penarikan uang tunai adalah fee atas penggunaan

fasilitas kemudahan penarikan uang tunai (rusum

25 Ahmad Ifham Salihin, Ini Lho, Bank Syari’ah, (Jakarta : PTGrafindio Media Pratama, 2008), 231.

20

sahb al-nuqud) dari ATM sebagai fee atas pelayanan

yang besarnya tidak dikaitkan dengan jumlah

penarikan. Fee Kafalah berarti penerbit kartu

(pihak Bank atau lembaga keuangan) boleh menerima

fee dari pemegang kartu atas pemberian kafalah.26

2. Mekanisme Penggunaan Kartu Kredit

a. Berbelanja di Merchant (Grand Mall atau

Swalayan)

Pertama, ketika melakukan transaksi

pembelian barang, pemegang kartu cukup

menunjukkan atau menyodorkan kartu kreditnya

kepada pihak merchant. Pihak Merchant

menggesekan kartu tersebut pada sales draft dan

muncul draf rincian nominal belanja yang

kemudian pemegang kartu untuk menanda

tanganinya dan pemegang kartu mendapatkan

salinan draf tersebut.

26 Ibid.

21

Kedua, Pihak Merchant akan menagihkan

kepada Bank Penerbit Kartu atau lembaga

keuangan berdasarkan bukti transaksi antara

pemegang kartu dengan merchant.

Ketiga, Bank penerbit kartu atau lembaga

keuangan akan membayar kembali kepada merchant

sesuai dengan perjanjian yang telah mereka

sepakati.

Keempat, Pihak Bank atau lembaga keuangan

akan menagih ke pemegang kartu berdasarkan

bukti transaksi pembelian sampai batas waktu

yang ditentukan. Kelima, Pemegang kartu akan

membayar sejumlah nominal yang tertera dalam

surat tagihan sampai batas waktu yang

ditentukan dan apabila terjadi keterlambatan,

maka pemegang kartu akan dikenai denda yang

besar sesuai dengan ketentuan Bank Penerbit

Kartu.27

27 Kasmir, Bank dan Lembaga..., 320.

22

Kadangkala ada sebagian Bank Penerbit

Kartu memotong lasung dari rekening card holder

sebagai cicilan tiap bulan ditambah dengan

biaya bunga atas kredit yang dipakainya dan ada

juga bank yang tidak memotong langsung dari

rekening tabungannya tetapi card holder sendiri

yang menyetornya ke Bank baik lewat ATM atau

langsung ke Kantor Cabang Bank Penerbit Kartu,

hal ini sangat tergantung dari strategi Bank

tersebut sesuai dengan kepentingannya dan

kebutuhan para nasabahnya.28

b. Penarikan uang Tunai di ATM Bank Penerbit Kartu

atau Bank Lain (ATM Bersama.

Pemegang Kartu Kredit dapat mengambil uang

tunai di berbagai ATM yang tersebar di semua

Negara, dengan prosedur cukup memasukkan kartu

kreditnya di mesin ATM dengan mengetik PIN

Kartu Kredit dan memilih menu penarikan tunai

28 Abdul Wahab Ibrahim Abu Sulaiman, Banking Card..., 50.

23

dengan jumlah menurut keinginan pemegang kartu.

Dalam tenggang atau tempo satu bulan, pihak

Bank Penerbit Kartu melakukan penagihan dengan

mengirim surat tagihan yang berisi rincian

nominal tarik tunai dan besar fee atas jasa

penggunaan ATM Bank penerbit kartu atau Bank

Lain yang tergabung dalam ATM Bersama. Pemegang

kartu akan membayar sesuai dengan nominal tarik

tunai ditambah nominal fee atas jasa pelayanan

penggunakan ATM yang dapat dikategorikan

sebagai fee ijarah.29

F. Persamaan dan Perbedaan Kartu Kredit Syari’ah dengan

Kartu Kredit Konvensional

1. Persamaan

Baik kartu kredit konvensional maupun kartu

kredit syari’ah memiliki persamaan dalam hal iuran

tahunan, pagu limit berdasarkan jenis kartu,

29 Harun, Bisnis Waralaba Perspektif Hukum Islam Tinjauan Aspek YuridisPeraturan Waralaba di indonesia, (Surakarta : Tesis Pasca Sarjana IlmuHukum UMS, 2008), 59.

24

menggunakan jasa layanan penyedia kartu global

(Master Card), dapat digunakan untuk kegiatan dasar

yaitu pembayaran secara kredit di merchant

penyedia kartu global tersebut dan pembayaran

tagihan bulanan seperti listrik, air dan telpon.30

2. Perbedaan

Kartu Kredit Syari’ah menggunakan skema unik

berdasarkan sistem syari’ah yaitu akad ijarah,

kafalah dan qardh. Akad Ijarah adalah biaya

keanggotaan (iuran tahunan), kafalah adalah

penjaminan transaksi, sedangkan qardh adalah

pemberian pinjaman untuk pengambilan tunai.31

Kartu Kredit Konvensional disamping mengambil

keuntungan dari akad. Seperti membership fee,

denda keterlambatan dan fee penarikan tunai di

ATM, juga yang tidak kalah pentingnya adalah

mengutamakan sistem bunga berbunga berdasarkan

pengamatan penulis pada kartu kredit BNI

konvensional mencapai 3–4 % per bulan. Kartu30 Ahmad Ifham Solihin, Ini Lho... , 233.31 Ibid.

25

Kredit Konvensional, bentuk-bentuk denda atas

keterlambatan angsuran menjadi keuntungan Bank

Penerbit Kartu Kredit Konvensional, sedang dalam

kartu kredit syari’ah, bentuk-bentuk denda

tersebut tidak menjadi keuntungan Bank Syari’ah,

dan bukan jumlah bunga berbunga, tetapi dijadikan

sebagi produk qard} al-hasan yang akan disumbangkan

ke Bazis dan bukan hak bank. Bentuk denda dalam

bank syari’ah ada dua macam, yaitu denda pertama

adalah ta’wid} sebagai biaya penagihan bank yang

besarnya sesuai dengan ketentuan yang disepakati

antara card holder dengan Bank Penerbit Kartu.

Denda kedua adalah denda keterlambatan yang

besarnya berkisar 2-3 % dari jumlah tagihan.32

G. Tinjauan Hukum Islam terhadap Multi Akad dalam

Transaksi Kartu Kredit Syari’ah

Permasaahan yang muncul akibat dari terjadi

kombinasi akad dalam pengunaan kartu kredit syari’ah

32 Ibid.

26

berbenturan dengan hadits nabi saw yang melarang dua

transaksi dalam satu akad atau satu akad dalam dua

transaksi,

ن� ب�� من� ح� ر د ال�� � ي� معت� ع� ال س�� رب� ق���� خ�� ن� ماك�R ب�� ن� س�� ه� ع� عي� Qا س��� ي( ث"* د د ح��� م ج ا م� ي( ث"* د ح� ة� ق� ف( ي� س��� ف( ان� ي� ق� ف( لح س��� ص�� ال لأ ت�� ة ق���� ن"(�� عوذ ا س�� م� ن� ب�� د اهلل �� ي� ن� ع� بQ ع� د ح�� ب�� د اهلل �� ي� ع�ة ل����� وك� ا وم� ي"������ ل ال�ر ك"����� ا¶ عن� اهلل ال ل� م ق������� ل ة وس������ ����� لي� ع� ي اهلل ل ص������ ول اهلل ن� زس������ وا2

ه ي� ث�· ا دة وك� اه� Q33وس�

Telah menceritakan kepada kami Muhammad, telah menceritakankepada kami Syu'bah dari Simak bin Harb ia berkata; Aku mendengarAbdurrahman bin Abdullah menceritakan dari Abdullah bin Mas'udbahwa ia berkata; Tidak sah ada dua akad (jual beli) dalam satuakad, sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallambersabda: "Allah melaknat pemakan harta riba, yang memberinya,saksi atas akad riba dan orang yang menuliskannya."

ن� اب�� ن� ع ع� اف�( ن� ي�(�� د ع� ي� �ب ن� ع� س ب�� ون�( ا ب�� ي"( ر ي� ج( م ا ي� Qس ا ه� ي( ث"* د ح� عمان� ن� ال�ت( ب�� ح� ا سرب"� ي( ث"* د ح�لت� ح� ا ا ذ( لم وا2 ي� ظ�« ب( ع( ل ال� ط�� م م� ل ة وس��� �� لي� ع� ي اهلل ل ص��� ول اهلل ال زس� ال ق�� مر ق�� ع�

دة� ي� واح� ف( ن� ي� عي� ت� �عة ولأ ث� ت� ث"· ا ء ق�( لي� لي م� 34ع�

Telah menceritakan kepada kami Suraij bin Nu'man telahmenceritakan kepada kami Husyim telah mengabarkan kepada kamiYunus bin Ubaid dari Nafi' dari Ibnu Umar, dia berkata, Rasulullah

33 Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal wa bi HamisyihiMuntakhab Kanzul Ummal fi al-Aqwal wa al-Af'al, Hadis} no 3539, (Beirut :Dar al-Fikr, t.th)

34 Ibid. Hadis} no 5138.

27

shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang kaya yang menunda-nunda pembayaran hutang tanpa suatu alasan adalah satukezaliman, oleh karenanya jika hutangmu dipindahkan kepada orangyang berharta, ikutilah ia, dan tidak ada dua akad pembelian dalamsatu barang."

ن� س ب�� ون�( ا ب���� ي( ث"* د ال ح��� م ق���� ي� Qس�� ا ه� ي( ث"* د ال ح��� روى� ق���� ه�� ال� د اهلل �� ي� ن� ع� م ب�� ي� زاه� ي���� ا ا2 ي( ث"* د ح���ي� ب( ع( ل ال� ط�� ال م� م ق��� ل ة وس�� � لي� ع� ي اهلل ل ي� ص�� ب� ن� ال�ن( ��ر ع� م ع� ن� ن� اب�� ع ع� اف�( ن� ي�(�� د ع� ي� �ب ع�

عة� ت� �ي� ث� ف( ن� ي� عي� ت� �ع ث� ت� عة ولأ ث�� ت� ث"· ا ء ق�( لي� لي م� لت� ع� ح� ا ا ذ( لم وا2 35ظ�«

Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Abdullah Al Harawi iaberkata; Telah menceritakan kepada kami Husyaim ia berkata; Telahmenceritakan kepada kami Yunus bin Ubaid dari Nafi' dari Ibnu Umardari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Penundaanorang kaya dalam membayar hutang adalah kezhaliman, jikahutangmu dipindahkan kepada orang kaya maka ikutilah ia dan tidakada dua akad dalam satu (transaksi) penjualan."

Tiga hadis} di atas memang memiliki makna yang

sama, larangan adanya dua akad dalam satu transaksi.

Namun, Makna tersebut masih menjadi perdebatan para

ulama fiqh.36

Terlepas pro dan kontra tentang pemaknaan

hadits tersebut, dengan mengacu pada pendapat ulama

Hanabilah, Malikiyah, dan Syafi’iyyah ketika

35 Abi Isa Muhammad bin Isa bin Surrah, Sunan Tirmidzi, hadis}No. 1230, (Beirut: Da>r al-Kutub al-ilmiah, 207 H/275 M).

36 Al-Amien Ahmad, Jual beli Kredit, (Jakarta; Gema Insani, 1998),30.

28

membicarakan perpaduan akad jual beli dengan sewa

atau akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan

barang ditangan penyewa (Ija>rah Muntahiya Bi Al Tamlik).

Mereka sepakat bahwa akad sewa bisa digabungkan

dengan akad jual beli dalam satu transaksi, karena

tidak ada hal yang menafikan subtansi kedua akad

sepanjang kesepakatan atau syarat tersebut tidak

bertentangan nas} shara’ atau merusak kaidah

syar’iyyah atau syarat-syarat tersebut menghilangkan

subtansi akad.37

Agustianto, salah seorang pakar ekonomi Islam

Indonesia, dalam situsnya membagi trasnsaksi yang

mengandung akad lebih dari satu (multi akad/hybrid

contract), di antaranya:

Pertama, multi akad yang muk}talit}ah (bercampur)

yang memunculkan nama baru, seperti bay’ istighlal , bay’

tawarruq, musharakah mutanaqis}ah dan bay wafa’.

37 Wahbah az-Zuhaili, Al-Mu’a>malah al-Ma>liyah al-Mu’a>shirah,(Damaskus: Dar al-Fikr, 2002), 410-412

29

Kedua,  multi akad yang mujtami’ah/

muk}talit}ah  dengan nama akad baru, tetapi menyebut

nama akad yang lama, seperti  sewa beli (bay’ at-takjir)

Lease and purchase. Contoh lain  ialah mud}arabah

mushtarakah pada life insurance dan deposito bank

syariah.

Ketiga, multi akad yang akad-akadnya  tidak

bercampur dan tidak melahirkan nama akad baru.

tetapi nama akad dasarnya tetap ada dan eksis dan

dipraktekkan dalam suatu transaksi. Contohnya :

kontrak  akad pembiayaan take over pada  alternatif

1 dan 4 pada fatwa DSN MUI No  31/2000; Kafalah wal

ijarah pada kartu kredit; Wa’ad untuk wakalah

murabahah, ijarah, musyarakah, dll pada pembiayaan

rekening koran or line facility.

Keempat, multi akad yang mutanaqid}ah (akad-

akadnya berlawanan).  Bentuk ini dilarang dalam

syariah. Contohnya menggabungkan akad jual beli dan

pinjaman (bay’ wa salaf). Contoh lain, menggabungkan

30

qard} wa al-ija>rah dalam satu akad. Kedua contoh

tersebut dilarang oleh nas| (dalil) shariah, yaitu

hadis} Rasulullah Saw.  Contoh lainnya  :

menggabungkan  qard} dengan janji hadiah.38

Kombinasi atau multi akad dalam penggunaan

kartu kredit, hakekatnya hanya satu akad yang

terjadi yaitu akad qard} antara Bank penerbit kartu

(pihak pemberi hutang) dengan pemegang kartu (pihak

yang menerima hutang). Sedangkan akad-akad lain

yang menyertai penggunaan kartu kredit terjadi

karena ada pihak-pihak lain yang pada intinya

sebagai sarana untuk memudahkan pemegang kartu

memenuhi kepentingan dan kebutuhan hidupnya.

38 http://www.agustiantocentre.com/?p=68 diakses tanggal 15Desember 2013


Recommended