BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Munculnya Kartu Kredit
Awal mula muncul kartu kredit, ketika seorang
pengusaha besar di New York Amerika Serikat tahun
1950 sedang menjamu atau bahasa gaulnya “mentlaktir“
teman-temanya di sebuah restoran. Ketika selesai
perjamuan, ketika tagihan datang dari pegawai
restoran, pengusaha besar itu sangat terkejut dan
“grogi” ketika mengambil dompetnya tidak ada atau
tertinggal (tidak terbawa). Dalam keadaan panik
pengusaha besar tersebut, terpaksa meninggalkan
semacam kartu identitas sebagai jaminan kepada pihak
Restoran.3
Berdasarkan kejadian yang tidak disengaja itu,
pengusaha menjadi malu dan akhirnya terbesit sebuah
ide atau gagasan yang cemerlang untuk
melakukan pembayaran dengan menggunakan alat yang
sederhana semacam kartu yang dapat menggantikan uang3 Ibid, 18.
4
5
tunai. Akhirnya pada tahun 1950 kartu kredit mulai
dipasarkan sebagai alat pembayaran dan pengganti
uang tunai.4
Kartu Kredit (Credit Card) adalah kartu yang
diterbitkan oleh Bank atau lembaga lain yang
mengizinkan bagi pemilik (pemegang) kartu untuk
mendapatkan kebutuhannya dengan cara pinjaman. Kartu
Kredit Syari’ah dalam bahasa Arab dikenal dengan
“Bithaqah al-Iqrad”, istilah ini lebih tepat,
karena al-iqrad adalah sistem hutang pihutang yang
sejak proses persyaratan sampai pelunasan
pinjaman dibangun berdasarkan syari’ah.5
B. Pengertian Kartu Kredit Syariah
Kartu kredit sering disebut dengan credit card
(bahasa Inggris) yang berarti kartu kredit, dimana
dalam kamus bahasa Indonesia kartu berarti kertas
4 Ibid.5 Abdul Wahab Ibrahim Abu Sulaiman, Banking Card Syari’ah Kartu
Kredit dan Debit dalam Perspektif Fiqh, terj. Aldi Novia, (Jakarta : PTRaja Grafindo Persada, 2006), 4.
6
tebal yang segi empat bangunnya dan kredit adalah
pinjaman.6 Sedangkan dalam bahasa Arab kartu kredit
sering disebut dengan bithaqah i’timan atau bithaqah al-
iqrad. Bithaqah dalam kamus bahasa Arab berarti
kertas/kartu, i’timan secara bahasa berarti kondisi
aman dan saling percaya, dan iqradh dalam bahasa Arab
berarti peminjaman.7 Dalam Islamic Finance kartu kredit
dikenal dengan istilah islamic card atau syariah card
yang berarti kartu kredit syariah.
Kartu kredit merupakan salah satu jenis dari
kartu plastik yang dikeluarkan oleh bank. Kartu
plastik adalah kartu yang diterbitkan oleh bank atau
otoritas keuangan tertentu yang dapat digunakan
sebagai alat pembayaran atas transaksi barang atau
jasa atau menjamin keabsahan cek yang dikeluarkan
disamping untuk melakukan penarikan tunai.
Berdasarkan fungsinya, kartu plastik dapat
6 S. Wojowasito, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Malang: CV.Pengarang, 1999), 154-194
7 Munawir AF dan Adib Bisri, Kamus Al-Bisri: Indonesia-Arab Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Prograssif, 1999), 36-265.
7
digolongkan sebagai berikut: credit card, charge card dan
debit card.8
Dalam kamus Oxford, kata credit bermakna: Card
allowing the holder to buy goods on credit,9kartu yang yang
mengizinkan pemiliknya untuk mendapatkan
kebutuhannya dengan cara pinjaman.
Sementara menurut Gemala Dewi dalam bukunya
“Hukum Perikatan Islam di Indonesia”, dikatakan
bahwa:
“ Kartu kredit adalah suatu jenis alat pembayaran sebagaipengganti uang tunai yang sewaktu-waktu dapat ditukarkanapa saja yang kita inginkan dimana saja dan cabang yangdapat menerima kartu kredit dari bank atau perusahaan yangmengeluarkannya”.10
Menurut Daeng Naja:
“ Credit card adalah kartu yang dapat digunakan sebagai alatpembayaran yang pelunasan tagihannya dapat dilakukansecara bertahap atau dicicil, kepada pemegang kartu diberikankredit yang jumlahnya dibatasi. Credit limit biasanya bervariasitergantung kepada kemampuan finansial pemegang kartu, dankepercayaan pihak penerbit. Saat tagihan datang, pemegang
8 Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqih Muamalah, (Yoyakarta:Pustaka Pelajar, 2008), 280-281.
9 Oxford Leaner’s Pocket Dictionary, (New York: Oxford UniversityPress, 2008), 104.
10 Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta:Prenada Media, 2005), 214.
8
kartu diwajibkan membayar jumlah tertentu (minimumpayment) dan sisanya akan dikenakan bunga yang besarnyatelah ditentukan oleh penerbit ”.11
Pengertian yang lebih rinci dari kartu kredit
ini adalah uang plastik yang diterbitkan oleh suatu
institusi yang memungkinkan pemegang kartu untuk
memperoleh kredit atas transaksi yang dilakukannya
dan pembayarannya dapat dilakukan secara angsuran
dengan membayar sejumlah bunga (finance charge) atau
sekaligus pada waktu yang telah ditentukan.12
Dari beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa kartu kredit syariah adalah jenis
kartu yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran
transaksi jual beli barang atau jasa, dimana
pelunasan atau pembayarannya dapat dilakukan
sekaligus atau dengan cara mencicil sejumlah minimum
tertentu, dan hubungan hukum antara para pihak
berdasarkan prinsip syariah. Kartu kredit dapat
dibagi menjadi tiga bagian:
11 Daeng Naja, Legal Audit Operasional Bank, (Yogyakarta: PT.Citra Aditya Bakti, 2006), 166.
12Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam..., 214.
9
1. Kartu kredit yang dibayar dengan angsuran
(credit card)
2. Kartu kredit temporal tanpa bunga (charge
cards)
3. Retail card (kartu eceran).
C. Akad-Akad dan Landasan Syar’i Kartu Kredit Syariah
Di pandang dari sudut syariah, maka dalam
penggunaan kartu ini telah terjadi tolong menolong,
dimana pemegang kartu tertolong dalam hal kebutuhan,
dan disisi lain pedagang juga tertolong dengan
terjualnya barang dagangan yang pembayarannya
dilakukan oleh pihak penerbit kartu kredit syariah.
Dari keterangan di atas, maka dapat diketahui
bahwa dalam kartu kredit syariah terdapat beberapa
macam akad, meliputi:
1. Akad kafalah;
2. Akad qardh; dan
3. Akad ijarah.13 13 BNI Syariah, Formulir Aplikasi Syariah Card, 2008
10
1. Kafalah
Kafalah adalah perjanjian memberikan penjaminan
atau penanggungan. Pemberi jaminan disebut kafil,
sedangkan yang dijamin disebut makful.14
Tanggungan ada dua macam, yakni tanggungan dengan
jaminan dirinya (an-nafs) dan tanggungan dengan
jaminan harta.15 Dalam hal ini penerbit kartu
adalah penjamin (kafil) bagi pemegang kartu
terhadap merchant atas semua kewajiban bayar
(dayn) yang timbul dari transaksi antara pemegang
kartu dengan merchant.16 Dasar hukum untuk akad ini
adalah:
a. Al-Qur'an
Penyeru-penyeru itu berseru, Kami kehilangan piala raja danbarang siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh
14 Sutan Remi Sjahdeini, Perbankan Islam, (Jakarta: PT PustakaUtama Grafiti, 2007), 87.
15 Ibnu Ruysd, Bidayatul Mujtahid, Jilid III, (Jakarta: PustakaAmani, 2007), 251.
16 Abdul Wahab Ibrahim Abu Sulaiman, Banking Cards Syariah KartuKredit
Dalam Perspektif Fiqih, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2006), 105.
11
makanan (seberat) beban unta dan aku menjamin terhadapnya.(Yusuf: 72).
b. Al-Hadits
وع ك����� الأ ن� لمة� ب�� ن� س����� د ع� ���� ي� �ب ي� ع� ب"� ن� ا د ب�� ي������ ز% ا ي�� ي( ث"* د م ح����� ي� زاه� ي������ ن� ا2 ي� ب�� مك ا ال� ي( ث"* د ح�����ة� از( ن(�� ج� ب�� ي� � ب� ذ( ا م ا2 ل ة وس��� لي� ع� ي اهلل ل ي� ص� ب� د ال�ن( ي( ا ع� لوس� ا ح�� ي( ال ك� ه ق�� ي( ع� ي� اهلل زض(
وا ال� ا ق��� ن ن� Qس�� Rل ي���زك� ه� ال ف�( وا لأ ق��� ال� ن� ق��� ب�� ة ذ � لي� ل ع� ال ه�� ق� ها ف�( لي� ل ع� وا ص� ال� ق� ف�(ال ا� ق���� ه�� لي� ل ع� ص��� ول اهلل ا زس��� وا ي���� ال� ق��� رى ف�( خ�(�� ة� ا از( ن(�� ج� ب�� ي� � ب� م ا Qة ث� �� لي� ي ع� ل ص�� لأ ف�(ا ه� لي� ي ع� ل ص� ر ف�( ي� ن�( ا ي�(� ة� ذ �Q"لأن Qوا ي� ال� ا ق��� ن ن� Qس�� Rل ي���زك� ه� ال ف�( عم ق��� ل ن�( ي� ن� ق�� ب�� ة ذ لي� ل ع� ه�ل ه�� ال ف�( وا لأ ق���� ال� ا ق���� ن ن� Qس��� Rل ي����زك� ال ه��� ا� ق���� ه�� لي� ل ع� وا ص��� ال� ق��� ف�( ه� ��Qي ال� Qال�ي ي�� ي� � ب� م ا Qث�ة �� لي� ل ع� اذة� ص��� ن� و ق�� ب�� ال ا م ق�� ك ي� اح� لي ص� وا ع� ل ال ص� ر ق�� ي� ن�( ا ي�( ة� ذ Q"لأن Qوا ي� ال� ن� ق�� ب�� ة ذ لي� ع�
ة لي� ي ع� ل ص ه ف�( ي( �qث لي� ذ وع� ول اهلل ا زس� 17ي��Telah dihadapkan kepada Rasullah SAW (mayat seorang laki-lakiuntuk dishalatkan) ..... Rasulullah SAW bertanya “Apakah diamempunyai warisan? Para sahabat menjawab, “Tidak”. Rasulullahbertanya lagi, “Apakah dia mempunyai utang?” sahabat menjawab“ya, sejumlah 3 dinar”. Rasulullah pun menyuruh para sahabatuntuk menshalatkannya (tetapi beliau sendiri tidak). Abu Qathadahlalu berkata, “Saya menjamin utangnya, ya Rasulullah”. MakaRasulullah pun menshalatkan mayat tersebut. (HR. BukhariNo. 2127, Kitab Al-Hawalah).
2. Qard}
17 Imam Bukhari, Shahi>h al-Buk}a>ri, (Beirut: Da>r al-Kutub‘Alamiyah, 1992)
12
Qard} disebut juga dengan kredit/credo
berarti meminjamkan uang ataupun barang atas dasar
kepercayaan.18 Dalam hal ini Penerbit kartu adalah
pemberi pinjaman (muqridh) dan pemegang kartu
sebagai peminjam (muqtaridh). Landasan syar’i dari
qard adalah:
a. Al-Qur'an ...
... ...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikandan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa danpelanggaran... (Al-Maidah: 2)
b. Hadits
د و ي��� ز% ن� ي�� د ب�� ال�� ا ح�( ي( ث"* د د ح�� ال�� ن� ح�( ام ب�� Qش� ا ه� ي( ث"* د م ح�� زث"� ك� د ال� � ي� ن� ع� ب�� د اهلل ي� �ب ا ع� ي( ث"* د ح�Rك ال���� ي� م� ب"� ا ن� د ب�� ي����� ز% ن� ي�� د ب�� ال���� ا ح�( ي( ث"* د د ح���� ال���� ن� ح�( ام ب�� Qش��� ا ه� ي( ث"* د م ح���� اث�� و ح���� ب����� ا ا ي( ث"* د ح����
م ل ة وس��� �� لي� ع� ي اهلل ل ص��� ول اهلل ال زس��� ال ق���� كR ق���� ال��� م� ن� س ب�� ن�( ن� ا ة ع� ي��� �qث ن� ا ع�ق��رض( ا وال� ه�� ال� Qي م� ر ا Qعش� ة� ن�� دق� ا ال�ص�� وي���� ت� ك م� ة� ي( ج� اب� ال� لي ي�� ي� ع� سرى� ب�� لة� ا ي� �ت� ل� ي� زا
ن� ال لأ ق���� ة� دق� ن� ال�ص ل م� ص( ف�( ا ق�رض( ال ال� ا ي�� ل م� ي"� ر ي� ا ج� لت� ي�� ق� ر ف�( Qش ه� ع� ي� ث�% ما Qث ث�� ة� اج� ن� ح� أ م� ل ق�رض( ا2 ست� ق�رض( لأ ن�� مست� دة وال� ي( ل وع� شا ل ن�� اي� 19ال�ش
18 Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Islam, (Jakarta: GemaInsani, 2001), 109.
19 Imam Ibn Majjah, Shahih Ibnu Majjah, (Beirut: Da>r ‘Alamiyah,tt)
13
Telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Abdul Karimberkata, telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Khalidberkata, telah menceritakan kepada kami Khalid bin Yazid. Dantelah menceritakan kepada kami Abu Hatim berkata, telahmenceritakan kepada kami Hisyam bin Khalid berkata, telahmenceritakan kepada kami Khalid bin Yazid bin Abu Malik dariBapaknya dari Anas bin Malik ia berkata, "Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Pada malam aku diisrakan aku melihatdi atas pintu surga tertulis 'Sedekah akan dikalikan menjadisepuluh kali lipat, dan memberi pinjaman dengan delapan belaskali lipat'. Maka aku pun bertanya: "Wahai Jibril, apa sebabnyamemberi hutang lebih utama ketimbang sedekah?" Jibrilmenjawab: "Karena saat seorang peminta meminta, (terkadang) iamasih memiliki (harta), sementara orang yang meminta pinjaman,ia tidak meminta pinjaman kecuali karena ada butuh.". (HR.Ibnu Majah No 2124).
3. IjarahIjarah adalah akad pemindahan hak guna atas
barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa,
tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
(ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri.20
Ijarah merupakan suatu transaksi yang mempunyai
status hukum boleh. Kebolehan dimaksud, mempunyai
syarat-syarat sebagai berikut:
a. Harus diketahui kegunaannya, seperti membuat
rumah.
20 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah, (Jakarta: GemaInsani, 2001), 117.
14
b. Pemanfaatan barang yang disewa harus yang
dibolehkan.
c. Harus diketahui oleh penyewa mengenai jumlah
upah atau sewa dari suatu pekerjaan.21
Penerbit kartu dalam akad ini adalah penyedia
jasa sistem pembayaran dan pelayanan terhadap
pemegang kartu. Landasan syar’i diperbolehkannya
akad ijarah:
a. Al-Qur'an
...
Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain,maka tidak ada dosa bagimu memberi pembayaran dengan carayang patut. Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa AllahMaha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Baqarah:233)
b. Hadits
ن� ن� اب�� ة� ع� زم�� ك ن� ع� د ع� ال��� ا ح�( ي( ث"* د ح��� د اهلل �� ي� ن� ع� و اب�� د ه��� ال��� ا ح�( ي( ث"* د ذ ح��� د ش�� ا م� ي( ث"* د ح���ي ط ع� م وا ل ة وس����� ���� لي� ع� ي اهلل ل ي� ص����� ب� م ال�ن( ج� ت� ال اح� ا ق������ هم���� ي( ع� ي� اهلل اس زض����( ���� ي� ع�
ه عط م ن�� ا ل� رام� ان� خ� و ك� مة ول� ج� ى� ح� د( 22ال�
21 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: SinarGrafika, 2006),150.
22 Imam Bukhari, Shahi>h al-Buk}a>ri...
15
Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakankepada kami Khalid dia adalah putra dari 'Abdullah telahmenceritakan kepada kami Khalid dari 'Ikrimah dari Ibnu 'Abbasradliallahu 'anhuma berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihiwasallam berbekam dan membayar orang yang membekamnya.Seandainya berbekam itu haram, tentu Beliau tidak akan memberiupah". (H>R. Bukhari No. 1961)
Ketiga akad diatas adalah akad yang digunakan
dalam transaksi kartu kredit syariah. Hukum islam
memang memperbolehkan menggunakan ketiga akad
tersebut, selama sesuai dengan syariah.
D. Batasan-Batasan Kartu Kredit Syariah
Kartu kredit syariah syariah memiliki batasan-
batasan, yaitu:
1. Tidak menimbulkan riba;
2. Tidak digunakan untuk transaksi yang tidak sesuai
dengan syariah;
3. Tidak mendorong pengeluaran yang berlebihan
(israf), dengan cara antara lain menetapkan pagu
maksimal pembelanjaan;
4. Pemegang kartu utama harus memiliki kemampuan
finansial untuk melunasi pada waktunya;
5. Tidak memberikan fasilitas yang bertentangan
dengan syariah.
16
Selain itu, sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah
Nasional No: 54/DSN-MUI/X/2006 tentang Syariah Card
memberikan ketentuan lain di samping lima hal di
atas, di antaranya yaitu:
1. Ketentuan Fee
a. Iuran keanggotaan (membership fee)
Penerbit Kartu berhak menerima iuran
keanggotaan (rusum al-’ud}wiyah) termasuk
perpanjangan masa keanggotaan dari pemegang
Kartu sebagai imbalan (ujrah) atas izin
penggunaan fasilitas kartu.
b. Merchant fee
Penerbit Kartu boleh menerima fee yang diambil
dari harga objek transaksi atau pelayanan
sebagai upah/imbalan (ujrah) atas perantara
(samsarah), pemasaran (taswiq) dan penagihan
(tahsil al-dayn).
c. Fee penarikan uang tunai
Penerbit kartu boleh menerima fee penarikan
uang tunai (rusum sahb al-nuqud) sebagai fee atas
pelayanan dan penggunaan fasilitas yang
besarnya tidak dikaitkan dengan jumlah
penarikan.
d. Fee Kafalah
17
Penerbit kartu boleh menerima fee dari Pemegang
Kartu atas pemberian Kafalah.
e. Semua bentuk fee tersebut di atas (a s-d d)
harus ditetapkan pada saat akad aplikasi kartu
secara jelas dan tetap, kecuali untuk merchant
fee.
2. Ketentuan Ta’widh dan Denda
a. Ta’widh
Penerbit Kartu dapat mengenakan ta’widh, yaitu
ganti rugi terhadap biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh Penerbit Kartu akibat
keterlambatan pemegang kartu dalam membayar
kewajibannya yang telah jatuh tempo.
b. Denda keterlambatan (late charge)
Penerbit kartu dapat mengenakan denda
keterlambatan pembayaran yang akan diakui
seluruhnya sebagai dana sosial.
E. Mekanisme Aplikasi Kartu Kredit Syari’ah
1. Permohonan Penerbitan Kartu Kredit
a. Nasabah (Card Holder) mengajukan permohonan
kartu dengan memenuhi peraturan yang telah
ditentukan, yaitu mengisi formulir permohonan
kartu kredit, menyerahkan foto copi bukti diri
18
(KTP) dan menyerahkan slip gaji atau surat
ketarangan penghasilan.23
b. Bank atau lembaga keuangan setelah menyetuji
permohonan nasabah, sebelum menerbitkan kartu
kredit, pihak bank atau lembaga keuangan
mensurve atau meneliti langsung ke alamat calon
pemegang kartu kredit (nasabah-card holder) atau
cukup lewat telpon bahkan ada yang langsung
diterbitkan kartu kreditnya karena nasabah
dipandang sudah bonafit dalam kemampuan
finansial.24
c. Jika sudah terpenuhi persyaratan yang dimaksud,
pihak nasabah mendapatkan kartu kredit dari
Bank tersebut dengan kesepakatan segala biaya
yang harus dikeluarkan ketika kartu kredit
tersebut akan digunakan, semisal fee tahunan
(membership fee), merchant fee, fee penarikan
tunai, fee kafalah dan fee sebagai denda
keterlambatan terhadap biaya-biaya yang telah23 Muhammad Kholidin, Kartu Kredit..., 22.24 Ibid
19
dikeluarkan akibat keterlambatan pemegang kartu
dalam membayar kewajibannya yang telah jartuh
tempo. Semua bentuk fee ini ditetapkan secara
jelas dan tetap ketika akad berlangsung kecuali
merchant fee, karena nominal merchant fee belum
bisa dijelaskan secara pasti dan sangat
tergantung dari jenis transaksinya.25
Membership Fee adalah iuran keanggotaan,
termasuk perpanjangan masa keanggotaan dari
pemegang kartu, sebagai imbalan (ujrah) atas izin
menggunakan kartu yang pembayarannya berdasarkan
kesepakatan. Merchant fee yaitu fee yang diberikan
oleh merchant kepada penerbit kartu sehubungan
dengan transaksi yang menggunakan kartu sebagai
imbalan (ujrah) atas jasa perantara (samsaroh),
pemasaran (taswiq) dan penagihan (tahsil al-Dayn). Fee
penarikan uang tunai adalah fee atas penggunaan
fasilitas kemudahan penarikan uang tunai (rusum
25 Ahmad Ifham Salihin, Ini Lho, Bank Syari’ah, (Jakarta : PTGrafindio Media Pratama, 2008), 231.
20
sahb al-nuqud) dari ATM sebagai fee atas pelayanan
yang besarnya tidak dikaitkan dengan jumlah
penarikan. Fee Kafalah berarti penerbit kartu
(pihak Bank atau lembaga keuangan) boleh menerima
fee dari pemegang kartu atas pemberian kafalah.26
2. Mekanisme Penggunaan Kartu Kredit
a. Berbelanja di Merchant (Grand Mall atau
Swalayan)
Pertama, ketika melakukan transaksi
pembelian barang, pemegang kartu cukup
menunjukkan atau menyodorkan kartu kreditnya
kepada pihak merchant. Pihak Merchant
menggesekan kartu tersebut pada sales draft dan
muncul draf rincian nominal belanja yang
kemudian pemegang kartu untuk menanda
tanganinya dan pemegang kartu mendapatkan
salinan draf tersebut.
26 Ibid.
21
Kedua, Pihak Merchant akan menagihkan
kepada Bank Penerbit Kartu atau lembaga
keuangan berdasarkan bukti transaksi antara
pemegang kartu dengan merchant.
Ketiga, Bank penerbit kartu atau lembaga
keuangan akan membayar kembali kepada merchant
sesuai dengan perjanjian yang telah mereka
sepakati.
Keempat, Pihak Bank atau lembaga keuangan
akan menagih ke pemegang kartu berdasarkan
bukti transaksi pembelian sampai batas waktu
yang ditentukan. Kelima, Pemegang kartu akan
membayar sejumlah nominal yang tertera dalam
surat tagihan sampai batas waktu yang
ditentukan dan apabila terjadi keterlambatan,
maka pemegang kartu akan dikenai denda yang
besar sesuai dengan ketentuan Bank Penerbit
Kartu.27
27 Kasmir, Bank dan Lembaga..., 320.
22
Kadangkala ada sebagian Bank Penerbit
Kartu memotong lasung dari rekening card holder
sebagai cicilan tiap bulan ditambah dengan
biaya bunga atas kredit yang dipakainya dan ada
juga bank yang tidak memotong langsung dari
rekening tabungannya tetapi card holder sendiri
yang menyetornya ke Bank baik lewat ATM atau
langsung ke Kantor Cabang Bank Penerbit Kartu,
hal ini sangat tergantung dari strategi Bank
tersebut sesuai dengan kepentingannya dan
kebutuhan para nasabahnya.28
b. Penarikan uang Tunai di ATM Bank Penerbit Kartu
atau Bank Lain (ATM Bersama.
Pemegang Kartu Kredit dapat mengambil uang
tunai di berbagai ATM yang tersebar di semua
Negara, dengan prosedur cukup memasukkan kartu
kreditnya di mesin ATM dengan mengetik PIN
Kartu Kredit dan memilih menu penarikan tunai
28 Abdul Wahab Ibrahim Abu Sulaiman, Banking Card..., 50.
23
dengan jumlah menurut keinginan pemegang kartu.
Dalam tenggang atau tempo satu bulan, pihak
Bank Penerbit Kartu melakukan penagihan dengan
mengirim surat tagihan yang berisi rincian
nominal tarik tunai dan besar fee atas jasa
penggunaan ATM Bank penerbit kartu atau Bank
Lain yang tergabung dalam ATM Bersama. Pemegang
kartu akan membayar sesuai dengan nominal tarik
tunai ditambah nominal fee atas jasa pelayanan
penggunakan ATM yang dapat dikategorikan
sebagai fee ijarah.29
F. Persamaan dan Perbedaan Kartu Kredit Syari’ah dengan
Kartu Kredit Konvensional
1. Persamaan
Baik kartu kredit konvensional maupun kartu
kredit syari’ah memiliki persamaan dalam hal iuran
tahunan, pagu limit berdasarkan jenis kartu,
29 Harun, Bisnis Waralaba Perspektif Hukum Islam Tinjauan Aspek YuridisPeraturan Waralaba di indonesia, (Surakarta : Tesis Pasca Sarjana IlmuHukum UMS, 2008), 59.
24
menggunakan jasa layanan penyedia kartu global
(Master Card), dapat digunakan untuk kegiatan dasar
yaitu pembayaran secara kredit di merchant
penyedia kartu global tersebut dan pembayaran
tagihan bulanan seperti listrik, air dan telpon.30
2. Perbedaan
Kartu Kredit Syari’ah menggunakan skema unik
berdasarkan sistem syari’ah yaitu akad ijarah,
kafalah dan qardh. Akad Ijarah adalah biaya
keanggotaan (iuran tahunan), kafalah adalah
penjaminan transaksi, sedangkan qardh adalah
pemberian pinjaman untuk pengambilan tunai.31
Kartu Kredit Konvensional disamping mengambil
keuntungan dari akad. Seperti membership fee,
denda keterlambatan dan fee penarikan tunai di
ATM, juga yang tidak kalah pentingnya adalah
mengutamakan sistem bunga berbunga berdasarkan
pengamatan penulis pada kartu kredit BNI
konvensional mencapai 3–4 % per bulan. Kartu30 Ahmad Ifham Solihin, Ini Lho... , 233.31 Ibid.
25
Kredit Konvensional, bentuk-bentuk denda atas
keterlambatan angsuran menjadi keuntungan Bank
Penerbit Kartu Kredit Konvensional, sedang dalam
kartu kredit syari’ah, bentuk-bentuk denda
tersebut tidak menjadi keuntungan Bank Syari’ah,
dan bukan jumlah bunga berbunga, tetapi dijadikan
sebagi produk qard} al-hasan yang akan disumbangkan
ke Bazis dan bukan hak bank. Bentuk denda dalam
bank syari’ah ada dua macam, yaitu denda pertama
adalah ta’wid} sebagai biaya penagihan bank yang
besarnya sesuai dengan ketentuan yang disepakati
antara card holder dengan Bank Penerbit Kartu.
Denda kedua adalah denda keterlambatan yang
besarnya berkisar 2-3 % dari jumlah tagihan.32
G. Tinjauan Hukum Islam terhadap Multi Akad dalam
Transaksi Kartu Kredit Syari’ah
Permasaahan yang muncul akibat dari terjadi
kombinasi akad dalam pengunaan kartu kredit syari’ah
32 Ibid.
26
berbenturan dengan hadits nabi saw yang melarang dua
transaksi dalam satu akad atau satu akad dalam dua
transaksi,
ن� ب�� من� ح� ر د ال�� � ي� معت� ع� ال س�� رب� ق���� خ�� ن� ماك�R ب�� ن� س�� ه� ع� عي� Qا س��� ي( ث"* د د ح��� م ج ا م� ي( ث"* د ح� ة� ق� ف( ي� س��� ف( ان� ي� ق� ف( لح س��� ص�� ال لأ ت�� ة ق���� ن"(�� عوذ ا س�� م� ن� ب�� د اهلل �� ي� ن� ع� بQ ع� د ح�� ب�� د اهلل �� ي� ع�ة ل����� وك� ا وم� ي"������ ل ال�ر ك"����� ا¶ عن� اهلل ال ل� م ق������� ل ة وس������ ����� لي� ع� ي اهلل ل ص������ ول اهلل ن� زس������ وا2
ه ي� ث�· ا دة وك� اه� Q33وس�
Telah menceritakan kepada kami Muhammad, telah menceritakankepada kami Syu'bah dari Simak bin Harb ia berkata; Aku mendengarAbdurrahman bin Abdullah menceritakan dari Abdullah bin Mas'udbahwa ia berkata; Tidak sah ada dua akad (jual beli) dalam satuakad, sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallambersabda: "Allah melaknat pemakan harta riba, yang memberinya,saksi atas akad riba dan orang yang menuliskannya."
ن� اب�� ن� ع ع� اف�( ن� ي�(�� د ع� ي� �ب ن� ع� س ب�� ون�( ا ب�� ي"( ر ي� ج( م ا ي� Qس ا ه� ي( ث"* د ح� عمان� ن� ال�ت( ب�� ح� ا سرب"� ي( ث"* د ح�لت� ح� ا ا ذ( لم وا2 ي� ظ�« ب( ع( ل ال� ط�� م م� ل ة وس��� �� لي� ع� ي اهلل ل ص��� ول اهلل ال زس� ال ق�� مر ق�� ع�
دة� ي� واح� ف( ن� ي� عي� ت� �عة ولأ ث� ت� ث"· ا ء ق�( لي� لي م� 34ع�
Telah menceritakan kepada kami Suraij bin Nu'man telahmenceritakan kepada kami Husyim telah mengabarkan kepada kamiYunus bin Ubaid dari Nafi' dari Ibnu Umar, dia berkata, Rasulullah
33 Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal wa bi HamisyihiMuntakhab Kanzul Ummal fi al-Aqwal wa al-Af'al, Hadis} no 3539, (Beirut :Dar al-Fikr, t.th)
34 Ibid. Hadis} no 5138.
27
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang kaya yang menunda-nunda pembayaran hutang tanpa suatu alasan adalah satukezaliman, oleh karenanya jika hutangmu dipindahkan kepada orangyang berharta, ikutilah ia, dan tidak ada dua akad pembelian dalamsatu barang."
ن� س ب�� ون�( ا ب���� ي( ث"* د ال ح��� م ق���� ي� Qس�� ا ه� ي( ث"* د ال ح��� روى� ق���� ه�� ال� د اهلل �� ي� ن� ع� م ب�� ي� زاه� ي���� ا ا2 ي( ث"* د ح���ي� ب( ع( ل ال� ط�� ال م� م ق��� ل ة وس�� � لي� ع� ي اهلل ل ي� ص�� ب� ن� ال�ن( ��ر ع� م ع� ن� ن� اب�� ع ع� اف�( ن� ي�(�� د ع� ي� �ب ع�
عة� ت� �ي� ث� ف( ن� ي� عي� ت� �ع ث� ت� عة ولأ ث�� ت� ث"· ا ء ق�( لي� لي م� لت� ع� ح� ا ا ذ( لم وا2 35ظ�«
Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Abdullah Al Harawi iaberkata; Telah menceritakan kepada kami Husyaim ia berkata; Telahmenceritakan kepada kami Yunus bin Ubaid dari Nafi' dari Ibnu Umardari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Penundaanorang kaya dalam membayar hutang adalah kezhaliman, jikahutangmu dipindahkan kepada orang kaya maka ikutilah ia dan tidakada dua akad dalam satu (transaksi) penjualan."
Tiga hadis} di atas memang memiliki makna yang
sama, larangan adanya dua akad dalam satu transaksi.
Namun, Makna tersebut masih menjadi perdebatan para
ulama fiqh.36
Terlepas pro dan kontra tentang pemaknaan
hadits tersebut, dengan mengacu pada pendapat ulama
Hanabilah, Malikiyah, dan Syafi’iyyah ketika
35 Abi Isa Muhammad bin Isa bin Surrah, Sunan Tirmidzi, hadis}No. 1230, (Beirut: Da>r al-Kutub al-ilmiah, 207 H/275 M).
36 Al-Amien Ahmad, Jual beli Kredit, (Jakarta; Gema Insani, 1998),30.
28
membicarakan perpaduan akad jual beli dengan sewa
atau akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan
barang ditangan penyewa (Ija>rah Muntahiya Bi Al Tamlik).
Mereka sepakat bahwa akad sewa bisa digabungkan
dengan akad jual beli dalam satu transaksi, karena
tidak ada hal yang menafikan subtansi kedua akad
sepanjang kesepakatan atau syarat tersebut tidak
bertentangan nas} shara’ atau merusak kaidah
syar’iyyah atau syarat-syarat tersebut menghilangkan
subtansi akad.37
Agustianto, salah seorang pakar ekonomi Islam
Indonesia, dalam situsnya membagi trasnsaksi yang
mengandung akad lebih dari satu (multi akad/hybrid
contract), di antaranya:
Pertama, multi akad yang muk}talit}ah (bercampur)
yang memunculkan nama baru, seperti bay’ istighlal , bay’
tawarruq, musharakah mutanaqis}ah dan bay wafa’.
37 Wahbah az-Zuhaili, Al-Mu’a>malah al-Ma>liyah al-Mu’a>shirah,(Damaskus: Dar al-Fikr, 2002), 410-412
29
Kedua, multi akad yang mujtami’ah/
muk}talit}ah dengan nama akad baru, tetapi menyebut
nama akad yang lama, seperti sewa beli (bay’ at-takjir)
Lease and purchase. Contoh lain ialah mud}arabah
mushtarakah pada life insurance dan deposito bank
syariah.
Ketiga, multi akad yang akad-akadnya tidak
bercampur dan tidak melahirkan nama akad baru.
tetapi nama akad dasarnya tetap ada dan eksis dan
dipraktekkan dalam suatu transaksi. Contohnya :
kontrak akad pembiayaan take over pada alternatif
1 dan 4 pada fatwa DSN MUI No 31/2000; Kafalah wal
ijarah pada kartu kredit; Wa’ad untuk wakalah
murabahah, ijarah, musyarakah, dll pada pembiayaan
rekening koran or line facility.
Keempat, multi akad yang mutanaqid}ah (akad-
akadnya berlawanan). Bentuk ini dilarang dalam
syariah. Contohnya menggabungkan akad jual beli dan
pinjaman (bay’ wa salaf). Contoh lain, menggabungkan
30
qard} wa al-ija>rah dalam satu akad. Kedua contoh
tersebut dilarang oleh nas| (dalil) shariah, yaitu
hadis} Rasulullah Saw. Contoh lainnya :
menggabungkan qard} dengan janji hadiah.38
Kombinasi atau multi akad dalam penggunaan
kartu kredit, hakekatnya hanya satu akad yang
terjadi yaitu akad qard} antara Bank penerbit kartu
(pihak pemberi hutang) dengan pemegang kartu (pihak
yang menerima hutang). Sedangkan akad-akad lain
yang menyertai penggunaan kartu kredit terjadi
karena ada pihak-pihak lain yang pada intinya
sebagai sarana untuk memudahkan pemegang kartu
memenuhi kepentingan dan kebutuhan hidupnya.
38 http://www.agustiantocentre.com/?p=68 diakses tanggal 15Desember 2013