Date post: | 26-Apr-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | khangminh22 |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
I
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA DESA (APBDes) DI BALAI DESA KEPUNDUHAN
KECAMATAN KRAMAT KABUPATEN TEGAL
TUGAS AKHIR
OLEH :
TAPRIHATIN YUFI MUFIDAH
NIM 16030005
PROGRAM STUDI DIII AKUNTANSI
POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA
2019
II
HALAMAN PERSETUJUAN
Tugas Akhir yang berjudul :
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
DESA (APBDes) DI BALAI DESA KEPUNDUHAN KECAMATAN KRAMAT
KABUPATEN TEGAL.
Oleh mahasiswa :
Nama : Taprihatin Yufi Mufidah
NIM : 16030005
Telah diperiksa dan dikoreksi dengan baik dan cermat. Karena itu pembimbing
menyetujui mahasiswa tersebut untuk menempuh ujian akhir.
Tegal, Juli 2019 Pembimbing I, Pembimbing II, ERNI UNGGUL SU., SE,M.Si FITRI AMALIYAH,SE NIPY. 10.006.028 NIPY. 011.011.092
III
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas Akhir yang berjudul :
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
DESA (APBDes) DI BALAI DESA KEPUNDUHAN KECAMATAN KRAMAT
KABUPATEN TEGAL.
Oleh :
Nama : Taprihatin Yufi Mufidah
NIM : 16030005
Program Studi : Akuntansi
Jenjang : Diploma III
Dinyatakan lulus setelah dipertahankan di depan Tim Penguji Tugas Akhir Program
Studi Akuntansi Politeknik Harapan Bersama Tegal
Tegal, Juli 2019
1. Erni Unggul SU., SE,M.Si
Pembimbing I, ...................................
2. Fitri Amaliyah, SE
Pembimbing II, .....................................
3. Bahri Kamal, SE, MM
Penguji I, ...................................
4. Yusri Anis F., SE,M,Si
Penguji II, .....................................
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Yeni Priatna Sari, SE, M.Si, Ak, CA
NIPY. 09.011.062
IV
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dalam bentuk Tugas Akhir ini yang
berjudul “IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA DESA (APBDes) DI BALAI DESA KEPUNDUHAN KECAMATAN
KRAMAT KABUPATEN TEGAL” beserta isinya adalah benar-benar karya saya
sendiri.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam
masyarakat keilmuan sebagaimana mestinya.
Demikian pernyataan ini untuk dapat dijadikan pedoman bagi yang
berkepentingan, dan saya menanggung segala resiko atau sanksi yang dijatuhkan
kepada saya apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran atas etika
keilmuan dalam karya tulis saya ini, atau adanya klaim keaslian karya tulis saya ini.
Tegal, Juli 2019
Yang membuat pernyataan
TAPRIHATIN YUFI MUFIDAH
NIM. 16030005
V
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai mahasiswa Prodi Akuntansi Politeknik Harapan Bersama, yang
bertandatangan di bawah ini, saya:
Nama : TAPRIHATIN YUFI MUFIDAH
NIM : 16030005
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Prodi Akuntansi Politeknik Harapan Bersama Hak Bebas Royalti Non Ekslusif
(Non Exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul
Implementasi Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (Apbdes) Di
Balai Desa Kepunduhan Kecamatan Kramat Kabupaten Tegal.
Dengan Hak Bebas Royalti non ekslusif ini Prodi Akuntansi Politeknik Harapan
Bersama berhak menyimpan, mengalih-mediakan/formatkan mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, dan menampilkan/
mempublikasikannya ke internet atau media lain untuk kepentingan akademik tanpa
perlu meminta ijin dari saya selama mencantumkan saya sebagai penulis/pencipta.
Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Prodi
Akuntansi Politeknik Harapan Bersama, segala bentuk tuntutan hukuman yang
timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.
Demikian surat pernyataan ini saya buat sebenarnya.
Tegal, Juli 2019
Yang membuat pernyataan,
TAPRIHATIN YUFI MUFIDAH
NIM 16030005
VI
HALAMAN MOTTO
“Kebaikan tidak sama dengan kejahatan. Tolaklah kejahatan
itu dengan cara yang lebih baik, sehingga musuhmu akan
seperti teman yang setia”
(Q.S Fusshilat : 34)
"Apa arti ijazah yang bertumpuk, jika kepedulian dan kepekaan
tidak ikut dipupuk"
(Najwa shihab)
“ALLAH tidak akan membebani seseorang itu melainkan
sesuai dengan kesanggupannya”
(Q.S. Al-Baqarah: 286)
VII
HALAMAN PERSEMBAHAN
Setiap lembar dan goresan tinta ini merupakan wujud dari keagungan dan ridho
dari Allah SWT kepada umatNya. Teriring rasa syukur kepada Allah SWT, saya
persembahkan Tugas Akhir ini untuk :
Kedua orangtuaku Bapak Parichin dan Ibu Armi Ningsih tercinta, terima
kasih untuk kasih sayang yang tercurahkan untukku, rangkaian do’a yang tak
pernah terputus disetiap sujudmu, pengorbanan dan tetesan keringat untuk
kesuksesanku serta motivasi yang diberikan disetiap langkahku.
Syaiful Adi Septian Seseorang yang memberiku semangat untuk
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Sahabat karibku Hanif Anggarani dan Naifah baythi A.F terimakasih sudah
saling kasih semangat, saling menemani dalam pembuatan Tugas Akhir.
Terimakasih sudah mau berteman denganku sampai detik ini meskipun sudah
jarang bertemu lagi. Thanks sudah menemani hari-hariku saat di kampus, jadi
teman main, teman sehobi, sehumor, dan teman gila-gilaan, semoga kita bisa
bertemu nanti di dunia kerja dan bekerja bareng di satu perusahaan amin.
Almamaterku, dan teman-teman kelas 6A sukses untuk kita semua, terus maju
dan berkembang, raihlah cita-cita dana pintu gerbang kesuksesan kita
bersama.
Teman-teman PKL dan para staff di Balai Desa Kepunduhan yang banyak
membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini khususnya buat pak Setiaji
Sumarya.
Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih.
VIII
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Tugas Akhir dengan judul “Implementasi Kebijakan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa (Apbdes) Di Balai Desa Kepunduhan Kecamatan Kramat Kabupaten
Tegal.”
Tugas Akhir ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat guna
mencapai gelar Ahli Madya (A.Md) pada Program Studi Akuntansi Politeknik
Harapan Bersama.
Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki,
dalam penyusunan Tugas Akhir ini banyak mendapatkan bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat :
1. Bapak Mc. Chambali, B.Eng, EE, M.Kom, selaku Direktur Politeknik Harapan
Bersama.
2. Ibu Yeni Priatna Sari, SE, M.Si, Ak, CA, selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Politeknik Harapan Bersama.
3. Ibu Erni Unggul SU, SE, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing I yang telah banyak
memberikan arahan, bimbingan, dan petunjuk hingga terselesaikannya
penyusunan Tugas Akhir ini.
4. Ibu Fitri Amaliyah,SE, sebagai Dosen Pembimbing II yang telah banyak
memberikan arahan, bimbingan, dan petunjuk hingga terselesaikannya
penyusunan Tugas Akhir ini.
5. Bapak Yudha Kurniawan,SH, selaku Kepala Desa yang telah memberi ijin
untuk melakukan penelitian pada kantor Kecamatan Tarub.
IX
6. Bapak Setiaji Sumarya, selaku Sekretaris Desa dan Pembimbing PKL yang
telah banyak memberikan bantuan dan bimbingan selama PKL di Balai Desa
Kepunduhan.
7. Seluruh staff Balai Desa Kepunduhan yang telah memberikan bantuan selama
melaksanakan penelitian.
8. Teman-teman baik di kampus maupun di tempat PKL, yang telah memberikan
dorongan dan semangat serta semua pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung, turut membantu selesainnya Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini jauh dari sempurna, masih
banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf atas
segala kekurangan dan kelemahan yang ada. Penulis sangat berharap Tugas Akhir
ini bermanfaat bagi para pembaca serta pemerhati masalah akuntansi pada
umumnya.
Tegal, Juli 2019
TAPRIHATIN YUFI MUFIDAH
NIM. 16030005
X
ABSTRAK
Mufidah, Taprihatin Yufi. 2019. Implementasi Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) Di Balai Desa Kepunduhan Kecamatan Kramat Kabupaten Tegal. Program Studi : Diploma III Akuntansi. Politeknik Harapan Bersama Tegal. Pembimbing I: Erni Unggul SU., SE, M.Si,; Pembimbing II: Fitri Amaliyah, SE.
APBDes adalah bagian yang sangat penting untuk menentukan terwujudnya tata pemerintahan yang baik di desa. Implementasi kebijakan APBDes dapat terlihat pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) yang direalisasikan melalui Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes). Perencanaan pembangunan adalah sebuah hasil proses musyawarah yang senantiasa memperhatikan aspirasi masyarakat secara utuh, dengan demikian pelaksanaan pembangunan di desa benar-benar dapat dirasakan oleh masyarakat serta berjalan secara efektif dan efisien. Rencana pembangunan desa dapat diwujukan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Anggaran yang telah disusun dan disahkan harus dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. APBDes dirancang sesuai dengan kondisi keuangan dan aset desa, pelaksanaan APBDes harus diukung oleh faktor-faktor yang terlibat dala implementasi tentang desa dan dapat dirasakan oleh masyarakt serta berjalan secara efektif dan efisien. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang Implementasi Kebijakan Anggaran pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) di Balai Desa Kepunduhan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan studi pustaka. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukan Implementasi Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Kepunduhan terlaksana dengan baik dan sesuai dengan RKPDes yang disusun oleh Kepala Desa.
Kata kunci : Implementasi, APBDes
XI
ABSTRACT
Yufi Mufidah, Taprihatin. 2019. The Implementation of Village Revenue and Expenditure Budget Policies (APBDes) at the KepunduhanVillage Goverment Kramat Sub-District Tegal Regency. D-III Accounting Department of Politeknik Harapan Bersama Tegal. First Advisor : Erni Unggul SU., SE, M.Sc.; Second Advisor: Fitri Amaliyah, SE.
APBDes is an important part that determining the realization of good governance in the village. The Implementation of the APBDes policy can be seen in Village Medium Term Development Plan (RPJMDes) realized through the Village Development Work Plan (RKPDes). Development planning is a result of a deliberation process that always pays attention to the aspirations of the community as a whole, thus the implementation of development in the village can really be felt by the community and runs effectively and effeciently. Village Development plans can be realized throught the Village Revenue and Expenditure Budget. The budget that has been prepared and ratified must be carried out in accordance with the needs of the community. APBDes are designed in accordance with the conditions of the village’s finances and assets, the implementation of the APBDes must be supported by factors involved in the implementation of the village and can be felt by the community an ru effectively and efficiently. Based on this, this study was aimed to describe the implementation of the village budget (APBDes) policy in the village hall. Data collectoin techniques used were observation, interviews and literature. The data analysis method used was descriptive qualitative. The result of this study showed that the implementation of the village budget and expenditure policy (APBDes) at the village hall was well implemented and in accordance with the RKPDes compiled by the Village Head.
Keywords: Implementation, APBDes
XII
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TA ...........................................iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................v
HALAMAN MOTTO ...................................................................................vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................viii
ABSTRAK ...................................................................................................x
DAFTAR ISI .................................................................................................xii
DAFTAR TABEL .........................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah .........................................................1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................6
1.5 Batasan Masalah .....................................................................7
1.6 Kerangka Berpikir ..................................................................7
1.7 Sistematika Penulisan .............................................................9
XIII
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................12
2.1 Definisi Implementasi Kebijakan ...........................................12
2.2 Definisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). 14
2.2.1 Fungsi APBDes..............................................................20
2.3 Definisi Desa ...........................................................................22
2.4 Definisi Pengelolaan Keuangan Desa .....................................23
2.4.1 Pengertian Perencanaan Keuangan Desa .......................24
2.4.2 Pengertian Pelaksanaan Keuangan Desa........................25
2.4.3 Pengertian Penatausahaan Keuangan Desa....................26
2.4.4 Pengertian Pelaporan keuangan Desa............................26
2.4.5 Pengertian Pertanggungjawaban keuangan Desa...........27
2.5 Penelitian Terdahulu................................................................30
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................34
3.1 Lokasi Penelitian ...................................................................34
3.2 Waktu Penelitian ....................................................................34
3.3 Jenis Data ...............................................................................34
3.4 Sumber Data ..........................................................................35
3.5 Teknik Pengumpulan Data .......................................................35
3.6 Metode Analisis Data ..............................................................36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................38
4.1 Gambaran Balai Desa Kepunduhan ........................................38
4.1.1 Kondisi Geografis ........................................................38
4.1.2 Gamabaran Umum Demografis ....................................39
4.1.3 Kondisi Ekonomi ..........................................................44
4.1.4 Visi dan Misi Desa Kepunduhan...................................46
4.1.5 Strategi dan Arah Kebijakan Desa.................................47
4.2 Hasil Analisis dan Pembahasan ..............................................52
4.2.1 Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDes) di Balai Desa Kepunduhan ..........................52
4.2.2 Implementasi Kebijakan APBDes di Balai Desa
Kepunduhan ..................................................................55
XIV
4.2.3 Pembahasan Implementasi kebijakan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) di Balai Desa
Kepunduhan ..................................................................57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................64
5.1 Kesimpulan .............................................................................64
5.2 Saran .......................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................66
LAMPIRAN.................................................................................................67
XV
DAFTAR TABEL
Tabel
2.5 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 30
XVI
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1.1 Kerangka berfikir ..................................................................................8
2.4 Siklus Pengelolaan Keuangan Desa .....................................................24
8 Struktur Organisasi Pemerintah Desa...................................................44
4.2 Mekanisme Penyusunan APBDes........................................................55
XVII
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Lampiran APBDes Tahun 2016....................................................................66
2. Lampiran APBDes Tahun 2017....................................................................69
3. Lampiran APBDes Tahun 2018....................................................................72
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Keberadaan otonomi daerah pada saat ini membawa suatu hal baru bagi
Pemeritah Daerah dimana daerah menjadi semakin mandiri dalam hal
pelaksanaan kegiatan pemerintahan maupun pembangunan di masing-masing
daerah. Penerapan otonomi daerah memerlukan dukungan dan pengembangan
suatu pengelolaan pembangunan yang lebih mendorong keterlibatan
masyarakat secara lebih luas. Pemberian otonomi di arahkan juga untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat,
dimana daerah-daerah otonom (Kabupaten/Kota) diberi kewenangan untuk
mengatur dan mengurus daerahnya sesuai aspirasi dari masyarakat dan tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada tata
aturan pemerintahan, perlu ditumbuhkan perilaku pemerintahan yang jujur,
terbuka, bertanggungjawab dan demokratis. Sedangkan pada tata aturan
kemasyarakatan harus dikembangkan mekanisme yang memberikan peluang
partisipasi bagi warga dalam proses pengambilan kebijakan.
Berdasarkan Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 113 tahun 2014
tentang pengelolaan keuangan desa yang memberikan landasan bagi otonomi
desa secara praktik bukan hanya sekedar normatif. Oleh karena itu,
Pengelolaan keuangan desa merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, penganggaran, penatausahaan, pelaporan pertanggungjawaban,
2
serta pengawasan pengelolaan anggaran tersebut. Pelaksanaan otonomisasi
desa yang bercirikan pelayanan yang baik adalah dapat memberikan kepuasan
bagi masyarakat yang memerlukan karena cepat, mudah, tepat dan dengan
biaya yang terjangkau. Pelaksanaan di lapangan juga harus didukung oleh
faktor-faktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan tentang desa tersebut.
Implementasi Kebijakan APBDes dapat terlihat pada Rencana
Pembanguan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) yang direalisasikan melalui
Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes). Dalam masyarakat desa,
perencanaan pembangunan desa merupakan sebuah instrumen yang sangat
penting karena salah satu dari serangkaian perjalanan pembangunan tahap awal
yang sangat menentukan bagi keberhasilan proses pembangunan khususnya di
desa. Perencanaan pembangunan adalah sebuah hasil proses musyawarah yang
senantiasa memperhatikan aspirasi masyarakat secara utuh, dengan demikian
pelaksanaan pembanguman di desa benar-benar dapat dirasakan oleh
masyarakat serta berjalan secara efektif dan efisien. Rencana pembangunan
desa dapat diwujudkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa adalah instrumen yang sangat
menentukan terwujudnya tata pemerintahan yang baik di desa. Tata
pemerintahan yang baik antara lain dapat diukur melalui proses penyusunan
dan pertanggungjawaban APBDes. Sebagai pemegang otonomi, desa bisa
mengambil inisiatif dalam mengelola keuangan desa tanpa adanya intervensi
dari pemerintah diatasnya. Hal ini berarti dengan adanya otonomi desa, maka
desa lebih leluasa dalam menentukan arah kebijakan pembangunan desa
3
dengan diatur oleh APBDes. Selama satu tahun kedepan Kepala Desa bersama
BPD merancang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa sesuai dengan
Peraturan Desa yang di buat oleh Bupati.
APBDes dirancang sesuai dengan kondisi keuangan dan aset desa,
pelaksanaan APBDes harus di dukung oleh faktor-faktor yang terlibat dalam
implementasi tentang desa dan dapat rasakan oleh masyarakat serta berjalan
secara efektif dan efisien. Kenyataanya anggaran tersebut tidak seimbang
antara penerimaan dan pengeluaran, kesejahteraan masyarakat yang rendah dan
banyak program pembangunan yang masuk desa, namun hanya dikelola oleh
dinas dan tidak ada partisipasi dari masyarakat.
Desa Kepunduhan merupakan salah satu desa yang berada di
Kecamatan Kramat Kabupaten Tegal, dengan luas wilayah 106,55 m2, dan
jumlah penduduk 3229 jiwa. Batas-batas wilayahnya dari Sebelah Utara Desa
Kertayasa, Sebelah Selatan Desa Ketileng, Sebelah Barat Desa Kertaharja,
Sebelah Timur Desa Bangun Galih. Dari segi Pendapatan Desa, Kepunduhan
mendapatkan alokasi Anggaran yang cukup besar yang di kelola oleh
Pemerintah Desa dalam bentuk APBDes. Namun pengelolaan keuangaan dan
kekayaan yang dimiliki desa harus sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
masyarakat desa, seperti sarana dan prasarana desa. Pemerintah Desa
Kepunduhan dalam menerapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa telah
disusun setiap tahunnya, namun dalam pelaksanaannya masih banyak kendala-
kendala yang dihadapi sehingga dalam pelaksanaan penyusunan rencana kerja
pemerintah desa (RKPDes) belum optimal. Dalam kebijakan implementasi
4
APBDes seringkali proses-prosesnya menjadi monopoli Pemerintah Desa.
Peran masyarakat hanya sebagai pelengkap dari kebijakan pembangunan yang
dilakukan pemerintah desa.
Di desa Kepunduhan masih terdapat masalah yang dirasakan oleh
Kepala desa terkait keterbatasan dalam keuangan desa. Seringkali Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) tidak berimbang antara penerimaan
dengan pengeluaran. Kenyataan yang demikian disebabkan oleh faktor-faktor
seperti misalnya desa memiliki APBDes yang kecil dan sumber pendatannya
sangat bergantung pada bantuan yang sangat kecil pula. Selanjutnya
kesejahteraan masyarakat desa rendah dan banyak program pembangunan yang
masuk desa, namun hanya dikelola oleh dinas dan tidak ada partisipasi dari
masyarakat. Permasalahan yang muncul adalah proses implemetasi kebijakan
APBDes di Balai Desa Kepunduhan kurang terlaksanan dengan baik. Anggaran
yang telah disusun dan disahkan harus dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
Menurut penelitian Abdussakur (2012) menyatakan bahwa Pelaksanaan
kebijakan APBDes di wilayah Kecamatan Batu Benawa Kabupaten Hulu
Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan sudah sesuai dengan Peraturan
Bupati Hulu Sungai Tengah Nomor 10 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) Kabupaten
Hulu Sungai Tengah. Sedangkan menurut penelitian Selamet Joko Utomo
(2015) menyatakan bahwa pelaksanaan kebijakan APBDes yang dilaksanakan
di Desa Bandung masih belum sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh
5
Pemerintah Daerah, hal ini dikarenakan sumber daya manusia yang ada di desa
masih rendah dan sosialisasi yang kurang dari pemerintah Kabupaten
Mojokerto. Memiliki kemungkinan sangat kecil untuk menghasilkan
perubahan dalam masyarakat. Hal ini menunjukan bahwa setiap Pemerintah
Desa memiliki penerapan kebijakan yang berbeda-beda, begitu pula yang
terjadi di Balai Desa Kepunduhan Kecamatan Kramat Kabupaten Tegal.
Dari uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul ”IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDES) DI
BALAI DESA KEPUNDUHAN KECAMATAN KRAMAT KABUPATEN
TEGAL”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
sebagai berikut : Bagaimana Implementasi Kebijakan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa di Desa Kepunduhan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan :
Untuk mendeskripsikan Implementasi Kebijakan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa di Balai Desa Kepunduhan.
6
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat pada penelitian ini adalah :
1. Bagi Peneliti
a) Sebagai studi perbandingan antara teori yang didapat salama
perkuliahan dengan praktek yang ada di lapangan.
b) Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memperluas
pengetahuan dan wawasan mengenai Impementasi Kebijakan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) di Balai Desa
Kepunduhan Kecamatan Kramat Kabupaten Tegal.
2. Bagi Instansi Balai Desa Kepunduhan
Hasil penelitian ini dapat membatu memberikan masukan dan
pertimbangan instansi, selain itu dapat memberikan gambaran bagi
perusahaan dalam membuat strategi yang baik dan terarah untuk
mengelola keuangan yang akan datang secara efektif dan efisien terhadap
kebijakan APBDes.
3. Bagi Politeknik Harapan Bersama
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa
Politeknik Harapan Bersama khususnya program studi D3 Akuntansi
tentang Implementasi Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
7
1.5 Batasan Masalah
Berdasarkan uraian yang tertulis dalam latar belakang masalah difokuskan
pada masalah Implementas Kebijakan Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Desa Pada Balai Desa Kepunduhan.
1.6 Kerangka Berpikir
Permasalahan yang muncul pada penelitian ini adalah proses
Implementasi kebijakan APBDes di Balai Desa Kepunduhan kurang sesuai
dengan tujuan pemerintah. Anggaran yang telah di rancang dan disahkan
bersama harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui proses Implementasi Kebijakan APBDes di Balai Desa
Kepunduhan dengan deskriptif kualitatif. Anggaran yang telah di rancang dan
disahkan bersama harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Untuk mencapai
hal tersebut dibutuhkan pengetahuan dan pengawasan terhadap Implementasi
Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes).
Proses penelitian dilakukan dengan metode diskriptif kualitatif yang
dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang
masalah keadaan dan suatu peristiwa yang sedang berlangsung saat ini, serta
interaksi lingkungan unit sosial tertentu. Hasil yang akan diperoleh dari
penelitian ini adalah Implementasi Kebijakan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa (APBDes) terlaksana dengan baik.
8
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka dapat dilakukan
penyederhanaan menggunakan kerangka berpikir penelitian sebagai berikut:
Umpan balik
Gambar 1.1 Kerangka Berpikir
Analisis Data:
Diskriptif kualitatif
Permasalahan:
Proses Implementasi Kebijakan APBDes di Balai Desa Kepunduhan kurang terlaksana dengan baik.
Strategi Pemecahan Masalah:
Meningkatkan pengetahuan semua pihak tentang APBDes, melakukan pengawasan terhadap Implementasi Kebijakan APBDes dan mengadakan musyawarah desa dalam membentuk RPJMDes
Rumusan Masalah: Bagaimana Implementasi Kebijakan Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) di Balai Desa Kepunduhan ?
Kesimpulan:
Implementasi Kebijakan Anggaran Pendapatan Dan belanja Desa terlaksana dengan baik.
9
1.7 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan tugas akhir ini, dibuat sistematika penulisan agar
mudah untuk dipahami dan memberikan gambaran secara umum kepada
pembaca mengenai tugas akhir ini. Sistematika penulisan tugas akhir ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagian awal
Bagian awal berisi halaman judul, halaman persetujuan, halaman
pengesahan, halaman pernyataan keaslian Tugas Akhir (TA), halaman
pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah untuk kepentingan
akademis, halaman persembahan, halaman motto, kata pengantar,
intisari/abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan lampiran.
Bagian awal ini berguna untuk memberikan kemudahan kepada
pembaca dalam mencari bagian-bagian penting secara cepat.
2. Bagian isi terdiri dari lima bab, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan
masalah, kerangka berpikir dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini memuat teori-teori tentang pengertian
Implementasi Kebijakan Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Desa (APBDes) Di Balai Desa Kepunduhan Kecamatan
Kramat Kabupaten Tegal.
10
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang lokasi penelitian (tempat dan
alamat penelitian), waktu penelitian, metode pengumpulan
data, jenis dan sumber data penelitian dan metode analisis
data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan tinjauan umum instansi, seperti sejarah
singkat instansi, profil instansi, struktur organisasi, tugas dan
wewenang, laporan hasil penelitian dan pembahasan hasil
penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan berisi tentang garis besar dari inti hasil
penelitian, serta saran dari peneliti yang diharapkan dapat
berguna bagi instansi atau perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka berisi tentang daftar buku, literature yang berkaitan
dengan penelitan. Lampiran berisi data yang mendukung penelitian
tugas akhir secara lengkap.
11
3. Bagian Akhir
LAMPIRAN
Lampiran berisi informasi tambahan yang mendukung kelengkapan
laporan, antara lain Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
dari Tempat Penelitian, Kartu Konsultasi, Spesifikasi teknis serta data-
data lain yang diperlukan.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Implementasi Kebijakan
Kata implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan
atau mekanisme sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa bukan
hanya sekedar aktivitas tetapi suatu kegiatan yang terencanakan secara
sungguh-sungguh yang mengacu pada aturan tertentu untuk mencapai suatu
kegiatan. Implementasi kebijakan sebagai serangkaian aktivitas yang
diarahkan, bagaimana suatu program dapat berjalan dengan baik terutama
menyangkut tiga hal yaitu organisasi, interprestasi dan aplikasi.
Pengertian implementasi menurut Abdussakur (2012 : 4)[2]
implementasi adalah upaya untuk melaksanakan peraturan perundang-
undangan, ketentuan yang telah ditetapkan atau kebijakan. Dengan penerapan
tersebut dapat dilihat hasil berupa umpan balik dalam bentuk perbaikan atau
penguatan yang telah dianggap berhasil. Dengan demikian implementasi
kebijakan pemerintah yang telah ditetapkan harus segera dilaksanakan sesuai
dengan perencanaan program yang telah ditetapkan guna mencapai hasil yang
diinginkan.
Proses implementasi kebijakan negara umumnya tidak terlepas dan
sangat dipengaruhi oleh peranan birokrasi pemerintahan, baik ditingkat pusat
maupun di daerah, karena implementasi kebijakan negara oleh suatu
pemerintahan, sebenarnya bentuk pelayanan yang diberikan kepada
12
13
masyarakat, sesuai dengan fungsi dari birokrasi untuk melayani masyarakat.
Implementasi kebijakan dapat dipandang sebagai suatu proses melaksanakan
suatu keputusan kebijakan (dalam bentuk undang-undang, peraturan
pemerintah, keputusan peradilan, perintah eksekutif) atau dengan kata lain
bahwa implementasi pada suatu tindakan yang ditujukan untuk mencapai
kebijakan yang telah ditetapkan. Tindakan tersebut pada suatu saat berusaha
untuk mentransformasikan keputusan-keputusan menjadi pola operasional dan
melanjutkan upaya tersebut untuk mencapai perubahan seperti yang dituliskan
dalam keputusan-keputusan tertentu.
Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah
keputusan-keputusan menjadi tindakan operasional dalam kurun waktu
tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai
perubahan-perubahan besar dan kecil yang di tetapkan oleh keputusan-
keputusan kebijakan. Yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa tahap
implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan-tujuan dan saran-
saran ditetapkan atau diidentifikasi oleh keputusan-keputusan kebijakan.
Tahap implementasi terjadi hanya setelah undang-undang ditetapkan dan dana
disediakan untuk membiayai implementasi kebijakan tersebut.
Sedangkan menurut (Johnetha Lafani Supit : 2017)[6] Implementasi
Kebijakan sebagai tindakan yang dilakukan oleh publik maupun swasta baik
secara individu maupun kelompok yang ditunjukan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dalam keputusan kebijakan. Sehingga implementasi
kebijakan sangat diperlukan karena pada tahap itulah dapat dilihat kesesuaian
14
berbagai faktor keberhasilan implementasi kebijakan. Karena konsistensi
implementasi kebijakan nasional menentukan keberhasilan dan kegagalan
suatu bangsa.
Dari definisi tersebut disimpulkan bahwa implementasi kebijakan
adalah upaya untuk melaksanakan keputusan, peraturan, perundang-undangan,
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan atau kebijakan yang pada akhirnya
akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan dan sasaran kebijakan
itu sendiri. Implementasi mengacu pada tindakan untuk mencapai tujuan-
tujuan yang telah di tetapkan dalam suatu keputusan, tindakan ini untuk
mengubah keputusan-keputusan tersebut menjai pola-pola operasional serta
berusaha mencapai perubahan-perubahan tersebut.
2.2 Definisi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa (APBDES)
Menurut (Abdussakur : 2012)[2] Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa (APBDes) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang
dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah desa dan Badan
Permusyawaratan Desa serta ditetapkan dengan peraturan desa. Pemerintah
desa wajib membuat APBDes untuk menjalankan Alur pemerintahan desa
sebagai desa yang otonom yaitu desa yang mampu untuk mengatur dan
mengelola keuangan desa itu sendiri. Tujuan pembuatan APBDes adalah untuk
kesejahteraan kepala desa, perangkat desa dan masyarakat desa. APBDes
terdiri dari pendapatan desa, belanja desa dan pembiayaan desa.
15
Pendapatan desa, terdiri dari Pendapatan Asli Desa (PADes), Bagi
hasil pajak kabupaten/kota. Bagian dari retribusi kabupaten/kota. Alokasi Dana
Desa (ADD), Bantuan keuangan dari pemerintah, pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten/kota dan desa lainnya, hibah dan sumbangan pihak
ketiga. Belanja desa, terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak langsung.
Belanja langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan
belanja modal. Belanja tidak langsung, terdiri dari belanja
pegawai/penghasilan tetap, belanja subsidi, belanja hibah (pembatasan hibah),
belanja bantuan sosial, belanja bantuan keuangan dan belanja tak terduga.
Pembiayaan desa terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran
pembiayaan. Penerimaan pembiayaan mencakup sisa lebih perhitungan
anggaran (SilPA) tahun sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil penjualan
kekayaan desa yang dipisahkan dan Penerimaan pinjaman. Pengeluaran
pembiayaan mencakup Pembentukan dana cadangan, Penyertaan modal desa,
Pembayaran utang. Pengelolaan keuangan desa yang baik dan tertib, dapat
dipertanggungjawabkan dan sesuai aturan yang berlaku serta dapat mencapai
tujuan dan sasaran yang ditetapkan, maka perlu di susun rancangan APBDes
yang baik pula. Penyusunan rancangan APBDes diperlukan beberapa tahap
antara lain, Membuat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
(RPJMDesa) dan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDesa), Penetapan
Rancangan APBDes dan Evaluasi Rancangan APBDes.
16
RKPDes adalah hasil musyawarah masyarakat desa tentang program
dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk periode 1 tahun dan RPJMDesa
adalah dokumen perencanaan desa untuk periode 5 tahun. Berdasarkan
pengamatan di lapangan kepala desa maupun perangkat desa sangat
memperhatikan mengenai RKPDes maupun RPJMDes, mereka menyusun
rancangan APBDes berdasarkan kebutuhan pada saat dilakukan penyusunan
dan RPJM. Penyusunan rancangan APBDes terlebih dahulu harus membuat
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) dan Rencana
Kerja Pembangunan Desa (RKPDes). RPJMDes untuk jangka waktu 5 tahun
merupakan penjabaran dari visi dan misi dari kepala desa yang terpilih. Setelah
berakhir jangka waktu RPJMDes, kepala desa terpilih menyusun kembali
RPJMDes untuk jangka waktu 5 tahun. RPJMDes ditetapkan paling lambat 3
bulan setelah kepala desa dilantik. Kepala desa bersama Badan
Permusyawaratan Desa menyusun RKPDes yang merupakan penjabaran dari
RPJMDes berdasarkan hasil Musyawarah Rencana Pembangunan Desa.
Penyusunan RKPDes diselesaikan paling lambat akhir bulan Januari tahun
anggaran sebelumnya.
APBDes terdiri atas 2 (dua) bagian yaitu Anggaran Penerimaan dan
Anggaran Pengeluaran.
1. Anggaran Penerimaan berdasarkan pada sumber-sumber Pendapatan Desa
yaitu :
17
a. Pendapatan Asli Desa yang terdiri dari : hasil usaha desa, hasil kekayaan
desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong-royong dan lain-lain
pendapatan asli Desa yang sah,
b. Bantuan dari Pemerintah Kabupaten yang meliputi: Bagian dari
perolehan Pajak dan Retribusi Daerah, dan bagian dari dana perimbangan
keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh Pemerintah Kabupaten
c. Bantuan dari Pemerintah dan Pemerintah Propinsi
d. Sumbangan dari pihak ketiga, dan
e. Pinjaman Desa
2. Anggaran Pengeluaran terdiri atas 2 (dua) sub bagian besar yaitu
Pengeluaran Belanja Rutin dan Pengeluaran Belanja Pembangunan.
a. Pengeluaran Belanja Rutin antara lain berupa:
1) Belanja Pegawai, yaitu seperti Gaji dan honor para Aparat Desa dan
anggota BPD.
2) Belanja Barang, yaitu seperti pengadaan ATK untuk Desa, komputer
bila memungkinkan dan lain sebagainya yang berhubungan dengan
pengaaan barang di kantor.
3) Biaya Pemeliharaan, yaitu seperti Pengecatan Kantor Desa atau Balai
Desa, Reparasi Komputer bila ada, dan lain sebagainya
4) Biaya Perjalanan Dinas, yaitu seperti perjalanan dinas aparat Desa
atau anggota BPD ke Desa-Desa lain atau ke Kecamatan atau ke
Kabupaten, dan lain sebainya termasuk ke dusun-dusun di wilayah
desanya.
18
5) Biaya lain-lain, yaitu seperti tunjangan hari raya (THR) untuk Kepala
Desa, Aparat Desa dan Anggota BPD, dana Beasiswa untuk anak-
anaak sekolah yang berprestasi, Bingkisan hari raya untuk keluarga-
keluarga kurang mampu, dan lain sebagainya. Semua ini dilakukan
bila keuangan Desa memungkinkan
b. Pengeluaran Belanja Pembangunan antara lain berupa :
1) Prasarana Pemerintahan Desa, seperti Rehabilitasi atau penambahan
ruang kerja atau Kantor Desa atau kantor BPD, dll
2) Prasarana Produksi, seperti pembangunan saluran irigasi Desa,
pembentukan atau pengembangan BUMDes (Badan Usaha Milik
Desa), dan lain-lain.
3) Prasarana Perhubungan, seperti pembangunan jalan, jembatan,
gorong-gorong dan lain-lain.
4) Prasarana Sosial, seperti Rehabilitasi Gedung SD, rehabiltasi atau
pembangunan Pustu (Puskesmas Pembantu), rehabiltasi
mesjid/gereja, dan lain sebagainya.
Dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli Desa sebagaimana
dimaksud pada Sumber Pendapatan Desa, Pemerintah Desa dapat mendirikan
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang ditetapkan dengan Peraturan Desa.
Kekayaan Desa sebagaimana dimaksud pada Sumber Pendapatan Desa dapat
berupa hasil-hasil dari tanah kas Desa, pasar Desa, bangunan Desa, pelelangan
ikan yang dikelola oleh Desa, obyek-obyek rekreasi yang diurus oleh Desa,
19
pemandian umum yang diurus oleh desa, hutan Desa, dan lainlain kekayaan
milik Desa.
Sumbangan dari pihak ketiga kepada desa dapat berbentuk hadiah,
donasi, wakaf, hibah dan istilah lain yang sama dengan sumbangan, dan
pemberian sumbangan dimaksud tidak mengurangi kewajiban-kewajiban
pihak penyumbang kepada Desa. Sumbangan yang berbentuk barang, baik
barang bergerak maupun barang tidak bergerak dicatat sebagai barang
inventaris kekayaan milik desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Sumbangan yang berbentuk uang dicantumkan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
Pinjaman Desa dilakukan oleh Pemerintah Desa setelah mendapat
persetujuan Badan Perwakilan Desa. Kepala Desa melakukan
penandatanganan pinjaman setelah memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan. Sumber-sumber
Pinjaman Desa dapat berasal dari Pemerintah, Pemerintah Propinsi, dan
Pemerintah Kabupaten (Bank Pemerintah, Bank Pemerintah Daerah, Bank
Swasta, dan sumber-sumber lain yang sah sesuai peraturan perundang-
undangan). Pinjaman Desa digunakan untuk meningkatkan Pendapatan Asli
Desa, membiayai suatu usaha yang dapat meningkatkan pendapatan Desa, dan
menambah/menyertakan modal Pemerintah Desa kepada Badan Usaha Milik
Desa, dan atau usaha-usaha lain. Pinjaman Desa tidak dapat digunakan untuk
membiayai Belanja Rutin Desa. Penggunaan dan pengembalian pinjaman Desa
dicantumkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
20
2.2.1 Fungsi APBDes
Anggaran desa mempunyai beberapa fungsi utama yaitu sebagai
berikut[4] :
1. Alat perencanaan ( Planning tool )
Anggaran merupakan alat pengendali manajemen desa dalam rangka
mencapai tujuan. Anggaran desa digunakan untuk merencanakan
kegiatan apa saja yang dilakukan oleh desa beserta rincian biaya yang
dibutuhkan dan rencana sumber pendapatan yang akan diperoleh desa.
Anggaran sebagai alat perencanaan digunakan untuk:
a. Merumuskan tujuan dan sasaran kebijakan agar sejalan dengan
visi, misi dan sasaran yang sudah ditetapkan.
b. Merencanakan berbagai program, kegiatan, serta sumber
pendapatan.
c. Mengalokasikan dana untuk program dan kegiatan yang sudah
disusun.
d. Menentukan indikator kinerja dan pencapaian strategi.
2. Alat pengendalian ( Control tool )
Anggaran berisi perencanaan detail atas pendapatan dan pengeluaran
desa, dimaksudkan dengan adanya anggaran, semua bentuk
pengeluaran dan pemasukan dapat dipertanggungjawabkan kepada
publik. Tanpa adanya anggaran, desa akan sulit mengendalikan
pengeluaran dan pemasukan.
21
3. Alat kebijakan fiskal ( Fiscal policy tool )
Dengan mengunakan anggaran dapat diketahui bagaimana
kebijaksanaan fiskal yang akan dijalankan desa, dengan demikian
akan mudah untuk memprediksi dan mengestimasi ekonomi dan
organisasi. Anggaran dapat digunakan untuk mendorong,
mengkoordinasi dan memfasilitasi kegiatan ekonomi masyarakat
untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.
4. Alat koordinasi dan komunikasi ( Communication and coordination
tool )
Dalam menyusun anggaran, pasti antar unit kerja akan melakukan
komunikasi dan koordinasi. Dalam perencanaan dan pelaksanaan
anggaran harus dikomunikasikan ke seluruh perangkat desa.
Anggaran publik yang disusun dengan baik akan mampu mendeteksi
terjadinya ikonsistensi suatu unit kerja di dalam pencapaian tujuan
desa.
5. Alat penilaian kinerja ( Performance appraisal tool )
Perencanaan anggaran dan pelaksanaannya akan menjadi penilaian
kinerja perangkat desa. Kinerja perangkat desa akan dinilai
berdasarkan pencapaian target anggaran serta pelaksanaan efisiensi
anggaran. Anggaran merupakan alat yang efektif untuk melakukan
pengendalian dan penilaian kinerja.
22
6. Alat motivasi ( Motivational tool )
Anggaran dapat digunakan untuk memberi motivasi kepada
perangkat desa dalam bekerja secara efektif dan efisien. Dengan
membuat anggaran yang tepat dan dapat melaksanakannya sesuai
target dan tujuan desa, maka desa dikatakan mempunyai kinerja
yang baik.
2.3 Definisi Desa
Menurut (Akhmad, dkk : 2017)[7] Secara etimologi kata desa berasal
dari bahasa Sansekerta yaitu Deca yang berarti tanah air, tanah asal, atau tanah
kelahiran. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-
usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional dan berada di
Daerah Kabupaten.
Sedangkan menurut Peraturan Bupati Tegal No. 2 Tahun 2017[12]
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
23
Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama
lain, dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
Desa memiliki kewenangan sesuai yang tertuang dalam Undang-Undang No.
6 Tahun 2014 tentang Desa, yang meliputi kewenangan di bidang
penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa,
pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat desa. Tujuan
pembentukan desa adalah untuk meningkatkan kemampuan penyelenggaraan
pemerintahan secara berdaya guna, berhasil dan peningkatan pelayanan
terhadap masyarakat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemajuan
pembangunan.
2.4 Definisi Pengelolaan Keuangan Desa.
Berdasarkan PERMENDAGRI No. 113 tahun 2014[1], tentang
pengelolaan keuangan desa, menjelaskan bahwa Pengelolaan Keuangan Desa
adalah keseluruhan kegiatan yng meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa. Dalam
pengelolaan keuangan desa, kepala desa dibantu oleh jajaran pelaksana yang
berdiri dari keseluruhan perangkat desa seperti yang tertuang dalam
PERMENDAGRI No.113 Tahun 2014[1] bahwa Tim Pengelolaan Keuangan
Desa merupakan:
1. Kepala desa
2. Sekretaris desa
24
3. Bendahara desa
4. Kepala seksi
Sehingga dalam pengelolaan keuangan desa juga perlu
memperhatikan peraturan yang berlaku serta norma dan asasnya. Agar dapat
terwujudnya pemerintahan yang baik dan diharapkan dapat memberikan
laporan keuangan dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai pihak.
Berdasarkan pengertian diatas dapat digambarkan siklus pengelolaan keuangan
desa sebagai berikut:
Gambar 2.4 Siklus Pengelolaan keuangan Desa
2.4.1 Pengertian Perencanaan Keuangan Desa
Menurut Haryanto (dalam Walukow, dkk : 2017)[9], istilah
Perencanaan Pembangunan, khususnya pembangunan ekonomi, sudah
biasa terdengar dalam pembicaraan sehari- hari. Akan tetapi,
1. PERENCANAAN
5. PERTANGGUNGJAWABAN
4. PELAPORAN 3.PENATAUSAHAAN
2.PELAKSANAAN
25
perencanaan diartikan berbeda- beda dalam berbagai literature yang
berbeda.Secara umum perencanaan keuangan adalah kegiatan untuk
memperkirakan pendapatan dan belanja dalan kurun waktu tertentu di
masa yang akan datang. Perencanaan keuangan desa dilakukan setelah
tersusunya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes)
dan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes) yang menjadi dasar
untuk nenyusub APBDes yang merupakan hasil dari perencanaan
keuangan desa.
2.4.2 Pengertian Pelaksanaan Keuangan Desa
Menurut (Amalia, dkk : 2017)[10], menjelaskan bahwa
pelaksanaan keuangan desa dimulai dari penerimaan dan pengeluaran
desa yang dilaksanakan melalui rekening kas desa serta harus
dilengkapi dengan bukti pendukung yang sah seperti faktur, kwitansi,
foto barang, dan lain-lain. Pelaksanaan dalam pengelolaan keuangan
desa merupakan Implementasi atau eksekusi dari APBDes termasuk
dalam pelaksanaan diantaranya adalah proses pengadaan barang dan
jasa serta proses pembayaran. Dan tahap pelaksanaan adalah rangkaian
kegiatan untuk melaksanakan APBDes dalam satu tahun anggaran
dimulai dari 1 Januari hingga 31 Desember. Atas dasar APBDes
dimaksud disusunlah Rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk setiap
kegiatan yang menjadi dasar pengajuan surat permintaan pembayaran
(SPP).
26
2.4.3 Pengertian Penatausahaan Keuangan Desa
Menurut Mamuaya (2017)[11], penatausahaan keuangan desa
adalah kegiatan mengatur keuangan desa dalam rangka mewujudkan
asas pengelolaan keuangan desa yaitu asas transparan dan asas
akuntabel. Kegiatan penatausahaan meliputi semua kegiatan
penerimaan dan pengeluaran kas yang disertai oleh dokumen
pendukung seperti buku kas umum, buku pembantu pajak, dan buku
bank desa. Penatausahaan keuangan desa yang diatur dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang pengelolaan
keuangan desa yaitu sebagai berikut ini :
a. Penatausahaan dilakukan oleh bendahara desa
b. Bendahara desa wajib melakukan pencatatan setiap penerimaan dan
pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara
tertib.
c. Bendahara desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui
laporan pertanggungjawaban dan paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya.
2.4.4 Pengertian Pelaporan Keuangan Desa
Pelaporan keuangan desa adalah Suatu kewajiban oleh
Pemerintah desa kepada Pemerintah daerah dan merupakan tahap
bagian akhir dalam proses pengelolaan keuangan desa serta kegiatan
27
pelaporan haruslah dilaksanakan secara tepat waktu dan bersifat akurat
dan benar. Laporan yang disampaikan yaitu laporan realisasi
pelaksanaan APBDes.Pelaporan keuangan desa yang diatur dalam
Peaturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Keuangan Desa yaitu Kepala desa menyampaikan laporan
realisasi pelaksanaan APBDes kepada bupati/walikota, berupa:
a. Laporan semester pertama
Laporan semester pertama berupa laporan realisasi pelaksanaan
APBDes. Laporan pelaksanaan realisasi semester pertama paling
lambat disampaikan pada akhir bulan juli tahun berjalan.
b. Laporan semester akhir tahun
Laporan semester akhir tahun berupa laporan realisasi pelaksanaan
APBDes, sama seperti laporan semester pertama. Laporan
semesrter akhir tahun pelaksanaan realisasi APBDes paling lambat
disampaikan pada akhir bulan januari tahun berikutnya.
2.4..5 Pengertian Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Pertanggungjawaban keuangan desa merupakan kegiatan tahap
akhir dalam tahap pengelolaan keuangan desa setelah tahap pelaporan.
Kegiatan pertanggungjawaban berupa kegiatan menyampaikan laporan
pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes yang dilaporkan
oleh kepala desa kepada pemerintah daerah yaitu bupati/walikota.
28
Serta laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban haruslah
diinformasikan kepala masyarakat secara tertulis maupun lewat media
informasi yang mudah diakses masyarakat. Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 113 Tahun 2014[1], juga menjelaskan keseluruhan tata
kelola keuangan yang baik agar dapat mewujudkan pemerintahan yang
akuntabel, transparan dan partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan
disiplin anggaran dalam pengelolaan kuangan publik dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Transparan yaitu prinsip keterbukaan yang memungkinkan
masyarakat untuk menegtahui dan dapat mengakses seluruh
informasi tentang keuangan.
b. Akuntabel yaitu segala kewajiban yang harus dapat
dipertanggungjwabkan atas pengelolaan dan pengendalian sumber
daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam rangka
mencapai tujuan sebagai pemerintahan yang baik.
c. Partisipatif yaitu setiap tindakan dilakukan dengan
mengikutsertakan masyarakat dalam segala aspek. Seperti halnya
dalam pengelolaan keuangan desa malalui perwakilannya.
d. Tertib Dan Disiplin Anggaran yaitu anggaran harus dilakukan
secara konsisten dengan pencatatan atas segala penggunaannya
disesuaikan berdasarkan prinsip akuntansi pemerintahan yang
berlaku.
29
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahum 2014
Tentang Pengelolaan Keuangan Desa, telah mengatur tahap
pertanggungjawaban keuangan desa yaitu sebagai berikut:
1. Kepala desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi
pelaksanaan APBDes kepada Bupati/walikota setiap akhir tahun.
2. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes terdiri
dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
3. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes
ditetapkan dengan peraturan desa.
4. Peraturan desa tentang laporan pertanggungjawaban realisasi
pelaksanaan APBDes, dilampiri:
a. Format laporan pertangungawaban realisasi pelaksanaan
APBDes tahun anggaran berkenaan.
b. Format laporan kekayaan milik desa per 31 Desember tahun
anggaran yang berkenaan.
c. Format laporan program pemerintah dan pemerintah daerah yang
masuk ke desa.
30
2.5 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu
NO. NAMA JUDUL METODE HASIL PENELITIAN
1. Frisky
Maringka
Implementasi
Kebijakan
Anggaran
Pendapatan Dan
Belanja Desa
Dalam
Pelaksanaan
Pembangunan
Di Desa Rasi
Satu Kecamatan
Ratahan
Kabupaten
Minahasa
Tenggara
Kualitatif Implementasi kebijakan
dinilai dari faktor organisasi
secara umum dikategorikan
baik. Aplikasi program
pembangunan desa yang
bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja desa
sudah dapat dilaksanakan.
2. Selamet Joko
Utomo
Implementasi
Kebijakan
Anggaran
Pendapatan Dan
Belanja Desa
Diskriptif
kualitatif
Dalam pelaksanaan kebijakan
APBDes di Desa Bandung
masih belum sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan
oleh Pemerintah Daerah, hal
31
(Apbdes) Untuk
Meningkatkan
Pembangunan
Desa.(2015)
ini dikarenakan sumber daya
manusia yang ada di desa
masih rendah dan sosialisasi
yang kurang dari pemerintah
Kabupaten Mojokerto.
memiliki kemungkinan sangat
kecil untuk menghasilkan
perubahan dalam masyarakat.
3. Abdussakur Implementasi
Kebijakan
Anggaran
Pendapatan Dan
Belanja Desa
(Apbdes) Di
Wilayah
Kecamatan Batu
Benawa
Kabupaten Hulu
Sungai Tengah
Provinsi
Kalimantan
Selatan. (2012)
Diskriptif
kualitatif
1. Pelaksanaan kebijakan
APBDes di wilayah
Kecamatan Batu Benawa
Kabupaten Hulu Sungai
Tengah Provinsi Kalimantan
Selatan sudah sesuai dengan
Peraturan Bupati Hulu Sungai
Tengah Nomor 10 Tahun
2007 tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDesa) Kabupaten Hulu
Sungai Tengah.
32
2. Dilihat dari dokumen
perubahan APBDes dari Desa
Baru, Desa Pagat, dan Desa
Layuh, tampak sekali bahwa
Perdes tersebut seperti
formalitas yang dimintakan
oleh Pemerintah Daerah untuk
melengkapi berkas saja.
4. Johnetha
Lafani
Supit,Grace
B
Nangoi,Novi
Budiarso
Implementasi
Kebijakan
Anggaran
Pendapatan Dan
Belanja Desa Di
Desa Lowian
Kecamatan
Maesaan
Kabupaten
Minahasa
Selatan. (2017)
Data
kualitatif
yang bersifat
deskriptif
1. Implementasi Kebijakan
Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa (APBDes) di
Desa Lowian Kecamatan
Maesaan Kabupaten
Minahasa Selatan sudah
sesuai dengan Peraturan
Menteri Nomor 113 Tahun
2014 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa yang dimana
implementasinya sesuai
dengan program yang telah
ditetapkan.
33
2. Pengelolaan Keuangan
Desa masih memiliki masalah
dalam hal kurangannya
kapasitas personalia untuk
mengelola keuangan desa dan
perlunya pengawasan yang
lebih untuk mengontrol
pelaksanaan keuangan desa.
5. Nirmala
Afrianti Sahi
Implementasi
Kebijakan
Kepala Desa
dalam
Pengelolaan
Anggaran
Pendapatandan
Belanja Desa
(APBDes).
(2018)
Kualitatif 1. Pemahaman terhadap
regulasi Pengelolaan APBDes
terutama Permendagri Nomor
113 Tahun 2014 Desa Butu
masih lemah, hal ini karena
disebakan oleh lemahnya
Aspek regulasi kelembagaan,
tata laksana, pengawasan, dan
SDA.
2. APBDes yang disusun tidak
sepenuhnya menggambarkan
kebutuhan yang diperlukan
desa Butu.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat pada Balai Desa Kepunduhan Kec. Kramat
Kab. Tegal yang beralamat di Desa Kepunduhan.
3.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan, terhitung dari tanggal 05 Maret
sampai dengan 21 Mei 2019.
3.3 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Data Kualitatif
Data kualitatif menurut Suliyanto (2005:134)[5] merupakan data dalam
bentuk kata-kata atau bukan bentuk angka. Data ini biasanya menjelaskan
karakteristik atau sifat. Data kualitatif pada penelitian ini adalah data yang
di dapatkan dengan cara tanya jawab atau wawancara peneliti kepada
pegawai Balai Desa Kepunduhan..
2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif menurut Suliyanto (2005:135)[5] merupakan data yang
dinyatakan dalam bentuk angka dan merupakan hasil dari perhitungan dan
35
dengan cara meminta data APBDes kepada SEKDES di Balai Desa
Kepunduhan.
3.4 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Data Primer
Data Primer menurut Suliyanto (2005:131)[5] merupakan data yang
dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama. Data ini
seperti peneliti mengamati penerapan kabijakan APBDes..
2) Data Sekunder
Data sekunder menurut Suliyanto (2005:132)[5] adalah data yang diterbitkan
atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahnya. Dalam hal ini data
sekunder yang diperoleh seperti peneliti meminta data-data yang terkait
dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data-data atau keterangan yang diperlukan dalam
penelitian ini, maka metode penelitian yang digunakan penulis ialah sebagai
berikut :
1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang berkaitan dengan
perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang
diamati tidak terlalu besar. Observasi dalam penelitian ini dilakukan secara
36
langsung pada instansi dengan mengumpulkan data yang berkaitan dengan
penyusunan tugas akhir ini.
2. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengambilan data dimana peneliti langsung
berdialog dengan responden untuk menggali informasi dari responden.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan tanya jawab secara langsung
dengan pihak yang terkait dalam penyusunan penelitian tugas akhir ini.
3. Studi Pustaka
Studi Pustaka merupakan kajian teoritis dan referensi lain yang berkaitan
dengan nilai, budaya dan norma yang berkembang pada situasi sosial yang
diteliti. Studi kepustakaan sangat penting dalam melakukan penelitian, hal
ini yang dapat menunjang dalam penyusunan Tugas Akhir.
3.6 Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan untuk membahas permasalahan ini adalah
dengan menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu analisis permasalahan
yang sifatnya menguraikan, menggambarkan dan melukiskan suatu data atau
keadaan sedemikian rupa sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan untuk
menjawab permasalahan yang ada yaitu mengenai Implementasi Kebijakan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
Teknik Analisis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Menganalisis kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa di Desa
Kepunduhan.
37
2) Menarik kesimpulan dan memberikan saran untuk dijadikan bahan masukan
bagi pemerintahan/aparatur Desa Kepunduhan.
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Balai Desa Kepunduhan
4.1.1 Kondisi Geografis
Desa Kepunduhan merupakan salah satu wilayah Kecamatan
Kramat dengan luas wilayah Desa Kepunduhan 106.550 Ha dan jumlah
penduduk mencapai 3.229 jiwa. Namun dari keluasan wilayah yang
begitu potensial saat ini masih banyak sumber daya alam yang berpotensi
belum digali saat ini. Letak Geografis desa Kepunduhan berada di
wilayah Kabupaten Tegal.
Keseharian masyarakat desa Kepunduhan adalah bercocok
tanam, bertani, buruh tani, dan berternak (sapi, kambing, ayam, itik),
perikanan, bangunan, buruh bangunan serta berdagang dan lainnya.
mengingat keadaan wilayah desa Kepunduhan persawahan.
Masyarakat umumnya sudah aktif mengolah lahan pertanian
dan dengan menanam padi dengan menggunakan cara yang sederhana
dan konvensional dan hasil panen belum seutuhnya menemukan harga
yang sebanding dengan pekerjaan tersebut. Kendalanya yang utama
adalah naik turunnya harga perdagangan tanaman padi dan serangan
hama wereng, ingser, sundep, tikus, banjir, dll dan juga pada saat panen
raya, sering turun drastis.
39
Jarak tempuh ke Kecamatan Kramat sejauh 3 kilometer
dengan lama tempuh sekitar 15 menit. Jalan desa sebagian besar sudah
berpaving dan beraspal, walaupun kondisinya sekarang ini
membutuhkan beberapa perbaikan, terutama jalan tengah desa yang
menghubungnkan dengan desa - desa lain yang menjadi kewenangan
Pemerintah Daerah.
4.1.2 Gambaran umum Demografis
1. Kondisi Geografis dan Demografis
Desa Kepunduhan sebagai salah satu desa di Kecamatan
Kramat Kabupaten Tegal Propinsi Jawa Tengah, dengan luas area
106.550 Ha. Batas desanya sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Desa Kertayasa
b. Sebelah Selatan : Desa Ketileng
c. Sebelah Barat : Kertaharja
d. Sebelah Timur : Bangungalih
Secara administratif Desa Kepunduhan terdiri dan dua (2) Dusun
yang dipimpin oleh Ketua RW yaitu:
a. RW 01 terdiri dan 9 RT
b. RW 02 terdiri dan 10 RT
40
2. Kelembagaaan Desa
a. Pemerintahan Desa
1) Kepala Desa : Yudha Kurniawan, SH
2) Sekretaris Desa : Setiaji Sumarya,A.Md
3) Kasi Pemerintahan : Kasan
4) Kasi Kesejahteraan Rakyat : Tarmudi
5) Kasi Pelayanan : Taufik
6) Kaur Perencanaan : Yanis Kurnianto , S.HI
7) Kaur Keuangan : Janatun
8) Kaur Umum : H. Elang Triyudo Duksino
b. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
1) Ketua : Djatmiko
2) Sekretaris : Diana Ekowati
3) Anggota : Rustono
4) Anggota : Karnoto
5) Anggota : Hadi Kuswoyo
c. LPMD
1) Ketua : Karnawi
2) Sekretaris : Sopandi
3) Bendahara : Djalekha
41
d. Karang Taruna
1) Ketua : Didit Heriyanto
2) Sekretaris : Handwi Yulihantoro
3) Bendahara : Evanda Mailiani Gunawan
e. PKK Desa
1) Ketua : Susiyanti
2) Sekretaris : Nurkartiningsih
3) Bendahara : Diana ekowati
f. KPMD
1) Kordinator : Sukarno
2) Anggota : Cipto Roso
3) Anggota : Kardoyo
4) Anggota : Markono
5) Anggota : Endro Sri Astuti
3. Kependudukan
a) Jumlah penduduk : 3.229 Jiwa
b) Jurnlah penduduk laki-laki : 1.625 Jiwa
c) Jumlah penduduk perempuan : 1.604 Jiwa
d) Kepadatan penduduk : 48,1 Jiwa / Km2
e) Jumlah KK : 1.095 KK
f) Jumlah Rumah Tangga Miskin : 150 RTM
42
4. Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk Desa Kepunduhan terdiri dari:
a. Petani : 392 Orang
b. Pegawai /PNS : 10 Orang
c. Peternak : 5 Orang
d. Perdagangan : 30 Orang
e. Buruh : 392 Orang
f. Perikanan : 0 Orang
g. Nelayan : 15 Orang
h. Karyawan swasta : 100 Orang
Jumlah : 939 Orang
5. Pendidikan dan Ibu Rumah Tangga
a. Pendidikan : 1638 Orang
b. Ibu Rumah Tangga : 652 Orang
Jumlah : 2290 Orang
6. Keagamaan
a. Islam : 3228 Orang
b. Kristen : 1 Orang
Jumlah : 3229 Orang
43
7. Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan umum yang terdapat di Desa Kepunduhan
meliputi :
a. Taman Kanak-kanak/PAUD : 2 buah
b. Sekolah Dasar Negeri (SD) : 2 buah
c. Madrasah : 2 buah
6. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan yang ada di Desa Kepunduhan meliputi :
a. Puskesmas : -
b. Puskesmas Pembantu : -
c. Polindes : -
d. Balai Pengobatan/Klinik : -
e. Dokter Umum : -
f. Posyandu : 1 buah
g. Pos KB Desa : -
h. Bidan : 3 orang
i. Petugas Gizi Keliling : -
j. Dukun Bayi terlatih : 2 Orang
7. Sarana dan Prasarana Ekonomi
a. Bank : -
b. Koperasi Unit Desa : -
44
c. Pasar : -
d. BUMDES : 1
e. Industri Rumah Tangga : 4
f. Perusahaan Kecil : -
g. Perusahaan Sedang : -
h. Perusahaan Besar :
Sumber : Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
8. Strruktur Organisasi Pemerintah Desa
KEPALA DESA
SEKRETARIS DESA
KASI PEMERINTAHAN
KASI KESRA
KASI PELAYANAN
KAUR PERENCANAAN
KAUR KEUANGAN
KAUR UMUM
&
TATA USAHA
45
4.1.3 Kondisi Ekonomi
a. Potensi Unggulan Desa
Kegiatan ekonomi desa selama ini masih didominasi oleh
sektor pertanian Mengingat wilayah desa Kepunduhan 65 %
persawahan yang merupakan lahan mata pencaharian
masyarakat. Namun dari pesatnya pertanian desa belum seutuhnya
membuahkan hasil optimal. Hal Ini disebabkan karena masih
rendahnya pengetahuan dan kurangnya dana penunjang.
Tingkat pendapatan masyarakat belum seutuhnya mencukupi
kebutuhan hidup karena harga barang tidak sebanding dengan
penghasilan yang didapat mereka serta masih minimnya bekal
ketrampilan, upah buruh yang masih kecil serta masih mahalnya
barang -barang kebutuhan sembako. Keadaan tersebut tidak hanya
terjadi di wilayah desa Kepunduhan namun wilayah lain juga
keadaanya sama.
b. Pertumbuhan ekonomi desa
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi
perekonomia suatu daerah secara berkesinambungan menuju keadaan
yang lebih baik selama periode tertentu. Adanya pertumbuhan
ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi
dalam kehidudpan masyarakat.
Pertumbuhan perekonomian desa masih didominasi oleh
sektor pertanian. selain mengolah pertanian masyarakat ada juga yang
46
memelihara ternak ayam, itik, sapi, kambing dan ikan yang terdiri dari
ikan nila dan lele hanya beberapa orang yang melaksanakan kegiatan
ini karena memerlukan pembiayaan yang besar. Sebagian penduduk
desa juga menjadi pegawai negeri, baik sebagai pegawai negeri
pemerintah daerah/kantor, guru dan liannya.
4.1.4 Visi dana Misi Desa Kepunduhan
4.1.4.1 Visi Desa
“Terbangunnya kebersamaan dalam tata kelola pemerintahan
desa yang baik dan bersih guna memwujudkan desa kepunduhan
yang adil dan sejahtera”
4.1.4.2 Misi Desa
“Menjadikan desa kepunduhan selangkah lebih maju, Dengan
terciptanya kualitas pelayanan publik yang memuaskan dengan
melakukan pembenahan sistem kinerja aparatur pemerintahan
desa, serta menyelenggarakan urusan pemerintahan desa secara
terbuka, transparan dan bertanggung-jawab sesuai dengan
peraturan mekanisme per undang-undangan yang berlaku”
Ini semua bisa terwujud dengan strategi dan cara sebagai berikut :
1. Pengalokasian anggaran berdasarkan skala prioritas melalui
musyawarah desa agar program pemerintahan dapat berjalan
47
secara cepat, tepat dan akurat yang ditunjang dengan sinergi
perangkat dan lembaga desa yang ada dengan mengedepankan
managemen pemerintahan dan pelayanan publik yang baik.
2. Mengupayakan peningkatan perekonomian masyarakat melalui
pendampingan berupa penyuluhan khusus kepada UKM,
wiraswasta dan petani dengan rembug desa.
3. Memberdayakan lembaga yang ada dan mengoptimalkan
kegiatan pemuda dan olah raga guna menekan kenakalan tingkat
remaja di desa Kepunduhan.
4. Meningkatkan pengembangan kegiatan keagamaan baik tingkat
desa maupun luar desa
5. Peningkatan pengelolaan jalan desa, jalan lingkungan, gang,
sarana air bersih, saluran irigasi pertanian, sarana keagamaan
serta insfrastruktur lainya.
6. meningkatkan dan mengelola pendapatan asli desa dengan
membentuk BUMDes (Badan Usaha Milik Desa)
4.1.5 Strategi Dan Arah Kebijakan Desa
Program Desa diawali dengan penyusunan RKPDes dan di
lanjutkan musyawarah Rencana Pembangunan Desa (Musrenbangdes)
tingkat RT dan RW dan dilanjutkan Musyawarah Rencana
Pembangunan tingkat Desa yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat,
tokoh Agama, RT/RW, KPMD Pemerintah Desa beserta BPD/LPMD
48
dalam rangka penggalian gagasan. Dan penggalian gagasan tersebut
dapat diketahui permasalahan yang ada di desa dan kebutuhan apa yang
diperlukan oeh masyarakat sehingga aspirasi seluruh lapisan masyarakat
bisa tertampung.
Sebagai wakil dari masyarakat BPD berperan aktif membantu
Pemerintah Desa dalam menyusun program pembangunan. Pemerintah
Desa beserta BPD merumuskan program Pembangunan Desa, dalam hal
ini menyusun pembangunan apa yang sifatnya mendesak dan harus
dilakukan dengan segera dalam arti menyusun skala prioritas.
4.1.5.1 Strategi
Strategi pembangunan perekonomian pedesaan di desa
Kepunduhan harus memiliki karakteristik yang kuat seperti :
a. Pertama, strategi yang dipilih haruslah memiliki jangkauan
kemampuan memecahkan masalah ekonomi yang luas
sedemikian rupa, sehingga sekali strategi yang bersangkutan
di implementasikan, sebagian besar persoalan ekonomi dapat
terselesaikan dengan terbentuknya BUMDes.
b. Kedua, strategi yang dipilih hendaknya tidak dimulai dari nol,
melainkan dapat memanfaatkan hasil-hasil pembangunan
sebelumnya, sehingga selain tidak menimbulkan kegamangan
di dalam masyarakat, juga hasil-hasil pembangunan
sebelumnya tidak menjadi sia-sia.
49
c. Ketiga, strategi yang dipilih untuk diimplementasikan mampu
membawa perekonomian pedesaan ke masa depan yang lebih
baik dari sebelumnya, dengan konsep diantaranya :
1) Bahwa permasalahan mendasar di pedesaan adalah SDM.
SDM yang berkualitas pada dasarnya enggan untuk
bekerja membangun desa melainkan urbanisasi ke kota
untuk mencari nafkah dengan penghasilan di di atas rata-
rata, hal ini menyebabkan desa (off work). Untuk
mengantisipasi itu diperlukan peningkatan kualitas SDM
di pedesaan melalui berbagai kegiatan Diklat (Pendidikan
& Pelatihan) maupun Bintek (Bimbingan Teknis) di
segala bidang.
2) Strategi Peberdayaan Masyarakat (Community
Empowerment) Proses pemberdayaan yang menekankan
pada proses memberikan kemampuan kepada masyarakat
agar menjadi berdaya, mendorong atau memotivasi
individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan
untuk menentukan pilihan hidupnya. Lebih lanjut
dikatakan bahwa pemberdayaan harus ditujukan pada
kelompok atau lapisan masyarakat yang tertinggal,
dengan cara harus terus menerus dibangun secara mental
dan moralnya sehingga tumbuh semangat baru dengan
kepercayaan diri yang tinggi.
50
3) Pemberdayaan potensi desa perlu dilakukan secara
berkelanjutan dengan cara memotret potensi yang sudah
dimiliki dan bisa untuk dikembangkan terus, apakah
pertanian dan peternakan menjadi potensi, kedua bidang
tersebut harus menjadi unggulan untuk perekonomian
pedesaan.
4) Pertanian Berkelanjutan (Sustainable Agriculture
Development) Pembangunan yang berkelanjutan =
kegiatan-kegiatan di suatu wilayah untuk memenuhi
kebutuhan pembangunan di masa sekarang tanpa
membahayakan daya dukung sumberdaya bagi generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Tantangan
pembangunan berkelanjutan adalah menemukan cara
untuk meningkatkan kesejahteraan sambil menggunakan
sumberdaya alam secara bijaksana.
5) Pengembangan Kawasan Agropolitan Kawasan
pengembangan agropolitan muncul dari permasalahan
adanya ketimpangan pembangunan wilayah antar kota
sebagai pusat kegiatan dan pertumbuhan ekonomi dengan
wilayah produsen sebagai pusat kegiatan pertanian (yang
tertinggal). Wilayah desa dengan kegiatan utama sektor
primer, khususnya pertanian, mengalami produktivas
yang selalu menurun akibat beberapa permasalahan. Di
51
sisi lain wilayah perkotaan sebagai tujuan pasar dan pusat
pertumbuhan menerima bahan berlebih, sehingga untuk
mengatasi kesenjangan ini perlu adanya strategi
pengembangan wilayah agropolitan.
4.1.5.2 Arah Kebijakan Keuangan Desa
Sesuai Undang-undang Desa Nomor 6 tahun 2014 dan
Peraturan Pemerintah PP nomor 43 tahun 2014 tentang Desa
disebutkan bahwa penyelenggaraan urusan Pemerintah Desa
yang menjadi kewenangan desa didanai dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa, dan untuk tahun 2018 dengan
adanya undang-undang Desa mendapatkan Dana yang cukup
besar dari APBN, APBD I maupun APBD Kabupaten.
Keuangan desa merupakan semua hak dan kewajiban
desa dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang
dapat dinilai dengan uang, Dan Keuangan Desa merupakan
bagian dari Proses Musrenbangdes. Kebijakan Pemerintah desa
Kepunduhan dilakukan dengan mempertimbangkan keuangan
desa yang ada untuk tahun 2019 desa Kepunduhan mendapatkan
kucuran dana dari Pemerintah Pusat, pemerintah Propinsi
maupun Pemerintah Kabupaten serta Pemerintah Desa antara lain
52
4.2 Hasil Analisis dan Pembahasan
4.2.1 Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) di
Balai Desa Kepunduhan
Pengelolaan Keuangan Desa sebagai rangkaian kegiatan awal
untuk menyusun APBDes. Dengan demikian, penting untuk memahami
secara tepat aspek APBDes yaitu penerimaan, pengeluaran,
pembiayaan serta mekanisme penyusunan APBDes.
Anggaan Pendapatan dan Belanja Desa adalah pertanggung
jawaban dari pemegang manejemen desa untuk memberikan informasi
tentang segala aktifitas dan kegiatan desa kepada masyarakat desa dan
pemerintah desa atas pengelolaan dana desa dan pelaksanaan berupa
rencana-rencana program yang dibiayai dengan dana desa. Dalam
APBDes berisi pendapatan, belanja dan pembiayaan desa.
Pendapatan desa meliputi semua penerimaan uang mellui
rekeningdesa yang merupakan hak desa dalam peiode 1 tahun anggaran
yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa. Pendapatan desa terdiri
dari:
1. Pendapatan Asli Desa (PADes)
2. Bagi hasil pajak kabupaten/kota
3. Bagian dari retribusi kabupaten/kota
4. Alokasi Dana Desa (ADD)
5. Bantuan keuangan dari pemrintah provisi, pemerintah
kabupaten/kota dan desa lainnya
53
6. Hibah
7. Sumbangan pihak ketiga
Belanja desa meliputi semua pengeluaran dari rekening desa
yang merupakan kewajiban desa dalam 1 tahun anggaran yang tidak
akan diperoleh kembali pembayarannya oleh desa. Belanja desa terdiri
dari belanja langsungdan belanja tidak langsung. Belanja langsung
terdiri dari belanja pegawai, belanja brang dan jasa, serta belanja modal.
Belanja tidak langsung terdiri dari balnja pegawai/penghasilan tetap,
belanja subsidi, belanja hibah (pembatasan hibah), belanja bantuan
sosial, belanja bantuan keuangan dan belanja tak terduga.
Pembiayaan desa meliputi semu penerimaan yang perlu di
bayar kembali atau pengeluaran yang akan ditrima kembali, baik pada
tahun anggaran yang sedang berjlan maupun pada tahun anggaran
berikutny. Pembiayaan desa terdiri dari penerimaan pembiayaan dan
pengeluaran pembiayaan. Penerimaan pembiayaan terdiri dari : Sisa
lebih Perhitungan Anggaran (SilPA) tahun anggaran sebelumnya,
encairan dana cadangan, hasil penjualan kekyaan desa yang dipisahkan
dan peneriman pinjaman. Pengeluaran pembiayaan terdiri dari :
pembentukan dana cadangan, penyertaan modal des dan pembayaran
utang.
Penyusunan rancangan APBDes terlebih dahuu harus
membut Rencan Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes)
dan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes). RPJMdes
54
merupakan penjabaran dari visi dan misi dari kepala desa yang terpilih
untuk jangka waktu 5 ahun. Setela berakhir jangka aktu RPJMdes,
kepala desa terpilih menyusun kembali RPJMdes untuk jangka waktu 5
tahun yang akan datang. RPJMDes ditetapkan paling lambat 3 bulan
setelah kepala desa dilantik. Kepala desa bersama Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) menyusun RKPDes yang mrupakan
penjabaran dari RPJMDes berdasarkan hasil Musyawarah Rencana
Pebangunan Desa (Musrenbangdes). Penyusnan RKPDes diselesaikan
palig lambat akhir bulan januari tahun anggaran sebelumnya.
Rancangan Peraturan Desa tentang APBDe disepkati bersama palig
lambat bulan oktober tahun berjalan.
Kemudian Rancangan Peraturan Desa (Raperdes) tentang
APBDes disusun berdasarkan RKPDes oleh sekretaris desa. Setelah itu,
kepala desa menympaikan Raperdes tentang APBDes kepada BPD
untuk dibahas bersama dan memperoleh persetujuan bersama.
Raperdes tentang APBDes yang telah diseujui kepala desa dan BD
kemudin diserahkan kepada bupati sebelum ditetapkan oleh kapala
desa paling lambat 3 hari sebelum di tetapkan.
Bupati akan mengeluarkan hasil evaluasi Raperdes tentang
APBDes akan disampaikan paling lama 20 hari kerja kepada kepala
desa. Apabila hasil evaluasi tidak dikelurkan lewat dari 20 hari kerja
oleh bupati, maka kepala desa dapat mnetapkan Raperdes tentang
APBDes menjadi Perdes tentang APBDes.
55
Namun apabila hasil evaluasi dikeluarkan dan diserahkan
kepada kepala desa, maka wajib dilakukan penyempurnaan atas
Raperdes dilaksanakan paling lama 7 hari kerja setelah diterima, jika
tidak dilakukan penyempurnaan dan tetap dilakukan penetapan perdes
oleh kepala desa, maka perdes tersebut dapat dibatalkan oleh bupati.
Perdes yang dibatalkan oleh bupati tersebut harus dicabut oleh kepala
desa dan BPD. Untuk lebih jelasnya mekanisme penyusunan APBdes
dapat ilihat pada skema berikut :
Gambar 4.2 Mekanisme Penyusunan APBDes
4.2.2 Implementasi Kebijakan APBDes di Balai Desa Kepunduhan
Pemerintah desa kepunduhan telah melaksanakan
sebagaimana penyusunan APBDes sesuai dengan mekanisme
penyusunan pada peraturan bupati nomor 33 tahun 2015 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa. Hal ini terjadi dari adanya Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) yaitu dokumen
perencanaan desa untuk periode 5 tahun dan adanya Recana Kerja
KEPALA DESA
DAN BPD
SEKRETARIS
DESA
KEPALA DESA
DAN BPD
BUPATI/WALIKOTA KEPALA DESA
DAN BPD
56
Peemangunan Desa (RKPDes) ang merupakan susunan kegiatan yang
akan dilaksanakan untuk periode 1 tahun.
Berdasarkan kebijkan umum RPJMDes Kepunduhan, Yudha
Kurniawan,SH selaku kepala desa kepunduhan merencanakan akan
membangun dan memperbaiki des dlam bidng infrstrutu, pendidikan,
kesehtan, ekonomi, budaya dan agama. Berikut penjabaran RPJMDes
Kepunduhan :
1. Pembangunan bidang infrastruktur : pembangunan /rehab jalan,
pembangunan dan rehab balai desa, pevngisasi jalan, perbaikan
drainase, perbaikan jembatan dan penyediaan tempat pembuangan
sampah.
2. Pembangunan bidang pendidikan : melakukan pembangunan
gedung TPQ dan KB, menaikan insentif guru/staf pengajar,
mengadakan perpustakaan desa dan pelatihan.
3. Pembangunan bidang kesehatan : mengadakan posyandu lansia
dan balita, pembugaran rumah tidak layak huni, gerakan juru
pemantau jentik (jumantik) dan pembangunan MCK.
4. Pembangunan bidang ekonomi : pelatihan pertanian para petani
desa Kepunduhan, penggadaan sarana dan prasarana yang cukup
di bidang pertanian serta pengembangan koperasi desa.
5. Pembangunan bidang budaya : mengadakan tradisi sedekah bumi.
57
6. Pembangunan bidang agama : berupa rehabilitas masjid dan
mushola, mengembangkan madrasah diniyah dan mengadakan
peringatan hari besar agama.
4.2.3 Pembahasan Implementsi Kebijakan Apbdes di Balai Desa
Kepunduhan Kecamatan Kramat Kabupaten Tegal
Diketahui bahwa desa kepunduhan pada tahun 2016
menunjukan bahwa pendapatan desa sebesar Rp. 1.256.891.724,
pembiayaan desa sebesar Rp. 104.896.810 dan belanja desa sebesar Rp.
1.151.994.914. Rancangan APBDes akan dialokasikan untuk :
Pembangunan
berdasarkan kebijakan
RPJMDes Desa
Kepunduhan
Pembangunan Pada
APBDes tahun 2016
Keterangan
Pembangunan bidang infrastruktur :
pembangunan /rehab jalan,
pembangunan dan rehab balai desa,
pavingisasi jalan, perbaikan
drainase, perbaikan jembatan dan
penyediaan tempat pembuangan
sampah.
1. Saluran irigasi tanah bengkok RT 01
lanjutan.
2. Rehab kantor balai desa.
3. Peningkatan jalan/senit di RW 01 dan
02.
4. Pembuatan Drainase di RW 02/ 01.
5. Pavingisasi di RW 01.
6. Rehab jembatan di RT 02/ 01.
7. Pembangunan tugu kantor balai desa.
Sesuai
58
8. Penerangan lampu jalan dan lapangan
bola voli.
Pembangunan bidang pendidikan :
melakukan pembangunan gedung
TPQ dan KB, menaikan insentif
guru/staf pengajar, mengadakan
perpustakaan desa dan pelatihan.
1. Bantua keuangan perpustakaan desa,
PAUD, MDA.
2. Bantuan operasional PAUD, MDA,
LPMD, PKK, dan karang taruna.
3. Bantuan TK dan KB.
Sesuai
Pembangunan bidang kesehatan :
mengadakan posyandu lansia dan
balita, pembugaran rumah tidak layak
huni, gerakan juru pemantau jentik
(jumantik) dan pembangunan MCK.
1. Kegiatan sosialisasi AIDS/HIV.
2. Kegiatan pemberantas sarang nyamuk.
Sesuai
Pembangunan bidang ekonomi :
pelatihan pertanian para petani desa
Kepunduhan, penggadaan sarana dan
prasarana yang cukup di bidang
pertanian serta pengembangan
koperasi desa.
1. Pembangunan Kantor BUMDes.
Sesuai
59
Pembangunan bidang budaya :
mengadakan tradisi sedekah bumi.
- Tidak Sesuai
Pembangunan bidang agama : berupa
rehabilitas masjid dan mushola,
mengembangkan madrasah diniyah
dan mengadakan peringatan hari
besar agama.
- Tidak Sesuai
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa pada tahun 2017
menunjukan bahwa pendapatan desa sebesar Rp. 1.451.640.251,
pembiayaan desa sebesar Rp. 111.987.109 dan belanja desa sebesar Rp.
1.339.653.142. Rancangan APBDes akan dialokasikan untuk :
Pembangunan
berdasarkan kebijakan
RPJMDes Desa
Kepunduhan
Pembangunan Pada
APBDes tahun 2017
Keterangan
Pembangunan bidang infrastruktur :
pembangunan /rehab jalan,
1. Pembangunan jalan lingkar/tembus
baru dan talud RW 02.
Sesuai
60
pembangunan dan rehab balai desa,
pavingisasi jalan, perbaikan
drainase, perbaikan jembatan dan
penyediaan tempat pembuangan
sampah.
2. Pembuatan TPS baru di tanah desa
RT01/01.
3. Pembuatan induk desa lanjutan di RW
02.
4. Kegiatan rabat beton lontrong RT 1 sd
RT 04/ 02.
5. Kegiatan pembangunan talud dan
pengerasan jalan RT /02.
6. Kegiatan pembangunan kantor terpadu
lanjutan.
7. Kegiatan jambanisasi di RW 01 dan
RW 02.
8. Kegiatan normalisasi saluran air di
sungai sangga langit
Pembangunan bidang pendidikan :
melakukan pembangunan gedung
TPQ dan KB, menaikan insentif
guru/staf pengajar, mengadakan
perpustakaan desa dan pelatihan.
1. Kegitan MDA.
2. Kegiatan bantuan operasional PAUD
(TK dan KB).
Sesuai
Pembangunan bidang kesehatan :
mengadakan posyandu lansia dan
balita, pembugaran rumah tidak
1. Pembangunan rumah tidak layak huni
(RTLH).
2. Kegiatan PMT balita.
Sesuai
61
layak huni, gerakan juru pemantau
jentik (jumantik) dan pembangunan
MCK.
Pembangunan bidang ekonomi :
pelatihan pertanian para petani desa
Kepunduhan, penggadaan sarana
dan prasarana yang cukup di bidang
pertanian serta pengembangan
koperasi desa.
- Tidak Sesuai
Pembangunan bidang budaya :
mengadakan tradisi sedekah bumi.
- Tidak Sesuai
Pembangunan bidang agama :
berupa rehabilitas masjid dan
mushola, mengembangkan
madrasah diniyah dan mengadakan
peringatan hari besar agama.
1. Pembayaran listrik untuk tempat
ibadah.
Sesuai
62
Sedangkan pada tahun 2018 menunjukan bahwa pendapatan
desa sebesar Rp. 1.408.394.398, pembiayaan desa sebesar Rp.
85.714.395 dan belanja desa sebesar Rp. 1.322.680.003. Rancangan
APBDes akan dialokasikan untuk :
Pembangunan
berdasarkan
kebijakan RPJMDes
Desa Kepunduhan
Pembangunan Pada
APBDes tahun 2018
Keterangan
Pembangunan bidang infrastruktur
: pembangunan /rehab jalan,
pembangunan dan rehab balai
desa, pavingisasi jalan, perbaikan
drainase, perbaikan jembatan dan
penyediaan tempat pembuangan
sampah.
1. Pembangunan jalan lingkar/temus
baru dan talud RW 02.
2. Pembuatan TPS baru di tanah desa
RT01/01
3. Pembuatan induk desa lanjutan di
RW 02.
4. Kegiatan rabat beton lontrong RT
1 sd RT 04/ 02.
5. Kegiatan pembangunan talud dan
pengerasan jalan RT /02.
6. Kegiatan pembangunan kantor
terpadu lanjutan.
7. Kegiatan jambanisasi di RW 01
dan RW 02.
Sesuai
63
8. Kegiatan normalisasi saluran air di
sungai sangga langit.
Pembangunan bidang pendidikan :
melakukan pembangunan gedung
TPQ dan KB, menaikan insentif
guru/staf pengajar, mengadakan
perpustakaan desa dan pelatihan.
1. Kegiatan bantuan operasional
PAUD (TK dan KB)
Sesuai
Pembangunan bidang kesehatan :
mengadakan posyandu lansia dan
balita, pembugaran rumah tidak
layak huni, gerakan juru pemantau
jentik (jumantik) dan
pembangunan MCK.
1. Pembangunan RTLH
Sesuai
Pembangunan bidang ekonomi :
pelatihan pertanian para petani
desa Kepunduhan, penggadaan
sarana dan prasarana yang cukup
di bidang pertanian serta
pengembangan koperasi desa.
- Tidak Sesuai
Pembangunan bidang budaya :
mengadakan tradisi sedekah bumi.
- Tidak Sesuai
64
Berdasarkan penjelasan diatas, nampak jelas bawa Implementasi
Kebijakan Anggaran Pendapatan da Belanja Desa berupa RPJMDes dan
RKPDes tersusun dan terencana dengan baik. Pelaksanaan APBDes juga
terlaksana sesuai dengan perturan desa.
65
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil pengujian dan pembahasan penelitian, dapat ditarik kesimpulan
bahwa pelaksanaan penyusunan APBDes di balai desa kepunduhan sesuai dengan
mekanisme penyusunan yang tercantum pada peraturan Bupati Kabupaten Tegal
Nomor 33 Tahun 2015 tentang Pengelolaan keuangan Desa dan sesuai dengan
RPJMDes yang telah di susun oleh Kepala Desa.
Pengelolaan keuangan desa kepunduhan Kecamatan
Kramat Kabupaten Tegal dari kepala desa, sekretaris desa dan bendahara desa telah
melaksanakan tugas- tugas dalam pengelolaan keuangan desa dengan baik. Dimana
tahap pengelolaan perencanaan keuangan desa dilakukan oleh sekretaris desa, tahap
pelaksanaan dan penatausahaan keuangan desa dilaksanakan oleh bendahara desa,
tahap pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan desa dilaksanakan oleh kepala
desa telah berjalan sesuai dengan panduan yang ada.
66
5.2 SARAN Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis mengajukan saran yang
diharapkan dapat menjadi masukan yang berguna bagi pihak-pihak yang
berkepentingan, sebagai berikut :
1. Bagi Kantor Balai Desa Kepunduhan
a. Sebaiknya pada bagian pengelolaan keuangan desa lebih
memprioritaskan kebutuhan pokok masyarakat desa.
b. Dari sisi mekanisme perencanaan pembangunan perlu adanya
pendampingan oleh pihak yang kompeten tidak hanya dibutuhkan di
tingkat Musrenbang desa akan tetapi harus dimulai dari para Musrenbang
di tingkat RT/RW dan tingkat Dusun, dan perlu adanya pelembagaan
mekanisme perencanaan pembangunan desa mulai dari tingkat RT, RW
dan Dusun.
c. Penambahan personalia untuk membantu mengelola keuangan desa dan
diharapkan masyarakat desa Kepunduhan untuk dapat berpartisipasi dan
mendukung/membantu pelaksanaan kebijakan APBDes agar dapat
berjalan dengan baik dan ikut mengawasi pengelolaan keuangan desa.
2. Bagi peneliti selanjutnya:
a. Pada peneliti selanjutnya dapat menggunakan penelitian ini dan lebih di
kembangkan berupa variabel lain.
b. Penelitian selanjutnya dihrapkan untuk menambah objek penelitian.
c. Untuk keakuratan data, disarankan menggunakan data sekunder yang
telah tersedia dan terpublikasi.
3. Bagi Politeknik Harapan Bersama:
68
DAFTAR PUSTAKA
[1] Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014.
[2] Abdussakur (2012). Implementasi Kebijakan Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Desa (Apbdes) Di Wilayah Kecamatan Batu Benawa
Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal
Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal Vol.1, No. 2.
[3] Frisky Marinka. Implementasi Kebijakan Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Desa Dalam Pelaksanaan Pembangunan Di Desa Rasi Satu
Kecamatan Ratahan Kabupaten.
[4]http://www.keuangandesa.com/2017/06/Pengertian-anggaranpendapatan-dan-
belanja-desa-APBDes. Diakses pada 19 April 2019.
[5] Suliyanto. (2005). Analisis Data Dalam Aplikasi Pemasaran. Bogor : Ghalia
Indonesia. Suliyanto. (2006). Metode Riset Bisnis. Yogyakarta : Andi
[6] Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.
[7] Akhmad, dkk. (2017). Implementasi Kebijakan Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Desa (Apbdes) Di Balai Desa Kepunduhan Kecamatan Kramat
Kabupaten Tegal. Tegal. Politeknik Harapan Bersama Tegal.
[8] Johnetha Lafani Supit, dkk. (2017). Implementasi Kebijakan Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Desa Di Desa Lowian Kecamatan Maesan
Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal Riset Akuntansi Going Concern
Vol.12, No.2.
67
69
[9] Walukow, Mewvi,..dkk. (2017). Analisis Perencanaan Pengelolaan Keuangan
Desa Sesuai Dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113
Tahun 2014 Di Desa Kauneran I Kecamatan Sonder Kabupaten
Minahasa, jurnal Riset Going Concern 12(2), 2017, 266-275.
[10] Amalia, Ridha Dan Nardisyah. (2017). Penerapan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 113 Tahun2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa
(Studi Pada Desa Di Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh
Selatan). Jurnal ilmiah mahasiswa ekonomi akuntansi (JIMEKA) Vol.
2 No. 3 (2017), halaman 121-132.
[11] Mamuaya, Jeackil Valentina, Dkk. (2017). ANALISIS PENGELOLAAN
KEUANGAN DESA BERDASARKAN PERMENDAGRI NO. 113
TAHUN 2014 (Studi Kasus di Desa Adow Kecamatan Pinolosian
Tengah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan), jurnal EMBA Vol.
5 No. 2, juni 2017 hal 1020-1030.
[12] Peraturan Bupati Tegal No. 2 Tahun 2017.