+ All Categories
Home > Documents > KTI Karya Tulis Ilmiah MAK

KTI Karya Tulis Ilmiah MAK

Date post: 28-Jan-2023
Category:
Upload: independent
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
21
ABSTRAK Bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu bangsa. Bahasa pengantar yang biasa digunakan baik dalam acara resmi maupun tidak resmi yang merupakan ciri bangsa Indonesia. Seiring perkembangan zaman, bahasa Indonesia banyak mengadopsi istilah-istilah asing guna memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia tanpa mengurangi ke khasan bahasa Indonesia. Tidak hanya sampai itu, dari segi penggunaan, bahasa Indonesia sekarang pun banyak digunakan menjadi bahasa prokem atau bahasa gaul. Bahasa prokem ini merupakan pembauran antara bahasa Indonesia dan bahasa Daerah. Penggunaan bahasa prokem ini biasa juga digunakan dalam acara resmi, yang sudah barang tentu hal ini tidak sesuai dengan konsep penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Seperti sebuah ungkapan "Bahasa menunjukkan bangsa" di era globalisasi bahasa Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu sebagai identitas bangsa ini. Hendaknya kita dapat mempelajari dan mempergunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar sebagai penghargaan terhadap bahasa Indonesia. Maju bahasa, majulah bangsa. Kacau bahasa, kacaulah pulalah bangsa. Keadaan ini harus disadari benar oleh setiap warga negara Indonesia sehingga rasa tanggung jawab terhadap pembinaan dan pengembangan bahasa 1
Transcript

ABSTRAK

Bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu

bangsa. Bahasa pengantar yang biasa digunakan baik

dalam acara resmi maupun tidak resmi yang merupakan

ciri bangsa Indonesia. Seiring perkembangan zaman,

bahasa Indonesia banyak mengadopsi istilah-istilah

asing guna memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia

tanpa mengurangi ke khasan bahasa Indonesia. Tidak

hanya sampai itu, dari segi penggunaan, bahasa

Indonesia sekarang pun banyak digunakan menjadi bahasa

prokem atau bahasa gaul. Bahasa prokem ini merupakan

pembauran antara bahasa Indonesia dan bahasa Daerah.

Penggunaan bahasa prokem ini biasa juga digunakan dalam

acara resmi, yang sudah barang tentu hal ini tidak

sesuai dengan konsep penggunaan bahasa Indonesia yang

baik dan benar. Seperti sebuah ungkapan "Bahasa

menunjukkan bangsa" di era globalisasi bahasa Indonesia

mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu sebagai

identitas bangsa ini. Hendaknya kita dapat mempelajari

dan mempergunakan bahasa indonesia dengan baik dan

benar sebagai penghargaan terhadap bahasa Indonesia.

Maju bahasa, majulah bangsa. Kacau bahasa, kacaulah

pulalah bangsa. Keadaan ini harus disadari benar oleh

setiap warga negara Indonesia sehingga rasa tanggung

jawab terhadap pembinaan dan pengembangan bahasa

1

2

Indonesia akan tumbuh dengan subur di sanubari setiap

pemakai bahasa Indonesia.

Kata Kunci : Peran, Bahasa Indonesia, Era Globalisasi

PENDAHULUAN

Sejarah mencatat bahwa bahasa Indonesia berasal

dari bahasa Melayu-Riau, salah satu bahasa daerah yang

berada di wilayah Sumatera. Bahasa Melayu-Riau inilah

yang diangkat oleh para pemuda pada "Konggres Pemoeda",

28 Oktober 1928, di Solo, menjadi bahasa Indonesia.

Pengangkatan dan penamaan bahasa Melayu-Riau menjadi

bahasa Indonesia oleh para pemuda pada saat itu lebih

"bersifat politis" daripada "bersifat linguistis".

Tujuannya ialah ingin mempersatukan para pemuda

Indonesia, alih-alih disebut bangsa Indonesia. Ketika

itu, yang mengikuti "Kongres Pemoeda" adalah wakil-

wakil pemuda Indonesia dari Jong Jawa, Jong Sunda, Jong

Batak, Jong Ambon, dan Jong Selebes. Jadi, secara

linguistis, yang dinamakan bahasa Indonesia saat itu

3

sebenarnya adalah bahasa Melayu. Ciri-ciri

kebahasaannya tidak berbeda dengan bahasa Melayu.

Namun, untuk mewujudkan rasa persatuan dan kesatuan

bangsa Indonesia, para pemuda Indonesia pada saat itu

secara politis menyebutkan bahasa Melayu-Riau menjadi

bahasa Indonesia. Nama bahasa Indonesialah yang

dianggap bisa memancarkan inspirasi dan semangat

nasionalisme, bukan nama bahasa Melayu yang berbau

kedaerahan.

Ikrar yang dikenal dengan nama "Soempah Pemoeda"

ini butir ketiga berbunyi "Kami poetera-poeteri

Indonesia, mendjoendjoeng tinggi bahasa persatoean,

bahasa Indonesia" (Kami putra dan putri Indonesia,

menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia).

Ikrar yang diperingati setiap tahun oleh bangsa

Indonesia ini juga memperlihatkan betapa pentingnya

bahasa bagi suatu bangsa. Bahasa sebagai alat

komunikasi yang paling efektif, mutlak diperlukan

setiap bangsa. Tanpa bahasa, bangsa tidak akan mungkin

dapat berkembang, bangsa tidak mungkin dapat

menggambarkan dan menunjukkan dirinya secara utuh dalam

dunia pergaulan dengan bangsa lain. Akibatnya, bangsa

itu akhirnya akan lenyap ditelan masa. Jadi, bahasa

menunjukkan identitas bangsa. Bahasa, sebagai bagian

kebudayaan dapat menunjukkan tinggi rendahnya

kebudayaan bangsa. Bahasa akan menggambarkan sudah

sampai seberapa jauh kemajuan yang telah dicapai suatu

4

bangsa. Ikarar berupa "Soempah Pemoeda" inilah yang

menjadi dasar yang kokoh bagi kedududkan dan fungsi

bahasa Indonesia bagi bangsa Indonesia. Bahkan, pada

perjalanan selanjutnya, bahasa Indonesia tidak lagi

sebagai bahasa persatuan, tetapi juga berkembang

sebagai bahasa negara, bahasa resmi, dan bahasa ilmu

pengetahuan dan teknologi (iptek).

BAHASA INDONESIA SEBAGAI IDENTITAS BANGSA INDONESIA

Setelah hampir dasa windu menjadi bahasa

persatuan, bahasa Indonesia memperlihatkan ciri-cirinya

sebagai alat komunikasi yang mutlak diperlukan bangsa

Indonesia. Bahasa Indonesia telah membuktikan diri

sebagai bahasa yang tahan uji. Bahasa Indonesia telah

menunjukkan identitas bangsa Indonesia. Bahasa

Indonesia sangat berperan dalam mempersatukan berbagai

suku bangsa yang beraneka adat dan budayanya. Dalam

mengemban misinya, bahasa Indonesia terus berkembang

seiring dengan keperluan dan perkembangan bangsa

Indonesia, walaupun ada perkembangan yang

menggembirakan dan ada perkembangan yang menyedihkan

dan membahayakan, Dualisme perkembangan ini memang

merupakan dinamika dan konsekuensi bahasa yang hidup

Tetapi, karena bahasa Indonesia sudah ditahkikkan

sebagai bahasa yang berkedudukan tinggi oleh bangsa

Indonesia, ia harus dipupuk dan disemaikan dengan baik

5

dan penuh tanggung jawab agar ia bisa benar-benar

menjadi "cermin" bangsa Indonesia.

Sebelum Perang Dunia Kedua, bahasa Indonesia tidak

dihargai dengan sepantasnya walaupun dunia pergerakan

politik sedemikian banyak memakai bahasa Indonesia.

Dunia ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan belum lagi

menggunakan bahasa Indonesia dengan baik. Kalau ingin

memperbaiki nasib, bukan bahasa Indonesia yang

digunakan,melainkan bahasa Belanda sebagai bahasa kaum

penjajah. Bahasa pengantar untuk ilmu pengetahuan

adalah bahasa Belanda. Apabila sesorang ingin dihormati

dan disegani dalam pergaulan, ia harus bisa menguasai

bahasa Belanda dengan baik. Bahasa Belanda benar-benar

bisa menentukan status pemakainya. Akibatnya, pemakai

bahasa Indonesia merasa apatis atau masa bodoh melihat

kekangan-kekangan yang hebat terhadap bahasa Indonesia

ketika itu. Seolah-olah bahasa Indonesia tidak akan

mampu menjadi bahasa ilmu pengetahuan. Kaum penjajah

ketika itu memang menginginkan seperti itu sehingga

pemakai bahasa Indonesia merasa diri tidak berguna

mempelajari dan menguasai bahasa Indonesia. Orang

Indonesia ketika itu merasa lebih terpelajar dan

terhormat apa bila menguasai bahasa Belanda dengan

baik. Orang Indonesia tidak merasa malu apabila tidak

menguasai bahasa Indonesia dengan baik, tetapu akan

merasa ada yang kurang apabila tidk menguasai bahasa

Belanda dengan baik. Akibatnya, tidak banyak orang

6

Indonesia yang mau mempelajari bahasa Indonesia dengan

serius dan cukup menguasai bahasa Indonesia ala

kadarnya untuk komunikasi umum. Akhirnya, banyak pula

orang Indonesia yang tidak mahir berbahasa Indonesia ,

tetapi menguasai dan sangat mahir berbahasa Belanda.

Sesudah Indonesia merdeka, bahasa Indonensia lebih

berkembang lagi dengan baik dan meluas. Bangsa

Indonesia sudah merasakan betapa perlunya membina dan

memperhatikan perkembangan bahasa Indonesia. Bangsa

Indonesia mulai sadar bahwa tanpa bahasa Indonesia,

bangsa Indonesia tidak akan memperoleh kemajuan. Minat

bangsa Indonesia untuk mau mempelajari bahasa Indonesia

dengan baik setiap tahun terus bertambah. Akibatnya,

bahasa Indonesia mengalami kemajuan yang pesat. Setelah

perkembangan bahasa Indonensia itu sedemikian pesatnya,

sekarang timbullah serangkaian pertanyaan:

Apakah setiap bangsa Indonesia sudah mencintai dan

menghormati bahasa Indonesia?

Apabila setiap bangsa Indonesia sudah mencintai,

menghormati, dan bangga berbahasa Indonesia,

apakah mereka sudah membina bahasa Indonesia

dengan baik?

Adakah pemakai bahasa Indonesia itu sudah mematuhi

kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang benar?

Jawaban untuk semua pertanyaan ini tentulah ada di

dada masing-masing orang yang menganggap, mengaku, dan

7

menjadikan dirinya sebagai bagian dari bangsa

Indonesia.

CIRI BAHASA INDONESIA

Bahasa Indonesia mempunyai ciri-ciri umum dan

kaidah-kaidah pokok tertentu yang membedakannya dengan

bahasa-bahasa lainnya di dunia ini, baik bahasa asing

maupun bahasa daerah. Dengan ciri-ciri umum dan kaidah-

kaidah pokok ini pulalah dapat dibedakan mana bahasa

Indonesia dan mana bahasa asing ataupun bahasa daerah.

Oleh karena itu, ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok

tersebut merupakan jati diri bahasa Indonesia. Ciri-

ciri umum dan kaidah-kaidah pokok yang dimaksud adalah

antara lain sebagai berikut.

Bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan bentuk

kata untuk menyatakan jenis kelamin. Kalau kita ingin

menyatakan jenis kelamin, cukup diberikan kata

keterangan penunjuk jenis kelamin, misalnya: Untuk

manusia dipergunakan kata laki-laki atau pria dan

perempuan atau wanita, Untuk hewan dipergunakan kata

jantan dan betina. Dalam bahasa asing (misalnya bahasa

Ingris, bahasa Arab, dan bahasa Sanskerta) untuk

menyatakan jenis kelamin digunakan dengan cara

perubahan bentuk. Misalnya:

- Bahasa Inggris : lion - lioness, host - hostess,

steward -stewardness.

8

- Bahasa Arab : muslimin - muslimat, mukminin -

mukminat,

- Bahasa Sanskerta : siswa - siswi, putera - puteri,

dewa - dewi.

Dari ketiga bahasa tersebut yang diserap ke dalam

bahasa Indonesia adalah beberapa kata yang berasal dari

bahasa Arab dan bahasa Sanskerta, sedangkan perubahan

bentuk dalam bahasa Inggris tidak pernah diserap ke

dalam bahasa Indonesia. Penyerapan dari bahasa Arab dan

bahasa Sanskerta pun dilakukan secara leksikal, bukan

sistem perubahannya. Dengan demikian, dalam bahasa

Arab, selain kata muslim, diserap juga kata muslimin

dan muslimat; selain mukmin, diserap juga kata mukminin

dan mukminat. Dalam bahasa Sanskerta, selain dewa,

diserap juga dewi; selain siswa diserap juga siswi.

Karena sistem perubahan bentuk dari kedua bahasa

tersebut tidak diserap ke dalam bahasa Indonesia, maka

tidaklah mungkin kita menyatakan kuda betina dengan

bentuk kudi atau kudarat; domba betina dengan bentuk

kata dombi atau dombarat. Untuk menyatakan jenis

kelamin tersebut dalam bahasa Indonesia, cukup dengan

penambahan jantan atau betina, yaitu kuda jantan, kuda

betina, domba jantan, domba betina. Oleh karena itu,

kaidah yang berlaku dalam bahasa Arab dan bahasa

Sanskerta, dan juga bahasa Inggris tidan bisa

diterapkan ke dalam kaidah bahasa Indonesia. Kalau

9

dipaksakan, tentu struktur bahasa Indonesia akan rusak,

yang berarti jati diri bahasa Indonesia akan terganggu.

Bahasa Indonesia mempergunakan kata tertentu untuk

menunjukkan jamak. Artinya, bahasa Indonesia tidak

mengenal perubahan bentuk kata untuk menyatakan jamak.

Sistem ini pulalah yang membedakan bahasa Indonesia

dengan bahasa asing lainnya, misalnya bahasa Inggris,

bahasa Belanda, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa lain.

Untuk menyatakan jamak, antara lain, mempergunakan kata

segala, seluruh, para, semua, sebagian, beberapa, dan

kata bilangan dua, tiga, empat, dan seterusnya;

misalnya: segala urusan, seluruh tenaga, para siswa,

semua persoalan, sebagian pendapat, beberapa anggota,

dua teman, tiga pohon, empat mobil.

Bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan bentuk

kata untuk menyatakan waktu. Kaidah pokok inilah yang

juga membedakan bahasa Indonesia dengan bahasa asing

lainnya. Dalam bahasa Inggris, misalnya, kita temukan

bentuk kata eat (untuk menyatakan sekarang), eating

(untuk menyatakan sedang), dan eaten (untuk menyatakan

waktu lampau). Bentukan kata seperti ini tidak

ditemukan dalam bahasa Indonesia. Bentuk kata makan

tidak pernah mengalamai perubahan bentuk yang terkait

dengan waktu, misalnya menjadi makaning (untuk

menyatakan waktu sedang) atau makaned (untuk menyatakan

waktu lampau). Untuk menyatakan waktu, cukup ditambah

kata-kaa aspek akan, sedang, telah, sudah atau kata

10

keterangan waktu kemarin, seminggu yang lalu, hari ini,

tahun ini, besok, besok lusa, bulan depan, dan

sebagainya.

Bahasa Indonesia juga mengenal lafal baku, yaitu

lafal yang tidak dipengaruhi oleh lafal asing dan/atau

lafal daerah. Apabila seseorang menggunakan bahasa

Indonesia lisan dan lewat lafalnya dapat diduga atau

dapat diketahui dari suku mana ia berasal,maka lafal

orang itu bukanlah lafal bahasa Indonesia baku. Dengan

kata lain, kata-kata bahasa Indonesia harus bebas dari

pengaruh lafal asig dan/atau lafal daerah. Kesulitan

yang dialami oleh sebagian besar pemakai bahasa

Indonesia adalah sampai saat ini belum disusun kamus

lafal bahasa Indonesia yang lengkap. Akibatnya, sampai

sekarang belum ada patokan yang jelas untuk pelafalan

kata peka, teras, perang, sistem, elang. Tetapi,

pengucapan semangkin (untuk semakin), mengharapken

(untuk mengharapkan), semua (untuk semua), mengapa

(untuk mengapa), therima kaseh (untuk terima kasih),

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

Secara formal sampai saat ini bahasa Indonesia

mempunyai empat kedudukan, yaitu sebagai bahasa

persatuan, bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa

resmi. Dalam perkembangannya lebih lanjut, bahasa

Indonesia berhasil mendudukkan diri sebagai bahasa

budaya dan bahasa ilmu. Keenam kedudukan ini mempunyai

fungsi yang berbeda, walaupun dalam praktiknya dapat

11

saja muncul secara bersama-sama dalam satu peristiwa,

atau hanya muncul satu atau dua fungsi saja. Dalam

hubungannya sebagai alat untuk menyatukan berbagai suku

yang mempunyai latar belakang budaya dan bahasa masing-

masing, bahasa Indonesia justru dapat menyerasikan

hidup sebagai bangsa yang bersatu tanpa meninggalkan

identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai

sosial budaya serta latar belakang bahasa etnik yang

bersangkutan. Bahkan, lebih dari itu, dengan bahasa

Indonesia sebagai bahasa persatuan ini, kepentingan

nasional diletakkan jauh di atas kepentingan daerah dan

golongan.

Latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda-beda

berpotensi untuk menghambat perhubungan antardaerah

antarbudaya. Tetapi, berkat bahasa Indonesia, etnis

yang satu bisa berhubungan dengan etnis yang lain

sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan

kesalahpahaman. Setiap orang Indonesia apa pun latar

belakang etnisnya dapat bepergian ke pelosok-pelosok

tanah air dengan memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai

alat komunikasi. Kenyataan ini membuat adanya

peningkatan dalam penyebarluasan pemakaian bahasa

Indonesia dalam fungsinya sebagai alat perhubungan

antardaerah antarbudaya. Semuanya terjadi karena

bertambah baiknya sarana perhubungan, bertambah luasnya

pemakaian alat perhubungan umum, bertambah banyaknya

jumlah perkawinan antarsuku, dan bertambah banyaknya

12

perpindahan pegawai negeri atau karyawan swasta dari

daerah satu ke daerah yang lain karena mutasi tugas

atau inisiatif sendiri.

SIKAP PEMAKAI BAHASA INDONESIA YANG NEGATIF

Bangsa Indonesia, sebagai pemakai bahasa

Indonesia, seharusnya bangga menggunakan bahasa

Indonesia sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa

Indonesia, mereka bisa menyampaikan perasaan dan

pikirannya dengan sempurna dan lengkap kepada orang

lain. Mereka semestinya bangga memiliki bahasa yang

demikian itu. Namun, berbagai kenyataan yang terjadi,

tidaklah demikian. Rasa bangga berbahasa Indonesia

belum lagi tertanam pada setiap orang Indonesia. Rasa

menghargai bahasa asing (dahulu bahasa Belanda,

sekarang bahasa Inggris) masih terus menampak pada

sebagian besar bangsa Indonesia. Mereka menganggap

bahwa bahasa asing lebih tinggi derajatnya daripada

bahasa Indonesia. Bahkan, mereka seolah tidak mau tahu

perkembangan bahasa Indonesia.

Fenomena negatif yang masih terjadi di tengah-tengah

masyarakat Indonesia antara lain sebagai berikut.

Banyak orang Indonesia memperlihatkan dengan

bangga kemahirannya menggunakan bahasa Inggris,

walaupun mereka tidak menguasai bahasa Indonesia

dengan baik.

Banyak orang Indonesia merasa malu apabila tidak

menguasai bahasa asing (Inggris) tetapi tidak

13

pernah merasa malu dan kurang apabila tidak

menguasai bahasa Indonesia.

Banyak orang Indonesia menganggap remeh bahasa

Indonesia dan tidak mau mempelajarinya karena

merasa dirinya telah menguasai bahasa Indonesia

dengan baik.

Banyak orang Indonesia merasa dirinya lebih pandai

daripada yang lain karena telah menguasai bahasa

asing (Inggris) dengan fasih, walaupun penguasaan

bahasa Indonesianya kurang sempurna.

Kenyataan-kenyataan tersebut merupakan sikap

pemakai bahasa Indonesia yang negatif dan tidak baik.

Hal itu akan berdampak negatif pula pada perkembangan

bahasa Indonesia. Sebagian pemakai bahasa Indonesia

menjadi pesimis, menganggap rendah, dan tidak percaya

kemampuan bahasa Indonesia dalam mengungkapkan pikiran

dan perasaannya dengan lengkap, jelas, dan sempurna.

Akibat lanjut yang timbul dari kenyataan-kenyataan

tersebut antara lain sebagai berikut.

Banyak orang Indonesia lebih suka menggunakan

kata-kata, istilah-istilah, dan ungkapan-ungkapan

asing, seperti sosok Vicky prasetyo mantan pacar

Zaskia Gotik (artis) yang sempat heboh dimedia

televisi tahun 2013 silam, padahal kata-kata,

istilah-istilah, dan ungkapan-ungkapan itu sudah

ada padanannya dalam bahasa Indonesia, Misalnya,

Statusisasi Kemakmuran, Konspirasi Kemakmuran,

14

Labil Ekonomi, Harmonisasi, Kontroversi Hati,

dll..

Kenyataan-kenyataan dan akibat-akibat tersebut

kalau tidak diperbaiki akan berakibat perkembangan

bahasa Indonesia terhambat. Sebagai warga negara

Indonesia yang baik, sepantasnyalah bahasa Indonesia

itu dicintai dan dijaga. Bahasa Indonesia harus dibina

dan dikembangkan dengan baik karena bahasa Indonesia

itu merupakan salah satu identitas atau jati diri

bangsa Indonesia. Setiap orang Indonesia patutlah

bersikap positif terhadap bahasa Indonesia, janganlah

menganggap remeh dan bersikap negatif. Setiap orang

Indonesia mestilah berusaha agar selalu cermat dan

teratur menggunakan bahasa Indonesia. Sebagai warga

negara Indonesia yang baik, mestilah dikembangkan

budaya malu apabila meraka tidak mempergunanakn bahasa

Indonesia dengan baik dan benar. Anggapan bahwa

penggunaan bahasa Indonesia yang dipenuhi oleh kata,

istilah, dan ungkapan asing merupakan bahasa Indonesia

yang "canggih" adalah anggapan yang keliru. Begitu

juga, penggunaan kalimat yang berpanjang-panjang dan

berbelit-belit, sudah tentu memperlihatkan kekacauan

cara berpikir orang yang menggunakan kalimat itu.

Apabila seseorang menggunakan bahasa dengan kacau-

balau, sudah tentu hal itu menggambarkan jalan pikiran

yang kacau-balau pula. Sebaliknya, apabila seseorang

15

menggunakan bahasa dengan teratur, jelas, dan

bersistem, cara berpikir orang itu teratur dan jelas

pula. Oleh sebab itu, sudah seharusnyalah setiap orang

Indonesia menggunakan bahasa Indonesia yang teratur,

jelas, bersistem, dan benar agar jalan pikiran orang

Indonesia (sebagai pemilik bahasa Indonesia) juga

teratur dan mudah dipahami orang lain.

PERAN BAHASA INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

Dalam era globalisasi ini, peran bahasa Indonesia

perlu digalakkan dan dimasyarakatkan oleh setiap warga

negara Indonesia. Hal ini diperlukan agar bangsa

Indonesia tidak terbawa arus oleh pengaruh dan budaya

asing yang jelas-jelas tidak sesuai dan (bahkan) tidak

cocok dengan bahasa dan budaya bangsa Indonesia.

Pengaruh dari luar atau pengaruh asing ini sangat besar

kemngkinannya terjadi pada era globalisasi ini. Batas

antarnegara yang sudah tidak jelas dan tidak ada lagi,

serta pengaruh alat komunikasi yang begitu canggih

harus dihadapi dengan mempertahankan jati diri bangsa

Indonesia, termasuk peran bahasa Indonesia. Sudah

barang tentu, hal ini semua menyangkut tentang

kedisiplinan berbahasa nasional, yaitu pematuhan

aturan-aturan yan berlaku dalam bahasa Indonesia dengan

memperhatikan situasi dan kondisi pemakaiannya. Dengan

kata lain, pemakai bahasa Indonesia yang berdisiplin

adalah pemakai bahasa Indonesia yang patuh terhadap

16

semua kaidah atau aturan pemakaian bahasa Indonesia

yang sesuai dengan situasi dan kondisinya.

Setiap warga negara Indonesia, sebagai warga

masyarakat, pada dasarnya adalah pembina bahasa

Indonesia. Hal ini tidak berlebihan karena tujuan utama

pembinaan bahasa Indonesia ialah menumbuhkan dan

membina sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Untuk

menyatakan sikap positif ini dapat dilakukan dengan :

1. Sikap kesetiaan berbahasa Indonesia

2. Sikap kebanggaan berbahasa Indonesia.

Sikap kesetiaan berbahasa Indonesia teruangkap

jika bangsa Indonesia lebih suka memakai bahasa

Indonesia daripada bahasa asing dan bersedia menjaga

agar pengaruh asing tidak terlalu berlebihan. Sikap

kebanggan berbahasa Indonesia terungkap melalui

kesadaran bahwa bahasa Indonesia pun mampu

mengungkapkan konsep yang rumit secara cermat dan dapat

mengungkapkan isi hati yang sehalus-halusnya. Yang

perlu dipahami adalah sikap positif terhadap bahasa

Indonesia ini tidak berarti sikap berbahasa yang

tertutup dan kaku. Bangsa Indonesia tidak mungkin

menuntut kemurnian bahasa Indonesia (sebagaimana aliran

purisme) dan menutup diri dari saling pengaruh dengan

bahasa daerah dan bahasa asing. Oleh karena itu, bangsa

Indonesia harus bisa membedakan mana pengaruh yang

positif dan mana pengaruh yang negatif terhadap

17

perkembangan bahasa Indonesia. Sikap positif seperti

inilah yang bisa menanamkan percaya diri bangsa

Indonesia bahwa bahasa Indonesia itu tidak ada bedanya

dengan bahasa asing lain. Masing-masing bahasa

mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Sikap positif

terhadap bahasa Indonesia memberikan sumbangan yang

signifikan bagi terciptanya disiplin berbahasa

Indonesia. Selanjutnya, disiplin berbahasa Indonesia

akan membantu bangsa Indonesia untuk mempertahankan

dirinya dari pengaruh negatif asing atas kepribadiannya

sendiri. Hal ini sangat diperlukan untuk menghadapi

pergaulan antarbangsa dan era globalisasi ini.

Di samping itu, disiplin berbahasa nasional juga

menunjukkan rasa cinta kepada bahasa, tanah air, dan

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setiap warga negara

Indonesia mesti bangga mempunyai bahasa Indonesia dan

lalu menggunakannya dengan baik dan benar. Rasa

kebanggaan ini pulalah yang dapat menimbulkan rasa

nasionalisme dan rasa cinta tanah air yang mendalam.

Setiap warga negara yang baik mesti malu apabila tidak

dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan

benar. Sikap pemakai bahasa Indonesia demikian ini

merupakan sikap yang positif, baik, dan terpuji.

Sebaliknya, apabila yang muncul adalah sikap yang

negatif, tidak baik, dan tidak terpuji, akan berdampak

pada pemakaian bahasa Indonesia yang kurang terbina

dengan baik. Mereka menggunakan bahasa Indonesia "asal

18

orang mengerti". Muncullah pemakaian bahasa Indonesia

sejenis bahasa prokem, bahasa plesetan, dan bahasa

jenis lain yang tidak mendukung perkembangan bahasa

Indonesia dengan baik dan benar. Mereka tidak lagi

memperdulikan pembinaan bahasa Indonesia. Padahal,

pemakai bahasa Indonesia mengenal ungkapan "Bahasa

menunjukkan bangsa", yang membawa pengertian bahwa

bahasa yang digunakan akan menunjukkan jalan pikiran si

pemakai bahasa itu. Apabila pemakai bahasa kurang

berdisiplin dalam berbahasa, berarti pemakai bahasa itu

pun kurang berdisiplin dalam berpikir. Akibat lebih

lanjut bisa diduga bahwa sikap pemakai bahasa itu dalam

kehidupan sehari-hari pun akan kurang berdisiplin.

Padahal, kedisiplinan itu sangat diperlukan pada era

globalisasi ini. Lebih jauh, apabila bangsa Indonesia

tidak berdisiplin dalam segala segi kehidupan akan

mengakibatkan kekacauan cara berpikir dan tata

kehidupan bangsa Indonesia. Apabila hal ini terjadi,

kemajuan bangsa Indonesia pasti terhambat dan akan

kalah bersaing dengan bangsa lain.

Era globalisasi merupakan tantangan bagi bangsa

Indonesia untuk dapat mempertahankan diri di tengah-

tengah pergaulan antarbangsa yang sangat rumit. Untuk

itu, bangsa Indonesia harus mempersiapkan diri dengan

baik dan penuh perhitungan. Salah satu hal yang perlu

diperhatikan adalah masalah jati diri bangsa yang

diperlihatkan melalui jati diri bahasa. Jati diri

19

bahasa Indonesia memperlihatkan bahwa bahasa Indonesia

adalah bahasa yang sederhana, Tatabahasanya mempunyai

sistem sederhana, mudah dipelajari, dan tidak rumit.

Kesederhanaan dan ketidakrumitan inilah salah satu hal

yang mempermudah bangsa asing ketika mempelajari bahasa

Indonesia. Setiap bangsa asing yang mempelajari bahasa

Indonesia dapat menguasai dalam waktu yang cukup

singkat. Namun, kesederhaan dan ketidakrumitan tersebut

tidak mengurangi kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia

dalam pergaulan dan dunia kehidupan bangsa Indonesia di

tengah-tengah pergaulan antarbangsa. Bahasa Indonesia

telah membuktikan diri dapat dipergunakan untuk

menyampaikan pikiran-pikiran yang rumit dalam ilmu

pengetahuan dengan jernih, jelas, teratur, dan tepat.

Bahasa Indonesia menjadi ciri budaya bangsa Indonesia

yang dapat diandalkan di tengah-tengah pergaulan

antarbangsa pada era globalisasi ini. Bahkan, bahasa

Indonesia pun saat ini menjadi bahan pembelajaran di

negara-negara asing seperti Australia, Belanda, Jepang,

Amerika Serikat, Inggris, Cina, dan Korea Selatan.

PENUTUP

Tanggung jawab terhadap perkembangan bahasa

Indonesia terletak di tangan pemakai bahasa Indonesia

sendiri. Baik buruknya, maju mundurnya, dan tertatur

kacaunya bahasa Indonesia merupakan tanggung jawab

setiap orang yang mengaku sebagai warga negara

20

Indonesia yang baik. Setiap warga negara Indonesia

harus bersama-sama berperan serta dalam membina dan

mengembangkan bahasa Indonesia itu ke arah yang

positif. Usaha-usaha ini, antara lain dengan

meningkatkan kedisiplinan berbahasa Indonesia pada era

globalisasi ini, yang sangat ketat dengan persaingan di

segala sektor kehidupan. Maju bahasa, majulah bangsa.

Kacau bahasa, kacaulah pulalah bangsa. Keadaan ini

harus disadari benar oleh setiap warga negara Indonesia

sehingga rasa tanggung jawab terhadap pembinaan dan

pengembangan bahasa Indonesia akan tumbuh dengan subur

di sanubari setiap pemakai bahasa Indonesia. Rasa cinta

terhadap bahasa Indonesia pun akan bertambah besar dan

bertambah mendalam. Sudah barang tentu, ini semuanya

merupakan harapan bersama, harapan setiap orang yang

mengaku berbangsa Indonesia.

Dalam era globalisasi ini, jati diri bahasa

Indonesia merupakan ciri bangsa Indonesia yang perlu

terus dipertahankan. Pergaulan antarbangsa memerlukan

alat komunikasi yang sederhana, mudah dipahami, dan

mampu menyampaikan pikiran yang lengkap. Oleh karena

itu, bahasa Indonesia harus bterus dibina dan

dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi

kebanggaan bagi bangsa Indonesia dalam pergalan

antarbangsa pada era globalisasi ini. Apabila

kebanggaan berbahasa Indonesia dengan jati diri yang

ada tidak tertanam di sanubari setiap bangsa Indonesia,

21

bahasa Indonesia akan mati dan ditinggalkan pemakainya

karena adanya kekacauan dalam pengungkapan pikiran.

Akibatnya bangsa Indonesia akan kehilangan salah satu

jati dirinya. Kalau sudah demikian, bangsa Indonesia

"akan ditelan" oleh bangsa lain yang selalu

melaksanakan tugas dan pekerjaannya dengan menggunakan

bahasa yang teratur dan berdisiplin tinggi. Sudah

barang tentu, hal seperti harus dapat dihindarkan pada

era globalisasi ini. Apalagi, keadaan seperti ini bukan

merupakan keinginan bangsa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

A.A. Ariwibowo, Heboh Vicky Prasetyo (online)(http://www.antaranews.com, 25/02/2014)

Hassan, Abdullah. Ed. 1994. Language Planning inSoutheast Asia. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa danPustaka.

Saleh Rahmayulis, Bahasa Indonesia bisa tergusur di eraglobalisas (online) (http://www.bisnis.com,diakses 17/02/2014)

Prof.Dr.Mursai, Bahasa dan Sastra Sebagai IdentitiBangsa Dalam Proses Globalisasi (online)(http://www.asmakmalaikat.com, diakses17/02/2014)


Recommended