+ All Categories
Home > Documents > kultivasi dan optimasi hidrolisis biomassa - Institutional ...

kultivasi dan optimasi hidrolisis biomassa - Institutional ...

Date post: 07-Feb-2023
Category:
Upload: khangminh22
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
84
KULTIVASI DAN OPTIMASI HIDROLISIS BIOMASSA MIKROALGA Choricystis sp. DENGAN VARIASI KONSENTRASI PELARUT, SUHU DAN WAKTU MENGGUNAKAN RESPONSE SURFACE METHODOLOGY (RSM) SKRIPSI HANA NURBAITI SOBIHAH HAPSIN PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021 M / 1442 H
Transcript

KULTIVASI DAN OPTIMASI HIDROLISIS BIOMASSA

MIKROALGA Choricystis sp. DENGAN VARIASI

KONSENTRASI PELARUT, SUHU DAN WAKTU

MENGGUNAKAN RESPONSE SURFACE METHODOLOGY

(RSM)

SKRIPSI

HANA NURBAITI SOBIHAH HAPSIN

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021 M / 1442 H

i

KULTIVASI DAN OPTIMASI HIDROLISIS BIOMASSA

MIKROALGA Choricystis sp. DENGAN VARIASI

KONSENTRASI PELARUT, SUHU DAN WAKTU

MENGGUNAKAN RESPONSE SURFACE METHODOLOGY

(RSM)

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta

Oleh:

HANA NURBAITI SOBIHAH HAPSIN

NIM. 11140960000064

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021 M / 1442 H

ii

KULTIVASI DAN OPTIMASI HIDROLISIS PADA BIOMASSA

MIKROALGA Choricystis sp. DENGAN VARIASI KONSENTRASI

PELARUT, SUHU DAN WAKTU MENGGUNAKAN RESPONSE

SURFACE METHODOLOGY (RSM)

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta

Oleh:

HANA NURBAITI SOBIHAH HAPSIN

NIM. 11140960000064

Menyetujui,

Pembimbing I

Dr. La Ode Sumarlin, M.Si NIP. 19750918 200801 1 007

Pembimbing II

apt. Swastika Praharyawan, M.Si

NIP. 19821017 200604 1 005

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Dr. La Ode Sumarlin, M.Si NIP. 19750918 200801 1 007

iii

PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “Kultivasi dan Optimasi Hidrolisis Biomassa Mikroalga

Choricystis sp. dengan Variasi Konsentrasi Pelarut, Suhu dan Waktu

Menggunakan Response Surface Methodology (RSM)” telah dinyatakan

LULUS pada Sidang Munaqosah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Senin, 19 Juli 2021. Skripsi ini telah

diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S1)

Program Studi Kimia.

Menyetujui,

Penguji I

Dr. Sandra Hermanto, M. Si

NIP. 19750810 200501 1 005

Penguji II

Nurhasni, M.Si

NIP. 19740618 200501 2 005

Pembimbing I

Dr. La Ode Sumarlin, M. Si

NIP. 19750918 200801 1 007

Pembimbing II

apt. Swastika Praharyawan, M.Si,

NIP. 19821017 200604 1 005

Mengetahui,

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi,

Ir. Nashrul Hakiem, S.Si., MT., Ph.D

NIP. 19710608 200501 1 005

Ketua Program Studi Kimia,

Dr. La Ode Sumarlin, M.Si

NIP. 19750918 200801 1 007

iv

PERNYATAAN

DENGAN INI MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH HASIL

KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI

SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU

LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Juli 2021

Hana Nurbaiti Sobihah Hapsin

11140960000064

v

ABSTRAK

HANA NURBAITI SOBIHAH HAPSIN. Kultivasi dan Optimasi Hidrolisis

Biomassa Mikroalga Choricystis sp. dengan Variasi Konsentrasi Pelarut, Suhu

dan Waktu Menggunakan Response Surface Methodology (RSM). Dibimbing oleh

LA ODE SUMARLIN DAN SWASTIKA PRAHARYAWAN

Optimasi hidrolisis menjadi hal penting yang perlu diperhatikan mengingat

mikroalga memiliki kandungan karbohidrat yang dapat diubah menjadi gula

sederhana. Mikroalga yang digunakan adalah spesies Choricystis sp. (LIPI-

LBB13-045), dikultivasi dalam media AF6-Modifikasi sehingga menghasilkan

biomassa. Penelitian ini bertujuan menentukan kondisi optimum hidrolisis untuk

memperoleh glukosa menggunakan Response Surface Methodology (RSM).

Parameter proses hidrolisis yang dioptimasi adalah suhu (x1), waktu (x2), dan

konsentrasi H2SO4 (x3). Percobaan optimasi dilakukan dalam dua tahap yaitu

tahap penelusuran rentang optimum dan tahap penentuan nilai optimum dengan

menggunakan desain eksperimen Central Composite Design (CCD). Hasil

penelitian menunjukkan nilai kondisi optimum yang berhasil dicapai dengan

Response Surface Methodology (RSM) yaitu suhu 93,28

oC, waktu 67,48 menit,

dan konsentrasi H2SO4 2,25 % (v/v).

Kata Kunci: Hidrolisis, metode permukaan respon, mikroalga.

vi

ABSTRACT

HANA NURBAITI SOBIHAH HAPSIN. Cultivation and Optimization of

Choricystis sp. Microalgal Biomass Hydrolysis by Variations of Solvent

Concentrations, Temperature and Time use Response Surface Methodology.

Supervised by LA ODE SUMARLIN DAN SWASTIKA PRAHARYAWAN

The optimized extraction process is essential to be applied due to the

necessity of maximizing carbohydrate recovery that can subsequently be

converted into simple sugar. The microalgae of Choricystis sp. (LIPI-LBB13-045)

used in this research is cultivated in AF6-modified media to produce biomass.

This research is aiming at determining the optimum condition for microalgal

biomass hydrolysis process by utilizing response surface methodology (RSM).

The hydrolysis process parameters that will be optimized in this research are

temperature (x1), in hydrolysis time (x2), and concentration of H2SO4 (x3). The

research is comprised of two stages, tracing the interval which the optimum value

is resided and determining the optimum value for each parameter by applying

Central Composite Design (CCD) experimental design. The result in this research

showed optimum conditions which achieved by response surface methodology is

93,28 oC temperature, time reaction 67,48 minutes, and H2SO4 concentration 2,25

% (v/v)

Key words: hydrolysis, response surface methodology, microalgae.

vii

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohim,

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas segala

berkat dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan Skripsi yang berjudul

“Kultivasi dan Optimasi Hidrolisis Biomassa Mikroalga Choricystis sp. dengan

Variasi Konsentrasi Pelarut, Suhu dan Waktu Menggunakan Response Surface

Methodology (RSM)”. penulis menyadari bahwa menyelesaikan skripsi ini tak

lepas dari bantuan banyak pihak. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima

kasih yang tak terhingga kepada :

1. Dr. La Ode Sumarlin, M.Si selaku pembimbing I yang telah memberikan ilmu

dan bimbingan terhadap penulis.

2. apt. Swastika Praharyawan, M.Si selaku pembimbing II yang telah

memberikan saran, masukan serta kemudahan terhadap penulis selama proses

penelitian.

3. Dr. Sandra Hermanto, M.Si selaku dosen penguji I yang telah memberikan

saran serta masukan yang bermanfaat.

4. Nurhasni, M.Si selaku penguji II yang telah memberikan saran dan

bantuannya selama perkuliahan.

5. Dr. La Ode Sumarlin, M.Si selaku Ketua Program Studi Kimia, Fakultas Sains

dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ir. Nashrul Hakiem, S.Si., M.T., Ph.D selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Siti Nurbayti, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama kuliah.

viii

8. Dr. Dwi Susilaningsih selaku Kepala Laboratorium Bioenergi dan Bioproses,

Pusat Penelitian Bioteknologi, LIPI di Cibinong.

9. Orang tua dan keluarga besar yang senantiasa memberikan semangat dan

batuan moril maupun materi dan doa untuk kelancaran tugas akhir.

10. Staf laboratorium bioenergi dan bioproses yang telah membantu dalam

penelitian penulis serta canda tawa selama empat bulan.

11. Yanti Haryanti, Isni Putri, dan Shinta Dara teman seperjuangan atas bantuan

dan saran.

Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan umumnya bagi

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, Amin Ya Rabbal’alamin.

Jakarta, 19 Juli 2021

Hana Nurbaiti Sobihah Hapsin

ix

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 4

1.3 Hipotesis .......................................................................................................... 4

1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 4

1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5

2.1 Mikroalga ......................................................................................................... 5

2.2 Fase Pertumbuhan Mikroalga .......................................................................... 8

2.3 Karbohidrat ...................................................................................................... 8

2.3.1 Hidrolisis………………………………………………………………..9

2.3.2 Pengaruh Kondisi Operasi………………………………………….…10

2.4 Metode Permukaan Respon …………….…………………………...……....12

2.5 Metode Fenol-Asam Sulfat………………………………………………….15

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 177

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................... 177

3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................. 177

3.2.1 Alat……………………………………………………………....…….17

3.2.2 Bahan……………………………………………………………….….17

3.3 Prosedur Penelitian .................................................................................... ..188

3.3.1 Diagram Alir……………………………………………...…………...18

3.3.2 Produksi Biomassa………………………………...…………………..19

3.3.3 Optimasi Hidrolisis………………………………...………………….20

3.3.4 Analisis Kuantitatif Menggunakan Metode Fenol-Asam Sulfat.............24

3.3.5 Analisis Data Statistik…………………………………………………25

x

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 277

4.1 Kultivasi Mikroalga Choricystis sp. (LIPI-LBB13-AL045) ........................ 277

4.2 Optimasi Hidrolisis ....................................... Error! Bookmark not defined.1

4.3 Penelusuran Rentang Optimum ................................................................... 355

4.4 Optimasi Menggunakan Response Surface Methodology (RSM) model

Central Composite Design (CCD) ............................................................... 388

4.5 Pengaruh Suhu, Waktu dan Konsentrasi Asam Sulfat Terhadap Kadar

Glukosa……………………………………………………………………...43

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 455

5.1 Simpulan ...................................................................................................... 455

5.2 Saran ............................................................................................................ 455

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 466

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... 533

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kandungan karbohidrat beberapa spesies mikroalga ................................ 7

Tabel 2. Rancangan percobaan tahap penelusuran rentang optimum ................... 22

Tabel 3. Perlakuan dan kode perlakuan ................................................................. 23

Tabel 4. Rancangan percobaan penentuan kondisi optimum dengan CCD ......... 23

Tabel 5. Hasil hidrolisis dari dua pelarut berbeda ................................................. 32

Tabel 6. Hasil hidrolisis menggunakan H2SO4 ..................................................... 35

Tabel 7. Hasil percobaan penelusuran rentang optimum ...................................... 35

Tabel 8. Hasil ANOVA untuk penelusuran rentang optimum .............................. 37

Tabel 9. Hasil percobaan kondisi optimum dengan CCD .................................... 38

Tabel 10. Hasil ANOVA untuk kondisi optimum dengan CCD ........................... 39

Tabel 11. Nilai kondisi optimum yang diperoleh dari model ................................ 41

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Mikroalga Choricystis sp. ..................................................................... 6

Gambar 2. Laju pertumbuhan mikroalga ................................................................ 8

Gambar 3. Reaksi glukosa dengan fenol-asam sulfat ........................................... 16

Gambar 4. Komponen alat Spektrofotometer UV-Vis ........................................ 17

Gambar 5. Diagram Alir ....................................................................................... 18

Gambar 6. Kurva Pertumbuhan Choricystis sp. (LIPI-LBB13-AL045) .............. 27

Gambar 7. Mekanisme reaksi hidrolisis selulosa dengan asam............................ 33

Gambar 7. Plot kontur antara suhu dan konsentrasi asam sulfat .......................... 41

Gambar 8. Plot permukaan respon glukosa .......................................................... 42

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Komposisi dan pembuatan Media AF6-Modifikasi ........................ 53

Lampiran 2. Nilai Optical Density (OD) Choricystis sp. (LIPI-LBB13-045) ..... 54

Lampiran 3. Tabel ANOVA hasil penelusuran rentang optimum ....................... 55

Lampiran 4. Tabel ANOVA kondisi optimum menggunakan CCD .................... 56

Lampiran 5. Absorbansi standar glukosa dan perhitungan pengenceran ............. 57

Lampiran 6. Hasil absrobansi hidrolisis antara dua pelarut ................................. 58

Lampiran 7. Hasil absorbansi penelusuran rentang optimum .............................. 59

Lampiran 8. Hasil absorbansi optimasi menggunakan CCD .............................. 60

Lampiran 9. Perhitungan kadar glukosa ............................................................... 61

Lampiran 10. Standar deviasi hasil kondisi optimum dengan CCD .................... 63

Lampiran 11. Kurva larutan standar glukosa ...................................................... 64

Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian ................................................................ 65

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, salah

satunya adalah mikroalga. Mikroalga yang ada di bumi diperkirakan terdapat

sekitar 200.000-800.000 spesies dan baru sekitar 35.000 spesies yang

teridentifikasi (Assadad et al., 2010). Potensi mikroalga menjadi aspek penting

untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi karena berkaitan dengan konsep

biorefineri yang mengacu pada eksplorasi biomassa. Biorefineri mikroalga

merupakan cara untuk menghasilkan berbagai produk energi atau produk jenis

lainnya dengan memanfaatkan biomassa mikroalga dengan harapan menghasilkan

limbah yang sedikit bahkan tidak menghasilkan limbah (Arenas et al., 2016).

Mikroalga yang berperan sebagai sumber energi merupakan salah satu

bukti kebesaran dan kekuasaan Allah SWT sebagai pencipta. Sebagaimana

penjelasan pada Q.S. Asy-Syu’ara (26) ayat 7:

Artinya: “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, betapa banyak kami

tumbuhkan di bumi itu berbagai macam (tumbuh-tumbuhan) yang

baik?”

Ayat tersebut menerangkan bahwa kita sebagai manusia diperintahkan

untuk memperhatikan tumbuh-tumbuhan yang baik yang telah Allah tumbuhkan

di bumi ini. Tumbuhan yang baik dapat diartikan tumbuhan yang memiliki

berbagai manfaat di dalamnya. Sesungguhnya pada perkara tumbuhan yang

ditumbuhkan di muka bumi ini benar-benar terkandung petunjuk yang jelas

2

tentang kesempurnaan Allah SWT. Perumpamaan Allah SWT pada salah satu

makhluk hidup yang tidak bisa dilihat secara langsung yaitu mikroalga yang

merupakan mikroorganisme fotosintetik yang dapat hidup di air tawar maupun

laut. Mikroalga ini telah banyak dimanfaatkan untuk berbagai jenis produk seperti

produk energi, kosmetik, dan lainnya yang dapat bermanfaat untuk kehidupan

manusia.

Mikroalga merupakan mikroorganisme yang mengandung komposisi

kimia bermanfaat seperti karbohidrat, protein, lipid, dan asam amino. Hal ini

menjadi alasan layaknya mikroalga dimanfaatkan sebagai sumber alternatif bahan

baku energi (Qaishum et al., 2015; Sani et al., 2014). Selama ini, banyak peneliti

yang memanfaatkan biomassa mikroalga sebagai bahan baku biodiesel karena

kandungan lipid dan profil asam lemak monosaturated fatty acid (MUFA) yang

tinggi. Choricystis sp. salah satu mikroalga yang mengandung lipid dan profil

asam lemak yang tinggi (Praharyawan et al., 2016). Choricystis sp. (LIPI-LBB13-

045) memiliki kemampuan daya adaptasi yang cepat terhadap lingkungan baru

dan proses pemanenan yang singkat (Praharyawan et al., 2016). Sebagai bahan

baku potensial penghasil biodiesel, biomassa Choricystis sp. (LIPI-LBB13-045)

diharapkan memiliki potensi sebagai penghasil karbohidrat yang potensinya dapat

mengiringi potensi bahan baku biodiesel sehingga dapat meningkatkan

keekonomisannya saat digunakan dalam skala komersial.

Karbohidrat mikroalga terdapat dalam bentuk selulosa yang dapat

dimanfaatkan untuk menghasilkan gula sederhana melalui proses hidrolisis.

Hidrolisis secara kimiawi dianggap lebih efektif memecah karbohidrat seperti

selulosa untuk menghasilkan gula sederhana lebih tinggi. Hidrolisis secara

3

kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan katalis asam atau basa untuk

mempercepat reaksi hidrolisis. Hal ini seperti pada penelitian Ho et al. (2013)

yang melakukan optimasi hidrolisis pada Chlorella v. menggunakan H2SO4 1 %

pada suhu 121 oC selama 20 menit menghasilkan kadar glukosa 93,6 %. Selain

itu, pada penelitian Miranda et al. (2014) melakukan proses hidrolisis pada

Tetraselmiis chuii menggunakan H2SO4 1,75 % pada suhu 70 oC selama 30 menit

menghasilkan kadar glukosa 48,4 %. Proses hidrolisis menggunakan basa

dilakukan pada mikroalga N. salina menggunakan KOH 40 % (w/v) pada 90 oC

selama 60 menit menghasilkan 0,09 g.L-1

(Chen dan Vaidyanathan, 2013).

Dalam proses hidrolisis terdapat faktor yang harus diperhatikan seperti

konsentrasi pelarut, suhu, dan waktu. Oleh karena itu, penelitian mengenai

pengaruh konsentrasi pelarut, suhu, dan waktu reaksi hidrolisis untuk hasil

glukosa tertinggi dari biomassa Choricystis sp. (LIPI-LBB13-045) sangat penting

untuk dilakukan karena ketersediaan data yang masih minim. Optimasi dilakukan

dengan metode respon permukaan atau Response Surface Methodology (RSM).

RSM merupakan teknik statistika yang berguna untuk mengidentifikasi dan

memprediksi nilai-nilai variabel proses yang mempengaruhi variabel respon serta

untuk mengoptimalkan respon (Montgomery, 2001; Ernes et al., 2014).

Keunggulan metode RSM ini tidak memerlukan percobaan dalam jumlah

banyak sehingga lebih efisien dari segi waktu dan biaya (Ernes et al., 2014).Hal

ini seperti proses optimasi fermentasi bagas tebu oleh Zymomonas mobilis CP4

menunjukkan hasil yang akurat menggunakan RSM dengan pemilihan kondisi

terbaik terjadi pada konsentrasi inokulum 15 % (v/v), konsentrasi urea 0,3 %

4

(b/v), dan lama fermentasi 45 jam dengan menghasilkan kadar etanol optimum

sebesar 1,257 % (v/v) (Ernes et al., 2014).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana kondisi optimum hidrolisis karbohidrat biomassa Choricystis

sp. (LIPI-LBB13-AL045) berdasarkan parameter konsentrasi H2SO4, suhu, dan

waktu reaksi dengan menggunakan Response Surface Methodology (RSM)?

1.3 Hipotesis

Proses optimasi menggunakan Response Surface Methodology (RSM)

dapat menemukan kondisi optimum proses hidrolisis untuk menghasilkan glukosa

tertinggi.

1.4 Tujuan Penelitian

Menentukan nilai optimum konsentrasi H2SO4, suhu, dan waktu reaksi

hidrolisis karbohidrat dari biomassa Choricystis sp. (LIPI-LBB13-AL045) untuk

memperoleh glukosa tertinggi dengan menggunakan Response Surface

Methodology (RSM).

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kondisi

optimum proses hidrolisis biomassa mikroalga Choricystis sp. (LIPI-LBB13-

AL045) sehingga dapat memaksimalkan perolehan karbohidrat dari biomassa

mikroalga choricystis sp.

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mikroalga

Mikroalga merupakan mikroorganisme fotosintetik berukuran antara 1

mikrometer sampai ratusan mikrometer yang hidup di perairan tawar ataupun laut

(Hadiyanto dan Maulana Azim, 2012; Widiyanto et al., 2014). Mikroalga

memiliki kemampuan untuk memproduksi biomassa melalui proses fotosintesis

dengan bantuan sinar matahari, air dan karbon dioksida (Demirbas, 2010).

Mikroalga mengandung komposisi kimia sangat bermanfaat, seperti protein,

karbohidrat, pigmen, asam amino, lipid, dan hidrokarbon (Sani et al., 2014).

Mikroalga Choricystis sp. merupakan mikroalga air tawar yang diambil

dari danau di Provinsi Bengkulu.

Adapun klasifikasinya sebagai berikut (Rakhmawati, 2017):

Domain : Eukariot

Kingdom : Plantae

Filum : Chlorophyta

Kelas : Trebouxiophyceae

Ordo : Trebouxiophyceae

Famili : Coccomyxaceae

Genus : Choricystis

Spesies : Choricystis sp.

6

Gambar 1. Mikroalga Choricystis sp. (Praharyawan et al., 2018)

Apabila dilihat dari segi bentuk, mikroalga Choricystis sp. (LIPI-LBB13-

045) memiliki bentuk lonjong atau oval. Pada penelitian lain Choricystis sp.

(LIPI-LBB13-045) memiliki kandungan lipid sebesar 34,2 mg.L-1

.hari-1

(Menezes

et al., 2016). Selain itu, Choricystis sp. (LIPI-LBB13-045) juga memiliki nilai

profil asam lemak monounsaturated fatty acid (MUFA) sebesar 45,5 %

(Praharyawan et al., 2016). Akan tetapi, untuk saat ini belum teridentifikasi secara

detail mengenai potensi karbohidrat dari mikroalga Choricystis sp. (Menezes et

al., 2015).

Mikroalga merupakan mikroorganisme yang dapat menghasilkan substansi

kimia yang berguna untuk sumber energi. Salah satunya adalah kandungan

karbohidrat yang terdapat dalam mikroalga. Kandungan karbohidrat pada

mikroalga berbeda-beda tergantung spesies dan kondisi lingkungan hidupnya

(Assadad et al., 2010; Basmal, 2008). Karbohidrat pada mikroalga terletak pada

dinding sel dan sitoplasma. Sekitar 4-7 % dalam bentuk selulosa dan sekitar 51 –

60 % dalam bentuk gula netral non selulosa. Karbohidrat mikroalga sebagai

sumber karbon dapat dimanfaatkan untuk produksi bioetanol yang diperoleh

7

melalui proses fermentasi. Karbohidrat dikonversi menjadi glukosa dan

difermentasi menjadi bioethanol (Assadad et al., 2010).

Tabel 1. Kandungan karbohidrat beberapa spesies mikroalga

Nama Spesies Kandungan karbohidrat

(%)

Sumber

Porphyridium

cruentum

22,82 (Agustini dan Nadhil Febrian.,

2019)

Tetraselmis chuii 48,4 (Miranda et al., 2014)

Spirulina platensis 65 (Samudera dan Tatang

Sopandi, 2020)

Komposisi kimia yang terkandung dalam mikroalga berbeda-beda karena

dipengaruhi faktor seperti jenis spesies dan kondisi kultivasi. Pertumbuhan

mikroalga dapat dipengaruhi beberapa faktor lingkungan yang dapat

mempengaruhi hasil biomassa diantaranya intensitas cahaya, temperatur, media,

oksigen. pH, karbon dioksida, dan pengadukan. Oleh karena itu, terdapat peluang

untuk memperoleh mikroalga dengan komposisi kimia tertentu dengan

memodifikasi faktor lingkungannya (Assadad, 2010; Basmal, 2008)

Mikroalga melakukan aktivitas fotosintesis dengan bantuan air, oksigen,

cahaya, serta menggunakan bahan-bahan organik yang terdapat dalam media

(Dimas et al., 2017; Jelizanur, 2019). Cahaya dan nutrisi pada media akan tersebar

merata dengan pengadukan sehingga tidak akan terjadi pengendapan biomassa

(Mata et al., 2010). Pengadukan pada kultur mikroalga biasanya dilakukan dengan

cara aerasi atau memompakan udara ke dalam media. Selain itu, pengadukan juga

bisa dilakukan dengan cara mekanik seperti menggunakan stirrer (Kurnia, 2016).

8

2.2 Fase Pertumbuhan Mikroalga

Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty (1995), Pertumbuhan mikroalga

dapat ditandai dengan bertambahnya ukuran dan jumlah sel. Tanda pertumbuhan

mikroalga juga ditandai dengan perubahan air kultur dari bening menjadi

berwarna seperti hijau muda atau coklat muda kemudian menjadi hijau atau

coklat. Selama proses kultivasi mikroalga mengalami lima fase yaitu: (1) fase

adaptasi, dimana pertumbuhan kelimpahan mikroalga terjadi dalam jumlah

sedikit. (2) Fase pertumbuhan lanjut yang dialami mikroalga setelah fase adaptasi.

Salah satu indikasi penting sel berhasil melalui fase adaptasi adalah kecepatan

pertumbuhan. (3) Fase penurunan pertumbuhan, fase yang dapat dipengaruhi oleh

cahaya, dan akumulasi oksigen yang dihasilkan saat proses fotosintesis. (4) Fase

stasioner yang menunjukkan tidak ada lagi pertumbuhan mikroalga. (5) Fase

terakhir yaitu fase kematian, ditunjukkan dengan jumlah sel mikroalga yang mati

lebih tinggi dibandingkan sel yang hidup (Hadiyanto dan Maulana Azim, 2012).

Gambar 2. Laju pertumbuhan mikroalga (Fogg dan Thake, 1987)

2.3 Karbohidrat

Karbohidrat merupakan senyawa organik yang disusun oleh tiga jenis

atom, yaitu karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O), baik dalam bentuk

9

molekul sederhana maupun kompleks (Christian dan Vaclavik, 2003).

Karbohidrat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok diantaranya

monosakarida, disakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Monosakarida

merupakan karbohidrat sederhana yang memiliki satu unit monomer, sehingga

monosakarida tidak memiliki ikatan glikosidik. Kelompok berikutnya disakarida

merupakan karbohidrat yang tersusun oleh dua unit monomer monosakarida yang

dihubungkan dengan ikatan glikosidik. Ketiga yaitu oligosakarida termasuk

polimer yang disusun tiga hingga sembilan unit monosakarida. Terakhir adalah

polisakarida yang merupakan polimer molekul monosakarida yang dapat berantai

lurus atau bercabang yang terikat satu sama lain oleh ikatan glikosidik (Sri

Risnoyatiningsih, 2011).

Karbohidrat pada mikroalga terdapat dalam bentuk pati dan selulosa yang

terdapat pada dinding sel, dengan tidak adanya lignin akan jauh lebih mudah

untuk dikonversi menjadi kelompok monosakarida jika dibandingkan dengan

lignoselulosa. Mikroalga mengandung karbohidrat karena secara umum telah

dipercaya bahwa proses pembentukan karbohidrat ini terjadi saat proses

fotosintesis pada siklus calvin serta adanya asupan nutrisi juga merupakan cara

efektif untuk memicu akumulasi karbohidrat. Hal ini terjadi pada penelitian Fen

Tan et al. (2016) yang menerangkan bahwa dari kelima mikroalga yang digunakan

ternyata C. vulgaris ESP-6 mengandung karbohidrat yang lebih tinggi sebesar

61,50% dengan modifikasi ampas biogas.

2.3.1 Hidrolisis

Karbohidrat kompleks yang dikonversi menjadi glukosa dapat dilakukan

dengan proses hidrolisis. Hidrolisis merupakan pemecahan gula-gula kompleks

10

menjadi gula-gula sederhana (Kurnia, 2016). Hidrolisis dapat dilakukan secara

kimiawi dan enzimatis. Hidrolisis secara kimiawi dapat menggunakan asam

seperti asam sulfat, asam klorida dan alkali seperti natrium hidroksida, kalium

hidroksida. Hidrolisis secara kimiawi memberikan keuntungan lebih cepat,

mudah, dan murah dibandingkan metode hidrolisis yang lain (Girio et al., 2010;

Harun et al., 2010; Moxley dan Zhang, 2007). Hidrolisis secara enzimatis

dilakukan menggunakan enzim, pada proses hidrolisis ini lebih lambat dan lebih

mahal dibandingkan dengan hidrolisis secara kimiawi (Lynd et al., 2002).

Pemilihan hidrolisis menggunakan pelarut dan konsentrasi yang akan

digunakan tergantung jenis mikroalga. Proses hidrolisis dengan suhu tinggi biasa

dilakukan pada kisaran 160-240 oC, sedangkan suhu rendah kisaran 80-140

oC.

Menurut hasil penelitian lain menunjukkan bahwa hidrolisis pada mikroalga

Tetraselmis chuii pada temperatur 70 oC dan konsentrasi asam sulfat 1,75 %

menghasilkan glukosa dengan kadar tertinggi 48,4 % (Miranda et al., 2014).

Selain itu, proses hidrolisis basa dilakukan pada mikroalga N. salina

menggunakan KOH 40 % (w/v) pada 90 oC selama 60 menit menghasilkan 0,09

g.L-1

(Chen dan Vaidyanathan, 2013).

2.3.2 Pengaruh Kondisi Operasi

1. Konsentrasi Pelarut

Konsentrasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi.

Proses hidrolisis secara kimiawi dapat digunakan asam dan basa. Sampai saat

ini, penggunaan asam untuk proses hidrolisis biomassa mikroalga menjadi

pilihan yang tepat, dikarenakan ketiadaan lignin pada mikroalga. Penggunaan

asam dengan konsentrasi tinggi atau konsentrasi rendah akan memberikan

11

hasil yang bervariasi. Menurut peneliti Hamelinck et al. (2005), menyatakan

bahwa penggunaan asam dengan konsentrasi tinggi akan memberikan kadar

gula yang tinggi setelah tahap hidrolisis.

2. Suhu Reaksi

Suhu adalah salah satu faktor yang dapat mempercepat terjadinya reaksi

hidrolisis. Suhu hidrolisis berpengaruh terhadap konstanta kecepatan reaksi.

Jika suhu semakin tinggi, konstanta kecepatan reaksi akan semakin besar

sehingga reaksi dapat semakin cepat (Kirk dan Othmer, 1983). Kurnia (2016)

meneliti tentang proses hidrolisis lignoselulosa dari mikroalga Chlorella

vulgaris menggunakan asam sulfat konsentrasi rendah menunjukkan bahwa

suhu optimum terjadi pada 120 oC menghasilkan kadar glukosa tertinggi dan

mulai menurun pada suhu di atas 120 oC.

3. Waktu Reaksi

Waktu ekstraksi juga penting untuk diperhatikan dalam proses hidrolisis

karena dapat mempengaruhi hasil hidrolisis. Hasilnya akan semakin

meningkat dengan semakin lamanya waktu reaksi sampai pada waktu

optimum (Groggins, 1958). Erlangga et al. (2015) meneliti proses hidrolisis

pada mikrolaga Nannochloropsis sp. menggunakan asam sulfat 4 % pada suhu

80 oC menunjukkan waktu optimum 75 menit menghasilkan kadar glukosa

yang meningkat. Penelitian Qaishum et al. (2015) menjelaskan adanya

kenaikan kadar glukosa seiring dengan bertambahnya waktu dari 10 – 30

menit, namun pada menit ke 50 mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan

waktu optimum terjadi pada menit ke 30 dalam menghidrolisis biomassa

Tetraselmiis chuii. Hal ini dikarenakan semakin lama waktu maka kadar

12

glukosa semakin meningkat, namun menit ke 50 mengalami penurunan karena

ion H+ pada asam telah mencapai titik optimum dalam reaksi hidrolisis.

2.4 Metode Permukaan Respon

Optimasi merupakan suatu pendekatan untuk mengidentifikasi hasil

terbaik dalam suatu permasalahan. Unsur utama pada proses optimasi adalah

menentukan fungsi tujuan yang dipengaruhi oleh beberapa variabel bebas.

Perlakuan optimasi merupakan langkah yang dapat meminimalisasi biaya dan

penggunaan bahan baku atau mengefisiensikan proses produksi dengan

memaksimalkan hasil (Box dan Draper, 1987).

Penelitian ini dilakukan untuk mencari nilai-nilai parameter produksi

kadar glukosa dari hasil hidrolisis yang prosesnya dapat menghasilkan yield

terbesar. Jumlah yield yang diperoleh merupakan hasil dari penerapan parameter

produksi. Adapun parameter yang diamati dalam proses hidrolisis karbohidrat ini

adalah konsentrasi pelarut, suhu, dan waktu. Dikarenakan dalam penelitian ini

mencari hubungan antara variabel bebas terhadap variabel respon, maka desain

eksperimen yang tepat untuk digunakan adalah desain permukaan respon.

Metode permukaan respon atau Response Surface Methodology (RSM)

adalah teknik statistika yang berguna untuk memodelkan, menganalisis data pada

variabel respon yang dipengaruhi oleh variabel bebas dengan tujuan

mengoptimalkan respon (Montgomery, 2001; Radojkovic et al., 2012). Metode ini

membantu dalam mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap respon,

mendapatkan model hubungan antara variabel bebas dan respon serta

mendapatkan kondisi proses yang menghasilkan respon terbaik. Keunggulan dari

13

metode ini tidak memerlukan data percobaan dalam jumlah yang besar dan tidak

memerlukan waktu yang lama (Irawan dan Astuti, 2006; Nurmiah et al., 2013).

Dalam melakukan optimasi menggunakan metode permukaan respon

dilakukan beberapa tahapan diantaranya: (1) Screening, tahap ini merupakan

penyeleksian variabel bebas atau faktor yang diduga berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel respon. (2) Improvisasi atau penelusuran rentang

optimum, tahap ini dilakukan pengubahan titik variabel bebas secara berulang

sehingga menghasilkan data yang bervariasi yang dapat diolah dan dianalisis

secara statistik yang akhirnya digunakan untuk mencari nilai optimum. (3)

Penentuan titik optimum, tahap penentuan titik optimum menggunakan metode

permukaan respon model Central Composite Design (CCD). Model CCD dipilih

karena memiliki kualitas prediksi yang lebih besar dari model Box-Behnken

dengan selisih running yang lebih sedikit (Croarkin dan Tobias, 2003). Tahapan

selanjutnya penentuan titik optimum dilakukan dengan mencari model dari sistem

dengan cara melakukan perhitungan regresi. Perhitungan regresi dan analisis

dilakukan dengan bantuan software Design-Expert (Stat-Ease, 2007). Penggunaan

software ini membantu untuk mempercepat perhitungan dibandingkan secara

manual.

Langkah awal dari RSM menemukan hubungan antara variabel bebas

terhadap variabel respon melalui rancangan eksperimen tahap pertama.

Rancangan eksperimen tahap pertama yang sesuai untuk tahap penyaring faktor

adalah rancangan faktorial 2k (Two Level Factorial Design), yang artinya setiap

variabel memiliki dua level dimana k menyatakan jumlah variabel bebas dan

diberi kode -1 untuk level terendah dan +1 level tertinggi. Model tahap kedua

14

dilakukan apabila terdapat kelengkungan dengan adanya pernyataan ketidak

cocokan pada eksperimen tahap pertama. Eksperimen tahap kedua akan didesain

setelah daerah optimum respon tahap pertama diketahui. Pengembangan desain

eksperimen awal untuk membangun model tahap kedua dinamakan model Central

Composite Design (CCD).

Penentuan kondisi operasi optimum hidrolisis pada tahap kedua diperlukan

rancangan Central Composite Design (CCD) dalam pengumpulan data percobaan.

CCD merupakan rancangan faktorial 2k yang diperlukan melalui penambahan

titik-titik pengamatan pusat agar memungkinkan pendugaan koefisien parameter

permukaan tahap kedua. Umumnya, CCD terdiri dari faktorial 2k, 2k aksial dan

center points titik pusat. Terdapat dua parameter dalam CCD yang harus

ditentukan yaitu besar α (nilai aksial) dari pusat rancangan dan nilai titik pusat.

Rancangan CCD berotasi dengan α yang dipilih. Nilai α untuk berotasi tergantung

pada nilai dari titik dalam rancangan faktorial. Nilai α =

akan menghasilkan

rancangan CCD rotatable dimana nf merupakan angka dari titik yang digunakan

dalam bagian rancangan faktorial (Lubis, 2010).

Hasil visualisasi bentuk dari RSM ini dinyatakan dalam bentuk grafik

dalam gambar tiga dimensi dan juga digambarkan konturnya. Plot kontur

merupakan suatu garis atau kurva yang mengidentifikasi nilai peubah pada respon

yang tetap sehingga plot kontur dapat dipelajari untuk menganalisis permukaan

respon (Montgomery, 2001). Metode optimasi menggunakan metode permukaan

respon dapat memberikan hasil lebih baik dalam mengetahui hubungan antara

variabel bebas dengan variabel respon. Optimasi hasil persen glukosa dari

biomassa mikroalga belum banyak dilakukan. Namun, ada peneliti asing

15

(Vahabisani et al., 2015) yang telah melakukan penelitian optimasi hidrolisis

biomassa dengan jenis mikroalga yang berbeda yaitu Chlorella vulgaris. Mereka

mengoptimasi proses hidrolisis biomassa Chlorella vulgaris menujukkan hasil

terbaik pada konsentrasi asam 1 % menghasilkan 13,89 gr/L. Selain itu, aplikasi

penggunaan metode RSM menggunakan CCD dilakukan penelitian oleh Huo et

al. (2014) mengenai optimasi pada flokulasi alkali untuk pemanenan Scenedesmus

quadricauda dan Chaetoceros muelleri.

2.5 Metode Fenol-Asam Sulfat

Penentuan gula total didasarkan pada metode Fenol-Asam Sulfat (Dubois

et al., 1956). Metode ini memiliki kelebihan dalam pengerjaannya yang memiliki

efisiensi yang tinggi dalam penentuan gula total baik gula pereduksi dan gula non

pereduksi. Penerapan metode fenol-asam sulfat banyak digunakan untuk

menentukan karbohidrat dalam sampel secara langsung yang dinyatakan sebagai

persen glukosa (Qalsum et al., 2015). Sebelum melakukan pengujian sampel perlu

diketahui kurva standar yang digunakan. Pada prinsipnya, metode ini yaitu gula

sederhana, oligosakarida, dan turunannya dihidrolisis menjadi monosakarida oleh

asam sulfat pekat dan menghidrasinya sehingga membentuk senyawa furfural

yang bereaksi dengan fenol menghasilkan warna jingga kekuningan stabil yang

diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 490 nm.

Berikut reaksi kimia yang terjadi terdapat pada gambar 3.

16

Gambar 3. Reaksi Glukosa dengan fenol-asam sulfat (Qalsum et al., 2015)

2.5.1 Spektrofotometer UV-VIS

Spektrofotometri UV-Vis merupakan singkatan dari spektrofotometri sinar

ultra violet dan visible (cahaya tampak). Sinar ultraviolet (UV) mempunyai

panjang gelombang antara 190-380 nm, dan sinar visible (tampak) mempunyai

panjang gelombang 380-780 nm. (Iskandar, 2017). Prinsip kerja spektrofotometer

adalah apabila cahaya (monokromatik) jatuh pada suatu medium homogen,

sebagian dari sinar yang masuk akan dipantulkan, sebagian diserap, dan sisanya

akan diteruskan.

Hasil yang keluar dari cahaya yang diteruskan berupa nilai absorbansi dan

berbanding lurus dengan konsentrasi sampel. Pada metode ini ada suatu hukum

yang menjadi acuan adalah penentuan suatu zat secara kuantitatif. Hukum tersebut

yaitu hukum Lambert-Beer yang menyatakan hubungan berbanding lurus antara

absorban dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan

transmitan (Iskandar, 2017). Hukum Lambert-Beer dinyatakan sebagai berikut.

17

A = log lo/lt = ε.b.c

Dimana: A = Absorban (serapan cahaya oleh zat kimia)

lo = Intensitas sinar yang datang

lt = Intensitas sinar yang diteruskan

ε = Absorptivitas molar (L.mol-1

.cm-1

)

b = Panjang medium (cm)

c = konsentrasi atom-atom yang menyerang sinar (mg/mL)

Gambar 4. Komponen alat spektrofotometer UV-Vis (Suhartati, 2013)

Spektrofotometri sederhana terdiri dari (Suhartati, 2013):

1. Sumber cahaya

2. Monokromator merupakan alat yang berfungsi memecah cahaya polikrimatis

menjadi cahaya tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang gelombang

tertentu.

3. Kuvet merupakan wadah sampel. Pada umumnya spektrofotometri melibatkan

larutan, dengan demikian dibutuhkann wadah sampel untuk menempatkan larutan.

4. Detektor yang akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar kemudian

diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder akan ditampilkan

dalam bentuk angka-angka pada reader (komputer).

5. Recorder merupakan sistem baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik, yang

menyatakan dalam bentuk absorbansi.

17

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2018 hingga bulan Juni 2018.

Penelitian ini meliputi proses produksi biomassa, optimasi hidrolisis, analisis

kuantitatif dan analisis data. Proses penelitian ini dilakukan di Laboratorium

Bioenergi dan Bioproses (LBB), Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong, Bogor.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Peralatan yang digunakan meliputi pipet ukur (10-1000 µL, 1000 µL,

5000 µL), spektrofotometer UV-VIS Shimadzu Pharmaspec 1700, sentrifuge

HITACHI CR 21GIII, magnetic stirrer, oven, timbangan analitik, spatula,

peralatan gelas, selang aerasi, hot plate, autoclave TOMY ES-315, tabung

sentrifugasi falcon Corning, laminar air flow ESCO Airstream, tabung reaksi,

labu ukur, termometer, lemari asam, bulp, dan luxmeter.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan meliputi isolat mikroalga Choricystis sp. (LIPI-

LBB13-AL045) koleksi Laboratorium Bioenergi dan Bioproses, LIPI-

Cibinong yang diisolasi dari Danau Dendam Tak Sudah, Provinsi Bengkulu,

biomassa Choricystis sp. (LIPI-LBB13-AL045), komposisi media AF6-

Modifikasi (lampiran 1), alkohol 70 %, akuades, asam sulfat (H2SO4), natrium

hidroksida (NaOH), larutan glukosa standar, larutan fenol 5 %.

18

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Diagram Alir

Gambar 5. Diagram Alir Penelitian

Choricystis sp.

(LIPI-LBB13-045)

Kultivasi dengan media AF6-

Modifikasi dan pengukuran

Optical Density (OD)

Kultur Mikroalga

Biomassa

Mikroalga

Screening parameter proses

hidrolisis

Penentuan Kondisi

Optimum menggunakan

CCD

Optimasi Hidrolisis

Penelusuran rentang

optimum

Pemanenan

Eksperimen dan analisis kuantitatif

Analisis hasil

statistik

19

3.3.2 Produksi Biomassa

Proses produksi biomassa dilakukan dengan beberapa tahapan seperti

penanaman mikroalga Choricystis sp. (LIPI-LBB13-045) dalam media AF6-

Modifikasi, kultivasi, dan pemanenan biomassa.

3.3.2.1 Sterilisasi Alat dan Bahan (Noël dan Kawachi, 2005).

Sebelum dilakukan proses penanaman kultur, alat dan bahan disterilisasi.

Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan autoclave yang dioperasikan pada

suhu 121 oC selama 15 menit. Alat dan bahan yang disterilisasi meliputi media

AF6-Modifikasi dilarutkan dengan aquades sebanyak 450 mL, aquades dalam

botol scott 1000 mL, selang aerasi, dan tutup botol bides. Botol media ditutup

dengan alumunium foil agar uap air tidak masuk selama proses sterilisasi.

Kemudian botol bides ditutup dan selang aerasi dibungkus dalam plastik dan di

tutup rapat.

3.3.2.2 Pembuatan Media AF6-Modifikasi (Praharyawan et al., 2016)

Pembuatan media dilakukan dengan melarutkan senyawa-senyawa media

AF6-Modifikasi dalam air (lampiran 1).

3.3.2.3 Penanaman Kultur (Praharyawan et al., 2016)

Isolat mikroalga Choricystis sp. (LIPI-LBB13-045) dari koleksi

laboratorium disiapkan untuk memperbanyak stok kultur. Isolat mikroalga

ditumbuhkan pada media AF6-Modifikasi (komposisi media lihat lampiran 1).

Isolat mikroalga sebanyak 30 mL ditambahkan ke dalam media AF6-Modifikasi

(lampiran 2) yang telah disterilisasi. Isolat ditambahkan dengan volume yang

20

sama pada media lain. Selanjutnya kultur dikultivasi sampai fase stasioner

dengan intensitas cahaya secara kontinyu dan konstan.

3.3.2.4 Kultivasi (Praharyawan dan Putri, 2017)

Awal kultivasi dilakukan pengukuran Optical density (OD) menggunakan

spektrofotometer UV-VIS dengan panjang gelombang 680 nm. Kultur mikroalga

Choricystis sp. (LIPI-LBB13-045) dikultivasi pada kondisi sama yaitu diberikan

intensitas cahaya lampu sebesar 40.000 lux menggunakan luxmeter dan

dilakukan pengukuran OD selama kultivasi berlangsung hingga mencapai fase

stasioner.

3.3.2.5 Pemanenan (Grima, 2004)

Pemanenan dilakukan dengan cara sentrifugasi. Proses sentrifugasi

dilakukan untuk memisahkan supernatan dengan biomassa. Sentrifugasi

dilakukan dengan kecepatan 6000 rpm pada suhu 4 oC selama 5 menit.

Supernatan dipisahkan dan diambil biomassa basahnya untuk diekstraksi.

3.3.3 Optimasi Hidrolisis

Optimasi metode hidrolisis ini dilakukan untuk menentukan nilai optimum

pada variabel respon yang dipengaruhi oleh variabel proses menggunakan metode

permukaan respon. Variabel respon berupa persen glukosa dan variabel proses

yang merupakan faktor yang mempengaruhi proses hidrolisis yaitu suhu (x1),

waktu (x2), dan konsentrasi pelarut (x3).

21

3.3.3.1 Penentuan Pelarut

a. Hidrolisis menggunakan NaOH (Chen dan Vaidyanathan, 2013)

Biomassa basah disiapkan dengan massa 0,2 gram, kemudian

dicampurkan dalam 5 mL variasi konsentrasi NaOH (30; 40 % w/v) pada variasi

suhu (70; 80; 90 oC) dengan waktu 60 menit. Kemudian dilakukan sentrifugasi

dengan kecepatan pada suhu 4 oC dengan kecepatan 6000 rpm selama 10 menit.

Supernatan dipisahkan dari endapan, kemudian supernatan digunakan untuk

analisis kadar glukosa.

b. Hidrolisis menggunakan H2SO4 (Ho et al., 2013)

Biomassa basah disiapkan dengan massa 0,2 gram dicampurkan dengan 5

mL H2SO4 variasi konsentrasi (1.5; 2.0 % v/v) kemudian dipanaskan pada suhu

yang berbeda (45; 55; 65 oC) dengan waktu 60 menit. Kemudian untuk kontrol

menggunakan konsentrasi 2.0 %, suhu 121 oC, dan waktu 15 menit. Setelah itu,

didinginkan pada suhu ruang, di sentrifugasi pada suhu 4 oC dengan kecepatan

6000 rpm selama 10 menit. Supernatan dipisahkan dari endapan, kemudian

supernatan digunakan untuk analisis kadar glukosa.

3.3.3.2 Penelusuran Rentang Optimum (Panggalo, 2012)

Optimasi pada tahap ini dilakukan dengan rancangan desain faktorial dua

level (2k) dengan jumlah pengamatan n = 2

3 + 3 (titik pusat). Level percobaan

pada masing-masing variabel bebas dikodekan dengan level terendah (-1),

sedangkan level tertinggi (+1). Proses optimasi ini terdapat tiga variabel bebas

yaitu x1 = suhu, x2 = waktu, dan x3 = konsentrasi asam. Sebelum proses ini

22

dilakukan, perlu dilakukan desain eksperimennya menggunakan software Design

Expert versi 6.0. dengan model linier.

Tabel 2. Rancangan percobaan tahap penelusuran Rentang Optimum

Variabel Bebas

Suhu Waktu Konsentrasi Asam

Kode oC Kode menit Kode % (v/v)

-1 85 -1 50 -1 1,8

-1 85 -1 50 +1 2,2

-1 85 +1 70 -1 1,8

-1 85 +1 70 +1 2,2

+1 95 -1 50 -1 1,8

+1 95 -1 50 +1 2,2

+1 95 +1 70 -1 1,8

+1 95 +1 70 +1 2,2

0 90 0 60 0 2,0

0 90 0 60 0 2,0

0 90 0 60 0 2,0

3.3.3.3 Optimasi Kondisi Menggunakan CCD (Ernes et al., 2014)

Eksperimen untuk penentuan kondisi optimum dilakukan pada saat hasil

dari proses penelusuran rentang optimum belum sesuai. Eksperimen tahap ini

didesain setelah wilayah rentang optimum tahap sebelumnya diketahui dengan

hasil respon tertinggi. Model permukaan respon tahap ini digunakan rancangan

Central Composite Design (CCD). Setiap level variabel bebas pada CCD dibuat

kode yaitu titik sudut yaitu (-1) dan (+1), titik pusat (0), dan titik aksial (– α) dan

(+ α). Tahap ini dipengaruhi tiga variabel bebas yaitu x1 = suhu, x2 = waktu, dan x3

= konsentrasi asam dengan nilai rotabilitasnya adalah 1.682 yang digunakan juga

untuk pengkodean. Dalam penelitian ini CCD dirancang dengan jumlah n = 23 + 6

(titik pusat) + 6 (titik aksial). Berikut perlakuan optimasi dan kode perlakuan

dituangkan pada table 3 dan rancangan penelitian dengan metode permukaan

respon model CCD dituangkan pada tabel 3.

23

Tabel 3. Perlakuan dan kode perlakuan

Perlakuan Kode Perlakuan

-1,682 -1 0 +1 +1,682

Suhu (x1) 91 92 94 96 98

Waktu (x2) 53,18 60 70 80 86,82

Konsentrasi asam (x3) 1,86 2,0 2,2 2,4 2,54

Tabel 4. Rancangan percobaan menggunakan CCD

Variabel Bebas

Suhu Waktu Konsentrasi Asam

Kode oC Kode menit Kode % (v/v)

0 94 - α 53,18 0 2,2

-1 92 -1 60 -1 2,0

0 94 0 70 0 2,2

0 94 0 70 - α 1,86

+1 96 +1 80 +1 2,4

-1 92 -1 60 +1 2,4

+α 98 0 70 0 2,2

+1 96 +1 80 -1 2,0

0 94 0 70 0 2,2

0 94 0 70 0 2,2

0 94 + α 86,82 0 2,2

+1 96 -1 60 -1 2,0

0 94 0 70 0 2,2

- α 91 0 70 0 2,2

-1 92 +1 80 -1 2,0

0 94 0 70 + α 2,54

-1 92 +1 80 +1 2,4

0 94 0 70 0 2,2

+1 96 -1 60 +1 2,4

0 94 0 70 0 2,2

3.3.4 Penentuan Kondisi Optimum Menggunakan Metode Permukaan

Respon (Panggalo, 2012)

Persamaan model yang diperoleh disebut dengan permukaan respon dan

kurva permukaan respon diperoleh menggunakan metode permukaan respon

pada software Design Expert versi 6.0. Kondisi optimum dapat dilihat dari kurva

permukaan respon yang dihasilkan. Setelah kondisi optimum diperoleh dari

24

berdasarkan prediksi model, kemudian dibandingkan dengan kondisi optimum

berdasarkan percobaan.

3.3.5 Analisis Kuantitatif Menggunakan Metode Fenol-Asam Sulfat (Dubois

et al., 1956).

a. Pembuatan kurva standar glukosa

Larutan glukosa standar 0,5 mL dari masing-masing konsentrasi 0, 10, 20,

30, 40, 50 ppm dimasukkan ke dalam tabung terpisah. Larutan fenol 5 %

sebanyak 0.5 mL ditambahkan dan lakukan vortex. Ditambahkan 2,5 mL larutan

asam sulfat pekat dengan cepat. Didiamkan selama 10 menit, divortex dan

ditempatkan dalam penangas air selama 15 menit. kemudian diukur

absorbansinya pada panjang gelombang 490 nm. Dibuat plot kurva standar dan

tentukan persamaan regresi linier (Chapline, 1986). Nilai persamaan dapat ditulis

sebagai berikut:

y = bx + a…………(1)

Keterangan: y = nilai absorbansi

a dan b = nilai persamaan regresi larutan standar

x = kadar gula yang dicari

b. Analisis sampel

Larutan sampel 0.5 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan

0.5 mL larutan fenol 5 %, divortex. Ditambahkan 2.5 mL larutan asam sulfat

pekat, didiamkan selama 10 menit, divortex dan ditempatkan dalam penangas air

15 menit kemudian nilai pengukuran yang diperoleh diplot pada kurva standar.

Perhitungan menggunakan metode ini adalah konsentrasi gula dalam sampel

25

ditentukan dengan konsentrasi gula standar dengan absorbansi dan

memperhitungkan pengenceran yang dilakukan.

3.3.6 Analisis Data Statistik

Rancangan pada tahap penelusuran rentang optimum dan tahap penentuan

kondisi optimum menggunakan CCD dimasukkan ke dalam software Design

Expert versi 6.0 untuk dilakukan analisis data statistik. Parameter yang diukur

adalah kadar glukosa. Analisis data hasil kondisi optimum eksperimen

dibandingkan dengan hasil kondisi optimum prediksi model permukaan respon.

Uji analysis of variance (ANOVA) dilakukan terhadap uji regresi dan uji lack of

fit, untuk menentukan apakah percobaan pada tahap I dan tahap II sudah sesuai

atau terdapat kelengkungan. Penentuan hasil analisis dilakukan dengan melihat

harga F dan signifikansinya. Hasil analisis diinterpretasikan sebagai berikut:

1. Hipotesis disusun:

H0: Adanya pengaruh konsentrasi pelarut, suhu, dan waktu hidrolisis terhadap

hasil optimum kadar glukosa.

H1: Tidak adanya pengaruh konsentrasi pelarut, suhu, dan waktu hidrolisis

terhadap hasil optimum kadar glukosa.

2. Signifikansi perlakuan terhadap efisiensi konsentrasi pelarut, suhu dan waktu

ditentukan dengan P-value < α = 0.05.

Kemudian untuk uji lack of fit dilakukan dengan menguji hipotesis:

1. Hipotesis disusun:

H0 = Tidak ada lack of fit

26

H1 = Ada lack of fit

2. Signifikansi terhadap daerah penolakannya adalah p-value < α = 0,05

Untuk menguji kesesuaian model pada tahap penelusuran rentang optimum,

ketiga uji yang disebutkan di atas harus dipenuhi, sehingga tahap I dikatakan telah

sesuai. Apabila salah satu dari uji tersebut tidak terpenuhi maka tahap I dinyatakan

belum sesuai dan perlu dilanjutkan ke tahap II yaitu optimasi menggunakan model

CCD. Kemudian untuk uji ANOVA pada tahap II ini tidak hanya ditinjau dari regresi

individu saja tetapi juga faktor kuadrat dan interaksi dari faktor yang harus

dipertimbangkan untuk mengetahui faktor yang memiliki pengaruh nyata terhadap

respon.

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Choricystis sp. (LIPI-LBB13-AL045) merupakan salah satu koleksi dari

Laboratorium Bioenergi dan Bioproses (LBB), Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI,

Cibinong yang diisolasi dari Provinsi Bengkulu. Penelitian ini bertujuan untuk

menentukan kondisi optimum proses hidrolisis yang dipengaruhi oleh konsentrasi

pelarut, suhu, dan waktu hidrolisis pada biomassa mikroalga Choricystis sp. sehingga

dapat memperoleh persen glukosa tertinggi.

4.1 Kultivasi Mikroalga Choricystis sp. (LIPI-LBB13-AL045)

Kultivasi diamati berdasarkan perubahan kepadatan sel atau Optical Density

(OD) yang ditumbuhkan dalam media AF6-Modifikasi. Nilai Optical Density (OD)

diukur setiap hari mulai hari ke-0 hingga mencapai fase stasioner. Berikut kurva

pertumbuhan mikroalga Choricystis sp. (LIPI-LBB13-AL045).

Gambar 6. Kurva Pertumbuhan Choricystis sp. (LIPI-LBB13-AL045)

28

Gambar 6 menunjukkan bahwa pada kurva pertumbuhan mikroalga

Choricystis sp. (LIPI-LBB13-AL045) mengalami beberapa fase pertumbuhan. Fase

lag atau adaptasi terjadi mulai hari ke-0 hingga hari ke-2 dengan nilai OD berada

diantara 0.121-0.588 nm (Lampiran 2). Fase tersebut terjadi karena pada media baru

yang ditambahkan nutrien dapat mempengaruhi sistem metabolik mikroalga sehingga

terjadi penyesuaian dalam kultur sebelum terjadi proses pertumbuhan. Fase adaptasi

terjadi karena sel-sel yang membelah masih sedikit sehingga kepadatan sel tidak

banyak mengalami peningkatan. Menurut Mardigan et al. (2003) bahwa mikroalga

pada fase lag akan mengalami proses adaptasi pada lingkungan kultur yang baru.

Apabila mikroalga tersebut tidak mampu untuk beradaptasi pada lingkungan yang

baru maka akan memperlambat pertumbuhan bahkan akan cepat mati.

Fase berikutnya berdasarkan Gambar 6 adalah fase log. Fase ini terjadi pada

hari ke-3 hingga hari ke-4 dengan nilai OD berada diantara 0.875-0.978 nm. Pada

fase ini ditandai dengan kepadatan sel atau nilai OD yang semakin meningkat.

Selama fase ini sel membelah dengan cepat, sel-sel dalam keadaan stabil dan jumlah

sel mikroalga akan bertambah. Pembelahan sel terjadi pada fase ini dikarenakan

nutrien dan lingkungan kultivasi pertumbuhan mikroalga masih mendukung. Menurut

Mata et al. (2010) bahwa fase eksponensial pada umumnya mikroalga akan

mengalami peningkatan laju pertumbuhan serta adanya peningkatan kepadatan sel.

Bahkan, Musdalifah et al. (2015) pada mikroalga Botryococcus braunii menemukan

fase eksponensial pada hari ke-2 dan mengalami pembelahan sel secara cepat serta

jumlah sel meningkat.

29

Fase berikutnya berdasarkan Gambar 6 adalah fase stasioner. Hari ke-5 hingga

hari ke-10 kultur mencapai pada fase stasioner dengan nilai OD diantara 1.404-1.169.

Nilai OD dari hari ke-5 hingga hari ke-10 mengalami penurunan, hal ini dikarenakan

ketersediaan nutrisi yang terbatas pada media menjadi penyebab pertumbuhan

mikroalga memasuki fase stasioner dimana jumlah sel yang tumbuh berkembang

sama dengan sel yang mati sehingga kepadatannya tetap. Fase stasioner dipilih

sebagai waktu panen karena pada fase ini kultur mengakumulasi karbohidrat ketika

sel-sel mikroalga dalam kondisi stress atau menurunnya nutrisi. Kondisi ini telah

digambarkan oleh Widianingsih et al. (2008) bahwa saat kultur pada fase stasioner,

secara signifikan komposisi mikroalga akan berubah karena keterbatasan kandungan

nitrat pada media kultur yang berakibat karbohidrat menjadi meningkat.

Pertumbuhan mikroalga Choricystis sp. (LIPI-LBB13-AL045) berlangsung

cepat, hal ini dikarenakan pertumbuhan mikroalga dipengaruhi juga oleh beberapa

faktor eksternal seperti media, intensitas cahaya dan aerasi. Sebelum proses

penanaman pada media dilakukan sterilisasi terlebih dahulu pada media agar saat

proses kultivasi dapat menghasilkan pertumbuhan kultur yang baik. Media AF6-

Modifikasi digunakan sebagai media pertumbuhan mikroalga Choricystis sp. (LIPI-

LBB13-AL045). Modifikasi media yang dimaksud adalah perbedaan penggunaan

senyawa dengan media AF6 standar yaitu adanya Natrium bikarbonat (NaHCO3).

Penambahan NaHCO3 mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan produktivitas

biomassa (Praharyawan et al., 2016). Hal ini dikarenakan keberadaan NaHCO3

merupakan sumber karbon yang berperan sebagai bahan baku dalam proses

fotosintesis. Berdasarkan kurva pada Gambar 6 mulai hari ke-0 hingga fase stasioner

30

terjadi perubahan warna yang berlangsung cepat dari hijau muda menjadi hijau tua,

hal tersebut menandakan adanya peningkatan jumlah sel.

Fenomena ini didukung oleh Widayat dan Hadiyanto (2015) bahwa

penambahan NaHCO3 pada kultivasi Nannochloropsis sp. mengalami pertumbuhan

yang semakin baik yang diindikasikan dengan peningkatan Optical Density (OD)

sehingga biomassanya juga meningkat. Selain itu, didukung oleh penelitian Astuti

(2010) yang menyatakan bahwa penggunaan NaHCO3 dalam media kultivasi

mikroalga dapat menunjukkan adanya peningkatan nilai Optical Density (OD). Hal

ini menunjukkan bahwa mikroalga Choricystis sp. (LIPI-LBB13-AL045) tumbuh

secara spesifik dalam media AF6-Modifikasi.

Intensitas cahaya dan aerasi juga merupakan faktor penting yang dapat

mempengaruhi proses kultivasi (Lavens dan Sorgeloos, 1996; Pangentasari, 2014).

Intensitas cahaya dan aerasi dapat mempengaruhi berbagai proses dalam sel dan

efisiensi fotosintesis. Penelitian dilakukan pada skala laboratorium yang

memanfaatkan cahaya lampu dengan daya sebesar 40000 lux, intensitas cahaya

tersebut sesuai dengan kebutuhan mikroalga Choricystis sp. (LIPI-LBB13-AL045)

untuk proses fotosintesis sehingga pertumbuhannya semakin cepat. Bahkan, menurut

Rakhmawati (2017) pada mikroalga Choricystis sp. (LIPI-LBB13-AL045) mampu

bertahan sampai pada intensitas cahaya 50000 lux. Hal tersebut menunjukkan bahwa

Choricystis sp. (LIPI-LBB13-AL045) memiliki kemampuan untuk beradaptasi dalam

intensitas cahaya yang tinggi sehingga tidak mengalami fotoinhibisi.

Proses aerasi dibutuhkan sebagai sumber karbon untuk fotosintesis dalam

bentuk CO2 karena mikroalga ini merupakan mikroorganisme autotrof, hal ini

31

memacu sintesis karbohidrat dan bertujuan agar pengadukan tetap berlangsung

sehingga tidak terjadi pengendapan sel pada kultur (Kawaroe, et al. 2010). Aerasi

menjadikan cahaya dan nutrien tersebar dengan baik sehingga mikroalga

mendapatkan cahaya dan nutrien yang sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Abuzar

et al. (2012) bahwa fungsi aerasi dapat meningkatkan oksigen terlarut dalam air dan

membantu proses pengadukan.

Pemanenan mikroalga Choricystis sp. (LIPI-LBB13-AL045) dilakukan pada

fase stasioner hari ke-10 ketika warna kultur sudah berubah dari warna hijau muda

menjadi warna hijau tua (Lampiran 15). Sentrifugasi dilakukan sebagai proses

pemanenan biomassa Choricystis sp. (LIPI-LBB13-AL045). Sentrifugasi yang

dilakukan dengan gaya sentrifugal membuat mikroalga menjadi mudah terpisah

antara padatan dengan cairan (Ariyanti dan Noer, 2015). Kecepatan dan waktu dalam

proses sentrifugasi yang digunakan untuk sampel Choricystis sp. (LIPI-LBB13-

AL045) merupakan metode optimal yang dapat menghasilkan biomassa dengan cepat

dan terpisah dari cairan media. Hal tersebut didukung berdasarkan pernyataan Chen

et al. (2011) bahwa proses sentrifugasi menggunakan kecepatan tinggi secara efektif

dapat memisahkan biomassa dari cairan medianya.

4.2 Optimasi Hidrolisis

Optimasi hidrolisis dilakukan dengan variabel konsentrasi pelarut, suhu, dan

waktu. Pelarut yang digunakan dalam proses hidrolisis berfungsi sebagai katalis yang

dapat mempercepat proses hidrolisis. Berikut hasil hidrolisis menggunakan H2SO4

dan NaOH disajikan dalam tabel 5.

32

Tabel 5. Hasil hidrolisis dari dua pelarut yang berbeda

Pelarut Variasi Perlakuan Kadar Glukosa (ppm)

Konsentrasi (%) Suhu (oC) Simplo Duplo

H2SO4

1,5

45 113,27 126,73

55 243,96 229,70

65 550,89 546,53

2,0

45 255,84 261,39

55 251,88 229,70

65 485,54 530,69

NaOH

30

70 4,97 5,35

80 1,98 1,49

90 2,89 2,67

40

70 6,65 6,93

80 5,56 3,96

90 5,37 3,66

Pada tabel 5 diperoleh bahwa proses hidrolisis menggunakan pelarut H2SO4 1,5

% dan 2,0 % pada suhu 65 oC dengan waktu 60 menit menghasilkan kadar glukosa

tertinggi, hal ini glukosa yang dihasilkan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu.

Akan tetapi, penggunaan pelarut NaOH menghasilkan kadar glukosa yang lebih

rendah. Rendahnya kadar glukosa yang dihasilkan saat menggunakan NaOH

dikarenakan NaOH lebih efektif digunakan untuk mendegradasi lignin. Selain itu,

karbohidrat seperti selulosa tidak larut dalam alkali atau basa. Mardina et al. (2014)

menyatakan bahwa penggunaan basa untuk proses delignifikasi menyebabkan

kerusakan terhadap struktur lignin dan melepaskan senyawa karbohidrat.

Mekanisme hidrolisis karbohidrat oleh asam (Gambar 7) telah dinyatakan

oleh Balat et al. (2008) bahwa ion H+ yang berasal dari asam berikatan dengan air

membentuk H3O+

akan memecah ikatan glikosida yang berada pada karbohidrat

kompleks. Akibatnya akan terbentuk menjadi monomer-monomer glukosa.

33

Gambar 7. Mekanisme reaksi hidrolisis karbohidrat dengan asam (Fengel dan Wegener,

1995; Harianja, et al., 2015)

Mekanisme tersebut akan memperlihatkan bahwa proton dari asam akan

berinteraksi dengan ikatan glikosida pada dua unit glukosa sehingga akan membentuk

asam konjugasi. Keberadaan asam konjugasi menyebabkan konformasi tidak stabil

sehingga terjadi pemutusan ikatan C-O dan membebaskan asam konjugasi pada

konformasi yang tidak stabil. Keberadaan air pada sistem akan menyebabkan OH-

dari air akan berikatan dengan ion karbonium sehingga melepaskan glukosa dari

proton. Terbentuknya proton akan berinteraksi kembali dengan ikatan glikosida

oksigen pada unit glukosa yang lain. Secara kontinyu proses tersebut terjadi hingga

molekul polisakarida terdegradasi menjadi molekul glukosa (Xiang, 2003; Erlangga

et al., 2015). Dengan demikian, membuktikan bahwa pelarut H2SO4 efektif digunakan

dalam proses hidrolisis biomassa mikroalga ini karena dinding sel dari Choricystis sp.

(LIPI-LBB13-AL045) tidak rigit dan mudah untuk dipecahkan menjadi glukosa.

34

Penentuan kadar glukosa diuji menggunakan metode fenol-asam sulfat. Hasil

dari proses hidrolisis telah terjadi pemecahan menjadi monomer-monomer berupa

glukosa larut dalam H2SO4, hal ini menjadi alasan larutan glukosa dijadikan sebagai

standar dalam menentukan konsentrasi gula total pada sampel. Perubahan warna

terjadi pada sampel dan larutan standar glukosa dari tak bewarna menjadi warna

jingga kekuningan. Hal ini sesuai penelitian Umi Qalshum et al. (2015) dimana

perubahan warna tersebut terjadi karena asam sulfat pekat yang direaksikan dengan

fenol dan glukosa menghasilkan panas yang dapat menyebabkan glukosa terhidrasi

menjadi hidroksimetil furfural. Senyawa yang direaksikan dengan fenol maka

menghasilkan warna jingga kekuningan.

Penambahan fenol dan asam sulfat pekat dilakukan pada sampel maupun

larutan standar glukosa dan didiamkan 10 menit agar pereaksi tercampur secara

merata dan memberikan warna kompleks yang optimal pada hidroksimetil furfural.

Larutan standar glukosa yang digunakan 0, 10, 20, 30, 40, dan 50 ppm (lampiran 5).

Pengukuran serapan dilakukan pada panjang gelombang 490 nm karena panjang

gelombang tersebut merupakan panjang gelombang maksimum dari hidroksimetil

furfural yang dapat menyerap warna hidroksimetil furfural secara optimal.

Berdasarkan kurva (lampiran 11) dapat diketahui bahwa persamaan regresi

linear yang diperoleh adalah y = 0,1176x – 0,0386 dengan nilai R2

= 0,9992. Kurva

tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) mendekati 1 yang

artinya telah memenuhi persyaratan secara statistik sehingga dapat dijadikan acuan

dalam menentukan kadar glukosa. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pada

biomassa Choricystis sp. (LIPI-LBB13-045) memiliki kadar glukosa yang cukup

35

tinggi, hal ini dikarenakan biomassa yang digunakan adalah biomassa yang dipanen

pada fase stasioner. Biomassa yang dipanen pada fase stasioner dapat mengakumulasi

kandungan karbohidrat pada mikroalga. Pernyataan tersebut diperkuat menurut

Brown et al. (1997) bahwa kandungan karbohidrat akan lebih tinggi dua kali lipat

dibandingkan kandungan protein pada saat kultur berada pada fase stasioner, hal ini

dikarenakan komposisi mikroalga akan berubah secara signifikan karena terbatasnya

nitrat pada kultur yang menyebabkan karbohidrat meningkat.

4.3 Penelusuran Rentang Optimum

Sebelum dilakukan percobaan untuk tahap penelusuran rentang optimum

dengan titik-titik variasi tersebut telah dilakukan hidrolisis terlebih dahulu dengan

pelarut H2SO4 untuk menjadi acuan.

Tabel 6. Hidrolisis menggunakan asam sulfat

Variabel Bebas Kadar Glukosa (ppm)

Suhu

(oC)

Waktu

(menit)

Konsentrasi

(% v/v) Simplo Duplo

121 15 2,0 740,13 741,06

Tabel 7. Hasil percobaan penelusuran rentang optimum

Variabel Bebas Kadar Glukosa (ppm)

Suhu

(oC)

Waktu

(menit)

Konsentrasi

(% v/v) Simplo Duplo

85 50 1,8 251,49 259,41

85 50 2,2 467,33 485,15

85 70 1,8 178,22 178,22

85 70 2,2 457,43 461,39

95 50 1,8 148,51 182,18

95 50 2,2 520,79 506,93

95 70 1,8 580,20 576,24

95 70 2,2 1205,94 1194,06

90 60 2,0 1299,01 1297,03

90 60 2,0 1239,60 1277,23

90 60 2,0 1261,39 1245,54

36

Tabel 7 menunjukkan bahwa hasil glukosa optimum diperoleh seiring dengan

kenaikan suhu dengan waktu yang lama dan konsentrasi yang semakin tinggi.

Kondisi tersebut telah digambarkan oleh Anggraeni et al. (2013) bahwa pengaruh

semakin tinggi suhu hidrolisis dengan lama waktu hidrolisis dan massa katalis

menghasilkan kadar glukosa yang semakin tinggi.

Percobaan variasi pada proses hidrolisis yang dilakukan pada titik-titik

tersebut (Tabel 7) dikarenakan kondisi optimum hidrolisis pada konsentrasi H2SO4

2,0 % v/v, suhu 121 oC selama 15 menit dapat menghasilkan kadar glukosa yang

cukup tinggi yaitu sebesar 740,59 ppm (Tabel 6). Hal ini juga diperkuat oleh

penelitian Shih-Hsin Ho et al. (2013) bahwa hidrolisis selulosa pada Chlorella v.

dengan H2SO4 2,0 % pada suhu 121 oC selama 20 menit memberikan kadar glukosa

hampir mendekati 100 %.

4.3.1 Analisis Statistik

Hasil analisis statistik ANOVA bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari

masing-masing variabel bebas terhadap respon glukosa. Hasil analisis menggunakan

ANOVA dapat dilihat pada Tabel 8.

37

Tabel 8. Hasil uji ANOVA untuk penelusuran rentang optimum

Uji signifikansi atau uji kesesuaian model menggunakan uji ANOVA.

Parameter yang digunakan untuk memeriksa uji signifikansi yaitu uji regresi yang

menyatakan hubungan atau pengaruh antara variabel bebas dengan respondan uji lack

of fit (ketidaksesuaian model). Pada uji ANOVA (Tabel 8) menunjukkan bahwa

semua variabel bebas berpengaruh terhadap respon dimana p-value yang diperoleh

lebih kecil dari angka signifikansi yang ditetapkan yaitu 0,05 sesuai dengan

pernyataan yang ada di metode penelitian. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa

H0 diterima. Merujuk pada tabel 8, mengenai ketidaksesuaian model (Lack of Fit)

menunjukkan bahwa Lack of Fit tidak signifikan, itu artinya terdapat kesesuaian

model karena nilai lebih besar dari angka signifikansi yaitu 0,1548, sehingga dapat

disimpulkan bahwa H0 diterima yang artinya model dibuat telah sesuai dengan data.

Hasil pada tahap penelusuran ini menghasilkan curvature yang belum sampai

pada titik optimum, sehingga perlu dinaikkan lagi wilayah atau titik percobaannya.

Sumber Jumlah

Kuadrat

Total

Derajat

Bebas

Mean

Square

Nilai F Nilai p

Prob > F

Keterangan

Model 7,88 6 1,31 62,30 0,0031 Signifikan

x1 1,51 1 1,51 71,88 0,0034

x2 1,34 1 1,34 63,36 0,0041

x3 2,79 1 2,79 132,20 0,0014

x1.x2 1,80 1 1,80 85,40 0,0027

x1.x3 31622,36 1 31622,36 15,00 0,0305

x2.x3 12547,79 1 12547,79 5,95 0,0925

Curvature 1,363 1 1,363 646,70 0,0001 Signifikan

Sisa 6323,57 3 2107,86

Lack of Fit 4517,21 1 4517,21 500 0,1548 Tidak

signifikan

Pure Error 1806,36 2 903,18

Cor Total 2,157 10

38

Hal ini mengindikasikan bahwa wilayah atau titik eksperimen harus lebih tinggi

dengan melakukan eksperimen tahap optimasi menggunakan rancangan Central

Composite Design (CCD). Hal ini optimasi dilanjutkan pada pendugaan eksperimen

tahap selanjutnya.

4.4 Optimasi Menggunakan Response Surface Methodology (RSM) model

Central Composite Design (CCD)

Berikut hasil percobaan yang dilakukan menggunakan metode permukaan

respon dengan model Central Composite Design (CCD) ditampilkan pada tabel 9.

Tabel 9. Hasil percobaan kondisi optimum menggunakan CCD

Keterangan: A: Aktual, K: Kode

Variabel Bebas

Kadar Glukosa (ppm) Suhu (

oC), x1 Waktu (menit), x2 Konsentrasi (%), x3

A K A K A K Simplo Duplo

94 0 53,18 - α 2,2 0 1217,82 1302,18

92 -1 60 -1 2,0 -1 613,19 595,25

94 0 70 0 2,2 0 2192,08 2104,16

94 0 70 0 1,86 - α 213,86 180,59

96 +1 80 +1 2,4 +1 570,29 1040,79

92 -1 60 -1 2,4 +1 2007,92 1908,12

98 +α 70 0 2,2 0 1063,37 1046,73

96 +1 80 +1 2,0 -1 1449,50 1622,97

94 0 70 0 2,2 0 2233,66 2151,68

94 0 70 0 2,2 0 2376,24 2382,17

94 0 86,82 + α 2,2 0 1060,66 1039,60

96 +1 60 -1 2,0 -1 243,56 233,66

94 0 70 0 2,2 0 2358,42 2376,24

91 - α 70 0 2,2 0 1479,21 1491,09

92 -1 80 +1 2,0 -1 736,63 671,29

94 0 70 0 2,54 + α 861,39 823,74

92 -1 80 +1 2,4 +1 691,09 2091,09

94 0 70 0 2,2 0 2334,65 2310,89

96 +1 60 -1 2,4 +1 641,58 665,35

94 0 70 0 2,2 0 2299,01 2314,83

39

Berdasarkan hasil optimasi (Tabel 8) bahwa kadar glukosa optimum

diperoleh pada kondisi titik pusat yang merupakan titik tengah dari variasi

konsentrasi asam, suhu, dan waktu hidrolisis yaitu pada suhu 94 oC, waktu 70 menit,

dan konsentrasi H2SO4 2,2 % dengan kadar glukosa sebesar 2286,17 ppm.

4.4.1 Analisis Statistik

Hasil ANOVA yang diperoleh pada tahap penentuan kondisi optimum

menggunakan model Central Composite Design (CCD) dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Hasil ANOVA pada kondisi optimum

Sumber Jumlah

Kuadrat

Total

Derajat

Bebas

Mean

Square

Nilai F Nilai p

Prob > F

Keterangan

Model 1,12 9 1,25 197,34 <0,0001 Signifikan

x1 249 1 2,49 39,38 <0,0001

x2 7642,01 1 7642,01 1,21 0,2972

x3 2,80 1 2,80 44,39 <0,0001

1,97 1 1,97 313,07 <0,0001

2,51 1 2,51 396,94 <0,0001

5,72 1 5,72 904,96 <0,0001

x1.x2 6,77 1 6,77 107,24 <0,0001

x1.x3 4,18 1 4,18 66,29 <0,0001

x2.x3 9,23 1 9,23 146,12 <0,0001

Sisa 63173,86 10 63173,86

Lack of Fit 36705,86 1 7341,17 1,39 0,3642 Tidak

signifikan

Pure Error 26467,99 2 5293,60

Cor Total 1,13 10

Hasil analisis ANOVA menunjukkan bahwa pada variabel waktu (x2)

memiliki nilai p-value di atas 0,05 yaitu sebesar 0,2972 (Tabel 9), sehingga variabel

waktu hidrolisis dinyatakan tidak memiliki pengaruh terhadap respon glukosa. Akan

tetapi, pada pengujian koefisien regresi secara serentak menunjukkan bahwa p-value

40

lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini berarti secara keseluruhan baik variabel suhu, waktu,

dan konsentrasi asam sulfat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap respon

glukosa.

Pengujian ketidaksesuaian model dilakukan dengan melihat nilai Lack of Fit

(Tabel 9) yang menunjukkan bahwa nilai P pada Lack of Fit lebih besar dari 0,05 yaitu

sebesar 0,3642, berikut uji hipotesisnya:

H0: Tidak ada lack of fit pada model, nilai “p-value ≥ 0,05

H1: Ada lack of fit pada model, nilai “p-value < 0,05

Berdasarkan hipotesis di atas, maka keputusannya adalah menerima H0 dan

menolak H1, hal ini artinya terdapat kesesuaian model pada tahap optimasi

menggunakan Central Composite Design (CCD). Hal ini karena dikatakan bahwa

model yang baik yang tidak memiliki Lack of Fit atau berketerangan tidak signifikan.

Nilai Adjusted R-Squared atau R2 dari hasil ANOVA diperoleh sebesar 0,989 artinya

98,9 % data percobaan relevan dan hanya 1,1 % dari total variasi yang tidak dapat

dijelaskan oleh model (lampiran 4). Sebagai perbandingan, Harun dan Danquah

(2011) memperoleh Adjusted R-Squared sebesar 0,92 pada proses optimasi produksi

glukosa dari mikroalga spesies Chlorococcum humicola. Secara umum, nilai Adjusted

R-Squared yang tinggi atau bernilai mendekati 1 menunjukkan bahwa adanya

kesesuaian yang baik antara prediksi dengan data percobaan.

Pada hasil percobaan yang telah dilakukan, terpilih model kuadratik yang

sesuai dengan rancangan Central Composite Design (CCD) sebagai model

permukaan respon glukosa terhadap suhu, waktu, dan konsentrasi asam sulfat.

Berdasarkan percobaan dan data yang dihasilkan telah diperoleh nilai kondisi

41

optimum pada proses hidrolisis menggunakan metode permukaan respon model

CCD terdapat pada tabel 11.

Tabel 11. Nilai kondisi optimum yang diperoleh

Variabel Bebas Kadar Glukosa (ppm)

Suhu

(oC)

Waktu

(menit)

Konsentrasi

(% v/v) Simplo

93,28 67,46 2,25 2345,01

Hasil dari model permukaan respon dapat dilihat pada plot kontur respon

kadar glukosa yaitu grafik kontur dan grafik permukaan respon. Untuk

menggambarkan grafik kontur, respon hanya dapat digambarkan dalam tiga dimensi,

sehingga dipilih salah satu sebagai patokan dalam bentuk penyederhanaan.

Berdasarkan hasil statistik, dimana variabel waktu mempunyai angka pvalue paling

besar yaitu 0,2972 dibandingkan dua variabel lain, maka variabel waktu dijadikan

sebagai patokan. Berikut merupakan grafik kontur dan grafik permukaan gula total

berdasarkan suhu dan konsentrasi asam sulfat.

Gambar 7. Plot kontur suhu dan konsentrasi asam sulfat

42

Gambar di atas merupakan plot kontur untuk pengaruh suhu dan konsentrasi

asam sulfat terhadap kadar glukosa. Variasi warna yang terdapat pada plot kontur

menunjukkan range besarnya respon glukosa yang dihasilkan. Kondisi maksimal

pada plot di atas terletak pada warna orange bernilai di atas 40%. Range hijau tua

tersebut mengindikasikan letak titik optimum pada variabel bebas. Berdasarkan

gambar di atas menunjukkan bahwa respon glukosa semakin besar pada range suhu

93oC – 95

oC, range konsentrasi asam berkisar 2,1 – 2,3% v/v. Penentuan range level

variabel bebas tersebut dilakukan dengan bantuan plant flag yang terdapat pada

program untuk menghasilkan respon yang optimal.

Penentuan kondisi optimum dari faktor di atas ditunjukkan dengan bentuk

grafik tiga dimensi yang membentuk puncak optimum seperti yang ditunjukkan pada

gambar 6.

Gambar 8. Plot permukaan respon glukosa

43

Gambar plot permukaan respon pada gambar 8 menampilkan gambar dalam

tiga dimensi. Sama halnya dengan plot kontur bahwa kadar glukosa akan semakin

besar apabila suhu berada antara 93 – 95oC sedangkan konsentrasi asam sulfat berada

pada 2,2 – 2,4% (v/v). Namun penggunaan plot permukaan respon ini masih sulit

dalam menentukan dan mengetahui dengan jelas besarnya variabel bebas yang

mengoptimalkan respon.

4.5 Pengaruh Suhu, Waktu dan Konsentrasi Asam Sulfat Terhadap Kadar

Glukosa

Suhu merupakan faktor terpenting untuk terjadinya suatu reaksi kimia pada

proses hidrolisis. Pengaruh suhu terhadap kecepatan hidrolisis akan mengikuti

persamaan Arrhenius yaitu semakin tinggi suhu maka akan diperoleh hasil yang

besar. Proses hidrolisis merupakan reaksi endotermis yang memerlukan panas untuk

bereaksi. Akan tetapi, setelah proses optimasi pada suhu hidrolisis 96 oC kadar

glukosa mengalami penurunan (Tabel 9), karena katalisator menguap akibat suhu

terlalu tinggi dan mempengaruhi hasil hidrolisis (Osvaldo et al., 2012).

Penggunaan H2SO4 sebagai katalisator membantu kerja air dalam proses

hidrolisis sehingga berpengaruh besar terhadap konsentrasi glukosa yang dihasilkan

dan kecepatan reaksi hidrolisis. Semakin tinggi konsentrasi asam sampai pada

konsentrasi optimum maka hasil glukosa akan semakin bertambah besar (Groggins,

1958; Mardina et al., 2014). Pada penelitian ini digunakan konsentrasi H2SO4 encer

untuk mencegah terjadinya degradasi lebih lanjut. Demikian pada konsentrasi H2SO4

2,4 % (v/v) menghasilkan glukosa yang lebih rendah (Tabel 9), karena pada

konsentrasi H2SO4 yang lebih tinggi akan menyebabkan glukosa yang terdegradasi

44

lebih lanjut menjadi senyawa turunan glukosa dan juga terbentuknya produk

samping. Kondisi ini seperti yang dijelaskan oleh Erlangga et al. (2015) bahwa kadar

glukosa yang dihasilkan semakin menurun karena peningkatan pada konsentrasi

H2SO4.

Besarnya hasil yang diperoleh juga dipengaruhi oleh lamanya waktu reaksi.

Semakin lama waktu hidrolisis maka kadar glukosa yang dihasilkan akan semakin

meningkat karena akan memberikan waktu terhadap asam untuk mendegradasi ikatan

rantai lurus dan panjang dari β-(1-4) glikosidik pada karbohidrat kompleks (Qaishum

et al., 2015). Hasil analisis menunjukkan bahwa kondisi operasi hidrolisis optimum

pada waktu 70 menit (Tabel 9). Diana Aprila et al. (2018) menyatakan bahwa ketika

hidrolisis menggunakan asam encer dibutuhkan waktu yang lama untuk

menghidrolisis polisakarida, dan waktu 75 menit merupakan waktu terbaik untuk

menghasilkan glukosa. Namun demikian, pada menit ke 80 kadar glukosa terjadi

penurunan, karena ion H+

yang terdapat pada asam sulfat telah mencapai titik

optimumnya dalam melepas ikatan rantai glikosidik pada karbohidrat kompleks.

45

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Nilai optimum parameter suhu, waktu, dan konsentrasi asam sulfat pada

proses hidrolisis biomassa mikroalga Choricystis sp. (LIPI-LBB13-045)

menggunakan Response Surface Methodology (RSM) adalah suhu 93,28 oC, waktu

67,45 menit, dan konsentrasi asam sulfat 2,25 %.

5.2 Saran

Penelitian yang dilakukan hanya sampai diperolehnya nilai kondisi optimum

pada proses hidrolisis. Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan potensi

mikroalga yaitu dengan memanfaatkan glukosa yang terdapat pada biomassa

mikroalga Choricystis sp. (LIPI-LBB13-045) agar diaplikasikan sebagai bahan baku

pembuatan bioetanol.

46

DAFTAR PUSTAKA

Abuzar, S. S., Yogi, D. P., & Reza, E. E., 2012. Koefisien Transfer Gas (KLa)

Pada Proses Aerasi menggunakan Tray Aerator Bertingkat Lima. Jurnal

Teknik Lingkungan UNAND 9(2):155-163.

Agustini, N. W. S., & Nadhil Febrian. 2019. Hidrolisis Biomassa Mikroalga

Porphyridium cruentum menggunakan Asam (H2SO4 dan HNO3) dalam

Produksi Bioetanol. Jurnal Kimia dan Kemasan. 41(1):1-10.

Anggraeni, P., Zaqiyah, A., & Didi, D.A. 2013. Hidrolisis selulosa eceng

gondok (Eichornia crassipe) menjadi glukosa dengan katalis arang aktif

tersulfonasi. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. 2(3):63-69.

Aprila, D., Elystia, S., & Sri, R.M. 2018. Pemanfaatan mikroalga dari limbah

cair kelapa sawit menjadi bioetanol dengan variasi konsentrasi asam

sulfat. Jurnal Fakultas Teknik. 5(1):1-6.

Arenas E.G., Palacio, M.C.R., Juantorena, A.U., Fernando, S.E.L., &

Sebastian, P.J. 2016. Microalgae as a potential source for biodiesel

production: techniques, methods, and other challenges. International

Journal of Energy Research. 41(6):761-789.

Ariyanti, D., & Noer, A.H. 2015. Mikroalga sebagai sumber biomassa

terbarukan: teknik kultivasi dan pemanenan. Universitas Diponegoro:

Fakultas Teknik.

Assadad, L., Sediadi, B., & Utomo, B. 2010. Pemanfaatan mikroalga sebagai

bahan baku bioetanol. Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan

Bioteknologi kelautan dan perikanan. 5(2):51–58.

Astuti, J.T., & Sriwuryandari, L. 2010. Biodiesel dari mikroalga: perbanyakan

biomassa melalui penambahan nutrisi secara bertahap. Bidang Fisika

Industri dan Lingkungan, Pusat Penelitian Fisika-LIPI Jalan Cisitu

Sangkuriang Bandung 40135. 12(3):160–168.

Balat, M., Balat, H., & Oz C. 2008. Progress in bioethanol processing.

Progress in Energy and Combustion Science. 34:551–573.

Basmal, J. 2008. Peluang dan tantangan pemanfaatan mikroalga sebagai

biofuel. Squalen Buletin Pascapanen Bioteknologi Kelautan dan

Perikanan. 3(1):34– 39.

47

Box, G. E. P., & Draper, N. R. 1987. Empirical model building and response

surfaces. New York: John Willey and Sons, Inc.

Brown, M. R., Jeffrey, S. W., Volkman, J. K., & Dunstan, G. A. 1997.

Nutritional Properties of Microalgae for Mariculture. Aquaculture.

151:315-331.

Chen, Y., & Vaidyanathan, S. 2013. Simultaneous assay of pigments,

carbohydrates, proteins and lipids in microalgae. Analytica Chimica Acta.

776:31–40.

Christian, V. A., & Vaclavik, E. W. 2003. Essentials of Food Science 2nd

Edition.London: Kluwer Academic.

Chen, C.Y., K.L. Yeh, R. Aisyah, & D.J. Lee, J.S. 2011. Chang, Cultivation,

photobioreactor design and harvesting of microalgae for biodiesel

production. a critical review Bioresource Technology. 102(1):71–81.

Demirbas, A. 2010. Use of algae as biofuel sources. Energy conversion and

Management. 51(12):2738-2749.

Dimas, A., Titik, I., & Swastika, P. 2017. Pemanfaatan Air Lindi TPA Jati

Barang sebagai Media Alternatif Kultivasi Mikroalga untuk Perolehan

Lipid. Semarang: Universitas Diponegoro

Dubois, M., J. Gilles, J. Hamilton, P. Rebers & F. Smith. 1956. Colorimetric

method for determination of sugars and related substance. Analytica

Chimica Acta. 28(3):350-356.

Erlangga, A.Y., Cahyo, N., & Siti, M. 2015. Pembuatan bioetanol dari

mikroalga dengan variasi konsentrasi asam, waktu hidrolisis, dan

fermentasi. Universitas Sriwijaya: Fakultas Teknik.

Ernes, A., Ratnawati, L., Wardani, A.K., & Kusnadi, I. 2014. Optimasi

fermentasi bagas tebu oleh Zymomonas mobilis CP4 (NRRL B-14023)

untuk produksi bioetanol. Agritechnology. 34(3):247-256.

Fengel, D., & G. Wegener. 1995. Kayu: Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-reaksi.

Sastrohamidjojo H, penerjemah. Prawirohatmodjo S, editor. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Wood: Chemistry,

Ultrastructure, Reactions.

Fogg, GE. & Thake, B. 1987. Algae cultures and Phytoplankton Ecology, 3rd

ed.Wisconsin, University Wisconsin Press, Madison.

Gírio, F. M., Fonseca, C., Carvalheiro, F., Duarte, L. C., Marques, S., &

Bogel- Łukasik, R. 2010. Hemicelluloses for fuel ethanol: A review.

Bioresource Technology. 101(13):4775–4800.

48

Groggins, P. H. 1958. Unit Processes in Organic Synthesis, 5th ed., McGraw–

Hill Book Company. New York. Hal. 775–777.

Grima, E.M. 2004. Downstream Processing of Cell-Mass and Products,

Handbook of Microalgal Culture: Biotechnology and Applied

Phycology, Blackwell Publishing Ltd, UK.

Hadiyanto, & Azim. M. 2012. Mikroalga Sumber Pangan dan Energi Masa

Depan. Semarang: UPT UNDIP Press.

Hamelinck, C. N., Hooijdonk, G. v. & Faaij, A. P. 2005. Etanol from

Lignocellulosic Biomass: Techno-Economic Performance in Short,

Middle, and Long-Term. Biomass and Bioenergy. 28(4):384–410.

Harianja, J.W., Nora, I., & Rudiyansyah. 2015. Optimasi jenis dan konsentrasi

asam pada hidrolisis selulosa dalam tongkol jagung. Jurna Kimia

Kemasan. 4(4):66-71.

Hartuti, S., & Muhammad, D.S. 2013. Optimasi ekstraksi gelombang

ultrasonic untuk produksi oleoresin jahe (Zingiber officinale roscoe)

menggunakan response surface methodology. Agricultural Technology.

33(4):415-423.

Ho, S., Huang, S., Chen, C., Hasunuma, T., & Kondo, A. 2013. Bioresource

Technology Bioethanol production using carbohydrate-rich microalgae

biomass as feedstock. Bioresources Technology. 135:191-198.

Iskandar, D. 2017. Perbandingan metode spektrofometri UV-Vis dan iodimetri

dalam penentuan asam askorbat sebagai bahan ajar kimia analitik

mahasiswa jurusan teknologi pertanian berbasis open-ended experiment

dan problem solving. Jurnal Teknologi Technoscientia. 10(1):66-70.

Isnansetyo, A., & Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Fitoplankton dan

Zooplankton. Kanisius: Jakarta.

Jelizanur., Padil., & Sri R. M. 2019. Kultovasi Mikroalga Menggunakan AF6

pada Berbagai pH. Jom FTEKNIK. 6(2):1-5.

Kawaroe, M., Prartono, T., Sunuddin, A., Sari, S.W., Augustine, D. 2010.

Mikroalga: Potensi dan Pemanfaatannya untuk Produksi Bio Bahan

Bakar. Bogor: PT. Penerbit IPB Press.

Kirk, R.E., & Othmer., D.F. 1983. Encyclopedia of Chemical Technology.

The Interscience Encyclopedia Inc. New York.

Kurnia, I. 2016. Optimasi Pertumbuhan dan Hidrolisis Lignoselulosa dari

Mikroalga Chlorella vulgaris untuk Meningkatkan Kadar Glukosa

sebagai Bahan Baku Bioetanol [skripsi]. Padang: Universitas Andalas.

49

Lavens, P., & Sorgeloos, P. 1996. Manual on the production and use of live

food for aquaculture. Food and Agriculture Organization. Hal. 361.

Lynd, L. R., P. J. Weimer, W.H. van Zyl, W. H. & I.S. Pretorius. 2002.

Microbial Cellulose Utilization: Fundamentals and Biotechnology.

Microbiology and Moleculer Biology Reviews. 66(3):506-577.

Mardina, P., Hendry, A. P., & Deka, M. H. 2014. Pengaruh waktu hidrolisis

dan konsentrasi katalisator asam sulfat terhadap sintesis furfural dari

jerami padi. 3(2):1–8.

Mata, T. M., Martins, A. A., & Caetano, N. S. 2010. Microalgae for biodiesel

production and other applications: A review. Renewable and Sustainable

Energy Reviews. 14(1):217–232.

Menezes, R. S., Soares, Aline T., Junior, Jair Gonzalez M., Lopes, Rafael G.,

da Arantes, Rafael F., Derner, Roberto B., Filho, Nelson R. A. 2016.

Culture Medium Influence on Growth on Choricystis minor var. minor:

a Suitable Microalgae for Biodiesel Production. Brazil: Chemistry

Institute Federal University of Goias.

Menezes, R.S., Soares, A.T, Lopes, R.G., Magnotti, C. Derner, R.B, Mori,

C.C., Vieira, A.A.H., Filho, N.R.A. 2015. Evaluation on Fatty Acid

Composition of the Microalgae Choricystis minor var. minor According

to Two Different Nutrient Feeding Strategies. Journal of Renewable and

Sustainable Energy. 7(4):3-9.

Miranda, G., Amri, A., Utami, S.P. 2014. Hidrolisis Mikroalga Tetraselmis

chuii dengan Variasi Konsentrasi Asam Sulfat dan Temperatur. Jurnal

FTEKNIK. 1(2):1-5.

Montgomery, D.C. 2001. Design and Analysis of Experiment. 5th edition,

New York: John Willy and Sons, Inc.

Moxley, G., & Zhang, Y.-H. P. 2007. More Accurate Determination of Acid-

Labile Carbohydrates in Lignocellulose by Modified Quantitative

Saccharification. Energy and Fuels. 21(6): 3684–3688.

Musdalifah., Yoswita, R., & Sri, A. 2015. Kultivasi dan ekstraksi minyak dari

mikroalga Botryococcus braunii dan Nannochloropsis sp. Jakarta:

Biologi UNJ Press.

Noël, M.-H., & Kawachi, M. 2005. Algal Culturing Techniques. (R.

Anderson, Ed.). San Diego, California, USA: Elsevier Academic Press.

Osvaldo. Z.S., S, P. P., & Faizal, M. 2012.Pengaruh Konsentrasi Asam dan

Waktu Pada Proses Hidrolisis dan Fermentasi Pembuatan Bioetanol dari

50

Alang-Alang. Jurnal Teknik Kimia. 18(2):52–62.

Pangentasari, D. 2014. Pemanfaatan kulit buah kopi (Coffea robusta) sebagai

sumber nutrien dalam kultur Spirullina sp [Skripsi] Universitas Lampung.

Praharyawan, S., & Putri, A. 2017. Optimasi Efisiensi Flokulasi pada Proses

Panen Mikroalga Potensial Penghasil Biodiesel dengan Flokulan Ion

Magnesium. Hal. 88-89.

Praharyawan, S., Rahman, D. Y., & Susilaningsih, D. 2016. Characterization

of Lipid Productivity and Fatty Acid Profile of Three Fast-Growing

Microalgae Isolated from Bengkulu for Possible Use in Health

Application. The Journal of Tropical Life Science. 6(2):79–85.

Qaishum, F., Amri, A., & Utami, S. P. 2015. Hidrolisis Mikroalga Tetraselmis

chuii Menjadi Glukosa Menggunakan Solvent H2SO4 Dengan Variasi

Waktu Hidrolisis. JOM FTEKNIK. 2(1):1–5.

Qalsum, U., Diah, A.W.M., Supriadi. 2015. Analisis Kadar Karbohidrat,

Lemak dan Protein dari Tepung Biji Mangga (Mangifera indica L) Jenis

Gadung. Jurnal Akademi Kimia. 4(4):168-174.

Rakhmawati, P. 2017. Pengaruh Intensitas Cahaya dengan Siklus Gelap

Terang terhadap Produktivitas Lipid dan Karakteristik Biodiesel dari

Mikroalga LIPI LBB13-AL045 [skripsi]. Tangerang (ID): Fakultas Ilmu

Hayati Universitas Surya.

Samudera. S. M., & Tatang Sopandi. 2020. Kandungan Protein, Lemak, dan

Karbohidrat pada Biomassa Spirulina platensis yang Kultivasi pada

Media Berbasis Kotoran Burung Puyuh. Stigma. 13(12):22-28.

Sani, R. N., Nisa, F. C., Andriani, R. D., & Maligan, J. M. 2014. Analisis

Rendemen dan Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Mikroalga Laut

(Tetraselmis chuii). Jurnal Pangan Dan Agroindustri. 2(2):121–126.

Sari. S. J., Shinta. E., & Sri R. M. 2018. Pembuatan Bioetanol dari Mikroalga

Limbah Cair Kelapa Sawit dengan Variasi Konsentrasi Ragi

menggunakan Saccharomyces cerevisiae. Jom FTEKNIK. 5(1):1-6.

Silaban, B.M.J. 2017. Optimasi fermentasi produksi etanol dari nira silawan

(Borassus flabellifer) menggunakan mikroorganisme Saccharomyces

cerevisiae dan Pichia stipites dengan respon surface methodology

[skripsi]. Surabaya (ID): Fakultas Teknologi Industri.

Sri. R. 2011. Hidrolisis Pati Ubi Jalar Kuning menjadi Glukosa Secara

Enzimatis. Jurnal Teknik Kimia. 5(2):417-418.

51

Suhartati, T. 2013. Dasar-dasar spektrofotometri UV-Vis dan

Spektrofotometri massa untuk penentuan struktur senyawa organik.

Lampung: CV. Anugrah Utama Raharja.

Vahabisani, A., Omid, T., Abdolreza, K., Azadeh, P. 2015. The Influence of

Acid Hydrolysis on Carbohydrate extraction from biomass of microalga C.

culgaris. Iran: University of Tehran.

Widayat, & Hadiyanto. 2015. Pemanfaatan limbah cair industry tahu untuk

produksi biomassa mikroalga Nannochloropsis sp. sebagai bahan baku

biodiesel. Reaktor. 15(4):253-260.

Widianingsih, A., Ridho, R. Hartati., & Harmoko. 2008. Kandungan Nutrisi

Spirulina platensis yang Dikultur pada Media yang Berbeda. Ilmu

Kelautan. 13(3):167–17.

Widiyanto, A., Susilo, B., & Yulianingsih, R. 2014. Studi Kultur Semi-Massal

Mikroalga Chlorella sp Pada Area Tambak Dengan Media Air Payau ( Di

Desa Rayunggumuk , Kec . Glagah , Kab . Lamongan ). Jurnal Bioproses

Komoditas Tropis. 2(1):2–8.

Xiang, Q. 2003. Heterogenous aspects of acid hydrolysis of a-cellulose applied

biochemistry and biotechnology. USA (ID): Auburn University.

52

53

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Komposisi dan pembuatan Media AF6-Modifikasi

1.1 Komposisi media AF6-Modifikasi

1.2 Pembuatan media AF6-Modifikasi

Media AF6-Modifikasi dibuat dengan beberapa komposisi bahan seperti 140 mg

NaNO3, 29,4 mg MgSO4.H2O, 62 mg (NH4)2SO4, 10 mg K2HPO4, 500 mg NaHCO3, 1

mg Fe Citrate, 20 mg KH2PO4, 2 mg C6H8O7. Bahan tersebut dimasukkan ke dalam

botol scott yang sudah disterilkan, kemudian dicampurkan dengan akuades steril

sebanyak 1000 ml. Setelah itu, pengadukan dilakukan menggunakan magnetic stirrer

agar semua bahan terhomogenisasi. Media disiapkan untuk sterilisasi pada suhu 121

oC selama 15 menit dan setelah di sterilisasi media didinginkan.

Bahan Jumlah Keterangan

NaNO3 140 mg Setiap bahan ditimbang

dan dimasukkan ke dalam

satu botol scott ukuran

1000 ml dan

dihomogenisasi dengan air

sebanyak 1000 ml.

MgSO4.H2O 29,4 mg

(NH4)2SO4 62 mg

K2HPO4 10 mg

NaHCO3 500 mg

Fe Citrate 1 mg

KH2PO4 20 mg

C6H8O7 2 mg

54

Lampiran 2. Nilai Optical Density (OD) Choricystis sp. (LIPI-LBB13-045)

Waktu

pengamatan (hari)

Kepadatan Sel (nm)

0 0,121

1 0,294

2 0,588

3 0,875

4 0,978

5 1,404

6 1,284

7 1,273

8 1,232

9 1,195

10 1,169

55

Lampiran 3. Hasil uji ANOVA tahap penelusuran rentang optimum

56

Lampiran 4. Hasil uji ANOVA tahap kondisi optimum menggunakan CCD

57

Lampiran 5. Nilai Absorbansi dan perhitungan pengenceran larutan standar

glukosa

5.1 Nilai Absorbansi larutan standar glukosa

Konsentrasi standar

glukosa (ppm)

Absorbansi (nm)

0 0

10 0,073

20 0,200

30 0,320

40 0,434

50 0,544

5.2 Perhitungan pengenceran standar glukosa

a. 10 ppm

V1.N1 = V2.N2

V1. 100 ppm = 100 ml. 10 ppm

V1 =

= 10 ml

b. 20 ppm

V1.N1 = V2.N2

V1. 100 ppm = 100 ml. 20 ppm

V1 =

= 20 ml

c. 30 ppm

V1.N1 = V2.N2

V1. 100 ppm = 100 ml. 30 ppm

V1 =

= 30 ml

d. 40 ppm

V1.N1 = V2.N2

V1. 100 ppm = 100 ml. 10 ppm

V1 =

= 40 ml

e. 50 ppm

V1.N1 = V2.N2

V1. 100 ppm = 100 ml. 50 ppm

V1 =

= 50 ml

58

Lampiran 6. Hasil absrobansi hidrolisis antara dua pelarut

Pelarut

Biomassa

Basah

(gr)

Variasi Perlakuan Absorbansi

Rata-rata

(nm)

Biomassa

Kering

(gr) Suhu

(oC), x1

Waktu

(min), x2

Kons (%),

x3

H2S

O4

0,2100 121 15 2,0 0,438 0,0388

0,2100 45 60 1,5 0,188 0,0718

0,2100 55 60 1,5 0,122 0,0445

0,2100 65 60 1,5 0,343 0,0496

0,2100 45 60 2,0 0,194 0,0699

0,2100 55 60 2,0 0,192 0,0660

0,2100 65 60 2,0 0,310 0,0502

NaO

H

0,2017 70 60 30 0,115 0,0681

0,2011 80 60 30 0,060 0,0768

0,2089 90 60 30 0,094 0,0729

0,2012 70 60 40 0,132 0,0623

0,2019 80 60 40 0,121 0,0664

0,2086 90 60 40 0,119 0,0687

59

Lampiran 7. Hasil absorbansi tahap penelusuran rentang optimum

Biomassa

Basah

(gr)

Variabel Bebas Absorbansi

Rata-rata

(nm)

Biomassa

Kering (gr) Suhu (

oC)

Waktu

(menit)

Kons

(% v/v)

0,200

85

50 1,8 0,193 0,0407

2,2 0,304 0,0490

70 1,8 0,154 0,0405

2,2 0,296 0.0489

95

50 1,8 0,147 0,0408

2,2 0,323 0,0477

70 1,8 0,356 0,0471

2,2 0,67 0,0487

90 60 2,0

0,791 0,0400

0,705 0,0402

0,691 0,0400

60

Lampiran 8. Hasil absorbansi hidrolisis menggunakan CCD

No. Biomassa

Basah

(gr)

Variabel Bebas Absorbansi

Rata-rata

(nm)

Biomassa

Kering

(nm) Suhu

(oC)

Waktu

(menit)

Kons

(% v/v) 1 1,000 94 53,18 2,2 0,363 0,3227

2 1,000 92 60 2,0 0,165 0,2264

3 1,000 94 70 2,2 0,433 0,1298

4 1,000 94 70 1,86 0,172 0,2329

5 1,000 96 80 2,4 0,288 0,2296

6 1,000 92 60 2,4 0,361 0,2475

7 1,000 98 70 2,2 0,504 0,1379

8 1,000 96 80 2,0 0,338 0,1415

9 1,000 94 70 2,2 0,440 0,1293

10 1,000 94 70 2,2 0,464 0,1542

11 1,000 94 86,82 2,2 0,526 0,1198

12 1,000 96 60 2,0 0,335 0,1512

13 1,000 94 70 2,2 0,461 0,2737

14 1,000 91 70 2,2 0,419 0,3730

15 1,000 92 80 2,0 0,226 02356

16 1,000 94 70 2,54 0,499 0,1832

17 1,000 92 80 2,4 0,257 0,2284

18 1,000 94 70 2,2 0,457 0,1502

19 1,000 96 60 2,4 0,172 0,1309

20 1,000 94 70 2,2 0,451 0,1324

61

Lampiran 9. Perhitungan persen glukosa tahap kondisi optimum dengan CCD

Y = bx – a = 0,1176x – 0,0386 (r2) = 0,9992

Contoh salah satu perhitungan persen glukosa:

Suhu 94oC, waktu 53,18 menit, konsentrasi H2SO4 2,2% (Nomor 1)

Y = bx – a

0,363 = 0,1176x – 0,0386

0,363 + 0,0386 = 0,1176x

x =

x = 3,4146 ppm x FP (60) = 204,876 ppm

Bobot karbohidrat

204,876 mg = x mg

1 L 0,45 L

x = 92,1942 mg = 0,0921 gram

Total biomassa = bobot karbohidrat + bobot sisa biomassa

= 0,0921 gram + 0,3227 gram = 0,4148 gram

Kadar gula total = bobot karbohidrat x 100%

total biomassa

= 0,0921 gram x 100%

0,4148 gram

= 22,21%

Suhu 94oC, waktu 70 menit, konsentrasi H2SO4 2,2% (Nomor 20)

Y = bx – a

0,451= 0.1176x – 0,0386

0,451 + 0,0386 = 0,1176x

x =

x = 4,1632 ppm x FP (60) = 249,792ppm

Bobot karbohidrat

249,792mg = x mg

1 L 0,45 L

62

x = 112,4064 mg = 0,1124 gram

Total biomassa = bobot karbohidrat + bobot sisa biomassa

= 0,1124 gram + 0,1324 gram = 0,2448 gram

Kadar gula total = bobot karbohidrat x 100%

total biomassa

= 0,1124 gram x 100%

0,2448 gram

= 45,92 %

63

Lampiran 10. Perhitungan standar deviasi hasil CCD

Kadar glukosa (ppm) Rata-rata Kadar

glukosa (nm)

Simplo Duplo SD

1217.8218 1302.1782 1260 59.6489825

613.19 595.2475 604.21875 12.6872634

2192.0792 2104.1584 2148.1188 770.458176

213.8614 180.594 197.2277 23.5236041

570.297 1040.7921 805.54455 70.570671

2007.9208 1908.1188 1958.0198 70.570671

1063.3663 1046.7327 1055.0495 11.7617314

1449.5049 1622.9703 1536.2376 122.658561

2233.6633 2151.6831 2192.6732 57.9687553

2376.2376 2382.1782 2379.2079 4.20063854

1060.66 1039.6039 1050.13195 14.8889111

243.5643 233.6633 238.6138 7.00106424

2358.4158 2376.2376 2367.3267 12.6019156

1479.207 1491.0891 1485.14805 8.40191348

736.6336 671.2871 703.96035 46.2069533

861.386 825.7425 843.56425 25.2037606

691.0891 2091.0891 1391.0891 989.949494

2334.6534 2310.891 2322.7722 16.8025542

641.5841 665.3465 653.4653 16.8025542

2299.0099 2316.8316 2307.92075 12.6018449

64

Lampiran 11. Kurva standar larutan glukosa metode fenol-sulfat

65

Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian

12.1 Instrumentasi Penelitian

Sentrifuge HITACHI CR 2IGIII Hot plate

Pipet volum Spektrofometer UV-VIS

Timbangan analitik Laminar air flow

66

12.2 Kegiatan Penelitian

Proses Kultivasi Proses Hidrolisis

Proses analisis metode fenol-sulfat Hasil panen setelah kultivasi

Biomassa hasil panen Supernatan hasil hidrolisis

67

BIODATA MAHASISWA

IDENTITAS PRIBADI

Nama Lengkap : Hana Nurbaiti Sobihah Hapsin

Tempat Tanggal Lahir : Kuningan, 27 Mei 1996

NIM : 11140960000064

Anak ke : 1 dari 4 bersaudara

Alamat Rumah Jl. Raya Luragung-Cibingbin Ds. Cileuya

RT/RW 002/001 Kec. Cimahi Kab. Kuningan.

Jawa Barat.

Telp/HP : 089647655731

Email : [email protected]

Hobby/ Keahlian (Softskill) : Membaca

PENDIDIKAN FORMAL

Sekolah Dasar : SD Negeri 01 Cileuya, Kuningan Jabar Lulus

tahun 2008

Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 02 Cimahi, Kuningan Jabar Lulus

tahun 2011

Sekolah Menengah Atas : SMA Negeri 01 Luragung, Kuningan Jabar

Lulus tahun 2014

Perguruan Tinggi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Masuk tahun

2014

PENDIDIKAN NON FORMAL

68

Kursus/Pelatihan

1. Keselamatan Kerja di Lab : No. Sertifikat -

2. Pelatihan K3 : No. Sertifikat -

PENGALAMAN ORGANISASI

1. Himpunan Mahasiswa Kimia

(HIMKA)

Jabatan staff Informasi dan Komunikasi

Tahun 2014 s/d 2015

2. Himpunan Mahasiswa Kimia

(HIMKA)

Jabatan Koor Informasi dan Komunikasi

Tahun 2015/2016

3. Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa

Kuningan (IPPMK)

Jabatan staff departemen Sosial Tahun

2017

4. Dewan Eksekutif Mahasiswa

Tingkat Fakultas (DEMA-F)

Jabatan staff departemen Komunikasi

dan Informasi Tahun 2017

PENGALAMAN KERJA

1. Praktek Kerja Lapangan (PKL)

: PT. Pupuk Kujang Cikampek/ Januari

2017 - Februari 2017 Judul

PKLPemanfaatan Limbah Bahan Baku

Pupuk Organik Sebagai Bahan Campuran

Pupuk Cair.

2. Penelitian : Pusat Penelitian Boteknologi, LIPI/

Oktober 2017 – Mei 2018 Judul Optimasi

Hidrolisis pada biomassa Choricystis sp.

dengan variasi konsentrasi asam, suhu,

dan waktu Menggunakan Response

Surface Method (RSM)

69


Recommended