BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Memasuki abad ke-21, bidang teknologi informasi dan
komunikasi berkembang dengan pesat. Perkembangan ini
berpengaruh besar terhadap berbagai aspek kehidupan, bahkan
perilaku dan aktivitas manusia kini banyak tergantung kepada
teknologi informasi dan komunikasi. Mata pelajaran Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) dimaksudkan untuk mempersiapkan
peserta didik agar mampu mengantisipasi pesatnya perkembangan
tersebut. Salah satu tujuan mata pelajaran TIK untuk jenjang
SMP adalah mengembangkan keterampilan untuk memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi. Mata pelajaran ini perlu
diperkenalkan, dipraktikkan dan dikuasai peserta didik sedini
mungkin agar mereka memiliki bekal untuk menyesuaikan diri
dalam kehidupan global yang ditandai dengan perubahan yang
sangat cepat (Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi).
1
Kegiatan pembelajaran TIK di SMP LABORATORIUM UNIVERSITAS
PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA sebagaian besar dilaksanakan di
ruang laboratorium komputer. Idealnya, rasio komputer dengan
siswa adalah 1:1. Saat ini, di ruang laboratorium komputer SMP
Lab Undiksha Singaraja, terdapat 15 set komputer yang dapat
mendukung proses pembelajaran TIK. Secara rasio, 1 set
komputer digunakan oleh 2 orang siswa per kelas di tiap
pertemuannya. Kondisi komputer tersebut sudah cukup untuk
menunjang proses pembelajaran TIK apabila ditunjang oleh
keterampilan siswa yang memadai pula. Tetapi kenyatannya,
banyak siswa yang kurang terampil dalam menggunakan komputer.
Hal ini dilihat dari rata-rata nilai rapot TIK kelas 8
Semester Ganjil Tahun Ajaran 2012/ 2013, dengan KKM=70, rata-
rata nilai rapot siswa adalah 75,1 (daftar nilai rapot terlampir).
Mengacu pada permasalahan tersebut maka pada penelitian ini
diterapkan pola belajar tutor sebaya, sehingga diharapkan
terjadi peningkatan keterampilan siswa kelas VIII5 SMP Lab
2
Undiksha Singaraja dalam mengoperasikan salah satu program
pengolah kata Microsoft Office Word 2007.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas, ternyata ada
banyak hal yang menjadi permasalahan di dalam proses
pembelajaran TIK di kelas. Cakupan dari masalah yang bisa
diteliti dalam PTK juga sesungguhnya sangat luas. Secara garis
besar, permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan
kegiatan pembelajaran dibagi menjadi 3 hal sebagai berikut.
1. Input (siswa).
Siswa adalah komponen utama yang perlu mendapat perhatian
selama kegiatan pembelajaran. Beberapa permasalahan yang
menyangkut siswa itu sendiri diantaranya adalah:
a. Minat dan motivasi belajar siswa terhadap proses
pembelajaran di kelas.
b. Masalah belajar siswa, seperti kesulitan dalam
menguasai suatu konsep.
3
c. Penanaman dan pengembangan sikap serta nilai-nilai,
misalnya pengembangan sikap ilmiah di dalam diri siswa.
2. Proses
Ada beberapa permasalahan yang menyangkut proses
pembelajaran di kelas, diantaranya:
a. Alat bantu, media dan sumber belajar, misalnya
pemanfaatan lingkungan sebagai media sekaligus sebagai
sumber belajar.
b. Desain dan strategi pembelajaran di kelas, misalnya
masalah pengelolaan dan prosedur pembelajaran,
implementasi dan inovasi model pembelajaran, interaksi
di dalam kelas;
c. Pengembangan profesionalisme guru dalam peningkatan
mutu perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi program
pembelajaran;
d. Masalah kurikulum, misalnya pelaksanaan KTSP dalam hal
interaksi guru-siswa, materi-siswa, siswa-lingkungan,
dsb.
4
e. Pengelolaan dan pengendalian, misalnya teknik
memotivasi, teknik modifikasi perilaku dan teknik
pemngembangan diri;
3. Output (keluaran yang diharapkan)
Selama proses pembelajaran di kelas, ada beberapa
keluaran yang menjadi permasalahan-permasalahan,
diantaranya:
a. Sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil
pembelajaran.
b. Sistem asesmen dan evaluasi respon siswa.
c. Penilaian keterampilan/ psikomotorik siswa.
1.3 Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan waktu penelitian serta luasnya
ruang lingkup permasalahan hasil identifikasi di atas,
maka dalam penelitian ini hanya dibatasi pada salah satu
permasalahan saja, yakni menyangkut desain dan strategi
pembelajaran di kelas. Permasalahan ini sangat penting
5
karena selama ini proses pembelajaran TIK di ruang
laboratorium komputer hanya dengan diskusi kelompok saja.
Hal ini sangatlah membosankan bagi siswa, selain itu guru
juga kurang efektif melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Pola diskusi ini dipilih saat itu mengingat keterbatasan
komputer yang ada di ruang laboratorium. Setelah meninjau
dari beberapa referensi serta mengamati kondisi siswa di
sekolah, maka peneliti menduga bahwa pola pembelajaran
tutor sebaya dapat memberikan nuansa baru dalam pembelajaran
di ruang komputer. Selain itu, proses pembelajaran juga
menjadi lebih hidup dan berlangsung secara efektif.
Dengan demikian maka diharapkan keterampilan siswa dalam
mengoperasikan komputer menjadi lebih baik lagi.
1.4 Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan yaitu:
6
”Apakah penggunaan pola pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan
keterampilan siswa kelas VIII.5 SMP Lab Undiksha Singaraja dalam
mengoperasikan Microsoft Office Word 2007 ?”
B. Pemecahan Masalah
Permasalahan pembelajaran TIK yang terjadi pada sekolah
tempat tugas peneliti ditanggulangi dengan pola belajar tutor
teman sebaya. Hal ini berdasarkan kepada efektivitas pola
pembelajaran ini yang akan mampu menciptakan kondisi
pembelajaran yang sangat menyenangkan, efektif dari segi
penyediaan alat yang kurang memeadai pada sekolah ini.
Pembelajaran tutor teman sebaya merupakan bagian dari
strategi Kooperatif Karmin, dimana siswa akan sangat
bebas mengemukakan masalah-masalahnya dan mencari
solusinya sendiri, karena dalam perkembangannya anak
lebih suka mengemukakan masalahnya kepada teman sebayanya
dibandingkan kepada orang yang usianya lebih tua. Siswa
juga merasa jenuh terhadap suara/ profil guru di
7
kelasnya. Dengan demikian, pola pembelajaran ini
diharapkan dapat menanggulangi masalah di kelas.
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah pola pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan
keterampilan siswa kelas VIII5 SMP Laboratorium
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja dalam
mengoperasikan Microsoft Office Word 2007.
1.6 Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Bagi siswa, pola belajar tutor sebaya diharapkan dapat
memberikan suasana baru yang nyaman selama proses
pembelajaran, motivasi belajar meningkat, dan membuat
suasana belajar menjadi menyenangkan sehingga
8
keterampilan siswa dalam pengoperasian komputer
(khususnya program Microsoft Office Word 2007) dapat
meningkat.
2. Bagi guru, dengan adanya penelitian ini, guru
memperoleh tambahan wawasan tentang pola belajar tutor
sebaya sehingga dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran di kelas, dan sebagai indikator telah
meningkatkan profesionalitas dalam pembelajaran.
3. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat
menjadi referensi bagi peneliti lain (terutama rekan-
rekan guru) yang ingin menerapkan pola belajar tutor
sebaya, sehingga dapat ditemukan beberapa kelebihan
maupun kelemahan pola ini selama proses pembelajaran
berlangsung. Forum diskusi bersama rekan-rekan guru
sangat diharapkan untuk mengangkat kekuatan pola ini
serta mencari solusi bersama untuk meminimalisir
kelemahan-kelemahan yang ada.
9
4. Bagi Kepala Sekolah, dengan penelitian ini Kepala
Sekolah diharapkan dapat mengevaluasi proes
perencanaan, pelaksanan dan penilaian kegiatan pola
belajar tutor sebaya yang dilaksanakan di kelas,
sehingga dapat memberikan masukan bagi peneliti, dan
juga dapat dijadikan referensi dalam pengembangan
kualitas output/ outcome pendidikan di SMP Laboratorium
Undiksha Singaraja.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 PENGERTIAN POLA BELAJAR
Banyak ragam pola belajar yang dikemukakan oleh para
ahli, banyak pula perbedaan variasi dan streessing (penekanan)
dari suatu pola belajar oleh masing-masing ahli. Menurut
Sriyono (dalam http://hardymath.blogspot.com/2012/03/pola-
11
belajar-tutor-sebaya.html, diakses tanggal 24 September 2013)
menyatakan:
Pola belajar adalah rangkaian prosedur dalam belajar yang
dapat membantu siswa dalam menguasai materi pelajaran.
Pola belajar di antaranya pola belajar mandiri, pola
belajar terbimbing, pola belajar kelompok, pola belajar
diskusi, dan lain-lain. Masing-masing dari pola belajar
tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Dalam
pelaksanaannya pola belajar mandiri telah biasa dilakukan
oleh siswa dirumahnya masing-masing.
Menurut Alma (dalam
http://hardymath.blogspot.com/2012/03/pola-belajar-tutor-
sebaya.html, diakses tanggal 24 September 2013) menyatakan
bahwa:
Dilihat dari sudut penyusunan strategi belajar mengajar,
maka ada beberapa pola belajar yang dapat dipertimbangkan
oleh guru dan siswa agar kegiatan belajar mengajar dapat
berjalan secara teratur menurut pola tertentu. Dalam pola
12
belajar ini akan sekaligus tercerminkan sikap guru dan
kegiatan siswa serta interaksi antara keduanya. Pola-pola
belajar itu diantara terdiri dari pola belajar individu,
pola belajar kelompok, pola belajar terbimbing, pola
belajar leaving (meninggalkan), pola belajar supervising
(supervisi)”.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pola
belajar adalah rangkaian prosedur dalam kegiatan belajar
mengajar yang nantinya akan mampu membantu siswa dalam
kegiatan belajar mengajarnya. Dilihat dari sudut penyusunan
strategi belajar mengajarnya maka pola belajar itu di
antaranya terdiri dari pola belajar individu, pola belajar
kelompok, pola belajar terbimbing, pola belajar leaving, dan
pola belajar supervisi.
Gagne (dalam http://mediaedukasiku.blogspot.com/p/pola-
pola-belajar-siswa-oleh-gagne.html, diakses tanggal 25
September 2013) menggolongkan pola-pola belajar siswa ke dalam
delapan tipe di mana yang satu merupakan prasyarat bagi yang
13
lainnya yang lebih tinggi tingkatannya. Masing-masing tipe
dapat dibedakan dari yang lainnya dilihat dari kondisi yang
diperlukan buat berlangsungnya proses belajar bagi yang
bersangkutan. Kedelapan tipe tersebut adalah:
Tipe 1, Signal Learning (belajar isyarat). Tipe ini
merupakan tahap yang paling dasar, sehingga tidak menuntut
persyaratan, namun merupakan tingkat yang harus dilalui untuk
tipe belajar yang lebih tinggi. Signal learning dapat diartikan
sebagai proses penguasaan pola-pola dasar perilaku bersifat
involuntary (tidak disengaja dan tidak disadari tujuannya).
Dalam tipe ini terlibat aspek reaksi emosional di dalamnya.
Kondisi yang diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar ini
telah diberikannya secara serempak dan berulang kali.
Tipe 2, Stimulus-Respon Learning (belajar rangsangan
tanggapan). Bila tipe di atas dapat digolongkan dalam jenis
classical condition, maka tipe belajar 2 ini termasuk ke dalam
instrumental conditioning (Kimble-1961) atau belajar dengan trial and
error. Menurut Gagne, proses belajar bahasa pada anak-anak
14
merupakan proses yang serupa dengan ini. Kondisi yang
diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar ini ialah faktor
inforcement. Waktu antara stimulus (rangsangan) pertama dan
berikutnya sangat penting. Semakin singkat jarak S-R dengan S-
R berikutnya, semakin kuat reinforcement.
Tipe 3, Chaining (mempertautkan), dan tipe 4 Verbal
Association. Kedua tipe belajar ini setaraf, yaitu belajar
mengajar yang menghubungkan satuan ikatan S -R yang satu
dengan
yang lain. Kondisi yang diperlukan dalam berlangsungnya
tipe belajar ini antara lain secara internal anak sudah harus
menguasai sejumlah satuan pola S-R, baik psikomotorik maupun
verbal. Selain itu, prinsip kesinambungan, pengulangan, dan
reinforcement tetap penting bagi berlangsungnya proses chaining dan
association.
Tipe 5, Discrination learning (belajar membedakan). Dalam
tipe ini, peserta didik mengadakan seleksi dan pengujian
antara dua perangsang atau sejumlah stimulus yang diterimanya,
15
kemudian memilih pola-pola respon yang dianggap paling sesuai.
Kondisi utama dalam berlangsungnya proses belajar ini adalah
siswa rnempunyai kemahiran melakukan chaining dan association
serta pengalaman (pola S-R).
Tipe 6. Concept Learning (belajar pengertian). Dengan
berdasarkan kesamaan ciri-ciri dari kesimpulan stimulus dan
objek-objeknya, ia membentuk suatu pengertian atau konsep
utama yang diperlukan yaitu menguasai kemahiran diskriminasi
dan proses kognitif fundamental sebelumnya.
Tipe 7, Rule Learning (belajar membuat generalisasi,
hukum, dan kaidah). Pada tingkat ini, siswa belajar mengadakan
kombinasi berbagai konsep dengan rnengoperasikan kaidah-kaidah
logika formal (induktif, deduktif, analisis, sintesis,
asosiasi, diferensiasi, komparasi, dan kausalitas) sehingga
anak didik dapat menemukan kesimpulan tertentu yang mungkin
selanjutnya dapat dipandang sebagai aturan: prinsip, dalil,
aturan, hukum, kaidah dan sebagainya. Kondisi yang
16
memungkinkan terjadinya proses belajar seperti ini,
disarankan:
a. Kepada anak didik diberitahukan bentuk perbuatan yang
diharapkan, kalau yang bersangkutan telah menjalani
proses belajar.
b. Kepada anak didik diberikan sejumlah pertanyaan yang
merangsang,mengingatkan (recall) konsep-konsep yang telah
dipelajari dan dimilikinya untuk mengungkapkan
perbendaharaan pengetahuannya.
c. Kepada anak didik mereka diberikan beberapa kata kunci
yang menyarankan siswa ke arah pembentukan kaidah
tertentu yang diharapkan.
d. Diberikan kesempatan kepada anak didik untuk
mengekspresikan dan menyatakan kaidah tersebut dengan
kata-katanya sendiri.
e. Kepada anak didik diberikan kesempatan selanjutnya untuk
menyusun rumusan rule tersebut dalam bentuk statement formal.
17
Tipe 8, Problem Solving (belajar memecahkan masalah).
Pada tingkat ini, siswa belajar merumuskan dan memecahkan
masalah, memberikan respon terhadap rangsangan yang
menggambarkan atau nembangkitkan situasi problematik,
mempergunakan berbagai kaidah yang telah dikuasainya. Menurut
John Dewey belajar memecahkan masalah ini berlangsung sebagai
berikut: individu menyadari masalah bila dia dihadapkan pada
situasi keraguan dan kekaburan sehingga merasakan adanya
kesulitan.
a. Merumuskan dan menegaskan masalah.
Individu melokalisasi letak sumber kesulitan tersebut untuk
memungkinkan mencari jalan pemecahannya. Ia menandai aspek
mana yang mungkin dipecahkan dengan menggunakan prinsip yang
diketahuinya sebagai pegangan.
b. Mencari fakta pendukung dan merumuskan hipotesis.
Individu menghimpun berbagai informasi yang relevan, termasuk
pengalaman orang lain dalam menghadapi pemecahan masalah
yang serupa. Kemudian mengindentifikasi berbagai alternatif
18
(kemungkinan) pemecahannya yang dapat dirumuskan sebagai
jawaban sementara.
c. Mengevaluasi alternatif pemecahan yang dikembangkan. Setiap alternatif
pemecahan ditimbang dari segi untungruginya. Selanjutnya,
dilakukan pengambilan keputusan memilih alternatif yang
dipandang paling mungkin (feasible) dan menguntumgkan.
d. Mengadakan pengujian alternative pemecahan yang dipilih. Dari hasil
pelaksanaan itu, diperoleh informasi untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis yang telah dirumuskan.
Dengan demikian proses belajar yang tertinggi ini hanya
mungkin dapat berlangsung kalau proses-proses belajar
fundamentalis lainnya telah dimiliki dan dikuasai. Kepada anak
didik hendaknya:
a. Diberikan stimulus (rangsangan) yang dapat menimbulkan
situasi bermasalah dalam diri anak didik.
b. Diberikan kesempatan untuk berlatih mencari alternative
pemecahannya.
19
c. Diberikan kesempatan untuk berlatih melaksanakanpemecahan
dan pembuktiannya.
Dengan proses pengindentifikasian seperti dijelaskan
dalam uraian tdi atas, guru akan dapat mengindentifikasi tahap
belajar atau tipe belajar yang telah dijalaninya. Atas dasar
itu, guru dapat memilih alternatif strategi pengorganisasian
bahan dan kegiatan belajar mengajar.
2.2 POLA BELAJAR TUTOR SEBAYA
Dalam pembelajaran TIK sebenarnya telah banyak upaya yang
dilakukan oleh guru kelas untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa. Namun usaha itu belum menunjukan hasil yang optimal.
Rentang nilai siswa yang pandai dengan siswa yang kurang
pandai terlalu mencolok. Untuk itu perlu diupayakan agar
rentang nilai antar siswa tersebut tidak terlalu jauh yaitu
dengan memanfaatkan siswa yang pandai untuk menularkan
kemampuannya pada siswa lain yang kemampuannya lebih rendah.
Tentu saja guru yang menjadi perancang model pembelajaran
20
harus mengubah bentuk pembelajaran yang lain. Pembelajaran
tersebut adalah pembelajaran tutor sebaya.
Menurut Kuswaya Wihardit (dalam
http://baliteacher.blogspot.com/2010/02/ pembelajaran-dengan-
methode-tutor-teman.html, diakses tanggal 25 September 2013)
menuliskan bahwa “Pengertian tutor sebaya adalah seorang siswa
pandai yang membantu belajar siswa lainnya dalam tingkat kelas
yang sama”. Hal ini berarti siswa yang lebih pandai dapat
menggantikan posisi guru sebagai fasilitator dalam proses
pembelajaran, karena dalam hal-hal tertentu siswa lebih paham
dengan bahasa teman sebayanya daripada bahasa guru. Itulah
sebabnya pembelajaran tutor sebaya dirasa sangat tepat untuk
diterapkan dalam proses pembelajaran TIK di ruang laboratorium
komputer.
Tutor sebaya (peer group) juga dikenal dengan istilah
pembelajaran teman sebaya atau antarpeserta didik (dalam
http://bos.fkip.uns.ac.id /pub/pembelajaran /bahan%20belajar
%20e-dukasinet/produksi%202009/pengetahuan%20populer/KIAT %20
21
BELAJAR
/Kiat%20Belajar%20dengan%20Tutor%20Sebaya/materi1.html,
diakses tanggal 26 September 2013). Dalam hal ini tutor sebaya
merupakan salah satu strategi pembelajaran untuk saling
membantu sesama teman yang kurang mampu, sehingga akan terjadi
kegiatan belajar yang berlangsung aktif, efektif, komunikatif,
dan menyenangkan. Wikipedia (dalam
http://en.wikipedia.org/wiki/Peer_group, diakses tanggal 26
September 2013) menjelaskan pengertian tutor sebaya (peer group)
adalah sebuah prosedur siswa mengajar siswa lainnya, sebagai
sekelompok orang yang memiliki kesamaan seperti usia, latar
belakang, dan status sosial. Ada 2 jenis kelompok belajar,
pertama adalah geng (clique), yakni kelompok-kelompok kecil
yang biasanya ditentukan oleh kepentingan bersama atau
persahabatan. Geng biasanya memiliki 2-12 anggota dan
cenderung terbentuk oleh usia, jenis kelamin, ras, dan kelas
sosial. Anggota clique biasanya sama dalam hal akademisi dan
perilaku berisiko. Cliques dapat berfungsi sebagai agen
22
sosialisasi dan kontrol sosial. Menjadi bagian dari kelompok
ini dapat menguntungkan karena mereka memberikan rasa otonomi
yang aman lingkungan sosial, dan menjamin kesejahteraan semua
anggota kelompoknya. Kedua, crowds (massa yang lebih besar)
yakni kelompok yang mungkin tidak memiliki dasar persahabatan.
Massa berfungsi sebagai kelompok sebaya, dan mereka menjadi
semakin penting selama masa remaja awal, dan semakin berkurang
saat remaja akhir.
Dengan demikian, tutor sebaya merupakan strategi pendekatan
kooperatif yaitu model pembelajaran di mana siswa belajar
dalam kelompok kecil yang dikelompokkan dengan tingkat
kemampuan yang berbeda, semua anggota kelompok saling bekerja
sama dan membantu untuk memahami bahan materi yang menciptakan
saling menghargai sesama teman-teman lainnya. Secara umum
kegiatan siswa yang belajar dalam kelompok kecil akan tumbuh
dan berkembang dengan pola belajar tutor sebaya (peer group) dan
belajar secara bekerja sama (cooperative). Ketika proses belajar
dengan tutor sebaya berlangsung, terjadi pendekatan kooperatif
23
karena tutor sebaya akan menggunakan bahasa sehari-hari dan
bisa lebih akrab, sehingga siswa yang dibantu oleh tutor
sebaya bisa mengembangkan kemampuan dengan lebih baik untuk
memahami materi.
Menurut Wikipedia (dalam
http://en.wikipedia.org/wiki/Peer_group, diakses tanggal 28
September 2013), pola belajar tutor sebaya (peer group) memiliki
beberapa keuntungan yaitu:
1. Menjadi gudang informasi bagi anggotanya.
2. Mengajarkan keberagaman jenis kelamin.
3. Sebagai tempat berlatih menuju kedewasaan.
4. Mengajarkan persatuan dan perilaku kebersamaan.
5. Sebagai wahana pembentukan identitas.
Di sisi lain, pola belajar ini juga memiliki beberapa
kelemahan sebagai berikut.
1. Para anggota mendapatkan tekanan dari kelompoknya.
2. Masalah psikologis di masa depan.
24
3. Perilaku yang menyimpang (apabila mendapatkan anggota
yang memiliki perilaku tidak bagus)
4. Membuat agresif.
5. Terjadi penyimpangan seksual.
Dengan melihat kekuatan dan kelemahan pola belajar tutor
sebaya (peer group) di atas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya
pola belajar ini akan berjalan dengan baik apabila proses
pengelompokan siswa mempertimbangkan jenis kelamim maupun
tingkat akademis berdasarkan nilai. Hal ini bertujuan untuk
mengantisipasi agar proses pembelajaran dapat berlangsung
sesuai harapan.
Menurut Ekowati (dalam http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q= &esrc =s&source=web&cd=3&ved=0CDoQFjAC&url=http
%3A%2F%2Fwaskitamandiribk.files.wordpress.com
%2F2009%2F09%2Fmetodetutorsebayaproposaljadi.doc&ei=F9xhUoCrNM
fQrQespIHADg&usg=AFQjCNGSqs 6ivuWpEZexb W8SsLaCQiAQ&bvm=
bv.5493 4254 ,d.bmk, diakses tanggal 19 Oktober 2013) langkah-langkah
pembelajaran kooperatif tutorial teman sebaya adalah sebagai berikut:25
1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.
2) Guru menyajikan materi pembelajaran.
3) Untuk mengetahui daya serap siswa, dibentuk kelompok
berpasangan dua orang.
4) Kemudian, seorang dari pasangan itu menceritakan
kembali materi yang baru diterima kepada pasangannya,
pasangan yang mendengarkan membuat catatan-catatan
kecil, kemudian berganti peran.
5) Kemudian, siswa secara bergiliran dengan cara diacak
menyampaikan hasil wawancara dengan teman pasangannya.
6) Guru mengulangi lagi/menjelaskan kembal materi yang
belum dipahami siswa.
7) Setelah itu, dilakukan evaluasi untuk mengetahui
ketuntasan belajar siswa.
2.3 Silabus TIK Kelas VIII Semester Ganjil Tahun Pelajaran
2013/ 2014
26
Silabus TIK Kelas VIII Semester Ganjil Tahun Pelajaran
2013/ 2014 disajikan dalam lampiran. Dalam penelitian kali ini,
peneliti memilih KD 1.4 yakni ” Membuat dokumen pengolah kata
sederhana”, mengambil indikator 1 ”Membuat dokumen baru
pengolah kata secara bekerja sama”, indikator 2 yakni
“Melakukan editing pada dokumen pengolah kata secara bekerja
sama”, indikator 3 “Memformat dokumen secara teliti”, dan
indikator 4 “Membuat WordArt dan menyisipkannya pada dokumen
secara bekerja sama”. Adapun program Pengolah Kata yang
digunakan adalah Microsoft Office Word versi 2007.
2.4 Keterampilan Siswa
Kata keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan
(Soemarjadi, Muzni Ramanto, Wikdati Zahri, dalam
http://cumanulisaja.blogspot.com/2012/09/pengertian-
keterampilan.html, diakses tanggal 27 September 2013).
Terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu
dengan cepat dan benar. Seseorang yang dapat melakukan sesuatu
27
dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan terampil.
Demikian pula apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan
benar tetapi lambat, juga tidak sapat dikatakan terampil.
Ruang lingkup keterampilan sendiri cukup luas, meliputi
kegiatan berupa perbuatan, berpikir, berbicara, melihat,
mendengar, dan sebagai. Dalam pembelajaran, keterampilan
dirancang sebagai proses komunikasi belajar untuk mengubah
perilaku siswa menjadi cekat, cepat, dan tepat dalam melakukan
atau menghadapi sesuatu.
Pengertian atau definisi keterampilan menurut ahli
lainnya (dalam
http://guruketerampilan.blogspot.com/2013/05/pengertian-
keterampilan.html , diakses tanggal 27 September 2013) yaitu
kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan
kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat
sesuatu menjadi lebih bermakna sehngga menghasilkan sebuah
nilai dari hasil pekerjaan tersebut. keterampilan/ kemampuan
28
tersebut pada dasarnya akan lebih baik bila terus diasah dan
dilatih untuk menaikkan kemampuan sehingga akan menjadi ahli
atau menguasai dari salah satu bidang keterampilan yang ada.
Bisa disimpulkan bahwasanya keterampilan tersebut dapat dilatih
sehingga mampu melakukan sesuatu, tanpa adanya latihan dan
proses pengasahan akal, fikiran tersebut tidak akan bisa
menghasilkan sebuah keterampilan yang khusus atau terampil
karena keterampilan bukanlah bakat yang bisa saja didapat
tanpa melalui proses belajar yang intensif dan merupakan
kelebihan yang sudah diberikan semenjak lahir, sehingga untuk
menjadi seorang yang terampil yang memiliki keahian khusus
pada bidang tertentu haruslah melalui latihan dan belajar
dengan tekun supaya dapat menguasai bidang tersebut dan dapat
memahami dan mengaplikasikannya.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
keterampilan adalah suatu bentuk kemampuan menggunakan29
pikiran, nalar, dan perbuatan dalam mengerjakan sesuatu
secara efektif dan efisien. Dalam penelitian ini,
keterampilan yang dimaksud adalah kemampuan siswa dalam
membuat dokumen dengan menggunakan program pengolah kata
Microsoft Office Word 2007 sesuai dengan format yang
ditentukan dan tepat waktu dalam penyelesaian.
2.5 Program Pengolah Kata Microsoft Office Word 2007
Microsoft Word (MS Word) merupakan program pengolah kata
yang banyak dipakai saat ini dibandingkan dengan program
pengolah kata lainnya, seperti WordStar, AmiPro, WordPerfect
dan lain-lain. Hal ini dipengaruhi oleh faktor fasilitas yang
disediakan, kemudahan dalam menggunakan, hasil yang diperoleh,
tampilan yang menarik dan lain sebagainya. Pelajaran TIK Kelas
8 Semester Ganjil di SMP Laboratorium Universitas Pendidikan
Ganesha Singaraja menggunakan program pengolah kata besutan
Bill Gates ini yaitu Microsoft Office Word 2007. Microsoft
30
Word 2007, selanjutnya disebut Word 2007 merupakan
pengembangan dari versi sebelumnya yang mengalami banyak
perubahan dan perbaikan diberbagai bagian sehingga menyediakan
fleksibilitas yang lebih tinggi dan menyediakan fasilitas
penuh terhadap akses internet dari setiap program aplikasinya.
Kemampuan dalam membuat tabel, menyisipkan program lain ke
program Word 2007 dan fasilitas lainnya akan di bahas lebih
lanjut.
Tampilan lembar kerja pada Microsoft Word 2007 adalah
sebagai berikut.
Microsoft Office Button
Tab Title bar
Quick Access Toolbar
31
Ribbon
Gambar 01. Lembar Kerja Microsoft Office Word 2007
a. Menu Tab
Jendela ini umumnya berisi menu, tool, dan fitur lainnya
yang memiliki fungsi tertentu. Secara keseluruhan,
terdapat 7 baris tab utama dalam Ms. Word 2007, yaitu
Home, Insert, page Layout, References, Mailings, Review,
dan View.
1. Tab Home
Tab Home adalah tab yang berisikan menu-menu standar.
Bagian dari tab Home sebagai berikut.
1) Submenu Clipboard
2) Submenu Font
3) Submenu Paragraph
4) Submenu Styles
5) Submenu Editing
32
2. Tab Insert
Tab Insert digunakan untuk memasukkan instruksi-
instruksi ke dalam dokumen. Bagian dari tab Insert
sebagai berikut.
1) Submenu Pages
2) Submenu Tables
3) Submenu Ilustrations
4) Submenu Links
5) Submenu Header and Footer
6) Submenu Text
7) Submenu Symbol
3. Tab Page Layout
Tab Page Layout digunakan untuk mengatur tata letak
data, yang meliputi pengaturan halaman, member warna
background pada lembar kerja, mengatur spasi antar
baris, membuat kolom pada teks, dan mengatur indentasi.
Bagian dari tab Page Layout sebagai berikut.
1) Submenu Themes
2) Submenu Page Setup
3) Submenu Page Background
4) Submenu Paragraph
5) Submenu Arrange
4. Tab References
33
Tab References digunakan untuk memasukkan berbagai
perintah seperti menuliskan catatan kaki, membuat
daftar isi, dan membuat tanda citasi. Bagian dari tab
References sebagai berikut.
1) Submenu Table of Contents
2) Submenu Footnotes
3) Submenu Citation & Bibliography
4) Submenu Captions
5) Submenu Index
6) Submenu Table of Authorities
5. Tab Mailings
Tab Mailings digunakan digunakan untuk membuat mail
merger (surat massal), mengetik teks pada amplop, dan
membuat tabel. Bagian dari tab Mailings sebagai
berikut.
1) Submenu Create
2) Submenu Start Mail Merge
3) Submenu Write & Insert Fields
4) Submenu Preview Result
5) Submenu Finish
6. Tab Review
Rab Review digunakan untuk mengecek kesalahan tata
bahasa serta memproteksi dokumen. Bagian dari tab
Review sebagai berikut.
34
1) Submenu Proofing
2) Submenu Comments
3) Submenu Tracking
4) Submenu Changes
5) Submenu Compare
6) Submenu Protect
7. Tab View
Tab View digunakan untuk mengatur tampilan layar dan
menampilkan garis bantu pada lembar kerja. Bagian dari
tab View sebagai berikut.
1) Submenu Document Views
2) Submenu Show/Hide
3) Submenu Zoom
4) Submenu Window
5) Submenu Macros
b. Menu Office Button
Office Button merupakan perintah utama dalam Ms. Word
2007. Kegunaan dari menu Office Button adalah untuk
mengakses perintah standar Windows. Apabila ikon control
menu tersebut diklik, maka akan muncul menu-menu perintah
seperti New, Open, Convert, Save, Save As, Print,
Prepare, Send, Publish, Close, Word Option, dan Exit
Word.
35
c. Size Button
Jendela Ms. Word 2007 apat diatur sesuai keinginan
melalui tombol pengatur. Tombol-tombol pengatur jendela
Ms. Word 2007 terletak di pojok kanan atas dari jendela
Ms. Word 2007. Bentuk-bentuk tombol tersebut adalah
sebagai berikut :
Bentuk-bentuk tombol tersebut sebagai berikut :
1. Minimize Button : untuk memperkecil jendela sehimgga
membentuk ikon pada taskbar
2. Restore Button : untuk memperbesar ukuran jendela
hingga satu layar penuh dan
mengembaliakan jendela ke ukuran semula
3. Close Button : untuk menutup atau mengakhiri jendela
aplikasi
d. Ribbon dan Quick Access Toolbar
1. Ribbon merupakan baris perintah yang dapat dijalankan
dengan mudah, terutama untuk perintah-perintah yang
sering digunakan. Letak baris tombol ini ada di bawah
setiap tab.
2. Quick Access Toolbar merupakan fasilitas yang
memberikan kemudahan access tool terhadap perintah-
perintah tertentu. Quick Access Toolbar ini letaknya di
36
pojok kiri atas, tepatnya di sebelah kanan Office
Button.
e. Scroll Bar dan Ruler
Scroll Bar dapat digunakan untuk proses pengetikan
dokumen yang membutuhkan tata letak dengan cara
menggulung dokumen kea rah vertical dan horizontal.
Selain itu, dengan fasilitas Ruler, anda dapat mengubah
batas margin maupu pengaturan indentasi paragraf.
Khusus untuk penelitian kali ini, fasilitas yang akan
digunakan adalah pembuatan dokumen yang berisi tabel, shapes/
bentuk, gambar, serta formatting dokumen menggunakan group di tab
Home, Insert, dan Page Layout. Ketepatan waktu dan kesesuaian format
teks merupakan 2 indikator keterampilan siswa yang akan
dinilai dengan bobot masing-masing: 40 % ketepatan waktu, dan
60 % kesesuaian format.
2.6 Hasil Penelitian Sebelumnya
Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) yaitu
pembelajaran yang mengacu pada tiga tujuan interaksional yakni37
hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan
pengembangan keterampilan sosial (Mustanin, dalam
http://www.google.com/ url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&ved=0CGYQFjAH&url=http%3A
%2F%2Fmaradenintan.files.wordpress.com%2F2012%2F10%2Fproposal-
ptk-finish-copy2.docx &ei=F9xh
CrNMfQrQespIHADg&usg=AFQjCNFewd7nsI85YSP5LcIKNZ2QYUDJw& bvm
=bv.54934254,d.bmk, diaskes tanggal 19 Oktober 2013).
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan metode diskusi
yang biasanya dilaksanakan di kelas, karena pembelajaran
kooperatif menekankan pembelajaran dalam kelompok kecil dimana
siswa belajar dan bekerjasama untuk mencapai tujuan yang
optimal. Pembelajaran kooperatif meletakkan tanggungjawab
individu sekaligus kelompok, sehingga diri siswa tumbuh dan
berkembang sikap dan perilaku saling ketergantungan secara
optimal. Kondisi ini dapat mendorong siswa untuk belajar,
bekerja dan bertanggungjawab secara sungguh-sungguh untuk
mencapa tujuan yang telah ditetapkan.
38
Menurut Muslimin Ibrahim (dalam http://www.google.com/
url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&ved=0CGYQFjAH&url=http%3A
%2F%2Fmaradenintan.files.wordpress.com%2F2012%2F10%2Fproposal-
ptk-finish-copy2 .docx&ei=F9xh
CrNMfQrQespIHADg&usg=AFQjCNFewd7nsI85YSP5LcIKNZ2QYUDJ
w&bvm=bv.54934254,d.bmk, diaskes tanggal 19 Oktober 2013)
mengemukakan unsur-unsur pembelajaran kooperatif adalah
sebagai berikut:
1. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka
sehidup sepenanggungan bersama.
2. Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu di dalam
kelompoknya seperti milik mereka sendiri.
3. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam
kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di
antara anggota kelompoknya.
39
5. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan
hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua
anggota kelompok.
6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membuthkan ketrampilan
untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
7. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Dirjen Dikdasmen (dalam http://www.google.com/ url?
sa=t&rct=j&q=&esrc= s&source=web&cd=8&ved=0CGYQFjAH&url=http
%3A%2F%2Fmaradenintan.files.wordpress.com
%2F2012%2F10%2Fproposal-ptk-finish-
copy2.docx&ei=F9xhCrNMfQrQes pIHAD
g&usg=AFQjCNFewd7nsI85YSP5LcIKNZ2QYUDJw&bvm=bv.54934254,d.bmk,
diaskes tanggal 19 Oktober 2013) menyebutkan ciri-ciri
pembelajaran menggunakan model kooperatif adalah sebagai
berikut:
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskan materi belajarnya.
40
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah.
3. Bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
suku, jenis kelamin berbeda-beda.
4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok dari pada individu.
Metode tutorial teman sebaya adalah metode pembelajaran dimana
siswa berkelompok berpasangan dua orang, seorang dari pasangan
itu mengulangi menjelaskan materi pelajaran yang diterima dari
sajian guru kepada pasangannya, kemudian pasangan yang
mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian
bergantian peran sampai keduanya jelas dan memahami materi
pembelajaran.
Pembelajaran Cooperative Learning dengan metode Tutorial
teman sebaya akan memberikan hasil yang sangat memuaskan
karena proses belajar terjadi berulang-ulang (operant
conditioning). Menurut Skiner, operant conditioning ini cukup efektif
karena melalui proses pengulangan yang terus menerus antar
pasangan dihadapkan pada masalah yang sama dan pengalaman
41
temporal yang terus menerus maka mereka akan lebih mudah untuk
mengenal dan mengingat, karena ada ketergantungan positif
antara siswa yang pandai, sedang dan kurang.
Penelitian Ekowati (dalam http://www.google.com/ url?
sa=t&rct =j&q=&esrc= s&source=web&cd=8&ved=0CGYQFjAH&url=http
%3A%2F%2Fmaradenintan.files.wordpress.com
%2F2012%2F10%2Fproposal-ptk-finish-copy2.docx&ei=F9xh
CrNMfQrQespIH
ADg&usg=AFQjCNFewd7nsI85YSP5LcIKNZ2QYUDJw&bvm=bv.54934254,d.bm
k, diaskes tanggal 19 Oktober 2013) menggunakan langkah-
langkah pembelajaran kooperatif tutorial teman sebaya sebagai
berikut:
1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2) Guru menyajikan materi pembelajaran.
3) Untuk mengetahui daya serap siswa, dibentuk kelompok
berpasangan dua orang.
4) Kemudian, seorang dari pasangan itu menceritakan kembali
materi yan baru diterima kepada pasangannya, pasangan yang42
mendengarkan membuat catatan-catatan kecil, kemudian
berganti peran.
5) Kemudian, siswa secara bergiliran dengan cara diacak
menyampaikan hasil wawancara dengan teman pasangannya.
6) Guru mengulangi lagi/menjelaskan kembali materi yang belum
dipahami siswa.
7) Setelah itu, dilakukan evaluasi untuk mengetahui ketuntasan
belajar siswa.
Berdasarkan langkah-langkah di atas, maka penelitian kali ini
dilaksanakan dengan rincian sebagai berikut:
1. Sebelum pembelajaran dimulai, siswa dibagi menjadi 2
kelompok berdasarkan nilai UTS nya, yakni kelompok tutor
dan kelompok non-tutor. Kelompok tutor memasuki ruang
laboratorium komputer, sedangkan kelompok non-tutor
masuk ke ruang lain (selama penelitian kelompok ini
masuk ke laboratorium bahasa yang ada di sebelah ruang
43
laboratorium komputer). Siswa non-tutor diberikan LKS
yang akan dikerjakan bersama-sama kelompok tutor lalu
berdiskusi bersama-sama di ruangan laboratorium
bahasa..
2. Guru menuju ruang lab komputer lalu menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
3. Guru menyajikan materi pembelajaran kepada kelompok
tutor.
4. Setelah terjadi Tanya-jawab, guru memanggil kelompok
non-tutor untuk memasuki ruang lab komputer, lalu
mereka mencari pasangannya sehingga dalam 1 komputer
terdapat 1 siswa tutor dan 1 siswa non-tutor.
5. Siswa tutor lalu menyampaikan materi yang sudah
diberikan guru sebelumnya, lalu membahas LKS bersama-
sama.
6. Kemudian, siswa secara bergiliran dengan cara diacak
menyampaikan hasil wawancara dengan teman pasangannya.
44
7. Guru mengulangi lagi/menjelaskan kembal materi yang
belum dipahami siswa.
8. Setelah itu, dilakukan evaluasi kinerja untuk
mengetahui ketuntasan belajar siswa.
2.7 Kerangka Berpikir
Masalah pembelajaran TIK di SMP Laboratorium Undiksha
Singaraja secara umum ada 2 yaitu, pertama, rasio komputer
dengan siswa adalah 1: 2 sedangkan idealnya adalah 1:1.
Kondisi sarana komputer ini sangat mempengaruhi proses
pembelajaran TIK, terutama menyangkut keterampilan siswa
karena sebagian besar kegiatan pembelajaran menggunakan
komputer. Selain itu, ada masalah kedua yang juga terjadi
selama pembelajaran TIK adalah motivasi dan suasana belajar
yang kurang menyenangkan. Hal ini terjadi akibat kejenuhan
siswa melihat figure guru di kelas, mendengarkan suara guru,
serta kurang interaksinya antar siswa.
45
Pola pembelajaran tutor teman sebaya sangat memungkinkan
adanya interaksi antar siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Hal ini tentu saja dapat memberikan suasana yang
baru dalam kelas, sehingga suasana belajar menjadi
menyenangkan.
Berdasarkan kajian teori dan pola pikir di atas, diduga
pola pembelajaran tutor teman sebaya dapat meningkatkan
keterampilan siswa dalam mengoperasikan Microsoft Word 2007.
Selain itu, interaksi antar siswa yang sangat besar tentu saja
menciptakan suasana nyaman dan menyenangkan, sehingga otomatis
segala proses pembelajaran akan berjalan sesuai rencana, yang
pada akhirnya tujuan pembelajaran untuk meningkatkan
keterampilan siswa dalam mengoperasikan Microsoft Word 2007
dapat dicapai. Berikut disajikan diagram alur kerangka
berpikir.
46
`
Gambar 02. Diagram Kerangka Berpikir
2.8 Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.
“Jika pola belajar tutor sebaya dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah pembelajaran TIK maka keterampilan
siswa mengoperasikan Microsoft Office Word 2007 pada47
KONDISI
AWAL
TINDAKAN
KONDISI AKHIR
Guru/peneliti :
belum mengim-plementasikan
Siswa/SubjekPenelitian:
Keterampilansiswa rendah
SIKLUS I
Implementasipendekatan
SIKLUS II
Perbaikan implementasi pola belajar tutor
Guru/peneliti :
Mengimplementasi-kan pola belajar tutor
Dengan implementasi pola belajar tutor sebaya keterampilan
kelas VIII5 SMP Laboratorium Universitas Pendidikan
Ganesha Singaraja Tahun Pelajaran 2013/ 2014 dapat
ditingkatkan”.
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Setting Penelitian
3.1.1 Tempat penelitian dilaksanakan
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Laboratorium
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Sekolah
ini merupakan salah satu sekolah swasta favorit di
Kota Singaraja yang terletak di Jalan Jatayu Nomor
10 Singaraja, dengan nomor telepon 08283720494.
Lingkungan belajar disini sangat nyaman karena
berada jauh dari keramaian jalan raya. Seleain itu,
proses pembelajaran sangat disukung oleh sarana
48
gedung yang nyaman, kelengkapan ruang laboratorium,
serta kualitas guru yang sangat baik.
3.1.2 Karakter siswa di kelas penelitian
Kelas penelitian yang digunakan adalah kelas VIII5
semester 1 tahun ajaran 2013/ 2014. Kelas ini
memiliki anggota sebanyak 28 siswa, yang terdiri
atas 14 siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki
sehingga rasio siswa perempuan dan laki-laki adalah
1:1. Kelompok Umur 14 – 16 tahun. Kondisi ini
sangat memungkinkan untuk terlaksananya pola belajar
tutor sebaya yang mempertimbangkan jenis kelamin.
3.2 Rancangan Penelitian
3.2.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) karena penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas VIII5
49
sebagai kelas penelitian. Menurut DR. Sulipan, M.Pd
(dalam http://warehouse
1994.blogspot.com/2012/01/pengertian-ptk-menurut-para-
ahli.html, diakses tanggal 28 September 2013),
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berasal dari istilah
bahasa Inggris Classroom Action Research, yang berarti
penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk
mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu
subyek penelitian di kelas tersebut. Pertama kali
penelitian tindakan kelas diperkenalkan oleh Kurt Lewin
pada tahun 1946, yang selanjutnya dikembangkan oleh
Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, Dave
Ebbutt dan lainnya. Pada awalnya penelitian tindakan
menjadi salah satu model penelitian yang dilakukan pada
bidang pekerjaan tertentu dimana peneliti melakukan
pekerjaannya, baik di bidang pendidikan, kesehatan
maupun pengelolaan sumber daya manusia. Salah satu
contoh pekerjaan utama dalam bidang pendidikan adalah
50
mengajar di kelas, menangani bimbingan dan konseling,
dan mengelola sekolah. Dengan demikian, para guru atau
kepala sekolah dapat melakukan kegiatan penelitiannya
tanpa harus pergi ke tempat lain seperti para peneliti
konvensional pada umumnya. Secara lebih luas,
penelitian tindakan diartikan sebagai penelitian yang
berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan
peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok
subyek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan
atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan
tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan
atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga
diperoleh hasil yang lebih baik. Demikian pengertian
Penelitian Tindakan Kelas atau PTK adalah suatu
kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah kegiatan
belajar yang diberikan tindakan, yang secara sengaja
dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan
memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran
51
di kelas tersebut. Tindakan yang secara sengaja
dimunculkan tersebut diberikan oleh guru atau
berdasarkan arahan guru yang kemudian dilakukan oleh
siswa. Dalam hal ini arti Kelas tidak terikat pada
pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang
lebih spesifik, yaitu kelas adalah sekelompok siswa
yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang
sama dari guru yang sama juga (Suharsimi dalam
http://warehouse1994.blogspot .com/2012/01/pengertian-
ptk-menurut-para-ahli.html, diakses tanggal 28
September 2013).
Banyak ahli memberikan definisi tentang penelitian
tindakan kelas (PTK) berikut ini akan disajikan
beberapa pengertian dan definisi PTK yang dikemukakan
oleh para ahli tersebut.
Standford (dalam
http://warehouse1994.blogspot.com/2012/01/pengertian-
ptk-menurut-para-ahli.html, diakses tanggal 28
52
September 2013) mendefinisikan pengertian penelitian
tindakan adalah 'analysis, fact finding, conceptualization, planing,
execution, more fact finding or evaluation; and then repetition of this
whole circle of activities; indeed, a spiral of such circles, ('Analisis,
menemukan fakta, konseptualisasi, perencanaan,
pelaksanaan, menemukan fakta lebih atau evaluasi; dan
kemudian pengulangan lingkaran ini seluruh kegiatan;
memang, sebuah lingkaran seperti spiral).
Tim proyek PGSM (dalam http://warehouse1994.
blogspot.com /2012/01/ pengertian-ptk-menurut-para-
ahli.html, diakses tanggal 28 September 2013)
mendefinisikan pengertian penelitian tindakan kelas
adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh
pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
kemantaban rasional dari tindakan mereka dalam
melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap
tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki
kondisi dimana praktik pembelajaran tersebut dilakukan,
53
Mukhlis, Abdul dan Nur, Mohamad (dalam
http://warehouse1994 .blogspot.com/2012/01/pengertian-
ptk-menurut-para-ahli.html, diakses tanggal 28
September 2013) mendefinisikan pengertian penelitian
tindakan kelas sebagai suatu bentuk kajian yang
bersifat sistematis dan siklustis, (4) Kemis, Stephen
dalam D. Hopkins (1992) mendefinisikan penelitian
tindakan kelas adalah 'action research is a form of self reflective
inquiry undertaken by participants in a social (including educational)
situation inorder to improve the rationality and justice of (a) their own
social or educational pratices, (b) their understanding of these practices,
and (c) the situations in which practices are carried out' (penelitian
tindakan adalah suatu bentuk penelaahan atau inkuri
melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta
kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial
(termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas
dan kebenaran dari (a) praktek-praktek sosial atau
kependidikan yang mereka lakukan sendiri, (b) pemahaman
54
mereka terhadap praktek-praktek tersebut, (c) situasi
di tempat praktek itu dilaksanakan).
Mills (dalam
http://warehouse1994.blogspot.com/2012/01/pengertian-
ptk-menurut-para-ahli.html, diakses tanggal 28
September 2013) mendefinisikan pengertian penelitian
tindakan kelas sebagai berikut; 'Any systematic inquiry
conducted by teacher researchers ... to gather information about how
their particular schools operate, how they teach, and how well their
students learn'.( Setiap penyelidikan yang sistematis yang
dilakukan oleh peneliti guru ... untuk mengumpulkan
informasi tentang bagaimana sekolah tertentu mereka
beroperasi, bagaimana mereka mengajar, dan seberapa
baik siswa mereka belajar ).
Rapoport (dalam
http://warehouse1994.blogspot.com/2012/01/pengertian-
ptk-menurut-para-ahli.html, diakses tanggal 28
September 2013) mendefinisikan pengertian penelitian55
tindakan kelas sebagai berikut; 'Action research aims to
contribute both to the practical concerns of people in an immediate
problematic situation and to the goals of social science (including
education) by joint collaboration within a mutually acceptable ethical
framework. (Penelitian Aksi bertujuan untuk memberikan
kontribusi baik kepada orang keprihatinan praktis dalam
situasi problematik segera dan dengan tujuan ilmu
sosial (termasuk pendidikan) dengan kolaborasi bersama
dalam kerangka etis diterima bersama)
Bila digabungkan pengertian dan definisi PTK yang
dikemukakan oleh para ahli di atas maka diperoleh
batasan penelitian tindakan kelas sebagai sebuah proses
investigasi terkendali yang berdaur ulang (bersiklus)
dan bersifat reflektif mandiri, yang memiliki tujuan
untuk melakukan perbaikan-perbaiakan terhadap sistem,
cara kerja, proses, isi, kompetensi, atau situasi.
3.2.2 Subyek Penelitian
56
Subyek penelitian kali ini adalah kelas VIII5 SMP
Laboratorium Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
pada semester 1 tahun ajaran 2013/ 2014. Kelas ini
dipilih karena dari kelima kelas VIII yang ada di
sekolah ini, rata-rata UTS kelas VIII5 terendah yakni
76,64 dari KKM = 80 (nilai terlampir) dan persentase
ketuntasan UTS hanya 50 %.
3.2.3 Obyek Penelitian
Variabel hasil yang disasar dalam penelitian ini adalah
keterampilan siswa membuat dokumen dengan menggunakan
program pengolah kata Microsoft Office Word 2007,
meliputi keterampilan membuat dan memformat dokumen,
menyisipkan tabel, dan gambar dengan memanfaatkan tab
menu Home, Insert, dan Page Layout.
3.2.4 Prosedur Penelitian
57
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan
penelitian deskriptif kualitatif dengan cara melakukan
pengamatan terhadap keterampilan siswa membuat dokumen
dengan menggunakan Microsoft Office Word 2007.
Penelitian tindakan ini merupakan penelitian tindakan
kelas model Kemmis dan Taggart ( dalam
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source =web&
cd= 3&ved=0CDoQFjAC&url=http%3A%2F
%2Fwaskitamandiribk.files.wordpress.com %2F
2009%2F09%2Fmetode-
tutorsebayaproposaljadi.doc&ei=F9xhUoCrNMfQ rQespIHADg
&usg=AFQjC NGSqsivuWpEZexbW8S-s-
LaCQiAQ&bvm=bv.54934254,d.bmk, diakses tanggal 19 Oktober
2013), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke
siklus yang berikutnya. Penelitian ini terdiri dari 3
siklus. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action
(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi).
Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah
58
Refleksi
Tindakan/Observasi
Refleksi
Tindakan/Observasi
Refleksi
Tindakan/Observasi
Rencana awal/rancang
an
Rencana yang
direvisi
Rencana yang
direvisi
Putaran 1Putaran 2
Putaran 3
direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk
pada siklus II dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa
identifikasi permasalahan, begitu seterusnya sampai pada
siklus III. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian
tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut :
59
Gambar 03. Alur PTK
Berdasarkan alur PTK di atas, penelitian kali ini
dilaksanakan dengan rincian tip siklusnya adalah sebagai
berikut.
1. Kegiatan Awal/ Rencana Tindakan
Siklus 1
Berdasarkan refleksi awal, peneliti empersiapkan segala
sesuatu yang diperlukan untuk pelaksanaan penelitian ini,
yaitu:
a) Mengecek daftar nilai Ulangan Tengah Semester siswa
kelas VIII untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
pelajaran TIK, sehingga diketahui kelas yang akan
60
digunakan sebagai subjek penelitian yaitu kelas yang
memiliki nilai UTS terendah.
b) Mengamati sarana komputer di ruang laboratorium
komputer yang akan digunakan sebagai tempat
pembelajaran dalam penelitian.
c) Mereview silabus TIK kelas VIII yang sudah dibuat
sebelumnya untuk tahun ajaran 2013/ 2014 untuk
melihat Kompetensi Dasar serta indikator-indikator
yang akan digunakan dalam penelitian.
Setelah melakukan kegiatan awal, peneliti kemudian
melakukan kegiatan untuk persiapan tindakan/ pra-tindakan
antara lain:
a) Mendiskusikan rencana penelitian dengan Pengawas dari
Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng. Selain itu,
peneliti mendiskusikan bahan ajar dan skenario
pembelajaran TIK dengan menggunakan metode tutor sebaya.
b) Membentuk kelompok diskusi. Diskusi kelompok
terbimbing dengan model tutor sebaya merupakan kelompok
61
yang beranggotakan 2 siswa, yakni 1 orang sebagai
tutor dan 1 orang lagi sebagai non-tutor. Tutor
dipilih melalui 2 tahap. Tahap pertama adalah tutor
dipilih berdasarkan nilai harian dari guru pengajar
TIK. Tutor memiliki nilai rata-rata di atas 80 dan
diurutkan berdasarkan nilai tertinggi. Tahap kedua
adalah pendekatan pesonal (persona approach) terhadap
calon tutor. Seorang tutor harus mampu berkomunikasi
dengan baik dan mampu memimpin sebuah diskusi.
c) Merancang rencana pembelajaran untuk siklus 1.
d) Menyusun bahan ajar yang akan digunakan pada proses
pembelajaran berupa slide power point.
e) Membuat format Agenda Harian dan Lembar Observasi.
f) Membuat LKS formatting dengan menggunakan Microsoft
Office Word 2007.
g) Menyusun lembar penilaian keterampilan Microsoft Word
2007.
Siklus 2
62
Berdasarkan refleksi pada akhir siklus 1, maka
perencanaan di siklus 2 sebagai berikut.
a) Merancang rencana pembelajaran untuk siklus 2.
b) Menyusun bahan ajar yang akan digunakan pada proses
pembelajaran berupa slide power point.
c) Membuat format Agenda Harian dan Lembar Observasi.
d) Membuat LKS formatting dengan menggunakan Microsoft
Office Word 2007.
e) Menyusun lembar penilaian keterampilan Microsoft Word
2007.
Siklus 3
Kegiatan perencanaan untuk siklus 3 dilakukan berdasarkan
refleksi pada siklus 2 dengan rincian sebagai berikut:
a) Merancang rencana pembelajaran untuk siklus 3.
b) Menyusun bahan ajar yang akan digunakan pada proses
pembelajaran berupa slide power point.
c) Membuat format Agenda Harian dan Lembar Observasi.
63
d) Membuat LKS formatting dengan menggunakan Microsoft
Office Word 2007.
e) Menyusun lembar penilaian keterampilan Microsoft Word
2007.
f) Membuat format Angket Respon Siswa.
2. Pelaksanaan Tindakan/ Observasi
Dalam pelaksanaannya, penelitian ini dilakukan dalam 3
siklus, dengan rincian: waktu penelitian untuk setiap
siklusnya adalah 1 minggu, sedangkan waktu
pembelajarannya adalah 2 jam pelajaran (2 x 40 menit) dan
waktu untuk tes keterampilannya adalah 30 menit. Langkah-
langkah pelaksanaan tindakan penelitian yang dilakukan
oleh peneliti dalam setiap siklusnya adalah sebagai
berikut:
Siklus 1
Pertemuan 1.1
a) Siswa dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan nilai UTS
nya, yakni kelompok tutor dan kelompok non-tutor. Kelompok
64
tutor memasuki ruang laboratorium komputer, sedangkan
kelompok non-tutor masuk ke ruang lain (selama
penelitian kelompok ini masuk ke laboratorium bahasa
yang ada di sebelah ruang laboratorium komputer). Siswa
non-tutor diberikan LKS yang akan dikerjakan bersama-
sama kelompok tutor lalu berdiskusi bersama-sama di
ruangan laboratorium bahasa..
b) Guru menuju ruang lab komputer lalu menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
c) Guru menyajikan materi pembelajaran kepada kelompok
tutor.
d) Setelah terjadi Tanya-jawab, guru memanggil kelompok
non-tutor untuk memasuki ruang lab komputer, lalu
mereka mencari pasangannya sehingga dalam 1 komputer
terdapat 1 siswa tutor dan 1 siswa non-tutor.
e) Siswa tutor lalu menyampaikan materi yang sudah
diberikan guru sebelumnya, lalu mengerjakan LKS
65
bersama-sama. LKS yang dibahas yakni membuat dokumen
pengolah kata sederhana dan memformat dokumen.
f) Kemudian, siswa secara bergiliran dengan cara diacak
menyampaikan hasil wawancara dengan teman pasangannya
dan mendemonstrasikan langkah-langkah formatting yang
telah dilakukannya bersama tutor..
g) Guru mengulangi lagi/menjelaskan kembali materi yang
belum dipahami siswa.
Pertemuan 1.2
Pada pertemuan kedua ini, peneliti khusus melakukan
kegiatan penilaian keterampilan individu. Hal ini
dilakukan mengingat keterbatasan komputer yang ada,
sehingga kegiatan penilaian dilakukan dalam 2 gelombang
dengan alokasi waktu masing-masing 30 menit. Langkah-
langkah tindakannya adalah sebagai berikut:
a) Siswa nomor absen 1 sampai dengan 14 (gelombang 1)
masuk ke ruang lab komputer untuk melakukan tes
66
keterampilan sedangkan sisanya berada di luar ruang lab
komputer.
b) Setelah 30 menit, siswa yang berada di ruang lab
komputer diminta keluar ruangan sedangkan siswa yang
berada di luar diminta masuk ke ruangan untuk melakukan
tes keterampilan selama 30 menit.
Siklus 2
Pertemuan 2.1
Langkah-langkah pada pertemuan ini sama dengan langkah-
langkah pada pertemuan 1.1 di siklus I , dan diadakan
perubahan sesuai dengan refleksi pada siklus I. Siswa
melakukan kegiatan tentang formatting, tetapi dengan teks
yang berbeda. Rincian kegiatan tindakannya yaitu:
1) Peneliti tidak mengadakan perubahan pada formasi
kelompok tutor-non tutor untuk memberikan kesempatan pada
siswa untuk mengenal temannya lebih dekat.
67
2) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
diajarkan dan menggali pengetahuan awal siswa serta
mempersiapkan siswa sesuai dengan rencana pembelajaran.
Pertemuan 2.2
Pada pertemuan ini, peneliti melakukan tes keterampilan
seperti pertemuan 1.2 di siklus 1 dengan alokasi waktu
yang sama tiap siswa yaitu 30 menit dan tema yang sama
yaitu formatting. Yang berbeda adalah teks yang digunakan
serta pengaturan siswanya. Siswa yang nomor absen 1-14
berada di luar ruangan (sebagai gelombang 2) sedangkan
sisanya masuk ke ruangan lab komputer untuk melakukan tes
keterampilan (gelombang 1). Setelah 30 menit, kelompok
siswa gelombang 2 masuk ke ruangan untuk tes
keterampilan.
Siklus 3
Pertemuan 3.1
68
Tindakan penelitian di siklus 3 sama dengan siklus-siklus
sebelumnya, masih dengan formatting dan teks yang sama
dengan teks siklus 2. Kelompok tutor-non tutor juga masih
sama.
Pertemuan 3.2
Pada pertemuan kedua di siklus 3 ini, siswa melakukan tes
keterampilan formatting dengan teks yang sama dengan teks
keterampilan di siklus 2. Pengaturan siswanya sama dengan
tes keterampilan siswa di siklus 1, yaitu siswa nomor
absen 1-14 sebagai gelombang 1 yang masuk ke ruang lab
komputer. Setelah tes keterampilan berakhir, siswa
diberikan angket respon terhadap pembelajaran TIK dengan
menggunakan metode tutor sebaya untuk diisi dengan lengkap.
3. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan di akhir proses pembelajaran di
setiap siklus. Tahap penelitian ini akan menjadi langkah
awal dalam menganalisis dan refleksi untuk menentukan
langkah selanjutnya.
69
4. Analisis dan refleksi.
Analisis dan refleksi dilakukan untuk mnindaklanjuti
hasil evaluasi tindakan. Kegiatan analisis dan refleksi
memberikan petunjuk penting bagi tindakan yang dilakukan
peneliti. Analisis juga bertujuan untuk meninjau ulang
perencanaan tindakan yang telah direncanakan serta dalam
merevisi perencanaan yang lebih matang untuk tindakan
selanjutnya.
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada 2
jenis, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.
Penjelasannya sebagai berikut.
Data kuantitatif, yakni berupa data jumlah nilai
keterampilan siswa (psikomotorik) dalam
mengoperasikan Microsoft Word 2007. Siswa dikatakan
tuntas jika nilai keterampilannya ≥ 80. Setelah
70
diperoleh data ketuntasan siswa, kemudian dicari
Ketuntasan Klasikal (KK). Kelas dikatakan tuntas
jika KK ≥ 85%.
Selain itu, data kuantitatif diperoleh dari angket
respon siswa terhadap penggunaan pola belajar tutor
sebaya. Kriteria penilaian terhadap suatu pernyataan
dalam angket terbagi menjadi 5 kategori jawaban,
yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R),
Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS).
Masing-masing pilihan pada tiap item diberi skor.
Untuk pernyataan positif : SS = 5 ; S = 4 ; R= 3 ;
TS = 2 ; dan STS = 1. Sedangkan untuk pernyataan
negatif : SS = 1; S = 2 ; R = 3; TS = 4 ; dan STS =
5. Skor respon siswa diperoleh dengan menjumlahkan
skor yang didapat siswa tersebut untuk tiap item.
Data kualitatif, yakni berupa hasil pengamatan sikap
dan perilaku siswa secara deskriptif selama proses
71
pembelajaran, baik itu yang dilakukan oleh peneliti
maupun rekan sejawat lain sebagai pengamat.
3.3.2 Sumber Data
Data-data penelitian ini ada 2 macam, yaitu:
Sumber data primer, yakni data-data yang bersumber
dari peneliti sendiri yang meliputi nilai
keterampilan (psikomotor) siswa serta hasil
pengamatan peneliti selama proses pembelajaran
berlangsung.
Sumber data sekunder, yakni data-data yang bersumber
dari rekan sejawat yang menjadi pengamat. Dalam
penelitian ini, yang menjadi pengamat adalah bapak
Drs. Made Resika, M.Pd.
3.4 Tehnik dan Instrumen Pengumpulan Data
3.4.1Tehnik Pengumpulan Data
72
Data yang dikumpulkan berupa nilai keterampilan
(psikomotorik) yang meliputi ketrampilan membuat
dokumen, memformat dokumen, menyisipkan tabel dan
gambar menggunakan tab menu Home, Insert, dan Page Layout
pada program pengolah kata Microsoft Office Word
2007. Cara mengumpulkan data adalah dengan
melakukan penilaian keterampilan (psikomotorik)
siswa. Data hasil penelitian berupa data
kuantitatif dan data kualitatif. Tehnik
pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3. Tehnik Pengumpulan Data
No Sumber Tehnik
1 Siswa Tes keterampilan
Observasi
Angket Respon
73
2 Observer Observasi
Wawancara
3 Peneliti Observasi
3.4.2Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrumen
yang diuraikan sebagai berikut.
a) Tes Keterampilan
Adapun tes yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tes keterampilan (psikomotorik) dalam
mengoperasikan program pengolah kata Microsoft
Office Word 2007. Kriteria dan bobot penilaiannya
meliputi: kesesuaian format dan ketepatan waktu.
Tes keterampilan siswa dilaksanakan di setiap
siklus (tes keterampilan siklus). Penilaian
dilakukan sendiri oleh peneliti.
74
b) Angket Respon Siswa
Angket respon siswa digunakan untuk mengetahui
respon siswa terhadap proses pembelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan
menggunakan metode tutor sebaya. Dalam angket ini
terdapat 15 item pernyataan dengan 5 kriteria
respon, yaitu: Sangat Tidak Setuju, Tidak Setuju,
Ragu-ragu, Setuju, dan Sangat Setuju. Pengisian
angket ini dilakukan setelah berakhirnya
pembelajaran seluruh siklus (di akhir siklus 3).
c) Jurnal harian
Jurnal ini berisi kesan siswa terhadap
pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) dengan menggunakan metode tutor sebaya. Jurnal
ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai
aktivitas dan minat siswa terhadap pembelajaran
dalam upaya perbaikan pada tahap berikutnya.
75
Jurnal ini diisi oleh peneliti di setiap pertemuan
pada masing-masing siklus.
d) Lembar Observasi
Lembar observasi ditujukan untuk mengetahui sejauh
mana aktivitas atau perilaku siswa yang terjadi
selama proses pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran tutor sebaya. Lembar observasi
diisi oleh pengamat yang menjadi mitra peneliti di
setiap proses pembelajaran di masing-masing
siklus.
3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dari setiap siklus dianalisis
dengan proses yang berbeda. Dalam penelitian ini, ada 2
data yang dianalisis yakni data keterampilan siswa dan
data respon siswa.
a) Data keterampilan siswa
Data keterampilan siswa dianalisis dengan menggunakan
rumus ketuntasan klasikal:76
Ketuntasan Klasikal (KK) dengan rumus:
KK=JumlahsiswayangtuntasJumlahsiswa
×100%
Kelas dikatakan tuntas jika KK ≥ 85%.
b) Data Respon Siswa
Data respon siswa dianalisis dengan menggunakan
analisis deskriptif. Kriteria penggolongan respon siswa
disusun berdasarkan Mean Ideal (MI) dan Standar deviasi
ideal (Sdi), dengan kategori seperti tabel berikut.
Tabel. 3.1 Penentuan Penggolongan Respon Siswa
Kriteria Penggolongan Respon Keterangan
77
MI + 1,5 Sdi ≤ X Sangat Positif
MI + 0,5 Sdi ≤ X <MI + 1,5Sdi
Positif
MI - 0,5 Sdi ≤ X <MI + 0,5Sdi
Cukup Positif
MI - 1,5 Sdi ≤ X <MI – 0,5Sdi
Kurang Positif
X <MI- 1,5 Sdi
Sangat Kurang Positif
Dari respon siswa yang terkumpul akan dihitung skor rerata
(X):
X=ΣXN
dimana:
X : Skor rerata respon siswa
X : Jumlah seluruh skor siswa∑
N : Jumlah siswa
Sedangkan rumus untuk MI dan Sdi adalah :
MI = ½ (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal)
78
Sdi =1/6 (skor tertinggi ideal - skor terendah ideal)
Angket respon siswa yang digunakan untuk penelitian ini
terdiri dari 15 item. Tiap item mempunyai skor maksimal 5
dan minimal 1, sehingga skor tertinggi ideal dan skor
terendah ideal adalah 75 dan 15. Dengan demikian dapat
dihitung mean ideal (MI) dan standar deviasi ideal (Sdi),
yaitu :
MI = ½ (skor tertinggi ideal + skor terendah
ideal)
= ½ (75 + 15)
= 45.
SDI = 1/6 (skor tertinggi ideal - skor terendah
ideal)
= 1/6 (75-15)
= 10.
Jadi kriteria penggolongan respon siswa adalah seperti tabel
3.2
79
Tabel. 3.2 Penggolongan Respon Siswa
No Kriteria Kategori
1 X̄ 60 Sangat positif2 50 X̄ 60 Positif3 40 X̄ 50 Cukup positif4 30 X̄ 40 Kurang positif
5 X̄ 30 Sangat kurang positif
Skor rerata ( X ) yang diperoleh dari perhitungan
dibandingkan dengan kriteria penggolongan yang telah
ditetapkan seperti pada Tabel 3.2. Dengan demikian dapat
ditentukan kategori respon siswa. Kriteria keberhasilan untuk
respon siswa adalah jika dari analisis diperoleh hasil minimal
positif.
3.6 Indikator Keberhasilan
Penelitian ini dinyatakan berhasil apabila memenuhi
kriteria diantaranya:
80
a) Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa aktif di
dalam proses pembelajaran.
b) Hasil tes keterampilan siswa menunjukkan bahwa
secara klasikal ketuntasannya ≥ 85% (KKM = 80).
c) Hasil respon siswa menunjukkan hasil minimal
positif.
3.7 Jadwal Penelitian
Jadwal rancangan penelitian ini adalah sebagai
berikut.
81
RANCANGAN JADWAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
NORINCIAN
KEGIATAN
BULANKETJULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOPEMBER DESEMBER
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41 Diskusi
dengan teman
sejawat
X X
2 Penelitian
awal
M X X X X G K
3 Penyusunan
perencanaan
O X X X X A N
4 Pemilihan
tutor sebaya
S X L G
5 Pelaksanaan
PTK di kelas
VIII5 dengan
metode tutor
sebaya
X X G N
82
3.8 Rancangan Biaya Penelitian
Adapun rincian dari biaya penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.4 Rancangan Biaya Penelitian
NO URAIAN BIAYA1 Alat dan bahan penelitian:
a. Bahan habis pakai:- kertas HVS 2 rim Rp. 100.000- kertas buram 1 rim Rp. 20.000
b. ATK (spidol, ballpoint, map,
holder, paper clip)
Rp. 100.000
2 Laporan Penelitian:- Penggandaan Rp. 50.000- Penjilidan Rp. 100.000
3 Biaya Perjalanan- Biaya transportasi Rp. 50.000- Konsumsi Rp. 80.000
JUMLAH Rp. 500.000
51
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Kondisi Awal Setting Penelitian
Sebagian besar proses pembelajaran TIK di SMP Laboratorium
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja dilaksanakan di ruang
laboratorium komputer. Ruang laboratorium komputer SMP
Laboratorium Universitas Pendidikan Ganesha berada di lantai 3
sekolah. Saat ini terdapat 15 set komputer untuk menunjang proses
pembelajaran TIK sehingga rasio komputer dengan siswa adalah 1:2.
Ruangan ini juga dilengkapi 1 buah LCD dengan proyektor gantung.
Ruangan dengan ukuran 6 x 7 meter ini termasuk ruangan yang
nyaman karena dilengkapi dengan 2 buah AC (air conditioner).
Berdasarkan buku Data Siswa, SMP Laboratorium Universitas
Pendidikan Ganesha Singaraja saat ini memiliki 379 orang siswa,
masing-masing 131 siswa kelas VII, 140 siswa kelas VIII, dan 99
siswa kelas IX. Kelas yang menjadi sample penelitian ini adalah
kelas VIII.5 karena dari 5 kelas VIII yang ada, kelas VIII5 yang
memiliki nilai rata-rata harian pelajaran TIK, yakni 81 dari KKM
= 80 (daftar nilai harian terlampir). Kelas yang wali kelasnya Gede
Sutanya, S.Pd ini, memiliki anggota sebanyak 28 siswa, 14 siswa
53
perempuan dan 14 siswa laki-laki sehingga rasio siswa perempuan
dan laki-laki adalah 1:1. Kondisi ini sangat memungkinkan untuk
terlaksananya pola belajar tutor sebaya yang mempertimbangkan
jenis kelamin.
Kondisi awal siswa kelas VIII5 adalah tampak bahwa kualitas
proses dan hasil belajar siswa masih tergolong rendah, terlihat
dari rerata kelas 64,0 tergolong tidak tuntas dan ketuntasan
klasikal hanya 16,7 juga katagori tidak tuntas. Siswa Nampak
tidak siap untuk mengikuti pembelajaran, sebab banyak siswa yang
masih berkeliaran di luar ruangan padahal bel tanda masuk sudah
berbunyi. Semangat siswa saat belajar TIK materi pengenalan
Microsoft Office Word 2007 sangat rendah, itu terlihat dari
antusias siswa saat guru mengajukan pertanyaan, siswa enggan
untuk menjawab. Minat siswa dalam belajar TIK juga sangat kecil,
banyak siswa yang terlihat acuh saat pembelajaran. Kadang-kadang
mereka ngobrol dengan temannya tentang hal-hal yang tidak terkait
dengan apa yang sedang dibahas. Tidak jarang terlihat siswa yang
menguap yang menandakan mereka mengantuk atau bosan, padahal
pembelajaran sudah dilaksanakan di ruang laboratorium komputer
yang sejuk dan nyaman. Siswa cenderung ingin cepat mengakhiri
pembelajaran dengan berteriak-teriak saat jam pergantian
pelajaran atau jam istirahat berbunyi, yang menandakan mereka
terpaksa untuk belajar. Selain itu, siswa juga merasa canggung
54
atau malu untuk menanyakan kepada guru jika ada hal-hal yang
belum dipahami dalam pembelajaran. Interaksi antara siswa dengan
siswa lain, dan interaksi antara siswa dengan guru terlihat
sangat kurang. Suasana kelas cenderung merasa tegang. Selama
pembelajaran berlangsung, hanya sebagian kecil siswa yang
melakukan interaksi (komunikasi) dengan teman maupun dengan guru,
demikian juga pada saat siswa disuruh melakukan kerja kelompok,
hanya siswa yang memiliki kemampuan dan kemauan belajar yang
tinggi saja yang mau mengerjakan tugas tugas yang diberikan,
sedangkan siswa lain sama sekali tidak ada usaha untuk ikut
mendiskusikan jawaban atau bertanya dengan temannya yang lebih
mampu, mereka cenderung menyerahkan begitu saja kepada temannya
dan setelah temannya selesai mengerjakan mereka tinggal menyalin
atau menyontek saja. Ketika guru memberikan pertanyaan atau soal,
tidak ada siswa dengan inisiatif sendiri maju ke depan kelas
untuk menjawab. Siswa baru maju setelah ditunjuk oleh guru dan
ketika maju siswa tampak kurang percaya diri. Setelah dilakukan
kuis atau ulangan harian, hanya sebagian kecil siswa yang
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) kompetensi dasar
terkait.
Berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan di sekolah ,
kelas dianggap tuntas apabila ketuntasan klasikal ¿ 85% dan
siswa dianggap tuntas secara individual apabila mampu mencapai
55
angka KKM ¿ 80. Dari penilaian proses maupun tes yang diberikan
menunjukkan bahwa khusus untuk siswa kelas VIII5 nilai rerata
harian kelas dan ketuntasan kelas terjadi ketimpangan antara
siswa yang mampu dengan siswa yang kurang mampu, siswa yang mampu
nilainya sangat bagus sedangkan siswa yang kurang mampu nilainya
sangat kurang sekali, hal ini menunjukkan terjadi kegagalan
pembelajaran konsep Microsoft Word 2007 baik pada proses maupun
hasil belajar.
4.2 Hasil Penelitian Siklus 1
4.2.1 Deskripsi Proses Pembelajaran
Pertemuan 1.1
Pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan di ruang
laboratorium komputer dan bahasa. Semua siswa hadir dalam
pertemuan pertama ini. Pada proses pembelajaran pertemuan
pertama, siswa dibagi menjadi 2 kelompok yakni kelompok
tutor dan non-tutor. Kelompok tutor berada di ruang komputer
untuk mendengarkan penjelasan guru, sedangkan kelompok
non-tutor berada di ruang laboratorium bahasa (di sebelah
ruang laboratorium komputer) untuk membaca materi tentang
formatting dari buku paket yang dibawa tiap siswa. Proses
pembelajaran diawali dengan pendahuluan kurang lebih
selama 10 menit dengan mengucapkan salam pembuka,
mengabsensi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran yang
56
akan diajarkan dengan menggunakan LCD untuk
mengefisienkan waktu dan mempersiapkan siswa untuk
memulai pembelajaran. Tujuan pembelajaran perlu
disampaikan agar siswa mengetahui apa yang ingin dicapai
setelah pembelajaran. Setelah itu, peneliti melakukan
apersepsi dan motivasi dari tayangan slide power point
tentang kegunaan dari program pengolah kata dalam
kehidupan sehari-hari yakni dalam membuat teks/ dokumen.
Kegiatan pendahuluan terakhir diisi dengan sosialisasi
siswa tentang kegiatan pembelajaran TIK dengan
menggunakan tutor sebaya. Memasuki kegiatan inti, selama 10
menit peneliti menjelaskan materi formatting menggunakan
Tab Home, Insert dan Page Layout, lalu mendemonstrasikan
pembuatan sebuah dokumen sederhana dengan formatting
dokumen. Siswa kemudian diberikan kesempatan untuk tanya-
jawab materi yang sudah disampaikan, lalu 3 orang
perwakilan siswa mendemonstrasikan kembali cara pembuatan
dokumen sederhana yang sudah dicontohkan sebelumnya.
Rencananya, siswa yang mendemonstrasikan kembali adalah
siswa yang mau dengan suka rela. Tetapi kenyataannya,
ketiga siswa yang maju ke depan untuk demonstrasi adalah
siswa-siswa yang ditunjuk oleh guru. Disini nampak bahwa
rasa percaya diri siswa masih kurang. Setelah 15 menit,
57
kelompok siswa non-tutor dipanggil untuk memasuki ruangan
lab komputer. Guru lalu mensosialisasikan kembali tentang
metode tutor sebaya kepada semua siswa, sambil memasangkan
siswa tutor-non tutor. Siswa lalu mencari pasangannya masing-
masing. Selama kurang lebih 20 menit, siswa tutor
menjelaskan kembali materi yang sudah disampaikan
sebelumnya, lalu meminta siswa non-tutor untuk
mendemonstrasikan pembuatan dokumen sederhana dengan
formatting yang sesuai. Setelah proses diskusi informasi
ini, guru mengajak siswa untuk mengikuti diskusi kelas.
Pada kesempatan pertama, siswa diberikan waktu 5 menit
untuk bertanya kepada guru tentang materi-materi yang
belum jelas. Seorang siswa sudah berani mengajukan
pertanyaan tentang formatting font dalam pembuatan dokumen
tanpa harus ditunjuk oleh gurunya, setelah diberikan
iming-iming mendapatkan tambahan skor. Hal ini berbeda
dari saat kegiatan sebelumnya. Di akhir pembelajaran guru
memberikan tugas berupa PR, menyampaikan kepada siswa
materi pembelajaran pada pertemuan berikutnya dan
menugaskan siswa untuk membaca dan mempelajari materi
tersebut. Selain itu, guru menginformasikan tentang tes
keterampilan pada pertemuan berikutnya, lengkap dengan
kriteria penilaiannya. Selanjutnya pembelajaran ditutup
58
dengan mengucapkan Prama Santi, Om Santih Santih Santih
Om.
Pertemuan 1.2
Pertemuan kedua dari siklus pertama ini khusus untuk
kegiatan penilaian keterampilan membuat dokumen dengan
menggunakan Microsoft Office Word 2007. Sebelum bel
pelajaran dimulai, guru sudah mengecek masing-masing
komputer yang ada di ruang lab komputer untuk
mengantisipasi kerusakan ataupun kesalahan pada sistem di
komputer. Dalam pengecekan ini, guru ditemani oleh
laboran. Selama pengecekan, ada 1 komputer yang hang
karena ada permasalahan di motherboard. Tetapi semua dapat
ditanggulangi setelah me-restart komputer tersebut. Selain
itu, ada 1 komputer lagi yang memiliki permasalahan di
keyboard yaitu tidak ada respon dari keyboard saat
dioperasikan. Masalah ini juga dapat ditanggulangi dengan
mengganti keyboard tersebut dengan yang lainnya. Setelah
bel masuk berbunyi, semua siswa hadir saat pertemuan
kedua ini yaitu sebanyak 28 orang siswa. Sebelum memasuki
ruangan lab komputer, pengaturan siswa dilakukan
mengingat keterbatasan jumlah komputer yang ada di ruang
lab komputer. Dalam hal ini, siswa yang bernomer absen 1
sampai dengan 14 mengikuti tes pertama (sebagai gelombang
59
pertama) sedangkan sisanya berada di luar ruangan untuk
menunggu giliran (gelombang kedua). Kriteria penilaiannya
adalah: 60 untuk format dan 40 untuk ketepatan waktu.
Waktu yang diberikan untuk mengerjakan dokumen adalah 30
menit. Setelah siswa dari gelombang pertama masuk
ruangan, guru meminta siswa untuk membaca soal lalu
memberikan petunjuk pengerjaan dokumen, penyimpanan
dokumen, serta pedoman penskorannya selama 5 menit. Soal
sudah disiapkan di masing-masing meja komputer sebelum
siswa memasuki ruangan. Setelah tanda mulai berupa
animasi flash ditampilkan di layar LCD, siswa mulai
mengerjakan tes secara mandiri. Selama pengerjaan soal,
guru mengamati kegiatan siswa lalu mencatat hal-hal
penting yang terjadi selama tes. Selain itu, guru
mengecek proses pengerjaan dokumen oleh siswa untuk
mengantisipasi kesalahan pengoperasian komputer. Dalam
tes kelompok gelombang pertama ini, semua siswa
mengerjakan dokumen tepat waktu sehingga untuk ketepatan
waktu mereka semua mendapatkan skor 40. Format yang
diminta pada dokumen juga sudah sesuai dengan soal. Hanya
ada 2 orang siswa yang melakukan kesalahan formatting pada
shapes yang diminta, sehingga nilai mereka hanya 50 dari
skor maksimal 60. Setelah 30 menit, siswa gelombang
60
pertama keluar ruangan, lalu siswa gelombang kedua
memasuki ruang lab komputer. Sama seperti pada gelombang
pertama, guru meminta siswa untuk membaca soal sambil
menjelaskan prosedur pengerjaan dokumen, format,
penyimpanan, serta pedoman penskorannya. Berbeda dengan
gelombang pertama, dari segi ketepatan waktu pengerjaan
dokumen ada 2 siswa yang tidak tepat waktu dan mengalami
kesalahan formatting. Yang paling parah adalah seorang
siswa tidak mampu membuka lembar kerja Microsoft Word
2007 karena memang anak ini sedikit mengalami masalah
personal dan tertinggal di kelas VIII yang harusnya sudah
kelas IX sekarang. Guru harus memberikan perhatian penuh
terhadap siswa ini dan menuntun setiap langkah pengerjaan
dokumen. Setelah mengerjakan dokumen, ternyata formatting
yang dilakukan salah. Selain itu, file yang sudah dibuat
tidak tersimpan pada tempat yang ditentukan, sehingga
untuk siswa ini guru hanya memberikan skor 30 dari skor
maksimal 100.
4.2.2 Data Hasil Penelitian
Keterampilan Siswa
Data tentang keterampilan siswa pada siklus I
disajikan pada lampiran. Berdasarkan lampiran tersebut
diketahui bahwa:
61
Jumlah seluruh skor siswa ( X)∑ = 2160
Jumlah siswa (N) = 28
Dengan demikian skor rerata kelas ( X ) pada siklus I adalah
X=ΣXN
= 216028
= 77,14
Hasil di atas menunjukkan rerata kelas belum tuntas (rerata
77,14). Sesuai dengan pedoman yang digunakan, rerata kelas
dikatakan tuntas apabila nilainya sebesar 80,00 ke atas.
Sedangkan ketuntasan belajar siswa secara klasikal (KK) pada
siklus I sebesar.
KK=Jumlah siswa yang tuntas
Jumlah siswax 100%
KK = 1928
= 67, 86 %
Hasil di atas menunjukkan bahwa secara klasikal siswa
belum tuntas (siswa dikatakan tuntas apabila KK 85%), ini
menunjukkan ada 9 siswa belum tuntas secara individu dan 19
orang siswa yang tuntas. Perbandingan nilai rata-rata
62
keterampilan siswa dan ketuntasan belajar siswa ditunjukkan
oleh tabel dan grafik berikut .
Tabel 4.1 Nilai Rata-Rata Keterampilan Siswa dan Ketuntasan
Belajar Siklus I.
NO KETERANGANNilai Siklus
IKategori
1 Rata-Rata Kelas 77, 14 Belum Tuntas
2 Ketuntasan Belajar 67, 86 % Belum Tuntas
Gambar 4.1.Grafik Perbandingan Nilai Keterampilan Siswa
dengan Ketuntasan Belajar Siklus I.
63
Nilai keterampilan Ketuntasan
Klasikal
60
65
70
75
80
4.2.3 Refleksi Siklus 1
Berdasarkan hasil observasi selama tindakan pada siklus I
terungkap beberapa kendala atau hambatan yang dapat disajikan
sebagai refleksi untuk siklus II terkait dengan proses penilaian
dan pembelajaran sebagai berikut.
1. Proses pembelajaran pada siklus I belum optimal.
Pembelajaran pada siklus I secara umum belum berjalan secara
optmal. Hal ini disebabkan oleh siswa yang belum mampu mengikuti
pola pembelajaran yang baru. Siswa masih terbiasa dengan pola
pembelajaran yang lama, di mana siswa mendengarkan penjelasan
guru dan menunggu perintah guru untuk mencatat di buku catatan
siswa tentang apa yang ditulis oleh guru di papan tulis, sehingga
perlu adanya waktu bagi siswa untuk beradaptasi dengan pola
64
pembelajaran yang baru. Belum tumbuhnya motivasi diri untuk
mempelajari dan memahami materi pelajaran tanpa menunggu arahan
dari guru. Siswa sudah terlihat aktif dalam pembelajaran baik
dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru maupun saat
pembuatan dokumen teks, namun masih ada juga siswa yang bercakap-
cakap dengan temannya saat siswa lain bertanya atau memberikan
jawaban kepada guru. Pada fase bertukar pandangan (sharing) dengan
anggota kelompoknya, beberapa siswa masih terlihat kurang aktif,
sehingga saat mereka mendemonstrasikan ke depan jawaban
pertanyaan hasil diskusi kelompok mereka kurang tepat dan ragu
ragu untuk menjawabnya.
2. Kegiatan pengoperasian komputer belum optimal
Ada 2 hal penting yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama,
kondisi komputer yang ada di lab komputer memiliki spesifikasi
yang kurang baik. Dari 15 set komputer yang ada, hanya 6 komputer
Pentium 4 Core i3 sedangkan sisanya masih dengan Pentium 3. Kondisi
ini sering mengakibatkan terjadi hang saat pengoperasiannya,
terutama untuk komputer-komputer seri lama. Tentu saja hal ini
menghabiskan waktu pelaksanaan pembuatan dokumen secara
berkelompok maupun saat tes keterampilan. Faktor kedua tentu saja
kemampuan siswa dalam pengoperasian yang sering mengalami
kesalahan dalam meng-klik tombol/ ikon-ikon yang ada. Guru tentu
65
saja harus lebih ketat dalam pengawasan selama siswa mengerjakan
LKS di ruang lab komputer untuk membuat dokumen.
3. Kegiatan berbagi pandangan (Sharing)
Dalam sharing di kelompok, siswa awal pertemuan masih kurang
aktif berdiskusi dengan tutor mereka. Hanya beberapa siswa yang
aktif mengerjakan LKS dan yang lainnya berdiskusi di luar topik
materi pelajaran. Hal yang menarik dari proses sharing ini adalah
siswa tutor terlihat sering menggunakan bahasa daerah Bali ataupun
bahasa pergaulan mereka dalam menjelaskan materi ke teman non-
tutor. Hal ini bukanlah masalah sepanjang mereka mengerti materi
yang disampaikan dan perkataan yang digunakan tidak megandung
unsur SARA dan pornografi. Tak jarang pula siswa non-tutor tidak
memperhatikan penjelasan teman tutornya. Selain itu, ada pula
siswa non-tutor yang harus dijelaskan berkali-kali oleh
pasangannya karena memang daya tangkap materi yang kurang baik.
4. Evaluasi
Dalam evaluasi, guru masih harus membimbing dari awal
langkah-langkah pengerjaan dokumen oleh seorang siswa yang memang
memiliki kelemahan daya tangkap. Siswa ini memang dari awal sudah
diberikan perlakuan khusus oleh pasangan tutornya maupun oleh guru
66
akibat keadaan personalnya. Tapi secara umum proses tes
keterampilan berjalan lancer dan mandiri karena pengaturan siswa
yang tidak memungkinkan adanya kecurangan saat tes berlangsung.
5. Pengelolaan kelas dan peran guru
Pengelolaan kelas dan peran guru sebagai fasilitator masih
belum optimal terutama pada alokasi waktu pembelajaran cenderung
menggunakan waktu lebih dari rencana yang tertera pada RPP. Hal
ini dikarenakan oleh belum optimalnya bimbingan oleh guru pada
masing-masing kelompok serta keterbatasan guru dalam memberikan
bimbingan pada kegiatan pembuatan dokumen. Tata ruang lab
komputer yang agak menghambat mobilitas guru untuk mengamati
proses diskusi tiap pasangan siswa.
6. Nilai keterampilan siswa
Nilai keterampilan siswa belum tercapai sesuai dengan
kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Pada siklus I rata-rata
kelas siswa belum tuntas yaitu 77,14 dari kriteria yang
ditetapkan yaitu siswa dikatakan tuntas bila memiliki rata rata
kelas sesuai KKM 80,00, dan untuk ketuntasan kelas belum dapat
mencapai ketuntasan kelas sesuai dengan kriteria keberhasilan
yang telah ditetapkan, yaitu 85 % .Ketuntasan belajar siswa pada
siklus I ini hanya 67,86 %. Hal ini disebabkan karena siswa baru
belajar dengan menggunakan model pembelajaran tutor sebaya.
67
Beberapa siswa masih memerlukan waktu untuk beradaptasi terhadap
proses pembelajaran agar dapat berlangsung dengan baik .
7. Aktivitas siswa
Saat awal pertemuan siklus 1, siswa masih belum siap untuk
menerima pelajaran. Guru harus menunggu sampai 5 menit agar semua
siswa masuk ke ruangan lab komputer, karena memang jadwal
pelajaran TIK setelah Upacara Bendera, sehingga siswa banyak yang
masih kelelahan dan bahkan agak kurang fit saat berada di ruangan
lab komputer. Di kegiatan pendahuluan, siswa masih belum
termotivasi terhadap pembelajaran, termasuk di kegiatan tanya-
jawab di kelompok tutor. Siswa yang bertanya sebanyak 3 orang
adalah siswa yang ditunjuk oleh guru untuk bertanya karena mereka
masih kurang percaya diri dalam mengungkapkan pertanyaan ke guru.
Tetapi saat sharing antara siswa tutor dengan non-tutor, ruangan lab
komputer menjadi agak ramai dan suasana menjadi lebih hidup.
Terlihat juga kebanggan dari siswa tutor karena dipercaya oleh
guru untuk menjadi “pengganti guru” dalam menjelaskan materi.
Meskipun tak jarang siswa tutor agak kesal karena pasangannya
sangat susah mengerti tentang materi yang sudah dijelaskan. saat
memberikan petunjuk pembuatan dokumen, siswa tutor sering
mendominasi karena memang pasangannya agak kesulitas memegang
mouse ataupun kurang cepat dalam menentukan ikon-ikon yang tepat
digunakan.
68
Dengan mencermati kendala-kendala dan permasalahan tersebut,
selanjutnya dilakukan beberapa upaya perbaikan untuk mengatasi
kendala dan permasalahan yang dihadapi dengan melakukan beberapa
tindakan sebagai berikut.
1. Sebelum melaksanakan tindakan siklus II, siswa diingatkan
kembali mengenai proses pembelajaran yang diterapkan dengan
lebih mengutamakan aktivitas siswa secara optimal di dalam
kelas.
2. Menekankan kepada siswa bahwa aktivitas siswa selama kegiatan
pembelajaran diobservasi oleh guru. Hal ini dilakukan dengan
tujuan agar siswa dalam pembelajaran dapat memahami dan
melaksanakan proses belajar secara optimal. Selain itu, guru
juga meminta siswa untuk mempelajari materi yang akan
diajarkan pada pertemuan selanjutnya.
3. Menekankan kepada siswa tentang rubrik penilaian aktivitas
siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Selain itu,
peneliti melakukan pendekatan secara personal terhadap murid
pada akhir pembelajaran/ jam istirahat.
4. Setiap langkah pembelajaran yang dilakukan oleh siswa akan
diobservasi oleh guru. Semua siswa dalam kelompok diharapkan
melakukan aktivitas dan setiap kelompok bertanggung jawab atas
keberhasilan kelompok dan anggota kelompoknya.
69
5. Mengoptimalkan peran guru untuk memberikan bimbingan kepada
masing-masing kelompok, sehingga mengurangi kegiatan siswa
yang tidak perlu dalam kegiatan di ruang lab komputer,
terutama untuk salah satu siswa yang memiliki kebutuhan
khusus.
6. Menekankan kembali tentang penilaian kelompok siswa selama
proses pembelajaran berlangsung. Aspek-aspek yang penting
ditekankan agar siswa lebih optimal dalam proses pembelajaran,
sehingga pada saat siswa diberikan pertanyaan oleh guru
mewakili kelompoknya siswa sudah mempersiapkan diri dengan
baik.
4.3 Hasil Penelitian Siklus 2
4.3.1 Deskripsi Proses Pembelajaran
Pertemuan 2.1
Secara umum proses pembelajaran pada siklus 2 tidak jauh
berbeda dengan siklus 1, namun dilakukan perbaikan-perbaikan
berdasarkan hasil refleksi pada pertemuan-pertemuan
sebelumnya. Pada pelaksanaan siklus 2, materi yang
diajarkan adalah formatting page. Siklus II dirancang dalam 2
kali pertemuan, dengan rincian: setiap satu minggu terdiri
dari 1 kali tatap muka (1 kali pertemuan) dengan satu kali
tatap muka 2 jam pelajaran (2 x 40 menit ), dengan jumlah
70
rencana pembelajaran sebanyak 1 buah yang penyusunannya
disesuaikan dengan refleksi siklus I . Seperti halnya pada
siklus I, pembelajaran yang dilakukan pada siklus II tidak
jauh berbeda dengan proses pembelajaran pada siklus I.
Pertemuan pertama pada siklus 2 dilaksanakan di ruang
laboratorium komputer dan bahasa. Semua siswa hadir dalam
pertemuan pertama ini. Kelompok yang digunakan masih tetap
sama seperti pada pertemuan 1.1 siklus 1 yakni kelompok tutor
dan non-tutor. Kelompok tutor berada di ruang komputer untuk
mendengarkan penjelasan guru, sedangkan kelompok non-tutor
berada di ruang laboratorium bahasa (di sebelah ruang
laboratorium komputer) untuk membaca materi tentang
formatting dari buku paket yang dibawa tiap siswa. Proses
pembelajaran diawali dengan pendahuluan kurang lebih selama
10 menit dengan mengucapkan salam pembuka, mengabsensi
siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diajarkan
dengan menggunakan LCD untuk mengefisienkan waktu dan
mempersiapkan siswa untuk memulai pembelajaran. Tujuan
pembelajaran perlu disampaikan agar siswa mengetahui apa
yang ingin dicapai setelah pembelajaran. Setelah itu, guru
melakukan apersepsi dan motivasi dari tayangan slide power
point tentang kegunaan dari program pengolah kata dalam
kehidupan sehari-hari yakni dalam membuat teks/ dokumen yang
71
berbeda dari pertemuan sebelumnya. Di kegiatan inti, guru
menjelaskan materi formatting page menggunakan Tab Home, Insert
dan Page Layout, lalu mendemonstrasikan pembuatan sebuah
dokumen sederhana dengan formatting page sebuah dokumen. Siswa
kemudian diberikan kesempatan untuk tanya-jawab materi yang
sudah disampaikan, lalu 3 orang perwakilan siswa
mendemonstrasikan kembali cara pembuatan dokumen sederhana
yang sudah dicontohkan sebelumnya. Berbeda dari pertemuan
1.1, siswa yang bersedia mendemonstrasikan kembali pembuatan
dokumen sederhana sebanyak 5 orang secara suka rela dengan
mengangkat tangan mereka. Guru sampai bingung memilih siswa
yang ditunjuk ke depan, meskipun akhirnya semua siswa yang
mau hanya diberikan kesempatan 3 siswa saja. Disini nampak
bahwa rasa percaya diri siswa sudah jauh meningkat. Hal ini
terjadi karena siswa sudah mulai terbiasa dengan pola
pembelajaran tutor sebaya ini. Setelah 15 menit, kelompok
siswa non-tutor dipanggil untuk memasuki ruangan lab
komputer. Siswa lalu mencari pasangannya masing-masing
seperti pada pertemuan 1.1. Selama kurang lebih 20 menit,
siswa tutor menjelaskan kembali materi yang sudah disampaikan
sebelumnya, lalu meminta siswa non-tutor untuk
mendemonstrasikan pembuatan dokumen sederhana dengan
formatting page yang sesuai. Setelah proses diskusi informasi
72
ini, guru mengajak siswa untuk mengikuti diskusi kelas. Pada
kesempatan pertama, siswa diberikan waktu 5 menit untuk
bertanya kepada guru tentang materi-materi yang belum jelas.
Sebanyak 3 siswa sudah berani mengajukan pertanyaan tentang
formatting page dalam pembuatan dokumen tanpa harus ditunjuk
oleh gurunya. Di akhir pembelajaran guru memberikan tugas
berupa PR, menyampaikan kepada siswa materi pembelajaran
pada pertemuan berikutnya dan menugaskan siswa untuk membaca
dan mempelajari materi tersebut. Selain itu, guru
menginformasikan tentang tes keterampilan pada pertemuan
berikutnya, lengkap dengan kriteria penilaiannya.
Selanjutnya pembelajaran ditutup dengan mengucapkan Prama
Santi, Om Santih Santih Santih Om.
Pertemuan 2.2
Pertemuan kedua dari siklus 2 ini sama seperti pertemuan
kedua di siklus 1 yakni untuk kegiatan penilaian
keterampilan membuat dokumen dengan menggunakan Microsoft
Office Word 2007. Sebelum bel pelajaran dimulai, seperti
biasa guru sudah mengecek masing-masing komputer yang ada di
ruang lab komputer untuk mengantisipasi kerusakan ataupun
kesalahan pada sistem di komputer. Dalam pengecekan ini,
guru ditemani oleh laboran. Selama pengecekan, ada 2
komputer yang memiliki mouse bermasalah yakni tidak mau
73
terhubung dengan CPU. Masalah ini dapat teratasi dengan
mengganti mouse dengan yang baru. Setelah bel masuk
berbunyi, semua siswa hadir saat pertemuan kedua ini yaitu
sebanyak 28 orang siswa. Sebelum memasuki ruangan lab
komputer, pengaturan siswa dilakukan berbeda pada tes siklus
1. Dalam hal ini, siswa yang bernomer absen 1 sampai dengan
14 mengikuti tes kedua (sebagai gelombang kedua) sedangkan
sisanya berada di dalam ruangan untuk mengikuti tes pertama
(gelombang pertama). Kriteria penilaiannya masih sama
seperti tes siklus 1 yakni: 60 untuk format dan 40 untuk
ketepatan waktu. Waktu yang diberikan untuk mengerjakan
dokumen adalah 30 menit. Setelah siswa dari gelombang
pertama masuk ruangan, guru meminta siswa untuk membaca soal
lalu memberikan petunjuk pengerjaan dokumen, penyimpanan
dokumen, serta pedoman penskorannya selama 5 menit. Soal
sudah disiapkan di masing-masing meja komputer sebelum siswa
memasuki ruangan. Setelah tanda mulai (timer) berupa animasi
flash ditampilkan di layar LCD, siswa mulai mengerjakan tes
secara mandiri. Selama pengerjaan soal, guru mengamati
kegiatan siswa lalu mencatat hal-hal penting yang terjadi
selama tes. Selain itu, guru mengecek proses pengerjaan
dokumen oleh siswa untuk mengantisipasi kesalahan
pengoperasian komputer. Dalam tes kelompok gelombang pertama
74
ini, semua siswa mengerjakan dokumen tepat waktu sehingga
untuk ketepatan waktu mereka semua mendapatkan skor 40.
Format yang diminta pada dokumen juga sudah sesuai dengan
soal. Tetapi masih ada 2 orang siswa (salah satunya adalah
siswa yang bermasalah di tes siklus 1) yang melakukan
kesalahan formatting pada borders dan paper orientation yang diminta,
sehingga nilai mereka hanya 30 dari skor maksimal 60 untuk
format dokumen. Setelah 30 menit, siswa gelombang pertama
keluar ruangan, lalu siswa gelombang kedua memasuki ruang
lab komputer. Sama seperti pada gelombang pertama, guru
meminta siswa untuk membaca soal sambil menjelaskan prosedur
pengerjaan dokumen, format, penyimpanan, serta pedoman
penskorannya. Sama seperti gelombang pertama, dari segi
ketepatan waktu pengerjaan dokumen semuanya tepat pada waktu
yang ditentukan. Tetapi masih ada 1 orang siswa yang
melakukan kesalahan formatting pada borders dan paper orientation
yang diminta, sehingga nilai mereka hanya 30 dari skor
maksimal 60 untuk format dokumen. Dengan demikian ada 3
orang siswa yang memiliki nilai tidak tuntas dalam tes ini.
4.3.2 Data Hasil Penelitian Siklus 2
Seperti halnya siklus 1, dalam siklus 2 ini juga mendapatkan
data nilai keterampilan siswa dengan rincian sebagai
berikut:
75
Keterampilan Siswa
Data tentang keterampilan siswa pada siklus 2
disajikan pada lampiran. Berdasarkan lampiran tersebut
diketahui bahwa:
Jumlah seluruh skor siswa ( X)∑ = 2340
Jumlah siswa (N) = 28
Dengan demikian skor rerata kelas ( X ) pada siklus 2 adalah
X=ΣXN
= 234028
= 83,57
Hasil di atas menunjukkan rerata kelas sudah tuntas (rerata
83,57). Sesuai dengan pedoman yang digunakan, rerata kelas
dikatakan tuntas apabila nilainya sebesar 80,00 ke atas.
Sedangkan ketuntasan belajar siswa secara klasikal (KK) pada
siklus 2 sebesar.
KK=Jumlah siswa yang tuntas
Jumlah siswax 100%
KK = 2528
= 89,29 %
76
Hasil di atas menunjukkan bahwa secara klasikal siswa
juga sudah tuntas (siswa dikatakan tuntas apabila KK
85%). Ini menunjukkan hanya ada 3 siswa belum tuntas secara
individu dan 25 orang siswa yang tuntas. Perbandingan nilai
rata-rata keterampilan siswa dan ketuntasan belajar siswa
ditunjukkan oleh tabel dan grafik berikut .
Tabel 4.2 Nilai Rata-Rata Keterampilan Siswa dan Ketuntasan
Belajar Siklus 2.
NO KETERANGANNilai Siklus
2Kategori
1 Rata-Rata Kelas 83,57 Tuntas
2 Ketuntasan Belajar 89,29 % Tuntas
Gambar 4.2.Grafik Perbandingan Nilai Keterampilan Siswa
dengan Ketuntasan Belajar Siklus 2.
Nilai keterampilan Ketuntasan
Klasikal
808284868890
77
4.3.3 Refleksi Siklus 2
Berdasarkan hasil observasi selama tindakan pada siklus 2
terungkap beberapa hal positif sebagai refleksi untuk siklus 3
terkait dengan proses penilaian dan pembelajaran sebagai berikut.
1. Proses pembelajaran pada siklus 2 sudah optimal.
Pembelajaran pada siklus 2 secara umum sudah optimal
dibandingkan siklus 1. Hal ini disebabkan oleh siswa yang sudah
mulai mengikuti pola pembelajaran yang baru. Motivasi diri untuk
mempelajari dan memahami materi pelajaran tanpa menunggu arahan
dari guru sudah tumbuh dalam diri siswa. Siswa sudah terlihat
aktif dalam pembelajaran baik dalam menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh guru maupun saat pembuatan dokumen teks. Hanya
beberapa siswa yang bercakap-cakap dengan temannya saat siswa
lain bertanya atau memberikan jawaban kepada guru. Pada fase
bertukar pandangan (sharing) dengan anggota kelompoknya, beberapa
siswa masih terlihat kurang aktif, tetapi saat mereka
mendemonstrasikan ke depan jawaban pertanyaan hasil diskusi
kelompok mereka tidak ragu-ragu untuk menjawabnya.
2. Kegiatan pengoperasian komputer masih belum optimal
Masih ada komputer yang hang saat pengoperasiannya, terutama
untuk komputer-komputer seri lama. Tentu saja hal ini
78
menghabiskan waktu pelaksanaan pembuatan dokumen secara
berkelompok maupun saat tes keterampilan. Dari segi kemampuan
siswa dalam pengoperasian yang masih ada yang mengalami kesalahan
dalam meng-klik tombol/ ikon-ikon yang ada. Guru tentu saja harus
lebih ketat dalam pengawasan selama siswa mengerjakan LKS di
ruang lab komputer untuk membuat dokumen.
3. Kegiatan berbagi pandangan (Sharing)
Dalam sharing di kelompok, siswa mulai aktif berdiskusi
dengan tutor mereka. Bahkan bisa dibilang kegiatan diskusi sangat
aktif karena ruangan sangat ramai dan gerak tubuh mereka
menunjukkan semangat tinggi saat diskusi. Siswa tutor masih sering
menggunakan bahasa daerah Bali ataupun bahasa pergaulan mereka
dalam menjelaskan materi ke teman non-tutor. Tak jarang pula siswa
non-tutor tidak memperhatikan penjelasan teman tutornya. Selain itu,
ada pula siswa non-tutor yang harus dijelaskan berkali-kali oleh
pasangannya karena memang daya tangkap materi yang kurang baik,
sehingga siswa tutor menjadi geregetan saat menjelaskan ke
pasangannya.
4. Evaluasi
Dalam evaluasi siklus 2 ini, guru masih harus membimbing
dari awal langkah-langkah pengerjaan dokumen oleh seorang siswa
yang memang memiliki kelemahan daya tangkap, tetapi sudah ada
79
kemajuan karena siswa tersebut sudah mampu membuka lembar kerja
Microsoft Word 2007 sendiri tanpa sipandu seperti tes siklus
sebelumnya. Proses tes keterampilan berjalan lancer dan mandiri
seperti tes sebelumnya karena pengaturan siswa yang tidak
memungkinkan adanya kecurangan saat tes berlangsung.
5. Pengelolaan kelas dan peran guru
Pengelolaan kelas dan peran guru sebagai fasilitator sudah
lebih optimal terutama pada alokasi waktu pembelajaran cenderung
menggunakan waktu lebih dari rencana yang tertera pada RPP.
Bimbingan oleh guru pada masing-masing kelompok sudah lebih baik
dalam memberikan bimbingan pada kegiatan pembuatan dokumen.
6. Nilai keterampilan siswa
Nilai keterampilan siswa sudah tercapai sesuai dengan
kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Pada siklus 2 rata-rata
kelas siswa belum tuntas yaitu 83,57 dari kriteria yang
ditetapkan yaitu siswa dikatakan tuntas bila memiliki rata rata
kelas sesuai KKM 80,00, dan untuk ketuntasan kelas juga sudah
mencapai ketuntasan kelas sesuai dengan kriteria keberhasilan
yang telah ditetapkan, yaitu 85 % .Ketuntasan belajar siswa pada
siklus 2 ini 89,59 %. Hal ini sudah dapat dikatakan bahwa
pembelajaran dengan pola tutor teman sebaya sudah mampu meningkatkan
keterampilan siswa.
80
7. Aktivitas siswa
Saat awal pertemuan siklus 2, beberapa siswa masih belum
siap untuk menerima pelajaran. Di kegiatan pendahuluan, siswa
sudah termotivasi terhadap pembelajaran, termasuk di kegiatan
tanya-jawab di kelompok tutor. Siswa yang bertanya sebanyak 2
orang adalah siswa yang mau bertanya. Ini berarti mereka masih
sudah mulai percaya diri dalam mengungkapkan pertanyaan ke guru.
Saat sharing antara siswa tutor dengan non-tutor, ruangan lab komputer
menjadi agak ramai dan suasana menjadi lebih hidup. Terlihat juga
kebanggan dari siswa tutor karena dipercaya oleh guru untuk
menjadi “pengganti guru” dalam menjelaskan materi. Meskipun tak
jarang siswa tutor agak kesal karena pasangannya sangat susah
mengerti tentang materi yang sudah dijelaskan. saat memberikan
petunjuk pembuatan dokumen, siswa tutor sering mendominasi karena
memang pasangannya agak kesulitas memegang mouse ataupun kurang
cepat dalam menentukan ikon-ikon yang tepat digunakan.
Dengan mencermati hal-hal tersebut, secara umum dapat
dikatakan bahwa penerapan pola belajar tutor sebaya sudah mampu
meningkatkan keterampilan siswa dalam membuat dokumen dengan
memanfaatkan program pengolah kata Microsoft Office Word 2007.
Hal ini tampak dari peningkatan ketuntasan klasikal, nilai rata-
rata kelas, dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Namun
peneliti merasa masih perlu melakukan siklus 3 untuk lebih
81
meyakinkan bahwa memang benar pola belajar tutor sebaya sudah mampu
meningkatkan keterampilan siswa.
4.4 Hasil Penelitian Siklus 3
4.4.1 Deskripsi Proses Pembelajaran
Pertemuan 3.1
Proses pembelajaran pada siklus 3 tidak jauh berbeda dengan
siklus 2. Pada pelaksanaan siklus 3, materi yang diajarkan
sama dengan siklus 2 yakni tentang formatting page. Siklus 3
dirancang dalam 2 kali pertemuan, dengan rincian: setiap
satu minggu terdiri dari 1 kali tatap muka (1 kali
pertemuan) dengan satu kali tatap muka 2 jam pelajaran (2 x
40 menit ), dengan jumlah rencana pembelajaran sebanyak 1
buah yang penyusunannya disesuaikan dengan refleksi siklus 2
. Seperti halnya pada siklus 2, pembelajaran yang dilakukan
pada siklus 3 sama dengan proses pembelajaran pada siklus 2.
Pertemuan pertama pada siklus 3 juga dilaksanakan di ruang
laboratorium komputer dan bahasa. Seorang siswa atas nama
Billy Julian Riadi tidak hadir karena sedang sakit, sehingga
jumlah siswa yang menghadiri pertemuan pertama siklus 3 ini
sebanyak 27 siswa. Kebetulan, siswa ini adalah siswa yang
masuk sebagai kelompok tutor sehingga pasangannya berperan
sebagai tutor dan bekerja sendiri dalam komputer. Kelompok
lainnya yang digunakan masih tetap sama seperti pada
82
pertemuan 1.1 siklus 1 yakni kelompok tutor dan non-tutor.
Kelompok tutor berada di ruang komputer untuk mendengarkan
penjelasan guru, sedangkan kelompok non-tutor berada di
ruang laboratorium bahasa (di sebelah ruang laboratorium
komputer) untuk membaca materi tentang formatting dari buku
paket yang dibawa tiap siswa. Proses pembelajaran diawali
dengan pendahuluan kurang lebih selama 10 menit dengan
mengucapkan salam pembuka, mengabsensi siswa, menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan diajarkan dengan menggunakan
LCD untuk mengefisienkan waktu dan mempersiapkan siswa untuk
memulai pembelajaran. Tujuan pembelajaran perlu disampaikan
agar siswa mengetahui apa yang ingin dicapai setelah
pembelajaran. Setelah itu, guru melakukan apersepsi dan
motivasi dari tayangan slide power point tentang kegunaan
dari program pengolah kata dalam kehidupan sehari-hari yakni
dalam membuat teks/ dokumen yang berbeda dari pertemuan
sebelumnya. Di kegiatan inti, guru menjelaskan materi
formatting page menggunakan Tab Home, Insert dan Page Layout, lalu
mendemonstrasikan pembuatan sebuah dokumen sederhana dengan
formatting page sebuah dokumen. Siswa kemudian diberikan
kesempatan untuk tanya-jawab materi yang sudah disampaikan,
lalu 3 orang perwakilan siswa mendemonstrasikan kembali cara
pembuatan dokumen sederhana yang sudah dicontohkan
83
sebelumnya dengan cepat karena materi tersebut memang sudah
pernah diberikan di siklus sebelumnya. Siswa yang bersedia
mendemonstrasikan kembali pembuatan dokumen sederhana
sebanyak dengan mengangkat tangan mereka. Rasa percaya diri
siswa sudah jauh meningkat karena siswa sudah mulai terbiasa
dengan pola pembelajaran tutor sebaya ini. Setelah 15 menit,
kelompok siswa non-tutor dipanggil untuk memasuki ruangan lab
komputer. Siswa lalu mencari pasangannya masing-masing
seperti pada pertemuan 1.1. Selama kurang lebih 20 menit,
siswa tutor menjelaskan kembali materi yang sudah disampaikan
sebelumnya, lalu meminta siswa non-tutor untuk
mendemonstrasikan pembuatan dokumen sederhana dengan
formatting page yang sesuai. Setelah proses diskusi informasi
ini, guru mengajak siswa untuk mengikuti diskusi kelas.
Kemudian siswa diberikan waktu 5 menit untuk bertanya kepada
guru tentang materi-materi yang belum jelas. Sebanyak 2
siswa sudah berani mengajukan pertanyaan tentang formatting
page dalam pembuatan dokumen tanpa harus ditunjuk oleh
gurunya. Di akhir pembelajaran guru memberikan tugas berupa
PR, menyampaikan kepada siswa materi pembelajaran pada
pertemuan berikutnya dan menugaskan siswa untuk membaca dan
mempelajari materi tersebut. Selain itu, guru
menginformasikan tentang tes keterampilan pada pertemuan
84
berikutnya, lengkap dengan kriteria penilaiannya.
Selanjutnya pembelajaran ditutup dengan mengucapkan Prama
Santi, Om Santih Santih Santih Om.
Pertemuan 3.2
Pertemuan kedua dari siklus 3 ini sama seperti pertemuan
kedua di siklus 2 yakni untuk kegiatan penilaian
keterampilan membuat dokumen dengan menggunakan Microsoft
Office Word 2007. Sebelum bel pelajaran dimulai, seperti
biasa guru sudah mengecek kembali masing-masing komputer
yang ada di ruang lab komputer untuk mengantisipasi
kerusakan ataupun kesalahan pada sistem di komputer dengan
bantuan laboran. Selama pengecekan, tidak ada komputer yang
mengalami masalah. Setelah bel masuk berbunyi, semua siswa
hadir saat pertemuan kedua ini yaitu sebanyak 28 orang
siswa. Sebelum memasuki ruangan lab komputer, pengaturan
siswa dilakukan sama dengan tes siklus 1, yakni siswa yang
bernomer absen 1 sampai dengan 14 mengikuti tes gelombang
pertama sedangkan sisanya berada di luar ruangan untuk
mengikuti tes gelombang kedua. Kriteria penilaiannya masih
sama seperti tes siklus 2 yakni: 60 untuk format dan 40
untuk ketepatan waktu. Waktu yang diberikan untuk
mengerjakan dokumen adalah 30 menit. Setelah siswa dari
gelombang pertama masuk ruangan, guru meminta siswa untuk
85
membaca soal lalu memberikan petunjuk pengerjaan dokumen,
penyimpanan dokumen, serta pedoman penskorannya selama 5
menit. Soal sudah disiapkan di masing-masing meja komputer
sebelum siswa memasuki ruangan. Setelah tanda mulai (timer)
berupa animasi flash ditampilkan di layar LCD, siswa mulai
mengerjakan tes secara mandiri. Selama pengerjaan soal, guru
dan observer mengamati kegiatan siswa lalu mencatat hal-hal
penting yang terjadi selama tes. Selain itu, guru mengecek
proses pengerjaan dokumen oleh siswa untuk mengantisipasi
kesalahan pengoperasian komputer. Dalam tes kelompok
gelombang pertama ini, semua siswa mengerjakan dokumen tepat
waktu sehingga untuk ketepatan waktu mereka semua
mendapatkan skor 40. Format yang diminta pada dokumen juga
sudah sesuai dengan soal. Tetapi masih ada 1 orang siswa
yang melakukan kesalahan formatting pada borders dan paper
orientation yang diminta. Setelah 30 menit, siswa gelombang
pertama keluar ruangan, lalu siswa gelombang kedua memasuki
ruang lab komputer. Sama seperti pada gelombang pertama,
guru meminta siswa untuk membaca soal sambil menjelaskan
prosedur pengerjaan dokumen, format, penyimpanan, serta
pedoman penskorannya sebelum memulai tes. Setelah tes
berlangsung, ternyata semua siswa tepat waktu dalam
mengerjakan dokumen yang ditentukan, meskipun masih ada 1
86
orang siswa yang melakukan kesalahan formatting pada borders dan
paper orientation yang diminta, sehingga nilai mereka hanya 30
dari skor maksimal 60 untuk format dokumen. Siswa yang belum
tuntas dalam tes keterampilan siklus 3 ini 2 orang saja.
4.4.2 Data Hasil Penelitian Siklus 3
Seperti halnya siklus 1 dan 2, dalam siklus 3 ini juga
mendapatkan data nilai keterampilan siswa. Selain itu, dalam
siklus 3 juga didapatkan data respon siswa dari angket yang
diberikan setelah berakhirnya siklus 3. Data-data tersebut
dapat dirinci sebagai berikut.
Keterampilan Siswa
Data tentang keterampilan siswa pada siklus 3
disajikan pada lampiran. Berdasarkan lampiran tersebut
diketahui bahwa:
Jumlah seluruh skor siswa ( X)∑ = 2440
Jumlah siswa (N) = 28
Dengan demikian skor rerata kelas ( X ) pada siklus 2 adalah
X=ΣXN
= 244028
= 87,14
87
Dengan demikian maka rerata kelas juga sudah tuntas (rerata
83,57) sesuai dengan pedoman yang digunakan (rerata kelas
dikatakan tuntas apabila nilainya sebesar 80,00 ke atas).
Sedangkan ketuntasan belajar siswa secara klasikal (KK) pada
siklus 2 sebesar.
KK=Jumlah siswa yang tuntas
Jumlah siswax 100%
KK = 2628
= 92,86 %
Hasil di atas menunjukkan bahwa secara klasikal siswa
juga sudah tuntas (siswa dikatakan tuntas apabila KK
85%). Ini menunjukkan hanya ada 2 siswa belum tuntas secara
individu dan 25 orang siswa yang tuntas. Perbandingan nilai
rata-rata keterampilan siswa dan ketuntasan belajar siswa
ditunjukkan oleh tabel dan grafik berikut .
Tabel 4.3 Nilai Rata-Rata Keterampilan Siswa dan Ketuntasan
Belajar Siklus 3.
NO KETERANGANNilai Siklus
3Kategori
1 Rata-Rata Kelas 87,14 Tuntas
88
2 Ketuntasan Belajar 92,86 % Tuntas
Gambar 4.3.Grafik Perbandingan Nilai Keterampilan Siswa
dengan Ketuntasan Belajar Siklus 3.
Nilai keterampilan Ketuntasan
Klasikal
848688909294
Respon Siswa
89
Untuk angket respon siswa, pernyataan yang digunakan
berjumlah 15 item, sehingga diperoleh skor tertinggi ideal dan
skor terendah ideal adalah 75 dan 15. Data tentang respon siswa
disajikan pada lampiran . Berdasarkan lampiran tersebut diketahui
bahwa:
Jumlah skor respon siswa ( X) = 1752∑
Banyaknya siswa (N) = 28
Sehingga rerata skor respon siswa ( X ) adalah
X=ΣXN
= 175228
= 62,57
Distribusi respon siswa kelas VIII 5 SMP Laboratorium Undiksha
Singaraja terhadap penerapan pembelajaran dengan model tutor teman
sebaya pada tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4 Distribusi Respon Siswa
No Kriteria
Jml
siswa
(orang)
Persent
a se(%)Kualifiksi
1X̄ 60
24 85,71 Sangat positif
90
250 X̄ 60
4 14,29 Positif
340 X̄ 50
0 0 Cukup positif
430 X̄ 40
0 0 Kurang postif
5
X̄ 30
0 0 Sangat kurang
positif
Persentase nilai respon siswa pada masing masing katagori
ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 4.4. Grafik Distribusi Respon Siswa.
Sangat Positif
Positif0
20
40
60
80
100
Kate...
Distribusi respon siswa terhadap penerapan-penerapan
pembelajaran dengan model pembelajaran tutor teman sebaya
materi formatting document dan formatting page pada tabel di
91
atas menunjukan 85,71 % (24 orang) respon siswa sangat
positif, dan 14,29 % ( 4 orang) responnya positif .
Secara umum respon kelas terhadap pembelajaran dengan
model pembelajaran tutor teman sebaya adalah sangat
positif.
4.4.3 Refleksi Siklus 3
Berdasarkan hasil observasi siklus 3, selama pelaksanaan
tindakan siklus 3 , diperoleh perkembangan yang sangat
signifikan, baik dari proses maupun hasil belajar siswa. Proses
refleksi ini tidak hanya menanggulangi kendala-kendala yang muncul
tetapi juga mempertahankan keunggulan-keunggulan dari proses
pembelajaran yang telah berlangsung. Kegiatan belajar mengajar
pada siklus 3 secara umum sudah berjalan baik dan tampak ada
peningkatan, baik dari segi proses maupun hasil tindakan. Antusias
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran juga meningkat. Selama
proses pembelajaran berlangsung, siswa diberikan kesempatan untuk
mencermati dengan baik materi yang disampaikan guru, kemudian
mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran lanjutan dengan
melakukan kerja kelompok untuk melakukan diskusi kelompok sehingga
proses pembelajaran berlangsung lebih optimal. Berdasarkan
refleksi yang telah dilakukan dan memperhatikan proses serta
kompetensi yang telah diperoleh, ada beberapa hal positif pada
siklus 3 sebagai berikut :
92
1) Terjadi peningkatan hasil tes keterampilan baik dari
nilai rata-rata kelas maupun dari ketuntasan belajar
siswa .
2) Implementasi model pembelajaran ini memberikan
peluang pada siswa untuk beraktivitas semaksimal
mungkin dalam proses belajar, sehingga tidak
mengakibatkan kebosanan saat belajar. Interaksi antar
siswa menjadi sangat banyak sehingga mereka lebih
mudah memahami materi.
3) Dengan memberikan siswa kesempatan dan juga
memotivasi siswa untuk bertanya menjadikan terjadinya
sharing pemahaman dan pengetahuan antar siswa dalam
kelompoknya.
4) Keterbukaan penilaian keterampilan yang diterapkan
ternyata memberikan motivasi yang cukup besar bagi
siswa untuk melakukan kegiatan diskusi dengan disiplin
dan sungguh-sungguh. Dalam kegiatan diskusi, peneliti
memberikan nilai/poin bagi siswa yang aktif mengajukan
pertanyaan atau pertanyaan, hal tersebut membuat siswa
lebih aktif dan termotivasi dalam berdiskusi.
5) Pemberian giliran yang merata kepada siswa untuk
mengajukan pertanyaan maupun tangapan juga dapat
93
memberikan semangat pada siswa untuk berdiskusi dan
memupuk rasa percaya diri siswa.
6) Memberikan kebebasan pada siswa untuk menyampaikan
pendapat walaupun tidak harus betul menjadikan siswa
lebih berani berbicara di depan umum dan menghilangkan
kebiasaan menyeloteh yang biasanya membuat suasana
belajar menjadi ribut.
Implementasi model pembelajaran tutor teman sebaya dapat
diterapkan pada berbagai karakteristik materi, namun dalam
pelaksaaannya sebaiknya disesuaikan dengan karakteristik materi
tersebut. Pengoptimalan semua potensi yang ada pada siswa dan
merancang pembelajaran menjadi menarik merupakan hal terpenting
dan merupakan kunci keberhasilan dari model pembelajaran ini,
untuk itu kepada para guru/ peneliti selanjutnya agar
memperhatikan dan meningkatkan hal tersebut untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik.
Ada beberapa kendala yang masih peneliti alami dalam
mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif learning tutor
teman sebaya di kelas VIII5 SMP Laboratorium Undiksha Singaraja
yaitu sebagai berikut :
1)Ruang Laboratorium komputer yang terlalu sempit membuat
pembelajaran berlangsung kurang nyaman. Perhatian guru
94
di tiap kelompok agak sedikit terhambat karena tata
ruang lab komputer yang sempit ini.
2)Jumlah komputer yang tersedia diruang Laboratorium
masih terbatas sehingga diperlukan pengadaan komputer
yang lebih lengkap.
3)Terbatasnya alokasi waktu yang disediakan, menyebabkan tidak
semua materi
pembelajaran dapat didemonstrasikan dan tidak semua
kelompok siswa mendapat giliran untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan guru.
4.5 Perbandingan Nilai Rata-Rata Tes Keterampilan Nilai Awal,
Nilai Rata-Rata Siklus 1, Siklus 2, dan siklus 3.
Perbandingan nilai rata-rata keterampilan siswa disajikan
dalam tabel berikut.
Tabel 4.5 Perbandingan nilai keterampilan siswa awal, siklus I,
siklus 2, dan siklus 3.
NO KETERANGAN KONDISI
AWAL
SIKLUS
1 2 3
1 Nilai rata rata
siswa
76,64 77,14 83,57 87,14
95
Katagori Tidak
Tuntas
Tidak
tuntas
Tuntas Tuntas
2 Ketuntasan
klasikal ( %
)
50,00 67,86 89,29 92,86
Katagori Tidak
Tuntas
Tidak
tuntas
Tuntas Tuntas
Berdasarkan hasil penilaian keterampilan siswa dalam
mengoperasikan Microsoft Word 2007, setelah dilaksanakan tindakan
maka pada siklus I diperoleh nilai rata-rata atau rerata kelas
sebesar 77,14 dengan kategori belum tuntas dan ketuntasan
klasikalnya 67,86 % dengan kategori tidak tuntas. Pada siklus II
terjadi peningkatan rata-rata siswa atau rerata kelas menjadi
83,57 dengan katagori tuntas dan ketuntasan klasikalnya 89,29 %
dengan kategori tuntas juga. Di siklus 3 terjadi peningkatan
rerata kelas menjadi 87,14 dengan katagori tuntas dan ketuntasan
klasikalnya 92,86 % dengan kategori tuntas juga. Perbandingan
nilai keterampilan siswa dapat digambarkan dalam grafik berikut.
Gambar 4.5.Grafik Perbandingan keterampilan siswa pada kondisi
awal, siklus I, siklus 2, dan siklus 3.
96
Nilai Awal
Siklus I Siklus 2 Siklus 30102030405060708090100
RERATA KELAS
KETUNTASAN KELAS
Berdasarkan gambar 4.5 tampak bahwa nilai rata-rata
keterampilan siswa pada awal sebelum digunakan model pembelajaran
tutor teman sebaya adalah 76,64 , dengan ketuntasan belajar siswa
sebesar 50 %. Nilai keterampilan siswa setelah diberikan tindakan
dengan model pembelajaran tutor teman sebaya rerata kelas meningkat
dari 77,14 pada siklus I menjadi 83,57 pada siklus 2 lalu
meningkat lagi di siklus 3 menjadi 87,14. Ketuntasan belajar
siswa meningkat dari 67,86 % pada siklus I menjadi 89,29 % pada
siklus 2 dan di siklus 3 meningkat lagi menjadi 92,86 %.
4.6 Pembahasan
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIII5 SMP
Laboratorium Undiksha Singaraja selama kurang lebih satu setengah
97
bulan untuk enam kali pertemuan, dari bulan Oktober sampai bulan
Nopember 2013. Seluruh kegiatan pembelajaran di tiap siklusnya
dilakukan di ruang laboratorium komputer, dan melibatkan ruangan
lain yaitu ruangan laboratorium bahasa saat terjadi pemisahan
antara kelompok tutor dengan kelompok non-tutor.
Berdasarkan hasil refleksi awal, aktivitas belajar dan
hasil beajar siswa di kelas VIII5 SMP Laboratorium Undiksha masih
kurang. Siswa masih banyak mendengar dan mencatat penjelasan
guru. Selain itu, guru jarang mengaitkan materi pelajaran dengan
kehidupan sehari-hari karena memang materi TIK lebih banyak
menggunakan komputer, sehingga siswa belum mengetahui manfaat
dari materi yang dipelajarinya di sekolah. Selama pembelajaran
berlangsung, hanya sebagian kecil siswa yang melakukan interaksi
(komunikasi) dengan teman maupun dengan guru, demikian juga pada
saat siswa disuruh melakukan kerja kelompok, hanya siswa yang
memiliki kemampuan dan kemauan belajar yang tinggi saja yang mau
mengerjakan tugas tugas yang diberikan, sedangkan siswa lain sama
sekali tidak ada usaha untuk ikut mendiskusikan jawaban atau
bertanya dengan temannya yang lebih mampu, mereka cenderung
menyerahkan begitu saja kepada temannya dan setelah temannya
selesai mengerjakan mereka tinggal menyalin atau menyontek saja.
98
Berdasarkan hasil pada siklus I, setelah dilakukan analisis
terhadap data keterampilan siswa sebelum dilakukan tindakan
dengan menggunakan model pembelajaran tutor teman sebaya
dibandingkan dengan setelah diadakan tindakan, didapat bahwa
terjadi peningkatan hasil belajar siswa dan ketuntasan belajar
siswa yang sangat signifikan. Nilai keterampilan siswa sebelum
tindakan memiliki rerata hanya 76,64, pada siklus I rerata hasil
belajar siswa sebesar 77,17 sedangkan pada siklus 2 sebesar 83,57
dan di siklus 3 sebesar 87,14. Hal ini menunjukan terjadi
peningkatan keterampilan siswa dari kondisi awal, siklus I ke
siklus 2 sampai di siklus 3. Rerata hasil belajar siswa pada
siklus 2 dikatakan tuntas (sangat baik) karena rerata hasil
belajar siswa ≥ 80,00 dan telah memenuhi tuntutan KKM dimana
siswa dikatakan tuntas secara individual apabila mencapai nilai
80,00 ke atas. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model
pembelajaran tutor teman sebaya mampu meningkatkan keterampilan
siswa dalam mengoperasikan Microsoft Office Word 2007. Namun
ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus I tidak
terlalu besar yaitu 67,86 % dan belum mencapai ketuntasan yang
diharapkan yaitu 85 %. Hal ini dapat dimaklumi mengingat situasi
dan kondisi sesuai dengan refleksi tindakan I . Ketuntasan
belajar klasikal pada siklus II mengalami peningkatan
99
dibandingkan dengan pada siklus I yaitu dari 67,86 % menjadi
89,29 %, dan ini sudah mencapai ketuntasan yang diharapkan.
Respon siswa yang telah diberikan terhadap penerapan model
pembelajaran tutor teman sebaya rata-rata sebesar 85,71 % dengan
kategori sangat positif dan 14,29 % dengan kategori positif,
sehingga telah sesuai dengan penggolongan respon siswa yang telah
ditetapkan yaitu minimal positif. Hal ini berarti siswa memandang
bahwa model pembelajaran tutor teman sebaya ini cocok diterapkan
dalam pembelajaran TIK selanjutnya. Siswa merasa pembelajaran
yang dilaksanakan lebih bermakna dan lebih bermanfaat karena
dalam proses belajar membuat siswa belajar lebih menyenangkan
dan memberikan ruang bagi siswa untuk dapat berinteraksi dengan
teman maupun guru secara optimal. Belum tuntasnya proses
pembelajaran pada siklus I diduga merupakan akibat dari beberapa
kendala yang telah diuraikan pada hasil refleksi siklus I. Hal
lain yang juga diduga merupakan kendala yang mempengaruhi proses
belajar siswa pada siklus I adalah sebagai berikut :
1. Siswa masih enggan untuk berinteraksi dengan anggota
kelompoknya. Pada kegiatan pembelajaran sebelumnya, siswa
lebih sering belajar individu dan jarang melakukan diskusi
kelompoknya. Hal ini juga berdampak pada kegiatan diskusi
yang belum berlangsung optimal.
100
2. Siswa masih belum terbiasa menanggapi apa yang disampaikan
temannya saat diskusi. Siswa lebih baik memilih untuk diam
dan menonton temannya presentasi di depan kelas.
3. Siswa belum mempersiapkan diri untuk pembelajaran. Mereka
biasanya harus ditunggu dulu sampai menghabiskan waktu
pertemuan selama 5 menit agar seluruh siswa sudah berada di
ruangan lab komputer. Hal ini masih dimaklumi karena jadwal
pelajaran TIK setelah kegiatan Upacara Bendera setiap hari
Senin.
Kendala yang dihadapi pada siklus I diperbaiki pada siklus
II yaitu dengan memberikan penekanan pada keterampilan
mengoperasikan Microsoft Word 2007 saat pembelajaran berlangsung.
Penekanan ini dilakukan sebelum kegiatan diskusi berlangsung
dengan tujuan dapat memotivasi siswa untuk berinteraksi dengan
pasangannya (tutor dan non-tutor) sehingga kegiatan pembelajaran
menjadi lebih aktif.
Temuan dalam penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan sebelumnya oleh Desy Puspa Rahayu, dkk, 2013)
yang menyatakan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran tutor
teman sebaya dalam pelajaran TIK, nilai siswa menjadi meningkat
dibandingkan dengan sebelum diterapkannya model pembelajaran ini.
Disamping itu, model pembelajaran ini juga mendapatkan respon
101
positif dari siswa. Siswa memberikan pendapat positif dan setuju
bahwa ada perbedaan antara metode pembelajaran yang lama dengan
pembelajaran tutor teman sebaya.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan harapan teoritik,
yang menyatakan bahwa tutor teman sebaya merupakan salah satu
strategi pembelajaran untuk saling membantu sesama teman yang
kurang mampu, sehingga akan terjadi kegiatan belajar yang
berlangsung aktif, efektif, komunikatif, dan menyenangkan.
Wikipedia (dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Peer_group, diakses
tanggal 26 September 2013) menjelaskan pengertian tutor sebaya
(peer group) adalah sebuah prosedur siswa mengajar siswa lainnya,
sebagai sekelompok orang yang memiliki kesamaan seperti usia,
latar belakang, dan status sosial. Metode tutorial teman sebaya
adalah metode pembelajaran dimana siswa berkelompok berpasangan
dua orang, seorang dari pasangan itu mengulangi menjelaskan
materi pelajaran yang diterima dari sajian guru kepada
pasangannya, kemudian pasangan yang mendengar sambil membuat
catatan-catatan kecil, kemudian bergantian peran sampai keduanya
jelas dan memahami materi pembelajaran.
Pembelajaran Cooperative Learning dengan metode Tutorial
teman sebaya akan memberikan hasil yang sangat memuaskan karena
proses belajar terjadi berulang-ulang (operant conditioning). Menurut
Skiner, operant conditioning ini cukup efektif karena melalui proses
102
pengulangan yang terus menerus antar pasangan dihadapkan pada
masalah yang sama dan pengalaman temporal yang terus menerus maka
mereka akan lebih mudah untuk mengenal dan mengingat, karena ada
ketergantungan positif antara siswa yang pandai, sedang dan
kurang. Namun dalam pelaksanaannya, pembelajaran dengan metode
tutor teman sebaya menemui beberapa kelemahan yaitu :
1. Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak
karena membutuhkan waktu yang lama.
2. Kelas menjadi sangat ramai saat tutor menjelaskan
materi ke pasangannya yang non-tutor sehingga agak tidak
nyaman didengar. Meskipun kelas tampak menjadi hidup,
tetapi keriuhan yang ditimbulkan sangatlah mengganggu
kelas yang lainnya.
Meskipun demikian, penerapan model pembelajaran tutor teman
sebaya juga memiliki beberapa kelebihan yang peneliti rasakan
setelah pelaksanaannya di kelas. Adapun kelebihan- kelebihan dari
model pembelajaran Kooperatif Learning tipe tutor teman sebaya
adalah sebagai berilkut :
1. Setiap siswa menjadi lebih siap untuk melaksanakan
proses pembelajaran.
103
2. Siswa dapat melakukan diskusi dengan bersungguh-
sungguh dan leluasa karena interaksi mereka dalam
diskusi benar-benar tanpa batas.
3. Siswa tutor dapat mengajari siswa non-tutor yang kurang
pandai dengan cara dan gaya mereka sehingga materi
menjadi lebih mudah dimengerti. Selain itu, mereka
menjadi tidak bosan karena peran guru digantikan oleh
temannya.
4. Terjadinya interaksi yang tinggi antara siswa dalam
menjawab soal.
104
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
Pertama, implementasi model pembelajaran tutor teman sebaya dapat
meningkatkan keterampilan siswa dalam mengoperasikan Microsoft
Office Word 2007. Hal ini dapat dilihat dari nilai keterampilan
rata-rata kelas pada siklus 1 adalah sebesar 77,14 berada pada
kategori tidak tuntas dan ketuntasan klasikal siswa sebesar
67,86 % dengan kategori tidak tuntas. Nilai keterampilan rata-
rata kelas di siklus 2 adalah sebesar 83,57 berada pada
105
kategori tuntas dan ketuntasan klasikal sebesar 89,29 % dengan
kategori tuntas. Di siklus 3 terjadi peningkatan lagi nilai rata-
rata keterampilan siswa menjadi 87,14 dengan kategori tuntas dan
ketuntasan klasikalnya meningkat juga menjadi 92,86 %.
Kedua, respon siswa terhadap implementasi model pembelajaran
tutor teman sebaya adalah sangat positif dengan nilai rata-rata
62,57 dan standar deviasi 4,18.
5.2 Saran-saran
Bedasarkan hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian
tindakan kelas ini, dapat diajukan saran-saran sebagai berikut.
1) Kepada Siswa
a. Kegiatan belajar adalah tugas dan tanggung jawab siswa, oleh
karena itu dalam kegiatan belajar, siswa hendaknya aktif
untuk mencari pengalaman belajar yang semaksimal mungkin,
tanpa harus menunggu informasi atau instruksi dari guru.
b. Untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal siswa hendaknya
menggunakan seluruh potensi yang ada pada diri, baik fisik
yang meliputi seluruh indera maupun mental atau intelektual.
2) Kepada Guru
a. Berdasarkan temuan yang peneliti temui selama melakukan
penelitian, diharapkan kepada guru, untuk mencoba
106
mengiplementsikan model pembelajaran tutor teman sebaya karena
dengan implementasi pendekatan dan tahapan pembelajaran ini
kegiatan belajar siswa menjadi lebih menyenangkan dan siswa
dapat menggunakan semua potensi yang ada pada dirinya untuk
memperoleh pengalaman belajar yang optimal.
b. Mengingat segala keterbatasan penelitian ini, maka
disarankan kepada pemerhati pendidikan agar melakukan
penelitian sejenis lebih lanjut .
3) Kepada Peneliti Selanjutnya
a. Bagi peneliti yang ingin mengimplementasikan model
pembelajaran tutor teman sebaya diharapkan mencermati kendala-
kendala yang ditemukan peneliti, sehingga dapat dihasilkan
kegiatan belajar yang dapat meningkatkan kompetensi dasar
siswa secara optimal.
b. Mengingat model pembelajaran tutor teman sebaya yang
diimpelementasikan pada penelitian ini terbatas hanya
pengoperasian Microsoft Word 2007, diharapkan peneliti
selanjutnya mencoba menerapkan pada pokok bahasan lain
ataupun dengan tahapan pembelajaran/ strategi yang lain,
untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran ini.
107
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Pembelajaran Dengan Methode Tutor Sebaya. (blog).http://baliteacher. blogspot.com/2010/02/pembelajaran-dengan-methode-tutor-teman.html, diakses tanggal 25September 2013, pukul 12.17
Anonim, Pengertian Tutor Sebaya , (blog),http://bos.fkip.uns.ac.id/pub/pembelajaran/ bahan%20belajar%20edukasinet/produksi%202009/pengetahuan%20populer/KIAT%20BELAJAR/Kiat%20Belajar%20dengan%20Tutor%20Sebaya/materi1.html, diakses tanggal 26 September 2013,pukul 10.48
Anonim, Pengertian Keterampilan, (blog),http://cumanulisaja.blogspot.com/ 2012/09/pengertian-keterampilan.html, diakses tanggal 27 September 2013,pukul 10.56
Anonim, Pengertian Keterampilan, (blog),http://guruketerampilan.blogspot.com /2013/05/pengertian-keterampilan.html, diakses tanggal 27 September 2013,pukul 11.15
Anonim, MS Word 1-Pengenalan MS Word 2007, (blog),http://aridiana.staff. uns.ac.id/2009/08/27/ms-word-1/,diakses tanggal 28 September 2013, pukul 9.26
Anonim, Peer Group, (web),http://en.wikipedia.org/wiki/Peer_group, diakses tanggal28 September 2013, pukul 9.27
108
Anonim, Pendekatan Kooperatif Tutorial Teman Sebaya Untuk MeningkatkanKedisiplinan Siswa Kelas VII A Smp Negeri 3 Sudimoro Semester Genap Tahun2009, (blog),
http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0CDoQFjAC&url=htt
p%3A%2F%2Fwaskitamandiribk.files.wordpress.com%2F2009%
2F09%2Fmetode-tutor-sebaya-proposal-
jadi.doc&ei=F9xhUoCrNMfQrQespIHAD
g&usg=AFQjCNGSqs6ivuWpEZexbW8S-s-
LaCQiAQ&bvm=bv.54934254,d.bmk, diakses tanggal 19 Oktober
2013, pukul 09.27
Anonim, Pengertian PTK Menurut Para Ahli, (blog),http://warehouse1994.blogspot.com/ 2012/01/pengertian-ptk-menurut-para-ahli.html, diakses tanggal 28 September2013 , pukul 10.05
Anonim, Rancangan Proposal PTK,http://ahyaninn.files.wordpress.com/2011/07/bab-iii.docx, (blog),diakses tanggal 28 September 2013, pukul 10.53
Edukasi, Media, Pola-pola Belajar Oleh Gagne, (blog),http://mediaedukasiku. blogspot.com/p/pola-pola-belajar-siswa-oleh-gagne.html, diakses tanggal 25 September 2013,pukul 11.47
109
Rahayu, Dewi Puspa, 2013, Pengaruh Model Pembelajaran Tutor Sebaya Tipe
Peer Assisted Learning Strategies (PALS) Pada Komunitas Belajara Online
Terhadap Hasil Belajar Teknologi Informasi dan
Komunikasi,http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc
=s&source=web&cd=1&ved=0CCgQFjAA&url=http%3A%2F
%2Fcs.upi.edu%2Fuploads%2Fpaper_skripsi_dik%2FPENGARUH
%2520MODEL%2520PEMBELAJARAN%2520TUTOR%2520SEBAYA%2520TIPE
%2520PEER%2520ASSISTED%2520LEARNING%2520STRATEGIES
%2520%28PALS%29%2520PADA%2520KOMUNITAS%2520BELAJAR
%2520ONLINE%2520TERHADAP%2520HASIL%2520BELAJAR
%2520TEKNOLOGI%2520INFORMASI%2520DAN%2520KOMUNIKASI
%2520desy%2520puspa
%2520rahayu.pdf&ei=Hj6VUr27NoGRkwWAqYD4Bg&usg=AFQjCNEKu4IO
a7YXwPJx7VkyEzPi070UJQ&bvm=bv.57155469,d.dGI, (PDF),
diakses tanggal 27 Nopember 2013
Saputra, Hardiman, Pola Belajar Tutor Sebaya, (blog),http://hardymath. blogspot .com/2012/03/pola-belajar-tutor-sebaya.html, diakses tanggal 24 September 2013,pukul 11.28
110