+ All Categories
Home > Documents > Laporan PTK Anna

Laporan PTK Anna

Date post: 28-Jan-2023
Category:
Upload: uinjkt
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
143
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, bidang teknologi informasi dan komunikasi berkembang dengan pesat. Perkembangan ini berpengaruh besar terhadap berbagai aspek kehidupan, bahkan perilaku dan aktivitas manusia kini banyak tergantung kepada teknologi informasi dan komunikasi. Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu mengantisipasi pesatnya perkembangan tersebut. Salah satu tujuan mata pelajaran TIK untuk jenjang SMP adalah mengembangkan keterampilan untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Mata pelajaran ini perlu diperkenalkan, dipraktikkan dan dikuasai peserta didik sedini mungkin agar mereka memiliki bekal untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan global yang ditandai dengan perubahan yang sangat cepat (Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi ). 1
Transcript

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Memasuki abad ke-21, bidang teknologi informasi dan

komunikasi berkembang dengan pesat. Perkembangan ini

berpengaruh besar terhadap berbagai aspek kehidupan, bahkan

perilaku dan aktivitas manusia kini banyak tergantung kepada

teknologi informasi dan komunikasi. Mata pelajaran Teknologi

Informasi dan Komunikasi (TIK) dimaksudkan untuk mempersiapkan

peserta didik agar mampu mengantisipasi pesatnya perkembangan

tersebut. Salah satu tujuan mata pelajaran TIK untuk jenjang

SMP adalah mengembangkan keterampilan untuk memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi. Mata pelajaran ini perlu

diperkenalkan, dipraktikkan dan dikuasai peserta didik sedini

mungkin agar mereka memiliki bekal untuk menyesuaikan diri

dalam kehidupan global yang ditandai dengan perubahan yang

sangat cepat (Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi).

1

Kegiatan pembelajaran TIK di SMP LABORATORIUM UNIVERSITAS

PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA sebagaian besar dilaksanakan di

ruang laboratorium komputer. Idealnya, rasio komputer dengan

siswa adalah 1:1. Saat ini, di ruang laboratorium komputer SMP

Lab Undiksha Singaraja, terdapat 15 set komputer yang dapat

mendukung proses pembelajaran TIK. Secara rasio, 1 set

komputer digunakan oleh 2 orang siswa per kelas di tiap

pertemuannya. Kondisi komputer tersebut sudah cukup untuk

menunjang proses pembelajaran TIK apabila ditunjang oleh

keterampilan siswa yang memadai pula. Tetapi kenyatannya,

banyak siswa yang kurang terampil dalam menggunakan komputer.

Hal ini dilihat dari rata-rata nilai rapot TIK kelas 8

Semester Ganjil Tahun Ajaran 2012/ 2013, dengan KKM=70, rata-

rata nilai rapot siswa adalah 75,1 (daftar nilai rapot terlampir).

Mengacu pada permasalahan tersebut maka pada penelitian ini

diterapkan pola belajar tutor sebaya, sehingga diharapkan

terjadi peningkatan keterampilan siswa kelas VIII5 SMP Lab

2

Undiksha Singaraja dalam mengoperasikan salah satu program

pengolah kata Microsoft Office Word 2007.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, ternyata ada

banyak hal yang menjadi permasalahan di dalam proses

pembelajaran TIK di kelas. Cakupan dari masalah yang bisa

diteliti dalam PTK juga sesungguhnya sangat luas. Secara garis

besar, permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan

kegiatan pembelajaran dibagi menjadi 3 hal sebagai berikut.

1. Input (siswa).

Siswa adalah komponen utama yang perlu mendapat perhatian

selama kegiatan pembelajaran. Beberapa permasalahan yang

menyangkut siswa itu sendiri diantaranya adalah:

a. Minat dan motivasi belajar siswa terhadap proses

pembelajaran di kelas.

b. Masalah belajar siswa, seperti kesulitan dalam

menguasai suatu konsep.

3

c. Penanaman dan pengembangan sikap serta nilai-nilai,

misalnya pengembangan sikap ilmiah di dalam diri siswa.

2. Proses

Ada beberapa permasalahan yang menyangkut proses

pembelajaran di kelas, diantaranya:

a. Alat bantu, media dan sumber belajar, misalnya

pemanfaatan lingkungan sebagai media sekaligus sebagai

sumber belajar.

b. Desain dan strategi pembelajaran di kelas, misalnya

masalah pengelolaan dan prosedur pembelajaran,

implementasi dan inovasi model pembelajaran, interaksi

di dalam kelas;

c. Pengembangan profesionalisme guru dalam peningkatan

mutu perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi program

pembelajaran;

d. Masalah kurikulum, misalnya pelaksanaan KTSP dalam hal

interaksi guru-siswa, materi-siswa, siswa-lingkungan,

dsb.

4

e. Pengelolaan dan pengendalian, misalnya teknik

memotivasi, teknik modifikasi perilaku dan teknik

pemngembangan diri;

3. Output (keluaran yang diharapkan)

Selama proses pembelajaran di kelas, ada beberapa

keluaran yang menjadi permasalahan-permasalahan,

diantaranya:

a. Sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil

pembelajaran.

b. Sistem asesmen dan evaluasi respon siswa.

c. Penilaian keterampilan/ psikomotorik siswa.

1.3 Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan waktu penelitian serta luasnya

ruang lingkup permasalahan hasil identifikasi di atas,

maka dalam penelitian ini hanya dibatasi pada salah satu

permasalahan saja, yakni menyangkut desain dan strategi

pembelajaran di kelas. Permasalahan ini sangat penting

5

karena selama ini proses pembelajaran TIK di ruang

laboratorium komputer hanya dengan diskusi kelompok saja.

Hal ini sangatlah membosankan bagi siswa, selain itu guru

juga kurang efektif melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Pola diskusi ini dipilih saat itu mengingat keterbatasan

komputer yang ada di ruang laboratorium. Setelah meninjau

dari beberapa referensi serta mengamati kondisi siswa di

sekolah, maka peneliti menduga bahwa pola pembelajaran

tutor sebaya dapat memberikan nuansa baru dalam pembelajaran

di ruang komputer. Selain itu, proses pembelajaran juga

menjadi lebih hidup dan berlangsung secara efektif.

Dengan demikian maka diharapkan keterampilan siswa dalam

mengoperasikan komputer menjadi lebih baik lagi.

1.4 Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahan yaitu:

6

”Apakah penggunaan pola pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan

keterampilan siswa kelas VIII.5 SMP Lab Undiksha Singaraja dalam

mengoperasikan Microsoft Office Word 2007 ?”

B. Pemecahan Masalah

Permasalahan pembelajaran TIK yang terjadi pada sekolah

tempat tugas peneliti ditanggulangi dengan pola belajar tutor

teman sebaya. Hal ini berdasarkan kepada efektivitas pola

pembelajaran ini yang akan mampu menciptakan kondisi

pembelajaran yang sangat menyenangkan, efektif dari segi

penyediaan alat yang kurang memeadai pada sekolah ini.

Pembelajaran tutor teman sebaya merupakan bagian dari

strategi Kooperatif Karmin, dimana siswa akan sangat

bebas mengemukakan masalah-masalahnya dan mencari

solusinya sendiri, karena dalam perkembangannya anak

lebih suka mengemukakan masalahnya kepada teman sebayanya

dibandingkan kepada orang yang usianya lebih tua. Siswa

juga merasa jenuh terhadap suara/ profil guru di

7

kelasnya. Dengan demikian, pola pembelajaran ini

diharapkan dapat menanggulangi masalah di kelas.

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

apakah pola pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan

keterampilan siswa kelas VIII5 SMP Laboratorium

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja dalam

mengoperasikan Microsoft Office Word 2007.

1.6 Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Bagi siswa, pola belajar tutor sebaya diharapkan dapat

memberikan suasana baru yang nyaman selama proses

pembelajaran, motivasi belajar meningkat, dan membuat

suasana belajar menjadi menyenangkan sehingga

8

keterampilan siswa dalam pengoperasian komputer

(khususnya program Microsoft Office Word 2007) dapat

meningkat.

2. Bagi guru, dengan adanya penelitian ini, guru

memperoleh tambahan wawasan tentang pola belajar tutor

sebaya sehingga dapat diterapkan dalam proses

pembelajaran di kelas, dan sebagai indikator telah

meningkatkan profesionalitas dalam pembelajaran.

3. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat

menjadi referensi bagi peneliti lain (terutama rekan-

rekan guru) yang ingin menerapkan pola belajar tutor

sebaya, sehingga dapat ditemukan beberapa kelebihan

maupun kelemahan pola ini selama proses pembelajaran

berlangsung. Forum diskusi bersama rekan-rekan guru

sangat diharapkan untuk mengangkat kekuatan pola ini

serta mencari solusi bersama untuk meminimalisir

kelemahan-kelemahan yang ada.

9

4. Bagi Kepala Sekolah, dengan penelitian ini Kepala

Sekolah diharapkan dapat mengevaluasi proes

perencanaan, pelaksanan dan penilaian kegiatan pola

belajar tutor sebaya yang dilaksanakan di kelas,

sehingga dapat memberikan masukan bagi peneliti, dan

juga dapat dijadikan referensi dalam pengembangan

kualitas output/ outcome pendidikan di SMP Laboratorium

Undiksha Singaraja.

10

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN POLA BELAJAR

Banyak ragam pola belajar yang dikemukakan oleh para

ahli, banyak pula perbedaan variasi dan streessing (penekanan)

dari suatu pola belajar oleh masing-masing ahli. Menurut

Sriyono (dalam http://hardymath.blogspot.com/2012/03/pola-

11

belajar-tutor-sebaya.html, diakses tanggal 24 September 2013)

menyatakan:

Pola belajar adalah rangkaian prosedur dalam belajar yang

dapat membantu siswa dalam menguasai materi pelajaran.

Pola belajar di antaranya pola belajar mandiri, pola

belajar terbimbing, pola belajar kelompok, pola belajar

diskusi, dan lain-lain. Masing-masing dari pola belajar

tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Dalam

pelaksanaannya pola belajar mandiri telah biasa dilakukan

oleh siswa dirumahnya masing-masing.

Menurut Alma (dalam

http://hardymath.blogspot.com/2012/03/pola-belajar-tutor-

sebaya.html, diakses tanggal 24 September 2013) menyatakan

bahwa:

Dilihat dari sudut penyusunan strategi belajar mengajar,

maka ada beberapa pola belajar yang dapat dipertimbangkan

oleh guru dan siswa agar kegiatan belajar mengajar  dapat

berjalan secara teratur menurut pola tertentu. Dalam pola

12

belajar ini akan sekaligus tercerminkan sikap guru dan

kegiatan siswa serta interaksi antara keduanya. Pola-pola

belajar itu diantara terdiri dari pola belajar individu,

pola belajar kelompok, pola belajar terbimbing, pola

belajar leaving (meninggalkan), pola belajar supervising

(supervisi)”.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pola

belajar adalah rangkaian prosedur dalam kegiatan belajar

mengajar yang nantinya akan mampu membantu siswa dalam

kegiatan belajar mengajarnya. Dilihat dari sudut penyusunan

strategi belajar mengajarnya maka pola belajar itu di

antaranya terdiri dari pola belajar individu, pola belajar

kelompok, pola belajar terbimbing, pola belajar leaving, dan

pola belajar supervisi.

Gagne (dalam http://mediaedukasiku.blogspot.com/p/pola-

pola-belajar-siswa-oleh-gagne.html, diakses tanggal 25

September 2013) menggolongkan pola-pola belajar siswa ke dalam

delapan tipe di mana yang satu merupakan prasyarat bagi yang

13

lainnya yang lebih tinggi tingkatannya. Masing-masing tipe

dapat dibedakan dari yang lainnya dilihat dari kondisi yang

diperlukan buat berlangsungnya proses belajar bagi yang

bersangkutan. Kedelapan tipe tersebut adalah:

Tipe 1, Signal Learning (belajar isyarat). Tipe ini

merupakan tahap yang paling dasar, sehingga tidak menuntut

persyaratan, namun merupakan tingkat yang harus dilalui untuk

tipe belajar yang lebih tinggi. Signal learning dapat diartikan

sebagai proses penguasaan pola-pola dasar perilaku bersifat

involuntary (tidak disengaja dan tidak disadari tujuannya).

Dalam tipe ini terlibat aspek reaksi emosional di dalamnya.

Kondisi yang diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar ini

telah diberikannya secara serempak dan berulang kali.

Tipe 2, Stimulus-Respon Learning (belajar rangsangan

tanggapan). Bila tipe di atas dapat digolongkan dalam jenis

classical condition, maka tipe belajar 2 ini termasuk ke dalam

instrumental conditioning (Kimble-1961) atau belajar dengan trial and

error. Menurut Gagne, proses belajar bahasa pada anak-anak

14

merupakan proses yang serupa dengan ini. Kondisi yang

diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar ini ialah faktor

inforcement. Waktu antara stimulus (rangsangan) pertama dan

berikutnya sangat penting. Semakin singkat jarak S-R dengan S-

R berikutnya, semakin kuat reinforcement.

Tipe 3, Chaining (mempertautkan), dan tipe 4 Verbal

Association. Kedua tipe belajar ini setaraf, yaitu belajar

mengajar yang menghubungkan satuan ikatan S -R yang satu

dengan

yang lain. Kondisi yang diperlukan dalam berlangsungnya

tipe belajar ini antara lain secara internal anak sudah harus

menguasai sejumlah satuan pola S-R, baik psikomotorik maupun

verbal. Selain itu, prinsip kesinambungan, pengulangan, dan

reinforcement tetap penting bagi berlangsungnya proses chaining dan

association.

Tipe 5, Discrination learning (belajar membedakan). Dalam

tipe ini, peserta didik mengadakan seleksi dan pengujian

antara dua perangsang atau sejumlah stimulus yang diterimanya,

15

kemudian memilih pola-pola respon yang dianggap paling sesuai.

Kondisi utama dalam berlangsungnya proses belajar ini adalah

siswa rnempunyai kemahiran melakukan chaining dan association

serta pengalaman (pola S-R).

Tipe 6. Concept Learning (belajar pengertian). Dengan

berdasarkan kesamaan ciri-ciri dari kesimpulan stimulus dan

objek-objeknya, ia membentuk suatu pengertian atau konsep

utama yang diperlukan yaitu menguasai kemahiran diskriminasi

dan proses kognitif fundamental sebelumnya.

Tipe 7, Rule Learning (belajar membuat generalisasi,

hukum, dan kaidah). Pada tingkat ini, siswa belajar mengadakan

kombinasi berbagai konsep dengan rnengoperasikan kaidah-kaidah

logika formal (induktif, deduktif, analisis, sintesis,

asosiasi, diferensiasi, komparasi, dan kausalitas) sehingga

anak didik dapat menemukan kesimpulan tertentu yang mungkin

selanjutnya dapat dipandang sebagai aturan: prinsip, dalil,

aturan, hukum, kaidah dan sebagainya. Kondisi yang

16

memungkinkan terjadinya proses belajar seperti ini,

disarankan:

a. Kepada anak didik diberitahukan bentuk perbuatan yang

diharapkan, kalau yang bersangkutan telah  menjalani

proses belajar.

b. Kepada anak didik diberikan sejumlah pertanyaan yang

merangsang,mengingatkan (recall) konsep-konsep yang telah

dipelajari dan dimilikinya untuk mengungkapkan

perbendaharaan pengetahuannya.

c. Kepada anak didik mereka diberikan beberapa kata kunci

yang menyarankan siswa ke arah pembentukan kaidah

tertentu yang diharapkan.

d. Diberikan kesempatan kepada anak didik untuk

mengekspresikan dan menyatakan kaidah tersebut dengan

kata-katanya sendiri.

e. Kepada anak didik diberikan kesempatan selanjutnya untuk

menyusun rumusan rule tersebut dalam bentuk statement formal.

17

Tipe 8, Problem Solving (belajar memecahkan masalah).

Pada tingkat ini, siswa belajar merumuskan dan memecahkan

masalah, memberikan respon terhadap rangsangan yang

menggambarkan atau nembangkitkan situasi problematik,

mempergunakan berbagai kaidah yang telah dikuasainya. Menurut

John Dewey belajar memecahkan masalah ini berlangsung sebagai

berikut: individu menyadari masalah bila dia dihadapkan pada

situasi keraguan dan kekaburan sehingga merasakan adanya

kesulitan.

a. Merumuskan dan menegaskan masalah.

Individu melokalisasi letak sumber kesulitan tersebut untuk

memungkinkan mencari jalan pemecahannya. Ia menandai aspek

mana yang mungkin dipecahkan dengan menggunakan prinsip yang

diketahuinya sebagai pegangan.

b. Mencari fakta pendukung dan merumuskan hipotesis.

 Individu menghimpun berbagai informasi yang relevan, termasuk

pengalaman orang lain dalam    menghadapi pemecahan masalah

yang serupa. Kemudian mengindentifikasi berbagai alternatif

18

(kemungkinan) pemecahannya yang dapat dirumuskan sebagai

jawaban sementara.

c. Mengevaluasi alternatif pemecahan yang dikembangkan. Setiap alternatif

pemecahan ditimbang dari   segi untungruginya. Selanjutnya,

dilakukan pengambilan keputusan memilih alternatif yang

dipandang paling mungkin (feasible) dan menguntumgkan.

d. Mengadakan pengujian alternative pemecahan yang dipilih. Dari hasil

pelaksanaan itu, diperoleh informasi untuk membuktikan benar

atau tidaknya hipotesis yang telah dirumuskan.

Dengan demikian proses belajar yang tertinggi ini hanya

mungkin dapat berlangsung kalau proses-proses belajar

fundamentalis lainnya telah dimiliki dan dikuasai. Kepada anak

didik hendaknya:

a. Diberikan stimulus (rangsangan) yang dapat menimbulkan

situasi bermasalah dalam diri anak didik.

b. Diberikan kesempatan untuk berlatih mencari alternative

pemecahannya.

19

c. Diberikan kesempatan untuk berlatih melaksanakanpemecahan

dan pembuktiannya.

Dengan proses pengindentifikasian seperti dijelaskan

dalam uraian tdi atas, guru akan dapat mengindentifikasi tahap

belajar atau tipe belajar yang telah dijalaninya. Atas dasar

itu, guru dapat memilih alternatif strategi pengorganisasian

bahan dan kegiatan belajar mengajar.

2.2 POLA BELAJAR TUTOR SEBAYA

Dalam pembelajaran TIK sebenarnya telah banyak upaya yang

dilakukan oleh guru kelas untuk meningkatkan prestasi belajar

siswa. Namun usaha itu belum menunjukan hasil yang optimal.

Rentang nilai siswa yang pandai dengan siswa yang kurang

pandai terlalu mencolok. Untuk itu perlu diupayakan agar

rentang nilai antar siswa tersebut tidak terlalu jauh yaitu

dengan memanfaatkan siswa yang pandai untuk menularkan

kemampuannya pada siswa lain yang kemampuannya lebih rendah.

Tentu saja guru yang menjadi perancang model pembelajaran

20

harus mengubah bentuk pembelajaran yang lain. Pembelajaran

tersebut adalah pembelajaran tutor sebaya.

Menurut Kuswaya Wihardit (dalam

http://baliteacher.blogspot.com/2010/02/ pembelajaran-dengan-

methode-tutor-teman.html, diakses tanggal 25 September 2013)

menuliskan bahwa “Pengertian tutor sebaya adalah seorang siswa

pandai yang membantu belajar siswa lainnya dalam tingkat kelas

yang sama”. Hal ini berarti siswa yang lebih pandai dapat

menggantikan posisi guru sebagai fasilitator dalam proses

pembelajaran, karena dalam hal-hal tertentu siswa lebih paham

dengan bahasa teman sebayanya daripada bahasa guru. Itulah

sebabnya pembelajaran tutor sebaya dirasa sangat tepat untuk

diterapkan dalam proses pembelajaran TIK di ruang laboratorium

komputer.

Tutor sebaya (peer group) juga dikenal dengan istilah

pembelajaran teman sebaya atau antarpeserta didik (dalam

http://bos.fkip.uns.ac.id /pub/pembelajaran /bahan%20belajar

%20e-dukasinet/produksi%202009/pengetahuan%20populer/KIAT %20

21

BELAJAR

/Kiat%20Belajar%20dengan%20Tutor%20Sebaya/materi1.html,

diakses tanggal 26 September 2013). Dalam hal ini tutor sebaya

merupakan salah satu strategi pembelajaran untuk saling

membantu sesama teman yang kurang mampu, sehingga akan terjadi

kegiatan belajar yang berlangsung aktif, efektif, komunikatif,

dan menyenangkan. Wikipedia (dalam

http://en.wikipedia.org/wiki/Peer_group, diakses tanggal 26

September 2013) menjelaskan pengertian tutor sebaya (peer group)

adalah sebuah prosedur siswa mengajar siswa lainnya, sebagai

sekelompok orang yang memiliki kesamaan seperti usia, latar

belakang, dan status sosial. Ada 2 jenis kelompok belajar,

pertama adalah geng (clique), yakni kelompok-kelompok kecil

yang biasanya ditentukan oleh kepentingan bersama atau

persahabatan. Geng biasanya memiliki 2-12 anggota dan

cenderung terbentuk oleh usia, jenis kelamin, ras, dan kelas

sosial. Anggota clique biasanya sama dalam hal akademisi dan

perilaku berisiko. Cliques dapat berfungsi sebagai agen

22

sosialisasi dan kontrol sosial. Menjadi bagian dari kelompok

ini dapat menguntungkan karena mereka memberikan rasa otonomi

yang aman lingkungan sosial, dan menjamin kesejahteraan semua

anggota kelompoknya. Kedua, crowds (massa yang lebih besar)

yakni kelompok yang mungkin tidak memiliki dasar persahabatan.

Massa berfungsi sebagai kelompok sebaya, dan mereka menjadi

semakin penting selama masa remaja awal, dan semakin berkurang

saat remaja akhir.

Dengan demikian, tutor sebaya merupakan strategi pendekatan

kooperatif yaitu model pembelajaran di mana siswa belajar

dalam kelompok kecil yang dikelompokkan dengan tingkat

kemampuan yang berbeda, semua anggota kelompok saling bekerja

sama dan membantu untuk memahami bahan materi yang menciptakan

saling menghargai sesama teman-teman lainnya. Secara umum

kegiatan siswa yang belajar dalam kelompok kecil akan tumbuh

dan berkembang dengan pola belajar tutor sebaya (peer group) dan

belajar secara bekerja sama (cooperative). Ketika proses belajar

dengan tutor sebaya berlangsung, terjadi pendekatan kooperatif

23

karena tutor sebaya akan menggunakan bahasa sehari-hari dan

bisa lebih akrab, sehingga siswa yang dibantu oleh tutor

sebaya bisa mengembangkan kemampuan dengan lebih baik untuk

memahami materi.

Menurut Wikipedia (dalam

http://en.wikipedia.org/wiki/Peer_group, diakses tanggal 28

September 2013), pola belajar tutor sebaya (peer group) memiliki

beberapa keuntungan yaitu:

1. Menjadi gudang informasi bagi anggotanya.

2. Mengajarkan keberagaman jenis kelamin.

3. Sebagai tempat berlatih menuju kedewasaan.

4. Mengajarkan persatuan dan perilaku kebersamaan.

5. Sebagai wahana pembentukan identitas.

Di sisi lain, pola belajar ini juga memiliki beberapa

kelemahan sebagai berikut.

1. Para anggota mendapatkan tekanan dari kelompoknya.

2. Masalah psikologis di masa depan.

24

3. Perilaku yang menyimpang (apabila mendapatkan anggota

yang memiliki perilaku tidak bagus)

4. Membuat agresif.

5. Terjadi penyimpangan seksual.

Dengan melihat kekuatan dan kelemahan pola belajar tutor

sebaya (peer group) di atas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya

pola belajar ini akan berjalan dengan baik apabila proses

pengelompokan siswa mempertimbangkan jenis kelamim maupun

tingkat akademis berdasarkan nilai. Hal ini bertujuan untuk

mengantisipasi agar proses pembelajaran dapat berlangsung

sesuai harapan.

Menurut Ekowati (dalam http://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q= &esrc =s&source=web&cd=3&ved=0CDoQFjAC&url=http

%3A%2F%2Fwaskitamandiribk.files.wordpress.com

%2F2009%2F09%2Fmetodetutorsebayaproposaljadi.doc&ei=F9xhUoCrNM

fQrQespIHADg&usg=AFQjCNGSqs 6ivuWpEZexb W8SsLaCQiAQ&bvm=

bv.5493 4254 ,d.bmk, diakses tanggal 19 Oktober 2013) langkah-langkah

pembelajaran kooperatif tutorial teman sebaya adalah sebagai berikut:25

1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai.

2) Guru menyajikan materi pembelajaran.

3) Untuk mengetahui daya serap siswa, dibentuk kelompok

berpasangan dua orang.

4) Kemudian, seorang dari pasangan itu menceritakan

kembali materi yang baru diterima kepada pasangannya,

pasangan yang mendengarkan membuat catatan-catatan

kecil, kemudian berganti peran.

5) Kemudian, siswa secara bergiliran dengan cara diacak

menyampaikan hasil wawancara dengan teman pasangannya.

6) Guru mengulangi lagi/menjelaskan kembal materi yang

belum dipahami siswa.

7) Setelah itu, dilakukan evaluasi untuk mengetahui

ketuntasan belajar siswa.

2.3 Silabus TIK Kelas VIII Semester Ganjil Tahun Pelajaran

2013/ 2014

26

Silabus TIK Kelas VIII Semester Ganjil Tahun Pelajaran

2013/ 2014 disajikan dalam lampiran. Dalam penelitian kali ini,

peneliti memilih KD 1.4 yakni ” Membuat dokumen pengolah kata

sederhana”, mengambil indikator 1 ”Membuat dokumen baru

pengolah kata secara bekerja sama”, indikator 2 yakni

“Melakukan editing pada dokumen pengolah kata secara bekerja

sama”, indikator 3 “Memformat dokumen secara teliti”, dan

indikator 4 “Membuat WordArt dan menyisipkannya pada dokumen

secara bekerja sama”. Adapun program Pengolah Kata yang

digunakan adalah Microsoft Office Word versi 2007.

2.4 Keterampilan Siswa

Kata keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan

(Soemarjadi, Muzni Ramanto, Wikdati Zahri, dalam

http://cumanulisaja.blogspot.com/2012/09/pengertian-

keterampilan.html, diakses tanggal 27 September 2013).

Terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu

dengan cepat dan benar. Seseorang yang dapat melakukan sesuatu

27

dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan terampil.

Demikian pula apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan

benar tetapi lambat, juga tidak sapat dikatakan terampil.

Ruang lingkup keterampilan sendiri cukup luas, meliputi

kegiatan berupa perbuatan, berpikir, berbicara, melihat,

mendengar, dan sebagai. Dalam pembelajaran, keterampilan

dirancang sebagai proses komunikasi belajar untuk mengubah

perilaku siswa menjadi cekat, cepat, dan tepat dalam melakukan

atau menghadapi sesuatu.

Pengertian atau definisi keterampilan menurut ahli

lainnya (dalam

http://guruketerampilan.blogspot.com/2013/05/pengertian-

keterampilan.html , diakses tanggal 27 September 2013) yaitu

kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan

kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat

sesuatu menjadi lebih bermakna sehngga menghasilkan sebuah

nilai dari hasil pekerjaan tersebut. keterampilan/ kemampuan

28

tersebut pada dasarnya akan lebih baik bila terus diasah dan

dilatih untuk menaikkan kemampuan sehingga akan menjadi ahli

atau menguasai dari salah satu bidang keterampilan yang ada.

Bisa disimpulkan bahwasanya keterampilan tersebut dapat dilatih

sehingga mampu melakukan sesuatu, tanpa adanya latihan dan

proses pengasahan akal, fikiran tersebut tidak akan bisa

menghasilkan sebuah keterampilan yang khusus atau terampil

karena keterampilan bukanlah bakat yang bisa saja didapat

tanpa melalui proses belajar yang intensif dan merupakan

kelebihan yang sudah diberikan semenjak lahir, sehingga untuk

menjadi seorang yang terampil yang memiliki keahian khusus

pada bidang tertentu haruslah melalui latihan dan belajar

dengan tekun supaya dapat menguasai bidang tersebut dan dapat

memahami dan mengaplikasikannya.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

keterampilan adalah suatu bentuk kemampuan menggunakan29

pikiran, nalar, dan perbuatan dalam mengerjakan sesuatu

secara efektif dan efisien. Dalam penelitian ini,

keterampilan yang dimaksud adalah kemampuan siswa dalam

membuat dokumen dengan menggunakan program pengolah kata

Microsoft Office Word 2007 sesuai dengan format yang

ditentukan dan tepat waktu dalam penyelesaian.

2.5 Program Pengolah Kata Microsoft Office Word 2007

Microsoft Word (MS Word) merupakan program pengolah kata

yang banyak dipakai saat ini dibandingkan dengan program

pengolah kata lainnya, seperti WordStar, AmiPro, WordPerfect

dan lain-lain. Hal ini dipengaruhi oleh faktor fasilitas yang

disediakan, kemudahan dalam menggunakan, hasil yang diperoleh,

tampilan yang menarik dan lain sebagainya. Pelajaran TIK Kelas

8 Semester Ganjil di SMP Laboratorium Universitas Pendidikan

Ganesha Singaraja menggunakan program pengolah kata besutan

Bill Gates ini yaitu Microsoft Office Word 2007. Microsoft

30

Word 2007, selanjutnya disebut Word 2007 merupakan

pengembangan dari versi sebelumnya yang mengalami banyak

perubahan dan perbaikan diberbagai bagian sehingga menyediakan

fleksibilitas yang lebih tinggi dan menyediakan fasilitas

penuh terhadap akses internet dari setiap program aplikasinya.

Kemampuan dalam membuat tabel, menyisipkan program lain ke

program Word 2007 dan fasilitas lainnya akan di bahas lebih

lanjut.

Tampilan lembar kerja pada Microsoft Word 2007 adalah

sebagai berikut.

Microsoft Office Button

Tab Title bar

Quick Access Toolbar

31

Ribbon

Gambar 01. Lembar Kerja Microsoft Office Word 2007

a. Menu Tab

Jendela ini umumnya berisi menu, tool, dan fitur lainnya

yang memiliki fungsi tertentu. Secara keseluruhan,

terdapat 7 baris tab utama dalam Ms. Word 2007, yaitu

Home, Insert, page Layout, References, Mailings, Review,

dan View.

1. Tab Home

Tab Home adalah tab yang berisikan menu-menu standar.

Bagian dari tab Home sebagai berikut.

1) Submenu Clipboard

2) Submenu Font

3) Submenu Paragraph

4) Submenu Styles

5) Submenu Editing

32

2. Tab Insert

Tab Insert digunakan untuk memasukkan instruksi-

instruksi ke dalam dokumen. Bagian dari tab Insert

sebagai berikut.

1) Submenu Pages

2) Submenu Tables

3) Submenu Ilustrations

4) Submenu Links

5) Submenu Header and Footer

6) Submenu Text

7) Submenu Symbol

3. Tab Page Layout

Tab Page Layout digunakan untuk mengatur tata letak

data, yang meliputi pengaturan halaman, member warna

background pada lembar kerja, mengatur spasi antar

baris, membuat kolom pada teks, dan mengatur indentasi.

Bagian dari tab Page Layout sebagai berikut.

1) Submenu Themes

2) Submenu Page Setup

3) Submenu Page Background

4) Submenu Paragraph

5) Submenu Arrange

4. Tab References

33

Tab References digunakan untuk memasukkan berbagai

perintah seperti menuliskan catatan kaki, membuat

daftar isi, dan membuat tanda citasi. Bagian dari tab

References sebagai berikut.

1) Submenu Table of Contents

2) Submenu Footnotes

3) Submenu Citation & Bibliography

4) Submenu Captions

5) Submenu Index

6) Submenu Table of Authorities

5. Tab Mailings

Tab Mailings digunakan digunakan untuk membuat mail

merger (surat massal), mengetik teks pada amplop, dan

membuat tabel. Bagian dari tab Mailings sebagai

berikut.

1) Submenu Create

2) Submenu Start Mail Merge

3) Submenu Write & Insert Fields

4) Submenu Preview Result

5) Submenu Finish

6. Tab Review

Rab Review digunakan untuk mengecek kesalahan tata

bahasa serta memproteksi dokumen. Bagian dari tab

Review sebagai berikut.

34

1) Submenu Proofing

2) Submenu Comments

3) Submenu Tracking

4) Submenu Changes

5) Submenu Compare

6) Submenu Protect

7. Tab View

Tab View digunakan untuk mengatur tampilan layar dan

menampilkan garis bantu pada lembar kerja. Bagian dari

tab View sebagai berikut.

1) Submenu Document Views

2) Submenu Show/Hide

3) Submenu Zoom

4) Submenu Window

5) Submenu Macros

b. Menu Office Button

Office Button merupakan perintah utama dalam Ms. Word

2007. Kegunaan dari menu Office Button adalah untuk

mengakses perintah standar Windows. Apabila ikon control

menu tersebut diklik, maka akan muncul menu-menu perintah

seperti New, Open, Convert, Save, Save As, Print,

Prepare, Send, Publish, Close, Word Option, dan Exit

Word.

35

c. Size Button

Jendela Ms. Word 2007 apat diatur sesuai keinginan

melalui tombol pengatur. Tombol-tombol pengatur jendela

Ms. Word 2007 terletak di pojok kanan atas dari jendela

Ms. Word 2007. Bentuk-bentuk tombol tersebut adalah

sebagai berikut :

Bentuk-bentuk tombol tersebut sebagai berikut :

1. Minimize Button : untuk memperkecil jendela sehimgga

membentuk ikon pada taskbar

2. Restore Button : untuk memperbesar ukuran jendela

hingga satu layar penuh dan

mengembaliakan jendela ke ukuran semula

3. Close Button : untuk menutup atau mengakhiri jendela

aplikasi

d. Ribbon dan Quick Access Toolbar

1. Ribbon merupakan baris perintah yang dapat dijalankan

dengan mudah, terutama untuk perintah-perintah yang

sering digunakan. Letak baris tombol ini ada di bawah

setiap tab.

2. Quick Access Toolbar merupakan fasilitas yang

memberikan kemudahan access tool terhadap perintah-

perintah tertentu. Quick Access Toolbar ini letaknya di

36

pojok kiri atas, tepatnya di sebelah kanan Office

Button.

e. Scroll Bar dan Ruler

Scroll Bar dapat digunakan untuk proses pengetikan

dokumen yang membutuhkan tata letak dengan cara

menggulung dokumen kea rah vertical dan horizontal.

Selain itu, dengan fasilitas Ruler, anda dapat mengubah

batas margin maupu pengaturan indentasi paragraf.

Khusus untuk penelitian kali ini, fasilitas yang akan

digunakan adalah pembuatan dokumen yang berisi tabel, shapes/

bentuk, gambar, serta formatting dokumen menggunakan group di tab

Home, Insert, dan Page Layout. Ketepatan waktu dan kesesuaian format

teks merupakan 2 indikator keterampilan siswa yang akan

dinilai dengan bobot masing-masing: 40 % ketepatan waktu, dan

60 % kesesuaian format.

2.6 Hasil Penelitian Sebelumnya

Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) yaitu

pembelajaran yang mengacu pada tiga tujuan interaksional yakni37

hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan

pengembangan keterampilan sosial (Mustanin, dalam

http://www.google.com/ url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&ved=0CGYQFjAH&url=http%3A

%2F%2Fmaradenintan.files.wordpress.com%2F2012%2F10%2Fproposal-

ptk-finish-copy2.docx &ei=F9xh

CrNMfQrQespIHADg&usg=AFQjCNFewd7nsI85YSP5LcIKNZ2QYUDJw& bvm

=bv.54934254,d.bmk, diaskes tanggal 19 Oktober 2013).

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan metode diskusi

yang biasanya dilaksanakan di kelas, karena pembelajaran

kooperatif menekankan pembelajaran dalam kelompok kecil dimana

siswa belajar dan bekerjasama untuk mencapai tujuan yang

optimal. Pembelajaran kooperatif meletakkan tanggungjawab

individu sekaligus kelompok, sehingga diri siswa tumbuh dan

berkembang sikap dan perilaku saling ketergantungan secara

optimal. Kondisi ini dapat mendorong siswa untuk belajar,

bekerja dan bertanggungjawab secara sungguh-sungguh untuk

mencapa tujuan yang telah ditetapkan.

38

Menurut Muslimin Ibrahim (dalam http://www.google.com/

url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&ved=0CGYQFjAH&url=http%3A

%2F%2Fmaradenintan.files.wordpress.com%2F2012%2F10%2Fproposal-

ptk-finish-copy2 .docx&ei=F9xh

CrNMfQrQespIHADg&usg=AFQjCNFewd7nsI85YSP5LcIKNZ2QYUDJ

w&bvm=bv.54934254,d.bmk, diaskes tanggal 19 Oktober 2013)

mengemukakan unsur-unsur pembelajaran kooperatif adalah

sebagai berikut:

1. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka

sehidup sepenanggungan bersama.

2. Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu di dalam

kelompoknya seperti milik mereka sendiri.

3. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam

kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di

antara anggota kelompoknya.

39

5. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan

hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua

anggota kelompok.

6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membuthkan ketrampilan

untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

7. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual

materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Dirjen Dikdasmen (dalam http://www.google.com/ url?

sa=t&rct=j&q=&esrc= s&source=web&cd=8&ved=0CGYQFjAH&url=http

%3A%2F%2Fmaradenintan.files.wordpress.com

%2F2012%2F10%2Fproposal-ptk-finish-

copy2.docx&ei=F9xhCrNMfQrQes pIHAD

g&usg=AFQjCNFewd7nsI85YSP5LcIKNZ2QYUDJw&bvm=bv.54934254,d.bmk,

diaskes tanggal 19 Oktober 2013) menyebutkan ciri-ciri

pembelajaran menggunakan model kooperatif adalah sebagai

berikut:

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk

menuntaskan materi belajarnya.

40

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang dan rendah.

3. Bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya,

suku, jenis kelamin berbeda-beda.

4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok dari pada individu.

Metode tutorial teman sebaya adalah metode pembelajaran dimana

siswa berkelompok berpasangan dua orang, seorang dari pasangan

itu mengulangi menjelaskan materi pelajaran yang diterima dari

sajian guru kepada pasangannya, kemudian pasangan yang

mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian

bergantian peran sampai keduanya jelas dan memahami materi

pembelajaran.

Pembelajaran Cooperative Learning dengan metode Tutorial

teman sebaya akan memberikan hasil yang sangat memuaskan

karena proses belajar terjadi berulang-ulang (operant

conditioning). Menurut Skiner, operant conditioning ini cukup efektif

karena melalui proses pengulangan yang terus menerus antar

pasangan dihadapkan pada masalah yang sama dan pengalaman

41

temporal yang terus menerus maka mereka akan lebih mudah untuk

mengenal dan mengingat, karena ada ketergantungan positif

antara siswa yang pandai, sedang dan kurang.

Penelitian Ekowati (dalam http://www.google.com/ url?

sa=t&rct =j&q=&esrc= s&source=web&cd=8&ved=0CGYQFjAH&url=http

%3A%2F%2Fmaradenintan.files.wordpress.com

%2F2012%2F10%2Fproposal-ptk-finish-copy2.docx&ei=F9xh

CrNMfQrQespIH

ADg&usg=AFQjCNFewd7nsI85YSP5LcIKNZ2QYUDJw&bvm=bv.54934254,d.bm

k, diaskes tanggal 19 Oktober 2013) menggunakan langkah-

langkah pembelajaran kooperatif tutorial teman sebaya sebagai

berikut:

1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

2) Guru menyajikan materi pembelajaran.

3) Untuk mengetahui daya serap siswa, dibentuk kelompok

berpasangan dua orang.

4) Kemudian, seorang dari pasangan itu menceritakan kembali

materi yan baru diterima kepada pasangannya, pasangan yang42

mendengarkan membuat catatan-catatan kecil, kemudian

berganti peran.

5) Kemudian, siswa secara bergiliran dengan cara diacak

menyampaikan hasil wawancara dengan teman pasangannya.

6) Guru mengulangi lagi/menjelaskan kembali materi yang belum

dipahami siswa.

7) Setelah itu, dilakukan evaluasi untuk mengetahui ketuntasan

belajar siswa.

Berdasarkan langkah-langkah di atas, maka penelitian kali ini

dilaksanakan dengan rincian sebagai berikut:

1. Sebelum pembelajaran dimulai, siswa dibagi menjadi 2

kelompok berdasarkan nilai UTS nya, yakni kelompok tutor

dan kelompok non-tutor. Kelompok tutor memasuki ruang

laboratorium komputer, sedangkan kelompok non-tutor

masuk ke ruang lain (selama penelitian kelompok ini

masuk ke laboratorium bahasa yang ada di sebelah ruang

43

laboratorium komputer). Siswa non-tutor diberikan LKS

yang akan dikerjakan bersama-sama kelompok tutor lalu

berdiskusi bersama-sama di ruangan laboratorium

bahasa..

2. Guru menuju ruang lab komputer lalu menyampaikan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai.

3. Guru menyajikan materi pembelajaran kepada kelompok

tutor.

4. Setelah terjadi Tanya-jawab, guru memanggil kelompok

non-tutor untuk memasuki ruang lab komputer, lalu

mereka mencari pasangannya sehingga dalam 1 komputer

terdapat 1 siswa tutor dan 1 siswa non-tutor.

5. Siswa tutor lalu menyampaikan materi yang sudah

diberikan guru sebelumnya, lalu membahas LKS bersama-

sama.

6. Kemudian, siswa secara bergiliran dengan cara diacak

menyampaikan hasil wawancara dengan teman pasangannya.

44

7. Guru mengulangi lagi/menjelaskan kembal materi yang

belum dipahami siswa.

8. Setelah itu, dilakukan evaluasi kinerja untuk

mengetahui ketuntasan belajar siswa.

2.7 Kerangka Berpikir

Masalah pembelajaran TIK di SMP Laboratorium Undiksha

Singaraja secara umum ada 2 yaitu, pertama, rasio komputer

dengan siswa adalah 1: 2 sedangkan idealnya adalah 1:1.

Kondisi sarana komputer ini sangat mempengaruhi proses

pembelajaran TIK, terutama menyangkut keterampilan siswa

karena sebagian besar kegiatan pembelajaran menggunakan

komputer. Selain itu, ada masalah kedua yang juga terjadi

selama pembelajaran TIK adalah motivasi dan suasana belajar

yang kurang menyenangkan. Hal ini terjadi akibat kejenuhan

siswa melihat figure guru di kelas, mendengarkan suara guru,

serta kurang interaksinya antar siswa.

45

Pola pembelajaran tutor teman sebaya sangat memungkinkan

adanya interaksi antar siswa selama proses pembelajaran

berlangsung. Hal ini tentu saja dapat memberikan suasana yang

baru dalam kelas, sehingga suasana belajar menjadi

menyenangkan.

Berdasarkan kajian teori dan pola pikir di atas, diduga

pola pembelajaran tutor teman sebaya dapat meningkatkan

keterampilan siswa dalam mengoperasikan Microsoft Word 2007.

Selain itu, interaksi antar siswa yang sangat besar tentu saja

menciptakan suasana nyaman dan menyenangkan, sehingga otomatis

segala proses pembelajaran akan berjalan sesuai rencana, yang

pada akhirnya tujuan pembelajaran untuk meningkatkan

keterampilan siswa dalam mengoperasikan Microsoft Word 2007

dapat dicapai. Berikut disajikan diagram alur kerangka

berpikir.

46

`

Gambar 02. Diagram Kerangka Berpikir

2.8 Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.

“Jika pola belajar tutor sebaya dilaksanakan untuk

menanggulangi masalah pembelajaran TIK maka keterampilan

siswa mengoperasikan Microsoft Office Word 2007 pada47

KONDISI

AWAL

TINDAKAN

KONDISI AKHIR

Guru/peneliti :

belum mengim-plementasikan

Siswa/SubjekPenelitian:

Keterampilansiswa rendah

SIKLUS I

Implementasipendekatan

SIKLUS II

Perbaikan implementasi pola belajar tutor

Guru/peneliti :

Mengimplementasi-kan pola belajar tutor

Dengan implementasi pola belajar tutor sebaya keterampilan

kelas VIII5 SMP Laboratorium Universitas Pendidikan

Ganesha Singaraja Tahun Pelajaran 2013/ 2014 dapat

ditingkatkan”.

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Setting Penelitian

3.1.1 Tempat penelitian dilaksanakan

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Laboratorium

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Sekolah

ini merupakan salah satu sekolah swasta favorit di

Kota Singaraja yang terletak di Jalan Jatayu Nomor

10 Singaraja, dengan nomor telepon 08283720494.

Lingkungan belajar disini sangat nyaman karena

berada jauh dari keramaian jalan raya. Seleain itu,

proses pembelajaran sangat disukung oleh sarana

48

gedung yang nyaman, kelengkapan ruang laboratorium,

serta kualitas guru yang sangat baik.

3.1.2 Karakter siswa di kelas penelitian

Kelas penelitian yang digunakan adalah kelas VIII5

semester 1 tahun ajaran 2013/ 2014. Kelas ini

memiliki anggota sebanyak 28 siswa, yang terdiri

atas 14 siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki

sehingga rasio siswa perempuan dan laki-laki adalah

1:1. Kelompok Umur 14 – 16 tahun. Kondisi ini

sangat memungkinkan untuk terlaksananya pola belajar

tutor sebaya yang mempertimbangkan jenis kelamin.

3.2 Rancangan Penelitian

3.2.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) karena penelitian ini bertujuan untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas VIII5

49

sebagai kelas penelitian. Menurut DR. Sulipan, M.Pd

(dalam http://warehouse

1994.blogspot.com/2012/01/pengertian-ptk-menurut-para-

ahli.html, diakses tanggal 28 September 2013),

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berasal dari istilah

bahasa Inggris Classroom Action Research, yang berarti

penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk

mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu

subyek penelitian di kelas tersebut. Pertama kali

penelitian tindakan kelas diperkenalkan oleh Kurt Lewin

pada tahun 1946, yang selanjutnya dikembangkan oleh

Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, Dave

Ebbutt dan lainnya. Pada awalnya penelitian tindakan

menjadi salah satu model penelitian yang dilakukan pada

bidang pekerjaan tertentu dimana peneliti melakukan

pekerjaannya, baik di bidang pendidikan, kesehatan

maupun pengelolaan sumber daya manusia. Salah satu

contoh pekerjaan utama dalam bidang pendidikan adalah

50

mengajar di kelas, menangani bimbingan dan konseling,

dan mengelola sekolah. Dengan demikian, para guru atau

kepala sekolah dapat melakukan kegiatan penelitiannya

tanpa harus pergi ke tempat lain seperti para peneliti

konvensional pada umumnya. Secara lebih luas,

penelitian tindakan diartikan sebagai penelitian yang

berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan

peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok

subyek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan

atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan

tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan

atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga

diperoleh hasil yang lebih baik. Demikian pengertian

Penelitian Tindakan Kelas atau PTK adalah suatu

kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah kegiatan

belajar yang diberikan tindakan, yang secara sengaja

dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan

memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran

51

di kelas tersebut. Tindakan yang secara sengaja

dimunculkan tersebut diberikan oleh guru atau

berdasarkan arahan guru yang kemudian dilakukan oleh

siswa. Dalam hal ini arti Kelas tidak terikat pada

pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang

lebih spesifik, yaitu kelas adalah sekelompok siswa

yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang

sama dari guru yang sama juga (Suharsimi dalam

http://warehouse1994.blogspot .com/2012/01/pengertian-

ptk-menurut-para-ahli.html, diakses tanggal 28

September 2013).

Banyak ahli memberikan definisi tentang penelitian

tindakan kelas (PTK) berikut ini akan disajikan

beberapa pengertian dan definisi PTK yang dikemukakan

oleh para ahli tersebut.

Standford (dalam

http://warehouse1994.blogspot.com/2012/01/pengertian-

ptk-menurut-para-ahli.html, diakses tanggal 28

52

September 2013) mendefinisikan pengertian penelitian

tindakan adalah 'analysis, fact finding, conceptualization, planing,

execution, more fact finding or evaluation; and then repetition of this

whole circle of activities; indeed, a spiral of such circles, ('Analisis,

menemukan fakta, konseptualisasi, perencanaan,

pelaksanaan, menemukan fakta lebih atau evaluasi; dan

kemudian pengulangan lingkaran ini seluruh kegiatan;

memang, sebuah lingkaran seperti spiral).

Tim proyek PGSM (dalam http://warehouse1994.

blogspot.com /2012/01/ pengertian-ptk-menurut-para-

ahli.html, diakses tanggal 28 September 2013)

mendefinisikan pengertian penelitian tindakan kelas

adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh

pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan

kemantaban rasional dari tindakan mereka dalam

melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap

tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki

kondisi dimana praktik pembelajaran tersebut dilakukan,

53

Mukhlis, Abdul dan Nur, Mohamad (dalam

http://warehouse1994 .blogspot.com/2012/01/pengertian-

ptk-menurut-para-ahli.html, diakses tanggal 28

September 2013) mendefinisikan pengertian penelitian

tindakan kelas sebagai suatu bentuk kajian yang

bersifat sistematis dan siklustis, (4) Kemis, Stephen

dalam D. Hopkins (1992) mendefinisikan penelitian

tindakan kelas adalah 'action research is a form of self reflective

inquiry undertaken by participants in a social (including educational)

situation inorder to improve the rationality and justice of (a) their own

social or educational pratices, (b) their understanding of these practices,

and (c) the situations in which practices are carried out' (penelitian

tindakan adalah suatu bentuk penelaahan atau inkuri

melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta

kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial

(termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas

dan kebenaran dari (a) praktek-praktek sosial atau

kependidikan yang mereka lakukan sendiri, (b) pemahaman

54

mereka terhadap praktek-praktek tersebut, (c) situasi

di tempat praktek itu dilaksanakan).

Mills (dalam

http://warehouse1994.blogspot.com/2012/01/pengertian-

ptk-menurut-para-ahli.html, diakses tanggal 28

September 2013) mendefinisikan pengertian penelitian

tindakan kelas sebagai berikut; 'Any systematic inquiry

conducted by teacher researchers ... to gather information about how

their particular schools operate, how they teach, and how well their

students learn'.( Setiap penyelidikan yang sistematis yang

dilakukan oleh peneliti guru ... untuk mengumpulkan

informasi tentang bagaimana sekolah tertentu mereka

beroperasi, bagaimana mereka mengajar, dan seberapa

baik siswa mereka belajar ).

Rapoport (dalam

http://warehouse1994.blogspot.com/2012/01/pengertian-

ptk-menurut-para-ahli.html, diakses tanggal 28

September 2013) mendefinisikan pengertian penelitian55

tindakan kelas sebagai berikut; 'Action research aims to

contribute both to the practical concerns of people in an immediate

problematic situation and to the goals of social science (including

education) by joint collaboration within a mutually acceptable ethical

framework. (Penelitian Aksi bertujuan untuk memberikan

kontribusi baik kepada orang keprihatinan praktis dalam

situasi problematik segera dan dengan tujuan ilmu

sosial (termasuk pendidikan) dengan kolaborasi bersama

dalam kerangka etis diterima bersama)

Bila digabungkan pengertian dan definisi PTK yang

dikemukakan oleh para ahli di atas maka diperoleh

batasan penelitian tindakan kelas sebagai sebuah proses

investigasi terkendali yang berdaur ulang (bersiklus)

dan bersifat reflektif mandiri, yang memiliki tujuan

untuk melakukan perbaikan-perbaiakan terhadap sistem,

cara kerja, proses, isi, kompetensi, atau situasi.

3.2.2 Subyek Penelitian

56

Subyek penelitian kali ini adalah kelas VIII5 SMP

Laboratorium Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja

pada semester 1 tahun ajaran 2013/ 2014. Kelas ini

dipilih karena dari kelima kelas VIII yang ada di

sekolah ini, rata-rata UTS kelas VIII5 terendah yakni

76,64 dari KKM = 80 (nilai terlampir) dan persentase

ketuntasan UTS hanya 50 %.

3.2.3 Obyek Penelitian

Variabel hasil yang disasar dalam penelitian ini adalah

keterampilan siswa membuat dokumen dengan menggunakan

program pengolah kata Microsoft Office Word 2007,

meliputi keterampilan membuat dan memformat dokumen,

menyisipkan tabel, dan gambar dengan memanfaatkan tab

menu Home, Insert, dan Page Layout.

3.2.4 Prosedur Penelitian

57

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan

penelitian deskriptif kualitatif dengan cara melakukan

pengamatan terhadap keterampilan siswa membuat dokumen

dengan menggunakan Microsoft Office Word 2007.

Penelitian tindakan ini merupakan penelitian tindakan

kelas model Kemmis dan Taggart ( dalam

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source =web&

cd= 3&ved=0CDoQFjAC&url=http%3A%2F

%2Fwaskitamandiribk.files.wordpress.com %2F

2009%2F09%2Fmetode-

tutorsebayaproposaljadi.doc&ei=F9xhUoCrNMfQ rQespIHADg

&usg=AFQjC NGSqsivuWpEZexbW8S-s-

LaCQiAQ&bvm=bv.54934254,d.bmk, diakses tanggal 19 Oktober

2013), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke

siklus yang berikutnya. Penelitian ini terdiri dari 3

siklus. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action

(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi).

Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah

58

Refleksi

Tindakan/Observasi

Refleksi

Tindakan/Observasi

Refleksi

Tindakan/Observasi

Rencana awal/rancang

an

Rencana yang

direvisi

Rencana yang

direvisi

Putaran 1Putaran 2

Putaran 3

direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk

pada siklus II dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa

identifikasi permasalahan, begitu seterusnya sampai pada

siklus III. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian

tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut :

59

Gambar 03. Alur PTK

Berdasarkan alur PTK di atas, penelitian kali ini

dilaksanakan dengan rincian tip siklusnya adalah sebagai

berikut.

1. Kegiatan Awal/ Rencana Tindakan

Siklus 1

Berdasarkan refleksi awal, peneliti empersiapkan segala

sesuatu yang diperlukan untuk pelaksanaan penelitian ini,

yaitu:

a) Mengecek daftar nilai Ulangan Tengah Semester siswa

kelas VIII untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

pelajaran TIK, sehingga diketahui kelas yang akan

60

digunakan sebagai subjek penelitian yaitu kelas yang

memiliki nilai UTS terendah.

b) Mengamati sarana komputer di ruang laboratorium

komputer yang akan digunakan sebagai tempat

pembelajaran dalam penelitian.

c) Mereview silabus TIK kelas VIII yang sudah dibuat

sebelumnya untuk tahun ajaran 2013/ 2014 untuk

melihat Kompetensi Dasar serta indikator-indikator

yang akan digunakan dalam penelitian.

Setelah melakukan kegiatan awal, peneliti kemudian

melakukan kegiatan untuk persiapan tindakan/ pra-tindakan

antara lain:

a) Mendiskusikan rencana penelitian dengan Pengawas dari

Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng. Selain itu,

peneliti mendiskusikan bahan ajar dan skenario

pembelajaran TIK dengan menggunakan metode tutor sebaya.

b) Membentuk kelompok diskusi. Diskusi kelompok

terbimbing dengan model tutor sebaya merupakan kelompok

61

yang beranggotakan 2 siswa, yakni 1 orang sebagai

tutor dan 1 orang lagi sebagai non-tutor. Tutor

dipilih melalui 2 tahap. Tahap pertama adalah tutor

dipilih berdasarkan nilai harian dari guru pengajar

TIK. Tutor memiliki nilai rata-rata di atas 80 dan

diurutkan berdasarkan nilai tertinggi. Tahap kedua

adalah pendekatan pesonal (persona approach) terhadap

calon tutor. Seorang tutor harus mampu berkomunikasi

dengan baik dan mampu memimpin sebuah diskusi.

c) Merancang rencana pembelajaran untuk siklus 1.

d) Menyusun bahan ajar yang akan digunakan pada proses

pembelajaran berupa slide power point.

e) Membuat format Agenda Harian dan Lembar Observasi.

f) Membuat LKS formatting dengan menggunakan Microsoft

Office Word 2007.

g) Menyusun lembar penilaian keterampilan Microsoft Word

2007.

Siklus 2

62

Berdasarkan refleksi pada akhir siklus 1, maka

perencanaan di siklus 2 sebagai berikut.

a) Merancang rencana pembelajaran untuk siklus 2.

b) Menyusun bahan ajar yang akan digunakan pada proses

pembelajaran berupa slide power point.

c) Membuat format Agenda Harian dan Lembar Observasi.

d) Membuat LKS formatting dengan menggunakan Microsoft

Office Word 2007.

e) Menyusun lembar penilaian keterampilan Microsoft Word

2007.

Siklus 3

Kegiatan perencanaan untuk siklus 3 dilakukan berdasarkan

refleksi pada siklus 2 dengan rincian sebagai berikut:

a) Merancang rencana pembelajaran untuk siklus 3.

b) Menyusun bahan ajar yang akan digunakan pada proses

pembelajaran berupa slide power point.

c) Membuat format Agenda Harian dan Lembar Observasi.

63

d) Membuat LKS formatting dengan menggunakan Microsoft

Office Word 2007.

e) Menyusun lembar penilaian keterampilan Microsoft Word

2007.

f) Membuat format Angket Respon Siswa.

2. Pelaksanaan Tindakan/ Observasi

Dalam pelaksanaannya, penelitian ini dilakukan dalam 3

siklus, dengan rincian: waktu penelitian untuk setiap

siklusnya adalah 1 minggu, sedangkan waktu

pembelajarannya adalah 2 jam pelajaran (2 x 40 menit) dan

waktu untuk tes keterampilannya adalah 30 menit. Langkah-

langkah pelaksanaan tindakan penelitian yang dilakukan

oleh peneliti dalam setiap siklusnya adalah sebagai

berikut:

Siklus 1

Pertemuan 1.1

a) Siswa dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan nilai UTS

nya, yakni kelompok tutor dan kelompok non-tutor. Kelompok

64

tutor memasuki ruang laboratorium komputer, sedangkan

kelompok non-tutor masuk ke ruang lain (selama

penelitian kelompok ini masuk ke laboratorium bahasa

yang ada di sebelah ruang laboratorium komputer). Siswa

non-tutor diberikan LKS yang akan dikerjakan bersama-

sama kelompok tutor lalu berdiskusi bersama-sama di

ruangan laboratorium bahasa..

b) Guru menuju ruang lab komputer lalu menyampaikan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai.

c) Guru menyajikan materi pembelajaran kepada kelompok

tutor.

d) Setelah terjadi Tanya-jawab, guru memanggil kelompok

non-tutor untuk memasuki ruang lab komputer, lalu

mereka mencari pasangannya sehingga dalam 1 komputer

terdapat 1 siswa tutor dan 1 siswa non-tutor.

e) Siswa tutor lalu menyampaikan materi yang sudah

diberikan guru sebelumnya, lalu mengerjakan LKS

65

bersama-sama. LKS yang dibahas yakni membuat dokumen

pengolah kata sederhana dan memformat dokumen.

f) Kemudian, siswa secara bergiliran dengan cara diacak

menyampaikan hasil wawancara dengan teman pasangannya

dan mendemonstrasikan langkah-langkah formatting yang

telah dilakukannya bersama tutor..

g) Guru mengulangi lagi/menjelaskan kembali materi yang

belum dipahami siswa.

Pertemuan 1.2

Pada pertemuan kedua ini, peneliti khusus melakukan

kegiatan penilaian keterampilan individu. Hal ini

dilakukan mengingat keterbatasan komputer yang ada,

sehingga kegiatan penilaian dilakukan dalam 2 gelombang

dengan alokasi waktu masing-masing 30 menit. Langkah-

langkah tindakannya adalah sebagai berikut:

a) Siswa nomor absen 1 sampai dengan 14 (gelombang 1)

masuk ke ruang lab komputer untuk melakukan tes

66

keterampilan sedangkan sisanya berada di luar ruang lab

komputer.

b) Setelah 30 menit, siswa yang berada di ruang lab

komputer diminta keluar ruangan sedangkan siswa yang

berada di luar diminta masuk ke ruangan untuk melakukan

tes keterampilan selama 30 menit.

Siklus 2

Pertemuan 2.1

Langkah-langkah pada pertemuan ini sama dengan langkah-

langkah pada pertemuan 1.1 di siklus I , dan diadakan

perubahan sesuai dengan refleksi pada siklus I. Siswa

melakukan kegiatan tentang formatting, tetapi dengan teks

yang berbeda. Rincian kegiatan tindakannya yaitu:

1) Peneliti tidak mengadakan perubahan pada formasi

kelompok tutor-non tutor untuk memberikan kesempatan pada

siswa untuk mengenal temannya lebih dekat.

67

2) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan

diajarkan dan menggali pengetahuan awal siswa serta

mempersiapkan siswa sesuai dengan rencana pembelajaran.

Pertemuan 2.2

Pada pertemuan ini, peneliti melakukan tes keterampilan

seperti pertemuan 1.2 di siklus 1 dengan alokasi waktu

yang sama tiap siswa yaitu 30 menit dan tema yang sama

yaitu formatting. Yang berbeda adalah teks yang digunakan

serta pengaturan siswanya. Siswa yang nomor absen 1-14

berada di luar ruangan (sebagai gelombang 2) sedangkan

sisanya masuk ke ruangan lab komputer untuk melakukan tes

keterampilan (gelombang 1). Setelah 30 menit, kelompok

siswa gelombang 2 masuk ke ruangan untuk tes

keterampilan.

Siklus 3

Pertemuan 3.1

68

Tindakan penelitian di siklus 3 sama dengan siklus-siklus

sebelumnya, masih dengan formatting dan teks yang sama

dengan teks siklus 2. Kelompok tutor-non tutor juga masih

sama.

Pertemuan 3.2

Pada pertemuan kedua di siklus 3 ini, siswa melakukan tes

keterampilan formatting dengan teks yang sama dengan teks

keterampilan di siklus 2. Pengaturan siswanya sama dengan

tes keterampilan siswa di siklus 1, yaitu siswa nomor

absen 1-14 sebagai gelombang 1 yang masuk ke ruang lab

komputer. Setelah tes keterampilan berakhir, siswa

diberikan angket respon terhadap pembelajaran TIK dengan

menggunakan metode tutor sebaya untuk diisi dengan lengkap.

3. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan di akhir proses pembelajaran di

setiap siklus. Tahap penelitian ini akan menjadi langkah

awal dalam menganalisis dan refleksi untuk menentukan

langkah selanjutnya.

69

4. Analisis dan refleksi.

Analisis dan refleksi dilakukan untuk mnindaklanjuti

hasil evaluasi tindakan. Kegiatan analisis dan refleksi

memberikan petunjuk penting bagi tindakan yang dilakukan

peneliti. Analisis juga bertujuan untuk meninjau ulang

perencanaan tindakan yang telah direncanakan serta dalam

merevisi perencanaan yang lebih matang untuk tindakan

selanjutnya.

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada 2

jenis, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

Penjelasannya sebagai berikut.

Data kuantitatif, yakni berupa data jumlah nilai

keterampilan siswa (psikomotorik) dalam

mengoperasikan Microsoft Word 2007. Siswa dikatakan

tuntas jika nilai keterampilannya ≥ 80. Setelah

70

diperoleh data ketuntasan siswa, kemudian dicari

Ketuntasan Klasikal (KK). Kelas dikatakan tuntas

jika KK ≥ 85%.

Selain itu, data kuantitatif diperoleh dari angket

respon siswa terhadap penggunaan pola belajar tutor

sebaya. Kriteria penilaian terhadap suatu pernyataan

dalam angket terbagi menjadi 5 kategori jawaban,

yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R),

Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Masing-masing pilihan pada tiap item diberi skor.

Untuk pernyataan positif : SS = 5 ; S = 4 ; R= 3 ;

TS = 2 ; dan STS = 1. Sedangkan untuk pernyataan

negatif : SS = 1; S = 2 ; R = 3; TS = 4 ; dan STS =

5. Skor respon siswa diperoleh dengan menjumlahkan

skor yang didapat siswa tersebut untuk tiap item.

Data kualitatif, yakni berupa hasil pengamatan sikap

dan perilaku siswa secara deskriptif selama proses

71

pembelajaran, baik itu yang dilakukan oleh peneliti

maupun rekan sejawat lain sebagai pengamat.

3.3.2 Sumber Data

Data-data penelitian ini ada 2 macam, yaitu:

Sumber data primer, yakni data-data yang bersumber

dari peneliti sendiri yang meliputi nilai

keterampilan (psikomotor) siswa serta hasil

pengamatan peneliti selama proses pembelajaran

berlangsung.

Sumber data sekunder, yakni data-data yang bersumber

dari rekan sejawat yang menjadi pengamat. Dalam

penelitian ini, yang menjadi pengamat adalah bapak

Drs. Made Resika, M.Pd.

3.4 Tehnik dan Instrumen Pengumpulan Data

3.4.1Tehnik Pengumpulan Data

72

Data yang dikumpulkan berupa nilai keterampilan

(psikomotorik) yang meliputi ketrampilan membuat

dokumen, memformat dokumen, menyisipkan tabel dan

gambar menggunakan tab menu Home, Insert, dan Page Layout

pada program pengolah kata Microsoft Office Word

2007. Cara mengumpulkan data adalah dengan

melakukan penilaian keterampilan (psikomotorik)

siswa. Data hasil penelitian berupa data

kuantitatif dan data kualitatif. Tehnik

pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3. Tehnik Pengumpulan Data

No Sumber Tehnik

1 Siswa Tes keterampilan

Observasi

Angket Respon

73

2 Observer Observasi

Wawancara

3 Peneliti Observasi

3.4.2Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrumen

yang diuraikan sebagai berikut.

a) Tes Keterampilan

Adapun tes yang digunakan dalam penelitian ini

adalah tes keterampilan (psikomotorik) dalam

mengoperasikan program pengolah kata Microsoft

Office Word 2007. Kriteria dan bobot penilaiannya

meliputi: kesesuaian format dan ketepatan waktu.

Tes keterampilan siswa dilaksanakan di setiap

siklus (tes keterampilan siklus). Penilaian

dilakukan sendiri oleh peneliti.

74

b) Angket Respon Siswa

Angket respon siswa digunakan untuk mengetahui

respon siswa terhadap proses pembelajaran

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan

menggunakan metode tutor sebaya. Dalam angket ini

terdapat 15 item pernyataan dengan 5 kriteria

respon, yaitu: Sangat Tidak Setuju, Tidak Setuju,

Ragu-ragu, Setuju, dan Sangat Setuju. Pengisian

angket ini dilakukan setelah berakhirnya

pembelajaran seluruh siklus (di akhir siklus 3).

c) Jurnal harian

Jurnal ini berisi kesan siswa terhadap

pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi

(TIK) dengan menggunakan metode tutor sebaya. Jurnal

ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai

aktivitas dan minat siswa terhadap pembelajaran

dalam upaya perbaikan pada tahap berikutnya.

75

Jurnal ini diisi oleh peneliti di setiap pertemuan

pada masing-masing siklus.

d) Lembar Observasi

Lembar observasi ditujukan untuk mengetahui sejauh

mana aktivitas atau perilaku siswa yang terjadi

selama proses pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran tutor sebaya. Lembar observasi

diisi oleh pengamat yang menjadi mitra peneliti di

setiap proses pembelajaran di masing-masing

siklus.

3.5 Analisis Data

Data yang diperoleh dari setiap siklus dianalisis

dengan proses yang berbeda. Dalam penelitian ini, ada 2

data yang dianalisis yakni data keterampilan siswa dan

data respon siswa.

a) Data keterampilan siswa

Data keterampilan siswa dianalisis dengan menggunakan

rumus ketuntasan klasikal:76

Ketuntasan Klasikal (KK) dengan rumus:

KK=JumlahsiswayangtuntasJumlahsiswa

×100%

Kelas dikatakan tuntas jika KK ≥ 85%.

b) Data Respon Siswa

Data respon siswa dianalisis dengan menggunakan

analisis deskriptif. Kriteria penggolongan respon siswa

disusun berdasarkan Mean Ideal (MI) dan Standar deviasi

ideal (Sdi), dengan kategori seperti tabel berikut.

Tabel. 3.1 Penentuan Penggolongan Respon Siswa

Kriteria Penggolongan Respon Keterangan

77

MI + 1,5 Sdi ≤ X Sangat Positif

MI + 0,5 Sdi ≤ X <MI + 1,5Sdi

Positif

MI - 0,5 Sdi ≤ X <MI + 0,5Sdi

Cukup Positif

MI - 1,5 Sdi ≤ X <MI – 0,5Sdi

Kurang Positif

X <MI- 1,5 Sdi

Sangat Kurang Positif

Dari respon siswa yang terkumpul akan dihitung skor rerata

(X):

X=ΣXN

dimana:

X : Skor rerata respon siswa

X : Jumlah seluruh skor siswa∑

N : Jumlah siswa

Sedangkan rumus untuk MI dan Sdi adalah :

MI = ½ (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal)

78

Sdi =1/6 (skor tertinggi ideal - skor terendah ideal)

Angket respon siswa yang digunakan untuk penelitian ini

terdiri dari 15 item. Tiap item mempunyai skor maksimal 5

dan minimal 1, sehingga skor tertinggi ideal dan skor

terendah ideal adalah 75 dan 15. Dengan demikian dapat

dihitung mean ideal (MI) dan standar deviasi ideal (Sdi),

yaitu :

MI = ½ (skor tertinggi ideal + skor terendah

ideal)

= ½ (75 + 15)

= 45.

SDI = 1/6 (skor tertinggi ideal - skor terendah

ideal)

= 1/6 (75-15)

= 10.

Jadi kriteria penggolongan respon siswa adalah seperti tabel

3.2

79

Tabel. 3.2 Penggolongan Respon Siswa

No Kriteria Kategori

1 X̄ 60 Sangat positif2 50 X̄ 60 Positif3 40 X̄ 50 Cukup positif4 30 X̄ 40 Kurang positif

5 X̄ 30 Sangat kurang positif

Skor rerata ( X ) yang diperoleh dari perhitungan

dibandingkan dengan kriteria penggolongan yang telah

ditetapkan seperti pada Tabel 3.2. Dengan demikian dapat

ditentukan kategori respon siswa. Kriteria keberhasilan untuk

respon siswa adalah jika dari analisis diperoleh hasil minimal

positif.

3.6 Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dinyatakan berhasil apabila memenuhi

kriteria diantaranya:

80

a) Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa aktif di

dalam proses pembelajaran.

b) Hasil tes keterampilan siswa menunjukkan bahwa

secara klasikal ketuntasannya ≥ 85% (KKM = 80).

c) Hasil respon siswa menunjukkan hasil minimal

positif.

3.7 Jadwal Penelitian

Jadwal rancangan penelitian ini adalah sebagai

berikut.

81

RANCANGAN JADWAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

NORINCIAN

KEGIATAN

BULANKETJULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOPEMBER DESEMBER

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41 Diskusi

dengan teman

sejawat

X X

2 Penelitian

awal

M X X X X G K

3 Penyusunan

perencanaan

O X X X X A N

4 Pemilihan

tutor sebaya

S X L G

5 Pelaksanaan

PTK di kelas

VIII5 dengan

metode tutor

sebaya

X X G N

82

6 Observasi N X7 Refleksi X8 Penyusunan

laporan PTK

X X X

83

3.8 Rancangan Biaya Penelitian

Adapun rincian dari biaya penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.4 Rancangan Biaya Penelitian

NO URAIAN BIAYA1 Alat dan bahan penelitian:

a. Bahan habis pakai:- kertas HVS 2 rim Rp. 100.000- kertas buram 1 rim Rp. 20.000

b. ATK (spidol, ballpoint, map,

holder, paper clip)

Rp. 100.000

2 Laporan Penelitian:- Penggandaan Rp. 50.000- Penjilidan Rp. 100.000

3 Biaya Perjalanan- Biaya transportasi Rp. 50.000- Konsumsi Rp. 80.000

JUMLAH Rp. 500.000

51

52

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Kondisi Awal Setting Penelitian

Sebagian besar proses pembelajaran TIK di SMP Laboratorium

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja dilaksanakan di ruang

laboratorium komputer. Ruang laboratorium komputer SMP

Laboratorium Universitas Pendidikan Ganesha berada di lantai 3

sekolah. Saat ini terdapat 15 set komputer untuk menunjang proses

pembelajaran TIK sehingga rasio komputer dengan siswa adalah 1:2.

Ruangan ini juga dilengkapi 1 buah LCD dengan proyektor gantung.

Ruangan dengan ukuran 6 x 7 meter ini termasuk ruangan yang

nyaman karena dilengkapi dengan 2 buah AC (air conditioner).

Berdasarkan buku Data Siswa, SMP Laboratorium Universitas

Pendidikan Ganesha Singaraja saat ini memiliki 379 orang siswa,

masing-masing 131 siswa kelas VII, 140 siswa kelas VIII, dan 99

siswa kelas IX. Kelas yang menjadi sample penelitian ini adalah

kelas VIII.5 karena dari 5 kelas VIII yang ada, kelas VIII5 yang

memiliki nilai rata-rata harian pelajaran TIK, yakni 81 dari KKM

= 80 (daftar nilai harian terlampir). Kelas yang wali kelasnya Gede

Sutanya, S.Pd ini, memiliki anggota sebanyak 28 siswa, 14 siswa

53

perempuan dan 14 siswa laki-laki sehingga rasio siswa perempuan

dan laki-laki adalah 1:1. Kondisi ini sangat memungkinkan untuk

terlaksananya pola belajar tutor sebaya yang mempertimbangkan

jenis kelamin.

Kondisi awal siswa kelas VIII5 adalah tampak bahwa kualitas

proses dan hasil belajar siswa masih tergolong rendah, terlihat

dari rerata kelas 64,0 tergolong tidak tuntas dan ketuntasan

klasikal hanya 16,7 juga katagori tidak tuntas. Siswa Nampak

tidak siap untuk mengikuti pembelajaran, sebab banyak siswa yang

masih berkeliaran di luar ruangan padahal bel tanda masuk sudah

berbunyi. Semangat siswa saat belajar TIK materi pengenalan

Microsoft Office Word 2007 sangat rendah, itu terlihat dari

antusias siswa saat guru mengajukan pertanyaan, siswa enggan

untuk menjawab. Minat siswa dalam belajar TIK juga sangat kecil,

banyak siswa yang terlihat acuh saat pembelajaran. Kadang-kadang

mereka ngobrol dengan temannya tentang hal-hal yang tidak terkait

dengan apa yang sedang dibahas. Tidak jarang terlihat siswa yang

menguap yang menandakan mereka mengantuk atau bosan, padahal

pembelajaran sudah dilaksanakan di ruang laboratorium komputer

yang sejuk dan nyaman. Siswa cenderung ingin cepat mengakhiri

pembelajaran dengan berteriak-teriak saat jam pergantian

pelajaran atau jam istirahat berbunyi, yang menandakan mereka

terpaksa untuk belajar. Selain itu, siswa juga merasa canggung

54

atau malu untuk menanyakan kepada guru jika ada hal-hal yang

belum dipahami dalam pembelajaran. Interaksi antara siswa dengan

siswa lain, dan interaksi antara siswa dengan guru terlihat

sangat kurang. Suasana kelas cenderung merasa tegang. Selama

pembelajaran berlangsung, hanya sebagian kecil siswa yang

melakukan interaksi (komunikasi) dengan teman maupun dengan guru,

demikian juga pada saat siswa disuruh melakukan kerja kelompok,

hanya siswa yang memiliki kemampuan dan kemauan belajar yang

tinggi saja yang mau mengerjakan tugas tugas yang diberikan,

sedangkan siswa lain sama sekali tidak ada usaha untuk ikut

mendiskusikan jawaban atau bertanya dengan temannya yang lebih

mampu, mereka cenderung menyerahkan begitu saja kepada temannya

dan setelah temannya selesai mengerjakan mereka tinggal menyalin

atau menyontek saja. Ketika guru memberikan pertanyaan atau soal,

tidak ada siswa dengan inisiatif sendiri maju ke depan kelas

untuk menjawab. Siswa baru maju setelah ditunjuk oleh guru dan

ketika maju siswa tampak kurang percaya diri. Setelah dilakukan

kuis atau ulangan harian, hanya sebagian kecil siswa yang

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) kompetensi dasar

terkait.

Berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan di sekolah ,

kelas dianggap tuntas apabila ketuntasan klasikal ¿ 85% dan

siswa dianggap tuntas secara individual apabila mampu mencapai

55

angka KKM ¿ 80. Dari penilaian proses maupun tes yang diberikan

menunjukkan bahwa khusus untuk siswa kelas VIII5 nilai rerata

harian kelas dan ketuntasan kelas terjadi ketimpangan antara

siswa yang mampu dengan siswa yang kurang mampu, siswa yang mampu

nilainya sangat bagus sedangkan siswa yang kurang mampu nilainya

sangat kurang sekali, hal ini menunjukkan terjadi kegagalan

pembelajaran konsep Microsoft Word 2007 baik pada proses maupun

hasil belajar.

4.2 Hasil Penelitian Siklus 1

4.2.1 Deskripsi Proses Pembelajaran

Pertemuan 1.1

Pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan di ruang

laboratorium komputer dan bahasa. Semua siswa hadir dalam

pertemuan pertama ini. Pada proses pembelajaran pertemuan

pertama, siswa dibagi menjadi 2 kelompok yakni kelompok

tutor dan non-tutor. Kelompok tutor berada di ruang komputer

untuk mendengarkan penjelasan guru, sedangkan kelompok

non-tutor berada di ruang laboratorium bahasa (di sebelah

ruang laboratorium komputer) untuk membaca materi tentang

formatting dari buku paket yang dibawa tiap siswa. Proses

pembelajaran diawali dengan pendahuluan kurang lebih

selama 10 menit dengan mengucapkan salam pembuka,

mengabsensi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran yang

56

akan diajarkan dengan menggunakan LCD untuk

mengefisienkan waktu dan mempersiapkan siswa untuk

memulai pembelajaran. Tujuan pembelajaran perlu

disampaikan agar siswa mengetahui apa yang ingin dicapai

setelah pembelajaran. Setelah itu, peneliti melakukan

apersepsi dan motivasi dari tayangan slide power point

tentang kegunaan dari program pengolah kata dalam

kehidupan sehari-hari yakni dalam membuat teks/ dokumen.

Kegiatan pendahuluan terakhir diisi dengan sosialisasi

siswa tentang kegiatan pembelajaran TIK dengan

menggunakan tutor sebaya. Memasuki kegiatan inti, selama 10

menit peneliti menjelaskan materi formatting menggunakan

Tab Home, Insert dan Page Layout, lalu mendemonstrasikan

pembuatan sebuah dokumen sederhana dengan formatting

dokumen. Siswa kemudian diberikan kesempatan untuk tanya-

jawab materi yang sudah disampaikan, lalu 3 orang

perwakilan siswa mendemonstrasikan kembali cara pembuatan

dokumen sederhana yang sudah dicontohkan sebelumnya.

Rencananya, siswa yang mendemonstrasikan kembali adalah

siswa yang mau dengan suka rela. Tetapi kenyataannya,

ketiga siswa yang maju ke depan untuk demonstrasi adalah

siswa-siswa yang ditunjuk oleh guru. Disini nampak bahwa

rasa percaya diri siswa masih kurang. Setelah 15 menit,

57

kelompok siswa non-tutor dipanggil untuk memasuki ruangan

lab komputer. Guru lalu mensosialisasikan kembali tentang

metode tutor sebaya kepada semua siswa, sambil memasangkan

siswa tutor-non tutor. Siswa lalu mencari pasangannya masing-

masing. Selama kurang lebih 20 menit, siswa tutor

menjelaskan kembali materi yang sudah disampaikan

sebelumnya, lalu meminta siswa non-tutor untuk

mendemonstrasikan pembuatan dokumen sederhana dengan

formatting yang sesuai. Setelah proses diskusi informasi

ini, guru mengajak siswa untuk mengikuti diskusi kelas.

Pada kesempatan pertama, siswa diberikan waktu 5 menit

untuk bertanya kepada guru tentang materi-materi yang

belum jelas. Seorang siswa sudah berani mengajukan

pertanyaan tentang formatting font dalam pembuatan dokumen

tanpa harus ditunjuk oleh gurunya, setelah diberikan

iming-iming mendapatkan tambahan skor. Hal ini berbeda

dari saat kegiatan sebelumnya. Di akhir pembelajaran guru

memberikan tugas berupa PR, menyampaikan kepada siswa

materi pembelajaran pada pertemuan berikutnya dan

menugaskan siswa untuk membaca dan mempelajari materi

tersebut. Selain itu, guru menginformasikan tentang tes

keterampilan pada pertemuan berikutnya, lengkap dengan

kriteria penilaiannya. Selanjutnya pembelajaran ditutup

58

dengan mengucapkan Prama Santi, Om Santih Santih Santih

Om.

Pertemuan 1.2

Pertemuan kedua dari siklus pertama ini khusus untuk

kegiatan penilaian keterampilan membuat dokumen dengan

menggunakan Microsoft Office Word 2007. Sebelum bel

pelajaran dimulai, guru sudah mengecek masing-masing

komputer yang ada di ruang lab komputer untuk

mengantisipasi kerusakan ataupun kesalahan pada sistem di

komputer. Dalam pengecekan ini, guru ditemani oleh

laboran. Selama pengecekan, ada 1 komputer yang hang

karena ada permasalahan di motherboard. Tetapi semua dapat

ditanggulangi setelah me-restart komputer tersebut. Selain

itu, ada 1 komputer lagi yang memiliki permasalahan di

keyboard yaitu tidak ada respon dari keyboard saat

dioperasikan. Masalah ini juga dapat ditanggulangi dengan

mengganti keyboard tersebut dengan yang lainnya. Setelah

bel masuk berbunyi, semua siswa hadir saat pertemuan

kedua ini yaitu sebanyak 28 orang siswa. Sebelum memasuki

ruangan lab komputer, pengaturan siswa dilakukan

mengingat keterbatasan jumlah komputer yang ada di ruang

lab komputer. Dalam hal ini, siswa yang bernomer absen 1

sampai dengan 14 mengikuti tes pertama (sebagai gelombang

59

pertama) sedangkan sisanya berada di luar ruangan untuk

menunggu giliran (gelombang kedua). Kriteria penilaiannya

adalah: 60 untuk format dan 40 untuk ketepatan waktu.

Waktu yang diberikan untuk mengerjakan dokumen adalah 30

menit. Setelah siswa dari gelombang pertama masuk

ruangan, guru meminta siswa untuk membaca soal lalu

memberikan petunjuk pengerjaan dokumen, penyimpanan

dokumen, serta pedoman penskorannya selama 5 menit. Soal

sudah disiapkan di masing-masing meja komputer sebelum

siswa memasuki ruangan. Setelah tanda mulai berupa

animasi flash ditampilkan di layar LCD, siswa mulai

mengerjakan tes secara mandiri. Selama pengerjaan soal,

guru mengamati kegiatan siswa lalu mencatat hal-hal

penting yang terjadi selama tes. Selain itu, guru

mengecek proses pengerjaan dokumen oleh siswa untuk

mengantisipasi kesalahan pengoperasian komputer. Dalam

tes kelompok gelombang pertama ini, semua siswa

mengerjakan dokumen tepat waktu sehingga untuk ketepatan

waktu mereka semua mendapatkan skor 40. Format yang

diminta pada dokumen juga sudah sesuai dengan soal. Hanya

ada 2 orang siswa yang melakukan kesalahan formatting pada

shapes yang diminta, sehingga nilai mereka hanya 50 dari

skor maksimal 60. Setelah 30 menit, siswa gelombang

60

pertama keluar ruangan, lalu siswa gelombang kedua

memasuki ruang lab komputer. Sama seperti pada gelombang

pertama, guru meminta siswa untuk membaca soal sambil

menjelaskan prosedur pengerjaan dokumen, format,

penyimpanan, serta pedoman penskorannya. Berbeda dengan

gelombang pertama, dari segi ketepatan waktu pengerjaan

dokumen ada 2 siswa yang tidak tepat waktu dan mengalami

kesalahan formatting. Yang paling parah adalah seorang

siswa tidak mampu membuka lembar kerja Microsoft Word

2007 karena memang anak ini sedikit mengalami masalah

personal dan tertinggal di kelas VIII yang harusnya sudah

kelas IX sekarang. Guru harus memberikan perhatian penuh

terhadap siswa ini dan menuntun setiap langkah pengerjaan

dokumen. Setelah mengerjakan dokumen, ternyata formatting

yang dilakukan salah. Selain itu, file yang sudah dibuat

tidak tersimpan pada tempat yang ditentukan, sehingga

untuk siswa ini guru hanya memberikan skor 30 dari skor

maksimal 100.

4.2.2 Data Hasil Penelitian

Keterampilan Siswa

Data tentang keterampilan siswa pada siklus I

disajikan pada lampiran. Berdasarkan lampiran tersebut

diketahui bahwa:

61

Jumlah seluruh skor siswa ( X)∑ = 2160

Jumlah siswa (N) = 28

Dengan demikian skor rerata kelas ( X ) pada siklus I adalah

X=ΣXN

= 216028

= 77,14

Hasil di atas menunjukkan rerata kelas belum tuntas (rerata

77,14). Sesuai dengan pedoman yang digunakan, rerata kelas

dikatakan tuntas apabila nilainya sebesar 80,00 ke atas.

Sedangkan ketuntasan belajar siswa secara klasikal (KK) pada

siklus I sebesar.

KK=Jumlah siswa yang tuntas

Jumlah siswax 100%

KK = 1928

= 67, 86 %

Hasil di atas menunjukkan bahwa secara klasikal siswa

belum tuntas (siswa dikatakan tuntas apabila KK 85%), ini

menunjukkan ada 9 siswa belum tuntas secara individu dan 19

orang siswa yang tuntas. Perbandingan nilai rata-rata

62

keterampilan siswa dan ketuntasan belajar siswa ditunjukkan

oleh tabel dan grafik berikut .

Tabel 4.1 Nilai Rata-Rata Keterampilan Siswa dan Ketuntasan

Belajar Siklus I.

NO KETERANGANNilai Siklus

IKategori

1 Rata-Rata Kelas 77, 14 Belum Tuntas

2 Ketuntasan Belajar 67, 86 % Belum Tuntas

Gambar 4.1.Grafik Perbandingan Nilai Keterampilan Siswa

dengan Ketuntasan Belajar Siklus I.

63

Nilai keterampilan Ketuntasan

Klasikal

60

65

70

75

80

4.2.3 Refleksi Siklus 1

Berdasarkan hasil observasi selama tindakan pada siklus I

terungkap beberapa kendala atau hambatan yang dapat disajikan

sebagai refleksi untuk siklus II terkait dengan proses penilaian

dan pembelajaran sebagai berikut.

1. Proses pembelajaran pada siklus I belum optimal.

Pembelajaran pada siklus I secara umum belum berjalan secara

optmal. Hal ini disebabkan oleh siswa yang belum mampu mengikuti

pola pembelajaran yang baru. Siswa masih terbiasa dengan pola

pembelajaran yang lama, di mana siswa mendengarkan penjelasan

guru dan menunggu perintah guru untuk mencatat di buku catatan

siswa tentang apa yang ditulis oleh guru di papan tulis, sehingga

perlu adanya waktu bagi siswa untuk beradaptasi dengan pola

64

pembelajaran yang baru. Belum tumbuhnya motivasi diri untuk

mempelajari dan memahami materi pelajaran tanpa menunggu arahan

dari guru. Siswa sudah terlihat aktif dalam pembelajaran baik

dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru maupun saat

pembuatan dokumen teks, namun masih ada juga siswa yang bercakap-

cakap dengan temannya saat siswa lain bertanya atau memberikan

jawaban kepada guru. Pada fase bertukar pandangan (sharing) dengan

anggota kelompoknya, beberapa siswa masih terlihat kurang aktif,

sehingga saat mereka mendemonstrasikan ke depan jawaban

pertanyaan hasil diskusi kelompok mereka kurang tepat dan ragu

ragu untuk menjawabnya.

2. Kegiatan pengoperasian komputer belum optimal

Ada 2 hal penting yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama,

kondisi komputer yang ada di lab komputer memiliki spesifikasi

yang kurang baik. Dari 15 set komputer yang ada, hanya 6 komputer

Pentium 4 Core i3 sedangkan sisanya masih dengan Pentium 3. Kondisi

ini sering mengakibatkan terjadi hang saat pengoperasiannya,

terutama untuk komputer-komputer seri lama. Tentu saja hal ini

menghabiskan waktu pelaksanaan pembuatan dokumen secara

berkelompok maupun saat tes keterampilan. Faktor kedua tentu saja

kemampuan siswa dalam pengoperasian yang sering mengalami

kesalahan dalam meng-klik tombol/ ikon-ikon yang ada. Guru tentu

65

saja harus lebih ketat dalam pengawasan selama siswa mengerjakan

LKS di ruang lab komputer untuk membuat dokumen.

3. Kegiatan berbagi pandangan (Sharing)

Dalam sharing di kelompok, siswa awal pertemuan masih kurang

aktif berdiskusi dengan tutor mereka. Hanya beberapa siswa yang

aktif mengerjakan LKS dan yang lainnya berdiskusi di luar topik

materi pelajaran. Hal yang menarik dari proses sharing ini adalah

siswa tutor terlihat sering menggunakan bahasa daerah Bali ataupun

bahasa pergaulan mereka dalam menjelaskan materi ke teman non-

tutor. Hal ini bukanlah masalah sepanjang mereka mengerti materi

yang disampaikan dan perkataan yang digunakan tidak megandung

unsur SARA dan pornografi. Tak jarang pula siswa non-tutor tidak

memperhatikan penjelasan teman tutornya. Selain itu, ada pula

siswa non-tutor yang harus dijelaskan berkali-kali oleh

pasangannya karena memang daya tangkap materi yang kurang baik.

4. Evaluasi

Dalam evaluasi, guru masih harus membimbing dari awal

langkah-langkah pengerjaan dokumen oleh seorang siswa yang memang

memiliki kelemahan daya tangkap. Siswa ini memang dari awal sudah

diberikan perlakuan khusus oleh pasangan tutornya maupun oleh guru

66

akibat keadaan personalnya. Tapi secara umum proses tes

keterampilan berjalan lancer dan mandiri karena pengaturan siswa

yang tidak memungkinkan adanya kecurangan saat tes berlangsung.

5. Pengelolaan kelas dan peran guru

Pengelolaan kelas dan peran guru sebagai fasilitator masih

belum optimal terutama pada alokasi waktu pembelajaran cenderung

menggunakan waktu lebih dari rencana yang tertera pada RPP. Hal

ini dikarenakan oleh belum optimalnya bimbingan oleh guru pada

masing-masing kelompok serta keterbatasan guru dalam memberikan

bimbingan pada kegiatan pembuatan dokumen. Tata ruang lab

komputer yang agak menghambat mobilitas guru untuk mengamati

proses diskusi tiap pasangan siswa.

6. Nilai keterampilan siswa

Nilai keterampilan siswa belum tercapai sesuai dengan

kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Pada siklus I rata-rata

kelas siswa belum tuntas yaitu 77,14 dari kriteria yang

ditetapkan yaitu siswa dikatakan tuntas bila memiliki rata rata

kelas sesuai KKM 80,00, dan untuk ketuntasan kelas belum dapat

mencapai ketuntasan kelas sesuai dengan kriteria keberhasilan

yang telah ditetapkan, yaitu 85 % .Ketuntasan belajar siswa pada

siklus I ini hanya 67,86 %. Hal ini disebabkan karena siswa baru

belajar dengan menggunakan model pembelajaran tutor sebaya.

67

Beberapa siswa masih memerlukan waktu untuk beradaptasi terhadap

proses pembelajaran agar dapat berlangsung dengan baik .

7. Aktivitas siswa

Saat awal pertemuan siklus 1, siswa masih belum siap untuk

menerima pelajaran. Guru harus menunggu sampai 5 menit agar semua

siswa masuk ke ruangan lab komputer, karena memang jadwal

pelajaran TIK setelah Upacara Bendera, sehingga siswa banyak yang

masih kelelahan dan bahkan agak kurang fit saat berada di ruangan

lab komputer. Di kegiatan pendahuluan, siswa masih belum

termotivasi terhadap pembelajaran, termasuk di kegiatan tanya-

jawab di kelompok tutor. Siswa yang bertanya sebanyak 3 orang

adalah siswa yang ditunjuk oleh guru untuk bertanya karena mereka

masih kurang percaya diri dalam mengungkapkan pertanyaan ke guru.

Tetapi saat sharing antara siswa tutor dengan non-tutor, ruangan lab

komputer menjadi agak ramai dan suasana menjadi lebih hidup.

Terlihat juga kebanggan dari siswa tutor karena dipercaya oleh

guru untuk menjadi “pengganti guru” dalam menjelaskan materi.

Meskipun tak jarang siswa tutor agak kesal karena pasangannya

sangat susah mengerti tentang materi yang sudah dijelaskan. saat

memberikan petunjuk pembuatan dokumen, siswa tutor sering

mendominasi karena memang pasangannya agak kesulitas memegang

mouse ataupun kurang cepat dalam menentukan ikon-ikon yang tepat

digunakan.

68

Dengan mencermati kendala-kendala dan permasalahan tersebut,

selanjutnya dilakukan beberapa upaya perbaikan untuk mengatasi

kendala dan permasalahan yang dihadapi dengan melakukan beberapa

tindakan sebagai berikut.

1. Sebelum melaksanakan tindakan siklus II, siswa diingatkan

kembali mengenai proses pembelajaran yang diterapkan dengan

lebih mengutamakan aktivitas siswa secara optimal di dalam

kelas.

2. Menekankan kepada siswa bahwa aktivitas siswa selama kegiatan

pembelajaran diobservasi oleh guru. Hal ini dilakukan dengan

tujuan agar siswa dalam pembelajaran dapat memahami dan

melaksanakan proses belajar secara optimal. Selain itu, guru

juga meminta siswa untuk mempelajari materi yang akan

diajarkan pada pertemuan selanjutnya.

3. Menekankan kepada siswa tentang rubrik penilaian aktivitas

siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Selain itu,

peneliti melakukan pendekatan secara personal terhadap murid

pada akhir pembelajaran/ jam istirahat.

4. Setiap langkah pembelajaran yang dilakukan oleh siswa akan

diobservasi oleh guru. Semua siswa dalam kelompok diharapkan

melakukan aktivitas dan setiap kelompok bertanggung jawab atas

keberhasilan kelompok dan anggota kelompoknya.

69

5. Mengoptimalkan peran guru untuk memberikan bimbingan kepada

masing-masing kelompok, sehingga mengurangi kegiatan siswa

yang tidak perlu dalam kegiatan di ruang lab komputer,

terutama untuk salah satu siswa yang memiliki kebutuhan

khusus.

6. Menekankan kembali tentang penilaian kelompok siswa selama

proses pembelajaran berlangsung. Aspek-aspek yang penting

ditekankan agar siswa lebih optimal dalam proses pembelajaran,

sehingga pada saat siswa diberikan pertanyaan oleh guru

mewakili kelompoknya siswa sudah mempersiapkan diri dengan

baik.

4.3 Hasil Penelitian Siklus 2

4.3.1 Deskripsi Proses Pembelajaran

Pertemuan 2.1

Secara umum proses pembelajaran pada siklus 2 tidak jauh

berbeda dengan siklus 1, namun dilakukan perbaikan-perbaikan

berdasarkan hasil refleksi pada pertemuan-pertemuan

sebelumnya. Pada pelaksanaan siklus 2, materi yang

diajarkan adalah formatting page. Siklus II dirancang dalam 2

kali pertemuan, dengan rincian: setiap satu minggu terdiri

dari 1 kali tatap muka (1 kali pertemuan) dengan satu kali

tatap muka 2 jam pelajaran (2 x 40 menit ), dengan jumlah

70

rencana pembelajaran sebanyak 1 buah yang penyusunannya

disesuaikan dengan refleksi siklus I . Seperti halnya pada

siklus I, pembelajaran yang dilakukan pada siklus II tidak

jauh berbeda dengan proses pembelajaran pada siklus I.

Pertemuan pertama pada siklus 2 dilaksanakan di ruang

laboratorium komputer dan bahasa. Semua siswa hadir dalam

pertemuan pertama ini. Kelompok yang digunakan masih tetap

sama seperti pada pertemuan 1.1 siklus 1 yakni kelompok tutor

dan non-tutor. Kelompok tutor berada di ruang komputer untuk

mendengarkan penjelasan guru, sedangkan kelompok non-tutor

berada di ruang laboratorium bahasa (di sebelah ruang

laboratorium komputer) untuk membaca materi tentang

formatting dari buku paket yang dibawa tiap siswa. Proses

pembelajaran diawali dengan pendahuluan kurang lebih selama

10 menit dengan mengucapkan salam pembuka, mengabsensi

siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diajarkan

dengan menggunakan LCD untuk mengefisienkan waktu dan

mempersiapkan siswa untuk memulai pembelajaran. Tujuan

pembelajaran perlu disampaikan agar siswa mengetahui apa

yang ingin dicapai setelah pembelajaran. Setelah itu, guru

melakukan apersepsi dan motivasi dari tayangan slide power

point tentang kegunaan dari program pengolah kata dalam

kehidupan sehari-hari yakni dalam membuat teks/ dokumen yang

71

berbeda dari pertemuan sebelumnya. Di kegiatan inti, guru

menjelaskan materi formatting page menggunakan Tab Home, Insert

dan Page Layout, lalu mendemonstrasikan pembuatan sebuah

dokumen sederhana dengan formatting page sebuah dokumen. Siswa

kemudian diberikan kesempatan untuk tanya-jawab materi yang

sudah disampaikan, lalu 3 orang perwakilan siswa

mendemonstrasikan kembali cara pembuatan dokumen sederhana

yang sudah dicontohkan sebelumnya. Berbeda dari pertemuan

1.1, siswa yang bersedia mendemonstrasikan kembali pembuatan

dokumen sederhana sebanyak 5 orang secara suka rela dengan

mengangkat tangan mereka. Guru sampai bingung memilih siswa

yang ditunjuk ke depan, meskipun akhirnya semua siswa yang

mau hanya diberikan kesempatan 3 siswa saja. Disini nampak

bahwa rasa percaya diri siswa sudah jauh meningkat. Hal ini

terjadi karena siswa sudah mulai terbiasa dengan pola

pembelajaran tutor sebaya ini. Setelah 15 menit, kelompok

siswa non-tutor dipanggil untuk memasuki ruangan lab

komputer. Siswa lalu mencari pasangannya masing-masing

seperti pada pertemuan 1.1. Selama kurang lebih 20 menit,

siswa tutor menjelaskan kembali materi yang sudah disampaikan

sebelumnya, lalu meminta siswa non-tutor untuk

mendemonstrasikan pembuatan dokumen sederhana dengan

formatting page yang sesuai. Setelah proses diskusi informasi

72

ini, guru mengajak siswa untuk mengikuti diskusi kelas. Pada

kesempatan pertama, siswa diberikan waktu 5 menit untuk

bertanya kepada guru tentang materi-materi yang belum jelas.

Sebanyak 3 siswa sudah berani mengajukan pertanyaan tentang

formatting page dalam pembuatan dokumen tanpa harus ditunjuk

oleh gurunya. Di akhir pembelajaran guru memberikan tugas

berupa PR, menyampaikan kepada siswa materi pembelajaran

pada pertemuan berikutnya dan menugaskan siswa untuk membaca

dan mempelajari materi tersebut. Selain itu, guru

menginformasikan tentang tes keterampilan pada pertemuan

berikutnya, lengkap dengan kriteria penilaiannya.

Selanjutnya pembelajaran ditutup dengan mengucapkan Prama

Santi, Om Santih Santih Santih Om.

Pertemuan 2.2

Pertemuan kedua dari siklus 2 ini sama seperti pertemuan

kedua di siklus 1 yakni untuk kegiatan penilaian

keterampilan membuat dokumen dengan menggunakan Microsoft

Office Word 2007. Sebelum bel pelajaran dimulai, seperti

biasa guru sudah mengecek masing-masing komputer yang ada di

ruang lab komputer untuk mengantisipasi kerusakan ataupun

kesalahan pada sistem di komputer. Dalam pengecekan ini,

guru ditemani oleh laboran. Selama pengecekan, ada 2

komputer yang memiliki mouse bermasalah yakni tidak mau

73

terhubung dengan CPU. Masalah ini dapat teratasi dengan

mengganti mouse dengan yang baru. Setelah bel masuk

berbunyi, semua siswa hadir saat pertemuan kedua ini yaitu

sebanyak 28 orang siswa. Sebelum memasuki ruangan lab

komputer, pengaturan siswa dilakukan berbeda pada tes siklus

1. Dalam hal ini, siswa yang bernomer absen 1 sampai dengan

14 mengikuti tes kedua (sebagai gelombang kedua) sedangkan

sisanya berada di dalam ruangan untuk mengikuti tes pertama

(gelombang pertama). Kriteria penilaiannya masih sama

seperti tes siklus 1 yakni: 60 untuk format dan 40 untuk

ketepatan waktu. Waktu yang diberikan untuk mengerjakan

dokumen adalah 30 menit. Setelah siswa dari gelombang

pertama masuk ruangan, guru meminta siswa untuk membaca soal

lalu memberikan petunjuk pengerjaan dokumen, penyimpanan

dokumen, serta pedoman penskorannya selama 5 menit. Soal

sudah disiapkan di masing-masing meja komputer sebelum siswa

memasuki ruangan. Setelah tanda mulai (timer) berupa animasi

flash ditampilkan di layar LCD, siswa mulai mengerjakan tes

secara mandiri. Selama pengerjaan soal, guru mengamati

kegiatan siswa lalu mencatat hal-hal penting yang terjadi

selama tes. Selain itu, guru mengecek proses pengerjaan

dokumen oleh siswa untuk mengantisipasi kesalahan

pengoperasian komputer. Dalam tes kelompok gelombang pertama

74

ini, semua siswa mengerjakan dokumen tepat waktu sehingga

untuk ketepatan waktu mereka semua mendapatkan skor 40.

Format yang diminta pada dokumen juga sudah sesuai dengan

soal. Tetapi masih ada 2 orang siswa (salah satunya adalah

siswa yang bermasalah di tes siklus 1) yang melakukan

kesalahan formatting pada borders dan paper orientation yang diminta,

sehingga nilai mereka hanya 30 dari skor maksimal 60 untuk

format dokumen. Setelah 30 menit, siswa gelombang pertama

keluar ruangan, lalu siswa gelombang kedua memasuki ruang

lab komputer. Sama seperti pada gelombang pertama, guru

meminta siswa untuk membaca soal sambil menjelaskan prosedur

pengerjaan dokumen, format, penyimpanan, serta pedoman

penskorannya. Sama seperti gelombang pertama, dari segi

ketepatan waktu pengerjaan dokumen semuanya tepat pada waktu

yang ditentukan. Tetapi masih ada 1 orang siswa yang

melakukan kesalahan formatting pada borders dan paper orientation

yang diminta, sehingga nilai mereka hanya 30 dari skor

maksimal 60 untuk format dokumen. Dengan demikian ada 3

orang siswa yang memiliki nilai tidak tuntas dalam tes ini.

4.3.2 Data Hasil Penelitian Siklus 2

Seperti halnya siklus 1, dalam siklus 2 ini juga mendapatkan

data nilai keterampilan siswa dengan rincian sebagai

berikut:

75

Keterampilan Siswa

Data tentang keterampilan siswa pada siklus 2

disajikan pada lampiran. Berdasarkan lampiran tersebut

diketahui bahwa:

Jumlah seluruh skor siswa ( X)∑ = 2340

Jumlah siswa (N) = 28

Dengan demikian skor rerata kelas ( X ) pada siklus 2 adalah

X=ΣXN

= 234028

= 83,57

Hasil di atas menunjukkan rerata kelas sudah tuntas (rerata

83,57). Sesuai dengan pedoman yang digunakan, rerata kelas

dikatakan tuntas apabila nilainya sebesar 80,00 ke atas.

Sedangkan ketuntasan belajar siswa secara klasikal (KK) pada

siklus 2 sebesar.

KK=Jumlah siswa yang tuntas

Jumlah siswax 100%

KK = 2528

= 89,29 %

76

Hasil di atas menunjukkan bahwa secara klasikal siswa

juga sudah tuntas (siswa dikatakan tuntas apabila KK

85%). Ini menunjukkan hanya ada 3 siswa belum tuntas secara

individu dan 25 orang siswa yang tuntas. Perbandingan nilai

rata-rata keterampilan siswa dan ketuntasan belajar siswa

ditunjukkan oleh tabel dan grafik berikut .

Tabel 4.2 Nilai Rata-Rata Keterampilan Siswa dan Ketuntasan

Belajar Siklus 2.

NO KETERANGANNilai Siklus

2Kategori

1 Rata-Rata Kelas 83,57 Tuntas

2 Ketuntasan Belajar 89,29 % Tuntas

Gambar 4.2.Grafik Perbandingan Nilai Keterampilan Siswa

dengan Ketuntasan Belajar Siklus 2.

Nilai keterampilan Ketuntasan

Klasikal

808284868890

77

4.3.3 Refleksi Siklus 2

Berdasarkan hasil observasi selama tindakan pada siklus 2

terungkap beberapa hal positif sebagai refleksi untuk siklus 3

terkait dengan proses penilaian dan pembelajaran sebagai berikut.

1. Proses pembelajaran pada siklus 2 sudah optimal.

Pembelajaran pada siklus 2 secara umum sudah optimal

dibandingkan siklus 1. Hal ini disebabkan oleh siswa yang sudah

mulai mengikuti pola pembelajaran yang baru. Motivasi diri untuk

mempelajari dan memahami materi pelajaran tanpa menunggu arahan

dari guru sudah tumbuh dalam diri siswa. Siswa sudah terlihat

aktif dalam pembelajaran baik dalam menjawab pertanyaan yang

diajukan oleh guru maupun saat pembuatan dokumen teks. Hanya

beberapa siswa yang bercakap-cakap dengan temannya saat siswa

lain bertanya atau memberikan jawaban kepada guru. Pada fase

bertukar pandangan (sharing) dengan anggota kelompoknya, beberapa

siswa masih terlihat kurang aktif, tetapi saat mereka

mendemonstrasikan ke depan jawaban pertanyaan hasil diskusi

kelompok mereka tidak ragu-ragu untuk menjawabnya.

2. Kegiatan pengoperasian komputer masih belum optimal

Masih ada komputer yang hang saat pengoperasiannya, terutama

untuk komputer-komputer seri lama. Tentu saja hal ini

78

menghabiskan waktu pelaksanaan pembuatan dokumen secara

berkelompok maupun saat tes keterampilan. Dari segi kemampuan

siswa dalam pengoperasian yang masih ada yang mengalami kesalahan

dalam meng-klik tombol/ ikon-ikon yang ada. Guru tentu saja harus

lebih ketat dalam pengawasan selama siswa mengerjakan LKS di

ruang lab komputer untuk membuat dokumen.

3. Kegiatan berbagi pandangan (Sharing)

Dalam sharing di kelompok, siswa mulai aktif berdiskusi

dengan tutor mereka. Bahkan bisa dibilang kegiatan diskusi sangat

aktif karena ruangan sangat ramai dan gerak tubuh mereka

menunjukkan semangat tinggi saat diskusi. Siswa tutor masih sering

menggunakan bahasa daerah Bali ataupun bahasa pergaulan mereka

dalam menjelaskan materi ke teman non-tutor. Tak jarang pula siswa

non-tutor tidak memperhatikan penjelasan teman tutornya. Selain itu,

ada pula siswa non-tutor yang harus dijelaskan berkali-kali oleh

pasangannya karena memang daya tangkap materi yang kurang baik,

sehingga siswa tutor menjadi geregetan saat menjelaskan ke

pasangannya.

4. Evaluasi

Dalam evaluasi siklus 2 ini, guru masih harus membimbing

dari awal langkah-langkah pengerjaan dokumen oleh seorang siswa

yang memang memiliki kelemahan daya tangkap, tetapi sudah ada

79

kemajuan karena siswa tersebut sudah mampu membuka lembar kerja

Microsoft Word 2007 sendiri tanpa sipandu seperti tes siklus

sebelumnya. Proses tes keterampilan berjalan lancer dan mandiri

seperti tes sebelumnya karena pengaturan siswa yang tidak

memungkinkan adanya kecurangan saat tes berlangsung.

5. Pengelolaan kelas dan peran guru

Pengelolaan kelas dan peran guru sebagai fasilitator sudah

lebih optimal terutama pada alokasi waktu pembelajaran cenderung

menggunakan waktu lebih dari rencana yang tertera pada RPP.

Bimbingan oleh guru pada masing-masing kelompok sudah lebih baik

dalam memberikan bimbingan pada kegiatan pembuatan dokumen.

6. Nilai keterampilan siswa

Nilai keterampilan siswa sudah tercapai sesuai dengan

kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Pada siklus 2 rata-rata

kelas siswa belum tuntas yaitu 83,57 dari kriteria yang

ditetapkan yaitu siswa dikatakan tuntas bila memiliki rata rata

kelas sesuai KKM 80,00, dan untuk ketuntasan kelas juga sudah

mencapai ketuntasan kelas sesuai dengan kriteria keberhasilan

yang telah ditetapkan, yaitu 85 % .Ketuntasan belajar siswa pada

siklus 2 ini 89,59 %. Hal ini sudah dapat dikatakan bahwa

pembelajaran dengan pola tutor teman sebaya sudah mampu meningkatkan

keterampilan siswa.

80

7. Aktivitas siswa

Saat awal pertemuan siklus 2, beberapa siswa masih belum

siap untuk menerima pelajaran. Di kegiatan pendahuluan, siswa

sudah termotivasi terhadap pembelajaran, termasuk di kegiatan

tanya-jawab di kelompok tutor. Siswa yang bertanya sebanyak 2

orang adalah siswa yang mau bertanya. Ini berarti mereka masih

sudah mulai percaya diri dalam mengungkapkan pertanyaan ke guru.

Saat sharing antara siswa tutor dengan non-tutor, ruangan lab komputer

menjadi agak ramai dan suasana menjadi lebih hidup. Terlihat juga

kebanggan dari siswa tutor karena dipercaya oleh guru untuk

menjadi “pengganti guru” dalam menjelaskan materi. Meskipun tak

jarang siswa tutor agak kesal karena pasangannya sangat susah

mengerti tentang materi yang sudah dijelaskan. saat memberikan

petunjuk pembuatan dokumen, siswa tutor sering mendominasi karena

memang pasangannya agak kesulitas memegang mouse ataupun kurang

cepat dalam menentukan ikon-ikon yang tepat digunakan.

Dengan mencermati hal-hal tersebut, secara umum dapat

dikatakan bahwa penerapan pola belajar tutor sebaya sudah mampu

meningkatkan keterampilan siswa dalam membuat dokumen dengan

memanfaatkan program pengolah kata Microsoft Office Word 2007.

Hal ini tampak dari peningkatan ketuntasan klasikal, nilai rata-

rata kelas, dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Namun

peneliti merasa masih perlu melakukan siklus 3 untuk lebih

81

meyakinkan bahwa memang benar pola belajar tutor sebaya sudah mampu

meningkatkan keterampilan siswa.

4.4 Hasil Penelitian Siklus 3

4.4.1 Deskripsi Proses Pembelajaran

Pertemuan 3.1

Proses pembelajaran pada siklus 3 tidak jauh berbeda dengan

siklus 2. Pada pelaksanaan siklus 3, materi yang diajarkan

sama dengan siklus 2 yakni tentang formatting page. Siklus 3

dirancang dalam 2 kali pertemuan, dengan rincian: setiap

satu minggu terdiri dari 1 kali tatap muka (1 kali

pertemuan) dengan satu kali tatap muka 2 jam pelajaran (2 x

40 menit ), dengan jumlah rencana pembelajaran sebanyak 1

buah yang penyusunannya disesuaikan dengan refleksi siklus 2

. Seperti halnya pada siklus 2, pembelajaran yang dilakukan

pada siklus 3 sama dengan proses pembelajaran pada siklus 2.

Pertemuan pertama pada siklus 3 juga dilaksanakan di ruang

laboratorium komputer dan bahasa. Seorang siswa atas nama

Billy Julian Riadi tidak hadir karena sedang sakit, sehingga

jumlah siswa yang menghadiri pertemuan pertama siklus 3 ini

sebanyak 27 siswa. Kebetulan, siswa ini adalah siswa yang

masuk sebagai kelompok tutor sehingga pasangannya berperan

sebagai tutor dan bekerja sendiri dalam komputer. Kelompok

lainnya yang digunakan masih tetap sama seperti pada

82

pertemuan 1.1 siklus 1 yakni kelompok tutor dan non-tutor.

Kelompok tutor berada di ruang komputer untuk mendengarkan

penjelasan guru, sedangkan kelompok non-tutor berada di

ruang laboratorium bahasa (di sebelah ruang laboratorium

komputer) untuk membaca materi tentang formatting dari buku

paket yang dibawa tiap siswa. Proses pembelajaran diawali

dengan pendahuluan kurang lebih selama 10 menit dengan

mengucapkan salam pembuka, mengabsensi siswa, menyampaikan

tujuan pembelajaran yang akan diajarkan dengan menggunakan

LCD untuk mengefisienkan waktu dan mempersiapkan siswa untuk

memulai pembelajaran. Tujuan pembelajaran perlu disampaikan

agar siswa mengetahui apa yang ingin dicapai setelah

pembelajaran. Setelah itu, guru melakukan apersepsi dan

motivasi dari tayangan slide power point tentang kegunaan

dari program pengolah kata dalam kehidupan sehari-hari yakni

dalam membuat teks/ dokumen yang berbeda dari pertemuan

sebelumnya. Di kegiatan inti, guru menjelaskan materi

formatting page menggunakan Tab Home, Insert dan Page Layout, lalu

mendemonstrasikan pembuatan sebuah dokumen sederhana dengan

formatting page sebuah dokumen. Siswa kemudian diberikan

kesempatan untuk tanya-jawab materi yang sudah disampaikan,

lalu 3 orang perwakilan siswa mendemonstrasikan kembali cara

pembuatan dokumen sederhana yang sudah dicontohkan

83

sebelumnya dengan cepat karena materi tersebut memang sudah

pernah diberikan di siklus sebelumnya. Siswa yang bersedia

mendemonstrasikan kembali pembuatan dokumen sederhana

sebanyak dengan mengangkat tangan mereka. Rasa percaya diri

siswa sudah jauh meningkat karena siswa sudah mulai terbiasa

dengan pola pembelajaran tutor sebaya ini. Setelah 15 menit,

kelompok siswa non-tutor dipanggil untuk memasuki ruangan lab

komputer. Siswa lalu mencari pasangannya masing-masing

seperti pada pertemuan 1.1. Selama kurang lebih 20 menit,

siswa tutor menjelaskan kembali materi yang sudah disampaikan

sebelumnya, lalu meminta siswa non-tutor untuk

mendemonstrasikan pembuatan dokumen sederhana dengan

formatting page yang sesuai. Setelah proses diskusi informasi

ini, guru mengajak siswa untuk mengikuti diskusi kelas.

Kemudian siswa diberikan waktu 5 menit untuk bertanya kepada

guru tentang materi-materi yang belum jelas. Sebanyak 2

siswa sudah berani mengajukan pertanyaan tentang formatting

page dalam pembuatan dokumen tanpa harus ditunjuk oleh

gurunya. Di akhir pembelajaran guru memberikan tugas berupa

PR, menyampaikan kepada siswa materi pembelajaran pada

pertemuan berikutnya dan menugaskan siswa untuk membaca dan

mempelajari materi tersebut. Selain itu, guru

menginformasikan tentang tes keterampilan pada pertemuan

84

berikutnya, lengkap dengan kriteria penilaiannya.

Selanjutnya pembelajaran ditutup dengan mengucapkan Prama

Santi, Om Santih Santih Santih Om.

Pertemuan 3.2

Pertemuan kedua dari siklus 3 ini sama seperti pertemuan

kedua di siklus 2 yakni untuk kegiatan penilaian

keterampilan membuat dokumen dengan menggunakan Microsoft

Office Word 2007. Sebelum bel pelajaran dimulai, seperti

biasa guru sudah mengecek kembali masing-masing komputer

yang ada di ruang lab komputer untuk mengantisipasi

kerusakan ataupun kesalahan pada sistem di komputer dengan

bantuan laboran. Selama pengecekan, tidak ada komputer yang

mengalami masalah. Setelah bel masuk berbunyi, semua siswa

hadir saat pertemuan kedua ini yaitu sebanyak 28 orang

siswa. Sebelum memasuki ruangan lab komputer, pengaturan

siswa dilakukan sama dengan tes siklus 1, yakni siswa yang

bernomer absen 1 sampai dengan 14 mengikuti tes gelombang

pertama sedangkan sisanya berada di luar ruangan untuk

mengikuti tes gelombang kedua. Kriteria penilaiannya masih

sama seperti tes siklus 2 yakni: 60 untuk format dan 40

untuk ketepatan waktu. Waktu yang diberikan untuk

mengerjakan dokumen adalah 30 menit. Setelah siswa dari

gelombang pertama masuk ruangan, guru meminta siswa untuk

85

membaca soal lalu memberikan petunjuk pengerjaan dokumen,

penyimpanan dokumen, serta pedoman penskorannya selama 5

menit. Soal sudah disiapkan di masing-masing meja komputer

sebelum siswa memasuki ruangan. Setelah tanda mulai (timer)

berupa animasi flash ditampilkan di layar LCD, siswa mulai

mengerjakan tes secara mandiri. Selama pengerjaan soal, guru

dan observer mengamati kegiatan siswa lalu mencatat hal-hal

penting yang terjadi selama tes. Selain itu, guru mengecek

proses pengerjaan dokumen oleh siswa untuk mengantisipasi

kesalahan pengoperasian komputer. Dalam tes kelompok

gelombang pertama ini, semua siswa mengerjakan dokumen tepat

waktu sehingga untuk ketepatan waktu mereka semua

mendapatkan skor 40. Format yang diminta pada dokumen juga

sudah sesuai dengan soal. Tetapi masih ada 1 orang siswa

yang melakukan kesalahan formatting pada borders dan paper

orientation yang diminta. Setelah 30 menit, siswa gelombang

pertama keluar ruangan, lalu siswa gelombang kedua memasuki

ruang lab komputer. Sama seperti pada gelombang pertama,

guru meminta siswa untuk membaca soal sambil menjelaskan

prosedur pengerjaan dokumen, format, penyimpanan, serta

pedoman penskorannya sebelum memulai tes. Setelah tes

berlangsung, ternyata semua siswa tepat waktu dalam

mengerjakan dokumen yang ditentukan, meskipun masih ada 1

86

orang siswa yang melakukan kesalahan formatting pada borders dan

paper orientation yang diminta, sehingga nilai mereka hanya 30

dari skor maksimal 60 untuk format dokumen. Siswa yang belum

tuntas dalam tes keterampilan siklus 3 ini 2 orang saja.

4.4.2 Data Hasil Penelitian Siklus 3

Seperti halnya siklus 1 dan 2, dalam siklus 3 ini juga

mendapatkan data nilai keterampilan siswa. Selain itu, dalam

siklus 3 juga didapatkan data respon siswa dari angket yang

diberikan setelah berakhirnya siklus 3. Data-data tersebut

dapat dirinci sebagai berikut.

Keterampilan Siswa

Data tentang keterampilan siswa pada siklus 3

disajikan pada lampiran. Berdasarkan lampiran tersebut

diketahui bahwa:

Jumlah seluruh skor siswa ( X)∑ = 2440

Jumlah siswa (N) = 28

Dengan demikian skor rerata kelas ( X ) pada siklus 2 adalah

X=ΣXN

= 244028

= 87,14

87

Dengan demikian maka rerata kelas juga sudah tuntas (rerata

83,57) sesuai dengan pedoman yang digunakan (rerata kelas

dikatakan tuntas apabila nilainya sebesar 80,00 ke atas).

Sedangkan ketuntasan belajar siswa secara klasikal (KK) pada

siklus 2 sebesar.

KK=Jumlah siswa yang tuntas

Jumlah siswax 100%

KK = 2628

= 92,86 %

Hasil di atas menunjukkan bahwa secara klasikal siswa

juga sudah tuntas (siswa dikatakan tuntas apabila KK

85%). Ini menunjukkan hanya ada 2 siswa belum tuntas secara

individu dan 25 orang siswa yang tuntas. Perbandingan nilai

rata-rata keterampilan siswa dan ketuntasan belajar siswa

ditunjukkan oleh tabel dan grafik berikut .

Tabel 4.3 Nilai Rata-Rata Keterampilan Siswa dan Ketuntasan

Belajar Siklus 3.

NO KETERANGANNilai Siklus

3Kategori

1 Rata-Rata Kelas 87,14 Tuntas

88

2 Ketuntasan Belajar 92,86 % Tuntas

Gambar 4.3.Grafik Perbandingan Nilai Keterampilan Siswa

dengan Ketuntasan Belajar Siklus 3.

Nilai keterampilan Ketuntasan

Klasikal

848688909294

Respon Siswa

89

Untuk angket respon siswa, pernyataan yang digunakan

berjumlah 15 item, sehingga diperoleh skor tertinggi ideal dan

skor terendah ideal adalah 75 dan 15. Data tentang respon siswa

disajikan pada lampiran . Berdasarkan lampiran tersebut diketahui

bahwa:

Jumlah skor respon siswa ( X) = 1752∑

Banyaknya siswa (N) = 28

Sehingga rerata skor respon siswa ( X ) adalah

X=ΣXN

= 175228

= 62,57

Distribusi respon siswa kelas VIII 5 SMP Laboratorium Undiksha

Singaraja terhadap penerapan pembelajaran dengan model tutor teman

sebaya pada tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4 Distribusi Respon Siswa

No Kriteria

Jml

siswa

(orang)

Persent

a se(%)Kualifiksi

1X̄ 60

24 85,71 Sangat positif

90

250 X̄ 60

4 14,29 Positif

340 X̄ 50

0 0 Cukup positif

430 X̄ 40

0 0 Kurang postif

5

X̄ 30

0 0 Sangat kurang

positif

Persentase nilai respon siswa pada masing masing katagori

ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 4.4. Grafik Distribusi Respon Siswa.

Sangat Positif

Positif0

20

40

60

80

100

Kate...

Distribusi respon siswa terhadap penerapan-penerapan

pembelajaran dengan model pembelajaran tutor teman sebaya

materi formatting document dan formatting page pada tabel di

91

atas menunjukan 85,71 % (24 orang) respon siswa sangat

positif, dan 14,29 % ( 4 orang) responnya positif .

Secara umum respon kelas terhadap pembelajaran dengan

model pembelajaran tutor teman sebaya adalah sangat

positif.

4.4.3 Refleksi Siklus 3

Berdasarkan hasil observasi siklus 3, selama pelaksanaan

tindakan siklus 3 , diperoleh perkembangan yang sangat

signifikan, baik dari proses maupun hasil belajar siswa. Proses

refleksi ini tidak hanya menanggulangi kendala-kendala yang muncul

tetapi juga mempertahankan keunggulan-keunggulan dari proses

pembelajaran yang telah berlangsung. Kegiatan belajar mengajar

pada siklus 3 secara umum sudah berjalan baik dan tampak ada

peningkatan, baik dari segi proses maupun hasil tindakan. Antusias

siswa dalam mengikuti proses pembelajaran juga meningkat. Selama

proses pembelajaran berlangsung, siswa diberikan kesempatan untuk

mencermati dengan baik materi yang disampaikan guru, kemudian

mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran lanjutan dengan

melakukan kerja kelompok untuk melakukan diskusi kelompok sehingga

proses pembelajaran berlangsung lebih optimal. Berdasarkan

refleksi yang telah dilakukan dan memperhatikan proses serta

kompetensi yang telah diperoleh, ada beberapa hal positif pada

siklus 3 sebagai berikut :

92

1) Terjadi peningkatan hasil tes keterampilan baik dari

nilai rata-rata kelas maupun dari ketuntasan belajar

siswa .

2) Implementasi model pembelajaran ini memberikan

peluang pada siswa untuk beraktivitas semaksimal

mungkin dalam proses belajar, sehingga tidak

mengakibatkan kebosanan saat belajar. Interaksi antar

siswa menjadi sangat banyak sehingga mereka lebih

mudah memahami materi.

3) Dengan memberikan siswa kesempatan dan juga

memotivasi siswa untuk bertanya menjadikan terjadinya

sharing pemahaman dan pengetahuan antar siswa dalam

kelompoknya.

4) Keterbukaan penilaian keterampilan yang diterapkan

ternyata memberikan motivasi yang cukup besar bagi

siswa untuk melakukan kegiatan diskusi dengan disiplin

dan sungguh-sungguh. Dalam kegiatan diskusi, peneliti

memberikan nilai/poin bagi siswa yang aktif mengajukan

pertanyaan atau pertanyaan, hal tersebut membuat siswa

lebih aktif dan termotivasi dalam berdiskusi.

5) Pemberian giliran yang merata kepada siswa untuk

mengajukan pertanyaan maupun tangapan juga dapat

93

memberikan semangat pada siswa untuk berdiskusi dan

memupuk rasa percaya diri siswa.

6) Memberikan kebebasan pada siswa untuk menyampaikan

pendapat walaupun tidak harus betul menjadikan siswa

lebih berani berbicara di depan umum dan menghilangkan

kebiasaan menyeloteh yang biasanya membuat suasana

belajar menjadi ribut.

Implementasi model pembelajaran tutor teman sebaya dapat

diterapkan pada berbagai karakteristik materi, namun dalam

pelaksaaannya sebaiknya disesuaikan dengan karakteristik materi

tersebut. Pengoptimalan semua potensi yang ada pada siswa dan

merancang pembelajaran menjadi menarik merupakan hal terpenting

dan merupakan kunci keberhasilan dari model pembelajaran ini,

untuk itu kepada para guru/ peneliti selanjutnya agar

memperhatikan dan meningkatkan hal tersebut untuk mendapatkan

hasil yang lebih baik.

Ada beberapa kendala yang masih peneliti alami dalam

mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif learning tutor

teman sebaya di kelas VIII5 SMP Laboratorium Undiksha Singaraja

yaitu sebagai berikut :

1)Ruang Laboratorium komputer yang terlalu sempit membuat

pembelajaran berlangsung kurang nyaman. Perhatian guru

94

di tiap kelompok agak sedikit terhambat karena tata

ruang lab komputer yang sempit ini.

2)Jumlah komputer yang tersedia diruang Laboratorium

masih terbatas sehingga diperlukan pengadaan komputer

yang lebih lengkap.

3)Terbatasnya alokasi waktu yang disediakan, menyebabkan tidak

semua materi

pembelajaran dapat didemonstrasikan dan tidak semua

kelompok siswa mendapat giliran untuk menjawab

pertanyaan yang diajukan guru.

4.5 Perbandingan Nilai Rata-Rata Tes Keterampilan Nilai Awal,

Nilai Rata-Rata Siklus 1, Siklus 2, dan siklus 3.

Perbandingan nilai rata-rata keterampilan siswa disajikan

dalam tabel berikut.

Tabel 4.5 Perbandingan nilai keterampilan siswa awal, siklus I,

siklus 2, dan siklus 3.

NO KETERANGAN KONDISI

AWAL

SIKLUS

1 2 3

1 Nilai rata rata

siswa

76,64 77,14 83,57 87,14

95

Katagori Tidak

Tuntas

Tidak

tuntas

Tuntas Tuntas

2 Ketuntasan

klasikal ( %

)

50,00 67,86 89,29 92,86

Katagori Tidak

Tuntas

Tidak

tuntas

Tuntas Tuntas

Berdasarkan hasil penilaian keterampilan siswa dalam

mengoperasikan Microsoft Word 2007, setelah dilaksanakan tindakan

maka pada siklus I diperoleh nilai rata-rata atau rerata kelas

sebesar 77,14 dengan kategori belum tuntas dan ketuntasan

klasikalnya 67,86 % dengan kategori tidak tuntas. Pada siklus II

terjadi peningkatan rata-rata siswa atau rerata kelas menjadi

83,57 dengan katagori tuntas dan ketuntasan klasikalnya 89,29 %

dengan kategori tuntas juga. Di siklus 3 terjadi peningkatan

rerata kelas menjadi 87,14 dengan katagori tuntas dan ketuntasan

klasikalnya 92,86 % dengan kategori tuntas juga. Perbandingan

nilai keterampilan siswa dapat digambarkan dalam grafik berikut.

Gambar 4.5.Grafik Perbandingan keterampilan siswa pada kondisi

awal, siklus I, siklus 2, dan siklus 3.

96

Nilai Awal

Siklus I Siklus 2 Siklus 30102030405060708090100

RERATA KELAS

KETUNTASAN KELAS

Berdasarkan gambar 4.5 tampak bahwa nilai rata-rata

keterampilan siswa pada awal sebelum digunakan model pembelajaran

tutor teman sebaya adalah 76,64 , dengan ketuntasan belajar siswa

sebesar 50 %. Nilai keterampilan siswa setelah diberikan tindakan

dengan model pembelajaran tutor teman sebaya rerata kelas meningkat

dari 77,14 pada siklus I menjadi 83,57 pada siklus 2 lalu

meningkat lagi di siklus 3 menjadi 87,14. Ketuntasan belajar

siswa meningkat dari 67,86 % pada siklus I menjadi 89,29 % pada

siklus 2 dan di siklus 3 meningkat lagi menjadi 92,86 %.

4.6 Pembahasan

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIII5 SMP

Laboratorium Undiksha Singaraja selama kurang lebih satu setengah

97

bulan untuk enam kali pertemuan, dari bulan Oktober sampai bulan

Nopember 2013. Seluruh kegiatan pembelajaran di tiap siklusnya

dilakukan di ruang laboratorium komputer, dan melibatkan ruangan

lain yaitu ruangan laboratorium bahasa saat terjadi pemisahan

antara kelompok tutor dengan kelompok non-tutor.

Berdasarkan hasil refleksi awal, aktivitas belajar dan

hasil beajar siswa di kelas VIII5 SMP Laboratorium Undiksha masih

kurang. Siswa masih banyak mendengar dan mencatat penjelasan

guru. Selain itu, guru jarang mengaitkan materi pelajaran dengan

kehidupan sehari-hari karena memang materi TIK lebih banyak

menggunakan komputer, sehingga siswa belum mengetahui manfaat

dari materi yang dipelajarinya di sekolah. Selama pembelajaran

berlangsung, hanya sebagian kecil siswa yang melakukan interaksi

(komunikasi) dengan teman maupun dengan guru, demikian juga pada

saat siswa disuruh melakukan kerja kelompok, hanya siswa yang

memiliki kemampuan dan kemauan belajar yang tinggi saja yang mau

mengerjakan tugas tugas yang diberikan, sedangkan siswa lain sama

sekali tidak ada usaha untuk ikut mendiskusikan jawaban atau

bertanya dengan temannya yang lebih mampu, mereka cenderung

menyerahkan begitu saja kepada temannya dan setelah temannya

selesai mengerjakan mereka tinggal menyalin atau menyontek saja.

98

Berdasarkan hasil pada siklus I, setelah dilakukan analisis

terhadap data keterampilan siswa sebelum dilakukan tindakan

dengan menggunakan model pembelajaran tutor teman sebaya

dibandingkan dengan setelah diadakan tindakan, didapat bahwa

terjadi peningkatan hasil belajar siswa dan ketuntasan belajar

siswa yang sangat signifikan. Nilai keterampilan siswa sebelum

tindakan memiliki rerata hanya 76,64, pada siklus I rerata hasil

belajar siswa sebesar 77,17 sedangkan pada siklus 2 sebesar 83,57

dan di siklus 3 sebesar 87,14. Hal ini menunjukan terjadi

peningkatan keterampilan siswa dari kondisi awal, siklus I ke

siklus 2 sampai di siklus 3. Rerata hasil belajar siswa pada

siklus 2 dikatakan tuntas (sangat baik) karena rerata hasil

belajar siswa ≥ 80,00 dan telah memenuhi tuntutan KKM dimana

siswa dikatakan tuntas secara individual apabila mencapai nilai

80,00 ke atas. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model

pembelajaran tutor teman sebaya mampu meningkatkan keterampilan

siswa dalam mengoperasikan Microsoft Office Word 2007. Namun

ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus I tidak

terlalu besar yaitu 67,86 % dan belum mencapai ketuntasan yang

diharapkan yaitu 85 %. Hal ini dapat dimaklumi mengingat situasi

dan kondisi sesuai dengan refleksi tindakan I . Ketuntasan

belajar klasikal pada siklus II mengalami peningkatan

99

dibandingkan dengan pada siklus I yaitu dari 67,86 % menjadi

89,29 %, dan ini sudah mencapai ketuntasan yang diharapkan.

Respon siswa yang telah diberikan terhadap penerapan model

pembelajaran tutor teman sebaya rata-rata sebesar 85,71 % dengan

kategori sangat positif dan 14,29 % dengan kategori positif,

sehingga telah sesuai dengan penggolongan respon siswa yang telah

ditetapkan yaitu minimal positif. Hal ini berarti siswa memandang

bahwa model pembelajaran tutor teman sebaya ini cocok diterapkan

dalam pembelajaran TIK selanjutnya. Siswa merasa pembelajaran

yang dilaksanakan lebih bermakna dan lebih bermanfaat karena

dalam proses belajar membuat siswa belajar lebih menyenangkan

dan memberikan ruang bagi siswa untuk dapat berinteraksi dengan

teman maupun guru secara optimal. Belum tuntasnya proses

pembelajaran pada siklus I diduga merupakan akibat dari beberapa

kendala yang telah diuraikan pada hasil refleksi siklus I. Hal

lain yang juga diduga merupakan kendala yang mempengaruhi proses

belajar siswa pada siklus I adalah sebagai berikut :

1. Siswa masih enggan untuk berinteraksi dengan anggota

kelompoknya. Pada kegiatan pembelajaran sebelumnya, siswa

lebih sering belajar individu dan jarang melakukan diskusi

kelompoknya. Hal ini juga berdampak pada kegiatan diskusi

yang belum berlangsung optimal.

100

2. Siswa masih belum terbiasa menanggapi apa yang disampaikan

temannya saat diskusi. Siswa lebih baik memilih untuk diam

dan menonton temannya presentasi di depan kelas.

3. Siswa belum mempersiapkan diri untuk pembelajaran. Mereka

biasanya harus ditunggu dulu sampai menghabiskan waktu

pertemuan selama 5 menit agar seluruh siswa sudah berada di

ruangan lab komputer. Hal ini masih dimaklumi karena jadwal

pelajaran TIK setelah kegiatan Upacara Bendera setiap hari

Senin.

Kendala yang dihadapi pada siklus I diperbaiki pada siklus

II yaitu dengan memberikan penekanan pada keterampilan

mengoperasikan Microsoft Word 2007 saat pembelajaran berlangsung.

Penekanan ini dilakukan sebelum kegiatan diskusi berlangsung

dengan tujuan dapat memotivasi siswa untuk berinteraksi dengan

pasangannya (tutor dan non-tutor) sehingga kegiatan pembelajaran

menjadi lebih aktif.

Temuan dalam penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian

yang dilakukan sebelumnya oleh Desy Puspa Rahayu, dkk, 2013)

yang menyatakan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran tutor

teman sebaya dalam pelajaran TIK, nilai siswa menjadi meningkat

dibandingkan dengan sebelum diterapkannya model pembelajaran ini.

Disamping itu, model pembelajaran ini juga mendapatkan respon

101

positif dari siswa. Siswa memberikan pendapat positif dan setuju

bahwa ada perbedaan antara metode pembelajaran yang lama dengan

pembelajaran tutor teman sebaya.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan harapan teoritik,

yang menyatakan bahwa tutor teman sebaya merupakan salah satu

strategi pembelajaran untuk saling membantu sesama teman yang

kurang mampu, sehingga akan terjadi kegiatan belajar yang

berlangsung aktif, efektif, komunikatif, dan menyenangkan.

Wikipedia (dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Peer_group, diakses

tanggal 26 September 2013) menjelaskan pengertian tutor sebaya

(peer group) adalah sebuah prosedur siswa mengajar siswa lainnya,

sebagai sekelompok orang yang memiliki kesamaan seperti usia,

latar belakang, dan status sosial. Metode tutorial teman sebaya

adalah metode pembelajaran dimana siswa berkelompok berpasangan

dua orang, seorang dari pasangan itu mengulangi menjelaskan

materi pelajaran yang diterima dari sajian guru kepada

pasangannya, kemudian pasangan yang mendengar sambil membuat

catatan-catatan kecil, kemudian bergantian peran sampai keduanya

jelas dan memahami materi pembelajaran.

Pembelajaran Cooperative Learning dengan metode Tutorial

teman sebaya akan memberikan hasil yang sangat memuaskan karena

proses belajar terjadi berulang-ulang (operant conditioning). Menurut

Skiner, operant conditioning ini cukup efektif karena melalui proses

102

pengulangan yang terus menerus antar pasangan dihadapkan pada

masalah yang sama dan pengalaman temporal yang terus menerus maka

mereka akan lebih mudah untuk mengenal dan mengingat, karena ada

ketergantungan positif antara siswa yang pandai, sedang dan

kurang. Namun dalam pelaksanaannya, pembelajaran dengan metode

tutor teman sebaya menemui beberapa kelemahan yaitu :

1. Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak

karena membutuhkan waktu yang lama.

2. Kelas menjadi sangat ramai saat tutor menjelaskan

materi ke pasangannya yang non-tutor sehingga agak tidak

nyaman didengar. Meskipun kelas tampak menjadi hidup,

tetapi keriuhan yang ditimbulkan sangatlah mengganggu

kelas yang lainnya.

Meskipun demikian, penerapan model pembelajaran tutor teman

sebaya juga memiliki beberapa kelebihan yang peneliti rasakan

setelah pelaksanaannya di kelas. Adapun kelebihan- kelebihan dari

model pembelajaran Kooperatif Learning tipe tutor teman sebaya

adalah sebagai berilkut :

1. Setiap siswa menjadi lebih siap untuk melaksanakan

proses pembelajaran.

103

2. Siswa dapat melakukan diskusi dengan bersungguh-

sungguh dan leluasa karena interaksi mereka dalam

diskusi benar-benar tanpa batas.

3. Siswa tutor dapat mengajari siswa non-tutor yang kurang

pandai dengan cara dan gaya mereka sehingga materi

menjadi lebih mudah dimengerti. Selain itu, mereka

menjadi tidak bosan karena peran guru digantikan oleh

temannya.

4. Terjadinya interaksi yang tinggi antara siswa dalam

menjawab soal.

104

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah

dilakukan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.

Pertama, implementasi model pembelajaran tutor teman sebaya dapat

meningkatkan keterampilan siswa dalam mengoperasikan Microsoft

Office Word 2007. Hal ini dapat dilihat dari nilai keterampilan

rata-rata kelas pada siklus 1 adalah sebesar 77,14 berada pada

kategori tidak tuntas dan ketuntasan klasikal siswa sebesar

67,86 % dengan kategori tidak tuntas. Nilai keterampilan rata-

rata kelas di siklus 2 adalah sebesar 83,57 berada pada

105

kategori tuntas dan ketuntasan klasikal sebesar 89,29 % dengan

kategori tuntas. Di siklus 3 terjadi peningkatan lagi nilai rata-

rata keterampilan siswa menjadi 87,14 dengan kategori tuntas dan

ketuntasan klasikalnya meningkat juga menjadi 92,86 %.

Kedua, respon siswa terhadap implementasi model pembelajaran

tutor teman sebaya adalah sangat positif dengan nilai rata-rata

62,57 dan standar deviasi 4,18.

5.2 Saran-saran

Bedasarkan hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian

tindakan kelas ini, dapat diajukan saran-saran sebagai berikut.

1) Kepada Siswa

a. Kegiatan belajar adalah tugas dan tanggung jawab siswa, oleh

karena itu dalam kegiatan belajar, siswa hendaknya aktif

untuk mencari pengalaman belajar yang semaksimal mungkin,

tanpa harus menunggu informasi atau instruksi dari guru.

b. Untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal siswa hendaknya

menggunakan seluruh potensi yang ada pada diri, baik fisik

yang meliputi seluruh indera maupun mental atau intelektual.

2) Kepada Guru

a. Berdasarkan temuan yang peneliti temui selama melakukan

penelitian, diharapkan kepada guru, untuk mencoba

106

mengiplementsikan model pembelajaran tutor teman sebaya karena

dengan implementasi pendekatan dan tahapan pembelajaran ini

kegiatan belajar siswa menjadi lebih menyenangkan dan siswa

dapat menggunakan semua potensi yang ada pada dirinya untuk

memperoleh pengalaman belajar yang optimal.

b. Mengingat segala keterbatasan penelitian ini, maka

disarankan kepada pemerhati pendidikan agar melakukan

penelitian sejenis lebih lanjut .

3) Kepada Peneliti Selanjutnya

a. Bagi peneliti yang ingin mengimplementasikan model

pembelajaran tutor teman sebaya diharapkan mencermati kendala-

kendala yang ditemukan peneliti, sehingga dapat dihasilkan

kegiatan belajar yang dapat meningkatkan kompetensi dasar

siswa secara optimal.

b. Mengingat model pembelajaran tutor teman sebaya yang

diimpelementasikan pada penelitian ini terbatas hanya

pengoperasian Microsoft Word 2007, diharapkan peneliti

selanjutnya mencoba menerapkan pada pokok bahasan lain

ataupun dengan tahapan pembelajaran/ strategi yang lain,

untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran ini.

107

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Pembelajaran Dengan Methode Tutor Sebaya. (blog).http://baliteacher. blogspot.com/2010/02/pembelajaran-dengan-methode-tutor-teman.html, diakses tanggal 25September 2013, pukul 12.17

Anonim, Pengertian Tutor Sebaya , (blog),http://bos.fkip.uns.ac.id/pub/pembelajaran/ bahan%20belajar%20edukasinet/produksi%202009/pengetahuan%20populer/KIAT%20BELAJAR/Kiat%20Belajar%20dengan%20Tutor%20Sebaya/materi1.html, diakses tanggal 26 September 2013,pukul 10.48

Anonim, Pengertian Keterampilan, (blog),http://cumanulisaja.blogspot.com/ 2012/09/pengertian-keterampilan.html, diakses tanggal 27 September 2013,pukul 10.56

Anonim, Pengertian Keterampilan, (blog),http://guruketerampilan.blogspot.com /2013/05/pengertian-keterampilan.html, diakses tanggal 27 September 2013,pukul 11.15

Anonim, MS Word 1-Pengenalan MS Word 2007, (blog),http://aridiana.staff. uns.ac.id/2009/08/27/ms-word-1/,diakses tanggal 28 September 2013, pukul 9.26

Anonim, Peer Group, (web),http://en.wikipedia.org/wiki/Peer_group, diakses tanggal28 September 2013, pukul 9.27

108

Anonim, Pendekatan Kooperatif Tutorial Teman Sebaya Untuk MeningkatkanKedisiplinan Siswa Kelas VII A Smp Negeri 3 Sudimoro Semester Genap Tahun2009, (blog),

http://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0CDoQFjAC&url=htt

p%3A%2F%2Fwaskitamandiribk.files.wordpress.com%2F2009%

2F09%2Fmetode-tutor-sebaya-proposal-

jadi.doc&ei=F9xhUoCrNMfQrQespIHAD

g&usg=AFQjCNGSqs6ivuWpEZexbW8S-s-

LaCQiAQ&bvm=bv.54934254,d.bmk, diakses tanggal 19 Oktober

2013, pukul 09.27

Anonim, Pengertian PTK Menurut Para Ahli, (blog),http://warehouse1994.blogspot.com/ 2012/01/pengertian-ptk-menurut-para-ahli.html, diakses tanggal 28 September2013 , pukul 10.05

Anonim, Rancangan Proposal PTK,http://ahyaninn.files.wordpress.com/2011/07/bab-iii.docx, (blog),diakses tanggal 28 September 2013, pukul 10.53

Edukasi, Media, Pola-pola Belajar Oleh Gagne, (blog),http://mediaedukasiku. blogspot.com/p/pola-pola-belajar-siswa-oleh-gagne.html, diakses tanggal 25 September 2013,pukul 11.47

109

Rahayu, Dewi Puspa, 2013, Pengaruh Model Pembelajaran Tutor Sebaya Tipe

Peer Assisted Learning Strategies (PALS) Pada Komunitas Belajara Online

Terhadap Hasil Belajar Teknologi Informasi dan

Komunikasi,http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc

=s&source=web&cd=1&ved=0CCgQFjAA&url=http%3A%2F

%2Fcs.upi.edu%2Fuploads%2Fpaper_skripsi_dik%2FPENGARUH

%2520MODEL%2520PEMBELAJARAN%2520TUTOR%2520SEBAYA%2520TIPE

%2520PEER%2520ASSISTED%2520LEARNING%2520STRATEGIES

%2520%28PALS%29%2520PADA%2520KOMUNITAS%2520BELAJAR

%2520ONLINE%2520TERHADAP%2520HASIL%2520BELAJAR

%2520TEKNOLOGI%2520INFORMASI%2520DAN%2520KOMUNIKASI

%2520desy%2520puspa

%2520rahayu.pdf&ei=Hj6VUr27NoGRkwWAqYD4Bg&usg=AFQjCNEKu4IO

a7YXwPJx7VkyEzPi070UJQ&bvm=bv.57155469,d.dGI, (PDF),

diakses tanggal 27 Nopember 2013

Saputra, Hardiman, Pola Belajar Tutor Sebaya, (blog),http://hardymath. blogspot .com/2012/03/pola-belajar-tutor-sebaya.html, diakses tanggal 24 September 2013,pukul 11.28

110


Recommended