Date post: | 29-Nov-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | independent |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
Siapa yang menabur benih, dia yang akan menuai hasil
Saya adalah seorang pendidik, saya menjadi guru sejak tahun 1996. Banyak sekali
peristiwa yang saya lalui selama saya menjadi guru, dan yang paling signifikan adalah adanya
perubahan mendasar pada pola pikir serta sudut pandang anak terhadap pentingnya
pendidikan. Perjuangan yang dilalui untuk mendapatkan nilai yang baik dan ijasah yang
dapat dipertanggungjawabkan, yang dapat dijadikan sebagai modal untuk kehidupan di masa
yang akan datang perlahan mulai luntur dan berganti dengan anggapan bahwa semua itu
hanya “formalitas”, yang penting naik, yang penting lulus, nilai gampang diatur, dan
pendapat-pendapat lain yang menurut logika saya itu adalah anggapan negatif. Dan yang
lebih memperparah keadaan adalah dengan adanya dukungan dari orang tua atas sikap anak
yang seperti itu. Selama saya menjadi guru, bukan hanya sekali atau dua kali saya didatangi
oleh orang tua yang minta “perbaikan nilai” untuk anaknya, dan apabila yang datangnya
orang tua jelas tujuannya bukan untuk remedial tapi perbaikan nilai secara harfiah yaitu
nilainya diperbaiki.
Setiap tahun ajaran baru, setiap saya bertemu dengan kelas baru, siswa baru, serta
suasana belajar dan aturan-aturan (baik yang berasal dari sekolah maupun dari pemerintah)
baru, saya akan membuka perkenalan dengan usaha mensosialisasikan pentingnya pendidikan
dan manfaat belajar bagi siswa didik saya. Pada kesempatan tersebut saya akan menjelaskan
beberapa poin yang saya anggap penting untuk membentuk pola pikir anak-anak didik saya
mengenai tujuan utama mereka datang ke sekolah dan menghabiskan waktu yang panjang di
sekolah dengan melakukan aktifitas pembelajaran. Poin-poin yang saya anggap penting
tersebut adalah :
1. Tidak ada istilah “bodoh”
Pada dasarnya semua bayi yang lahir dalam keadaan sehat dan normal mempunyai
berat otak yang hampir sama dengan jumlah sel yang sama, berarti semua anak
Learn how to learn NADIA CASSINIE SCHIELE
1
1
diciptakan dengan mempunyai modal dasar yang sama, tinggal bagaimana kita
memanfaatkan semua modal yang kita miliki. Yang menjadi kendala terbesar yang
sering kita temui adalah bagaimana melawan rasa malas untuk memulai belajar.
“Bodoh” diciptakan oleh diri kita sendiri. Pada saat kita mangkir dari kelas, tidak
mengerjakan tugas, mencontek saat ujian, itu adalah proses pembodohan yang kita
lakukan terhadap diri sendiri.
2. Tujuan kegiatan pembelajaran
Pada saat seorang anak bangun di pagi hari dan pergi ke sekolah dengan semua
bentuk perjuangan yang dilaluinya untuk bisa sampai ke sekolah pasti dengan suatu
tujuan dan jelas tujuannya bukan untuk jalan-jalan tapi untuk belajar, itu sebabnya
mereka rela menghabiskan waktu yang panjang di sekolah utnuk melakukan aktifitas
pembelajaran. Ketika mereka mengikuti pembelajaran, mereka berproses untuk
dirinya sendiri, bukan untuk guru, bukan untuk orang tua, bukan untuk pacar, bukan
juga untuk nilai. Guru, orang tua, teman hanya bersifat eksternal yang bisa menjadi
motivator, sementara nilai akan didapatkan berdasarkan usaha yang dilakukan oleh
mereka sendiri. Jadi, lakukanlah segalanya karena kesadaran akan pentingnya semua
proses pembelajaran itu untuk masa depan, untuk mengisi otak kita, untuk
membentuk pola pikir kita, karena akan jadi apapun kita setelah lulus nanti semua
akan memerlukan modal pengetahuan dan wawasan yang bisa kita dapatkan dari
bangku sekolah.
3. Disiplin dan tanggung jawab
Disiplin dan tanggung jawab tidak datang secara tiba-tiba tapi disiplin dan tanggung
jawab bisa dibentuk karena kebiasaan, yaitu sesuatu yang dilakukan secara terus
menerus.
Akan meneruskan pendidikan kemanapun, akan menjalani profesi apapun, disiplin
dan tanggung jawab adalah merupakan modal utama keberhasilan disamping
kemampuan pengetahuan.
Saya ingin mengajar anak-anak saya untuk menghargai proses dan bertanggung jawab
terhadap setiap hasil yang mereka dapatkan dari proses yang telah mereka lalui, untuk itu
pada setiap awal perkenalan saya akan bercerita dengan mengambil contoh sebuah peribahasa
yang berbunyi “siapa menabur benih, dia yang akan menuai hasil”. Makna yang saya
tekankan kepada anak-anak dari peribahasa tersebut adalah bahwa apabila mereka ingin
Learn how to learn NADIA CASSINIE SCHIELE
2
mendapatkan hasil yang baik bagi kehidupan di masa yang akan datang maka mereka harus
mau berusaha dan jangan pernah berpikir untuk mendapatkan segala sesuatu dengan cara
yang instan ataupun dengan menggunakan jalan pintas karena hasilnya tidak akan optimal
dan kebermanfaatannya pun wajib dipertanyakan. Kita tidak bisa meminjam otak teman
untuk menguasai sesuatu, kita harus bisa mengandalkan kemampuan kita sendiri, dan
kemampuan itu hanya bisa didapatkan melalui suatu usaha.
Warren Bennis dalam bukunya The 7 Habits of Highly Effective People menjelaskan
bahwa kebiasaan adalah faktor yang kuat dalam hidup kita karena konsisten dan sering
merupakan pola yang tidak disadari, maka kebiasaan secara terus menerus, setiap hari,
mengekspresikan karakter kita dan dan menghasilkan efektivitas atau ketidakefektivan kita.
Warren juga mendefinisikan kebiasaan sebagai titik pertemuan dari pengetahuan,
keterampilan, dan keinginan, dimana pengetahuan adalah paradigma teoritis mengenai apa
yang harus dilakukan dan mengapa, keterampilan adalah bagaimana melakukannya, dan
keinginan adalah motivasi untuk melakukan. Agar sesuatu bisa menjadi kebiasaan dalam
hidup maka kita harus mempunyai ketiga hal tersebut. Disiplin dan tanggung jawab bisa
didapatkan dari suatu kebiasaan, dan kita bisa memulai pembiasaan itu dari lingkungan kecil
kita yaitu sekolah.
Dan apabila anak-anak didik kita dari sejak kecil terbiasa dengan segala sesuatu yang
tidak menghargai proses, menghalalkan segala cara, akan menjadi apa mereka nantinya?
Apakah kita sebagai pendidik dan sebagai orang tua rela melihat anak-anak kita hidup seperti
zombie yang bisa melangkah, bisa beraktifitas tapi tidak mempunyai pikiran dan hati. Kita,
pendidik dan orang tua mempunyai tugas besar untuk menciptakan generasi muda penerus
bangsa bukan menciptakan zombie yang pada saat dewasa nanti akan menjadi koruptor,
pembunuh, dll dimana empati, disiplin dan tanggung jawab menjadi sesuatu hal yang sangat
jauh dari jangkauan akal mereka.
Disadari atau tidak setiap pendidik mempunyai tanggung jawab yang sangat besar
karena apa yang diajarkannya bukan hanya akan dipertanggungjawabkan di dunia. Pada saat
kita salah dalam mengarahkan anak, tidak memberikan keteladanan, melakukan pembiaran
terhadap kesalahan perilaku siswa maka kita harus mempertanggungjawabkannya di hari
akhir kelak.
Learn how to learn NADIA CASSINIE SCHIELE
3
Pendidikan dan Pembelajaran
Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik,
untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Interaksi ini
disebut interaksi pendidikan, yaitu saling mempengaruhi antara pendidik dengan peserta
didik (Prof. Dr. Nana Syaodih S., 2004, h. 3).
Dalam bukunya Landasan Psikologi Proses Pembelajaran (2004), Nana Syaodih juga
menjelaskan bahwa pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti “memberikan,
menanamkan, menumbuhkan” nilai-nilai pada peserta didik. Kata memberikan dan
menanamkan nilai lebih menempatkan peserta didik dalam posisi pasif, menerima,
mendapatkan nilai-nilai. Kata menumbuhkan nilai memberikan peranan yang lebih aktif
kepada peserta didik, peserta didik menumbuhkan, mengembangkan nilai-nilai pada dirinya,
sehingga kata pendidik sebagai peserta didik yang aktif dan berdidik sebagai mendidik diri
sendiri sebagai mendidik diri sendiri bisa saja digunakan, sebab hal itu terjadi.
Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya, yaitu
pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif
baik bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungannya. Pendidikan bukan sekedar
memberikan pengetahuan, memberikan nilai raport, atau memberikan pelatihan keterampilan
tapi yang jauh lebih penting dari itu semua pendidikan berfungsi untuk mengembangkan
semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik.
Pada dasarnya setiap anak adalah merupakan pribadi yang unik, masing-masing anak
mempunyai potensi dan bakat yang berbeda-beda yang terkadang mereka sendiri tidak
menyadarinya, dalam hal ini pendidik mempunyai tugas untuk menggali setiap potensi yang
dimiliki oleh peserta didiknya. Dalam interaksi pendidikan anak tidak selalu harus diberi atau
Learn how to learn NADIA CASSINIE SCHIELE
4
2
dilatih, pada dasarnya mereka dapat mencari, menemukan, memecahkan masalah dan melatih
dirinya sendiri.
Perbuatan mendidik selalu diarahkan kepada hal-hal yang positif, konstruktif, dan
normatif. Tujuan yang normatif tidak mungkin dapat dicapai dengan perbuatan yang tidak
normatif, oleh karena itu seorang guru sebagai pendidik dituntut untuk selalu berbuat,
berperilaku, berpenampilan sesuai dengan norma-norma yang mendidik. Guru adalah
manusia biasa yang tidak luput dari kekeliruan, tapi untuk tujuan utamanya sebagai seorang
pendidik, setiap guru harus mau melakukan continous improvement terhadap dirinya dan
kemampuan intelektualnya.
Menjadi guru adalah hak yang harus diraih dan diberikan oleh siswa, bukan oleh
kepala sekolah ataupun Departemen Pendidikan. Untuk mendapatkan hak mengajar seorang
pendidik harus membangun jembatan autentik untuk memasuki kehidupan anak. Sertifikat
mengajar atau dokumen lain yang mengijinkan kita mengajar atau melatih hanya
mengandung arti bahwa kita memiliki wewenang untuk mengajar, bukan berarti hak untuk
mengajar.
Learn how to learn NADIA CASSINIE SCHIELE
5
Kelas adalah komunitas belajarBelajar mempunyai arti yang sangat luas. Belajar dapat berlangsung dimana saja dan
kapan saja, dari mulai lingkungan rumah, sekolah, maupun lingkungan masyarakat, baik
dilakukan sendiri atau dengan bantuan guru.
Kegiatan belajar yang berlangsung di sekolah bersifat formal, disengaja,
direncanakan, dilakukan dengan bimbingan guru serta pendidik lain. Apa yang hendak
dicapai dan dikuasai siswa (tujuan pembelajaran), materi apa yang akan dipelajari, bagaimana
cara siswa mempelajarinya (metode pembelajaran), serta bagaimana mengetahui ketercapaian
penguasaan materi (evaluasi), telah direncanakan dengan seksama dalam kurikulum sekolah.
Kegiatan belajar sangat penting mengingat semakinbanyak dan semakin tingginya
tuntutan kehidupan masyarakat, semakin tinggi taraf perkembangan masyarakat maka akan
semakin tinggi pula tuntutan yang harus dipenuhi, semakin panjang masa belajar yang harus
dilalui sebelum seorang anak dinyatakan siap bekerja dan hidup dengan wajar di masyarakat.
Nana Syaodih (2004, h. 178) menjelaskan bahwa ada dua pendekatan dalam
pelaksanaan pengajaran di sekolah yaitu pendekatan yang mengutamakan hasil belajar dan
dan yang menekankan pada proses belajar. Sesungguhnya diantara dua pendekatan
pembelajaran tersebut tidak terdapat perbedaan yang terlalu prinsipil, sebab suatu hasil
pembelajaran yang baik akan diperoleh melalui proses yang baik, dan sebaliknya proses
belajar yang baik akan memberi hasil yang baik pula. Dalam kenyataan sehari-hari seringkali
Learn how to learn NADIA CASSINIE SCHIELE
6
3
ditemukan kekeliruan karena yang diutamakan hasil sementara proses kurang begitu
diperhatikan, demikian juga sebaliknya, karena yang diutamakan proses sedangkan hasil
diabaikan.
Belajar merupakan salah satu cara untuk mempersiapkan agar siswa dapat
memecahkan masalah sehingga pengalaman - pengalamannya dapat berkembang dan
memungkinkan untuk mencipta, menggabung - gabungkan, menyusun unsur - unsur yang ada
menjadi sesuatu hal yang baru dan menjadi satu kesatuan dan kemungkinan adanya beberapa
jawaban yang didapat. Dengan demikian guru selaku pendidik harus mampu
mengembangkan sikap dan kemampuan anak didiknya dalam menghadapi persoalan -
persoalan di masa yang akan datang dengan kreatif. Dan pada akhirnya melalui
pendidikan dan pengalaman, kreativitas peserta didik akan dapat terwujud. Semiawan
(dalam Suryosubroto 2009:220) menyatakan bahwa “kreativitas adalah kemampuan untuk
membentuk suatu gagasan baru dan penerapan dalam pemecahan masalah”.
Untuk pembelajaran yang menekankan pada kreatifitas, hasil belajar bukan hanya
hanya berupa penguasaan pengetahuan, tetapi juga kecakapan dan keterampilan dalam
melihat, menganalisa, dan memecahkan masalah. Siswa dituntut untuk membuat rencana dan
mengadakan pembagian kerja, dengan demikian aktifitas dan produk yang dihasilkan dari
kegiatan belajar ini mendapatkan penilaian yang otentik. Penilaian tidak hanya dilakukan
secara tertulis, tetapi juga secara lisan dan penilaian perbuatan. Apabila setiap pendidik dapat
mengimplementasikan pembelajaran dengan cara seperti itu maka kurikulum nasional yang
berlaku sekarang tidak lagi akan menjadi sesuatu yang sulit untuk diterapkan dalam proses
pembelajaran sehari-hari.
Bobbi DePotter dalam bukunya Quantum Teaching (2000) menjelaskan bahwa belajar
melibatkan semua aspek kepribadian manusia – pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh di
samping pengetahuan, sikap, dan keyakinan sebelumnya serta persepsi masa mendatang.
Dengan demikian, karena belajar berurusan dengan orang secara keseluruhan, hak untuk
memudahkan belajar tersebut harus diberikan oleh pelajar dan diraih oleh guru.
Dari semua definisi yang ada, pada dasarnya belajar adalah suatu kegiatan full contact
antara siswa dengan guru. Seorang guru harus bisa menuntun dan memudahkan perjalanan
anak didiknya menuju kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi masa depan mereka.
Kelas adalah tempat anak-anak untuk belajar mengakui dan mendukung orang lain,
untuk itu seorang guru dalam proses pembelajaran harus mengubah :
1. Suasana belajar menjadi suasana yang memberdayakan
Learn how to learn NADIA CASSINIE SCHIELE
7
2. Landasan pembelajaran yang kukuh
3. Lingkungan belajar yang mendukung
4. Rancangan belajar yang dinamis
Selain keterampilan penyampaian dan strategi pembelajaran, untuk melatih siswa agar
bertanggung jawab atas apa yang mereka pelajari juga dibutuhkan :
1. Penyajian yang prima
2. Fasilitas yang luwes
3. Keterampilan belajar untuk belajar
4. Keterampilan hidup
Belajar : mudah dan alami
Dalam proses pembelajaran keterlibatan emosi, memori jangka panjang, dan belajar
mempunyai hubungan yang sangat erat, peneliti dan psikolog kognitif, Dr. Daniel Goleman
menjelaskan :
“Dalam tarian perasaan dan pikiran, kekuatan emosi menuntun keputusan kita saat demi
saat, bekerja bahu-membahu dengan pikiran rasional, mengaktifkan atau menonaktifkan
pikiran itu sendiri. Boleh dibilang, kita mempunyai dua otak, dua pikiran, dan dua jenis
kecerdasan : rasional dan emosional. Bagaimana kita berkiprah dalam hidup (dari belajar)
ditentukan oleh keduanya, bukan hanya IQ, melainkan kecerdasan emosional juga berperan.
Tentu saja, intelek tidak dapat bekerja pada puncaknya tanpa kecerdasan emosional” dan
“ketika otak menerima ancaman atau tekanan, kapasitas saraf untuk berfikir rasional
mengecil, otak dibajak secara emosional” (Goleman, 1995, h. 28).
Hasil penelitian juga menyampaikan kepada kita bahwa tanpa keterlibatan emosi,
kegiatan saraf otak itu kurang dari yang dibutuhkan untuk “merekatkan” pelajaran dalam
ingatan (Goleman, 1995 ; LeDoux, 1993 ; MacLean, 1990)
Learn how to learn NADIA CASSINIE SCHIELE
8
4
Untuk bisa menyeimbangkan kemampuan pengetahuan,keterampilan dan sikap dalam
proses pembelajaran, seorang guru harus bisa menentukan model dan metode pembelajaran
yang akan digunakan sesuai dengan materi yang akan disampaikan serta tujuan pencapaian
dari materi yang dipelajari.
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimal. Ini berarti metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.
Dengan demikian metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peranan yang
sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat trgantung pada cara
guru menggunakan metode pembelajaran (Strategi Pembelajaran, 2006).
Dalam kegiatan belajar mengajar, menurut Dra. Roestiyah, N.K. (1989), guru harus
memiliki strategi agar anak didiknya dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada
tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus
menguasai teknik-teknik penyajian (metode mengajar). Dengan demikian, metode mengajar
adalah strategi pengajaran yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Salah satu contoh metode pembelajaran yang banyak digunakan adalah metode
kooperatif dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif dengan
struktur kelompok yang heterogen. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama
dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain, dan maksud dari
kelompok heterogen adalah kelompok terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin
dan suku.
Pada situasi yang membosankan, otak seseorang akan bekerja secara negatif,
sebaliknya apabila otak seseorang dibuat tergugah, termotivasi, terpancing, dan bersemangat,
maka orang tersebut akan mampu menyelesaikan beragam persoalan dengan lebih baik
sehingga dapat mengoptimalkan kerja otak kiri dan otak kanan. Untuk itu semua, seorang
guru dituntut untuk lebih cermat dalam menerapkan metode pembelajaran yang tepat yang
akan diterapkan pada kelas yang dikelolanya karena pengelolaan kelas yang baik akan
melahirkan interaksi belajar mengajar yang baik pula dan tujuan pembelajaranpun dapat
dicapai tanpa menemukan kendala yang berarti.
Satu hal yang harus diingat oleh setiap guru bahwa kelas adalah tempat siswa belajar
mengakui dan mendukung orang lain. Di dalam kelas siswa belajar untuk berinteraksi dengan
teman dan guru, bekerjasama, bersaing dengan sehat, seta belajar bertanggung jawab.
Learn how to learn NADIA CASSINIE SCHIELE
9
Pendidikan adalah cinta dan keteladanan, bukan intimidasi dan ancaman, jangan ada
lagi tekanan dan ancaman terhadap siswa dalam proses pembelajaran, maka belajar akan
menjadi sesuatu yang mudah dan menyenangkan.
Buat aku tersenyum
Setiap anak yang lahir ke dunia adalah anak yang unik, tidak akan pernah ada dua
orang yang sama persis, baik sifat ataupun fisiknya, bahkan anak kembar yang berasal dari
satu sel telur sekalipun tidak akan mempunyai kemiripan sampai 100%. Itulah sebabnya
mengapa proses pembelajaran di kelas menjadi sesuatu yang sulit karena guru akan
menghadapi beberapa orang anak sekaligus dengan berbagai macam sifat, tabiat, serta
kebiasaan yang menyangkut cara mereka belajar.
Selain genetik, hal-hal yang dapat mempengaruhi anak dalam belajar antara lain
adalah tingkat pendidikan orang tua dan lingkungan tempat anak tumbuh dan bermain, untuk
itu setiap guru harus berusaha untuk mempelajari sifat dari setiap anak didiknya, salah
satunya adalah dengan cara menjadi bagian dari mereka dan jangan pernah memposisikan diri
sebagai guru yang segala tahu dan tidak pernah salah, hal tersebut akan membuat suassana
belajar menjadi kaku dan anak tidak akan nyaman dengan suasana pembelajaran yang seperti
itu.
Learn how to learn NADIA CASSINIE SCHIELE
10
5
Untuk supaya bisa diterima di tengah-tengah anak didik, seorang guru wajib
mengetahui gaya belajar anak sesuai dengan sifat-sifatnya. Gaya belajar dibedakan menjadi
tiga macam yaitu belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Setelah mengenal gaya-gaya
belajar ini kita akan akan mengetahui cara mengidentifikasi dan mengajar dengan tujuan
untuk memaksimalkan gaya belajar mereka masing-masing.
Meskipun kebanyakan orang memiliki akses ketiga gaya belajar tersebut, hampir
semua orang cenderung pada salah satu diantaranya yang berperan sebagai saringan untuk
pembelajaran, pemrosesan, dan komunikasi.
1. Visual
Gaya belajar ini mengakses citra visual, yang diciptakan maupun diingat. Warna,
hubungan ruang, potret mental, dan gambar menonjol dalam gaya belajar ini.
Seseorang yang sangat visual akan mempunyai ciri sebagai berikut :
Teratur, memperhatikan segala sesuatu, menjaga penampilan.
Mengingat dengan gambar, lebih suka membaca daripada dibacakan.
Membutuhkan gambaran dan tujuan menyeluruh dan menangkap detail
(mengingat apa yang dilihat).
2. Auditorial
Gaya belajar ini mengakses segala jenis bunyi dan kata, diciptakan maupun diingat.
Musik, nada, irama, dialog internal, dan suara yang menonjol disini. Seseorang yang
sangat auditorial mempunyai ciri sebagai berikut :
Perhatiannya mudah terpecah
Berbicara dengan pola berirama
Belajar dengan cara mendengarkan, menggerakkan bibir/bersuara saat
membaca.
Berdialog secara internal dan eksternal.
3. Kinestetik
Gaya belajar ini mengakses segala jenis gerak dan emosi, diciptakan maupun diingat.
Gerakan, koordinasi, irama, tanggapan emosional, dan kenyamanan fisik menonjol
disini. Seseorang yang sangat kinestetik mempunyai ciri sebagai berikut :
Menyentuh orang dan berdiri berdekatan, banyak bergerak.
Belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca, menanggapi
secara fisik.
Mengingat sambil berjalan dan melihat.
Learn how to learn NADIA CASSINIE SCHIELE
11
Apabila guru bisa memahami gaya belajar dari setiap siswa didiknya, minimal secara
garis besar, dapat dipastikan suasana belajar akan menjadi suatu keadaan yang
menyenangkan dan belajar di kelas tidak akan lagi menjadi sesuatu yang menakutkan dan
dihindari oleh anak-anak.
Keadaan prima untuk belajar
Berikut ini adalah saran-saran dari para ahli dari berbagai suduut pandang agar
tercipta suatu keadaan yang mendukung terlaksananya pembelajaran yang menyenangkan
untuk hasil yang optimal.
Saran untuk membangun hubungan
1. Perlakukan siswa sebagai manusia sederajat
2. Ketahuilah apa yang disukai siswa, cara berpikir mereka, dan perasaan mereka
mengenai hal-hal yang terjadi dalam kehidupan mereka.
3. Bayangkan apa yang mereka katakan kepada diri sendiri mengenai diri sendiri.
Learn how to learn NADIA CASSINIE SCHIELE
12
6
4. Ketahuilah apa yang menghambat mereka untuk memperoleh hal-hal yang benar-
benar mereka inginkan. Jika anda tidak tahu, tanyakanlah.
5. Berbicaralah dengan jujur kepada mereka, dengan cara yang membuat mereka
mendengarnya dengan jelas dan halus.
6. Bersenang-senanglah bersama mereka
(Sumber : Quantum Teaching, 2000)
Saran-saran David Sousa untuk menggunakan hal-hal baru dalam sebuah
pembelajaran*
“Menggunakan hal-hal baru tidak berarti bahwa seorang guru harus menjadi pelawak,
dan anda tidak harus menyulap ruangan kelas menjadi arena sirkus”, tulis Sousa. “Hal-hal
baru disini sederhana berarti menggunakan berbagai pendekatan pengajaran yang lebih
mengutamakan lebih banyak kegiatan yang harus dilakukan oleh murid.”
Berikut ini adalah beberapa saran Sousa untuk memasukan hal-hal baru ke dalam
proses pembelajaran.
1. Humor
Banyak sekali keuntungan positif yang bisa didapatkan dengan menggunakan humor
di dalam kelas, untuk semua tingkat.
2. Pergerakan
Ketika kita duduk diam selama lebih dari dua puluh menit, darah di dalam tubuh
berkumpul di bokong serta kaki kita. Dengan bangkit dan bergerak, kita melancarkan
aliran darah. Dalam satu menit saja, kita akan memiliki sekitar 15 persen lebih
banyak darah di dalam otak. Kita benar-benar bisa berpikir lebih jernih sambil berdiri
daripada sambil duduk. Anak-anak kadang-kadang duduk terlalu lama di dalam
kelas, terutama di sekolah-sekolah menengah, carilah jalan untuk membuat mereka
bangkit dan bergerak, terutama disaat mereka harus melatih secara verbal apa yang
baru saja mereka pelajari.
3. Pengarahan multi – indrawi
Anak-anak masa kini sudah terbiasa dengan lingkungan yang multi – indrawi
(melibatkan seluruh indra). Mereka akan lebih tertarik untuk memperhatikan
Learn how to learn NADIA CASSINIE SCHIELE
13
pelajaran jika tersedia objek visual yang menarik serta berwarna warni, serta jika
mereka bisa berjalan-jalan di sekeliling kelas dan membicarakan pelajaran yang
mereka dapatkan.
4. Kuis dan permainan
Mintalah murid-murid untuk membuat sebuah kuis atau permainan untuk saling
menguji kemampuan mereka tentang konsep-konsep yang telah diajarkan. Ini
merupakan strategi umum yang sering diterapkan di kelas-kelas dasar, tetapi jarang
digunakan di sekolah-sekolah menengah. Selain menyenangkan, permainan serta kuis
memiliki nilai tambah, dalam arti mengharuskan murid-murid untuk berlatih dan
mengerti sebuah konsep sebelum mereka bisa membuat pertanyaan-pertanyaan kuis
beserta jawabannya (untuk pelajaran bahasa, sebagai contoh, kuis “komunikata”
dapat diterapkan sesekali).
5. Musik
Meskipun penelitian ini masih tidak memiliki bukti-bukti yang lengkap, terdapat
beberapa keuntungan jika kita memainkan musik di dalam kelas pada waktu-waktu
tertentu selama pelajaran.
Saran-saran yang berasal dari buku The Power of Color untuk memperkaya
lingkungan*
Di dalam bukunya, The Power of Color (1991), Morton Walker mengutip riset yang
dilakukan dilakukan oleh Robert Gerard, Ph.D. dari University of California, Los Angeles
yang mempelajari efek fisiologis warna terhadap kecemasan, denyut nadi, dan aliran darah.
Penemuannya menegaskan bahwa setiap warna memiliki panjang gelombang, dan setiap
panjang gelombang, dari ultra violet hingga inframerah (atau merah hingga biru) dapat
mempengaruhi tubuh dan otak kita secara berbeda. Jika anda sangat cemas dan stress berat,
misalnya, merah dapat menjadikan anda tambah agresif. Namun jika anda santai, maka merah
dapat memicu ketertarikan dan emosi positif. Walker mempersembahkan sinopsis “kekuatan
warna” berikut ini :
1. Merah : adalah warna yang menarik dan emotif. Paling baik untuk restoran.
Dianggap lebih mengganggu bagi mereka yang sedang dalam keadaan tegang, dan
lebih menyenangkan bagi mereka yang sedang dalam keadaan tenang. Memacu
kelenjar di bawah otak dan kelenjar adrenal serta melepaskan adrenalin. Dapat
Learn how to learn NADIA CASSINIE SCHIELE
14
meningkatkan tekanan darah dan pernapasan, serta merangsang selera makan dan
indra penciuman.
2. Kuning : merupakan warna pertama yang dikenali otak. Diasosiasikan dengan stress,
kewaspadaan, dan kecemasan, namun merangsang optimisme, harapan, dan
keseimbangan secara keseluruhan. Sangat baik digunakan di dalam kelas.
3. Jingga : memiliki karakteristik antara merah dan kuning. Merupakan salah satu
warna terbaik untuk merangsang pembelajaran.
4. Biru : merupakan warna yang paling menenangkan. Warna ini menenangkan orang-
orang yang tegang dan meningkatkan rasa nyaman. Ketika anda melihat warna biru,
otak anda melepaskan sebelas neurotransmitter yang menenangkan tubuh, dan dapat
berakibat pada penurunan suhu tubuh, keringat, dan selera makan. Biru mungkin
terlalu menenangkan bagi kebanyakan lingkungan belajar.
5. Hijau : juga warna yang menenangkan. Respon terhadap warna ini adalah
peningkatan level histanin darah yang mengakibatkan berkurangnya kepekaan
terhadap alergi makanan. Antigen dirangsang untuk memperbaiki sistem kekebalan
tubuh secara menyeluruh.
6. Warna-warna gelap : mengurangi stress dan meningkatkan perasaan damai.
7. Coklat : menumbuhkan perasaan aman, relaks, dan mengurangi keletihan.
8. Warna-warna terang : seperti merah, jingga, dan kuning meroketkan energi dan
kreatifitas. Warna-warna ini juga dapat menumbuhkan perilaku agresif dan
kecemasan.
9. Abu-abu : adalah warna yang paling netral.
Saran-saran Valrie Ann Worwood berkaitan dengan cara memperkaya lingkungan
dengan aroma*
Berikut ini adalah daftar aroma yang diusulkan oleh ahli aromaterapi Worwood.
Worwood dalam bukunya The Fragrant Mind, sebagaimana dikutip oleh Dave Meier dalam
Accelerated Learning Handbook menjelaskan bahwa “pendekatan aromaterapi ini ada
manfaatnya juga asalkan tidak dibesar-besarkan menjadi satu-satunya jawaban. Namun
wewangian benar-benar dapat berpengaruh positif pada pemrosesan mental, sebagaimana
yang telah kita ketahui dari pengalaman”.
Learn how to learn NADIA CASSINIE SCHIELE
15
Bau sitrun dapat memberi orang perasaan segar dan meningkatkan kesadaran mental.
Aroma vanila dapat menenangkan, kayu manis dapat menambah kegembiraan dan kebaikan.
Ketika bekerja bersama para pelatih NASA, sebagian diantara mereka menemukan bahwa
sepanci kayu manis/apel mendidih di dekat pintu ruang kelas tampaknya dapat menenangkan
pembelajar dan membuat suasana hati mereka enak.
Nah inilah daftar berbagai aroma dan ciri yang terkait menurut salah seorang ahli
aromaterapi terkemuka.
1. Basil : mengangkat, menjernihkan, membangkitkan, merangsang.
2. Anyelir : diam, tenang, asli, bebas.
3. Kayu manis : menghangatkan, mengajak, pikiran menjadi terbuka.
4. Ketumbar : memeriahkan, mendorong, mendukung.
5. Geranium : menyeimbangkan, menyembuhkan, menggugah, menghibur.
6. Buah anggur : cerah, ceria, membebaskan.
7. Melati : menggembirakan, memikat, ramah, intuitif.
8. Lavender : selaras, menenangkan, menyembuhkan, menyayangi.
9. Lemon : menyucikan, merangsang, menjernihkan, membangun konsentrasi.
10. Bunga bakung : menghipnotis, menguatkan, visioner, kreatif.
11. Jeruk : menghangatkan, bahagia, teguh, cerah, menguatkan.
12. Peppermint : menjernihkan, membangunkan, menyegarkan.
13. Pinus : sederhana, sabar, menerima, percaya.
14. Rosemary : menguatkan, memulihkan.
15. Kayu cendana : mencerahkan, menyeimbangkan, menghubungkan.
16. Thyme : menguatkan, membantu, menyemangati.
(* sumber : Belajar Cerdas, belajar berbasiskan otak, 2005).
Dari sekian banyak saran untuk mengubah suasana belajar menjadi suasana yang
menyenangkan dan menentramkan, kita sebagai pendidik dapat memilih suasana
pembelajaran yang seperti apa yang bisa diterapkan agar proses pembelajaran yang
berlangsung dapat berhasil optimal.
Learn how to learn NADIA CASSINIE SCHIELE
16
Daftar Pustaka
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.
Learn how to learn NADIA CASSINIE SCHIELE
17
Arikunto, Suharsimi. 1989. Penilaian Program Pendidikan. Proyek Pengembangan LPTK Depdikbud. Dirjen Dikti.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Djamarah. Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Hamalik, Oemar. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakart: PT. Bumi Aksara.
Hasibuan. JJ. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Rosdakarya.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung :
Rosdakarya.
DePorter, Bobbi. 2000. Quantum Teaching, mempraktekan Quantum Learning di ruang-
ruang kelas. Bandung : Penerbit Kaifa.
R. Covey, Stephen. 2013. The 7 Habits of Highly Effective People (7 Kebiasaan Manusia
yang Sangat Efektif). Tangerang Selatan : Binarupa Aksara Publisher.
Ginanjar Agustian, Ary. 2001. Emotional Spiritual Quotient, The ESQ Way 165 Jilid 1.
Jakarta : PT. Arga Tilanta.
Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Belajar Cerdas, Belajar Berbasiskan Otak. Bandung : Mizan
Learning Center (MLC).
Drost, J.I.G.M. 1998. Sekolah : Mengajar atau Mendidik ? Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Gamon, David, Ph.D. dan Bragdon, Allen. 2004. Cara Baru Mengasah Otak dengan Asyik.
Temuan-temuan Mutakhir tentang Kinerja dan Struktur Otak Plus Permainan-permainan
Heboh untuk Mengasah 6 Zona Kecerdasan. Bandung : Mizan Media Utama (MMU).
Learn how to learn NADIA CASSINIE SCHIELE
18
Nadia Cassinie, M.M.Pd. Lahir di Bandung, 15 Mei 1970, saya mengawali karir
sebagai guru di SMK Prakarya Internasional Bandung sejak tahun 2001 mengajar mata
pelajaran Matematika dan tersertifikasi untuk mata pelajaran matematika. Saat ini selain
mengajar di SMK Prakarya Internasional saya juga aktif di MGMP Matematika Kota
Bandung, mengajar mata kuliah Fisika Dasar I dan Praktikum Fisika di STT Jabar Kab.
Bandung, serta mengajar mata kuliah Teknik Penulisan Ilmiah di beberapa perguruan tinggi
swasta di Jakarta.
Kegiatan lain di luar mengajar saya aktif menulis dan beberapa kali menjadi
pembicara untuk kegiatan seminar matematika dan teknik penulisan ilmiah. Tulisan-tulisan
yang saya buat, saya simpan di web yang saya kelola sendiri www.nadiacassinieschiele.com,
juga di www.academia.edu.com. Hasil tulisan saya yang pernah diterbitkan adalah
“Rangkuman Materi Ajar Matematika SMK program Teknologi untuk kelas 1, 2, 3.” (2010)
dan “Trik dan Kumpulan Soal UN SMK Teknologi” (2010) yang diterbitkan oleh penerbit
Agromedia, Jakarta.
Pendidikan kesarjanaan saya selesaikan di IKIP Bandung jurusan Teknik Bangunan
konsentrasi Perencanaan dan Perancangan (1996) dan pasca sarjana dari Universitas Islam
Nusantara (UNINUS) Bandung jurusan Manajemen Pendidikan dengan konsentrasi
Manajemen Pendidikan Sistem Makro (2007). Saya adalah orangtua tunggal dari 3 putri,
Salsabil (20 th), Biru (18 th), dan Ciesa (9 th), tinggal di Jl. Cijawura Hilir No. 9 Bandung,
alamat kontak surat SMK Prakarya Internasional Jl. Inhoftank no. 46 Tegalega Bandung, no
hp. 087825244730 – 082216697961 dan e-mail [email protected].
Learn how to learn NADIA CASSINIE SCHIELE
20