+ All Categories
Home > Documents > LEARNING ISSUE LBM 4 1

LEARNING ISSUE LBM 4 1

Date post: 08-Feb-2023
Category:
Upload: independent
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
36
LEARNING ISSUE LBM 4 1. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran kolaboratif 2. Factor penghambat adaptasi 3. Bagaimana adaptasi dan sosialisasi mempengaruhi pembelajaran kolaboratif dan elaborative? 4. Filosofipembelajarankolaboratifdan elaborative 5. Tinggkatan dan strategi konflik 6. Pengaruhkemampuanbersosalisasidanberadaptsaiterhadapprest asibelajarmahasiswa? 7. sifat kelas yang pembelajarannya kolaboratif ( take and give ) JAWABAN 1. Ingga : a. Kelebihan i. Siswa belajar bermusyawarah ii. Siswa belajar menghargai pendapat orang lain iii. Dapat mengembangkan cara berpikir kritis dan rasional iv. Dapatmemupuk rasa kerjasama v. Adanyapersaingan yang sehat b. Kelemahan i. Pendapatsertapertanyaansiswadapatmenyimpangda ripokokpersoalan. ii. Membutuhkanwaktucukupbanyak. iii. Adanyasifat-sifatpribadi yang ingin menonjolkan diriatausebaliknya yang
Transcript

LEARNING ISSUE LBM 4

1. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran kolaboratif

2. Factor penghambat adaptasi

3. Bagaimana adaptasi dan sosialisasi mempengaruhi

pembelajaran kolaboratif dan elaborative?

4. Filosofipembelajarankolaboratifdan elaborative

5. Tinggkatan dan strategi konflik

6. Pengaruhkemampuanbersosalisasidanberadaptsaiterhadapprest

asibelajarmahasiswa?

7. sifat kelas yang pembelajarannya kolaboratif ( take and

give )

JAWABAN

1. Ingga :

a. Kelebihan

i. Siswa belajar bermusyawarah

ii. Siswa belajar menghargai pendapat orang lain

iii. Dapat mengembangkan cara berpikir kritis dan

rasional

iv. Dapatmemupuk rasa kerjasama

v. Adanyapersaingan yang sehat

b. Kelemahan

i. Pendapatsertapertanyaansiswadapatmenyimpangda

ripokokpersoalan.

ii. Membutuhkanwaktucukupbanyak.

iii. Adanyasifat-sifatpribadi yang ingin

menonjolkan diriatausebaliknya yang

lemahmerasarendahdiridanselalutergantungpad a

orang lain.

iv. Kebulatan atau kesimpulan bahan kadang

sukardicapai.

Yudhit :

a. Siswa belajar bermusyawarah

b. Siswa belajar menghargai pendapat orang lain

c. Dapat mengembangkan cara berpikir kritis dan

rasional

d. Dapat memupuk rasa kerja sama

e. Adanya persaingan yang sehat

2. Kelemahan

a. Pendapat serta pertanyaan siswa dapat menyimpang

dari pokok persoalan.

b. Membutuhkan waktu cukup banyak.

c. Adanya sifat-sifat pribadi yang ingin menonjolkan

diri atau sebaliknya yang lemah merasa rendah diri dan

selalu tergantung pada orang lain.

d. Kebulatan atau kesimpulan bahan kadang sukar

dicap

Shika:

a. Kelebihan

- Siswa belajar bermusyawarah

- Siswa belajar menghargai pendapat orang lain

- Dapat mengembangkan cara berpikir kritis dan

rasional

- Dapat memupuk rasa kerja sama

- Adanya persaingan yang sehat

b. Kelemahan

- Pendapat serta pertanyaan siswa dapat menyimpang

dari pokok persoalan.

- Membutuhkan waktu cukup banyak.

- Adanya sifat-sifat pribadi yang ingin menonjolkan

diri atau sebaliknya yang lemah merasa rendah diri

dan selalu tergantung pada orang lain.

- Kebulatan atau kesimpulan bahan kadang sukar

dicapai.

Mutia :

1) Lebih banyak dibuat dalam masa yang singkat.

2) Setiap ahli kumpulan mempunyai sumbangan yang unik.

3) Pelajar dimotivasi oleh orang lain dalam kumpulan.

4) Pelajar memahami antara satu sama lain lebih daripada

guru.

5) Manfaat Jangka Panjang

Kekurangan:

• Sulit diterapkan pada kelas yg belum memiliki

pengetahuan dan keterampilan yang memadai, terutama pada

kelas peringkat yg masih dlm tahap adaptasi dan

sosialisasi.

• Tidak berhasil diterapkan jika fasilitator tidak

memiliki kemampuan mengelola dan memotivasi kelompok

dengan baik

• Kalau fasilitator kurang aktif, maka dinamika kelompok

tdk tercipta & menjadi vacum. Namun, keaktifan

fasilitator sangat ditentukan oleh komitmen pimpinan dlm

memberikan perhatian yang serius dan kemahuan yg kuat dr

fasilatator sendiri.

Ditawi:

 Kelebihan

1.      memudahkan para siswa bekerjasama,

2.      dapat saling bertukar pengalaman

3.      saling menyumbangkan pemikiran dan bertanggung

jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara kelompok

maupun individu.

4.      Dapat saling belajar dan berubah bersama serta

maju bersama pula

5.      Dapat saling membina,

Kelemahan

1.      proses pembelajaran membutuhkan waktu yang lama

2.      berpotensi menimbulkan perselisihan kecil

3.      arah pembicaraan atau arah diskusi tidak merujuk

pada suatu permasalahan saja.

4.      Bila para siswa di dalam suatu kelompok tidak

saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab

terhadap pencapaian hasil belajar secara kelompok maupun

individu, kelompok itu tak dapat digolongkan sebagai

kelompok pembelajaran kolaboratif

Sumber:Ismail, 2002. Model-model Pembelajaran. Jakarta :

Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Dirjen

Dikdasmen Depdiknas

Lala :

Kelebihan pembelajaran kolaboratif

1. Siswa belajar bermusyawarah

2. Siswa belajar menghargai pendapat orang lain

3. Dapat mengembangkan cara berfikir kritis dan rasional

4. Dapat memupukrasa kerjasama

5. Adanya persaingan yang sehat

Kekurangan pembelajaran kolaboratif

1. pendapat serta pertanyaan siswa dapat menyimpang dari

pokok persoalan. Membutuhkan waktu yang cukup banyak

2. Adanya sifat-sifat pribadi yang ingin menonjolkan

diri atau sebaliknya yang lemah merasa rendah diri dan

selalu tergantung pada orang lain

3. Kesimpulan bahan kadang sukar dicapai

(Utomo Dananjaya,2012:139)

Pertanyaan:

Kelebihan waktunya cepat kelemahannya erwan?

Berkelompok itu memakan waktu dari waktu diskusi

Berkelompok itu ada pembagian tugas

KESIMPULAN:

Menuntut bekerjasama, menghargai pendapat orang lain,

menambah informasi, belajar bertanggungjawab,

Membutuhkan waktu yang lama, ada pertikaian.

2. Apa factor yang menghambat adaptasi

Shika :

1)   Pengaruh rumah dan keluarga.

Faktor rumah dan keluarga merupakan faktor yang sangat

penting, karena keluarga merupakan satuan kelompok sosial

terkecil.Interaksi sosial yang pertama diperoleh individu

adalah dalam keluarga. Kemampuan interaksi sosial ini

kemudian akan dikembangkan di masyarakat.

2)   Hubungan Orang Tua dan Anak

Pola hubungan antara orang tua dengan anak akan mempunyai

pengaruh terhadap proses penyesuaian diri anak. Beberapa

pola hubungan yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri

antara lain :

a)    Menerima (acceptance).

b)   Menghukum dan disiplin yang berlebihan.

c)    Memanjakan dan melindungi anak secara berlebihan.

d)   Penolakan.

e)    Hubungan saudara

Ingga

Faktor – faktor yang mempengaruhi adaptasi makhuk hidup

di darat :

Air

Suhu

Kelembapan udara

Intensitas cahaya

Faktor – faktor yang mempengaruhi adaptasi makhuk hidup

di air

Kadar garam dan mineral

Kadar oksigen

Kedalaman air

Intensitas cahaya

Mutia:

Pentingnya beradaptasi

(Aminuddin, 2000: 38), pentingnya beradaptasi untuk:

a. Mengatasi halangan-halangan dari lingkungan.

B Menyalurkan ketegangan sosial.

c. Mempertahankan kelanggengan kelompok atau unit

sosial.

d. Bertahan hidup

Sumber:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31455/4/C

hapter%20II.pdf

Lala

Faktor penghambat proses adaptasi

1. Kondisi – kondisi fisik

- keturunan, konstitusi fisik,susunan saraf, kelenar dan

system otot, kesehatan,penyakit dsb.

Contoh : seperti cacat yang susah untuk komunikasi dan

beradaptasi

2. Perkembangan dan kematangan.

- Kematangan intelektkual, social, moral dan emosional

3. Penentu psikologis.

- Pengalaman, belajarnya, pengkondisian, penentu diri

(self-determination), frustasi, dan konflik

4. Kondisi lingkungan.

- Keluarga, sekolah dan masyarakat

Sofa:

Belum siap berubah saat beradaptasi

Ingga

Tidak tahu dengan kondisi lingkungan

Kurang PD dengan lingkungan

Sumber: PDF

PER

Dita

Apa faktor penghambat adaptasi?. Faktor penghambat perubahan

social

a. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain

Kehidupan terasing menyebabkan sebuah masyarakat tidak

mengetahui perkembangan-perkembangan yang terjadi di

masyarakat lain. Mereka terkungkung dalam tradisinya

sendiri dan tidak mengalami perubahan, Padahal kebudayaan

lain dapat memperkaya kebudayaannya sendiri. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan

kunci terjadinya perubahan sosial budaya.

b. Sikap masyarakat yang sangat tradisional

Masyarakat tradisional biasanya bersikap mengagung-

agungkan tradisi dan masa lampau. Mereka beranggapan

bahwa tradisi tersebut secara mutlak tidak dapat diubah.

Anggapan inilah yang menghambat adanya proses perubahan

sosial. Keadaan tersebut akan menjadi lebih buruk apabila

yang berkuasa dalam masyarakat yang bersangkutan adalah

golongan konservatif.

c. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi

kebudayaan

Pada dasarnya semua unsur kebudayaan tidak mungkin

berintegrasi dengan sempurna. Namun demikian, terdapat

beberapa unsur tertentu memiliki derajat integrasi yang

tinggi. Keadaan inilah yang membuat suatu masyarakat

merasa khawatir dengan datangnya unsur-unsur dari luar.

Hal ini dikarenakan unsur-unsur tersebut mampu

menggoyahkan integrasi dan menyebabkan perubahan-

perubahan pada aspek-aspek tertentu di masyarakat.

d. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat

Terlambatnya perkembangan ilmu pengetahuan suatu

masyarakat dimungkinkan karena kehidupan masyarakat yang

terasing dan tertutup. Namun, dapat pula dikarenakan

sebagai akibat dijajah oleh masyarakat lain. Biasanya

masyarakat yang dijajah dengan sengaja dibiarkan

terbelakang oleh masyarakat yang menjajah. Hal ini

dimaksudkan menjaga kemurnian masyarakat guna mencegah

terjadinya pemberontakan atau revolusi.

e. Adat atau kebiasaan

Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi

anggota masyarakat dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan

pokoknya. Adat dan kebiasaan ini dapat berupa

kepercayaan, sistem mata pencaharian, pembuatan rumah,

dan cara berpakaian tertentu. Adat dan kebiasaan tersebut

sudah menjadi bagian kehidupan masyarakat sehingga sukar

untuk diubah.

f. Prasangka terhadap hal-hal yang baru atau sikap yang

tertutup

Sikap demikian dapat dijumpai pada masyarakat yang pernah

dijajah. Mereka selalu mencurigai sesuatu yang berasal

dari negara-negara Barat. Secara kebetulan unsur-unsur

baru kebanyakan berasal dari negara-negara Barat.

Sehingga segala sesuatu yang berasal dari negara-negara

Barat mendapat prasangka buruk oleh masyarakat setempat.

Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis

Setiap usaha mengadakan perubahan pada unsur-unsur

kebudayaan rohaniah biasanya diartikan sebagai usaha yang

berlawanan dengan ideologi. Di mana ideologi masyarakat

mempakan dasar integrasi masyarakat tersebut. Oleh

karenanya, perubahan sosial tidak terjadi.

Yudhit

. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain

Kehidupan terasing menyebabkan sebuah masyarakat tidak

mengetahui perkembangan-perkembangan yang terjadi di

masyarakat lain. Mereka terkungkung dalam tradisinya

sendiri dan tidak mengalami perubahan, Padahal kebudayaan

lain dapat memperkaya kebudayaannya sendiri. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan

kunci terjadinya perubahan sosial budaya.

b. Sikap masyarakat yang sangat tradisional

Masyarakat tradisional biasanya bersikap mengagung-

agungkan tradisi dan masa lampau. Mereka beranggapan

bahwa tradisi tersebut secara mutlak tidak dapat diubah.

Anggapan inilah yang menghambat adanya proses perubahan

sosial. Keadaan tersebut akan menjadi lebih buruk apabila

yang berkuasa dalam masyarakat yang bersangkutan adalah

golongan konservatif.

c. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi

kebudayaan

Pada dasarnya semua unsur kebudayaan tidak mungkin

berintegrasi dengan sempurna. Namun demikian, terdapat

beberapa unsur tertentu memiliki derajat integrasi yang

tinggi. Keadaan inilah yang membuat suatu masyarakat

merasa khawatir dengan datangnya unsur-unsur dari luar.

Hal ini dikarenakan unsur-unsur tersebut mampu

menggoyahkan integrasi dan menyebabkan perubahan-

perubahan pada aspek-aspek tertentu di masyarakat.

d. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat

Terlambatnya perkembangan ilmu pengetahuan suatu

masyarakat dimungkinkan karena kehidupan masyarakat yang

terasing dan tertutup. Namun, dapat pula dikarenakan

sebagai akibat dijajah oleh masyarakat lain. Biasanya

masyarakat yang dijajah dengan sengaja dibiarkan

terbelakang oleh masyarakat yang menjajah. Hal ini

dimaksudkan menjaga kemurnian masyarakat guna mencegah

terjadinya pemberontakan atau revolusi.

e. Adat atau kebiasaan

Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi

anggota masyarakat dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan

pokoknya. Adat dan kebiasaan ini dapat berupa

kepercayaan, sistem mata pencaharian, pembuatan rumah,

dan cara berpakaian tertentu. Adat dan kebiasaan tersebut

sudah menjadi bagian kehidupan masyarakat sehingga sukar

untuk diubah.

f. Prasangka terhadap hal-hal yang baru atau sikap yang

tertutup

Sikap demikian dapat dijumpai pada masyarakat yang pernah

dijajah. Mereka selalu mencurigai sesuatu yang berasal

dari negara-negara Barat. Secara kebetulan unsur-unsur

baru kebanyakan berasal dari negara-negara Barat.

Sehingga segala sesuatu yang berasal dari negara-negara

Barat mendapat prasangka buruk oleh masyarakat setempat.

g. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis

Setiap usaha mengadakan perubahan pada unsur-unsur

kebudayaan rohaniah biasanya diartikan sebagai usaha yang

berlawanan dengan ideologi. Di mana ideologi masyarakat

mempakan dasar integrasi masyarakat tersebut. Oleh

karenanya, perubahan sosial tidak terjadi.

KESIMPULAN:

Rasa takut kita untuk berubah dan beradaptasi terhadap

lingkungan baru, factor lingkungan, factor fisik, factor

psikologi.

3. Bagaimana adaptasi dan sosialisasi mempengaruhi

pembelajaran kolaboratif dan elaborative?

Ingga

Adaptasi: Keterbatasan pembelajaran kolaboratif adalah

masih susah diterapkan pada kelas yang belum memiliki

pengetahuan dan keterampilan yang memadai, terutama

pada kelas awal yang masih dalam tahap adaptasi dan

sosialisasi.

Pembelajaran ini tidak sukses kalau dosen tidak

memiliki kemampuan memotivasi dan memanage kelompok

dengan baik. Kalau dosen kurang aktif, maka dinamika

kelompok tidak tercipta dan menjadi vacum. Namun

demikian, keaktifan dosen sangat ditentukan oleh

komitmen pimpinan dalam memberikan perhatian yang

serius dan keinginan besar dari dosen sendiri.

Sosialisasi: Model

Kolaboratifbertujuanuntukmelatihketerampilanbelajarmaha

siswasecaraberkelompokuntukmenghasilkansesuatudalamkons

truksipengetahuan, membangun rasa

salingpercayamelaluikomunikasiterbukaantaranggota,

dankeadilanuntuksemuadalammencapaitujuan yang

ditetapkanbersama

Shofa:

Globalisasi menntutu untuk bersosialisasi

Dita:

Keduanya ini jelas memiliki andil dalam mempengaruhi

pembelajaran kolaboratif sebab pembelajaran

kolaboratif itu merupakan salah satu model “SCL” pada

model ini mahasiswa/peserta dituntut aktif dalam

bentuk beljar bersama atau kelompok (kolaborasi)

sumber: Matthews, Roberta S.; Cooper, James L.;

Davidson, Neil; Hawkes, Peter. Building bridges

between cooperative and collaborative learning. [on

line]  http://www.teachersrock.net

Efty

Adaptasi penyesuaian diri dengan lingkungan dan bisa

sosialisasi dengan orang lain.

Ingga

Keterbatasan pembelajaran.

KESIMPULAN:

Bahwa sosialisasi beradaptasi dan bekerjasama berjalan

beriringan agar memperoleh tujuan. Berkolaborasi

metode SCL yang menuntut kita nersosialisasi dan

adaptasi dengan lingkungan.

4. Filosofipembelajarankolaboratifdan elaborative

Shika

- Pembelajaran kolaboratif menurut Sato adalah

pembelajaran yang dilaksanakan dalam kelompok, namun

tujuannya bukan untuk mencapai kesatuan yang didapat

melalui kegiatan kelompok, namun, para siswa dalam

kelompok didorong untuk menemukan beragam pendapat atau

pemikiran yang dikeluarkan oleh tiap individu dalam

kelompok. Pembelajaran tidak terjadi dalam kesatuan,

namun pembelajaran merupakan hasil dari keragaman atau

perbedaan (Sato, 2007).

Dita

Filosofi pembelajaran kolaboratif dan elaboratif?

pembelajaran ini lebih menekankan pada siswanya sendiri

untuk menilai proses pembelajarannya sendiri dan dapat

mengembangkan pembelajaran bersama. Dari pengertian umum

tersebut dapat direkonstruksi unsur-unsur pembelajaran

kolaboratif sebagai berikut: suatu filsafat pengajaran,

bukan serangkaian teknik untuk mengurangi tugas guru dan

mengalihkan tugas-tugasnya kepada para siswa. Hal

terakhir ini perlu ditekankan karena mungkin begitulah

kesan banyak orang tentang pembelajaran kolaboratif.

Dengan demikian, pembelajaran kolaboratif dapat

didefinisikan sebagai filsafat pembelajaran yang

memudahkan para siswa bekerjasama, saling membina,

belajar dan berubah bersama, serta maju bersama pula.

Inilah filsafat yang dibutuhkan dunia global saat ini.

Bila orang-orang yang berbeda dapat belajar untuk

bekerjasama di dalam kelas, di kemudian hari mereka lebih

dapat diharapkan untuk menjadi warganegara yang lebih

baik bagi bangsa dan negaranya, bahkan bagi seluruh

dunia. Akan lebih mudah bagi mereka untuk berinteraksi

secara positif dengan orang-orang yang berbeda pola

pikirnya, bukan hanya dalam skala lokal, melainkan juga

dalam skala nasional bahkan mondial

Yudhit

Landasan Filosofi Pembelajaran Kolaboratif.  Seperti

halnya pembelajaran koopertif, pembelajaran kolaboratif

pun didasarkan pada landasan kontruktivisme sosial. 

Selain itu kondisi kooperatif dan kolaborasi diperlukan

pada kondisi dunia saat ini. Silberman menyatakan bahwa

pada saat ini siswa dihadapkan pada ledakan pengetahuan,

perubahan yang cepat, dan ketidakpastian.  Untuk

menghadapi dunia yang seperti itu diperlukan kehidupan

berkelompok.  Hidup berkelompok akan menumbuhkan rasa

aman, sehingga memungkin menghadapi berbagai perubahan

bersama-sama.  Untuk itulah perlu pembelajaran

berkelompok.

Vygotsky [1896-1934] (1962), salah satu pengagas

konstruktivisme sosial, yang terkenal dengan teori “Zone

of Proximal Development” (ZPD).  ”Proximal” dalam bahasa

sederhana bermakna “next“.  Vygotsky mengamati, ketika

anak diberi tugas untuk dirinya sediri, mereka akan

bekerja sebaik-baiknya ketika mereka bekerjasama

(berkolaborasi).  Selanjutnya Vygotsky menyatakan, setiap

manusia mempunyai potensi, dan potensi tersebut dapat

teraktualisasi dengan ketuntasan belajar, tetapi di

antara potensi dan aktualisasi terdapat wilayah abu-abu. 

“Guru berkewajiban menjadikan wilayah abu-abu ini dapat

teraktualisasi, caranya dengan belajar kelompok.  Dalam

bahasa yang lebih umum, terdapat tiga wilayah “cannot yet

do”, “can do with help“, and “can do alone“.  ZPD adalah

wilayah  “can do with help”, wilayah ini bukan wilayah

yang permanen, kuncinya adalah menarik pembelajar menjadi

dari zona tersebut, dengan cara kolaborasi.

KESIMPULAN:

Menurut Vygotsky fungsi guru atau pengajar menarik

stimulus untuk mengaktualisasikan dari grey scale itu

sendiri.

5. Tinggkatandanstrategikonflik

Mutia

TINGKAT KONFLIK (LEVELS OF CONFLICT):

Konflik yang timbul dalam suatu lingkungan pekerjaan

dapat dibagi dalam

empat tingkatan:

Konflik dalam diri individu itu sendiri

Konflik dalam diri seseorang dapat timbul jika terjadi

kasus overload jitu dimana ia dibebani dengan tanggung

jawab pekerjaan yang terlalu banyak, dan dapat pula

terjadi ketika dihadapkan kepada suatu titik dimana ia

harus membuat keputusan yang melibatkan pemilihan

alternatif yang terbaik.

Konflik interpersonal, yang merupakan konflik antara satu

individual dengan individual yang lain.

Konflik intergrup

konflik ini meyebabkan sulitnya koordinasi dan integrasi

dari kegiatan yang berkaitan dengan tugas-tugas dan

pekerjaan.

Konflik interorganisasi

Konflik ini sering dikaitkan dengan persaingan yang

timbul di antara perusahaan-perusahaan.

Sumber:

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1248/1/manajemen

-ritha5.pdf

Strategi konflik:

Ada tiga strategi untuk mengatasi konfilk antarpersonal

yakni :

1) Lose-lose(kalah-kalah);

2) Win-lose(menang-kalah);

3) Win-win(menang-menang). (Luthans, 1983 : 378 -379).

Sumber:

http://www.ipdn.ac.id/wakilrektor/wp-content/uploads/MANA

JEMEN-KONFLIK.pdf

Lala

STRATEGI KONFLIK

1. Menghindar

Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau

masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting atau

jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat

yang akan ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi

yang memungkinkan pihak-pihak yang berkonfrontasi untuk

menenangkan diri

2. Mengakomodasi

Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur

strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu

tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan

timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka

untuk membuat keputusan

3. Kompetisi

Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda

memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih

dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin

mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa

memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang

penting untuk alasan-alasan keamanan.

4. Kompromi atau Negosiasi

Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada

waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta

meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat

menguntungkan semua pihak.

5. Memecahkan Masalah atau Kolaborasi

Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang

terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama. Perlu adanya

satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling

mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.

TINGKAT KONFLIK

Konflik intra perorangan

Konflik intra perorangan ini muncul dalam diri seorang

individu dengan pemikirannya sendiri. Konflik ini bisa

disebabkan karena harus memilih dua pilihan yang sama sekali

tidak disukainya. 

Konflik intra perorangan bisa berbentuk pendekatan-

menghindari. konflik ini terjadi ketika seseorang harus

mengambil suatu keputusan yang sangat menyenangkan tetapi ada

resiko yang tidak disukai.

Konflik Antar Perorangan

Konflik antar perorangan terjadi antara satu individu dengan

individu lain atau lebih. Konflik ini biasanya disebabkan oleh

adanya perbedaan sifat dan perilaku setiap orang dalam

organisasi. Perasaan ini tidak selalu dilakukan secara terbuka

tapi bisa juga secara diam-diam. Apabila berlangsung lebih

lama, bisa menyebabkan ketidak selarasan dalam pengambilan

keputusan.

Konflik Antar Kelompok

Sebuah organisasi terbentuk dari beberapa kelompok kerja yang

terdiri dari banyak unit. Apabila diantara unit-unit disuatu

kelompok mengalami pertentangan dengan unit-unit dari kelompok

lain maka manajer merupakan pihak yang harus bisa menjadi

penghubung antara keduanya. Pertentangan ini apabila

dipertahankan maka koordinasi dan integrasi kegiatan-kegiatan

akan menjadi sulit.

Konflik Antar Keorganisasian

Konflik ini bisa terjadi karena adanya ketidak cocokan suaut

badan terhadap kinerja suatu organisasi.

Pada situasi konflik seperti ini para manajer tingkat menengah

kebawah bisa berperan sebagai penghubung-penghubung dengan

pihak luar yang berhubungan dengan bidangnya. Apabila konflik

ini bisa diselesaikan dengan prioritas keorganisasian atau

perbaikan pada kegiatan organisasi, maka konflik-konflik bisa

dijadikan perbaikan demi kemajuan organisasi.

Referensi :

Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen, Prof. Dr. J. Winardi, SE.

Dita

Tingkatan dalam konflik terdiri atas:

1. Konflik Intra Individu Handoko (1995:349) mengemukakan

konflik dalam diri individu, terjadi bila seorang

individu menghadapi ketidakpastian tentang pekerjaan yang

dia harapkan untuk melaksanakannya, bila berbagai

permintaan pekerjaan saling bertentangan, atau bila

individu diharapkan untuk melakukan lebih dari

kemampuannya. Konflik ini muncul dalam diri seorang

individu degan pemikirannya sendiri, yaitu individu

mengalami semacam tekanan-tekanan dalam dirinya sendiri

secara emosional.

2.Konflik antar Individu Terjadi antara satu individu

dengan individu lain atau lebih, biasanya disebabkan oleh

adanya perbedaan sifat & perilaku setiap orang dalam

organisasi. Perilaku yang tidak disukai

atau diharapkan dari tindakan seorang individu terhadap

individu lain dapat menyulut terjadinya konflik antar

individu dalam organisasi.

3.Konflik antar Kelompok

Terjadi apabila diantara unit-unit kelompok mengalami

pertentangan dengan unit-unit

dari kelompok lain, pertentangan ini bila berlarut-larut

akan membuat koordinasi & integrasi

kegiatan menjadi terkendala/mengalami kesulitan.

4.Konflik antar Organisasi

Konflik antar organisasi terjadi karena mereka memiliki

saling ketergantungan pada tindakan

suatu organisasi yang menyebabkan dampak negatif terhadap

organisasi lain.misalnya konflik yang terjadi antara

sekolah dengan salah satu organisasi masyarakat.

Sumber: Greenhalgh, Leonard, 1999. “Menangani Konflik”.

Dalam A.Dale Timpe, (Ed.), Memimpin Manusia. Alih bahasa

oleh Sofyan Cikmat. Jakarta: PT.Gramedia.

strategi Penyelesaian Konflik

Menurut Stevenin (2000, pp.134-135), terdapat lima

langkah meraih kedamaian dalam

konflik. Apa pun sumber masalahnya, lima langkah berikut

ini bersifat mendasar dalam

mengatasi kesulitan:

1. Pengenalan

Kesenjangan antara keadaan yang ada atau yang

teridentifikasi dan bagaimana

keadaan yang seharusnya. Satu-satunya yang menjadi

perangkap adalah kesalahan

dalam mendeteksi (tidak mempedulikan masalah atau

menganggap ada masalah

padahal sebenarnya tidak ada).

2. Diagnosis

Inilah langkah yang terpenting. Metode yang benar dan

telah diuji mengenai siapa, apa,

mengapa, dimana, dan bagaimana berhasil dengan sempurna.

Pusatkan perhatian pada

masalah utama dan bukan pada hal-hal sepele.

3. Menyepakati suatu solusi

Kumpulkanlah masukan mengenai jalan keluar yang

memungkinkan dari orang-orang

yang terlibat di dalamnya. Saringlah penyelesaian yang

tidak dapat diterapkan atau tidak

praktis. Jangan sekali-kali menyelesaikan dengan cara

yang tidak terlalu baik. Carilah

yang terbaik.

4. Pelaksanaan

Ingatlah bahwa akan selalu ada keuntungan dan kerugian.

Namun hati-hati, jangan 11

biarkan pertimbangan ini terlalu mempengaruhi pilihan dan

arah pada kelompok

tertentu.

5. Evaluasi

Penyelesaian itu sendiri dapat melahirkan serangkaian

masalah baru. Jika

penyelesaiannya tampak tidak berhasil, kembalilah ke

langkah-langkah sebelumnya dan

cobalah lagi.

Sumber: Greenhalgh, Leonard, 1999. “Menangani Konflik”.

Dalam A.Dale Timpe, (Ed.), Memimpin Manusia. Alih bahasa

oleh Sofyan Cikmat. Jakarta: PT.Gramedia.

Shika

Tingkatan dan strategi konflik

A. Tingkatan Konflik

Menurut Prof. Dr. J. Winardi, SE. konflik terbagi

menjadi empat tingkatan sebagai berikut:

- Konflik intra perorangan

Konflik intra perorangan ini muncul dalam diri seorang

individu dengan pemikirannya sendiri. Jadi dia mengalami

semacam tekanan-tekanan dalam dirinya sendiri secara

emosional.

Konflik intra perorangan bisa berbentuk pendekatan-

menghindari. Jadi konflik ini terjadi pada situasi ketika

seseorang harus mengambil suatu keputusan yang sangat

menyenangkan tetapi ada peningkatan resiko yang tidak

disukai.

- Konflik Antar Perorangan

Konflik antar perorangan terjadi antara satu individu

dengan individu lain atau lebih. Konflik ini biasanya

disebabkan oleh adanya perbedaan sifat dan perilaku

setiap orang dalam organisasi. Hal ini biasanya pernah

dialami oleh setiap anggota organisasi baik hanya

dirasakan sendiri maupun ditunjukkan dengan sikap.

- Konflik Antar Kelompok

Tingkat lainnya dalam konflik di organisasi adalah

konflik antar kelompok. Seperti diketahui bahwa sebuah

organisasi terbentuk dari beberapa kelompok kerja yang

terdiri dari banyak unit. Apabila diantara unit-unit

disuatu kelompok mengalami pertentangan dengan unit-unit

dari kelompok lain maka manajer merupakan pihak yang

harus bisa menjadi penghubung antara keduanya. Hubungan

pertentangan ini apabila dipertahankan maka akan menjadi

koordinasi dan integrasi kegiatan-kegiatan menjadi sulit.

- Konflik Antar Keorganisasian

Konflik juga bisa terjadi antara organisasi yang satu

dengan yang lain. Hal ini tidak selalu disebabkan oleh

persaingan dari perusahaan-perusahaan di pasar yang sama.

Konflik ini bisa terjadi karena adanya ketidak cocokan

suatu badan terhadap kinerja suatu organisasi.

Contoh: organisasi PDGI dengan para organisasi advokat

Strategi konflik

1. Menghindar

Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah

yang memicu konflik tidak terlalu penting atau jika

potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang

akan ditimbulkannya.

2. Mengakomodasi

Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur

strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu

tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan

timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka

untuk membuat keputusan.

3. Kompetisi

Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki

lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding

yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan

nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik

tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk

alasan-alasan keamanan.

4. Kompromi atau Negosiasi

Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada

waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta

meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat

menguntungkan semua pihak.

5. Memecahkan Masalah atau Kolaborasi

Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat

mempunyai tujuan kerja yang sama.Perlu adanya satu

komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling

mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.

Senja

Kenali masalah

Mendiagnosa

Menyepakati suatu solusi

Kumpulkan masukan

Pelaksanaan

Evaluasi

Yudhit

Tingkat konflik

- Konflik intra perorangan

Konflik intra perorangan ini muncul dalam diri seorang

individu dengan pemikirannya sendiri. Jadi dia mengalami

semacam tekanan-tekanan dalam dirinya sendiri secara

emosional.

Konflik intra perorangan bisa berbentuk pendekatan-

menghindari. Jadi konflik ini terjadi pada situasi ketika

seseorang harus mengambil suatu keputusan yang sangat

menyenangkan tetapi ada peningkatan resiko yang tidak

disukai.

- Konflik Antar Perorangan

Konflik antar perorangan terjadi antara satu individu

dengan individu lain atau lebih. Konflik ini biasanya

disebabkan oleh adanya perbedaan sifat dan perilaku

setiap orang dalam organisasi. Hal ini biasanya pernah

dialami oleh setiap anggota organisasi baik hanya

dirasakan sendiri maupun ditunjukkan dengan sikap.

- Konflik Antar Kelompok

Tingkat lainnya dalam konflik di organisasi adalah

konflik antar kelompok. Seperti diketahui bahwa sebuah

organisasi terbentuk dari beberapa kelompok kerja yang

terdiri dari banyak unit. Apabila diantara unit-unit

disuatu kelompok mengalami pertentangan dengan unit-unit

dari kelompok lain maka manajer merupakan pihak yang

harus bisa menjadi penghubung antara keduanya. Hubungan

pertentangan ini apabila dipertahankan maka akan menjadi

koordinasi dan integrasi kegiatan-kegiatan menjadi sulit.

- Konflik Antar Keorganisasian

Konflik juga bisa terjadi antara organisasi yang satu

dengan yang lain. Hal ini tidak selalu disebabkan oleh

persaingan dari perusahaan-perusahaan di pasar yang sama.

Konflik ini bisa terjadi karena adanya ketidak cocokan

suatu badan terhadap kinerja suatu organisasi.

Strategi konflik

KESIMPULAN:

Tingkatan: diri sendiri, perorangan, perkelompok,

perorganisasi

Stragtegi: mengenali, diagnosis, menyepakati,

pelaksanaan, evaluasi

6. Pengaruh kemampuan bersosalisasi dan

beradaptsaiterhadapprestasibelajarmahasiswa?

Mutia

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

a. Kemampuan bersosialisasi

Kemampuan bersosialisasi adalah proses komunikasi dan

proses interaksi yang dilakukan oleh seorang individu

selama hidupnya sejak lahir sampai dengan meningal dunia.

Melalui proses pembelajaran inilah siswa akan mampu

memahami diri dan lingkungan di sekolah, serta sistem

kehidupan di sekolah baik norma, nilai tradisi dan adat

istiadat dalam bergaul di sekolah. Dengan proses

sosialisasi, siswa akan mengetahui bagaimana harus

bertingkah laku di lingkungan sekolah baik dengan guru

maupun dengan siswa lain.

b. Kemampuan Beradaptasi

Kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya disebut adaptasi. Apabila seorang siswa

tidak dapat beradaptasi dengan lingkungannya, ia akan

memiliki sikap negatif dan tidak bahagia yang dapat

mempengaruhi kelangsungan pendidikan dan kehidupannya

dapat mempengaruhi kelangsungan pendidikan.

Sumber: http://eprints.uny.ac.id/10257/1/JURNAL

%20SKRIPSI.pdf

Dita

Pengaruh kemampuan beradaptasi dan bersosialisasi

terhadap prestasi belajar?

Penjabaran masing-masing:

a. Kemampuan besosialisasi :proses komunikasi dan proses

interaksi yang dilakukan seorang individu selama

hidupnya sejak lahir hingga meninggal dunia(proses

alamiah MH sebagai makhluk sosial)----Melalui proses

pembelajaran inilah siswa akan mampu memahami diri dan

lingkungan di sekolah, serta sistem kehidupan di sekolah

baik norma, nilai tradisi dan adat istiadat dalam bergaul

di sekolah. Dengan proses sosialisasi, siswa akan

mengetahui bagaimana harus bertingkah laku di lingkungan

sekolah baik dengan guru maupun dengan siswa lain

b. Kemampuan beradaptasi :Kemampuan makhluk hidup untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungannya

c. Prestasi belajar :merupakan gambaran dari

keberhasilan belajar siswa

Sumber: Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi

Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Kesimpulan:jelas kemampuan sosialisasi dan beradaptasi iini

berpengaruh dalam menunjang prestasi belajar dan kelangsungan

pendidikan sebaimana disebutkan,tanpa adanya kedua kemampuan

ini siswa akan kesulitan dalam memahami dirinya

sendiri,sekolah dan lingkungan belajar(teman).siswa juga akan

merasa kurang bahagia dan bergairah tanpa adanya motivasi dan

dukungan dari teman.

7. sifat kelas yang pembelajarannya kolaboratif ( take and

give )

ingga

1)Mahasiswadibagidalambeberapakelompokberdasarkantopik

yang akandibahas.

2)Setiapkelompokbelajarbersamamembahastopik yang

diberikan.

3) Hasilkelompokdidiskusikandalamkelas yang

didahuluidenganpersiapansetiapkelompokuntukmempresentasik

anhasilkerjakelompoknya.

4)Tanggapandanmasukandarikelompok lain

ditampungsebagaibahanperbaikansetiapkelompok.

5) Dipimpinolehfasilitatoruntukmenjagasuasanadiskusi

6)Fasilitatorberperansebagaipenengahdanmemancingberbagaih

al yang

masihperludimasukkanuntukpenyempurnaanhasilkerjasetiapkel

ompok

7)

Diskusikelompokdiakhiridenganpenarikansimpulanolehfasilitatord

anberbagaiperbaikansetiapkelompok

Kholis

Berbagi informasi

Perbagian kuasa

Perantara

Kelompok siswa heterogen ( memberi pendapat / motivasi )

Mutia

Sifat kelas dengan pembelajaran kolaboratif

Secara umum, kelas kolaboratif mempunyai empat

karakteristik:

(1) berbagi pengetahuan antara pengajar dan pebelajar;

(2) berbagi otoritas antara pengajar dan pebelajar;

(3) pengajar menempatkan diri sebagai mediator; dan

(4) kelas kolaboratif mengarah pada komposisi yang

heterogen (Tinzmann,1990).

Sumber: http://journal.um.ac.id/index.php/teknologi-

kejuruan/article/viewFile/3081/441

Lala

Sifat kelas yang pembelajaran kolaboratif

a) Berbagi informasi antara siswa dan guru

Dalam kelas tradisional, guru adalah sebagai pemberi

informasi yang mutlak di mana aliran informasi bergerak

satu arah saja yaitu dari guru ke siswa dan sedikit

sekali dari siswa kepada siswa yang lain. Guru dianggap

mempunyai pengetahuan tentang isi mata pelajaran,

keahlian, dan pengajaran. Siswa hanya menunggu arahan

yang akan diberi oleh guru.

b)  Perbagian kuasa 

Dalam kelas kolaboratif, guru berbagi kuasa autoritas

dengan siswa, dalam beberapa keadan tertentu. Kebanyakan

dalam kelas tradisional guru bertanggungjawab menetapkan

arah, memberi dan mengatur kerja, melihat perjalanan

tugas serta menilai apa yang diajarkan.

c)  Guru sebagai perantara (mediator)

Peranan guru di kelas sebagai perantara, ia menolong

menghubung informasi  baru dengan pengalaman yang ada

serta membantu siswa bila siswa buntu dan bersedia

menunjukkan cara bagaimana hendak belajar.

d)   Kelompok siswa yang heterogen

Perkembangan pengalaman siswa adalah penting untuk

memperkaya pembelajaran di kelas.  Pada kelas kolaboratif

siswa menunjukkan kebolehan mereka, dibebaskan menyumbang

informasi dan mendengar atau membahas sumbangan informasi

siswa lain.

Dita

Satu sifat kelas kolaboratif ialah siswa tidak diasingkan

dari usaha, tingkat pencapaian, kegemaran dan penilaian. 

Berbeda dengan kelas non-kolaboratif,  perlombaan yang

bersifat individual akan melemahkan semangat bekerjasama

dan menyekat peluang siswa belajar  melalui berinteraksi

secara bermakna dan berkesan.  Siswa yang lemah tidak ada

peluang untuk belajar daripada siswa yang pintar atau

sebaliknya. Guru yang mengajar di kelas yang dikelola

secara kolaboratif dapat melihat perkembangan siswa  yang

lemah dengan jelas dan terarah.

sumber:Matthews, Roberta S.; Cooper, James L.; Davidson,

Neil; Hawkes, Peter. Building bridges between cooperative

and collaborative learning. [on line] 

http://www.teachersrock.net

Yudhit

Salah satu ciri penting dari kelas yang menerapkan model

pembelajaran kolaboratif adalah siswa tidak dikotak-

kotakan berdasarkan kemampuannya, minatnya, ataupun

karakteristik dan mengurangi kesempatan siswa untu

belajar bersama siswa lain. Dengan demikian, semua siswa

dapat belajar dari siswa dan tidak ada siswa yang tidak

mempunyai kesempatan untuk memberikan masukan dan

menghargai masukan yang diberikan orang lain.

Model kolaboratif dapat digambarkan sebagai berikut.

Ketika terjadi kolaboratif, semua siswa aktif. Mereka

saling berkomunikasi secara alami. Dalam sebuah kelompok

yang terdiri atas 4 sampai 6 anak, di sana guru sudah

membuat rancangan agar siswa yang satu dengan yang lain

bisa berkolaborasi. Dalam kelompok yang sudah ditentukan

oleh guru, fasilitas yang ada pun diusahakan anak mampu

berkolaborasi. Misalnya dalam kelompok yang terdiri atas

4 sampai 6 tersebut seorang guru hanya menyiapkan 2

sampai 3 kotak alat mewarna


Recommended