+ All Categories
Home > Documents > LKBB LEMBAGA LEASING

LKBB LEMBAGA LEASING

Date post: 29-Nov-2023
Category:
Upload: unej
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
33
LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK “LEMBAGA LEASING” Mata Kuliah : Ekonomi Moneter I Dosen Pengampu : Ciplis Gema Qoriah, S.E., M.Sc. Oleh: 1. Wicha Dewi Rahayu (120810101237) 2. Muhammad Ilyas (130810101046) 3. Zaka Kurnia Tsani (130810101063) 4. Syamsul Huda (130810101172) 5. Fatchur Rozi (130810101173) Kelompok : 7 Kelas : E ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS JEMBER 2014
Transcript

LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK

“LEMBAGA LEASING”

Mata Kuliah : Ekonomi Moneter I

Dosen Pengampu :

Ciplis Gema Qoriah, S.E., M.Sc.

Oleh:

1. Wicha Dewi Rahayu (120810101237)

2. Muhammad Ilyas (130810101046)

3. Zaka Kurnia Tsani (130810101063)

4. Syamsul Huda (130810101172)

5. Fatchur Rozi (130810101173)

Kelompok : 7

Kelas : E

ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS JEMBER

2014

LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK

“LEMBAGA LEASING”

Mata Kuliah : Ekonomi Moneter I

Dosen Pengampu :

Ciplis Gema Qoriah, S.E., M.Sc.

Oleh:

1. Wicha Dewi Rahayu (120810101237)

2. Muhammad Ilyas (130810101046)

3. Zaka Kurnia Tsani (130810101063)

4. Syamsul Huda (130810101172)

5. Fatchur Rozi (130810101173)

Kelompok : 7

Kelas : E

ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS JEMBER

2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya kami

selaku penyusun Makalah Lembaga Leasing (sewa guna usaha)  dapat menyelesaikan tugas yang

diberikan pada pembahasan materi kali ini. Makalah ini adalah tugas kelompok yang digunakan

untuk memenuhi tugas mata kuliah ekonomi moneter 1 tentang lembaga keuangan bukan bank. Pada

makalah ini, kami akan menjelaskan tentang lembaga keuangan bukan bank yang lebih mengerucut

pada pembahasan lembaga leasing.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca terutama bagi mahasiswa di

lingkungan Universitas Jember. Pada kesempatan ini kami selaku penyusun juga ingin mengucapkan

terima kasih kepada dosen pengampu kami dan kepada teman-teman yang telah membentu

terselesainya makalah ini, serta kepada pihak-pihak lain yang turut berkontribusi terhadap

penyusunan makalah ini.

Kami selaku penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, saran dan kritik dari para pembaca sangat kami perlukan demi perbaikan makalah ini

dimasa mendatang. Akhir kata, tidak ada kata sempurna, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah

semata. Selamat membaca, dan terus berkarya!

Jember, April 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

Judul………………………………………………………………………………………,.i

Kata Pengantar……………………………………………………………………………ii

Daftar Isi…………………………………………………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………1

1.2 Tujuan…………………………………………………………………….…3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Leasing…………………………………………………………...4

2.2 Sejarah Leasing di Indonesia………………………………………………..,5

2.3 Syarat dan Ciri Leasing……………………………………………………...6

2.4 Pihak-pihak yang Terlibat dalam Kegiatan Leasing ………………………...7

2.5 Jenis-jenis Leasing ………………………………………………………….8

2.6 Proses dan Mekanisme Transaksi Leasing ………………………………….11

2.7 Teknik-teknik Pembiayaan Leasing…………………………………….…..12

2.8 Keuntungan Memilih Leasing ……………………………………………...20

2.9 Perbedaan Leasing dengan Jenis Perjanjian Lain …………………………..23

BAB II PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………….26

3.2 Kritik dan Saran………………………………………………..……………27

Daftar Pustaka……………………………………………………………………….…….28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasar keuangan menjalankan fungsi yang penting dalam mengalirkan dana dari pihak yang

memiliki dana berlebih ke pihak yang membutuhkan dana. Aliran dana tersebut dapat menempuh

dua rute, yakni secara langsung maupun tidak langsung melalui perantara-perantara lembaga

keuangan. Lembaga ini muncul dalam sistem perekonomian keuangan karena dapat menekan ongkos

transaksi, mengurangi harga transaksi, dan memperlancar aliran dana yang pada akhirnya akan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, jika proses interaksi itu terganggu, maka

akan memepengaruhi sistem keuangan dan mengurangi pertumbuhan ekonomi.

Dalam sustu sistem perekonomian modern, peran lembaga keuangan merupakan inti dari

kegiatan ekonomi keuangan. Secara umum lembaga keuangan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu

lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank. Lembaga keuangan bank merupakn

lembaga yang secara umum memiliki peran untuk mengumpulkan dana dari pihak yang mempunyai

dana berlebih dan menyalurkannya kembali kepada pihak yang membutuhkan dana. Sedangkan

lembaga keuangan bukan banak secara umum bergerak dalam pasar modal atau dalam pengumpulan

modal seperti leasing, asuransi, pegadaian, koperasi, modal ventura, dan sebagainya.

Disadari atau tidak, dalam perekonomian modern sistem yang digunakan cenderug lebih

kompleks. Lembaga keuangan bukan bank saat ini memainkan peranan yang cukup tinggi dalam

sistem perekonomian di dalam dalam suatu Negara. Dunia bisnis di dalam negara berkembang

seperti Indonesia menjadi salah satu titik perhatian dan perubahan menuju modernitas. Modernitas

dapat dilihat sejauh mana kegiatan bisnis berjalan lancar dan maju dalam sebuah negara.

Seiring dengan perkembangan zaman yang mengarah ke arah mederenitas, dunia bisnis pun

juga berkembang semakin pesat. Dengan berkembangnya dunia bisnis ini, kebutuhan dana menjadi

hal yang tak dapat dielakkan lagi baik oleh kalangan usahawan perseorangan maupun usahawan

yang tergabung dalam suatu badan hukum di dalam mengembangkan usahanya maupun di dalam

meningkatkan mutu produknya, sehingga dapat dicapai suatu keuntungan yang memuaskan maupun

tingkat kebutuhan bagi kalangan lainnya.

Untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut, saat ini semakin banyak orang yang mendirikan

suatu lembaga pembiayaan yang bergerak di bidang penyediaan dana ataupun barang yang akan

dipergunakan oleh pihak lain di dalam mengembangkan usahanya. Lembaga pembiayaan tersebut

merupakan lembaga keuangan nonbank. Yang membedakan lembaga pembiayaan dengan bank

adalah bank mengambil dana secara lansung dari masyarakat sedangkan lembaga pembiayaan tidak

mengambil dana secara langsung dari masyarakat.

Salah satu lembaga pembiayaan yang berkembang pesat saat ini adalah sewa guna usaha atau

biasa disebut juga dengan Leasing. Saat ini, leasing merupakan salah satu cara perusahaan

memperoleh asset atau kepemilikan tanpa harus melalui proses yang berkepanjangan. Semuanya

telah diatur oleh perusahaan leasing yang disediakan oleh berbagai perusahaan. Leasing juga

merupakan salah satu langkah penghindaran resiko tinggi yang saat ini sudah disadari oleh para

usahawan yang ada.

Negara kita sebagai salah satu negara yang tengah berkembang, dimana suatu Perusahaan

tidak selalu memilki modal yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan alat maupun operasional

kegiatan usahanya. Misalkan sebuah perusahaan membutuhkan barang modal berupa komputer atau

mesin pabrik, namun komputer merupakan teknologi yang sewaktu-waktu cepat berubah dan

berkembang semakin canggih, sehingga jika harus membeli maka dihawatirkan akan menjadi barang

rongsok pada saat tuntutan kerja membuthkan komputer yang lebih canggih.

Sedangkan untuk pengadaan mesin pabrik, harganya cukup tinggi, sehingga perusahaan perlu

berpikir ulang apakah perlu membeli ataukah tidak. Pertimbangan resiko rusak juga menjadi

perhatian yang serius. Dalam contoh masalah seperti inilah Leasing atau yang lebih dikenal dengan

sewa guna usaha memilki peran yang sangat membantu.

Bila dilihat dari propspek kebutuhan pembangunan, usaha leasing jelas dapat berkembang

pesat dan memainkan peranan aktif sebagai lembaga keuangan baru, yang khusus bergerak dalam

penyediaan barang modal, sebagai alternative sumber pembiayaan suatu perusahaan bisnis dan

mempunyai harapan untuk memenuhi kebutuhan pasarnya yang luas sehingga dalam jangka panjang

dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Untuk memahami leasing lebih

dalam, maka makalah ini mencoba untuk mengupas Leasing dari pengertian, jenis, ciri pembeda

dengan perjanjian sewa pada umumnya serta aturan umum terkait dengan leasing itu sendiri.

1.2 Tujuan

Tujuan kami menulis makalah ini adalah:

a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah ekonomi moneter I tahun akademik 2013-2014.

b. Agar para pembaca terutama para mahasiswa Universitas Jember dapat lebih memahami dan

menambah pengetahuan seputar lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank,

terutama mengenai lembaga leasing (sewa guna usaha).

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Leasing

Leasing berasal dari bahasa Inggris “to lease” yang berarti menyewakan. Namun leasing

mempunyai persyaratan tertentu, sehingga tidak bisa disamakan dengan sewa-menyewa biasa.

Leasing atau yang lebih sering disebut dengan sewa guna usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan

perusahaan dalam bentuk penyediaan barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan selama

jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai hak pilih (opsi)

bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang

jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama.

Sedangkan menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991 tanggal 21

Nopember 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha: Sewa guna usaha adalah kegiatan

pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara guna usaha dengan hak opsi

(finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease), untuk digunakan oleh

lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Selanjutnya yang

dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan sewa guna usaha dimana lessee pada akhir masa

kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang

disepakati. Sebaliknya operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna

usaha.

Dengan melihat pengertian di atas, maka kita dapat mengidentifikasi para pihak yang terkait dengan

leasing ini, yaitu:

1. Lesse, yaitu perusahaan pengguna barang (yang menggunakan barang/jasa).

2. Lessor, yaitu perusahaan lembaga pembiayaan penyandang dana

3. Suplier, yaitu perusahaan penyedia barang

4. Bank atau Perusahaan asuransi.

2.2 Sejarah Leasing di Indonesia

Leasing di Indonesia mulai muncul pertama kali pada tahun 1974. Pada awal kemunculan

leasing ini tidak menunjukkan suatu perkembangan yang berarti. Hingga tahun 1980 jumlah

perusahaan leasing yang ada hanya sebanyak 5 buah. Setelah itu di tahun 1981 meningkat menjadi 8

buah perusahaan. Perkembangan ini mencapai puncaknya pada akhir tahun 1984 dengan jumlah

perusahaan sebanyak 48 buah. Hal yang sangat menggembirakan adalah peningkatan ini juga

dibarengi dengan peningkatan besarnya kontrak leasing yaitu sebesar Rp 436, 10 Milyar.

Perkembangan tersebut bisa dilihat di bawah ini.

TahunJumlah Perusahaan

Leasing

Besar Kontrak/Rp

Milyar

1980 5 22,6

1981 8 32,4

1982 17 135,6

1983 35 277,1

1984 48 436,1

Munculnya lembaga leasing ini merupakan suatu alternatif yang menarik bagi para

pengusaha karena saat ini memang sulit didapat dana rupiah untuk jangka waktu menengah dan

panjang. Sedangkan melalui leasing mereka bisa memperoleh dana untuk membiayai pembelian

barang-barang modal dalam jangka pengembalian antara 3 tahun hingga 5 tahun atau lebih.

Disamping itu para pengusaha juga memperoleh keuntungan dari adanya peraturan yang berlaku

dimana untuk kepentingan pajak transaksi leasing diperhitungkan sebagai operating lease sehingga

lease rental dianggap sebagai biaya yang bisa mengurangi pendapatan kena pajak.

2.3 Syarat dan Ciri Leasing

Syarat dan ciri leasing menurut Agnes Sawir meliputi lima hal yaitu:

1. Objek leasing: meliputi segala macam barang modal mulai dari pesawat terbang hingga

mesin dan komputer untuk keperluan kantor.

2. Pihak-pihak yang terlibat dalam leasing: penyewa adalah perusahaan atau perorangan yang

menggunakan barang modal dengan pembiayaan dari perusahaan leasing (lessor). Hanya

perusahaan yang telah mendapat izin dari Departemen Keuangan saja yang boleh menjadi

lessor.

3. Pembayaran berkala dalam jangka waktu tertentu: pembayaran leasing dilakukan secara

berkala seperti setiap bulan, setiap kuartal atau setiap semester.

4. Nilai sisa atau residual value: pada perjanjian leasing ditentukan suatu nilai sisa. Ini tidak

dikenal dalam pejanjian sewa menyewa.

5. Hak opsi bagi lesse untuk membeli aktiva: pada akhir masa leasing, penyewa atau lesse

mempunyai hak untuk menentukan apakah dia ingin membeli barang tersebut sebesar niali

sisa atau mengembalikan barang tersebut kepada pihak yang menyewakan (lessor).

Sementara itu menurut Mr. A.C. Goudsmit dan Mr. J.A.M.P. Keisjer, ciri-ciri leasing adalah sebagai

berikut:

1. Leasing merupakan suatu cara pembiayaan. Meski ada aspek lain dari leasing, namun aspek

pembiayaan ini yang paling menonjol atau ciri utama.

2. Ada hubungan jangka waktu lease dan masa kegunaan benada yang di-lease tersebut. Inilah

perbedaan pokok dengan sewa menyewa biasa. Pada umunya masa leasing dalam suatu

finance lease sama dengan masa kegunaan ekonomis benda yang di-lease.

3. Hak benda yang di-lease ada pada lessor. Hal ini menimbulkan dampak tertentu, antara lain

yang penting adalah dibidang akuntansi seperti penyusunan di bidang uhkum, diantaranya

dalam hal melaksanakan perjanjian leasing apabila cedera janji atau wanprestasi dan dalam

hal kepailitan.

4. Benda yang menjadi objek leasing adalah benda-benda yang dugunakan dalam suatu

perusahaan. Pengertian benda-benda yang digunakan untuk suatu perusahaan harus diberi

pengertian yang luas, yakni benda-benda yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan,

jadi bukan saja mesin-mesin produksi, namun juga komputer atau kendaraan bermotor.

Berdasarkan syarat dan ciri leasing di atas, maka praktek jual beli motor yang dikatakan

dengan sistem leasing, namun karena tidak ada hak opsi dari pemakai barang, maka hal tersebut

sebenarnya tidak bisa disebut sebagai leasing. Asyhadie menyebut jual beli kredit sepeda motor ini

sebagai pembiayaan konsumen.

2.4 Pihak-pihak yang Terlibat dalam Kegiatan Leasing

Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa secara umum ada empat pihak utama yag terlibat

dalam kegiatan leasing (sewa guna usaha) yaitu:

1. Lessor

Lessor adalah perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan

kepada pihak lessee dalam bentuk barang modal. Lessor dalam financial lease bertujuan

untuk mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai penyediaan

barang modal dengan mendapatkan keuntungan. Sedangkan dalam operating lease, lessor

bertujuan mendapatkan keuntungan dari penyediaan barang serta pemberian jasa-jasa yang

berkenaan dengan pemeliharaan serta pengoperasian barang modal tersebut.

2. Lessee

Lessee adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk

barang modal dari lessor. Lessee dalam financial lease bertujuan mendapatkan pembiayaan

berupa barang atau peralatan dengan cara pembayaran angsuran atau secara berkala. Pada

akhir kontrak, lessee memiliki hak opsi atas barang tersebut. Maksudnya, pihak lessee

memiliki hak untuk membeli barang yang di-lease dengan harga berdasarkan nilai sisa.

Dalam operating lease, lessee dapat memenuhi kebutuhan peralatannya di samping tenaga

operator dan perawatan alat tersebut tanpa risiko bagi lessee terhadap kerusakan.

3. Supplier

Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang

untuk dijual kepada lessee dengan pembayaran secara tunai oleh lessor. Dalam mekanisme

financial lease, supplier langsung menyerahkan barang kepada lessee tanpa melalui pihak

lessor sebagai pihak yang memberikan pembiayaan. Sebaliknya, dalam operating lease,

supplier menjual barangnya langsung kepada lessor dengan pembayaran sesuai dengan

kesepakatan kedua belah pihak, yaitu secara tunai atau berkala.

4. Bank.

Dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak bank atau kreditor tidak terlibat

secara langsung dalam kontrak tersebut, namun pihak bank memegang peranan dalam hal

penyediaan dana kepada lessor, terutama dalam mekanisme leverage lease di mana sumber

dana pembiayaan lessor diperoleh melalui kredit bank. Pihak supplier dalam hal ini tidak

tertutup kemungkinan menerima kredit dari bank, untuk memperoleh barang-barang yang

nantinya akan dijual sebagai objek leasing kepada lessee atau lessor.

2.5 Jenis-jenis Leasing

Perusahaan leasing dalam menjalankan kegiatan usahanya dapat digolongkan ke dalam

3 (tiga) kelompok utama, yaitu :

1. Independent Leasing Company

Perusahaan leasing jenis ini mewakili sebagian besar dari industri leasing.

Perusahaan tipe ini berdiri sendiri atau independent dari supplier yang mungkin dapat

sekaligus sebagai pihak produsen barang dan dalam memenuhi kebutuhan barang modal

nasabahnya (lessee). Perusahaan dapat membelinya dari berbagai supplier atau produsen

kemudian di-lease kepada pemakai. Untuk memperoleh gambaran jelas mengenai

mekanisme leasing jenis ini dapat dilihat pada diagram di bawah ini. Lembaga keuangan

yang terlibat dalam kegiatan usaha leasing, misalnya bank-bank, dapat pula disebut sebagai

lessor independent. Banyak lembaga keuangan yang bertindak sebagai lessor tidak hanya

memberikan pembiayaan leasing kepada lessee tetapi juga memberikan pendanaan kepada

perusahaan leasing. Di samping itu lessor independen dapat pula memberikan

pembiayaan kepada supplier (manufacturer) yang sering disebut dengan vendor program.

Mekanisme transaksi leasing jenis ini dapat digambarkan dari diagram flowchart di bawah

ini.

2. Captive Lessor

Captive lessor akan tercipta apabila supplier atau produsen mendirikan

perusahaan leasing sendiri untuk membiayai produk-produknya. Hal ini dapat terjadi

apabila pihak supplier berpendapat bahwa dengan menyediakan pembiayaan

leasing sendiri akan dapat meningkatkan kemampuan penjualan melebihi tingkat

penjualan dengan menggunakan pembiayaan trasdisional. Captive lessor ini sering pula

disebut dengan twoparty lessor. Pihak pertama terdiri atas perusahaan induk dan anak

perusahaan leasing (subsidiary) dan pihak kedua adalah lessee atau pemakai barang. Untuk

jelasnya perhatikan diagram flowchart di bawah ini.

3. Lease Broker atau Packager

Bentuk akhir dari perusahaan leasing adalah leasebroker atau packager. Broker

leasing berfungsi mempertemukan calon lessee denngan pihak lessor yang membutuhkan

suatu barang modal dengan cara leasing. Broker leasing beasanya tidak memiliki barang

atau peralatan untuk menangani transaksi leasing untuk atas namanya. Disamping itu

perusahaan broker leasing memberikan satu atau lebih jasa-jasa dalam usaha leasing

tergantung apa yang dibutuhkan dalam suatu transaksi leasing. Mekanisme lease broker

atau packager dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

2.6 Proses dan Mekanisme Transaksi Leasing

Leasing pada prinsipnya merupakan industri multidisiplin yang meliputi antara lain bidang

perpajakan, keuangan dan konsep akuntansi. Dari defenisi leasing yang telah dibahas pada awal bab

ini dapat disimpulkan bahwa leasing mengandung arti suatu perjanjian antara pemilik barang

(lessor) dengan pemakai barang (lessee). Mekanisme leasing tersebut merupakan dasar-dasar

dalam suatu transaksi leasing (basic lease). Pihak lessee berkewajiban membayar sewa secara

periodic kepada lessor sebagai kompensasi atas penggunaan barang tersebut. Dalam definisi ini

hanya dua pihak yang terkait yaitu lessor dan lessee padahal dalam praktiknya pihak

supplier merupakan pihak yang terlibat dalam suatu mekanisme transaksi leasing. Proses dan

mekanisme Transaksi Leasing secara umum dapat digambarkan dari diagram berikut ini.

Sedangkan untuk mekanisme dan transaksi yang melibatkan tiga pihak utama dalam kegiatan

leasing secara umum dapat digambarkan dalam suatu diagram berikut.

Keterangan gambar:

1. Lessee menghubungi supplier untuk pemilihan dan penentuan jenis barang, spesifikasi, harga, jangka

waktu pengiriman, jaminan purnajual atas barang yang akan di-lease

2. Lessee melakukan negoasiasi dengan lessor mengenai kebutuhan pembiayaan barang modal. Pada tahap

awal ini, lessee dapat meminta lease quotation yang tidak mengikat dari lessor. Dalam lease quotation ini

dimuat mengenai syarat-syarat pokok pembiayaan leasing antara lain : keterangan barang, cash security

deposit, residual value, asuransi, biaya administrasi, jaminan uang sewa dan persyaratan-persyaratan

lainnya.

3. Lessor mengirimkan letter of offer atau commitment letter kepada lessee yang berisi syarat-syarat pokok

persetujuan lessor untuk membiayai barang modal yang dibutuhkan lessee tersebut. Apabila lessee

menyetujui semua ketentuan dan persyaratan dalam letter of offer, kemudian lessee menandatangani dan

mengembalikannya kepada lessor.

4. Penandatanganan kontrak leasing setelah semua persyaratan dipenuhi lessee. Kontrak leasing tersebut

sekurang-kurangnya mencakup hal-hal antara lain : pihak-pihak yang terlibat, hak milik, jangka waktu,

jasa leasing, opsi bagi lessee, penutupan asuransi, tanggung jawab atas objek leasing, perpajakan, jadwal

pembayaran angsuran sewa dan sebagainya.

5. Pengiriman order beli kepada supplier disertai instruksi pengiriman barang kepada lessee sesuai dengan

tipe dan spesifikasi barang yang telah disetujui

6. Pengriman barang dan pengecekan barang oleh lessee sesuai pesanan. Selanjutnya lessee

menandatangani surat tanda terima dan perintah bayar dan diserahkan kepada supplier

7. Penyerahan dokumen oleh supplier kepada lessor termasuk faktur dan bukti-bukti kepemilikan barang

lainnya.

8. Pembayaran oleh lessor kepada supplier

9. Pembayaran angsuran (lease payment) secara berkala oleh lessee kepada lessor selama masa sewa guna

usaha yang seluruhnya mencakup pengembalian jumlah yang dibiayai serta bungannya.

2.7 Teknik-teknik Pembiayaan Leasing

Teknik pembiayaan leasing dapat dilihat dari jenis transaksi leasing yang secara garis

besar dapat dibagi dua kategori pembiayaan yaitu :

1. Finance lease

Teknik pembiayaan menurut finance lease ini, perusahaan leasing sebagai lessor

adalah pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha (lessee)

biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas nama perusahaan leasing,

sebagai pemilik barang modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan serta

pemeliharaan barang modal yang menjadi objek transaksi leasing. Selama masa leasing, lessee

melakukan pembayaran nilai sisa (residual value). Kalau ada, akan mencakup

pengembalian harga perolehan barang modal yang dibiayai serta bunganya, yang merupakan

pendapatan perusahaan leasing.

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa finace lease atau kadang-

kadang pula disebut full-pay out leasing adalah suatu bentuk pembiayaan dengan cara

kontrak antara lessor dengan lessee di mana :

a. Lessor sebagai pihak pemilik barang atas objek leasing, dimana objek leasing dapat

berupa barang bergerak ataupun tidak bergerak dan memiliki umur maksimum sama

dengan masa kegunaan ekonomis barang tersebut

b. Lessee berkewajiban membayar kepada lessor secara berkala sesuai dengan jumlah dan

jangka waktu yang disetujui. Jumlah yang dibayar tersebut merupakan angsuran atau

lease payment yang terdiri atas biaya perolehan barang ditambah dengan semua

biaya lainnya yang dikeluarkan lessor dan tingkat keuntungan atau spread yang

diinginkan lessor

c. Lessor dalam jangka waktu perjanjian yang disetujui tidak dapat secara sepihak

mengakhiri masa kontrak atau pemakaian barang tersebut. Risiko ekonomi

termasuk biaya pemeliharaan dan biaya lainnya yang berhubungan dengan barang

yang di-lease tersebut ditanggung oleh lessee

d. Lessee pada akhir periode kontrak memiliki hak opsi untuk membeli barang tersebut

sesuai dengan nilai sisa atau residual value yang disepakati, atau mengembalikan

pada lessor, atau memperpanjang masa lease sesuai dengan syarat-syarat yang

disetujui bersama. Pembayaran berkala pada masa perpanjanngan lease tersebut

biasanya jauh lebih rendah daripada angsuran sebelumnya.

Ciri-ciri finance lease antara lain :

a. Objek leasing tetap milik lessor sampai dilakukannya hak opsi

b. Barang modal bisa dalam bentuk barang bergerak / tidak bergerak

c. Masa sewa barang modal sama dengan umur ekonomisnya

d. Jumlah lease payment = jumlah biaya perolehan + biaya-biaya lainnya +

spread

e. Lessor tidak dapat secara sepihak mengakhiri masa kontrak (non-cancellablea), atau

akan dikenakan denda

f. Risiko ekonomis misalnya biaya pemeliharaan ditanggung lessee

g. Transaksi keuangan

h. Full pay out

i. Disertai hak opsi beli sesuai dengan residual value

j. Lessor tidak boleh menyusutkan barang modal

k. Angsuran leasing tidak dikenakan PPN dan PPh Pasal 23

Selanjutnya, finance lease dapat dibagi dalam beberapa bentuk transaksi sebagai berikut :

a. Direct Financial Lease

Transaksi leasing dalam bentuk direct financial lease, sering pula disebut true- lease,

atau disingkat direct lease aja ; merupakan suatu bentuk transaksi leasing di mana

lessor membeli suatu barang atas permintaan pihak lessee dan sekaligus

menyewagunausahakan barang tersebut kepada lessee yang bersangkuatan. Spesifikasi

barang yang akan di-lease tersebut termasuk penentuan harga dan penentuan supplier

dapat dilakukan oleh lessee. Tujuan utama lessee pada dasarnya adalah semata-mata

untuk mendapatkan pembiayaan dengan cara leasing, guna memperoleh barang modal

yang dapat digunakan dalam proses produksi dan atau meningkatkan kapasitas

produksi. Sedangkan proses pembelian mulai dari order pembelian dilakukan

pihak lessor dan semata-mata untuk kebutuhan lessee. Mekanisme transaksi bentuk

Direct Finance Lease dapat digambarkan dalam diagram berikut ini.

Keterangan:1. Penandatangan kontrak antara lessor dengan lessee

2. penerimaan pembayaran pertama dari lessee, yang berupa :

- Security Deposit

- Uang lease pertama, jika in advance

- Biaya administrasi

- Premi asuransi tahun pertama

- Pembayaran pertama lainnya, jika ad

3. Pemesanan barang modal kepada supplier / dealer

4. Pengiriman barang modal ke alamat lease

5. Lessor akan melaksanakan pembayaran kepada supplier/dealer

6. Kontrak penutupan asuransi

7. Pembayaran premi asuransi

8. Pembayaran lease bulanan dari lessee kepada lessor

Ciri-ciri direct financial lease antara lain :

a. Lessee sebelumnya tidak memiliki barang modal (kebalikan dengan sale and

lease back)

b. Pembelian barang oleh lessor semata-mata untuk kebutuhan lesseec. Penentuan spesifikasi barang, harga dan supplier dapat dilakukan oleh lessee

d. Tujuan utama lessee semata-mata untuk mendapatkan financing untuk tujuan

proses produksi atau peningkatan kapasitas produksi.

b. Sale and Lease Back

Transaksi leasing dalam bentuk sale and lease back ini pada prisipnya adalah pihak

lessee sengaja menjual barang modalnya kepada lessor untuk kemudian dilakukan kontrak

sewa guna usaha atas barang tersebut. Lessee dalam hal ini berperan sebagai pihak yang

menjual barang untuk digunakan selama masa lease yang disetujui kedua pihak. Metode

leasing ini dimaksudkan untuk memperoleh tambahan dana untuk modal kerja. Jadi

transaksi leasing di sini bersifat refinancing. Transaksi leasing seperti ini banyak

dilakukan di Indonesia akibat adanya masalah impor barang modal, perizinan serta

pengoperasian, maupun pembiayaan kembali terhadap pinjaman yang telah diperoleh

lessee untuk memperoleh barang modal ini terutama dalam hal pengenaan bea masuk atau

pajak dalam rangka pengadaan suatu barang modal, umunya pihak lessee akan membeli

lebih dahulu atas nama sendiri barang impor atau eks-impor, termasuk membayar bea

masuk dan bea impor lainnya. Selanjutnya barang tersebut dijual kepada lessor untuk

selanjutnya diserahkan kembali kepada lessee untuk digunakan sesuai dengan jangka

waktu yang disetujui dalam kontrak leasing. Mekanisme Transaksi Sale and Lease Back

dapat dijelaskan melalui digram di bawah ini.

Keterangan :

1. Jual beli barang modal dari pihak lessee ke pihak lessor

2. Penutupan kontrak asuransi

3. Lessor melakukan pembayaran kepada lessee, sesuai dengan kontrak jual beli

4. Penandatangan kontrak leasing antara lessor dengan lessee

5. Lessee melakukan pembayaran pertama, yang berupa :

- Security Deposit

- Uang lease pertama, jika in advance

- Biaya administrasi

- Premi asuransi tahun pertama

- Pembayaran pertama lainnya, jika ada.

6. Pembayaran premi asuransi

7. Pmbayaran lease bulanan dari lessee kepada lessor

c. Leveraged Lease

Pada prinsipnya leveraged lease merupakan salah satu teknik pembiayaan

dalam finance lease yang digunakan lessor. Menurut teknik ini, disamping melibatkan

lessor dan lessee juga melibatkan kreditor jangka panjang dalam membiayai suatu objek

leasing. Pihak kreditor jangka panjang inilah yang memiliki porsi terbesar dalam

membiayai transaksi leasing ini. Sedangkan porsi pembiayaan pihak lessor biasanya

berkisar 20%-40% dari keseluruhan pembiayaan, sisanya disediakan oleh kreditor. Kreditor

tersebut dapat berupa bank atau lembaga keuangan lainnya. Status kreditor di sini hanya

sebagai penyedia dana kepada lessor, sedangkan jaminannya biasanya adalah objek leasing

itu sendiri. Perbedaannya dengan teknik direct lease adalah terletak pada jumlah

pembiayaan yang diberikan oleh lessor 100%. Oleh karena itu, lessor bertanggung jawab

langsung kepada kreditor sesuai dengan jumlah pembiayaannya.

d. Syndicated Lease

Syndicated lease adalah pembiayaan leasing yang dilakukan oleh lebih dari satu

lessor atas suatu objek leasing. Syndicated lease terjadi apabila lessor karena alasan-alasan

risiko tidak bersedia, atau karean alasan tidak memiliki kemampuan pendanaan untuk

menutup sendiri suatu transaksi leasing yang nilainya cukup besar yang dibutuhkan

oleh lessee. Untuk memenuhi permintaan atau kebutuhan lessee tersebut, maka

beberapa perusahaan leasing melakukan perjanjian kerja sama untuk membiayai objek

leasing dimaksud. Selanjutnya, dalam pelaksanaannya dari kelompok lessor, berdasarkan

persetujuan ditunjuk salah satu lessor untuk bertindak sebagai koordinator dalam

melaksanakan perjanjian leasing dengan pihak lessee termasuk dengan pihak supplier.

e. Cross Border Lease

Cross border lease adalah transaksi leasing yang dilakukan di luar batas suatu

negara, di mana lessor berkedudukan di negara berbeda dengan negara lessee. Jenis

transaksi leasing ini kadang-kadang disebut pula sebagai leasing lintas negara atau

transaksi leasing internasional karena yang dilakukan melibatkan dua negara yang berbeda.

Metode pembiayaan ini merupakan hal yang kompleks dan bersifat khusus. Transaksi

leasing ini mengandung banyak risiko bagi lessor karena bagaimanapun juga akan

melibatkan mekanisme hukum, perpajakan dan masalah-masalah lainnya dari masing-

masing negara yang bersangkutan. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut biasanya

transaksi leasing antara negara dilakukan oleh afiliasinya atau subsidiary perusahaan

leasing yang bersangkutan. Transaksi leasing biasanya dilakukan dengan cara perjanjian

penjualan bersyarat yaitu pihak lessee diwajibkan membeli barang yang di-lease-nya pada

akhir kontrak. Cara ini pada dasarnya hanya untuk melindungi lessor dari kompleksitas

peraturan dan ketentuan-ketentuan negara asing. Mekanisme cross border lease pada

gambar di bawah ini. Kompleksitas dalam transaksi leasing internasional bagi lessor ini

meliputi beberapa masalah antara lain:

a. Pertimbangan politis yaitu menyangkut stabilitas negara lessee

b. Peraturan mengenai pemilikan oleh pihak asing

c. Perpajakan yaitu menyangkut ketentuan pajak ganda (double taxation)

d. Ketentuan repatriasi penghasilan termasuk masalah pengaturan penggunaan valuta

asing negara lesse

e. Peraturan penyusutan

f. Bea masuk barang dan ketentuan impor lainnya

f. Vendor Program

Vendor program atau disebut juga vendor lease adalah suatu metode penjualan yang

dilakukan oleh produsen atau dealer di mana perusahaan leasing memberikan atau

menyediakan fasilitas leasing kepada pembeli barang. Dalam mekanisme transaksi vendor

program ini, lessor membayar kepada vendor sesuai dengan harga barang yang dipilih atau

ditentukan oleh pembeli (lessee). Selanjutnya pembayaran sewa atau angsuran oleh lessee

dapat dilakukan langsung kepada lessor, atau dapat dibayarkan melalui vendor yang

bersangkutan. Cara pembayaran tersebut dapat dilakukan sesuai perjanjian.

2. Operating Lease

Dalam leasing bentuk ini, lessor sengaja membeli barang modal dan selanjutnya di-lease-

kan. Berbeda dengan finance lease, dalam operating lease jumlah seluruh pembayaran berkala

tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal tersebut berikut

dengan bunganya. Operating lease atau kadang-kadang juga disebut dengan sewa guna usaha

biasa adalah suatu perjanjian kontrak antara lessor dengan lessee di mana:

a. Lessor sebagai pemilik objek leasing kemudian menyerahkan kepada pihak

lessee untuk digunakan dengan jangka waktu relatif lebih pendek daripada umur

ekonomis barang modal tersebut.

b. Lessee atas penggunaan barang modal tersebut, membayar sejumlah sewa secara

berkala kepada lessor yang jumlahnya tidak meliputi jumlah keseluruhan biaya

perolehan barang tersebut beserta bunganya atau disebut juga non full pay out

lease

c. Lessor menanggung segala risiko ekonomis dan pemeliharaan atas barang barang

tersebut

d. Lessee pada akhir kontrak harus mengembalikan objek lease pada lessor

e. Lessee biasanya dapat membatalkan perjanjian kontrak leasing sewaktu- waktu

atau disebut cancelable

Operating lease dalam pelaksanaannya membutuhkan suatu keahlian khusus terutama

untuk pemeliharaannya dan pemasaran kembali barang modal yang di- lease-kan tersebut. Oleh

karena itu berbeda dengan finance lease objek leasing di akhir masa kontrak merupakan hak milik

lessor untuk kemudian dilakukan pemasaran kembali barang modal tersebut. Lessor dalam

operating lease bertanggung jawab atas segala biaya pelaksanaan lease antara lain misalnya, biaya

asuransi, pembayaran pajak dan pemeliharaan barang modal. Perbedaan lain dengan finance lease

adalah angsuran operating lease tidak menggambarkan keseluruhan biaya perolehan barang. Hal

ini disebabkan lessor mengharapkan keuntungan dari kontrak leasing berikutnya.

Selanjutnya menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991 tanggal 27

Nopember 1991 kegiatan leasing dapat dilakukan dengan cara berikut:

a. Sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease)

b. Sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease)

Penggolongan suatu transaksi leasing menurut ketentuan Menteri Keuangan tersebut

di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Leasing digolongkan sebagai finance lease apabila memenuhi semua criteria berikut :

a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha

pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga

perolehan barang modal dan keuntungan lessor.

b. Masa sewa guna usaha untuk barang modal ditetapkan sekurang- kurangnya :

- 2 tahun untuk Golongan I

- 3 tahun untuk Golongan II dan III

- 7 tahun untuk Golongan bangunan

c. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan, mengenai hak opsi

2. Leasing digolongkan sebagai operating lease apabila memenuhi kriteria berikut :

a. Jumlah pembayaran leasing selama masa leasing pertama tidak dapat menutupi

harga perolehan barang modal yang di-lease-kan ditambah keuntungan yang

diperhitungkan oleh lessor

b. Perjanjian leasing tidak memuat ketentuan mengenai hak opsi bagi lessor

2.8 Keuntungan Memilih Leasing

Leasing sebagai alternatif sumber pembiayaan memiliki beberapa kelebihan

dibandingkan dengan sumber-sumber pembiayaan lainnya antara lain sebagai berikut:

1. Pembiayaan Penuh

Transaksi leasing sering dilakukan tanpa perlu uang muka dan pembiayaannya

dapat diberikan sampai 100% (full pay out). Hal ini akan membantu cash flow terutama

bagi perusahaan (lessee) yang beru berdiri atau beroperasi dan perusahaan yang

mulai berkembang.

2. Lebih Fleksibel

Dipandang dari segi perjanjiannya, leasing lebih luwes karena leasing lebih

mudah menyesuaikan keadaan keuangan lessee dibandingkan dengan perbankan.

Pembayaran angsuran secara berkala akan ditetapkan berdasarkan pendapatan yang

dihasilkan lessee sehingga pengaturan pembayaran angsuran secara berkala dapat

disesuaikan dengan pendapatan yang dihasilkan objek yang di-lease. Artinya

pembayaran sewa baru dilakukan setelah barang modal yang di-lease tersebut telah mulai

produktif. Selain itu perusahaan leasing dapat melakukan pengaturan pembayaran yang

menggelembung (baloon payment) pada awal atau akhir masa lease, pembayaran

musiman (khusus apabila lessee bergerak dalam bidang pertanian, perkebunan atau

peternakan) bahkan mungkin pula suatu tenggang waktu pembayaran yang sesuai dengan

keadaan keuangan lessee.

3. Sumber Pembiayaan Alternatif

Leasing merupakan sumber pembiayaan lain bagi perusahaan tanpa mengganggu

fasilitas kredit (credit line) yang telah dimiliki. Dari segi jaminan leasing tidak terlalu

menuntut adanya jaminan tambahan yang lebih banyak dibandingkan apabila lessee

memperoleh pinjaman dari pihak lainnya. Karena hak kepemilikan sah atas objek lease

serta pengaturan pembayaran lease sesuai dengan pendapatan yang dihasilkan oleh objek

lease sehingga merupakan jaminan bagi leasing itu sendiri. Dengan demikian harta

yang telah dijaminkan untuk kredit tetap dapat menjamin kredit yang sudah ada.

4. Off Balance Sheet

Tidak adanya ketentuan keharusan mencantumkan transaksi leasing dalam neraca

memberi daya tarik tersendiri kepada lessee karena tanpa mencantumkan sebagai aktiva

berarti prosedur pembelian barang tidak perlu dipenuhi secara terperinci karena mungkin

masih dalam batas kewenangan direksi (seringkali kewenangan pembelian barang modal

baru sah apabila disetujui Dewan Komisaris atau bahkan Rapat Pemegang Saham).

Dengan demikian keputusan secara cepat dan tepat dapat lebih mudah dilakukan oleh

direksi. Di pihak lain, tanpa mencantumkan sebagai aktiva berarti tidak ada keharusan

mencantumkannya sebagai kewajiban. Hal ini mempunyai dampak positif terhadap

kondisi rasio keuangan perusahaan lessee karena transaksi leasing tersebut tidak akan

terlihat dalam neraca lessee sebagai komponen utang. Kondisi ini disebut off balance

sheet financing.

5. Arus Dana

Keluwesan pengaturan pembayaran sewa sangatlah penting dalam perencanaan arus

dana karena pengaturan ini akan mempunyai dampak yang berarti terhadap pendapatan

lessee. Di samping itu, persyaratan pembayaran di muka yang relatif lebih kecil akan

sangat berpengaruh pada arus dana terlebih apabila ada pertimbangan kelambatan

menghasilkan laba dalam investasi.

6. Proteksi Inflasi

Leasing dapat merupakan pelindung terhadap inflasi meskipun dalam beberapa

keadaan sering dikatakan hal ini kurang relevan. Dalam tahun-tahun berikutnya setelah

kontrak leasing dilakukan, khususnya apabila leasing berdasarkan tarif suku bunga

tetap,maka lessee akan membayar dengan jumlah tetap atas sisa kewajibannya yang

berasal dari pelunasan pembelian yang dilakukan di masa lalu.

7. Perlindungan Akibat Kemajuan Teknologi

Dengan memanfaatkan leasing, lessee dapat terhindar dari kerugian akibat barang

yang disewa tersebut mengalami ketinggalan model dan teknologi disebabkan oleh

pesatnya perkembangan teknologi. Dalam suatu kontrak leasing objek leasing sering

dimasukkan sebagai perjanjian bahwa barang yang sedang disewa tersebut dapat

ditukarkan dengan barang yang serupa yang lebih canggih apabila di kemudian hari

terdapat penemuan-penemuan baru yang lebih unggul daripada produk barang yang sama.

8. Sumber Pelunasan Kewajiban

Pembatasan pembelanjaan dalam perjanjian kredit dapat diatasi melalui leasing

karena pada umumnya pelunasan atau pembayaran angsuran hampir selalu diperkirakan

berasal dari modal kerja yang dihasilkan oleh adanya barang yang di lease. Sehingga

kekhawatiran para kreditor terhadap gangguan penggunaan modal kerja yang akan

mempengaruhi pelunasan kredit yang telah diberikan dapat diatasi.

9. Kapitalisasi Biaya

Adanya biaya-biaya tambahan selain harga perolehan seperti biaya penyerahan,

instalasi, pemeriksaan, konsultan, percobaan dan sebagainya dapat dipertimbangkan

sebagai biaya modal yang dapat dibiayai dalam leasing dan dapat disusutkan

berdasarkan lamanya leasing.

10. Risiko Keusangan

Dalam keadaan yang serba tidak menentu, operating lease yang berjangka waktu

relatif singkat dapat mengatasi kekhawatiran lessee terhadap risiko keusangan

(obsolescence) sehingga lessee tidak perlu mempertimbangkan risiko pada tahap dini

yang mungkin terjadi.

11. Kemudahan Penyusutan Anggaran

Adanya pembayaran sewa secara berkala yang jumlahnya relatif tetap akan

merupakan kemudahan dalam penyusunan anggaran tahunan lessee.

12. Pembiayaan Proyek Skala Besar

Adanya keengganan untuk memikul risiko investasi dalam pembiayaan proyek

yang seringkali menjadi masalah di antara pemberi dana, masalah tersebut biasanya

dapat diatasi melalui perusahaan leasing sepanjang tersedianya suatu jaminan penuh

yang dapat diterima dan / serta kemudahan untuk menguasai barang yang dibiayai

apabila terjadi suatu kelalaian.

13. Meningkatkan Debt Capacity

Perolehan barang modal melalui leasing tidak otomatis manaikkan debt equity

ratio yang mempengaruhi bankability dari lessee yang bersangkutan.

Agnes Sawir melihat keuntungan leasing ini dari dua sudut pandang, yaitu dari pihak lesse

maupun pihak lessor. Dilihat dari sudut pandang lesse, keuntungan penggunaan jasa leasing adalah”

1. Leasing sebagai sumber dana

2. Fleksible. Dalam hal pemakaian peralatan yang sangat peka terhadap perubahan teknologi,

seperti komputer, menyewa dengan cara leasing adalah lebih baik daripada membeli.

3. Menahan pengaruh inflasi. Leasing melindungi lessee dari penurunan nilai uang yang

disebabkan inflasi. Besaran agsuran yang dibayar oleh lessee tetap sama, baik sebelum

maupun setelah terjadinya inflasi.

Sementara jika dilihat dari sudut lessor, keuntungan leasing adalah

1. Tingkat bunga yang lebih tinggi dibanding lembaga keuangan (bank) merupakan keuntungan

lessor.

2. Lessor mempunyai hak secara hukum untuk menjual barang lease dan biasanya hal tersebut

lebih mudah dan lebih cepat dilakukan dibanding dengan penjualan lelasing.

3. Lessor mempunyai posisi yang lebih baik dibandingkan kreditor jika usaha lessee mengalami

kemacetan. Seandainya lesse tidak mampu memenuhi kewajiban dalam kntrak leasingnya,

lessor berhak untuk menarik kembali miliknya, karena secara hukum lessor masih dinyatakan

sebagai pemilik barang tersebut.

2.9 Perbedaan Leasing dengan Jenis Perjanjian Lain

2.9.1 Perbedaan dengan Sewa Menyewa

1. Pada leasing, masalah jangka waktu perjanjian merupkan fokus utama karena dengan

berakhirnya jangka waktu, lesse diberikan hak opsi. Sementara, pada sewa menyewa,

masalah waktu bukan fokus utama sehingga pihak penyewa dapat saja menyewa barang

dalam jangka waktu yang tidak dibatasi.

2. Sewa menyewa merupakan jenis perjanjian nominatif, yaitu jenis perjanjian yang sudah

diatur dalam KUHPerdata. Sementara itu, leasing adalah suatu perjanjian innominatif,

yang disebut sebagai salah satu lembaga pembiayaan badan usaha.

3. Para pihak dalam leasing adalah badan usaha, sedangkan dalam sewa menyewa, para

pihaknya bisa perorangan.

4. Pada leasing, biasanya dibutuhkan jaminan-jaminan tertentu, sedangkan pada sewa

menyewa tidak diperlukan jaminan.

5. Pada leasing disertai dengan hak opsi, sedangkan pada sewa menyewa hak opsi tidak

diperlukan.

2.9.2 Perbedaan dengan Sewa Beli

1. Dalam sewa beli, peralihan milik pasti terjadi setelah berakhir masa sewa, sedangkan

dalam leasing, peralihan hak milik terjadi jika lesse mempergunakan hak opsinya.

2. Leasing merupkan salah satu jenis lembaga pembiayaan, sedangkan sewa beli suatu jenis

perjanjian innominatif yang tidak termasuk lembaga pembiayaan.

3. Dalam leasing ada tiga pihak terlibat, yaitu lesse, lessor dan suplier, sedangkan dalam

sewa beli hanya ada dua pihak.

2.9.3 Perbedaan dengan Jual Beli

1. Penyerahan/peralihan hak milik pada jual beli pasti terjadi setelah membayar harga

barang yang dibeli, sedangkan pada leasing, penyerahan/peralihan hak milik terjadi

apabila lesse mempergunakan hak opsinya.

2. Sama halnya dengan sewa menyewa, jual beli adalah sautu jenis perjanjian nominatif

yang bukan merupakan jenis lembaga pembiayaan, sedangakn leasing adalah jenis

perjanjian innominatif yang merupakan lembaga pembiayaan.

Secara umum perbedaan lembaga leasing (sewa guna usaha) dengan kegiatan lembaga

keuangan lain sperti bank, sewa menyewa, dan sewa beli dapat dilihat dari table berikut ini:

PenjelasanMetode Pembiayaan

Leasing Sewa Beli Sewa Menyewa Kredit BankJenis barang Barang bergerak dan

tidak bergerakBarang bergerak Barang bergerak

perlu pemeliharaanSemua jenis

investasi

Penyewa/pembeli Perusahaan atau

perseorangan

Perusahaan atau

perseorangan

Perusahaan atau

perseorangan

Perusahaan

atau

perseorangan

Bentuk perusahaan Badan Hukum Supplier Supplier Bank

Pemilikan barang Perusahaan leasing Pemilik barang Pemilik barang Debitur

Jangka waktu Menengah Pendek Pendek/menengah/

panjang

Pendek atau

menengah

Besarnya

pembiayaan

100% 80% Lebih rendah 80%

Biaya bunga

Bunga + margin Tinggi Bunga+margin+spread Interbank

rate+

Akhir kontrak 1.Menggunakan hak opsi untuk membeli seharga nilai ke debitor sisa2.Memperpanjang kontrak3.Mengembalikankepada lessor

Barang menjadi

milik penyewa

Barang kembali kepada

pemilik

1.Kredit lunas

2.Jaminan

kembali

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Salah satu lembaga pembiayaan yang berkembang pesat saat ini adalah sewa guna usaha atau

biasa disebut juga dengan Leasing. Leasing atau yang lebih sering disebut dengan sewa guna usaha

adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang modal untuk

digunakan oleh suatu perusahaan yang membutuhkannya. Secara umum ada empat pihak utama yag

terlibat dalam kegiatan leasing (sewa guna usaha), yaitu lesse, lessor, supplier, dan bank. Lessor

adalah perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan kepada pihak lessee dalam

bentuk barang modal, sedangkan Lessee adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh

pembiayaan dalam bentuk barang modal dari lessor. Selanjutnya Supplier adalah perusahaan atau

pihak yang mengadakan atau menyediakan barang untuk dijual kepada lessee dengan pembayaran

secara tunai oleh lessor. Dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak bank atau kreditor tidak

terlibat secara langsung dalam kontrak tersebut, namun pihak bank memegang peranan dalam hal

penyediaan dana kepada lessor, terutama dalam mekanisme leverage lease di mana sumber dana

pembiayaan lessor diperoleh melalui kredit bank.

Dalam menjalankan kegiatan usahanya dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok utama,

yaitu , Independent Leasing Company, Captive Lessor dan Lease Broker atau Packager. Sedangkan

teknik pembiayaan leasing dapat dilihat dari jenis transaksi leasing yang secara garis besar

dapat dibagi dua kategori pembiayaan yaitu, Finance Lease dan Operating Lease. Leasing sebagai

alternatif sumber pembiayaan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan sumber-sumber

pembiayaan lainnya salah satunya jika dipandang dari segi perjanjiannya, leasing lebih luwes

(fleksibel) karena leasing lebih mudah menyesuaikan keadaan keuangan lessee dibandingkan

dengan perbankan. Pembayaran angsuran secara berkala akan ditetapkan berdasarkan

pendapatan yang dihasilkan lessee sehingga pengaturan pembayaran angsuran secara berkala dapat

disesuaikan dengan pendapatan yang dihasilkan objek yang di-lease.

3.3 Kritik dan Saran

Sebagai salah satu lembaga keuangan bukan bank, lembaga leasing secara tidak langsung

juga turut berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi baik dalam skala mikro dan makro. Disadari

atau tidak, lembaga ini mampu memberikan salah satu solusi dalam hal dunia bisnis yakni

pengadaan barang modal bagi para usahawan. Dengan semakin berkembangnya lembaga leasing,

implikasinya akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga leasing dapat dianggap

sebagai salah satu agen pembangunan ekonomi. Oleh karenya, pemerintah sebaiknya lebih

memperhatikan eksistensi keberadaan lembaga ini dalam suatu negara. Jangan sampai lembaga

seperti ini terabaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Anwari, A. 1987. Leasing di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia

Darmawan, Indra. 1999. Pengantar Uang dan Perbankan. Jakarta: Rineka Cipta

Hadiwigeno, Sutatwo dan Faried Wijaya. 1980. Lembaga-lembaga Keuangan dan Bank. Yogyakarta: BPFE

Husnan, Suad. 1998. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan Keputusan Jangka Pendek. Yogyakarta: BPFE

Irmayanto, Juli, dkk. 2007. Bank dan Lembaga Keuangan. Jakarta : Penerbit Universitas Trisakti

Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada

Luckett, Dudley G. 1994. Uang dan Perbankan. Jakarta: Erlangga

Mangani, Ktut Silvanita. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Erlangga

Mankiw, N.Gregory. 2007. Makroekonomi Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga

Marpaung, C. 1985. Pemahaman Mendasar Atas Usaha Leasing. Jakarta: Integritas Press

Murni, Asfia. 2009. Ekonomika Makro. Bandung: PT. Refika Aditama

Santoso, Rudy Tri. 1994. Mengenal Dunia Perbankan. Yogyakarta: Penerbit Andi

Siamat, Dahlan. 2001. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: LP Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Simatupang, Richard Burton. 2003. Aspek Hukum dalam Bisnis. Jakarta : Rineka Cipta

Simorangkir, P. 2004. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank. Bogor: Ghalia Indonesia

Sukirno, Sadono. 2000. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Suyatno, Thomas dkk. 2001. Kelembagaan Perbankan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Tunggal, A. W. 1994. Aspek Yuridis dalam Leasing. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Tunggal, A. W. 1994. Akuntansi Leasing (Sewa Guna Usaha). Jakarta: PT. Rineka Cipta

Triandaru, S. dkk. 2000. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat

Sumber Website:

http://pengertiandancontoh.blogspot.com/2013/02/jenis-jenis-perusahaan-leasing.html

http://heleneb08.blogspot.com/2010/03/pengertian-leasing.html

http://rizzkyyanuar.blogspot.com/2011/03/pengertian-leasing.html

http://elkayflass.blogspot.com/2010/06/manajemen-sewa-guna-usaha-leasing.html

http://ampundeh.files.wordpress.com/2012/06/sewa-guna-usaha-leasing.pdf

http://joko-sekti.stmik-aub.ac.id/wp-content/uploads/2013/04/Pertemuan-11-Lembaga-Keuangan-Non-Bank.pdf

http://repository.mb.ipb.ac.id/1351/5/R10-_05-_Nur_Alamsyah-Bab2DST.pdf


Recommended