+ All Categories
Home > Documents > MAHAR ORGAN TUBUH

MAHAR ORGAN TUBUH

Date post: 24-Feb-2023
Category:
Upload: uin-malang
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dibidang ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat. Salah satunya adalah dibidang kedokteran, yakni penemuan teknik transplantasi organ. Transplantasi termasuk inovasi alternatif dalam dunia kedokteran modern yang semakin marak dan menjadi sebuah tantangan medis, baik dari upaya pengembangan maupun ramainya polemik yang menyangkut hukum, khususnya hukum syari’ah Islam. Karena adanya rasa ingin tahu tentang hukum transplantasi organ jika dijadikan mahar dalam pernikahan. Salah satu tujuan agama Islam diturunkan oleh Allah sebagai petunjuk bagi manusia. Setiap ayat dan perintah hukum yang dikandungnya memliki tujuan dan hikmah tersendiri, untuk kemaslahatan manusia. Disyari’atkanya suatu hukum tentu memiliki tujuan dan maslahat yang dikehendaki oleh syar’i, karena Allah tidak mensyariatkan hukum kecuali untuk kemaslahatan hamba-Nya, yaitu untuk sebuah tatanan kehidupan bagi umat-Nya baik di dunia maupun akhirat. Hal tersebut senada dengan apa yang diungkapkan Asy-Syatibi bahwa Allah tidak mungkin membebankan hukum yang tidak bisa dipikul oleh hamba-Nya. 1
Transcript

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dibidang ilmu pengetahuan berkembang

sangat pesat. Salah satunya adalah dibidang kedokteran,

yakni penemuan teknik transplantasi organ. Transplantasi

termasuk inovasi alternatif dalam dunia kedokteran modern

yang semakin marak dan menjadi sebuah tantangan medis, baik

dari upaya pengembangan maupun ramainya polemik yang

menyangkut hukum, khususnya hukum syari’ah Islam. Karena

adanya rasa ingin tahu tentang hukum transplantasi organ

jika dijadikan mahar dalam pernikahan.

Salah satu tujuan agama Islam diturunkan oleh Allah

sebagai petunjuk bagi manusia. Setiap ayat dan perintah

hukum yang dikandungnya memliki tujuan dan hikmah

tersendiri, untuk kemaslahatan manusia. Disyari’atkanya

suatu hukum tentu memiliki tujuan dan maslahat yang

dikehendaki oleh syar’i, karena Allah tidak mensyariatkan

hukum kecuali untuk kemaslahatan hamba-Nya, yaitu untuk

sebuah tatanan kehidupan bagi umat-Nya baik di dunia maupun

akhirat. Hal tersebut senada dengan apa yang diungkapkan

Asy-Syatibi bahwa Allah tidak mungkin membebankan hukum yang

tidak bisa dipikul oleh hamba-Nya.

1

Namun seperti yang kita sadari, hukum apapun yang ada

didunia ini tidak bisa untuk tidak berkembang mengingat

hampir semua segala sesuatu yang ada di dunia terus

berkembang, misalnya saja kebutuhan manusia yang terus

berkembang, jika zaman dahulu manusia tidak hanya memerlukan

kuda untuk bepergian jauh maka saat ini manusia membutuhkan

lebih dari kuda, misalnya mobil. Manusia yang hidup di zaman

sekarang ini, adalah manusia yang hidup di zaman modern atau

kontemporer (kekinian).

Dunia modern memiliki ciri-ciri khas antara lain

berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan Teknologi,

perkembangan-perkembangan diatas banyak melahirkan penemuan-

penemuan revolusioner diberbagai bidang kehidupan yang

mewarnai kehidupan manusia. salah satunya adalah

transplantasi organ tubuh yang membawa perubahan besar di

bidang kesehatan. Banyak manusia yang terselamatkan hidupnya

karena melakukan transplantasi.

Transplantasi adalah rangkaian tindakan medis untuk

memindahkan organ atau jaringan tubuh yang berasal dari

tubuh oranng lain atau tubuhnya sendiri dalam rangka

pegobatan untuk menggantikan organ atau jaringan tubuh yang

tidak berfungsi dengan baik. Di zaman ini transplantasi

sudah menjadi hal yang biasa, mengingat perkembangan ilnu

pengetahuan dan Teknologi.

B. Rumusan Masalah

2

Pokok permasalahan dalam makalah ini dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Apakah organ tubuh berupa jantung dapat dijadikan mahar

menurut hukum Islam?

2. Manhaj apa yang dapat digunakan dalam mengistinbathkan

hal di atas?

3. Bagaimana proses istinbathnya?

4. Bagaimana kesimpulan hukumnya atau hasil istinbath

tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk

mendeskripsikan segala ruang lingkup mahar organ tubuh

beserta masalah-masalahnya. Selain itu, makalah ini juga

bertujuan untuk mengetahui dan menentukan manhaj apa yang

digunakan sebagai metode untuk menemukan hukum yang terkait

dengan pembahasan ini sehingga hukum dari permasalahan

tersebut dapat diketahui.

D. Metode Penelitian

Pembahasan dilakukan dengan menggunakan metode verifikatif,

dengan cara mengetahui dan mempelajari transplantasi,

transplant dan hal-hal lain yang terkait yang telah didata

kemudian dihubungkan dengan hukum mahar Islam dengan teori-

teori ushul fikih dalam hal ini menerapkan manhaj qiyas,

kemudian ditetapkan hasilnya.

3

BAB II

DESKRIPSI JANTUNG

A. Definisi Jantung

Jantung adalah sebuah rongga berotot yang memompa darah

ke pembuluh darah dengan berirama yang berulang yang

terletak di pusat dada. Bagian kanan dan kiri jantung masing

masing memiliki ruang sebelah atas (atrium) yang

mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang

mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir dalam satu

arah, maka ventrikel memiliki satu katup pada jalan masuk

dan satu katup pada jalan keluar.

B. Fungsi Jantung

Diantara fungsi jantung ialah sebagai berikut:

1. Menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan membersihkan

tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Jantung

melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah

yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan

memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan

mengambil oksigen dan membuang karbondioksida; jantung

kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari

paru-paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.

2. Memompa darah ke seluruh tubuh dan menampungnya kembali

setelah dibersihkan organ paru-paru. Hal ini berarti

4

bahwa fungsi jantung manusia adalah sebagai alat atau

organ pemompa darah pada manusia. Pada saat itu jantung

menyediakan oksigen darah yang cukup dan dialirkan ke

seluruh tubuh, serta membersihkan tubuh darih hasil

metabolisme (karbondioksida). Sehingga untuk

melaksanakan fungsi tersebut jantung mengumpulkan darah

yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan

selanjutnya memompanya ke paru-paru, dengan cara darah

pada jantung mengambil oksigen dan membuang

karbondioksida. Pada jantung darah yang kaya akan

oksigen yang berasal dari paru-paru dipompa ke jaringan

seluruh tubuh manusia.

C. Transplantasi Jantung

Transplantasi jantung adalah bedah cangkok jantung

dimana mengganti jantung pasien yang menderita penyakit

jantung serius dan tidak dapat diatasi dengan obat-obatan

dan pembedahan lainnnya dengan jantung yang baru. Prosedur

yang paling umum adalah mengambil jantung dari donor organ

yang telah meninggal dan diimplan ke pasien. Transplantasi

jantung pertama kali dilakukan pada tahun 1967 oleh seorang

Dokter Bedah Jantung di Afrika Selatan bernama Christiaan

Barnard kepada pasiennya Louis Washkansky.

Terdapat 2 prosedur dalam transplantasi jantung, antara lain

yaitu:

1. Prosedur Orthotopic

5

Prosedur Orthotopic diawali dengan melakukan

“Sternotomy median”  atau pembuatan sayatan garis vertical

disepanjang tulang dada. Setelah itu Selaput Jantung

dibuka dan dipasangkan dengan “Cardiopulmonary bypass”

yang merupakan mesin yang digunakan untuk mengambil

alih fungsi jantung dan paru-paru selama operasi, hal

ini dilakukan untuk menjaga sirkulasi darah dan

kandungan oksigen dalam tubuh. Kemudian Jantung Pasien

dipotong pada bagian pembulu darah dan sebagian lagi di

bagian Atrium kiri.

Jantung Donor kemudian di pangkas agar sesuai

dengan atrium yang tersisa dan pembuluh darah pada

Pasien. Jantung Donor kemudian di jahit pada atrium dan

pada pembuluh darah. Kemudian “Cardiopulmonary bypass”

dilepaskan dari selaput jantung dan rongga dada

ditutup.

2. Prosedur Heterotopic

Dalam Prosedur Heterotopic jantung pasien tidak

akan di ambil sebelum jantung donor terpasang. Hal ini

dilakukan karena pada prosedur ini tidak menggunakan

“Cardiopulmonary bypass”. Jantung baru diposisikan dengan

ruang dan pembuluh darah sehingga kedua jantung dapat

dihubungkan membentuk “jantung ganda”. Hal tersebut

dapat membuat Jantung pasien untuk dipulihkan dan jika

jantung donor mengalami penolakan dapat diangkat.

6

Pasca Operasi, pasien akan masuk dibawa masuk

kedalam ruang ICU dan direhab selama 1-2 minggu dibawah

pengawasan dokter. Selain itu pasien juga akan diberi

obat immunosupresan yang merupakan obat untuk

menghindari penolakan tubuh terhadap jantung baru.

Pasien dalam waktu 55 hari akan melakukan tes ekspresi

gen darah yang di kenal “Ekspresi Pengujian AlloMap

Molekuler”.

Adapun tujuan dari transplantasi jantung adalah:

Menyelamatkan jiwa orang lain melalui mendonorkan

organ adalah tujuan yang mulia. Rendahnya kesadaran

masyarakat akan pentingnya mendonorkan organ, adanya

pandangan tertentu dari agama/kepercayaan yang

menyebabkan masyarakat enggan untuk mendonorkan karena

takut melanggar kaidah agamanya menyebabkan angka

pendonor di Indonesia sangat rendah.

Jika arti transplantasi adalah pemindahan jaringan dari

tempat satu ke tempat lain, tentu bukan sekedar memindahkan

saja tanpa maksud dan tujuan. Indikasi utama dalam melakukan

transplantasi organ adalah ikhtiar akhir pengobatan suatu

organ, setelah semua ikhtiar pengobatan lainnya telah

dilakukan tapi mengalami kegagalan. Dari pernyataan ini

dapat diambil pengertian bahwa tindakan melakukan

transplantasi termasuk ikhtiar manusia untuk mengadakan

pengobatan.7

Dapat kita pastikan bahwa tujuan pengobatan adalah

mencari kesembuhan dari suatu penyakit. Sehingga yang

sebelumnya organ tubuh tidak sempurna menjadi sempurna, yang

sebelumnya tidak berfungsi menjadi berfungsi, atau yang

sebelumnya tidak memiliki organ tubuh menjadi memiliki.

Tujuan lain dari transplantasi adalah pemulihan kembali

fungsi satu organ jaringan atau sel yang telah rusak atau

mengalami kelainan tapi sama sekali tidak terjadi kesakitan

biologis.1 Tujuan utama dari transplantasi organ tubuh

adalah bersifat kemanusiaan, menghindarkan suatu kematian

yang diduga akan terjadi jika tidak dilakukan transplantasi

dan melepaskan derita kesakitan atau kelainan biologis.

Sesuai dengan Pasal 33 Undang-undang kesehatan No 23 Tahun

1992 yang menerangkan bahwa:

a) Dalam penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan

dapat dilakukan transplantasi organ atau jaringan

tubuh, tranfusi darah, implan obat atau alat

kesehatan, serta bedah plastik dan rekonstruksi.

b) Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh serta

transfusi darah sebagaimana dimaksud dalam ayat1

dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang

untuk tujuan komersil.2

1 Chuzaimah T, Yanggo dan Hafiz Ansary, Problematika Hukum Islam Kontemporer, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), hlm. 722 Undang-Undang No 23 Tahun 1992 tentang Transplantasi.

8

Adapun dampak positif dan negatif dari transplantasi

tersebut ialah:

1. Dampak Positif

Kelebihan operasi transplantasi jantung ialah

mengurangi resiko gagal jangtung yang diakibatkan

kerusakan jantung, dengan digantinya jantung pasien

dengan jantung donor yang sehat akan mengurangi resiko

gagal jantung dan penyakit akut lainnya walaupun tidak

menutup kemungkinan bahwa tubuh akan menolak jantung

baru yang bisa menimbulkan penyakit-penyakit baru.

Jika dilihat dari fungsi dan manfaatnya

transplantasi organ dapat dikategorikan sebagai ‘life

saving’. Live saving maksudnya adalah dengan

dilakukannya transplantasi diharapkan bisa

memperpanjang jangka waktu seseorang untuk bertahan

dari penyakit yang dideritanya. Sehingga menjadi suatu

perbuatan yang mulia apabila bisa menyelamatkan nyawa

seseorang.

2. Dampak Negatif

Dampak yang bisa terjadi setelah operasi, mulai

dari infeksi, aterosklerosis, sepsis, penolakan organ,

serta efek samping dari obat immunosupresan. Selain

itu terdapat beberapa penyakit yang bisa timbul pasca

operasi, antara lain:

9

a) Kemungkinan terjadinya penolakan oleh tubuh

resipien (hyperacute, acute or chronic)

Meskipun jenis HLA agak mirip, tetapi

jika system kekebalan resipien tidak

dikendalikan, maka organ yang dicangkokkan

biasanya ditolak. Penolakan biasanya terjadi

segera setelah organ dicangkokkan, tetapi

mungkin juga baru tampak beberapa minggu

bahkan beberapa bulan kemudian. Penolakan

bisa bersifat ringan dan mudah ditekan atau

mungkin juga sifatnya berat dan progresif

meskipun telah dilakukan pengobatan.

Penolakan tidak hanya dapat merusak jaringan

maupun organ yang dicangkokkan tetapi juga

bisa menyebabkan demam, menggigil, mual, lelah

dan perubahan tekanan darah yang terjadi secara

tiba-tiba. Penemuan obat-obatan yang dapat

menekan sistem kekebalan telah meningkatkan

angka keberhasilan pencangkokkan. Tetapi obat

tersebut juga memiliki resiko. Pada saat obat

menekan reaksi sistem kekebalan terhadap

organ yang dicangkokkan, obat juga

menghalangi perlawanan infeksi dan

penghancuran benda asing lainnya oleh sistem

kekebalan. Penekanan sistem kekebalan yang

intensif biasanya hanya perlu dilakukan pada

10

minggu-minggu pertama setelah pencangkokkan

atau jika terlihat tanda-tanda penolakan.

b) Kematian.

Akibat penekanan anti penolakan maka

menyebakan penurunan kekebalan tubuh yang

berakibat dapat masuknya kuman ke dalam tubuh

sehingga dapat menimbulkan komplikasi hingga

berakibat kematian.

c) Aspek Ekonomi

Dari Aspek Ekonomi, Transplantasi Jantung

membutuhkan biaya yang besar pada tahun pertama

(Semua termasuk obat, operasi, rawat inap, dan

pengujian laboratorium) sebesar US$ 787.700 pada

tahun 2008.

Dampak lainnya ialah sebagai berikut:

Gangguan Ginjal, Paru-paru, dan hati

Meningkatnya resiko diabetes

Penyakit pembuluh darah dari arteri leher hingga kaki

Meningkatnya resistensi vaskuler paru

Meningkatnya resiko Tromboemboli atau pembekuan darah

D. Kematian Menurut Medis

Karena pembahasan ini berkaitan dengan mahar organ

jantung yang berasal dari orang yang telah meninggal, maka11

kiranya dibahas pula pembahasan mengenai kematian yang mana

berprestifkan medis.

Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan

dengan kematian) dan logos (ilmu). Tanatologi adalah bagian

dari Ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari hal-hal yang

berkaitan dengan kematian yaitu definisi atau batasan mati,

perubahan yang terjadi pada tubuh setelah terjadi kematian

dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut

(Idries, 1997). Mati menurut ilmu kedokteran didefinisikan

sebagai berhentinya fungsi sirkulasi dan respirasi secara

permanen (mati klinis). Dengan adanya perkembangan teknologi

ada alat yang bisa menggantikan fungsi sirkulasi dan

respirasi secara buatan. Oleh karena itu definisi kematian

berkembang menjadi kematian batang otak. Brain death is death.

Mati adalah kematian batang otak.

Secara klinis, seseorang dinyatakan mati otak jika semua

keadaan berikut ditemukan:

1) Tidak ada respirasi spontan (tidak dapat menghirup

napas sendiri).

2) Pupil dilatasi dan terfiksir (mata midriasis, tidak ada

reaksi terhadap cahaya).

3) Tidak ada respon terhadap stimulus noksius (rangsang

nyeri tidak disertai kedipan mata, tanpa mimik

meringis, tanpa gerakan anggota tubuh manapun).

12

4) Semua anggota tungkai flaksid (tidak ada pergerakan,

tanpa tonus otot dan hilangnya aktivitas refleks pada

tangan ataupun kaki).

5) Mati Otak, diartikan sebagai berhentinya semua fungsi

otak secara total dan ireversibel termasuk batang otak.

Awalnya kematian didefenisikan oleh para dokter sebagai

berhentinya denyut jantung dan respirasi secara

permanen (mati somatik). Perkembangan dalam resusitasi

telah menyebabkan defenisi kematian terpaksa ditinjau

kembali. Perkembangan medis misalnya ventilator,

peralatan dialisis dan infus obat yang mendukung

sirkulasi seringkali menopang pasien yang sedang kritis

untuk dapat bertahan hidup secara somatik walaupun

secara fisiologis telah terjadi mati otak. Dengan

adanya kriteria kematian otak, seseorang dapat

ditetapkan meninggal secara sah atau legal, bahkan jika

jantung masih terus berdenyut oleh bantuan alat

pendukung kehidupan.

Tidak ada tanda-tanda aktivitas batang otak, ciri-

cirinya ialah:

a) Bola mata terfiksasi dalam orbita.

b) Tidak ada refleks kornea.

c) Tidak ada respon terhadap tes-tes kalori.

d) Tidak ada refleks muntah atau batuk

13

BAB III

AL-MANHAJ AL-MUSTAKHDAM

Dalam menghadapi permasalahan-permasalahan kontemporer

yang membutuhkan solusi tentang hal-hal yang tidak menyangkut

ibadah mahdhah (seperti sholat, puasa, zakat dan haji) yang

tidak terdapat nash sharih di dalam Quran dan Hadis, maka

digunakanlah jalan ijtihad dengan istinbath al hukmi dari

nash-nash yang ada melalui persamaan illat, sebagaimana yang

dilakukan oleh ulama-ulama salaf dan kholaf, dan bisa juga

melalui ijtihad birra’yi (dengan menggunakan hasil pemikiran)

seperti istihsan, maslahah mursalah dan lainnya.3

Dalam metode pengambilan hukum berkaitan dengan mahar

yang berupa organ tubuh, kami menggunakan manhaj qiyas karena

tidak adanya dalil syar’I yang berkaitan langsung dengan hal

tersebut baik di dalam Al-Qur’an maupun di dalam hadits-hadits

Nabi Muhammad SAW.

A. Qiyas

Secara etimologis, qiyas berarti mengira-ngirakan atau

menyamakan. Sedangkan secara terminologis, menurut

ulama ushul fiqh, qiyas adalah menyamakan sesuatu yang tidak ada

3 Asjmuni Abdurrahman, dalam Fathurrahman Djamil, Metode Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah, (Jakarta: Logos Publishing House, 1995), hlm. 41-42.

14

nas hukumnya dengan sesuatu yang ada nas hukumnya karena

adanya persamaan ilat hukum.4

Abdul Hamid Hakim menyebutkan,5

هما ن� ي� علم المساوة� ب� ر لي� خ� أ� �ء ب ي� ي$�ر الش! د ق� ة� ت� اس لغ� ي� الق�

“Qiyas secara bahasa ialah mengukur sesuatu dengan yang lain untuk

diketahui persamaan diantara keduanya”

علة� �اس اصطلاحا رد الف�رع الى الاصل ت ي� ي الحكمالق� معهما ف� �ج ت�

“Qiyas secara istilah ialah mengembalikan far’u kepada ashal karena illat

yang berkumpul pada keduanya dalam suatu hukum”

Dari definisi di atas dipahami bahwa qiyas ialah

mengembalikan far’u yang tidak ada nashnya kepada ashal yang

telah jelas nashnya dalam suatu hukum karena ada kesamaan

illat, dan maksud manhaj qiyas adalah dengan menggunakan

metode qiyas.

B. Kehujjahan Qiyas

Ayat an-nisa’ : 59

4 Muhammad Abu Zahrah, ushul fiqh, terj. Saefullah ma’sum dkk, cet. Ke-xi, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008), hlm. 336.5 Abdul Hamid Hakim, Mabadi Awaliyah, (Jakarta: Maktabah Sa’adiyah Putera), hlm. 18.

15

ول س لى اهلل والر Pوة ا �رد ء ف ي� ي� ش! م ف� ت� ع ار� ي� Wت Yن Pا م ف� ك ي� مر م ولى� الا� ول وا� س عوا الر ي� ط عوا اهلل وا� ي� ط وا ا� ن� م dا Yن ي$� د� ها ال �iي أ ا� ب�لا - �iب و أ� سنY ب� ح ر وا� ي� كr خ� ل ر د� خ� dوم الا ن� أهلل وال �ونY ب ن� م ؤ� م ت� ت� ي� نY ك P٥٩ا -

Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul

(Muhammad), dan Ulul Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu.

Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka

kembalikanlah kepada Allah (al-Quran) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu

beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama

(bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Ayat tersebut adalah menjadi dasar hukum qiyas, sebab

maksud dari ungkapan “kembali kepada Allah dan Rasul” (dalam

masalah khilafiah), tiada lain adalah perintah supaya

menyelidiki tanda-tanda kecenderungan, apa sesungguhnya yang

dikehendaki Allah dan Rasulnya. Hal ini dapat diperoleh

melalui pencarian illat hukum yang merupakan tahapan dalam

melakukan qiyas.6

C. Rukun-rukun Qiyas

1) Al-far’

Secara etimologis far’ berarti cabang. Sedangkan

dalam konteks qiyas, far’diartikan sebagai kasus yang

ingin diserupakan ashl karena tidak adanya nas yang

jelas menyebutkan hukumnya. Maka dari itu, far’ akan

diproses untuk disamakan dengan ashl.7 6 Muhammad Abu Zahrah,...hlm.341.7 Abdul Wahab khallaf,...hlm. 53.

16

2) Al-Ashl

Ashl secara bahasa adalah asal, dasar, sumber, dan

pangkal. Sedangkan secara istilah adalah kasus lama

yang dijadikan obyek penyerupaan atau kasus yang sudah

ada ketetapan hukumnya secara tekstual dalam nas

maupun ijma’.8

3) Hukum ashl

Hukum ashl adalah hukum syara’ yang pada asal

berdasar pada legistimasi nas. Adapun setelah proses

pengqiyasan, lalu ditemukan hukum bagi far’, maka

hukum far’ ini bukanlah merupakan salah satu rukun dari

rukun-rukun qiyas. Hukum far’ hanyalah buah hasil dari

proses qiyas. Akan tetapi menurut imam al-Isnawi,

hukum far’ juga merupakan salah satu

rukun qiyas. Sedangkan yang dimaksud dengan buah

dari qiyas adalah pengertian akan hukum far’ tersebut.9

4) Al-Illah

Menurut arti bahasa, illat diartikan

sebagai hujjah atau alasan. Sedang secara

terminologis, illat adalah sifat yang menjadi landasan

hukum ashl. Karena konsekuensi dari illat adalah penetapan

hukum, oleh karenanya ia harus jelas dan dapat

8 Abdul Wahab Khallaf, ilmu ushul al-fiqh, (kairo: dar al-hadits, 2003), hlm. 53.9 Wahbah zuhaili, usul al-fiqh al-islamiy, (Damaskus: Dar Al-Fikr, 1996), hlm. 606.

17

dimengerti dan diketahui batasan-batasannya.

Terkadang illat juga disebut sebagai sebab.10

Cara-cara mengetahui illat ada tiga, yaitu:

1) Dengan Nash

Apabila nash-nash Quran atau Hadis telah menunjuk

bahwa illat hukumnya adalah sifat yang disebut nash-

nash itu sendiri , maka sifat yang disebut itulah yang

menjadi illat hukumnya

2) Dengan Ijma’

Apabila para mujtahid dalam suatu masa telah

sepakat bahwa yang menjadi illat suatu hukum syara’

ialah suatu sifat, maka sifat itu ditetapkan menjadi

illat bagi suatu hukum tersebut secara ijma’.

3) Dengan as-Sabru wat-Taqsim (meneliti dan memisah-misahkan)

Apabila ada suatu kejadian hukum dan tidak

didapati nash atau ijma yang menunjukkan illatnya, maka

para mujtahid menempuh jalan as-Sabru wat-Taqsim, yakni

meneliti sifat-sifat yang terdapat pada kejadian itu

10 Abdul Wahab khallaf,...hlm. 56.

18

dan memilih diantara sifat-sifat yang ada yang patut

dijadikan illat hukum.

Prosesnya dengan mencari semua sifat-sifat yang

terdapat pada pokok, kemudian menggugurkan sifat-sifat yang

tidak layak dijadikan illat. Selanjutnya disimpulkan.

19

BAB IV

ISTIMBATH HUKUM

Dalam penggunaan metode qiyas, harus dipenuhi beberapa

syarat. Yakni; Al-far’u, Al-ashlu, Hukmul Ashli, dan Illat.

Sedangkan proses istimbathnya ialah sebagai berikut.

A. Al-Far’u (ف�رءال)Dalam Al-Far’u, tidak ada dalil hukum yang menjelaskan

langsung tentang hukum dalam Al-Far’u tersebut maka

disamakanlah Al-Far’u tersebut dengan sesuatu yang telah ada

hukumnya dalam Nash (Al-Ashlu). Al-Far’u dalam pembahasan

ini adalah masalah mahar organ jantung (dari orang yang

telah meninggal).

B. Al-Ashlu (لص (الا�Sebagaimana Permasalahan di atas, maka permasalahan

mahar organ jantung, dikaitkan dengan sesuatu yang sudah ada

hukumnya dalam nash yaitu mahar cincin (dari besi). Karena pada

dasarnya sesuatu yang dijadikan mahar adalah harta atau

sesuatu yang bernilai di mata manusia.

Sebagaimana sabda Rasul SAW

20

د ب}� د نY ح م م ات� ح� �ؤ ت ول Yج و ر~ ي�“Kawinlah engkau sekalipun dengan maskawin cincin dari besi”. (HR.

Bukhori)

Hadits tersebut muncul berkenaan dengan adanya seorang

sahabat laki-laki yang ingin menikah namun tak mempunyai

harta yang banyak, maka muncullah hadits tersebut sebagai

jawaban dari permasalahan pemuda tersebut. Sehingga dari

hadits tersebut dijelaskan bolehnya mahar berupa cincin dari

besi.

C. Hukmul Ashli (لص (حكم الا�Yang dimaksud dengan hukum ashal ialah ketentuan yang

ada pada ashal, yang sudah ditetapkan melalui Quran atau

Hadis. Adapun dalil-dalil syara mengenai hukum Al-Ashlu

yang berupa mahar harta adalah sebagai berikut.

Dalil kewajiban mahar dari Al-Quran adalah firman Allah SWT:

لة� ح هنY ت� ن� د ق� ساء ص ؤا االن� ت$� وءاBerikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai

pemberian dengan penuh kerelaan. (QS. An-Nisa’:4).

Demikian juga firman Allah SWT:

21

ة� ض� ي$� �ر نY ف وره �نY اج ؤه ات� ئ� هنY ق� ن� ة م �م ب عت� مي� ت� ف�ما اسMaka istri-istri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka,

berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu

kewajiban. (QS. An-Nisa’:24)

Dalil disyariatkannya mahar juga ada pada beberapa hadits

Nabi SAW:

ة وسلم: ال رسول اللة صلي اللة علي� ق� نY ف� علي� ت� علي ت� �وح ر~ ارة� ي� �ر� ي ف ن� �ة� منY ت غة� انY امرا� ي� نY رت� �عنY عامر ي

ى( ة والي�رمد� �نY مأخ �ة )رواة احمد و اي ا ر� �ح ا� عم. ف� : ت� الت� ق� , ف� Yن علي� ي� �سكr ومألكr ت ق� ت� عنY ت� ي� رض� ا�“Dari ‘Amir bin Robi’ah: Sesungguhnya seorang perempuan dari Bani

Fazaroh kawin atas maskawin sepasang sandal. Rasulullah SAW. Lalu

bertanya kepada perempuan tersebut: Apakah engkau ridho dengan

maskawin sepasang sandal? Perempuan tersebut menjawab: Ya.

Rasulullah akhirnya meluluskannya”. (HR. Ahmad).

Juga sabda Rasulullah SAW:

د ب}� د نY ح م م ات� ح� �ؤ ت ول Yج و ر~ ي�“Kawinlah engkau sekalipun dengan maskawin cincin dari besi”. (HR.

Bukhori)

Hadits di atas menunjukkan kewajiban mahar sekalipun

sesuatu yang sedikit. Demikian juga tidak ada keterangan

22

dari Nabi SAW bahwa beliau meninggalkan mahar pada suatu

pernikahan. Andaikata mahar tidak wajib tentu Nabi SAW

pernah meninggalkannya walaupun sekali dalam hidupnya yang

menunjukkan tidak wajib. Akan tetapi beliau tidak pernah

meninggalkannya, hal ini menunjukkan kewajibannya.11

Fuqaha’ sepakat bahwa harta yang berharga dan maklum

patut dijadikan mahar. Oleh karena itu emas, perak, uang,

takaran, timbangan, uang kertas dan lain-lain sah dijadikan

mahar karena ia bernilai material dalam pandangan syara’.

Sebagaimana pula mereka sepakat bahwa sesuatu yang tidak ada

nilai material dalam pandangan syara’ tidak sah untuk

dijadikan mahar seperti babi, bangkai dan khamr.

Maka dari keterangan di atas, hukum mahar dalam

perkawinan adalah wajib sedangkan mahar yang berupa harta

dihukumi mubah/boleh karena tidak selamanya mahar berupa

harta, melainkan dapat pula berupa jasa.

D. Ta’lil Hukmil Ashli (لص ل حكم الا� علي� (ت�Dalam Ta’lil Hukmil Ashli (Identifikasi Perbuatan dalam

Hukum Ashal), ada beberapa prosedur./tata cara untuk

menggali kecocokan antara Al-Ashlu dan Al-Far’u nantinya.

Adapun tata caranya ialah sebagai berikut.

1) As-sibru (ر�(السي11 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat: Khitbah, Nikah, danTalaK, (Jakarta: AMZAH), hlm. 177.

23

Sibru adalah penelitian dan pengujian yang

dilakukan mujtahid terhadap beberapa sifat yang

terdapat dalam suatu hukum. Apakah sifat tersebut layak

dijadikan illat hukum atau tidak.

Adapun sifat-sifat Al-Ashlu yang berkaitan dengan mahar

berupa cincin ialah:

a) Bendaa

b) Bernilai

c) Dapat dikuasai

d) Dapat disimpan

e) Dapat dipergunakan

2) At-taqsim (م ست� ق� (الي�Al-taqsim adalah upaya mujtahid dalam membatasi

illat pada satu sifat dari beberapa sifat terkandung

oleh suatu nash. Adapun pembagian dari At-taqsim

sendiri ialah:

a) Mundhobith (Terang dan bisa diukur)

Benda

Dapat disimpan

Dapat dipergunakan

b) Ghoriu Mundhobith (Tidak terang dan tidak bisa

diukur)

Bernilai

24

Dapat dikuasai

3) Tanqihul Manat (اط ح المي� ي� ق� ي� Wت)Menyeleksi sifat yang menjadi sandaran. Yaitu

upaya mujtahid dalam menentukan illat yang jelas dari

berbagai sifat yang dijadikan illat oleh syar`i dan

membuang illat yang tidak jelas.

a) Benda

b) Dapat disimpan

c) Dapat dipergunakan

4) Tahqiqul Manat (اط ق� المي� ن� حق� (ت�Yakni memilih-milih illat yang paling jelas dari

bermacam-macam illat yang ada.

a) Benda

5) Illatul Far’i (ف�رعلة� الع)Berdasarkan data tentang transplantasi organ

(jantung), maka didapati bahwa organ (jantung) adalah:

a) Benda

Karena organ adalah kumpulan berbagai

jaringan berbeda yang tersusun dalam struktur-

struktur dengan batas dan bentuk yang jelas dan

jaringan adalah kumpulan sel yang serupa dan

25

mempunyai fungsi yang sama yang terorganisasi

menjadi lembar-lembar atau berkas-berkas longgar,

maka jelas bahwa organ dan jaringan berupa benda.

6) Ilhaq ( (الحاق�Maka yang dapat menjadi illat hukum adalah sifat yang

terdapat pada transplant (organ) yaitu benda. Berdasarkan

penentuan illat dengan menggunakan ta’lilul hukmi, maka

yang dikatakan sebagai illat yang paling unggul adalah

“benda”.

Sedangkan dalam illatul far’I, terdapat illat yang

serupa dengan illat yang ada pada ashal, yakni berupa

“benda”.

Dengan demikian, pada permasalahan mahar organ

tubuh ada keserupaan antara cincin (dari besi) dengan

organ tubuh berupa jantung (dari orang yang telah

meninggal), yakni serupa dalam hal kebendaan.

26

27

BAB V

KESIMPULAN

Dalam pembahasan ini, yakni mahar berupa organ jantung. Kami

sebagai peneliti (mujtahid), tidak menemukan secara rinci dalil

syar’i yang menjelaskan tentang hal tersebut. sehingga dari sana

kami menggali hukum tentang mahar organ jantung dengan

menggunakan manhaj qiyas, yakni menyamakan sesuatu yang belum ada

nashnya dengan sesuatu yang sudah ada nashnya baik itu berupa Al-

Qur’an maupun As-Sunnah.

Berkenaan dengan mahar organ jantung, kami mengqiyaskannya

dengan salah satu hadits nabi yang berbunyi:

د ب}� د نY ح م م ات� ح� �ؤ ت ول Yج و ر~ ي�“Kawinlah engkau sekalipun dengan maskawin cincin dari besi”. (HR.

Bukhori)

Dari sana, kami mencoba mengqiyaskan antara jantung dan

cincin (besi), dan hasil dari istimbath hukum tersebut dirinci

kedalam tabel berikut ini:

MAHAR ORGAN JANTUNG

صل الا� الف�رع28

م ات� ح� �المهر ت(mahar berupa cincin)

ق� ن� أعس! �المهر ب(mahar berupa jantung)

صل حكم الا�

اج( �)ميصل ل حكم الا� علي� ت�

ر �السي Benda

Bernilai

Dapat dikuasai

Dapat disimpan

Dapat dipergunakan

م ست� ق� الي�a)ط �ب ض� مب�

Benda

Dapat disimpan

Dapat dipergunakan

b)ط �ب ض� ر مب� ي� غ�

29

Bernilai

Dapat dikuasai

اط ح المي� ي� ق� ي� Wت

Benda

Dapat disimpan

Dapat dipergunakan

اط ق� المي� ن� حق� ت�

Benda

علة� الف�رع Benda

Dengan demikian, organ tubuh manusia adalah layak dijadikan

mahar pernikahan dengan pendekatan qiyas. Dan hukumnya

mubah/boleh.

DAFTAR PUSTAKA

30

Abdurrahman, Asjmuni dalam Fathurrahman Djamil. Metode Ijtihad

Majlis Tarjih Muhammadiyah. Jakarta: Logos Publishing

House. 1995.

Ali, Wendra. Bunga Rampai Ilmu Kedokteran. Jakarta: Binarupa

Aksara. 1994.

Azzam, Abdul Aziz Muhammad dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas.

Fiqh Munakahat: Khitbah, Nikah, dan TalaK. Jakarta: AMZAH.

Hakim, Abdul Hamid. Mabadi Awaliyah. Jakarta: Maktabah

Sa’adiyah Putera. 2008.

Hasyiyah Asy-Syaerqawi ‘ada Syarh At- Tahrir. juz 2 dan Mughni Al-Muhtaj.

juz 3.

Khallaf, Abdul Wahab. ilmu ushul al-fiqh. Kairo: dar al-hadits.

2003.

Patricia Soetjipto. Transplantasi Organ Manusia. Jakarta:

Universitas Indonesia. 2010.

T, Chuzaimah dan Yanggo dan Hafiz Ansary. Problematika Hukum

Islam Kontemporer.

Umar, Hasbi. Nalar Fiqh Kontemporer. Jakarta: Gaung Persada

Perss. 2007.

Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Transplantasi.31

Zahrah, Muhammad Abu. ushul fiqh. terj. Saefullah ma’sum dkk.

Jakarta: Pustaka Firdaus. 2008.

Zuhaili, Wahbah. usul al-fiqh al-islamiy. Damaskus: Dar Al-Fikr.

1996.

http://www.cancer.org/docroot/ETO/content/

ETO_1_4X_The_Transplant_Process.asp?sitearea=ETO.

32


Recommended