Date post: | 24-Feb-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | uin-malang |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dibidang ilmu pengetahuan berkembang
sangat pesat. Salah satunya adalah dibidang kedokteran,
yakni penemuan teknik transplantasi organ. Transplantasi
termasuk inovasi alternatif dalam dunia kedokteran modern
yang semakin marak dan menjadi sebuah tantangan medis, baik
dari upaya pengembangan maupun ramainya polemik yang
menyangkut hukum, khususnya hukum syari’ah Islam. Karena
adanya rasa ingin tahu tentang hukum transplantasi organ
jika dijadikan mahar dalam pernikahan.
Salah satu tujuan agama Islam diturunkan oleh Allah
sebagai petunjuk bagi manusia. Setiap ayat dan perintah
hukum yang dikandungnya memliki tujuan dan hikmah
tersendiri, untuk kemaslahatan manusia. Disyari’atkanya
suatu hukum tentu memiliki tujuan dan maslahat yang
dikehendaki oleh syar’i, karena Allah tidak mensyariatkan
hukum kecuali untuk kemaslahatan hamba-Nya, yaitu untuk
sebuah tatanan kehidupan bagi umat-Nya baik di dunia maupun
akhirat. Hal tersebut senada dengan apa yang diungkapkan
Asy-Syatibi bahwa Allah tidak mungkin membebankan hukum yang
tidak bisa dipikul oleh hamba-Nya.
1
Namun seperti yang kita sadari, hukum apapun yang ada
didunia ini tidak bisa untuk tidak berkembang mengingat
hampir semua segala sesuatu yang ada di dunia terus
berkembang, misalnya saja kebutuhan manusia yang terus
berkembang, jika zaman dahulu manusia tidak hanya memerlukan
kuda untuk bepergian jauh maka saat ini manusia membutuhkan
lebih dari kuda, misalnya mobil. Manusia yang hidup di zaman
sekarang ini, adalah manusia yang hidup di zaman modern atau
kontemporer (kekinian).
Dunia modern memiliki ciri-ciri khas antara lain
berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan Teknologi,
perkembangan-perkembangan diatas banyak melahirkan penemuan-
penemuan revolusioner diberbagai bidang kehidupan yang
mewarnai kehidupan manusia. salah satunya adalah
transplantasi organ tubuh yang membawa perubahan besar di
bidang kesehatan. Banyak manusia yang terselamatkan hidupnya
karena melakukan transplantasi.
Transplantasi adalah rangkaian tindakan medis untuk
memindahkan organ atau jaringan tubuh yang berasal dari
tubuh oranng lain atau tubuhnya sendiri dalam rangka
pegobatan untuk menggantikan organ atau jaringan tubuh yang
tidak berfungsi dengan baik. Di zaman ini transplantasi
sudah menjadi hal yang biasa, mengingat perkembangan ilnu
pengetahuan dan Teknologi.
B. Rumusan Masalah
2
Pokok permasalahan dalam makalah ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Apakah organ tubuh berupa jantung dapat dijadikan mahar
menurut hukum Islam?
2. Manhaj apa yang dapat digunakan dalam mengistinbathkan
hal di atas?
3. Bagaimana proses istinbathnya?
4. Bagaimana kesimpulan hukumnya atau hasil istinbath
tersebut?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk
mendeskripsikan segala ruang lingkup mahar organ tubuh
beserta masalah-masalahnya. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk mengetahui dan menentukan manhaj apa yang
digunakan sebagai metode untuk menemukan hukum yang terkait
dengan pembahasan ini sehingga hukum dari permasalahan
tersebut dapat diketahui.
D. Metode Penelitian
Pembahasan dilakukan dengan menggunakan metode verifikatif,
dengan cara mengetahui dan mempelajari transplantasi,
transplant dan hal-hal lain yang terkait yang telah didata
kemudian dihubungkan dengan hukum mahar Islam dengan teori-
teori ushul fikih dalam hal ini menerapkan manhaj qiyas,
kemudian ditetapkan hasilnya.
3
BAB II
DESKRIPSI JANTUNG
A. Definisi Jantung
Jantung adalah sebuah rongga berotot yang memompa darah
ke pembuluh darah dengan berirama yang berulang yang
terletak di pusat dada. Bagian kanan dan kiri jantung masing
masing memiliki ruang sebelah atas (atrium) yang
mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang
mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir dalam satu
arah, maka ventrikel memiliki satu katup pada jalan masuk
dan satu katup pada jalan keluar.
B. Fungsi Jantung
Diantara fungsi jantung ialah sebagai berikut:
1. Menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan membersihkan
tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Jantung
melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah
yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan
memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan
mengambil oksigen dan membuang karbondioksida; jantung
kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari
paru-paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.
2. Memompa darah ke seluruh tubuh dan menampungnya kembali
setelah dibersihkan organ paru-paru. Hal ini berarti
4
bahwa fungsi jantung manusia adalah sebagai alat atau
organ pemompa darah pada manusia. Pada saat itu jantung
menyediakan oksigen darah yang cukup dan dialirkan ke
seluruh tubuh, serta membersihkan tubuh darih hasil
metabolisme (karbondioksida). Sehingga untuk
melaksanakan fungsi tersebut jantung mengumpulkan darah
yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan
selanjutnya memompanya ke paru-paru, dengan cara darah
pada jantung mengambil oksigen dan membuang
karbondioksida. Pada jantung darah yang kaya akan
oksigen yang berasal dari paru-paru dipompa ke jaringan
seluruh tubuh manusia.
C. Transplantasi Jantung
Transplantasi jantung adalah bedah cangkok jantung
dimana mengganti jantung pasien yang menderita penyakit
jantung serius dan tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
dan pembedahan lainnnya dengan jantung yang baru. Prosedur
yang paling umum adalah mengambil jantung dari donor organ
yang telah meninggal dan diimplan ke pasien. Transplantasi
jantung pertama kali dilakukan pada tahun 1967 oleh seorang
Dokter Bedah Jantung di Afrika Selatan bernama Christiaan
Barnard kepada pasiennya Louis Washkansky.
Terdapat 2 prosedur dalam transplantasi jantung, antara lain
yaitu:
1. Prosedur Orthotopic
5
Prosedur Orthotopic diawali dengan melakukan
“Sternotomy median” atau pembuatan sayatan garis vertical
disepanjang tulang dada. Setelah itu Selaput Jantung
dibuka dan dipasangkan dengan “Cardiopulmonary bypass”
yang merupakan mesin yang digunakan untuk mengambil
alih fungsi jantung dan paru-paru selama operasi, hal
ini dilakukan untuk menjaga sirkulasi darah dan
kandungan oksigen dalam tubuh. Kemudian Jantung Pasien
dipotong pada bagian pembulu darah dan sebagian lagi di
bagian Atrium kiri.
Jantung Donor kemudian di pangkas agar sesuai
dengan atrium yang tersisa dan pembuluh darah pada
Pasien. Jantung Donor kemudian di jahit pada atrium dan
pada pembuluh darah. Kemudian “Cardiopulmonary bypass”
dilepaskan dari selaput jantung dan rongga dada
ditutup.
2. Prosedur Heterotopic
Dalam Prosedur Heterotopic jantung pasien tidak
akan di ambil sebelum jantung donor terpasang. Hal ini
dilakukan karena pada prosedur ini tidak menggunakan
“Cardiopulmonary bypass”. Jantung baru diposisikan dengan
ruang dan pembuluh darah sehingga kedua jantung dapat
dihubungkan membentuk “jantung ganda”. Hal tersebut
dapat membuat Jantung pasien untuk dipulihkan dan jika
jantung donor mengalami penolakan dapat diangkat.
6
Pasca Operasi, pasien akan masuk dibawa masuk
kedalam ruang ICU dan direhab selama 1-2 minggu dibawah
pengawasan dokter. Selain itu pasien juga akan diberi
obat immunosupresan yang merupakan obat untuk
menghindari penolakan tubuh terhadap jantung baru.
Pasien dalam waktu 55 hari akan melakukan tes ekspresi
gen darah yang di kenal “Ekspresi Pengujian AlloMap
Molekuler”.
Adapun tujuan dari transplantasi jantung adalah:
Menyelamatkan jiwa orang lain melalui mendonorkan
organ adalah tujuan yang mulia. Rendahnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya mendonorkan organ, adanya
pandangan tertentu dari agama/kepercayaan yang
menyebabkan masyarakat enggan untuk mendonorkan karena
takut melanggar kaidah agamanya menyebabkan angka
pendonor di Indonesia sangat rendah.
Jika arti transplantasi adalah pemindahan jaringan dari
tempat satu ke tempat lain, tentu bukan sekedar memindahkan
saja tanpa maksud dan tujuan. Indikasi utama dalam melakukan
transplantasi organ adalah ikhtiar akhir pengobatan suatu
organ, setelah semua ikhtiar pengobatan lainnya telah
dilakukan tapi mengalami kegagalan. Dari pernyataan ini
dapat diambil pengertian bahwa tindakan melakukan
transplantasi termasuk ikhtiar manusia untuk mengadakan
pengobatan.7
Dapat kita pastikan bahwa tujuan pengobatan adalah
mencari kesembuhan dari suatu penyakit. Sehingga yang
sebelumnya organ tubuh tidak sempurna menjadi sempurna, yang
sebelumnya tidak berfungsi menjadi berfungsi, atau yang
sebelumnya tidak memiliki organ tubuh menjadi memiliki.
Tujuan lain dari transplantasi adalah pemulihan kembali
fungsi satu organ jaringan atau sel yang telah rusak atau
mengalami kelainan tapi sama sekali tidak terjadi kesakitan
biologis.1 Tujuan utama dari transplantasi organ tubuh
adalah bersifat kemanusiaan, menghindarkan suatu kematian
yang diduga akan terjadi jika tidak dilakukan transplantasi
dan melepaskan derita kesakitan atau kelainan biologis.
Sesuai dengan Pasal 33 Undang-undang kesehatan No 23 Tahun
1992 yang menerangkan bahwa:
a) Dalam penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
dapat dilakukan transplantasi organ atau jaringan
tubuh, tranfusi darah, implan obat atau alat
kesehatan, serta bedah plastik dan rekonstruksi.
b) Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh serta
transfusi darah sebagaimana dimaksud dalam ayat1
dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang
untuk tujuan komersil.2
1 Chuzaimah T, Yanggo dan Hafiz Ansary, Problematika Hukum Islam Kontemporer, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), hlm. 722 Undang-Undang No 23 Tahun 1992 tentang Transplantasi.
8
Adapun dampak positif dan negatif dari transplantasi
tersebut ialah:
1. Dampak Positif
Kelebihan operasi transplantasi jantung ialah
mengurangi resiko gagal jangtung yang diakibatkan
kerusakan jantung, dengan digantinya jantung pasien
dengan jantung donor yang sehat akan mengurangi resiko
gagal jantung dan penyakit akut lainnya walaupun tidak
menutup kemungkinan bahwa tubuh akan menolak jantung
baru yang bisa menimbulkan penyakit-penyakit baru.
Jika dilihat dari fungsi dan manfaatnya
transplantasi organ dapat dikategorikan sebagai ‘life
saving’. Live saving maksudnya adalah dengan
dilakukannya transplantasi diharapkan bisa
memperpanjang jangka waktu seseorang untuk bertahan
dari penyakit yang dideritanya. Sehingga menjadi suatu
perbuatan yang mulia apabila bisa menyelamatkan nyawa
seseorang.
2. Dampak Negatif
Dampak yang bisa terjadi setelah operasi, mulai
dari infeksi, aterosklerosis, sepsis, penolakan organ,
serta efek samping dari obat immunosupresan. Selain
itu terdapat beberapa penyakit yang bisa timbul pasca
operasi, antara lain:
9
a) Kemungkinan terjadinya penolakan oleh tubuh
resipien (hyperacute, acute or chronic)
Meskipun jenis HLA agak mirip, tetapi
jika system kekebalan resipien tidak
dikendalikan, maka organ yang dicangkokkan
biasanya ditolak. Penolakan biasanya terjadi
segera setelah organ dicangkokkan, tetapi
mungkin juga baru tampak beberapa minggu
bahkan beberapa bulan kemudian. Penolakan
bisa bersifat ringan dan mudah ditekan atau
mungkin juga sifatnya berat dan progresif
meskipun telah dilakukan pengobatan.
Penolakan tidak hanya dapat merusak jaringan
maupun organ yang dicangkokkan tetapi juga
bisa menyebabkan demam, menggigil, mual, lelah
dan perubahan tekanan darah yang terjadi secara
tiba-tiba. Penemuan obat-obatan yang dapat
menekan sistem kekebalan telah meningkatkan
angka keberhasilan pencangkokkan. Tetapi obat
tersebut juga memiliki resiko. Pada saat obat
menekan reaksi sistem kekebalan terhadap
organ yang dicangkokkan, obat juga
menghalangi perlawanan infeksi dan
penghancuran benda asing lainnya oleh sistem
kekebalan. Penekanan sistem kekebalan yang
intensif biasanya hanya perlu dilakukan pada
10
minggu-minggu pertama setelah pencangkokkan
atau jika terlihat tanda-tanda penolakan.
b) Kematian.
Akibat penekanan anti penolakan maka
menyebakan penurunan kekebalan tubuh yang
berakibat dapat masuknya kuman ke dalam tubuh
sehingga dapat menimbulkan komplikasi hingga
berakibat kematian.
c) Aspek Ekonomi
Dari Aspek Ekonomi, Transplantasi Jantung
membutuhkan biaya yang besar pada tahun pertama
(Semua termasuk obat, operasi, rawat inap, dan
pengujian laboratorium) sebesar US$ 787.700 pada
tahun 2008.
Dampak lainnya ialah sebagai berikut:
Gangguan Ginjal, Paru-paru, dan hati
Meningkatnya resiko diabetes
Penyakit pembuluh darah dari arteri leher hingga kaki
Meningkatnya resistensi vaskuler paru
Meningkatnya resiko Tromboemboli atau pembekuan darah
D. Kematian Menurut Medis
Karena pembahasan ini berkaitan dengan mahar organ
jantung yang berasal dari orang yang telah meninggal, maka11
kiranya dibahas pula pembahasan mengenai kematian yang mana
berprestifkan medis.
Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan
dengan kematian) dan logos (ilmu). Tanatologi adalah bagian
dari Ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari hal-hal yang
berkaitan dengan kematian yaitu definisi atau batasan mati,
perubahan yang terjadi pada tubuh setelah terjadi kematian
dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut
(Idries, 1997). Mati menurut ilmu kedokteran didefinisikan
sebagai berhentinya fungsi sirkulasi dan respirasi secara
permanen (mati klinis). Dengan adanya perkembangan teknologi
ada alat yang bisa menggantikan fungsi sirkulasi dan
respirasi secara buatan. Oleh karena itu definisi kematian
berkembang menjadi kematian batang otak. Brain death is death.
Mati adalah kematian batang otak.
Secara klinis, seseorang dinyatakan mati otak jika semua
keadaan berikut ditemukan:
1) Tidak ada respirasi spontan (tidak dapat menghirup
napas sendiri).
2) Pupil dilatasi dan terfiksir (mata midriasis, tidak ada
reaksi terhadap cahaya).
3) Tidak ada respon terhadap stimulus noksius (rangsang
nyeri tidak disertai kedipan mata, tanpa mimik
meringis, tanpa gerakan anggota tubuh manapun).
12
4) Semua anggota tungkai flaksid (tidak ada pergerakan,
tanpa tonus otot dan hilangnya aktivitas refleks pada
tangan ataupun kaki).
5) Mati Otak, diartikan sebagai berhentinya semua fungsi
otak secara total dan ireversibel termasuk batang otak.
Awalnya kematian didefenisikan oleh para dokter sebagai
berhentinya denyut jantung dan respirasi secara
permanen (mati somatik). Perkembangan dalam resusitasi
telah menyebabkan defenisi kematian terpaksa ditinjau
kembali. Perkembangan medis misalnya ventilator,
peralatan dialisis dan infus obat yang mendukung
sirkulasi seringkali menopang pasien yang sedang kritis
untuk dapat bertahan hidup secara somatik walaupun
secara fisiologis telah terjadi mati otak. Dengan
adanya kriteria kematian otak, seseorang dapat
ditetapkan meninggal secara sah atau legal, bahkan jika
jantung masih terus berdenyut oleh bantuan alat
pendukung kehidupan.
Tidak ada tanda-tanda aktivitas batang otak, ciri-
cirinya ialah:
a) Bola mata terfiksasi dalam orbita.
b) Tidak ada refleks kornea.
c) Tidak ada respon terhadap tes-tes kalori.
d) Tidak ada refleks muntah atau batuk
13
BAB III
AL-MANHAJ AL-MUSTAKHDAM
Dalam menghadapi permasalahan-permasalahan kontemporer
yang membutuhkan solusi tentang hal-hal yang tidak menyangkut
ibadah mahdhah (seperti sholat, puasa, zakat dan haji) yang
tidak terdapat nash sharih di dalam Quran dan Hadis, maka
digunakanlah jalan ijtihad dengan istinbath al hukmi dari
nash-nash yang ada melalui persamaan illat, sebagaimana yang
dilakukan oleh ulama-ulama salaf dan kholaf, dan bisa juga
melalui ijtihad birra’yi (dengan menggunakan hasil pemikiran)
seperti istihsan, maslahah mursalah dan lainnya.3
Dalam metode pengambilan hukum berkaitan dengan mahar
yang berupa organ tubuh, kami menggunakan manhaj qiyas karena
tidak adanya dalil syar’I yang berkaitan langsung dengan hal
tersebut baik di dalam Al-Qur’an maupun di dalam hadits-hadits
Nabi Muhammad SAW.
A. Qiyas
Secara etimologis, qiyas berarti mengira-ngirakan atau
menyamakan. Sedangkan secara terminologis, menurut
ulama ushul fiqh, qiyas adalah menyamakan sesuatu yang tidak ada
3 Asjmuni Abdurrahman, dalam Fathurrahman Djamil, Metode Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah, (Jakarta: Logos Publishing House, 1995), hlm. 41-42.
14
nas hukumnya dengan sesuatu yang ada nas hukumnya karena
adanya persamaan ilat hukum.4
Abdul Hamid Hakim menyebutkan,5
هما ن� ي� علم المساوة� ب� ر لي� خ� أ� �ء ب ي� ي$�ر الش! د ق� ة� ت� اس لغ� ي� الق�
“Qiyas secara bahasa ialah mengukur sesuatu dengan yang lain untuk
diketahui persamaan diantara keduanya”
علة� �اس اصطلاحا رد الف�رع الى الاصل ت ي� ي الحكمالق� معهما ف� �ج ت�
“Qiyas secara istilah ialah mengembalikan far’u kepada ashal karena illat
yang berkumpul pada keduanya dalam suatu hukum”
Dari definisi di atas dipahami bahwa qiyas ialah
mengembalikan far’u yang tidak ada nashnya kepada ashal yang
telah jelas nashnya dalam suatu hukum karena ada kesamaan
illat, dan maksud manhaj qiyas adalah dengan menggunakan
metode qiyas.
B. Kehujjahan Qiyas
Ayat an-nisa’ : 59
4 Muhammad Abu Zahrah, ushul fiqh, terj. Saefullah ma’sum dkk, cet. Ke-xi, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008), hlm. 336.5 Abdul Hamid Hakim, Mabadi Awaliyah, (Jakarta: Maktabah Sa’adiyah Putera), hlm. 18.
15
ول س لى اهلل والر Pوة ا �رد ء ف ي� ي� ش! م ف� ت� ع ار� ي� Wت Yن Pا م ف� ك ي� مر م ولى� الا� ول وا� س عوا الر ي� ط عوا اهلل وا� ي� ط وا ا� ن� م dا Yن ي$� د� ها ال �iي أ ا� ب�لا - �iب و أ� سنY ب� ح ر وا� ي� كr خ� ل ر د� خ� dوم الا ن� أهلل وال �ونY ب ن� م ؤ� م ت� ت� ي� نY ك P٥٩ا -
Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Muhammad), dan Ulul Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu.
Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah kepada Allah (al-Quran) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Ayat tersebut adalah menjadi dasar hukum qiyas, sebab
maksud dari ungkapan “kembali kepada Allah dan Rasul” (dalam
masalah khilafiah), tiada lain adalah perintah supaya
menyelidiki tanda-tanda kecenderungan, apa sesungguhnya yang
dikehendaki Allah dan Rasulnya. Hal ini dapat diperoleh
melalui pencarian illat hukum yang merupakan tahapan dalam
melakukan qiyas.6
C. Rukun-rukun Qiyas
1) Al-far’
Secara etimologis far’ berarti cabang. Sedangkan
dalam konteks qiyas, far’diartikan sebagai kasus yang
ingin diserupakan ashl karena tidak adanya nas yang
jelas menyebutkan hukumnya. Maka dari itu, far’ akan
diproses untuk disamakan dengan ashl.7 6 Muhammad Abu Zahrah,...hlm.341.7 Abdul Wahab khallaf,...hlm. 53.
16
2) Al-Ashl
Ashl secara bahasa adalah asal, dasar, sumber, dan
pangkal. Sedangkan secara istilah adalah kasus lama
yang dijadikan obyek penyerupaan atau kasus yang sudah
ada ketetapan hukumnya secara tekstual dalam nas
maupun ijma’.8
3) Hukum ashl
Hukum ashl adalah hukum syara’ yang pada asal
berdasar pada legistimasi nas. Adapun setelah proses
pengqiyasan, lalu ditemukan hukum bagi far’, maka
hukum far’ ini bukanlah merupakan salah satu rukun dari
rukun-rukun qiyas. Hukum far’ hanyalah buah hasil dari
proses qiyas. Akan tetapi menurut imam al-Isnawi,
hukum far’ juga merupakan salah satu
rukun qiyas. Sedangkan yang dimaksud dengan buah
dari qiyas adalah pengertian akan hukum far’ tersebut.9
4) Al-Illah
Menurut arti bahasa, illat diartikan
sebagai hujjah atau alasan. Sedang secara
terminologis, illat adalah sifat yang menjadi landasan
hukum ashl. Karena konsekuensi dari illat adalah penetapan
hukum, oleh karenanya ia harus jelas dan dapat
8 Abdul Wahab Khallaf, ilmu ushul al-fiqh, (kairo: dar al-hadits, 2003), hlm. 53.9 Wahbah zuhaili, usul al-fiqh al-islamiy, (Damaskus: Dar Al-Fikr, 1996), hlm. 606.
17
dimengerti dan diketahui batasan-batasannya.
Terkadang illat juga disebut sebagai sebab.10
Cara-cara mengetahui illat ada tiga, yaitu:
1) Dengan Nash
Apabila nash-nash Quran atau Hadis telah menunjuk
bahwa illat hukumnya adalah sifat yang disebut nash-
nash itu sendiri , maka sifat yang disebut itulah yang
menjadi illat hukumnya
2) Dengan Ijma’
Apabila para mujtahid dalam suatu masa telah
sepakat bahwa yang menjadi illat suatu hukum syara’
ialah suatu sifat, maka sifat itu ditetapkan menjadi
illat bagi suatu hukum tersebut secara ijma’.
3) Dengan as-Sabru wat-Taqsim (meneliti dan memisah-misahkan)
Apabila ada suatu kejadian hukum dan tidak
didapati nash atau ijma yang menunjukkan illatnya, maka
para mujtahid menempuh jalan as-Sabru wat-Taqsim, yakni
meneliti sifat-sifat yang terdapat pada kejadian itu
10 Abdul Wahab khallaf,...hlm. 56.
18
dan memilih diantara sifat-sifat yang ada yang patut
dijadikan illat hukum.
Prosesnya dengan mencari semua sifat-sifat yang
terdapat pada pokok, kemudian menggugurkan sifat-sifat yang
tidak layak dijadikan illat. Selanjutnya disimpulkan.
19
BAB IV
ISTIMBATH HUKUM
Dalam penggunaan metode qiyas, harus dipenuhi beberapa
syarat. Yakni; Al-far’u, Al-ashlu, Hukmul Ashli, dan Illat.
Sedangkan proses istimbathnya ialah sebagai berikut.
A. Al-Far’u (ف�رءال)Dalam Al-Far’u, tidak ada dalil hukum yang menjelaskan
langsung tentang hukum dalam Al-Far’u tersebut maka
disamakanlah Al-Far’u tersebut dengan sesuatu yang telah ada
hukumnya dalam Nash (Al-Ashlu). Al-Far’u dalam pembahasan
ini adalah masalah mahar organ jantung (dari orang yang
telah meninggal).
B. Al-Ashlu (لص (الا�Sebagaimana Permasalahan di atas, maka permasalahan
mahar organ jantung, dikaitkan dengan sesuatu yang sudah ada
hukumnya dalam nash yaitu mahar cincin (dari besi). Karena pada
dasarnya sesuatu yang dijadikan mahar adalah harta atau
sesuatu yang bernilai di mata manusia.
Sebagaimana sabda Rasul SAW
20
د ب}� د نY ح م م ات� ح� �ؤ ت ول Yج و ر~ ي�“Kawinlah engkau sekalipun dengan maskawin cincin dari besi”. (HR.
Bukhori)
Hadits tersebut muncul berkenaan dengan adanya seorang
sahabat laki-laki yang ingin menikah namun tak mempunyai
harta yang banyak, maka muncullah hadits tersebut sebagai
jawaban dari permasalahan pemuda tersebut. Sehingga dari
hadits tersebut dijelaskan bolehnya mahar berupa cincin dari
besi.
C. Hukmul Ashli (لص (حكم الا�Yang dimaksud dengan hukum ashal ialah ketentuan yang
ada pada ashal, yang sudah ditetapkan melalui Quran atau
Hadis. Adapun dalil-dalil syara mengenai hukum Al-Ashlu
yang berupa mahar harta adalah sebagai berikut.
Dalil kewajiban mahar dari Al-Quran adalah firman Allah SWT:
لة� ح هنY ت� ن� د ق� ساء ص ؤا االن� ت$� وءاBerikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai
pemberian dengan penuh kerelaan. (QS. An-Nisa’:4).
Demikian juga firman Allah SWT:
21
ة� ض� ي$� �ر نY ف وره �نY اج ؤه ات� ئ� هنY ق� ن� ة م �م ب عت� مي� ت� ف�ما اسMaka istri-istri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka,
berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu
kewajiban. (QS. An-Nisa’:24)
Dalil disyariatkannya mahar juga ada pada beberapa hadits
Nabi SAW:
ة وسلم: ال رسول اللة صلي اللة علي� ق� نY ف� علي� ت� علي ت� �وح ر~ ارة� ي� �ر� ي ف ن� �ة� منY ت غة� انY امرا� ي� نY رت� �عنY عامر ي
ى( ة والي�رمد� �نY مأخ �ة )رواة احمد و اي ا ر� �ح ا� عم. ف� : ت� الت� ق� , ف� Yن علي� ي� �سكr ومألكr ت ق� ت� عنY ت� ي� رض� ا�“Dari ‘Amir bin Robi’ah: Sesungguhnya seorang perempuan dari Bani
Fazaroh kawin atas maskawin sepasang sandal. Rasulullah SAW. Lalu
bertanya kepada perempuan tersebut: Apakah engkau ridho dengan
maskawin sepasang sandal? Perempuan tersebut menjawab: Ya.
Rasulullah akhirnya meluluskannya”. (HR. Ahmad).
Juga sabda Rasulullah SAW:
د ب}� د نY ح م م ات� ح� �ؤ ت ول Yج و ر~ ي�“Kawinlah engkau sekalipun dengan maskawin cincin dari besi”. (HR.
Bukhori)
Hadits di atas menunjukkan kewajiban mahar sekalipun
sesuatu yang sedikit. Demikian juga tidak ada keterangan
22
dari Nabi SAW bahwa beliau meninggalkan mahar pada suatu
pernikahan. Andaikata mahar tidak wajib tentu Nabi SAW
pernah meninggalkannya walaupun sekali dalam hidupnya yang
menunjukkan tidak wajib. Akan tetapi beliau tidak pernah
meninggalkannya, hal ini menunjukkan kewajibannya.11
Fuqaha’ sepakat bahwa harta yang berharga dan maklum
patut dijadikan mahar. Oleh karena itu emas, perak, uang,
takaran, timbangan, uang kertas dan lain-lain sah dijadikan
mahar karena ia bernilai material dalam pandangan syara’.
Sebagaimana pula mereka sepakat bahwa sesuatu yang tidak ada
nilai material dalam pandangan syara’ tidak sah untuk
dijadikan mahar seperti babi, bangkai dan khamr.
Maka dari keterangan di atas, hukum mahar dalam
perkawinan adalah wajib sedangkan mahar yang berupa harta
dihukumi mubah/boleh karena tidak selamanya mahar berupa
harta, melainkan dapat pula berupa jasa.
D. Ta’lil Hukmil Ashli (لص ل حكم الا� علي� (ت�Dalam Ta’lil Hukmil Ashli (Identifikasi Perbuatan dalam
Hukum Ashal), ada beberapa prosedur./tata cara untuk
menggali kecocokan antara Al-Ashlu dan Al-Far’u nantinya.
Adapun tata caranya ialah sebagai berikut.
1) As-sibru (ر�(السي11 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat: Khitbah, Nikah, danTalaK, (Jakarta: AMZAH), hlm. 177.
23
Sibru adalah penelitian dan pengujian yang
dilakukan mujtahid terhadap beberapa sifat yang
terdapat dalam suatu hukum. Apakah sifat tersebut layak
dijadikan illat hukum atau tidak.
Adapun sifat-sifat Al-Ashlu yang berkaitan dengan mahar
berupa cincin ialah:
a) Bendaa
b) Bernilai
c) Dapat dikuasai
d) Dapat disimpan
e) Dapat dipergunakan
2) At-taqsim (م ست� ق� (الي�Al-taqsim adalah upaya mujtahid dalam membatasi
illat pada satu sifat dari beberapa sifat terkandung
oleh suatu nash. Adapun pembagian dari At-taqsim
sendiri ialah:
a) Mundhobith (Terang dan bisa diukur)
Benda
Dapat disimpan
Dapat dipergunakan
b) Ghoriu Mundhobith (Tidak terang dan tidak bisa
diukur)
Bernilai
24
Dapat dikuasai
3) Tanqihul Manat (اط ح المي� ي� ق� ي� Wت)Menyeleksi sifat yang menjadi sandaran. Yaitu
upaya mujtahid dalam menentukan illat yang jelas dari
berbagai sifat yang dijadikan illat oleh syar`i dan
membuang illat yang tidak jelas.
a) Benda
b) Dapat disimpan
c) Dapat dipergunakan
4) Tahqiqul Manat (اط ق� المي� ن� حق� (ت�Yakni memilih-milih illat yang paling jelas dari
bermacam-macam illat yang ada.
a) Benda
5) Illatul Far’i (ف�رعلة� الع)Berdasarkan data tentang transplantasi organ
(jantung), maka didapati bahwa organ (jantung) adalah:
a) Benda
Karena organ adalah kumpulan berbagai
jaringan berbeda yang tersusun dalam struktur-
struktur dengan batas dan bentuk yang jelas dan
jaringan adalah kumpulan sel yang serupa dan
25
mempunyai fungsi yang sama yang terorganisasi
menjadi lembar-lembar atau berkas-berkas longgar,
maka jelas bahwa organ dan jaringan berupa benda.
6) Ilhaq ( (الحاق�Maka yang dapat menjadi illat hukum adalah sifat yang
terdapat pada transplant (organ) yaitu benda. Berdasarkan
penentuan illat dengan menggunakan ta’lilul hukmi, maka
yang dikatakan sebagai illat yang paling unggul adalah
“benda”.
Sedangkan dalam illatul far’I, terdapat illat yang
serupa dengan illat yang ada pada ashal, yakni berupa
“benda”.
Dengan demikian, pada permasalahan mahar organ
tubuh ada keserupaan antara cincin (dari besi) dengan
organ tubuh berupa jantung (dari orang yang telah
meninggal), yakni serupa dalam hal kebendaan.
26
BAB V
KESIMPULAN
Dalam pembahasan ini, yakni mahar berupa organ jantung. Kami
sebagai peneliti (mujtahid), tidak menemukan secara rinci dalil
syar’i yang menjelaskan tentang hal tersebut. sehingga dari sana
kami menggali hukum tentang mahar organ jantung dengan
menggunakan manhaj qiyas, yakni menyamakan sesuatu yang belum ada
nashnya dengan sesuatu yang sudah ada nashnya baik itu berupa Al-
Qur’an maupun As-Sunnah.
Berkenaan dengan mahar organ jantung, kami mengqiyaskannya
dengan salah satu hadits nabi yang berbunyi:
د ب}� د نY ح م م ات� ح� �ؤ ت ول Yج و ر~ ي�“Kawinlah engkau sekalipun dengan maskawin cincin dari besi”. (HR.
Bukhori)
Dari sana, kami mencoba mengqiyaskan antara jantung dan
cincin (besi), dan hasil dari istimbath hukum tersebut dirinci
kedalam tabel berikut ini:
MAHAR ORGAN JANTUNG
صل الا� الف�رع28
م ات� ح� �المهر ت(mahar berupa cincin)
ق� ن� أعس! �المهر ب(mahar berupa jantung)
صل حكم الا�
اج( �)ميصل ل حكم الا� علي� ت�
ر �السي Benda
Bernilai
Dapat dikuasai
Dapat disimpan
Dapat dipergunakan
م ست� ق� الي�a)ط �ب ض� مب�
Benda
Dapat disimpan
Dapat dipergunakan
b)ط �ب ض� ر مب� ي� غ�
29
Bernilai
Dapat dikuasai
اط ح المي� ي� ق� ي� Wت
Benda
Dapat disimpan
Dapat dipergunakan
اط ق� المي� ن� حق� ت�
Benda
علة� الف�رع Benda
Dengan demikian, organ tubuh manusia adalah layak dijadikan
mahar pernikahan dengan pendekatan qiyas. Dan hukumnya
mubah/boleh.
DAFTAR PUSTAKA
30
Abdurrahman, Asjmuni dalam Fathurrahman Djamil. Metode Ijtihad
Majlis Tarjih Muhammadiyah. Jakarta: Logos Publishing
House. 1995.
Ali, Wendra. Bunga Rampai Ilmu Kedokteran. Jakarta: Binarupa
Aksara. 1994.
Azzam, Abdul Aziz Muhammad dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas.
Fiqh Munakahat: Khitbah, Nikah, dan TalaK. Jakarta: AMZAH.
Hakim, Abdul Hamid. Mabadi Awaliyah. Jakarta: Maktabah
Sa’adiyah Putera. 2008.
Hasyiyah Asy-Syaerqawi ‘ada Syarh At- Tahrir. juz 2 dan Mughni Al-Muhtaj.
juz 3.
Khallaf, Abdul Wahab. ilmu ushul al-fiqh. Kairo: dar al-hadits.
2003.
Patricia Soetjipto. Transplantasi Organ Manusia. Jakarta:
Universitas Indonesia. 2010.
T, Chuzaimah dan Yanggo dan Hafiz Ansary. Problematika Hukum
Islam Kontemporer.
Umar, Hasbi. Nalar Fiqh Kontemporer. Jakarta: Gaung Persada
Perss. 2007.
Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Transplantasi.31
Zahrah, Muhammad Abu. ushul fiqh. terj. Saefullah ma’sum dkk.
Jakarta: Pustaka Firdaus. 2008.
Zuhaili, Wahbah. usul al-fiqh al-islamiy. Damaskus: Dar Al-Fikr.
1996.
http://www.cancer.org/docroot/ETO/content/
ETO_1_4X_The_Transplant_Process.asp?sitearea=ETO.
32