Fakultas Matematika dan Ilmu PengetahuanAlam
Universitas Riau2012/2013
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas berkat dan Rahmat yang dilimpahkan-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini, yang
dilanjutkan guna menyelesaikan tugas pada mata kuliah
Kimia Dasar II. Dengan judul “Aki dan Sel Bahan Bakar”
Dalam penyusunan makalah ini saya banyak menghadapi
kesulitan tetapi berkat bimbingan, pengarahan dan bantuan
dari semua pihak, makalah ini dapat diselesaikan.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa kliping ini belum
sempurna, untuk itu saya mengharapkan kritikan dan saran
yang sifatnya membangun. Semoga kliping ini bermanfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan.
Pekanbau, Mei 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………… i
DAFTAR ISI ………...………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ………………………………….... 1
1.2. Tujuan Penulisan Makalah ………………………..
2
1.3. Manfaat ……………...………….………………... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Aki Primer ………...…………………….……….. 2
2.2. Aki Sekunder ……………..……………………… 7
2.3.Sel Bahan Bakar ………………………………..... 14
BAB III TINJAUAN KASUS …………………………………… 18
DAFTAR PUSTAKA ………………………………….………..…… 25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Elektrokimia sel galvani memberikan banyak
aplikasi di industri dan dalam kehidupan sehari-
hari. Dalam makalah ini akan difokuskan pada dua hal
yaitu aki untuk menyimpan energi dan sel bahan bakar
untuk mengubah energi kimia menjadi energi listrik.
Asal mula aki tidak diketahui, tetapi dipercaya
bahwa seniman Persia telah mengunakan beberapa betuk
aki untuk melapis perhiasan dengan emas sejak abad
kedua sebelum masehi. Pengembangan aki yang modern
dimulai oleh Alessandro Volta pada tahun 1800. Volta
mebuat tumpukan piringan seng dan perak yang
berselang-seling, yang diantaranya diselipkan
piringan kertas yang jenuh akan larutan garam.
Sistem ini menghasilkan selisih potensial pada
ujungnya yang dapat menyebabkan aliran listrik jika
tumpukan berisi piringan yang cukup.
Dalam penemuan Volta, sel galvani dalam jumlah
besar disusun secara seri (katoda ke anoda) sehingga
tegangan masing-masing saling menambahkan.
Sebenarnya penyusunan seperti ini adalah sebuat sel
aki, tetapi penggunaan yang modern tidak membedakan
antara sel tunggal dan batrai volta, dan kata “aki”
berarti sel itu sendiri. Sel yang dibuang bila
energi listriknya telah habis disebut sel primer,
dan yang dapat diisi ulang disebut sel sekunder.
Sel bahan bakar atau fuel cell merupakan bagian
dari sel sekunder yang dapat mengubah energi kimia
menjadi energi listrik secara kontinu. Pada sebuah
baterai biasa, jika bahan bakar atau fuel dan oksigen
baterai habis, maka baterai tersebut harus diganti,
sementara sel bahan bakar dapat dipakai secara
kontinu . Pada sel bahan bakar energi yang
dihasilkan langsung menjadi energi listrik, berbeda
dengan mesin yang memerlukan bahan bakar untuk
mengubah energi kimia menjadi energi mekanik.
Berbagai keunggulan dari sel bahan bakar akan
dibahas dalam makalah ini.
1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu agar kita dapat lebih
memahami mengenai elektrokimia khusunya dalam
pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari, salah
satunya yaitu pada aki dan sel bahan bakar yang
sering dijumpai pada kehidupan sehari-hari.
1.3 Manfaat
Melalui makalah ini kita dapat memahami salah satu
bagian dari elektrokimia yaitu sel galvani atau sel
volta, terkhusus pada pengklasifikasiannya yaitu
pada sel primer dan sel sekunder. Terutama dalam
pengaplikasian berbagai macam jenis-jenis dari sel
tersebut tehadap industri dan kehidupan sehari-hari,
seperti pada baterai, aki dan sel bahan bakar,
sehingga kita dapat mengetahui secara men-detail
mengenai pengaplikasian sel-sel tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
Elektrokimia adalah kajian reaksi redoks yang
dilaksanakan sedemikian sehingga dalam sitem itu terdapat
potensial listrik yang dapat diukur. Dalam sebuah sel
volta, suatu reaksi redoks spontan membangkitkan arus
listrik yang mengalir lewat rangkaian luas. Dalam suatu
sel elektrolisis, suatu reaksi redoks tak spontan
didorong oleh suatu arus listrik yang diberikan oleh
suatu sumber luar. Semua sel elektrokimia harus juga
mempunyai suatu rangkaian dalam lewat mana arus dapat
mengalir dalam bentuk ion yang berdifusi.
Aplikasi dari elektrokimia yang akan dibahas yaitu
Sel Galvani atau Sel Volta yang dapat di klasifikasikan
pada sel primer, sekunder, dan sel bahan bakar. Sebuah
sel primer adalah sel yang dibentuk dengan anode dan/
katode yang dihabiskan secara kimia ketika sel itu
menghasikan arus. Sel sekunder adalah sel yang dapat
dicas-ulang dengan elektrolisis, jadi elektrodenya
dikembalikan kepada kondisi awal. Sementara sel bahan
bakar adalah sebuah sel yang secara berkesinambungan
menghabiskan pereaksi yang disuplai ke elektrode-
elektrode yang tak-reaktif dan secara sinambung membuang
produk-produknya.
2.1. Aki Primer
Sel primer yang paling terkenal adalah sel
Leclanche (juga disebut sel kering seng-karbon) yang
digunakan untuk lampu senter, radiom dan kegunaan
lain. Setaip tahun lebih dari 5 milyar sel kering
seperti ini digunakan di selutuh duniam dan
perkiraan jumlah seng yang digunakan untuk tujuan
ini lebih daru 30 metrik ton per hari.
Aki untuk mobil biasanya mempunyai tegangan
sebesar 12 Volt, sedangkan untuk motor ada tiga
jenis yaitu, dengan tegangan 12 Volt, 9 volt dan ada
juga yang bertegangan 6 Volt. Selain itu juga dapat
ditemukan pula aki yang khusus untuk menyalakan tape
atau radio dengan tegangan juga yang dapat diatur
dengan rentang 3, 6, 9, dan 12 Volt.
Dikenal dua jenis elemen yang merupakan sumber
arus searah (DC) dari proses kimiawi, yaitu elemen
primer dan elemen sekunder. Elemen primer terdiri
dan elemen basah dan elemen kering. Reaksi kimia
pada elemen primer yang menyebabkan elektron
mengalir dari elektroda negatif (katoda) ke
elektroda positif (anoda) tidak dapat dibalik
arahnya.
Maka, jika muatannya habis, maka elemen primer
tidak dapat dimuati kembali dan memerlukan
penggantian bahan pereaksinya (elemen kering).
Sehingga dilihat dari sisi ekonomis elemen primer
dapat dikatakan cukup boros. Contoh elemen primer
adalah batu baterai (dry cells). “Sel kering” tidak
benar-benar kering sama sekali, akan tetapi
elektrolitnya bubuk basah yang mengandung ammonium
klorida dan seng klorida.
Gambar 2.1 adalah ilustrasi dari potongan sel
kering, yang terdiri dari lapisan seng untuk anoda
(kutub negatif) dan batang grafit untuk katoda
(kutub positif), dimana batang dikelilingi oleh
lapisan grafit dan mangan dioksida yang padat.
Setiap komponen ini mempunyai fungsi yang menarik
dan penting. Pada anoda seng, oksidasi berlangsung:
Zn(s) Zn2+(aq) + 2 e-
Gambar 2.1 Dalam sel kering Leclanche, elektron-
elektron dilepaskan ke rangkaian luar anoda
dan masuk ke sel kembali di katoda dimana
berlangsung reduksi MnO2.
Campuran garam basah memungkingkan untuk membaca ion
melalui sel sebuah muatan netto yang sama dengan
yang dibawa oleh elektron dalam rangkaian luar, sama
seperti yang dilakukan oleh jembatan garam. Mangan
dioksida adalah akseptor elektron dan direduksi
menjadi Mn2O3 oleh elektron yang melewatinya dari
batang grafit melalui partikel grafit:
2 MnO2(s) + 2 NH4+(aq) + 2e- Mn2O3(s) + 2 NH3(aq) +
H2O(l)
Sistem pencampuran bubui grafit dengan MnO2 bubuk
yang baik akan menaikkan luas permukaan efektif
katoda, menurunkan tahanan dalam sel, dan
memungkinkan arus beberapa amper mengalir. Reaksi
sel total adalah:
Zn(s) + 2 MnO2(s) + 2 NH4+(aq) Zn2+(aq) + Mn2O3(s)
+ 2 NH3(aq) + H2O(l)
Komposisi sel ditutup rapat dalam lapisan baja yang
terhubung dengan seng dan berfungsi sebagai terminal
negatif batrai. Sel kering seng-karbon yang baru
menghasilkan selisih potensial sebesar 1,5 V.
Sel Leclanche ini mempunyai kekurangan bahwa
konsentrasinya berubah bersama waktu, sehingga
tegangan baterai turun saat dignakan. Dalam sel
kering alkalin, ammonium klorida digantikan dengan
kalium hidroksida, dan reaksi setengah-sel menjadi:
Zn(s) + 2 OH-(aq) Zn(OH)2(s) + 2e- (anoda)
2 MnO2(s) + H2O(l) + 2e- Mn2O3(s) +2 OH-(aq)
(katoda)
Reaksi total kemudian adalah:
Zn(s) + 2 MnO2(s) +H2O(l) Zn(OH)2(s) + Mn2O3(s)
(katoda)
Karena senyawa yang larut tidak muncul dalam reaksi
total, konsentrasi tidak berubah secara signifikan
dan dihasilkan tegangan yang lebih stabil.
Sel kering primer ketiga adalah sel seng-
merkuri oksida seperti yang diperhatikan dalam
Gambar 2.2. sel ini sering berbentuk kancing kecil
dan digunakan dalam kamera otomatis, alat bantu
fengar, kalkulator digital, dan jam kuartz-listrik.
Gambar 2.2 Sel kering seng
merkuri oksida
yang digunakan dalam
jam dan kamera
Baterai ini mempunyai anoda yang merupakan campuran
merkuri dan seng dan katoda baja yamg kontak dengan
merkuri(II) oksida padat (HgO). Elektrolitnya adalah
larutan KOH 45% yang menjenuhkan bahan penyerap.
Setengah reaksi anoda sama dengan setengah-reaksi
anoda dalam sel kering alkalin:
Zn(s) + 2 OH-(aq) Zn(OH)2(s) + 2e- (anoda)
Tetapi setengah-reaksi katoda sekarang adalah:
HgO(s) + H2O(l) + 2e- Hg(l) + 2 OH-(aq)
(katoda)
Reaksi total adalah:
Zn(s) + HgO(s) + H2O(l) Zn(OH)2(s) + Hg(l)
Sel ini mempunyai keluaran yang sangat stabil
sebesar 1,34 V, sebuah kenyataan yang membuatnya
sangat spesial untuk digunakan dalam peralatan
komunikasi dan peralatan ilmu pengetahuan.
2.2. Aki Sekunder
Dalam beberapa aki, elektroda dapat diisi ulang
setelah habis dengan memberikan potensial luar yang
berlawanan arah dengan arus yang mengalir dalam sel.
Ini disebut aki sekunder, dan proses yang
mengembalikannya pada kondisi awal disebut
“pengisian ulang”. Untuk mengisi ulang sebuah aki
sekunder yang sudah habis, tegangan dari sumber luar
harus lebih besar dari tegangan aki pada kondisi
awalnya dan tentu saja polaritasnya berlawanan.
Sel nikel-kadmium (atau batrai nicad; Gambar
2.3) digunaka dalam kalkulator tangan elektronik dan
alat listrik tanpa kabel seperti pencukur listrik.
Gambar 2.3 Baterai Nikel Kadmium yang dapat diisi
ulang
(Baterai Energizer)
Reaksi setengah selnya selama pemakaian adalah:
Cd(s) + 2 OH-(aq) Cd(OH)2(s) + 2 e-
(anoda)
2NiO(OH)(s) + 2H2O(l) + 2e- 2NiO(OH)2(s) + 2OH-
(aq) (katoda)
Cd(s) + 2 NiO(OH)(s) + 2 H2O(l) Cd(OH)2(s) + 2
Ni(OH)2(s)
Baterai ini memberikan tegangan yang cukup stabil
sebesar 1,4 V. Jika ini dihubungakan ke sumber
tegangan luar, reaksi sebelumnya dibalik selama
pengisian ulang baterai
Kelebihan Baterai Nikel Kadmium adalah sebagai
berikut:
• Dapat diisi ulang
• Praktis, mudah dibawa
• Potensial selnya atau arus yang dihasilkan
bertahan sangat konstan selama pemakaian karena
hasil reaksi pada setiap elektrodanya berwujud
padat
• Dapat diperoleh dalam berbagai bentuk ukuran
Sementara kekurangan dari Baterai Nikel Kadmium
adalah:
• Biaya pembuatannya yang mahal
• Baterai dapat mengingat jumlah energi yang
dilepaskan pada saat di charge sebelumnya. Efek
ingatan disebabkan oleh perubahan yang terjadi
pada struktur kristal elektrode ketika baterai
nikel kadmium diisi muatan listrik kembali sebelum
seluruh energi listrik yang terdapat pada baterai
nikel kadmiun dikeluarkan/digunakan
• Sensitif terhadap kelebihan pengisian.
• Tidak ramah lingkungan (beracun) karena limbah Cd
bersifat racun.
• Penanggulangannya dengan cara di daur ulang.
Hal yang penting dari sebuat aki skeunder
adalah aki penyimpan timbal-asam, yang digunakan
dalam mobil. Sebuah aki penyimpan timbale 12-V
terdiri dari enam sel 2-V yang dihubungkan secara
seri (katoda ke anoda) oleh hubungan timbal internal
dan ditutup dalam karet keras atau kotak plastik.
Dalam tiap sel anoda terdiri dari logam timbal
yang bentuknya berpori untuk memaksimalkan luas
permukaan kontaknya dengan elektrolit. Katodanya
mempunyai rancangan yang sama, tetapi timbalnya
diubah menjadi timbal oksida. Larutan asam sulfat
(dengan massa 37%) berfungsi sebagai elektrolit.
Bila rangkaian luar dihubungakan, elektron
dilepaskan dari anoda ke rangkaian luar dan ion Pb2+
yang dihasilkan mengendap pada elektroda sebagai
endapan timbal sulfat. Pada katodam elektron dari
rangkaian luar mereduksi PbO2 menjadi air dan ion
Pb2+, yang juga mengendap sebagai PbSO4 pada
elektroda itu. Reaksi setengah-selnya adalah:
Pb(s) + SO42-(aq) PbSO4(s) +2 e-
(anoda)
PbO2(s) + SO42-(aq) + 4 H3O+(aq) + 2 e- PbSO4(s) + 6
H2O(l) (katoda)
Pb(s) + 2 PbO2(s) + SO42-(aq) + 4 H3O+(aq) 2 PbSO4(s)
+ 6 H2O(l)
Anoda dan katoda diubah menjadi PbSO4(s) jika aki
penyimpan habis terpakai, dank arena asam sulfat
adalah reaktan, konsentrasinya turun. Pengukuran
berat jenis elektrolit memberikan cara yang cepat
untuk memperkirakan kondisi muatan aki.
Bila tegangan lebih dari 12 V diaplikasikan
pada ujung aki dalam arah yang berlawanan, rekasi
setengah-sel dibalik. Bagian siklus ini membawa
kembali aki ke keadaan awalnya, yang siap digunakan
dalam pekerjaan lain yang menghasilkan pelepasan
setengah siklus. Aki penyimpan timbal-asam bisa
digunakan beberapa ribu siklus pelepasan dan
pemuatan sebelum mereka pada akhirnya rusak karena
pengelupasan PbSO4 dari elektroda atau pembentukan
hubungan pendek internal.
Dalam aki mobil biasanya tidak ditujukan untuk
menjalani siklus pelepasan-pemuatan sampai habis.
Akan tetapi, sebuah generator mengubah beberapa
energi kinetik kendaraan menjadi energi listrik
untuk pengisian kontinu atau diskontinu. Kira-kira
1,8x 107 J dapat diperoleh selama pelepasan aki
mobil rata-rata, dan arus sebesar 100 A dirancang
unutk waktu pendek yang dibutuhkan untuk menstater
mesin.
Kekurangan aki penyimpan timbal-asam adalah
berat jenis energinya yang rendah, jumlah energi
yang bisa didapat per kilogram berat aki. Ini tidak
penting bila aki digunakan untuk menstater mobil
berenergi bensin, tetapi ini menghalangi penggunaan
aki dalam kendaraan yang digerakkan oleh motor
listrik. Kesulitan rasio energi per berat yang
rendah ini, yang membatasi pemakaian kendaraan
sebelum pengisian ulang diperlukan, telah memacu
penelitian oleh para ahli elektrokimia untuk
mengembangkan aki sekunder yang mempunyai berat
jenis energi yang lebih tinggi.
Satu garis pendekatan yang menjanjikan adalah
pengembangan aki isi ulang yang menggunakan logam
alkali (litium atau natrium) sebagai anoda dan
belerang sebagai akseptor elektron. Belerang
bersifat nonkonduktor listrik, sehingga grafit
digunakan sebagai katoda yang menghantarkan elektron
padanya. Unsur-unsur harus berada pada kondisi
cairnya, sehingga aki ini adalah sel dengan suhu
tinggi (belerang meleleh pada 112oC, litium pada
186oC dan natrium pada 98oC). sel natrium-belerang,
sebagai contoh, mempunyai suhu kerja yang optimum
pada 250oC.
Reaksi setengah-selnya adalah:
2 Na 2 Na+ + 2 e- (anoda)
S + 2 e- S2- (katoda)
2 Na + S 2 Na+ + S2-
Ini sebenarnya proses katoda yang amat
disederahanakan, karena ion sulfide dengan belerang
membentuk polisulfida:
S2- + nS S2-n+1
tetapi kerja dari sel tetap.
Apa yang membuat sel natrium-belerang mungkin
adalah sifat senyawa sangat istimewa yang disebut
beta-alumina, yang mempunyai komposisi NaAl11O17. Ini
memungkinkan ion natrium untuk berpindah senyawa
dengan sangat mudah, tetapi menghalangi lewatnya ion
polisulfida. Oleh karena itu, senyawa inidapat
berfungsi sebagai media yang semipermeabel seperti
membran yang digunaka dalam osmosis. Elektrolit pada
penghantar ion seperti ini penting untuk mencegah
reaksi kimia langsung antara belerang dan natrium.
Aki litium-belerang bekerja dengan prinsip yang
sama, dan elektrolit padat yang lain seperti seperi
kalsium fluorida, yang memungkinkan perpindahan ion
fluorida, bisa digunakan dalam sel yang menggunakan
unsur ini.
Mengapa sel logam alkali-belerang ini sangat
menjanjikan adalah karena rapatan energinya tinggi
sehingga kita dapat membuat aki yang ringan namun
mampu menghasilkan arus yang besar. Penggunaannya
dalam mobil listrik adalah kemungkinan yang menarik.
Jika harga bahan bakar yang berasal dari minyak naik
dan pasokannya menjadi kurang, sel seperti aki logam
alkali alkali-belerang dapat digunakan.
Aki juga dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu aki
basah dan aki kering. Aki basah merupakan aki yang
sudah lama dan sering kita lihat di setiap motor
maupun mobil, sebab aki basah inilah awalnya kita
mengenalnya. Aki jenis ini dapat dikenali dari
melihat fisik secara langsung. Biasanya aki basah
menggunakan wadah yang berwarna transparan, yang
memperlihatkan bagian dalam.
Cairan elektrolit yang diisikan biasanya
disebut air aki atau air zuur (untuk aki baru),
yang berfungsi untuk merendam sel-sel aki. Volume
air aki tersebut harus tetap dijaga diatas batas
minimal, untuk tetap dapat merendam sel-sel yang ada
di dalam wadah tersebut, bila volume air kurang dari
batas minimal maka sel penyimpanan arus akan ter-
oksidasi dan berkarat. Cukup menggunakan air biasa
atau air destilasi untuk menambah volume air. Ingat,
tambahlah dengan air biasa atau destilasi bukan air
zuur.
Yang kedua yaitu aki kering, Aki kering
merupakan bentuk pengembangan dari aki basah yang
sudah lama dikenal konsumen. Perbedaan fisik yang
langsung terlihat adalah pada warna wadah yang gelap
/ tidak transparan dan tidak adanya lubang-lubang
untuk mengisi air aki. Cairan berbentuk gel
digunakan sebagai pengganti cairan elektrolit. Gel
ini sangat minim tingkat penguapannya dan pada saat
menguap pun, uap tersebut tidak dibuang keluar
wadah,tetapi masuk lagi ke dalam wadah (Maintenance
Free).
Komponen dari aki ada beberapa macam yaitu:
• Jenis aki yang umum digunakan adalah accumulator
timbal
• Kutub positif (katoda) : timbal dioksida (Pb02)
• Kutub negatif (anoda) : timbal murni (Pb)
• Elektrolit : asam sulfat
(H2SO4)
• Letak pelat positif dan negatif sangat berdekatan
tetapi dibuat untuk tidak saling menyentuh dengan
adanya lapisan pemisah yang berfungsi sebagai
isolator (bahan penyekat).
2.3. Sel Bahan Bakar
Sel hidrogen-oksigen termasuk jenis sel bahan
bakar yang terus-menerus dapat berfungsi selama
bahan-bahan secara tetap dialirkan ke dalamnya. Sel
hidrogen-oksigen terdiri atas anode dari lempeng
nikel berpori yang dialiri gas hidrogen dan katode
dari lempeng nikel oksida berpori yang dialiri gas
oksigen. Elektrolitnya adalah larutan KOH pekat.
Sel bahan bakar didasarkan pada reaksi:
2 H2(g) + O2(g) 2 H2O(l)
Digunakan dalam kendaraan angkasa luar Gemini dan
Apollo, sebagai contoh, untuk membanatu memenuhi
kebutuhan listrik selama misi. Setelah dimurnikan
dengan penukar ion, air tersebut kemudian diminum
oleh para awak,
Gambar 2.4 Didalam sel bahan bakar hidrogen-
oksigen, kedua gas dialirkan secara
terpisah dan dioksidasi atau direduksi di
elektroda-elektroda. Larutan panas kalium
hidroksida antara elektroda-elejtroda
menyempurnakan rangkaian, dan uap yang
dihasilkan dalam reaksi menguap dari sel
secara kontinu
Gambar 2.4 menunjukkan sel bahan bakar hidrogen-
oksigen secara skematis. Elektroda dapat berpa
konduktor nonreaktif manapun (grafit, misalnya),
yang fungsinya adalah menghantarkan elektron ke
dalam dan keluar dari sel serta untuk mempermudan
pertukaran elektron antara gas dan ion dalam
larutan. Elektrolit membawa muatan melalui sel, dan
ion yang larut di dalamnya ikut serta dalam
setengah-reaksi di setiap elektroda. Larutan asam
menimbulkan masalah korosi, sehingga dipilih larutan
basa (misalnya, NaOH 1 M). Setengah-reaksi anoda
kemudian adalah:
H2(g) + 2 OH-(aq) 2 H2O(l) + 2 e-
dan reaksi pada katoda adalah
½ O2(g) + H2O(l) + 2 e- 2 OH-(aq)
Potensial reduksi standar pada 25oC (konsentrasi 1
M, tekanan 1 atm) adalah
o(H1|H2) = -0,828 V dan o(O2|OH-) = 0,401 V
reaksi sel total adalah pembentukan air:
H2(g) + ½ O2(g) H2O(l)
Dan tegangan sel adalah
∆ o = o (katoda) - o (anoda) = 0,401 – (-0,828)
= 1,229 V
Tegangan sel total tidak tergantung pada pH karena
OH- sudah keluar; tegangan yang sama akan didapat di
dalam sel bahan bakar asam.
Sel bahan bakar lainnya menggunakan reksi total:
CO(g) + ½ O2(g) CO2(g)
dimana setengah-reksinya adalah:
CO(g) + 3 H2O(l) CO2(g) + 2 H3O+(aq) + 2
e- (anoda)
½ O2(g) + 2 H3O+(aq) + 2 e- 3 H2O(l)
(katoda)
Elektrolit yang biasanya digunakan adalah asam
fosfat pekatm dan suhu kerja antara 100oC dan 200oC.
Platina adalah bahan elektroda pilihan karena
memudahkan reaksi perpindahan elektron.
Gas alam (biasanya CH4) dan bahan bakar minyak dapat
di “bakar” secara elektrokimia untuk menghasilkan
energy listrik melalui dua pendekatan. Mereka dapat
diubah menjadi CO dan H2 atau menjadi CO2 dan H2
dalam pemakaiannya di sel bahan bakar oleh reaksi
dengan uap
CH4(g) + H2O(g) CO(g) + 3H2(g)
CO(g) + H2O(g) CO2(g) + H2(g)
pada suhu sekitar 500oC. Sebagai alternatif mereka
dapat digunakan langsung dalam sel bahan bakar pada
suhu lebih tinggi (sampai 750oC) dengan logam alkali
karbonat cair sebagai elektrolit. Jenis sel bahan
bakar menarik sebagai pengubah energi elektrokimia
di daerah dimana bahan bakar hidrokarbon tersedia,
tetapi pabrik pembangkit skala-besar (fosil atau
nuklir) jauh.
Keuntungan teori sel bahan bakar elektrokimia
dibandingkan dengan teknologi bahan bakar yang lebih
tradisional dapat dilihat dari analisis
termodinamika. Jika reaksi kimia seperti oksidasi
bahan bakar dapat berlangsung secara elektrokimia ,
maka kerja maksimal (rebersibel) yang bisa didapat
sama dengan perubahan energi bebas ∆G.
-Wmaks(sel bahan bakar) = |∆G|
Dalam teknologi bahan bakar tradisional, bahan bakar
yang sama akn dibakar di udara, yang menghasilkan
sejumlah kalor qp=∆H, entalpi pembakaran. Kalor
kemudian digunakan untuk menjalankan system
generator-generator mesin kalor untuk menghasilkan
tenaga listrik. Efisiensi perubahan kalor menjadi
kerja dibatasi oleh hukum termodinamika.
Jika kalor diberikan pada suhu Th dan jika suhu
kerja yang lebih rendah adalah T1, kerja maksimal
yang bisa didapat adalah
-Wmaks(mesin kalor) = |qP| =Th–T1Th |∆H|
Karena intensitas ∆H umumnya sebanding dengan
intensitas ∆G untuk reaksi oksidasi bahan bakar, sel
bahan bakar akan lebih efisien karena faktor (Th –
T1) / Th untuk mesin kalor jauh lebih kecil dari I.
dalam prakteknya, sel bahan bakar dan mesin kalor
harus dioperasikan secara tak reversibel (atau
menaikkan energi produksi), dan kerja yang didapat
dari keduanya kurang dari Wmaks. Efisiensi total mesin
kalor praktis jarang melebihi 30-35%, sedangkan
efisiensi sel bahan bakar bisa berada dalam interval
60-70%. Keuntungan teknologi sel bahan bakar ini,
bagaimanapun, sebagian diimbangi oleh biaya
konstruksi dan pemeliharaan sel bahan bakar yang
besar.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Reaksi kimia dapat kita temukan pada banyak
peristiwa di kehidupan sehari-hari. Salah satunya yaitu
reaksi yang dapat menimbulkan energi listrik. Hal ini
tentu saja banyak dikenal karna kegunaannya yang dapat
memberi kemudahan kepada manusia dalam melakukan berbagai
kegiatan, contohnya dalam industri pembuatan baterai,
aki, dan banyak lagi contoh lainnya yang dapat
menghantarkan arus listrik.
Reaksi kimia yang dapat menghantarkan arus listrik
sangat berhubungan dengan sel elektrokimia, dimana pada
sel elekrokimia terjadi reaksi antar ion anode dan ion
katode yang dapat menghantarkan arus listrik. Sel
elektrokimia dibagi menjadi dua yaitu sel elektrolisis
yang menggunakan energi listrik untuk melangsungkan
reaksi kimia tak spontan dan sel galvani atau sel volta
yang merupakan hasil dari reaksi redoks spontan yang
diubah menjadi energi listrik.
Salah satu bagian dari Elektrokimia, yaitu Sel
Galvani yang juga disebut sebagai Sel Volta diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber listrik sejak
ratusan tahun sebelum masehi. Setelah melalui berbagai
perkembangan Sel Volta dikenal sebagai baterai yang
memiliki banyak kegunaan.
Berdasarkan reaksinya Sel Volta atau Sel Galvani
dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu sel primer dan sel
sekunder. Sel primer bereaksi searah sehingga setelah
dipakai tidak berguna lagi, sementara sel sekunder adalah
sel yang reaksinya dapat balik, pembalikan reaksi terjadi
dengan member arus listrik yang berlawanan arah.
Pembagian sel volta yaitu adalah sel primer, ada
beberapa macam sel primer yang banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Yang paling dikenal adalah sel
kering atau sel Leclanche. Sel ini tidak benar-benar
kering namun memiliki bubuk basah yang mengandung
ammonium-klorida dan seng-klorida Baterai kering seng
masih merupakan jenis yang paling banyak di jumpai di
Indonesia. Harganya relatif murah dan banyak digunakan
pada radio, senter, mainan dan sejenisnya. Potensial sel
dari baterai sekitar 1,5 V dan menurun sejalan dengan
lama pemakaian.
Hal itulah yang merupakan kelemahan sel ini yaitu
cepat habis jika dipakai terus menerus, karena hasil
reaksi menempel pada elektroda sehingga melindungi
reaksi. Jika diistirahatkan sel ini memberikan tenaga
waktu tambahan yang memungkinkan terjadinya reaksi kimia
dan proses difusi yang akan membuang produk reaksi dari
dekat electrode dan memungkinkan pereaksi segar mendekat.
Waktu pakai sel ini yang realtif pendek dibangdingkan sel
jenis lain maka dari itu harganya realtif lebih murah.
Fakta yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari
yaitu pada lampu senter, a[anila baterai lampu senter
digunakan terus-menerus dalam waktu satu jam atau lebih,
cahaya lama kelamaan akan meredup dan tampak seperti
mati. Namun setelah didiakan dalam beberapa lama, baterai
tersebut dapat menghasilkan arus dengan cahayan yang
normal kembali.
Jenis dari sel primer yang kedua yaitu sel kering
alkali. Sel ini dapat digunakan sebagai pengganti sel
kering Lenclanche. Sel ini lebih tahan karena hasul
reaksinya tidak begitu menggangu permukaan elektroda.
Dalam beberap kondisi, baterai ini dapat menghasilkan
energi dua kali lebih besar dari pada sel Lenclanche
dalam ukuran yang sama.
Sel seng merkuri-oksida merupakan jenis sel primer
yang ketiga yang bentuknya lebih kecil dan ringan
dibandingkan dengan yang lainnya. Sel ini memiliki
efisiensi yang lebih tinggi daripada sel primer lain, sel
ini juga memberikan voltase yang lebih konstan dibanding
dengan sel Leclanche. Sel ini memiliki kapasitas yang
jauh lebih tinggi dan awet, pemanfaatan bahan aktif
sampai dengan 80-90%. Sifat-sifat yang dimiliki oleh sel
ini membuat baterai merkuri ideal untuk digunakan dalam
alat pacu jantung, alat bantu dengar, arloji listrik, dan
pengatur cahaya.
Pembagian Sel Galvani atau Sel Volta setelah Sel
Primer adalah Sel Sekunder. Salah satuya adalah sel
nikel-kadmium, disebut juga nicad. Sel ini lebih tahan
dari sel penyimpan timbal, bentuknya mirip dengan sel
kering dan mudah dibawa. Potensialnya cukup kecil, yaitu
1,4 V dan sel ini sering digunakan pada alat-alat
elektronik seperti kalkulator, kamera dan sebagainya.
Bagian dari sel sekunder yang lainnya adalah sel
penyimpan timbal asam. Umumnya sel penyimpan timbal ini
digunakan sebagai baterai pada mobil atau yang sering
disebut dengan aki. Dengan proses elektrokimia reversibel
yaitu di dalam aki saat dipakai berlangsung proses
pengubahan kimia menjadi tenaga listrik (discharging).
Sedangkan saat diisi atau dimuati, terjadi proses tenaga
listrik menjadi tenaga kimia (charging).
Penerapan aki dalam kehidupan sehari hari dapat
sebagai alat untuk menghimpun energi listrik secara
langsung yaitu seperti menyalakan kendaraan bermotor
seperti mobil, motor, menyalakan benda – benda elektrik
seperti lampu, TV, menyalakan generator, pembangkit
listrik dan juga sebagai penyimpan energi listrik secara
tidak langsung seperti penghasil dan penyimpan daya
listrik hasil reaksi kimia dan peranti untuk mengubah
tenaga listrik menjadi tenaga kimia atau sebaliknya.
Beberapa kelebihan dari aki diantaranya adalah mampu
menyediakan sumber energi yang lebih besar contohnya
sebagai starter, mempunyai waktu hidup relatif panjang,
serta efektif pada suhu rendah. Sementara aki juga
memiliki kekurangan, seperti: kapasitasnya dapat hilang,
dan resiko keselamata, sel yang sudah lama dapat
menimbulkan kerak dan dapat kehilangan air jika
digunakan. Selama pengisian kembali, terkadang air akan
terhidrolisis menghasilkan H2 dan O2, dimana dapat meledak
jika disulut, dan kepercikan H2SO4.
Aki menjadi pilihan yang praktis bagi banyak orang
karena dapat menghasilkan listrik yang cukup besar dan
dapat diisi kembali. Sel aki terdiri atas anode Pb dan
katoda PbO2, keduanya merupakan zat padat yang dicelupkan
dalam larutan asam sulfat. Aki dapat diisi kembali karena
hasil-hasil reaksi pengosongan aki tetap melekat pada
kedua elektrode. Pengisian aki dilakukan dengan membalik
arah aliran elektron pada kedua elektrode.
Pada daerah dingin kadang-kadang akan sulit untuk
menyalakan mobil karena akinya mati. Perhitungan
termodinamika menunjukkan bahwa emf dari banyak sel
elektrokimia menurun dengan menurunnya suhu. Penyebab
sebenarnya matinya aki ialah meningkatnya viskositas
elektrolit karena suhu menurun. Agar aki dapat berfungsi
baik, elektrolit harus bisa menghantar sepenuhnya. Namun,
ion bergerak jauh lebih lambat dalam medium yang kenal,
sehingga resistansi cairan meningkat, mengakibatkan
turunnya daya aki. Jika aki mati maka dihangatkan sampai
mendekati suhu kamar pada hari yang dingin kekuatannya
dalam menghantar daya akan kembali.
Sebuah aki adalah sistem tertutup yang menghasilkan
energi listrik dari reaksi elektrokimia. Sekali bahan
kimia yang awalnya ada dipakai, aki itu harus diisi ulang
atau dibuang. Sebaliknya, sel bahan bakar dirancang untuk
operasi kontinu, dengan reaktan (bahan bakar) yang
disuplai dan produk diambil secara kontinu. Ini adalah
alat pengubah energi, yang merubah energi kimia menjadi
energi listrik.
Sel bahan bakar tersebut merupakan bagian lain dari
sel volta yang mirip dengan aki atau baterai, dimana
bahan bakarnya diisi secara terus menerus sehingga dapat
dipergunakan secara kontinu. Bahan baku dari sel bahan
bakar adalah gas hidrogen dan oksigen.
Kegunaan dari sel bahan bakar yaitu pada mobil
listrik dan peralatan elektronik rumah tangga, untuk
pembangkit energi komersial dan industrial, sumber energi
pada kendaraan ruang angkasa, stasiun pemantauan cuaca,
dan pusat komunikasi, serta untuk keperluan militer
tertentu.
Sel bahan bakar seringkali dianggap sangat menarik
dalam aplikasi modern karena efisiensinya yang tinggi dan
penggunaannya yang bebas emisi, sangat berlawanan dengan
bahan bakar yang biasa dipakai seperti methane atau gas
alam yang menghasilkan karbondioksida. Hasil produk dari
bahan bakar yang beroperasi menggunakan hidrogen murni
adalah uap air.
Namun, kekhawatiran dalam proses pembuatan hidrogen
yang menggunakan banyak energi ialah dalam memproduksi
hidrogen membutuhkan carrier hydrogen yang biasanya
merupakan bahan bakar fosil, meskipun air dapat dijadikan
alternatif, dan juga listrik, yang diproduksi oleh bahan
bakar konvensional. Meskipun sumber energi alternatif
seperti energi angin dan surya dapat juga digunakan,
namun sekarang ini mereka dapat menjadi sangat mahal.
Sel bahan bakar atau yang sering disebut fuel cell
dapat dikatakan sebagai baterai masa depan. Dimana fuel cell
ini sangat ramah lingkungan karena produk dari fuel cell ini
adalah air.
Sel bahan bakar memiliki efisiensi yang cukup
tinggi, sekitar 85%. Umumnya konversi energi kimia dari
bahan bakar menjadi energi listrik memerlukan tiga
langkah, yaitu:
1. produksi panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan
bakar
2. konversi dari panas ke energi mekanik
3. konversi energi mekanik ke energi listrik.
Namun pada langkah ini efisiensinya hanya sekitar 41%,
maka dilakukan pendekatan dengan sel galvani, yaitu sel
bahan bakar sehingga tahap yang kedua tidak perlu
dilakukan maka efisiensinya dapat mencapai 85%.
Sel bahan bakar juga bersifat modular. Dengan rapat
energi yang besar dan ukuran atau volume yang kecil maka
sel bahan bakar ini dapat ditempatkan dimana kita
memerlukannya.
Sel bahan bakar banyak menjadi pilihan karena
emisinya rendah. Secara teoritis limbah atau emisi yang
dihasilkan adalah air, berbeda dengan pembakaran biasa
yang menggunakan mesin, dimana limbah yang dihasilkan
adalah gas-gas yang berpotensi untuk mencemari lingkungan
seperi Sox (belerang oksida), NOx (nitrogen oksida), dan
CO (karbon monoksida). Keuntungan lainnnya dalam
penggunaan bahan bakar adalah limbah-limbah emisi seperti
CO dapat dimasukkan ke sel ini menghasilkan CO2 dan
energi.
Selain itu apabila menggunakan pembangkit daya yang
kovensional dapat menyebabkan kebisingan, sementara sel
bahan bakar tidak menghasilkan suara, sama seperti
baterai biasa yang tidak menimbulkan suara tetapi
perbedaannya yaitu pada baterai biasa memerlukan
pengganti elektrolit dengan pengisian ulang sementara sel
bahan bakar tidak memerlukan hal tersebut.
Ada beberapa jenis sel bahan bakar yang memerlukan
suhu operasi diatas 300oC dan panas yang terbuang dapat
di recovery dan dimasukkan kembali ke sel bahan bakar. Pada
umumnya bahan bakar yang digunakan dalam sel bahan bakar
adalah hydrogen dan oksigen, namun dapat juga dicoba
dengan bahan bakar lain yaitu ammonia, hidrazine,
methanol dan batubara.
Salah satu contoh penerapan dari bahan bakar adalah
yang telah dikembangkan oleh BPTP atau Bahan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi. Mereka telah menghasilkan
listrik 1.000 watt untuk pemenuhan listrik permukiman.
Sel bahan bakar yang digunakan yaitu aki yang
memiliki kutub anoda dan katoda, pada kutub anoda
terdapat gas hydrogen sedangkan pada kutub anoda terdapat
oksigen. Arus listrik timbul ketika ion hydrogen dan
elektron dari anoda mereduksi oksigen hingga terjadi
perbedaan potensial yang menjadi arus listrik. Limbahnya
berupa air murni.
Perkembangan sel bahan bakar juga dapat ditemui pada
bio hidrogen yang menggunakan fermentasi bio massa
berbagai bahan seperti limbah, singkong, nira dan sorgum.
Biaya yang diperlukan untuk memproduksinya pun relatif
murah. 500 watt dari produksi sel bahan bakar telah
dimanfaatkan untuk sepeda motor listrik tanpa baterai.
Dan banyak lagi kegunaan dari sel bahan bakar yang dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar: Konsep-Konsep Kimia Inti.
Jakarta: Erlangga
Keenan, Charles W. dkk. 1979. Kimia Untuk Universitas.
Jakarta:Erlangga
Oxtoby, David W. dkk. 1998. Prinsip-Prinsip Kimia Modern.
Jakarta:Erlangga
S, Syukri. 1999. Kimia Dasar 3. Bandung:ITB
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007/Irma%20Nurhasanah%20(043801)/APLIKASI%20SEL%20VOLTA/SEL%20VOLTA/4.html
http://www.alpensteel.com/article/65-109-energi-fuel-cell-sel-
bahan-bakar/2626-fuel-cell-sistem-matisnya-sel-bahan-baka.html
Sumber gambar:
http://1.bp.blogspot.com/-WW0BjnY3mPs/TmB290EGiDI/
AAAAAAAABQE/Rdx7PmW3-aw/s1600/kimia05.png
http://kimia.upi.edu/staf/nurul/web2012/1001078/
litium_clip_image001.jpg
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007/Irma
%20Nurhasanah%20(043801)/APLIKASI%20SEL%20VOLTA/batteries.jpg
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007/tugas
%20web_fitri%20fauzia%20054671/galvani%20sehari-
hari_clip_image002_0003.jpg