+ All Categories
Home > Documents > MAKALAH JURNAL EKONOMI MAKRO

MAKALAH JURNAL EKONOMI MAKRO

Date post: 26-Feb-2023
Category:
Upload: independent
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
21
BAB I PENDAHULUAN Kita sepakat mengatakan, kondisi ekonomi makro saat ini adalah stabil. Hal itu didasarkan pada rendahnya suku bunga, rendahnya inflasi dan stabilnya nilai tukar rupiah. Cadangan devisa juga menguat. Semuanya dinyatakan dalam pengertian yang relatif, mengingat di antara variabel tersebut tetap saja diikuti gejolak, walau dalam skala rendah. Secara logika keadaan ini sudah harus mampu mendorong perkembangan sektor riil. Namun demikian, hal itu tidak juga terjadi. Memang banyak faktor yang menyebabkan mengapa hal itu tidak terjadi yang antara lain oleh faktor ekonomi maupun non ekonomi. Faktor ekonomi umpamanya adalah masalah transportasi, jalan dan jembatan, energi listrik dan sebagainya. Sementara dari faktor non ekonomi seperti masalah hukum (ketidak pastian hukum), masalah politik (meningkatnya suhu politik menghadapi pemilu 2009), masalah sosial (meninggkatnya kriminalitas yang muncul dampak dari pengangguran yang tinggi). Kita sepakat mengatakan, kondisi ekonomi makro saat ini adalah stabil. Hal itu didasarkan pada rendahnya suku bunga, rendahnya inflasi dan stabilnya nilai tukar rupiah. Cadangan devisa juga menguat. Semuanya dinyatakan dalam pengertian yang relatif, mengingat di antara variabel tersebut tetap saja diikuti gejolak, walau dalam skala rendah. Secara logika keadaan ini sudah harus mampu mendorong perkembangan sektor riil. Namun demikian, hal itu 1
Transcript

BAB I

PENDAHULUAN

Kita sepakat mengatakan, kondisi ekonomi makro saat

ini adalah stabil. Hal itu didasarkan pada rendahnya  suku

bunga, rendahnya inflasi dan stabilnya nilai tukar rupiah.

Cadangan devisa juga menguat. Semuanya dinyatakan dalam

pengertian yang relatif, mengingat di antara variabel

tersebut tetap saja diikuti gejolak, walau dalam skala

rendah. Secara logika keadaan ini sudah harus mampu

mendorong perkembangan sektor riil. Namun demikian, hal itu

tidak juga terjadi. Memang banyak faktor yang menyebabkan

mengapa hal itu tidak terjadi yang antara lain oleh  faktor

ekonomi maupun non ekonomi. Faktor ekonomi umpamanya adalah

masalah transportasi, jalan dan jembatan, energi listrik

dan sebagainya. Sementara dari faktor non ekonomi seperti

masalah hukum (ketidak pastian hukum), masalah politik

(meningkatnya suhu politik menghadapi pemilu 2009), masalah

sosial (meninggkatnya kriminalitas yang muncul dampak dari

pengangguran yang tinggi).

Kita sepakat mengatakan, kondisi ekonomi makro saat

ini adalah stabil. Hal itu didasarkan pada rendahnya  suku

bunga, rendahnya inflasi dan stabilnya nilai tukar rupiah.

Cadangan devisa juga menguat. Semuanya dinyatakan dalam

pengertian yang relatif, mengingat di antara variabel

tersebut tetap saja diikuti gejolak, walau dalam skala

rendah. Secara logika keadaan ini sudah harus mampu

mendorong perkembangan sektor riil. Namun demikian, hal itu

1

tidak juga terjadi. Memang banyak faktor yang menyebabkan

mengapa hal itu tidak terjadi yang antara lain oleh  faktor

ekonomi maupun non ekonomi. Faktor ekonomi umpamanya adalah

masalah transportasi, jalan dan jembatan, energi listrik

dan sebagainya. Sementara dari faktor non ekonomi seperti

masalah hukum (ketidak pastian hukum), masalah politik

(meningkatnya suhu politik menghadapi pemilu 2009), masalah

sosial (meninggkatnya kriminalitas yang muncul dampak dari

pengangguran yang tinggi).

Masalah transportasi/jalan raya/jembatan yang jelek

berakibat pada turunnya tingkat efisiensi perusahaan. Waktu

angkutan barang baik bahan baku maupun barang jadi menjadi

semakin panjang. Biaya penyusutan moda angkutan juga

semakin tinggi. Akibatnya biaya angkut menjadi naik. Hal

lainnya adalah distribusi barang menjadi tak merata, yang

akhirnya akan mengundang kenaikan harga barang pada daerah

daerah tertentu, yang menciptakan kondisi perekonomian

terganggu. Hal yang sama menyangkut pada masalah energi

listrik yang sudah menjadi masalah nasional. Listrik sudah

menjadi barang langka di Indonesia. Bukan saja pasokannya

terbatas tetapi harganya juga mahal. Mesin pembangkit

listrik yang sudah tua dan tidak efisien membikin pasokan

terbatas dan biaya pemeliharaan mesin menjadi tinggi.

Indonesia lupa untuk memodernkan sektor ini (listrik)

walau diketahui, permintaan terus bertambah baik karena

perkembangan perekonomian, peningkatan kualitas hidup

2

manusia maupun adanya pertambahan penduduk. Jangan

berbicara mengenai pembangunan ekonomi jika tidak ada

pasokan listrik. Demikian juga jangan berbicara masalah

kesejahteraan jika pasokan listrik terbatas. Bagi

masyarakat perkotaan dan sebagian besar masyarakat

perdesaan listrik sudah merupakan kebutuhan pokok. Keadaan

ini akan semakin kuat lagi jika bangsa ini berhasil menjadi

masyarakat maju.

Faktor non ekonomi memberikan andil yang besar mengapa

kondisi ekonomi makro yang stabil tidak juga mendorong

sektor riil. Kita bertanya apa sebenarnya investasi itu.

Investasi adalah dana yang ditanamkan dalam perusahaan yang

dapat menambah peralatan modal atau peralatan sektor

produktif sehingga dapat mendorong kemampuan berproduksi.

Inilah yang disebut dengan real investment. Apa yang

terjadi saat ini adalah financal investment, yang pada

dasarnya tidak menambah peralatan produksi tapi hanya

memperbesar arus uang saja. Terjadi pertukaran uang dengan

uang tidak pertukaran uang dengan barang. Di sini tidak ada

penambahan produksi.  Hal ini disukai oleh investor

(financial investor) karena setiap saat ia dengan mudah

dapat menarik kembali dananya jika suatu waktu keadaan

ekonomi gawat. Ini berbeda dengan real investment dimana

dananya sudah berubah menjadi peralatan produksi, yang

tidak bisa ditarik kembali walau keadaan ekonomi gawat.

Oleh sebab itu bagi investor yang melakukan real investment

3

ia harus mempelajari betul waktu yang tepat untuk melakukan

investasi.

Berdasarkan pengertian di atas siapa yang mau

menanamkan modalnya ( real investment) dalam suatu situasi

yang tidak menjamin atas keselamatan investasi tersebut.

Kita tidak menampik, persoalan politik saat ini tidak

pernah mereda walau tidak menciptakan situasi gawat.

Masalah jaminan terhadap keselamatan investasi juga tidak

pernah dibicarakan.. Ini semua menciptakan keraguan bagi

calon investor. Yang menonjol antara lain adalah masalah

birokrasi, tanah dan perburuhan. Walau sengketa mengenai

masalah pertanahan sering dimenangkan oleh pihak investor

tapi semuanya itu dicapai dengan tenaga dan waktu serta

biaya yang tinggi. Demikian juga mengenai masalah

perburuhan dimana terjadinya pengkavlingan antara pihak

pengusaha dengan pihak pekerja. Masing-masing merasa lebih

menentukan jalannya perusahaan sehingga terjadi sengketa.

Saling ancam mengancam antar keduanya juga sering terjadi

yang diakhiri dengan kerugian kedua belah pihak. Peran

birokrasi dapat disebut mandul. Birokrat tak mampu

menyelesaikan masalah keduanya. Keduanya tidak pernah mau

duduk bersama yang membahas bagaimana perlunya kerja sama

di antara mereka untuk memajukan perusahaan bagi

kepentingan bersama. Selama keduanya masih menganggap

mempunyai kedudukan dan fungsi yang terpisah dan menentukan

maka selama itu pula masalah perburuhan tidak pernah akan

selesai. Hasrat untuk melakukan investasi juga menurun.

4

Masalah pemilu dan masalah krimalitas tinggi menduduki

tempat khusus. Diperkirakan tak ada waktu bagi pemerintah

untuk dapat memikirkan masalah ekonomi menjelang pemilu

tahun 2009. Di antara partai politik pasti memikirkan

bagaimana dapat mempertahankan atau merebut kekuasaan yang

ada. Ini juga suatu waktu yang tidak tepat untuk melakukan

investasi. Keadaan ini akan berlanjut sampai pada

pembentukan pemerintahan yang baru bersama presiden

terpilihnya. Inipun masih dipersoalkan lagi, siapa siapa

yang duduk di dalam kabinet pemerintahan sebagai menteri.

Pribadi dan ketangguhan menterinya tentu menentukan

keberhasilan pemerintah. Tingkat kriminalitas yang tinggi

yang muncul dari tidak adanya lowongan kerja cukup

meresahkan para investor. Sulit kiranya dapat mengatasi

masalah ini selama jumlah tenaga kerja menganggur masih

tinggi. Keadaan ini dapat mengganggu jalannya perusahaan

maupun pribadi pengusaha.

Berdasarkan keterangan di atas apalah artinya ekonomi

makro yang stabil jika kestabilan tersebut tidak dapat

dinikmati oleh masyarakat umum. Penciptaan kestabilan itu

bukan tidak mempergunakan biaya. Puluhan triliun dipakai

untuk menstabilkan ekonomi makro namun perekonomian tidak

juga semakin membaik. Untuk kestabilan moneter sedikitnya

tiga puluh triliun rupiah dana yang dikeluarkan Bank

Indonesia setiap tahunnya sebagai bunga dana masyarakat

yang disimpan dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia.

Jumlah ini belum termasuk biaya biaya lainnya yang

5

dikeluarkan pemerintah seperti subsidi dan bantuan pada

masyarakat miskin. Tapi pengangguran dan kemiskinan terus

juga bertambah. Tidak ada penguatan faktor fundamental

ekonomi yang terjadi dari kestabilan moneter yang berjalan.

Situasi ekonomi tetap saja melemah dan arah

perekonomian tetap ditentukan oleh pergolakan ekonomi luar

negeri. Sifat ketergantungan ekonomi Indonesia dengan luar

negeri semakin hari semakin kuat. Demikian juga halnya

dengan jumlah warga miskin yang terus bertambah dan

menurunnya kualitas hidup warga. Berbagai kelangkaan atas

barang kebutuhan pokok seperti beras, kedele, terigu,

minyak goreng, minyak tanah, bensin dan lain sebagainya

membikin rakyat menderita. Daya beli rakyat yang menurun

akibat dari kenaikan harga ini akhirnya memukul pula

kehidupan para pedagang dan sektor produktif skala kecil

karena omzet penjualan dan produksi semakin menurun. Gerak

negatif perekonomian  dimulai dari keterbatasan pasokan

barang yang diikuti oleh kenaikan harga harga barang dan

diteruskan dengan melemahnya daya beli masyarakat dan

kemunduran usaha para pedagang dan sektor produktif skala

kecil, yang umumnya adalah ekonomi rakyat. Proses ini jika

tidak diatasi dengan baik akan berlanjut memukul

pedagang/sektor produktif menengah dan besar terkecuali

jika pedagang dan sektor produktif yang pangsa pasarnya

adalah pasar luar negeri.

6

BAB II

PENJELASAN

A. Mikroekonomi vs Makroekonomi

Untuk dapat memahami ilmu makro ekonomi, sebaiknya

kita mengenali terlebih dahulu perbedaan antara ilmu

makroekonomi dengan ilmu mikroekonomi. Mikroekonomi

merupakan ilmu ekonomi yang mempelajari tentang pilihan,

keputusan dan interaksi antara pilihan dan keputusan agen-

agen perekonomian. Sedangkan Makroekonomi merupakan ilmu

ekonomi yang mempelajari perekonomian Negara dan

perekonomian global secara menyeluruh. Untuk mengerti

perekonomian suatu Negara kita harus mengetahui peran dan

target otoritas kebijakan fiskal dan moneter setiap Negara.

Disini saya mengambil contoh Negara Indonesia dimana

pemerintah sebagai otoritas kebijakan fiskal bertujuan

untuk mendapatkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi

dan tingkat pengangguran yang rendah. Sedangkan peran bank

sentralnya yakni Bank Indonesia sebagai otoritas kebijakan

moneter adalah untuk menjaga kestabilan nilai rupiah sesuai

dengan pasal 7 UU no. 3 tahun 2004. Dimana kestabilan nilai

tukar rupiah ini tercermin dalam pada nilai inflasi dan

nilai tukar (Rupiah). Secara umum terdapat tiga variabel

yang menjadi isu utama dalam perdebatan para ekonom

makroekonomi dunia, yaitu:

1. Output Agregat

2. Inflasi

7

3. Pengangguran

I. Output Agregat

Output Agregat adalah jumlah nilai seluruh output

barang dan jasa yang diproduksi pada suatu perekonomian

dalam jangka waktu tertentu. Output agregat memcerminkan

kekayaan Negara dalam jangka waktu tertentu. Dengan

menggunakan logika model circular flow, output agregat atau

jumlah barang yang diproduksi memiliki nilai yang sama

dengan balas jasa yang diterima oleh pihak yang

memproduksi atau pendapatan nasional. Pendapatan Nasional

merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam

pembanding tingkat kesejahteraan antar Negara. Agar

memiliki tingkat akurasi ukuran kesejahteraan yang baik

biasanya Pendapatan Nasional ini dibagi dengan tingkat

populasi sehingga nantinya didapatkan variabel Pendapatan

Perkapita. Pendapatan Nasional dapat dihitung dengan

mencari nilai Gross Domestic Product (GDP) atau produk

domestik bruto. Terdapat tiga pendekatan dalam menghitung

nilai GDP:

1. Pendekatan Produksi

2. Pendekatan Pendapatan

3. Pendekatan Pengeluaran

II. Pendekatan Produksi

8

Pendekatan Produksi menghitung jumlah seluruh produksi

barang dan jasa final oleh suatu Negara selama satu tahun.

Rumus matematis pendekatan ini:

Y = ΣP1Q1

Ternyata dalam pendekatan ini menyebabkan double

counting karena dalam perhitungan ini memasukan unsur

barang final dan barang intermediate. Sehingga terdapat

pendekatan produksi baru untuk mengatasi masalah double

counting ini yaitu dengan pendekatan nilai tambah (value

added). Rumus pendekatan matematis nilai tambah:

Y = ΣVA��

Untuk menghindari tumpang tindih pada perhitungan

dengan pendekatan nilai tambah, Perekonomian Indonesia

dibagi menjadi 9 sektor:

1.      Pertambangan dan Penggalian

2.      Pertanian

3.      Industri Manufaktur

4.      Listrik, Gas, dan Air Minum

5.      Konstruksi

6.      Perdagangan, Hotel, dan Restauran

7.      Transportasi dan Komunikasi

8.      Jasa Keuangan

9.      Jasa Lain

III. Pendekatan Pendapatan

9

Pendekatan Pendapatan menghitung output berdasarkan

jumlah seluruh pendapatan (balas jasa) yang dterima

seluruh faktor produksi dalam waktu satu tahun. Balas jasa

yang diterima faktor produksi dapat berupa:

1.      Upah, untuk tenaga kerja yang merupakan balas jasa

yang dominan dalam perekonomian.

2.      Bunga, merupakan balas jasa untuk modal

3.      Sewa, merupakan balas jasa untuk sumber daya alam

yang digunakan

4.      Profit, balas jasa untuk keterampilan pengusahaan

atau entrepreuner

Pendekatan ini memiliki kelemahan pada validitas data

pendapatan yang diterima faktor produksi, terdapat

keengganan responden dalam memberitahukan jumlah

pendapatan yang diterimanya, misalnya karena alasan

penghindaran atau meminimumkan pungutan pajak, dll.

Pendekatan Pengeluaran

Pendekatan Pengeluaran menghitung output berdasarkan

jumlah pengeluaran seluruh sektor dalam perekonomian.

Logika dari pendekatan ini berdasarkan analisa bahwa

pengeluaran suatu pihak merupakan pendapatan bagi pihak

lain. Rumus matematis pendekatan ini:

Y = C + I + G + (X-M)

Dimana:

Y = pendapatan nasional

10

C = konsumsi rumah tangga dan swasta

I = pengeluaran investasi

G = pengeluaran yang dilakukan pemerintah

X = pendapatan ekspor

M = pengeluaran impor

Kelemahan dalam perhitungan pendapatan nasional

Terdapat beberapa output yang tidak dimasukan dalam

perhitungan, misalnya underground economy karena bersifat

illegal, output industri kecil rumah tangga, dll.

Eksternalitas negative dari aktivitas ekonomi yang tidak

dimasukan kedalam perhitungan. Green GDP menjadi solusi

atas masalah ini, dimana dalam green GDP telah memasukan

unsur eksternalitas negatif dalam perhitungan GDP.

Perhitungan nilai tambah GDP tidak memperhitungkan

penambahan kualitas. Misalnya computer yang makin canggih

makin murah dibandingkan produk komputer di masa lalu.

IV. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi berasal dari nilai laju

pertumbuhan GDP. Pertumbuhan ekonomi yang positif

menandakan perekonomian dalam keadaan ekspansif, sedangkan

pertumbuhan ekonomi yang negatif menandakan perekonomian

dalam keadaan resesi. Secara matematis rumus pertumbuhan

ekonomi:

B. Inflasi

11

Mishkin (2002) mendefinisikan inflasi sebagai kenaikan

tingkat harga yang kontinyu dan terus menerus,

memepengaruhi individu-individu, bisnis, dan pemerintah.

Secara umum inflasi dapat dikelompokkan menjadi tiga

bagian. Inflasi inti (Core Inflation) adalah inflasi barang

atau jasa yang perkembangan harganya dipengaruhi oleh

perkembangan ekonomi secara umum (faktor-faktor fundamental

seperti ekspektasi inflasi, nilai tukar, dan keseimbangan

permintaan dan penawaran agregat) yang akan berdampak pada

perubahan harga-harga secara umum dan lebih bersifat

permanen dan persistent. Inflasi Administered

(Administered Price) adalah inflasi barang atau jasa yang

perkembangan harganya secara umum diatur pemerintah.

Inflasi bergejolak (Volatile Goods Price) adalah inflasi

barang atau jasa yang perkembangan harganya sangat

bergejolak, umumnya dipengaruhi oleh shocks yang bersifat

temporer seperti musim panen, gangguan alam, gangguan

penyakit, dan gangguan distribusi. Terdapat dua alasan

kenapa ekonom peduli terhadap inflasi:

1. Inflasi dapat memicu distrosi yang lain.

2. Selama periode inflasi, tidak semua harga barang dan

upah naik secara proposional, inflasi mempengaruhi

distribusi pendapatan.

Mengacu pada teori ekonomi Neo-Keynesian dalam Gordon

(1997) pendekatan determinan inflasi Indonesia dapat

dijelaskan, sebagai berikut:

12

Inflasi Permintaan (demand-pull inflation) adalah

jenis inflasi ini biasa dikenal sebagai Philips Curve

inflation, yaitu merupakan inflasi yang dipicu oleh

interaksi permintaan dan penawaran domestik jangka panjang.

Contohnya jika terjadi peningkatan permintaan masyarakat

atas barang (peningkatan aggregate demand). Contoh lain

bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan

pencetakan uang, atau kenaikan permintaan luar negeri akan

barang-barang ekspor, atau bertambahnya pengeluaran

investasi swasta karena kredit yang murah, dll.

Inflasi Penawaran (cost-push inflation) atau juga bisa

disebut supply-shock inflation merupakan inflasi

penawaran yang disebabkan oleh kenaikan pada biaya

produksi atau biaya pengadaan barang dan jasa. Misalnya

karena kenaikan harga sarana produksi yang didatangkan dari

luar negeri, atau karena kenaikan bahan bakar minyak).

Ekspektasi Inflasi berasal dari faktor ekspektasi

inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat yang dapat

bersikap adaptif atau forward looking.

Dampak yang ditimbulkan demand pull inflation tidak

menyebabkan berkurangnya kesejahteraan masyarakat karena

kenaikan harga diiringi dengan kenaikan jumlah barang.

Sedangkan pada Cost Push Inflation kenaikan harga

menyebabkan penurunan kesejahteraan masyarakat karena

mengurangi jumlah output.

Ada beberapa cara mengukur tingkat inflasi, yaitu:

13

1. GDP Deflator

2. Indeks Harga Konsumen

3. Indeks Harga Perdagangan Besar

GDP deflator adalah rasio antara GDP nominal dengan GDP

real dari tahun tersebut. Rumus matematis GDP deflator:

C. Pengangguran

Pengangguran adalah kondisi dimana seseorang tidak

bekerja, padahal ia masuk kedalam angkatan kerja dan memang

mencari pekerjaan. Secara umum terdapat tiga jenis

pengangguran:

Pengangguran cyclical adalah pengangguran yang terjadi

akibat perekonomian yang mengalami resesi sehingga output

berada dibawah level full employment. Full employment

adalah kondisi pada jangka panjang saat seluruh output yang

diproduksi merupakan output yang optimal yang dapat

diproduksi, yang berarti seluruh faktor produksi

diberdayakan.

Pengangguran struktural adalah pengangguran yang

terjadi akibat ketidak sesuaian jenis pekerjaan dengan

kapabilitas tenaga kerja. Contoh; masa revolusi industri

dimana kebutuhan tenaga kerja beralih ke tenaga kerja yang

membutuhkan skill untuk menjalankan mesin. Akibatnya

tenaga kerja yang tidak mampu menjalankan mesin menganggur.

Pengangguran Friksional adalah pengangguran yang pasti

ada, meskipun dalam kondisi full employment. Pengangguran

14

ini terjadi akibat proses rekrutmen tenaga kerja yang

membutuhkan waktu untuk mendapatkan pekerjaan. Bisa juga

sebagai pekerja yang keluar dari tempat kerjanya untuk

mendapatkan pekerjaan yang lebih sesuai dengan

keinginannya.

Rumus matematis pengangguran:

Angkatan Kerja =Bekerja + Tidak Bekerja

L = N + U

Tingkat Pengangguran :

Terdapat Dua alasan ekonom peduli terhadap tingkat

pengangguran:

1. Pengangguran menandakan bahwa perekonomian tidak

menggunakan sumber dayanya secara efisien.

2. Efek langsungnya pada kesejahteraan yang

menganggur.

A. Indeks Harga

IHK (Indeks Harga Konsumen) atau CPI (Consumer Price Index)

IHK mengukur inflasi berdasarkan sekumpulan harga pada

kebutuhan hidup konsumen yang paling banyak digunakan, dan

masing-masing item memiliki bobot dalam basket. Indonesia

menggunakan Sembilan bahan pokok dalam menghitung IHK.

Nilai Indeks Harga Konsumen (IHK) digunakan sebagai

indikator patokan nilai inflasi.

15

Keterangan :

% kenaikan = (P1-Po)/Po

Tertimbang = bobot x kenaikan

Inflasi = jumlah tertimbang

IHPB (Indeks Harga Perdagangan Besar)

IHPB (Indeks Harga Perdagangan Besar) mengukur

inflasi berdasarkan harga-harga barang pada tingkat

produsen, metode perhitungannya sama dengan IHK hanya

berbeda jumlah & jenis barang dalam keranjang. Barang

yang termasuk kategori barang ini merupakan barang mentah

dan barang setengah jadi.

B. KEBIJAKAN MONETER

Kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yang diambil

oleh pemerintah ( Bank Sentral ) untuk menambah dan

mengurangi jumlah uang yang beredar.

Sejak tahun 1945, kebijakan moneter hanya digunakan sebagai

kebijakan ekonomi untuk mencapai stabilitaas ekonomi jangka

pendek. Adapun kebijakan fiscal digunakan dalam

pengendalian ekonomi jangka panjang. Namun pada saat ini

kebijakan moneter merupakan kebijakan utama yang

dipergunakan untuk pengendalian ekonomi jangka pendek dan

jangka panjang.

16

Untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar, pemerintah

dapat melakukan kebijakan uang ketat dan kebijakan uang

longgar.

1. Tight Money Policy, yaotu kebijakan Bank Sentral

untuk mengurangi jumlah uang yang beredar dengan

cara :

1. Menaikan suku bunga

2. Menjual surat berharga

3. Menaikan cadangan kas

4. Membatasi pemberian kredit

2. Easy Money Policy, yaitu kebijakan yang dilakukan oleh

Bank Sentral untuk menambah jumlah uang yang beredar

dengan cara :

a. Menurunkan tungkat suku bunga

b. Membeli surat-surat berharga

c. Menurunkan cadangan Kas

d. Memberikan kredit longgar.

Jadi cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi

inflasi adalah melalui kebijakan uang kertas, kebijakan

fiscal, kebijakan produksi, kebijakan perdagangan

internasional dan kebijakan harga.

Macam-macam kebijakan moneter yaitu politik diskonto,

politik pasar terbuka, kebijakan Cadangan Kas, kebijakan

Sanering dan kebijakan Devaluasi Tertra Revolusi.

17

BAB III

KESIMPULAN

Secara umum terdapat tiga variabel yang menjadi isu

utama dalam perdebatan para ekonom makroekonomi dunia,

yaitu:

1. Output Agregat

2. Inflasi

3. Pengangguran

1. Output Agregat

Output Agregat adalah jumlah nilai seluruh output

barang dan jasa yang diproduksi pada suatu perekonomian

dalam jangka waktu tertentu. Output agregat memcerminkan

kekayaan Negara dalam jangka waktu tertentu. Dengan

menggunakan logika model circular flow, output agregat atau

jumlah barang yang diproduksi memiliki nilai yang sama

dengan balas jasa yang diterima oleh pihak yang

memproduksi atau pendapatan nasional. Pendapatan Nasional

merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam

pembanding tingkat kesejahteraan antar Negara. Agar

memiliki tingkat akurasi ukuran kesejahteraan yang baik

biasanya Pendapatan Nasional ini dibagi dengan tingkat

populasi sehingga nantinya didapatkan variabel Pendapatan

Perkapita. Pendapatan Nasional dapat dihitung dengan

mencari nilai Gross Domestic Product (GDP) atau produk

domestik bruto. Terdapat tiga pendekatan dalam menghitung

nilai GDP:

18

1. Pendekatan Produksi

2. Pendekatan Pendapatan

3. Pendekatan Pengeluaran

Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi berasal dari nilai laju

pertumbuhan GDP. Pertumbuhan ekonomi yang positif

menandakan perekonomian dalam keadaan ekspansif, sedangkan

pertumbuhan ekonomi yang negatif menandakan perekonomian

dalam keadaan resesi.

2. Inflasi

Mishkin (2002) mendefinisikan inflasi sebagai kenaikan

tingkat harga yang kontinyu dan terus menerus,

memepengaruhi individu-individu, bisnis, dan pemerintah.

Secara umum inflasi dapat dikelompokkan menjadi tiga

bagian. Inflasi inti (Core Inflation) adalah inflasi barang

atau jasa yang perkembangan harganya dipengaruhi oleh

perkembangan ekonomi secara umum (faktor-faktor fundamental

seperti ekspektasi inflasi, nilai tukar, dan keseimbangan

permintaan dan penawaran agregat) yang akan berdampak pada

perubahan harga-harga secara umum dan lebih bersifat

permanen dan persistent. Inflasi Administered

(Administered Price) adalah inflasi barang atau jasa yang

perkembangan harganya secara umum diatur pemerintah.

Inflasi bergejolak (Volatile Goods Price) adalah inflasi

barang atau jasa yang perkembangan harganya sangat

bergejolak, umumnya dipengaruhi oleh shocks yang bersifat

19

temporer seperti musim panen, gangguan alam, gangguan

penyakit, dan gangguan distribusi.

3. Pengangguran

Pengangguran adalah kondisi dimana seseorang tidak

bekerja, padahal ia masuk kedalam angkatan kerja dan memang

mencari pekerjaan. Secara umum terdapat tiga jenis

pengangguran:

1. Pengangguran cyclical

2. Pengangguran structural

3. Pengangguran Friksional

20

DAFTAR PUSTAKA

Karim, Adiwarman. 2002. EKONOMI ISLAM suatu kegiatan EKONOMI

MAKRO. Kanin Bisnis Consultan: Jakarta.

Suparmoko, M. 1994. PENGANTAR EKONOMI MAKRO. BPFE:

Yogyakarta.

21


Recommended