Date post: | 31-Mar-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | sanata-dharma |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
MAKALAH
TERAPI KOMPLEMENTER
ENEMA KOPI
Oleh:
Henokh Teofilus Rory, S. Farm (148 115 184)
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PENDAHULUAN
Kanker (neoplasma) merupakan penyebab kematian pertama di
dunia. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel
kanker kemudian menyerang dan merusak jaringan biologis
lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang
bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang
jauh (metastasis) (Ghofar, 2009).
Dalam keadaan normal, sel hanya akan membelah diri jika
ada penggantian sel-sel yang telah mati dan rusak. Sebaliknya,
sel kanker akan membelah terus meskipun tubuh tidak
memerlukannya, sehingga akan terjadi penumpukan sel baru.
Penumpukan sel tersebut mendesak dan merusak jaringan normal,
sehingga mengganggu organ yang ditempatinya (Lutfa, 2008).
Kanker memiliki berbagai macam jenis dengan berbagai
akibat yang timbul. Ancaman kematian dan penurunan kualitas
hidup membayangi jutaan penderita kanker. Pada tahun 2008
jumlah kematian akibat penyakit kanker mencapai 58 juta jiwa.
Sedikitnya 1,2 juta jiwa di Amerika Serikat didiagnosa
menderita kanker setiap tahunnya. Akan tetapi incidence rate lebih
banyak terjadi di negara berkembang. Indonesia sebagai salah
satu negara berkembang dengan prevalensi rate penyakit kanker yang
cukup tinggi (Lutfa, 2008).
Menurut data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun
2012 yang dikutip oleh Bakhtiar (2012) menyebutkan bahwa
prevalensi kanker mencapai 4,3 banding 1.000 orang. Padahal
data sebelumnya menyebutkan prevalensinya 1 banding 1.000
orang. Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO)
dan Serikat Pengendalian Kanker Internasional atau International
Union Against Cancer (UICC) tahun 2012 memprediksi, akan terjadi
peningkatan penderita kanker sebesar 300 persen di seluruh
dunia pada tahun 2030. Jumlah tersebut 70 persennya berada di
negara berkembang seperti Indonesia.
Menurut Persatuan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (2005)
yang dikutip oleh Lutfa (2008), penatalaksanaan / pengobatan
utama penyakit kanker meliputi empat macam yaitu pembedahan,
radioterapi, kemoterapi dan hormonterapi. Pembedahan dilakukan
untuk mengambil massa kanker dan memperbaiki komplikasi yang
mungkin terjadi. Sementara tindakan radioterapi dilakukan
dengan sinar ionisasi untuk menghancurkan kanker. Kemoterapi
dilakukan untuk membunuh sel kanker dengan obat anti-kanker
(sitostatika). Sedangkan hormonterapi dilakukan untuk mengubah
lingkungan hidup kanker sehingga pertumbuhan sel-selnya
terganggu dan akhirnya mati sendiri. Keberhasilan
pengobatan ini tergantung dari ketentuan pasien dalam berobat
dan tergantung pada stadiumnya.
Salah satu
dari 4 pengobatan tersebut, dapat dilakukan dengan pengobatan
kemoterapi Kemoterapi dapat membantu dalam pembuatan rencana
yang realistis oleh perawat, pasien dan keluarga. Misalnya,
kemungkinan untuk sembuh, hidup lebih panjang tanpa
gejala/tanda kanker atau hanya meringankan gejala kanker agar
pasien hidup lebih nyaman merupakan keuntungan yang melebihi
risiko efek samping dan kemoterapi yang sifatnya sementara.
Kemoterapi meyembuhkan lebih dari 90% pria penderita kanker
buah zakar yang telah menyebar dan sekitar 98% wanita
penderita koriokarsinoma atau kanker rahim (Junaidi, 2007).
Beberapa efek samping yang tidak diinginkan akan timbul
selama kemoterapi. Berat ringannya efek samping kemoterapi
tergantung pada banyak hal, antara lain jenis obat kemoterapi,
kondisi tubuh, kondisi psikis pasien. Efek samping kemoterapi
timbul karena obat-obat kemoterapi sangat kuat, dan tidak
hanya membunuh sel-sel kanker, tetapi juga menyerang sel-sel
sehat, terutama sel-sel yang membelah dengan cepat. Efek
samping dapat muncul ketika sedang dilakukan pengobatan atau
beberapa waktu setelah pengobatan (Bakhtiar, 2012).
Beberapa hal yang diakibatkan oleh efek samping terapi
tersebut adalah rambut rontok bahkan sampai botak dapat
terjadi selama pemberian kemoterapi, gangguan pada sumsum
tulang yaitu berkurangnya hemoglobin, trombosit, dan sel darah
putih, membuat tubuh lemah, merasa lelah, sesak nafas, mudah
mengalami perdarahan, dan mudah terinfeksi, kulit
membiru/menghitam, kering, serta gatal, pada mulut dan
tenggorokan terdapat sariawan, terasa kering, dan sulit
menelan, adanya mual dan muntah, nyeri pada perut saluran
pencernaan, produksi hormon terganggu sehingga menurunkan
nafsu seks dan kesuburan (Bakhtiar, 2012).
TERAPI KOMPLEMENTER
Terapi komplementer adalah terapi dalam ruang lingkup
luas meliputi sistem kesehatan, modalitas, dan praktek-praktek
yang berhubungan dengan teori-teori dan kepercayaan pada suatu
daerah dan pada waktu/periode tertentu. Terapi komplementer
adalah terapi yang digunakan secara bersama-sama dengan terapi
lain dan bukan untuk menggantikan terapi medis. Terapi
komplementer dapat digunakan sebagai single therapy ketika
digunakan untuk meningkatkan kesehatan (Sparber, 2005, ¶ 2
www.nccam. nih.gov).
Alasan yang paling umum orang menggunakan terapi
komplementer adalah untuk meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan/wellness. Wellness mencakup kesehatan optimum
seseorang, baik secara fisik, emosional, mental dan spiritual.
Fokus terapi komplementer adalah kesejahteraan yang
berhubungan dengan tubuh, pikiran dan spirit. Terapi
komplementer bertujuan untuk mengurangi stres, meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, menghindari atau meminimalkan
efek samping, gejala-gejala, dan atau mengontrol serta
menyembuhkan penyakit (Purnel, 2001
http://nccam.nih.gov/health/camcancer/).
ENEMA KOPI
Enema adalah salah satu
perawatan medis tertua yang
dikenal manusia. Teks medis
tertua yang berasal dari
Mesir yakni Papyrus Ebers
(1.500 SM), mencatat
penggunaan enema. Enema yang
digunakan sepanjang dunia kuno di Samaria, Babylonia, India,
Yunani, Afrika dan China. Literatur Yunani diisi dengan
referensi dari penggunaan terapi enema. Indian Amerika, serta
pada jaman pra-columbus Amerika Selatan membuat tas enema dari
kandung kemih hewan, lateks dan tulang.
Enema dalam pengertian umum adalah memasukkan cairan ke
dalam colon bawah atau usus bawah dari “bawah” (anus) dengan
tujuan melakukan agitasi agar isi usus keluar; atau dapat juga
memasukkan makanan hingga kedalam lambung untuk tujuan memberi
nutrisi; atau juga memasukkan media untuk membentuk kontras
(dalam hal barium). Dalam hal Enema Kopi ini, pengertiannya
agak berbeda, yakni memasukkan cairan kopi ke dalam kolon
bawah (usus besar) untuk membantu “detoxifikasi” darah atau
lever (hati).
Tujuan dari enema kopi adalah untuk mendukung hati dalam
menghilangkan racun dan membersihkan darah. Pada tahun 1984 Dr
Peter Lechner dari Graz, Austria menyatakan, "Enema kopi
memiliki efek yang pasti pada usus besar dan dapat diamati
dengan endoskopi. Wattenberg dan rekan-pekerja mampu
mendapatkan pada tahun 1981 bahwa asam palmitat yang ditemukan
dalam kopi dapat meningkatkan aktivitas glutathione S-
transferase dan ligan lain diatas normal. Kelompok enzim ini
yang bertanggung jawab utama untuk mengkonjugasi radikal bebas
yang elektrofil yang kandung empedu lepaska.”
Enema kopi muncul dalam literatur medis setidaknya sejak
tahun 1917 dan berada di buku Manual Merck sampai tahun 1972.
Ilmuwan Jerman menemukan bahwa kopi dapat membuka saluran
empedu dan meningkatkan produksi empedu oleh hati. Max
Gerson, MD mulai menggunakan enema kopi dengan pasiennya yang
menderita TBC dan kemudian, dengan pasien kanker.
Dr Gerson menemukan bahwa akar penyebab fisik pasien
kanker adalah toksisitas dan defisiensi gizi. Dr. Gerson
menggunakan jus segar mentah dan hati mentah untuk mengatasi
kekurangan gizi serta membantu membersihkan ginjal. Racun
dipaksa keluar dari
jaringan, sehingga
perlu untuk membantu
hati dalam kemampuannya
untuk menghilangkan
racun memadai. Dr
Gerson mengerti bahwa
hati menjadi terbebani
oleh pelepasan racun
secara terus menerus. Ia menemukan bahwa detoksifikasi bisa
difasilitasi dengan baik melalui kafein dalam kopi, diserap
dari usus turun melalui vena hemoroid, yang membawa kafein ke
vena portal dan hati. Kafein merangsang hati dan empedu
saluran terbuka untuk pelepasan produk limbah dan racun dalam
saluran usus untuk ekskresi.
Kemudian, Dr William Kelley, belajar dari Dr. Gerson dan
menerapkan penggunaan enema kopi pertama terhadap dirinya yang
berjuang selama dua tahun dengan kanker pankreas mulai dari
tahun 1969, dan kemudian sampai kematiannya pada tahun 2006.
Kedua dokter tersebut mencatat penyembuhan yang luar biasa
pada pasien yang menggunakan enema kopi.
Perlu diingat bahwa enema kopi yang diberikan bertujuan
untuk mendetoksifikasi hati dan darah, bukan untuk pencucian
perut. Zat yang ditemukan dalam kopi, kahweol dan cafestol
palmitat, mempromosikan aktivitas sistem kunci enzim,
glutathione S-transferase, di atas normal. Sistem ini
mendetoksifikasi susunan yang luas dari elektrofil yang ada
dari aliran darah dan, menurut Gar Hildenbrand dari Gerson
Institute, "hal ini harus dianggap sebagai mekanisme yang
penting untuk detoksifikasi karsinogen". Kelompok enzim ini
bertanggung jawab untuk menetralisir radikal bebas. Hal ini
diyakini bahwa kahweol dan cafestol palmitat meningkatkan
produksi hati dari glutathione sebanyak 700%.
Selain itu, theophylline dan theobromine (dua bahan kimia
lain dalam kopi) melebarkan pembuluh darah dan menghentikan
peradangan di usus; dimana palmitates dapat meningkatkan
sistem enzim yang bertanggung jawab untuk penghapusan radikal
bebas beracun dari serum; dan cairan dari enema kemudian
merangsang sistem saraf visceral untuk mempromosikan
peristaltik dan transitnya empedu beracun yang diencerkan
dari duodenum dan keluar rektum.
Dokter-dokter di Universitas Minnessota menunjukkan bahwa
ketika kopi diberikan secara rektal dapat menstimulasi
aktivitas sistem enzim di hati yang disebut dengan glutation
S-transferase 600-700% dari aktivitas normal. Enzim ini
bereaksi dengan radikal bebas (yang dapat mengakibatkan
kerusakan sel) di aliran darah dan membuatnya tidak bereaksi.
Zat kimia penetralisir ini dapat larut dalam empudu, dan
dilepaskan menuju empudu melalui aliran dari hati dan kantung
empedu dan disekresikan menuju saluran pencernaan di usus.
Pasien menahan enema kopi di kolon selama 15-20 menit, selama
waktu ini aliran darah di tubuh akan melewati hati 4-5 kali,
membawa racun-racun dari jaringan. Sehingga enema merupakan
bentuk dari proses dialisis darah melewati dinding usus.
Tujuan utama enema kopi bukanlah untuk membersihkan usus,
tetapi satu liter air bersama dengan enema kopi yang
menstimulasi gerakan peristaltik di usus. Air tersebut juga
berfungsi untuk melemahkan empedu dan meningkatkan aliran
empedu tersebut, sehingga keduanya berjalan bersama-sama
dengan fungsi dari sistem enzim glutation s-transferase untuk
membawa racun keluar dari usus.
Prinsip dalam terapi ini didukung juga dengan pola makan
sehat, diet yang sehat (dapat dilihat di lampiran “Food for
Gerson Diet”) dan juga pikiran yang sehat dalam melakukan
terapi ini. Berikut ini adalah penyakit yang tidak merespon
dengan baik dengan Gerson Terapi:
1. ALS (Lou Gehrig’s disease)
2. Arthritis atau Lupus setelah penggunaan lama steroid
3. Dystrophy
4. Multiple myeloma
5. Kanker pankreas sesudah kemoterapi
6. Parkinson’s disease
Berikut adalah kondisi komplikasi yang tidak dianjurkan
untuk melakukan Gerson Terapi:
1. Bedridden or paraplegic or non-ambulatory
2. Unable to eat or drink, or on a feeding tube
3. Have been referred to hospice
4. Blood clots (until they are resolved)
5. Greater than half of the colon removed
6. Ileostomy
7. Intestinal obstruction
8. Kidney failure
9. On kidney dialysis
10. More than 75% of stomach removed
11. Organ transplant
12. Pericardial effusion (fluid around the heart)
13. Recurrent pleural effusion (fluid around the lungs)
14. Severe bleeding
15. On kidney dialysis
Kondisi dibawah membutuhkan modifikasi dalam melakukan
Gerson Terapi, dimana membutuhkan tenaga medis profesional:
1. Chronic kidney disease
2. Diabetes type I or II
3. Heart disease
4. Severe high blood pressure
5. Apabila pasien mengunakan banyak macam obat resep
CARA MEMBUAT LARUTAN KOPI
Kopi diharuskan dari jenis organik, berarti kopi tadi
tidak ditanam dengan menggunakan pestisida dan tidak dipupuk
dengan pupuk kimia yang dapat meracuni kopi nya. Biasanya
mudah didapat di daerah sebagai “kopi kampung”. Bila tidak,
dapat dibeli di toko khusus yang menjual produk organik. Kopi
khusus untuk Enema sekarang telah tersedia dan memang
diproduksi untuk keperluan Enema. Dibutuhkan larutan kopi
sebanyak 900 - 1000 ml. Gunakan air yang tidak mengandung
chlorine seperti air PDAM. Pakailah air sumur, artesis atau
air kemasan. chlorine sangat karsiogenik membahayakan organ
tubuh.Air dimasak di wadah. Secara umum jangan menggunakan
wadah yang terbuat dari plastik, Teflon, aluminium, tembaga.
Gunakan wadah yang terbuat dari stainless steel, besi biasa,
kaca dan keramik.
Air dimasak hingga mendidih, kemudian biarkan mendidih
terus dan masukkan kopi sebanyak tiga sendok makan. Masukkan
kopi sesendok dan aduk kemudian tambah sesendok dan
seterusnya. Awas larutan meluap pada waktu dimasukkan kopi.
Cara lain agar tidak meluap adalah pindahkan panci tadi dari
atas api, masukkan sekaligus 3 sendok makan kopi, aduk
sebentar, kemudian pindahkan kembali keatas api dan aduk
sambil dimasak. Hati-hati kopi akan meluap pada menit pertama.
Aduk pada air mendidih ini selama 3 (tiga) menit). Tujuannya
agar minyak kopi yang tidak baik untuk tubuh keluar dan
menguap dari larutan ini. Setelah 3 menit, kecilkan apinya dan
tutup, biarkan selama 12 menit lagi, tidak perlu diaduk. Total
15 menit. Setelah itu larutan didinginkan hingga suam suam
kuku dan setelahnya disaring dengan menggunakan kain kasa
(kain kaos juga bisa) dan dan kini sudah dapat dipakai.
HOW TO DO ENEMA?
Larutan kopi 900 cc yang sudah
didinginkan tadi dimasukkan kedalam wadah
yang nanti disambungkan dengan selang untuk
masuk kedalam kolon. Wadah yang paling
praktis membuatnya adalah botol Aqua (isi
1.5 atau 2 liter). Buat tanda dari spidol
untuk 900 cc, agar gampang melihat sudah
cukup atau belum. Botol dipotong pantatnya
(lihat foto) dan mulutnya disambungkan
dengan selang.
Botol diisi dengan kopi tadi dan digantung maksimum 1.20
meter dari lantai. Jangan lebih tinggi agar tekanan cairan
tidak terlalu keras, dan kopi membanjiri kolon. Jangan juga
terlalu rendah, nanti terlalu lambat. Tingginya botol bisa
disesuaikan dengan kondisi anda
Tentunya supaya kopi tidak mengalir dari selang, waktu
pengisiannya selang kita tutup dahulu. Caranya bisa dengan
mengikat bagian ujung, atau pakai stopper untuk infuse atau
pakai Bulldog clip untuk memencet selang tersebut. Ujung
selang diberi tanda sekitar 12 – 15 cm dari ujung (diatas
lubang samping selang, lihat foto ada karet seperti cincin
dekat ujung). Cara yang mudah adalah dengan mengikat karet
gelang pada batas tanda tersebut. Selang akan dimasukkan
kedalam kolon sedalam ukuran tersebut, jadi kita sebaiknya
buat tanda agar tau apakah sudah cukup dalam atau belum.
Dianjurkan agar pemakaian ini dilakukan dikamar mandi
karena dekat dengan toilet untuk membuang kotorannya. Badan
dibaringkan dilantai (lapis lantai dengan bahan empuk agar
nyaman). Badan dimiringkan kearah kanan (sisi kiri diatas).
Hal ini agar larutan kopi dapat sempurna masuk kedalam kolon
(mengingat bentuk kolon yang lebih banyak sebelah kanan
badan). Kaki ditekuk kearah perut agar rectum terbuka bebas.
Ujung selang sebaiknya diberi pelumas (bisa dipakai
sabun, gel atau minyak yang netral yang tidak menimbulkan
iritasi dan dimasukkan sedalam kira kira 12 – 15 cm (sesuai
tanda yang dibuat). Kemudian selang dibuka agar larutan
mengalir. Umumnya larutan akan habis selama 2-3 menit. Setelah
masuk, tahan cairan selama 12 menit didalam kolon. Jadi sejak
selang dibuka, kira kira waktu seluruhnya adalah 14 – 15
menit. Biarkan selang tetap didalam perut, tidak perlu
dicabut.
Setelah selesai, dapat berdiri (selang dapat saja tetap
diperut), dan setelah
duduk di toilet, selang
dibuka dan kotoran dapat
dibuang. Proses
pembuangan ini umumnya
berkisar 10 menit dan perasaan seperti terkena diare ringan.
Bila terasa sudah benar benar habis, baru proses dianggap
selesai.
Untuk dapat menjadi acuan, biasanya pengeluaran kotoran
akan terjadi pada tiga fase, pertama adalah yang terbanyak.
Kedua akan keluar kurang dari separuhnya (bias dibantu dengan
massage perut searah jarum jam agar dirangsang) dan ketiga
adalah terakhir, dengan jumlah yang sedikit. Khusus yang
ketiga bisa dibantu dengan menekan perut dibawah pusar. Bila
tidak ada yang keluar berarti sudah habis.
Bila anda merasakan bahwa kopi yang dimasukkan tadi tidak
keluar semuanya [anda merasakan seperti ada yang tertinggal
atau bampet], anda dapat melakukan enema susulan menggunakan
air hangat sebanyak 900 ml juga. Posisi badan tidak perlu
dimiringkan, telentang saja. Sesaat semua air telah masuk,
maka bisa langsung dibuang kembali di toilet. Umumnya cara
“bilas” seperti ini selalu berhasil mengeluarkan cairan yang
tertinggal.
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar. (2012). Manfaat & Efek Samping Kemoterapi. Dapat diakses
di http:// Manfaat dan efek samping kemoterapi-
_Bakhtiar.htm dibuka pada tanggal 05 Maret 2015.
Gerson, Charlotte and Beeta Bishop. 2007. Healing The Gerson Way
“Defeating Cancer nad Other Chronic Diseases. American Publisher
Ghofar, Abdul. (2009).Cara Mudah Mengenal & Mengobati Kanker.
Jogjakarta : Flamingo.
Junaidi, Iskandar. (2007). Kanker. Jakarta : PT Bhuana Ilmu
Populer.
Lutfa, Umi. (2008). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan
Pasien dengan Tindakan Kemoterapi di Ruang Cendana RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. Dapat diakses di http://etd.eprints.ums.ac.id/
dibuka pada tanggal 06 Maret 2015.