+ All Categories
Home > Documents > Metodologi Ilmu Politik

Metodologi Ilmu Politik

Date post: 27-Feb-2023
Category:
Upload: ugm
View: 1 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
26
UJIAN AKHIR SEMESTER METODOLOGI ILMU POLITIK UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK AGUS MAARIF 13/ 348056 / SP / 25760 BAGIAN PERTAMA 1. Apa lesson learned yang bisa Anda ambil dari perkuliahan ini, terutama jika dikaitkan dengan perkuliahan metodologis di semester sebelumnya, yaitu Ilmu Sosial Dasar? Metodologi Ilmu Politik (MIP) adalah sebuah mata kuliah lanjutan dari Ilmu Sosial Dasar (ISD). Dalam mata kuliah ISD saya belajar tentang ontologi, epistimologi, dan aksiologi. Apa yang didapatkan di mata kuliah ISD sangat membantu dan berpengaruh ketika saya mengikuti mata kuliah MIP karena dalam mata kuliah MIP menurut saya adalah tingkatan lebih tinggi dari mata kuliah ISD. Ketika saya yakin dengan apa yang telah didapatkan di mata kuliah ISD, disitulah saya mendapatkan keyakinan bahwa di mata kuliah MIP juga akan mendapatkan hasil yang bagus. Dalam mata kuliah MIP kita diberi materi tentang beberapa pendekatan yang digunakan seorang peniliti untuk menjelaskan tentang realita yang ada serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Beberapa pendekatan yang telah diajarkan di mata kuliah MIP sangat
Transcript

UJIAN AKHIR SEMESTER METODOLOGI ILMU POLITIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

AGUS MAARIF

13/ 348056 / SP / 25760

BAGIAN PERTAMA

1. Apa lesson learned yang bisa Anda ambil dari perkuliahan ini,

terutama jika dikaitkan dengan perkuliahan metodologis di

semester sebelumnya, yaitu Ilmu Sosial Dasar?

Metodologi Ilmu Politik (MIP) adalah sebuah mata kuliah

lanjutan dari Ilmu Sosial Dasar (ISD). Dalam mata kuliah ISD

saya belajar tentang ontologi, epistimologi, dan aksiologi.

Apa yang didapatkan di mata kuliah ISD sangat membantu dan

berpengaruh ketika saya mengikuti mata kuliah MIP karena

dalam mata kuliah MIP menurut saya adalah tingkatan lebih

tinggi dari mata kuliah ISD. Ketika saya yakin dengan apa

yang telah didapatkan di mata kuliah ISD, disitulah saya

mendapatkan keyakinan bahwa di mata kuliah MIP juga akan

mendapatkan hasil yang bagus. Dalam mata kuliah MIP kita

diberi materi tentang beberapa pendekatan yang digunakan

seorang peniliti untuk menjelaskan tentang realita yang ada

serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Beberapa

pendekatan yang telah diajarkan di mata kuliah MIP sangat

membantu saya dalam menjadi seorang peneliti yang baik serta

bertanggungjawab. Ketika diberi pengetahuan tentang beberapa

pendekatan saya sadar bahwa untuk menjadi seorang peneliti

yang baik tidak semudah dengan apa yang dibayangkan tetapi

dibutuhkan pengetahuan yang lebih dan harus memahami dulu

tentang beberapa pendekatan-pendekatan.

2. Apa kesulitan-kesuliatan yang Anda temukan dalam

pembelajaran metodologi ini?

Kesulitan yang ada ketika belajar metodologi adalah

sering salah fokus dalam memahamai sebuah pendeketan secara

utuh. Ketika diberi penugasan mingguan untuk membuat tulisan

menggunakan sebuah pendekatan dari awal sampai akhir, saya

merasa apa yang saya buat kurang konsisten. Misalkan saja,

awalnya ingin menggunakan pendekatan behavioral tetapi pada

saat tugas sudah selesai dan saya baca dari awal sampai

akhir ternyata yang dibuat bukanlah pendekatan behavioral

secara utuh melainkan ada pendekatan-pendekatan lain yang

masuk di dalamnya. Menjadi sebuah kebingungan bagi saya

apakah dalam kita menulis sebuah karya menggunakan sebuah

pendekatan itu harus benar-benar 100% menggunakan satu

pendekatan itu saja apakah bisa disisipi dengan pendekatan

yang lainnya. Setelah saya mencoba bertanya kepada beberapa

teman dan termasuk bertanya kepada Mas Ari dan Mas Luthfi,

saya mendapatkan jawaban bahwa untuk saat ini karena tahap

kita adalah tahap belajar maka cobalah untuk konsisten

menggunakan satu pendekatan saja agar benar-benar paham.

Dari situ saya yakin akan memahami secara penuh tentang

beberapa approach yang ada dalam ilmu politik.

3. Apa manfaat dari perkuliahan ini dalam menjelaskan berbagai

ontologi (kajian) yang begitu beragam dalam keilmuan

politik?

Manfaat dari mata kuliah MIP dalam menjelaskan beberapa

ontologi (kajian) yang sangat beragam dalam keilmuan politik

adalah kita dapat secara penuh memahami tentang kajian yang

ada. Dalam penugasan yang diberikan tiap minggunya, kita

diminta untuk terus mengkaji dan terus berlatih untuk

menjadi seorang peneliti yang baik sesuai dengan kaidah-

kaidah yang ada dalam keilmuan politik. Menurut saya hal-hal

semacam itu sangat bermanfaat karena pada dasarnya untuk

menjadi seorang peneliti yang baik tidak hanya dengan

membaca saja tetapi perlu bertindak dengan apa yang telah

didapatkannya melalui membaca. Latihan yang diberikan cukup

membuat banyak manfaat untuk kita dapat menjelaskan beberapa

ontologi dalam keilmuan politik yang sangat beragam. Selain

itu juga dapat menilai karya orang lain serta menjelaskan

realita yang ada secara utuh dan tidak latah dengan apa yang

ada pada orang lain. Dalam menilai karya orang lain kita

dapat membandingkan tentang penjelasan mengenai ontology

dari yang ditulis oleh penulis dengan penjelasan ontology

dari kita sehingga kita termotivasi untuk melakukan yang

lebih baik lagi.

BAGIAN KEDUA

Penugasan:

Dikarenakan mata kuliah ini adalah suatu proses pembelajaran yang

terpadu dan berkesinambungan selama satu semester, silakan Anda

kompilasikan tugas-tugas Anda sebelumnya pada perkuliahan ini dan

kemudian make-up kembali tugas-tugas Anda tersebut! Tugas-tugas

tersebut terdiri dari:

1. Penugasan tentang pembacaan karya tulisan orang lain untuk

dibaca nalar metodologisnya sehingga si penulis sampai pada

justifikasi kebenaran

Peran Mahasiswa dalam Menyambut Pesta Demokrasi

Oleh: Muhammad Rezanda Alifahna1

Setelah membaca dan mencoba memahami tentang sebuah opini

yang ada di http://politik.kompasiana.com/2014/03/23/peran-

mahasiswa-dalam-menyambut-pesta-demokrasi-643441.html , saya

dapat menjudge bahwa opini tersebut adalah sebuah opini yang

bagus. Mengapa saya dapat mengatakan bahwa opini tersebut adalah

opini yang bagus? Akan saya coba jelaskan satu per satu mengenai

argument saya mengenai opini tersebut. Dalam opini dijelaskan1 Seorang mahasiswa Universitas Jenderal Ahmad Yani Bogor yang meminati kajiandi bidang politik, islam, dan kepemimpinan

tentang peran mahasiswa dalam menyambut demokrasi dan dalam

bacaan itu terdapat data-data yang dapat dipertanggungjawabkan

karena disertai dengan argument-argument yang menurut saya dapat

sangat membantu dalam menguatkan data yang ada. Disini saya akan

mencoba mengambil contoh dari yang terkandung di dalam opini, di

bahan bacaan tersebut penulis mengatakan bahwa organisasi

internal kampus telah menyediakan sarana untuk membantu mahasiswa

untuk dapat menuangkan hak pilihnya di tempat di mana dia kuliah

sekarang. Data yang ada diperkuat dengan argument penulis tentang

bagaiamana mahasiswa dapat dengan mudahnya mengurus keperluan

untuk dapat menuangkan hak pilihnya hanya dengan membawa KTP

saja.

Ada lagi yang menurut saya dapat membuktikan bahwa bacaan

ini dapat dikatakan sebagai bacaan yang bagus dari segi data yang

ada. Menjelang pesta demokrasi lima tahunan ini sudah banyak

kampus yang mengundang para calon legislatif dan bakal calon

presiden untuk menyampaikan ide serta gagasannya untuk bangsa ini

dalam sebuah acara debat, talkshow, atau kuliah kebangsaan. Data

yang terkandung di dalam opini diperkuat dengan argument penulis

bahwa dengan adanya ajang semacam itu dapat menambah bekal dan

pengetahuan bagi mahasiswa untuk dapat memilih pemimpin yang

berkualitas. Acara yang semacam itu dapat membuat mahasiswa melek

politik dan tidak hanya ikut-ikutan dalam berpolitik melainkan

karena mereka benar-benar sadar dan terdorong untuk berpolitik

yang baik.

Dari segi metode berfikir di dalam opini yang digunakan oleh

penulis, menurut pemahaman saya setelah membaca bacaan tersebut,

penulis menggunakan metode berfikir etik, subyektif serta

positivisme. Saya akan mencoba menjelaskan mengapa saya dapat

mengatakan bahwa penulis menggunakan metode berfikir yang telah

saya sebutkan di atas. Dalam bacaan tersebut penulis hanya

menggunakan pendapat pribadi saja tanpa adanya campur tangan

orang lain dalam pendapatnya. Dia mengatakan bahwa seharusnya

para calon anggota legislatif harus memberikan talkshow bagi

mahasiswa sebagai bahan pembelajaran. Di situ menurut saya jelas

terlihat bahwa pada bacaan tersebut adalah menggunakan metode

berfikir etik karena berasal dari individunya saja tanpa adanya

campur tangan dari orang lain.

Selanjutnya menurut apa yang saya pahami setelah saya

membaca bacaan tersebut, saya menilai bahwa penulis menggunakan

nalar berfikir subyektif. Mengapa subyektif? Dalam bacaan

terlihat ada jarak antara penulis dengan obyek yang diteliti

(mahasiswa), di mana dalam setiap data dan argument yang ada

hanyalah berasal dari penulis saja tanpa adanya data yang berasal

dari obyek itu sendiri. Hal itulah yang melandasi saya menilai

bahwa pada bacaan tersebut penulis menggunakan nalar berfikir

subyektif. Selanjutnya yaitu mengenai metode berfikir penulis

yang menurut saya menggunakan metode berfikir positivisme. Dalam

bacaan tersebut terdapat data yang menurut saya kebenarannya

dapat dikonfimasi semua orang, dan itulah yang saya pahami

tentang positivisme. Contoh yang menurut saya dapat menjadi acuan

saya bahwa penulis menggunakan metode berfikir positivisme adalah

tidak sedikit juga mahasiswa yang masih apatis, tidak peduli,

bahkan tidak mau membahas sama sekali mengenai hal-hal yang

berkaitan dengan politik, pemilu, dan pesta demokrasi 5 tahunan

ini. Data tersebut memang kebenarannya dapat dikonfirmasi oleh

semua orang karena dalam kenyataannya juga tidak semua mahasiswa

melek akan politik. Banyak mahasiswa yang menganggap politik itu

busuk, politik itu kotor, dsb. Namun perkataan semacam itu dapat

keluar karena ketidakmauan mereka untuk melek politik sehingga

hanya bisa mencaci saja tanpa melakukan aksi yang nyata.

2. Penugasan tentang pengkategorisasian approach (pendekatan)

dalam metodologi ilmu politik

Pengaktegorisasian Approach (Pendekatan) dalam Metodologi

Ilmu Politik

Berdasarkan perkuliahan Metodologi Ilmu Politik (MIP) selama

satu semester ini, banyak sekali pendekatan-pendekatan yang telah

kita terima untuk memahami kegiatan politik yang ada di sekitar

kita. Seorang sarjana politik terkemuka bernama Vernon Van Dyke

mengatakan bahwa: “Suatu pendekatan ( approach ) adalah kritera

untuk menyeleksi masalah dan data yang relevan,”2 dengan kata

lain istilah pendekatan mencakup standar atau tolak ukur yang

dipakai untuk memilih masalah, menentukan data mana yang akan

diteliti dan data mana yang akan dikesampignkan. Ini tentu saja

2 Vernon van Dyke, Political Science: A Philosophical Analysis (Stanford: Stanford University Press, 1960), hlm. 114.

berbeda dengan metode yang hanya mencakup prosedur untuk

memperoleh dan mempergunakan data.3

Berdasarkan yang telah dipelajari pada sesi perkuliahan,

pemetaan metodologi seorang ilmuan dibagi menjadi 3 (tiga) :

1. Berdasarkan Definisi

a. Metodologi sebagai riset

b. Metodologi sebagai prinsip teoritis

2. Berdasarkan Paradigma atau Perspektifnya

a. Positifis/cenderung kuantitatif

1) Positifisme

2) Neo-positifisme

3) Naturalisme

b. Anti Positifis/Cenderung Kualitatif

1) Etno metodologi

2) Interaksionisme simbolik

3) Hermeunetik

4) Fenomenologi

5) Etnografi

6) Critical Perspective

a) Marxisme

b) Feminisme

3. Berdasarkan Zaman

a. Tradisional

b. Behavioral

3 Lihat Miriam Budiarjo. 2008, “Dasar-dasar Ilmu Politik”, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, hlm. 71.

c. Post-behavioral

Sarantakos menjelaskan bahwa perbedaan metodologi muncul

karena disebabkan oleh beberapa hal:

1. Perbedaan persepsi terhadap realitas

2. Perbedaan pemahaman dan cara memahami manusia

3. Sifat alamiah dari ilmu pengetahuan

4. Perbedaan tujuan dan prosedur

Karena perbedaan metodologi dan paradigma itulah maka dalam ilmu

politik muncul banyak pendekatan dalam memahami dan menjelaskan

dimensi politik dari berbagai fenomena sosial yang ada. Selain

perbedaan perbedaan paradigma dan metodologi, dalam ilmu sosial

juga tidak/belum ada klasifikasi paradigma atau metodologi yang

disepakati bersama. Marxisme dan feminisme menurut Sarantakos

adalah contoh metodologi-metodologi baru yang tidak bisa

diklasikifasikan dalam klasifikasi metodologi

positifis/kuantitatif – antipositivis/kualitatif. Di dalam sesi

perkuliahan MIP kita pernah belajar mengenai tabel tentang

beberapa pendekatan yang ada di dalam ilmu politik. Tabel

tersebut adalah sebagai berikut :

Permasalah

an Subyek

Orientas

i

Metodolo

gi

Bawaan

Teori

Perspekt

if pada

negara

dan

Status

dalam

disiplin

politik

Normatif

(tradisi

onal)

Nilai Deduktif

,

analitis

Normatif,

evaluasi,

memiliki

tujuan

mulia

Dominan

liberal

(tapi

tidak

seluruhn

ya)

Tradisi

kuat

Institus

ional

(tradisi

onal)

Konsen

pada

aturan

yang

dibangun,

memiliki

rules and

regulations

Induktif

,

relatifi

s,

kualitat

if

Normatif,

evaluasi,

memiliki

tujuan

mulia,

empirik

Tradisio

nal:

demokras

i

liberal,

konserva

tif.

Modern:

multi-

teori

Meninggalk

an tradisi

politik

lama dan

meningkatk

an

pendekatan

baru

Behavior

al

Penjelasan

mengapa

individu

melakukan

seperti

itu,

positivism

e

Kuantita

tif,

analisis

Afektif,

psikomoto

rik,

kognitif

Awalnya

bebas

nilai.

Selanjut

nya

multi-

teori

Mengemukak

an sebab-

akibat dan

empirik

Rational

Choiche

(post-

behaviro

al)

Rasionalit

as,

bertindak

sesuai

kepentinga

n (opsi

terbaik)

Deduktif Empirik,

prediksi,

memiliki

tujuan

mulia

Dominan

tapi

tidak

inheren,

paradigm

a hak-

hak

baru.

Selanjut

nya

multi-

teori

Menyediaka

n sebuah

jalan dari

beberapa

pilihan

Feminism

e (post-

behaviro

al)

Dampak &

tantangan

untuk

patriarki

Relatif,

berwarna

,

kualitat

if

Normatif,

evaluasi,

memiliki

tujuan

mulia,

Keluar

dari

definisi

politik

Mengenali

tujuan

mulia dan

keterbatas

an dampak.

empirik Potensi

sebagai

substansi

Discours

e

Analysis

(post-

behaviro

al)

Fokus pada

struktur

pemaknaan,

fungsi

perubahan

Relatif,

perbedaa

n

pemaknaa

n antara

asli dan

kebanyak

an

Empirik Memberik

an

keunggul

an pada

ilmu

politik.

Tendensi

pada

interpre

stasi

elit dan

marxis

Berfokus

pada

pemaknaan

struktur

sosial

sebagai

tindakan

politik

Selain beberapa pendekatan seperti yang ada di dalam tabel

di atas, ada lagi beberapa pendekatan (approach) dalam keilmuan

politik. Pendekatan tersebut adalah :

1. Pendekatan Neo-Marxis

Penganut pendekatan perilaku sibuk menangkis serangan dari

para sarjana pasca-perilaku, muncullah kritik dari kubu lain

yaitu dari kalangan Marxis. Para Marxis ini yang sering

dinamakan Neo-Marxis untuk membedakan mereka dari orang

Marxis klasik yang lebih dekat dengan komunisme, bukan

merupakan kelompok yang ketat organisasinya atau mempunyai

pokok pemikiran yang sama. Lebih tepat apabila mereka

digambarkan sebagai kelompok-kelompok kecil yang terdiri

dari cendekiawan yang mendapat inspirasi dari tulisan-

tulisan Marx, terutama yang dikarang dalam masa mudanya.

Cikal bakal orientasi ini adalah tulisan-tulisan sarjana

Hongaria, George Lukacs (1885-1971), terutama dalam karyanya

yang berjudul History and Class Consciousness.4

2. Teori Ketergantungan (Dependency Theory)

Kalangan lain yang juga berada dalam rangka teori-teori kiri

yang kemudian dikenal sebagai teori ketergantungan adalah

kelompok yang mengkhususkan penelitiannya pada hubungan

antara negara Dunia Pertama dan Dunia Ketiga. Bertolak dari

konsep Lenin mengenai imperialisme, kelompok ini berpendapat

bahwa imperialisme masih hidup tetapi dalam bentuk lain

yaitu dominasi ekonomi dari negara-negara kaya terhadap

negara-negara yang kurang maju (underdeveloped). Negara-negara

maju memang telah melepaskan tanah jajahannya, tetapi

mengendalikan (mengontrol) ekonominya.5

3. Pendekatan Pilihan Rasional (Rational Choice)

Pendekatan ini muncul dan berkembang belakangan sesudah

pertentangan antara pendekatan-pendekatan yang dibicarakan

diatas mencapai semacam consensus yang menunjukan adanya

pluralitas dalam bermacam-macam pandangan. Pendekatan ini4 Lihat Miriam Budiarjo. 2008, “Dasar-dasar Ilmu Politik”, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, hlm. 82. 5 Lihat Miriam Budiarjo. 2008, “Dasar-dasar Ilmu Politik”, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, hlm. 90.

juga lahir dalam dunia yang bebas dari peperangan besar

selama hamper empat decade, di mana seluruh dunia berlomba-

lomba membangun ekonomi negaranya. Berbagai negara baru

menyusun rencana-rencana pembangunan, sedangkan beberapa

negara kaya turut membantu melalui bermacam-macam organisasi

internasional atau secara bilateral.6

4. Pendekatan Institusionalisme Baru

Institusionalisme baru (new institusionalism) berbeda dengan

pendekatan yang telah diuraikan sebelumnya. Pendekatan ini

lebih merupakan suatu visi yang meliputi beberapa pendekatan

lain, bahkan beberapa bidang ilmu pengetahuan lain seperti

sosiologi dan ekonomi. Institusionalisme baru mempunyai

banyak aspek dan variasi. Misalnya, Institusionalisme Baru

Sosiologi, Institusionalisme Baru Ekonomi, dsb. Pendekatan

ini disebut pendekatan Institusionalisme Baru karena

merupakan penyimpangan dari Institusionalisme Lama.7

Referensi

Budiarjo, Miriam.2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta:

Gramedia

Materi Power Point Perkuliahan Metodoli Ilmu Politik Semester

Genap

3. Penugasan tentang pendalaman approach pertama dari dua

approach yang Anda bandingkan

Gerakan Mahasiswa dalam Pemilu 20146 Ibid, hlm. 92.7 Ibid, hlm. 96.

Mahasiswa adalah satu kata yang memiliki makna sangat luar

biasa. Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang

memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi.

Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau cendekiawan muda

dalam suatu lapisan masyarakat yang sering kali syarat dengan

berbagai predikat. Dari pendapat di atas bias dijelaskan bahwa

mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan menjadi

calon-calon intelektual.8

Mahasiswa adalah sebuah aktor yang diharapkan masyarakat

dapat merubah bangsa ini. Masyarakat percaya bahwa mahasiswa

memiliki kemampuan lebih dan kemampuan itulah yang menjadi

harapan masyarakat yang dibebankan kepada mahasiswa. Masyarakat

tidak peduli berapa IP yang dimiliki oleh para mahasiswa tetapi

yang terpenting adalah seorang mahasiswa menjadi ujung tombak

dalam perubahan negara menuju ke arah yang lebih baik. Gerakan

mahasiswa bukan hanya terjadi pada saat sekarang ini tetapi juga

sudah ada sejak zaman dahulu. Gerakan mahasiswa dalam bidang

politik sangat sering dilakukan apalagi pada saat seperti

sekarang ini (pemilu) di mana banyak sekali gerakan mahasiswa

dalam menyambut pemilu.

Gerakan mahasiswa dari masa ke masa selalu memberikan nafas

baru yang kemudian melahirkan aktivis-aktivis mahasiswa yang

8 http://definisipengertian.com/2012/pengertian-definisi-mahasiswa-menurut-para-ahli/ Diakses pada tanggal 28 Juni 2014 Pukul 15.15 WIB.

cerdas dan berani. Pada umumnya, gerakan yang dibangun oleh para

aktivis mahasiswa ini berangkat dari sebuah kesadaran tentang

posisi masyarakat yang berhadapan dengan negara (konsep patron-

client). Kesadaran tersebut kemudian membawa aktivitas gerakan

pada sebuah tujuan yang hendak dicapai. Dengan melibatkan

berbagai wacana yang mampu mendukung terwujudnya tujuan gerakan,

para aktivis akan mengembangkan sebuah metode, strategi, atau

taktik gerakan sebagai hasil dan tindak lanjut dari tingkat

kesadaran yang mereka miliki tentang ketegangan antara negara

dengan masyarakat. Dalam perjalanan sejarah Bangsa Indonesia

sendiri, aktivitas gerakan mahasiswa selalu mengalami pasang

surut, tercapai atau tidaknya tujuan gerakan sangat tergantung

pada metode dan strategi yang digunakan oleh gerakan mahasiswa

yang bersangkutan. Beda zaman beda tantangan, begitulah gambaran

dinamika gerakan mahasiswa dalam catatan sejarah.9

Pada masa pemilu seperti sekarang ini mahasiswa dituntut

melakukan sebuah aksi nyata kepada masyarakat agar masyarakat

dapat terbuka pintu hatinya dan mengetahui tentang apa sebenarnya

pemilu. Salah satunya dilakukan dengan membentuk sebuah gerakan

mahasiswa. Gerakan-gerakan dalam menyambut pemilu tidak hanya

dilakukan oleh satu atau dua orang saja tetapi membutuhkan semua

lapisan mahasiswa untuk dapat tercapai hasil yang maksimal.

Gerakan mahasiswa dalam menyambut pemilu dibutuhkan sebuah nilai

yang dapat diserap oleh masyarakat sehingga benar-benar memahami

tentang tujuan utama dari gerakan mahasiswa.9 http://www.academia.edu/3748555/GERAKAN_MAHASISWA_INDONESIA Diakses pada tanggal 28 Juni 2014 Pukul 15.16 WIB.

Salah satu gerakan mahasiswa dalam rangka menyambut

datangnya pemilu 2014 adalah Gerakan Menolak Bodoh. Gerakan ini

tidak hanya fokus kepada pemilu legislatif yang telah

dilaksanakan tanggal 9 April yang lalu, namun juga pemilu

presiden yang akan dilaksanakana pada bulan Juli mendatang.

Gerakan menolak bodoh merupakan sebuah gerakan yang dilakukan

oleh Dema Fisipol UGM dalam pemilu 2014 secara keseluruhan.

Sebenarnya apa yang menjadikan gerakan ini perlu dan diharapkan

mampu merubah paradigma masyarakat mengenai pemilu? Selama ini

masyarakat terlanjur ingin sesegera mungkin menghindar ketika

mendengar kata “pemilu”, masyarakat sudah melihat pemilu dengan

sebelah mata serta masyarakat menilai bahwa pemilu hanyalah

sarana bagi orang-orang kaya untuk dapat memeperkaya dirinya dan

memanfaatkan masyarakat kecil sebagai salah satu pelicin bagi

orang-orang kaya untuk dapat memuluskan rencananya. Dua masalah

yang kita hadapi saat ini ialah sikap sok tahu dan sikap tak mau

tahu. Kombinasi keduanya sangat mematikan. Semematikan kombinasi

jagal ibukota Hafitd dan Syifa. Sikap sok tahu menyebabkan

seseorang bertindak salah dengan percaya diri. Sedangkan sikap

tak mau tahu menyebabkan seseorang jadi batu. Gerakan menolak

bodoh ini akan merubah sikap yang kurang sesuai tersebut.10

Dengan ketidakpekaan masyarakat tentang esensi pemilu yang

sebenarnya, masyarakat cenderung tidak tahu dan sepertinya tidak

mau tahu tentang apa itu pemilu, mereka hanya sekedar datang ke

10 https://www.facebook.com/notes/dewan-mahasiswa-fisipol-ugm/launching-pemilu-2014-gerakan-menolak-bodoh/500965723346190 Diakses pada tanggal 28 Juni2014 Pukul 15.30 WIB

tps, mencoblos dan selebihnya mereka tidak peduli lagi apa yang

terjadi. Hal ini terus menerus terjadi dalam setiap pemilu,

seolah-olah ruang gerak masyarakat hanya di area itu saja. Slogan

dari pemerintah mengenai “lima menit untuk lima tahun”, menjadi

sebuah slogan yang menjadi sebuah polemik. Mengapa? Karena

seolah-olah rakyat hanya diberi waktu lima menit untuk

berpartisipasi dalam merubah nasib bangsa. Apakah bangsa ini akan

menjadi sebuah bangsa yang besar jika hanya ada waktu 5 menit

bagi tiap masyarakat untuk memperbaiki bangsa? Tentu saja tidak,

masyarakat harus aktif dan terus mengawasi jalannya pemerintahan

selama pemerintahan berlangsung bukan hanya selama lima menit di

dalam bilik suara saja.

Sarana untuk berdemokrasi bukan hanya dalam rangka pemilu

saja, tetapi tiap menit tiap detik dan kapanpun kita harus bisa

berdemokrasi untuk merubah bangsa ini menuju ke arah yang lebih

baik lagi. “lima menit untuk lima tahun” harus dirubah menjadi

“lima tahun untuk lima tahun” karena pemilu bukan menjadi sebuah

ajang yang dapat sekejap merubah nasib bangsa ini. Pesan moral

dari “lima tahun untuk lima tahun” adalah tidak usah menunggu

lima tahun untuk berbuat sesuatu. Jika ingin merubah bangsa

sekarang maka sekarang juga harus melakukan sesuatu. Jika rakyat

ingin merubah nasib bangsa ini menjadi bangsa yang lebih baik

harusnya rakyat berpartisipasi bukan hanya lima menit melainkan

terlibat dalam lima tahun jalannya kabinet. Berbagai kalangan

mahasiswa yang tergabung dalam gerakan ini melakukan aksi nyata

untuk menyadarkan masyarakat dengan turun ke jalan dan langsung

menemui warga masyarakat dan menjelaskan tentang arti pemilu dan

tujuan dari gerakan menolak bodoh. Tidak semua tanggapan dari

masyarakat positif terhadap gerakan tersebut. Ada masyarakat yang

merasa mendapatkan angin segar setelah diberi tahu tentang apa

yang seharusnya dilakukan oleh masyarakat dan ada juga masyarakat

yang hanya sekedar mendengarkan dan tidak mengambil nilai yang

telah diberikan oleh para mahasiswa yang turun langsung ke jalan.

Usaha yang dilakukan oleh para mahasiswa yang tergabung dalam

Gerakan Menolak Bodoh tidak mengenal lelah karena mereka semua

melakukan usahanya secara berkesinambungan.

Gerakan menolak bodoh mengajak semua masyarakat khususnya

para mahasiswa agar tidak hanya berdiam diri menghadapi pemilu

tetapi melakukan aksi nyata agar terciptanya pemilu yang bersih

dan cerdas. Para mahasiswa yang tidak melek politik atau hanya

memandang tanpa bertindak ketika ada suatu tindakan politik yang

salah, diharapkan mampu berubah perilakunya ketika mereka

menginginkan adanya perubahan bagi nasib bangsa ini. Seorang

pemimpin yang seperti super hero juga tidak akan dapat menjadikan

bangsa ini menjadi lebih baik tanpa adanya dukungan dari semua

kalangan masyarakat.

Banyak sekali kasus yang bertebaran seiring berjalannya

waktu dalam pemilu. Kasus politik uang menjadi salah satu kasus

yang sangat setia menemani pemilu. Menurut

http://www.dakwatuna.com/2014/04/14/49586/ditemukan-11-modus-

pelanggaran-beraroma-kecurangan-pemilu-di-yogyakarta/

#axzz2zxpZIDCk terdapat banyak kasus pelanggaran pemilu, salah

satunya adalah ada petugas KPPS yang masih kelas 2 SMA dan belum

memenuhi syarat menjadi anggota KPPS, seperti yang terjadi di

Kecamatan Pathuk, Kabupaten Gunung Kidul (bertentangan dengan

Pasal 53 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara

Pemilihan Umum). Dengan adanya hal semacam itu, seharusnya peran

mahasiswa menjadi penting untuk memberikan tentang kesadaran

masyarakat bahwa hal tersebut salah. Gerakan menolak bodoh juga

memberikan pesan tersirat kepada semua lapisan agar sadar tentang

gejala-gejala kesalahan pemilu dan berani bertindak, tidak hanya

menyaksikan dan membiarkan begitu saja tentang kesalahan yang

terjadi. Gerakan ini diharapkan mampu merubah atau setidaknya

menyadarkan masyarakat untuk mengerti apa itu politik yang

sebenarnya dan tidak pasif, dalam artian masyarakat diharapkan

mampu berperan selama lima tahun jalannya pemerintahan bukan

hanya berperan lima menit di dalam tps saja. Dengan hanya

berperan lima menit di dalam TPS saja maka orang-orang yang

terpilih dan naik menjadi wakil rakyat akan dengan mudah

melakukan korupsi karena mereka menilai pengawasan dari kalangan

masyarakat yang lemah.

Pemilu dan korupsi menjadi sebuah hal yang berbeda namun

saling berkaitan. Jika kita sebagai masyarakat memiliki keinginan

untuk melakukan korupsi melalui cara menghisap uang para caleg.

Maka begitu pula logika yang akan digunakan para caleg ketika

duduk di kursi parlemen nanti. Karena kita korupsi, maka dewan

pun ikut korupsi. Oleh sebab itu, mari kita bersama-sama

mengawasi proses pemilu agar memiliki esensi penting dalam

pembangunan kehidupan berdemokrasi. Sehingga pada akhirnya negera

ini bukanlah menjadi ajang tempat pementasan dangdut semata yang

dibarengi orasi: anti-korupsi. Tetapi lebih jauh lagi adalah

pencapaian untuk mendapatkan pemimpin politik yang mengedepankan

pengabdiannya untuk negara, bukan pengabaian untuk kepentingan

pribadi semata.

Banyak gerakan mahasiswa yang menyerukan tentang bahaya

korupsi namun tidak semua gerakan mahasiswa mengharuskan

anggotanya terjun langsung ke masyarakat untuk memberikan

informasi secara face to face kepada masyarakat tentang makna di

balik itu semua. Masyarakat yang tahu tentang adanya gerakan

mahasiswa dalam menyambut pemilu hanya sekedar tahu saja dan

tidak mengerti tentang makna yang terkandung di dalam gerakan

mahasiswa tersebut. Alhasil masyarakat akan dengan sangat senang

menerima uang yang diberikan oleh para calon pemimpin bangsa

karena sifat materialistis yang banyak dimiliki oleh orang

Indonesia. Masyarakat berharap banyak kepada gerakan-gerakan yang

dilakukan oleh mahasiswa agar tidak terjadi lagi kasus korupsi.

Namun perlu diingat bahwa korupsi tidak dapat hilang dalam

sekejap mata ketika melihat gerakan mahasiswa namun dibutuhkan

pengawasan lebih dari masyarakat agar korupsi tidak menampakan

dirinya lagi.

Gerakan apapun yang dilakukan baik oleh mahasiswa maupun non

mahasiswa masih kalah dengan uang yang diberikan oleh para calon

pemimpin karena sifat materialistis masyarakat. Meskipun sudah

diberi petunjuk dan diberi nasehat, namun masyarakat akan dengan

mudah tergiur uang yang diberikan oleh para calon pemimpin karena

mungkin jumlahnya yang cukup besar dan bisa untuk menutupi

kebutuhan hidup. Namun patut disayangkan juga adalah bahwa

masyarakat tidak berfikir ke depan namun hanya memikirkan

kesenangan sesaat. Padahal jika masyarakat lebih jeli dan lebih

cerdas lagi maka korupsi tidak akan terjadi lagi karena dari hal

“kecil” semacam itulah yang akan mendatangkan bahaya korupsi.

Mahasiswa yang tergabung dalam gerakan menolak bodoh sudah

memiliki cara tersendiri bagaimana merubah paradigma masyarkat

tentang pemilu. Baik dengan cara face to face maupun lewat

berbagai media sosial. Tinggal bagaimana kesadaran dari

masyarakat dapat terbangun sehingga dapat menjadikan Indonesia

menjadi yang lebih baik dari yang saat ini.

4. Penugasan tentang pendalaman approach kedua dari dua

approach yang Anda bandingkan

Di kebanyakan negara demokrasi, pemilihan umum dianggap

lambang sekaligus tolak ukur dari demokrasi itu. Hasil pemilihan

umum yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan

kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi

masyarakat. Sekalipun demikian, disadari bahwa pemilihan umum

tidak merupakan satu-satunya tolak ukur dan perlu dilengkapi

dengan pengukuran beberapa kegiatan lain yang lebih bersifat

berkesinambungan, seperti partisipasi dalam kegiatan partai,

lobbying, dan sebagainya.11

Pemilu diharapkan mampu mewujudkan kedaulatan rakyat dengan

menciptakan pemerintahan yang demokratis hingga ke akar-akarnya.

Namun banyak sekali masyarakat yang menganggap bahwa pemilu

hanyalah sekedar partisipasi lima menit di dalam bilik suara yang

tidak akan membawa perubahan yang signifikan bagi Indonesia ke

depannya. Selain itu masyarakat juga menganggap bahwa pemilu

adalah uang. Di mana siapa yang memiliki uang yang banyak maka

dialah yang akan dapat menang dalam pemilu tanpa melihat siapa

dia dan bagaimana kehidupan sehari-harinya. Berdasarkan hal

inilah yang menyebabkan banyak para calon anggota legislatif yang

tidak jelas asal-usulnya atau bisa dibilang orang itu ada karena

ada maunya.

Masyarakat dapat berfikiran seperti itu bukan karena tidak

ada sebab. Pemilu yang berlangsung sejauh ini memang dianggap

hanya sebagai syarat saja namun dampak yang nyata bagi masyarakat

secara luas masih jauh dari yang diharapkan. Berbagai macam

gerakan-gerakan mahasiswa bermunculan untuk merubah konstruksi

masyarakat mengenai pemilu. Gerakan mahasiswa tersebut bukan

hanya dilakukan dalam pemilu kali ini saja melainkan dalam pemilu

sebelumnya juga telah ada gerakan mahasiswa yang mengingkan

adanya perubahan dalam konstruksi yang telah ada di dalam

masyarakat. Suksesnya pemilu bukan hanya bersandar pada

11 Lihat Miriam Budiarjo. 2008, “Dasar-dasar Ilmu Politik”, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, hal. 461.

integritas penyelenggaraan pemilu dan peserta pemilu semata.

Namun, harus didukung pula oleh seluruh pemangku kepentingan

pemilu demi terciptanya sinergitas yang kuat dan saling

berkesinambungan. Terkait dengan hal tersebut, kiranya pemilu

2014 diharapkan menjadi lebih baik di bandingkan pemilu 2009.

Menciptakan para pemimpin bangsa berkarakter negarawan tanpa

mental korupsi dan gemar menghambur-hamburkan uang rakyat. Untuk

itu, setidaknya terdapat 4 (empat) komponen yang bertangung jawab

dalam mensukseskan pemilu 2014 yaitu, penyelenggara pemilu (KPU

dan Panwaslu), partai politik, pers dan masyarakat.12

Masyarakat saat ini cenderung menitikberatkan pemilu sebagai

satu-satunya wujud demokrasi yang ada. Masyarakat tidak tahu

tentang apa sebenarnya demokrasi dan cenderung tidak mau tahu

tentang artis demokrasi yang lebih dari sekedar pemilu saja.

Dengan adanya hal semacam itu, masyarakat menilai bahwa

partisipasi mereka dalam demokrasi adalah hanya selama dia di

dalam bilik suara saja, setelah keluar dari bilik suara berarti

mereka telah melakukan demokrasi. Kenyataan semacam inilah yang

selama ini ada dan mungkin akan terus menerus ada karena

ketidakjelasan demokrasi yang ada di Indonesia. Kenyataan semacam

itu ada karena masyarakat “memahami” makna demokrasi hanya ketika

menjelang pemilu, jika tidak ada pemilu masyarakat pasti akan

acuh terhadap pemaknaan demokrasi karena bagi mereka tidak akan

ada arti yang cukup signifikan.

12 http://news.detik.com/read/2014/01/24/150630/2477335/103/meningkatkan-partisipasi-masyarakat-dalam-pemilu-2014 di akses pada tanggal 29 Juni 2014, pukul 23.05 WIB.

Pemilu dianggap sebagai suatu yang kotor juga menjadi sebuah

kalimat yang sangat melekat di benak masyarakat pada umumnya.

Tidak dapat disalahkan dengan adanya anggapan semacam itu karena

pada dasarnya memang banyak sekali para oknum dalam pemilu yang

menghalalkan segala cara untuk dapat menang dalam pemilu. Cara

yang dilakukan sangat beragam, mulai dari jual beli suara hingga

saling menjatuhkan antar pihak dengan cara yang nakal dan

menjurus kepada kekerasan. Namun jika masyarakat melakukan

pengawasan secara baik, hal semacam itu dapat diatasi karena

adanya hal semacam itu juga disebabkan oleh lemahnya pengawasan

dan mudahnya masyarakat tertipu oleh rayuan oleh para oknum dalam

pemilu. Orang yang memilih didalam pemilu dianggap benar dan

orang yang golput dianggap salah nampaknya menjadi sebuah

permasalahan yang cukup menarik. Jika hal semacam itu diteruskan

maka secara tidak langsung akan menggores makna demokrasi yang

dapat diartikan bebas. Bebas dalam artian dia dapat memilih atau

tidak memilih. Namun jika pemilu menjadi satu-satunya acuan

demokrasi untuk mewujudkan pemerintahan yang baik nampaknya

kurang tepat. Jika suara orang yang memilih karena dia tahu dan

suara orang yang memilih karena asal-asalan dihitung sama maka

nampaknya belum akan menciptakan pemerintahan yang baik.

Dalam gerakan menolak bodoh, konstruksi yang akan dibangun

adalah tentang bagaimana untuk menjamin kualitas demokrasi yang

ada, masyarakat diberikan kebebasan untuk memilih dan juga untuk

tidak memilih. Jika memilih tetapi tidak tahu siapa yang dipilih

maka akan merugikan. Namun jika mereka tidak memilih karena

memang tidak ada calon yang menurut mereka pantas untuk dipilih

maka alasan untuk golput tidak dapat disalahkan karena daripada

mereka jatuh dipilihan yang salah yang akan merugikan bagi yang

lainnya. Selain itu dalam gerakan menolak bodoh juga menekankan

pada partisipasi masyarakat. Partisipasi dalam hal ini bukan

hanya sekedar saat mereka berada di dalam bilik suara namun

partisipasi yang dimaksudkan adalah selama jalannya pemerintahan

sehingga dapat tercipta pemerintahan yang sesuai dengan yang

diharapkan oleh masyarakat. Karena sejatinya pemaknaan demokrasi

tidak sesimple lima menit di dalam bilik suara saja. Percuma saja

jika partisipasi masyarakat di dalam pemilu hanya karena

mobilisasi saja tanpa adanya pengetahuan tentang apa dan siapa

yang akan dipilih.

Paradigma masyarakat tentang pemilu yang buruk dapat diatasi

jika partisipasi masyarakat dalam demokrasi lebih ditingkatkan

lagi. Bukan hanya partisipasi ketika akan diselenggarakan pemilu

saja, namun partisipasi yang dilakukan adalah yang secara

berkelanjutan yang dapat membawa dampak positif bagi berbagai

pihak. Yang terpenting sejatinya bukan hanya partisipasi

mencoblos seorang wakil rakyat atau yang lainnya, tetapi

partisipasi setelah dilakukannya pencoblosan yaitu partisipasi

selama jalannya pemerintahan. Partisipasi yang hanya lima menit

saja adalah pembodohan yang terus menerus akan menjadi sebuah

permaslahan bagi jalannya demokrasi yang ada di Indonesia.


Recommended