+ All Categories
Home > Documents > Paper Gizi3

Paper Gizi3

Date post: 27-Feb-2023
Category:
Upload: independent
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
32
BAB 1 LATAR BELAKANG Vitamin merupakan zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh dan biasanya terpenuhi dari sumber makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan yang mempunyai tugas spesifik di dalam tubuh. Vitamin ini terbagi menjadi 2 jenis, yaitu vitamin larut lemak (vitamin A,D,E, dan K) dan vitamin larut air (vitamin C dan B kompleks). 1 Vitamin A merupakan salah satu vitamin yang dapat larut dalam lemak dan pelarut lemak, dengan sifat-sifat umum seperti misalnya apabila dalam keadaan berlebihan vitamin ini dapat disimpan dalam tubuh, dikeluarkan dalam jumlah kecil melalui empedu, gejala defisiensi berkembang lambat, mempunyai prekursor atau provitamin, dan sebagainya. 1 Vitamin A sangat penting untuk pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup. Walau kecukupan kebutuhan vitamin hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil, tetapi tetap saja masih banyak masyarakat yang mengalami berbagai kelainan atau penyakit akibat kekurangan vitamin A ini. Di seluruh dunia, di antara anak-anak prasekolah diperkirakan terdapat sebanyak 6-7
Transcript

BAB 1

LATAR BELAKANG

Vitamin merupakan zat-zat organik kompleks yang

dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya

tidak dapat dibentuk oleh tubuh dan biasanya terpenuhi

dari sumber makanan. Vitamin termasuk kelompok zat

pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan yang

mempunyai tugas spesifik di dalam tubuh. Vitamin ini

terbagi menjadi 2 jenis, yaitu vitamin larut lemak

(vitamin A,D,E, dan K) dan vitamin larut air (vitamin C

dan B kompleks).1

Vitamin A merupakan salah satu vitamin yang dapat

larut dalam lemak dan pelarut lemak, dengan sifat-sifat

umum seperti misalnya apabila dalam keadaan berlebihan

vitamin ini dapat disimpan dalam tubuh, dikeluarkan

dalam jumlah kecil melalui empedu, gejala defisiensi

berkembang lambat, mempunyai prekursor atau provitamin,

dan sebagainya. 1

Vitamin A sangat penting untuk pemeliharaan

kesehatan dan kelangsungan hidup. Walau kecukupan

kebutuhan vitamin hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil,

tetapi tetap saja masih banyak masyarakat yang

mengalami berbagai kelainan atau penyakit akibat

kekurangan vitamin A ini. Di seluruh dunia, di antara

anak-anak prasekolah diperkirakan terdapat sebanyak 6-7

juta kasus baru xeroftalmia tiap tahun, kurang lebih 10%

di antaranya menderita kerusakan kornea. Di antara yang

menderita kerusakan kornea ini, 60% meninggal dalam

waktu satu tahun, sedangkan di antara yang hidup, 25%

menjadi buta dan 50-60% setengah buta. 1

Di samping cacat fisik yang disebabkan akibat

kekurangan vitamin A, vitamin A juga dapat meningkatkan

risiko anak terhadap penyakit infeksi seperti penyakit

saluran pernafasan, diare, meningkatkan angka kematian

karena campak, dan menyebabkan keterlambatan

pertumbuhan. Dampak yang cukup berbahaya tersebut,

seperti yang telah disebutkan di atas, menyebabkan

kekurangan vitamin A menjadi salah satu dari empat

masalah gizi utama yang menjadi perhatian pemerintah. 1

Walaupun pada tahun 1992, Indonesia telah

dinyatakan bebas dari masalah kekurangan vitamin A,

namun Indonesia harus tetap berusaha mengontrol keadaan

ini. Kemungkinan munculnya masalah kekurangan vitamin A

ini sangat tinggi, karena pada tahap subklinik saja,

kekurangan vitamin A sudah menjadi masalah. Menurut

penelitian pada tahun 2000, sebanyak 50% anak balita

masih menunjukkan kadar serum vitamin A yang rendah,

yaitu < 20µg/dl. Hal ini sebenarnya dapat terus terjadi

karena faktor sosio-ekonomi yang rendah dan pengetahuan

masyarakat tentang zat-zat gizi serta bahan makanan

yang kurang. 1

Oleh karena penjelasan-penjelasan di atas, maka

penulis tertarik untuk menjelaskan mengenai vitamin A.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama

kali ditemukan. Secara luas, vitamin A merupakan nama

generik yang menyatakan semua retinoid dan

precursor/provitamin A karotenoid yang mempunyai

aktivitas biologic sebagai retinol. Secara umum vitamin

larut lemak ini akan diabsorpsi bersama bahan lipid

lain yang membutuhkan cairan empedu dan pankreas.

Vitamin A akan diangkut ke hati melalui sistem limfe

sebagai bagian dari lipoprotein yang disimpan di

berbagai jaringan tubuh dan biasanya tidak dikeluarkan

melalui urin. 1

2.2. Struktur Kimia

Rumus kimia untuk vitamin A adalah C20H30O. Vitamin A

terdiri dari 3 biomolekul aktif, yaitu bentuk alkohol

(retinol), bentuk aldehid (retinal atau retinaldehyde),

dan bentuk asam (retinoic acid). Vitamin A dalam tumbuhan

terdapat dalam bentuk prekursor (provitamin).

Provitamin A terdiri dari , , dan - karoten. -

karoten merupakan pigmen kuning dan salah satu jenis

antioksidan yang memegang peran penting dalam

mengurangi reaksi berantai radikal bebas dalam

jaringan.1

Gambar 1. Struktur Kimia Vitamin A

Tumbuh-tumbuhan tidak mensintesis vitamin A, akan

tetapi manusia dan hewan mempunyai enzim di dalam

mukosa usus yang sanggup merubah karotenoid provitamin

A menjadi vitamin A. Retinol dan retinal mudah dirusak

oleh oksidasi terutama dalam keadaan panas dan lembab

dan bila berhubungan dengan mineral mikro atau dengan

lemak atau minyak yang tengik. Retinol tidak akan

berubah dalam gelap, sehingga bisa disimpan dalam

bentuk ampul, di tempat gelap, pada suhu di bawah nol.

Retinol juga sukar berubah, jika disimpan dalam tempat

tertutup rapat, apalagi disediakan antioksidan yang

cocok.1

Secara kimia, penambahan vitamin E dan antioksidan

alami dari tanaman bisa melindungi vitamin A dalam

bahan makanan. Leguminosa tertentu, terutama kacang

kedele dan alfafa, mengandung enzim lipoksigenase yang

bisa merusak karoten, xantofil, bahkan vitamin A,

melalui tahapn-tahapan oksidasi dengan asam lemak tidak

jenuh. Melalui pemanasan yang sempurna pada kacang

kedele dan pengeringan pada alfafa akan merusak enzim

tersebut.1

Di dalam praktek, terutama dalam penyimpanan,

vitamin A bersifat tidak stabil. Guna menciptakan

kestabilannya, maka dapat diambil langkah-langkah,

yaitu secara kimia dengan penambahan antioksidan dan

secara mekanis dengan melapisi tetesan-tetesan vitamin

A dengan lemak stabil, gelatin atau lilin, sehingga

menjadi butiran-butiran kecil. Melalui teknik tersebut,

maka sebagian besar vitamin A bisa dilindungi dari

kontak langsung dengan oksigen.1

2.3. Absorpsi, Transportasi, dan Metabolisme

Seperti halnya lemak, pencernaan dan absorpsi

karoten dan retinoid membutuhkan empedu dan enzim

6embrane. Vitamin A yang di dalam makanan sebagian

besar terdapat dalam bentuk ester retinil bersama

karotenoid bercampur dengan lipida lain di dalam

lambung. Di dalam sel-sel mukosa usus halus, ester

retinil dihidrolisis oleh enzim-enzim membran esterase

menjadi retinol yang lebih efisien diabsorpsi daripada

ester retinil. Sebagian dari karotenoid, terutama beta

karoten di dalam sitoplasma sel mukosa usus halus

dipecah menjadi retinol. 1

Retinol di dalam mukosa usus halus bereaksi dengan

asam lemak dan membentuk ester dan dengan bantuan

cairan empedu menyebrangi sel-sel vili dinding usus

halus untuk kemudian diangkut oleh kilomikron melalui

7embra limfe ke dalam aliran darah menuju hati. Dengan

konsumsi lemak yang cukup, sekitar 80-90% ester retinil

dan hanya 40-60% karotenoid yang diabsorpsi. Hati

berperan sebagai tempat menyimpan vitamin A utama di

dalam tubuh. Dalam keadaan normal, cadangan vitamin A

dalam hati dapat bertahan hingga 6 bulan. Bila tubuh

mengalami kekurangan vitamin A, asam retinoat

diabsorpsi tanpa perubahan. Asam retinoat merupakan

sebagian kecil vitamin A dalam darah yang aktif dalam

diferensiasi sel dan pertumbuhan. 1

Bila tubuh memerlukan, vitamin A dimobilisasi dari

hati dalam bentuk retinol yang diangkut oleh retinol

binding protein (RBP) yang disintesis dalam hati.

Pengambilan retinol oleh berbagai sel tubuh bergantung

pada reseptor pada permukaan membrane yang spesifik

untuk RBP. Retinol kemudian diangkut melalui 7embrane

sel untuk kemudian diikatkan pada cellular retinol

binding protein (CRBP) dan RBP kemudian dilepaskan. Di

dalam sel mata retinol berfungsi sebagai retinal dan di

dalam sel epitel sebagai asam retinoat. 1

Gambar 2. Alur Metabolisme Vitamin A

Sebanyak 15-30% karotenoid di dalam darah adalah

beta karoten, selebihnya adalah karotenoid nonvitamin.

Karotenoid ini diangkut di dalam darah oleh berbagai

bentuk lipoprotein. Karotenoid di simpan dalam jaringan

lemak dan kelenjar adrenal. Konsentrasi vitamin A di

dalam hati yang merupakan 90% dari simpanan dalam tubuh

mencerminkan konsumsi vitamin tersebut dari makanan. 1

2.3. Sumber Vitamin A

Vitamin A terdapat di dalam pangan hewani,

sedangkan karoten terutama di dalam pangan nabati.

Sumber vitamin A adalah hati, kuning telur, susu (di

dalam lemaknya) dan mentega. Margarin biasamya

diperkaya dengan vitamin A. Karena vitamin A tidak

berwarna, warna kuning dalam kuning telur adalah

karoten yang tidak diubah menjadi vitamin A. Minyak

hati ikan digunakan sebagai sumber vitamin A yang

diberikan untuk keperluan penyembuhan.1

Sumber karoten adalah sayuran berwarna hijau tua

serta sayuran dan buah-buahan yang berwarna kuning-

jingga, seperti daun singkong, daun kacang, kangkung,

bayam, kacang panjang, buncis, wortel, tomat, jagung

kuning, pepaya, mangga, nangka masak dan jeruk. Minyak

kelapa sawit yang berwarna merah kaya akan karoten.

Kandungan vitamin A beberapa bahan makanan yang

dinyatakan dalam retinol ekivalen dapat dilihat pada

tabel dibawah ini. 1

Tabel 1. Nilai Vitamin A Berbagai Bahan Makanan

(Retinol Ekivalen (RE) g/ 100 g) 1

Bahan Makanan RE Bahan Makanan RE

Hati Sapi 13170 Daun Katuk 3111Kuning Telur

Bebek

861 Sawi 1940

Kuning Telur

Ayam

600 Kangkung 1890

Ayam 243 Bayam 1827Ginjal 345 Ubi Jalar Merah 2310Ikan Sardin

(kaleng)

250 Mentega 1287

Minyak Ikan 24000 Margarin 600Minyak Kelapa

Sawit

18000 Susu Bubuk “Full

Cream”

471

Minyak Hati Ikan

Hiu

2100 Keju 225

Wortel 3600 Susu Kental Manis 153Daun Singkong 3300 Susu Segar 39Daun Pepaya 5475 Mangga Masak Pohon 1900Daun Lamtoro 5340 Pisang Raja 285Daun Tales 3118 Tomat Masak 450Daun Melinjo 3000 Semangka 177

Angka kecukupan Vitamin A yang dianjurkan untuk

berbagai golongan umur dan jenis kelamin untuk

Indonesia dapat dilihat pada tabel dibawah ini1

Tabel 2. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk

Vitamin A1

Golongan Umur AKG*

(RE)

Golongan Umur AKG*

(RE)

0 - 6 bl 350 Wanita :

7-12 bl 350 10 – 12 th 500

1 – 3 th 350 13 – 15 th 500

4 – 6 th 360 16 – 19 th 500

7 – 9 th 400 20 - 50 th 500

13-15 th 46 – 59 th 500

≥ 60 th 500

Pria :

10 – 12 th 500 Hamil + 200

13 – 15 th 600

16 – 19 th 700 Menyusui :

20 - 50 th 700 0 – 6 bl + 350

46 – 59 th 700 7 – 12 bl + 300

≥ 60 th 600

2.4. Fungsi Vitamin A

Fungsi vitamin A di dalam tubuh mencakup 3 golongan

besar, yaitu fungsi dalam proses melihat, fungsi dalam

metabolism umum, dan fungsi dalam proses reproduksi.

Dari semua deretan homolog vitamin A, asam vitamin A

(retinoic acid) hanya dapat memenuhi fungsi dalam

metabolisme umum. Ini terjadi karena asam vitamin A

tidak dapat dikonversi menjadi bentuk lain, tetapi

bentuk lain dapat diubah menjadi asam vitamin A.1

1. Penglihatan

Vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada

cahaya remang. Di dalam mata, retinol dioksidasi

menjadi retinal. Retinal kemudian mengikat protein

opsin dan membentuk pigmen visual merah-ungu (visual

purple) atau rodopsin. Rodopsin terdapat di dalam sel

khusus di dalam retina mata yang disebut rod. Bila

cahaya mengenai retina, rodopsin berubah menjadi pigmen

berwarna kuning dan retinal dipisahkan dari opsin. Pada

saat itu, terjadi rangsangan elektrokimia yang merambat

di sepanjang saraf mata ke otak yang menyebabkan

terjadinya suatu bayangan visual. Selama proses ini,

sebagian dari vitamin A dipisahkan dari protein dan

diubah menjadi retinol. Sebagian besar retinol diubah

kembali menjadi retinal, yang kemudian mengikat opsin

untuk membentuk rodopsin. Sebagian kecil retinol hilang

selama proses ini dan harus diganti. Jumlah retinol

yang tersedia di dalam darah menentukan kecepatan

pembentukan kembali rodopsin yang kemudian bertindak

kembali sebagai bahan reseptor di dalam retina.

Penglihatan dengan cahaya remang baru bisa terjadi bila

seluruh siklus ini selesai.1

Kebutuhan vitamin A untuk penglihatan dapat

dirasakan, bila kita berpindah dari tempat dengan

cahaya terang kemudian berpindah ke tempat dengan

cahaya remang. Mata membutuhkan waktu untuk dapat

melihat. Kecepatan mata untuk beradaptasi setelah

terkena cahaya terang berhubungan langsung dengan

vitamin A yang tersedia di dalam darah untuk membentuk

rodopsin.1

2. Diferensiasi sel

Diferensiasi sel terjadi bila sel-sel tubuh

mengalami perubahan dari sifat atau fungsi semulanya.

Perubahan sifat atau fungsi sel ini adalah salah satu

karakteristik dari kekurangan vitamin A yang dapat

terjadi pada setiap tahap perkembangan tubuh, seperti

pada tahap pembentukan sperma dan sel telur, pembuahan,

pembentukan struktur dan organ tubuh, pertumbuhan dan

perkembangan janin, masa bayi, anak-anak, dewasa, dan

masa tua. Vitamin A dalam bentuk asam retinoat memegang

peranan aktif dalam kegiatan inti sel, dengan demikian

dalam pengaturan faktor penentu gen yang berpengaruh

terhadap sintesis protein. Pada diferensiasi sel

terjadi perubahan dalam bentuk dan fungsi sel yang

dapat dikaitkan dengan perubahan bentuk gen-gen

tertentu.1

Sel-sel yang paling nyata mengalami diferensiasi sel

adalah sel-sel epitel khusus, terutama sel-sel goblet.

Seluruh permukaan tubuh dilapisi oleh sel-sel epitel.

Mukus yang dihasilkan oleh sel-sel goblet melindungi

sel-sel epitel dari serbuan mikroorganisme dan partikel

lain yang berbahaya. Lapisan mukus pada dinding lambung

juga melindungi sel-sel lambung dari cairan lambung.

Pada bagian atas saluran pernapasan, sel-sel epitel

secara terus-menerus menyapu mukus ke luar, sehingga

benda-benda asing yang masuk akan terbawa ke luar

tubuh. Bila terjadi infeksi, sel-sel goblet akan

mengeluarkan lebih banyak mukus yang akan mempercepat

pengeluaran mikroorganisme tersebut. Kekurangan vitamin

A menghalangi fungsi sel-sel goblet dan digantikan oleh

sel-sel epitel bersisik dan kering (keratinized). Kulit

menjadi kering dan kasar, dan luka sukar sembuh.

Membran mukosa tidak dapat mengeluarkan cairan mukus

dengan sempurna sehingga mudah terinfeksi. Keratinisasi

konjungtiva mata merupakan salah satu tanda khas

kekurangan vitamin A. Peranan vitamin A diduga

berkaitan dengan dua hal, yaitu dalam sintesis

glikoprotein khusus yang terlibat dalam pembentukan

membran sel yang mengontrol diferensiasi sel, dan

kompleks vitamin A-CRBP masuk ke dalam inti sel

sehingga mempengaruhi DNA.1

3. Morfogenesis

Keadaan kekurangan maupun kelebihan vitamin A dan

retinoid lainnya dapat berpengaruh terhadap proses

embriogenesis. Asam retinoat dinyatakan sebagai salah

satu morfogen yang mengatur perkembangan embriologik.

Ada dua hipotesis utama yang menjelaskan pengaruh asam

retinoat pada embrio. Pertama, gradien morfogenik dari

asam retinoat ditemukan di tungkai yang sedang

berkembang, yang memberikan sinyal kepada sel-sel

embrio, sehingga merangsang mereka untuk

berdiferensiasi pada jalur tertentu atau berpindah ke

arah yang diberikan. Kedua, asam retinoat merangsang

diferensiasi kelompok sel tertentu, yang memberikan

sinyal kepada sel terdekat, sehingga menyebabkan mereka

untuk bekerja pada jalur tertentu. Meskipun terdapat

bukti yang mendukung kedua hipotesis tersebut,

hipotesis kedua terlihat lebih dipercaya.2

4. Fungsi kekebalan

Vitamin A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan

tubuh. Mekanisme sebenarnya belum diketahui secara

pasti. Retinol tampaknya berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan diferensiasi limfosit B. Kekurangan

vitamin A juga dapat menurunkan respon antibodi yang

bergantung pada sel T.1

5. Pertumbuhan dan perkembangan

Vitamin A berpengaruh terhadap sintesis protein,

dengan demikian terhadap pertumbuhan sel. Vitamin A

dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel.

Pada kekurangan vitamin A, pertumbuhan tulang terhambat

dan bentuk tulang tidak normal. Pada anak-anak yang

kekurangan vitamin A, terjadi kegagalan dalam

pertumbuhan. Vitamin A yang berperan dalam fungsi

pertumbuhan dan perkembangan adalah dalam bentuk asam

retinoat.1

6. Reproduksi

Vitamin A dalam bentuk retinol dan retinal berperan

dalam fungsi reproduksi. Pembentukan sperma,

pembentukan sel telur, dan perkembangan janin dalam

kandungan membutuhkan vitamin A dalam bentuk retinol.

Kebutuhan vitamin A selama hamil meningkat untuk

kebutuhan janin dan persiapan untuk menyusui.1

7. Fungsi metabolik

Secara metabolik, vitamin A berperan dalam memacu

sintesis kortikosteroid, yaitu pada proses hidroksilasi

pregnenolon menjadi progesterone, memacu perubahan

mevalonat menjadi squalen, yang selanjutnya dirubah

menjadi kolesterol dan sebagai carrier pada sintesis

glikoprotein membran sel.2

2.5. Peranan Vitamin A pada Kondisi KlinisTabel 3. Peranan Vitamin A dalam Pencegahan dan Terapi3

Kondisi

Klinis

Dosis

Harian Yang

Dianjurkan

Peranan

Kesehatan

Kulit

Kulit

Kering

1000 µg Mendukung turnover sel dan

pertumbuhan kulit yang

sehat

Penuaan

Kulit

β-carotene Sebagai antioksidan yang

melindungi kulit dari

kerusakan yang menyebabkan

kulit keriput dan timbulnya

bintik penuaan

Acne 2000-10000

µg

Efektif dalam mengurangi

inflamasi dan keparahan

acne

Psoriasis 8000 µg Memainkan peranan penting

dalam regulasi dan kontrol

pertumbuhan sel kulit, dan

suplementasi dapat membantu

membersihkan psoriasis

Kesehatan

Mata dan

Telinga

Mata Sehat 1000 µg Mempertahankan kesehatan

dan fungsi dari retina dan

kornea

Konjungtiv

itis

5000 µg Mendukung penyembuhan

konjugtiva. Mata merah,

gatal dapat merupakan tanda

awal dari defisiensi

vitamin A

Katarak Sebagai antioksidan yang

mencegah pembentukan

katarak

Otitis 400 µg Mempertahankan fungsi

sistem imun yang optimal

Kesehatan

Mulut

Canker

Sores

(Aphthae)

2000 µg Membantu mempertahankan

kesehatan dan integritas

oral tissue

Digestive

Gastric

Ulcer

8000-10000

µg

Membantu mempertahankan

mukosa gaster, melindungi

dengan cara mempertahankan

produksi mukus gaster dan

promote healing

Penyakit

Infeksi

Imunitas 3000-6000

µg untuk

mencegah

infeksi.

Sampai

30000 µg

untuk

mengobati

Meningkatkan fungsi sistem

imun. Defisiensi dengan

tajam akan meningkatkan

risiko infeksi.

Mempertahankan kesehatan

kulit dan pertahanan

mukosa.

infeksi

yang aktif.

Dapat

dikonsumsi

dalam

bentuk β-

carotene

HIV 3000-8000

µg dalam

bentuk

retinol

atau β-

carotene

Mempertahankan kesehatan

kulit dan epitel traktus

digestivus. Dapat membantu

menurunkan risiko infeksi

pernapasan.

Cancer 1000 µg Vitamin A adalah salah satu

substansi anti-kanker utama

alamiah, terutama pada

kulit dan membran mukosa.

Intake vitamin A yang

banyak telah menunjukkan

efek proteksi terhadap

kanker paru, kandung kemih,

prostat, laring, esofagus,

lambung, dan kolon. Vitamin

A dapat menghambat

perkembangan sampai mungkin

menghilangkan lesi

prekanker, seperti oral

leukoplakia dan cervical

dysplasia.

Respiratory

disorders

Vitamin A mungkin dapat

mengurangi gejala dan

keparahan dari chronic

obstructive pulmonary disease

(COPD) dan asma, terutama

pada perokok

Gynecologic

disorders

Vitamin A mungkin dapat

bermanfaat dalam mengurangi

gejala menstruasi

(perdarahan menstruasi yang

banyak, breast tenderness) dan

fibrocystic breast disease

Fibrocysti

c Breast

Disease

5000-8000

µg

Suplementasi dapat

mengurangi pembengkakan dan

nyeri

Cervical

Dysplasia

3000 µg

untuk

wanita

dengan

Dapat membantu reverse

displasia

hasil pap

smear

menunjukkan

cervical

dysplasia;

800 µg

untuk

pencegahan

Breast

Cancer

Β-carotene Sebagai antioksidan

Trauma Vitamin A memainkan peranan

penting dalam penyembuhan

luka dan fraktur tulang

Ide tentang Vit.A penting dalam sistem imun kembali

pada awal abad ke-20 ketika Edward Mellanby dan

temannya Harry Green, melaporkan bahwa vitamin A dan

Beta karoten sebagai agen anti-infeksi. Kini, vitamin

A, yang bekerja melalui metabolit aktifnya yaitu asam

retinoat, dikenal sebagai suatu faktor yang penting

dalam perkembangan dan pengaturan sistem imun yang

normal.4

Peranan vitamin A dalam pengaturan sistem imun dapat

kita lihat dari proses radang yang terjadi. Secara

umum, ketika ada suatu antigen masuk ke dalam tubuh,

sel penangkap antigen (antigen presenting cell) akan menerima

dan mengekspresikannya pada sel T (TH0). Sel T kemudian

akan berdiferensiasi menjadi sel TH-1. Sel TH-1 umumnya

sebagai pertahanan melawan virus akan mengeluarkan

mediator inflamasi yang bersifat toksik tidak hanya

kepada agen penyakit juga kepada tubuh kita sendiri

atau dinamakan inflamasi berlebihan (excess

inflammation). Untuk mengatasi hal tersebut, vitamin A

akan merangsang sel T untuk berdiferensiasi menjadi TH-

2. Kadar TH-2 yang meningkat akan memberikan respon

balik berupa down regulation terhadap sel TH-1 sehingga

respon inflamasi mereda. Disamping itu vitamin A

melalui asam retinoat juga berperan dalam mengaktifkan

sel T regulatori (Treg cell) yang dapat menekan proses

inflamasi oleh sel T itu sendiri.4

Asam retinoat merupakan ligan dari beberapa reseptor

nuclear yang berperan sebagai faktor transkripsi. Dua

jenis reseptor (reseptor RAR dan RXR) berfungsi sebagai

transkripsi gen-gen yang membutuhkan asam retinoat.

Asam retinoat mengatur transkripsi gen dengan berikatan

sebagai kompleks dimer di bagian spesifik suatu DNA,

yang disebut bagian respon asam retinoat, pada gen

target. Reseptor-reseptor di atas bisa menstimulasi

atau menekan jumlah ekspresi gen bergantung dari

ligannya. RAR akan mengikat semua asam retinoat trans

dan asam retinoat 9-cis, sedangkan RXR hanya mengikat

asam retinoat 9-cis.5

Penelitian molecular telah menemukan beberapa gen

abnormal yang menjadi faktor pencetus leukemia yang

disebut leukemogenesis. Sebagai contoh, gen t(15,17)

bertugas mengkode protein gabungan yaitu promyelocitic

leukemia (Pml) dan reseptor asam retinoat alfa (RARα),

yang dibentuk dari gabungan gen reseptor asam reinoat

alfa di kromosom 17 dan gen promyelocitic leukemia di

kromosom 15. Gen RARα mengkode anggota reseptor hormon

nuclear yang berfungsi sebagai faktor transkripsi.

Setelah berikatan dengan asam retinoat, RARα dapat

menstimulasi ekspresi dari berbagai jenis gen. Protein

gabungan Pml-RARα cenderung menekan gen transkripsi yang

bertugas dalam diferensiasi sel tubuh. Akan tetapi,

ketika RARα berikatan dengan asam retinoat trans, dia

akan melepas hambatan stimulasi dan memicu diferensiasi

sel tubuh.5

Di sitoplasma sel kulit retinol (vitamin A) akan

diikat oleh protein yang disebut cellular retinol

binding protein (CRBP)-I. Kemudian reinol secara

perlahan akan dioksidasi menjadi asam retinoat trans

(tRA). Selanjutnya tRA akan diikat oleh CRBP-II untuk

dibawa masuk ke dalam nucleus. Sesampainya di nucleus,

tRA akan berikatan secara heterodimer dengan reseptor

RAR-α dan RXR-γ. Ikatan tRA dengan reseptor tersebut

akan mengaktifkan mRNA yang berfungsi dalam sintesis

protein kulit yang mengatur pertumbuhan dan

diferensiasi sel kulit baik secara langsung atau tidak

langsung.6

2.6. Dampak Kekurangan Vitamin A

Anak-anak dan remaja umumnya beresiko kekurangan

vitamin A. Jika diet anak-anak kadar vitamin A nya

rendah, defisiensi berkembang lebih cepat karena

kecilnya simpanan dalam tubuh dan meningkatnya

kebutuhan vitamin A untuk pertumbuhan. Bayi baru lahir

(khususnya bayi prematur) mempunyai simpanan vitamin A

yang sangat rendah dalam tubuhnya dan tidak

mengabsorpsi vitamin A secara efisien. Kekurangan

vitamin A dapat merupakan kekurangan primer akibat

kurang konsumsi, atau kekurangan sekunder karena

gangguan penyerapan dan penggunannya dalam tubuh,

kebutuhan yang meningkat, ataupun karena gangguan

konversi karoten menjadi vitamin A.Tanda dan gejala

defisiensi vitamin A adalah : 1,3

Konjungtiva mata kering, gatal dan kemerahan

Ketidakmampuan untuk beradaptasi dan melihat dalam

cahaya yang suram (buta senja)

Kulit yang kering dan kasar disertai dengan ruam

Rambut dan kuku yang kering dan rapuh

Hilangnya sensasi bau, rasa, dan nafsu makan

Mudah lelah

Anemia

Pertumbuhan yang buruk

Meningkatnya kerentanan terkena infeksi

Meningkatnya resiko kanker tenggorokan, paru,

kandung kemih, serviks, prostat, esofagus, lambung

dan kolon

Terganggunya reproduksi dan fertilitas

Meningkatnya resiko batu ginjal

Salah satu tanda awal kekurangan vitamin A adalah

buta senja (niktaolpia), yaitu ketidakmampuan

menyesuaikan penglihatan dari cahata terang ke cahaya

samar-samar/senja. Konsumsi vitamin A yang tidak cukup

menyebabkan simpanan dalam tubuh menipis, sehingga

kadar vitamin A darah menurun yang berakibat vitamin A

tidak cukup diperoleh retina mata untuk membentuk

pigmen penglihatan rodopsin. 1

Kornea mata terpengaruh secara dini oleh kekurangan

vitamin A. Kelenjar air mata tidak mampu mengeluarkan

air mata sehingga terjadi pengeringan pada selaput yang

menutupi kornea. Bitot’s spot menggambarkan adanya

metaplasia keratinisasi dari konjungtiva, lapisan sel

epitel skuamosa keratin yang mati, dan pertumbuhan yang

lebih dari bakteri batang gram negatif ( yang dikenal

xerosis bacilli). Bentuk defisiensi vitamin A yang lebih

parah adalah xerosis kornea, ulkus kornea, dan

keratomalasia (peleburan kornea yang tebal yang

berkembang cepat menjadi hilangnya penglihatan),

cenderung terjadi dalam kaitannya dengan malnutrisi

energi-protein. WHO (1982) membuat klasifikasi

defisiensi vitamin A menurut Tabel 4. 1,7

Tabel 4. Klasifikasi Xeroftalmia1

XN Buta SenjaX1A Xerosis konjungtivaX1B Bercak BitotX2 Xerosis korneaX3A Ulkus kornea dengan

xerosisX3B KeratomalasiaXS Parut korneaXF Xeroftalmia fundus

Fungsi kekebalan tubuh menurun pada kekurangan

vitamin A, sehingga mudah terserang infeksi. Di samping

itu lapisan sel yang menutupi trakea dan paru-paru

mengalami keratinisasi, tidak mengeluarkan lendir,

sehingga mudah dimasuki mikroorganisme atau bakteri

atau virus dan menyebabkan infeksi saluran pernapasan.

Bila terjadi pada permukaan dinding usus akan

menyebabkan diare. Bayi prematur dengan defisensi

vitamin A mempunyai resiko tinggi terkena penyakit

mata, paru-paru yang kronik dan gastrointestinal1,8

Perubahan pada permukaan saluran kemih dan kelamin

dapat menimbulkan infeksi pada ginjal dan kandung

kemih, serta vagina. Perubahan ini dapat pula

meningkatkan endapan kalsium yang dapat menyebabkan

batu ginjal dan gangguan kandung kemih. Kekurangan

vitamin A pada anak-anak di samping itu dapat

menyebabkan komplikasi pada campak yang dapat

menyebakan kematian. Defisiensi vitamin A jugan

meningkatkan keparahan dan risiko kematian dari infeksi

(terutama diare dan campak) bahkan sebelum onset

terjadinya xeropthalmia. 1,8

Defisiensi vitamin A membuat kulit menjadi kering

dan kasar. Folikel rambut menjadi kasar, mengeras dan

mengalami keratinisasi yang dinamakan hiperkeratosis

folikular. Mula-mula terkena lengan dan paha, kemudian

dapat menyebar ke seluruh tubuh. Defisiensi vitamin A

pada wanita hamil dan menyusui meningkatkan morbiditas

dan mortalitas maternal dan janin, meningkatnya resiko

anemia, dan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan

janin. Defisiensi vitamin A juga menghambat pertumbuhan

sel-sel, termasuk sel-sel tulang. Fungsi sel-sel yang

membentuk email pada gigi terganggu dan terjadi atrofi

sel-sel yang membentuk dentin, sehingga gigi mudah

rusak. 1,8

2.7. Dampak Kelebihan Vitamin A

Kelebihan vitamin A hanya bisa terjadi bila memakan

vitamin A sebagai suplemen dalam takaran tinggi yang

berlebihan, misalnya takaran 16.000 RE untuk jangka

waktu lama atau 40.000-55.000 RE/hari. Ketika vitamin A

dikonsumsi dari suplemen atau makanan, serum ester

meningkat saat retinol pertama kalo diesterifikasi pada

mukosa saluran cerna dan bersirkulasi di chylomicra.

Proses ini umumnya efektif dengan makanan atau suplemen

yang disertai dengan lemak, dimana dapat membantu

esterifikasi dan pembungkusan retinol ke chylomicra.

Proses esterifikasi terjadi untuk mencegah peningkatan

retinol dan asam retinoat yang besar, dimana keduanya

merupakan bentuk yang potennsial toksik dari vitamin A.

Pada meta analisis dari Myhre et al, konsumsi vitamin A

dalam jumlah besar seperti suplemen dengan bahan dasar

minyak hati dapat menyebabkan peningkatan retinol dan

asam retinoid. 1, 9

Gejala pada orang dewasa antara lain sakit kepala,

pusing, rasa nek, rambut rontok, kulit mengering, tidak

ada nafsu makan atau anoreksia dan sakit pada tulang.

Pada wanita menstruasi berhenti. Vitamin A teratogen

dan pada dosis tinggi dapat membuat defek kelahiran,

bahkan dengan paparan jangka pendek seperti dalam 1

minggu pada awal masa kehamilan. Pada bayi terjadi

pembesaran kepala, hidrosefalus, dan mudah tersinggung

yang dapat terjadi pada konsumsi 8.000 RE/hari selama

tiga puluh hari. Belakangan ini, beberapa penelitian

mengusulkan adanya hubunan antara konsumsi vitamin A

yang tinggi dan kronis dengan bone loss yang berpotensial

menjadi osteoporosis. Reseptor untuk asam retinoat

berlokasi pada osteoblas dan osteoclas, yang

mengindikasikan bahwa keduanya merupakan target

langsung vitamin A. Hiperostosis kortikal pada tulang

dan arthralgia dapat terjadi, terutama pada anak-anak.

Fraktur juga dapat terjadi dengan mudah terutama pada

lansia. Pada anak-anak, toksiksitas dapat menyebabkan

gatal-gatal, anoreksia dan gagal tumbuh. Hepatomegali

dan splenomegali dapat terjadi. 1,3,9,10

Gejala kelebihan ini hanya terjadi bila dimakan

dalam bentuk vitamin A. Karoten tidak dapat menimbulkan

gejala kelebihan, karena absorpsi karoten menurun bila

konsumsi tinggi. Di samping itu sebagian dari karoten

yang diserap tidak diubah menjadi vitamin A, akan

tetapi disimpan di dalam lemak. Bila lemak di bawah

kulit mengandung banyak karoten, warna kulit akan

terlihat kekuningan.1

Sumber

1. Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2004. Hal 161-167

2. Zimmermann, M. Burgerstein’s Handbook of Nutrition : Micronutrients in the Prevention and Theraphy of Disease. New York : Thieme.2001. p.23-25

3. Sommer, A. Vitamin A Deficiency and Clinical Disease: An Historical Overview. The Journal of Nutrition. 2008 138: 1835

4. NIH Office of Dietary Supplements. Vitamin A. Didapat dari: URL: http://ods.od.nih.gov/factsheets/VitaminA-HealthProfessional/ . Diakses tanggal: 21 September2014

5. Penniston KL dan Tanumihardjo A. The acute and chronic toxic effects of vitamin A. Am J Clin Nutr.2006. 83: 192, 195

6. Johnson LE. Vitamin A. 2012. Didapat dari URL: www.merckmanuals.com/professional/nutritional_disorders/vitamin_deficiency_dependency_and_toxicity/vitamin_a.html . Diakses tanggal 21 September 2014

PERANAN VITAMIN A

PERANAN VITAMIN A DAN ASAM RETINOAT DALAM REGULASI

SISTEM IMUN

DAFPUS

1. Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2004. Hal 161-167

2. Olson JA, Biochemistry of Vitamin A and Carotenoids.

In: Sommer, A. West, KP. Vitamin A Deficiency: Health,

Survival, and Vision. Oxford University Press 1996. P

221-250

3. Zimmermann, M. Burgerstein’s Handbook of Nutrition :Micronutrients in the Prevention and Theraphy of Disease. New York : Thieme.2001. p.23-25

4. Dafpus anas

5. Russel, M.R., 2008. Vitamin and Trace Mineral Deficiency

and Excess. In: Harrison’s Principle of Internal

Medicine, 17th ed, pp. 441. New York: McGraw-Hill.

6. Kang, S., Voorhees, J.J., 2008. Topical Retinoid. In:

Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, 7th ed,

pp. 2106. New York: McGraw-Hill.

7. Sommer, A. Vitamin A Deficiency and Clinical Disease: An Historical Overview. The Journal of Nutrition. 2008 138: 1835

8. NIH Office of Dietary Supplements. Vitamin A. Didapat dari: URL: http://ods.od.nih.gov/factsheets/VitaminA-HealthProfessional/ . Diakses tanggal: 21 September2014

9. Penniston KL dan Tanumihardjo A. The acute and chronic toxic effects of vitamin A. Am J Clin Nutr.2006. 83: 192, 195

10. Johnson LE. Vitamin A. 2012. Didapat dari URL: www.merckmanuals.com/professional/nutritional_disorders/vitamin_deficiency_dependency_and_toxicity/vitamin_a.html . Diakses tanggal 21 September 2014

KESIMPULAN

Vitamin A merupakan salah satu vitamin yang sangat

penting untuk pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan

hidup. Defisiensi maupun kelebihan konsumsi vitamin A

dapat mengakibatkan berbagai dampak yang buruk.Vitamin

A memiliki peran dalam pencegahan maupun pengobatan

berbagai kondisi klinis seperti pada acne, kulit

kering, penuaan kulit, psoriasis, kesehatan mata,

konjungtivitis, katarak, canker sores, gastric ulcer,

kanker, lesi prekanker, penyakit infeksi, dan trauma.


Recommended