Date post: | 27-Feb-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | independent |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
BAB 1
LATAR BELAKANG
Vitamin merupakan zat-zat organik kompleks yang
dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya
tidak dapat dibentuk oleh tubuh dan biasanya terpenuhi
dari sumber makanan. Vitamin termasuk kelompok zat
pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan yang
mempunyai tugas spesifik di dalam tubuh. Vitamin ini
terbagi menjadi 2 jenis, yaitu vitamin larut lemak
(vitamin A,D,E, dan K) dan vitamin larut air (vitamin C
dan B kompleks).1
Vitamin A merupakan salah satu vitamin yang dapat
larut dalam lemak dan pelarut lemak, dengan sifat-sifat
umum seperti misalnya apabila dalam keadaan berlebihan
vitamin ini dapat disimpan dalam tubuh, dikeluarkan
dalam jumlah kecil melalui empedu, gejala defisiensi
berkembang lambat, mempunyai prekursor atau provitamin,
dan sebagainya. 1
Vitamin A sangat penting untuk pemeliharaan
kesehatan dan kelangsungan hidup. Walau kecukupan
kebutuhan vitamin hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil,
tetapi tetap saja masih banyak masyarakat yang
mengalami berbagai kelainan atau penyakit akibat
kekurangan vitamin A ini. Di seluruh dunia, di antara
anak-anak prasekolah diperkirakan terdapat sebanyak 6-7
juta kasus baru xeroftalmia tiap tahun, kurang lebih 10%
di antaranya menderita kerusakan kornea. Di antara yang
menderita kerusakan kornea ini, 60% meninggal dalam
waktu satu tahun, sedangkan di antara yang hidup, 25%
menjadi buta dan 50-60% setengah buta. 1
Di samping cacat fisik yang disebabkan akibat
kekurangan vitamin A, vitamin A juga dapat meningkatkan
risiko anak terhadap penyakit infeksi seperti penyakit
saluran pernafasan, diare, meningkatkan angka kematian
karena campak, dan menyebabkan keterlambatan
pertumbuhan. Dampak yang cukup berbahaya tersebut,
seperti yang telah disebutkan di atas, menyebabkan
kekurangan vitamin A menjadi salah satu dari empat
masalah gizi utama yang menjadi perhatian pemerintah. 1
Walaupun pada tahun 1992, Indonesia telah
dinyatakan bebas dari masalah kekurangan vitamin A,
namun Indonesia harus tetap berusaha mengontrol keadaan
ini. Kemungkinan munculnya masalah kekurangan vitamin A
ini sangat tinggi, karena pada tahap subklinik saja,
kekurangan vitamin A sudah menjadi masalah. Menurut
penelitian pada tahun 2000, sebanyak 50% anak balita
masih menunjukkan kadar serum vitamin A yang rendah,
yaitu < 20µg/dl. Hal ini sebenarnya dapat terus terjadi
karena faktor sosio-ekonomi yang rendah dan pengetahuan
masyarakat tentang zat-zat gizi serta bahan makanan
yang kurang. 1
Oleh karena penjelasan-penjelasan di atas, maka
penulis tertarik untuk menjelaskan mengenai vitamin A.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama
kali ditemukan. Secara luas, vitamin A merupakan nama
generik yang menyatakan semua retinoid dan
precursor/provitamin A karotenoid yang mempunyai
aktivitas biologic sebagai retinol. Secara umum vitamin
larut lemak ini akan diabsorpsi bersama bahan lipid
lain yang membutuhkan cairan empedu dan pankreas.
Vitamin A akan diangkut ke hati melalui sistem limfe
sebagai bagian dari lipoprotein yang disimpan di
berbagai jaringan tubuh dan biasanya tidak dikeluarkan
melalui urin. 1
2.2. Struktur Kimia
Rumus kimia untuk vitamin A adalah C20H30O. Vitamin A
terdiri dari 3 biomolekul aktif, yaitu bentuk alkohol
(retinol), bentuk aldehid (retinal atau retinaldehyde),
dan bentuk asam (retinoic acid). Vitamin A dalam tumbuhan
terdapat dalam bentuk prekursor (provitamin).
Provitamin A terdiri dari , , dan - karoten. -
karoten merupakan pigmen kuning dan salah satu jenis
antioksidan yang memegang peran penting dalam
mengurangi reaksi berantai radikal bebas dalam
jaringan.1
Gambar 1. Struktur Kimia Vitamin A
Tumbuh-tumbuhan tidak mensintesis vitamin A, akan
tetapi manusia dan hewan mempunyai enzim di dalam
mukosa usus yang sanggup merubah karotenoid provitamin
A menjadi vitamin A. Retinol dan retinal mudah dirusak
oleh oksidasi terutama dalam keadaan panas dan lembab
dan bila berhubungan dengan mineral mikro atau dengan
lemak atau minyak yang tengik. Retinol tidak akan
berubah dalam gelap, sehingga bisa disimpan dalam
bentuk ampul, di tempat gelap, pada suhu di bawah nol.
Retinol juga sukar berubah, jika disimpan dalam tempat
tertutup rapat, apalagi disediakan antioksidan yang
cocok.1
Secara kimia, penambahan vitamin E dan antioksidan
alami dari tanaman bisa melindungi vitamin A dalam
bahan makanan. Leguminosa tertentu, terutama kacang
kedele dan alfafa, mengandung enzim lipoksigenase yang
bisa merusak karoten, xantofil, bahkan vitamin A,
melalui tahapn-tahapan oksidasi dengan asam lemak tidak
jenuh. Melalui pemanasan yang sempurna pada kacang
kedele dan pengeringan pada alfafa akan merusak enzim
tersebut.1
Di dalam praktek, terutama dalam penyimpanan,
vitamin A bersifat tidak stabil. Guna menciptakan
kestabilannya, maka dapat diambil langkah-langkah,
yaitu secara kimia dengan penambahan antioksidan dan
secara mekanis dengan melapisi tetesan-tetesan vitamin
A dengan lemak stabil, gelatin atau lilin, sehingga
menjadi butiran-butiran kecil. Melalui teknik tersebut,
maka sebagian besar vitamin A bisa dilindungi dari
kontak langsung dengan oksigen.1
2.3. Absorpsi, Transportasi, dan Metabolisme
Seperti halnya lemak, pencernaan dan absorpsi
karoten dan retinoid membutuhkan empedu dan enzim
6embrane. Vitamin A yang di dalam makanan sebagian
besar terdapat dalam bentuk ester retinil bersama
karotenoid bercampur dengan lipida lain di dalam
lambung. Di dalam sel-sel mukosa usus halus, ester
retinil dihidrolisis oleh enzim-enzim membran esterase
menjadi retinol yang lebih efisien diabsorpsi daripada
ester retinil. Sebagian dari karotenoid, terutama beta
karoten di dalam sitoplasma sel mukosa usus halus
dipecah menjadi retinol. 1
Retinol di dalam mukosa usus halus bereaksi dengan
asam lemak dan membentuk ester dan dengan bantuan
cairan empedu menyebrangi sel-sel vili dinding usus
halus untuk kemudian diangkut oleh kilomikron melalui
7embra limfe ke dalam aliran darah menuju hati. Dengan
konsumsi lemak yang cukup, sekitar 80-90% ester retinil
dan hanya 40-60% karotenoid yang diabsorpsi. Hati
berperan sebagai tempat menyimpan vitamin A utama di
dalam tubuh. Dalam keadaan normal, cadangan vitamin A
dalam hati dapat bertahan hingga 6 bulan. Bila tubuh
mengalami kekurangan vitamin A, asam retinoat
diabsorpsi tanpa perubahan. Asam retinoat merupakan
sebagian kecil vitamin A dalam darah yang aktif dalam
diferensiasi sel dan pertumbuhan. 1
Bila tubuh memerlukan, vitamin A dimobilisasi dari
hati dalam bentuk retinol yang diangkut oleh retinol
binding protein (RBP) yang disintesis dalam hati.
Pengambilan retinol oleh berbagai sel tubuh bergantung
pada reseptor pada permukaan membrane yang spesifik
untuk RBP. Retinol kemudian diangkut melalui 7embrane
sel untuk kemudian diikatkan pada cellular retinol
binding protein (CRBP) dan RBP kemudian dilepaskan. Di
dalam sel mata retinol berfungsi sebagai retinal dan di
dalam sel epitel sebagai asam retinoat. 1
Gambar 2. Alur Metabolisme Vitamin A
Sebanyak 15-30% karotenoid di dalam darah adalah
beta karoten, selebihnya adalah karotenoid nonvitamin.
Karotenoid ini diangkut di dalam darah oleh berbagai
bentuk lipoprotein. Karotenoid di simpan dalam jaringan
lemak dan kelenjar adrenal. Konsentrasi vitamin A di
dalam hati yang merupakan 90% dari simpanan dalam tubuh
mencerminkan konsumsi vitamin tersebut dari makanan. 1
2.3. Sumber Vitamin A
Vitamin A terdapat di dalam pangan hewani,
sedangkan karoten terutama di dalam pangan nabati.
Sumber vitamin A adalah hati, kuning telur, susu (di
dalam lemaknya) dan mentega. Margarin biasamya
diperkaya dengan vitamin A. Karena vitamin A tidak
berwarna, warna kuning dalam kuning telur adalah
karoten yang tidak diubah menjadi vitamin A. Minyak
hati ikan digunakan sebagai sumber vitamin A yang
diberikan untuk keperluan penyembuhan.1
Sumber karoten adalah sayuran berwarna hijau tua
serta sayuran dan buah-buahan yang berwarna kuning-
jingga, seperti daun singkong, daun kacang, kangkung,
bayam, kacang panjang, buncis, wortel, tomat, jagung
kuning, pepaya, mangga, nangka masak dan jeruk. Minyak
kelapa sawit yang berwarna merah kaya akan karoten.
Kandungan vitamin A beberapa bahan makanan yang
dinyatakan dalam retinol ekivalen dapat dilihat pada
tabel dibawah ini. 1
Tabel 1. Nilai Vitamin A Berbagai Bahan Makanan
(Retinol Ekivalen (RE) g/ 100 g) 1
Bahan Makanan RE Bahan Makanan RE
Hati Sapi 13170 Daun Katuk 3111Kuning Telur
Bebek
861 Sawi 1940
Kuning Telur
Ayam
600 Kangkung 1890
Ayam 243 Bayam 1827Ginjal 345 Ubi Jalar Merah 2310Ikan Sardin
(kaleng)
250 Mentega 1287
Minyak Ikan 24000 Margarin 600Minyak Kelapa
Sawit
18000 Susu Bubuk “Full
Cream”
471
Minyak Hati Ikan
Hiu
2100 Keju 225
Wortel 3600 Susu Kental Manis 153Daun Singkong 3300 Susu Segar 39Daun Pepaya 5475 Mangga Masak Pohon 1900Daun Lamtoro 5340 Pisang Raja 285Daun Tales 3118 Tomat Masak 450Daun Melinjo 3000 Semangka 177
Angka kecukupan Vitamin A yang dianjurkan untuk
berbagai golongan umur dan jenis kelamin untuk
Indonesia dapat dilihat pada tabel dibawah ini1
Tabel 2. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk
Vitamin A1
Golongan Umur AKG*
(RE)
Golongan Umur AKG*
(RE)
0 - 6 bl 350 Wanita :
7-12 bl 350 10 – 12 th 500
1 – 3 th 350 13 – 15 th 500
4 – 6 th 360 16 – 19 th 500
7 – 9 th 400 20 - 50 th 500
13-15 th 46 – 59 th 500
≥ 60 th 500
Pria :
10 – 12 th 500 Hamil + 200
13 – 15 th 600
16 – 19 th 700 Menyusui :
20 - 50 th 700 0 – 6 bl + 350
46 – 59 th 700 7 – 12 bl + 300
≥ 60 th 600
2.4. Fungsi Vitamin A
Fungsi vitamin A di dalam tubuh mencakup 3 golongan
besar, yaitu fungsi dalam proses melihat, fungsi dalam
metabolism umum, dan fungsi dalam proses reproduksi.
Dari semua deretan homolog vitamin A, asam vitamin A
(retinoic acid) hanya dapat memenuhi fungsi dalam
metabolisme umum. Ini terjadi karena asam vitamin A
tidak dapat dikonversi menjadi bentuk lain, tetapi
bentuk lain dapat diubah menjadi asam vitamin A.1
1. Penglihatan
Vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada
cahaya remang. Di dalam mata, retinol dioksidasi
menjadi retinal. Retinal kemudian mengikat protein
opsin dan membentuk pigmen visual merah-ungu (visual
purple) atau rodopsin. Rodopsin terdapat di dalam sel
khusus di dalam retina mata yang disebut rod. Bila
cahaya mengenai retina, rodopsin berubah menjadi pigmen
berwarna kuning dan retinal dipisahkan dari opsin. Pada
saat itu, terjadi rangsangan elektrokimia yang merambat
di sepanjang saraf mata ke otak yang menyebabkan
terjadinya suatu bayangan visual. Selama proses ini,
sebagian dari vitamin A dipisahkan dari protein dan
diubah menjadi retinol. Sebagian besar retinol diubah
kembali menjadi retinal, yang kemudian mengikat opsin
untuk membentuk rodopsin. Sebagian kecil retinol hilang
selama proses ini dan harus diganti. Jumlah retinol
yang tersedia di dalam darah menentukan kecepatan
pembentukan kembali rodopsin yang kemudian bertindak
kembali sebagai bahan reseptor di dalam retina.
Penglihatan dengan cahaya remang baru bisa terjadi bila
seluruh siklus ini selesai.1
Kebutuhan vitamin A untuk penglihatan dapat
dirasakan, bila kita berpindah dari tempat dengan
cahaya terang kemudian berpindah ke tempat dengan
cahaya remang. Mata membutuhkan waktu untuk dapat
melihat. Kecepatan mata untuk beradaptasi setelah
terkena cahaya terang berhubungan langsung dengan
vitamin A yang tersedia di dalam darah untuk membentuk
rodopsin.1
2. Diferensiasi sel
Diferensiasi sel terjadi bila sel-sel tubuh
mengalami perubahan dari sifat atau fungsi semulanya.
Perubahan sifat atau fungsi sel ini adalah salah satu
karakteristik dari kekurangan vitamin A yang dapat
terjadi pada setiap tahap perkembangan tubuh, seperti
pada tahap pembentukan sperma dan sel telur, pembuahan,
pembentukan struktur dan organ tubuh, pertumbuhan dan
perkembangan janin, masa bayi, anak-anak, dewasa, dan
masa tua. Vitamin A dalam bentuk asam retinoat memegang
peranan aktif dalam kegiatan inti sel, dengan demikian
dalam pengaturan faktor penentu gen yang berpengaruh
terhadap sintesis protein. Pada diferensiasi sel
terjadi perubahan dalam bentuk dan fungsi sel yang
dapat dikaitkan dengan perubahan bentuk gen-gen
tertentu.1
Sel-sel yang paling nyata mengalami diferensiasi sel
adalah sel-sel epitel khusus, terutama sel-sel goblet.
Seluruh permukaan tubuh dilapisi oleh sel-sel epitel.
Mukus yang dihasilkan oleh sel-sel goblet melindungi
sel-sel epitel dari serbuan mikroorganisme dan partikel
lain yang berbahaya. Lapisan mukus pada dinding lambung
juga melindungi sel-sel lambung dari cairan lambung.
Pada bagian atas saluran pernapasan, sel-sel epitel
secara terus-menerus menyapu mukus ke luar, sehingga
benda-benda asing yang masuk akan terbawa ke luar
tubuh. Bila terjadi infeksi, sel-sel goblet akan
mengeluarkan lebih banyak mukus yang akan mempercepat
pengeluaran mikroorganisme tersebut. Kekurangan vitamin
A menghalangi fungsi sel-sel goblet dan digantikan oleh
sel-sel epitel bersisik dan kering (keratinized). Kulit
menjadi kering dan kasar, dan luka sukar sembuh.
Membran mukosa tidak dapat mengeluarkan cairan mukus
dengan sempurna sehingga mudah terinfeksi. Keratinisasi
konjungtiva mata merupakan salah satu tanda khas
kekurangan vitamin A. Peranan vitamin A diduga
berkaitan dengan dua hal, yaitu dalam sintesis
glikoprotein khusus yang terlibat dalam pembentukan
membran sel yang mengontrol diferensiasi sel, dan
kompleks vitamin A-CRBP masuk ke dalam inti sel
sehingga mempengaruhi DNA.1
3. Morfogenesis
Keadaan kekurangan maupun kelebihan vitamin A dan
retinoid lainnya dapat berpengaruh terhadap proses
embriogenesis. Asam retinoat dinyatakan sebagai salah
satu morfogen yang mengatur perkembangan embriologik.
Ada dua hipotesis utama yang menjelaskan pengaruh asam
retinoat pada embrio. Pertama, gradien morfogenik dari
asam retinoat ditemukan di tungkai yang sedang
berkembang, yang memberikan sinyal kepada sel-sel
embrio, sehingga merangsang mereka untuk
berdiferensiasi pada jalur tertentu atau berpindah ke
arah yang diberikan. Kedua, asam retinoat merangsang
diferensiasi kelompok sel tertentu, yang memberikan
sinyal kepada sel terdekat, sehingga menyebabkan mereka
untuk bekerja pada jalur tertentu. Meskipun terdapat
bukti yang mendukung kedua hipotesis tersebut,
hipotesis kedua terlihat lebih dipercaya.2
4. Fungsi kekebalan
Vitamin A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan
tubuh. Mekanisme sebenarnya belum diketahui secara
pasti. Retinol tampaknya berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan diferensiasi limfosit B. Kekurangan
vitamin A juga dapat menurunkan respon antibodi yang
bergantung pada sel T.1
5. Pertumbuhan dan perkembangan
Vitamin A berpengaruh terhadap sintesis protein,
dengan demikian terhadap pertumbuhan sel. Vitamin A
dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel.
Pada kekurangan vitamin A, pertumbuhan tulang terhambat
dan bentuk tulang tidak normal. Pada anak-anak yang
kekurangan vitamin A, terjadi kegagalan dalam
pertumbuhan. Vitamin A yang berperan dalam fungsi
pertumbuhan dan perkembangan adalah dalam bentuk asam
retinoat.1
6. Reproduksi
Vitamin A dalam bentuk retinol dan retinal berperan
dalam fungsi reproduksi. Pembentukan sperma,
pembentukan sel telur, dan perkembangan janin dalam
kandungan membutuhkan vitamin A dalam bentuk retinol.
Kebutuhan vitamin A selama hamil meningkat untuk
kebutuhan janin dan persiapan untuk menyusui.1
7. Fungsi metabolik
Secara metabolik, vitamin A berperan dalam memacu
sintesis kortikosteroid, yaitu pada proses hidroksilasi
pregnenolon menjadi progesterone, memacu perubahan
mevalonat menjadi squalen, yang selanjutnya dirubah
menjadi kolesterol dan sebagai carrier pada sintesis
glikoprotein membran sel.2
2.5. Peranan Vitamin A pada Kondisi KlinisTabel 3. Peranan Vitamin A dalam Pencegahan dan Terapi3
Kondisi
Klinis
Dosis
Harian Yang
Dianjurkan
Peranan
Kesehatan
Kulit
Kulit
Kering
1000 µg Mendukung turnover sel dan
pertumbuhan kulit yang
sehat
Penuaan
Kulit
β-carotene Sebagai antioksidan yang
melindungi kulit dari
kerusakan yang menyebabkan
kulit keriput dan timbulnya
bintik penuaan
Acne 2000-10000
µg
Efektif dalam mengurangi
inflamasi dan keparahan
acne
Psoriasis 8000 µg Memainkan peranan penting
dalam regulasi dan kontrol
pertumbuhan sel kulit, dan
suplementasi dapat membantu
membersihkan psoriasis
Kesehatan
Mata dan
Telinga
Mata Sehat 1000 µg Mempertahankan kesehatan
dan fungsi dari retina dan
kornea
Konjungtiv
itis
5000 µg Mendukung penyembuhan
konjugtiva. Mata merah,
gatal dapat merupakan tanda
awal dari defisiensi
vitamin A
Katarak Sebagai antioksidan yang
mencegah pembentukan
katarak
Otitis 400 µg Mempertahankan fungsi
sistem imun yang optimal
Kesehatan
Mulut
Canker
Sores
(Aphthae)
2000 µg Membantu mempertahankan
kesehatan dan integritas
oral tissue
Digestive
Gastric
Ulcer
8000-10000
µg
Membantu mempertahankan
mukosa gaster, melindungi
dengan cara mempertahankan
produksi mukus gaster dan
promote healing
Penyakit
Infeksi
Imunitas 3000-6000
µg untuk
mencegah
infeksi.
Sampai
30000 µg
untuk
mengobati
Meningkatkan fungsi sistem
imun. Defisiensi dengan
tajam akan meningkatkan
risiko infeksi.
Mempertahankan kesehatan
kulit dan pertahanan
mukosa.
infeksi
yang aktif.
Dapat
dikonsumsi
dalam
bentuk β-
carotene
HIV 3000-8000
µg dalam
bentuk
retinol
atau β-
carotene
Mempertahankan kesehatan
kulit dan epitel traktus
digestivus. Dapat membantu
menurunkan risiko infeksi
pernapasan.
Cancer 1000 µg Vitamin A adalah salah satu
substansi anti-kanker utama
alamiah, terutama pada
kulit dan membran mukosa.
Intake vitamin A yang
banyak telah menunjukkan
efek proteksi terhadap
kanker paru, kandung kemih,
prostat, laring, esofagus,
lambung, dan kolon. Vitamin
A dapat menghambat
perkembangan sampai mungkin
menghilangkan lesi
prekanker, seperti oral
leukoplakia dan cervical
dysplasia.
Respiratory
disorders
Vitamin A mungkin dapat
mengurangi gejala dan
keparahan dari chronic
obstructive pulmonary disease
(COPD) dan asma, terutama
pada perokok
Gynecologic
disorders
Vitamin A mungkin dapat
bermanfaat dalam mengurangi
gejala menstruasi
(perdarahan menstruasi yang
banyak, breast tenderness) dan
fibrocystic breast disease
Fibrocysti
c Breast
Disease
5000-8000
µg
Suplementasi dapat
mengurangi pembengkakan dan
nyeri
Cervical
Dysplasia
3000 µg
untuk
wanita
dengan
Dapat membantu reverse
displasia
hasil pap
smear
menunjukkan
cervical
dysplasia;
800 µg
untuk
pencegahan
Breast
Cancer
Β-carotene Sebagai antioksidan
Trauma Vitamin A memainkan peranan
penting dalam penyembuhan
luka dan fraktur tulang
Ide tentang Vit.A penting dalam sistem imun kembali
pada awal abad ke-20 ketika Edward Mellanby dan
temannya Harry Green, melaporkan bahwa vitamin A dan
Beta karoten sebagai agen anti-infeksi. Kini, vitamin
A, yang bekerja melalui metabolit aktifnya yaitu asam
retinoat, dikenal sebagai suatu faktor yang penting
dalam perkembangan dan pengaturan sistem imun yang
normal.4
Peranan vitamin A dalam pengaturan sistem imun dapat
kita lihat dari proses radang yang terjadi. Secara
umum, ketika ada suatu antigen masuk ke dalam tubuh,
sel penangkap antigen (antigen presenting cell) akan menerima
dan mengekspresikannya pada sel T (TH0). Sel T kemudian
akan berdiferensiasi menjadi sel TH-1. Sel TH-1 umumnya
sebagai pertahanan melawan virus akan mengeluarkan
mediator inflamasi yang bersifat toksik tidak hanya
kepada agen penyakit juga kepada tubuh kita sendiri
atau dinamakan inflamasi berlebihan (excess
inflammation). Untuk mengatasi hal tersebut, vitamin A
akan merangsang sel T untuk berdiferensiasi menjadi TH-
2. Kadar TH-2 yang meningkat akan memberikan respon
balik berupa down regulation terhadap sel TH-1 sehingga
respon inflamasi mereda. Disamping itu vitamin A
melalui asam retinoat juga berperan dalam mengaktifkan
sel T regulatori (Treg cell) yang dapat menekan proses
inflamasi oleh sel T itu sendiri.4
Asam retinoat merupakan ligan dari beberapa reseptor
nuclear yang berperan sebagai faktor transkripsi. Dua
jenis reseptor (reseptor RAR dan RXR) berfungsi sebagai
transkripsi gen-gen yang membutuhkan asam retinoat.
Asam retinoat mengatur transkripsi gen dengan berikatan
sebagai kompleks dimer di bagian spesifik suatu DNA,
yang disebut bagian respon asam retinoat, pada gen
target. Reseptor-reseptor di atas bisa menstimulasi
atau menekan jumlah ekspresi gen bergantung dari
ligannya. RAR akan mengikat semua asam retinoat trans
dan asam retinoat 9-cis, sedangkan RXR hanya mengikat
asam retinoat 9-cis.5
Penelitian molecular telah menemukan beberapa gen
abnormal yang menjadi faktor pencetus leukemia yang
disebut leukemogenesis. Sebagai contoh, gen t(15,17)
bertugas mengkode protein gabungan yaitu promyelocitic
leukemia (Pml) dan reseptor asam retinoat alfa (RARα),
yang dibentuk dari gabungan gen reseptor asam reinoat
alfa di kromosom 17 dan gen promyelocitic leukemia di
kromosom 15. Gen RARα mengkode anggota reseptor hormon
nuclear yang berfungsi sebagai faktor transkripsi.
Setelah berikatan dengan asam retinoat, RARα dapat
menstimulasi ekspresi dari berbagai jenis gen. Protein
gabungan Pml-RARα cenderung menekan gen transkripsi yang
bertugas dalam diferensiasi sel tubuh. Akan tetapi,
ketika RARα berikatan dengan asam retinoat trans, dia
akan melepas hambatan stimulasi dan memicu diferensiasi
sel tubuh.5
Di sitoplasma sel kulit retinol (vitamin A) akan
diikat oleh protein yang disebut cellular retinol
binding protein (CRBP)-I. Kemudian reinol secara
perlahan akan dioksidasi menjadi asam retinoat trans
(tRA). Selanjutnya tRA akan diikat oleh CRBP-II untuk
dibawa masuk ke dalam nucleus. Sesampainya di nucleus,
tRA akan berikatan secara heterodimer dengan reseptor
RAR-α dan RXR-γ. Ikatan tRA dengan reseptor tersebut
akan mengaktifkan mRNA yang berfungsi dalam sintesis
protein kulit yang mengatur pertumbuhan dan
diferensiasi sel kulit baik secara langsung atau tidak
langsung.6
2.6. Dampak Kekurangan Vitamin A
Anak-anak dan remaja umumnya beresiko kekurangan
vitamin A. Jika diet anak-anak kadar vitamin A nya
rendah, defisiensi berkembang lebih cepat karena
kecilnya simpanan dalam tubuh dan meningkatnya
kebutuhan vitamin A untuk pertumbuhan. Bayi baru lahir
(khususnya bayi prematur) mempunyai simpanan vitamin A
yang sangat rendah dalam tubuhnya dan tidak
mengabsorpsi vitamin A secara efisien. Kekurangan
vitamin A dapat merupakan kekurangan primer akibat
kurang konsumsi, atau kekurangan sekunder karena
gangguan penyerapan dan penggunannya dalam tubuh,
kebutuhan yang meningkat, ataupun karena gangguan
konversi karoten menjadi vitamin A.Tanda dan gejala
defisiensi vitamin A adalah : 1,3
Konjungtiva mata kering, gatal dan kemerahan
Ketidakmampuan untuk beradaptasi dan melihat dalam
cahaya yang suram (buta senja)
Kulit yang kering dan kasar disertai dengan ruam
Rambut dan kuku yang kering dan rapuh
Hilangnya sensasi bau, rasa, dan nafsu makan
Mudah lelah
Anemia
Pertumbuhan yang buruk
Meningkatnya kerentanan terkena infeksi
Meningkatnya resiko kanker tenggorokan, paru,
kandung kemih, serviks, prostat, esofagus, lambung
dan kolon
Terganggunya reproduksi dan fertilitas
Meningkatnya resiko batu ginjal
Salah satu tanda awal kekurangan vitamin A adalah
buta senja (niktaolpia), yaitu ketidakmampuan
menyesuaikan penglihatan dari cahata terang ke cahaya
samar-samar/senja. Konsumsi vitamin A yang tidak cukup
menyebabkan simpanan dalam tubuh menipis, sehingga
kadar vitamin A darah menurun yang berakibat vitamin A
tidak cukup diperoleh retina mata untuk membentuk
pigmen penglihatan rodopsin. 1
Kornea mata terpengaruh secara dini oleh kekurangan
vitamin A. Kelenjar air mata tidak mampu mengeluarkan
air mata sehingga terjadi pengeringan pada selaput yang
menutupi kornea. Bitot’s spot menggambarkan adanya
metaplasia keratinisasi dari konjungtiva, lapisan sel
epitel skuamosa keratin yang mati, dan pertumbuhan yang
lebih dari bakteri batang gram negatif ( yang dikenal
xerosis bacilli). Bentuk defisiensi vitamin A yang lebih
parah adalah xerosis kornea, ulkus kornea, dan
keratomalasia (peleburan kornea yang tebal yang
berkembang cepat menjadi hilangnya penglihatan),
cenderung terjadi dalam kaitannya dengan malnutrisi
energi-protein. WHO (1982) membuat klasifikasi
defisiensi vitamin A menurut Tabel 4. 1,7
Tabel 4. Klasifikasi Xeroftalmia1
XN Buta SenjaX1A Xerosis konjungtivaX1B Bercak BitotX2 Xerosis korneaX3A Ulkus kornea dengan
xerosisX3B KeratomalasiaXS Parut korneaXF Xeroftalmia fundus
Fungsi kekebalan tubuh menurun pada kekurangan
vitamin A, sehingga mudah terserang infeksi. Di samping
itu lapisan sel yang menutupi trakea dan paru-paru
mengalami keratinisasi, tidak mengeluarkan lendir,
sehingga mudah dimasuki mikroorganisme atau bakteri
atau virus dan menyebabkan infeksi saluran pernapasan.
Bila terjadi pada permukaan dinding usus akan
menyebabkan diare. Bayi prematur dengan defisensi
vitamin A mempunyai resiko tinggi terkena penyakit
mata, paru-paru yang kronik dan gastrointestinal1,8
Perubahan pada permukaan saluran kemih dan kelamin
dapat menimbulkan infeksi pada ginjal dan kandung
kemih, serta vagina. Perubahan ini dapat pula
meningkatkan endapan kalsium yang dapat menyebabkan
batu ginjal dan gangguan kandung kemih. Kekurangan
vitamin A pada anak-anak di samping itu dapat
menyebabkan komplikasi pada campak yang dapat
menyebakan kematian. Defisiensi vitamin A jugan
meningkatkan keparahan dan risiko kematian dari infeksi
(terutama diare dan campak) bahkan sebelum onset
terjadinya xeropthalmia. 1,8
Defisiensi vitamin A membuat kulit menjadi kering
dan kasar. Folikel rambut menjadi kasar, mengeras dan
mengalami keratinisasi yang dinamakan hiperkeratosis
folikular. Mula-mula terkena lengan dan paha, kemudian
dapat menyebar ke seluruh tubuh. Defisiensi vitamin A
pada wanita hamil dan menyusui meningkatkan morbiditas
dan mortalitas maternal dan janin, meningkatnya resiko
anemia, dan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan
janin. Defisiensi vitamin A juga menghambat pertumbuhan
sel-sel, termasuk sel-sel tulang. Fungsi sel-sel yang
membentuk email pada gigi terganggu dan terjadi atrofi
sel-sel yang membentuk dentin, sehingga gigi mudah
rusak. 1,8
2.7. Dampak Kelebihan Vitamin A
Kelebihan vitamin A hanya bisa terjadi bila memakan
vitamin A sebagai suplemen dalam takaran tinggi yang
berlebihan, misalnya takaran 16.000 RE untuk jangka
waktu lama atau 40.000-55.000 RE/hari. Ketika vitamin A
dikonsumsi dari suplemen atau makanan, serum ester
meningkat saat retinol pertama kalo diesterifikasi pada
mukosa saluran cerna dan bersirkulasi di chylomicra.
Proses ini umumnya efektif dengan makanan atau suplemen
yang disertai dengan lemak, dimana dapat membantu
esterifikasi dan pembungkusan retinol ke chylomicra.
Proses esterifikasi terjadi untuk mencegah peningkatan
retinol dan asam retinoat yang besar, dimana keduanya
merupakan bentuk yang potennsial toksik dari vitamin A.
Pada meta analisis dari Myhre et al, konsumsi vitamin A
dalam jumlah besar seperti suplemen dengan bahan dasar
minyak hati dapat menyebabkan peningkatan retinol dan
asam retinoid. 1, 9
Gejala pada orang dewasa antara lain sakit kepala,
pusing, rasa nek, rambut rontok, kulit mengering, tidak
ada nafsu makan atau anoreksia dan sakit pada tulang.
Pada wanita menstruasi berhenti. Vitamin A teratogen
dan pada dosis tinggi dapat membuat defek kelahiran,
bahkan dengan paparan jangka pendek seperti dalam 1
minggu pada awal masa kehamilan. Pada bayi terjadi
pembesaran kepala, hidrosefalus, dan mudah tersinggung
yang dapat terjadi pada konsumsi 8.000 RE/hari selama
tiga puluh hari. Belakangan ini, beberapa penelitian
mengusulkan adanya hubunan antara konsumsi vitamin A
yang tinggi dan kronis dengan bone loss yang berpotensial
menjadi osteoporosis. Reseptor untuk asam retinoat
berlokasi pada osteoblas dan osteoclas, yang
mengindikasikan bahwa keduanya merupakan target
langsung vitamin A. Hiperostosis kortikal pada tulang
dan arthralgia dapat terjadi, terutama pada anak-anak.
Fraktur juga dapat terjadi dengan mudah terutama pada
lansia. Pada anak-anak, toksiksitas dapat menyebabkan
gatal-gatal, anoreksia dan gagal tumbuh. Hepatomegali
dan splenomegali dapat terjadi. 1,3,9,10
Gejala kelebihan ini hanya terjadi bila dimakan
dalam bentuk vitamin A. Karoten tidak dapat menimbulkan
gejala kelebihan, karena absorpsi karoten menurun bila
konsumsi tinggi. Di samping itu sebagian dari karoten
yang diserap tidak diubah menjadi vitamin A, akan
tetapi disimpan di dalam lemak. Bila lemak di bawah
kulit mengandung banyak karoten, warna kulit akan
terlihat kekuningan.1
Sumber
1. Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2004. Hal 161-167
2. Zimmermann, M. Burgerstein’s Handbook of Nutrition : Micronutrients in the Prevention and Theraphy of Disease. New York : Thieme.2001. p.23-25
3. Sommer, A. Vitamin A Deficiency and Clinical Disease: An Historical Overview. The Journal of Nutrition. 2008 138: 1835
4. NIH Office of Dietary Supplements. Vitamin A. Didapat dari: URL: http://ods.od.nih.gov/factsheets/VitaminA-HealthProfessional/ . Diakses tanggal: 21 September2014
5. Penniston KL dan Tanumihardjo A. The acute and chronic toxic effects of vitamin A. Am J Clin Nutr.2006. 83: 192, 195
6. Johnson LE. Vitamin A. 2012. Didapat dari URL: www.merckmanuals.com/professional/nutritional_disorders/vitamin_deficiency_dependency_and_toxicity/vitamin_a.html . Diakses tanggal 21 September 2014
PERANAN VITAMIN A
PERANAN VITAMIN A DAN ASAM RETINOAT DALAM REGULASI
SISTEM IMUN
DAFPUS
1. Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2004. Hal 161-167
2. Olson JA, Biochemistry of Vitamin A and Carotenoids.
In: Sommer, A. West, KP. Vitamin A Deficiency: Health,
Survival, and Vision. Oxford University Press 1996. P
221-250
3. Zimmermann, M. Burgerstein’s Handbook of Nutrition :Micronutrients in the Prevention and Theraphy of Disease. New York : Thieme.2001. p.23-25
4. Dafpus anas
5. Russel, M.R., 2008. Vitamin and Trace Mineral Deficiency
and Excess. In: Harrison’s Principle of Internal
Medicine, 17th ed, pp. 441. New York: McGraw-Hill.
6. Kang, S., Voorhees, J.J., 2008. Topical Retinoid. In:
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, 7th ed,
pp. 2106. New York: McGraw-Hill.
7. Sommer, A. Vitamin A Deficiency and Clinical Disease: An Historical Overview. The Journal of Nutrition. 2008 138: 1835
8. NIH Office of Dietary Supplements. Vitamin A. Didapat dari: URL: http://ods.od.nih.gov/factsheets/VitaminA-HealthProfessional/ . Diakses tanggal: 21 September2014
9. Penniston KL dan Tanumihardjo A. The acute and chronic toxic effects of vitamin A. Am J Clin Nutr.2006. 83: 192, 195
10. Johnson LE. Vitamin A. 2012. Didapat dari URL: www.merckmanuals.com/professional/nutritional_disorders/vitamin_deficiency_dependency_and_toxicity/vitamin_a.html . Diakses tanggal 21 September 2014
KESIMPULAN
Vitamin A merupakan salah satu vitamin yang sangat
penting untuk pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan
hidup. Defisiensi maupun kelebihan konsumsi vitamin A
dapat mengakibatkan berbagai dampak yang buruk.Vitamin
A memiliki peran dalam pencegahan maupun pengobatan
berbagai kondisi klinis seperti pada acne, kulit
kering, penuaan kulit, psoriasis, kesehatan mata,