Date post: | 20-Feb-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | independent |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA
PERMULAAN MELALUI SUPERVISI KLINIS BAGI GURU KELAS I DI SD N
SOROPADAN NO. 108 UPTD DIKPORA KECAMATAN LAWEYAN
KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Diajukan Pada Penilaian Angka Kredit Unsur Pengembangan Profesi
Kepala Sekolah untuk Kenaikan Pangkat dari Golongan IV a Ke IV b
Oleh:
SITI RAKHMIYATI, M. Pd. NIP: 19591107 198303 2 007
PEMERINTAH KOTA SURAKARTA UPTD DIKPORA KECAMATAN LAWEYAN
SD NEGERI SOROPADAN No. 108 SURAKARTA
2012
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertandatangan di bawah ini menerangkan dengan sebenarnya
bahwa karya tulis/ Penelitian Tindakan Sekolah yang disusun oleh:
Nama : Siti Rakhmiyati, M.Pd.
NIP : 19591107 198303 2 007
Pangkat/ Golongan : IV/ A
Jabatan : Kepala Sekolah
Unit Kerja : SD Negeri Soropadan I No. 108 Kecamatan
Laweyan Kota Surakarta
Dengan Judul:
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA
PERMULAAN MELALUI SUPERVISI KLINIS BAGI GURU KELAS I DI SD N
SOROPADAN NO. 108 UPTD DIKPORA KECAMATAN LAWEYAN
KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Telah diperiksa oleh Pengawas TK/SD Gugus V Gadjahmada UPTD Dikpora
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta dan dapat dijadikan sebagai referensi oleh
segenap guru dan kepala sekolah yang berada di bawah naungan UPTD Dikpora
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.. Demikian Keterangan ini dibuat untuk
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Surakarta, 25 September 2012
Pengawas TK/SD
Gugus V Gadjahmada
UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan
Kota Surakarta
Penulis/ Peneliti
E.S. Sulistyaningsih, S.Pd
NIP. 19581229 197802 2 009
Siti Rakhmiyati, M.Pd.
NIP. 19591107 198303 2 007
iii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) langkah-langkah pelaksanaan
supervisi klinis guna meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran
membaca permulaan pada guru Kelas I; dan 2) apakah penerapan supervisi klinis
dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran membaca permulaan
pada guru Kelas I di SD Negeri I Soropadan No. 108 UPTD Dikpora Kecamatan
Laweyan Kota Surakarta tahun pelajaran 2012/2013.
Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan. Penelitian dilakukan di SD
Negeri I Soropadan No. 108 UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.
Subyek penelitian ini adalah guru kelas I di SD Negeri I Soropadan No. 108
UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta tahun pelajaran 2012/2013.
Objek penelitian berupa supervisi klinis dalam pembelajaran membaca permulaan
bagi siswa kelas I. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara
dan observasi. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan model alur
dari Kemmis dan Taggart yang intinya mengidentifikasi perkembangan dan
perkembangan dan perubahan subjek.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: 1) Langkah-langkah pelaksanaan
supervisi klinis guna meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran
membaca permulaan pada guru Kelas I di SD Negeri I Soropadan No. 108 UPTD
Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta tahun pelajaran 2012/2013
dilakukan sebagai berikut: a) Supervisi klinis dilakukan melalui prosedur
berbentuk siklus yang terdiri dari tiga tahap yaitu: tahap pertemuan pendahuluan,
tahap pengamatan dan tahap pertemuan balikan; b) Pada tahap pertemuan awal,
kepala sekolah selaku supervisor dan guru bersama-sama membicarakan rencana
tentang materi observasi yang akan dilaksanakan; c) Pada tahap pengamatan, guru
melatih perilaku mengajar berdasarkan komponen keterampilan yang telah
disepakati dalam pertemuan pendahuluan; dan d) Pada tahap pertemuan lanjutan,
supervisor mengadakan analisis pendahuluan tentang rekaman observasi yang
dibuat sebagai bahan dalam pembicaraan tahap ini.; dan 2) Penerapan supervisi
klinis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran membaca
permulaan pada guru Kelas I di SD Negeri I Soropadan No. 108 UPTD Dikpora
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta tahun pelajaran 2012/2013. Hal ini dapat
diketahui dari meningkatnya penguasaan guru terhadap aspek-aspek pembelajaran
yang dilakukan dan berdampak pada meningkatnya penguasaan siswa dalam
ketrampilan membaca permulaan pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.
Kata kunci: supervisi klinis, kemampuan guru, pembelajaran membaca
permulaan.
iv
PRAKATA
Alhamdulillah hirobbil alaamiin. Segala puji penulis panjatkan ke hadirat
Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah dan rahmat-Nya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan laporan penelitian tindakan sekolah ini.
Penelitian tindakan ini mengambil judul “PENINGKATAN
KEMAMPUAN GURU DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA
PERMULAAN MELALUI SUPERVISI KLINIS BAGI GURU KELAS I DI SD
N SOROPADAN NO. 108 UPTD DIKPORA KECAMATAN LAWEYAN
KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013”. Hal ini diharapkan
dapat memberikan gambaran mengenai salah satu tanggungjawab kepala sekolah
sebagai supervisor.
Proses penyelesaian penelitian ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Untuk itu, secara khusus, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Kepala UPT Dikpora Kota Surakarta yang telah memberikan ijin guna
melakukan penelitian tindakan ini.
2. Kepala UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta yang telah
memberikan ijin guna melakukan penelitian tindakan ini.
3. Pengawas TK/SD Gugus V Gadjahmada UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan
Kota Surakarta yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
penelitian ini.
4. Segenap guru kelas di SD Negeri Soropadan I No. 108 Kecamatan Laweyan
Kota Surakarta yang telah membantu dalam pelaksanaan kegiatan supervisi
akademis yang dilaksanakan peneliti.
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
dalam penyelesaian penelitian tindakan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu penulis menerima segala masukan dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan di masa mendatang.
Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan
yang membutuhkannya. Amin.
Surakarta, 28 September 2012
Penulis
Siti Rakhmiyati, M. Pd.
NIP. 19591107 198303 2 007
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................... iii
PRAKATA ................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 5
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori ........................................................................... 6
1. Supervisi Klinis ................................................................. 6
2. Membaca Permulaan .......................................................... 10
B. Kerangka Pemikiran ................................................................ 27
C. Hipotesis Tindakan ................................................................. 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian ................................................................... 29
1. Subjek Penelitian ............................................................... 29
vi
2. Lokasi Penelitian................................................................ 29
3. Waktu Penelitian ................................................................ 29
B. Prosedur Penelitian ................................................................ 30
C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ...................................... 33
1. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 33
2. Alat Pengumpulan Data ..................................................... 33
D. Teknik Analisis Data ............................................................. 34
1. Analisis Data ..................................................................... 34
2. Indikator Kinerja Penelitian ............................................... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...................................................................... 36
1. Deskripsi Kondisi Awal ................................................... 36
2. Deskripsi Tindakan Siklus I ............................................. 39
3. Deskripsi Tindakan Siklus II ............................................ 49
B. Pembahasan Hasil Tindakan .................................................. 59
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................... 64
B. Saran ..................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Jadwal Kegiatan Penelitian ........................................................ 30
Tabel 2 Penilaian Ketrampilan Mengajar Guru Pada Kondisi Awal ........ 37
Tabel 3 Ketrampilan Membaca Permulaan Siswa pada Tindakan Siklus I 45
Tabel 4 Penilaian Ketrampilan Mengajar Guru Pada Tindakan Siklus I .. 47
Tabel 5 Ketrampilan Membaca Permulaan Siswa pada Tindakan Siklus
II ............................................................................................... 55
Tabel 6 Penilaian Ketrampilan Mengajar Guru Pada Tindakan Siklus II . 57
Tabel 7 Perkembangan Tingkat Ketrampilan Guru dalam Pembelajaran . 60
Tabel 8 Tingkat Penguasaan Ketrampilan Membaca Permulaan Siswa
Kondisi Awal – Tindakan Siklus II ............................................ 62
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Bagan Kerangka Pemikiran.................................................... 28
Gambar 2 Model Penelitian Tindakan dari Kemmis dan Taggart ............ 30
Gambar 3 Diagram Ketrampilan Mengajar Guru dalam Pembelajaran
Membaca Permulaan Kondisi Awal ....................................... 39
Gambar 4 Kegiatan Supervisi Klinis Tindakan Siklus I .......................... 41
Gambar 5 Pengamatan di Kelas pada Tindakan Siklus I ......................... 42
Gambar 6 Diagram Kemampuan Membaca Permulaan Siswa pada
Tindakan Siklus I ................................................................... 46
Gambar 7 Diagram Ketrampilan Mengajar Guru dalam Pembelajaran
Membaca Permulaan pada Tindakan Siklus I ......................... 48
Gambar 8 Kepala Sekolah Melaksanakan Supervisi Klinis di Ruang
Kelas I pada Tindakan Siklus II ............................................. 52
Gambar 9 Kegiatan Pembelajaran pada Tindakan Siklus II..................... 53
Gambar 10 Diagram Kemampuan Membaca Permulaan Siswa pada
Tindakan Siklus II ................................................................. 56
Gambar 11 Diagram Ketrampilan Mengajar Guru dalam Pembelajaran
Membaca Permulaan pada Tindakan Siklus II ........................ 58
Gambar 12 Diagram Ketrampilan Guru dalam Pembelajaran Membaca
Permulaan Kondisi Awal – Tindakan Siklus II ....................... 61
Gambar 13 Diagram Penguasaan Ketrampilan Membaca Permulaan pada
Siswa dari Kondisi Awal – Akhir Tindakan Siklus II ............. 62
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan
meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan
maupun tertulis. Ketrampilan membaca sebagai salah satu ketrampilan
berbahasa tulis yang bersifat reseptif perlu dimiliki siswa SD agar mampu
berkomunikasi secara tertulis. Oleh karena itu, peranan pengajaran Bahasa
Indonesia khususnya pengajaran membaca di SD menjadi sangat penting.
Peran tersebut semakin penting bila dikaitkan dengan tuntutan pemilikan
kemahirwacanaan dalam abad informasi (Joni, 1990). Pengajaran Bahasa
Indonesia di SD yang bertumpu pada kemampuan dasar membaca dan menulis
juga perlu diarahkan pada tercapainya kemahirwacanaan.
Ketrampilan membaca dan menulis, khususnya ketrampilan membaca
harus segera dikuasai oleh para siswa di SD karena ketrampilan ini secara
langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa di SD. Keberhasilan
belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar di sekolah
sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan membaca mereka. Siswa yang
tidak mampu membaca dengan baik akan mengalami kesulitan dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran.
Siswa akan mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami
informasi yang disajikan dalam berbagai buku pelajaran, buku-buku bahan
2
penunjang dan sumber-sumber belajar tertulis yang lain. Akibatnya, kemajuan
belajarnya juga lamban jika dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak
mengalami kesulitan dalam membaca.
Pembelajaran membaca di SD dilaksanakan sesuai dengan pembedaan
atas kelas-kelas awal dan kelas-kelas tinggi. Pelajaran membaca dan menulis
di kelas-kelas awal disebut pelajaran membaca dan menulis permulaan,
sedangkan dikelas-kelas tinggi disebut pelajaran membaca dan menulis lanjut.
Pelaksanaan membaca permulaan di kelas I sekolah dasar dilakukan dalam
dua tahap, yaitu membaca periode tanpa buku dan membaca dengan
menggunakan buku. Pembelajaran membaca tanpa buku dilakukan dengan
cara mengajar dengan menggunakan media atau alat peraga selain buku
misalnya kartu gambar, kartu huruf, kartu kata dan kartu kalimat, sedangkan
membaca dengan buku merupakan kegiatan membaca dengan menggunakan
buku sebagai bahan pelajaran.
Tujuan membaca permulaan di kelas I adalah agar “Siswa dapat
membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat
(Depdikbud, 1994/1995:4). Kelancaran dan ketepatan anak membaca pada
tahap belajar membaca permulaan dipengaruhi oleh keaktifan dan kreativitas
guru yang mengajar di kelas I. Dengan kata lain, guru memegang peranan
yang strategis dalam meningkatkan ketrampilan membaca siswa.
Peranan strategis tersebut menyangkut peran guru sebagai fasilitator,
motivator, sumber belajar, dan organisator dalam proses pembelajaran. guru
yang berkompetensi tinggi akan sanggup menyelenggarakan tugas untuk
3
mencerdaskan bangsa, mengembangkan pribadi manusia Indonesia seutuhnya
dan membentuk ilmuwan dan tenaga ahli.
Menurut Badudu (1993: 131) pelaksanaan pembelajaran Bahasa
Indonesia di SD – SMU ialah guru terlalu banyak menyuapi, tetapi kurang
menyuruh siswa aktif membaca, menyimak, menulis dan berbicara. Proses
belajar-mengajar di kelas tidak relevan dengan yang diharapkan, akibatnya
kemampuan membaca siswa rendah.
Rendahnya kemampuan membaca pada siswa kelas I di SD Negeri
Soropadan No. 108 pada tahun pelajaran 2012/2013 disinyalir disebabkan
karena metode pembelajaran yang digunakan guru kurang tepat. Hal ini
dilandasi adanya kenyataan bahwa guru yang mengajar di kelas I tersebut
kurang berpengalaman dalam menghadapi anak-anak kelas rendah.
Supervisi Klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada
perbaikan mengajar dengan menggunakan siklus yang sistimatis dalam
perencanaan dan pengamatan serta analisis yang intensif dan tepat tentang
penampilan mengajar yang nyata serta bertujuan mengadakan perubahan
dengan cara yang rasional. Jadi fokus dari supervisi klinis adalah pada
penampilan guru secara aktual di kelas dan guru sebagai peserta yang aktif
dalam proses supervisi tersebut.
Berangkat dari pemikiran tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tindakan dengan judul “PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU
DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI
SUPERVISI KLINIS BAGI GURU KELAS I DI SD NEGERI SOROPADAN
4
NO. 108 UPTD DIKPORA KECAMATAN LAWEYAN KOTA
SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas selanjutnya dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan supervisi klinis guna meningkatkan kemampuan
guru dalam pembelajaran membaca permulaan pada guru Kelas I di SD
Negeri I Soropadan No. 108 UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota
Surakarta tahun pelajaran 2012/2013?
2. Apakah supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam
pembelajaran membaca permulaan pada guru Kelas I di SD Negeri I
Soropadan No. 108 UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta
tahun pelajaran 2012/2013?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian
tindakan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui langkah-langkah pelaksanaan supervisi klinis guna
meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran membaca permulaan
pada guru Kelas I di SD Negeri I Soropadan No. 108 UPTD Dikpora
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta tahun pelajaran 2012/2013.
2. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran membaca
permulaan pada guru Kelas I di SD Negeri I Soropadan No. 108 UPTD
5
Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta tahun pelajaran 2012/2013
melalui supervisi klinis.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara praktis maupun
teoretis. Manfaat tersebut antara lain adalah sebagai berikut.
1. Bagi Kepala Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kepala
sekolah tentang penyelenggaraan tugas sebagai pengawas dalam
meningkatkan kemampuan guru melaksanakan supervisi pendidikan.
2. Bagi Guru
a Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru
agar dapat memperoleh alternatif baru yang dapat diterapkan guru
dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang
diajarkan.
b Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru
agar dapat memperoleh alternatif baru yang dapat diterapkan guru
untuk peningkatan mutu pembelajaran.
3. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa
untuk dapat memperoleh pembelajaran yang berkualitas melalui tindakan
supervisi klinis yang dilakukan kepala sekolah.
6
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori
1. Supervisi Klinis
a. Pengertian Supervisi Klinis
Supervisi klinis berasal dari kata supervisi dan klinis (Purwanto,
2003: 14). Supervisi diartikan sebagai suatu bimbingan dan tuntunan
kearah perbaikan dan penyempurnaan proses pembelajaran. Sedangkan
klinis dalam hal ini diartikan sebagai berikut:
1) Sebagai hubungan tatap muka antara supervisor dengan guru yang
berfokus pada tingkah laku yang sebenarnya dari guru yan mengajar
di kelas, maksudnya adalah tingkah laku yang sewajarnya,tidak
dibuat buat;
2) Sebagai kegiatan observasi dari dekat dan dilakukan secara cermat;
3) Mendiskripsikan hasil/data observasi secara detail;
4) Sebagai hubungan yang kooperatif antara supervisor dan guru untuk
bersama-sama mencermati penampilan guru dalam mengajar;
5) Mendorong guru melihat kekuranganya dalam mengajar dan
menemukan cara unutk mengatasinya.
Welles (dalam Purwanto, 2004) memberikan difinisi sebagai
berikut: ”Supervisi Klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan
7
pada perbaikan mengajar dengan menggunakan siklus yang sistimatis
dalam perencanaan dan pengamatan serta analisis yang intensif dan
tepat tentang penampilan mengajar yang nyata serta bertujuan
mengadakan perubahan dengan cara yang rasional” Jadi fokus dari
supervisi klinis adalah pada penampilan guru secara aktual di kelas dan
guru sebagai peserta yang aktif dalam proses supervisi tersebut.
Pengertian lain dikemukakan oleh Sudrajat (2010: 1) yang
mengatakan bahwa supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan
pada perbaikan pembelajaran melalui siklus yang sistematis mulai dari
tahap perencanaan, pengamatan dan analisis yang intesif terhadap
penampilan pembelajarannya dengan tujuan untuk memperbaiki proses
pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa supervisi klinis diartikan sebagai bentuk bimbingan profesional
yang diberikan kepada guru berdasarkan kebutuhannnya melalui siklus
yang sistematis. Siklus sistematis ini meliputi: perencanaan, observasi
yang cermat atas pelaksanaan dan pengkajian hasil observasi dengan
segera dan obyektif tentang penampilan mengajarnya yang nyata.
b. Tujuan Supervisi Klinis
Secara umum tujuan supervisi klinis, menurut Sudrajat (2010: 7)
adalah untuk:
1) Menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnya terhadap
pelaksanaan kualitas proses pembelajaran;
8
2) Membantu guru untuk senantiasa memperbaiki dan meningkatkan
kualitas proses pembelajaran;
3) Membantu guru untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah
yang muncul dalam proses pembelajaran;
4) Membantu guru untuk dapat menemukan cara pemecahan maslah
yang ditemukan dalam proses pembelajaran; dan
5) Membantu guru untuk mengembangkan sikap positif dalam
mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Mengacu pada tujuan tersebut di atas, maka supervise klinis
memiliki karakteristik sebagai berikut (Sudrajat, 2010: 21-22): a)
Perbaikan dalam pembelajaran mengharuskan guru mempelajari
keterampilan intelektual dan bertingkah laku berdasarkan keterampilan
tersebut; b) Fungsi utama supervisor adalah menginformasikan beberapa
keterampilan, seperti: (1) keterampilan menganalisis proses
pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan, (2) keterampilan
mengembangkan kurikulum, terutama bahan pembelajaran, (3)
keterampilan dalam proses pembelajaran; dan c) Fokus supervisi klinis
adalah: (1) perbaikan proses pembelajaran, (2) keterampilan penampilan
pembelajaran yang memiliki arti bagi keberhasilan mencapai tujuan
pembelajaran dan memungkinkan untuk dilaksanakan, dan (3)
didasarkan atas kesepakatan bersama dan pengalaman masa lampau.
9
c. Prinsip-prinsip dalam Supervisi Klinis
Beberapa prinsip yang menjadi landasan bagi pelaksanaan
supervisi klinis, adalah (Taufiq, 2007: 47):
1) Hubungan antara supervisor dengan guru, kepala sekolah dengan
guru, guru dengan mahasiswa PPL adalah mitra kerja yang
bersahabat dan pebuh tanggung jawab;
2) Diskusi atau pengkajian balikan bersifat demokratis dan didasarkan
pada data hasil pengamatan;
3) Bersifat interaktif, terbuka, obyektif dan tiidak bersifat
menyalahkan;
4) Pelaksanaan keputusan ditetapkan atas kesepakatan bersama;
5) Hasil tidak untuk disebarluaskan;
6) Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru, dan
tetap berada di ruang lingkup pembelajaran; dan
7) Prosedur pelaksanaan berupa siklus, mulai dari tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan (pengamatan) dan tahap siklus balikan.
d. Prosedur Supervisi Klinis
Pelaksanaan supervisi klinis berlangsung dalam suatu siklus yang
terdiri dari tiga tahap berikut (Sudrajat, 2010: 37):
1) Tahap perencanaan awal. Pada tahap ini beberapa hal yang harus
diperhatikan adalah: (1) menciptakan suasana yang intim dan
terbuka, (2) mengkaji rencana pembelajaran yang meliputi tujuan,
metode, waktu, media, evaluasi hasil belajar, dan lain-lain yang
10
terkait dengan pembelajaran, (3) menentukan fokus obsevasi, (4)
menentukan alat bantu (instrumen) observasi, dan (5) menentukan
teknik pelaksanaan obeservasi.
2) Tahap pelaksanaan observasi. Pada tahap ini beberapa hal yang
harus diperhatikan, antara lain: (1) harus luwes, (2) tidak
mengganggu proses pembelajaran, (3) tidak bersifat menilai, (4)
mencatat dan merekam hal-hal yang terjadi dalam proses
pembelajaran sesuai kesepakatan bersama, dan (5) menentukan
teknik pelaksanaan observasi.
3) Tahap akhir (diskusi balikan). Pada tahap ini beberapa hal yang
harus diperhatikan antara lain: (1) memberi penguatan; (2) mengulas
kembali tujuan pembelajaran; (3) mengulas kembali hal-hal yang
telah disepakati bersama, (4) mengkaji data hasil pengamatan, (5)
tidak bersifat menyalahkan, (6) data hasil pengamatan tidak
disebarluaskan, (7) penyimpulan, (8) hindari saran secara langsung,
dan (9) merumuskan kembali kesepakatan-kesepakatan sebagai
tindak lanjut proses perbaikan.
2. Membaca Permulaan
a. Hakikat Membaca
Membaca adalah proses aktif dari pikiran yang dilakukan
melalui mata terhadap bacaan. Dalam kegiatan membaca, pembaca
memroses informasi dari teks yang dibaca untuk memperoleh makna
(Vacca, 1991: 172). Membaca merupakan kegiatan yang penting dalam
11
kehidupan sehari-hari, karena membaca tidak hanya untuk memperoleh
informasi, tetapi berfungsi sebagai alat untuk memperluas pengetahuan
bahasa seseorang. Dengan demikian, anak sejak kelas awal SD perlu
memperoleh latihan membaca dengan baik khususnya membaca
permulaan.
Para ahli telah mendefiniskan tentang membaca dan tidak ada
criteria tertentu untuk menentukan suatu definisi yang dianggap paling
benar. Menurut Harris dan Sipay (1980: 8) memebaca sebagai suatu
kegiatan yang memebrikan respon makna secara tepat terhadap lambang
verbal yang tercetak atau tertulis.Pemahaman atau makna dalam
membaca lahir dari interaksi antara persepsi terhadap simbol grafis dan
ketrampilan bahasa serta pengetahuan pembaca. Dalam interaksi ini,
pembaca berusaha menciptakan kembali makna sebagaimana makna
yang ingin disampikan oleh penulis dan tulisannya. Dalam proses
membaca itu pembaca mencoba mengkreasikan apa yang dimaksud oleh
penulis.
Dilain pihak, Gibbon (1993: 70-71) mendefinisikan membaca
sebagai proses memperoleh m,akna dari cetakan. Kegiatan membaca
bukan sekedar aktivitas yang bersifat pasif dan reseptfi saja, melainkan
mengehdaki pembaca untuk aktif berpikir.Untuk memperoleh makna
dari teks, pembaca harus menyertakan latar belakang “bidang”
pengetahuannya, topik, dan pemahaman terhadap sistem bahasa itu
12
sendiri. Tanpa hal-hal tersebut selembar teks tidak berarti apa-apa bagi
pembaca.
Dalam kegiatan membaca terjadi proses pengolahan informasi
yang terdiri atas informasi visual dan informasi nonvisual (Smith, 1985:
12). Informasi visual, merupakan informasi yang dapat diperoleh
melalui indera penglihatan, sedangkan informasi nonvisual merupakan
informasi yang sudah ada dalam benak pembaca.Karena setiap pembaca
memiliki pengalaman yang berbeda-beda dan dia menggunakan
pengalaman itu untuk menafsirkan informasi visual dalam bacaan,maka
isi bacaan itu akan berubah-ubah sesuai dengan pengalamn
penafsirannya(Anderson, 1972: 211).
Pembaca yang telah lancar pada umumnya meramalkan apa
yang dibacanya dan kemudian menguatkan atau menolak ramalannya
itu berdasarkan apa yang terdapat dalam bacaan. Permaalan dibuat
berdasarkan pada tiga kategori sistem yaitu aspek sistematis, sintaksis
dan grafologis. Menurut Wilson dan peters (dalam Cleary, 1993: 284)
bahwa membaca merupakan suatu proses menysun makna melalui
interaksi dinamis diantara pengetahuan pembaca yang telah ada,
informasi yang telah dinyatakan oleh bahasa tulis, dan konteks situasi
pembaca.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa membaca
adalah proses interaksi antara pembaca dengan teks bacaan. Pembaca
berusaha memahami isi bacaan berdasarkan latar belakang pengetahuan
13
dan kompetensi kebahasaannya.Dalam proses pemahaman bacaan
tersebut, pembaca pada umumnya membuat ramalan-ramalan
berdasarkan sistem semantik, sintaksis, grafologis, dan konteks situasi
yang kemudian diperkuat atau ditolak sesuai dengan isi bacaan yang
diperoleh.
b. Pengertian Membaca Permulaan
Membaca permulaan dalam pengertian ini adalah membaca
permulaan dalam teori ketrampilan, maksudnya menekankan pada
proses penyandian membaca secara mekanikal. Membaca permulaan
yang menjadi acuan adalah membaca merupakan proses recoding dan
decoding (Anderson, 1972: 209).Membaca merupakan suatu proses
yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa
kegiatan mengamati tulisan secara visual. Dengan indera visual,
pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta
kombinasinya. Melalui proses recoding, pembaca mengasosiasikan
gambargambar bunyi beserta kombinasinya itu dengan bunyi-bunyinya.
Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya menjelma
menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata,
dan kalimat yang bermakna.
Disamping itu, pembaca mengamati tanda-tanda baca untuk
mrmbantu memahami maksud baris-baris tulisan. Proses psikologis
berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi. Melalui proses
decoding, gambar-gambar bunyi dan kombinasinya diidentifikasi,
14
diuraikan kemudian diberi makna. Proses ini melibatkan knowledge of
the world dalam skemata yang berupa kategorisasi sejumlah
pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam gudang ingatan
(Syafi’ie, 1999: 7).
Menurut La Barge dan Samuels (dalam Downing and Leong,
1982: 206) proses membaca permulaan melibatkan tiga komponen,
yaitu (a) visual memory (vm), (b) phonological memory (pm), dan (c)
semantic memory (sm). Lambang lambang fonem tersebut adalah kata,
dan kata dibentuk menjadi kalimat. Proses pembentukan tersebut terjadi
pada ketiganya. Pada tingkat VM, huruf, kata dan kalimat terlihat
sebagai lambang grafis, sedangkan pada tingkat PM terjadi proses
pembunyian lambang. Lambang tersebut juga dalam bentuk kata, dan
kalimat.
Proses pada tingkat ini bersumber dari VM dan PM. Akhirnya
pada tingkat SM terjadi proses pemahaman terhadap kata dan kalimat.
Selanjutnya dikemukakan bahwa untuk memperoleh kemampuan
membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan (a)
lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti,
dan (c) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa. Pada tingkatan
membaca permulaan, pembaca belum memiliki ketrampilan
kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap
belajar untuk memperoleh ketrampilan / kemampuan membaca.
15
Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar
mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat
menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut,untuk
memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu
kemampuan membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan
kosakata untuk memberi arti, dan (c) memasukkan makna dalam
kemahiran bahasa.Membaca permulaan merupakan suatu proses
ketrampilan dan kognitif. Proses ketrampilan menunjuk pada
pengenalan dan penguasaan lambang-lambang fonem, sedangkan proses
kognitif menunjuk pada penggunaan lambang-lambang fonem yang
sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau kalimat.
Membaca permulaan dalam pengertian ini adalah membaca
permulaan dalam teori ketrampilan, maksudnya menekankan pada
proses penyajian membaca secara mekanikal. Membaca permulaan yang
menjadi acuan adalah membaca merupakan proses recoding dan
decoding (Muchlisoh. 1992: 209). Membaca merupakan suatu proses
yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa
kegiatan mengamati tulisan secara visual. Dengan indera visual,
pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta
kombinasinya. Melalui proses recoding, pembaca mengasosiasikan
gambar-gambar bunyi beserta kombinasinya itu dengan bunyi-
bunyinya. Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya
16
menjelma menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi kata,
kelompok kata, dan kalimat yang bermakna.
Menurut Semiawan (2002: 206) Aktifitas membaca permulaan
melibatkan tiga komponen, yaitu (a) visual memory (vm), (b)
phonological memory (pm), dan (c) semantic memory (sm). Lambang
lambang fonem tersebut adalah huruf dibentuk menjadi suku kata,
menjadi kata, dan kata dibentuk menjadi kalimat. Aktifitas
pembentukan tersebut terjadi pada ketiganya. Pada tingkat visual
memory, huruf, kata dan kalimat terlihat sebagai lambang grafis,
sedangkan pada tingkat phonological memory terjadi proses
pembunyian lambang. Lambang tersebut juga dalam bentuk kata, dan
kalimat.
Proses pada tingkat ini bersumber dari visual memory dan
phonological memory. Akhirnya terjadi proses pemahaman terhadap
kata dan kalimat. Selanjutnya dikemukakan bahwa untuk memperoleh
kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan
membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata
untuk memberi arti, dan (c) memasukkan makna dalam kemahiran
bahasa. Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki
ketrampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih
dalam tahap belajar untuk memperoleh ketrampilan/ kemampuan
membaca.
17
Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar
mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat
menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut, untuk
memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu
kemampuan membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan
kosakata untuk memberi arti, dan (c) memasukkan makna dalam
kemahiran bahasa. Menurut Hamalik (1993: 284) bahwa membaca
merupakan suatu proses menyusun makna melalui interaksi dinamis
diantara pengetahuan pembaca yang telah ada, informasi yang telah
dinyatakan oleh bahasa tulis, dan konteks situasi pembaca.
Para ahli telah mendefiniskan tentang membaca dan tidak ada
cerita tertentu untuk menentukan suatu definisi yang dianggap paling
benar. Menurut Badudu (1993: 8) membaca sebagai suatu kegiatan yang
memebrikan respon makna secara tepat terhadap lambang verbal yang
tercetak atau tertulis. Pemahaman atau makna dalam membaca lahir dari
interaksi antara persepsi terhadap simbol grafis dan keterampilan bahasa
serta pengetahuan pembaca. Dalam interaksi ini, pembaca berusaha
menciptakan kembali makna sebagaimana makna yang ingin
disampikan oleh penulis dan tulisannya. Dalam proses membaca itu
pembaca mencoba mengkreasikan apa yang dimaksud oleh penulis.
Dilain pihak, Syafi’ie (1999: 70-71) mendefinisikan membaca
sebagai proses memperoleh makna dari cetakan. Kegiatan membaca
bukan sekedar aktivitas yang bersifat pasif dan reseptif saja, melainkan
18
mengendaki pembaca untuk aktif berpikir. Untuk memperoleh makna
dari teks, pembaca harus menyertakan latar belakang “bidang”
pengetahuannya, topik, dan pemahaman terhadap sistem bahasa itu
sendiri. Tanpa hal-hal tersebut selembar teks tidak berarti apa-apa bagi
pembaca.
Berdasarkan uraian tersebut di atas disimpulan bahwa membaca
permulaan merupakan suatu proses ketrampilan dan kognitif yang
menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang fonem,
sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan lambang-
lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata
atau kalimat.
c. Pembelajaran Membaca Permulaan
Pembelajaran memabaca permulaan diberikan di kelas I dan II.
Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan
menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk
dapat membaca lanjut (Akhadiah, 1991/1992: 31). Pembelajaran
membaca permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran
membaca untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual
bahasa. Tingkatan ini sering disebut dengan tingkatan belajar membaca
(learning to read). Membaca lanjut merupakan tingkatan proses
penguasaan membaca untuk memperoleh isi pesan yang terkandung
dalam tulisan.Tingkatan ini disebut sebagai membaca untuk belajar
(reading to learn).
19
Kedua tingkatan tersebut bersifat kontinum, artinya pada
tingkatan membaca permulaan yang fokus kegiatannya penguasaan
sistem tulisan, telah dimulai pula pembelajaran membaca lanjut dengan
pemahaman walaupun terbatas. Demikian juga pada membaca lanjut
menekankan pada pemahaman isi bacaan, masih perlu perbaikan dan
penyempurnaan penguasaan teknik membaca permulaan (Syafi’ie,1999:
16).
Slamet (2007: 77) mengemukakan bahwa “Membaca permulaan
dikelas 1 Sekolah Dasar dilasanakan pada dua tahap”. Tahap pertama,
membaca dan menulis permulaan tanpa buku yang diberikan berkisar
antara 4 sampai dengan 10 minggu. Waktu 4 sampai dengan 10 minggu
tersebut tergantung pada situasi dan kondisi siswa. Mungkin siswa
kelas satu berasal dari taman kanak- kanak atau tidak dari taman kanak-
kanak, dan sebagainya semakin singkat menulis dan membaca tanpa
buku akan semakin baik, sehingga waktu semester pertama dapat
dipergunakan untuk pembelajaran komunikasi tulis, yaitu pembelajaran
dengan buku.
Pembelajaran membaca permulaan merupakan tingkatan proses
pembelajaran membaca untuk menguasai sistem tulisan sebagai
representasi visual bahasa. Tingkatan ini sering disebut dengan
tingkatan belajar membaca (learning to read). Membaca lanjut
merupakan tingkatan proses penguasaan membaca untuk memperoleh
isi pesan yang terkandung dalam tulisan (Syafi’ie,1999: 16). Tingkatan
20
ini disebut sebagai membaca untuk belajar (reading to learn). Kedua
tingkatan tersebut bersifat kontinum, artinya pada tingkatan membaca
permulaan yang fokus kegiatannya penguasaan sistem tulisan, Demikian
pada membaca lanjut menekankan pada pemahaman isi bacaan, masih
perlu perbaikan dan penyempurnaan penguasaan teknik membaca
permulaan.
Pengajaran membaca merupakan salah satu aspek kebahasaan
yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar.
Selain membaca aspek kebahasaan yang lain diajarkan di sekolah dasar
adalah, menulis, menyimak, dan berbicara. Keempat aspek tersebut
dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu keterampilan yang bersipat
menerima (reseptif) meliputi keterampilan membaca dan menyimak,
serta keterampilan yang bersifat mengungkapkan (produktif) yang
meliputi keterampilan menulis dan berbicara.
Gorys keraf (2004: 29) menyatakan bahwa “membaca permulaan
adalah pengajaran membaca awal yang diberikan kepada siswa kelas I
dengan tujuan agar siswa terampil membaca serta mengembangkan
pengetahuan bahasa dan keterampilan berbahasa guna menghadapi kelas
berikutnya”. Melalui pembelajaran membaca, guru dapat
mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan bernalar dan kreativitas
anak didik. Berdasarkan kurikulum pendidikan dasar (2004), materi
pembelajaran membaca yang tertuang dalam GBPP mata pelajaran
Bahasa Indonesia untuk siswa kelas I Sekolah Dasar
21
d. Tujuan Membaca Permulaan
Pada dasarnya tujuan pembelajaran membaca permulaan adalah
memberi bekal pengetahuan dan keterampilan kepada siswa untuk
mengetahui dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi
bacan dengan baik dan dapat menuliskannya dengan baik dan benar.
Pembelajaran membaca permulaan diberikan di kelas I dan II.
Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan
menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk
dapat membaca lanjut (Muchlisoh 1992: 31).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan
meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik
lisan maupun tertulis. Ketrampilan membaca sebagai salah satu
ketrampilan berbahasa tulis yang bersifat reseptif perlu dimiliki siswa
SD agar mampu berkomunikasi secara tertulis. yang mencakup fisik dan
mental. Aktivitas yang terkait dengan membaca adalah gerak mata dan
ketajaman penglihatan. Aktivitas mental mencakup ingatan dan
pemahaman. Orang dapat membaca dengan baik jika mampu melihat
huruf-huruf dengan jelas, mampu menggerakan mata dengan lincah,
mengingat simbul-simbul bahasa dengan tepat, dan memiliki penalaran
yang cukup untuk memahami bacaan.
Menurut pandangan “whole language” membaca tidak diajarkan
sebagai suatu pokok bahasan yang berdiri sendiri, melainkan merupakan
22
satu kesatuan dalam pembelajaran bahasa bersama dengan ketrampilan
berbahasa yang lain. Kenyataan tersebut dapat dilihat bahwa dalam
proses pembelajaran bahasa, keterampilan berbahasa tertentu dapat
dikaitkan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Pengaitan
keterampilan berbahasa yang dimaksud tidak selalu melibatkan keempat
ketrampilan berbahsa sekaligus, melainkan dapat hanya mengakut dua
keterampilan saja sepanjang aktivitas berbahasa yang dilakukan
bermakna.
e. Cara Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan
Kemampuan membaca menjadi dasar yang fundamental, tidak
saja bagi pembelajaran bahasa Indonesia sendiri, tetapi juga untuk
pembelajaran bidang studi yang lainnya. Dengan berusaha membaca,
siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat
bagai perkembangan dan pertumbuhan daya kreatifitas bernalar, sosial
dan kreasinya. Mengingat pentingnya peranan membaca, maka guru
berusaha meningkatkan kemampuan anak melalui pendekatan, metode,
dan teknik pembelajaran membaca permulaan. Sesuai dengan
perkembangan siswa kelas awal.
Pembelajaran membaca permulaan bertujuan agar siswa terampil
membaca sederhana. keterampilan berbahasa yang diperlukan siswa,
untuk menghadapi pembelajaran di kelas-kelas yang lebih tinggi. Ada
enam komponen berbahasa yaitu; (a) fonem; (b) morfem; (c) sintakasis;
(d) prosodi; dan (e) pragmatik”. Menurut Mulyono (2006: 94) ada
23
berbagai kemampuan belajar bahasa yaitu; (a) kognitif; (b) memori; (c)
evaluasi; (d) memproduksi bahasa; (e) pragmatik atau fungsi bahasa.
Menurut Slamet (2007: 139) mengemukakan bahwa” Ada tiga hal
dalam meningkatkan pengajaran membaca (1) pengembangan aspek
sosial anak; (2) pengembangan fisik anak; (3) pengembangan kognitif
anak”. Yakni membedakan bunyi, mengembangkan kata, dan makna.
Pengajaran membaca yang perlu dilakukan guru meningkatkan
kemampuan membaca antara lain (1) peningkatan ucapan; (2) kesadaran
ponemik (bunyi bahasa ); (3) hubungan huruf-huruf merupakan
prasyarat untuk dapat membaca; (4) membedakan bunyi-bunyi
merupkan hal yang penting dalam perolehan bahasa, khususnya
membaca; (5) kemampuan mengingat; (6) membedakan huruf; (7)
oreantasi kekiri dan kekanan; (8) keterampilan pemahaman; dan (9)
penguasaan kosa kata Harimurti Kridalaksana (2005: 42).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas dapat disimpulan
bahwa untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan guru
perlu mengetahui karakteristik peserta didik baik apektif, kognitif,
psikomotorik yang dapat meningkatkan kemampuan membaca
permulaan peserta didik dalam memahami bacaan untuk memberi dan
memberi bekal.
Ada beberapa cara untuk meningkatkan membaca permulaan
diantaranya melalui pendekatan kontektual, pendekatan komunikatif
metode sas, metode abjat, dan lain-lain namun disini untuk penelitian ini
24
dalam memilih untuk meningkatkan kemampuan membaca memlalui
pendekatan suku kata.
f. Pendekatan dalam Pembelajaran Membaca Permulaan
Menurut Tarigan, dkk (2003:70) Pendekatan adalah seperangkat
asumsi korelatif yang menangani hakekat bahasa, pengajaran bahasa,
dan pembelajaran bahasa”. Pendekatan bersifat aksiomatik. Metode
merupakan rencana keseluruhan penyajian bahan bahasa secara rapi,
tertib, yang tidak ada bagian-bagiannya yang berkonteraksi, dan
kesemuannya itu didasarkan pada pendekatan terpilih. Metode bersifat
prosedural. Didalam satu pendekatan mungkin terdapat banyak metode.
Teknik merupakan suatu muslihat, tipudaya dalam menyajikan bahan.
Teknik harus sejalan dengan metode dan serasi dengan pendekatan.
Teknik bersifat implementasi.
Pendekatan adalah seperangkat asumsi korelatif yang menangani
teori bahasa dan pemerolehan bahasa Tarigan (1989: 3.5). Pendekatan
adalah serangkaian asumsi yang bersifat aksiomatik tentang sifat
hakekat bahasa, pengajaran bahasa, dan belajar bahasa.
Berdasarkan uraian pendapat para ahli tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa pendekatan adalah seperangkat asumsi bersifat
aksiomatik mengenai hakekat bahasa, pengajaran bahasa, dan belajar
bahasa yang digunakan sebagai landasan dalam merancang,
melaksanakan dan menilai proses belajar.
25
Metode pembelajaran kemampuan membaca ialah rencana
pembelajaran kemampuan membaca, yang mencakup pemilihan,
penentuan dan penyusunan secara sistematis bahan yang akan
diajarakan,… bahan ajar tersebut disusun berdasarkan urutan tingkat
kesukaran, yakni yang mudah berlanjut pada yang lebih sukar.
Disamping itu, guru merencanakan pula cara mengevaluasi,
mengadakan remidi serta mengembangkan bahan ajar tersebut (Slamet,
2007: 51).
Menggunakan metode secara tepat dan akurat, guru akan
mampu mencapai tujuan dalam pembelajaran dengan efektif dan efisien.
Jadi guru sebaiknya dalam menentukan metode pembelajaran yang
dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat di jadikan
sebagai alat yang paling efektif untuk mencapai tujuan (Djamarah dan
Zain, 1996: 109).
Dalam pembelajaran membaca permulaan, ada beberapa metode
yang dapat dipergunakan, Metode mengajar yang biasa digunakan di
sekolah, antara lain: (1) metode SAS; (2) Metode Abjad dan metode
bunyi; (3) metode kupas rangkai suku kata; (4) metode kata lembaga;
(5) metode global, Akhadiah, dalam (Slamet 2007: 62).
Berdasarkan uraian tersebut di atas bahwa dalam mencapai
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai agar efektif dan efisen sesuai
dengan kemampuan dan kebutuhan peserta didik maka guru sebaiknya
mampu menentukan serta memilih pendekatan dan metode yang tepat.
26
Pendekatan suku kata merupakan salah satu aspek dalam
pengajaran membaca permulaan yang didasarkan pada kemampuan
berbahasa lisan anak. Pendekatan ini sangat mementingkan kondisi awal
pembelajaran sehingga dalam pelaksanaannya, pengajaran membaca
didahului dengan suku kata yang diungkapkan secara lisan. Dalam
proses membaca dengan buku, diusahakan agar anak selalu merasakan
apa yang dipelajarinya itu merupakan sesuatu yang ada dalam konsep
pemahamannya, sehingga anak akan selalu merasa senang karena
merasa berhasil dan merasakan kebermaknaan hal yang dipelajarinya.
Menurut Hasan Alwi dkk (2003: 55) mengemukakan "Suku kata
adalah bagian kata yang diucapkan dalam satu hembusan nafas dan
umumnya terdiri atas beberapa fonem". Menurut Pamungkas (2007: 7)
Dalam bahasa Indonesia dinyatakan bahwa "setiap suku kata ditandai
oleh sebuah vokal". Vocal itu dapat diikuti maupun didahului oleh
konsonan. Disisi lain pendekatan suku kata berbahasa dikatakan juga
sebagai pendekatan yang mengintegrasikan aspek kebahasaan yaitu
menyimak, berbicara, membaca dan menulis dengan menggunakan
berbagai materi dan aktivitas yang dikaitkan dengan dunia anak itu
sendiri. Pendekatan suku kata mempunyai hubungan dengan belajar
membaca seorang anak.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pendekatan suku kata pada dasarnya merupakan pendekatan pengajaran
awal yang menekankan pada peranan suku kata sebagai bahan
27
pengajaran. Suku kata dalam hal ini sangat penting karena didasarkan
pada satu hembusan nafas yang memiliki konsep yang nantinya akan
dilahirkan dalam bentuk bahasa. Jadi , dengan kata lain bahasa yang
digunakan oleh seorang sejak masih kanak-kanak hingga usia lanjut,
merupakan suku kata dan kebutuhan orang tersebut untuk
berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan.
B. Kerangka Pemikiran
Membaca permulaan merupakan pembelajaran yang sangat penting
dalam menunjang keberhasilan siswa di masa mendatang. Kemampuan guru
dalam pembelajaran membaca awal menjadi penentu keberhasilan siswa.
Kekurangpahaman guru terhadap metode yang digunakan dalam
pembelajaran membaca permulaan berdampak pada rendahnya kemampuan
siswa dalam membaca permulaan. Hal ini diindikasikan dengan banyaknya
siswa kelas I yang belum mampu membaca meskipun sudah mendekati
pertengahan semester. Untuk itu diperlukan suatu upaya perbaikan
pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Upaya tersebut
adalah melalui tindakan supervis klinis.
Dengan adanya tindakan perbaikan melalui supervise klinis tersebut
maka diharapkan kemampuan guru dalam pembelajaran membaca awal
semakin meningkat. Hal ini pada gilirannya dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam membaca.
Kerangka pemikiran tersebut di atas selanjutnya dapat divisualisasikan
ke dalam diagram skematis sebagai berikut.
28
Gambar 1 Bagan Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pemikiran dan kajian teori di atas, selanjutnya
dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: ”supervisi klinis dapat
meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran membaca permulaan
pada guru Kelas I di SD Negeri I Soropadan No. 108 UPTD Dikpora
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta tahun pelajaran 2012/2013”.
Kondisi Awal
- Pemahaman guru terhadap metode
pembelajaran membaca permulaan kurang
optimal
- Masih banyak siswa kelas I belum dapat
membaca
Tindakan
- Membantu guru untuk mengidentifikasi
dan menganalisis masalah yang muncul
dalam proses pembelajaran
- Membantu guru untuk dapat menemukan
cara pemecahan maslah yang ditemukan
dalam proses pembelajaran
Kondisi Akhir
- Pemahaman guru terhadap metode
pembelajaran membaca permulaan
meningkat
- Kemampuan siswa kelas I dalam
membaca meningkat
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek, Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas I SD Negeri I
Soropadan No. 108 UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta
tahun pelajaran 2012/2013. Alasan pemilihan subjek adalah bahwa
kemampuan guru dalam mengajar membaca permulaan pada kelas I perlu
diperbaiki.
2. Lokasi Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, yaitu supervisi klinis
guna meningkatkan kinerja guru kelas I di SD Negeri I Soropadan No. 108
UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta tahun pelajaran
2012/2013, maka penelitian dilakukan di SD Negeri I Soropadan No. 108
UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.
3. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama 6 (enam) minggu, yaitu dimulai pada
minggu III bulan Juli 2012 hingga minggu IV bulan September 2012.
Adapun jadwal kegiatan penelitian dapat disajikan ke dalam tabel berikut.
30
Tabel 1
Jadwal Kegiatan Penelitian
No. Kegiatan
Bulan
Juli Agst September
III IV III IV III IV
1 Tahap Persiapan
2 Pelaksanaan
a. Pengumpulan Data
b. Analisis Data
3. Penyusunan Draf Laporan
Penelitian
4. Penyusunan Laporan Penelitian
B. Prosedur Penelitian
Desain penelitian tindakan yang dinilai akurat dalam mencapai tujuan
tersebut adalah model desain alur dari Kemmis dan Taggart (Wiriaatmadja,
2006: 65). Setiap siklus terdiri dari dua atau tiga tindakan, sedangkan setiap
tindakan mencakup empat tahapan kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi, dan refleksi-evaluasi. Agar lebih jelas, model tindakan
yang digunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan ke dalam bagan
skematis sebagai berikut.
Gambar 2 Model Penelitian Tindakan dari Kemmis dan Taggart
(Sumber: Arikunto, 2010)
Perlakuan
Refleksi
Perencanaaan Pengamatan
Perlakuan
Refleksi
Perencanaaan Pengamatan Siklus I Siklus II
31
Penelitian dilakukan dengan dua siklus tindakan. Setiap siklus diakhiri
dengan tahapan refleksi. Data yang diperoleh dianalisis dan dimaknai dengan
menggunakan analisis deskriptif prosentase dan untuk mengetahui perubahan
hasil tindakan dilakukan dengan membandingkan hasil supervisi pada
tindakan siklus sebelumnya.
Seperti dinyatakan diatas bahwa desain penelitian yang peneliti
lakukan merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua
siklus dan tiap-tiap siklus berisi empat tahapan, yaitu perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.
a. Perencanaan
Langkah ini diwujudkan dengan penyusunan skenario program
supervisi klinis yang hendak dilakukan. Perencanaan dilakukan dengan
memperhatikan hasil identifikasi permasalahan yang dilakukan serta
mempersiapkan perangkat yang diperlukan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah
sebagai berikut:
1) pra observasi, yang berisi pembicaraan dan kesepakatan antara
supervisor dengan guru mengenai apa yang akan diamati dan diperbaiki
dari pengajaran yang dilakukan;
2) mempersiapkan instrumen supervisi berupa instrumen wawancara dan
instrumen observasi. Instrumen wawancara terdiri dari dua jenis, yaitu
wawancara sebelum pembelajaran dan wawancara setelah
pembelajaran.
32
b. Pelaksanaan
Langkah ini diwujudkan dengan melaksanakan skenario program
supervisi klinis yang telah disusun dan disepakati bersama antara guru
dengan supervisor. Langkah-langkah dalam kegiatan ini meliputi antara
lain langkah sebagai berikut:
1) Melakukan observasi, yaitu supervisor mengamati guru dalam
mengajar sesuai dengan fokus yang telah disepakati;
2) Supervisor melakukan wawancara sebelum dan setelah dilakukan
pembelajaran;
c. Pengamatan
Observasi dilaksanakan pada saat berlangsungnya kegiatan
supervisi klinis guna perbaikan kinerja guru dalam pembelajaran.
Langkah-langkah dalam tahapan ini antara lain meliputi:
1) Supervisor melakukan observasi dengan mengacu pada instrument
observasi yang telah disusun. Aspek-aspek yang diamati meliputi aspek
persiapan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran.
2) Supervisor dan guru bersama-sama melakukan analisis terhadap hasil
pengamatan.
d. Refleksi Hasil Tindakan
Tahap refleksi dilakukan setelah seluruh data terkumpul. Dari hasil
analisis dilakukan refleksi untuk menentukan siklus berikutnya. Pada
tahap ini supervisor dan guru merumuskan langkah-langkah perbaikan,
dan pembuatan rencana untuk perbaikan. Rencana tindakan penelitian
33
dilaksanakan atau disusun terperinci setiap siklusnya, sesuai jadwal dan
alokasi waktu berdasarkan rancangan penelitian.
C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data dilakukan dengan cara observasi,
wawancara, dan analisis dokumen.
a. Observasi
Observasi dilakukan terhadap praktek pelaksanaan pembelajaran
yang dilakukan guru dengan lima indikator yang meliputi: a)
penyusunan program pembelajaran, b) pelaksanaan program
pembelajaran, c) pelaksanaan evaluasi, d) analisis evaluasi, dan e)
pelaksanaan perbaikan dan pengayaan.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan sebelum dan sesudah berlangsungnya
kegiatan pembelajaran. Fokus wawancara ditekankan pada pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan guru.
c. Dokumen
Adapun analisis dokumen dilakukan terhadap dokumen-dokumen
administrasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru, yang meliputi
RPP dan evaluasi hasil pembelajaran
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
berupa lembar observasi.
34
D. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data
Prosedur analisisnya menggunakan model alur dari Kemmis dan
Taggart yang intinya mengidentifikasi perkembangan dan perubahan
subjek setelah subjek diberi perlakuan khusus atau dikondisikan pada
situasi tertentu dengan tindakan dalam kurun waktu tertentu dan berulang-
ulang sampai program dinyatakan berhasil.
2. Indikator Kinerja Penelitian
Keberhasilan tindakan supervisi didasarkan pada 8 (delapan) aspek
penilaian ketrampilan guru dalam pembelajaran. Ke delapan keterampilan
dasar mengajar, meliputi: 1) Keterampilan memberi penguatan, 2)
Keterampilan bertanya, 3) Keterampilan variasi, 4) Keterampilan
menjelaskan, 5) membuka dan menutup pelajaran, 6) Keterampilan
mengelola kelas, 7) Keterampilan membimbing diskusi kelompok
kecil,dan 8) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Skala penilaian pada setiap aspek terdiri dari 1 untuk ketrampilan
sangat kurang, 2 untuk ketrampilan kurang, 3 untuk ketrampilan cukup, 4
untuk ketrampilan baik, dan 5 untuk ketrampilan sangat baik. Guru
dianggap mampu apabilan mempunyai penilaian dengan skala cukup pada
setiap aspek penilaian. Dengan demikian maka indikator keberhasilan
tindakan supervisi klinis dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Tindakan supervisi klinis dianggap berhasil apabila guru memperoleh
nilai 3 atau cukup pada setiap aspek penilaian.
35
b. Tindakan supervisi klinis dianggap berhasil apabila guru memperoleh
nilai 3 atau cukup dengan tingkat pencapaian > 70% dari 8 aspek
penilaian yang dilakukan.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Kondisi Awal
Kelas I di SD Negeri Soropadan No. 108 Kecamatan Laweyan
Kota Surakarta pada tahun pelajaran 2012/2013 memiliki 32 orang siswa.
Hasil pengamatan pada kondisi awal mengindikasikan bahwa sebagian
besar siswa belum dapat membaca. Hal ini ditunjukkan dari hasil laporan
penilaian yang dilakukan oleh guru kelas, yaitu bahwa siswa yang sudah
memiliki kemampuan membaca awal dengan ketuntasan 65 baru mencapai
15 siswa atau 46,88%. Sisanya sebanyak 17 siswa atau 53,12% belum
dapat membaca.
Pengamatan pada aspek metode pembelajaran yang digunakan guru
menunjukkan bahwa guru menggunakan metode mengajar yang kurang
tepat. Hal ini ditunjukkan dengan dokumen RPP yang disusun guru yang
masih belum sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Pengamatan selanjutnya dilakukan terhadap ketrampilan guru
dalam pembelajaran. Ketrampilan difokuskan pada 8 aspek keterampilan
dasar mengajar, yaitu 1) Keterampilan memberi penguatan, 2)
Keterampilan bertanya, 3) Keterampilan variasi, 4) Keterampilan
menjelaskan, 5) membuka dan menutup pelajaran, 6) Keterampilan
37
mengelola kelas, 7) Keterampilan membimbing diskusi kelompok
kecil,dan 8) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Penilaian dilakukan dengan skala 1 – 5, yaitu 5 untuk ketrampilan
Sangat Baik, 4 untuk ketrampilan Baik, 3 untuk ketrampilan Cukup, 2
untuk ketrampilan Kurang, dan 1 untuk ketrampilan Sangat Kurang.
Dengan demikian maka skor minimum yang diperoleh adalah 8 dan skor
maksimum sebesar 40.
Hasil penilaian pada aspek ketrampilan guru dalam pembelajaran
membaca permulaan mengindikasikan bahwa guru masih mempunyai
kemampuan yang kurang dalam pembelajaran, yaitu dengan skor rata-rata
sebesar 2,0. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan suatu upaya
perbaikan untuk meningkatkan ketrampilan guru dalam pembelajaran
membaca permulaan. Data penilaian ketrampilan guru dalam pembelajaran
membaca permulaan pada kondisi awal dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel 2
Penilaian Ketrampilan Mengajar Guru Pada Kondisi Awal
No. Aspek Penilaian Skor Keterangan
1 Keterampilan memberi penguatan (A) 2 Kurang
2 Keterampilan bertanya (B) 2 Kurang
3 Keterampilan melakukan variasi (C) 1 Sangat Kurang
4 Keterampilan menjelaskan (D) 2 Kurang
5 Ketrampilan membuka dan menutup
pelajaran (E)
3 Cukup
6 Keterampilan mengelola kelas (F) 2 Kurang
7 Keterampilan membimbing diskusi
kelompok kecil (G)
2 Kurang
8 Keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan (H)
2 Kurang
Total Skor 16 Kurang
Rata-rata 2
38
Hasil pengamatan terhadap ketrampilan guru dalam pembelajaran
membaca permulaan pada kondisi awal menunjukkan bahwa kelemahan
yang paling menonjol pada guru adalah pada aspek ketrampilan
melakukan variasi. Ketrampilan melakukan variasi yang masih kurang
pada guru kelas I mencakup ketrampilan melakukan variasi: 1) dalam gaya
mengajar yang meliputi variasi suara, pemusatan perhatian, kesenyapan,
pergantian posisi guru, kontak pandang serta gerakan badan dan mimik; 2)
pola interaksi dan kegiatan; serta 3) penggunaan alat bantu pengajaran
yang meliputi alat/bahan yang dapat didengar, diihat, dan dimanipulasi.
Kelemahan yang masih ada pada guru terutama terlihat dari
penggunaan alat bantu pembalajaran di mana guru tidak menggunakan
gambar dalam mengajar membaca permulaan. Hal ini berdampak pada
adanya kesulitan bagi siswa yang belum dapat membaca untuk mengikuti
apa yang diajarkan guru.
Data ketrampilan guru dalam pembelajaran membaca permulaan
pada kondisi awal berdasarkan aspek penilaian tersebut di atas selanjutnya
dapat disajikan ke dalam diagram sebagai berikut.
39
22
1
2
3
2 2 2
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
A B C D E F G H
A B C D E F G H
Gambar 3 Diagram Ketrampilan Mengajar Guru dalam Pembelajaran Membaca
Permulaan Kondisi Awal
2. Deskripsi Tindakan Siklus I
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil pengamatan pada kondisi awal, selanjutnya
disusun suatu perencanaan untuk tindakan perbaikan. Langkah-langkah
yang dilakukan dalam perencanaan ini antara lain meliputi sebagai
berikut:
1) Kepala sekolah selaku supervisor dengan guru bersama-sama
membicarakan rencana tentang materi observasi yang akan
dilaksanakan;
2) Pada tahap ini dibicarakan dan ditentukan pula jenis data mengajar
yang akan diobservasi dan dicatat selama pelajaran berlangsung;
3) Kepala sekolah selaku supervisor bersama-sama dengan guru
mengkaji ulang rencana pelajaran serta tujuan pelajaran.
40
4) Kepala sekolah selaku supervisor bersama-sama dengan guru
mengkaji ulang komponen keterampilan yang akan dilatihkan dan
diamati.
5) Kepala sekolah selaku supervisor bersama-sama dengan guru
memilih atau mengembangkan suatu instrumen observasi yang
akan dipakai untuk merekam tingkah laku guru yang akan menjadi
perhatian utamanya
6) Kepala sekolah selaku supervisor bersama-sama dengan guru
membahas tentang instrumen observasi yang dipilih atau yang
dikembangkan.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan supervisi klinis pada tindakan Siklus I
dilaksanakan pada minggu ke IV bulan Juli tahun 2012, yaitu pada hari
Sabtu, 28 Juli 2012. Pelaksanaan supervisi dilakukan di ruangan
kepala sekolah dengan memanggil guru kelas I ke ruangan kepala
sekolah.
Kegiatan tatap muka dengan guru adalah berupa pertemuan
pendahuluan. Pada pertemuan ini, kepala sekolah menanyakan
beberapa hal kepada guru tentang persiapan yang dilakukan guru
sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Beberapa hal yang menjadi fokus dalam pertemuan awal
sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaran antara kepala sekolah
dengan guru meliputi hal-hal sebagai berikut: 1) KD/Indikator yang
41
akan disajikan guru dalam pembelajaran; 2) metode yang akan
digunakan oleh guru dalam pembelajaran KD tersebut dan alasan guru
memilih metode tersebut; 3) Alat dan bahan (Sumber Belajar) yang
disiapkan guru dan alasan menggunakan alat tersebut; 4) menyimak
penjelasan guru tentang tahapan pembelajaran yang akan disajikan;
5) memeriksa persiapan tertulis apa saja yang disiapkan guru;
6) menanyakan tentang materi yang dianggap sulit oleh siswa
berdasarkan perkiraan guru dan alasannya; 7) menanyakan tentang
kompetensi yang bisa dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran
sesuai dengan harapan guru; dan 8) menanyakan hal-hal yang perlu
mendapat perhatian khusus dari guru pada pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
Gambar 4. Kegiatan Supervisi Klinis Tindakan Siklus I
42
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan di kelas pada saat guru mengajar.
Pengamatan pada tindakan Siklus I dilaksanakan pada hari Senin
tanggal 30 Juli 2012. Pada tahap ini, guru melatih perilaku mengajar
berdasarkan komponen keterampilan yang telah disepakati dalam
pertemuan pendahuluan. Kepala sekolah mengamati dan mencatat
perilaku guru ketika mengajar berdasarkan komponen keterampilan
yang diminta oleh guru untuk dicatat dan diamati.
Gambar 5 Pengamatan di Kelas pada Tindakan Siklus I
Hasil pengamatan maupun wawancara pada tindakan Siklus I
dapat dipaparkan sebagai berikut:
43
1) Hasil Wawancara Pertemuan Pendahuluan
Wawancara yang dilakukan pada pertemuan pendahuluan di
ruangan kepala sekolah mengindikasikan hasil-hasil sebagai
berikut:
a) KD/Indikator yang akan disajikan guru dalam pembelajaran
belum memuaskan. Hal ini ditunjukkan dengan belum adanya
kesesuaian antara KD dengan indikator dalam pembuatan RPP
yang dilakukan oleh guru.
b) Metode yang akan digunakan oleh guru dalam pembelajaran
KD tersebut kurang tepat. Metode yang digunakan oleh guru
adalah metode ceramah sehingga kurang tepat bagi siswa kelas
I yang belum dapat membaca.
c) Alat dan bahan (Sumber Belajar) yang disiapkan guru hanya
berupa buku teks, yaitu satu siswa menghadapi satu buku.
Langkah ini kurang tepat karena siswa belum dapat membaca
sehingga diperlukan alat bantu pembelajaran. Berangkat dari
hal ini, kepala sekolah menyarankan penggunaan alat peraga
berupa gambar untuk membantu siswa dalam memahami
bacaan yang hendak diajarkan.
d) Tahapan pembelajaran yang akan disajikan oleh guru yang
meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup
masih perlu disempurnakan. Hal ini dikarenakan guru masih
lemah dalam hal melakukan variasi dalam pembelajaran.
44
e) Hasil pemeriksaan terhadap persiapan tertulis yang
dipersiapkan guru menunjukkan bahwa guru belum dapat
menyusun RPP dengan benar. Untuk itu kepala sekolah selaku
supervisor memberikan bimbingan kepada guru dalam
menyusun RPP dengan baik.
f) Materi yang dianggap sulit oleh siswa berdasarkan perkiraan
guru antara lain adalah apabila ada kata yang sulit atau sering
tertukar misalnya ba, da, pa, ka,qa, ya, za dan sa.
g) Guru sudah mengetahui dengan baik tentang kompetensi yang
bisa dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran sesuai
dengan harapan guru.
h) Guru kesulitan dalam menjelaskan tentang hal-hal yang perlu
mendapat perhatian khusus dari guru pada pembelajaran yang
akan dilaksanakan.
2) Hasil Pengamatan di Kelas
Hasil pengamatan di kelas dapat dikelompokkan ke dalam dua
bagian, yaitu kemampuan siswa dalam membaca permulaan dan
ketrampilan guru dalam pembelajaran. Kemampuan siswa dalam
membaca pemahaman diketahui dari hasil pengamatan secara kasar
yang dilakukan kepala sekolah pada saat kunjungan kelas,
sedangkan ketrampilan guru dalam pembelajaran diamati
berdasarkan 8 aspek ketrampilan sesuai kesepakatan antara guru
45
dengan kepala sekolah pada pertemuan pendahuluan. Hasil-hasil
pengamatan dapat dijelaskan sebagai berikut.
a) Kemampuan Siswa dalam Membaca Permulaan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan secara kasar,
jumlah siswa yang sudah dianggap dapat membaca permulaan
mengalami peningkatan dibandingkan pada kondisi awal. Hal
ini diindikasikan dari banyaknya siswa yang sudah dapat
menguasai ketrampilan membaca permulaan sudah mencapai
sekitar 21 orang siswa atau 65,63%, sedangkan sisanya sekitar
11 siswa atau 34,37% belum dapat membaca.
Tabel 3
Ketrampilan Membaca Permulaan Siswa pada Tindakan Siklus I
No Kemampuan Membaca Jumlah %
1. Tuntas 21 65.63
2. Belum Tuntas 11 34.37
Jumlah 32 100.00
Data kemampuan membaca permulaan siswa pada tindakan
Siklus I di atas selanjutnya dapat disajikan ke dalam diagram
berikut.
46
21
11
0
5
10
15
20
25
Tuntas Belum Tuntas
Tuntas Belum Tuntas
Gambar 6 Diagram Kemampuan Membaca Permulaan Siswa pada Tindakan
Siklus I
b) Ketrampilan Guru dalam Pembelajaran
Hasil penilaian pada aspek ketrampilan guru dalam
pembelajaran membaca permulaan pada tindakan Siklus I
mengindikasikan bahwa ketrampilan guru dalam pembelajaran
membaca permulaan mengalami peningkatan. Hal ini
ditunjukkan dengan tingkat ketercapaian ketrampilan pada
skala cukup yang mencapai 50% dari 8 aspek penilaian. Data
penilaian ketrampilan guru dalam pembelajaran membaca
permulaan pada tindakan Siklus I dapat disajikan sebagai
berikut:
47
Tabel 4
Penilaian Ketrampilan Mengajar Guru Pada Tindakan Siklus I
No. Aspek Penilaian Skor Keterangan
1 Keterampilan memberi penguatan (A) 3 Cukup
2 Keterampilan bertanya (B) 2 Kurang
3 Keterampilan melakukan variasi (C) 2 Kurang
4 Keterampilan menjelaskan (D) 3 Cukup
5 Ketrampilan membuka dan menutup
pelajaran (E)
3 Cukup
6 Keterampilan mengelola kelas (F) 3 Cukup
7 Keterampilan membimbing diskusi
kelompok kecil (G)
2 Kurang
8 Keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan (H)
2 Kurang
Total Skor 20 Kurang (+)
Rata-rata 2.5
Hasil pengamatan terhadap ketrampilan guru dalam pembelajaran
membaca permulaan pada tindakan Siklus I menunjukkan bahwa
kelemahan yang masih ada pada guru adalah pada empat aspek
ketrampilan, yaitu: 1) ketrampilan bertanya; 2) ketrampilan melakukan
variasi; 3) ketrampilan penggunaan membimbing diskusi kelompok kecil;
dan 4) ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Data ketrampilan guru dalam pembelajaran membaca permulaan
pada tindakan Siklus I berdasarkan aspek penilaian tersebut di atas
selanjutnya dapat disajikan ke dalam diagram sebagai berikut.
48
3
22
3 3 3
2 2
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
A B C D E F G H
A B C D E F G H
Gambar 7 Diagram Ketrampilan Mengajar Guru dalam Pembelajaran Membaca
Permulaan pada Tindakan Siklus I
d. Refleksi Hasil Tindakan
Berdasarkan hasil pengamatan baik yang dilakukan di kelas
maupun dari hasil wawancara pada pertemuan awal yang dilakukan
antara guru dengan kepala sekolah, selanjutnya dapat dikemukakan
refleksi hasil tindakan Siklus I sebagai berikut.
1) Ketrampilan guru dalam persiapan pembelajaran mengalami
peningkatan dibandingkan pada kondisi awal. Hal ini ditunjukkan
dengan meningkatnya pengetahuan guru dalam penyusunan RPP
dibandingkan tahap sebelumnya, meskipun masih memerlukan
perbaikan dalam beberapa hal.
2) Metode pembelajaran yang dilakukan guru sudah semakin baik.
Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya siswa yang menguasai
ketrampilan membaca permulaan dibandingkan tahap sebelumnya.
49
Jumlah siswa yang sudah dianggap mampu menguasai ketrampilan
membaca permulaan mengalami peningkatan dibandingkan siklus
sebelumnya, yaitu dari 42.5% menjadi 65.0%.
3) Penguasaan ketrampilan guru dalam pembelajaran membaca
ketrampilan lebih baik dibandingkan tahap sebelumnya. Pada
kondisi awal, tingkat penguasaan guru terhadap 8 aspek
ketrampilan yang dinilai baru mencapai 1 aspek atau 12.5% yang
sudah mencapai ketrampilan dengan skala Cukup. Pada tindakan
Siklus I, tingkat penguasaan guru terhadap aspek ketrampilan
mengajar mencapai 4 aspek atau 50% dengan skala Cukup.
4) Hal-hal yang masih dianggap kurang dijadikan sebagai masukan
bagi guru untuk perbaikan pada tindakan Siklus II.
3. Deskripsi Tindakan Siklus II
a. Perencanaan
Perencanaan tindakan Siklus II dilakukan dengan mengacu
pada hasil-hasil yang diperoleh pada tindakan Siklus I. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1) Kepala sekolah sebagai supervisor melakukan analisis pendahuluan
tentang catatan/rekaman hasil observasi yang dibuat sebagai bahan
dalam pembicaraan pada tahap pertemuan lanjutan.
2) Kepala sekolah sebagai supervisor menanyakan pendapat guru
secara umum ketika ia mengajar serta memberi penguatan.
50
3) Kepala sekolah sebagai supervisor bersama-sama dengan guru
mengkaji ulang tujuan pelajaran.
4) Kepala sekolah sebagai supervisor bersama-sama dengan guru
mengkaji ulang target keterampilan serta perhatian utama guru.
5) Kepala sekolah sebagai supervisor menunjukan serta mengkaji
bersama guru hasil observasi (Rekaman data).
6) Kepala sekolah sebagai supervisor menanyakan pendapat guru
tentang hasil rekaman data tersebut.
7) Kepala sekolah sebagai supervisor bersama-sama dengan guru
menyimpulkan hasil dengan melihat apa yang sebenarnya
merupakan keinginan atau target guru dan apa yang sebenarnya
terjadi atau tercapai.
8) Kepala sekolah sebagai supervisor bersama-sama dengan guru
menentukan dan mendorong guru untuk merencanakan hal-hal
yang perlu dilatih atau diperhatikan pada tindakan berikutnya.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan supervisi klinis pada tindakan Siklus II
dilaksanakan pada minggu ke III bulan Agustus tahun 2012, yaitu pada
hari Senin, 20 Agustus 2012. Pelaksanaan supervisi dilakukan di
ruangan kelas I dengan cara kepala sekolah mendatangi ruangan kelas
setelah jam pelajaran selesai.
Kegiatan tatap muka dengan guru adalah berupa pertemuan
pendahuluan. Pada pertemuan ini, kepala sekolah menanyakan
51
beberapa hal kepada guru tentang persiapan yang dilakukan guru
sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Beberapa hal yang
menjadi fokus utama sebagai langkah perbaikan meliputi hal-hal
sebagai berikut: 1) kepala sekolah dengan guru mengkaji ulang
KD/Indikator yang akan disajikan guru dalam pembelajaran; 2) kepala
sekolah dengan guru mengkaji ulang metode yang akan digunakan
oleh guru dalam pembelajaran KD tersebut; 3) kepala sekolah dengan
guru mengkaji ulang alat dan bahan (Sumber Belajar) yang disiapkan
guru; 4) kepala sekolah menyimak penjelasan guru tentang tahapan
pembelajaran yang akan disajikan; 5) kepala sekolah memeriksa
persiapan tertulis apa saja yang disiapkan guru; 6) kepala sekolah
menanyakan tentang materi yang dianggap sulit oleh siswa
berdasarkan perkiraan guru dan alasannya; 7) kepala sekolah
menanyakan tentang kompetensi yang bisa dimiliki siswa setelah
mengikuti pembelajaran sesuai dengan harapan guru; dan
8) kepala sekolah menanyakan hal-hal yang perlu mendapat perhatian
khusus dari guru pada pembelajaran yang akan dilaksanakan.
52
Gambar 8 Kepala Sekolah Melaksanakan Supervisi Klinis di Ruang Kelas I pada
Tindakan Siklus II
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan di kelas pada saat guru mengajar.
Pengamatan pada tindakan Siklus II dilaksanakan pada hari Senin
tanggal 17 September 2012. Pada tahap ini, guru melatih perilaku
mengajar berdasarkan komponen keterampilan yang telah disepakati
dalam pertemuan pendahuluan guna perbaikan. Kepala sekolah
mengamati dan mencatat perilaku guru ketika mengajar berdasarkan
komponen keterampilan yang diminta oleh guru untuk dicatat dan
diamati.
53
Gambar 9 Kegiatan Pembelajaran pada Tindakan Siklus II
Hasil pengamatan maupun wawancara pada tindakan Siklus II
dapat dipaparkan sebagai berikut:
1) Hasil Wawancara Pertemuan Pendahuluan
a) KD/Indikator yang akan disajikan guru dalam pembelajaran
menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan
sudah adanya kesesuaian antara KD dengan indikator dalam
pembuatan RPP yang dilakukan oleh guru.
b) Metode yang akan digunakan oleh guru dalam pembelajaran
KD tersebut sudah tepat. Metode yang digunakan oleh guru
adalah mengambil dan menempel suku kata disertai gambar.
Penempelan suku kata yang dilakukaa guru pada saat
54
berlangsungnya membaca permulaan merupakan bagian dari
terbentuknya sebuah kata. Suku kata itu dapat terbentuk
melalui proses sintesis dari dua huruf dan mungkin juga
terbentuk melalui proses dari sebuah kata.
c) Alat dan bahan (Sumber Belajar) yang disiapkan guru sudah
tepat.
d) Tahapan pembelajaran yang akan disajikan oleh guru yang
meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup
masih perlu disempurnakan. Kelamahan yang ada masih pada
aspek ketrampilan melakukan variasi dalam pembelajaran.
e) Hasil pemeriksaan terhadap persiapan tertulis yang
dipersiapkan guru menunjukkan bahwa guru semakin baik
dalam penyusunan RPP. Untuk itu kepala sekolah selaku
supervisor hanya memberikan bimbingan perbaikan kepada
guru dalam menyusun RPP dengan lebih baik.
f) Materi yang dianggap sulit oleh siswa berdasarkan perkiraan
guru sudah diminimalisir.
g) Guru sudah mengetahui dengan baik tentang kompetensi yang
bisa dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran sesuai
dengan harapan guru.
h) Guru dapat menjelaskan tentang hal-hal yang perlu mendapat
perhatian khusus dari guru pada pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
55
2) Hasil Pengamatan di Kelas
a) Kemampuan Siswa dalam Membaca Permulaan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan secara kasar,
jumlah siswa yang sudah dianggap dapat membaca permulaan
mengalami peningkatan dibandingkan pada tindakan
sebalumnya. Hal ini diindikasikan dari banyaknya siswa yang
sudah dapat menguasai ketrampilan membaca permulaan sudah
mencapai sekitar 27 orang siswa atau 84.38%, sedangkan
sisanya sekitar 5 siswa atau 15.62% belum dapat membaca
dengan baik. Data ketrampilan membaca permulaan siswa pada
tindakan Siklus II dapat disajikan ke dalam tabel berikut.
Tabel 5
Ketrampilan Membaca Permulaan Siswa pada Tindakan Siklus II
No Kemampuan Membaca Jumlah %
1. Tuntas 27 84.38
2. Belum Tuntas 5 15.62
Jumlah 32 100.00
Data kemampuan membaca permulaan siswa pada tindakan
Siklus II di atas selanjutnya dapat disajikan ke dalam diagram
berikut.
56
27
5
0
5
10
15
20
25
30
Tuntas Belum Tuntas
Tuntas Belum Tuntas
Gambar 10 Diagram Kemampuan Membaca Permulaan Siswa pada Tindakan
Siklus II
b) Ketrampilan Guru dalam Pembelajaran Membaca Permulaan
Hasil penilaian pada aspek ketrampilan guru dalam
pembelajaran membaca permulaan pada tindakan Siklus II
mengindikasikan bahwa ketrampilan guru dalam pembelajaran
membaca permulaan semakin meningkat dibandingkan pada
tindakan sebalumnya. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat
ketercapaian ketrampilan pada skala cukup yang mencapai 6
dari 8 aspek penilaian atau 75.0%. Data penilaian ketrampilan
guru dalam pembelajaran membaca permulaan pada tindakan
Siklus II dapat disajikan sebagai berikut:
57
Tabel 6
Penilaian Ketrampilan Mengajar Guru Pada Tindakan Siklus II
No. Aspek Penilaian Skor Keterangan
1 Keterampilan memberi penguatan (A) 4 Baik
2 Keterampilan bertanya (B) 4 Baik
3 Keterampilan melakukan variasi (C) 3 Cukup
4 Keterampilan menjelaskan (D) 4 Baik
5 Ketrampilan membuka dan menutup
pelajaran (E)
5 Sangat Baik
6 Keterampilan mengelola kelas (F) 4 Baik
7 Keterampilan membimbing diskusi
kelompok kecil (G)
3 Cukup
8 Keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan (H)
3 Cukup
Total Skor 30 Cukup (+)
Rata-rata 3.75
Hasil pengamatan terhadap ketrampilan guru dalam pembelajaran
membaca permulaan pada tindakan Siklus II menunjukkan bahwa
kelemahan yang masih ada pada guru adalah pada dua aspek ketrampilan
dengan nilai yang masih pada skala Kurang. Kedua aspek tersebut adalah:
1) aspek melakukan variasi; dan 2) aspek ketrampilan penggunaan
membimbing diskusi kelompok kecil. Atas dasar hal tersebut maka guru
perlu meningkatkan ketrampilan pada kedua aspek tersebut.
Data ketrampilan guru dalam pembelajaran membaca permulaan
pada tindakan Siklus II berdasarkan aspek penilaian tersebut di atas
selanjutnya dapat disajikan ke dalam diagram sebagai berikut.
58
Gambar 11 Diagram Ketrampilan Mengajar Guru dalam Pembelajaran Membaca
Permulaan pada Tindakan Siklus II
d. Refleksi Hasil Tindakan
Mengacu pada hasil tindakan perbaikan melalui supervisi
klinis pada tindakan Siklus II, selanjutnya dapat dikemukakan refleksi
hasil tindakan sebagai berikut:
1) Supervisi klinis yang dilakukan kepala sekolah dapat
meningkatkan ketrampilan guru kelas I dalam pembelajaran
membaca permulaan. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya
penguasaan guru terhadap aspek-aspek pembelajaran pada setiap
siklus tindakan yang dilakukan.
2) Supervisi klinis yang dilakukan kepala sekolah dapat
meningkatkan pembelajaran membaca permulaan bagi guru kelas I.
Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya ketrampilan siswa
dalam penguasaan membaca permulaan pada setiap siklus
59
tindakan. Hasil ini menunjukkan bahwa guru semakin baik dalam
penguasaan metode pembelajaran membaca permulaan.
3) Hal-hal yang masih dirasa kurang menjadi perhatian untuk
perbaikan di masa mendatang.
B. Pembahasan Hasil Tindakan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa supervisi klinis yang dilakukan
oleh kepala sekolah dapat meningkatkan ketrampilan guru dalam
pembelajaran membaca permulaan pada guru kelas I di SD Negeri Soropadan
I No. 108 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta tahun pelajaran 2012/2013.
Peningkatan ketrampilan tersebut diindikasikan dengan semakin
meningkatnya penguasaan aspek-aspek pembelajaran oleh guru pada setiap
siklus tindakan yang dilakukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa supervisi klinis yang dilakukan
kepala sekolah dapat meningkatkan ketrampilan guru dalam pembelajaran
membaca permulaan pada guru kelas I di SD Negeri Soropadan I No. 108
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta tahun pelajaran 2012/2013. Hal ini dapat
diketahui dari meningkatnya penguasaan guru terhadap aspek-aspek
pembelajaran yang dilakukan dan berdampak pada meningkatnya penguasaan
siswa dalam ketrampilan membaca permulaan pada setiap siklus tindakan
yang dilakukan.
Ketrampilan guru dalam pembelajaran mengalami peningkatan pada
setiap siklus tindakan yang dilakukan. Pada kondisi awal, tingkat penguasaan
guru terhadap aspek pembelajaran dengan skala cukup baru mencapai 1 aspek
60
ketrampilan atau 12.5%. Pada tindakan siklus I, ketrampilan guru mengalami
peningkatan menjadi 50% atau 4 aspek ketrampilan dengan skala cukup.
Ketrampilan guru mengalami peningkatan pada tindakan siklus II hingga
mencapai 6 aspek ketrampilan dengan skala cukup atau 75%.
Tabel 7
Perkembangan Tingkat Ketrampilan Guru dalam Pembelajaran
No. Aspek Penilaian Tindakan
Awal Siklus I Siklus II
1 Keterampilan memberi penguatan
(A)
2 3 4
2 Keterampilan bertanya (B) 2 2 4
3 1 2 3
4 Keterampilan menjelaskan (D) 2 3 4
5 Ketrampilan membuka dan
menutup pelajaran (E)
3 3 5
6 Keterampilan mengelola kelas (F) 2 3 4
7 Keterampilan membimbing
diskusi kelompok kecil (G)
2 2 3
8 Keterampilan mengajar kelompok
kecil dan perorangan (H)
2 2 3
Ketercapaian 12.5% 50.0% 75.0%
Data perkembangan ketrampilan guru dalam pembelajaran ketrampilan
membaca permulaan dari kondisi awal hingga tindakan Siklus II dapat
disajikan ke dalam diagram berikut.
61
Gambar 12 Diagram Ketrampilan Guru dalam Pembelajaran Membaca Permulaan
Kondisi Awal – Tindakan Siklus II
Meningkatnya penguasaa guru terhadap aspek-aspek ketrampilan dalam
pembelajaran membaca permulaan mendorong adanya peningkatan penguasaan
ketrampilan membaca permulaan pada siswa. Hal ini diindikasikan dengan
meningkatnya penguasaan siswa terhadap ketrampilan membaca permulaan.
Pada kondisi awal, tingkat penguasaan siswa terhadap ketrampilan
membaca permulaan yang ditunjukkan dengan ketuntasan belajar siswa pada
KKM 65 baru mencapai 46.88% atau baru 15 orang dari 32 siswa yang sudah
dapat membaca. Meningkatnya ketrampilan guru dalam pembelajaran, sebagai
dampak supervisi klinis yang dilakukan kepala sekolah, menjadikan
pembelajaran yang dilakukan lebih bermakna. Hal ini berhasil meningkatkan
penguasaan siswa terhadap ketrampilan membaca permulaan yang ditunjukkan
dengan meningkatnya jumlah siswa yang sudah dapat membaca hingga
menjadi 21 orang atau 65.63%.
62
Perbaikan yang terus dilakukan melalui supervisi klinis semakin
meningkatkan ketrampilan guru dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan
dengan meningkatnya jumlah siswa yang menguasai ketrampilan membaca
permulaan sehingga mencapai 27 orang siswa atau mencapai 84.38% pada
akhir tindakan Siklus II.
Tabel 8
Tingkat Penguasaan Ketrampilan Membaca Permulaan Siswa
Kondisi Awal – Tindakan Siklus II
No. Ketuntasan Awal Siklus I Siklus II
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1. Tuntas 15 65.63 21 65.63 27 84.38
2. Blm Tuntas 17 34.37 11 34.38 5 15.62
Jumlah 32 100.0 32 100.0 32 100.0
Data tingkat penguasaan siswa terhadap ketrampilan membaca
permulaan dari kondisi awal hingga akhir tindakan Siklus II pada tabel di atas
selanjutnya dapat disajikan ke dalam diagram berikut.
15
17
21
11
27
5
0
5
10
15
20
25
30
Awal Siklus I Siklus II
Tuntas Belum Tuntas
Gambar 13 Diagram Penguasaan Ketrampilan Membaca Permulaan pada Siswa
dari Kondisi Awal – Akhir Tindakan Siklus II
63
Gambaran tersebut di atas menunjukkan bahwa peningkatan
ketrampilan guru dalam pembelajaran yang dilakukan melalui supervisi klinis
oleh kepala sekolah dapat berdampak terhadap meningkatnya kualitas
pembelajaran. Dampak tersebut merupakan implikasi dari salah satu tujuan
supervisi klinis, yaitu membantu guru mengembangkan keterampilan dalam
menggunakan strategi-strategi pembelajaran.
Proses belajar mengajar di kelas memerlukan pengusaan keterampilan
dasar kuat untuk mendukung ketrampilan guru yang memiliki kepercayaan
yang tinggi di depan kelas. Djamarah (2000) menyebutkan bahwa ada delapan
keterampilan dasar mengajar, yaitu 1) Keterampilan memberi penguatan, 2)
Keterampilan bertanya, 3) Keterampilan variasi, 4) Keterampilan
menjelaskan, 5) membuka dan menutup pelajaran, 6) Keterampilan mengelola
kelas, 7) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil,dan 8)
Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Pembahasan tentang
bagian ini dikutip dari uraian Imran, Ali (1995) dan Winataputra. (2003).
Ketrampilan guru dalam pembelajaran tersebut di atas dapat
ditingkatkan melalui supervisi klinis yang dilakukan oleh supervisor, yaitu
kepala sekolah. Hal ini sejalan dengan pengertian dari supervisi klinis itu
sendiri, yaitu bahwa supervisi klinis diartikan sebagai bentuk bimbingan
profesional yang diberikan kepada guru berdasarkan kebutuhannnya melalui
siklus yang sistematis. Siklus sistematis ini meliputi: perencanaan, observasi
yang cermat atas pelaksanaan dan pengkajian hasil observasi dengan segera
dan obyektif tentang penampilan mengajarnya yang nyata.
64
BAB V
P E N U T U P
A. Simpulan
Berdasarkan temuan dan pembahasan penelitian pada bab sebelumnya,
selanjutnya dapat dikemukakan simpulan penelitian sebagai berikut:
1. Langkah-langkah pelaksanaan supervisi klinis guna meningkatkan
kemampuan guru dalam pembelajaran membaca permulaan pada guru
Kelas I di SD Negeri I Soropadan No. 108 UPTD Dikpora Kecamatan
Laweyan Kota Surakarta tahun pelajaran 2012/2013 dilakukan sebagai
berikut:
a. Supervisi klinis dilakukan melalui prosedur berbentuk siklus yang
terdiri dari tiga tahap yaitu: tahap pertemuan pendahuluan, tahap
pengamatan dan tahap pertemuan balikan.
b. Pada tahap pertemuan awal, kepala sekolah selaku supervisor dan guru
bersama-sama membicarakan rencana tentang materi observasi yang
akan dilaksanakan.
c. Pada tahap pengamatan, guru melatih perilaku mengajar berdasarkan
komponen keterampilan yang telah disepakati dalam pertemuan
pendahuluan. Di pihak lain supervisor mengamati dan mencatat
perilaku guru ketika mengajar berdasarkan komponen keterampilan
yang diminta oleh guru.
d. Pada tahap pertemuan lanjutan, supervisor mengadakan analisis
pendahuluan tentang hasil observasi.
65
2. Penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam
pembelajaran membaca permulaan pada guru Kelas I di SD Negeri I
Soropadan No. 108 UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta
tahun pelajaran 2012/2013. Hal ini dapat diketahui dari meningkatnya
penguasaan guru terhadap aspek-aspek pembelajaran yang dilakukan dan
berdampak pada meningkatnya penguasaan siswa dalam ketrampilan
membaca permulaan pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.
B. Saran
Berdasarkan simpulan penelitian di atas, selajutnya dapat dikemukakan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Kepala Sekolah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa supervisi klinis yang dilakukan
secara sistematis mampu meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran.
Untuk itu disarankan kepada kepala sekolah agar lebih sabar dalam
memberikan bimbingan kepada guru.
2. Bagi Guru
Keberhasilan supervisi klinis sangat tergantung kepada sejauhmana
pengawas memberikan bimbingan sesuai kemampuan professional yang
dimilikinya dan sejauhmana guru secara terbuka melaksanakan bimbingan
yang telah diberikan oleh pengawas. Untuk itu guru harus lebih terbuka
agar kepala sekolah mengetahui hambatan yang dihadapi guru.
66
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Anderson, R. C. 1972. Language Skills in Elementary Education. New York:
Macmillan Publishing Co, Inc
Akhadiah, Sabarti dkk. 1991. Menulis I. Buku Materi Pokok. Jakarta : Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka
Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan: Untuk Guru, Kepala Sekolah,
dan Pengawas. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Badudu. J. S. 1993. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah:
Tinjauan dari Masa ke Masa, Bambang Kaswanti Purwo (ed), Pelba 6.
Yogyakarta: Kanasius.
Cleary, Linda Miller dan Michael D. Linn. 1993. Linguistics for Teachers. New
York: McGraw-Hill
Depdikbud. 1994/1995. Petunjuk Teknis Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar.
Jakarta: Depdikbud.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Aswain zain. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Gibbons, Pauline. 1993. Learning to Learn in a Second Language. Australia:
Heinemann Portsmouth NH.
Harris A.J dan Edward R. Sipay. 1980. How to Increase Reading Ability. New
York : Longman.
Hamalik, Oemar. 1993. Praktek Keguruan. Bandung Tarsito.
Imran, Ali. 1995. Pembinaan Guru Indonesia. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.
Joni, Raka T., 1990. Strategi Belajar Mengajar: Suatu Tinjauan Pengantar.
Jakarta. P3G. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Keraf, Gorys. 2004. Narasi dan Argumentasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Kridalaksana, Harimurti. 1989. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia.
Jakarta: Gramedia.
Muchlisoh. 1992. Materi Pokok Bahasa Indonesia 3. Jakarta: Depdikbud.
67
Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional.. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyono, Abdulrahman. 2006. Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar.
Jakarta : Rineka Cipta.
Purwanto, Ngalim. 2004. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya.
Rifai, Mohd. 1982. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Jemmars.
Semiawan, Conny. R. 2002. Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini.
Jakarta: PT Ikrar Mandiri Abadi.
Slamet, St. Y. 2007. Dasar-dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di
Sekolah Dasar. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press.
Smith, F. 1985. Reading. Cambridge: Cambridge University Press.
Sudrajat, Akhmad. 2010. “Supervisi Klinis” Artikel. http://akhmadsudrajat.
wordpress.com/2010/03/28/instrumen-supervisi-klinis/
Syafi’ie, Imam. 1999. Pengajaran Membaca di Kelas – Kelas Awal Sekolah
Dasar. Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pengajaran
Bahasa Indonesia pada FPBS Universitas Negeri Malang. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Tarigan, Djago. 1989. Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Di Kelas
Rendah. Jakarta: Pusat.
Taufiq, Akhmad. 2007. Peningkatan Pembelajaran Membaca dan Menulis
Permlaan dengan Menggunakan Media Kotak Ajaib sebagai Aplikasi
PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan) pada Siswa
Kelas I SD Negeri Jatra Timur Banyuates Sampang. Skiripsi tidak
diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang
Vacca, Jo Anne L., Richard T. Vacca., and Mary K. Gove. 1987. Reading and
Learning to Read. Boston: Scott, Foresman and Company.
Winataputra, Udin S. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SEKOLAH DASAR NEGERI SOROPADAN NO. 108 UPTD DIKPORA KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA
Alamat : Jl. Srikoyo No. 8 Rt. 1/IV Karangasem Laweyan Surakarta, Telp. 0271-726086
SURAT KETERANGAN
Nomor: 071/ 1024
Yang bertandatangan di bawah ini Kepala Sekolah Dasar Negeri
Soropadan No. 108 Surakarta menerangkan bahwa dengan ini kami memberikan
ijin kepada yang tersebut di bawah ini:
Nama : Siti Rakhmiyati, M. Pd.
N I P : 19591107 198303 2 007
Pangkat/ Gol. : Pembina/ IV A
Unit Kerja : SD Negeri Soropadan No. 108 Surakarta
Untuk melakukan penelitian tindakan dengan judul:
”PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA
PERMULAAN MELALUI SUPERVISI KLINIS BAGI GURU KELAS I DI SD N
SOROPADAN NO. 108 UPTD DIKPORA KECAMATAN LAWEYAN KOTA
SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013”
Demikian surat ijin ini diberikan untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Surakarta, 10 Juli 2012
Kepala SD Negeri Soropadan No 108
Surakarta
Siti Rakhmiyati, M. Pd
Pembina
NIP. 19591107 198303 2 007
PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SEKOLAH DASAR NEGERI SOROPADAN NO. 108 UPTD DIKPORA KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA
Alamat : Jl. Srikoyo No. 8 Rt. 1/IV Karangasem Laweyan Surakarta, Telp. 0271-726086
BERITA ACARA TINDAKAN SIKLUS I
Pada hari ini, Sabtu tanggal Dua puluh delapan bulan Juli tahun Dua ribu dua belas
telah dilaksanakan Kegiatan Supervisi Klinis Guna Meningkatkan Kompetensi Guru
Kelas I dalam Pembelajaran Membaca Permulaan.
Pada Sekolah : SD NEGERI Soropadan No. 108 Surakarta
Alamat : Jl. Srikoyo No. 8 Rt. 1/IV Karangasem Laweyan
Surakarta, Telp. 0271-726086,
Dimulai Pukul : 10.30 sampai dengan pukul 12.00
Catatan selama Kegiatan Supervisi Klinis berlangsung:
....................................................................................................................................
.................................................................................................................................. ..
....................................................................................................................................
Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sesungguhnya.
Surakarta, 28 Juli 2012
Guru Kelas I
Yang Membuat Berita Acara
Kepala SD Negeri Soropadan No. 108
Surakarta
Wasiyati, S.Pd SD
NIP. ..................................
Siti Rakhmiyati, M. Pd.
NIP. 19591107 198303 2 007
PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SEKOLAH DASAR NEGERI SOROPADAN NO. 108 UPTD DIKPORA KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA
Alamat : Jl. Srikoyo No. 8 Rt. 1/IV Karangasem Laweyan Surakarta, Telp. 0271-726086
INSTRUMEN SUPERVISI KLINIS
KONDISI AWAL
1. Nama Sekolah : SD Negeri Soropadan No.108
2. Nama Guru : Wasiyati, S.Pd SD.
3. Kelas : I (satu)
4. Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
5. Semester : I ( Gasal )
6. Hari/Tanggal/ Jam Ke : ………………………………………………
7. Kompetisi Dasar :
8. Jumlah Siswa : ….. orang, hadir …… orang, tidak hadir ….
No Aspek-aspek yang di observasi N i l a i
Ideal Riil Ketercapaian
1 Keterampilan memberi penguatan (A) 5 2 40%
2 Keterampilan bertanya (B) 5 2 40%
3 Keterampilan melakukan variasi (C) 5 1 20%
4 Keterampilan menjelaskan (D) 5 2 40%
5 Ketrampilan membuka dan menutup
pelajaran (E) 5 3
60%
6 Keterampilan mengelola kelas (F) 5 2 40%
7 Keterampilan membimbing diskusi
kelompok kecil (G) 5 2
40%
8 Keterampilan mengajar kelompok kecil
dan perorangan (H) 5 2
40%
Jumlah 40 16 40.0%
Keterangan Kurang
Catatan :
.........................................................................................................................................
...............................................................................................................................
Surakarta, 14 Juli 2012
Guru Kelas Kepala Sekolah
Wasiyati, S.Pd SD
NIP. ……………………..
Siti Rakhmiyati, M. Pd.
NIP. 19591107 198303 2 007
PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SEKOLAH DASAR NEGERI SOROPADAN NO. 108 UPTD DIKPORA KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA
Alamat : Jl. Srikoyo No. 8 Rt. 1/IV Karangasem Laweyan Surakarta, Telp. 0271-726086
INSTRUMEN SUPERVISI KLINIS
TINDAKAN SIKLUS I
9. Nama Sekolah : SD Negeri Soropadan No.108
10. Nama Guru : Wasiyati, S.Pd SD
11. Kelas : I (satu)
12. Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
13. Semester : I ( Gasal )
14. Hari/Tanggal/ Jam Ke : ………………………………………………
15. Kompetisi Dasar : ………………………………………………
16. Jumlah Siswa : ….. orang, hadir …… orang, tidak hadir ….
No Aspek-aspek yang di observasi N i l a i
Ideal Riil Ketercapaian
1 Keterampilan memberi penguatan (A) 5 3 60%
2 Keterampilan bertanya (B) 5 2 40%
3 Keterampilan melakukan variasi (C) 5 2 20%
4 Keterampilan menjelaskan (D) 5 3 60%
5 Ketrampilan membuka dan menutup
pelajaran (E) 5
3 60%
6 Keterampilan mengelola kelas (F) 5 3 60%
7 Keterampilan membimbing diskusi
kelompok kecil (G) 5
2 40%
8 Keterampilan mengajar kelompok kecil
dan perorangan (H) 5
2 40%
Jumlah 40 20 50.0%
Keterangan Kurang
Catatan :
.........................................................................................................................................
...............................................................................................................................
Surakarta, 28 Juli 2012
Guru Kelas Kepala Sekolah
Wasiyati, S.Pd SD
NIP. ……………………..
Siti Rakhmiyati, M. Pd.
NIP. 19591107 198303 2 007
PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SEKOLAH DASAR NEGERI SOROPADAN NO. 108 UPTD DIKPORA KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA
Alamat : Jl. Srikoyo No. 8 Rt. 1/IV Karangasem Laweyan Surakarta, Telp. 0271-726086
INSTRUMEN SUPERVISI KLINIS
TINDAKAN SIKLUS II
17. Nama Sekolah : SD Negeri Soropadan No.108
18. Nama Guru : Wasiyati, S.Pd SD
19. Kelas : I (satu)
20. Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
21. Semester : I ( Gasal )
22. Hari/Tanggal/ Jam Ke : ………………………………………………
23. Kompetisi Dasar : ………………………………………………
24. Jumlah Siswa : ….. orang, hadir …… orang, tidak hadir ….
No Aspek-aspek yang di observasi N i l a i
Ideal Riil Ketercapaian
1 Keterampilan memberi penguatan (A) 5 4 80%
2 Keterampilan bertanya (B) 5 4 80%
3 Keterampilan melakukan variasi (C) 5 3 60%
4 Keterampilan menjelaskan (D) 5 4 80%
5 Ketrampilan membuka dan menutup
pelajaran (E) 5 5 100%
6 Keterampilan mengelola kelas (F) 5 4 80%
7 Keterampilan membimbing diskusi
kelompok kecil (G) 5 3 60%
8 Keterampilan mengajar kelompok kecil
dan perorangan (H) 5 3 60%
Jumlah 40 30 75.0%
Keterangan Cukup Baik
Catatan :
.........................................................................................................................................
...............................................................................................................................
Surakarta, 20 Agustus 2012
Guru Kelas Kepala Sekolah
Wasiyati, S.Pd SD
NIP. ……………………..
Siti Rakhmiyati, M. Pd.
NIP. 19591107 198303 2 007
PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SEKOLAH DASAR NEGERI SOROPADAN NO. 108 UPTD DIKPORA KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA
Alamat : Jl. Srikoyo No. 8 Rt. 1/IV Karangasem Laweyan Surakarta, Telp. 0271-726086
BERITA ACARA TINDAKAN SIKLUS II
Pada hari ini, Senin tanggal Dua puluh bulan Agustus tahun Dua ribu dua belas telah
dilaksanakan Kegiatan Supervisi Klinis Guna Meningkatkan Kompetensi Guru Kelas
I dalam Pembelajaran Membaca Permulaan.
Pada Sekolah : SD NEGERI Soropadan No. 108 Surakarta
Alamat : Jl. Srikoyo No. 8 Rt. 1/IV Karangasem Laweyan
Surakarta, Telp. 0271-726086,
Dimulai Pukul : 10.30 sampai dengan pukul 12.00
Catatan selama Kegiatan Supervisi Klinis berlangsung:
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sesungguhnya.
Surakarta, 20 Agustus 2012
Guru Kelas I
Yang Membuat Berita Acara
Kepala SD Negeri Soropadan No. 108
Surakarta
Wasiyati, S.Pd SD
NIP. ..................................
Siti Rakhmiyati, M. Pd.
NIP. 19591107 198303 2 007