+ All Categories
Home > Documents > PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN (ROA, ROE, NPM)

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN (ROA, ROE, NPM)

Date post: 18-Nov-2023
Category:
Upload: uii
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
16
PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR Cut Cinthya Mustafa [email protected] Nur Handayani Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to observe the influence of corporate social responsibility (CSR) disclosure to the financial performance for the food and beverage manufacturer companies which are listed in Indonesia stock exchange (IDX) in period of 2010-2012. The research samples consist of 11 food and beverage manufacturer companies which are listed in Indonesia Stock Exchange by observing 33 companies and then selected by using purposive sampling. The audit of financial report and annual report are obtained from the Indo-Exchange File (IDX). The hypothesis test in this research is using simple regression analysis to test the influence of Corporate Social Responsibility (CSR) disclosure to the financial performance. In this research Corporate Social Responsibility (CSR) is measured by using corporate social disclosure (CSD) and the financial performance is measured by using Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Operating Profit Margin (OPM), and Net Profit Margin (NPM). The research result with the simple regression shows that Corporate Social Responsibility (CSR) has no influence to the financial performance. Keywords: Corporate Social Responsibility, Return On Assets, Return On Equity, Operating Profit Margin, Net Profit Margin. ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh pengungkapan corporate social responsibility (CSR) terhadap kinerja keuangan pada perusahaan Manufaktur makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2012. Sampel penelitian terdiri dari 11 perusahaan Manufaktur makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan jumlah pengamatan sebesar 33 dan dipilih secara purposive sampling. Data laporan keuangan auditan dan laporan tahunan diperoleh dari Indo-Exchange File (IDX). Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana untuk menguji pengaruh pengungkapan corporate social responsibility (CSR) terhadap kinerja keuangan. Dalam penelitian ini variabel corporate social responsibility (CSR) di ukur menggunakan variabel corporate social disclusure (CSD), dan kinerja keuangan di ukur dengan menggunakan Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Operating Profit Margin (OPM), dan Net Profit Margin (NPM). Hasil penelitian dengan regresi sederhana menunjukkan bahwa corporate social responsibility (CSR) tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Kata kunci: Corporate Social Responsibility, Return On Assets, Return On Equity, Operating Profit Margin, Net Profit Margin. PENDAHULUAN Menghadapi persaingan yang semakin ketat di era pasar bebas, perusahaan dituntut untuk memiliki manajemen yang kuat dan profesional agar dapat survive dan berkembang. Hal ini menyebabkan perusahaan perlu mengembangkan suatu strategi yang tepat agar perusahaan dapat mempertahankan eksistensinya dan memperbaiki kinerjanya. Dalam menjaga eksistensinya, perusahaan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan resiprocal (timbal balik) antara perusahaan dengan Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
Transcript

PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR

Cut Cinthya Mustafa [email protected]

Nur Handayani

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT

The purpose of this research is to observe the influence of corporate social responsibility (CSR) disclosure to the financial performance for the food and beverage manufacturer companies which are listed in Indonesia stock exchange (IDX) in period of 2010-2012. The research samples consist of 11 food and beverage manufacturer companies which are listed in Indonesia Stock Exchange by observing 33 companies and then selected by using purposive sampling. The audit of financial report and annual report are obtained from the Indo-Exchange File (IDX). The hypothesis test in this research is using simple regression analysis to test the influence of Corporate Social Responsibility (CSR) disclosure to the financial performance. In this research Corporate Social Responsibility (CSR) is measured by using corporate social disclosure (CSD) and the financial performance is measured by using Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Operating Profit Margin (OPM), and Net Profit Margin (NPM). The research result with the simple regression shows that Corporate Social Responsibility (CSR) has no influence to the financial performance.

Keywords: Corporate Social Responsibility, Return On Assets, Return On Equity, Operating Profit Margin, Net Profit Margin.

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh pengungkapan corporate social responsibility (CSR) terhadap kinerja keuangan pada perusahaan Manufaktur makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2012. Sampel penelitian terdiri dari 11 perusahaan Manufaktur makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan jumlah pengamatan sebesar 33 dan dipilih secara purposive sampling. Data laporan keuangan auditan dan laporan tahunan diperoleh dari Indo-Exchange File (IDX). Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana untuk menguji pengaruh pengungkapan corporate social responsibility (CSR) terhadap kinerja keuangan. Dalam penelitian ini variabel corporate social responsibility (CSR) di ukur menggunakan variabel corporate social disclusure (CSD), dan kinerja keuangan di ukur dengan menggunakan Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Operating Profit Margin (OPM), dan Net Profit Margin (NPM). Hasil penelitian dengan regresi sederhana menunjukkan bahwa corporate social responsibility (CSR) tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

Kata kunci: Corporate Social Responsibility, Return On Assets, Return On Equity, Operating Profit Margin, Net Profit Margin.

PENDAHULUAN

Menghadapi persaingan yang semakin ketat di era pasar bebas, perusahaan dituntut untuk memiliki manajemen yang kuat dan profesional agar dapat survive dan berkembang. Hal ini menyebabkan perusahaan perlu mengembangkan suatu strategi yang tepat agar perusahaan dapat mempertahankan eksistensinya dan memperbaiki kinerjanya. Dalam menjaga eksistensinya, perusahaan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan resiprocal (timbal balik) antara perusahaan dengan

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)

2

masyarakat. Perusahaan dan masyarakat adalah pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Dua aspek penting harus diperhatikan agar tercipta kondisi sinergis antara keduanya sehingga perusahaan membawa perubahan kearah perbaikan dan peningkatan taraf hidup masyarakat.

Perkembangan jumlah perusahaan manufaktur yang semakin pesat tersebut tidak atau belum didukung oleh pengawasan yang ketat, hal ini menimbulkan banyak permasalahan dalam dunia manufaktur. Sebagaimana telah diketahui perusahaan manufaktur merupakan industri yang dalam kegiatannya mengandalkan modal dari investor, oleh karena itu perusahaan manufaktur harus dapat menjaga kesehatan keuangannya. Mengingat besarnya pengaruh yang timbul bila terjadi kesulitan keuangan (financial distress) dan kemungkinan kebangkrutan dapat dideteksi lebih awal untuk selanjutnya menentukan arah kebijaksanaan.

Keadaan tersebut menuntut dana yang cukup bagi perusahaan manufaktur untuk bertahan dan bersaing. Salah satu cara yang diambil perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dana guna mengembangkan agar tetap dapat bersaing adalah penjualan saham perusahaan kepada masyarakat melalui pasar modal. Pasar modal memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara karena memiliki fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.

Informasi mencatat kebutuhan yang mendasar bagi para investor maupun calon investor dalam mengambil keputusan. Dibutuhkan informasi yang lengkap, akurat serta tepat waktu yang akan mendukung investor untuk mengambil keputusan secara rasional sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Informasi-informasi yang diungkapkan oleh perusahaan adalah kinerja keuangan perusahaan dan corporate social responsibility.

Akan tetapi, perusahaan terkadang melalaikan tuntutan tanggungjawab sosial tersebut dengan alasan bahwa stakeholders tidak memberikan kontribusi terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini disebabkan karena hubungan perusahaan dengan lingkungannya bersifat non reciprocal yaitu transaksi antara keduanya tidak menimbulkan prestasi timbal balik (Anggraini,2006). Selain itu hal ini juga dikarenakan awal dari budaya perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan yang dilihat dari untung atau rugi, sedangkan keikutsertaan perusahaan dalam tanggung jawab sosial justru dianggap menambah biaya karena harus mengeluarkan biaya ekstra untuk pengolahan limbah, perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja serta lingkungan, strict control terhadap produk agar ramah lingkungan. Semuanya itu menambah biaya perusahaan yang akan mengurangi pembagian keuntungan (deviden) bagi investor (Lindrawati, Felicia dan Budianto, 2008).

TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS

Teori Sinyal (Signal Theory)

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan selalu berdampak pada para stakeholders seperti karyawan, pemasok, investor, pemerintah, konsumen, serta masyarakat dan kegiatan-kegiatan tersebut menjadi perhatian dan minat dari para stakeholders, terutama para investor dan calon investor sebagai pemilik (calon) dan penanam (calon) modal perusahaan. Oleh karenanya, perusahaan berkewajiban untuk memberikan laporan sebagai informasi kepada para stakeholders. Laporan yang wajib diungkapkan oleh perusahaan setidaknya meliputi satu set laporan keuangan. Tetapi, perusahaan diijinkan untuk mengungkapkan laporan tambahan, yaitu laporan yang berisi lebih dari sekedar laporan keuangan, misalnya laporan tahunan tentang aktifitas CSR perusahaan.

Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)

3

untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor, kreditor). Kurangnya informasi bagi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang (Wolk et al, 2000). Informasi ini dapat dimuat dalam laporan tahunan perusahaan.

Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain (Sari dan Zuhrohtun, 2006). Teori Agensi (Agency Theory)

Teori agensi merupakan teori yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara pihak agen (yang menerima wewenang) dan prinsipal (pihak yang memberi wewenang) yang dibangun agar tujuan perusahaan dapat tercapai dengan maksimal.

Inti dari hubungan keagenan adalah adanya pemisahan antara kepemilikan (principal/investor) dan pengendalian (agent/manajer). Kepemilikan diwakili oleh investor yang mendelegasikan kewenangan kepada agen dalam hal ini manajer untuk mengelola kekayaan investor. Investor mempunyai harapan bahwa dengan mendelegasikan wewenang pengelolaan tersebut, mereka akan memperoleh keuntungan dengan bertambahnya kekayaan dan kemakmuran investor.

Prinsip utama dari teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang yaitu manajer. Dan ini berarti hubungan keagenan adalah suatu kontrak dimana salah satu atau lebih orang (principal) melibatkan orang lain (agen) untuk melakukan beberapa layanan atas nama mereka yang melibatkan sebagian kewenangan pengambilan keputusan kepada agen (Jensen dan Meckling,1976).

Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Sehingga terjadi konflik kepentingan antara pemilik dan agen karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Dalam hubungan agensi terdapat 3 faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yaitu biaya pengawasan (monitoring costs), biaya kontrak (contracting costs), dan visibilitas politis. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan

Pertanggungjawaban sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggungjawab organisasi di bidang hukum (Anggraini, 2006).

Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD), Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)

4

Menurut Daniri (2007), CSR lahir dari desakan masyarakat atas perilakuperusahaan yang biasanya selalu fokus untuk memaksimalkan laba, menyejahterakan para pemegang saham, dan mengabaikan tanggung jawab sosial seperti perusakan lingkungan, eksploitasi sumber daya alam, dan lain sebagainya. Pada intinya, keberadaan perusahaan berdiri secara berseberangan dengan kenyataan kehidupan sosial. Konsep dan praktik CSR saat ini bukan lagi dipandang sebagai suatu cost center tetapi juga sebagai suatu strategi perusahaan yang dapat memacu dan menstabilkan pertumbuhan usaha secara jangka panjang. Oleh karena itu penting untuk mengungkapkan CSR dalam perusahaan sebagai wujud pelaporan tanggung jawab sosial kepada masyarakat.

Ide tanggung jawab sosial pada dasarnya adalah bagaimana perusahaan memberi perhatian kepada lingkungannya, terhadap dampak yang terjadi akibat kegiatan operasional perusahaan. Lebih lanjut lagi menurut Moir (2001) menyatakan “selain menghasilkan keuntungan, perusahaan harus membantu memecahkan masalah-masalah sosial terkait atau tidak perusahaan tetap ikut menciptakan masalah tersebut bahkan jika disana tidak mungkin ada potensi keuntungan jangka pendek atau jangka panjang”

Di Indonesia, Corporate Social Responsibility merupakan serangkaian kegiatan pameran, seminar, diskusi, social event yang berkaitan dengan berbagai upaya tanggung jawab sosial korporat kepada masyarakat dan lingkungan yang bertujuan sebagai ajang penyebarluasan informasi mengenai prestasi dan kinerja korporasi dalam program tanggung jawab sosial perusahaan dan pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan definisi tersebut elemen – elemen CSR dapat dirangkum sebagai aktifitas perusahaan dalam mencapai keseimbangan atau integrasi antar aspek ekonomi, lingkungan , dan sosial tanpa mengesampingkan ekspektasi para pemegang saham (menghasilkan profit).

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Belakang ini Corporate Social Responsibility (CSR) memang menjadi trend di Indonesia. Banyak orang berbicara tentang CSR dan semakin banyak perusahaan yang melaksanakan program tersebut. Dalam perkembangannya diperoleh terminologi tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Istilah PKBL diberlakukan di lingkungan BUMN. PKBL merupakan Program Pembinaan Usaha Kecil dan pemberdayaan kondisi lingkungan oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Jumlah penyisihan laba untuk pendanaan program maksimal sebesar 2% (dua persen) dari laba bersih untuk Program Kemitraan dan maksimal 2% (dua persen) dari laba bersih untuk Program Bina Lingkungan/CSR.

Menurut Kuntari dan Sulistyani (2007), ada tiga pendekatan dalam pelaporan kinerja sosial, yaitu :

1. Pemeriksaan Sosial (Social Audit)

Pemeriksaan sosial mengukur dan melaporkan dampak ekonomi, sosial dan lingkungan dari program-program yang berorientasi sosial dari operasi-operasi yang dilakukan perusahaan. Pemeriksaan sosial dilakukan dengan membuat suatu daftar aktivitas-aktivitas perusahaan yang memiliki konsekuensi sosial, lalu auditor sosial akan mencoba mengestimasi dan mengukur dampak-dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas-aktivitas tersebut.

2. Laporan Sosial (Social Report)

Berbagai alternatif format laporan untuk menyajikan laporan sosial telah diajukan oleh para akademis dan praktisioner. Pendekatan-pendekatan yang dapat dipakai oleh perusahaan untuk melaporkan aktivitas-aktivitas pertanggungjawaban sosialnya ini dirangkum oleh Dilley dan Weygandt menjadi empat kelompok sebagai berikut (Kuntari dan Sulistyani, 2007) :

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)

5

a. Inventory Approach

Perusahaan mengkompilasikan dan mengungkapkan sebuah daftar yang komprehensif dari aktivitas-aktivitas sosial perusahaan. Daftar ini harus memuat semua aktivitas sosial perusahaan baik yang bersifat positif maupun negatif.

b. Cost Approach

Perusahaan membuat daftar aktivitas-aktivitas sosial perusahaan dan mengungkapkan jumlah pengeluaran pada masing-masing aktivitas tersebut.

c. Program Management Approach

Perusahaan tidak hanya mengungkapkan aktivtas-aktivitas pertanggungjawaban sosial tetapi juga tujuan dari aktivitas tersebut serta hasil yang telah dicapai oleh perusahaan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan itu.

d. Cost Benefit Approach

Perusahaan mengungkapkan aktivitas yang memiliki dampak sosial serta biaya dan manfaat dari aktivitas tersebut. Kesulitan dalam penggunaan pendekatan ini adalah adanya kesulitan dalam mengukur biaya dan manfaat sosial yang diakibatkan oleh perusahaan terhadap masyarakat

3. Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan (Disclosure In Annual Report)

Pengungkapan sosial adalah pengungkapan informasi tentang aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan lingkungan sosial perusahaan. Pengungkapan sosial dapat dilakukan melalui berbagai media antara lain laporan tahunan, laporan interim/laporan sementara, prospektus, pengumuman kepada bursa efek atau melalui media masa. Perusahaan cenderung untuk mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan aktivitasnya dan dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut.Devina, et al., 2004 menyebutkan ada tiga studi, yaitu :

a. Decision Usefulness Studies

Anggraini (2006) mengemukakan bahwa perusahaan yang melakukan aktivitas sosial akan mengungkapkannya dalam laporan keuangan. Sebagian dari studi-studi yang dilakukan oleh para peneliti yang mengemukakan pendapat ini menemukan bukti bahwa informasi sosial dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan. Para analis, banker dan pihak lain yang dilibatkan dalam penelitian tersebut diminta untuk melakukan pemeringkatan terhadap informasi akuntansi. Informasi akuntansi tersebut tidak terbatas pada informasi akuntansi tradisional yang telah dinilai selama ini, namun juga informasi yang lain yang relatif baru dalam wacana akuntansi. Mereka menempatkan informasi aktivitas sosial perusahaan pada posisi yang moderatelyimportant.

b. Economic Theory Studies

Studi ini menggunakan agency theory dimana menganalogikan manajemen sebagai agen dari suatu prinsipal. Lazimnya, prinsipal diartikan sebagai pemegang saham atau tradisional users lain. Namun, pengertian prinsipal tersebut meluas menjadi seluruh interest group perusahaan yang bersangkutan. Sebagai agen, manajemen akan berupaya mengoperasikan perusahaan sesuai dengan keinginan publik.

c. Social and Political Theory Studies

Studi di bidang ini menggunakan teori stakeholder, teori legitimasi organisasi dan teori ekonomi politik. Teori stakeholder mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan ditentukan oleh para stakeholder. Pengungkapan sosial yang dilakukan oleh perusahaan umumnya

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)

6

bersifat voluntary (sukarela), unaudit (belum diaudit), dan unregulated (tidak dipengaruhi oleh peraturan tertentu). Anggraini (2006) mengatakan bahwa Corporate Social Responsibility terbagi menjadi 3 kategori yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan dan kinerja sosial. Global Reporting Initiative (GRI) adalah sebuah jaringan berbasis organisasi yang telah mempelopori perkembangan dunia, paling banyak menggunakan kerangka laporan keberlanjutan dan berkomitmen untuk terus-menerus melakukan perbaikan dan penerapan di seluruh dunia. Daftar pengungkapan sosial yang berdasarkan standar GRI juga pernah digunakan oleh Dahli dan Siregar (2008), peneliti yang dilakukan oleh Dahli dan Siregar (2008) menggunakan 6 indikator pengungkapan yaitu: ekonomi, lingkungan, tenaga kerja, hak asasi manusia, sosial dan produk. Indikator-indikator yang terdapat di dalam GRI yang digunakan dalam penelitian yaitu:

1. Indikator Kinerja Ekonomi (economic performance indicator)

2. Indikator Kinerja Lingkungan (environment performance indicator)

3. Indikator Kinerja Tenaga Kerja (labor practices performance indicator)

4. Indikator Kinerja Hak Asasi Manusia (human rights performance indicator)

5. Indikator Kinerja Sosial (social performance indicator)

6. Indikator Kinerja Produk (product responsibility performance indicator)

Pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan terbagi kedalam tujuh kategori (Sembiring, 2005), yaitu:

1. Lingkungan

Kategori ini meliputi aspek lingkungan dari proses produksi yang meliputi pengendalian polusi dalam menjalankan operasi bisnis, pencegahan dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat pemrosesan sumber daya alam, serta pengungkapan aktivitas lingkungan hidup lainnya.

2. Energi

Kategori ini mencakup aktivitas perusahaan terhadap pemanfaatan energi. Aktivitas tersebut meliputi memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi, pengungkapan peningkatan efisiensi energi dari produk, serta pengungkapan aktivitas energi lainnya.

3. Kesehatan dan Keselamatan Tenaga Kerja

Kategori ini mencangkup aktivitas perusahaan terhadap kesehatan dan keselamatan tenaga kerja perusahaan. Aktivitas tersebut meliputi mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental, mengungkapkan statistik keselamatan kerja menetapkan suatu komite keselamatan kerja, serta mengungkapkan aktivitas ketenagakerjaan lainnya.

4. Lain-lain Tenaga Kerja

Kategori ini meliputi dampak aktivitas perusahaan pada orang-orang dalam perusahaan tersebut. Aktivitas tersebut meliputi rekruitmen, prgram pelatihan, gaji dan tunjangan, serta pengungkapan aktivitas ketenagakerjaan lainnya.

5. Produk

Kategori ini melibatkan asek kualitatif suatu produk atau jasa durability, kepuasan penagga, kejujuran dalam iklan, kejelasan atau kelengkapan isi pada kemasan, serta pengungkapan aktivitas lainnya.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)

7

6. Keterlibatan masyarakat

Kategori ini mencakup aktivitas kemasyarakatan yang diikuti oleh perusahaan misalnya aktivitas yang terkait dengan kesehatan, pendidikan dan seni serta pengungkapan aktivitas masyarakat lainnya.

7. Umum

Tema ini meliputi pengungkapan tujuan perusahaan secara umum berkaitan dengan tanggung jawab sosial kepada masyarakat dan informasi yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain yang disebutkan diatas.

Kinerja Keuangan

Kinerja Keuangan merupakan suatu gambaran tentang kondisi suatu perusahaan yang di analisis melalui alat-alat analisis keuangan sehingga dapat digunakan untuk mengetahui baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang kemudian dapat menggambarkan prestasi kerja suatu perusahaan dalam periode tertentu. Menurut Tampubolon (2005:20) kinerja keuangan adalah pengukuran kinerja perusahaan yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen karena menyangkut pemanfaatan modal, efisiensi dan rentabilitas dari kegiatan perusahaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja merupakan indikator dari baik buruknya suatu usaha untuk memenuhi tanggung jawab mereka kepada pihak principal serta usaha untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan dan prestasi.

Menurut Indra Bastian (2001:329) kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan, skema strategis (strategic planning) suatu organisasi, secara umum dapat juga dikatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu.

Tujuan manajemen adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Untuk mencapai tujuan ini, perusahaan harus memanfaatkan keunggulan dari kekuatanperusahaan dan secara terus menerus memperbaiki kelemahan–kelemahan yang ada. Salah satu caranya adalah mengukur kinerja keuangan dengan menganalisa laporan keuangan menggunakan rasio-rasio keuangan. Hasil pengukuran terhadap pencapaian kinerja dijadikan dasar bagi manajemen untuk perbaikan kinerja pada periode berikutnya dan dijadikan landasan pemberian reward and punishment terhadap manajer dan anggota organisasi. Pengukuran kinerja yang dilakukan setiap periode waktu tertentu sangat bermanfaat untuk menilai kemajuan yang telah dicapai perusahaan dan menghasilkan informasi yang sangat bermanfaat untuk pengambilan keputusan manajemen serta mampu menciptakan nilai perusahaan itu sendiri kepada para stakeholder.

Ukuran suatu perusahaan dapat mempengaruhi luas pengungkapan informasi dalam laporan keuangan mereka. Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Teori agensi menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki biaya keagenan yang lebih besar daripada perusahaan kecil (Marwata, 2011). Oleh karena itu perusahaan besar akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak sebagai upaya untuk mengurangi biaya keagenan tersebut.

Pada dasarnya tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Akan tetapi di balik tujuan tersebut masih terdapat konflik antara pemilik perusahaan dengan penyedia dana sebagai kreditur. Jika perusahaan berjalan lancar, maka nilai saham perusahaan akan meningkat, sedangkan nilai hutang perusahaan dalam bentuk obligasi tidak terpengaruh sama sekali. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai dari saham

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)

8

kepemilikan bisa merupakan indeks yang tepat untuk mengukur tingkat efektifitas perusahaan.

Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika kinerja perusahaan juga baik. Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya. Jika nilai sahamnya tinggi bisa dikatakan nilai perusahaannya juga baik. Karena tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Wahidahwati, 2002).

Secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melakukan pertanggungjawaban sosial. Pengungkapan sosial yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis bagi perusahaan (Hasibuan, 2001). Dengan mengungkapkan kepedulian pada lingkungan melalui laporan keuangan, maka perusahaan dalam jangka waktu panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat besar akibat dari tuntutan masyarakat.

1. ROA (Return On Assets) Return on Asset adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang di maksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan atas keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktivitas yang digunakan untuk aktivitas perusahan dengan tujuan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.

2.ROE (Return On Equity) Return On Equity merupakan salah satu alat utama investor yangdigunakan dalam menilai kelayakan suatu saham. Dalam perhitungannya secara umum ROE dihasilkan dari pembagian laba dengan ekuitas selama satu tahun terakhir. ROE merupakan alat yang paling sering digunakan investor dalam pengambilan keputusan investasi.

3. OPM(Operating Profit Margin) Operating Profit Margin adalah untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Operating profit margin mengukur persentase dari profit yang diperoleh perusahaan dari tiap penjualan sebelum dikurangi dengan biaya bunga dan pajak. Pada umumnya semakin tinggi rasio ini maka semakinbaik.

4. NPM (Net Profit Margin) Net Profit Marginadalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih. Net Profit Margin adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Semakin besar Net Profit Margin berarti semakin efisien perusahaan tersebut dalam mengeluarkan biaya-biaya sehubungan dengan kegiatan operasinya. Pengembangan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2009:51). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Pengaruh Corporate Social Responsibilty Terhadap Return On Assets.

Sindhudipta dan Yasa (2012) menyatakan bahwa manajemen berorientasi terhadap laba yang dihasilkan. Hal ini berarti manajemen mempunyai persepsi bahwa laporan laba rugi mencerminkan kinerja keuangan perusahaan. Jadi dapat dikatakan bahwa kinerja keuangan perusahaan yang dicerminkan melalui proksi ROA merupakan proksi variabel kinerja keuangan perusahaan yang mengindikasikan adanya praktek manajemen laba. Laba yang dicerminkan dari perhitungan rasio ROA belum mampu mencerminkan laba perusahaan yang sebenarnya. Adanya faktor lain yang masih diperhitungkan dalam kinerja

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)

9

keuangan perusahaan mengenai pengaruh CSR terhadap kinerja keuangan. Yuniasih dan Wirakusuma (2007) menyatakan bahwa CSR terbukti berpengaruh positif secara statistik pada kinerja keyuangan yang diproksikan dengan ROA dan berpengaruh positif pada nilai perusahaan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1: Corporate Social Responsibility berpengaruh secara signifikan terhadap ROA.

Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Return On Equity.

Sri Hartini (2010) menyatakan bahwa para investor melakukan overview suatu perusahaan dengan melihat rasio keuangan sebagai alat evaluasi investasi, karena rasio keuangan mencerminkan tinggi rendahnya nilai perusahaan. Jika investor ingin melihat seberapa besar perusahaan menghasilkan return atas investasi yang akan mereka tanamkan, yang akan dilihat pertama kali adalah rasio profitabilitas, terutama ROE, karena rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan menghasilkan return bagi para investor. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin besar nilai profitabilitas perusahaan, yang pada akhirnya dapat menjadi sinyal positif bagi investor dalam melakukan investasi untuk memperoleh return tertentu. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H2 : Corporate Social Responsibility berpengaruh secara signifikan terhadap ROE.

Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Operating Net Margin. Harahap (2004:304) menyatakan bahwa profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang. Profitabilitas dapat diterapkan dengan menggunakan rasio keuangan sebagai salah satu didalam menganalisis kondisi keuangan hasil operasi dan tingkat profitabilitas perusahaandenganmenggunakan perbandingan antara laba usaha dan penjualan (OPM). Operating profit margin merupakan rasio yang menggambarkan apa yang biasanya disebut pure profit yang diterima atas setiap rupiah dari penjualan yang dilakukan (Syamsuddin dan Lukman, 2001:61). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H3 : Corporate Social Responsibility berpengaruh secara signifikan terhadap OPM.

Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Operating Net Margin. Darsono dan Anshari (2005:56) mendefinisikan NPM adalah laba bersih dibagi

penjualan bersih. Dan rasio ini menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Bila disangkutkan dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility tanggung jawab sosial, maka dapat dilihat bagaimana pengaruh pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan terhadap profit atau keuntungan yang didapat perusahaan itu sendiri. Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H4 : Corporate Social Responsibility berpengaruh secara signifikan terhadap NPM.

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah jenis penelitian kuantitatif dengan menganalisis data sekunder. Penelitian kuantitatif yaitu : Penelitian yang menekankan pada pengujian variable penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik (Indriantoro dan Supomo, 2004: 12).

Gambaran dari populasi yang dijadikan obyek dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Menurut Sugiyono (2009:72) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)

10

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2012. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan yang tergolong dalam sektor manufaktur makanan dan minuman yang sudah go public atau terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010 – 2012, (2) Data laporan keuangan perusahaan tersedia berturut-turut untuk tahun pelaporan dari 2010 sampai dengan 2012, (3) Perusahaan sampel tersebut harus mengungkapkan corporate social responsibility secara berturut-turut dengan periode 2010-2012, (4) Data yang tersedia lengkap secara keseluruhan tersedia pada publikasi periode 31 Desember 2010-2012, (5) Perusahaan yang tidak mengalami delisting dari BEI sehingga dapat melakukan perdagangan di BEI secara kontinuitas selama periode akuntansi.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel Independen (Corporate Social Responsibilty)

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secarasukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalamoperasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihitanggungjawab organisasi di bidang hukum(Anggraini,2006). Indikator yang digunakan untuk mengukur corporate social responsibilitydengan menggunakan variabledummy yaitu : Score 0 : Jika perusahaan tidak mengungkapkan item pada daftar pertanyaan. Score 1 : Jika perusahaan mengungkapkan item pada daftar pertanyaan. Pengukuran kemudian dilakukan berdasarkan indeks pengungkapan masing-masing perusahaan yang dihitung melalui jumlah item yang sesungguhnya diungkapkan perusahaan dengan jumlah semua item yang mungkin diungkapkan (Bambang Suripto, 1999), yang dinotasikan dalam rumus sebagai berikut:

CSD =

Keterangan : CSD = indeks pengungkapan perusahaan n = jumlah item pengungkapan yang dipenuhi k = jumlah semua item yang mungkin dipenuhi

Untuk penelitian ini indikator yang digunakan untuk menilai populasi sampel adalah 7 aspek, yaitu Lingkungan, Energi, Kesehatan dan Keselamatan Tenaga Kerja, Lain-lain Tenaga Kerja, Produk, Keterlibatan Masyarakat, Umum. Variabel Dependen (Kinerja Keuangan)

1. Return On Assets (Y1)

Return On Assets (ROA) yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang di investasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba. ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sesudah pajak atau net income after tax (NIAT) terhadap total asset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin besar.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)

11

Laba Bersih ROA = Total Aset

2. Return On Equity (Y2)

ROE adalah gambaran dari perusahaan untuk menilai kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profitabillity), efisiensi perusahaan dalam mengelola asset (asset management), dan hutang yang dipakai untuk melakukan usaha (financial laverage).

Laba Bersih ROE = Jumlah Modal

3. Operating Profit Margin (Y3)

OPM (Operating Profit Margin) merupakan perbandingan antara laba usaha dan penjualan. Operating profit margin merupakan rasio yang menggambarkan apa yang biasanya disebut pure profit yang diterima atas setiap rupiah dari penjualan yang dilakukan (Syamsuddin dan Lukman, 2001:61). Apabila semakin tinggi operating profit margin maka akan semakin baik pula operasi suatu perusahaan.

Laba Bersih Sebelum Pajak OPM = Penjualan

4. Net Profit Margin (Y4)

Besar kecilnya rasio profit margin pada setiap transaksi sales ditentukan oleh dua faktor, yaitu net sales dan laba usaha atau net operating income tergantung kepada pendapatan dari sales dan besarnya biaya usaha (operating expenses). Dengan jumlah operating expenses tertentu rasio profit margin dapat diperbesar dengan memperbesar sales, atau dengan jumlah sales tertentu rasio profit margin dapat diperbesar dengan menekan atau memperkecil operating expensesnya.

Laba Bersih NPM = Penjualan Bersih

Pengujian Hipotesis

Model persamaan dalam penelitian ini kinerja keuangan sebagai variabel terikat. Sedangkan CSR (Corporate Social Responsibility)sebagai variabel bebas. Dan uji hipotesa menggunakan analisis regresi. Analisis regresi yang digunakan adalah regresi sederhana dengan persamaan sebagai berikut :

Y1 = α + β1 CSR + e

Y2 = α + β2 CSR + e

Y3 = α + β3 CSR + e

Y4 = α + β4 CSR + e

Keterangan :

Y1 = Return On Assets (ROA)

Y2 = Return On Equity (ROE)

Y3 = Operating Profit Margin (OPM)

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)

12

Y4 = Net Profit Margin (NPM)

X = Corporate Social Responsibility (CSR)

α = Alpha

β = Beta

e = Standart Error

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uji Hipotesis

Hipotesis dalam pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dengan menggunakan analisis regresi sederhana. Variabel-variabel yang diteliti dari perusahaan sampel meliputi CSR sebagai variabel independen, ROA, ROE, OPM dan NPM sebagai variabel dependen. Dari hasil pengelolaan data dengan menggunakan Program SPSS 16 diperoleh hasil sebagai berikut : 1.CSR terhadap ROA (Return On Assets)

Tabel 1 Analisis Regresi Sederhana CSR terhadap ROA

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 24.476 13.029 1.879 .070

CSR -18.697 32.361 -.103 -.578 .568

a. Dependent Variable: ROA Sumber : Laporan Keuangan (diolah)

Hipotesis pertama penelitian ini adalah untuk menguji apakah Corporate Social Responsibility berpengaruh signifikan terhadap ROA. Hasil dari analisis regresi sederhana yang disajikan pada tabel 1 dapat diketahui koefisien regresi sederhana untuk variabel Corporate Social Responsibility (CSR) sebesar -18,697 dan nilai t sebesar -0,578dengan signifikan sebesar 0,568 (lihat tabel 8) dan nilai signifikansinya lebih besar dari (α) = 5% atau 0,05 sehingga hipotesis pertama berhasil menerima Ho. Jadi dapat disimpulkan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Assets (ROA). Dengan demikian, H1 ditolak.

Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa variabel corporate social responsibility tidak berpengaruh secara positif terhadap return on asstes pada tingkat signifikan 5%. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Sindhudipta dan Yasa (2012) yang menyatakan bahwa kinerja keuangan (ROA) perusahaan tidak mampu memediasi hubungan antara CSR dengan nilai perusahaan. Ini disebabkan pengaruh langsung CSR terhadap nilai perusahaan lebih besar daripada pengaruh CSR terhadap nilai perusahaan yang dimediasi oleh kinerja keuangan (ROA) perusahaan. Dengan kata lain hipotesis dari penelitian ditolak.

2. CSR terhadap ROE(Return On Equity)

Tabel 2 Analisis Regresi Sederhana CSR terhadap ROE

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)

13

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 54.052 33.023 1.637 .112

CSR -55.931 82.018 -.122 -.682 .500

a. Dependent Variable: ROE Sumber : Laporan Keuangan (diolah)

Hipotesis kedua penelitian ini adalah untuk menguji apakah Corporate Social Responsibility berpengaruh signifikan terhadap ROE. Hasil dari analisis regresi sederhana yang disajikan pada tabel 2 dapat diketahui koefisien regresi sederhana untuk variabel Corporate Social Responsibility (CSR) sebesar -55,931 dan nilai t sebesar -0,682 dengan signifikan sebesar 0,500 (lihat tabel 9) dan nilai signifikansinya lebih besar dari (α) = 5% atau 0,05 sehingga hipotesis kedua berhasil menerima Ho. Jadi dapat disimpulkan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE) Dengan demikian, H2 ditolak.

Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa variabel Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh secara positif terhadap Return On Equity pada tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Sri Rahayu (2010) yang menemukan adanya pengaruh negatif terhadap variabel pengungkapan CSR terhadap kinerja keuangan (Return On Equity). Temuan ini menunjukkan bahwa pengungkapan Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh pada variabel Return On Equity. 3. CSR terhadap OPM(Operating Profit Margin)

Tabel 3 Analisis Regresi Sederhana CSR terhadap OPM

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 11.646 10.307 1.130 .267

CSR -1.578 25.600 -.011 -.062 .951

a. Dependent Variable: OPM Sumber : Laporan Keuangan (diolah)

Hipotesis ketiga penelitian ini adalah untuk menguji apakah Corporate Social Responsibility berpengaruh signifikan terhadap OPM. Hasil dari analisis regresi sederhana yang disajikan pada tabel 3 dapat diketahui koefisien regresi sederhana untuk variabel Corporate Social Responsibility (CSR) sebesar -1,578 dan nilai t sebesar -0,062 dengan signifikan sebesar 0,951 (lihat tabel 10) dan nilai signifikansinya lebih besar dari (α) = 5% atau 0,05 sehingga hipotesis ketiga berhasil menerima Ho. Jadi dapat disimpulkan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR)tidak berpengaruh signifikan terhadap Operating Profit Margin (OPM). Dengan demikian, H3 ditolak.

Hasil pengujian hipotesis ketiga memiliki perbedaan pada penelitian sebelumnya. Karena dari penelitian Anwar dan Pagalung (2010) yang meneliti tentang pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan terbukti. Sehingga menunjukkan bahwa semakin baik kinerja keuangan perusahaan maka semakin tinggi pengungkapan CSR. Ini artinya berbanding terbalik dengan hasil pengujian hipotesis ketiga yang menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)

14

secara positif terhadap kinerja keuangan (Operating Profit Margin) pada tingkat signifikansi 5%.Dan hasil dari hipotesis ketiga menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan (OPM) tidak dapat diterima.

4. CSR terhadap NPM(Net Profit Margin)

Tabel 4 Analisis Regresi Sederhana CSR terhadap NPM

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 13.623 8.630 1.579 .125

CSR -11.309 21.434 -.094 -.528 .602

a. Dependent Variable: NPM Sumber : Laporan Keuangan (diolah)

Hipotesis keempat penelitian ini adalah untuk menguji apakah Corporate Social Responsibility berpengaruh signifikan terhadap NPM. Hasil dari analisis regresi sederhana yang disajikan pada tabel 4 dapat diketahui koefisien regresi sederhana untuk variabel Corporate Social Responsibility (CSR) sebesar -11,309 dan nilai t sebesar -0,528 dengan signifikan sebesar 0,602 (lihat tabel 11) dan nilai signifikansinya lebih besar dari (α) = 5% atau 0,05 sehingga hipotesis keempat berhasil menerima Ho. Jadi dapat disimpulkan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) tidak berpengaruh signifikan terhadap Net Profit Margin (NPM). Dengan demikian, H4 ditolak.

Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa variabel Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh secara positif terhadap Net Profit Margin pada tingkat signifikansi 5%. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap Net Profit Margin tidak dapat diterima. Hasil penelitian ini juga berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Almar, dan Rachmawati (2012) yang menyatakan dari hasil penelitian berdasarkan tabel kriteria kuatnya hubungan dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang kuat antara pengungkapan CSR terhadap NPM. Tingginya nilai NPM suatu perusahaan manufaktur menandakan bahwa setiap penjualan perusahaan manufaktur makanan dan minuman untuk menghasilkan keuntungan bersih semakin baik. Dan hal ini berbanding terbalik dengan hasil hipotesis keempat pada penelitian ini.

Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa banyak perusahaan yang mempunyai sifat progresif yaitu perusahaan menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR) untuk tujuan promosi dan sekaligus pemberdayaan. Promosi dan Corporate Social Responsibility (CSR) dipandang sebagai kegiatan yang bermanfaat dan menunjang satu sama lain bagi kemajuan perusahaan (Suharto, 2007).

SIMPULAN DAN KETERBATASAN

Simpulan Berdasarkan penelitian tentang pengaruh penerapan Corporate Social Responsibility

(CSR) pada kinerja keuangan yang meliputi Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Operating Profit Margin (OPM), dan Net Profit Margin (NPM) pada perusahaan manufaktur makanan dan minuman yang terdaftar di BEI selama tahun 2010-2012, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : (1) Corporate Social Responsibility tidak mempunyai pengaruh signifikan secara parsial terhadap Return On Assets, (2) Corporate Social Responsibility tidak mempunyai pengaruh signifikan secara parsial terhadap Return On Equity, (3) Corporate Social Responsibility tidak mempunyai pengaruh signifikan secara parsial

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)

15

terhadap Operating Profit Margin, (4) Corporate Social Responsibility tidak mempunyai pengaruh signifikan secara parsial terhadap Net Profit Margin

Keterbatasan Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang dapat dijadikan bahan

pertimbangan bagi penelitian berikutnya agar mendapatkan hasil yang lebih baik. Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu:

1. Jumlah perusahaan yang digunakan relatif sedikit dan periode yang pendek. 2. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya pengaruh dari variabel independen dalam

mempengaruhi variabel dependen, karena dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan pada penelitian ini, seperti Good Corporate Governance (GCG), Abnormal Return (CAR), Economic Value Added (EVA), Earning Per Share (EPS).

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Fr. R. R. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan faktor-faktor yang

Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang.

Bastian, I. 2006. Akuntansi Sektor Publik : Suatu Pengantar.Jakarta : Bhineka Cipta. Dahli, L. dan V.S. Siregar. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja

Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2005 dan 2006). Simposium Nasional Akuntansi XI.Pontianak.

Daniri, M. A. 2008. Jadikan GCG bermakna.Bisnis Indonesia, 21 Desember 2008. Deegan, C. 2002. Introduction the Legimitising Effect of Social and Enviromental Disclosure – a

Theorical Foundation. Accounting and Accountability Journal, Vol. 15 No. 3 Pp. 282-311 Ghozali, I. dan A.Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Badan PenerbitUniversitas Diponegoro.

Semarang. Gunawan, B. Dan S.S Utami. 2008. Peranan Corporate Social Responsibility dalam Nilai

Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume7, Nomor 2:174-185.http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/843/07-Barbara%20_174-185_.pdf/sequence=1. Diakses tanggal 7 April 2014 (20.07).

Hasibuan, M. R. 2001. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap pengungkapan Sosial Dalam Laporan Tahunan Emiten di BEJ dan BES. Tesis S2 Magister Akuntansi Undip

Herawaty, V. 2008. Peran Praktek Corporate Governance sebagai Moderating Variabel dari Pengaruh Earning Management terhadap Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak.

Indriantoro N dan B. Supomo. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta : BPFE.

Jensen dan W. H. Meckling. 1976 Theory of The Firm : Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, Vol. 3 No. 4 Pp. 305 - 360

Kuntari, Y. dan A. Sulistyani. 2007. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dalam Laporan Tahunan Perusahaan Indeks Letter Quality (LQ 45) Tahun 2005. ASET Volume 9 Nomor 2 (Agustus): 494-515.

Kurniawan, R. 2008. Analisis Good Corporate Governance, Kualitas Laba, dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ. Skripsi.Program Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang.

Lindrawati, N. Felicia dan J.Th Budianto. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan yang Terdaftar sebagai 100 Best Corporate Citizens Oleh KLD Research & Analytics. Majalah Ekonomi, Tahun XVIII, No. 1 April 2008

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)

16

Moir, L. 2001. What Do We Mean By CSR ?. Corporate Governance, Vol. 1 No. 2 Pp. 16-22 Nurdin, E. dan Cahyandito, M. 2006. Pengaruh Kualitas Pengungkapan Sosial dan

Lingkungan dalam Laporan Tahunan terhadap Reaksi Investor. Program Pasca Sarjana Universitas Padjajaran

Rahendrawan. 2006. CSR : A Merecharity Cost for Compan, Economics Business Accounting Review.Edisi Ketiga

Santoso , S. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametik. Jakarta : Penerbit Elex Media Komputindo.

Sembiring, E. R. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial.Simposium Nasional Akuntansi VIII.

Siallagan, H. dan M. Machfoed. 2006.“Mekanisme CorporateGovernance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta. Suharto, E. 2007. Corporate Social Responsibility : What is and Benefit forCorporate.

http://www.policy.hu/suharto. Diakses tanggal 27 Oktober 2013 (13.27). Sutopoyudo. 2009. Pengaruh Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap

profitabilitas Perusahaan. http://www.wordpress.com. Diakses tanggal 9 April 2014 (21.21).

Suwaldiman.2000. Pertimbangan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Penetapan Tujuan Pelaporan Keuangan dalam Conceptual Framework Pelaporan Keuangan Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Volume 4 : 67-99.

Syamsuddin, L.2001. Manajemen Keuangan Perusahaan.Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Tampubolon, R. 2005. Risk and System Based Internal Auditing. 1st Edition. Elex Media

Komputindo. Jakarta. Wibisono Y. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Fasco Publishing. Gresik.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)


Recommended