Perbanas Accounting Conference - 2103
1
PENGARUH GOOD GOVERNANCE TERHADAP PENGELOLAAN
DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH
Fauzan
Universitas Kanjuruhan Malang
Abstrak
Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh good governance terhadap
Pengelolaan Dana BOS di Kecamatan Galis Bangkalan Madura. Jenis penelitian
adalah survey. Populasinya adalah para wali murid, staff, dan guru. Teknik
pengambilan sampelnya adalah simple random sampling. Penelitian ini
menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Hasil analisis menunjukkan
bahwa semua variabel independen secara simultan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap variabel dependen. Secara parsial, transparansi berpengaruh
secara positif dan signifikan terhadap pengelolaan dana BOS. Akuntabilitas
berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap pengelolaan dana BOS.
Partisipasi masyarakat berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap
pengelolaan dana BOS. Transparansi yang paling dominan mempengaruhi
pengelolaan dana BOS.
Kata kunci : BOS, Good Governance, Akuntabilitas, Transparansi
Abstract
The purpose of this research was to examine the influence of good
governance to fund management of BOS in the Galis Bangkalan Madura. This
type of research was the survey. The population was the staff, teacher, and wali
murid. And the sampling technique was simple random sampling. This research
used multiple regression linear method. The result indicated that simultaneously
all independent variables had a positive and significant effect to dependent
variable. Partially, transparency had a positive and significant effect to fund
management of BOS. Accountability did not have negative and significant effect to
fund management of BOS. Community participation did not have positive and
significant effect to fund management of BOS. The most dominant that influenced
fund management of BOS was the transparency.
Key word : BOS, Good Governance, Accountability, Transparency
Perbanas Accounting Conference - 2103
2
PENDAHULUAN
Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia
dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga
publik, baik di pusat maupun daerah. Paradigma reformasi di Indonesia ditandai
dengan munculnya semangat demokratisasi, akuntabilitas, dan transparansi dalam
setiap aspek kehidupan. Salah satunya adalah dalam sector pendidikan. Menurut
Bastian (2007:52), dalam pelayanan dan penyediaan pendidikan, terbatasnya
alokasi dana dari pemerintah adalah salah satu kendala yang membuat kualitas
pendidikan sekolah belum juga membaik. Sekolah harus menggunakan dana
dengan seefektif dan seefisien mungkin demi peningkatan pelayanan dan kualitas
pendidikan sekolah. Apabila dana dari pemerintah tidak mencukupi, sekolah dapat
mengupayakan melalui dana dari masyarakat. Pengelolaan dana dari pemerintah
maupun dari masyarakat, harus dilandasi semangat akuntabilitas dan transparansi.
Dengan pengelolaan dana yang transparan, masyarakat dapat mengetahui untuk
apa dana sekolah itu dibelanjakan.
Selama ini, sekolah hanya memiliki laporan-laporan dan surat-surat
pertanggungjawaban sebagai bentuk transparansi pengelolaan keuangan sekolah.
Sekarang laporan arus kas, serta perhitungan biaya yang dihabiskan oleh setiap
sekolah diharapkan memiliki laporan pertanggungjawaban, termasuk laporan
keuangan sekolah yang terdiri dari realisasi anggaran, laporan surplus defisit dan
siswa. Sehingga pemerintah dan masyarakat dapat mengetahui dengan lebih
mudah berapa besar kebutuhan tiap murid dalam setiap bulan, semester, atau
tahunnya. Selanjutnya Pemerintah dapat mengambil tindakan dan kebijakan
terkait dengan pembangunan sektor pendidikan. Atau dengan kata lain, pelaporan
keuangan sekolah harus dapat menyediakan informasi yang bermanfaat bagi para
penyedia dana dan pemakai lainnya, baik berjalan maupun potensial, dalam
membuat keputusan rasional tentang alokasi dana ke sekolah tersebut.
Sesuai dengan pasal 51 ayat (1) UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, bahwa pengelolaan satuan pendidikan dilaksanakan dengan
prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Hal ini akan mendorong
pengelolaan pendidikan lebih terarah dan lebih terkoordinasi baik dari segi
penyelenggaraan, pendanaan, pengembangan, dan pengawasan. Sesuai dengan
ketentuan dalam MBS bahwa pengelolaan keuangan sekolah juga harus menganut
prinsip transparansi dan akuntabilitas publik.
Berdasarkan Kepmendagri 13/2006 tentang Pelaporan Pengelolaan
Keuangan Daerah, akuntabilitas diartikan sebagai mempertanggungjawabkan
pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada
Pemerintah Daerah dalam mencapai tujuan yang ditetapkan secara periodik. Lebih
lanjut akuntabilitas dapat dilihat dari sudut pandang pengendalian tindakan pada
pencapaian tujuan. Dalam hal ini, akuntabilitas mengandung arti kewajiban untuk
menyajikan dan melaporkan segala tindak tanduk dan kegiatan seseorang atau
lembaga terutama dibidang administrasi keuangan kepada pihak yang lebih
tinggi/atasannya. Sedangkan transparansi adalah memberikan informasi keuangan
yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa
masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas
pertanggungjawaban pemerintah daerah dalam pengelolaan sumber daya yang
Perbanas Accounting Conference - 2103
3
dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.
Informasi adalah adalah informasi mengenai semua aspek kebijakan pemerintah
yang dapat dijangkau oleh publik. Prinsip ini memiliki dua aspek, yakni 1) aspek
komunikasi publik oleh pemerintah, dan 2) hak masyarakat terhadap akses
informasi. Hal ini akan sulit dilakukan jika pemerintah tidak menangani dengan
baik kinerja, karena manajemen kinerja yang baik adalah titik awal dari
transparansi.
Berdasarkan uraian di atas, maka sekolah sangat memerlukan akuntansi
dalam upaya mewujudkan prinsip transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangannya. Peran dan fungsi akuntansi dalam dunia pendidikan adalah
menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, agar berguna
dalam pengambilan keputusan ekonomi dalam entitas pendidikan.
Pelaporan keuangan sekolah harus mencakup informasi tentang jasa-jasa
yang dihasilkan, kinerja manajer sekolah, sumber daya dan kewajiban, kinerja
organisasi, mendapatkan dan membelanjakan sumber daya, informasi yang
lengkap dan mudah dipahami oleh pengguna, yang semuanya bisa dimanfaatkan
untuk pengambilan keputusan tentang entitas sekolah. Bentuknya berupa APBM,
laporan realisasi APBM, laporan surplus defisit, laporan pengelolaan kas, dan
laporan kinerja sekolah.
Adanya pelaporan keuangan tersebut, diharapkan semua stakeholders
dapat mengakses informasi tersebut, sehingga penyalahgunaan dalam pengelolaan
keuangan sekolah dapat dihindari. Namun dalam kenyataannya masih dijumpai
adanya beberapa permasalahan dalam pengelolaan keuangan di sekolah, antara
lain : Anggaran di sekolah sebagian besar terserap untuk tambahan kesejahteraan
guru, kegiatan administrasi, dan hal-hal lain yang tidak berhubungan langsung
dengan peningkatan mutu (Bastian,2007: 169); pengalokasian anggaran yang
tidak mencerminkan prioritas, sifat, dan kebutuhan siswa, serta peningkatan
konsumsi aktivitas bagi siswa dalam proses pencapaian tujuan pendidikan
(Bastian, 2007: 140); makin mahalnya pungutan pada masyarakat oleh sekolah-
sekolah negeri, sehingga akses orang miskin untuk memperoleh pendidikan
menengah yang baik semakin tertutup (Ginting dalam Bastian, 2007:132).
Sekarang setiap sekolah memiliki Komite Sekolah sebagai pengawas.
Namun, di banyak sekolah, komite sekolah tidak memiliki akses yang memadai
terhadap dana-dana tersebut. Komite sekolah justru lebih sering menjadi
legitimator bagi setiap langkah kepala sekolah. Posisi bendahara komite biasanya
dipegang oleh salah satu guru di sekolah itu yang notabene bawahan kepala
sekolah, sehingga aktivitas kepala sekolah dalam penggunaan dana sekolah
hampir tidak terkontrol (Bastian, 2007 :91).
Menurut penelitian Indonesia Corruption Watch (ICW), Febri Diansyah,
secara nasional dengan sampel sekolah 3.237 buah pada 33 provinsi ditemukan
nilai penyimpangan dana BOS lebih kurang Rp 28 miliar. Rata-rata
penyimpangan setiap sekolah mencapai Rp 13,6 juta dan terjadi pada 2.054 atau
63,5 persen dari total sampel sekolah yang diaudit. Data kejaksaan dan kepolisian
seluruh Indonesia periode 2004-2009 berhasil menindak 33 kasus korupsi terkait
dengan dana operasional sekolah, termasuk dana BOS. Kerugian negara dari
kasus ini lebih kurang Rp 12,8 miliar. Faktor penyebab penyimpangan dana BOS
Perbanas Accounting Conference - 2103
4
di tingkat sekolah, salah satu adalah rendahnya transparansi, akuntabilitas, dan
partisipasi warga atas pengelolaannya.
Permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan program BOS pada
umumnya adalah masih kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam
pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), padahal penggunaan dana
tersebut mestinya melibatkan orangtua siswa sejak perencanaan hingga pelaporan.
Hal ini diperkuat dari hasil penelitian Bank Dunia, sebagian besar orangtua siswa
pernah mendengar adanya program BOS. Namun, masih sangat sedikit orangtua
yang tahu informasi yang lebih rinci tentang BOS, terutama menyangkut jumlah
dana BOS per siswa serta penggunaannya, sehingga dikhawatirkan pengelolaan
dana BOS tidak sesuai dengan alokasi penggunaan dana yang dimaksud oleh
pemerintah.
Pada tingkat sekolah, pengelolaan dana BOS tidak mengikuti panduan
pengelolaan dana BOS sebagaimana yang telah dibuat oleh Kemdiknas serta
dikelola dengan manajemen tertutup. Salah satu ketentuan Kemendiknas yang
jarang dilakukan pihak sekolah adalah penyusunan APBS kurang melibatkan
partisipasi orang tua murid dan kewajiban mengumumkan APBS (Anggaran
Pendapatan Belanja Sekolah) pada papan pengumuman sekolah.
Pada dasarnya, dokumen APBS merupakan dokumen publik yang harus
diketahui stakeholder pendidikan pada setiap sekolah, terutama orang tua murid.
Apalagi Komisi Informasi Pusat sudah memutuskan bahwa dokumen SPJ (Surat
Pertanggungjawaban) dana BOS adalah dokumen terbuka. Artinya, apabila ada
kebutuhan informasi atau kejanggalan dalam pengelolaan dana BOS, publik bisa
mengajukan permintaan untuk mengakses dokumen tersebut, sementara pihak
sekolah berkewajiban membuka dokumen tersebut. Apabila pihak sekolah
mengabaikannya, maka dapat dikenakan sanksi sesuai dengan UU Keterbukaan
Informasi Publik (KIP).
Pemerintah mengalokasikan Rp 331,8 triliun untuk anggaran sektor
pendidikan pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN)
tahun 2013. Jumlah tersebut selain telah memenuhi amanat konstitusi untuk
mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari APBN, merupakan
peningkatan 6,7 persen dibanding anggaran yang dilokasikan tahun 2012 lalu
sebesar Rp 310,8 triliun. Anggaran sebesar Rp 331,8 triliun itu akan diprioritaskan
untuk melanjutkan pemberian Bantuan Operasional Sekolah bagi 54,6 juta siswa,
masing-masing 45 juta siswa setingkat SD/MI/Salafiyah Ula dan
SMP/MTs/Salafiyah Wustha, serta untuk 9,6 juta siswa SMA/SMK/MA.
Pemerintah mengalokasikan dana BOS sebesar Rp 23,4 triliun pada RAPBN 2013
untuk menstimulasi daerah dalam memenuhi penyediaan anggaran pendidikan di
daerah, bukan sebagai pengganti dari kewajiban daerah untuk menyediakan
anggaran pendidikan BOS daerah.
Untuk itu perlu penelitian ilmiah untuk menemukan bukti empiris tentang
hubungan transparansi dan akuntabilitas terhadap pengelolaan dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS). Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di
atas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Perbanas Accounting Conference - 2103
5
1. Apakah good governance yang diproksikan dengan akuntabilitas
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pengelolaan Dana
Bantuan Operasional Sekolah di Kecamatan Galis Bangkalan Madura?
2. Apakah good governance yang diproksikan dengan transparansi
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pengelolaan Dana
Bantuan Operasional Sekolah di Kecamatan Galis Bangkalan Madura?
3. Apakah good governance yang diproksikan dengan partisipasi masyarakat
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pengelolaan Dana
Bantuan Operasional Sekolah di Kecamatan Galis Bangkalan Madura?
4. Apakah good governance yang diproksikan dengan akuntabilitas,
transparansi dan partisipasi masyarakat secara bersama-sama (simultan)
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pengelolaan Dana
Bantuan Operasional Sekolah di Kecamatan Galis Bangkalan Madura?
5. Dimensi manakah dari good governance yang paling berpengaruh secara
dominan terhadap pengelolaan dana BOS di Kecamatan Galis Bangkalan
Madura?
RERANGKA KERJA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Akuntansi Sektor Publik
Informasi akuntansi yang dihasilkan oleh suatu entitas sangat dipengaruhi
oleh tipe organisasi itu sendiri. Tipe organisasi mempunyai lingkungan yang
berbeda satu sama lain sehingga karakteristik informasi akuntansi yang dihasilkan
juga akan berbeda. Pada sektor pubik akuntansi seringkali diartikan sebagai
akuntansi dana masyarakat, yaitu teknik dan analisis akuntansi yang digunakan
pada organisasi sektor publik. Akuntansi sektor publik memiliki kaitan yang erat
dengan penerapan dan perlakuan akuntansi pada wilayah publik. Akuntansi sektor
publik dapat didefinisikan sebagai mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang
diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi negara
dan departemen-departemen dibawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD,
LSM, dan yayasan sosial, maupun pada proyek-proyek kerja sama sektor publik
swasta (Bastian, 2007 : 15).
Tujuan Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi sektor publik berkaitan dengan tiga hal, yaitu penyediaan
informasi, pengendalian manajemen dan akuntabilitas. Akuntansi sektor publik ini
merupakan alat informasi bagi pemerintah maupun alat informasi bagi publik.
Informasi akuntansi ini sangat bermanfaat untuk pengambilan keputusan.
American Accounting Association (1970) dalam Glynn (1993) menyatakan bahwa
tujuan akuntansi pada sektor publik (Mardiasmo: 2002,14), sebagai berikut : a)
Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efisien dan
ekonomis atas suatu operasi dan alokasi sumber daya yang dipercayakan kepada
organisasi. Tujuan ini terkait dengan pengendalian manajemen (management
control ). b) Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer untuk
melaporkan pelaksanaan tanggung jawab mengelola secara tepat danefektif
program dan penggunaan sumber daya yang menjadi wewenangnya; dan
Perbanas Accounting Conference - 2103
6
memungkinkan bagi pegawai pemerintah untuk melaporkan kepada publik atas
hasil operasi pemerintah dan penggunaandana publik. Tujuan ini terkait dengan
akuntabilitas (accountability).
Perencanaan dan pengendalian manajerial merupakan suatu proses siklus
yang berlanjut dan saling berkesinambungan, sehingga salah satu tahap akan
terkait dengan tahap yang lain dan terintegrasi dalam satu organisasi. Jones dan
Pendlebury (Mardiasmo, 2002: 63). Siklus perencanaan dan pengendalian
manajerial tersebut diilustrasikan dengan gambar proses perencanaan dan
pengendalian manajerial organisasi sektor publik gambar 1 berikut:
Gambar 1: Akutansi Sektor Publik
Sumber : Jones and Pendlebury dalam Mardiasmo (2002:63)
Anggaran menjadi penting karena beberapa alasan, yaitu, Anggaran
merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan sosial
ekonomi, menjamin kesinambungan dan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat. Anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan keinginan
masyarakat yang tak terbatas dan terus berkembang, sedangkan sumber daya yang
ada terbatas. Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah
bertanggung jawab terhadap rakyat. Dalam hal ini anggaran publik merupakan
instrumen pelaksanaan akuntabilitas publik.
Organisasi Nirlaba
Organisasi nirlaba merupakan sebuah entitas ekonomi yang memiliki
keunikan tersendiri. Keunikan tersebut diuraikan dalam empat poin (Hendrawan,
2011 : 25), yaitu: a) Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak
mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding
dengan jumlah sumber daya yang diberikan. b) Menghasilkan barang dan/atau
jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu entitas menghasilkan laba,
maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para pendiri atau pemilik entitas
tersebut. c) Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam
arti bahwa kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau
Perbanas Accounting Conference - 2103
7
ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi
pembagian sumber daya entitas pada saat likuidasi atau pembubaran entitas.
Kepemilikan atas sumber daya tidak digambarkan dalam bentuk saham karena
pendanaan berasal dari sumbangan dan donasi yang bersifat sukarela. d)
Keputusan-keputusan yang terkait kebijakan maupun operasi didasarkan pada
konsensus.
Standar Akuntansi Keuangan Organisasi Nirlaba
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 45 merupakan standar
khusus untuk organisasi nirlaba. Karakteristik organisasi nirlaba sangat berbeda
dengan organisasi bisnis yang berorientasi untuk memperoleh laba. Perbedaan
terletak pada cara organisasi memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk
melakukan berbagai aktivitas operasionalnya. Organisasi memperoleh sumber
daya dari sumbangan para anggota dan penyumbang lain yang tidak
mengharapkan imbalan apapun dari organisasi yang bersangkutan.
Pengelolaan Keuangan Daerah
Menurut Subroto (2009:52) Pengelolaan Keuangan adalah proses
pengurusan, penyelenggaraan, penyedian, dan penggunaan uang dalam setiap
usaha kerjasama sekelompok orang untuk tercapainya suatu tujuan. Proses ini
tersusun dari pelaksanaan fungsi-fungsi penganggaran pembukuan dan
pemeriksaan atau secara operasional apabila dirangkaikan dengan daerah maka
pengelolaan keuangan daerah adalah pelaksanaannya meliputi penyusunan,
penetapan, pelaksanaan pengawasan dan perhitungan anggaran pendapatan dan
belanja daerah (APBD). Menurut Karding (2008 : 53) pengelolaan keuangan
daerah tidak terlepas dari pembahasan anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Oleh karena itu, anggaran pendapatan dan belanja daerah adalah merupakan
program kerja suatu daerah dalam bentuk angka-angka selama satu tahun
anggaran.
Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang
dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam
mencapai tujuan tertentu. Pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang
berintikan perencanaan, pengorganisasian pengerakan dan pengawasan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. (Jalal, 2001:41)
Dari uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang bertujuan menggali dan
memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki secara efektif untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditentukan.
a. Pemahaman Pengelolaan dari Sisi Pendidikan
Walaupun bukan satu-satunya sumber kinerja, keuangan sekolah tentu
merupakan bagian yang tak terbantahkan sebagai pokok penting dalam
pengembangan sekolah. Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber
daya yang secara langsung menunjang efektifitas dan efisiensi pengelolaan
pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalam implementasi MBS, yang
Perbanas Accounting Conference - 2103
8
menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara
transparan kepada masyarakat dan pemerintah. Komponen keuangan dan
pembiayaan pada suatu sekolah merupakan komponen produksi yang menentukan
terlaksananya kegiatan belajar-mengajar di sekolah bersama dengan komponen-
komponen yang lain. Dengan kata lain setiap kegiatan yang dilakukan sekolah
memerlukan biaya, baik itu disadari maupun yang tidak disadari. Komponen
keuangan dan pembiayaan ini perlu dikelola sebaik-baiknya, agar dana-dana yang
ada dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang tercapainya tujuan
pendidikan.
Tujuan Manajemen Keuangan Pendidikan dalam perspektif administrasi
publik adalah membantu pengelolaan sumber keuangan organisasi pendidikan
serta menciptakan mekanisme pengendalian yang tepat, bagi pengambilan
keputusan keuangan yang dalam pencapaian tujuan organisasi pendidikan yang
transparan, akuntabel dan efektif. Pengendalian yang baik terhadap administrasi
manajemen keuangan pendidikan akan memberikan pertanggungjawaban social
yang baik kepada berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholder).
Dalam perspektif akuntansi, setiap kepala sekolah wajib menyampaikan
laporan di bidang keuangan, terutama mengenai penerimaan dana, pengeluaran
keuangan sekolah kepada Komite Sekolah dan pemerintah. Dengan demikian,
standar akuntansi keuangan diberlakukan sebagai kriteria pelaporan yang
disajikan bagi pihak pengelola sekolah. Hal ini akan menjamin akuntabilitas
publik, khususnya bagi pengguna jasa pendidikan.
Gambar 2 : Siklus Manajemen Keuangan Pendidikan
Sumber : Fauzi (2008:2)
Dilihat dari perspektif akuntansi, peran manajemen keuangan pendidikan
adalah melakukan analisis setiap keputusan dari aspek keuangan pendidikan,
melakukan analisis pendanaan untuk kepentingan investasi, melakukan analisis
biaya terkait dengan penentuan cost jasa pendidikan, dan melakukan analisis arus
kas operasi pendidikan.
Perbanas Accounting Conference - 2103
9
b. Pemahaman Pengelolaan dari Dasar Hukum
Dalam perspektif politik, sebelum berlakunya UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Sistem pendidikan nasional kita mengacu
pada UUNo. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dimana
pendanaan tidak diatur secara khusus. Namun, dalam UU No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendanaan pendidikan sudah diatur secara
khusus dalam Bab XIII. Substansinya antara lain, 1) pendanaan pendidikan
menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
Masyarakat, 2) sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip
keadilan, kecukupan, dan keberlanjutan, 3) pengelolaan dana pendidikan
berdasarkan prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas public, 4)
pengalokasian dana pendidikan, dan 5) perkembangan Perspektif Manajemen
Keuangan Pendidikan (Sekolah/Sekolah). Namun, secara teknis, petunjuk teknis
tentang manajemen keuangan pendidikan, khususnya tentang pelaporan keuangan,
belum diatur secara khusus. Peran masyarakat dalam mendukung serta
mengontrol manajemen keuangan pendidikan, belum jelas. Di samping itu,
standar pembiayaan dalam PP No. 19 tahun 2005 mengatur hanya elemen biaya,
tanpa petunjuk perhitungan cost pendidikan. Disinilah, pendekatan terpadu dalam
pengelolaan keuangan pendidikan di Indonesia, baik dari regulator, pengawas,
evaluator, dan operator, perlu dilakukan.
c. Prinsip-prinsip pengelolaan pembiayaan pendidikan
Pengaturan mengenai pendanaan pendidikan dalam Pasal 46, Pasal 47,
Pasal 48, dan Pasal 49, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional disusun berdasarkan semangat desentralisasi dan otonomi
satuan pendidikan dalam perimbangan pendanaan pendidikan antara pusat dan
daerah.
Menurut PP No. 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan pasal 58,
Prinsip dalam pengelolaan dana pendidikan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,
penyelenggara dan satuan pendidikan yang didirikan oleh masyarakat terdiri atas:
a. prinsip umum; dan b. prinsip khusus. Prinsip umum sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 58 huruf a adalah: a. prinsip keadilan; b. prinsip efisiensi; c. prinsip
transparansi; dan d. prinsip akuntabilitas publik. Prinsip keadilan dilakukan
dengan memberikan akses pelayanan pendidikan yang seluas-luasnya dan merata
kepada peserta didik atau calon peserta didik, tanpa membedakan latar belakang
suku, ras, agama, jenis kelamin, dan kemampuan atau status sosial-ekonomi.
Prinsip efisiensi dilakukan dengan mengoptimalkan akses, mutu, relevansi, dan
daya saing pelayanan pendidikan. Prinsip transparansi dilakukan dengan
memenuhi asas kepatutan dan tata kelola yang baik oleh pemerintah, pemerintah
daerah, penyelenggara pendidikan yang didirikan masyarakat, dan satuan
pendidikan sehingga: (a.) dapat diaudit atas dasar standar audit yang berlaku, dan
menghasilkan opini audit wajar tanpa perkecualian; dan (b.) dapat
dipertanggungjawabkan secara transparan kepada pemangku kepentingan
pendidikan.
Prinsip akuntabilitas publik dilakukan dengan memberikan
pertanggungjawaban atas kegiatan yang dijalankan oleh penyelenggara atau
Perbanas Accounting Conference - 2103
10
satuan pendidikan kepada pemangku kepentingan pendidikan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Selanjutnya Prinsip Transparansi dan
akuntabilitas publik kemudian menjadi indikator utama dalam hampir setiap
penilaian terhadap kualitas pengelolaan keuangan sebuah sekolah. Sementara
peraturan pemerintah ini belum menjelaskan secara lebih rinci kedua prinsip ini,
sehingga perlu di berikan penjelasan lebih jauh tentang filosofi sampai instrumen
pembangun kedua prinsip ini.
Definisi konseptual pengelolaan keuangan sekolah adalah seluruh upaya
yang dilakukan pengelola sekolah agar komponen keuangan dan pembiayaan
dikelola sebaik-baiknya, agar tujuan sekolah dapat tercapai secara efektif dan
efisien, yang didalamnya meliputi biaya investasi, biaya operasi, dan biaya
personal.
d. Prinsip-prinsip pengelolaan BOS
Pengelolaan program BOS mengacu pada konsep Manajemen Berbasis
Sekolah (School Based Management), yang mengandung arti, yaitu: a) Swakelola
dan Partisipatif. Pelaksanaan program ini dilakukan secara swakelola
(direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri) dengan melibatkan warga sekolah
dan masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dalam memberikan dukungan
terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program sesuai dengan
peraturan yang berlaku. b) Transparan. Pengelolaan dana program ini harus
dilakukan secara terbuka agar warga sekolah dan masyarakat dapat memberikan
saran, kritik, serta melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan
program. c) Akuntabel. Pengelolaan dana program ini harus dapat
dipertanggungjawabkan, sesuai dengan pedoman pelaksanaan yang sudah
disepakati. d) Demokratis. Penyusunan perencanaan, pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah dalam program ini selalu ditempuh melalui jalan
musyawarah/mufakat dengan memberikan kesempatan kepada setiap individu
untuk mengajukan saran, kritik atau pendapat. e) Efektif dan Efisien. Pemanfaatan
dana program ini harus efektif dan efisien. Siswa yang dibebaskan dan/atau
dibantu biaya sekolahnya harus diseleksi secara seksama dan sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan. f) Tertib Administrasi dan Pelaporan. Sekolah penerima
dana program ini harus menyusun dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan
kegiatan dan pertanggungjawaban keuangan sesuai ketentuan yang
dipersyaratkan. g) Saling Percaya. Pemberian dana melalui program ini
berlandaskan pada rasa saling percaya (mutual trust) antara pemberi dan penerima
dana. Oleh Karena itu, penting bagi kita untuk menjaga kepercayaan tersebut
dengan memegang amanah dan komitmen yang ditujukan semata-mata hanya
untuk membangun pendidikan yang lebih baik.
Dana BOS
Berikut ini beberapa pengertian dasar dari BOS menurut buku panduan
Dana BOS tahun 2012 :
1. Dana BOS adalah program Pemerintah berupa pemberian dana langsung
kepada Sekolah yang besarnya dihitung dari jumlah siswa masing-masing
sekolah.
Perbanas Accounting Conference - 2103
11
2. Bantuan dana BOS mempunyai 2 fungsi yang dapat digunakan sekolah untuk:
a. Dari sisi penerimaan (revenue) digunakan untuk membebaskan (fee waive)
dan/atau memberikan potongan (discount fee) kepada siswa miskin dari
kewajiban membayar tagihan biaya sekolah seperti iuran
sekolah/sumbangan pembangunan pendidikan (SPP)/uang komite, biaya
ujian, biaya praktek dan sebagainya. Jumlah siswa yang dibebaskan atau
mendapat potongan biaya pendidikan sesuai dengan kebijakan (diskresi)
sekolah dengan mempertimbangkan faktor jumlah siswa miskin yang ada,
dana yang diterima dan besarnya biaya sekolah.
b. Dari sisi pengeluaran (expediture) dapat digunakan oleh sekolah untuk
memenuhi kebutuhan biaya operasional sekolah non personalia dengan jenis
pengeluaran atau biaya sebagaimana diatur Permendiknas No. 69 Tahun
2009.
3. Bantuan dana BOS bertujuan untuk memberikan dorongan dan motivasi kepada
sekolah, masyarakat dan Pemerintah Daerah untuk memberikan kesempatan
kepada siswa miskin mengikuti pendidikan di tiap jenjang pendidikan. Oleh
karena itu, perlu dicari alternatif pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan biaya
pendidikan siswa miskin dengan cara melibatkan peran pemda melalui BOS
Daerah dan atau menerapkan subsidi silang.
Good Governance
Organisasi sektor publik membutuhkan akuntansi untuk mencatat,
melaporkan dan mempertanggungjawabkan aktivitas keuangan yang telah terjadi,
dimana produk akhirnya berupa laporan keuangan yang terdiri dari laporan
realisasi anggaran, laporan neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan
keuangan (Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005). Laporan keuangan yang
dihasilkan tersebut akan memberikan informasi bagi pihak yang berkepentingan
dalam pembuatan keputusan. Perlu diketahui bahwa tugas pokok pemerintah
adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan menggunakan sumber
dana dari masyarakat yang diperoleh dari pajak, retribusi, utang, obligasi
pemerintah, laba BUMN/BUMD, penjualan aset Negara, bantuan dan hibah
(Mardiasmo, 2009 : 8). Banyak pendapat mengatakan pemerintahan yang baik
adalah pemerintahan yang menerapkan prinsip good governance di mana prinsip
tersebut saling berkaitan.
Good governance (mengacu pada World Bank, Mardiasmo : 2009 : 18)
adalah suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan
bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokratis, penghindaran salah
alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun
administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan kerangka politis
yang sah bagi tumbuhnya aktivitas usaha. Dalam hal ini, World Bank lebih
menekankan pada cara pemerintah dalam mengelola sumber daya sosial dan
ekonomi dengan baik untuk kepentingan pembangunan masyarakat.
Konsep good governance pada awalnya didasari gagasan yang sifatnya
interdependensi dan interaksi antara pemerintah, masyarakat dan sektor swasta
secara sehat dan seimbang. Oleh karena itu, agar proses implementasi kebijakan
publik dapat dilaksanakan dengan efektif dan berhasil, maka interaksi antara
Perbanas Accounting Conference - 2103
12
negara, masyarakat, dan pihak swasta harus didasari unsur partisipasi,
transparansi, akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi. Berikut adalah beberapa
definisi yang menjadi indikator good governance.
a. Akuntabilitas
Isu akuntabilitas akhir-akhir ini semakin gencar dibicarakan seiring dengan
adanya tuntutan masyarakat akan pendidikan yang bermutu. Bagi lembaga-
lembaga pendidikan hal ini mulai disadari dan disikapi dengan melakukan
redesain sistem yang mampu menjawab tuntutan masyarakat. Caranya adalah
mengembangkan model manajemen pendidikan yang akuntabel. Menurut
Headintong (2000:84), mengemukakan:
“As far back as the 1830 when public was used to establish a national
education system 'some were concerned that the spending of public money
should be properly supervised and controlled, and others were dissatisfied
with the practical aspects such as the poor quality of the teachers.”
Menurut Slamet (2005:5),"Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan
pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan
penyelenggara organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau kewajiban untuk
meminta keterangan atau pertanggungjawaban. Sementara Zamroni (2008:12)
mendefinisikan akuntabilias "is the degree to which local governments have to
explain or justify what theyhave done or failed to do." Lebih lanjut dikemukakan
bahwa "Accountability can be seen as validation of participation, in that the test
of whether attempts to increase participation prove successful is the extent to
which people can use participation to hold a local government responsible for its
action." Pendapat Zamroni mengenai akuntabilitas dikaitkan dengan partisipasi.
Ini berarti akuntabilitas hanya dapat terjadi jika ada partisipasi dari stakeholders
sekolah. Semakin kecil partisipasi stakeholders dalam penyelenggaraan
manajemen sekolah, maka akan semakin rendah pula akuntabilitas sekolah.
Asian Development Bank menegaskan adanya konsensus umum bahwa good
governance dilandasi oleh 4 pilar yaitu (1) akuntabilitas, (2) transparansi, (3)
dapat di prediksi, dan (4) partisipasi (ADB, 2008). Jelas bahwa jumlah komponen
atau pun prinsip yang melandasi tata pemerintahan yang baik sangat bervariasi
dari satu institusi ke institusi lain, dari satu pakar ke pakar lainnya. Namun paling
tidak ada sejumlah prinsip yang dianggap sebagai prinsip-prinsip utama yang
melandasi good governance, yaitu (1) Akuntabilitas, (2) Transparansi, dan (3)
Partisipasi Masyarakat.
Ketiga prinsip tersebut di atas tidaklah dapat berjalan sendiri-sendiri, ada
hubungan yang sangat erat dan saling mempengaruhi, masing-masing adalah
instrumen yang diperlukan untuk mencapai prinsip yang lainnya, dan ketiganya
adalah instrumen yang diperlukan untuk mencapai manajemen publik yang baik.
Definisi konseptual akuntabilitas dalam penelitian ini adalah suatu ukuran
yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan
dengan ukuran nilai-nilai atau norma-norma eksternal yang dimiliki oleh para
pemangku kepentingan yang berkepentingan dengan pelayanan tersebut.
Perbanas Accounting Conference - 2103
13
b. Transparansi
Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi
setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan,
yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta
hasil-hasil yang dicapai (BAPENAS, 2002: 18).
Transparansi yakni adanya kebijakan terbuka bagi pengawasan.
Sedangkan yang dimaksud dengan informasi adalah informasi mengenai setiap
aspek kebijakan pemerintah yang dapat dijangkau oleh publik. Keterbukaan
informasi diharapkan akan menghasilkan persaingan politik yang sehat, toleran,
dan kebijakan dibuat berdasarkan pada preferensi publik (Setyanti, 2011: 51).
Prinsip ini memiliki 2 aspek, yaitu (1) komunikasi publik oleh pemerintah, dan (2)
hak masyarakat terhadap akses informasi. Keduanya akan sangat sulit dilakukan
jika pemerintah tidak menangani dengan baik kinerjanya. Manajemen kinerja
yang baik adalah titik awal dari transparansi.
Keterbukaan membawa konsekuensi adanya kontrol yang berlebihan dari
masyarakat dan bahkan oleh media massa. Karena itu, kewajiban akan
keterbukaan harus diimbangi dengan nilai pembatasan, yang mencakup kriteria
yang jelas dari para aparat publik tentang jenis informasi apa saja yang mereka
berikan dan pada siapa informasi tersebut diberikan.
Menurut Jauhari (2009:2) Selama ini terutama sebelum era desentralisasi
dan reformasi, pengelolaan pendidikan dibanyak sekolah sangat tertutup bagi
pihak luar. Masyarakat, orang tua murid dan sebagian besar guru tidak banyak
mengetahui seluk beluk pengelolaan pendidikan di sekolah, tidak mengetahui
pendapatan dan belanja sekolah, tidak dilibatkan di dalam mengevaluasi kekuatan
dan kelemahan kinerja sekolah dsb.
Transparansi pengelolaan antara lain mencakup: 1) Pengelolaan keuangan,
keterbukaan dalam pendapatan dan belanja sekolah baik dari pemerintah, donor
maupun sumber-sumber lain, 2) Pengelolaan staff /personalia : kebutuhan
ketenagaan, kualifikasi, kemampuan dan kelemahan, kebutuhan pengembangan
professional, dsb. 3) Pengelolaan kurikulum, termasuk keterbukaan dalam hal
prestasi dan kinerja siswa, ketersediaan sarana dan prasarana penunjang
pelaksanaan kurikulum, visi, misi, dan program peningkatan mutu pendidikan.
Definisi konseptual transparansi dalam penelitian ini adalah prinsip yang
menjamin akses atau kebebasan bagi setiap pemangku kepentingan sekolah untuk
memperoleh informasi tentang pengelolaan keuangan sekolah, yakni informasi
tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang
dicapai sekolah.
c. Partisipasi Masyarakat
Menurut Meutia (2000:19) Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat
dalam setiap aktivitas proses pengelolaan keuangan yang dilakukan pemerintah
daerah pada saat penyusunan arah dan kebijakan, penentuan strategi dan prioritas
serta advokasi anggaran. Menurut Mardismo (2009:18) Partisipasi adalah
keterlibatan masyarakat dalam membuat keputusan baik secara langsung maupun
tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya.
Perbanas Accounting Conference - 2103
14
Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta
berpartisipasi secara konstruktif. Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat
disimpulkan, Partisipasi adalah prinsip bahwa setiap orang memiliki hak untuk
terlibat dalam pengambilan keputusan disetiap kegiatan penyelenggaraan
pemerintah.
Menurut Meutia (2000:23) tujuan partisipasi adalah tuntutan dari
masyarakat agar mereka harus diberdayakan, diberikan kesempatan, dan
diikutsertakan untuk berperan dalam proses-proses birokrasi mulai dari tahap
perencanaan pelaksanaan dan pengawasan atau kebijakan publik. Menurut Meutia
(2003 : 16) Bentuk Partisipasi yaitu: a) Keterlibatan aparat melalui terciptanya
nilai dan komitmen. b) Adanya forum untuk menampung partisipasi. c)
Keterlibatan masyarakat dalam proses pembuatan keputusan. d) Fokus pemerintah
adalah pada memberikan arah dan mengundang orang lain untuk berpartisipasi
yaitu adanya forum pertemuan dengan kelompok masyarakat (musrenbang) yang
berkaitan dengan proses perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan keuangan
daerah. e) Akses bagi masyarakat untuk menyampaikan pendapat dalam proses
pengambilan keputusan.
Hipotesis
Akuntabilitas adalah mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya
serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik (Setiyanti, 2011).
Menguatnya tuntunan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat
maupun daerah, membuat suatu entitas harus bekerja secara akuntabel. Suatu
entitas atau organisasi yang akuntabel adalah entitas yang mampu menyajikan
informasi secara terbuka mengenai keputusan-keputusan yang telah diambil
selama beroperasinya entitas tersebut. Yang memungkinkan pihak luar (misalnya
auditor, atau masyarakat secara luas) me-review informasi tersebut, serta bila
dibutuhkan harus ada ketersediaan untuk mengambil tindakan korektif.
Pelaksanaan akuntabilitas suatu entitas perlu berpegang pada suatu konsep
akuntabilitas itu sendiri. Seperti yang dikemukakan oleh Stewart (dalam Akbar,
1999) bahwa konsep akuntabilitas merinci tingkatan akuntabilitas menjadi lima
jenis yakni : (1) Accountability for Probity and Legality; (2) Process
Accountability; (3) Performance Accountability; (4) Programme Accountability;
and (5) Policy Accountability.
Upaya mewujudkan akuntabilitas juga perlu didukung oleh transparansi,
yakni akses terhadap media yang mendorong akuntabilitas entitas publik terhadap
masyarakat. Hal ini karena transparansi dibangun atas dasar kebebasan
memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Artinya, informasi yang
berkaitan dengan kepentingan public harus secara langsung dapat diperoleh
mereka yang membutuhkan (KK, SAP 2005).
Ketika kinerja sekolah di Kecamatan Galis pada khususnya sudah dapat
dikatakan akuntabel, tentunya informasi yang berkaitan dengan kinerja tentang
dana BOS tersebut harus dipublikasikan kepada publik melalui papan
pengumuman sekolah seperti anjuran Kementerian Pendidikan Nasional melalui
Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Suyanto, agar
Perbanas Accounting Conference - 2103
15
sekolah se-Indonesia untuk transparan dalam laporan penggunaan dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) dan sudah membuat panduan pengelolaan dana BOS.
Dalam panduan tersebut, sekolah harus mengumumkan daftar komponen yang
boleh dan tidak boleh dibiayai dana BOS serta penggunaan dana tersebut di papan
pengumuman sekolah.
Permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan program BOS pada
umumnya adalah masih kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam
pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah, padahal penggunaan dana
tersebut mestinya melibatkan orangtua siswa sejak perencanaan hingga pelaporan.
Hal ini diperkuat dari hasil penelitian Bank Dunia, sebagian besar orangtua siswa
pernah mendengar adanya program BOS. Namun, masih sangat sedikit orangtua
yang tahu informasi yang lebih rinci tentang dana BOS, terutama menyangkut
jumlah dana BOS per siswa serta penggunaannya, sehingga dikhawatirkan
pengelolaan dana BOS tidak sesuai dengan alokasi penggunaan dana yang
dimaksud oleh pemerintah.
Menurut landasan teori mengenai akuntabilitas, transparansi, partisipasi,
maka dapat disusun kerangka pikir gambar 3 sebagai berikut :
Gambar 3 : Kerangka Konseptual Pemikiran
Bedasarkan kerangka pemikiran dan rumusan masalah di atas, maka
dikembangkan hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh secara positif dan signifikan good governance yang
diproksikan dengan akuntabilitas terhadap pengelolaan Dana Bantuan
Operasional Sekolah di Kecamatan Galis Bangkalan Madura?
2. Terdapat pengaruh secara positif dan signifikan good governance yang
diproksikan dengan transparansi terhadap pengelolaan Dana Bantuan
Operasional Sekolah di Kecamatan Galis Bangkalan Madura?
3. Terdapat pengaruh secara positif dan signifikan good governance yang
diproksikan dengan partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan Dana
Bantuan Operasional Sekolah di Kecamatan Galis Bangkalan Madura?
METODA PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian penjelasan (explanatory research)
yang akan membuktikan hubungan kausal antara variabel bebas (independent
Good Governance
1. Akuntabilitas
2. Transparansi
3. Partisipasi
Pengelolaan dana BOS
1. Perencanaan Anggaran
2. Pelaksanaan Pemantauan
3. Pengelolaan Pendapatan
4. Akuntansi dan system pelaporan
5. Peningkatan control dan audit
Perbanas Accounting Conference - 2103
16
variable) yaitu variabel good governance yang diproksikan dengan akuntabilitas,
transparansi, partisipasi masyarakat dan variabel terikat (dependent variable) yaitu
pengelolaan dana BOS. Jenis penelitian ini dipilih agar dapat dibangun suatu hasil
analisa yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol
suatu gejala atau hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat (Arikunto,
2002).
Populasi dalam penelitian ini adalah para wali murid serta staff dan
pengajar sekolah di Kecamatan Galis Bangkalan Madura. Alasan pemilihan
populasi ini karena wali murid, staff, dan pengajar merupakan komponen yang
ikut melaksanakan serta merasakan manfaat adanya dana BOS.
Penelitian ini menarik sampel dengan menggunakan metode atau teknik
simple random sampling, dimana jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan
rumus dari Taro Yamane dalam Sugiyono (2005) yaitu n = N : ((N x d2) + 1),
dimana n adalah jumlah sampel, N adalah jumlah populasi, dan d2 adalah tingkat
presisi atau akurasi yang ditetapkan (=10%), sehingga besarnya sampel sebanyak
90 orang terdiri dari wali murid, staff, dan pengajar.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Adapun yang akan menjadi fokus penelitian adalah beberapa hal yang
berkaitan dengan indikator permasalahan, yakni :
1) Good Governance :
a. Akuntabilitas
1. Kualitas penyusunan APBM
2. Laporan keuangan periodik dan tahunan
3. Partisipasi stakeholders dalam menciptakan akuntabilitas
b. Transparansi
1. Kejelasan peran dan tanggungjawab pengelola keuangan sekolah
2. Ketersediaan informasi bagi publik
3. Penyusunan, pelaksanaan, & pelaporan anggaran sekolah secara terbuka
4. Jaminan integritas
c. Partisipasi
1. Forum untuk menampung partisipasi.
2. Keterlibatan masyarakat dalam proses pembuatan keputusan.
3. Akses bagi masyarakat untuk menyampaikan pendapat dan informasi
dana BOS
2) Pengelolaan Dana BOS:
1. Perencanaan Anggaran (RAPB BOS)
2. Pelaksanaan dan Pemantauan Anggaran
3. Pengelolaan Pendapatan
4. Akuntansi dan Sistem Pelaporan
5. Peningkatan Kontrol, Audit dan Mekanisme Umpan Balik
Data yang diambil dalam penelitian ini adalah berupa data primer,
sedangkan metode pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner yang diberikan
pada responden secara langsung (Sugiyono, 2005). Teknik analisis data
merupakan alat yang dipergunakan dalam memecahkan masalah. Penelitian ini
Perbanas Accounting Conference - 2103
17
menggunakan metode analisis regresi linear berganda dan pengujian hipotesis
dilakukan dengan menggunakan uji t, uji F, dan uji R2. Analisis regresi digunakan
untuk mengetahui bagaimana eratnya pengaruh antara beberapa variabel
independen dengan variabel dependen, yaitu good governance terhadap
pengelolaan dana BOS di Kecamatan Galis Bangkalan Madura.
ANALISIS DATA DAN DISKUSI
Uji Instrumen
Uji validitas dilakukan untuk melihat valid tidaknya masing-masing
instrumen yang digunakan dalam variabel penelitian. Sesuai dengan hasil analisa
data primer maka masing-masing instrumen yang digunakan dalam penelitian
memiliki hasil uji yang menunjukkan bahwa nilai Sig. correlation < α (5%) dan t
hitung > t tabel (0,279) hasil analisis semua t hitung > t tabel yang artinya bahwa semua
variabel yang digunakan dalam instrumen penelitian adalah valid (Ghozali, 2005).
Uji reliabilitas dari instrumen penelitian dengan mempertimbangkan
besarnya koefesien reliabilitas. Sesuai dengan hasil analisa data primer maka
masing-masing instrumen yang digunakan dalam penelitian memiliki hasil uji
yang menunjukkan bahwa angka cronbach alpha diatas 0,6 (Ghozali, 2005),
artinya dari uji reliabilitas dapat dikatakan bahwa seluruh variabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah reliabel.
Hasil Uji Asumsi Klasik
Tujuan penggunaan dari uji asumsi klasik adalah agar diperoleh estimator
tidak bias dari regresi dengan kuadrat terkecil biasa. Model regresi yang baik jika
tidak terjadi hubungan antar variabel independen. Kriteria pengukurannya adalah
jika nilai toleransi ≤ 1 berarti tidak ada korelasi antar variabel independen dan jika
VIF tidak melebihi 10 maka model dinyatakan tidak terkena persoalan
multikolinier (Ghozali, 2005). Ikhtisar uji multikolinieritas sebagaimana output
SPSS dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1: Interpretasi Uji Multikolinieritas
No Variabel Tolerance VIF Keputusan
1. Akuntabilitas (X1) 0,516 1,936 Tidak terjadi multikol
2. Transparansi (X2) 0,358 2,795 Tidak terjadi multikol
3. Partisipasi (X3) 0,340 2,939 Tidak terjadi multikol
Sumber: Data Diolah 2013
Hasil uji multikolinieritas menunjukkan tiga variabel bebas tidak
mengalami multikolinieritas.
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan mengunakan grafik scatter plot,
jika titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang
jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y hal ini
Perbanas Accounting Conference - 2103
18
berarti tidak terjadi heteroskedastisitas atau data homogen (Ghozali, 2005).
Gambar scatter plot uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4: Scatter Plot Uji Heteroskedastisitas
Grafik scatter plot hasil output SPSS terlihat titik-titik menyebar secara
acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di
atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, hal ini berarti data telah memenuhi
asumsi homogenitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik jika semua variabel berdistribusi normal, jika data
menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2005). Gambar normal probability
plot uji Normalitas dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5: Normal P-P Plot Uji Normalitas
Grafik normal probability plot uji normalitas output SPSS di atas,
diketahui bahwa sebaran data yang ada menyebar di sekitar garis diagonal dan
Perbanas Accounting Conference - 2103
19
mengikuti arah garis diagonal, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data
mempunyai distribusi normal.
Hasil Uji Analisis Regresi Berganda
Pengujian statistik dengan alat analisis regresi linier berganda
dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh akuntabilitas (X1), transparansi (X2),
dan partisipasi masyarakat (X3), terhadap pengelolaan dana BOS di Kecamatan
Galis Bangkalan Madura. Ikhtisar output uji regresi liniear berganda dapat dilihat
pada tabel 2.
Tabel 2: Ikhtisar Output Regresi Linier Berganda
Variabel Independen Unstandardized Standardized t-hitung Sig. t
Coefficients Coefficients
B Error Beta
(Constant) 1,962 0,343 5,724 0,000
Akuntabilitas (X1) - 0,045 0,106 - 0,045 -0,428 0,670
Transparansi (X2) 0,553 0,098 0,713 5,663 0,000
Partisipasi (X3) 0,018 0,061 0,038 0,297 0,767
Variabel Dependent : Pengelolaan dana BOS
Sumber: Data Diolah 2013
Persamaan regresi linier berganda sebagai mana pada ikhtisar output SPSS
adalah:
Y = 1,962 - 0,045 X1 + 0,553X2 + 0,018X3 + 0,299
Persamaan ini menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
(1) Harga koefesien konstanta sebesar 1,962, hal ini berarti bahwa apabila
nilai dari akuntabilitas (X1), transparansi (X2), dan partisipasi masyarakat
(X3), sebesar 0 (nol), maka pengelolaan dana BOS akan naik sebesar
1,962.
(2) Variabel akuntabilitas (X1), memiliki nilai sebesar -0,045, hal ini
menyatakan bahwa setiap satuan variabel akuntabilitas akan berpengaruh
terhadap pengelolaan dana BOS sebesar -0,045 apabila variabel lainnya
tetap. Nilai variabel akuntabilitas bernilai negatif, artinya akuntabilitas
memiliki pengaruh yang berlawanan terhadap pengelolaan dana BOS, hal
ini tidak bisa dilepaskan dari kemampuan pengelola dana BOS
menerapkan aturan-aturan akuntansi.
(3) Variabel transparansi (X2), memiliki nilai sebesar 0,553, hal ini
menyatakan bahwa setiap satuan variabel transparansi akan berpengaruh
terhadap pengelolaan dana BOS sebesar 0,553 apabila variabel lainnya
tetap.
(4) Variabel partisipasi masyarakat (X3), memiliki nilai sebesar 0,018, hal ini
menyatakan bahwa setiap satuan variabel partisipasi masyarakat akan
Perbanas Accounting Conference - 2103
20
berpengaruh terhadap pengelolaan dana BOS sebesar 0,018 apabila
variabel lainnya tetap.
Hasil Uji R2
Besar kecilnya koefesien determinasi atau R2 digunakan untuk
menyatakan kecocokan model garis regresi. Besarnya harga koefisien determinasi
dapat dilihat pada tabel 3. Terlihat bahwa harga koefisien R2 hitung (koefesien
determinasi) sebesar 0,512, artinya dapat disimpulkan bahwa kemampuan variabel
good governance yang diproksikan dengan akuntabilitas, transparansi, dan
partisipasi masyarakat untuk menjelaskan variasi pada variabel pengelolaan dana
BOS adalah sebesar 51.2%, sedangkan sisanya sebesar 48.8% pengelolaan dana
BOS SMP di Kecamatan Galis Bangkalan Madura dipengaruhi oleh faktor lain
yang tidak dijelaskan dalam model regresi tersebut.
Tabel 3: Ikhtisar Output Koefesien Determinasi
R R Square (R2) Adjusted R Square F-hitung Sig. F
0,715 0,512 0,495 30,043 0,000
Sumber: Data Diolah 2013
Hasil Uji Hipotesis
a. Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian dilakukan
dengan alat penguji signifikan t-test. Kriteria yang digunakan untuk menyatakan
apakah harga koefisien korelasi parsial yang diperoleh itu signifikan atau tidak
signifikan adalah harga koefisien t. Uji t merupakan uji signifikansi untuk
mengukur keberartian koefisien regresi variabel independen satu per satu. Harga
koefisien t harus dibandingkan dengan harga ttabel untuk alpha yang ditetapkan
dengan dk yang sesuai, untuk dk (n-k-1) = dk (90-3-1) = dk (86) dengan alpha 5%
adalah sebesar 0,21. Kriteria yang digunakan, yaitu menolak H0 dan menerima Ha
apabila thitung > ttabel serta menerima H0 dan menolak Ha apabila thitung < ttabel, atau
melihat dari harga probabilitas hitung dibandingkan dengan level of significance
() yang sudah ditetapkan yaitu (0,05). Kriteria yang digunakan, yaitu menolak
H0 dan menerima Ha apabila probabilitas hitung < level of significance () serta menerima H0 dan menolak Ha apabila probabilitas hitung > level of significance
().
(1) Uji signifikan t-test antara akuntabilitas (X1) terhadap pengelolaan dana BOS
(Y).
Hasil analisis di peroleh nilai thitung akuntabilitas (X1) sebesar -0,428 pada
tingkat probabilitas 0,670. Hasil pengujian diperoleh harga probabilitas
hitung 0,670 > 0,05 atau probabilitas hitung > level of significance () sehingga H0 diterima, hal ini berarti bahwa tidak ada pengaruh signifikan dan
positif antara akuntabilitas (X1) terhadap pengelolaan dana BOS (Y) SMP di
Kecamatan Galis Bangkalan Madura diterima.
Perbanas Accounting Conference - 2103
21
(2) Uji signifikan t-test antara transparansi (X2) terhadap pengelolaan dana BOS
(Y).
Hasil analisis di peroleh thitung transparansi (X2) sebesar 5,663 pada tingkat
probabilitas 0,000. Hasil pengujian diperoleh harga probabilitas hitung 0,000
< 0,05 atau probabilitas hitung < level of significance () sehingga H0 ditolak, hal ini berarti bahwa ada pengaruh signifikan dan positif antara transparansi
(X2) terhadap pengelolaan dana BOS (Y) SMP di Kecamatan Galis
Bangkalan Madura diterima.
(3) Uji signifikan t-test antara partisipasi masyarakat (X3) terhadap pengelolaan
dana BOS (Y).
Hasil analisis di peroleh thitung partisipasi masyarakat (X3) sebesar 0,297 pada
tingkat probabilitas 0,767. Hasil pengujian diperoleh harga probabilitas
hitung 0,767 > 0,05 atau probabilitas hitung > level of significance ()
sehingga H0 diterima, hal ini berarti bahwa tidak ada pengaruh signifikan dan
positif antara partisipasi masyakatar (X3) terhadap pengelolaan dana BOS (Y)
SMP di Kecamatan Galis Bangkalan Madura diterima.
b. Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh secara simultan variabel
akuntabilitas (X1), transparansi (X2), dan partisipasi masyarakat (X3), terhadap
pengelolaan dana BOS (Y).
Berdasarkan output SPSS nilai Fhitung = 30,043 dengan probabilitas 0,000.
Kriteria pengujian menyatakan jika probabilitas hitung < level of significance ()
maka H0 ditolak atau ada pengaruh signifikan dan positif secara simultan good
governance yang diproksikan dengan akuntabilitas (X1), transparansi (X2), dan
partisipasi masyarakat (X3), terhadap pengelolaan dana BOS (Y).
Hasil pengujian diperoleh harga probabilitas hitung 0,000 < 0,05 atau
probabilitas hitung < level of significance () atau H0 ditolak, hal ini berarti
Variabel good governance yang diproksikan dengan akuntabilitas (X1),
transparansi (X2), dan partisipasi masyarakat (X3), secara simultan berpengaruh
signifikan dan positif terhadap etika berbisnis (Y).
Berdasarkan analisis F-test tersebut maka hipotesis penelitian yang
berbunyi terdapat pengaruh signifikan dan positif secara simultan variabel good
governance yang diproksikan dengan akuntabilitas (X1), transparansi (X2), dan
partisipasi masyarakat (X3), terhadap pengelolaan dana BOS (Y) dapat diterima
atau teruji kebenarannya.
c. Uji Hipotesis (Uji Dominan)
Berdasarkan perbandingan standarized beta pada variabel bebas diperoleh
nilai standarized beta dari akuntabilitas (X1) adalah -0,045, transparansi (X2)
adalah 5,663, dan partisipasi masyarakat (X3) adalah 0,297, maka dapat
dinyatakan bahwa variabel yang memiliki pengaruh paling dominan adalah
transparansi (X2), hal ini disebabkan transparansi (X2) memiliki nilai standarized
beta lebih tinggi dibandingkan variabel lainnya.
Diskusi
Perbanas Accounting Conference - 2103
22
Sebagaimana tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan
menganalisa pengaruh good governance terhadap pengelolaan dana bantuan
operasional sekolah (BOS), maka peneliti melakukan aktivitas penelitian dengan
informan yang terkait dalam rangka mencari jawaban atas permasalahan yang
dihadapi.
Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa good governance
berpengaruh secara signifikan terhadap pengelolaan dana bantuan operasional
sekolah (BOS). Beberapa keterangan yang peneliti dapatkan dari jawaban
responden setidaknya dapat menggambarkan bagaimana pengelolaan dana
bantuan operasional sekolah (BOS) di Kecamatan Galis Bangkalan Madura dalam
kaitannya terhadap pelaksanaan good governance pada umumnya.
a. Pengaruh Akuntabilitas (X1) terhadap Pengelolaan Dana BOS (Y).
Variabel akuntabilitas merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi
pengelolaan keuangan sekolah. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
akuntabilitas berpengaruh secara negative dan tidak signifikan terhadap
pengelolaan keuangan sekolah (dana BOS).
Dapat diambil kesimpulan berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas
bahwa pada pengelolaan dana BOS menunjukkan belum adanya akuntabilitas
dalam pengelolaan keuangan secara umum khususnya untuk dana BOS. Hal ini
sesuai dengan tujuan laporan keuangan menurut PSAK No.45 tentang pengelolaan
keuangan organisasi nirlaba yaitu menyediakan informasi yang relevan dan
akuntabel untuk memenuhi kepentingan para penyumbang, anggota organisasi,
dan pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi organisasi nirlaba.
b. Pengaruh Transparansi (X2) terhadap Pengelolaan Dana BOS (Y).
Variabel transparansi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi
pengelolaan keuangan sekolah (dana BOS). Hasil dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa transparansi berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap pengelolaan keuangan sekolah.
Dapat diambil kesimpulan berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas
menunjukkan adanya transparansi dalam pengelolaan keuangan secara umum
khususnya untuk dana BOS. Hal ini sesuai dengan himbauan yang telah dibuat
oleh Kemendiknas seperti yang tercantum pada buku panduan pengelolaan dana
BOS bahwa sekolah yang mendapatkan dana bantuan BOS supaya membuat
rencana anggaran dan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana dan
menyajikannya secara wajar serta dilaporkan secara berkala kepada Kadiknas.
c. Pengaruh Partisipasi Masyarakat (X3) terhadap Pengelolaan Dana BOS (Y).
Variabel partisipasi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi
pengelolaan keuangan sekolah (dana BOS). Hasil dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat berpengaruh secara positif tapi tidak
signifikan terhadap pengelolaan keuangan sekolah. Hal ini sebagaimana
ditunjukkan oleh hasil wawancara dan pengamatan peneliti bahwa kebanyakan
orang tua murid menyerahkan sepenuhnya pendidikan anaknya kepada sekolah,
sehingga membuat akses informasi dan partisipasi wali murid sangat kurang
Perbanas Accounting Conference - 2103
23
mendukung. Latar belakang sekolah yang kebanyakan berada di desa, membuat
wali murid percaya penuh dengan pengelolaan yang ada, ditambah lagi dengan
biaya pendidikan yang sangat relatif murah, dan ditambah dengan adanya dana
BOS sehingga wali murid merasa semua kebutuhannya terpenuhi. Hasil
wawancara peneliti dengan beberapa wali murid menunjukkan bahwa mereka mau
menerima subsidi biaya pendidikan dengan alasan biayanya sudah sangat murah
dan mereka tidak pernah menyumbang atau dimintai sumbangan sedikitpun.
Begitu pula dengan latar belakang pendidikan wali murid, juga sangat
mempengaruhi partisipasinya dalam pengelolaan dana BOS, dari hasil penelitian
lebih dari 50 % menunjukkan tingkat pendidikan responden hanya sampai jenjang
SLTA yang tidak sebagian besar tidak paham dengan program BOS berikut
tentang laporan keuangannya, yang penting bagi mereka adalah mendapatkan
subsidi biaya pendidikan tanpa mau tahu sumber dana yang digunakan.
d. Pengaruh good governance terhadap Pengelolaan dana BOS
Adanya akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi masyarakat yang
ditunjukkan dengan adanya penyusunan rencana anggaran dan laporan keuangan
dalam pengelolaan keuangan secara umum khususnya untuk dana BOS ini
menunjukkan pelaksanaan good governance terhadap pengelolaan dana BOS di
Kecamatan Galis Bangkalan Madura masih jauh dari harapan. Hal ini sesuai
dengan tujuan laporan keuangan menurut PSAK No.45 tentang pengelolaan
keuangan organisasi nirlaba yaitu menyediakan informasi yang relevan dan
akuntabel untuk memenuhi kepentingan para penyumbang, anggota organisasi,
dan pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi organisasi nirlaba serta sesuai
dengan himbauan yang telah dibuat oleh Kemendiknas seperti yang tercantum
pada buku panduan pengelolaan dana BOS bahwa sekolah yang mendapatkan
dana bantuan BOS supaya membuat rencana anggaran dan laporan
pertanggungjawaban penggunaan dana dan menyajikannya secara wajar.
KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN PENELITIAN DAN
SARAN PENELITIAN SELANJUTNYA
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis mengenai
pengaruh good governance terhadap pengelolaan dana BOS di Kecamatan Galis
Bangkalan Madura, maka kesimpulan pada penelitian ini adalah :
1. Akuntabilitas berpengaruh secara negative dan tidak signifikan terhadap
pengelolaan dana BOS di Kecamatan Galis Bangkalan Madura
2. Transparansi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
pengelolaan dana BOS di Kecamatan Galis Bangkalan Madura
3. Partisipasi masyarakat berpengaruh secara positif dan tidak signifikan
terhadap pengelolaan dana BOS di Kecamatan Galis Bangkalan Madura
4. Akuntabilitas, Transparansi, dan Partisipasi masyarakat secara bersama-
sama berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pengelolaan dana
BOS di Kecamatan Galis Bangkalan Madura
Perbanas Accounting Conference - 2103
24
5. Transparansi merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi
pengelolaan dana BOS di Kecamatan Galis Bangkalan Madura
6. Pelaksanaan good governance dalam pengelolaan dana BOS di Kecamatan
Galis Bangkalan Madura pada umumnya sudah efektif, meskipun masih
terdapat indikator yang mengarah pada kurang tercapainya good
governance yaitu akuntabilitas dan partisipasi masyarakat. Hal ini
dikarenakan sebagian besar wali murid kurang paham tentang program
dana bantuan BOS, serta perlakuan akuntansinya.
Implikasi Penelitian
Berdasarkan hasil analisis, implikasi teoritis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Akuntabilitas berpengaruh secara negative terhadap pengelolaan dan BOS.
Dengan demikian semakin tinggi tingkat akuntabilitas maka
akan semakin menurun tingkat pengelolaan dana BOS.
2. Transparansi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pengelolaan dana BOS. Hal ini memperkuat penelitian yang
dilakuan oleh Wulandari (2012), bahwa transparansi memiliki
hubungan yang kuat dan pengaruh yang signifikan terhadap
pengelolaan dana BOS.
3. Partisipasi masyarakat berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap pengelolaan dana BOS. Tidak berbeda
dengan apa yang telah dilakukan oleh Wulandari (2012), bahwa
partisipasi masyarakat juga tidak memiliki hubungan yang
kuat terhadap pengelolaan dana BOS.
Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian selanjutnya tentu akan lebih memberikan gambaran yang
lengkap dan menyeluruh jika melibatkan lebih banyak variable dalam
penelitiannya. Setidaknya faktor lain yang mempengaruhi Pengelolaan Dana BOS
masih merupakan pengaruh yang cukup besar. Sehingga perlu di lakukan
penelitian lebih lanjut. Setidak-tidaknya masih terdapat satu variable yang
dianggap penting oleh Asian development Bank yaitu dapat diprediksi. Dan
beberapa faktor lain sesuai rujukan dan situasional populasi yang diteliti. Tentu
saja bagi peneliti selanjutnya, merupakan hal yang cukup penting untuk
diperhatikan yakni perlu diberikan gambaran laporan keuangan untuk
mengantisipasi ketidakpahaman responden terhadap laporan keuangan, sehingga
didapat realibilitas hasil penelitian yang makin terpercaya. Terlebih lagi jika daftar
pertanyaan pada variabel-variabel terkait bisa lebih diperkaya. Begitu juga dengan tingkat pendidikan yang juga mempengaruhi pemahaman responden tentang
laporan keuangan, sehingga di dapat validitas konstruk yang lebih baik
Saran
Perbanas Accounting Conference - 2103
25
Berdasarkan kesimpulan diatas, untuk meningkatkan kualitas good
governance di lingkungan sekolah di Kabupaten Bangkalan pada umumnya dan
Kecamatan Galis pada khususnya maka penulis memberikan saran dan masukan
yaitu :
1. Pihak-pihak yang berkepentingan (Dinas Pendidikan dan UPTD) bisa
memberikan penjelasan dan pemahaman tentang program dana bantuan
BOS dengan baik mulai dari perencanaan, penggunaan, sampai pelaporan
dana. Untuk memberikan hasil yang maksimal hal ini harus dilakukan
dengan mengadakan pertemuan wali murid dan komite sekolah turut
menjadi pengawas didalamnya.
2. Diadakan pengawasan internal dan eksternal yang baik dalam pengelolaan
keuangan sekolah, agar tujuan keuangan organisasi nirlaba sesuai dengan
PSAK No.45 yakni laporan keuangan dijalankan dengan menyediakan
informasi yang relevan dan akuntabel untuk memenuhi kepentingan para
penyumbang, anggota organisasi, kreditur dan pihak lain yang
menyediakan sumber daya bagi organisasi nirlaba.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2002, Prosedur Penelitian (Suatu pendekatan Praktik),
Rieneka Cipta, Jakarta.
Asian Development Bank, 1999, Governance : Sound Development Management
di akses 27 Februari 2013; 11.15 wib)
Asian Development Bank, Public Administration in the 21-st Century (artikel di
internet, di akses 27 Februari 2013; 12.30 wib)
Bastian, Indra, 2007, Akuntansi Pendidikan, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Dewan Standar Akuntansi Keuangan, 2010, Pelaporan Keuangan Entitas
Nirlaba, Ikatan Akuntansi Indonesia, Jakarta
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit UNDIP
Headington, Rita, 2000, Monitoring, Assesment, Recording, reporting and
Accountability, Meeting the Standards. David Fulton Publishers, London
Hendrawan, Ronny, 2011, Analisi Penerapan PSAK No.45 tentang Pelaporan
Keuangan Organisasi Nirlaba pada Rumah Sakit Berstatus Badan
Layanan Umum, Skripsi, Semarang
Jalal, Fasli, dan Supriadi Dedi, 2001, Reformasi Pendidikan dalam Konteks
Otonomi Daerah, AdiCita, Yogyakarta.
Perbanas Accounting Conference - 2103
26
Karding, Abdul Kadir, 2008, Tesis Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan
Operasional Sekolah (BOS), Universitas Diponegoro, Semarang.
Mardiasmo, 2002, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Penerbit
Andi,Yogyakarta.
Mardiasmo, 2002, Akuntansi Sektor Publik, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Mardiasmo, 2006, Pewujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik
MelaluiAkuntansi Sektor Publik: Suatu Sarana Good Governance dalam
JURNAL AKUNTANSI PEMERINTAH, Vol. 2, No. 1, Mei 2006.
Meuthia, 2000, HAM : Penyelenggaraan Negara Yang Baik dan Masyarakat
Warga, KOMNAS HAM, Jakarta.
Peraturan Mendagri No.62 Tahun 2011, Pedoman Pengelolaan BOS
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 246/PMK.07/2012 Tentang Pedoman Umum
dan Alokasi Bantuan Operasional Sekolah Tahun Anggaran 2013
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 76 Tahun 2012 Tentang
Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana
Bantuan Operasional Sekolah Tahun 2013
Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Slamet PH. (2005).Handout Kapita Selekta Desentralisasi Pendidikan diIndonesia.
Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, Depdiknas RI
Subroto, Agus, 2009, Tesis Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa, Universitas
Diponegoro, Semarang.
Sugiyono, 2005, Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D, Alfabeta,
Bandung
Setiyanti, Sri Wiranti, 2011, Akuntansi, Transparansi Dan Akuntabilitas
Keuangan Publik, Jurnal Stie Semarang, Vol 3, N0 1, Edisi Februari 2011
Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:
CV Tamita Utama