+ All Categories
Home > Documents > PENGERTIAN AKHLAK, SEJARAH

PENGERTIAN AKHLAK, SEJARAH

Date post: 09-Dec-2023
Category:
Upload: simpatistainbukittinggi
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
32
I BAB I AKHLAK DAN PERMASALAHANNYA A. Akhlak 1. Pengertian Akhlak Pengertian akhlak bisa dilihat dengan dua pendekatan yaitu pendekatan secara linguistik (kebahasaan) dan pendekatan secara terminologi (peristilahan). Lebih lanjut akan dikemukan pandangan para ahli tentang akhlak tersebut secara sederhana. 1 Akhlak dikemukakan para ahli sebagai berikut: a) Secara bahasa “akhlak” berasal dari bahasa Arab, jamak dari kata khuluqun yang diartikan dengan akhlak atau perangai. 2 b) Akhlak mengandung segi-segi persesuaian dengan 1 Menurut Jamil Saliba akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu bentuk isim mashdar (bentuk infinitif) dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan wazan (timbangan) tsulasi majid af’ala, yuf’ilu, if’alan yang berarti : al-sajiyah (perangai), ath-thabi’ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-‘adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru’ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama).Kahar Masykur menyatakan bahwa kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab, ia adalah bentuk jama’ dari khulqu yang berarti: sajiyah (perangai) muruu’ah (budi), thab’u (tabiat), dan adaab (adab). Sementara itu dalam Kamus Ilmiah Populer kata akhlak didefinisikan sebagai budi pekerti, tingkah laku, perangai. Kalau dilihat yang diungkapkan para ahli di atas bahwa kata akhlak sebagai bentuk masdar dari akhlaka tidak tepat, karena bentuk mashdar akhlaka adalah ikhlaqan bukan akhlakan. Dan agaknya pendapat Kahar Masykur lebih mendekati kebenaran dibandingkan dengan pendapat Jamil Saliba, yaitu bahwa kata akhlak berasal dari kosa kata bahasa Arab akhlaq “ٌ قَ ْ خَ ”اyang merupakan bentuk jama’ (plural) dari ٌ قُ لُ خ(khuluq) atau ٌ قْ لَ خ(khalqun) yang berarti sajiyyah (perangai), muruu’ah (budi pekerti), thab’u (tabi’at) ‘aadat (kebiasaan), dan perangai tingkah laku. 1
Transcript

I BAB I

AKHLAK DAN PERMASALAHANNYA

A. Akhlak1. Pengertian Akhlak

Pengertian akhlak bisa dilihat dengan dua pendekatan yaitu pendekatan secara linguistik (kebahasaan) dan pendekatan secara terminologi (peristilahan). Lebih lanjut akan dikemukan pandangan para ahli tentang akhlak tersebut secara sederhana.1 Akhlak dikemukakan para ahli sebagai berikut:

a) Secara bahasa “akhlak” berasal dari bahasa Arab, jamak dari kata khuluqun yang diartikan dengan akhlak atau perangai.2

b) Akhlak mengandung segi-segi persesuaian dengan

1 Menurut Jamil Saliba akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu bentuk isim mashdar (bentuk infinitif) dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan wazan (timbangan) tsulasi majid af’ala, yuf’ilu, if’alan yang berarti : al-sajiyah (perangai), ath-thabi’ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-‘adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru’ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama).Kahar Masykur menyatakan bahwa kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab, ia adalah bentuk jama’ dari khulqu yang berarti: sajiyah (perangai) muruu’ah (budi), thab’u (tabiat), dan adaab (adab). Sementara itu dalam Kamus Ilmiah Populer kata akhlak didefinisikan sebagai budi pekerti, tingkah laku, perangai. Kalau dilihat yang diungkapkan para ahli di atas bahwa kata akhlak sebagai bentuk masdar dari akhlaka tidak tepat, karena bentuk mashdar akhlaka adalah ikhlaqan bukan akhlakan. Dan agaknya pendapat Kahar Masykur lebih mendekati kebenaran dibandingkan dengan pendapat Jamil Saliba, yaitu bahwa kata akhlak berasal dari kosa kata bahasa Arab akhlaq “اخالق” yang merupakan bentuk jama’ (plural) dari ,yang berarti sajiyyah (perangai) (khalqun) خلق atau (khuluq) خلقmuruu’ah (budi pekerti), thab’u (tabi’at) ‘aadat (kebiasaan), dan perangai tingkah laku.

1

perkataan khalqun ( ,yang berarti kejadian ,( خلق serta erat kaitannya dengan khaliq ( ( خالق dengan makna pencipta, dan makhluk ( ,( مخلوق berarti yang diciptakan.3

c) Al-khuluq secara bahasa adalah tabiat dan perangai.4

d) Muhammad Idris Abdu ar-Ra’uf al-Marbawi mendefinisikan kata khalqun atau khuluqun dengan perangai, tabiat, rasa malu, adat.5

e) Dalam Kamus Al-Kautsar Lengkap Arab-Indonesia, kata al-Khulqu dan al-Khuluqu diterjemahkan dengan tabiat-tabiat kebijaksanaan. Ilmu akhlak االخالق) (علم pada kamus tersebut diterjemahkan sebagai ilmu tata krama

f) Dalam sebuah hadits Nabi Saw riwayat Abu Dzar al-Ghifari terdapat kata khuluq yang berarti perangai atau cara bergaul, berikut adalah matan hadits tersebut:

اس بخلق ئة الحسنة تمحها وخالق الن ي ق الله حيثما كنت واتبع الس اتحسن

Artinya: “bertakwalah kepada Allah dimanpun kamu berada dan iringilah perbuatan jahat dengan kebaikan niscaya (pahala) kebaikan akan menghapus (dosa) nya dan bergaullah dengan manusia dengan pergaulan/perangai yang baik”.

g) Dalam al-Qur’an kata khuluq terdapat dalam surat al-Qalam, 68: 4: “wa innaka la’alaa khuluqin adhimin” yang diartikan sebagai budi pekerti.

Adapun pengertian Akhlak secara terminologi, menurut 2 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia,(Jakarta: PT

Mahmud Yunus Wadzuryah, 1989), hal.1203 Hamzah Ya’cub, Etika Islam, (Bandung : CV. Diponegoro,

1983), Cet. II, h. 114 Abd. Karim Zaidan. Ushul al-Dakwah . (Bagdad Dar al-

umur al-khattab, 1975) h.755 M. Idris al-Marbawiy, Kamus al-Marbawiy, (Mesir: Ttp,

1350 H), h. 186

2

Imam Gazali adalah “sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.6

Senada dengan ungkapan tersebut di atas, dalam kamus al-Mu’jam al-Wasit disebutkan definisi Akhlak sebagai berikut:

فس راسخة تصدر عنها االعمال من خير او شر من الخلق حال للنغير حاجة الى فكر ورؤية

“Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan

Ibnu Miskawaih mendefinisikan Akhlak sebagai “jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dahulu”.

Sementara Ahmad Amin mengemukakan bahwa “sementara orang mengetahui bahwa yang disebut Akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan Akhlak”. Menurutnya kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah imbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya, Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari kekuatan itu menimbulkan kekuatan yang lebih besar. Kekuatan besar inilah yang bernama Akhlak.

Akhlak adalah salah satu sifat yang berurat berakar pada diri seseorang yang terbit daripadanya perbuatan-perbuatan

6 Imam al-Gazali, Ihya Ulumuddin, Jilid VII, Terj. Ismail Yarub, (Kuala Lumpur: Victory Ajensi, 1988), h.

3

dengan mudah tanpa dipikir-pikir dan ditimbang-timbang.7 Jika diperhatikan dengan seksama, tampak bahwa seluruh definisi Akhlak sebagaimana tersebut diatas tidak ada yang saling bertentangan, melainkan saling melengkapi, yaitu sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbuatan lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan dan sudah menjadi kebiasaan.

Sedangkan amali berasal dari kata “amalun” yang bermakna amalan, perbuatan, kerja.8 Secara mudah dipahami ketika kata akhlak disangkutkan dengan amali adalah akhlak yang mudah di praktekkan dan dilakukan. Artinya akhlak praktis yang dapat dilakukan. Akan tetapi istilah amali ini dikenal dalam ilmu tasawuf. Ketika adanya pembagian tasawuf yaitu tasawuf amali, akhlaki dan falsafi. Namun sebagaimana yang penulis sampaikan di atas tadi bahwa akhlak amali yang ingin disampaikan dalam buku ini adalah akhlak yang dengan mudah dipraktekkan oleh mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari atau amalan keseharian.

2. Ilmu AkhlakAkhlak dengan ilmu akhlak oleh para ahli kadang di

bedakan antara satu sama lain. Dimana sering dipahami bahwa ilmu akhlak adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri untuk menjadi pedoman dalam hidup dan kehidupan, terutama dalam bertingkah laku, membedakan antara yang baik dengan yang buruk, yang bermanfaat dan yang mudharat.

7 Muhammad Natsir, Fiqhud Da’wah (Jakarta: Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia, 1977), h. 329

8 Mahmud Yunus, Kamus Arab,…, hal. 281

4

Dengan demikian bahwa ilmu akhlak adalah suatu ilmu yang menentukan batas antara yang baik dengan yang buruk, terpuji dan tercela, mengajarkan pergaulan antara sesama manusia, antara manusia dengan alam sekitar, terutama dalam membina hubungan antara khaliq dengan makhluk hablum mi Allah wa hablum min al-nas.9

Dalam kehidupannya manusia dalam hidup dan kehidupannya tidak terlepas dari salah satu perbuatan, yaitu antara perbuatan baik atau perbuatan buruk. Timbulnya perbuatan tersebut, disebabkan oleh manusia itu sendiri dalam berbuat dan bertindak sesuai dengan akhlaknya. Untuk terciptanya akhlak dalam hidup dan kehidupan sangat diperlukan pembinaannya.

Memang kalau diperhatikan manusia secara individu, merupakan anggota masyarakat dan selalu berhubungan dengan sesama manusia secara horizontal. Manusia selaku makhluk harus pula berhubungan dengan khaliq secara vertikal. Manusia, selama hidupnya tidak dapat memisahkan diri dari anggota masyarakat, diperlukan aturan-aturan atau ukuran-ukuran dan nilai-nilai yang harus diperbuat ataupun sebaliknya.Oleh karena demikian, dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara perlu adanya aturan-aturan, yaitu aturan-aturan yang timbul dalam masyarakat yang dijiwai oleh agama serta aturan-aturan yang ditetapkan oleh agama itu sendiri atas dasar keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Berdasarkan kepada pengertian dan pemahaman terhadap akhlak sebagaimana yang telah dikemukakan di atas bisa

9 Kahar Masyhur, Membina Moral dan Akhlak, (Jakarta: Kalam Mulia, 1987), hal. 1

5

disimpulkan bahwa:10

1. Ilmu akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan bathin.

2. Ilmu akhlak adalah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan tentang pergaulan manusia dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka.

Maka kalau di bagi lebih jauh bisa dibedakan antara ilmu akhlak dangan akhlak itu sendiri. Ilmu akhlak adalah ilmunya yang hanya bersifat teoritis, sedangkan akhlak lebih kepada yang bersifat praktis. Maka akhlak adalah sifat yang ada dalam diri manusia -baik bawaan ataupun hasil usahanya- yang mempengaruhi tindak tanduknya baik terpuji maupun tercela.

Apabila dalam diri seseorang terpatri akhlak mahmudah maka akan lahir tindak tanduk yang terpuji. Begitu pula sebaliknya, apabila dalam diri seseorang tertanam akhlak madzmumah maka akan lahir tindak tanduk yang tercela.11

Namun tidaklah setiap yang tertanam dalam diri seseorang itu termasuk dalam akhlak. Ada juga hal-hal yang tertanam pada diri seseorang tetapi tidak ada hubungannya

10 Parasuddin D, Pemikiran Al-Zarnuji Tentang Akhlak Peserta Didik, (Tesis, IAIN Imam Bonjol Padang, 2009, hal.22

11 Ada empat hal yang harus ada apabila seseorang ingin dikatakan berakhlak yaitu perbuatan yang baik atau buruk, Kemampuan melakukan perbuatan, Kesadaran akan perbuatan itu dan kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan perbuatan baik atau buruk.

6

dengan akhlak seperti insting dan motivasi. Insting dan motivasi merupakan hal yang fitroh dan tidak tercela apalagi masih dalam batas kewajaran. Inilah perlunya dilihat ciri-ciri dari perbuatan akhlak tersebut

B. Akhlak Dalam Lintasan Sejarah

Dalam pembahasan akhlak tidak akan pernah lepas dari perilaku manusia. Karena akhlak sudah ada sejak manusia itu dilahirkan. Mulai dari manusia yang pertama kali, yaitu Nabi Adam as sampai sekarang ini. Baik buruknya akhlak seseorang akan terliat dari bagaimana perilaku mereka. Tentunya akhlak seseorang akan mempengaruhi kedudukan mereka dalam masyarakat luas serta di hadapan Allah Swt.

Akhlak merupakan pembeda antara manusia dengan makhluk lain. Karena manusia tanpa akhlak, akan kehilangan derajatnya sebagai makhluk Allah yang paling mulia.

Karena akhlak sudah ada sejak manusia pertama kali, yaitu Nabi Adam as. Tentu akhlak memiliki sejarah yang luar biasa. Pertumbuhan dan perkembangannya pun tentu sangat menarik untuk kita pelajari. Mulai dari ilmu akhlak di luar Islam, akhlak bangsa Ibrani, akhlak dalam ajaran Islam serta akhlak sebelum Islam. Dimana memiliki pemikir-pemikir yang berbeda setiap perkembangannya.

1. Akhlak pada bangsa Yunani12

Pertumbuhan ilmu akhlak pada bangsa Yunani baru terjadi setelah munculnya orang-orang yang bijaksana (500-450 SM). Sedangkan sebelum itu di kalangan bangsa Yunani

12 Muhammad Alfan, Filsafat Etika Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hal.17

7

tidak dijumpai pembicaraan mengenai akhlak, karena pada masa itu perhatian mereka tercurah pada penyelidikannya mengenai alam.13

   Dasar yang digunakan para pemikir Yunani dalam membangun ilmu akhlak adalah pemikiran filsafat tentang manusia. Ini menunjukkan bahwa ilmu akhlak yang mereka bangun lebih bersifat filosofis. Pandangan dan pemikiran filsafat yang dikemukakan para filosof Yunani berbeda-beda. Tetapi substansi dan tujuannya sama, yaitu menyiapkan angkatan muda bangsa Yunani, agar menjadi nasionalis yang baik, merdeka, dan mengetahui kewajiban mereka terhadap tanah airnya.14

2. Akhlak Agama NasraniPada akhir abad ketiga masehi, tersiar agama Nasrani di

Eropa. Agama itu dapat membawa pokok-pokok ajaran akhlak yang tersebut dalam Taurat dan Injil. Menurut agama ini bahwa Tuhan adalah sumber akhlak. Tuhan yang membentuk patokan-patokan akhlak yang harus dipelihara dan dilaksanakan dalam kehidupan sosial. Agama ini mengatakan bahwa yang disebut baik adalah perbuatan yang disukai Tuhan serta berusaha melaksanakannya dengan baik.

3. Akhlak Bangsa RomawiPada abad pertengahan gereja memerangi filsafat Yunani

dan Romawi, serta menentang penyiaran ilmu dan kebudayaa kuno. Mempergunakan filsafat diperkenankan sekedarnya

13 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 59

14 Mustafa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 41

8

untuk menguatkan keyakinan-keyakinan agama, batas-batasnya dan ketertibannya. Pada masa ini filsafat yang menentang agama Nasrani di buang jauh-jauh. Ajaran akhlak yang lahir di Eropa pada abad pertengahan itu adalah ajaran akhlak yang dibangun dari peradaban antara ajaran Yunani dan Nasrani.

4. Akhlak Bangsa ArabBangsa Arab pada zaman jahiliah, bangsa Arab tidak

memiliki ahli filsafat yang mengajak pada aliran paham tertentu di kalangan bangsa Yunani, seperti Epicurius, Zeno, Plato, dan Aristoteles.  Pada waktu itu bangsa Arab hanya memiliki ahli hikmah dan ahli syair yang memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran.

Setelah sinar Islam memancar, maka suasana bagaikan sinar matahari menghapiska kegelepan malam. Bangsa Arab kemudian tampil maju menjadi bangsa yang unggul disegala bidang, berkat akhlakul karimah yang diajarkan islam.

Allah menjadikan manusia dalam betuk suasana yang baik dan memberikan jalan baik yang harus ditempuh. Allah menetapkan juga beberapa keutamaan seperti benar dan adil, menjadikan kebahagiaan di dunia dan kenikmatan di akhirat sebagai pahaala bagi orang yang mengikutinya.

5. Akhlak Agama HinduAkhlak agama Hindu berdasarkan kitab Weda (1500

SM), selain mengandung dasar-dasar ketuhanan juga mengajarkan prinsip akhlak Hindu yang wajib dipegang teguh oleh pengikutya. Prinsip-prinsip tersebut adalah patuh dan disiplin pada pelaksanaan upacara ajarannya sebagaimana mestinya. Seseorang yang bisa melakukan kewajiban tersebut dengan sempurna maka dapat dipandang sebagai orang yang

9

tercapai derajat kemuliaan yang sesungguhnya. Sebaliknya orang yang melalaikan hal tersebut, kurang hati-hati atau salah dalam melaksanakan upacara keagamaan, berarti dosa.

6. Akhlak Sebelum IslamAkhlak sebelum Islam maksudnya ialah akhlak yang

dilmiliki oleh orang pada masa jahiliyah, yaitu zaman kebodohan sebelum Islam lahir. Pada waktu itu penduduk Arab menyembah berhala dan hanya beberapa tempat saja yang beragama Yahudi dan Kristen. Mereka hidup tanpa mengenal adanya Allah. Mereka hanya memepercayai dan menyembah berhala, menyembah matahari, bulan, dan menyembah bintang.

Dalam zaman yang amat gelap tersebut bangsa Arab mempunyai sifat yang berani, ulet, kuat ingatan, mempunyai perasaan, tahu harga diri, dan ingin kasih sayang. Namun sifat yang baik tersebut dikalahkan ole sifat yang buruk. Selama zaman ini, bangsa Arab diliputi dengan kezaliman. Para wanita tidak diperlakukan sebagai manusia. Tidak ada batas bagi laki-laki berapapun mereka beristri. Jika seorang meniggal, maka istrinya yang banyak tersebut termasuk harta pusaka bagi ahli warisnya.

Zaman jahiliyah ini merupakan zaman yang akhlaknya dalam keadaan yang memprihatinkan. Akhlak zaman jahiliyah ini hampir sama sekali dengan binatang. Namun jika dibandingkan dengan binatang, sungguh binatang lebih baik, sebab binatang tidak mempunyai akal pikiran tetapi ia mempunyai rasa kasih sayang yang tinggi.

10

C. Ciri-ciri Perbuatan AkhlakSuatu perbuatan akhlak itu bisa dilihat dengan melihat

substansi dari akhlak dan defenisi yang diberikan oleh para ahli tersebut. Secara mudah akan diuraikan ciri-ciri perbuatan akhlak tersebut yaitu:15

1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.

2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dilakukan dan tanpa pemikiran. Ini berarti bahwa saat melaksanakan kegiatan dengan mudah atau kegiatan sehari-hari.

3. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Bahwa ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan manusia yang dapat dinilai baik atau buruk.

4. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara

5. Sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena keikhlasan semata-mata karena Allah, bukan karena dipuji orang atau karena ingin

15 Rahman Ritonga, Akhlak: Merakit Hubungan dengan sesama Manusia, (Surabaya: Amelia, 2005), hal. 9

11

mendapatkan suatu pujian.6. Tidak merasa bersalah atau malu setelah melakukannya

karena sudah menjadi kebiasaannya sehari-hari.

D. Sinonim dengan Akhlak1. Etika

Dari segi etimologi etika berasal dari bahasa yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Sering di defenisikan bahwa etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang tidak baik, sesuai dengan moral atau akhlak yang dianut oleh masyarakat luas.16

Seringkali kata etika sinonim dengan akhlak. Kata ini berasal dari bahasa Yunani yakni ethos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan yang dimaksud kebiasaan adalah kegiatan yang selalu dilakukan berulang-ulang sehingga mudah untuk dilakukan seperti merokok yang menjadi kebiasaan bagi pecandu rokok. Sedangkan etika menurut filsafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.

Etika membahasa tentang tingkah laku manusia.Ada orang berpendapat bahwa etika dan akhlak adalah sama. Persamaan memang ada karena kedua-duanya membahas baik dan buruknya tingkah laku manusia. Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran

16 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), Cet. III, h.237

12

tingkah laku yang baik dan buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha mencapai tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena pandangan masing-masing golongan dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran (kriteria) yang berlainan.17

Namun bila dilihat lebih mendalam, maka ditemukan secara jelas persamaan dan perbedaan etika dan akhlak. Persamaan diantara keduanya adalah terletak pada objek yang akan dikaji, dimana kedua-duanya sama-sama membahas tentang baik buruknya tingkah laku dan perbuatan manusia. Sedangkan perbedaannya sumber norma, dimana akhlak mempunyai basis atau landasan kepada norma agama yang bersumber dari hadist dan al Quran

Para ahli dapat segera mengetahui bahwa etika berhubungan dengan empat hal sebagai berikut.Pertama, dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas perbutaan yang dilakukan oleh manusia. Kedua, dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran dan filsafat. Sebagai hasil pemikiran maka etika tidak bersifat mutla, absolut dan tidak pula universal.

Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap suatu perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, terhina dsb. Keempat, dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat berubah-rubah sesuai tuntutan zaman. Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu

17 Nurcholis Madjid, konsep dan Pengertian Akhlak bangsa Indonesia di Simpang Jalan, (Bandung : Mizan, 1998), h. 114

13

pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.2. Moral

Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia moral diartikan dengan susila. Sedangkan moral adalah akhlak atau budi pekerti, atau kondisi mental yang dapat menentukan apakah orang masih bisa bertahan terhadap yang baik atau hanyut ke arah yang buruk. Moral juga diartikan tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar. Antara etika dan moral memang memiliki kesamaan.

Namun, ada pula berbedaannya, yakni etika lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis. Menurut pandangan ahli filsafat, etika memandang tingkah laku perbuatan manusia secara universal (umum), sedangkan moral secara lokal. Moral menyatakan ukuran, etika menjelaskan ukuran itu.

Namun demikian, dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbutan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam pembicaran moral tolak ukur yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di masyarakat. Istilah moral senantiasa mengaku kepada baik buruknya perbuatan manusia sebagai manusia. Inti pembicaraan tentang moral adalah menyangkut bidang kehidupan manusia dinilai dari baik buruknya perbutaannya

14

selaku manusia. Norma moral dijadikan sebagai tolak ukur untuk menetapkan betul salahnya sikap dan tindakan manusia, baik buruknya sebagai manusia.

3. NormaNorma berasal dari bahasa latin yakni norma, yang

berarti penyikut atau siku-siku, suatu alat perkakas yang digunakan oleh tukang kayu. Dari sinilah diartikan norma sebagai pedoman, ukuran, aturan atau kebiasaan. Jadi norma ialah sesuatu yang dipakai untuk mengatur sesuatu yang lain atau sebuah ukuran. Dengan norma ini orang dapat menilai kebaikan atau keburukan suatu perbuatan.

Jadi secara terminologi norma dapat dibagi menjadi dua macam. Pertama, norma menunjuk suatu teknik. Kedua, norma menunjukan suatu keharusan. Kedua makna tersebut lebih kepada yang bersifat normatif. Sedangkan norma norma yang kita perlukan adalah norma yang bersifat prakatis, dimana norma yang dapat diterapkan pada perbuatan-perbuatan konkret.

Dengan tidak adanya norma maka kiranya kehidupan manusia akan manjadi brutal. Pernyataan tersebut dilatar belakangi oleh keinginan manusia yang tidak ingin tingkah laku manusia bersifat senonoh. Maka dengan itu dibutuhkan sebuah norma yang lebih bersifat praktis. Memang secara bahasa norma agak bersifat normatif akan tetapi itu tidak menuntup kemungkinan pelaksanaannya harus bersifat praktis.

Hidup bersama menghasilkan norma. Norma diambil agar cara hidup bersama tidak mengganggu sesama. Dalam kehidupan ini agar masing-masing anggota masyarakat

15

mencapai sesuatu yang berharga. Dengan demikian norma selalu mengisi suasana ejiwaan sehari-hari dalam mengejar nilai dalam hidup bersama ini apalagi di tengah-tengah masyarakat.18

4. NilaiNilai biasanya membahas tentang pertanyaan mengenai

mana yang baik dan mana yang tidak baik dan bagaimana seseorang untuk dapat berbuat baik serta tujuan yang memiliki nilai. Pembahasan mengenai nilai ini sangat berkaitan dangan pembahasan etika. Kajian mengenai nilai dalam filsafat moral sangat bermuatan normatif dan metafisika.

Nilai merupakan tema baru dalam filsafat. Sebagai cabang filsafat yang disebut dengan aksiologi. Muncul untuk pertama kalinnya pada paroh kedua abad ke-19.19

Masyarakat beranggapan bahwa kehancuran akhlak yang menimpa umat, kecuali apabila telah terpatri konsep nilai-nilai yang konkret yang telah disepakati Islam, yaitu nilai-nilai absolut yang tegak berdiri diatas asas yang kokoh. Nilai absolut adalah tersebut adalah kebenaran dan kebaikan sebagai nilai-nilai yang akan mengantarkan kepada kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat secara individual dan sosial.5.Susila

Susila berasal dari bahasa sansekerta yang berarti dasar, prinsip dan norma. Secara istilah susila adalah norma hidup yang bertujuan untuk mewujudkan dan menciptakan

18 Sumarkoco Sudiro, Masalah-masalah Pokok Kedewasaan dalam Masyarakat Modern, (Jakarta: GarudaMetropolitan Press, 1990), cet.I, hal. 29

19 Risieri Frondizi, Pengantar Filsafat Nilai, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hal. 1

16

masyarakat menjadi lebih baik. Susila juga dapat diartikan sebagai sopan santun.

Susila ini lebih mengacu pada upaya-upaya dalam membuat norma-norma untuk dijalankan dalam masyarakat dan dijadikan prinsip-prinsip serta dasar agar tatanan sosialnya menjadi sejahtera dan tentram. Upaya-upaya itu dapat berupa membimbing dan mendorong agar masyarakat memiliki nilai mulia demi mencapai tujuan bersama.

E. Hubungan Akhlak , Etika,Moral, dan SusilaIstilah etika.moral, susika dan akhlak adalah identik,

karena sama-sama mengacu kepada manusia, baik dari aspek perilaku maupunpemikiran manusia. Bagi manusia, perilaku yang dimaksud tentu baerada pada tatran ideal tanpa memperdulikan perbedaan etnis, agama, geografis, bahasa dan lain sebagainya. Ke empat istilah tersebut saling terkait antara satu dan lainya. Keterkaitan tersebut masuk ke dalam aspek-aspek perilaku manusia. Dengan demikian maka etika, moral dan tata susila sangat dibutuhkan sebagai implementasi dalam menjabarkan ketentuan-ketentuan Akhlak didalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Perbedaan dan kesamaan dari keempat di atas dapat terlihat di bawah ini:1. Perbedaan Akhlak , Etika,Moral, dan Susila AKHLAK1. Akhlak berada pada tataran Aplikatif dari suatu tindakan

manusia dan bersifat umum, namun mengacu pada barometer ajaran agama.

17

2. Akhlak juga berada pada level spontanitas spesifik, karena kebiasaan individual/komunitas yang dapat disebut dengan “adab”.

3. Akhlak merupakan istilah yang bersumber dalam Al-qur’an dan As Sunnah..

ETIKA1) Etika bertolak ukur pada akal pikiran atau rasio bersifat

tidak mutlak dan tidak pulauniversal.2) Etika bersifat pemikiran filosofis yang berada pada tataran

konsep teoritis.3) Etika bersifat relatif yakni bisa berubah-ubah sesuai dengan

tuntutan zaman. MORAL1. Moral tolak ukurnya adalah norma-norma yang berlaku

pada masyarakat.2. Moral yang diungkapkan dengan istilah moralitas dipakai

untuk menilai suatu perbuatan.3. Moral mengacu pada baik buruknya perbuatan manusia. SUSILA1. Susila adalah prinsip-prinsip yang menjadi landasan

berpijak masyarakat, baik dalam tindakan ataupun tata cara berpikir, berdasarkan kearifan-kearifan lokal.

2. Susila mengacu pada upaya-upaya dalam membuat norma-norma baik untuk dijadikan sebagai prinsip dan dasar hidup suatu masyarakat.

b. Persamaan Akhlak , Etika,Moral, dan Susilao Akhlak, etika, moral dan susila mengacu pada ajararan atau

gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, sifat, dan perangkai yang baik.

18

o Akhlak, etika, moral dan susila merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk menakar martabat dan harkat kemanusiaanya.

o Akhlak, etika, moral, dan susila seseorang atau sekelompok orang tidak semata-mata merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap, statis dan konstan. Untuk pengembangan dan aktualisasi potensi positif tersebut diperlukan pendidikan, pembiasaan, dan keteladanan, serta dukungan lingkungan mulai dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

F. Baik dan Buruk 1. Pengertian Baik dan Buruk

Dalam Islam persoalan baik dan buruk mengambil posisi yang sangat signifikan dan starategis. Para teolog Islam 20banyak dan hangat terlibat dalam perbincangan ini.

Baik dan buruk bisa dilihat secara bahasa dan istilah. Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khayr yang artinya “ yang baik”, good; best (dalam bahasa Inggris). Sedangkan lawan dari baik adalah buruk, kata buruk sepadan dengan kata syarra, kobikh dalam bahasa Arab dan evil ;bad dalam bahasa Inggris. Seringkali sulit untuk mengatakan apa yang dikatakan baik dan buruk itu. Namun biasanya yang disebut dengan baik adalah sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan dan kepuasan, kesenangan, persesuaian, dan seterusnya. Maka baik dan buruk itu sangat relative sekali.21

20 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1985), Jilid II, Cet.5, hal. 51

21 Didiek Ahmad Supadie, Pengantar Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), hal. 220

19

Jika dihubungkan dengan akhlak, yang dimaksud dengan baik adanya keselarasan antara prilaku manusia dan alam manusia. Ahmad Amin menyatakan bahwa perilaku manusia dianggap baik atau buruk bergantung pada tujuan yang dicanangkan oleh pelaku. Kedua pengertian tersebut tampaknya lebih baik disatukan menjadi satu definisi, sebab definisi pertama lebih memperhatikan akibat dari perilaku yang dihasilkan, sementara definisi kedua lebih menitik beratkan pada tujuan terwujudnya perilaku.

Dengan hanya mempertimbangkan tujuan pelaku, seseorang akan cenderung berani melakukan tindakan yang tidak selaras dengan alam dengan dalih bertujuan baik, juga adanya kesulitan mengukur kebenaran tujuan pelaku. Berdasarkan pertimbangan tersebut, barangkali dapat dirumuskan bahwa perilaku yang baik adalah prilaku yang memiliki tujuan baik dan selaras dengan alam manusia.2. Ukuran Baik dan Buruk

Banyak para ahli memberikan ukuran tentang baik dan buruk tersebut. Pandangan dan aliran bermunculan sesuai dengan standar yang mereka. Secara sederhana akan dikemukakan tentang ukuran baik dan buruk sebagai berikut:

a) NuraniSebagai makhluk yang dianugerahkan keistimewaan

maka jiwa manusia memiliki kekuatan yang mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Kekuatan tersebut dapat mendorongnya berbuat baik dan mencegahnya berbuat buruk. Jiwanya akan merasa bahagia jika telah berbuat baik dan merasa tersiksa jika telah berbuat buruk. Kekuatan ini disebut nurani. Masing – masing individu memiliki kekuatan

20

yang berbeda satu sama lain. Perbedaan kekuatan ini dapat menyebabkan perbedaan persepsi tentang sesuatu yang dianggap baik dan yang dianggap buruk.

b) AqalAqal merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan

kepada manusia, yang membedakannya dengan makhluk lain. Dengan aqal yang dimiliki, manusia dapat menimbang mana perkara yang baik dan yang buruk. Dengan akalnya manusia dapat menilai bahwa perbuatan yang berakibat baik layak disebut baik dan dilestarikan, dan begitu sebaliknya. Penilaian rasio manusia akan terus berkembang dan mengalami perubahan sesuai dengan pengalaman – pengalaman yang mereka miliki.

c) Adat IstiadatAdat istiadat yang berlaku dalam kelompok ataupun

masyarakat tertentu menjadi salah satu ukuran baik dan buruk anggotanya dalam berperilaku. Melakukan sesuatu yang tidak menjadi kebiasaan masyarakat sekitarnya ataupun kelompoknya akan menjadi problem dalam berinteraksi.

Masing – masing kelompok atau bangsa mempunyai adat istiadat tertentu. Adat Istiadat itu agak membawa kepada kesucian, apabila seseorang menyalahi adat istiadat itu sangat dicela dan dianggap keluar dari golongan bangsanya.22

Sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat satu belum tentu demikian menurut masyarakat yang lain. Mereka akan mendidik dan mengajarkan anak-anak mereka untuk

22Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), Judul Asli: al-Akhlak, diterjemahkan oleh Farid Makruf, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), Cet. 7, hal. 87

21

melakukan kebiasaan–kebiasaan yang mereka anggap baik dan melarang melakukan sesuatu yang tidak menjadi kebiasaan mereka. Kalau di Minangkabau ada istilah yang empat yaitu adat istiadat, adat nan teradat, adat nan diadatkan dan adat nan sabana adat. Hal ini menjadi acuan betul dalam berprilaku bagi masyarakat minangkabau.23

d. Ide atau Pandangan IndividuSetiap kelompok atau masyarakat yang secara individual

memiliki pandangan atau pemikiran yang berbeda dengan kebanyakan orang di kelompoknya. Masing–masing individu memiliki kemerdekaan untuk memiliki pandangan dan pemikiran tersendiri meski harus berbeda dengan kelompok atau masyarakatnya. Masing–masing individu memiliki hak untuk menentukan mana yang dianggapnya baik untuk dilakukan dan mana yang dianggapnya buruk. Tidak mustahil apa yang semula dianggap buruk oleh masyarakat, akhirnya dianggap baik, karena terdapat seseorang yang berhasil meyakinkan kelompoknya bahwa apa yang dianggapnya buruk adalah baik.

e. Norma Agama atau Teologi. Semua agama di dunia ini mengajarkan kebaikan.

Ukuran baik dan buruk menurut norma agama lebih bersifat tetap, bila dibandingkan dengan ukuran baik dan buruk dimata nurani, rasio, adat istiadat, dan pandangan individu. Keempat ukuran tersebut bersifat relatif dan dapat berubah sesuai dengan ruang dan waktu. Ukuran baik dan buruk yang

23 AMZ Tuanku Kayo Khadimullah, Menuju Tegaknya Syari’at Islam Minangkabau,(Bandung: Penerbit Marja, 2007), hal.111

22

berlandaskan norma agama kebenarannya lebih dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan, karena norma agama merupakan ajaran Tuhan Yang Maha Suci. Disamping itu, ajaran Tuhan lebih bersifat universal, lebih terhindar dari subyektifitas individu maupun kelompok. Di samping ukuran baik buruk di atas terdapat juga aliran tentang baik dan buruk tersebut:

1) Baik Buruk Menurut Aliran Adat Istiadat (Sosialisme)Menurut aliran ini baik atau buruk ditentukan berdasarkan adat istiadat ynag berlaku dan ditentukan berdasarkan adat istiadat yang berlaku dan dipegang teguh oleh masyarakat. Orang yang mengikuti dan berpegang teguh pada adat dipandang baik, dan orang yang menentang dan tidak mengikuti adat istiadat dipandang buruk, dan kalau perlu dihukum secara adat. Di dalam masyarakat dijumpai adat istiadat mengenai tata cara berpakaian, makna, minum, bertandang dan sebgainya.morang yang mengikuti cara-cara demikianlah yang disebut orang baik dan sebaliknya. Kelompok yang menilai baik dan buruk berdasarkan adat istiadat ini dalam tinjauan filsafat dikenal dengan istilah aliran sosialisme. Munculnya paham ini bertolak dari anggapan karena masyarakat itu terdiri dari manusia, maka ada yang berpendapat bahwa masyrakatlah yang menentukan baik buruknya tindakan manusia yang menjadi anggotanya.

2) Baik Buruk Menurut Aliran Hedonisme Aliran hedonisme adalah aliran filsafat yang terhitung tua, karena berakar pada pemikiran filsafat Yunani,

23

khusunya pemikiran filsafat Epicurus (341-270 SM), ynag selanjutnya dikembangkan oleh Cyrenics sebagaimana telah diuraikan. Menurut paham ini banyak yang disebut perbuatan yang baik adalah perbuatan yang banyak mendatangkan kelezatan, kenikmatan dan kepuasan nafsu biologis. Aliran ini tidak mengatakan bahwa semua perbuatan mengandung kelezatan, melainkan ada juga yang mendatangkan kepedihan, dan apabila ia disuruh memilih manakah perbuatan yang harus dilakukan, maka ynga dilakukan adalah yang mendatangkan kelezatan. Epicurus sebagai peletak dasar paham ini mengatakan bahwa kebahagiaan atau kelezatan itu adalah adalah tujuan manusia. Tidak ada kebaikan dalam hidup selain kelezatan dan tidak ada keburukan kecuali penderitaan.

3) Baik Buruk Menurut Paham Intuisisme (Humanisme)Intuisi adalah merupakan kekuatan batin yang dapat menentukan sesuatu sebagai baik dan buruk dengan sekilas tanpa melihat akibatnya. Paham ini berpendapat bahwa pada setiap manusia mempunyai kekuatan insting batin yang dapat membedakan baik dan buruk dengan sekilas pandang.  Kekuatan batin ini adalah kekuatan yang telah ada dalam jiwa manusia, tidak etrambil dari keadaan diluarnya  Kita diberikan kemampuan untuk membedakan antara baik dan buruk, sebagaimana kita diberi mata untuk melihat dan diberi telinga untuk mendengar. Menurut paham ini perbuatan yang baik adalah perbuatan yang sesuai dengan penilaian yang diberikan oleh hati nurani atau kekuatan

24

batin yang ada dalam dirinya. Dan perbuatan buruk adalah perbuatan yang menurut hati nurani di pandang buruk. Paham ini selanjutnya dikenal dengan paham humanisme. Poedjawijatna mengatakan bahwa menurut aliran ini yang baik adalah ayng sesuai dengan kodrat manusia  yaitu kemnausiaannya yang cenderung kepada kebaikan. Dengan demikian ukuran baik buruk suatu perbuatan menurut paham ini adalah tindakan yang sesuai dengan derajat manusia, dan tidak menentang atau mengurangi keputusan hati. Secara batin setiap orang pasti tidak akan dapat membohongi suara hatinya. 

4) Baik Buruk Menurut Paham UtilitarianismeSecara harfiah utilis berarti berguna. Menurut paham ini yag baik adalah yang berguna. Paham penentuan baik buruk berdasarkan nilai guan ini mendapatkan perhatian dimasa sekarang. Dalam abad sekarang ini kemajuan dibidang teknik cukup meningkat dan kegunaanlah ynag menentukan segalanya. Namun demikian paham ini terkadang cenderung extrim dan melihat kegunaan hanya dari sudut pandang materialistik. Selain itu paham ini juga menggunakan apa saja yang dianggap ada gunanya. Namun demikaian kegunaan dalam arti bermanfaat yang tidak hanya berhubungan dengan materi melainkan juga dengan yang bersifat rohani agar bisa diterima. Dan kegunaan bisa juga diterima jika yang diguankan itu hal-hal ynag tidak manimbulkan kerugian bagi orang lain. Nabi misalnya menilai bahwa orang yang baik adalah orang

25

yang member manfaat pada orang lain.5) Baik Buruk Menurut Paham Vitalisme

Menurut paham ini yang baik adalah yang mencerminkan kekuatan dalam hidup manusia. Paham ini lebih lanjut kepada sikap binatang, yang berlaku hokum siapa yang kuat dialah yang baik. Dalam masyarakat yang sudah maju, dimana ilmu penegtahuan dan keterampilan sudah mulai banyak dimiliki oleh masyarakat, paham vitalisme tidak akan mendapat tempat lagi, dan digeser dengan pandangan yang bersifat demokratis.

6) Baik Buruk Menurut Paham ReligiosismeMenurut paham ini yang dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai kehendak Tuhan, sedang perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.  Dalam paham ini keyakinan Teologis yakni keimanan kepada Tuhan sangat memegang peranan penting, karena tidak mungkin orang mau berbuat sesuai dengan kehendak Tuhan, jika yang bersangkutan tidak beriman kepada-Nya. Menurut Poedjawijatna aliran ini dianggap paling baik dalam praktek. Namun sayang nya paham ini tidak umum dari ukuran baik dan buruk yang digunakan. Diketahui bahwa didunia ini terdapat bermacam-macam agama  dan masing-masing agama menentukan baik dan buruk menurut ukurannya masing-masing agama Hindu, Budha Yahudi, Kristen dan Islam misalnya masing-masing memiliki pandangan dan tolak ukur tentang baik dan buruk dimana satu dan lainnya berbeda.

26

7) Baik dan Buruk Menurut Paham EvolusiMenurut mereka yang menganut paham ini segala sesuatu dialam mengalami evolusi yaitu berkembanng dari apa adanya menuju kepada kesempurnaan. Herbert Spencer (1820-1903) salah seorang ahli filsafat Inggris yang berpendapat evolusi ini mengatakan bahwa perbuatan akhlak itu tumbuh secara sederhana, kemudian berangsur meningkat sedikit demi sedikit berjalan ke arah cita-cita yang dianggap sebagai tujuan. Cita-cita manusia dalam hidup ini menurut paham ini adalah untuk mencapai kesenangan dan kebahagiaan. Menjadi suatu keharusan bagi paham ini untuk mengubah dinya menurut keadaan yang ada disekelilignya, sehingga dengan demikian sampailah ia kepada kesempurnaan atau kebahagiaan yang menjadi tujuannya.

8). Baik dan Buruk Menurut Aliran Tradisional.Tiap umat manusia mempunyai adat / tradisi dan peraturan tertentu yang dianggap baik untuk dilaksanakan. Karena itu, kapan dan dimanapun juga, dipengaruhi oleh adat kebiasaan atau tradisi bangsanya, karena lahir dalam lingkungan bangsanya.

4) .Baik Buruk Menurut Aliran Naturalisme.Adapun yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia menurut aliran ini adalah perbuatan yang sesuai dengan fitrah / naluri manusia itu sendiri, baik mengenai fitrah lahir maupun fitrah batin. Aliran ini berpendirian bahwa segala sesuatu dalam dunia ini menuju kepada suatu tujuan tertentu. Dengan memenuhi

27

panggilan nature setiap sesuatu akan dapat sampai kepada kesempurnaan. Karena akal pikiran itulah yang menjadi wasilah bagi manusia untuk mencapai tujuan kesempurnaan, maka manusia harus melakukan kewajibannya dengan berpedoman kepada akal.

5) Baik dan Buruk Menurut Ajaran IslamAjaran Islam adalah ajaran yang bersumberkan wahyu Allah SWT. Al Qur’an yang dalam penjabarannya dilakukan oleh hadits Nabi Muhammad SAW. Menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk Al Qur’an dan Al Hadits.

G. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi AkhlakDalam menentukan akhlak seseorang sangat

dipengaruhi oleh beberapa factor di sekitarnya, sehingga terbentuknya akhlak seseorang. Beberapa factor tersebut adalah:1. Faktor Insting (Naluri)

Berbagai bentuk refleksi sikap, tindakan dan perbuatan manusia dimotivasi oleh kehendak yang dimotori oleh Insting seseorang. Insting merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir. Naluri manusia itu merupakan paket yang secara fitrah sudah ada dan tanpa perlu dipelajari terlebih dahulu.

Naluri manusia harus mendapatkan pengarahan dan petunjuk Allah. Jikalau tidak demikian naluri itu akan tersalah dalam penyalurannya. Misalnya naluri jodoh, makan dan minum, jika hal itu tanpa dibimbing oleh petunjuk Allah, nisyaca akan menimbulkan kerusakan. Namun sebaliknya, jika hal itu di salurkan menurut yang semestinya, akan menimbulkan

28

kebaikan dan kebahagian.24

2. Faktor Adat/KebiasaanAdat/Kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan

seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Suatu perbuatan manusia, apabila dikerjakan secara berulang-ulang sehingga mudah melakukannya, itu dinamakan adat kebiasaan.3. Faktor Wirotsah (keturunan)

Berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua) kepada cabang (anak keturunan). Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tuanya. Kadang-kadang anak itu mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat orang tuanya. Orang biasa mengatakan air tidak jauh dari cucuran atap.4. Faktor Milieu atau lingkungan

Milieu adalah segala sesuatu yang melingkupi tubuh yang hidup meliputi tanah dan udara sedangkan lingkungan manusia, ialah apa yang mengelilinginya, seperti negeri, lautan, udara, dan masyarakat.25 milieu ada 2 macam:a.Lingkungan Alam

Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan alam mematahkan atau mematangkan pertumbuhn bakat yang dibawa oleh seseorang. b.Lingkungan pergaulan

Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia

24 Bakhri Dusar, Akhlak Islam Berbagai Dimensi, (Padang : IAIN IB-Press, 2000), h.52-53

25 Ahmad Amin, Ethika,..., hal.53

29

lainnya. Itulah sebabnya manusia harus bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan akan saling mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan tingkah laku.

5. Faktor ImanIman merupakan unsur utama dan pokok dalam

keberagamaan seorang Muslim. Iman menempati hati manusia dan berproses dan bergelombang menuju kearah kematangannnya. Sehingga akan membeikan bekas yang dalam dan kuat pada hati manusia.

Kemudian membentuk perilaku dan tindakan lahiriah yang baik. Jadi kualitas atau kadar kematangan iman seseorang akan berpengaruh terhadap kualitas kehidupan nyatanya. Baik yang berhubungan dengan Allah maupun dengan sesama manusia dan alam sekitarnya. 26

H. Pembagian Akhlak dalam Islam Pembagian akhlak yang dimaksud dalam pembahasan ini

adalah menurut sudut pandang Islam, baik dari segi sifat maupun dari segi objeknya.27 Dari segi sifatnya, akhlak

26 Abu A’la Maududi, dkk, Hakekat Tauhid dalam Memahami Seorang Muslim, (Prenduan, Darul Ulum Pres, 1990), hal.9

27 Secara umum akhlak atau perilaku/perbuatan manusia terbagi menjadi dua; pertama; akhlak yang baik/mulia dan kedua; aklak yang buruk/tercela. Adapun inti dari akhlak tersebut adalah berakhlak kepada Allah. Karena Allah SWT telah menjadikan diri dan lingkungan sekitar dengan lengkap dan sempurna. Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan utama penciptaannya adalah untuk beribadah. Ibadah dalam pengertian secara umum yaitu melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangannya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Manusia diperintahkan-Nya untuk menjaga,

30

dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama, akhlak yang baik, atau disebut juga akhlak mahmudah (terpuji) atau akhlak al-karimah; dan kedua, akhlak yang buruk atau akhlak madzmumah.

Akhlak Mahmudah adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda keimanan seseorang. Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji ini dilahirkan dari sifat-sifat yang terpuji pula. Sifat terpuji yang dimaksud adalah, antara lain: cinta kepada Allah, cinta kepda rasul, taat beribadah, senantiasa mengharap ridha Allah, tawadhu’, taat dan patuh kepada Rasulullah, bersyukur atas segala nikmat Allah, bersabar atas segala musibah dan cobaan, ikhlas karena Allah, jujur, menepati janji, qana’ah, khusyu dalam beribadah kepada Allah, mampu mengendalikan diri, silaturrahim, menghargai orang lain, menghormati orang lain, sopan santun, suka bermusyawarah, suka menolong kaum yang lemah, rajin belajar dan bekerja, hidup bersih, menyayangi binatang, dan menjaga kelestarian alam.

Akhlak Madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan jahat yang merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia. Sifat yang termasuk akhlak mazmumah adalah segala sifat yang bertentangan dengan akhlak mahmudah, antara lain: kufur, syirik, munafik, fasik, murtad, takabbur, riya, dengki, bohong, menghasut, kikil, bakhil, boros, dendam, khianat, tamak, fitnah, qati’urrahim, ujub,

memelihara dan mengembangkan semua yang ada untuk kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Dan Allah SWT sangat membeci manusia yang melakukan tindakan merusak yang ada. Maka intinya manusia harus berakhlak yang mulia.

31

mengadu domba, sombong, putus asa, kotor, mencemari lingkungan, dan merusak alam.

Demikianlah antara lain macam-macam akhlak mahmudah dan madzmumah. Akhlak mahmudah memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain, sedangkan akhlak madzmumah merugikan diri sendiri dan orang lain.

Kemudian, dari segi objeknya, atau kepada siapa akhlak itu diwujudkan, dapat dilihat seperti berikut:

1. Akhlak kepada Allah, meliputi antara lain: ibadah kepada Allah, mencintai Allah, mencintai karena Allah, beramal karena allah, takut kepada Allah, tawadhu’, tawakkal kepada Allah, taubat, dan nadam.

2. Akhlak kepada Rasulullah saw., meliputi antara lain: taat dan cinta kepda Rasulullah saw.

3. Akhlak kepada keluarga, meliputi antara lain: akhlak kepada ayah, kepada ibu, kepada anak, kepada nenek, kepada kakek, kepada paman, kepada keponakan, dan seterusnya.

4. Akhlak kepada orang lain, meliputi antara lain: akhlak kepada tetangga, akhlak kepada sesama muslim, kepada kaum lemah, dan sebagainya.

5. Akhlak kepada lingkungan, meliputi antara lain: menyayangi binatang, merawat tumbuhan, dan lain-lain.

32


Recommended