+ All Categories
Home > Documents > Perbandingan Efektivitas antara Mindfulness dan Distraction terhadap Valensi Afek

Perbandingan Efektivitas antara Mindfulness dan Distraction terhadap Valensi Afek

Date post: 21-Apr-2023
Category:
Upload: ubrawijaya
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
12
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ANTARA MINDFULNESS DAN DISTRACTION TERHADAP VALENSI AFEK Ignatius Ryan Jeffri Dharmawan [email protected] Cleoputri Al Yusainy, Ratri Nurwanti Program Studi Psikologi, Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi yang paling efektif dalam meregulasi valensi afek positif, afek netral, dan afek negatif. Penelitian menggunakan desain between subject dengan dua kelompok eksperimen (mindfulness dan distraction) dan satu kelompok kontrol. Partisipan adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya sebanyak 152 orang. Induksi regulasi afek dilakukan selama partisipan ditayangkan IAPS (International Affective Picture System) dan mengerjakan affect scale. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mindfulness lebih efektif menurunkan valensi afek positif dan negatif (p < 0.01) dibandingkan dengan distraction. Sebaliknya, uji post hoc menunjukkan bahwa distraction tidak memberikan perbedaan yang signifikan dengan kelompok kontrol (p > 0.05) walaupun sama-sama mampu menurunkan valensi afek negatif. Kata kunci: distraction, IAPS, mindfulness, regulasi afek ABSTRACT The aim of this study was to investigate regulation effectiveness of each strategy against valence of positive, neutral, and negative affect. Between subject design was used as experiment design which consist of two experiment groups and one control group. Participants were 152 undergraduate students of Faculty of Social and Political Science of Brawijaya University. Affect regulation induction executed when they were watching IAPS (International Affective Picture System) and doing affect scale task. This research found that mindfulness was more effective for reducing valence of positive and negative emotion (p<0.01). On the contrary, post hoc test showed that distraction had no significant differences against control group (p>0.05), although it could reduce the valence of negative affect. Keywords: affect regulation, distraction, IAPS, mindfulness
Transcript

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ANTARAMINDFULNESS DAN

DISTRACTION TERHADAP VALENSI AFEK

Ignatius Ryan Jeffri [email protected]

Cleoputri Al Yusainy, Ratri NurwantiProgram Studi Psikologi, Universitas Brawijaya Malang

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi yang paling efektif dalammeregulasi valensi afek positif, afek netral, dan afek negatif. Penelitian menggunakan desainbetween subject dengan dua kelompok eksperimen (mindfulness dan distraction) dan satukelompok kontrol. Partisipan adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,Universitas Brawijaya sebanyak 152 orang. Induksi regulasi afek dilakukan selama partisipanditayangkan IAPS (International Affective Picture System) dan mengerjakan affect scale.Hasil penelitian menunjukkan bahwa mindfulness lebih efektif menurunkan valensi afekpositif dan negatif (p < 0.01) dibandingkan dengan distraction. Sebaliknya, uji post hocmenunjukkan bahwa distraction tidak memberikan perbedaan yang signifikan dengankelompok kontrol (p > 0.05) walaupun sama-sama mampu menurunkan valensi afek negatif.

Kata kunci: distraction, IAPS, mindfulness, regulasi afek

ABSTRACT

The aim of this study was to investigate regulation effectiveness of each strategy againstvalence of positive, neutral, and negative affect. Between subject design was used asexperiment design which consist of two experiment groups and one control group.Participants were 152 undergraduate students of Faculty of Social and Political Science ofBrawijaya University. Affect regulation induction executed when they were watching IAPS(International Affective Picture System) and doing affect scale task. This research found thatmindfulness was more effective for reducing valence of positive and negative emotion(p<0.01). On the contrary, post hoc test showed that distraction had no significantdifferences against control group (p>0.05), although it could reduce the valence of negativeaffect.

Keywords: affect regulation, distraction, IAPS, mindfulness

1

A. LATAR BELAKANG

Emosi selalu menyertai manusia

sehari-hari, entah disadari maupun tidak.

Sejak kelahirannya di dunia, manusia

menggunakan emosi sebagai bahasa

pertamanya sebelum dapat berbicara. Nenek

moyang kita mampu bertahan hidup di alam

liar dari ancaman para pemangsa sehingga

dapat melanjutkan kelestarian keturunan

mereka adanya emosi (Taylor, 2012). Emosi

yang telah mendapat pemaknaan kognitif

kemudian disebut sebagai afek. Afek

memiliki peranan penting dalam

pengambilan keputusan, memotivasi diri

sendiri untuk mencapai tujuan, memperkuat

ingatan terhadap pengalaman yang

bermakna, memfasilitasi interaksi

interpersonal, dan memahami perasaan

sesamanya (Brown, Goodman, & Inzlicht,

2013; Cherry, n.d.).

Dalam kehidupan sehari-hari, afek

negatif termanifestasi dalam bentuk perasaan

yang bersifat negatif seperti kemarahan,

ketakutan, kesedihan; sedangkan afek positif

termanifestasi dalam bentuk perasaan yang

bersifat positif seperti humor, melindungi

dan mengasuh, serta dorongan untuk

mencari dan mengeksplorasi (Davis,

Panksepp, & Normansell, 2003).

Walaupun dari sudut pandang

evolusioner afek sudah membawa manusia

kepada kelestarian dan kemampuannya

beradaptasi hingga abad XXI ini, namun

afek juga memiliki sisi yang merugikan.

Kegagalan regulasi afek merupakan salah

satu karakteristik yang mencolok dari

separuh lebih permasalahan psikopatologis

dan menjadi penanda bagi gangguan

psikiatris seperti gangguan mood, gangguan

kecemasan, dan gangguan kepribadian

(Aldao, Nolen-Hoeksema, & Schweizer,

2010; Armony & Vuilleumier, 2013).

Penelitian Tian-Yi, Xiaofei, dan Jie (2013)

menunjukkan bahwa afek negatif secara

signifikan meningkatkan resiko berkendara.

Regulasi afek memiliki pengaruh yang

luas dan dapat diaplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari dimana sebelumnya

berfokus pada masalah psikologis kini dapat

diterapkan dalam konteks yang lebih luas.

Regulasi afek mampu meningkatkan

subjective well-being dan self-management

(Gillanders, Wild, Deighan, & Gillanders,

2008); memperpanjang perasaan positif

sekalipun individu berada dalam keadaan

menekan ataupun menyedihkan sehingga

dengan demikian resiliensi individu menjadi

meningkat (Tugade & Fredrickson, 2007);

hingga menekan resiko kecelakaan

(Deffenbacher & McKay, 2000).

Regulasi afek pada prinsipnya

ditujukan untuk mengubah kondisi afek

supaya dapat terhindar dari dampak negatif

yang dimunginkan terjadi. Secara umum,

regulasi afek terbagi ke dalam dua kelompok

besar, yaitu antecendent-focused strategies

dan response-focused strategies (lihat Gross,

2

2007). Antecedent-focused strategies adalah

metode yang menekankan pada proses

pengubahan kondisi afek ketika proses

pemaknaan pengalaman oleh kognisi terjadi.

Jadi, metode ini berlangsung sebelum afek

diproses lebih lanjut oleh kognisi.

Sedangkan response-focused strategies

berlangsung sesaat sebelum afek

termanifestasi ke dalam perilaku.

Mindfulness merupakan salah satu

strategi regulasi afek yang populer selama

satu dekade terakhir (Yusainy, 2014).

Bentuk dasar dari mindfulness adalah

meditasi. Melalui meditasi, individu diajak

untuk memfokuskan perhatian pada momen

saat ini tanpa mengevaluasi dan menghakimi

pengalaman yang sedang berlangsung

(Kabat-Zinn, 2003). Secara tidak langsung,

segala peristiwa yang terjadi dalam hidup

merupakan hal yang biasa saja. Mindfulness

berada di antara antecendent-focused dan

response-focused strategy. Latihan

mindfulness terbukti mampu mengurangi

gejala stres, depresi, kecemasan pada

populasi klinis yang berbeda-beda (Bishop,

2002).

Selain meditasi mindfulness, salah satu

strategi regulasi afek yang banyak digunakan

adalah distraction (dapat juga berbentuk

pengalihan pikiran). Distraction adalah

strategi regulasi afek dengan cara

mengalihkan perhatian dari stimulus yang

memicu munculnya afek (Gross, 2007).

Teralihnya atensi dari stimulus yang memicu

afek mampu mengurangi pemrosesan

sehingga pengaruh buruknya dapat dikurangi

(Armony & Vuilleumier, 2013). Distraction

adalah strategi yang paling umum digunakan

dan sudah diterapkan oleh manusia sejak

awal masa perkembangan mereka (Brans,

Koval, Verduyn, Yan, & Kuppens, 2013;

Rothbart, Ziaie, & O’Boyle, 1992). Strategi

ini tergolong ke dalam antecedent-focused

strategies.

Di Indonesia sendiri, penelitian

mengenai regulasi afek dengan strategi yang

dikembangkan oleh Gross dan koleganya

(2007) masih belum begitu banyak

dilakukan. Penelitian dalam skripsi ini

dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan

efektivitas dari mindfulness dan distraction

dalam meregulasi afek, sekaligus untuk

mengetahui efek dari strategi tersebut

terhadap sampel Indonesia.

Hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini ada tiga, yaitu:

a. Terdapat perbedaan efektivitas regulasi

afek antara kelompok mindfulness

dengan kelompok distraction terhadap

valensi afek positif.

b. Terdapat perbedaan efektivitas regulasi

afek antara kelompok mindfulness

dengan kelompok distraction terhadap

valensi afek netral.

c. Terdapat perbedaan efektivitas regulasi

afek antara kelompok mindfulness

dengan kelompok distraction terhadap

valensi afek negatif.

3

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan replikasi dari

penelitian yang dilakukan oleh Arch &

Craske (2006) dan menggunakan metode

kuantitatif eksperimen dengan model

between-subject yang melibatkan dua

kelompok perlakuan (mindfulness dan

distraction) serta satu kelompok kontrol.

Partisipan adalah mahasiswa baru

angkatan 2014 di Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Brawijaya Malang.

Mahasiswa direkrut dari kelas-kelas yang

diampu oleh dosen Program Studi Psikologi

Universitas Brawijaya dan telah

dirandomisasi sebelumnya. Jumlah total

partisipan adalah 152 mahasiswa dimana 51

mahasiswa (17 laki-laki, 34 perempuan)

masuk ke dalam kelompok mindfulness, 53

mahasiswa (21 laki-laki, 32 perempuan)

masuk ke dalam kelompok distraction, dan

48 mahasiswa (14 laki-laki, 34 perempuan)

masuk ke dalam kelompok kontrol.

Instrumen utama penelitian

dikembangkan oleh Anggono (2014) dan

terintegrasi dalam software PsychoPy.

Instrumen terdiri dari dua komponen utama,

yaitu 60 stimulus gambar IAPS

(International Affective Picture System) yang

masing-masing stimulus terdiri dari 20

gambar dan ditampilkan secara acak (Lang,

Bradley, & Cuthbert, 1997) dan penskalaan

afek (Wolpe, 1990). Zero-order correlation

antar valensi afek dan reliabilitas tiap respon

terhadap stimuli tertera pada Tabel 1:

Tabel 1 : Korelasi antar tiap valensi afek 3

Val AP (1) 1.000Val AU (2) 0.506** 1.000Val AN (3) -0.374** 0.258** 1.000MSDα Cronbach

23.91516.6220.875

6.21816.2720.754

-16.89019.2990.895

Keterangan : Val AP = Valensi Afek Positif; Val AU =Valensi Afek Netral; Val AN = Valensi Afek Negatif.** p < 0.01Stimuli positif: 1604, 1812, 2165, 2270, 2341, 2394,2580, 4572, 4614, 4658, 4670, 5594, 5831, 5994, 7238,7325, 7509, 8117, 8496, 8502. Stimuli netral: 2381,2480, 2702, 2830, 2870, 2880, 2890, 5395, 7004, 7020,7160, 7182, 7237, 7491, 7546, 7590, 7595, 7950, 9422,9700. Stimuli negatif: 2221, 2682, 2722, 2751, 3061,3062, 3261, 4621, 5120, 6241, 6242, 6244, 6571, 9041,9045, 9101, 9102, 9253, 9265, 9280.

Eksperimen dimulai dengan pengisian

kuesioner spontaneous emotion regulation

yang berisi strategi regulasi afek yang biasa

digunakan partisipan sehari-hari. Kuesioner

hanya sebagai alat bantu pemberian instruksi

dan data dari kuesioner tidak akan diolah.

Selanjutnya partisipan dihadapkan dengan

instrumen penelitian. Instrumen penelitian

terbagi ke dalam tiga tahap, yaitu attend

trial, practice, dan regulate. Attend trial

merupakan tahap dimana partisipan

diperkenalkan instrumen penelitian dan cara

penggunaannya, sekaligus pengambilan data

untuk baseline level check. Partisipan

ditayangkan tiga gambar dan diminta untuk

menilai apakah gambar yang ditampilkan

bersifat positif atau negatif. Gambar akan

ditayangkan selama lima detik (tidak

ditayangkan ulang) dan waktu pemberian

respon adalah tujuh detik. Skala afek

bergerak dari -50 (untuk valensi paling

negatif) hingga +50 (untuk valensi paling

4

positif). Pada tahap kedua (practice),

partisipan akan diberikan instruksi regulasi

afek sembari ditayangkan lima gambar dan

mengerjakan tugas penskalaan afek (khusus

kelompok kontrol tidak diberikan instruksi

regulasi afek apapun). Kelompok

mindfulness diminta untuk menganggap

bahwa semua stimulus adalah hal-hal yang

sudah biasa terjadi dalam hidup, oleh

karenanya tidak perlu membesar-besarkan

emosi yang dirasakan dan cukup

menyikapinya biasa saja. Kelompok

distraction diminta untuk mengalihkan

perhatian dalam bentuk apapun bilamana

melihat stimulus yang dirasa membuat tidak

C. HASIL PENELITIAN

nyaman. Tahap tersebut untuk memastikan

agar instruksi yang diberikan dapat benar-

benar dipahami sebelum partisipan masuk ke

sesi ketiga (sesi eksperimen sesungguhnya).

Sesi ketiga sama persis dengan sesi kedua,

hanya saja stimulus gambar yang secara acak

berjumlah 60 gambar. Pada akhir eksperimen,

partisipan ditayangkan video humor untuk

netralisasi afek.

Analisis data menggunakan one-way

ANOVA dengan bantuan SPSS (Statistical

Package for the Social Sciences) 20 untuk

menguji signifikansi hipotesis nol dan Bayes

Factor dengan bantuan R untuk menguji

hipotesis alternatif.

5

Cek manipulasi dalam penelitian ini

memanfaatkan kelompok kontrol sebagai

acuan. Analisis data menggunakan data skor

mean regulate tiap kelompok. Apabila

kelompok eksperimen menunjukkan

perbedaan rerata yang signifikan

dibandingkan dengan kelompok kontrol,

maka instruksi yang diberikan dianggap

telah dilakukan dengan baik sehingga dapat

memengaruhi kondisi mental partisipan.

Berdasarkan data pada Tabel 2, diketahui

bahwa signifikansi hanya ditemukan pada

rerata afek netral antara kelompok kontrol

dan distraction (p = 0.010) dan rerata afek

negatif antara kelompok kontrol dengan

kelompok mindfulness (p = 0.001). Dengan

demikian, maka dapat disimpulkan bahwa

instruksi kurang berpengaruh pada partisipan

ketika mereka dihadapkan dengan stimulus

positif.

Gambar 1: Perbandingan mean afek tiap kelompok

Analisis one-way ANOVA dan post hoc

pada Tabel 2 menunjukkan bahwa:

a. Signifikansi perbandingan skor

valensi afek positif antara kelompok

mindfulness dengan distraction

adalah sebesar 0.002 (p < 0.05),

sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat bukti yang kuat untuk

melawan hipotesis nol dengan 95%

CI ((-8.131) – (-1.855)). Namun

demikian, diketahui bahwa effect size

termasuk dalam kategori small effect

(d = -0.037) dan efek hanya mampu

menjelaskan total varians sebesar

3,5%. Analisis Bayes Factor

menghasilkan estimasi BF10 sebesar

4.352 ± 0.02%, sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat bukti

yang anekdot untuk mendukung

hipotesis alternatif.

b. Signifikansi perbandingan skor

valensi afek netral antara kelompok

mindfulness dengan distraction

adalah sebesar 0.199 (p > 0.05),

sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat bukti yang lemah untuk

melawan hipotesis nol dengan 95%

CI ((-3.980) – (0.837)). Analisis

Bayes Factor menghasilkan estimasi

BF10 sebesar 1.138 ± 0.03%,

sehingga dapat disimpulkan bahwa

tidak terdapat bukti untuk menolak

maupun mendukung hipotesis nol

dan hipotesis alternatif.

c. Signifikansi perbandingan skor

valensi afek negatif antara kelompok

mindfulness dengan distraction

adalah sebesar 0.026 (p < 0.05),

sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat bukti yang kuat untuk

melawan hipotesis nol dengan 95%

Strategi:

6

CI (0.462 – 7.001). Selain itu,

diketahui bahwa effect size termasuk

dalam kategori large effect

(d = 0.604) dan efek mampu

menjelaskan total varians sebesar

3,16%. Analisis Bayes Factor

menghasilkan estimasi BF10 sebesar

80.142 ± 0.02%, sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat bukti

yang sangat kuat untuk mendukung

hipotesis alternatif. Dengan

demikian, hasil tersebut mampu

menolak hipotesis nol terkait

perbedaan afek positif dan afek

negatif. Sebaliknya, data tersebut

menunjukkan bahwa hipotesis nol

terkait afek netral harus diterima.

Berdasarkan hasil analisis tersebut maka

dapat disimpulkan bahwa 2 dari 3 hipotesis

yang diajukan dapat dipertimbangkan.

D. DISKUSI

Secara statistik, tidak adanya

perbedaan yang signifikan antara mean

valensi afek positif kelompok kontrol

dengan kedua kelompok eksperimen hasil

tersebut menghantarkan pada kesimpulan

bahwa induksi regulasi afek tidak dapat

memengaruhi valensi afek partisipan pada

kelompok kontrol. Kegagalan induksi pada

stimuli yang membangkitkan afek positif

dapat dipahami karena manusia cenderung

melakukan regulasi afek terhadap valensi

afek negatif (Brans, et al., 2013).

Pada rerata valensi afek terhadap

stimuli netral, signifikansi ditemukan pada

perbandingan antara kelompok kontrol

dengan kelompok distraction dimana

kelompok distraction memiliki rerata yang

lebih tinggi. Ketiadaan signifikansi pada

stimuli netral tidak perlu dipermasalahkan

karena regulasi terhadap valensi afek tidak

pernah ditujukan untuk mengubah valensi ke

atas maupun ke bawah batas netral. Selain

itu, stimuli netral juga bertujuan untuk

menetralisir afek yang muncul pada stimulus

positif atau negatif yang muncul sebelumnya

agar tidak terdapat residual afek yang

memengaruhi stimuli berikutnya.

Pada stimuli negatif, kelompok kontrol

menunjukkan perbedaan skor yang

signifikan dengan kelompok mindfulness.

Hasil menunjukkan bahwa induksi

mindfulness berhasil memengaruhi valensi

afek pada partisipan. Signifikansi kelompok

distraction menyentuh batas kritis (p =

0.054). Hasil tersebut menunjukkan bahwa

induksi mindfulness hampir berhasil

memengaruhi valensi afek pada partisipan.

Perbedaan mean yang signifikan antara

kelompok mindfulness dan distraction

ditemukan pada valensi afek positif dan afek

negatif. Pembahasan akan difokuskan pada

valensi afek positif dan negatif. Keterbatasan

literatur yang mengangkat topik afek netral

menjadi salah satu pertimbangan peneliti

untuk tidak memfokuskan bahasan pada

topik tersebut. Kelompok kontrol dalam

7

penelitian ini bukanlah kelompok yang tidak

mendapatkan perlakuan apapun, melainkan

sebuah kelompok yang melakukan regulasi

afek sesuai dengan kecenderungan yang

dimiliki dan diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

Batasan strategi regulasi afek yang

efektif melibatkan dua aspek, yaitu

penurunan valensi afek dan resiko yang

muncul akibat penggunaan strategi tersebut.

Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa

mindfulness mampu menghasilkan valensi

afek positif yang lebih rendah (mendekati

titik nol) dibandingkan kelompok kontrol

dan distraction. Hasil tersebut sesuai dengan

dasar teori mengenai mindfulness dimana

partisipan mampu mengamati proses mental

yang berlangsung dalam diri mereka secara

netral (Brown & Ryan, 2003).

Respon netral terhadap berbagai

peristiwa merupakan bagian dari ajaran

Buddhisme, yaitu ketidak melekatan

(impermanence/annica) (Padmal, 1990).

Afek positif tidak selamanya bersifat positif

sehingga tetap perlu mendapat perhatian

karena diketahui bahwa afek positif

memiliki peranan dalam perubahan mood

dan grandiosity (Knowles, McCarthy-Jones,

& Rowse, 2011). Sikap netral terhadap

peristiwa-peristiwa hidup yang terjadi di luar

kehendak manusia dapat membantu untuk

tidak diharapkan.

dengan kelompok distraction menunjukkan

sebuah pola yang tidak dikenali karena

kelompok kontrol justru memiliki rerata

valensi afek positif yang lebih rendah

dibandingkan dengan kelompok distraction.

Demikian pula halnya dengan valensi afek

netral dimana kelompok kontrol justru

memiliki rerata yang lebih rendah

dibandingkan dengan kelompok eksperimen.

Hal tersebut merupakan kesenjangan –

khususnya bagi variabel mindfulness –

karena mindfulness menuntut kondisi afek

yang mendekati netral. Pola yang tidak

dikenali tersebut dimungkinkan terjadi

karena partisipan kelompok kontrol pada

dasarnya tetap melakukan regulasi afek

sesuai dengan kecenderungan yang mereka

miliki sendiri.

Dari segi kecepatan dan reaktivitas,

distraction lebih mudah untuk dilakukan

dibandingkan mindfulness. Distraction sudah

dimiliki manusia sejak lahir dan secara tidak

sadar telah diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari. Sebaliknya, mindfulness

merupakan sebuah strategi yang perlu

dipelajari terlebih dahulu. Mindfulness

membutuhkan waktu setidaknya 15 menit

untuk membangkitkan kondisi mindful state

melalui metode pernafasan (focused

breathing) (Arch & Craske, 2006). Selain

latihan singkat, latihan meditasi selama

delapan minggu juga merupakan kondisi

ideal bagaimana seharusnya mindfulness

diberikan sehingga efek yang diharapkan

menerima pengalaman yang sebenarnyamenerima pengalaman yang sebenarnya

Perbandingan antara kelompok kontrol

8

dapat diperoleh (Erisman & Roemer, 2010).

Walaupun lebih mudah dilakukan,

distraction memiliki sisi negatif, khususnya

bila dilakukan dalam jangka panjang. Dari

segi ketahanan pengaruh, periode pengaruh

dari mindfulness dapat bertahan lebih lama

daripada distraction.

Rerata stimuli negatif kelompok

mindfulness dan kelompok distraction

menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan dimana valensi afek negatif pada

kelompok mindfulness lebih rendah (lebih

ringan) dibandingkan kelompok distraction.

Penjelasan sederhana dari hal tersebut adalah

bahwa distraction pada prinsipnya sama

sekali tidak mengubah persepsi individu

terhadap stimuli negatif yang ada, melainkan

hanya mengalihkannya agar proses mental

terhadap stimuli tidak terjadi lebih lama

(Vohs & Baumeister, 2011). Konsekuensi-

nya, stimuli negatif tersebut tetap bermakna

negatif sekalipun atensi individu telah

dialihkan. Distraction bersifat maladaptif

ketika dihadapkan pada permasalahan hidup

yang lebih kompleks, terlebih lagi jika

terjadi dalam jangka panjang (McCaul &

Malott, 1984; Armony & Vuilleumier,

2013). Individu semata-mata hanya

menghindari stimuli yang membangkitkan

respon afekonal dan tidak berusaha

menyelesaikan atau menghadapi per-

masalahan tersebut.

Mengacu pada hasil analisis

eksperimen ini, peneliti menyimpulkan

bahwa secara umum mindfulness lebih

efektif dalam meregulasi afek karena mampu

mengubah valensi afek mendekati titik nol.

Proses belajar yang relatif lebih lama dalam

meditasi mindfulness sebanding dengan efek

yang dihasilkan. Afek negatif yang tinggi

dan bertahan dalam jangka panjang dapat

menghasilkan efek psikopatologis. Efek

yang pada umumnya terjadi adalah

depresi mayor (Armony & Vuilleumier,

2013). Efektivitas dan kelebihan mindfulness

yang demikian dapat menjadi salah satu

terobosan baru bagi masyarakat Indonesia

untuk pengembangan terapi berbasis

mindfulness agar dapat diaplikasikan secara

nyata sebagai langkah preventif, khususnya

di bidang klinis.

Waktu menjadi keterbatasan peneliti

sehingga proses induksi untuk perlakuan

mindfulness diterapkan secara singkat (hanya

sebagai state sesaat). Mindfulness dapat

diberikan dalam bentuk meditasi 15 menit

(focused breathing) maupun selama 8

minggu pelatihan untuk menimbulkan

dampak yang lebih signifikan dalam strategi

regulasi emosi (Wu, Shi, Xia, & Lu, 2013).

Peneliti juga tidak menggunakan skala

PANAS (Positive Affect and Negative Affect

Schedule) yang banyak digunakan dalam

penelitian sebelumnya untuk mengukur

kondisi afek partisipan (Tran, 2013).

Penggunaan model skala (affect scale) dalam

eksperimen masih menjadi salah satu hal

yang rentan dengan faking sehingga

9

partisipan cenderung menunjukkan respon

yang nampaknya diinginkan oleh peneliti –

terlebih lagi dengan adanya reward (Mortel,

2008).

Selain keterbatasan tersebut, penelitian

ini memiliki kelebihan yaitu jumlah sampel

yang relatif besar apabila dibandingkan

dengan beberapa penelitian eksperimen yang

dilakukan. Melalui penelitian ini, ditemukan

juga bahwa kondisi mindfulness yang hanya

sebagai state sementara sudah dapat

menghasilkan intensitas emosi yang secara

signifikan lebih rendah daripada kelompok

distraction dan kelompok kontrol.

E. KESIMPULAN

Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui perbedaan efektivitas regulasi

afek antara mindfulness dengan distraction

terhadap valensi afek. Dua dari tiga hipotesis

yang diajukan dapat dipertimbangkan, yaitu

terdapat perbedaan valensi afek positif dan

afek negatif antara kelompok mindfulness

dengan kelompok distraction. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa mindfulness

mampu menghasilkan valensi afek positif

dan negatif yang lebih rendah (mendekati

nol) bila dibandingkan dengan kelompok

distraction. Mindfulness mampu meng-

kondisikan afek ke kondisi netral sehingga

aspek delusional dari afek positif dan aspek

psikopatologis dari afek negatif dapat

dihindari.

menurunkan valensi afek negatif daripada

kelompok kontrol, namun tidak dapat

menurunkan valensi afek positif.Sebaliknya,

mindfulness lebih efektif dalam meregulasi

afek positif dan afek negatif walaupun hanya

sebagai state sesaat.

Disarankan agar penelitian selanjutnya

dapat menggunakan sampel yang lebih

besar. Penggunaan physiological

measurement juga dapat diperkirakan agar

dapat memberikan hasil yang lebih objektif

serta cek manipulasi yang lebih ketat.

Pemberian treatment untuk mindfulness

dapat menggunakan model yang lebih

variatif dan lebih mudah dipahami oleh

masyarakat awam, misalnya focused

breathing (Arch & Craske, 2006).

Replikasi penelitian dengan variasi

pada strategi regulasi afek dapat menjadi

salah satu pertimbangan bagi penelitian

selanjutnya. Efektivitas PMR (Progressive

Muscle Relaxation) dalam memengaruhi

valensi afek perlu diteliti dan dibandingkan

lebih lanjut dengan strategi regulasi afek

yang lain karena PMR juga terbukti mampu

meregulasi afek dengan baik (Brent, Poling,

Goldstein, 2011).

Perbandingan antara stimuli auditori

dan stimuli visual dapat menjadi

pertimbangan selanjutnya untuk menguji

apakah strategi regulasi afek tertentu mampu

memberikan efek yang sama ketika

dihadapkan pada bentuk stimuli yang

berbeda. Replikasi terhadap desain ini perluDistraction diketahui tetap dapatmenurunkan valensi afek negatif daripada

10

dilakukan lebih lanjut karena penelitian yang

menggunakan stimuli auditori belum begitu

banyak dilakukan (Feng, Xingdia, Jianxin, &

Helander, 2014).

F. DAFTAR PUSTAKA

Aldao, A., Nolen-Hoeksema, S., Schweizer,S. (2010).Emotion-regulation strategiesacross psychopathology: A meta-analyticreview. Clinical Psychology Review, 30,p. 217-237.

Anggono, C.O. (2014). InternationalAffective Picture System (IAPS). Malang:Program Studi Psikologi UniversitasBrawijaya.

Arch, J.J., & Craske M.G. (2006).Mechanism of mindfulness: Emotionregulation following a focused breathinginduction. Behavior Research andTherapy, 44, p. 1849-1858.

Armony, J. & Vuilleumier, P. (Eds). (2013).The Cambridge Handbook of HumanAffective Neuroscience. New York:Cambridge University Press.

Bishop, S. R. (2002). What do we reallyknow about mindfulness-based stressreduction?. Psychosomatic Medicine, 64,p. 71-84.

Brans, K., Koval P., Verduyn P., Yan LimLin, & Kuppens P. (2013). The regulationof negative and positive affect in dailylife. Emotion, p. 1-14. doi:10.1037/a0032400.

Brent, D.A., Poling, K.D., & Goldstein, T.R.(2011). Treating Depressed and SuicidalAdolescents. New York: The GuilfordPress.

Brown, K. W., & Ryan, R. M. (2003). Thebenefits of being present: Mindfulnessand its role in psychological well-being.Journal of Personality and SocialPsychology, 84(4), 822–848.

Brown, K.W., Goodman, R.J., & Inzlicht, M.(2013). Dispositional mindfulness and theattenuation of neural response toemotional stimuli. Social Cognitive and

Affective Neuroscience (SCAN),8, p. 93-99.

Cherry, Kendra. (Tanpa tahun).The Purposeof Emotion: How Our Feelings Help UsSurvive and Thrive. Diaksesdarihttp://psychology.about.com/od/emotion/tp/purpose-of-emotions.htm pada 24September 2014.

Davis, K.L., Panksepp, J., Normansell, L.(2003). The Affective NeurosciencePersonality Scales: Normative data andimplications. Neuro-Psycho-Analysis, 5,p. 21-29.

Deffenbacher, J.L., & McKay, M. (2000).Overcoming Situational Anger andGeneral Anger: A protocol for theTreatment of Anger Based on Relaxation,Cognitive Restructuring and CopingSkills Training. Oakland, CA: NewHarbinger.

Erisman, S.M. & Roemer, L. (2010). Apreliminary investigation of the effects ofexperimentally-induced mindfulness onemotional responding to film clips.Emotion, 10 (1), p. 72-82. doi:10.1037/a0017162.

Feng Zhou, Xingda Qu, Jianxin R.J, &Helander, M.G. (2014). Emotionprediction from physiological signals: Acomparison study between visual andauditory elicitors. Interacting withComputers, 26 (3), 285-302

Gillanders, S., Wild, M., Deighan, C., &Gillanders, D. (2008). Emotionregulation, affect, psychosocialfunctioning, and well-being inhemodialysis patients. American Journalof Kidney Disease, 51 (4), p. 651-652.

Graziano, P.A., Reavis, R.D., Keane, S.P., &Calkins, S.D. (2007).The role of emotionregulation and children’s early academicsuccess. Journal of School Psychology,45 (1), p.3-19.doi: 10.1016/j.jsp.2006.09.002.

Gross, J.J. (Ed.). (2007). Handbook ofEmotion Regulation. New York:Guilford.

Kabat-Zinn, J. (2003). Mindfulness-basedinterventions in context: Past, present,and future. Clinical Psychology: Science

11

And Practice, 10 (2), p. 144-156. doi:10.1093/clipsy/bpg016.

Knowles, R., McCarthy-Jones, S., & Rowse,G. (2011). Grandiose delusions: a reviewand theoretical integration of cognitiveand affective perspectives. ClinicalPsychology Review, 31, p. 684-696. doi:10.1016/j.cpr.2011.02.009

Lang, P.J., Bradley, M.M, & Cuthbert, B.N.(1997).International Affective PictureSystem (IAPS): Technical manual andaffective ratings. NIMH Center for Studyof Emotion and Attention.

McCaul, K.D., & Malott, J.M. (1984)Distraction and Coping with Pain.Psychological Bulletin, 95, p. 516-533.

Mortel, T.F.v.d. (2008). Faking it: Socialdesirability response bias in self-reportresearch. Australian Journal of AdvancedNursing, 25 (4), p. 40-48.

Padmal, Sliva. (1990). Buddhist psychology:A review of theory and practice. CurrentPsychology, 9 (3), p. 236-254. Diaksesdari ccbs.ntu.edu.tw/FULLTEXT/JR-ADM/silva.htm.

Rothbart, Ziaie, & O’Boyle.(1992). Self-Regulation and Emotion in Infancy.Dalam N. Eisenberg & R.A. Fabes (Eds.),Emotion and Its Regulation in EarlyDevelopment. San Francisco: Jossey-Bass.

Taylor, Jim. (2012). Is Our Survival InstincFailing Us?. Diakses darihttp://psychologytoday.com/blog/the-power-prime/201206/is-our-survival-instinct-failing-us pada 24 September 2014.

Tian-Yi Hu, Xiaofei Xie, & Jie Li.(2013).Negative or positive?The effect ofemotion and mood on risky driving.Transportation Research Part F:Psychology and Behaviour, 16, p. 29-40.doi: 10.1016/j.trf.2012.08.009.

Tran, V. (2013). Positive Affect NegativeAffect Scale (PANAS). Encyclopedia ofBehavioral Medicine. Diakses darilink.springer.com/referenceworkentry/10.1007%2F978-1-4419-1005-9_978 pada27 Januari 2015.

Tugade, M.M., & Fredrickson, B.L. (2007).Regulation of positive emotions: emotionregulation strategies that promoteresilience. Journal of Happiness Studies,8, p. 311-333. doi: 10.1007/s10902-006-9015-4.

Vohs, K.D. & Baumeister, R.F. (2011).Handbook of Self-Regulation: Research,Theory, and Application. New York: TheGuilford Press.

Wolpe, J. (1990). The Practice of BehaviorTherapy (edisi revisi). New York:Pergamon Press.

Wu, Q., Shi, L., Xia, Z., & Liu, L. (2013).Effects of duration and contents ofmindfulness training on depression.Psychology, 4 (6), p. 8-17. doi:10.4236/psych.2013.46A1002.

Yusainy, Cleoputri Al. (Mei, 2014).Mindfulness-Based Therapy. Di-presentasikan pada perkuliahanPsikoterapi, di Program Studi PsikologiUniversitas Brawijaya Malang.


Recommended