Perencanaan Elemen Mesin
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan melihat pesatnya pertumbuhan industry rumah tangga maupun industri
skala besar khususnya dalam sektor olahan produk pertanian, membuat jagung
merupakan salah satu komoditi pangan yang memiliki laju komsumsi sangat besar .
Oleh karena itu pemerintah mencanangkan pembangunan pada sektor pertanian
dengan memperbaiki kemampuan produksi para petani jagung. Contoh program yang
visible dikedepankan adalah adanya transfusi teknologi pada proses pemipil jagung yang
konvensional. Dengan hal ini, diharapkan kapasitas produksi petani akan meningkat
sehingga mampu memenuhi permintaan pasar dan kualitas jagung pilpilan dapat bersaing
dengan komoditi jagung import yang sudah beredar di pasaran.
Mesin pemipil jagung yang dirancang penyusun merupakan proses redesain
mesin yang sudah ada, dengan meningkatkan kapasitas produksi dan efisiensi mesin yang
lebih baik.
1.2. Batasan Masalah
Dalam perancangan mesin pemipil jagung ini, penyusun membuat beberapa
batasan masalah untuk memudahkan dalam proses perancangan . Adapun masalah-
masalah yang akan dibahas meliputi:
1. Prinsip kerja mesin pemipil jagung.
2. Perencanaan silinder pemipil, poros, pulley, sabuk, gear box , pasak, bearing, rangka,
baut
3. Desain elemen mesin pemipil jagung dalam bentuk gambar 2D
1
Perencanaan Elemen Mesin
1.3. Tujuan Perencanaan Elemen Mesin
1.3.1 Tujuan utama
1. Memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah Perencanaan Elemen Mesin
pada jurusan Teknik Mesin, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2. Membentuk kemampuan mahasiswa dalam proses pemakaian komponen-
komponen dasar mesin didalam suatu system pemesinan dengan
mengimplementasikan ilmu dan pengetahuan dalam elemen mesin dan standar-
standar yang berlaku
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mampu merancang mesin pemipil jagung skala home industri
2. Mampu menganalisa dan menentukan gaya-gaya yang terjadi pada elemen mesin
dalam konstruksi tersebut
3. Dapat melakukan pemilihan elemen mesin, bahan standar pada perencanaan
Mesin pemipil jagung.
1.4. Sistematika Laporan
BAB 1: PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, batasan masalah, tujuan dan sistematika laporan.
BAB 2: DASAR TEORI
Berisi tentang penjelasan mengenai teori –teori elemen mesin yang akan
digunakan dalam perhitungan
BAB 3: PERHITUNGAN
Berisi tentang perhitungan dalam menentukan kapasitas mesin, daya motor,
hopper kemudian dilanjutkan dengan sistem transmisi berupa belt, spur gear,
helical gear serta perencanaan poros, pasak, dan bearing, lalu terakhir
perhitungan rangka dan baut
Urutan-urutan perhitungan:
2
Perencanaan Elemen Mesin
- Perencanaan kapasitas output
- Perencanaan daya
- Perencanaan Hopper
- Perencanaan Sistem Transsmisi
- Perencanaan Rangka
- Perencanaan Mur dan baut
BAB 4 : PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran
3
Perencanaan Elemen Mesin
BAB 2
DASAR TEORI
Mesin Perontok adalah mesin pertanian yang digunakan untuk merontokkan biji-bijian
dari tangkainya. Mesin ini ditemukan oleh Andrew Meikle pada tahun 1786.
Mesin perontokan pertama dioperasikan manual yang tenaga penggeraknya berasal dari
kuda. Kemudian, mesin perontok dikembangkan lagi dengan tenaga penggeraknya berasal dari
mesin uap portable. John Ridley, seorang penemu dari Australia juga mengembangkan mesin
perontok untuk digunakan di Australia pada tahun 1843.
Di Indonesia, mesin ini masih diproduksi terutama untuk merontokkan padi, dengan
tenaga mesin maupun tenaga manusia. Namun kapasitasnya masih rendah agar mampu dijangkau
para petani kecil dari segi biaya.
Seiring dengan perkembangan zaman dengan konsep dan transfusi teknologi yang
diterapkan maka terciptalah mesin perontok jagung dengan tambahan beberapa komponen yang
menunjang fungsi otomatis sehingga mampu meningkatkan kapasitas produksi dari mesin itu
sendiri. Dalam perencanaan Mesin Pemilpil Jagung ini digunakan beberapa komponen
permesinan yang berfungsi sebagai media pemindah daya dan penahan gaya-gaya yang
ditimbulkan pada mekanisme yang ada. Komponen-komponen tersebut yaitu :
1. Gear box, yang dalam hal ini tersusun dari 1 pasangan roda gigi Helical dan 1 pasangan
roda gigi Spur
2. Poros dan pasak
3. Bantalan Gelinding
4. Satu set Pulley
5. Cylinder pemilpil
6. Rangka
4
Perencanaan Elemen Mesin
Dimana masing-masing komponen tersebut dijelaskan secara fungsi dan karakteristiknya dalam
uraian-uraian di bawah ini.
2.1 Roda Gigi
Roda gigi merupakan elemen mesin yang berfungsi utama sebagai penerus daya dan
pengubah kecepatan putaran dari dua buah poros yang dihubungkan olehnya, baik secara reduksi
(penurunan kecepatan) ataupun secara akselerasi (peningkatan kecepatan). Sehingga dari
perubahan kecepatan yang dihasilkan tersebut akan menghasilkan perubahan torsi yang bekerja
pada poros. Jenis roga gigi ada bermacam-macam antara yaitu roda gigi lurus (spur gear), roda
gigi miring (helical gear), roda gigi cacing (worm gear), roda gigi kerucut (bevel gear) dan lain-
lain. Dalam topik bahasan ini digunakan dua jenis roda gigi dari beberapa jenis di atas yaitu roda
gigi lurus dengan gigi eksternal dan roda gigi cacing.
Roda gigi lurus digunakan untuk mentransmisikan daya dan gerak dari dua poros
yang sejajar (parallel).seperti terlihat pada gambar 2.1. Dalam rangkaian roda gigi lurus terdapat
roda gigi penggerak (pinion) pada poros yang memberikan daya (input) dan roda gigi yang
digerakkan (gear) pada poros yang akan diberikan daya (output).
5
Perencanaan Elemen Mesin
Gambar 2.1 Rangkaian roda gigi lurus dengan gigi eksternal
Nama nama serta ukuran yang penting pada roda gigi lurus eksternal dapat dilihat
pada gambar 2.2.
Circular pitch yaitu jarak gigi pada roda gigi lurus didefinisikan sebagai jarak gigi yang
diukur pada pitch circle, yaitu jarak satu titik pada gigi sampai titik pada gigi berikutnya
pada kedudukan yang sama.
Diametral pitch didefinisikan sebagai jumlah gigi pada roda gigi dibagi dengan diameter
pitch circlenya, sehingga didapatkan :
Ntdp
atau d
NtP
dimana :
p : jarak gigi (in)
d : diameter pitch circle (in)
Nt : jumlah gigi pada roda gigi
P : diametral pitch (/in)
Dari kedua rumus di atas maka diperoleh :
pP.
dimana dengan diametral pitch yang semakin besar maka ukuran gigi akan semakin kecil /
halus
6
Perencanaan Elemen Mesin
Untuk ukuran gigi sering digunakan pula istilah module dimana nilainya kebalikan dari
diametral pitch dimana semakin besar nilai modulnya maka ukuran gigi akan semakin besar,
diman besarnya module (m) yaitu :
Ntdm
Center of distance yaitu jarak titik pusat sepasang roda gigi dimana besarnya sama dengan
setengah jumlah dari diameterpitchnya :
221 dd
c
7
Perencanaan Elemen Mesin
cen
ter o
fdi
stan
ce (c
)
cicu
lar t
ooth
thic
ness
(t)
chor
del
toot
h th
icne
ss
base line circle
line of action
base circle
pitch line
tooth profile
PINION
GEAR
pressureangle
Gambar 2.2 Geometri dasar dan ukuran dari roda gigi lurus eksternal
Pada saat sepadang roda gigi bekerja diharapkan bahwa perbandingan kecepatan
sudutnya akan tetap / konstan, keadaan ini merupakan hukum fundamental pada roda gigi.
Dengan demikian perbandingan kecepatan pada rangkaian roda gigi adalah perbandingan antara
kecepatan sudut roda gigi yang digerakkan dengan kecepatan sudut roda gigi penggerak.
Sehingga perbandingan kecepatan rangkaian roda gigi lurus yaitu :
8
Perencanaan Elemen Mesin
g
p
g
p
p
g
p
gv d
dNtNt
nn
r
dimana :
rv : perbandingan kecepatan (velocity ratio)
: kecepatan sudut (rad/det)
n : kecepatan keliling (rpm)
Dalam perencanaan roda gigi, daya yang ditransmisikan dan kecepatan putarannya
harus diketahui. Dari data ini torsi yang ditransmisikan dari suatu roda gigi ke roda gigi lain
dapat dihitung dengan :
33000.
63000. pt VFnThp
dimana :
hp : daya input (horse power)
T : torsi (lb.in)
Ft : Gaya tangensial (lb)
Vp : Kecepatan tangensial pada pitch line (ft/menit)
Atau dapat juga dihitung dengan :
pt VFP .
dimana :
P : Power /daya yang ditransmisikan (watt)
Ft : Gaya tangensial (N)
Vp : Kecepatan tangensial pada pitch line (m/s)
Besarnya nilai Ft dan Vp ini akan dibahas lebuh lanjut pada uraian selanjutnya di bawah ini.
9
Perencanaan Elemen Mesin
Ft
38°
FnFr
addendum circle
pitch circle
dedendum circle dp
dg
DRIVER
FOLLOWER
Gambar 2.3 Gaya-gaya pada rangkaian roda gigi lurus
Daya yang diterima oleh sepasang roda gigi yang bersentuhan, akan mengarah
normal terhadap permukaan gigi dan searah dengan garis tekan / kontak. Pada gambar 2.3
ditunjukkan sepasang roda gigi yang bersentuhan pada pitch pointnya, gaya normal Fn adalah
gaya yang ditimbulkan oleh roda gigi yang digerakkan terhadap roda gigi penggerak. Dengan
demikian gigi roda gigi penggerak akan menerima juga gaya normal Fn yang sama besarnya
tetapi berlawanan arah.
Gaya normal Fn dapat diuraikan menjadi dua komponen yaitu Ft (gaya tangensial) dan
Fr (Gaya radial) yang besarnya adalah :
tansincos
tnr
nt
FFFFF
10
Perencanaan Elemen Mesin
dimana merupakan sudut tekan.
Gaya radial disebut juga gaya pemindah, sebab gaya ini cenderung memisahkan
antara dua roda gigi. Dalam perencanaan, gaya tangensial dianggap konstan selama kontak
antara dua roda gigi, mulai dari bagian puncak gigi sampai dasar gigi, torsi yang timbul
akibat gaya normal yang dihitung dari pusat dari pusat roda gigi adalah :
2cos
211 d
Fd
FT tn
Kecepatan pitch line :
12.. ndVp
(ft/menit)
dimana d (diameter gigi) dalam in, atau data juga dengan :
60.. ndVp
(m/s)
dimana d (diameter gigi) dalam m
Nilai harga ini dimasukkan kedalam rumus sebelumnya, maka :
63000
122
63000. d
VdFnThpp
t
sehingga :
pt V
hpF 33000.
Perencanaan roda gigi sebenarnya tidak sederhana karena perencanaan awal
merupakan cara coba-coba (tray and error). Meskipun demikian ada beberapa metode yang
dapat digunakan dalam perencanaan untuk menganalisa kekuatan dari roda gigi. Metode yang
11
Perencanaan Elemen Mesin
sering digunakan untuk menganalisa kekuatan roda gigi yaitu metode Lewis Equation dan
AGMA Bending Equation untuk meninjau kekuatan roda gigi berdasarkan beban bending yang
diterima serta metode Buckingham Equation dan AGMA Wear Equation untuk meninjau
kekuatan roda gigi berdasarkan pengaruh keausan akibat pemakaian. Persamaan-persamaan
dalam metode tersebut yaitu :
1. Metode Lewis Equation
PKYbSpybSFf
oob.
....
dimana :
Fb : gaya bending yang diijinkan
So : tegangan statis yang aman dari material (safe static stress)
b : lebar roda gigi
y,Y : Lewis factor
Kf : faktor konsentrasi tegangan akibat kelelahan (fatigue)
p : cicular pitch
P : diametral pitch
2. Metode Buckingham Equation
KQbdF pw ...
12
Perencanaan Elemen Mesin
dimana :
Fw : gaya penyebab keausan yang diijinkan
dp : diameter pinion
K : wear load factor
gp
g
gp
g
NtNtNt
ddd
Q
22
Dari dua metode di atas roda gigi akan dinyatakan aman bila besarnya FbFd dan FwFd
dimana Fd merupakan gaya dinamis yang dialami oleh roda gigi yang besarnya yaitu :
tp
d FV
F600
600
untuk 0 < Vp < 2000 ft/menit
tp
d FV
F1200
1200
untuk 2000 < Vp < 4000 ft/menit
tp
d FV
F78
78
untuk Vp > 4000 ft/menit
3 Metode AGMA Bending Equation
JbKPKKKF
v
msott ..
....
dimana :
t : tegangan bending yang dialami roda gigi
Ko : faktor kelebihan beban (overload correction factor)
Ks : faktor koreksi ukuran (size correction factor)
Km : faktor distribusi beban (load distribution factor)
13
Perencanaan Elemen Mesin
Kv : faktor dinamis (dynamic factor)
J : faktor geometri (geometry factor)
dan roda gigi dapat dinyatakan aman apabila besarnya tSad dimana :
RT
Latad KK
KSS
.
.
dimana :
Sad : tegangan maksimum perencanaan yang diijinkan
Sat : tegangan maksimum material yang diijinkan
KL : faktor usia (life factor)
KT : faktor temperatur (temperatur factor)
KR : faktor ketahanan (reliability / safety factor)
4. Metode AGMA Wear Equation
lbdC
CCCCFC
pv
fmsotpt ...
....
dimana :
c : tegangan yang diijinkan
Cp : koefesien berdasarkan sifat elastis material
Co : faktor kelebihan beban (overload factor)
Cs : faktor ukuran (size factor)
Cv : faktor dinamis (dynamic factor)
Cm : faktor distribusi beban (load distribution factor)
Cf : faktor kondisi permukaan (surface condition factor)
dan roda gigi dapat dinyatakan aman apabila besarnya c
RT
HLac CC
CCS
..
dimana :
14
Perencanaan Elemen Mesin
Sac : tegangan kontak maksimum yang diijinkan
CL : faktor usia (life factor)
CH : faktor rasio kekerasan material (hardness ratio factor)
CT : faktor temperatur (temperatur factor)
CR : faktor keamanan (reliability / safety factor)
Dari beberapa persamaan di atas dapat dianalisa sesuai atau tidaknya roda gigi lurus yang
direncanakan sehinga dapat diperoleh roda gigi dengan tingkat ketahanan dan keamanan yang
dapat mentransmisikan daya sesuai dengan fungsi yang dir
2.2 Poros dan Pasak
Dalam mekanisme yang menggunakan putaran sebagai input ataupun sebagai output
maka pasti digunakan poros penerus daya dan tempat kedudukan komponen-komponen yang
berputar seperti roda gigi, kopling, dll. Kemudian digunakan pasak sebagai pengunci komponen-
komponen tersebut terhadap poros agar putaran poros dapat diteruskan ataupun dapat
memberikan putarannya pada poros. Berikut ini sekilas uraian tentang poros dan pasak.
Poros (Shaft)
Poros digunakan pada berbagai jenis perlengkapan permesinan, biasanya seperti
poros daya, cam shaft, dsb. Secara definisi poros adalah bagian yang berputar untuk
mentransmisikan daya. Poros juga harus dianalisa kekuatannya karena poros juga menerima gaya
dari torsi sebagai akibat putaran dan beban yang diberikan ataupun dihasilkan.
Roda gigi, pulley, roda gila (fly wheel), cam dan lain-lain merupakan komponen-
komponen yang membebani poros dengan berbagai kombinasi baik secara posisi dan beban.
Untuk itu penting direncanakan diameter poros berdasarkan dengan momen bending dan
distribusi torsi sepanjang poros. Diameter dari poros ataupun diameter tiap bagian poros
tergantung pada kombinasi tegangan sebagai akibat momen bending dan torsi yang ditimbulkan.
Berdasarkan hal tersebut, maka lokasi persis / tepat sepanjang poros dimana terjadi tegangan
15
Perencanaan Elemen Mesin
maksimum terjadi sering kali tidak pasti. Oleh karena itu penting sekali dilakukan penggambaran
tegangan geser dan diagram momen untuk mengetahui titik pada sepanjang poros dimana terjadi
momen maksimum.
Setelah dilakukan hal tersebut di atas maka untuk menentukan besarnya diameter
poros dapat dilakukan berdasarkan rumus-rumus berikut.
Tegangan geser maksimum dari sebuah tabung solid dapat dinitung dengan :
τ max=√( σ x
2 )2
+τ2
dimana :
σ x=32 MπD3
dan τ=16 TπD3
untuk poros berupa silinder yang berlubang maka :
σ x=32 MπDo
3 (1−(Di/Do )4) dan τ=16 T
πDo3 (1−(Di /Do)4 )
maka dengan menggunakan teori kegagalan tegangan geser maksimum dan mengganti x dan maka dari persamaan di atas kita peroleh :
τ max=0. 55 S yp
N=16
πDo3 (1−( Di/Do )
4 )√M 2+T 2
dimana :
max : tegangan geser maksimum (dari Lingkaran Mohr’s )
Syp : tegangan luluh dari material
N : faktor keamanan
Do : diameter luar poros
Di : diameter dalam poros
16
Perencanaan Elemen Mesin
Do : diameter luar poros
Di : diameter dalam poros
M : momen bending yang ada
T : torsi poros
Berdasarkan dari persamaan-persamaan di atas maka dapat direncanakan besarnya
diameter poros minimal yang harus digunakan agar syarat keamanannya terpenuhi.
Metode distorsi energi menggunakan persamman yang sedikit berbeda dengan
persamaan di atas. Adapun persamaannya sebagai berikut :
τ max=0,5 S yp
N= 32
π D o3[1−( Di
Do)
4] √(M m+
S yp
SeM r)
2
+ 34 (T m+
Ssyp
SesT r)
Dimana :
max : tegangan geser maksimum (dari Lingkaran Mohr’s )
Syp : tegangan luluh dari material
Ssyp : tegangan geser yield poin material
Tm : torsi rata-rata
Tr : range torsi
Mm : momen bending rata-rata
Mr : range momen bending
N :faktor keamanan
Do :diameter luar poros
Di : diameter dalam poros
17
Perencanaan Elemen Mesin
Pasak (Key)
Pasak digunakan untuk mencegah gerakan relative antara poros dengan elemen
mesin yang lain seperti roda gigi, pulley, sprocket, cam, dll. Ada banyak jenis pasak untuk
berbagai macam jenis penggunaan. Jenis pasak akan tergantung pada besar torsi yang
ditransmisikan, jenis beban, pemasangan yang diperlukan, batas tegangan poros, dan biaya /
ongkos. Ada bermacam-macam jenis pasak, akan tetapi yang paling sering digunakan adalah
pasak jenis square, tapered, dan Woodruff.
Gambar 2.4 Gaya-gaya yang bekerja pada pasak
Pada gambar 2.4 ditunjukkan gaya-gaya yang terdapat pada hubungan poros dan
pasak. Dari gaya-gaya tersebut maka dapat direncanakan dan dianalisa kekuatan dari pasak
dengan menggunakan persamaan-persamaan berikut :
Torsi yang ditransmisikan pada poros yaitu :
T=F (D2 )
dimana :
F : gaya yang bekerja
D : diameter poros
18
Perencanaan Elemen Mesin
jika diasumsikan bahwa tegangan geser pada pasak bekerja pada bidang yang menyinggung diameter poros, maka kita peroleh :
Ss=FA= F
W . L
dimana :
Ss : tegangan geser yang direncanakan
A : luasan bidang geser melintang pasak
W : lebar pasak
L : panjang pasak
Gambar 2.5 Dimensi utama pasak
Maka dari kedua persamaan di atas kita peroleh :
T=Ss . W . L . D
2
Karena pada pasak jenis square atau flat setengah bagian dari pasak tertanam pada
poros dan setengah yang lain pada elemen mesin yang lain, maka tegangan kompresi pada sisi
pasak dinyatakan dengan :
19
Perencanaan Elemen Mesin
Sc=FA= F
(W /2 ) L
sehingga T=
Sc .W . L . D4
dimana Sc merupakan tegangan kompresi yang direncanakan.
Dari persamaan tersebut akan dapat direncanakan dan ditinjau kekuatan pasak yang dibuat.
2.3 Bantalan Gelinding (Rolling Bearing)
Gambar 2.6 Radial ball bearing
Dengan diciptakannya automobil, mesin-mesin berkecepatan tinggi dan mesin
produksi otomatis mendorong lebih ekstensifnya penelitian dan pengembangan bantalan
20
Perencanaan Elemen Mesin
gelinding (juga dikenal dengan anti friction bearing). Sebagai hasilnya, AFBMA (Anti Friction
Bearing Manufacturers Association) membuat standart dimensi bantalan gelinding dan dasar-
dasar dalam pemilihannya. Untuk itu dimungkinkan bagi para perancang untuk memilih bearing
dari katalog dari salah satu produsen dan menggantinya dengan bantalan yang memiliki dimensi
yang sesuai dari produsen yang berbeda. Bantalan gelinding diklasifikasikan dalam tiga kategori
yaitu radial ball bearing, angular contact ball bearings dan thrust ball bearing. Dalam pokok
bahasan ini bantalan gelinding yang digunakan yaitu radial ball bearings.
Pada gambar 2.8 ditunjukan sebuah radial ball bearing beserta istilah-istilah di
dalamnya. Radial ball bearings didesain untuk mensupport beban radial, mempunyai kedalaman
lintasan bola yang kontinyu sepanjang keliling dari ring. Jenis ini juga dapat mensupport beban
aksial pada poros untuk semua arah. Pada kenyataannya kapsitas beban aksial yang dapat
diterima oleh radial ball bearings yaitu sampai dengan 70% dari beban radial yang ada.
Pengujian secara ekstensif pada bantalan gelinding dan sesuai dengan analisa statistik
diperoleh bahwa beban dan umur bantalan relative tetap. Dari hal tersebut maka didapatkan
persamaan :
L10=(CP )b
dimana :
L10 : tingkat umur dalam jutaan kali putaran dimana terjadi 10% kerusakan
C : beban dasar
P : koefesien gesek
Fo : beban ekuivalen
b : 3.0 untuk ball bearings, 21/3 dan 10/3 untuk roller bearings
dan untuk penentuan umur bantalan dalam satuan jam, maka persamaan di atas menjadi :
L10=106
60 n (CP )b
21
Perencanaan Elemen Mesin
dimana :
n : kecepatan putaran dalam rpm
besarnya beban ekuivalen (P) sendiri adalah :
P=XVFr+YFa
dimana :
Fr : gaya ke arah radial (melintang poros)
Fa : gaya kearah aksial (sepanjang poros)
V : faktor rotasi : 1.0 untuk inner ring rotation, 1.2 untuk outer ring rotation dan
untuk self-aligning ball bearing digunakan 1 untuk inner dan outer ring rotation.
X : faktor beban radial
Y : faktor beban aksial (poros)
Dan jika kompoenen aksial jauh lebih kecil dari komponen radial persamaan di atas menjadi :
P=VF r
Dari persamaan-persamaan di atas maka dapat dianalisa ketahanan bantalan yang digunakan dalam perencanaan.
22
Perencanaan Elemen Mesin
2.4 BELT DAN PULLY
Gambar 2.7 Macam-macam belt
Sumber: Khurmi R.S., 1982
Sabuk dipakai untuk memindahkan daya antara dua poros yang sejajar. Poros-poros harus
terpisah pada suatu jarak minimum tertentu, yang tergantung pada jenis pemakaian sabuk, agar
bekerja secara efisien. (J.E.Shigley, 1995)
2.4.1 Sabuk V
Sabuk V (V- belt), Sabuk V terbuat dari kain dan benang, biasanya katun rayon atau nilon dan
diresapi karet. R.S. Khurmi (1982) menyebutkan kelebihan sabuk V dibandingkan dengan sabuk
datar, yaitu:
Selip antara sabuk dan puli dapat diabaikan.
Sabuk V yang dibuat tanpa sambungan memperlancar putaran.
Memberikan umur mesin lebih lama, 3-5 tahun.
Sabuk V mudah dipasang dan dibongkar.
Operasi sabuk dengan puli tidak menimbulkan getaran.
Sabuk V mempunyai kemampuan untuk menahan goncangan saat
mesin dinyalakan.
Sabuk V juga dapat dioperasikan pada arah yang berlawanan.
Sedangkan kelemahan sabuk V dibandingkan dengan sabuk datar, yaitu:
23
Perencanaan Elemen Mesin
Sabuk V tidak seawet sabuk datar.
Konstruksi puli sabuk V lebih rumit daripada sabuk datar
2.4.2 Perencanaan Belt dan Pulley
Efisiensi sabuk V pada umumnya berkisar antara 70-90 %, sedangkan sabuk yang dipilih secara
tepat mempunyai efisien 90-95 % (J.E. Shigley,1995)
Menentukan diameter puli dalam
Dp=d p n1
n2
dengan;
Dp = diameter puli digerakkan (mm)
dp = diameter puli penggerak (mm)
n1 = putaran puli penggerak (rpm)
n2 = putaran puli yang direncanakan (mm)
Kecepatan sabuk,
V=πd p n1
1000 . 60
dengan;
V = kecepatan putaran sabuk ( m/s )
n = putaran puli penggerak (rpm)
d = diameter puli penggerak (mm)
24
Perencanaan Elemen Mesin
BAB 3
PERHITUNGAN
3.1 Perencanaan Kapasitas Output Mesin Pemilpil Jagung
Perhitungan Volume Jagung
Ukuran jagung dibagi menjadi 2 yaitu, ukuran besar dan kecil. Pada dasarnya,
jagung memiliki panjang yang perbedaannya tidak signifikan. Sedangkan pada diameter,
jagung berukuran besar dan kecil mempunyai perbedaan diameter yang cukup signifikan.
Maka penulis mengambil data jagung dengan ukuran sedang. Data dan perhitungan
berikut merupakan hasil penelitian penulis.
No
.Obyek
Panjan
g (L)
Diamete
r (D)V = π x L x (D/2)2 Volume
1Jagung 20 cm 5 cm Vjagung = π x 20 cm x (5 cm/2)2
392.700
cm3
2Tongkol
Jagung 20 cm 3 cm
Vtongkol jagung = π x 20 cm x (2
cm/2)2 251.2 cm3
3 Biji Jagung - Vbiji jagung = Vjagung - Vtongkol jagung 141.3 cm3
Tabel 3.1: Tabel data dan perhitungan Jagung
1. Perhitungan Massa Jenis Biji Jagung
Dari table 2.1, didapatkan volume biji jagung sebesar 141.3 cm3. Sehingga
didapatkan perhitungan massa jenis biji jagung dengan data sebagai berikut:
mtotal biji jagung = 0.13 kg
Vbiji jagung = 141.3 cm3
25
Perencanaan Elemen Mesin
ρ=mtotal biji jagung
V biji jagung
ρ= 0.13 kg141.3 cm3
ρ=0.000920028 kgcm3
Didapatkan massa jenis jagung sebesar 0.000920028 kg/cm3.
2. Perhitungan Volume yang Terpipil dalam Sekali Rotasi
Diasumsikan dalam sekali rotasi, ¼ dari bagian jagung sudah terpipil.
V terpipil / rotasi=14
× V biji jagung
V terpipil / rotasi=14
× 141.3 cm3
V terpipil / rotasi=35.325 cm3
3. Perhitungan Debit biji Jagung yang keluar dari Mesin
Gambar 3.1 Asumsi 4 jagung dalam satu proses pemipil
Perhitungan debit berdasarkan Vterpipil/rotasi dan diasumsikan jagung yang masuk ke
dalam silinder pemipil sebanyak 4 buah, maka didapatkan perhitungan:
Q=V terpipil /rotasi × 4 buah jagung ×n
26
Perencanaan Elemen Mesin
Q=35.325 cm3 × 4 buah jagung× 10 rps
Q=1413 cm3
s
Besar debit biji jagung yang ke luar dari mesin yaitu: 1413 cm3/s.
Maka kapasitas ouput (mass flowrate) :
Kapasitas(mass flowrate)=Q× 3600 sekon× ρ
Kapasitas=1413 cm3
s×3600 sekon×0.000920028 kg
cm3
Kapasitas output=4680 kgjam
3.2 PERHITUNGAN DAYA YANG DIBUTUHKAN
3.2.1 Perhitungan Silinder Pemipil
1. Perhitungan Volume Silinder Pemipil
Penulis mendesain gambar silinder pemipil jagung sebagai berikut:
Jari-jari luar (R2) = 0.2 meter.
Jari-jari dalam (R1) = 0.19 meter.
Panjang silinder pemipil (Lsilinder) = 0.8 meter.
V silinder=π × Lsilinder × ( R22−R1
2 )
V silinder=π × 0.8 m× [ (0.2 m )2−(0.19 m )2 ]V silinder=0.0098 m3
2. Perhitungan Penutup Volume Silinder Pemipil
Penulis mendesain gambar penutup silinder pemipil sebagai berikut:
Jari-jari luar (R2) = 0.2 meter.
Jari-jari dalam (Rhole) = 0.15 meter.
27
Perencanaan Elemen Mesin
Panjang silinder penutup (Lpenutup) = 0.01 meter.
V silinder=π × Lpenutup × ( R22−Rhole
2 )
V silinder=π × 0.01m × [ (0.2 m )2−(0.19 m )2 ]V silinder=0.00055 m3
3. Perhitungan Volume Pemipil
Penulis mendesain pemipil berbentuk balok dengan ukuran dimensi sebagai berikut:
Panjang (p) = 0.2 meter.
Lebar (l) = 0.02 meter.
Tinggi (t) = 0.03 meter.
Pemilihan desain balok pada pemilpilnya bertujuan untuk mengurangi resiko pecahnya
biji jagung saat proses pemilpilan berlangsung .
Dalam 1 silinder pemipil jagung, dibutuhkan 12 balok pemipil. Berikut
perhitungan volume pemipil:
V pemipil=12balok × p× l× t
V pemipil=12 balok × 0.2m×0.02 m× 0.03 m
V pemipil=0.00144 m3
4. Perhitungan Volume Total Internal
V total=V silinder+2V penutup+V pemipil
V total=0.0098m3+(2 ×0.00055 m3 )+0.00144 m3
V total=0.01234 m3
5. Perhitungan Massa Total Silinder Pemipil
28
Perencanaan Elemen Mesin
Dipilih material aluminium untuk silinder pemipil dengan massa jenis sebesar
2700 kg/m3.
mtotal=ρaluminium× V total
mtotal=2700 kgm3 ×0.01234 m3
mtotal=33.318 kg
6. Perhitungan Kecepatan Sudut
Dengan pemilihan putaran silinder pemipil sebesar 600 rpm berdasarkan
pertimbangan bahwa asumsi kadar air dalam jagung sebesar 15-17% sehingga
meminimkan resiko pecahnya biji jagung saat proses pemipilan.
ωt=2× π ×n60 sekon
ωt=2× π ×600 rpm
60 sekon
ωt=62.8 rads
7. Perhitungan Percepatan Sudut
Dari hasil perhitungan di atas bisa didapatkan percepatan sudut dengan
mengasumsikan waktu yang dibutuhkan oleh silinder dari keadaan diam hingga mencapai
kecepatan sudut sebesar 62.8 rad/s adalah 5 sekon.
ωt=ω0+(α ×t )
62.8 rads=0+(α × 3 sekon )
α=20.93 rad❑❑
29
Perencanaan Elemen Mesin
3.2.2 DAYA INTERNAL SILINDER PEMILPIL
1. Perhitungan Torsi Internal
T internal=12
× mtotal× ( R22−R1
2)× α
2. Perhitungan Daya Internal
Pinternal=T internal × ωt
746
Pinternal=1.36 Nm× 62.8 rad
s746
Pinternal=0.114454 hp
3.2.3 DAYA EKSTERNAL SILINDER PEMILPIL
1. Perhitungan Gaya Tangensial
F t=m jagung× ωt2 × (R2+t pemipil )
F t=0.25 kg×(62.8 rads )
2
× (0.2 m+0.03 m )
F t=226.7708 N
2. Perhitungan Torsi EksternT eksternal=F t × (R2+ t pemipil )T eksternal=226.7708 N+0.23m
T eksternal=52.16 Nm
3. Perhitungan Daya Eksternal
30
Perencanaan Elemen Mesin
Peksternal=Teksternal × ωt
746
Peksternal=52.16 Nm× 62.8 rad
s746
Peksternal=4.39 hp
3.3 PERHITUNGAN HOOPER
1. Parameter:
Mass FlowRate output sebesar = .
Rata-rata berat biji jagung dalam 1 tongkol = 0.223 kg
Maka banyaknya jagung input :
2. Menghitung Desain Hopper
31
Perencanaan Elemen Mesin
Penentuan parameter :
Bila V total 1 buah jagung adalah =
Maka total volume masuk jagung /jam :
3.[2.] Penentuan dimensi hopper
Tabel 3.2 Dimensi hopper
32
DIMENSI NILAI (m)
H 0.6
B 0.45
L2 0.3
L1 0.5
Perencanaan Elemen Mesin
Gambar 3.2 desain hopper
Maka volume hopper
V hopper=12
x 0.6 x 0.45 x (0 .3+0 .5 )=0 .108 m3
Bila V 1 karung berisi jagung diasumsikan sebagai V maksimal dari hopper maka
dibutuhkan
Jumlah karung :
33
Perencanaan Elemen Mesin
3.4 PERENCANAAN TRANSMISI DAYA
1. Diagram reduksi RPM
Gambar 3.3 Diagram reduksi putaran
2. Gambar Layout pasangan roda gigi Helical dan Spur
34
Perencanaan Elemen Mesin
Gambar 3.4 Konstruksi Gear box
Tabel 3.3 Dimensi Helical gear
3. PERHITUNGAN RODA GIGI HELICAL
a. Mencari jumlah gigi pinion dan gear
35
Perencanaan Elemen Mesin
Subtitusi persamaan I ke II maka
dimana nilai transver circular pitch adalah
Nt1 = 30 teeth
Nt2 = 60 teeth
b. Mencari lebar gear
Menghitung helix angle
36
Perencanaan Elemen Mesin
Pada Helical gear, lebar gigi (b) paling tidak 20% lebih besar daripada axial pitchnya (pa)
atau umumnya minimal 2 kali dari axial pitch
Dimana axial picth adalah
maka penulis menggunakan lebar gigi (b) 2 kali dari pa untuk meminimkan kebutuhan ruang
dari kerangka gear box .
c. Menentukan Material pasangan Helical Gear
Untuk menentukan material dari helical gear , maka harus dilakukan analisa terhadap
gaya-gaya yang bekerja pada gear tersebut.
1. Menghitung tegangan Bending menggunakan persamaan Lewis
Menghitung parameter
Menghitung Jumlah gigi Formative pinion untuk mendapatkan Y
Maka dari tabel 10-2 dengan dan Pressure angel = 20 deg
Didapat Y= 0.352
Menghitung Pitch Line Velocity
Menghitung Gaya tangensial
37
Perencanaan Elemen Mesin
Menghitung Beban dynamic
Dimana maka persamaan beban dinamik adalah
untuk
maka
Kekuatan Bending dari Helical gears dihitung menggunakan persamaan Lewis
Dimana
Besarnya tegangan Bending ( ) harus sama besarnya dengan tegangan Dynamic
( ) atau lebih besar dari itu . Maka kondisi minimum dari tegangan bending yang
diterima oleh gear adalah
Asumsi Kf (Stress Contration Factor) = 1
Maka
Jadi tegangan ijin minimum agar material gear tidak mengalami Failure adalah
sebesar . Maka pemilihan material harus ditinjau dari Safe Static Stresses
yang nilainya harus lebih besar dari dari tegangan ijin minimum material agar
mencapai kondisi AMAN kemudian ditinjau dari segi biaya .
38
Perencanaan Elemen Mesin
Dari tabel 10.3, penulis menggunakan material Forged carbon steel SAE 1020 case
hardened and WQT dengan = 18000 psi dan nilai kekerasan BHN = 156
2. Menghitung tegangan aus menggunakan persamaan Buckingham
Menghitung parameter
Dimana
Dari tabel 10-11 dengan nilai BHN = 156 dan pressure angle =20 deg maka diperoleh
nilai Wear Load Factor (K) dengan interpolasi sebesar = 43.16
Maka besarnya beban gesek
Dari hasil perhitungan pembebanan-pembebanan yang terjadi pada gear, maka kondisi
Ideal/aman dari sebuah desain gear apabila
3. Cek keamanan Material gear dan dimensi gear menggunakan AGMA
1. Keamanan terhadap Bending , maka digunakan rumus AGMA BENDING
Dimana perbandingan tegangan terhitung (Qt) dengan tegangan desain ijin
material ( ) adalah
dari tabel 10-7 untuk BHN 156, Maka dari interpolasi diperoleh =21400
psi
39
Perencanaan Elemen Mesin
Penentuan parameter factor
Tabel 3.4 Faktor – Faktor AGMA bending
Menghitung Tegangan ijin material
Menghitung Tegangan terhitung material
Dari hasil perhitungan Tegangan ijin material dan tegangan terhitung material maka
diperoleh
AMAN
2. Keamanan terhadap aus , maka digunakan rumus AGMA WEAR
Dimana perbandingan tegangan terhitung (Qt) dengan tegangan desain ijin
material ( ) adalah
40
Perencanaan Elemen Mesin
Mencari tegangan ijin desain
Dimana nilai dari diperoleh dari tabel 10. 14 dengan perbandingan sebesar
736666.67psi
Penentuan Parameter faktor
Tabel 3.5 Faktor – faktor AGMA wear
Menghitung Tegangan ijin material
Mencari Tegangan Terhitung
Penentuan parameter
41
Perencanaan Elemen Mesin
Dimana
Nilai dari I yang merupakan faktor geometri didapat dari pers
Jadi besarnya tegangan AGMA wear terhitung
42
Perencanaan Elemen Mesin
Dari hasil perhitungan Tegangan ijin wear material dan tegangan terhitung wear material
maka diperoleh
AMAN
4. PERHITUNGAN RODA GIGI LURUS
Mencari jumlah gigi pinion dan gear
Jika harga Nt1 = 30 teeth, maka
Nt2 = 60 teeth
1. Menentukan Material pasangan Spur Gear
Untuk menentukan material dari spur gear , maka harus dilakukan analisa terhadap gaya-
gaya yang bekerja pada gear tersebut.
PINION
a. Menghitung tegangan Bending menggunakan persamaan Lewis
Menghitung parameter
Menghitung Pitch Line Velocity
Maka dari tabel 10-2 dengan Nt1 = 30 teeth dan Pressure angel = 20 deg
43
Perencanaan Elemen Mesin
Didapat Y= 0.358
Menghitung Pitch Line Velocity
Menghitung Gaya tangensial
Menghitung Beban dynamic
Dimana maka persamaan beban dinamik adalah
untuk
maka
Kekuatan Bending dari Spur gears dihitung menggunakan persamaan Lewis
Dimana
Besarnya tegangan Bending ( ) harus sama besarnya dengan tegangan Dynamic
( ) atau lebih besar dari itu . Dengan tebal b = 1 in maka kondisi minimum dari
tegangan bending yang diterima oleh gear adalah
Maka
44
Perencanaan Elemen Mesin
Jadi tegangan ijin minimum agar material gear tidak mengalami Failure adalah
sebesar . Maka pemilihan material harus ditinjau dari Safe Static Stresses
yang nilainya harus lebih besar dari dari tegangan ijin minimum material agar
mencapai kondisi AMAN kemudian ditinjau dari segi biaya .
Dari tabel 10.3, penulis menggunakan material Forged carbon steel SAE 1020 case
hardened and WQT dengan = 18000 psi dan nilai kekerasan BHN = 156
b. Menghitung tegangan aus menggunakan persamaan Buckingham
Menghitung parameter
Dimana
Dari tabel 10-11 dengan nilai BHN = 156 dan pressure angle =20 deg maka diperoleh
nilai Wear Load Factor (K) dengan interpolasi sebesar = 43.16
Maka besarnya beban gesek
Dari hasil perhitungan pembebanan-pembebanan yang terjadi pada pinion, maka kondisi
Ideal/aman dari sebuah desain gear apabila
Setelah didapatkan materialnya, kemudian dicari harga Fb yang sebenarnya dengan rumus
45
Perencanaan Elemen Mesin
GEAR
Dari tabel 10-2 dengan Nt1 = 60 teeth dan Pressure angel = 20 deg. Didapat Y= 0.421
Jadi
c. Cek keamanan Material dan dimensi menggunakan AGMA
1. Keamanan terhadap Bending , maka digunakan rumus AGMA BENDING
Dimana perbandingan tegangan terhitung (Qt) dengan tegangan desain ijin material
( ) adalah
dari tabel 10-7 untuk BHN 156, Maka dari interpolasi diperoleh =21400 psi
Penentuan parameter faktor
46
Perencanaan Elemen Mesin
Tabel 3. 6 Faktor – faktor AGMA Bending
Menghitung Tegangan ijin material
Menghitung Tegangan terhitung material
Dari hasil perhitungan Tegangan ijin material dan tegangan terhitung material maka
diperoleh
AMAN
2. Keamanan terhadap aus , maka digunakan rumus AGMA WEAR
47
Perencanaan Elemen Mesin
Tabel 3.7 Faktor – faktor AGMA wear
Dimana perbandingan tegangan terhitung (Qt) dengan tegangan desain ijin material
( ) adalah
Mencari tegangan ijin desain
Dimana nilai dari diperoleh dari tabel 10. 14 dengan perbandingan sebesar
736666.67psi
Penentuan Parameter faktor
Menghitung Tegangan ijin material
Jadi besarnya tegangan AGMA wear terhitung jika I = 0.1
48
Perencanaan Elemen Mesin
Dari hasil perhitungan Tegangan ijin wear material dan tegangan terhitung wear material maka
diperoleh
TIDAK AMAN
Supaya material tetap aman terhadap aus maka perlu diperbaiki tingkat kekerasannya misal
hingga mencapai 360 HBN dengan Sac = 160000. Jadi
AMAN
PERENCANAAN BELT DAN PULLEY
A. Gambar Layout pasangan Pulley dan Belt
49
Perencanaan Elemen Mesin
Gambar 3.5 pulley dan sabuk
Data-data:
Bahan belt : Solid Woven Cotton
Daya motor (P) : 5 hp
Putaran motor (n) : 900 rpm
Diameter pulley 2 (D2) : 150 mm
Diameter pulley 1:
1
2
2
1 )1(DD
nn
= koefisien rangkak (creep) belt (0,01 – 0,02), dipilih 0,02
Kecepatan keliling (Vp1):
50
Perencanaan Elemen Mesin
1. Penentuan Tipe Pulley
Menghitung Gaya keliling rata-rata (Frate):
Karena adanya over load atau tarikan awal yang besar, secara umum diambil 50 % dari
rateF nya.
Penampang belt dipilih berdasarkan tegangan yang timbul dan tegangan akibat beban mula.
0 K
dimana: = faktor tarikan, untuk V-belt besarnya = 0,7
= tegangan mula-mula, untuk V-belt = 12 kg/cm2
maka K = 2 0,7 12 kg/cm2 = 16,8 kg/cm2
Dari tegangan yang timbul karena beban tersebut, maka dapat dicari luasan penampang
belt
51
Perencanaan Elemen Mesin
2. Pemilihan luasan:
dari Z x A = 7 cm2, tidak memenuhi standar yang ada / tidak pas, maka dipilih:
Type : D A =7.065 2cm Z=1 h=25mm
3. Menghitung panjang pulley:
c=3 R1+R2
c=3 (75 mm)+51mmc=276 mma=(c2−( R2−R1)
2)1/2
a=((276 mm )2−(75 mm−51mm )2)1 /2a=275 mm
l=2 × a+ π2
× (D2−D1 )+(D2−D1 )
4 a
l=2 ×275 mm+ π2
× (150mm−102 mm )+ (150 mm−102 mm )4 ×275 mm
l=625.441 mm
Panjang tersebut ada pada standar belt, sehingga panjang ini yang dipakai. Variasi jarak poros
bertujuan untuk mengatur ketegangan dan kekenduran belt.
amin=a−2 × h
amin=275 mm−2×25 mm
amin=225 mm
52
Perencanaan Elemen Mesin
amax=1.05 × a
amax=1.05 × 225 mm
amax=236.25 mm
4. Tegangan Yang Terjadi Pada Belt
Tegangan akibat sentripetal ( v )
Tegangan bending ( b )
Tegangan karena daya (K)
tegangan maxsimun ( max )
4. Penentuan Umur Belt (H)
mfatbase
XUN
H
max3600
diketahui: Nbase = 108 m = 8 untuk V-belt
53
Perencanaan Elemen Mesin
fat = 90 kg/cm2 untuk V-belt X = 2 untuk pulley yang bergerak
U=V p
l
U=4.8 m ⁄ s0.625 m
U=7.68 rps
maka:
H= 108
3600 ×7.68 rps× 2×{ 90
118.7 }8
H=1975.334 jam kerja
5. Dimensi-Dimensi Pulley
Data-data pulley type C untuk V-belt
C = 6 S = 17
Diameter pulley:
Dout, 1 = D1 + 2 .C = 102 + 2 6 = 114 mm
Dout, 2 = D2 + 2 .C = 150 + 2 6 = 162 mm
Din, 1 = Dout, 1 + 2 . = 102 + 2 21 = 144 mm
54
Perencanaan Elemen Mesin
Din, 2 = Dout, 2 + 2 . = 150 + 2 21 = 192 mm
Lebar pulley (B):
lebar pulley penggerak = lebar pulley yang digerakkan
maka: B1 = B2 = (Z – 1) t + 2 .S
= (1 – 1) 25 + 2 x 17 = 34 mm
Sudut kontak (table 3-7):
5. Gaya Yang Bekerja Pada Poros
55
Perencanaan Elemen Mesin
6. Pulley Driven
Perhitungan Volume Lingkaran Pulley Driven
V pulley driven=π × t × (R22−R1
2 )
V pulley driven=π × 0.034 m × [ (0.096 m )2−(0.081 m )2 ]V pulley driven=0.00028 m3
Perhitungan Jeruji Pulley Driven
V jeruji=3 buah × π × t jeruji× R jeruji2
V jeruji=3buah × π × 0.106 m× (0.017 m )2
V jeruji=0.00028 m3
Perhitungan Total Volume Pulley Driven
V total pulley driven=V pulley driven+V jeruji
V total pulley driven=0.00028 m3+0.00028 m3
V total pulley driven=0.00056 m3
Perhitungan Massa Pulley Driven
Bahan Pulley yang dipilih adalah Aluminium dengan massa jenis sebesar 2700
kg/m3.
m pulley driven=ρaluminium ×V total pulley
mpulley driven=2700 kgm3 × 0.00056 m3
m pulley driven=1.512 kg
7. Pulley Driver
Perhitungan Massa Pulley Driver
56
Perencanaan Elemen Mesin
m pulley driver=m pulley driven x 23
¿1.512 kg x0.67=1.008 kg
3.5 PERENCANAAN POROS
Poros I
1. FBD poros I
Gambar 3.6 FBD Poros I
57
Perencanaan Elemen Mesin
F t=226 .77 NW silinder=33 . 318 kgx10 m /s2=333. 18 NW pulley=1 . 512kgx 10 m /s2=15 . 12Na=αR=20 . 93 rad /s2(0 . 15 m)=3 . 14m /s2
F1=96. 24 a=96 . 24 x 3. 14=302. 145 NF2=16 . 98 a=16 . 98x 3 .14=53 .3 NF pulley=F1+F2+W pulleyF pulley=302. 145+53 .3+12=367 . 45N
2. Gaya – gaya yang bekerja pada arah Horizontal
F t=P1
∑ Fx=0Bx=0
∑ F y=0A y+By−F t=0A y+By=F tA y+By=226 .77 N
∑M A=0−F t 0 . 4+B y 0 .8=0
By=F t 0 . 40 . 8
=226 . 77 x0 . 40 . 8
=113. 385 N
A y=113 . 385 N
58
Perencanaan Elemen Mesin
Potongan M1-1 Horizontal (0< x < 0.4)
∑M=0M 1−1−A y x=0M 1−1=113 . 385 xx=0⃗ M 1−1=0x=0. 4 ⃗M 1−1=45 . 35 Nm
Potongan M2-2 Horizontal (0< x < 0.4)
∑M=0M 2−2−B y x=0M 2−2=113. 385 xx=0⃗ M 2−2=0x=0.4 ⃗M 2−2=45.35 Nm
59
Perencanaan Elemen Mesin
F p=P1W silinder=P2
∑ F x=0Bx=0
∑ F y=0A y+B y−F p−W silinder=0A y+B y=F p+W silinder
A y+B y=700 . 63 N
∑M A=0F p 0 . 1−W silinder 0. 4+By 0 . 8=0
B y=W silinder 0 . 4−Fp 0 .10 . 8
B y=333 . 18 x 0 .4−367 .45 x0 .10 . 8
=120 .66 N
A y=579.97 N
Potongan M1-1 Vertikal (0< x < 0.1)
61
Perencanaan Elemen Mesin
∑M=0M 1−1−F p x=0M 1−1=367 .45 xx=0⃗ M 1−1=0x=0.1⃗M 1−1=36 .745 Nm
Potongan M 2-2 Vertikal ( 0 < x < 0.4 )
∑M=0M 2−2−A y x+F p (0 .1+x )=0M 2−2=579 . 97 x−367 . 97(0 .1+x )x=0⃗ M2−2=36 .745 Nmx=0.4 ⃗M2−2=48. 26 Nm
Potongan M 3-3 Vertikal ( 0 < x < 0.1 )
62
Perencanaan Elemen Mesin
∑M=0M 3−3−B y x=0M 3−3=120 . 66 xx=0⃗ M 3−3=0x=0.1⃗M 3−3=48.26 Nm
4. Diagram Momen Poros I
a. Diagram momen Poros I arah Horizontal
b. Diagram momen Poros I arah Vertikal
63
Perencanaan Elemen Mesin
5. Penentuan Diameter Poros I
Dalam hal ini material poros menggunakan material Carbon steel dengan properties
mekaniknya :
SAE1020S yp=18000 psi=124105631. 23 N /m2
Maka dari persamaan MNST diperoleh diameter minimal poros
M R=√MV2 +M H
2
M R=√48 .2642+45 .352=66 . 23 Nm
D3≥Nx 16πx 0 . 15(S yp )
√M R2 +T 2
D3≥2 x16πx 0 . 15(124105631.23) √66 . 232+52 .162
D≥2.4 cm
5. Penentuan Diameter Bertingkat
64
Perencanaan Elemen Mesin
Tabel 3.8 Kode ukuran bearing
Pada Tabel dimensi bearing diatas untuk d = 25 mm besar D = 47 mm, jadi untuk
diameter poros silindernya = 25mm x ( 13(47mm-25mm) x 2) = 39 mm
6. Sketsa Poros I
Gambar 7.1 sketsa poros I
65
Perencanaan Elemen Mesin
Poros II
1. Data poros II
a=α R2=20.93 (0.102 )=2.135 ms2
F1=96.24 kg x 2.135 ms2=205.46 N
F2=16.98 kg x2.135 ms2=36.25 N
T=78.24 Nm
W pulley=0.8 kg x10 ms2=8N
F p=F1+F2−W pulley
F p=205.46 N+36.25 N−8 N=233.71 N
F t=78.24 Nm0.0762 m
=1026.77 N
W spur=1.25 kg x10 ms2=12.5 N
2. FBD poros II
66
Perencanaan Elemen Mesin
3. Gaya – gaya yang bekerja pada arah Horizontal
Reaksi tumpuan sumbu horizontal
Σ F x=0
C x=0
Σ F y=0
C y+D y−F t=0
C y+D y=1026.77 N
67
Perencanaan Elemen Mesin
Potongan M1-1 Horisontal (0< x < 0.1)
∑M=0M 1−1−C y x=0M 1−1=513 .385 xx=0⃗ M 1−1=0x=0. 1⃗M 1−1=51. 3385 Nm
Potongan M2-2 Horisontal (0< x < 0.1)
68
Perencanaan Elemen Mesin
∑M=0M 2−2−D y x=0M 2−2=513 . 385 xx=0⃗ M 2−2=0x=0.1⃗M 2−2=51. 3385 Nm
2. Gaya – gaya yang bekerja pada arah Vertikal
69
Perencanaan Elemen Mesin
∑ Fx=0Ax=0
∑ F y=0C y+D y−W spur+F p=0C y+D y=12 . 5−233 . 71=−221 .21 N
∑M A=0−W spur 0 .1+B y 0 .2+F p 0 . 3=0
Dy=12 .5 x 0. 1−233 . 71 x 0 .30 . 2
=−688 . 13 N
C y=466 . 92 N
Potongan M1-1 Vertikal (0< x < 0.1)
∑M=0M 1−1−C y x=0M 1−1=466.92 xx=0⃗ M 1−1=0x=0. 1⃗M 1−1=46 . 692 Nm
Potongan M2-2 Vertikal (0< x < 0.1)
70
Perencanaan Elemen Mesin
∑M=0M 2−2+W spur x−C y(0 .1+ x )=0M 2−2=466 .92( 0.1+x )−12 .5 xx=0⃗ M 2−2=46 . 692 Nmx=0.1⃗M 2−2=92 .134 Nm a
Potongan M-3 Vertikal (0< x < 0.1)
∑M=0M 3−3−F p x=0M 3−3=233. .71 xx=0⃗ M 3−3=0x=0.1⃗M 3−3=23 .371 Nm
3. Gambar Diagram Momen Poros II
a. Diagram momen Poros II arah Horizontal
71
Perencanaan Elemen Mesin
b. Diagram momen Poros II arah Vertikal
4. Penentuan Diameter Poros II
Dalam hal ini material poros menggunakan material Carbon steel dengan properties
mekaniknya :
SAE1020S yp=18000 psi=124105631. 23 N /m2
Maka dari persamaan MNST diperoleh diameter minimal poros
M R=√M V2 +M H
2
M R=√92. 1342+51. 342
M R=105. 5 Nm
D3≥Nx 160 . 5 πS yp
√MR2+T 2
D3≥2 x160 . 5 π (124105631 .23 ) √105 .52+78 .242
D≥2. 78 cm
72
Perencanaan Elemen Mesin
5. Penentuan Diameter Bertingkat
Berdasarkan tabel 6.1, dimensi Bearing diatas untuk d = 30 mm besar D = 55 mm, jadi
untuk diameter poros silindernya = 30mm x ( 13 (55mm-30mm) x 2) = 42 mm
6. Sketsa Poros II
Poros III
1. FBD Poros III
73
Perencanaan Elemen Mesin
T=156 . 48 Nm
Fth=Tdh
2
=156 . 480.1524
2
=2053 .54 N
Ft s=Tds
2
=156 . 480 . 0762
2
=4107 . 08 N
W helical=12 .5 NW spur=3.126 N
2. Gaya-gaya yang bekerja pada arah horizontal
74
Perencanaan Elemen Mesin
∑ F x=0Bx=0
∑ F y=0Ev+Fv−Fth−Ft s=0Ev+Fv=6160 .62 N
∑M A=0Ft h0 .1+Ft s 0 .2−B y 0 .3=0
Fv=2053 .54 x 0 .2+4107 .08 x 0 .10 .3
=2738. 05 N
Ev=3422.57 N
Potongan M1-1 horizontal ( 0 < x < 0.1 )
∑M=0M 1−1−Ev x=0M 1−1=3422 .57 xx=0⃗ M 1−1=0x=0. 1⃗M 1−1=342. 257 Nm
75
Perencanaan Elemen Mesin
Potongan M 2-2 (0 < x < 0.1 )
∑M=0M 2−2+Fth x−Ev(0 .1+x )=0M 2−2=2053 .54(0 .1+ x )−3422 .57 xx=0⃗ M 2−2=342. 257 Nmx=0.1⃗M 2−2=68 . 451 Nm
Potongan M 3-3 (0 < x < 0.1 )
∑M=0M 3−3−F y x=0M 3−3=2738.05 xx=0⃗ M 3−3=0x=0. 1⃗M 3−3=273 . 8Nm
76
Perencanaan Elemen Mesin
4. Gaya – gaya yang bekerja pada arah vertikal
∑ F x=0Bx=0
∑ F y=0E y+F y−W helical−W spur=0E y+F y=15 .626 N
∑M B=0W spur 0 .1+W helical 0 .2−By 0 . 3=0
E y=3. 126 x 0.1+12.5 x0 . 20 .3
=9.375 N
F y=6 . 25 N
Potongan M1-1 vertikal (0 < x < 0.1 )
77
Perencanaan Elemen Mesin
∑M=0M 1−1−A y x=0M 1−1=9 .375 xx=0⃗ M 1−1=0x=0. 1⃗M1−1=0 .9375 Nm
Potongan M 2- 2 vertikal ( 0 < x < 0.1)
∑M=0M 2−2+Whelical x−E y(0 .1+x )=0M 2−2=9 .375(0 . 1+x )−12.5 xx=0⃗ M 2−2=0 .9375 Nmx=0. 1⃗M2−2=0 .625 Nm
Potongan M 3-3 vertikal ( 0 < x < 0.1)
78
Perencanaan Elemen Mesin
∑M=0M 3−3−F y x=0M 3−3=6. 25 xx=0⃗ M 3−3=0x=0. 1⃗M 3−3=0 . 625 Nm
5. Gambar Diagram Momen Poros III
a. Diagram momen poros III arah Horizontal
b. Diagram momen poros III arah Vertikal
5. Penentuan Diameter Poros II
79
Perencanaan Elemen Mesin
Dalam hal ini material poros menggunakan material Carbon steel dengan properties
mekaniknya:
SAE1050S yp=67000 psi=461948738. 64 N /m2
Maka dari persamaan MNST diperoleh diameter minimal poros
MR=√M H2 +MV
2
MR=√616. 0622+0 .93752
MR=616 Nm
D3≥Nx 160 . 5πS yp
√MR2+T 2
D3≥2 x160 . 5π 461948738 .64 √6162+156 . 482
D≥3 cm
6. Penentuan Diameter Bertingkat
Pada Tabel 6.1 dimensi Bearing untuk d = 30 mm besar D = 55 mm, jadi untuk diameter
poros silindernya = 30mm x ( 13(55mm-30mm) x 2) = 42 mm
7. Sketsa poros III
80
Perencanaan Elemen Mesin
3.6 PERHITUNGAN PASAK
Jenis Material AISI C1020 dengan Syp = 66000 psi
1. Pada poros I
Ada 3 pasak yang digunakan yaitu untuk 1 untuk pulley dan 2 untuk silinder pemipil
Untuk di pulley dengan rincian sebagai berikut :
T = 52.16 Nm
W = 0.006 m
D = 0.025 m
L = 0.05 m
Maka untuk mengetahui keamanan pasak pada pulley,digunakan rumus sebagai
berikut :
Sc ≥ 4 T
LWD
66000 psi ≥ 4(52.16)
(0.05)(0.006)(0.025)
66000 psi ≥ 27818666.67 N/m2
66000 psi ≥ 4035 psi (AMAN)
Untuk silinder pemipil
W = 0.006 m
D = 0.025 m
L = 0.01 m
81
Perencanaan Elemen Mesin
Maka untuk mengetahui keamanan pasak pada silinder pemilpil ,digunakan rumus
sebagai berikut :
Sc ≥ 4 T
LWD
66000 psi ≥ 4(52.16)
(0.01)(0.006)(0.025)
66000 psi ≥ 139093333.4 N/m2
66000 psi ≥ 20175 psi (AMAN)
2. Pada Poros II
Pada pasangan Spur gear
T = 78.24 Nm
L = 0.0254 m
W = 0.006
D = 0.03 m
Maka untuk mengetahui keamanan pasak pada gear ,digunakan rumus sebagai
berikut :
Sc ≥ 4 T
LWD
66000 psi ≥ 4 (78.24)
(0.0254)(0.006)(0.03)
66000 psi ≥ 68451443.57 N/m2
66000 psi ≥ 9928 psi (AMAN)
2. Pada Poros III
Pada pasangan Helical gear
T = 156.48 Nm
L = 0.0254 m
W = 0.006
D = 0.03 m
82
Perencanaan Elemen Mesin
Maka untuk mengetahui keamanan pasak pada gear ,digunakan rumus sebagai berikut
Sc ≥ 4 T
LWD
66000 psi ≥ 4 (156.48)
(0.0254)(0.006)(0.03)
66000 psi ≥ 136902887.1 N/m2
66000 psi ≥ 19856 psi (AMAN)
3.7 BANTALAN
1. Bantalan Pada Poros I
Bantalan pada titik A :
Jenis Bantalan : Cylindrical roller bearings, double row, full complement
Dari tabel SKF diperoleh:
Diameter dalam : d = 25 mm
Diameter luar : D = 47 mm
Tebal bantalan : B = 30 mm
Dynamic load : C = 59400 N
Gaya radial resultan pada titik A:
FrA = √AV 2+A
H 2 = √ (579. 97 )2+ 113 .392 = 590.95 N
Gaya aksial resultan pada titik A: FaA = 0
Beban ekivalen pada titik A (P):
P = FS ( X . V . F r + Fa)
83
Perencanaan Elemen Mesin
Keterangan:
FS = faktor kerja roller bearing = 1,5
Dari tabel 9-8 untuk light shock load dari tipe roller bearing.
V = faktor putaran = 1,0 untuk inner ring rotation
X = 1,0 dan Y = 0, dari tabel 9-5 untuk = 14,5 15 dan Fa/ V.Fr = 0
P = 1,5 (1,0 1,0 590.95 + 0) = 886.43 N
Umur bantalan A:
L10 = (CP )
3× 106
= (59400 886 .43 )
3× 106
= 3 x 1011 putaran
atauL10 = (C
P )3106
60 . n = (59400 886 .43 )
3 106
60×600 = 8.36 x 106 jam kerja
Gaya radial resultan pada titik B:
FrA = √BV 2+B
H2 = √ (120. 66 )2+ 113 .392 = 165.58 N
Gaya aksial resultan pada titik B: FaB = 0
Beban ekivalen pada titik B (P):
P = FS ( X . V . F r + Fb)
Keterangan:
84
Perencanaan Elemen Mesin
FS = faktor kerja roller bearing = 1,5
Dari tabel 9-8 untuk light shock load dari tipe roller bearing.
V = faktor putaran = 1,0 untuk inner ring rotation
X = 1,0 dan Y = 0, dari tabel 9-5 untuk = 14,5 15 dan Fa/ V.Fr = 0
P = 1,5 (1,0 1,0 165.58 + 0) = 248.37 N
Umur bantalan B:
L10 = (CP )
3× 106
= (59400 248 . 37 )
3× 106
= 1.4 x 1013 putaran
atauL10 = (C
P )3106
60 . n = (59400 248 . 37 )
3 106
60×600 = 3.9 x 108 jam kerja
2. Bantalan Pada Poros II
Bantalan pada titik C :
Jenis Bantalan : Cylindrical roller bearings, double row, full complement
Dari tabel SKF diperoleh:
Diameter dalam : d = 30 mm
Diameter luar : D = 55 mm
Tebal bantalan : B = 34 mm
85
Perencanaan Elemen Mesin
Dynamic load : C = 73700 N
Gaya radial resultan pada titik C:
FrA = √CV 2+C
H 2 = √ (466 .92 )2+ 513 .392 = 693.96 N
Gaya aksial resultan pada titik C: FaC = 0
Beban ekivalen pada titik C (P):
P = FS ( X . V . Fr + Fc )
Keterangan:
FS = faktor kerja roller beraing = 1,5
Dari tabel 9-8 untuk light shock load dari tipe roller bearing.
V = faktor putaran = 1,0 untuk inner ring rotation
X = 1,0 dan Y = 0, dari tabel 9-5 untuk = 14,5 15 dan Fc/ V.Fr = 0
P = 1,5 (1,0 1,0 693.39 + 0) = 1040.94 N
Umur bantalan C:
L10 = (CP )
3× 106
= (73700 1040 . 94 )
3× 106
= 3.55 x 1011 putaran
86
Perencanaan Elemen Mesin
atauL10 = (C
P )3106
60 . n = (59400 886 .43 )
3 106
60×600 = 9.86 x 106 jam kerja
Gaya radial resultan pada titik D:
FrD = √DV 2+D
H 2 = √ (-668. 13 )2+ 513 .392 = 842.6 N
Gaya aksial resultan pada titik D: FaD = 0
Beban ekivalen pada titik D (P):
P = FS ( X . V . F r + FD )
Keterangan:
FS = faktor kerja roller bearing = 1,5
Dari tabel 9-8 untuk light shock load dari tipe roller bearing.
V = faktor putaran = 1,0 untuk inner ring rotation
X = 1,0 dan Y = 0, dari tabel 9-5 untuk = 14,5 15 dan Fa/ V.Fr = 0
P = 1,5 (1,0 1,0 842.6 + 0) = 1263.9 N
Umur bantalan D:
L10 = (CP )
3× 106
= (73700 1263 . 9 )
3× 106
= 2 x 1011 putaran
87
Perencanaan Elemen Mesin
atauL10 = (C
P )3106
60 . n = (73700 1263 .9 )
3 106
60×600 = 5.5 x 106 jam kerja
3. Bantalan Pada Poros III
Bantalan pada titik E :
Jenis Bantalan : Cylindrical roller bearings, double row, full complement
Dari tabel SKF diperoleh:
Diameter dalam : d = 30 mm
Diameter luar : D = 55 mm
Tebal bantalan : B = 34 mm
Dynamic load : C = 73700 N
Gaya radial resultan pada titik A:
FrE = √EV 2+E
H 2 = √ (9 .375 )2+ 3422. 572 = 3422.58 N
Gaya aksial resultan pada titik A: FaA = 0
Beban ekivalen pada titik A (P):
P = FS ( X . V . F r + Fa)
Keterangan:
FS = faktor kerja roller bearing = 1,5
88
Perencanaan Elemen Mesin
Dari tabel 9-8 untuk light shock load dari tipe roller bearing.
V = faktor putaran = 1,0 untuk inner ring rotation
X = 1,0 dan Y = 0, dari tabel 9-5 untuk = 14,5 15 dan Fa/ V.Fr = 0
P = 1,5 (1,0 1,0 3422.58 + 0) = 5133.87 N
Umur bantalan E:
L10 = (CP )
3× 106
= (73700 5133 . 87 )
3× 106
= 3 x 109 putaran
atauL10 = (C
P )3106
60 . n = (73700 5133 . 87 )
3 106
60×600 = 8.22 x 104 jam kerja
Gaya radial resultan pada titik F:
FrF = √FV 2+F
H 2 = √ (6 .25 )2+ 2738. 052 = 2738.06 N
Gaya aksial resultan pada titik B: FaF = 0
Beban ekivalen pada titik F (P):
P = FS ( X . V . F r + Fb)
Keterangan:
89
Perencanaan Elemen Mesin
FS = faktor kerja roller bearing = 1,5
Dari tabel 9-8 untuk light shock load dari tipe roller bearing.
V = faktor putaran = 1,0 untuk inner ring rotation
X = 1,0 dan Y = 0, dari tabel 9-5 untuk = 14,5 15 dan Fa/ V.Fr = 0
P = 1,5 (1,0 1,0 2738.06 + 0) = 4107.09 N
Umur bantalan F:
L10 = (CP )
3× 106
= (73700 4107 .09 )
3× 106
= 5.78 x 109 putaran
atauL10 = (C
P )3106
60 . n = (73700 4107 .09 )
3 106
60×600 = 1.6 x 105 jam kerja
3.8 PELUMASAN
Untuk perencanaan pelumasan dapat dilakukan dengan mencari beban pelumasan yang
terbesar yang terjadi pada bantalan. Dalam perencanaan gear box ini bantalan yang mengalami
beban pelumasan terbesar adalah pada bantalan E yang berputar pada n = 1800 rpm dan memiliki
diameter poros 30 mm. Dengan mengasumsikan temperatur kerja berkisar pada + 100o F, maka
dapat dihitung :
D x n = 30 x 1800 = 54000
90
Perencanaan Elemen Mesin
Dari figure 9.40 hal 503, machine design, Deutschman, didapatkan : viskositas SUS = 170 SUS
dengan basis 100o F
Bila specific gravity pada 60oF = 0,89 maka specific gravity pada 100oF dapat dicari :
ρt = ρ60−0 ,00035 (t−60 )
= 0 ,89−0 , 00035 (170−60 )
= 0 ,89−0 ,0385
= 0,8515
Viskositas absolut :
Z = ρt .(0 , 22 SUS−180
SUS ) = 0 , 8515 .(0 ,22(170)−180
(170))= 0,8515.(36,34)
= 31,83 cp
μ = 31 , 83cp . 1 , 45×10−7 reyns
1 cp
= 4,62 x 10-7 reyns
Dari figure 8.13, Deutschman didapat standar SAE dari pelumas, yaitu SAE 10.
91
Perencanaan Elemen Mesin
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari perhitungan dan perencanaan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
92
Perencanaan Elemen Mesin
Berdasarkan perhitungan dan penentuan elemen-elemen mesin sebelumnya, maka Mesin
Pemipil Jagung dapat dibuat.
Bahan baku dan material mesin yang dapat dijumpai dipasaran menjadi pertimbangan utama
dalam perencanaan ini.
Konstruksi mesin ini sederhana sehingga baik pembuatan maupun perawatan mudah
dilakukan.
Elemen-elemen mesin yang digunakan dan spesifikasinya adalah sbb:1. Motor Listrik
Daya : 5 HPPutaran : 3600 RPM
2. Roda Gigia. Roda gigi Helical
b. Roda Gigi Lurus
93
No Karakteristik Pinion Gear
1 Diameter 101,6 mm 355,6 mm
2 Lebar 44.196 mm
3 Sudut Tekan 20o FD
4 Jumlah Gigi 18 36
5 Bahan
Forged carbon steel
SAE 1020 case
hardened and WQT
Forged carbon steel
SAE 1020 case hardened
and WQT
No Karakteristik Pinion Gear
1 Diameter 101.6 mm 355.6 mm
2 Lebar 25.4 mm
3 Sudut Tekan 20o FD
4 Jumlah Gigi 30 60
5 Bahan
Forged carbon
steel SAE 1020
case hardened and
WQT
Forged carbon steel
SAE 1020 case hardened
and WQT
( Perbaikan kekerasan)
Perencanaan Elemen Mesin
c. Pulley
3. Poros ( Shaft )
Poros Panjang Dkritis Bahan
I 900 mm 24 mm Forged carbon steel SAE 1020 case hardened and WQT
II 300 mm 27.8 mm Forged carbon steel SAE 1020 case hardened and WQT
III 300 mm 30 mm Carbon steel HR
4. Pasak (keyways )
Pasak Lebar Panjang Bahan Jumlah
I 6 mm 25.4 mm AISI C1020 3
94
No Karakteristik Driver Driven
1 Diameter 102 mm 150 mm
2 Lebar 34 mm
3 Bahan Alluminium alloy Alluminium Alloy )