Date post: | 28-Nov-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | independent |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
Perikanan Tangkap; dulu dan sekarang.(Oleh : Bambang Murdiyanto)
Pendahuluan
Tulisan berjudul ”Perikanan Tangkap; dulu dan sekarang” ini saya buat
dalam rangka turut menyambut tuntasnya masa bakti pengabdian resmi rekan dan
kolega saya, Prof. Dr. Ir. John Haluan M.Sc sebagai PNS. Menurut hemat saya
berdasarkan pengalam selama berkarir bersama sebagai dosen di Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB, pak John (panggilan yang biasa saya sebutkan)
merupakan staf pengajar yang berdedikasi tinggi dalam mengembangkan ilmu-
ilmu perikanan khususnya dalam ilmu sistem dan informasi perikanan tangkap.
Beliau merupakan rekan sekerja dalam karir dan sahabat yang sangat baik dalam
kehidupan sehari-hari sejak masa mahasiswa, semasa belajar di Jepang sampai
dengan saat pasca purnabakti saya sekarang ini. Beliau selalu siap untuk memberi
support dan bantuan apapun baik moral maupun materi bilamana saya perlukan.
Semoga dengan memasuki masa purnabaktinya pak John dapat merasa bahagia
dan masih bersedia untuk terus berkiprah menyumbangkan tenaga dan buah
pikirannya untuk kemajuan ilmu perikanan. Demikian maksud penulisan artikel
ini sekaligus sekedar sumbangsih pengetahuan saya untuk ilmu perikanan.
Mudah-mudahan sekelumit tulisan tentang informasi dalam perkembangan
perikanan tangkap ini dapat berguna bagi yang membacanya. Sebelum memasuki
substansi artikel ini saya ingin menyampaikan terima kasih atas kesempatan
memberikan tulisan ini kepada Dr. Tri Wiji Nurani dan timnya selaku panitia
penyusunan buku purnabakti Prof. John Haluan.
Dulu
Pernah nonton film Forrest Gump? Film tersebut produksi tahun 1994
bercerita tentang peristiwa awal tahun 1970-an, dibintangi oleh actor Tom Hank
yang memerankan seorang anak yang agak terbelakang tetapi jujur, setia kawan,
polos dan sangat menyayangi ibunya. Ia juga mempunyai sahabat berkulit hitam
Bubba dan komandannya sewaktu perang Vietnam yaitu Letnan Dan. Ia setia
mencintai Jenny, kawan bermainnya sejak kecil. Sebelum Bubba meninggal
dalam perang ia mengemukakan cita-citanya ingin menjadi kapten kapal
penangkap udang (shrimp trawler). Hal ini begitu berkesan bagi Forrest Gump
Perikanan Tangkap; dulu dan sekarang --- Mei 2011 -- oleh: Bambang Murdiyanto
dan berjanji akan merealisir cita-cita sahabatnya itu. Dari hasil iklan serta
kemahirannya bermain pingpong ia mendapat uang sebesar 25 ribu USD, dan
uang tersebut dibelikannya sebuah kapal srimp trawl. Mula-mula sebagai kapten
kapal dan seorang kelasi yaitu Letnan Dan selalu gagal mendapatkan udang.
Setelah selamat dari hantaman hurricane (badai) catch udangnya sukses dan ia
memperoleh untung besar. Kemudian uangnya ditanamkan oleh Letnan Dan di
perusahaan Apple computer sehingga mereka berhasil jadi jutawan. Fotonya
bersama Letnan Dan di kapal shrimp trawl sempat menghiasi cover majalah
Fortune, majalah tentang para jutawan sukses. Sebuah film tentang kesetia-
kawanan. Tetapi bukan itu yang akan saya tekankan dari cerita di film ini.
Mungkin usaha penangkapan udang yang diangkat dalam film ini sesuai untuk
merepresentasikan kondisi perikanan tangkap khususnya shrimp trawl masa dulu.
Di bawah ini dapat dilihat bahwa tingkat produksi perikanan tangkap
dunia dan negara Cina sejak tahun 1950-an terus meningkat mulai dari 20 juta ton
sampai mencapai sekitar 80 juta ton pada tahun 20021). Ini berarti bahwa produksi
meningkat sekitar empat kali lipat selama kurun waktu 50 tahun. Gambar 2
memperlihatkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke empat dari sepuluh
negara-negara produsen perikanan di dunia dengan tingkat produksi sebesar 4,5
juta ton ikan pada tahun 2002. Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa pemanfaatan
sumber daya ikan dunia telah 77 % dan tergolong pada penangkapan yang telah
full exploited, depleted, overexploited dan recovering condition. Ini berarti bahwa
kini hanya tinggal 23 % saja yang berpeluang untuk ditambah penangkapannya
itupun yang 20 % telah cukup dimanfaatkan. Hanya tersisa stok ikan sekitar 3 %
saja yang benar-benar masih berpeluang untuk dikembangkan penangkapannya.
1) FAO. Review of the state of world marine fishery resources. FAO Fisheries Technical Paper. No. 457. Rome, FAO. 2005. 235p.
Perikanan Tangkap; dulu dan sekarang --- Mei 2011 -- oleh: Bambang Murdiyanto2
Gambar 1. Trend produksi perikanan tangkap dunia. (Data FAO 2004)
Gambar 2. Peringkat negara produsen ikan tahun 2002.
Perikanan Tangkap; dulu dan sekarang --- Mei 2011 -- oleh: Bambang Murdiyanto3
Gambar 3. Keadaan stok ikan dunia tahun 2004.
Tahun-tahun 1970 – 1980 merupakan juga masa-masa kejayaan trawl
udang di Indonesia. Sebenarnya jaring trawl mulai diperkenalkan di Indonesia
sejak tahun 1952 yaitu pada waktu dilakukan percobaan pengoperasian trawl oleh
Yayasan Perikanan Laut (YPL) Makasar, suatu unit pelaksana kerja Jawatan
Perikanan Pusat, dan kemudian dilanjutkan oleh YPL Surabaya.1) Secara
komersial trawl dioperasikan mulai dari Bagan Siapi-api yang terus berkembang
di Pulau Jawa sejak 1970. Secara teknis alat trawl mempunyai beberapa variasi
bentuk dan desain serta cara pengoperasiannya. Ada yang dioperasikan dengan
papan otter (Otter trawler), ada yang dioperasikan dengan dua kapal (Paranzella
trawler) dan ada yang memakai rentangan kayu untuk membuka jaringnya (Beam
trawl). Selain itu menurut kedalaman operasinya dibedakan antara trawl yang
dioperasikan dekat permukaan (Surface trawl), lapisan tengah (Midwater trawl)
dan di dekat dasar laut (Bottom trawl). Dari jenis-jenis trawl tersebut yang
terpenting dan berkembang marak adalah trawl untuk menangkap udang yang
dioperasikan dengan papan otter, secara teknis shrimp trawler ada yang single,
1 ) Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. BPPL. Jakarta.
Perikanan Tangkap; dulu dan sekarang --- Mei 2011 -- oleh: Bambang Murdiyanto4
hanya menarik satu unit jaring trawl dan ada yang menarik dua unit jaring trawl
sekaligus, disebut Double Rig Shrimp Trawler yang dilengkapi dengan dua boom
penarik (outriggers) dipasang di sebelah kiri dan kanan dari main mast.
Perikanan trawl udang terus berkembang selama hampir sepuluh tahun sebelum
merebaknya konflik-konflik dengan nelayan non-trawl yang berujung pada
keluarnya Keppres No. 39/1980. Sejak itu teknologi alat tangkap udang (baca:
shrimp trawl) berkembang dengan variasi modifikasi menjadi mini trawl dan
pukat udang (shrimp trawl yang dipengkapi dengan alat pelolos ikan atau by-catch
fish excluder device (BED) yang mengadopsi teknologi TED (turtle excluder
device) yang berasal dari Amerika. Sejak tahun 1981 tidak ada lagi trawl yang
boleh beroperasi di perairan Indonesia, kecuali pukat udang itu pun hanya
diperairan timur Indonesia.
Bukan hanya trawl saja tetapi pada masa itu teknologi penangkapan ikan
(gear and methods) berkembang pesat mulai dari gillnet, pancing, purse seine dan
sebagainya. Bahan sintetis (man made fibers) semakin banyak dipakai
menggantikan bahan-bahan serat alami seperti bahan untuk jarring payang,
cantrang, dogol, jaring pantai dan lain-lain. Jaring dari bahan agel dan cotton
berganti menjadi bahan nylon (polyamide), polyethylene, polyester, polypropylene
dan sebagainya. Demikian juga pancing rawai (klasifikasi longline sederhana
untuk nelayan kecil) mulai menggunakan bahan monofilament nylon. Waring
bahan alami untuk alat bagan (liftnet) berganti dengan bahan nylon minnow net.
Perikanan purse seine berkembang di Indonesia sejak tahun 1970-an. Di
perairan timur Indonesia di Lautan Pasific, marak purse seiner berskala besar
untuk menangkap ikan cakalang (skipjack), ada yang dilengkapi dengan
helikopter pencari gerombolan (schooling) ikan. Dengan purse seine tersebut
sekali hauling dapat menjaring 2 ~ 3 ton ikan cakalang. Purse seine cakalang ini
berukuran panjang jaring sampai 1000 m dengan lebar (kedalaman jaring sampai
70 m) berbentuk empat persegi panjang (American type) dari bahan polyethylene
(PE) yang ukuran mata-jaringnya bervariasi antara 1 ~ 4 inci.
Sayangnya Indonesia kalah bersaing dengan kapal-kapal asing (Jepang dan
USA) dalam purse seine skala besar ini karena hanya punya satu purse seiner
yaitu Kapal Camar, milik salah satu perusahan perikanan nasional (BUMN)
Perikanan Tangkap; dulu dan sekarang --- Mei 2011 -- oleh: Bambang Murdiyanto5
berukuran ca. 500 GT (ex Jepang) sehingga menurut beberapa crewnya untuk
membayar pajak pun kesulitan.
Di Selat Bali perikanan purse seine yang banyak dioperasikan untuk
menangkap ikan lemuru semula berkembang dari one boat purse seine menjadi
two boat purse seine. Perkembangan ini terjadi karena usaha penangkapan
dirasakan jauh lebih menguntungkan karena catch yang jauh lebih besar dari one
boat purse seine. Karena masih belum adanya ketegasan peraturan zonasi
penangkapan ikan banyak berdatangan nelayan andon dari Tuban yang
meramaikan penangkapan lemuru memakai one boat mini purse seine yang
berukuran lebih kecil tetapi ternyata kemudian dirasakan lebih menguntungkan
dari penggunaan two boat purse seine. Penggunaan two boat purse seine tidak
lagi menguntungkan karena hasil tangkapan (catch) yang semakin menurun
sedangkan jumlah crew dan biaya ekploitasi tetap atau bahkan meningkat lebih
tinggi karena stiap tahun ada kenaikan harga BBM. Nelayan lokal dari Selat Bali
mengalami kesulitan karena tidak dapat menggunakan one boat mini purse seine.
Secara teknis sulit mengubah kapal dan jaring large purse seine menjadi mini
purse seine. Kondisi ini memicu konflik antar nelayan nelayan andon dari Tuban
yang menggunakan minipurse seine dengan nelayan lokal Selat Bali yang
memakai two boat purse seine.
Pada perikanan tuna long line, diperoleh bahwa data hook rate pada tahun
1940-’50 untuk perairan Sulawesi masih bisa mencapai 6,0 bahkan sampai lebih
dari 7,0. Tahun 1960-an angka hook rate tuna long-line untuk Laut Banda masih
menunjukkan rata-rata 3,0 ~ 3,4. Tahun 1970-an hook rate perairan barat
Indonesia (West Indonesian waters) angka rata-ratanya berkisar antara 2,0 ~ 4,25,
sedangkan untuk perairan sebelah timur (East Indonesia waters) rata-rata berkisar
antara 1,5 ~ 3,13. 1) Saat ini hook rate tuna long-line di Indonesia hanya bisa
mencapai 0,6 saja. Dalam kurun waktu 50 tahun dari belakang angka hooke rate
menurun drastis hingga kurang daripada sepersepuluhnya. Ini mengindikasikan
bahwa tingkat esploitasi ikan tuna dari tahun ke tahun meningkat cukup pesat
sehingga mengakibatkan menurunnya potensi sumber daya ikan tuna di
Indonesia.
1) Ayodhyoa (1976). Fishing Methods. Fakultas Perikanan IPB.
Perikanan Tangkap; dulu dan sekarang --- Mei 2011 -- oleh: Bambang Murdiyanto6
Dari beberapa contoh fenomena di atas terlihat bahwa perikanan tangkap
masa-masa dulu sampai tahun 1980-an masih cenderung dapat dipromosikan
untuk berkembang. Kegiatan perikanan tangkap cenderung berkembang
mengarah pada teknologi bulk fishing, menangkap ikan dalam jumlah besar
dalam waktu singkat (satu trip). Alat tangkap yang berbentuk jaring seperti
gillnet dan jaring berkantong, trawl, purse seine dan sebagainya berkembang
pesat. Jaring trawl yang dipakai bervariasi, shrimp trawl berukuran panjang head
rope 30 ~ 40 m, ukuran papan otter panjang ca. 2 m lebar 1,5 m, banyak dipakai
di Indonesia, dioperasikan dengan kapal berukuran sampai 300 GT dengan mesin
penggerak berkekuatan 700 HP. Banyak juga berkembang otter trawl yang lebih
kecil berukuran panjang head rope sampai 20 m, papan otter panjang 1,33 m dan
lebar 0,58 m dioperasikan dengan kapal berukuran sekitar 15 GT dengan mesin 25
HP. Tipe trawl udang ini berasal dari Malaysia dan berkembang sampai ke utara
Laut Jawa sampai Cilacap di selatan P. Jawa, dikenal dengan sebutan Cungking
Trawl.
Perikanan rakyat dan industri perikanan tangkap pada umumnya lebih
terfokus pada upaya memperoleh catch yang berjumlah besar untuk mencapai
tujuan utama yaitu keuntungan uang daripada upaya memperhatikan dan menjaga
kelestarian sumber daya dan pelaksanaan perikanan yang bertanggungjawab. Hal
ini masih dapat terus berjalan dan berlanjut karena pada masa itu (dahulu) sumber
daya ikan masih sangat potensial, belum terjadi overfishing.
Sekarang
Kegiatan penangkapan ikan saat ini telah mencapai puncaknya dalam
perannya mengembangkan ekonomi di banyak negara-negara penghasil ikan
seperti China, Jepang, Indonesia, Filipina, Thailand dan lain-lain. Dengan makin
tumbuhnya negara-negara berkembang dan bertambahnya konsumen yang
menjadi lebih kaya dan hidup makmur maka semakin meningkat pula permintaan
akan ikan dan makanan dari laut (seafood). Dalam kurun waktu kurang dari
setengah abad sampai tahun 2008 ini konsumsi ikan global telah meningkat
menjadi sekitar empat kali lipat, yaitu dari 20 juta ton menjadi 80 juta ton ikan
(Lihat Gambar 1).
Perikanan Tangkap; dulu dan sekarang --- Mei 2011 -- oleh: Bambang Murdiyanto7
Di Indonesia sendiri, dengan potensi sumber daya ikan yang diperkirakan
sebesar 6,4 juta ton per tahun masih dikatakan prospektif. Dai jumlah tersebut
sekitar 80 % nya merupakan volume jumlah tangkapan yang diperbolehkan yaitu
sekitar 5,12 juta ton. Pada subsektor perikanan tangkap, walaupun tingkat
pemanfaatan sumberdaya ikan diperkirakan telah lebih daripada 75% potensi
lestarinya, tetapi sebagian besar (sekitar 95%) struktur armada penangkapannya
masih tergolong dalam skala kecil (di bawah 30 GT) yang daya jelajahnya hanya
terbatas di perairan pantai dengan tingkat produktivitas dan efisiensi usaha yang
relatif rendah.1)
Jumlah nelayan perikanan laut sampai dengan tahun 2003 mengalami
peningkatan secara signifikan yaitu sebesar 65 % dari 2,4 juta orang menjadi
sekitar 3,9 juta orang. Dari jumlah tersebut sekitar 93 ribu orang adalah nelayan
industri perikanan tangkap yang bekerja pada perusahaan-perusahaan
penangkapan ikan.2)
Surutnya perikanan tangkap di Indonesia sendiri telah dimulai dengan
pelarangan trawl (terutama untuk menangkap udang laut) pada tahun 19803)
setelah booming perikanan udang dengan jaring trawl. Setelah penghapusan
trawl ini hanya diijinkan penggunaan trawl atau pukat udang di Indonesia bagian
timur saja, yaitu opersai penangkapan menggunakan jaring trawl yang dilengkapi
dengan fish excluder device (FAD), modifikasi dari alat pelolos penyu (Turtel
excluder device) itupun hanya diijinkan 1000 unit. Turunnya kepres ini adalah
akibat dari semakin maraknya konflik nelayan yang berebut daerah penangkapan
untuk menangkap udang antara nelayan trawl dan non-trawl di berbagai lokasi
perairan pantai.
Pada milenium 2000 an (Y2K) isyu yang santer berkembang yang berkaitan
dengan domein perikanan tangkap antara lain adalah: konflik nelayan perikanan
laut; kerusakan habitat laut (terutama untuk habitat karang di perairan pantai);
perikanan yang bertanggungjawab, konservasi kawasan laut atau marine protected
1 ) BUKU PUTIH: Merajut Kejayaan Kelautan Untuk Membangun Bangsa. (2009). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB.
2 ) Sugeng, H.W dan Iin Solihin. (2006). Profil sumber daya manusia perikanan tangkap Indonesia. Kumpulan pemikiran tentang Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggungjawab. ISBN: 979-99614-9-1.
3) Kepres no. 39 tahun 1980 tentang Penghapusan jaring trawl.
Perikanan Tangkap; dulu dan sekarang --- Mei 2011 -- oleh: Bambang Murdiyanto8
area, penangkapan ilegal atau Illegal, Unreported and Unregulated Fishing
(IUUF) dan perubahan iklim bumi (global climate change).
Konflik yang terjadi di Indonesia umumnya timbul karena perebutan daerah
penangkapan di antara nelayan perikanan tangkap yang target tangkapannya
adalah jenis ikan yang sama demikian pula letak dan sifat daerah penangkapnnya.
Contoh konflik perikanan tangkap antara lain adalah konflik nelayan pancing
rawai dan gillnet untuk menangkap ikan kurau di perairan Pulau Bengkalis.4)
Contoh lain adalah konflik nelayan purse seine di Muncar dan di Selat Bali.
Isyu kerusakan habitat dan konservasi sumber daya ikan dan habitat laut
sangat kental setelah maraknya praktek penangkapan ikan yang tidak
bertanggungjawab seperti pemboman ikan dan penggunaan racun potasium
sianida untuk menangkap ikan terutama ikan hias laut. Penggunaan potasium
sianida sangat merusak karena ikan yang ditangkap adalah ikan-ikan karang yang
hidup di perairan karang (coral habitat). Pemerintah sebagai pelaku utama
pengelola perikanan lebih memfokuskan diri untuk melaksanakan pengelolaan
perikanan yang targetnya adalah membatasi tekanan perikanan tangkap terhadap
sumber daya ikan, rehabilitasi dan konservasi habitat di perairan pantai baik hutan
bakau ataupun habitat karang. Proyek dan program pemerintah yang dibiayai
dana pinjaman dari Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia (ADB) seperti
COFISH dan COREMAP dengan jelas mencerminkan hal ini.
Pelanggaran terhadap operasi penangkapan di laut lepas (IUUF issue)
banyak terjadi di lepas pantai perairan timur Indonesia (Perairan ZEE Indonesia di
utara Papua). dilakukan oleh nelayan asing yang berasal dari Filipina, RRC,
Taiwan, Korea dan lain-lain. Perikanan di kawasan ini didominasi oleh perikanan
purse seine yang menangkap ikan-ikan pelagis besar. Beberapa penyebab
meningkatnya IUUF di Indonesia antara lain karena terjadinya kondisi overfishing
di negara tetangga, armada perikanan tangkap di Indonesia masih kalah canggih
dengan milik negara lain, lemahnya sistem pengawasan penangkapan di
Indonesia. (Tri Wiji N et all, 2006).
4 ) Murdiyanto, B. 2002. Analisis Konflik Antara Nelayan Pancing Rawai (Mini Long Line) dan Jaring Kurau (Bottom Drift Net) di Perairan Bengkalis, Riau. (Analysis of Conflict Between Mini Longliners and Bottom Driftneters in Bengkalis, Riau). Buletin PSP , Vol. XI. No. 2, Oktober, 2002.
Perikanan Tangkap; dulu dan sekarang --- Mei 2011 -- oleh: Bambang Murdiyanto9
Masalah perubahan iklim dunia membawa masalah berupa meningkatnya
temperatur bumi termasuh juga air laut. Hiruk pikuk kegiatan manusia
(pembabatan hutan, pembangkit listrik dan pembakaran bahan energi fosil untuk
industri, transportasi dan lain-lain) telah menghasilkan gas-gas rumah kaca ke
atmosfir (terutama CO2 yang menyebabkan polusi pemanasan global lebih dari
80%) dan menaikkan temperatur muka bumi secara global. Dalam dunia
perikanan naiknya temperatur dan permukaan air laut akan mempengaruhi
dinamika arus laut, aliran sungai dan areal tanah basah (rawa). Pada gilirannya
perubahan ini akan mengancam struktur dan fungsi ekosistem stok dan produksi
sumber daya ikan. Pola keberadaan dan migrasi ikan akan dapat berubah.
Peristiwa ekstrim seperti banjir, badai dan kekeringan berdampak pada kerusakan
habitat, lingkungan pantai, infrastruktur di pantai dan mengancam keselamatan
dan efisiensi operasi penangkapan ikan.2)
Penutup
Demikian kiranya gambaran perkembangan perikanan tangkap pada
umumnya sejak tempo dulu sampai dewasa ini baik ditinjau secara global maupun
di dalam lingkup Indonesia. Tempo dulu perikanan tangkap merupakan kegiatan
nelayan yang masih tradisional dan dilakukan di atas sumber daya ikan yang
masih melimpah dengan teknologi yang sederhana dan sumber daya manusia yang
masih terbatas. Peluang pertumbuhan dan perkembangannya sangat prospektif
dan menjanjikan keuntungan yang cukup besar. Kini industri perikanan telah
berkembang dengan teknologi yang canggih dalam persaingan yang semakin
keras dan ketat dalam bayangan sumber daya yang semakin menyusut (depleted
and over exploited). Perlu difikirkan untuk mencari upaya terobosan dan inovasi
baru untuk menghadapi berbagai isyu yang kuat pengaruhnya terhadap
perkembangan perikanan tangkap, agar kebutuhan hidup berupa makanan dari laut
tetap dapat dihasilkan dengan tetap menjaga keberlanjutan hidup sumber daya laut
itu sendiri. Bisakah?
2 ). Murdiyanto, B. 2007. Persepsi terhadap Perubahan Perikanan Global dan Arah Penelitian (
Global Fisheries Change and Research needed). Seminar Nasional Perikanan Tangkap. Dept. PSP, FPIK-IPB. 5 Desember 2007.
Perikanan Tangkap; dulu dan sekarang --- Mei 2011 -- oleh: Bambang Murdiyanto10
Referensi
Ayodhyoa (1976). Fishing Methods. Fakultas Perikanan IPB.
BUKU PUTIH: Merajut Kejayaan Kelautan Untuk Membangun Bangsa. (2009).
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB.
Murdiyanto, B. 2002. Analisis Konflik Antara Nelayan Pancing Rawai (Mini
Long Line) dan Jaring Kurau (Bottom Drift Net) di Perairan Bengkalis, Riau.
(Analysis of Conflict Between Mini Longliners and Bottom Driftneters in
Bengkalis, Riau). Buletin PSP , Vol. XI. No. 2, Oktober, 2002.
Murdiyanto, B. 2007. Persepsi terhadap Perubahan Perikanan Global dan Arah
Penelitian (
Global Fisheries Change and Research needed). Makalah Seminar Nasional
Perikanan Tangkap. Dept. PSP, FPIK-IPB. 5 Desember 2007.
Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di
Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. BPPL. Jakarta.
Sugeng, H.W dan Iin Solihin. 2006. Profil sumber daya manusia perikanan
tangkap Indonesia. Kumpulan pemikiran tentang Teknologi Perikanan
Tangkap yang Bertanggungjawab. ISBN: 979-99614-9-1.
Nurani, Tri Wiji, D. Monintja dan Alfi R.L. Strategi kebijakan untuk
penanggulangan kegiatan penangkapan ikan yang illegal, unreported,
unregulated (IUU Fishing) di perairan ZEE Indonesia sebelah utara Papua.
Kumpulan pemikiran tentang Teknologi Perikanan Tangkap yang
Bertanggungjawab. ISBN: 979-99614-9-1.
Perikanan Tangkap; dulu dan sekarang --- Mei 2011 -- oleh: Bambang Murdiyanto11