+ All Categories
Home > Documents > Perikanan tangkap: dulu dan sekarang

Perikanan tangkap: dulu dan sekarang

Date post: 28-Nov-2023
Category:
Upload: independent
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
12
Perikanan Tangkap; dulu dan sekarang. (Oleh : Bambang Murdiyanto) Pendahuluan Tulisan berjudul ”Perikanan Tangkap; dulu dan sekarang” ini saya buat dalam rangka turut menyambut tuntasnya masa bakti pengabdian resmi rekan dan kolega saya, Prof. Dr. Ir. John Haluan M.Sc sebagai PNS. Menurut hemat saya berdasarkan pengalam selama berkarir bersama sebagai dosen di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB, pak John (panggilan yang biasa saya sebutkan) merupakan staf pengajar yang berdedikasi tinggi dalam mengembangkan ilmu- ilmu perikanan khususnya dalam ilmu sistem dan informasi perikanan tangkap. Beliau merupakan rekan sekerja dalam karir dan sahabat yang sangat baik dalam kehidupan sehari-hari sejak masa mahasiswa, semasa belajar di Jepang sampai dengan saat pasca purnabakti saya sekarang ini. Beliau selalu siap untuk memberi support dan bantuan apapun baik moral maupun materi bilamana saya perlukan. Semoga dengan memasuki masa purnabaktinya pak John dapat merasa bahagia dan masih bersedia untuk terus berkiprah menyumbangkan tenaga dan buah pikirannya untuk kemajuan ilmu perikanan. Demikian maksud penulisan artikel ini sekaligus sekedar sumbangsih pengetahuan saya untuk ilmu perikanan. Mudah-mudahan sekelumit tulisan tentang informasi dalam perkembangan perikanan tangkap ini dapat berguna bagi yang membacanya. Sebelum memasuki substansi artikel ini saya ingin menyampaikan terima kasih atas kesempatan memberikan tulisan ini kepada Dr. Tri Wiji Nurani dan timnya selaku panitia penyusunan buku purnabakti Prof. John Haluan. Dulu Pernah nonton film Forrest Gump? Film tersebut produksi tahun 1994 bercerita tentang peristiwa awal tahun 1970-an, dibintangi oleh actor Tom Hank yang memerankan seorang anak yang agak terbelakang tetapi jujur, setia kawan, polos dan sangat menyayangi ibunya. Ia juga mempunyai sahabat berkulit hitam Bubba dan komandannya sewaktu perang Vietnam yaitu Letnan Dan. Ia setia mencintai Jenny, kawan bermainnya sejak kecil. Sebelum Bubba meninggal dalam perang ia mengemukakan cita-citanya ingin menjadi kapten kapal penangkap udang (shrimp trawler). Hal ini begitu berkesan bagi Forrest Gump Perikanan Tangkap; dulu dan sekarang --- Mei 2011 -- oleh: Bambang Murdiyanto
Transcript

Perikanan Tangkap; dulu dan sekarang.(Oleh : Bambang Murdiyanto)

Pendahuluan

Tulisan berjudul ”Perikanan Tangkap; dulu dan sekarang” ini saya buat

dalam rangka turut menyambut tuntasnya masa bakti pengabdian resmi rekan dan

kolega saya, Prof. Dr. Ir. John Haluan M.Sc sebagai PNS. Menurut hemat saya

berdasarkan pengalam selama berkarir bersama sebagai dosen di Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB, pak John (panggilan yang biasa saya sebutkan)

merupakan staf pengajar yang berdedikasi tinggi dalam mengembangkan ilmu-

ilmu perikanan khususnya dalam ilmu sistem dan informasi perikanan tangkap.

Beliau merupakan rekan sekerja dalam karir dan sahabat yang sangat baik dalam

kehidupan sehari-hari sejak masa mahasiswa, semasa belajar di Jepang sampai

dengan saat pasca purnabakti saya sekarang ini. Beliau selalu siap untuk memberi

support dan bantuan apapun baik moral maupun materi bilamana saya perlukan.

Semoga dengan memasuki masa purnabaktinya pak John dapat merasa bahagia

dan masih bersedia untuk terus berkiprah menyumbangkan tenaga dan buah

pikirannya untuk kemajuan ilmu perikanan. Demikian maksud penulisan artikel

ini sekaligus sekedar sumbangsih pengetahuan saya untuk ilmu perikanan.

Mudah-mudahan sekelumit tulisan tentang informasi dalam perkembangan

perikanan tangkap ini dapat berguna bagi yang membacanya. Sebelum memasuki

substansi artikel ini saya ingin menyampaikan terima kasih atas kesempatan

memberikan tulisan ini kepada Dr. Tri Wiji Nurani dan timnya selaku panitia

penyusunan buku purnabakti Prof. John Haluan.

Dulu

Pernah nonton film Forrest Gump? Film tersebut produksi tahun 1994

bercerita tentang peristiwa awal tahun 1970-an, dibintangi oleh actor Tom Hank

yang memerankan seorang anak yang agak terbelakang tetapi jujur, setia kawan,

polos dan sangat menyayangi ibunya. Ia juga mempunyai sahabat berkulit hitam

Bubba dan komandannya sewaktu perang Vietnam yaitu Letnan Dan. Ia setia

mencintai Jenny, kawan bermainnya sejak kecil. Sebelum Bubba meninggal

dalam perang ia mengemukakan cita-citanya ingin menjadi kapten kapal

penangkap udang (shrimp trawler). Hal ini begitu berkesan bagi Forrest Gump

Perikanan Tangkap; dulu dan sekarang --- Mei 2011 -- oleh: Bambang Murdiyanto

dan berjanji akan merealisir cita-cita sahabatnya itu. Dari hasil iklan serta

kemahirannya bermain pingpong ia mendapat uang sebesar 25 ribu USD, dan

uang tersebut dibelikannya sebuah kapal srimp trawl. Mula-mula sebagai kapten

kapal dan seorang kelasi yaitu Letnan Dan selalu gagal mendapatkan udang.

Setelah selamat dari hantaman hurricane (badai) catch udangnya sukses dan ia

memperoleh untung besar. Kemudian uangnya ditanamkan oleh Letnan Dan di

perusahaan Apple computer sehingga mereka berhasil jadi jutawan. Fotonya

bersama Letnan Dan di kapal shrimp trawl sempat menghiasi cover majalah

Fortune, majalah tentang para jutawan sukses. Sebuah film tentang kesetia-

kawanan. Tetapi bukan itu yang akan saya tekankan dari cerita di film ini.

Mungkin usaha penangkapan udang yang diangkat dalam film ini sesuai untuk

merepresentasikan kondisi perikanan tangkap khususnya shrimp trawl masa dulu.

Di bawah ini dapat dilihat bahwa tingkat produksi perikanan tangkap

dunia dan negara Cina sejak tahun 1950-an terus meningkat mulai dari 20 juta ton

sampai mencapai sekitar 80 juta ton pada tahun 20021). Ini berarti bahwa produksi

meningkat sekitar empat kali lipat selama kurun waktu 50 tahun. Gambar 2

memperlihatkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke empat dari sepuluh

negara-negara produsen perikanan di dunia dengan tingkat produksi sebesar 4,5

juta ton ikan pada tahun 2002. Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa pemanfaatan

sumber daya ikan dunia telah 77 % dan tergolong pada penangkapan yang telah

full exploited, depleted, overexploited dan recovering condition. Ini berarti bahwa

kini hanya tinggal 23 % saja yang berpeluang untuk ditambah penangkapannya

itupun yang 20 % telah cukup dimanfaatkan. Hanya tersisa stok ikan sekitar 3 %

saja yang benar-benar masih berpeluang untuk dikembangkan penangkapannya.

1) FAO. Review of the state of world marine fishery resources. FAO Fisheries Technical Paper. No. 457. Rome, FAO. 2005. 235p.

Perikanan Tangkap; dulu dan sekarang --- Mei 2011 -- oleh: Bambang Murdiyanto2

Gambar 1. Trend produksi perikanan tangkap dunia. (Data FAO 2004)

Gambar 2. Peringkat negara produsen ikan tahun 2002.

Perikanan Tangkap; dulu dan sekarang --- Mei 2011 -- oleh: Bambang Murdiyanto3

Gambar 3. Keadaan stok ikan dunia tahun 2004.

Tahun-tahun 1970 – 1980 merupakan juga masa-masa kejayaan trawl

udang di Indonesia. Sebenarnya jaring trawl mulai diperkenalkan di Indonesia

sejak tahun 1952 yaitu pada waktu dilakukan percobaan pengoperasian trawl oleh

Yayasan Perikanan Laut (YPL) Makasar, suatu unit pelaksana kerja Jawatan

Perikanan Pusat, dan kemudian dilanjutkan oleh YPL Surabaya.1) Secara

komersial trawl dioperasikan mulai dari Bagan Siapi-api yang terus berkembang

di Pulau Jawa sejak 1970. Secara teknis alat trawl mempunyai beberapa variasi

bentuk dan desain serta cara pengoperasiannya. Ada yang dioperasikan dengan

papan otter (Otter trawler), ada yang dioperasikan dengan dua kapal (Paranzella

trawler) dan ada yang memakai rentangan kayu untuk membuka jaringnya (Beam

trawl). Selain itu menurut kedalaman operasinya dibedakan antara trawl yang

dioperasikan dekat permukaan (Surface trawl), lapisan tengah (Midwater trawl)

dan di dekat dasar laut (Bottom trawl). Dari jenis-jenis trawl tersebut yang

terpenting dan berkembang marak adalah trawl untuk menangkap udang yang

dioperasikan dengan papan otter, secara teknis shrimp trawler ada yang single,

1 ) Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. BPPL. Jakarta.

Perikanan Tangkap; dulu dan sekarang --- Mei 2011 -- oleh: Bambang Murdiyanto4

hanya menarik satu unit jaring trawl dan ada yang menarik dua unit jaring trawl

sekaligus, disebut Double Rig Shrimp Trawler yang dilengkapi dengan dua boom

penarik (outriggers) dipasang di sebelah kiri dan kanan dari main mast.

Perikanan trawl udang terus berkembang selama hampir sepuluh tahun sebelum

merebaknya konflik-konflik dengan nelayan non-trawl yang berujung pada

keluarnya Keppres No. 39/1980. Sejak itu teknologi alat tangkap udang (baca:

shrimp trawl) berkembang dengan variasi modifikasi menjadi mini trawl dan

pukat udang (shrimp trawl yang dipengkapi dengan alat pelolos ikan atau by-catch

fish excluder device (BED) yang mengadopsi teknologi TED (turtle excluder

device) yang berasal dari Amerika. Sejak tahun 1981 tidak ada lagi trawl yang

boleh beroperasi di perairan Indonesia, kecuali pukat udang itu pun hanya

diperairan timur Indonesia.

Bukan hanya trawl saja tetapi pada masa itu teknologi penangkapan ikan

(gear and methods) berkembang pesat mulai dari gillnet, pancing, purse seine dan

sebagainya. Bahan sintetis (man made fibers) semakin banyak dipakai

menggantikan bahan-bahan serat alami seperti bahan untuk jarring payang,

cantrang, dogol, jaring pantai dan lain-lain. Jaring dari bahan agel dan cotton

berganti menjadi bahan nylon (polyamide), polyethylene, polyester, polypropylene

dan sebagainya. Demikian juga pancing rawai (klasifikasi longline sederhana

untuk nelayan kecil) mulai menggunakan bahan monofilament nylon. Waring

bahan alami untuk alat bagan (liftnet) berganti dengan bahan nylon minnow net.

Perikanan purse seine berkembang di Indonesia sejak tahun 1970-an. Di

perairan timur Indonesia di Lautan Pasific, marak purse seiner berskala besar

untuk menangkap ikan cakalang (skipjack), ada yang dilengkapi dengan

helikopter pencari gerombolan (schooling) ikan. Dengan purse seine tersebut

sekali hauling dapat menjaring 2 ~ 3 ton ikan cakalang. Purse seine cakalang ini

berukuran panjang jaring sampai 1000 m dengan lebar (kedalaman jaring sampai

70 m) berbentuk empat persegi panjang (American type) dari bahan polyethylene

(PE) yang ukuran mata-jaringnya bervariasi antara 1 ~ 4 inci.

Sayangnya Indonesia kalah bersaing dengan kapal-kapal asing (Jepang dan

USA) dalam purse seine skala besar ini karena hanya punya satu purse seiner

yaitu Kapal Camar, milik salah satu perusahan perikanan nasional (BUMN)

Perikanan Tangkap; dulu dan sekarang --- Mei 2011 -- oleh: Bambang Murdiyanto5

berukuran ca. 500 GT (ex Jepang) sehingga menurut beberapa crewnya untuk

membayar pajak pun kesulitan.

Di Selat Bali perikanan purse seine yang banyak dioperasikan untuk

menangkap ikan lemuru semula berkembang dari one boat purse seine menjadi

two boat purse seine. Perkembangan ini terjadi karena usaha penangkapan

dirasakan jauh lebih menguntungkan karena catch yang jauh lebih besar dari one

boat purse seine. Karena masih belum adanya ketegasan peraturan zonasi

penangkapan ikan banyak berdatangan nelayan andon dari Tuban yang

meramaikan penangkapan lemuru memakai one boat mini purse seine yang

berukuran lebih kecil tetapi ternyata kemudian dirasakan lebih menguntungkan

dari penggunaan two boat purse seine. Penggunaan two boat purse seine tidak

lagi menguntungkan karena hasil tangkapan (catch) yang semakin menurun

sedangkan jumlah crew dan biaya ekploitasi tetap atau bahkan meningkat lebih

tinggi karena stiap tahun ada kenaikan harga BBM. Nelayan lokal dari Selat Bali

mengalami kesulitan karena tidak dapat menggunakan one boat mini purse seine.

Secara teknis sulit mengubah kapal dan jaring large purse seine menjadi mini

purse seine. Kondisi ini memicu konflik antar nelayan nelayan andon dari Tuban

yang menggunakan minipurse seine dengan nelayan lokal Selat Bali yang

memakai two boat purse seine.

Pada perikanan tuna long line, diperoleh bahwa data hook rate pada tahun

1940-’50 untuk perairan Sulawesi masih bisa mencapai 6,0 bahkan sampai lebih

dari 7,0. Tahun 1960-an angka hook rate tuna long-line untuk Laut Banda masih

menunjukkan rata-rata 3,0 ~ 3,4. Tahun 1970-an hook rate perairan barat

Indonesia (West Indonesian waters) angka rata-ratanya berkisar antara 2,0 ~ 4,25,

sedangkan untuk perairan sebelah timur (East Indonesia waters) rata-rata berkisar

antara 1,5 ~ 3,13. 1) Saat ini hook rate tuna long-line di Indonesia hanya bisa

mencapai 0,6 saja. Dalam kurun waktu 50 tahun dari belakang angka hooke rate

menurun drastis hingga kurang daripada sepersepuluhnya. Ini mengindikasikan

bahwa tingkat esploitasi ikan tuna dari tahun ke tahun meningkat cukup pesat

sehingga mengakibatkan menurunnya potensi sumber daya ikan tuna di

Indonesia.

1) Ayodhyoa (1976). Fishing Methods. Fakultas Perikanan IPB.

Perikanan Tangkap; dulu dan sekarang --- Mei 2011 -- oleh: Bambang Murdiyanto6

Dari beberapa contoh fenomena di atas terlihat bahwa perikanan tangkap

masa-masa dulu sampai tahun 1980-an masih cenderung dapat dipromosikan

untuk berkembang. Kegiatan perikanan tangkap cenderung berkembang

mengarah pada teknologi bulk fishing, menangkap ikan dalam jumlah besar

dalam waktu singkat (satu trip). Alat tangkap yang berbentuk jaring seperti

gillnet dan jaring berkantong, trawl, purse seine dan sebagainya berkembang

pesat. Jaring trawl yang dipakai bervariasi, shrimp trawl berukuran panjang head

rope 30 ~ 40 m, ukuran papan otter panjang ca. 2 m lebar 1,5 m, banyak dipakai

di Indonesia, dioperasikan dengan kapal berukuran sampai 300 GT dengan mesin

penggerak berkekuatan 700 HP. Banyak juga berkembang otter trawl yang lebih

kecil berukuran panjang head rope sampai 20 m, papan otter panjang 1,33 m dan

lebar 0,58 m dioperasikan dengan kapal berukuran sekitar 15 GT dengan mesin 25

HP. Tipe trawl udang ini berasal dari Malaysia dan berkembang sampai ke utara

Laut Jawa sampai Cilacap di selatan P. Jawa, dikenal dengan sebutan Cungking

Trawl.

Perikanan rakyat dan industri perikanan tangkap pada umumnya lebih

terfokus pada upaya memperoleh catch yang berjumlah besar untuk mencapai

tujuan utama yaitu keuntungan uang daripada upaya memperhatikan dan menjaga

kelestarian sumber daya dan pelaksanaan perikanan yang bertanggungjawab. Hal

ini masih dapat terus berjalan dan berlanjut karena pada masa itu (dahulu) sumber

daya ikan masih sangat potensial, belum terjadi overfishing.

Sekarang

Kegiatan penangkapan ikan saat ini telah mencapai puncaknya dalam

perannya mengembangkan ekonomi di banyak negara-negara penghasil ikan

seperti China, Jepang, Indonesia, Filipina, Thailand dan lain-lain. Dengan makin

tumbuhnya negara-negara berkembang dan bertambahnya konsumen yang

menjadi lebih kaya dan hidup makmur maka semakin meningkat pula permintaan

akan ikan dan makanan dari laut (seafood). Dalam kurun waktu kurang dari

setengah abad sampai tahun 2008 ini konsumsi ikan global telah meningkat

menjadi sekitar empat kali lipat, yaitu dari 20 juta ton menjadi 80 juta ton ikan

(Lihat Gambar 1).

Perikanan Tangkap; dulu dan sekarang --- Mei 2011 -- oleh: Bambang Murdiyanto7

Di Indonesia sendiri, dengan potensi sumber daya ikan yang diperkirakan

sebesar 6,4 juta ton per tahun masih dikatakan prospektif. Dai jumlah tersebut

sekitar 80 % nya merupakan volume jumlah tangkapan yang diperbolehkan yaitu

sekitar 5,12 juta ton. Pada subsektor perikanan tangkap, walaupun tingkat

pemanfaatan sumberdaya ikan diperkirakan telah lebih daripada 75% potensi

lestarinya, tetapi sebagian besar (sekitar 95%) struktur armada penangkapannya

masih tergolong dalam skala kecil (di bawah 30 GT) yang daya jelajahnya hanya

terbatas di perairan pantai dengan tingkat produktivitas dan efisiensi usaha yang

relatif rendah.1)

Jumlah nelayan perikanan laut sampai dengan tahun 2003 mengalami

peningkatan secara signifikan yaitu sebesar 65 % dari 2,4 juta orang menjadi

sekitar 3,9 juta orang. Dari jumlah tersebut sekitar 93 ribu orang adalah nelayan

industri perikanan tangkap yang bekerja pada perusahaan-perusahaan

penangkapan ikan.2)

Surutnya perikanan tangkap di Indonesia sendiri telah dimulai dengan

pelarangan trawl (terutama untuk menangkap udang laut) pada tahun 19803)

setelah booming perikanan udang dengan jaring trawl. Setelah penghapusan

trawl ini hanya diijinkan penggunaan trawl atau pukat udang di Indonesia bagian

timur saja, yaitu opersai penangkapan menggunakan jaring trawl yang dilengkapi

dengan fish excluder device (FAD), modifikasi dari alat pelolos penyu (Turtel

excluder device) itupun hanya diijinkan 1000 unit. Turunnya kepres ini adalah

akibat dari semakin maraknya konflik nelayan yang berebut daerah penangkapan

untuk menangkap udang antara nelayan trawl dan non-trawl di berbagai lokasi

perairan pantai.

Pada milenium 2000 an (Y2K) isyu yang santer berkembang yang berkaitan

dengan domein perikanan tangkap antara lain adalah: konflik nelayan perikanan

laut; kerusakan habitat laut (terutama untuk habitat karang di perairan pantai);

perikanan yang bertanggungjawab, konservasi kawasan laut atau marine protected

1 ) BUKU PUTIH: Merajut Kejayaan Kelautan Untuk Membangun Bangsa. (2009). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB.

2 ) Sugeng, H.W dan Iin Solihin. (2006). Profil sumber daya manusia perikanan tangkap Indonesia. Kumpulan pemikiran tentang Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggungjawab. ISBN: 979-99614-9-1.

3) Kepres no. 39 tahun 1980 tentang Penghapusan jaring trawl.

Perikanan Tangkap; dulu dan sekarang --- Mei 2011 -- oleh: Bambang Murdiyanto8

area, penangkapan ilegal atau Illegal, Unreported and Unregulated Fishing

(IUUF) dan perubahan iklim bumi (global climate change).

Konflik yang terjadi di Indonesia umumnya timbul karena perebutan daerah

penangkapan di antara nelayan perikanan tangkap yang target tangkapannya

adalah jenis ikan yang sama demikian pula letak dan sifat daerah penangkapnnya.

Contoh konflik perikanan tangkap antara lain adalah konflik nelayan pancing

rawai dan gillnet untuk menangkap ikan kurau di perairan Pulau Bengkalis.4)

Contoh lain adalah konflik nelayan purse seine di Muncar dan di Selat Bali.

Isyu kerusakan habitat dan konservasi sumber daya ikan dan habitat laut

sangat kental setelah maraknya praktek penangkapan ikan yang tidak

bertanggungjawab seperti pemboman ikan dan penggunaan racun potasium

sianida untuk menangkap ikan terutama ikan hias laut. Penggunaan potasium

sianida sangat merusak karena ikan yang ditangkap adalah ikan-ikan karang yang

hidup di perairan karang (coral habitat). Pemerintah sebagai pelaku utama

pengelola perikanan lebih memfokuskan diri untuk melaksanakan pengelolaan

perikanan yang targetnya adalah membatasi tekanan perikanan tangkap terhadap

sumber daya ikan, rehabilitasi dan konservasi habitat di perairan pantai baik hutan

bakau ataupun habitat karang. Proyek dan program pemerintah yang dibiayai

dana pinjaman dari Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia (ADB) seperti

COFISH dan COREMAP dengan jelas mencerminkan hal ini.

Pelanggaran terhadap operasi penangkapan di laut lepas (IUUF issue)

banyak terjadi di lepas pantai perairan timur Indonesia (Perairan ZEE Indonesia di

utara Papua). dilakukan oleh nelayan asing yang berasal dari Filipina, RRC,

Taiwan, Korea dan lain-lain. Perikanan di kawasan ini didominasi oleh perikanan

purse seine yang menangkap ikan-ikan pelagis besar. Beberapa penyebab

meningkatnya IUUF di Indonesia antara lain karena terjadinya kondisi overfishing

di negara tetangga, armada perikanan tangkap di Indonesia masih kalah canggih

dengan milik negara lain, lemahnya sistem pengawasan penangkapan di

Indonesia. (Tri Wiji N et all, 2006).

4 ) Murdiyanto, B. 2002. Analisis Konflik Antara Nelayan Pancing Rawai (Mini Long Line) dan Jaring Kurau (Bottom Drift Net) di Perairan Bengkalis, Riau. (Analysis of Conflict Between Mini Longliners and Bottom Driftneters in Bengkalis, Riau). Buletin PSP , Vol. XI. No. 2, Oktober, 2002.

Perikanan Tangkap; dulu dan sekarang --- Mei 2011 -- oleh: Bambang Murdiyanto9

Masalah perubahan iklim dunia membawa masalah berupa meningkatnya

temperatur bumi termasuh juga air laut. Hiruk pikuk kegiatan manusia

(pembabatan hutan, pembangkit listrik dan pembakaran bahan energi fosil untuk

industri, transportasi dan lain-lain) telah menghasilkan gas-gas rumah kaca ke

atmosfir (terutama CO2 yang menyebabkan polusi pemanasan global lebih dari

80%) dan menaikkan temperatur muka bumi secara global. Dalam dunia

perikanan naiknya temperatur dan permukaan air laut akan mempengaruhi

dinamika arus laut, aliran sungai dan areal tanah basah (rawa). Pada gilirannya

perubahan ini akan mengancam struktur dan fungsi ekosistem stok dan produksi

sumber daya ikan. Pola keberadaan dan migrasi ikan akan dapat berubah.

Peristiwa ekstrim seperti banjir, badai dan kekeringan berdampak pada kerusakan

habitat, lingkungan pantai, infrastruktur di pantai dan mengancam keselamatan

dan efisiensi operasi penangkapan ikan.2)

Penutup

Demikian kiranya gambaran perkembangan perikanan tangkap pada

umumnya sejak tempo dulu sampai dewasa ini baik ditinjau secara global maupun

di dalam lingkup Indonesia. Tempo dulu perikanan tangkap merupakan kegiatan

nelayan yang masih tradisional dan dilakukan di atas sumber daya ikan yang

masih melimpah dengan teknologi yang sederhana dan sumber daya manusia yang

masih terbatas. Peluang pertumbuhan dan perkembangannya sangat prospektif

dan menjanjikan keuntungan yang cukup besar. Kini industri perikanan telah

berkembang dengan teknologi yang canggih dalam persaingan yang semakin

keras dan ketat dalam bayangan sumber daya yang semakin menyusut (depleted

and over exploited). Perlu difikirkan untuk mencari upaya terobosan dan inovasi

baru untuk menghadapi berbagai isyu yang kuat pengaruhnya terhadap

perkembangan perikanan tangkap, agar kebutuhan hidup berupa makanan dari laut

tetap dapat dihasilkan dengan tetap menjaga keberlanjutan hidup sumber daya laut

itu sendiri. Bisakah?

2 ). Murdiyanto, B. 2007. Persepsi terhadap Perubahan Perikanan Global dan Arah Penelitian (

Global Fisheries Change and Research needed). Seminar Nasional Perikanan Tangkap. Dept. PSP, FPIK-IPB. 5 Desember 2007.

Perikanan Tangkap; dulu dan sekarang --- Mei 2011 -- oleh: Bambang Murdiyanto10

Referensi

Ayodhyoa (1976). Fishing Methods. Fakultas Perikanan IPB.

BUKU PUTIH: Merajut Kejayaan Kelautan Untuk Membangun Bangsa. (2009).

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB.

Murdiyanto, B. 2002. Analisis Konflik Antara Nelayan Pancing Rawai (Mini

Long Line) dan Jaring Kurau (Bottom Drift Net) di Perairan Bengkalis, Riau.

(Analysis of Conflict Between Mini Longliners and Bottom Driftneters in

Bengkalis, Riau). Buletin PSP , Vol. XI. No. 2, Oktober, 2002.

Murdiyanto, B. 2007. Persepsi terhadap Perubahan Perikanan Global dan Arah

Penelitian (

Global Fisheries Change and Research needed). Makalah Seminar Nasional

Perikanan Tangkap. Dept. PSP, FPIK-IPB. 5 Desember 2007.

Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di

Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. BPPL. Jakarta.

Sugeng, H.W dan Iin Solihin. 2006. Profil sumber daya manusia perikanan

tangkap Indonesia. Kumpulan pemikiran tentang Teknologi Perikanan

Tangkap yang Bertanggungjawab. ISBN: 979-99614-9-1.

Nurani, Tri Wiji, D. Monintja dan Alfi R.L. Strategi kebijakan untuk

penanggulangan kegiatan penangkapan ikan yang illegal, unreported,

unregulated (IUU Fishing) di perairan ZEE Indonesia sebelah utara Papua.

Kumpulan pemikiran tentang Teknologi Perikanan Tangkap yang

Bertanggungjawab. ISBN: 979-99614-9-1.

Perikanan Tangkap; dulu dan sekarang --- Mei 2011 -- oleh: Bambang Murdiyanto11

Perikanan Tangkap; dulu dan sekarang --- Mei 2011 -- oleh: Bambang Murdiyanto12


Recommended