Date post: | 09-Jan-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | khangminh22 |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
PERUBAHAN KONDISI KESEJAHTERAAN KELUARGA
PEKERJA MIGRAN PEREMPUAN SEBELUM DAN
SESUDAH BEKERJA KE LUAR NEGERI (STUDI KASUS DI
DESA WANTISARI KECAMATAN LEUWIDAMAR
KABUPATEN LEBAK-BANTEN)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Niken Kesuma Wardani
NIM 11140150000032
PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA MIGRAN PEREMPUAN (STUDI KASUS DI DESA WANTISARI KECAMATAN LEUWIDAMAR
KABUPATEN LEBAK-BANTEN)
Skripsi diajukan kepada Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S .Pd)
Oleh:
Niken Kesuma Wardani
Pembimbing I
Dr. H. Nurochim, MM NIP. 19590715 198403 l 003
NIM: 11140150000032
Menyetujui ,
Pembimbing II
Maila Dinia Husni Rahiem, Ph.D,.MA NIP. I 97803 I 4 200604 2 002
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
U NIVERSIT AS ISLAM NEGERI SY ARIF I-IIDA Y ATULLA I I
.JAKARTA
2019
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Kesejahteraan Keluarga Pekerja Migran Perempuan (Studi Kasus Di Desa Wantisari Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak-Banten) disusun oleh Niken Kesuma Wardani , dengan Nomor Induk Mahasiswa 11140150000032, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial , Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada siding munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan fakultas .
Dr. H. Nurochim, MM NIP. 19590715 198403 1 003
Jakarta, 25 Oktober 201 9
Yang Mengesahkan,
Pembimbing II
Maila Dinia Husni Rahiem, Ph.D .• MA 19780314 200604 2 002
iii
LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul
"Kesejahtcraan Kcluarga Pckcrja Migran Pcrcmpuan (Studi Kasus di Dcsa
Wantisari Kccamatan Lcuwidamar Kabupatcn Lcbak-Bantcn)" yang disusun
oleh Niken Kesuma Wardani , NIM. 11140150000032, Jurusan Pendidikan Ilrnu
Pengetahuan Sosial , Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diuj i kebenarannya oleh dosen
pembimbing skripsi pacla tanggal 15 Oktober 2019.
Pembimbing Skripsi I
Dr. H. Nurochim. MM
NIP. 19590715 1984 03 1 003
Jakarta, 15 Oktober 2019
Mengesahkan,
Pembimbing Skripsi II
Maila Dinia Husni Rahicm, Ph.D., M.A
NIP. 19780314 200604 2 002
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi ini berjudul: "Kesejahteraan Keluarga Pekerja Migran Perempuan (Studi
Kasus di Desa Wantisari Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak-Banten)",
disusun oleh Niken Kesuma Wardani, NIM: 11140150000032, diajukan kepada Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan
dan telah dinyatakan Lulus dalam ujian Munaqasah pada tanggal 20 Januari 2020
dihadapan dewan penguji. Karena itu penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd)
dalam bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Jakarta, 20 Januari 2020
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Sidang (Ketua Jurusan Pendidikan IPS)
Dr. Iwan Purwanto, M.PdNIP. 197304240080 11 012
Sekretaris (Sekretaris Jurusan)Andri Noor Ardiansvah, M. SiNIP. 198403122015031002
Dosen Penguji I
Neng Sri Nuraeni, M. PdNIDN.2005058801 ......~~
Dosen Penguji II
Dr. Sodikin, M. SiNIDN. 2022028704
Mengetahui:Dekan Fakultas lImu Tarbiyah dan Keguruan•UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Niken Kesuma Wardani
: 11140150000032
Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Alamat : Jalan Raya Leuwidamar, KM. 20 Kampung Dago RTIRW:002/003 Desa Wantisari Kecamatan Leuwidamar KabupatenLebak, Banten
MENYATAKANDENGANSESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Kesejahteraan Keluarga Pekerja MigranPerempuan (Studi Kasus Di Desa Wantisari Kecamatan LeuwidamarKabupaten Lebak-Banten) adalah benar hasil karya sendiri dibawah bimbingandosen:
Pembirnbing I : Dr. H. Nurochim, MM
NIP : 19590715 198403 1 003
Pembimbing II : Maila Dinia Husni Rahiem, Ph. D., MA
NIP : 19780314 200604 2 002
Dengan surat pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siapmenerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan karyasendiri.
Jakarta, Oktober 2019
Yang Menyatakan,
iv
i
ABSTRAK
Niken Kesuma Wardani (11140150000032), Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Judul skripsi
“Kesejahteraan Keluarga Pekerja Migran Perempuan (Studi Kasus di Desa
Wantisari Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak-Banten)”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan kondisi kesejahteraan
keluarga pekerja migran perempuan di Desa Wantisari Kecamatan Leuwidamar
Kabupaten Lebak-Banten. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengambilan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Nonprobability Sampling dengan metode Purposive
Sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah wawancara, observasi,
dan dokumentasi.
Temuan dari penelitian ini adalah bahwa kondisi kesejahteraan keluarga
pekerja migran perempuan sebelumnya berada dalam kategori kurang mampu;
kondisi kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan menjadi lebih baik
setelah bekerja ke luar negeri; kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan
mengalami perbaikan pada bidang ekonomi; kesejahteraan keluarga pekerja
migran perempuan mengalami perbaikan pada bidang pendidikan; kesejahteraan
keluarga pekerja migran perempuan lebih baik daripada keluarga yang
anggotanya tidak berprofesi sebagai pekerja migran; dan kesejahteraan keluarga
pekerja migran perempuan akan mengalami penurunan apabila berhenti dari
profesi tersebut.
Kata Kunci: Pekerja Migran Perempuan, Kesejahteraan, Keluarga
ii
ABSTRACT
Niken Kesuma Wardani (11140150000032), Department of Social Science
Education, Faculty of Educational Sciences. Bachelor’s thesis titled “Family
Welfare of Female Migrant Workers (Case Study in Wantisari Village,
Leuwidamar District, Lebak Regency, Banten)”
This study was carried out to know the change on welfare conditions of
the families of women migrant workers in Wantisari village, Leuwidamar
District, Lebak Regency-Banten. This study is a descriptive study that uses a
qualitative approach. This study used purposive sampling in nonprobability
sampling method for data collecting. The data gathering in this study through
interview, observation, and documentation.
The findings of this study revealed that the family welfare conditions of
female migrant workers have improved; when before living poorly change to the
better condition; especially in the economic and educational fields; were better
than families whose members did not work as migrant workers; and decreased
in welfare when quitting from the profession.
Keywords: Female Migrant Worker, Welfare, Family
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Kesejahteraan Keluarga Pekerja Migran Perempuan
(Studi Kasus Di Desa Wantisari Kecamatan Leuwidamar Kabupaten
Lebak-Banten)” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana.
Tanpa akal, berkah dan rahmat-Nya yangdiberikan penulis pasti tidak akan
sampai pada fase akhir di perkuliahan ini.Selanjutnya Shalawat serta salam
semoga terlimpah dan tercurah kepada junjungan alam, baginda Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya. Nabi akhirul zaman
yang telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan menjadi zaman yang
terang berderang dengan ilmu dan teknologi yang berkembang dengan pesat saat
ini.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan
yang harus disempurnakan dan penuh denganhambatan yang harus dilalui. Tanpa
dukungan dari seluruh pihak yang telahmembantu pastinya skripsi ini tidak dapat
terselesaikan. Oleh karena itu padakesempatan ini penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :
1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Hj. Amany
Burhanuddin Lubis, M.A
2. Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
3. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua jurusan Pendidikan Imu
Pengetahuan Sosial sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang
senantiasa memberikan banyak perhatian, bimbingan, serta motivasi
kepada mahasiswa tingkat akhir disela-sela kesibukannya.
iv
4. Bapak Andri Noor Ardiansyah, M. Si, selaku sekertaris Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, yang juga senantiasa memberikan
banyak perhatian dan motivasi kepada mahasiswa tingkat akhir disela-
sela kesibukannya.
5. Bapak Dr. H. Nurochim, MM,selaku dosen pembimbing pertama dan ibu
Maila Dinia Husni Rahiem, Ph. D., MA, selaku dosen pembimbing kedua
yang telah bersedia meluangkan waktu serta selalu memberikan motivasi,
bimbingan dan nasehat selama penulisan skripsi ini.
6. Seluruh dosen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah
memberikan ilmu selama penulis mengenyam pendidikan di kampus ini.
7. Kepada Bapak Oman Abdurrohman selaku perangkat desa lokasi
penelitian, dan para informan yang bersedia untuk membantu saya dalam
pelaksanaan penelitian.
8. Kepada kedua orang tua, terutama ibunda tercinta, Ibu Iyok Rodiyah
terimakasih atas seluruh doa dan dukungan moril maupun materil serta
kasih sayang yang selalu mengiringi langkah penulis hingga saat ini.
9. Kepada kedua adik, uwa, dan keluarga besar yang tak bosan menanyakan
“kapan lulus?”
10. Kepada sahabat, teman se-perkostanan, sepermainan, seperjajanan,
seperjepangan, seperanimean, Sarah Choirunnisa yang telah memotivasi
penulis untuk segera menyelesaikan skripsi. Terima kasih untuk
perhatian, waktu dan tempat yang selalu tersedia untuk penulis
menumpahkan segala kekesalan dan kelelahan selama menyelesaikan
skripsi. You really mean a lot to me sar!
11. Kepada Yufilanita Bandi Saputri, selaku teman, guru, dan orang yang
selalu memberi nasihat untuk melakukan sesuatu yang berguna. I dont
know how should i tell you, but thank you.
12. Kepada teman-teman kloter terakhir bimbingan Ibu Maila, Arini, M.
Yusup Fadillah, Fahmi Ramadhan, dan Gilang Fajar Septianto.
Terimakasih atas perjuangan selama ini dalam menyeleaikan skripsi
v
bersama-sama yang telah menerima segala kekurangan penulis dalam
suka maupun duka.
13. Sahabat-sahabat tercinta “Mecin Seki” Arini, Fauziah Karimah, Fitria
Sulistyani, Bahrani Anggi Sinta, Yufilanita Bandi Saputri,, dan Finkki
Dahliani Dewi Andesline. Terimakasih atas dukungan dan doa kalian,
yang selalu membuat penulis selalu semangat hingga saat ini.
14. Teman-teman Jurusan Pendidikan IPS angkatan 2014 atas
kekompakannya selama ini, baik di kelas ataupun saat praktikum.
15. Kepada orang-orang yang merendahkan penulis dan sering menanyakan
skripsi kapan berakhir penulis ucapkan terimakasih berkat perkataannya
membantu penulis untuk semangat dan membuktikan mampu
menyelesaikan skripsi ini.
16. Seluruh pihak yang penulis sadari atau tidak sadari telah membantu
secara langsung ataupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis harapkan semoga segala kebaikan yang diberikan mendapatkan
pahala yang berlipat ganda oleh Allah SWT dan senantiasa selalu dilindungi oleh
Allah SWT.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang akan
digunakan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Penulis berharap agar
skripsi ini dapat bermanfaat, khusunya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Jakarta, 20 Januari 2020
Penulis,
Niken Kesuma Wardani
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN UJI REFERENSI
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 4
C. Pembatasan Masalah ........................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ............................................................................... 5
E. Tujuan penelitian ................................................................................. 5
F. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Deskripsi Teoretik ................................................................................ 7
vii
1. Landasan Teori .............................................................................. 7
B. Kajian Literatur ................................................................................... 9
1. Profil Perempuan Indonesia .......................................................... 9
2. Pendidikan dan Profesi Perempuan Indonesia .............................. 10
3. Pengertian Pekerja Migran Indonesia ........................................... 12
4. Alasan Menjadi Pekerja Migran .................................................... 13
5. Peluang dan Tantangan Menjadi Pekerja Migran ......................... 15
6. Pengertian Keluarga ...................................................................... 17
7. Profil Keluarga Indonesia ............................................................. 18
8. Pengertian Kesejahteraan Keluarga .............................................. 19
a. Ruang Lingkup Kesejahteraan Keluarga ................................ 19
b. Indikator Kesejahteraan Keluarga ........................................... 20
9. Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga ............................. 21
10. Perempuan Dan Kesejahteraan Keluarga ...................................... 22
11. Keluarga Sejahtera dan Manfaatnya Bagi Perkembangan
Masyarakat dan Negara ................................................................. 23
C. Penelitian yang Relevan ...................................................................... 25
D. Kerangka Berpikir ............................................................................... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. 29
1. Waktu Penelitian ........................................................................... 29
2. Tempat Penelitian .......................................................................... 29
B. Metode Penelitian ................................................................................ 29
C. Sampel ................................................................................................. 31
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 32
1. Observasi ....................................................................................... 33
2. Wawancara .................................................................................... 33
3. Dokumentasi ................................................................................. 34
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ................................................ 35
1. Pengumpulan Data ....................................................................... 35
viii
2. Reduksi Data ................................................................................. 36
3. Penyajian Data .............................................................................. 46
4. Penarikan Kesimpulan .................................................................. 37
F. Pemeriksaan Keabsahan Data ............................................................. 37
1. Uji Kredibilitas (Credibility) .......................................................... 37
2. Keteralihan (Transferability) ........................................................ 38
3. Kebergantungan (Dependability) .................................................. 38
4. Kepastian (Confirmability) ........................................................... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................... 39
B. Gambaran Umum Desa Wantisari ...................................................... 39
C. Informasi Partisipan ............................................................................ 40
D. Paparan Data Hasil Penelitian ............................................................. 42
1. Kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan sebelumnya
berada dalam kategori kurang mampu .......................................... 43
2. Kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan menjadi
lebih baik setelah bekerja ke luar negeri ....................................... 45
3. Kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan mengalami
perbaikan pada bidang ekonomi .................................................... 48
4. Kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan mengalami
perbaikan pada bidang pendidikan ................................................ 52
5. Kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan lebih baik
daripada keluarga yang anggotanya tidak berprofesi pekerja
migran ........................................................................................... 56
6. Kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan akan
mengalami penurunan apabila berhenti dari profesi tersebut ....... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................... 62
B. Implikasi ................................................................................................... 62
ix
C. Saran ......................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 64
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ 70
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Jumlah Tenaga Kerja Perempuan (15 tahun ke atas) berdasarkan
sembilan Sektor Lapangan Kerja per Agustus 2017 ..........................................14
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir .......................................................................... 31
Gambar 4.1 Perubahan Peralatan Rumah Tangga partisipan MA ..................... 51
Gambar 4.2 Tempat tinggal partisipan A hasil dari bekerja sebagai pekerja
migran perempuan .............................................................................................. 52
Gambar 4.3 Usaha Partisipan SM setelah bekerja di luar negeri ....................... 55
Gambar 4.4 Barang-barang sekunder yang terdapat pada tempat tinggal PA ... 55
Gambar 4.5 Barang-barang sekunder yang terdapat pada tempat tinggal AA ... 55
Gambar 4.6 Barang-barang sekunder yang terdapat pada tempat tinggal MA .. 56
Gambar 4.7 Informan AA menunjukkan jenjang pendidikan yang ditempuh
saat ini ................................................................................................................. 59
Gambar 4.8 Informan PA menunjukkan jenjang pendidikan yang telah selesai
ditempuh ............................................................................................................. 59
Gambar 4.9 Perbandingan Tempat Tinggal keluarga pekerja migran perempuan
dengan keluarga yang bermata pencaharian bukan pekerja migran .................. 63
Gambar 4.10 Informan J dan R yang saat ini berstatus sebagai ibu rumah tangga
sedang berkumpul dan bercakap-cakap ............................................................. 65
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Persentase penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas menurut
jenjang tertinggi yang ditamatkan, daerah tempat tinggal, dan jenis kelamin,
tahun 2015) ........................................................................................................... 13
Tabel 2.2 Penelitian Relevan ................................................................................. 28
Tabel 3.1 Waktu Penelitian ................................................................................... 32
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Surat .....................................................................................................................
1.1 Surat Bimbingan Skripsi ............................................................................ 78
2. Instrumen .............................................................................................................
2.1 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara ................................................................ 79
2.2 Pedoman Observasi ................................................................................... 83
3. Hasil Pengumpulan Data ......................................................................................
3.1 Catatan Wawancara (CW)..............................................................................
3.1.1 CW 1 ............................................................................................. 84
3.1.2 CW 2 ............................................................................................. 88
3.1.3 CW 3 ............................................................................................. 91
3.1.4 CW 4 ............................................................................................. 94
3.1.5 CW 5 ............................................................................................. 97
3.1.6 CW 6 ........................................................................................... 101
3.1.7 CW 7 ........................................................................................... 105
3.1.8 CW 8 ........................................................................................... 110
3.1.9 CW 9 ........................................................................................... 115
3.2 Catatan Observasi (CO) ................................................................................
3.2.1 CO 1.............................................................................................. 119
3.2.2 CO 2.............................................................................................. 122
4. Dokumentasi .................................................................................................. 125
5. Lembar Uji Referensi ..................................................................................... 129
6. Biodata Penulis ............................................................................................. 135
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mengacu pada Konvensi ILO (International Labour Organization)
nomor 97 tahun 1949 artikel 11 menerangkan bahwa Pekerja Migran memilki
arti seseorang yang berpindah tempat dari satu negara ke negara lain dengan
maksud untuk dipekerjakan atau sebaliknya.1 Daily Pakistan Menyebutkan
bahwa Indonesia berada diurutan 15 pada Daftar 25 negara teratas pengirim
pekerja internasional sebesar 3.88 juta jiwa.2 Data BNP2TKI Periode Januari
hingga Juli 2018 menunjukkan pekerja migran perempuan berjumlah 69%
dari jumlah keseluruhan pekerja migran yang ditempatkan3 dengan Malaysia
sebagai negara tujuan terbesar, dan Saudi Arabia yang berada di posisi ke-6.4
Berbagai alasan yang melatar belakangi pilihan untuk bekerja di luar
negeri diantaranya adalah pertumbuhan jumlah penduduk yang cepat, ketidak
sesuaian jumlah lapangan pekerjaan dengan pencari kerja, upaya peningkatan
pendapatan, kurangnya kemampuan, dan pilihan strategis untuk mengatasi
permasalahan pengangguran.5 Bagi perempuan, alasan pengambilan keputusan
untuk menjadi pekerja migran dikarenakan sebagai upaya untuk bertahan
hidup. Bila diperhatikan para perempuan yang memilih bekerja sebagai
pekerja migran ini tidak memiliki keterampilan dan berasal dari rumah tangga
berpenghasilan rendah di wilayah pedesaan, dimana dengan minimnya
pendidikan dan keterbatasan kemampuan sedangkan kebutuhan hidup yang
1 ILO Convention No. 97 Migration for Employment Convention (Revised), 1949 2 Daily Pakistan Global, International Migrants Day: India tops labour export, Pakistan
ranks 6th https://en.dailypakistan.com.pk/opinion/blog/international-migrants-day-india-tops-
labor-export-pakistan-ranks-6th/ diakses Selasa 4 September 2018 3 Badan Nasional Perlindungan dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI),
Data Penempatan dan Perlindungan PMI, Jakarta: Pusat Penelitian, Pengembangan dan
Informasi, 2018, hal. 3 4 Ibid, hal. 8 5 Basir barthos, manajemen sumber daya manusia : suatu pendekatan makro cet. 6,
(Jakarta : Bumi aksara, 2001), Hal 72-76
2
sulit dipenuhi membuat mereka memilih untuk bekerja di luar negeri
dengan harapan untuk memperbaiki kualitas hidup dan mencapai
“kesejahteraan” yang mereka inginkan.6
Berdasarkan data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan anak tahun per 2015 menyebutkan bahwa kegiatan perempuan
tiap minggunya jika diurutkan dari yang paling besar adalah bekerja sebanyak
45,76 persen, disusul dengan mengurus rumah tangga sebanyak 38,80 persen,
pada kelompok perempuan, bekerja merupakan kegiatan utama tertinggi,
namun demikian, kegiatan mengurus rumah tangga pun juga terbilang tinggi.7
Disebutkan pula bahwa perempuan memiliki kecenderungan yang lebih besar
untuk dikategorikan sebagai bukan angkatan kerja, karena mereka biasanya
menghasilkan produk yang dikonsumsi oleh rumah tangganya sendiri seperti
menyiapkan dan menyajikan makanan, merawat anak, orang sakit atau orang
tua yang terdapat di dalam rumah (UNFPA, 2014).8 Pekerjaan rumah tangga
yang seringkali menjadi tugas perempuan, mempengaruhi ketersediaan
seseorang untuk bekerja (ILO 2012), sedangkan untuk sektor pekerjaannya
sendiri, dari 17 kategori sektor pekerjaan, perempuan hanya mendominasi 3
sektor, yaitu jasa pendidikan, jasa kesehatan dan kegiatan sosial, serta jasa
lainnya.9 Dimana profesi pekerja migran termasuk kedalam sektor pekerjaan
yang terakhir. Menurut data yang dihimpun dari BNP2TKI, Per juli 2018 total
perempuan yang ditempatkan ke luar negeri sebanyak 110.668 jiwa, jumlah
tersebut mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya yang hanya
berjumlah 103.733 jiwa.10 Sesuai data yang disebutkan sebelumnya,
persentase perempuan yang berprofesi sebagai pekerja migran sebesar 69
6 Yoko Doi The World Bank, Keterlibatan Sektor Keuangan: Memberi Kemudahan bagi
Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (Editorial Opini),
web.worldbank.org/archive/website01363/WEB/0__-8178.HTM diakses pada hari Rabu, 24
Oktober 2018 7 Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak, Profil Perempuan
Indonesia 2011-2015, (Jakarta : CV. Lintang Khatulistiwa, 2016) hal. 90 8 Ibid, hal. 94 9 Beritagar.id, Perempuan hanya mendominasi di tiga sektor pekerjaan,
https://beritagar.id/artikel/berita/perempuan-hanya-mendominasi-di-tiga-sektor-pekerjaan diakses
Selasa 4 September 2018 10 Badan Nasional Perlindungan dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI),
op. cit. hal. 3
3
persen diakibatkan dari peningkatan permintaan tenaga kerja pada sektor
domestik (rumah tangga) dan industri manufaktur, sebagian besar perempuan-
perempuan tersebut bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga (ART), pengasuh
bayi atau babysitter ataupun pengasuh orang tua.11
Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan
materiil yang layak, bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa, memiliki
hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga
dengan masyarakat dan lingkungan.12 Berdasarkan indikator yang telah
ditetapkan oleh BKKBN dan sesuai dengan UU No. 10 tahun 1992 bahwa ada
5 kategori dari keluarga sejahtera, yaitu pra sejahtera, keluarga sejahtera I,
keluarga sejahtera II, keluarga sejahtera III, dan keluarga sejahtera III-plus.13
Antara kategori satu dan yang lainnya terdapat indikator yang sama maupun
berbeda, setiap kategori, semakin besar nilai tingkat kesejahteraannya,
indikator penentunya semakin mengalami peningkatan, sedangkan untuk
perbedaan tiap kategorinya, dapat dikatakan bahwa untuk kategori keluarga
sejahtera I indikator yang ditetapkan adalah Basic Needs atau kebutuhan dasar,
yaitu sandang, pangan, dan papan. Sedangkan untuk kategori keluarga
sejahtera II indikator yang ditetapkan adalah Psychological Needs atau
kebutuhan psikologis, dan untuk kategori keluarga sejahtera III indikator yang
ditetapkan adalah Spiritual Needs atau kebutuhan spiritual. Semakin tinggi
kategori yang dicapai, maka semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan yang
dipenuhi suatu keluarga.
Penelitian dilakukan di desa Wantisari, Kecamatan Leuwidamar,
Kabupaten Lebak, dengan jumlah penduduk sebanyak 4337 jiwa (per tahun
2016). Mayoritas penduduk yang bekerja sebagai petani maupun buruh tani
menjadikan kesejahteraan di lokasi penelitian terbilang kurang baik, hal ini
11 Ibid 12 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Keluarga Sejahtera 13 Dini puspita, dkk, Jurnal, Klasifikasi Tingkat Keluarga Sejahtera Dengan
Menggunakan Metode Regresi Logistic Ordinal Dan Fuzzy K-Nearest Neighbor (Studi Kasus
Kabupaten Temanggung Tahun 2013), (Semarang : 2014) hal. 646-647
4
juga dibenarkan oleh data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik
Kabupaten Lebak yang menjelaskan bahwa sebagian besar rumah tangga di
desa tersebut masuk ke dalam kategori pra-sejahtera dan keluarga sejahtera
tipe 1 (KS 1).14 Untuk profesi masyarakatnya sendiri sebagian besar
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani ataupun buruh tani. Dengan
kondisi yang serba kekurangan, disertai dengan rendahnya tingkat pendidikan
dan kurangnya skill yang dimiliki serta cerita-cerita tentang keberhasilan para
pekerja migran Indonesia di luar negeri menjadi faktor pendorong para
penduduk di daerah pedesaan untuk bekerja ke luar negeri. Selain itu, sulitnya
pekerjaan di dalam negeri dan rendahnya upah yang diterima menjadikan
mereka memilih untuk bekerja di luar negeri, karena selain upah tinggi yang
dijanjikan, pekerjaan mereka yang tidak membutuhkan skill khusus pun
menjadi faktor pendukung lain atas pengambilan keputusan para perempuan
tersebut.
Alasan peneliti mengambil penelitian ini adalah untuk melihat dan
mengetahui bagaimana kondisi kesejahteraan keluarga para pekerja migran
perempuan sebelum dan sesudah mengambil keputusan untuk bekerja di luar
negeri, dan mengetahui perubahan apa saja yang terjadi dalam keluarga
setelah salah satu anggotanya memutuskan untuk melakukan migrasi ke luar
negeri. Maka dari itu peneliti meneliti tentang “Kesejahteraan Keluarga
Pekerja Migran Perempuan (Studi Kasus di Desa Wantisari Kecamatan
Leuwidamar Kabupaten Lebak-Banten)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, dapat
diidentifikasi beberapa masalah, antara lain:
1. Mayoritas keluarga di desa yang menjadi lokasi penelitian berada kategori
pra-sejahtera
14 Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak, Kecamatan Leuwidamar Dalam Angka, BPS
Lebak, Lebak: 2018, hlm. 32
5
2. Tingginya angka migrasi tenaga kerja ke luar negeri di desa wantisari
diakibatkan oleh cerita-cerita dari mantan pekerja migran perempuan yang
memperolah gaji besar dan pengalaman pekerjaan yang bagus.
3. Kurangnya kemampuan dan lapangan pekerjaan menjadi alasan
pengambilan keputusan pekerja perempuan tersebut melakukan migrasi ke
luar negeri
4. Adanya perubahan kondisi kesejahteraan pada keluarga pekerja migran
perempuan sebelum dan sesudah bekerja ke luar negeri
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah dijelaskan diatas, maka
masalah yang diteliti dibatasi pada Perubahan kondisi kesejahteraan keluarga
pekerja migran perempuan di Desa Wantisari Kecamatan Leuwidamar
Kabupaten Lebak sebelum dan sesudah bekerja ke luar negeri
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penelitian ini dirumuskan
untuk mengetahui:
1. Bagaimana Kondisi Kesejahteraan Keluarga Pekerja Migran Perempuan di
Desa Wantisari Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak sebelum dan
sesudah bekerja ke luar negeri?
2. Bidang-bidang apa saja yang mengalami perubahan kondisi kesejahteraan?
3. Apa dampak yang terjadi saat pekerja migran perempuan tersebut berhenti
dari pekerjaanya?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka
tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk
mengetahui:
1. Kondisi kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan sebelum dan
setelah bekerja ke luar negeri.
2. Perubahan pada bidang apa saja yang terjadi dalam keluarga setelah salah
satu anggota keluarga berprofesi sebagai pekerja migran.
6
3. Dampak yang terjadi saat pekerja migran perempuan berhenti dari
pekerjaannya.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis terhadap pihak sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan jawaban teoritis
mengenai perubahan kondisi kesejahteraan keluarga yang terjadi setelah
anggota keluarga berprofesi sebagai pekerja migran.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah ditujukan untuk:
a. Bagi Perempuan yang berprofesi sebagai pekerja migran, penelitian ini
diharapkan dapat menjadi referensi mengenai seberapa besar
pencapaian mereka dalam usaha untuk meningkatkan kesejahteraan
keluarga mereka.
b. Bagi pemerintah daerah, penelitian ini diharapkan mampu memberi
informasi mengenai keadaan kesejahteraan keluarga pekerja migran
perempuan di wilayah tersebut, selain itu, penelitian ini diharapkan
mampu dijadikan referensi dan acuan dalam upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan di lingkup yang lebih besar. Peneliti
sendiri berharap di waktu selanjutnya, terdapat program atau kegiatan
pemberdayaan bagi mantan pekerja migran perempuan agar saat
mereka kembali ke tanah air, mereka masih mampu berkontribusi
terhadap perekonomian keluarga.
c. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menjadi informasi dan melalui
penelitian ini, diharapkan terdapat solusi terhadap permasalahan yang
menjadi dasar penelitian.
7
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KAJIAN LITERATUR
A. Deskripsi Teoretik
1. Landasan Teori
Teori yang menjadi landasan dari penelitian ini adalah Teori
Feminisme Sosialis-Marxis dan Teori Struktural Fungsional. Teori
feminisme sosialis-marxis dikemukakan oleh Simone de Beauvoir dan
Friedrich Engels, teori feminisme sosialis-marxis menggambarkan posisi
rendah perempuan dalam struktur ekonomi, politik, dan sosial dari sistem
kapitalis, serta adanya analisis patriarki (pemusatan pada laki-laki),
fokusnya adalah kapitalisme dan patriarki menempatkan perempuan pada
posisi yang tidak istimewa. Feminisme marxis berpendapat bahwa
penghapusan sistem kapitalis merupakan cara agar perempuan mendapat
perlakuan yang sama, feminisme marxis berasumsi bahwa sumber
penindasan perempuan berasal dari eksploitasi kelas dan cara produksi.15
Feminisme sosialis merupakan kritik atas feminisme marxis, asumsi yang
digunakan dalam feminisme sosialis adalah bahwa dalam masyarakat,
kapitalis bukan satu-satunya penyebab utama keterbelakangan perempuan
sebagai perempuan, mereka mengatakan faktor gender, kelas, ras, individu
atau kelompok juga berkontribusi bagi keterbelakangan perempuan.16
Teori selanjutnya adalah Teori Struktural Fungsional yang
dikemukakan oleh Talcott Parsons, pendekatan teori ini ini mengakui
adanya keragaman dalam kehidupan sosial yang kemudian di akomodasi
dalam fungsi sesuai dengan posisi seseorang dalam sebuah sistem
15 Jackson, R., & Sorensen, G., Pengantar Studi Hubungan Internasional, (diterj. D.
Suryadipura) (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2005) hal. 335-336 16 Rosemarie Putnam Tong, Feminist Thought (Yogyakarta: Jalasutra, 1998), hal. 21
8
(Megawangi dalam Herien 2013)17. Fungsionalisme struktural adalah
suatu paham yang memandang bahwa masyarakat sebagai suatu sistem
yang terdiri dari bagian-bagian yang berhubungan antara satu sama lain
yang bagian lainnya tidak dapat berfungsi apabila salah satu bagiannya
tidak berfungsi18. Talcott parsons terkenal dengan konsep pendekatan
sistem melalui AGIL (Adaptation, Goal Attainment, Integration dan
Latent Pattern Maintenance)19. Fungsi Adaptation merupakan fungsi
adaptasi/penyesuaian diri dengan lingkungannya.20 Goal Attainment
adalah suatu sistem yang ditetapkan untuk mencapai tujuannya.21
Integration adalah sebuah sistem yang mengatur dan mengelola hubungan
antar bagian yang menjadi komponennya.22 Dan terakhir Latent Pattern
Maintenance merupakan suatu sistem nilai dan kepercayaan yang
digunakan sebagai rancangan dan digunakan sebagai rancangan pola
motivasi yang sudah terstruktur.23
Prasyarat dalam teori struktural fungsional yang menjadikan suatu
keharusan yang harus ada agar keseimbangan dapat tercapai, baik pada
tingkat masyarakat maupun keluarga24. Levy Megawangi dalam Herien
(2013) menyatakan bahwa persyaratan struktural yang harus dipenuhi
keluarga agar dapat berfungsi meliputi: diferensiasi peran (alokasi
peran/tugas dan aktifitas yang harus dilakukan dalam keluarga), alokasi
solidaritas yang menyangkut distribusi relasi antar anggota, alokasi
ekonomi yang menyangkut distribusi barang dan jasa antar anggota
17 Herien Puspitawati, Konsep dan Teori Keluarga, Jurnal, Departemen Ilmu Keluarga
dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia-Institut Pertanian Bogor, 2013. Hal. 6 18 Bernard Raho, Teori Sosiologi Modern. (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, cet. 1 2007),
hal. 48 19 IB Wirawan, Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma, (Jakarta: PRENADAMEDIA
Grup. 2012). Hal 52-53 20 Bernard Raho, Teori Sosiologi Modern, hal. 54 21 Ibid. 22 Robi Panggara, Upacara Rambu Solo di Tana Toraja: memahami berbagai bentuk
kerukunan ditengah situasi konflik, (Sekolah Tinggi Theologia Jaffray bekerja sama dengan Kalam
Hidup, cet. 1 2005), hal. 12 23 Damsar dan indrayani, Pengantar Sosiologi Ekonomi, (Jakarta: Kencana cet. 5 2016)
hal. 102 24 Herien Puspitawati, Konsep dan Teori Keluarga, hal. 7
9
keluarga untuk mencapai tujuan keluarga, alokasi politik yang menyangkut
distribusi kekuasaan dalam keluarga, dan alokasi integrasi atau ekspresi
(meliputi teknik sosialisasi internalisasi maupun pelestarian nilai-nilai
maupun perilaku pada setiap anggota keluarga dalam memenuhi tuntutan
norma yang berlaku.25
Kedua teori ini peneliti gunakan sebagai landasan dalam penelitian
karena kedua teori tersebut sesuai dan saling berkaitan dengan penelitian
yang hendak dilakukan. Teori feminisme marxis-sosialis membahas
mengenai upaya perempuan dalam menghadapi diskriminasi terutama
pada bidang ekonomi dan budaya patriarki, dimana dalam kasus ini peran
yang dilakukan perempuan dalam rumah tangga tidak hanya terbatas pada
kegiatan domestik, tetapi juga sebagai pekerja di ranah publik, sedangkan
teori fungsionalisme struktural membahas mengenai masyarakat yang
saling berhubungan satu dengan yang lainnya, dimana keluarga sebagai
suatu sistem terdiri dari satu set bagian yang berbeda namun berhubungan
antar antar anggota satu dengan anggota lain.
B. Kajian Literatur
1. Profil Perempuan Indonesia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Perempuan adalah
seseorang (manusia) yang mempunyai vagina, dapat menstruasi, hamil,
melahirkan anak, dan menyusui.26 Anwar (2007) dalam bukunya
menjelaskan bahwa perempuan adalah orang atau manusia yang dapat
menstruasi, hamil, melahirkan anak dan menyusui.27 Plato mengatakan
bahwa perempuan ditinjau dari segi kekuatan fisik maupun spiritual,
mental perempuan lebih lemah dibanding laki-laki, tetapi perbedaan
tersebut tidak menyebabkan adanya perbedaan dalam bakatnya.28
25 Ibid. 26 KBBI Daring, diakses pada 6 januari 2019 27 Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan (Perubahan Sosial Melalui
Pembelajaran Vocational Skill pada Keluarga Nelayan), (Bandung : Alfabeta, 2007) hal. 6 28 Mualifatul Jannah, Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (Pekka) Dalam
Meningkatkan Ekonomi Keluarga Di Tambak Madu Kecamatan Simokerto Surabaya, Skripsi,
Fakultas Dakwah adn Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2016, hlm. 1
10
Sedangkan gambaran perempuan menurut pandangan yang didasarkan
pada kajian medis, psikologis, dan sosial terdiri atas dua faktor, yaitu
faktor fisik dan faktor psikis.29
Secara biologis dari segi fisik, perempuan lebih kecil dibanding laki-
laki, suaranya lebih halus, perkembangan tubuh perempuan terjadi lebih
dini, kekuatannya tidak sekuat laki-laki, dan sebagainya, perempuan
mempunyai sikap pembawaan yang kalem, lebih cepat menangis dan
tertekan apabila menghadapi persoalan yang berat.30 Kartini Kartono
mengatakan bahwa perbedaan fisiologis yang alami sejak lahir pada
umumnya, kemudian diperkuat oleh struktur kebudayaan yang ada,
khususnya oleh adat istiadat, sistem sosial ekonomi serta pengaruh
pendidikan.31
Berdasarkan data yang dirilis oleh kementerian pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak, jumlah penduduk perempuan indonesia
hingga Maret 2015 sebanyak 126,82 juta jiwa, data ini juga menunjukkan
bahwa secara nasional jumlah penduduk perempuan lebih sedikit
dibanding laki-laki.32 Terdapat 9 provinsi di Indonesia dengan jumlah
penduduk perempuan lebih banyak dibanding penduduk laki-laki,
diantaranya yaitu provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan.33
2. Pendidikan dan Profesi Perempuan di Indonesia
Pendidikan sering dipandang sebagai instrumen kebijakan yang
krusial dalam menangani kemiskinan. Hal tersebut karena pendidikan
mungkin dapat membantu seseorang untuk mengakses pekerjaan yang
29 Ibid. 30 Uswatun Hasanah, Hak-Hak Perempuan Dalam Al-Quran ( Studi Terhadap Tafsir
Firdaws Al - Na’im Bi Tawdih Ma’ani Ayat Al Qur’an Al - Karim Karya Kiai Taifur ‘Ali Wafa Al-
Muharrar ), Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2017
hlm. 3-4 31 Kartini Kartono, Psikologi Wanita, Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dewasa,
(Bandung: Mandar Maju, 1989), cet. Ke-2, hal. 4 32 Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak, Profil Perempuan
Indonesia 2011-2015, hal. 5 33 Ibid., Hal. 7
11
lebih baik yang meningkatkan pendapatan, sehingga mampu
meningkatkan kehidupan mereka (Ionescu,2012)34.
Tabel 2.1
Persentase penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas menurut
jenjang tertinggi yang ditamatkan, daerah tempat tinggal, dan jenis
kelamin, tahun 2015)
Tipe
Wilayah
Jenis
Kelamin
Tidak/
Belum
Pernah
Sekola
h %
Tidak
tamat
SD %
SD/M
I/Pake
t A %
SMP/
MTS/
Paket B
%
SMA/
MA/
Paket
C %
Pergu
ruan
Tinggi
%
Perkotaan Perempuan 4.88 9,47 22,02 21,48 30,34 11,80
Laki-laki 1,91 7,47 20,73 21,70 36,00 12,18
Pedesaan Perempuan 11,38 17,61 33,97 20,35 12,82 3,86
Laki-laki 5,62 16, 31 35,03 22,22 17,25 3,58
K + D Perempuan 8,06 13,45 27,87 20,93 21,77 7,92
Laki-laki 3,72 11,79 27,71 21,95 26,82 7,98
P+L 5,90 12,62 27,79 21,44 24,30 7,95
Sumber: Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak
Tabel diatas memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan tingkat
pendidikan perempuan, dimana pada daerah perkotaan, mayoritas
perempuan berpendidikan tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar
30,34 persen, sementara di daerah pedesaan, mayoritas perempuan
berpendidikan maksimal tamat Sekolah Dasar sebesar 33,97 persen.35
Tetapi bila dihitung secara keseluruhan maka pendidikan tertinggi yang
ditamatkan masih di dominasi oleh jenjang pendidikan SD/Sederajat
34 Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak, Profil Perempuan
Indonesia 2011-2015, hal. 97 35 Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak, Profil Perempuan
Indonesia 2011-2015, hal. 97
12
sebesar 27,87 persen.36 Pada bidang pekerjaan, jenis pekerjaan yang
dilakukan oleh perempuan mayoritas terletak pada sektor perdagangan,
restoran, dan hotel sebanyak 14,72 juta jiwa, disusul dengan sektor
pertanian sebanyak 12,81 juta jiwa, dan sektor jasa kemasyarakatan
sebanyak 9,76 juta jiwa.37 Seperti yang ditunjukkan oleh gambar di bawah
ini:
Gambar 2.1 Jumlah Tenaga Kerja Perempuan (15 tahun ke
atas) berdasarkan 9 Sektor Lapangan Kerja per Agustus 2017
3. Pengertian Pekerja Migran Indonesia
Pekerja migran Indonesia atau tenaga kerja Indonesia merupakan
para pekerja yang berstatus warga negara, baik laki-laki maupun
perempuan yang bekerja di luar negeri dalam jangka waktu tertentu.38
Mengacu pada Konvensi ILO (International Labour Organization) nomor
97 tahun 1949 pasal 11 menerangkan bahwa pekerja migran memiliki arti
seseorang yang berpindah tempat dari satu negara ke negara lain dengan
maksud untuk dipekerjakan atau sebaliknya39. Berdasarkan Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia nomor 9 tahun 2019 tentang
36 Ibid. 37 Ibid., hal. 101 38 Soenjun H. Manulun, Pokok-pokok Hukum Ketatanegaraan di Indonesia, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1988. hal. 35 39 International Labour Organization (ILO), K97 Migrasi Tenaga Kerja (Edisi Revisi)
tahun 1949, https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-
jakarta/documents/legaldocument/wcms_145816.pdf diakses pada 13 September 2018 jam 08:56
13
tata cara penempatan pekerja migran Indonesia menerangkan bahwa
pekerja migran Indonesia adalah setiap warga negara Indonesia yang akan,
sedang atau telah melakukan pekerjaan dengan menerima upah di luar
wilayah indonesia.40 Dari pernyataan tersebut dapat kita simpulkan bahwa
pekerja migran indonesia adalah setiap orang yang bekerja yang berpindah
dari tempat asalnya (berpindah negara), melalui prosedur yang diatur oleh
pemerintah.
Daily Pakistan Menyebutkan bahwa Indonesia berada diurutan 15
pada Daftar 25 negara teratas pengirim pekerja internasional sebesar 3.88
juta jiwa.41 World Bank menyebutkan jumlah tenaga kerja migran
Indonesia berjumlah sebanyak 9 juta jiwa.42 Data BNP2TKI Periode
Januari hingga Juli 2018 menunjukkan pekerja migran perempuan
berjumlah 69% dari jumlah keseluruhan pekerja migran yang ditempatkan
dengan Malaysia sebagai negara tujuan terbesar, disusul dengan Timur
Tengah, China Taipei, Singapura, Hongkong, dll.43 Menurut data yang
dihimpun dari BNP2TKI (2018) total perempuan yang ditempatkan ke luar
negeri sebanyak 110.668 jiwa, dengan berprofesi sebagai Asisten Rumah
Tangga (ART), pengasuh bayi atau babysitter ataupun pengasuh orang
tua.44
4. Alasan menjadi Pekerja Migran
Terdapat berbagai alasan yang menyebabkan masyarakat Indonesia
memilih menjadi pekerja migran. Pertama, pertumbuhan penduduk yang
tinggi dan besarnya jumlah penduduk di negara berkembang serta
rendahnya pertumbuhan penduduk di negara industri menimbulkan
peluang yang besar bagi masing-masing negara tersebut untuk memenuhi
40 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2019 tentang
Tata Cara Penempatan Pekerja Migran Indonesia 41 Daily Pakistan, International Migrants Day: India tops labour export, Pakistan ranks 6th,
https://en.dailypakistan.com.pk/opinion/blog/international-migrants-day-india-tops-labor-export-
pakistan-ranks-6th/ diakses Selasa 4 September 2018 42 Bank Dunia Indonesia, Pekerja Global Indonesia, antara peluang dan resiko, (Jakarta:
Kantor Bank Dunia Jakarta, 2017) hal. 3 43 Ibid., hal. 27 44 Ibid., hal. 31
14
kebutuhannya.45 Pada beberapa negara berkembang, tingginya angka
pertumbuhan penduduk merupakan hal yang umum ditemui, berbeda
dengan negara maju atau negara industri, dimana para perempuan di
negara tersebut menerima pendidikan dan upah yang sama dengan laki-
laki, dimana hal ini membuat mereka tidak lagi harus bergantung pada
laki-laki baik dalam urusan ekonomi maupun sosial yang pada akhirnya
mempengaruhi gaya hidup termasuk didalamnya keputusan untuk
berkeluarga.46 Bagi negara yang sedang berkembang, besarnya jumlah
penduduk dengan pertumbuhan yang tinggi bukan saja sebagai asset untuk
pembangunan nasional, tetapi dapat pula dimanfaatkan oleh negara maju
untuk memenuhi kebutuhan terhadap kurangnya tenaga kerja.47
Kedua, besarnya pertumbuhan penduduk di Indonesia tidak diikuti
oleh banyaknya lapangan pekerjaan yang tersedia, hal ini mengakibatkan
tingginya jumlah angkatan kerja yang tidak memiliki pekerjaan.
Pengiriman tenaga kerja ke luar negeri diharapkan mampu mengurangi
jumlah pengangguran yang terus meningkat.48 Ketiga, meningkatkan
pendapatan tenaga kerja, dengan penghasilan yang cukup besar tersebut
maka dimungkinkan adanya penempatan modal keluarga yang secara
potensial dapat diarahkan untuk pembiayaan usaha mandiri selanjutnya.49
Keempat, meningkatkan produktifitas tenaga kerja. Mayoritas tenaga
kerja indonesia memiliki tingkat pendidikan yang rendah, dengan
rendahnya pendidikan yang didapat dan minimnya kemampuan yang
dimiliki menjadikan mereka sebagai tenaga kerja tidak terampil.
Keputusan untuk bekerja di luar negeri mampu dijadikan sebagai kegiatan
“belajar tambahan” dan upaya untuk meningkatkan kemampuan, hal ini
45 Basir Barthos, Manajemen sumber daya manusia : suatu pendekatan makro cet. 6, Hal
72 46 Lee Kuan Yew, Warning Bell For Developed Countries: Declining Birth Rate.
https://www.forbes.com/global/2012/0507/current-events-population-declining-birth-rates-lee-
kuan-yew.html#4500a6b21e95 diakses pada 31 Oktober 2018 47 Basir Barthos, Manajemen Sumber daya Manusia : Suatu Pendekatan makro cet. 6,
hal. 72 48 Ibid. 49 Ibid.
15
karena pada saat pemerintah melalui lembaga atau perusahaan penyalur
tenaga kerja melakukan karantina, mereka juga membekali para calon
pekerja dengan pelatihan yang sesuai dengan bidang pekerjaan yang
dipilih oleh tenaga kerja tersebut, pengalaman bekerja di luar negeri dapat
pula membiasakan mereka untuk bekerja produktif karena berada di
lingkungan yang mengharuskan mereka bekerja dengan keras sesuai
dengan upah besar yang diberikan.50 Terakhir, dengan kondisi Indonesia
dimana jumlah angkatan kerja lebih besar dari jumlah lapangan kerja
menjadikan pengiriman tenaga kerja ke luar negeri sebagai pilihan
kegiatan strategis sebagai usaha pemecah masalah-masalah pembangunan
seperti pengangguran.51
5. Peluang dan Tantangan Menjadi Pekerja Migran
Migrasi tenaga kerja memberikan kontribusi besar bagi pekerja,
keluarga, dan juga perekonomian Indonesia.52 Secara teori pertumbuhan
ekonomi di suatu wilayah dimbangi dengan meningkatnya pertumbuhan
pembangunan di wilayah tersebut, semakin baik perkembangan ekonomi
suatu wilayah maka kemungkinan terjadinya perkembangan volume
migrasi pun akan semakin tinggi.53 Beberapa peluang yang didapatkan
diantaranya adalah: Pertama, migrasi antar negara memungkinkan
terciptanya peluang kompetisi yang lebih berkualitas di pasar kerja yang
lebih terbuka.54 Kedua, migrasi yang dilakukan mampu meningkatkan
kualitas hidup, hal ini disebabkan karena dalam konteks pembangunan
ekonomi, sumbangan migran memiliki pengaruh cukup besar terutama
dalam meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya, remitan yang
dikirimkan pekerja migran ke daerah asalnya telah mampu mengangkat
status ekonomi keluarga migran ke tingkat yang lebih baik.55 Hal ini
50 Ibid., hal.75 51 Ibid., hal. 76 52 Bank Dunia Indonesia, Pekerja Global Indonesia, antara peluang dan resiko, hal. 2 53 Abdul Haris dan Nyoman Andika, Dinamika Kependudukan dan Pembangunan di
Indonesia (dari prespektif makro ke realitas mikro), hal. 21 54 Ibid., hal. 23 55 Ibid, hal. 24
16
sejalan dengan pernyataan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia, M.
Hanif Dhakiri, bahwa bekerja di luar negeri dapat memberikan manfaat
dan nilai tambah untuk kehidupan para pekerja dan keluarganya.56 Ketiga,
migrasi berfungsi sebagai strategi untuk mempertahankan hidup, Pada
negara berkembang seperti Indonesia, aktivitas migrasi berfungsi sebagai
sebuah strategi untuk bertahan hidup.57
Selain dari peluang yang tercipta akibat aktivitas migrasi, terdapat
pula beberapa tantangan yang dihadapi oleh pelaku migrasi, diantaranya:
Pertama, pekerja Indonesia belum mampu memenuhi standar kualifikasi
kerja yang diharapkan oleh pasar kerja global. Hal ini dapat terlihat dari
fakta bahwa pekerja Indonesia hanya mampu bersaing pada bidang-bidang
yang telah ditinggalkan oleh negara tempatan, seperti bidang pertanian dan
pekerjaan kasar di sektor konstruksi.58 Kedua, para pekerja migran
khususnya pekerja migran perempuan rawan mendapatkan perlakuan tidak
menyenangkan, hasil penetian Anggraeni Primawati dan Abdul Haris
menunjukkan bahwa sebagian pekerja perempuan yang melakukan
aktivitas ekonomi, baik di Malaysia, Hong kong, Singapura, maupun Arab
Saudi rata-rata pernah menerima perlakuan yang dapat dikategorikan
sebagai tindak kekerasan dan eksploitasi. Kebijakan luar negeri
ketenagakerjaan Indonesia pun menghadapi sejumlah tantangan, seperti
pekerja yang mayoritas low pay dan low skill tetapi bekerja dengan high
risk.59
Ketiga, Sebagai lanjutan dari kasus diatas, ironisnya kondisi tersebut
tidak segera mendapat tanggapan serius dari pemerintah. Terdapat
beberapa argument yang memungkinkan kondisi tersebut berlangsung,
seperti kasus-kasus yang berkaitan dengan tindak kekerasan pekerja
56 Liputan 6, Menaker: Bekerja di Luar Negeri dapat Memberi Peluang Bagi TKI,
https://m.liputan6.com/news/read/3187785/menaker-bekerja-di-luar-negeri-dapat-memberi-
peluang-bagi-tki diakses pada 13 September 2018 jam 08:56 57 Ibid. 58 Ibid., hal. 26 59 Liputan 6, Menaker: Bekerja di Luar Negeri dapat Memberi Peluang Bagi TKI,
https://m.liputan6.com/news/read/3187785/menaker-bekerja-di-luar-negeri-dapat-memberi-
peluang-bagi-tki diakses pada 13 September 2018 jam 08:56
17
dianggap kurang memiliki nilai politik strategis, kemudian biaya yang
dikeluarkan untuk mengurus persoalan-persoalan pekerja di luar negeri
tidak sebanding dengan keuntungan yang diperoleh, dan posisi pekerja
Indonesia yang relatif lebih lemah, menyebabkan setiap kasus yang
dialami oleh pekerja migran dianggap sebagi kasus kecil yang menjadi
tanggung jawab pribadi migran sendiri.60
6. Pengertian Keluarga
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia keluarga adalah
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dalam satu atap dan saling
ketergantungan.61 berdasarkan UU Perkawinan tahun 1974, keluarga
merupakan ikatan hukum antara pria dan wanita yang didasarkan atas
saling mencintai untuk memperoleh keturunan dan meningkatkan
kesejahteraan.62 Sedangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan Dan
Pembangunan keluarga dikatakan bahwa Keluarga adalah unit terkecil
dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan
anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.63 T Widodo (2011)
menjelaskan bahwa keluarga terbentuk atas ikatan perkawinan (nikah) dan
garis pertalian garis keturunan dari sejumlah individu, dan ikatan
perkawinan tersebut sesuai dengan hukum yang berlaku.64 Robertson
(1989) menggambarkan keluarga sebagai kelompok individu yang
bergabung melalui pernikahan, keturunan, atau adopsi yang membentuk
60 Ibid. 61 Amorisa Wiratri, Menilik Ulang Arti Keluarga Pada Masyarakat Indonesia, Jurnal,
Jurnal Kependudukan Indonesia Vol. 13 No. 1 Juni 2018, Pusat Penelitian Sumber Daya Regional
– LIPI, hal. 17 62 T Widodo, Sosiologi Kependudukan:Kajian Teoritis dan Empiris Prespektif Sosiologi
Kependudukan, (Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UNS Press,
2011). Hal. 68 63 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan
Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga, Pasal 1 64 T Widodo, Sosiologi Kependudukan:Kajian Teoritis dan Empiris Prespektif Sosiologi
Kependudukan, hal. 68
18
kelompok ekonomi dan bertanggung jawab bagi anggotanya.65 Waysima
berpendapat bahwa keluarga adalah agen pertama dan utama bagi
sosialisasi di masa muda, sebuah proses kekal yang membantu seseorang
untuk menjadi anggota kelompok sosialnya (keluarga, masyarakat,
kelompok suku, dan lain-lain)66. Berdasarkan pemaparan diatas dapat
disimpulkan bahwa keluarga adalah sekelompok orang yang tinggal di
tempat yang sama (di satu rumah), yang memiliki hubungan kekerabatan
maupun hubungan darah, yang dialamnya terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa anggota.
7. Profil Keluarga Indonesia
Data susenas tahun 2000 menunjukan bahwa jumlah total anggota
rumah tangga yang dikepalai oleh laki-laki lebih tinggi daripada jumlah
total rata-rata rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan.67
Pertumbuhan ekonomi, status pendidikan perempuan yang lebih tinggi,
perubahan standar kesejahteraan, dan perubahan pola konsumsi
masyarakat menyebabkan perubahan pada struktur keluarga. Pada bidang
pendidikan, kebanyakan kepala keluarga baik laki-laki maupun perempuan
hanya mengenyam pendidikan paling rendah sekolah dasar atau bahkan
kurang, sedangkan untuk status pekerjaan, data susenas menunjukkan
bahwa status ekonomi kepala keluarga perempuan jauh lebih rendah
dibanding rumah tangga yang dikepalai oleh laki-laki.68 Secara umum,
peran perempuan sebagai kepala rumah tangga dalam memenuhi
kebutuhan hidup anggota keluarganya menemui lebih banyak kendala
dibanding dengan rumah tangga yang dikepalai oleh laki-laki, hal ini
berkaitan dengan kodrat perempuan yang harus berperan ganda di dalam
rumah tangga, yaitu sebagai pencari nafkah, dan ibu yang harus
65 Sri Harjati Hatmadji dan Iwu Dwisetyani Utomo, Empowerment of Indonesian Women
: family, reproductive health, employment and migration (Depok: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 2004) hal. 24 66 Ibid., hal. 25 67 Sri Harjati Hatmadji dan Iwu Dwisetyani Utomo, Empowerment of Indonesian Women:
family, reproductive health, employment and migration, hal. 28 68 Ibid., hal. 33
19
melahirkan, merawat, dan membesarkan anak-anaknya.69 Hal ini
mengakibatkan rumah tangga yang dikepalai perempuan lebih sulit untuk
meraih kesejahteraan yang lebih baik.70
8. Pengertian Kesejahteraan keluarga
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesejahteraan adalah hal
atau keadaan sejahtera, keamanan, keselamatan, ketenteraman, dan
sebagainya.71 Konsep keluarga sejahtera menurut undang-undang No. 10
tahun 1992 menyebutkan bahwa keluarga sejahtera merupakan keluarga
yang dibentuk atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan
spiritual dan materiil yang layak, bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa,
memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan
antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya.72 BKKBN
merumuskan pengertian keluarga sejahtera sebagai keluarga yang dapat
memenuhi kebutuhan anggotanya baik kebutuhan sandang, pangan,
perumahan, sosial dan agama, keluarga yang mempunyai keseimbangan
antara penghasilan keluarga dengan jumlah anggota keluarga, keluarga
yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan anggota keluarga, kehidupan
bersama dengan masyarakat sekitar, beribadah khusyuk disamping
terpenuhinya kebutuhan pokok.73
a. Ruang Lingkup Kesejahteraan Keluarga
Kesejahteraan keluarga dapat dibedakan menjadi kesejahteraan
ekonomi (economic well-being), kesejahteraan sosial (social well-
being), kesejahteraan psikologis (psychological/spiritual well-being)
dan kesejahteraan fisik (physical well-being) sebagai salah satu
69 Agung Priyo Utomo dan Rini Rahani, Kesejahteraan Rumah Tangga Dalam Pengaruh
Wanita Kepala Rumah Tangga, jurnal. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Volume 17, Nomor 2,
November 2013. Hal. 194 70 Ibid., 71 KBBI Daring, diakses tanggal 10 Januari 2019 72 Hukum Online, Undang-undang Nomor 10 tahun 1992,
https://m.hukumonline.com/pusatdata/download/fl29171/node/4584 diakses pada 3 Desember 18
pukul 15:34 WIB 73 Euis Sunarti, Indikator keluarga sejahtera : sejarah pengembangan, evaluasi, dan
Keberlanjutannya, (Bogor : Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor, 2006) hal. 2-13
20
bagiannya74. Kesejahteraan ekonomi atau Economical well-being
dimana indikator yang digunakan adalah pendapat (GNP, GDP,
pendapatan per kapita per bulan dan nilai asset)75. Social well-being
atau kesejahteraan sosial dimana indikator yang digunakan diantaranya
berupa tingkat pendidikan (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, Perguruan
Tinggi dan lain-lain) serta status dan jenis pekerjaan.76 Ketiga,
Physical well-being atau kesejahteraan fisik dimana indikator yang
digunakan adalah status gizi, status kesehatan, tingkat mortalitas dan
morbiditas dan psychological/spiritual mental yaitu kesejahteraan
psikologi dimana indikator yang digunakan adalah tingkat stres,
tingkat bunuh diri, tingkat perceraian, tingkat aborsi, tingkat kriminal
dan tingkat kebebesan seks.77
b. Indikator Kesejahteraan Keluarga
BKKBN (2011) merumuskan beberapa indikator kesejateraan
keluarga diantaranya: Pertama, Keluarga Pra-Sejahtera (Pra-KS)
sering dikelompokkan sebagai “sangat miskin”, adalah keluarga yang
belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, secara operasional,
mereka tampak dalam ketidak mampuan untuk memenuhi indikator
seperti: menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya, makan minimal
dua kali sehari, pakaian lebih dari satu pasang, sebagian besar lantai
rumahnya bukan dari tanah, jika anggota sakit, dibawa ke sarana
kesehatan.78 Kedua, Keluarga Sejahtera 1 (KS-1) sering
dikelompokkan sebagai miskin, adalah keluarga yang telah mampu
memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi tidak dengan
kebutuhan sosial dan psikologisnya, keluarga sejahtera 1 adalah
keluarga yang karena alasan tertentu tidak dapat memenuhi salah satu
74 Herien Puspitawati. Ketahanan Dan Kesejahteraan Keluarga. Jurnal. Departemen Ilmu
Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia- Institut Pertanian Bogor. 2013 hal. 7 75 Ibid. 76 Ibid. 77 Ibid. 78 Syamsir Salam, dan Amir Fadilah, Sosiologi Pembangunan: Pengantar Studi
Pembangunan Lintas Sektoral cet. 1 (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), hal. 106
21
atau lebih indikator, seperti: menjalankan ibadah secara teratur,
minimal seminggu sekali makan daging/telur/ikan, minimal memiliki
baju baru sekali dalam setahun, tidak ada anggota keluarga yang
berusia 10-60 tahun yang buta aksara, anak berumur 7-15 tahun
bersekolah, salah satu anggota keluarga memiliki penghasilan tetap,
sehat selama 3 bulan terakhir dan masih menjalankan fungsinya
dengan baik.79
Ketiga, Keluarga Sejahtera II (KS-II) adalah keluarga yang tidak
mampu memenuhi satu atau lebih indikator meliputi: memiliki
tabungan keluarga, makan bersama sambil berkomunikasi, mengikuti
kegiatan masyarakat, rekreasi bersama (6 bulan sekali), meningkatkan
pengetahuan agama, memperoleh berita dari radio, TV, dan majalah,
dan menggunakan sarana transportasi.80 Keempat, Keluarga sejahtera
III (KS-III) adalah keluarga yang sudah mampu memenuhi beberapa
indikator meliputi: memiliki tabungan keluarga, makan bersama
sambil berkomunikasi, mengikuti kegiatan masyarakat, rekreasi
bersama (6 bulan sekali), meningkatkan pengetahuan agama,
memperoleh berita dari radio TV dan majalah, dan menggunakan
sarana transportasi, tetapi belum mampu memenuhi indikator: aktif
memberikan sumbangan material secara teratur, dan aktif sebagai
pengurus organisasi kemasyarakatan.81 Kelima, Keluarga Sejahtera III
Plus (KS-III Plus) adalah keluarga yang mampu memenuhi semua
indikator termasuk: aktif memberikan sumbangan material secara
teratur, dan aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan.82
9. Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga
Kehadiran program Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
sebagai program pembangunan masyarakat merupakan peluang yang
79 Ibid. 80 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Batasan dan
Pengertian MDK, http://aplikasi.bkkbn.go.id/mdk/BatasanMDK.aspx diakses 8 januari 2019 jam
09:00 WIB 81 Ibid. 82 Ibid.
22
berharga bagi perempuan yang aktif membangun dirinya sendiri dan
lingkungannya dalam upaya mereka mencapai dan meningkatkan
kesejahteraan keluarga mereka sendiri dan keluarga binaannya.83 Kondisi
dan situasi ini memungkinkan mereka melakukan tindakan transformasi
dalam berbagai upaya pencapaian kesejahteraan keluarga yang
menyangkut dimensi fisik, ekonomi, sosial, moral, dan kultural di dalam
perannya sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah tambahan
disesuaikan tugas dan perannya sebagai kader PKK, mereka mampu
mengubah lingkungannya dari lingkungan kehidupan sosial yang positif ke
suasana kehidupan bermasyarakat yang aktif dinamis dan produktif.84
Terdapat 10 program yang dirancang dan dilaksanakan oleh kader-kader
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) diantaranya adalah:
penghayatan dan pengamalan pancasila, gotong royong, pangan, sandang,
perumahan dan tata laksana rumah tangga, pendidikan dan keterampilan,
kesehatan, pengembangan kehidupan berkoperasi, kelestarian lingkungan
hidup, dan perencanaan sehat.85
10. Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga
Dalam keluarga, perempuan memiliki peran yang paling dominan,
tidak hanya mengurus keluarga dan aktivitas rumah tangga tapi juga
meningkatkan perekonomian keluarga, hal itu dilakukan agar tercapainya
keluarga yang sejahtera.86 Herien Puspitawti (2009) menyatakan bahwa
pengabdian perempuan terhadap pekerjaan produktif akan menghasilkan
pendapatan keluarga yang akhirnya berdampak pada penyesuaian
pernikahan yang positif, standar hidup yang lebih tinggi dengan
pencapaian rasa aman yang lebih baik sehingga berdampak pada
83 Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan (Perubahan Sosial Melalui
Pembelajaran Vocational Skill pada Keluarga Nelayan), hal. 90 84 Ibid. 85 Ibid. 86 Marti Sanrida Simanjuntak, Peran Perempuan dalam Meningkatkan Kesejahteraan
Keluarga (Studi kasus pada Perempuan pedagang Sayuran di Pasar Induk Sindikalang), skripsi,
Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara, Medan, 2017 hal. iii
23
peningkatan status sosial dari keluarga.87 Peran perempuan atau ibu yang
bekerja akan membawa dampak positif bagi kondisi ekonomi keluarga.
yang kemudian akan berbanding lurus dengan meningkatnya standar
kesejahteraan keluarga tersebut.88 Keterlibatan perempuan memiliki peran
yang besar dalam keluarga, baik untuk rumah tangga, maupun ekonomi,
hal ini disebabkan karena secara langsung maupun tidak langsung
perempuan ikut terlibat dan bertanggung jawab terhadap peningkatan
keluarga.89 Perempuan yang bekerja akan menambah penghasilan
keluarga, yang secara otomatis mampu meningkatkan kualitas gizi dan
kesehatan seluruh anggota keluarga.90
11. Keluarga sejahtera dan Manfaatnya Bagi Perkembangan Masyarakat
dan Negara
Keluarga sebagai suatu sistem sosial mempunyai fungsi atau tugas
agar sistem tersebut berjalan. Berdasarkan undang-undang nomor 21 tahun
1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera, terdapat
8 fungsi keluarga diantaranya adalah:
a. Fungsi agama, yang bertujuan untuk mengajarkan dan membimbing
anggota keluarga mengenai ajaran-ajaran agama sebagai pedoman dan
tujuan hidup anggotanya91
b. Fungsi sosial budaya, keluarga mempunyai tugas untuk menanamkan
pola tingkah laku, nilai dan norma dalam kehidupan bermasyarakat92
c. Fungsi cinta kasih, fungsi ini bertujuan untuk memberikan perhatian,
cinta dan kasih sayang kepada tiap anggotanya sehingga seluruh
anggota keluarga merasa aman dan nyaman didalamnya.93
87 Ibid, hal. 82 88 Ibid. 89 Herien Puspita, dkk. Peran Gender, kontribusi ekonomi perempuan, dan kesejahteraan
keluarga petani holtikultural, Jurnal, Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, departemen ilmu
keluarga dan konsumen fakultas ekologi manusia Institut pertanian bogor, 2013. Hal. 11 90 H.M. Antho Mudzakkar, Wanita dalam Masyarakat Indonesia (Cet. 1; Yogyakarta:
Sunan Kalijaga Press, 2001), h. 189. 91 Shafila Mardiana Bunsaman, Peranan Perempuan Dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Ekonomi Keluarga (Studi Tentang Peranan Petugas K3L Perempuan Universitas
Padjadjaran Jatinangor (Zona Rektorat)), Jurnal, Prosiding Penelitian&Pengabdian Masyarakat,
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran, 2018. Hal 149 92 Ibid.
24
d. Fungsi perlindungan, keluarga berfungsi untuk menciptakan rasa aman
bagi anggotanya dari berbagai ancaman dari dalam dan luar.94
e. Fungsi reproduksi, yang bertujuan untuk memberikan pendidikan
mengenai reproduksi sehat baik bagi anggota keluarga maupun
lingkungannya, sebagai upaya untuk meneruskan keturunan.95
f. Fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ini bertujuan untuk untuk
menciptakan lingkungan keluarga sebagai wahana pertama dan utama
dalam pendidikan dan sosialisasi bagi tiap anggotanya,96
g. Fungsi ekonomi, keluarga bertugas dalam melangsungkan kegiatan
ekonomi sebagai upaya bagi keberlangsungan hidup anggotanya.97
h. Fungsi pembinaan lingkungan, fungsi ini bertujuan untuk memberi
kemampuan setiap anggota sehingga dapat menempatkan diri dalam
aturan lingkungan masyarakat dan alam sekitar yang terus berubah.98
Dengan dilaksanakannya 8 fungsi keluarga, diharapkan keluarga
Indonesia dapat menjadi keluarga sejahtera secara ekonomis dan
berkualitas, perlunya diupayakan pembentukan keluarga sejahtera secara
nasional bertujuan untuk menciptakan kualitas manusia dan kualitas
masyarakat Indonesia yang maju dalam suasana tenteram, sejahtera lahir
dan batin, dalam tata kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam suasana
kehidupan bangsa Indonesia yang serba serasi, selaras dan seimbang serta
berkesinambungan dalam hubungan antar sesama manusia, manusia
93 Ibid. 94 Indra Amarudin Setiana, Asuhan Keperawatan keluarga dengan masalah TBC pada
keluarga Tn. S di Desa Srowot RT/01/RW 03 Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas,
Skripsi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto, 2016. Hal. 12 95 Ibid. 96 Ibid. 97 Shafila Mardiana Bunsaman, Peranan Perempuan Dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Ekonomi Keluarga (Studi Tentang Peranan Petugas K3L Perempuan Universitas
Padjadjaran Jatinangor (Zona Rektorat)) hal. 149 98 Ibid.
25
dengan masyarakat, dan manusia dengan lingkungannya, serta bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.99
C. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan variabel penelitian ini
dapat dilihat pada tabel 2.2
Tabel 2.2
Penelitian yang Relevan
No. Ringkasan & Hasil Penelitian Persamaan & Perbedaan
1. Nama Peneliti: Marti Sanrida
Simanjuntak (FISIP, Universitas
Sumatera Utara)
Judul: Peran Perempuan dalam
meningkatkan Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus pada Perempuan Pedagang
Sayuran di Pasar Induk Sidikalang)
Ringkasan: Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui peran perempuan
pedagang sayuran dalam meningkatkan
kesejahteraan keluarga di Pasar Induk
Sidikalang Kecamatan Sidakalang
Kabupaten Dairi. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah empat orang.
Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan studi pustaka, wawancara
mendalam, dan observasi. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode
kualitatif
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan
bahwa mayoritas pedagang yang ada di
Pasar Induk Sidikalang adalah
perempuan yang telah berkeluarga dan
sebagian besar dari perempuan pedagang
tersebut memiliki suami yang tidak
memiliki pekerjaan tetap bahkan
pengangguran. Dan berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa perempuan memiliki
peran yang dominan dalam membantu
meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Persamaan: Penelitian ini sama-
sama menggunakan perempuan dan
kesejahteraan keluarga sebagai
variabelnyawaktu
Perbedaaan: Pada penelitian ini,
mata pencaharian dari sampel
merupakan pedagang, berbeda
dengan penelitian yang akan
dilakukan yaitu sampel bermata
pencaharian sebagai pekerja
migran Indonesia
99 Penjelasan Atas Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1994
Tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera
26
2. Nama Peneliti: Ayunda Windyastuti
Savitri (Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor)
Judul: Hubungan Antara Kontribusi
Ekonomi Perempuan Dan Pola
Pengeluaran Dengan Tingkat
Kesejahteraan Keluarga Pada Keluarga
Tenaga Kerja Wanita (Tkw)
Ringkasan: Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menemukan hubungan
antara kontribusi ekonomi perempuan
dan pola pengeluaran keluarga dengan
kesejahteraan keluarga pada keluarga
tenaga kerja wanita (TKW) di desa
paasih, kecamatan cisaat, kabupaten
sukabumi. Lokasi penelitian dipilih
secara purposive berdasarkan jumlah
terbanyak pengirim TKW dari kecamatan
Cisaat. Sebanyak 60 sampel. Penelitian
yang dilakukan menggunakan metode
kuantitatif.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan
bahwa istri berkontribusi terhadap
pendapatan keluarga. Persentase
pengeluaran non pangan keluarga lebih
besar dibandingkan pengeluaran pangan
yang mana hal ini mengindikasikan
keluarga masih tergolong tidak sejahtera
dilihat dari garis kemisikinan BPS.
Tingkat kesejahteraan keluarga subjektif
berada pada kategori sedang. Tidak
terdapat hubungan nyata antara
karakteristik contoh, kontribusi ekonomi
istri dan pengeluaran total keluarga,
kontribusi ekonomi istri dengan pola
pengeluaran keluarga. Penelitian ini
menunjukkan terdapat hubungan nyata
antara pendidikan suami dengan
kesejahteraan subjektif fisik dan juga
umur suami dengan kesejahteraan
subjektif psikologis.
Persamaan: Persamaan terletak
pada perempuan yang bekerja
sebagai pekerja migran dan
kesejahteraan keluarga sebagai
variabelnya
Perbedaan: Fokus utama
penelitian ini adalah kontribusi
ekonomi dan pola pengeluaran dari
keluarga perempuan yang bekerja
sebagai pekerja migran, sedangkan
penelitian yang akan dilakukan
berfokus pada mencari pengaruh
dari perempuan yang bekerja
sebagai pekerja migran dengan
kesejahteraan keluarga
3. Nama Peneliti: Dian Permata Sari Persamaan: Persamaan terletak
Tabel 2.2 (Lanjutan)
27
(Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
UIN Raden Intan Lampung)
Judul: Analisis Peran Tenaga Kerja
Wanita Di Luar Negeri Dalam
Meningkatkan Pendapatan Keluarga
Menurut Perspektif Ekonomi Islam
(Studi Pada Desa Sumber Agung
Kecamatan Way Sulan Kabupaten
Lampung Selatan)
Ringkasan: Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana kondisi
pendapatan keluarga tenaga kerja wanita
di luar negeri serta untuk mengetahui
implikasi peranan tenaga kerja wanita di
luar negeri dalam meningkatkan
pendapatan keluarga menurut prespektif
ekonomi Islam.
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode lapangan (field
research) dengan menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif dimana
data yang diperoleh adalah dengan
melakukan wawancara/interview,
observasi dan dokumentasi. Adapun
sumber data yang digunakan adalah data
primer dan data sekunder.
Hasil: Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa peran serta TKW di
luar negeri sangat membantu dalam
meningkatkan pendapatan keluarga.
Tujuan wanita yang ikut bekerja mencari
nafkah ialah agar dapat menambah
penghasilan keluarga. Sehingga dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebab
perekonomian rumah tangga muslim
memegang prinsip mengutamakan
kebutuhan primer dalam membelanjakan
hartanya, setelah itu barulah kebutuhan
sekunder dan tersiernya.
pada pemilihan wanita yang
bekerja sebagai pekerja migran
sebagai variabelnya
Perbedaan: Penelitian ini berfokus
pada peningkatan pendapatan
keluarga menurut prespektif
ekonomi islam.
D. Kerangka Berpikir
Salah satu fungsi keluarga yang harus dipenuhi adalah fungsi ekonomi
sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup anggotanya. Pada beberapa
Tabel 2.2 (Lanjutan)
28
keluarga dengan tingkat ekonomi rendah, peran pencari nafkah tidak hanya
bagi pria tetapi juga bagi wanita. Fenomena perempuan yang menjadi pekerja
migran merupakan hal yang banyak ditemui di Indonesia, terutama di daerah.
Maraknya kegiatan ini diakibatkan oleh rendahnya pendidikan dan
kemampuan mayoritas perempuan indonesia terutama yang tinggal di
pedesaan, untuk menciptakan kesejahteraan yang diharapkan maka para
perempuan tersebut mengambil keputusan untuk menjadi pekerja migran.
Selain itu, pergeseran peran dan fungsi perempuan dalam keluarga yang bukan
hanya sebagai istri/ibu tetapi juga pencari nafkah tambahan bagi suami,
menjadi faktor penyebab lain dari aktivitas tersebut.
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
perempuan
bekerja ke luar negeri
terjadi perubahan kondisi kesejahteraan
Keluarga
status dalam keluarga
istri
ibu
faktor penyebab
kemampuan rendah
tuntutan ekonomi
pendidikan rendah
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Tahapan penelitian dilaksanakan kurang lebih selama 20 bulan.
Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari 2018 hingga Agustus 2019.
Adapun perencanaan waktu penelitian dapat dilihat dari tabel 3.1
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
2. Tempat Penelitian
Untuk memperoleh data dan informasi yang akurat dan relevan
sesuai dengan permasalahan dan penyelesaian penulisan, maka penelitian
dilakukan di Desa Wantisari Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak
Provinsi Banten.
No. DESKRIPSI 2018 2019
Jan/
Feb
Mar/
Apr
Mei/
Jun
Jul/
Agu
Sep/
Okt
Nov/
Des
Jan/
Feb
Mar
/Apr
Mei/
Jun
Jul/
Agu
Sep/
Okt
1. Mengajukan
proposal
penelitian
2. Menghubungi
dosen
pembimbing
3. Penyusunan
BAB 1
4. Penyusunan
BAB 2
5. Penyusunan
BAB 3
6. Penyusunan
BAB 4
7. Penyusunan
BAB 5
30
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dimana
penelitian kualitatif sebagai metode ilmiah sering digunakan dan dilaksanakan
oleh sekelompok peneliti dalam bidang ilmu sosial, termasuk juga ilmu
pendidikan.100 Pendekatan penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian
dan pemahaman yang berdasarkan pada metode yang menyelidiki suatu
fenomena sosial dan masalah manusia, dalam penelitian ini, peneliti membuat
suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan
responden dan melakukan studi pada situasi yang alami.101 Hakikat penelitian
kualitatif adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya berinteraksi
dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang
dunia sekitarnya, mendekati atau berinteraksi dengan orang-orang yang
berhubungan dengan fokus penelitian dengan tujuan mencoba memahami,
menggali pandangan dan pengalaman mereka untuk mendapatkan informasi
atau data yang diperlukan.102
Bogdan dan Taylor menjelaskan bahwa metodologi penelitian kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.103 Pada penelitian kualitatif seorang peneliti berbicara langsung dan
mengobservasi beberapa orang dan melakukan interaksi selama beberapa
bulan untuk mempelajari latar, kebiasaan, perilaku dan ciri-ciri fisik dan
mental orang yang diteliti, Bogdan dan Biklen mengemukakan bahwa
karakteristik dari penelitian kualitatif adalah: alamiah, data bersifat deskriptif,
analisis data dengan induktif, dan bermakna.104
Sedangkan untuk penelitian ini, digunakan metode penelitian deskriptif
dimana peneliti berusaha untuk menguraikan temuan hasil penelitian dengan
100 Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Gaung Persada, 2009) cetakan. 1
hlm. 11 101 Ibid. 102 Ibid., hlm. 51 103 Ibid. 104 Robert C. Bogdan dkk, Qualitative Research for Education (London : Allyn & Bacon,
Inc. 1982) hlm. 28
31
menggunakan kata-kata atau kalimat dalam suatu struktur yang logis, serta
menjelaskan konsep-konsep dalam hubungan yang satu dengan lainnya,
pendekatan kualitatif dipilih karena dapat mempresentasikan karakteristik
penelitian secara baik, dan data yang didapatkan lebih lengkap, lebih
mendalam, dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai.105
Penggunaan pendekatan ini dikarenakan cara pengamatan dan pengumpulan
data dilakukan dalam latar/setting alamiah, artinya tanpa memanipulasi subjek
yang diteliti.106 Data penelitian kualitatif bersifat sementara dimana penelitian
kualitatif menyusun desain secara terus menerus disesuaikan dengan
kenyataan di lapangan, desain tidak disusun secara kaku dan ketat, seperti
halnya penelitian kuantitatif, tetapi disusun sesuai temuan-temuan penelitian
di lapangan.107 Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi
kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan di Desa Wantisari
Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak-Banten.
C. Sampel
Penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh
spradley dinamakan sebagai “social situation” atau situasi sosial yang terdiri
atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas
(activity).108 Menurut Sugiyono, penentuan sampel dalam penelitian kualitatif
dilakukan saat peneliti mulai memasuki lapangan dan selama penelitian
berlangsung, dalam penelitian kualitatif, sampel yang dikemukakan masih
bersifat sementara, namun demikian peneliti perlu menyebutkan siapa-siapa
yang kemungkinan akan digunakan sebagai sumber data.109 Roscoe (1975)
dalam Uma Sekaran memberikan pedoman penentuan ukuran sampel yaitu;
Pertama, sebaiknya ukuran sampel diantara 30 sampai dengan 500 elemen,
Kedua, jika sampel dipecah lagi kedalam sub sampel (Laki-laki/Perempuan,
105 Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, (Jakarta: 2014),
hlm. 61. 106 Ibid. 107 Mahmud, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV.Pustaka Setia, 2011),
hlm. 90-91 108 Sugiyono, Memahami penelitian kualitatif (Bandung : Alfabeta, 2014) hlm. 49 109 Ibid., hbalm. 55
32
SD/SMP/SMA, Junior/Senior), jumlah minimum sub sampel harus 30, Ketiga,
pada penelitian multivariate (termasuk analisis regresi multivariate) ukuran
sampel harus beberapa kali lebih besar (10 kali) dari jumlah variabel yang
akan dianalisis, Keempat, untuk penelitian eksperimen yang sederhana,
dengan pengendalian yang ketat, ukuran sampel bisa antara 10 sampai dengan
20 elemen.110
Pada penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
nonprobability sampling dengan jenis purposive sampling. Purposive
sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu
tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga
akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti111.
Sampel pada penelitian ini meliputi: mantan pekerja migran perempuan,
keluarga perempuan yang berprofesi sebagai pekerja migran, dan Perangkat
Desa setempat, dan berdasarkan pernyataan diatas, peneliti mengambil 9 orang
untuk dijadikan sample dalam penelitian. Alasannya adalah agar peneliti
mampu menggali informasi secara mendalam dan terperinci dan tidak
mendapatkan informasi yang berulang dari responden sebelumnya.
Pengambilan sampel mengacu kriteria yang ditentukan oleh peneliti.
Kriterianya adalah sebagai berikut:
1. Mantan Pekerja Migran perempuan yang telah bekerja lebih dari 4 tahun
2. Perangkat desa yang mengetahui keadaan desa yang diteliti
3. Keluarga perempuan yang berprofesi sebagai Pekerja Migran Perempuan,
yang dalam rumah tangga berstatus ibu/Kepala Rumah dan telah bekerja
lebih dari 4 tahun.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk menjawab problematika penelitian dalam mencapai tujuan dan
membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan dalam rancangan penelitian,
diperlukan data, untuk memperoleh data yang dimaksud, seorang peneliti
110 Uma Sekaran. Metode Penelitian Bisnis, (Jakarta : Salemba Empat, 2006) hlm. 160 111 Sugiyono, Memahami penelitian kualitatif, hlm. 54
33
biasanya menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data, dengan
demikian, kedudukan suatu skala/instrumen pengumpul data dalam proses
penelitian sangat penting karena kondisi data tergantung alat (instrumen yang
dibuat).112 Berikut ini merupakan penjelasan dari instrumen yang
dipergunakan dalam proses penelitian:
1. Observasi
Observasi merupakan aktifitas pencatatan fenomena yang dilakukan
secara sistematis, pengamatan dapat dilakukan secara terlibat (partisipatif)
maupun tidak, pengamatan terlibat merupakan jenis pengamatan yang
melibatkan peneliti dalam kegiatan/aktifitas sasaran peneliti, tanpa
mengakibatkan perubahan pada kegiatan atau aktifitas yang dilakukan,
peneliti juga tidak menutupi dirinya sebagai peneliti. Untuk
menyempurnakan aktifitas ini, peneliti harus mengikuti kegiatan
keseharian dari sasaran penelitian dalam waktu tertentu, memperhatikan
apa yang terjadi, mendengarkan apa yang dikatakan, mempertanyakan
informasi yang menarik, dan mempelajari dokumen yang dimilki.113 Pada
dasarnya, tujuan dari observasi ialah untuk mendeskripsikan lingkungan
yang diamati, aktifitas yang berlangsung, individu yang terlibat dalam
lingkungan tersebut beserta aktifitas dan perilaku yang dimunculkan, serta
makna kejadian berdasarkan prespektif individu yang terlibat tersebut.114
Dalam penelitian ini yang diamati adalah kesejahteraan keluarga pekerja
migran perempuan di Desa Wantisari Kecamatan Leuwidamar Kabupaten
Lebak-Banten. (Lihat lampiran 2.2 Pedoman Observasi)
2. Wawancara
Gorden (dalam Herdiansyah) mendefinisikan wawancara sebagai
percakapan antara dua orang yang salah satunya bertujuan untuk menggali
dan mendapatkan informasi untuk tujuan tertentu.115 Dalam penelitian
112 Muhammad Idrus. Metode Penelitian Ilmu Sosial pendekatan Kualitatif dan
kuantitatif. (Jakarta : Penerbit Erlangga. 2009) hlm. 99 113 Ibid., hlm. 101 114 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial,
(Jakarta:Penerbit Salemba Humanika, 2010), hlm. 132 115 Ibid., hal 118
34
kualitatif, wawancara menjadi metode pengumpulan data yang utama,
karena sebagian besar data diperoleh melalui wawancara, model
wawancara yang dapat dilakukan meliputi wawancara tak berencana yang
berfokus dan wawancara sambil lalu, wawancara tak berencana berfokus
adalah pernyataan yang diajukan secara tidak terstruktur, namun selalu
berpusat pada satu pokok masalah tertentu, sementara wawancara sambil
lalu adalah wawancara yang tertuju kepada orang-orang yang dipilih tanpa
melalui seleksi terlebih dahulu secara diteliti, tempat dijumpai secara
kebetulan (koentjaraningrat, 1986, Danandjaja 1988).116 Dalam penelitian
ini yang akan dilakukan adalah mewawancarai para responden yang terdiri
atas mantan pekerja migran perempuan, keluarga pekerja migran
perempuan dan perangkat desa setempat. Dalam hal ini pewawancara
hanya membacakan pertanyaan yang telah disusun dan diberikan kepada
responden, yang kemudian catat jawaban sumber informasi secara tepat.
Wawancara dilakukan dengan bertatap muka langsung dengan
partisipan, tidak memalui telepon ataupun video. Instrumen yang digunakan
adalah perekam suara dan pedoman wawancara. Wawancara dilakukan
sekali per orang dan dilakukan selama pertanyaan dari pewawancara sudah
selesai dijawab oleh narasumber. Tujuan peneliti melakukan wawancara
adalah agar mendapatkan informasi lebih mendetail mengenai kesejahteraan
keluarga pekerja migran perempuan di Desa Wantisari Kecamatan
Leuwidamar Kabupaten Lebak-Banten. (Lihat lampiran 2.1 Kisi-kisi
instrumen wawancara).
3. Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data
kualitatf dengan melihat atau menganalisis dokumen yang dibuat oleh
subjek sendiri atau orang lain tentang subjek. Studi dokumentasi
merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan
gambaran dari sudut pandang subjek melalui media tertulis dan dokumen
116 Idrus. Metode Penelitian Ilmu Sosial pendekatan Kualitatif dan kuantitatif, hlm. 104
35
lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan
(Herdiansyah, 2009)117 Dokumentasi ini juga digunakan untuk
mengumpulkan data-data yang berbentuk catatan berupa hasil wawancara,
dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian seperti kejadian
sehari-hari.118 Dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti adalah
menggunakan dokumen resmi yang terdiri dari dokumen eksternal.
Dokumen eksternal yang peneliti ambil yaitu berupa naskah publikasi
yang diterbitkan oleh lembaga pemerintah yaitu Badan Pusat Statistik
Kabupaten Lebak. (Lihat lampiran 4. Dokumentasi)
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data adalah suatu proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian
sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis sesuai dengan
yang disarankan oleh data.119 Teknik analisis data merupakan cara
menganalisis data-data penelitian, termasuk alat-alat statistik yang relevan
yang digunakan dalam penelitian.120 Analisis data dimulai dengan pengolahan
data mentah, membuat data ringkasan berdasarkan data hasil pengumpulan
data, pengolahan data juga berarti pemberian skor, pengelompokkan,
perhitungan dan sebagainya mengenai data yang kita miliki, yang kita peroleh
dari tahap pengumpulan data.121 Dalam penelitian ini analisis data dilakukan
secara berkesinambungan dari awal sampai akhir penelitian, baik di lapangan
maupun diluar lapangan dengan mempergunakan teknik seperti yang
dikemukakan oleh miles dan Huberman. Terdapat empat tahapan dalam model
analisis data menurut Miles dan Huberman, diantaranya adalah:
1. Pengumpulan data
Dalam proses analisis data interaktif ini kegiatan yang pertama
dilakukan adalah mengumpulkan data, pada tahap ini peneliti melakukan
117 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, hlm. 143 118 Ibid. 119 Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 161 120 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi Tesis, Desertasi dan Karya Ilmiah,
hlm. 163 121 Pedoman Penulisan Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, hlm. 67.
36
proses pengumpulan data dengan menggunakan teknik pengumpulan data
yang telah ditentukan sejak awal, Proses pengumpulan data tersebut
melibatkan informan, aktifitas, latar atau konteks terjadinya perisitiwa.122
Adapun proses pengambilan data, dilakukan dengan cara participant
observation (pengamatan terlibat), yaitu peneliti meilbatkan dalam
kegiatan individu yang ditelitinya, tanpa mengganggu kegiatan keseharian
individu yang diteliti.
2. Reduksi data
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakkan, dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan, reduksi data
berlangsung terus-menerus sejalan penelitian berlangsung.123 Mereduksi
data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.124 Inti dari reduksi data
adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang
diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang akan dianalisis, hasil
dari wawancara, hasil observasi, dan hasil studi dokumentasi diubah
menjadi bentuk tulisan (script) sesuai dengan formatnya masing-masing.
Hasil dari rekaman wawancara akan diformat menjadi bentuk verbatim
wawancara.125 Kegiatan reduksi data menjadi sangat penting karena yang
bersangkutan dapat mulai memilah dan memilih data mana dan data dari
siapa yang harus lebih dipertajam, selanjutnya, data tersebut dapat
dimasukkan dalam kelompok tertentu sehingga menjadi jembatan bagi
dirinya untuk membuat tema-tema dalam laporan penelitiannya.126
3. Penyajian data
Setelah semua data telah diformat berdasarkan instrumen pengumpul
data dan telah berbentuk tulisan (script), langkah selanjutnya adalah
122 Idrus. Metode Penelitian Ilmu Sosial pendekatan Kualitatif dan kuantitatif, hlm. 148 123 Ibid., hlm. 150 124 Sugiyono, Memahami penelitian kualitatif , hlm. 92 125 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial hlm. 165 126 Idrus. Metode Penelitian Ilmu Sosial pendekatan Kualitatif dan kuantitatif, hlm. 151
37
melakukan display data.127 Proses penyajian data ini mengungkapkan
secara keseluruhan dari sekelompok data yang diperoleh agar mudah
dibaca dan dipahami, yang paling sering digunakan untuk penyajian data
dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.128
Setelah mencermati penyajian data ini, peneliti akan lebih mudah
memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan, artinya
apakah peneliti meneruskan analisisnya atau mencoba untuk mengambil
sebuah tindakan dengan memperdalam temuan tersebut.129
4. Penarikan Kesimpulan
Tahap akhir dalam analisis data kualitatif ialah penarikan kesimpulan
dan verifikasi, Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat
yang mendukung pada tahap-tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi,
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel.130
F. Pemeriksaan Keabsahan Data
Menurut Sugiyono, untuk menetapkan keabsahan data hal-hal yang perlu
dilakukan diantaranya meliputi uji credibility, transferability, dependability,
dan confirmability (obyektifitas) diperlukan teknik pemeriksaan, yang
didasarkan atas sejumlah penelitian tertentu.131
1. Uji Kredibilitas (credibility)
Data-data yang dikumpulkan diperiksa berdasarkan kelengkapan
data yang diperoleh dari berbagai sumber.132 Terdapat beberapa kegiatan
yang dilakukan untuk meningkatkan kredibilitas yaitu: memperpanjang
127 Ibid., hlm. 176 128 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuanititatif, Kualitatif dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2008) cet.6, hlm.341. 129 Idrus, Op. cit, hlm. 151 130 Sugiyono, Op. Cit, hlm. 97 131 Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 173 132 P. Ratu Ille Tokan. Manajemen Penelitian Guru. (Jakarta: PT. Grasindo, 2016), hlm.
377
38
waktu penelitian, observasi detail yang terus menerus, triangulasi atau
pengecekan data dengan berbagai sumber sebagai pembanding terhadap
data tersebut, mengekspos hasil sementara atau akhir yang diperoleh
dalam bentuk diskusi analitis dengan rekan sejawat, kajian kasus negatif
dengan mengumpulkan kasus yang tidak sesuai dengan pola yang ada
sebagai pembanding, membandingkan dengan hasil penelitian lain, dan
pengecekan data, penafsiran dan kesimpulan dengan sesama anggota
penelitian.133 Peneliti melakukan observasi di tempat tinggal keluarga
pekerja migran perempuan yaitu di Desa Wantisari Kecamatan
Leuwidamar Kabupaten Lebak-Banten dan melakukan wawancara
dengan partisipan yang sudah ditetapkan untuk memperoleh data yang
bisa dipercaya terkait dengan penelitian.
2. Keteralihan (transferability)
Keteralihan data diperiksa dari sumber data yang berkembang di
lapangan dengan menggunakan kertas kerja.134 Kemudian dapat tidaknya
hasil penelitian ini ditransfer atau dialihkan atau tepatnya diterapkan pada
situasi yang lain.135
3. Kebergantungan (dependability)
Yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti
dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep–
konsep ketika interpretasi untuk menarik kesimpulan.136
4. Kepastian (confirmability)
Yaitu dapat tidaknya hasil penelitian dibuktikan kebenarannya
dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan
dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan
membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak
133 Aunu rofiq djaelani, jurnal. Teknik Pengumpulan data dalam Penelitian Kualitatif Vol
: XX, No. 21, Maret 2013 hlm. 90 134 Ibid., h. 377 135 Ibid. 136 Ibid.
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini, peneliti akan membahas hasil wawancara mendalam
dengan narasumber yang peneliti sebut partisipan. Data yang diperoleh dalam
penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari
wawancara yang telah dilakukan, sementara untuk data sekunder diperoleh
dari observasi lapangan dan dokumentasi. Partisipan dalam penelitian ini
terdiri atas mantan pekerja migran perempuan, anggota keluarga pekerja
migran perempuan, dan perangkat desa setempat. Observasi di lakukan di
Desa Wantisari, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak Provinsi Banten
selama 5 hari.
Dari data dan pembahasan, pembaca dapat mengetahui bagaimana
kondisi kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan di Desa Wantisari,
Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak Provinsi Banten.
B. Gambaran Umum Desa Wantisari
Desa Wantisari merupakan salah satu desa dari dua belas desa yang
terdapat di Kecamatan Leuwidamar, dengan luas desa sebesar ± 663 ha, yang
sebagian besar lahannya merupakan ladang, kebun, dan persawahan. Karena
berbagai alasan, segala urusan pemerintahan dan administrasi Desa Wantisari
dipimpin oleh pelaksana tugas Hj. Siti Masyitoh sejak tahun 2017. Jumlah
penduduk desa sebanyak 3.859 jiwa, dengan jumlah rumah tangga sebanyak
1.132 keluarga, sedangkan untuk besaran jumlah penduduk berdasarkan jenis
kelamin yaitu 1.927 jiwa untuk laki-laki, dan 1.932 untuk perempuan. Jumlah
keluarga berdasarkan tingkat kesejahteraan pada desa tersebut di antaranya
adalah: 1) keluarga pra-sejahtera sebanyak 480 rumah tangga, 2) keluarga
sejahtera 1 sebanyak 293 rumah tangga, 3) keluarga sejahtera 2 sebanyak 229
41
rumah tangga, dan 4) keluarga sejahtera 3 sebanyak 130 rumah tangga.
Karena jumlah ladang dan sawah yang luas, mayoritas penduduk desa
berprofesi sebagai petani, disusul oleh buruh tani, pedagang, dan lain-lain.
Berdasarkan data tahun 2017, jumlah pekerja migran Indonesia yang berasal
dari Desa Wantisari berjumlah 17 jiwa untuk laki-laki, dan 42 jiwa untuk
perempuan, untuk negara tujuan bekerja, keseluruhan pekerja migran tersebut
memilih negara Arab Saudi. Keadaan fasilitas umum di desa wantisari
terbilang cukup baik. Pada bidang pendidikan, Desa Wantisari memiliki 1
taman kanak-kanak (TK), 1 sekolah dasar (SD) dan 2 madrasah ibtida’iyah
(MI), 1 madrasah tsanawiyah (MTs), dan 1 madrasah aliyah (MA). Sementara
untuk kesehatan, Desa Wantisari memiliki 1 bidan praktik dan 5 tenaga
kesehatan tradisional (paraji). Pada bidang keagamaan, terdapat 5 masjid dan
6 mushola/langgar yang tersedia.
C. Informasi Partisipan
Sebanyak sembilan orang partisipan yang menjadi sumber informasi
bagi penelitian ini, para partisipan tersebut terdiri dari empat mantan pekerja
migran perempuan, empat anggota keluarga pekerja migran perempuan, dan
satu perangkat desa pada lokasi penelitian. Informasi lebih rinci akan
dijelaskan pada paragraf di bawah ini:
Informan A adalah ibu rumah tangga sekaligus mantan pekerja migran
perempuan, berusia 48 tahun. Negara tujuan untuk bekerja yaitu Arab Saudi
dengan masa kerja selama 10 tahun dan penghasilan sebesar Rp. 2.000.000
perbulan. Remitan yang dikirim pada keluarga tiap bulannya sebesar Rp.
2.000.000.
Informan J adalah ibu rumah tangga sekaligus mantan pekerja migran
perempuan, berusia 52 tahun. Negara tujuan untuk bekerja yaitu Arab Saudi
dengan masa kerja selama 20 tahun dan penghasilan Rp. 3.700.000 perbulan.
Remitan yang dikirim pada keluarga berjumlah Rp. 1.500.000 per tiga bulan.
Informan R adalah ibu rumah tangga sekaligus mantan pekerja migran
perempuan, berusia 41 tahun. Negara tujuan untuk bekerja yaitu Arab Saudi
dan Bahrain dengan masa kerja selama 7 tahun dan penghasilan Rp. 3.000.000
42
Perbulan. Remitan yang dikirim pada keluarga berjumlah Rp. 2.500.000 tiap
bulannya.
Informan SM adalah ibu rumah tangga sekaligus mantan pekerja migran
perempuan, berusia 49 tahun. Negara tujuan untuk bekerja yaitu Arab Saudi
dengan masa kerja selama 6 tahun dan penghasilan Rp. 3.000.000 Perbulan.
Remitan yang dikirim pada keluarga berjumlah Rp. 3.000.000 tiap bulannya.
Informan AA adalah anggota keluarga pekerja migran perempuan yang
berusia 17 tahun, berjenis kelamin perempuan, hubungan dengan pekerja
migran tersebut adalah ibu dan anak. Sang ibu bekerja sejak tahun 2009, dan
memiliki penghasilan sebesar Rp. 2.500.000 yang dikirim per 6 bulan sebesar
Rp. 15.000.000.
Informan PA adalah anggota keluarga pekerja migran perempuan yang
berusia 23 tahun, berjenis kelamin perempuan, hubungan dengan pekerja
migran tersebut adalah ibu dan anak. Sang ibu bekerja sejak tahun 1998, dan
memiliki penghasilan sebesar Rp. 5.000.000 yang dikirim tiap bulan sebesar
Rp. 5.000.000.
Informan FA anggota keluarga pekerja migran perempuan yang berusia
21 tahun, berjenis kelamin laki-laki, hubungan dengan pekerja migran tersebut
adalah ibu dan anak. Sang ibu bekerja sejak tahun 2011, dan memiliki
penghasilan sebesar Rp. 3.000.000 yang dikirim tiap bulan sebesar Rp.
3.000.000.
Informan MA adalah anggota keluarga pekerja migran perempuan yang
berusia 25 tahun, berjenis kelamin perempuan, hubungan dengan pekerja
migran tersebut adalah ibu dan anak. Sang ibu bekerja sejak tahun 1997, dan
memiliki penghasilan sebesar Rp. 3.000.000 yang dikirim per tiga bulan
sebesar Rp. 1.500.000.
Informan OA adalah perangkat desa dengan jabatan sebagai kepala seksi
ekonomi dan pembangunan (ekbang), dan kesejahteraan rakyat (kesra). yang
berusia 48 tahun, berjenis kelamin laki-laki. Bekerja sebagai perangkat desa
sejak tahun 2014 (5 tahun). Di pilihnya OA menjadi informan karena tugas
43
dan fungsi dari jabatan yang beliau emban sesuai dengan pertanyaan yang
hendak diajukan.
D. Paparan Data Hasil Penelitian
Pada hasil penelitian ini, peneliti akan memaparkan data dan hasil
penelitian terkait dengan permasalahan yang dirumuskan, yaitu menjelaskan
bagaimana kondisi kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan di Desa
Wantisari Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak-Banten.
Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan jawaban partisipan pada saat
diwawancarai, catatan hasil pengamatan serta dokumentasi yang didapat dari
observasi dan mendisikusikan data tersebut dengan teori dan kajian pustaka
yang menjelaskan tentang bagaimana kondisi kesejahteraan keluarga pekerja
migran perempuan di Desa Wantisari. Pada instrumen wawancara terdapat 18
pertanyaan untuk mantan pekerja migran perempuan, dengan rincian 3
pertanyaan identitas dan 15 pertanyaan eksplorasi, 20 pertanyaan untuk
anggota keluarga pekerja migran perempuan dengan rincian 4 pertanyaan
identitas dan 16 pertanyaan eksplorasi, dan 18 pertanyaan untuk perangkat
desa, dengan rincian 3 pertanyaan identitas dan 15 pertanyaan eksplorasi.
Langkah pengumpulan data diawali dengan membuat panduan wawancara dan
observasi, selanjutnya peneliti mewawancarai para partisipan, kegiatan ini
berlangsung selama lima hari, kemudian hasil wawancara yang dilakukan
dirubah ke dalam bentuk transkrip, observasi di lakukan di tempat tinggal
keluarga pekerja migran perempuan di Desa Wantisari, Kecamatan
Leuwidamar, Kabupaten Lebak Provinsi Banten selama 5 hari. Selanjutnya
peneliti melakukan reduksi data, menyajikan, dan menyimpulkan data dari
hasil transkrip tersebut, kemudian dilanjutkan dengan pemaparan deskriptif
atas pertanyaan dalam rumusan penelitian, jawaban atas rumusan masalah
tersebut kemudian menjadi hasil penelitian.
Peneliti membagi pembahasan menjadi enam bagian, sesuai dengan tema
yang muncul dari data hasil wawancara, yaitu; Kesejahteraan keluarga pekerja
migran perempuan sebelumnya berada dalam kategori kurang mampu;
44
Kondisi kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan menjadi lebih baik
setelah bekerja ke luar negeri; Kesejahteraan keluarga pekerja migran
perempuan mengalami perbaikan pada bidang ekonomi; Kesejahteraan
keluarga pekerja migran perempuan mengalami perbaikan pada bidang
pendidikan; Kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan lebih baik
daripada keluarga yang anggotanya tidak berprofesi sebagai pekerja migran;
Kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan akan mengalami
penurunan apabila berhenti dari profesi tersebut.
1. Kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan sebelumnya
berada dalam kategori kurang mampu
Survei dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak menjelaskan
bahwa mayoritas keluarga di Desa Wantisari termasuk dalam kategori pra-
sejahtera/miskin138. Hal ini disebabkan karena mayoritas mata pencaharian
penduduknya sebagai petani ataupun buruh tani. Kondisi serba kekurangan
tersebut menjadikan para perempuan di desa memilih untuk bekerja ke
luar negeri. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh A dan SM sebagai
berikut:
“Sebelum bekerja keluar negeri ya kekurangan lah, dalam ekonomi misalnya,
dalam segala bidang kekurangan sih, makanya saya sampai ke Arab saudi”.
[A/CW 1]
“Dulu itu keluarga sangat kekurangan, buat makan aja susah, apalagi buat sekolah
gitu, gaada biayanya.” [SM/ CW 4)
Sulitnya mencari pekerjaan di dalam negeri juga menjadi alasan
untuk bekerja ke luar negeri, seperti yang diungkapkan oleh J, R, MA dan
FA sebagai berikut:
“Sebelum bekerja keluar negeri ya di bawah garis kemiskinan. Saya mencari
pekerjaan disini gak dapet-dapet, susah, paling juga dapet pekerjaan ibu rumah
tangga yang jaman dulu sangat kecil nggak bisa membiayai keluarga”. [J/CW 2]
138 Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak, Kecamatan Leuwidamar Dalam Angka, BPS
Lebak, Lebak: 2018, hlm. 32
45
“Mmm.. sebelum ke luar negeri begitulah, kurang baik, rumah aja bilik, terus gak
ada WC juga, terus di rumah gaada yang kerja, paling kerja serabutan doang”. [R/
CW 3]
“Sebelum kerja ke luar negeri, ekonomi di rumah tuh kurang banget, orang tua
udah cerai, saya dan kakak saya tinggal sama ibu, sementara ibu saya pekerjaannya
cuma jualan-jualan gitu, jadi ya paling cukup buat makan”. [MA/CW 8]
“Ibu saya itu single parent, bapak saya udah meninggal dari saya kecil, jadi
dirumah itu ekonominya kurang, alhamdulillah dulu ibu saya buka warung kecil-
kecilan, jadi buat pemasukan sehari-hari dari situ, tapi karena ibu saya mau anak-
anaknya untuk sekolah tinggi, jadi ya beliau memutuskan untuk pergi Arab Saudi,
Karena kalau mengandalkan dari warung saja, sepertinya saya dan saudara-saudara
saya hanya bisa sekolah sampai lulus SMP”. [FA/ CW 6]
Kondisi kesejahteraan keluarga pada lokasi penelitian umumnya
terbilang kurang, hal ini juga dijelaskan oleh OA, yaitu perangkat desa
setempat, ia menjelaskan bahwa:
“Sebenernya kalau ngitung tolak ukur itu (seperti yang disebutkan di atas) udah di
kategorikan sejahtera, tapi kalau kenyataan realita di lapangan itu belum, mungkin
untuk perbandingannya antar keluarga sejahtera dengan yang tidak sejahtera
perbandingannya 60:40 seperti itu. Sebenernya kalau ngeliat dari laporan emang
sih kalau desa Wantisari dari 12 desa di kecamatan itu kategori desa udah desa
kota, dengan tingkat penduduk yang sejahtera, namun ketika masuk ke dalam, itu
tuh kalau kita telusuri ke dalam, semacam kadujangkung, cibogo, cicendo, itu
hampir masyarakatnya itu masih di bawah, di bawah kesejahteraan”. [OA/CW 9]
Hasil wawancara yang dapat peneliti simpulkan bahwa motif migrasi
para perempuan ke luar negeri umumnya adalah karena motif ekonomi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan untuk bekerja ke luar negeri
adalah karena minimnya ketersediaan lapangan pekerjaan, banyaknya
tanggungan anggota keluarga, dan keinginan untuk merubah nasib dan
menaikkan tingkat kesejahteraan, serta memfasilitasi anak dengan
pendidikan setinggi-tingginya agar mampu menaikkan derajat sosial
keluarga. Untuk kondisi kesejahteraan sendiri, berdasarkan wawancara
yang dilakukan diketahui keadaan rumah tangga sebelum memutuskan
bekerja ke luar negeri jauh dari baik. Status sebagian informan yang
merupakan orang tua tunggal menjadikan kondisi sandang dan papan
keluarga berada pada kategori rendah.
46
Kemiskinan dan ketidakmampuan untuk mendapatkan nafkah atau
menghasilkan produk yang cukup untuk mendukung seseorang atau
keluarganya, merupakan alasan utama di balik perpindahan pencari kerja
dari satu negara ke negara lain.139 Proses migrasi biasanya dipengaruhi
oleh berbagai faktor, migrasi karena kurangnya lapangan pekerjaan di
suatu daerah, migrasi karena kepadatan penduduk di daerah asal, sumber
daya alam yang kurang, keinginan memperbaiki taraf hidup, dan
melanjutkan pendidikan.140
2. Kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan menjadi lebih
baik setelah bekerja ke luar negeri
Setelah bekerja di luar negeri, para pekerja migran perempuan
maupun keluarganya merasakan kesejahteraan dalam keluarganya
meningkat dan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hal ini dapat terlihat
dari perubahan gaya hidup anggota keluarga pekerja migran perempuan
dan kemampuan untuk memperbaiki tempat tinggal yang sebelumnya
tidak mampu dilakukan saat masih bekerja sebagai ibu rumah tangga atau
petani serabutan. Setelah beberapa tahun bekerja ke luar negeri, para
pekerja migran tersebut sedikit demi sedikit mulai mampu meningkatkan
taraf kehidupannya, mereka merasa bahwa kehidupannya menjadi lebih
nyaman, damai dan tenteram. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
informan A sebagai berikut:
“Ya alhamdulillah setelah bekerja di Arab saudi tuh ada perubahan dalam rumah
tangga, nyaman, damai, tenteram, mencukupi ini rumah tangga.” [A/CW 1]
Umumnya, penghasilan yang didapatkan selama bekerja digunakan
untuk membiayai anak maupun orang tuanya, memperbaiki tempat
139 Inayah Hidayati, Pusat penelitian kependudukan LIPI, Kenapa orang bermigrasi,
diakses dari http://kependudukan.lipi.go.id/en/population-study/population-dynamics/50-kenapa-
orang-bermigrasi tanggal 21 juni 2019 jam 06:57 WIB 140 Desi lastati, Pusat Sumber Daya Buruh Migran, migrasi buruh migran, diakses dari
https://buruhmigran.or.id/2019/04/29/migrasi-buruh-migran/ pada tanggal 21 juni 2019 jam 06:50
WIB
47
tinggal, dan sisanya disimpan dalam bentuk tabungan. Seperti yang
diungkapkan oleh J, R, SM, AA, dan FA sebagai berikut:
“Ya alhamdulillah banyak perubahan, anak sekolah, orang tua terjamin, dibiayain,
bisa kebikin rumah, bisa punya tabungan”. [J/CW 2]
“Setelah kerja ke saudi ya alhamdulillah, jadi lebih baik, tiap bulan jadi ada
pendapatan tetap, terus bisa ngerenovasi rumah juga, tadinya rumah yang bilik kan
akhirnya bisa bikin yang pake tembok, terus bisa punya WC, terus anak juga bisa
kesekolahin. Yah, jadi lebih baik lah”. [R/CW 3]
“Alhamdulillah, setelah kita pergi ke Saudi keluarga jadi lebih baik, waktu dulu
kita masih kekurangan, nggak bisa membiayain anak, waktu ke luar negeri
alhamdulillah anak kebiayain dalam pendidikan. Dulu kita nggak bisa berbuat apa-
apa, karena kehimpitan ekonomi, setelah kita bekerja alhamdulillah kita bisa
mengubah nasib”. [SM/ CW 4]
“Sekarang jadi lebih enak, setelah ibu saya kerja ke luar negeri, jadi nggak
khawatir buat biaya sekolah lagi, makan juga, terus keinginan juga gampang
terpenuhi, yah lebih seneng sih”. [AA/CW 5]
“Dengan menjadi TKW ibu saya akhirnya berhasil menyekolahkan anak-anaknya
sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Alhamdulillah ekonomi mulai membaik dari
sebelumnya, kami bisa makan daging dan susu, sekarang sedang merenovasi
rumah juga”. [FA/ CW 7]
Namun demikian, dari begitu banyaknya dampak positif yang
didapat dari keputusan untuk bekerja di luar negeri, Informan MA
mengungkapkan rasa “keberatan” atas keputusan sang ibu, ia juga
menjelaskan bahwa terdapat dampak negatif yang dialami khususnya bagi
anak yang ditinggalkan. Seperti yang diungkapkan berikut:
“Sebenarnya di satu sisi kayak saya nggak setuju ya (soal ibu bekerja ke luar
negeri), soalnya mungkin kita nggak tau yah, kondisi di luar Indonesia tuh kayak
gimana, segalanya, kulturnya, budayanya pasti beda. Cuma disisi lain kalo diliat
lagi saat itu kan kayakna kesempatan kerja di indonesia teh sedikit, lapangan
kerjana sedikit, terus akhirnya lebih milih ke luar negeri dengan gaji yang lebih
banyak dari pada di Indonesia”. [MA/CW 8]
48
“Untuk kehidupannya emang jadi lebih baik sih, lebih sejahtera dibanding
sebelumnya, cuma dari sisi psikologis anaknya menurut saya jadi kurang”.
[MA/CW 8]
Hasil observasi yang peneliti lakukan di kediaman partisipan
memperlihatkan bahwa kesejahteraan dalam rumah tangga mengalami
perbaikan setelah bekerja ke luar negeri, hal ini terlihat dari kemampuan
para keluarga pekerja migran perempuan yang mulai memperbaiki tempat
tinggal. Selain memperbaiki tempat tinggal, alat-alat rumah tangga pun
mulai diganti atau ditambah dengan yang baru. Hal ini dapat terlihat pada
gambar 4.1 berikut:
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.1
Perubahan Peralatan Rumah Tangga partisipan MA
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.2
Tempat tinggal partisipan A hasil dari bekerja sebagai pekerja
migran perempuan
furniture sebelum
Furniture sesudah
49
Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, peneliti
menyimpulkan bahwa kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan
dan keluarga mantan pekerja migran perempuan menjadi lebih baik setelah
bekerja ke luar negeri. Berbagai pencapaian yang diperoleh di antaranya
adalah kemampuan untuk membiayai hidup anggota keluarga di dalam
negeri, kemampuan untuk memperbaiki tempat tinggal, kemampuan untuk
membiayai pendidikan anak, kemampuan untuk menabung pendapatan
selama bekerja, dan kemampuan untuk membuka usaha. Namun begitu,
terdapat dampak negatif atas keputusan untuk bekerja di luar negeri, yaitu
pada psikologis keluarga yang ditinggalkan khususnya anak.
Mereka yang memilih bekerja ke luar negeri ketika sudah melakukan
migrasi bisa turut mengangkat ekonomi keluarga melalui uang yang
dikirimkan tiap bulannya, keluarga yang dulunya masuk dalam daftar
kurang mampu dan menggantungkan hidupnya dengan bantuan
pemerintah, bisa berlepas diri sehingga bantuan untuk keluarga tersebut
bisa dialihkan untuk keluarga yang lain.141 Umumnya, beberapa perubahan
yang terjadi pada keluarga pekerja migran perempuan setelah bekerja ke
luar negeri di antaranya adalah: perbaikan kondisi ekonomi keluarga,
menambah pengalaman baik untuk buruh migran sendiri maupun untuk
orang lain, dan memberikan fasilitas yang memadai untuk keluarga.142
141 Desi lastati, pusat sumber daya buruh migran, migrasi buruh migran, diakses dari
https://buruhmigran.or.id/2019/04/29/migrasi-buruh-migran/ pada tanggal 21 juni 2019 jam 06:50
WIB 142 Babun Ni’matur Rohmah, Riska Ayu Purnama Sari, Tingkat Perubahan
Kesejahteraan Ekonomi Keluarga Buruh Migran Di Desa Panggungrejo Gondanglegi Malang,
Jurnal Penelitian Ilmiah Intaj (2017) 1 hlm. 147)
50
3. Kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan mengalami
perbaikan pada bidang ekonomi
Peningkatan kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan
paling terasa perubahannya dalam sektor ekonomi. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, bahwa dengan para perempuan tersebut memilih
bekerja ke luar negeri, terdapat berbagai dampak yang dihasilkan, di
antaranya adalah peningkatan penghasilan, memiliki kemampuan untuk
membiayai keluarga yang ditinggalkan, mampu membawa orang tua
berobat, dan memperbaiki tempat tinggal.
Informasi tersebut didapatkan peneliti berdasarkan wawancara yang
dilakukan dengan partisipan sebagaimana yang dikemukakan oleh
Informan A, PA, AA, SM, dan J sebagai berikut:
“Setelah bekerja di arab saudi ya alhamdulillah penghasilan meningkat otomatis,
anak dan orang tua pun jadi bisa kebiayain, anak saya bisa sekolah sampe S1, terus
orang tua juga bisa berobat, terus rumah saya bisa di renovasi”. [A/CW 1]
“Yang paling terasa perubahannya dalam bidang ekonomi sih... soalnya keliatan
gitu hasilnya, kayak bisa membuat rumah, punya kendaraan, ya kayak gitu-gitu
lah.” [PA/CW 6]
“Ada. Perubahannya hmm contohnya kayak rumah yang tadinya bambu/bilik
sekarang tembok alhamdulillah.” [AA/CW 5]
“Kalau dulu semua serba kekurangan, alhamdulillah setelah kita bekerja ke Saudi
ada peningkatan ekonomi.” [SM/CW 4]
“Kesejahteraannya jadi meningkat, jelas, karena penghasilannya besar, jadi lebih
bahagia sekarang, rumah udah rapi,anak kesekolahin, punya tabungan juga.”
[J/CW 2]
Selain hal-hal yang disebutkan diatas, peningkatan kesejahteraan
pada bidang ekonomi juga terlihat dari kepemilikan tabungan dan sawah
yang didapatkan dari hasil bekerja ke luar negeri seperti yang diungkapkan
oleh informan R sebagai berikut:
“Sebelum ke arab saudi kan kurang baik, setelah bekerja ya alhamdulillah
ekonominya lebih meningkat, rumah udah di renovasi, punya simpenan juga,
kebeli sawah, anak lagi sekolah, yah tercukupi lah.” [R/CW 3]
51
Dari hasil wawancara tersebut, terlihat jelas perubahan yang terjadi
khususnya pada bidang ekonomi pada keluarga pekerja migran
perempuan. Kemampuan untuk memperbaiki tempat tinggal, membiayai
kehidupan keluarga, kemampuan untuk membeli kendaraan dan sawah,
serta mampu menyisihkan sebagian penghasilan untuk ditabung
merupakan hasil dari peningkatan penghasilan yang diperoleh para pekerja
migran perempuan dan dikelola oleh keluarga di dalam negeri. Selain hal
tersebut di atas, dampak psikologis yang dirasakan seperti perasaan
bahagia juga menggambarkan betapa besarnya peningkatan kesejahteraan
yang terjadi dalam keluarga setelah bekerja ke luar negeri.
Hasil observasi yang dilakukan peneliti pada tempat tinggal para
partisipan menunjukkan bahwa perubahan paling signifikan pada
keputusan untuk bermigrasi ke luar negeri terlihat pada bidang ekonomi, di
mana para keluarga pekerja migran perempuan mulai mengalami
peningkatan pendapatan. Ketika pendapatan meningkat, maka daya beli
pun ikut mengalami peningkatan, keluarga pekerja migran perempuan ini
mulai mengalokasikan uang remitan yang dikirimkan untuk merenovasi
rumah dan membeli peralatan rumah tangga lainnya. Pada tempat tinggal
para partisipan yang diteliti, terdapat beberapa alat rumah tangga yang
bersifat sekunder maupun tersier yang mengisi bagian-bagian rumah
seperti kendaraan pribadi, mesin cuci, kulkas,dan Air Conditioner (AC),.
Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.3 hingga 4.6
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.3
Usaha Partisipan SM setelah bekerja di luar negeri
52
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.4
Barang-barang sekunder yang terdapat pada tempat tinggal PA
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.5
Barang-barang sekunder yang terdapat pada tempat tinggal
AA
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.6
Barang-barang sekunder yang terdapat pada tempat tinggal MA
53
Pengiriman pendapatan TKI memiliki banyak dampak, di antaranya
dapat dijadikan modal bagi pembiayaan pendidikan anak-anak dan sanak
saudara serta memperbaiki ekonomi keluarga sehingga kebutuhan keluarga
dapat tercukupi, memperbaiki rumah dan membeli ladang persawahan,
serta memberikan sumbangan bagi pembangunan desa.143 Dampak migrasi
perempuan ke luar negeri lainnya yaitu kepemilikan barang sekunder dan
tersier mulai dari sepeda motor sampai dengan tempat tinggal yang
bagus, lengkap dengan segala alat rumah tangga yang serba elektronik
seperti televisi, kulkas, mesin cuci, mesin jahit, peralatan
memasak dan lain-lain.144
4. Kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan mengalami
perbaikan pada bidang pendidikan
Selain pada bidang ekonomi, perbaikan yang paling terasa lainnya
adalah pada bidang pendidikan. Hal ini dikarenakan para mantan pekerja
migran perempuan, maupun yang saat ini masih berstatus sebagai pekerja
migran perempuan menyadari betul seberapa pentingnya pendidikan bagi
kehidupan dan masa depan. Pendidikan yang di dapat oleh anggota
keluarga pekerja migran perempuan, dalam hal ini sang anak, dianggap
dapat menjadi bekal bagi mereka di masa depan agar mampu memiliki
profesi yang lebih baik dibanding para orang tuanya. Selain itu, sulitnya
mendapatkan pendidikan pada jaman dulu membuat perempuan-
perempuan tersebut berupaya keras untuk mampu memenuhi semua
kebutuhan pendidikan bagi sang anak agar tidak merasakan seperti yang
para orang tuanya rasakan.
Sebanyak tujuh partisipan menyatakan bahwa remitan yang
dikirimkan setiap tahunnya dialokasikan pada pendidikan. Informasi dari
143 Nita Sokhifatul Awalia, Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pengiriman Pendapatan
Tenaga Kerja Indonesia Ke Keluarga Di Kabupaten Kendal, Economics Development Analysis
Journal EDAJ 3 (1), tahun 2014, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang hlm. 102, 144 Khusnatul Zulfa wafirotin, Dampak Migrasi Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi
Keluarga TKI Di Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo, Jurnal Ekuilibrium, Volume 11,
Nomor 2, Maret 2013, Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Ponorogo hlm. 29
54
beberapa mantan pekerja migran perempuan menyebutkan bahwa dengan
melakukan migrasi ke luar negeri, mereka mampu membiayai pendidikan
anak sampai ke perguruan tinggi. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh A,
J, dan SM sebagai berikut:
“Setelah bekerja di arab saudi, ya alhamdulillah bisa menyekolahkan anak sampai
S1, bisa kebikin rumah itulah karena kalau disini kan darimana istilahnya nggak
punya pekerjaan sedangkan saya ini tulang punggung keluarga sebatang kara
(sudah bercerai).” [A/CW 1]
“Ya jelas meningkat, alhamdulillah seperti pendidikan, bisa mendidik anak
berhasil sampe lulus sekolah, sampe jadi sarjana.” [J/CW 2]
“Alhamdulillah, dalam pendidikan semenjak kita ke luar negeri, bekerja sebagai
TKI, anak saya bisa berpendidikan, melanjutkan ke fakultas (universitas).”
[SM/CW 4]
Pernyataan di atas juga ditambahkan oleh anggota keluarga pekerja
migran perempuan bahwa peningkatan pendapatan yang dihasilkan selama
bekerja di luar negeri berbanding lurus dengan perbaikan pendidikan bagi
anggota keluarga yang lain. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh AA,
PA, FA, dan MA sebagai berikut:
“Pendidikan di rumah baik cukup baik yah.. untuk tingkatannya, kebetulan kakak
saya lulus dari SMK, saya sendiri SMA.” [AA/CW 5]
“Tingkat pendidikan anggota keluarga baik, kalau saya sendiri jenjang pendidikan
D3 kebidanan, kalau adik saya masih SMA.” [PA/CW 6]
“Untuk pendidikan dirumah cukup baik menurut saya, kakak saya lulusan S1, saya
lulusan SMA, dan adik saya lulusan SD.” [FA/CW 7]
“Tingkat pendidikan keluarga bervariasi, ada yang S1, SMP, SMA. Ini untuk
keluarga besar ya. Kalau untuk keluarga inti ya sudah cukup baik lah, kakak saya
lulus SMA, saya S1.” [MA/ CW 8]
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, dapat
peneliti simpulkan bahwa kondisi pendidikan tiap anggota keluarga
menjadi lebih baik. Pernyataan yang dikemukakan oleh beberapa informan
menjelaskan bahwa tingkat pendidikan anggota keluarganya menjadi lebih
55
baik dan jenjang pendidikan beragam, kemudian bagi mantan pekerja
migran perempuan, mereka mampu untuk menyekolahkan anak hingga ke
jenjang perguruan tinggi. Hasil observasi terhadap perbaikan pada bidang
pendidikan keluarga pekerja migran perempuan menunjukkan bahwa
setelah bekerja ke luar negeri, anak-anak dari pekerja migran perempuan
tersebut mampu menyelesaikan sekolah hingga ke perguruan tinggi atau
sedang melanjutkan pendidikan saat ini. Terjadi peningkatan signifikan
pada bidang pendidikan, terutama pada keluarga pekerja migran
perempuan yang menyadari bahwa pendidikan sangat penting bagi masa
depan. Perbaikan tingkat pendidikan pada keluarga pekerja migran
perempuan dibuktikan melalui gambar 4.7 dan 4.8
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.7
Informan AA menunjukkan jenjang pendidikan yang ditempuh saat
ini
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.8
Informan PA menunjukkan jenjang pendidikan yang telah
selesai ditempuh
56
Investasi dalam bentuk pendidikan merupakan salah satu jenis
investasi yang menguntungkan di masa depan dan memberikan manfaat
ekonomis maupun non ekonomis. Menurut teori Human Capital, investasi
dalam bidang ini menjadikan sumber daya manusia lebih meningkat dalam
manfaat ekonomis seperti tambahan pendapatan seseorang jika tingkat
pendidikannya lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pendidikan
seseorang yang lebih rendah. Sedangkan untuk manfaat secara non
ekonomis yang didapatkan dari pendidikan yaitu kondisi kerja yang lebih
baik, kepuasan kerja dan efisiensi konsumsi.145
Suyanto, dalam jurnalnya yang berjudul “Pemanfaatan Remitan
Ekonomi dan Ketergantungan Migran Kembali Bekerja di Luar Negeri”,
menjelaskan bahwa:
“Salah satu alasan utama para pekerja migran perempuan melakukan mobilitas ke
luar negeri adalah untuk membiayai pendidikan anak-anak. Mereka (para tenaga
kerja) umumnya menyadari bahwa dirinya tidak dapat sekolah karena alasan
ekonomi orang tua sehingga mereka harus berhenti sekolah karena orang tua tidak
dapat membiayai dan harus membantu orang tua mencukupi kebutuhan rumah
tangga. Merekapun menyadari karena pendidikan yang terlalu rendah sehingga
lapangan kerja yang dimasuki adalah pekerjaan kasar, seperti pembantu rumah
tangga atau buruh tani.”146
5. Kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan lebih baik
daripada keluarga yang anggotanya tidak berprofesi pekerja migran
Banyaknya bukti keberhasilan para pekerja migran Indonesia yang
bekerja ke luar negeri merupakan salah satu godaan bagi penduduk
terutama di daerah pedesaan. Keberhasilan memperbaiki rumah, membeli
kendaraan pribadi, bahkan sawah dan emas, merupakan salah satu faktor
145 Prof. Dr. Keppi Sukesi. MS dkk, Perubahan Perilaku Sosial Ekonomi dan Budaya
Perempuan Buruh Migran Indonesia (BMI) Purna, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya,
hlm. 2 146 Suyanto, Pemanfaatan Remitan Ekonomi dan Ketergantungan Migran Kembali
Bekerja di Luar Negeri, Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi Vol. 2 No. 1 : Desember
2018 hlm. 30-31, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang
57
pendorong penduduk daerah yang masih tinggal di dalam negeri juga
mengikuti jejak kerabat dan teman-teman untuk bekerja di luar negeri.
Selain itu, sulitnya mendapatkan pekerjaan dengan kemampuan calon
pekerja yang rendah juga merupakan faktor pendukung lain bagi para
perempuan tersebut untuk memilih bekerja ke luar negeri. Hal ini seperti
yang diungkapkan oleh A, J, R, SM, dan MA sebagai berikut:
“Alasan saya pengen kerja ke arab saudi itu tadinya karena disini gak bisa dapet
kehidupan layak, waktu masih menikah pun udah berangkat, biar bisa bantuin
ekonomi keluarga, karena saya punya cita-cita mau nyekolahin anak sampe sukses,
dan ya alhamdulillah, setelah kerja anak bisa sampe S1, bisa kebuat rumah juga.”
[A/CW 1]
“Saya kan tulang punggung, kalo saya cuma kerja jadi ibu rumah tangga, ya nggak
ada perubahan, makanya saya ke arab saudi, karena rata-rata orang yang kerja di
arab saudi pasti sukses, saya juga ngerasain sendiri.” [J/CW2]
“Karena saya merasakan sendiri, mmm dulu karena kurang mencukupi karena saya
nggak kerja ngeliat orang jadi TKW kayaknya enak, gaji gede, rumah pada bagus-
bagus, gitu lah.” [R/CW 3]
“Karena saya ingin bantu keluarga, jadi saya berangkatlah ke arab, karena kalau
disini mau kerja apa, pendidikan rendah, kemampuan gaada, jadi saya pilih kerja
ke saudi, karena gajinya lebih besar, otomatis saya bisa ngasih keluarga lebih
banyak, dan yah, memang kerasa sama saya, setelah bekerja ke saudi itu
kesejahteraan keluarga jadi lebih baik.” [SM/CW 4]
saya sendiri sih ngeliatnya kalau untuk keluarga dari TKW/TKI tuh kehidupannya
lebih baik di banding yang bukan. [MA/ CW 8]
Pernyataan di atas juga dibenarkan oleh OA, perangkat desa
setempat yang mengatakan:
“Alhamdulillah, biasanya tuh kalau orang udah berangkat jadi TKW taraf
hidupnya keangkat, jadi ada kenaikan. Kan ngitungnya kan, ketika dua keluarga
yang notabenenya sama, di bawah, istilahnya kurang sejahtera. Sehingga yang satu
berdomisili di kita yang satu jadi TKW, secara otomatis tuh yang jadi TKW yang
bisa keangkat kehidupannya.” [OA/ CW 9]
Mayoritas penduduk yang bekerja sebagai petani maupun buruh tani
menjadikan kesejahteraan di lokasi penelitian terbilang kurang baik, hal ini
juga dibenarkan oleh data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik
Kabupaten Lebak yang menjelaskan bahwa sebagian besar rumah tangga
di desa tersebut masuk ke dalam kategori pra-sejahtera dan keluarga
58
sejahtera tipe 1 (KS 1).147 Jadi, ketika salah satu anggota keluarga dari satu
rumah tangga memutuskan untuk bekerja ke luar negeri, maka kehidupan
yang dijalani akan menjadi lebih baik dibanding keluarga yang anggotanya
berprofesi sebagai petani, atau penduduk yang bekerja di dalam negeri.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti simpulkan bahwa
cerita-cerita tentang keberhasilan para pekerja migran Indonesia di luar
negeri menjadi faktor pendorong para penduduk di daerah pedesaan untuk
bekerja ke luar negeri, sulitnya pekerjaan di dalam negeri dan rendahnya
upah yang diterima menjadikan mereka memilih untuk bekerja di luar
negeri, karena selain upah tinggi yang dijanjikan, pekerjaan mereka yang
tidak membutuhkan skill khusus pun menjadi faktor pendukung lain atas
pengambilan keputusan para perempuan tersebut.
Sementara hasil observasi di lapangan setelah mendengarkan
pemaparan dari perangkat desa setempat, peneliti menyimpulkan bahwa
kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan lebih baik dibanding
keluarga yang profesi anggotanya sebagai petani, atau buruh tani.
Pendapatan dari bekerja migran lebih tinggi dibanding pendapatan bekerja
di desa, menjadikan kemampuan daya beli semakin meningkat,
peningkatan kemampuan daya beli tersebut terlihat dari tampilan rumah
para pekerja migran perempuan yang terbilang cukup bagus, termasuk
kepemilikan sejumlah tanah, sawah, dan usaha.
147 Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak, Kecamatan Leuwidamar Dalam Angka, BPS
Lebak, Lebak: 2018, hlm. 32
59
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.9
Perbandingan Tempat Tinggal keluarga pekerja migran perempuan
dengan keluarga yang bermata pencaharian bukan pekerja migran
Tuntutan ekonomi adalah motivasi utama yang mendorong pekerja
migran perempuan untuk bekerja ke luar negeri. Cerita-cerita kerabat atau
teman tentang pengalaman bekerja di luar negeri terutama mengenai apa
saja yang mereka kerjakan, juga apa saja yang mereka hasilkan dari gaji
yang mereka peroleh selama bekerja menjadi daya tarik tersendiri. Daya
pikat yang cukup kuat bagi perempuan untuk segera mengikuti jejak teman
dan tetangga, terbang ke luar negeri sebagai pekerja migran.148
Etik Eldayati dalam skripsinya yang berjudul “Pergeseran Peran
Dalam Keluarga TKW (Studi Kasus Di Desa Karanggayam Kecamatan
Lumbir Kabupaten Banyumas” menjelaskan bahwa:
“Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat desa yang lemah (miskin), tingkat
pendidikan yang rendah, dan penguasaan aset lahan/tanah pertanian memaksa
sebagian wanita terutama istri atau ibu bekerja di luar sektor pertanian sebagai
penghasilan tambahan guna meningkatkan pendapatan keluarga. Kaitannya
dengan istri atau ibu yang memilih bekerja menjadi TKW ke luar negeri pada
148 Organisasi Perburuhan Internasional, bergantung pada tali rapuh, Jakarta:
2006, Organisasi Perburuhan Internasional, hlm. 28-29
Tempat tinggal keluarga non pekerja
migran
Tempat tinggal keluarga pekerja
migran
60
umumnya didasari oleh kondisi ekonomi dan tingkat pendapatan keluarga yang
serba terbatas bahkan kekurangan.”149
6. Kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan akan mengalami
penurunan apabila berhenti dari profesi tersebut
Minimnya pengetahuan mengenai penggunaan uang sebagai modal
produktif juga menjadi salah satu kendala bagi keluarga pekerja migran
perempuan. Umumnya, remitan yang dikirimkan tiap bulan kepada
keluarga di daerah asal digunakan untuk membiayai kehidupan sehari-hari,
pendidikan anak, dan memperbaiki rumah. Beberapa dari mereka yang
mampu membeli kendaraan, sawah, maupun emas, juga tidak menjamin
bahwa kehidupannya akan tetap baik setelah anggota keluarga yang
berprofesi sebagai pekerja migran tersebut berhenti dari pekerjaannya. Hal
ini dikarenakan kurangnya kemampuan dalam mengelola penghasilan
yang didapatkan, walau tidak semua berakhir seperti ini, beberapa dari
mereka ada pula yang mengalokasikan penghasilannya sebagai modal
usaha seperti yang SM lakukan.
Setelah berhenti dari pekerjaannya, mayoritas para mantan pekerja
migran perempuan ini mengandalkan biaya kehidupannya dari anak yang
sudah bekerja, atau bekerja sebagai buruh serabutan. Walau begitu, biaya
yang diberikan masih dirasa kurang cukup seperti yang diungkapkan
sebagai berikut:
Kalau sekarang kan karena nggak punya penghasilan, jadi cuma bisa
mengandalkan dari anak, dan itu pun yah ngasihnya nggak seberapa karena
anaknya juga punya tanggungan yang lain. [A/CW 1]
Insya allah mau berangkat lagi, karena kan dirumah ngandelin untuk biaya sehari-
hari kan dari saya, terus kalau cuma kerja di sini paling kan saya dapet kerjaan jadi
buruh cuci atau petani serabutan, jadi rada menurun lah ekonominya saya
ngeliatnya, anak saya juga taun depan mau ngelanjutin kuliah, jadi harus sedia
uang. [R/CW 3]
Hal yang sama juga diungkapkan oleh para anggota keluarga pekerja
migran perempuan AA, PA, FA, dan MA:
149 Etik Eldayati, Pergeseran Peran Dalam Keluarga Tkw (Studi Kasus Di Desa
Karanggayam Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas), skripsi, Semarang: Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang, 2011, hlm. 37-38
61
Kalau mamanya berenti kerja ya menurun, soalnya kan nggak ada yang kerja lagi.
[AA/CW 5]
Dari kami bertiga untuk saat ini belum ada yang bekerja, jadi kalau ibu saya
berenti dari pekerjaanya, ekonomi keluarga kami akan menurun, mencari biaya
juga akan kesulitan. [FA/ CW 7]
Keuangannya rada sedikit menurun mungkin ya, karena biasanya pendapatan dari
dua orang terus jadi cuma satu, cuma ya kayaknya gak terlalu besar juga
menurunnya lah. [PA/ CW 6]
Agak sedikit terganggu pasti, soalnya selama beberapa tahun itu hanya
mengandalkan dari penghasilan dia jadi buruh migran di luar negeri, selebihnya
nggak ada. [MA/CW 8]
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.10
Informan J dan R yang saat ini berstatus sebagai ibu rumah tangga
sedang berkumpul dan bercakap-cakap
Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan, karena
mayoritas objek penelitian adalah anak dari ibu tunggal, maka saat sang
ibu berhenti dari pekerjaannya maka perekonomian keluarga jelas akan
menurun. Bagi mantan pekerja migran perempuan yang mengandalkan
biaya sehari-hari dari anaknya, maka pendapatan yang didapat lebih
sedikit saat mereka masih bekerja. Beberapa dari mereka karena tidak
mampu mengelola pendapatan selama bekerja maka saat para pekerja
migran tersebut kembali ke tempat asal mereka harus menjual sebagian
emas atau menggadaikan tanah demi kelangsungan hidup.
62
Hal ini serupa dengan yang diungkapkan oleh Suyanto dalam
tulisannya pada jurnal yang berjudul “Pemanfaatan Remitan Ekonomi dan
Ketergantungan Migran Kembali Bekerja di Luar Negeri” di mana ia
mengatakan bahwa:
Para mantan TKI semacam “ketagihan” untuk selalu bekerja di luar negeri. Hal ini
lebih disebabkan oleh pemanfaatan remitan yang cenderung untuk kebutuhan
konsumtif dan investasi. Karena hal itu, maka para mantan TKI ketika pulang ke
Indonesia sebagai sosok yang royal berbelanja dan gaya hidup yang berubah
daripada sebelum bekerja di luar negeri dan dalam waktu beberapa bulan di
Indonesia, sudah kehabisan uang. Dalam kondisi semacam ini, tidak ada pilihan
lain bagi mereka kecuali berangkat lagi sebagai TKI. Kondisi semacam ini terjadi
hampir berulang-ulang bagi sebagian besar mantan TKI.150
Jika remitansi menjadi sumber penghasilan utama atau satu-satunya
bagi keluarga pekerja migran, remitansi cenderung habis untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Bagi pekerja migran yang berasal dari latar
belakang ekonomi yang relatif cukup mapan, remitansi dapat dikumpulkan
untuk meningkatkan aset keluarga. Remitansi yang digunakan untuk
memenuhi berbagai kebutuhan hidup tanpa ada sumber penghasilan lain
biasanya akan habis dalam waktu 2-7 bulan. Setelah itu mereka harus
menjual kembali aset-aset yang dimiliki dan kembali pada keadaan semula
atau kembali bekerja ke luar negeri.151
150 Suyanto, Pemanfaatan Remitan Ekonomi dan Ketergantungan Migran Kembali
Bekerja di Luar Negeri, Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi Vol. 2 No. 1 : Desember
2018 hlm. 30-31, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang 151 Chitrawati Buchori dan Mia Amalia, Fact sheet : migration, remittance, and female
migrant workers (Lembaran Fakta Migrasi, Remitansi Dan Pekerja Migran Perempuan), The
World Bank Document and Report, 2004, hlm. 10-11
63
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang “Kesejahteraan Keluarga Pekerja
Migran Perempuan (Studi Kasus di Desa Wantisari Kecamatan Leuwidamar
Kabupaten Lebak-Banten)” dapat disimpulkan bahwa; Tingkat kesejahteraan
mayoritas keluarga di Desa Wantisari yang berada pada kategori pra-sejahtera
juga dialami oleh keluarga pekerja migran perempuan sebelum pergi bekerja
ke luar negeri. Salah satu keuntungan bekerja di luar negeri adalah jumlah
penghasilan yang lebih besar dibanding dengan saat bekerja di dalam negeri,
dengan penghasilan yang meningkat, maka taraf kehidupannya juga ikut
mengalami peningkatan. Perubahan yang paling terasa adalah pada bidang
ekonomi, hal ini dapat terlihat dari kemampuan para keluarga pekerja migran
perempuan untuk memperbaiki rumah, membeli peralatan rumah tangga yang
baru dan menyisihkan sebagian penghasilan yang di dapatkan untuk di tabung.
Para pekerja migran perempuan khususnya di Desa Wantisari, sangat peduli
terhadap pendidikan anak-anaknya, hal ini dapat terlihat dari tingkat
pendidikan anak-anak mereka yang mampu menyelesaikan hingga ke jenjang
Perguruan Tinggi. Perbedaan jumlah penghasilan di daerah dengan
penghasilan di luar negeri menjadikan mayoritas keluarga pekerja migran
perempuan memiliki kemampuan daya beli yang lebih tinggi dibanding
dengan keluarga yang bukan pekerja migran. Rendahnya pengetahuan
mengenai pengelolaan uang dan banyaknya tanggungan menjadikan
perekonomian mengalami penurunan saat pekerja migran perempuan tersebut
berhenti dari pekerjaannya.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas hasil penelitian ini memberikan beberapa
implikasi, antara lain:
1. Pada bidang keilmuan terutama mengenai kesejahteraan sosial penelitian
ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai kondisi
64
kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan sebelum dan sesudah
bekerja ke luar negeri
2. Pada penelitian selanjutnya, peneliti dapat menggali lebih dalam lagi
tentang dampak psikologis bagi anak yang memiliki orang tua yang
berprofesi sebagai pekerja migran.
3. Penelitian ini diharapkan bisa menambah informasi dalam hal peningkatan
kualitas hidup dan peran perempuan dalam pembangunan. sesuai dengan
peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia yaitu peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan
dalam pembangunan,
C. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat
diberikan diantaranya sebagai berikut:
1. Bagi Keluarga Pekerja Migran Perempuan
Para keluarga pekerja migran hendaknya diberi pengetahuan
mengenai pengolaan uang remitan yang dikirimkan, akan lebih baik jika
remitan yang dikirimkan dijadikan sebagai modal usaha sebagai rencana
jangka panjang.
2. Bagi Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah diharapkan mampu menjalankan tugas yang
diberikan oleh pemerintah pusat salah satunya adalah kegiatan
pemberdayaan perempuan yang dapat dilakukan dengan memberikan
pelatihan-pelatihan keterampilan agar masyarakat daerah khususnya
perempuan tidak ketergantungan untuk selalu bekerja ke luar negeri.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian yang lebih
mendalam dengan berbagai literatur tambahan untuk meneliti tentang
kondisi kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan di daerah-
daerah lainnya.
65
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdul Haris dan Nyoman Andika, Dinamika Kependudukan dan Pembangunan di
Indonesia (dari prespektif makro ke realitas mikro), Yogyakarta :
Lembaga Studi Filsafat Islam, 2002
Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan (Perubahan Sosial Melalui
Pembelajaran Vocational Skill pada Keluarga Nelayan), Bandung :
Alfabeta, 2007
Badan Nasional Perlindungan dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia
(BNP2TKI), Data Penempatan dan Perlindungan PMI, Jakarta: Pusat
Penelitian, Pengembangan dan Informasi, 2018
Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak, Kecamatan Leuwidamar Dalam Angka,
BPS Lebak, Lebak: 2018
Bank Dunia Indonesia, Pekerja Global Indonesia, antara peluang dan resiko,
Jakarta: Kantor Bank Dunia Jakarta, 2017
Basir barthos, manajemen sumber daya manusia : suatu pendekatan makro cet. 6,
Jakarta : Bumi aksara, 2001
Bernard Raho, Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustakaraya, cet. 1 2007
Chitrawati Buchori dan Mia Amalia, Fact sheet : migration, remittance, and
female migrant workers (Lembaran Fakta Migrasi, Remitansi Dan
Pekerja Migran Perempuan), The World Bank Document and Report,
2004
Damsar dan indrayani, Pengantar Sosiologi Ekonomi, Jakarta: Kencana cet. 5
2016
H.M. Antho Mudzakkar, Wanita dalam Masyarakat Indonesia Cet. 1,
Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press, 2001.
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial,
Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2010
66
IB Wirawan, Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma, Jakarta:
PRENADAMEDIA Grup. 2012
Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif Jakarta: Gaung Persada, 2009
Jackson, R., & Sorensen, G., Pengantar Studi Hubungan Internasional, (diterj. D.
Suryadipura), Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2005
Kartini Kartono, Psikologi Wanita, Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dewasa,
(Bandung: Mandar Maju, 1989), cet. Ke-2,
Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak, Profil
Perempuan Indonesia 2011-2015, Jakarta : CV. Lintang Khatulistiwa,
2016
Mahmud, Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: CV.Pustaka Setia, 2011.
Organisasi Perburuhan Internasional, bergantung pada tali rapuh, Jakarta: 2006,
Organisasi Perburuhan Internasional.
P. Ratu Ille Tokan. Manajemen Penelitian Guru. Jakarta: PT. Grasindo, 2016,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Jakarta: 2014),
Robert C. Bogdan dkk, Qualitative Research for Education London : Allyn &
Bacon, Inc. 1982
Robi Panggara, Upacara Rambu Solo di Tana Toraja: memahami berbagai
bentuk kerukunan ditengah situasi konflik, Sekolah Tinggi Theologia
Jaffray bekerja sama dengan Kalam Hidup, cet. 1 2005
Rosemarie Putnam Tong, Feminist Thought, Yogyakarta: Jalasutra, 1998
Soenjun H. Manulun, Pokok-pokok Hukum Ketatanegaraan di Indonesia, Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 1988
Sri Harjati Hatmadji dan Iwu Dwisetyani Utomo, Empowerment of Indonesian
Women : family, reproductive health, employment and migration Depok:
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuanititatif, Kualitatif dan
R&D cet.6, Bandung: Alfabeta, 2008
Sugiyono, Memahami penelitian kualitatif Bandung: Alfabeta, 2014
67
Syamsir Salam, dan Amir Fadilah, Sosiologi Pembangunan: Pengantar Studi
Pembangunan Lintas Sektoral cet. 1 Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2009, hal. 106
T Widodo, Sosiologi Kependudukan:Kajian Teoritis dan Empiris Prespektif
Sosiologi Kependudukan, Surakarta: Lembaga Pengembangan
Pendidikan (LPP) UNS dan UNS Press, 2011
Uma Sekaran. Metode Penelitian Bisnis, Jakarta: Salemba Empat, 2006
Muhammad Idrus. Metode Penelitian Ilmu Sosial pendekatan Kualitatif
dan kuantitatif. Jakarta : Penerbit Erlangga. 2009
Skripsi Dan Jurnal
Agung Priyo Utomo dan Rini Rahani, Kesejahteraan Rumah Tangga Dalam
Pengaruh Wanita Kepala Rumah Tangga, jurnal. Jurnal Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Volume 17, Nomor 2, November 2013
Amorisa Wiratri, Menilik Ulang Arti Keluarga Pada Masyarakat Indonesia,
Jurnal, Jurnal Kependudukan Indonesia Vol. 13 No. 1 Juni 2018, Pusat
Penelitian Sumber Daya Regional – LIPI,
Aunu rofiq djaelani, jurnal. Teknik Pengumpulan data dalam Penelitian Kualitatif
Vol : XX, No. 21, Maret 2013
Babun Ni’matur Rohmah, Riska Ayu Purnama Sari, Tingkat Perubahan
Kesejahteraan Ekonomi Keluarga Buruh Migran Di Desa Panggungrejo
Gondanglegi Malang, Jurnal Penelitian Ilmiah Intaj (2017)
Dini puspita, dkk, Jurnal, Klasifikasi Tingkat Keluarga Sejahtera Dengan
Menggunakan Metode Regresi Logistic Ordinal Dan Fuzzy K-Nearest
Neighbor (Studi Kasus Kabupaten Temanggung Tahun 2013), Semarang
: 2014
Etik Eldayati, Pergeseran Peran Dalam Keluarga Tkw (Studi Kasus Di Desa
Karanggayam Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas), skripsi,
Semarang: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang, 2011.
Euis Sunarti, Indikator keluarga sejahtera : sejarah pengembangan, evaluasi, dan
Keberlanjutannya, Bogor : Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian
Bogor, 2006
Herien Puspita, dkk. Peran Gender, kontribusi ekonomi perempuan, dan
kesejahteraan keluarga petani holtikultural, Jurnal, Jurnal Ilmu
68
Keluarga dan Konsumen, departemen ilmu keluarga dan konsumen
fakultas ekologi manusia Institut pertanian bogor, 2013
Herien Puspitawati, Konsep dan Teori Keluarga, Jurnal, Departemen Ilmu
Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia-Institut Pertanian
Bogor, 2013.
Herien Puspitawati. Ketahanan Dan Kesejahteraan Keluarga. Jurnal. Departemen
Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia- Institut
Pertanian Bogor. 2013
Indra Amarudin Setiana, Asuhan Keperawatan keluarga dengan masalah TBC
pada keluarga Tn. S di Desa Srowot RT/01/RW 03 Kecamatan
Kalibagor Kabupaten Banyumas, Skripsi, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto, 2016.
Keppi Sukesi. MS dkk, Perubahan Perilaku Sosial Ekonomi dan Budaya
Perempuan Buruh Migran Indonesia (BMI) Purna, Fakultas Pertanian,
Universitas Brawijaya.
Khusnatul Zulfa wafirotin, Dampak Migrasi Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi
Keluarga TKI Di Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo, Jurnal
Ekuilibrium, Volume 11, Nomor 2, Maret 2013, Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Marti Sanrida Simanjuntak, Peran Perempuan dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Keluarga (Studi kasus pada Perempuan pedagang
Sayuran di Pasar Induk Sindikalang), skripsi, Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara, Medan, 2017
Mualifatul Jannah, Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (Pekka) Dalam
Meningkatkan Ekonomi Keluarga Di Tambak Madu Kecamatan
Simokerto Surabaya, Skripsi, Fakultas Dakwah adn Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2016,
Nita Sokhifatul Awalia, Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pengiriman
Pendapatan Tenaga Kerja Indonesia Ke Keluarga Di Kabupaten
Kendal, Economics Development Analysis Journal EDAJ 3 (1), tahun
2014, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang.
Shafila Mardiana Bunsaman, Peranan Perempuan Dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Ekonomi Keluarga (Studi Tentang Peranan Petugas K3L
Perempuan Universitas Padjadjaran Jatinangor (Zona Rektorat)),
69
Jurnal, Prosiding Penelitian&Pengabdian Masyarakat, Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran, 2018.
Suyanto, Pemanfaatan Remitan Ekonomi dan Ketergantungan Migran Kembali
Bekerja di Luar Negeri, Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi
Vol. 2 No. 1 : Desember 2018, Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Diponegoro Semarang.
Suyanto, Pemanfaatan Remitan Ekonomi dan Ketergantungan Migran Kembali
Bekerja di Luar Negeri, Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi
Vol. 2 No. 1 : Desember 2018 hlm. 30-31, Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Diponegoro Semarang.
Uswatun Hasanah, Hak-Hak Perempuan Dalam Al-Quran ( Studi Terhadap Tafsir
Firdaws Al - Na’im Bi Tawdih Ma’ani Ayat Al Qur’an Al - Karim Karya
Kiai Taifur ‘Ali Wafa Al-Muharrar ), Tesis, Program Pasca Sarjana
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2017
Internet
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Batasan dan
Pengertian MDK, http://aplikasi.bkkbn.go.id/mdk/BatasanMDK.aspx
diakses 8 januari 2019 jam 09:00 WIB
Beritagar.id, Perempuan hanya mendominasi di tiga sektor pekerjaan,
https://beritagar.id/artikel/berita/perempuan-hanya-mendominasi-di-tiga-
sektor-pekerjaan diakses Selasa 4 September 2018
Daily Pakistan Global, International Migrants Day: India tops labour export,
Pakistan ranks 6th
https://en.dailypakistan.com.pk/opinion/blog/international-migrants-day-
india-tops-labor-export-pakistan-ranks-6th/ diakses Selasa 4 September
2018
Desi lastati, Pusat Sumber Daya Buruh Migran, migrasi buruh migran, diakses
dari https://buruhmigran.or.id/2019/04/29/migrasi-buruh-migran/ pada
tanggal 21 juni 2019 jam 06:50 WIB
Hukum Online, Undang-undang Nomor 10 tahun 1992,
https://m.hukumonline.com/pusatdata/download/fl29171/node/4584
diakses pada 3 Desember 18 pukul 15:34 WIB
Inayah Hidayati, Pusat penelitian kependudukan LIPI, Kenapa orang bermigrasi,
diakses dari http://kependudukan.lipi.go.id/en/population-
70
study/population-dynamics/50-kenapa-orang-bermigrasi tanggal 21 juni
2019 jam 06:57 WIB
International Labour Organization (ILO), K97 Migrasi Tenaga Kerja (Edisi
Revisi) tahun 1949, https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/--
-ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/legaldocument/wcms_145816.pdf
diakses pada 13 September 2018 jam 08:56
KBBI Daring, diakses pada 6 januari 2019
Lee Kuan Yew, Warning Bell For Developed Countries: Declining Birth Rate.
https://www.forbes.com/global/2012/0507/current-events-population-
declining-birth-rates-lee-kuan-yew.html#4500a6b21e95 diakses pada 31
Oktober 2018
Liputan 6, Menaker: Bekerja di Luar Negeri dapat Memberi Peluang Bagi TKI,
https://m.liputan6.com/news/read/3187785/menaker-bekerja-di-luar-
negeri-dapat-memberi-peluang-bagi-tki diakses pada 13 September 2018
jam 08:56
Yoko Doi The World Bank, Keterlibatan Sektor Keuangan: Memberi
Kemudahan bagi Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (Editorial
Opini), web.worldbank.org/archive/website01363/WEB/0__-8178.HTM
diakses pada hari Rabu, 24 Oktober 2018
LAIN-LAIN
ILO Convention No. 97 Migration for Employment Convention (Revised), 1949
Penjelasan Atas Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
1994 Tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2019
tentang Tata Cara Penempatan Pekerja Migran Indonesia
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 10 tahun 1992 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Keluarga Sejahtera
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 Tentang
Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga,
73
LAMPIRAN INSTRUMEN 2
2.1 Kisi-Kisi wawancara
2.1.1 Mantan pekerja migran perempuan
No. Fokus Penelitian Pertanyaan
1. Pengalaman Sebagai
Pekerja Migran
1. Berapa lama menjadi pekerja migran?
2. Apakah alasan anda menjadi pekerja
migran?
3. Menurut anda, bagaimana peran anda bagi
perekonomian keluarga anda ?
4. Negara mana yang menjadi tujuan anda
untuk bekerja?
5. Berapa penghasilan perbulannya?
6. Berapa besar uang yang dikirimkan selama
bekerja dulu?
7. Apakah ada keinginan untuk kembali
bekerja di luar negeri?
2. Kondisi
Kesejahteraan
Keluarga
1. Bagaimana definisi sejahtera menurut anda?
2. Bagaimana kondisi kesejahteraan keluarga
anda sebelum anda bekerja ke luar negeri?
3. Bagaimana kondisi kesejahteraan keluarga
anda setelah bekerja ke luar negeri?
4. Menurut anda, adakah perubahan yang
terjadi dalam keluarga setelah anda memilih
untuk bekerja di luar negeri?
5. Menurut anda, setelah bekerja sebagai
pekerja migran apakah tingkat kesejahteraan
keluarga meningkat?
6. Jika ya, terjadi pada bidang apa saja
peningkatannya?
7. Jika iya, mengapa anda berpikir bahwa
tingkat kesejahteraan keluarga anda
meningkat setelah menjadi pekerja migran?
8. Jika tidak, mengapa tidak meningkat?
74
2.1.2 keluarga perempuan yang berprofesi sebagai pekerja migran
No. Fokus Penelitian Pertanyaan
1. Hubungan dan tanggung
jawab pekerja migran
terhadap keluarga selama
bekerja
1. Apa hubungan anda dengan
perempuan yang berprofesi sebagai
buruh migran tersebut?
2. Bagaimana tanggapan anda mengenai
keputusan salah satu anggota keluarga
untuk bekerja di luar negeri?
3. Adakah perubahan yang terjadi dalam
keluarga setelah salah satu anggota
keluarga menjadi pekerja migran?
4. Perubahan apa yang paling terasa
dalam keputusan salah satu anggota
keluarga untuk menjadi pekerja
migran ?
5. Bagaimana kondisi ekonomi keluarga
anda jika anggota keluarga yang
berprofesi sebagai pekerja migran
tersebut berhenti dari pekerjaan?
6. Berapa penghasilan anggota keluarga
yang berprofesi sebagai pekerja
migran?
7. Berapa besar jumlah uang yang
diberikan setiap bulannya?
8. Untuk apa sajakah uang itu
digunakan?
2. Kondisi Kesejahteraan
Keluarga
1. Berapa kali anda dan keluarga makan
setiap harinya?
2. Adakah dalam seminggu keluarga
mengkonsumsi daging, ikan, atau
ayam?
3. Seberapa sering anda dan keluarga
makan bersama?
4. Berapa kali dalam setahun anda dan
keluarga membeli baju baru?
5. Dalam tiga bulan terakhir, adakah
anggota keluarga yang sakit?
6. Jika salah satu anggota keluarga sakit,
bagaimana penanganannya? Dibawa
ke Puskesmas atau ke Rumah sakit,
atau hanya dirawat dirumah?
7. Dimanakan anda tinggal? Bagaimana
status kepemilikan rumah tersebut?
8. Berapa banyak kendaraan yang
75
keluarga anda miliki? Sebutkan
jenisnya, dari manakah kendaraan itu
berasal?
9. Bagaimana tingkat pendidikan seluruh
anggota keluarga?
10. Adakah dari anggota keluarga yang
masih buta aksara?
11. Adakah anggota keluarga lain yang
bekerja dan membantu perekonomian
keluarga ?
12. Jika iya, apa pekerjaannya?
13. Apakah anggota keluarga yang
bekerja tersebut berpenghasilan tetap ?
14. Bagaimana sikap anggota keluarga
dalam menjalankan ibadahnya?
15. Berapa kali dalam setahun keluarga
anda melakukan rekreasi
16. Apakah anda sekeluarga sering
mengikuti kegiatan yang ada di
wilayah tempat tinggal?
17. Apakah anda sekeluarga aktif
memberikan sumbangan? Kemana dan
berapa banyak?
76
2.1.3 bagi Perangkat Desa Lokasi Penelitian
No Fokus Penelitian Pertanyaan
1. Gambaran umum
penduduk desa yang
menjadi buruh
migran perempuan
1. Ada berapa banyak penduduk berjenis
kelamin perempuan di desa ini yang
berprofesi sebagai pekerja migran?
2. Selain menjadi pekerja migran, pekerjaan
apa lagi yang dilakukan oleh perempuan
di desa ini?
3. Bekerja sebagai apa para perempuan
tersebut disana?
4. Negara mana saja yang menjadi tujuan
untuk bekerja?
5. Berapa lama para perempuan ini bekerja?
6. Bagaimana pendapat anda anda tentang
fenomena perempuan yang berprofesi
sebagai pekerja migran tersebut?
Kondisi
kesejahteraan
keluarga
1. Apa definisi sejahtera menurut anda?
2. Indikator sejahtera menurut anda terdiri
dari apa saja?
3. Bagaimana kondisi kesejahteraan tiap
keluarga di desa ini?
4. Menurut anda, apakah tiap keluarga di
desa ini sudah bisa dikatakan sejahtera?
5. Bagaimana kondisi kesejahteraan untuk
keluarga perempuan yang berprofesi
sebagai pekerja migran?
6. Apakah ada perbedaan antara
kesejahteraan keluarga biasa dan keluarga
perempuan yang berprofesi sebagai
pekerja migran?
7. apakah fasilitas umum seperti sekolah,
balai pengobatan, dan tempat ibadah
sudah terpenuhi di desa ini?
8. Seberapa besar intensitas warga
menggunakan fasilitas umum yang
diberikan oleh pemerintah tersebut?
9. Hal apa lagi yang harus diperhatikan oleh
pemerintah sebagai upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan keluarga di
desa ini?
77
2.2 Lembar Observasi
No Aspek Hal yang diamati Indikator Catatan
Lapangan
1. Kondisi dan
keadaan
keluarga
perempuan yang
berprofesi
sebagai
pekerja migran
− Keadaan rumah
dan fasilitas
pendukung
(kamar tidur dan
kamar mandi)
− Kelengkapan
sarana/perlengka
pan rumah
tangga
− Alat transportasi
Bentuk
pengamatan
yang dilakukan
adalah melihat
keadaan rumah
dari tampak
depan, dalam,
dan belakang.
2. Kondisi
lingkungan
sekitar tempat
tinggal keluarga
perempuan yang
berprofesi
sebagai buruh
migran
− Keadaan jalan
sekitar rumah
− Kondisi rumah
sekitar
− Fasilitas umum
(sekolah, tempat
ibadah, dan balai
pengobatan)
− Kondisi
penerangan
Bentuk
pengamatan
yang dilakukan
adalah melihat
dan mengamati
kondisi jalan,
fasilitas umum,
dan
penerangan
pada desa yang
diteliti. Pada
fasilitas umum,
pengamatan
dilakukan
secara
mendalam
seperti melihat
bagian dalam
ruangan,
mengecek
sarana
prasarana, dan
memeriksa
kelengkapan
peralatan
78
HASIL PENGUMPULAN DATA 3
3.1 Catatan Wawancara (CW)
3.1.1 Catatan Wawancara 1
CATATAN WAWANCARA
HASIL WAWANCARA MANTAN PEKERJA MIGRAN
PEREMPUAN
Inisial Partisipan : A (mantan pekerja migran perempuan)
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 18 Agustus 1971 (48 tahun)
Pekerjaan sekarang : Ibu rumah tangga
Tempat : Desa Wantisari
Tanggal wawancara : 8 April 2019
Waktu : 10:24 WIB
Keterangan:
P : Pewawancara
A : Partisipan
P : Berapa lama anda menjadi pekerja migran?
A : saya kerja di saudi kurang lebih 10 tahunan
P : Apakah alasan anda menjadi pekerja migran?
A : Alasan saya pengen kerja ke arab saudi itu tadinya karena disini gak bisa
dapet kehidupan layak, waktu masih menikah pun udah berangkat, biar
bisa bantuin ekonomi keluarga, karena saya punya cita-cita mau
79
nyekolahin anak sampe sukses. Dan ya alhamdulillah, setelah kerja anak
bisa sampe S1, bisa kebuat rumah juga
P : Menurut anda, bagaimana peran anda bagi perekonomian keluarga anda?
A : Yah intinya sebagai tulang punggung keluarga lah, karena harus biayain
anak dan orang tua juga
P : Negara mana yang menjadi tujuan anda untuk bekerja?
A : Arab saudi
P : Berapa penghasilan perbulannya?
A : Penghasilan perbulannya waktu saya itu hanya 2 juta
P : Berapa besar uang yang dikirimkan selama bekerja dulu?
A : Ya.. semuanya. Sebulan gaji
P : Apakah ada keinginan untuk kembali bekerja di luar negeri?
A : Sekarang sih udah tua, jadi kayaknya gak bisa. Tapi pengen balik lagi
kalo ada yang nawarin mah, biar punya tabungan. Kalau sekarang kan
karena nggak punya penghasilan, jadi cuma bisa mengandalkan dari anak,
dan itu pun yah ngasihnya nggak seberapa karena anaknya juga punya
tanggungan yang lain.
P : Apa definisi sejahtera menurut anda?
A : Ya alhamdulillah setelah bekerja di Arab saudi tuh ada perubahan dalam
rumah tangga, nyaman, damai, tenteram, mencukupi ini rumah tangga
P : Bagaimana kondisi kesejahteraan keluarga anda sebelum anda bekerja ke
luar negeri?
80
A : Sebelum bekerja keluar negeri ya kekurangan lah, dalam ekonomi
misalnya, dalam segala bidang kekurangan sih, makanya saya sampai ke
Arab saudi
P : Bagaimana kondisi kesejahteraan keluarga anda setelah bekerja ke luar
negeri?
A : Setelah bekerja di arab saudi ya alhamdulillah penghasilan meningkat
otomatis, anak dan orang tuapun jadi bisa kebiayain, anak saya bisa
sekolah sampe S1, terus orang tua juga bisa berobat, terus rumah saya bisa
di renovasi
P : Menurut anda, adakah perubahan yang terjadi dalam keluarga setelah
anda memilih untuk bekerja di luar negeri?
A : Ada, alhamdulillah, maksudnya bisa sampai menyekolahkan anak sampai
ke universitas tinggi sampai S1
P : Menurut anda, setelah bekerja sebagai pekerja migran apakah tingkat
kesejahteraan keluarga meningkat?
A : Iya, setelah bekerja di Arab saudi
P : Terjadi pada bidang apa saja peningkatannya?
A : Ya alhamdulillah bisa menyekolahkan anak sampai S1, bisa kebikin
rumah
P : Mengapa anda berpikir bahwa tingkat kesejahteraan keluarga anda
meningkat setelah menjadi pekerja migran?
A : Karena setelah kerja di arab saudi, alhamdulillah menyekolahkan anak
sampe S1, bisa kebikin rumah itulah, karena kalau disini kan darimana
istilahnya nggak punya pekerjaan sedangkan saya ini tulang punggung
keluarga sebatang kara (sudah bercerai)
P : Jika tidak, mengapa tidak meningkat?
82
3.1.2 Catatan Wawancara 2
CATATAN WAWANCARA
HASIL WAWANCARA MANTAN PEKERJA MIGRAN
PEREMPUAN
Inisial Partisipan : J (mantan pekerja migran perempuan)
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 12 Desember 1967 (52 tahun)
Pekerjaan sekarang : Ibu rumah tangga
Tempat : Desa Wantisari
Tanggal wawancara : 8 April 2019
Waktu : 10:36 WIB
Keterangan:
P : Pewawancara
J : Partisipan
P : Berapa lama anda menjadi pekerja migran?
J : sekitar 20 tahunan kayaknya
P : Apakah alasan anda menjadi pekerja migran?
J : Saya kan tulang punggung, kalo saya Cuma kerja jadi ibu rumah tangga,
ya nggak ada perubahan, makanya saya ke arab saudi, karena rata-rata
orang yang kerja di arab saudi tuh pasti sukses gitu, ya saya juga ngerasain
sendiri.
P : Menurut anda, bagaimana peran anda bagi perekonomian keluarga anda?
83
J : Ya tulang punggung untuk anak dan orang tua
P : Negara mana yang menjadi tujuan anda untuk bekerja?
J : Timur Tengah, Saudi Arabia
P : Berapa penghasilan perbulannya?
J : Dulu pertama ke arab 500 ribu, sekarang 3 juta 700 ribu
P : Berapa besar uang yang dikirimkan selama bekerja dulu?
J : Setiap tiga bulan sekali, satu juta 500 jaman dulu
P : Apakah ada keinginan untuk kembali bekerja di luar negeri?
J : Udah gak mampu lagi, udah tua
P : Apa definisi sejahtera menurut anda?
J : Ya alhamdulillah cukup baik
P : Bagaimana kondisi kesejahteraan keluarga anda sebelum anda bekerja ke
luar negeri?
J : Sebelum bekerja keluar negeri ya dibawah garis kemiskinan. Saya
mencari pekerjaan disini gak dapet-dapet, susah, paling juga dapet
pekerjaan ibu rumah tangga yang jaman dulu sangat kecil nggak bisa
membiayai keluarga
P : Bagaimana kondisi kesejahteraan keluarga anda setelah bekerja ke luar
negeri?
J : Ya alhamdulillah banyak perubahan, anak sekolah, orang tua terjamin,
dibiayain, bisa kebikin rumah, bisa punya tabungan
P : Menurut anda, adakah perubahan yang terjadi dalam keluarga setelah
anda memilih untuk bekerja di luar negeri?
84
J : Ada, kesejahteraannya jadi meningkat, jelas, karena penghasilannya
besar, jadi lebih bahagia sekarang, rumah udah rapi, anak kesekolahin,
punya tabungan juga
P : Menurut anda, setelah bekerja sebagai pekerja migran apakah tingkat
kesejahteraan keluarga meningkat?
J : Ya jelas meningkat, alhamdulillah, seperti pendidikan, bisa mendidik
anak berhasil sampe lulus sekolah, sampe jadi sarjana
P : Terjadi pada bidang apa saja peningkatannya?
J : Ya seperti pendidikan, seperti merawat orang tua terjamin, bisa
membiayai orang tua, mendidik anak sampe berhasil sekolah
P : Mengapa anda berpikir bahwa tingkat kesejahteraan keluarga anda
meningkat setelah menjadi pekerja migran?
J : Karena kalau saya kerja di indonesia pun, misalnya pabrik, gajinya pasti
gak akan cukup buat nyekolahin anak, apalagi buat ngebangun rumah.
Tapi pas kerja ke saudi ya alhamdulillah
P : Jika tidak, mengapa tidak meningkat?
J : -
85
3.1.3 Catatan Wawancara 3
CATATAN WAWANCARA
HASIL WAWANCARA MANTAN PEKERJA MIGRAN
PEREMPUAN
Inisial Partisipan : R (mantan pekerja migran perempuan)
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 11 Maret 1978 (41 tahun)
Pekerjaan sekarang : Ibu rumah tangga
Tempat : Desa Wantisari
Tanggal wawancara : 8 April 2019
Waktu : 18:31 WIB
Keterangan:
P : Pewawancara
R : Partisipan
P : Berapa lama anda menjadi pekerja migran?
R : 7 tahunan
P : Apakah alasan anda menjadi pekerja migran?
R : Karena saya ingin mencukupi keluarga
P : Menurut anda, bagaimana peran anda bagi perekonomian keluarga anda?
R : Kepala rumah tangga
P : Negara mana yang menjadi tujuan anda untuk bekerja?
R : Saudi arabia sama Bahrain
86
P : Berapa penghasilan perbulannya?
R : RP. 3.000.000
P : Berapa besar uang yang dikirimkan selama bekerja dulu?
R : Perbulan paling RP. 2.500.000
P : Apakah ada keinginan untuk kembali bekerja di luar negeri?
R : insya allah mau berangkat lagi, karena kan dirumah ngandelin untuk
biaya sehari-hari kan dari saya, terus kalau cuma kerja di sini paling kan
saya dapet kerjaan jadi buruh cuci atau petani serabutan, jadi rada
menurun lah ekonominya saya ngeliatnya, anak saya juga taun depan mau
ngelanjutin kuliah, jadi harus sedia uang
P : Apa definisi sejahtera menurut anda?
R : Keluarga sejahtera wae lah.. sehat mmmm ingin mencukupi, cukup
P : Bagaimana kondisi kesejahteraan keluarga anda sebelum anda bekerja ke
luar negeri?
R : Mmm.. sebelum ke luar negeri begitulah, kurang baik, rumah aja bilik,
terus gak ada WC juga, terus di rumah gaada yang kerja, paling kerja
serabutan doang
P : Bagaimana kondisi kesejahteraan keluarga anda setelah bekerja ke luar
negeri?
R : Setelah kerja ke saudi ya alhamdulillah, jadi lebih baik. tiap bulan jadi
ada pendapatan tetap, terus bisa ngerenovasi rumah juga, tadinya rumah
yang bilik kan akhirnya bisa bikin yang pake tembok, terus bisa punya
WC, terus anak juga bisa kesekolahin. Yah, jadi lebih baik lah
P : Menurut anda, adakah perubahan yang terjadi dalam keluarga setelah
anda memilih untuk bekerja di luar negeri?
87
R : Ada, banyak sekali
P : Menurut anda, setelah bekerja sebagai pekerja migran apakah tingkat
kesejahteraan keluarga meningkat?
R : sebelum ke arab saudi kan kurang baik, setelah bekerja ya alhamdulillah
ekonominya lebih meningkat, rumah udah di renovasi, punya simpenan
juga, kebeli sawah, anak lagi sekolah, yah tercukupi lah
P : Jika ya, terjadi pada bidang apa saja peningkatannya?
R : Ya ekonomi, ekonomi lah, alhamdulillah. Dulu rumah saya panggung,
bilik, sekarang alhamdulillah ada WC, ada kamar mandi, untuk pendidikan
anak alhamdulillah sekarang lagi sekolah
P : Mengapa anda berpikir bahwa tingkat kesejahteraan keluarga anda
meningkat setelah menjadi pekerja migran?
R : Karena saya merasakan sendiri, mmm dulu karena kurang mencukupi
karena saya nggak kerja ngeliat orang jadi TKW kayaknya enak, gaji gede,
rumah pada bagus-bagus, gitu lah
P : Jika tidak, mengapa tidak meningkat?
J : -
88
3.1.4 Catatan Wawancara 4
CATATAN WAWANCARA
HASIL WAWANCARA MANTAN PEKERJA MIGRAN
PEREMPUAN
Inisial Partisipan : SM (mantan pekerja migran perempuan)
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 9 Juli 1970 (49 tahun)
Pekerjaan sekarang : Ibu rumah tangga
Tempat : Desa Wantisari
Tanggal wawancara : 8 April 2019
Waktu : 10:57 WIB
Keterangan:
P : Pewawancara
SM : Partisipan
P : Berapa lama anda menjadi pekerja migran?
SM : sekitar 6 tahun
P : Apakah alasan anda menjadi pekerja migran?
SM : karena saya ingin bantu keluarga, jadi saya berangkatlah ke arab, karena
kalau disini mau kerja apa, pendidikan rendah, kemampuan gaada, jadi
saya pilih kerja ke saudi, karena gajinya sendiri lebih besar,otomatis saya
bisa ngasih keluarga lebih banyak. Dan yah, memang kerasa sama saya,
setelah bekerja ke saudi itu kesejahteraan keluarga jadi lebih baik
P : Menurut anda, bagaimana peran anda bagi perekonomian keluarga anda?
89
SM : Waktu dulu kan kita sebelum ke Saudi itu nggak ada pendapatan jadi kita
mengadu nasib pergi ke Saudi, saudara juga pada kerja, jadi saya juga
membantu menambah pendapatan
P : Negara mana yang menjadi tujuan anda untuk bekerja?
SM : Saudi arabia
P : Berapa penghasilan perbulannya?
SM : 3.000.000
P : Berapa besar uang yang dikirimkan selama bekerja dulu?
SM : Semuanya, selama kerja
P : Apakah ada keinginan untuk kembali bekerja di luar negeri?
SM : Nggak ada
P : Apa definisi sejahtera menurut anda?
SM : Ya... dulu kan kita nggak punya penghasilan, setelah kita ke luar negeri
kita ada penghasilan
P : Bagaimana kondisi kesejahteraan keluarga anda sebelum anda bekerja ke
luar negeri?
SM : Dulu itu keluarga sangat kekurangan, buat makan aja susah, apalagi buat
sekolah gitu, gaada biayanya
P : Bagaimana kondisi kesejahteraan keluarga anda setelah bekerja ke luar
negeri?
SM : Alhamdulillah, setelah kita pergi ke Saudi keluarga jadi lebih baik,
waktu dulu kita masih kekurangan, nggak bisa membiayain anak, waktu ke
luar negeri alhamdulillah anak kebiayain dalam pendidikan. Dulu kita
90
nggak bisa berbuat apa-apa, karena kehimpitan ekonomi, setelah kita
bekerja alhamdulillah kita bisa mengubah nasib
P : Menurut anda, adakah perubahan yang terjadi dalam keluarga setelah
anda memilih untuk bekerja di luar negeri?
SM : Kalau dulu semua serba kekurangan, alhamdulillah setelah kita bekerja
ke Saudi ada peningkatan ekonomi
P : Menurut anda, setelah bekerja sebagai pekerja migran apakah tingkat
kesejahteraan keluarga meningkat?
SM : Iya, alhamdulillah
P : Terjadi pada bidang apa saja peningkatannya?
SM : Alhamdulillah, dalam pendidikan semenjak kita ke luar negeri, bekerja
sebagai TKI, anak saya bisa berpendidikan, melanjutkan ke fakultas
(universitas). Dalam kesehatan, ekonomi, untuk kesehatan alhamdulillah
anak sakit bisa berobat, dalam ekonomi alhamdulillah kita bisa buka
usaha
P : Mengapa anda berpikir bahwa tingkat kesejahteraan keluarga anda
meningkat setelah menjadi pekerja migran?
SM : Dulu kita nggak bisa berbuat apa-apa, karena kehimpitan ekonomi,
setelah kita bekerja alhamdulillah kita bisa mengubah nasib
P : Jika tidak, mengapa tidak meningkat?
SM : -
91
3.1.5 Catatan Wawancara 5
CATATAN WAWANCARA
HASIL WAWANCARA KELUARGA PEKERJA MIGRAN
PEREMPUAN
Inisial Partisipan : AA (keluarga dari perempuan yang berprofesi sebagai
pekerja migran)
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 10 maret 2002 (17 tahun)
Tempat : Desa Wantisari
Tanggal wawancara : 7 april 2019
Waktu : 18:44 WIB
Anggota keluarga yang menjadi pekerja migran : Ibu
Sejak tahun : 2009
Keterangan:
P : Pewawancara
AA : Partisipan
P : Apa hubungan anda dengan perempuan yang berprofesi sebagai pekerja
migran tersebut?
AA : Ibu
P : Bagaimana tanggapan anda mengenai keputusan salah satu anggota
keluarga untuk bekerja di luar negeri?
AA : Mmmm. Seneng, sedih yah ditinggal, senengnya ya bisa menghidupi
memenuhi keinginan. sekarang jadi lebih enak, setelah ibu saya kerja ke
92
luar negeri, jadi nggak khawatir buat biaya sekolah lagi, makan juga, terus
keinginan juga gampang terpenuhi, yah lebih seneng sih.
P : Adakah perubahan yang terjadi dalam keluarga setelah salah satu anggota
keluarga menjadi pekerja migran?
AA : Ada. Perubahannya hmm contohnya kayak rumah yang tadinya
bambu/bilik sekarang tembok alhamdulillah
P : Perubahan apa yang paling terasa dalam keputusan salah satu anggota
keluarga untuk menjadi pekerja migran ?
AA : yah itu tadi. Rumah yang paling kerasa perubahannya
P : Bagaimana kondisi ekonomi keluarga anda jika anggota keluarga yang
berprofesi sebagai pekerja migran tersebut berhenti dari pekerjaan?
AA : kalau mamanya berenti kerja ya menurun, soalnya kan nggak ada yang
kerja lagi
P : Berapa penghasilan anggota keluarga yang berprofesi sebagai pekerja
migran?
AA : 2,5 juta kayaknya, nggak tau sih..
P : Berapa besar jumlah uang yang diberikan setiap bulannya?
AA : Per 6 bulan dikirim ada 15 juta
P : Untuk apa saja uang itu digunakan?
AA : Untuk biaya sekolah, buat makan sehari-hari juga
P : Berapa kali anda dan keluarga makan setiap harinya?
A : Tiga, empat, lebih mungkin. hehe
P : Adakah dalam seminggu keluarga mengkonsumsi daging, ikan, atau
ayam?
93
A : Ada kali yah, jarang-jaranga juga sih. Jadi lupa.hehe
P : Seberapa sering anda dan keluarga makan bersama?
A : Sering lah, tiap makan
P : Berapa kali dalam setahun anda dan keluarga membeli baju baru?
AA : 2 kali setiap lebaran, lebaran idul fitri dan lebaran idul adha
P : Dalam tiga bulan terakhir, adakah anggota keluarga yang sakit?
AA : Ada, sakitnya kayak panas kayak gitu
P : Jika salah satu anggota keluarga sakit, bagaimana penanganannya?
Dibawa ke Puskesmas atau ke Rumah sakit, atau hanya dirawat dirumah?
AA : biasanya dibawa ke Puskesmas, atau ke bidan
P : Dimanakan anda tinggal? Bagaimana status kepemilikan rumah tersebut?
AA : Di rumah pribadi, rumah sendiri, rumah mama (orang tua)
P : Berapa banyak kendaraan yang keluarga anda miliki? Sebutkan jenisnya,
dari manakah kendaraan itu berasal?
AA : Tidak punya
P : Bagaimana tingkat pendidikan seluruh anggota keluarga?
AA : Pendidikan di rumah baik cukup baik yah.. untuk tingkatannya, kebetulan
kakak saya lulus dari SMK, saya sendiri SMA
P : Adakah dari anggota keluarga yang masih buta aksara?
AA : Tidak ada
P : Adakah anggota keluarga lain yang bekerja dan membantu perekonomian
keluarga ?
94
AA : Ada, mamang (paman)
P : Apa pekerjaannya?
AA : Petani, supir
P : Apakah anggota keluarga yang bekerja tersebut berpenghasilan tetap ?
AA : Tidak, tidak menentu penghasilannya
P : Bagaimana sikap anggota keluarga dalam menjalankan ibadahnya?
AA : Alhamdulillah yah, rajin lah
P : Berapa kali dalam setahun keluarga anda melakukan rekreasi
AA : Tidak pernah,paling jalan-jalan sekitar kampung aja. hehe
P : Apakah anda sekeluarga sering mengikuti kegiatan yang ada di wilayah
tempat tinggal?
AA : Suka, seperti gotong royong, bersih-bersih
P : Apakah anda sekeluarga aktif memberikan sumbangan? Kemana dan
berapa banyak?
AA : Aktif, biasanya kepada anak yatim, untuk besarannya seikhlasnya
95
3.1.6 Catatan Wawancara 6
CATATAN WAWANCARA
HASIL WAWANCARA KELUARGA PEKERJA MIGRAN
PEREMPUAN
Inisial Partisipan : PA (keluarga dari perempuan yang berprofesi sebagai
pekerja migran)
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 8 februari 1996
Tempat : Desa Wantisari
Tanggal wawancara : 12 april 2019
Waktu : 17:27 WIB
Anggota keluarga yang menjadi pekerja migran : Orang tua (bapak dan ibu)
Sejak tahun : sejak 1998
Keterangan:
P : Pewawancara
PA : Partisipan
P : Apa hubungan anda dengan perempuan yang berprofesi sebagai pekerja
migran tersebut?
PA : Ibu, keluarga
P : Bagaimana tanggapan anda mengenai keputusan salah satu anggota
keluarga untuk bekerja di luar negeri?
PA : Tidak tau yah, soalnya saya masih anak kecil waktu itu, sekitar umur 2
tahunan waktu ditinggal kerja sama orang tua.
96
P : Adakah perubahan yang terjadi dalam keluarga setelah salah satu anggota
keluarga menjadi pekerja migran?
PA : Ada
P : Perubahan apa yang paling terasa dalam keputusan salah satu anggota
keluarga untuk menjadi pekerja migran ?
PA : Yang paling terasa perubahannya dalam bidang ekonomi sih... soalnya
keliatan gitu hasilnya, kayak bisa membuat rumah, punya kendaraan, ya
kayak gitu-gitu lah
P : Bagaimana kondisi ekonomi keluarga anda jika anggota keluarga yang
berprofesi sebagai pekerja migran tersebut berhenti dari pekerjaan?
PA : Keuangannya rada sedikit menurun mungkin ya, karena biasanya
pendapatan dari dua orang terus jadi cuma satu, cuma ya kayaknya gak
terlalu besar juga menurunnya lah
P : Berapa penghasilan anggota keluarga yang berprofesi sebagai pekerja
migran?
PA : Sekitar 10 juta keatas, itu digabung sama gaji bapak saya juga. Dari ibu
saya mungkin sekitar 5 jutaan
P : Berapa besar jumlah uang yang diberikan setiap bulannya?
PA : Biasanya 5 juta keatas
P : untuk apa saja uang itu digunakan?
PA : Untuk biaya hidup, biaya sekolah
P : Berapa kali anda dan keluarga makan setiap harinya?
PA : Sehari 3 kali
97
P : Adakah dalam seminggu keluarga mengkonsumsi daging, ikan, atau
ayam?
PA : Ada
P : Seberapa sering anda dan keluarga makan bersama?
PA : Sering, setiap hari juga makan bersama
P : Berapa kali dalam setahun anda dan keluarga membeli baju baru?
PA : Mungkin setiap lebaran kali ya
P : Dalam tiga bulan terakhir, adakah anggota keluarga yang sakit?
PA : Jarang sih. Alhamdulillah yah
P : Jika salah satu anggota keluarga sakit, bagaimana penanganannya?
Dibawa ke Puskesmas atau ke Rumah sakit, atau hanya dirawat dirumah?
PA : Mungkin berobat dulu di klinik, kayak ke bidan atau mantri gitu. Kalau
nggak sembuh baru bawa ke puskesmas atau ke rumah sakt
P : Dimanakan anda tinggal? Bagaimana status kepemilikan rumah tersebut?
PA : Di rumah sendiri, status rumahnya ya rumah pribadi
P : Berapa banyak kendaraan yang keluarga anda miliki? Sebutkan jenisnya,
dari manakah kendaraan itu berasal?
PA : Ada 2 motor, dapet hasil dari sana yah uangnya (dari orang tua)
P : Bagaimana tingkat pendidikan seluruh anggota keluarga?
PA : Tingkat pendidikan anggota keluarga baik, kalau saya sendiri jenjang
pendidikan D3 kebidanan, kalau adik saya masih SMA
P : Adakah dari anggota keluarga yang masih buta aksara?
PA : Nggak ada
98
P : Adakah anggota keluarga lain yang bekerja dan membantu perekonomian
keluarga ?
PA :Nggak ada, dari orang tua aja kayaknya
P : Jika iya, apa pekerjaannya?
PA : -
P : Apakah anggota keluarga yang bekerja tersebut berpenghasilan tetap ?
PA : -
P : Bagaimana sikap anggota keluarga dalam menjalankan ibadahnya?
PA : Lumayan lah rajin, insya allah
P : Berapa kali dalam setahun keluarga anda melakukan rekreasi
PA : Jarang, lima kali ada lah itu buat saya pribadi ya. Tapi kalau jalan-jalan
sekeluarga gitu mah jarang
P : Apakah anda sekeluarga sering mengikuti kegiatan yang ada di wilayah
tempat tinggal?
PA : Ada, dari keluarga biasanya kakek atau nenek suka ikut, kalau saya sama
adek saya sih nggak. hehe
P : Apakah anda sekeluarga aktif memberikan sumbangan? Kemana dan
berapa banyak?
PA : Insya allah, kalau ada sumbangannya kesini aktif, yah ngasih gitu
99
3.1.7 Catatan Wawancara 7
CATATAN WAWANCARA
HASIL WAWANCARA KELUARGA PEKERJA MIGRAN
PEREMPUAN
Inisial Partisipan : FA (keluarga dari perempuan yang berprofesi sebagai
pekerja migran)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 06 november 1998
Tempat : Desa Wantisari
Tanggal wawancara : 14 april 2019
Waktu : 13:27 WIB
Anggota keluarga yang menjadi pekerja migran : Ibu
Sejak tahun : 2011
Keterangan:
P : Pewawancara
FA : Partisipan
P : Apa hubungan anda dengan perempuan yang berprofesi sebagai pekerja
migran tersebut?
FA : Ibu
P : Bagaimana tanggapan anda mengenai keputusan salah satu anggota
keluarga untuk bekerja di luar negeri?
FA : Keputusan yang cukup sulit memang, tapi kami tak punya pilihan lain
lagi selain pilihan ini, jadi kami terima saja. ibu saya itu single parent,
bapak saya udah meninggal dari saya kecil, jadi dirumah itu ekonominya
kurang, alhamdulillah dulu ibu saya buka warung kecil-kecilan, jadi buat
100
pemasukan sehari-hari dari situ, tapi karena ibu saya mau anak-anaknya
untuk sekolah tinggi, jadi ya beliau memutuskan untuk pergi arab saudi.
Karena kalau mengandalkan dari warung saja, sepertinya saya dan
saudara-saudara saya hanya bisa sekolah sampai lulus SMP
P : Adakah perubahan yang terjadi dalam keluarga setelah salah satu anggota
keluarga menjadi pekerja migran?
FA : Ada, Dengan menjadi TKW ibu saya akhirnya berhasil menyekolahkan
anak-anaknya sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Alhamdulillah
ekonomi mulai membaik dari sebelumnya, kami bisa makan daging dan
susu, sekarang sedang merenovasi rumah juga
P : Perubahan apa yang paling terasa dalam keputusan salah satu anggota
keluarga untuk menjadi pekerja migran ?
FA : Yaaa alhamdulillah ibu saya bisa menyekolahkan anak-anaknya, bisa
makan-makanan bergizi, bisa benerin rumah juga
P : Bagaimana kondisi ekonomi keluarga anda jika anggota keluarga yang
berprofesi sebagai pekerja migran tersebut berhenti dari pekerjaan?
FA : Dari kami bertiga untuk saat ini belum ada yang bekerja, jadi kalau ibu
saya berenti dari pekerjaanya ekonomi keluarga kami akan menurun,
mencari biaya juga akan kesulitan
P : Berapa penghasilan anggota keluarga yang berprofesi sebagai pekerja
migran?
FA : 3 jutaan kurang lebih
P : Berapa besar jumlah uang yang diberikan setiap bulannya?
FA : Semuanya
P : Untuk apa sajakah uang itu digunakan?
101
FA : Untuk biaya hidup, biaya sekolah dan kebutuhan rumah
P : Berapa kali anda dan keluarga makan setiap harinya?
FA : Mungkin sehari 3 kali, atau lebih
P : Adakah dalam seminggu keluarga mengkonsumsi daging, ikan, atau
ayam?
FA : Ada
P : Seberapa sering anda dan keluarga makan bersama?
FA : Seringnya memang makan bersama, bareng-bareng gitu
P : Berapa kali dalam setahun anda dan keluarga membeli baju baru?
FA : Setahun saya membeli baju 3 kali, pada saat idul fitri, idul adha, dan
kalau lagi punya uang lebih
P : Dalam tiga bulan terakhir, adakah anggota keluarga yang sakit?
FA : Ada, adik saya sakit. Tapi sakitnya juga tidak terlalu parah
P : Jika salah satu anggota keluarga sakit, bagaimana penanganannya?
Dibawa ke Puskesmas atau ke Rumah sakit, atau hanya dirawat dirumah?
FA : Ya tergantung, jika sakitnya tidak terlalu parah mungkin dibawa ke
puskesmas, tapi jika sakitnya parah ya bisa saja dibawa ke rumah sakit,
P : Dimanakan anda tinggal? Bagaimana status kepemilikan rumah tersebut?
FA : Saya tinggal di rumah ibu saya, dan rumah itu benar-benar rumah ibu
saya (pribadi)
P : Berapa banyak kendaraan yang keluarga anda miliki? Sebutkan jenisnya,
dari manakah kendaraan itu berasal?
FA : Tidak punya
102
P : Bagaimana tingkat pendidikan seluruh anggota keluarga?
FA : Untuk pendidikan dirumah cukup baik menurut saya, kakak saya lulusan
S1, saya lulusan SMA, dan adik saya lulusan SD
P : Adakah dari anggota keluarga yang masih buta aksara?
FA : Saya rasa tidak ada
P : Adakah anggota keluarga lain yang bekerja dan membantu perekonomian
keluarga ?
FA : Mungkin untuk sekarang belum, tapi tidak tau untuk kedepannya
P : Jika iya, apa pekerjaannya?
FA : -
P : Apakah anggota keluarga yang bekerja tersebut berpenghasilan tetap ?
FA : -
P : Bagaimana sikap anggota keluarga dalam menjalankan ibadahnya?
FA : Kalo dikatakan baik sih tidak, dikatakan buruk juga tidak, yaaa standar
lah
P : Berapa kali dalam setahun keluarga anda melakukan rekreasi
FA : Mungkin setahun sekali
P : Apakah anda sekeluarga sering mengikuti kegiatan yang ada di wilayah
tempat tinggal?
FA : Yah sering
P : Apakah anda sekeluarga aktif memberikan sumbangan? Kemana dan
berapa banyak?
103
FA : Yah kalau biayanya ada ya suka, cuman kalau lagi nggak punya ya tidak.
Yah paling sumbangan untuk maulid nabi, kami sering memberi sekiranya
100-200 ribu mungkin
104
3.1.8 Catatan Wawancara 8
CATATAN WAWANCARA
HASIL WAWANCARA KELUARGA PEKERJA MIGRAN
PEREMPUAN
Inisial Partisipan : MA (keluarga dari perempuan yang berprofesi sebagai
pekerja migran)
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 30 juli
Tempat : Desa Wantisari
Tanggal wawancara : 17 april 2019
Waktu : 18:55 WIB
Anggota keluarga yang menjadi pekerja migran : Ibu, paman, bibi
Sejak tahun : Sejak kecil
Keterangan:
P : Pewawancara
MA : Partisipan
P : Apa hubungan anda dengan perempuan yang berprofesi sebagaipekerja
migran tersebut?
MA : Ibu
P : Bagaimana tanggapan anda mengenai keputusan salah satu anggota
keluarga untuk bekerja di luar negeri?
MA : Keputusan? Mmm. Sebenarnya di satu sisi kayak saya nggak setuju nya,
soalnya mungkin kita nggak tau nyah, kondisi di luar Indonesia teh kayak
105
gimana, segalanya, kulturnya, budayanya pasti beda. Cuma disisi lain kalo
diliat lagi saat itu kan kayaknya kesempatan kerja di indonesia teh sedikit,
lapangan kerja sedikit, terus akhirnya lebih milih ke luar negeri dengan
gaji lebih banyak dari pada di indonesia, saya sendiri sih ngeliatnya kalau
untuk keluarga dari TKW/TKI tuh kehidupannya lebih baik di banding
yang bukan
P : Adakah perubahan yang terjadi dalam keluarga setelah salah satu anggota
keluarga menjadi pekerja migran?
MA : sebelum kerja ke luar negeri, ekonomi di rumah tuh kurang banget, orang
tua udah cerai, saya dan kakak saya tinggal sama ibu, , sementara ibu saya
pekerjaannya cuma jualan-jualan gitu, jadi ya paling cukup buat makan
Sebelum kerja ke luar negeri ibu saya jualan-jualan gitu, Cuma ya paling
cukup buat makan. Setelah bekerja ke luar negeri sih ya jadi lebih baik ya.
P : Perubahan apa yang paling terasa dalam keputusan salah satu anggota
keluarga untuk menjadi pekerja migran ?
MA : Untuk kehidupannya emang jadi lebih baik sih, lebih sejahtera dibanding
sebelumnya, Cuma dari sisi psikologis anaknya menurut saya jadi kurang
P : Bagaimana kondisi ekonomi keluarga anda jika anggota keluarga yang
berprofesi sebagai pekerja migran tersebut berhenti dari pekerjaan?
MA : Agak sedikit terganggu pasti, soalnya selama beberapa tahun itu hanya
mengandalkan dari penghasilan dia jadi buruh migran di luar negeri,
selebihnya nggak ada
P : Berapa penghasilan anggota keluarga yang berprofesi sebagai pekerja
migran?
MA : Nggak tau nya, 3 jutaan kali
P : Berapa besar jumlah uang yang diberikan setiap bulannya?
106
MA : Buat saya sendiri mah 500 ribu
P : untuk apa sajakah uang itu digunakan?
MA : Biaya kuliah, sehari-hari, biaya makan
P : Berapa kali anda dan keluarga makan setiap harinya?
MA : Saya dua kali
P : Adakah dalam seminggu keluarga mengkonsumsi daging, ikan, atau
ayam?
MA : Ada lah
P : Seberapa sering anda dan keluarga makan bersama?
MA : Jarang sih, paling bisa diitung jari
P : Berapa kali dalam setahun anda dan keluarga membeli baju baru?
MA : Mmm. Hampir tiap bulan sih kalo saya, kebetulan kan suka ngajar-ngajar
les, jadi ada pemasukan dari luar juga
P : Dalam tiga bulan terakhir, adakah anggota keluarga yang sakit?
MA : Ada, tapi paling sakit biasa aja
P : Jika salah satu anggota keluarga sakit, bagaimana penanganannya?
Dibawa ke Puskesmas atau ke Rumah sakit, atau hanya dirawat dirumah?
MA : Pertama pasti dirumah dulu, kalau udah gak bisa ditangani di rumah baru
berobat ke klinik, kalau dari klinik dianjurkan ke Rumah Sakit ya ke
Rumah Sakit
P : Dimanakan anda tinggal? Bagaimana status kepemilikan rumah tersebut?
MA : untuk saat ini sih ngekost, kalau rumah pribadi, punya orang tua ada di
kampung
107
P : Berapa banyak kendaraan yang keluarga anda miliki? Sebutkan jenisnya,
dari manakah kendaraan itu berasal?
MA : Ada satu, motor, motornya dibeliin mama, uang buat belinya banyaknya
dibayarin sama mama, sama uang saya sendiri juga
P : Bagaimana tingkat pendidikan seluruh anggota keluarga?
MA : Tingkat pendidikan keluarga bervariasi, ada yang S1, SMP, SMA. Ini
untuk keluarga besar ya. Kalau untuk keluarga inti ya sudah cukup baik
lah, kakak saya lulus SMA, saya S1
P : Adakah dari anggota keluarga yang masih buta aksara?
MA : Mmm. Nggak ada
P : Adakah anggota keluarga lain yang bekerja dan membantu perekonomian
keluarga ?
MA : Nggak ada
P : Jika iya, apa pekerjaannya?
MA : -
P : Apakah anggota keluarga yang bekerja tersebut berpenghasilan tetap ?
MA : -
P : Bagaimana sikap anggota keluarga dalam menjalankan ibadahnya?
MA : Rajin sih, maksudnya kan. Ya kita masih menjalankan ibadah seperti
biasa, shalat 5 waktu, puasa, ngaji
P : Berapa kali dalam setahun keluarga anda melakukan rekreasi
MA : Bisa beberapa kali sih, 2, 3 atau 5 kali. Biasanya kalau ada libur panjang
gitu suka jalan-jalan sekeluarga.
108
P : Apakah anda sekeluarga sering mengikuti kegiatan yang ada di wilayah
tempat tinggal?
MA : Nggak tau yah, ikutan kayaknya, saya sih nggak, nggak tau yang lain
P : Apakah anda sekeluarga aktif memberikan sumbangan? Kemana dan
berapa banyak?
MA : Aktif kali, ke mesjid, nggak tau ya jumlahnya, dulu mah biasa 500
109
3.1.9 Catatan Wawancara 9
CATATAN WAWANCARA
HASIL WAWANCARA KELUARGA PEKERJA MIGRAN
PEREMPUAN
Inisial Partisipan : OA (Perangkat desa setempat)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 07 mei 1982 (48 tahun)
Tempat : Desa Wantisari
Tanggal wawancara : 11 April 2019
Waktu : 10:20 WIB
Bekerja sebagai perangkat desa sejak : 2014
Keterangan:
P : Pewawancara
OA : Partisipan
P : Ada berapa banyak penduduk berjenis kelamin perempuan di desa ini
yang berprofesi sebagai pekerja migran?
OA : Untuk yang jadi TKW sekitar, kalau perempuan itu sekitar 10 lah, yang
perempuan ya
P : Selain menjadi pekerja migran, pekerjaan apa lagi yang dilakukan oleh
perempuan di desa ini?
OA : Ibu rumah tangga kebanyakan
P : Bekerja sebagai apa para perempuan tersebut disana?
110
OA : TKW itu jarang yang jadi tenaga ahli ya atau lain sebagainya kebanyakan
jadi pembantu rumah tangga (PRT)
P : Negara mana saja yang menjadi tujuan untuk bekerja?
OA : Timur tengah. Arab saudi
P : Berapa lama para perempuan ini bekerja?
OA : 2-4 tahun, sesuai namanya kontrak yah
P : Bagaimana pendapat anda anda tentang fenomena perempuan yang
berprofesi sebagai pekerja migran tersebut?
OA : Sebenernya satu hal mungkin yah, karena intinya faktor lapangan
pekerjaan negara kita yang kurang memadai mungkin yah, dan dari upah
kebanyakan, intinya dari upah, kalau pekerjaan banyak intinya upah, yang
belum bisa mensejahterakan masyarakat sehingga banyak lari ke luar
negeri seperti itu
P : Apa definisi sejahtera menurut anda?
OA : Satu, mungkin kecukupan dalam arti konsumsi kebutuhan rumah tangga,
itu mungkin bisa dikategorikan definisi sejahtera tersebut
P : Indikator sejahtera menurut anda terdiri dari apa saja?
OA : Biasanya satu pendidikan, itu salah satu alat ukur itu pendidikan, kedua
biaya hidup, itu jadi salah satu tolak ukur juga, seperti itu
P : Bagaimana kondisi kesejahteraan tiap keluarga di desa ini?
OA : Kalau berdasarkan sensus untuk desa Wantisari itu udah kategori desa
sejahtera masyarakatnya, karena kalau menurut penilaian dari Dinas Sosial
sendiri itu yang dikategorikan miskin itu yang berpenghasilan 600 ribu
kebawah, kalau 600 ribu keatas itu udah masuk kategori masyarakat
111
sejahtera, ya itu mah wallahu a’lam yaa cukup atau tidaknya, di
definisinya seperti itu
P : Menurut anda, apakah tiap keluarga di desa ini sudah bisa dikatakan
sejahtera?
OA : Sebenernya kalau ngitung tolak ukur itu (seperti yang disebutkan diatas)
udah di kategorikan sejahtera, tapi kalau kenyataan realita di lapangan itu
belum, mungkin untuk perbandingannya antar keluarga sejahtera dengan
yang tidak sejahtera perbandingannya 60:40 seperti itu. Sebenernya kalau
ngeliat dari laporan emang sih kalau desa Wantisari dari 12 desa di
kecamatan itu kategori desa udah desa kota, dengan tingkat penduduk
yang sejahtera, namun ketika masuk ke dalam, itu tuh kalau kita telusuri
ke dalam, semacam kadujangkung, cibogo, cicendo, itu hampir
masyarakatnya itu masih di bawah, di bawah kesejahteraan
P : Bagaimana kondisi kesejahteraan untuk keluarga perempuan yang
berprofesi sebagai pekerja migran?
OA : Alhamdulillah, biasanya tuh kalau orang udah berangkat jadi TKW taraf
hidupnya keangkat, jadi ada kenaikan.
P : Apakah ada perbedaan antara kesejahteraan keluarga biasa dan keluarga
perempuan yang berprofesi sebagai pekerja migran?
OA : Jelas ada, lebih baik yang keluarganya jadi TKW, kan ngitungnya kan,
ketika dua keluarga yang notabenenya sama, dibawah, istilahnya kurang
sejahtera. Sehingga yang satu berdomisili di kita yang satu jadi TKW,
secara otomatis tuh yang jadi TKW yang bisa keangkat kehidupannya
P : Apakah fasilitas umum seperti sekolah, balai pengobatan, dan tempat
ibadah sudah terpenuhi di desa ini?
OA : Alhamdulillah udah terpenuhi, kalau untuk sarana ibadah, kalau untuk
sarana pengobatan kita masih terpaku ke Puskesmas doang, sekolah
112
alhamdulillah kita dari Setingkat SD/MI kita ada 3, MTS 1, SMK 1, Paud
atau TK ada 2 di kita. Kalau untuk balai pengobatan karena aksesnya,
kenapa kurang terfokus pada balai pengobatan, karena aksesnya dekat ke
Puskesmas, tapi kalau klinik itu ada.
P : Seberapa besar intensitas warga menggunakan fasilitas umum yang
diberikan oleh pemerintah tersebut?
OA : Sering lah, untuk sekolah udah pasti, untuk balai pengobatan sering
menggunakan lah, karena tadi itu mungkin kan ada satu program
kesehatan, jujur aja untuk desa Wantisari alhamdulillah kita masih dapat
banyak bantuan untuk kesejahteraan kesehatan tersebut
P : Hal apa lagi yang harus diperhatikan oleh pemerintah sebagai upaya
untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga di desa ini?
OA : Satu, lapangan pekerjaan, dua upah minimum yang harus dinaikkan itu.,
terus ekonomi kreatif kerakyatan, terus mengenai kalau untuk peningkatan
kesejahteraan mah yah, satu hal lagi, pendidikan atau pelatihan ibu rumah
tangga sesuai job desk/keahliannya, itu di kita belum ada, mungkin di
Pemerintah Kabupaten itu ada cuman daya rangsang/antusiasme
masyarakat kurang juga, mungkin instansi terkait harus turun kebawah
sehingga bisa memotivasi masyarakat.
113
3.2 Catatan Observasi
3.2.1 Catatan Observasi 1
Hari/ Tanggal : Senin, 7 April 2019
Tempat : Desa Wantisari Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak-
Banten
No Aspek Hal yang diamati Keterangan
1. Kondisi dan
keadaan keluarga
perempuan yang
berprofesi
sebagai pekerja
migran
− Keadaan rumah
dan fasilitas
pendukung (kamar
tidur dan kamar
mandi)
− Kelengkapan
sarana/
perlengkapan
rumah tangga
− Alat transportasi
Rumah yang ditempati
merupakan milik pribadi,
dan tberbentuk permanen.
Sebanyak 1 keluarga
pekerja migran perempuan
sedang melaksanakan
renovasi pada saat
penelitian dilakukan.
Semua kamar mandi berada
dalam kondisi baik dan
terdapat kakus di dalamnya.
Peralatan rumah tangga
seperti sofa,tempat tidur,
dan lain sebagainya diganti
dengan yang baru.
Beberapa dari keluarga
tersebut membeli peralatan
rumah tangga tersier seperti
mesin cuci, komputer
jinjing (laptop) dan Air
Conditioner.
Beberapa keluarga pekerja
migran sudah memiliki alat
114
− Kepemilikan harta
benda tak bergerak
transportasi pribadi berupa
sepeda motor,
Baik keluarga pekerja
migran maupun mantan
pekerja migran mayoritas
memiliki harta tak bergerak
seperti tabungan, sawah,
emas, dan usaha.
2. Kondisi
lingkungan
sekitar tempat
tinggal keluarga
perempuan yang
berprofesi
sebagai pekerja
migran
− Keadaan jalan
sekitar rumah
− Kondisi rumah
sekitar
− Fasilitas umum
(sekolah, tempat
ibadah, dan balai
pengobatan)
Kondisi jalan pada sedang
dalam proses perbaikan
Kondisi sekitar tempat
tinggal mantan pekerja
migran dan keluarga
pekerja migran bersih dan
terawat.
Terdapat 6 sekolah yang
terdiri atas TK/PAUD, SD
dan MI, MTS, dan MA
Rumah Ibadah sudah
tersedia di tiap kampung,
baik masjid maupun surau.
Terdapat satu klinik dan
apotik yang dibuka oleh
bidan setempat, untuk balai
pengobatan yang lebih
besar seperti puskesmas
terdapat di desa tetangga.
Saat ini sedangan dibangun
Posyandu untuk desa karena
sebelumnya kegiatan
posyandu yang
115
− Kondisi
penerangan
dilaksanakan tiap bulan
selalu bertempat di rumah
anggotanya.
Kondisi penerangan tiap
tempat tinggal sudah bisa
dikatakan bagus, karena
hampir semua tempat
tinggal sudah dialiri listrik.
Untuk penerangan di jalan
raya, hingga saat ini hanya
mengandalkan pencahayaan
dari tempat tinggal
penduduk yang rumahnya
berada di tepi jalan.
116
3.3 Catatan Observasi
3.2.2 Catatan Observasi 2
Hari/ Tanggal : Kamis, 11 April 2019
Tempat : Desa Wantisari Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak-
Banten
No Aspek Hal yang diamati Keterangan
3. Kondisi dan
keadaan keluarga
perempuan yang
berprofesi
sebagai pekerja
migran
− Keadaan rumah
dan fasilitas
pendukung (kamar
tidur dan kamar
mandi)
− Kelengkapan
sarana/
perlengkapan
rumah tangga
− Alat transportasi
Rumah yang ditempati
merupakan milik pribadi,
dan tberbentuk permanen.
Sebanyak 1 keluarga
pekerja migran perempuan
sedang melaksanakan
renovasi pada saat
penelitian dilakukan.
Semua kamar mandi berada
dalam kondisi baik dan
terdapat kakus di dalamnya.
Peralatan rumah tangga
seperti sofa,tempat tidur,
dan lain sebagainya diganti
dengan yang baru.
Beberapa dari keluarga
tersebut membeli peralatan
rumah tangga tersier seperti
mesin cuci, komputer
jinjing (laptop) dan Air
Conditioner.
Beberapa keluarga pekerja
migran sudah memiliki alat
transportasi pribadi berupa
117
− Kepemilikan harta
benda tak bergerak
sepeda motor,
Baik keluarga pekerja
migran maupun mantan
pekerja migran mayoritas
memiliki harta tak bergerak
seperti tabungan, sawah,
emas, dan usaha.
4. Kondisi
lingkungan
sekitar tempat
tinggal keluarga
perempuan yang
berprofesi
sebagai pekerja
migran
− Keadaan jalan
sekitar rumah
− Kondisi rumah
sekitar
− Fasilitas umum
(sekolah, tempat
ibadah, dan balai
pengobatan)
Kondisi jalan pada sedang
dalam proses perbaikan
Kondisi sekitar tempat
tinggal mantan pekerja
migran dan keluarga
pekerja migran bersih dan
terawat.
Terdapat 6 sekolah yang
terdiri atas TK/PAUD, SD
dan MI, MTS, dan MA
Rumah Ibadah sudah
tersedia di tiap kampung,
baik masjid maupun surau.
Terdapat satu klinik dan
apotik yang dibuka oleh
bidan setempat, untuk balai
pengobatan yang lebih
besar seperti puskesmas
terdapat di desa tetangga.
Saat ini sedangan dibangun
Posyandu untuk desa karena
sebelumnya kegiatan
posyandu yang
dilaksanakan tiap bulan
118
− Kondisi
penerangan
selalu bertempat di rumah
anggotanya.
Kondisi penerangan tiap
tempat tinggal sudah bisa
dikatakan bagus, karena
hampir semua tempat
tinggal sudah dialiri listrik.
Untuk penerangan di jalan
raya, hingga saat ini hanya
mengandalkan pencahayaan
dari tempat tinggal
penduduk yang rumahnya
berada di tepi jalan.
119
4. Dokumentasi
CATATAN DOKUMENTASI
Dokumentasi pada saat wawancara dengan partisipan
(Gambar 1. Ibu Aisyah) (Gambar 2. Bapak Oman A)
(Gambar 3. Piani Ariska) (Gambar 4. Fahmi At Takmir)
129
BIODATA PENULIS
NIKEN KESUMA WARDANI, lahir di Rangkasbitung,
04 April 1996, putri pertama dari Bapak Imam Chanafi
(ALM) dan Ibu Iyok Rodiah yang beralamat tinggal di
Jalan Leuwidamar Desa Wantisari Kecamatan
Leuwidamar Kabupaten Lebak-Banten. Anak pertama
dari 3 bersaudara ini telah menempuh pendidikan di TK
Al Hidayah Wantisari (2000-2001), Kemudian penulis melanjutkan ke SDN I
Wantisari (2002-2008), selanjutnya meneruskan pendidikan di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Leuwidamar (2008-2011) dan melanjutkan kembali
pendidikan di Sekolah Menengah Atas 1 Negeri 1 Leuwidamar(2011-2014)
Setelah lulus Madrasah Aliyah, penulis melanjutkan pedidikan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan jurusan Pendidikan
Ilmu Pegetahuan Sosial konsentrasi Sosiologi-Antropologi angkatan 2014 melalui
jalur SBMPTN.
Skripsi yang berjudul “Kesejahteraan Keluarga Pekerja Migran
Perempuan (Studi Kasus di Desa Wantisari, Kecamatan Leuwidamar
Kabupaten Lebak Provinsi Banten)” ini di bawah bimbingan Bapak Dr.H.
Nurochim, MM sebagai Dosen Pembimbing I dan Ibu Maila Dinia Husni Rahiem,
Ph.D., M.A sebagai Dosen Pembimbing II.