+ All Categories
Home > Documents > perubahan kondisi kesejahteraan keluarga

perubahan kondisi kesejahteraan keluarga

Date post: 09-Jan-2023
Category:
Upload: khangminh22
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
147
PERUBAHAN KONDISI KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA MIGRAN PEREMPUAN SEBELUM DAN SESUDAH BEKERJA KE LUAR NEGERI (STUDI KASUS DI DESA WANTISARI KECAMATAN LEUWIDAMAR KABUPATEN LEBAK-BANTEN) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: Niken Kesuma Wardani NIM 11140150000032 PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020
Transcript

PERUBAHAN KONDISI KESEJAHTERAAN KELUARGA

PEKERJA MIGRAN PEREMPUAN SEBELUM DAN

SESUDAH BEKERJA KE LUAR NEGERI (STUDI KASUS DI

DESA WANTISARI KECAMATAN LEUWIDAMAR

KABUPATEN LEBAK-BANTEN)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Niken Kesuma Wardani

NIM 11140150000032

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA MIGRAN PEREMPUAN (STUDI KASUS DI DESA WANTISARI KECAMATAN LEUWIDAMAR

KABUPATEN LEBAK-BANTEN)

Skripsi diajukan kepada Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S .Pd)

Oleh:

Niken Kesuma Wardani

Pembimbing I

Dr. H. Nurochim, MM NIP. 19590715 198403 l 003

NIM: 11140150000032

Menyetujui ,

Pembimbing II

Maila Dinia Husni Rahiem, Ph.D,.MA NIP. I 97803 I 4 200604 2 002

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

U NIVERSIT AS ISLAM NEGERI SY ARIF I-IIDA Y ATULLA I I

.JAKARTA

2019

ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Kesejahteraan Keluarga Pekerja Migran Perempuan (Studi Kasus Di Desa Wantisari Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak-Banten) disusun oleh Niken Kesuma Wardani , dengan Nomor Induk Mahasiswa 11140150000032, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial , Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada siding munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan fakultas .

Dr. H. Nurochim, MM NIP. 19590715 198403 1 003

Jakarta, 25 Oktober 201 9

Yang Mengesahkan,

Pembimbing II

Maila Dinia Husni Rahiem, Ph.D .• MA 19780314 200604 2 002

iii

LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI

Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul

"Kesejahtcraan Kcluarga Pckcrja Migran Pcrcmpuan (Studi Kasus di Dcsa

Wantisari Kccamatan Lcuwidamar Kabupatcn Lcbak-Bantcn)" yang disusun

oleh Niken Kesuma Wardani , NIM. 11140150000032, Jurusan Pendidikan Ilrnu

Pengetahuan Sosial , Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diuj i kebenarannya oleh dosen

pembimbing skripsi pacla tanggal 15 Oktober 2019.

Pembimbing Skripsi I

Dr. H. Nurochim. MM

NIP. 19590715 1984 03 1 003

Jakarta, 15 Oktober 2019

Mengesahkan,

Pembimbing Skripsi II

Maila Dinia Husni Rahicm, Ph.D., M.A

NIP. 19780314 200604 2 002

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Skripsi ini berjudul: "Kesejahteraan Keluarga Pekerja Migran Perempuan (Studi

Kasus di Desa Wantisari Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak-Banten)",

disusun oleh Niken Kesuma Wardani, NIM: 11140150000032, diajukan kepada Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan

dan telah dinyatakan Lulus dalam ujian Munaqasah pada tanggal 20 Januari 2020

dihadapan dewan penguji. Karena itu penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd)

dalam bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Jakarta, 20 Januari 2020

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Sidang (Ketua Jurusan Pendidikan IPS)

Dr. Iwan Purwanto, M.PdNIP. 197304240080 11 012

Sekretaris (Sekretaris Jurusan)Andri Noor Ardiansvah, M. SiNIP. 198403122015031002

Dosen Penguji I

Neng Sri Nuraeni, M. PdNIDN.2005058801 ......~~

Dosen Penguji II

Dr. Sodikin, M. SiNIDN. 2022028704

Mengetahui:Dekan Fakultas lImu Tarbiyah dan Keguruan•UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Niken Kesuma Wardani

: 11140150000032

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Alamat : Jalan Raya Leuwidamar, KM. 20 Kampung Dago RTIRW:002/003 Desa Wantisari Kecamatan Leuwidamar KabupatenLebak, Banten

MENYATAKANDENGANSESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Kesejahteraan Keluarga Pekerja MigranPerempuan (Studi Kasus Di Desa Wantisari Kecamatan LeuwidamarKabupaten Lebak-Banten) adalah benar hasil karya sendiri dibawah bimbingandosen:

Pembirnbing I : Dr. H. Nurochim, MM

NIP : 19590715 198403 1 003

Pembimbing II : Maila Dinia Husni Rahiem, Ph. D., MA

NIP : 19780314 200604 2 002

Dengan surat pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siapmenerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan karyasendiri.

Jakarta, Oktober 2019

Yang Menyatakan,

iv

i

ABSTRAK

Niken Kesuma Wardani (11140150000032), Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Judul skripsi

“Kesejahteraan Keluarga Pekerja Migran Perempuan (Studi Kasus di Desa

Wantisari Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak-Banten)”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan kondisi kesejahteraan

keluarga pekerja migran perempuan di Desa Wantisari Kecamatan Leuwidamar

Kabupaten Lebak-Banten. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan

menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengambilan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Nonprobability Sampling dengan metode Purposive

Sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah wawancara, observasi,

dan dokumentasi.

Temuan dari penelitian ini adalah bahwa kondisi kesejahteraan keluarga

pekerja migran perempuan sebelumnya berada dalam kategori kurang mampu;

kondisi kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan menjadi lebih baik

setelah bekerja ke luar negeri; kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan

mengalami perbaikan pada bidang ekonomi; kesejahteraan keluarga pekerja

migran perempuan mengalami perbaikan pada bidang pendidikan; kesejahteraan

keluarga pekerja migran perempuan lebih baik daripada keluarga yang

anggotanya tidak berprofesi sebagai pekerja migran; dan kesejahteraan keluarga

pekerja migran perempuan akan mengalami penurunan apabila berhenti dari

profesi tersebut.

Kata Kunci: Pekerja Migran Perempuan, Kesejahteraan, Keluarga

ii

ABSTRACT

Niken Kesuma Wardani (11140150000032), Department of Social Science

Education, Faculty of Educational Sciences. Bachelor’s thesis titled “Family

Welfare of Female Migrant Workers (Case Study in Wantisari Village,

Leuwidamar District, Lebak Regency, Banten)”

This study was carried out to know the change on welfare conditions of

the families of women migrant workers in Wantisari village, Leuwidamar

District, Lebak Regency-Banten. This study is a descriptive study that uses a

qualitative approach. This study used purposive sampling in nonprobability

sampling method for data collecting. The data gathering in this study through

interview, observation, and documentation.

The findings of this study revealed that the family welfare conditions of

female migrant workers have improved; when before living poorly change to the

better condition; especially in the economic and educational fields; were better

than families whose members did not work as migrant workers; and decreased

in welfare when quitting from the profession.

Keywords: Female Migrant Worker, Welfare, Family

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Kesejahteraan Keluarga Pekerja Migran Perempuan

(Studi Kasus Di Desa Wantisari Kecamatan Leuwidamar Kabupaten

Lebak-Banten)” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana.

Tanpa akal, berkah dan rahmat-Nya yangdiberikan penulis pasti tidak akan

sampai pada fase akhir di perkuliahan ini.Selanjutnya Shalawat serta salam

semoga terlimpah dan tercurah kepada junjungan alam, baginda Nabi

Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya. Nabi akhirul zaman

yang telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan menjadi zaman yang

terang berderang dengan ilmu dan teknologi yang berkembang dengan pesat saat

ini.

Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan

yang harus disempurnakan dan penuh denganhambatan yang harus dilalui. Tanpa

dukungan dari seluruh pihak yang telahmembantu pastinya skripsi ini tidak dapat

terselesaikan. Oleh karena itu padakesempatan ini penulis menyampaikan

penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Hj. Amany

Burhanuddin Lubis, M.A

2. Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

3. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua jurusan Pendidikan Imu

Pengetahuan Sosial sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang

senantiasa memberikan banyak perhatian, bimbingan, serta motivasi

kepada mahasiswa tingkat akhir disela-sela kesibukannya.

iv

4. Bapak Andri Noor Ardiansyah, M. Si, selaku sekertaris Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, yang juga senantiasa memberikan

banyak perhatian dan motivasi kepada mahasiswa tingkat akhir disela-

sela kesibukannya.

5. Bapak Dr. H. Nurochim, MM,selaku dosen pembimbing pertama dan ibu

Maila Dinia Husni Rahiem, Ph. D., MA, selaku dosen pembimbing kedua

yang telah bersedia meluangkan waktu serta selalu memberikan motivasi,

bimbingan dan nasehat selama penulisan skripsi ini.

6. Seluruh dosen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah

memberikan ilmu selama penulis mengenyam pendidikan di kampus ini.

7. Kepada Bapak Oman Abdurrohman selaku perangkat desa lokasi

penelitian, dan para informan yang bersedia untuk membantu saya dalam

pelaksanaan penelitian.

8. Kepada kedua orang tua, terutama ibunda tercinta, Ibu Iyok Rodiyah

terimakasih atas seluruh doa dan dukungan moril maupun materil serta

kasih sayang yang selalu mengiringi langkah penulis hingga saat ini.

9. Kepada kedua adik, uwa, dan keluarga besar yang tak bosan menanyakan

“kapan lulus?”

10. Kepada sahabat, teman se-perkostanan, sepermainan, seperjajanan,

seperjepangan, seperanimean, Sarah Choirunnisa yang telah memotivasi

penulis untuk segera menyelesaikan skripsi. Terima kasih untuk

perhatian, waktu dan tempat yang selalu tersedia untuk penulis

menumpahkan segala kekesalan dan kelelahan selama menyelesaikan

skripsi. You really mean a lot to me sar!

11. Kepada Yufilanita Bandi Saputri, selaku teman, guru, dan orang yang

selalu memberi nasihat untuk melakukan sesuatu yang berguna. I dont

know how should i tell you, but thank you.

12. Kepada teman-teman kloter terakhir bimbingan Ibu Maila, Arini, M.

Yusup Fadillah, Fahmi Ramadhan, dan Gilang Fajar Septianto.

Terimakasih atas perjuangan selama ini dalam menyeleaikan skripsi

v

bersama-sama yang telah menerima segala kekurangan penulis dalam

suka maupun duka.

13. Sahabat-sahabat tercinta “Mecin Seki” Arini, Fauziah Karimah, Fitria

Sulistyani, Bahrani Anggi Sinta, Yufilanita Bandi Saputri,, dan Finkki

Dahliani Dewi Andesline. Terimakasih atas dukungan dan doa kalian,

yang selalu membuat penulis selalu semangat hingga saat ini.

14. Teman-teman Jurusan Pendidikan IPS angkatan 2014 atas

kekompakannya selama ini, baik di kelas ataupun saat praktikum.

15. Kepada orang-orang yang merendahkan penulis dan sering menanyakan

skripsi kapan berakhir penulis ucapkan terimakasih berkat perkataannya

membantu penulis untuk semangat dan membuktikan mampu

menyelesaikan skripsi ini.

16. Seluruh pihak yang penulis sadari atau tidak sadari telah membantu

secara langsung ataupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini

yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis harapkan semoga segala kebaikan yang diberikan mendapatkan

pahala yang berlipat ganda oleh Allah SWT dan senantiasa selalu dilindungi oleh

Allah SWT.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang akan

digunakan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Penulis berharap agar

skripsi ini dapat bermanfaat, khusunya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Jakarta, 20 Januari 2020

Penulis,

Niken Kesuma Wardani

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN UJI REFERENSI

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ........................................................................................................... i

ABSTRACT .......................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 4

C. Pembatasan Masalah ........................................................................... 5

D. Rumusan Masalah ............................................................................... 5

E. Tujuan penelitian ................................................................................. 5

F. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Deskripsi Teoretik ................................................................................ 7

vii

1. Landasan Teori .............................................................................. 7

B. Kajian Literatur ................................................................................... 9

1. Profil Perempuan Indonesia .......................................................... 9

2. Pendidikan dan Profesi Perempuan Indonesia .............................. 10

3. Pengertian Pekerja Migran Indonesia ........................................... 12

4. Alasan Menjadi Pekerja Migran .................................................... 13

5. Peluang dan Tantangan Menjadi Pekerja Migran ......................... 15

6. Pengertian Keluarga ...................................................................... 17

7. Profil Keluarga Indonesia ............................................................. 18

8. Pengertian Kesejahteraan Keluarga .............................................. 19

a. Ruang Lingkup Kesejahteraan Keluarga ................................ 19

b. Indikator Kesejahteraan Keluarga ........................................... 20

9. Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga ............................. 21

10. Perempuan Dan Kesejahteraan Keluarga ...................................... 22

11. Keluarga Sejahtera dan Manfaatnya Bagi Perkembangan

Masyarakat dan Negara ................................................................. 23

C. Penelitian yang Relevan ...................................................................... 25

D. Kerangka Berpikir ............................................................................... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. 29

1. Waktu Penelitian ........................................................................... 29

2. Tempat Penelitian .......................................................................... 29

B. Metode Penelitian ................................................................................ 29

C. Sampel ................................................................................................. 31

D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 32

1. Observasi ....................................................................................... 33

2. Wawancara .................................................................................... 33

3. Dokumentasi ................................................................................. 34

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ................................................ 35

1. Pengumpulan Data ....................................................................... 35

viii

2. Reduksi Data ................................................................................. 36

3. Penyajian Data .............................................................................. 46

4. Penarikan Kesimpulan .................................................................. 37

F. Pemeriksaan Keabsahan Data ............................................................. 37

1. Uji Kredibilitas (Credibility) .......................................................... 37

2. Keteralihan (Transferability) ........................................................ 38

3. Kebergantungan (Dependability) .................................................. 38

4. Kepastian (Confirmability) ........................................................... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ................................................................................... 39

B. Gambaran Umum Desa Wantisari ...................................................... 39

C. Informasi Partisipan ............................................................................ 40

D. Paparan Data Hasil Penelitian ............................................................. 42

1. Kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan sebelumnya

berada dalam kategori kurang mampu .......................................... 43

2. Kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan menjadi

lebih baik setelah bekerja ke luar negeri ....................................... 45

3. Kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan mengalami

perbaikan pada bidang ekonomi .................................................... 48

4. Kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan mengalami

perbaikan pada bidang pendidikan ................................................ 52

5. Kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan lebih baik

daripada keluarga yang anggotanya tidak berprofesi pekerja

migran ........................................................................................... 56

6. Kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan akan

mengalami penurunan apabila berhenti dari profesi tersebut ....... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................... 62

B. Implikasi ................................................................................................... 62

ix

C. Saran ......................................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 64

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ 70

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jumlah Tenaga Kerja Perempuan (15 tahun ke atas) berdasarkan

sembilan Sektor Lapangan Kerja per Agustus 2017 ..........................................14

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir .......................................................................... 31

Gambar 4.1 Perubahan Peralatan Rumah Tangga partisipan MA ..................... 51

Gambar 4.2 Tempat tinggal partisipan A hasil dari bekerja sebagai pekerja

migran perempuan .............................................................................................. 52

Gambar 4.3 Usaha Partisipan SM setelah bekerja di luar negeri ....................... 55

Gambar 4.4 Barang-barang sekunder yang terdapat pada tempat tinggal PA ... 55

Gambar 4.5 Barang-barang sekunder yang terdapat pada tempat tinggal AA ... 55

Gambar 4.6 Barang-barang sekunder yang terdapat pada tempat tinggal MA .. 56

Gambar 4.7 Informan AA menunjukkan jenjang pendidikan yang ditempuh

saat ini ................................................................................................................. 59

Gambar 4.8 Informan PA menunjukkan jenjang pendidikan yang telah selesai

ditempuh ............................................................................................................. 59

Gambar 4.9 Perbandingan Tempat Tinggal keluarga pekerja migran perempuan

dengan keluarga yang bermata pencaharian bukan pekerja migran .................. 63

Gambar 4.10 Informan J dan R yang saat ini berstatus sebagai ibu rumah tangga

sedang berkumpul dan bercakap-cakap ............................................................. 65

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Persentase penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas menurut

jenjang tertinggi yang ditamatkan, daerah tempat tinggal, dan jenis kelamin,

tahun 2015) ........................................................................................................... 13

Tabel 2.2 Penelitian Relevan ................................................................................. 28

Tabel 3.1 Waktu Penelitian ................................................................................... 32

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Surat .....................................................................................................................

1.1 Surat Bimbingan Skripsi ............................................................................ 78

2. Instrumen .............................................................................................................

2.1 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara ................................................................ 79

2.2 Pedoman Observasi ................................................................................... 83

3. Hasil Pengumpulan Data ......................................................................................

3.1 Catatan Wawancara (CW)..............................................................................

3.1.1 CW 1 ............................................................................................. 84

3.1.2 CW 2 ............................................................................................. 88

3.1.3 CW 3 ............................................................................................. 91

3.1.4 CW 4 ............................................................................................. 94

3.1.5 CW 5 ............................................................................................. 97

3.1.6 CW 6 ........................................................................................... 101

3.1.7 CW 7 ........................................................................................... 105

3.1.8 CW 8 ........................................................................................... 110

3.1.9 CW 9 ........................................................................................... 115

3.2 Catatan Observasi (CO) ................................................................................

3.2.1 CO 1.............................................................................................. 119

3.2.2 CO 2.............................................................................................. 122

4. Dokumentasi .................................................................................................. 125

5. Lembar Uji Referensi ..................................................................................... 129

6. Biodata Penulis ............................................................................................. 135

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mengacu pada Konvensi ILO (International Labour Organization)

nomor 97 tahun 1949 artikel 11 menerangkan bahwa Pekerja Migran memilki

arti seseorang yang berpindah tempat dari satu negara ke negara lain dengan

maksud untuk dipekerjakan atau sebaliknya.1 Daily Pakistan Menyebutkan

bahwa Indonesia berada diurutan 15 pada Daftar 25 negara teratas pengirim

pekerja internasional sebesar 3.88 juta jiwa.2 Data BNP2TKI Periode Januari

hingga Juli 2018 menunjukkan pekerja migran perempuan berjumlah 69%

dari jumlah keseluruhan pekerja migran yang ditempatkan3 dengan Malaysia

sebagai negara tujuan terbesar, dan Saudi Arabia yang berada di posisi ke-6.4

Berbagai alasan yang melatar belakangi pilihan untuk bekerja di luar

negeri diantaranya adalah pertumbuhan jumlah penduduk yang cepat, ketidak

sesuaian jumlah lapangan pekerjaan dengan pencari kerja, upaya peningkatan

pendapatan, kurangnya kemampuan, dan pilihan strategis untuk mengatasi

permasalahan pengangguran.5 Bagi perempuan, alasan pengambilan keputusan

untuk menjadi pekerja migran dikarenakan sebagai upaya untuk bertahan

hidup. Bila diperhatikan para perempuan yang memilih bekerja sebagai

pekerja migran ini tidak memiliki keterampilan dan berasal dari rumah tangga

berpenghasilan rendah di wilayah pedesaan, dimana dengan minimnya

pendidikan dan keterbatasan kemampuan sedangkan kebutuhan hidup yang

1 ILO Convention No. 97 Migration for Employment Convention (Revised), 1949 2 Daily Pakistan Global, International Migrants Day: India tops labour export, Pakistan

ranks 6th https://en.dailypakistan.com.pk/opinion/blog/international-migrants-day-india-tops-

labor-export-pakistan-ranks-6th/ diakses Selasa 4 September 2018 3 Badan Nasional Perlindungan dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI),

Data Penempatan dan Perlindungan PMI, Jakarta: Pusat Penelitian, Pengembangan dan

Informasi, 2018, hal. 3 4 Ibid, hal. 8 5 Basir barthos, manajemen sumber daya manusia : suatu pendekatan makro cet. 6,

(Jakarta : Bumi aksara, 2001), Hal 72-76

2

sulit dipenuhi membuat mereka memilih untuk bekerja di luar negeri

dengan harapan untuk memperbaiki kualitas hidup dan mencapai

“kesejahteraan” yang mereka inginkan.6

Berdasarkan data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan anak tahun per 2015 menyebutkan bahwa kegiatan perempuan

tiap minggunya jika diurutkan dari yang paling besar adalah bekerja sebanyak

45,76 persen, disusul dengan mengurus rumah tangga sebanyak 38,80 persen,

pada kelompok perempuan, bekerja merupakan kegiatan utama tertinggi,

namun demikian, kegiatan mengurus rumah tangga pun juga terbilang tinggi.7

Disebutkan pula bahwa perempuan memiliki kecenderungan yang lebih besar

untuk dikategorikan sebagai bukan angkatan kerja, karena mereka biasanya

menghasilkan produk yang dikonsumsi oleh rumah tangganya sendiri seperti

menyiapkan dan menyajikan makanan, merawat anak, orang sakit atau orang

tua yang terdapat di dalam rumah (UNFPA, 2014).8 Pekerjaan rumah tangga

yang seringkali menjadi tugas perempuan, mempengaruhi ketersediaan

seseorang untuk bekerja (ILO 2012), sedangkan untuk sektor pekerjaannya

sendiri, dari 17 kategori sektor pekerjaan, perempuan hanya mendominasi 3

sektor, yaitu jasa pendidikan, jasa kesehatan dan kegiatan sosial, serta jasa

lainnya.9 Dimana profesi pekerja migran termasuk kedalam sektor pekerjaan

yang terakhir. Menurut data yang dihimpun dari BNP2TKI, Per juli 2018 total

perempuan yang ditempatkan ke luar negeri sebanyak 110.668 jiwa, jumlah

tersebut mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya yang hanya

berjumlah 103.733 jiwa.10 Sesuai data yang disebutkan sebelumnya,

persentase perempuan yang berprofesi sebagai pekerja migran sebesar 69

6 Yoko Doi The World Bank, Keterlibatan Sektor Keuangan: Memberi Kemudahan bagi

Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (Editorial Opini),

web.worldbank.org/archive/website01363/WEB/0__-8178.HTM diakses pada hari Rabu, 24

Oktober 2018 7 Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak, Profil Perempuan

Indonesia 2011-2015, (Jakarta : CV. Lintang Khatulistiwa, 2016) hal. 90 8 Ibid, hal. 94 9 Beritagar.id, Perempuan hanya mendominasi di tiga sektor pekerjaan,

https://beritagar.id/artikel/berita/perempuan-hanya-mendominasi-di-tiga-sektor-pekerjaan diakses

Selasa 4 September 2018 10 Badan Nasional Perlindungan dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI),

op. cit. hal. 3

3

persen diakibatkan dari peningkatan permintaan tenaga kerja pada sektor

domestik (rumah tangga) dan industri manufaktur, sebagian besar perempuan-

perempuan tersebut bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga (ART), pengasuh

bayi atau babysitter ataupun pengasuh orang tua.11

Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas

perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan

materiil yang layak, bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa, memiliki

hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga

dengan masyarakat dan lingkungan.12 Berdasarkan indikator yang telah

ditetapkan oleh BKKBN dan sesuai dengan UU No. 10 tahun 1992 bahwa ada

5 kategori dari keluarga sejahtera, yaitu pra sejahtera, keluarga sejahtera I,

keluarga sejahtera II, keluarga sejahtera III, dan keluarga sejahtera III-plus.13

Antara kategori satu dan yang lainnya terdapat indikator yang sama maupun

berbeda, setiap kategori, semakin besar nilai tingkat kesejahteraannya,

indikator penentunya semakin mengalami peningkatan, sedangkan untuk

perbedaan tiap kategorinya, dapat dikatakan bahwa untuk kategori keluarga

sejahtera I indikator yang ditetapkan adalah Basic Needs atau kebutuhan dasar,

yaitu sandang, pangan, dan papan. Sedangkan untuk kategori keluarga

sejahtera II indikator yang ditetapkan adalah Psychological Needs atau

kebutuhan psikologis, dan untuk kategori keluarga sejahtera III indikator yang

ditetapkan adalah Spiritual Needs atau kebutuhan spiritual. Semakin tinggi

kategori yang dicapai, maka semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan yang

dipenuhi suatu keluarga.

Penelitian dilakukan di desa Wantisari, Kecamatan Leuwidamar,

Kabupaten Lebak, dengan jumlah penduduk sebanyak 4337 jiwa (per tahun

2016). Mayoritas penduduk yang bekerja sebagai petani maupun buruh tani

menjadikan kesejahteraan di lokasi penelitian terbilang kurang baik, hal ini

11 Ibid 12 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Keluarga Sejahtera 13 Dini puspita, dkk, Jurnal, Klasifikasi Tingkat Keluarga Sejahtera Dengan

Menggunakan Metode Regresi Logistic Ordinal Dan Fuzzy K-Nearest Neighbor (Studi Kasus

Kabupaten Temanggung Tahun 2013), (Semarang : 2014) hal. 646-647

4

juga dibenarkan oleh data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik

Kabupaten Lebak yang menjelaskan bahwa sebagian besar rumah tangga di

desa tersebut masuk ke dalam kategori pra-sejahtera dan keluarga sejahtera

tipe 1 (KS 1).14 Untuk profesi masyarakatnya sendiri sebagian besar

penduduknya bermata pencaharian sebagai petani ataupun buruh tani. Dengan

kondisi yang serba kekurangan, disertai dengan rendahnya tingkat pendidikan

dan kurangnya skill yang dimiliki serta cerita-cerita tentang keberhasilan para

pekerja migran Indonesia di luar negeri menjadi faktor pendorong para

penduduk di daerah pedesaan untuk bekerja ke luar negeri. Selain itu, sulitnya

pekerjaan di dalam negeri dan rendahnya upah yang diterima menjadikan

mereka memilih untuk bekerja di luar negeri, karena selain upah tinggi yang

dijanjikan, pekerjaan mereka yang tidak membutuhkan skill khusus pun

menjadi faktor pendukung lain atas pengambilan keputusan para perempuan

tersebut.

Alasan peneliti mengambil penelitian ini adalah untuk melihat dan

mengetahui bagaimana kondisi kesejahteraan keluarga para pekerja migran

perempuan sebelum dan sesudah mengambil keputusan untuk bekerja di luar

negeri, dan mengetahui perubahan apa saja yang terjadi dalam keluarga

setelah salah satu anggotanya memutuskan untuk melakukan migrasi ke luar

negeri. Maka dari itu peneliti meneliti tentang “Kesejahteraan Keluarga

Pekerja Migran Perempuan (Studi Kasus di Desa Wantisari Kecamatan

Leuwidamar Kabupaten Lebak-Banten)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, dapat

diidentifikasi beberapa masalah, antara lain:

1. Mayoritas keluarga di desa yang menjadi lokasi penelitian berada kategori

pra-sejahtera

14 Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak, Kecamatan Leuwidamar Dalam Angka, BPS

Lebak, Lebak: 2018, hlm. 32

5

2. Tingginya angka migrasi tenaga kerja ke luar negeri di desa wantisari

diakibatkan oleh cerita-cerita dari mantan pekerja migran perempuan yang

memperolah gaji besar dan pengalaman pekerjaan yang bagus.

3. Kurangnya kemampuan dan lapangan pekerjaan menjadi alasan

pengambilan keputusan pekerja perempuan tersebut melakukan migrasi ke

luar negeri

4. Adanya perubahan kondisi kesejahteraan pada keluarga pekerja migran

perempuan sebelum dan sesudah bekerja ke luar negeri

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah dijelaskan diatas, maka

masalah yang diteliti dibatasi pada Perubahan kondisi kesejahteraan keluarga

pekerja migran perempuan di Desa Wantisari Kecamatan Leuwidamar

Kabupaten Lebak sebelum dan sesudah bekerja ke luar negeri

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penelitian ini dirumuskan

untuk mengetahui:

1. Bagaimana Kondisi Kesejahteraan Keluarga Pekerja Migran Perempuan di

Desa Wantisari Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak sebelum dan

sesudah bekerja ke luar negeri?

2. Bidang-bidang apa saja yang mengalami perubahan kondisi kesejahteraan?

3. Apa dampak yang terjadi saat pekerja migran perempuan tersebut berhenti

dari pekerjaanya?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka

tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk

mengetahui:

1. Kondisi kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan sebelum dan

setelah bekerja ke luar negeri.

2. Perubahan pada bidang apa saja yang terjadi dalam keluarga setelah salah

satu anggota keluarga berprofesi sebagai pekerja migran.

6

3. Dampak yang terjadi saat pekerja migran perempuan berhenti dari

pekerjaannya.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat baik secara teoritis

maupun secara praktis terhadap pihak sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan jawaban teoritis

mengenai perubahan kondisi kesejahteraan keluarga yang terjadi setelah

anggota keluarga berprofesi sebagai pekerja migran.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah ditujukan untuk:

a. Bagi Perempuan yang berprofesi sebagai pekerja migran, penelitian ini

diharapkan dapat menjadi referensi mengenai seberapa besar

pencapaian mereka dalam usaha untuk meningkatkan kesejahteraan

keluarga mereka.

b. Bagi pemerintah daerah, penelitian ini diharapkan mampu memberi

informasi mengenai keadaan kesejahteraan keluarga pekerja migran

perempuan di wilayah tersebut, selain itu, penelitian ini diharapkan

mampu dijadikan referensi dan acuan dalam upaya untuk

meningkatkan kesejahteraan di lingkup yang lebih besar. Peneliti

sendiri berharap di waktu selanjutnya, terdapat program atau kegiatan

pemberdayaan bagi mantan pekerja migran perempuan agar saat

mereka kembali ke tanah air, mereka masih mampu berkontribusi

terhadap perekonomian keluarga.

c. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menjadi informasi dan melalui

penelitian ini, diharapkan terdapat solusi terhadap permasalahan yang

menjadi dasar penelitian.

7

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KAJIAN LITERATUR

A. Deskripsi Teoretik

1. Landasan Teori

Teori yang menjadi landasan dari penelitian ini adalah Teori

Feminisme Sosialis-Marxis dan Teori Struktural Fungsional. Teori

feminisme sosialis-marxis dikemukakan oleh Simone de Beauvoir dan

Friedrich Engels, teori feminisme sosialis-marxis menggambarkan posisi

rendah perempuan dalam struktur ekonomi, politik, dan sosial dari sistem

kapitalis, serta adanya analisis patriarki (pemusatan pada laki-laki),

fokusnya adalah kapitalisme dan patriarki menempatkan perempuan pada

posisi yang tidak istimewa. Feminisme marxis berpendapat bahwa

penghapusan sistem kapitalis merupakan cara agar perempuan mendapat

perlakuan yang sama, feminisme marxis berasumsi bahwa sumber

penindasan perempuan berasal dari eksploitasi kelas dan cara produksi.15

Feminisme sosialis merupakan kritik atas feminisme marxis, asumsi yang

digunakan dalam feminisme sosialis adalah bahwa dalam masyarakat,

kapitalis bukan satu-satunya penyebab utama keterbelakangan perempuan

sebagai perempuan, mereka mengatakan faktor gender, kelas, ras, individu

atau kelompok juga berkontribusi bagi keterbelakangan perempuan.16

Teori selanjutnya adalah Teori Struktural Fungsional yang

dikemukakan oleh Talcott Parsons, pendekatan teori ini ini mengakui

adanya keragaman dalam kehidupan sosial yang kemudian di akomodasi

dalam fungsi sesuai dengan posisi seseorang dalam sebuah sistem

15 Jackson, R., & Sorensen, G., Pengantar Studi Hubungan Internasional, (diterj. D.

Suryadipura) (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2005) hal. 335-336 16 Rosemarie Putnam Tong, Feminist Thought (Yogyakarta: Jalasutra, 1998), hal. 21

8

(Megawangi dalam Herien 2013)17. Fungsionalisme struktural adalah

suatu paham yang memandang bahwa masyarakat sebagai suatu sistem

yang terdiri dari bagian-bagian yang berhubungan antara satu sama lain

yang bagian lainnya tidak dapat berfungsi apabila salah satu bagiannya

tidak berfungsi18. Talcott parsons terkenal dengan konsep pendekatan

sistem melalui AGIL (Adaptation, Goal Attainment, Integration dan

Latent Pattern Maintenance)19. Fungsi Adaptation merupakan fungsi

adaptasi/penyesuaian diri dengan lingkungannya.20 Goal Attainment

adalah suatu sistem yang ditetapkan untuk mencapai tujuannya.21

Integration adalah sebuah sistem yang mengatur dan mengelola hubungan

antar bagian yang menjadi komponennya.22 Dan terakhir Latent Pattern

Maintenance merupakan suatu sistem nilai dan kepercayaan yang

digunakan sebagai rancangan dan digunakan sebagai rancangan pola

motivasi yang sudah terstruktur.23

Prasyarat dalam teori struktural fungsional yang menjadikan suatu

keharusan yang harus ada agar keseimbangan dapat tercapai, baik pada

tingkat masyarakat maupun keluarga24. Levy Megawangi dalam Herien

(2013) menyatakan bahwa persyaratan struktural yang harus dipenuhi

keluarga agar dapat berfungsi meliputi: diferensiasi peran (alokasi

peran/tugas dan aktifitas yang harus dilakukan dalam keluarga), alokasi

solidaritas yang menyangkut distribusi relasi antar anggota, alokasi

ekonomi yang menyangkut distribusi barang dan jasa antar anggota

17 Herien Puspitawati, Konsep dan Teori Keluarga, Jurnal, Departemen Ilmu Keluarga

dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia-Institut Pertanian Bogor, 2013. Hal. 6 18 Bernard Raho, Teori Sosiologi Modern. (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, cet. 1 2007),

hal. 48 19 IB Wirawan, Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma, (Jakarta: PRENADAMEDIA

Grup. 2012). Hal 52-53 20 Bernard Raho, Teori Sosiologi Modern, hal. 54 21 Ibid. 22 Robi Panggara, Upacara Rambu Solo di Tana Toraja: memahami berbagai bentuk

kerukunan ditengah situasi konflik, (Sekolah Tinggi Theologia Jaffray bekerja sama dengan Kalam

Hidup, cet. 1 2005), hal. 12 23 Damsar dan indrayani, Pengantar Sosiologi Ekonomi, (Jakarta: Kencana cet. 5 2016)

hal. 102 24 Herien Puspitawati, Konsep dan Teori Keluarga, hal. 7

9

keluarga untuk mencapai tujuan keluarga, alokasi politik yang menyangkut

distribusi kekuasaan dalam keluarga, dan alokasi integrasi atau ekspresi

(meliputi teknik sosialisasi internalisasi maupun pelestarian nilai-nilai

maupun perilaku pada setiap anggota keluarga dalam memenuhi tuntutan

norma yang berlaku.25

Kedua teori ini peneliti gunakan sebagai landasan dalam penelitian

karena kedua teori tersebut sesuai dan saling berkaitan dengan penelitian

yang hendak dilakukan. Teori feminisme marxis-sosialis membahas

mengenai upaya perempuan dalam menghadapi diskriminasi terutama

pada bidang ekonomi dan budaya patriarki, dimana dalam kasus ini peran

yang dilakukan perempuan dalam rumah tangga tidak hanya terbatas pada

kegiatan domestik, tetapi juga sebagai pekerja di ranah publik, sedangkan

teori fungsionalisme struktural membahas mengenai masyarakat yang

saling berhubungan satu dengan yang lainnya, dimana keluarga sebagai

suatu sistem terdiri dari satu set bagian yang berbeda namun berhubungan

antar antar anggota satu dengan anggota lain.

B. Kajian Literatur

1. Profil Perempuan Indonesia

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Perempuan adalah

seseorang (manusia) yang mempunyai vagina, dapat menstruasi, hamil,

melahirkan anak, dan menyusui.26 Anwar (2007) dalam bukunya

menjelaskan bahwa perempuan adalah orang atau manusia yang dapat

menstruasi, hamil, melahirkan anak dan menyusui.27 Plato mengatakan

bahwa perempuan ditinjau dari segi kekuatan fisik maupun spiritual,

mental perempuan lebih lemah dibanding laki-laki, tetapi perbedaan

tersebut tidak menyebabkan adanya perbedaan dalam bakatnya.28

25 Ibid. 26 KBBI Daring, diakses pada 6 januari 2019 27 Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan (Perubahan Sosial Melalui

Pembelajaran Vocational Skill pada Keluarga Nelayan), (Bandung : Alfabeta, 2007) hal. 6 28 Mualifatul Jannah, Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (Pekka) Dalam

Meningkatkan Ekonomi Keluarga Di Tambak Madu Kecamatan Simokerto Surabaya, Skripsi,

Fakultas Dakwah adn Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2016, hlm. 1

10

Sedangkan gambaran perempuan menurut pandangan yang didasarkan

pada kajian medis, psikologis, dan sosial terdiri atas dua faktor, yaitu

faktor fisik dan faktor psikis.29

Secara biologis dari segi fisik, perempuan lebih kecil dibanding laki-

laki, suaranya lebih halus, perkembangan tubuh perempuan terjadi lebih

dini, kekuatannya tidak sekuat laki-laki, dan sebagainya, perempuan

mempunyai sikap pembawaan yang kalem, lebih cepat menangis dan

tertekan apabila menghadapi persoalan yang berat.30 Kartini Kartono

mengatakan bahwa perbedaan fisiologis yang alami sejak lahir pada

umumnya, kemudian diperkuat oleh struktur kebudayaan yang ada,

khususnya oleh adat istiadat, sistem sosial ekonomi serta pengaruh

pendidikan.31

Berdasarkan data yang dirilis oleh kementerian pemberdayaan

perempuan dan perlindungan anak, jumlah penduduk perempuan indonesia

hingga Maret 2015 sebanyak 126,82 juta jiwa, data ini juga menunjukkan

bahwa secara nasional jumlah penduduk perempuan lebih sedikit

dibanding laki-laki.32 Terdapat 9 provinsi di Indonesia dengan jumlah

penduduk perempuan lebih banyak dibanding penduduk laki-laki,

diantaranya yaitu provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa

Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa

Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan.33

2. Pendidikan dan Profesi Perempuan di Indonesia

Pendidikan sering dipandang sebagai instrumen kebijakan yang

krusial dalam menangani kemiskinan. Hal tersebut karena pendidikan

mungkin dapat membantu seseorang untuk mengakses pekerjaan yang

29 Ibid. 30 Uswatun Hasanah, Hak-Hak Perempuan Dalam Al-Quran ( Studi Terhadap Tafsir

Firdaws Al - Na’im Bi Tawdih Ma’ani Ayat Al Qur’an Al - Karim Karya Kiai Taifur ‘Ali Wafa Al-

Muharrar ), Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2017

hlm. 3-4 31 Kartini Kartono, Psikologi Wanita, Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dewasa,

(Bandung: Mandar Maju, 1989), cet. Ke-2, hal. 4 32 Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak, Profil Perempuan

Indonesia 2011-2015, hal. 5 33 Ibid., Hal. 7

11

lebih baik yang meningkatkan pendapatan, sehingga mampu

meningkatkan kehidupan mereka (Ionescu,2012)34.

Tabel 2.1

Persentase penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas menurut

jenjang tertinggi yang ditamatkan, daerah tempat tinggal, dan jenis

kelamin, tahun 2015)

Tipe

Wilayah

Jenis

Kelamin

Tidak/

Belum

Pernah

Sekola

h %

Tidak

tamat

SD %

SD/M

I/Pake

t A %

SMP/

MTS/

Paket B

%

SMA/

MA/

Paket

C %

Pergu

ruan

Tinggi

%

Perkotaan Perempuan 4.88 9,47 22,02 21,48 30,34 11,80

Laki-laki 1,91 7,47 20,73 21,70 36,00 12,18

Pedesaan Perempuan 11,38 17,61 33,97 20,35 12,82 3,86

Laki-laki 5,62 16, 31 35,03 22,22 17,25 3,58

K + D Perempuan 8,06 13,45 27,87 20,93 21,77 7,92

Laki-laki 3,72 11,79 27,71 21,95 26,82 7,98

P+L 5,90 12,62 27,79 21,44 24,30 7,95

Sumber: Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak

Tabel diatas memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan tingkat

pendidikan perempuan, dimana pada daerah perkotaan, mayoritas

perempuan berpendidikan tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar

30,34 persen, sementara di daerah pedesaan, mayoritas perempuan

berpendidikan maksimal tamat Sekolah Dasar sebesar 33,97 persen.35

Tetapi bila dihitung secara keseluruhan maka pendidikan tertinggi yang

ditamatkan masih di dominasi oleh jenjang pendidikan SD/Sederajat

34 Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak, Profil Perempuan

Indonesia 2011-2015, hal. 97 35 Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak, Profil Perempuan

Indonesia 2011-2015, hal. 97

12

sebesar 27,87 persen.36 Pada bidang pekerjaan, jenis pekerjaan yang

dilakukan oleh perempuan mayoritas terletak pada sektor perdagangan,

restoran, dan hotel sebanyak 14,72 juta jiwa, disusul dengan sektor

pertanian sebanyak 12,81 juta jiwa, dan sektor jasa kemasyarakatan

sebanyak 9,76 juta jiwa.37 Seperti yang ditunjukkan oleh gambar di bawah

ini:

Gambar 2.1 Jumlah Tenaga Kerja Perempuan (15 tahun ke

atas) berdasarkan 9 Sektor Lapangan Kerja per Agustus 2017

3. Pengertian Pekerja Migran Indonesia

Pekerja migran Indonesia atau tenaga kerja Indonesia merupakan

para pekerja yang berstatus warga negara, baik laki-laki maupun

perempuan yang bekerja di luar negeri dalam jangka waktu tertentu.38

Mengacu pada Konvensi ILO (International Labour Organization) nomor

97 tahun 1949 pasal 11 menerangkan bahwa pekerja migran memiliki arti

seseorang yang berpindah tempat dari satu negara ke negara lain dengan

maksud untuk dipekerjakan atau sebaliknya39. Berdasarkan Peraturan

Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia nomor 9 tahun 2019 tentang

36 Ibid. 37 Ibid., hal. 101 38 Soenjun H. Manulun, Pokok-pokok Hukum Ketatanegaraan di Indonesia, Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 1988. hal. 35 39 International Labour Organization (ILO), K97 Migrasi Tenaga Kerja (Edisi Revisi)

tahun 1949, https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-

jakarta/documents/legaldocument/wcms_145816.pdf diakses pada 13 September 2018 jam 08:56

13

tata cara penempatan pekerja migran Indonesia menerangkan bahwa

pekerja migran Indonesia adalah setiap warga negara Indonesia yang akan,

sedang atau telah melakukan pekerjaan dengan menerima upah di luar

wilayah indonesia.40 Dari pernyataan tersebut dapat kita simpulkan bahwa

pekerja migran indonesia adalah setiap orang yang bekerja yang berpindah

dari tempat asalnya (berpindah negara), melalui prosedur yang diatur oleh

pemerintah.

Daily Pakistan Menyebutkan bahwa Indonesia berada diurutan 15

pada Daftar 25 negara teratas pengirim pekerja internasional sebesar 3.88

juta jiwa.41 World Bank menyebutkan jumlah tenaga kerja migran

Indonesia berjumlah sebanyak 9 juta jiwa.42 Data BNP2TKI Periode

Januari hingga Juli 2018 menunjukkan pekerja migran perempuan

berjumlah 69% dari jumlah keseluruhan pekerja migran yang ditempatkan

dengan Malaysia sebagai negara tujuan terbesar, disusul dengan Timur

Tengah, China Taipei, Singapura, Hongkong, dll.43 Menurut data yang

dihimpun dari BNP2TKI (2018) total perempuan yang ditempatkan ke luar

negeri sebanyak 110.668 jiwa, dengan berprofesi sebagai Asisten Rumah

Tangga (ART), pengasuh bayi atau babysitter ataupun pengasuh orang

tua.44

4. Alasan menjadi Pekerja Migran

Terdapat berbagai alasan yang menyebabkan masyarakat Indonesia

memilih menjadi pekerja migran. Pertama, pertumbuhan penduduk yang

tinggi dan besarnya jumlah penduduk di negara berkembang serta

rendahnya pertumbuhan penduduk di negara industri menimbulkan

peluang yang besar bagi masing-masing negara tersebut untuk memenuhi

40 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2019 tentang

Tata Cara Penempatan Pekerja Migran Indonesia 41 Daily Pakistan, International Migrants Day: India tops labour export, Pakistan ranks 6th,

https://en.dailypakistan.com.pk/opinion/blog/international-migrants-day-india-tops-labor-export-

pakistan-ranks-6th/ diakses Selasa 4 September 2018 42 Bank Dunia Indonesia, Pekerja Global Indonesia, antara peluang dan resiko, (Jakarta:

Kantor Bank Dunia Jakarta, 2017) hal. 3 43 Ibid., hal. 27 44 Ibid., hal. 31

14

kebutuhannya.45 Pada beberapa negara berkembang, tingginya angka

pertumbuhan penduduk merupakan hal yang umum ditemui, berbeda

dengan negara maju atau negara industri, dimana para perempuan di

negara tersebut menerima pendidikan dan upah yang sama dengan laki-

laki, dimana hal ini membuat mereka tidak lagi harus bergantung pada

laki-laki baik dalam urusan ekonomi maupun sosial yang pada akhirnya

mempengaruhi gaya hidup termasuk didalamnya keputusan untuk

berkeluarga.46 Bagi negara yang sedang berkembang, besarnya jumlah

penduduk dengan pertumbuhan yang tinggi bukan saja sebagai asset untuk

pembangunan nasional, tetapi dapat pula dimanfaatkan oleh negara maju

untuk memenuhi kebutuhan terhadap kurangnya tenaga kerja.47

Kedua, besarnya pertumbuhan penduduk di Indonesia tidak diikuti

oleh banyaknya lapangan pekerjaan yang tersedia, hal ini mengakibatkan

tingginya jumlah angkatan kerja yang tidak memiliki pekerjaan.

Pengiriman tenaga kerja ke luar negeri diharapkan mampu mengurangi

jumlah pengangguran yang terus meningkat.48 Ketiga, meningkatkan

pendapatan tenaga kerja, dengan penghasilan yang cukup besar tersebut

maka dimungkinkan adanya penempatan modal keluarga yang secara

potensial dapat diarahkan untuk pembiayaan usaha mandiri selanjutnya.49

Keempat, meningkatkan produktifitas tenaga kerja. Mayoritas tenaga

kerja indonesia memiliki tingkat pendidikan yang rendah, dengan

rendahnya pendidikan yang didapat dan minimnya kemampuan yang

dimiliki menjadikan mereka sebagai tenaga kerja tidak terampil.

Keputusan untuk bekerja di luar negeri mampu dijadikan sebagai kegiatan

“belajar tambahan” dan upaya untuk meningkatkan kemampuan, hal ini

45 Basir Barthos, Manajemen sumber daya manusia : suatu pendekatan makro cet. 6, Hal

72 46 Lee Kuan Yew, Warning Bell For Developed Countries: Declining Birth Rate.

https://www.forbes.com/global/2012/0507/current-events-population-declining-birth-rates-lee-

kuan-yew.html#4500a6b21e95 diakses pada 31 Oktober 2018 47 Basir Barthos, Manajemen Sumber daya Manusia : Suatu Pendekatan makro cet. 6,

hal. 72 48 Ibid. 49 Ibid.

15

karena pada saat pemerintah melalui lembaga atau perusahaan penyalur

tenaga kerja melakukan karantina, mereka juga membekali para calon

pekerja dengan pelatihan yang sesuai dengan bidang pekerjaan yang

dipilih oleh tenaga kerja tersebut, pengalaman bekerja di luar negeri dapat

pula membiasakan mereka untuk bekerja produktif karena berada di

lingkungan yang mengharuskan mereka bekerja dengan keras sesuai

dengan upah besar yang diberikan.50 Terakhir, dengan kondisi Indonesia

dimana jumlah angkatan kerja lebih besar dari jumlah lapangan kerja

menjadikan pengiriman tenaga kerja ke luar negeri sebagai pilihan

kegiatan strategis sebagai usaha pemecah masalah-masalah pembangunan

seperti pengangguran.51

5. Peluang dan Tantangan Menjadi Pekerja Migran

Migrasi tenaga kerja memberikan kontribusi besar bagi pekerja,

keluarga, dan juga perekonomian Indonesia.52 Secara teori pertumbuhan

ekonomi di suatu wilayah dimbangi dengan meningkatnya pertumbuhan

pembangunan di wilayah tersebut, semakin baik perkembangan ekonomi

suatu wilayah maka kemungkinan terjadinya perkembangan volume

migrasi pun akan semakin tinggi.53 Beberapa peluang yang didapatkan

diantaranya adalah: Pertama, migrasi antar negara memungkinkan

terciptanya peluang kompetisi yang lebih berkualitas di pasar kerja yang

lebih terbuka.54 Kedua, migrasi yang dilakukan mampu meningkatkan

kualitas hidup, hal ini disebabkan karena dalam konteks pembangunan

ekonomi, sumbangan migran memiliki pengaruh cukup besar terutama

dalam meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya, remitan yang

dikirimkan pekerja migran ke daerah asalnya telah mampu mengangkat

status ekonomi keluarga migran ke tingkat yang lebih baik.55 Hal ini

50 Ibid., hal.75 51 Ibid., hal. 76 52 Bank Dunia Indonesia, Pekerja Global Indonesia, antara peluang dan resiko, hal. 2 53 Abdul Haris dan Nyoman Andika, Dinamika Kependudukan dan Pembangunan di

Indonesia (dari prespektif makro ke realitas mikro), hal. 21 54 Ibid., hal. 23 55 Ibid, hal. 24

16

sejalan dengan pernyataan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia, M.

Hanif Dhakiri, bahwa bekerja di luar negeri dapat memberikan manfaat

dan nilai tambah untuk kehidupan para pekerja dan keluarganya.56 Ketiga,

migrasi berfungsi sebagai strategi untuk mempertahankan hidup, Pada

negara berkembang seperti Indonesia, aktivitas migrasi berfungsi sebagai

sebuah strategi untuk bertahan hidup.57

Selain dari peluang yang tercipta akibat aktivitas migrasi, terdapat

pula beberapa tantangan yang dihadapi oleh pelaku migrasi, diantaranya:

Pertama, pekerja Indonesia belum mampu memenuhi standar kualifikasi

kerja yang diharapkan oleh pasar kerja global. Hal ini dapat terlihat dari

fakta bahwa pekerja Indonesia hanya mampu bersaing pada bidang-bidang

yang telah ditinggalkan oleh negara tempatan, seperti bidang pertanian dan

pekerjaan kasar di sektor konstruksi.58 Kedua, para pekerja migran

khususnya pekerja migran perempuan rawan mendapatkan perlakuan tidak

menyenangkan, hasil penetian Anggraeni Primawati dan Abdul Haris

menunjukkan bahwa sebagian pekerja perempuan yang melakukan

aktivitas ekonomi, baik di Malaysia, Hong kong, Singapura, maupun Arab

Saudi rata-rata pernah menerima perlakuan yang dapat dikategorikan

sebagai tindak kekerasan dan eksploitasi. Kebijakan luar negeri

ketenagakerjaan Indonesia pun menghadapi sejumlah tantangan, seperti

pekerja yang mayoritas low pay dan low skill tetapi bekerja dengan high

risk.59

Ketiga, Sebagai lanjutan dari kasus diatas, ironisnya kondisi tersebut

tidak segera mendapat tanggapan serius dari pemerintah. Terdapat

beberapa argument yang memungkinkan kondisi tersebut berlangsung,

seperti kasus-kasus yang berkaitan dengan tindak kekerasan pekerja

56 Liputan 6, Menaker: Bekerja di Luar Negeri dapat Memberi Peluang Bagi TKI,

https://m.liputan6.com/news/read/3187785/menaker-bekerja-di-luar-negeri-dapat-memberi-

peluang-bagi-tki diakses pada 13 September 2018 jam 08:56 57 Ibid. 58 Ibid., hal. 26 59 Liputan 6, Menaker: Bekerja di Luar Negeri dapat Memberi Peluang Bagi TKI,

https://m.liputan6.com/news/read/3187785/menaker-bekerja-di-luar-negeri-dapat-memberi-

peluang-bagi-tki diakses pada 13 September 2018 jam 08:56

17

dianggap kurang memiliki nilai politik strategis, kemudian biaya yang

dikeluarkan untuk mengurus persoalan-persoalan pekerja di luar negeri

tidak sebanding dengan keuntungan yang diperoleh, dan posisi pekerja

Indonesia yang relatif lebih lemah, menyebabkan setiap kasus yang

dialami oleh pekerja migran dianggap sebagi kasus kecil yang menjadi

tanggung jawab pribadi migran sendiri.60

6. Pengertian Keluarga

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia keluarga adalah

unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan

beberapa orang yang terkumpul dalam satu atap dan saling

ketergantungan.61 berdasarkan UU Perkawinan tahun 1974, keluarga

merupakan ikatan hukum antara pria dan wanita yang didasarkan atas

saling mencintai untuk memperoleh keturunan dan meningkatkan

kesejahteraan.62 Sedangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan Dan

Pembangunan keluarga dikatakan bahwa Keluarga adalah unit terkecil

dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan

anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.63 T Widodo (2011)

menjelaskan bahwa keluarga terbentuk atas ikatan perkawinan (nikah) dan

garis pertalian garis keturunan dari sejumlah individu, dan ikatan

perkawinan tersebut sesuai dengan hukum yang berlaku.64 Robertson

(1989) menggambarkan keluarga sebagai kelompok individu yang

bergabung melalui pernikahan, keturunan, atau adopsi yang membentuk

60 Ibid. 61 Amorisa Wiratri, Menilik Ulang Arti Keluarga Pada Masyarakat Indonesia, Jurnal,

Jurnal Kependudukan Indonesia Vol. 13 No. 1 Juni 2018, Pusat Penelitian Sumber Daya Regional

– LIPI, hal. 17 62 T Widodo, Sosiologi Kependudukan:Kajian Teoritis dan Empiris Prespektif Sosiologi

Kependudukan, (Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UNS Press,

2011). Hal. 68 63 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan

Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga, Pasal 1 64 T Widodo, Sosiologi Kependudukan:Kajian Teoritis dan Empiris Prespektif Sosiologi

Kependudukan, hal. 68

18

kelompok ekonomi dan bertanggung jawab bagi anggotanya.65 Waysima

berpendapat bahwa keluarga adalah agen pertama dan utama bagi

sosialisasi di masa muda, sebuah proses kekal yang membantu seseorang

untuk menjadi anggota kelompok sosialnya (keluarga, masyarakat,

kelompok suku, dan lain-lain)66. Berdasarkan pemaparan diatas dapat

disimpulkan bahwa keluarga adalah sekelompok orang yang tinggal di

tempat yang sama (di satu rumah), yang memiliki hubungan kekerabatan

maupun hubungan darah, yang dialamnya terdiri dari kepala keluarga dan

beberapa anggota.

7. Profil Keluarga Indonesia

Data susenas tahun 2000 menunjukan bahwa jumlah total anggota

rumah tangga yang dikepalai oleh laki-laki lebih tinggi daripada jumlah

total rata-rata rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan.67

Pertumbuhan ekonomi, status pendidikan perempuan yang lebih tinggi,

perubahan standar kesejahteraan, dan perubahan pola konsumsi

masyarakat menyebabkan perubahan pada struktur keluarga. Pada bidang

pendidikan, kebanyakan kepala keluarga baik laki-laki maupun perempuan

hanya mengenyam pendidikan paling rendah sekolah dasar atau bahkan

kurang, sedangkan untuk status pekerjaan, data susenas menunjukkan

bahwa status ekonomi kepala keluarga perempuan jauh lebih rendah

dibanding rumah tangga yang dikepalai oleh laki-laki.68 Secara umum,

peran perempuan sebagai kepala rumah tangga dalam memenuhi

kebutuhan hidup anggota keluarganya menemui lebih banyak kendala

dibanding dengan rumah tangga yang dikepalai oleh laki-laki, hal ini

berkaitan dengan kodrat perempuan yang harus berperan ganda di dalam

rumah tangga, yaitu sebagai pencari nafkah, dan ibu yang harus

65 Sri Harjati Hatmadji dan Iwu Dwisetyani Utomo, Empowerment of Indonesian Women

: family, reproductive health, employment and migration (Depok: Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia, 2004) hal. 24 66 Ibid., hal. 25 67 Sri Harjati Hatmadji dan Iwu Dwisetyani Utomo, Empowerment of Indonesian Women:

family, reproductive health, employment and migration, hal. 28 68 Ibid., hal. 33

19

melahirkan, merawat, dan membesarkan anak-anaknya.69 Hal ini

mengakibatkan rumah tangga yang dikepalai perempuan lebih sulit untuk

meraih kesejahteraan yang lebih baik.70

8. Pengertian Kesejahteraan keluarga

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesejahteraan adalah hal

atau keadaan sejahtera, keamanan, keselamatan, ketenteraman, dan

sebagainya.71 Konsep keluarga sejahtera menurut undang-undang No. 10

tahun 1992 menyebutkan bahwa keluarga sejahtera merupakan keluarga

yang dibentuk atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan

spiritual dan materiil yang layak, bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa,

memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan

antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya.72 BKKBN

merumuskan pengertian keluarga sejahtera sebagai keluarga yang dapat

memenuhi kebutuhan anggotanya baik kebutuhan sandang, pangan,

perumahan, sosial dan agama, keluarga yang mempunyai keseimbangan

antara penghasilan keluarga dengan jumlah anggota keluarga, keluarga

yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan anggota keluarga, kehidupan

bersama dengan masyarakat sekitar, beribadah khusyuk disamping

terpenuhinya kebutuhan pokok.73

a. Ruang Lingkup Kesejahteraan Keluarga

Kesejahteraan keluarga dapat dibedakan menjadi kesejahteraan

ekonomi (economic well-being), kesejahteraan sosial (social well-

being), kesejahteraan psikologis (psychological/spiritual well-being)

dan kesejahteraan fisik (physical well-being) sebagai salah satu

69 Agung Priyo Utomo dan Rini Rahani, Kesejahteraan Rumah Tangga Dalam Pengaruh

Wanita Kepala Rumah Tangga, jurnal. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Volume 17, Nomor 2,

November 2013. Hal. 194 70 Ibid., 71 KBBI Daring, diakses tanggal 10 Januari 2019 72 Hukum Online, Undang-undang Nomor 10 tahun 1992,

https://m.hukumonline.com/pusatdata/download/fl29171/node/4584 diakses pada 3 Desember 18

pukul 15:34 WIB 73 Euis Sunarti, Indikator keluarga sejahtera : sejarah pengembangan, evaluasi, dan

Keberlanjutannya, (Bogor : Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor, 2006) hal. 2-13

20

bagiannya74. Kesejahteraan ekonomi atau Economical well-being

dimana indikator yang digunakan adalah pendapat (GNP, GDP,

pendapatan per kapita per bulan dan nilai asset)75. Social well-being

atau kesejahteraan sosial dimana indikator yang digunakan diantaranya

berupa tingkat pendidikan (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, Perguruan

Tinggi dan lain-lain) serta status dan jenis pekerjaan.76 Ketiga,

Physical well-being atau kesejahteraan fisik dimana indikator yang

digunakan adalah status gizi, status kesehatan, tingkat mortalitas dan

morbiditas dan psychological/spiritual mental yaitu kesejahteraan

psikologi dimana indikator yang digunakan adalah tingkat stres,

tingkat bunuh diri, tingkat perceraian, tingkat aborsi, tingkat kriminal

dan tingkat kebebesan seks.77

b. Indikator Kesejahteraan Keluarga

BKKBN (2011) merumuskan beberapa indikator kesejateraan

keluarga diantaranya: Pertama, Keluarga Pra-Sejahtera (Pra-KS)

sering dikelompokkan sebagai “sangat miskin”, adalah keluarga yang

belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, secara operasional,

mereka tampak dalam ketidak mampuan untuk memenuhi indikator

seperti: menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya, makan minimal

dua kali sehari, pakaian lebih dari satu pasang, sebagian besar lantai

rumahnya bukan dari tanah, jika anggota sakit, dibawa ke sarana

kesehatan.78 Kedua, Keluarga Sejahtera 1 (KS-1) sering

dikelompokkan sebagai miskin, adalah keluarga yang telah mampu

memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi tidak dengan

kebutuhan sosial dan psikologisnya, keluarga sejahtera 1 adalah

keluarga yang karena alasan tertentu tidak dapat memenuhi salah satu

74 Herien Puspitawati. Ketahanan Dan Kesejahteraan Keluarga. Jurnal. Departemen Ilmu

Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia- Institut Pertanian Bogor. 2013 hal. 7 75 Ibid. 76 Ibid. 77 Ibid. 78 Syamsir Salam, dan Amir Fadilah, Sosiologi Pembangunan: Pengantar Studi

Pembangunan Lintas Sektoral cet. 1 (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), hal. 106

21

atau lebih indikator, seperti: menjalankan ibadah secara teratur,

minimal seminggu sekali makan daging/telur/ikan, minimal memiliki

baju baru sekali dalam setahun, tidak ada anggota keluarga yang

berusia 10-60 tahun yang buta aksara, anak berumur 7-15 tahun

bersekolah, salah satu anggota keluarga memiliki penghasilan tetap,

sehat selama 3 bulan terakhir dan masih menjalankan fungsinya

dengan baik.79

Ketiga, Keluarga Sejahtera II (KS-II) adalah keluarga yang tidak

mampu memenuhi satu atau lebih indikator meliputi: memiliki

tabungan keluarga, makan bersama sambil berkomunikasi, mengikuti

kegiatan masyarakat, rekreasi bersama (6 bulan sekali), meningkatkan

pengetahuan agama, memperoleh berita dari radio, TV, dan majalah,

dan menggunakan sarana transportasi.80 Keempat, Keluarga sejahtera

III (KS-III) adalah keluarga yang sudah mampu memenuhi beberapa

indikator meliputi: memiliki tabungan keluarga, makan bersama

sambil berkomunikasi, mengikuti kegiatan masyarakat, rekreasi

bersama (6 bulan sekali), meningkatkan pengetahuan agama,

memperoleh berita dari radio TV dan majalah, dan menggunakan

sarana transportasi, tetapi belum mampu memenuhi indikator: aktif

memberikan sumbangan material secara teratur, dan aktif sebagai

pengurus organisasi kemasyarakatan.81 Kelima, Keluarga Sejahtera III

Plus (KS-III Plus) adalah keluarga yang mampu memenuhi semua

indikator termasuk: aktif memberikan sumbangan material secara

teratur, dan aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan.82

9. Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga

Kehadiran program Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)

sebagai program pembangunan masyarakat merupakan peluang yang

79 Ibid. 80 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Batasan dan

Pengertian MDK, http://aplikasi.bkkbn.go.id/mdk/BatasanMDK.aspx diakses 8 januari 2019 jam

09:00 WIB 81 Ibid. 82 Ibid.

22

berharga bagi perempuan yang aktif membangun dirinya sendiri dan

lingkungannya dalam upaya mereka mencapai dan meningkatkan

kesejahteraan keluarga mereka sendiri dan keluarga binaannya.83 Kondisi

dan situasi ini memungkinkan mereka melakukan tindakan transformasi

dalam berbagai upaya pencapaian kesejahteraan keluarga yang

menyangkut dimensi fisik, ekonomi, sosial, moral, dan kultural di dalam

perannya sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah tambahan

disesuaikan tugas dan perannya sebagai kader PKK, mereka mampu

mengubah lingkungannya dari lingkungan kehidupan sosial yang positif ke

suasana kehidupan bermasyarakat yang aktif dinamis dan produktif.84

Terdapat 10 program yang dirancang dan dilaksanakan oleh kader-kader

Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) diantaranya adalah:

penghayatan dan pengamalan pancasila, gotong royong, pangan, sandang,

perumahan dan tata laksana rumah tangga, pendidikan dan keterampilan,

kesehatan, pengembangan kehidupan berkoperasi, kelestarian lingkungan

hidup, dan perencanaan sehat.85

10. Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga

Dalam keluarga, perempuan memiliki peran yang paling dominan,

tidak hanya mengurus keluarga dan aktivitas rumah tangga tapi juga

meningkatkan perekonomian keluarga, hal itu dilakukan agar tercapainya

keluarga yang sejahtera.86 Herien Puspitawti (2009) menyatakan bahwa

pengabdian perempuan terhadap pekerjaan produktif akan menghasilkan

pendapatan keluarga yang akhirnya berdampak pada penyesuaian

pernikahan yang positif, standar hidup yang lebih tinggi dengan

pencapaian rasa aman yang lebih baik sehingga berdampak pada

83 Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan (Perubahan Sosial Melalui

Pembelajaran Vocational Skill pada Keluarga Nelayan), hal. 90 84 Ibid. 85 Ibid. 86 Marti Sanrida Simanjuntak, Peran Perempuan dalam Meningkatkan Kesejahteraan

Keluarga (Studi kasus pada Perempuan pedagang Sayuran di Pasar Induk Sindikalang), skripsi,

Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara, Medan, 2017 hal. iii

23

peningkatan status sosial dari keluarga.87 Peran perempuan atau ibu yang

bekerja akan membawa dampak positif bagi kondisi ekonomi keluarga.

yang kemudian akan berbanding lurus dengan meningkatnya standar

kesejahteraan keluarga tersebut.88 Keterlibatan perempuan memiliki peran

yang besar dalam keluarga, baik untuk rumah tangga, maupun ekonomi,

hal ini disebabkan karena secara langsung maupun tidak langsung

perempuan ikut terlibat dan bertanggung jawab terhadap peningkatan

keluarga.89 Perempuan yang bekerja akan menambah penghasilan

keluarga, yang secara otomatis mampu meningkatkan kualitas gizi dan

kesehatan seluruh anggota keluarga.90

11. Keluarga sejahtera dan Manfaatnya Bagi Perkembangan Masyarakat

dan Negara

Keluarga sebagai suatu sistem sosial mempunyai fungsi atau tugas

agar sistem tersebut berjalan. Berdasarkan undang-undang nomor 21 tahun

1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera, terdapat

8 fungsi keluarga diantaranya adalah:

a. Fungsi agama, yang bertujuan untuk mengajarkan dan membimbing

anggota keluarga mengenai ajaran-ajaran agama sebagai pedoman dan

tujuan hidup anggotanya91

b. Fungsi sosial budaya, keluarga mempunyai tugas untuk menanamkan

pola tingkah laku, nilai dan norma dalam kehidupan bermasyarakat92

c. Fungsi cinta kasih, fungsi ini bertujuan untuk memberikan perhatian,

cinta dan kasih sayang kepada tiap anggotanya sehingga seluruh

anggota keluarga merasa aman dan nyaman didalamnya.93

87 Ibid, hal. 82 88 Ibid. 89 Herien Puspita, dkk. Peran Gender, kontribusi ekonomi perempuan, dan kesejahteraan

keluarga petani holtikultural, Jurnal, Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, departemen ilmu

keluarga dan konsumen fakultas ekologi manusia Institut pertanian bogor, 2013. Hal. 11 90 H.M. Antho Mudzakkar, Wanita dalam Masyarakat Indonesia (Cet. 1; Yogyakarta:

Sunan Kalijaga Press, 2001), h. 189. 91 Shafila Mardiana Bunsaman, Peranan Perempuan Dalam Meningkatkan

Kesejahteraan Ekonomi Keluarga (Studi Tentang Peranan Petugas K3L Perempuan Universitas

Padjadjaran Jatinangor (Zona Rektorat)), Jurnal, Prosiding Penelitian&Pengabdian Masyarakat,

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran, 2018. Hal 149 92 Ibid.

24

d. Fungsi perlindungan, keluarga berfungsi untuk menciptakan rasa aman

bagi anggotanya dari berbagai ancaman dari dalam dan luar.94

e. Fungsi reproduksi, yang bertujuan untuk memberikan pendidikan

mengenai reproduksi sehat baik bagi anggota keluarga maupun

lingkungannya, sebagai upaya untuk meneruskan keturunan.95

f. Fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ini bertujuan untuk untuk

menciptakan lingkungan keluarga sebagai wahana pertama dan utama

dalam pendidikan dan sosialisasi bagi tiap anggotanya,96

g. Fungsi ekonomi, keluarga bertugas dalam melangsungkan kegiatan

ekonomi sebagai upaya bagi keberlangsungan hidup anggotanya.97

h. Fungsi pembinaan lingkungan, fungsi ini bertujuan untuk memberi

kemampuan setiap anggota sehingga dapat menempatkan diri dalam

aturan lingkungan masyarakat dan alam sekitar yang terus berubah.98

Dengan dilaksanakannya 8 fungsi keluarga, diharapkan keluarga

Indonesia dapat menjadi keluarga sejahtera secara ekonomis dan

berkualitas, perlunya diupayakan pembentukan keluarga sejahtera secara

nasional bertujuan untuk menciptakan kualitas manusia dan kualitas

masyarakat Indonesia yang maju dalam suasana tenteram, sejahtera lahir

dan batin, dalam tata kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam suasana

kehidupan bangsa Indonesia yang serba serasi, selaras dan seimbang serta

berkesinambungan dalam hubungan antar sesama manusia, manusia

93 Ibid. 94 Indra Amarudin Setiana, Asuhan Keperawatan keluarga dengan masalah TBC pada

keluarga Tn. S di Desa Srowot RT/01/RW 03 Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas,

Skripsi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto, 2016. Hal. 12 95 Ibid. 96 Ibid. 97 Shafila Mardiana Bunsaman, Peranan Perempuan Dalam Meningkatkan

Kesejahteraan Ekonomi Keluarga (Studi Tentang Peranan Petugas K3L Perempuan Universitas

Padjadjaran Jatinangor (Zona Rektorat)) hal. 149 98 Ibid.

25

dengan masyarakat, dan manusia dengan lingkungannya, serta bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa.99

C. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan variabel penelitian ini

dapat dilihat pada tabel 2.2

Tabel 2.2

Penelitian yang Relevan

No. Ringkasan & Hasil Penelitian Persamaan & Perbedaan

1. Nama Peneliti: Marti Sanrida

Simanjuntak (FISIP, Universitas

Sumatera Utara)

Judul: Peran Perempuan dalam

meningkatkan Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus pada Perempuan Pedagang

Sayuran di Pasar Induk Sidikalang)

Ringkasan: Penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui peran perempuan

pedagang sayuran dalam meningkatkan

kesejahteraan keluarga di Pasar Induk

Sidikalang Kecamatan Sidakalang

Kabupaten Dairi. Sampel dalam

penelitian ini berjumlah empat orang.

Teknik pengumpulan data dilakukan

dengan studi pustaka, wawancara

mendalam, dan observasi. Metode

penelitian yang digunakan adalah metode

kualitatif

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan

bahwa mayoritas pedagang yang ada di

Pasar Induk Sidikalang adalah

perempuan yang telah berkeluarga dan

sebagian besar dari perempuan pedagang

tersebut memiliki suami yang tidak

memiliki pekerjaan tetap bahkan

pengangguran. Dan berdasarkan hasil

penelitian yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa perempuan memiliki

peran yang dominan dalam membantu

meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Persamaan: Penelitian ini sama-

sama menggunakan perempuan dan

kesejahteraan keluarga sebagai

variabelnyawaktu

Perbedaaan: Pada penelitian ini,

mata pencaharian dari sampel

merupakan pedagang, berbeda

dengan penelitian yang akan

dilakukan yaitu sampel bermata

pencaharian sebagai pekerja

migran Indonesia

99 Penjelasan Atas Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1994

Tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera

26

2. Nama Peneliti: Ayunda Windyastuti

Savitri (Fakultas Ekologi Manusia

Institut Pertanian Bogor)

Judul: Hubungan Antara Kontribusi

Ekonomi Perempuan Dan Pola

Pengeluaran Dengan Tingkat

Kesejahteraan Keluarga Pada Keluarga

Tenaga Kerja Wanita (Tkw)

Ringkasan: Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk menemukan hubungan

antara kontribusi ekonomi perempuan

dan pola pengeluaran keluarga dengan

kesejahteraan keluarga pada keluarga

tenaga kerja wanita (TKW) di desa

paasih, kecamatan cisaat, kabupaten

sukabumi. Lokasi penelitian dipilih

secara purposive berdasarkan jumlah

terbanyak pengirim TKW dari kecamatan

Cisaat. Sebanyak 60 sampel. Penelitian

yang dilakukan menggunakan metode

kuantitatif.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan

bahwa istri berkontribusi terhadap

pendapatan keluarga. Persentase

pengeluaran non pangan keluarga lebih

besar dibandingkan pengeluaran pangan

yang mana hal ini mengindikasikan

keluarga masih tergolong tidak sejahtera

dilihat dari garis kemisikinan BPS.

Tingkat kesejahteraan keluarga subjektif

berada pada kategori sedang. Tidak

terdapat hubungan nyata antara

karakteristik contoh, kontribusi ekonomi

istri dan pengeluaran total keluarga,

kontribusi ekonomi istri dengan pola

pengeluaran keluarga. Penelitian ini

menunjukkan terdapat hubungan nyata

antara pendidikan suami dengan

kesejahteraan subjektif fisik dan juga

umur suami dengan kesejahteraan

subjektif psikologis.

Persamaan: Persamaan terletak

pada perempuan yang bekerja

sebagai pekerja migran dan

kesejahteraan keluarga sebagai

variabelnya

Perbedaan: Fokus utama

penelitian ini adalah kontribusi

ekonomi dan pola pengeluaran dari

keluarga perempuan yang bekerja

sebagai pekerja migran, sedangkan

penelitian yang akan dilakukan

berfokus pada mencari pengaruh

dari perempuan yang bekerja

sebagai pekerja migran dengan

kesejahteraan keluarga

3. Nama Peneliti: Dian Permata Sari Persamaan: Persamaan terletak

Tabel 2.2 (Lanjutan)

27

(Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam

UIN Raden Intan Lampung)

Judul: Analisis Peran Tenaga Kerja

Wanita Di Luar Negeri Dalam

Meningkatkan Pendapatan Keluarga

Menurut Perspektif Ekonomi Islam

(Studi Pada Desa Sumber Agung

Kecamatan Way Sulan Kabupaten

Lampung Selatan)

Ringkasan: Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui bagaimana kondisi

pendapatan keluarga tenaga kerja wanita

di luar negeri serta untuk mengetahui

implikasi peranan tenaga kerja wanita di

luar negeri dalam meningkatkan

pendapatan keluarga menurut prespektif

ekonomi Islam.

Metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode lapangan (field

research) dengan menggunakan

pendekatan deskriptif kualitatif dimana

data yang diperoleh adalah dengan

melakukan wawancara/interview,

observasi dan dokumentasi. Adapun

sumber data yang digunakan adalah data

primer dan data sekunder.

Hasil: Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa peran serta TKW di

luar negeri sangat membantu dalam

meningkatkan pendapatan keluarga.

Tujuan wanita yang ikut bekerja mencari

nafkah ialah agar dapat menambah

penghasilan keluarga. Sehingga dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebab

perekonomian rumah tangga muslim

memegang prinsip mengutamakan

kebutuhan primer dalam membelanjakan

hartanya, setelah itu barulah kebutuhan

sekunder dan tersiernya.

pada pemilihan wanita yang

bekerja sebagai pekerja migran

sebagai variabelnya

Perbedaan: Penelitian ini berfokus

pada peningkatan pendapatan

keluarga menurut prespektif

ekonomi islam.

D. Kerangka Berpikir

Salah satu fungsi keluarga yang harus dipenuhi adalah fungsi ekonomi

sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup anggotanya. Pada beberapa

Tabel 2.2 (Lanjutan)

28

keluarga dengan tingkat ekonomi rendah, peran pencari nafkah tidak hanya

bagi pria tetapi juga bagi wanita. Fenomena perempuan yang menjadi pekerja

migran merupakan hal yang banyak ditemui di Indonesia, terutama di daerah.

Maraknya kegiatan ini diakibatkan oleh rendahnya pendidikan dan

kemampuan mayoritas perempuan indonesia terutama yang tinggal di

pedesaan, untuk menciptakan kesejahteraan yang diharapkan maka para

perempuan tersebut mengambil keputusan untuk menjadi pekerja migran.

Selain itu, pergeseran peran dan fungsi perempuan dalam keluarga yang bukan

hanya sebagai istri/ibu tetapi juga pencari nafkah tambahan bagi suami,

menjadi faktor penyebab lain dari aktivitas tersebut.

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

perempuan

bekerja ke luar negeri

terjadi perubahan kondisi kesejahteraan

Keluarga

status dalam keluarga

istri

ibu

faktor penyebab

kemampuan rendah

tuntutan ekonomi

pendidikan rendah

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Tahapan penelitian dilaksanakan kurang lebih selama 20 bulan.

Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari 2018 hingga Agustus 2019.

Adapun perencanaan waktu penelitian dapat dilihat dari tabel 3.1

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

2. Tempat Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi yang akurat dan relevan

sesuai dengan permasalahan dan penyelesaian penulisan, maka penelitian

dilakukan di Desa Wantisari Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak

Provinsi Banten.

No. DESKRIPSI 2018 2019

Jan/

Feb

Mar/

Apr

Mei/

Jun

Jul/

Agu

Sep/

Okt

Nov/

Des

Jan/

Feb

Mar

/Apr

Mei/

Jun

Jul/

Agu

Sep/

Okt

1. Mengajukan

proposal

penelitian

2. Menghubungi

dosen

pembimbing

3. Penyusunan

BAB 1

4. Penyusunan

BAB 2

5. Penyusunan

BAB 3

6. Penyusunan

BAB 4

7. Penyusunan

BAB 5

30

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dimana

penelitian kualitatif sebagai metode ilmiah sering digunakan dan dilaksanakan

oleh sekelompok peneliti dalam bidang ilmu sosial, termasuk juga ilmu

pendidikan.100 Pendekatan penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian

dan pemahaman yang berdasarkan pada metode yang menyelidiki suatu

fenomena sosial dan masalah manusia, dalam penelitian ini, peneliti membuat

suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan

responden dan melakukan studi pada situasi yang alami.101 Hakikat penelitian

kualitatif adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya berinteraksi

dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang

dunia sekitarnya, mendekati atau berinteraksi dengan orang-orang yang

berhubungan dengan fokus penelitian dengan tujuan mencoba memahami,

menggali pandangan dan pengalaman mereka untuk mendapatkan informasi

atau data yang diperlukan.102

Bogdan dan Taylor menjelaskan bahwa metodologi penelitian kualitatif

merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati.103 Pada penelitian kualitatif seorang peneliti berbicara langsung dan

mengobservasi beberapa orang dan melakukan interaksi selama beberapa

bulan untuk mempelajari latar, kebiasaan, perilaku dan ciri-ciri fisik dan

mental orang yang diteliti, Bogdan dan Biklen mengemukakan bahwa

karakteristik dari penelitian kualitatif adalah: alamiah, data bersifat deskriptif,

analisis data dengan induktif, dan bermakna.104

Sedangkan untuk penelitian ini, digunakan metode penelitian deskriptif

dimana peneliti berusaha untuk menguraikan temuan hasil penelitian dengan

100 Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Gaung Persada, 2009) cetakan. 1

hlm. 11 101 Ibid. 102 Ibid., hlm. 51 103 Ibid. 104 Robert C. Bogdan dkk, Qualitative Research for Education (London : Allyn & Bacon,

Inc. 1982) hlm. 28

31

menggunakan kata-kata atau kalimat dalam suatu struktur yang logis, serta

menjelaskan konsep-konsep dalam hubungan yang satu dengan lainnya,

pendekatan kualitatif dipilih karena dapat mempresentasikan karakteristik

penelitian secara baik, dan data yang didapatkan lebih lengkap, lebih

mendalam, dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai.105

Penggunaan pendekatan ini dikarenakan cara pengamatan dan pengumpulan

data dilakukan dalam latar/setting alamiah, artinya tanpa memanipulasi subjek

yang diteliti.106 Data penelitian kualitatif bersifat sementara dimana penelitian

kualitatif menyusun desain secara terus menerus disesuaikan dengan

kenyataan di lapangan, desain tidak disusun secara kaku dan ketat, seperti

halnya penelitian kuantitatif, tetapi disusun sesuai temuan-temuan penelitian

di lapangan.107 Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi

kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan di Desa Wantisari

Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak-Banten.

C. Sampel

Penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh

spradley dinamakan sebagai “social situation” atau situasi sosial yang terdiri

atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas

(activity).108 Menurut Sugiyono, penentuan sampel dalam penelitian kualitatif

dilakukan saat peneliti mulai memasuki lapangan dan selama penelitian

berlangsung, dalam penelitian kualitatif, sampel yang dikemukakan masih

bersifat sementara, namun demikian peneliti perlu menyebutkan siapa-siapa

yang kemungkinan akan digunakan sebagai sumber data.109 Roscoe (1975)

dalam Uma Sekaran memberikan pedoman penentuan ukuran sampel yaitu;

Pertama, sebaiknya ukuran sampel diantara 30 sampai dengan 500 elemen,

Kedua, jika sampel dipecah lagi kedalam sub sampel (Laki-laki/Perempuan,

105 Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, (Jakarta: 2014),

hlm. 61. 106 Ibid. 107 Mahmud, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV.Pustaka Setia, 2011),

hlm. 90-91 108 Sugiyono, Memahami penelitian kualitatif (Bandung : Alfabeta, 2014) hlm. 49 109 Ibid., hbalm. 55

32

SD/SMP/SMA, Junior/Senior), jumlah minimum sub sampel harus 30, Ketiga,

pada penelitian multivariate (termasuk analisis regresi multivariate) ukuran

sampel harus beberapa kali lebih besar (10 kali) dari jumlah variabel yang

akan dianalisis, Keempat, untuk penelitian eksperimen yang sederhana,

dengan pengendalian yang ketat, ukuran sampel bisa antara 10 sampai dengan

20 elemen.110

Pada penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

nonprobability sampling dengan jenis purposive sampling. Purposive

sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu

tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga

akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti111.

Sampel pada penelitian ini meliputi: mantan pekerja migran perempuan,

keluarga perempuan yang berprofesi sebagai pekerja migran, dan Perangkat

Desa setempat, dan berdasarkan pernyataan diatas, peneliti mengambil 9 orang

untuk dijadikan sample dalam penelitian. Alasannya adalah agar peneliti

mampu menggali informasi secara mendalam dan terperinci dan tidak

mendapatkan informasi yang berulang dari responden sebelumnya.

Pengambilan sampel mengacu kriteria yang ditentukan oleh peneliti.

Kriterianya adalah sebagai berikut:

1. Mantan Pekerja Migran perempuan yang telah bekerja lebih dari 4 tahun

2. Perangkat desa yang mengetahui keadaan desa yang diteliti

3. Keluarga perempuan yang berprofesi sebagai Pekerja Migran Perempuan,

yang dalam rumah tangga berstatus ibu/Kepala Rumah dan telah bekerja

lebih dari 4 tahun.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk menjawab problematika penelitian dalam mencapai tujuan dan

membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan dalam rancangan penelitian,

diperlukan data, untuk memperoleh data yang dimaksud, seorang peneliti

110 Uma Sekaran. Metode Penelitian Bisnis, (Jakarta : Salemba Empat, 2006) hlm. 160 111 Sugiyono, Memahami penelitian kualitatif, hlm. 54

33

biasanya menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data, dengan

demikian, kedudukan suatu skala/instrumen pengumpul data dalam proses

penelitian sangat penting karena kondisi data tergantung alat (instrumen yang

dibuat).112 Berikut ini merupakan penjelasan dari instrumen yang

dipergunakan dalam proses penelitian:

1. Observasi

Observasi merupakan aktifitas pencatatan fenomena yang dilakukan

secara sistematis, pengamatan dapat dilakukan secara terlibat (partisipatif)

maupun tidak, pengamatan terlibat merupakan jenis pengamatan yang

melibatkan peneliti dalam kegiatan/aktifitas sasaran peneliti, tanpa

mengakibatkan perubahan pada kegiatan atau aktifitas yang dilakukan,

peneliti juga tidak menutupi dirinya sebagai peneliti. Untuk

menyempurnakan aktifitas ini, peneliti harus mengikuti kegiatan

keseharian dari sasaran penelitian dalam waktu tertentu, memperhatikan

apa yang terjadi, mendengarkan apa yang dikatakan, mempertanyakan

informasi yang menarik, dan mempelajari dokumen yang dimilki.113 Pada

dasarnya, tujuan dari observasi ialah untuk mendeskripsikan lingkungan

yang diamati, aktifitas yang berlangsung, individu yang terlibat dalam

lingkungan tersebut beserta aktifitas dan perilaku yang dimunculkan, serta

makna kejadian berdasarkan prespektif individu yang terlibat tersebut.114

Dalam penelitian ini yang diamati adalah kesejahteraan keluarga pekerja

migran perempuan di Desa Wantisari Kecamatan Leuwidamar Kabupaten

Lebak-Banten. (Lihat lampiran 2.2 Pedoman Observasi)

2. Wawancara

Gorden (dalam Herdiansyah) mendefinisikan wawancara sebagai

percakapan antara dua orang yang salah satunya bertujuan untuk menggali

dan mendapatkan informasi untuk tujuan tertentu.115 Dalam penelitian

112 Muhammad Idrus. Metode Penelitian Ilmu Sosial pendekatan Kualitatif dan

kuantitatif. (Jakarta : Penerbit Erlangga. 2009) hlm. 99 113 Ibid., hlm. 101 114 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial,

(Jakarta:Penerbit Salemba Humanika, 2010), hlm. 132 115 Ibid., hal 118

34

kualitatif, wawancara menjadi metode pengumpulan data yang utama,

karena sebagian besar data diperoleh melalui wawancara, model

wawancara yang dapat dilakukan meliputi wawancara tak berencana yang

berfokus dan wawancara sambil lalu, wawancara tak berencana berfokus

adalah pernyataan yang diajukan secara tidak terstruktur, namun selalu

berpusat pada satu pokok masalah tertentu, sementara wawancara sambil

lalu adalah wawancara yang tertuju kepada orang-orang yang dipilih tanpa

melalui seleksi terlebih dahulu secara diteliti, tempat dijumpai secara

kebetulan (koentjaraningrat, 1986, Danandjaja 1988).116 Dalam penelitian

ini yang akan dilakukan adalah mewawancarai para responden yang terdiri

atas mantan pekerja migran perempuan, keluarga pekerja migran

perempuan dan perangkat desa setempat. Dalam hal ini pewawancara

hanya membacakan pertanyaan yang telah disusun dan diberikan kepada

responden, yang kemudian catat jawaban sumber informasi secara tepat.

Wawancara dilakukan dengan bertatap muka langsung dengan

partisipan, tidak memalui telepon ataupun video. Instrumen yang digunakan

adalah perekam suara dan pedoman wawancara. Wawancara dilakukan

sekali per orang dan dilakukan selama pertanyaan dari pewawancara sudah

selesai dijawab oleh narasumber. Tujuan peneliti melakukan wawancara

adalah agar mendapatkan informasi lebih mendetail mengenai kesejahteraan

keluarga pekerja migran perempuan di Desa Wantisari Kecamatan

Leuwidamar Kabupaten Lebak-Banten. (Lihat lampiran 2.1 Kisi-kisi

instrumen wawancara).

3. Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data

kualitatf dengan melihat atau menganalisis dokumen yang dibuat oleh

subjek sendiri atau orang lain tentang subjek. Studi dokumentasi

merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan

gambaran dari sudut pandang subjek melalui media tertulis dan dokumen

116 Idrus. Metode Penelitian Ilmu Sosial pendekatan Kualitatif dan kuantitatif, hlm. 104

35

lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan

(Herdiansyah, 2009)117 Dokumentasi ini juga digunakan untuk

mengumpulkan data-data yang berbentuk catatan berupa hasil wawancara,

dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian seperti kejadian

sehari-hari.118 Dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti adalah

menggunakan dokumen resmi yang terdiri dari dokumen eksternal.

Dokumen eksternal yang peneliti ambil yaitu berupa naskah publikasi

yang diterbitkan oleh lembaga pemerintah yaitu Badan Pusat Statistik

Kabupaten Lebak. (Lihat lampiran 4. Dokumentasi)

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data adalah suatu proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian

sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis sesuai dengan

yang disarankan oleh data.119 Teknik analisis data merupakan cara

menganalisis data-data penelitian, termasuk alat-alat statistik yang relevan

yang digunakan dalam penelitian.120 Analisis data dimulai dengan pengolahan

data mentah, membuat data ringkasan berdasarkan data hasil pengumpulan

data, pengolahan data juga berarti pemberian skor, pengelompokkan,

perhitungan dan sebagainya mengenai data yang kita miliki, yang kita peroleh

dari tahap pengumpulan data.121 Dalam penelitian ini analisis data dilakukan

secara berkesinambungan dari awal sampai akhir penelitian, baik di lapangan

maupun diluar lapangan dengan mempergunakan teknik seperti yang

dikemukakan oleh miles dan Huberman. Terdapat empat tahapan dalam model

analisis data menurut Miles dan Huberman, diantaranya adalah:

1. Pengumpulan data

Dalam proses analisis data interaktif ini kegiatan yang pertama

dilakukan adalah mengumpulkan data, pada tahap ini peneliti melakukan

117 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, hlm. 143 118 Ibid. 119 Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 161 120 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi Tesis, Desertasi dan Karya Ilmiah,

hlm. 163 121 Pedoman Penulisan Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, hlm. 67.

36

proses pengumpulan data dengan menggunakan teknik pengumpulan data

yang telah ditentukan sejak awal, Proses pengumpulan data tersebut

melibatkan informan, aktifitas, latar atau konteks terjadinya perisitiwa.122

Adapun proses pengambilan data, dilakukan dengan cara participant

observation (pengamatan terlibat), yaitu peneliti meilbatkan dalam

kegiatan individu yang ditelitinya, tanpa mengganggu kegiatan keseharian

individu yang diteliti.

2. Reduksi data

Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakkan, dan transformasi data

kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan, reduksi data

berlangsung terus-menerus sejalan penelitian berlangsung.123 Mereduksi

data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada

hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.124 Inti dari reduksi data

adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang

diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang akan dianalisis, hasil

dari wawancara, hasil observasi, dan hasil studi dokumentasi diubah

menjadi bentuk tulisan (script) sesuai dengan formatnya masing-masing.

Hasil dari rekaman wawancara akan diformat menjadi bentuk verbatim

wawancara.125 Kegiatan reduksi data menjadi sangat penting karena yang

bersangkutan dapat mulai memilah dan memilih data mana dan data dari

siapa yang harus lebih dipertajam, selanjutnya, data tersebut dapat

dimasukkan dalam kelompok tertentu sehingga menjadi jembatan bagi

dirinya untuk membuat tema-tema dalam laporan penelitiannya.126

3. Penyajian data

Setelah semua data telah diformat berdasarkan instrumen pengumpul

data dan telah berbentuk tulisan (script), langkah selanjutnya adalah

122 Idrus. Metode Penelitian Ilmu Sosial pendekatan Kualitatif dan kuantitatif, hlm. 148 123 Ibid., hlm. 150 124 Sugiyono, Memahami penelitian kualitatif , hlm. 92 125 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial hlm. 165 126 Idrus. Metode Penelitian Ilmu Sosial pendekatan Kualitatif dan kuantitatif, hlm. 151

37

melakukan display data.127 Proses penyajian data ini mengungkapkan

secara keseluruhan dari sekelompok data yang diperoleh agar mudah

dibaca dan dipahami, yang paling sering digunakan untuk penyajian data

dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.128

Setelah mencermati penyajian data ini, peneliti akan lebih mudah

memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan, artinya

apakah peneliti meneruskan analisisnya atau mencoba untuk mengambil

sebuah tindakan dengan memperdalam temuan tersebut.129

4. Penarikan Kesimpulan

Tahap akhir dalam analisis data kualitatif ialah penarikan kesimpulan

dan verifikasi, Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat

yang mendukung pada tahap-tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi,

apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh

bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan yang kredibel.130

F. Pemeriksaan Keabsahan Data

Menurut Sugiyono, untuk menetapkan keabsahan data hal-hal yang perlu

dilakukan diantaranya meliputi uji credibility, transferability, dependability,

dan confirmability (obyektifitas) diperlukan teknik pemeriksaan, yang

didasarkan atas sejumlah penelitian tertentu.131

1. Uji Kredibilitas (credibility)

Data-data yang dikumpulkan diperiksa berdasarkan kelengkapan

data yang diperoleh dari berbagai sumber.132 Terdapat beberapa kegiatan

yang dilakukan untuk meningkatkan kredibilitas yaitu: memperpanjang

127 Ibid., hlm. 176 128 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuanititatif, Kualitatif dan R&D

(Bandung: Alfabeta, 2008) cet.6, hlm.341. 129 Idrus, Op. cit, hlm. 151 130 Sugiyono, Op. Cit, hlm. 97 131 Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 173 132 P. Ratu Ille Tokan. Manajemen Penelitian Guru. (Jakarta: PT. Grasindo, 2016), hlm.

377

38

waktu penelitian, observasi detail yang terus menerus, triangulasi atau

pengecekan data dengan berbagai sumber sebagai pembanding terhadap

data tersebut, mengekspos hasil sementara atau akhir yang diperoleh

dalam bentuk diskusi analitis dengan rekan sejawat, kajian kasus negatif

dengan mengumpulkan kasus yang tidak sesuai dengan pola yang ada

sebagai pembanding, membandingkan dengan hasil penelitian lain, dan

pengecekan data, penafsiran dan kesimpulan dengan sesama anggota

penelitian.133 Peneliti melakukan observasi di tempat tinggal keluarga

pekerja migran perempuan yaitu di Desa Wantisari Kecamatan

Leuwidamar Kabupaten Lebak-Banten dan melakukan wawancara

dengan partisipan yang sudah ditetapkan untuk memperoleh data yang

bisa dipercaya terkait dengan penelitian.

2. Keteralihan (transferability)

Keteralihan data diperiksa dari sumber data yang berkembang di

lapangan dengan menggunakan kertas kerja.134 Kemudian dapat tidaknya

hasil penelitian ini ditransfer atau dialihkan atau tepatnya diterapkan pada

situasi yang lain.135

3. Kebergantungan (dependability)

Yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti

dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep–

konsep ketika interpretasi untuk menarik kesimpulan.136

4. Kepastian (confirmability)

Yaitu dapat tidaknya hasil penelitian dibuktikan kebenarannya

dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan

dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan

membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak

133 Aunu rofiq djaelani, jurnal. Teknik Pengumpulan data dalam Penelitian Kualitatif Vol

: XX, No. 21, Maret 2013 hlm. 90 134 Ibid., h. 377 135 Ibid. 136 Ibid.

39

berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih

objektif.137

137 Ibid.

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini, peneliti akan membahas hasil wawancara mendalam

dengan narasumber yang peneliti sebut partisipan. Data yang diperoleh dalam

penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari

wawancara yang telah dilakukan, sementara untuk data sekunder diperoleh

dari observasi lapangan dan dokumentasi. Partisipan dalam penelitian ini

terdiri atas mantan pekerja migran perempuan, anggota keluarga pekerja

migran perempuan, dan perangkat desa setempat. Observasi di lakukan di

Desa Wantisari, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak Provinsi Banten

selama 5 hari.

Dari data dan pembahasan, pembaca dapat mengetahui bagaimana

kondisi kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan di Desa Wantisari,

Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak Provinsi Banten.

B. Gambaran Umum Desa Wantisari

Desa Wantisari merupakan salah satu desa dari dua belas desa yang

terdapat di Kecamatan Leuwidamar, dengan luas desa sebesar ± 663 ha, yang

sebagian besar lahannya merupakan ladang, kebun, dan persawahan. Karena

berbagai alasan, segala urusan pemerintahan dan administrasi Desa Wantisari

dipimpin oleh pelaksana tugas Hj. Siti Masyitoh sejak tahun 2017. Jumlah

penduduk desa sebanyak 3.859 jiwa, dengan jumlah rumah tangga sebanyak

1.132 keluarga, sedangkan untuk besaran jumlah penduduk berdasarkan jenis

kelamin yaitu 1.927 jiwa untuk laki-laki, dan 1.932 untuk perempuan. Jumlah

keluarga berdasarkan tingkat kesejahteraan pada desa tersebut di antaranya

adalah: 1) keluarga pra-sejahtera sebanyak 480 rumah tangga, 2) keluarga

sejahtera 1 sebanyak 293 rumah tangga, 3) keluarga sejahtera 2 sebanyak 229

41

rumah tangga, dan 4) keluarga sejahtera 3 sebanyak 130 rumah tangga.

Karena jumlah ladang dan sawah yang luas, mayoritas penduduk desa

berprofesi sebagai petani, disusul oleh buruh tani, pedagang, dan lain-lain.

Berdasarkan data tahun 2017, jumlah pekerja migran Indonesia yang berasal

dari Desa Wantisari berjumlah 17 jiwa untuk laki-laki, dan 42 jiwa untuk

perempuan, untuk negara tujuan bekerja, keseluruhan pekerja migran tersebut

memilih negara Arab Saudi. Keadaan fasilitas umum di desa wantisari

terbilang cukup baik. Pada bidang pendidikan, Desa Wantisari memiliki 1

taman kanak-kanak (TK), 1 sekolah dasar (SD) dan 2 madrasah ibtida’iyah

(MI), 1 madrasah tsanawiyah (MTs), dan 1 madrasah aliyah (MA). Sementara

untuk kesehatan, Desa Wantisari memiliki 1 bidan praktik dan 5 tenaga

kesehatan tradisional (paraji). Pada bidang keagamaan, terdapat 5 masjid dan

6 mushola/langgar yang tersedia.

C. Informasi Partisipan

Sebanyak sembilan orang partisipan yang menjadi sumber informasi

bagi penelitian ini, para partisipan tersebut terdiri dari empat mantan pekerja

migran perempuan, empat anggota keluarga pekerja migran perempuan, dan

satu perangkat desa pada lokasi penelitian. Informasi lebih rinci akan

dijelaskan pada paragraf di bawah ini:

Informan A adalah ibu rumah tangga sekaligus mantan pekerja migran

perempuan, berusia 48 tahun. Negara tujuan untuk bekerja yaitu Arab Saudi

dengan masa kerja selama 10 tahun dan penghasilan sebesar Rp. 2.000.000

perbulan. Remitan yang dikirim pada keluarga tiap bulannya sebesar Rp.

2.000.000.

Informan J adalah ibu rumah tangga sekaligus mantan pekerja migran

perempuan, berusia 52 tahun. Negara tujuan untuk bekerja yaitu Arab Saudi

dengan masa kerja selama 20 tahun dan penghasilan Rp. 3.700.000 perbulan.

Remitan yang dikirim pada keluarga berjumlah Rp. 1.500.000 per tiga bulan.

Informan R adalah ibu rumah tangga sekaligus mantan pekerja migran

perempuan, berusia 41 tahun. Negara tujuan untuk bekerja yaitu Arab Saudi

dan Bahrain dengan masa kerja selama 7 tahun dan penghasilan Rp. 3.000.000

42

Perbulan. Remitan yang dikirim pada keluarga berjumlah Rp. 2.500.000 tiap

bulannya.

Informan SM adalah ibu rumah tangga sekaligus mantan pekerja migran

perempuan, berusia 49 tahun. Negara tujuan untuk bekerja yaitu Arab Saudi

dengan masa kerja selama 6 tahun dan penghasilan Rp. 3.000.000 Perbulan.

Remitan yang dikirim pada keluarga berjumlah Rp. 3.000.000 tiap bulannya.

Informan AA adalah anggota keluarga pekerja migran perempuan yang

berusia 17 tahun, berjenis kelamin perempuan, hubungan dengan pekerja

migran tersebut adalah ibu dan anak. Sang ibu bekerja sejak tahun 2009, dan

memiliki penghasilan sebesar Rp. 2.500.000 yang dikirim per 6 bulan sebesar

Rp. 15.000.000.

Informan PA adalah anggota keluarga pekerja migran perempuan yang

berusia 23 tahun, berjenis kelamin perempuan, hubungan dengan pekerja

migran tersebut adalah ibu dan anak. Sang ibu bekerja sejak tahun 1998, dan

memiliki penghasilan sebesar Rp. 5.000.000 yang dikirim tiap bulan sebesar

Rp. 5.000.000.

Informan FA anggota keluarga pekerja migran perempuan yang berusia

21 tahun, berjenis kelamin laki-laki, hubungan dengan pekerja migran tersebut

adalah ibu dan anak. Sang ibu bekerja sejak tahun 2011, dan memiliki

penghasilan sebesar Rp. 3.000.000 yang dikirim tiap bulan sebesar Rp.

3.000.000.

Informan MA adalah anggota keluarga pekerja migran perempuan yang

berusia 25 tahun, berjenis kelamin perempuan, hubungan dengan pekerja

migran tersebut adalah ibu dan anak. Sang ibu bekerja sejak tahun 1997, dan

memiliki penghasilan sebesar Rp. 3.000.000 yang dikirim per tiga bulan

sebesar Rp. 1.500.000.

Informan OA adalah perangkat desa dengan jabatan sebagai kepala seksi

ekonomi dan pembangunan (ekbang), dan kesejahteraan rakyat (kesra). yang

berusia 48 tahun, berjenis kelamin laki-laki. Bekerja sebagai perangkat desa

sejak tahun 2014 (5 tahun). Di pilihnya OA menjadi informan karena tugas

43

dan fungsi dari jabatan yang beliau emban sesuai dengan pertanyaan yang

hendak diajukan.

D. Paparan Data Hasil Penelitian

Pada hasil penelitian ini, peneliti akan memaparkan data dan hasil

penelitian terkait dengan permasalahan yang dirumuskan, yaitu menjelaskan

bagaimana kondisi kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan di Desa

Wantisari Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak-Banten.

Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan jawaban partisipan pada saat

diwawancarai, catatan hasil pengamatan serta dokumentasi yang didapat dari

observasi dan mendisikusikan data tersebut dengan teori dan kajian pustaka

yang menjelaskan tentang bagaimana kondisi kesejahteraan keluarga pekerja

migran perempuan di Desa Wantisari. Pada instrumen wawancara terdapat 18

pertanyaan untuk mantan pekerja migran perempuan, dengan rincian 3

pertanyaan identitas dan 15 pertanyaan eksplorasi, 20 pertanyaan untuk

anggota keluarga pekerja migran perempuan dengan rincian 4 pertanyaan

identitas dan 16 pertanyaan eksplorasi, dan 18 pertanyaan untuk perangkat

desa, dengan rincian 3 pertanyaan identitas dan 15 pertanyaan eksplorasi.

Langkah pengumpulan data diawali dengan membuat panduan wawancara dan

observasi, selanjutnya peneliti mewawancarai para partisipan, kegiatan ini

berlangsung selama lima hari, kemudian hasil wawancara yang dilakukan

dirubah ke dalam bentuk transkrip, observasi di lakukan di tempat tinggal

keluarga pekerja migran perempuan di Desa Wantisari, Kecamatan

Leuwidamar, Kabupaten Lebak Provinsi Banten selama 5 hari. Selanjutnya

peneliti melakukan reduksi data, menyajikan, dan menyimpulkan data dari

hasil transkrip tersebut, kemudian dilanjutkan dengan pemaparan deskriptif

atas pertanyaan dalam rumusan penelitian, jawaban atas rumusan masalah

tersebut kemudian menjadi hasil penelitian.

Peneliti membagi pembahasan menjadi enam bagian, sesuai dengan tema

yang muncul dari data hasil wawancara, yaitu; Kesejahteraan keluarga pekerja

migran perempuan sebelumnya berada dalam kategori kurang mampu;

44

Kondisi kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan menjadi lebih baik

setelah bekerja ke luar negeri; Kesejahteraan keluarga pekerja migran

perempuan mengalami perbaikan pada bidang ekonomi; Kesejahteraan

keluarga pekerja migran perempuan mengalami perbaikan pada bidang

pendidikan; Kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan lebih baik

daripada keluarga yang anggotanya tidak berprofesi sebagai pekerja migran;

Kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan akan mengalami

penurunan apabila berhenti dari profesi tersebut.

1. Kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan sebelumnya

berada dalam kategori kurang mampu

Survei dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak menjelaskan

bahwa mayoritas keluarga di Desa Wantisari termasuk dalam kategori pra-

sejahtera/miskin138. Hal ini disebabkan karena mayoritas mata pencaharian

penduduknya sebagai petani ataupun buruh tani. Kondisi serba kekurangan

tersebut menjadikan para perempuan di desa memilih untuk bekerja ke

luar negeri. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh A dan SM sebagai

berikut:

“Sebelum bekerja keluar negeri ya kekurangan lah, dalam ekonomi misalnya,

dalam segala bidang kekurangan sih, makanya saya sampai ke Arab saudi”.

[A/CW 1]

“Dulu itu keluarga sangat kekurangan, buat makan aja susah, apalagi buat sekolah

gitu, gaada biayanya.” [SM/ CW 4)

Sulitnya mencari pekerjaan di dalam negeri juga menjadi alasan

untuk bekerja ke luar negeri, seperti yang diungkapkan oleh J, R, MA dan

FA sebagai berikut:

“Sebelum bekerja keluar negeri ya di bawah garis kemiskinan. Saya mencari

pekerjaan disini gak dapet-dapet, susah, paling juga dapet pekerjaan ibu rumah

tangga yang jaman dulu sangat kecil nggak bisa membiayai keluarga”. [J/CW 2]

138 Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak, Kecamatan Leuwidamar Dalam Angka, BPS

Lebak, Lebak: 2018, hlm. 32

45

“Mmm.. sebelum ke luar negeri begitulah, kurang baik, rumah aja bilik, terus gak

ada WC juga, terus di rumah gaada yang kerja, paling kerja serabutan doang”. [R/

CW 3]

“Sebelum kerja ke luar negeri, ekonomi di rumah tuh kurang banget, orang tua

udah cerai, saya dan kakak saya tinggal sama ibu, sementara ibu saya pekerjaannya

cuma jualan-jualan gitu, jadi ya paling cukup buat makan”. [MA/CW 8]

“Ibu saya itu single parent, bapak saya udah meninggal dari saya kecil, jadi

dirumah itu ekonominya kurang, alhamdulillah dulu ibu saya buka warung kecil-

kecilan, jadi buat pemasukan sehari-hari dari situ, tapi karena ibu saya mau anak-

anaknya untuk sekolah tinggi, jadi ya beliau memutuskan untuk pergi Arab Saudi,

Karena kalau mengandalkan dari warung saja, sepertinya saya dan saudara-saudara

saya hanya bisa sekolah sampai lulus SMP”. [FA/ CW 6]

Kondisi kesejahteraan keluarga pada lokasi penelitian umumnya

terbilang kurang, hal ini juga dijelaskan oleh OA, yaitu perangkat desa

setempat, ia menjelaskan bahwa:

“Sebenernya kalau ngitung tolak ukur itu (seperti yang disebutkan di atas) udah di

kategorikan sejahtera, tapi kalau kenyataan realita di lapangan itu belum, mungkin

untuk perbandingannya antar keluarga sejahtera dengan yang tidak sejahtera

perbandingannya 60:40 seperti itu. Sebenernya kalau ngeliat dari laporan emang

sih kalau desa Wantisari dari 12 desa di kecamatan itu kategori desa udah desa

kota, dengan tingkat penduduk yang sejahtera, namun ketika masuk ke dalam, itu

tuh kalau kita telusuri ke dalam, semacam kadujangkung, cibogo, cicendo, itu

hampir masyarakatnya itu masih di bawah, di bawah kesejahteraan”. [OA/CW 9]

Hasil wawancara yang dapat peneliti simpulkan bahwa motif migrasi

para perempuan ke luar negeri umumnya adalah karena motif ekonomi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan untuk bekerja ke luar negeri

adalah karena minimnya ketersediaan lapangan pekerjaan, banyaknya

tanggungan anggota keluarga, dan keinginan untuk merubah nasib dan

menaikkan tingkat kesejahteraan, serta memfasilitasi anak dengan

pendidikan setinggi-tingginya agar mampu menaikkan derajat sosial

keluarga. Untuk kondisi kesejahteraan sendiri, berdasarkan wawancara

yang dilakukan diketahui keadaan rumah tangga sebelum memutuskan

bekerja ke luar negeri jauh dari baik. Status sebagian informan yang

merupakan orang tua tunggal menjadikan kondisi sandang dan papan

keluarga berada pada kategori rendah.

46

Kemiskinan dan ketidakmampuan untuk mendapatkan nafkah atau

menghasilkan produk yang cukup untuk mendukung seseorang atau

keluarganya, merupakan alasan utama di balik perpindahan pencari kerja

dari satu negara ke negara lain.139 Proses migrasi biasanya dipengaruhi

oleh berbagai faktor, migrasi karena kurangnya lapangan pekerjaan di

suatu daerah, migrasi karena kepadatan penduduk di daerah asal, sumber

daya alam yang kurang, keinginan memperbaiki taraf hidup, dan

melanjutkan pendidikan.140

2. Kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan menjadi lebih

baik setelah bekerja ke luar negeri

Setelah bekerja di luar negeri, para pekerja migran perempuan

maupun keluarganya merasakan kesejahteraan dalam keluarganya

meningkat dan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hal ini dapat terlihat

dari perubahan gaya hidup anggota keluarga pekerja migran perempuan

dan kemampuan untuk memperbaiki tempat tinggal yang sebelumnya

tidak mampu dilakukan saat masih bekerja sebagai ibu rumah tangga atau

petani serabutan. Setelah beberapa tahun bekerja ke luar negeri, para

pekerja migran tersebut sedikit demi sedikit mulai mampu meningkatkan

taraf kehidupannya, mereka merasa bahwa kehidupannya menjadi lebih

nyaman, damai dan tenteram. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

informan A sebagai berikut:

“Ya alhamdulillah setelah bekerja di Arab saudi tuh ada perubahan dalam rumah

tangga, nyaman, damai, tenteram, mencukupi ini rumah tangga.” [A/CW 1]

Umumnya, penghasilan yang didapatkan selama bekerja digunakan

untuk membiayai anak maupun orang tuanya, memperbaiki tempat

139 Inayah Hidayati, Pusat penelitian kependudukan LIPI, Kenapa orang bermigrasi,

diakses dari http://kependudukan.lipi.go.id/en/population-study/population-dynamics/50-kenapa-

orang-bermigrasi tanggal 21 juni 2019 jam 06:57 WIB 140 Desi lastati, Pusat Sumber Daya Buruh Migran, migrasi buruh migran, diakses dari

https://buruhmigran.or.id/2019/04/29/migrasi-buruh-migran/ pada tanggal 21 juni 2019 jam 06:50

WIB

47

tinggal, dan sisanya disimpan dalam bentuk tabungan. Seperti yang

diungkapkan oleh J, R, SM, AA, dan FA sebagai berikut:

“Ya alhamdulillah banyak perubahan, anak sekolah, orang tua terjamin, dibiayain,

bisa kebikin rumah, bisa punya tabungan”. [J/CW 2]

“Setelah kerja ke saudi ya alhamdulillah, jadi lebih baik, tiap bulan jadi ada

pendapatan tetap, terus bisa ngerenovasi rumah juga, tadinya rumah yang bilik kan

akhirnya bisa bikin yang pake tembok, terus bisa punya WC, terus anak juga bisa

kesekolahin. Yah, jadi lebih baik lah”. [R/CW 3]

“Alhamdulillah, setelah kita pergi ke Saudi keluarga jadi lebih baik, waktu dulu

kita masih kekurangan, nggak bisa membiayain anak, waktu ke luar negeri

alhamdulillah anak kebiayain dalam pendidikan. Dulu kita nggak bisa berbuat apa-

apa, karena kehimpitan ekonomi, setelah kita bekerja alhamdulillah kita bisa

mengubah nasib”. [SM/ CW 4]

“Sekarang jadi lebih enak, setelah ibu saya kerja ke luar negeri, jadi nggak

khawatir buat biaya sekolah lagi, makan juga, terus keinginan juga gampang

terpenuhi, yah lebih seneng sih”. [AA/CW 5]

“Dengan menjadi TKW ibu saya akhirnya berhasil menyekolahkan anak-anaknya

sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Alhamdulillah ekonomi mulai membaik dari

sebelumnya, kami bisa makan daging dan susu, sekarang sedang merenovasi

rumah juga”. [FA/ CW 7]

Namun demikian, dari begitu banyaknya dampak positif yang

didapat dari keputusan untuk bekerja di luar negeri, Informan MA

mengungkapkan rasa “keberatan” atas keputusan sang ibu, ia juga

menjelaskan bahwa terdapat dampak negatif yang dialami khususnya bagi

anak yang ditinggalkan. Seperti yang diungkapkan berikut:

“Sebenarnya di satu sisi kayak saya nggak setuju ya (soal ibu bekerja ke luar

negeri), soalnya mungkin kita nggak tau yah, kondisi di luar Indonesia tuh kayak

gimana, segalanya, kulturnya, budayanya pasti beda. Cuma disisi lain kalo diliat

lagi saat itu kan kayakna kesempatan kerja di indonesia teh sedikit, lapangan

kerjana sedikit, terus akhirnya lebih milih ke luar negeri dengan gaji yang lebih

banyak dari pada di Indonesia”. [MA/CW 8]

48

“Untuk kehidupannya emang jadi lebih baik sih, lebih sejahtera dibanding

sebelumnya, cuma dari sisi psikologis anaknya menurut saya jadi kurang”.

[MA/CW 8]

Hasil observasi yang peneliti lakukan di kediaman partisipan

memperlihatkan bahwa kesejahteraan dalam rumah tangga mengalami

perbaikan setelah bekerja ke luar negeri, hal ini terlihat dari kemampuan

para keluarga pekerja migran perempuan yang mulai memperbaiki tempat

tinggal. Selain memperbaiki tempat tinggal, alat-alat rumah tangga pun

mulai diganti atau ditambah dengan yang baru. Hal ini dapat terlihat pada

gambar 4.1 berikut:

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.1

Perubahan Peralatan Rumah Tangga partisipan MA

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.2

Tempat tinggal partisipan A hasil dari bekerja sebagai pekerja

migran perempuan

furniture sebelum

Furniture sesudah

49

Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, peneliti

menyimpulkan bahwa kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan

dan keluarga mantan pekerja migran perempuan menjadi lebih baik setelah

bekerja ke luar negeri. Berbagai pencapaian yang diperoleh di antaranya

adalah kemampuan untuk membiayai hidup anggota keluarga di dalam

negeri, kemampuan untuk memperbaiki tempat tinggal, kemampuan untuk

membiayai pendidikan anak, kemampuan untuk menabung pendapatan

selama bekerja, dan kemampuan untuk membuka usaha. Namun begitu,

terdapat dampak negatif atas keputusan untuk bekerja di luar negeri, yaitu

pada psikologis keluarga yang ditinggalkan khususnya anak.

Mereka yang memilih bekerja ke luar negeri ketika sudah melakukan

migrasi bisa turut mengangkat ekonomi keluarga melalui uang yang

dikirimkan tiap bulannya, keluarga yang dulunya masuk dalam daftar

kurang mampu dan menggantungkan hidupnya dengan bantuan

pemerintah, bisa berlepas diri sehingga bantuan untuk keluarga tersebut

bisa dialihkan untuk keluarga yang lain.141 Umumnya, beberapa perubahan

yang terjadi pada keluarga pekerja migran perempuan setelah bekerja ke

luar negeri di antaranya adalah: perbaikan kondisi ekonomi keluarga,

menambah pengalaman baik untuk buruh migran sendiri maupun untuk

orang lain, dan memberikan fasilitas yang memadai untuk keluarga.142

141 Desi lastati, pusat sumber daya buruh migran, migrasi buruh migran, diakses dari

https://buruhmigran.or.id/2019/04/29/migrasi-buruh-migran/ pada tanggal 21 juni 2019 jam 06:50

WIB 142 Babun Ni’matur Rohmah, Riska Ayu Purnama Sari, Tingkat Perubahan

Kesejahteraan Ekonomi Keluarga Buruh Migran Di Desa Panggungrejo Gondanglegi Malang,

Jurnal Penelitian Ilmiah Intaj (2017) 1 hlm. 147)

50

3. Kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan mengalami

perbaikan pada bidang ekonomi

Peningkatan kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan

paling terasa perubahannya dalam sektor ekonomi. Seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya, bahwa dengan para perempuan tersebut memilih

bekerja ke luar negeri, terdapat berbagai dampak yang dihasilkan, di

antaranya adalah peningkatan penghasilan, memiliki kemampuan untuk

membiayai keluarga yang ditinggalkan, mampu membawa orang tua

berobat, dan memperbaiki tempat tinggal.

Informasi tersebut didapatkan peneliti berdasarkan wawancara yang

dilakukan dengan partisipan sebagaimana yang dikemukakan oleh

Informan A, PA, AA, SM, dan J sebagai berikut:

“Setelah bekerja di arab saudi ya alhamdulillah penghasilan meningkat otomatis,

anak dan orang tua pun jadi bisa kebiayain, anak saya bisa sekolah sampe S1, terus

orang tua juga bisa berobat, terus rumah saya bisa di renovasi”. [A/CW 1]

“Yang paling terasa perubahannya dalam bidang ekonomi sih... soalnya keliatan

gitu hasilnya, kayak bisa membuat rumah, punya kendaraan, ya kayak gitu-gitu

lah.” [PA/CW 6]

“Ada. Perubahannya hmm contohnya kayak rumah yang tadinya bambu/bilik

sekarang tembok alhamdulillah.” [AA/CW 5]

“Kalau dulu semua serba kekurangan, alhamdulillah setelah kita bekerja ke Saudi

ada peningkatan ekonomi.” [SM/CW 4]

“Kesejahteraannya jadi meningkat, jelas, karena penghasilannya besar, jadi lebih

bahagia sekarang, rumah udah rapi,anak kesekolahin, punya tabungan juga.”

[J/CW 2]

Selain hal-hal yang disebutkan diatas, peningkatan kesejahteraan

pada bidang ekonomi juga terlihat dari kepemilikan tabungan dan sawah

yang didapatkan dari hasil bekerja ke luar negeri seperti yang diungkapkan

oleh informan R sebagai berikut:

“Sebelum ke arab saudi kan kurang baik, setelah bekerja ya alhamdulillah

ekonominya lebih meningkat, rumah udah di renovasi, punya simpenan juga,

kebeli sawah, anak lagi sekolah, yah tercukupi lah.” [R/CW 3]

51

Dari hasil wawancara tersebut, terlihat jelas perubahan yang terjadi

khususnya pada bidang ekonomi pada keluarga pekerja migran

perempuan. Kemampuan untuk memperbaiki tempat tinggal, membiayai

kehidupan keluarga, kemampuan untuk membeli kendaraan dan sawah,

serta mampu menyisihkan sebagian penghasilan untuk ditabung

merupakan hasil dari peningkatan penghasilan yang diperoleh para pekerja

migran perempuan dan dikelola oleh keluarga di dalam negeri. Selain hal

tersebut di atas, dampak psikologis yang dirasakan seperti perasaan

bahagia juga menggambarkan betapa besarnya peningkatan kesejahteraan

yang terjadi dalam keluarga setelah bekerja ke luar negeri.

Hasil observasi yang dilakukan peneliti pada tempat tinggal para

partisipan menunjukkan bahwa perubahan paling signifikan pada

keputusan untuk bermigrasi ke luar negeri terlihat pada bidang ekonomi, di

mana para keluarga pekerja migran perempuan mulai mengalami

peningkatan pendapatan. Ketika pendapatan meningkat, maka daya beli

pun ikut mengalami peningkatan, keluarga pekerja migran perempuan ini

mulai mengalokasikan uang remitan yang dikirimkan untuk merenovasi

rumah dan membeli peralatan rumah tangga lainnya. Pada tempat tinggal

para partisipan yang diteliti, terdapat beberapa alat rumah tangga yang

bersifat sekunder maupun tersier yang mengisi bagian-bagian rumah

seperti kendaraan pribadi, mesin cuci, kulkas,dan Air Conditioner (AC),.

Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.3 hingga 4.6

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.3

Usaha Partisipan SM setelah bekerja di luar negeri

52

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.4

Barang-barang sekunder yang terdapat pada tempat tinggal PA

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.5

Barang-barang sekunder yang terdapat pada tempat tinggal

AA

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.6

Barang-barang sekunder yang terdapat pada tempat tinggal MA

53

Pengiriman pendapatan TKI memiliki banyak dampak, di antaranya

dapat dijadikan modal bagi pembiayaan pendidikan anak-anak dan sanak

saudara serta memperbaiki ekonomi keluarga sehingga kebutuhan keluarga

dapat tercukupi, memperbaiki rumah dan membeli ladang persawahan,

serta memberikan sumbangan bagi pembangunan desa.143 Dampak migrasi

perempuan ke luar negeri lainnya yaitu kepemilikan barang sekunder dan

tersier mulai dari sepeda motor sampai dengan tempat tinggal yang

bagus, lengkap dengan segala alat rumah tangga yang serba elektronik

seperti televisi, kulkas, mesin cuci, mesin jahit, peralatan

memasak dan lain-lain.144

4. Kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan mengalami

perbaikan pada bidang pendidikan

Selain pada bidang ekonomi, perbaikan yang paling terasa lainnya

adalah pada bidang pendidikan. Hal ini dikarenakan para mantan pekerja

migran perempuan, maupun yang saat ini masih berstatus sebagai pekerja

migran perempuan menyadari betul seberapa pentingnya pendidikan bagi

kehidupan dan masa depan. Pendidikan yang di dapat oleh anggota

keluarga pekerja migran perempuan, dalam hal ini sang anak, dianggap

dapat menjadi bekal bagi mereka di masa depan agar mampu memiliki

profesi yang lebih baik dibanding para orang tuanya. Selain itu, sulitnya

mendapatkan pendidikan pada jaman dulu membuat perempuan-

perempuan tersebut berupaya keras untuk mampu memenuhi semua

kebutuhan pendidikan bagi sang anak agar tidak merasakan seperti yang

para orang tuanya rasakan.

Sebanyak tujuh partisipan menyatakan bahwa remitan yang

dikirimkan setiap tahunnya dialokasikan pada pendidikan. Informasi dari

143 Nita Sokhifatul Awalia, Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pengiriman Pendapatan

Tenaga Kerja Indonesia Ke Keluarga Di Kabupaten Kendal, Economics Development Analysis

Journal EDAJ 3 (1), tahun 2014, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang hlm. 102, 144 Khusnatul Zulfa wafirotin, Dampak Migrasi Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi

Keluarga TKI Di Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo, Jurnal Ekuilibrium, Volume 11,

Nomor 2, Maret 2013, Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Ponorogo hlm. 29

54

beberapa mantan pekerja migran perempuan menyebutkan bahwa dengan

melakukan migrasi ke luar negeri, mereka mampu membiayai pendidikan

anak sampai ke perguruan tinggi. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh A,

J, dan SM sebagai berikut:

“Setelah bekerja di arab saudi, ya alhamdulillah bisa menyekolahkan anak sampai

S1, bisa kebikin rumah itulah karena kalau disini kan darimana istilahnya nggak

punya pekerjaan sedangkan saya ini tulang punggung keluarga sebatang kara

(sudah bercerai).” [A/CW 1]

“Ya jelas meningkat, alhamdulillah seperti pendidikan, bisa mendidik anak

berhasil sampe lulus sekolah, sampe jadi sarjana.” [J/CW 2]

“Alhamdulillah, dalam pendidikan semenjak kita ke luar negeri, bekerja sebagai

TKI, anak saya bisa berpendidikan, melanjutkan ke fakultas (universitas).”

[SM/CW 4]

Pernyataan di atas juga ditambahkan oleh anggota keluarga pekerja

migran perempuan bahwa peningkatan pendapatan yang dihasilkan selama

bekerja di luar negeri berbanding lurus dengan perbaikan pendidikan bagi

anggota keluarga yang lain. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh AA,

PA, FA, dan MA sebagai berikut:

“Pendidikan di rumah baik cukup baik yah.. untuk tingkatannya, kebetulan kakak

saya lulus dari SMK, saya sendiri SMA.” [AA/CW 5]

“Tingkat pendidikan anggota keluarga baik, kalau saya sendiri jenjang pendidikan

D3 kebidanan, kalau adik saya masih SMA.” [PA/CW 6]

“Untuk pendidikan dirumah cukup baik menurut saya, kakak saya lulusan S1, saya

lulusan SMA, dan adik saya lulusan SD.” [FA/CW 7]

“Tingkat pendidikan keluarga bervariasi, ada yang S1, SMP, SMA. Ini untuk

keluarga besar ya. Kalau untuk keluarga inti ya sudah cukup baik lah, kakak saya

lulus SMA, saya S1.” [MA/ CW 8]

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, dapat

peneliti simpulkan bahwa kondisi pendidikan tiap anggota keluarga

menjadi lebih baik. Pernyataan yang dikemukakan oleh beberapa informan

menjelaskan bahwa tingkat pendidikan anggota keluarganya menjadi lebih

55

baik dan jenjang pendidikan beragam, kemudian bagi mantan pekerja

migran perempuan, mereka mampu untuk menyekolahkan anak hingga ke

jenjang perguruan tinggi. Hasil observasi terhadap perbaikan pada bidang

pendidikan keluarga pekerja migran perempuan menunjukkan bahwa

setelah bekerja ke luar negeri, anak-anak dari pekerja migran perempuan

tersebut mampu menyelesaikan sekolah hingga ke perguruan tinggi atau

sedang melanjutkan pendidikan saat ini. Terjadi peningkatan signifikan

pada bidang pendidikan, terutama pada keluarga pekerja migran

perempuan yang menyadari bahwa pendidikan sangat penting bagi masa

depan. Perbaikan tingkat pendidikan pada keluarga pekerja migran

perempuan dibuktikan melalui gambar 4.7 dan 4.8

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.7

Informan AA menunjukkan jenjang pendidikan yang ditempuh saat

ini

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.8

Informan PA menunjukkan jenjang pendidikan yang telah

selesai ditempuh

56

Investasi dalam bentuk pendidikan merupakan salah satu jenis

investasi yang menguntungkan di masa depan dan memberikan manfaat

ekonomis maupun non ekonomis. Menurut teori Human Capital, investasi

dalam bidang ini menjadikan sumber daya manusia lebih meningkat dalam

manfaat ekonomis seperti tambahan pendapatan seseorang jika tingkat

pendidikannya lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pendidikan

seseorang yang lebih rendah. Sedangkan untuk manfaat secara non

ekonomis yang didapatkan dari pendidikan yaitu kondisi kerja yang lebih

baik, kepuasan kerja dan efisiensi konsumsi.145

Suyanto, dalam jurnalnya yang berjudul “Pemanfaatan Remitan

Ekonomi dan Ketergantungan Migran Kembali Bekerja di Luar Negeri”,

menjelaskan bahwa:

“Salah satu alasan utama para pekerja migran perempuan melakukan mobilitas ke

luar negeri adalah untuk membiayai pendidikan anak-anak. Mereka (para tenaga

kerja) umumnya menyadari bahwa dirinya tidak dapat sekolah karena alasan

ekonomi orang tua sehingga mereka harus berhenti sekolah karena orang tua tidak

dapat membiayai dan harus membantu orang tua mencukupi kebutuhan rumah

tangga. Merekapun menyadari karena pendidikan yang terlalu rendah sehingga

lapangan kerja yang dimasuki adalah pekerjaan kasar, seperti pembantu rumah

tangga atau buruh tani.”146

5. Kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan lebih baik

daripada keluarga yang anggotanya tidak berprofesi pekerja migran

Banyaknya bukti keberhasilan para pekerja migran Indonesia yang

bekerja ke luar negeri merupakan salah satu godaan bagi penduduk

terutama di daerah pedesaan. Keberhasilan memperbaiki rumah, membeli

kendaraan pribadi, bahkan sawah dan emas, merupakan salah satu faktor

145 Prof. Dr. Keppi Sukesi. MS dkk, Perubahan Perilaku Sosial Ekonomi dan Budaya

Perempuan Buruh Migran Indonesia (BMI) Purna, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya,

hlm. 2 146 Suyanto, Pemanfaatan Remitan Ekonomi dan Ketergantungan Migran Kembali

Bekerja di Luar Negeri, Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi Vol. 2 No. 1 : Desember

2018 hlm. 30-31, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang

57

pendorong penduduk daerah yang masih tinggal di dalam negeri juga

mengikuti jejak kerabat dan teman-teman untuk bekerja di luar negeri.

Selain itu, sulitnya mendapatkan pekerjaan dengan kemampuan calon

pekerja yang rendah juga merupakan faktor pendukung lain bagi para

perempuan tersebut untuk memilih bekerja ke luar negeri. Hal ini seperti

yang diungkapkan oleh A, J, R, SM, dan MA sebagai berikut:

“Alasan saya pengen kerja ke arab saudi itu tadinya karena disini gak bisa dapet

kehidupan layak, waktu masih menikah pun udah berangkat, biar bisa bantuin

ekonomi keluarga, karena saya punya cita-cita mau nyekolahin anak sampe sukses,

dan ya alhamdulillah, setelah kerja anak bisa sampe S1, bisa kebuat rumah juga.”

[A/CW 1]

“Saya kan tulang punggung, kalo saya cuma kerja jadi ibu rumah tangga, ya nggak

ada perubahan, makanya saya ke arab saudi, karena rata-rata orang yang kerja di

arab saudi pasti sukses, saya juga ngerasain sendiri.” [J/CW2]

“Karena saya merasakan sendiri, mmm dulu karena kurang mencukupi karena saya

nggak kerja ngeliat orang jadi TKW kayaknya enak, gaji gede, rumah pada bagus-

bagus, gitu lah.” [R/CW 3]

“Karena saya ingin bantu keluarga, jadi saya berangkatlah ke arab, karena kalau

disini mau kerja apa, pendidikan rendah, kemampuan gaada, jadi saya pilih kerja

ke saudi, karena gajinya lebih besar, otomatis saya bisa ngasih keluarga lebih

banyak, dan yah, memang kerasa sama saya, setelah bekerja ke saudi itu

kesejahteraan keluarga jadi lebih baik.” [SM/CW 4]

saya sendiri sih ngeliatnya kalau untuk keluarga dari TKW/TKI tuh kehidupannya

lebih baik di banding yang bukan. [MA/ CW 8]

Pernyataan di atas juga dibenarkan oleh OA, perangkat desa

setempat yang mengatakan:

“Alhamdulillah, biasanya tuh kalau orang udah berangkat jadi TKW taraf

hidupnya keangkat, jadi ada kenaikan. Kan ngitungnya kan, ketika dua keluarga

yang notabenenya sama, di bawah, istilahnya kurang sejahtera. Sehingga yang satu

berdomisili di kita yang satu jadi TKW, secara otomatis tuh yang jadi TKW yang

bisa keangkat kehidupannya.” [OA/ CW 9]

Mayoritas penduduk yang bekerja sebagai petani maupun buruh tani

menjadikan kesejahteraan di lokasi penelitian terbilang kurang baik, hal ini

juga dibenarkan oleh data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik

Kabupaten Lebak yang menjelaskan bahwa sebagian besar rumah tangga

di desa tersebut masuk ke dalam kategori pra-sejahtera dan keluarga

58

sejahtera tipe 1 (KS 1).147 Jadi, ketika salah satu anggota keluarga dari satu

rumah tangga memutuskan untuk bekerja ke luar negeri, maka kehidupan

yang dijalani akan menjadi lebih baik dibanding keluarga yang anggotanya

berprofesi sebagai petani, atau penduduk yang bekerja di dalam negeri.

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti simpulkan bahwa

cerita-cerita tentang keberhasilan para pekerja migran Indonesia di luar

negeri menjadi faktor pendorong para penduduk di daerah pedesaan untuk

bekerja ke luar negeri, sulitnya pekerjaan di dalam negeri dan rendahnya

upah yang diterima menjadikan mereka memilih untuk bekerja di luar

negeri, karena selain upah tinggi yang dijanjikan, pekerjaan mereka yang

tidak membutuhkan skill khusus pun menjadi faktor pendukung lain atas

pengambilan keputusan para perempuan tersebut.

Sementara hasil observasi di lapangan setelah mendengarkan

pemaparan dari perangkat desa setempat, peneliti menyimpulkan bahwa

kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan lebih baik dibanding

keluarga yang profesi anggotanya sebagai petani, atau buruh tani.

Pendapatan dari bekerja migran lebih tinggi dibanding pendapatan bekerja

di desa, menjadikan kemampuan daya beli semakin meningkat,

peningkatan kemampuan daya beli tersebut terlihat dari tampilan rumah

para pekerja migran perempuan yang terbilang cukup bagus, termasuk

kepemilikan sejumlah tanah, sawah, dan usaha.

147 Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak, Kecamatan Leuwidamar Dalam Angka, BPS

Lebak, Lebak: 2018, hlm. 32

59

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.9

Perbandingan Tempat Tinggal keluarga pekerja migran perempuan

dengan keluarga yang bermata pencaharian bukan pekerja migran

Tuntutan ekonomi adalah motivasi utama yang mendorong pekerja

migran perempuan untuk bekerja ke luar negeri. Cerita-cerita kerabat atau

teman tentang pengalaman bekerja di luar negeri terutama mengenai apa

saja yang mereka kerjakan, juga apa saja yang mereka hasilkan dari gaji

yang mereka peroleh selama bekerja menjadi daya tarik tersendiri. Daya

pikat yang cukup kuat bagi perempuan untuk segera mengikuti jejak teman

dan tetangga, terbang ke luar negeri sebagai pekerja migran.148

Etik Eldayati dalam skripsinya yang berjudul “Pergeseran Peran

Dalam Keluarga TKW (Studi Kasus Di Desa Karanggayam Kecamatan

Lumbir Kabupaten Banyumas” menjelaskan bahwa:

“Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat desa yang lemah (miskin), tingkat

pendidikan yang rendah, dan penguasaan aset lahan/tanah pertanian memaksa

sebagian wanita terutama istri atau ibu bekerja di luar sektor pertanian sebagai

penghasilan tambahan guna meningkatkan pendapatan keluarga. Kaitannya

dengan istri atau ibu yang memilih bekerja menjadi TKW ke luar negeri pada

148 Organisasi Perburuhan Internasional, bergantung pada tali rapuh, Jakarta:

2006, Organisasi Perburuhan Internasional, hlm. 28-29

Tempat tinggal keluarga non pekerja

migran

Tempat tinggal keluarga pekerja

migran

60

umumnya didasari oleh kondisi ekonomi dan tingkat pendapatan keluarga yang

serba terbatas bahkan kekurangan.”149

6. Kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan akan mengalami

penurunan apabila berhenti dari profesi tersebut

Minimnya pengetahuan mengenai penggunaan uang sebagai modal

produktif juga menjadi salah satu kendala bagi keluarga pekerja migran

perempuan. Umumnya, remitan yang dikirimkan tiap bulan kepada

keluarga di daerah asal digunakan untuk membiayai kehidupan sehari-hari,

pendidikan anak, dan memperbaiki rumah. Beberapa dari mereka yang

mampu membeli kendaraan, sawah, maupun emas, juga tidak menjamin

bahwa kehidupannya akan tetap baik setelah anggota keluarga yang

berprofesi sebagai pekerja migran tersebut berhenti dari pekerjaannya. Hal

ini dikarenakan kurangnya kemampuan dalam mengelola penghasilan

yang didapatkan, walau tidak semua berakhir seperti ini, beberapa dari

mereka ada pula yang mengalokasikan penghasilannya sebagai modal

usaha seperti yang SM lakukan.

Setelah berhenti dari pekerjaannya, mayoritas para mantan pekerja

migran perempuan ini mengandalkan biaya kehidupannya dari anak yang

sudah bekerja, atau bekerja sebagai buruh serabutan. Walau begitu, biaya

yang diberikan masih dirasa kurang cukup seperti yang diungkapkan

sebagai berikut:

Kalau sekarang kan karena nggak punya penghasilan, jadi cuma bisa

mengandalkan dari anak, dan itu pun yah ngasihnya nggak seberapa karena

anaknya juga punya tanggungan yang lain. [A/CW 1]

Insya allah mau berangkat lagi, karena kan dirumah ngandelin untuk biaya sehari-

hari kan dari saya, terus kalau cuma kerja di sini paling kan saya dapet kerjaan jadi

buruh cuci atau petani serabutan, jadi rada menurun lah ekonominya saya

ngeliatnya, anak saya juga taun depan mau ngelanjutin kuliah, jadi harus sedia

uang. [R/CW 3]

Hal yang sama juga diungkapkan oleh para anggota keluarga pekerja

migran perempuan AA, PA, FA, dan MA:

149 Etik Eldayati, Pergeseran Peran Dalam Keluarga Tkw (Studi Kasus Di Desa

Karanggayam Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas), skripsi, Semarang: Fakultas

Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang, 2011, hlm. 37-38

61

Kalau mamanya berenti kerja ya menurun, soalnya kan nggak ada yang kerja lagi.

[AA/CW 5]

Dari kami bertiga untuk saat ini belum ada yang bekerja, jadi kalau ibu saya

berenti dari pekerjaanya, ekonomi keluarga kami akan menurun, mencari biaya

juga akan kesulitan. [FA/ CW 7]

Keuangannya rada sedikit menurun mungkin ya, karena biasanya pendapatan dari

dua orang terus jadi cuma satu, cuma ya kayaknya gak terlalu besar juga

menurunnya lah. [PA/ CW 6]

Agak sedikit terganggu pasti, soalnya selama beberapa tahun itu hanya

mengandalkan dari penghasilan dia jadi buruh migran di luar negeri, selebihnya

nggak ada. [MA/CW 8]

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.10

Informan J dan R yang saat ini berstatus sebagai ibu rumah tangga

sedang berkumpul dan bercakap-cakap

Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan, karena

mayoritas objek penelitian adalah anak dari ibu tunggal, maka saat sang

ibu berhenti dari pekerjaannya maka perekonomian keluarga jelas akan

menurun. Bagi mantan pekerja migran perempuan yang mengandalkan

biaya sehari-hari dari anaknya, maka pendapatan yang didapat lebih

sedikit saat mereka masih bekerja. Beberapa dari mereka karena tidak

mampu mengelola pendapatan selama bekerja maka saat para pekerja

migran tersebut kembali ke tempat asal mereka harus menjual sebagian

emas atau menggadaikan tanah demi kelangsungan hidup.

62

Hal ini serupa dengan yang diungkapkan oleh Suyanto dalam

tulisannya pada jurnal yang berjudul “Pemanfaatan Remitan Ekonomi dan

Ketergantungan Migran Kembali Bekerja di Luar Negeri” di mana ia

mengatakan bahwa:

Para mantan TKI semacam “ketagihan” untuk selalu bekerja di luar negeri. Hal ini

lebih disebabkan oleh pemanfaatan remitan yang cenderung untuk kebutuhan

konsumtif dan investasi. Karena hal itu, maka para mantan TKI ketika pulang ke

Indonesia sebagai sosok yang royal berbelanja dan gaya hidup yang berubah

daripada sebelum bekerja di luar negeri dan dalam waktu beberapa bulan di

Indonesia, sudah kehabisan uang. Dalam kondisi semacam ini, tidak ada pilihan

lain bagi mereka kecuali berangkat lagi sebagai TKI. Kondisi semacam ini terjadi

hampir berulang-ulang bagi sebagian besar mantan TKI.150

Jika remitansi menjadi sumber penghasilan utama atau satu-satunya

bagi keluarga pekerja migran, remitansi cenderung habis untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari. Bagi pekerja migran yang berasal dari latar

belakang ekonomi yang relatif cukup mapan, remitansi dapat dikumpulkan

untuk meningkatkan aset keluarga. Remitansi yang digunakan untuk

memenuhi berbagai kebutuhan hidup tanpa ada sumber penghasilan lain

biasanya akan habis dalam waktu 2-7 bulan. Setelah itu mereka harus

menjual kembali aset-aset yang dimiliki dan kembali pada keadaan semula

atau kembali bekerja ke luar negeri.151

150 Suyanto, Pemanfaatan Remitan Ekonomi dan Ketergantungan Migran Kembali

Bekerja di Luar Negeri, Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi Vol. 2 No. 1 : Desember

2018 hlm. 30-31, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang 151 Chitrawati Buchori dan Mia Amalia, Fact sheet : migration, remittance, and female

migrant workers (Lembaran Fakta Migrasi, Remitansi Dan Pekerja Migran Perempuan), The

World Bank Document and Report, 2004, hlm. 10-11

63

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Kesejahteraan Keluarga Pekerja

Migran Perempuan (Studi Kasus di Desa Wantisari Kecamatan Leuwidamar

Kabupaten Lebak-Banten)” dapat disimpulkan bahwa; Tingkat kesejahteraan

mayoritas keluarga di Desa Wantisari yang berada pada kategori pra-sejahtera

juga dialami oleh keluarga pekerja migran perempuan sebelum pergi bekerja

ke luar negeri. Salah satu keuntungan bekerja di luar negeri adalah jumlah

penghasilan yang lebih besar dibanding dengan saat bekerja di dalam negeri,

dengan penghasilan yang meningkat, maka taraf kehidupannya juga ikut

mengalami peningkatan. Perubahan yang paling terasa adalah pada bidang

ekonomi, hal ini dapat terlihat dari kemampuan para keluarga pekerja migran

perempuan untuk memperbaiki rumah, membeli peralatan rumah tangga yang

baru dan menyisihkan sebagian penghasilan yang di dapatkan untuk di tabung.

Para pekerja migran perempuan khususnya di Desa Wantisari, sangat peduli

terhadap pendidikan anak-anaknya, hal ini dapat terlihat dari tingkat

pendidikan anak-anak mereka yang mampu menyelesaikan hingga ke jenjang

Perguruan Tinggi. Perbedaan jumlah penghasilan di daerah dengan

penghasilan di luar negeri menjadikan mayoritas keluarga pekerja migran

perempuan memiliki kemampuan daya beli yang lebih tinggi dibanding

dengan keluarga yang bukan pekerja migran. Rendahnya pengetahuan

mengenai pengelolaan uang dan banyaknya tanggungan menjadikan

perekonomian mengalami penurunan saat pekerja migran perempuan tersebut

berhenti dari pekerjaannya.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan di atas hasil penelitian ini memberikan beberapa

implikasi, antara lain:

1. Pada bidang keilmuan terutama mengenai kesejahteraan sosial penelitian

ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai kondisi

64

kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan sebelum dan sesudah

bekerja ke luar negeri

2. Pada penelitian selanjutnya, peneliti dapat menggali lebih dalam lagi

tentang dampak psikologis bagi anak yang memiliki orang tua yang

berprofesi sebagai pekerja migran.

3. Penelitian ini diharapkan bisa menambah informasi dalam hal peningkatan

kualitas hidup dan peran perempuan dalam pembangunan. sesuai dengan

peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak

Republik Indonesia yaitu peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan

dalam pembangunan,

C. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat

diberikan diantaranya sebagai berikut:

1. Bagi Keluarga Pekerja Migran Perempuan

Para keluarga pekerja migran hendaknya diberi pengetahuan

mengenai pengolaan uang remitan yang dikirimkan, akan lebih baik jika

remitan yang dikirimkan dijadikan sebagai modal usaha sebagai rencana

jangka panjang.

2. Bagi Pemerintah Daerah

Pemerintah daerah diharapkan mampu menjalankan tugas yang

diberikan oleh pemerintah pusat salah satunya adalah kegiatan

pemberdayaan perempuan yang dapat dilakukan dengan memberikan

pelatihan-pelatihan keterampilan agar masyarakat daerah khususnya

perempuan tidak ketergantungan untuk selalu bekerja ke luar negeri.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian yang lebih

mendalam dengan berbagai literatur tambahan untuk meneliti tentang

kondisi kesejahteraan keluarga pekerja migran perempuan di daerah-

daerah lainnya.

65

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdul Haris dan Nyoman Andika, Dinamika Kependudukan dan Pembangunan di

Indonesia (dari prespektif makro ke realitas mikro), Yogyakarta :

Lembaga Studi Filsafat Islam, 2002

Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan (Perubahan Sosial Melalui

Pembelajaran Vocational Skill pada Keluarga Nelayan), Bandung :

Alfabeta, 2007

Badan Nasional Perlindungan dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia

(BNP2TKI), Data Penempatan dan Perlindungan PMI, Jakarta: Pusat

Penelitian, Pengembangan dan Informasi, 2018

Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak, Kecamatan Leuwidamar Dalam Angka,

BPS Lebak, Lebak: 2018

Bank Dunia Indonesia, Pekerja Global Indonesia, antara peluang dan resiko,

Jakarta: Kantor Bank Dunia Jakarta, 2017

Basir barthos, manajemen sumber daya manusia : suatu pendekatan makro cet. 6,

Jakarta : Bumi aksara, 2001

Bernard Raho, Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustakaraya, cet. 1 2007

Chitrawati Buchori dan Mia Amalia, Fact sheet : migration, remittance, and

female migrant workers (Lembaran Fakta Migrasi, Remitansi Dan

Pekerja Migran Perempuan), The World Bank Document and Report,

2004

Damsar dan indrayani, Pengantar Sosiologi Ekonomi, Jakarta: Kencana cet. 5

2016

H.M. Antho Mudzakkar, Wanita dalam Masyarakat Indonesia Cet. 1,

Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press, 2001.

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial,

Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2010

66

IB Wirawan, Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma, Jakarta:

PRENADAMEDIA Grup. 2012

Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif Jakarta: Gaung Persada, 2009

Jackson, R., & Sorensen, G., Pengantar Studi Hubungan Internasional, (diterj. D.

Suryadipura), Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2005

Kartini Kartono, Psikologi Wanita, Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dewasa,

(Bandung: Mandar Maju, 1989), cet. Ke-2,

Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak, Profil

Perempuan Indonesia 2011-2015, Jakarta : CV. Lintang Khatulistiwa,

2016

Mahmud, Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: CV.Pustaka Setia, 2011.

Organisasi Perburuhan Internasional, bergantung pada tali rapuh, Jakarta: 2006,

Organisasi Perburuhan Internasional.

P. Ratu Ille Tokan. Manajemen Penelitian Guru. Jakarta: PT. Grasindo, 2016,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Jakarta: 2014),

Robert C. Bogdan dkk, Qualitative Research for Education London : Allyn &

Bacon, Inc. 1982

Robi Panggara, Upacara Rambu Solo di Tana Toraja: memahami berbagai

bentuk kerukunan ditengah situasi konflik, Sekolah Tinggi Theologia

Jaffray bekerja sama dengan Kalam Hidup, cet. 1 2005

Rosemarie Putnam Tong, Feminist Thought, Yogyakarta: Jalasutra, 1998

Soenjun H. Manulun, Pokok-pokok Hukum Ketatanegaraan di Indonesia, Jakarta:

PT. Rineka Cipta, 1988

Sri Harjati Hatmadji dan Iwu Dwisetyani Utomo, Empowerment of Indonesian

Women : family, reproductive health, employment and migration Depok:

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuanititatif, Kualitatif dan

R&D cet.6, Bandung: Alfabeta, 2008

Sugiyono, Memahami penelitian kualitatif Bandung: Alfabeta, 2014

67

Syamsir Salam, dan Amir Fadilah, Sosiologi Pembangunan: Pengantar Studi

Pembangunan Lintas Sektoral cet. 1 Jakarta: Lembaga Penelitian UIN

Jakarta, 2009, hal. 106

T Widodo, Sosiologi Kependudukan:Kajian Teoritis dan Empiris Prespektif

Sosiologi Kependudukan, Surakarta: Lembaga Pengembangan

Pendidikan (LPP) UNS dan UNS Press, 2011

Uma Sekaran. Metode Penelitian Bisnis, Jakarta: Salemba Empat, 2006

Muhammad Idrus. Metode Penelitian Ilmu Sosial pendekatan Kualitatif

dan kuantitatif. Jakarta : Penerbit Erlangga. 2009

Skripsi Dan Jurnal

Agung Priyo Utomo dan Rini Rahani, Kesejahteraan Rumah Tangga Dalam

Pengaruh Wanita Kepala Rumah Tangga, jurnal. Jurnal Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Volume 17, Nomor 2, November 2013

Amorisa Wiratri, Menilik Ulang Arti Keluarga Pada Masyarakat Indonesia,

Jurnal, Jurnal Kependudukan Indonesia Vol. 13 No. 1 Juni 2018, Pusat

Penelitian Sumber Daya Regional – LIPI,

Aunu rofiq djaelani, jurnal. Teknik Pengumpulan data dalam Penelitian Kualitatif

Vol : XX, No. 21, Maret 2013

Babun Ni’matur Rohmah, Riska Ayu Purnama Sari, Tingkat Perubahan

Kesejahteraan Ekonomi Keluarga Buruh Migran Di Desa Panggungrejo

Gondanglegi Malang, Jurnal Penelitian Ilmiah Intaj (2017)

Dini puspita, dkk, Jurnal, Klasifikasi Tingkat Keluarga Sejahtera Dengan

Menggunakan Metode Regresi Logistic Ordinal Dan Fuzzy K-Nearest

Neighbor (Studi Kasus Kabupaten Temanggung Tahun 2013), Semarang

: 2014

Etik Eldayati, Pergeseran Peran Dalam Keluarga Tkw (Studi Kasus Di Desa

Karanggayam Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas), skripsi,

Semarang: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang, 2011.

Euis Sunarti, Indikator keluarga sejahtera : sejarah pengembangan, evaluasi, dan

Keberlanjutannya, Bogor : Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian

Bogor, 2006

Herien Puspita, dkk. Peran Gender, kontribusi ekonomi perempuan, dan

kesejahteraan keluarga petani holtikultural, Jurnal, Jurnal Ilmu

68

Keluarga dan Konsumen, departemen ilmu keluarga dan konsumen

fakultas ekologi manusia Institut pertanian bogor, 2013

Herien Puspitawati, Konsep dan Teori Keluarga, Jurnal, Departemen Ilmu

Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia-Institut Pertanian

Bogor, 2013.

Herien Puspitawati. Ketahanan Dan Kesejahteraan Keluarga. Jurnal. Departemen

Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia- Institut

Pertanian Bogor. 2013

Indra Amarudin Setiana, Asuhan Keperawatan keluarga dengan masalah TBC

pada keluarga Tn. S di Desa Srowot RT/01/RW 03 Kecamatan

Kalibagor Kabupaten Banyumas, Skripsi, Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Purwokerto, 2016.

Keppi Sukesi. MS dkk, Perubahan Perilaku Sosial Ekonomi dan Budaya

Perempuan Buruh Migran Indonesia (BMI) Purna, Fakultas Pertanian,

Universitas Brawijaya.

Khusnatul Zulfa wafirotin, Dampak Migrasi Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi

Keluarga TKI Di Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo, Jurnal

Ekuilibrium, Volume 11, Nomor 2, Maret 2013, Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Marti Sanrida Simanjuntak, Peran Perempuan dalam Meningkatkan

Kesejahteraan Keluarga (Studi kasus pada Perempuan pedagang

Sayuran di Pasar Induk Sindikalang), skripsi, Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara, Medan, 2017

Mualifatul Jannah, Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (Pekka) Dalam

Meningkatkan Ekonomi Keluarga Di Tambak Madu Kecamatan

Simokerto Surabaya, Skripsi, Fakultas Dakwah adn Komunikasi,

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2016,

Nita Sokhifatul Awalia, Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pengiriman

Pendapatan Tenaga Kerja Indonesia Ke Keluarga Di Kabupaten

Kendal, Economics Development Analysis Journal EDAJ 3 (1), tahun

2014, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang.

Shafila Mardiana Bunsaman, Peranan Perempuan Dalam Meningkatkan

Kesejahteraan Ekonomi Keluarga (Studi Tentang Peranan Petugas K3L

Perempuan Universitas Padjadjaran Jatinangor (Zona Rektorat)),

69

Jurnal, Prosiding Penelitian&Pengabdian Masyarakat, Fakultas Ilmu

Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran, 2018.

Suyanto, Pemanfaatan Remitan Ekonomi dan Ketergantungan Migran Kembali

Bekerja di Luar Negeri, Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi

Vol. 2 No. 1 : Desember 2018, Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Diponegoro Semarang.

Suyanto, Pemanfaatan Remitan Ekonomi dan Ketergantungan Migran Kembali

Bekerja di Luar Negeri, Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi

Vol. 2 No. 1 : Desember 2018 hlm. 30-31, Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Diponegoro Semarang.

Uswatun Hasanah, Hak-Hak Perempuan Dalam Al-Quran ( Studi Terhadap Tafsir

Firdaws Al - Na’im Bi Tawdih Ma’ani Ayat Al Qur’an Al - Karim Karya

Kiai Taifur ‘Ali Wafa Al-Muharrar ), Tesis, Program Pasca Sarjana

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2017

Internet

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Batasan dan

Pengertian MDK, http://aplikasi.bkkbn.go.id/mdk/BatasanMDK.aspx

diakses 8 januari 2019 jam 09:00 WIB

Beritagar.id, Perempuan hanya mendominasi di tiga sektor pekerjaan,

https://beritagar.id/artikel/berita/perempuan-hanya-mendominasi-di-tiga-

sektor-pekerjaan diakses Selasa 4 September 2018

Daily Pakistan Global, International Migrants Day: India tops labour export,

Pakistan ranks 6th

https://en.dailypakistan.com.pk/opinion/blog/international-migrants-day-

india-tops-labor-export-pakistan-ranks-6th/ diakses Selasa 4 September

2018

Desi lastati, Pusat Sumber Daya Buruh Migran, migrasi buruh migran, diakses

dari https://buruhmigran.or.id/2019/04/29/migrasi-buruh-migran/ pada

tanggal 21 juni 2019 jam 06:50 WIB

Hukum Online, Undang-undang Nomor 10 tahun 1992,

https://m.hukumonline.com/pusatdata/download/fl29171/node/4584

diakses pada 3 Desember 18 pukul 15:34 WIB

Inayah Hidayati, Pusat penelitian kependudukan LIPI, Kenapa orang bermigrasi,

diakses dari http://kependudukan.lipi.go.id/en/population-

70

study/population-dynamics/50-kenapa-orang-bermigrasi tanggal 21 juni

2019 jam 06:57 WIB

International Labour Organization (ILO), K97 Migrasi Tenaga Kerja (Edisi

Revisi) tahun 1949, https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/--

-ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/legaldocument/wcms_145816.pdf

diakses pada 13 September 2018 jam 08:56

KBBI Daring, diakses pada 6 januari 2019

Lee Kuan Yew, Warning Bell For Developed Countries: Declining Birth Rate.

https://www.forbes.com/global/2012/0507/current-events-population-

declining-birth-rates-lee-kuan-yew.html#4500a6b21e95 diakses pada 31

Oktober 2018

Liputan 6, Menaker: Bekerja di Luar Negeri dapat Memberi Peluang Bagi TKI,

https://m.liputan6.com/news/read/3187785/menaker-bekerja-di-luar-

negeri-dapat-memberi-peluang-bagi-tki diakses pada 13 September 2018

jam 08:56

Yoko Doi The World Bank, Keterlibatan Sektor Keuangan: Memberi

Kemudahan bagi Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (Editorial

Opini), web.worldbank.org/archive/website01363/WEB/0__-8178.HTM

diakses pada hari Rabu, 24 Oktober 2018

LAIN-LAIN

ILO Convention No. 97 Migration for Employment Convention (Revised), 1949

Penjelasan Atas Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun

1994 Tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2019

tentang Tata Cara Penempatan Pekerja Migran Indonesia

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 10 tahun 1992 tentang

Perkembangan Kependudukan dan Keluarga Sejahtera

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 Tentang

Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga,

71

LAMPIRAN-LAMPIRAN

72

1.1 Surat Bimbingan Skripsi

73

LAMPIRAN INSTRUMEN 2

2.1 Kisi-Kisi wawancara

2.1.1 Mantan pekerja migran perempuan

No. Fokus Penelitian Pertanyaan

1. Pengalaman Sebagai

Pekerja Migran

1. Berapa lama menjadi pekerja migran?

2. Apakah alasan anda menjadi pekerja

migran?

3. Menurut anda, bagaimana peran anda bagi

perekonomian keluarga anda ?

4. Negara mana yang menjadi tujuan anda

untuk bekerja?

5. Berapa penghasilan perbulannya?

6. Berapa besar uang yang dikirimkan selama

bekerja dulu?

7. Apakah ada keinginan untuk kembali

bekerja di luar negeri?

2. Kondisi

Kesejahteraan

Keluarga

1. Bagaimana definisi sejahtera menurut anda?

2. Bagaimana kondisi kesejahteraan keluarga

anda sebelum anda bekerja ke luar negeri?

3. Bagaimana kondisi kesejahteraan keluarga

anda setelah bekerja ke luar negeri?

4. Menurut anda, adakah perubahan yang

terjadi dalam keluarga setelah anda memilih

untuk bekerja di luar negeri?

5. Menurut anda, setelah bekerja sebagai

pekerja migran apakah tingkat kesejahteraan

keluarga meningkat?

6. Jika ya, terjadi pada bidang apa saja

peningkatannya?

7. Jika iya, mengapa anda berpikir bahwa

tingkat kesejahteraan keluarga anda

meningkat setelah menjadi pekerja migran?

8. Jika tidak, mengapa tidak meningkat?

74

2.1.2 keluarga perempuan yang berprofesi sebagai pekerja migran

No. Fokus Penelitian Pertanyaan

1. Hubungan dan tanggung

jawab pekerja migran

terhadap keluarga selama

bekerja

1. Apa hubungan anda dengan

perempuan yang berprofesi sebagai

buruh migran tersebut?

2. Bagaimana tanggapan anda mengenai

keputusan salah satu anggota keluarga

untuk bekerja di luar negeri?

3. Adakah perubahan yang terjadi dalam

keluarga setelah salah satu anggota

keluarga menjadi pekerja migran?

4. Perubahan apa yang paling terasa

dalam keputusan salah satu anggota

keluarga untuk menjadi pekerja

migran ?

5. Bagaimana kondisi ekonomi keluarga

anda jika anggota keluarga yang

berprofesi sebagai pekerja migran

tersebut berhenti dari pekerjaan?

6. Berapa penghasilan anggota keluarga

yang berprofesi sebagai pekerja

migran?

7. Berapa besar jumlah uang yang

diberikan setiap bulannya?

8. Untuk apa sajakah uang itu

digunakan?

2. Kondisi Kesejahteraan

Keluarga

1. Berapa kali anda dan keluarga makan

setiap harinya?

2. Adakah dalam seminggu keluarga

mengkonsumsi daging, ikan, atau

ayam?

3. Seberapa sering anda dan keluarga

makan bersama?

4. Berapa kali dalam setahun anda dan

keluarga membeli baju baru?

5. Dalam tiga bulan terakhir, adakah

anggota keluarga yang sakit?

6. Jika salah satu anggota keluarga sakit,

bagaimana penanganannya? Dibawa

ke Puskesmas atau ke Rumah sakit,

atau hanya dirawat dirumah?

7. Dimanakan anda tinggal? Bagaimana

status kepemilikan rumah tersebut?

8. Berapa banyak kendaraan yang

75

keluarga anda miliki? Sebutkan

jenisnya, dari manakah kendaraan itu

berasal?

9. Bagaimana tingkat pendidikan seluruh

anggota keluarga?

10. Adakah dari anggota keluarga yang

masih buta aksara?

11. Adakah anggota keluarga lain yang

bekerja dan membantu perekonomian

keluarga ?

12. Jika iya, apa pekerjaannya?

13. Apakah anggota keluarga yang

bekerja tersebut berpenghasilan tetap ?

14. Bagaimana sikap anggota keluarga

dalam menjalankan ibadahnya?

15. Berapa kali dalam setahun keluarga

anda melakukan rekreasi

16. Apakah anda sekeluarga sering

mengikuti kegiatan yang ada di

wilayah tempat tinggal?

17. Apakah anda sekeluarga aktif

memberikan sumbangan? Kemana dan

berapa banyak?

76

2.1.3 bagi Perangkat Desa Lokasi Penelitian

No Fokus Penelitian Pertanyaan

1. Gambaran umum

penduduk desa yang

menjadi buruh

migran perempuan

1. Ada berapa banyak penduduk berjenis

kelamin perempuan di desa ini yang

berprofesi sebagai pekerja migran?

2. Selain menjadi pekerja migran, pekerjaan

apa lagi yang dilakukan oleh perempuan

di desa ini?

3. Bekerja sebagai apa para perempuan

tersebut disana?

4. Negara mana saja yang menjadi tujuan

untuk bekerja?

5. Berapa lama para perempuan ini bekerja?

6. Bagaimana pendapat anda anda tentang

fenomena perempuan yang berprofesi

sebagai pekerja migran tersebut?

Kondisi

kesejahteraan

keluarga

1. Apa definisi sejahtera menurut anda?

2. Indikator sejahtera menurut anda terdiri

dari apa saja?

3. Bagaimana kondisi kesejahteraan tiap

keluarga di desa ini?

4. Menurut anda, apakah tiap keluarga di

desa ini sudah bisa dikatakan sejahtera?

5. Bagaimana kondisi kesejahteraan untuk

keluarga perempuan yang berprofesi

sebagai pekerja migran?

6. Apakah ada perbedaan antara

kesejahteraan keluarga biasa dan keluarga

perempuan yang berprofesi sebagai

pekerja migran?

7. apakah fasilitas umum seperti sekolah,

balai pengobatan, dan tempat ibadah

sudah terpenuhi di desa ini?

8. Seberapa besar intensitas warga

menggunakan fasilitas umum yang

diberikan oleh pemerintah tersebut?

9. Hal apa lagi yang harus diperhatikan oleh

pemerintah sebagai upaya untuk

meningkatkan kesejahteraan keluarga di

desa ini?

77

2.2 Lembar Observasi

No Aspek Hal yang diamati Indikator Catatan

Lapangan

1. Kondisi dan

keadaan

keluarga

perempuan yang

berprofesi

sebagai

pekerja migran

− Keadaan rumah

dan fasilitas

pendukung

(kamar tidur dan

kamar mandi)

− Kelengkapan

sarana/perlengka

pan rumah

tangga

− Alat transportasi

Bentuk

pengamatan

yang dilakukan

adalah melihat

keadaan rumah

dari tampak

depan, dalam,

dan belakang.

2. Kondisi

lingkungan

sekitar tempat

tinggal keluarga

perempuan yang

berprofesi

sebagai buruh

migran

− Keadaan jalan

sekitar rumah

− Kondisi rumah

sekitar

− Fasilitas umum

(sekolah, tempat

ibadah, dan balai

pengobatan)

− Kondisi

penerangan

Bentuk

pengamatan

yang dilakukan

adalah melihat

dan mengamati

kondisi jalan,

fasilitas umum,

dan

penerangan

pada desa yang

diteliti. Pada

fasilitas umum,

pengamatan

dilakukan

secara

mendalam

seperti melihat

bagian dalam

ruangan,

mengecek

sarana

prasarana, dan

memeriksa

kelengkapan

peralatan

78

HASIL PENGUMPULAN DATA 3

3.1 Catatan Wawancara (CW)

3.1.1 Catatan Wawancara 1

CATATAN WAWANCARA

HASIL WAWANCARA MANTAN PEKERJA MIGRAN

PEREMPUAN

Inisial Partisipan : A (mantan pekerja migran perempuan)

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Lahir : 18 Agustus 1971 (48 tahun)

Pekerjaan sekarang : Ibu rumah tangga

Tempat : Desa Wantisari

Tanggal wawancara : 8 April 2019

Waktu : 10:24 WIB

Keterangan:

P : Pewawancara

A : Partisipan

P : Berapa lama anda menjadi pekerja migran?

A : saya kerja di saudi kurang lebih 10 tahunan

P : Apakah alasan anda menjadi pekerja migran?

A : Alasan saya pengen kerja ke arab saudi itu tadinya karena disini gak bisa

dapet kehidupan layak, waktu masih menikah pun udah berangkat, biar

bisa bantuin ekonomi keluarga, karena saya punya cita-cita mau

79

nyekolahin anak sampe sukses. Dan ya alhamdulillah, setelah kerja anak

bisa sampe S1, bisa kebuat rumah juga

P : Menurut anda, bagaimana peran anda bagi perekonomian keluarga anda?

A : Yah intinya sebagai tulang punggung keluarga lah, karena harus biayain

anak dan orang tua juga

P : Negara mana yang menjadi tujuan anda untuk bekerja?

A : Arab saudi

P : Berapa penghasilan perbulannya?

A : Penghasilan perbulannya waktu saya itu hanya 2 juta

P : Berapa besar uang yang dikirimkan selama bekerja dulu?

A : Ya.. semuanya. Sebulan gaji

P : Apakah ada keinginan untuk kembali bekerja di luar negeri?

A : Sekarang sih udah tua, jadi kayaknya gak bisa. Tapi pengen balik lagi

kalo ada yang nawarin mah, biar punya tabungan. Kalau sekarang kan

karena nggak punya penghasilan, jadi cuma bisa mengandalkan dari anak,

dan itu pun yah ngasihnya nggak seberapa karena anaknya juga punya

tanggungan yang lain.

P : Apa definisi sejahtera menurut anda?

A : Ya alhamdulillah setelah bekerja di Arab saudi tuh ada perubahan dalam

rumah tangga, nyaman, damai, tenteram, mencukupi ini rumah tangga

P : Bagaimana kondisi kesejahteraan keluarga anda sebelum anda bekerja ke

luar negeri?

80

A : Sebelum bekerja keluar negeri ya kekurangan lah, dalam ekonomi

misalnya, dalam segala bidang kekurangan sih, makanya saya sampai ke

Arab saudi

P : Bagaimana kondisi kesejahteraan keluarga anda setelah bekerja ke luar

negeri?

A : Setelah bekerja di arab saudi ya alhamdulillah penghasilan meningkat

otomatis, anak dan orang tuapun jadi bisa kebiayain, anak saya bisa

sekolah sampe S1, terus orang tua juga bisa berobat, terus rumah saya bisa

di renovasi

P : Menurut anda, adakah perubahan yang terjadi dalam keluarga setelah

anda memilih untuk bekerja di luar negeri?

A : Ada, alhamdulillah, maksudnya bisa sampai menyekolahkan anak sampai

ke universitas tinggi sampai S1

P : Menurut anda, setelah bekerja sebagai pekerja migran apakah tingkat

kesejahteraan keluarga meningkat?

A : Iya, setelah bekerja di Arab saudi

P : Terjadi pada bidang apa saja peningkatannya?

A : Ya alhamdulillah bisa menyekolahkan anak sampai S1, bisa kebikin

rumah

P : Mengapa anda berpikir bahwa tingkat kesejahteraan keluarga anda

meningkat setelah menjadi pekerja migran?

A : Karena setelah kerja di arab saudi, alhamdulillah menyekolahkan anak

sampe S1, bisa kebikin rumah itulah, karena kalau disini kan darimana

istilahnya nggak punya pekerjaan sedangkan saya ini tulang punggung

keluarga sebatang kara (sudah bercerai)

P : Jika tidak, mengapa tidak meningkat?

81

A : -

82

3.1.2 Catatan Wawancara 2

CATATAN WAWANCARA

HASIL WAWANCARA MANTAN PEKERJA MIGRAN

PEREMPUAN

Inisial Partisipan : J (mantan pekerja migran perempuan)

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Lahir : 12 Desember 1967 (52 tahun)

Pekerjaan sekarang : Ibu rumah tangga

Tempat : Desa Wantisari

Tanggal wawancara : 8 April 2019

Waktu : 10:36 WIB

Keterangan:

P : Pewawancara

J : Partisipan

P : Berapa lama anda menjadi pekerja migran?

J : sekitar 20 tahunan kayaknya

P : Apakah alasan anda menjadi pekerja migran?

J : Saya kan tulang punggung, kalo saya Cuma kerja jadi ibu rumah tangga,

ya nggak ada perubahan, makanya saya ke arab saudi, karena rata-rata

orang yang kerja di arab saudi tuh pasti sukses gitu, ya saya juga ngerasain

sendiri.

P : Menurut anda, bagaimana peran anda bagi perekonomian keluarga anda?

83

J : Ya tulang punggung untuk anak dan orang tua

P : Negara mana yang menjadi tujuan anda untuk bekerja?

J : Timur Tengah, Saudi Arabia

P : Berapa penghasilan perbulannya?

J : Dulu pertama ke arab 500 ribu, sekarang 3 juta 700 ribu

P : Berapa besar uang yang dikirimkan selama bekerja dulu?

J : Setiap tiga bulan sekali, satu juta 500 jaman dulu

P : Apakah ada keinginan untuk kembali bekerja di luar negeri?

J : Udah gak mampu lagi, udah tua

P : Apa definisi sejahtera menurut anda?

J : Ya alhamdulillah cukup baik

P : Bagaimana kondisi kesejahteraan keluarga anda sebelum anda bekerja ke

luar negeri?

J : Sebelum bekerja keluar negeri ya dibawah garis kemiskinan. Saya

mencari pekerjaan disini gak dapet-dapet, susah, paling juga dapet

pekerjaan ibu rumah tangga yang jaman dulu sangat kecil nggak bisa

membiayai keluarga

P : Bagaimana kondisi kesejahteraan keluarga anda setelah bekerja ke luar

negeri?

J : Ya alhamdulillah banyak perubahan, anak sekolah, orang tua terjamin,

dibiayain, bisa kebikin rumah, bisa punya tabungan

P : Menurut anda, adakah perubahan yang terjadi dalam keluarga setelah

anda memilih untuk bekerja di luar negeri?

84

J : Ada, kesejahteraannya jadi meningkat, jelas, karena penghasilannya

besar, jadi lebih bahagia sekarang, rumah udah rapi, anak kesekolahin,

punya tabungan juga

P : Menurut anda, setelah bekerja sebagai pekerja migran apakah tingkat

kesejahteraan keluarga meningkat?

J : Ya jelas meningkat, alhamdulillah, seperti pendidikan, bisa mendidik

anak berhasil sampe lulus sekolah, sampe jadi sarjana

P : Terjadi pada bidang apa saja peningkatannya?

J : Ya seperti pendidikan, seperti merawat orang tua terjamin, bisa

membiayai orang tua, mendidik anak sampe berhasil sekolah

P : Mengapa anda berpikir bahwa tingkat kesejahteraan keluarga anda

meningkat setelah menjadi pekerja migran?

J : Karena kalau saya kerja di indonesia pun, misalnya pabrik, gajinya pasti

gak akan cukup buat nyekolahin anak, apalagi buat ngebangun rumah.

Tapi pas kerja ke saudi ya alhamdulillah

P : Jika tidak, mengapa tidak meningkat?

J : -

85

3.1.3 Catatan Wawancara 3

CATATAN WAWANCARA

HASIL WAWANCARA MANTAN PEKERJA MIGRAN

PEREMPUAN

Inisial Partisipan : R (mantan pekerja migran perempuan)

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Lahir : 11 Maret 1978 (41 tahun)

Pekerjaan sekarang : Ibu rumah tangga

Tempat : Desa Wantisari

Tanggal wawancara : 8 April 2019

Waktu : 18:31 WIB

Keterangan:

P : Pewawancara

R : Partisipan

P : Berapa lama anda menjadi pekerja migran?

R : 7 tahunan

P : Apakah alasan anda menjadi pekerja migran?

R : Karena saya ingin mencukupi keluarga

P : Menurut anda, bagaimana peran anda bagi perekonomian keluarga anda?

R : Kepala rumah tangga

P : Negara mana yang menjadi tujuan anda untuk bekerja?

R : Saudi arabia sama Bahrain

86

P : Berapa penghasilan perbulannya?

R : RP. 3.000.000

P : Berapa besar uang yang dikirimkan selama bekerja dulu?

R : Perbulan paling RP. 2.500.000

P : Apakah ada keinginan untuk kembali bekerja di luar negeri?

R : insya allah mau berangkat lagi, karena kan dirumah ngandelin untuk

biaya sehari-hari kan dari saya, terus kalau cuma kerja di sini paling kan

saya dapet kerjaan jadi buruh cuci atau petani serabutan, jadi rada

menurun lah ekonominya saya ngeliatnya, anak saya juga taun depan mau

ngelanjutin kuliah, jadi harus sedia uang

P : Apa definisi sejahtera menurut anda?

R : Keluarga sejahtera wae lah.. sehat mmmm ingin mencukupi, cukup

P : Bagaimana kondisi kesejahteraan keluarga anda sebelum anda bekerja ke

luar negeri?

R : Mmm.. sebelum ke luar negeri begitulah, kurang baik, rumah aja bilik,

terus gak ada WC juga, terus di rumah gaada yang kerja, paling kerja

serabutan doang

P : Bagaimana kondisi kesejahteraan keluarga anda setelah bekerja ke luar

negeri?

R : Setelah kerja ke saudi ya alhamdulillah, jadi lebih baik. tiap bulan jadi

ada pendapatan tetap, terus bisa ngerenovasi rumah juga, tadinya rumah

yang bilik kan akhirnya bisa bikin yang pake tembok, terus bisa punya

WC, terus anak juga bisa kesekolahin. Yah, jadi lebih baik lah

P : Menurut anda, adakah perubahan yang terjadi dalam keluarga setelah

anda memilih untuk bekerja di luar negeri?

87

R : Ada, banyak sekali

P : Menurut anda, setelah bekerja sebagai pekerja migran apakah tingkat

kesejahteraan keluarga meningkat?

R : sebelum ke arab saudi kan kurang baik, setelah bekerja ya alhamdulillah

ekonominya lebih meningkat, rumah udah di renovasi, punya simpenan

juga, kebeli sawah, anak lagi sekolah, yah tercukupi lah

P : Jika ya, terjadi pada bidang apa saja peningkatannya?

R : Ya ekonomi, ekonomi lah, alhamdulillah. Dulu rumah saya panggung,

bilik, sekarang alhamdulillah ada WC, ada kamar mandi, untuk pendidikan

anak alhamdulillah sekarang lagi sekolah

P : Mengapa anda berpikir bahwa tingkat kesejahteraan keluarga anda

meningkat setelah menjadi pekerja migran?

R : Karena saya merasakan sendiri, mmm dulu karena kurang mencukupi

karena saya nggak kerja ngeliat orang jadi TKW kayaknya enak, gaji gede,

rumah pada bagus-bagus, gitu lah

P : Jika tidak, mengapa tidak meningkat?

J : -

88

3.1.4 Catatan Wawancara 4

CATATAN WAWANCARA

HASIL WAWANCARA MANTAN PEKERJA MIGRAN

PEREMPUAN

Inisial Partisipan : SM (mantan pekerja migran perempuan)

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Lahir : 9 Juli 1970 (49 tahun)

Pekerjaan sekarang : Ibu rumah tangga

Tempat : Desa Wantisari

Tanggal wawancara : 8 April 2019

Waktu : 10:57 WIB

Keterangan:

P : Pewawancara

SM : Partisipan

P : Berapa lama anda menjadi pekerja migran?

SM : sekitar 6 tahun

P : Apakah alasan anda menjadi pekerja migran?

SM : karena saya ingin bantu keluarga, jadi saya berangkatlah ke arab, karena

kalau disini mau kerja apa, pendidikan rendah, kemampuan gaada, jadi

saya pilih kerja ke saudi, karena gajinya sendiri lebih besar,otomatis saya

bisa ngasih keluarga lebih banyak. Dan yah, memang kerasa sama saya,

setelah bekerja ke saudi itu kesejahteraan keluarga jadi lebih baik

P : Menurut anda, bagaimana peran anda bagi perekonomian keluarga anda?

89

SM : Waktu dulu kan kita sebelum ke Saudi itu nggak ada pendapatan jadi kita

mengadu nasib pergi ke Saudi, saudara juga pada kerja, jadi saya juga

membantu menambah pendapatan

P : Negara mana yang menjadi tujuan anda untuk bekerja?

SM : Saudi arabia

P : Berapa penghasilan perbulannya?

SM : 3.000.000

P : Berapa besar uang yang dikirimkan selama bekerja dulu?

SM : Semuanya, selama kerja

P : Apakah ada keinginan untuk kembali bekerja di luar negeri?

SM : Nggak ada

P : Apa definisi sejahtera menurut anda?

SM : Ya... dulu kan kita nggak punya penghasilan, setelah kita ke luar negeri

kita ada penghasilan

P : Bagaimana kondisi kesejahteraan keluarga anda sebelum anda bekerja ke

luar negeri?

SM : Dulu itu keluarga sangat kekurangan, buat makan aja susah, apalagi buat

sekolah gitu, gaada biayanya

P : Bagaimana kondisi kesejahteraan keluarga anda setelah bekerja ke luar

negeri?

SM : Alhamdulillah, setelah kita pergi ke Saudi keluarga jadi lebih baik,

waktu dulu kita masih kekurangan, nggak bisa membiayain anak, waktu ke

luar negeri alhamdulillah anak kebiayain dalam pendidikan. Dulu kita

90

nggak bisa berbuat apa-apa, karena kehimpitan ekonomi, setelah kita

bekerja alhamdulillah kita bisa mengubah nasib

P : Menurut anda, adakah perubahan yang terjadi dalam keluarga setelah

anda memilih untuk bekerja di luar negeri?

SM : Kalau dulu semua serba kekurangan, alhamdulillah setelah kita bekerja

ke Saudi ada peningkatan ekonomi

P : Menurut anda, setelah bekerja sebagai pekerja migran apakah tingkat

kesejahteraan keluarga meningkat?

SM : Iya, alhamdulillah

P : Terjadi pada bidang apa saja peningkatannya?

SM : Alhamdulillah, dalam pendidikan semenjak kita ke luar negeri, bekerja

sebagai TKI, anak saya bisa berpendidikan, melanjutkan ke fakultas

(universitas). Dalam kesehatan, ekonomi, untuk kesehatan alhamdulillah

anak sakit bisa berobat, dalam ekonomi alhamdulillah kita bisa buka

usaha

P : Mengapa anda berpikir bahwa tingkat kesejahteraan keluarga anda

meningkat setelah menjadi pekerja migran?

SM : Dulu kita nggak bisa berbuat apa-apa, karena kehimpitan ekonomi,

setelah kita bekerja alhamdulillah kita bisa mengubah nasib

P : Jika tidak, mengapa tidak meningkat?

SM : -

91

3.1.5 Catatan Wawancara 5

CATATAN WAWANCARA

HASIL WAWANCARA KELUARGA PEKERJA MIGRAN

PEREMPUAN

Inisial Partisipan : AA (keluarga dari perempuan yang berprofesi sebagai

pekerja migran)

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Lahir : 10 maret 2002 (17 tahun)

Tempat : Desa Wantisari

Tanggal wawancara : 7 april 2019

Waktu : 18:44 WIB

Anggota keluarga yang menjadi pekerja migran : Ibu

Sejak tahun : 2009

Keterangan:

P : Pewawancara

AA : Partisipan

P : Apa hubungan anda dengan perempuan yang berprofesi sebagai pekerja

migran tersebut?

AA : Ibu

P : Bagaimana tanggapan anda mengenai keputusan salah satu anggota

keluarga untuk bekerja di luar negeri?

AA : Mmmm. Seneng, sedih yah ditinggal, senengnya ya bisa menghidupi

memenuhi keinginan. sekarang jadi lebih enak, setelah ibu saya kerja ke

92

luar negeri, jadi nggak khawatir buat biaya sekolah lagi, makan juga, terus

keinginan juga gampang terpenuhi, yah lebih seneng sih.

P : Adakah perubahan yang terjadi dalam keluarga setelah salah satu anggota

keluarga menjadi pekerja migran?

AA : Ada. Perubahannya hmm contohnya kayak rumah yang tadinya

bambu/bilik sekarang tembok alhamdulillah

P : Perubahan apa yang paling terasa dalam keputusan salah satu anggota

keluarga untuk menjadi pekerja migran ?

AA : yah itu tadi. Rumah yang paling kerasa perubahannya

P : Bagaimana kondisi ekonomi keluarga anda jika anggota keluarga yang

berprofesi sebagai pekerja migran tersebut berhenti dari pekerjaan?

AA : kalau mamanya berenti kerja ya menurun, soalnya kan nggak ada yang

kerja lagi

P : Berapa penghasilan anggota keluarga yang berprofesi sebagai pekerja

migran?

AA : 2,5 juta kayaknya, nggak tau sih..

P : Berapa besar jumlah uang yang diberikan setiap bulannya?

AA : Per 6 bulan dikirim ada 15 juta

P : Untuk apa saja uang itu digunakan?

AA : Untuk biaya sekolah, buat makan sehari-hari juga

P : Berapa kali anda dan keluarga makan setiap harinya?

A : Tiga, empat, lebih mungkin. hehe

P : Adakah dalam seminggu keluarga mengkonsumsi daging, ikan, atau

ayam?

93

A : Ada kali yah, jarang-jaranga juga sih. Jadi lupa.hehe

P : Seberapa sering anda dan keluarga makan bersama?

A : Sering lah, tiap makan

P : Berapa kali dalam setahun anda dan keluarga membeli baju baru?

AA : 2 kali setiap lebaran, lebaran idul fitri dan lebaran idul adha

P : Dalam tiga bulan terakhir, adakah anggota keluarga yang sakit?

AA : Ada, sakitnya kayak panas kayak gitu

P : Jika salah satu anggota keluarga sakit, bagaimana penanganannya?

Dibawa ke Puskesmas atau ke Rumah sakit, atau hanya dirawat dirumah?

AA : biasanya dibawa ke Puskesmas, atau ke bidan

P : Dimanakan anda tinggal? Bagaimana status kepemilikan rumah tersebut?

AA : Di rumah pribadi, rumah sendiri, rumah mama (orang tua)

P : Berapa banyak kendaraan yang keluarga anda miliki? Sebutkan jenisnya,

dari manakah kendaraan itu berasal?

AA : Tidak punya

P : Bagaimana tingkat pendidikan seluruh anggota keluarga?

AA : Pendidikan di rumah baik cukup baik yah.. untuk tingkatannya, kebetulan

kakak saya lulus dari SMK, saya sendiri SMA

P : Adakah dari anggota keluarga yang masih buta aksara?

AA : Tidak ada

P : Adakah anggota keluarga lain yang bekerja dan membantu perekonomian

keluarga ?

94

AA : Ada, mamang (paman)

P : Apa pekerjaannya?

AA : Petani, supir

P : Apakah anggota keluarga yang bekerja tersebut berpenghasilan tetap ?

AA : Tidak, tidak menentu penghasilannya

P : Bagaimana sikap anggota keluarga dalam menjalankan ibadahnya?

AA : Alhamdulillah yah, rajin lah

P : Berapa kali dalam setahun keluarga anda melakukan rekreasi

AA : Tidak pernah,paling jalan-jalan sekitar kampung aja. hehe

P : Apakah anda sekeluarga sering mengikuti kegiatan yang ada di wilayah

tempat tinggal?

AA : Suka, seperti gotong royong, bersih-bersih

P : Apakah anda sekeluarga aktif memberikan sumbangan? Kemana dan

berapa banyak?

AA : Aktif, biasanya kepada anak yatim, untuk besarannya seikhlasnya

95

3.1.6 Catatan Wawancara 6

CATATAN WAWANCARA

HASIL WAWANCARA KELUARGA PEKERJA MIGRAN

PEREMPUAN

Inisial Partisipan : PA (keluarga dari perempuan yang berprofesi sebagai

pekerja migran)

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Lahir : 8 februari 1996

Tempat : Desa Wantisari

Tanggal wawancara : 12 april 2019

Waktu : 17:27 WIB

Anggota keluarga yang menjadi pekerja migran : Orang tua (bapak dan ibu)

Sejak tahun : sejak 1998

Keterangan:

P : Pewawancara

PA : Partisipan

P : Apa hubungan anda dengan perempuan yang berprofesi sebagai pekerja

migran tersebut?

PA : Ibu, keluarga

P : Bagaimana tanggapan anda mengenai keputusan salah satu anggota

keluarga untuk bekerja di luar negeri?

PA : Tidak tau yah, soalnya saya masih anak kecil waktu itu, sekitar umur 2

tahunan waktu ditinggal kerja sama orang tua.

96

P : Adakah perubahan yang terjadi dalam keluarga setelah salah satu anggota

keluarga menjadi pekerja migran?

PA : Ada

P : Perubahan apa yang paling terasa dalam keputusan salah satu anggota

keluarga untuk menjadi pekerja migran ?

PA : Yang paling terasa perubahannya dalam bidang ekonomi sih... soalnya

keliatan gitu hasilnya, kayak bisa membuat rumah, punya kendaraan, ya

kayak gitu-gitu lah

P : Bagaimana kondisi ekonomi keluarga anda jika anggota keluarga yang

berprofesi sebagai pekerja migran tersebut berhenti dari pekerjaan?

PA : Keuangannya rada sedikit menurun mungkin ya, karena biasanya

pendapatan dari dua orang terus jadi cuma satu, cuma ya kayaknya gak

terlalu besar juga menurunnya lah

P : Berapa penghasilan anggota keluarga yang berprofesi sebagai pekerja

migran?

PA : Sekitar 10 juta keatas, itu digabung sama gaji bapak saya juga. Dari ibu

saya mungkin sekitar 5 jutaan

P : Berapa besar jumlah uang yang diberikan setiap bulannya?

PA : Biasanya 5 juta keatas

P : untuk apa saja uang itu digunakan?

PA : Untuk biaya hidup, biaya sekolah

P : Berapa kali anda dan keluarga makan setiap harinya?

PA : Sehari 3 kali

97

P : Adakah dalam seminggu keluarga mengkonsumsi daging, ikan, atau

ayam?

PA : Ada

P : Seberapa sering anda dan keluarga makan bersama?

PA : Sering, setiap hari juga makan bersama

P : Berapa kali dalam setahun anda dan keluarga membeli baju baru?

PA : Mungkin setiap lebaran kali ya

P : Dalam tiga bulan terakhir, adakah anggota keluarga yang sakit?

PA : Jarang sih. Alhamdulillah yah

P : Jika salah satu anggota keluarga sakit, bagaimana penanganannya?

Dibawa ke Puskesmas atau ke Rumah sakit, atau hanya dirawat dirumah?

PA : Mungkin berobat dulu di klinik, kayak ke bidan atau mantri gitu. Kalau

nggak sembuh baru bawa ke puskesmas atau ke rumah sakt

P : Dimanakan anda tinggal? Bagaimana status kepemilikan rumah tersebut?

PA : Di rumah sendiri, status rumahnya ya rumah pribadi

P : Berapa banyak kendaraan yang keluarga anda miliki? Sebutkan jenisnya,

dari manakah kendaraan itu berasal?

PA : Ada 2 motor, dapet hasil dari sana yah uangnya (dari orang tua)

P : Bagaimana tingkat pendidikan seluruh anggota keluarga?

PA : Tingkat pendidikan anggota keluarga baik, kalau saya sendiri jenjang

pendidikan D3 kebidanan, kalau adik saya masih SMA

P : Adakah dari anggota keluarga yang masih buta aksara?

PA : Nggak ada

98

P : Adakah anggota keluarga lain yang bekerja dan membantu perekonomian

keluarga ?

PA :Nggak ada, dari orang tua aja kayaknya

P : Jika iya, apa pekerjaannya?

PA : -

P : Apakah anggota keluarga yang bekerja tersebut berpenghasilan tetap ?

PA : -

P : Bagaimana sikap anggota keluarga dalam menjalankan ibadahnya?

PA : Lumayan lah rajin, insya allah

P : Berapa kali dalam setahun keluarga anda melakukan rekreasi

PA : Jarang, lima kali ada lah itu buat saya pribadi ya. Tapi kalau jalan-jalan

sekeluarga gitu mah jarang

P : Apakah anda sekeluarga sering mengikuti kegiatan yang ada di wilayah

tempat tinggal?

PA : Ada, dari keluarga biasanya kakek atau nenek suka ikut, kalau saya sama

adek saya sih nggak. hehe

P : Apakah anda sekeluarga aktif memberikan sumbangan? Kemana dan

berapa banyak?

PA : Insya allah, kalau ada sumbangannya kesini aktif, yah ngasih gitu

99

3.1.7 Catatan Wawancara 7

CATATAN WAWANCARA

HASIL WAWANCARA KELUARGA PEKERJA MIGRAN

PEREMPUAN

Inisial Partisipan : FA (keluarga dari perempuan yang berprofesi sebagai

pekerja migran)

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tanggal Lahir : 06 november 1998

Tempat : Desa Wantisari

Tanggal wawancara : 14 april 2019

Waktu : 13:27 WIB

Anggota keluarga yang menjadi pekerja migran : Ibu

Sejak tahun : 2011

Keterangan:

P : Pewawancara

FA : Partisipan

P : Apa hubungan anda dengan perempuan yang berprofesi sebagai pekerja

migran tersebut?

FA : Ibu

P : Bagaimana tanggapan anda mengenai keputusan salah satu anggota

keluarga untuk bekerja di luar negeri?

FA : Keputusan yang cukup sulit memang, tapi kami tak punya pilihan lain

lagi selain pilihan ini, jadi kami terima saja. ibu saya itu single parent,

bapak saya udah meninggal dari saya kecil, jadi dirumah itu ekonominya

kurang, alhamdulillah dulu ibu saya buka warung kecil-kecilan, jadi buat

100

pemasukan sehari-hari dari situ, tapi karena ibu saya mau anak-anaknya

untuk sekolah tinggi, jadi ya beliau memutuskan untuk pergi arab saudi.

Karena kalau mengandalkan dari warung saja, sepertinya saya dan

saudara-saudara saya hanya bisa sekolah sampai lulus SMP

P : Adakah perubahan yang terjadi dalam keluarga setelah salah satu anggota

keluarga menjadi pekerja migran?

FA : Ada, Dengan menjadi TKW ibu saya akhirnya berhasil menyekolahkan

anak-anaknya sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Alhamdulillah

ekonomi mulai membaik dari sebelumnya, kami bisa makan daging dan

susu, sekarang sedang merenovasi rumah juga

P : Perubahan apa yang paling terasa dalam keputusan salah satu anggota

keluarga untuk menjadi pekerja migran ?

FA : Yaaa alhamdulillah ibu saya bisa menyekolahkan anak-anaknya, bisa

makan-makanan bergizi, bisa benerin rumah juga

P : Bagaimana kondisi ekonomi keluarga anda jika anggota keluarga yang

berprofesi sebagai pekerja migran tersebut berhenti dari pekerjaan?

FA : Dari kami bertiga untuk saat ini belum ada yang bekerja, jadi kalau ibu

saya berenti dari pekerjaanya ekonomi keluarga kami akan menurun,

mencari biaya juga akan kesulitan

P : Berapa penghasilan anggota keluarga yang berprofesi sebagai pekerja

migran?

FA : 3 jutaan kurang lebih

P : Berapa besar jumlah uang yang diberikan setiap bulannya?

FA : Semuanya

P : Untuk apa sajakah uang itu digunakan?

101

FA : Untuk biaya hidup, biaya sekolah dan kebutuhan rumah

P : Berapa kali anda dan keluarga makan setiap harinya?

FA : Mungkin sehari 3 kali, atau lebih

P : Adakah dalam seminggu keluarga mengkonsumsi daging, ikan, atau

ayam?

FA : Ada

P : Seberapa sering anda dan keluarga makan bersama?

FA : Seringnya memang makan bersama, bareng-bareng gitu

P : Berapa kali dalam setahun anda dan keluarga membeli baju baru?

FA : Setahun saya membeli baju 3 kali, pada saat idul fitri, idul adha, dan

kalau lagi punya uang lebih

P : Dalam tiga bulan terakhir, adakah anggota keluarga yang sakit?

FA : Ada, adik saya sakit. Tapi sakitnya juga tidak terlalu parah

P : Jika salah satu anggota keluarga sakit, bagaimana penanganannya?

Dibawa ke Puskesmas atau ke Rumah sakit, atau hanya dirawat dirumah?

FA : Ya tergantung, jika sakitnya tidak terlalu parah mungkin dibawa ke

puskesmas, tapi jika sakitnya parah ya bisa saja dibawa ke rumah sakit,

P : Dimanakan anda tinggal? Bagaimana status kepemilikan rumah tersebut?

FA : Saya tinggal di rumah ibu saya, dan rumah itu benar-benar rumah ibu

saya (pribadi)

P : Berapa banyak kendaraan yang keluarga anda miliki? Sebutkan jenisnya,

dari manakah kendaraan itu berasal?

FA : Tidak punya

102

P : Bagaimana tingkat pendidikan seluruh anggota keluarga?

FA : Untuk pendidikan dirumah cukup baik menurut saya, kakak saya lulusan

S1, saya lulusan SMA, dan adik saya lulusan SD

P : Adakah dari anggota keluarga yang masih buta aksara?

FA : Saya rasa tidak ada

P : Adakah anggota keluarga lain yang bekerja dan membantu perekonomian

keluarga ?

FA : Mungkin untuk sekarang belum, tapi tidak tau untuk kedepannya

P : Jika iya, apa pekerjaannya?

FA : -

P : Apakah anggota keluarga yang bekerja tersebut berpenghasilan tetap ?

FA : -

P : Bagaimana sikap anggota keluarga dalam menjalankan ibadahnya?

FA : Kalo dikatakan baik sih tidak, dikatakan buruk juga tidak, yaaa standar

lah

P : Berapa kali dalam setahun keluarga anda melakukan rekreasi

FA : Mungkin setahun sekali

P : Apakah anda sekeluarga sering mengikuti kegiatan yang ada di wilayah

tempat tinggal?

FA : Yah sering

P : Apakah anda sekeluarga aktif memberikan sumbangan? Kemana dan

berapa banyak?

103

FA : Yah kalau biayanya ada ya suka, cuman kalau lagi nggak punya ya tidak.

Yah paling sumbangan untuk maulid nabi, kami sering memberi sekiranya

100-200 ribu mungkin

104

3.1.8 Catatan Wawancara 8

CATATAN WAWANCARA

HASIL WAWANCARA KELUARGA PEKERJA MIGRAN

PEREMPUAN

Inisial Partisipan : MA (keluarga dari perempuan yang berprofesi sebagai

pekerja migran)

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Lahir : 30 juli

Tempat : Desa Wantisari

Tanggal wawancara : 17 april 2019

Waktu : 18:55 WIB

Anggota keluarga yang menjadi pekerja migran : Ibu, paman, bibi

Sejak tahun : Sejak kecil

Keterangan:

P : Pewawancara

MA : Partisipan

P : Apa hubungan anda dengan perempuan yang berprofesi sebagaipekerja

migran tersebut?

MA : Ibu

P : Bagaimana tanggapan anda mengenai keputusan salah satu anggota

keluarga untuk bekerja di luar negeri?

MA : Keputusan? Mmm. Sebenarnya di satu sisi kayak saya nggak setuju nya,

soalnya mungkin kita nggak tau nyah, kondisi di luar Indonesia teh kayak

105

gimana, segalanya, kulturnya, budayanya pasti beda. Cuma disisi lain kalo

diliat lagi saat itu kan kayaknya kesempatan kerja di indonesia teh sedikit,

lapangan kerja sedikit, terus akhirnya lebih milih ke luar negeri dengan

gaji lebih banyak dari pada di indonesia, saya sendiri sih ngeliatnya kalau

untuk keluarga dari TKW/TKI tuh kehidupannya lebih baik di banding

yang bukan

P : Adakah perubahan yang terjadi dalam keluarga setelah salah satu anggota

keluarga menjadi pekerja migran?

MA : sebelum kerja ke luar negeri, ekonomi di rumah tuh kurang banget, orang

tua udah cerai, saya dan kakak saya tinggal sama ibu, , sementara ibu saya

pekerjaannya cuma jualan-jualan gitu, jadi ya paling cukup buat makan

Sebelum kerja ke luar negeri ibu saya jualan-jualan gitu, Cuma ya paling

cukup buat makan. Setelah bekerja ke luar negeri sih ya jadi lebih baik ya.

P : Perubahan apa yang paling terasa dalam keputusan salah satu anggota

keluarga untuk menjadi pekerja migran ?

MA : Untuk kehidupannya emang jadi lebih baik sih, lebih sejahtera dibanding

sebelumnya, Cuma dari sisi psikologis anaknya menurut saya jadi kurang

P : Bagaimana kondisi ekonomi keluarga anda jika anggota keluarga yang

berprofesi sebagai pekerja migran tersebut berhenti dari pekerjaan?

MA : Agak sedikit terganggu pasti, soalnya selama beberapa tahun itu hanya

mengandalkan dari penghasilan dia jadi buruh migran di luar negeri,

selebihnya nggak ada

P : Berapa penghasilan anggota keluarga yang berprofesi sebagai pekerja

migran?

MA : Nggak tau nya, 3 jutaan kali

P : Berapa besar jumlah uang yang diberikan setiap bulannya?

106

MA : Buat saya sendiri mah 500 ribu

P : untuk apa sajakah uang itu digunakan?

MA : Biaya kuliah, sehari-hari, biaya makan

P : Berapa kali anda dan keluarga makan setiap harinya?

MA : Saya dua kali

P : Adakah dalam seminggu keluarga mengkonsumsi daging, ikan, atau

ayam?

MA : Ada lah

P : Seberapa sering anda dan keluarga makan bersama?

MA : Jarang sih, paling bisa diitung jari

P : Berapa kali dalam setahun anda dan keluarga membeli baju baru?

MA : Mmm. Hampir tiap bulan sih kalo saya, kebetulan kan suka ngajar-ngajar

les, jadi ada pemasukan dari luar juga

P : Dalam tiga bulan terakhir, adakah anggota keluarga yang sakit?

MA : Ada, tapi paling sakit biasa aja

P : Jika salah satu anggota keluarga sakit, bagaimana penanganannya?

Dibawa ke Puskesmas atau ke Rumah sakit, atau hanya dirawat dirumah?

MA : Pertama pasti dirumah dulu, kalau udah gak bisa ditangani di rumah baru

berobat ke klinik, kalau dari klinik dianjurkan ke Rumah Sakit ya ke

Rumah Sakit

P : Dimanakan anda tinggal? Bagaimana status kepemilikan rumah tersebut?

MA : untuk saat ini sih ngekost, kalau rumah pribadi, punya orang tua ada di

kampung

107

P : Berapa banyak kendaraan yang keluarga anda miliki? Sebutkan jenisnya,

dari manakah kendaraan itu berasal?

MA : Ada satu, motor, motornya dibeliin mama, uang buat belinya banyaknya

dibayarin sama mama, sama uang saya sendiri juga

P : Bagaimana tingkat pendidikan seluruh anggota keluarga?

MA : Tingkat pendidikan keluarga bervariasi, ada yang S1, SMP, SMA. Ini

untuk keluarga besar ya. Kalau untuk keluarga inti ya sudah cukup baik

lah, kakak saya lulus SMA, saya S1

P : Adakah dari anggota keluarga yang masih buta aksara?

MA : Mmm. Nggak ada

P : Adakah anggota keluarga lain yang bekerja dan membantu perekonomian

keluarga ?

MA : Nggak ada

P : Jika iya, apa pekerjaannya?

MA : -

P : Apakah anggota keluarga yang bekerja tersebut berpenghasilan tetap ?

MA : -

P : Bagaimana sikap anggota keluarga dalam menjalankan ibadahnya?

MA : Rajin sih, maksudnya kan. Ya kita masih menjalankan ibadah seperti

biasa, shalat 5 waktu, puasa, ngaji

P : Berapa kali dalam setahun keluarga anda melakukan rekreasi

MA : Bisa beberapa kali sih, 2, 3 atau 5 kali. Biasanya kalau ada libur panjang

gitu suka jalan-jalan sekeluarga.

108

P : Apakah anda sekeluarga sering mengikuti kegiatan yang ada di wilayah

tempat tinggal?

MA : Nggak tau yah, ikutan kayaknya, saya sih nggak, nggak tau yang lain

P : Apakah anda sekeluarga aktif memberikan sumbangan? Kemana dan

berapa banyak?

MA : Aktif kali, ke mesjid, nggak tau ya jumlahnya, dulu mah biasa 500

109

3.1.9 Catatan Wawancara 9

CATATAN WAWANCARA

HASIL WAWANCARA KELUARGA PEKERJA MIGRAN

PEREMPUAN

Inisial Partisipan : OA (Perangkat desa setempat)

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tanggal Lahir : 07 mei 1982 (48 tahun)

Tempat : Desa Wantisari

Tanggal wawancara : 11 April 2019

Waktu : 10:20 WIB

Bekerja sebagai perangkat desa sejak : 2014

Keterangan:

P : Pewawancara

OA : Partisipan

P : Ada berapa banyak penduduk berjenis kelamin perempuan di desa ini

yang berprofesi sebagai pekerja migran?

OA : Untuk yang jadi TKW sekitar, kalau perempuan itu sekitar 10 lah, yang

perempuan ya

P : Selain menjadi pekerja migran, pekerjaan apa lagi yang dilakukan oleh

perempuan di desa ini?

OA : Ibu rumah tangga kebanyakan

P : Bekerja sebagai apa para perempuan tersebut disana?

110

OA : TKW itu jarang yang jadi tenaga ahli ya atau lain sebagainya kebanyakan

jadi pembantu rumah tangga (PRT)

P : Negara mana saja yang menjadi tujuan untuk bekerja?

OA : Timur tengah. Arab saudi

P : Berapa lama para perempuan ini bekerja?

OA : 2-4 tahun, sesuai namanya kontrak yah

P : Bagaimana pendapat anda anda tentang fenomena perempuan yang

berprofesi sebagai pekerja migran tersebut?

OA : Sebenernya satu hal mungkin yah, karena intinya faktor lapangan

pekerjaan negara kita yang kurang memadai mungkin yah, dan dari upah

kebanyakan, intinya dari upah, kalau pekerjaan banyak intinya upah, yang

belum bisa mensejahterakan masyarakat sehingga banyak lari ke luar

negeri seperti itu

P : Apa definisi sejahtera menurut anda?

OA : Satu, mungkin kecukupan dalam arti konsumsi kebutuhan rumah tangga,

itu mungkin bisa dikategorikan definisi sejahtera tersebut

P : Indikator sejahtera menurut anda terdiri dari apa saja?

OA : Biasanya satu pendidikan, itu salah satu alat ukur itu pendidikan, kedua

biaya hidup, itu jadi salah satu tolak ukur juga, seperti itu

P : Bagaimana kondisi kesejahteraan tiap keluarga di desa ini?

OA : Kalau berdasarkan sensus untuk desa Wantisari itu udah kategori desa

sejahtera masyarakatnya, karena kalau menurut penilaian dari Dinas Sosial

sendiri itu yang dikategorikan miskin itu yang berpenghasilan 600 ribu

kebawah, kalau 600 ribu keatas itu udah masuk kategori masyarakat

111

sejahtera, ya itu mah wallahu a’lam yaa cukup atau tidaknya, di

definisinya seperti itu

P : Menurut anda, apakah tiap keluarga di desa ini sudah bisa dikatakan

sejahtera?

OA : Sebenernya kalau ngitung tolak ukur itu (seperti yang disebutkan diatas)

udah di kategorikan sejahtera, tapi kalau kenyataan realita di lapangan itu

belum, mungkin untuk perbandingannya antar keluarga sejahtera dengan

yang tidak sejahtera perbandingannya 60:40 seperti itu. Sebenernya kalau

ngeliat dari laporan emang sih kalau desa Wantisari dari 12 desa di

kecamatan itu kategori desa udah desa kota, dengan tingkat penduduk

yang sejahtera, namun ketika masuk ke dalam, itu tuh kalau kita telusuri

ke dalam, semacam kadujangkung, cibogo, cicendo, itu hampir

masyarakatnya itu masih di bawah, di bawah kesejahteraan

P : Bagaimana kondisi kesejahteraan untuk keluarga perempuan yang

berprofesi sebagai pekerja migran?

OA : Alhamdulillah, biasanya tuh kalau orang udah berangkat jadi TKW taraf

hidupnya keangkat, jadi ada kenaikan.

P : Apakah ada perbedaan antara kesejahteraan keluarga biasa dan keluarga

perempuan yang berprofesi sebagai pekerja migran?

OA : Jelas ada, lebih baik yang keluarganya jadi TKW, kan ngitungnya kan,

ketika dua keluarga yang notabenenya sama, dibawah, istilahnya kurang

sejahtera. Sehingga yang satu berdomisili di kita yang satu jadi TKW,

secara otomatis tuh yang jadi TKW yang bisa keangkat kehidupannya

P : Apakah fasilitas umum seperti sekolah, balai pengobatan, dan tempat

ibadah sudah terpenuhi di desa ini?

OA : Alhamdulillah udah terpenuhi, kalau untuk sarana ibadah, kalau untuk

sarana pengobatan kita masih terpaku ke Puskesmas doang, sekolah

112

alhamdulillah kita dari Setingkat SD/MI kita ada 3, MTS 1, SMK 1, Paud

atau TK ada 2 di kita. Kalau untuk balai pengobatan karena aksesnya,

kenapa kurang terfokus pada balai pengobatan, karena aksesnya dekat ke

Puskesmas, tapi kalau klinik itu ada.

P : Seberapa besar intensitas warga menggunakan fasilitas umum yang

diberikan oleh pemerintah tersebut?

OA : Sering lah, untuk sekolah udah pasti, untuk balai pengobatan sering

menggunakan lah, karena tadi itu mungkin kan ada satu program

kesehatan, jujur aja untuk desa Wantisari alhamdulillah kita masih dapat

banyak bantuan untuk kesejahteraan kesehatan tersebut

P : Hal apa lagi yang harus diperhatikan oleh pemerintah sebagai upaya

untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga di desa ini?

OA : Satu, lapangan pekerjaan, dua upah minimum yang harus dinaikkan itu.,

terus ekonomi kreatif kerakyatan, terus mengenai kalau untuk peningkatan

kesejahteraan mah yah, satu hal lagi, pendidikan atau pelatihan ibu rumah

tangga sesuai job desk/keahliannya, itu di kita belum ada, mungkin di

Pemerintah Kabupaten itu ada cuman daya rangsang/antusiasme

masyarakat kurang juga, mungkin instansi terkait harus turun kebawah

sehingga bisa memotivasi masyarakat.

113

3.2 Catatan Observasi

3.2.1 Catatan Observasi 1

Hari/ Tanggal : Senin, 7 April 2019

Tempat : Desa Wantisari Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak-

Banten

No Aspek Hal yang diamati Keterangan

1. Kondisi dan

keadaan keluarga

perempuan yang

berprofesi

sebagai pekerja

migran

− Keadaan rumah

dan fasilitas

pendukung (kamar

tidur dan kamar

mandi)

− Kelengkapan

sarana/

perlengkapan

rumah tangga

− Alat transportasi

Rumah yang ditempati

merupakan milik pribadi,

dan tberbentuk permanen.

Sebanyak 1 keluarga

pekerja migran perempuan

sedang melaksanakan

renovasi pada saat

penelitian dilakukan.

Semua kamar mandi berada

dalam kondisi baik dan

terdapat kakus di dalamnya.

Peralatan rumah tangga

seperti sofa,tempat tidur,

dan lain sebagainya diganti

dengan yang baru.

Beberapa dari keluarga

tersebut membeli peralatan

rumah tangga tersier seperti

mesin cuci, komputer

jinjing (laptop) dan Air

Conditioner.

Beberapa keluarga pekerja

migran sudah memiliki alat

114

− Kepemilikan harta

benda tak bergerak

transportasi pribadi berupa

sepeda motor,

Baik keluarga pekerja

migran maupun mantan

pekerja migran mayoritas

memiliki harta tak bergerak

seperti tabungan, sawah,

emas, dan usaha.

2. Kondisi

lingkungan

sekitar tempat

tinggal keluarga

perempuan yang

berprofesi

sebagai pekerja

migran

− Keadaan jalan

sekitar rumah

− Kondisi rumah

sekitar

− Fasilitas umum

(sekolah, tempat

ibadah, dan balai

pengobatan)

Kondisi jalan pada sedang

dalam proses perbaikan

Kondisi sekitar tempat

tinggal mantan pekerja

migran dan keluarga

pekerja migran bersih dan

terawat.

Terdapat 6 sekolah yang

terdiri atas TK/PAUD, SD

dan MI, MTS, dan MA

Rumah Ibadah sudah

tersedia di tiap kampung,

baik masjid maupun surau.

Terdapat satu klinik dan

apotik yang dibuka oleh

bidan setempat, untuk balai

pengobatan yang lebih

besar seperti puskesmas

terdapat di desa tetangga.

Saat ini sedangan dibangun

Posyandu untuk desa karena

sebelumnya kegiatan

posyandu yang

115

− Kondisi

penerangan

dilaksanakan tiap bulan

selalu bertempat di rumah

anggotanya.

Kondisi penerangan tiap

tempat tinggal sudah bisa

dikatakan bagus, karena

hampir semua tempat

tinggal sudah dialiri listrik.

Untuk penerangan di jalan

raya, hingga saat ini hanya

mengandalkan pencahayaan

dari tempat tinggal

penduduk yang rumahnya

berada di tepi jalan.

116

3.3 Catatan Observasi

3.2.2 Catatan Observasi 2

Hari/ Tanggal : Kamis, 11 April 2019

Tempat : Desa Wantisari Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak-

Banten

No Aspek Hal yang diamati Keterangan

3. Kondisi dan

keadaan keluarga

perempuan yang

berprofesi

sebagai pekerja

migran

− Keadaan rumah

dan fasilitas

pendukung (kamar

tidur dan kamar

mandi)

− Kelengkapan

sarana/

perlengkapan

rumah tangga

− Alat transportasi

Rumah yang ditempati

merupakan milik pribadi,

dan tberbentuk permanen.

Sebanyak 1 keluarga

pekerja migran perempuan

sedang melaksanakan

renovasi pada saat

penelitian dilakukan.

Semua kamar mandi berada

dalam kondisi baik dan

terdapat kakus di dalamnya.

Peralatan rumah tangga

seperti sofa,tempat tidur,

dan lain sebagainya diganti

dengan yang baru.

Beberapa dari keluarga

tersebut membeli peralatan

rumah tangga tersier seperti

mesin cuci, komputer

jinjing (laptop) dan Air

Conditioner.

Beberapa keluarga pekerja

migran sudah memiliki alat

transportasi pribadi berupa

117

− Kepemilikan harta

benda tak bergerak

sepeda motor,

Baik keluarga pekerja

migran maupun mantan

pekerja migran mayoritas

memiliki harta tak bergerak

seperti tabungan, sawah,

emas, dan usaha.

4. Kondisi

lingkungan

sekitar tempat

tinggal keluarga

perempuan yang

berprofesi

sebagai pekerja

migran

− Keadaan jalan

sekitar rumah

− Kondisi rumah

sekitar

− Fasilitas umum

(sekolah, tempat

ibadah, dan balai

pengobatan)

Kondisi jalan pada sedang

dalam proses perbaikan

Kondisi sekitar tempat

tinggal mantan pekerja

migran dan keluarga

pekerja migran bersih dan

terawat.

Terdapat 6 sekolah yang

terdiri atas TK/PAUD, SD

dan MI, MTS, dan MA

Rumah Ibadah sudah

tersedia di tiap kampung,

baik masjid maupun surau.

Terdapat satu klinik dan

apotik yang dibuka oleh

bidan setempat, untuk balai

pengobatan yang lebih

besar seperti puskesmas

terdapat di desa tetangga.

Saat ini sedangan dibangun

Posyandu untuk desa karena

sebelumnya kegiatan

posyandu yang

dilaksanakan tiap bulan

118

− Kondisi

penerangan

selalu bertempat di rumah

anggotanya.

Kondisi penerangan tiap

tempat tinggal sudah bisa

dikatakan bagus, karena

hampir semua tempat

tinggal sudah dialiri listrik.

Untuk penerangan di jalan

raya, hingga saat ini hanya

mengandalkan pencahayaan

dari tempat tinggal

penduduk yang rumahnya

berada di tepi jalan.

119

4. Dokumentasi

CATATAN DOKUMENTASI

Dokumentasi pada saat wawancara dengan partisipan

(Gambar 1. Ibu Aisyah) (Gambar 2. Bapak Oman A)

(Gambar 3. Piani Ariska) (Gambar 4. Fahmi At Takmir)

120

Gambar 5. Aura Ananta) (Gambar 6. Ibu Jubaedah)

(Gambar 7. Ibu Rusmiyati)

121

Gambaran Tempat Tinggal Keluarga Pekerja Migran

122

5. LEMBAR UJI REFERENSI

123

124

125

126

127

128

129

BIODATA PENULIS

NIKEN KESUMA WARDANI, lahir di Rangkasbitung,

04 April 1996, putri pertama dari Bapak Imam Chanafi

(ALM) dan Ibu Iyok Rodiah yang beralamat tinggal di

Jalan Leuwidamar Desa Wantisari Kecamatan

Leuwidamar Kabupaten Lebak-Banten. Anak pertama

dari 3 bersaudara ini telah menempuh pendidikan di TK

Al Hidayah Wantisari (2000-2001), Kemudian penulis melanjutkan ke SDN I

Wantisari (2002-2008), selanjutnya meneruskan pendidikan di Sekolah

Menengah Pertama Negeri 1 Leuwidamar (2008-2011) dan melanjutkan kembali

pendidikan di Sekolah Menengah Atas 1 Negeri 1 Leuwidamar(2011-2014)

Setelah lulus Madrasah Aliyah, penulis melanjutkan pedidikan di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan jurusan Pendidikan

Ilmu Pegetahuan Sosial konsentrasi Sosiologi-Antropologi angkatan 2014 melalui

jalur SBMPTN.

Skripsi yang berjudul “Kesejahteraan Keluarga Pekerja Migran

Perempuan (Studi Kasus di Desa Wantisari, Kecamatan Leuwidamar

Kabupaten Lebak Provinsi Banten)” ini di bawah bimbingan Bapak Dr.H.

Nurochim, MM sebagai Dosen Pembimbing I dan Ibu Maila Dinia Husni Rahiem,

Ph.D., M.A sebagai Dosen Pembimbing II.


Recommended