Date post: | 10-Dec-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | independent |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
LAPORAN
PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN II
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Bahan Bangunan II
Dosen : Drs. Imam Muchoyar, M.Pd.
Oleh :
1. Irvan Lutfiyanto Q NIM 14510134021
2. M. Yusuf Sholihin NIM 14510134022
3. Zhulqi Pradifa NIM 14510134023
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
Kata Pengantar
Puji dan syukur senantiasa kami kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan
karunia-NYA kelompok kami dapat meyelesaikan praktikum bahan bangunan II. Kami juga
telah menyelesaikan penulisan laporan guna memenuhi tugas mata kuliah praktikum bahan
bangunan II.
Dalam penyusunan laporan ini kelompok kami tidak hanya bekerja sendiri, tetapi
banyak dari pihak lain yang membantu. Dan kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-
pihak yang telah bersedia membantu dalam penyelesaian penulisan laporan ini.
1. Bapak Drs. Imam Muchoyar, M.Pd. selaku dosen matakuliah Praktikum
Bahan Bangunan II yang senantiasa membantu dan membimbing dalam
penyelesaian penulisan laporan praktikum.
2. Bapak Sudarman selaku teknisi laboratorium mekanika tanah yang membantu
dalam proses Praktikum Bahan Bangunan II.
3. Orang tua yang memberikan dorongan dan motivasi untuk tetap bersemangat
berusaha dalam penyelesaian penulisan laporan Praktikum Bahan Bangunan
II.
4. Rekan-rekan seperjuangan sekelas yang selalu bersama-sama dalam proses
penulisan laporan ini.
Dalam penulisan laporan ini kami telah berusaha semaksimal mungkin. Kami juga
menerima kritik dan saran guna kesempurnaannya laporan ini. Akhir kata kami mohon maaf
apabila banyak kesalahan dalam penulisan laporan ini. Atas perhatian dan kerjasamanya kami
mengucapkan terimakasih. Semoga tugas laporan ini berguna bagi pembaca pada umumnnya.
Yogyakarta, Mei 2015
Tim Penyusun
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
Lembar Penilaian
Yang bertanda tangan dibawah ini menerangkan bahwa kelompok 1, telah mengumpulkan
laporan Praktikum Bahan Bangunan II pada :
Hari :
Tanggal :
Dan memperoleh nilai sebagai berikut :
Nama NIM Nilai
Irvan Lutfiyanto Q 14510134021
M. Yusuf Sholihin 14510134022
Zhulqi Pradifa 14510134023
Yogyakarta, Mei 2015
Drs. Imam Muchoyar, M.Pd.
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
PENGUJIAN PASIR
A. TUJUAN
Mengetahui karakteristik agregat sebagai bahan adukan dalam pembuatan beton
dengan mengacu pada SNI
B. MATERI PENGUJIAN
1. Pengujian Modulus Kehasilan Pasir (MKB)
2. Pengujian Absorbsi Pasir
3. Pengujian Kadar Lumpur Pasir
4. Pengujian Kadar Zat Organik Pasir
5. Pengujian Berat Jenis Pasir SSD
6. Pengujian Kadar Air Pasir SSD
7. Pengujian Bobot Isi Pasir Alami
8. Pengujian Berat Jenis Pasir Alami
C. DASAR TEORI
Berdasarkan persyaratan umum bahan bangunan Indonesia (PUBI-1982)
Pengertian pasir beton adalah butiran-butiran mineral keras yang bentuknya
mendekati bulat dan ukurannya sebagian besar terletak antara 0,075-5mm, dan kadar
bagian yang ukurannya lebih kecil dari 0,063 mm tidak lebih dari 5%. Adapun
persyaratannya yaitu :
Pasir beton harus bersih, bila diuji menggunakan larutan pencuci khusus, tinggi
endapan pasir yang terlihat dibandingkan dengan tinggi seluruh endapan tidak
kurang dari 70%.
Kehalusan Pasir
Pada umumnya pasir mempunyai modulus kehalusan butir antara 1,5 – 3,8 (SK
SNI S–04– 1989–F hal. 28).. Bila diuji menggunakan rangkaian ayakan dengan
mata ayakan berukuran berturut-turut 0,16-0,315 ; 0,63-1,25 ; 2,5-5 ; 10 mm,
dengan fraksi yang lewat ayakan 0,3 mm minimal 15% berat. Modulus halus butir
atau finess modulus (FM) adalah suatu nilai yang digunakan untuk menunjukkan
kekasaran atau kehalusan butir–butir agregat. Perhitungan modulus halus butir
agregat menggunakan rumus :
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
FM =
(SK SNI S–04–1989–F hal. 28)
Dimana :
FM = Modulus kehalusan butir agregat
Σ Skom (%) = Jumlah prosen komulatif agregat yang tertahan diatas saringan
0,15 mm
Kadar Air
Kadar air agregat adalah besarnya perbandingan antara berat air agregat dengan
agregat dalam keadaan kering, dinyatakan dalam persen (SK SNI 03–1971–1990).
Kadar air perlu diketahui untuk menghitung jumlah air yang diperlukan dalam
campuran beton. Keadaan jenuh kering permukaan SSD (saturated surface dry)
lebih disukai sebagai standar, karena :
a. Merupakan keadaan kebasahan agregat yang hampir sama dengan agregat
dalam beton, sehingga agregat tidak menambah atau mengurangi air dari
pasta.
b. Kadar air di lapangan lebih banyak yang mendekati keadaan SSD daripada
kering tungku. Dalam hal ini hitungan kebutuhan air pada adukan beton,
biasanya agregat dianggap dalam keadaan jenuh kering permukaan.
Menurut PUBI—1982 yang disyaratkan untuk kadar air maksimal 2 %.
Berat Jenis
Berat jenis agregat halus ialah perbandingan berat pasir dengan berat pasir
ditambah air atau perbandingan antara berat dari satuan volume dari suatu
material terhadap berat air dengan volume yang sama pada temperatur yang
ditentukan. Nilai-nilainya adalah tanpa dimensi. Perhitungan berat jenis
berdasarkan SK SNI–10–1989–F untuk kondisi asli dan SSD dengan rumus :
Menurut PUBI-1982 angka berat satuan atau bobot isi yang disyaratkan berkisar
diangka 1,2 kg/lt – 1,6 kg/lt.
Kandungan Zat Organik
Kandungan zat organik adalah bahan-bahan organik di dalam pasir yang
menimbulkan efek merugikan terhadap mutu mortar atau beton (SK SNI 03-2816-
1992). Pasir tidak boleh mengandung zat-zat organik yang dapat mengurangi kuat
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
tekan beton. Untuk itu, bila direndam dalam 3% larutan NaOH, cairan diatas
endapan tidak boleh lebih gelap dari warna larutan pembanding.
Menurut SNI 2003-2816-1992, jika warna larutan benda uji lebih gelap dari
warna larutan standar atau menunjukkan warna standar lebih dari No.3, maka
kemungkinan mengandung bahan organik yang tidak diizinkan untuk bahan
campuran beton. Kandungan zat organik yang berlebihan pada agregat juga dapat
mengganggu proses hidrasi sehingga dapat menurunkan kekuatan pasta semen.
Tabel Perubahan Warna
Warna Prosentase Kandungan Zat Organik
(%)
Jernih 0
Kuning muda 0-10
Kuning tua 10-20
Kuning kemerahan 20-30
Coklat Kemerahan 30-50
Coklat 50-100
Kadar Lumpur
Pengertian Lumpur adalah bagian–bagian yang berasal dari agregat alam
(kerikil dan pasir) yang dapat melalui ayakan 0,075 mm, dengan berat jenis kurang dari 2.0
t/m3 (SK SNI S–04–1989–F). Bahan–bahan ini adalah bahan yang menyebabkan
terganggunya proses pengikatan pada beton serta pengerasan betonnya, selain yang telah kita
ketahui, yakni alkali dan sulfat. Kadar lumpur yang berlebih pada agregat dapat membuat
kekuatan beton menjadi rendah, sehigga mutu beton yang diinginkan tidak tercapai. Lumpur
tidak dapat menjadi satu dengan semen sehingga menghalangi penggabungan antara semen
dengan agregat. Apabila agregat halus mengandung kadar lumpur yang tinggi maka
dapat menyebabkan terhambatnya pengerasan semen, bertambahnya Faktor Air Seman (FAS)
karena air yang seharusnya diserap pasir digunakan lumpur sendiri untuk kelangsungan
hidupnya., mampu mengurangi daya ikatan pasta semen dengan agregat sehingga dapat
mengurangi kekuatan dan ketahanan beton dan
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
lebih lanjut lagi beton akan menjadi retak ketika kering akibat dari tingginya
bagian yang halus.
Kadar lumpur agregat halus ( pasir ) menurut SK SNI S–04–1989–F yaitu
kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikro (0,075 mm) maksimum
5%.
Kadar Lumpur =
Dimana :
W2= Berat benda uji kering oven setelah dicuci dan dioven kembali
W1= Berat benda uji kering oven sebelum dicuci
SNI 03-2834-1992 mengklasifikasikan distribusi ukuran butiran agregat halus (pasir)
menjadi empat daerah atau zone yaitu : zona I (kasar), zona II (agak kasar), zona III (agak
halus) dan zona IV (halus) sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2.
Modulus Kehalusan Butir (Fineness Modulus = FM)
Modulus kehalusan butir (angka kehalusan) adalah jumlah persen tertinggal komulatif
pada tiap-tiap ayakan dari suatu seri ayakan yang ukuran lubangnya berbanding dua kali lipat,
dimulai dari ayakan berukuran lubang 0,15 mm, dibagi 100.
Makin besar nilai Modulus Halus Butir (MHB) suatu agregat berarti semakin besar
butiran agregatnya (semakin kasar). SK SNI S – 04 – 1989 – F MHB pasir berkisar antara
1,50 – 3,8, kerikil sebesar 5,0 – 8,0. Sedangkan MHB dari campuran agregat halus dan kasar
sebesar 5,0 – 6,0.
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
Bobot Isi (Bulk Density)
~ Bobot isi adalah perbandingan antara berat suatu benda dengan volume benda
tersebut.
~ Bobot isi ada dua : bobot isi padat dan gembur.
~ Bobot isi agregat pada beton berguna untuk klasifikasi perhitungan perencanaan
campuran beton.
Absorbsi pasir (penyerapan air)
Daya serap air adalah kemampuan agregat dalam menyerap air sampai dalam keadaan
jenuh. Daya serap air agregat merupakan jumlah air yang terdapat dalam agregat dihitung
dari keadaan kering oven sampai dengan keadaan jenuh dan dinyatakan dalam %.
Daya serap air berhubungan dengan pengontrolan kualitas beton dan jumlah air yang
dibutuhkan pada beton
D. ALAT DAN BAHAN
1. Pengujian Kadar Zat Organik Pasir Alam
a. Alat
- Botol susu
- Timbangan - Piring
- Sendok - Kelas warna standar
b. Bahan
- Pasir 300 gr
- NaOH 9 gr
- Air 300 ml
2. Pengujian Absosrbsi Pasir Alam
a. Alat
- Timbangan
- Oven
- Piring
- Ember
b. Bahan
- Pasir 500 gr
- Air
3. Pengujian Berat Jenis Pasir Alam
a. Alat
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
Gelas Ukur
Piring
Timbangan
b. Bahan
Pasir 500 gr
Air 300 ml
4. Pengujian Bobot Isi Pasir Alam
a. Alat
Bejana
Timbangan
Jangka sorong
b. Bahan
Pasir Alam
5. Pengujian Kadar Lumpur Pasir Alam
a. Alat
Piring
Timbangan
Oven
Gelas Ukur
b. Bahan
Pasir 500 gr
Air
6. Pengujian Distribusi Pasir
a. Alat
Timbangan
Ayakan
Piring
b. Bahan
Pasir 500 gr
7. Pengujian Berat Jenis Pasir SSD
a. Alat
Timbangan
Gelas ukur
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
Piring
Ember
b. Bahan
Pasir 300 gr
Air
8. Pengujian Kadar Air Pasir SSD
a. Alat
Timbangan
Piring
Oven
Ember
b. Bahan
Pasir 500 gr
Air
E. LANGKAH KERJA
a) Pengujian Kadar Zat Organik Pasir
1. Menyiapkan larutan NaOH 3%
2. Menuangkan kedalam gelas ukur kemudian diaduk
3. Menyiapkan pasir 30 ml kedalam botol susu 2xuji(sebanyak 2 botol)
4. Menuangkan larutan NaOH sampai total pasir larutan menjadi 200ml
5. Mengocok botol,kemudian didiamkan selama 1 hari
6. Kemudian setelah didiamkan selama 1 hari yaitu membandingkan warna air
dengan warna standar
b) Pengujian Absorbsi Pasir Alam
1. Merendam pasir 500gr kedalam air selama 24 jam
2. Kemudian setelah 24 jam pasir ditiriskan dan ditimbang masing-masing 150 grx3
sampel
3. Masukkan pasir tersebut kedalam oven hingga mendapatkan berat tetap
4. Kemudian setelah berat tetap timbang pasir yang telah kering oven
c) Berat Jenis Pasir Alam
1. Menyiapkan pasir alam sebanyak 3 sampel masing – masing 150gr
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
2. Memasukkan pasir yang telah ditimbang kedalam gelas ukur yang telah diisi
dengan air hingga volume 100ml
3. Amati dan catat perbedaan volume pada gelas ukur
d) Pengujian Bobot Isi Pasir Alam
1. Menimbang berat bejana
2. Mengisi bejana tersebut dengan pasir alam sampai penuh tanpa dipadatkan
3. Menimbang pasir + bejana tersebut
4. Mengisi bejana dengan air, kemudian menimbang bejana+air
e) Kadar Lumpur Pasir Alam
1. Mengambil pasir alam masing-masing 150 grx3 sampel
2. Masukkan pasir tersebut kedalam oven hingga didapat berat tetap
3. Kemudian setelah mendapatkan berat tetap, menimbang pasir yang telah kering
oven
4. Mencuci pasir tersebut dengan air sampai bersih
5. Setelah itu masukkan paasir tersebut kedalam oven dan dioven hingga
mendapatkan berat tetap
6. Setelah itu timbang pasir yang telah kering oven tersebut
f) Pengujian Kehalusan Pasir
1. Menimbang pasir 500 gr
2. Memasukkan pasir tersebut kedalam ayakan yang telah disusun
3. Memesang ayakan tersebut ke alat pengayak
4. Mengayak pasir ersebut selama 5 menit, kemudian memutar ayakan tersebut
hingga 90 derajat
5. Mengayak kembali pasir tesebut selama 3 menit
6. Menimbang pasir yang tertinggal di setiap susunan ayakan
g) Pengujian Berat Jenis Pasir SSD
1. Menyiapkan pasir SSD sebanyak 3 sampel masing – masing 150gr
2. Memasukkan pasir yang telah ditimbang kedalam gelas ukur yang telah diisi
dengan air hingga volume 100ml
3. Amati dan catat perbedaan volume pada gelas ukur
h) Pengujian Kadar Air Pasir SSD
1. Menimbang pasir SSD sebanyak 3 sampel masing-masing 150gr
2. Memasukkan pasir tersebut kedalam oven hingga mendapatkan berat tetap
Setelah itu timbang pasir yang telah kering oven
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
F. HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS DATA
a) Pengujian Kadar Zat Organik Pasir
No Nama Bahan Ukuran/Jumlah Asal
1. Larutan NaOH 3% secukupnya -
2. Pasir 130cc Progo
Warna Air Setelah 24 jam
1. Warna no.1
2. Warna no.1
3. Warna no.1
b) Pengujian Absorbsi Pasir Alam
No. Kering Oven Hari Ke- (gr)
I II III IV V
1 150 142.9 141.5 141.29 141.29
2 150 139.8 137.14 137.06 137.06
3 150 137.4 136.46 136.14 136.14
Absorbsi
1. Absorbsi = 8,71 : 141,29 x 100% = 6,2 %
2. Absorbsi = 12,94 : 137,06 x 100% = 9,4 %
3. Absorbsi = 13,86 : 136,14 x 100% = 10,1 %
rata-rata = 8,57 %
c) Pengujian Berat Jenis Pasir Alam
Volume awal = 100 ml
Berat pasir = 150 gr
No. Volume Air + Pasir
(ml)
Volume Pasir
(ml)
1 154 54
2 154 54
3 152 54
1. BJ = 150 : 54 = 2,78 gr/ml
2. BJ = 150 : 54 = 2,78 gr/ml
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
3. BJ = 150 : 52 = 2,88 gr/ml
Rata-rata 2,81 gr/ml
d) Pengujian Bobot Isi Pasir Alam
Berat bejana = 10680 gr
Berat bejana + pasir =33380 gr
Berat bejana + air =25680 gr
Berat pasir = berat bejana + pasir – berat bejana
= 22700 gr
Berat air = berat bejana + air – berat bejana
= 15000 gr
Bobot isi = berat pasir : berat air
= 22700 : 15000
= 1,5
e) Kadar Lumpur Pasir Alam
No. Kering Oven (gr) Kering oven setelah di cuci
(gr)
1 149.3 145.07
2 149.21 144.76
3 149.25 144.55
1. KL = 4,93 : 145,07 x 100% = 3,4 %
2. KL = 5,24 : 144,76 x 100% = 3,6 %
3. KL = 5,5 : 144,55 x 100% = 3,7%
Rata-rata = 3,5%
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
f) Pengujian Distribusi Pasir
Lubang Berat (%) (%)
tertinggal
(%)
tembus
Ayakan Tertinggal (gr) tertinggal Komulatif komulatif
9,6 0 0 0 100
4,8 3.5 0.7 0.7 99.3
2,4 15.2 3.04 3.74 96.26
1,2 48.3 9.66 13.4 86.6
0,6 139.3 27.86 41.26 58.74
0,3 140.1 28.02 69.28 30.72
0,15 117 23.4 92.68 7.32
<0,15 36.6 7.32 100 0
500 100 321.06
MKB = 321,06 : 100 = 3,21
g) Pengujian Berat Jenis Pasir SSD
Volume awal = 110 ml
Berat pasir = 150 gr
BJ = berat pasir : volume pasir
No. vol. pasir + air
(ml)
vol. pasir
(ml)
1 165 55
2 165 55
3 164 54
1. BJ = 150 : 55 = 2,73 gr/ml
2. BJ = 150 : 55 = 2,73 gr/ml
3. BJ = 150 : 54 = 2,78 gr/ml rata-rata = 2,75 gr/ml
h) Pengujian Kadar Air Pasir SSD
Berat kering oven 1. 152,32 gr
2. 151,03 gr
3. 150,84 gr
KA = (berat awal – kering oven) x 100%
Kering oven
1. KA = 2,68 : 152,32 x 100% = 1,8 %
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
2. KA = 3,97 : 151,03 x 100% = 2,6 %
3. KA = 4,16 : 150,84 x 100% = 2,8 %
KA rata-rata 2,4 %
G. PEMBAHASAN
a. Kadar zat organik, hasil pengujian kami terhadap pasir didapat bahwa setelah di
lakukan pengujian menandakan kadar zat organic dari pasir tersebut tidak
melebihi batas syarat lolos uji, yang berarti pasir aman untuk digunakan
kebutuhan struktur bangunan.
b. Pengujian absorbs air kami menunjukan nilai 8,57 % untuk pasir dapat menyerap
air. Pada dasarnya pengujian absorbs ini tidak memiliki standar khusus
c. Pengujian berat jenis pasir berfungsi untuk menentukan mix design beton, pada
dasarnya berat jenis pasir dibagi 3 jenis yaitu BJ ringan yaitu kurang dari 2.4 ,BJ
normal 2,4 sampai dengan 2,8 dan BJ berat yaitu lebih dari 2,8 sedangkan pasir
kami tepat pada 2,8 yaitu pasir dengan BJ normal.
d. Pengujian bobot isi pasir yang telah kami kerjakan menunjukan nilai 1,51. Pada
umumnya bobot isi tidak memiliki standar khusus
e. Kadar lumpur pasir alam kami berdasar pengujian yang telah kami lakukan
menunjukan nilai 3,5% yang berarti pasir kami memenuhi standar untuk
digunakan kebutuhan proyek karena standar maksimum 5%.
f. Pada pengujian berat jenis pasir SSD kami yaitu 2,75. Pengujian ini berguna untuk
menentukan mix design beton yang akan kami buat.
g. Kadar air pasir SSD kami yaitu 2,4% . Hasil pengujian ini berguna untuk rencana
mix design pada saat pencampuran dengan bahan lain untuk structural bangunan
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
h. Dengan Modulus kehalusan butir (MKB) sebesar 3,21. Pada umumnya pasir
mempunyai modulus kehalusan butir antara 1,5 – 3,8 (SK SNI S–04– 1989–F hal.
28). Jadi dalam pengujian kami pasir tersebut benar termasuk pasir karena mkb
masuk antara 1,5-3,8. Dan termasuk kedalam zone 2 yaitu berdasarkan grafik
gradasi zone pasir dibawah ini.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan pada hasil-hasil pengujian yang kami kerjakan kami tarik
kesimpulan yaitu pasir yang kami pilih telah memenuhi standar SNI maka aman dan
baik untuk dipergunakan sebagai komposisi dalam adukan beton structural yang
selanjutnya akan kami buat.
I. SARAN-SARAN
Untuk bahan bangunan seperti pasir sendiri sebaiknya diambil dari lokasi
tertentu yang memiliki jenis pasir yang baik. Banyak hal yang harus diperhatikan
termasuk hal-hal yang menyangkut pengujian-pengujian yang akan dilakukan pada
pasir tersebut. Selain itu perlu dilakukan perawatan pada pasir ini dengan
memperhatikan tempat penyimpanan pasir dan penggunaannya secara tepat dan sesuai
prosedur.
0
20
40
60
80
100
120
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 9,6
Pe
rse
n
ø Ayakan
Gradasi Pasir Zone 2
Batas Bawah
Batas Atas
% Tembus Komulatif
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
PENGUJIAN KERIKIL
A. TUJUAN
Mengetahui karakteristik agregat sebagai bahan adukan dalam pembuatan
beton dengan mengacu pada SNI
B. MATERI PENGUJIAN
1. Pengujian Gores Kerikil
2. Pengujian Absorbsi Kerikil
3. Pengujian Bobot Isi Kerikil
4. Pengujian Bentuk Kerikil
5. Pengujian Berat Jenis Kerikil SSD
6. Pengujian Berat Jenis Kerikil Alami
C. DASAR TEORI
Menurut SK SNI T-15-1991-03, agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil
disintregasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri
pemecahan batu dan mempunyai ukuranbutir 5 mm- 40mm.
Agregat kasar didefinisikan sebagai butiran yang tertahan saringan 4,75 mm(No. 4
standar ASTM). Agregat kasar sebagai bahan campuran untuk pembentukan beton
dapat berupa kerikil atau batu pecah . Kerikil ialah bahan yang terbentuk dari
disintegrasi batu-batuan ,sedangkan batu pecah ialah bahan yang diperoleh dari hasil
pemecahan batu yang lebih besar.
Parameter yang umum digunakan untuk menilai kualitas agregat kasar adalah
ketahanan terhadap abrasi. Ketahanan agregat kasar terhadap abrasi dapat diketahui
dengan penujian abrasi /keausan dengan menggunakan mesin Los Angeleos.
Mekanisme pengujian abrasi ini diatur dalam ASTM 131-85. Kehilangan berat
akibat pengujian abrasi ini tidak boleh melebihi 50% berat semula.
Syarat-syarat untuk agregat kasar sesuai standar PBI 1971/NI-2 pasal 3.4 , yaitu :
1. Agregat kasar harus terdiri dari butiran - butiran keras dan tidak berpori.
Agregat kasar yang mengandung butir – butir pipih hanya dapat dipakai
apabila jumlah butir – butir tersebut tidak melebihi dari 20% berat agregat
seluruhnya. Butir-butir agregat kasr tersebut harus bersifat kekeal artinya tidak
pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca.
2. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan dari
berat kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
melalui ayakan0,063 mm. Apabila kadar lumpur melebihi 1% maka agregat harus
dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan.
3. Agregat kasr tidak boleh mengandung zat-zat yang dapt merusak beton seperti
reaktif alkali.
4. Keausan dari butir –butir agraget kasr diperiksa dengan mesin Los Angelos
dengan syarat-syarat tertentu.
5. Agregat kasar terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan tidak
melewati saringan 5 mm.
6. Besar butiran agregat maksimal tidak boleh lebih dari 1/5 jarak terkecil antar
bidang-bidang samping dari cetakan, 1/3 dari tebal plat, atau ¾ dari jarak bersih
minimalantara batang-batang atas berkas tulangan.
Tabel 2. Persyaratan Gradasi Agregat Kasar ASTM C. 33-84
(Sumber : Concrete Technology, Neville & Brooks, 1987)
Ukuran Saringan (mm) Presentase Lolos
Saringan (%)
50 100
38 95-100
19 35-70
9,5 10-30
4,75 0-5
7. Kadar bagian yang lemah diuji dengan goresan batang tembaga, mak 5 %. (SII
0052-80)
D. ALAT DAN BAHAN
1. Pengujian Gores Kerikil
a. Alat
Batang Tembaga
Timbangan
b. Bahan
Kerikil
2. Pengujian Absorbsi Kerikil Alam
a. Alat
Timbangan
Ember
Piring
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
Oven
b. Bahan
Kerikil 500 gr
Air
3. Pengujian Berat Jenis Kerikil Alam
a. Alat
Timbangan
Piring
Gelas Ukur
b. Bahan
Kerikil 450 gr
Air 300 ml
4. Pengujian Bobot Isi Kerikil Alam
a. Alat
Bejana
Jangka Sorong
Timbangan
b. Bahan
Kerikil
5. Pengujian Bentuk Kerikil
a. Alat
Jangka sorong
Piring
Alat gores
Timbangan
b. Bahan
Kerikil 600 gr
6. Pengujian Berat Jenis Kerikil SSD
a. Alat
Timbangan
Piring
Gelas Ukur
Ember
b. Bahan
Kerikil SSD 450 gr
Air 300 ml
D. LANGKAH KERJA
a) Pengujian Gores Kerikil
1. Menyiapkan bahan dengan menimbang kerikil seberat 100 gram
2. Mengambil satu per satu kerikil
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
3. Menggoreskan batang tembaga ke setiap permukaan kerikil
4. Mengamati hasilnya
b) Pengujian Absorbsi Kerikil Alam
1. Merendam kerikil 500gr kedalam air selama 24 jam
2. Kemudian setelah 24 jam kerikil ditiriskan dan ditimbang masing-masing 150
grx3 sampel
3. Masukkan kerikil tersebut kedalam hingga mendpatkan berat tetap
4. Kemudian setelah mendapatkan berat tetap timbang kerikil yang telah kering
oven
c) Pengujian Berat Jenis Kerikil Alam
1. Menyiapkan kerikil alam sebanyak 3 sampel masing – masing 150gr
2. Memasukkan kerikil yang telah ditimbang kedalam gelas ukur yang telah diisi
dengan air hingga volume 100ml
3. Amati dan catat perbedaan volume pada gelas ukur
d) Pengujian Bobot Isi Kerikil Alam
1. Menimbang berat bejana
2. Mengisi bejana tersebut dengan pasir alam sampai penuh tanpa dipadatkan
3. Menimbang pasir + bejana tersebut
4. Mengisi bejana dengan air, kemudian menimbang bejana+air
e) Pengujian Bentuk Kerikil Alam
1. Menyiapkan kerikil alam sebanyak 3 sampel masing-masing 200 gr
2. Sebelum mengujigores terlebih dahulu menguji bentuk kerikil dengan cara
mengklasifikasikan bentuk kerikil (pipih,lonjong,baik)
3. Setelah menguhi bentuk kemudian menguji gores kerikil dengan cara
menggoreskan kerikil dengan alat penggores(apabila kerikil tersebut pecah berarti
kerikil tersebut tidak lulus uji gores dansebaliknya apabila kerkil tersebut tidak
pecah berarti kerikil tersebut lulus uji gores)
f) Pengujian Berat Jenis Kerikil SSD
1. Menyiapkan kerikil SSD sebanyak 3 sampel masing – masing 150gr
2. Memasukkan kerikil yang telah ditimbang kedalam gelas ukur yang telah diisi
dengan air hingga volume 100ml
3. Amati dan catat perbedaan volume pada gelas ukur
F. HASIL PENGUJIAN
1. Pengujian gores
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
Berat yang jelek = 18,52 gram
Berat yang bagus = 81,48 gram
2. Pengujian adsorbsi
No
Hari ke-
1 2 3 4 5
1 155 gr 151,83 gr 150,83 gr 150,56 gr 150,56 gr
2 155 gr 150,44 gr 150,26 gr 150,21 gr 150,21 gr
3 155 gr 148,93 gr 148,86 gr 148,85 gr 148,85 gr
3. Pengujian berat jenis
No Volume awal Volume setelah
kerikil masuk
Volume
pertambahan
1 110 ml 170 ml 60 ml
2 110 ml 168 ml 58 ml
3 110 ml 169 ml 59 ml
4. Pengujian bobot isi
Berat bejana kosong = 10880 gr
Berat bejana + kerikil = 31120 gr
Berat bejana + air = 25600 gr
5. Pengujian bentuk
No Berat pipih
(gram)
Berat bulat
(gram)
Berat lonjong
(gram)
1 8,89 146,22 44,81
2 9,06 169,96 20,81
3 7,26 172,28 20,4
6. Pengujian berat jenis SSD
Berat kerikil setiap sampel = 150 gram
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
No Volume air
(gram)
Volume air+kerikil
(gram)
Volume
kerikil
(gram)
1 120 184 64
2 120 180 60
3 120 181 61
E. ANALISIS DATA
1. Pengujian gores
% berat yang jelek =
100% = 18,52 %
2.Pengujian adsorbsi
% adsorbsi =
1) Adsorbsi =
2) Adsorbsi =
3) Adsorbsi =
Adsorbsi rata – rata = 3,4
3. Pengujian berat jenis
BJ 1 =
BJ 2 =
BJ 3 =
BJ rata – rata =2,54 gr/ml
4. Pengujian bobot isi
Berat air = 25600-10880=14720 gr
Berat kerikil = 31120-10880=20240 gr
Bobot isi =
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
5. Pengujian bentuk
%bentuk pipih + lonjong =
Sampel 1 =
Sampel 2 =
Sampel 3 =
% rata-rata = 18,2 % 20 %
6. Pengujian berat jenis SSD
BJ =
BJ 1 =
BJ 2 =
BJ rata – rata = 2,43 gr/ml
H. PEMBAHASAN
1. Pengujian Gores Kerikil
Dari pengujian diperoleh hasil % yang jelek = 18,52%. Agregat ini bisa
digunakan sebagai bahan adukan beton walaupun standarnnya maksimum
5%. Dengan catatan kerikil split yang digunakan diganti atau ditambahkan
kerikil split yang keras. Pada pengujian ini dimungkinkan pada saat
pengambilan kerikil split tidak mengambil secara acak.
2. Pengujian Absorbsi Kerikil Alam
Dari pengujian ini diperoleh hasil adsorbs sebesar 3,4. Dari pengujian ini
hanya untuk mengetahui penyerapan air oleh kerikil.
3. Pengujian Berat Jenis Kerikil Alam
Dari pengujian ini diperoleh hasil BJ = 2,54 gr/ml. Kerikil yang diuji
termasuk dalam agregat normal karena sekitar 2,1 – 2,7 adalah agregat
normal.
4. Pengujian Bobot Isi Kerikil Alam
Didapatkan hasil bobot isi 1,34 ,digunakan untuk perhitungan dalam
perencanaan adukan beton.
5. Pengujian Bentuk Kerikil
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
Diperoleh hasil % bentuk pipih+lonjong adalah 18,2 %. Berarti bisa
digunakan sebagai bahan adukan beton karena kurang dari 20%.
6. Pengujian Berat Jenis Kerikil SSD
Diperoleh hasil BJ SSD adalah 2,46 gr/ml berate termasuk dalam
agregatnormal karena sekitar 2,1 – 2,7 adalah agregat normal.
I. KESIMPULAN
1. Pengujian Gores Kerikil
Agregat yang diuji dapat digunakan untuk adukan beton yang akan dibuat.
2. Pengujian Absorbsi Kerikil Alam
Dari pengujian ini diperoleh hasil adsorbs sebesar 3,4. Dari pengujian ini
hanya untuk mengetahui penyerapan air oleh kerikil.
3. Pengujian Berat Jenis Kerikil Alam
Agregat yang diuji termasuk dalam agregat normal dan dapat digunakan
untuk adukan beton
4. Pengujian Bobot Isi Kerikil Alam
Didapatkan hasil bobot isi 1,34 ,digunakan untuk perhitungan dalam
perencanaan adukan beton.
5. Pengujian Bentuk Kerikil
Kerikil yang diuji dapat digunakan sebagai bahan adukan beton karena %
pipih + lonjong kurang dari 20% berarti memenuhi standar.
6. Pengujian Berat Jenis Kerikil SSD
Diperoleh hasil BJ SSD adalah 2,46 gr/ml berate termasuk dalam
agregatnormal karena sekitar 2,1 – 2,7 adalah agregat normal.
Kesimpulan Secara Umum yaitu kerikil split yang diujikan dapat digunakan sebagai bahan
adukan beton karena sudah sesuai dengan SNI.
J. SARAN-SARAN
- Tidak lupa memberi label pada piring yang akan dioven
- Memilih timbangan yang presisi
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
- Tidak lupa memperhatikan ketelitian dalam setiap pengujian
- Sering-sering mengecek kerikil yang dioven agar tidak hilang
- Mendokumentasikan setiap pengujian
- Pada pengujian bobot isi tidak boleh dipadatkan, harus kondisi gembur
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
PENGUJIAN SEMEN
A. TUJUAN
Mengetahui karakteristik semen sebagai bahan pengikat dalam pembuatan beton
dengan mengacu pada SNI
B. MATERI PENGUJIAN
1. Pengujian Bobot Isi
2. Pengujian Berat Jenis
3. Pengujian Kehalusan Semen
C. DASAR TEORI
1. Semen Portland
Semen berfungsi untuk merekatkan butir-butir agregat agar terjadi
suatu masa yang padat dan juga mengisi rongga-rongga diantara butiran-
butiran agregat. Semen yang dimaksud di dalam konstruksi beton ialah bahan
yang akan mengeras jika bereaksi dengan air dan lazim dengan nama semen
hidrolik (hydraulicsemen). Salah satu jenis semen yang biasa dipakai dalam
pembuatan beton ialah semen portland (Portland semen).
Dalam pedoman beton 1989 disyaratkan bahwa semen Portland untuk
pembuatan harus merupakan jenis-jenis yang memenuhi syarat-syarat SNI
0013-18 ―Mutu dan Cara Uji Semen‖. Pada penelitian ini digunakan jenis 1,
yaitu semen Portland yang digunakan untuk tujuan umum.
D. ALAT DAN BAHAN
1. Pengujian Berat Jenis Semen
a. Alat
Timbangan
Gelas Ukur
Piring
b. Bahan
Semen 300 gr
Minyak Tanah 300 ml
2. Pengujian Kehalusan Smen
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
a. Alat
Timbangan
Ayakan
Kuas
b. Bahan
Semen 100 gr
3. Pengujian Bobot Isi Semen
a. Alat
4. Piring
5. Timbangan
6. Literan ukuran 1 liter
b. Bahan
Semen
Air
E. LANGKAH KERJA
a) Pengujian Berat Jenis Semen
1. Menuangkan minyak tanah yang sudah disaring kedalam gelas ukur setinggi 100
cc
2. Menimbang semen Portland 100 gr (3x sampel)
3. Memasukkan sebagian semen Portland tadi kedalam gelas ukur sehingga volume
minyak tanah ditambah semen menjadi 110 cc
4. Mengaduk dengan hati-hati sehingga semen betul-betul larut dalam minyak tanah
5. Apabila tinggi permukaan larutan kurang dari 110 cc, menambahkan semen lagi
hingga permukaan larutan persis 110 cc
6. Menimbang sisa semen, misal (B2=sisa semen)
7. Volume semen yang masuk minyak tanah 10 cc
8. Berat semen yang masuk minyak tanah = 100-B2
b) Pengujian Kehalusan Semen
1. Menimbang semen Portland seberat 100 gr
2. Menuangkan semen kedalam susunan ayakan 1,2 mm dan 0,09 mm
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
3. Menggoyangkan susunan ayakan ersebut dengan tangan kira-kira dengan
kecepatan 125 kali per menit
4. Sesudah 25 kali goyangan putar ayakan 90 derajat, lakukan goyangan selanjutnya
selama 20 menit
5. Mengayak lagi sisa ayakan pada 0,09 mm dengan sikat selama kurang lebih 15
menit
6. Mengumpulkan sisa ayakan 0,09 mm dan menimbang sisa semen tersebut
c) Bobot Isi Semen
1. Memasukkan semen ke dalam tabung (literan)
2. Menimbang tabung+semen
3. Mengeluarkan atau membesihkan tabung tersbut dari semen
4. Mengisi tabung (literan) dengan air
5. Menimbang air+tabung
F. HASIL PENGUJIAN
a. Pengujian berat jenis semen
N o Berat semen awal
(gram)
Berat semen sisa
(gram)
Berat semen masuk
bejana (gram)
1 100 77,75 22,25
2 100 72,9 27,1
3 100 74,5 25,5
b. Pengujian kehalusan semen
Berat diatas ayakan 0,09 mm = 0,26 gram
c. Pengujian bobot isi
Data hasil pengjian :
Berat bejana kosong = 241 gram
Berat bejana + air = 1208 gram
Berat bejana + semen = 1232 gram
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
G. ANALISIS DATA
a. Berat jenis semen
BJ =
BJ sampel 1 =
=2,225 ⁄
BJ sampel 2 =
=2,71 ⁄
BJ sampel 3 =
=2,55 ⁄
b. Kehalusan semen
% berat diatas ayakan =
100% =0,26 % 10%
c. Bobot isi semen
Berat bejana + air – berat bejana= 1208-241= 967 gram
Berat bejana + semen – berat bejana=1232-241= 991 gram
Bobot isi =
= 1,03
H. PEMBAHASAN
1. Pengujian Berat Jenis
Untuk BJ semen yang kami uji hasilnya 2,5 gr/ml dan bisa dikatakan
tidak berada jauh dari standar yang ditentukan. Semen yang kami uji
dapat digunakan sebagai bahan adukan beton.
2. Pengujian Kehalusan Semen
Berat semen yang tertahan di atas ayakan 0,09 mm = 0,26 % dari berat
total. Semen yang kami uji memenuhi standar SNI karena kurang dari
10%
3. Pengujian Bobot Isi
Dari pengujian yang kami lakukan diperoleh hasil bobot isi 1,03.
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
I. KESIMPULAN
1. Pengujian Berat Jenis
Untuk BJ semen yang kami uji hasilnya 2,5 gr/ml. semen yang kami
uji dapat digunakan sebagai bahan adukan beton.
2. Pengujian Kehalusan Semen
Semen yang kami uji dapat digunakan sebagai bahan adukan beton
karena memenuhi standar SNI yang sudah ditentukan.
3. Pengujian Bobot Isi
Dari pengujian yang kami lakukan diperoleh hasil bobot isi 1,03.
Kesimpulan secara umum yaitu Pengujian semen yang dilakukan sudah sesuai dengan
SNI. Sehingga semen yang diujikan dapat digunakan sebagai adukan beton.
J. SARAN-SARAN
- Tidak memadatkan pada pengujian bobot isi harus kondisi gembur
- Tidak lupa membersihkan sisa-sisa semen dalam ayakan dengan kuas
- Memperhatikan ketelitian dalam setiap pengujian
- Mendokumentasikan setiap pengujian
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
PENGUJIAN BETON
A. TUJUAN
Memahami dan dapat membuat rancangan beton metode SNI sesuai dengan
langkah perencanaan sesuai dengan keadaan bahan dasar yang ditetapkan dan dengan
target kekuatan tertentu.
B. MATERI PENGUJIAN
7. Kuat tekan beton normal
8. Kuat tarik beton berserat (kawat)
C. DASAR TEORI
Sifat-Sifat Beton
a. Beton Segar
i. Workability
Workability adalah sifat mudah dikerjakan, yaitu sifat yang dimiliki oleh
beton segar yang mudah dalam pengerjaan mulai dari proses pengadukan,
pengangkutan, penuangan,pencetakkan, proses fiishing, sampai proses perawatan atau
curring. Terjadinya adalah pada saat beton dikerjakan atau pada saat pengerjaan.
Sifat ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Kadar Air
2. FAS (Faktor Air Semen)
3. Sifat Agregat
4. Kadar Agregat Halus
5. Lumlah semen
6. Admixture
7. Alat yang digunakan dalam proses pengadukan dan pencampuran
ii. Bleding
Bleding adalah proses terjadinya pemisahan butiran halus naik ke atas dalam
hal ini adalah (pasir dan air), ini terjadi pada saat beton segar di padatkan, maka dari
itu pada saat pemadatan beton segar di padatkan diusahakan supaya tidak terlalu lama
dalam pemadatannya.
Bleding dipengaruhi beberapa faktor yaitu :
1. Cara pemadatan
2. Kadar Air
3. Admixture
c. Kohesifnes
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
Kohesifnes adalah sifat untuk saling melekatnya bahan-bahan beton. Sifat ini
terjadi pada saat bahan-bahan beton dicampur dengan air.
Sifat ini di pengaruhi oleh :
1. Kehalusan semen
2. Kadar Air
3. Permukaan Agregat
d. Segregasi
Segregasi adalah pemisahan bahan-bahan beton, yaitu terjadi pada saat beton
dituangkan kedalam cetakan atau begesting juga pada saat dipadatkan. Untuk
mengecor agar tidak terjadi segregasi untuk kolom ketinggiam penuangan campuran
beton maximal setiap 1 m tinggi kolom dibuat lubang untuk penuangan
Sifat ini dipengaruhi oleh :
1. Jarak atau tinggi jatuh saat beton dituangkan.
2. Sifat agregat.
3. Kadar agregat kasar.
4. Admixture.
a. Setting time
Setting time (waktu pengikatan) adalah sifat beton atau khususnya semen
untuk mengikat dan mengeras. Sifat ini terjadi pada saat beton dicampur dan diaduk
dengan air kemudian didiamkan.
Sifat ini dipengaruhi oleh :
1. Jenis semen
2. FAS (Faktor Air Semen)
3. Suhu disekitar
4. Admixture
b. Beton Keras
Kuat Tekan Beton
Dalam peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1971: 39) bahwa kuat tekan adalah
bahan kontruksi yang mempuyai sifat kekuatan tekan yang khas, apabila diperiksa dengan
sejumlah besar benda-benda uji, nilainya akan menyebar sekitar suatu nilai rata-rata.
Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa kekuatan beton yang dihasilkan dari beberapa
benda uji setelah diuji dengan tekan dengan menggunakan mesin tekan meempuyai nilai
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
rata-rata yang merupakan kekuatan beton secara umum dapat diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk menahan kekuatan tertentu. Namun untuk lebih jelasnya berikut ini
dikemukakan beberapa pendapat .menurut Nawy, (1990 : 41) bahwa : "kekutan tekan fc
ditentukan dengan silinder standar ukuran 6 x 12 inci yang di rawat
dibawah kondisi standar labolatorium pada kecepatan penbebanan tertentu pada umur 28
hari". Chu-Kia Wang dan Salmo (1993: 9) menyatakan bahwa kuat tekan beton adalah
kekuatan tekan beton didalam lb/ in2
dari pengetesan benda uji yang berbentuk silinder
dengan diameter 6 inci (150 cm) dan tinggi 13 inci (300 mm) pada hari ke 28 setelah benda
uji dibuat. Perbandingan kekuatan beton pada berbagai benda uji pada PBI 1971:33 dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Benda uji Perbandingan kekuatan tekan
Kubus 15 x15 x15 cm
Kubus 20 x20 x 20 cm
Slinder 15 x 30 cm
1,00
0,95
0,83
Sumber : (Peraturan Beton Bertulang 1971 NI -2)
Kekuatan adalah sifat utama yang harus dimiliki oleh beton, sebab beton yang tidak
cukup menurut kebutuhan menjadi tidak berguna. Sifat ini berguna untuk menahan terjadinya
kerusakan yang diakibatkan oleh pengaruh tegangan yang timbul akibat adanya beban atau
faktor lain. Kekuatan tekan beton didefenisikan sebagai tegangan yang terjadi dalam benda
uji pada pemberian beban hingga benda uji tersebut hancur. Pengukuran kuat tekan beton
didasarkan pada SK SNI M 14 -1989 F (SNI 03-1974-1990). Beban yang bekerja atau
terdistribusi secara kontinyu melalui titik berat, kemudian dihitung dengan rumus
Rumus kuat tekan Fc =
Fc = kuat tekan beton (MPa) P = beban (kg)
A = luas penampang (mm2)
Rumus kuat tarik beton fct =
Fct = Kuat tarik beton (MPa) P = beban (kg)
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
D = diameter silinder beton (mm) L = panjang/tinggi silinder beton (mm)
Apabila tidak ditentukan dengan percobaan untuk keperluan perhitungan atau pemeriksaan
mutu beton maka perbandingan kekuatan beton pada berbagai umur dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 2. Perbandingan kekuatan beton pada berbagai umur
Umur (hari) 3 7 14 21 28 90
Semen Portland 0,40 0,65 0,85 0,95 1,00 1,20
Semen portland dengan kekuatan awal yang tinggi 0,55 0,75 0,90 0,95 1,00 1,15
Sumber : (PBI 1971: 34) Kuat tekan beton merupakan faktor yang utama dan penting untuk
diperhatikan di dalam pelaksanaan pengecoran dilapangan. Yang kemudian akan kami garis
bawahi adalah terkait umur beton dan kuat tekan karakteristik yang dimilikinya pada umur
tersebut. Rata-rata, beton mencapai kekuatan tekan karakteristik rencananya pada umur 28
hari. Pada umur tersebut kuat tekan karakteristik beton mencapai kekuatan rencananya.
Bahan Penyusun Beton
- Semen (Portland Cement)
- Agregat halus (pasir)
- Agregat kasar (kerikil atau batu pecah)
- Air
- Bahan tambah (admixtures: plasticizer, pozolan, dll) jika diperlukan
Sifat Yang Mempengaruhi Kuat Tekan Beton
1. Faktor Air Semen
FAS dibuat ideal :
- Serendah mungkin sampai proses hidrasi semen dan workability terpenuhi
sehingga kepadatannya sempurna (tidak keropos).
- FAS yang tinggi menyebabkan beton berpori banyak.
- FAS yang tinggi juga menyebabkan sifat plastis dan daya lekat semen berkurang.
2. Umur Beton
Umur tinggi kepadatan beton juga tinggi begitu pula dengan kuat tekannya.
Waktu Pengujian 3 hari 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
3. Suhu
Pengaruh suhu terhadap beton sebagai berikut. Pada suhu tinggi (panas) pertambahan
kekuatan pada awalnya akan tinggi. Sedangkan pada suhu rendah pertambahan
kekuatan lama-kelamaan akan mencapai kekuatan 100 %, tetapi dalam waktu yang
lebih lama. Sehingga untuk suhu ideal dalam proses perawatan beton adalah (20-
30oC). Apabila semakin tinggi suhu maka proses terjadinya reaksi akan semakin
cepat. Suhu perawatan diatas 50 C˚ dapat merusak beton karena semen mengeras
terlalu cepat.
4. Jenis Semen
Jenis semen sangat berpengaruh pada kekuatan beton, karena tiap tipe semen
memiliki karakteristiknya masing-masing.
Semen tipe 1 (normal portland cement)
Jenis portland semen yang digunakan untuk konstruksi beton pada umumnya,
yaitu tidak memerlukan sifat khusus.
Semen tipe 2 (modified portland cement)
Semen jenis ini memiliki panas hidrasi yang lebih rendah dan keluarnya panas
lebih rendah dari semen tipe 1.
Semen tipe 3 (high earl strength portland cement)
Jenis semen ini memiliki kekuatan awal yang tinggi.
Semen tipe 4 (low heat portland cement)
Semen jenis ini digunakan pada konstruksi yang memerlukan panas hidrasi
serendah-rendahnya.
Semen tipe 5 (Sulfate resisting portland cement)
Jenis semen yang digunakan pada konstruksi atau bangunan yang terdapat
pada tempat yang mengandung sulfat yang tinggi.
5. Jenis Agregat
Agregat dibagi jenisnya menjadi dua macam, yaitu alami dan pecah. Agregat alami
diperoleh langsung dari alam tanpa diolah. Bentuk agregat alami lebih besar
dibanding agregat pecah dan memiliki keseragaman. Sebaliknya agregat pecah.
6. Kepadatan
Prosentase terhadap
umur 28 hari 40 % 65 % 88 % 95 % 100 %
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
Proses pemadatan beton setelah beton segar dituang, menjadi salah satu penentu kuat
tekan beton. Untuk itu beton dituang tiap sepertiga volume silinder cetakan, kemudian
ditusuk dengan tusuk baja sebanyak 25 kali merata dan kuat, agar beton tidak
berlubang atau porous.
7. Admixture
Admixture memiliki tujuan untuk mencapai kekuatan pada saat beton belum ataupun
telah berumur 28 hari. Adapun tujuan yang lainnya adalah untuk megurangi jumlah
air yang akan digunakan dengan nilai slump tetap tinggi. Yang jelas admixture tidak
bertujuan untuk menambah kekuatan beton itu sendiri, jadi pada umur 28 hari beton
yang menggunakan bahan tambah admixture akan mempunyai kekuatan seperti yang
telah direncanakan.
8. Kadar Semen
Kadar semen yang rendah apabila digunakan untuk membuat beton akan
menghasilkan kekuatan tekan beton yang rendah pula. Namun penggunaan kadar
semen yang terlalu tinggipun tidak menjamin kalau kuat tekan beton akan tinggi.
Dalam hal ini kadar semen memiliki nilai optimum untuk mencapai kekuatan yang
diinginkan.
Rancang campur beton yang benar akan menghasilkan terpenuhinya:
Kelecakan/ workability; kemudahan pengerjaan beton segar untuk diangkut,
dituang, dipadatkan, dan dilakukan finishing.
Kekuatan mekanik; pada umumnya didasarkan pada kekuatan tekan beton.
Keawetan/ durability; ketahanan terhadap perubahan cuaca, serangan kimiawi zat
agresif, abrasi dan proses perusakan (deterioration) lainnya.
Biaya konstruksi yang ekonomis.
Frekuensi Pengujian
Benda uji untuk uji kekuatan setiap mutu beton yang dicor setiap hari harus diambil
dari tidak kurang dari sekali sehari, atau tidak kurang dari sekali untuk setiap 110 m3
beton, atau tidak kurang dari sekali untuk setiap 460 m2 luasan permukaan lantai atau
dinding.
Pada suatu pekerjaan pengecoran, jika volume total adalah sedemikian hingga
frekuensi pengujian yang disyaratkan oleh butir di atas hanya akan menghasilkan
jumlah uji kekuatan beton kurang dari lima untuk suatu mutu beton, maka benda uji
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
harus diambil dari paling sedikit lima adukan yang dipilih secara acak atau dari
masing-masing adukan bilamana jumlah adukan yang digunakan adalah kurang dari
lima.
Jika volume total dari suatu mutu beton yang digunakan kurang dari 38 m3,maka
pengujian kekuatan tekan tidak perlu dilakukan bila bukti terpenuhinya kekuatan
tekan diserahkan dan disetujui oleh pengawas lapangan.
Suatu uji kekuatan tekan harus merupakan nilai kekuatan tekan rata-rata dari paling
sedikit dua silinder 150 kali 300 mm atau paling sedikit tiga silinder 100 kali 200 mm
yang dibuat dari adukan beton yang sama dan diuji pada umur beton 28 hari atau pada
umur uji yang ditetapkan untuk penentuan f‘c.
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat :
- Cetakan silinder - Alat uji slump - Alat Capping
- Ember - Pengggaris - Kompor
- Mesin pengaduk - Penampung adukan - Mesin uji
- Besi penumbuk - Sendok spesi - Selang air
- Gelas ukur - Timbangan - Obeng
2. Bahan :
Kuat Tekan Beton :
- Semen = 12,5 kg
- Air = 6,56 liter
- Kerikil = 32,75 kg
- Pasir = 22,3 kg
Kuat Tarik Beton :
- Semen = 12,5 kg
- Air = 6,56 liter
- Kerikil = 30,3 kg
- Pasir = 24,8 kg
- Kawat = 0,125 kg
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
E. LANGKAH KERJA PERHITUNGAN MIX DESIGN
A) Langkah Kerja Dalam Perancangan Mix Design Beton Untuk Beton Normal (Kuat
Tekan Beton)
1. Penetapan kuat tekan beton yang disyaratakan (f’c) pada umur 28 hari yaitu
22,5 MPa.
2. Penetapan deviasi standar (sd)
Deviasi standar ditentukan berdasarkan tingkat mutu pengendalian pelaksanaan
pencampuran beton. Makin baik mutu pelaksanaan makin kecil nilai deviasi
standarnya. Deviasi standar yang ditetapkan yaitu 4,2.
Tabel nilai deviasi sandar berbagai tingkat pengendalian mutu pekerjaan.
No. Tingkat pengendalian mutu pekerjaan MPa
1 Memuaskan 2,8
2 Sangat baik 3,5
3 Baik 4,2
4 Cukup 5,6
5 Jelek 7,0
6 Sangat Jelek 8,4
3. Penghitungan nilai tambah (margin/M)
Jika nilai tambah dihitung berdasarkan nilai deviasi (sd), maka dilakukan dengan
rumus M = k .sd. dengan nila pengendaian 4,2 (baik), sedangkan nilai k anka nila
kepercayaan dalam statistik adalah 95 % = 1,34.
Maka M = k.sd
= 1,34 . 4,2
= 5,63 Mpa
4. Menetapkan kuat tekan beton rata-rata (f’cr) yang direncanakan
Diperoleh dengan kuat tekan beton rata-rata dengan rumus :
f’cr = f’c + M
= 22,5 + 5,63
= 28,13 MPa
5. Pentapan jenis semen portland
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
Menurut PUBI 1982 di Indonesia PC dibedakan menjadi 5 jenis yaitu jenis I,II,III,IV
dan V. Untuk beton normal atua didaerah yang tidak ada pengaruh keasaman dan lain-
lain, maka dapat digunakan PC Jenis I atau dapat disebut juga Type 1.
6. Penetapan jenis agregat
Agregat yang digunakan yaitu Agregat halus = Pasir Alami Progo
Agregat kasar = Kerikil Split Krasak
7. Penetapan faktor air semen (fas)
Dengan berdasarkan jenis semen yang dipakai dan kuat tekan rata-rata silinder beton
yang direncanakan pada umur 28 hari menggunakan grafik sebagai berikut :
Diperoleh FAS = 0,525
28,13
0,525
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
8. Penetapan faktor air semen maksimum
Agar beton tidak cepat rusak maka ditetapkan fas maksimum, dengan cara mengambil
nilainya berdasrkan tabel 5. Jika nilai fas maksimum lebih rendah daripada nilai fas
langkah (7) maka nilai maksimum ini yang digunakan.
Untuk misal daerah sleman bangunan didirikan didaerah non korosif maka fas
maksimum = 0,60
9. Penetapan nilai slump
Nilai slump ditentukan berdasarkan pemakaian beton pada konstruksi apa, pada tabel
8, kita tetapkan nilai slump pada konstruksi pelat, kolom, balok dan dinding yaitu kita
tetapkan 10 ± 2 cm (8-12cm)
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
10. Penetapan butir agregat maksimum
Berdasarkan ukuran agregat maksimum dilapangan alami pecah (20 mm),
menyesuaikan atau ¾ kali jarak tulangan yang rapat (pada balok), kita tetapkan adalah
alami-alami dengan diameter maksimum 20 mm.
11. Jumlah air yang diperlukan per meter kubik
Berdasarkan ukuran maksimum agregat, jenis agregat, dan slump yang diinginkan,
dilihat dari tabel 9, bila agregat halus dan kasar dipakai jenis yang berbeda maka
menggunakan rumus A = 0,67 Ah + 0,33 Ak
A = Jumlah air ( )
Ah = Jumlah air yang diperlukan menurut jenis agregat halus
Ak = Jumlah air yang diperlukan menurut jenis agregat kasar
A = 0,67.(195) + 0,33.(225)
= 130,65 + 74,25
= 204,9
Maka kebutuhan air adalah 204,9 lt/m3
12. Hitungan berat semen yang diperlukan
berat semen per meter kubik beton dihitung dengan membagi jmlah air (langkah 11
dengan fas yang diperoleh pada langkah (7 atau 8) tergantung mana nilainya kecil.
fas =
semen =
=
= 390,3 kg/m
3
maka berat semen yang diperlukan adalah 390,3 kg/m3
13. Kebutuhan semen minimum
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
Kebetuhan semen minimum ditetapkan berdasarkan tabel 5, kebutuhan semen
minimum ini diperlukan untuk menghindari kerusakan akibat lingkungan khusus.
Kebutuhan semen minimum berdasarkan tabel 5 yaitu 275 kg/m3
14. Penyesuaian kebutuhan semen
Bila kebutuhan semen yang diperoleh pada langkah (12) ternyata lebih sedikit
daripada kebutuhan semen minimum (yang nilainya lebih besar)
390,3 kg/m3
> 275 kg/m3
maka kita memakai yang 390,3 kg/m3
15. Penyesuaian jumlah air atau faktor air semen
Jika jumlah semen ada perubahan akibat langkah (14) maka nilai faktor air semen
berubah dan dihitung ulang. Jumlah air 204,9 lt/m3 (tetap).
16. Penentuan daerah gradasi agregat halus
Berdasarkan gradasi (analisis ayak) agregat halus yang dipakai sesuai dengan hasil
analisis ayak masuk daerah yaitu Zone 2.
17. Perbandingan agregat hals dan kasar
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
Penetapan dilakukan dengan melihat butir maksimum agregat kasar, nilai slump, fas,
dan daerah gradasi (zone) agregat halus berdasarkan grafik 4b berikut
Didapat dari grafik diatas nilai prosentase agregat halus yaitu
= 40,5%
Maka prosentase = Kebutuhan agregat halus = 40,5%
Kebutuhan agregat kasar = 59,5%
18. Berat jenis agregat campuran
Berat jenis agregat campuran dihitung dengan rumus =
BJ campuran =
= 1,11375+1,44585
= 2,56
19. Penentuan berat jenis beton
36
45
0,525
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
Dengan menggunakan data berat jenis campuran dari langkah (18) dan kebutuhan air
tiap meter kubik betonnya maka dengan grafik pada gambar 5, dapat diperkirakan
berat jenis betonnya.
Dari grafik tersebut Berat Jenis Beton yaitu 2315 kg/m3
20. Kebutuhan agregat campuran
Dihitung dengan cara mengurangi berat beton per meter kubik dengan kebutuhan air
dan semen.
Kebutuhan agregat campuran = 2315-204,9-390,3 = 1719,8 kg/m3
~(1720 kg/m3)
21. Kebutuhan agregat halus yang diperlukan
Cara menghitung kebutuhan agregat halus adalah mengalikan kebutuhan agregat
campuran dengan prosentase berat agregat halus.
Ah = 40,5% x 1720 kg/m3 = 696,6 kg/m
3
22. Kebutuhan agregat kasar yang diperlukan
Cara menghitung kebutuhan agregat kasar yang diperlukan adalah dengan mengalikan
kebutuhan agregat campuran dengan prosentase berat agregat kasar.
204,9
2315
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
Ak = 59,5% x 1720 kg/m3= 1023,4 kg/m
3
23. Kebutuhan semen, air, pasir, kerikil (untuk 1 adukan = 6 silinder)
Ukuran silinder :
Tinggi (t) = 30 cm (0,3m)
Diameter (d) = 15 cm (0,15 m)
Volume silinder = ¼.π.d2.t
= ¼.π.0,152.0,3
= 0,0053014 m3
Kebutuhan 6 silinder = 6 x 0,0053014 m3
= 0,0318086 m3~ (0,032 m
3)
Jadi volume 1 adukan (6 silinder) untuk kebutuhan semen, air, pasir dan kerikil adalah 0,032
m3.
No. Bahan Adukan Kebutuhan Jumlah (kg)
1 Semen Portland 390,3 kg/m3x 0,032 m
3 12,5
2 Air 204,9 kg/m3x 0,032 m
3 6,56
3 Kerikil 1023,4 kg/m3x 0,032 m
3 32,75
4 Pasir 696,6 kg/m3x 0,032 m
3 22,30
∑ Kebutuhan 6 Silinder 74,11
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
FORMULIR MIX DESIGN (RANCANGAN BETON)
NO. Uraian Tabel/grafik/perhitungan Hasil
1 Kuat tekan yang disyaratkan
umur 28 hari (f‘c)
Ditetapkan 22,5 MPa
2 Deviasi standar (sd) 4,2 Mpa
3 Nilai margin (M) M = k.sd 5,63 Mpa
4 Kuat tekan rata-rata F‘cr = f‘c + M 28,13 MPa
5 Jenis semen (PC) Ditetapkan Tipe I
6 Jenis agregat halus Ditetapkan Alami
Jenis agregat kasar Ditetapkan Split
7 Faktor air semen (fas) Grafik gambar 1 0,525
8 Faktor air semen maksimum
Dipakai fas terendah
Tabel 5 0,525
9 Nilai slump 80-120 mm
10 Ukuran maksimum agregat Ditetapkan ¾ jarak
tulangan
20 mm
11 Kebutuhan air Tabel 9 204,9 kg/m3
12 Kebutuhan semen Hasil no (11) : (8) 390,3 kg/m3
13 Kebutuhan semen minimum Ditetapkan tabel PUBI 275 kg/m3
14 Dipakai kebutuhan semen 390,4 kg/m3
15 Jumlah air yang disesuaikan Hasil no (14)x(8) 204,9 kg/m3
16 Daerah gradasi agregat halus Analisa ayak agregat halus Zone 2
17 Prosentase agregat halus Grafik gambar 4.b 40,5 %
18 Berat jenis agregat campuran 2,56
19. Berat jenis beton Grafik gambar 5 2315 kg/m3
20 Kebutuhan agregat Hasil no (19)-(11)-(14) 1720 kg/m3
21 Kebutuhan agregat halus Hasil no (17)x(20) 696,6 kg/m3
22 Kebutuhan agregat kasar 0,595x1720 1023,4 kg/m3
Kesimpulan :
Volume
Berat total
(kg/m3)
Air
(kg/lt)
Semen
(kg)
Agregat
Halus
(kg)
Agregat
Kasar
(kg)
1 m3 2315 204,9 390,4 696,6 1023,4
1 adukan 74,11 6,56 12,5 22,30 32,75
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
B) Langkah Kerja Dalam Perancangan Mix Design Beton Untuk Beton Berserat (Kuat
Tarik Beton)
1. Penetapan kuat tarik beton yang disyaratakan (f’c) pada umur 28 hari yaitu 2,25
MPa.
2. Penetapan deviasi standar (sd)
*) Sama seperti beton normal
3. Penghitungan nilai tambah (margin/M)
Jika nilai tambah dihitung berdasarkan nilai deviasi (sd), maka dilakukan dengan
rumus M = k .sd. dengan nila pengendaian 4,2 (baik), sedangkan nilai k anka nila
kepercayaan dalam statistik adalah 95 % = 1,34.
Maka M = k.sd
= 1,34 . 4,2
= 5,63 Mpa x 10 % = 0,563 MPa
4. Menetapkan kuat tekan beton rata-rata (f’cr) yang direncanakan
Diperoleh dengan kuat tekan beton rata-rata dengan rumus :
f’cr = f’c + M
= 2,25 +0.5,63
= 2,813 MPa
5. Pentapan jenis semen portland
*) Sama seperti beton normal
6. Penetapan jenis agregat
*) Sama seperti beton normal
7. Penetapan faktor air semen (fas)
*) Sama seperti beton normal
8. Penetapan faktor air semen maksimum
*) Sama seperti beton normal
9. Penetapan nilai slump
*) Sama seperti beton normal
10. Penetapan butir agregat maksimum
*) Sama seperti beton normal
11. Jumlah air yang diperlukan per meter kubik
*) Sama seperti beton normal
12. Hitungan berat semen yang diperlukan
*) Sama seperti beton normal
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
13. Kebutuhan semen minimum
*) Sama seperti beton normal
14. Penyesuaian kebutuhan semen
*) Sama seperti beton normal
15. Penyesuaian jumlah air atau faktor air semen
*) Sama seperti beton normal
16. Penentuan daerah gradasi agregat halus
*) Sama seperti beton normal
17. Perbandingan agregat hals dan kasar
Penetapan dilakukan dengan melihat butir maksimum agregat kasar, nilai slump, fas,
dan daerah gradasi (zone) agregat halus berdasarkan grafik 4b berikut
Maka prosentase = Kebutuhan agregat halus = 45 %
Kebutuhan agregat kasar = 55 %
45
0,525
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
18. Berat jenis agregat campuran
Berat jenis agregat campuran dihitung dengan rumus =
BJ campuran =
= 1,2375+1,3365
= 2,57
19. Penentuan berat jenis beton
*) Sama seperti beton normal
20. Kebutuhan agregat campuran
*) Sama seperti beton normal
21. Kebutuhan agregat halus yang diperlukan
Cara menghitung kebutuhan agregat halus adalah mengalikan kebutuhan agregat
campuran dengan prosentase berat agregat halus.
Ah = 45% x 1720 kg/m3 = 774 kg/m
3
22. Kebutuhan agregat kasar yang diperlukan
Cara menghitung kebutuhan agregat kasar yang diperlukan adalah dengan mengalikan
kebutuhan agregat campuran dengan prosentase berat agregat kasar.
Ak = 55% x 1720 kg/m3= 946 kg/m
3
23. Kebutuhan semen, air, pasir, kerikil (untuk 1 adukan = 6 silinder)
Jadi volume 1 adukan (6 silinder) untuk kebutuhan semen, air, pasir dan kerikil adalah
0,032 m3.
No. Bahan Adukan Kebutuhan Jumlah (kg)
1 Semen Portland 390,3 kg/m3x 0,032 m
3 12,5
2 Air 204,9 kg/m3x 0,032 m
3 6,56
3 Kerikil 946 kg/m3x 0,032 m
3 30,3
4 Pasir 774 kg/m3x 0,032 m
3 24,8
∑ Kebutuhan 6 Silinder 74,16
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
FORMULIR MIX DESIGN (RANCANGAN BETON)
NO. Uraian Tabel/grafik/perhitungan Hasil
1 Kuat tarik yang disyaratkan
umur 28 hari (f‘ct)
Ditetapkan 2,25 MPa
2 Deviasi standar (sd) 4,2 Mpa
3 Nilai margin (M) M = k.sd 0,563 Mpa
4 Kuat tekan rata-rata F‘cr = f‘ct + M 2,813 MPa
5 Jenis semen (PC) Ditetapkan Tipe I
6 Jenis agregat halus Ditetapkan Alami
Jenis agregat kasar Ditetapkan Split
7 Faktor air semen (fas) Grafik gambar 1 0,525
8 Faktor air semen maksimum
Dipakai fas terendah
Tabel 5 0,525
9 Nilai slump 80-120 mm
10 Ukuran maksimum agregat Ditetapkan ¾ jarak
tulangan
20 mm
11 Kebutuhan air Tabel 9 204,9 kg/m3
12 Kebutuhan semen Hasil no (11) : (8) 390,3 kg/m3
13 Kebutuhan semen minimum Ditetapkan tabel PUBI 275 kg/m3
14 Dipakai kebutuhan semen 390,4 kg/m3
15 Jumlah air yang disesuaikan Hasil no (14)x(8) 204,9 kg/m3
16 Daerah gradasi agregat halus Analisa ayak agregat halus Zone 2
17 Prosentase agregat halus Grafik gambar 4.b 45 %
18 Berat jenis agregat campuran 2,57
19. Berat jenis beton Grafik gambar 5 2315 kg/m3
20 Kebutuhan agregat Hasil no (19)-(11)-(14) 1720 kg/m3
21 Kebutuhan agregat halus Hasil no (17)x(20) 774 kg/m3
22 Kebutuhan agregat kasar 0,595x1720 946 kg/m3
Kesimpulan :
Volume
Berat total
(kg/m3)
Air
(kg/lt)
Semen
(kg)
Agregat
Halus
(kg)
Agregat
Kasar
(kg)
1 m3 2315 204,9 390,4 774 946
1 adukan 74,16 6,56 12,5 24,8 30,3
Kawat 0,125 kg (1% x berat semen)
F. LANGKAH KERJA PEMBUATAN SILINDER BETON
1. Menyiapkan alat dan bahan sesuai dengan takaran yang telah direncanakan.
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
2. Menuangkan bahan pada tempat yang disediakan/membagi masing-masing bahan
pada kotak atau ember yang tersedia, agar mempermudah memasukkan bahan ke
mesin pengaduk beton.
3. Menyiapkan cetakan silinder dan merangkainya apabila cetakan masih terpisah
dari pasangannya. Kemudian mengolesi oli pada bagian dalam cetakkan,
bertujuan agar saat melepas beton tidak melekat dan beton mudah dilepaskan dari
cetakan.
4. Membersihkan mesin pengaduk dengan selang air hingga bersih, kemudian
menyiapkan alat sebagai penampung adukan beton, apabila adukan beton sudah
homogen disamping bawah mesin pengaduk.
5. Menuangkan sebagian air kedalam mesin mengaduk, kemudian menuangkan
sebagian kerikil, selanjutnya menuangkan sebagian semen, terakhir menuangkan
sebagian pasir. Proses penuangan bahan tersebut berulang-ulang sesuai urutannya
hingga semua bahan masuk. Pada beton serat taklupa menuangkan kawat sebagai
serat pada beton serat setelah kerikil tertuang.
6. Ditengah-tengah proses penuangan bahan, kemudian mematikan mesin pengaduk
sebentar, kemudian membersihkan adukan yang menempel pada dinding supaya
dapat tergiling/mix, sehingga adukan menjadi homogen. Selanjutnya melanjutkan
proses penuangan bahan pada mesin pengaduk.
7. Setelah adukan homgen/trcampur rata maka kemudian menggerakkan mesin
pengaduk untuk menuangkan adukan ketempat penampung adukan. Dituang
hingga semua adukan keluar, apabila masih ada adukan yang menempel di bagian
dalam, kemudian dibersihkan dengan memakai sendok spesi.
8. Segera melakukan pengujian slump dengan alat penguji slump.
Dalam menguji nilai slump pada adukan beton dibutuhkan alat-alat diantaranya
sebagai berikut :
a. Corong abrams yang berbentuk konus berlubang pada kedua ujungnya. Bagian
bawah berdiameter 20cm sedangkan bagian atas berdiameter 10 cm, serta
tinggi 30 cm.
b. Tongkat baja yang berbentuk silinder dengan diameter 16 mm dan panjang 60
cm,dengan kedua ujungnya yang berbentuk bulat.
Langkah – langkah pengujian slump:
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
a. Mula – mula corong diletakkan ditempat yang rata dan tidak menghisap
air(dengan diameter yang besar dibawah.
b. Masukan adukan 1/3 dari volume corong kedalam corong abrams tersebut dengan
hati-hati dan corong dipegang erat-erat agar tidak bergerak.
c. Setelah adukan dimasukan kedalam corong adukan tersebut dipadat dengan cara
ditumbuk/ditusuk dengan togkat baja 25 kali.
d. Kemudian masukan lagi adukan beton sampai corong terisi 2/3 bagian lalu ditusuk
lagi 25 kali(jangan sampai mengenai lapisan yang pertama.
e. Masukan lagi adukan beton sampai penuh lalu tumbuk lagi 25kali(jangan sampai
mengenai lapisan yang dibawahnya.
f. Kemudian meratakan adukan sesuai permukaan corong. Setelah itu menunggu 60
detik.
g. Apabila sudah 60 detik, lalu menarik corong lurus keatas. Kemudian ukurlah
penurunan permukaan atas adukan beton setelah menarik corong. Besarnya
penurunan adukan tersebut merupakan nilai slump.
9. Setelah mengetahui nilai slump, kemudian menuangkan adukan pada kelima
cetakan silinder. Dengan cara menuangkan 1/3 volume dan menusuk dengan
batang baja 25 kali. Lalu memasukkan adukan sampai 2/3 volume silinder dan
menumbuk 25 kali. Kemudian memnuhi silinder dengan adukan lalu tumbuk lagi
25 kali dan kemudian meratakannya, dan melakukan lagi pada masing-masing
cetakan silinder berikutnya.
10. Memukul cetakan silinder yang sudah terisi penuh dengan palu kayu, yang
bertujuan untuk meratakan adukan pada bagian dalam.
11. Memberi label pada cetakan sesuai nama kelompok. Kemudian menyimpan
cetakan dan membiarkan selama 1 hari.
12. Membuka cetakan setelah 1 hari, menandai masing-masing silinder dengan
tanggal pembutan dan nama kelompok. Kemudian merendam beton (ini
merupakan langkah perawatan beton, untuk menjaga permukaan beton agar tetap
lembab dan menjaga proses hidrasi agar beton tidak retak-retak).
13. Mengambil beton silinder pada rendaman sehari sebelum melakukan pengujian.
14. Membiarkan mengering beton selama 24 jam, agar saat melakukan pengujian
mendapatkan hasil yang baik. Karena mengambil beton silinder lansung dari
rendaman kemudian langsung mengujinya, maka akan mendapatkan hasil yang
tidak baik/tidak pas.
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
15. Menguji kuat tekan beton normal dan kuat tarik beton berserat masing –masing
silinder.
Setiap pengujian kuat tekan beton normal ,dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Mengukur diameter permukaan, tinggi, dan menimbang berat beton yang akan
diuji tekan sebelum dicapping.
b. Melakukan capping (dengan cara memasak belerang untuk mencairkannya
kemudian menuangkan pada cetakan capping, selanjutnya permukaan sisi
yang kasar dicapping pada cetakan) agar sisi yang tidak rata menjadi rata.
c. Pengujian kuat tekan rata-rata dilakukan beton dengan kondisi berdiri dan
permukaan yang dicapping berada diatas. Kemudian menguji dengan mesin
desak.
Setiap pengujian kuat tarik beton berserat dilakukkan dengan cara :
a. Mengukur diameter, panjang, dan menimbangnya beton serat tersebut.
b. Beton serat tidak perlu di capping, beton serat diuji dengan kondisi tertidur,
sebelumnya mengganti lempengan alas penguji beton yaitu lempengan baja
yang besar dan 2 lempengan baja pesegi pada sisi atas dan bawah beton.
c. Menguji kuat tarik dengan mesin pendesak.
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
G. HASIL PENGUJIAN
1. BETON NORMAL
Target kekuatan beton 22,5 MPa dengan dibuat pada tanggal 2 April 2015
No Tanggal
Pengujian
Umur
(hari)
Ukuran
(cm) Luas
(cm2)
Berat
(kg)
Beban
(kg)
Hasil
Uji
(MPa)
Nilai
Slump
(cm) D T
1 9 April ‗15 7 15,195 30,03 181,34 12.200 32.500 17,9 11,5
2 9 April ‗15 7 14,985 29,98 176,3 12.100 33.000 18,7 11,5
3 23 April ‗15 21 15,15 30,24 180,26 12.120 44.000 24,4 11,5
4 30 April ‗15 28 15,25 30,14 182,65 12.360 46.500 25,5 11,5
5 30 April ‗15 28 15,02 29,81 177,186 12.060 44.000 24,8 11,5
*Hasil uji kuat tarik dihitung dengan rumus fc =
2. BETON BERSERAT
Beton dengan serat kawat seberat 1% dari berat semen. Beton berserat dengan target
kuat tarik 2,25 MPa yang dibuat pada tanggal 17 April 2015.
No Tanggal
Pengujian
Umur
(hari)
Ukuran
(cm) Berat
(kg)
Beban
(kg)
Hasil
Uji
(MPa)
Nilai
Slump
(cm) D L
1 23 April ‗15 7 15,10 30,03 12.300 19.500 2,74 14,5
2 23 April ‗15 7 14,96 29,94 12.200 18.000 2,56 14,5
3 30 April ‗15 14 15,09 29,88 12.320 17.000 2,4 14,5
4 30 April ‗15 14 15,07 30,02 12.180 18.000 2,53 14,5
5 30 April ‗15 14 14,85 30,01 12.110 20.000 2,86 14,5
**Hasil uji kuat tarik beton dihitung dengan rumus fct =
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
H. ANALISIS DATA
1. Beton Normal
Kuat tekan beton normal umur 7 hari
F‘c1 =
F‘c2 =
=
=
= 179 kg/cm2
= 187 kg/cm2
= 17,9 MPa = 18,7 Mpa
F‘c umur 28 hari
F‘c = f‘c umur 7 hari x konversi
F‘c1 =
F‘c1 =
= 27,54 MPa = 28,77 MPa
Kuat tekan beton normal umur 21 hari
F‘c3 =
=
= 244 kg/cm2 = 24,4 Mpa
F‘c umur 28 hari
F‘c3 =
= 25,68 Mpa
Kuat tekan beton normal umur 28 hari
F‘c4 =
F‘c5 =
=
=
= 255 kg/cm2
= 248 kg/cm2
= 25,5 MPa = 24,8 Mpa
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
No benda
uji
Kuat tekan 28 hari
(f‘c) (f‘c-f‘cr) (f‘c-f‘cr)
2
1 27,54 -0,59 0,3481
2 28,77 0,64 0,4096
3 25,68 -2,45 6,0025
4 25,5 -2,63 6,9169
5 24,8 -3,33 11,0889
Jumlah 132,29 24,766
*) f‘cr = 28,13 Mpa
Kuat tekan rata-rata =
=
= 26,458 MPa
Hasil kuat tekan karakteristik beton umur 28 hari
Jadi F’crhasil < F’crrencana
26,458 MPa < 28,13 MPa
2. Beton berserat
Kuat tarik beton berserat umur 7 hari
F‘ct1 =
F‘ct2 =
=
=
= 274 kg/cm2 x10% = 256 kg/cm
2 x10%
= 2,74 MPa = 2,56 MPa
F‘c umur 28 hari
F‘ct1 =
F‘ct3 =
= 4,21 MPa = 3,94 MPa
Kuat tarik beton berserat umur 14 hari
F‘ct3 =
F‘ct4 =
=
=
= 240 kg/cm2 x10% = 253 kg/cm
2 x10%
= 2,4 MPa = 2,53 MPa
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
F‘ct5 =
=
= 286 kg/cm2 x10%
= 2,86 MPa
F‘ct umur 28 hari
F‘ct3 =
F‘ct4 =
F‘ct5 =
= 2,82 MPa = 2,98 MPa = 3,36 MPa
No benda
uji
Kuat tarik 28 hari
(f‘ct) (f‘ct-f‘ctr)
(f‘c-f‘cr)2
1 4,21 1,397 1,952
2 3,94 1,127 1,270
3 2,82 0,007 0,000049
4 2,98 0,167 0,028
5 3,36 0,547 0,299
Jumlah 17,31 3,549
*) f‘cr = 2,813 Mpa
Kuat tarik rata-rata =
=
= 3,46 MPa
Jadi F’crthasil > F’crtrencana
3,46 MPa > 2,813 MPa
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
I. PEMBAHASAN
a. Beton Normal
Pengujian beton normal ini, pada adukan beton yang telah dibuat diperoleh
nilai slump 11,5 cm. Nilai slump tersebut sesuai yang diharapkan yaitu antara 8-
12 cm.
Beton normal yang diuji 5 buah silinder beton dengan ukuran luas penampang
yang bervariasi. Diperoleh hasil F‘cr pada umur 28 hari sebesar 26,458 MPa, yang
demikian hasil tersebut lebih besar dari F‘cr yang direncanakan pada umur 28 hari
yaitu sebesar 28,13 MPa. Maka dalam pembuatan mix design ini belum berhasil
sama dengan f‘cr yang direncanakan pada umur 28 hari atau belum melebihi yang
direncanakan.
Dimungkinkan dalam pengujian tersebut kondisi agregat tidak SSD, karena
terlalu basah. Dan dimungkinkan kondisi beton tidak benar-benar kering saat mau
diuji desak. Karena pada saat itu kami melakukan pengujian kuat tekan untuk
beton pertama dan kedua pada hari kedua tidak diangkat dari rendaman sehari
sebelum pengujian dikarenakan pada saat itu sore laboratorium bahan bangunan
sudah ditutup. Kami mengangkat untuk beton pertama dan kedua beberapa jam
sebelum pengujian.
b. Beton Berserat
Pengujian beton serat ini digunakan serat kawat sebesar 0,125 kg (1% dari
berat semen). Pengujian beton serat adalah pengujian kuat tarik, sehinga beton
diuji dengan cara ditidurkan. Beton serat tersebut adukannya memiliki nilai slump
14,5 cm, sehingga nilai slump tersebut tidak sesuai dengan nilai slump yang
diinginkan. Dimungkinkan mungkin kondisi agregat tidak SSD terlalu banyak air,
walaupun kami tidak memasukkan semua air yang dibutuhkan. Namun beton serat
tersebut yang diujikan 5 buah silinder memiliki F‘crt pada umur 28 hari sebesar
3,46 MPa yang nilai tersebut lebih besar dari nilai F‘crt yang direncanakan pada
umur 28 hari yaitu sebesar 2,813 MPa (yang diambil 10% dari rencana Fcrt beton
normal. Maka pada pengujian kuat tarik beton serat ini berhasil melebihi Fcrt
rencana walaupun nilainya slumpnya tidak sesuai yang diharapkan.
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
J. KESIMPULAN
1. Kuat tekan karakteristik beton normal (fcr) umur 28 hari adalah 23,14
MPa. Yang demikian praktikum dalam mix design kuat tekan beton
normal belum sesuai dan belum memenuhi yang direncanakan.
2. Kuat tarik karakteristik beton serat (fcrt) umur 28 hari adalah 3,46 MPa.
Yang demikian praktikum dalam mix design kuat tarik beton serat sudah
memenuhi yang direncanakan.
K. SARAN-SARAN
- Agregat yang akan digunakan harus pada kondisi SSD agar nilai slump sesuai
yang diinginkan
- Mengangkat beton dari rendaman sehari sebelum pengujian, agar hasil kuat
tekan dan tarik maksimal
- Membersihkan sisa-sisa adukan dalam mesin pengaduk apabila berganti
dengan kelompok lain sampai tidak ada lagi adukan yang masih menempel.
- Selalu memperhatikan K3
- Menggunakan helm praktik, masker, sepatu proyek dan sarung tangan apabila
dibutuhkan
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
PENGUJIAN BAJA
A. TUJUAN
Mengetahui visual baja dan nilai kuat taik baja pada tulangan beton sesuai dengan
SNI.
B. MATERI PENGUJIAN
4. Pengujian Visual Baja
5. Pengujian Kuat Tarik
C. DASAR TEORI
Pengertian Baja
Baja terletak di antara besi tuang dan besi tempa. Besi tuang mengandung
sejumlah besar karbon, sedangkan besi tempa sangat sedikit. Besi tuang amat baik
untuk dipakai sebagai bagian struktur yang menahan gaya desak, sebaliknya besi
tempa baik untuk menahan gaya tarik. Baja dapat dipakai untuk bagian struktur yang
menahan desak maupun tarik.
Baja merupakan perpaduan antara besi dan karbon. Besi murni tanpa paduan
karbon tidak dapat kuat, tetapi bila dipadu dengan karbon kekuatannya bertambah.
Bila besi dipadu dengan karbon disebut baja, tetapi jika besi dipadu dengan logam
lain hasilnya disebut baja paduan (steel alloy).
Baja dapat dibedakan menjadi tiga jenis sesuai dengan jumlah karbonnya,
yaitu :
a. Baja dengan sedikit karbon (deed steel), atau baja lunak atau baja struktur. Baja
ini mengandung karbonsampai 0,25%. Contoh penggunaan baja jenis ini adalah
pada propil dan beton.
b. Baja dengan karbon sedang (medium steel), baja ini mengandung karbon antara
0,25% - 0,7 %.
c. Baja dengan karbon banyak (high carbon steel). Baja ini mengandung karbon
antara 0,7% - 1,5 %
Faktor Yang Mempengaruhi Sifat-Sifat Baja
Kekuatan, elastisitas, daktilitas, dan sebagainya merupakan sifat penting yang dimiliki
baja. Sifat-sifat tersebut dipengaruhi oleh hal-hal berikut ini.
1. Kandungan Karbon
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
Semakin banyak kandungan karbon, baja semakin keras dan kuat, akan tetapi
sifat daktilitasnya semakin berkurang.
2. Kandungan bahan lain
Belerang
Kandungan belerang dibawah 0,1% tidak mempengaruhi sifat baja. Sifat dapat
ditempa berkurang pada temperatur tinggi. Kelebihan belerang mengakibatkan
baja kurang kuat maupun daktilitasnya berkurang.
Silikon
Kandungan silikon dibawah 0,2% tidak mempengaruhi sifat baja. Bila
kandungan silikon berlebihan kekuatan maupun elastisitas baja agak naik,
tanpa mengurangi sifat daktilitasnya.
Mangaan
Kandungan mangaan hingga 1% sedikit menaikan kekuatan baja. Akan tetapi
diatas 1,5% baja menjadi sangat getas sehingga tidak banyak dipakai.
3. Pemanasan
Sifat-sifat baja dapat diubah sesuai dengan keinginan dengan cara pemanasan dan
pendinginan baja yang terkontrol baik.
PUBI-1982 Pasal 74 BAJA TULANGAN BETON
Baja tulangan beton adalah baja yang berbentuk batang yang digunakan untuk
penulangan beton. Dalam perdagangan juga disebut besi beton.
Berdasarkan bentuknya, baja tulangan terdiri dari baja tulangan polos dan baja
tulangan sirip (deform). Baja tulangan polos (BJTP) merupakan batang baja yang
permukaannya licin atau rata. Baja tulangan sirip (BJTD) merupakan batang dengan
bentuk permukaan khusus untuk mendapatkan pelekatan (bonding) pada beton yang
lebih baik daripada baja tulangan polos pada luas penampang yang sama.
Baja tulangan sirip harus memenuhi syarat berikut :
1. Jarak antara dua sirip melintang tidak boleh lebih dari 0,7 diameter
nominal.
2. Tinggi sirip tidak boleh kurang dari0,05 diameter nominal.
3. Sirip melintang tidak boleh membentuk sudut kurang dari 45 derajat
terhadap sumbu batang.
4. Diameter nominal baja tulangan sirip (deform) dihitung dengan
rumus berikut :
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
dn = 12,74 √ (mm)
dengan B = berat tulangan per meter panjang (kg/m)
Jenis-jenis baja tulangan sirip :
1. Batang baja tulangan bersirip teratur
2. Batang baja tulangan yang dipuntir
Baja tulangan juga harus memenuhi syarat visual sebagai berikut.
1. Tidak boleh mengandung serpih-serpih
2. Tidak boleh ada lipatan-lipatan pada permukaan
3. Tidak boleh ada retak-retak
4. Tidak boleh bergelombang(untuk baja polos)
5. Tidak boleh ada cerna-cerna yang dalam
Rumus-rumus hitungan kuat tarik tulangan baja menurut SNI 07-2529-1991
Kuat tarik baja beton
Fs =
Prosentase perpanjangan s
S =
Keterangan notasi :
Lt =pajang total benda uji, mm
Lo =panjang ukur semula benda uji, mm
Do =diameter terkecil benda uji, mm
D =diameter contoh, mm
h =panjang bagian benda uji yang terjepit pada mesin tarik
r =jari-jari cekungan, bagian benda uji yang konis, mm
p =panjang vagian benda uji yang berbentuk konis, mm
Diameter, berat dan ukuran sirip menurut SNI 07-2052-2002
Diameter dan berat per meter baja tulangan beton polos seperti tercantum pada Tabel 1.
Diameter, ukuran sirip dan berat per meter baja tulangan beton sirip seperti tercantum pada
Tabel 2.
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
a) Luas penampang nominal (L)
L =
(cm
2) dibulatkan sampai 4 angka berarti
b) Keliling nominal (K)
K = 0,3142 x d (mm) dibulatkan sampai 1 angka desimal
c) Berat = 0,785 x L (kg/m) dibulatkan sampai 3 angka berarti
d) Jarak sirip melintang maksimum = 0,70 d dibulatkan sampai 1 angka desimal
e) Tinggi sirip minimum = 0,05 d dibulatkan sampai 1 angka desimal
Tinggi sirip maksimum = 0,10 d dibulatkan sampai 1 angka desimal
f) Jumlah berat rusuk maksimum = 0,25 K dibulatkan sampai 1 angka desimal
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
Toleransi diameter baja tulangan beton polos dan sirip seperti pada Tabel 3
D. ALAT DAN BAHAN
1. Pengujian Visual Baja
a. Alat
Timbangan
Jangka sorong
Meteran
b. Bahan
Baja polos dan baja sirip
2. Pengujian Tarik Baja
a. Alat
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
Jangka sorong
Mesin tarik
Meteran
Gergaji besi
b. Bahan
Baja polos yang sudah dibubut 5 cm dari panjang 30 cm
E. LANGKAH KERJA
a) Pengujian Visual Baja
1. Menyiapkan baja yang akan diuji yaitu baja polos dan baja sirip.
2. Menimbang berat masing-masing baja.
3. Kemudian mengukur panjang masing –masing baja.
b) Pengujian Kuat Tarik Baja
1. Menyiapkan baja polos diameter 6,8,10 mm yang sudah dibubutkan dengan
kedalaman 1 mm-2mm dengan panjang 5 cm
2. Mengukur diameter kemudian jepitkan pada mesin kuat tarik.
3. Memberi tanda dengan menggergaji sedikit bagian yang tidak terjepit oleh mesin.
4. Menyalakan mesin, dan tunggu sampai baja yang diuji putus.
5. Mengambil baja yang diuji dan mengukur panjang setelah diuji dari bagian yang
sudah diberi tanda tadi
6. Memasukkan data panjang setelah diuji kedalam komputer
7. Kemudian hasil uji kuat tarik diprint.
F. HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS DATA
1. Pengujian Visual Baja
No. Tipe
Baja
Berat
(gram)
Panjang
(cm) Keterangan
1 TP 415 70,5 Tidak ada lengkung dan sedikit karat
2 TD 617 101,5 Tidak ada lengkung, bentuk sirip sudut
dan besarnya seragam, sedikit karat
3 TD 998 101,5 Sedikit lengkung, bentuk sirip sudut dan
besarnya seragam, sedikit karat
4 TD 1546 103 Sedikit lengkung, bentuk sirip sudut dan
besarnya seragam, sedikit karat
5 TD 2102 101,2 Tidak ada lengkung, bentuk sirip sudut
dan besarnya seragam, sedikit karat
6 TD 3037 103,7 Tidak ada lengkung, bentuk sirip sudut
dan besarnya seragam, sedikit karat
Baja tulangan tipe TP adalah baja tulangan polos
Baja tulangan tipe TD adalah baja tulangan sirip (deformed)
Untuk Baja TP berdasarkan berat per panjang (kg/m) yaitu
= 0,589 kg/m.
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
Berdasarkan tabel 1 SNI 07-2052-2002 baja TP tersebut berdiameter 10 mm,
karena hasilnya hampir mendekati 0,617 kg/m. Dengan penamaan baja tulangan
polos tersebut P.10.
Diameter efektif dihitung hanya pada baja TD
De1 = 12,74√ De2 = 12,74√
= 12,74√
= 12,74√
= 9,93 mm = 12,63 mm
De3 = 12,74√ De4 = 12,74√
= 12,74√
= 12,74√
= 15,61 mm = 18,36 mm
De5 = 12,74√
= 12,74√
= 21,8 mm
Luas Penampang = ¼.π.De2
No De
(mm)
Luas Penampang*)
(cm2)
Dn**)
(cm2)
Luas Penampang***)
Nominal (cm2)
1 9,93 0,774 10 0,7854
2 12,63 1,252 13 1,327
3 15,61 1,923 16 2,011
4 18,36 2,646 19 2,835
5 21,8 3,731 22 3,801
Keterangan :
*) Luas penampang yang dihitung berdasarkan De
**) Diameter nominal yang mendekati, diambil dari tabel 2 SNI 07-2052-2002
***) Luas penampang nominal, diambil berdasarkan Dn pada tabel 2 SNI 07-2052-
2002
2. Pengujian Kuat Tarik
No.
Diameter
kecil
(mm)
Diameter
besar
(mm)
L0
(mm)
L
(mm)
Gaya
(kN)
Perpanjangan
(mm)
1 4,8 6 143 155 9,81 12
2 6,4 8 139 151 16,3 12
3 8,1 10 149 163 23,76 14
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
~ Kekuatan tarik
1. Baja pertama 2. Baja kedua 3. Baja ketiga
Fs = P/Aso Fs = P/Aso Fs = P/Aso
=
=
=
= 542 MPa = 506,9 MPa = 461,3 MPa
Fs rata-rata = (542+506,9+461,3) : 3
= 503,4 MPa ~ 50,34 kgf/mm2
~ Prosentase perpanjangan/regang
S1 =
S2 =
S3 =
=
=
=
= 8,5 % = 8,5 % = 9,5 %
Prosentase rata-rata perpanjangan/regang = (8,5+8,5+9,5) : 3
= 8,83 %
G. PEMBAHASAN
1. Visual baja
Baja untuk tulangan beton menurut SNI yang baik untuk baja tulangan polos
(TP) adalah baja yang tidak ada lengkungan/lipatan dan haya diperkenankan
sedikit karat. Agar mempermudah dalam pengerjaan tulangan beton.
Baja tulangan sirip (TD) yang baik adalah baja yang sudut siripnya sekitar 450 dan
bentuk siripnya seragam. Tidak ada lengkungan/lipatan dan hanya diperkenankan
sedikit karat.
Baja tulangan yang tersedia menurut visualnya yang dapat digunakan dalam
tulangan beton adalah : kecuali yang no 3 dan 4. Karena pada baja tulangan sirip
tidak boleh ada lengkungan/lipatan walaupun sedikit. Hal tersebut dimungkinkan
karena pada saat pengiriman baja tersebut saling bertumpangan baja tersebut
berada dibawah karena dengan diameter kecil maka tidak kuat dan akhirnya
terjadi lipatan atau baja melengkung. Baja tulangan sirip yang no 3 dan 4 tersebut
dapat digunakan untuk tulangan beton, dengan catatan diganti degan ukuran
diameter yang sama atau pada lengkungan /lipatan tersebut dipotong karena hanya
bagian ujung.
Pada baja TP dilihat berdasarkan nilai panjang per berat nya (kg/m). Baja TP
tersebut memiliki nilai panjang per beratnya 0,589 kg/m. Nilai tersebut tidak jauh
selisihnya dengan 0,617 kg/m (SNI 07-2052-2002). Baja TP tersebut dilihat dari
panjang per beratnya memiliki diameter 10 mm. Dengan penamaan baja tulangan
polos P.10.
Pada baja tulangan sirip (TD) yang diujikan diameter efektifnya, dengan
masing-masing diameter efektif yang bervariasi. Diameter efektif tersebut
memiliki luas penampang, apabila luas tersebut dibandingkan dengan luas
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
nominalnya berdasarkan tabel 2 SNI 07-2052-2002, maka tidak terlalu besar
rentang/selisih nilainya. Dengan demikian baja tulangan polos dan sirip yang
diujikan dapat digunakan sebagai tulangan beton, karena sudah sesuai SNI 07-
2052-2002.
2. Kuat tarik
Baja polos sebelum diuji kuat tarik maka harus dibubut ditengah-tengah
sepanjang 5cm dan sedalam 1-2mm. Kemudian dijepit dan diuji kuat tarik. Baja
polos tersebut dengan bervariasi diameter. Menghasilkan kuat tarik rata-rata
sebesar 50,34 Kgf/mm2. Apabila dibandingkan dengan SNI 07-2052-2002 maka
nilai tersebut termasuk kedalam kelas BJ TP.24 yang memiliki standar minimal
kuat tariknya adalah 34 Kgf/mm2. Dengan demikian nilai hasill nilai kuat tarik
yang didapat sudah sesuai SNI 07-2052-2002. Sehinga dapat digunakan pada
tulangan beton.
Pada nilai regangan berdasarkan kuat tariknya baja polos tersebut memiliki
nilai rata-rata regangan 8,83%. . Apabila dibandingkan dengan SNI 07-2052-2002
maka nilai tersebut termasuk kedalam kelas BJ TP.24 dan minimal regangannya
adalah 18%. Dengan demikian hasil nilai rata-rata regangan tersebut tidak sesuai
SNI 07-2052-2002. Dimungkinkan memang baja polos tersebut sudah mengalami
regangan maksimal sehingga tidak bisa bertambah sesuai dengan standar yang
ada.
H. KESIMPULAN
1. Visual baja
Baja TP dan TD yang diujikan sudah sesuai dengan SNI 07-2052-2002.
Sehingga dapat digunakan sebagai tulangan beton.
2. Kuat tarik baja
Baja TP yang diujikan hasil nilai kuat tariknya sudah sesuai dengan nilai SNI
07-2052-2002. Baja tulangan polos tersebut termasuk kelas BJ TP.24. Namun
nilai regangan yang didapat tidak sesuai nilai minimal pada SNI.
I. SARAN-SARAN
Baja yang diujikan jangan bengkok. Dalam pengujian jangan sambil
bermain/bergurau agar mendapatkan hasil yang maksimal.
Tidak lupa memperhatikan K3 agar kita tetap sehat.
Jarak antara sisi atas dan bawah saat pengujian kuat tarik dibuat seimbang agar
hasilnya tepat. Perhatikan ketelitian dalam mengukur panjang dan diameter.
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
LAPORAN SEMENTARA
HASIL UJI BETON
1. BETON NORMAL
Target kekuatan beton 22,5 MPa dengan dibuat pada tanggal 2 April 2015
No Tanggal
Pengujian
Umur
(hari)
Ukuran
(cm) Luas
(cm2)
Berat
(kg)
Beban
(kg)
Hasil
Uji
(MPa)
Nilai
Slump
(cm) d t
1 9 April ‗15 7 15,195 30,03 181,34 12.200 32.500 17,9 11,5
2 9 April ‗15 7 14,985 29,98 176,3 12.100 33.000 18,7 11,5
3 23 April ‗15 21 15,15 30,24 180,26 12.120 44.000 24,4 11,5
4 30 April ‗15 28 15,25 30,14 182,65 12.360 46.500 25,5 11,5
5 30 April ‗15 28 15,02 29,81 177,186 12.060 44.000 24,8 11,5
*Hasil uji kuat tarik dihitung dengan rumus fc =
2. BETON BERSERAT
Beton dengan serat kawat seberat 1% dari berat semen. Beton berserat dengan target
kuat tarik 2,25 MPa yang dibuat pada tanggal 17 April 2015.
No Tanggal
Pengujian
Umur
(hari)
Ukuran
(cm) Berat
(kg)
Beban
(kg)
Hasil
Uji
(MPa)
Nilai
Slump
(cm) D L
1 23 April ‗15 7 15,10 30,03 12.300 19.500 2,74 14,5
2 23 April ‗15 7 14,96 29,94 12.200 18.000 2,56 14,5
3 30 April ‗15 14 15,09 29,88 12.320 17.000 2,4 14,5
4 30 April ‗15 14 15,07 30,02 12.180 18.000 2,53 14,5
5 30 April ‗15 14 14,85 30,01 12.110 20.000 2,86 14,5
**Hasil uji kuat tarik beton dihitung dengan rumus fct =
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Drs. Imam Muchoyar, M.Pd.
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
DOKUMENTASI PRAKTIKUM
Pasir Uji
Kerikil Uji
Bejana
Neraca Duduk
oven
Kadar organik
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
Bendrat Untuk Beton Serat
Mesin Uji Tekan
Jangka Sorong
Baja Tulangan
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
Belerang Untuk Piping
Baja Tulangan Setelah
Diuji Tarik
Proses Pengujian Beton Komputer UTM
Kerucut Terpancung
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
Proses Pemasakan
belerang
Proses capping Beton akan Diuji tekan
dan tarik
Beton hasil capping Posisi dan proses
beton di uji tekan
Hasil kerusakan beton
akibat diuji tekan
Jarum monitor
penunjuk desak
maks
Kerusakan beton
akibat uji tarik
Cara pengujian
beton Serat
Cara uji nilai
Slump
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015 Kelompok 1_kelas 2C
Daftar Pustaka Samekto, Wuryati, dkk. - . Teknologi Beton. Yogyakarta.
Kardiyono Tjokrodimuljo. 1996. Teknologi Beton. Yogyakarta : Nafiri
Anonim. 2002. SNI-03-2847-2002 : Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung. Badan Standarisasi Nasional
Anonim. 1993. SNI-03-2834-1993 : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton.
Badan Standarisasi Nasional
PUBI-1982 Pasal 74 BAJA TULANGAN BETON
SNI 07-2529-1991 tentang metode pengujian kuat tarik baja beton