Problem Kejiwaan Setadewa terhadap Nasionalisme dalamNovel Burung-Burung Manyar Karya Y.B. Mangunwijaya
Amirah Wulansari ArifinMentari International School Jakarta
(diterima 28 Juni 2015, disetujui___, revisi terakhir__)
Abstrak
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebebasan mengungkapkan pendapat adalah hak setiap
manusia, begitu juga di Negara Indonesia. Setiap warga
Negara berhak menyatakan buah pikirannya untuk kemajuan
bangsa. Banyak cara yang bisa dilakukan oleh kita sebagai
warga Negara untuk berkontribusi dalam pembangunan
Indonesia, salah satu yang dapat kita lakukan adalah
melalui meneliti aspek dan konsep yang terdapat pada
novel yang sangat legendaris yang bernama Burung-Burung
Manyar larya Y.B. Mangunwijaya.
Y.B. Mangunwijaya adalah salah satu sastrawan yang
terbesar di Indonesia. Ia juga seorang rohaniawan,
arsitek, dan budayawan. Kepeduliannya kepada rakyat kecil
sangat besar, beliau percaya bahwa betapa pentingnya
pedidikan dasar bagi masyarakat Indonesia, terutama
kelah bawah. Rasa kepeduliannya terhadap anak-anak
memotivasi dirinya untuk membuat sistem pendidikan dasar
bagi anak-anak terutama yang tiba dari keluarga kurang
mampu.
Salah satu karya sastranya yang bernama Burung-Burung
Manyar menceritakan kondisi era Agresi Militer ke 1 dan
2. Agresi Militer pertama pada tahun 1947, bercokol di
Indonesia sejak Perundingan Linggarjati, Belanda meminta
Indonesia untuk berdiri sebagai federal, namun Indonesia
menjadi Republik Indonesia Serikat. Penolakan tersebut
menyebabkan mulainya Agresi Militer pertama. Agresi
Militer kedua terjadi pada saat Belanda, kembali lagi
untuk menjaajh Indonesia setelah merdeka.
Dalam era tersebut, Indonesia sedang berjuang untuk
membebasi Ibu Pertiwi dari penjajah. Kondisi yang sangat
kritis ini, memotivasi para pejuang untuk mengeluarkan
segalanya demi Tanah Air. Namun di sisi lain, rakyat
Indonesia terbelenggung dalam mengungkapkan pikiran dan
pendapatnya. Dalam novel Burung-Burung Manyar, terdapat
konsep-konsep nasionalisme dan patriotisme yang
diggambarkan oleh tokoh-tokoh dan pejuang Indonesia.
Dari uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti
sikap dan konsep nasionalisme yang berhubungan dengan
kemerdekaan Indonesia di novel ini.
1.2 Rumusan Masalah
Dari novel karya Y.B. Mangunwijaya, saya bisa melihat
beberapa konsep nasionalime yang dapat diangkat sebagai
permasalahan dalam karya tulis ini, berikut ini adalah
masalah-masalah yang dapat didiskusikan di karya tulis:
1. Mengapa Setadewa berbalik membenci Indonesia?
2. Seberepa tinggikah rasa nasionalisme Setadewa
terhadap Indonesia?
3. Apakah nasionalisme Setadewa memberikan efek
terhadap sikap Setadewa?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan tiga permasalahan yang diangkat dalam
tulisan ini, saya bermaksud untuk menambah wacana
terhadap Problem Kejiwaan Setadewa terhadap Nasionalisme
dalam Burung-Burung Manyar yang merupakan kondisi
masyarakat padak saat penjajahan dan mengeksplor lebih
dalam pemikiran dan ekspresi masyarakat pada waktu itu.
Selain itu, tulisan ini juga bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman atas konsep nasionalism di dunia sastra.
1.4 Manfaat Penulisan
Approaches to Learning, menambah refleksi terhadap negara
sendiri dan sekaligus menambah ilmu tentang Indonesia.
Juga saya dapat mengetahui tokoh-tokoh yang hidup di era
Agresi Militer dan memecahkan masalah yang terdapat pada
karya tulis ini.
Human Ingenuity, faktor-faktor penting yang berpengaruh
dengan kehidupan sehari-hari secara sosial dan apa yang
akan saya dapatkan setelah memperoleh karya tulis
tersebut.
Health and Social Education, karya tulis ini mempengaruhi
kehidupan sehari-hari saya, tentu saja banyak hal yang
mempengaruhi kehidupan saya sehari-hari seperti
meningkatkan rasa nasionalisme di diri saya dan keluarga.
Juga, apakah karya tulis ini akan berguna untuk masa yang
akan mendatang, tentu saja pembaca akan selalu
mendapatkan ilmu dari seluruh karya tulis yang sudah
diperoleh siswa-siswi sebelumnya.
Environment, merupakan ringkasan dari sejarah
Indonesia yang perlu kita hormati, juga untuk para
pemuda-pemudi untuk menghargai pahlawan Indonesia. Sebab,
tanpa mereka kita tidak akan menempati Indonesia sekarang
1.5 Metode Penelitian dan Data
Bentuk penulisan merupakan deskritif kualitatif. Sama
halnya dengan penelitian, penulisan kualitatif adalah
salah satu metode penulisan yang menggunakan data
kualitatif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan
terhadap suatu obyek. Metode deskriptif dapat digambarkan
sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan atau melukiskan suatu keadaan atau obyek
pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak.
Tujuan utama deskriptif statistic adalah untuk
memahami fenomena atau gejala social dengan menitik
beratkan pada gambaran yang lengkap tentang fenomena yang
dikaji disbanding dengan memerincinya menjadi variable-
variabel yang saling terkait. Harapannya adalah diperoleh
pemahaman yang mendalam tentang fenomena, untuk
selanjutnya dihasilkan sebuah teori. Karena tujuannya
berbeda dengan deskriptif kuantitatif, maka prosedur
peroleh data dan jenis penulisan kuantitatif juga
berbeda.
Teknik pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh
informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan
penulisan. Karya tulis ini menggunakan salah satu teknik
pengumpulan data, yaitu studi dokumentasi. Teknik ini
dipilih mengingat obyek dari tulisan adalah analisis,
yang merupakan ungkapan perasan dari tokoh- tokokh dari
novel Burung-Burung Manyar terhadap kondisi masyarakat
dan nasionalisme di sekitar. Studi dokumentasi ini
dipilih karena dapat menjangkau jauh ke masa lalu dan
tidak langsung ditujukan kepada obyek penulisan.
2. KAJIAN TEORI
2.1 Latar Belakang Sejarah Indonesia
Sejarah Indonesia mempunyai suatu durasi waktu yang
panjang dan juga dimulai sejak zaman prasejarah oleh
“Manusia Jawa” pada masa sekitar 500.000 tahun yang lalu.
Indonesia memiliki periode sejarah yang bisa di pisah
menjadi lima grup: era pra kolonial, munculnya kerajaan-
kerajaan Hindu-Buddha serta Islam di Jawa dan Sumatera
yang terutama mengandalkan perdagangan; era kolonial,
masuknya penjajah seperti Spanyol, Portugal, Jepang dan
(terutama Belanda) yang menginginkan rempah-rempah
mengakibatkan penjajahan oleh Belanda selama sekitar 365
tahun dimulai dengan awal abad ke-17 hingga pertengahan
abad ke-20; era kemerdekaan, pasca Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia (1945) sampai jatuhnya Soekarno (1966); era
Orde Baru, 32 tahun masa pemerintahan Soeharto (1966–
1998); serta era reformasi yang berlangsung sampai
sekarang.
2.1.1 Sejarah Indonesia Periode 1934—1944
Bulan Oktober 1941, Jenderal Hideki Tojo menggantikan
Konoe sebagai Perdana Menteri Jepang. Terjadinya perang
pasifik sangat berpengaruh besar terhadap gerakan
kemerdekaan negara-negara di Asia Tenggara, termasuk
Indonesia. Tujuan Jepang menjajah Hindia-Belanda adalah
untuk menguasai sumber daya alam, guna mendukung potensi
perang Jepang serta mendukung industrinya. Jawa dirancang
sebagai pusat penyediaan bagi seluruh operasi militer di
Asia Tenggara, dan daerah Sumatera sebagai sumber minyak
utama.
Bala Tentara Nippon adalah sebutan pemerintahan
militer pada masa pemerintahan Jepang. Menurut UUD ‘45
No. 1 (7 Maret 1942), pembesar Bala Tentara Nippon
memegang militer dan segala 'kekuasaan yang dulu dipegang
oleh Gubernur Jenderal pada masa Belanda. Dalam
pelaksanaan sistem pemerintahan ini, kekuasaan atas
wilayah Indonesia dipegang oleh dua angkatan perang yaitu
angkatan darat (Rikugun) dan angkatan laut (Kaigun).
Masing-masing angkatan mempunyai wilayah kekuasaan. Lalu,
Indonesia dibagi menjadi tiga wilayah kekuasaan yaitu:
a. Daerah Jawa dan Madura dengan pusatnya Batavia
berada di bawah kekuasaan Rikugun.
b. Daerah Sumatera dan Semenanjung Tanah Melayu dengan
pusatnya Singapura berada di bawah kekuasaan
Rikugun. Daera Sumatera dipisahkan pada tahun 1943,
tapi masih berada di bawah kekuasaan Rikugun.
c. Daerah Kalimantan, Sulawesi, Nusatenggara, Maluku,
Irian berada di bawah kekuasaan Kaigun.
2.1.2 Sejarah Indonesia Periode 1945—1950
Dalam Revolusi Nasional tahun 1945—1949, sejarah
menggambarkan masa perundingan dan kebuntuan yang lama
diantara hubungan oleh Indonesia-Belanda, yang diselingi
oleh masa pertempuran yang lebih pendek. Tempat
perundingan itu sering kali berpindah tempat dari
Indonesia lalu Belanda dan kemudian ke markas PBB
(Persaruan Bangsa-Bangsa) di New York. Sementara garis
front Republik Indonesia di bawah tekanan Belanda
terpaksa berpindah dari kota-kota besar ke pedalaman.
Dalam bagian pertama tahun 1949, namun demikian akhirnya
garis front itu tidak ada lagi ketika Belanda merebut
ibukota Republik di Yogyakarta.
2.1.3 Sejarah Indonesia Periode 1968—1978
Indonesia memasuki Orde Baru. Kondisi politik,
ekonomi, sosial dan budaya di Indonesia pada tahun 1960-
1966 mulai diwarnai oleh pemerintahan Orde Baru. Orde
Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden
Soeharto di Indonesia. Orde Baru dimulai dari tahun 1966.
Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang
pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik
korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu,
kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga
semakin melebar.
Orde Baru merupakan tatanan seluruh kehidupan rakyat,
bangsa, dan negara, yang diletakan pada kemurnian
pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 dan juga dapat
dikatakan bahwa Orde Baru merupakan koreksi terhadap
penyelewangan pada masa lampau, dan berusaha untuk
menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan
stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan
bangsa. Indonesia diserang krisis keuangan dan ekonomi
Asia disertai dengan harga –harga sembako yang semakin
jatuh. Presiden Soeharto diminta rakyat untuk
mengundurkan diri atas perbuatan serakah tersebut yang
berlangsung. Krisis tersebut menjadi gejala buat
masyarakat seperti kemiskinan, kelaparan, dan kematian.
2.2 Nasionalisme
Menurut saya nasionalisme adalah suatu rasa
kebanggaan yang terdapat pada masyarakat di dalam suatu
Negara. Sebagai warga Negara Indonesia saya harus merasa
bangga dan mempunyai cukup keyakinan untuk kerja keras
masyarakat Indonesia guna mempermudah kehidupan sehari-
hari. Dalam perkembangannya nasionalisme di Indonesia
sangat kecil dan tidak banyak orang yang menghormati satu
sama lain. Salah satu contoh perilaku tersebut adalah
pertikaian antar suku dan antar pemeluk umat agama yang
berbeda.
Untuk memperbaiki runtuhnya nasionalisme di
Indonesia, yang akan saya lakukan pertama adalah mengajak
orang-orang di sekitar saya, seperti tetangga, saudara,
dan teman-teman untuk memakai produk-produk asal
Indonesia. Dengan menggunakan macam-macam produk dalam
negeri, kita bisa mempromosikan produk tersebut kepada
Negara luar dan membuktikan Negara kita bukanlah Negara
yang lemah. Kita juga bisa membantu memperbaiki tempat
wisata lokal, pantai asuhan, membuang sampah pada
tempatnya dan aktivitas lainnya untuk fasilitas dan
kenyamanan yang lebih baik.
Di Indonesia kita mempunyai banyak tempat wisata
yang telah di sediakan dan sangat dicintai masyarakat dan
turis luar negri. Contoh-contohnya adalah Bromo di Jawa
Timur, Bali, Bukit Tinggi, Pulau Seribu, dan Pulau
Komodo. Dengan mengunjungi tempat wisata tersebut kita
dapat mengenali lebih dalam keindahan yang ada di
Indonesia.
Problem nasionalisme yang terdapat di Indonesia saat
ini adalah para pemuda generasi sekarang banyak yang
lebih menyukai tradisi luar negeri. Seperti memakai
pakaian seperti orang Barat, mengkonsumsi ‘fastfood’,
dan berbicara bahasa asing seperti bahasa Inggris. Untuk
memperbaiki problem ini, kita dapat melestarikan budaya
Indonesia yang sangat bergam, seperti mamakai batik dan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Rasa nasionalisme di Indonesia semakin berkurang.
Sebagai generasi penerus kita harus memperbaiki masa
depan bangsa kita, salah satunya yaitu memperbaiki and
menghormati Tanah Air untuk memperkuat nasionalisme.
3. PEMBAHASAN
Novel karya Y.B. Mangunwijaya ini sering disebut
sebagai novel spikologis. Novel ini berkisah tentang anak
manusia yang merasa gagal dalam menjalani kehidupannya
karena trauma masa lalunya. Seting cerita zaman modern
dengan latar belakang kehidupan masa revolusi (penjajahan
Jepang dan Belanda) dikisahkan oleh Mangunwijaya dengan
sangat teratur. Brurung-Burung Manyar banyak sekali
mengisahkan elemen- elemen nasionalisme melalui tokoh-
tokoh yang ada di dalam novel ini.
3.1 Pengaruh Unsur Sejarah terhadap Kejiwaan Tokoh
Setadewa
Nasionalisme adalah kata yang sering kali kita dengar.
Apabila, kita berbicara mengenai Tanah Air, bangsa, dan
negara. Dalam keseharian nasionalisme mempunai makna yang
sangat luas. Secara umum, sebagian orang berpendapat
bahwa nasionalisme adalah rasa cinta Tanah Air dan
kebangsaan. Namun demikian, dalam arti yang lebih sempit
nasionalisme dapat pula mengandung makna yang membuktikan
tingkah laku kita merupakan cerminan tingginya rasa
kebangsaan.
Tulisan ini akan membahas mengenai sikap nasionalisme
dalam novel ‘Burung-burung Manyar’. Burung-burung Manyar
adalah salah satu karya sastra terbaik pernyair
Indonesia, yaitu Y.B. Mangunwijaya (1981). Burung-burung
Manyar merupakan roman yang ditulis dengan penuh
keberanian dan kejujuran tentang hidup anak manusia yang
terlibat dalam perang kemerdekaan. Didalam novel,
diceritakan kehidupan seorang Teto, yang bernama asli
Setadewa. Teto adalah anak seorang Letnan KNIL yang
bernama Basuki dan wanita berkebangsaan Belanda yang
bernama Marice. Dalam tubuh Teto, mengalir dua darah yang
berbeda, yaitu Indonesia dan Belanda.
Secara struktural tokoh-tokoh yang dikisahkan dalam
Burung-burung Manyar seperti Atik dan Teto, banyak
mengalami konflik batin mengenai arti nasionalisme. Atik,
yang merupakan puteri dari Antana, pegawai pemerintah di
Bogor dan wanita asli Indonesia yang populer dengan nama
Bu Antana, dikisahkan mempunyai rasa cinta tanah air yang
sangat tinggi. Tingginya nasionalisme Atik bukan tanpa
sebab. Dia dididik dengan tata kerama Jawa yang sangat
kental. Tutur bahasanya mencerminkan gadis Jawa yang
menghargai orang tua dan menjunjung tinggi harkat dan
martabat sebagai wanita Indonesia yang terhormat.
Dalam novel, diceritakan bahwa Atik pada saat dewasa
bekerja sebagai sekretaris Syahrir, yang merupakan
Perdana Menteri Indonesia. Rasa cinta dan bangga sebagai
orang Indonesia, terpupuk saat dia bekerja pada Syahrir.
Atik sangat menikmati pekerjaannya, meskipun di sisi
lain, Teto, yang merupakan kekasih Atik sangat tidak
mendukung dan selalu mengecam Atik karena berkerja untuk
Republik Indonesia.
Teto sangat membenci Indonesia, karena di matanya
bangsa Indonesia adalah pengkhianat dan menyebut
masyarakat Republik sebagai pengecut. Kebencian Teto
terhadap bangsa Indonesia bisa jadi dipicu karena ayahnya
yang berkerja sebagai Letnan di kesatuan tentara Belanda,
yang pada saat itu disebut KNIL. Teto melihat bangsa
Belanda lebih tinggi daripada bangsa Indonesia, baik dari
sisi ekonomi, pendidikan dan tata kerama. Teto
berkeyakinan bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang
terbelakang dam berisi orang-orang yang bodoh .
Pertentangan batin terjadi antara Atik dan Teto.
Keduanya adalah sepasang kekasih. Namun, memiliki rasa
kebangsaan yang berbeda. Atik, sangat mendukung proses
kemerdekaan Indonesia, karena baginya hanya Indonesia
yang terpatri dalam hati, dan melekat di sanubari,
“Kalau Indonesia kelak merdeka, negara kita tidak akan kejam” (46)
namun Pak Antana membalas Atik dengan kepercayaan yang
rendah kutipan tersebut menjelaskan bahwa Atik memiliki
kepercayaan yang sangat tinggi terhadap kemerdekaan
Indonesia dibanding dengan ayahnya, Pak Antana. Walaupun
ayahnya kehilangan harapan dengan kemerdekaan Indonesia,
namun Atik berkata “Tidak boleh mudah-mudahan, Pap. Harus.” (46).
Sementara itu, Teto sangat cinta dengan segala hal
yang berbau Belanda. Dia berkerja untuk KNIL dan
mengabdikan hidupnya untuk Kerajaan Belanda. Kedua anak
manusia ini bertentangan satu sama lain dalam menjunjung
rasa nasionalisme, Atik sangat cinta Indonesia, dan Teto
mencintai Belanda, seakan-akan Belanda adalah tanah
kelahirannya.
“Memang kita dari dunia yang berlainan, Atik…ya
beginilah…jadi Atik berkerja sebagai sekretaris pada pemerintah
pemberontak itu?...Mulai sekarang kita akan membuktikan,
siapa yang benar. Dengan realita kejam!...Kau juga Tik, semoga
kau dan ibumu semoga kau dan ibumu selalu terlindung…oleh
Tuhan, kalau itu ada, Tik.” (71)
Dalam novel penulis mengangkat konflik sikap
kebangsaan diantara para tokoh. Seperti diuraikan di
atas, Atik dan Teto sering kali bersiteggang mengenai
sikap nasionalisme dan cinta Tanah Air. Keadaan yang
tidak kodusif ini membawa efek negative terhadap
pasangan tersebut. Teto dan Atik berkali-kali terlibat
dalam percakapan yang meruncing dan seperti ingin
berpisah, dalam Bab sepuluh Teto berkata:
“Pasukanku menang, Kapitein Setajaya. Tetapi kehilangan
Larasati. Barangkali…barangkali toh aku salah pilih” (127).
Kutipan di atas menunjukkan rasa dan pikiran Teto
terhadap Atik dan juga minatnya untuk selalu mendampingi
Atik telah memudar. Langkah demi langkah Teto dalam
proses untuk menghindari diri dari kekasihnya, Atik.
Juga, fakta bahwa tidak adanya chemistry lagi di antara
pasangan. Perbedaan rasa nasionalisme di antrara pasangan
tersebut memberikan perngaruh negatif bagi kepribadian
keduanya. Efek negatif terutama terdapat pada Teto, Teto
akan memiliki probabilitas yang besar bahwa ia akan
kehilangan Atik, karena mereka berkerja dalam sisi yang
“berbeda”, dan sisi tersebut memiliki keingininan yang
berlawanan. Juga, KNIL dapat mengklaim bahwa ia adalah
seorang tentara pengkhianat bagi Kerajaan Belanda, karena
ia berada dalam kontak dengan Atik, yang asli Indonesia
dan kedudukannya sebagai tentara KNIL terancam hilang
bila dia terus berhubungan dengan Atik.
Bagi Atik, meruncingnya hubungan dengan Teto
memberikan pukulan yang cukup besar. Dia akan kehilangan
kesempatan untuk berjumpa dengan Teto, karena
pekerjaannya yang cukup ketat dan memegangnya untuk tetap
fokus keadaan Indonesia yang sedang memburu perjuangan.
Juga, dia sedang di dalam kondisi marah bahaya, karena
pekerjaanya adalah sebagai sekretaris Perdana Menteri
Syahrir. Belanda sering kali mengincar Syahrir untuk
mengakhiri hidupnya, karena dia telah menjadi ancaman
terhadap Belanda. Atik mungkin juga menjadi salah satu
target untuk Belanda.
Novel Burung-Burung Manyar karya Y.B. Mangunwijaya,
banyak memberikan gambaran mengenai arti nasionalisme.
Tokoh-tokoh di dalam roman ini dikisahkan mengalami
pertentangan batin karena adanya perbedaan pengertian dan
penerapan arti nasionalisme pada kehidupan sehari-hari.
Novel ini diharapkan dapat menginspirasi generasi muda
Indonesia mengenai nilai kebangsaan dan rasa cinta
terhadap Tanah Air.
Jaman sekarang banyak sekali budaya luar yang masuk ke
Indonesia dan ini memberikan baik pengaruh negatif dan
positif terhadap masyarakat Indonesia. Pengaruh yang
terdapat dalam tersebarnya budaya luar antara lain
bahasa, pakaian, makanan, karakteristik, dan maupun gaya
hidup. Ini bisa membawa kemajuan untuk masyarakat,
seperti kedisiplinan, pengetahuan yang lebih luas, dan
menyadari keadaan luar.
Dampak negatif yang terlibat adalah lupanya kita
terhadap budaya kita sendiri, membenci tradisi negara,
dan lunturnya gaya hidup Indonesia, seperti jaman
sekarang banyak sekali remaja yang berpakain model barat,
karena terlihat modern dan menarik. Tetapi jarang sekali
kita melihat remaja berkeliling memakai batik, padahal
batik adalah salah satu budaya yang harus kita banggakan
sebagai orang Indonesia. Bahasa juga salah satu dampak
yang kurang membantu, bahasa Inggris merupakan salah satu
bahasa yang sering dipakai untuk kehidupan sehari-hari di
Indonesia. Dengan ini, kadang-kadang orang lupa dengan
bahasa sendiri dan cenderung untuk berlatih bahasa asing.
Untuk menumbuhkan rasa kebangsaan dan cinta terhadap
Tanah Air, semuanya harus bermula dari keluarga karena
keluarga adalah awal dari terbentuknya karakter dan
kepribadian setiap anak. Anak membutuhkan role model, tidak
hanya melulu nasihat dan kisah-kisah yang bombastis.
Namun, contoh nyata perilaku orang tua yang selalu
menanamkan serta menumbuhkan rasa cinta Tanah Air secara
langsung maupun tidak langsung mengkristalisasi dalam
kepribadian setiap anak. Dalam perjalanannya sekolah,
lingkungan sekitar serta teman sepermainan ikut berperan
membentuk pribadi yang cinta Tanah Air dengan sifat
nasionalisme tinggi.
3.2 Kondisi Kehidupan Setadewa Periode 1934—1944
Di periode 1934—1944, Setadewa masih seorang anak
kecil dengan julukannya “Anak Kolong”. Ayahnya yang
berkerja sebagai Letnan di KNIL, memiliki kedudukan yang
sangat tinggi, maka demikian ia sangat dihormtai dengan
tentara-tentara lain. Kedudukan tersebut mengasih Teto
kenyamanan untuk hidup dengan kedua orang tuanya. Teto
berasal dari keluarga yang cukup terpandang oleh penulis,
dan ia juga seing kali bermain dengan anak-anak miskin,
namun ayahnya seringkali marah kepadanya. Pada saat ini
Teto sedang berkembang dan mengikuti perintah orang
tuanya.
Lalu tidak lama kemudian, Teto bertemu seorang teman
gadis yang bernama Atik. Mereka bertemu pada saat Atik
memandang burung-burung berterbangan dan Teto sempat
menggangunya. Atik sangat marah kepada Teto atas gangguan
yang diperoleh Teto. Pada saat ini Teto belum paham apa
arti cinta yang sebenarnya. Teto dan Atik masih hanya
teman biasa dan perasaan diantaranya belumlah berkembang.
Penulis juga mengisahkan dengan kehidupan Teto
sebagai murid SMA yang baru saja lulus di masa remaja.
Masa remaja sangatlah sulit, sebab kita kita berubah
secara fisik, emosional, dan mental. Pada saat ini
Indonesia sedang dalam proses jajahan Jepang. Teto
mendengar kabar soal jajahan ini yang akan mendatang. Ia
ingin sekali mengambil aksi untuk menggagalkan Jepang
untuk datang. Sebab jika mereka datang kedudukan Teto
sebagai anak Letnan KNIL makin menurun. Keluarga Teto
sedang mengalami malapetaka, karena KNIL makin runtuh
dijajah Jepang. Lalu kedua orang tuanya ditangkap oleh
penjajah Jepang, yang telah mempengaruhi Teto sangat
parah.
Teto tertinggal sendiri, kedua orang tuanya telah di
ambil oleh Jepang. Ia harus mencari jalan keluar untuk
beradaptasi dengan halangan-halangan yang mendatang.
Sekarang, Teto sedang ada di dalam kondisi yang sangat
kritis. Namun, ada kabar baik yang menghampirinya, yaitu
bahwa kedua orang tua Atik mau mengurusi Teto. Bahkan
orang tua Atik sangat menyukai Teto dan mereka bisa
menjadi teman dekat yang baik. Juga, kedua orang tua Atik
mendambakan mereka untuk menjadi pasangan.
3.3 Kondisi Kehidupan Setadewa Periode 1945—1950
Kondisi kehidupan Setadea pada periode tersebut
sangatlah menantang. Teto memasuki militer tentara KNIL.
Sejak ia memasuki KNIL, sifatnya menjadi ganas, liar, dan
benci kepada Jepang, karena ibunya dijadikan gundik. Teto
juga membenci Indonesia dan mengatakan bahwa pahlawan-
pahlawan Indonesia adalah pengecut. Kesetiaannya terhadap
Indonesia juga semakin punah, sebab Indonesia tidak dapat
memimpin rakyat dan selalu percaya bahwa Belanda memiliki
qualitas kepemimpinan yang jauh lebih bagus.
Lalu, ia bertemu dengan Mayoor Verbruggen, ini dimana
hidup Teto agak berubah, karena Mayoor Verbruggen juga
berhubungan dengan Teto. Mayoor Verbruggen adalah
mantannya Maurice, ibu Teto. Ia sangat mencintai Maurice,
tetapi telah tertolak olehnya. Namun demikian, cintanya
terhadap Maurice masih tersimpan di dalam hatinya.
Buktinya, Mayoor Verbruggen sangat peduli terhadap Teto
dan selalu menanyakan kabar Maurice. Sebelum Maurice
meninggalkan Teto, ia meminta Mayoor supaya Teto dapat
bergabung dengan tentara Kerajaan Belanda.
Saat ia mulai bergabung dengan KNIL, emosinya sangat
meningkat ketika melihat musuh. Terutama Syahrir, seorang
perdana menteri Indonesia. Syahrir adalah seorang
pemimpin yang sangat diplomatis dan pemberani, ia siap
untuk menantang tentara penjajah. Pada saat Teto serta
bawahannya mengawal Syahrir, ia berteriak-teriak
kepadanya. Tetapi Syahrir hanya tersenyum dan
meninggalkan Tetyo kesal sendiri. Saat-saat ini adalah
yang paling tegang, sebab Teto dalam kondisi yang tak
bisa di kontrol.
Dalam kondisi ini, ketakutan terbesarnya Teto adalah
Indonesia merdeka dan KNIL runtuh. Maka demikian ia
berusaha untuk menghancurkan Indonesia dengan cara
memaki-maki dan menghancurkan usaha para pahlawan. Ia
sangat emosi sekali ketika melihat pahlawan Indonesia
gagah dan berani, hal tersebut membuatnya berpikir bahwa
Belanda akan kalah. Jika KNIL kalah kedudukan keluara
Teto akan hancur. Namun, sekarang misi nomer satu Teto
adalah untuk memastikan ibunya, Atik dan dirinya dapat
bertahan hidup. Walaupun ayahnya sudah di beri tahu telah
meninggal dunia, sekarang Teto wajib menggantikan ayahnya
untuk mengurusi ibunya.
3.4 Kondisi Kehidupan Setadewa Periode 1968—1978
Kondisi kehidupan Teto pada periode ini sangat rumit
dan banyak masalah. Terutama pada saat tentara Belanda
semakin lemah. Kekuatan Belanda semakin pudar sebab para
pahlawan Indonesia sudah mulai memajukan diri untuk
membela Republik. Maka Teto harus juga berjuang negara
yang di belanya yaitu Belanda. Walaupun hal tersebut
terlihat mustahil, sepertinya perjuangan Belanda akan
menurun. Negara luar sudah mulai membantu Indonesia,
secara ekonomi, politik dan sosial.
Dengan kelemahan Belanda, Indonesia mempunyai
keberuntunga untuk merdeka setelah Konferensi Meja
Bundar. Dimana para pahlawan Indonesia bebas keluar untuk
memimpin negara. Juga, mereka berhak untuk mengusir
Belanda dari Tanah Air, dan musuh harus turung tangan.
Mendengar kabar ini, Teto langsung sedih dan juga kesal,
karena negaranya kalah. Dia harus memilih salah satu
pilihan, yaitu menetap sebagai penduduk Republik atau
pergi balik ke Belanda.
Hubungannya dengan Atik juga semakin menjauh,
walaupun Teto jarang sekali bertemuan dengan Atik, Teto
selalu memikirkannya. Di hadapan Teto, Atik adalah
semuanya, dimanapun Teto berada Atik akan selalu muncul
dipikirannya. Maka saat ini adalah saat yang sangat
kritis bagi Teto, demi perjuangan untuk Belanda maupun
cintanya kepada Atik.
4. SIMPULAN
Di dalam novel Burung-Burung Manyar banyak sekali
makna-makna nasionalisme yang dihasilkan para tokoh
karakter. Seperti, karakter antagonis di novel ini,
Setadewa. Dia dilahirkan dengan dua darah yang berbeda,
yaitu Belanda dan Indonesia. Namun, di lebih menyaring
cara hidup Belanda dan mendukungnya.
Walaupun Teto tidak mempunyai rasa nasionalisme
terhadap Republik pada awalnya, dia mulai merasakan
nasionalisme pada saat dia dekat Atik dan saat masa
dewasanya. Atik adalam seorang wanita yang mempunyai rasa
nasionalisme yang tinggi, dia selalu beraksi dan membela
sisi Indonesia. Teto mulai menunjukkan rasa
nasionalismenya pada saat dia bernai membela Indonesia
yang telah ditipu oleh perusahaan-perusahaan yang licik.
Dia dengan dukungan keluarga Atik, dipecak oleh
perusahaan pekerjaanya atas pembongakaran skandal
penipuan. Walaupun dia sudah dipecat, resiko akan tetap
layak atas perjuangannya.
Banyak pendekatan yang dilakukan untuk menganalisa
dan meringkas suatu karya sastra. Y.B. Mangunwijaya
adalah penyair yang sangat aktif mengkritik pemerintah
pada saat kemerdekaan. Sang penyair dengan berapi-api dan
berani mengungkapkan kondisi kemerdekaan dan bagaimana
rakyat bertarung kepada Belanda. Alur bahasa dan kosa
kata yang digunakan tajam menghujam dan akan meluluhkan
hati pembaca yang membacanya. Ketidakadilan, keserakahan
dan manipulasi Belanda menghiasi setiap kata demi kata
dalam buku Burung-burung Manyar.
Secara keseluruhan penulis mendapat banyak perspektif
mengenai bagaimana melakukan analisa dan meringkas buku
Burung-Burung Manyar. Kami yakin banyak manfaat yang
dapat diperoleh dari proses analisa dan ringkasan ini.
Meskipun tulisan kami atas ringkasan tersebut masih jauh
dari sempurna, kami berharap dapat memberi manfaat bagi
yang membacanya.
DAFTAR PUSAKA
"All You Need: Ringkasan Sejarah Negara Republik Indonesia." All You Need: Ringkasan Sejarah Negara Republik Indonesia. N.p., n.d. Web. 1 Dec. 2013.
http://oye-zone.blogspot.com/2011/07/ kemarin-dapat-tugas-dari-sekolah.html
"Andrevetronius’s Weblog." Andrevetroniuss Weblog. N.p., n.d.Web. 1 Dec. 2013. http://andrevetronius.wordpress.com/2008/03/27/latar-belakangkedatangan-jepang-ke-indonesia/
"IPS TERPADU." periode sejarah indonesia. N.p., n.d. Web. 1 Dec. 2013. http://endangsahrini.blogspot.com/2012/04/periode-sejarah-indonesia.html
"Peristiwa setelah kemerdekaan NKRI." Timetoast N.p., n.d. Web. 1 Dec. 2013. http://www.timetoast.com/timelines/peristiwa-setelah-kemerdekaan-nkri
"Revolusi Nasional Indonesia." sejarahkritis. N.p., n.d. Web.1 Dec. 2013. http://sejarahkritis.wordpress.com/2012/04/10/kritik-buku - revolusi-nasional-indonesia/
"Sejarah Penjajahan Jepang di Indonesia." - Kumpulan Sejarah.N.p., n.d. Web. 1 Dec. 2013.
http://www.kumpulansejarah.com/2012/10/sejarahpenjajahan-jepang-di-indonesia.html