Date post: | 29-Mar-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | independent |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
I. PENDAHULUAN
Kerja praktik merupakan kegiatan Mahasiswa
sebagai syarat untuk memenuhi kurikulum perkuliahan
di program studi pada suatu perguruan tinggi,
dimana dituntut untuk dapat mengaplikasikan ilmu
yang diperoleh selama dibangku kuliah dengan
keadaan lapangan yang sebenarnya.
Penerapan ilmu yang diperoleh dibangku kuliah
tersebut sering mengalami kendala dikarenakan
terbatasnya ilmu yang diperoleh di Perguruan Tinggi
yang bersangkutan, baik terbatas sarana dan
prasarana sebagai penunjang kuliah yang disediakan
oleh pihak Perguruan Tinggi maupun kemampuan dari
Mahasiswa itu sendiri. Keterbatasan inilah yang
diantisipasi dengan diharuskannya seorang Mahasiswa
pada akhir studinya melaksanakan Kerja Praktik
(KP).
Adapun pelaksanaan Kerja Praktik (KP) tersebut
dilakukan pada perusahaan yang bergerak pada bidang
usaha sesuai atau relevan dengan bidang ilmu yang
dipelajari, dalam hal ini bidang Pertambangan
(sesuai bidang ilmu dan jurusan yang dipraktikkan).
Perusahaan yang ditunjuk untuk kegiatan praktik
tersebut adalah perusahaan yang diharapkan mampu
membina dan mengarahkan serta bersedia memberikan
pengalaman ilmu teori dan praktik secara langsung
di lapangan kepada Mahasiswa yang melaksanakan
1
praktik. Hal ini penting diperhatikan, karena
melalui praktik lapangan diharapkan sumber daya
manusia meningkat sehingga mendapatkan pengalaman
kerja yang dapat berguna nantinya pada masa
mendatang serta dapat memberikan masukan kepada
pihak perusahaan terhadap segala analisa yang akan
dilakukan.
Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki banyak sekali bahan galian mineral
diantaranya ialah bahan galian emas. Bahan galian
emas merupakan salah satu dari bahan galian
golongan B atau bahan galian yang bersifat vital
bagi negara.
Emas merupakan elemen yang dikenal sebagai
logam mulia dan komoditas yang sangat berharga
sepanjang sejarah manusia. Elemen ini memiliki
nomor atom 79 dan nama kimia aurum atau Au. Emas
termasuk golongan native elemen, dengan sedikit
kandungan perak, tembaga, atau besi. Warnanya
kuning keemasan dengan kekerasan 2,5-3 skala Mohs.
Bentuk kristal isometric octahedron atau dodecahedron.
Specific gravity 15,5-19,3 pada emas murni. Makin
besar kandungan perak, maka emas makin berwarna
keputih-putihan.
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau
pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan
terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan
2
larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian
secara mekanis menghasilkan endapan alluvial
(placer). Genesa emas dikategorikan menjadi dua
yaitu endapan primer dan endapan placer.
Salah satu bagian dari kegiatan penambangan
yang sangat penting ialah kegiatan pemurnian.
Berdasarkan latar belakang pentingnya studi
lapangan tersebut, maka dilakukan Kerja Praktik di
sebuah perusahaan. Perusahaan yang ditunjuk untuk
Kerja Praktik ini adalah perusahaan yang bersedia
membina dan mengarahkan serta bersedia memberikan
pengalaman ilmu praktik secara langsung di lapangan
kepada mahasiswa yang melaksanakan Kerja Praktik.
Hal ini penting diperhatikan, karena melalui Kerja
Praktik diharapkan sumber daya manusia meningkat
hingga mendapatkan pengalaman kerja yang dapat
berguna nantinya pada masa mendatang serta dapat
mempunyai pandangan umum mengenai aktivitas
kegiatan penambangan di sebuah perusahaan. Sesuai
dengan alasan inilah yang menjadi dasar praktikan
memilih tempat kegitan Kerja Praktik.
Sesuai dengan alasan inilah yang menjadi dasar
mahasiswa memilih tempat Kerja Praktik (KP) pada
PT. KASONGAN BUMI KENCANA Adapun topik yang kami
ajukan adalah : Observasi Proses Pengolahan Emas
Dari Bentuk Material Sampai Pada Proses Bullion
Pada Aktivitas Produksi PT. KASONGAN BUMI KENCANA
3
Di Desa Mirah Kalanaman, Kecamatan Tumbang Samba,
Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah
I. LATAR BELAKANG
Perusahaan tambang batubara PT. Kasongan Bumi
Kencana terletak di Desa Mirah Kalanaman, Kecamatan
Tumbang Samba, Kabupaten Katingan, Provinsi
Kalimantan Tengah.
Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh PT.
Kasongan Bumi Kencana adalah melakukan pemurnian,
yaitu melakukan pengolahan logam kotor melalui
proses kimia agar diperoleh tingkat kemurnian
tinggi.
Berdasarkan latar belakang pentingnya studi
lapangan tersebut, maka dilakukan Kerja Praktik di
sebuah perusahaan. Perusahaan yang ditunjuk untuk
Kerja Praktik ini adalah perusahaan yang bersedia
membina dan mengarahkan serta bersedia memberikan
pengalaman ilmu praktik secara langsung di lapangan
kepada mahasiswa yang melaksanakan Kerja Praktik.
4
Hal ini penting diperhatikan, karena melalui Kerja
Praktik diharapkan sumber daya manusia meningkat
hingga mendapatkan pengalaman kerja yang dapat
berguna nantinya pada masa mendatang serta dapat
mempunyai pandangan umum mengenai aktivitas kegiatan
penambangan di sebuah perusahaan. Sesuai dengan
alasan inilah yang menjadi dasar praktikan memilih
tempat kegitan Kerja Praktik.
Sesuai dengan alasan inilah yang menjadi dasar
mahasiswa memilih tempat Kerja Praktik (KP) pada PT.
KASONGAN BUMI KENCANA. Adapun topik yang kami
ajukan adalah : Observasi Proses Pengolahan Emas
Dari Bentuk Material Sampai Pada Proses Bullion Pada
Aktivitas Produksi PT. KASONGAN BUMI KENCANA Di Desa
Mirah Kalanaman, Kecamatan Tumbang Samba, Kabupaten
Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah
II. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari Kerja Praktik ini adalah sebagai
bahan pembelajaran secara langsung di lapangan
mengenai kegiatan pemurnian sesuai dengan judul
yang diambil. Selain itu, merupakan salah satu
5
syarat pada kurikulum pembelajaran pada program S1
Teknik Pertambangan, Universitas Palangkaraya
(UNPAR), Provinsi Kalimantan Tengah.
Sedangkan tujuan dari kerja praktik ini antara
lain :
a) Untuk mengetahui dan mengenal kegiatan pemurnian
baik prosedur pemurnian, peralatan yang
digunakan, dan kegiatan pemurnian serta
pengolahan datanya.
b) Menambah wawasan dan pengetahuan tentang
kegiatan pemurnian emas pada PT. Kasongan Bumi
Kencana, Desa Mirah Kalanaman, Kecamatan
Katingan Tengah, Kabupaten Katingan, Provinsi
Kalimantan Tengah.
c) Dapat mengetahui arti penting kegiatan pemurnian
emas bagi kegiatan penambangan pada PT. Kasongan
Bumi Kencana, Desa Mirah Kalanaman, Kecamatan
Katingan Tengah, Kabupaten Katingan, Provinsi
Kalimantan Tengah.
III. BATASAN MASALAH
Dalam kegiatan Kerja Praktik ini yang dibahas
adalah sesuai dengan judul Kerja Praktik yaitu
“Observasi Proses Pengolahan Emas Dari Bentuk
Material Sampai Pada Proses Bullion Pada Aktivitas
Produksi PT. KASONGAN BUMI KENCANA Di Desa Mirah
Kalanaman, Kecamatan Tumbang Samba, Kabupaten
6
Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah” untuk
mengamati proses dalam kegiatan pemurnian emas.
IV. METODE PENGAMBILAN DATA
Adapun penulisan laporan ini didasarkan pada
tiga (3) metode, yaitu :
1. Metode Pengambilan data primer (pengamatan
lapangan)
Metode ini dilakukan dengan cara pengamatan
langsung di lapangan terhadap kegiatan
pemurnian emas.
2. Metode Interview (wawancara)
Metode ini dilakukan dengan cara tanya jawab
kepada operator lapangan dan staf pada PT.
KASONGAN BUMI KENCANA
3. Metode Pustaka
Metode ini dilakukan dengan cara studi
literatur baik yang menyangkut tentang PT.
KASONGAN BUMI KENCANA maupun yang berkenaan
dengan topik yang dibahas dalam laporan ini.
V. DASAR TEORI
A. Pengertian emas
Emas adalah unsur kimia dlm tabel
periodik yang memiliki simbol Au (bahasa Latin:
'aurum') dan nomor atom 79. Sebuah logam
7
transisi (trivalen dan univalen) yang lembek,
mengkilap, kuning, berat, "malleable", dan
"ductile". Emas tidak bereaksi dengan zat kimia
lainnya tapi terserang
oleh klorin, fluorin dan aqua regia. Logam ini
banyak terdapat di nugget emas atau serbuk di
bebatuan dan di deposit alluvial dan salah
satu logam coinage. Kode ISOnya adalah XAU.
Emas melebur dalam bentuk cair pada suhu
sekitar 1000 derajat celcius.
Emas merupakan logam yang
bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya
berkisar antara 2,5 – 3 (skala Mohs), serta
berat jenisnya tergantung pada jenis dan
kandungan logam lain yang berpadu dengannya.
Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi
dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral
ikutan tersebut
umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar,
dan sejumlah kecil mineral non logam. Mineral
pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan
sulfida yang telah teroksidasi. Mineral pembawa
emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas
telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas
dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan
selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain dari
8
emas nativ, hanya kandungan perak di dalamnya
>20%.
B. Genesa emas
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau
pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa
endapan terbentuk karena proses metasomatisme
kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan
pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan
endapan letakan (placer).
Berdasarkan proses terbentuknya, endapan
emas dikatagorikan menjadi dua type yaitu :
1. Endapan primer / Cebakan Primer
Pada umumnya emas ditemukan dalam bentuk
logam (native) yang terdapat di dalam
retakan-retakan batuan kwarsa dan dalam
bentuk mineral yang terbentuk dari proses
magmatisme atau pengkonsentrasian di
permukaan. Beberapa endapan terbentuk
karena proses metasomatisme kontak dan
aktifitas hidrotermal, yang membentuk tubuh
bijih dengan kandungan utama silika.
Cebakan emas primer mempunyai bentuk
sebaran berupa urat/vein dalam batuan beku,
kaya besi dan berasosiasi dengan urat
kuarsa.
2. Endapan plaser / Cebakan Sekunder
9
Emas juga ditemukan dalam bentuk emas
aluvial yang terbentuk karena proses
pelapukan terhadap batuan-batuan yang
mengandung emas (gold-bearing rocks, Lucas,
1985). Proses oksidasi dan pengaruh
sirkulasi air yang terjadi pada cebakan
emas primer pada atau dekat permukaan
menyebabkan terurainya penyusun bijih emas
primer. Proses tersebut menyebabkan juga
terlepas dan terdispersinya emas. Terlepas
dan tersebarnya emas dari ikatan bijih
primer dapat terendapkan kembali pada
rongga-rongga atau pori batuan, rekahan
pada tubuh bijih dan sekitarnya, membentuk
kumpulan butiran emas dengan tekstur
permukaan kasar. Akibat proses tersebut,
butiran-butiran emas pada cebakan emas
sekunder cenderung lebih besar dibandingkan
dengan butiran pada cebakan primernya
(Boyle, 1979). Dimana pengkonsentrasian
secara mekanis melalui proses erosi,
transportasi dan sedimentasi yang terjadi
terhadap hasil disintegrasi cebakan emas
pimer menghasilkan endapan emas
letakan/aluvial (placer deposit).
C. Kegunaan Emas
10
Emas moneter sebagai jaminan mata uang yang
pernah dipakai oleh Bank Indonesia.
Emas digunakan sebagai standar keuangan di
banyak negara dan juga digunakan
sebagai perhiasan, dan elektronik. Penggunaan
emas dalam bidang moneter dan keuangan
berdasarkan nilai moneter absolut dari emas itu
sendiri terhadap berbagai mata uang di seluruh
dunia, meskipun secara resmi di bursa
komoditas dunia, harga emas dicantumkan dalam
mata uang dolar Amerika. Bentuk penggunaan emas
dalam bidang moneter lazimnya berupa bulion
atau batangan emas dalam berbagai satuan berat
gram sampai kilogram.
D. Pengolahan Emas
Dalam penambangan emas, logam emas tidak
berada dalam bentuk murninya, akan tetapi masih
bercampur dengan logam dan campuran lain.
Karena itu perlu adanya pemisahan dan pemurnian
logam emas. Selama ini, pemisahan emas
dilakukan dengan cara sianidasi, amalgamasi,
dan peleburan. Sedangkan pemurnian emas dengan
cara elektrolisis.
Pelindian adalah proses untuk mengambil
senyawa logam terlarut dari bijih dengan
melarutkan secara selektif senyawa tersebut ke
dalam suatu pelarut seperti air, asam sulfat
11
dan asam klorida atau larutan sianida. Logam
yang diinginkan kemudian diambil dari larutan
tersebut dengan pengendapan kimiawi atau bahan
kimia yang lain atau proses elektrokimia.
Metode pelindian dapat berbentuk timbunan, heap
atau tangki. Metode pelindian head leaching
banyak digunakan untuk pertambangan emas
sedangkan pelindian dengan timbunan banyak
digunakan untuk pertambangan tembaga. Pencucian
tumpukan batuan dengan sianida (Cyanide Heap
Leaching) dianggap sebagai cara paling hemat
biaya untuk memisahkan butir-butir emas yang
halus
E. Cara pengolahan Bijih Emas
Teknologi proses pengolahan emas skala
komersial yang umum digunakan terdiri dari
beberapa tahap, yaitu :
1. Comminution / Kominusi
Kominusi adalah proses reduksi ukuran dari
ore agar mineral berharga yang mengandung
emas dengan tujuan untuk membebaskan
(meliberasi) mineral emas dari mineral-
mineral lain yang terkandung dalam batuan
induk.
a. Refractory ore processing
12
Bijih dipanaskan pada suhu 100 - 1100C, biasanya sekitar 10 jam sesuai
dengan moisture. Proses ini sekaligus
mereduksi sulfur pada batuan oksidis.
b. Crushing
Crushing merupakan suatu proses
peremukan ore (bijih) dari hasil
penambangan melalui perlakuan mekanis,
dari ukuran batuan tambang <40 cm
menjadi <12,5 mm, misalnya dengan
menggunakan Roll Crusher, Jaw Crusher,
Cone Crusher, Stamp Mill, dll.
c. Milling
Milling merupakan proses penggerusan
lanjutan dari crushing,hingga mencapai
ukuran slurry dari hasil milling yang
diharapkan yaitu minimal 80% adalah -
200#, misalnya dengan menggunakan
Hammer Mill, Ball Mill, Rod Mill, Disc
Mill , dll.
2. Concentration / separation
Setelah ukuran bijih diperkecil, proses
selanjutnya dilakukan proses konsentrasi
dengan memisahkan mineral emas dari mineral
pengotornya. Pada endapan emas aluvial,
bijih hasil penggalian langsung memasuki
13
tahap ini tanpa tahap kominusi terlebih
dahulu.
a. Gravity separation / Pemisahan gaya
berat
Konsentrasi/separasi dengan metode
gravitasi memanfaatkan perbedaan massa
jenis emas (19.3 ton/m3) dengan massa
jenis mineral lain dalam batuan (yang
umumnya berkisar 2.8 ton/m3). Mineral
pembawa emas biasanya berasosiasi
dengan mineral ikutan (gangue
minerals). Mineral ikutan tersebut
umumnya kuarsa, karbonat, turmalin,
flourpar, dan sejumlah kecil mineral
non logam. Mineral pembawa emas juga
berasosiasi dengan endapan sulfida yang
telah teroksidasi. Mineral pembawa emas
terdiri dari emas nativ, elektrum, emas
telurida, sejumlah paduan dan senyawa
emas dengan unsur-unsur belerang,
antimon, dan selenium. Emas asli
mengandungi antara 8% dan 10% perak,
tetapi biasanya kandungan tersebut
lebih tinggi. Elektrum sebenarnya jenis
lain dari emas nativ, hanya kandungan
perak di dalamnya >20%. Apabila jumlah
14
perak bertambah, warnanya menjadi lebih
putih.
Metode gravitasi akan efektif bila
dilakukan pada material dengan diameter
yang sama/seragam, karena pada
perbedaan diameter yang besar perilaku
material ringan (massa jenis kecil)
akan sama dengan material berat (massa
jenis besar) dengan diameter kecil.
Hasil dari proses ini berupa konsentrat
yang mengandung bijih emas dengan
kandungan yang besar, dan lumpur
pencucian yang terdiri atas mineral-
mineral pengotor pada bijih emas.
Konsentrat emas selanjutnya diolah
dengan proses ekstraksi.
b. Froth Flotation / Pemisahan pengapungan
Froth Flotation/pengapungan buih yaitu
pemisahan bijih emas dari pengotor
dengan cara mengapungkan bijih ke
permukaan melalui pengikatan dengan
buih dengan menggunakan bahan kimia
tertentu dan udara. Selain pemisahan
bijih emas, prosess ini banyak dipakai
untuk beberapa bijih seperti Cu, Pb,
Zn, Ag, dan Ni.
15
Teknik pengerjaannya dilakukan dengan
cara menghembuskan udara ke dalam
butiran mineral halus (telah mengalami
proses crushing) yang dicampur dengan
air dan zat pembuih. Butiran mineral
halus akan terbawa gelembung udara ke
permukaan, sehingga terpisahkan dengan
materi pengotor (gangue) yang tinggal
dalam air (tertinggal pada bagian bawah
tank penampung). Pengikatan butiran
bijih akan semakin efektif apabila
ditambahkan suatu zat collector.
Pada proses ini menjadi sangat penting
untuk dilakukan dengan baik, sebab
dengan memilah ukuran bijih hasil
kominusi akan menyeragamkan besaran
umpan (feeding) ke proses konsentrasi.
Sedangkan bijih yang masih belum
seragam (lebih besar) hasil pemilahan
dikembalikan ke proses sebelumnya yaitu
kominusi.
3. Extraction
Ekstraksi emas dalam skala industri yang
paling umum dilakukan yaitu :
a. Liquation Separation / pencairan
16
Pemisahan pencairan (liquation
separation), adalah proses pemisahan
yang dilakukan dengan cara memanaskan
mineral di atas titik leleh logam,
sehingga cairan logam akan terpisahkan
dari pengotor.
Yang menjadi dasar untuk proses
pemisahan metode ini, yaitu density
(berat jenis) dan melting point (titik
cair). Titik cair emas pada suhu
1064.18 oC, sedangkan titik cair perak
pada suhu 961.78 oC. Ini artinya perak
akan mencair lebih dulu dari pada emas.
Namun untuk benar-benar terpisah, maka
perak harus menunggu emas mencair 100%.
Kemudian bila dilihat dari berat
jenisnya, maka berat jenis emas cair
sebesar 17.31 gram per cm3 sedangkan
berat jenis perak sebesar 9.32 gram per
cm3. Hal ini berarti berat jenis emas
lebih besar dari pada berat jenis
perak.
Dari hukum alam fisika, maka bila ada
dua jenis zat cair yang berbeda dan
memiliki berat jenis yang berbeda pula,
maka zat cair yang memiliki berat jenis
lebih kecil dari zat satunya, ia akan
17
mengapung. Dengan demikian, cairan
perak akan terapung diatas lapisan
cairan emas, seperti halnya cairan
minyak mengambang diatas lapisan air.
Dari sana, perak dipisahkan dari emas,
sampai tidak ada lagi perak yang
terapung. Dengan metode akan dihasilkan
Au bullion dan Ag bullion.
b. Amalgamasi
Amalgamasi merupakan proses ekstraksi
emas dengan cara mencampur bijih emas
dengan merkuri (Hg). Produk yang
terbentuk adalah ikatan antara emas-
perak dan merkuri yang dikenal sebagai
amalgam (Au–Hg). Merkuri akan membentuk
amalgam dengan semua logam kecuali besi
dan platina.
Amalgam masih merupakan proses
ekstraksi emas yang paling sederhana
dan murah, namun demikian amalgamasi
akan efektif pada emas yang terliberasi
sepenuhnya maupun sebagian pada ukuran
partikel yang lebih besar dari 200 mesh
(0.074 mm) dan dalam membentuk emas
murni yang bebas (free native gold).
18
Tiga bentuk utama dari amalgam adalah
AuHg2, Au2Hg and Au3Hg.
Proses amalgamasi merupakan proses
kimia fisika, apabila amalgamnya
dipanaskan, maka akan terurai menjadi
elemen-elemen yaitu air raksa dan
bullion emas. Amalgam dapat terurai
dengan pemanasan di dalam sebuah
retort, air raksanya akan menguap dan
dapat diperoleh kembali dari kondensasi
uap air raksa tersebut. Sementara Au-Ag
tetap tertinggal di dalam retort
sebagai logam.
c. Sianidasi
Leaching Sianida adalah proses
pelarutan selektif oleh sianida dimana
hanya logam-logam tertentu yang dapat
larut, misalnya Au, Ag, Cu, Zn, Cd, Co
dan lain-lain.
Proses Sianidasi terdiri dari dua tahap
penting, yaitu proses pelarutan /
pelindian (leaching) dan proses
pemisahan emas (recovery) dari larutan
kaya. Pelarut yang biasa digunakan
dalam proses cyanidasi adalah Sodium
Cyanide (NaCN), Potassium Cyanide
19
(KCN), Calcium Cyanide (Ca(CN)2), atau
Ammonium Cyanide (NH4CN). Pelarut yang
paling sering digunakan adalah NaCN,
karena mampu melarutkan emas lebih baik
dari pelarut lainnya.
Walaupun penggunaan metode ini sama
halnya dengan metode ekstraksi yang
lain yang masih memiliki potensi dampak
berupa efek beracunnya bagi pekerja dan
lingkungan, ekstraksi emas dengan
menggunakan metode leaching sianida
saat ini telah menjadi proses utama
ekstraksi emas dalam skala industri,
karena metode ini menawarkan tehnologi
yang lebih efektif dan efisien, antara
lain adalah :
- Heap leaching (pelindian
tumpukan) : pelindian emas dengan
cara menyiramkan larutan sianida
pada tumpukan bijih emas (diameter
bijih < 10 cm) yang sudah dicampur
dengan batu kapur. Air lindian yang
mengalir di dasar tumpukkan yang
kedap kemudian di kumpulkan untuk
kemudian dilakukan proses
berikutnya. Efektifitas ekstraksi
emas berkisar 35 – 65 %.
20
- VAT leaching (pelindian rendaman) :
pelindian emas yang dilakukan
dengan cara merendam bijih emas
(diameter bijih < 5 cm) yang sudah
dicampur dengan batu kapur dengan
larutan sianida pada bak kedap. Air
lindianyang dihasilkan kemudian
dikumpulkan untuk dilakukan proses
berikutnya. Proses pelindian
berlangsung antara 3–7 hari dan
setelah itu tangki dikosongkan
untuk pengolahan bijih yang baru.
Efektifitas ekstraksi emas berkisar
40 – 70 %.
- Agitated tank leaching (pelindian
adukan) : pelindian emas yang
dilakukan dengan cara mengaduk
bijih emas yang sudah dicampur
dengan batu kapur dengan larutan
sianida pada suatu tangki dan
diaerasi dengan gelembung udara.
Lamanya pengadukan biasanya selama
24 jam untuk menghasilkan pelindian
yang optimal. Air lindian yang
dihasilkan kemudian dikumpulkan
untuk kemudian dilakukan proses
berikutnya. Efektifitas ekstraksi
21
emas dapat mencapai lebih dari 90
%.
4. Refinning / Pemurnian
Refining, yaitu melakukan pengolahan logam
kotor melalui proses kimia agar diperoleh
tingkat kemurnian tinggi dengan tahapan
sebagai berikut :
a. Smelting
Smelting (peleburan) adalah proses
reduksi bijih (abu hasil roasting atau
cake hasil electrowinning) pada suhu
tinggi (1.200oC) hingga mendapatkan
material lelehan. Dengan menambahkan
Flux formula, salah satunya Borax -
Sodium Borate (Na2B4O7. 10H2O) sebagai
bahan kimia tambahan untuk proses
smelting. Fungsi borax dalam proses
smelting yaitu mengikat kotoran
penggangu selain logam (slag/terak).
Sehingga ketika mencair, matte (logam
lelehan) akan berada di bawah sedangkan
bagian atas disebut slag/terak yang
ditangkap oleh silika berupa semacam
kaca yang mudah untuk dipecahkan.
Produk reduksi selama proses pelelehan
disebut Dore bullion (Au-Ag alloy).
b. Size Reduction
22
Size reduction (pengecilan ukuran)
yaitu mereduksi dore bullion (Au-Ag
alloy) yang masih berukuran besar
menjadi butiran-butiran kecil, sebelum
diproses ke tahap parting. Idealnya
besaran butiran sekitar diameter 2-3 mm
dengan kadar emas 25% atau kurang.
Bila perlu dilakukan Quartering, yaitu
menurunkan kadar emas dengan penambahan
yang tepat dari tembaga atau perak agar
tercapai kadar emas 25%.
Proses ini dilakukan berdasarkan proses
perlakuan kimia untuk bahan fase padat
yang umumnya sangat dipengaruhi oleh
luas permukaan dari bahan padat
tersebut. Semakin luas permukaannya,
maka perlakuan kimia akan semakin baik.
Dimana luas permukaan dari suatu bahan
padat berhubungan erat dengan ukuran
dari bahan tersebut, artinya semakin
kecil ukuran dari bahan padat, maka
permukaannya akan semakin luas.
c. Parting
Parting, yaitu proses untuk memisahkan
emas dengan perak dan logam dasar dari
dore bullion (Au-Ag alloy) dengan
larutan asam nitrat (HNO3). Dipasaran
23
kita dapat temukan asam nitrat kadar
68%.
Hasil setelah perebusan terakhir,
endapan yang ada sudah halus dan
berwarna coklat seperti bubuk kopi.
Endapan ini merupakan bullion emas
(High Au Bullion) dengan kadar emas
mencapai 98%, untuk hasil lebih baik
dapat diproses dengan Aqua Regia agar
dapat diperoleh kadar hingga 99.6%.
Sedangkan air hasil bilasan yang
ditampung diember dilanjutkan pada
proses hydrometalurgi untuk diambil
peraknya.
d. Melting
Melting. Untuk mendapatkan logam emas,
endapan bullion emas (High Au Bullion)
selanjutnya dilebur dengan penambahan
borax (Na2B4O7.10H2O). Tujuan pemakaian
borax di sini adalah selain untuk
mengikat kotoran yang masih ada, juga
untuk menahan bullion agar tidak
beterbangan saat terkena hembusan dari
blander nantinya.
F. Proses Pengolahan Emas Pada PT. Kasongan Bumi
Kencana
24
1. Crushing
Crusher merupakan mesin yang dirancang
untuk mengurangi besar batu ke batu yang
lebih kecil seperti kerikil atau debu batu.
Crusher dapat digunakan untuk mengurangi
ukuran atau mengubah bentuk bahan tambang
sehingga dapat diolah lebih lanjut.
Cruseher merupakan alat yang digunakan
dalam proses crushing, Crushing merupakan
proses yang bertujuan untuk meliberasi
mineral yang diinginkan dari mineral
pengotornya.
2. Milling
Proses cutting conventional dengan
menggunakan mesin milling, dihasilkan suatu
permukaan yang rata atau bentu-bentuk lain
yang spesifik (profil, radius, silindris,
dan lain-lain) dengan ukuran dan kualitas
tertentu dan menyisakan chip.
3. Leaching
Leaching adalah peristiwa pelarutan terarah
satu atau lebih senyawaan dari
campuran padatan dengan cara mengontakkan
dengan pelarut cair. Pelarut melarutkan sebagan
bahan padatan sehingga bahan terlarut yang
diinginkan dapat diperoleh.Teknologi
leaching biasanya digunakan oleh industri-
25
industri logam untuk memisahkan mineral
dari bijih dan batuan (ores). Pelarut asam
membuat garam logamterlarut) seperti :
leaching Cu dengan medium H 2SO4 atau NH 3,
leaching Co & Ni dengan campuran H2 SO4-NH3-
O2. Contoh dari leaching yaitu pemisahan emas
(Au) dari bentuk padatan berrongga dengan
menggunakan larutan asam sianida (HCN) atau
sulfat (H 2 SO4).Pabrik gula juga
mengunakan prinsip leaching saat memisahkan
gula dari bit, dimana air sebagai pelarut.
Pada saat memisahkan minyak dari kedelai,
kacang, biji matahari, biji kapas, dan
lain-lain, industri minyak goreng juga
menggunakan prinsip-prinsip leaching dengan
memakai pelarut hexana, aseton, eter atau
pelarut organik lainnya. Dengan prinsip
leaching juga para praktisi pada industri
farmasi mengambilkandungan obat dari
dedaunan, akar dan batang. Namun sebenarnya
konsep dasar leaching juga terjadi pada
lingkungan kita. Sebagai misal, kita
melihat erosi unsur-unsur hara oleh
air hujan. Demikian juga leaching terjadi
saat kita menyeduh teh atau kopi di pagi
hari. Leaching dapat dibagi menjadi dua :
a. Percolation Liquid added into solids
26
Pelarut dikontakkan dengan padatan
melalui proses tunak atau pun tak tunak.
Metodeini lebih banyak digunakan untuk
pemisahan campuran solid-liquid di mana
jumlah padatansangat besar dibandingkan
fasa liquid.
b. Dispersed Solids Solids added into
liquid
Pada metode ini, padatan dihancurkan
terlebih dahulu menjadi pecahan kecil
sebelum dikontakkan dengan pelarut.
Metode ini popular karena tingkat
kemurnian hasil prosessehingga dapat
mengimbangi biaya operasi pemisahan yang
tinggi.Untuk kedua jenis leaching di
atas, tiga variabel penting di dalam
leaching yaitu temperatur, area kontak,
dan jenis pelarut. Istilah leaching,
baik secara sengaja maupun tidak, sering
juga dirancukan dengan sebutan
ekstraksi. Demikian juga alatnya sering
dirancukan dengan penamaan sebagai
ekstraktor´.
4. Tank ke Tank
5. Loaded Carbon
6. Filling Carbon
7. Elution
27
Elusi adalah proses pelepasan emas dan
perak terlarut dari karbon sehingga
terbentuk air kaya yang didalamnya
mengandung ion emas dan perak. Dengan
proses elusi, karbon aktif akan bisa
digunakan kembali dengan cara reaktivasi
karbon sehingga akan mengurangi biaya
proses pengolahan. Pengurangan biaya proses
pengolahan akan sangat tinggi karena karbon
aktif biasanya dibakar langsung tanpa
melalui proses elusi yang mana biaya
pembelian karbon aktif sendiri hampir
mencapai 50% dari biaya proses pengolahan
jika karbon aktif dibakar langsung.
8. Washing
9. Finishing
10. Smelting
Adalah proses reduksi bijih sehingga
menjadi logam unsur yang dapat digunakan
berbagai macam zat seperti karbid,
hidrogen, logam aktif atau dengan cara
elektrolisis. Pemilihan zat peredusi ini
tergantung dari kereaktifan masing-masing
zat. Makin aktif logam makin sukar
direduksi, sehingga diperlukan pereduksi
yang lebih kuat. Logam yang kurang aktif
sepeti tembaga dan emas dapat direduksi
28
hanya dengan pemanasan. Logam dengan
kereaktifan sedang, seperti besi, nikel dan
timah dapat direduksi denagn karbon, sedang
logam aktif seperti magnesium dan almuinium
dapat direduksi dengan elektrolisis.
Seringkali proses peleburan ditambah dengan
fluks, yaitu suatu bahan yang mengikat
pengotor dan membentuk zat yang mudah
mencair, yang disebut terak.
G. Manfaat Pengolahan Bijih Emas
Menghilangkan zat pengotor, karena zat-zat
pengotor yang tercampur dalam bahan galian
telah dipisahkan sehingga yang diangkut
merupakan bahan galian murni yang telah
terbebas dari pengotor. Sebagian dari batuan
emas tidaklah berdiri sendiri, akan tetapi
terbungkus oleh lapisan logam lain yang
berbentuk garam sulfida. Untuk melarutkan emas
seperti ini diperlukan proses “refractory”
ataupun proses semacam itu agar tabir permukaan
logam emas/perak terbuka terhadap pelarut.
Meningkatkan nilai tambah bahan galian,
karena setelah dilakukannya pengolahan dapat
meningkatkan kadar bahan galian tersebut,
sehingga nilai jualnya akan meningkat juga
dipasaran. Untuk mereduksi senyawa-senyawa
29
kimia yang tidak dikehendaki pabrik peleburan
dan menyesuaikan dengan permintaan pasar.
VI. WAKTU PELAKSANAAN
Setelah disesuaikan dengan jadwal akademik,
maka jadwal kegiatan kerja praktik yang kami
usulkan adalah dua bulan. Terhitung dari pertengah
bulan Januari 2015 sampai akhir bulan Februari
2015.
Susunan langkah kerja yang diusulkan :
Kegiatan
Januari Februari
I IIII
IIV I II
II
IIV
Study LiteraturPengambilan dataPembahasan dan
evaluasiPembuatan laporan
VII. PENUTUP
Demikian proposal ini dibuat sebagai bahan
pertimbangan bagi pihak perusahaan dengan harapan
dapat memudahkan pelaksanaan Kerja Praktik (KP)
30
nantinya. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
proposal ini banyak terdapat kekurangan atau
kekeliruan, untuk itu dimohon adanya saran
konstruktif untuk perbaikan dan penyempurnaan
pelaksanaan Kerja Praktik (KP) ini.
Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Peleburan_%28metalurgi%29,diakses pada tanggal 6 November 2014
http://www.mineraltambang.com/pemurnian-emas.html, diakses pada tanggal 6 November 2014
http://sodikin-mandala.blogspot.com/2011/03/crusher.html, diakses pada tanggal 6 November 2014
http://andryanto86.wordpress.com/artikel/pengertian-dasar-milling/, diakses pada tanggal 6 November 2014
http://id.scribd.com/doc/76874930/Leaching, diakses pada tanggal 6 November 2014
31
http://jalanrejeki.wordpress.com/2009/01/28/pengolahan-emas-dengan-kimia/, diakses pada tanggal 6 November 2014
32