+ All Categories
Home > Documents > Proposal Kerja Praktek

Proposal Kerja Praktek

Date post: 29-Mar-2023
Category:
Upload: independent
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
32
I. PENDAHULUAN Kerja praktik merupakan kegiatan Mahasiswa sebagai syarat untuk memenuhi kurikulum perkuliahan di program studi pada suatu perguruan tinggi, dimana dituntut untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama dibangku kuliah dengan keadaan lapangan yang sebenarnya. Penerapan ilmu yang diperoleh dibangku kuliah tersebut sering mengalami kendala dikarenakan terbatasnya ilmu yang diperoleh di Perguruan Tinggi yang bersangkutan, baik terbatas sarana dan prasarana sebagai penunjang kuliah yang disediakan oleh pihak Perguruan Tinggi maupun kemampuan dari Mahasiswa itu sendiri. Keterbatasan inilah yang diantisipasi dengan diharuskannya seorang Mahasiswa pada akhir studinya melaksanakan Kerja Praktik (KP). Adapun pelaksanaan Kerja Praktik (KP) tersebut dilakukan pada perusahaan yang bergerak pada bidang usaha sesuai atau relevan dengan bidang ilmu yang dipelajari, dalam hal ini bidang Pertambangan (sesuai bidang ilmu dan jurusan yang dipraktikkan). Perusahaan yang ditunjuk untuk kegiatan praktik tersebut adalah perusahaan yang diharapkan mampu membina dan mengarahkan serta bersedia memberikan pengalaman ilmu teori dan praktik secara langsung di lapangan kepada Mahasiswa yang melaksanakan 1
Transcript

I. PENDAHULUAN

Kerja praktik merupakan kegiatan Mahasiswa

sebagai syarat untuk memenuhi kurikulum perkuliahan

di program studi pada suatu perguruan tinggi,

dimana dituntut untuk dapat mengaplikasikan ilmu

yang diperoleh selama dibangku kuliah dengan

keadaan lapangan yang sebenarnya.

Penerapan ilmu yang diperoleh dibangku kuliah

tersebut sering mengalami kendala dikarenakan

terbatasnya ilmu yang diperoleh di Perguruan Tinggi

yang bersangkutan, baik terbatas sarana dan

prasarana sebagai penunjang kuliah yang disediakan

oleh pihak Perguruan Tinggi maupun kemampuan dari

Mahasiswa itu sendiri. Keterbatasan inilah yang

diantisipasi dengan diharuskannya seorang Mahasiswa

pada akhir studinya melaksanakan Kerja Praktik

(KP).

Adapun pelaksanaan Kerja Praktik (KP) tersebut

dilakukan pada perusahaan yang bergerak pada bidang

usaha sesuai atau relevan dengan bidang ilmu yang

dipelajari, dalam hal ini bidang Pertambangan

(sesuai bidang ilmu dan jurusan yang dipraktikkan).

Perusahaan yang ditunjuk untuk kegiatan praktik

tersebut adalah perusahaan yang diharapkan mampu

membina dan mengarahkan serta bersedia memberikan

pengalaman ilmu teori dan praktik secara langsung

di lapangan kepada Mahasiswa yang melaksanakan

1

praktik. Hal ini penting diperhatikan, karena

melalui praktik lapangan diharapkan sumber daya

manusia meningkat sehingga mendapatkan pengalaman

kerja yang dapat berguna nantinya pada masa

mendatang serta dapat memberikan masukan kepada

pihak perusahaan terhadap segala analisa yang akan

dilakukan.

Indonesia merupakan salah satu negara yang

memiliki banyak sekali bahan galian mineral

diantaranya ialah bahan galian emas. Bahan galian

emas merupakan salah satu dari bahan galian

golongan B atau bahan galian yang bersifat vital

bagi negara.

Emas merupakan elemen yang dikenal sebagai

logam mulia dan komoditas yang sangat berharga

sepanjang sejarah manusia. Elemen ini memiliki

nomor atom 79 dan nama kimia aurum atau Au. Emas

termasuk golongan native elemen, dengan sedikit

kandungan perak, tembaga, atau besi. Warnanya

kuning keemasan dengan kekerasan 2,5-3 skala Mohs.

Bentuk kristal isometric octahedron atau dodecahedron.

Specific gravity 15,5-19,3 pada emas murni. Makin

besar kandungan perak, maka emas makin berwarna

keputih-putihan.

Emas terbentuk dari proses magmatisme atau

pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan

terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan

2

larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian

secara mekanis menghasilkan endapan alluvial

(placer). Genesa emas dikategorikan menjadi dua

yaitu endapan primer dan endapan placer.

Salah satu bagian dari kegiatan penambangan

yang sangat penting ialah kegiatan pemurnian.

Berdasarkan latar belakang pentingnya studi

lapangan tersebut, maka dilakukan Kerja Praktik di

sebuah perusahaan. Perusahaan yang ditunjuk untuk

Kerja Praktik ini adalah perusahaan yang bersedia

membina dan mengarahkan serta bersedia memberikan

pengalaman ilmu praktik secara langsung di lapangan

kepada mahasiswa yang melaksanakan Kerja Praktik.

Hal ini penting diperhatikan, karena melalui Kerja

Praktik diharapkan sumber daya manusia meningkat

hingga mendapatkan pengalaman kerja yang dapat

berguna nantinya pada masa mendatang serta dapat

mempunyai pandangan umum mengenai aktivitas

kegiatan penambangan di sebuah perusahaan. Sesuai

dengan alasan inilah yang menjadi dasar praktikan

memilih tempat kegitan Kerja Praktik.

Sesuai dengan alasan inilah yang menjadi dasar

mahasiswa memilih tempat Kerja Praktik (KP) pada

PT. KASONGAN BUMI KENCANA Adapun topik yang kami

ajukan adalah : Observasi Proses Pengolahan Emas

Dari Bentuk Material Sampai Pada Proses Bullion

Pada Aktivitas Produksi PT. KASONGAN BUMI KENCANA

3

Di Desa Mirah Kalanaman, Kecamatan Tumbang Samba,

Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah

I. LATAR BELAKANG

Perusahaan tambang batubara PT. Kasongan Bumi

Kencana terletak di Desa Mirah Kalanaman, Kecamatan

Tumbang Samba, Kabupaten Katingan, Provinsi

Kalimantan Tengah.

Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh PT.

Kasongan Bumi Kencana adalah melakukan pemurnian,

yaitu melakukan pengolahan logam kotor melalui

proses kimia agar diperoleh tingkat kemurnian

tinggi.

Berdasarkan latar belakang pentingnya studi

lapangan tersebut, maka dilakukan Kerja Praktik di

sebuah perusahaan. Perusahaan yang ditunjuk untuk

Kerja Praktik ini adalah perusahaan yang bersedia

membina dan mengarahkan serta bersedia memberikan

pengalaman ilmu praktik secara langsung di lapangan

kepada mahasiswa yang melaksanakan Kerja Praktik.

4

Hal ini penting diperhatikan, karena melalui Kerja

Praktik diharapkan sumber daya manusia meningkat

hingga mendapatkan pengalaman kerja yang dapat

berguna nantinya pada masa mendatang serta dapat

mempunyai pandangan umum mengenai aktivitas kegiatan

penambangan di sebuah perusahaan. Sesuai dengan

alasan inilah yang menjadi dasar praktikan memilih

tempat kegitan Kerja Praktik.

Sesuai dengan alasan inilah yang menjadi dasar

mahasiswa memilih tempat Kerja Praktik (KP) pada PT.

KASONGAN BUMI KENCANA. Adapun topik yang kami

ajukan adalah : Observasi Proses Pengolahan Emas

Dari Bentuk Material Sampai Pada Proses Bullion Pada

Aktivitas Produksi PT. KASONGAN BUMI KENCANA Di Desa

Mirah Kalanaman, Kecamatan Tumbang Samba, Kabupaten

Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah

II. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari Kerja Praktik ini adalah sebagai

bahan pembelajaran secara langsung di lapangan

mengenai kegiatan pemurnian sesuai dengan judul

yang diambil. Selain itu, merupakan salah satu

5

syarat pada kurikulum pembelajaran pada program S1

Teknik Pertambangan, Universitas Palangkaraya

(UNPAR), Provinsi Kalimantan Tengah.

Sedangkan tujuan dari kerja praktik ini antara

lain :

a) Untuk mengetahui dan mengenal kegiatan pemurnian

baik prosedur pemurnian, peralatan yang

digunakan, dan kegiatan pemurnian serta

pengolahan datanya.

b) Menambah wawasan dan pengetahuan tentang

kegiatan pemurnian emas pada PT. Kasongan Bumi

Kencana, Desa Mirah Kalanaman, Kecamatan

Katingan Tengah, Kabupaten Katingan, Provinsi

Kalimantan Tengah.

c) Dapat mengetahui arti penting kegiatan pemurnian

emas bagi kegiatan penambangan pada PT. Kasongan

Bumi Kencana, Desa Mirah Kalanaman, Kecamatan

Katingan Tengah, Kabupaten Katingan, Provinsi

Kalimantan Tengah.

III. BATASAN MASALAH

Dalam kegiatan Kerja Praktik ini yang dibahas

adalah sesuai dengan judul Kerja Praktik yaitu

“Observasi Proses Pengolahan Emas Dari Bentuk

Material Sampai Pada Proses Bullion Pada Aktivitas

Produksi PT. KASONGAN BUMI KENCANA Di Desa Mirah

Kalanaman, Kecamatan Tumbang Samba, Kabupaten

6

Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah” untuk

mengamati proses dalam kegiatan pemurnian emas.

IV. METODE PENGAMBILAN DATA

Adapun penulisan laporan ini didasarkan pada

tiga (3) metode, yaitu :

1. Metode Pengambilan data primer (pengamatan

lapangan)

Metode ini dilakukan dengan cara pengamatan

langsung di lapangan terhadap kegiatan

pemurnian emas.

2. Metode Interview (wawancara)

Metode ini dilakukan dengan cara tanya jawab

kepada operator lapangan dan staf pada PT.

KASONGAN BUMI KENCANA

3. Metode Pustaka

Metode ini dilakukan dengan cara studi

literatur baik yang menyangkut tentang PT.

KASONGAN BUMI KENCANA maupun yang berkenaan

dengan topik yang dibahas dalam laporan ini.

V. DASAR TEORI

A. Pengertian emas

Emas adalah unsur kimia dlm tabel

periodik yang memiliki simbol Au (bahasa Latin:

'aurum') dan nomor atom 79. Sebuah logam

7

transisi (trivalen dan univalen) yang lembek,

mengkilap, kuning, berat, "malleable", dan

"ductile". Emas tidak bereaksi dengan zat kimia

lainnya tapi terserang

oleh klorin, fluorin dan aqua regia. Logam ini

banyak terdapat di nugget emas atau serbuk di

bebatuan dan di deposit alluvial dan salah

satu logam coinage. Kode ISOnya adalah XAU.

Emas melebur dalam bentuk cair pada suhu

sekitar 1000 derajat celcius.

Emas merupakan logam yang

bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya

berkisar antara 2,5 – 3 (skala Mohs), serta

berat jenisnya tergantung pada jenis dan

kandungan logam lain yang berpadu dengannya.

Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi

dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral

ikutan tersebut

umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar,

dan sejumlah kecil mineral non logam. Mineral

pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan

sulfida yang telah teroksidasi. Mineral pembawa

emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas

telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas

dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan

selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain dari

8

emas nativ, hanya kandungan perak di dalamnya

>20%.

B. Genesa emas

Emas terbentuk dari proses magmatisme atau

pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa

endapan terbentuk karena proses metasomatisme

kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan

pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan

endapan letakan (placer).

Berdasarkan proses terbentuknya, endapan

emas dikatagorikan menjadi dua type yaitu :

1. Endapan primer / Cebakan Primer

Pada umumnya emas ditemukan dalam bentuk

logam (native) yang terdapat di dalam

retakan-retakan batuan kwarsa dan dalam

bentuk mineral yang terbentuk dari proses

magmatisme atau pengkonsentrasian di

permukaan. Beberapa endapan terbentuk

karena proses metasomatisme kontak dan

aktifitas hidrotermal, yang membentuk tubuh

bijih dengan kandungan utama silika.

Cebakan emas primer mempunyai bentuk

sebaran berupa urat/vein dalam batuan beku,

kaya besi dan berasosiasi dengan urat

kuarsa.

2. Endapan plaser / Cebakan Sekunder

9

Emas juga ditemukan dalam bentuk emas

aluvial yang terbentuk karena proses

pelapukan terhadap batuan-batuan yang

mengandung emas (gold-bearing rocks, Lucas,

1985). Proses oksidasi dan pengaruh

sirkulasi air yang terjadi pada cebakan

emas primer pada atau dekat permukaan

menyebabkan terurainya penyusun bijih emas

primer. Proses tersebut menyebabkan juga

terlepas dan terdispersinya emas. Terlepas

dan tersebarnya emas dari ikatan bijih

primer dapat terendapkan kembali pada

rongga-rongga atau pori batuan, rekahan

pada tubuh bijih dan sekitarnya, membentuk

kumpulan butiran emas dengan tekstur

permukaan kasar. Akibat proses tersebut,

butiran-butiran emas pada cebakan emas

sekunder cenderung lebih besar dibandingkan

dengan butiran pada cebakan primernya

(Boyle, 1979). Dimana pengkonsentrasian

secara mekanis melalui proses erosi,

transportasi dan sedimentasi yang terjadi

terhadap hasil disintegrasi cebakan emas

pimer menghasilkan endapan emas

letakan/aluvial (placer deposit).

C. Kegunaan Emas

10

Emas moneter sebagai jaminan mata uang yang

pernah dipakai oleh Bank Indonesia.

Emas digunakan sebagai standar keuangan di

banyak negara dan juga digunakan

sebagai perhiasan, dan elektronik. Penggunaan

emas dalam bidang moneter dan keuangan

berdasarkan nilai moneter absolut dari emas itu

sendiri terhadap berbagai mata uang di seluruh

dunia, meskipun secara resmi di bursa

komoditas dunia, harga emas dicantumkan dalam

mata uang dolar Amerika. Bentuk penggunaan emas

dalam bidang moneter lazimnya berupa bulion

atau batangan emas dalam berbagai satuan berat

gram sampai kilogram.

D. Pengolahan Emas

Dalam penambangan emas, logam emas tidak

berada dalam bentuk murninya, akan tetapi masih

bercampur dengan logam dan campuran lain.

Karena itu perlu adanya pemisahan dan pemurnian

logam emas. Selama ini, pemisahan emas

dilakukan dengan cara sianidasi, amalgamasi,

dan peleburan. Sedangkan pemurnian emas dengan

cara elektrolisis.

Pelindian adalah proses untuk mengambil

senyawa logam terlarut dari bijih dengan

melarutkan secara selektif senyawa tersebut ke

dalam suatu pelarut seperti air, asam sulfat

11

dan asam klorida atau larutan sianida. Logam

yang diinginkan kemudian diambil dari larutan

tersebut dengan pengendapan kimiawi atau bahan

kimia yang lain atau proses elektrokimia.

Metode pelindian dapat berbentuk timbunan, heap

atau tangki. Metode pelindian head leaching

banyak digunakan untuk pertambangan emas

sedangkan pelindian dengan timbunan banyak

digunakan untuk pertambangan tembaga. Pencucian

tumpukan batuan dengan sianida (Cyanide Heap

Leaching) dianggap sebagai cara paling hemat

biaya untuk memisahkan butir-butir emas yang

halus

E. Cara pengolahan Bijih Emas

Teknologi proses pengolahan emas skala

komersial yang umum digunakan terdiri dari

beberapa tahap, yaitu :

1. Comminution / Kominusi

Kominusi adalah proses reduksi ukuran dari

ore agar mineral berharga yang mengandung

emas dengan tujuan untuk membebaskan

(meliberasi) mineral emas dari mineral-

mineral lain yang terkandung dalam batuan

induk.

a. Refractory ore processing

12

Bijih dipanaskan pada suhu 100 - 1100C, biasanya sekitar 10 jam sesuai

dengan moisture. Proses ini sekaligus

mereduksi sulfur pada batuan oksidis.

b. Crushing

Crushing merupakan suatu proses

peremukan ore (bijih) dari hasil

penambangan melalui perlakuan mekanis,

dari ukuran batuan tambang <40 cm

menjadi <12,5 mm, misalnya dengan

menggunakan Roll Crusher, Jaw Crusher,

Cone Crusher, Stamp Mill, dll.

c. Milling

Milling merupakan proses penggerusan

lanjutan dari crushing,hingga mencapai

ukuran slurry dari hasil milling yang

diharapkan yaitu minimal 80% adalah -

200#, misalnya dengan menggunakan

Hammer Mill, Ball Mill, Rod Mill, Disc

Mill , dll.

2. Concentration / separation

Setelah ukuran bijih diperkecil, proses

selanjutnya dilakukan proses konsentrasi

dengan memisahkan mineral emas dari mineral

pengotornya. Pada endapan emas aluvial,

bijih hasil penggalian langsung memasuki

13

tahap ini tanpa tahap kominusi terlebih

dahulu.

a. Gravity separation / Pemisahan gaya

berat

Konsentrasi/separasi dengan metode

gravitasi memanfaatkan perbedaan massa

jenis emas (19.3 ton/m3) dengan massa

jenis mineral lain dalam batuan (yang

umumnya berkisar 2.8 ton/m3). Mineral

pembawa emas biasanya berasosiasi

dengan mineral ikutan (gangue

minerals). Mineral ikutan tersebut

umumnya kuarsa, karbonat, turmalin,

flourpar, dan sejumlah kecil mineral

non logam. Mineral pembawa emas juga

berasosiasi dengan endapan sulfida yang

telah teroksidasi. Mineral pembawa emas

terdiri dari emas nativ, elektrum, emas

telurida, sejumlah paduan dan senyawa

emas dengan unsur-unsur belerang,

antimon, dan selenium. Emas asli

mengandungi antara 8% dan 10% perak,

tetapi biasanya kandungan tersebut

lebih tinggi. Elektrum sebenarnya jenis

lain dari emas nativ, hanya kandungan

perak di dalamnya >20%. Apabila jumlah

14

perak bertambah, warnanya menjadi lebih

putih.

Metode gravitasi akan efektif bila

dilakukan pada material dengan diameter

yang sama/seragam, karena pada

perbedaan diameter yang besar perilaku

material ringan (massa jenis kecil)

akan sama dengan material berat (massa

jenis besar) dengan diameter kecil.

Hasil dari proses ini berupa konsentrat

yang mengandung bijih emas dengan

kandungan yang besar, dan lumpur

pencucian yang terdiri atas mineral-

mineral pengotor pada bijih emas.

Konsentrat emas selanjutnya diolah

dengan proses ekstraksi.

b. Froth Flotation / Pemisahan pengapungan

Froth Flotation/pengapungan buih yaitu

pemisahan bijih emas dari pengotor

dengan cara mengapungkan bijih ke

permukaan melalui pengikatan dengan

buih dengan menggunakan bahan kimia

tertentu dan udara. Selain pemisahan

bijih emas, prosess ini banyak dipakai

untuk beberapa bijih seperti Cu, Pb,

Zn, Ag,  dan Ni.

15

Teknik pengerjaannya dilakukan dengan

cara menghembuskan udara ke dalam

butiran mineral halus  (telah mengalami

proses crushing) yang dicampur dengan

air dan zat pembuih. Butiran mineral

halus akan terbawa gelembung udara ke

permukaan, sehingga terpisahkan dengan

materi pengotor (gangue) yang tinggal

dalam air (tertinggal pada bagian bawah

tank penampung). Pengikatan butiran

bijih akan semakin efektif apabila

ditambahkan suatu zat collector.

Pada proses ini menjadi sangat penting

untuk dilakukan dengan baik, sebab

dengan memilah ukuran bijih hasil

kominusi akan menyeragamkan besaran

umpan (feeding) ke proses konsentrasi.

Sedangkan bijih yang masih belum

seragam (lebih besar) hasil pemilahan

dikembalikan ke proses sebelumnya yaitu

kominusi.

3. Extraction

Ekstraksi emas dalam skala industri yang

paling umum dilakukan yaitu :

a. Liquation Separation / pencairan

16

Pemisahan pencairan (liquation

separation), adalah proses pemisahan

yang dilakukan dengan cara memanaskan

mineral di atas titik leleh logam,

sehingga cairan logam akan terpisahkan

dari pengotor.

Yang menjadi dasar untuk proses

pemisahan metode ini, yaitu density

(berat jenis) dan melting point (titik

cair). Titik cair emas pada suhu

1064.18 oC, sedangkan titik cair perak

pada suhu 961.78 oC. Ini artinya perak

akan mencair lebih dulu dari pada emas.

Namun untuk benar-benar terpisah, maka

perak harus menunggu emas mencair 100%.

Kemudian bila dilihat dari berat

jenisnya, maka berat jenis emas cair

sebesar 17.31 gram per cm3 sedangkan

berat jenis perak sebesar 9.32 gram per

cm3. Hal ini berarti berat jenis emas

lebih besar dari pada berat jenis

perak.

Dari hukum alam fisika, maka bila ada

dua jenis zat cair yang berbeda dan

memiliki berat jenis yang berbeda pula,

maka zat cair yang memiliki berat jenis

lebih kecil dari zat satunya, ia akan

17

mengapung. Dengan demikian, cairan

perak akan terapung diatas lapisan

cairan emas, seperti halnya cairan

minyak mengambang diatas lapisan air.

Dari sana, perak dipisahkan dari emas,

sampai tidak ada lagi perak yang

terapung. Dengan metode akan dihasilkan

Au bullion dan Ag bullion.

b. Amalgamasi

Amalgamasi merupakan proses ekstraksi

emas dengan cara mencampur bijih emas

dengan merkuri (Hg). Produk yang

terbentuk adalah ikatan antara emas-

perak dan merkuri yang dikenal sebagai

amalgam (Au–Hg). Merkuri akan membentuk

amalgam dengan semua logam kecuali besi

dan platina.

Amalgam masih merupakan proses

ekstraksi emas yang paling sederhana

dan murah, namun demikian amalgamasi

akan efektif pada emas yang terliberasi

sepenuhnya maupun sebagian pada ukuran

partikel yang lebih besar dari 200 mesh

(0.074 mm) dan dalam membentuk emas

murni yang bebas (free native gold).

18

Tiga bentuk utama dari amalgam adalah

AuHg2, Au2Hg and Au3Hg.

Proses amalgamasi merupakan proses

kimia fisika, apabila amalgamnya

dipanaskan, maka akan terurai menjadi

elemen-elemen yaitu air raksa dan

bullion emas. Amalgam dapat terurai

dengan pemanasan di dalam sebuah

retort, air raksanya akan menguap dan

dapat diperoleh kembali dari kondensasi

uap air raksa tersebut. Sementara Au-Ag

tetap tertinggal di dalam retort

sebagai logam.

c. Sianidasi

Leaching Sianida adalah proses

pelarutan selektif oleh sianida dimana

hanya logam-logam tertentu yang dapat

larut, misalnya Au, Ag, Cu, Zn, Cd, Co

dan lain-lain.

Proses Sianidasi terdiri dari dua tahap

penting, yaitu proses pelarutan /

pelindian (leaching) dan proses

pemisahan emas (recovery) dari larutan

kaya. Pelarut yang biasa digunakan

dalam proses cyanidasi adalah Sodium

Cyanide (NaCN), Potassium Cyanide

19

(KCN), Calcium Cyanide (Ca(CN)2), atau

Ammonium Cyanide (NH4CN). Pelarut yang

paling sering digunakan adalah NaCN,

karena mampu melarutkan emas lebih baik

dari pelarut lainnya.

Walaupun penggunaan metode ini sama

halnya dengan metode ekstraksi yang

lain yang masih memiliki potensi dampak

berupa efek beracunnya bagi pekerja dan

lingkungan, ekstraksi emas dengan

menggunakan metode leaching sianida

saat ini telah menjadi proses utama

ekstraksi emas dalam skala industri,

karena metode ini menawarkan tehnologi

yang lebih efektif dan efisien, antara

lain adalah :

- Heap leaching (pelindian

tumpukan) : pelindian emas dengan

cara menyiramkan larutan sianida

pada tumpukan bijih emas (diameter

bijih < 10 cm) yang sudah dicampur

dengan batu kapur. Air lindian yang

mengalir di dasar tumpukkan yang

kedap kemudian di kumpulkan untuk

kemudian dilakukan proses

berikutnya. Efektifitas ekstraksi

emas berkisar 35 – 65 %.

20

- VAT leaching (pelindian rendaman) :

pelindian emas yang dilakukan

dengan cara merendam bijih emas

(diameter bijih < 5 cm) yang sudah

dicampur dengan batu kapur dengan

larutan sianida pada bak kedap. Air

lindianyang dihasilkan kemudian

dikumpulkan untuk dilakukan proses

berikutnya. Proses pelindian

berlangsung antara 3–7 hari dan

setelah itu tangki dikosongkan

untuk pengolahan bijih yang baru.

Efektifitas ekstraksi emas berkisar

40 – 70 %.

- Agitated tank leaching (pelindian

adukan) : pelindian emas yang

dilakukan dengan cara mengaduk

bijih emas yang sudah dicampur

dengan batu kapur dengan larutan

sianida pada suatu tangki dan

diaerasi dengan gelembung udara.

Lamanya pengadukan biasanya selama

24 jam untuk menghasilkan pelindian

yang optimal. Air lindian yang

dihasilkan kemudian dikumpulkan

untuk kemudian dilakukan proses

berikutnya. Efektifitas ekstraksi

21

emas dapat mencapai lebih dari 90

%.

4. Refinning / Pemurnian

Refining, yaitu melakukan pengolahan logam

kotor melalui proses kimia agar diperoleh

tingkat kemurnian tinggi dengan tahapan

sebagai berikut :

a. Smelting

Smelting (peleburan) adalah proses

reduksi bijih (abu hasil roasting atau

cake hasil electrowinning) pada suhu

tinggi (1.200oC) hingga mendapatkan

material lelehan. Dengan menambahkan

Flux formula, salah satunya Borax -

Sodium Borate (Na2B4O7. 10H2O) sebagai

bahan kimia tambahan untuk proses

smelting. Fungsi borax dalam proses

smelting yaitu mengikat kotoran

penggangu selain logam (slag/terak).

Sehingga ketika mencair, matte (logam

lelehan) akan berada di bawah sedangkan

bagian atas disebut slag/terak yang

ditangkap oleh silika berupa semacam

kaca yang mudah untuk dipecahkan.

Produk reduksi selama proses pelelehan

disebut Dore bullion (Au-Ag alloy).

b. Size Reduction

22

Size reduction (pengecilan ukuran)

yaitu mereduksi dore bullion (Au-Ag

alloy) yang masih berukuran besar

menjadi butiran-butiran kecil, sebelum

diproses ke tahap parting. Idealnya

besaran butiran sekitar diameter 2-3 mm

dengan kadar emas 25% atau kurang. 

Bila perlu dilakukan Quartering, yaitu

menurunkan kadar emas dengan penambahan

yang tepat dari tembaga atau perak agar

tercapai kadar emas 25%.

Proses ini dilakukan berdasarkan proses

perlakuan kimia untuk bahan fase padat

yang umumnya sangat dipengaruhi oleh

luas permukaan dari bahan padat

tersebut. Semakin luas permukaannya,

maka perlakuan kimia akan semakin baik.

Dimana luas permukaan dari suatu bahan

padat berhubungan erat dengan ukuran

dari bahan tersebut, artinya semakin

kecil ukuran dari bahan padat, maka

permukaannya akan semakin luas.

c. Parting

Parting, yaitu proses untuk memisahkan

emas dengan perak dan logam dasar dari

dore bullion (Au-Ag alloy) dengan

larutan asam nitrat (HNO3). Dipasaran

23

kita dapat temukan asam nitrat kadar

68%.

Hasil setelah perebusan terakhir,

endapan yang ada sudah halus dan

berwarna coklat seperti bubuk kopi.

Endapan ini merupakan bullion emas

(High Au Bullion) dengan kadar emas

mencapai 98%, untuk hasil lebih baik

dapat diproses dengan Aqua Regia agar

dapat diperoleh kadar hingga 99.6%.

Sedangkan air hasil bilasan yang

ditampung diember dilanjutkan pada

proses hydrometalurgi untuk diambil

peraknya.

d. Melting

Melting. Untuk mendapatkan logam emas,

endapan bullion emas (High Au Bullion)

selanjutnya dilebur dengan penambahan

borax (Na2B4O7.10H2O). Tujuan pemakaian

borax di sini adalah selain untuk

mengikat kotoran yang masih ada, juga

untuk menahan bullion agar tidak

beterbangan saat terkena hembusan dari

blander nantinya.

F. Proses Pengolahan Emas Pada PT. Kasongan Bumi

Kencana

24

1. Crushing

Crusher merupakan mesin yang dirancang

untuk mengurangi besar batu ke batu yang

lebih kecil seperti kerikil atau debu batu.

Crusher dapat digunakan untuk mengurangi

ukuran atau mengubah bentuk bahan tambang

sehingga dapat diolah lebih lanjut.

Cruseher merupakan alat yang digunakan

dalam proses crushing, Crushing merupakan

proses yang bertujuan untuk meliberasi

mineral yang diinginkan dari mineral

pengotornya.

2. Milling

Proses cutting conventional dengan

menggunakan mesin milling, dihasilkan suatu

permukaan yang rata atau bentu-bentuk lain

yang spesifik (profil, radius, silindris,

dan lain-lain) dengan ukuran dan kualitas

tertentu dan menyisakan chip.

3. Leaching

Leaching adalah peristiwa pelarutan terarah

satu atau lebih senyawaan dari

campuran padatan dengan cara mengontakkan

dengan pelarut cair. Pelarut melarutkan sebagan

bahan padatan sehingga bahan terlarut yang

diinginkan dapat diperoleh.Teknologi

leaching biasanya digunakan oleh industri-

25

industri logam untuk memisahkan mineral

dari bijih dan batuan (ores). Pelarut asam

membuat garam logamterlarut) seperti :

leaching Cu dengan medium H 2SO4 atau NH 3,

leaching Co & Ni dengan campuran H2 SO4-NH3-

O2. Contoh dari leaching yaitu pemisahan emas

(Au) dari bentuk  padatan berrongga dengan

menggunakan larutan asam sianida (HCN) atau

sulfat (H 2 SO4).Pabrik gula juga

mengunakan prinsip leaching saat memisahkan

gula dari bit, dimana air sebagai pelarut.

Pada saat memisahkan minyak dari kedelai,

kacang, biji matahari, biji kapas, dan

lain-lain, industri minyak goreng juga

menggunakan prinsip-prinsip leaching dengan

memakai pelarut hexana, aseton, eter atau

pelarut organik lainnya. Dengan prinsip

leaching juga para praktisi pada industri

farmasi mengambilkandungan obat dari

dedaunan, akar dan batang. Namun sebenarnya

konsep dasar leaching juga terjadi pada

lingkungan kita. Sebagai misal, kita

melihat erosi unsur-unsur hara oleh

air hujan. Demikian juga leaching terjadi

saat kita menyeduh teh atau kopi di pagi

hari. Leaching dapat dibagi menjadi dua :

a. Percolation Liquid added into solids

26

Pelarut dikontakkan dengan padatan

melalui proses tunak atau pun tak tunak.

Metodeini lebih banyak digunakan untuk

pemisahan campuran solid-liquid di mana

jumlah padatansangat besar dibandingkan

fasa liquid.

b. Dispersed Solids Solids added into

liquid

Pada metode ini, padatan dihancurkan

terlebih dahulu menjadi pecahan kecil

sebelum dikontakkan dengan pelarut.

Metode ini popular karena tingkat

kemurnian hasil prosessehingga dapat

mengimbangi biaya operasi pemisahan yang

tinggi.Untuk kedua jenis leaching di

atas, tiga variabel penting di dalam

leaching yaitu temperatur, area kontak,

dan jenis pelarut.  Istilah leaching,

baik secara sengaja maupun tidak, sering

juga dirancukan dengan sebutan

ekstraksi. Demikian juga alatnya sering

dirancukan dengan penamaan sebagai

ekstraktor´.

4. Tank ke Tank

5. Loaded Carbon

6. Filling Carbon

7. Elution

27

Elusi adalah proses pelepasan emas dan

perak terlarut dari karbon sehingga

terbentuk air kaya yang didalamnya

mengandung ion emas dan perak. Dengan

proses elusi, karbon aktif akan bisa

digunakan kembali dengan cara reaktivasi

karbon sehingga akan mengurangi biaya

proses pengolahan. Pengurangan biaya proses

pengolahan akan sangat tinggi karena karbon

aktif biasanya dibakar langsung tanpa

melalui proses elusi yang mana biaya

pembelian karbon aktif sendiri hampir

mencapai 50% dari biaya proses pengolahan

jika karbon aktif dibakar langsung.

8. Washing

9. Finishing

10. Smelting

Adalah proses reduksi bijih sehingga

menjadi logam unsur yang dapat digunakan

berbagai macam zat seperti karbid,

hidrogen, logam aktif atau dengan cara

elektrolisis. Pemilihan zat peredusi ini

tergantung dari kereaktifan masing-masing

zat. Makin aktif logam makin sukar

direduksi, sehingga diperlukan pereduksi

yang lebih kuat. Logam yang kurang aktif

sepeti tembaga dan emas dapat direduksi

28

hanya dengan pemanasan. Logam dengan

kereaktifan sedang, seperti besi, nikel dan

timah dapat direduksi denagn karbon, sedang

logam aktif seperti magnesium dan almuinium

dapat direduksi dengan elektrolisis.

Seringkali proses peleburan ditambah dengan

fluks, yaitu suatu bahan yang mengikat

pengotor dan membentuk zat yang mudah

mencair, yang disebut terak.

G. Manfaat Pengolahan Bijih Emas

Menghilangkan zat pengotor, karena zat-zat

pengotor yang tercampur dalam bahan galian

telah dipisahkan sehingga yang diangkut

merupakan bahan galian murni yang telah

terbebas dari pengotor. Sebagian dari batuan

emas tidaklah berdiri sendiri, akan tetapi

terbungkus oleh lapisan logam lain yang

berbentuk garam sulfida. Untuk melarutkan emas

seperti ini diperlukan proses “refractory”

ataupun proses semacam itu agar tabir permukaan

logam emas/perak terbuka terhadap pelarut.

Meningkatkan nilai tambah bahan galian,

karena setelah dilakukannya pengolahan dapat

meningkatkan kadar bahan galian tersebut,

sehingga nilai jualnya akan meningkat juga

dipasaran. Untuk mereduksi senyawa-senyawa

29

kimia yang tidak dikehendaki pabrik peleburan

dan menyesuaikan dengan permintaan pasar.

VI. WAKTU PELAKSANAAN

Setelah disesuaikan dengan jadwal akademik,

maka jadwal kegiatan kerja praktik yang kami

usulkan adalah dua bulan. Terhitung dari pertengah

bulan Januari 2015 sampai akhir bulan Februari

2015.

Susunan langkah kerja yang diusulkan :

Kegiatan

Januari Februari

I IIII

IIV I II

II

IIV

Study LiteraturPengambilan dataPembahasan dan

evaluasiPembuatan laporan

VII. PENUTUP

Demikian proposal ini dibuat sebagai bahan

pertimbangan bagi pihak perusahaan dengan harapan

dapat memudahkan pelaksanaan Kerja Praktik (KP)

30

nantinya. Kami menyadari bahwa dalam penulisan

proposal ini banyak terdapat kekurangan atau

kekeliruan, untuk itu dimohon adanya saran

konstruktif untuk perbaikan dan penyempurnaan

pelaksanaan Kerja Praktik (KP) ini.

Daftar Pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Peleburan_%28metalurgi%29,diakses pada tanggal 6 November 2014

http://www.mineraltambang.com/pemurnian-emas.html, diakses pada tanggal 6 November 2014

http://sodikin-mandala.blogspot.com/2011/03/crusher.html, diakses pada tanggal 6 November 2014

http://andryanto86.wordpress.com/artikel/pengertian-dasar-milling/, diakses pada tanggal 6 November 2014

http://id.scribd.com/doc/76874930/Leaching, diakses pada tanggal 6 November 2014

31

http://jalanrejeki.wordpress.com/2009/01/28/pengolahan-emas-dengan-kimia/, diakses pada tanggal 6 November 2014

32


Recommended