Date post: | 11-Nov-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | khangminh22 |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
RANCANGAN KEMAJUAN PENAMBANGAN FELDSPAR
BERDASARKAN PIT OPTIMISASI DI CV. BIRU LANGIT,
KABUPATEN BANJARNEGARA,
PROVINSI JAWA TENGAH
SKRIPSI
Oleh :
DITTO SETYO NUGROHO
112170064
PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2022
RANCANGAN KEMAJUAN PENAMBANGAN FELDSPAR
BERDASARKAN PIT OPTIMISASI DI CV. BIRU LANGIT,
KABUPATEN BANJARNEGARA,
PROVINSI JAWA TENGAH
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik dari
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Oleh :
DITTO SETYO NUGROHO
112170064
PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2022
iii
RANCANGAN KEMAJUAN PENAMBANGAN FELDSPAR
BERDASARKAN PIT OPTIMISASI DI CV. BIRU LANGIT,
KABUPATEN BANJARNEGARA,
PROVINSI JAWA TENGAH
Oleh :
DITTO SETYO NUGROHO
112170064
Disetujui untuk
Program Sarjana
Program Studi Teknik Pertambangan
Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Tanggal : ………………………..
Pembimbing I,
(Dr. Ir. Waterman S.B., MT,IPM)
Pembimbing II,
(Ir. Suyono, MS)
iv
“Iqra (bacalah) denqan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
Menciptakan manusia dari segumpal darah. Iqra’ (bacalah), dan Tuhanmu lah yang
Paling Pemurah, sang Mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia
Mengajarkan kepada manusia apa sang tidak diketahuinya.”
(Q. Al ‘Alaq: 1-5).
Skripsi ini saya persembahkan untuk
Bapak Sutikno dan Ibunda Warniyati,
selaku orang tua saya yang semoga selalu
dalam lindungan Allah SWT dan seluruh
keluarga tercinta.
v
RINGKASAN
Keberadaan endapan feldspar di daerah Banjarnegara memerlukan
kegiatan perancangan sebelum dilakukan kegiatan penambangan. Adanya
material kadar rendah pada endapan feldspar (kadar total SiO2, Fe2O3 dan Al2O3 <
70%) serta kondisi lahan di dalam Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP)
yang belum sepenuhnya dibebaskan menjadi permasalahan dalam menentukan
batas akhir penambangan dan penentuan jumlah cadangan. Penelitian ini
bertujuan untuk menentukan batas akhir penambangan dari pit optimasi,
melakukan estimasi cadangan feldspar dari pit optimasi dan pit design, kemudian
dilanjutkan dengan membuat rancangan kemajuan tambang dan disposal sesuai
target produksi.
Penelitian ini diawali dengan melakukan pencarian literatur yang berkaitan
dengan rancangan teknis penambangan, kemudian dilanjutkan dengan
pengambilan data di lokasi penelitian yang terletak di Blok Saga, Desa Wanandri,
Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara. Pengambilan data mencakup data
primer dan data sekunder. Data yang telah didapat kemudian dilakukan
pengolahan mengunakan software Micromine 2021.5. Pengolahan data meliputi
penentuan parameter ekonomi dan penambangan ,optimasi blok model, analisis
dan pemilihan pit shell optimal, pembuatan desain final pit, estimasi cadangan,
dan pembuatan rancangan kemajuan tambang serta disposal setiap tahun.
Hasil optimasi menunjukan pit shell stage-8 sebagai pit shell optimal
dengan nilai NPV Rp14.051.000.000. Pembuatan rancangan final pit berdasarkan
pit shell stage-8 mengunakan metode quarry side hill type diperoleh jumlah
cadangan tertambang sebesar 2.960.000 ton dan umur tambang 8 tahun.
Rancangan penambangan di Kuari Wawar dimulai dari elevasi 270-207 mdpl dan
pada di Kuari Cerit rancangan penambangan dimulai dari elevasi 233- 192 mdpl.
Rancangan geometri jenjang didapat dari rekomendasi geoteknik perusahaan
dengan tinggi jenjang 8 m, lebar jenjang 3 m, lebar jenjang kerja 10 m, tinggi
jenjang total di Kuari Wawar 70 m dan di Kuari Cerit 40 m, single slope 70o dan
overall slope 53o. Penambangan dilakukan dengan memindahkan total 35.420
LCM tanah pucuk dan 61.421 LCM material kadar rendah yang selanjutnya
dilakukan penimbunan pada lokasi yang terpisah.
Rancangan kemajuan tambang dan disposal dapat digunakan oleh
perusahaan sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan penambangan, sedangkan
optimasi bukaan tambang bertujuan untuk memastikan kualitas dan kuantitas
endapan komoditas yang akan di tambang pada kondisi yang optimal.
vi
SUMMARY
Feldspar deposits which found in the Banjarnegaras area require design
activities before mining activities, the presence of low-grade material in feldspar
deposits and land conditions within the Mining Business Permitted Area (WIUP)
that have not been paid fully are problems in determining the final pit limit of
mining and estimate the amount of reserves. This research aims to determine the
final pit limit base on pit optimization, estimate feldspar reserves from pit
optimization and pit design, then continue by making a design of mine area and
disposal according to production targets.
This research begins by literature studies related to the technical design of
mining then data collection is carried out at the research location located Saga
block, Wanandri village, Bawang subdistrict, Banjarnegara regency. Data
retrieval includes primary data and secondary data. Then, data processed using
micromine software 2021.5. Data processing includes determining economic and
mining parameters, model block optimization, analysis and selection of optimal pit
shells, final pit limit design, followed by reserve estimation, and the creation of
mine squence design and disposal every year.
Optimization results show pit shell stage-8 as the optimal pit shell with an
NPV value of Rp14,051,000,000. The creation of the final pit design based on pit
shell stage-8 using the quarry side hill type method obtained the amount of mined
reserves of 2,960,000 tons and 8 years life of mine. Mine design in Kuari Wawar
starts from elevation 270-207 mdpl and in Kuari Cerit mining design starts from
elevation 233-192 mdpl. Bench geometry design is obtained from the company's
geotechnical recommendations with a height of 8 m, a level width of 3 m, a working
bench width of 10 m, a total height of 70 m in the Wawar quarry and 40 m and,
single slope 70° and overall slope 53°.Mining activities carried out by moving
35420 LCM top soil total volume and 61421 LCM of low-grade material which is
then carried out hoarding in separate locations.
The design of mining squences and disposal can be used by the company as
a reference in mining activities, while the resources optimization aims to ensure the
quality and quantity of commodity deposits mined at optimal conditions.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul
Rancangan Kemajuan Penambangan Feldspar Berdasarkan Pit Optimisasi di CV.
Biru Langit, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah dapat diselesaikan.
Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian yang dilakukan di lokasi tambang
feldspar Blok Saga Desa Winandri Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara,
Jawa Tengah pada bulan April- Mei 2021. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta.
Atas selesainya penyusunan skripsi ini, penyusun mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof.Dr. Mohamad Irhas Effendi, M.Si., Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
2. Bapak Dr. Ir. Sutarto Hartosuwarno, M.T., Dekan Fakultas Teknologi Mineral
3. Bapak Dr. Ir. Eddy Winarno, S.Si. M.T., Ketua Jurusan Teknik Pertambangan
4. Ibu Ir. Wawong Dwi Ratminah, M.T., Koordinator Program Studi Teknik
Pertambangan
5. Bapak Dr. Ir. Waterman Sulistyana B., MT., IPM Dosen Pembimbing I
6. Bapak Ir. Suyono. MS., Dosen Pembimbing II
7. Bapak Dr. Ir. Singgih Saptono, MT.,Dosen Pembahas I
8. Bapak Ir. Anton Sudiyanto, MT, Dosen Pembahas II
Besar harapan penyusun, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca
dan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang pertambangan.
Yogyakarta, Februari 2022 Penyusun,
(Ditto Setyo Nugroho)
viii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ......................................................................................................... v
SUMMARY ............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
Latar Belakang ......................................................................................... 1 Rumusan Masalah .................................................................................... 2 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2
Batasan Masalah ....................................................................................... 3
Metode Penelitian ..................................................................................... 3 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN UMUM .................................................................................. 6
Lokasi dan Kesampaian Daerah ............................................................... 6 Iklim dan Curah Hujan ............................................................................. 8
Kondisi Hidrogeologi ............................................................................... 8 Kondisi Geologi ....................................................................................... 9 Sistem Penambangan .............................................................................. 12
BAB III DASAR TEORI ...................................................................................... 16
Model Topografi dan Model Sumberdaya ............................................. 16
Optimasi Bukaan Tambang .................................................................... 19 Tambang Terbuka ................................................................................... 30 Rancangan Jalan Angkut Tambang ........................................................ 35
Rancangan Area Disposal ...................................................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................................ 46
Optimasi Bukaan Tambang .................................................................... 46
Rancangan Penambangan ....................................................................... 55 Rancangan Area Disposal ...................................................................... 58
BAB V PEMBAHASAN ...................................................................................... 61
Optimasi Bukaan Tambang .................................................................... 61
ix
Rancangan Penambangan ....................................................................... 66 Rancangan Area Disposal ...................................................................... 71
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 75
Kesimpulan ............................................................................................. 75
Saran ....................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 76
LAMPIRAN .......................................................................................................... 79
Halaman
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. 1 Diagram Alur Penelitian ................................................................................... 5
2. 1 Lokasi Kesampaian Daerah Penelitian ............................................................. 7
2. 2 Grafik Jumlah Hari Hujan per Tahun Wilayah Banjarnegara .......................... 8
2. 3 Peta geologi lokasi penelitian ......................................................................... 10
2. 4 Kegiatan Pembersihan Lahan (Land Clearing) Dengan Alat Mekanis ........ 12
2. 5 Kegiatan Pembingkaran dan Pemuatan Feldspar di Kuari Cerit ................... 13
2. 6 Kegiatan Pengangkutan di CV Biru Langit .................................................... 14
3. 1 Grid Blok Model ............................................................................................. 17
3. 2 Klasifikasi Sumberdaya Dan Cadangan .......................................................... 18
3. 3 Geometri Orebody pada algoritma Lerch-Grossman 2-D .............................. 20
3. 4 Algoritma Lerch-Grossman 2-D ................................................................... 21
3. 5 Ilustrassi pola 1-5 dan 1-9 ............................................................................... 22
3. 6 Metode Urutan Penambangan ......................................................................... 25
3. 7 Geometri Jenjang Penambangan .................................................................... 33
3. 8 Working bench. ............................................................................................... 33
3. 9 Overall slope . ................................................................................................. 34
3. 10 Rancangan Pushback Penambangan ............................................................. 35
3. 11 Lebar Jalan Angkut Minimum Dua Jalur pada Jalan Lurus ......................... 36
3. 12 Lebar Jalan Pada Tikungan. .......................................................................... 37
3. 13 Kemiringan Jalan Angkut Pada Tanjakan .................................................... 38
3. 14 Geometri Lintasan Kendaraan pada Tikungan ............................................ 39
3. 15 Cross slope ................................................................................................... 41
3. 16 Jenis Timbunan ............................................................................................. 44
4. 1 Block Model Klasifikasi Sumberdaya Feldspar ............................................. 47
4. 2 Blok Model Sumberdaya Feldspar .................................................................. 48
4. 3 Peta Topografi ................................................................................................. 49
4. 4 Wilayah Izin Usaha Pertambangan CV Biru Langit ....................................... 50
xi
4. 5 Kolam Pengendapan di Kuari Wawar ............................................................. 50
4. 6 Overall Slope Pit shell .................................................................................... 51
4. 7 Pit shell Hasil Optimasi Tampak Isometrik .................................................... 52
4. 8 Sayatan Pit shell Hasil Optimasi di Pit Cerit .................................................. 52
4. 9 Sayatan Pit shell Hasil Optimasi di Pit Wawar ............................................... 53
4. 10 Chart Parameter Hasil Optimasi metode konstan lag ................................... 53
4. 11 Pit Shell Kode Stage-8 Tampak Isometrik .................................................... 54
4. 12 Sayatan Pit Shell Kode Stage-8 di Pit Cerit .................................................. 54
4. 13 Sayatan Pit shell Kode Stage-8 di Pit Wawar ............................................... 55
4. 14 Rancangan Geometri Penambangan CV. Biru Langit .................................. 56
4. 15 Lokasi Disposal Pit Cerit .............................................................................. 59
4. 16 Lokasi Disposal Pit Wawar ........................................................................... 59
4. 17 Geometri Dump Design ................................................................................. 60
5. 1 Persebaran Nilai MCAF pada Blok Model ..................................................... 63
Halaman
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2. 1 Daftar Pengambilan Data di Lapangan. ............................................................ 4
2. 2 Rencana dan Realisasi Pemasaran Tahun 2020-2021 .................................. 15
3. 1 Parameter Input Optimasi .............................................................................. 29
3. 2 Metode Tambang Terbuka ............................................................................. 31
3. 3 Radius Tikungan Minimum untuk Satu Jalur Truk ........................................ 39
3. 4 Angka superelevasi yang direkomendasikan (feet/feet) ................................. 40
4. 1 Klasifikasi Total Sumberdaya Feldspar .......................................................... 47
4. 2 Model Finansial Optimasi ............................................................................... 51
4. 3 Rencana Produksi CV Biru Langit ................................................................. 58
5. 1 Parameter Hasil Optimasi .............................................................................. 64
5. 2 Rancangan Produksi CV Biru Langit per Tahun ........................................... 71
5. 3 Rancangan Disposal CV Biru Langit .............................................................. 74
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN .......................................................................................... HALAMAN
A. DATA CURAH HUJAN DAN HARI HUJAN DAERAH PENELITIAN ..... 80
B. SPESIFIKASI PRODUK TRASS BL-SG-01 ................................................... 81
C. REKOMENDASI GEOTEKNIK ..................................................................... 82
D. OPTIMASI BUKAAN TAMBANG ................................................................ 88
E. SPESIFIKASI ALAT MUAT......................................................................... 106
F. SPESIFIKASI ALAT ANGKUT .................................................................... 108
G. PENENTUAN GEOMETRI JENJANG ........................................................ 110
H. PENENTUAN GEOMETRI JALAN ANGKUT ........................................... 113
I. PERHITUNGAN AREA DISPOSAL ............................................................. 120
J. PETA KEMAJUAN PENAMBANGAN DAN DISPOSAL .......................... 121
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengadaan suatu komoditas mineral terbagi dalam tiga fase penting yaitu:
perencanaan, implementasi, dan produksi. Tujuan dari fase ini adalah untuk
menyiapkan laporan kelayakan yang berisi jadwal produksi tentatif, yaitu untuk
menyusun rencana yang menguraikan bagian mana dari orebody yang harus
diekstraksi dan bagaimana cara mengekstraksinya (Hustrulid, et al., 2013).
Pada tahap perencanaan tambang biasanya dibagi menjadi sejumlah langkah
yang diselesaikan secara berurutan untuk mendapatkan jadwal produksi tentatif.
Langkah pertama dimulai dari menyiapkan model diskretisasi fisik deposit mineral.
Dengan melakukan pengeboran di lokasi yang berbeda dan kedalaman tertentu,
sampel bahan diperoleh dan digunakan untuk interpolasi bentuk dan kualitas
deposit. Dengan ini orebody dibagi menjadi kubus dengan ukuran yang sama
(dikenal sebagai blok), kemudian masing-masing diberi estimasi tonase dan
estimasi nilai mineral (Huidbregts 1978, Isaaks dan Srivastava 1989 ).
Estimasi tonase dan estimasi nilai mineral digunakan untuk melakukan
estimasi keuntungan penambangan untuk setiap blok dalam model dapat dihitung.
Keuntungan tergantung pada biaya yang dikeluarkan dan nilai blok setelah
ditambang (Chicoisne, et al., 2012). Nilai keuntungan proyek yang sudah terbukti
setelah tahap eksplorasi akan menjadi pertimbagan dalam menentukan batas akhir
pit (UPL) (Sadeghi, et al., 2020).
Batas akhir penambangan optimal merupakan batas terluar dari blok-blok
yang telah melalui pertimbangan teknis dan geometri penambangan, serta
mengarah pada keuntungan maksimum yang mungkin dihasilkan dari
penambangan. Perhitungan volume tinggi diperlukan untuk menemukan
penyelesaian yang diinginkan. Pada model blok yang berisi data-data yang
ditentukan, volume dan waktu melakukan perhitungan optimasi tergantung pada
logika yang digunakan dalam algoritma (Noorozi, et al., 2009).
2
Algoritma optimasi berfungsi menghitung tonase bijih yang diproses untuk
menghasilkan keuntungan maksimal dan memisahkan bijih dengan nilai yang lebih
rendah dari nilai cut-off bijih kedalam waste dump (Rahimi, et al., 2014). Optimasi
dapat menunjukkan letak lubang bukaan dengan grade tertinggi dengan
mempertimbangkan nilai NPV maksimal (Nasab, 2020).
Setelah menentukan pit batas akhir penambangan langkah selanjutnya adalah
membagi cadangan total di dalam pit menjadi unit yang lebih mudah dikelola yang
disebut sequences, slice atau push backs. Ada banyak pilihan urutan push back yang
berbeda yang mengarah ke lubang batas akhir dari tambang terbuka (Nasab, 2020).
Hal ini diperlukan untuk mensimulasikan urutan blok bijih yang akan ditambang.
Simulasi rencana tambang ini akan memungkinkan estimasi biaya produksi bijih
sebagai fungsi waktu, atau urutan blok (Everett, et al., 2020). Adapun kegiatan
penelitian dilakukan pada komoditas feldspar di daerah Banjarnegara.
Feldspars termasuk dalam jenis komoditas tambang Mineral Bukan Logam
berdasarkan Peraturan Mentri ESDM No. 1 Tahun 2014 Pasal 2, feldspars
merupaka mineral yang unsur utamanya terdiri atas bukan logam, feldspar terdiri
dari unsur unsur kalium (ortoklas) (K), natrium (Na), dan kalsium (Ca) (plagioklas)
dengan perbandingan yang beragam (Bakr, 2009). Feldspar berfungsi sebagai
bahan pengikat dalam pembuatan keramik. Feldspar juga mengandung mineral
yang digunakan sebagai bahan baku pada industri semen yaitu mineral silika (SiO2).
Rumusan Masalah
Keberadan material kadar rendah (kadar total SiO2, Fe2O3 dan Al2O3 < 70%) pada endapan feldspar serta kondisi lahan memerlukan pit optimasi untuk
menentukan batas akhir penambangan dan melakukan estimasi cadangan yang
optimal sebagai dasar pembuatan rancangan kemajuan tambang dan disposal.
Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini dilakukan memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Membuat pit shell optimasi berdasarkan model geologi dan model sumberdaya.
2. Menentukan cadangan endapan feldspar berdasarkan pit optimasi.
3. Membuat rancangan kemajuan tambang per tahun.
4. Membuat rancangan disposal sesuai kemajuan tambang.
3
Batasan Masalah
Penelitian ini dilakukan dengan batasan masalah yang berupa:
1. Pit optimasi hanya dilakukan berdasarkan pemodelan sumberdaya dengan
metode nearest neighbor polygon (NNP).
2. Model finansial tidak menyertakan penjualan retail pada material kadar
rendah.
3. Capital cost dihitung dari pembebasan lahan dan pengeluaran pada awal tahun
2021 tanpa memasukan biaya dari awal pembukaan tambang.
4. Rancangan kemajuan penambangan dan disposal dibuat tiap tahun.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah melakukan pendekatan-
pendekatan teoritik untuk mendapatkan parameter pemodelan dari kondisi aktual di
lapangan. Parameter tersebut digunakan sebagai data input, data input selanjutnya
diolah menggunakan software Micromine 2020.5 untuk mendapatkan model
bukaan tambang. Berdasarkan model bukaan tambang dapat dilakukan pembuatan
rancangan kemajuan tambang yang sesuai dengan target produksi dan kondisi di
lapangan. Diagram alir tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.1, tahapan
kegiatan adalah sebagai berikut :
Studi Literatur
Tahap studi literatur sebagai tahap persiapan dalam penelitian. Studi literatur
dilakukan dengan mengumpulkan informasi berkaitan dengan kegiatan penelitian
meliputi informasi dan kondisi lokasi penelitian serta permasalahan yang dihadapi.
Pada tahap ini, data yang diperoleh antara lain peta kesampaian daerah, data curah
hujan, keadaan geologi daerah penelitian serta dasar teori tentang kegiatan optimasi
dan perancangan kemajuan tambang.
Penyelidikan Lapangan
Proses penyelidikan lapangan dilakukan di Pit Cerit dan Pit Wawar, Blok
Saga, Desa Wanadri, Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara. Penyelidikan
lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi lokasi penelitan secara langsung
serta melakukan pengambilan data-data sebagai penunjang dalam pelaksanaan
penelitian, data-data tersebut adalah sebagai berikut
4
Tabel 2. 1
Daftar Pengambilan Data di Lapangan.
No Jenis Data
Data Primer Data Sekunder
1 Titik-titik koordinat kemajuan tambang; Data iklim dan curah hujan;
2 Titik kodinat jalan tambang Blok model sumberdaya
3 Elevasi muka air tanah Peta topografi
4 Data kekar, Peta WIUP
5 Data sifat fisik dan mekanik batuan Data cashflow keuangan perusahaan
6 Data spesifikasi produk
7 Peta kesampaian daerah
8 Data spesifikasi alat
Pengolahan Data
Data yang sudah diperoleh dari lapangan baik data primer maupun data
sekunder kemudian dilakukan pengolahan data menggunakan software
Micromine 2021.5., pengolahan data meliputi :
a. Penentuan parameter ekonomi dan penambangan.
b. Optimasi blok model sumberdaya.
c. Menentukan modal, biaya, target produksi dan umur tambang.
d. Analisis hasil optimasi dan menentukan pitshell optimal.
e. Pembuatan rancangan kemajuan tambang serta rancangan disposal.
Penyusunan Laporan
Penyusunan laporan dilakukan berdasarkan hasil pengolahan data dari
lapangan, penyusuan laporan mencakup perolehan cadangan hasil optimasi dan
bentuk tiga dimensi batas akhir penambangan, rancangan kemajuan penambangan
dan rancangan disposal dengan sasaran produksi 360.000 ton/tahun.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain
untuk dikembangkan menjadi penelitian lebih lanjut. Selain itu, hasil penelitian
rancangan kemajuan penambangan feldspar ini juga dapat digunakan untuk acuan
oleh perusahaan dalam menentukan kemajuan penambangan di lapangan.
5
Gambar 1. 1
Diagram Alur Penelitian
Penyusunan Laporan Rancangan Kemajuan Tambang yang
Optimal dan Memenuhi Target Produksi
Rumusan Masalah
Membuat rancangan kemajuan tambang yang optimal dan rancangan disposal
Studi Literatur
Penyelidikan lapangan
Pengamatan kondisi lapangan di CV. Biru langit dan pengambilan data-data yang diperlukan
baik itu data primer maupun data sekunder yang dimiliki perusahaan.
Data Primer:
Titik Koordinat Kemajuan Tambang.
Titik Kordinat Jalan Tambang
Data Muka Air Tanah
Data kekar,
Data sifat fisik dan mekanik batuan
Data Sekunder:
Blok Model Sumberdaya
Peta Topografi.
Peta WIUP
Data Spesifikasi Produk
Peta Kesampaian Daerah.
Data Iklim Dan Curah Hujan.
Data Alat Mekanik
Data Geometri Lereng
Data Cash Flow Keuangan Perusahaan
Hasil
Rancangan Kemajuan Tambang dan Disposal
Tidak
Ya
Target Produksi
Memenuhi Target Produksi 360.000 ton/tahun
PengolahanData
Pengolahan data menggunakan software Micromine 2021.5 meliputi :
1. Optimasi Bukaan tambang (pembuatan pit shell )
2. Estimasi Cadangan
Pembuatan Rancangan Kemajuan Tambang dan Disposal berdasarkan
pit shell optimal
6
BAB II
TINJAUAN UMUM
Lokasi dan Kesampaian Daerah
CV. Biru Langit mempunyai wilayah izin usaha pertambangan (WIUP) yang
terletak Blok Saga, Desa Wanadri, Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara
dengan luas 40 ha. Secara astronomis lokasi WIUP terletak pada koordinat
109035’26,02”–109036’29,53” BT dan 7028’23,09–7028’51,60” LS. Lokasi
penambangan CV. Biru Langit berjarak sekitar 14 km sebelah barat daya kota
Kabupaten Banjarnegara. CV. Biru Langit mengelola wilayah pertambangan
feldspar berdasarkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) operasi produksi Nomor SK:
543.32/1896/2016. Tanggal Berlaku SK: 3/15/2016 dan Tanggal Berakhir SK:
3/15/2021 (sedang melakukan proses perpanjangan).
Secara administratif lokasi WIUP CV. Biru Langit adalah sebagai berikut :
1. Terletak di Desa Wanadri, Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara.
2. Pada bagian utara berbatasan dengan Dusun Pucung Beduk
3. Pada bagian timur berbatasan dengan Dusun Kebondalem
4. Pada bagian selatan berbatasan dengan Dusun Petir
5. Pada bagian barat berbatasan dengan Dusun Kaliajir.
Perjalanan menuju lokasi penelitian dari Kampus 1 UPN “Veteran”
Yogyakarta dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun
roda empat dalam waktu tempuh ± 4 jam pada kondisi lalu lintas lancar. Perjalanan
dari Kampus 1 UPN “Veteran” Yogyakarta melalui Jl. Ring Road Utara kearah
barat lalu belok kearah utara ke jalan Magelang-Yogyakarta sekitar 30 km,
kemudian ke arah barat masuk ke Jl. Raya Borobudur lalu ke Jl. Wonosobo-
Magelang sekitar 45 Km, setelah itu kearah barat daya masuk ke Jl. Campursalam
kemudian ke Jl. Ajibarang-Secang sejauh 24 km melewati kota Kabupaten
Banjarnegara kearah barat daya masuk ke Desa Gemuruh sejauh 9 km ke barat daya
sampai Desa Wanadri.
8
Iklim dan Curah Hujan
Seperti umumnya daerah di pantai selatan Pulau Jawa, daerah di lokasi
eksplorasi beriklim tropis. Meskipun demikian temperatur di lokasi eksplorasi
relatif lebih rendah dibandingkan dengan di kota Banjarnegara karena letak
daerahnya lebih tinggi. Jumlah hari hujan rata-rata yaitu 167 hari hujan/ tahun
dengan curah hujan 1.279,5 mm/ tahun. Pada saat penelitian dilakukan lokasi dalam
kondisi yang cinderung basah, karena penelitian dilakukan pada saat musim
penghujan.
Gambar 2. 2
Grafik Jumlah Hari Hujan per Tahun Wilayah Banjarnegara (Badan Pusat
Statistika Kabupaten Banjarnegara, 2016)
Kondisi Hidrogeologi
Kondisi batuan induk mineral feldspar telah mengalami pelapukan dan
membentuk struktur kekar lembaran. Struktur ini memunginkan air hujan mengisi
celah-celah antar kekar pada zona yang mengalami pelapukan. Lokasi penelitian
terletak pada salah satu sisi lereng bukit dengan puncak berada di sebelah tenggara
WUIP. Di sebelah utara terdapat sungai yang mengalir dari timur ke barat
kemudian ke arah selatan. Puncak bukit memiliki elevasi 340 mdpl dan sungai
memiliki elevasi 160 mdpl sedangkan wiup terlatak pada elevasi 273-178 mdpl. Air
permukaan mengalir dari selatan ke utara menuju sungai, sedangkan air tanah
mengalir dengan arah sebaliknya yaitu mengalir dari utara ke selatan menuju arah
laut dan mengikuti arah kemiringan secara regional di lokasi penelitian. Air tanah
pada area WIUP berada pada elevasi 190 mdpl.
9
Kondisi Geologi
Berdasarkan dokumen eksplorasi bahan galian non logam jenis feldspar di
Blok Saga yang merujuk pada peta geologi lembar Banjarnegara dan Pekalongan
dengan nomor 11/XIV-A dan 11/XIII-D skala 1 : 100.000 (W.H Condon et al.,
1975), kondisi geologi di daerah penelitian secara umum terpengaruh oleh zona
subduksi yang terletak di sebelah selatan lokasi penelitian, sehingga memiliki
struktur geologi yang komplek dan juga jenis batuan yang ditemukan dilokasi
penelitian sangat beragam.
Geologi Regional
Di bagian Selatan daerah eksplorasi terdapat patahan yang mengakibatkan
bagian Selatan relatif lebih turun dibandingkan bagian utara. Di bagian yang relatif
rendah ini diendapkan batuan-batuan sedimen (Km) yang diperkirakan berumur
kapur. Batuan-batuan setaranya yang terkena metamorfosa, granit porfir, plagioplas
kuarsa, gabro, amfibolit dan serpentine. Batuan ini telah terbreksikan, tercampur
secara tektonik dan tersebarkan di atas batuan sedimen. Beberapa batuan granit
diperkirakan berasal dari batuan beku, sedangkan sebagian lagi diperkirakan
berasal dari tuffa kresikan dan batuan sedimen yang termetamorfosa. Di bawah
satuan batuan ini diendapkan serpih, batu lanau, batu pasir dan konglomerat atau
batuan lumpur kerakalan yang berwarna kelabu gelap, batu pasir feldsparan,
konglomerat dengan komponen rijang hitam, kuarsa kerakal, batuan metamorfosa
dan batuan beku yang terpilah buruk (Ks). Terdapat juga lensa-lensa batu gamping
merah dan kelabu, rijang berwarna merah dan coklat serta lava bantal (pillow lava).
Fosil dalam batu gamping yang tidak terkena metamorfosa yang berada dalam
serpentine menunjukkan bahwa batuan ini berumur Kapur (paling tidak untuk
sebagian dari deret sedimen tersebut). Satuan-satuan batuan yang tersebut di atas
mempunyai kemiringan rata-rata kearah selatan sebesar 20°-70°.
Struktur geologi yang dominan adalah patah/ sesar dengan sudut kemiringan
kecil dan besar. Di sebelah selatan lokasi eksplorasi, patahan dengan sudut
kemiringan kecil ini bersambung satu sama lain sehingga membentuk graben di
satuan batuan Km yang kemudian graben ini terisi oleh batuan Ks. Arah dari
patahan ini tidak menunjukkan orientasi yang jelas. Patahan dengan sudut
kemiringan besar mempunyai arah sekitar N 280° – 340° E dan N 70° – 90° E.
10
Patahan dengan arah N 70° – 90° E ini saling bersambungan sehingga bagian
selatan relatif lebih turun dan merupakan kontak antara satuan batuan Km dan Ks.
Gambar 2. 3
Peta Geologi Lokasi Penelitian
Fisiografi Regional
Lokasi eksplorasi hanya terdiri dari satu satuan morfologi yaitu satuan
morfologi pegunungan yang merupakan bagian dari pegunaungan Serayu dengan
puncaknya Gunung Silangit dan Gunung Karang Gemantung (438 m) yang terletak
di sebelah timur lokasi eksplorasi. Puncak-puncak lain adalah Gunung Butak dan
Gunung Kembar. Sistem aliran sungai berpola mendaun (dendritik) yang
menunjukkan bahwa sungai-sungai masih dalam tahapan muda (youth) dan
mengalir melalui batuan keras. Sungai terbesar yang mengalir di dekat lokasi adalah
Sungai Sapi dibagian hulu dan Sungai Parakan dibagian hilir yang mengalir di
sebelah utara lokasi eksplorasi dengan arah aliran relatif timur – barat. Sungai yang
mengalir di lokasi eksplorasi adalah Sungai Batur dengan anak sungainya.
11
Stratigrafi Regional
Berdasarkan peta geologi lembar Banjarnegara dan Pekalongan dengan
nomor 11/XIV-A dan 11/XIII-D skala 1 : 100.000 (W.H Condon et al., 1975), lokasi
eksplorasi terletak di daerah dengan tatanan geologi sangat rumit. Hal ini dapat
dimengerti karena lokasi eksplorasi berdekatan dengan zona penunjaman lempeng
(subduction zone) di samudera Indonesia antara lempeng Asia dengan lempeng
Eurasia sehingga mengakibatkan terjadinya proses tektonik.
Jenis litologinya sangat beragam yang meliputi batuan beku intermediet
sampai basa, sedimen dan metamorf. Batuan-batuan ini tercampur satu sama lain
karena adanya proses tektonik sehingga membentuk struktur batuan campur aduk
(Melange).
Batuan termuda berumur holosen yang terdiri atas endapan sungai dan
endapan pantai. Batuan ini tersebar sepanjang Sungai Serayu dan Pantai Selatan
Pulau Jawa, disamping itu terdapat juga endapan alluvial dan endapan rawa. Di
bawah satuan batuan ini terdapat breksi gunung api feldspar muda yang di beberapa
tempat tidak selaras dengan batuan yang lebih tua dalam satuan ini. Batuan yang
lebih tua terdiri atas batu lempung Tufaan Tua, breksi dan lapisan tipis konglomerat
yang mengandung sisa tumbuhan dibawah lapisan ini di endapan lapisan tipis breksi
gunung api feldspar tua yang berada di atas napal kelabu dengan selingan tipis
lapisan tua pasiran. Lapisan napal ini mempunyai ketebalan sekitar 2500 – 3000
meter mengandung fosil molusca dan bahan tuba tersebut berasal dari formasi yang
lebih tua. Di dalam satuan batuan napal ini terdapat juga breksi feldspar dan batuan
pasir tufaan dengan ketebalan sekitar 200 meter yang dibeberapa tempat
mengandung sisa tumbuhan. Khususnya di bagian selatan daerah eksplorasi, oleh
Harloff (1933).
Batuan ini disebut Horizon Breksi Ketiga yang terdiri dari breksi feldspar
kresikan, berwarna terang, tidak berlapis dengan ketebalan 700 meter. Disamping
itu terdapat juga lapisan tipis batu gamping napalan yang mengandung koral dan
moluska dengan ketebalan beberapa puluh meter. Di bawah lapisan ini terdapat
aliran lava feldspar dan basal yang mengandung sisipan napal Globigerina dengan
ketebalan maksimum sekitar 2.000 meter dan makin menipis ke arah Timur yang
oleh Van Bemmelen (1937) disebut seri Merawu.
12
Sistem Penambangan
CV. Biru Langit merupakan perusahaan yang bergerak di bidang komoditas
feldspar yang berencana menerapkan sistem tambang terbuka dengan metode
Quarry. Adapun tahapan penambangan feldspar yang dilakukan sebagai berikut
dilakukan seperti berikut:
Persiapan Penambangan
Sebelum melakukan kegiatan penambangan, dibutuhkan persiapan
penambangan. persiapan penambangan dilakukan agar kegiatan penambangan
dapat dilakukan. Tahapan persiapan penambangan meliputi pengupasan tanah
penutup dan pembuatan jalan tambang.
1. Pembersihan Lahan/Land Clearing
Rona awal lokasi penambangan berupa hutan produksi dan lahan pertanian
warga, maka memerlukan dilakukannya pembersihanlahan (land clearing).
Pembersihan lahan meliputi pembersihan tempat kerja dari semak-semak, pohon-
pohon dan sisa-sisa pohon yang sudah ditebang, kemudian memindahkan bagian
tanah/ batuan yang menghalangi pekerjaan selanjutnya. Pada kegiatan pembersihan
lahan sebagian besar metode yang digunakan adalah tenaga manusia (manual)
seperti dengan menggunakan gergaji mesin, cangkul, parang, dan linggis.
Sedangkan untuk metode mekanis, alat yang digunakan adalah excavator/ bulldozer
alat mekanis membantu dalam memindahkan material dan sisa vegetasi yang sulit
dipindahkan dengan tenaga manusia.
Gambar 2. 4
Kegiatan Pembersihan Lahan (Land Clearing) dengan Alat Mekanis
13
Tanah penutup ini berupa humus yang sangat tipis dan tumbuhan semak
belukar. Tanah penutup tersebut selanjutnya ditempatkan pada lokasi yang aman
(waste dump), di sekitar batas IUP atau daerah yang paling sedikit kandungan
Feldsparnya, karena nantinya akan sangat dibutuhkan dalam rangka mereklamasi
lahan bekas penambangan, sedangkan peralatan yang dipergunakan dalam kegiatan
pengupasan ini adalah backhoe/ bulldozer, Tanah pucuk yang sudah dikupas
kemudian dimuat dan ditimbun di lokasi yang sudah disediakan dan aman dari erosi
air permukaan. sedangkan overburden ditimbun diluar area penambangan sehingga
tidak mengganggu kegiatan penambangan. Pada tahap reklamasi, tanah pucuk
digunakan untuk menutup lahan bekas tambang dan kegitan revegetasi.
2. Pembuatan Jalan Tambang
Jalan tambang berfungsi sebagai jalur lewatnya alat-alat berat ke lokasi
tambang dan sebagai jalan angkut dari muka kerja penambangan ke lokasi
penyimpanan sementara (stockpile). Pembuatan jalan ini menggunakan geometri
berdasarkan pada dimensi dan kondisi alat mekanis yang melewatinya. Pembuatan
jalan tambang menggunakan alat bulldozer dan backhoe.
Kegiatan Penambangan
Penambangan mineral bukan logam jenis feldspar menggunakan alat mekanis
yaitu excavator PC 200 sebanyak 2 unit. Penambangan feldspar dilakukan dengan
alat mekanis diharapkan penambangan ini tidak mengganggu pemukiman
penduduk yang berada didekat lokasi tambang karena metode penambangan ini
sedikit debu dan kebisingan dibandingkan cara penambangan lainya.
Gambar 2. 5
Kegiatan Pembongkaran dan Pemuatan Feldspar di Kuari Cerit
14
Setelah feldspar dibongkar, maka dimuat ke dalam dump truck dengan
menggunakan excavator. Sebagai alat angkut feldspar menggunakan dump truck
menuju ke stockpile sementara di Desa Kalipelus. Kegiatan yang dilakukan
meliputi pekerjaan penggalian dan pemuatan dengan menggunakan backhoe yang
juga perfungsi sebagai alat muat.
Pengangkutan
Kegiatan pengangkutan Feldspar dari lokasi penambangan ke lokasi
penyimpanan (stockpile) yang memiliki jarak 11 km. Pengangkutan dilakukan
dengan dump truk kapasitas 4 m3, sedangkan pengangkutan dari stockpile ke pabrik
diangkut dengan menggunakan truk tronton dengan kapasitas 25 - 35 ton.
Gambar 2. 6
Kegiatan Pengangkutan Feldspar di CV Biru Langit
Pengolahan
Sesuai permintaan pasar, pengolahan produk feldspar yang digunakan
sebagai trass bahan baku semen maka cukup dilakukan screening langsung di atas
alat muat, sedangkan untuk produk yang dijual retail sebagai bahan bangunan maka
pengolahan dilakukan dengan cara pencucian material menggunakan backhoe PC
200, pencucian dilakukan di area Stockpile Masaran.
Pemasaran
Peningkatan pembangunan infrastruktur di Jawa Tengah terutama adanya
rencana pembangunan bandara Wirasaba Purbalingga. Rencana pembangunan jalan
menggunakan rabat beton. Pembangunan perumahan perorangan/pribadi,
pengusaha perumahan. Pembangunan infrastruktur ini berpengaruh pada
15
peningkatan permintaan kebutuhan bahan material dasar salah satunya yaitu semen.
Peningkatan permintaan semen mengakibatkan peningkatan permintaan feldspar,
terutama untuk konsumsi pabrik semen yang ada di Kabupaten Cilacap, Kabupaten
Banyumas dan industri keramik untuk pemakaian rumahtangga di Surabaya.
Peningkatan kebutuhan semen untuk pembangunan infrastruktur sangat
berpengaruh pada peningkatan permintaan kebutuhan bahan material tambahan
salah satunya adalah Feldspar.
Tabel 2. 2
Rencana dan Realisasi Pemasaran Tahun 2020-2021 (RKAB, 2020)
Berdasarkan RKAB tahun 2020 rencana pemasaran feldspar secara domestik
sebesar 360.000 ton, namun realisasinya pemasaran feldspar tahun 2020 adalah
sebesar 51.102,00 ton.
Ekspor Domestik Pembeli Ekspor Domestik Pembeli Ekspor Domestik Pembeli Ekspor Domestik Pembeli
1 Januari - 30.000 - - 9.616,00 - - 30.000 - - - -
2 Februari - 30.000 - - 4.958,00 - - 30.000 - - - -
3 Maret - 30.000 - - 1.862,00 - - 30.000 - - - -
4 April - 30.000 - - 5.831,00 - - 30.000 - - - -
5 Mei - 30.000 - - 1.754,00 - - 30.000 - - - -
6 Juni 30.000 - - 7.797,00 - - 30.000 - - - -
7 Juli 30.000 - - 8.851,00 - - 30.000 - - - -
8 Agustus 30.000 - - 10.433,00 - - 30.000 - - - -
9 September 30.000 - - 30.000 - - - -
10 Oktober 30.000 - - 30.000 - - - -
11 Nopember 30.000 - - 30.000 - - - -
12 Desember 30.000 - - 30.000 - - - -
- 360.000 - - 51.102,00 - - 360.000 - - - -
Rencana Tahun 2021 (Ton) Realisasi Tahun 2021 (Ton)
Total
Rencana Tahun 2020 (Ton) Realisasi Tahun 2020 (Ton)BulanNo
16
BAB III
DASAR TEORI
Model Topografi dan Model Sumberdaya
Kondisi topografi mempengaruhi estimasi cadangan, topografi yang yang
relatif datar atau daerah yang relatif landai menawarkan lebih sedikit kesulitan
untuk penambangan permukaan dibandingkan dengan kondisi tebing yang curam.
Kondisi tebing yang curam menyebabkan penambangan permukaan memerlukan
biaya yang besar. Kemiringan permukaan membatasi lebar jenjang maksimum yang
digunakan selama penambangan permukaan. Kondisi topografi juga mempengaruhi
pemilihan metode transportasi dan letak fasilitas pemrosesesan (Kennedy, 2009).
Model topografi dapat diperoleh melalui pemetaan drone atau dengan digitasi
elevasi pada peta kontur, selain itu juga dapat diperoleh dari data elevasi dan
koordinat pada data collar lubang bor. Elevasi topografi ini digunakan untuk
menghasilkan matriks grid yang terdiri dari grid persegi panjang dengan elevasi
permukaan yang diperkirakan untuk setiap node grid. Untuk permukaan topografi,
matriks grid biasanya dihasilkan oleh fungsi pembobotan jarak (Kennedy, 2009).
Sumberdaya mineral adalah suatu konsentrasi atau keterjadian dari material
yang memiliki nilai ekonomi pada atau di atas kerak bumi, dengan bentuk, kualitas
dan kuantitas tertentu yang memiliki keprospekan yang beralasan untuk pada
akhirnya dapat diekstraksi secara ekonomis (KCMI, 2017).
Input model sumberdaya adalah model blok. Ini bisa menjadi model blok
tubuh bijih, yang merupakan model dari mineralisasi suatu endapan yang bernilai
ekonomis serta tidak mengandung blok mineral pengotor, atau bisa berupa model
blok penuh yang mengandung keduanya (Esmaili, et al., 2021).
Penting untuk meninjau model sumberdaya sehingga dapat memahami area
pengoptimalan dan properti model sumberdaya. Hal ini juga memberikan
kesempatan untuk mengidentifikasi kebutuhan dalam melakukan pekerjaan
17
tambahan dengan model seperti coding atau menambahkan bidang baru, jika
diperlukan (Esmaili, et al., 2021).
Gambar 3. 1
Grid Block model (Hustrulid, et al., 2013)
Menurut (KCMI, 2017), sumberdaya mineral diklasifikasikan kedalam tiga
kelas yaitu Sumberdaya Mineral Tereka, Sumberdaya Mineral Terunjuk, dan
Sumberdaya Mineral Terukur.
1. Sumberdaya Mineral Tereka (Indicate) merupakan bagian dari Sumberdaya
Mineral dimana kuantitas dan kualitas kadarnya diestimasi berdasarkan bukti-
bukti geologi dan pengambilan conto yang terbatas.
2. Sumberdaya Mineral Tertunjuk (Inferred) merupakan bagian dari Sumberdaya
Mineral dimana kuantitas, kadar atau kualitas, kerapatan, bentuk, dan
karakteristik fisiknya dapat diestimasi dengan tingkat keyakinan yang cukup
untuk memungkinkan penerapan Faktor-faktor Pengubah secara memadai
untuk mendukung perencanaan tambang dan evaluasi kelayakan ekonomi
cebakantersebut.
3. Sumberdaya Mineral Terukur (Measured) merupakan bagian dari Sumberdaya
Mineral dimana kuantitas, kadar atau kualitas, kerapatan, bentuk, karakteristik
fisiknya dapat diestimasi dengan tingkat keyakinan yang memadai untuk
memungkinkan penerapan Faktor-faktor Pengubah untuk mendukung
perencanaan tambang detail dan evaluasi akhir dari kelayakan ekonomi
cebakan tersebut.
18
Sumberdaya diklasifikasikan berdasarkan parameter True Distance to Sample.
True Distance to Sample adalah jarak sebenarnya antara titik/ blok yang diestimasi
terhadap sampel data, True Distance to Sample digunakan sebagai parameter dalam
menentukan klasifikasi dengan menentukan populasi data semua blok model
sumberdaya hasil estimas.
Cadangan mineral adalah bagian dari sumberdaya mineral terukur dan/atau
tertunjuk yang dapat ditambang secara ekonomis. Cadangan mineral termasuk
material dilusi dan mempertimbangkan mineral atau bijih hilang, yang mungkin
terjadi ketika material tersebut ditambang atau diekstraksi, dan ditentukan
berdasarkan studi-studi yang berada pada tingkat pra-kelayakan atau kelayakan
termasuk penerapan faktor pengubah (KCMI, 2017).
Faktor pengubah adalah pertimbangan yang digunakan untuk mengkonversi
sumberdaya mineral ke cadangan mineral. Ini termasuk, dan tidak terbatas pada,
faktor-faktor penambangan, pengolahan, metalurgi, ekonomi, pemasaran, hukum,
lingkungan, infrastruktur, sosial, dan pemerintahan (KCMI, 2017).
Model sumberdaya tertunjuk dan terukur dapat di tingkatkan menjadi
cadangan terkira dan terbukti apabila memenuhi kriteria layak (Waterman, 2018).
Gambar 3. 2
Klasifikasi Sumberdaya Dan Cadangan (KCMI, 2017)
19
Optimasi Bukaan Tambang
Tujuan yang ingin dicapai dalam perancangan tambang adalah menentukan
batas-batas penambangan pada suatu cebakan bijih yang akan memaksimalkan nilai
bersih total dari cebakan bijih tersebut sebelum memasukkan faktor nilai waktu dari
uang (Waterman, 2018).
Konsep Dasar Optimasi
Solusi optimal diperoleh dengan mengikuti prinsip optimalita dinamik dari
Bellmen yang intinya, yang telah dilakukan pada masa lalu, keputusan-keputusan
mendatang harus optimal relatif terhadap situasi saat ini, solusi optimal ini
merupakan suatu kumpulan keputusan yang berurutan (Waterman, 2018).
Tujuan dari proses optimasi pit adalah untuk menentukan lubang bukaan
yang optimal memberikan nilai net value tertinggi, dengan mempertimbangkan
semua kendala penjadwalan operasional (produktivitas pertambangan dan
pengolahan), suku bunga, biaya tetap dan dan modal (Esmaili, et al., 2021).
Tingkat keakuratan hasil optimasi juga ditentukan oleh umur penambangan
pada pit shell, hasil analisis nilai suatu pit shell dapat dianggap optimal hanya untuk
deposit dengan umur pertambangan yang pendek (sekitar 3 tahun). Jika umur
penambangan suatu pit shell lebih panjang, maka perlu dilakukan analisis dengan
nested pit shell untuk menentukan pit shell yang optimal (Esmaili, et al., 2021).
Untuk menentukan pit shell optimal yang dipengaruhi oleh faktor pegurangan
nilai karena waktu (discounted). Analisis lanjutan pada nested pit shell perlu
dilakukan, nested pit shell adalah pit shell yang dihasilkan menggunakan data input
yang identik, satu-satunya parameter yang membedakan adalah harga
komonditasnya, tiap pit shell akan menunjukan nilai optimal pada satu harga
komonditas, untuk mendapatkan harga komonditas yang berbeda-beda maka
ditentukan faktor kelipatan yang dimasukan dalam parameter Revenue Adjusment
Factor (RAF), dengan RAF = 1 sebagai harga awal (Esmaili, et al., 2021).
Revenue Adjusment Factor (RAF) adalah faktor kelipatan terhadap harga
normal. Harga ini digunakan untuk menghasilkan serangkaian nested pit shell yang
mana setiap pit shell mewakili lubang utama untuk varian harga tertentu.
20
Algoritma Lerch-Grossman
Pada tahun 1965, Lerchs dan Grossmann menerbitkan sebuah jurnal berjudul
Optimum design of open-pit mines. Dalam jurnal tersebut di jelaskan dua metode
numerik dalam konsep optimasi yaitu: Algoritma pemrograman dinamis untuk
lubang dua dimensi (satu bagian vertikal dari bukaan tambang) dan Algoritma
grafik untuk lubang bukaan tambang tiga dimensi (Hustrulid, et al., 2013).
Optimasi bukaan tambang menggunakan algoritma Lerch-Grossman yang
merupakan teknik optimasi standar industri yang digunakan dalam kegiatan
penambangan dan eksplorasi. Hal ini didasarkan pada teori grafik dan merupakan
satu-satunya metode yang dapat menjamin pendeteksian bukaan tambang yang
optimal (Esmaili, et al., 2021).
Gambar 3. 3
Geometri Orebody pada algoritma Lerch-Grossman 2-D (Hustrulid, et al., 2013)
Pada algoritma Lerch-Grossman terlebih dahulu dilakukan pemodelan
orebody untuk menentukan nilai tiap blok, dimensi blok juga perlu ditentukan
untuk memenghasilkan sudut dari pola pengambilan dan perhitungan nilai blok,
menurut Hustrulit (2013), sudut tersebut dapat dihitung dengan persamaan:
Tanθ =𝐻
𝐵………………………………………………………………………(2.1)
H= tinggi blok
B = lebar blok
Algoritma Lerch-Grossman secara sederhana memiliki urutan penyelesaian
yang dituliskan dalam persamaan sebagai berikut :
a. Mementukan nilai tiap-tiap blok
b. Menghitung nilai kumulatif secara vertikal sesuai algoritma:
𝑀𝑖𝑗 = ∑ 𝑚𝑘𝑗𝑖𝑘=1 ; M36 = ∑ 𝑚𝑘63
𝑘=1 = m16 + m26 + m36…..(2.2)
21
c. Melakukan perhitungan nilai bersih berdasarkan algoritma berikut ;
𝑃𝑖𝑗 = {0, 𝑖 = 0𝑀𝑖𝑗 + max
𝑘=−1,0,1𝑃(𝑖 + 𝑘, 𝑗 − 1) 𝑖 ≠ 0………………….….....(2.3)
d. Menentukan batas pit berdasarkan nilai bersih maksimum.
Ilustrassi persamaan secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 3.4.
a)
b)
c)
d)
Gambar 3. 4
Algoritma Lerch-Grossman 2-D (Hustrulid, et al., 2013)
22
Algoritma Lerch-Grossman akan menunjukkan blok mana yang perlu
ditambang terlebih dahulu sebelum blok tertentu dapat ditambang dan diproses,
atau dibuang sebagai waste (Hustrulid, et al., 2013).
Pit optimasi membutuhkan parameter biaya/nilai bersih (NV) yang harus
ditentukan untuk setiap blok. Blok waste biasanya bernilai negatif yang berarti
kerugian dalam penambangan. Nilai ini berasal dari biaya penambangan dan
pengankutan. Sedangkan blok ore bernilai positif merupakan nilai pendapatan dari
penjualan mineral dikurangi biaya yang terkait dengan pertambangan dan
pengolahan di blok tersebut (Esmaili, et al., 2021).
Pada proses optimasi blok ore akan bernilai negatif apabila biaya total yang
dibutuhkan untuk menambang blok lebih besar dari pada nilai jual blok dan secara
umum pada proses optimasi blok bernilai negatif akan diperlakukaan sebagai blok
waste (Esmaili, et al., 2021).
Algoritma Lerch-Grossman dapat diterapkan pada arah tiga dimensi. Untuk
satu set blok ortogonal ada dua geometri dasar digunakan sebagai pendekatan pada
lubang bukaan yaitu pola 1-5 dan pola 1-9. Pada pola 1-5, algoritma akan
menghapus 5 blok untuk mendapatkan akses ke satu blok di bawahnya. Pada pola
1-9, 9 blok harus dihapus untuk mendapatkan akses ke satu blok pada tingkat yang
lebih rendah (Gambar 3.5).
Gambar 3. 5
Ilustrassi pola 1-5 dan 1-9 (Hustrulid, et al., 2013)
23
Floating Cone Method (Metode Kerucut Mengambang)
Tujuan dari metode Floating Cone adalah menentukan batas akhir (ultimate pit
limit) suatu tambang terbuka dengan menggunakan analisis ekonomi pulang pokok
(break even economic analysis). Sasaran yang ingin dipakai dalam menentukan
batas akhir penambangan mengharuskan batas akhir tersebut dihitung mengunakan
dasar ekonomi pulang pokok. Keuntungan dari menambang tahapan bijih terakhir
harus tepat membayar biaya pengupasan lapisan penutupnya (Waterman, 2018).
Analisis kerucut mengambang dilakukan terhadap blok model yang
sebelumnya telah diketahui nilai bersihnya. Konsep metode kerucut mengambang
adalah melakukan simulasi dengan membentuk pit uji coba secara tiga dimensi
yang berbentuk seperti kerucut/ frustum terbalik. Kerucut memiliki kemiringan
dinding tertentu, menyesuaikan dengan kemiringan lereng tambang yang telah
ditentukan. Jari-jari penambangan minimum/pit bottom di dasar kerucut juga diatur
agar sesuai dengan area minimum beroperasinya peralatan (Hustrulid, et al., 2013).
Tahap pencarian pit limit dimulai dengan pembentukan kerucut pada setiap
blok model yang memiliki nilai bersih positif. Dasar kerucut akan berada pada pusat
blok model tersebut. Analisis ekonomi kemudian dilakukan dengan menjumlahkan
nilai bersih keseluruhan blok yang berada di dalam kerucut. Apabila bernilai positif
(atau nol) maka keseluruhan blok tersebut akan dikeluarkan dari model dan tidak
lagi diperhitungkan dalam analisis selanjutnya.
Kerucut ini secara sistemasis digerakkan pada sumbu horizontal dan vertikal
dalam blok model hingga keseluruhan kerucut dengan nilai bersih positif habis
ditambang. Kerucut-kerucut dengan nilai bersih positif kemudian dijadikan
satu/overlapping satu sama lain sehingga terbentuk sebuah geometri pit. Batas
terluar dari gabungan kerucut ini merupakan batas akhir penambangan atau pit limit
(Hustrulid, et al., 2013).
Tahapan Optimasi
Menurut Esmaili (2021), optimasi pit melibatkan langkah-langkah berikut:
1. Tentukan parameter input teknis.
2. Tentukan parameter input finansial
3. Proses running optimasi
24
4. Proses akan menghasilkan satu set pit shell
5. Menganalisis pit shell
6. Pilih pit shell yang optimal,
7. Pit shell optimal sebagai pertimbangan dalam menentukan batas penambangan.
Pada tahap awal perlu dilakukan persiapan model blok yang akan digunakan
sebagai data input optimasi, persiapan dapat mencakup langkah sebagai berikut:
1. Mengatur ukuran blok model dengan menambah/mengurangi ketinggian blok,
dengan mempertimbangkan batas-batas lithologi yang ada.
2. Mengatur dan membuat atribut bijih pada blok model.
3. Menetapkan model blok non bijih dan menggabungkannya dengan model blok
bijih yang ada.
4. Membuat bidang batas model blok baru dan menetapkan kode tertentu pada blok
model (contoh: batas topografi, batas muka air tanah) atau membuat fungsi
perhitungan dari parameter yang ada di dalam blok.
Setelah parameter input ditentukan maka model blok siap digunakan, kita
dapat menjalankan proses optimasi untuk mendapatkan batas akhir penambangan
(Esmaili, et al., 2021).
Terdapat tiga metode yang digunakan untuk menentukan urutan
penambangan pada suatu pit shell, yaitu metode Terbaik, metode Terburuk dan
metode Lag Konstan,
a) Metode terbaik mengasumsikan bahwa pit shell akan ditambang secara
berurutan dari pit shell dengan nilai RAF terkecil sampai terbesar.
b) Metode terburuk mengasumsikan bahwa setiap pit shell akan ditambang
sepenuhnya dari atas ke bawah tanpa mempertimbangkan pit shell lainnya
(Esmaili, et al., 2021). Pada kenyataan di lapangan kedua metode tersebut tidak
dapat di aplikasikan secara terpisah, oleh karena itu terdapat metode ketiga yang
merupakan kombinai dari 2 metode sebelumnya, yaitu metode Lag konstan,
c) Metode Lag konstan ini mengasumsikan bahwa pushback akan ditambang
dalam urutan sesuai sekenario metode terbaik, tetapi juga mempertimbangkan
jumlah bench yang perlu ditambang di setiap pit shell (Esmaili, et al., 2021).
Nilai lag merupakan jumlah bench yang di perbolehkan untuk dilakukan
penambangan secara bersamaan, nilai 0 berarti bench yang berada di atas harus
25
ditambang seluruhnya sebelum dapat mealnjutkan penambangan ke bench
berikunya, skenario ini sama dengan metode terburuk, semakin banyak lag akan
mendekati skenario pada metode terbaik (Esmaili, et al., 2021).
Satu set nested pit shell berisi informasi tentang nilai RAF dan lama waktu
penambangan setiap pit shelI, tonase material pengotor dan tonase bijih yang di
peroleh, nilai pemulihan, pendapatan, biaya, nilai keuntungan, dan NPV sebagai
hasil dari proses optimasi pit.
Gambar 3. 6
Metode Urutan Penambangan (Esmaili, et al., 2021)
Parameter Input Optimasi
1. Parameter input pembuatan pit shell
Untuk mendapatkan lubang bukaan (pit shell) optimal diperlukan parameter
inputan sebagai berikut :
a. Model sumberdaya
Sumberdaya mineral bukanlah inventarisasi dari semua area mineralisasi
yang dibor atau diambil sampelnya, terlepas dari nilai cut-off, dimensi
penambangan, lokasi atau kontinuitas. melainkan inventarisasi mineralisasi
yang realistis berdasarkan kondisi teknis dan ekonomi yang diasumsikan dan
26
dapat dibenarkan, mungkin, secara keseluruhan atau sebagian yang memiliki
ekonomis untuk ditambang (Hustrulid, et al., 2013).
Model input sumberdaya berupa model blok. Blok bisa dalam bentuk model
mineralisasi ore dengan persebaran kadar elemenya dan tidak mengandung blok
waste, atau bisa dalam bentuk model blok penuh. Blok model minimal memuat
informasi koordinat easting, northing dan elevasi dari blok. Ukuran blok di arah
sumbu X, sumbu Y, ketinggian blok, nilai setiap elemen dan kelas sumberdaya
atau material (Esmaili, et al., 2021).
b. Sudut Kemiringan
Pada Algoritma optimasi kisi (geometri blok) dipilih berdasarkan sudut
kemiringan. Kemiringan terbentuk karena pergerakan satu blok vertikal dan
satu blok horizontal pada tingkat berikutnya (Hustrulid, et al., 2013).
Sudut kemiringan geoteknik merupakan batasan integral dari optimasi.
Algoritma Lerch-Grossman menggunakan sudut kemiringan untuk menentukan
prioritas blok yang diperlukan untuk membangun dinding lubang yang stabil.
Parameter lereng dapat digunakan untuk menentukan konfigurasi kemiringan
yang berbeda untuk berbagai wilayah tambang (Esmaili, et al., 2021).
Sudut kemiringan akan membatasi algoritma dalam menentukan area
optimasi pada setiap wilayah, sehingga membentuk kemiringan lereng yang
ditentukan.
c. Biaya Penambangan Ore dan Waste
Biaya penambangan dinyatakan dalam satuan per ton dan digunakan untuk
menentukan biaya total penambangan yang memiliki nilai negatif terhadap
cashflow, sebagai dasar perhitungan net value. Net value ditentukan dengan cara
mengurangi pendapatan dengan biaya penambangan dan pemrosesan. Biaya
penambangan hanya dihitung untuk tiap blok dan tidak termasuk biaya
pengupasan (Hustrulid, et al., 2013).
Biaya penambangan bijih adalah biaya yang terkait dengan penambangan
blok sebagai bijih. Ini termasuk biaya peledakan bijih, pertambangan dan
pengangkutan bijih. Biaya dapat diatur untuk memperhitungkan kedalaman
penambangan dan jarak blok dari pabrik (Esmaili, et al., 2021).
27
d. Densitas Material
Data densitas dapat digunakan untuk menetapkan tingkat kontinuitas
geologi dan indikasi endapan mineral pada data hasil komposit yang diterapkan
(Hustrulid, et al., 2013). Data densitas juga digunakan sebagai parameter dalam
menentukan tonase elemen maupun blok.
e. Mining Cost Adjusment Factor (MCAF)
Menurut (Esmaili, et al., 2021), MCAF adalah faktor penyesuaian biaya
pertambangan yang dimasukkan sebagai faktor relatif terhadap blok standar
yang memiliki nilai default 1 (satu). Nilai MCAF dapat dituliskan dengan
rumus :
MCAF= [𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑙𝑜𝑘
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑙𝑜𝑘 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 ]………………………...……….(3.4)
Pada blok standar nilai MCAF= 1 yang berarti harga pokok penambangan
blok sama dengan harga pokok penambangan blok standar namun biaya
penambangan bisa berbeda, misalnya, tergantung pada kedalaman blok atau
jenis batuan (Esmaili, et al., 2021). Nilai MCAF dapat digunakan untuk
mempertimbangkan hal ini.
Biaya penambangan blok in-situ. Biaya ini dapat dimasukkan sebagai nilai
biaya langsung, biaya variabel berdasarkan fungsi, atau sebagai biaya yang
dapat berubah berdasarkan bidang penyesuaian biaya (MCAF) dalam model
(Esmaili, et al., 2021).
f. Procesing Cost Adjusment Factor (PCAF)
PCAF adalah faktor penyesuaian biaya pemrosesan yang dimasukkan
sebagai faktor relatif terhadap blok standar yang memiliki nilai 1, Biaya
pemrosesan blok. Biaya ini dapat dimasukkan sebagai nilai biaya langsung,
biaya variabel berdasarkan fungsi, atau sebagai biaya yang dapat berubah
berdasarkan penyesuaian biaya (PCAF) dalam model (Esmaili, et al., 2021).
g. Jenis dan Nilai Elemen
Elemen merupakan mineral yang memiliki nilai ekonomis, digunakan
untuk menentukan pendapatan total yang bernilai positif terhadap cash flow.
Harga elemen digunakan untuk menghitung NPV pit shell yang berbeda
berdasarkan Revenue Adjusment Factor (RAF). Royalti harus diterapkan pada
28
nomor ini (Harga – Royalti). Biaya penjualan tidak dapat berubah berdasarkan
Revenue Adjusment Factor (RAF), oleh karena itu, tidak benar untuk
menerapkan Royalti (kecuali jika itu adalah angka tetap) untuk biaya penjualan
(Esmaili, et al., 2021).
h. Revenue Adjusment Factor (RAF)
RAF adalah faktor kelipatan terhadap harga normal. Harga ini digunakan
untuk menghasilkan serangkaian nested pit shell yang mana setiap pit shell
mewakili lubang utama untuk varian harga tertentu.
Proses optimasi memungkinkan pengguna untuk melakukan analisis
sensitivitas berdasarkan harga komoditas. Hal ini dilakukan dengan mengambil
harga komoditas dasar dan mengalikannya dengan Revenue Adjusment Factor
(RAF) untuk menghitung harga varian (Esmaili, et al., 2021).
Analisis nested pit shell memungkinkan pit shell optimal untuk dipilih,
berdasarkan tingkat pengurangan nilai di masa depan dan arus kas keuangan
yang akan ditentukan, dengan mempertimbangkan suku bunga dan parameter
lainnya seperti biaya tetap serta modal awal (Esmaili, et al., 2021).
i. Metode Pemrosesan
Metode pemrosesan adalah parameter input optimasi yang menentukan
perolehan material setelah diproses dan biaya perosesan serta nilai akhir dari
material setelah diproses.
j. Cut off grade
Cut off grade berisi informasi kadar minimum atau maksimum untuk setiap
elemen yang dapat diproses (Esmaili, et al., 2021). Penentuan nilai Cut off
grade akan membatasi kuantitas elemen yang akan eksploitasi atau diproses
pada nilai kadar tertentu.
2. Parameter input analisis pit shell
Untuk menganalisis pit shell diperlukan parameter sebagai berikut:
a. Biaya modal awal, modal tetap dan tingkat diskonto per periode
b. Tingkat produksi penambangan
c. Tingkat produksi pemrosesan
d. Harga jual dan ongkos penjualan
29
Tabel 3. 1
Parameter Input Optimasi (Esmaili, et al., 2021)
TYPE PARAMETERS EXPLANATION
Umum
Metode Penambangan Salah satu metode tambang
terbuka
Tipe Ore yang akan di proses Mendefinisikan ore
Metode Pemrosesan Metode pemrosesan ore
Elemen yang diEkstraksi Elemen yang di ekstrak
Sumberdaya Model Sumberdaya
Penambangan
Biaya penambangan
- Ore
- Waste
Rp/ton
Rp/ton
Mining Recovery %
Mining Dilution %
Pemrosesan
Biaya Pemrosesan Rp/Ton Ore
Biaya Administrassi Tambanan Rp/Ton Ore
Processing Recovery %
Minimal Processing Grade % total
Harga
Harga Elemen (Ore) Rp/Ton
Biaya Penjualan Rp/Ton
Lain-lain
Overall Slope Angle Waste Dump 0
Bench Height Waste Dump M
Height Waste Dump M
Single Slope Waste Dump 0
Parameter
Analisis Pit
shell
Initial Capital Cost Rp
Expanses Rp
Discount Rate Per Period %
Parameter
Desain
Kemajuan
Tambang
Single Bench Height M
Single Slope Angle 0
Overall Slope Angle 0
Bench Height (Overall) M
30
Pemilihan Bukaan Tambang Optimal
Cangkang pit (pit shell) optimal adalah yang memiliki nilai kumulatif
maksimum (Hustrulid, et al., 2013). Lebih lanjut nilai kumulatif yang dimaksud
merupakan selisih antara pendapatan bersih dan total biaya operasi, tanpa
mempertimbangkan kendala penjadwalan dan suku bunga (Waterman, 2018).
Tidak ada aturan atau formula yang baku untuk memilih pit shell yang
optimal rule of thumb yang biasa dipakai adalah rata-rata antara kurva net present
value (NPV), Net present value adalah nilai yang dapat digunakan untuk
menghitung profitabilitas proyek pertambangan dalam jangka panjang. NPV
didefinisikan sebagai selisih antara nilai sekarang dari pendapatan masa depan dan
nilai sekarang dari biaya masa depan. Jika nilai NPV adalah nol atau negatif maka
biaya yang dikeluarkan sama dengan atau lebih besar dari pengembalian yang
diharapkan, dan proyek penambangan berarti tidak menguntungkan. Jika hasil dari
NPV perhitungan lebih besar dari nol, maka proyek pertambangan layak
dipertimbangkan (Esmaili, et al., 2021). Nilai NPV dihitung dalam rumus
𝑁𝑃𝑉 = ∑ 𝑃𝑉𝑖𝑛𝑖=1 − 𝐶𝐶…………………………………………..……(3.5)
𝑃𝑉 =𝐹𝑊
(1+𝑖)𝑛……………………………………………………………(3.6)
PV= Present Value
CC= Capital Cost
FW= Future Worth
i = Suku Bunga acuan
Pada kasus terbaik dan terburuk kemungkinan besar akan menjadi kurva
acuan dalam menentukan waste optimal tentu pada nilai yang paling tinggi, pada
pemilihan pit shell optimal penting untuk menghindari pit shell yang menunjukkan
perubahan mendadak pada perolehan tonase ore/ waste dibandingkan dengan pit
shell sebelumnya. Pit shell yang optimal harus sestabil mungkin terhadap sedikit
penurunan harga komoditas, atau peningkatan biaya operasi (Esmaili, et al., 2021).
Tambang Terbuka
Tambang terbuka merupakan metode penambangan dimana seluruh aktivitas
penambangan dilakukan di atas atau relatif dakat dengan permukaan bumi, dan
tempat kerjanya berhubungan langsung dengan udara luar (Partanto, 1984). Pada
31
tahap pemilihan system penambangan menurut (Hartman, 2007), dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan sistem
penambangan yaitu karakteristik endapan bahan galian, kondisi geologi dan
hidrogeologi, sifat-sifat geoteknik, pertimbangan ekonomi, faktor teknologi, serta
faktor dan kondisi lingkungan sekitar. Menurut Bohnit dalam (Darling, 2011),
klasifikasi metode penambangan dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3. 2
Metode Tambang Terbuka (Bohnit, 2011)
Method Subclass Method
Mechanical
excavation
Open-pit (Open-cut or Open-cast) mining
Terrace mining
Strip (flat terrain) mining
Contour strip (hily terrain) mining
Auger mining
Glory mining
Quarrying
Aqueous
Placer
Panning
Sluicing
Dredging
Hydraulic mining
Solution Heap Leaching
Insitu Leaching
Metode Quarry (Kuari)
Quarry merupakan metode tambang terbuka yang digunakan untuk
menambang komonditas non logam dan batuan misalnya komonditas gamping,
marmer, andesit, dan feldspar. Metode penambangan kuari dapat menghasilkan
mineral/ hasil tambang berbentuk pecah (loose/ broken material) ataupun dalam
bentuk bongkah-bongkah yang teratur (dimentional stone). Berdasarkan letak
endapan yang digali atau arah penambangan secara garis besar metode kuari dapat
dibagi menjadi 2 golongan, yaitu Side hill type dan Pit type quarry.
32
1. Side hill type
Side hill type adalah system penambangan terbuka yang diterapkan untuk
manambang batuan atau endapan mineral industry yang letaknya berada di lereng
bukit atau endapanya berbentuk bukit, berdasarkan jalan masuk ke medan kerja
(front) penambangan maka side hill type dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Jalan masuk berbentuk spiral
Cara ini diterapkan apabila seluruh lereng bukit akan digali dan ditambang
penggalian dilakukan mulai dari bagian atas kearah bawah.
b. Jalan masuk langsung
Cara ini digunakan apabila hanya sebagian lereng saja yang dilakukan proses
penambangan, medan kerja dibuat menelusuri lereng yang akan dilakukan proses
penambangan dan jalan masuknya dibuat dari salah satu sisinya atau dari depan.
2. Pit type quarry
Quary tipe pit merupakan metode tambang terbuka yang digunakan untuk
menambang komonditas batuan atau komonditas industry yang letaknya relatif
mendatar, pada medan kerjanya dilakukan pengalian ke arah bawah sehingga
membentuk cekungan (pit) (Partanto, 1984).
Rancangan Penambangan
Istilah perancangan tambang biasanya dimaksudkan sebagai bagian dari
proses perencanaan tambang yang berkaitan dengan masalah-masalah geometrik
meliputi perancangan batas akhir penambangan, tahapan penambangan, urutan
penambangan tahunan atau bulanan, penjadwalan produksi dan rancangan waste
dump (Waterman, 2018).
Aspek utama yang memengaruhi rancangan tambang terbuka antara lain
faktor geologi, kadar dan lokasi mineralisasi, sebaran deposit, topografi, batas
permukaan, tingkat produksi, tinggi lereng, kemiringan lereng, grade jalan, biaya
penambangan, biaya pemrosesan, recovery penambangan, pertimbangan
pemasaran, nisbah kupas, dan cut off grade. Masing-masing aspek tersebut harus
dipahami dengan seksama karena dapat memengaruhi dimensi dan geometri bukaan
tambang (Armstrong, 2009).
33
Geometri Jenjang
Geometri jenjang (lihat Gambar 3.7) memiliki tinggi jenjang (H) yang
merupakan beda tinggi antara jenjang bagian atas dan jenjang bagian bawah.
Bagian-bagian jenjang yaitu lebar jenjang (bench width), sudut lereng, crest, toe,
dan bank width. Aspek Geoteknik sangat penting sebagai acuan dalam penentuan
geometri jenjang (Hustrulid, et al., 2013).
Gambar 3. 7
Geometri Jenjang Penambangan (Hustrulid, et al., 2013)
Working bench adalah jenjang yang terdapat aktivitas penambangan. Lebar
jenjang yang dibongkar dari working bench disebut juga cut. Lebar dari working
bench (WB) didefinisikan sebagai jarak antara crest dari lantai jenjang ke posisi toe
baru setelah cut diambil (Hustrulid, 1995) (Lihat Gambar 3.8).
Gambar 3. 8
Working bench (Hustrulid, et al., 2013)
34
Overall slope angle merupakan sudut kemiringan yang terbentuk dari
keseluruhan jenjang yang dibuat pada front penambangan. Kemiringan ini diukur
dari crest paling atas sampai dengan toe paling akhir dari front penambangan
(Waterman S.B., 2018) (Lihat Gambar 3.9).
Gambar 3. 9
Overall slope (Hustrulid, et al., 2013)
Dimensi Front Penambangan
Berdasarkan spesifikasi alat muat dan alat angkut yang akan digunakan
maka dapat diperhitungkan dimensi front penambangan yang ideal untuk menjamin
efektifitas kerja. Berikut ini merupakan perhitungan dimensi minimum front
penambangan menurut (Hustrulid, et al., 2013).
1. Lebar minimum front penambangan dihitung dengan rumus:
Wmin = 2 x (0,5 x Rs) + A + Mt ................................................................ (3.7)
2. Panjang minimum front penambangan dapat dihitung dengan rumus:
Lmin = Rs + 2A ........................................................................................ (3.8)
Keterangan:
Wmin = Lebar minimum front penambangan
Rs = Swing radius alat gali muat
A = Jarak tambahan, 1 meter
Mt = Lebar alat angkut saat membentuk sudut 45º
Tahapan Penambangan
Tahapan penambangan merupakan bentuk-bentuk penambangan yang
menunjukan bagaimana suatu pit akan ditambang dari kondisi awal sebelum
35
penambangan hingga bentuk akhir pit. Pentahapan penambangan disebut juga
dengan push back. Tujuan umum dari pentahapan penambangan adalah untuk
menyerderhanakan seluruh volume yang ada dalam pit ke dalam unit-unit
perancangan yang lebih kecil sehingga memudahkan dalam penanganan
(Waterman, 2018).
Tahapan-tahapan penambangan yang dirancang secara baik akan
memberikan akses ke semua daerah kerja dan menyediakan ruang kerja yang cukup
untuk operasi peralatan kerja tambang. Kegiatan pentahapan penambangan (Push
back) memuat rancangan dari awal pembuatan jenjang hingga penambangan
berakhir (lihat Gambar 3.10).
Gambar 3. 10
Rancangan Pushback Penambangan (Hustrulid, et al., 2013)
Rancangan Jalan Angkut Tambang
Setiap operasi penambangan memerlukan jalan tambang sebagai sarana untuk
menghubungkan antara front penambangan dengan stockpile dan tempat-tempat
lain di wilayah penambangan.
Fungsi utama jalan angkut adalah untuk menunjang kelancaran operasi
penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan. Geometri jalan angkut yang
harus diperhatikan adalah lebar jalan angkut, jari-jari tikungan dan super-elevasi,
36
kemiringan jalan, dan cross slope. Geometri jalan harus sesuai dengan dimensi alat
angkut yang digunakan agar alat angkut tersebut dapat bergerak leluasa pada
kecepatan normal dan aman.
Lebar Jalan Angkut
Lebar jalan angkut harus dipertimbangkan dalam merancang suatu jalan
angkut. Dimensi alat angkut, dan jumlah jalur adalah beberapa faktor yang harus
diperhatikan. Lebar jalan angkut dibagi dua yaitu :
a. Lebar pada jalan lurus.
lebar jalan minimum pada jalan lurus, menurut AASHTO (American
Association of State Highway and Transportation Officials) 1973, harus ditambah
dengan setengah lebar alat angkut pada bagian tepi kiri dan kanan jalan (lihat
Gambar 3.9).
Perhitungan lebar jalan angkut didasarkan pada alat angkut yang memiliki
dimensi paling lebar. Lebar jalan angkut dapat ditentukan dengan rumus:
Lmin= (1,5.L +0,5). X………………………………………………………… (3.9)
Keterangan :
Lmin = Lebar jalan angkut minimum (m).
L = Jumlah jalur.
X = Lebar alat angkut total (m).
Ilustrassi lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3.11.
Gambar 3. 11
Lebar Jalan Angkut Minimum Dua Jalur pada Jalan Lurus (Hustrulid, et al., 2013)
b. Lebar Pada Jalan Tikungan
Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar dari pada jalan lurus
(lihat Gambar 3.12). Untuk jalur ganda, lebar minimum pada tikungan dihitung
37
berdasarkan pada:
1. Lebar jejak ban alat angkut.
2. Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan belakang
pada saat membelok.
3. Jarak antara alat angkut pada saat bersimpangan.
4. Jarak (space) alat angkut dengan tepi jalan.
Lebar jalan angkut pada tikungan dapat dihitung menggunakan rumus :
W = n (U + Fa + Fb + Z) + C………………………………………….….(3.10)
C = Z = ½ (U + Fa + Fb)………………………………………….…(3.11)
Keterangan :
W = Lebar jalan angkut pada tikungan (m)
N = Jumlah jalur
U = Jarak jejak roda alat angkut (m)
Fa= Lebar juntai depan (m)
Fb= Lebar juntai belakang (m)
C = Jarak antara dua alat angkut yang bersimpangan (m)
Z = Jarak sisi luar alat angkut ke tepi jalan (m)
Ilustrassi lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3.12.
Gambar 3. 12
Lebar Jalan Pada Tikungan (Kaufman, et al., 1977).
Kemiringan Jalan Angkut (Grade)
Jalan angkut tambang adalah jalan yang menghubungkan antara tempat yang
memiliki elevasi yang berbeda. Perbedaan elevasi menyebabkan jalan angkut
38
tambang memiliki kemiringan jalan (grade) (lihat Gambar 3.13). kemiringan
(grade) dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Grade (%) = ( ∆ℎ/∆𝑥 )x 100%............……………………………………….(3.12)
Grade (α)o = Arc Tg (∆ℎ/∆𝑥) …………………………………..…………….(3.13)
Keterangan :
Δh = Beda tinggi antara dua titik yang diukur (m).
Δx = Jarak antara dua titik yang diukur (m).
Ilustrassi lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3.13.
Gambar 3. 13
Kemiringan Jalan Angkut Pada Tanjakan (Waterman, 2018)
Kemiringan jalan maksumum yang dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut
truck berkisar antara 10%-15% atau sekitar 6o -8,5o. Menurut Keputusan Menteri
Pertambangan dan Energi Nomor: 1827 K/30/MEM/2018 pada lampiran (XIX)
tentang jalan pertambangan pada poin (VII), kemiringan (grade) jalan tambang
dibuat tidak boleh lebih dari 12% (dua belas persen).
Radius Tikungan
Radius tikungan harus dipertimbangkan saat menentukan tata letak jalan
angkut. Jika radius tikungan yang memadai tidak dipertimbangkan, waktu tempuh
dan biaya dapat meningkat karena penurunan stabilitas operasional alat angkut.
Apabila radius tikungan yang cukup diperoleh, kecepatan truk yang stabil dapat
dipertahankan dan keausan roda truk dapat dikurangi, sehingga memungkinkan
operasi pengangkutan yang efisien. Radius tikungan harus dirancang sedemikian
39
rupa sehingga gaya sentrifugal dan gesekan pada truk selama melintasi jalan dapat
seimbang (Baek, et al., 2017).
Penentuan radius tikungan minimum pada jalan angkut dapat dipengaruhi
oleh berat alat angkut yang melalui jalan angkut tersebut. Semakin besar berat berat
alat angkut yang melintas maka semakin besar pula radius tikungan minimumnya.
Menurut Kaufman dan Ault (1977), radius tikungan minimum dapat ditentukan
menggunakan tabel (lihat Tabel 3.3).
Tabel 3. 3
Radius Tikungan Minimum untuk Satu Jalur Truk (Kaufman, et al., 1977)
Klasifikasi Berat
Kendaraan Berat Kendaraan (lbs)
Radius Tikungan Minimum
(ft)
1 < 100.000 5,7
2 100.000 - 200.000 7,3
3 200.000 - 400.000 9,9
4 > 400.000 11,8
Selain menggunakan cara di atas, penentuan radius tikungan minimum juga
dapat dilakukan menggunakan cara matematis. Jari-jari tikungan dipengaruhi oleh
dimensi alat angkut pada kondisi berbelok. Pada kondisi tersebut roda depan dan
belakang akan membentuk proyeksi sudut yang saling berpotongan. Titik
perpotongan akan menjadi pusat jari-jari tikungan. Radius tikungan minimum dapat
dilihat pada Gambar 3.14.
Gambar 3. 14
Geometri Lintasan Kendaraan pada Tikungan (Geyik, 1986)
40
Radius tikungan minimum dapat ditentukan dengan rumus berikut:
R = Wb
Sin α ........................................................................................................... (3.14)
Keterangan:
R = Jari-jari lintasan roda depan, m
Wb = Jarak sumbu roda depan dan belakang, m
Α = Sudut penyimpangan roda depan
Superelevasi
Superelevasi merupakan kemiringan jalan pada tikungan yang terbentuk oleh
batas antara tepi jalan terluar dengan tepi jalan terdalam karena perbedaan
kemiringan. Bagian tikungan jalan diberi superelevasi dengan cara meninggikan
jalan pada sisi luar tikungan. Tujuan dibuat superelevasi pada daerah tikungan jalan
angkut yaitu untuk menghindari atau mencegah kendaraan kergelincir keluar jalan
atau terguling. Apabila suatu kendaraan bergerak dengan kecepatan tetap pada
suatu lintasan datar atau miring yang berbentuk lengkung seperti lingkaran, maka
pada kendaraan tersebut bekerja gaya sentrifugal yang mendorong secara radial
keluar dari jalur jalannya (Kaufman, 1977).
Menurut Kaufman (1977), besarnya angka superelevasi untuk jari-jari
tikungan dengan berbagai variasi kecepatan alat angkut dapat bermacam-macam.
Penentuan superelevasi dapat dilakukan dengan menggunaan tabel (lihat Tabel
3.4). Pada tabel 3.4 terdapat angka superelevasi yang sama untuk kecepatan dan
jari-jari yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh nilai koefisien gesek yang berbeda
untuk kombinasi kecepatan dan jari-jari tikungan, atau dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa untuk melintasi tikungan dengan jari-jari tikungan dan kecepatan
yang berbeda, maka gaya sentrifugal yang dialami oleh alat angkut akan berbeda.
Tabel 3. 4
Angka superelevasi yang direkomendasikan (feet/feet) (Kaufman, 1977)
Jari-jari
Tikungan (feet)
Kecepatan (mph)
10 15 20 25 30 >35
50 0,04 0,04
100 0,04 0,04 0,04
150 0,04 0,04 0,04 0,05
250 0,04 0,04 0,04 0,04 0,05
300 0,04 0,04 0,04 0,04 0,05 0,06
600 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,05
1000 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04
41
Kemiringan Melintang Jalan Angkut (Cross Slope)
Cross slope adalah sudut yang dibentuk oleh dua sisi permukaan jalan
terhadap bidang horizontal. Cross slope berfungsi untuk mengatasi tergenangnya
air pada badan jalan, sehingga badan jalan dibuat miring lebih rendah ke arah luar
agar air mengalir ke saluran air.
Nilai kemiringan badan jalan (lihat Gambar 3.15) atau yang disebut cross
slope tersebut adalah ¼ sampai ½ inch tiap feet dari lebar badan jalan. Nilai cross
slope untuk jalan tambang adalah ¼ dari lebar badan jalan (Hustrulid, 1995).
Gambar 3. 15
Cross slope (Hustrulid, 1995) Rancangan Area Disposal
Perancangan area disposal meliputi penentuan area disposal tambang, volume
atau tonase, perancangan bentuk timbunannya, dan waktu pelaksanaannya agar
memenuhi tujuan stabilitas dan lingkungan dengan cara yang paling ekonomis.
Meskipun secara teknis beberapa material hanya ditempatkan sementara pada area
timbunan, tetapi masih perlu untuk merancang strukturnya agar memenuhi tujuan
stabilitas dan lingkungan (Zahl, 1992).
Parameter Rancangan Disposal
Proses penimbunan material tanah penutup harus mempertimbangkan
beberapa faktor yang memengaruhi, antara lain (Waterman, 2018).
1. Sudut lereng timbunan (angle of repose)
Ketika butiran material ditimbun di bidang horisontal, akan terbentuk
tumpukan berbentuk kerucut. Sudut ini dipengaruhi tinggi timbunan,
ketidakteraturan bongkah batuan, dan kecepatan dumping. Pengukuran ini dapat
dibuat pada sudut lereng yang ada di area timbunan.
42
2. Faktor pengembangan material (swell factor)
Faktor pengembangan material adalah perubahan volume material yang
digali atau dipindah dari tempat asalnya. Pada umumnya material akan mengalami
pengembangan volume setelah digali atau dipindah dari kondisi insitu. Hal ini
disebabkan adanya penambahan rongga udara di antara butiran material.
3. Tinggi lift
Tinggi lift umumnya hanya berlaku untuk timbunan yang dibangun ke atas.
Rancangan jarak setback dirancang sedemikian rupa sehingga sudut kemiringan
keseluruhan rata-rata (average overall slope angle) adalah 2H:1V (27°) sampai
2,5H:1V (22°) untuk memudahkan reklamasi.
4. Jarak dari pit limit
Jarak minimum merupakan ruangan yang cukup untuk suatu jalan angkut
antara pit limit dan kaki timbunan (dump toe). Kestabilan pit akibat adanya
timbunan harus diperhitungkan. Jarak yang sama atau lebih besar dari kedalaman
pit akan mengurangi resiko yang berhubungan dengan kestabilan lereng pit.
5. Tanjakan ke arah dump crest
Bohnit dan Kunze dalam Waterman (2018), merekomendasikan sedikit
tanjakan ke arah dump crest dengan pertimbangan penyaliran dan keamanan. Dump
truck harus menggunakan tenaga mesin untuk menuju crest dan bukan meluncur
bebas. Hal ini juga akan mengurangi resiko kendaraan yang diparkir meluncur jatuh
dari puncak timbunan (crest).
Pemilihan Lokasi Penimbunan
Menurut (Waterman, 2018), pemilihan lokasi penimbunan tergantung pada
beberapa factor yaitu :
1. Lokasi dan ukuran pit sebagai fungsi waktu
2. Topografi
3. Volume tanah penutup sebagai fungsi waktu
4. Batas konsesi pertambangan
5. Jalur penirisan yang ada
6. Persyaratan reklamasi
7. Kondisi pondasi
8. Peralatan penanganan material
43
Jenis Timbunan
Tata letak struktur timbunan dapat berupa satu atau lebih bentuk tergantung
pada jenis material, peruntukkannya, dan kondisi di lapangan (Gambar 3.16).
Menurut (Yanto, 2012), jenis timbunan antara lain sebagai berikut:
1. Valley fill Dump
Seperti namanya, timbunan jenis ini dibuat pada area lembah atau daerah curam.
Permukaan atas biasanya miring untuk mencegah genangan air. Timbunan jenis ini
dibangun pada sebuah lereng dengan menetapkan elevasi puncak (dump crest) pada
awal pembuatan timbunan. Dump truck yang mengangkut muatan ke elevasi ini
akan menumpahkan muatannya pada bagian atas lereng, kemudian bulldozer akan
menggusur material secara float dozing. Elevasi dump crest ini akan dipertahankan
selama proses penimbunan.
2. Cross valley Dump
Cross valley dump dibuat melintasi dasar lembah, tetapi pada bagian sisi hulu
tidak sepenuhnya terisi. Timbunan jenis ini biasanya dirancang untuk mengontrol
penyimpanan atau pembuangan aliran banjir. Jika timbunan tidak dirancang untuk
menampung air, maka sistem pengalihan air harus ditambahkan untuk membantu
mengalirkan air di sekitarnya.
3. Sidehill Dump
Sidehill dump dibuat di sepanjang sisi bukit atau lembah tetapi tidak sampai
melintasi dasar lembah. Timbunan jenis ini dapat dibangun untuk menampung air
atau lumpur limbah tambang. Seperti halnya cross valley dump, aliran air pada
sidehill dump juga harus dikontrol jika ingin menahan air atau lumpur.
4. Ridge Embankment
Timbunan jenis ini dibuat di puncak punggungan. Material waste ditempatkan
di sepanjang kedua sisi area. Jenis timbunan ini biasanya tidak digunakan untuk
menampung material atau air.
5. Diked Embankment
Diked Embankment dibangun di medan yang hampir rata dan dapat menampung
limbah tambang yang berbutir halus atau berbutir kasar. Jika limbah halus
tertampung oleh limbah yang lebih kasar, maka disebut sebagai tanggul (dike). Jika
material bersifat homogen dan kasar maka timbunan (heaped).
44
6. Terrace Dump
Terrace dump adalah timbunan yang dirancang ke atas (lift). Timbunan ini
dapat diterapkan pada lokasi timbunan dengan kondisi topografi yang tidak begitu
curam. Timbunan dirancang dari bawah ke atas. Tinggi tiap lift biasanya 20 m – 40
m. Lift-lift berikutnya terletak di belakang sehingga sudut keseluruhan (overall
slope angle) mendekati yang dibutuhkan untuk reklamasi (Waterman, 2018).
Gambar 3. 16
Jenis timbunan (Zahl, 1992)
Kondisi Material
Pada kegiatan penambangan, material yang akan dimuat umumnya harus
diberaikan terlebih dahulu dari kondisi aslinya (in-situ) atau kondisi bank. Keadaan
material yang tergali atau dipindah dari tempat asalnya, akan mengalami perubahan
volume (mengembang). Hal ini disebabkan adanya penambahan rongga udara di
antara butiran-butiran material yang menyebabkan volumenya menjadi lebih besar.
Volume material pada kondisi ini biasanya dinyatakan dalam loose measure atau
Loose Cubic Meter (LCM).
45
Tingkat pengembangan volume ini biasa disebut sebagai faktor
pengembangan (swell factor). Besarnya swell factor dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut (Hustrulid, et al., 2013).
Swell = bank weight/unit volume
𝑙𝑜𝑜𝑠𝑒 weight/unit volume ........................................................... (3.15)
Percen 𝑠𝑤𝑒𝑙𝑙 = 100 (swell − 1) ....................................................................... (3.16)
𝑆𝑤𝑒𝑙𝑙 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 = 1
𝑠𝑤𝑒𝑙l =
𝑙𝑜𝑜𝑠𝑒 weight/unit volume
bank weight/unit volume ................................................ (3.17)
Swell factor = 100
(100 + percent swell) .................................................................. (3.18)
Swell factor adalah kebalikan dari swell dan dapat dinyatakan dengan persamaan
(3.17) atau persamaan (3.18).
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Kegiatan penambangan di Blok Saga telah berlangsung selama 5 tahun
dengan total cadangan yang telah ditambang 434.915 ton sampai awal tahun 2020.
Proses penambangan sempat terhenti pada Mei 2021 dikarenakan proses
perpanjangan izin operasi penambangan yang sedang berjalan. Kegiatan
penambangan dimulai kembali pada semester 2 tahun 2021. Kancangan kemajuan
penambangan disusun sebagai acuan kegiatan penambangan pada tahun 2022
dengan target produksi 360.000 ton/ tahun. Aktivitas penambangan dilakukan pada
2 lokasi yaitu di Kuari Cerit yang terletak di sebelah barat dengan luasan 2,1 ha dan
di Kuari Wawar yang terletak disebelah timur dengan luasan kurang lebih satu ha.
Pada tahun 2022 CV. Biru Langit berencana memperluas area
penambangan dengan membebaskan lahan total seluas 2 ha. Biaya pembebasan
tanah dihitung sebagai modal awal (capital cost) yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan sebelum kegiatan penambangan dimulai. Pada lahan yang belum
dibebaskan, biaya pembebasan lahan tersebut bibebankan pada biaya pokok
penambangan di setiap blok model sumberdaya. Faktor perubahan biaya pokok
penambangan ini dinyatakan dengan nilai Mining Cost Adjustment Factor
(MCAF). Kegiatan optimasi perlu dilakukan untuk menentukan bukaan tambang
yang optimal berdasarkan kondisi tersebut.
Optimasi Bukaan Tambang
Proses optimasi bukaan tambang dilakukan untuk mendapatkan model
bukaan akhir penambangan yang optimal. Model ini digunakan untuk
menentukan batas akhir penambangan pada pembuatan rancangan kemajuan
penambangan di Kuari Cerit dan Kuari Wawar.
Proses optimasi juga bertujuan untuk memperoleh estimasi cadangan
feldspar yang optimal berdasarkan model finansial dengan mempertimbangkan
parameter penambangan dan kondisi lahan.
47
Parameter Inputan Optimasi Bukaan Tambang
Proses optimasi dilakukan dengan bantuan software Micromine 2021.5
dengan kode lisensi MM471 ( licenced to UPN “Veteran” Yogyakarta). Software
ini mengunakan konsep algoritma Lerch-Grossmann dalam melakukan proses
optimasi dengan data masukan yang digunakan berupa,
1. Model Sumberdaya
Berdasarkan hasil estimasi sumberdaya feldspar di Blok Saga dengan
kedalaman rata-rata lubang bor 80 m dan elevasi terendah pada 190 mdpl diperoleh
tiga klasifikasi sumberdaya feldspar yaitu sumberdaya terukur (measured) sebesar
52.771.767 ton, sumberdaya tertunjuk (indicated) sebesar 17.435.710 ton, dan
sumberdaya tereka (inferred) sebesar 1.886.758 ton.
Tabel 4. 1
Klasifikasi Total Sumberdaya Feldspar Menggunakan True Distance to Sample
True
distance to
sample (m)
Sumberdaya
(ton) Klasifikasi
Rata-rata kadar (%)
Clay SiO2 Al2O3 Fe2O3
6-45 52.771.767 Terukur 0,52 66,92 12,43 2,26
45-70 17.435.710 Terunjuk 0,53 66,83 12,38 2,28
70-153 1.886.758 Tereka 0,55 66,93 12,44 2,38
Hasil klasifikasi sumberdaya feldspar tereka (inferred), tertunjuk
(indicated), dan terukur (measured) berdasarkan histogram true distance to sample
SiO2 dalam bentuk blok model dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4. 1
Block Model Klasifikasi Sumberdaya Feldspar
48
Total keseluruhan sumberdaya feldspar yaitu sebesar 72.094.236 ton dengan
rata-rata kadar total (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) yang memenuhi syarat yaitu 81.58 %.
Model sumberdaya yang digunakan dalam proses optimasi memiliki klasifikasi
terukur dan terunjuk dengan jumlah 70.200.000 ton.
Jumlah sumberdaya ditetapkan berdasarkan uji laboratorium standar produk
dengan kode matrial Trass BL-SG-01, dengan spesifikasi yang ditentukan pasar
meliputi, kadar total (SiO2, Fe2O3 dan Al2O3) dan Clay Content (kandungan lumpur).
Nilai dan range spesifikasi produk dapat dilihat di Lampiran B.
Parameter masukan model sumberdaya yang digunakan berupa blok model
dengan dimensi 5m x 5m x 4m (panjang x lebar x tinggi). Pada setiap blok memuat
informasi yang menunjukan persebaran komoditas tambang yaitu kordinat 3
dimensi letak sumberdaya, data kualitas yang memuat data kadar SiO2, Fe2O3 dan
Al2O3, serta data kuantitas yang berisi informasi tonase dan volume. Sumberdaya
yang digunakan pada proses optimasi adalah sumberdaya terukur (measured) dan
terkira (indicated).
Berdasarkan spesifikasi pasar blok model dibedakan dalam 2 kelompok
utama yaitu trass dan feldspar kadar rendah, penyebutan trass digunakan untuk
menggantikan istilah ore, dan feldspar kadar rendah untuk mengantikan istilah
waste. Trass didefinisikan sebagai blok dengan kadar total SiO2, Fe2O3 dan Al2O3
> 70% dan memiliki nilai clay content < 1,6 %. Feldspar kadar rendah adalah blok
dengan nilai total kadar SiO2, Fe2O3, dan Al2O3 < 70% atau nilai clay content >
1.6% persebaran trass dan feldepar kadar rendah dapat dilihat di Gambar 4.2.
Gambar 4. 2
Blok Model Sumberdaya Feldspar
49
Pada blok model terdapat data sifat fisik batuan berupa data specific grafity
untuk material feldspar yang dibedakan berdasarkan visualisasi di lapangan yaitu
feldspar abu-abu dengan spesific gravity 2,6 dan feldspar kuning dengan spesific
gravity 2.1.
Hasil estimasi sumberdaya pada area WIUP seluas 40 ha dengan kedalaman
rata- rata 80 m dan elevasi terendah 190 mdpl diperoleh sumberdaya feldspar
dengan klasifikasi terukur dan tertunjuk sebesar 70.200.000 ton (Lampiran B).
2. Batasan Area Optimasi
Pada proses optimasi diperlukan data masukan yang digunakan untuk
membatasi area yang akan dilakukan optimasi. Batasan dapat berupa fungsi yang
menyatakan nilai di atas/di bawah, di luar/di dalam batas yang ditentukan. Data
yang digunakan berupa data topografi, wilayah ijin usaha pertambangan, dan
elevasi muka air tanah yang berada di lokasi penambangan.
a. Data Topografi
Data topografi berupa koordinat X, Y, dan Z yang berasal dari pemetaan
drone. Data ini kemudian divalidasi di lapangan menggunakan GPS garmin. Data
hasil droning yang sudah divalidasi selanjutnya diolah menjadi model topografi
yang digunakan sebagai bidang batas elevasi tertinggi untuk area yang akan
dioptimasi. Data topografi memuat koordinat 344572 X-347299 X, 9172687Y-
9175222Y, dan elevasi 150-360 mdpl.
Gambar 4. 3
Data Topografi
50
b. Wilayah Izin Usaha Pertambangan
Wilayah izin usaha pertambangan ditandai dengan titik-titik kordinat pada
peta yang membentuk polygon. Data koordinat WIUP akan digunakan sebagai
batas area optimasi pada sumbu x dan y guna memastikan bukaan tambang yang
terbentuk berada di dalam wilayah izin usaha pertambangan CV Biru Langit.
Gambar 4. 4
Wilayah Izin Usaha Pertambangan CV Biru Langit
c. Elevasi Muka Air Tanah
Pada arah vertikal, bagian bawah model estimasi dibatasi oleh elevasi muka
air tanah. Data ini diperoleh dari pengukuran elevasi permukaan air pada kolam
pengendapan dan sungai di sekitar lokasi penambangan, dari pengukuran diperoleh
elevasi muka air tanah yaitu 190 mdpl.
Gambar 4. 5
Kolam Pengendapan di Kuari Wawar
51
3. Model Finansial
Data model finansial merupakan data input yang berhubungan dengan
cashflow perusahaan. Data ini bersumber dari Rencana Keuangan Anggaran dan
Belanja (RKAB) perusahaan pada tahun 2020 dan 2021. Data-data finansial yang
digunakan dapat dilihat di Tabel 4.2.
Tabel 4. 2
Model Finansial Optimasi No Parameter Nilai
1 Modal awal Rp.2.000.000.000
2 Harga komoditas Rp.69.500/ton
3 Harga pokok penambangan Trass Rp.55.900/ton
4 Harga pokok penambangan Feldspar kadar
rendah Rp.40.000/ton
5 Biaya pembebasan lahan Rp.50.000/m2
6 Biaya tetap tahunan Rp.400.000.000/tahun
7 Suku bunga acuan 8%
Untuk lebih lengkap parameter input optimasi dapat dilihat di Lampiran D.
4. Data Rekomendasi Geoteknik
Pada tahap optimasi rekomendasi geoteknik diperlukan untuk menentukan
nilai kemiringan overall slope, yang menjadi dasar pembuatan pit shell pada saat
proses optimasi. Kemiringan overall slope yang digunakan adalah 53° berdasarkan
rekomendasi geoteknik (lihat Lampiran C).
Gambar 4. 6
Overall Slope Pit shell
Hasil Optimasi
Proses optimasi menghasilkan pit optimum sesuai dengan Revenue
Adjustment Factor (RAF) yang ditentukan. RAF adalah faktor yang menunjukan
nilai kenaikan atau penurunan harga komonditas terhadap harga awal yang
52
ditetapkan. Setiap nilai RAF akan membentuk pit shell optimum yang berbeda. Pada
penelitian ini digunakan nilai RAF 0,86-1,18 proses optimasi menghasilkan 16 pit
shel dengan kode pit shell -1 nilai RAF = 0.86 artinya pit shell optimal ini terbentuk
jika harga komonditas berada pada nilai 0,86 kali harga yang telah ditentukan di
awal, sampai dengan pit shell terakhir dengan nilai RAF 1,18 kali.
Gambar 4. 7
Pit shell Hasil Optimasi Tampak Isometrik
Gambar 4. 8
Sayatan Pit shell Hasil Optimasi di Pit Cerit
53
Gambar 4. 9
Sayatan Pit shell Hasil Optimasi di Pit Wawar
Pemilih Bukaan Tambang Optimum
Setiap pit shell yang terbentuk memiliki parameter-parameter hasil optimasi
yang berkaitan dengan teknis maupun ekonomi. Parameter teknis hasil optimasi
meliputi volume dan tonase komoditas sedangkan parameter ekonomi berkaitan
dengan net present value (NPV) dari setiap pit shell. Parameter NPV ini digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan pit shell yang paling optimal.
Gambar 4. 10
Chart Parameter Hasil Optimasi metode konstan lag
54
Proses running optimasi nested pit shell menghasilkan 16 pit shell dari
perbedaan nilai RAF yang ditentukan. Masing-masing pit shell memiliki nilai 3
NPV dari 3 skenario optimasi serta perolehan tonase material kadar rendah dan
perolehan feldspar (lihat Gambar 4.7).
Berdasarkan hasil optimasi ditentukan pit yang paling optimal berdasarkan
nilai NPV tertinggi dari 3 skenario yang di terapkan adalah pit shell dengan kode
Stage-8. Hasil optimasi menunjukan nilai NPV dengan skenario bench lag 2 yaitu
Rp14.051.000.000, nilai NPV dengan skenario best case Rp14.185.341.094, dan
nilai NPV dengan skenario worst cast Rp13.055.008.593. Pit shell dengan kode
stage-8 memiliki jumlah trass insitu 3.290.000 ton dengan estimasi umur tambang
10 tahun.
Gambar 4. 11
Pit Shell Kode Stage-8 Tampak Isometrik
Gambar 4. 12
Sayatan Pit Shell Kode Stage-8 di Pit Cerit
55
Gambar 4. 13
Sayatan Pit shell Kode Stage-8 di Pit Wawar
Rancangan Penambangan
Bentuk bentang alam di lokasi penambangan secara umum merupakan bagian
dari lereng perbukitan Serayu dengan arah kemiringan umum menghadap ke utara
dengan arah 355/45°. Muka air tanah di lokasi penambangan berada pada elevasi
190 mdpl. Berdasarkan kondisi topografi, maka jenis penambangan yang cocok
diterapkan pada daerah ini adalah sistem tambang terbuka dengan metode kuari
dengan tipe side hill. Aktivitas penambangan akan dilakukan dari elevasi tertinggi
menuju elevasi terendah yang telah ditentukan.
Rancangan Geometri Penambangan
Geometri jenjang penambangan di CV Biru Langit didasarkan pada hasil
analisis kestabilan lereng di Kuari Cerit dan Kuari Wawar. Dari analisis yang
dilakukan mengunakan software rockplane dan rocktopple diperoleh nilai FK
berdasarkan zona dan potensi longsor yaitu FK ≥ 1,25 pada kondisi lereng yang
paling pesimis yaitu pada feldspar zona kuning. Geometri jenjang penambangan
feldspar di Kuari Wawar dan Cerit berdasarkan rekomendasi geoteknik adalah
sebagai berikut :
1. Tinggi Jenjang (8 m)
2. Lebar jenjang (3 m)
3. Lebar jenjang kerja (10 m)
4. Sudut kemiringan jenjang tunggal zona kuning 60o
5. Sudut kemiringan jenjang tunggal zona biru 70o
6. Sudut kemiringan jenjang keseluruhan < 53o
56
Gambar 4. 14
Rancangan Geometri Penambangan CV. Biru Langit
Rancangan Jalan Angkut
Desain jalan angkut dibuat pada bukaan tambang untuk memudahkan akses
alat angkut menuju area penambangan.
1. Lebar Jalan Angkut Pada Lintasa Lurus
Jenis alat angkut yang digunakan adalah Dyna 130 HD dengan dimensi lebar
2m, maka lebar jalan minimum untuk jalan satu jalur dengan memperhitungkan
lebar tanggul pengaman adalah 4m.
2. Lebar Jalan Angkut Pada Lintasan Berbelok
Jalan angkut di lokasi memiliki sudut tikungan yang bervariasi mulai dari 20˚
sampai 180˚. Jalan angkut dirancang satu jalur untuk dilalui alat angkut dump truck
Dyna 130 HD dengan dimensi lebar jalan pada tikungan minimal 6.5 m (lihat
Lampiran H).
3. Radius Tikungan
Penentuan radius tikungan dipegaruhi oleh dimensi alat ketika berada pada
posisi berbelok. Diketahui jarak sumbu roda depan dan belakang adalah 3,380 m
dan sudut penyimpangan roda maksimum sebesar 35º. Radius minimum alat angkut
dump truck Dyna 130 HD menurut perhitungan yaitu sebesar 6 m (Lampiran H).
57
4. Superelevasi
Penentuan nilai superelevsai dipengaruhi oleh radius tikungan, koefisien
gesekan, dan kecepatan alat angkut. Diketahui radius tikungan sebesar 6 m dan
koefisien gesekan pada kecepatan rencana 13 km/jam adalah 0,1836, diperoleh nilai
superelevasi sebesar 0,038 (Lampiran H).
5. Kemiringan Melintang (Cross Slope)
Cross slope dibuat untuk mengatasi terjadi genangan air pada badan jalan saat
terjadi hujan. Pembuatan cross slope dilakukan dengan cara membuat bagian
tengah jalan lebih tinggi dari bagian tepi jalan. Besarnya kemiringan jalan
dipengaruhi oleh lebar badan jalan, dimana besarnya 1/4 sampai ½ inchi per feet
lebar jalan angkut (20-40 mm/m) (lihat Lampiran H). Maka, kemiringan melintang
adalah :
P = ½ x 6,65 m (lebar jalan angkut)
= 3,325 m
Sehingga beda tinggi dibuat : Q = 3,325 m x 40 mm/m
= 133 mm
= 0,133 m
6. Kemiringan Jalan Angkut (Grade)
Dalam menentukan grade jalan angkut tambang maka terdapat beberapa
pertimbangan yaitu berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi
Nomor: 1827 K/30/MEM/2018 yaitu nilai grade tidak boleh lebih dari 12%.
berdasarkan kondisi aktual kemiringan jalan maksimum yang dijumpai di lapangan
adalah 15%. Faktor lain dalam menentukan grade jalan adalah kondisi topografi di
lokasi penambangan yang cukup curam, jalan angkut berada di elevasi 180– 230
mdpl. Berdasarkan pertimbangan di atas dipilih grade maksimum 10 % dalam
melakukan rancangan jalan (lihat Gambar 4.3).
Rancangan Kemajuan Penambangan
Hasil estimasi cadangan dari pit design sebesar 2.960.000 ton. Titik awal
lokasi penambangan ditentukan berdasarkan kemudahan mengakses lokasi
sehingga dipilih pada lokasi tambang yang telah dilakukan pembukaan lahan
tambang. Lokasi awal penambangan di Kuari Wawar terletak pada koordinat 7 º
28’39,2” LS, 109 º 36’29,1” B T dengan arah penambangan kearah timur,
58
sedangkan pada Kuari Cerit titik awal penambangan terletak pada koordinat 7 º
28’31,1”LS, 109 º 36’10,2”B T dengan arah penambangan menuju ke barat sampai
batas pit limit.
Berdasarkan laporan realisasi produksi tahun 2020, jumlah produksi feldspar
di CV. Biru Langit pada tahun 2020 sebesar 51.102 ton. Jumlah ini jauh dari target
produksi tahun 2020 yaitu sebesar 360.000 ton. Untuk menentukan target produksi
pada kegiatan pembongkaran dan pengangkutan maka harus memperhitungkan
persen kehilangan (% loose) pada proses pembongkaran dan pengangkutan sebesar
5 %. Dari pertimbangan tersebut maka feldspar yang harus ditambang sebesar
380.000 ton/tahun. Berdasarkan jumlah cadangan feldspar yaitu 2.960.000 ton
maka diperoleh umur tambang 8 tahun.
Tabel 4. 3
Rencana Produksi CV Biru Langit Tahun Produksi
2022 380.000
2023 380.000
2024 380.000
2025 380.000
2026 380.000
2027 380.000
2028 380.000
2029 300.000
Total Cadangan 2.960.000
Target produksi ini akan direalisasikan dengan kegiatan penambangan di
kedua pit dengan perbandingan jumlah produksi masing- masing 50% di Kuari
Cerit dan 50% di Kuari Wawar.
Rancangan Area Disposal
Rancangan area disposal dibuat di dalam wilayah izin usaha pertambangan
CV. Biru Langit dan dipisahkan berdasarkan jenis material timbunanya. Terdapat 3
area disposal, dua diantaranya merupakan disposal tanah pucuk dan satu merupakan
disposal material kadar rendah. Disposal tanah pucuk dipisahkan berdasarkan
lokasi kuari asal material dengan alasan jarak pengangkutan yang relatif dekat.
Disposal tanah pucuk dari Kuari Cerit terletak di sebelah barat Kuari Cerit dengan
luasan area 4636.564 m2 dan total volume sebesar 20435.4 m3, timbunan dibuat
mulai dari elevasi 180 sampai dengan 198 mdpl. Disposal untuk tanah pucuk dari
59
Kuari Wawar terletak di sebelah barat laut Kuari Wawar dengan luasan area
3504.005 m2 dengan volume 14985.2 m3 timbunan dibuat mulai dari elevasi 211
sampai dengan 232 mdpl. Disposal matrial kadar rendah digunakan untuk
menampung material kadar rendah dari Kuari Wawar dan Kuari Cerit. Disposal
terletak di tenggara Kuari Cerit dengan luas area 10504.145 m2 yang digunakan
untuk menimbun metrial kadar rendah dengan volume total 61379.03 m3.
Timbunan dibuat mulai dari elevasi 217 sampai dengan 236 mdpl.
Gambar 4. 15
Lokasi disposal Pit Cerit
Gambar 4. 16
Lokasi Disposal Pit Wawar
60
Timbunan material feldspar kadar rendah termasuk dalam jenis timbunan
side hill dump karena area timbunan terletak pada sisi lereng bukit. Adapun
rancangan geometri timbunan sebagai berikut:
1. Angle of repose : 30º
2. Tinggi jenjang (bench height) : 5 m
3. Lebar jenjang (bench width) : 3 m
Gambar 4. 17
Geometri Dump Design
61
BAB V
PEMBAHASAN
Tujuan optimasi dalam penelitian ini adalah menentukan batas-batas
penambangan pada suatu endapan untuk memperoleh estimasi cadangan
berdasarkan model sumberdaya dan model finansial dengan mempertimbangkan
parameter penambangan dan kondisi lahan.
Optimasi Bukaan Tambang
Status lahan di wilayah izin usaha pertambangan CV. Biru Langit yang belum
sepenuhnya dibebaskan serta keberadaan material kadar rendah menjadi model
inputan utama dalam melakukan optimasi bukaan tambang.
Skenario Optimasi Bukaan Tambang
Luas area penambangan CV. Biru Langit di Blok Saga pada akhir tahun 2021
adalah 4,7 ha terdiri dari 2,7 ha di Kuari Cerit dan 2 ha di Kuari Wawar. Luas lahan
ini digunakan sebagai data masukan luasan dan koordinat lahan yang telah
dibebaskan nilainya dimasukan sebagai parameter MCAF. Skenario optimasi yang
digunakan adalah memaksimalkan nilai bersih (net value), yaitu selisih antara
pendapatan dan biaya total pada skenario penambangan konstan lag.
1. Perhitungan Cost dan Mining Cost Adjusment Factor (MCAF)
Parameter MCAF merupakan parameter yang terafiliasi pada blok model
sumberdaya dan mewakili nilai suatu blok. MCAF memiliki nilai dasar=1, dan
dapat diformulasikan berdasarkan faktor yang mempengaruhi. Pada penelitian ini
nilai MCAF dipengaruhi oleh status pembebasan lahan disetiap blok sehingga
dihitung berdasarkan rumus (3.4) sebagai berikut :
MCAF= [Biaya penambangan blok
Biaya penambangan blok standar]
Nilai MCAF dipengaruhi oleh status pembebasan lahan di setiap blok. Luas
permukaan blok standar adalah 25 m2 dan harga tanah Rp.50.000/ m2. Penambahan
biaya pembebasan lahan pada biaya penambangan hanya dilakukan pada blok yang
62
terletak pada lapisan pertama. Dari kondisi diatas diperoleh nilai tambahan biaya
pembebasan lahan /blok adalah :
Biaya Pembebasan Lahan/ Blok = Ta x L…………………………………….(5.1)
Ta : Harga Lahan/m2 (Rp/m2)
L : Luas Permukaan bagian atas blok (m2)
Biaya penambangan (mining cost) dihitung berdasarkan Harga Pokok
Penambangan per ton yang telah ditentukan perusahaan dikali jumlah tonase total
hasil estimasi dalam satu blok, sehingga dapat ditulis dengan persamaan :
Biaya penambangan = HPP x Wb………………………………...……………(5.1)
HPP : Harga pokok penambangan (ton-1)
Wb : Tonase Blok (ton)
Pada blok yang belum dibebaskan selain biaya penambangan blok standart,
biaya penambangan juga dipengaruhi oleh biaya pembebasan lahan, Berdasarkan
kondisi tersebut nilai MCAF dapat dituliskan dalam rumus sebagai berikut :
MCAF = (Biaya Penambangan Blok)+(Biaya Pembebasan Lahan)
(Biaya Penambangan Blok Standar)………….(5.1)
Harga pokok penambangan (HPP) acuan pada kondisi RAF=1 adalah
Rp.55.900,00/ton. Berat blok dihitung dari volume blok (100 m3) x berat jenis
(nilainya antara 2,2 - 2,6) x part percent, Part percent memiliki nilai 1-100%,
dengan nilai persen menunjukan volume blok yang berada di bawah permukaan
topografi model. Harga tanah (Ta) pada lahan yang belum dibebaskan adalah Rp.
50.000,00/m2 dan pada area yang telah dibebaskan memiliki nilai Rp.0,00/m2. Luas
tanah (L) dihitung ditiap blok sesuai dengan luasan permukaan blok yaitu 25 m2
atau menyesuaikan model.
Dari parameter di atas, MCAF pada lahan yang telah dibebaskan bernilai,
MCAF =(55.900 𝑥 275)+(0,00 𝑥 25)
(55.900 𝑥 275)
= 1
Pada lahan yang belum dibebaskan, MCAF pada blok sumberdaya bernilai,
MCAF =(55.900 𝑥 275)+(50.000 𝑥 25)
(55.900 𝑥 275)
= 1.081314035
Nilainya MCAF pada lahan yang belum dibebaskan berkisar antara 1,05- 1,1
63
Gambar 5. 1
Persebaran Nilai MCAF pada Blok Model
Warna hijau menunjukan blok dengan nilai MCAF = 1 dan warna kuning
untuk blok dengan nilai MCAF > 1. Perhitungan cost merupakan fungsi perkalian
dari HPP x MCAF yang dihitung pada tiap-tiap blok dan dinyatakan dengan nilai
negatif. Kemudian nilai kumulatif pada tiap pit shell akan ditampilkan dalam
parameter total cost.
2. Permodelan Pendapatan (revenue)
Nilai pendapatan dihitung pada satuan blok dan dinyatakan dengan nilai
positif. Nilai kumulatif tiap pit shell akan ditampilkan dalam parameter revenue.
Pada umumnya algoritma permodelan optimasi akan menjadikan kadar sebagai
parameter penting dalam menentukan revenue. Hal ini disebabkan oleh adanya
perbedaan nilai jual material berdasarkan kadar mineral yang ada di dalam blok
tersebut. Pada proses optimasi algoritma akan menghasilkan pit shell sesuai
persebaran kadar dengan variasi revenue yang cukup besar.
Pada model optimasi mineral feldapar di CV. Biru Langit, mineral dijual
dalam satuan ton dengan kadar total yang telah ditentukan minimal 70%, dan semua
mineral di atas cut of grade dihargai dengan harga yang sama yaitu Rp.69.500,00.
Pada kondisi demikian kadar hanya digunakan sebagai parameter untuk
membedakan material trass dan feldspar kadar rendah, sedangkan perhitungan nilai
blok bergantung pada parameter massa yang relatif homogen. Hal ini
mengakibatkan model optimasi yang dibuat memiliki sensitivitas terhadap faktor
perubahan harga (RAF) yang rendah. Kondisi ini dapat dillihat pada pit shell yang
64
dihasilkan dimana tidak semua pit shell dapat terbentuk pada range RAF yang
ditentukan dan pada pit shell yang terbentuk posisinya cinderung berhimpit serta
nilai NPV yang dihasilkan tidak mengalami perubahan yang signifikan pada nilai
RAF ≥ 0,94.
Hasil Optimasi Bukaan Tambang
Untuk memaksimalkan nilai bersih pit shell akan terbentuk pada area yang
memiliki cost penambangan paling rendah atau area yang menghasilkan revenue
tertinggi, Pada model optimasi yang telah dibuat area tersebut mengacu pada area
dengan nilai MCAF = 1 (pada lahan yang telah dibebaskan) dan pada area dengan
perbandingan material feldspar kadar rendah dengan trass yang paling kecil.
Parameter hasil optimasi dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5. 1
Parameter Hasil Optimasi
*) lanjutan tabel 5. 1(Horizontal)
Stage
Code
LOM
(Tahun
)
MIN
BENCH
(m)
MAX
BENCH
(m)
Volume
InSitu (m3)
Ore Volume
InSitu (m3)
Waste
Volume
InSitu (m3)
Mass (Ton)Ore Mass
InSitu (Ton)
Waste
Mass InSitu
(Ton)
Processed
Mass (Ton)
RAF-1 1 200 240 4.708 4.706 2 10.357 10.353 4 9.836
RAF-2 5 192 248 711.609 684.361 27.248 1.774.199 1.714.799 59.400 1.629.059
RAF-3 8 192 248 1.031.063 986.068 44.995 2.535.096 2.437.006 98.090 2.315.156
RAF-4 8 192 280 1.124.200 1.072.015 52.185 2.761.759 2.647.995 113.764 2.515.595
RAF-5 10 192 288 1.399.902 1.319.460 80.442 3.412.756 3.237.391 175.365 3.075.522
RAF-6 10 192 288 1.409.197 1.327.426 81.771 3.435.817 3.257.556 178.261 3.094.679
RAF-7 10 192 288 1.420.219 1.336.626 83.593 3.463.309 3.281.076 182.233 3.117.023
RAF-8 10 192 288 1.424.920 1.340.426 84.494 3.474.753 3.290.556 184.196 3.126.029
RAF-9 10 192 288 1.425.687 1.341.026 84.661 3.476.677 3.292.116 184.561 3.127.511
RAF-10 10 192 288 1.426.742 1.341.826 84.916 3.479.233 3.294.116 185.117 3.129.411
RAF-11 10 192 288 1.427.024 1.342.026 84.998 3.479.932 3.294.636 185.296 3.129.905
RAF-12 10 192 288 1.427.549 1.342.426 85.123 3.481.083 3.295.516 185.567 3.130.741
RAF-13 10 192 288 1.428.687 1.343.226 85.461 3.483.821 3.297.516 186.305 3.132.641
RAF-14 10 192 288 1.428.969 1.343.426 85.543 3.484.440 3.297.956 186.483 3.133.059
RAF-15 10 192 288 1.429.257 1.343.626 85.631 3.485.072 3.298.396 186.676 3.133.477
RAF-16 10 192 288 1.429.550 1.343.826 85.724 3.485.715 3.298.836 186.879 3.133.895
65
Proses optimasi menghasilkan 16 pit shell pada nilai RAF yang berbeda, nilai
RAF memiliki rentang 0,86-1,18 dengan perubahan 0,02, Pada RAF 0,86
komonditas memiliki harga Rp. 53.793, pada RAF 1 harga komonditas Rp. 69.500,
dan RAF 1,18 dengan harga Rp. 73.809, dengan perubahan harga tiap RAF
Rp.1251/ton. Hasil optimasi menunjukan kenaikan perolehan tonase feldspar yang
signifikan pada rentang nilai RAF 0,86-0,94 yaitu 18.000 ton ke 4.000.000 ton
feldspar. Pada nilai RAF ≥ 0,94 tidak terdapat perubahan yang signifikan pada
perolehan tonase maupun nilai NPV. Kondisi ini mengindikasikan bahwa pit shell
hasil optimasi yang memiliki nilai RAF ≥ 0,94 berada pada kondisi yang stabil
terhadap perubahan harga sampai pada nilai 0,94 atau pada harga Rp.65.330.
Pemilihan Bukaan Tambang Optimal
Pemilihan pit shell opimal dilakukan berdasarkan nilai Net Present Value
(NPV) tertinggi pada skenario konstan lag 2. Pemilihan skenario konstan lag 2
dianggap paling representatif terhadap skenario penambangan di lapangan, dengan
menerapkan 2 bench penambangan akan memberikan opsi yang lebih banyak pada
algoritma untuk mengkombinasikan titik lokasi penambangan sehingga diperoleh
hasil yang optimal. Penggunaan 2 bench juga praktis untuk diterapkan di lapangan.
Nilai NPV terbesar mengindikasikan bahwa pit shell tersebut memberikan
keuntungan yang paling besar berdasarkan skenario optimasi bukaan tambang. Pit
shell stage-8 juga memiliki kondisi yang stabil pada tingkat perubahan harga ± 6%
dari harga awal. Hal ini dapat dilihat pada tingkat perolehan trass dan feldspar kadar
rendah yang relatif sama pada RAF 0,94-1,06. Pemilihan pit shell yang stabil
penting sebagai tindakan antisipasi saat terjadi perubahan harga maka hasil
optimasi akan tetap relevan untuk digunakan. Pit shell stage-8 juga digunakan
sebagai rekomendasi batas akhir rancangan penambangan (ultimate pit limit).
Berdasarkan hasil optimasi bukaan tambang diperoleh nilai NPV tertinggi
pada pit shell Stage-8 dengan nilai NPV Rp14.051.000.000.
1. Element Quantity = 3.290.000 ton
2. Element Revenue = Rp 217.258.983.518,36
3. Ore mining cost = Rp 186.496.687.163,39
4. Waste mining cost = Rp 7.367.846.077,81
5. Total cost = Rp 193.864.717.437,35
66
Rancangan Penambangan
Rancangan penambangan mengacu pada pit shell stage-8 sebagai batas akhir
penambangan/ ultimate pit limit dengan estimasi cadangan 2.960.000 ton dan usia
tambang 8 tahun.
Metode Penambangan
Sistem penambangan yang akan diterapkan oleh CV Biru langit adalah sistem
tambang terbuka dengan metode penambangan kuari menggunakan tipe side hill.
Metode ini dipilih sesuai dengan komonditas tambang yang merupakan komonditas
non logam. Metode penambangan ini dipakai untuk mengeksploitasi mineral
deposit pada suatu batuan yang letaknya berada atau dekat dengan permukaan.
Metoda ini cocok dipakai untuk endapan yang memiliki berbentuk dan
kemenerusan ke arah horizontal sehingga memungkinkan produksi dengan
kapasitas tinggi dan dengan biaya yang rendah.
Geometri Jenjang
Geometri jenjang penambangan dibuat berdasarkan rekomendasi geoteknik
dari CV. Biru Langit dengan pertimbangan aspek keamanan dan kemampuan alat
mekanis. Pada pembuatan desain jenjang penambangan, penentuan kemiringan
jenjang penambangan dikelompokan berdasarkan zona lithologi batuan yaitu
feldspar dengan visual kuning dan feldspar dengan visual abu-abu. Zona kuning
yang terletak pada kedalaman 0-20 meter dari permukaan merupakan zona lapukan
dari feldspar abu-abu yang berada dibawahnya. Matrial pada zona ini memiliki
specific gravity 2,2 dan nilai kuat tekan 51 Mpa. Berdasarkan analisis mengunakan
software rockplane diperoleh FK 1,3 dengan single slope 65o. Pada zona abu-abu
matrial memiliki specific gravity 2,6 dan nilai kuat tekan 57 Mpa. Zona ini lebih
kompak bila dibandingkan dengan zona kuning yang berada di atasnya. Hasil
analisis mengunakan software rockplane diperoleh FK 1,5 untuk single slope 70o
(lihat Lampiran G).
Rancangan Jalan Angkut
Pada rancangan jalan angkut tambang di CV. Biru Langit tidak dilakukan
perbaikan dan perubahan parameter-parameter pada jalan angkut yang sudah ada
melainkan desain jalan diterapkan pada rancangan jalan baru. Jalan baru merupakan
67
jalan yang menghubungkan Kuari Cerit di sebelah selatan dengan ruas jalan Jl.
Raya Wanadri di utara yang berjarak 1 km, serta jalan angkut (ramp) di Kuari Cerit
dan Kuari Wawar. Parameter rancanan jalan adalah sebagai berikut :
1. Lebar Jalan Angkut pada Lintasan Lurus
Lebar jalan angkut minimum pada lintasan lurus hitung berdasarkan rule of
thumb yang dikemukakan dalam AASHTO Manual for Rural High-way Design.
Lebar jalan angkut pada jalur ganda atau lebih harus ditambah dengan setengah
lebar alat angkut pada bagian tepi kiri dan kanan jalan.
Lebar jalan angkut minimum dihitung berdasarkan lebar alat angkut Dyna
130 HD. Lebar alat angkut 1,945 m, sehingga diperoleh lebar jalan pada lintasan
lurus dengan konfigurasi satu jalur minimal sebesar 4 m (Lampiran H).
2. Lebar Jalan Angkut pada Lintasan Berbelok
Lebar jalan angkut pada belokan atau tikungan dibuat lebih lebar
dibandingkan lebar jalan angkut pada jalan lurus. Hal ini dimaksudkan untuk
mengantisipasi adanya penyimpangan lebar alat angkut saat kendaraan melintasi
tikungan. Lebar jalan angkut pada lintasan berbelok dipengaruhi oleh jarak juntai
depan, jarak juntai belakang, jarak jejak ban, dan sudut penyimpangan roda
maksimum.
Menurut Hustrulid (2013), perhitungan lebar jalan angkut pada lintasan
berbelok dengan rumus (3.4) diperoleh lebar jalan angkut minimum pada lintasan
berbelok sebesar 6,5 m (Lampiran H). Pada penerapannya dalam rancangan jalan
angkut tambang, lebar jalan angkut pada lintasan berbelok dibulatkan menjadi 7 m
agar lebih praktis dan aman.
3. Radius Tikungan
Radius tikungan minimum dapat ditentukan berdasarkan berat alat angkut
yang melintas (menurut Kaufman dan Ault, 1977) maupun menggunakan
perhitungan secara matematis (menurut Hustrulid dkk, 2013). Diketahui berat alat
angkut dump truck Dyna 130 HD bermuatan kurang dari 100.000 lbs (45 ton),
berdasarkan tabel milik Kaufman dan Ault diperoleh radius tikungan minimum
sebesar 5,7 ft (1,737 m). Sedangkan menggunakan cara matematis, dengan jarak
poros roda depan dan belakang 3,38 m dan sudut penyimpangan roda maksimum
35°, diperoleh radius tikungan minimum sebesar 6 m. Karena terdapat perbedaan
68
nilai pada perhitungan radius minimum maka digunakan nilai radius minimum
terbesar yaitu 6 m (Lampiran H).
4. Superelevasi
Secara matematis kemiringan tikungan jalan angkut (superelevasi) adalah
perbandingan antara perbedaan tinggi sisi jalan dengan lebar jalan. Menentukan
besarnya kemiringan tikungan jalan dihitung berdasarkan kecepatan rata-rata
kendaraan dengan koefisien geseknya. Menggunakan kecepatan rencana alat
angkut pada tikungan 13 km/jam maka diperoleh nilai superelevasi sebesar 0,038.
Pada tikungan dengan lebar 6,5 m maka perbedaan tinggi sisi jalan adalah 0,437 m
(Lampiran H).
5. Kemiringan melintang (Cross Slope)
Cross slope dibuat untuk mencegah terjadinya genangan air pada badan jalan.
Menurut Hustrulid (2013), nilai cross slope yang direkomendasikan berkisar dari
¼ inch/ft (20 mm/m) hingga ½ inch/ft (40 mm/m) menyesuaikan kondisi
permukaan jalan angkut. Pada penelitian ini diasumsikan menggunkan skenario
terburuk, yaitu jalan angkut memiliki permukaan yang kasar, sehingga dipilih nilai
cross slope sebesar 40 mm/m. Pada lebar jalan angkut 4 m maka beda tinggi yang
terbentuk oleh cross slope adalah 0,08 m (Lampiran H).
6. Kemiringan Jalan Angkut (Grade)
Menurut Kepmen ESDM No.1827/K/30/MEM/2018 kemiringan (grade)
jalan tambang tidak boleh lebih dari 12%. Rancangan kemiringan jalan angkut
sebisa mungkin dibuat tidak melebihi batas tersebut. Pada penerapannya dalam
rancangan jalan angkut tambang, kemiringan tersebut berkisar dari 0% - 10%
menyesuaikan kondisi topografi daerah terkait (lihat Lampiran H).
Kemajuan Penambangan
Arah kemajuan penambangan feldspar dibuat berdasarkan hasil optimasi
pada proses penjadwalan (mine scheduling). Kemajuan tambang dibuat per tahun,
dimulai pada tahun 2022 sampai dengan tahun 2029 dengan produksi rata- rata
sampai tahun ke 7 mencapai 379.101 ton/tahun. Jumlah ini telah memperhitungkan
persentase kehilangan dalam proses pembongkar, pemuatan, dan pengangkutan
sebesar 5% sehingga terget produksi 360.000 ton/ tahun dapat tercapai, sedangkan
69
pada tahun ke 8 jumlah produksi tidak memenuhi target produksi yaitu sebesar
306.331 ton dikarenakan cadangan telah habis.
Total cadangan dari hasil pit design yaitu 2.960.000 ton. Jumlah ini lebih
sedikit bila dibandingkan dengan tonase trass pada pit shell hasil optimasi yaitu
3.290.000 ton. Adanya perbadaan sebesar 10% pada tonase trass dikarenakan
penambahan desain jalan angkut pada pembuatan pit desain yang tidak terdapat
pada pit shell hasil optimasi, hal ini juga berdampak pada umur tambang hasil pit
desain lebih singkat bila dibandingkan dengan estimasi umur tambang hasil
optimasi yaitu 8 tahun.
Proses penambangan berlangsung di 2 pit dengan perbandingan produksi
50%: 50% sampai tahun ke-6. Proses penambangan di Kuari Wawar berlangsung
hingga hari kerja ke-100 pada tahun ke-6 karena cadangan di Kuari Wawar telah
habis. Setelah itu excavator dipindahkan ke Kuari Cerit yang berjarak 700 m,
sehingga semua proses penambangan berpindah ke Kuari Cerit sampai tahun ke-8.
1. Kemajuan Penambangan pada tahun I
Berdasarkan peta topografi dan kemajuan penambangan pada bulan Desember
tahun 2022 luas area penambangan total adalah 27.389 m2, dengan luas area
penambangan di Kuari Cerit 14.541 m2 dan Kuari Wawar 12.847 m2. Pada tahun
pertama volume feldspar yang terbongkar sebesar 146.441 m3 dengan tonase
380.740 ton feldspar. Volume matrial kadar rendah 26.079 LCM dan volume tanah
pucuk 13.694 LCM.
2. Kemajuan Penambangan pada tahun II
Berdasarkan peta topografi kemajuan penambangan pada bulan Desember 2023
luas area penambangan total adalah 39.082 m2, dengan luas area penambangan di
Kuari Cerit 21.211 m2 dan Kuari Wawar 17.871 m2. Volume feldspar yang
terbongkar sebesar 23.502 m3 dengan tonase 372.809 ton. Volume matrial kadar
rendah 4.491 LCM dan volume tanah pucuk 5.846 LCM.
3. Kemajuan Penambangan pada tahun III
Berdasarkan peta topografi dan kemajuan penambangan pada bulan Desember
2024 luas area penambangan total adalah 52.179 m2. Luas area penambangan di
Kuari Cerit 25.458 m2 dan Kuari Wawar 26.720 m2. Volume feldspar yang
70
terbongkar sebesar 145.792 m3 dengan tonase 379.060 ton. Volume matrial kadar
rendah 12.986 LCM dan volume tanah pucuk 6.548 LCM.
4. Kemajuan Penambangan pada tahun IV
Berdasarkan peta topografi dan kemajuan penambangan pada bulan Desember
2024 luas area penambangan total adalah 60.214 m2. Luas area penambangan di
Kuari Cerit 31.662 m2 dan Kuari Wawar 28.552 m2. Volume feldspar yang
terbongkar sebesar 146.289 m3 dengan tonase 380.353 ton. Volume matrial kadar
rendah 7.609 LCM dan volume tanah pucuk 4.017 LCM.
5. Kemajuan Penambangan pada tahun V
Berdasarkan peta topografi kemajuan penambangan pada bulan Desember 2025
luas area penambangan total adalah 62.594 m2, dengan luas area penambangan di
Kuari Cerit 33.821 m2 dan Kuari Wawar 28.773 m2. Volume feldspar yang
terbongkar sebesar 23.502 m3 dengan tonase 380.784 ton. Volume matrial kadar
rendah 1.604 LCM dan volume tanah pucuk 1.189 LCM.
6. Kemajuan Penambangan pada tahun VI
Berdasarkan peta topografi dan kemajuan penambangan pada bulan Desember
2025 luas area penambangan total adalah 68.630 m2. Luas area penambangan di
Kuari Cerit 38.659 m2 dan Kuari Wawar 29.970 m2. Volume feldspar yang
terbongkar sebesar 146.455 m3 dengan tonase 380.138 ton. Volume matrial kadar
rendah 4.083 LCM dan volume tanah pucuk 3.017 LCM.
7. Kemajuan Penambangan pada tahun VII
Berdasarkan peta topografi dan kemajuan penambangan pada bulan Desember
2025 luas area penambangan total adalah 68.809 m2. Luas area Penambangan di
Kuari Cerit 38.838 m2 dan Kuari Wawar 29.970 m2. Pada periode ini tidak terjadi
penambahan luas area penambangan di Kuari Wawar dikarenakan proses
penambangan di Kuari Wawar telah berakhir. Volume feldspar yang terbongkar
sebesar 146.082 m3 dengan tonase 379.813 ton merupakan hasil pembongkaran dari
Kuari Cerit. Volume matrial kadar rendah 1.822 LCM dan volume tanah pucuk
89.46 LCM.
71
8. Kemajuan Penambangan pada tahun VIII
Berdasarkan peta topografi dan kemajuan penambangan pada bulan Desember
2025, luas area penambangan total adalah 70.841 m2. Luas area Penambangan di
Kuari Cerit 40.870 m2. Volume feldspar yang terbongkar sebesar 117.819 m3
dengan tonase 306.331 ton. Volume matrial kadar rendah 2.703 m3 dan volume
tanah pucuk 1.016 m3.
Tabel 5. 2
Rancangan Produksi CV Biru Langit per Tahun
Tahun Material Tonase (ton) Volume Total
(m3) Pit Cerit Pit Wawar Total
1 Trass 190.942 189.805 380.747 146.441
Kadar rendah 43.183 44.320 87.502 39.774
2 Trass 182.888 189.921 372.809 143.388
Kadar rendah 14.888 7.856 22.743 10.338
3 Trass 189.212 189.849 379.061 145.793
Kadar rendah 21.806 21.169 42.976 19.534
4 Trass 189.865 190.488 380.353 146.290
Kadar rendah 13.102 12.479 25.581 11.628
5 Trass 190.994 189.791 380.785 146 456
Kadar rendah 2.472 3.675 6.147 2 794
6 Trass 296.665 83.474 380.138 146.207
Kadar rendah 12.028 3.594 15.622 7.101
7 Trass 379.813 - 379.813 146.082
Kadar rendah 4.205 - 4.205 1.912
8 Trass 306.332 - 306.332 117.820
Kadar rendah 8.182 - 8.182 3.719
Rancangan Area Disposal
Pemilihan lokasi disposal tanah pucuk dilakukan dengan mempertimbangkan
jarak angkut dari lokasi pembongkaran ke area disposal, Hal ini di karenakan pada
tahap akhir penambangan tanah pucuk akan digunakan kembali untuk kegiatan
reklamasi, oleh karena itu dilakukan pemisahan area disposal pada masing-masing
pit dengan tujuan untuk memperpendek jarak angkut dari lokasi pembongkaran ke
area disposal. Jarak angkut rata-rata dari Kuari Cerit ke area disposal tanah pucuk
adalah 140 m, sedangkan di Kuari Wawar jarak rata-ratanya adalah 160 m.
Disposal material kadar rendah dipilih pada lokasi yang memilliki luasan
yang cukup untuk menampung volume material dari Kuari Cerit serta Kuari
Wawar, serta memiliki akses pengangkutan dari kedua kuari. Lokasi disposal
material kadar rendah memiliki jarak rata-rata 210 m dari Kuari Cerit dan 600 m
dari Kuari Wawar dan lokasinya memiliki posisi yang searah dengan rute
pegangkutan menuju stockpile bila di akses melalui jalan baru. Pemilihan lokasi
72
disposal juga mempertimbangkan debit air limpasan minimal yang dapat dilihat
pada kontur serta arah aliran air limpasan di sekitar area disposal.
1. Rancangan Disposal Tahun I
Pada tahun pertama volume tanah penutup hasil pembongkaran dari Kuari
Cerit yang ditimbun di area disposal Kuari Cerit adalah 7.997 LCM dengan luas
area disposal 2.715 m2 dan elevasi 181-192 mdpl. Volume material tanah pucuk
yang ditimbun di area disposal Kuari Wawar memiliki volume 7.066 LCM dengan
luas area disposal 2.131 m2 dan elevasi 212-224 mdpl. Volume material kadar
rendah yang masuk ke disposal berjumlah 28.687 LCM dengan luas area disposal
2.521 m2. Disposal materal kadar rendah memiliki elevasi 215-223.5 mdpl.
2. Rancangan Disposal Tahun II
Pada tahun ke-2 volume tanah penutup hasil pembongkaran dari Kuari Cerit
yang ditimbun di area disposal Kuari Cerit adalah 3.668 LCM dengan luas area
disposal 3.342 m2 dan elevasi 192-194 mdpl. Volume material tanah pucuk yang
ditimbun diarea disposal Kuari Wawar berjumlah 7.066 LCM dengan luas area
disposal 2.521 m2 dan elevasi disposal 224-227 mdpl. Pada disposal material kadar
rendah penambahan volume material kadar rendah adalah 4.940 LCM dengan luas
area disposal 2.521m2 disposal terletak pada elevasi 211-227,5 mdpl.
3. Rancangan Disposal Tahun III
Pada tahun ke-3 volume tanah penutup hasil pembongkaran dari Kuari Cerit
yang ditimbun di area disposal Kuari Cerit adalah 2336.1 LCM dengan luas area
disposal 3.679 m2 dan elevasi timbunan 192-195 mdpl. Volume material tanah
pucuk yang ditimbun di area disposal Kuari Wawar berjumlah 4.866 LCM dengan
luas area disposal 3.263 m2 dan elevasi timbunan 224-231 mdpl.
Dari proses penambangan jumlah material kadar rendah yang masuk ke
disposal memiliki volume 14.284 LCM dengan luas area disposal 8.163 m2 dan
elevasi disposal 223.5-227 mdpl.
4. Rancangan Disposal Tahun IV
Pada tahun ke-4 volume tanah penutup hasil pembongkaran dari Kuari Cerit
yang ditimbun di area disposal Kuari Cerit adalah 3.412 LCM dengan luas area
disposal 4.124 m2 dan mempunyai elevasi 195-196 mdpl. Jumlah material tanah
73
pucuk yang ditimbun di area disposal Kuari Wawar memiliki volume 1.007 LCM
dengan luas area 3.415 m2 dan elevasi timbunan 231-232 mdpl.
Dari proses penambangan jumlah material kadar rendah yang masuk ke
disposal memiliki volume 8.370 LCM dengan luas area disposal 8.674 m2 dan
memiliki elevasi timbunan 227-229 mdpl.
5. Rancangan Disposal Tahun V
Pada tahun ke-5 volume tanah penutup hasil pembongkaran dari Kuari Cerit
yang ditimbun di area disposal Kuari Cerit adalah 1187.1 LCM dengan luas area
disposal 4.262 m2 dan mempunyai elevasi 196-197 mdpl. Jumlah material tanah
pucuk yang ditimbun di area disposal Kuari Wawar memiliki volume 121 LCM
dengan luas area 3.415 m2 dan elevasi timbunan 232-232,2 mdpl.
Dari proses penambangan material kadar rendah yang masuk ke disposal
memiliki volume 1.764 LCM dengan luas area disposal 8.778 m2. Disposal material
kadar rendah memiliki elevasi 229-229,3 mdpl.
6. Rancangan Disposal Tahun VI
Pada tahun ke-6 volume tanah penutup hasil pembongkaran dari Kuari Cerit
yang ditimbun di area disposal Kuari Cerit adalah 2.661 LCM dengan luas area
disposal 4.519 m2 dan mempunyai elevasi 197-198 mdpl. Jumlah material tanah
pucuk yang ditimbun di area disposal Kuari Wawar memiliki volume 658 LCM
dengan luas area 3.504 m2 dan elevasi timbunan 232,2-232,7 mdpl. Dari proses
penambangan material kadar rendah yang masuk ke disposal memiliki volume
4.491 LCM dengan luas area disposal 9.036 m2. Disposal material kadar rendah
memiliki elevasi 229,3-230 mdpl.
7. Rancangan Disposal Tahun VII
Pada tahun ke-7 volume tanah penutup hasil pembongkaran dari Kuari Cerit
yang ditimbun di area disposal Kuari Cerit adalah 98 LCM dengan luas area
disposal 4.519 m2 dan mempunyai elevasi 198-198,4 mdpl. Material tanah pucuk
di disposal Kuari Wawar tidak mengalami penambahan volume, luas timbunan, dan
elevasi dikarenakan proses penambangan di Kuari Wawar telah selesai. Dari proses
penambangan di Kuari Cerit, volume material kadar rendah yang masuk ke disposal
adalah 2.004 LCM dengan luas area disposal 9.167 m2. Disposal material kadar
rendah memiliki elevasi 230-230,8 mdpl.
74
8. Rancangan Disposal Tahun VIII
Pada tahun ke-8 volume tanah penutup hasil pembongkaran dari Kuari Cerit
yang ditimbun di area disposal Kuari Cerit adalah 1.117 LCM dengan luas area
disposal 4.636 m2 dan mempunyai elevasi 198,4-199 mdpl. Material tanah pucuk
yang ditimbun di area disposal Kuari Wawar tidak mengalami penambahan volume,
luas timbunan, dan elevasi dikarenakan proses penambangan di Kuari Wawar telah
selesai. Dari proses penambangan di Kuari Cerit, volume material kadar rendah
yang masuk ke disposal adalah 2.973 LCM dengan luas area disposal 10.504 m2
dan memiliki elevasi timbunan 230,8-236 mdpl.
Tabel 5. 3
Rancangan Disposal Tanah Pucuk CV Biru Langit
Tahun ke-
Volume Topsoil (m3)
Pit Cerit Pit Wawar Total/ th
1 7.271 6.424 13.695
2 3.335 2.512 5.847
3 2.124 4.425 6.548
4 3.102 916 4.018
5 1.079 111 1.190
6 2.419 599 3.018
7 89 0 89
8 1.016 0 1.016
Total 20.435 14.985 35.421
75
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pit shell kode Stage-8 merupakan pit shell optimal berdasarkan NPV dengan
nilai Rp14.051.000.000.
2. Jumlah cadangan Trass dari hasil rancangan bukaan tambang yang mengacu
pada pit shell Stage-8 adalah 2.960.000 ton.
3. Cadangan feldspar akan habis ditambang pada tahun ke 8 dengan target
produksi 360.000 ton/tahun, geometri jenjang penambangan secara umum :
a) Tinggi Jenjang (8 m)
b) Lebar jenjang (3 m)
c) Lebar jenjang kerja (10 m)
d) Sudut kemiringan jenjang tunggal zona kuning 60o
e) Sudut kemiringan jenjang tunggal zona biru 70o
f) Sudut kemiringan jenjang keseluruhan < 53o
4. Proses penambangan dilakukan dengan memindahkan 35420 LCM tanah
pucuk dan 61421 LCM material kadar rendah yang selanjutnya dilakukan
penimbunan pada lokasi yang terpisah.
Saran
1. Pembuatan model finansial penjualan retail material kadar rendah pada
cashflow sebagai data input dalam menentukan cadangan.
2. Penelitian lanjutan mengenai evaluasi ekonomi pada hasil rancangan
kemajuan tambang.
3. Memasukan pertimbangan rancangan jalan pada overall slope dengan
menggunakan slope restriction regions untuk memperkecil persentase
perbadaan pit shell dan pit design.
76
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, D (2009). Surface Mining: Planning and Design of Surface Mines.
Colorado: Society for Mining, Metallurgy, and Exploration (SME.
Baek, J., & Choi, Y (2017). A new method for haul road design in open-pit mines
to support efficient truck haulage operations. Applied Sciences.
Bakr, I (2009). Substitution of Potash Feldspar by Less Expensive Fluxing Agents
in the Formulation of Ceramic Bodies. Sadat: Interceram.
Chicoisne, R., Espinoza, D., & goycoolea, M (2012). A New Algorithm for the
Open-Pit Mine (Vol. Vol. 60). Santiago: Operation Research.
Darling, P (2011). SME Mining Engineering Handbook (Vol. 3rd edition). United
States Of America: Society for Mining, Metallurgy, and Exploration
(SME),.
Esmaili, A., & Mazzalli, L (2021). Open Pit Mine Planning. Perth: Micromine
Coorporate.
Everett, J., & Rimes, M (2020). A mine planning model to satisfy long-term (Vol.
199). Perth: Applied Earth Science.
Geyik, M (1986). FAO watershed management field manual: Gully control. .
Rome: Food and Agriculture Organization of the United Nations.
Hartman, H (2007). Introductory Mining Engineering. New Delhi: Wiley India.
Hustrulid, W., Kuchta, M., & Martin, R (2013). Open Pit Mine Plan & Design.
London: CRC Press.
Kaufman, W., & Ault, J (1977). Design of Surface Mine Haulage Roads - a Manual.
Pittsburch.
KCMI, IAGI, PERHAPI (2017). Kode Pelaporan Hasil Eksplorasi, Sumberdaya
Mineral dan Cadangan Mineral. Komite KCMI: Jakarta.
Lerchs, H. and Grossman, F. (1965). Optimum Design of Open-Pit Mines ( Vol 68).
Transactions, CIM :Join CORS and ORSA Conference.
77
Nasab, H. A (2020). Optimizing Ultimate Pit Limits of Gol-E-Gohar Iron Mine of
IRAN using 3D Lerchs & Grossman Algorithm. Sirjan: Research Gate.
Noorozi, M., Jalali, E., & Bafgi, Y (2009). A novel approach to open pit limit
optimization (Vol. Vol 1). Iran: 9th International Multidiciplinary Scientific
Geoconference, SGEM 2009.
Partanto, P (1984). Tambang Terbuka (Surface Mining). Bandung: Jurusan Teknik
Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral Institut Teknologi Bandung.
Rahimi, E., Oraee, K., & Tonkaboni, Z (2014). Considering environmental costs of
copper production in cut-off grades optimization. Tehran: Saudi Society for
Geosciences.
Sadeghi, M., & Deghani, H (2020). Ultimate Pit Limit Determination Using
Flashlight Algorithm. Hamedan: International Jurnal of Mining and Geo-
engineering, Research Gate.
Waterman, S (2018). Perencanaan Tambang (Edisi Kedelapan). Yogyakarta: Kilau
Book.
Yanto, I (2012). Pemindahan Tanah Mekanis. Yogyakarta: Program Studi Teknik
Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta.
Zahl, E (1992). SME Mining Engineering Handbook 2nd Edition Volume 1: Waste
Disposal and Contaminant Control. Colorado: Society for Mining,
Metallurgy, and Exploration (SME).
2014. Kabupaten Banjarnegara dalam Angka. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Banjarnegara.
2015. Dokumen Studi Kelayakan Bahan Galian Feldspar di Blok Saga, Desa
Wanadri, Kecamatan Bawang Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa
Tengah CV. Biru Langit.
2015. Dokumen Eksplorasi Bahan Galian Non Logam Jenis Feldspar Blok
Saga, Desa Wanadri, Kecamatan Bawang Kabupaten Banjarnegara,
Propinsi Jawa Tengah. CV. Biru Langit.
2015. Kabupaten Banjarnegara dalam Angka. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Banjarnegara.
2016. Kabupaten Banjarnegara dalam Angka. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Banjarnegara.
78
2020. RKAB IUP Operasi Produksi Tahun 2020 Mineral Bukan Logam Jenis
Feldspar No : 543.32/1896 Tahun 2016 Blok Saga Desa Wanadri
Kecamatan Bawang Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah
CV.Biru Langit.
2021. RKAB IUP Operasi Produksi Tahun 2021 Mineral Bukan Logam Jenis
Feldspar No : 543.32/1896 Tahun 2016 Blok Saga Desa Wanadri
Kecamatan Bawang Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah
CV.Biru Langit.
2017. Kabupaten Banjarnegara dalam Angka. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Banjarnegara.
2018. Kabupaten Banjarnegara dalam Angka. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Banjarnegara.
80
LAMPIRAN A
DATA CURAH HUJAN DAN HARI HUJAN DAERAH
PENELITIAN
Berdasarkan data yang bersumber dari Badan Pencatatan dan Statistika (BPS)
Kabupaten Banjarnegara diperoleh data hari hujan dalan kurun waktu 10 tahun
mulai dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2017 sebagai berikut :
Tabel A.1
Data hari hujan Kab. Banjarnegara
sumber : Kabupaten Banjarnegara dalam Angka. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Banjarnegara
TahunBanyak Hari Hujan
(hari)
2007 145
2008 147
2009 158
2010 270
2011 169
2012 126
2013 173
2014 169
2015 159
2016 158
Rata-rata hari
hujan per tahun167.4
82
LAMPIRAN C
REKOMENDASI GEOTEKNIK
1. Pengujian Sifat Fisik Dan Sifat Mekanik pada Batuan
Tabel C.1
Sifat fisik dan mekanik batuan Lithologi Kuning Biru
Ketebalan maksimum 21 m 80 m
Bobot Isi asli 2,18 t/m3 2,63 t/m3
Kuat tekan uniaksial 51,96 Mpa 57,16 Mpa
Kuat tarik 5,2 Mpa 5,72 Mpa
Sudut gesek dalam 31,93° 38,50°
Cohesi 0,0210 Mpa 0,1919 Mpa
Sumber: hasil pengujian sifat fisik dan mekanik Laboratorium Mekanika Batuan UPN Veteran
Yogyakarta
2. Analisis Kinematis Bidang Diskontinu
Untuk menentukan potensi longsor dilakukan analisis kinematis dengan
software Dips 0.8 dari data kekar hasil pengukuran bidang diskontinu.
Gambar C.1
Analisis Kinematic Data Kekar Blok Cerit
83
Gambar C.2
Analisis Kinematic Data Kekar Blok Wawar
Berbasarkan analisis kinematik terdapat dua jenis potensi longsoran yaitu
longsoran sliding dan toppling.
Tabel C.2
Potensi Jenis Longsoran di Blok Saga
Pit Slope
Arah
lereng
aktual
Arah
umum
kekar
Jenis
longsor
Persentase
Semua Arah
Cerit 70° 0 - 360° 57/322 sliding 48,92
toppling 16,13
Wawar 70° 335 -
90°
76/308 toppling 4,32
57/48 sliding 21.65
Berdasarkan data di atas dapat diketahui arah lereng yang dan potensi longsor
pada masing-masing pit sebagai berikut :
Tabel C.3
Potensi longsoran di Pit Cerit dan Wawar
Pit Arah Umum
Kekar Potensi Longsoran Arah Lereng
Cerit 57/322 Sliding 322 ± 20°
Toppling 142 ± 10°
Wawar 57/48 Sliding 48 ± 20°
84
3. Analisis Faktor Keamanan.
a. Analisis Faktor Keamanan Potensi Longsoran Sliding di Blok Cerit dan
Wawar Lereng Zona Kuning.
Litology Zone= Kuning
Slope Height = 20 m
Wedge Weight = 0,80564 Mn/m
Wedge Volume = 36,62 m^3/m
Rock Unit Weight = 2.2 t/m^3
Slope Angle = 65°
Failure Plane Angle = 57°
Upper Face Angle = 0°
Waviness = 10°
Shear Strength Model : Mohr-
Coulomb
Friction Angle = 32°
Cohesion = 2.1 t/m^2
Shear Strength: 32,4974 t/m^2
Gambar C.3
Analisis Faktor Keamanan Potensi Longsoran Sliding di Blok Cerit dan
Wawar Lereng Zona Kuning
Hasil analisis :
Analysis type = Deterministic
Normal Force = 0,438783 Mn/m
Resisting Force = 0,852344 Mn/m
Driving Force = 0,67566 Mn/m
Factor of Safety = 1.26149
85
b. Analisis Faktor Keamanan Potensi Longsoran Sliding di Blok Cerit dan
Wawar Lereng Zona Biru
Litology Zone = Biru Slope
Height = 80 m
Wedge Weight = 23,7484 Mn/m
Wedge Volume = 913,4 m^3/m
Rock Unit Weight = 2.63 t/m^3
Slope Angle = 70°
Failure Plane Angle = 57°
Upper Face Angle = 0°
Waviness = 10°
Shear Strength Model : Mohr-
Coulomb
Friction Angle = 38.5°
Cohesion = 19 t/m^2
Shear Strength: 29,82 t/m^2
Water Unit Weight = 0.98 t/m^3
Gambar C.4
Analisis Faktor Keamanan Potensi Longsoran Sliding di Blok Cerit dan
Wawar Lereng Zona Biru
Hasil analisis :
Analysis type = Deterministic
Normal Force = 13,2066 Mn/m
Resisting Force = 30,77 Mn/m
Driving Force = 20,3364 Mn/m
Factor of Safety = 1,5130
86
c. Analisis Faktor Keamanan Potensi Longsoran Toppling di Blok Cerit
Lereng Zona Kuning
Zona = Kuning
Slope Angle = 70°
Slope Height =20 m
Upper Slope Angle = 0°
Toppling Joint Spacing =2.5 m
Toppling Joint Dip = 57°
Overall Base Inclination = 50°
Factor of Safety = 1.347
Gambar C.5
Analisis Faktor Keamanan Potensi Longsoran Toppling di Blok Cerit dan
Wawar Lereng Zona Kuning
d. Analisis Faktor Keamanan Potensi Longsoran Toppling di Blok Cerit
Lereng Zona Biru
Slope Angle = 70°
Slope Height = 80 m
Upper Slope Angle = 0°
Toppling Joint Spacing = 2.5 m
Toppling Joint Dip = 57°
Overall Base Inclination = 50°
Factor of Safety = 2.032
87
Gambar C.5
Analisis Faktor Keamanan Potensi Longsoran Toppling di Blok Cerit dan
Wawar Lereng Zona Kuning
Tabel C.4
Potensi Longsoran dan Faktor keamanan di Blok Saga
Zona Tinggi lereng Kemiringan
lereng
Potensi
longsoran
Faktor
keamanan
Kuning 20 m 65° Sliding 1.26149
20 m 70° Toppling 1.347
Biru 80 m 70° Sliding 1,5130
80 m 70° Toppling 2.032
88
LAMPIRAN D
OPTIMASI BUKAAN TAMBANG
1. Paramater input optimasi
Tabel D.1
Parameter Input Optimasi
TYPE PARAMETERS UNIT VALUE
General
Mining Method Open Pit
Type Of Proccessed Ore Feldspar
Prosesing Method Screening
Extracted Element Total in mass (SiO2,
Fe2O3, Al2O3)
Resource Measured, Indicated
Mining
Mining Cost:
- Ore
- Waste
Rp/ton
Rp/ton
55.900
40.000
Mining Recovery % 95
Mining Dilution % 0
Processing
Procesing Cost Rp/Ton Ore
0
G&A Cost Rp/Ton Ore
0
Processing Recovery % 100
Minimal Processing Grade % total 70
Pricing
trass Price Rp/Ton
69.500
Selling Cost For Fe Rp/Ton
0
Other
Overall Slope Angle Waste
Dump 0 30
Bench Height Waste Dump M 5
Height Waste Dump M 15
Single Slope Waste Dump 0 40
Pit shell
Analysis
Parameter
Initial Capital Cost Rp 2.000.000.000
Expanses Rp 400.000.000
Discount Rate Per Period % 8
Pit design
Parameters
Single Bench Height M 8
Single Slope Angle 0 70
Overall Slope Angle 0 53
Bench Height (Overall) M 112
89
HPP FELDSPAR (TRASS)
a. Sewa Backhoe Rp 25,000,000
b. Bahan bakar solar Rp 36,000,000
c. Operator Backhoe Rp 2,000,000
d. Gaji karyawan Rp 15,000,000
e. Biaya hauling ke stockpile Rp 125,000,000
f. Biaya muat di stockpile Rp 25,000,000
g. Biaya perawatan dan perbaikan 4 truck Rp 10,000,000
Jumlah total biaya operasi langsung/ bulan Rp 238,000,000
Jumlah total biaya operasi langsung/ tahun Rp 2,856,000,000
Total Produksi feldspar 2020 51.102
HPP Feldspar (Trass) /ton Rp 55,888,223.55
HPP FELDSPAR KADAR RENDAH
a. Sewa Backhoe Rp 25,000,000
b. Bahan bakar solar Rp 36,000,000
c. Operator Backhoe Rp 2,000,000
d. Gaji karyawan Rp 15,000,000
e. Biaya hauling ke stockpile Rp 80,000,000
f. Biaya perawatan dan perbaikan truck Rp 10,000,000
Jumlah total biaya operasi langsung/ bulan Rp 168,000,000
Jumlah total biaya operasi langsung/ tahun Rp 2,016,000,000
Total Produksi feldspar 2020 51.102
HPP Feldspar kadar rendah /ton Rp 39,450.51
EXPANSES
a. Biaya listrik dan air bersih Rp 5,200,000
b. Biaya alat tulis kantor dan percetakan Rp 6,000,000
c. Biaya perawatan alat listrik Rp 2,500,000
d. Biaya konstruksi dan infrastruktur jalan Rp 30,000,000
e. Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat Rp 18,000,000
f. Pengelolaan dan pemantauan lingkungan Rp 36,000,000
g. Kesehatan dan keselamatan tambang Rp 36,000,000
h. Asuransi peralatan Rp 2,500,000
i. Pajak WIUP Rp 1,600,000
j. Kontribusi ke Desa Rp 12,000,000
k. Sewa kantor, stockpile dan bengkel Rp 200,000,000
l. Asuransi karyawan Rp 3,600,000
m. Biaya tak terduga Rp 50,000,000
Total Rp 398,200,000
CAPITAL COST
a. Biaya ganti rugi dan pembebasan lahan (2 ha) Rp 890,000,000
b. Pengurusan izin Rp 15,000,000
c. Pembelian alat exavator PC 200 Rp 1,100,000,000
d. Jaminan reklamasi Rp 12,000,000
Total Rp 2,017,000,000
90
2. Langkah Kerja
a. Pembuatan Database
1. Siapkan terlebih dahulu file Collar dan Assay (lihat Gambar D.1) untuk
data masukan lubang bor yang terdapat data geologi komoditas tambang.
Gambar D.1 Data Collar dan Assay
2. Buat database drillhole dengan klik drillhole > database > create
drillhole database, buat Collar file (lihat Gambar D.2) berdasarkan data
Collar yang tersedia. Isikan output file dengan nama file Collar sesuai
keinginan.
Gambar D.2 Input Data Collar
91
3. Setelah database drillhole selesai dibuat, selanjutnya masukan data Assay
yang tersedia dengan cara klik drillhole > database > create trench database
(lihat Gambar D.3). Isikan database dengan Collar file yang sebelumnya
dibuat, lakukan penyesuaian di opsi-opsi selanjutnya.
Gambar D.3 Input Data Assay
Hasil (lihat Gambar D.4 dan D.5) :
Gambar D.4 Interpretasi Drillhole Tampak Atas
92
Gambar D.5 Interpretasi Drillhole Tampak 3 Dimensi
b. Geological Modelling
6. Lakukan interpolasi pada komposit lubang bor yang memiliki kadar lumpur
yang sama (lihat Gambar 3.26), dan jadikan menjadi wireframe.
Gambar D.6 Pemodelan Geologi dari Drillhole
Hasil (lihat Gambar D.7) :
93
Gambar D.7 Pembuatan Wireframe untuk Pemodelan Geologi Drillhole
7. Ubah wireframe hasil interpolasi menjadi block model agar nantinya bisa
untuk dijadikan file input untuk Optimalisasi Pit, dengan cara klik modelling
> blockmodel tools > create blank (lihat Gambar D.8). Masukan block model
hasil interpolasi kedalam file input, klik run.
Gambar D.8 Proses Mengubah Wireframe menjadi Blockmodel
Hasil (lihat Gambar 3.29) :
94
Gambar D.9
Blockmodel Tampak Samping
8. Lakukan Optimalisasi Pit terhadap block model yang telah dibuat, dengan
cara klik optimisation > pit optimiser. Buat project baru di tab mine, isikan
nama dan code sesuai keinginan dan di definition klik kanan > new (lihat
Gambar D.10 dan 3.31).
Gambar D.10 Pembuatan Optimalisasi Pit Database
95
Gambar D.11
Proses Input Data untuk Optimalisasi Pit
9. Isikan parameter yang tersedia kedalam jendela masukan yang tersedia,
dari model, design serta file output (lihat Gambar D.12). Selanjutnya klik
run.
Gambar D.12
Penamaan Output File Hasil Optimalisasi Pit
Hasil (lihat Gambar D.13):
96
Gambar D.13
Pit Shell Hasil Optimalisasi
c. Pembuatan Pit Design
1. Tampilkan terlebih dahulu topografi (lihat Gambar D.14) yang nantinya akan
dibuat pit. bisa berupa file .dxf, .dat, .xls atau file lain yang disuport oleh
software micromine dengan klik file > import.
Gambar D.14 Memasukan Data Topografi
2. Membuat pit design di vizex form dengan memasukan parameter pit design
yang diperlukan, antara lain : Interramp angle, Batter height, Batter slope
97
dan Berm width (lihat Gambar D.15).
Gambar D.15 Memasukan Spesifikasi Jenjang
3. Plot lokasi wiup serta tata letak sarana dan prasarananya (lihat
Gambar D.16). Selanjutnya tentukan area terluar pit yang akan di
tambang dengan maksud untuk membatasi area yang akan di tambang
dan area yang tidak akan di tambang.
Gambar D.16 Input Lokasi WIUP dan Batas Terluar Pit
4. Buat ramp dengan klik add road dan klik titik mana yang akan
dijadikan jalan akses masuk kedalam pit. Kemudian masukan ramp
spec kedalam road properties, antara lain : Road width, Gradient,
98
Arah perputaran jalan, Garis tengah jalan, Switchback (lihat Gambar
D.17).
Gambar D.17 Pembuatan ramp
5. Selanjutnya klik project to berm dan tentukan sampai elevasi berapa
pit akan dibuat (lihat Gambar D.18).
Gambar D.18 Pembuatan Crest dan Toe
6. Ubah pit dan topografi menjadi Wireframe, kemudian gabungkan pit
dengan topografi (lihat Gambar D.19) sehingga menjadi volume pit
dengan klik wireframe > operation > bolean (lihat Gambar D.20).
99
Selanjutnya report hasil volume pit untuk mendapatkan volume dan
tonnase dari komoditas yang ditambang (lihat Gambar D.21).
Gambar D.19
Mengubah Pit String menjadi Wireframe
Gambar D.20 Menghitung Volume Pit
100
Gambar D.21 Hasil Volume Pit
7. Satukan wireframe pit dengan topografi dengan klik wireframe > operation
>bolean. Isikan operation yaitu surface merge min, dengan A yaitu topografi
dan B pit design serta ubah nama output wireframe (lihat Gambar D.22).
Gambar D.22 Menyatukan Pit dengan Topografi
Hasil (lihat Gambar D.23) :
104
*) lanjutan tabel D. 3 (Horizontal)
Ore Mining Cost
DiscountedOre Mining Cost
Waste Mining Cost
DiscountedWaste Mining Cost
Rehabilitation
Cost
Discounted
Rehabilitation
Cost
Discount
FactorMining Rate Total Cost Discounted Total Cost
Total Revenue
DiscountedTotal Revenue
-Rp -Rp -Rp -Rp -Rp -Rp 1.000 -Rp -Rp -Rp -Rp
551,189,825Rp 578,749,317Rp -Rp -Rp -Rp -Rp 0.952 360000 551,189,825Rp 578,749,317Rp 651,025,192Rp 683,576,451Rp
-Rp -Rp 150,766Rp 158,304Rp 4Rp 4Rp 0.952 360000 150,770Rp 158,308Rp -Rp -Rp
551,189,825Rp 578,749,317Rp 150,766Rp 158,304Rp 4Rp 4Rp 0.952 360000 551,340,595Rp 578,907,625Rp 651,025,192Rp 683,576,451Rp
83,882,297,674Rp 96,958,312,405Rp -Rp -Rp -Rp -Rp 0.784 360000 83,882,297,674Rp 96,958,312,405Rp 97,889,009,676Rp 113,219,631,409Rp
-Rp -Rp 2,231,640,440Rp 2,376,003,217Rp 55,791Rp 59,400Rp 0.784 360000 2,231,696,231Rp 2,376,062,617Rp -Rp -Rp
83,882,297,674Rp 96,958,312,405Rp 2,231,640,440Rp 2,376,003,217Rp 55,791Rp 59,400Rp 0.784 360000 86,113,993,905Rp 99,334,375,022Rp 97,889,009,676Rp 113,219,631,409Rp
113,657,605,510Rp 137,957,694,695Rp -Rp -Rp -Rp -Rp 0.677 360000 113,657,605,510Rp 137,957,694,695Rp 132,494,667,649Rp 160,903,307,811Rp
-Rp -Rp 3,463,085,658Rp 3,923,607,428Rp 86,577Rp 98,090Rp 0.677 360000 3,463,172,236Rp 3,923,705,518Rp -Rp -Rp
113,657,605,510Rp 137,957,694,695Rp 3,463,085,658Rp 3,923,607,428Rp 86,577Rp 98,090Rp 0.677 360000 117,120,777,746Rp 141,881,400,212Rp 132,494,667,649Rp 160,903,307,811Rp
121,789,113,848Rp 149,971,070,943Rp -Rp -Rp -Rp -Rp 0.677 360000 121,789,113,848Rp 149,971,070,943Rp 141,922,532,606Rp 174,833,843,930Rp
-Rp -Rp 3,887,960,603Rp 4,550,562,302Rp 97,199Rp 113,764Rp 0.677 360000 3,888,057,802Rp 4,550,676,066Rp -Rp -Rp
121,789,113,848Rp 149,971,070,943Rp 3,887,960,603Rp 4,550,562,302Rp 97,199Rp 113,764Rp 0.677 360000 125,677,171,651Rp 154,521,747,009Rp 141,922,532,606Rp 174,833,843,930Rp
143,238,328,377Rp 183,466,500,308Rp -Rp -Rp -Rp -Rp 0.614 360000 143,238,328,377Rp 183,466,500,308Rp 166,827,895,438Rp 213,748,768,935Rp
-Rp -Rp 5,525,388,098Rp 7,014,582,208Rp 138,135Rp 175,365Rp 0.614 360000 5,525,526,232Rp 7,014,757,572Rp -Rp -Rp
143,238,328,377Rp 183,466,500,308Rp 5,525,388,098Rp 7,014,582,208Rp 138,135Rp 175,365Rp 0.614 360000 148,763,854,609Rp 190,481,257,880Rp 166,827,895,438Rp 213,748,768,935Rp
143,941,297,836Rp 184,613,179,147Rp -Rp -Rp -Rp -Rp 0.614 360000 143,941,297,836Rp 184,613,179,147Rp 167,643,920,131Rp 215,080,158,518Rp
-Rp -Rp 5,597,311,785Rp 7,130,422,847Rp 139,933Rp 178,261Rp 0.614 360000 5,597,451,718Rp 7,130,601,107Rp -Rp -Rp
143,941,297,836Rp 184,613,179,147Rp 5,597,311,785Rp 7,130,422,847Rp 139,933Rp 178,261Rp 0.614 360000 149,538,749,553Rp 191,743,780,255Rp 167,643,920,131Rp 215,080,158,518Rp
144,764,970,922Rp 185,955,930,687Rp -Rp -Rp -Rp -Rp 0.614 360000 144,764,970,922Rp 185,955,930,687Rp 168,596,403,215Rp 216,633,066,518Rp
-Rp -Rp 5,695,382,877Rp 7,289,314,026Rp 142,385Rp 182,233Rp 0.614 360000 5,695,525,261Rp 7,289,496,259Rp -Rp -Rp
144,764,970,922Rp 185,955,930,687Rp 5,695,382,877Rp 7,289,314,026Rp 142,385Rp 182,233Rp 0.614 360000 150,460,496,184Rp 193,245,426,946Rp 168,596,403,215Rp 216,633,066,518Rp
145,096,948,490Rp 186,496,687,163Rp -Rp -Rp -Rp -Rp 0.614 360000 145,096,948,490Rp 186,496,687,163Rp 168,980,661,957Rp 217,258,983,518Rp
-Rp -Rp 5,743,594,744Rp 7,367,846,078Rp 143,590Rp 184,196Rp 0.614 360000 5,743,738,334Rp 7,368,030,274Rp -Rp -Rp
145,096,948,490Rp 186,496,687,163Rp 5,743,594,744Rp 7,367,846,078Rp 143,590Rp 184,196Rp 0.614 360000 150,840,686,824Rp 193,864,717,437Rp 168,980,661,957Rp 217,258,983,518Rp
145,151,804,728Rp 186,586,042,195Rp -Rp -Rp -Rp -Rp 0.614 360000 145,151,804,728Rp 186,586,042,195Rp 169,043,894,408Rp 217,361,982,518Rp
-Rp -Rp 5,752,552,914Rp 7,382,437,993Rp 143,814Rp 184,561Rp 0.614 360000 5,752,696,728Rp 7,382,622,554Rp -Rp -Rp
145,151,804,728Rp 186,586,042,195Rp 5,752,552,914Rp 7,382,437,993Rp 143,814Rp 184,561Rp 0.614 360000 150,904,501,457Rp 193,968,664,750Rp 169,043,894,408Rp 217,361,982,518Rp
145,221,764,895Rp 186,699,999,935Rp -Rp -Rp -Rp -Rp 0.614 360000 145,221,764,895Rp 186,699,999,935Rp 169,124,961,653Rp 217,494,032,518Rp
-Rp -Rp 5,766,203,802Rp 7,404,673,851Rp 144,155Rp 185,117Rp 0.614 360000 5,766,347,957Rp 7,404,858,968Rp -Rp -Rp
145,221,764,895Rp 186,699,999,935Rp 5,766,203,802Rp 7,404,673,851Rp 144,155Rp 185,117Rp 0.614 360000 150,988,112,852Rp 194,104,858,903Rp 169,124,961,653Rp 217,494,032,518Rp
145,239,610,126Rp 186,729,067,935Rp -Rp -Rp -Rp -Rp 0.614 360000 145,239,610,126Rp 186,729,067,935Rp 169,146,039,137Rp 217,528,365,518Rp
-Rp -Rp 5,770,602,419Rp 7,411,838,734Rp 144,265Rp 185,296Rp 0.614 360000 5,770,746,684Rp 7,412,024,030Rp -Rp -Rp
145,239,610,126Rp 186,729,067,935Rp 5,770,602,419Rp 7,411,838,734Rp 144,265Rp 185,296Rp 0.614 360000 151,010,356,810Rp 194,141,091,966Rp 169,146,039,137Rp 217,528,365,518Rp
145,271,138,530Rp 186,780,424,383Rp -Rp -Rp -Rp -Rp 0.614 360000 145,271,138,530Rp 186,780,424,383Rp 169,181,708,725Rp 217,586,467,518Rp
-Rp -Rp 5,777,260,658Rp 7,422,684,304Rp 144,432Rp 185,567Rp 0.614 360000 5,777,405,090Rp 7,422,869,871Rp -Rp -Rp
145,271,138,530Rp 186,780,424,383Rp 5,777,260,658Rp 7,422,684,304Rp 144,432Rp 185,567Rp 0.614 360000 151,048,543,619Rp 194,203,294,255Rp 169,181,708,725Rp 217,586,467,518Rp
145,341,758,970Rp 186,895,457,639Rp -Rp -Rp -Rp -Rp 0.614 360000 145,341,758,970Rp 186,895,457,639Rp 169,262,775,970Rp 217,718,517,518Rp
-Rp -Rp 5,795,379,194Rp 7,452,197,490Rp 144,884Rp 186,305Rp 0.614 360000 5,795,524,078Rp 7,452,383,795Rp -Rp -Rp
145,341,758,970Rp 186,895,457,639Rp 5,795,379,194Rp 7,452,197,490Rp 144,884Rp 186,305Rp 0.614 360000 151,137,283,049Rp 194,347,841,434Rp 169,262,775,970Rp 217,718,517,518Rp
145,357,523,172Rp 186,921,135,863Rp -Rp -Rp -Rp -Rp 0.614 360000 145,357,523,172Rp 186,921,135,863Rp 169,280,610,764Rp 217,747,568,518Rp
-Rp -Rp 5,799,761,508Rp 7,459,335,818Rp 144,994Rp 186,483Rp 0.614 360000 5,799,906,502Rp 7,459,522,302Rp -Rp -Rp
145,357,523,172Rp 186,921,135,863Rp 5,799,761,508Rp 7,459,335,818Rp 144,994Rp 186,483Rp 0.614 360000 151,157,429,675Rp 194,380,658,165Rp 169,280,610,764Rp 217,747,568,518Rp
145,373,317,574Rp 186,946,863,279Rp -Rp -Rp -Rp -Rp 0.614 360000 145,373,317,574Rp 186,946,863,279Rp 169,298,445,558Rp 217,776,619,518Rp
-Rp -Rp 5,804,493,656Rp 7,467,043,988Rp 145,112Rp 186,676Rp 0.614 360000 5,804,638,768Rp 7,467,230,664Rp -Rp -Rp
145,373,317,574Rp 186,946,863,279Rp 5,804,493,656Rp 7,467,043,988Rp 145,112Rp 186,676Rp 0.614 360000 151,177,956,342Rp 194,414,093,943Rp 169,298,445,558Rp 217,776,619,518Rp
145,389,081,776Rp 186,972,541,503Rp -Rp -Rp -Rp -Rp 0.614 360000 145,389,081,776Rp 186,972,541,503Rp 169,316,280,352Rp 217,805,670,518Rp
-Rp -Rp 5,809,469,470Rp 7,475,149,065Rp 145,237Rp 186,879Rp 0.614 360000 5,809,614,707Rp 7,475,335,944Rp -Rp -Rp
145,389,081,776Rp 186,972,541,503Rp 5,809,469,470Rp 7,475,149,065Rp 145,237Rp 186,879Rp 0.614 360000 151,198,696,483Rp 194,447,877,447Rp 169,316,280,352Rp 217,805,670,518Rp
105
*) lanjutan tabel 5. 4 (Horizontal)
Total Revenue
DiscountedTotal Revenue
Net Value
DiscountedNet Value
Capital Costs
DiscountedCapital Costs
Expenses
DiscountedExpenses PV NPV
Date Time
Published
Micromine
Version
Created
By
-Rp -Rp -Rp -Rp 2,000,000,000Rp 2,000,000,000Rp -Rp -Rp -Rp 1,000,000,000-Rp 44499 21.5.284.1 user
651,025,192Rp 683,576,451Rp 99,835,366Rp 104,827,135Rp 44499 21.5.284.1 user
-Rp -Rp 150,770-Rp 158,308-Rp 44499 21.5.284.1 user
651,025,192Rp 683,576,451Rp 99,684,597Rp 104,668,827Rp 2,000,000,000Rp 2,000,000,000Rp 380,952,381Rp 400,000,000Rp 99,684,597Rp 1,281,267,784-Rp 44499 21.5.284.1 user
97,889,009,676Rp 113,219,631,409Rp 14,006,712,002Rp 16,261,319,004Rp 44499 21.5.284.1 user
-Rp -Rp 2,231,696,231-Rp 2,376,062,617-Rp 44499 21.5.284.1 user
97,889,009,676Rp 113,219,631,409Rp 11,775,015,771Rp 13,885,256,387Rp 2,000,000,000Rp 2,000,000,000Rp 1,731,790,668Rp 2,000,000,000Rp 11,775,015,771Rp 9,043,225,103Rp 44499 21.5.284.1 user
132,494,667,649Rp 160,903,307,811Rp 18,837,062,139Rp 22,945,613,116Rp 44499 21.5.284.1 user
-Rp -Rp 3,463,172,236-Rp 3,923,705,518-Rp 44499 21.5.284.1 user
132,494,667,649Rp 160,903,307,811Rp 15,373,889,904Rp 19,021,907,598Rp 2,000,000,000Rp 2,000,000,000Rp 2,585,285,104Rp 3,200,000,000Rp 15,373,889,904Rp 11,788,604,800Rp 44499 21.5.284.1 user
141,922,532,606Rp 174,833,843,930Rp 20,133,418,758Rp 24,862,772,987Rp 44499 21.5.284.1 user
-Rp -Rp 3,888,057,802-Rp 4,550,676,066-Rp 44499 21.5.284.1 user
141,922,532,606Rp 174,833,843,930Rp 16,245,360,955Rp 20,312,096,921Rp 2,000,000,000Rp 2,000,000,000Rp 2,585,285,104Rp 3,200,000,000Rp 16,245,360,955Rp 12,660,075,852Rp 44499 21.5.284.1 user
166,827,895,438Rp 213,748,768,935Rp 23,589,567,061Rp 30,282,268,628Rp 44499 21.5.284.1 user
-Rp -Rp 5,525,526,232-Rp 7,014,757,572-Rp 44499 21.5.284.1 user
166,827,895,438Rp 213,748,768,935Rp 18,064,040,829Rp 23,267,511,055Rp 2,000,000,000Rp 2,000,000,000Rp 3,088,693,972Rp 4,000,000,000Rp 18,064,040,829Rp 13,975,346,857Rp 44499 21.5.284.1 user
167,643,920,131Rp 215,080,158,518Rp 23,702,622,295Rp 30,466,979,371Rp 44499 21.5.284.1 user
-Rp -Rp 5,597,451,718-Rp 7,130,601,107-Rp 44499 21.5.284.1 user
167,643,920,131Rp 215,080,158,518Rp 18,105,170,577Rp 23,336,378,264Rp 2,000,000,000Rp 2,000,000,000Rp 3,088,693,972Rp 4,000,000,000Rp 18,105,170,577Rp 14,016,476,606Rp 44499 21.5.284.1 user
168,596,403,215Rp 216,633,066,518Rp 23,831,432,293Rp 30,677,135,831Rp 44499 21.5.284.1 user
-Rp -Rp 5,695,525,261-Rp 7,289,496,259-Rp 44499 21.5.284.1 user
168,596,403,215Rp 216,633,066,518Rp 18,135,907,031Rp 23,387,639,572Rp 2,000,000,000Rp 2,000,000,000Rp 3,088,693,972Rp 4,000,000,000Rp 18,135,907,031Rp 14,047,213,060Rp 44499 21.5.284.1 user
168,980,661,957Rp 217,258,983,518Rp 23,883,713,467Rp 30,762,296,355Rp 44499 21.5.284.1 user
-Rp -Rp 5,743,738,334-Rp 7,368,030,274-Rp 44499 21.5.284.1 user
168,980,661,957Rp 217,258,983,518Rp 18,139,975,133Rp 23,394,266,081Rp 2,000,000,000Rp 2,000,000,000Rp 3,088,693,972Rp 4,000,000,000Rp 18,139,975,133Rp 14,051,281,161Rp 44499 21.5.284.1 user
169,043,894,408Rp 217,361,982,518Rp 23,892,089,680Rp 30,775,940,323Rp 44499 21.5.284.1 user
-Rp -Rp 5,752,696,728-Rp 7,382,622,554-Rp 44499 21.5.284.1 user
169,043,894,408Rp 217,361,982,518Rp 18,139,392,952Rp 23,393,317,769Rp 2,000,000,000Rp 2,000,000,000Rp 3,088,693,972Rp 4,000,000,000Rp 18,139,392,952Rp 14,050,698,980Rp 44499 21.5.284.1 user
169,124,961,653Rp 217,494,032,518Rp 23,903,196,758Rp 30,794,032,583Rp 44499 21.5.284.1 user
-Rp -Rp 5,766,347,957-Rp 7,404,858,968-Rp 44499 21.5.284.1 user
169,124,961,653Rp 217,494,032,518Rp 18,136,848,801Rp 23,389,173,615Rp 2,000,000,000Rp 2,000,000,000Rp 3,088,693,972Rp 4,000,000,000Rp 18,136,848,801Rp 14,048,154,829Rp 44499 21.5.284.1 user
169,146,039,137Rp 217,528,365,518Rp 23,906,429,011Rp 30,799,297,583Rp 44499 21.5.284.1 user
-Rp -Rp 5,770,746,684-Rp 7,412,024,030-Rp 44499 21.5.284.1 user
169,146,039,137Rp 217,528,365,518Rp 18,135,682,327Rp 23,387,273,553Rp 2,000,000,000Rp 2,000,000,000Rp 3,088,693,972Rp 4,000,000,000Rp 18,135,682,327Rp 14,046,988,356Rp 44499 21.5.284.1 user
169,181,708,725Rp 217,586,467,518Rp 23,910,570,195Rp 30,806,043,135Rp 44499 21.5.284.1 user
-Rp -Rp 5,777,405,090-Rp 7,422,869,871-Rp 44499 21.5.284.1 user
169,181,708,725Rp 217,586,467,518Rp 18,133,165,106Rp 23,383,173,264Rp 2,000,000,000Rp 2,000,000,000Rp 3,088,693,972Rp 4,000,000,000Rp 18,133,165,106Rp 14,044,471,134Rp 44499 21.5.284.1 user
169,262,775,970Rp 217,718,517,518Rp 23,921,017,000Rp 30,823,059,879Rp 44499 21.5.284.1 user
-Rp -Rp 5,795,524,078-Rp 7,452,383,795-Rp 44499 21.5.284.1 user
169,262,775,970Rp 217,718,517,518Rp 18,125,492,921Rp 23,370,676,084Rp 2,000,000,000Rp 2,000,000,000Rp 3,088,693,972Rp 4,000,000,000Rp 18,125,492,921Rp 14,036,798,950Rp 44499 21.5.284.1 user
169,280,610,764Rp 217,747,568,518Rp 23,923,087,592Rp 30,826,432,655Rp 44499 21.5.284.1 user
-Rp -Rp 5,799,906,502-Rp 7,459,522,302-Rp 44499 21.5.284.1 user
169,280,610,764Rp 217,747,568,518Rp 18,123,181,089Rp 23,366,910,353Rp 2,000,000,000Rp 2,000,000,000Rp 3,088,693,972Rp 4,000,000,000Rp 18,123,181,089Rp 14,034,487,118Rp 44499 21.5.284.1 user
169,298,445,558Rp 217,776,619,518Rp 23,925,127,984Rp 30,829,756,239Rp 44499 21.5.284.1 user
-Rp -Rp 5,804,638,768-Rp 7,467,230,664-Rp 44499 21.5.284.1 user
169,298,445,558Rp 217,776,619,518Rp 18,120,489,216Rp 23,362,525,575Rp 2,000,000,000Rp 2,000,000,000Rp 3,088,693,972Rp 4,000,000,000Rp 18,120,489,216Rp 14,031,795,244Rp 44499 21.5.284.1 user
169,316,280,352Rp 217,805,670,518Rp 23,927,198,576Rp 30,833,129,015Rp 44499 21.5.284.1 user
-Rp -Rp 5,809,614,707-Rp 7,475,335,944-Rp 44499 21.5.284.1 user
169,316,280,352Rp 217,805,670,518Rp 18,117,583,869Rp 23,357,793,071Rp 2,000,000,000Rp 2,000,000,000Rp 3,088,693,972Rp 4,000,000,000Rp 18,117,583,869Rp 14,028,889,897Rp 44499 21.5.284.1 user
106
LAMPIRAN E
SPESIFIKASI ALAT MUAT
Gambar E.1
Dimensi Alat Muat Kobelco SK 200
1. Spesifikasi Umum
Nama Alat : Backhoe
Merk : Kobelco
Tipe : SK 200
Daya : 148 HP (114 kW)
Kapasitas tangki bahan bakar : 320 liter
Berat Operasi : 21.100 Kg
Model mesin : HINO J05ETG-KSSG
RPM : 2000
Jumlah silinder : 6
Kecepatan maksimum : 6 km/jam
Panjang lengan boom : 9.9 mm
Kapasitas bucket : 0,8 m3
2. Dimensi kerja Alat Muat Kobelco SK 200
A. Jangkauan maksimum vertikal : 9,900 m
B. Tinggi dumping maksimum : 6,910 m
107
C. Jangkauan penggalian maksimum : 9,730 m
D. Jangkauan penggalian dinding vertikal maksimum : 6,100 m
E. Jangkauan penggalian memotong maks. (lvl 2.40m) : 6,520 m
F. Jangkauan penggalian turun maksimum : 6,700 m
G. Jangkauan penggalian maksimum pada tanah : 9,730 m
H. Radius putar minimum : 3,55 m
Gambar E.2
Dimensi Kerja Alat Muat Kobelco SK 200
108
LAMPIRAN F
SPESIFIKASI ALAT ANGKUT
1. Spesifikasi Umum
Nama alat : Dump truck
Merek dan Model : Dyna130 HD
Berat tanpa bak : 2.355 kg
Berat maksimal keseluruhan : 8.250 kg
Kapasitas tangki bahan baker : 100 lt
Kecepatan maksimal : 103 km/jam
Sudut penyimpangan roda maksimum : 35°
Radius putar : 6,7 m
Daya tanjak : 39.6°
2. Dimensi
Panjang keseluruhan : 6.026 mm
Lebar keseluruhan : 1.945 mm
Tinggi keseluruhan : 2.165 mm
Jarak antara as depan dengan bagian depan : 1.455 mm
Jarak antara as belakang dengan bagian belakang : 1.480 mm
Jarak antara as depan dengan as belakang : 3.380 mm
Jarak kabin ke sumbu roda belakang : 2.900 mm
Jarak antara roda depan : 1.066 mm
Jarak antara roda belakang : 1.580 mm
Tinggi kabin dari permukaan tanah : 2.165 mm
Tekanan ban : 90 Psi
3. Spesifikasi Bak
Tipe : DV-20
Panjang : 4.000 mm
Lebar : 1.800 mm
109
Tinggi : 1.400 mm
Berat muatan maksimal : 20 ton
Volume peres : 8,0 m3
Volume munjung : 10,1 m3
Sudut jungkit : 52°
Gambar E.1
Dimensi Alat Angkut Dyna 130 HD
110
LAMPIRAN G
PENENTUAN GEOMETRI JENJANG
1. Safety berm/tanggul akan dibuat di sepanjang crest jejang. Tinggi tanggul
minimum (TH) yaitu sama dengan jari-jari roda alat angkut (R). Diketahui
jari-jari roda truk Dyna 130 HD adalah 40 cm. Angle of repose (ɸ) material
diasumsikan sebesar 45º, maka dimensi tanggul minimum adalah:
Tinggi tanggul (TH) = R = 0,4 m
Angle of repose (ɸ) = 45º
Lebar tanggul (TW) = 2 × TH
tan 45º
= 2 × 0,4 m
tan 45º
= 0,8 m
2. Jarak minimum crest ke sisi terluar alat angkut pada posisi sejajar jenjang
adalah setengah lebar alat angkut (LA). Diketahui lebar alat angkut adalah
2 m. Namun dengan pertimbangan adanya tanggul di sisi terluar jenjang
selebar 0,8 m, agar jarak sisi dalam tanggul ke sisi terluar alat angkut (J)
tidak terlalu sempit maka dibuat menjadi 0,5 m.
3. Dumping radius adalah jarak dari bagian tengah alat muat ke bagian
tengah alat angkut pada saat melakukan pemuatan. Dumping radius (RD)
minimum alat muat Kobelco SK 200 adalah 3,55 m. Apabila dipilih 3,55
m alat muat akan bersinggungan dengan alat angkut. Untuk mengatasi hal
tersebut jarak alat muat dan alat angkut ditentukan 1 m, sehingga dumping
radius-nya menjadi 4,5 m.
4. Digging radius (RG) dapat ditentukan berdasrkan grafik working range
alat muat Kobelco SK 200. Untuk jenjang setinggi 8 m digging radius
minimumnya adalah 6 m dan maksimum 8 m. Dengan pertimbangan lebar
alat muat (LM) 3 m dan bank width adalah 3 m maka Digging radius
minimum pada working bench adalah:
111
RG = (0,5 × LM) + Bank Width
= (0,5 × 3 m) + 3 m
= 4,5 m
5. Jarak minimum toe lereng ke shoe alat muat (WM) diasumsikan 1 m agar
alat muat sedikit leluasa untuk bergerak. Sehingga jarak bagian tengah alat
muat ke crest (D) adalah:
RG + WM = 4.5 m + 1 m
= 5,5 m
Sedangkan jarak bagian tengah alat muat ke toe adalah:
(0,5 × LM) + WM = (0,5 m × 3 m) + 1 m
= 2,5 m
6. Lebar jenjang kerja minimum (WB) adalah:
WB = TW + J + LA + RD – 0,5 × LA + 0,5 × LM + WM
= 0,8 m + 0,5 m + 2m + 4,5 m – 0,5 × 2 m + 0,5 × 3 m + 1 m
= 9,8 m ≈ 10 m
Gambar G.1
Jenjang Kerja dengan Sistem Parallel Cut with Drive-by
7. Jenjang Pengaman
112
Berdasarkan rekomendasi geoteknik dari CV. Biru Langit, berikut
merupakan rekomendasi geometri jenjang yang digunakan untuk membuat
rancangan bukaan tambang.
Tabel G.1
Rekomendasi Geometri Jenjang Pengaman
Zona Tinggi
Jenjang (m)
Lebar
Jenjang (m)
Kemiringan
Lereng
Kuning 8 m 4 m 60º
Biru 8 m 4 m 70º
113
LAMPIRAN H
PENENTUAN GEOMETRI JALAN ANGKUT
1. Lebar Jalan Angkut
a. Lebar Jalan Angkut Minium pada Lintasan Lurus
Lebar jalan angkut minimum pada lintasan lurus dapat ditentukan
berdasarkan rule of thumb yang dikemukakan dalam AASHTO Manual for
Rural High-way Design. Lebar jalan angkut pada jalur ganda atau lebih harus
ditambah dengan setengah lebar alat angkut pada bagian tepi kiri dan kanan
jalan, atau bisa dijelaskan dengan rumus berikut:
Lmin = n . Wt + ( n + 1 )(0,5 . Wt)
Keterangan:
Lmin = Lebar jalan angkut minimum (m)
n = Jumlah jalur
Wt = Lebar alat angkut total (m)
Lebar jalan angkut minimum tergantung pada lebar alat angkut terbesar
yang direncanakan akan melalui jalan dan jumlah jalur yang akan digunakan.
Pada penelitian ini alat angkut yang digunakan adalah dump truk Dyna130 HD
yang memiliki lebar 1,945 m. Jumlah jalur yang direncanakan berjumlah satu
jalur, sehingga perhitungannya menjadi seperti berikut:
Lmin = 1 . 1,945 m + ( 1 + 1 )(0,5 . 1,945 m)
= 3,89 m ≈ 4 m
Jadi lebar jalan angkut minimum pada lintasan lurus adalah 4 m
b. Lebar Jalan Angkut pada Lintasan Berbelok
Lebar jalan angkut pada lintasan berbelok menurut (Hustrulid, et al., 2013)
dapat ditentukan menggunakan rumus berikut:
W = n (U + Fa + Fb + Z) + C
C = Z = ½ (U + Fa + Fb )
FA = Ad × Sin α
FB = Ab × Sin α
114
Keterangan:
W = Lebar jalan angkut pada tikungan (m)
n = Jumlah jalur
U = Jarak jejak roda kendaraan (m)
Fa = Lebar juntai depan (m)
Fb = Lebar juntai belakang (m)
Ad = Jarak as roda depan dengan bagian depan truck (m)
Ab = Jarak as roda belakang dengan bagian belakang truck (m)
α = Sudut penyimpangan (belok) roda depan
C = jarak antara dua alat angkut (m)
Z = jarak dari sisi luar alat angkut ketepi jalan (m)
Gambar H.2
Lebar Jalan Angkut pada Lintasan Berbelok
Berdaarkan spesifikasi alat angkut dump truk Dyna130 HD diketahui data
sebagai berikut:
Jarak juntai depan (Ad) : 1,455 m
Jarak juntai belakang (Ab) : 1,480 m
Jarak jejak ban (U) : 1,580 m
Sudut penyimpangan roda maksimum (α) : 35°
Perhitungan lebar jalan angkut pada lintasan berbelok adalah sebagai
berikut:
FA = 1,455 m × Sin 35°
= 0,835 m
115
FB = 1,480 m × Sin 35°
= 0,849 m
C = Z = ½ (1,580 m + 0,835 m + 0,849 m)
= 1,632 m
W = 1 (1,580 m + 0,835 m + 0,849 m + 1,632 m) + 1,632 m
= 6,5 m
Jadi lebar jalan angkut minimum pada lintasan berbelok adalah 6,5 m
4 Radius Tikungan
Pada kondisi jalan berbelok alat angkut yang melintas akan memiliki sudut
belokan maksimum sebesar sudut penyimpangan roda maksimum. Sudut
penyimpangan dan jarak sumbu roda depan dan belakang alat angkut akan
memengaruhi radius minimum tikungan, seperti ditunjukkan pada ilustrassi
berikut.
Gambar H.3
Geometri Lintasan Kendaraan pada Tikungan
116
Menurut spesifikasinya, jarak sumbu roda depan dan belakang dump truk
Dyna130 HD adalah 3,380 m dan sudut penyimpangan roda maksimum sebesar
35°. Berdasarkan ilustrassi di atas maka radius tikungan minimum jalan angkut
dapat ditentukan sebagai berikut:
Radius tikungan minimum = Jarak sumbu roda depan dan belakang
Sin α
= 3,380 m
Sin 35°
= 5,893 m ≈ 6 m
5 Superelevasi
Menurut (Kaufman, et al., 1977), nilai superelevasi dapat ditentukan
menggunakan rumus berikut.
e + f = V2
127 × R
Keterangan:
e = superelevasi
v = kecepatan kendaraan (km/jam)
R = radius tikungan (m)
f = koefisien gesekan melintang
Diketahui:
Kecepatan rencana pada tikungan (V) = 13 km/jam
Radius jalan angkut pada tikungan (R) = 6 m
Koefisien gesek melintang (f), untuk V<80 km/j = -0,00065.V + 0,192
= -0,00065.(13) + 0,192
= 0,1836
Penentuan nilai superelevasi adalah sebagai berikut:
e = V2
127 × R - f
= (13)2
127 × 6 - 0,1836
= 0,038
117
Berdasarkan data kecepatan rencana 13 km/jam dan radius tikungan 6 m
diperoleh nilai superelevasi 0,038. Pada jalan angkut yang berbelok dengan
lebar 6,5 m maka superelevasinya sebesar 0,437 m, dibulatkan menjadi 0,45m.
6 Kemiringan Melintang (Cross Slope)
Angka cross slope pada jalan angkut dinyatakan dalam perbandingan jarak
vertikal dan horizontal dengan satuan mm/m. Pada jalan angkut tambang
terbuka besarnya cross slope yang dianjurkan mempunyai nilai antara ¼
sampai ½ inch untuk tiap feet jarak horizontal atau sekitar 20 mm sampai 40
mm untuk tiap meter. Menurut Hustrulid (2013), nilai cross slope pada jalan
angkut dengan permukaan kasar adalah sebesar 40 mm/m, sehingga dengan
lebar jalan 4 m maka beda tinggi dapat dihitung menggunakan rumus berikut :
Q = cross slope × ½ × Wt
Keterangan:
Q : Beda tinggi pada poros jalan
Wt : Lebar jalan
Maka :
Q = 40 mm/m × ½ × 4 m
= 80 mm = 0,08 m
Gambar H.4
Kemiringan Melintang pada Jalan Angkut
7 Kemiringan Jalan Angkut (Grade)
Menurut Kepmen ESDM No.1827/K/30/MEM/2018 kemiringan (grade)
jalan tambang tidak boleh lebih dari 12%. Grade tersebut merupakan grade
maksimum yang dapat dilalui alat angkut dengan baik dan aman. Melihat
kondisi daerah rencana penambangan yang berbukit maka rancangan jalan
angkut tambang dibuat menyesuaikan dengan kondisi tersebut.
118
Grade/kemiringan jalan angkut tiap segmen dapat dihitung menggunakan
persamaan berikut:
Grade (%) = 100 H
D
Keterangan:
H = tinggi jenjang (m)
D = jarak antar segmen jalan (m)
Rincian kemiringan jalan angkut tiap segmen dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel H.1
Perhitungan Grade Jalan
No Lokasi Segmen ΔH (m) ΔD (m) Grade (%)
1 A1-A2 10.3 319 3.229
2 A2-A3 1 196 0.510
3 A3-A4 12 299 4.013
4 A4-A5 2 124 1.613
5 A5-A6 5.8 48 12.083
6 A6-A7 0.4 162 0.247
7 A7-A8 4.5 40 11.250
8 Jalan Cerit B1-B2 68 710 9.577
9 Jalan Wawar C1-C2 35 321 10.903
Jalan Baru
120
LAMPIRAN I
PERHITUNGAN AREA DISPOSAL
Area disposal dirancang berdasarkan rekomendasi geometri dari CV. Biru
Langit dengan rincian sebagai berikut:
Tinggi jenjang : 5 m
Lebar jenjang : 3 m
Kemiringan lereng : 30º
Swell factor : 0,9
Volume tanah disposal tanah penutup dan material kadar rendah dihitung
berdasarkan rumus :
Volume Loose= Luas Bukaan Tambang x Ketebalan Lapisan/ swell factor
Untuk perhitungan volume top soil, luas bukaan tambang diperoleh dari peta
rancangan kemajuan tambang setiap tahunnya, sedangkan ketebalan tanah pucuk
ditentukan berdasarkan data bor, ketebalan tanah pucuk rata-rata yaitu 0,5 m.
volume material kadar rendah yang masuk ke disposal diperoleh dari (volume
feldspar kadar rendah total - volume Tanah Pucuk )
Adapun rincian kemajuan area disposal adalah sebagai berikut:
Tabel I.1
Volume Area Disposal
Total Pit Cerit Pit Wawar Pit Cerit Pit Wawar Pit Cerit Pit Wawar Total
1 27389.03 14541.12 12847.91 14541.12 12847.91 7270.56 6423.96 13694.52 26079.33
2 39082.59 21211.59 17871.01 6670.47 5023.09 3335.24 2511.55 5846.78 4491.17
3 52179.05 25459.00 26720.05 4247.41 8849.04 2123.71 4424.52 6548.23 12986.10
4 60214.98 31662.95 28552.03 6203.95 1831.98 3101.97 915.99 4017.96 7609.69
5 62594.61 33821.24 28773.37 2158.29 221.34 1079.15 110.67 1189.82 1604.37
6 68630.13 38659.66 29970.47 4838.42 1197.10 2419.21 598.55 3017.76 4083.23
7 68809.04 38838.57 29970.47 178.92 0.00 89.46 0.00 89.46 1822.06
8 70841.19 40870.72 29970.47 2032.15 0.00 1016.07 0.00 1016.07 2703.07
Total 449740.62 245064.83 204675.78 40870.73 29970.47 20435.36 14985.23 35420.60 61379.04
TahunLuas Front Penambangan (m2)
Penambahan Luas
Front Penambangan
(m2)
Volume Topsoil (m3) Volume Matrial
Kadar Rendah
(m3)