+ All Categories
Home > Documents > rancangan kemajuan penambangan feldspar berdasarkan pit ...

rancangan kemajuan penambangan feldspar berdasarkan pit ...

Date post: 11-Nov-2023
Category:
Upload: khangminh22
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
143
RANCANGAN KEMAJUAN PENAMBANGAN FELDSPAR BERDASARKAN PIT OPTIMISASI DI CV. BIRU LANGIT, KABUPATEN BANJARNEGARA, PROVINSI JAWA TENGAH SKRIPSI Oleh : DITTO SETYO NUGROHO 112170064 PROGRAM SARJANA PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA 2022
Transcript

RANCANGAN KEMAJUAN PENAMBANGAN FELDSPAR

BERDASARKAN PIT OPTIMISASI DI CV. BIRU LANGIT,

KABUPATEN BANJARNEGARA,

PROVINSI JAWA TENGAH

SKRIPSI

Oleh :

DITTO SETYO NUGROHO

112170064

PROGRAM SARJANA

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA

2022

RANCANGAN KEMAJUAN PENAMBANGAN FELDSPAR

BERDASARKAN PIT OPTIMISASI DI CV. BIRU LANGIT,

KABUPATEN BANJARNEGARA,

PROVINSI JAWA TENGAH

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik dari

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Oleh :

DITTO SETYO NUGROHO

112170064

PROGRAM SARJANA

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA

2022

iii

RANCANGAN KEMAJUAN PENAMBANGAN FELDSPAR

BERDASARKAN PIT OPTIMISASI DI CV. BIRU LANGIT,

KABUPATEN BANJARNEGARA,

PROVINSI JAWA TENGAH

Oleh :

DITTO SETYO NUGROHO

112170064

Disetujui untuk

Program Sarjana

Program Studi Teknik Pertambangan

Jurusan Teknik Pertambangan

Fakultas Teknologi Mineral

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Tanggal : ………………………..

Pembimbing I,

(Dr. Ir. Waterman S.B., MT,IPM)

Pembimbing II,

(Ir. Suyono, MS)

iv

“Iqra (bacalah) denqan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah

Menciptakan manusia dari segumpal darah. Iqra’ (bacalah), dan Tuhanmu lah yang

Paling Pemurah, sang Mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia

Mengajarkan kepada manusia apa sang tidak diketahuinya.”

(Q. Al ‘Alaq: 1-5).

Skripsi ini saya persembahkan untuk

Bapak Sutikno dan Ibunda Warniyati,

selaku orang tua saya yang semoga selalu

dalam lindungan Allah SWT dan seluruh

keluarga tercinta.

v

RINGKASAN

Keberadaan endapan feldspar di daerah Banjarnegara memerlukan

kegiatan perancangan sebelum dilakukan kegiatan penambangan. Adanya

material kadar rendah pada endapan feldspar (kadar total SiO2, Fe2O3 dan Al2O3 <

70%) serta kondisi lahan di dalam Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP)

yang belum sepenuhnya dibebaskan menjadi permasalahan dalam menentukan

batas akhir penambangan dan penentuan jumlah cadangan. Penelitian ini

bertujuan untuk menentukan batas akhir penambangan dari pit optimasi,

melakukan estimasi cadangan feldspar dari pit optimasi dan pit design, kemudian

dilanjutkan dengan membuat rancangan kemajuan tambang dan disposal sesuai

target produksi.

Penelitian ini diawali dengan melakukan pencarian literatur yang berkaitan

dengan rancangan teknis penambangan, kemudian dilanjutkan dengan

pengambilan data di lokasi penelitian yang terletak di Blok Saga, Desa Wanandri,

Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara. Pengambilan data mencakup data

primer dan data sekunder. Data yang telah didapat kemudian dilakukan

pengolahan mengunakan software Micromine 2021.5. Pengolahan data meliputi

penentuan parameter ekonomi dan penambangan ,optimasi blok model, analisis

dan pemilihan pit shell optimal, pembuatan desain final pit, estimasi cadangan,

dan pembuatan rancangan kemajuan tambang serta disposal setiap tahun.

Hasil optimasi menunjukan pit shell stage-8 sebagai pit shell optimal

dengan nilai NPV Rp14.051.000.000. Pembuatan rancangan final pit berdasarkan

pit shell stage-8 mengunakan metode quarry side hill type diperoleh jumlah

cadangan tertambang sebesar 2.960.000 ton dan umur tambang 8 tahun.

Rancangan penambangan di Kuari Wawar dimulai dari elevasi 270-207 mdpl dan

pada di Kuari Cerit rancangan penambangan dimulai dari elevasi 233- 192 mdpl.

Rancangan geometri jenjang didapat dari rekomendasi geoteknik perusahaan

dengan tinggi jenjang 8 m, lebar jenjang 3 m, lebar jenjang kerja 10 m, tinggi

jenjang total di Kuari Wawar 70 m dan di Kuari Cerit 40 m, single slope 70o dan

overall slope 53o. Penambangan dilakukan dengan memindahkan total 35.420

LCM tanah pucuk dan 61.421 LCM material kadar rendah yang selanjutnya

dilakukan penimbunan pada lokasi yang terpisah.

Rancangan kemajuan tambang dan disposal dapat digunakan oleh

perusahaan sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan penambangan, sedangkan

optimasi bukaan tambang bertujuan untuk memastikan kualitas dan kuantitas

endapan komoditas yang akan di tambang pada kondisi yang optimal.

vi

SUMMARY

Feldspar deposits which found in the Banjarnegaras area require design

activities before mining activities, the presence of low-grade material in feldspar

deposits and land conditions within the Mining Business Permitted Area (WIUP)

that have not been paid fully are problems in determining the final pit limit of

mining and estimate the amount of reserves. This research aims to determine the

final pit limit base on pit optimization, estimate feldspar reserves from pit

optimization and pit design, then continue by making a design of mine area and

disposal according to production targets.

This research begins by literature studies related to the technical design of

mining then data collection is carried out at the research location located Saga

block, Wanandri village, Bawang subdistrict, Banjarnegara regency. Data

retrieval includes primary data and secondary data. Then, data processed using

micromine software 2021.5. Data processing includes determining economic and

mining parameters, model block optimization, analysis and selection of optimal pit

shells, final pit limit design, followed by reserve estimation, and the creation of

mine squence design and disposal every year.

Optimization results show pit shell stage-8 as the optimal pit shell with an

NPV value of Rp14,051,000,000. The creation of the final pit design based on pit

shell stage-8 using the quarry side hill type method obtained the amount of mined

reserves of 2,960,000 tons and 8 years life of mine. Mine design in Kuari Wawar

starts from elevation 270-207 mdpl and in Kuari Cerit mining design starts from

elevation 233-192 mdpl. Bench geometry design is obtained from the company's

geotechnical recommendations with a height of 8 m, a level width of 3 m, a working

bench width of 10 m, a total height of 70 m in the Wawar quarry and 40 m and,

single slope 70° and overall slope 53°.Mining activities carried out by moving

35420 LCM top soil total volume and 61421 LCM of low-grade material which is

then carried out hoarding in separate locations.

The design of mining squences and disposal can be used by the company as

a reference in mining activities, while the resources optimization aims to ensure the

quality and quantity of commodity deposits mined at optimal conditions.

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas

limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul

Rancangan Kemajuan Penambangan Feldspar Berdasarkan Pit Optimisasi di CV.

Biru Langit, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah dapat diselesaikan.

Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian yang dilakukan di lokasi tambang

feldspar Blok Saga Desa Winandri Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara,

Jawa Tengah pada bulan April- Mei 2021. Skripsi ini disusun sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Yogyakarta.

Atas selesainya penyusunan skripsi ini, penyusun mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Prof.Dr. Mohamad Irhas Effendi, M.Si., Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

2. Bapak Dr. Ir. Sutarto Hartosuwarno, M.T., Dekan Fakultas Teknologi Mineral

3. Bapak Dr. Ir. Eddy Winarno, S.Si. M.T., Ketua Jurusan Teknik Pertambangan

4. Ibu Ir. Wawong Dwi Ratminah, M.T., Koordinator Program Studi Teknik

Pertambangan

5. Bapak Dr. Ir. Waterman Sulistyana B., MT., IPM Dosen Pembimbing I

6. Bapak Ir. Suyono. MS., Dosen Pembimbing II

7. Bapak Dr. Ir. Singgih Saptono, MT.,Dosen Pembahas I

8. Bapak Ir. Anton Sudiyanto, MT, Dosen Pembahas II

Besar harapan penyusun, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca

dan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang pertambangan.

Yogyakarta, Februari 2022 Penyusun,

(Ditto Setyo Nugroho)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ......................................................................................................... v

SUMMARY ............................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

Latar Belakang ......................................................................................... 1 Rumusan Masalah .................................................................................... 2 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2

Batasan Masalah ....................................................................................... 3

Metode Penelitian ..................................................................................... 3 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN UMUM .................................................................................. 6

Lokasi dan Kesampaian Daerah ............................................................... 6 Iklim dan Curah Hujan ............................................................................. 8

Kondisi Hidrogeologi ............................................................................... 8 Kondisi Geologi ....................................................................................... 9 Sistem Penambangan .............................................................................. 12

BAB III DASAR TEORI ...................................................................................... 16

Model Topografi dan Model Sumberdaya ............................................. 16

Optimasi Bukaan Tambang .................................................................... 19 Tambang Terbuka ................................................................................... 30 Rancangan Jalan Angkut Tambang ........................................................ 35

Rancangan Area Disposal ...................................................................... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................................ 46

Optimasi Bukaan Tambang .................................................................... 46

Rancangan Penambangan ....................................................................... 55 Rancangan Area Disposal ...................................................................... 58

BAB V PEMBAHASAN ...................................................................................... 61

Optimasi Bukaan Tambang .................................................................... 61

ix

Rancangan Penambangan ....................................................................... 66 Rancangan Area Disposal ...................................................................... 71

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 75

Kesimpulan ............................................................................................. 75

Saran ....................................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 76

LAMPIRAN .......................................................................................................... 79

Halaman

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. 1 Diagram Alur Penelitian ................................................................................... 5

2. 1 Lokasi Kesampaian Daerah Penelitian ............................................................. 7

2. 2 Grafik Jumlah Hari Hujan per Tahun Wilayah Banjarnegara .......................... 8

2. 3 Peta geologi lokasi penelitian ......................................................................... 10

2. 4 Kegiatan Pembersihan Lahan (Land Clearing) Dengan Alat Mekanis ........ 12

2. 5 Kegiatan Pembingkaran dan Pemuatan Feldspar di Kuari Cerit ................... 13

2. 6 Kegiatan Pengangkutan di CV Biru Langit .................................................... 14

3. 1 Grid Blok Model ............................................................................................. 17

3. 2 Klasifikasi Sumberdaya Dan Cadangan .......................................................... 18

3. 3 Geometri Orebody pada algoritma Lerch-Grossman 2-D .............................. 20

3. 4 Algoritma Lerch-Grossman 2-D ................................................................... 21

3. 5 Ilustrassi pola 1-5 dan 1-9 ............................................................................... 22

3. 6 Metode Urutan Penambangan ......................................................................... 25

3. 7 Geometri Jenjang Penambangan .................................................................... 33

3. 8 Working bench. ............................................................................................... 33

3. 9 Overall slope . ................................................................................................. 34

3. 10 Rancangan Pushback Penambangan ............................................................. 35

3. 11 Lebar Jalan Angkut Minimum Dua Jalur pada Jalan Lurus ......................... 36

3. 12 Lebar Jalan Pada Tikungan. .......................................................................... 37

3. 13 Kemiringan Jalan Angkut Pada Tanjakan .................................................... 38

3. 14 Geometri Lintasan Kendaraan pada Tikungan ............................................ 39

3. 15 Cross slope ................................................................................................... 41

3. 16 Jenis Timbunan ............................................................................................. 44

4. 1 Block Model Klasifikasi Sumberdaya Feldspar ............................................. 47

4. 2 Blok Model Sumberdaya Feldspar .................................................................. 48

4. 3 Peta Topografi ................................................................................................. 49

4. 4 Wilayah Izin Usaha Pertambangan CV Biru Langit ....................................... 50

xi

4. 5 Kolam Pengendapan di Kuari Wawar ............................................................. 50

4. 6 Overall Slope Pit shell .................................................................................... 51

4. 7 Pit shell Hasil Optimasi Tampak Isometrik .................................................... 52

4. 8 Sayatan Pit shell Hasil Optimasi di Pit Cerit .................................................. 52

4. 9 Sayatan Pit shell Hasil Optimasi di Pit Wawar ............................................... 53

4. 10 Chart Parameter Hasil Optimasi metode konstan lag ................................... 53

4. 11 Pit Shell Kode Stage-8 Tampak Isometrik .................................................... 54

4. 12 Sayatan Pit Shell Kode Stage-8 di Pit Cerit .................................................. 54

4. 13 Sayatan Pit shell Kode Stage-8 di Pit Wawar ............................................... 55

4. 14 Rancangan Geometri Penambangan CV. Biru Langit .................................. 56

4. 15 Lokasi Disposal Pit Cerit .............................................................................. 59

4. 16 Lokasi Disposal Pit Wawar ........................................................................... 59

4. 17 Geometri Dump Design ................................................................................. 60

5. 1 Persebaran Nilai MCAF pada Blok Model ..................................................... 63

Halaman

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2. 1 Daftar Pengambilan Data di Lapangan. ............................................................ 4

2. 2 Rencana dan Realisasi Pemasaran Tahun 2020-2021 .................................. 15

3. 1 Parameter Input Optimasi .............................................................................. 29

3. 2 Metode Tambang Terbuka ............................................................................. 31

3. 3 Radius Tikungan Minimum untuk Satu Jalur Truk ........................................ 39

3. 4 Angka superelevasi yang direkomendasikan (feet/feet) ................................. 40

4. 1 Klasifikasi Total Sumberdaya Feldspar .......................................................... 47

4. 2 Model Finansial Optimasi ............................................................................... 51

4. 3 Rencana Produksi CV Biru Langit ................................................................. 58

5. 1 Parameter Hasil Optimasi .............................................................................. 64

5. 2 Rancangan Produksi CV Biru Langit per Tahun ........................................... 71

5. 3 Rancangan Disposal CV Biru Langit .............................................................. 74

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN .......................................................................................... HALAMAN

A. DATA CURAH HUJAN DAN HARI HUJAN DAERAH PENELITIAN ..... 80

B. SPESIFIKASI PRODUK TRASS BL-SG-01 ................................................... 81

C. REKOMENDASI GEOTEKNIK ..................................................................... 82

D. OPTIMASI BUKAAN TAMBANG ................................................................ 88

E. SPESIFIKASI ALAT MUAT......................................................................... 106

F. SPESIFIKASI ALAT ANGKUT .................................................................... 108

G. PENENTUAN GEOMETRI JENJANG ........................................................ 110

H. PENENTUAN GEOMETRI JALAN ANGKUT ........................................... 113

I. PERHITUNGAN AREA DISPOSAL ............................................................. 120

J. PETA KEMAJUAN PENAMBANGAN DAN DISPOSAL .......................... 121

1

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengadaan suatu komoditas mineral terbagi dalam tiga fase penting yaitu:

perencanaan, implementasi, dan produksi. Tujuan dari fase ini adalah untuk

menyiapkan laporan kelayakan yang berisi jadwal produksi tentatif, yaitu untuk

menyusun rencana yang menguraikan bagian mana dari orebody yang harus

diekstraksi dan bagaimana cara mengekstraksinya (Hustrulid, et al., 2013).

Pada tahap perencanaan tambang biasanya dibagi menjadi sejumlah langkah

yang diselesaikan secara berurutan untuk mendapatkan jadwal produksi tentatif.

Langkah pertama dimulai dari menyiapkan model diskretisasi fisik deposit mineral.

Dengan melakukan pengeboran di lokasi yang berbeda dan kedalaman tertentu,

sampel bahan diperoleh dan digunakan untuk interpolasi bentuk dan kualitas

deposit. Dengan ini orebody dibagi menjadi kubus dengan ukuran yang sama

(dikenal sebagai blok), kemudian masing-masing diberi estimasi tonase dan

estimasi nilai mineral (Huidbregts 1978, Isaaks dan Srivastava 1989 ).

Estimasi tonase dan estimasi nilai mineral digunakan untuk melakukan

estimasi keuntungan penambangan untuk setiap blok dalam model dapat dihitung.

Keuntungan tergantung pada biaya yang dikeluarkan dan nilai blok setelah

ditambang (Chicoisne, et al., 2012). Nilai keuntungan proyek yang sudah terbukti

setelah tahap eksplorasi akan menjadi pertimbagan dalam menentukan batas akhir

pit (UPL) (Sadeghi, et al., 2020).

Batas akhir penambangan optimal merupakan batas terluar dari blok-blok

yang telah melalui pertimbangan teknis dan geometri penambangan, serta

mengarah pada keuntungan maksimum yang mungkin dihasilkan dari

penambangan. Perhitungan volume tinggi diperlukan untuk menemukan

penyelesaian yang diinginkan. Pada model blok yang berisi data-data yang

ditentukan, volume dan waktu melakukan perhitungan optimasi tergantung pada

logika yang digunakan dalam algoritma (Noorozi, et al., 2009).

2

Algoritma optimasi berfungsi menghitung tonase bijih yang diproses untuk

menghasilkan keuntungan maksimal dan memisahkan bijih dengan nilai yang lebih

rendah dari nilai cut-off bijih kedalam waste dump (Rahimi, et al., 2014). Optimasi

dapat menunjukkan letak lubang bukaan dengan grade tertinggi dengan

mempertimbangkan nilai NPV maksimal (Nasab, 2020).

Setelah menentukan pit batas akhir penambangan langkah selanjutnya adalah

membagi cadangan total di dalam pit menjadi unit yang lebih mudah dikelola yang

disebut sequences, slice atau push backs. Ada banyak pilihan urutan push back yang

berbeda yang mengarah ke lubang batas akhir dari tambang terbuka (Nasab, 2020).

Hal ini diperlukan untuk mensimulasikan urutan blok bijih yang akan ditambang.

Simulasi rencana tambang ini akan memungkinkan estimasi biaya produksi bijih

sebagai fungsi waktu, atau urutan blok (Everett, et al., 2020). Adapun kegiatan

penelitian dilakukan pada komoditas feldspar di daerah Banjarnegara.

Feldspars termasuk dalam jenis komoditas tambang Mineral Bukan Logam

berdasarkan Peraturan Mentri ESDM No. 1 Tahun 2014 Pasal 2, feldspars

merupaka mineral yang unsur utamanya terdiri atas bukan logam, feldspar terdiri

dari unsur unsur kalium (ortoklas) (K), natrium (Na), dan kalsium (Ca) (plagioklas)

dengan perbandingan yang beragam (Bakr, 2009). Feldspar berfungsi sebagai

bahan pengikat dalam pembuatan keramik. Feldspar juga mengandung mineral

yang digunakan sebagai bahan baku pada industri semen yaitu mineral silika (SiO2).

Rumusan Masalah

Keberadan material kadar rendah (kadar total SiO2, Fe2O3 dan Al2O3 < 70%) pada endapan feldspar serta kondisi lahan memerlukan pit optimasi untuk

menentukan batas akhir penambangan dan melakukan estimasi cadangan yang

optimal sebagai dasar pembuatan rancangan kemajuan tambang dan disposal.

Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini dilakukan memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Membuat pit shell optimasi berdasarkan model geologi dan model sumberdaya.

2. Menentukan cadangan endapan feldspar berdasarkan pit optimasi.

3. Membuat rancangan kemajuan tambang per tahun.

4. Membuat rancangan disposal sesuai kemajuan tambang.

3

Batasan Masalah

Penelitian ini dilakukan dengan batasan masalah yang berupa:

1. Pit optimasi hanya dilakukan berdasarkan pemodelan sumberdaya dengan

metode nearest neighbor polygon (NNP).

2. Model finansial tidak menyertakan penjualan retail pada material kadar

rendah.

3. Capital cost dihitung dari pembebasan lahan dan pengeluaran pada awal tahun

2021 tanpa memasukan biaya dari awal pembukaan tambang.

4. Rancangan kemajuan penambangan dan disposal dibuat tiap tahun.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah melakukan pendekatan-

pendekatan teoritik untuk mendapatkan parameter pemodelan dari kondisi aktual di

lapangan. Parameter tersebut digunakan sebagai data input, data input selanjutnya

diolah menggunakan software Micromine 2020.5 untuk mendapatkan model

bukaan tambang. Berdasarkan model bukaan tambang dapat dilakukan pembuatan

rancangan kemajuan tambang yang sesuai dengan target produksi dan kondisi di

lapangan. Diagram alir tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.1, tahapan

kegiatan adalah sebagai berikut :

Studi Literatur

Tahap studi literatur sebagai tahap persiapan dalam penelitian. Studi literatur

dilakukan dengan mengumpulkan informasi berkaitan dengan kegiatan penelitian

meliputi informasi dan kondisi lokasi penelitian serta permasalahan yang dihadapi.

Pada tahap ini, data yang diperoleh antara lain peta kesampaian daerah, data curah

hujan, keadaan geologi daerah penelitian serta dasar teori tentang kegiatan optimasi

dan perancangan kemajuan tambang.

Penyelidikan Lapangan

Proses penyelidikan lapangan dilakukan di Pit Cerit dan Pit Wawar, Blok

Saga, Desa Wanadri, Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara. Penyelidikan

lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi lokasi penelitan secara langsung

serta melakukan pengambilan data-data sebagai penunjang dalam pelaksanaan

penelitian, data-data tersebut adalah sebagai berikut

4

Tabel 2. 1

Daftar Pengambilan Data di Lapangan.

No Jenis Data

Data Primer Data Sekunder

1 Titik-titik koordinat kemajuan tambang; Data iklim dan curah hujan;

2 Titik kodinat jalan tambang Blok model sumberdaya

3 Elevasi muka air tanah Peta topografi

4 Data kekar, Peta WIUP

5 Data sifat fisik dan mekanik batuan Data cashflow keuangan perusahaan

6 Data spesifikasi produk

7 Peta kesampaian daerah

8 Data spesifikasi alat

Pengolahan Data

Data yang sudah diperoleh dari lapangan baik data primer maupun data

sekunder kemudian dilakukan pengolahan data menggunakan software

Micromine 2021.5., pengolahan data meliputi :

a. Penentuan parameter ekonomi dan penambangan.

b. Optimasi blok model sumberdaya.

c. Menentukan modal, biaya, target produksi dan umur tambang.

d. Analisis hasil optimasi dan menentukan pitshell optimal.

e. Pembuatan rancangan kemajuan tambang serta rancangan disposal.

Penyusunan Laporan

Penyusunan laporan dilakukan berdasarkan hasil pengolahan data dari

lapangan, penyusuan laporan mencakup perolehan cadangan hasil optimasi dan

bentuk tiga dimensi batas akhir penambangan, rancangan kemajuan penambangan

dan rancangan disposal dengan sasaran produksi 360.000 ton/tahun.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain

untuk dikembangkan menjadi penelitian lebih lanjut. Selain itu, hasil penelitian

rancangan kemajuan penambangan feldspar ini juga dapat digunakan untuk acuan

oleh perusahaan dalam menentukan kemajuan penambangan di lapangan.

5

Gambar 1. 1

Diagram Alur Penelitian

Penyusunan Laporan Rancangan Kemajuan Tambang yang

Optimal dan Memenuhi Target Produksi

Rumusan Masalah

Membuat rancangan kemajuan tambang yang optimal dan rancangan disposal

Studi Literatur

Penyelidikan lapangan

Pengamatan kondisi lapangan di CV. Biru langit dan pengambilan data-data yang diperlukan

baik itu data primer maupun data sekunder yang dimiliki perusahaan.

Data Primer:

Titik Koordinat Kemajuan Tambang.

Titik Kordinat Jalan Tambang

Data Muka Air Tanah

Data kekar,

Data sifat fisik dan mekanik batuan

Data Sekunder:

Blok Model Sumberdaya

Peta Topografi.

Peta WIUP

Data Spesifikasi Produk

Peta Kesampaian Daerah.

Data Iklim Dan Curah Hujan.

Data Alat Mekanik

Data Geometri Lereng

Data Cash Flow Keuangan Perusahaan

Hasil

Rancangan Kemajuan Tambang dan Disposal

Tidak

Ya

Target Produksi

Memenuhi Target Produksi 360.000 ton/tahun

PengolahanData

Pengolahan data menggunakan software Micromine 2021.5 meliputi :

1. Optimasi Bukaan tambang (pembuatan pit shell )

2. Estimasi Cadangan

Pembuatan Rancangan Kemajuan Tambang dan Disposal berdasarkan

pit shell optimal

6

BAB II

TINJAUAN UMUM

Lokasi dan Kesampaian Daerah

CV. Biru Langit mempunyai wilayah izin usaha pertambangan (WIUP) yang

terletak Blok Saga, Desa Wanadri, Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara

dengan luas 40 ha. Secara astronomis lokasi WIUP terletak pada koordinat

109035’26,02”–109036’29,53” BT dan 7028’23,09–7028’51,60” LS. Lokasi

penambangan CV. Biru Langit berjarak sekitar 14 km sebelah barat daya kota

Kabupaten Banjarnegara. CV. Biru Langit mengelola wilayah pertambangan

feldspar berdasarkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) operasi produksi Nomor SK:

543.32/1896/2016. Tanggal Berlaku SK: 3/15/2016 dan Tanggal Berakhir SK:

3/15/2021 (sedang melakukan proses perpanjangan).

Secara administratif lokasi WIUP CV. Biru Langit adalah sebagai berikut :

1. Terletak di Desa Wanadri, Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara.

2. Pada bagian utara berbatasan dengan Dusun Pucung Beduk

3. Pada bagian timur berbatasan dengan Dusun Kebondalem

4. Pada bagian selatan berbatasan dengan Dusun Petir

5. Pada bagian barat berbatasan dengan Dusun Kaliajir.

Perjalanan menuju lokasi penelitian dari Kampus 1 UPN “Veteran”

Yogyakarta dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun

roda empat dalam waktu tempuh ± 4 jam pada kondisi lalu lintas lancar. Perjalanan

dari Kampus 1 UPN “Veteran” Yogyakarta melalui Jl. Ring Road Utara kearah

barat lalu belok kearah utara ke jalan Magelang-Yogyakarta sekitar 30 km,

kemudian ke arah barat masuk ke Jl. Raya Borobudur lalu ke Jl. Wonosobo-

Magelang sekitar 45 Km, setelah itu kearah barat daya masuk ke Jl. Campursalam

kemudian ke Jl. Ajibarang-Secang sejauh 24 km melewati kota Kabupaten

Banjarnegara kearah barat daya masuk ke Desa Gemuruh sejauh 9 km ke barat daya

sampai Desa Wanadri.

7

Gambar 2. 1

Lokasi Kesampaian Daerah Penelitian

8

Iklim dan Curah Hujan

Seperti umumnya daerah di pantai selatan Pulau Jawa, daerah di lokasi

eksplorasi beriklim tropis. Meskipun demikian temperatur di lokasi eksplorasi

relatif lebih rendah dibandingkan dengan di kota Banjarnegara karena letak

daerahnya lebih tinggi. Jumlah hari hujan rata-rata yaitu 167 hari hujan/ tahun

dengan curah hujan 1.279,5 mm/ tahun. Pada saat penelitian dilakukan lokasi dalam

kondisi yang cinderung basah, karena penelitian dilakukan pada saat musim

penghujan.

Gambar 2. 2

Grafik Jumlah Hari Hujan per Tahun Wilayah Banjarnegara (Badan Pusat

Statistika Kabupaten Banjarnegara, 2016)

Kondisi Hidrogeologi

Kondisi batuan induk mineral feldspar telah mengalami pelapukan dan

membentuk struktur kekar lembaran. Struktur ini memunginkan air hujan mengisi

celah-celah antar kekar pada zona yang mengalami pelapukan. Lokasi penelitian

terletak pada salah satu sisi lereng bukit dengan puncak berada di sebelah tenggara

WUIP. Di sebelah utara terdapat sungai yang mengalir dari timur ke barat

kemudian ke arah selatan. Puncak bukit memiliki elevasi 340 mdpl dan sungai

memiliki elevasi 160 mdpl sedangkan wiup terlatak pada elevasi 273-178 mdpl. Air

permukaan mengalir dari selatan ke utara menuju sungai, sedangkan air tanah

mengalir dengan arah sebaliknya yaitu mengalir dari utara ke selatan menuju arah

laut dan mengikuti arah kemiringan secara regional di lokasi penelitian. Air tanah

pada area WIUP berada pada elevasi 190 mdpl.

9

Kondisi Geologi

Berdasarkan dokumen eksplorasi bahan galian non logam jenis feldspar di

Blok Saga yang merujuk pada peta geologi lembar Banjarnegara dan Pekalongan

dengan nomor 11/XIV-A dan 11/XIII-D skala 1 : 100.000 (W.H Condon et al.,

1975), kondisi geologi di daerah penelitian secara umum terpengaruh oleh zona

subduksi yang terletak di sebelah selatan lokasi penelitian, sehingga memiliki

struktur geologi yang komplek dan juga jenis batuan yang ditemukan dilokasi

penelitian sangat beragam.

Geologi Regional

Di bagian Selatan daerah eksplorasi terdapat patahan yang mengakibatkan

bagian Selatan relatif lebih turun dibandingkan bagian utara. Di bagian yang relatif

rendah ini diendapkan batuan-batuan sedimen (Km) yang diperkirakan berumur

kapur. Batuan-batuan setaranya yang terkena metamorfosa, granit porfir, plagioplas

kuarsa, gabro, amfibolit dan serpentine. Batuan ini telah terbreksikan, tercampur

secara tektonik dan tersebarkan di atas batuan sedimen. Beberapa batuan granit

diperkirakan berasal dari batuan beku, sedangkan sebagian lagi diperkirakan

berasal dari tuffa kresikan dan batuan sedimen yang termetamorfosa. Di bawah

satuan batuan ini diendapkan serpih, batu lanau, batu pasir dan konglomerat atau

batuan lumpur kerakalan yang berwarna kelabu gelap, batu pasir feldsparan,

konglomerat dengan komponen rijang hitam, kuarsa kerakal, batuan metamorfosa

dan batuan beku yang terpilah buruk (Ks). Terdapat juga lensa-lensa batu gamping

merah dan kelabu, rijang berwarna merah dan coklat serta lava bantal (pillow lava).

Fosil dalam batu gamping yang tidak terkena metamorfosa yang berada dalam

serpentine menunjukkan bahwa batuan ini berumur Kapur (paling tidak untuk

sebagian dari deret sedimen tersebut). Satuan-satuan batuan yang tersebut di atas

mempunyai kemiringan rata-rata kearah selatan sebesar 20°-70°.

Struktur geologi yang dominan adalah patah/ sesar dengan sudut kemiringan

kecil dan besar. Di sebelah selatan lokasi eksplorasi, patahan dengan sudut

kemiringan kecil ini bersambung satu sama lain sehingga membentuk graben di

satuan batuan Km yang kemudian graben ini terisi oleh batuan Ks. Arah dari

patahan ini tidak menunjukkan orientasi yang jelas. Patahan dengan sudut

kemiringan besar mempunyai arah sekitar N 280° – 340° E dan N 70° – 90° E.

10

Patahan dengan arah N 70° – 90° E ini saling bersambungan sehingga bagian

selatan relatif lebih turun dan merupakan kontak antara satuan batuan Km dan Ks.

Gambar 2. 3

Peta Geologi Lokasi Penelitian

Fisiografi Regional

Lokasi eksplorasi hanya terdiri dari satu satuan morfologi yaitu satuan

morfologi pegunungan yang merupakan bagian dari pegunaungan Serayu dengan

puncaknya Gunung Silangit dan Gunung Karang Gemantung (438 m) yang terletak

di sebelah timur lokasi eksplorasi. Puncak-puncak lain adalah Gunung Butak dan

Gunung Kembar. Sistem aliran sungai berpola mendaun (dendritik) yang

menunjukkan bahwa sungai-sungai masih dalam tahapan muda (youth) dan

mengalir melalui batuan keras. Sungai terbesar yang mengalir di dekat lokasi adalah

Sungai Sapi dibagian hulu dan Sungai Parakan dibagian hilir yang mengalir di

sebelah utara lokasi eksplorasi dengan arah aliran relatif timur – barat. Sungai yang

mengalir di lokasi eksplorasi adalah Sungai Batur dengan anak sungainya.

11

Stratigrafi Regional

Berdasarkan peta geologi lembar Banjarnegara dan Pekalongan dengan

nomor 11/XIV-A dan 11/XIII-D skala 1 : 100.000 (W.H Condon et al., 1975), lokasi

eksplorasi terletak di daerah dengan tatanan geologi sangat rumit. Hal ini dapat

dimengerti karena lokasi eksplorasi berdekatan dengan zona penunjaman lempeng

(subduction zone) di samudera Indonesia antara lempeng Asia dengan lempeng

Eurasia sehingga mengakibatkan terjadinya proses tektonik.

Jenis litologinya sangat beragam yang meliputi batuan beku intermediet

sampai basa, sedimen dan metamorf. Batuan-batuan ini tercampur satu sama lain

karena adanya proses tektonik sehingga membentuk struktur batuan campur aduk

(Melange).

Batuan termuda berumur holosen yang terdiri atas endapan sungai dan

endapan pantai. Batuan ini tersebar sepanjang Sungai Serayu dan Pantai Selatan

Pulau Jawa, disamping itu terdapat juga endapan alluvial dan endapan rawa. Di

bawah satuan batuan ini terdapat breksi gunung api feldspar muda yang di beberapa

tempat tidak selaras dengan batuan yang lebih tua dalam satuan ini. Batuan yang

lebih tua terdiri atas batu lempung Tufaan Tua, breksi dan lapisan tipis konglomerat

yang mengandung sisa tumbuhan dibawah lapisan ini di endapan lapisan tipis breksi

gunung api feldspar tua yang berada di atas napal kelabu dengan selingan tipis

lapisan tua pasiran. Lapisan napal ini mempunyai ketebalan sekitar 2500 – 3000

meter mengandung fosil molusca dan bahan tuba tersebut berasal dari formasi yang

lebih tua. Di dalam satuan batuan napal ini terdapat juga breksi feldspar dan batuan

pasir tufaan dengan ketebalan sekitar 200 meter yang dibeberapa tempat

mengandung sisa tumbuhan. Khususnya di bagian selatan daerah eksplorasi, oleh

Harloff (1933).

Batuan ini disebut Horizon Breksi Ketiga yang terdiri dari breksi feldspar

kresikan, berwarna terang, tidak berlapis dengan ketebalan 700 meter. Disamping

itu terdapat juga lapisan tipis batu gamping napalan yang mengandung koral dan

moluska dengan ketebalan beberapa puluh meter. Di bawah lapisan ini terdapat

aliran lava feldspar dan basal yang mengandung sisipan napal Globigerina dengan

ketebalan maksimum sekitar 2.000 meter dan makin menipis ke arah Timur yang

oleh Van Bemmelen (1937) disebut seri Merawu.

12

Sistem Penambangan

CV. Biru Langit merupakan perusahaan yang bergerak di bidang komoditas

feldspar yang berencana menerapkan sistem tambang terbuka dengan metode

Quarry. Adapun tahapan penambangan feldspar yang dilakukan sebagai berikut

dilakukan seperti berikut:

Persiapan Penambangan

Sebelum melakukan kegiatan penambangan, dibutuhkan persiapan

penambangan. persiapan penambangan dilakukan agar kegiatan penambangan

dapat dilakukan. Tahapan persiapan penambangan meliputi pengupasan tanah

penutup dan pembuatan jalan tambang.

1. Pembersihan Lahan/Land Clearing

Rona awal lokasi penambangan berupa hutan produksi dan lahan pertanian

warga, maka memerlukan dilakukannya pembersihanlahan (land clearing).

Pembersihan lahan meliputi pembersihan tempat kerja dari semak-semak, pohon-

pohon dan sisa-sisa pohon yang sudah ditebang, kemudian memindahkan bagian

tanah/ batuan yang menghalangi pekerjaan selanjutnya. Pada kegiatan pembersihan

lahan sebagian besar metode yang digunakan adalah tenaga manusia (manual)

seperti dengan menggunakan gergaji mesin, cangkul, parang, dan linggis.

Sedangkan untuk metode mekanis, alat yang digunakan adalah excavator/ bulldozer

alat mekanis membantu dalam memindahkan material dan sisa vegetasi yang sulit

dipindahkan dengan tenaga manusia.

Gambar 2. 4

Kegiatan Pembersihan Lahan (Land Clearing) dengan Alat Mekanis

13

Tanah penutup ini berupa humus yang sangat tipis dan tumbuhan semak

belukar. Tanah penutup tersebut selanjutnya ditempatkan pada lokasi yang aman

(waste dump), di sekitar batas IUP atau daerah yang paling sedikit kandungan

Feldsparnya, karena nantinya akan sangat dibutuhkan dalam rangka mereklamasi

lahan bekas penambangan, sedangkan peralatan yang dipergunakan dalam kegiatan

pengupasan ini adalah backhoe/ bulldozer, Tanah pucuk yang sudah dikupas

kemudian dimuat dan ditimbun di lokasi yang sudah disediakan dan aman dari erosi

air permukaan. sedangkan overburden ditimbun diluar area penambangan sehingga

tidak mengganggu kegiatan penambangan. Pada tahap reklamasi, tanah pucuk

digunakan untuk menutup lahan bekas tambang dan kegitan revegetasi.

2. Pembuatan Jalan Tambang

Jalan tambang berfungsi sebagai jalur lewatnya alat-alat berat ke lokasi

tambang dan sebagai jalan angkut dari muka kerja penambangan ke lokasi

penyimpanan sementara (stockpile). Pembuatan jalan ini menggunakan geometri

berdasarkan pada dimensi dan kondisi alat mekanis yang melewatinya. Pembuatan

jalan tambang menggunakan alat bulldozer dan backhoe.

Kegiatan Penambangan

Penambangan mineral bukan logam jenis feldspar menggunakan alat mekanis

yaitu excavator PC 200 sebanyak 2 unit. Penambangan feldspar dilakukan dengan

alat mekanis diharapkan penambangan ini tidak mengganggu pemukiman

penduduk yang berada didekat lokasi tambang karena metode penambangan ini

sedikit debu dan kebisingan dibandingkan cara penambangan lainya.

Gambar 2. 5

Kegiatan Pembongkaran dan Pemuatan Feldspar di Kuari Cerit

14

Setelah feldspar dibongkar, maka dimuat ke dalam dump truck dengan

menggunakan excavator. Sebagai alat angkut feldspar menggunakan dump truck

menuju ke stockpile sementara di Desa Kalipelus. Kegiatan yang dilakukan

meliputi pekerjaan penggalian dan pemuatan dengan menggunakan backhoe yang

juga perfungsi sebagai alat muat.

Pengangkutan

Kegiatan pengangkutan Feldspar dari lokasi penambangan ke lokasi

penyimpanan (stockpile) yang memiliki jarak 11 km. Pengangkutan dilakukan

dengan dump truk kapasitas 4 m3, sedangkan pengangkutan dari stockpile ke pabrik

diangkut dengan menggunakan truk tronton dengan kapasitas 25 - 35 ton.

Gambar 2. 6

Kegiatan Pengangkutan Feldspar di CV Biru Langit

Pengolahan

Sesuai permintaan pasar, pengolahan produk feldspar yang digunakan

sebagai trass bahan baku semen maka cukup dilakukan screening langsung di atas

alat muat, sedangkan untuk produk yang dijual retail sebagai bahan bangunan maka

pengolahan dilakukan dengan cara pencucian material menggunakan backhoe PC

200, pencucian dilakukan di area Stockpile Masaran.

Pemasaran

Peningkatan pembangunan infrastruktur di Jawa Tengah terutama adanya

rencana pembangunan bandara Wirasaba Purbalingga. Rencana pembangunan jalan

menggunakan rabat beton. Pembangunan perumahan perorangan/pribadi,

pengusaha perumahan. Pembangunan infrastruktur ini berpengaruh pada

15

peningkatan permintaan kebutuhan bahan material dasar salah satunya yaitu semen.

Peningkatan permintaan semen mengakibatkan peningkatan permintaan feldspar,

terutama untuk konsumsi pabrik semen yang ada di Kabupaten Cilacap, Kabupaten

Banyumas dan industri keramik untuk pemakaian rumahtangga di Surabaya.

Peningkatan kebutuhan semen untuk pembangunan infrastruktur sangat

berpengaruh pada peningkatan permintaan kebutuhan bahan material tambahan

salah satunya adalah Feldspar.

Tabel 2. 2

Rencana dan Realisasi Pemasaran Tahun 2020-2021 (RKAB, 2020)

Berdasarkan RKAB tahun 2020 rencana pemasaran feldspar secara domestik

sebesar 360.000 ton, namun realisasinya pemasaran feldspar tahun 2020 adalah

sebesar 51.102,00 ton.

Ekspor Domestik Pembeli Ekspor Domestik Pembeli Ekspor Domestik Pembeli Ekspor Domestik Pembeli

1 Januari - 30.000 - - 9.616,00 - - 30.000 - - - -

2 Februari - 30.000 - - 4.958,00 - - 30.000 - - - -

3 Maret - 30.000 - - 1.862,00 - - 30.000 - - - -

4 April - 30.000 - - 5.831,00 - - 30.000 - - - -

5 Mei - 30.000 - - 1.754,00 - - 30.000 - - - -

6 Juni 30.000 - - 7.797,00 - - 30.000 - - - -

7 Juli 30.000 - - 8.851,00 - - 30.000 - - - -

8 Agustus 30.000 - - 10.433,00 - - 30.000 - - - -

9 September 30.000 - - 30.000 - - - -

10 Oktober 30.000 - - 30.000 - - - -

11 Nopember 30.000 - - 30.000 - - - -

12 Desember 30.000 - - 30.000 - - - -

- 360.000 - - 51.102,00 - - 360.000 - - - -

Rencana Tahun 2021 (Ton) Realisasi Tahun 2021 (Ton)

Total

Rencana Tahun 2020 (Ton) Realisasi Tahun 2020 (Ton)BulanNo

16

BAB III

DASAR TEORI

Model Topografi dan Model Sumberdaya

Kondisi topografi mempengaruhi estimasi cadangan, topografi yang yang

relatif datar atau daerah yang relatif landai menawarkan lebih sedikit kesulitan

untuk penambangan permukaan dibandingkan dengan kondisi tebing yang curam.

Kondisi tebing yang curam menyebabkan penambangan permukaan memerlukan

biaya yang besar. Kemiringan permukaan membatasi lebar jenjang maksimum yang

digunakan selama penambangan permukaan. Kondisi topografi juga mempengaruhi

pemilihan metode transportasi dan letak fasilitas pemrosesesan (Kennedy, 2009).

Model topografi dapat diperoleh melalui pemetaan drone atau dengan digitasi

elevasi pada peta kontur, selain itu juga dapat diperoleh dari data elevasi dan

koordinat pada data collar lubang bor. Elevasi topografi ini digunakan untuk

menghasilkan matriks grid yang terdiri dari grid persegi panjang dengan elevasi

permukaan yang diperkirakan untuk setiap node grid. Untuk permukaan topografi,

matriks grid biasanya dihasilkan oleh fungsi pembobotan jarak (Kennedy, 2009).

Sumberdaya mineral adalah suatu konsentrasi atau keterjadian dari material

yang memiliki nilai ekonomi pada atau di atas kerak bumi, dengan bentuk, kualitas

dan kuantitas tertentu yang memiliki keprospekan yang beralasan untuk pada

akhirnya dapat diekstraksi secara ekonomis (KCMI, 2017).

Input model sumberdaya adalah model blok. Ini bisa menjadi model blok

tubuh bijih, yang merupakan model dari mineralisasi suatu endapan yang bernilai

ekonomis serta tidak mengandung blok mineral pengotor, atau bisa berupa model

blok penuh yang mengandung keduanya (Esmaili, et al., 2021).

Penting untuk meninjau model sumberdaya sehingga dapat memahami area

pengoptimalan dan properti model sumberdaya. Hal ini juga memberikan

kesempatan untuk mengidentifikasi kebutuhan dalam melakukan pekerjaan

17

tambahan dengan model seperti coding atau menambahkan bidang baru, jika

diperlukan (Esmaili, et al., 2021).

Gambar 3. 1

Grid Block model (Hustrulid, et al., 2013)

Menurut (KCMI, 2017), sumberdaya mineral diklasifikasikan kedalam tiga

kelas yaitu Sumberdaya Mineral Tereka, Sumberdaya Mineral Terunjuk, dan

Sumberdaya Mineral Terukur.

1. Sumberdaya Mineral Tereka (Indicate) merupakan bagian dari Sumberdaya

Mineral dimana kuantitas dan kualitas kadarnya diestimasi berdasarkan bukti-

bukti geologi dan pengambilan conto yang terbatas.

2. Sumberdaya Mineral Tertunjuk (Inferred) merupakan bagian dari Sumberdaya

Mineral dimana kuantitas, kadar atau kualitas, kerapatan, bentuk, dan

karakteristik fisiknya dapat diestimasi dengan tingkat keyakinan yang cukup

untuk memungkinkan penerapan Faktor-faktor Pengubah secara memadai

untuk mendukung perencanaan tambang dan evaluasi kelayakan ekonomi

cebakantersebut.

3. Sumberdaya Mineral Terukur (Measured) merupakan bagian dari Sumberdaya

Mineral dimana kuantitas, kadar atau kualitas, kerapatan, bentuk, karakteristik

fisiknya dapat diestimasi dengan tingkat keyakinan yang memadai untuk

memungkinkan penerapan Faktor-faktor Pengubah untuk mendukung

perencanaan tambang detail dan evaluasi akhir dari kelayakan ekonomi

cebakan tersebut.

18

Sumberdaya diklasifikasikan berdasarkan parameter True Distance to Sample.

True Distance to Sample adalah jarak sebenarnya antara titik/ blok yang diestimasi

terhadap sampel data, True Distance to Sample digunakan sebagai parameter dalam

menentukan klasifikasi dengan menentukan populasi data semua blok model

sumberdaya hasil estimas.

Cadangan mineral adalah bagian dari sumberdaya mineral terukur dan/atau

tertunjuk yang dapat ditambang secara ekonomis. Cadangan mineral termasuk

material dilusi dan mempertimbangkan mineral atau bijih hilang, yang mungkin

terjadi ketika material tersebut ditambang atau diekstraksi, dan ditentukan

berdasarkan studi-studi yang berada pada tingkat pra-kelayakan atau kelayakan

termasuk penerapan faktor pengubah (KCMI, 2017).

Faktor pengubah adalah pertimbangan yang digunakan untuk mengkonversi

sumberdaya mineral ke cadangan mineral. Ini termasuk, dan tidak terbatas pada,

faktor-faktor penambangan, pengolahan, metalurgi, ekonomi, pemasaran, hukum,

lingkungan, infrastruktur, sosial, dan pemerintahan (KCMI, 2017).

Model sumberdaya tertunjuk dan terukur dapat di tingkatkan menjadi

cadangan terkira dan terbukti apabila memenuhi kriteria layak (Waterman, 2018).

Gambar 3. 2

Klasifikasi Sumberdaya Dan Cadangan (KCMI, 2017)

19

Optimasi Bukaan Tambang

Tujuan yang ingin dicapai dalam perancangan tambang adalah menentukan

batas-batas penambangan pada suatu cebakan bijih yang akan memaksimalkan nilai

bersih total dari cebakan bijih tersebut sebelum memasukkan faktor nilai waktu dari

uang (Waterman, 2018).

Konsep Dasar Optimasi

Solusi optimal diperoleh dengan mengikuti prinsip optimalita dinamik dari

Bellmen yang intinya, yang telah dilakukan pada masa lalu, keputusan-keputusan

mendatang harus optimal relatif terhadap situasi saat ini, solusi optimal ini

merupakan suatu kumpulan keputusan yang berurutan (Waterman, 2018).

Tujuan dari proses optimasi pit adalah untuk menentukan lubang bukaan

yang optimal memberikan nilai net value tertinggi, dengan mempertimbangkan

semua kendala penjadwalan operasional (produktivitas pertambangan dan

pengolahan), suku bunga, biaya tetap dan dan modal (Esmaili, et al., 2021).

Tingkat keakuratan hasil optimasi juga ditentukan oleh umur penambangan

pada pit shell, hasil analisis nilai suatu pit shell dapat dianggap optimal hanya untuk

deposit dengan umur pertambangan yang pendek (sekitar 3 tahun). Jika umur

penambangan suatu pit shell lebih panjang, maka perlu dilakukan analisis dengan

nested pit shell untuk menentukan pit shell yang optimal (Esmaili, et al., 2021).

Untuk menentukan pit shell optimal yang dipengaruhi oleh faktor pegurangan

nilai karena waktu (discounted). Analisis lanjutan pada nested pit shell perlu

dilakukan, nested pit shell adalah pit shell yang dihasilkan menggunakan data input

yang identik, satu-satunya parameter yang membedakan adalah harga

komonditasnya, tiap pit shell akan menunjukan nilai optimal pada satu harga

komonditas, untuk mendapatkan harga komonditas yang berbeda-beda maka

ditentukan faktor kelipatan yang dimasukan dalam parameter Revenue Adjusment

Factor (RAF), dengan RAF = 1 sebagai harga awal (Esmaili, et al., 2021).

Revenue Adjusment Factor (RAF) adalah faktor kelipatan terhadap harga

normal. Harga ini digunakan untuk menghasilkan serangkaian nested pit shell yang

mana setiap pit shell mewakili lubang utama untuk varian harga tertentu.

20

Algoritma Lerch-Grossman

Pada tahun 1965, Lerchs dan Grossmann menerbitkan sebuah jurnal berjudul

Optimum design of open-pit mines. Dalam jurnal tersebut di jelaskan dua metode

numerik dalam konsep optimasi yaitu: Algoritma pemrograman dinamis untuk

lubang dua dimensi (satu bagian vertikal dari bukaan tambang) dan Algoritma

grafik untuk lubang bukaan tambang tiga dimensi (Hustrulid, et al., 2013).

Optimasi bukaan tambang menggunakan algoritma Lerch-Grossman yang

merupakan teknik optimasi standar industri yang digunakan dalam kegiatan

penambangan dan eksplorasi. Hal ini didasarkan pada teori grafik dan merupakan

satu-satunya metode yang dapat menjamin pendeteksian bukaan tambang yang

optimal (Esmaili, et al., 2021).

Gambar 3. 3

Geometri Orebody pada algoritma Lerch-Grossman 2-D (Hustrulid, et al., 2013)

Pada algoritma Lerch-Grossman terlebih dahulu dilakukan pemodelan

orebody untuk menentukan nilai tiap blok, dimensi blok juga perlu ditentukan

untuk memenghasilkan sudut dari pola pengambilan dan perhitungan nilai blok,

menurut Hustrulit (2013), sudut tersebut dapat dihitung dengan persamaan:

Tanθ =𝐻

𝐵………………………………………………………………………(2.1)

H= tinggi blok

B = lebar blok

Algoritma Lerch-Grossman secara sederhana memiliki urutan penyelesaian

yang dituliskan dalam persamaan sebagai berikut :

a. Mementukan nilai tiap-tiap blok

b. Menghitung nilai kumulatif secara vertikal sesuai algoritma:

𝑀𝑖𝑗 = ∑ 𝑚𝑘𝑗𝑖𝑘=1 ; M36 = ∑ 𝑚𝑘63

𝑘=1 = m16 + m26 + m36…..(2.2)

21

c. Melakukan perhitungan nilai bersih berdasarkan algoritma berikut ;

𝑃𝑖𝑗 = {0, 𝑖 = 0𝑀𝑖𝑗 + max

𝑘=−1,0,1𝑃(𝑖 + 𝑘, 𝑗 − 1) 𝑖 ≠ 0………………….….....(2.3)

d. Menentukan batas pit berdasarkan nilai bersih maksimum.

Ilustrassi persamaan secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 3.4.

a)

b)

c)

d)

Gambar 3. 4

Algoritma Lerch-Grossman 2-D (Hustrulid, et al., 2013)

22

Algoritma Lerch-Grossman akan menunjukkan blok mana yang perlu

ditambang terlebih dahulu sebelum blok tertentu dapat ditambang dan diproses,

atau dibuang sebagai waste (Hustrulid, et al., 2013).

Pit optimasi membutuhkan parameter biaya/nilai bersih (NV) yang harus

ditentukan untuk setiap blok. Blok waste biasanya bernilai negatif yang berarti

kerugian dalam penambangan. Nilai ini berasal dari biaya penambangan dan

pengankutan. Sedangkan blok ore bernilai positif merupakan nilai pendapatan dari

penjualan mineral dikurangi biaya yang terkait dengan pertambangan dan

pengolahan di blok tersebut (Esmaili, et al., 2021).

Pada proses optimasi blok ore akan bernilai negatif apabila biaya total yang

dibutuhkan untuk menambang blok lebih besar dari pada nilai jual blok dan secara

umum pada proses optimasi blok bernilai negatif akan diperlakukaan sebagai blok

waste (Esmaili, et al., 2021).

Algoritma Lerch-Grossman dapat diterapkan pada arah tiga dimensi. Untuk

satu set blok ortogonal ada dua geometri dasar digunakan sebagai pendekatan pada

lubang bukaan yaitu pola 1-5 dan pola 1-9. Pada pola 1-5, algoritma akan

menghapus 5 blok untuk mendapatkan akses ke satu blok di bawahnya. Pada pola

1-9, 9 blok harus dihapus untuk mendapatkan akses ke satu blok pada tingkat yang

lebih rendah (Gambar 3.5).

Gambar 3. 5

Ilustrassi pola 1-5 dan 1-9 (Hustrulid, et al., 2013)

23

Floating Cone Method (Metode Kerucut Mengambang)

Tujuan dari metode Floating Cone adalah menentukan batas akhir (ultimate pit

limit) suatu tambang terbuka dengan menggunakan analisis ekonomi pulang pokok

(break even economic analysis). Sasaran yang ingin dipakai dalam menentukan

batas akhir penambangan mengharuskan batas akhir tersebut dihitung mengunakan

dasar ekonomi pulang pokok. Keuntungan dari menambang tahapan bijih terakhir

harus tepat membayar biaya pengupasan lapisan penutupnya (Waterman, 2018).

Analisis kerucut mengambang dilakukan terhadap blok model yang

sebelumnya telah diketahui nilai bersihnya. Konsep metode kerucut mengambang

adalah melakukan simulasi dengan membentuk pit uji coba secara tiga dimensi

yang berbentuk seperti kerucut/ frustum terbalik. Kerucut memiliki kemiringan

dinding tertentu, menyesuaikan dengan kemiringan lereng tambang yang telah

ditentukan. Jari-jari penambangan minimum/pit bottom di dasar kerucut juga diatur

agar sesuai dengan area minimum beroperasinya peralatan (Hustrulid, et al., 2013).

Tahap pencarian pit limit dimulai dengan pembentukan kerucut pada setiap

blok model yang memiliki nilai bersih positif. Dasar kerucut akan berada pada pusat

blok model tersebut. Analisis ekonomi kemudian dilakukan dengan menjumlahkan

nilai bersih keseluruhan blok yang berada di dalam kerucut. Apabila bernilai positif

(atau nol) maka keseluruhan blok tersebut akan dikeluarkan dari model dan tidak

lagi diperhitungkan dalam analisis selanjutnya.

Kerucut ini secara sistemasis digerakkan pada sumbu horizontal dan vertikal

dalam blok model hingga keseluruhan kerucut dengan nilai bersih positif habis

ditambang. Kerucut-kerucut dengan nilai bersih positif kemudian dijadikan

satu/overlapping satu sama lain sehingga terbentuk sebuah geometri pit. Batas

terluar dari gabungan kerucut ini merupakan batas akhir penambangan atau pit limit

(Hustrulid, et al., 2013).

Tahapan Optimasi

Menurut Esmaili (2021), optimasi pit melibatkan langkah-langkah berikut:

1. Tentukan parameter input teknis.

2. Tentukan parameter input finansial

3. Proses running optimasi

24

4. Proses akan menghasilkan satu set pit shell

5. Menganalisis pit shell

6. Pilih pit shell yang optimal,

7. Pit shell optimal sebagai pertimbangan dalam menentukan batas penambangan.

Pada tahap awal perlu dilakukan persiapan model blok yang akan digunakan

sebagai data input optimasi, persiapan dapat mencakup langkah sebagai berikut:

1. Mengatur ukuran blok model dengan menambah/mengurangi ketinggian blok,

dengan mempertimbangkan batas-batas lithologi yang ada.

2. Mengatur dan membuat atribut bijih pada blok model.

3. Menetapkan model blok non bijih dan menggabungkannya dengan model blok

bijih yang ada.

4. Membuat bidang batas model blok baru dan menetapkan kode tertentu pada blok

model (contoh: batas topografi, batas muka air tanah) atau membuat fungsi

perhitungan dari parameter yang ada di dalam blok.

Setelah parameter input ditentukan maka model blok siap digunakan, kita

dapat menjalankan proses optimasi untuk mendapatkan batas akhir penambangan

(Esmaili, et al., 2021).

Terdapat tiga metode yang digunakan untuk menentukan urutan

penambangan pada suatu pit shell, yaitu metode Terbaik, metode Terburuk dan

metode Lag Konstan,

a) Metode terbaik mengasumsikan bahwa pit shell akan ditambang secara

berurutan dari pit shell dengan nilai RAF terkecil sampai terbesar.

b) Metode terburuk mengasumsikan bahwa setiap pit shell akan ditambang

sepenuhnya dari atas ke bawah tanpa mempertimbangkan pit shell lainnya

(Esmaili, et al., 2021). Pada kenyataan di lapangan kedua metode tersebut tidak

dapat di aplikasikan secara terpisah, oleh karena itu terdapat metode ketiga yang

merupakan kombinai dari 2 metode sebelumnya, yaitu metode Lag konstan,

c) Metode Lag konstan ini mengasumsikan bahwa pushback akan ditambang

dalam urutan sesuai sekenario metode terbaik, tetapi juga mempertimbangkan

jumlah bench yang perlu ditambang di setiap pit shell (Esmaili, et al., 2021).

Nilai lag merupakan jumlah bench yang di perbolehkan untuk dilakukan

penambangan secara bersamaan, nilai 0 berarti bench yang berada di atas harus

25

ditambang seluruhnya sebelum dapat mealnjutkan penambangan ke bench

berikunya, skenario ini sama dengan metode terburuk, semakin banyak lag akan

mendekati skenario pada metode terbaik (Esmaili, et al., 2021).

Satu set nested pit shell berisi informasi tentang nilai RAF dan lama waktu

penambangan setiap pit shelI, tonase material pengotor dan tonase bijih yang di

peroleh, nilai pemulihan, pendapatan, biaya, nilai keuntungan, dan NPV sebagai

hasil dari proses optimasi pit.

Gambar 3. 6

Metode Urutan Penambangan (Esmaili, et al., 2021)

Parameter Input Optimasi

1. Parameter input pembuatan pit shell

Untuk mendapatkan lubang bukaan (pit shell) optimal diperlukan parameter

inputan sebagai berikut :

a. Model sumberdaya

Sumberdaya mineral bukanlah inventarisasi dari semua area mineralisasi

yang dibor atau diambil sampelnya, terlepas dari nilai cut-off, dimensi

penambangan, lokasi atau kontinuitas. melainkan inventarisasi mineralisasi

yang realistis berdasarkan kondisi teknis dan ekonomi yang diasumsikan dan

26

dapat dibenarkan, mungkin, secara keseluruhan atau sebagian yang memiliki

ekonomis untuk ditambang (Hustrulid, et al., 2013).

Model input sumberdaya berupa model blok. Blok bisa dalam bentuk model

mineralisasi ore dengan persebaran kadar elemenya dan tidak mengandung blok

waste, atau bisa dalam bentuk model blok penuh. Blok model minimal memuat

informasi koordinat easting, northing dan elevasi dari blok. Ukuran blok di arah

sumbu X, sumbu Y, ketinggian blok, nilai setiap elemen dan kelas sumberdaya

atau material (Esmaili, et al., 2021).

b. Sudut Kemiringan

Pada Algoritma optimasi kisi (geometri blok) dipilih berdasarkan sudut

kemiringan. Kemiringan terbentuk karena pergerakan satu blok vertikal dan

satu blok horizontal pada tingkat berikutnya (Hustrulid, et al., 2013).

Sudut kemiringan geoteknik merupakan batasan integral dari optimasi.

Algoritma Lerch-Grossman menggunakan sudut kemiringan untuk menentukan

prioritas blok yang diperlukan untuk membangun dinding lubang yang stabil.

Parameter lereng dapat digunakan untuk menentukan konfigurasi kemiringan

yang berbeda untuk berbagai wilayah tambang (Esmaili, et al., 2021).

Sudut kemiringan akan membatasi algoritma dalam menentukan area

optimasi pada setiap wilayah, sehingga membentuk kemiringan lereng yang

ditentukan.

c. Biaya Penambangan Ore dan Waste

Biaya penambangan dinyatakan dalam satuan per ton dan digunakan untuk

menentukan biaya total penambangan yang memiliki nilai negatif terhadap

cashflow, sebagai dasar perhitungan net value. Net value ditentukan dengan cara

mengurangi pendapatan dengan biaya penambangan dan pemrosesan. Biaya

penambangan hanya dihitung untuk tiap blok dan tidak termasuk biaya

pengupasan (Hustrulid, et al., 2013).

Biaya penambangan bijih adalah biaya yang terkait dengan penambangan

blok sebagai bijih. Ini termasuk biaya peledakan bijih, pertambangan dan

pengangkutan bijih. Biaya dapat diatur untuk memperhitungkan kedalaman

penambangan dan jarak blok dari pabrik (Esmaili, et al., 2021).

27

d. Densitas Material

Data densitas dapat digunakan untuk menetapkan tingkat kontinuitas

geologi dan indikasi endapan mineral pada data hasil komposit yang diterapkan

(Hustrulid, et al., 2013). Data densitas juga digunakan sebagai parameter dalam

menentukan tonase elemen maupun blok.

e. Mining Cost Adjusment Factor (MCAF)

Menurut (Esmaili, et al., 2021), MCAF adalah faktor penyesuaian biaya

pertambangan yang dimasukkan sebagai faktor relatif terhadap blok standar

yang memiliki nilai default 1 (satu). Nilai MCAF dapat dituliskan dengan

rumus :

MCAF= [𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑙𝑜𝑘

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑙𝑜𝑘 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 ]………………………...……….(3.4)

Pada blok standar nilai MCAF= 1 yang berarti harga pokok penambangan

blok sama dengan harga pokok penambangan blok standar namun biaya

penambangan bisa berbeda, misalnya, tergantung pada kedalaman blok atau

jenis batuan (Esmaili, et al., 2021). Nilai MCAF dapat digunakan untuk

mempertimbangkan hal ini.

Biaya penambangan blok in-situ. Biaya ini dapat dimasukkan sebagai nilai

biaya langsung, biaya variabel berdasarkan fungsi, atau sebagai biaya yang

dapat berubah berdasarkan bidang penyesuaian biaya (MCAF) dalam model

(Esmaili, et al., 2021).

f. Procesing Cost Adjusment Factor (PCAF)

PCAF adalah faktor penyesuaian biaya pemrosesan yang dimasukkan

sebagai faktor relatif terhadap blok standar yang memiliki nilai 1, Biaya

pemrosesan blok. Biaya ini dapat dimasukkan sebagai nilai biaya langsung,

biaya variabel berdasarkan fungsi, atau sebagai biaya yang dapat berubah

berdasarkan penyesuaian biaya (PCAF) dalam model (Esmaili, et al., 2021).

g. Jenis dan Nilai Elemen

Elemen merupakan mineral yang memiliki nilai ekonomis, digunakan

untuk menentukan pendapatan total yang bernilai positif terhadap cash flow.

Harga elemen digunakan untuk menghitung NPV pit shell yang berbeda

berdasarkan Revenue Adjusment Factor (RAF). Royalti harus diterapkan pada

28

nomor ini (Harga – Royalti). Biaya penjualan tidak dapat berubah berdasarkan

Revenue Adjusment Factor (RAF), oleh karena itu, tidak benar untuk

menerapkan Royalti (kecuali jika itu adalah angka tetap) untuk biaya penjualan

(Esmaili, et al., 2021).

h. Revenue Adjusment Factor (RAF)

RAF adalah faktor kelipatan terhadap harga normal. Harga ini digunakan

untuk menghasilkan serangkaian nested pit shell yang mana setiap pit shell

mewakili lubang utama untuk varian harga tertentu.

Proses optimasi memungkinkan pengguna untuk melakukan analisis

sensitivitas berdasarkan harga komoditas. Hal ini dilakukan dengan mengambil

harga komoditas dasar dan mengalikannya dengan Revenue Adjusment Factor

(RAF) untuk menghitung harga varian (Esmaili, et al., 2021).

Analisis nested pit shell memungkinkan pit shell optimal untuk dipilih,

berdasarkan tingkat pengurangan nilai di masa depan dan arus kas keuangan

yang akan ditentukan, dengan mempertimbangkan suku bunga dan parameter

lainnya seperti biaya tetap serta modal awal (Esmaili, et al., 2021).

i. Metode Pemrosesan

Metode pemrosesan adalah parameter input optimasi yang menentukan

perolehan material setelah diproses dan biaya perosesan serta nilai akhir dari

material setelah diproses.

j. Cut off grade

Cut off grade berisi informasi kadar minimum atau maksimum untuk setiap

elemen yang dapat diproses (Esmaili, et al., 2021). Penentuan nilai Cut off

grade akan membatasi kuantitas elemen yang akan eksploitasi atau diproses

pada nilai kadar tertentu.

2. Parameter input analisis pit shell

Untuk menganalisis pit shell diperlukan parameter sebagai berikut:

a. Biaya modal awal, modal tetap dan tingkat diskonto per periode

b. Tingkat produksi penambangan

c. Tingkat produksi pemrosesan

d. Harga jual dan ongkos penjualan

29

Tabel 3. 1

Parameter Input Optimasi (Esmaili, et al., 2021)

TYPE PARAMETERS EXPLANATION

Umum

Metode Penambangan Salah satu metode tambang

terbuka

Tipe Ore yang akan di proses Mendefinisikan ore

Metode Pemrosesan Metode pemrosesan ore

Elemen yang diEkstraksi Elemen yang di ekstrak

Sumberdaya Model Sumberdaya

Penambangan

Biaya penambangan

- Ore

- Waste

Rp/ton

Rp/ton

Mining Recovery %

Mining Dilution %

Pemrosesan

Biaya Pemrosesan Rp/Ton Ore

Biaya Administrassi Tambanan Rp/Ton Ore

Processing Recovery %

Minimal Processing Grade % total

Harga

Harga Elemen (Ore) Rp/Ton

Biaya Penjualan Rp/Ton

Lain-lain

Overall Slope Angle Waste Dump 0

Bench Height Waste Dump M

Height Waste Dump M

Single Slope Waste Dump 0

Parameter

Analisis Pit

shell

Initial Capital Cost Rp

Expanses Rp

Discount Rate Per Period %

Parameter

Desain

Kemajuan

Tambang

Single Bench Height M

Single Slope Angle 0

Overall Slope Angle 0

Bench Height (Overall) M

30

Pemilihan Bukaan Tambang Optimal

Cangkang pit (pit shell) optimal adalah yang memiliki nilai kumulatif

maksimum (Hustrulid, et al., 2013). Lebih lanjut nilai kumulatif yang dimaksud

merupakan selisih antara pendapatan bersih dan total biaya operasi, tanpa

mempertimbangkan kendala penjadwalan dan suku bunga (Waterman, 2018).

Tidak ada aturan atau formula yang baku untuk memilih pit shell yang

optimal rule of thumb yang biasa dipakai adalah rata-rata antara kurva net present

value (NPV), Net present value adalah nilai yang dapat digunakan untuk

menghitung profitabilitas proyek pertambangan dalam jangka panjang. NPV

didefinisikan sebagai selisih antara nilai sekarang dari pendapatan masa depan dan

nilai sekarang dari biaya masa depan. Jika nilai NPV adalah nol atau negatif maka

biaya yang dikeluarkan sama dengan atau lebih besar dari pengembalian yang

diharapkan, dan proyek penambangan berarti tidak menguntungkan. Jika hasil dari

NPV perhitungan lebih besar dari nol, maka proyek pertambangan layak

dipertimbangkan (Esmaili, et al., 2021). Nilai NPV dihitung dalam rumus

𝑁𝑃𝑉 = ∑ 𝑃𝑉𝑖𝑛𝑖=1 − 𝐶𝐶…………………………………………..……(3.5)

𝑃𝑉 =𝐹𝑊

(1+𝑖)𝑛……………………………………………………………(3.6)

PV= Present Value

CC= Capital Cost

FW= Future Worth

i = Suku Bunga acuan

Pada kasus terbaik dan terburuk kemungkinan besar akan menjadi kurva

acuan dalam menentukan waste optimal tentu pada nilai yang paling tinggi, pada

pemilihan pit shell optimal penting untuk menghindari pit shell yang menunjukkan

perubahan mendadak pada perolehan tonase ore/ waste dibandingkan dengan pit

shell sebelumnya. Pit shell yang optimal harus sestabil mungkin terhadap sedikit

penurunan harga komoditas, atau peningkatan biaya operasi (Esmaili, et al., 2021).

Tambang Terbuka

Tambang terbuka merupakan metode penambangan dimana seluruh aktivitas

penambangan dilakukan di atas atau relatif dakat dengan permukaan bumi, dan

tempat kerjanya berhubungan langsung dengan udara luar (Partanto, 1984). Pada

31

tahap pemilihan system penambangan menurut (Hartman, 2007), dipengaruhi oleh

berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan sistem

penambangan yaitu karakteristik endapan bahan galian, kondisi geologi dan

hidrogeologi, sifat-sifat geoteknik, pertimbangan ekonomi, faktor teknologi, serta

faktor dan kondisi lingkungan sekitar. Menurut Bohnit dalam (Darling, 2011),

klasifikasi metode penambangan dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3. 2

Metode Tambang Terbuka (Bohnit, 2011)

Method Subclass Method

Mechanical

excavation

Open-pit (Open-cut or Open-cast) mining

Terrace mining

Strip (flat terrain) mining

Contour strip (hily terrain) mining

Auger mining

Glory mining

Quarrying

Aqueous

Placer

Panning

Sluicing

Dredging

Hydraulic mining

Solution Heap Leaching

Insitu Leaching

Metode Quarry (Kuari)

Quarry merupakan metode tambang terbuka yang digunakan untuk

menambang komonditas non logam dan batuan misalnya komonditas gamping,

marmer, andesit, dan feldspar. Metode penambangan kuari dapat menghasilkan

mineral/ hasil tambang berbentuk pecah (loose/ broken material) ataupun dalam

bentuk bongkah-bongkah yang teratur (dimentional stone). Berdasarkan letak

endapan yang digali atau arah penambangan secara garis besar metode kuari dapat

dibagi menjadi 2 golongan, yaitu Side hill type dan Pit type quarry.

32

1. Side hill type

Side hill type adalah system penambangan terbuka yang diterapkan untuk

manambang batuan atau endapan mineral industry yang letaknya berada di lereng

bukit atau endapanya berbentuk bukit, berdasarkan jalan masuk ke medan kerja

(front) penambangan maka side hill type dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

a. Jalan masuk berbentuk spiral

Cara ini diterapkan apabila seluruh lereng bukit akan digali dan ditambang

penggalian dilakukan mulai dari bagian atas kearah bawah.

b. Jalan masuk langsung

Cara ini digunakan apabila hanya sebagian lereng saja yang dilakukan proses

penambangan, medan kerja dibuat menelusuri lereng yang akan dilakukan proses

penambangan dan jalan masuknya dibuat dari salah satu sisinya atau dari depan.

2. Pit type quarry

Quary tipe pit merupakan metode tambang terbuka yang digunakan untuk

menambang komonditas batuan atau komonditas industry yang letaknya relatif

mendatar, pada medan kerjanya dilakukan pengalian ke arah bawah sehingga

membentuk cekungan (pit) (Partanto, 1984).

Rancangan Penambangan

Istilah perancangan tambang biasanya dimaksudkan sebagai bagian dari

proses perencanaan tambang yang berkaitan dengan masalah-masalah geometrik

meliputi perancangan batas akhir penambangan, tahapan penambangan, urutan

penambangan tahunan atau bulanan, penjadwalan produksi dan rancangan waste

dump (Waterman, 2018).

Aspek utama yang memengaruhi rancangan tambang terbuka antara lain

faktor geologi, kadar dan lokasi mineralisasi, sebaran deposit, topografi, batas

permukaan, tingkat produksi, tinggi lereng, kemiringan lereng, grade jalan, biaya

penambangan, biaya pemrosesan, recovery penambangan, pertimbangan

pemasaran, nisbah kupas, dan cut off grade. Masing-masing aspek tersebut harus

dipahami dengan seksama karena dapat memengaruhi dimensi dan geometri bukaan

tambang (Armstrong, 2009).

33

Geometri Jenjang

Geometri jenjang (lihat Gambar 3.7) memiliki tinggi jenjang (H) yang

merupakan beda tinggi antara jenjang bagian atas dan jenjang bagian bawah.

Bagian-bagian jenjang yaitu lebar jenjang (bench width), sudut lereng, crest, toe,

dan bank width. Aspek Geoteknik sangat penting sebagai acuan dalam penentuan

geometri jenjang (Hustrulid, et al., 2013).

Gambar 3. 7

Geometri Jenjang Penambangan (Hustrulid, et al., 2013)

Working bench adalah jenjang yang terdapat aktivitas penambangan. Lebar

jenjang yang dibongkar dari working bench disebut juga cut. Lebar dari working

bench (WB) didefinisikan sebagai jarak antara crest dari lantai jenjang ke posisi toe

baru setelah cut diambil (Hustrulid, 1995) (Lihat Gambar 3.8).

Gambar 3. 8

Working bench (Hustrulid, et al., 2013)

34

Overall slope angle merupakan sudut kemiringan yang terbentuk dari

keseluruhan jenjang yang dibuat pada front penambangan. Kemiringan ini diukur

dari crest paling atas sampai dengan toe paling akhir dari front penambangan

(Waterman S.B., 2018) (Lihat Gambar 3.9).

Gambar 3. 9

Overall slope (Hustrulid, et al., 2013)

Dimensi Front Penambangan

Berdasarkan spesifikasi alat muat dan alat angkut yang akan digunakan

maka dapat diperhitungkan dimensi front penambangan yang ideal untuk menjamin

efektifitas kerja. Berikut ini merupakan perhitungan dimensi minimum front

penambangan menurut (Hustrulid, et al., 2013).

1. Lebar minimum front penambangan dihitung dengan rumus:

Wmin = 2 x (0,5 x Rs) + A + Mt ................................................................ (3.7)

2. Panjang minimum front penambangan dapat dihitung dengan rumus:

Lmin = Rs + 2A ........................................................................................ (3.8)

Keterangan:

Wmin = Lebar minimum front penambangan

Rs = Swing radius alat gali muat

A = Jarak tambahan, 1 meter

Mt = Lebar alat angkut saat membentuk sudut 45º

Tahapan Penambangan

Tahapan penambangan merupakan bentuk-bentuk penambangan yang

menunjukan bagaimana suatu pit akan ditambang dari kondisi awal sebelum

35

penambangan hingga bentuk akhir pit. Pentahapan penambangan disebut juga

dengan push back. Tujuan umum dari pentahapan penambangan adalah untuk

menyerderhanakan seluruh volume yang ada dalam pit ke dalam unit-unit

perancangan yang lebih kecil sehingga memudahkan dalam penanganan

(Waterman, 2018).

Tahapan-tahapan penambangan yang dirancang secara baik akan

memberikan akses ke semua daerah kerja dan menyediakan ruang kerja yang cukup

untuk operasi peralatan kerja tambang. Kegiatan pentahapan penambangan (Push

back) memuat rancangan dari awal pembuatan jenjang hingga penambangan

berakhir (lihat Gambar 3.10).

Gambar 3. 10

Rancangan Pushback Penambangan (Hustrulid, et al., 2013)

Rancangan Jalan Angkut Tambang

Setiap operasi penambangan memerlukan jalan tambang sebagai sarana untuk

menghubungkan antara front penambangan dengan stockpile dan tempat-tempat

lain di wilayah penambangan.

Fungsi utama jalan angkut adalah untuk menunjang kelancaran operasi

penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan. Geometri jalan angkut yang

harus diperhatikan adalah lebar jalan angkut, jari-jari tikungan dan super-elevasi,

36

kemiringan jalan, dan cross slope. Geometri jalan harus sesuai dengan dimensi alat

angkut yang digunakan agar alat angkut tersebut dapat bergerak leluasa pada

kecepatan normal dan aman.

Lebar Jalan Angkut

Lebar jalan angkut harus dipertimbangkan dalam merancang suatu jalan

angkut. Dimensi alat angkut, dan jumlah jalur adalah beberapa faktor yang harus

diperhatikan. Lebar jalan angkut dibagi dua yaitu :

a. Lebar pada jalan lurus.

lebar jalan minimum pada jalan lurus, menurut AASHTO (American

Association of State Highway and Transportation Officials) 1973, harus ditambah

dengan setengah lebar alat angkut pada bagian tepi kiri dan kanan jalan (lihat

Gambar 3.9).

Perhitungan lebar jalan angkut didasarkan pada alat angkut yang memiliki

dimensi paling lebar. Lebar jalan angkut dapat ditentukan dengan rumus:

Lmin= (1,5.L +0,5). X………………………………………………………… (3.9)

Keterangan :

Lmin = Lebar jalan angkut minimum (m).

L = Jumlah jalur.

X = Lebar alat angkut total (m).

Ilustrassi lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3.11.

Gambar 3. 11

Lebar Jalan Angkut Minimum Dua Jalur pada Jalan Lurus (Hustrulid, et al., 2013)

b. Lebar Pada Jalan Tikungan

Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar dari pada jalan lurus

(lihat Gambar 3.12). Untuk jalur ganda, lebar minimum pada tikungan dihitung

37

berdasarkan pada:

1. Lebar jejak ban alat angkut.

2. Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan belakang

pada saat membelok.

3. Jarak antara alat angkut pada saat bersimpangan.

4. Jarak (space) alat angkut dengan tepi jalan.

Lebar jalan angkut pada tikungan dapat dihitung menggunakan rumus :

W = n (U + Fa + Fb + Z) + C………………………………………….….(3.10)

C = Z = ½ (U + Fa + Fb)………………………………………….…(3.11)

Keterangan :

W = Lebar jalan angkut pada tikungan (m)

N = Jumlah jalur

U = Jarak jejak roda alat angkut (m)

Fa= Lebar juntai depan (m)

Fb= Lebar juntai belakang (m)

C = Jarak antara dua alat angkut yang bersimpangan (m)

Z = Jarak sisi luar alat angkut ke tepi jalan (m)

Ilustrassi lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3.12.

Gambar 3. 12

Lebar Jalan Pada Tikungan (Kaufman, et al., 1977).

Kemiringan Jalan Angkut (Grade)

Jalan angkut tambang adalah jalan yang menghubungkan antara tempat yang

memiliki elevasi yang berbeda. Perbedaan elevasi menyebabkan jalan angkut

38

tambang memiliki kemiringan jalan (grade) (lihat Gambar 3.13). kemiringan

(grade) dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Grade (%) = ( ∆ℎ/∆𝑥 )x 100%............……………………………………….(3.12)

Grade (α)o = Arc Tg (∆ℎ/∆𝑥) …………………………………..…………….(3.13)

Keterangan :

Δh = Beda tinggi antara dua titik yang diukur (m).

Δx = Jarak antara dua titik yang diukur (m).

Ilustrassi lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3.13.

Gambar 3. 13

Kemiringan Jalan Angkut Pada Tanjakan (Waterman, 2018)

Kemiringan jalan maksumum yang dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut

truck berkisar antara 10%-15% atau sekitar 6o -8,5o. Menurut Keputusan Menteri

Pertambangan dan Energi Nomor: 1827 K/30/MEM/2018 pada lampiran (XIX)

tentang jalan pertambangan pada poin (VII), kemiringan (grade) jalan tambang

dibuat tidak boleh lebih dari 12% (dua belas persen).

Radius Tikungan

Radius tikungan harus dipertimbangkan saat menentukan tata letak jalan

angkut. Jika radius tikungan yang memadai tidak dipertimbangkan, waktu tempuh

dan biaya dapat meningkat karena penurunan stabilitas operasional alat angkut.

Apabila radius tikungan yang cukup diperoleh, kecepatan truk yang stabil dapat

dipertahankan dan keausan roda truk dapat dikurangi, sehingga memungkinkan

operasi pengangkutan yang efisien. Radius tikungan harus dirancang sedemikian

39

rupa sehingga gaya sentrifugal dan gesekan pada truk selama melintasi jalan dapat

seimbang (Baek, et al., 2017).

Penentuan radius tikungan minimum pada jalan angkut dapat dipengaruhi

oleh berat alat angkut yang melalui jalan angkut tersebut. Semakin besar berat berat

alat angkut yang melintas maka semakin besar pula radius tikungan minimumnya.

Menurut Kaufman dan Ault (1977), radius tikungan minimum dapat ditentukan

menggunakan tabel (lihat Tabel 3.3).

Tabel 3. 3

Radius Tikungan Minimum untuk Satu Jalur Truk (Kaufman, et al., 1977)

Klasifikasi Berat

Kendaraan Berat Kendaraan (lbs)

Radius Tikungan Minimum

(ft)

1 < 100.000 5,7

2 100.000 - 200.000 7,3

3 200.000 - 400.000 9,9

4 > 400.000 11,8

Selain menggunakan cara di atas, penentuan radius tikungan minimum juga

dapat dilakukan menggunakan cara matematis. Jari-jari tikungan dipengaruhi oleh

dimensi alat angkut pada kondisi berbelok. Pada kondisi tersebut roda depan dan

belakang akan membentuk proyeksi sudut yang saling berpotongan. Titik

perpotongan akan menjadi pusat jari-jari tikungan. Radius tikungan minimum dapat

dilihat pada Gambar 3.14.

Gambar 3. 14

Geometri Lintasan Kendaraan pada Tikungan (Geyik, 1986)

40

Radius tikungan minimum dapat ditentukan dengan rumus berikut:

R = Wb

Sin α ........................................................................................................... (3.14)

Keterangan:

R = Jari-jari lintasan roda depan, m

Wb = Jarak sumbu roda depan dan belakang, m

Α = Sudut penyimpangan roda depan

Superelevasi

Superelevasi merupakan kemiringan jalan pada tikungan yang terbentuk oleh

batas antara tepi jalan terluar dengan tepi jalan terdalam karena perbedaan

kemiringan. Bagian tikungan jalan diberi superelevasi dengan cara meninggikan

jalan pada sisi luar tikungan. Tujuan dibuat superelevasi pada daerah tikungan jalan

angkut yaitu untuk menghindari atau mencegah kendaraan kergelincir keluar jalan

atau terguling. Apabila suatu kendaraan bergerak dengan kecepatan tetap pada

suatu lintasan datar atau miring yang berbentuk lengkung seperti lingkaran, maka

pada kendaraan tersebut bekerja gaya sentrifugal yang mendorong secara radial

keluar dari jalur jalannya (Kaufman, 1977).

Menurut Kaufman (1977), besarnya angka superelevasi untuk jari-jari

tikungan dengan berbagai variasi kecepatan alat angkut dapat bermacam-macam.

Penentuan superelevasi dapat dilakukan dengan menggunaan tabel (lihat Tabel

3.4). Pada tabel 3.4 terdapat angka superelevasi yang sama untuk kecepatan dan

jari-jari yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh nilai koefisien gesek yang berbeda

untuk kombinasi kecepatan dan jari-jari tikungan, atau dengan kata lain dapat

dikatakan bahwa untuk melintasi tikungan dengan jari-jari tikungan dan kecepatan

yang berbeda, maka gaya sentrifugal yang dialami oleh alat angkut akan berbeda.

Tabel 3. 4

Angka superelevasi yang direkomendasikan (feet/feet) (Kaufman, 1977)

Jari-jari

Tikungan (feet)

Kecepatan (mph)

10 15 20 25 30 >35

50 0,04 0,04

100 0,04 0,04 0,04

150 0,04 0,04 0,04 0,05

250 0,04 0,04 0,04 0,04 0,05

300 0,04 0,04 0,04 0,04 0,05 0,06

600 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,05

1000 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04

41

Kemiringan Melintang Jalan Angkut (Cross Slope)

Cross slope adalah sudut yang dibentuk oleh dua sisi permukaan jalan

terhadap bidang horizontal. Cross slope berfungsi untuk mengatasi tergenangnya

air pada badan jalan, sehingga badan jalan dibuat miring lebih rendah ke arah luar

agar air mengalir ke saluran air.

Nilai kemiringan badan jalan (lihat Gambar 3.15) atau yang disebut cross

slope tersebut adalah ¼ sampai ½ inch tiap feet dari lebar badan jalan. Nilai cross

slope untuk jalan tambang adalah ¼ dari lebar badan jalan (Hustrulid, 1995).

Gambar 3. 15

Cross slope (Hustrulid, 1995) Rancangan Area Disposal

Perancangan area disposal meliputi penentuan area disposal tambang, volume

atau tonase, perancangan bentuk timbunannya, dan waktu pelaksanaannya agar

memenuhi tujuan stabilitas dan lingkungan dengan cara yang paling ekonomis.

Meskipun secara teknis beberapa material hanya ditempatkan sementara pada area

timbunan, tetapi masih perlu untuk merancang strukturnya agar memenuhi tujuan

stabilitas dan lingkungan (Zahl, 1992).

Parameter Rancangan Disposal

Proses penimbunan material tanah penutup harus mempertimbangkan

beberapa faktor yang memengaruhi, antara lain (Waterman, 2018).

1. Sudut lereng timbunan (angle of repose)

Ketika butiran material ditimbun di bidang horisontal, akan terbentuk

tumpukan berbentuk kerucut. Sudut ini dipengaruhi tinggi timbunan,

ketidakteraturan bongkah batuan, dan kecepatan dumping. Pengukuran ini dapat

dibuat pada sudut lereng yang ada di area timbunan.

42

2. Faktor pengembangan material (swell factor)

Faktor pengembangan material adalah perubahan volume material yang

digali atau dipindah dari tempat asalnya. Pada umumnya material akan mengalami

pengembangan volume setelah digali atau dipindah dari kondisi insitu. Hal ini

disebabkan adanya penambahan rongga udara di antara butiran material.

3. Tinggi lift

Tinggi lift umumnya hanya berlaku untuk timbunan yang dibangun ke atas.

Rancangan jarak setback dirancang sedemikian rupa sehingga sudut kemiringan

keseluruhan rata-rata (average overall slope angle) adalah 2H:1V (27°) sampai

2,5H:1V (22°) untuk memudahkan reklamasi.

4. Jarak dari pit limit

Jarak minimum merupakan ruangan yang cukup untuk suatu jalan angkut

antara pit limit dan kaki timbunan (dump toe). Kestabilan pit akibat adanya

timbunan harus diperhitungkan. Jarak yang sama atau lebih besar dari kedalaman

pit akan mengurangi resiko yang berhubungan dengan kestabilan lereng pit.

5. Tanjakan ke arah dump crest

Bohnit dan Kunze dalam Waterman (2018), merekomendasikan sedikit

tanjakan ke arah dump crest dengan pertimbangan penyaliran dan keamanan. Dump

truck harus menggunakan tenaga mesin untuk menuju crest dan bukan meluncur

bebas. Hal ini juga akan mengurangi resiko kendaraan yang diparkir meluncur jatuh

dari puncak timbunan (crest).

Pemilihan Lokasi Penimbunan

Menurut (Waterman, 2018), pemilihan lokasi penimbunan tergantung pada

beberapa factor yaitu :

1. Lokasi dan ukuran pit sebagai fungsi waktu

2. Topografi

3. Volume tanah penutup sebagai fungsi waktu

4. Batas konsesi pertambangan

5. Jalur penirisan yang ada

6. Persyaratan reklamasi

7. Kondisi pondasi

8. Peralatan penanganan material

43

Jenis Timbunan

Tata letak struktur timbunan dapat berupa satu atau lebih bentuk tergantung

pada jenis material, peruntukkannya, dan kondisi di lapangan (Gambar 3.16).

Menurut (Yanto, 2012), jenis timbunan antara lain sebagai berikut:

1. Valley fill Dump

Seperti namanya, timbunan jenis ini dibuat pada area lembah atau daerah curam.

Permukaan atas biasanya miring untuk mencegah genangan air. Timbunan jenis ini

dibangun pada sebuah lereng dengan menetapkan elevasi puncak (dump crest) pada

awal pembuatan timbunan. Dump truck yang mengangkut muatan ke elevasi ini

akan menumpahkan muatannya pada bagian atas lereng, kemudian bulldozer akan

menggusur material secara float dozing. Elevasi dump crest ini akan dipertahankan

selama proses penimbunan.

2. Cross valley Dump

Cross valley dump dibuat melintasi dasar lembah, tetapi pada bagian sisi hulu

tidak sepenuhnya terisi. Timbunan jenis ini biasanya dirancang untuk mengontrol

penyimpanan atau pembuangan aliran banjir. Jika timbunan tidak dirancang untuk

menampung air, maka sistem pengalihan air harus ditambahkan untuk membantu

mengalirkan air di sekitarnya.

3. Sidehill Dump

Sidehill dump dibuat di sepanjang sisi bukit atau lembah tetapi tidak sampai

melintasi dasar lembah. Timbunan jenis ini dapat dibangun untuk menampung air

atau lumpur limbah tambang. Seperti halnya cross valley dump, aliran air pada

sidehill dump juga harus dikontrol jika ingin menahan air atau lumpur.

4. Ridge Embankment

Timbunan jenis ini dibuat di puncak punggungan. Material waste ditempatkan

di sepanjang kedua sisi area. Jenis timbunan ini biasanya tidak digunakan untuk

menampung material atau air.

5. Diked Embankment

Diked Embankment dibangun di medan yang hampir rata dan dapat menampung

limbah tambang yang berbutir halus atau berbutir kasar. Jika limbah halus

tertampung oleh limbah yang lebih kasar, maka disebut sebagai tanggul (dike). Jika

material bersifat homogen dan kasar maka timbunan (heaped).

44

6. Terrace Dump

Terrace dump adalah timbunan yang dirancang ke atas (lift). Timbunan ini

dapat diterapkan pada lokasi timbunan dengan kondisi topografi yang tidak begitu

curam. Timbunan dirancang dari bawah ke atas. Tinggi tiap lift biasanya 20 m – 40

m. Lift-lift berikutnya terletak di belakang sehingga sudut keseluruhan (overall

slope angle) mendekati yang dibutuhkan untuk reklamasi (Waterman, 2018).

Gambar 3. 16

Jenis timbunan (Zahl, 1992)

Kondisi Material

Pada kegiatan penambangan, material yang akan dimuat umumnya harus

diberaikan terlebih dahulu dari kondisi aslinya (in-situ) atau kondisi bank. Keadaan

material yang tergali atau dipindah dari tempat asalnya, akan mengalami perubahan

volume (mengembang). Hal ini disebabkan adanya penambahan rongga udara di

antara butiran-butiran material yang menyebabkan volumenya menjadi lebih besar.

Volume material pada kondisi ini biasanya dinyatakan dalam loose measure atau

Loose Cubic Meter (LCM).

45

Tingkat pengembangan volume ini biasa disebut sebagai faktor

pengembangan (swell factor). Besarnya swell factor dapat dihitung dengan

persamaan sebagai berikut (Hustrulid, et al., 2013).

Swell = bank weight/unit volume

𝑙𝑜𝑜𝑠𝑒 weight/unit volume ........................................................... (3.15)

Percen 𝑠𝑤𝑒𝑙𝑙 = 100 (swell − 1) ....................................................................... (3.16)

𝑆𝑤𝑒𝑙𝑙 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 = 1

𝑠𝑤𝑒𝑙l =

𝑙𝑜𝑜𝑠𝑒 weight/unit volume

bank weight/unit volume ................................................ (3.17)

Swell factor = 100

(100 + percent swell) .................................................................. (3.18)

Swell factor adalah kebalikan dari swell dan dapat dinyatakan dengan persamaan

(3.17) atau persamaan (3.18).

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Kegiatan penambangan di Blok Saga telah berlangsung selama 5 tahun

dengan total cadangan yang telah ditambang 434.915 ton sampai awal tahun 2020.

Proses penambangan sempat terhenti pada Mei 2021 dikarenakan proses

perpanjangan izin operasi penambangan yang sedang berjalan. Kegiatan

penambangan dimulai kembali pada semester 2 tahun 2021. Kancangan kemajuan

penambangan disusun sebagai acuan kegiatan penambangan pada tahun 2022

dengan target produksi 360.000 ton/ tahun. Aktivitas penambangan dilakukan pada

2 lokasi yaitu di Kuari Cerit yang terletak di sebelah barat dengan luasan 2,1 ha dan

di Kuari Wawar yang terletak disebelah timur dengan luasan kurang lebih satu ha.

Pada tahun 2022 CV. Biru Langit berencana memperluas area

penambangan dengan membebaskan lahan total seluas 2 ha. Biaya pembebasan

tanah dihitung sebagai modal awal (capital cost) yang harus dikeluarkan oleh

perusahaan sebelum kegiatan penambangan dimulai. Pada lahan yang belum

dibebaskan, biaya pembebasan lahan tersebut bibebankan pada biaya pokok

penambangan di setiap blok model sumberdaya. Faktor perubahan biaya pokok

penambangan ini dinyatakan dengan nilai Mining Cost Adjustment Factor

(MCAF). Kegiatan optimasi perlu dilakukan untuk menentukan bukaan tambang

yang optimal berdasarkan kondisi tersebut.

Optimasi Bukaan Tambang

Proses optimasi bukaan tambang dilakukan untuk mendapatkan model

bukaan akhir penambangan yang optimal. Model ini digunakan untuk

menentukan batas akhir penambangan pada pembuatan rancangan kemajuan

penambangan di Kuari Cerit dan Kuari Wawar.

Proses optimasi juga bertujuan untuk memperoleh estimasi cadangan

feldspar yang optimal berdasarkan model finansial dengan mempertimbangkan

parameter penambangan dan kondisi lahan.

47

Parameter Inputan Optimasi Bukaan Tambang

Proses optimasi dilakukan dengan bantuan software Micromine 2021.5

dengan kode lisensi MM471 ( licenced to UPN “Veteran” Yogyakarta). Software

ini mengunakan konsep algoritma Lerch-Grossmann dalam melakukan proses

optimasi dengan data masukan yang digunakan berupa,

1. Model Sumberdaya

Berdasarkan hasil estimasi sumberdaya feldspar di Blok Saga dengan

kedalaman rata-rata lubang bor 80 m dan elevasi terendah pada 190 mdpl diperoleh

tiga klasifikasi sumberdaya feldspar yaitu sumberdaya terukur (measured) sebesar

52.771.767 ton, sumberdaya tertunjuk (indicated) sebesar 17.435.710 ton, dan

sumberdaya tereka (inferred) sebesar 1.886.758 ton.

Tabel 4. 1

Klasifikasi Total Sumberdaya Feldspar Menggunakan True Distance to Sample

True

distance to

sample (m)

Sumberdaya

(ton) Klasifikasi

Rata-rata kadar (%)

Clay SiO2 Al2O3 Fe2O3

6-45 52.771.767 Terukur 0,52 66,92 12,43 2,26

45-70 17.435.710 Terunjuk 0,53 66,83 12,38 2,28

70-153 1.886.758 Tereka 0,55 66,93 12,44 2,38

Hasil klasifikasi sumberdaya feldspar tereka (inferred), tertunjuk

(indicated), dan terukur (measured) berdasarkan histogram true distance to sample

SiO2 dalam bentuk blok model dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4. 1

Block Model Klasifikasi Sumberdaya Feldspar

48

Total keseluruhan sumberdaya feldspar yaitu sebesar 72.094.236 ton dengan

rata-rata kadar total (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) yang memenuhi syarat yaitu 81.58 %.

Model sumberdaya yang digunakan dalam proses optimasi memiliki klasifikasi

terukur dan terunjuk dengan jumlah 70.200.000 ton.

Jumlah sumberdaya ditetapkan berdasarkan uji laboratorium standar produk

dengan kode matrial Trass BL-SG-01, dengan spesifikasi yang ditentukan pasar

meliputi, kadar total (SiO2, Fe2O3 dan Al2O3) dan Clay Content (kandungan lumpur).

Nilai dan range spesifikasi produk dapat dilihat di Lampiran B.

Parameter masukan model sumberdaya yang digunakan berupa blok model

dengan dimensi 5m x 5m x 4m (panjang x lebar x tinggi). Pada setiap blok memuat

informasi yang menunjukan persebaran komoditas tambang yaitu kordinat 3

dimensi letak sumberdaya, data kualitas yang memuat data kadar SiO2, Fe2O3 dan

Al2O3, serta data kuantitas yang berisi informasi tonase dan volume. Sumberdaya

yang digunakan pada proses optimasi adalah sumberdaya terukur (measured) dan

terkira (indicated).

Berdasarkan spesifikasi pasar blok model dibedakan dalam 2 kelompok

utama yaitu trass dan feldspar kadar rendah, penyebutan trass digunakan untuk

menggantikan istilah ore, dan feldspar kadar rendah untuk mengantikan istilah

waste. Trass didefinisikan sebagai blok dengan kadar total SiO2, Fe2O3 dan Al2O3

> 70% dan memiliki nilai clay content < 1,6 %. Feldspar kadar rendah adalah blok

dengan nilai total kadar SiO2, Fe2O3, dan Al2O3 < 70% atau nilai clay content >

1.6% persebaran trass dan feldepar kadar rendah dapat dilihat di Gambar 4.2.

Gambar 4. 2

Blok Model Sumberdaya Feldspar

49

Pada blok model terdapat data sifat fisik batuan berupa data specific grafity

untuk material feldspar yang dibedakan berdasarkan visualisasi di lapangan yaitu

feldspar abu-abu dengan spesific gravity 2,6 dan feldspar kuning dengan spesific

gravity 2.1.

Hasil estimasi sumberdaya pada area WIUP seluas 40 ha dengan kedalaman

rata- rata 80 m dan elevasi terendah 190 mdpl diperoleh sumberdaya feldspar

dengan klasifikasi terukur dan tertunjuk sebesar 70.200.000 ton (Lampiran B).

2. Batasan Area Optimasi

Pada proses optimasi diperlukan data masukan yang digunakan untuk

membatasi area yang akan dilakukan optimasi. Batasan dapat berupa fungsi yang

menyatakan nilai di atas/di bawah, di luar/di dalam batas yang ditentukan. Data

yang digunakan berupa data topografi, wilayah ijin usaha pertambangan, dan

elevasi muka air tanah yang berada di lokasi penambangan.

a. Data Topografi

Data topografi berupa koordinat X, Y, dan Z yang berasal dari pemetaan

drone. Data ini kemudian divalidasi di lapangan menggunakan GPS garmin. Data

hasil droning yang sudah divalidasi selanjutnya diolah menjadi model topografi

yang digunakan sebagai bidang batas elevasi tertinggi untuk area yang akan

dioptimasi. Data topografi memuat koordinat 344572 X-347299 X, 9172687Y-

9175222Y, dan elevasi 150-360 mdpl.

Gambar 4. 3

Data Topografi

50

b. Wilayah Izin Usaha Pertambangan

Wilayah izin usaha pertambangan ditandai dengan titik-titik kordinat pada

peta yang membentuk polygon. Data koordinat WIUP akan digunakan sebagai

batas area optimasi pada sumbu x dan y guna memastikan bukaan tambang yang

terbentuk berada di dalam wilayah izin usaha pertambangan CV Biru Langit.

Gambar 4. 4

Wilayah Izin Usaha Pertambangan CV Biru Langit

c. Elevasi Muka Air Tanah

Pada arah vertikal, bagian bawah model estimasi dibatasi oleh elevasi muka

air tanah. Data ini diperoleh dari pengukuran elevasi permukaan air pada kolam

pengendapan dan sungai di sekitar lokasi penambangan, dari pengukuran diperoleh

elevasi muka air tanah yaitu 190 mdpl.

Gambar 4. 5

Kolam Pengendapan di Kuari Wawar

51

3. Model Finansial

Data model finansial merupakan data input yang berhubungan dengan

cashflow perusahaan. Data ini bersumber dari Rencana Keuangan Anggaran dan

Belanja (RKAB) perusahaan pada tahun 2020 dan 2021. Data-data finansial yang

digunakan dapat dilihat di Tabel 4.2.

Tabel 4. 2

Model Finansial Optimasi No Parameter Nilai

1 Modal awal Rp.2.000.000.000

2 Harga komoditas Rp.69.500/ton

3 Harga pokok penambangan Trass Rp.55.900/ton

4 Harga pokok penambangan Feldspar kadar

rendah Rp.40.000/ton

5 Biaya pembebasan lahan Rp.50.000/m2

6 Biaya tetap tahunan Rp.400.000.000/tahun

7 Suku bunga acuan 8%

Untuk lebih lengkap parameter input optimasi dapat dilihat di Lampiran D.

4. Data Rekomendasi Geoteknik

Pada tahap optimasi rekomendasi geoteknik diperlukan untuk menentukan

nilai kemiringan overall slope, yang menjadi dasar pembuatan pit shell pada saat

proses optimasi. Kemiringan overall slope yang digunakan adalah 53° berdasarkan

rekomendasi geoteknik (lihat Lampiran C).

Gambar 4. 6

Overall Slope Pit shell

Hasil Optimasi

Proses optimasi menghasilkan pit optimum sesuai dengan Revenue

Adjustment Factor (RAF) yang ditentukan. RAF adalah faktor yang menunjukan

nilai kenaikan atau penurunan harga komonditas terhadap harga awal yang

52

ditetapkan. Setiap nilai RAF akan membentuk pit shell optimum yang berbeda. Pada

penelitian ini digunakan nilai RAF 0,86-1,18 proses optimasi menghasilkan 16 pit

shel dengan kode pit shell -1 nilai RAF = 0.86 artinya pit shell optimal ini terbentuk

jika harga komonditas berada pada nilai 0,86 kali harga yang telah ditentukan di

awal, sampai dengan pit shell terakhir dengan nilai RAF 1,18 kali.

Gambar 4. 7

Pit shell Hasil Optimasi Tampak Isometrik

Gambar 4. 8

Sayatan Pit shell Hasil Optimasi di Pit Cerit

53

Gambar 4. 9

Sayatan Pit shell Hasil Optimasi di Pit Wawar

Pemilih Bukaan Tambang Optimum

Setiap pit shell yang terbentuk memiliki parameter-parameter hasil optimasi

yang berkaitan dengan teknis maupun ekonomi. Parameter teknis hasil optimasi

meliputi volume dan tonase komoditas sedangkan parameter ekonomi berkaitan

dengan net present value (NPV) dari setiap pit shell. Parameter NPV ini digunakan

sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan pit shell yang paling optimal.

Gambar 4. 10

Chart Parameter Hasil Optimasi metode konstan lag

54

Proses running optimasi nested pit shell menghasilkan 16 pit shell dari

perbedaan nilai RAF yang ditentukan. Masing-masing pit shell memiliki nilai 3

NPV dari 3 skenario optimasi serta perolehan tonase material kadar rendah dan

perolehan feldspar (lihat Gambar 4.7).

Berdasarkan hasil optimasi ditentukan pit yang paling optimal berdasarkan

nilai NPV tertinggi dari 3 skenario yang di terapkan adalah pit shell dengan kode

Stage-8. Hasil optimasi menunjukan nilai NPV dengan skenario bench lag 2 yaitu

Rp14.051.000.000, nilai NPV dengan skenario best case Rp14.185.341.094, dan

nilai NPV dengan skenario worst cast Rp13.055.008.593. Pit shell dengan kode

stage-8 memiliki jumlah trass insitu 3.290.000 ton dengan estimasi umur tambang

10 tahun.

Gambar 4. 11

Pit Shell Kode Stage-8 Tampak Isometrik

Gambar 4. 12

Sayatan Pit Shell Kode Stage-8 di Pit Cerit

55

Gambar 4. 13

Sayatan Pit shell Kode Stage-8 di Pit Wawar

Rancangan Penambangan

Bentuk bentang alam di lokasi penambangan secara umum merupakan bagian

dari lereng perbukitan Serayu dengan arah kemiringan umum menghadap ke utara

dengan arah 355/45°. Muka air tanah di lokasi penambangan berada pada elevasi

190 mdpl. Berdasarkan kondisi topografi, maka jenis penambangan yang cocok

diterapkan pada daerah ini adalah sistem tambang terbuka dengan metode kuari

dengan tipe side hill. Aktivitas penambangan akan dilakukan dari elevasi tertinggi

menuju elevasi terendah yang telah ditentukan.

Rancangan Geometri Penambangan

Geometri jenjang penambangan di CV Biru Langit didasarkan pada hasil

analisis kestabilan lereng di Kuari Cerit dan Kuari Wawar. Dari analisis yang

dilakukan mengunakan software rockplane dan rocktopple diperoleh nilai FK

berdasarkan zona dan potensi longsor yaitu FK ≥ 1,25 pada kondisi lereng yang

paling pesimis yaitu pada feldspar zona kuning. Geometri jenjang penambangan

feldspar di Kuari Wawar dan Cerit berdasarkan rekomendasi geoteknik adalah

sebagai berikut :

1. Tinggi Jenjang (8 m)

2. Lebar jenjang (3 m)

3. Lebar jenjang kerja (10 m)

4. Sudut kemiringan jenjang tunggal zona kuning 60o

5. Sudut kemiringan jenjang tunggal zona biru 70o

6. Sudut kemiringan jenjang keseluruhan < 53o

56

Gambar 4. 14

Rancangan Geometri Penambangan CV. Biru Langit

Rancangan Jalan Angkut

Desain jalan angkut dibuat pada bukaan tambang untuk memudahkan akses

alat angkut menuju area penambangan.

1. Lebar Jalan Angkut Pada Lintasa Lurus

Jenis alat angkut yang digunakan adalah Dyna 130 HD dengan dimensi lebar

2m, maka lebar jalan minimum untuk jalan satu jalur dengan memperhitungkan

lebar tanggul pengaman adalah 4m.

2. Lebar Jalan Angkut Pada Lintasan Berbelok

Jalan angkut di lokasi memiliki sudut tikungan yang bervariasi mulai dari 20˚

sampai 180˚. Jalan angkut dirancang satu jalur untuk dilalui alat angkut dump truck

Dyna 130 HD dengan dimensi lebar jalan pada tikungan minimal 6.5 m (lihat

Lampiran H).

3. Radius Tikungan

Penentuan radius tikungan dipegaruhi oleh dimensi alat ketika berada pada

posisi berbelok. Diketahui jarak sumbu roda depan dan belakang adalah 3,380 m

dan sudut penyimpangan roda maksimum sebesar 35º. Radius minimum alat angkut

dump truck Dyna 130 HD menurut perhitungan yaitu sebesar 6 m (Lampiran H).

57

4. Superelevasi

Penentuan nilai superelevsai dipengaruhi oleh radius tikungan, koefisien

gesekan, dan kecepatan alat angkut. Diketahui radius tikungan sebesar 6 m dan

koefisien gesekan pada kecepatan rencana 13 km/jam adalah 0,1836, diperoleh nilai

superelevasi sebesar 0,038 (Lampiran H).

5. Kemiringan Melintang (Cross Slope)

Cross slope dibuat untuk mengatasi terjadi genangan air pada badan jalan saat

terjadi hujan. Pembuatan cross slope dilakukan dengan cara membuat bagian

tengah jalan lebih tinggi dari bagian tepi jalan. Besarnya kemiringan jalan

dipengaruhi oleh lebar badan jalan, dimana besarnya 1/4 sampai ½ inchi per feet

lebar jalan angkut (20-40 mm/m) (lihat Lampiran H). Maka, kemiringan melintang

adalah :

P = ½ x 6,65 m (lebar jalan angkut)

= 3,325 m

Sehingga beda tinggi dibuat : Q = 3,325 m x 40 mm/m

= 133 mm

= 0,133 m

6. Kemiringan Jalan Angkut (Grade)

Dalam menentukan grade jalan angkut tambang maka terdapat beberapa

pertimbangan yaitu berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi

Nomor: 1827 K/30/MEM/2018 yaitu nilai grade tidak boleh lebih dari 12%.

berdasarkan kondisi aktual kemiringan jalan maksimum yang dijumpai di lapangan

adalah 15%. Faktor lain dalam menentukan grade jalan adalah kondisi topografi di

lokasi penambangan yang cukup curam, jalan angkut berada di elevasi 180– 230

mdpl. Berdasarkan pertimbangan di atas dipilih grade maksimum 10 % dalam

melakukan rancangan jalan (lihat Gambar 4.3).

Rancangan Kemajuan Penambangan

Hasil estimasi cadangan dari pit design sebesar 2.960.000 ton. Titik awal

lokasi penambangan ditentukan berdasarkan kemudahan mengakses lokasi

sehingga dipilih pada lokasi tambang yang telah dilakukan pembukaan lahan

tambang. Lokasi awal penambangan di Kuari Wawar terletak pada koordinat 7 º

28’39,2” LS, 109 º 36’29,1” B T dengan arah penambangan kearah timur,

58

sedangkan pada Kuari Cerit titik awal penambangan terletak pada koordinat 7 º

28’31,1”LS, 109 º 36’10,2”B T dengan arah penambangan menuju ke barat sampai

batas pit limit.

Berdasarkan laporan realisasi produksi tahun 2020, jumlah produksi feldspar

di CV. Biru Langit pada tahun 2020 sebesar 51.102 ton. Jumlah ini jauh dari target

produksi tahun 2020 yaitu sebesar 360.000 ton. Untuk menentukan target produksi

pada kegiatan pembongkaran dan pengangkutan maka harus memperhitungkan

persen kehilangan (% loose) pada proses pembongkaran dan pengangkutan sebesar

5 %. Dari pertimbangan tersebut maka feldspar yang harus ditambang sebesar

380.000 ton/tahun. Berdasarkan jumlah cadangan feldspar yaitu 2.960.000 ton

maka diperoleh umur tambang 8 tahun.

Tabel 4. 3

Rencana Produksi CV Biru Langit Tahun Produksi

2022 380.000

2023 380.000

2024 380.000

2025 380.000

2026 380.000

2027 380.000

2028 380.000

2029 300.000

Total Cadangan 2.960.000

Target produksi ini akan direalisasikan dengan kegiatan penambangan di

kedua pit dengan perbandingan jumlah produksi masing- masing 50% di Kuari

Cerit dan 50% di Kuari Wawar.

Rancangan Area Disposal

Rancangan area disposal dibuat di dalam wilayah izin usaha pertambangan

CV. Biru Langit dan dipisahkan berdasarkan jenis material timbunanya. Terdapat 3

area disposal, dua diantaranya merupakan disposal tanah pucuk dan satu merupakan

disposal material kadar rendah. Disposal tanah pucuk dipisahkan berdasarkan

lokasi kuari asal material dengan alasan jarak pengangkutan yang relatif dekat.

Disposal tanah pucuk dari Kuari Cerit terletak di sebelah barat Kuari Cerit dengan

luasan area 4636.564 m2 dan total volume sebesar 20435.4 m3, timbunan dibuat

mulai dari elevasi 180 sampai dengan 198 mdpl. Disposal untuk tanah pucuk dari

59

Kuari Wawar terletak di sebelah barat laut Kuari Wawar dengan luasan area

3504.005 m2 dengan volume 14985.2 m3 timbunan dibuat mulai dari elevasi 211

sampai dengan 232 mdpl. Disposal matrial kadar rendah digunakan untuk

menampung material kadar rendah dari Kuari Wawar dan Kuari Cerit. Disposal

terletak di tenggara Kuari Cerit dengan luas area 10504.145 m2 yang digunakan

untuk menimbun metrial kadar rendah dengan volume total 61379.03 m3.

Timbunan dibuat mulai dari elevasi 217 sampai dengan 236 mdpl.

Gambar 4. 15

Lokasi disposal Pit Cerit

Gambar 4. 16

Lokasi Disposal Pit Wawar

60

Timbunan material feldspar kadar rendah termasuk dalam jenis timbunan

side hill dump karena area timbunan terletak pada sisi lereng bukit. Adapun

rancangan geometri timbunan sebagai berikut:

1. Angle of repose : 30º

2. Tinggi jenjang (bench height) : 5 m

3. Lebar jenjang (bench width) : 3 m

Gambar 4. 17

Geometri Dump Design

61

BAB V

PEMBAHASAN

Tujuan optimasi dalam penelitian ini adalah menentukan batas-batas

penambangan pada suatu endapan untuk memperoleh estimasi cadangan

berdasarkan model sumberdaya dan model finansial dengan mempertimbangkan

parameter penambangan dan kondisi lahan.

Optimasi Bukaan Tambang

Status lahan di wilayah izin usaha pertambangan CV. Biru Langit yang belum

sepenuhnya dibebaskan serta keberadaan material kadar rendah menjadi model

inputan utama dalam melakukan optimasi bukaan tambang.

Skenario Optimasi Bukaan Tambang

Luas area penambangan CV. Biru Langit di Blok Saga pada akhir tahun 2021

adalah 4,7 ha terdiri dari 2,7 ha di Kuari Cerit dan 2 ha di Kuari Wawar. Luas lahan

ini digunakan sebagai data masukan luasan dan koordinat lahan yang telah

dibebaskan nilainya dimasukan sebagai parameter MCAF. Skenario optimasi yang

digunakan adalah memaksimalkan nilai bersih (net value), yaitu selisih antara

pendapatan dan biaya total pada skenario penambangan konstan lag.

1. Perhitungan Cost dan Mining Cost Adjusment Factor (MCAF)

Parameter MCAF merupakan parameter yang terafiliasi pada blok model

sumberdaya dan mewakili nilai suatu blok. MCAF memiliki nilai dasar=1, dan

dapat diformulasikan berdasarkan faktor yang mempengaruhi. Pada penelitian ini

nilai MCAF dipengaruhi oleh status pembebasan lahan disetiap blok sehingga

dihitung berdasarkan rumus (3.4) sebagai berikut :

MCAF= [Biaya penambangan blok

Biaya penambangan blok standar]

Nilai MCAF dipengaruhi oleh status pembebasan lahan di setiap blok. Luas

permukaan blok standar adalah 25 m2 dan harga tanah Rp.50.000/ m2. Penambahan

biaya pembebasan lahan pada biaya penambangan hanya dilakukan pada blok yang

62

terletak pada lapisan pertama. Dari kondisi diatas diperoleh nilai tambahan biaya

pembebasan lahan /blok adalah :

Biaya Pembebasan Lahan/ Blok = Ta x L…………………………………….(5.1)

Ta : Harga Lahan/m2 (Rp/m2)

L : Luas Permukaan bagian atas blok (m2)

Biaya penambangan (mining cost) dihitung berdasarkan Harga Pokok

Penambangan per ton yang telah ditentukan perusahaan dikali jumlah tonase total

hasil estimasi dalam satu blok, sehingga dapat ditulis dengan persamaan :

Biaya penambangan = HPP x Wb………………………………...……………(5.1)

HPP : Harga pokok penambangan (ton-1)

Wb : Tonase Blok (ton)

Pada blok yang belum dibebaskan selain biaya penambangan blok standart,

biaya penambangan juga dipengaruhi oleh biaya pembebasan lahan, Berdasarkan

kondisi tersebut nilai MCAF dapat dituliskan dalam rumus sebagai berikut :

MCAF = (Biaya Penambangan Blok)+(Biaya Pembebasan Lahan)

(Biaya Penambangan Blok Standar)………….(5.1)

Harga pokok penambangan (HPP) acuan pada kondisi RAF=1 adalah

Rp.55.900,00/ton. Berat blok dihitung dari volume blok (100 m3) x berat jenis

(nilainya antara 2,2 - 2,6) x part percent, Part percent memiliki nilai 1-100%,

dengan nilai persen menunjukan volume blok yang berada di bawah permukaan

topografi model. Harga tanah (Ta) pada lahan yang belum dibebaskan adalah Rp.

50.000,00/m2 dan pada area yang telah dibebaskan memiliki nilai Rp.0,00/m2. Luas

tanah (L) dihitung ditiap blok sesuai dengan luasan permukaan blok yaitu 25 m2

atau menyesuaikan model.

Dari parameter di atas, MCAF pada lahan yang telah dibebaskan bernilai,

MCAF =(55.900 𝑥 275)+(0,00 𝑥 25)

(55.900 𝑥 275)

= 1

Pada lahan yang belum dibebaskan, MCAF pada blok sumberdaya bernilai,

MCAF =(55.900 𝑥 275)+(50.000 𝑥 25)

(55.900 𝑥 275)

= 1.081314035

Nilainya MCAF pada lahan yang belum dibebaskan berkisar antara 1,05- 1,1

63

Gambar 5. 1

Persebaran Nilai MCAF pada Blok Model

Warna hijau menunjukan blok dengan nilai MCAF = 1 dan warna kuning

untuk blok dengan nilai MCAF > 1. Perhitungan cost merupakan fungsi perkalian

dari HPP x MCAF yang dihitung pada tiap-tiap blok dan dinyatakan dengan nilai

negatif. Kemudian nilai kumulatif pada tiap pit shell akan ditampilkan dalam

parameter total cost.

2. Permodelan Pendapatan (revenue)

Nilai pendapatan dihitung pada satuan blok dan dinyatakan dengan nilai

positif. Nilai kumulatif tiap pit shell akan ditampilkan dalam parameter revenue.

Pada umumnya algoritma permodelan optimasi akan menjadikan kadar sebagai

parameter penting dalam menentukan revenue. Hal ini disebabkan oleh adanya

perbedaan nilai jual material berdasarkan kadar mineral yang ada di dalam blok

tersebut. Pada proses optimasi algoritma akan menghasilkan pit shell sesuai

persebaran kadar dengan variasi revenue yang cukup besar.

Pada model optimasi mineral feldapar di CV. Biru Langit, mineral dijual

dalam satuan ton dengan kadar total yang telah ditentukan minimal 70%, dan semua

mineral di atas cut of grade dihargai dengan harga yang sama yaitu Rp.69.500,00.

Pada kondisi demikian kadar hanya digunakan sebagai parameter untuk

membedakan material trass dan feldspar kadar rendah, sedangkan perhitungan nilai

blok bergantung pada parameter massa yang relatif homogen. Hal ini

mengakibatkan model optimasi yang dibuat memiliki sensitivitas terhadap faktor

perubahan harga (RAF) yang rendah. Kondisi ini dapat dillihat pada pit shell yang

64

dihasilkan dimana tidak semua pit shell dapat terbentuk pada range RAF yang

ditentukan dan pada pit shell yang terbentuk posisinya cinderung berhimpit serta

nilai NPV yang dihasilkan tidak mengalami perubahan yang signifikan pada nilai

RAF ≥ 0,94.

Hasil Optimasi Bukaan Tambang

Untuk memaksimalkan nilai bersih pit shell akan terbentuk pada area yang

memiliki cost penambangan paling rendah atau area yang menghasilkan revenue

tertinggi, Pada model optimasi yang telah dibuat area tersebut mengacu pada area

dengan nilai MCAF = 1 (pada lahan yang telah dibebaskan) dan pada area dengan

perbandingan material feldspar kadar rendah dengan trass yang paling kecil.

Parameter hasil optimasi dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5. 1

Parameter Hasil Optimasi

*) lanjutan tabel 5. 1(Horizontal)

Stage

Code

LOM

(Tahun

)

MIN

BENCH

(m)

MAX

BENCH

(m)

Volume

InSitu (m3)

Ore Volume

InSitu (m3)

Waste

Volume

InSitu (m3)

Mass (Ton)Ore Mass

InSitu (Ton)

Waste

Mass InSitu

(Ton)

Processed

Mass (Ton)

RAF-1 1 200 240 4.708 4.706 2 10.357 10.353 4 9.836

RAF-2 5 192 248 711.609 684.361 27.248 1.774.199 1.714.799 59.400 1.629.059

RAF-3 8 192 248 1.031.063 986.068 44.995 2.535.096 2.437.006 98.090 2.315.156

RAF-4 8 192 280 1.124.200 1.072.015 52.185 2.761.759 2.647.995 113.764 2.515.595

RAF-5 10 192 288 1.399.902 1.319.460 80.442 3.412.756 3.237.391 175.365 3.075.522

RAF-6 10 192 288 1.409.197 1.327.426 81.771 3.435.817 3.257.556 178.261 3.094.679

RAF-7 10 192 288 1.420.219 1.336.626 83.593 3.463.309 3.281.076 182.233 3.117.023

RAF-8 10 192 288 1.424.920 1.340.426 84.494 3.474.753 3.290.556 184.196 3.126.029

RAF-9 10 192 288 1.425.687 1.341.026 84.661 3.476.677 3.292.116 184.561 3.127.511

RAF-10 10 192 288 1.426.742 1.341.826 84.916 3.479.233 3.294.116 185.117 3.129.411

RAF-11 10 192 288 1.427.024 1.342.026 84.998 3.479.932 3.294.636 185.296 3.129.905

RAF-12 10 192 288 1.427.549 1.342.426 85.123 3.481.083 3.295.516 185.567 3.130.741

RAF-13 10 192 288 1.428.687 1.343.226 85.461 3.483.821 3.297.516 186.305 3.132.641

RAF-14 10 192 288 1.428.969 1.343.426 85.543 3.484.440 3.297.956 186.483 3.133.059

RAF-15 10 192 288 1.429.257 1.343.626 85.631 3.485.072 3.298.396 186.676 3.133.477

RAF-16 10 192 288 1.429.550 1.343.826 85.724 3.485.715 3.298.836 186.879 3.133.895

65

Proses optimasi menghasilkan 16 pit shell pada nilai RAF yang berbeda, nilai

RAF memiliki rentang 0,86-1,18 dengan perubahan 0,02, Pada RAF 0,86

komonditas memiliki harga Rp. 53.793, pada RAF 1 harga komonditas Rp. 69.500,

dan RAF 1,18 dengan harga Rp. 73.809, dengan perubahan harga tiap RAF

Rp.1251/ton. Hasil optimasi menunjukan kenaikan perolehan tonase feldspar yang

signifikan pada rentang nilai RAF 0,86-0,94 yaitu 18.000 ton ke 4.000.000 ton

feldspar. Pada nilai RAF ≥ 0,94 tidak terdapat perubahan yang signifikan pada

perolehan tonase maupun nilai NPV. Kondisi ini mengindikasikan bahwa pit shell

hasil optimasi yang memiliki nilai RAF ≥ 0,94 berada pada kondisi yang stabil

terhadap perubahan harga sampai pada nilai 0,94 atau pada harga Rp.65.330.

Pemilihan Bukaan Tambang Optimal

Pemilihan pit shell opimal dilakukan berdasarkan nilai Net Present Value

(NPV) tertinggi pada skenario konstan lag 2. Pemilihan skenario konstan lag 2

dianggap paling representatif terhadap skenario penambangan di lapangan, dengan

menerapkan 2 bench penambangan akan memberikan opsi yang lebih banyak pada

algoritma untuk mengkombinasikan titik lokasi penambangan sehingga diperoleh

hasil yang optimal. Penggunaan 2 bench juga praktis untuk diterapkan di lapangan.

Nilai NPV terbesar mengindikasikan bahwa pit shell tersebut memberikan

keuntungan yang paling besar berdasarkan skenario optimasi bukaan tambang. Pit

shell stage-8 juga memiliki kondisi yang stabil pada tingkat perubahan harga ± 6%

dari harga awal. Hal ini dapat dilihat pada tingkat perolehan trass dan feldspar kadar

rendah yang relatif sama pada RAF 0,94-1,06. Pemilihan pit shell yang stabil

penting sebagai tindakan antisipasi saat terjadi perubahan harga maka hasil

optimasi akan tetap relevan untuk digunakan. Pit shell stage-8 juga digunakan

sebagai rekomendasi batas akhir rancangan penambangan (ultimate pit limit).

Berdasarkan hasil optimasi bukaan tambang diperoleh nilai NPV tertinggi

pada pit shell Stage-8 dengan nilai NPV Rp14.051.000.000.

1. Element Quantity = 3.290.000 ton

2. Element Revenue = Rp 217.258.983.518,36

3. Ore mining cost = Rp 186.496.687.163,39

4. Waste mining cost = Rp 7.367.846.077,81

5. Total cost = Rp 193.864.717.437,35

66

Rancangan Penambangan

Rancangan penambangan mengacu pada pit shell stage-8 sebagai batas akhir

penambangan/ ultimate pit limit dengan estimasi cadangan 2.960.000 ton dan usia

tambang 8 tahun.

Metode Penambangan

Sistem penambangan yang akan diterapkan oleh CV Biru langit adalah sistem

tambang terbuka dengan metode penambangan kuari menggunakan tipe side hill.

Metode ini dipilih sesuai dengan komonditas tambang yang merupakan komonditas

non logam. Metode penambangan ini dipakai untuk mengeksploitasi mineral

deposit pada suatu batuan yang letaknya berada atau dekat dengan permukaan.

Metoda ini cocok dipakai untuk endapan yang memiliki berbentuk dan

kemenerusan ke arah horizontal sehingga memungkinkan produksi dengan

kapasitas tinggi dan dengan biaya yang rendah.

Geometri Jenjang

Geometri jenjang penambangan dibuat berdasarkan rekomendasi geoteknik

dari CV. Biru Langit dengan pertimbangan aspek keamanan dan kemampuan alat

mekanis. Pada pembuatan desain jenjang penambangan, penentuan kemiringan

jenjang penambangan dikelompokan berdasarkan zona lithologi batuan yaitu

feldspar dengan visual kuning dan feldspar dengan visual abu-abu. Zona kuning

yang terletak pada kedalaman 0-20 meter dari permukaan merupakan zona lapukan

dari feldspar abu-abu yang berada dibawahnya. Matrial pada zona ini memiliki

specific gravity 2,2 dan nilai kuat tekan 51 Mpa. Berdasarkan analisis mengunakan

software rockplane diperoleh FK 1,3 dengan single slope 65o. Pada zona abu-abu

matrial memiliki specific gravity 2,6 dan nilai kuat tekan 57 Mpa. Zona ini lebih

kompak bila dibandingkan dengan zona kuning yang berada di atasnya. Hasil

analisis mengunakan software rockplane diperoleh FK 1,5 untuk single slope 70o

(lihat Lampiran G).

Rancangan Jalan Angkut

Pada rancangan jalan angkut tambang di CV. Biru Langit tidak dilakukan

perbaikan dan perubahan parameter-parameter pada jalan angkut yang sudah ada

melainkan desain jalan diterapkan pada rancangan jalan baru. Jalan baru merupakan

67

jalan yang menghubungkan Kuari Cerit di sebelah selatan dengan ruas jalan Jl.

Raya Wanadri di utara yang berjarak 1 km, serta jalan angkut (ramp) di Kuari Cerit

dan Kuari Wawar. Parameter rancanan jalan adalah sebagai berikut :

1. Lebar Jalan Angkut pada Lintasan Lurus

Lebar jalan angkut minimum pada lintasan lurus hitung berdasarkan rule of

thumb yang dikemukakan dalam AASHTO Manual for Rural High-way Design.

Lebar jalan angkut pada jalur ganda atau lebih harus ditambah dengan setengah

lebar alat angkut pada bagian tepi kiri dan kanan jalan.

Lebar jalan angkut minimum dihitung berdasarkan lebar alat angkut Dyna

130 HD. Lebar alat angkut 1,945 m, sehingga diperoleh lebar jalan pada lintasan

lurus dengan konfigurasi satu jalur minimal sebesar 4 m (Lampiran H).

2. Lebar Jalan Angkut pada Lintasan Berbelok

Lebar jalan angkut pada belokan atau tikungan dibuat lebih lebar

dibandingkan lebar jalan angkut pada jalan lurus. Hal ini dimaksudkan untuk

mengantisipasi adanya penyimpangan lebar alat angkut saat kendaraan melintasi

tikungan. Lebar jalan angkut pada lintasan berbelok dipengaruhi oleh jarak juntai

depan, jarak juntai belakang, jarak jejak ban, dan sudut penyimpangan roda

maksimum.

Menurut Hustrulid (2013), perhitungan lebar jalan angkut pada lintasan

berbelok dengan rumus (3.4) diperoleh lebar jalan angkut minimum pada lintasan

berbelok sebesar 6,5 m (Lampiran H). Pada penerapannya dalam rancangan jalan

angkut tambang, lebar jalan angkut pada lintasan berbelok dibulatkan menjadi 7 m

agar lebih praktis dan aman.

3. Radius Tikungan

Radius tikungan minimum dapat ditentukan berdasarkan berat alat angkut

yang melintas (menurut Kaufman dan Ault, 1977) maupun menggunakan

perhitungan secara matematis (menurut Hustrulid dkk, 2013). Diketahui berat alat

angkut dump truck Dyna 130 HD bermuatan kurang dari 100.000 lbs (45 ton),

berdasarkan tabel milik Kaufman dan Ault diperoleh radius tikungan minimum

sebesar 5,7 ft (1,737 m). Sedangkan menggunakan cara matematis, dengan jarak

poros roda depan dan belakang 3,38 m dan sudut penyimpangan roda maksimum

35°, diperoleh radius tikungan minimum sebesar 6 m. Karena terdapat perbedaan

68

nilai pada perhitungan radius minimum maka digunakan nilai radius minimum

terbesar yaitu 6 m (Lampiran H).

4. Superelevasi

Secara matematis kemiringan tikungan jalan angkut (superelevasi) adalah

perbandingan antara perbedaan tinggi sisi jalan dengan lebar jalan. Menentukan

besarnya kemiringan tikungan jalan dihitung berdasarkan kecepatan rata-rata

kendaraan dengan koefisien geseknya. Menggunakan kecepatan rencana alat

angkut pada tikungan 13 km/jam maka diperoleh nilai superelevasi sebesar 0,038.

Pada tikungan dengan lebar 6,5 m maka perbedaan tinggi sisi jalan adalah 0,437 m

(Lampiran H).

5. Kemiringan melintang (Cross Slope)

Cross slope dibuat untuk mencegah terjadinya genangan air pada badan jalan.

Menurut Hustrulid (2013), nilai cross slope yang direkomendasikan berkisar dari

¼ inch/ft (20 mm/m) hingga ½ inch/ft (40 mm/m) menyesuaikan kondisi

permukaan jalan angkut. Pada penelitian ini diasumsikan menggunkan skenario

terburuk, yaitu jalan angkut memiliki permukaan yang kasar, sehingga dipilih nilai

cross slope sebesar 40 mm/m. Pada lebar jalan angkut 4 m maka beda tinggi yang

terbentuk oleh cross slope adalah 0,08 m (Lampiran H).

6. Kemiringan Jalan Angkut (Grade)

Menurut Kepmen ESDM No.1827/K/30/MEM/2018 kemiringan (grade)

jalan tambang tidak boleh lebih dari 12%. Rancangan kemiringan jalan angkut

sebisa mungkin dibuat tidak melebihi batas tersebut. Pada penerapannya dalam

rancangan jalan angkut tambang, kemiringan tersebut berkisar dari 0% - 10%

menyesuaikan kondisi topografi daerah terkait (lihat Lampiran H).

Kemajuan Penambangan

Arah kemajuan penambangan feldspar dibuat berdasarkan hasil optimasi

pada proses penjadwalan (mine scheduling). Kemajuan tambang dibuat per tahun,

dimulai pada tahun 2022 sampai dengan tahun 2029 dengan produksi rata- rata

sampai tahun ke 7 mencapai 379.101 ton/tahun. Jumlah ini telah memperhitungkan

persentase kehilangan dalam proses pembongkar, pemuatan, dan pengangkutan

sebesar 5% sehingga terget produksi 360.000 ton/ tahun dapat tercapai, sedangkan

69

pada tahun ke 8 jumlah produksi tidak memenuhi target produksi yaitu sebesar

306.331 ton dikarenakan cadangan telah habis.

Total cadangan dari hasil pit design yaitu 2.960.000 ton. Jumlah ini lebih

sedikit bila dibandingkan dengan tonase trass pada pit shell hasil optimasi yaitu

3.290.000 ton. Adanya perbadaan sebesar 10% pada tonase trass dikarenakan

penambahan desain jalan angkut pada pembuatan pit desain yang tidak terdapat

pada pit shell hasil optimasi, hal ini juga berdampak pada umur tambang hasil pit

desain lebih singkat bila dibandingkan dengan estimasi umur tambang hasil

optimasi yaitu 8 tahun.

Proses penambangan berlangsung di 2 pit dengan perbandingan produksi

50%: 50% sampai tahun ke-6. Proses penambangan di Kuari Wawar berlangsung

hingga hari kerja ke-100 pada tahun ke-6 karena cadangan di Kuari Wawar telah

habis. Setelah itu excavator dipindahkan ke Kuari Cerit yang berjarak 700 m,

sehingga semua proses penambangan berpindah ke Kuari Cerit sampai tahun ke-8.

1. Kemajuan Penambangan pada tahun I

Berdasarkan peta topografi dan kemajuan penambangan pada bulan Desember

tahun 2022 luas area penambangan total adalah 27.389 m2, dengan luas area

penambangan di Kuari Cerit 14.541 m2 dan Kuari Wawar 12.847 m2. Pada tahun

pertama volume feldspar yang terbongkar sebesar 146.441 m3 dengan tonase

380.740 ton feldspar. Volume matrial kadar rendah 26.079 LCM dan volume tanah

pucuk 13.694 LCM.

2. Kemajuan Penambangan pada tahun II

Berdasarkan peta topografi kemajuan penambangan pada bulan Desember 2023

luas area penambangan total adalah 39.082 m2, dengan luas area penambangan di

Kuari Cerit 21.211 m2 dan Kuari Wawar 17.871 m2. Volume feldspar yang

terbongkar sebesar 23.502 m3 dengan tonase 372.809 ton. Volume matrial kadar

rendah 4.491 LCM dan volume tanah pucuk 5.846 LCM.

3. Kemajuan Penambangan pada tahun III

Berdasarkan peta topografi dan kemajuan penambangan pada bulan Desember

2024 luas area penambangan total adalah 52.179 m2. Luas area penambangan di

Kuari Cerit 25.458 m2 dan Kuari Wawar 26.720 m2. Volume feldspar yang

70

terbongkar sebesar 145.792 m3 dengan tonase 379.060 ton. Volume matrial kadar

rendah 12.986 LCM dan volume tanah pucuk 6.548 LCM.

4. Kemajuan Penambangan pada tahun IV

Berdasarkan peta topografi dan kemajuan penambangan pada bulan Desember

2024 luas area penambangan total adalah 60.214 m2. Luas area penambangan di

Kuari Cerit 31.662 m2 dan Kuari Wawar 28.552 m2. Volume feldspar yang

terbongkar sebesar 146.289 m3 dengan tonase 380.353 ton. Volume matrial kadar

rendah 7.609 LCM dan volume tanah pucuk 4.017 LCM.

5. Kemajuan Penambangan pada tahun V

Berdasarkan peta topografi kemajuan penambangan pada bulan Desember 2025

luas area penambangan total adalah 62.594 m2, dengan luas area penambangan di

Kuari Cerit 33.821 m2 dan Kuari Wawar 28.773 m2. Volume feldspar yang

terbongkar sebesar 23.502 m3 dengan tonase 380.784 ton. Volume matrial kadar

rendah 1.604 LCM dan volume tanah pucuk 1.189 LCM.

6. Kemajuan Penambangan pada tahun VI

Berdasarkan peta topografi dan kemajuan penambangan pada bulan Desember

2025 luas area penambangan total adalah 68.630 m2. Luas area penambangan di

Kuari Cerit 38.659 m2 dan Kuari Wawar 29.970 m2. Volume feldspar yang

terbongkar sebesar 146.455 m3 dengan tonase 380.138 ton. Volume matrial kadar

rendah 4.083 LCM dan volume tanah pucuk 3.017 LCM.

7. Kemajuan Penambangan pada tahun VII

Berdasarkan peta topografi dan kemajuan penambangan pada bulan Desember

2025 luas area penambangan total adalah 68.809 m2. Luas area Penambangan di

Kuari Cerit 38.838 m2 dan Kuari Wawar 29.970 m2. Pada periode ini tidak terjadi

penambahan luas area penambangan di Kuari Wawar dikarenakan proses

penambangan di Kuari Wawar telah berakhir. Volume feldspar yang terbongkar

sebesar 146.082 m3 dengan tonase 379.813 ton merupakan hasil pembongkaran dari

Kuari Cerit. Volume matrial kadar rendah 1.822 LCM dan volume tanah pucuk

89.46 LCM.

71

8. Kemajuan Penambangan pada tahun VIII

Berdasarkan peta topografi dan kemajuan penambangan pada bulan Desember

2025, luas area penambangan total adalah 70.841 m2. Luas area Penambangan di

Kuari Cerit 40.870 m2. Volume feldspar yang terbongkar sebesar 117.819 m3

dengan tonase 306.331 ton. Volume matrial kadar rendah 2.703 m3 dan volume

tanah pucuk 1.016 m3.

Tabel 5. 2

Rancangan Produksi CV Biru Langit per Tahun

Tahun Material Tonase (ton) Volume Total

(m3) Pit Cerit Pit Wawar Total

1 Trass 190.942 189.805 380.747 146.441

Kadar rendah 43.183 44.320 87.502 39.774

2 Trass 182.888 189.921 372.809 143.388

Kadar rendah 14.888 7.856 22.743 10.338

3 Trass 189.212 189.849 379.061 145.793

Kadar rendah 21.806 21.169 42.976 19.534

4 Trass 189.865 190.488 380.353 146.290

Kadar rendah 13.102 12.479 25.581 11.628

5 Trass 190.994 189.791 380.785 146 456

Kadar rendah 2.472 3.675 6.147 2 794

6 Trass 296.665 83.474 380.138 146.207

Kadar rendah 12.028 3.594 15.622 7.101

7 Trass 379.813 - 379.813 146.082

Kadar rendah 4.205 - 4.205 1.912

8 Trass 306.332 - 306.332 117.820

Kadar rendah 8.182 - 8.182 3.719

Rancangan Area Disposal

Pemilihan lokasi disposal tanah pucuk dilakukan dengan mempertimbangkan

jarak angkut dari lokasi pembongkaran ke area disposal, Hal ini di karenakan pada

tahap akhir penambangan tanah pucuk akan digunakan kembali untuk kegiatan

reklamasi, oleh karena itu dilakukan pemisahan area disposal pada masing-masing

pit dengan tujuan untuk memperpendek jarak angkut dari lokasi pembongkaran ke

area disposal. Jarak angkut rata-rata dari Kuari Cerit ke area disposal tanah pucuk

adalah 140 m, sedangkan di Kuari Wawar jarak rata-ratanya adalah 160 m.

Disposal material kadar rendah dipilih pada lokasi yang memilliki luasan

yang cukup untuk menampung volume material dari Kuari Cerit serta Kuari

Wawar, serta memiliki akses pengangkutan dari kedua kuari. Lokasi disposal

material kadar rendah memiliki jarak rata-rata 210 m dari Kuari Cerit dan 600 m

dari Kuari Wawar dan lokasinya memiliki posisi yang searah dengan rute

pegangkutan menuju stockpile bila di akses melalui jalan baru. Pemilihan lokasi

72

disposal juga mempertimbangkan debit air limpasan minimal yang dapat dilihat

pada kontur serta arah aliran air limpasan di sekitar area disposal.

1. Rancangan Disposal Tahun I

Pada tahun pertama volume tanah penutup hasil pembongkaran dari Kuari

Cerit yang ditimbun di area disposal Kuari Cerit adalah 7.997 LCM dengan luas

area disposal 2.715 m2 dan elevasi 181-192 mdpl. Volume material tanah pucuk

yang ditimbun di area disposal Kuari Wawar memiliki volume 7.066 LCM dengan

luas area disposal 2.131 m2 dan elevasi 212-224 mdpl. Volume material kadar

rendah yang masuk ke disposal berjumlah 28.687 LCM dengan luas area disposal

2.521 m2. Disposal materal kadar rendah memiliki elevasi 215-223.5 mdpl.

2. Rancangan Disposal Tahun II

Pada tahun ke-2 volume tanah penutup hasil pembongkaran dari Kuari Cerit

yang ditimbun di area disposal Kuari Cerit adalah 3.668 LCM dengan luas area

disposal 3.342 m2 dan elevasi 192-194 mdpl. Volume material tanah pucuk yang

ditimbun diarea disposal Kuari Wawar berjumlah 7.066 LCM dengan luas area

disposal 2.521 m2 dan elevasi disposal 224-227 mdpl. Pada disposal material kadar

rendah penambahan volume material kadar rendah adalah 4.940 LCM dengan luas

area disposal 2.521m2 disposal terletak pada elevasi 211-227,5 mdpl.

3. Rancangan Disposal Tahun III

Pada tahun ke-3 volume tanah penutup hasil pembongkaran dari Kuari Cerit

yang ditimbun di area disposal Kuari Cerit adalah 2336.1 LCM dengan luas area

disposal 3.679 m2 dan elevasi timbunan 192-195 mdpl. Volume material tanah

pucuk yang ditimbun di area disposal Kuari Wawar berjumlah 4.866 LCM dengan

luas area disposal 3.263 m2 dan elevasi timbunan 224-231 mdpl.

Dari proses penambangan jumlah material kadar rendah yang masuk ke

disposal memiliki volume 14.284 LCM dengan luas area disposal 8.163 m2 dan

elevasi disposal 223.5-227 mdpl.

4. Rancangan Disposal Tahun IV

Pada tahun ke-4 volume tanah penutup hasil pembongkaran dari Kuari Cerit

yang ditimbun di area disposal Kuari Cerit adalah 3.412 LCM dengan luas area

disposal 4.124 m2 dan mempunyai elevasi 195-196 mdpl. Jumlah material tanah

73

pucuk yang ditimbun di area disposal Kuari Wawar memiliki volume 1.007 LCM

dengan luas area 3.415 m2 dan elevasi timbunan 231-232 mdpl.

Dari proses penambangan jumlah material kadar rendah yang masuk ke

disposal memiliki volume 8.370 LCM dengan luas area disposal 8.674 m2 dan

memiliki elevasi timbunan 227-229 mdpl.

5. Rancangan Disposal Tahun V

Pada tahun ke-5 volume tanah penutup hasil pembongkaran dari Kuari Cerit

yang ditimbun di area disposal Kuari Cerit adalah 1187.1 LCM dengan luas area

disposal 4.262 m2 dan mempunyai elevasi 196-197 mdpl. Jumlah material tanah

pucuk yang ditimbun di area disposal Kuari Wawar memiliki volume 121 LCM

dengan luas area 3.415 m2 dan elevasi timbunan 232-232,2 mdpl.

Dari proses penambangan material kadar rendah yang masuk ke disposal

memiliki volume 1.764 LCM dengan luas area disposal 8.778 m2. Disposal material

kadar rendah memiliki elevasi 229-229,3 mdpl.

6. Rancangan Disposal Tahun VI

Pada tahun ke-6 volume tanah penutup hasil pembongkaran dari Kuari Cerit

yang ditimbun di area disposal Kuari Cerit adalah 2.661 LCM dengan luas area

disposal 4.519 m2 dan mempunyai elevasi 197-198 mdpl. Jumlah material tanah

pucuk yang ditimbun di area disposal Kuari Wawar memiliki volume 658 LCM

dengan luas area 3.504 m2 dan elevasi timbunan 232,2-232,7 mdpl. Dari proses

penambangan material kadar rendah yang masuk ke disposal memiliki volume

4.491 LCM dengan luas area disposal 9.036 m2. Disposal material kadar rendah

memiliki elevasi 229,3-230 mdpl.

7. Rancangan Disposal Tahun VII

Pada tahun ke-7 volume tanah penutup hasil pembongkaran dari Kuari Cerit

yang ditimbun di area disposal Kuari Cerit adalah 98 LCM dengan luas area

disposal 4.519 m2 dan mempunyai elevasi 198-198,4 mdpl. Material tanah pucuk

di disposal Kuari Wawar tidak mengalami penambahan volume, luas timbunan, dan

elevasi dikarenakan proses penambangan di Kuari Wawar telah selesai. Dari proses

penambangan di Kuari Cerit, volume material kadar rendah yang masuk ke disposal

adalah 2.004 LCM dengan luas area disposal 9.167 m2. Disposal material kadar

rendah memiliki elevasi 230-230,8 mdpl.

74

8. Rancangan Disposal Tahun VIII

Pada tahun ke-8 volume tanah penutup hasil pembongkaran dari Kuari Cerit

yang ditimbun di area disposal Kuari Cerit adalah 1.117 LCM dengan luas area

disposal 4.636 m2 dan mempunyai elevasi 198,4-199 mdpl. Material tanah pucuk

yang ditimbun di area disposal Kuari Wawar tidak mengalami penambahan volume,

luas timbunan, dan elevasi dikarenakan proses penambangan di Kuari Wawar telah

selesai. Dari proses penambangan di Kuari Cerit, volume material kadar rendah

yang masuk ke disposal adalah 2.973 LCM dengan luas area disposal 10.504 m2

dan memiliki elevasi timbunan 230,8-236 mdpl.

Tabel 5. 3

Rancangan Disposal Tanah Pucuk CV Biru Langit

Tahun ke-

Volume Topsoil (m3)

Pit Cerit Pit Wawar Total/ th

1 7.271 6.424 13.695

2 3.335 2.512 5.847

3 2.124 4.425 6.548

4 3.102 916 4.018

5 1.079 111 1.190

6 2.419 599 3.018

7 89 0 89

8 1.016 0 1.016

Total 20.435 14.985 35.421

75

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pit shell kode Stage-8 merupakan pit shell optimal berdasarkan NPV dengan

nilai Rp14.051.000.000.

2. Jumlah cadangan Trass dari hasil rancangan bukaan tambang yang mengacu

pada pit shell Stage-8 adalah 2.960.000 ton.

3. Cadangan feldspar akan habis ditambang pada tahun ke 8 dengan target

produksi 360.000 ton/tahun, geometri jenjang penambangan secara umum :

a) Tinggi Jenjang (8 m)

b) Lebar jenjang (3 m)

c) Lebar jenjang kerja (10 m)

d) Sudut kemiringan jenjang tunggal zona kuning 60o

e) Sudut kemiringan jenjang tunggal zona biru 70o

f) Sudut kemiringan jenjang keseluruhan < 53o

4. Proses penambangan dilakukan dengan memindahkan 35420 LCM tanah

pucuk dan 61421 LCM material kadar rendah yang selanjutnya dilakukan

penimbunan pada lokasi yang terpisah.

Saran

1. Pembuatan model finansial penjualan retail material kadar rendah pada

cashflow sebagai data input dalam menentukan cadangan.

2. Penelitian lanjutan mengenai evaluasi ekonomi pada hasil rancangan

kemajuan tambang.

3. Memasukan pertimbangan rancangan jalan pada overall slope dengan

menggunakan slope restriction regions untuk memperkecil persentase

perbadaan pit shell dan pit design.

76

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, D (2009). Surface Mining: Planning and Design of Surface Mines.

Colorado: Society for Mining, Metallurgy, and Exploration (SME.

Baek, J., & Choi, Y (2017). A new method for haul road design in open-pit mines

to support efficient truck haulage operations. Applied Sciences.

Bakr, I (2009). Substitution of Potash Feldspar by Less Expensive Fluxing Agents

in the Formulation of Ceramic Bodies. Sadat: Interceram.

Chicoisne, R., Espinoza, D., & goycoolea, M (2012). A New Algorithm for the

Open-Pit Mine (Vol. Vol. 60). Santiago: Operation Research.

Darling, P (2011). SME Mining Engineering Handbook (Vol. 3rd edition). United

States Of America: Society for Mining, Metallurgy, and Exploration

(SME),.

Esmaili, A., & Mazzalli, L (2021). Open Pit Mine Planning. Perth: Micromine

Coorporate.

Everett, J., & Rimes, M (2020). A mine planning model to satisfy long-term (Vol.

199). Perth: Applied Earth Science.

Geyik, M (1986). FAO watershed management field manual: Gully control. .

Rome: Food and Agriculture Organization of the United Nations.

Hartman, H (2007). Introductory Mining Engineering. New Delhi: Wiley India.

Hustrulid, W., Kuchta, M., & Martin, R (2013). Open Pit Mine Plan & Design.

London: CRC Press.

Kaufman, W., & Ault, J (1977). Design of Surface Mine Haulage Roads - a Manual.

Pittsburch.

KCMI, IAGI, PERHAPI (2017). Kode Pelaporan Hasil Eksplorasi, Sumberdaya

Mineral dan Cadangan Mineral. Komite KCMI: Jakarta.

Lerchs, H. and Grossman, F. (1965). Optimum Design of Open-Pit Mines ( Vol 68).

Transactions, CIM :Join CORS and ORSA Conference.

77

Nasab, H. A (2020). Optimizing Ultimate Pit Limits of Gol-E-Gohar Iron Mine of

IRAN using 3D Lerchs & Grossman Algorithm. Sirjan: Research Gate.

Noorozi, M., Jalali, E., & Bafgi, Y (2009). A novel approach to open pit limit

optimization (Vol. Vol 1). Iran: 9th International Multidiciplinary Scientific

Geoconference, SGEM 2009.

Partanto, P (1984). Tambang Terbuka (Surface Mining). Bandung: Jurusan Teknik

Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral Institut Teknologi Bandung.

Rahimi, E., Oraee, K., & Tonkaboni, Z (2014). Considering environmental costs of

copper production in cut-off grades optimization. Tehran: Saudi Society for

Geosciences.

Sadeghi, M., & Deghani, H (2020). Ultimate Pit Limit Determination Using

Flashlight Algorithm. Hamedan: International Jurnal of Mining and Geo-

engineering, Research Gate.

Waterman, S (2018). Perencanaan Tambang (Edisi Kedelapan). Yogyakarta: Kilau

Book.

Yanto, I (2012). Pemindahan Tanah Mekanis. Yogyakarta: Program Studi Teknik

Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta.

Zahl, E (1992). SME Mining Engineering Handbook 2nd Edition Volume 1: Waste

Disposal and Contaminant Control. Colorado: Society for Mining,

Metallurgy, and Exploration (SME).

2014. Kabupaten Banjarnegara dalam Angka. Badan Pusat Statistik

Kabupaten Banjarnegara.

2015. Dokumen Studi Kelayakan Bahan Galian Feldspar di Blok Saga, Desa

Wanadri, Kecamatan Bawang Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa

Tengah CV. Biru Langit.

2015. Dokumen Eksplorasi Bahan Galian Non Logam Jenis Feldspar Blok

Saga, Desa Wanadri, Kecamatan Bawang Kabupaten Banjarnegara,

Propinsi Jawa Tengah. CV. Biru Langit.

2015. Kabupaten Banjarnegara dalam Angka. Badan Pusat Statistik

Kabupaten Banjarnegara.

2016. Kabupaten Banjarnegara dalam Angka. Badan Pusat Statistik

Kabupaten Banjarnegara.

78

2020. RKAB IUP Operasi Produksi Tahun 2020 Mineral Bukan Logam Jenis

Feldspar No : 543.32/1896 Tahun 2016 Blok Saga Desa Wanadri

Kecamatan Bawang Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah

CV.Biru Langit.

2021. RKAB IUP Operasi Produksi Tahun 2021 Mineral Bukan Logam Jenis

Feldspar No : 543.32/1896 Tahun 2016 Blok Saga Desa Wanadri

Kecamatan Bawang Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah

CV.Biru Langit.

2017. Kabupaten Banjarnegara dalam Angka. Badan Pusat Statistik

Kabupaten Banjarnegara.

2018. Kabupaten Banjarnegara dalam Angka. Badan Pusat Statistik

Kabupaten Banjarnegara.

79

LAMPIRAN

80

LAMPIRAN A

DATA CURAH HUJAN DAN HARI HUJAN DAERAH

PENELITIAN

Berdasarkan data yang bersumber dari Badan Pencatatan dan Statistika (BPS)

Kabupaten Banjarnegara diperoleh data hari hujan dalan kurun waktu 10 tahun

mulai dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2017 sebagai berikut :

Tabel A.1

Data hari hujan Kab. Banjarnegara

sumber : Kabupaten Banjarnegara dalam Angka. Badan Pusat Statistik

Kabupaten Banjarnegara

TahunBanyak Hari Hujan

(hari)

2007 145

2008 147

2009 158

2010 270

2011 169

2012 126

2013 173

2014 169

2015 159

2016 158

Rata-rata hari

hujan per tahun167.4

81

LAMPIRAN B

SPESIFIKASI PRODUK TRASS BL-SG-01

82

LAMPIRAN C

REKOMENDASI GEOTEKNIK

1. Pengujian Sifat Fisik Dan Sifat Mekanik pada Batuan

Tabel C.1

Sifat fisik dan mekanik batuan Lithologi Kuning Biru

Ketebalan maksimum 21 m 80 m

Bobot Isi asli 2,18 t/m3 2,63 t/m3

Kuat tekan uniaksial 51,96 Mpa 57,16 Mpa

Kuat tarik 5,2 Mpa 5,72 Mpa

Sudut gesek dalam 31,93° 38,50°

Cohesi 0,0210 Mpa 0,1919 Mpa

Sumber: hasil pengujian sifat fisik dan mekanik Laboratorium Mekanika Batuan UPN Veteran

Yogyakarta

2. Analisis Kinematis Bidang Diskontinu

Untuk menentukan potensi longsor dilakukan analisis kinematis dengan

software Dips 0.8 dari data kekar hasil pengukuran bidang diskontinu.

Gambar C.1

Analisis Kinematic Data Kekar Blok Cerit

83

Gambar C.2

Analisis Kinematic Data Kekar Blok Wawar

Berbasarkan analisis kinematik terdapat dua jenis potensi longsoran yaitu

longsoran sliding dan toppling.

Tabel C.2

Potensi Jenis Longsoran di Blok Saga

Pit Slope

Arah

lereng

aktual

Arah

umum

kekar

Jenis

longsor

Persentase

Semua Arah

Cerit 70° 0 - 360° 57/322 sliding 48,92

toppling 16,13

Wawar 70° 335 -

90°

76/308 toppling 4,32

57/48 sliding 21.65

Berdasarkan data di atas dapat diketahui arah lereng yang dan potensi longsor

pada masing-masing pit sebagai berikut :

Tabel C.3

Potensi longsoran di Pit Cerit dan Wawar

Pit Arah Umum

Kekar Potensi Longsoran Arah Lereng

Cerit 57/322 Sliding 322 ± 20°

Toppling 142 ± 10°

Wawar 57/48 Sliding 48 ± 20°

84

3. Analisis Faktor Keamanan.

a. Analisis Faktor Keamanan Potensi Longsoran Sliding di Blok Cerit dan

Wawar Lereng Zona Kuning.

Litology Zone= Kuning

Slope Height = 20 m

Wedge Weight = 0,80564 Mn/m

Wedge Volume = 36,62 m^3/m

Rock Unit Weight = 2.2 t/m^3

Slope Angle = 65°

Failure Plane Angle = 57°

Upper Face Angle = 0°

Waviness = 10°

Shear Strength Model : Mohr-

Coulomb

Friction Angle = 32°

Cohesion = 2.1 t/m^2

Shear Strength: 32,4974 t/m^2

Gambar C.3

Analisis Faktor Keamanan Potensi Longsoran Sliding di Blok Cerit dan

Wawar Lereng Zona Kuning

Hasil analisis :

Analysis type = Deterministic

Normal Force = 0,438783 Mn/m

Resisting Force = 0,852344 Mn/m

Driving Force = 0,67566 Mn/m

Factor of Safety = 1.26149

85

b. Analisis Faktor Keamanan Potensi Longsoran Sliding di Blok Cerit dan

Wawar Lereng Zona Biru

Litology Zone = Biru Slope

Height = 80 m

Wedge Weight = 23,7484 Mn/m

Wedge Volume = 913,4 m^3/m

Rock Unit Weight = 2.63 t/m^3

Slope Angle = 70°

Failure Plane Angle = 57°

Upper Face Angle = 0°

Waviness = 10°

Shear Strength Model : Mohr-

Coulomb

Friction Angle = 38.5°

Cohesion = 19 t/m^2

Shear Strength: 29,82 t/m^2

Water Unit Weight = 0.98 t/m^3

Gambar C.4

Analisis Faktor Keamanan Potensi Longsoran Sliding di Blok Cerit dan

Wawar Lereng Zona Biru

Hasil analisis :

Analysis type = Deterministic

Normal Force = 13,2066 Mn/m

Resisting Force = 30,77 Mn/m

Driving Force = 20,3364 Mn/m

Factor of Safety = 1,5130

86

c. Analisis Faktor Keamanan Potensi Longsoran Toppling di Blok Cerit

Lereng Zona Kuning

Zona = Kuning

Slope Angle = 70°

Slope Height =20 m

Upper Slope Angle = 0°

Toppling Joint Spacing =2.5 m

Toppling Joint Dip = 57°

Overall Base Inclination = 50°

Factor of Safety = 1.347

Gambar C.5

Analisis Faktor Keamanan Potensi Longsoran Toppling di Blok Cerit dan

Wawar Lereng Zona Kuning

d. Analisis Faktor Keamanan Potensi Longsoran Toppling di Blok Cerit

Lereng Zona Biru

Slope Angle = 70°

Slope Height = 80 m

Upper Slope Angle = 0°

Toppling Joint Spacing = 2.5 m

Toppling Joint Dip = 57°

Overall Base Inclination = 50°

Factor of Safety = 2.032

87

Gambar C.5

Analisis Faktor Keamanan Potensi Longsoran Toppling di Blok Cerit dan

Wawar Lereng Zona Kuning

Tabel C.4

Potensi Longsoran dan Faktor keamanan di Blok Saga

Zona Tinggi lereng Kemiringan

lereng

Potensi

longsoran

Faktor

keamanan

Kuning 20 m 65° Sliding 1.26149

20 m 70° Toppling 1.347

Biru 80 m 70° Sliding 1,5130

80 m 70° Toppling 2.032

88

LAMPIRAN D

OPTIMASI BUKAAN TAMBANG

1. Paramater input optimasi

Tabel D.1

Parameter Input Optimasi

TYPE PARAMETERS UNIT VALUE

General

Mining Method Open Pit

Type Of Proccessed Ore Feldspar

Prosesing Method Screening

Extracted Element Total in mass (SiO2,

Fe2O3, Al2O3)

Resource Measured, Indicated

Mining

Mining Cost:

- Ore

- Waste

Rp/ton

Rp/ton

55.900

40.000

Mining Recovery % 95

Mining Dilution % 0

Processing

Procesing Cost Rp/Ton Ore

0

G&A Cost Rp/Ton Ore

0

Processing Recovery % 100

Minimal Processing Grade % total 70

Pricing

trass Price Rp/Ton

69.500

Selling Cost For Fe Rp/Ton

0

Other

Overall Slope Angle Waste

Dump 0 30

Bench Height Waste Dump M 5

Height Waste Dump M 15

Single Slope Waste Dump 0 40

Pit shell

Analysis

Parameter

Initial Capital Cost Rp 2.000.000.000

Expanses Rp 400.000.000

Discount Rate Per Period % 8

Pit design

Parameters

Single Bench Height M 8

Single Slope Angle 0 70

Overall Slope Angle 0 53

Bench Height (Overall) M 112

89

HPP FELDSPAR (TRASS)

a. Sewa Backhoe Rp 25,000,000

b. Bahan bakar solar Rp 36,000,000

c. Operator Backhoe Rp 2,000,000

d. Gaji karyawan Rp 15,000,000

e. Biaya hauling ke stockpile Rp 125,000,000

f. Biaya muat di stockpile Rp 25,000,000

g. Biaya perawatan dan perbaikan 4 truck Rp 10,000,000

Jumlah total biaya operasi langsung/ bulan Rp 238,000,000

Jumlah total biaya operasi langsung/ tahun Rp 2,856,000,000

Total Produksi feldspar 2020 51.102

HPP Feldspar (Trass) /ton Rp 55,888,223.55

HPP FELDSPAR KADAR RENDAH

a. Sewa Backhoe Rp 25,000,000

b. Bahan bakar solar Rp 36,000,000

c. Operator Backhoe Rp 2,000,000

d. Gaji karyawan Rp 15,000,000

e. Biaya hauling ke stockpile Rp 80,000,000

f. Biaya perawatan dan perbaikan truck Rp 10,000,000

Jumlah total biaya operasi langsung/ bulan Rp 168,000,000

Jumlah total biaya operasi langsung/ tahun Rp 2,016,000,000

Total Produksi feldspar 2020 51.102

HPP Feldspar kadar rendah /ton Rp 39,450.51

EXPANSES

a. Biaya listrik dan air bersih Rp 5,200,000

b. Biaya alat tulis kantor dan percetakan Rp 6,000,000

c. Biaya perawatan alat listrik Rp 2,500,000

d. Biaya konstruksi dan infrastruktur jalan Rp 30,000,000

e. Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat Rp 18,000,000

f. Pengelolaan dan pemantauan lingkungan Rp 36,000,000

g. Kesehatan dan keselamatan tambang Rp 36,000,000

h. Asuransi peralatan Rp 2,500,000

i. Pajak WIUP Rp 1,600,000

j. Kontribusi ke Desa Rp 12,000,000

k. Sewa kantor, stockpile dan bengkel Rp 200,000,000

l. Asuransi karyawan Rp 3,600,000

m. Biaya tak terduga Rp 50,000,000

Total Rp 398,200,000

CAPITAL COST

a. Biaya ganti rugi dan pembebasan lahan (2 ha) Rp 890,000,000

b. Pengurusan izin Rp 15,000,000

c. Pembelian alat exavator PC 200 Rp 1,100,000,000

d. Jaminan reklamasi Rp 12,000,000

Total Rp 2,017,000,000

90

2. Langkah Kerja

a. Pembuatan Database

1. Siapkan terlebih dahulu file Collar dan Assay (lihat Gambar D.1) untuk

data masukan lubang bor yang terdapat data geologi komoditas tambang.

Gambar D.1 Data Collar dan Assay

2. Buat database drillhole dengan klik drillhole > database > create

drillhole database, buat Collar file (lihat Gambar D.2) berdasarkan data

Collar yang tersedia. Isikan output file dengan nama file Collar sesuai

keinginan.

Gambar D.2 Input Data Collar

91

3. Setelah database drillhole selesai dibuat, selanjutnya masukan data Assay

yang tersedia dengan cara klik drillhole > database > create trench database

(lihat Gambar D.3). Isikan database dengan Collar file yang sebelumnya

dibuat, lakukan penyesuaian di opsi-opsi selanjutnya.

Gambar D.3 Input Data Assay

Hasil (lihat Gambar D.4 dan D.5) :

Gambar D.4 Interpretasi Drillhole Tampak Atas

92

Gambar D.5 Interpretasi Drillhole Tampak 3 Dimensi

b. Geological Modelling

6. Lakukan interpolasi pada komposit lubang bor yang memiliki kadar lumpur

yang sama (lihat Gambar 3.26), dan jadikan menjadi wireframe.

Gambar D.6 Pemodelan Geologi dari Drillhole

Hasil (lihat Gambar D.7) :

93

Gambar D.7 Pembuatan Wireframe untuk Pemodelan Geologi Drillhole

7. Ubah wireframe hasil interpolasi menjadi block model agar nantinya bisa

untuk dijadikan file input untuk Optimalisasi Pit, dengan cara klik modelling

> blockmodel tools > create blank (lihat Gambar D.8). Masukan block model

hasil interpolasi kedalam file input, klik run.

Gambar D.8 Proses Mengubah Wireframe menjadi Blockmodel

Hasil (lihat Gambar 3.29) :

94

Gambar D.9

Blockmodel Tampak Samping

8. Lakukan Optimalisasi Pit terhadap block model yang telah dibuat, dengan

cara klik optimisation > pit optimiser. Buat project baru di tab mine, isikan

nama dan code sesuai keinginan dan di definition klik kanan > new (lihat

Gambar D.10 dan 3.31).

Gambar D.10 Pembuatan Optimalisasi Pit Database

95

Gambar D.11

Proses Input Data untuk Optimalisasi Pit

9. Isikan parameter yang tersedia kedalam jendela masukan yang tersedia,

dari model, design serta file output (lihat Gambar D.12). Selanjutnya klik

run.

Gambar D.12

Penamaan Output File Hasil Optimalisasi Pit

Hasil (lihat Gambar D.13):

96

Gambar D.13

Pit Shell Hasil Optimalisasi

c. Pembuatan Pit Design

1. Tampilkan terlebih dahulu topografi (lihat Gambar D.14) yang nantinya akan

dibuat pit. bisa berupa file .dxf, .dat, .xls atau file lain yang disuport oleh

software micromine dengan klik file > import.

Gambar D.14 Memasukan Data Topografi

2. Membuat pit design di vizex form dengan memasukan parameter pit design

yang diperlukan, antara lain : Interramp angle, Batter height, Batter slope

97

dan Berm width (lihat Gambar D.15).

Gambar D.15 Memasukan Spesifikasi Jenjang

3. Plot lokasi wiup serta tata letak sarana dan prasarananya (lihat

Gambar D.16). Selanjutnya tentukan area terluar pit yang akan di

tambang dengan maksud untuk membatasi area yang akan di tambang

dan area yang tidak akan di tambang.

Gambar D.16 Input Lokasi WIUP dan Batas Terluar Pit

4. Buat ramp dengan klik add road dan klik titik mana yang akan

dijadikan jalan akses masuk kedalam pit. Kemudian masukan ramp

spec kedalam road properties, antara lain : Road width, Gradient,

98

Arah perputaran jalan, Garis tengah jalan, Switchback (lihat Gambar

D.17).

Gambar D.17 Pembuatan ramp

5. Selanjutnya klik project to berm dan tentukan sampai elevasi berapa

pit akan dibuat (lihat Gambar D.18).

Gambar D.18 Pembuatan Crest dan Toe

6. Ubah pit dan topografi menjadi Wireframe, kemudian gabungkan pit

dengan topografi (lihat Gambar D.19) sehingga menjadi volume pit

dengan klik wireframe > operation > bolean (lihat Gambar D.20).

99

Selanjutnya report hasil volume pit untuk mendapatkan volume dan

tonnase dari komoditas yang ditambang (lihat Gambar D.21).

Gambar D.19

Mengubah Pit String menjadi Wireframe

Gambar D.20 Menghitung Volume Pit

100

Gambar D.21 Hasil Volume Pit

7. Satukan wireframe pit dengan topografi dengan klik wireframe > operation

>bolean. Isikan operation yaitu surface merge min, dengan A yaitu topografi

dan B pit design serta ubah nama output wireframe (lihat Gambar D.22).

Gambar D.22 Menyatukan Pit dengan Topografi

Hasil (lihat Gambar D.23) :

101

Gambar D.23 Hasil Pit Design

102

C. Tabel Hasil Optimasi

Tabel D.2

Hasil Optimasi Metode Constant Lag 2

103

*) lanjutan tabel D. 2 (Horizontal)

104

*) lanjutan tabel D. 3 (Horizontal)

Ore Mining Cost

DiscountedOre Mining Cost

Waste Mining Cost

DiscountedWaste Mining Cost

Rehabilitation

Cost

Discounted

Rehabilitation

Cost

Discount

FactorMining Rate Total Cost Discounted Total Cost

Total Revenue

DiscountedTotal Revenue

-Rp -Rp -Rp -Rp -Rp -Rp 1.000 -Rp -Rp -Rp -Rp

551,189,825Rp 578,749,317Rp -Rp -Rp -Rp -Rp 0.952 360000 551,189,825Rp 578,749,317Rp 651,025,192Rp 683,576,451Rp

-Rp -Rp 150,766Rp 158,304Rp 4Rp 4Rp 0.952 360000 150,770Rp 158,308Rp -Rp -Rp

551,189,825Rp 578,749,317Rp 150,766Rp 158,304Rp 4Rp 4Rp 0.952 360000 551,340,595Rp 578,907,625Rp 651,025,192Rp 683,576,451Rp

83,882,297,674Rp 96,958,312,405Rp -Rp -Rp -Rp -Rp 0.784 360000 83,882,297,674Rp 96,958,312,405Rp 97,889,009,676Rp 113,219,631,409Rp

-Rp -Rp 2,231,640,440Rp 2,376,003,217Rp 55,791Rp 59,400Rp 0.784 360000 2,231,696,231Rp 2,376,062,617Rp -Rp -Rp

83,882,297,674Rp 96,958,312,405Rp 2,231,640,440Rp 2,376,003,217Rp 55,791Rp 59,400Rp 0.784 360000 86,113,993,905Rp 99,334,375,022Rp 97,889,009,676Rp 113,219,631,409Rp

113,657,605,510Rp 137,957,694,695Rp -Rp -Rp -Rp -Rp 0.677 360000 113,657,605,510Rp 137,957,694,695Rp 132,494,667,649Rp 160,903,307,811Rp

-Rp -Rp 3,463,085,658Rp 3,923,607,428Rp 86,577Rp 98,090Rp 0.677 360000 3,463,172,236Rp 3,923,705,518Rp -Rp -Rp

113,657,605,510Rp 137,957,694,695Rp 3,463,085,658Rp 3,923,607,428Rp 86,577Rp 98,090Rp 0.677 360000 117,120,777,746Rp 141,881,400,212Rp 132,494,667,649Rp 160,903,307,811Rp

121,789,113,848Rp 149,971,070,943Rp -Rp -Rp -Rp -Rp 0.677 360000 121,789,113,848Rp 149,971,070,943Rp 141,922,532,606Rp 174,833,843,930Rp

-Rp -Rp 3,887,960,603Rp 4,550,562,302Rp 97,199Rp 113,764Rp 0.677 360000 3,888,057,802Rp 4,550,676,066Rp -Rp -Rp

121,789,113,848Rp 149,971,070,943Rp 3,887,960,603Rp 4,550,562,302Rp 97,199Rp 113,764Rp 0.677 360000 125,677,171,651Rp 154,521,747,009Rp 141,922,532,606Rp 174,833,843,930Rp

143,238,328,377Rp 183,466,500,308Rp -Rp -Rp -Rp -Rp 0.614 360000 143,238,328,377Rp 183,466,500,308Rp 166,827,895,438Rp 213,748,768,935Rp

-Rp -Rp 5,525,388,098Rp 7,014,582,208Rp 138,135Rp 175,365Rp 0.614 360000 5,525,526,232Rp 7,014,757,572Rp -Rp -Rp

143,238,328,377Rp 183,466,500,308Rp 5,525,388,098Rp 7,014,582,208Rp 138,135Rp 175,365Rp 0.614 360000 148,763,854,609Rp 190,481,257,880Rp 166,827,895,438Rp 213,748,768,935Rp

143,941,297,836Rp 184,613,179,147Rp -Rp -Rp -Rp -Rp 0.614 360000 143,941,297,836Rp 184,613,179,147Rp 167,643,920,131Rp 215,080,158,518Rp

-Rp -Rp 5,597,311,785Rp 7,130,422,847Rp 139,933Rp 178,261Rp 0.614 360000 5,597,451,718Rp 7,130,601,107Rp -Rp -Rp

143,941,297,836Rp 184,613,179,147Rp 5,597,311,785Rp 7,130,422,847Rp 139,933Rp 178,261Rp 0.614 360000 149,538,749,553Rp 191,743,780,255Rp 167,643,920,131Rp 215,080,158,518Rp

144,764,970,922Rp 185,955,930,687Rp -Rp -Rp -Rp -Rp 0.614 360000 144,764,970,922Rp 185,955,930,687Rp 168,596,403,215Rp 216,633,066,518Rp

-Rp -Rp 5,695,382,877Rp 7,289,314,026Rp 142,385Rp 182,233Rp 0.614 360000 5,695,525,261Rp 7,289,496,259Rp -Rp -Rp

144,764,970,922Rp 185,955,930,687Rp 5,695,382,877Rp 7,289,314,026Rp 142,385Rp 182,233Rp 0.614 360000 150,460,496,184Rp 193,245,426,946Rp 168,596,403,215Rp 216,633,066,518Rp

145,096,948,490Rp 186,496,687,163Rp -Rp -Rp -Rp -Rp 0.614 360000 145,096,948,490Rp 186,496,687,163Rp 168,980,661,957Rp 217,258,983,518Rp

-Rp -Rp 5,743,594,744Rp 7,367,846,078Rp 143,590Rp 184,196Rp 0.614 360000 5,743,738,334Rp 7,368,030,274Rp -Rp -Rp

145,096,948,490Rp 186,496,687,163Rp 5,743,594,744Rp 7,367,846,078Rp 143,590Rp 184,196Rp 0.614 360000 150,840,686,824Rp 193,864,717,437Rp 168,980,661,957Rp 217,258,983,518Rp

145,151,804,728Rp 186,586,042,195Rp -Rp -Rp -Rp -Rp 0.614 360000 145,151,804,728Rp 186,586,042,195Rp 169,043,894,408Rp 217,361,982,518Rp

-Rp -Rp 5,752,552,914Rp 7,382,437,993Rp 143,814Rp 184,561Rp 0.614 360000 5,752,696,728Rp 7,382,622,554Rp -Rp -Rp

145,151,804,728Rp 186,586,042,195Rp 5,752,552,914Rp 7,382,437,993Rp 143,814Rp 184,561Rp 0.614 360000 150,904,501,457Rp 193,968,664,750Rp 169,043,894,408Rp 217,361,982,518Rp

145,221,764,895Rp 186,699,999,935Rp -Rp -Rp -Rp -Rp 0.614 360000 145,221,764,895Rp 186,699,999,935Rp 169,124,961,653Rp 217,494,032,518Rp

-Rp -Rp 5,766,203,802Rp 7,404,673,851Rp 144,155Rp 185,117Rp 0.614 360000 5,766,347,957Rp 7,404,858,968Rp -Rp -Rp

145,221,764,895Rp 186,699,999,935Rp 5,766,203,802Rp 7,404,673,851Rp 144,155Rp 185,117Rp 0.614 360000 150,988,112,852Rp 194,104,858,903Rp 169,124,961,653Rp 217,494,032,518Rp

145,239,610,126Rp 186,729,067,935Rp -Rp -Rp -Rp -Rp 0.614 360000 145,239,610,126Rp 186,729,067,935Rp 169,146,039,137Rp 217,528,365,518Rp

-Rp -Rp 5,770,602,419Rp 7,411,838,734Rp 144,265Rp 185,296Rp 0.614 360000 5,770,746,684Rp 7,412,024,030Rp -Rp -Rp

145,239,610,126Rp 186,729,067,935Rp 5,770,602,419Rp 7,411,838,734Rp 144,265Rp 185,296Rp 0.614 360000 151,010,356,810Rp 194,141,091,966Rp 169,146,039,137Rp 217,528,365,518Rp

145,271,138,530Rp 186,780,424,383Rp -Rp -Rp -Rp -Rp 0.614 360000 145,271,138,530Rp 186,780,424,383Rp 169,181,708,725Rp 217,586,467,518Rp

-Rp -Rp 5,777,260,658Rp 7,422,684,304Rp 144,432Rp 185,567Rp 0.614 360000 5,777,405,090Rp 7,422,869,871Rp -Rp -Rp

145,271,138,530Rp 186,780,424,383Rp 5,777,260,658Rp 7,422,684,304Rp 144,432Rp 185,567Rp 0.614 360000 151,048,543,619Rp 194,203,294,255Rp 169,181,708,725Rp 217,586,467,518Rp

145,341,758,970Rp 186,895,457,639Rp -Rp -Rp -Rp -Rp 0.614 360000 145,341,758,970Rp 186,895,457,639Rp 169,262,775,970Rp 217,718,517,518Rp

-Rp -Rp 5,795,379,194Rp 7,452,197,490Rp 144,884Rp 186,305Rp 0.614 360000 5,795,524,078Rp 7,452,383,795Rp -Rp -Rp

145,341,758,970Rp 186,895,457,639Rp 5,795,379,194Rp 7,452,197,490Rp 144,884Rp 186,305Rp 0.614 360000 151,137,283,049Rp 194,347,841,434Rp 169,262,775,970Rp 217,718,517,518Rp

145,357,523,172Rp 186,921,135,863Rp -Rp -Rp -Rp -Rp 0.614 360000 145,357,523,172Rp 186,921,135,863Rp 169,280,610,764Rp 217,747,568,518Rp

-Rp -Rp 5,799,761,508Rp 7,459,335,818Rp 144,994Rp 186,483Rp 0.614 360000 5,799,906,502Rp 7,459,522,302Rp -Rp -Rp

145,357,523,172Rp 186,921,135,863Rp 5,799,761,508Rp 7,459,335,818Rp 144,994Rp 186,483Rp 0.614 360000 151,157,429,675Rp 194,380,658,165Rp 169,280,610,764Rp 217,747,568,518Rp

145,373,317,574Rp 186,946,863,279Rp -Rp -Rp -Rp -Rp 0.614 360000 145,373,317,574Rp 186,946,863,279Rp 169,298,445,558Rp 217,776,619,518Rp

-Rp -Rp 5,804,493,656Rp 7,467,043,988Rp 145,112Rp 186,676Rp 0.614 360000 5,804,638,768Rp 7,467,230,664Rp -Rp -Rp

145,373,317,574Rp 186,946,863,279Rp 5,804,493,656Rp 7,467,043,988Rp 145,112Rp 186,676Rp 0.614 360000 151,177,956,342Rp 194,414,093,943Rp 169,298,445,558Rp 217,776,619,518Rp

145,389,081,776Rp 186,972,541,503Rp -Rp -Rp -Rp -Rp 0.614 360000 145,389,081,776Rp 186,972,541,503Rp 169,316,280,352Rp 217,805,670,518Rp

-Rp -Rp 5,809,469,470Rp 7,475,149,065Rp 145,237Rp 186,879Rp 0.614 360000 5,809,614,707Rp 7,475,335,944Rp -Rp -Rp

145,389,081,776Rp 186,972,541,503Rp 5,809,469,470Rp 7,475,149,065Rp 145,237Rp 186,879Rp 0.614 360000 151,198,696,483Rp 194,447,877,447Rp 169,316,280,352Rp 217,805,670,518Rp

105

*) lanjutan tabel 5. 4 (Horizontal)

Total Revenue

DiscountedTotal Revenue

Net Value

DiscountedNet Value

Capital Costs

DiscountedCapital Costs

Expenses

DiscountedExpenses PV NPV

Date Time

Published

Micromine

Version

Created

By

-Rp -Rp -Rp -Rp 2,000,000,000Rp 2,000,000,000Rp -Rp -Rp -Rp 1,000,000,000-Rp 44499 21.5.284.1 user

651,025,192Rp 683,576,451Rp 99,835,366Rp 104,827,135Rp 44499 21.5.284.1 user

-Rp -Rp 150,770-Rp 158,308-Rp 44499 21.5.284.1 user

651,025,192Rp 683,576,451Rp 99,684,597Rp 104,668,827Rp 2,000,000,000Rp 2,000,000,000Rp 380,952,381Rp 400,000,000Rp 99,684,597Rp 1,281,267,784-Rp 44499 21.5.284.1 user

97,889,009,676Rp 113,219,631,409Rp 14,006,712,002Rp 16,261,319,004Rp 44499 21.5.284.1 user

-Rp -Rp 2,231,696,231-Rp 2,376,062,617-Rp 44499 21.5.284.1 user

97,889,009,676Rp 113,219,631,409Rp 11,775,015,771Rp 13,885,256,387Rp 2,000,000,000Rp 2,000,000,000Rp 1,731,790,668Rp 2,000,000,000Rp 11,775,015,771Rp 9,043,225,103Rp 44499 21.5.284.1 user

132,494,667,649Rp 160,903,307,811Rp 18,837,062,139Rp 22,945,613,116Rp 44499 21.5.284.1 user

-Rp -Rp 3,463,172,236-Rp 3,923,705,518-Rp 44499 21.5.284.1 user

132,494,667,649Rp 160,903,307,811Rp 15,373,889,904Rp 19,021,907,598Rp 2,000,000,000Rp 2,000,000,000Rp 2,585,285,104Rp 3,200,000,000Rp 15,373,889,904Rp 11,788,604,800Rp 44499 21.5.284.1 user

141,922,532,606Rp 174,833,843,930Rp 20,133,418,758Rp 24,862,772,987Rp 44499 21.5.284.1 user

-Rp -Rp 3,888,057,802-Rp 4,550,676,066-Rp 44499 21.5.284.1 user

141,922,532,606Rp 174,833,843,930Rp 16,245,360,955Rp 20,312,096,921Rp 2,000,000,000Rp 2,000,000,000Rp 2,585,285,104Rp 3,200,000,000Rp 16,245,360,955Rp 12,660,075,852Rp 44499 21.5.284.1 user

166,827,895,438Rp 213,748,768,935Rp 23,589,567,061Rp 30,282,268,628Rp 44499 21.5.284.1 user

-Rp -Rp 5,525,526,232-Rp 7,014,757,572-Rp 44499 21.5.284.1 user

166,827,895,438Rp 213,748,768,935Rp 18,064,040,829Rp 23,267,511,055Rp 2,000,000,000Rp 2,000,000,000Rp 3,088,693,972Rp 4,000,000,000Rp 18,064,040,829Rp 13,975,346,857Rp 44499 21.5.284.1 user

167,643,920,131Rp 215,080,158,518Rp 23,702,622,295Rp 30,466,979,371Rp 44499 21.5.284.1 user

-Rp -Rp 5,597,451,718-Rp 7,130,601,107-Rp 44499 21.5.284.1 user

167,643,920,131Rp 215,080,158,518Rp 18,105,170,577Rp 23,336,378,264Rp 2,000,000,000Rp 2,000,000,000Rp 3,088,693,972Rp 4,000,000,000Rp 18,105,170,577Rp 14,016,476,606Rp 44499 21.5.284.1 user

168,596,403,215Rp 216,633,066,518Rp 23,831,432,293Rp 30,677,135,831Rp 44499 21.5.284.1 user

-Rp -Rp 5,695,525,261-Rp 7,289,496,259-Rp 44499 21.5.284.1 user

168,596,403,215Rp 216,633,066,518Rp 18,135,907,031Rp 23,387,639,572Rp 2,000,000,000Rp 2,000,000,000Rp 3,088,693,972Rp 4,000,000,000Rp 18,135,907,031Rp 14,047,213,060Rp 44499 21.5.284.1 user

168,980,661,957Rp 217,258,983,518Rp 23,883,713,467Rp 30,762,296,355Rp 44499 21.5.284.1 user

-Rp -Rp 5,743,738,334-Rp 7,368,030,274-Rp 44499 21.5.284.1 user

168,980,661,957Rp 217,258,983,518Rp 18,139,975,133Rp 23,394,266,081Rp 2,000,000,000Rp 2,000,000,000Rp 3,088,693,972Rp 4,000,000,000Rp 18,139,975,133Rp 14,051,281,161Rp 44499 21.5.284.1 user

169,043,894,408Rp 217,361,982,518Rp 23,892,089,680Rp 30,775,940,323Rp 44499 21.5.284.1 user

-Rp -Rp 5,752,696,728-Rp 7,382,622,554-Rp 44499 21.5.284.1 user

169,043,894,408Rp 217,361,982,518Rp 18,139,392,952Rp 23,393,317,769Rp 2,000,000,000Rp 2,000,000,000Rp 3,088,693,972Rp 4,000,000,000Rp 18,139,392,952Rp 14,050,698,980Rp 44499 21.5.284.1 user

169,124,961,653Rp 217,494,032,518Rp 23,903,196,758Rp 30,794,032,583Rp 44499 21.5.284.1 user

-Rp -Rp 5,766,347,957-Rp 7,404,858,968-Rp 44499 21.5.284.1 user

169,124,961,653Rp 217,494,032,518Rp 18,136,848,801Rp 23,389,173,615Rp 2,000,000,000Rp 2,000,000,000Rp 3,088,693,972Rp 4,000,000,000Rp 18,136,848,801Rp 14,048,154,829Rp 44499 21.5.284.1 user

169,146,039,137Rp 217,528,365,518Rp 23,906,429,011Rp 30,799,297,583Rp 44499 21.5.284.1 user

-Rp -Rp 5,770,746,684-Rp 7,412,024,030-Rp 44499 21.5.284.1 user

169,146,039,137Rp 217,528,365,518Rp 18,135,682,327Rp 23,387,273,553Rp 2,000,000,000Rp 2,000,000,000Rp 3,088,693,972Rp 4,000,000,000Rp 18,135,682,327Rp 14,046,988,356Rp 44499 21.5.284.1 user

169,181,708,725Rp 217,586,467,518Rp 23,910,570,195Rp 30,806,043,135Rp 44499 21.5.284.1 user

-Rp -Rp 5,777,405,090-Rp 7,422,869,871-Rp 44499 21.5.284.1 user

169,181,708,725Rp 217,586,467,518Rp 18,133,165,106Rp 23,383,173,264Rp 2,000,000,000Rp 2,000,000,000Rp 3,088,693,972Rp 4,000,000,000Rp 18,133,165,106Rp 14,044,471,134Rp 44499 21.5.284.1 user

169,262,775,970Rp 217,718,517,518Rp 23,921,017,000Rp 30,823,059,879Rp 44499 21.5.284.1 user

-Rp -Rp 5,795,524,078-Rp 7,452,383,795-Rp 44499 21.5.284.1 user

169,262,775,970Rp 217,718,517,518Rp 18,125,492,921Rp 23,370,676,084Rp 2,000,000,000Rp 2,000,000,000Rp 3,088,693,972Rp 4,000,000,000Rp 18,125,492,921Rp 14,036,798,950Rp 44499 21.5.284.1 user

169,280,610,764Rp 217,747,568,518Rp 23,923,087,592Rp 30,826,432,655Rp 44499 21.5.284.1 user

-Rp -Rp 5,799,906,502-Rp 7,459,522,302-Rp 44499 21.5.284.1 user

169,280,610,764Rp 217,747,568,518Rp 18,123,181,089Rp 23,366,910,353Rp 2,000,000,000Rp 2,000,000,000Rp 3,088,693,972Rp 4,000,000,000Rp 18,123,181,089Rp 14,034,487,118Rp 44499 21.5.284.1 user

169,298,445,558Rp 217,776,619,518Rp 23,925,127,984Rp 30,829,756,239Rp 44499 21.5.284.1 user

-Rp -Rp 5,804,638,768-Rp 7,467,230,664-Rp 44499 21.5.284.1 user

169,298,445,558Rp 217,776,619,518Rp 18,120,489,216Rp 23,362,525,575Rp 2,000,000,000Rp 2,000,000,000Rp 3,088,693,972Rp 4,000,000,000Rp 18,120,489,216Rp 14,031,795,244Rp 44499 21.5.284.1 user

169,316,280,352Rp 217,805,670,518Rp 23,927,198,576Rp 30,833,129,015Rp 44499 21.5.284.1 user

-Rp -Rp 5,809,614,707-Rp 7,475,335,944-Rp 44499 21.5.284.1 user

169,316,280,352Rp 217,805,670,518Rp 18,117,583,869Rp 23,357,793,071Rp 2,000,000,000Rp 2,000,000,000Rp 3,088,693,972Rp 4,000,000,000Rp 18,117,583,869Rp 14,028,889,897Rp 44499 21.5.284.1 user

106

LAMPIRAN E

SPESIFIKASI ALAT MUAT

Gambar E.1

Dimensi Alat Muat Kobelco SK 200

1. Spesifikasi Umum

Nama Alat : Backhoe

Merk : Kobelco

Tipe : SK 200

Daya : 148 HP (114 kW)

Kapasitas tangki bahan bakar : 320 liter

Berat Operasi : 21.100 Kg

Model mesin : HINO J05ETG-KSSG

RPM : 2000

Jumlah silinder : 6

Kecepatan maksimum : 6 km/jam

Panjang lengan boom : 9.9 mm

Kapasitas bucket : 0,8 m3

2. Dimensi kerja Alat Muat Kobelco SK 200

A. Jangkauan maksimum vertikal : 9,900 m

B. Tinggi dumping maksimum : 6,910 m

107

C. Jangkauan penggalian maksimum : 9,730 m

D. Jangkauan penggalian dinding vertikal maksimum : 6,100 m

E. Jangkauan penggalian memotong maks. (lvl 2.40m) : 6,520 m

F. Jangkauan penggalian turun maksimum : 6,700 m

G. Jangkauan penggalian maksimum pada tanah : 9,730 m

H. Radius putar minimum : 3,55 m

Gambar E.2

Dimensi Kerja Alat Muat Kobelco SK 200

108

LAMPIRAN F

SPESIFIKASI ALAT ANGKUT

1. Spesifikasi Umum

Nama alat : Dump truck

Merek dan Model : Dyna130 HD

Berat tanpa bak : 2.355 kg

Berat maksimal keseluruhan : 8.250 kg

Kapasitas tangki bahan baker : 100 lt

Kecepatan maksimal : 103 km/jam

Sudut penyimpangan roda maksimum : 35°

Radius putar : 6,7 m

Daya tanjak : 39.6°

2. Dimensi

Panjang keseluruhan : 6.026 mm

Lebar keseluruhan : 1.945 mm

Tinggi keseluruhan : 2.165 mm

Jarak antara as depan dengan bagian depan : 1.455 mm

Jarak antara as belakang dengan bagian belakang : 1.480 mm

Jarak antara as depan dengan as belakang : 3.380 mm

Jarak kabin ke sumbu roda belakang : 2.900 mm

Jarak antara roda depan : 1.066 mm

Jarak antara roda belakang : 1.580 mm

Tinggi kabin dari permukaan tanah : 2.165 mm

Tekanan ban : 90 Psi

3. Spesifikasi Bak

Tipe : DV-20

Panjang : 4.000 mm

Lebar : 1.800 mm

109

Tinggi : 1.400 mm

Berat muatan maksimal : 20 ton

Volume peres : 8,0 m3

Volume munjung : 10,1 m3

Sudut jungkit : 52°

Gambar E.1

Dimensi Alat Angkut Dyna 130 HD

110

LAMPIRAN G

PENENTUAN GEOMETRI JENJANG

1. Safety berm/tanggul akan dibuat di sepanjang crest jejang. Tinggi tanggul

minimum (TH) yaitu sama dengan jari-jari roda alat angkut (R). Diketahui

jari-jari roda truk Dyna 130 HD adalah 40 cm. Angle of repose (ɸ) material

diasumsikan sebesar 45º, maka dimensi tanggul minimum adalah:

Tinggi tanggul (TH) = R = 0,4 m

Angle of repose (ɸ) = 45º

Lebar tanggul (TW) = 2 × TH

tan 45º

= 2 × 0,4 m

tan 45º

= 0,8 m

2. Jarak minimum crest ke sisi terluar alat angkut pada posisi sejajar jenjang

adalah setengah lebar alat angkut (LA). Diketahui lebar alat angkut adalah

2 m. Namun dengan pertimbangan adanya tanggul di sisi terluar jenjang

selebar 0,8 m, agar jarak sisi dalam tanggul ke sisi terluar alat angkut (J)

tidak terlalu sempit maka dibuat menjadi 0,5 m.

3. Dumping radius adalah jarak dari bagian tengah alat muat ke bagian

tengah alat angkut pada saat melakukan pemuatan. Dumping radius (RD)

minimum alat muat Kobelco SK 200 adalah 3,55 m. Apabila dipilih 3,55

m alat muat akan bersinggungan dengan alat angkut. Untuk mengatasi hal

tersebut jarak alat muat dan alat angkut ditentukan 1 m, sehingga dumping

radius-nya menjadi 4,5 m.

4. Digging radius (RG) dapat ditentukan berdasrkan grafik working range

alat muat Kobelco SK 200. Untuk jenjang setinggi 8 m digging radius

minimumnya adalah 6 m dan maksimum 8 m. Dengan pertimbangan lebar

alat muat (LM) 3 m dan bank width adalah 3 m maka Digging radius

minimum pada working bench adalah:

111

RG = (0,5 × LM) + Bank Width

= (0,5 × 3 m) + 3 m

= 4,5 m

5. Jarak minimum toe lereng ke shoe alat muat (WM) diasumsikan 1 m agar

alat muat sedikit leluasa untuk bergerak. Sehingga jarak bagian tengah alat

muat ke crest (D) adalah:

RG + WM = 4.5 m + 1 m

= 5,5 m

Sedangkan jarak bagian tengah alat muat ke toe adalah:

(0,5 × LM) + WM = (0,5 m × 3 m) + 1 m

= 2,5 m

6. Lebar jenjang kerja minimum (WB) adalah:

WB = TW + J + LA + RD – 0,5 × LA + 0,5 × LM + WM

= 0,8 m + 0,5 m + 2m + 4,5 m – 0,5 × 2 m + 0,5 × 3 m + 1 m

= 9,8 m ≈ 10 m

Gambar G.1

Jenjang Kerja dengan Sistem Parallel Cut with Drive-by

7. Jenjang Pengaman

112

Berdasarkan rekomendasi geoteknik dari CV. Biru Langit, berikut

merupakan rekomendasi geometri jenjang yang digunakan untuk membuat

rancangan bukaan tambang.

Tabel G.1

Rekomendasi Geometri Jenjang Pengaman

Zona Tinggi

Jenjang (m)

Lebar

Jenjang (m)

Kemiringan

Lereng

Kuning 8 m 4 m 60º

Biru 8 m 4 m 70º

113

LAMPIRAN H

PENENTUAN GEOMETRI JALAN ANGKUT

1. Lebar Jalan Angkut

a. Lebar Jalan Angkut Minium pada Lintasan Lurus

Lebar jalan angkut minimum pada lintasan lurus dapat ditentukan

berdasarkan rule of thumb yang dikemukakan dalam AASHTO Manual for

Rural High-way Design. Lebar jalan angkut pada jalur ganda atau lebih harus

ditambah dengan setengah lebar alat angkut pada bagian tepi kiri dan kanan

jalan, atau bisa dijelaskan dengan rumus berikut:

Lmin = n . Wt + ( n + 1 )(0,5 . Wt)

Keterangan:

Lmin = Lebar jalan angkut minimum (m)

n = Jumlah jalur

Wt = Lebar alat angkut total (m)

Lebar jalan angkut minimum tergantung pada lebar alat angkut terbesar

yang direncanakan akan melalui jalan dan jumlah jalur yang akan digunakan.

Pada penelitian ini alat angkut yang digunakan adalah dump truk Dyna130 HD

yang memiliki lebar 1,945 m. Jumlah jalur yang direncanakan berjumlah satu

jalur, sehingga perhitungannya menjadi seperti berikut:

Lmin = 1 . 1,945 m + ( 1 + 1 )(0,5 . 1,945 m)

= 3,89 m ≈ 4 m

Jadi lebar jalan angkut minimum pada lintasan lurus adalah 4 m

b. Lebar Jalan Angkut pada Lintasan Berbelok

Lebar jalan angkut pada lintasan berbelok menurut (Hustrulid, et al., 2013)

dapat ditentukan menggunakan rumus berikut:

W = n (U + Fa + Fb + Z) + C

C = Z = ½ (U + Fa + Fb )

FA = Ad × Sin α

FB = Ab × Sin α

114

Keterangan:

W = Lebar jalan angkut pada tikungan (m)

n = Jumlah jalur

U = Jarak jejak roda kendaraan (m)

Fa = Lebar juntai depan (m)

Fb = Lebar juntai belakang (m)

Ad = Jarak as roda depan dengan bagian depan truck (m)

Ab = Jarak as roda belakang dengan bagian belakang truck (m)

α = Sudut penyimpangan (belok) roda depan

C = jarak antara dua alat angkut (m)

Z = jarak dari sisi luar alat angkut ketepi jalan (m)

Gambar H.2

Lebar Jalan Angkut pada Lintasan Berbelok

Berdaarkan spesifikasi alat angkut dump truk Dyna130 HD diketahui data

sebagai berikut:

Jarak juntai depan (Ad) : 1,455 m

Jarak juntai belakang (Ab) : 1,480 m

Jarak jejak ban (U) : 1,580 m

Sudut penyimpangan roda maksimum (α) : 35°

Perhitungan lebar jalan angkut pada lintasan berbelok adalah sebagai

berikut:

FA = 1,455 m × Sin 35°

= 0,835 m

115

FB = 1,480 m × Sin 35°

= 0,849 m

C = Z = ½ (1,580 m + 0,835 m + 0,849 m)

= 1,632 m

W = 1 (1,580 m + 0,835 m + 0,849 m + 1,632 m) + 1,632 m

= 6,5 m

Jadi lebar jalan angkut minimum pada lintasan berbelok adalah 6,5 m

4 Radius Tikungan

Pada kondisi jalan berbelok alat angkut yang melintas akan memiliki sudut

belokan maksimum sebesar sudut penyimpangan roda maksimum. Sudut

penyimpangan dan jarak sumbu roda depan dan belakang alat angkut akan

memengaruhi radius minimum tikungan, seperti ditunjukkan pada ilustrassi

berikut.

Gambar H.3

Geometri Lintasan Kendaraan pada Tikungan

116

Menurut spesifikasinya, jarak sumbu roda depan dan belakang dump truk

Dyna130 HD adalah 3,380 m dan sudut penyimpangan roda maksimum sebesar

35°. Berdasarkan ilustrassi di atas maka radius tikungan minimum jalan angkut

dapat ditentukan sebagai berikut:

Radius tikungan minimum = Jarak sumbu roda depan dan belakang

Sin α

= 3,380 m

Sin 35°

= 5,893 m ≈ 6 m

5 Superelevasi

Menurut (Kaufman, et al., 1977), nilai superelevasi dapat ditentukan

menggunakan rumus berikut.

e + f = V2

127 × R

Keterangan:

e = superelevasi

v = kecepatan kendaraan (km/jam)

R = radius tikungan (m)

f = koefisien gesekan melintang

Diketahui:

Kecepatan rencana pada tikungan (V) = 13 km/jam

Radius jalan angkut pada tikungan (R) = 6 m

Koefisien gesek melintang (f), untuk V<80 km/j = -0,00065.V + 0,192

= -0,00065.(13) + 0,192

= 0,1836

Penentuan nilai superelevasi adalah sebagai berikut:

e = V2

127 × R - f

= (13)2

127 × 6 - 0,1836

= 0,038

117

Berdasarkan data kecepatan rencana 13 km/jam dan radius tikungan 6 m

diperoleh nilai superelevasi 0,038. Pada jalan angkut yang berbelok dengan

lebar 6,5 m maka superelevasinya sebesar 0,437 m, dibulatkan menjadi 0,45m.

6 Kemiringan Melintang (Cross Slope)

Angka cross slope pada jalan angkut dinyatakan dalam perbandingan jarak

vertikal dan horizontal dengan satuan mm/m. Pada jalan angkut tambang

terbuka besarnya cross slope yang dianjurkan mempunyai nilai antara ¼

sampai ½ inch untuk tiap feet jarak horizontal atau sekitar 20 mm sampai 40

mm untuk tiap meter. Menurut Hustrulid (2013), nilai cross slope pada jalan

angkut dengan permukaan kasar adalah sebesar 40 mm/m, sehingga dengan

lebar jalan 4 m maka beda tinggi dapat dihitung menggunakan rumus berikut :

Q = cross slope × ½ × Wt

Keterangan:

Q : Beda tinggi pada poros jalan

Wt : Lebar jalan

Maka :

Q = 40 mm/m × ½ × 4 m

= 80 mm = 0,08 m

Gambar H.4

Kemiringan Melintang pada Jalan Angkut

7 Kemiringan Jalan Angkut (Grade)

Menurut Kepmen ESDM No.1827/K/30/MEM/2018 kemiringan (grade)

jalan tambang tidak boleh lebih dari 12%. Grade tersebut merupakan grade

maksimum yang dapat dilalui alat angkut dengan baik dan aman. Melihat

kondisi daerah rencana penambangan yang berbukit maka rancangan jalan

angkut tambang dibuat menyesuaikan dengan kondisi tersebut.

118

Grade/kemiringan jalan angkut tiap segmen dapat dihitung menggunakan

persamaan berikut:

Grade (%) = 100 H

D

Keterangan:

H = tinggi jenjang (m)

D = jarak antar segmen jalan (m)

Rincian kemiringan jalan angkut tiap segmen dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel H.1

Perhitungan Grade Jalan

No Lokasi Segmen ΔH (m) ΔD (m) Grade (%)

1 A1-A2 10.3 319 3.229

2 A2-A3 1 196 0.510

3 A3-A4 12 299 4.013

4 A4-A5 2 124 1.613

5 A5-A6 5.8 48 12.083

6 A6-A7 0.4 162 0.247

7 A7-A8 4.5 40 11.250

8 Jalan Cerit B1-B2 68 710 9.577

9 Jalan Wawar C1-C2 35 321 10.903

Jalan Baru

119

120

LAMPIRAN I

PERHITUNGAN AREA DISPOSAL

Area disposal dirancang berdasarkan rekomendasi geometri dari CV. Biru

Langit dengan rincian sebagai berikut:

Tinggi jenjang : 5 m

Lebar jenjang : 3 m

Kemiringan lereng : 30º

Swell factor : 0,9

Volume tanah disposal tanah penutup dan material kadar rendah dihitung

berdasarkan rumus :

Volume Loose= Luas Bukaan Tambang x Ketebalan Lapisan/ swell factor

Untuk perhitungan volume top soil, luas bukaan tambang diperoleh dari peta

rancangan kemajuan tambang setiap tahunnya, sedangkan ketebalan tanah pucuk

ditentukan berdasarkan data bor, ketebalan tanah pucuk rata-rata yaitu 0,5 m.

volume material kadar rendah yang masuk ke disposal diperoleh dari (volume

feldspar kadar rendah total - volume Tanah Pucuk )

Adapun rincian kemajuan area disposal adalah sebagai berikut:

Tabel I.1

Volume Area Disposal

Total Pit Cerit Pit Wawar Pit Cerit Pit Wawar Pit Cerit Pit Wawar Total

1 27389.03 14541.12 12847.91 14541.12 12847.91 7270.56 6423.96 13694.52 26079.33

2 39082.59 21211.59 17871.01 6670.47 5023.09 3335.24 2511.55 5846.78 4491.17

3 52179.05 25459.00 26720.05 4247.41 8849.04 2123.71 4424.52 6548.23 12986.10

4 60214.98 31662.95 28552.03 6203.95 1831.98 3101.97 915.99 4017.96 7609.69

5 62594.61 33821.24 28773.37 2158.29 221.34 1079.15 110.67 1189.82 1604.37

6 68630.13 38659.66 29970.47 4838.42 1197.10 2419.21 598.55 3017.76 4083.23

7 68809.04 38838.57 29970.47 178.92 0.00 89.46 0.00 89.46 1822.06

8 70841.19 40870.72 29970.47 2032.15 0.00 1016.07 0.00 1016.07 2703.07

Total 449740.62 245064.83 204675.78 40870.73 29970.47 20435.36 14985.23 35420.60 61379.04

TahunLuas Front Penambangan (m2)

Penambahan Luas

Front Penambangan

(m2)

Volume Topsoil (m3) Volume Matrial

Kadar Rendah

(m3)

121

LAMPIRAN J

PETA KEMAJUAN PENAMBANGAN DAN DISPOSAL

122

123

124

125

126

127

128

129

130


Recommended