+ All Categories
Home > Documents > SEREAL SORGUM SEBAGAI ALTERNATIF PANGAN BEBAS GLUTEN BAGI PENDERITA CELIAC DISEASE

SEREAL SORGUM SEBAGAI ALTERNATIF PANGAN BEBAS GLUTEN BAGI PENDERITA CELIAC DISEASE

Date post: 09-Dec-2023
Category:
Upload: undip
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
23
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM SEREAL SORGUM SEBAGAI ALTERNATIF PANGAN BEBAS GLUTEN BAGI PENDERITA CELIAC DISEASE Bidang Kegiatan : PKM - GT Diusulkan oleh : Iqlima Safitri 22030111130072 UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2015 1
Transcript

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

SEREAL SORGUM SEBAGAI ALTERNATIF PANGAN BEBAS GLUTEN BAGI PENDERITA CELIAC DISEASE

Bidang Kegiatan :

PKM - GT

Diusulkan oleh :

Iqlima Safitri 22030111130072

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2015

1

HALAMAN PENGESAHAN

2

KATA PENGANTAR

Celiac disease merupakan penyakit imun enterophati yang dipicu oleh konsumsi gluten yang terkandung pada gandum, rye, dan barley dimana penyakit ini menyerang individu yang rentan secara genetik. Individu yang mengalami celiac disease, dianjurkan untuk mengonsumsi pangan bebas gluten. Sebagian besar produk yang beredar di pasar merupakan berbahan dasar gandum. Dengan demikian, butuh alternatif pangan turunan serealia yang bebas gluten bagi penderita celiac disease. Gagasan yang dipaparkan dalam karya ini adalah melalui pemanfaatan sorgum yang bebas gluten sebagai bahan dasar pembuatan sereal sorgum sehingga bisa diterima oleh masyarakat secara luas.

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT gagasan tertulis ini dapat kami selesaikan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Fillah Fithra Dieny, S. Gz., M. Si. selaku dosen pembimbing, dosen pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan gagasan tertulis ini sehingga penulisan gagasan tertulis ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa gagasan tertulis kami masih membutuhkan kritik dan saran konstruktif untuk penyempurnaan dan perbaikan gagasan tertulis maupun diri kami di masa datang. Semoga gagasan tertulis ini bermanfaat dalam menyajikan informasi bagi pengembangan penelitian selanjutnya maupun bagi pihak yang membutuhkannya.

Semarang, Maret 2015

Iqlima Safitri

3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................ii

DAFTAR TABEL........................................................................................iii

RINGKASAN..............................................................................................iv

PENDAHULUAN.......................................................................................1

Latar Belakang......................................................................................1

Rumusan Masalah.................................................................................2

Tujuan Penulisan..................................................................................3

Manfaat Penulisan................................................................................3

TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3

Celiac Disease.........................................................................................3

Sorgum....................................................................................................5

Sereal Sarapan......................................................................................... 7

ANALISIS SINTESIS.................................................................................8

Potensi Sorgum sebagai Alternatif Pangan Bebas Gluten bagi Penderita

Celiac Disease......................................................................................8

Proses Pembuatan Sereal Sorgum.........................................................9

Peluang dan Tantangan Sereal Sorgum sebagai Alternatif Pangan

Bebas Gluten bagi Penderita Celiac Disease

..............................................................................................................

11

Langkah-Langkah Strategis Sereal Sorgum sebagai Alternatif

Pangan Bebas Gluten bagi Penderita Celiac Disease

..............................................................................................................

11

PENUTUP....................................................................................................13

Simpulan...............................................................................................13

4

Saran.....................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................14

5

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kandungan gizi sorgum dalam 100 g bahan dibanding bahan pangan lainnya.................................................................................................................6

Tabel 2. Kandungan sereal sorgum).................................................................................................................11

6

RINGKASAN

Celiac disease merupakan penyakit imun enterophati yang dipicu oleh konsumsi gluten yang terkandung pada gandum, rye, dan barley dimana penyakit ini menyerang individu yang rentan secara genetik. Individu yang mengalami celiac disease, dianjurkan untuk mengonsumsi pangan bebas gluten. Umumnya jenis gandum (wheat), gandum hitam (rye), dan barley mengandung gluten. Sebagian besar produk roti dan turunannya berbahan dasar gandum. Dengan demikian, butuh alternatif pangan turunan serealia yang bebas gluten bagi penderita celiac disease.

Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan keluarga serealia dengan kandungan gluten yang lebih rendah daripada gandum. Meskipun tepung sorgum memiliki glutelin dan gliadin, tetapi protein tepung sorgum kurang memiliki kemampuan untuk membentuk gluten jika dibandingkan dengan terigu. Salah satu produk yang dapat dikembangkan dari tepung sorgum yaitu sereal. Tepung sorgum cocok untuk menjadi bahan dasar pembuatan sereal karena produk sereal tidak membutuhkan kadar gluten yang tinggi. Sereal merupakan produk makanan berbasis proses ekstrusi yang dibentuk menjadi serpihan, setrip (shredded), dan ekstrudat (extruded) sehingga produk ini siap santap untuk sarapan pagi.

Pembuatan sereal pada gagasan ini akan dibentuk flakes. Metode pembuatan flakes sorgum diadopsi dari metode D. K. Tressler yaitu dengan mula-mula sorgum dicuci bersih kemudian dimasak menggunakan retort dengan suhu 120oC selama 15 menit dengan perbandingan air dan sorgum sebesar 2 : 1. Sorgum yang telah masak tersebut didinginkan selama 20 menit lalu dipipihkan dengan menggunakan roller kemudian dipanggang dengan oven panggang dengan suhu 300oF (148.89ºC) selama 12 menit.

Flakes yang dihasilkan memiliki sifat crispy dan terbentuk pula flavor panggang (baked flavor) sehingga flakes tersebut dapat langsung dikonsumsi. Waktu rehidrasi flakes sekitar tiga menit dan nilai daya serap air sebesar 445.15%. Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari gula 10%, coklat 0.50%, garam 0.15%, vanila 0.05%, CMC 0.15%, sorgum flakes 10%. Flakes ini mengandung energi 113.95 kkal, karbohidrat 26.11 gram, lemak 0.51 gram, protein 1.24 gram, dan serat kasar 0.26 gram.

Sereal sorgum mempunyai peluang besar untuk menjadi alternatif pangan bagi penderita celiac disease karena tidak ditambahkan tepung terigu pada proses pembuatan. Produk ini dapat berkontribusi di dunia pasar karena belum ada produk sereal yang berbahan dasar tepung sorgum. Namun, pengembangan teknologi terkait budi daya hingga hasil panen sorgum perlu ditingkatkan agar produksi sorgum dapat meningkat dan pengembangan produk berbahan dasar tepung sorgum juga menjadi optimal.

7

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Celiac disease merupakan penyakit imun enterophati yang dipicu oleh

konsumsi gluten yang terkandung pada gandum, rye, dan barley dimana penyakit

ini menyerang individu yang rentan secara genetik. Penyakit ini memiliki gejala

berupa sindrom malabsorbsi dan gejala yang menyerang organ serta sistem syaraf

pusat dan perifer.1 Gejala pada anak autis ditimbulkan karena gejala penyakit ini,

sehingga penyakit autis tergolong dalam celiac disease. Gluten berperan pada

celiac disease melalui jalur deamidasi gliadin. Akibat proses ini menyebabkan

inflamasi pada mukosa usus, atrofi vili usus halus, peningkatan permeabilitas

usus, malabsorbsi makronutrien dan mikronutrien, dan komplikasi celiac disease

lainnya.2

Hingga tahun 1970 diperkirakan prevalensi populasi celiac disease di dunia

0,03%. Data terakhir memperkirakan prevalensinya 1% dengan 0,5-1,26%

populasinya berada di Eropa dan Amerika. Prevalensi ini terus meningkat seiring

dengan waktu. Beberapa faktor lingkungan ternyata berperan penting pada

penyakit ini yaitu pemberian makanan sewaktu bayi. Studi epidemik Swedia

menganjurkan gluten dikenalkan sebagai makanan bayi setelah usia 6 bulan.

Namun, pada saat yang sama, produk-produk makanan bayi yang mengandung

gluten semakin meningkat. Sehingga prevalensi bayi yang terkena celiac disease

terus meningkat hingga tiga kali lebih tinggi.3

Individu yang mengalami celiac disease, dianjurkan untuk mengonsumsi

bebas gluten. Umumnya serealia mengandung gluten seperti gandum (wheat),

gandum hitam (rye), dan barley.4 Sebagian besar produk roti dan turunannya yang

dikonsumsi sebagian besar masyarakat dunia berbahan dasar gandum. Oleh

karena itu, perlu alternatif pangan turunan serealia yang bebas gluten bagi

penderita celiac disease.

Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan keluarga serealia dengan

kandungan gluten yang lebih rendah daripada gandum sehingga cocok untuk

dijadikan alternatif pangan bagi penderita celiac disease.5 Selain itu, kandungan

8

zat besi sorgum 5,4 mg/100 gr, lebih tinggi dari beras giling (1,8 mg/100 g) dan

gandum (3,5 mg/100 g). Kandungan karbohidrat pada sorgum cukup tinggi yaitu

73 g/100 g bahan. Sorgum memiliki kandungan protein 10-11% yang hanya

sedikit di bawah gandum (12%).6

Sorgum juga mengandung zat antioksidan yaitu berupa zat anti gizi seperti

fitat, tanin dan senyawa fenol sehingga dapat menghambat bioavailibilitas zat besi

dan menimbulkan rasa pahit. Hal ini dapat diatasi dengan penyosohan.

Kandungan tanin biji sorgum menurun drastis setelah penyosohan.5 Biji sorgum

yang telah disosoh (dikenal dengan beras sorgum) dapat langsung diolah menjadi

bahan makanan seperti nasi sorgum atau bubur sorgum atau diproses menjadi

tepung sehingga lebih mempunyai daya simpan lama dan dapat diolah menjadi

aneka produk makanan yang mempunyai nilai tambah tinggi.6

Salah satu produk yang dapat dikembangkan dari tepung sorgum yaitu

sereal. Tepung sorgum cocok untuk menjadi bahan dasar pembuatan sereal karena

produk sereal tidak membutuhkan kadar gluten yang tinggi. Sereal merupakan

produk makanan berbasis proses ekstrusi yang digemari oleh semua kalangan.

Sereal dibuat dari tepung biji-bijian yang dibentuk menjadi serpihan, setrip

(shredded), dan ekstrudat (extruded) sehingga produk ini siap santap untuk

sarapan pagi.7 Barbagai jenis, ragam, maupun merk sereal sudah banyak beredar

di pasaran, tetapi sebagian besar berbahan dasar gandum dengan banyak

kandungan gluten di dalamnya. Hal ini menjadikan sereal di pasaran tidak aman

konsumsi untuk orang yang rentan terhadap gluten, terutama penderita celiac

disease.

Berdasarkan argumen di atas, muncul gagasan ide berupa produk sereal

dengan substitusi tepung sorgum sebagai upaya alternatif pangan bebas gluten

bagi penderita celiac disease. Tepung sorgum dapat menjadi pengganti tepung

terigu yang bebas gluten.

Rumusan Masalah

Melalui karya tulis ini, penulis akan mengkaji:

9

1. Bagaimana potensi sorgum sebagai alternatif pangan lokal bebas gluten bagi

penderita celiac disease?

2. Bagaimana pembuatan sereal sorgum?

3. Apa peluang dan tantangan sereal sorgum sebagai alternatif pangan bebas

gluten bagi penderita celiac disease?

4. Bagaimana langkah-langkah strategis menjadikan sereal sorgum sebagai

alternatif pangan bebas gluten bagi penderita celiac disease?

Tujuan Penulisan

1. Memanfaatkan potensi bahan pangan lokal sebagai pangan alternatif bagi

penderita celiac disease melalui tepung sorgum.

2. Menciptakan alternatif pangan bagi penderita celiac disease berupa sereal

sorgum yang bebas gluten.

3. Mengembangkan potensi lokal sehingga bernilai jual tinggi.

Manfaat Penulisan

Diharapkan melalui penulisan karya tulis ini dapat:

1. Barmanfaatnya potensi bahan pangan lokal sebagai pangan alternatif bagi

penderita celiac disease melalui tepung sorgum.

2. Tersedia alternatif pangan bagi penderita celiac disease berupa sereal sorgum

yang bebas gluten.

3. Tercipta produk berbahan dasar pangan lokal yang bernilai jual tinggi.

4. Membuka peluang bisnis baru bagi masyarakat yang ingin membuka usaha

sereal tepung sorgum berskala industri.

TELAAH PUSTAKA

Celiac Disease

Celiac disease merupakan penyakit imun enterophati yang dipicu oleh

konsumsi gluten yang terkandung pada gandum, rye, dan barley dimana penyakit

ini menyerang individu yang rentan secara genetik. Penyakit ini memiliki gejala

10

berupa sindrom malabsorbsi dan gejala yang menyerang organ serta sistem syaraf

pusat dan perifer. Beberapa kondisi neurologis yang dapat terjadi akibat celiac

disease adalah atrofi otak dan demensia, cerebral vasculitis, encephalitis batang

otak, dan peningkatan resiko epilepsi. Termasuk diantaranya juga kondisi yang

menyerang psikis seperti cemas dan depresi, perhatian menurun akibat kesalahan

hiperaktifitas, gangguan makan (eating disorders), dan autis. Penyakit ini sering

tidak menunjukkan tanda dan gejala khusus pada penderitanya sehingga banyak

kasus yang tidak terdiagnosa sejak dini.1

Gluten berperan pada celiac disease melalui jalur deamidasi gliadin. Proses

deamidasi dimulai dari epitop gliadin hadir dengan afinitas tinggi sehingga

membentuk kompleks ikatan yang kuat dengan sel T kelas II pada individu yang

rentan secara genetik. Akibat proses ini menyebabkan inflamasi pada mukosa

usus, atrofi vili usus halus, peningkatan permeabilitas usus, malabsorbsi

makronutrien dan mikronutrien, dan komplikasi celiac disease lainnya.2 Inflamasi

yang terjadi pada mukosa usus dapat menyebabkan diare, steatorea dan

kehilangan BB yang mencolok. Adanya malabsorbsi makro dan mikronutrien

menyebabkan anemia, defisiensi vitamin, osteoporosis, dan kesalahan neurologis

pada penderita.3 Sebagian besar 99,4% individu dengan celiac disease ditandai

dengan adanya dua Human Leukocyte Antigen yaitu HLA-DQ2 dan/atau HLA-

DQ8.2

Hingga tahun 1970 diperkirakan prevalensi populasi celiac disease di dunia

0,03%. Data terakhir memperkirakan prevalensinya 1% dengan 0,5-1,26%

populasinya berada di Eropa dan Amerika. Prevalensi ini terus meningkat seiring

dengan waktu. Beberapa faktor lingkungan ternyata berperan penting pada

penyakit ini. Faktor infeksi setelah bayi lahir juga ikut serta menentukan

perkembangan celiac disease. Studi prospektif menunjukkan seringnya infeksi

rotavirus adalah penyebab paling utama dari masalah gastroenteritis pada anak

dan bisa menjadi faktor resiko terjadinya celiac disease pada individu yang

rentan. Infeksi rotavirus mengubah permeabilitas dan keseimbangan sitokin pada

mukosa usus, yang berpotensi merusak peptida gluten. Faktor ekonomi juga

11

mempengaruhi faktor resiko celiac disease. Keadaan sosioekonomi yang jelek

dapat berpotensi besar terjadi perkembangan celiac disease.3

Selain faktor-faktor di atas, faktor pemberian makan sangat berpengaruh

besar terhadap perkembangan celiac disease. Studi epidemik Swedia

menganjurkan gluten dikenalkan sebagai makanan bayi setelah usia 6 bulan.

Namun, pada saat yang sama, produk-produk makanan bayi yang mengandung

gluten semakin meningkat. Sehingga prevalensi bayi yang terkena celiac disease

terus meningkat hingga tiga kali lebih tinggi.1

Pemberian makanan yang mengandung gluten pada anak usia di bawah 2

tahun lebih beresiko terkena celiac disease dibanding pada anak usia lebih tua.

Menariknya, sebuah studi menyarankan pemberian gluten saat bayi yang masih

diberi ASI memiliki onset yang kecil untuk terkena celiac disease. Presentase

gejala celiac disease pada bayi yang diberi gluten sekaligus ASI pada saat

bersamaan 45% untuk gejala tipikal dan 51% untuk gejala atipikal. Sementara

pada bayi yang diberi gluten setelah asupan ASI dihentikan memiliki gejala

gangguan khas gastrointestinal yang lebih besar (90%).3 Pada intinya, variasi flora

usus, infeksi dan perbedaan diet sehari-hari merupakan faktor yang berperan

dalam pembentukan fungsi immunoregulator sehingga juga mempengaruhi

perkembangan penyakit ini.

Pengobatan baru-baru ini yang tersedia untuk celiac disease hanya pada

asupan yaitu menghilangkan kandungan gluten pada produk biji-bijian dan

menjaga asupan besi, kalsium serta defisiensi vitamin sebagai upaya dari segi

perawatan nutrisi. Hidup diet bebas gluten dalam jangka panjang merupakan

terapi yang sangat dianjurkan untuk penderita celiac disease karena mampu

meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan bahkan pada penderita dengan gejala

yang seminimal mungkin. Namun, pengobatan seperti ini susah untuk

dipertahankan dalam jangka waktu lama karena pasti ada kontaminasi gluten pada

produk-produk makanan meskipun dalam jumlah kecil.6 Terlebih, produk-produk

khusus bebas gluten memiliki harga yang relatif tinggi, jumlahnya pun terbatas.

12

Sorgum

Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) termasuk keluarga rumput-rumputan

(serealia) seperti halnya padi, jagung, gandum dan tebu. Sorgum dibudidayakan pada ketinggian 0-700 m di atas permukaan laut. Tanaman ini dapat tumbuh pada suhu lingkungan 23o-34oC tetapi suhu optimum berkisar antara 23o-30o C dengan kelembaban relatif 20-40%. Tanaman sorghum dapat tumbuh di tanah-tanah sekering/segersang gurun sampai ke tanah-tanah basah. Pada umumnya sorghum akan berhasil baik pada tanah-tanah ringan (berpasir).8

Sorgum merupakan salah satu tanaman serelia yang mempunyai potensi

besar untuk dapat dijadikan diversifikasi pangan karena mempunyai daerah

adaptasi yang luas. Tanaman sorgum toleran terhadap kekeringan dan genangan

air, dapat berproduksi pada lahan marginal (tanah yang sedikit unsur hara), serta

relatif tahan terhadap gangguan hama/penyakit.9

Sorgum telah lama dikenal oleh petani Indonesia khususnya di Jawa, NTB

dan NTT namun budidaya dan pengembangannya masih sangat terbatas. Di Jawa

sorgum dikenal dengan nama Cantel dan umumnya ditanam di lahan tegalan

sebagai tanaman sela.10 Daerah penghasil sorgum dengan pola pengusahaan

tradisional di Indonesia adalah Jawa Tengah (Purwodadi, Pati, Demak, Wonogiri),

Daerah Istimewa Yogyakarta (Gunung Kidul, Kulon Progo), Jawa Timur

(Lamongan, Bojonegoro, Tuban, Probolinggo), dan sebagian Nusa Tenggara

Barat dan Nusa Tenggara Timur. Indonesia menjadi peringkat ke 8 penghasil

Sorgum di dunia dan Indonesia termasuk negara yang masih ketinggalan, baik

dalam penelitian, produksi, pengembangan, penggunaan, maupun ekspor sorgum.9

Sorgum merupakan serelia dengan kadar gluten sangat rendah5 dan memiliki

kandungan zat besi tertinggi dibandingkan dengan jenis serelia lainnya.

Kandungan zat besi sorgum 5,4 mg/100 gr, lebih tinggi dari beras giling (1,8

mg/100 g) dan gandum (3,5 mg/100 g).6 Beberapa penelitian menyebutkan

kandungan protein pada biji sorgum sangat tinggi. Dibandingkan sumber pangan

13

lain seperti beras, singkong dan jagung, sorgum mempunyai kadar protein yang

paling tinggi.10

Beberapa kandungan asam amino pada sorgum lebih rendah dari gandum

seperti asam glutamat, lisin, prolin. Namun, kandungan asam amino leusin dan

valin agak lebih tinggi pada tepung sorgum dibandingkan tepung terigu.

Sementara kandungan asam amino lainnya pada tepung sorgum relatif mendekati

terigu termasuk valin, serin, dan asam aspartat.5 Kandungan karbohidrat pada

sorgum cukup tinggi yaitu 73 g/100 g bahan. Kadar lemak sorgum sekitar 3%

lebih tinggi dibanding lemak beras (<1%) dan gandum (2%). Di samping

makronutrien, sorgum juga mengandung mineral Mg, Zn, Cu, Mn, dan Cr

berturut-turut; 171; 0,44; 1,15; 0,06; dan 0,017 mg/100g.6 Tabel 1. Kandungan gizi sorgum dalam 100 g bahan dibanding bahan pangan lainnyaBahan pangan

Kalori (kkal)

Protein (g)

Lemak (g)

Karbo-hidrat (g)

Serat kasar (g)

Ca (mg)

Fe (mg)

Sorgum 329 11 3,1 70,7 2 25 5,4Terigu 348 8,90 2 71 2 30 3,5Beras 362 7 2,7 76 1 33 1,8Jagung 358 9 3,1 73 2,8 26 2,7

*FAO 1995

Sorgum juga mengandung zat antioksidan yaitu berupa zat anti gizi seperti

fitat, tanin dan senyawa fenol sehingga dapat menghambat bioavailibilitas zat besi

dan menimbulkan rasa pahit. Hal ini dapat diatasi dengan penyosohan.

Kandungan tanin biji sorgum menurun drastis setelah penyosohan.5 Biji sorgum

yang telah disosoh (dikenal dengan beras sorgum) dapat langsung diolah menjadi

bahan makanan seperti nasi sorgum atau bubur sorgum atau diproses menjadi

tepung sehingga lebih mempunyai daya simpan lama dan dapat diolah menjadi

aneka produk makanan yang mempunyai nilai tambah tinggi.6

Sereal Sarapan

Sereal merupakan produk makanan berbasis proses ekstrusi yang digemari

oleh semua kalangan. Sereal dibuat dari tepung biji-bijian yang dibentuk menjadi

serpihan, setrip (shredded), dan ekstrudat (extruded) sehingga produk ini siap

santap untuk sarapan pagi. Menurut Tribelhorn dalam Felicia (2006), produk

14

sereal sarapan dapat dikelompokan menjadi 5 berdasarkan sifat fisik alami dari

produk. Jenis pertama adalah kelompok sereal tradisional yang memerlukan

pemasakan (Traditional cereals that require cooking). Sereal jenis ini dijual di

pasaran dalam bentuk biji mentah yang sudah diproses.8

Jenis kedua adalah sereal tradisonal panas cepat saji (Instant traditional hot

cereal). Sereal jenis ini dijual di pasaran dalam bentuk biji masak dan hanya

memerlukan air mendidih untuk dapat dikonsumsi. Contoh sereal jenis kedua ini

adalah gandum dan oat. Jenis ketiga adalah sereal siap konsumsi (Ready-to-eat

cereals). Sereal jenis ini merupakan kelompok sereal yang dibuat dari biji yang

sudah dimasak dan dimodifikasi. Jenis sereal ini dapat dikelompokkan lagi

menjadi produk flaked, puffed, atau shredded.8

Jenis keempat adalah Ready-to-eat cereal mixes. Sereal jenis ini merupakan

kombinasi dari bermacam-macam biji sereal, polong-polongan (legumes), atau oil

seeds, serta buah-buahan kering. Contoh sereal jenis ini adalah Granola yang

diproduksi oleh Quaker Oats Company. Jenis kelima, atau jenis yang terakhir

adalah produk sereal lainnya (Miscellaneous cereal products). Jenis ini

merupakan produk sereal yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam empat jenis

sereal sarapan di atas karena adanya pengkhususan dari proses atau pengguna

akhir. Contoh sereal jenis ini adalah makanan bayi dan cereal nuggets.8

Saat ini sereal sarapan yang paling digemari masyarakat adalah jenis ready-

to-eat karena berkaitan dengan kepraktisan dan waktu penyajian yang cepat. Jenis

sereal sarapan yang paling banyak dikonsumsi/disuka oleh konsumen adalah

produk yang berupa minuman sarapan, produk ekstrusi, dan flakes. Semua produk

ini merupakan produk instan dimana waktu persiapannya kurang dari 3 menit.8

Gagasan kami akan menjadikan sereal jenis ini.

ANALISIS DAN SINTESIS

Potensi Sorgum sebagai Alternatif Pangan Lokal Bebas Gluten bagi

Penderita Celiac Disease

15

Dari segi nutrisi, sorgum merupakan serelia dengan kadar gluten sangat

rendah. Selain itu, dan memiliki kandungan zat besi tertinggi dibandingkan

dengan jenis serelia lainnya. Protein pada sorghum dapat dikategorikan menjadi

empat jenis berdasarkan sifat kelarutannya, yaitu albumin (larut air), globulin

(larut garam), prolamin/gliadin (larut alkohol), dan glutelin (larut asam atau basa).

Meskipun tepung sorgum memiliki glutelin dan gliadin, akan tetapi protein tepung

sorgum kurang memiliki kemampuan untuk membentuk gluten jika dibandingkan

dengan terigu.

Kandungan gliadin dan glutelin terigu seimbang, sehingga dapat

membentuk gluten yang memiliki sifat elasitisitas tinggi ketika ditambahkan air.

Namun, pada sorgum kadar gliadin lebih rendah sehingga pembentukan gluten

pada sorgum juga lebih rendah. Oleh karena tepung sorgum memiliki gluten yang

lebih rendah dari terigu, maka tepung sorgum dapat digunakan untuk pembuatan

produk makanan yang bebas gluten atau gluten free.8 Sebanyak 10 gram tepung

terigu mengandung 11.45% gluten, namun bila perbandingan tepung terigu

dengan tepung sorgum 5 gram : 5 gram memiliki kandungan gluten 7%.5 Semakin

tinggi substitusi tepung sorgum terhadap tepung terigu akan semakin rendah

kandungan gluten di dalamnya.

Kadar amilosa tepung sorgum lebih rendah dibanding terigu. Semakin

rendah kadar amilosa, maka konsisten gel tepung juga semakin rendah. Hal ini

mengakibatkan adonan tepung semakin keras. Semakin keras adonan, semakin

baik untuk pembuatan sereal.

Penggantian terigu dengan sorgum dapat berdampak berkurangnya impor

terigu ke Indonesia. Ini sangat menguntungkan karena selain dapat memanfaatkan

potensi pangan lokal, dari segi ekonomi Indonesia juga dapat menurunkan devisa

yang keluar. Volume impor terigu cukup besar dengan harga yang terus

meningkat. Rata-rata kebutuhan terigu perusahan roti dan kue kering terbesar di

Indonesia mencapai 20 ton/tahun, sedangkan untuk produk mie mencapai 1.000

ton/tahun. Oleh karena itu, pengembangan sorgum cukup prospektif dalam upaya

menyediakan sumber karbohidrat lokal. Hal ini didukung dengan harga tepung

sorgum yang lebih murah (Rp 1.300-1.500/kg) dibanding terigu (Rp 7.600-

16

7.800/kg), umur tanaman pendek (100-110 hari), daya adaptasi tanaman sorgum

terhadap lahan tinggi, dan biaya produksi sorgum yang rendah.5

Proses Pembuatan Sereal Sorgum

Saat ini, produk sereal sarapan yang banyak terdapat di pasar, adalah

oatmeal, produk ekstrusi, flakes, bubur instan, serta minuman sarapan. Flake

merupakan bentuk pertama dari produk sereal siap santap. Sercara tradisional,

pembuatan produk flake dilakukan dengan mengukus biji serealia yang sudah

dihancurkan (kurang lebih sepertiga dari ukuran awal biji) pada kondisi

bertekanan selama dua jam atau lebih lalu dipipihkan di antara dua rol baja.

Setelah itu, dikeringkan dan dipanggang pada suhu tinggi. Pengeringan pati yang

telah mengalami gelatinisasi merupakan prinsip dasar sereal sarapan instan

berbentuk flake ini. Pati kering tersebut masih memiliki kemampuan untuk

menyerap sejumlah air dalam jumlah yang besar. Setelah air terserap ke dalam

pati, maka pati/serealia tersebut dapat langsung dikonsumsi.8

Selain metode tradisional juga terdapat metode modern yang menghadirkan

penggunaan energi panas dan tekanan dalam pembuatan oats instan. Metode ini

dikembangkan oleh D. K. Tressler dan sudah dipatenkan dengan kode U. S.

Patent 3,490,915; 20 Januari 1970. Kajian ini akan mengadopsi metode

pembuatan flakes sorgum yang dikembangkan dari metode D. K. Tressler.8

Mula-mula sorgum dicuci bersih kemudian ditambah air dan dimasak

menggunakan retort dengan suhu 120oC selama 15 menit dengan perbandingan air

dan sorgum sebesar 2:1. Sorgum yang telah masak tersebut didinginkan selama 20

menit lalu dipipihkan dengan menggunakan roller kemudian dipanggang dengan

oven panggang dengan suhu 300oF (148.89ºC) selama 12 menit. Pemanggangan

tidak hanya bertujuan untuk mengurangi rasa ’mentah’, tetapi juga membantu

flakes menyerap air ketika direhidrasi. Flakes yang baik adalah yang memiliki

waktu rehidrasi cepat (< 3 menit) dan nilai daya serap air yang lumayan kecil.

Flakes yang dihasilkan memiliki sifat crispy dan terbentuk pula flavor panggang

(baked flavor) sehingga flakes tersebut dapat langsung dikonsumsi. Waktu

rehidrasi flakes sekitar tiga menit dan nilai daya serap air sebesar 445.15%.8

17

Bahan-bahan lain yang diperlukan untuk pembuatan sereal sarapan adalah

gula pasir, bubuk coklat, bubuk vanilin, creamer, CMC dan garam. Berdasarkan

hasil penelitian Felicia (2006) dalam skripsinya, formula yang paling optimum

dan memiliki daya penerimaan yang baik pada pembuatan sereal sorgum terdiri

dari gula 10%, coklat 0.50%, garam 0.15%, vanila 0.05%, CMC 0.15%, sorgum

flakes 10% (persentase bahan-bahan dilihat dari persentase bahan dalam 150 ml

air).8

Tabel 2. Kandungan gizi sereal sorgum per 30 gram8 Kandungan Sereal Sorgum

Air (g) 1.63Abu (g) 0.52Protein (g) 1.24Lemak (g) 0.51Karbohidrat (g) 26.11Serat kasar (g) 0.26Total kalori (kkal) 113.95

Peluang dan Tantangan Sereal Sorgum sebagai Alternatif Pangan Bebas

Gluten bagi Penderita Celiac Disease

Menurut survei pasar, belum ada produk sereal yang berbahan dasar atau

bersubstitusi tepung sorgum yang beredar di pasar. Hal ini menjadi pilihan yang

sulit bagi penderita celiac disease untuk memilih alternatif sarapan karena

sebagian sereal di pasaran berbahan dasar terigu yang mengandung gluten

sehingga produk ini tidak aman bagi individu yang rentan terhadap gluten.

Adanya sereal substitusi tepung sorgum menyediakan alternatif pangan yang

bebas gluten karena tidak ditambahkan tepung terigu dalam pembuatannya.

Apabila diproduksi dalam jumlah besar maka akan menekan biaya produksi

karena harga tepung sorgum (Rp 1.300-1.500/kg) yang lebih murah dibanding

tepung terigu (Rp 7.600-7.800/kg).9

Tantangan dalam pengembangan sorgum adalah harga jual sorgum di

tingkat petani yang rendah terutama pada saat panen serta kesulitan dalam

pengupasan biji. Harga jual sorgum lebih rendah dibanding jagung dan padi. Nilai

sorgum yang rendah dapat diatasi apabila sorgum dapat diangkat menjadi salah

satu komoditas strategis dalam pengembangan sistem agribisnis dan agroindustri.

Sementara itu kesulitan pengupasan biji sorgum diatasi dengan pengadaan mesin

18

penyosoh beras tipe “Satake Polisher Rice Machine”. Penyosohan dengan alat ini

dapat menghasilkan beras sorgum yang bersih dan tidak pahit.9 Alat penyosoh

beras yang telah dimodifikasi ini sudah banyak tersebar sampai ke pelosok desa.

Desa Keyongan, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan merupakan salah satu

desa yang sudah menerapkan teknologi produksi tepung dan sorgum sosoh serta

produk olahannya.11

Langkah-Langkah Strategis Menjadikan Sereal Sorgum sebagai Alternatif

Pangan Bebas Gluten bagi Penderita Celiac Disease

Perlu adanya kerjasama dari berbagai pihak guna mengembangkan sereal

sorgum sebagai alternatif pangan bebas gluten bagi penderita celiac disease.

Pihak-pihak tersebut yaitu petani sorgum, produsen tepung, peneliti, orang-orang

bidang teknologi dan pemerintah serta masyarakat target itu sendiri (penderita

celiac disease dan orang tua atau care giver dari penderita). Masing-masing pihak

memiliki fungsi yang saling mendukung satu sama lain:

1. Masyarakat target

Bagi penderita celiac disease maupun orang tua penderita mampu dan mau

menerima produk sereal sorgum sebagai alternatif pangan bebas gluten.

Selain itu, juga ikut berperan mensosialisasikan produk ini pada sesama

masyarakat target.

2. Peneliti

Para peneliti diharapkan mengembangkan ilmu maupun metode

pembuatan agar produk sereal sorgum mendapat formula yang optimal

sehingga produk semakin baik dari sisi penerimaan hedonik terlebih dari sisi

nilai gizi. Tidak hanya mengembangkan produk jadi, peneliti juga diharapkan

mengembangkan ilmu dari budi daya sorgum.

3. Orang-orang di bidang teknologi

Untuk menciptakan sistem agribisnis dan agroindustri sorgum,

ketersediaan teknologi mutlak diperlukan, yang meliputi teknologi budi daya

serta pascapanen/pengolahan. Orang-orang bidang teknologi utamanya

diharapkan mengembangkan budi daya sorgum, meliputi: 1) varietas unggul

19

berdaya hasil tinggi, tahan kekeringan, genangan, rasa manis dengan

rendemen gula tinggi dan kadar amilum rendah, 2) teknologi budi daya

spesifik lokasi, 3) perlindungan tanaman secara terpadu, serta 4) pengaturan

saat tanam/pergiliran tanaman. Teknologi hasil panen sorgum tidak kalah

pentingnya untuk dikembangkan terutama alat penyosoh yang mampu

menghilangkan tanin dari biji sorgum. Balai Penelitian Tanaman Serealia

telah menciptakan alat yang mempunyai silinder batu gerinda dan alat

penepung.9

4. Petani Sorgum

Petani sorgum diharapkan terus menanam sorgum dan tidak perlu khawatir

bila hasil panennya tidak ada yang membeli, karena prospek tanaman sorgum

ke depan sangat baik bahkan ada 3 produsen roti ternama di Indonesia yang

siap membeli hasil panen sorgum.12

5. Produsen tepung

Peran produsen tepung sangat besar karena dengan membeli hasil panen

sorgum dari petani dan mengolah menjadi produk setengah jadi (tepung)

sangat memudahkan para peneliti dalam menciptakan produk jadi (sereal,

cake, kue basah) dan juga bagi masyarakat target dapat membuat produk

olahan sendiri sesuai dengan kreasinya dengan bahan dasar tepung sorgum

bebas gluten. Dapat dikatakan produsen tepung merupakan penghubung dari

petani sorgum ke peneliti ataupun masyarakat target. Ini jelas termasuk

simbiosis mutualisme bagi pihak-pihak yang disebutkan di atas.

6. Pemerintah

Peran pemerintah selaku instansi terkuat diharapkan mengembangkan

program yang mendukung hasil olah sorgum. Program pengembangan

sorgum yang hendaknya digalakkan pemerintah mencakup: 1) evaluasi

teknologi dan penyusunan paket teknologi, 2) penyebaran varietas unggul, 3)

pengembangan interaksi antara peneliti, penyuluh, instansi terkait, dan petani

dalam proses alih teknologi, dan 4) pemantauan bersama antara peneliti,

penyuluh, instansi terkait, pengambil kebijakan, dan petani pada penelitian di

lahan petani.9

20

Namun, dalam pengembangan sorgum untuk industri diperlukan keterkaitan

antara kebijakan pemerintah, petani produsen, dan industri mulai dari penelitian

(perakitan teknologi), pengembangan (alih teknologi), produksi (penyediaan

sarana produksi), pelaksanaan agribisnis/agroindustri (pengumpulan,

penyimpanan, pemasaran, dan pengolahan), dan penggunaan hasil (industri

makanan dan minuman, industri pakan, industri gula dan maltose, dan ekspor).9

PENUTUP

Simpulan

Sorgum merupakan salah satu jenis serealia yang berpotensi menjadi pangan

alternatif bagi penderita celiac disease karena memiliki kandungan gluten yang

rendah. Salah satu produk yang dapat dikembangkan dari tepung sorgum yaitu

sereal. Tepung sorgum cocok untuk menjadi bahan dasar pembuatan sereal karena

produk sereal tidak membutuhkan kadar gluten yang tinggi. Sereal merupakan

produk makanan berbasis proses ekstrusi yang dibentuk menjadi serpihan, setrip

(shredded), dan ekstrudat (extruded) sehingga produk ini siap santap untuk

sarapan pagi.

Salah satu jenis sereal yang diajukan adalah flakes. Flakes memiliki sifat

crispy dan terbentuk pula flavor panggang (baked flavor). Sereal sorgum

mempunyai peluang besar untuk menjadi alternatif pangan bagi penderita celiac

disease karena tidak ditambahkan tepung terigu di dalamnya sehingga bebas

gluten. Produk ini dapat berkontribusi di dunia pasar karena belum ada produk

sereal yang berbahan dasar atau bersubstitusi tepung sorgum yang beredar di

pasaran. Namun, pengembangan teknologi terkait budi daya hingga hasil panen

sorgum perlu ditingkatkan agar produksi produk sorgum menjadi optimal. Oleh

karena itu, perlu adanya kerjasama dari berbagai pihak guna mengembangkan

sereal sorgum sebagai alternatif pangan bebas gluten bagi penderita celiac

disease.

Saran

21

Keberhasilan produk sereal dengan substitusi tepung sorgum ini harus

didukung dari semua pihak dari petani sorgum, produsen tepung, peneliti, orang-

orang bidang teknologi, pemerintah hingga masyarakat target itu sendiri

(penderita celiac disease dan orang tua atau care giver dari penderita). Perlu

adanya sosialisasi potensi sorgum kepada petani, perusahaan/industri pangan, dan

masyarakat setempat terkait sorgum sebagai pangan lokal yang memiliki potensi

besar baik dalam bidang kesehatan, industri pangan, maupun agribisnis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Cascella NG, Kryszak D, Bhatti B, et al. Prevalence of Celiac Disease and Gluten Sensitivity in the United States Clinical Antipsychotic Trials of Intervention Effectiveness Study Population. Schizophrenia Bulletin. 2011;37(1):94-100.

2. Biesiekierski JR, Sci BA, Newnham ED, et al. Gluten Causes Gastrointestinal Symptoms in Subjects Without Celiac Disease : A Double-Blind Randomized Placbo-Controlled Trial. American Journal of Gastroenterology. 2011:1-7.

3. Tack GJ, Verbeek WHM, Schreurs MWJ, Mulder CJJ. The spectrum of celiac disease : epidemiology , clinical aspects and treatment. Nature Publishing Group. 2010;7(4):204-213.

4. Sapone A, Lammers KM, Casolaro V, et al. Divergence of Gut Permeability and Mucosal Immune Gene Expression in Two Gluten-Associated Conditions: Celiac Disease and Gluten Sensitivity. Biomed Central. 2011;9(23):5-10.

5. Suarni. Pemanfaatan Tepung Sorgum untuk Produk Olahan. Jurnal Litbang Pertanian. 2004;23(4):145-151.

6. Lufiria PY. Kadar Protein, Zat Besi, dan Mutu Organoleptik Kue Kering Berbahan Dasar Tepung Terigu dan Tepung Beras Dengan Substitusi Tepung Sorgum (Sorghum bicolor L . Moench). Journal of Nutrition Collage. 2012:1-7.

7. Iriyani N. Sereal dengan Substitusi Bekatul Tinggi Antioksidan. Journal of Nutrition Collage. 2011:5-20.

8. Felicia A. Pengembangan Produk Sereal Sarapan Siap Santap Berbasis Sorghum (Skripsi). Bogor: Institut Pertanian Bogor; 2006:5-11.

22

9. Sirappa MP. Prospek Pengembangan Sorgum di Indonesia sebagai Komoditas Alternatif untuk Pangan, Pakan, dan Industri. Jurnal Litbang Pertanian. 2003;22(4):133-140.

10. Human S. Riset dan Pengembangan Sorgum dan Gandum untuk Ketahanan Pangan. Jakarta Selatan; 2014:3-5.

11. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Laporan Tahunan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor; 2011:29-31.

12. Dhany RR. Dahlan Bogasari Siap Beli Tepung Sergum Atambua Setinggi Gunung Sekalipun. yahoo. 2013. [Ditulis: 24 Agustus 2013. Diakses: September 8, 2013]. Tersedia pada: http://id.berita.yahoo.com/dahlan-bogasari-siap-beli-tepung-sorgum-atambua-063122329.html.

23


Recommended