Date post: | 26-Feb-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | khangminh22 |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
PENERAPAN PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG KOTA LAYAK ANAK
TERHADAP HUKUM ISLAM
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh :
Dewi Annisa
(1113044000063)
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
PENERAPAN PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG KOTA LAYAK ANAK TAHUN 2013
TERHADAP HUKUM ISLAM
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh :
DEWI ANNISA
NIM : 1113044000063
Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing
Arip Purkon, MA
NIP: 197904272003121002
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H/2018 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul “PENERAPAN PERATURAN DAERAH KOTA
DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG KOTA LAYAK ANAK
TERHADAP HUKUM ISLAM”. Telah diujikan dalam sidang munaqasah
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri ( UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tanggal 20 Agustus 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) pada program studi Hukum
Keluarga.
Jakarta, 20 Agustus 2018 Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Dr. Phil.H.Asep Saepudin Jahar, M.A. NIP. 196912161996031001
PANITIA UJIAN MUNAQASAH
Ketua Dr. H. Abdul Halim, M.Ag. (...................................) NIP. 196706081994031005 Sekretaris Indra Rahmatullah, S.HI., M.H ( ..................................) Pembimbing Arip Purkon, M.A. (...................................) NIP. 197904272003121002 Penguji I Dr.Hj.Azizah, M.A. ( ..................................) NIP. 19630409 198902 2 001 Penguji II Mara Sutan Rambe S.H, M.H ( ..................................)
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya yang saya ajukan untuk memenuhi
salah persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa hasil karya ini bukan hasil karya
asli saya atau hasil orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 20 Agustus 2018
Dewi Annisa
ii
ABSTRAK
Dewi Annisa, NIM 1113044000063, Penerapan Peraturan Daerah Kota
Depok Nomor 15 Tahun 2013 tentang Kota Layak Anak terhadap Hukum Islam,
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 1439 H.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan implementasi Peraturan
Daerah Kota Depok tentang Kota Layak Anak khususnya dalam masalah hak
anak untuk memperoleh kesehatan dan kesejahteraan, mengetahui faktor
pendukung dan penghambat terlaksananya Peraturan Daerah Kota Depok No 15
tahun 2013 dalam bidang kesehatan dasar dan kesejahteraan, dan menganalisis
relasiantaraHukum Islam danPeraturan Daerah Kota Depok no 15 tahun 2013.
Penelitian ini menggunakan penelitian hukum normatif, yaitu penelitian
yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau sekunder disamping
adanya penelitian hukum sosiologis atau empiris dalam meneliti data primer.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan yang sudah dilaksanakan
dengan pasal-pasal yang tertera di dalam Peraturan Daerah Kota Depok tentang
Kota Layak Anak., serta pendukung dan penghambat pelaksanaan bisa
disebabkan oleh dua faktor, yakni internal dan eksternal. Lingkungan internal
yakni mencakup Sumber Daya Manusia yang kurang memadai, dan usia badan
instansi yang masih terbilang muda. Sedangkan faktor eksternal meliputi
masyarakat itu sendiri, bagaimana warga/masyarakat merespon/menanggapi
sebuah program/kegiatan yang dilaksanakan di daerah tersebut. Peraturan Daerah
Kota Depok juga sesuai dan berjalan beriringan dengan norma maupun agama.
Karena dalam pembuatannya pun tak sembarangan, yakni mengumpulkan ahli-
ahli dari bidangnya untuk menghasilkan ide atau pendapat-pendapat agar nantinya
dapat dituangkan ke dalam pembentukan peraturan.perundang-undangan.
Kata Kunci : Anak, Peraturan Daerah Kota Layak Anak, Hukum Islam
Pembimbing : Arip Purkon, MA
Daftar Pustaka : 1985 - 2017
iii
KATA PENGANTAR
م م ل الر حمن الر حيم
Puji dan Syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa atas
karunia yang diberikanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
dalam bentuk skripsi dengan judul “ Penerapan Peraturan Daerah Kota Depok
Nomor 15 Tahun 2013 tentang Kota Layak Anak terhadap Hukum Islam”.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua
orang tua tercinta Bapak Hazairin Achmad dan Ibu Siti Badriyah yang telah
memberikan doa dan motivasi tak hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Dan juga kepada Kakak-kakak Penulis , Achmad Zainul
Arifin dan Siti Isnaeni yang selalu menjadi penghibur disaat suka maupun duka.
Dalam proses penulisan skripsi ini, banyak hambatan maupun, rintangan
maupun cobaan. Tentunya ada peran banyak pihak yang membantu secara
langsung maupun tidak langsung sehingga segala masalah dapat terselesaikan.
Maka dari itu di kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sedalam-
dalamya kepada :
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA,Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Abdul Halim,M.Ag, selaku ketua Program Studi Hukum Keluarga
dan Indra Rahmatullah, S.H.I, M.H selaku Sekretaris Program Studi
Hukum Keluarga Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Hj. Hotnidah Nasution, M.A, selaku Dosen Penasihat Akademik yang
telah memberikan nasehat dalam penulisan skripsi ini.
4. Arip Purkon, MA, selaku dosen Pembimbing yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan saran dan masukan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh jajaran dosen dan staf pengajar di Lingkungan Program Studi
Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri
iv
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membagikan ilmunya dan
wawasan kepada penulis selama duduk di bangku perkuliahan.
6. Teman seperjuangan Hukum Keluarga 2013 yang selalu senantiasa
menghibur, menemani dan saling mensupport satu sama lain selama 4
tahun kebersamaan.
7. Sahabat terbaik, Meida, Aan, Uni, Nisa, Vivin, Tasya dan lain lain yang
selalu menemani dalam suka maupun duka.
8. Sahabat terbaik ketika penulis mengenyam pendidikan di Pondok,
Hannah Kiromah, Anis Qanitah, Amalia Putri, Desi Sintari, Ius Rusmiati,
Nia Muflichana, dan lainnya yang penulis tak bisa sebutkan satu persatu.
Semoga Allah melindungi mereka dimanapun berada.
9. Keluarga Sabilussalam 2013 dan KKN 92 Sunrise yang telah mewarnai
kisah dalam perjalanan hidup penulis walau hanya sebentar.
Semoga segala bentuk kebaikan dan kontribusi mereka dibalas dengan
ganjaran yang berlipat ganda dari Allah swt. Amin
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... ................. ii
KATA PENGANTAR............................................................................................ .............. iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah............................................................. ................................... 5 C. Pembatasan dan Rumusan Masalah........................................................................ 5 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................................................... 6 E. Studi Review Terdahulu.......................................................................................... 7 F. Metodelogi Penelitian............................................................................................. 9 G. Sistematika Penulisan............................................................................................. 11
BAB II KOTA LAYAK ANAK DAN HAK ANAK UNTUK MEMPEROLEH
KESEHATAN DASAR DAN KESEJAHTERAAN…………………………………... 12
A. KOTA LAYAK ANAK……………………………….......…..................................12
1. Definisi Kota Layak Anak........................................................................................ 12
2. Latar Belakang Kebijakan Kota Layak Anak............................................................ 13
3. Latar Belakang Kota Layak Anak Depok...................................................................14
4.Indikator Kota Layak Anak Depok.............................................................................17
B. HAK – HAK ANAK DALAM PERATURAN DAERAH DAN
FIQH…………………………………………………................................................ 19
1. Hak Anak untuk Memperoleh Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan dalam Peraturan
Daerah Nomor 15 Tahun 2013....................................................................................19
2. Hak Anak untuk Memperoleh Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan
dalam Fiqh...................................................................................................................23
vi
BAB III PENERAPAN PERDA NOMOR 15 TAHUN 2013 DI KOTA
DEPOK ................................................................................................................................. 35
A. Gambaran Umum Kota Depok................................................................................ 35
B. Penerapan Hak Anak dalam Memperoleh Kesehatan Dasar dan
Kesejahteraan........................................................................................................... 39
BAB IV RELASI IMPLEMENTASI PERDA NO 15 TAHUN 2013 TERHADAP
HUKUM ISLAM………………………….…...…….......................................................... 51
A. Faktor yang Mendukung dan Menghambat Penerapan di Bidang Kesehatan Dasar dan
Kesejahteraan pada Peraturan Daerah No 15 Tahun 2013........................................... 51
B. Relasi antara Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2013 Bidang Kesehatan dan
Kesejahteraan dengan Hukum Islam............................................................................ 51
BAB V :PENUTUP
A. KESIMPULAN.......................................................................................................... 59
B. SARAN........................................................................................................................ 60
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 61
LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................................. .
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak merupakan asset yang sangat penting, generasi penerus masa
depan bangsa, penentu kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang
akan menjadi pilar utama pembangunan nasional, sehingga perlu mendapat
perlindungan dan perhatian sungguh-sungguh dari semua elemen
masyarakat.
Dalam Undang-Undang Perlindungan Anak disebutkan bahwa anak
berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara
optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.1
Meskipun telah tampak adanya sedikit perhatian negara terhadap upaya
pemenuhan hak anak. Tetapi mengapa persoalan anak hingga kini belum
juga menjadi agenda prioritas pada banyak negara termasuk Indonesia, dan
selama bertahun-tahun tidak ada perubahan tingkat kesejahteraan anak yang
berarti, walau Indonesia berada di barisan terdepan dalam meratifikasi
Konvensi Hak Anak.2Keseluruhan hak anak-anaktersebut hanya dapat
diwujudkan efektivitas pelaksanaannya kalau syarat-syarat berikut
terpenuhi.3
a. Adanya tatanan ekonomi dan sosial yang mampu
mendistribusikan kemakmuran ekonomi ke seluruh lapisan
masyarakat.
1 Undang-Undang Perlindungan Anak, Bab III Hak, dan Kewajban Anak, pasal 4. 2Bagong Sutyanto, Masalah Sosial Anak Edisi Revisi, (Jakarta : Kencana Predia Media
Group, 2010), h.418. 3Abdul Hakim G. Nusantara, Prospek Perlindungan Anak dalam Mulyana W. Kusumah
Hukum dan Hak-Hak Anak, (Jakarta: LBH Indonesia bekerjasama dengan C.V Rajawali, 1986), h. 23.
2
b. Adanya iklim budaya (culture climate) yang memberikan
suasana kemerdekaan dan kebebasan bagi perkembangan sang
anak.
c. Adanya semangat kebersamaan yang mewujudkan dalam bentuk
ikatan solidaritas sosial yang kuat di antara anggota masyarakat.
Beberapa tahun terakhir ini hampir setiap hari mendengar kisah tentang
anak yang menjadi kekerasan seksual, anak-anak yang teraniaya,4anak yang
terlantar akibat pekerjaan menumpuk,5anak dibawah umur yang dipekerjakan
oleh orang dewasa,6dan kisah-kisah lain yang intinya memperlihatkan bahwa
di balik dunia anak yang seolah begitu ceria, ternyata ada sisi kelam yang
niscaya akan menguras air mata.
Anak-anak menghadapi tantangan zaman dan kesulitan hidup serta
mereka selalu terancam. Problema anak-anak terlantar, dimana-mana ditemui
baik di negara- negara yang terbelakang, negara berkembang, bahkan di
negara maju. Terdapat macam ragam keadaan terkadang disebabkan oleh
kesalahan orang tua, terkadang pula persoalan ekonomi (pada umumnya),
dan tidak pelak juga oleh kelalaian pemerintah.7
Solusi pemerintah dalam menangani masalah anak salah satunya adalah
Kebijakan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak tahun 2005 tentang
Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak. Diharapkan dari lahirnya
kebijakan ini dapat menciptakan keluarga sayang anak, rukun tetangga, dan
rukun warga atau lingkungan yang peduli anak, kelurahan dan desa layak
4Anak-anak yang teraniaya, contoh : kasuspembullyandalam ranah pendidikan. http://www.kpai.go.id/berita/kpai-kasus-bullying-an-pendidikan-karakter/. Artikel diakses pada Maret 2017 5Contoh : anak terlantar di Cibubur akibat ketidak perhatian orang tua, orang tua lalai tidak mengurus rumah dan anak. http://news.liputan6.com/read/2237077/5-anak-terlantar-di-cibubur-dipertemukan-orangtuanya-jumat . Artikel diakses pada 4 Mei 2017
6Banyak kita temukan realitas anak-anak yang dipekerjakan oleh orang dewasadijalan-jalanibukota. Menjadi pengemis atau menjajakan dagangan, terlebih orang tua mereka sendiri yang mempekerjakan.http://www.kompasiana.com/pernitahestin/stop-eksploitasi-anak-di-bawah-umur_552bdfb76ea834ec498b4586, artikel diakses 4 Mei 2017
7Fuad Moh. Fachruddin, Masalah Anak dalam Hukum Islam,( Pedoman Ilmu Jaya, 1991), h. 23.
3
anak dan kecamatan atau kabupaten/kota yang layak bagi anak sebagai
prasyarat untuk memastikan bahwa anak-anak tumbuh dan berkembang dan
terlindung hak-hak serta psikologisnya.8
Produk legislatif yang disebut undang-undang itu masih bersifat
normatif, dinyatakan berlaku umum untuk siapa saja. Keberadaannya yang
masih berada pada tataran yang abstrak dan umum itu tentu saja masih
memerlukan realisasi agar signifikan sebagai fakta kehidupan sehari-hari
pada tatarannya yang kongkrit. Ini berarti bahwa norma atau preskripsi
undang-undang itu tidak cuma harus bagus dalam rumusan-rumusan
formalnya saja, tetapi juga harus bisa direalisasikan sebagai realitas sosial
dalam kehidupan sehari-sehari.9
Dalam hal ini Pemerintah Kota Depok berinisiatifuntuk mewujudkan
kebijakan itu melalui Peraturan Daerah Kota Layak Anak. Tidak hanya
Depok, terdapat kota-kota lain yang mengambil peran menuju kota layak
anak seperti Solo, dan lain-lain. Uniknya Depok ini ialah sebagai kota
penyangga ibukota dan termasuk dalam Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang dan Bekasi). Mobilitas warga Depok semakin padat sejalan
dengan urbanisasi yang dilakukan oleh penduduk desa maupun transmigran
luar Jawa yang memilih mencari penghidupan di Ibukota, serta merta
mereka juga menetap di kawasan penyangga.
Depok adalah salah satu kota di selatan Jakarta yang mayoritas
penduduknya beragama Islam dan perlu kita ketahui bahwa pendukung partai
Islam terbesar (Partai Keadilan Sejahtera) berada di Jawa Barat, yakni juga
mencakup sebagian besar penduduk Kota Depok. Dan dari besarnya porsi
pendukung partai ini di Kota Depok, pasti dalam muatan peraturan
daerahnya mengandung asas-asas yang berlandaskan syariah.
8http://www.kla.or.id/index.php?option=comcontent&view=article&id=214:kebijakan-pengembangan-kabkota-layak-anak&catid=57:kepustakaan<emid=81,diakses pada Februari 2017
9Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum dalam Masyarakat, (Graha Ilmu Yogyakarta, 2013), h. 31.
4
Karena kesehatan adalah harta yang sangat berharga.Harta bertumpuk dapat
lenyap apabila kesehatan terganggu. Sebaliknya, bila kesehatan prima,
produktivitas seseorang akan meningkat sehingga dapat memberikan manfaat
sebanyak-banyaknya bagi diri sendiri, keluarga, bahkan kepada orang lain.10
Kualitas hidup suatu keluarga akan meningkat apabila kesehatan
terpelihara dengan baik. Maka dari itu menjadi kewajiban setiap keluarga
untuk membangun keluarga sehat dengan cara memelihara dan menjaga
kesehatan, agar dapat menjalankan fungsi dan tugas kemanusiaan dengan
baik untuk memakmurkan bumi dengan dibarengi doa kepada Allah agar
diberikan hasanah di dunia dan akhirat. Oleh karena itu Penulis studi ini akan
menggali bagaimana relasi antara hukum Islam dengan penerapan suatu
produk perundang-undangan daerah, khususnya peraturan daerah mengenai
anak dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan. Yangmana pemerintah
daerah ikut andil dalam suatu kebijakan yang mengapresiasi, melindungi,
dan memberikan kelayakan bagi anak-anak di tengah maraknya kasus yang
mengeksploitasi dewasa ini.
Beranjak dari beberapa persoalan di atas, maka penulis menuangkannya
dalam skripsi berjudulPenerapan Peraturan Daerah Kota Depok Nomor
15 Tahun 2013 tentang Kota Layak Anak terhadap Hukum Islam.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan suatu permasalahan yang terkait dengan
judul yang sedang dibahas dan juga tahap awal dari sebuah penelitian, baik
itu kualitatif maupun kuantitatif. Secara umum, identifikasi permasalahan
berisi tentang ruang lingkup masalah yang akan diangkat secara garis
besar.11 Maka dari itu penulis memaparkan beberapa permasalahanyang
ditemukan sesuai dengan bagian latar belakang penelitian, diantaranya :
10Huzaemah T. Yanggo, Hukum Keluarga dalam Islam., (Yayasan Masyarakat Indonesia
Baru, 2013), h.94. 11Haris Heriansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Sosial(Jakarta :
Salemba Humanika, 2010), h. 87.
5
1. Bagaimana latar belakang Kebijakan Kota Layak Anak?
2. Apa sajakah indikator Kota Layak Anak?
3. Bagaimana setting geografis dan sosial Kota Depok?
4. Bagaimana hak-hak anak dalam Peraturan Daerah Kota
Depok no 15 tahun 2013?
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Agar bahasan skripsi terfokus dan tidak melebar, maka penulis
membatasi tema ini hanya dalam masalah hak anak dalam memperoleh
kesehatan dan kesejahteraan serta meneliti satu wilayah kecamatan yaitu
Sawangan. Dari latar belakang diatas, dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana implementasi Peraturan Daerah tentang
Penyelenggaraan Kota Layak Anak khususnya dalam masalah
hak anak untuk memperoleh kesehatan dan kesejahteraan?
2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi implementasi
Peraturan Daerah Depok Kota Layak Anak dalam bidang
kesehatan dasar dan kesejahteraan?
3. Bagaimana relasi Perda No 15 Tahun 2013 khususnya dalam hak
anak untuk memproleh kesehatan dan kesejahteraan terhadap
hukum Islam?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dalam melakukan kegiatan penelitian pada dasarnya memiliki tujuan
tertentu.Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :
a. Mengetahui implementasi Peraturan Daerah Kota Depok tentang
Kota Layak Anak khusunya dalam masalah hak anak untuk
memperoleh kesehatan dan kesejahteraan.
6
b. Mengetahuifaktorpendukung dan penghambat terlaksananya
Peraturan Daerah Kota Depok No 15 tahun 2013 dalam bidang
kesehatan dasar dan kesejahteraan.
c. Mengetahui relasi antara Hukum Islam dan Peraturan Daerah Kota
Depok No 15 tahun 2013.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah:
a. Secara teoritis dapat menambah wawasan keilmuan dalam ranah
Hukum Keluarga.
b. Secara praktisdapat menambah informasi dan bahan masukan bagi
pemerintah Kota Depok khususnya dalam penerapan Perda Nomor
15 Tahun 2013 dan relasinya terhadap Hukum Islam.
E. Studi Review Terdahulu
Sejumlah penelitian tentang topik yang telah dilakukan, baik yang
mengkaji maupun meneliti spesifik isu tersebut yang menyinggung secara
umum. Berikut ini paparan tinjauan umum atas sebagian karya tersebut :
No. Penulis dan Judul Substansidan Perbedaan
1. Niken Irmawati, D0105016.
Jurusan Ilmu Administrasi
Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta. Responsivitas
Pemerintah Kota Surakarta
Terhadap Perlindungan Anak
Menuju Solo Kota Layak Anak,
tahun 2009
Mengkaji responsitivitas
pemerintah Kota Surakarta
terhadap perlindungan anak
menuju Solo sebagai Kota
Layak Anak dan kendala serta
upaya yang dihadapi
Pemerintah Kota Surakarta
terhadap perlindungan anak
menuju Solo sebagai Kota
Layak Anak. Perbedaannya
7
skripsi tersebut terfokus pada
pelayanan publik pemerintah
Solo terhadap anak.
2. Fedri Apri Nugroho, k8409023.
Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas
SebelasMaret. Realitas Anak
Jalanan di Kota Layak Anak
(Studi Kasus Anak Jalanan di
Kota Surakarta), tahun 2014
Menjelaskan tentang
penanganan anak jalanan yang
dilakukan oleh pemerintah,
LSM dan bagaimana persepsi
anak jalanan terhadap
penanganan tersebut.
Perbedaannya skripsi terfokus
pada anak jalanan sebagai tema
bahasan.
3. Irma Rumtianing,STAIN
Ponorogo,Kota Layak Anak
Dalam Perspektif Perlindungan
Anak, tahun 2014
Memfokuskan pada kebijakan
pemerintah dalam perlindungan
anak di Kabupaten Ponorogo
serta pelaksanaannya dan juga
didalamnya merinci tentang
hak-hak anak dalam berbagai
peraturan perudang-undangan.
Perbedaannya terletak pada
wilayah sasaran, dan
penyampaian secara global
mengenai perlindungan anak
dalam peraturan perundang-
undangan.
4. Eko Ari Wibowo, Fakultas
Hukum, Universitas
Mengkaji implementasi
kebijakan BP3AKB dalam
8
Muhammadiyah Surakarta.
Kebijakan Kota Layak Anak di
Kabupaten Boyolali dalam
Upaya Pencegahan Tindak
Pidana Anak.Tahun 2016
merintis Kota Layak Anak di
wilayah kabupaten Boyolali,
meneliti kendala apa saja yang
sering ditemui selama
menjalankan kebijakan
tersebut, Perbedaanskripsi
tersebut mengkaji upaya
hukum dalam tindakan pidana
anak peraturan daerah itu.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metodeyang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Metode kualitatif merupakandata yang dihasilkan dari cara pandang yang
menekankan pada obyek yang bersangkutan dan cara prosedur yang
dipergunakan untuk memecahkan masalah penelitian dengan meneliti data
sekunder terlebih dahulu.
2. Pendekatan Penelitian
Skripsi ini menggunakan pendekatanhukum normatif, yaitu penelitian
yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau sekunder disamping
adanya penelitian hukum sosiologis atau empiris dalam meneliti data
primer.12Digunakan juga pendekatan empiris, untuk memotret realitas
masyarakat dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 15 tahun 2013 ini.
Penelitian hukum normatif dapat disebut juga sebagai penelitian terhadap
norma yang terdapat dalam hukum positif yang memandang hukum sebagai
kaidah tertulis atau tidak tertulis ataupun suatu keputusan dari lembaga yang
bewenang.Penelitian hukum normatif menyoroti hukum sebagai suatu yang
12Sardjono Soekanto dan Sri Mahmuji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan
Singkat ( Jakarta : Rajawali, 1986), h.15.
9
dicita-citakan (das sollen) hukum yang dirumuskan dalam perundang-
undangan.
3. Sumber Data
a. Bahan Hukum Primer, yakni data-data yang didapatkan langsung dari
hasil wawancara instansi, yakni Pos Pelayanan Terpadu RW 09
Pengasinan Depokdan Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan
Sawangan, dan juga data-data auntentik dari Dinas Kesehatan dan
Dinas Sosial Kota Depok yang berkaita dengan tema ini serta dari
peraturan perundang-undangan. Perundang-undangan yangdipakai
adalah Peraturan Daerah Kota Depok No 15 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaran Kota Layak Anak.
b. Bahan Hukum Sekunder, penulis mencari dalam penyusunan skripsi
ini yakni literatur yang berkaitan dengan kajian mengenai kesehatan
dan kesejahteraan anak dalam Islam, maupun secara umum.
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum penunjang yang menjelaskan
bahan hukum primer dan sekunder. Bahan tersebut dapat
berupa;kamus, indeks dan lainnya.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis. Bila
dilihat dari sumber datanya maka pengumpulan data menggunakan :
a. Studi Kepustakaan (library research)
Yaitu melakukan pengumpulkan data-data yang dibutuhkan dari
buku-buku, tulisan-tulisan dari berbagai sumber referensi, dan
menelaah serta mengkaji data dari berbagai media yang relevan dan
objektif.
b. Interview/ Wawancara
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
10
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu13. Penulis
mewawancarai Kepala Divisi Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kota
Depok, Bidan Koordinator Puskesmas Pengasinan, kader Posyandu
Rw 09/10 , dan Ketua Ramah Anak RW 09Kelurahan Pengasinan.
Teknik ini digunakan oleh penulis agar dalam penelitian didapatkan
hasil yang mendalam, tetapi tetap memakai pedoman petunjuk
wawancara untuk menjadikan wawancara lebih teratur dan terarah.
5. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisa data yang diperoleh, penulis menggunakan metode
penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Metode ini lebih
memusatkan pada pemecahan masalah yang ada dengan menjelaskan dan
menganalisis data yang telah dikumpulkan dan disusun sebelumnya. Tujuan
dari model analisis ini adalah pendeskripsian tersebut dapat
mempresentasikan objek terhadap fenomena yang ditanggapi.
6. Teknik Penulisan Skripsi
Penulis menggunakan buku pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017.
G. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab Pertama, terdiri dari pendahuluan yang meliputi Latar Belakang
Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Rumusan Masalah, Tujuan
dan Manfaat Penelitian, Studi Review Terdahulu, Metodelogi Penelitian, dan
Sistematika Penulisan.
Selanjutnya Bab Kedua, mengenai Tinjauan tentang Kota Layak Anak,
Tinjauan Hak Anak untuk memperoleh kesehatan dasar dan kesejahteraan
dalam Perdadan Tinjauan Umum mengenai Hak Anak di dalam Fiqh.
13Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Alfabeta: Bandung, 2014), h.72.
11
Bab Ketiga, berisi tentang Gambaran Umum Kota Depok dan
Penerapan Peraturan Daerah No 15 Tahun 2013 dalam Hak-Hak Anak
Dalam Memperoleh Kesehatan dan Kesejahteraan.
Bab Keempat, mengenai analisa Implementasi Perda Depok tentang
Penyeleggaraan Kota Layak Anak, dan faktor–faktor apa sajakah yang
mendukung dan menghambat penerapan Perda kota layak anak di Depok
serta relasi penerapannya terhadap hukum Islam.
Terakhir Bab Kelima, berisi Kesimpulan dan Penutup. Kesimpulan yaitu
pendapat penulis terkait tema yang diurai dalam bab sebelumnya, beserta
saran-saran yang membangun bagi tema ini.
12
BAB II
KOTA LAYAK ANAK DAN HAK ANAK UNTUK MEMPEROLEH
KESEHATAN DASAR DAN KESEJAHTERAAN
A. Tinjauan Umum tentang Kota Layak Anak
1. Definisi Kota Layak Anak
Kota Layak Anak pertama kali diperkenalkan oleh Kementrian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak tahun 2005 melalui
kebijakan kota layak anak. Karena alasan untuk mengakomodasi
pemerintahan kabupaten, belakangan istilah Kota Layak Anak menjadi
Kabupaten/Kota Layak Anak dan kemudian disingkat menjadi KLA.1
Menurut Permeneg No 13 tahun 2011, Kota/Kabupaten Layak Anak
adalah kabupaten/kota yang mempunyai sistem pembangunan berbasis hak
anak melalui pengintegrasian komitmen dan sumber daya Pemerintah,
masyarakat, dan dunia usaha yang terencana secara menyeluruh dan
berkelanjutan dalam kebijakan, program,dan kegiatan untuk menjamin
terpenuhinya hak anak.
Sedangkan Kota Layak Anak dalam Peraturan Daerah No 15 Tahun 2013
adalah Kota yang memiliki sistem pembangunan dan pelayanan publik dari
Pemerintah Kota dengan dukungan dari orang tua, keluarga, masyarakat,
swasta, dan Forum Anak guna pemenuhan hak anak melalui pengintegrasian
berkelanjutan, melalui kebijakan, program, kegiatan, dan penganggaran untuk
kesejahteraan anak.2
Tujuan dibuatnya kota layak anak secara umum adalah untuk memenuhi
hak dan melindungi anak, dan secarakhusus untuk membangun inisiatif
pemerintahan kabupaten/kota yang mengarah pada transformasi Konversi
Hak Anak ( Convention On the Rigts Of Child ) dari kerangka hukum
kedalam definisi, strategi dan intervensi pembangunan dalam bentuk:
kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang ditujukan untuk
1www.ykai.net/ ( diakses pada 12 September 2017) 2Peraturan Daerah Kota Depok tentang Penyelenggaraan Kota Layak Anak,
babKetentuan Umum
13
pemenuhan hak dan perlindungan anak (PHPA), pada suatu wilayah
kabupaten/kota. 3
2. Latar Belakang Kebijakan Kota Layak Anak
Anak sebagai amanat Tuhan yang harus dijaga sebaik-baiknya. Karena
statusnya masih dalam proses pertumbuhan, secara fisik dan mental, dia
sangat membutuhkan dukungan, dan bantuan orang dewasa, apakah orang tua
langsung maupun mereka yang diberi tanggung jawab untuk mengasuhnya
dalam ruang tertentu. Karena amanat itulah maka semua bangsa di dunia
melalui Convention on the Right of the Child (CRC) bersepakat anak-anak
harus dilindungi hak asasinya dan perlindungan khusus.4
Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak Anak sejak 5 September
1990.Hal ini merupakan komitmen Indonesia dalam menghormati dan
memenuhi hak-hak anak. Komitmen ini tertuang dalam Undang-Undang
Dasar 1945 Pasal 28 B (2), dan operasionalnya pada Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.5
Sejak KLA diadakan, Indonesia telah membuat undang-undang maupun
dasar hukum untuk untuk mengatur kebijakan program ini agar berhasil di
masyarakat, salah satunya adalah peraturan Menteri Negara Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (PERMEN PP/PA
No.11 Tahun 2011 tentang Kebijakan Pengembangan Kota Layak Anak).
Peraturan Menteri baru tersebut mengalami banyak perkembangan dibanding
sebelumnya karena permasalahan anak dari hari ke hari dirasakan semakin
kompleks. Peraturan Menteri ini sendiri meliputi tentang tujuan, sasaran,
pemantauan, evaluasi, dan hal-hal yang mendasari dan bagaimana
seharusnyaprogram kota layak anak diadakan.6
3 Bahan Advokasi Kebijakan KLA, Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak 4Irma Rumtianing,Kota Layak Anak dalam Perlindungan Anak,STAIN Ponorogo, h.8.
5www.ykai.net/ (diakses pada 12 September 2017) 6Faradilla Nisa, E-Journal Unesa, Implementasi Pengembangan Kota LayakAnak di
Kecamatan Semampir Surabaya(jurnal diakses pada 20 Juni 2017)
14
3. Latar Belakang Kota Layak Anak Depok
Pemekaran kabupaten dan kota merupakan hasil dari otonomi daerah.
Gejala ini sudah terasa sejak berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah
tahun 2001. Tercatat hingga Agusuts 2008 terdapat 471 kabupaten dan kota +
12 kota dalam proses pemekaran. Tujuan akhir dari pemekaran ini adalah
untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatan, pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta
peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi,
pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Makna dari tujuan akhir ini
tersirat bahwa perlindungan anak menjadi salah satu urusan wajib yang
diserahkan pemerintahan pusat ke pemerintah daerah.7
Sejak urusan wajib di bidang pendidikan, kesehatan dan lainnya
diserahkan oleh pemerintah pusat ke pemerintah daerah, sangat berdampak
pada pemenuhan hak anak.muncul berbagai persoalan, seperti meningkatnya
gizi buruk, turunnya angka kelulusan baik di SD maupun SMA/sederajat di
kabupaten/kota.
Terkait hal tersebut, kebijakan Kota Layak Anak (KLA) di Indonesia
perlu dicanangkan. Pada akhir 2010, Kota Depok menjadi salah satu kota
yang ditunjuk oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak sebagai kota uji coba KLA. Alasan pemilihan KLA di Depok ialah
bahwa Depok berlokasi strategis dekat dengan DKI Jakarta sebagai Ibu Kota
Negara. Pesatnya laju pertumbuhan penduduk di Depok juga menjadi latar
belakang pendirian Depok sebagai kota uji coba KLA. Pada 2011, Walikota
Depok Nurmahmudi Ismail menjadikan KLA sebagai salah satu program
andalan yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kota Depok 2011-2016.8
7www.ykai.net/ (diakses 13 Oktober 2017)
8 http://fisip.ui.ac.id/kajian-kebijakan-kota-layak-anak-di-depok (diakses 6 Oktober 2017)
15
Terdapat beberapa faktor yang menjadi kebijakan penyelenggaraan kota
layak anak itu dibuat, yaitu:9
a. Karakter Geografis
Kota Depok masuk kedalam wilayah metropolitan Jabodetabek
dan menjadi wilayah penyangga Ibukota.Perkembangan Kota Depok
yang begitu pesat diiringi dengan perubahan pemanfaatan lahan
merupakan salah satu faktor letak dan kondisi geografis dari Kota
Depok itu sendiri. Kota Depok menjadi salah satu penyangga
Ibukota yang menjadi tujuan untuk bertempattinggal masyarakat
pendatang.Faktor lingkungan kebijakan yang berasal kondisi
geografis tersebut merupakan salah satu ruang penyelamat interaksi
bagi anak-anak.
b. Variabel Demografi
Penduduk Depok terdiri dari 30 % anak-anak. Laju pertumbuhan
penduduk di Kota Depok saat ini adalah 6,9% setiap tahunnya. Hal
tersebut berasal dari perpindahan penduduk maupun
kelahiran.Dengan perkembangan Kota Depok yang pesat terlihat dari
meningkatnya laju pertumbuhan penduduk baik dari angka kelahiran
maupun migrasi penduduk ke Kota Depok memiliki konsekuensi
terhadap tumbuh kembang anak-anak yang termasuk bagian dari
Kota Depok.Pemerintah menyadari laju pertumbuhan penduduk
tersebut tidak dapat dihindari mengingat secara geografis letak Kota
Depok yang strategis.Akan tetapi pemerintah dengan keadaan
tersebut berupaya menekan tingkat kekerasan maupun pelanggaran
terhadap hak anak sebagai akibat dari laju pertumbuhan dengan
menjadikan variabel demografi sebagai salah satu dasar
pertimbangan pembuatan kebijakan penyelenggaran Kota Layak
9https://media.neliti.com/media/publications/110069-ID-penyelenggaraan-kotalayak-
anak-di-kota.pdf ( diakses 2 Oktober 2017)
16
Anak.Mengingat kondisi demografis Depok yang hampir 30%
merupakan terdiri dari anak-anak.
c. Kebudayaan Politik
Penduduk perkotaan identik dengan sifat heterogen dari segi
pekerjaan, begitu juga dengan penduduk Depok.Depok mendapat
banyak tekanan migrasi penduduk yang cukup tinggi sebagai akibat
dari meningkatnya jumlah kawasan pemukiman, pendidikan,
perdagangan, dan jasa. Memperlihatkan banyaknya penduduk kota
Depokyang sebagian besar pendatang dengan latar belakang yang
berbeda-beda dan sangat beragam.
d. Struktur Politik
Kawasan metropolitan Jabodetabek tentu mengalami masalah
sosial didalamnya.Salah satu diantaranya adalah masalah
kemiskinan.Keluarga miskin memiliki resiko yang cukup tinggi
menghasilkan anak terlantar dan anak jalanan.Dengan dasar
pertimbangan Pemerintah Kota Depok berupaya untuk memutus
mata rantai kemiskinan yang sudah terbentuk secara struktur sosial
di masyarakat dengan membuat kebijakan penyelenggaraan Kota
Layak Anak.
e. Sistem Ekonomi
Karena mayoritas penduduk Depok berjenis mata pencaharian
yang bermacam-macam, maka secara tidak langsung orang tua
memiliki sedikit waktu bersama anak-anak mereka. Dan Kota Layak
Anak menjadi alternatif untuk menangani masalah kompleks yang
muncul dari perubahan sosial yang cepat itu. Demikian pemerintah
menjadikan dasar pertimbangan dalam pembuatan Kebijakan Kota
Layak Anak.
17
f. Kebijakan Internasional
Melihat kembali latar belakang Kota Layak Anak adalah bentuk
amanat dalam Konvensi Hak Anak Internasional, danIndonesia
merupakan salah satu negara yang menanda tangani hasil konvensi
tersebut serta meratifikasinya dalam Keputusan Presiden Nomor 36
tahun 1990 pada tanggal 25 September 1990. Terlihat bahwa
pengaruh internasional mendominasi kebijakan penyelenggaraan
Kota Layak Anak dan juga mendasari pertimbangan pemerintah
dalam pembentukannya.
4. Indikator Kota Layak Anak Depok
Dalam Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Anak
Nomor 11 Tahun 2011, yang dimaksud dengan indikator adalah variabel yang
membantu dalam mengukur dan memberikan nilai terhadap pemerintah
daerah dalam mengupayakan terpenuhinya hak anak untuk mewujudkan
kabupaten/kota layak anak.Untuk mengukur indikator kota layak anak dibagi
kedalam dua kategori :
1. Penguatan Kelembagaan, meliputi :
a. Adanya peraturan perundang-undangan dan kebijakan untuk
pemenuhan hak anak;
b. Persentase anggaran untuk pemenuhan hak anak, termasuk
anggaran untuk penguatan kelembagaan;
c. Jumlah peraturan perundang-undangan, kebijakan dan program
yang mendapat masukan dari forum anak dan kelompok anak
lainnya;
d. Tersedia sumber daya manusia (SDM) terlatih KHA dan
mampu menerapkan hak anak dalam kedalam kebijakan,
program dan kegiatan;
e. Tersedia data anak terpilah menurut jenis kelamin, umur dan
kecamatan;
18
f. Keterlibatan lembaga masyarakat dalam pemenuhan hak anak;
dan
g. Keterlibatan dunia usaha dalam pemenuhan hak anak.
2. Klaster hak anak, meliputi ;
a. Hak sipil dan kebebasan;
b. Lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif;
c. Kesehatan dasar dan kesejahteraan;
d. Pendidikan, pemanfaatan waktu luang, dan kegiatan budaya; dan
e. Perlindungan khusus
Tentang klaster hak anak akan dijabarkan sebagai berikut;10
Pertama, Hak Sipil dan Kebebasan yang dimaksudkan dengan hak sipil
dan kebebasan adalah hak anak dalam memperoleh identitas, dalam hal ini
adalah akte kelahiran.Ditengah-tengah pembahasan Raperda tentang
Penyelenggaraan Kota Layak Anak Depok, UU Revisi Administrasi
Kependudukan telah disahkan dimana akte kelahiran kini dapat dibuat
berdasarkan asas domisili, bukan asas peristiwa; yang artinya anak yang
tinggal di Depok dapat membuat akte kelahiran di Disdukcapil setempat,
tidak harus kembali ke kota asal, apabila kota asal ataupun kelahiran bukan
Depok. Mendapatkan informasi yang sehat dan aman untuk sang anak
dilindungi dalam hak sipil dan kebebasan ini. Selain itu juga hak anak untuk
berpartisipasi dan mengeluarkan pendapat merupakan hak sipil dan
kebebasan.
Kedua, pemenuhan hak lingkungan keluarga dan pengasuhan
alternatif.Perda mengatur hak anak untuk mendapatkan prioritas untuk
dibesarka dalam keluarga. Keluarga wajib menanamkan nilai-nilai
luhur,memberikan pendidikan agama dan wawasan kebangsaan pada anak.
10Ringkasan pidato pembahasan Raperda disampaikan dalam sidang paripurna DPRD Kota Depok dalam rangka penetapan Raperda Penyelenggaraan Kota Layak Anak https://www.kompasiana.com/jeannetedja/perda -penyelenggaraan-kota layak-anak-pertama-di-indonesia_54f493a3745513902b6c8b33( diakses tanggal 4 Desember 2017)
19
selanjutnya pemerintah berkewajiban memberikan pengasuhan alternatif bagi
anak-anak yang ditelantarkan orang tuanya termasuk juga mempunyai
program menyeluruh untuk para orang tua bagaimana menjadi orang tua yang
baik bagi anak-anaknya, sebelum mereka mempunyai anak. pendidikan ini
bisa dikatakan sebagai pendidikan pra nikah atau yang dikenal dengan
parenting class.
Ketiga, pemenuhan hak dasar dan kesejahteraan anak.peraturan daerah
mengamanatkan agar anak-anak mendapatkan haknya atas kesehatan dari
mulai mendapatkan gizi yang baik dalam kandungan ibunya, mendapat ASI
ekslusif dan imunisasi dasar lengkap, serta akses jaminan sosial.erda juga
mengatur kewajiban Pemerintah untuk membangun Puskesmas yang ramah
anak, taman bermain, taman kota dan lain-lain.
Keempat, pemenuhan dan hak pendidikan dan kegiatan seni budaya.
Perda menjamin hak anak untuk berpartisipasi dalam pendidikan, mulai
Pendidikan Usia Dini, sampai dengan hak untuk mendapatkan hak program
wajib belajar 12 tahun. pemerintah Kota Depok sendiri sudah mempunyai
kebijakan wajib belajar 12 tahun.
Kelima, bagian ini menjamin hak anak yang membutuhkan perlindungan
khusus seperti anak yang berhadapan dengan hukum, anak yang terlibat
narkoba, anak yang menjadi korban tindakan kekerasan dan lain-lain.Perda
mengamanatkan pemerintah agar membentuk Pusat Krisis Anak dan telepon
Pelayanan Pengaduan 24 jam dimana warga atau bahkan anak-anak yang
menjadi korban kekerasan itu bisa langsung menelepon Layanan Pengaduan
tersebut dan ditangani oleh Pusat Krisis Anak.
5. Hak Anak Dalam Peraturan Daerah Dan Fiqh
1. Hak Anak untuk Memperoleh Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan
dalam Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 15 Tahun 2013
Dalam Peraturan Daerah No 15 tahun 2013, tertuang dalam Bagian
Ketiga Pemenuhan Hak Bidang Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan, yakni :
20
1. Setiap anak berhak mendapatkan hak kesehatan dasar dan
kesejahteraan, diantaranya:
a. Tidak untuk digugurkan kecuali membahayakan keselamatan ibu
b. Gizi yang baik sejak dalam kandungan
c. Air susu ibu sampai usia dua tahun
d. Imunisasi dasar lengkap
b. Pemeriksaan kesehatan balita secara berkala
c. Lingkungan bebas asap rokok
d. Kesediaan air bersih
e. Akses jaminan sosial; dan
f. Perlindungan dan rehabilitasi dari NAPZA, HIV dan AIDS
Undang-Undang nomor 52 Tahun 2009 tentang Pengembangan
Kependudukan mendefinisikan keluarga sebagai unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya.
Menurut Salvicion dan Cells (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau
lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan, atau pengangkatan dalam hidupnya dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing-masing
menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.11
Sebagai komponen yang tidak terpisahkan dari masyarakat, keluarga
memiliki peran yang sigifikan dalam status kesehatan. Keluarga berperan
dalam optimalisasi pertumbuhan, perkembangan dan produktivitas seluruh
anggotanya melalui pemenuhan kebutuhan gizi dan menjamin kesehatan
anggota keluarga. Di dalam ranah keluarga, ibu dan anak termasuk kelompok
yang rentan.hal ini terkait fase kehamilan, persalinan dan nifas pada Ibu dan
fase tumbuh kembang anak. Hal ini menjadi alasan pentingnya upaya
kesehatan Ibu dan anak menjadi salah satu prioritas pembangunan kesehatan
di Indonesia.12
11www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil kesehatan-Indonesia-2015.pdf. ( diakses tanggal 5 Desember 2017)
12www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil kesehatan-Indonesia-2015.pdf. ( diakses tanggal 5 Desember 2017)
21
Ada empat hak dasar anak menurut Seto Mulyadi dari Komnas Perlindungan
Anak, yaitu13 :
a. Hak Hidup lebih layak, seperti berhak atas kasih sayang, ASI
ekslusif, dan akte kelahiran.
b. Hak Tumbuh dan Berkembang; hak atas pendidikan yang layak,
istirahat, makan makanan yang bergizi, tidur, belajar, bermain.
c. hak perlindungan; dilindungi dari kekerasan dalam rumah tangga,
dari pelecehan seksual, tindak criminal, dari pekerjaan layaknya
orang dewasa, dan lain sebagainya.
d. hak berpatisipasi ; setiap anak berhak menyampaikan pendapat ,
punya suara dalam musyawarah keluarga, punya hak berkeluh
kesah, memilih minat sesuai minat dan bakat dan lain-lain.
Dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan
Anak, definisi kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan
penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya
dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial.Dan dalam Bab II
tentang Hak Anak Pasal 2 menyatakan bahwa :
1) Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan,asuhan dan bimbingan
berdasarkan kasih sayang baik dari keluarganya maupun dalam
asuhan khusus untuktumbuh dan berkembang wajar.
2) Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan
dan kehidupan sosialnya, sesuai dengan kepribadian dan
kebudayaan bangsa, untuk menjadi warga negara yang baik dan
berguna.
3) Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa
dalam kandungan atau melahirkan.
13https://google.co.id/amp/amp.kompas.com/edukasi/read/2009/11/20/2119258.
orangtua.mesti.peduli.empat.hak.dasar.anak ( diakses 20 Oktober 2017)
22
4) Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang
dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan
perkembangannya secara wajar.
Berkaitan dengan hak anak dalam kesehatan dan kesejahteraan, Undang-
Undang Perlindungan Anak tahun 2003 juga menyebutkan hak anak dalam
pasal 8 :
“Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan
sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental dan spiritual.”
Pemerintah juga harus andil dalam memberikan pelayanan yang terbaik
bagi masyarakatnya dalam hal ini anak khususnya. Dalam Bab IX
Penyelenggaraan Perlindungan Bagian Kedua tentang Kesehatan menyebutkan
yaitu :
1) Pemerintah wajib menyediakan fasilitasdan menyelenggarakan
upaya kesehatan yang komprehensif bagi anak, agar setiap anak
memperoleh derajat kesehatan yang optimal sejak dalam
kandungan.
2) Penyediaan fasilitas dan penyelenggaraan upaya kesehatan
secara komprehensif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
didukung oleh peran masyarakat.
3) Upaya kesehatan yang komprehensif sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif, baik pelayanan kesehatan dasar maupun rujukan.
4) Upaya kesehatan yang komprehensif sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diselelenggarakan cuma-cuma bagi keluarga
yang tidak mampu.
5) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
ayat (2) , ayat (3) dan ayat (4) disesuaikan dengan ketentuan
peraturan yang berlaku.
23
Adapun yang termasuk hak kesehatan dan kesejahteraan menurut
Konvensi Hak Anak (KHA) adalah :
a) Mengurangi kematian bayi dan anak;
b) Menjamin penyediaan bantuan keshatan yang diperlukan dan
perawatan kesehatan untuk semua anak dengan penekanan pada
perawatan kesehatan primer
c) Menjamin perawatan kesehatan sebelum dan sesudah kelahiran
yang tepat untuk para ibu.
d) Menjamin bahwa semua bagian masyarakat, terutama orang tua
dan anak, diinformasikan mempunyai akses ke pendidikan
a. Hak hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan (pasal 6)
b. hak untuk tidak diganggu kehidupan pribadinya (pasal 16)
c. hak pelayanan, perawatan bagi anak yang orang tuanya bekerja
(pasal 18 ayat 3)
d. hak anak yang mempunyai cacat mental dan fisik (pasal 23)
e. hak menikmati status kesehatan tertinggi dan memperoleh
sarana perawatan penyakit dan pemulihan kesehatan(pasal 24)
dan;
f. hak atas hidup yang layak bagi perkembangan fisik, mental,
spiritual, moral dan sosial anak. (pasal 27)
1. Hak Anak untuk Memperoleh Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan
dalam Fiqh
a. Hak-hak Anak dalam Islam
Bahwa yang dimaksud dengan hak ialah sesuatu yang mestinya
didapatkan atau diperoleh untuk dirinya dari orang lain. Lawan dari hak
adalah kewajban, yaitu sesuatu yang harus diberikan atau dilakukan dirinya
untuk keuntungan orang lain. Jadi, yang dimaksud hak anak ialah segala
sesuatu baik berupa hal konkrit (nyata) maupun abstrak ( tidak terlihat) yang
24
semenstinya didapatkan atau diperoleh oleh anak dari orang tua ataupun
walinya.14
Ketika seorang anak lahir, menurut hukum Islam mereka mempunyai hak-hak
dan kebutuhan hidup yang harus dipenuhi orang-orang yang paling dekat
dengannya seperti orang tua dan kerabatnya. Seandainya bayi yang lahir itu
tidak memiliki orang tua, maka negara bertanggung jawab terhadap kelahiran
bayi itu supaya tetap hidup.Hak hidup merupakan hak yang palingdasar (hak
asasi) bagi seluruh manusia yang dijamin Nabi ketika khutbah Haji
Wada’nya.15
Hak-hak anak wajib ditunaikan sejak mereka lahir, hak yang ada kaitannya
dengan nasab, pendidikan, bimbingan sosial, maupun pengurusan dan
pemeliharaan harta mereka16.
a) Hak nasab; nasab anak ditetapkan kepada ayah, melalui cara :
perkawinan, pengakuan, dan tanda bukti. Pertama, yakni
perkawinan, adalah cara wajar bagi ditetapkannya nasab. Setiap
anak yang lahir setelah enam bulan sejak pernikahan, dia adalah
anak dari suami perempuan yang melahirkan itu. Kedua,
melalui pengakuan. Ketika ayah telah mengakui anak tersebut
sebagai anaknya, tidak boleh mencabut pengakuannya karena
nasab tidak bisa dibatalkan, artinya dalam menyampaikan
pengakuan tersebut tidak boleh ragu-ragu, sebab masalah nasab
tidak bisa main-main dan sebagai sebuah kepastian. Ketiga,
pembuktian. Alat bukti dalam hal menentukan nasab adalah
berupa kesaksian, dimana status kesaksian ini lebih kuat
daripada sekedar pengakuan, sebab kesaksian sebagai alat bukti
selalu melibatkan orang lain sebagai penguat17. Sedangkan
14H.M Budiyanto, Hak-hak Anak dalam Perspektif Islam, FITK UIN Sunan Kalijaga
15Harun Nasution dan Bachtiar Effendi, Hak Azasi Manusia dalam Islam (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1987), h. 65.
16NabilMuhammad Taufik Assamaluthi, Pengaruh Agama terhadap Struktur Keluarga, (Surabaya : Bina Ilmu, 1987), h.265.
17Nurul Irfan, Nasab & StatusAnak dalam Hukum Islam, (Jakarta: Amzah, 2012), h. 130.
25
dalam pengakuan belum tentu didukung oleh orang lain, yang
akibatnya pengakuan tersebut tidak kuat dan masih mungkin
dibatalkan oleh adanya alat bukti berupa saksi yang benar.
b) Hak menyusui; menyusui anak adalah kewajiban Ibu. Ia
merupakan hak anak atas ibunya. Dan seorang Ibu yang tidak
menunaikan kewajiban ini padahal dia mampu, maka dia
berdosa di hadapan Allah. Namun demikian kewajiban ini
memang tidak bisa dipaksakan supaya dilaksananakan oleh ibu
secara yuridis, tapi merupakan kewajiban dalam agama.
c) Hak perawatan adalah hak anak atas ibu bapaknya.Yang
dimaksud perawatan (hadhanah) ialah pendidikan dan perhatian
terhadap segala urusan anak sepanjang waktu tertentu. Menurut
Kompilasi Hukum Islam, batas usia anak mampu berdiri sendiri
atau dewasa adalah 21 tahun. Dan sebelum umur tersebut
sewajibnya anak diberi kesempatan untuk hidup layak dalam
penjagaan ibu bapaknya. Namun jika terpaksa mereka bercerai,
maka ibunya lebih berhak untuk memeliharanya, karena dialah
yang telah mengandung dan melahirkan, dan lebih mampu
mendidik dan mengurus anak. Walaupun kebanyakan ibu
merawat anaknya, dan melayani makannya, kebersihannya, dan
sebagainya, ayahnya tidak boleh berpangku tangan dalam usaha
ini. tidak benar bila pria menganggap perawatan dan pendidikan
anak hanyalah tugas kaum wanita dan ia tidak bertanggung
jawab dalam hal ini18. tidak adil bila seorang ayah meninggalkan
istri dan bayinya yang sedang menangis kemudian beristirahat di
kamar lain. Ketika istri meyusui anak, hendaklah suami
berperan serta dengan cara bersikap positif terhadap istri untuk
membesarkan hatinya dan menambah semangat untuk menyusui
18Huzaemah T. Yanggo, Hukum Keluarga dalam Islam, ( Jakarta:Yayasan Masyarakat Indonesia Baru, 2013) h. 190.
26
anaknya, terutama terhadap ibu yang baru pertama kali
menyusui anaknya.
Sehubungan dengan kelahiran anak, Syeikh Mahmud Syaltut di dalam
bukunya Al Islam, Aqiedah wa Syariah menyebutkan terdapat tiga hak anak
yang berkaitan satu sama lain19 ;
a) Hak hidup anak itu sendiri, yang harus dipelihara dan dijaga
sebaik-baiknya;
b) hak Ibu Bapak yang disamping tanggung jawab mereka untuk
memelihara anak, mempunyai hak pula untuk menentukan
kehidupan dan penghidupan hari depan mereka;
c) hak umat ( masyarakat dan negara khususnya) dan manusia
umumnya karena kehadiran anak tersebut.
Serta empat macam pendapat Ulama Mujathid tentang hal ini20 :
a) Pendapat Imam Al- Ghazali; lahirnya anak ada hak khusus
bagi sang Bapak.
b) Pendapat Abu Hanifah ;hak itu adalah miliknya Ibu dan Bapak
berdua.
c) Pendapat Syafi’iyah, Hanabilah, dan Jumhur Ulama; hak atas
lahirnya anak adalah hak Ibu Bapak bersama dengan umat
(bangsa dan manusia seluruhnya).
d) Pendapat sebagian Ahli Hadis, hak umat lebih kuat daripada
hak Ibu Bapaknya.
a. Kesehatan Anak dalam Pandangan Fiqh
Islam menggariskan agar pemeluknya menyiapkan generasi (anak-anak),
yang berkualitas dan tidak mengkhawatirkan kesejahteraan mereka. Allah
berfirman dalam surat an Nisa’ :
19Syukri Ghazali dkk, Nasehat Perkawinan dalam Islam, (Biro Penerangan dan Motivasi BKKBN, 1985) h. 93
20Syukri Ghazali dkk, Nasehat Perkawinan dalam Islam, h.94.
27
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”
Untuk itu diperlukan modal kesehatan bagi anak-anak sejak ketika
mereka masih berada dalam kandungan, proses kelahieran, pasca kelahiran
hingga lima tahun, kanak-kanak, remaja dan seterusnya.
Kesehatan anak khususnya balita merupakan prasyarat untuk dapat
membangun generasi yang berkualitas.Pendidikan dan pengajaran hanya bisa
berjalan jika si terdidik dan terajar sehat fisik dan mentalnya. P20F
21PPersoalannya
adalah, untuk mewujudkan generasi yang berkualitas diperlukan upaya-upaya
yang sungguh-sungguh ketika anak-anak masih berada dalam kandungan
(janin). Dan ini perlu dimulai dari menjaga kondisi kesehatan Ibu yang
sedang mengandung.
Bila dipandang dari segi ilmu gizi dan kesehatan, ada periode-periode
yang sangat kritis dalam upaya mewujudkan manusia yang berkualitas
danberakhlak tinggi, dan peranan Ibu dalam mengambil keputusan adalah
sangat menentukan. P21 F
22
Periode kritis pertama adalah pada saat bayi berada dalam kandungan Ibu
selama sembilan bulan. Pada periode ini melalui teknologi super canggih,
Allah SWT telah menciptakan jalan yang memungkinkan si bayi dengan
21 Ahmad Rofiq, Fiqh Kontekstual:dari Normatif ke Pemaknaan Sosial,(Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2004),h.64. 22 Huzaemah T. Yanggo, Fiqh Perempuan Kontemporer,(Jakarta:Al Mawardi Prima,
2001), h. 162.
28
ibunya berkomunikasi secara mulus selama bayi berada dalam kandungan,
yaitu “ Tali Pusat”. Melalui jalan ini ibu mengirimkan zat-zat gizi yang
diperlukan oleh bayi untuk tumbuh dan berkembang di rahim Ibu.jika selama
kehamilan si Ibu banyak mengomsumsi makanan bergizi serta halalan
thoyyiban, maka si bayi akan memiliki fondasi kuat untuk menjadi insan yang
berkualitas.
Periode kritis kedua adalah pada saat bayi dilahirkan sampai ia berusia
dua tahun. Pada periode inilah Allah SWT memberi anugerah yang tidak
ternilai harganya untuk proses tumbuh kembang bayi, melalui Air Susu
Ibu (ASI). Hal ini disebutkan dalam surat Al Baqarah ayat 233 :
...
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan…..”
Bila dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya seorang anak
melaluinya dengan baik, maka upaya segenap anggota keluarga. Khususnya
ibu dan ayah dalam membina insan yang berkualitas tidak akan mengalami
gangguan kesehatan dan gizi yang serius pada periode selanjutnya, karena
anak tersebut telah memiliki pondasi kesehatan yang kokoh.
Tujuan Allah Swt mensyariatkan hukumnya adalah untuk memelihara
kemaslahatan manusia, sekaligus untuk mnghindari mafsadat, baik di dunia
maupun akhirat. Dalam rangka mewujudkan kemaslahatan dunia dan di
akhirat, berdasarkan penelitian para ahli ushul fiqh, ada lima unsur pokok
yang harus dipelihara dan diwujudkan. Kelima pokok tersebut adalah agama,
jiwa, akal, keturunan dan harta (Maqashid Syariah). P22F
23
23Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, (Ciputat:Logos Wacana Ilmu,1997), h.
125.
29
Teori maqashid syariah baru dikenal pada abad keempat hijriah. Pertama
kali istilah maqashid syariah diprgunakan oleh Abu Abdallah al-Tirmizi al-
Hakim dalam buku yang ditulisnya. Selanjutnya istilah ini dipopulerkan oleh
Imam al Haramain al Junaini dalam beberapa kitab yang ditulisnya dan
beliaulah yang prtama kali mengklasifikasikan maqashid syariah kedalam tiga
kategori besar yakni dharuriyat, hajjiyah dan tahsiniyyah24.
Yang dimaksud dengan dharuriyat adalah syariat menjadi tiang untuk
menegakkan berbagai kemaslahatan di dunia dan akhirat. Jika tiang-tiang
syariat tersebut tidak ditegakkan dan dilaksanakan, maka kemaslahatan dunia
dan akhirat itu akan hilang dan tidak terwujud.25 Berbeda dengan kelompok
dharuriyat, kebutuhan dalam kelompok hajjiyat tidak termasuk kebutuhan
yang essensial, melainkan kebutuhan yang dapat menghindarkan manusia
dari kesulitan dalam hidupnya.26
Untuk memberi gambaran tentang maqashid syariah, berikut ini
penjelasan secara ringkas lima pokok kemaslahatan dengan peringkatnya
masing-masing. Islam menjaga hak dan kebebasan, dan kebebasan yang
pertama adalah kebebasan berkeyakinan dan beribadah; setiap pemeluk
agama berhak atas agama dan mazhabnya, ia tidak boleh dipaksa untuk
meninggalkannya menuju atau madzhab lain, juga tidak boleh ditekan untuk
berpindah dari keyakinannya untuk masuk Islam 27 . Dasar hak ini sesuai
firman Allah dalam surat Al Baqarah :
24Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2006), h. 107. 25Yusuf Qardhawi, Membumikan Syariat Islam, ( Surabaya:Dunia Ilmu, 1995), h. 58.
26Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam,h.126. 27Ahmad Al Mursi Husain Jauhar, Maqashid Syariah,(Jakarta: Amzah; 2009), h . 1.
30
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
Adapun dalam peringkat dharuriyahnya, yaitu memelihara dan
melaksanakan kewajiban keagamaan yang masuk peringkat primer, seperti
melaksanakan shalat lima waktu 28 . Kalau shalat diabaikan, maka akan
terancamlah eksistensi agama.
Dalam tujuan hajjiyahnya, yaitu melaksanakan ketentuan agama, yakni
dengan menghindari kesulitan seperti shalat jamak dan qashar bagi orang
yang berpergian. Kalau ini tidak dilaksanakan tidak akan mengancam
eksistensi agama, tapi hanya akan mempersulit bagi orang yang
melakukannya29
Hak pertama dan yang paling utama yang diperhatikan dalam Islam
adalah hak hidup, hak yang disucikan dan tidak boleh dihancurkan
kemuliannya. Dalam surat An Naml ayat 88, Allah berfirman :
“Dan kamu akan melihat gunung-gunung yang kamu kira tidak bergerak, padahal berjalan seperti jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Maka tidak mengherankan bila jiwa manusia dalam syariat Islam
sangatlah dimuliakan, harus dipelihara, dijaga, dipertahankan, tidak
28Fathurrahman Djamil,Filsafat Hukum Islam,h. 128 29Fathurrahman Djamil,Filsafat Hukum Islam, h. 128
31
menghadapkannya dengan sumber-sumber kerusakan/kehancuran 30 . Allah
berfirman dalam surat al Baqarah ayat 195;
“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
Dalam tujuan dharuriyyat, memelihara jiwa(nyawa)dapat dicontohkan
seperti memenuhi kebutuhan pokok berupa makanan untuk mempertahankan
hidup. Kalau kebutuhan pokok ini diabaikan, maka akan berakibat
terancamnya eksistensi jiwa manusia. P30F
31
Sedangkan dalam hajjiyat, diperbolehkannya berburu binatang untuk
menikmati makanan yang lezat dan halal. Jika kegiatan ini diacuhkan, maka
tidak akan mengancam eksistensi manusia, melainkan hanya mempersulit
hidupnya.
Dalam peringkat tahsiniyyat, seperti diterapkannya tata cara makan dan
minum. Kegiatan ini berhubungan dengan etika dan kesopanan. Sama sekali
tidak mengancam eksistensi jiwa manusia.P31F
32
Akal merupakan sumber pengetahuan, sinar hidayah, cahaya mata hati,
dan media kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat. Dengan akal, surat
perintah dari Allah disampaikan, dengannya pula manusia berhak mnjadi
pmimpin di muka bumi, dan dengannya manusia menjadi sempurna, mulia,
dan berbeda dengan makhluk lainnya.
30Ahmad Al Mursi,Maqashid Syariah,h. 23 31Fathurrahman Djamil ,Filsafat Hukum Islam, h. 129. 32Fathurrahman Djamil,Filsafat Hukum Islam, h.129.
32
Setiap kali manusia mengoperasikan pikiran dan akalnya, menggunakan
mata hati dan perhatiannya, maka dia akan memperoleh rasa aman,
merasakan kedamaian dan ketenangan, dan masyarakat tempatnya hidup pun
akan didominasi oleh suasana yang penuh rasa cinta dan ketenangan.
Manusia pun akan merasakan aman atas harta, jiwa, dan kehormatan
mereka.33
Untuk melindungi akal manusia dari kerusakan mental dan
keterbelakangan kepribadian, Islam mengharamkan meminum minuman
keras (khamar)dan bentuk lainnya, seperti obat-obatan terlarang (narkoba).
Islam akan menghukum orang-orang yang menjual, meminum, dan
mengedar minuman keras dan obat-obatan terlarang. Perlindungan terhadap
akal ini agar manusia terhindar dari kerusakan akal yang dapat berpengaruh
ke mentalitas dan psikologis manusia.34 Seperti dinyatakan Allah dalam surat
Al Maidah ayat 90 berikut ini :
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
Harta merupakan salah satu kebutuhan inti dalam kehidupan, dimana
manusia tidak akan bisa terpisah darinya. Dalam surat al Kahfi ayat 46;
33Ahmad Al Mursi, Maqashid Syariah,h.93. 34Rahmat Rosyadi & Rais Ahmad, FormalisasiSyariat Islam dalam Perspektif Tata
Hukum Indonesia,( Bogor : Ghalia Indonesia, 2006), h.30.
33
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amal kebajikan yang terus menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”
Memelihara harta dalam tujuan dharuriyat, seperti syariat tentang cara
pemilikan harta dan larangan mengambil harta orang lain yang tidak sah.
Sementara dalam hajjiyat seperti syariat tentang jual beli dengan cara salam.
Dalam peringkat tahsiniyyat, seperti ketentuan tentang menghindarkan diri
dari pengecohan atau penipuan.P34F
35
Perlindungan harta yang baik tampak dalam dua hal berikut P35F
36P :
Pertama, memiliki hak untuk dijaga dari para musuhnya, baik dari tindak
pencurian, perampasan, atau tindakan lain memakan harta orang lain ( baik
dilakukan kaum muslimin atau nonmuslim) dengan cara yang batil , seperti
merampok,menipu, atau memonopoli.
Kedua, harta tersebut dipergunakan untuk hal-hal yang mubah, tanpa ada
unsur mubazir atau menipu untuk hal-hal yang dihalalkan oleh Allah. Maka
harta ini tidak dinafkahkan untuk kefasikan, minuman keras, atau berjudi.
Allah Berfirman,
35Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, h.131. 36Ahmad Al Mursi,Maqashid Syariah, h. 171.
34
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”
Islam mensyariatkan agar mempunyai keturunan yang saleh; keturunan
yang menjadi panutan ( zurriyata qurrot a’yun waj’alna lilmuttaqina imama),
bukan keturunan yang lemah(zurriyatan dhi’afa). Islam juga mensyariatkan
makan halal yang halal dan baik (halalan thayyiban) agar manusia tidak sakit
sehingga keturunannya menjadi lemah,baik fisik maupun psikis. Dalam
menjaga keturunan ini, Islam melarang perbuatan zina orang yang
menuduhnya karna keduanya merupakan harga diri yang perlu dilindungi dari
setiap kepribadian seseorang,baik laki-laki maupun perempuan.37
Memelihara keturunan dalam peringkat hajjiyat, contoh ditetapkannya
ketentuan menyebutkan mahar bagi suami pada waktu akad nikah dan
diberikan hak thalaq padanya. Dalam peringkat tahsinniyat, seperti
disyariatkan khitbah atau walimat dalam perkawinan.38
37Rahmat Rosyadi & Rais Ahmad, Formalisasi Syariat Islam dalam Perspektif Tata Hukum Indonesia,h.31.
38Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, h. 130.
35
BAB III
PENERAPAN PERDA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG KOTA LAYAK ANAK DI KOTA DEPOK
A. Gambaran Umum Kota Depok 1. Kondisi geografis
Secara geografis kota Depok terletak pada koordinat 60°19°00°Lintang
Selatan dan 106°43°00° − 106°55°30°Bujur Timur .Kota Depok
berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada dalam lingkungan
wilayah Jabodetabek. Bentang alam Kota Depok dari Selatan ke Utara
merupakan dataran rendah-perbukitan bergelombang lemah, dengan elevansi
antara 50-140 meter diatas permukaan laut dan kemiringan lereng nya kurang
dari 15%. Kota Depok sebagai wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai
luas wilayah sekitar 200, 92 km2.
Kondisi geografisnya dialiri oleh sungai-sungai besar yaitu Sungai
Ciliwung dan Cisadane serta 13 sub Satuan Wilayah Aliran Sungai.
Disamping itu terdapat pula 25 situ. Data luas situ pada tahun 2005 sebesar
169,68 Ha, dengan kualitas air rata-rata buruk akibat tercemar.
Kondisi topografi berupa dataran rendah bergelombang dengan
kemiringan lereng yang landai menyebabkan masalah banjir di beberapa
wilayah, terutama kawasan cekungan antara beberapa sungai yang mengalir
dari selatan menuju utara: Kali Angke, Sungai Ciliwung, Sungai
Pesanggrahan dan Kali Cikeas.
2. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk di Kota Depok semester II tahun 2016 yang telah
dikonsolidasikan dan dibersihkan oleh Kementerian Dalam Negeri mencapai
1.803.708 jiwa, terdiri atas laki-laki 913.359 jiwa (50,63%) dan perempuan
890.349 jiwa (49,36%),
36
Kecamatan Sukmajaya merupakan kecamatan yang paling banyak
penduduknya dibanding dengan kecamatan lainnya di Kota Depok, yaitu
245.142 jiwa. Sedangkan kecamatan dengan penduduk terkecil adalah
Kecamatan Limo yaitu 86.147 jiwa.
Di tahun 2016 kepadatan penduduk Kota Depok mencapai 10.255
jiwa/km2. Kecamatan Sukmajaya merupakan kecamatan terpadat di Kota
Depok dengan tingkat kepadatan 15.063 jiwa/km2, kemudian Kecamatan
Pancoran Mas dengan tingkat kepadatan 13.522 jiwa/km2. Sedangkan
kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan
Sawangan yaitu 5.580 jiwa/km2. (sumber : DDA 2015)
3. Iklim
Wilayah Depok termasuk dalam daerah beriklim tropis dengan perbedaan
curah hujan yang cukup kecil dan dipengaruhi oleh iklim musim. Secara
umum musim kemarau antara bulan April-September dan musim hujan antara
bulan Oktober-Maret.
• Temperatur : 24,3o-33 o Celsius
• Kelembaban rata-rata : 25 %
• Penguapan rata-rata : 3,9 mm/th
• Kecepatan angin rata-rata : 14,5 knot
• Penyinaran matahari rata-rata : 49,8 %
• Jumlah curah hujan : 2684 m/th
• Jumlah hari hujan : 222 hari/tahun
a. Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama
Penduduk Kecamatan Sawangan terdiri dari berbagai macam suku dan
etnis dari seluruh Indonesia, sehingga agama yang dianutnya pun beragam.
Namun dibalik keragaman tersebut tercipta rasa saling menghormati antar
37
pemeluk agama tersebut. Adapun jumlah penduduk berdasarkan pemeluk
agama yang berada di Kecamatan Sawangan dapat dilihat pada tabel berikut1
JUMLAH PENDUDUK DAN LUAS WILAYAH
NO KELURAHAN
JUMLAH PENDUDUK
(Jiwa)
LUAS WILAYAH (Ha)
KEPADATAN
PENDUDUK (Jiwa/Ha)
1 Kelurahan Sawangan 15.852 534.00 30
2 Kelurahan Sawangan Baru 12.736 216.48 59
3 Kelurahan Kedaung 13.085 260.00 50
4 Kelurahan Bedahan 18.321 599.95 31
5 Kelurahan Pasir Putih 16.527 515.00 32
6 Kelurahan Pengasinan 17.212 380.00 48
7 Kelurahan Cinangka 14.318 440.60 33
Jumlah 108.061 2.928.93 37
NO KELURAHAN ISLAM
KRISTEN HINDU
BUDHA
LAINNYA
JUMLAH KATOLI
K PROTEST
AN 1 KelurahanSawangan 15.677 61 67 12 15 0 15.852
2 KelurahanSawanganBaru 12.658 0 0 0 0 0 12.736
3 KelurahanKedaung 12.828 71 71 15 51 0 13.085
4 KelurahanBedahan 18.126 22 22 14 2 0 18.321
5 KelurahanPasirPutih 16.272 14 14 14 5 0 16.527
6 KelurahanPengasinan 16.923 46 46 6 4 0 17.212
7 KelurahanCinangka 14.060 13 13 14 4 0 14.318
Jumlah 106.564 1.098 233 75 61 0 108.05
1
1http://sawangan.depok.go.id/profil/geografisKependudukan (diakses tanggal September 2017)
38
b. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Kecamatan Sawangan merupakan wilayah yang memiliki potensi sumber
daya alam cukup potensial bila dikelola dengan baik. Potensi tersebut antara
lain di bidang pertanian, perikanan dan perkebunan. Didasari oleh hal
tersebut, banyak penduduk Kecamatan Sawangan bergerak di sektor jasa dan
wirausaha meskipun sebagian yang lain memiliki pekerjaan sebagai pegawai
(PNS/Swasta). Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian yang berada
di Kecamatan Sawangan sebagaimana terlihat pada tabel berikut :
NO MATA PENCAHARIAN JUMLAH*
1 Petani 6.200 Orang
2 Wiraswasta 10.776 Orang
3 Pengrajin / Industri Kecil 340 Orang
4 Buruh 12.027 Orang
5 Pedagang 11.457 Orang
6 PNS 1.816 Orang
7 TNI / POLRI 200 Orang
8 Pensiunan / Purn 787 Orang
9 Lain – lain 64.541 Orang
JUMLAH 108.144 Orang
c. Keadaan Penduduk Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan
NO UNIT KERJA KUALIFIKASI PENDIDIKAN
JUMLAH SD SMP SLTA Diploma S 1 S 2
1 Kecamatan Sawangan 9 6 2 17
2 Kelurahan Sawangan 1 2 3 6
3 Kelurahan Sawangan Baru 1 4 2 7
4 Kelurahan Pasir Putih 2 4 1 7
5 Kelurahan Kedaung 3 2 5
39
6 Kelurahan Cinangka 3 1 4
7 Kelurahan Bedahan 2 3 5
8 Kelurahan Pengasinan 4 2 6
JUMLAH − 2 29 − 23 3 57
B. PENERAPAN HAK ANAK DI BIDANG KESEHATAN DASAR DAN
KESEJAHTERAAN
Dari pasal-pasal yang terdapat dalam bab Kesehatan dan Kesejahteraan
Perda Kota Layak Anak Depok, penulis akan memfokuskan terhadap poin-
poin :
- Rokok
- Imunisasi dan Vaksinasi
- Penanganan Masalah Kesejahteraan Sosial
- RW Ramah Anak
1. Kawasan Tanpa Asap Rokok
Rokok merupakan salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk
dibakar dan dihisap dan/ atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok
putih, cerutu, atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana
tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintesisnya yang asapnya
mengandung nikotin dan tar atau tanpa tambahan.
Kawasan tanpa asap rokok adalah tempat ruangan atau area yang
dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatanmemproduksi,
menjual,mengiklankan dan/ atau mempromosikan produk tembakau.
Bukti dari keseriusan Pemerintah Kota Depok untuk mengurangi asap
rokok adalah dengan terbitnya Peraturan Daerah tahun 2014 tentang Larangan
Merokok di Tempat Umum.
40
Tujuan penetapan kawasan tanpa rokok ialah2 ;
a. Menciptakan ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat
b. Melindungi kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat, dan
lingkungan dari bahaya asap rokok baik langsung maupun tidak
langsung;
c. Melindungi penduduk usia produktif, anak remaja, dan perempuan
hamil dari dorongan lingkungan dan pengaruh iklan dan promosi
untuk penggunaan dan ketergantungan terhadap bahan yang
mengandung zat adiktif berupa rokok dan/atau produk tembakau
lainnya;dan
d. Meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat terhadap
bahaya merokok dan manfaat hidup tanpa merokok.
e. Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih, bebas dari asap
rokok.
f. Menurunkan angka perokok pemula, mewujudkan generasi muda
yang sehat.
Pengaturan ini berdasarkan : kualitas kesehatan manusia, berarti bahwa
penyelenggaraan Kawasan Tanpa Rokok untuk meningkatkan derajat kualitas
kesehatan warga masyarakat.
Tempat-tempat yang menjadi lokasi Kawasan Tanpa Rokok adalah:
1) Tempat Umum
2) Tempat Kerja
3) Tempat Ibadah
4) Tempat Ibadah
5) Angkutan Umum
6) Tempat proses belajar mengajar
2Peraturan Daerah Kota Depok tahun 2014 Tentang Larangan Merokok
41
2. Imunisasi dan Vaksinasi
Di Rw 09 kelurahan Pengasinan terdapat posyandu dan satu puskemas,
yang dimana keduanya berintegrasi dalam penanganan kesehatan anak dan
ibu di masyarakat. Yang dimana dulunya terdapat posyandu di beberapa
tempat namun setelah itu dikarenakan dari gagasan ketua RW untuk didrikan
di satu titik saja, dan disana dapat dikembangkan bukan hanya posyandu, tapi
untuk kegiatan-kegiatan di masyarakat, seperti ekstra kurikuler menari serta
kantor sektariat RW3. Adapun kegiatan posyandu diantaranya penimbangan,
cek kesehatan, pemberian makan tambahan kepada bayi berupa makanan
seperti bubur kacang ijo, bubur sumsum dan sayur sop.
Imunisasi dibedakan menjadi dua golongan. Golongan yang pertama
adalah imunisasi yang tidak boleh dilaksanakan pada usia dibawah satu
tahun. Biasanya imunisasi diberikan sesuai jadwal yang tercantum dalam
buku-buku kesehatan anak atau di rumah sakit maupun puskesmas. Program
imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari
penyakit yang dapat dicegah oleh imunisasi.4
Tujuan dan Pentingnya pemberian makanan tambahan mnurut Persatuan
Ahli Gizi Indonesia antara lain : melengkapi zat-zat gizi yang kurang terdapat
dalam ASI, mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-
macam makanan dengan berbagai rasa dan tekstur, mengembangkan
kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan, melakukan adaptasi
terhadap makanan yang mengandung kadar energi yang tinggi.5
Program khusus yang dilakukan di Puskesmas Kelurahan Pengasinan
adalah program penjaringan deteksi resiko ibu hamil, yaitu bertujuan untuk
3Wawancara dengan Bu Idar, Staff Posyandu RW 09, tanggal 29 Oktober 2017 4http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/blb/article/view/1721, diakses tanggal 3
Juli 2018 5 Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat, Ilmu dan Seni,( Jakarta, Rinka Cipta,
2007) , h.253.
42
mengurangi angka kematian ibu hamil.6Selain program khusus tersebut,
terdapat kegiatan rutin yang dilaksanakan Puskemas Pengasinan, ialah
sosialisasi tentang rokok,pemeriksaan dan pendataan air bersih di masyarakat.
Menurut keterangan dari narasumber semua wilayah Pengasinan sudah rata
terjangkau air bersih.Kegiatan pemantauan gizi baik dan buruk, dan untuk
sekarang ini tidak ada gizi buruk, adanya gizi kurang.
3. RW Ramah Anak
Rw adalah satuan masyarakat terdekat dengan komunitas anak-anak.
Apabila masyarakat dalam RW tersebut bisa optimal dalam memenuhi hak-
hak anaknya maka anak akan menjadi sumber daya pembangunan yang
berkualitas sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
sebagaimana diamanatkan Pancasila dan Undang-Undang 1945.
Rw Ramah Anak adalah sebuah gerakan sosial masyarakat yang
melibatkan Pemerintah Kota Depok dengan sumber daya berbasis
masyarakat. Dalam pembentukan Rw Ramah Anak dibutuhkan komitmen
untuk memfasilitasi hak anak dan kebutuhan anak-anak sehingga mereka
dapat tumbuh berkembang dan optimal.7 RW Ramah Anak mrupakan bagian
dari pembangunan kota layak anak, karena dewasa ini kehidupan dikampung/
desa sangat dinamis, menghadirkan berbagai permasalahan, tantangan dan
dengan smakin terbukanya teknologi , informasi, dan komunikasi yang dapat
diakses oleh semua pihak, tidak terkecuali anak.8
Tujuan dibentuknya RW Ramah Anak ialah:9
a. Memanfaatkan dan menyatukan potensi serta sumber daya yang
ada di masyarakat dalam upaya pemenuhan hak-hak anak, yang
6Wawancara dengan Bidan Koordiantor Puskesmas Sawangan, 6 November 2017 7Kota Depok targetkan bentuk 100 RW Ramah Anak,Republika.co.id (diakses tanggal 3
Juli 2018) 8 https : // www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/30/468/menteri-pp-pa-tekankan-pentingya-kampung-ramah-anak(diakses tanggal 3 Juli 2018)
9Profil RW Ramah Anak 09 Kelurahan Pengasinan Kota Depok
43
meliputi hak sipil dan kebebasan, hak kesehatan, hak pendidikan,
hak perlindungan, dan hak partisipasi.
b. Memberikan jaminan perlindungan, kebutuhan dan pemenuhan
hak-hak anak dengan keterlibatan masyarakat sekitar.
Rw Ramah Anak 09 Kelurahan Pengasinan terbentuk sejak September
tahun 2015. Pada saat itu pihak RW sudah menerima surat keterangan dari
kelurahan, jadi Surat Keterangan tersebut merupakan bukti fisik legalitas dari
instansi yang berwenang untuk bebas melakukan kegiatan sosial di
masyarakat.10
Adapun kriteria –kriteria yang menyebabkan RW 09 menjadi
percontohan ialah adanya kapasitas dan fasilitas yang memadai untuk
dijadikan RW Percontohan Ramah Anak. Disamping itu RW 09 juga sudah
terintegrasi dengan Posyandu yang memiliki kualitas sumber daya manusia
mumpuni ditambah dengan sarana dan prasarana.11
Menurut Ketua RW Ramah Anak 09, sebelum membuat kegiatan di
masyarakat mereka harus melihat kondisi dan kebutuhan pemenuhan anak
saat itu. Yang pertama dilakukan adalah mendata anak yang tidak mempunyai
akta lahir dan mensosialisasikannya, dan karena bekerjasama dengan pihak
kelurahan dan Dinas Kependudukan Kota Depok akhirnya terbitlah 45 kartu
akta lahir dan 493 kartu identitas anak di RW 09. Kartu identitas anak saat ini
penting untuk legalitas anak saat masuk SD. Dan Rw 09 merupakan satu-
satunya di Kecamatan Sawangan yang melakukan launching KIA serta
memberikannya secara cuma-cuma.
Adapun program unggulan di RW 09 ialah memberlakukan jam belajar
malam bagi saat masa skolah anak-anak dimulai dari jam 6 dan berakhir jam
10Wawancara dengan Ibu Susi, Ketua Ramah Anak RW 09 Kelurahan Pengasinan, Oktober 2017, 29 Oktober 2017
11 Wawancara dengan Ibu Susi, Ketua Rw Ramah Anak RW 09 Kelurahan Pengasinan, 29 Oktober 2017
44
8 malam. Tujuan dari dibentukya program ini yaitu; bagaimana anak bisa
memanfaatkan waktu luang di malam hari dan perwujudannya bukan hanya
belajar saja seperti mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) tapi juga
berkomunikasi dengan orang tua tanpa tersentuh gadget atau televisi.
Pelatihan-pelatihan yang difokuskan kepada anak-anak remaja pun
dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada anakbagaimana
menghadapi era digital masa ini. Diantaranya efisiensi dalam penggunaan
gadget, para orang tua juga diharapkanikut serta dalam pemantauan aktivitas
anak sehari-hari dalam bergadget, karena gadget akan berdampak negatif
jikan tidak dikendalikan atau dikelola dengan baik.
Kegiatan yang sudah dilaksanakan RW Ramah Anak 09 Kelurahan
Pengasinan adalah sebagai berikut :
No Bidang Program Kegiatan
1.
Hak sipil
dan
kebebasan
- Melakukan
sweeping
bagi warga
yang belum
memiliki akte
lahir
- Pembuatan
KIA ( Kartu
Identitas
Anak)
- melakukan
kerjasama
dengan pihak
kelurahan
pengasinan
untuk
mendata dan
membantu
warga dalam
pembuatan
akte lahir.
- melakukan
kegiatan
pembuatan
KIA
bekerjasama
dengan pihak
45
kelura
- han.
Bidang
lingkungan,
keluarga
dan
pengasuhan
alternatif
- melakukan
kegiatan
parenting
kepada orang
tua mengenai
pola asuh
anak di era
digital.
- Mengadakan
seminar
parenting “
Pola asuh
anak di era
digital”
Bidang
kesehatan
dasar dan
kesejahteran
Melaksanakan
penimbangan dan
pemberian vitamin A
- bekerjasama
dengan
pengurus
posyandu
terintegrasi
melakukan
penimbangan
rutin dan
pemberian
46
vitamin A di
bulan
Februari dan
Agustus 2016
kepada balita.
Pemberlakuan jam
belajar di malam
hari.
Pembuatan taman
bacaan.
Pembuatan taman
bermain.
Seminar parenting
untuk para remaja.
- melakukan
himbauan
kepada orang
tua untuk
menemani
anak belajar
di malam hari
- mendirikan
taman bacaan
di sekretariat
posyandu
terintegrasi
- rencana
membuat
area bermain
bagi anak-
anak
- merencanaka
n kegiatan
seminar anak
remaja di
Bulan Juli
2017
47
Bidang
Perlindung
-an khusus
Memberikan edukasi
kepada remaja
mengenai KDRT
- melakukan
penyuluhan
kepada para
remaja
terhadap
bahaya
narkoba dan
mencegah
KDRT dalam
keluarga
4. Perlindungan terhadap Penyandang Masalah Kesejateraan Sosial
(PMKS)
Menurut keterangan dari Kepala Dinas Rehabilitasi Sosial Kota Depok,
anak-anak PMS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial), diantaranya
yaitu anak terlantar, anak jalanan, anak gelandangan, pengemis, disabilitas,
dan lain-lain. Dikatakan anak bermasalah karna umumnya mempunyai
indikasi gangguan psikologi dan sosial, disingkat Psikososial. Seorang yang
mengalami psikososial tidak seperti orang biasa pada umumnya untuk
berkehidupan sosial, yang dimaksud berkehidupan sosial yakni tercukupnya
kebutuhan sandang, pangan, hubungan antar manusia, mencari nafkah dan
lain-lain. orang yang bermasalah dalam sosial merasa rendah diri, minder,
takut, ingin memperlihatkan ekstistensi drinya tapi dengan cara yang
negatif.12
Anak telantar sesungguhnya adalah anak-anak yang masuk katgori anak
rawan atau anak-anak membutuhkan perlindungan khusus (children in need
of special protection). Seorang anak dikatakan telantar, bukan karena ia sudah
tidak lagi memiliki salah satu atau orang tua atau kedua orang tuanya. Tetapi,
12Wawancara dengan Bu Devi Maryori, Ketua Dinas Rehabilitasi Sosial Kota Depok, tanggal 30 Oktober 2017
48
telantar dalam artian ketika hak-hak anak untuk tumbuh kembang secara
wajar, untuk memperoleh pendidikan yang layak, dan untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang memadai, tidak terpenuhi karena kelalaian, ketidak
mengertian orang tua, ketidakmampuan atau ketidaksengajaan.13
Dinas sosial selaku Penanggung Jawab masalah –masalah sosial yang ada
di daerah Depok, melakukan tahapan-tahapan dalam penanganan PMKS
sebagai berikut: pertama-tama melakukan pendataan umum terlebih dahulu,
mengidentifikasi apakah termasuk ke dalam jenis golongan apa. Kemudian
menelusuri keluarganya, menelisik mengapa anggota keluarga mereka terjun
kedalam hal seperti itu. Dari hasil pendalaman tersebut terdapat keterangan
yang dibutuhkan untuk rencana ke depan korban, serta mengintervensi apa
yang akan dibantu selanjutnya dan kemudian merehabnya di panti sosial.
Setelah itu Dinas Sosial mengkoordinir praktisi-praktisi yang ahli guna
menyelesaikan masalah si penyandang. Seperti menghadirkan ustadz dari segi
pembinaan agama, dari pemahaman dan peraturan-peraturan yang sudah ada.
Dan juga menghadirkan psikolog ataupun pekerja sosial ( Peksos)14guna
terapi trauma tak bisa sekali, dua maupun tiga kali agar membuahkan solusi
yang tepat. Jikalau korban membutuhkan sektor lain misalnya pendidikan,
maka dinas sosial akan menghubungkan kepada Dinas Pendidikan. Biasanya
anak itu tidak skolah karena miskin, dibully, ibu guru galak, Dinas Sosial pun
memfasilitasi atau mencoba memberi pemahaman kepada pihak sekolah
bahwa si anak dapat bersekolah hingga tuntas.
Apabila berkenaan dengan hukum, jika anak sudah diadukan oleh
korban, misal kemungkinan sang anak menjadi pelaku atau korban, Dinas
Sosial akan membantu mereka untuk berdamai, apabila di tingkat pengadilan
13Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, ( Jakarta, Kencana Perdana Media Group, 2010) h. 226
14Peksos atau Pekerja Sosial adalah pekerja –pekerja yang ditugaskan oleh Dinsos untuk pelaporan jika adanya kasus orang-orang yang mengalami kesulitan secara sosial di tingkat Kecamatan. Jadi Peksos ini adalah perpanjangan tangan dari Dinas Sosial Kota di wilayah Kecamatan.
49
diberikan saksi-saksi ahli. Dinas sosial juga bekrjasama dengan P2TP2A,
shingga anak dapat hidup normal, bekerja mencari nafkah, dan selanjutnya di
kemudian hari mereka akan memonitori dan mengevaluasi para anak
penyandang tersebut. Akankah mereka hidup normal atau bermasalah
kembali.15
Penderita HIV, pengguna NAPZA juga termasuk ranah penanganan
Dinas Sosial. Mereka merehabilitasi dengan cara mengirim ke panti sosial
yang mempunyai program keterampilan selama enam bulan. Penderita HIV
merasa tidak nyaman, minder dikarenakan stigma/cap yang buruk oleh
masyarakat, maka dari itu mereka harus membangun masa depan yang lebih
baik dengan kegiatan-kegiatan yang positif.
Data Jumlah Penyandang Masalah Sosial dan Kesejahteraan di Kota
Depok tahun 2013-201716:
No. Jenis/Type TAHUN
2013 2015 2016 2017
1. Anak Balita Terlantar 3 3 2 1
2. Anak Terlantar 45 405 203 86
3. Anak Korban Tindak
Kekerasan dan
Perlakuan Salah
30 40 15
4. Anak Nakal 8 8
5. Anak Jalanan 500 525 480 360
15Wawancara dengan Bu Devi Maryori, Ketua Dinas Rehabilitasi Sosial Kota Depok, tanggal 30 Oktober 2017
16Data Dinas Rehabilitasi Sosial Kota Depok
50
6. Anak Cacat 225 245 245 245
7. Korban
Penyalahgunaan
Narkotika
24 18 18 10
8. HIV/AIDS 123 401 360 360
Terlihat dari tabel di atas, penyandang HIV dan AIDS di Kota Depok
mengalami penurunan dari 2015 – 2016, tapi mengalami stagnan dalam kurun
2016-2017. Sementara korban Narkotika berkurang dari tahun ke tahun. Dan
anak terlantar berkurang secara signifikan dalam kurun waktu 4 tahun (2013-
2017).
51
BAB IV
RELASI PENERAPAN PERDA KOTA LAYAK ANAK TERHADAP HUKUM ISLAM
A. Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Peraturan Daerah Dalam kegiatan bermasyarakat yang mempunyai dinamika pasti ada saja
kendala yang menerpa. Awal-awal penerimaan warga terhadap program RW
Ramah Anak dianggap sebelah mata karena sasarannya adalah anak remaja
yang di pandang susah dikendalikan. Awalnya pengurus mencoba sosialisasi
lewat forum-forum arisan , serta pada karang taruna RW.
Sebagian masyarakat mempunyai pemahaman bahwa vaksin tidak halal.
Ada orang tua yang berpahaman bahwa dulu saat mereka kecil tidak
diimunisasi masih sehat-sehat saja hingga sekarang dan sebagian lain lebih
cenderung ke pengobatan herbal (organik). Serta desas desus cerita dari satu
orang ke orang lainnya bahwa imunisasi begini dan begitu. Faktor jarak juga
menjadi penyebab karena tidak setiap RT mempunyai posyandu. Begitu juga perihal dengan Dinas Sosial yang tergolong dinasbaru di
lingkungan pemerintah Depok. Pasalnya dahulu Dinas Sosial menyatu
dengan Dinas Tenaga Kerja dan anggaran dari Pemda pun masih terbatas,
jumlah kualitas SDM nya kurang, sarana dan prasarananya. Jadi tidak
menafikan adanya kendala dalam pelaksanaannya.
B. Relasi Implementasi Perda No 15 tahun 2013 tentang Kota Layak
Anak terhadap Hukum Islam
Dalam pandangan yang sempit dan terisolasi, banyak orang yang tidak
mengaitkan aspek kesehatan dengan berbagai aspek kehidupan yang lain.
Kadang-kadang hal itu hanya dikaitkan dengan aspek ekonomi saja.
Pemahaman agama Islam tentang kesehatan kurang diaplikasikan terhadap
kehidupan sehari-hari.1
1Sahal Mahfudz, Nuansa Fiqh Sosial, (Yogyakarta:Lkis, 1994), h. 87.
52
Islam juga memperhatikan prinsip, memelihara kesehatan dan menangkal
penyakit lebih baik daripada mengobati penyakit yang sudah menjangkiti
tubuh. Dalam hal ini ajaran Islam ada empat pencegahan;
a. Pertama, kebersihan (nadhafah) yang tercermin dalam wudhu’,
mandi, siwak (menggosok gigi), mencuci pakaian, memotong kuku
dan rambut lain-lain.
b. Kedua, pelarangan makanan dan minuman yang tidak baik atau
merusak kesahatan. Ini sudah ditegaskan dalam surat al Baqarah
ayat 172-173 dan surat Al Maidah ayat 90. Batas kuantitas maupun
batas kualitas dalam arti, keseimbangan antara kuantitas dan
kualitas makanan dan minuman yang diperlukan bagi setiap
manusia, menurut kandungan zat dan mineral yang diperlukan
untuk memelihara kesehatan.2
c. Ketiga, kesehatan umum. Dalam hal ini Rasulullah bersabda dalam
sebuah hadis riwayat Imam Muslim, Setiap penyakit ada obatnya,
maka bila obat itu menyentuh penyakit, ia akan menjadi sembuh
dengan izin Allah. Dalam Islam berlaku karantina demi kesehatan
umum. Rasulullah bersabda, Manakala disaat suatu wilayah
terjangkit wabah, janganlah kalian masuk didalamnya. dan
apabila berjangkit wabah di satu tempat dimana kalian sedang ada
disitu, janganlah kaliankeluar dari situ.
d. Keempat, olahraga (riyadhah). Hal ini tercermin dalam tingkah
laku shalat, puasa, dan larangan menggunakan tenaga fisik
melampaui batas maksimal.
Dalam sidang pleno Ijtima’ ulama komisi Fatwa MUI yang berlangsung
pada hari Ahad sore 26 januari 2009, dicapai keputusan yang isinya sebagai
berikut:
Pertama, seluruh peserta sidang Pleno Ijtima’ sepakat:
2Sahal Mahfudz, Nuansa Fiqh Sosial, h. 89.
53
a) Bahwa hukum merokok tidak wajib;
b) Bahwa hukum merokok tidak sunat,
c) Bahwa hukum merokok tidak mubah
Kedua, peserta sidang berbeda pendapat tentang tingkat laragan merokok
tersebut, sehingga hukum merokok terjadi perbedaan pendapat antara
haram dan makruh.
Ketiga, seluruh peserta sidang pleno ijtima’ sepakat bahwa merokok
hukumnya haram: a). Di tempat umum, b).bagi anak-anak,c) bagi wanita
hamil.
Dalam buku Kriteria Halal dan Haram, karya K.H Ali Mustafa Ya’kub,
bahaya rokok terbagi menjadi tiga aspek; bahaya rokok terhadap kesehatan,
bahaya rokok terhadap ekonomi, bahaya rokok terhadap sosial.
Bahaya Rokok terhadap kesehatan
Bahaya rokok berpengaruh pada jantung dan membentuk sebuah
penyakit khusus yang oleh para dokter disebut dengan jantung rokok. Hampir
semua orang yang kecanduan merokok dalam volume yang besar mengalami
penyakit ini. Merokok juga dapat menyebabkan kanker paru-paru. Dalam
sebuah ditorial yang dipublikasikan dalam olh majalah News Weeks,3
menyebutkan adanya hubungan merokok dengan kanker paru-paru telah
ditetapkan oleh sebuah kajian yang luas dengan sampel para pecandu rokok
dalam jumlah yang besar.
Penelitian besar juga dilakukan oleh dua anggota lembaga Kanker
Amerika dan dari hasil penelitian mereka terhadap 1 juta lebih orang yang
usianya berkisar antara 50 s.d 66 tahun, ternyata usia skitaran itu banyak
rentan terkena kanker paru-paru.
Wanita yang merokok juga berpotensi sama mengidap penyakit yang
telah disebutkan terdahulu, disamping itu mereka juga mengidap penyakit
yang khusus terhadap wanita4 :
3Ali Mustafa Ya’qub,Kriteria Halal Haram, Untuk Pangan, Obat, dan Kosmetika Menurut Al Qur’an dan Hadis ,(Jakarta:Pustaka Firdaus, 2013), h. 38.
4Thalal bin Sa’ad al Utaibi, Maaf Dilarang Merokok, h.8.
54
1) Berpeluang terkena kanker leher rahim
2) Sering mengalami keguguran
3) Berkurangnya berat badan bayi yang dilahirkan
4) Berpeluangnya kematian bayi
Bahaya rokok terhadap anak-anak ;
Anak-anak perokok pasif ( tidak merokok tapi selalu berada di wilayah
perokok aktif) karena kedua atau salah satu orang tuanya merokok akan
menyebabkan beberapa penyakit, diantaranya:
1) Berpeluang besar terkena radang paru-paru, khususnya bagi
bayi yang menyusui.
2) Berpeluang terkena alergi organ pernapasan (hidung, rongga
hidung, saluran udara)
3) Lambatnya pertumbuhan fisik dan otak jika dibandingkan
dengan anak-anak yang kedua orang tuanya tidak merokok.
Bahaya rokok terhadap ekonomi
Bahaya rokok terhadap penghidupan seseorang sangat jelas, harus
menyisihkan duitnya untuk membeli rokok. Dan parahnya si perokok adalah
orang yang tidak mampu (miskin). Ia lebih mendahulukan rokok daripada
kebutuhan makan dan minumnya. Dalam al Qur’an Allah menegaskan:5
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.” “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Q.S Al Isra’: 26-27)
5Ali Mustafa Yakub, Kriteria Halal dan Haram, h.39
55
Bahaya rokok terhadap kehidupan sosial
Rokok juga menimbulkan bahaya bagi kehidupan bermasyarakat. Hal ini
karna bau rokok yang tidak sedap, sehingga orang yang tidak merokok
membencinya. Rokok tidak hanya berbahaya bagi perokok aktif, melainkan
juga menyakiti orang lain (perokok pasif).
Sebagaimana dilihat banyak negara yang mengeluarkan peraturan khusus
tentang larangan merokok di tempat-tempat umum. Dan tak ketinggalan
daerah dalam negeri juga mengeluarkan aturan khusus tersebut, salah satunya
seperti Peraturan daerah Kota Depok No 14 tentang Larangan Merokok.
Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992, “Paradigma
Sehat”6 dilaksanakan melalui beberapa kegiatan antara lain pemberantasan
penyakit. Salah satu upaya pemberantasan penyakit menular adalah upaya
pengebalan (imunisasi). Imunisasi, berasal dari kata imun, kebal, atau
resisten. Anak diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap sesuatu
penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit, tetapi
belum tentu kebal terhadap penyakit lain.7 Adapun kedudukan hukum Fatwa MUI mengenai Imunisasi tahun 2016
adalah:
1. Imunisasi pada dasarnya dibolehkan (Mubah) sebagai bentuk
ikhtiar untuk mewujudkan kekebalan tubuh ( imunitas) dan
mencegah terjadinya suatu penyakit tertentu. 2. Vaksin untuk imunisasi wajib mnggunakan vaksin yang halal dan
suci.
6Acuan pembangunan kesehatan mengacu kepada konsep “Paradigma Sehat” yaitu
pembangunan kesehatan yang memberikan prioritas utama pada upaya pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) dibandingkan upaya pelayanan penyembuhan/pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
7 Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat: Ilmu Dan Seni,(Jakarta, Rinka Cipta 2007), h.43
56
3. Penggunaan vaksin imunisasi yang berbahan haram dan/atau najis
hukumnya haram.
4. Imunisasi dengan vaksin yang haram dan/ najis tidak dibolehkan
kecuali :
a. Digunakan pada kondisi al- dlarurat atau al-hajat;
b. Belum ditemukan bahan vaksin yang halal dan suci; dan
c. Adanya keterangan tenaga medis yang kompeten dan
dipercaya bahwa tidak ada vaksin yang halal.
5. Dalam hal jika seseorang yang tidak diimunisasi akan
menyebabkan kematian, penyakit berat, atau kecacatan permanen
yang mengancam jiwa, berdasarkan pertimbangan ahli yang
kompeten dan dipercaya, maka imunisasi hukumnya wajib.
6. Imunisasi tidak boleh dilakukan jika berdasarkan pertimbangan
ahli yang kompeten dan dipercaya, menimbulkan dampak yang
membahayakan (dharar).
Akhir-akhir ini, peredarandan pengonsumsian obat-obatan terlarang,
sabu-sabu dan segala macam jenisnya, menunjukan gejala yang tak
terkendalikan. Selain karena kemasan yang rapi danteknis pengedarannya
yang luar biasa rapi, juga sangat dirasakan bahwa mekanisme kontrol pribadi
anak muda makin tidak jelas.8
Narkotika dan obat-obat terlarang adalah merupakan benda-benda yang
dapat menghilangkan akal pikiran yang hukumnya haram. Sebab salah satu
illat diharamkannya benda itu adalah memabukkan. Dalam hadis Nabi9 :
كل مسكر خمروكل خمر حرامSetiap yang memabukkan itu khamr dan setiap khamr adalah haram
Agama Islam menempatkan penyalahgunaan narkoba ( khamr dan
sejenisnya)- dampaknya berakibat pada seks bebas dan pornografi-sbagai
8Ahmad Rofiq,Fiqh Konteskstual,h.169.
9Hamzah Hasan Ancaman Pidana Islam Terhadap Penyalahgunaan Narkoba, Jurnal Addaulah UIN Makassar vol 1, Desember 2012
57
ssuatu yang dilarang.10 Keharaman khamr dan sebangsanya dijelaskan dalam
QS.al Maidah 90:
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
Harus diakui bahwa minuman keras atau Narkotika dan obat terlarang itu
mempunyai kegunaan. Dari sudut pandang ilmu Medis disebutkan, bahwa
khasiat antemin sebagai psikotropika menjadikan orang sangat gembira dan
merasa suprioritas. Pada orang yang sangat penakut sekalipun, ketika
mengkonsumsi obat-obat terlarang, akan menghilangkan rasa takut dan
memiliki tingkat kepercyaaan diri berlebihan. Akan tetapi jika dibandingkan
antara manfaat dan mudharatnya, maka jelaslah mudharatnya lebih besar, dan
dapat menimbulkan berbagai masalah seperti kriminalitas dan kesehatan. P10F
11
Penyakit yang sering diderita penyalahgunaan narkoba,P11F
12P a) Hepatitis C,
penyakit ini menyerang hati organ penyaring yang sangat vital bagi tubuh.
Diakibatkan oleh virus hepatitis C ( HCV). Sampai saat ini belum ditemukan
vaksin yang dapat mencegah manusia terinfeksi hepatitis C. penyakit ini
dapat mengakibatkan kanker hati, kegagalan hati, hingga kematian. b) HIV
dan AiDS, merupakan dua hal yang berbeda, tetapi mempunyai keterkaitan
yang erat antara satu dengan yang lain.
10Ahmad Rofiq,Fiqh Konstekstual, h.170. 11Hamzah Hasan Ancaman Pidana Islam Terhadap Penyalahgunaan Narkoba, Jurnal
Addaulah UIN Makasaar vol 1, Desember 2012 12 A.Kadarmanta, Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa, (Jakarta, Forum Media
Utama, 2010),h .55.
58
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat menghindari pergaulan
sesama. Ia mmpunyai kebebasan bergaul dan memasuki berbagai komunitas
yang berlatar belakang berbeda. Namun ada batasan-batasan tertentu yang
disetujui masyarakat ataupun ajaran agama yang dianutnya.13
Kebebasan yang dilakukan secara absolut, sering,diterapkan orang pada
kebebasan bergaul antara lelaki dan wanita. Akan tetapi apabila sudah
meningkat pada kebebasan hubungan seksual, sadar, atau tidak hal itu
mengakibatkan perilaku abnormal, jauh dari pandangan agama maupun
sosial. Akibat terburuknya adalah timbul kerusakan moral dan martabat yang
tidak jarang membuahkan kerusakan jasmani contohnya adalah penyakit
AIDS.
Penyebab dari penyakit AIDS antara lain berasal dari pornografi.
Pornografi dan pornoaksi dapat merusak akhlak, yang pada akhrinya
menghancurkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurut
Dadang Hawari bahwa dari segi psikologis, pornografi mengakibatkan
lemahnya fungsi pengendalian diri terutama terhadap naluri agresifitas fisik
maupun seksual. Pornografi dapat memicu tindakan-tindakan sebagai akibat
lepasnya kontrol diri, sebagai berikut:14
1) Perzinaan (pelacuran) makin meningkat 2) Perselingkuhan semakin meningkat 3) Pergaulan bebas meningkat 4) Kehamilan dil luar nikah atau yang populer dengan Marriage By
Accident 5) Aborsi semakin meningkat 6) Anak yang dilahirkan semakin meningkat 7) Penyakit kelamin termasuk AIDS akan menjamur 8) Kekerasan seksual akan merajalela 9) Perilaku seksual menyimpang akan mewabah.
13Sahal Mahfudz, Nuansa Fiqh Sosial, h. 94.
14Huzaemah T. Yanggo, Hukum Keluarga Dalam Islam, h.220.
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa pembahasan dan analisis yang telah dipaparkan diatas
maka penulis akan menyimpulkan sebagai berikut :
1. Penerapan yang sudah dilaksanakan sesuai dengan pasal-pasal yang
tertera di dalam Peraturan Daerah Kota Depok tentang Kota Layak
Anak. Untuk RW Ramah Anak dalam programnya tidak bisa disama
ratakan lingkungan satu dengan lainnya karena perbedaan dalam
pemenuhan kebutuhan warga.
2. Pendukung dan penghambat pelaksanaan bisa disebabkan oleh dua
faktor, yakni internal dan eksternal. Lingkungan internal yakni
mencakup Sumber Daya Manusia yang kurang memadai, usia badan
instansi yang masih terbilang muda. Sedangkan eksternal meliputi
masyarakat itu sendiri, bagaimana warga/masyarakat
merespon/menanggapi sebuah program/kegiatan yang dilaksanakan di
daerah tersebut.
3. Peraturan daerah akan selalu berjalan beriringan dengan norma
maupun agama. Karena dalam pembuatannya pun tak sembarangan,
yakni mengumpulkan ahli-ahli dari bidangnya untuk menghasilkan ide
atau pendapat-pendapat agar nantinya bisa dituangkan ke dalam
peraturan. Salah satunya adalah perda kota layak anak Depok ini.
60
B. SARAN
1. Kepada pemerintah Depok untuk selalu berinovasi dalam pembuatan
Peraturan Daerah yang diharapkan dapat berjalan sesuai kebutuhan
masyarakat.
2. Kepada masyarakat supaya lebih aktif dan mampu menjalin kerjasama
dengan lingkungan setempat.
3. Kepada akademisi khususnya untuk mengembangkan tema Kota
Layak Anak bukan hanya dalam perspektif umum saja tapi juga
kaitannya dengan Hukum Islam, ataupun perspektif lain.
61
DAFTAR PUSTAKA
Aji, Ahmad Mukri, Urgensi Maslahat Mursalah Dalam Dialektika Pemikiran
Hukum Islam , Bogor, Pustaka Pena Illahi, 2011
Al Utaibi, Thalal bin Sa’ad, Maaf Dilarang Merokok
Djazuli, Ahmad., Ilmu Fiqh Penggalian, Perkembangan dan Penerapan
Hukum Islam, Jakarta, Kencana, 2005
Djamil, Fathurrahman, Filsafat Hukum Islam, Ciputat, Logos Wacana
Ilmu,1997
Fuad Moh. Fachruddin, Masalah Anak dalam Hukum Islam, Pedoman Ilmu
Jaya, 1991
Fitriana, Mia Kusuma. Peranan Politik Hukum Dalam Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia, Sebagai Sarana
Mewujudkan Tujuan Negara , Kanwil Kementrian Hukum dan HAM
Kaltim
Ghazali, Syukri dkk, Nasehat Perkawinan dalam Islam, Biro Penerangan dan
Motivasi BKKBN, 1985.
Hasan, Hamzah Ancaman Pidana Islam Terhadap Penyalahgunaan Narkoba,
Jurnal Addaulah UIN Makassar vol 1, Desember 2012
Hilal, Iyad Studi Tentang Ushul Fiqh, Bogor, Pustaka Thariqul Izzah. 2005
Irfan, Nurul Status & Nasab Anak dalam Islam, Jakarta, Amzah. 2012
Jauhar, Ahmad Al Mursi Husain, Maqashid Syariah, Jakarta, Amzah; 2009
Kadarmanta, A., Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa, Jakarta, Forum Media Utama. 2010
Kusumah Hukum dan Hak-Hak Anak, (Jakarta: LBH Indonesia bekerjasama
dengan C.V Rajawali, 1986)
Mahfud, Moh, MD, Politik Hukum di Indonesia, Jakarta:PT RajaGrafindo
Persada, 2011
Mahfudz, Sahal , Nuansa Fiqh Sosial, Yogyakarta : Lkis. 1994
62
Martosoewignjo, Sri Soemantri dalam Busyro Muqoddas, Ed. Politik
Pembangunan Hukum Nasional, Jogjakarta:UII Press, 1992.
Mas’ud, Moehtar, “ Konflik dan Politik”, dalam Busyro Muqoddas dkk Ed.
Politik Pembangunan Hukum Nasional, Jogjakarta:UII Press, 1992.
Manan, Abdul, Reformasi Hukum Islam di Indonesia. Jakarta, Raja Grafindo
Persada, 2006.
Nasution, Harun, dan Bachtiar Effendi, Hak Azasi Manusia dalam Islam
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1987
Notoatmodjo, Soekidjo, Kesehatan Masyarakat: Ilmu Dan Seni, Jakarta,
Rinka Cipta, 2007
Nusantara, .Abdul Hakim G. Prospek Perlindungan Anak dalam Mulyana W.
Qardhawi, Yusuf , Membumikan Syariat Islam. Surabaya, Dunia Ilmu, 1995
Rumtianing, Irma, Kota Layak Anak dalam Perlindungan Anak, STAIN
Ponorogo,
Rofiq, Ahmad, Fiqh Kontekstual:dari Normatif ke Pemaknaan Sosial,
Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004
Rahmat Rosyadi & Rais Ahmad, Formalisasi Syariat Islam dalam Perspektif
Tata Hukum Indonesia, Bogor, Ghalia Indonesia, 2006
Shiddiqie, Hasbi Ash, Pengantar Hukum Islam Semarang, Pustaka Rizki
Putra, 2001
Soekanto,Sardjono. Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan Singkat.
Jakarta, Rajawali,1986.
Sutyanto, Bagong. Masalah Sosial Anak Edisi Revisi, Jakarta : Kencana
Predia Media Group,2010.
Wignjosoebroto, Soetandyo, Hukum dalam Masyarakat, Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013
Ya’qub, Ali Mustafa, Kriteria Halal Haram, Untuk Pangan, Obat, dan
Kosmetika Menurut Al Qur’an dan Hadis ,Jakarta : Pustaka
Firdaus.2013
63
Yanggo, Huzaemah T., Fiqh Perempuan Kontemporer, Jakarta : Al Mawardi
Prima, 2001
Yanggo, Huzaemah T., Hukum Keluarga dalam Islam, Jakarta : Yayasan
Masyarakat Indonesia Baru. 2013
www.ykai.net/ (diakses pada September 2017)
https://hamdanzoelva.wordpress.com/2008/02/20/hukum-dan-politik-dalam-
sistem-hukum-indonesia/
http://www.kla.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=214:k
ebijakan-pengembangan-kabkota-layak-
anak&catid=57:kepustakaan<emid=81. Artikel diakses pada Februari 2017
http://www.kompasiana.com/pernitahestin/stop-eksploitasi-anak-di-bawah-
umur_552bdfb76ea834ec498b4586 , artikel diakses pada 4 Mei 2017
http://www.kpai.go.id/berita/kpai-kasus-bullying-dan-pendidikan-karakter/.
Artikel diakses pada Maret 2017
http://news.liputan6.com/read/2237077/5-anak-terlantar-di-cibubur-
dipertemukan-orangtuanya-jumat . Artikel diakses pada 4 Mei 2017
- Undang-undang Perlindungan Anak tahun 2002
- Undang- Undang Kesejahteraan Anak tahun 1974
Wawancara dengan Bu Idar, Staf Posyandu RW 09
A = Saya ingin menanyakan bu tentang posyandu di rw 9, di posyandu rw 9 ini apa ada nutrisi yang diberikan untuk ibu hamil?
B = Nutrisi selama ini, kalo ada dikasihkan tapi kalo ada yang mau minta nutrisi si biasanya langsung ke puskesmas
A = Biasanya puskesmas Pengasinan ?
B = Ya puskesmas sini, puskesmas Pengasinan
A= Apa ada bu warga sekitar yang menolak imunisasi?
B= Ada, banyak
A=Alasannya apa bu?
B= Alasannya macam-macam yah ada kekhawatiran karna ada kejadian-kejadian terhadap anak. Aa, B ceritanya yang membuat ibu-ibunya tidak mau anak-anaknya. yang belakangan ini kan yang banyak terjadi dengan MR, banyak yang tidak imunisasi MR. Alasannya karena mereka takut, ada yang gak mau aja begitu ditanya alasannya, ada juga yang ga kasih alasan-alasan, ya gak mau aja, ya uah begitu aja A= Dan reaksi dari pihak posyandu sendiri bagaimana, membiarkan atau tetap ada sosialisasi?
B= Harus ada sosialisasi, karena kami juga kan dari Dinas kesehatan melalui puskesmas pengasinan kan selalu ditanya terus. Ini alasannya kenapa, kenapa. Kami juga sebagai kader-kader ya memang harus mendatangi orang-orang dan menanyakan kembali langsung kenapa alasannya. Ya alasannya begitu ada yang terus terang, ada yang tidak terus terang, gitu-gitu aja. Tetap kami sosialiasi terus mencari karena data dari Dinkes dengan data sasaran awal itu kn harus sesuai. Kenapa sisa dari sasaran awal itu berkurang. Alasannya apa ya memang harus tanda tangan segala macem.
A= kalo imunisasi MR itu imunisasi apa ya bu?
B= campak
A= oh yang lagi digalakkan sekarang ya bu?
B= iyah
A= terus ada pemeriksaan balita secara berkala ga bu?
B= kesehatan balita, kami kalau untuk pelaksanaan posyandu tidak ada kesehatan rutin ya, yang ada hanya penimbangan dan itu-itu aja. Kecuali kalau ada bula Februari dan Agustus, vitamin A, itu aja ya. Cek-cek gitu ga ada si ya. Mungkin dari puskesmasnya juga kita hanya penimbangan dan imunisasi. Kadang-kadang bidannya bisa membina, kadang-kadang kita lempar ke puskesmas kalau ga ada pembinanya.
A= Bagaimana respon masyarakat terhadap posyandu?
B= positif
A= banyak tidak bu yang mengikuti kegiatan posyandu?
B= waktu itu di posyandu rw 9, ini menanyakan tentang posyandu di rw 9 kan, kan tadinya di rw 9 ini ada empat posyandu.anggrek 1,2,3,4 tapi setelah terintegrasi. Mungkin ada kendala yang jauh.
Wawancara dengan Bu Juju, Bidan Koordinator Puskesmas Pengasinan
A= Maaf ini dengan bu siapa?
B= Saya bu Juju
A= Jabatannya apa ya bu di puskesmas ini?
B= saya Bidan Koordinator
A= saya mau menanyakan tentang nutrisi bu, apakah puskesmas bekerjasama dengan posyandu disitu ada memberikan nutrisi kepada ibu hamil?
B= iya itu kan kerjaan posyandu itu, merupakan bagian kegiatan dari puskesmas yang keberadaan istilahnya, keberadaan tenaga puskesmas itu sebagai tenaga pelayan kesehatan yang mencakup didalamnya kegiatan imunisasi kemudian termasuk salah satunya pemantauan gizi baik dan gizi buruk, yah sebenarnya gizi buruk udah ga ada, paling gizi kurang. Kemudian salah satunya ya itu termasuk pada ibu hamil, memberikan pelayanan pada ibu hamil dan sebagainya. Kemudian pemantauan jaga kepada ibu hamil yang emang kekurangan energi protein, kita pun memberikan untuk ibu hamil ( susu dan sebagainya).
A= apa ada program puskesmas tentang kawasan bebas asap rokok?
B= ya itu bagian dari kegiatan puskesmas juga, termasuk di dalamnya kegiatan promosi kesehatan.
A = terus tentang sosialisasi air bersih ada penyuluhan ga bu?
B= itu sudah biasa dilakukan setiap kegiatan tahunan, penyuluhan dan tentunya ada pemeriksaan air bersih dan sebagainya, kmudian pendataan didalamnya.
A= di wilayah Pengasinan apa ada daerah yang belum dapat cakupan air bersih?
B= kayaknya udah semua ya.
A= program yang bertujuan mengurangi angka kematian ibu hamil dan angka kematian bayi?
B= program khusus tentunya ya itu penjaringan deteksi resiko ibu hamil tentunya. Pada saat pemeriksaan itu kita menerapkan 10 variant penjaringan kepada ibu hamil, termasuk di dalamnya itu mendeteksi sedini mungkin adanya kelainan-kelainan pada ibu hamil. Sehingga kalo kita sudah terdeteksi sedini mungkin semenjak hamil, tentunya angka kematian akan berkurang. Karna sebelumnya kita sudah mengetahui ibu hamil itu beresiko atau tidak. Setidaknya kita kan sudah menindaklanjuti atau mengantisipasi buat ibu-ibu yang memang beresiko, kita sebelumnya sudah melakukan penanganan dan pemantauan.
A= dari keseluruhan apa kendalanya?
B= ya sebenarnya semua kegiatan tentunya ga akan berjalan secara sempurna, pastinya ada kendala dan hambatan karena itu bisa kita temui mungkin secara internal atau eksternal, mungkin kita dari internalnya sendiri, kita sangat kekurangan tenaga, sehingga semua program itu belum tentu terselesaikan dengan baik. Ya karna memang kita jujur SDM kita kurang kemudian di lapangan pun tentunya kita ada hambatan dari pribadi masyarakat itu sendiri karna banyak faktor yang memengaruhi kan, salah satunya latar belakang, mungkin latar belakang pendidikan, lingkungan dsb kan sangat berpengaruh. Yang bisa menghambat keberhasilan program salah satunya.
A= faktor pendukung?
B= mungkin keberadaan kader posyandu di masyarakat yang setidaknya memang bisa membantu kegiatan kita, pelaksanaan semua program yang ada di lapangan, ya. Salah satunya bisa terbantu oleh kader- kader.
A= Ibu ada warga sini yang menolak imunisasi?
B= ada, alasannya banyak macem-macem. Ada yang anti imunisasi, mereka punya pemahaman bahwa vaksin itu tidak halal ( haram), trus ada orang-orang tertentu yang pahamnya bahwa dia dulu tidak imunisasi masih sehat-sehat aja , dan ada yang lebih menyukai herbal.
Wawancara dengan Bu Maryanih, Ketua Posyandu RW 10
A= Ini dengan ibu siapa ?
B= Bu maryani
A=Jabatannya di rw 10 apa?
B= Ketua Posyandu
A= saya mau nanya bu, di rw 10 apa ada nutrisi yang diberikan kepada ibu hamil?
B= kita di posyandu rw 10, nutrisi tuk ibu hamilnya gak ada, tapi untuk balitanya ada.
A= dalam bentuk apa?
B= Kalo balita itu, PMT (makanan tambahan).
A= berupa apa, suplemen, susu atau buah-buahan?
B= tiap bulan kita pergantian nanti ada makanan bubur kacang ijo, bubur sumsum, sayur sop.
A= apa ada bu warga sekitar sini yang menolak imunisasi?
B= ada
A= jika ada, alasannya apa bu?
B= alasannya katanya imunisasi itu mengandung lemak yang sekarang lagi rame ini ya, mengandung lemak babi,. Jadi kayak untuk ibu-ibu yang fanatik agamanya, menurut ajaran dia itu ga diperbolehkan imunisasi.
A= trus reaksi dari pihak posyandu sndiri?
B= ya kita ya ga bisa maksain, karna kita juga sudah kasih pandangan, kalo ada apa-apa dngan balitanya, tanggung jawab sndiri. Yang pnting kita sudah kasih tau, trus dia tetap ga mau, resiko dia ambil sndiri.
A= imunisasinya di posyandu mncakup imunisasi apa saja?
B= kalo di posyandu itu, tadinya kita ada di posyandu, tapi sekarang karena rata-rata, ini kan istilahnya di komplek ya. Jadi lebih banyak itu yang ke dokter sama bidan. Jadi kalo untuk ke posyandu itu. Paling ada satu dua balita, kita anjurkan untuk ke puskesmas. Karna kan tergantung vaksinnya juga kan , kayak campak dan lain-lain harus bersamaan.
A= pemeriksaan kesehatan balitanya berkala ada ga bu? Rutinkah?
B= disini kayak penimbangan tu rutin tiap bulan slalu ada
A= ada tes kesehatannya ga? Untuk balitanya ?
B=untuk balita gak ada tapi untuk lansia, kita ada. Tes gula darah sama asam urat, kolesterol, pospindu kita berjalan.
A= kalo boleh tau, ada kendala ga bu dalam menjalankan kegiatan di posyandu?
B= gak adasih kendala, jadi ya kita rutin aja gitu tiap bulan.
A= pendukungnya ?
B= ya kader-kader nya aktif, kita ngasih tau juga ke ibu-ibu balitanya untuk selalu rutin mngecek bayi dan balitanya untuk penimbangan, supaya tau grafik berat badan anaknya, kondisi anaknya.
Wawancara dengan Bu Devi Maryori, Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Kota Depok
A= maaf ini dengan ibu siapa namanya?
B= ibu dr Devi Maryori A= jabatannya apa bu di dinas sosial?
B= kepala bidang rehabilitasi sosial
A= saya ingin bertanya realisasi dari dinas sosial untuk penanganan anak bermasalah apa ya bu?
B= kebetulan untuk anak-anak bermasalah itu disebut anak-anak PMKS ( penyandang masalah kesejahteraan sosial) diantaranya ada anak-anak terlantar, anak-anak jalanan, anak gelandangan, pengemis, disabilitas, dll. Terus orang-orang gila terlantar, usia anak kita yang ngurusin, dewasa tapi judulnya yang terlantar. Jadi kita disini yang namanya anak bermasalah atau orang bermasalah biasanya kan punya indikasi atau gangguan psikososial. Psikologi dan sosial. Dan dikatakan psikologis sosial itu orang bermasalah pasti dia akan ga seperti orang ada umumnya untuk berkehidupan sosial. Yang dimaksud berkehidupan sosial itu tercukupnya kebutuhan sandang, pangan, kemudian hubungan antar manusia, bergaul, mencari nafkah dll, orang yang bermasalah sosial itu da akan merasa rendah diri, minder, takut, ingin melihatkan eksistensi dirinya, yang ingin melihatkan siapa dirinya ke arah negatif, ada yang menarik diri. Ada yang ga bisa ( males) keluar rumah gitu, ada masalah psikologisnya dan sosial. Nah disinilah kita merehabnya, kita merehab di panti sosial,kita assignment dulu. Kalo kita bertemu dengan orang-orang PMKS itu. kita data dulu, data umum, setelah data umum, dia itu siapa, kan ketahuan tuh, dia apa judulnya, seorang apa, asal usulnya apakah dia anak jalanan atau pengamen, pengemis, waria ( golongan minoritas). Nanti bisa dibuka di internet , PMKS ada 26 jenis, nah setelah kita tau, kita telusuri keluarganya, kenapa dia terjun ke dunia seperti itu, penyebabnya apa dari assignment itu ketahuanlah penyebabnya apa. Ternyata yang dibutuhkan itu apa, rencana kebutuhan yang akan datang apa, apa yang bisa kita intervensi apa yang bisa kita bantu dia. Nah itulah assignment. Barulah nanti kita koordinasikan dengan orang-orang yang bisa membantu menyelesaikan masalah orang tersebut. Misalnya dia takut, marah, suka minder, ada masalah keluarga, kita bantu meluruskan benang kusut dikit demi sedikit. Kita carikan orang yang bisa membantu dia sampai masalahnya teratasi. Bisa ustad dari segi agamanya, dari peraturan-peraturan kita kasih tau, dari pemahaman-pemahaman yang ada, dari aturan-aturan yang ada. Kemudian kita sembuhkan luka yang ada di batinnya ( trauma healing) itu ga bisa sekali, bisa dua kali, tiga kali. Bisa butuh psikolog, pekerja sosial dalam menyembuhkan dia, sehingga uneg-unegnya keluar semua. Kita carikan jalan keluar, solusi-solusinya oleh pakar-pakar yang suah ada. Itu tugas kami di dinas sosial terhadap orang-orang yang punya masalah, permasalahan sosial gitu. kalau dia butuh sektor lain di luar dinas sosial, kita akseskan, kita hubungkan, biasanya dia ga sekolah karena miskin, dia ga sekolah karena dibully, ada ibu gurunya yang galak, atau bagaimana kita fasilitasi ke sekolah
tersebut. Bahwa anak ini seperti ini sampai tuntas, anak itu bisa sekolah. Kalau ada masalah dengan hukum kita dampingi secara hukum, misalnya dia sudah diadukan oleh korban, misal dia pelaku atau diapun korban, masalah itu sudah ketahuan polisi dah naik ke ranah hukum, kita dampingi terus sampai nanti akan dicarikan penyelesaian damai. Ketika mereka berdamai (diversi) dibutuhkan kehadiran kita. Kalaupun harus naik ke pengadilan, nah kita berikan saksi-saksi ahli , kita fasilitasi dalam hal itu biayanya. Ada dari P2TP2A. Kita ada bekerja sama P2TP2A gitu sampai dia hidup kembali normal., bekerja bisa mencari nafkah, yang sekolah bisa sekolah, kalau perlu nanti ke depan kita pendampingan . setelah beberapa lepas dari kita, kita akan evaluasi, monitoring dan evaluasi. Apakah masih eksis dia dalam koridor itu atau eror lagi atau bermasalah lagi. Tetap tapi sementara kami belum sampai kesana. Kami baru menyelesaikan problem utama ya itu aja. Termasuk penderita HIV, pengguna NAPZA, itu ranah kami. HIV kan dia minder, dia punya stigma, dia punya rasa yang tidak nyaman. Termasuk narkoba. Semua orang itu disamping kami terapi secara sosial, kita kirim ke panti, kita kerjasama dengan panti sosial yang mempunyai program keterampilan, 6 bulan dididik disana. Kita yang hubungi, trus kita kirim, dia balik dia punya keterampilan, bisa bengkel, bisa masak, apalah. Pokoknya sesuai dengan bakat dan kemapuannya. Dia disana tingal gratis dia nanti pulang dari sana dapat keterampilan dikasih modal, juga termasuk yang mantan pengguna narkoba, maupun HIV. Kita akseskan, kita hubungi panti-panti narkoba dan panti HIV untuk diberi pendidikan disana selama 6 bulan rata-rata. 2 X setahun menerima murid, klien. Jadi apa namanya, follow up setelah itu kita juga berencana nanti setelah dia pulang dari sana kita follow up baru beberapa bulan. Gitu aja kerjaan kami.
A = bu, ada hambatannya ga?
B= hambatannya selama ini anggaran kami terbatas dari Pemda, kamidinas sosial tidak diberi anggaran yang leluasa karena keterbatasan trus SDM nya juga masih terbatas, jumlah maupun kualitas SDM nya kurang, sarana dan prasarana, karena kami dinas baru. Baru berumur 10 bulan. Jadi kita mau berbuat apa, gerbong kita agak –agak lemot atau bagaimana. Sedikit. Itu kendalanya.
A= aspek mendukungnya?
B= koordinasinya lancar, koordinasi antar OPD terkait dalam penyelesaian masalah kita baik, hubungan dengan temen-temen yang kita butuhkan, stake holder, PPTPPA oke, DPAPMK, disdik, kayak kemarin di dinas kesehatan ada anak terlantar meninggal, bayi. Trus kita lagi libur ( hari minggu) kita gak ada uang,langsung hubungi dinas pemakaman karena hubungannya baik, lancar, ga berbiaya, karena mereka tau dinas sosial itu adalah dinas yang bantuin orang, yang banyak kegiatan sosial dan mereka ngelancarin. Itu kali yang paling menonjol . terus di perjalanan dalam melancarkan tugas kami dibantu oleh perpanjangan tangan kami. Peksos ( pekerja sosial) yang dikirim oleh kementrian sosial kemari. Ada yang satu perkecamatan satu orang, seluruh aspek sosial ada masalah apapun di wilayah/kecamatan itu, dia harus tau, itu namanya TKSK, trus ada yang khusus masalah anak, apapun masalah anak, dari anak dibuang, anak telantar, anak berhadapan dengan hukum, dia yang memfasilitasi di lapangan, dia kirim berita, ke kita, kirim
laporan, trus kita diskusikan, kita selesaikan masalah, nah mereka itulah faktor pendukung kami, ada pekerja-pekerja sosial di lapangan yang tersebar di seluruh kecamatan, yang itu adalah bentukan dari kemensos.
A= jadi mereka tugasnya?
B= mendata dan awarelah terhadap masalah apa, dateng, data, assignment, lapor kekami, bisa PWA atau ketemu langsung, trus kita diskusikan disini. Bagaimana cara melaksanakannya, kami juga punya rumah singgah, rumah sel untuk sementara, sebelum klien ditindaklanjuti yang tidak punya rumah, kita harus kirim dia kemana, dia gak punya rumah, tidur sana dulu, pulang dari rumah sakit, udah sembuh. Kita mau kembalikan ke keluarga, kita ga tau keluarganya dimana. Kita simpen disana dulu. Tugas kamilah itu yang mencari. Sudah ahli. Sudah lihai aja, ketemu aja. Jadi kalo kamu ilang, nanti tinggal kasih tau nama aja, bisa dicari, alamatnya, alamat orang tuanya.
Wawancara dengan Bu Susi, Ketua RW Ramah Anak RW 09 Pengasinan
A= Jabatannya di rw sini apa bu?
B= kebetulan d rw ramah anak 09 ini saya diamanahkan untuk menjadi ketua harian RW ramah anak .
A= dari informasi yang saya dapatkan sebelumnya dari bu idar, bahwa di kelurahan pengasinan ada dua rw yang merupakan rw percontohan rw ramah anak, dan salah satunya yaitu rw 09, kriteria apa yang menyebabkan rw 9 menjadi percontohan bu?
B= ya saya jawab sebisanya aja ya, bahwa sebenarnya rw 9 memang sudah ditunjuk sebagai pilot project percontohan dari rw ramah anak ini memang sudah ada latar belakangnya. Jadi memang saat itu sudah ada penunjukan secara langsung dari bapak lurah sebelumnya, sebelum bapak fadhlun ini,. Karena memang ada potensi yang sangat baik kayak semacam item-item tertentu yang sudah terpenuhi dan menjadi syarat utama untuk rw 09 itu dijiadikan sebagai rw ramah anak. Seperti misalnya rw ramah anak ini mencakup semuanya,berintegrasi dengan kegiatan posyandu dan sebagainya. Dimana posyandu rw 9 sudah luar biasa begitu majunya dengan SDM yang berkulitas kemudian ditambah dengan sarana dan prasarana yang ada. Ya seperti taman bermain rw 9 itu ada di titik-titik tertentu. Kemudian juga kelompok karang taruna yang sudah maju pada saat itu hingga menyebabkan dibentuklah atau dipilihlah rw 9 sebagai salah satu pilot project untuk rw ramah anak. Selain itu juga di rw 12. Dari seluruh kelurahan pengasinan ada dua rw dan rw 12. Mungkin itu ya.
A= contoh realisasi dari program rw ramah anak apa bu yang sudah terlaksana?
B= kita ini kan terbentuk sekitar tahun 2015. Tepatnya di bulan september. Waktu itu kami sudah menerima SK secara sah dari kelurahan. Jadi itu adalah bukti fisik legalitas dari kelurahan untuk kami bisa apa ya, bebas bergerak gitu melakukan kegiatan sosial ini di masyarakat. Jadi pertama program kerja yang kita laksanakan adalah kita melihat situasi dan kondisi saat itu. Apa yang bisa kita kerjakan kemudian kebutuhan apa yang sebenarnya harus kita penuhi pada saat itu menyangkut masalah pemenuhan hak anak pada saat itu. Saat itu yang pertama kita lakukan adalah mendata anak yang tidak mempunyai akte lahir kemudian kita bentuk tim kerja pada saat itu untuk bisa mensosialisasikan ini dan alhamdulillah memang waktu itu sudah terbitlah itu ya karena sudah kerja sama dengan pihak kelurahan dan Dinas Kependudukan Kota Depok dan akhirnya terpenuhi sekitar 45an waktu itu akte lahir anak-anak yang ada di linkungan rw 9. Kemudian kita juga sudah membuat sekitar 493 lembar kartu identitas anak. Dan itu kan sangat penting ya, karena itu adalah legalitas mereka manakala mereka masuk ke SD saat ini. Itu sudah kita coba launching KIA dan itu satu-satunya di Kecamatan Sawangan yang memang bisa melakukan kegiatan ini jadi memberikan kartu identitas anak sebanyak 493 lembar secara Cuma-Cuma kepada anak-anak di ingkungan rw 9, alhamdulilah sudah terpenuhi hak mereka.Kemudian itu yang menjadi jargon kita sampai saat ini program ungggulan kita memberlakukan jam belajar malam pada saat hari-hari sekolah anak dimulai dari jam 6 dan berakhir jam 8 malam. Mekanisme sebenarnya
bentuknya adalah bagaimana anak bisa memanfaatan waktu luangnya dimalam hari bukan hanya wujudnya harus belajar, menyelesaikan PR tapi bisa juga berkomunikasi dengan orang tua pada saat itu, tanpa terimbas atau terpapar dengan gadget yang ada, televisi, handphone sebagainya itu kita coba tinggalkan. Walaun mungkin secara efektifitas belum bisa tepenuhi 100% tapi minimal setiap RT sudah mencoba hal ini gitu ya. Cuman kita belum tau apakah memang dirasa sudah berhasil apa belum yang penting intinya adalah pernah menjalankan ini.
A= ada ga bu kegiatan yang bersifat sosial dari program-program ini?
B= banyak banget yang bisa kita lakukan . Lagi-lagi kalo misal melakukan satu kegiatan yang ada kaitannya dengan rw ramah anak ini adalah kita harus melihat pemenuhan kebutuhan apa yang harus kita penuhi saat itu. terutama menyangkut masalah anak kita dari usia 0-18 tahun yang ada di lingkungan rw 9. Setiap tahun dari tahun 2015 sampai sekarang, kita mencoba untuk memberikan edukasi kepada remaja kita yang kalo kita bilang remaja itu mungkin batasannya dari SD ( kalo kami bilang dari SD sampai ke SMA). Untuk diberikan edukasi gimana caranya mereka menghadapi era yang luar biasa ini gitu kan. Banyak pelatihan yang kita berikan di Al Ikhlas kita melakukan berapa kali edukasi misalnya gimana mereka bijaksana dalam menggunakan gadget. Itu kan efek sosialnya ada ya memberikan pemahaman kepada mereka. Pada akhirnya, implikasinya adalah mereka bisa ga gitu menerapkan ini semuanya terus kepada ibu-ibunya juga., kepada orang tua. Gimana caranya mendidik anak di era digital kaya begini. Apakah harus bagaimana-bagaimana. Itu juga kita sudah berikan edukasi, jadi setiap tahun ada agenda rutin kita melakukan edukasi lewat pelatihan ataupun seminar kepada remaja sama orang tua mengenai ini. Dan kemudian ada lagi bakti sosial waktu itu launching KIA itu dibarengi dengan pemeriksaan kesehatan gratis termasuk segalanya ya cek darah dan sebagainya. Kita kerjasama juga.
A= secara keseluruhan ada kendala ga bu dalam menjalankan program-proram ini?
B= kalau dalam berkegiatan d lingkungan masyarakat yang dinamikanya luar biasa itu pasti ada. 8 rt awalnya penerimaan warga terhadap rw ramah anak ini dipandang sebelah mat a. Karena begini kita dibetuk dengan susunan panitianya adalah ibu rumah tangga, ibu-ibu semuanya yang memang mereka punya komitmen satu , gimana caranya bisa mensuseskan kegiatan ini gitu. Awalnya dipandang sebelah mata , bisa ga sih, ah ini kan rumit banget karena sasarannya anak remaja yang notabenenya begitu deh. Tapi ya udah, kita coba pahami walaupun susah masuknya pertama kali ga mungkin kita semudah membalikkan telapak tangan kan ga mungkin. Tapi kita coba masuki lewat forum forum arisan , kita berikan edukasi pelan-pelan sosialiasi dulu. Terus pada kegiatan remaja karan taruna di rw kita coba masuk. Banyak hambatan tetapi pada akhirnya pelan-pelan juga ada masyarakat yang oiya berkat kita melakukan kegitan sosial oiya sudah nampak peluncuran KIA gitu kan. Kemudian oiya, ada pelatihan remaja. Itu berguna juga. Oiya kemudian terbit akte lahir, akhirnya masyarakat mungkin sebagian sudah sadar wah penting juga yah ternyata. Dengan sendirinya tapi buat kami ya masih tetap harus berjuang untuk bisa melaksanakan program lain yang b elum sempat dilaksanakan.
A= program-program yang belum sempat apa bu?
B= yah ini rencananya kita pengen sebenarnya melaksanakan event besar untuk karang taruna diluar rw 9, gmana caranya mereka bisa apa ya berkolaborasi, kerjasama dengan seluruh karang taruna yang ada d rt 1 s/d 8. Mereka gabung kemudian mereka bentuk suatu kegiatan sosial yang sifatnya tu rutin yang tugasnya kami tuh sebenarnya belum sampai kesana ke arah sana. Apa ya kendalanya gini masalahnya ternyata menata, bukan menata tapi mengumpulkan remaja dengan dinamika yang luar biasa juga perlu tantangan perlu waktu juga gitu. pengennya kita seperti itu, membentuk suatu wadah karung taruna yang bener-bener solid, kemudian apa ya punya program kerja yang dirasakannya manfaatnya bisa ada. Karena yang saya lihat karang taruna di rw itu mati suri. Itu tantangan sebenarnya. Cuman kendalanya gini, rw ramah anak harus bersentuhan dengan itu langsung tidak bisa, karena di karang taruna ada penanggung jawabnya sendiri. Agak susah kita berkomunisasi mengenai ini. Trus satu lagi kendalanya adalah gmana caranya menswipping anak-anak yang tengah hari malam hari itu masih suka berkeliaran, kemudian mereka kadang ada di sebelah sana., di jam-jam tertentu di jam –jam malam hari dengan kondisi yang tidak jelas, menegurnya pun kita juga agak susah, karena kalo anaknya sudah begitu nanti terkendala, orang tuanya yang kita hadapi.