Date post: | 01-Dec-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | independent |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
BAB II
ACUAN TEORITIK
A. Hakikat Pembelajaran
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di
dalam interaksi dengan lingkungannya.1
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Belajar adalah
berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah,
tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. 2
Pada hakikatnya belajar adalah perubahan yang terjadi di
dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas
belajar.3
Sedangkan pembelajaran memiliki beberapa pengertian dari
beberapa para ahli, diantaranya adalah 4:
1 Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (Jakarta : Rineka Cipta , 2003) hlm. 2 2 https://docs.google.com/file/d/0B3XJkkP-nOKjczNHQmhrZ2JYcnc/edit diakses pada 3 Desember 2013 pukul 12:053 Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 384 Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: AlfabetaSagala, Syaiful. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: AlfabetaTrianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana
1. Warsita “Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat
peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk
membelajarkan peserta didik”.
2. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20
“Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar”.
3. Sudjana :“Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap
upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar
terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu
antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber
belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan”.
4. Corey: “Pembelajaran adalah suatu proses dimana
lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu
dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons
terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset
khusus dari pendidikan”.
5. Dimyati dan Mudjiono: “Pembelajaran adalah kegiatan guru
secara terprogram dalam desain instruksional, untuk
membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada
penyediaan sumber belajar”.
6. Trianto: “Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia
yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan”.
Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk
interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan
pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks
adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan
siswanya (mengarhkan interaksi siswa dengan sumber
belajar lainnya) dalam rangkan mencapai tujuan yang
diharapkan.
Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran yang telah
disebutkan diatas, maka dapat disimpulkan pembelajaran adalah
suatu proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dalam
kondisi tertentu guna mencapai suatu tujuan.
B. Hakikat Metode Role Playing
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar
mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya
bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah
pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan
tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun metode mengajar yang
dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan.5
Role Playing atau bermain peran adalah sejenis permainan gerak
yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan
unsur senang. 6
Menurut Husein Achmad dalam Hidayati (2004: 93), Role
Playing adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang
dipakai untuk menjelaskan peranan, sikap, tingkah laku, dan nilai
dengan tujuan menghayati perasaan, sudut pandang dan cara
berpikir orang lain. Metode Role Playing ditekankan kepada setiap
individu siswa dalam memerankan suatu tokoh pada drama yang
bersangkutan. Dengan metode Role Playing siswa diharapkan
dapat memerankan berbagai figur dan menghayati dalam berbagai
situasi. Jika metode Role Playing direncanakan dengan baik dapat
menanamkan kemampuan bertanggung jawab dan bekerja sama
dengan orang l ain, menghargai pendapat orang lain dan
mengambil keputusan dalam kerja kelompok.
Menurut Sugihartono (2006: 83) metode Role Playing
adalah metode pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan
penghayatan siswa dengan cara siswa memerankan suatu tokoh
5 Syaiful Bahri Djamarah,1991:72 dalam Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 466 Jill Hadfield, 1986 dalam http://sharingkuliahku.wordpress.com/2011/11/21/pengertian-model-pembelajaran-role-playing/ diakses pada 3 Desember 2013 pukul 14:26
baik tokoh hidup maupun tokoh mati, sehingga siswa berlatih
untuk penghayatan dan terampil memakai materi yang dipelajari.
Sedangkan Syaiful Sagala (2003: 213) menjelaskan bahwa
metode Role Playing adalah cara menyajikan bahan pelajaran
dengan mempertunjukan dan memerankan cara tingkah laku dalam
hubungan sosial, metode Role Playing dalam pelaksanaannya
peserta didik mendapat tugas dari guru untuk memerankan suatu
situasi sosial yang mengandung suatu problem, agar peserta didik
dapat memecahkan suatu masalah yang muncul dari situasi sosial.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa
metode Role Playing adalah cara bermain peran yang ditekankan
pada setiap individu dengan berbagai figur penghayatan dan
perasaan.
Metode Role Playing tercipta karena : Berdasarkan asumsi
bahwa kemungkinan dalam mencintakan analogi otentik ke dalam
suatu situasi permasalahan kehidupan nyata, bermain peran dapat
mendorong siswa mengekspresikan perasaannya dan bahkan
melepaskan, proses psikologis melibatkan sikap, nilai, dan
keyakinan7
7 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2007), hlm. 25
C. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas (Action Research)
1. Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian adalah suatu kegiatan penyelidikan yang dilakukan
menurut metode ilmiah yang sistematis untuk menemukan
informasi ilmiah dan atau teknologi baru, membuktikan kebenaran
atau ketidakbenaran hipotesis sehingga dapat dirumuskan teori dan
atau proses gejala sosial. Penelitian juga bisa diartikan kegiatan
mencermati suatu objek dengan menggunakan aturan metodologi
tertentu untuk mendapatkan data atau informasi yang bermanfaat
untuk selanjutnya data tersebut dianalisis untuk dicari
kesimpulannya.
Adapun beberapa pengertian dari penelitian tindakan, yaitu sebagai
berikut.
Kurt Lewin : penelitian tindakan adalah suatu rangkaian
langkah yang terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan,
tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Kemmis dan Mc. Taggart : penelitian tindakan adalah suatu
bentuk self-inquiry kolektif yang dilakukan oleh para
partisipan didalam situasi sosial untuk meningkatkan
rasionalitas dan keadilan dari praktik sosial atau pendidikan
yang mereka lakukan, serta mempertinggi pemahaman
mereka terhadap praktik dan situasi di mana praktik itu
dilaksanakan.
Ebbut (1985) dalam Hopkins (1993) : penelitian tindakan
adalah kajian sistemik dari upaya perbaikan pelaksanaan
praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan
tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi
mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.
Wallace, 1998 dalam Burns, 1999 : penelitian tindakan
dilakukan dengan mengumpulkan data atau informasi secara
sistematis tentang praktik keseharian dan menganalisisnya
untuk dapat membuat keputusan-keputusan tentang praktik
yang seharusnya dilakukan di masa mendatang.
Reason & Breadbury, 2001 : penelitian tindakan adalah
proses partisipatori, demokratis yang berkenaan dengan
pengembangan pengetahuan praktis untuk mencapat tujuan-
tujuan mulia manusia, berlandaskan pandangan dunia
partisipatori yang muncul pada momentum histori sekarang
ini. Ia berusaha memadukan tindakan dengan refleksi, teori
dengan praktik, dengan menyertakan pihak-pihak lain, usaha
menemukan solusi praktis terhadap persoalan-persoalan yang
menyesakkan, dan lebih umum lagi demi pengembangan
individu-individu bersama komunitasnya.
Dari pengertian penelitian tindakan di atas, dapat
disimpulkan tiga prinsip, yakni : (1) adanya partisipasi dari peneliti
dalam suatu program atau kegiatan; (2) adanya tujuan untuk
meningkatkan kualitas suatu program atau kegiatan; (3) adanya
tindakan (treatment) untuk meningkatkan kualitas suatu program
atau kegiatan.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mempunyai beberapa
siklus, salah satunya yaitu dari Kemmis dan McTaggart. Menurut
Kemmis dan Mc Taggart penelitian tindakan dapat dipandang
sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi yang
selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya.8
Gambar 2.1 Siklus PTK Kemmis & McTaggart (1988)
D. Hakikat Paduan Suara8 Rafi udin, ′ Rancangan Penelitian Tindakan (Malang: IKIP,1997)
Paduan Suara adalah musik yang bersumber dari suara
manusia yang dinyanyikan secara bersama dengan harmoni dan
berbagai warna suara (timbre) seperti sopran, mezo sopran, alto,
contralto, tenor, bariton, bass.9
Adapun hakikat paduan suara adalah menyanyi bersama
secara teratur dan terencana, pada waktu dan tempat tertentu secara
rutin. 10
Paduan suara merupakan suatu kelompok vokal yang dalam
penampilannya terbagi menjadi beberapa jalur suara, masing-
masing suara sopran, alto, tenor, bass (SATB). Paduan suara anak-
anak tidak mampu memenuhi SATB, namun pembagian jalur suara
masih mungkin setidaknya terbagi menjadi dua jalur suara (Banoe
2003: 320). Sedangkan menurut Jamalus (1981: 95), paduan suara
merupakan nyanyian bersama dalam beberapa suara yang biasanya
nyanyian.
Jenis-jenis paduan suara menurut Prier (2003: 13)
mengungkapkan bahwa ada empat jenis dan komposisi paduan
suara yang umumnya dipakai di Indonesia yaitu: (1) paduan
suara anak-anak, (2) paduan suara remaja, (3) paduan suara
dewasa, dan (4) paduan suara sejenis. Dalam paduan suara anak-
anak jumlah anggota sebaiknya antara 40-50 anak. Bila
9Nortier Simanungkalit, Teknik Vokal Paduan Suara (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2008)10 Tim Pusat Musik Liturgi, Menjadi Dirigen III (Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi,2011)
jumlah terlalu kecil agak sukar bernyanyi dengan lembut
sedangkan bila jumlah terlalu besar agak sulit untuk menjaga
ketertiban. Ciri khas paduan suara anak-anak: suara murni, polos,
dan tidak dibuat-buat; serta mengandung suatu keindahan
sehingga sudah cukup dengan satu suara saja. Namun dapat
pula dicoba bernyanyi dengan dua atau tiga suara, lebih baik
lagi kalau bisa diiringi. Persoalan khusus dalam paduan suara anak-
anak terdiri atas: (a) terletak pada pembentukan suara, (b)
ketepatan nada, dan (c) bahan nyanyian yang masih terbatas
karena nyanyian tidak boleh terlalu sederhana tetapi tidak terlalu
sukar (Prier 2003: 13). Dalam paduan suara remaja jumlah anggota
sebaiknya antara 15-50 orang. Di bawah 15 orang belum bisa
disebut paduan suara, sedangkan lebih dari 50 orang
kekompakkan anggota kurang terjaga. Ciri khasnya terletak
pada semangat para remaja dalam bernyanyi terutama dalam
lagu yang mencerminkan semangat, misalnya untuk lagu-lagu
perjuangan atau lagu-lagu daerah yang ritmenya agak cepat.
Persoalan khusus untuk putera yang berumur antara 12
tahun dan 13 tahun perlu diperhatikan apabila sudah
memasuki masa puber biasanya mengalami mutasi suara, sehingga
dalam bernyanyi perlu menghindari nada-nada yang sangat tinggi
maupun sangat rendah. Kemungkinan komposisi paduan suara
untuk SMP adalah (a) Sopran1 Sopran2 Alto (S1S2A) tanpa putera
yang suaranya telah berubah dan (b) Sopran Alto Tenor (SAT)
dengan putera yang suaranya telah berubah (Prier 2003: 13).
Jumlah anggota dalam paduan suara dewasa setidak-
tidaknya 20 anggota dan tidak ada batas maksimum. Sebagai bahan
perbandingannya adalah sebagai berikut: S = 3, A = 2, T = 2, B =
3. Paduan suara Sopran Alto Tenor Bass (SATB) bagi orang
dewasa dianggap mempunyai bunyi yang paling bulat dan
seimbang karena masing-masing suara sudah dapat berdiri sendiri
terutama bila lagunya bergaya polifon. Paduan suara dewasa
apabila dilatih dengan baik dapat berkembang mencapai mutu
profesional dan ke arah ekspresi musik yang disertai dengan tarian
dan sebagainya (Prier 2003: 14).
Jumlah anggota dalam paduan suara sejenis antara 25-30
orang. Paduan suara sejenis terdiri atas: (a) suara sejenis wanita
Sopran1 Sopran2 Alto (S1S2A) dan Sopran Mezzosopran Alto
(SMsA), (b) suara sejenis pria Tenor1 Tenor2 Bass (T1T2B) dan
Tenor Bariton Bass (TBrB), dan (c) suara sejenis anak-anak Sopran
Alto (SA). Paduan suara dengan 2 atau 3 suara jika dinyanyikan
dengan halus akan tampak suatu keindahan meskipun tidak diiringi
(Prier 2003: 14).
Namun pembagian jalur suara masih mungkin setidaknya
terbagi menjadi dua jalur suara (Banoe 2003: 320). Sedangkan
menurut Jamalus (1981: 95), paduan suara merupakan nyanyian
bersama dalam beberapa suara yang biasanya nyanyian bersama itu
dibagi dalam empat suara, tiga suara, dan paling sedikit dua suara.
E. Hakikat Ekspresi
1. Definisi Ekspresi
Ekspresi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki
arti yaitu, pengungkapan atau proses menyatakan (yaitu
memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan,
dsb). Arti kedua menyebutkan bahwa ekspresi adalah pandangan
air muka yang memperlihatkan perasaan seseorang.
Pengertian lain menyebutkan bahwa ekspresi adalah
ungkapan tentang rasa, pikiran, gagasan, cita-cita, fantasi, dan
lain-lain. Sebagai suatu ungkapan, ekspresi merupakan
tanggapan atau rangsangan atas berbagai fenomena sosial,
kultural dan bahkan politik, yang memungkinkan terjalarnya
pengalaman subjektif dari seniman kepada orang lain.11
2. Kaitan Ekspresi dengan Bernyanyi
Setiap penyanyi menggunakan suaranya sebagai alat utama
ketika bernyanyi. Untuk mendapatkan suara yang baik, penyanyi
perlu melakukan beberapa perlakuan untuk melatih suaranya
11 I Wayan Sumantra dalam artikel Ekspresi dan Teknik Penciptaan dalam Seni Kriya dalam http://www.isi-dps.ac.id/berita/ekspresi-dan-teknik-penciptaan-dalam-seni-kriya, diakses pada 12 November 2014 pukul 13:59 WIB
menjadi baik. Proses pembentukan suara terdiri dari beberapa
latihan, menurut buku Menjadi Dirigen II oleh Pusat Musik
Liturgi Yogyakarta hal tersebut terdiri dari :
Latihan napas
Latihan sikap mulut, bibir, lidah, rahang, pita suara
Latihan menggemakan dan memperindah suara (resonansi)
Latihan untuk meningkatkan ketepatan nada (intonasi)
Latihan untuk menyempurnakan ucapan kata-kata (artikulasi,
diksi)
Latihan untuk mencari pesan dari sebuah nyanyian
Latihan untuk menjiwai sebuah nyanyian (ekspresi)
Latihan serta beberapa petunjuk menggunakan alat pengeras
suara.
Hal yang berhubungan dengan ekspresi pada latihan diatas
ialah, latihan untuk mencari pesan dari sebuah nyanyian dan
latihan untuk menjiwai sebuah nyanyian (ekspresi).
3. Unsur-unsur ekspresi bernyanyi
Bernyanyi berarti membawakan suatu lagu: dengan
menghayati isi dari kata-kata, sebagai ide atau pesan dan menyadari
nada-nada itu sebagai kesatuan. Setiap nyanyian terdiri dari : Satu
atau beberapa kalimat bahasa. Untuk menghayati isi dari kata-kata,
kita dapat berpangkal dari aturan aturan tata bahasa dengan
mencari :
a. Kelompok kata
b. Kata pokok
c. Suku kata yang mendapatkan tekanan (aksen)
Kemudian nyanyian terdiri dari : satu atau beberapa kalimat
musik, kalimat musik terdiri dari banyak nada. Beberapa nada
merupakan suatu motif atau tema (potongan lagu); tema-tema
mengungkapkan suatu ide musik.
Menjiwai nyanyian (ekspresi) berarti bernyanyi dengan
menggunakan hati. Hal – hal yang perlu diperhatikan adalah :
sebelum bernyanyi kita harus berusaha memisahkan diri dari
kesibukan-kesibukan sehari-hari dan masuk ke dalam kerajaan
musik, selama bernyanyi hati kita masih terikat akan musik, maka
sebaiknya kita menunggu sebentar sebelum beramai-ramai
kembali. Suatu kesalahan yang mudah terjadi ialah pada akhir
suatu bagian nyanyian, misalnya selama ada musik instrumental,
penyanyi mudah menjadi pasif, kehilangan konsentrasi. Pada saat
inipun kita harus tinggal dalam suasana musik.
Penyanyi harus memiliki pengungkapan yang menyeluruh.
Maksudnya ialah dengan sikap seluruh pribadi, penyanyi membuat
sebuah nyanyian menjadi lebih terlihat dari sikap badan, sikap
tangan, dan ungkapan wajah yang keseluruhan hal itu dapat
melengkapi aspek visual ketika menyanyi.
Beberapa teknik penjiwaan yang digunakan untuk melatih
ekspresi benyanyi adalah sebagai berikut :
a. Merubah volume suara (dinamika)
Teknik penjiwaan yang paling umum adalah dinamika atau
peribahan keras lembutnya suara sesuai dengan tanda-tanda
atau perasaan.
b. Menghidupkan tempo
Pemilihan tempo yang wajar dan tepat sangat penting
dalam penjiwaan. Karena semua istilah seperti: cepat (allegro),
sedang (moderato), lambat (andante) dan seterusnya sangat
relatif, oleh karena itu dirigen harus mencoba tempo yang
sesuai untuk sebuah nyanyian.
c. Cara menyambung
Caranya ialah menyanyikan sepotong nyanyian sebagai
kesatuan, sesuai dengan isi kata dan tema lagu, menyambung
nada-nada dengan seungguh-sungguh (legato), membawakan
masing-masing nada dengan putus-putus (stacatto, sforzato),
namun tetap mengingat kesatuannya dalam kalimat.
d. Mengayunkan nada (portamento, glisando)
Teknik yang berhubungan dengan legato adalah teknik
mengayunkan nada. Kedua nada dari suatu interval tidak
dibidik satu demi satu dengan lompatan, tetapi dijembatani,
misalnya:
Gambar 2.2
Gaya ini mencermikan sikap sangat bebas, ringan dan luwes,
namun dari lain pihak dengan mudah dapat juga timbul kesan:
kurang tertib, kasar. Maka teknik ini dipakai dengan hemat.
e. Suara yang hidup (vibrato)
Secara spontan suara manusia dipengaruhi oleh hidup
manusia, ketegangan dan pengendoran otot-otot indera suara,
yakni diafragma, leher, rahang bawah, pipi, lidah dan bibir,
apalagi ketegangan dan pengendoran yang berasl dari jiwa
seperti rasa takut dan gembira. Maka itu dianggap baik, kalau
suara manusia mencerminkan kehidupan manusia secara wajar
dengan adanya vibrato, yaitu suara sedikit bergelombang.
Suara vibrato yang baik sebaiknya bergelombang dengan
merata/stabil dan bergelombang sedikit saja, tidak sampai
setengah nada.
f. Trillen
Adalah teknik membuat getaran yang disengaja dengan
menarik-turunkan jakun sehingga bunyi nada itu sendiri cepat
bergantian dengan nada tetangganya.
g. Mewarnai huruf hidup
Huruf hidup dapat dinyanyikan dengan terang dan gelap sesuai
dengan isi teks.
Huruf gelap: untuk menggaris-bawahi kata-kata yang
mengungkapkan suasana sedih, murung, agung.
Huruf terang: untuk memperkuat kesan gembira, ringan,
bersemangat, hidup, indah, lincah.
h. Register suara
Register suara dibagi menjadi tiga warna :
Suara dada meliputi nada a b c’ d’ e’ di sini terjadi resonansi
dada ; bunyinya mudah tercampur dengan bunyyi ‘h’
(pemborosan napas).
Suara tengah mencakup nada nada e’ f’ g’ a’ b’ c’’ d’’ e’’
karena mudah sekali dinyanyikan, maka bunyinya mantap
dan merdu ; resonansi terjadi dengan rongga mulut dan
tenggorokan.
Suara kepala meliputi nada e’’ f’’ g’’ a’’. Suara ini disebut
juga dengan register ‘falset’. Di sini resonansi sepenuhnya
terjadi dalam rongga hidung, rongga dahi, rongga tulang baji,
rongga tulang saringan. Bunyinya halus dan lembut.
4. Kaitan Ekspresi dengan Lagu Sirih Kuning
Lirik lagu adalah ungkapan pencipta yang dituangkan
melalui kata-kata yang bermakna dan bermelodi. Jadi, lirik lagu
dapat mencerminkan suasana senang, sedih, haru, kecewa, dan
sebagainya. Menurut Hendrik Andreissen, musik terikat pada
bahasa karena isi dan bentuk terisitimewa oleh hubungan bunyi
dari kata-kata (Hendrik/Andreissen, terjemahan J.A.Dungga, Hal
Ikhwal Musik. 1965).
Hubungan bahasa dengan musik ditegaskan juga oleh
Jamalus, yaitu bahwa struktur musik dapat dibandingkan dengan
struktur bahasa (Jamalus, 1988:35).
Deskripsi lagu-lagu betawi khususnya lagu sirih kuning,
menurut Tuti Tarwiyah dapat dilihat dari 3 aspek, yaitu logika,
etika, estetika. Berikut adalah lirik lagu Sirih Kuning :
Kalau tidak, nona, karena bulan, sayang
Tidaklah bintang, ya nona, tidaklah bintang ya nona meninggi hari
Kalau tidak, nona, karena tuan, sayang
Tidaklah kami, ya nona, tidaklah kami, ya nona sampai kemari
Sirih kuning, nona, batangnya ijo, nona
Yang putih kuning, ya nona,
yang putih kuning, ya nona memang sejodo
Ani-ani, nona, bukannya waja, sayang
Dipakailah anak, ya nona, dipakailah anak, ya nona patah
tangkainya
Kami nyanyi, nona, memang sengaja, sayang
Lagunya asli, ya nona, lagunya asli, ya nona pusaka lama
Sirih kuning, nona, lagi ditampin, nona
Kami menyanyi, ya nona, kami menyanyi, ya nona mohon berhenti
Jika dijelaskan dari aspek logika adalah sebagai berikut :
“Kalau tidak nona, karena bulan sayang tidaklah bintang meninggi
hari”. Maka penjelasan dari aspek logika adalah karena terdapat
bulan yang terlihat lebih besar, bintang sebenarnya jauh lebih
besar kalau saja ketinggiannya sama seperti bulan.
Dalam penggalan bait “Kalau tidak nona karena tuan
sayang tidaklah kami ya nona sampai kemari” jika
dijelaskan dari aspek etika adalah menunjukkan sebuah
penghargaan kepada seseorang. Adapun dalam penggalan bait
berikut :
Kalau tidak nona karena bulan sayang
Tidaklah bintang ya nona 2x meninggi hari
Kalau tidak nona karena tuan sayang
Tidaklah kami ya nona 2x sampai kemari
Pada penggalan bait diatas ditinjau dari aspek estetika, bait
diatas berbentuk pantun ab-ab. Kemudian pada penggalan bait
berikut :
Sirih kuning batangnya ijo
Yang putih kuning memang sejodo
Pada penggalan bait diatas ditinjau dari aspek estetika, bait
diatas berbentuk pantun kilat pola AA. Kemudian pada penggalan
bait berikut :
Ani-ani bukannya waja
Dipakailah anak patah tangkainya
Kami menyanyi memang sengaja
Lagunya asli pusaka lama