+ All Categories
Home > Documents > SKRIPSIDIEDRA BAB II TEORI PADUAN SUARA

SKRIPSIDIEDRA BAB II TEORI PADUAN SUARA

Date post: 01-Dec-2023
Category:
Upload: independent
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
21
BAB II ACUAN TEORITIK A. Hakikat Pembelajaran Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya. 1 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah, tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. 2 Pada hakikatnya belajar adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. 3 Sedangkan pembelajaran memiliki beberapa pengertian dari beberapa para ahli, diantaranya adalah 4 : 1 Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (Jakarta : Rineka Cipta , 2003) hlm. 2 2 https://docs.google.com/file/d/0B3XJkkP-nOKjczNHQmhrZ2JYcnc/edit diakses pada 3 Desember 2013 pukul 12:05 3 Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 38 4 Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: Alfabeta Sagala, Syaiful. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif . Jakarta: Kencana
Transcript

BAB II

ACUAN TEORITIK

A. Hakikat Pembelajaran

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di

dalam interaksi dengan lingkungannya.1

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Belajar adalah

berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah,

tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. 2

Pada hakikatnya belajar adalah perubahan yang terjadi di

dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas

belajar.3

Sedangkan pembelajaran memiliki beberapa pengertian dari

beberapa para ahli, diantaranya adalah 4:

1 Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (Jakarta : Rineka Cipta , 2003) hlm. 2 2 https://docs.google.com/file/d/0B3XJkkP-nOKjczNHQmhrZ2JYcnc/edit diakses pada 3 Desember 2013 pukul 12:053 Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 384 Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: AlfabetaSagala, Syaiful. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: AlfabetaTrianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana

1. Warsita “Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat

peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk

membelajarkan peserta didik”.

2. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20

“Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar”.

3. Sudjana :“Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap

upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar

terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu

antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber

belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan”.

4. Corey: “Pembelajaran adalah suatu proses dimana

lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk

memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu

dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons

terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset

khusus dari pendidikan”.

5. Dimyati dan Mudjiono: “Pembelajaran adalah kegiatan guru

secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada

penyediaan sumber belajar”.

6. Trianto: “Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia

yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan”.

Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk

interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan

pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks

adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan

siswanya (mengarhkan interaksi siswa dengan sumber

belajar lainnya) dalam rangkan mencapai tujuan yang

diharapkan.

Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran yang telah

disebutkan diatas, maka dapat disimpulkan pembelajaran adalah

suatu proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dalam

kondisi tertentu guna mencapai suatu tujuan.

B. Hakikat Metode Role Playing

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar

mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya

bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah

pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan

tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun metode mengajar yang

dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan.5

Role Playing atau bermain peran adalah sejenis permainan gerak

yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan

unsur senang. 6

Menurut Husein Achmad dalam Hidayati (2004: 93), Role

Playing adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang

dipakai untuk menjelaskan peranan, sikap, tingkah laku, dan nilai

dengan tujuan menghayati perasaan, sudut pandang dan cara

berpikir orang lain. Metode Role Playing ditekankan kepada setiap

individu siswa dalam memerankan suatu tokoh pada drama yang

bersangkutan. Dengan metode Role Playing siswa diharapkan

dapat memerankan berbagai figur dan menghayati dalam berbagai

situasi. Jika metode Role Playing direncanakan dengan baik dapat

menanamkan kemampuan bertanggung jawab dan bekerja sama

dengan orang l ain, menghargai pendapat orang lain dan

mengambil keputusan dalam kerja kelompok.

Menurut Sugihartono (2006: 83) metode Role Playing

adalah metode pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan

penghayatan siswa dengan cara siswa memerankan suatu tokoh

5 Syaiful Bahri Djamarah,1991:72 dalam Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 466 Jill Hadfield, 1986 dalam http://sharingkuliahku.wordpress.com/2011/11/21/pengertian-model-pembelajaran-role-playing/ diakses pada 3 Desember 2013 pukul 14:26

baik tokoh hidup maupun tokoh mati, sehingga siswa berlatih

untuk penghayatan dan terampil memakai materi yang dipelajari.

Sedangkan Syaiful Sagala (2003: 213) menjelaskan bahwa

metode Role Playing adalah cara menyajikan bahan pelajaran

dengan mempertunjukan dan memerankan cara tingkah laku dalam

hubungan sosial, metode Role Playing dalam pelaksanaannya

peserta didik mendapat tugas dari guru untuk memerankan suatu

situasi sosial yang mengandung suatu problem, agar peserta didik

dapat memecahkan suatu masalah yang muncul dari situasi sosial.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa

metode Role Playing adalah cara bermain peran yang ditekankan

pada setiap individu dengan berbagai figur penghayatan dan

perasaan.

Metode Role Playing tercipta karena : Berdasarkan asumsi

bahwa kemungkinan dalam mencintakan analogi otentik ke dalam

suatu situasi permasalahan kehidupan nyata, bermain peran dapat

mendorong siswa mengekspresikan perasaannya dan bahkan

melepaskan, proses psikologis melibatkan sikap, nilai, dan

keyakinan7

7 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2007), hlm. 25

C. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas (Action Research)

1. Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian adalah suatu kegiatan penyelidikan yang dilakukan

menurut metode ilmiah yang sistematis untuk menemukan

informasi ilmiah dan atau teknologi baru, membuktikan kebenaran

atau ketidakbenaran hipotesis sehingga dapat dirumuskan teori dan

atau proses gejala sosial. Penelitian juga bisa diartikan kegiatan

mencermati suatu objek dengan menggunakan aturan metodologi

tertentu untuk mendapatkan data atau informasi yang bermanfaat

untuk selanjutnya data tersebut dianalisis untuk dicari

kesimpulannya.

Adapun beberapa pengertian dari penelitian tindakan, yaitu sebagai

berikut.

Kurt Lewin : penelitian tindakan adalah suatu rangkaian

langkah yang terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan,

tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Kemmis dan Mc. Taggart : penelitian tindakan adalah suatu

bentuk self-inquiry kolektif yang dilakukan oleh para

partisipan didalam situasi sosial untuk meningkatkan

rasionalitas dan keadilan dari praktik sosial atau pendidikan

yang mereka lakukan, serta mempertinggi pemahaman

mereka terhadap praktik dan situasi di mana praktik itu

dilaksanakan.

Ebbut (1985) dalam Hopkins (1993) : penelitian tindakan

adalah kajian sistemik dari upaya perbaikan pelaksanaan

praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan

tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi

mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.

Wallace, 1998 dalam Burns, 1999 : penelitian tindakan

dilakukan dengan mengumpulkan data atau informasi secara

sistematis tentang praktik keseharian dan menganalisisnya

untuk dapat membuat keputusan-keputusan tentang praktik

yang seharusnya dilakukan di masa mendatang.

Reason & Breadbury, 2001 : penelitian tindakan adalah

proses partisipatori, demokratis yang berkenaan dengan

pengembangan pengetahuan praktis untuk mencapat tujuan-

tujuan mulia manusia, berlandaskan pandangan dunia

partisipatori yang muncul pada momentum histori sekarang

ini. Ia berusaha memadukan tindakan dengan refleksi, teori

dengan praktik, dengan menyertakan pihak-pihak lain, usaha

menemukan solusi praktis terhadap persoalan-persoalan yang

menyesakkan, dan lebih umum lagi demi pengembangan

individu-individu bersama komunitasnya.

Dari pengertian penelitian tindakan di atas, dapat

disimpulkan tiga prinsip, yakni : (1) adanya partisipasi dari peneliti

dalam suatu program atau kegiatan; (2) adanya tujuan untuk

meningkatkan kualitas suatu program atau kegiatan; (3) adanya

tindakan (treatment) untuk meningkatkan kualitas suatu program

atau kegiatan.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mempunyai beberapa

siklus, salah satunya yaitu dari Kemmis dan McTaggart. Menurut

Kemmis dan Mc Taggart penelitian tindakan dapat dipandang

sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan perencanaan,

pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi yang

selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya.8

Gambar 2.1 Siklus PTK Kemmis & McTaggart (1988)

D. Hakikat Paduan Suara8 Rafi udin, ′ Rancangan Penelitian Tindakan (Malang: IKIP,1997)

Paduan Suara adalah musik yang bersumber dari suara

manusia yang dinyanyikan secara bersama dengan harmoni dan

berbagai warna suara (timbre) seperti sopran, mezo sopran, alto,

contralto, tenor, bariton, bass.9

Adapun hakikat paduan suara adalah menyanyi bersama

secara teratur dan terencana, pada waktu dan tempat tertentu secara

rutin. 10

Paduan suara merupakan suatu kelompok vokal yang dalam

penampilannya terbagi menjadi beberapa jalur suara, masing-

masing suara sopran, alto, tenor, bass (SATB). Paduan suara anak-

anak tidak mampu memenuhi SATB, namun pembagian jalur suara

masih mungkin setidaknya terbagi menjadi dua jalur suara (Banoe

2003: 320). Sedangkan menurut Jamalus (1981: 95), paduan suara

merupakan nyanyian bersama dalam beberapa suara yang biasanya

nyanyian.

Jenis-jenis paduan suara menurut Prier (2003: 13)

mengungkapkan bahwa ada empat jenis dan komposisi paduan

suara yang umumnya dipakai di Indonesia yaitu: (1) paduan

suara anak-anak, (2) paduan suara remaja, (3) paduan suara

dewasa, dan (4) paduan suara sejenis. Dalam paduan suara anak-

anak jumlah anggota sebaiknya antara 40-50 anak. Bila

9Nortier Simanungkalit, Teknik Vokal Paduan Suara (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2008)10 Tim Pusat Musik Liturgi, Menjadi Dirigen III (Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi,2011)

jumlah terlalu kecil agak sukar bernyanyi dengan lembut

sedangkan bila jumlah terlalu besar agak sulit untuk menjaga

ketertiban. Ciri khas paduan suara anak-anak: suara murni, polos,

dan tidak dibuat-buat; serta mengandung suatu keindahan

sehingga sudah cukup dengan satu suara saja. Namun dapat

pula dicoba bernyanyi dengan dua atau tiga suara, lebih baik

lagi kalau bisa diiringi. Persoalan khusus dalam paduan suara anak-

anak terdiri atas: (a) terletak pada pembentukan suara, (b)

ketepatan nada, dan (c) bahan nyanyian yang masih terbatas

karena nyanyian tidak boleh terlalu sederhana tetapi tidak terlalu

sukar (Prier 2003: 13). Dalam paduan suara remaja jumlah anggota

sebaiknya antara 15-50 orang. Di bawah 15 orang belum bisa

disebut paduan suara, sedangkan lebih dari 50 orang

kekompakkan anggota kurang terjaga. Ciri khasnya terletak

pada semangat para remaja dalam bernyanyi terutama dalam

lagu yang mencerminkan semangat, misalnya untuk lagu-lagu

perjuangan atau lagu-lagu daerah yang ritmenya agak cepat.

Persoalan khusus untuk putera yang berumur antara 12

tahun dan 13 tahun perlu diperhatikan apabila sudah

memasuki masa puber biasanya mengalami mutasi suara, sehingga

dalam bernyanyi perlu menghindari nada-nada yang sangat tinggi

maupun sangat rendah. Kemungkinan komposisi paduan suara

untuk SMP adalah (a) Sopran1 Sopran2 Alto (S1S2A) tanpa putera

yang suaranya telah berubah dan (b) Sopran Alto Tenor (SAT)

dengan putera yang suaranya telah berubah (Prier 2003: 13).

Jumlah anggota dalam paduan suara dewasa setidak-

tidaknya 20 anggota dan tidak ada batas maksimum. Sebagai bahan

perbandingannya adalah sebagai berikut: S = 3, A = 2, T = 2, B =

3. Paduan suara Sopran Alto Tenor Bass (SATB) bagi orang

dewasa dianggap mempunyai bunyi yang paling bulat dan

seimbang karena masing-masing suara sudah dapat berdiri sendiri

terutama bila lagunya bergaya polifon. Paduan suara dewasa

apabila dilatih dengan baik dapat berkembang mencapai mutu

profesional dan ke arah ekspresi musik yang disertai dengan tarian

dan sebagainya (Prier 2003: 14).

Jumlah anggota dalam paduan suara sejenis antara 25-30

orang. Paduan suara sejenis terdiri atas: (a) suara sejenis wanita

Sopran1 Sopran2 Alto (S1S2A) dan Sopran Mezzosopran Alto

(SMsA), (b) suara sejenis pria Tenor1 Tenor2 Bass (T1T2B) dan

Tenor Bariton Bass (TBrB), dan (c) suara sejenis anak-anak Sopran

Alto (SA). Paduan suara dengan 2 atau 3 suara jika dinyanyikan

dengan halus akan tampak suatu keindahan meskipun tidak diiringi

(Prier 2003: 14).

Namun pembagian jalur suara masih mungkin setidaknya

terbagi menjadi dua jalur suara (Banoe 2003: 320). Sedangkan

menurut Jamalus (1981: 95), paduan suara merupakan nyanyian

bersama dalam beberapa suara yang biasanya nyanyian bersama itu

dibagi dalam empat suara, tiga suara, dan paling sedikit dua suara.

E. Hakikat Ekspresi

1. Definisi Ekspresi

Ekspresi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki

arti yaitu, pengungkapan atau proses menyatakan (yaitu

memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan,

dsb). Arti kedua menyebutkan bahwa ekspresi adalah pandangan

air muka yang memperlihatkan perasaan seseorang.

Pengertian lain menyebutkan bahwa ekspresi adalah

ungkapan tentang rasa, pikiran, gagasan, cita-cita, fantasi, dan

lain-lain.  Sebagai suatu ungkapan, ekspresi merupakan

tanggapan atau rangsangan atas berbagai fenomena sosial,

kultural dan bahkan politik, yang memungkinkan terjalarnya

pengalaman subjektif dari seniman kepada orang lain.11

2. Kaitan Ekspresi dengan Bernyanyi

Setiap penyanyi menggunakan suaranya sebagai alat utama

ketika bernyanyi. Untuk mendapatkan suara yang baik, penyanyi

perlu melakukan beberapa perlakuan untuk melatih suaranya

11 I Wayan Sumantra dalam artikel Ekspresi dan Teknik Penciptaan dalam Seni Kriya dalam http://www.isi-dps.ac.id/berita/ekspresi-dan-teknik-penciptaan-dalam-seni-kriya, diakses pada 12 November 2014 pukul 13:59 WIB

menjadi baik. Proses pembentukan suara terdiri dari beberapa

latihan, menurut buku Menjadi Dirigen II oleh Pusat Musik

Liturgi Yogyakarta hal tersebut terdiri dari :

Latihan napas

Latihan sikap mulut, bibir, lidah, rahang, pita suara

Latihan menggemakan dan memperindah suara (resonansi)

Latihan untuk meningkatkan ketepatan nada (intonasi)

Latihan untuk menyempurnakan ucapan kata-kata (artikulasi,

diksi)

Latihan untuk mencari pesan dari sebuah nyanyian

Latihan untuk menjiwai sebuah nyanyian (ekspresi)

Latihan serta beberapa petunjuk menggunakan alat pengeras

suara.

Hal yang berhubungan dengan ekspresi pada latihan diatas

ialah, latihan untuk mencari pesan dari sebuah nyanyian dan

latihan untuk menjiwai sebuah nyanyian (ekspresi).

3. Unsur-unsur ekspresi bernyanyi

Bernyanyi berarti membawakan suatu lagu: dengan

menghayati isi dari kata-kata, sebagai ide atau pesan dan menyadari

nada-nada itu sebagai kesatuan. Setiap nyanyian terdiri dari : Satu

atau beberapa kalimat bahasa. Untuk menghayati isi dari kata-kata,

kita dapat berpangkal dari aturan aturan tata bahasa dengan

mencari :

a. Kelompok kata

b. Kata pokok

c. Suku kata yang mendapatkan tekanan (aksen)

Kemudian nyanyian terdiri dari : satu atau beberapa kalimat

musik, kalimat musik terdiri dari banyak nada. Beberapa nada

merupakan suatu motif atau tema (potongan lagu); tema-tema

mengungkapkan suatu ide musik.

Menjiwai nyanyian (ekspresi) berarti bernyanyi dengan

menggunakan hati. Hal – hal yang perlu diperhatikan adalah :

sebelum bernyanyi kita harus berusaha memisahkan diri dari

kesibukan-kesibukan sehari-hari dan masuk ke dalam kerajaan

musik, selama bernyanyi hati kita masih terikat akan musik, maka

sebaiknya kita menunggu sebentar sebelum beramai-ramai

kembali. Suatu kesalahan yang mudah terjadi ialah pada akhir

suatu bagian nyanyian, misalnya selama ada musik instrumental,

penyanyi mudah menjadi pasif, kehilangan konsentrasi. Pada saat

inipun kita harus tinggal dalam suasana musik.

Penyanyi harus memiliki pengungkapan yang menyeluruh.

Maksudnya ialah dengan sikap seluruh pribadi, penyanyi membuat

sebuah nyanyian menjadi lebih terlihat dari sikap badan, sikap

tangan, dan ungkapan wajah yang keseluruhan hal itu dapat

melengkapi aspek visual ketika menyanyi.

Beberapa teknik penjiwaan yang digunakan untuk melatih

ekspresi benyanyi adalah sebagai berikut :

a. Merubah volume suara (dinamika)

Teknik penjiwaan yang paling umum adalah dinamika atau

peribahan keras lembutnya suara sesuai dengan tanda-tanda

atau perasaan.

b. Menghidupkan tempo

Pemilihan tempo yang wajar dan tepat sangat penting

dalam penjiwaan. Karena semua istilah seperti: cepat (allegro),

sedang (moderato), lambat (andante) dan seterusnya sangat

relatif, oleh karena itu dirigen harus mencoba tempo yang

sesuai untuk sebuah nyanyian.

c. Cara menyambung

Caranya ialah menyanyikan sepotong nyanyian sebagai

kesatuan, sesuai dengan isi kata dan tema lagu, menyambung

nada-nada dengan seungguh-sungguh (legato), membawakan

masing-masing nada dengan putus-putus (stacatto, sforzato),

namun tetap mengingat kesatuannya dalam kalimat.

d. Mengayunkan nada (portamento, glisando)

Teknik yang berhubungan dengan legato adalah teknik

mengayunkan nada. Kedua nada dari suatu interval tidak

dibidik satu demi satu dengan lompatan, tetapi dijembatani,

misalnya:

Gambar 2.2

Gaya ini mencermikan sikap sangat bebas, ringan dan luwes,

namun dari lain pihak dengan mudah dapat juga timbul kesan:

kurang tertib, kasar. Maka teknik ini dipakai dengan hemat.

e. Suara yang hidup (vibrato)

Secara spontan suara manusia dipengaruhi oleh hidup

manusia, ketegangan dan pengendoran otot-otot indera suara,

yakni diafragma, leher, rahang bawah, pipi, lidah dan bibir,

apalagi ketegangan dan pengendoran yang berasl dari jiwa

seperti rasa takut dan gembira. Maka itu dianggap baik, kalau

suara manusia mencerminkan kehidupan manusia secara wajar

dengan adanya vibrato, yaitu suara sedikit bergelombang.

Suara vibrato yang baik sebaiknya bergelombang dengan

merata/stabil dan bergelombang sedikit saja, tidak sampai

setengah nada.

f. Trillen

Adalah teknik membuat getaran yang disengaja dengan

menarik-turunkan jakun sehingga bunyi nada itu sendiri cepat

bergantian dengan nada tetangganya.

g. Mewarnai huruf hidup

Huruf hidup dapat dinyanyikan dengan terang dan gelap sesuai

dengan isi teks.

Huruf gelap: untuk menggaris-bawahi kata-kata yang

mengungkapkan suasana sedih, murung, agung.

Huruf terang: untuk memperkuat kesan gembira, ringan,

bersemangat, hidup, indah, lincah.

h. Register suara

Register suara dibagi menjadi tiga warna :

Suara dada meliputi nada a b c’ d’ e’ di sini terjadi resonansi

dada ; bunyinya mudah tercampur dengan bunyyi ‘h’

(pemborosan napas).

Suara tengah mencakup nada nada e’ f’ g’ a’ b’ c’’ d’’ e’’

karena mudah sekali dinyanyikan, maka bunyinya mantap

dan merdu ; resonansi terjadi dengan rongga mulut dan

tenggorokan.

Suara kepala meliputi nada e’’ f’’ g’’ a’’. Suara ini disebut

juga dengan register ‘falset’. Di sini resonansi sepenuhnya

terjadi dalam rongga hidung, rongga dahi, rongga tulang baji,

rongga tulang saringan. Bunyinya halus dan lembut.

4. Kaitan Ekspresi dengan Lagu Sirih Kuning

Lirik lagu adalah ungkapan pencipta yang dituangkan

melalui kata-kata yang bermakna dan bermelodi. Jadi, lirik lagu

dapat mencerminkan suasana senang, sedih, haru, kecewa, dan

sebagainya. Menurut Hendrik Andreissen, musik terikat pada

bahasa karena isi dan bentuk terisitimewa oleh hubungan bunyi

dari kata-kata (Hendrik/Andreissen, terjemahan J.A.Dungga, Hal

Ikhwal Musik. 1965).

Hubungan bahasa dengan musik ditegaskan juga oleh

Jamalus, yaitu bahwa struktur musik dapat dibandingkan dengan

struktur bahasa (Jamalus, 1988:35).

Deskripsi lagu-lagu betawi khususnya lagu sirih kuning,

menurut Tuti Tarwiyah dapat dilihat dari 3 aspek, yaitu logika,

etika, estetika. Berikut adalah lirik lagu Sirih Kuning :

Kalau tidak, nona, karena bulan, sayang

Tidaklah bintang, ya nona, tidaklah bintang ya nona meninggi hari

Kalau tidak, nona, karena tuan, sayang

Tidaklah kami, ya nona, tidaklah kami, ya nona sampai kemari

Sirih kuning, nona, batangnya ijo, nona

Yang putih kuning, ya nona,

yang putih kuning, ya nona memang sejodo

Ani-ani, nona, bukannya waja, sayang

Dipakailah anak, ya nona, dipakailah anak, ya nona patah

tangkainya

Kami nyanyi, nona, memang sengaja, sayang

Lagunya asli, ya nona, lagunya asli, ya nona pusaka lama

Sirih kuning, nona, lagi ditampin, nona

Kami menyanyi, ya nona, kami menyanyi, ya nona mohon berhenti

Jika dijelaskan dari aspek logika adalah sebagai berikut :

“Kalau tidak nona, karena bulan sayang tidaklah bintang meninggi

hari”. Maka penjelasan dari aspek logika adalah karena terdapat

bulan yang terlihat lebih besar, bintang sebenarnya jauh lebih

besar kalau saja ketinggiannya sama seperti bulan.

Dalam penggalan bait “Kalau tidak nona karena tuan

sayang tidaklah kami ya nona sampai kemari” jika

dijelaskan dari aspek etika adalah menunjukkan sebuah

penghargaan kepada seseorang. Adapun dalam penggalan bait

berikut :

Kalau tidak nona karena bulan sayang

Tidaklah bintang ya nona 2x meninggi hari

Kalau tidak nona karena tuan sayang

Tidaklah kami ya nona 2x sampai kemari

Pada penggalan bait diatas ditinjau dari aspek estetika, bait

diatas berbentuk pantun ab-ab. Kemudian pada penggalan bait

berikut :

Sirih kuning batangnya ijo

Yang putih kuning memang sejodo

Pada penggalan bait diatas ditinjau dari aspek estetika, bait

diatas berbentuk pantun kilat pola AA. Kemudian pada penggalan

bait berikut :

Ani-ani bukannya waja

Dipakailah anak patah tangkainya

Kami menyanyi memang sengaja

Lagunya asli pusaka lama

Pada penggalan bait diatas ditinjau dari aspek estetika, bait

diatas berbentuk pantun AA-AA.


Recommended