STRATEGI MANAJEMEN STRESS KERJA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sering kita jumpai didalam kehidupan sehari-hari beberapa orang
yang mengalami stres, baik dalam kehidupan sosial maupun
dilingkungan kerja. Pekerjaan yang terlalu sulit serta keadaan
sekitar yang monoton juga akan dapat menyebabkan stres dalam
bekerja di beberapa Perusahaan.
Masalah Stres kerja di dalam kehidupan organisasi perusahaan
menjadi gejala yang penting diamati sejak mulai timbulnya
tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan. Akibat adanya stres
kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous, merasakan kecemasan
yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses beriikir
dan kondisi fisik individu. Selain itu, sebagai hasil dari adanya
stres kerja karyawan mengalami beberapa gejala stres yang dapat
mengancam dan mengganggu pelaksanaan kerja mereka, seperti :
mudah marah dan agresi, tidak dapat relaks, emosi yang tidak
stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan tidak mampu
terlibat,
dan kesulitan alam masalah tidur.Banyak juga orang yang kurang menyadari gejala timbulnya
stres tersebut dalam kehidupannya padahal apabila kita mengetahui
lebih dini mengenai gejala stres tersebut kita dapat mencegahnya.
Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan maksud agar
terjaminnya keamanan dan kenyamanaan dalam bekerja. Apabila
seseorang sedang yang mengalami stres dan melakukan pekerjaan
itu, maka akan mengganggu keamanan dan kenyamanaan dalam bekerja.
Untuk menjaga keamanan dan kenyamanaan kerja tersebut
psikologi seseorang juga harus stabil agar terjadi hubungan yang
harmonis antara faktor kejiwaan serta kondisi yang terjadi. Jadi
kita harus memperhatikan secara lebih baik lingkungan yang dapat
mempengaruhi psikologi (kejiwaan) seseorang sehingga stres dapat
diminimalisir.
Namun tidak dapat disangkal bahwa stres dalam bekerja pasti
akan terjadi pada setiap individu karyawan. Mereka mengalami
stres karena dipengaruhi dari pekerjaan itu sendiri maupun
lingkungan tempat dimana karyawan tersebut bekerja. Seseorang
yang mengalami stres dalam bekerja tidak akan mampu menyelesaikan
pekerjaannya dengan baik. Peran perusahaan disini muncul untuk
memperhatikan setiap kondisi kejiwaan (stres) yang dialami oleh
karyawannya. Dalam hal ini perusahaan harus menanganinya dengan
baik bagi karyawan tersebut serta tidak mengurangi kinerja
karyawannya.
Melihat masalah stres yang sering terjadi serta bagaimana
penangannya yang baik kami akan membahasanya dalam makalah ini
agar kita bisa mengetahui bagaimana stres dan penanggulangannya
serta pencegahan stres itu terutama dalam lingkungan kerja.
Secara lebih jelas mengenai stres dan stres kerja akan kami bahas
pada berikutnya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas dalam penulisan
makalah ini antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan stres dan stres kerja?
2. Apa saja jenis-jenis stres?
3. Apa saja hubungan motivasi, prestasi dan stres.?
4. Apa saja gejala stres, penyebab stres dan dampaknya?
5. Bagaimana strategi manajemen stres kerja?
6. Bagaimana cara mencegah dan mengurangi stres yang terjadi?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun beberapa tujuan yang ingin kami sampaikan dalam
penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk lebih mengerti mengenai stres dan stres kerja.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis stres.
3. Untuk mengetahui hubungan motivasi, prestasi dan stres.
4. Untuk mengetahui apa saja gejala-gejala stres, penyebab
stres dan dampak yang dapat ditimbulkan oleh stres tersebut.
5. Untuk mengetahui strategi manajemen stres kerja
6. Agar kita tahu bagaimana cara mencegah stres.
1.4 Manfaat Penulisan
Diharapkan agar mahasiswa/i atau perusahaan yang berkepentingan
mengetahui pengertian, jenis-jenis, gejala-gejala, dan penyebab
stres kerja, serta mampu membuat strategi manajemen stres kerja
dan cara menanggulanginya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Stres dan Stres Kerja
Stres mempunyai arti yang berbeda-beda bagi masing-masing
individu atau menurut beberapa ahli diantaranya: Menurut John
Suprihanto, Prakoso Hadi (2003:62), bahwa stres adalah
konsekuensi setiap tindakan dan situasi lingkungan yang
menimbulkan tuntunan psikologis dan fisik yang berlebih pada
seseorang.
Menurut Charles D, Spielberger (dalam Ilandoyo, 2001:63)
menyebutkan bahwa stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang
mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek dalam lingkungan atau
suatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres juga
biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang
tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.
Luthans (dalam Yulianti, 2000:10) mendefinisikan stres
sebagai suatu tanggapan dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi
oleh perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai
konsekuensi dari tindakan Hngkungan, situasi atau peristiwa yang
terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik
seseorang, Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stres kerja
timbul karena tuntutan lingkungan dan tanggapan setiap individu
dalam menghadapinya dapat berbeda.
Dari uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa stres
adalah suatu kondisi yang dinamis saat seorang individu
dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait
dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya
dipandang tidak pasti dan penting.
2.2 Jenis-Jenis Stres
Jenis stres dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat
sehat, positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Hal
tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang
diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan
adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
2) Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat
tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal
tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi
seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran
(absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan
sakit, penurunan, dan kematian.
2.3 Hubungan motivasi, prestasi dan stres
hubungan antara motivasi, prestasi dan stres dijelaskan pada
gambar berikut ini:
Dari gambar diatas tampak jelas bahwa stres yang terlalu rendah
atau terlalu tinggi dapat menyebabkan tingakt prestasi yang
rendah(tidak optimum). Bagi seorang manajer tekanan-tekanan yang
diberikan kepada seorang karyawan haruslah dikaitkan dengan
apakah stres yang ditimbulkan oleh tekanan-tekanan tersebut masih
dalam keadaan wajar. Stres yang berlebihan akan menyebabkan
karyawan tersebut frustasi dan dapat menurunkan prestasinya,
sebaliknya stes yang terlalu rendah menyebabkan karyawan tersebut
tidak bermotivasi untuk berprestasi.
2.4 Gejala-Gejala, Penyebab dan Dampak Stres
2.4.1 Gejala-Gejala Stres
Terry Beehr dan John Newman (dalam Rice, 1999) mengkaji
ulang beberapa kasus stres pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala
dari stres pada individu, yaitu:
1) Gejala psikologis
Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering
ditemui pada hasil penelitian mengenai stres pekerjaan :
1. Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung
2. Perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian)
3. Sensitif dan hyperreactivity
4. Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi
5. Komunikasi yang tidak efektif
6. Perasaan terkucil dan terasing
7. Kebosanan dan ketidakpuasan kerja
8. Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan
konsentrasi
9. Kehilangan spontanitas dan kreativitas
10. Menurunnya rasa percaya diri
2) Gejala fisiologis
Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres kerja adalah:
Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan
mengalami penyakit kardiovaskular
Meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh: adrenalin dan
noradrenalin)
Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung)
Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan
Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom
kelelahan yang kronis (chronic fatigue syndrome)
Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada
Gangguan pada kulit
Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot
Gangguan tidur
Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan
terkena kanker
3) Gejala perilaku
Gejala-gejala perilaku yang utama dari stres kerja adalah:
Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan
Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas
Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan
Perilaku sabotase dalam pekerjaan
Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai
pelampiasan, mengarah ke obesitas
Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk
penarikan diri dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba,
kemungkinan berkombinasi dengan tanda-tanda depresi
Meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti
menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi
Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas
Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan
teman
Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri
Adapun gejala-gejala stres di tempat kerja yang sering
terjadi, yaitu meliputi:
1. Kepuasan kerja rendah
2. Kinerja yang menurun
3. Semangat dan energi menjadi hilang
4. Komunikasi tidak lancar
5. Pengambilan keputusan jelek
6. Kreatifitas dan inovasi kurang
7. Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif.
Semua yang disebutkan di atas perlu dilihat dalam
hubungannya dengan kualitas kerja dan interaksi normal individu
sebelumnya.
2.4.2 Penyebab Stres
Setiap orang mempunyai reaksi dan cara yang berbeda dalam
menghadapi suatu situasi yang sama. Berikut ini akan dijelaskan
beberapa penyebab umum stres:
1. penyebab fisik
a. kebisingan. Kebisingan yang terus-menerus dapat menjadi sumber
stres bagi banyak orang. Namun perlu diketahui bahwa terlalu
tenang juga dapat menyebabkan hal yang sama.
b. Kelelahan. Masalah kelelahan ini dapat menyebabkan stres karena
kemampuan untuk bekerja menurun. Kemampuan bekerja menurun
menyebabkan prestasi menurun dan tanpa disadari menimbulkan
stres.
c. Penggeseran kerja. Mengubah pola kerja yang terus-menerus dapat
menimbulkan stress. Hal ini disebabkan karena seorang karyawan
sudah terbiasa dengan pola kerja yang lama dan sudah terbiasa
dengan kebiasaan-kebiasaan lama.
d. Jet-lag. Jet-lag adalah jenis kelelahan khusus yang disebabkan
oleh perubahan waktu sehingga mempengaruhi irama tubuh seseorang.
e. Suhu dan kelembaban. Bekerja dalam ruangan yang suhunya terlalu
tinggi dapat mempengaruhi tingkat prestasi karyawan. Suhu yang
tinggi harus dapat ditoleransi dengan kelembaban yang rendah.
2. beban kerja
beban kerja yang terlalu banyak dapat menyebabkan ketegangan
dalam diri seseorang sehingga menimbulkan stres. Hal ini bisa
disebabkan oleh tingkat keahlian yang dituntut terlalu tinggi,
kecepatan kerja mungkin terlalu tinggi, volume kerja mungkin
terlalu banyak dan sebagainya.
3. sifat pekerjaan
situasi baru dan asing. Menghadapi situasi baru dan asing dalam
pekerjaan atau organisasi, seseorang akan merasa sangat tertekan
sehingga dapat menimbulkan stres.
Ancaman pribadi. Suatu tingkat kontrol (pengawasan) yang terlalu
ketat dari atasan menyebabkan seseorang merasa terancam
kebebasannya.
Percepatan. Stres bisa terjadi apabila ketidakmampuan seseorang
untuk memacu pekerjaan.
Ambiguitas. Kurangnya kejelasan terhadap apa yang harus
dikerjakan (dwi arti), akan menimbulkan kebingungan dan keraguan
bagi seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan.
Umpan balik. Standar kerja yang tidak jelas dapat membuat
karyawan tidak puas karena mereka tidak pernah tahu prestasi
mereka. Disamping itu, standar kerja tidak jelas juga dapat
dipergunakan untuk menekan karyawan.
4. Kebebasan
Kebebasan yang diberikan kepada karyawan belum tentu merupakan
hal yang menyenangkan. Ada sebagian karyawan justru dengan adanya
kebebasan membuat mereka merasa ketidakpastian dan ketidakmampuan
dalam bertindak. Hal ini dapat merupakan sumber stres bagi
seseorang.
5. Kesulitan
Kesulitan-kesulitan yang dialami dirumah, seperti ketidakcocokan
suami-istri, masalah keuangan, perceraian dapat mempengaruhi
prestasi seseorang dan merupakan sumber stres bagi seseorang.
2.4.3 Dampak Stres
Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri karyawan
maupun perusahaan. Pada diri karyawan, konsekuensi tersebut dapat
berupa menurunnya gairah kerja, kecemasan yang tinggi, frustrasi
dan sebagainya (Rice, 1999). Konsekuensi pada karyawan ini tidak
hanya berhubungan dengan aktivitas kerja saja, tetapi dapat
meluas ke aktivitas lain di luar pekerjaan. Seperti tidak dapat
tidur dengan tenang, selera makan berkurang, kurang mampu
berkonsentrasi, dan sebagainya.
Sedangkan Arnold (1986) menyebutkan bahwa ada empat
konsekuensi yang dapat terjadi akibat stres kerja yang dialami
oleh individu, yaitu terganggunya kesehatan fisik, kesehatan
psikologis, performance, serta mempengaruhi individu dalam
pengambilan keputusan.
Penelitian yang dilakukan Halim (1986) di Jakarta dengan
menggunakan 76 sampel manager dan mandor di perusahaan swasta
menunjukkan bahwa efek stres yang mereka rasakan ada dua. Dua hal
tersebut adalah:
Efek pada fisiologis mereka, seperti: jantung berdegup kencang,
denyut jantung meningkat, bibir kering, berkeringat, mual.
Efek pada psikologis mereka, dimana mereka merasa tegang, cemas,
tidak bisa berkonsentrasi, ingin pergi ke kamar mandi, ingin
meninggalkan situasi stres.
Bagi perusahaan, konsekuensi yang timbul dan bersifat tidak
langsung adalah meningkatnya tingkat absensi, menurunnya tingkat
produktivitas, dan secara psikologis dapat menurunkan komitmen
organisasi, memicu perasaan teralienasi, hingga turnover
(Greenberg & Baron, 1993; Quick & Quick, 1984; Robbins, 1993).
2.5 Strategi manajemen stres kerja
Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat
dihadapi tanpa memperoleh dampaknya yang negatif. Manajemen stres
lebih daripada sekedar mengatasinya, yakni betajar
menanggulanginya secara adaplif dan efektif. Hampir sama
pentingnya untuk mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan
apa yang harus dicoba. Sebagian para pengidap stres di tempat
kerja akibat persaingan, sering melampiaskan dengan cara bekerja
lebih keras yang berlebihan. Ini bukanlah cara efektif yang
bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk memecahkan sebab dari
stres, justru akan menambah masalah lebih jauh. Sebelum masuk ke
cara-cara yang lebih spesifik untuk mengatasi stressor tertentu,
harus diperhitungkan beberapa pedoman umum untuk memacu perubahan
dan penaggulangan. Pemahaman prinsip dasar, menjadi bagian
penting agar seseorang mampu merancang solusi terhadap masalah
yang muncul terutama yang berkait dengan penyebab stres dalam
hubungannya di tempat kerja. Dalam hubungannya dengan tempat
kerja, stres dapat timbul pada beberapa tingkat, berjajar dari
ketidakmampuan bekerja dengan baik dalam peranan tertentu karena
kesalahpahaman atasan atau bawahan. Atau bahkan dari sebab tidak
adanya ketrampilan (khususnya ketrampilan manajemen) hingga
sekedar tidak menyukai seseorang dengan siapa harus bekerja
secara dekat (Margiati, 1999:76).
Dari sudut pandang organisasi, manajemen mungkin tidak
khawatir jika karyawannya mengalami stres yang ringan. Karena
pada tingkat stres tertentu akan memberikan akibat positif, hal
ini akan mendesak mereka untuk melakukan tugas lebih baik. Tetapi
pada tingkat stres yang tinggi atau ringan yang berkepanjangan
akan membuat menurunnya kinerja karyawan.
Stres ringan mungkin akan memberikan keuntungan bagi
organisasi, tetapi dari sudut pandang individu hal tersebut bukan
merupakan hal yang diinginkan. Maka manajemen mungkin akan
berpikir untuk memberikan tugas yang menyertakan stres ringan
bagi karyawan untuk memberikan dorongan bagi karyawan, namun
sebaliknya itu akan dirasakan sebagai tekanan oleh karyawan. Maka
diperlukan pendekatan yang tepat dalam mengelola stres, ada dua
pendekatan yaitu pendekatan individu dan pendekatan organisasi.
Dalam pendekatan individual seorang karyawan dapat
berusaha sendiri untuk mengurangi level stresnya. Strategi yang
bersifat individual yang cukup efektif yaitu: pengelolaan waktu,
latihan fisik, latihan relaksasi dan dukungan sosial. Dengan
pengelolaan waktu yang baik maka seorang karyawan dapat
menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang
tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi
tubuh agar lebih prima sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas
yang berat. Selain itu untuk mengurangi stres yang dihadapi
pekerja perlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai
strategi terakhir untuk mengurangi stres adalah dengan
mengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat memberikan
dukungan dan saran-saran bagi dirinya.
Dari pendekatan organisasional dapat dilihat bahwa
beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran
serta struktur organisasi yang semuanya dikendalikan oleh
manajemen, sehingga faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh karena
itu strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk
mengatasi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan
penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan
keputusan partisipatif, komunikasi organisasional dan program
kesejahteraan. Melalui strategi tersebut akan menyebabkan
karyawan memperoleh pekerjaan sesuai dengan kemampuannya dan
mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya
hbungan interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi
fisik dan mental.
2.6 Cara Mencegah dan Teknik Pengurangan Stres
Dalam mengatasi stres terdapat banyak teknik yang dapat
dipergunakan untuk pengurangan stress yang terjadi. Empat
pendekatan yang paling sering digunakan adalah relaksasi otot,
biofeedback, meditasi dan restrukturisasi kognitif yang semuanya
membantu para karyawan mengatasi stress yang berkaitan dengan
pekerjaan.
1. Relaksasi Otot
Sebutan persamaan yang umum dari berbagai teknik relaksasi
otot adalah pernafasan yang lambat dan dalam suatu usaha yang
sadar untuk memulihkan ketegangan otot. Diantara berbagai teknik
yang tersedia, relaksasi progresif kontinjensi adalah yang paling
sering digunakan. Tehnik ini terdiri atas menenangkan dan
mengendurkan otot secara berulang-ulang yang diawali dari kaki
dan terus meningkat ke muka. Relaksasi dicapai dengan
berkonsentrasi pada kehangatan dan ketenangan yang berkaitan
dengan otot yang dirileksasikan.
2. Bio feedback
Dalam bio feedback, perubahan kecil yang muncul dalam tubuh
atau otak di deteksi, di perkuat dan di tunjukkan kepada orang
tersebut. Peran potensial dari biofeedback sebagai teknik
manajemen stress individu dapat di lihat dari fungsi tubuh hingga
tekanan tertentu yang di kendalikan secara sukarela atau sadar.
Potensi biofeedback adalah kemampuannya untuk membantu relaksasi
dan mempertahankan fungsi tubuh pada keadaan nonstress. Salah
satu keunggulan tehnik biofeedback di bandingkan dengan tehnik
nonbiofeedback adalah bahwa tehnik ini memberikan data yang tepat
mengenai fungsi tubuh. Pelatihan biofeedback telah bermanfaat
dalam mengurangi kegelisahan, menurunkan keasaman lambung,
mengendalikan tekanan dan migren, dan secara umum mengurangi
manifestasi fisiologis negative dari stress.
3. Meditasi
Meditasi mengaktifkan suatu respons relaksasi dengan
mengarahkan ulang pemikiran seseorang jauh dari dirinya sendiri.
Respon relaksasi adalah kebalikan fisiologis dan psikologis dari
respons stress berperang atau lari. Herbert benson menganalisis
banyak program meditasi dan mendapatkan suatu respons relaksasi
empat langkah. Keempat langkah tersebut adalah :
Menemukan suatu lingkungan yang tenang.
Menggunakan suatu perangkat mental seperti suatu kata tang
penuh dengan kesan yang menyenangkan untuk mengubah fikiran dari
pikiran yang berorientasi secara eksternal.
Mengabaikan pemikiran yang mengganggu dengan bersandar pada
suatu sikap yang pasif.
Mengasumsikan suatu posisi yang nyaman
Maharishi Mahes Yogi mendefinisikan meditasi transcendental
sebagai mengalihkan perhatian ke tingkat pemikiran yang lebih
dalam hingga masuk ke tingkat pemikiran yang paling dalam dan
mencapai sumber dari pemikiran. Tidak semua orang yang
bermeditasi mengalami hasil yang positif, akan tetapi sejumlah
besar orang melaporkan meditasi sebagai hal yang efektif dalam
mengelola stress.
4. Restrukturisasi kognitif
Alasan yang mendasari beberapa pendekatan individual dalam
manajemen stress di kenal sebagai restrukturisasi kognitif,
adalah respons seseorang terhadap stressor menggunakan sarana
proses kognitif, atau pemikiran. Asumsi dasar dari teknik ini
adalah bahwa pikiran orang dalam bentuk ekspektasi, keyakinan dan
asumsi merupakan label yang mereka terapkan pada situasi, dan
label ini menimbulkan respons emosional terhadap situasi. Teknik
kognitif dari manajemen stress berfokus pada mengubah label atau
kognisi sehingga orang tersebut menilai situasi secara berbeda.
Semua teknik kognitif memiliki tujuan yang serupa yaitu untuk
membantu orang memperoleh lebuh banyak kendali atas reaksi mereka
terhadap stressor dengan memodifikasi rasionalisasi mereka.
Selain teknik pengurangan stres di atas ada beberapa kiat
lagi yang dapat digunakan. Agar stres tidak berkelanjutan, adapun
beberapa kiat yang di kemukakan oleh Alex:
1) Sediakan waktu rileks
Menurut penelitian, stres yang berhubungan dengan pekerjaan
dimulai sejak pagi, sebelum Anda berangkat kerja. Daripada
memikirkan beban pekerjaan (tapi tidak ada solusinya), lebih baik
digunakan waktu Anda yang terbatas tersebut untuk melakukan
relaksasi seperti meditasi dan yoga. Teknik pernapasan adalah
teknik relaksasi yang paling mudah untuk dilakukan. Caranya
dengan menarik nafas dalam-dalam, lalu hembuskan sampai tak ada
lagi udara yang tersisa di paru-paru. Lakukan minimal 3x sampai
membayangkan beban Anda berkurang.
2) Bersikap lebih asertif
Kebanyakan masalah pekerjaan berpangkal dari kurangnya
kesempatan untuk membuat perubahan atau keputusan. Karenanya,
bicarakan dengan atasan tentang tugas Anda dan tanggungjawab
tambahan yang ingin Anda pegang. Dengan demikian, Anda bisa
menentukan pekerjaan yang bisa Anda lakukan dengan cara kerja
seperti yang diinginkan perusahaan.
3) Bekerja lebih efisien
Selalu kekuragan waktu untuk menyelesaikan tugas bisa jadi
buka disebabkan tugas yang berlebihan, melainkan menyangkut waktu
dan cara mengerjakannya. Alex memberikan contoh seorang wartawan
yang produktif di waktu malam akan merasa tertekan jika
memaksakan diri menulis di waktu siang hari. Untuk mengatasinya,
sebaiknya pekerjaan dibagi. Siang hari membuat outline dan
mencari bahan, malam hari menyelesaikan tulisan. Untuk bekerja
secara lebih efisien. Anda juga harus trampil menentukan
prioritas. Adanya urutan prioritas dapat membantu Anda mengatur
strategi.
4) Tingkatkan energi dengan tidur
“Ketika lelah, Anda lebih mudah merasa stres karena hal-hal
yang sepele,” demikian tulis Camile Anthony dalam “The Art of
Napping at Work” (1999). Kesalahan juga akan membuat perhatian
Anda menurun sehingga mudah melakukan kesalahan. Dalam keadaan
demikian, Alex menganjurkan agar tidur. Tidur 15 menit di tengah
waktu kerja akan sama manfaatnya dengan tidur malam 3 jam. Anda
bisa memanfaatkan mushola kantor (tentu saja di luar waktu
shalat) atau mobil Anda untuk tidur. Jangan lupa pasang alarm
agar tidak tidur terlalu lama. Jika keduanya tidak tersedia, meja
kerja Anda bisa jadi pilihan terakhir. Yang penting, tingkatkan
energi segera jika sudah merasa terlalu lelah. Tidur selama 30
menit atau kurang, menurut Anthony akan meningkatkan mood dan
rasa humor sehingga memperbaiki hubungan Anda dengan rekan kerja.
Anthony menganjurkan agar membatasi tidur selama 30 menit saja
agar tidak sampai tertidur nyenyak, yang akan membuat Anda lebih
lelah ketika bangun.
5) Atur lingkungan kerja
Bagaimana kondisi kerja Anda? Apakah meja kerja Anda
berantakan atau ruangan kerja selalu dipenuhi asap rokok? Hati-
hati karena hal-hal yang tampaknya sepele tersebut karena dapat
mempengaruhi performa kerja sekaligus kesehatan Anda. Jika tidak
memungkinkan mengubah lingkungan kerja secara besar-besaran, ada
baiknya Anda memulainya dari meja Anda. Dalam feng shui, seni
tata ruang dari Tiongkok, tempat kerja yang teratur menunjukkan
pikiran yang teratur. Jaga lingkungan kerja, terutama maja, dari
tumpukan kertas atau file. Simpan kertas-kertas Anda dalam map
dan dalam kotak file atau laci file. Anda juga bisa mencegah
stres dengan mengubah letak kursi sehingga bisa mengetahui siapa
yang akan masuk ke ruangan Anda. Jika memungkinkan pindahkan meja
sehingga Anda dapat bekerja dengan cahaya alami dari luar
(matahari).
6) Kembangkan pola hidup sehat
Pola hidup sehat merupakan kunci untuk bebas stres. Pilihlah
makanan dan minuman yang bisa menurunkan stres yaitu makanan yang
banyak mengandung vitamin B kompleks seperti kacang-kacangan dan
padi-padian. Kurangi makanan berlemak dan perbanyak makan buah
dan sayur.
Berolah raga secara teratur. Olah raga yang cukup tidak saja
menyehatkan badan tapi juga memperbesar kapasitas badan tapi juga
memperbesar kapasitas paru-paru sehingga mampu menampung oksigen
yang lebih besar. Dengan kadar oksigen tinggal di dalam darah
yang kemudian akan diedarkan ke seluruh tubuh Anda akan berpikir
lebih jenuh.
7) Tingkatkan ketrampilan
Tidak ada kata terlambat untuk mempelajari ketrampilan baru.
Jika Anda merasa kurang mampu berkomunikasi, Anda bisa
mempelajarinya melalui buku-buku atau latihan kepemimpinan yang
sering diadakan di kota-kota. Jika Anda mempunyai minat terhadap
komputer, kembangkan minat Anda. Peningkatan ketrampilan akan
membuat Anda menjadi karyawan yang lebih berharga.
8) Lupakan pekerjaan saat libur
Membawa laptop saat liburan keluarga? Tinggalkan saja
kebisaan itu. Liburan sebaiknya benar-benar digunakan untuk
istirahat. Berlibur atau santai bukan berarti membuang waktu.
Selain mmeberikan energi tambahan yang akan membuat Anda lebih
kreatif, berlibur bersama akan mempererat hubungan Anda dengan
keluarga.
9) Pekerjaan bukan segalanya
Bekerja memang penting. Dengan sekaligus mendapat lahan
untuk aktualisasi diri. Tapi di luar pekerjaan, masih banyak
kegiatan lain yang dapat menimbulkan perasaan berguna bagi Anda.
Dengan mengikuti kegiatan di luar pekerjaan, stres Anda di tempat
pekerjaan akan berkurang. Anda dapat menyakinkan diri bahwa
walaupun Anda tidak bisa memperbaiki keadaan di tempat kerja,
Anda bisa mengendalikan hal-hal penting lainnya dalam kehidupan
Anda. Perasaan mampu mengendalikan kehidupan Anda sendiri adalah
harta tak ternilai.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Stres merupakan suatu kondisi yang dinamis saat seorang
individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang
terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang
hasilnya dipandang tidak pasti dan penting.
Stres kerja terdapat dua hal yaitu stres yang memberikan
respon bersifat sehat, positif, dan konstruktif (bersifat
membangun). Kedua stres yang memberikan respon bersifat tidak
sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak).
Stres kerja yang berlebihan akan menyebabkan karyawan
tersebut frustasi dan dapat menurunkan prestasinya, sehingga
perlu dimotovasi agar karyawan di perusahaan berprestasi dalam
bekerja.
Stres kerja banyak sekali gejalanya antara lain gejala
psikologis, gejala fisiologis dan gejala perilaku dan stres kerja
juga akan menimbulkan dampak terhadap kinerja karyawan yaitu
menurunnya gairah kerja, kecemasan yang tinggi, frustrasi dan
sebagainya,
Oleh karena itu, perlu adanya strategi manajemen stres kerja
dan pencegahanya yaitu Strategi yang bersifat individual yang
cukup efektif yaitu: pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan
relaksasi dan dukungan sosial. Serta pencegahannya yaitu ada
empat pendekatan yang paling sering digunakan adalah relaksasi
otot, biofeedback, meditasi dan restrukturisasi kognitif yang
semuanya membantu para karyawan mengatasi stress yang berkaitan
dengan pekerjaan