Date post: | 11-Nov-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | khangminh22 |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
STRATEGI REGULASI EMOSI PADA DEWASA AWAL
PASCAPUTUS BERPACARAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh:
Sintami Retno Hidayati
NIM: 149114099
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
“Duum spiro, spero”
“Setia menerima dalam suka dan duka”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan untuk:
Tuhan Yang Maha Esa yang telah senantiasa memberikan kesempatan untuk
menikmati setiap lembaran baru dalam kehidupan ini
Bapak Drs. H. Wahyudi, M.Si. selaku dosen pembimbing yang selalu sabar dalam
membimbing saya dalam proses penyelesaian tugas akhir
Keluarga dan rekan yang selalu memberikan dukungan lahir dan batin kepada
saya di setiap langkah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
STRATEGI REGULASI EMOSI PADA DEWASA AWAL
PASCAPUTUS BERPACARAN
Sintami Retno Hidayati
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplor strategi regulasi emosi pada usia dewasa awal.
Hal ini dilakukan dengan mendalami perilaku atau ekspresi yang ditunjukkan oleh
seseorang saat mengalami putus cinta secara sepihak dalam menjalin hubungan. Penelitian
ini dilakukan kepada tiga informan yang berusia antara 18-25 tahun yang mengalami
kondisi diputus secara sepihak dalam hubungan pacarannya. Peneliti menggunakan metode
kualitatif dengan memperoleh data dari informan dengan teknik wawancara semi
terstruktur. Jenis penelitian kualitatif yang digunakan oleh peneliti yaitu studi kasus. Studi
kasus membantu peneliti dalam mengeksplor dinamika psikologi seseorang yang
mengalami situasi khusus saat mengalami patah hati. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa informan mengalami emosi sedih dan kecewa karena diputus secara sepihak.
Informan melakukan strategi regulasi emosi dengan (1) situation selection, (2) situation
modification, (3) attentional deployment, (4) cognitive change, dan (5) response
modulation. Strategi regulasi emosi terjadi dalam bentuk aktivitas yang berbeda-beda.
Namun, beberapa strategi emosi yang dilakukan masih ada yang belum efektif.
Kata kunci : Strategi Regulasi Emosi, Dewasa Awal, Putus Cinta Sepihak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
EMOTION REGULATION STRATEGY IN EMERGING
ADULTHOOD AFTER BREAK UP
Sintami Retno H.
ABSTRACT
The research is aimed to explore strategies regulation of emotion at the age of
emerging adulthood. It is done by studying behaviors or expressions which are indicated
by a person to experience an unrequited love in establishing a relationship. The research is
carried out to three informants aged between 18-25 years old who experience the condition
of being terminated unrequited love in relation courtship. The researcher used qualitative
methods by obtaining data from informants with semi-structured interview techniques.
Qualitative research was used by the researchers to case study. The study cases assist
researchers in exploring the psychological dynamics of a person who experiences a special
situation when experiencing a broken heart. The results of the study have demonstrated that
the three informants were emotionally sad and disappointed because of the breakup.
Informants experiencing strategies by (1) The situation selection, (2) situation
modification, (3) attention deployment, (4) cognitive change, and (5) response modulation.
The activity of emotion regulation strategy occurs differently. However, some strategies
are not effective yet.
Key words : Emotion Regulation Strategy, Emerging Adulthood, Unrequited Love
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkah dan tuntunan-Nya sehingga penulis dapat diberikan kesempatan
untuk berprogres dan menyelesaikan pengerjaan skripsi ini. Segala rintangan yang
penulis hadapi merupakan bekal tersendiri untuk penulis. Karena dengan demikian
penulis bisa mendapatkan pembelajaran yang berarti terutama dalam kaitannya
dengan pengembangan diri. Penelitian ini tidak akan berjalan sesuai dengan yang
diharapkan tanpa adanya dukungan sosial, bimbingan, serta bantuan dari banyak
pihak. Oleh karena itu, peneliti hendak menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak H. Wahyudi, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah dengan
sabar dan perhatian membimbing dan memberikan dorongan kepada
penulis untuk selalu memberikan yang terbaik dan mengurangi rasa
rendah diri di setiap langkah perjalanan kehidupan yang penulis lalui.
2. Ibu Monica Eviandaru Madyaningrum M. Psych., Ph.D. selaku Ketua
Program Studi Psikologi yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menyelesaikan pengerjaan skripsi ini. Terima kasih karena
sudah selalu mengingatkan dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan
pengerjaan skripsi
3. Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan dorongan dan semangat untuk peneliti dalam
menyelesaikan pengerjaan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
4. Dosen dan karyawan Fakultas Psikologi, yang telah senantiasa
memberikan yang terbaik untuk penulis, sehingga penulis dapat
mendapatkan pengalaman belajar yang sangat berharga selama menjalani
dinamika perkuliahan di Universitas Sanata Dharma, Fakultas Psikologi.
5. Orangtua peneliti, terima kasih karena sudah bersabar dan selalu
mengingatkan peneliti untuk menyelesaikan pengerjaan skripsi ini.
6. Ketiga informan peneliti yang sangat peneliti kagumi, yang telah
membagikan pengalaman patah hatinya. Terimakasih atas pengalaman
inspirasionalnya serta dukungan sosial kepada peneliti. Suatu hal yang
menjadi refleksi bagi peneliti dan bersyukur bisa mengenal kalian.
7. Mas Nurdiyanto, Almonika, Oky, dan alm. Pancar yang selalu menjadi
semangatku untuk bertumbuh dan berkembang. Terima kasih atas
kehadiran dalam “susah-bungah” penulis.
8. Erwando Abadi yang selalu setia menemani dan tulus dalam memberikan
tenaga waktu, dan pikirannya untuk penulis.
9. Rista S. Nadhila sahabat penulis yang mendukung dan memberi motivasi.
10. Papang yang menempa mental supaya cepat selesai.
11. Maria Axcella sebagai penyemangat dan memberikan pilihan dikala
penulis membutuhkan ide. Terima kasih telah memberikan inspirasi.
12. Bu Nimas, Mas Ucil, Mas AP, Mbak Haksi yang baik hati dan sabar
mendampingi penulis dan berbagi ilmu dari sudut pandang lain. Terima
kasih sudah meluangkan waktu untuk penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... 1
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
C. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
1. Manfaat Teoritis ....................................................................................... 5
2. Manfaat Praktis ......................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7
A. Emosi dan Regulasi Emosi .......................................................................... 7
1. Pengertian Emosi ...................................................................................... 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2. Jenis-jenis Emosi ...................................................................................... 9
3. Pengertian Regulasi Emosi ..................................................................... 10
4. Bentuk Regulasi Emosi .......................................................................... 13
5. Aspek Regulasi Emosi ............................................................................ 14
6. Strategi Regulasi Emosi ......................................................................... 15
7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Regulasi Emosi ............................. 17
B. Dewasa Awal ............................................................................................. 19
C. Putus Cinta Sepihak ................................................................................... 22
D. Regulasi Emosi pada Dewasa Awal ........................................................... 24
E. Regulasi Emosi, Dewasa Awal, dan Putus Cinta Secara Sepihak ............. 25
F. Kerangka Konseptual ................................................................................. 28
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 30
G. Jenis dan Desain Penelitian ........................................................................ 30
H. Fokus Penelitian ......................................................................................... 31
I. Informan Penelitian .................................................................................... 32
J. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 33
K. Proses Pengumpulan Data .......................................................................... 35
L. Analisis Data .............................................................................................. 38
M. Kredibilitas Penelitian ............................................................................ 39
N. Refleksivitas Peneliti .................................................................................. 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 42
A. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................... 42
B. Gambaran Latar Belakang Informan .......................................................... 42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
C. Hasil Penelitian .......................................................................................... 51
D. Analisis Data .............................................................................................. 61
E. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................................... 65
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 73
A. Kesimpulan ................................................................................................ 73
B. Keterbatasan Penelitian dan Saran ............................................................. 75
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Suatu hubungan dalam berpacaran tidak hanya membawa kebahagiaan,
tetapi juga dapat terjadi peristiwa menyedihkan yang menjadi risiko seseorang
dalam berpacaran yaitu, ketika putus cinta. Slotter, Finkel, & Gardner (2009)
menyatakan bahwa hubungan yang terjalin sangat erat, yang telah saling
berbagi dalam banyak hal satu sama lain, dapat membuat peristiwa kehilangan
pasangan menjadi peristiwa paling menyedihkan yang bisa dialami orang
dewasa. Penting bagi seseorang untuk memahami dampak dari perpisahan
hubungan romantis, karena romantisme merupakan bagian yang penting pada
sebagian besar kehidupan orang dewasa (Berscheid & Reis dalam Slotter et al.,
2009).
Putus cinta tidak hanya berdampak kesedihan tetapi juga menimbulkan
dampak psikologis dan fisik. Berk (2012) mengemukakan bahwa secara
psikologis hal ini terjadi karena adanya kondisi sosial yang merugikan,
peristiwa hidup yang negatif, atau perselisihan sehari-hari, berkaitan dengan
hasil kesehatan yang tidak baik (misalnya, perilaku tidak sehat dan
konsekuensi fisik yang tampak). Dengan demikian dampak-dampak dari putus
cinta perlu diketahui seseorang dalam menjalin hubungan pacaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Dampak lain dari putus cinta dari segi emosi berdasarkan gender
menunjukkan bahwa setelah mengalami peristiwa putus sepihak, individu
sering mengalami perasaan yang tidak jelas tentang siapa mereka dan konsep
diri yang kurang jelas dalam berkontribusi pada pengalaman sulit pasca-putus
cinta (Slotter et al., 2009). Penelitian Boelen, Hout, & Field, 2011 mendukung
hal tersebut bahwa kebingungan yang terjadi terhadap diri dan orang lain
menjadi sebuah prediktor yang signifikan dari distress setelah putus sepihak
(Boelen, Hout, & Field, 2011). Jadi, berakhirnya suatu hubungan dapat
membuat seseorang mengalami kebingungan.
Kondisi psikologis yang terkait dengan putus cinta sepihak juga
mencakup beberapa emosi negatif. Seseorang yang menjadi korban putus
sepihak menunjukkan 9 dari 15 emosi negatif seperti; (1) sedih, (2) depresi, (3)
insomnia, (4) kehilangan nafsu makan, (5) membatasi bersosialisasi, (6)
cemburu, (7) kehilangan harga diri, (8) merasa gagal, dan (9) kehilangan
harapan (Carter, et al, 2018). Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang
menyebutkan bahwa tekanan dari peristiwa kehilangan pasangan membuat
seseorang merasakan emosi negatif seperti sedih dan kurang merasakan cinta
(Sbarra & Emery, 2005), marah, sakit, frustrasi, kebencian, kesepian, depresi
(Frazier & Cook, 1993; Sprecher dalam Park, Diana, & Brynildsen, 2011).
Dampak fisik dapat terlihat dari contoh kasus berikut ini. Kasus KM,
mahasiswa Universitas Bosowa yang nekat mengakhiri hidupnya setelah
diputuskan oleh ET secara sepihak pada 7 Maret 2020 (https://sulsel.inews.id/).
Hendriana dan Wiwin (2015) menyatakan bahwa ketidakmampuan mengatasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
tekanan emosi ini identik dengan persoalan pada regulasi emosi individu.
Ketidakhadiran regulasi emosi pada kasus yang memicu bertindak secara tidak
terkontrol (Estefan dan Wijayana, 2014). Oleh karena itu, diperlukan regulasi
emosi untuk mencegah terjadinya tindakan yang dapat merugikan diri sendiri.
Dampak-dampak putus cinta juga dialami oleh ketiga informan dalam
penelitian ini.
“Ya, aku jadi lebih jarang kumpul sama temen-temen……
…… aku nggak mau dia jadi nggak nyaman”
(PH, 25 tahun)
“Ke mana pelarianku kemarin ya, sambil “gini” aku (menunjukkan jari
menggunakan sintesis ganja)”
(JL, 22 tahun)
“...bahkan sampai sekarang aku malam ga bisa tidur”
(MR, 25 tahun)
Informan mengalami dampak-dampak yang khas pada setiap orangnya.
Pada usia informan penelitian ini, tergolong pada usia dewasa awal.
Menurut Berk (2010) usia dewasa awal terjadi pada 18-25 tahun. Kemunculan
masa ini dianggap sebagai masa ketidakamanan emosional berkepanjangan
tentang status peran (Arnett, 2001). Zimmermann & Iwanski (2004)
menambahkan bahwa stabilitas emosi masih rendah dan cenderung belum
menetap di usia ini. Dihadapkan dengan ketidakstabilan emosi tersebut, masa
dewasa awal juga memiliki tugas perkembangan yaitu untuk menjalin
hubungan intim dengan individu lain (Papalia, 2004). Sepanjang
perkembangan manusia, masa dewasa awal menjadi periode krisis dalam
menjalin koneksi sosial terutama hubungan dekat (Arnett, 2000). Oleh karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
itu, seseorang dalam masa dewasa awal memerlukan kemampuan untuk
menghadapi dampak emosi dan krisis putus cinta yang dialami.
Dampak-dampak putus cinta secara emosional yang dialami seseorang
dapat dihadapi dengan kendali emosi atau regulasi emosi. Regulasi emosi
(Thompson, 1994) adalah sebuah proses ekstrinsik dan intrinsik yang
bertanggung jawab memonitor, mengevaluasi, dan memodifikasi reaksi emosi
sehingga menyelesaikan tujuan seseorang. Mengendalikan emosi diperlukan
jika emosi tersebut sedang dalam kondisi ekstrem, baik terlalu bahagia maupun
sedih. Menurut Gross (2014) penting untuk menjaga stabilitas kondisi emosi
tersebut.
Pada penelitian sebelumnya membahas tentang putus berpacaran oleh
Slotter et al., (2009) tentang lunturnya konsep diri dan emosional distress
sebagai dampak suatu hubungan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sprecher
(1994) menguji tentang validitas prinsip bahwa ada dua sisi untuk setiap
perpisahan yang menghasilkan data bahwa kontrol dan alasan perpisahan
tergantung pada kondisi emosi pascaputus berpacaran. Oleh sebab itu, peneliti
ingin menggali lebih dalam tentang bagaimana seseorang dalam menghadapi
dampak-dampak emosional tersebut khususnya pada dampak putus secara
sepihak.
Sbarra & Emery (2005) meneliti tentang sekuel emosi dari 58 orang
dewasa awal setelah mengalami relationship dissolution yang tidak dalam
status perkawinan. Sprecher (1994) meneliti tentang dua pihak yang pernah
berpacaran dan tahu siapa yang mengontrol dan bertanggung jawab atas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
putusnya suatu hubungan bahkan hingga alasan yang spesifik. Jadi, defisiensi
teori akan diperdalam peneliti dengan informan yang berbeda yaitu seseorang
yang diputus secara sepihak.
Selanjutnya, penelitian ini diangkat untuk menambah ilmu pengetahuan
dan pelengkap dari defisiensi penelitian pada bidang perkembangan. Peneliti
tertarik untuk meneliti tentang strategi regulasi emosi pada usia dewasa awal
setelah putus berpacaran.
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan
masalah untuk penelitian ini adalah bagaimana strategi regulasi emosi pada
dewasa awal setelah diputus secara sepihak.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab rumusan masalah.
Selanjutnya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi regulasi emosi
pada usia dewasa awal pasca diputus secara sepihak.
D. Manfaat Penelitian
Pada penelitian ini manfaat yang diberikan, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih di Psikologi
khususnya bidang perkembangan dan emosi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini bermanfaat dalam:
a. Mengeksplorasi regulasi emosi pada usia dewasa awal yang
mengalami putus cinta.
b. Penelitian dapat digunakan sebagai referensi dalam melakukan
penelitian lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Emosi dan Regulasi Emosi
1. Pengertian Emosi
Emosi adalah fenomena perubahan tubuh akibat pengalaman
subjektif, perilaku, dan fisiologi perifer (Mauss et al., 2005). Gross (2011)
mengatakan bahwa emosi mengacu pada kumpulan keadaan psikologis
yang mencakup pengalaman subjektif, perilaku ekspresif (mis. wajah,
tubuh, verbal), dan respon fisiologis perifer (misalnya, detak jantung,
pernapasan). Sedangkan menurut Daniel Goleman (2003) emosi merujuk
pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan
psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Emosi memiliki peranan penting dalam fungsi dan konsekuensi
sosial (Frijda & Mesquita, 1994). Pertama, emosi menimbulkan hubungan
timbal balik antar individu yang membantu individu untuk merespon suatu
kejadian penting (Keltner & Haidt, 1999). Kedua, emosi adalah komunikasi
dari diri sendiri dan orang lain untuk menyampaikan informasi tentang
perasaan seseorang terhadap sesuatu, instansi sosial, dan orientasi seseorang
terhadap orang lain (Keltner & Haidt, 1999). Ketiga, emosi berfungsi
sebagai insentif atau pencegah perilaku sosial orang lain (Keltner & Haidt,
1999).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Emosi, perasaan, suasana hati, dan afek memiliki perbedaan. Emosi
tidak hanya membuat kita merasa tetapi juga membuat kita cenderung
bertindak (Frijda, 1986). Impuls-impuls ini untuk bertindak dengan cara-
cara tertentu termasuk perubahan perilaku wajah dan postur tubuh, serta
situasi khusus instrumental tindakan seperti menatap, memukul, atau berlari
(Lang & Bradley, 2010).
Emosi berbeda dengan suasana hati juga afek (Gross, 2014). Bentuk
inti emosi antara lain “ketika emosi itu terjadi” dan beragam kejadian alami
(Gross, 2014). Emosi timbul ketika seorang individu menghadirkan dan
mengevaluasi (menilai) suatu situasi sebagai relevan dengan tipe tertentu
tujuan aktif saat ini (Lazarus, 1991; Scherer, Schorr, & Johnstone, 2001).
Sedangkan suasana hati sering berlangsung lebih lama daripada emosi
(Tyng, dkk., 2017), suasana hati bias kognisi lebih dari tindakan bias mereka
(Siemer, 2001).
Selanjutnya, afek mengacu pada komponen pengalaman emosi
(Buck, 1993; MacLean, 1990) yang bisa meningkatkan pengalaman emosi
(Tyng, dkk., 2017). Panksepp (2005) menyatakan bahwa afek dikaitkan
dengan kondisi tubuh seperti dorongan homeostasis (lapar dan haus) dan
rangsangan eksternal (visual, auditori, rasa, sentuhan, bau). Berdasarkan
definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah fenomena seluruh
tubuh emosi mengacu pada kumpulan keadaan psikologis yang mencakup
pengalaman subjektif, perilaku ekspresif (mis. wajah, tubuh, verbal) yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
mendorong tubuh untuk bertindak saat itu juga yang berbeda dengan
suasana hati, perasaan, dan afek.
2. Jenis-jenis Emosi
Dalam mengekspresikan diri seseorang biasanya diwakilkan oleh
emosi yang sedang meliputi saat itu. Adapun bentuk emosi yang dituangkan
dalam sebuah tindakan meliputi tiga pola dasar emosi menurut JB Watson,
yaitu:
a. Takut (fear), merupakan respon stimulus terhadap sesuatu yang
dianggap ngeri.
b. Marah (anger), merupakan respon stimulus tidak senang karena
suatu hal seperti dihina atau diperlakukan tidak seharusnya.
c. Cinta (love), merupakan stimulus terhadap sesuatu yang disukai
(Berk 2010).
Secara spesifik emosi tersebut dapat dikembangkan menjadi
beberapa bentuk emosi yang dipilih seseorang. Descartes (dalam Goleman,
2003) menjelaskan menjadi 6 emosi dasar, yaitu : desire (hasrat), hate
(benci), sorrow (sedih/duka), wonder (heran atau ingin tahu), love (cinta)
dan joy (kegembiraan).
Emosi-emosi tersebut dapat berkembang dan meliputi beberapa
karakter yang lebih spesifik seperti yang disebutkan Goleman (2003) bahwa
marah (anger) dapat digambarkan dengan beberapa cara seperti ekspresi
beringas, amarah besar, benci, jengkel, tersinggung, dan lain sebagainya.
Cinta (love) ditunjukkan akibat kenikmatan, perlindungan, persahabatan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
kekeluargaan, dan sebagainya. Sedangkan takut (fear) ditunjukkan dengan
gugup, khawatir, tidak nyaman, ngeri, dan sebagainya (Goleman, 2003).
Selain itu ia juga menambahkan 2 bentuk emosi dasar seperti: (1) kesedihan
(sadness) yang ditunjukkan dengan mengasihi diri, pedih, depresi, dan
sebagainya; dan (2) bahagia (joy) ditunjukkan dengan puas, gembira,
kenikmatan, senang, dan sebagainya (Goleman, 2003). Oleh karena itu, atas
tambahan 2 jenis emosi tersebut, perkembangan jenis teori menjadi lebih
detail dan spesifik.
3. Pengertian Regulasi Emosi
Thompson (1994) mendefinisikan regulasi emosi sebagai proses di
dalam dan di luar individu yang bertanggung jawab memonitor,
mengevaluasi, dan memodifikasi reaksi emosi secara intensif dan khusus
untuk mencapai tujuan. Selaras dengan definisi tersebut, Gross (2007)
menyatakan bahwa regulasi emosi adalah strategi yang dilakukan secara
sadar maupun tidak sadar untuk mempertahankan, memperkuat atau
mengurangi satu atau lebih aspek dari respon emosi yaitu pengalaman emosi
dan perilaku. Jadi, regulasi emosi adalah proses di dalam dan di luar diri
seseorang yang bertanggung jawab untuk memonitor, mengevaluasi, dan
memodifikasi reaksi emosi secara intensif untuk mencapai tujuan.
Bentuk inti dari regulasi emosi adalah (1) aktivasi sebuah tujuan
untuk memodifikasi emosi. Tujuan ini mungkin diaktifkan melalui dua arah
yaitu secara intrinsik (dari dalam diri) dan ekstrinsik (dari orang lain), (2)
keterlibatan proses yang bertanggung jawab untuk mengubah lintasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
emosi. Banyak proses yang berbeda untuk mengatur emosi, dan ini
bervariasi dalam tingkatan yang mana mereka eksplisit (dapat disadari) atau
implisit (tidak disadari), (3) dampaknya pada dinamika emosi (Thompson,
1990), atau latensi, waktu naik, besar, durasi, dan offset respons dalam
domain pengalaman, perilaku, atau fisiologis.
Regulasi emosi mengacu pada pembentukan emosi tertentu yang
dimiliki seseorang, ketika terjadi, dan bagaimana seseorang mengalami atau
mengekspresikan emosi-emosi ini (Gross, 1998). Regulasi emosi
menjelaskan bagaimana emosi itu diatur (regulasi emosi), bukan emosi
mengatur sesuatu yang lain (regulasi oleh emosi) (Gross, 1998). Oleh
karena itu berdasarkan definisi tersebut, pengendalian ini tergantung dari
seberapa kuat seseorang mampu mengaturnya.
Pengendalian emosi terjadi dalam keadaan marah, gugup, senang,
bahkan sedih (Gross, 1998). Terkadang ketika seseorang mengendalikan
emosi tersebut terdapat efek membayangkan untuk mengatur ekspresi yang
berlebihan (Gross, 1998). Regulasi emosi adalah kemampuan untuk tetap
tenang saat berada di bawah tekanan (Reivich & Shatte, 2002; Campos, et
al., 2011). Regulasi emosi itu sendiri dapat terjadi dalam proses yang
berlainan antar individu, setiap proses akan diakhiri dengan respon-respon
perilaku yang berbeda-beda (Hendriana & Wiwin, 2015). Definisi di atas
dapat disimpulkan bahwa regulasi dapat membentuk suatu perilaku dengan
mengatur emosi dalam situasi tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Regulasi emosi dapat meningkatkan atau menurunkan latensi, waktu
naik, besar, durasi, atau offset respon emosional (dibandingkan dengan
respon emosional yang akan terjadi tanpa adanya regulasi emosi) tergantung
pada tujuan individu (Gross, 1998). Pengaturan emosi juga dapat mengubah
derajat di mana komponen respons emosi bersatu saat emosi terungkap,
seperti ketika perubahan dalam pengalaman emosi dan respons fisiologis
terjadi tanpa adanya perilaku wajah (Dan-Glauser & Gross, 2013).
Terdapat perbedaan antara koping dengan regulasi emosi yaitu fokus
utamanya pada mengurangi pengaruh negatif dan penekanannya pada
mengurangi stress hingga terjadi perilaku adaptif (Elsie Ong & Catherine
Thompson, 2018). Regulasi emosi akan terjadi seiring dengan
meningkatnya kapasitas koping, baik secara material maupun interpersonal.
Artinya, koping dan regulasi emosi berbeda dalam penekanan tetapi,
memiliki keterkaitan di mana terjadinya regulasi emosi seiring dengan
meningkatnya koping.
Keterampilan dan manajemen emosi berasal dari a) kesadaran anak-
anak yang sedang berkembang tentang perlunya regulasi emosi, b) strategi
regulasi emosi yang diulang-ulang, c) pengetahuan strategis yang
ditingkatkan dari potensi kegunaan dalam pendekatan regulasi yang berbeda
dalam regulasi yang berbeda, d) fleksibilitas yang tumbuh dalam mengganti
satu pendekatan pengaturan untuk yang lain, e) kapasitas yang muncul
untuk mengadaptasi strategi pengaturan untuk konteks yang berbeda dan
tuntutan situasional, serta f) keterampilan yang ditingkatkan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
mengevaluasi keberhasilan relatif dari pengaturan yang berbeda.
(Thompson, 1994). Jadi, keterampilan dan manajemen emosi berasal dari
kesadaran, strategi yang berulang, pengetahuan yang berkembang,
fleksibilitas dalam penggantian strategi, serta evaluasi dalam penggunaan
regulasi emosi.
Jadi, regulasi emosi adalah proses di dalam dan di luar individu yang
bertanggung jawab memonitor, mengevaluasi, dan memodifikasi reaksi
emosi secara intensif dan khusus untuk mencapai suatu tujuan. Regulasi
emosi dapat dilakukan dengan mempertahankan, memperkuat, atau
mengurangi aspek dari respon emosi yaitu pengalaman emosi atau perilaku
sehingga seseorang dapat menanggapi situasi tertentu.
4. Bentuk Regulasi Emosi
Regulasi Emosi memiliki 3 bentuk inti, pertama emotion regulation
goal adalah sesuatu yang ingin diselesaikan seseorang (Gross, 2014).
Sasaran regulasi emosi dapat mencakup upaya untuk mengurangi atau
meningkatkan besarnya atau lamanya emosi negatif atau positif (Gross,
2014). Berkurangnya emosi negatif tampaknya menjadi tujuan pengaturan
yang paling umum dalam kehidupan sehari-hari, diikuti dengan
meningkatnya emosi positif (Gross, 2014).
Regulasi emosi dapat berupa intrinsik (Int) yang berasal dari dalam
diri atau ekstrinsik (Eks) yang berasal dari luar diri (Gross, 2014). Kedua,
emotion regulation strategy adalah proses tertentu yang dilibatkan untuk
mencapai tujuan tersebut (Gross, 2014). Ketiga, the outcome mengacu pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
konsekuensi dari mencapai tujuan dengan strategi tertentu (Gross, 2014).
Jadi, bentuk regulasi emosi dapat dilihat dari sasaran, proses, dan hasil dari
regulasi emosi itu sendiri.
5. Aspek Regulasi Emosi
Gross (2007) menyatakan bahwa terdapat 4 aspek regulasi emosi,
yaitu:
a. Strategies to emotion regulation adalah keyakinan individu untuk
mengatasi suatu masalah, kemampuan menentukan suatu cara yang
dapat mengurangi emosi negatif dan dapat dengan cepat
menenangkan diri kembali setelah merasakan emosi yang
berlebihan.
b. Engaging in goal directed behavior adalah kemampuan individu
untuk tidak terpengaruh oleh emosi negatif yang dirasakannya
sehingga dapat tetap berpikir dan melakukan sesuatu dengan baik.
c. Control emotional response adalah kemampuan individu untuk
mengontrol respon emosi yang ditampilkan (respon fisiologis,
tingkah laku, dan nada suara) dan emosi yang dirasakannya sehingga
individu tidak akan merasakan emosi yang berlebihan dan
menunjukkan respon emosi yang tepat.
d. Acceptance of emotional response adalah kemampuan individu
untuk menerima suatu peristiwa yang menimbulkan emosi negatif
dan tidak merasa malu merasakan emosi tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Jadi, 4 aspek untuk menentukan regulasi emosi antara lain strategies
to emotion regulation dengan mencari cara untuk mengurangi suatu emosi
agar tidak berlebihan, engaging in goal directed behavior dengan tetap
dapat berpikir atau melakukan sesuatu dengan baik tanpa terpengaruh emosi
negatif, control emotional response dengan mengendalikan respon yang
ditampilkan supaya respon emosinya tepat, acceptance of emotional
response dengan menerima dan tidak merasa malu saat merasakan emosi
tersebut.
6. Strategi Regulasi Emosi
Strategi regulasi emosi (Bryant, 2015), yaitu:
a. Situation Selection, pemilihan situasi yang melibatkan pengambilan
tindakan dengan mempertimbangkan dampak dari tindakan tersebut,
baik itu diinginkan atau tidak diinginkan. Tindakan tersebut dapat
dilakukan lebih sering atau mengurangi tindakan tertentu. Strategi
ini dapat berupa mendekati atau menghindar dari seseorang, tempat,
atau objek berdasarkan dampak emosi yang muncul. Contohnya
menghindari tetangga yang pemarah, mengatur jadwal anak
bermain, dan memilih seseorang yang cocok untuk bercerita.
b. Situation Modification, mengubah situasi secara langsung untuk
mengubah dampak emosionalnya. Situasi yang dimaksud bisa
diterapkan dari dalam diri (internal) maupun lingkungan (eksternal).
Misalnya, membereskan baju kotor saat ada kunjungan orangtua
atau mengubah pemikiran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
c. Attentional Deployment, penyebaran perhatian mengacu pada
bagaimana seseorang mengarahkan perhatian dalam situasi tertentu
untuk mempengaruhi emosi agar memperoleh respons emosional
tertentu. Penyebaran perhatian yang paling umum terjadi adalah
distraksi. Seseorang akan menyebarkan fokus perhatian pada aspek
lain atau sangat menyimpang jauh dari situasi yang ada seperti saat
memanggil kembali pemikiran atau kenangan yang seketika
membantu untuk mencapai emosi yang diinginkan (Thiruchselvam,
Hajcak, & Gross, 2012 dalam Bryant, 2015).
d. Cognitive Change, sebelum respons emosional, seorang individu
harus memberi makna pada penilaian mereka terhadap situasi itu.
Strategi yang difokuskan sebelumnya, seperti perubahan kognitif
atau penilaian kembali, terjadi sebelum evaluasi emosional
dilakukan tentang situasi tertentu. Bentuk perubahan kognitif ini
digunakan untuk mengurangi atau menambahkan emos baik positif
maupun negatif.
e. Response Modulation, strategi yang berfokus pada respons terjadi
terlambat dalam proses generatif emosi, setelah kecenderungan
respons dimulai, dan melibatkan pengaruh fisiologis, pengalaman,
serta perilaku merespons (Gross & Thompson, 2007). Hal yang
mudah diamati saat modulasi respons adalah saat seseorang
mencoba menghambat perilaku ekspresif (expressive suppression)
hasil dari emosi negatif atau positif yang sedang berlangsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Hambatan yang dapat dilakukan antara lain olahraga, relaksasi,
alkohol, rokok, obat, dan makanan. Hal-hal tersebut dapat dipakai
untuk modifikasi pengalaman emosi.
Jadi, regulasi emosi dapat dilakukan dengan strategi situation
selection yang menekankan pada pemilihan situasi dalam bertindak, strategi
situation modification di mana seseorang dapat mengubah situasi secara
langsung untuk mengubah dampak emosionalnya, strategi attentional
deployment berupa penyebaran perhatian dengan menghadirkan pikiran
yang relevan atau menyimpang jauh dari situasi untuk mencapai emosi yang
diinginkan, strategi cognitive change dilakukan dengan memberi makna
pada hal-hal yang telah dipikirkan untuk menguatkan atau mengurangi
emosi, dan strategi response modulation yaitu mulainya respon emosi yang
melibatkan pengaruh fisiologis, pengalaman, dan perilaku merespon.
7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Regulasi Emosi
Menurut Gross (2007) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
regulasi emosi diantaranya:
a. Usia
Jika usia seseorang bertambah maka akan ada hubungan
antara pertambahan usia tersebut dengan peningkatan kemampuan
regulasi emosi seseorang. Semakin tinggi usia seseorang maka
ekspresi emosi akan semakin terkontrol.
b. Jenis Kelamin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Perbedaan jenis kelamin akan menunjukkan perbedaan
dalam mengekspresikan emosi baik verbal maupun ekspresi wajah.
Perempuan akan menunjukkan sifat feminin dan mengekspresikan
emosinya dengan tujuan menjaga hubungan interpersonal sehingga
perempuan akan tampak lemah dan tak berdaya. Sedangkan laki-laki
akan lebih cenderung menunjukkan ekspresi marah dan bangga
untuk mempertahankan dominasi.
c. Religiusitas
Agama mengajarkan agar seseorang dapat mengontrol
emosinya. Jika tingkat religiusitas seseorang tinggi maka orang
tersebut akan berusaha menunjukkan emosi yang tidak berlebihan.
d. Kepribadian
Seseorang yang mampu mengontrol perilaku dengan
menahan diri untuk sabar merupakan keterampilan dalam regulasi
emosi sehingga dapat mengatur emosi positif dan emosi negatif.
sedangkan seseorang tidak dapat mengontrol diri serta tidak
memiliki coping yang efektif menunjukkan regulasi emosi yang
rendah
e. Pola Asuh
Pendekatan yang dilakukan oleh orang tua baik secara
langsung maupun tidak akan berpengaruh terhadap regulasi emosi
seorang anak. Interaksi yang dapat dilakukan seperti hubungan
antara orang tua dengan anak, teknik coaching, teaching, maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
menyesuaikan kesempatan dalam lingkungan (Parke dalam Brenner
dan Salovey, 1997).
f. Budaya
Regulasi emosi merupakan culturally permissible (apa yang
dianggap sesuai) dapat mempengaruhi cara seseorang untuk
merespon ketika berinteraksi dengan orang lain dan cara untuk
meregulasi emosi. Kepercayaan yang tumbuh dalam suatu kelompok
masyarakat akan mempengaruhi cara seseorang dalam menerima,
menilai pengalaman emosi serta menampilkan respon emosi.
B. Dewasa Awal
Dewasa awal adalah tahap perkembangan manusia dari usia 18-25
tahun (Berk, 2010). Rentang usia tersebut manusia sudah melewati tahap
remaja tetapi belum menjalankan peran sebagai manusia dewasa (Berk,
2010). Jadi, manusia pada tahap dewasa awal adalah seseorang dengan
rentang usia 18-25 tahun yang memiliki kekhasan karena masa transisi
setelah remaja tetapi belum mencapai kedewasaan.
Dalam diri dewasa awal perkembangan kognitif menjadi pemandu
dalam bersikap (Berk, 2010). Perkembangan kognitif dewasa awal menurut
Piaget termasuk tahap operasional formal (Berk, 2010). Pada tahapan
tersebut, individu memiliki postformal thought yaitu sadar akan adanya
banyak kebenaran, memadukan logika dengan realitas dan memaklumi
terjadinya kesenjangan antara hal ideal dan yang nyata (Berk, 2010).
Selanjutnya, individu memiliki pandangan idealis, abstrak dan logis tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
dunia dengan memikirkan berbagai kemungkinan (Berk, 2010). Jadi,
kemampuan kognitif pada dewasa awal adalah individu sadar dengan
banyaknya kebenaran dan memaklumi kesenjangan antara hal ideal dan
yang nyata.
Selanjutnya, konflik yang terjadi pada dewasa awal dikemukakan
oleh Erikson yaitu keintiman versus isolasi (Berk, 2010). Individu pada usia
dewasa awal dihadapkan pada keintiman yang menekankan pada hubungan
dekat dan memuaskan dengan orang lain (Berk, 2010). Tanpa keintiman,
seseorang akan menghadapi tantangan yang mengikuti berupa isolasi,
cenderung pada kesepian yaitu memiliki perasaan tidak diterima dan
terasing (Berk, 2010). Hal ini berkaitan dengan sosio emosi, seorang anak
yang menuju fase dewasa. Sosio emosi berkaitan dengan perubahan dalam
hubungan seseorang dengan orang lain, perubahan emosi, dan perubahan
kepribadian (Santrock:2007). Perubahan tersebut dipengaruhi oleh interaksi
timbal balik antara individu dengan individu lainnya (Vandebos, 2006).
Oleh karena itu, timbul sebuah respon yang menjadi regulasi emosi yang
telah terbentuk.
Miller menyatakan bahwa tugas perkembangan pada masa transisi
menuju dewasa antara lain tinggal terpisah dengan orangtua (Arnett, 2011).
Hal ini membuat seseorang menjadi dewasa dan mandiri secara alami
(Arnett, 2011). Proses tersebut menuntut peningkatan dalam hal karier dan
akademis, membangun hubungan interpersonal yang intim dan mendalam,
membuat keputusan-keputusan sendiri serta memiliki kematangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
emosional (Arnett, 2011). Masa ini juga merupakan saat yang tepat ketika
ingin memiliki pengalaman hubungan romantis dan seksual karena
pengawasan orangtua telah berkurang serta ada sedikit tekanan normatif
untuk menikah (Arnett, 2000). Secara demografi, periode dewasa awal
memiliki cakupan peran yang lebih luas daripada remaja atau dewasa karena
cenderung tidak dibatasi oleh syarat tertentu (Arnett, 2000). Beragamnya
demografi yang muncul pada usia ini adalah cerminan dari kualitas
eksperimental dan eksplorasi (Arnett, 2000). Tugas eksplorasi yang
disebutkan semakin terfokus pada tiga hal, yaitu cinta, pekerjaan, dan
pandangan tentang dunia (Arnett, 2000).
Pada perkembangan dewasa awal, terdapat kemampuan yang
diperlukan untuk melewati masa transisi ini yaitu kemampuan beresiliensi
untuk mengatasi tantangan dan kesulitan (Berk, 2010). Sumber daya yang
mendukung resiliensi terdapat dalam ciri kognitif, ciri emosional, sosial, dan
dukungan sosial (Berk, 2010). Pertama, ciri kognitif dalam perencanaan dan
pengambilan keputusan efektif (Berk, 2010). Kedua, ciri emosional dan
sosial berupa penghargaan positif terhadap diri, kendali baik pada emosi dan
strategi penanggulangan yang fleksibel, keterampilan penyelesaian konflik
yang baik (Berk, 2010). Ketiga, dukungan sosial berupa hubungan positif
dengan orangtua, teman sebaya, guru, mentor, perasaan terhubung dengan
institusi sosial, seperti sekolah, gereja, tempat kerja, dan pusat komunitas
(Berk, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
C. Putus Cinta Sepihak
Putus secara sepihak memiliki keterkaitan dengan cinta yang tak
terbalas. Robert G. Bringle, dkk. (2013) menyatakan bahwa ketertarikan
pendamba cinta berjalan satu arah. Kondisi putus cinta dapat dikategorikan
dalam lima jenis cinta tak terbalas (Robert G. Bringle, dkk., 2013). Dua dari
lima jenis cinta yang tidak terbalas tersebut adalah Longing for a past lover
(merindukan kekasih di masa lalu) dan Unequal Love Relationship
(hubungan cinta yang tidak sama).
Longing for a past lover adalah cinta tak terbalas karena dulunya
seseorang menggantungkan dirinya secara interdependen pada pasangan,
termasuk kebiasaan bersama objek cinta (Bringle, Robert G., dkk., 2013).
Hal tersebut membuat seseorang yang ditinggalkan kekasihnya dapat
memendam perasaan ketertarikan mereka pada pasangan hingga
merindukan untuk kembali (Bringle, Robert G., dkk., 2013). Selanjutnya,
seseorang dengan kondisi ini memiliki upaya untuk menjadi stalker demi
membangun kembali hubungannya (Bringle, Robert G., dkk., 2013). Jadi,
jenis cinta tak terbalas longing for a past lover memiliki kerinduan di masa
lalu terhadap pasangan yang disebabkan oleh ketergantungan dan kebiasaan
bersama pasangan sehingga bisa membuat seseorang berupaya untuk
menjadi stalker.
Robert G. Bringle, dkk. (2013) menyatakan bahwa unequal love
relationship dapat terjadi ketika hubungan tersebut mulai ada perbedaan
intensitas cinta, sifat cinta yang dialami oleh kedua individu, atau perbedaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
ekspektasi tentang perkembangan hubungan. Ketidakseimbangan ini bisa
terjadi dalam asimetri kuantitatif (intensitas keseluruhan) dan asimetri
kualitatif ketika pasangan memiliki hasil berbeda dalam hal yang
melibatkan kualitas (misalnya, komitmen, gairah, keintiman, keterikatan,
pengasuhan, seksualitas) (Bringle, Robert G., dkk., 2013).
Ketidakseimbangan dapat terjadi dalam salah satu aspek kualitatif cinta ini
(Bringle, Robert G., dkk., 2013). Jadi, unequal love relationship adalah
cinta tak terbalas disebabkan oleh ketidakseimbangan yang dialami
pasangan berupa asimetri kuantitatif atau asimetri kualitatif.
Hubungan berakhir disebabkan oleh seseorang ingin bebas atau
bosan, terutama pada hubungan yang telah dibangun atas kesepakatan
bersama dan memiliki pengaruh yang besar, dapat menimbulkan dampak
yang menyedihkan ketika berpisah. Hal ini dapat menimbulkan emosi
negatif maupun emosi positif (Sprecher, 1994).
Putus cinta memiliki reaksi terhadap emosi yang beragam pada
individu, termasuk juga perilaku maupun kognitifnya (Rumondor, 2013).
Berakhirnya sebuah hubungan ini menunjukkan adanya kegagalan yang
harus dihadapi. Emosi yang ditimbulkan adalah kesedihan akibat distress
yang mendalam (Brehm,1992). Hal ini disampaikan juga bahwa
berakhirnya sebuah hubungan/putus cinta dikonseptualisasikan sebagai
peristiwa stress yang menghasilkan berbagai emosi negatif (Lewandowski,
Aron, & Bassis, 2006). Keduanya dibuktikan dengan hasil penelitian yang
menyebutkan bahwa semakin terlibat secara emosi dengan pasangan akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
memperlihatkan distress yang lebih besar (distress fisik dan emosi),
kehilangan gairah seksual, menyalahkan diri sendiri, dan rasa bersalah yang
kuat (Deborah davis, dkk 2003).
Reaksi tersebut berasal dari stress terhadap ekspektasi diri,
penyesuaian diri, dan pengaturan emosi/diri (Sprecher, 1994). Reaksi
tersebut dijelaskan secara umum berdasarkan pendapat Shontz (1975),
yaitu:
1. Shock merupakan reaksi kaget atau tidak menduga terhadap
berakhirnya hubungan, bisa terhadap penyebab atau keputusan yang
dibuat.
2. Encounter reaction merupakan reaksi kehilangan yang menyebabkan
pikiran kacau dan sedih karena tidak dapat bersama dengan pasangan
lagi.
3. Retreat merupakan tindakan pertahanan diri dengan menolak peristiwa
putus cinta yang terjadi pada dirinya yang diikuti dengan perasaan tidak
terima.
Oleh karena itu diperlukan regulasi emosi untuk menunjukkan
adanya cara kontrol terhadap peristiwa yang dihadapi. Terutama dalam hal
pengendalian diri terhadap emosi yang dikeluarkan akibat peristiwa
berakhirnya sebuah hubungan intim (hubungan pacaran).
D. Regulasi Emosi pada Dewasa Awal
Masa dewasa awal adalah fase peralihan dari remaja ke masa
dewasa. Masa ini dianggap sebagai masa ketidakamanan emosional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
berkepanjangan tentang status peran (Arnett, 2001) dan pengungkapan atas
kemarahan menurun perlahan-lahan (Galambos, Barker, & Krahn, 2006)
dan depresi bahkan dapat meningkat hingga usia 30 (Sample et al., 2011),
terutama untuk wanita. Pada usia ini, stabilitas emosi masih rendah dan
cenderung belum menetap (Zimmermann & Iwanski, 2014). Potensi
regulasi emosi menjadi lebih fleksibel dengan peningkatan koherensi dalam
mengenali dan memahami selektivitas dari persepsi, evaluasi diri, dan
peningkatan wawasan tentang perilaku terkait emosi sendiri (Zimmermann,
1999 dalam Zimmermann & Iwanski, 2014). Blanchard-fields et al., (2008)
mengungkapkan bahwa peningkatan yang stabil dalam menggunakan
regulasi emosi pasif (penghindaran-pelepasan diri, penindasan,
ketergantungan-pasif) dan penurunan strategi regulasi emosi proaktif
(koping emosional, refleksi emosi, mencari dukungan sosial) terus terjadi
hingga usia lanjut. Perkembangan dari remaja menuju dewasa mengalami
wawasan baru tentang emosi. Kesedihan, ketakutan, kemarahan dikaitkan
dengan pemilih yang berbeda dan kecenderungan perilaku. Kemarahan dan
ketakutan lebih mengaktifkan emosi dibandingkan kesedihan (Saarni et
al.,2006).
E. Regulasi Emosi, Dewasa Awal, dan Putus Cinta Secara Sepihak
Regulasi emosi seperti yang dimaksud pada uraian sebelumnya juga
terjadi pada saat seseorang putus cinta dalam relasi romantis. Relasi
(relation) adalah hubungan sosial yang berasal dari hasil interaksi atau
rangkaian perilaku sistematis antara dua orang atau lebih (Ruben and
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Stewart, 2006). Hubungan ini memiliki pengaruh timbal balik antar individu
yang bersangkutan, baik secara pemberian informasi atau saling
mempengaruhi satu sama lainnya. Tingkat pengaruh tersebut juga
dipengaruhi seberapa intim relasi tersebut. Brehms, et al. (2004)
mengungkapkan bahwa relasi dapat menggambarkan kualitas hubungan
antar personal lebih penting daripada kuantitas relasi dalam relasi yang
bersifat intim.
Secara khusus, relasi intim dapat menunjukkan adanya hubungan
romantis atau yang lebih dikenal dengan relasi pacaran, pertunangan, dan
pernikahan (Brehms, et al.2004). Ketiganya merupakan bentuk hubungan
intim antara dua individu yang berbeda jenis kelamin (Brehms, et al.2004).
Relasi intim biasanya dibentuk ketika individu telah memasuki usia dewasa
awal. Hal ini diungkapkan oleh Deborah davis, dkk (2003), bahwa pada usia
dewasa berpacaran menjadi lebih serius dan mengarah kepada pernikahan
sebagai usaha memilih pasangan hidup.
Terutama masa dewasa awal, eksplorasi cinta menjadi lebih intim
dan serius. Hubungan romantis pada masa ini berlangsung lebih lama
daripada masa remaja, lebih mungkin melakukan hubungan seksual, dan
termasuk hidup bersama (Michael, et al. dalam Arnett 2000). Relasi
romantis secara positif terkait dengan persepsi dewasa awal tentang
kedewasaan (Reitzle dalam Branje et all, 2013) yang menunjukkan bahwa
transisi ini masih merupakan langkah penting menuju kedewasaan (Branje
et all, 2013). Dampak yang ditimbulkan adalah rasa kepemilikan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
harapan semakin besar, tidak jarang ketika ada pertengkaran membawa
kepada emosi yang menunjukkan kesedihan, amarah, bahkan depresi
(Carter, et al, 2018). Hal ini dilihat dari kedalaman sebuah relasi, dampak
yang diberikan sangat besar seperti menganggap pasangan sebagai sumber
dari kegembiraan dan kesedihan (Miller, 2007).
Putus secara sepihak dapat diartikan sebagai cinta yang berjalan satu
arah. Robert G. Bringle, dkk. (2013) menyatakan bahwa ketertarikan
pendamba cinta berjalan satu arah. Dampak yang diberikan pada pihak yang
diputuskan, dalam hal ini bisa disebut korban, akan mengalami emosi
negatif yang sangat besar (Deborah Davis dkk, 2003). Hal ini disebabkan
adanya keterlibatan emosi terhadap pasangan. Secara umum, semakin
terlibat secara emosi dengan pasangan akan memperlihatkan distress yang
lebih besar (distress fisik dan emosi), kehilangan gairah seksual,
menyalahkan diri sendiri, dan rasa bersalah yang kuat (Deborah davis, dkk
2003).
Deborah davis, dkk (2003) menambahkan bahwa pada pasangan
yang diputuskan secara sepihak tingkat distress memang lebih tinggi secara
fisik/emosional dan kehilangan gairah seksual tetapi tidak terlalu
menyalahkan diri serta merasa bersalah. Merasa bersalah dan menyalahkan
diri ini timbulkan karena adanya penolakan terhadap keputusan yang
diberikan pasangan (Berk, 2012).
Hubungan romantis yang telah berakhir, secara empiris berkaitan
dengan respons negatif dari fisik dan emosional yang bermacam-macam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Respons tersebut antara lain kecemasan, depresi, psikopatologi, kesepian,
supresi imun, sakit fisik fatal dan tidak fatal atau kecelakaan, dan memotong
usia hidup seseorang secara tiba-tiba melalui bunuh diri atau pembunuhan
(Gottman, 1994; Kiecolt Glaser & Newton, 2001 dalam Deborah Davis,
dkk., 2003). Budaya dan lingkungan pun dapat memberikan kontribusi yang
besar dalam menentukan tindakan yang dipengaruhi emosi negatif
(Hurlock, 2000).
Emosi negatif yang timbul dari putus cinta sepihak ini dapat
dikendalikan dengan regulasi emosi. Terutama bagi seseorang yang berada
di masa dewasa awal. Perasaan dan eksplorasi cinta menjadi lebih intim dan
serius, membuat emosi negatif saat putus lebih sulit dikendalikan (Michael,
et al. dalam Arnett 2000). Kehadiran regulasi emosi membantu seseorang
dalam memonitor, mengevaluasi, dan memodifikasi reaksi emosi secara
intensif untuk mencapai tujuan (Gross, 2007). Dalam hal ini, regulasi
membantu dalam mengembalikan emosi positif akibat putus sepihak. Oleh
karena itu, penelitian ini menggambarkan strategi regulasi emosi sesuai
konteks yang dialami oleh seseorang.
F. Kerangka Konseptual
Putusnya sebuah hubungan melibatkan dinamika regulasi emosi
yang berbeda-beda pada seseorang. Eksplorasi mengenai peristiwa setelah
putus dilihat dari segi regulasi emosi. Menurut Bryant (2015) proses
regulasi emosi diawali dari situation selection, situation modification,
attention akan deployment, cognitive change, response modulation.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Manifestasi regulasi emosi berupa perilaku atau tindakan yang akan
diidentifikasi melalui proses tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini akan
menggambarkan strategi regulasi emosi pada dewasa awal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu penelitian
ilmiah dan memiliki tujuan untuk memahami atau menggali makna-makna
yang dialami individu dalam kehidupan sosial (Creswell, 2014). Peneliti akan
langsung menggali data pada informan yang mengalami isu atau masalah yang
sedang diteliti. Peneliti secara nyata berbicara langsung dengan orang-orang
serta menyaksikan perilaku dan tindakan di tengah konteks mereka (Creswell,
2014). Hasil dari penelitian kualitatif tergantung oleh peneliti yang menjadi
instrumen kunci dalam penggalian data informan. Hal tersebut membuat hasil
dari penelitian rentan dengan bias-bias subjektif dari peneliti. Menurut
Supratiknya (2015) peneliti perlu membekali dirinya dengan instrumen
pengumpulan data berupa pedoman wawancara.
Penelitian kualitatif bersifat eksploratif dalam arti lebih mengandalkan
data berupa ungkapan atau penuturan para partisipan dalam mengeksplorasi
fenomena atau konsep pokok yang menjadi penelitiannya. Prosesnya bersifat
meluas yang artinya rencana penelitian awal tidak semestinya diikuti secara
kaku (Supratiknya, 2015). Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data
deskriptif yang merupakan data yang berisi perkataan dari hasil wawancara.
Kedalaman hasil analisisnya sampai pada content analysis atau analisis isi.
Validitas dari data yang diperoleh tergantung dari kepercayaan (credibility)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
dari hasil penelitian. Teknik yang digunakan adalah teknik triangulasi sumber
dan metode. Triangulasi teknik/metode digunakan untuk menguji kredibilitas
data dengan penerapan teknik yang berbeda kepada sumber yang sama.
Triangulasi sumber berasal dari ketiga narasumber pada penelitian ini. Data
tersebut akan dideskripsikan, dikategorikan, mana pandangan yang sama, yang
berbeda, dan mana yang spesifik dari ketiga sumber tersebut. Sedangkan
triangulasi teknik dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan
dokumentasi untuk mendapatkan data (Moleong, 2010),
Desain penelitian ini menggunakan studi kasus. Menurut Yin (2009),
metode penelitian studi kasus merupakan strategi penelitian yang
menggunakan pokok pertanyaan penelitian how atau why yang mengeksplorasi
sebuah sistem terikat atau multiple bounded systems sepanjang waktu, rinci,
data yang dihasilkan dari fenomena kontemporer. Tujuannya adalah untuk
melacak peristiwa kontemporer yang melibatkan beberapa sumber informasi
dan disajikan dalam bentuk deskripsi berdasarkan tema. Pada penelitian ini
akan mengeksplorasi gambaran emosi pada kasus seseorang pasca putus cinta.
Data yang diperoleh merupakan gambaran yang terinci dan mendalam tentang
kejadian, proses, dan respons terhadap peristiwa putus cinta yang dialami.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini ditekankan pada regulasi emosi pada dewasa awal
dilihat dari sikap atau perilaku yang ditunjukkan setelah putus berpacaran yang
berakhir secara sepihak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
C. Informan Penelitian
Pemilihan informan tersebut menggunakan criterion sampling, yaitu
berdasarkan pada kriteria tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti. Pada
penelitian ini, informan berusia 18-25 tahun yang memiliki persepsi bahwa
hubungannya diakhiri secara sepihak oleh pasangannya. Adapun informan
dalam penelitian ini mengambil 3 orang dari rekomendasi teman peneliti.
Terutama kepercayaan yang diberikan untuk memberikan informasi sebagai
gambaran terhadap regulasi emosi karena putus cinta.
Sebutan untuk narasumber menggunakan kata “informan” karena lebih
relevan untuk memberikan informasi dan perspektif yang terjadi dalam
keterlibatannya pada penelitian ini. Kriteria informan yang ideal menurut
Neuman (2006) antara lain:
1. Informan yang ideal merupakan informan yang familiar dan memiliki
pengalaman yang luas terhadap penelitian yang akan dilakukan.
2. Informan yang ideal merupakan informan yang masih aktif dan masih
berada ditengah-tengah konteks yang akan diteliti saat ini.
3. Informan yang ideal merupakan informan yang mampu memberikan
waktunya pada peneliti untuk melakukan aktivitas wawancara yang
berkaitan dengan penelitian.
Karakteristik tersebut perlu dicapai untuk mendapatkan informasi yang
masih ‘segar’ dialami informan, bukan sebaliknya sebagai informasi yang
‘diingat-ingat kembali’ sehingga informasi yang diberikan sudah
direkonstruksi dan bukan informasi yang valid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
D. Metode Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara. Jenis
wawancara yang akan digunakan yaitu wawancara semi terstruktur. Peneliti
akan menyusun daftar pertanyaan untuk mendapatkan data yang diperlukan.
Daftar pertanyaan tersebut digunakan sebagai penuntun. Namun, peneliti tidak
terpaku dengan pertanyaan yang telah disusun sehingga menjadi wawancara
dapat berkembang dengan pertanyaan probing yang diajukan peneliti. Hal
tersebut dapat membangun hubungan hangat dengan informan, pewawancara
bebas untuk meneliti wilayah-wilayah yang menarik, urutan pertanyaan tidak
terlalu penting, dan pewawancara bisa menyesuaikan minat dan perhatian
informan (Smith, 2013). Penelitian ini memungkinkan dilakukan lebih dari satu
kali untuk kejenuhan informasi. Peneliti akan mempersiapkan alat untuk
merekam verbatim selama wawancara berlangsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Tabel 1
Panduan Pertanyaan Wawancara
No. Daftar Pertanyaan Tujuan Pertanyaan
I. Pertanyaan Pembuka
1. Coba ceritakan tentang hubunganmu
dengan pasanganmu yang dulu?
Mengetahui pengalaman
sebelumnya dalam
menjalin hubungan dengan
lawan jenis
II. Pertanyaan Transisi
2. Bagaimana hubungan Anda berakhir? Mengetahui pengalaman
sebelum berakhirnya
hubungan.
III. Pertanyaan Pokok
3. Bagaimana reaksi yang muncul
setelah hubungan berakhir?
Mengetahui dinamika
psikologis yang terjadi
dalam diri informan setelah
berakhirnya hubungan.
IV. Probing
Situation Selection
4. Apa yang Anda lakukan untuk
menanggapi peristiwa tersebut?
Mengetahui situasi yang
dipilih dengan
pertimbangan tertentu.
Situation Modification
5. Apa yang dilakukan untuk
menanggapi emosi yang muncul?
Mengetahui pemilihan
situasi secara langsung
yang berdampak pada
emosionalnya.
Attentional Deployment
6. Apa yang Anda pikirkan saat
merasakan suatu peristiwa yang Anda
alami?
Mengetahui pikiran-pikiran
yang mengarahkan pada
emosi yang diinginkan
setelah berakhirnya
hubungan.
Cognitive Change
7. Bagaimana Anda melihat peristiwa
setelah berakhirnya hubungan
tersebut?
Mengetahui makna pada
penilaian
Response Modulation
8. Hal apa yang Anda lakukan saat terasa
akan emosi tertentu?
Mengetahui modulasi
respons berupa pengaruh
fisiologis, pengalaman dan
perilaku saat merespons
emosi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
9. Perilaku-perilaku baru apa yang
muncul saat bersama pasangan dan
Anda pertahankan sampai saat ini?
Mengetahui respons
modulasi jika pengalaman
yang didapatkan dengan
pasangan bertahan.
Tabel 2
No. Aspek Pengertian
1. Situation Selection Pemilihan situasi yang melibatkan
pengambilan tindakan dengan
mempertimbangkan dampak dari tindakan
tersebut.
2. Situation Modification Modifikasi situasi secara langsung
mengubah dampak emosionalnya.
3. Attentional Deployment Penyebaran perhatian mengacu pada
bagaimana seseorang mengarahkan
perhatian dalam situasi tertentu untuk
mempengaruhi emosi agar memperoleh
respon emosional tertentu.
4. Cognitive Change Pemberian makna pada penilaian terhadap
situasi.
5. Response Modulation Strategi yang berfokus pada respons terjadi
terlambat dalam proses generatif emosi,
setelah kecenderungan emosi dimulai, dan
melibatkan pengaruh fisiologis,
pengalaman, dan perilaku merespons.
E. Proses Pengumpulan Data
Peneliti mencari informan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan
yaitu seseorang berusia 18-25 tahun dan pernah mengalami diputus secara
sepihak. Proses mendapatkan informan peneliti mengkonsultasikan dengan
dosen pembimbing dan membahas kriteria harus dipenuhi. Selanjutnya,
peneliti mencoba meminta bantuan kepada orang terdekat untuk mencari
informan yang sesuai kriteria. Setelah itu, hasil dari pencarian informan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
didiskusikan dengan dosen pembimbing dan diputuskan bahwa penelitian ini
menggunakan tiga informan.
Sebelum wawancara dengan informan, peneliti menghubungi melalui
telepon kemudian bertemu untuk berkenalan dan berbincang dalam rangka
membangun kedekatan dan raport dengan informan. Hal ini dapat menunjang
keterbukaan informan karena rasa nyaman yang mulai terbangun dengan
peneliti. Selanjutnya, peneliti menentukan waktu untuk bertemu kembali
dengan informan dalam rangka wawancara. Pelaksanaan wawancara
dilakukan di tempat yang cukup kondusif untuk informan bercerita. Penentuan
waktu dan tempat juga disetujui oleh informan agar terasa lebih nyaman bagi
informan.
Tabel 3
Waktu Pelaksanaan Wawancara
Informan 1 (Inisial: PH)
No. Tanggal Waktu Lokasi Kegiatan
1. 14 Juni 2019 13.00 – 15.30 Giras Pembangunan
rapport
2. 26 Juni 2019 16.00 – 17.00
WIB
Perpustakaan
UGM
Wawancara
pengumpulan
data
3. Wawancara
tambahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Informan 2 (Inisial: JL)
No. Tanggal Waktu Lokasi Kegiatan
1. 25 Juni 2019 19.30-21.00
WIB
Marisini
Coffee
Pembanguna
n rapport
2. 8 Juli 2019 16.30 – 17.15
WIB
Teduh Coffee Wawancara
pengumpulan
data
3. Wawancara
tambahan
Informan 3 (Inisial: MR)
No. Tanggal Waktu Lokasi Kegiatan
1. 4 Juli 2019 15.30-17.30
WIB
Hartono Mall Pembanguna
n rapport
2. 11 Juli 2019 16.00 – 17.00
WIB
Perpustakaan
UGM
Wawancara
pengumpulan
data
3. Wawancara
tambahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
F. Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
tematik. Analisis tematik adalah proses mengkode informasi untuk
menghasilkan daftar tema, indikator dan kualifikasi yang berkaitan dengan
tema-tema yang ditemukan. Tema minimal mampu mendeskripsikan dan
maksimal dapat diinterpretasikan berdasarkan fenomena yang diteliti
(Poerwandari, 2005). Tema diperoleh secara induktif, yaitu dengan
membangun atau merumuskan pola-pola, kategori-kategori, dan tema-tema
secara bottom-up atau dari bawah dengan cara mengorganisasikan data
menjadi satuan-satuan informasi yang semakin abstrak (Supratiknya, 2015)
atau deduktif berdasarkan teori atau penelitian-penelitian terdahulu
(Boyatzis, 1998 dalam Poerwandari, 2005).
Ada beberapa langkah yang akan dilakukan dalam menganalisis data
melalui analisis tematik, yaitu:
1. Memadatkan fakta untuk menemukan kata kunci dan tema
Pada tahap ini peneliti mencoba menemukan kata kunci dan
tema dari data yang akan diolah dengan cara membaca transkrip
berulang kali, menyeleksi fakta-fakta yang relevan dengan penelitian
yang kemudian fakta-fakta lebih dipadatkan untuk mendapatkan tema
atau kata kunci dari data yang diperoleh.
2. Membuat analisis data dari teori-teori dasar
Pada tahap ini peneliti akan membuat koding dari hasil tema
atau kata kunci yang telah diperoleh sebelumnya. Koding yang akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
dilakukan ada 4 jenis, yaitu kode inisial (initial code), kode
interpretatif (interpretative code), membuat sub-tema dan tema besar.
Pada tahap kode inisial, kata kunci yang diperoleh dipadatkan lagi
sesuai kondisi yang kausal. Kemudian pada koding interpretatif,
kondisi kausal tersebut dipadatkan sesuai dengan konteks atau
fenomena. Selanjutnya, peneliti akan mengumpulkan hasil dari
koding interpretatif mengembangkan hubungan antar koding menjadi
kategori-kategori yang sama menjadi satu sub-tema. Pada tahap akhir,
sub-tema yang ditemukan kemudian ditinjau kembali untuk
menemukan hubungan dari sub-tema yang mampu menggambarkan
skema atau model hubungan lebih sederhana dalam bentuk tema
besar.
G. Kredibilitas Penelitian
Kredibilitas penelitian kualitatif dimaknai dengan sejauh mana peneliti
memeriksa keakuratan temuan-temuannya dengan menerapkan sejumlah
prosedur tertentu (Supratiknya, 2015). Suatu hasil penelitian kualitatif
dikatakan memiliki kredibilitas tinggi jika penelitian tersebut telah mencapai
tujuannya dalam mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting,
proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks (Afiyanti, 2008).
Beberapa penulis menjabarkan beberapa kriteria yang menggambarkan sejauh
mana penelitian kualitatif dapat dianggap sebagai penelitian yang baik. Elliot
et al (dalam Willig, 2013) menjabarkan beberapa kriteria yang mampu
menunjukkan penelitian kualitatif dianggap baik, peneliti menggunakan 4 dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
6 kriteria yang dijabarkan untuk menilai sejauh mana penelitian ini dianggap
baik. Berikut kriteria penelitian kualitatif yang dianggap baik:
1. Memiliki satu perspektif
Peneliti memiliki nilai atau asumsi pribadi agar pembaca
mampu menginterpretasikan hasil analisis dan mempertimbangkan
dengan interpretasi yang lain.
2. Menempatkan sampel
Peneliti mampu memberikan gambaran deskripsi mengenai
informan dan kehidupan latar belakang informan agar pembaca dapat
menilai relevansi dan penerapan pada hasil penelitian
3. Memperdalam contoh dari penelitian sebelumnya
Peneliti menggunakan contoh data dari penelitian sebelumnya
untuk menunjukkan hasil dari analisis data, agar pembaca dapat menilai
kesesuaian interpretasi data dan peneliti
4. Resonansi pada pembaca
Peneliti mampu menyajikan materi atau hasil penelitian dengan
baik agar pembaca dapat mengingat dan merasa hasil penelitian
memperjelas atau memperluas pemahaman, dan pembaca dapat
mengapresiasi hasil penelitian.
H. Refleksivitas Peneliti
Penelitian ini menggunakan desain kualitatif yang riskan akan bias
subjektivitas dari peneliti. Peneliti juga memiliki pengalaman terkait putus
cinta sehingga sangat rentan terbawa dari pengalaman pribadi. Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
peneliti masih berstatus mahasiswa yang belum mahir dalam melakukan
penelitian kualitatif sehingga masih belum berpengalaman dalam penelitian ini.
Bias lainnya yang mungkin terjadi adalah jenis kelamin.
Bias yang mungkin terjadi dalam penelitian ini dapat diminimalisir
dengan mencari sebanyak-banyaknya informasi hingga jenuh yang digali dari
informan. Di sisi lain, peneliti juga sadar akan peran gender yang dapat
mengantisipasi bias dari informan yang berbeda gender. Selain itu, peneliti
didampingi oleh dosen pembimbing skripsi dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Teknik yang digunakan dalam pengambilan data pada penelitian ini
menggunakan pendekatan studi kasus dengan teknik wawancara semi
terstruktur. Wawancara jenis tersebut memungkinkan peneliti dan informan
terlibat dalam dialog yang pertanyaannya dapat dimodifikasi sesuai dengan
jawaban informan. Peneliti juga dapat menggali area yang menarik dan penting
serta mendalam pada saat proses wawancara berlangsung (Smith, 2013).
Peneliti memulai membangun rapport disertai pemberian lembar informed
consent sebagai bentuk keikutsertaan dan persetujuan dalam penelitian ini.
Pengambilan data berlangsung selama 1 bulan terhitung sejak
pertengahan bulan Juni hingga pertengahan bulan Juli 2019. Wawancara
dilakukan pada 3 orang informan. Lokasi dan pelaksanaan wawancara
ditentukan berdasarkan keputusan bersama antara peneliti dan informan.
B. Gambaran Latar Belakang Informan
Informan dalam penelitian ini sebanyak tiga orang yang memiliki
hubungan yang telah berakhir. Rentang usia informan pada penelitian ini
yaitu 22-25 tahun.
1. Informan 1 (PH)
Informan 1 berinisial PH yang berusia 25 tahun. PH berdomisili di
Bali tetapi memiliki kost di daerah Sleman. Ia tinggal di Sleman sejak tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
2011 untuk melanjutkan studi. PH mengambil fakultas hukum di salah satu
universitas negeri di Yogyakarta. Selanjutnya, informan adalah anak
pertama dari 2 bersaudara. Aktivitas sehari-hari PH adalah kuliah dan
mengikuti kegiatan-kegiatan sosial.
Relasi romantis yang dijalani PH dengan pasangannya berawal dari
bulan Februari 2016 hingga Agustus 2018. Mereka tergabung dalam satu
organisasi relawan di universitas sehingga sering bertemu. PH merupakan
ketua organisasi tersebut ketika itu. Usia pasangan terpaut tiga tahun lebih
muda dari PH. Selanjutnya, PH berkenalan dengan pasangan selama dua
bulan lalu meresmikan hubungan. Setelah meresmikan hubungan, PH dan
pasangan mendirikan komunitas relawan yang baru.
Aktivitas sehari-hari dilakukan PH bersama pasangan seperti makan
bersama usai perkuliahan, mengerjakan tugas bersama, dan jalan-jalan. PH
sering menjemput pasangannya di kost lalu pergi bersama. Hobi yang
mereka lakukan yaitu menyelamatkan dan merawat kucing liar.
Selanjutnya, merayakan hari ulang tahun mereka lakukan dengan
membagikan makanan kepada orang-orang yang membutuhkan. Selain itu,
PH sering mengajak pasangan ke kost-nya dan sering bercumbu. Pada satu
kesempatan saat bercumbu, PH menyadari bahwa ada benjolan di payudara
pasangannya. Hal tersebut membuat PH mengambil tindakan terhadap
pasangannya mulai dari menghubungi orangtua hingga mengantarkan ke
rumah sakit untuk memeriksakan penyakitnya. Hal tersebut membuat PH
merasa dekat dengan pasangan karena perihal pemeriksaan dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
bersamanya. Secara resmi dengan memperhatikan kesehatan pasangan, PH
bertemu dengan orangtua pasangan. Orangtua pasangan sangat menghargai
PH bahkan sudah percaya dengan PH salah satunya dengan menitipkan
uang kuliah pada PH. Dari pihak PH, ia mengenalkan pasangannya kepada
ibunya melalui cerita. Bahkan, PH masih memperhatikan kesehatan
pasangannya hingga pulang KKN.
Kedekatan lain yang dirasakan PH terhadap pasangan yaitu sempat
menceritakan kepada PH tentang pelecehan seksual yang dulu pernah
dialami saat kecil. Sementara itu PH mendukung pasangan agar tidak
memikirkan pelecehan seksual tersebut dan bergegas untuk membantu
pasangan dengan menceritakan pada orangtuanya serta mencoba membawa
pasangan konseling dengan konselor suatu LSM. Sejalan dengan hal
tersebut, PH juga menceritakan tentang keluarganya yang dalam keadaan
broken home dan juga tentang keadaan ekonomi keluarganya yang lemah.
Selain itu, PH bercerita bahwa ia pernah mengalami KDRT saat masih
kecil. PH termasuk orang yang hanya cerita dengan pasangan dan memang
hanya terbuka dengan pasangan hidup. Saat itu, mereka sudah
merencanakan untuk hidup bersama.
Saat mencoba menjelaskan cerita tentang pelecehan seksual yang
dialami pasangan kepada orangtua pasangan, tanggapannya kurang baik.
Orangtua dari pasangan melarang untuk melanjutkan konseling dan
memilih untuk mengubur kasus tersebut. Informan sempat kesal
mendengar hal tersebut. Selanjutnya, obrolan beralih pada hubungan antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
PH dengan pasangan. Orangtua pasangan tidak mengizinkan mereka untuk
melanjutkan ke jenjang pernikahan karena berbeda agama meskipun masih
diperbolehkan untuk dekat.
Selanjutnya, PH dominan dan keras kepala dalam hubungan yang
mereka jalin. Menurutnya, setiap hal yang akan dilakukan bersama diawali
dengan kesepakatan. Kesepakatan yang dibuat antara lain mengenai
penggunaan find my device pada telepon genggam sehingga dapat melacak
lokasi keberadaan. Sebenarnya PH sadar bahwa ini termasuk dalam privasi
seseorang tetapi karena telah sepakat menggunakan aplikasi tersebut. Ia
juga menganggap hal ini bukan hal yang posesif. Selain itu, mereka saling
bertukar duplikat kunci kost dan kunci motor untuk mengantisipasi hal
yang tidak diinginkan. Hal lain yang mereka sepakati juga tentang tidak
mengkonsumsi rokok dan alkohol.
Hubungan PH berakhir secara sepihak karena PH merasa alasan
yang diungkapkan tidak masuk akal sehingga ia tidak menerima. Pasangan
membuat keputusan yang membuat PH tidak terima. Alasannya karena
pasangan sudah tidak menyayangi PH sejak satu tahun yang lalu dan PH
terlalu baik bagi pasangan. Hal ini dibuktikan dengan hasil kutipan
wawancara mengenai alasan awal yang diberikan oleh pasangan PH.
“Permasalahannya ini kalau mmm gimana ya, alasan utamanya kenapa
dia minta putus adalah alasan utamanya agak-agak aneh sih karena udah
nggak sayang selama setahun. Habis itu, semacam klise-klise gitu lah.
Udah nggak sayang setahun lah, kamu terlalu baik buat aku lah, aku nggak
pernah bahagia selama ini sama kamu. Yang kayak gitu kan klise-klise gitu
kan yang dipakai sama orang akademi.”
(informan PH).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
PH akhirnya mencari tahu informasi tentang pasangan saat KKN.
Beberapa hal ditemukan bahwa ternyata pasangan minum minuman
beralkohol dan merokok karena teman-teman KKN. Artinya, informan
melanggar kesepakatan. Berikut merupakan kutipan hasil wawancara
mengenai temuan informan terkait perubahan perilaku pasangan.
“Aaa.. tapi di sana mereka ditawari rokok, ditawarin minum, bukan
sama warga lho ya, sama temen KKN. Jadi, si cewekku ini ngerokok,
minum-minum di Papua.”
(informan PH).
2. Informan 2 (JL)
Informan 2 (inisial JL) seorang laki-laki berusia 22 tahun. Ia anak
pertama dari dua bersaudara. JL tinggal sementara di Yogyakarta sejak
tahun 2015 karena melanjutkan studi S1 jurusan Teknik Sipil di salah satu
universitas swasta. Domisili JL berada di Bali bersama dengan
keluarganya. Aktivitas sehari-hari JL yaitu menjalankan perkuliahan,
bermain di waktu senggang, dan beribadah.
Pura menjadi awal pertemuan pertama JL dengan wanita yang ia
sukai. Saat itu, informan menyukai seorang wanita yang berambut pendek.
Wanita yang ia lihat saat itu menurutnya sangat cantik dan secara fisik
sesuai dengan apa yang ia suka. Secara tidak sengaja saat membuka media
sosial, JL menemukan wajah wanita yang ia temui tersebut di akun milik
temannya. Selanjutnya, ia menitipkan salam untuk wanita tersebut melalui
temannya yang ternyata salamnya terjawab oleh wanita tersebut. Respon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
tersebut membuat JL langsung meminta kontak LINE (salah satu aplikasi
untuk bercakap-cakap secara daring). Akhirnya mereka berkomunikasi
secara daring cukup intens tahun 2017. Pada tahun yang sama, JL bertemu
pertama kali di Bali dengan DT. Setelah itu, komunikasi lebih sering
dilakukan dengan cara daring.
Rasa senang muncul pada diri JL karena ia bertemu dengan DT di
Pura sehingga seakan-akan DT adalah jodohnya. Setelah kembalinya
mereka ke Jogja, pembicaraan berlanjut via daring dan bertemu secara
langsung. JL beberapa kali mengajak DT pergi. DT pun memberikan
responsif terhadap JL. Sampai tiba saatnya JL akan mengutarakan isi
hatinya. Sesungguhnya, JL merasa pesimis karena sebelum ia
mengutarakan isi hatinya, ia membuat DT merasa kesal. Namun, akhirnya
DT menerima JL.
Selama menjalin kisah asmara, JL dan DT sering pergi bersama
misalnya nonton film bioskop atau makan. Mereka biasanya bertemu
paling tidak tiga kali dalam satu minggu. Sesekali bertemu hingga
menginap di kontrakan JL. Hubungan seksual pun sudah biasa mereka
lakukan. Menurut JL, hubungan seksual terasa enak saat dilakukan tetapi
tidak menumbuhkan kasih sayang yang lebih karena pasangan sudah tidak
perawan.
Hubungan JL dengan DT mulai terasa aneh karena DT tiba-tiba
menghilang tanpa kabar yang jelas. Berikut merupakan kutipan hasil
wawancara mengenai awal mula kecurigaan JL terhadap DT.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
“Gimana awalnya ya, pokoknya dia aneh kali. Tiba-tiba dia apa ya. Tiba-
tiba nggak ada kabar atau gimana. Ada kok tetep kabar tapi dia bohong
itu lho sama aku lho.”
(informan JL).
DT sempat memberi kabar, tetapi tidak benar seperti ibu yang sakit
dan dijodohkan. Sebelum pergi ke Bali DT pernah bercerita masalah
perjodohan dengan seseorang dengan status S2. Hal ini membuat JL
merasa kurang pantas. Perasaan tidak enak membuat JL merasa putus asa
dan merasa tidak ada harapan untuk bersama lagi karena DT lebih memilih
lelaki yang dijodohkan. Padahal selama pacaran mereka sempat membahas
masa depan bersama seperti kelulusan bersama, rencana pernikahan, dan
berandai-anda masalah pertemuan antar keluarga. Selama di Bali pun DT
meminta mengakhiri hubungan mereka dan JL mengalah dan membiarkan
DT melakukan apa yang diinginkan. Berikut merupakan kutipan hasil
wawancara mengenai berakhirnya hubungan antara JL dan DT.
“Ooo yaa pokoknya dia waktu di Bali deh dia minta putus sih, dari di
Jogja sih sebenernya dia bilangnya kayak gitu… udah dikasih aku kata
kata kaya penyemangat tu lho, sabar kok masih bisa kok kaya digituin
aku kaya… kaya udah… udah gak ada harapan tu lho buat aku sama dia
lagi tu karna kaya aku mikir dah… dia udah sama… milih yang… yang
cowok tu lho.”
(informan JL).
Semenjak itu JL menganggap hubungan berakhir dan merasa
digantungkan, karena tidak ada kalimat penegas yang menunjukkan
hubungan mereka benar-benar berakhir.
3. Informan 3 (MR)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Informan 3 (inisial MR) seorang wanita yang berusia 25 tahun. MR
saat ini tinggal dengan orangtua di Yogyakarta. Ia adalah anak kedua dari
tiga bersaudara. Ia pernah bekerja di PT. Honda Prospect Motor Karawang
di divisi New Model. Saat itu, aktivitas sehari-hari bekerja hari Senin-
Jumat dari pukul 05.00-21.00 WIB ia tiba kembali di kost-nya dan waktu
luangnya pada hari Sabtu-Minggu. MR telah memiliki kekasih lagi dan
beraktivitas di rumah dengan keluarga.
MR bertemu dengan pasangannya di salah satu aplikasi perjodohan
daring. Pada bulan November 2018, saat cuti, MR menemukan profil yang
sesuai dengannya kemudian berbincang dengan pasangan melalui fitur dari
aplikasi tersebut. Pasangan bekerja di Solo dan beraktivitas sehari-hari di
sana. Selanjutnya, pasangan meminta kontak Whatsapp (aplikasi
berbincang) MR dan mereka merencanakan sebuah pertemuan. Setelah
bertemu, pola komunikasi semakin intensif dengan melakukan obrolan
daring. Selain itu, pasangan tersebut sering bertemu pada akhir pekan di
Jogja. Pada akhir tahun 2018 MR dan pasangan resmi berkomitmen sebagai
pacar. Komitmen tersebut membuat MR lebih yakin mengambil keputusan
untuk keluar dari pekerjaan sebelumnya kemudian menjalani relasi
romantis dengan pasangan. Selanjutnya, MR merasa cocok dengan
pasangan karena ia dapat melihat dirinya ada pada pasangan. Saat
menjalani relasi romantis, sering membicarakan tentang masa depan
bersama pasangan termasuk pernikahan dan tempat tinggal. MR merasa
melayang saat diakui sebagai calon istri kepada teman-teman pasangannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Bahkan pasangan MR sudah menemui orangtua MR untuk membicarakan
tentang keseriusan hubungan.
Selama 6 bulan menjalani relasi romantis, hubungan tersebut juga
melalui dinamika pertengkaran karena dirasa terpaksa memilih satu-
satunya lelaki yang ada. MR menyadari bahwa mereka sama-sama
memiliki sifat keras kepala yang membuat panas sebuah pertengkaran.
Kesepakatan untuk tidak bermain dengan lawan jenis selain kekasihnya.
Kesepakatan tersebut dilanggar oleh pihak laki-laki dengan kebohongan
yang dilakukan. MR marah dengan apa yang dilakukan pasangan. Ia
memilih untuk tidak mengangkat panggilan suara dari kekasihnya. MR
sabar dalam menghadapi pertengkaran karena masih mau menjelaskan
alasan ia marah. Berikut merupakan kutipan hasil wawancara mengenai
bagaimana pertengkaran MR dengan pasangan yang berakhir dengan putus
secara sepihak.
“Diem aja di video call nyampe akhirnya dia ngomong, ‘Kayaknya kita
udahan aja deh’ langsung kayak gitu dan itu kayak yang.. Ya Allah ini
masalah sepele banget loh. Masalah masalah yang dulu dulu ga pernah
seribut ini gitu loh, ga pernah yang nyampe gini.”
(informan MR).
MR menyikapi pertengkaran tersebut dengan membiarkan saja
karena tidak ingin menambah rumit. Namun, hubungan ini berakhir secara
sepihak menurut MR karena hal yang remeh yaitu kesepakatan yang
dilanggar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
C. Hasil Penelitian
1. Informan 1 (PH)
Pada bulan Agustus, PH merasa diputus secara sepihak oleh
pasangan. PH termasuk orang yang optimis sehingga dia merasa masih
bisa memperjuangkan pasangannya. Pada bulan Agustus hingga
September 2018, PH masih berusaha mendekati pasangan berharap
hubungannya masih bisa terjalin kembali. Namun, pasangan tidak ingin
berkomunikasi dengan PH lagi. Bulan Oktober ada gempa di Palu yang
mengharuskan PH menjadi relawan di sana. Ia meminta pasangan untuk
mengurus kucing yang telah mereka pelihara bersama dan pasangan
menyetujuinya meski pada kenyataannya kucing tersebut tetap tidak
terawat dengan baik. Ketika pulang dari Palu, telepon genggam milik PH
rusak sehingga ia tidak bisa melakukan komunikasi dengan siapa pun
termasuk mantan pasangannya hingga bulan November 2018.
Ada momen yang membuat PH akhirnya menghubungi mantan
pasangannya lagi yaitu PH mengingat bahwa mantan pasangannya ingin
menyelesaikan sesuatu karena mantan pasangan tidak nyaman jika PH
terus mengejarnya. Bahkan saat itu PH masih menghubungi teman-teman
mantan pasangannya untuk mengingatkan bahwa mantannya tersebut
masih perlu periksa dan operasi. Akhirnya mantan pasangan periksa
dengan temannya tetapi setelah itu PH tidak mengurus mantan
pasangannya lagi. Ketika itu, PH bertemu juga dengan wanita baru
baginya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
PH menelpon ibunya dan menangis karena hubungannya berakhir.
Menelpon Ibu menjadi hal yang sangat jarang PH lakukan bahkan sampai
menangis lalu diminta untuk kembali ke Bali. Selanjutnya, PH merasa ia
mengalami depresi karena kehilangan pasangannya. Di sisi lain, PH masih
baik-baik saja karena ia masih bisa menolong orang lain dan ia mencoba
mencari pengalihan supaya tidak teringat dengan mantan pasangan.
Aktivitas sehari-hari PH sedikit berubah. Sebelumnya ia sering
membantu teman-temannya di luar tetapi setelah hubungan berakhir ia
memilih berdiam diri di kost selama dua minggu. Berikut merupakan
kutipan hasil wawancara mengenai perubahan aktivitas PH setelah putus
dengan pasangan secara sepihak.
“Maksudku, kalau sampai orang minta tolong aja aku nggak mau berarti
itu bener-bener tidak baik-baik aja aku, aku bener-bener terpuruk karena
yaa aku merasa punya kewajiban untuk menolong orang lain gitu lho dan
ketika aku nggak nolong orang lain berarti aku lagi rusak ini.”
(informan PH).
Pasangan menurut PH memiliki peran sebagai teman karena bagi
PH, teman adalah pasangan hidup. Support system bagi PH juga pasangan
hidup. Berikut merupakan kutipan hasil wawancara mengenai peran
pasangan hidup sebagai teman dan support system.
“Jadi, makanya temenku hanya pasangan hidup. Layaknya ini.. apa..
istilahnya supporting system-ku cuma pasangan hidup. Bahkan orangtua
pun enggak. Makanya ketika pasangan hidup aa enggak aa pasangan
hidup pergi, aku kan nggak punya support system sama sekali dong. Dan..
dan.. ya, akan sangat sangat depresi.”
(informan PH).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Berdasarkan penjelasan PH, dapat dilihat bahwa ketika PH
kehilangan seorang pasangan maka PH tidak memiliki seseorang yang
akan dianggap teman oleh PH dan kehilangan orang yang dapat
mendukungnya dalam menjalani hidup. Kehilangan yang dialami PH
berakibat pada kehidupan PH karena kehilangan tersebut mengakibatkan
PH mengalami depresi.
2. Informan 2 (JL)
Semenjak JL membiarkan DT melakukan apa yang diinginkan DT
terutama mengakhiri hubungannya. JL merasa ia telah digantungkan
karena tidak ada kalimat penjelas bahwa mereka benar-benar berakhir. Hal
ini membuat JL merasa putus asa dan merasa tidak karuan karena masih
memiliki perasaan dan menyayangi DT. Sebagai pelampiasan JL memakai
sinte (semacam ganja), minum alkohol hingga pergi ke cubic (bar). Selama
itu perasan JL tetap tidak berubah dan JL memutuskan untuk menghubungi
teman-temannya. JL menceritakan kejadian yang terjadi dan perasaan
tidak enak tersebut. Kegiatan itu berulang terus menerus dari satu teman
ke teman yang lain.
Selama menjalani masa putus JL menjadi malas menjalani hari
seperti tidak berenergi. Efek yang diberikan karena menggunakan sinte
membuat JL menjadi sering tidak nyambung ketika ditanya dan wajah JL
terlihat jelek. Selain itu JL juga menjadi tidak nafsu makan selama 3 hari.
Hal tersebut membuat teman-teman JL khawatir dan menasehati untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
tidak larut dalam kesedihan dan mencoba ikhlas. Namun JL masih belum
ikhlas dan terus menceritakan perasaannya kepada temannya.
Setelah 3 minggu bercerita dan mendapat nasehat dari temannya,
timbul rasa penasaran terhadap keadaan DT. JL berniat menanyakan kabar
dari pacar dari kakak DT dan sepupu DT yang juga teman dari JL. Kabar
didapatkan adalah fakta bahwa Ibu DT tidak sakit apalagi dioperasi dan
tidak ada perjodohan seperti yang dikatakan DT. Tujuan DT pulang pun
berbeda antara yang disampaikan kepada JL dan keluarganya. Setelah itu
DT merasa dibodohi dan marah atas apa yang dilakukan DT. Bahkan
berpikiran buruk tentang DT selama di Bali. Berikut merupakan kutipan
wawancara ketika JL merasa bahwa selama ini telah ditipu oleh DT.
“DT nih mantanku yang udah… ternyata bohong sih. Pertama kan kek tak
puja puja tu lho, dia masi berani jujur sama aku kalo dijodohin dan lain
lain. Tapi nyatanya aku tahu dia bohong kek gitu lho,”
(informan JL).
Pemikiran itu yang membuat DT bangkit kembali dan menyesali
apa yang telah dilakukan. JL merasa telah merusak dirinya dengan terlalu
larut dalam kesedihan. Kebencian tersebut mengantarkan JL menjadi lebih
bersemangat memperbaiki dirinya kembali normal. Namun, semenjak itu
JL merasa tidak dapat mempercayai terlalu besar dalam berpacaran. Cukup
dengan sekedarnya dan tidak berlebihan.
3. Informan 3 (MR)
Setelah hubungan berakhir, MR merasa sedih karena gagalnya
rencana dalam menjalin hubungan. MR merasa hancur saat itu karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
pasangan langsung menghentikan kontak. MR sering menangis dan tidak
dapat berpikir dengan jernih. Ia sering mengingat semua pembicaraan
tentang pernikahan dan rancangan hidup setelah menikah. Ketika
mengingatnya MR merasa sedih dan masih tidak percaya bahwa hubungan
mereka telah usai. Perasaan tersebut membuat ia kehilangan semangat dan
kehilangan arah tujuan. Berikut merupakan kutipan hasil wawancara yang
menunjukkan kesedihan yang dialami oleh MR.
“Ga tau.. terus seketika runtuh gitu loh.. Terus ya biasanya kan aku pikir
gitukan, dia masih hubungin aku. Biasanya kan kita berantem-berantem
gitu kan dia masih ngehubungin aku tapi ini tuh ga sama sekali. Dia dah
ga pernah apa apa aku lagi.”
(informan MR).
Pasca berakhirnya hubungan, mantan pasangan sempat
menghubungi MR kembali. Namun apa yang diharapkan tidak sesuai
ekspektasi MR bahwa hubungan mereka akan membaik. Oleh karena itu
MR memutuskan untuk memblokir media sosial. Hari-hari setelah putus
dipenuhi dengan menangis karena sebelumnya MR telah resign dari
tempat kerja dan tidak mencari pekerjaan karena fokus dalam membangun
bisnis bersama kekasihnya. Berikut merupakan kutipan hasil wawancara
yang menunjukkan kondisi MR setelah putus.
“Ga tau, sampe sekarang aku ga tau mau ngapain, kayak hilang arah
gitu loh.”
(informan MR).
Aktivitas MR sedikit berubah karena rencana bisnis gagal
direalisasikan dan MR tidak memiliki pekerjaan. Menurut MR apa yang
dilakukan selama ini adalah sia-sia. Terlebih sebelumnya MR juga pernah
mengalami hal serupa hingga batal nikah. Kegagalan tersebut membuat
MR mempertanyakan diri sendiri tentang peristiwa seperti itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
4. Dinamika Hasil Penelitian secara Keseluruhan
Berdasarkan hasil analisis lanjutan yang dilakukan terhadap ketiga
informan, peneliti akan menggunakan data tersebut sebagai hasil
pembahasan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini masing-masing dari
perilaku, pemikiran, emosi, penilaian, serta pengalaman informan.
Selanjutnya, hasil pembahasan dilakukan dengan menggabungkan tema-
tema yang muncul secara berulang dari masing-masing informan. Sebagai
tambahan, pengalaman masing-masing informan juga memiliki keunikan
yang memunculkan tema berbeda satu dengan yang lain.
Secara garis besar, peneliti mencoba menghubungkan tema sesuai
dengan kronologi pengalaman informan dimulai dari berakhirnya
hubungan hingga pengalaman terakhir saat wawancara. Awal masa
berduka dilalui dengan banyak reaksi yang muncul akibat putus cinta.
Berikut merupakan kutipan hasil wawancara terkait reaksi masing-masing
informan setelah mengalami putus secara sepihak.
“aku lagi rusak ini. Aku lagi bermasalah sebenernya. Akhirnya ya,
kemarin sempet kok aku sampai seminggu tu.. eh dua minggu tu aku nggak
keluar kamar. Nggak.. nggak.. ya keluar makan doang.”
(informan PH).
“Kayak gimana ya, kayak hampa baru-baru putus tu. Ancur dibilang sama
temenku, ancur kali. Aku main ke mana-mana aku terus bawa ini soalnya
di kantong. Misalkan lagi nongkrong nih, habis tu ke kamar mandi bentar,
nyedot. Habis tu baru balik sini lagi. DTnya apa, diajak ngobrol apa
nggak nyambung, jelek sekali katanya mukaku.”
(informan JL).
“Ga tau.. terus seketika runtuh gitu loh.. Terus ya biasanya kan aku pikir
gitukan, dia masih hubungin aku. Biasanya kan kita berantem-berantem
gitu kan dia masih ngehubungin aku tapi ini tuh ga sama sekali. Dia dah
ga pernah apa apa aku lagi.”
(informan MR).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Reaksi tersebut seperti PH merasa sedih atas berakhirnya hubungan
dengan mantan kekasihnya. Tidak ingin bertemu dengan orang lain,
kecuali seseorang meminta tolong padanya. PH masih optimis bisa
mengembalikan keadaan walaupun ditolak oleh mantan kekasihnya. JL
merasa dunianya runtuh, hidupnya tidak terarah dan merasa selalu ada
yang salah. MR merasa dunianya seketika runtuh dan tidak percaya dengan
apa yang terjadi.
Selanjutnya ketiganya merasa adanya emosi marah yang membuat
mereka untuk menghubungi kembali mantan pasangan. Berikut
merupakan kutipan hasil wawancara yang menunjukkan emosi yang
dirasakan oleh informan.
“ya namanya orang berkomitmen ya, nggak, ada pasang surutnya ya.
Pasti pernah ngerasa nggak sayang, pernah ngerasa kesel, pernah
ngerasa marah dan segala macem pasti pernah tapi dia teramplifikasi di
KKN dan kenapa bisa keluar alasan 1 tahun nggak sayang itu itu juga
nggak paham sih.”
(informan PH).
“aku kayak udah kek marah. Udah kayak mutung tu lho. Kayak udah putus
asa, kayak.. (mengumpat) dijodohin. Ku pikir S2 lagi aku belum lulus ku
pikir kan. Yaudah dari sana, tu dah dari sana dia mulai bohong tu. Dia
bilang dijodohin lah, ini lah, habis tu dia bilang kayak gitu”
(informan JL).
“Habis dia ngomong kayak gitu aku tu rasanya kayak yang.. terus ngapain
dia nelpon aku iya gak sih? (menangis) Kesel banget. Terus aku langsung
udah aku block semua sosial media dia.”
(informan MR).
PH merasa marah karena apa yang dilakukan selama ini telah
banyak dikorbankan untuk mantan kekasihnya. Mengantarkan untuk
pengobatan, dekat dengan orang tuanya. Bahkan PH marah karena mantan
pasangannya yang terpengaruh negatif dari teman KKN. JL marah atas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
kondisi orang yang dijodohkan dengan DT lebih baik. Terutama
pendidikan S2. Sedangkan dirinya belum menyelesaikan studi S1 saat ini.
Hal ini membuat dirinya merasa kurang pantas atas DT. MR marah dengan
perlakuan mantan pasangan yang seolah-olah MR memaksakan keadaan
seperti kembali. Perasaan ketiga pada akhirnya mengantarkan untuk
menghubungi mantan pasangan untuk menyelesaikan apa yang telah
dimulai atau mengklarifikasi sesuatu.
Ketiganya memiliki harapan untuk memperbaiki hubungannya.
Baik dilakukan dengan usaha atau pengandaian akibat penyesalan. PH
mempertimbangkan untuk berusaha kembali mendekati mantan
pasangannya untuk memperbaiki hubungannya. JL merasa dirinya kurang
pantas untuk mantan pasangannya dan berharap seandainya ia lebih baik
dibandingkan orang yang dijodohkan. MR menyalahkan dirinya, karena
kejadian seperti itu selalu terjadi pada dirinya. Seandainya ia bisa menjadi
lebih baik.
Selanjutnya ketiganya memiliki masa berduka dengan depresi. PH
merasa kehilangan teman hidupnya. Selama ini pasangan hidup adalah
teman terdekatnya. PH menggantungkan hidupnya kepada pasangannya.
Semenjak putus, PH kehilangan sebagian dirinya. JL merasa hidupnya
kehilangan arah dan lebih merusak dirinya dengan menggunakan sinte,
minum alkohol, dan pergi ke bar. JL juga tidak makan selama 3 hari
dengan perasaan sedih dan tidak enak. MR sering menangis mengingat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
kenangan bersama mantan pasangannya. MR merasa dunianya runtuh dan
mempertanyakan dirinya karena kejadian tersebut sering terjadi.
Ketika melewati masa kesedihan terdapat fakta yang membuat
mereka tersadarkan atas apa yang terjadi. Dalam hal ini PH mengetahui
fakta bahwa teman KKN mantan pasangannya banyak sedikit
mempengaruhi mantannya. Orang tersebut juga mendekati mantannya.
Bahkan ketika dimintai tolong sekalipun mantannya sudah berubah tidak
seperti dulu lagi. JL mengetahui fakta bahwa selama ini dia dibohongi oleh
mantannya. Kemudian timbul kebencian dan berusaha untuk bangkit. MR
mengetahui mantan pasangannya mendekati wanita-wanita lain dan
kenyataan bahwa mantannya menolak untuk kembali bersama serta
menganggap mereka tidak berjodoh.
Keadaan saat putus para informan menunjukkan berbagai keadaan.
Berikut merupakan kutipan hasil wawancara terkait keadaan masing-
masing informan setelah putus.
“Ya, menurutku baik he em. Apa lah, makanya aku sekarang harus lebih
baik lagi supaya nggak ditinggal. Ya, istilahnya kayak gitu. Ya.”
(informan PH).
“Kalau nyesel kayak udah nggak peduli lagi ama dia. Nggak ada
kepikiran dia lagi. Jangan terlalu ini apa namanya, ngasih perasaan
lebih ke cewek sama jangan terlalu percaya sama omongannya dia. Jadi
nggak gampang percaya aku nih.”
(informan JL).
“Gini sih, ini aku kan juga mikir kok terus aku. Udahlah aku kayak sempet
kayak sempet yang stres gitu. Terus yaudahlah aku ga mau pake lagi, terus
apakah aku mau pake hijab cuma karena dia kan engga to. Kan kalo dia
bisa bikin aku lebih baik kenapa aku ilangin terus aku juga mikir kayak
gitu kan yaudah udahlah ambil aja pelajaran berhargany , ya paling
engga kau dapat.. jadi lebih baik lah.”
(informan MR).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Keadaan PH jauh lebih baik, lebih tertata dalam menjalin hubungan.
PH telah memiliki pasangan baru dan merasa perlu lebih berhati-hati
dalam bertindak. Terutama dalam hal kepercayaan dengan orang tua
pasangannya harus dibangun sedini mungkin. JL juga telah memiliki
pasangan baru dan bersikap tidak terlalu perlu percaya yang berlebihan.
Walaupun kebencian terhadap mantan sebelumnya masih terasa.
Sedangkan MR masih merasa sedih ketika mengingat kenangan bersama
mantan pasangannya. Walaupun sudah lebih baik dengan memiliki
keinginan untuk lebih baik dengan mencari lowongan pekerjaan dan
merantau kembali. MR juga mencoba mempertahankan memakai jilbab
karena merupakan kebaikan yang bisa dipertahankan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
D. Analisis Data
Informan Situation
Selection
Situation
Modification
Attentional
Deployment Cognitive Change
Response
Modulation
I1
(PH)
Strategi
Regulasi
Emosi
Memilih berdiam
diri di kost.
Jarang kumpul
dengan teman
Mencari tahu
alasan putus
dengan bertanya
pada teman KKN
mantan pacarnya.
Memilih membantu
orang lain dan
mencoba tidak
teringat dengan
mantan pacar.
Menelpon ibunya
dan menuangkan
kesedihannya.
Memikirkan
tentang mantan
pacar, baik dirinya
atau kenangan
bersama.
Memandang bahwa
kebaikan yang
dilakukan kurang.
Menjadikan
motivasi untuk
menjadi lebih baik
Tidak melihat
barang mantan agar
tidak sedih.
Lebih berhati-hati
dalam membuat
kesepakatan.
Kebiasaan berbuat
baik dengan
menolong orang,
membagikan nasi
Menjadi relawan
saat bencana di
Sulawesi.
Hasil Memilih
menjauhi
komunitas yang
sama dengan
mantan pacar.
Berinteraksi
dengan orang lain
membuat dampak
emosi negatif
berkurang.
Mengarahkan
perhatian pada
kenangan.
Melakukan
perubahan kognisi
berupa penilaian
negatif menjadi
positif agar tidak
sedih.
Hambatan
pengalaman emosi
dengan kegiatan
sosial.
I2 Strategi
Regulasi
Lebih memilih
bercerita pada
Mencari tahu
keadaan mantan
Kecewa
memikirkan
Menyesali tindakan
dan tidak
Memakai sinte
(semacam ganja)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
(JL) Emosi orang yang
dewasa karena
dianggap bisa
memberikan
solusi.
Mendekati
keluarga mantan
pacar untuk
mendapatkan
kejelasan alasan
putus..
pacar meskipun
menjadi kecewa
dan benci saat tahu
kebenarannya.
dirinya dengan
merusak diri
seperti mabuk dan
tidak bertenaga
memikirkan
mantan pacar lagi.
Jadi tidak mudah
percaya dan lebih
berhati-hati dengan
orang (lawan jenis).
Menata kehidupan
yang baru.
Menjadikan
pengalaman
pacaran yang dulu
sebagai
pembelajaran.
Merasa agak
posesif karena
trauma dengan
pengalaman
pacaran yang lalu.
Minum alkohol
Hasil Mempertimbangk
an dengan siapa
ia bercerita
karena lebih lega
secara emosional.
Emosi negatif
muncul secara
tidak sengaja
karena mengetahui
kebohongan.
Kekecewaan
timbul dari memori
tentang perilaku
negatif tentang
dirinya.
Mengurangi emosi
negatif dengan
bersikap preventif
dengan mengambil
sisi baik dan
menata kedepannya
agar tidak terulang.
Hambatan
emosinya berupa
obat-obatan dan
alkohol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
I3
(MR)
Strategi
Regulasi
Emosi
Bercerita dengan
ibu karena ibu
selalu tahu apa
yang terjadi
dengan kisah
asmaranya.
Menangis dan
mengurung diri di
kamar
Menghapus
dokumentasi dan
memblokir kontak
mantan pasangan
supaya tidak sedih.
Memikirkan
kenangan dengan
mantan
Mengingat tentang
pengorbanan dan
kisah cintanya
membuat sedih.
Setiap detail masa
depan yang telah
dipersiapkan jika
diingat membuat
seperti tiba-tiba
runtuh.
Ketika sedih
teringat mantan
pacar, dirinya
mempertanyakan
apakah ada yang
salah dengan
dirinya.
Menyesali tidak
mencari pekerjaan
selama pacaran Mengambil
pelajaran yang
berharga selama itu
mendatangkan
kebaikan.
Penilaian tentang
kebaikan yang
diberikan mantan
pacar tetap
dipertahankan,
seperti memakai
jilbab.
Menonton film
Jalan-jalan bersama
teman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Hasil Situasi yang
dipilih untuk
menuntaskan
kesedihannya.
Emosi negatifnya
tidak muncul,
tetapi muncul
kembali saat
sendiri.
Kenangan yang
beragam membuat
sedih yang
menyakitkan.
Meskipun sedih
dan menyesal,
peristiwa dinilai
sebagai hal baik
bagi dirinya.
Hambatan emosi
dengan menonton
film atau jalan-jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Proses di dalam dan di luar individu yang bertanggung jawab
memonitor, mengevaluasi, dan memodifikasi reaksi emosi secara intensif dan
khusus untuk mencapai tujuan tertentu (Thompson, 1994) telah dilakukan oleh
tiga informan dalam penelitian ini. Ketika informan menghadapi peristiwa
putus secara sepihak, perilaku-perilaku yang muncul menunjukkan strategi
regulasi emosi yang beragam.
Aspek dalam regulasi emosi (Gross, 2007). Pertama, Strategies to
emotion regulation adalah keyakinan individu untuk dapat mengatasi suatu
masalah, memiliki kemampuan untuk menentukan suatu cara yang dapat
mengurangi emosi negatif dan dapat dengan cepat menenangkan diri kembali
setelah merasakan emosi yang berlebihan. Engaging in goal directed behavior
adalah kemampuan individu untuk tidak terpengaruh oleh emosi negatif yang
dirasakannya sehingga dapat tetap berpikir dan melakukan sesuatu dengan
baik. Control emotional response adalah kemampuan individu untuk dapat
mengontrol emosi yang dirasakannya dan respon emosi yang ditampilkan
(respon fisiologis, tingkah laku, dan nada suara), sehingga individu tidak akan
merasakan emosi yang berlebihan dan menunjukkan respon emosi yang tepat.
Acceptance of emotional response adalah kemampuan individu untuk
menerima suatu peristiwa yang menimbulkan emosi negatif dan tidak merasa
malu merasakan emosi tersebut.
Aspek regulasi emosi dapat dilalui dengan strategi regulasi emosi
(Bryant, 2015), yaitu, Situation Selection, Situation Modification, Attentional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Deployment, Cognitive Change, dan Response Modulation. Berdasarkan tabel
analisis ketiganya telah menggunakan strategi tersebut dalam meregulasi emosi
pascaputus cinta yang mereka alami. Informan 1, 2, dan 3 melakukan regulasi
emosi dengan memiliki metode dan cara yang berbeda. Hal ini sesuai dengan
pernyataan bahwa regulasi emosi dapat terjadi dengan proses yang berbeda
antar individu, setiap proses yang terjadi akan menghasilkan respon yang
berbeda (Ratnasari, 2017). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa aspek
regulasi emosi telah dialami ketiga informan. Berikut merupakan uraian setiap
strategi yang dilakukan oleh masing-masing informan:
1. Situation Selection
Merupakan strategi pemilihan tindakan dengan
mempertimbangkan dampak dari tindakan tersebut (Bryant, 2015).
Seluruh informan melakukan strategi ini baik mendekati maupun
menghindari sesuatu untuk mengurangi emosi negatif yang dialami.
Namun, masing-masing informan memiliki perilaku yang berbeda
meskipun seluruh informan sama-sama mengalami putus secara
sepihak.
Pada kasus informan 1 Situation Selection dilakukan dengan
memilih berdiam diri di kost dan jarang kumpul dengan teman.
Informan 1 melakukannya dengan pertimbangan supaya mantan
pacarnya tidak bertemu dengannya. Sebaliknya, informan 1 mendekati
teman KKN mantan pacarnya untuk mendapatkan informasi. Informan
2 mendekati keluarga mantan pacar untuk mendapatkan kejelasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Selanjutnya, ketika Informan 3 memilih mengurung diri di kamar
supaya tidak terlihat orangtua ketika ia menangis.
Hal yang sama dari ketiga informan adalah tentang bagaimana
mereka memilih orang lain untuk bercerita. Pertimbangan yang
dilakukan adalah dengan orang yang lebih dewasa. Ibu dipilih informan
1 dan 3 karena mereka dianggap penting untuk tahu sedangkan
informan 2 memilih dengan kakak karena dianggap solusi yang
diberikan sesuai dengan situasi.
Jadi, situation selection diambil dengan pertimbangan-
pertimbangan tindakan yang dilakukan semua informan bertujuan
untuk menghindar atau mendekati sesuatu. Menghindar dilakukan
untuk tidak bertemu langsung dengan mantan pacar. Di sisi lain, mereka
mendekati informasi-informasi yang tidak jelas melalui orang-orang
disekitar mantan pacar atau dari sosial media. Hal lain yang terjadi pada
ketiga informan adalah mendekati teman cerita yang cocok.
2. Situation Modification
Modifikasi situasi melibatkan secara langsung mengubah situasi
untuk mengubah dampak emosionalnya. Situasi yang dimaksud bisa
diterapkan dari dalam diri (internal) maupun lingkungan (eksternal)
(Bryant, 2015). Ketiga informan mengalami strategi dengan situation
modification.
Informan 1 mencari kegiatan seperti menolong orang lain dan
menelpon ibunya untuk menuangkan kesedihan. Informan 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
melakukannya untuk mengubah dampak kesedihan yang ia alami.
Selanjutnya, informan 2 mencari tahu keadaan pasangan dan
menemukan fakta bahwa ia dibohongi. Informan 2 mencari objek yang
membingungkannya dengan dampak kekecewaan. Informan 3
menghapus dokumentasi dengan mantan pacar dan memblokir supaya
tidak sedih memikirkan mantan pacar.
Informan 1 menunjukkan bahwa ia dapat mengubah dampak
kesedihannya. Usia Informan 1 berada pada rentang usia dewasa awal
dan menunjukkan regulasi emosi yang baik, hal ini didukung dengan
salah satu faktor yang mempengaruhi regulasi emosi yaitu usia.
Semakin tinggi usia seseorang maka regulasi emosi akan semakin baik
(Maider dalam Coon, 2005). Ketiga informan tergolong melakukan
situation modification secara eksternal dengan melakukan hal lain yang
mengubah dampak emosinya.
3. Attentional Deployment
Penyebaran perhatian mengacu pada bagaimana seseorang
mengarahkan perhatian dalam situasi tertentu untuk mempengaruhi
emosi agar memperoleh respons emosional tertentu. Penyebaran
perhatian yang paling umum terjadi adalah distraksi. Seseorang akan
menyebarkan fokus perhatian pada aspek lain atau sangat menyimpang
jauh dari situasi yang ada seperti saat memanggil kembali pemikiran
atau kenangan yang seketika membantu untuk mencapai emosi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
diinginkan (Thiruchselvam, Hajcak, & Gross, 2012 dalam Bryant,
2015).
Hal ini menunjukkan pemikiran responden mempengaruhi emosi
yang keluar. Ketiga responden menunjukkan hal-hal yang dipikirkan
ketika emosi tersebut muncul. Informan 1 memikirkan tentang mantan
pasangan, baik dirinya atau kenangan bersama. Emosi yang muncul
perasaan sedih masih muncul bahkan ketika melihat barang milik
mantan pasangan. Informan 2 memikirkan untuk memperbaiki diri
berdasarkan kebencian. Ia memikirkan selama ini ia telah dibohongi
dan menyesali bahwa selama ini ia telah menyia-nyiakan dengan
merusak diri seperti mabuk, tidak bertenaga, dll. Emosi negatif seperti
kesedihan tidak sering muncul, namun masih ada untuk kebencian dan
tergantikan emosi positif. Informan 3 memikirkan kenangan dengan
mantan, kejadian serupa sering terjadi pada dirinya dan
mempertanyakan ada yang salah dengan dirinya dan menyesali tidak
mencari pekerjaan selama pacaran sia-sia. Informan 3 menyatakan
bahwa ia menyayangkan momen-momen bersama sehingga saat
memikirkannya satu per satu membuat ia sedih. Pemikiran ini
menghasilkan emosi negatif yang terus berlarut. Namun, informan 3
lebih bisa menerima keadaan meski emosi negatif tetap ada.
4. Cognitive Change
Sebelum respons emosional, seorang individu harus memberi
makna pada penilaian mereka terhadap situasi itu. Strategi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
difokuskan sebelumnya, seperti perubahan kognitif atau penilaian
kembali, terjadi sebelum evaluasi emosional dilakukan tentang situasi
tertentu. Menurut Krause (dalam Coon, 2005), kognitif merupakan
istilah yang menunjukkan aktivitas mental yang memiliki hubungan
dengan persepsi, ingatan, pikiran maupun pengolahan informasi yang
kemudian akan membuat seseorang mendapatkan pengetahuan,
pemecahan masalah, perencanaan masa depan atau seluruh proses
psikologi yang berkaitan dengan bagaimana seseorang mempelajari,
memperhatikan sampai menilai lingkungannya.
Bentuk perubahan kognitif ini digunakan untuk mengurangi atau
menambahkan emosi negatif atau positif. Hal ini dengan melihat apa
hikmah dari peristiwa. Informan 1, 2, dan 3 melihat kejadian tersebut
sebagai pelajaran dan pengalaman untuk lebih baik kedepannya.
Seluruh informan menjadikan peristiwa tersebut adalah pengalaman
positif yang menjadi motivasi perbaikan diri. Emosi yang ditimbulkan
merupakan emosi positif dalam menyikapi peristiwa. Sikap ini juga
mendorong untuk bangkit dari keterpurukan. Emosi ketiganya bersifat
positif tetapi tetap pada kehati-hatian dalam bertindak.
5. Response Modulation
Strategi yang berfokus pada respons terjadi terlambat dalam
proses generatif emosi, setelah kecenderungan respons dimulai, dan
melibatkan pengaruh fisiologis, pengalaman, dan perilaku merespons
(Gross & Thompson, 2007). Strategi yang berfokus pada respons
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
melibatkan pengelolaan emosi yang ada. Hal ini bisa diamati saat
seseorang mencoba menghambat perilaku ekspresif hasil dari emosi
negatif atau positif yang sedang berlangsung.
Informan 1 memiliki kepribadian yang altruis sehingga
menolong orang lain atau dengan menjadi relawan bencana alam dapat
menghambatnya untuk mengekspresikan emosi negatif pada kondisi
pascaputus. Hal menarik dilakukan oleh informan 2 yang menghambat
kesedihannya dengan mengonsumsi ganja dan alkohol karena bisa
melupakan sejenak peristiwa putusnya. Namun, ada penyesalan yang
terjadi saat informan 2 melakukan perilaku yang negatif. Selanjutnya,
Informan 3 lebih sering di rumah, jika sedang sedih maka hal-hal yang
dilakukan yaitu menonton film. namun, jika sudah tidak bisa di rumah,
ia akan berjalan-jalan dengan temannya.
Hasil yang ditunjukkan informan berbeda disebabkan oleh beberapa faktor.
Faktor jenis kelamin merupakan faktor yang terlihat dalam perbedaan strategi yang
digunakan dalam regulasi emosi setiap informan. Emosi yang diekspresikan laki-
laki terlihat pada kegiatan yang tidak melibatkan objek cinta dan perlu kondisi yang
tepat untuk mengungkapkan alasan mereka melakukan kegiatan tersebut.
Perempuan lebih mengekspresikan emosi untuk menjaga hubungan interpersonal
serta membuat mereka tampak lemah dan tidak berdaya (Fischer & Coon dalam
Anggraeni, 2014). Hal ini ditunjukkan dengan informan 3 merupakan seorang
perempuan yang menangis sebagai bentuk mengekspresikan emosi yang dialami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
oleh informan 3. Sedangkan laki-laki sebaliknya, faktor budaya di Indonesia
menyebabkan perempuan dapat mengekspresikan emosi dan laki-laki dituntut
untuk lebih memendam emosinya (Ratnasari, 2017). Hal ini ditunjukkan oleh
informan 1 yang mengurung diri menghindari bertemu teman. Kemudian informan
2 yang melampiaskan emosi dengan dengan minum alkohol, pergi ke bar dan
bercerita dengan orang yang lebih dewasa. Menurut Sasangka (2003), jika
seseorang minum alkohol dengan jumlah sedikit maka akan muncul efek lebih
bersemangat, bercerita banyak, dan seseorang dapat melupakan permasalahan yang
terjadi.
Pada kondisi putus sepihak, para pendamba cinta menghindari bertemu
secara langsung dengan penolak cinta. Namun, ternyata para pendamba cinta masih
mencoba mendekati mantan pacar melalui orang-orang terdekat sang mantan untuk
mencari informasi supaya mendapatkan alasan yang jelas. Alasan kenapa para
penolak cinta meninggalkan pendamba cinta setelah menjalin hubungan pacaran.
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa regulasi emosi setiap
individu berbeda. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan
faktor yang dapat mempengaruhi regulasi emosi setiap individu yang mengalami
putus cinta secara sepihak. Masing-masing informan melakukan seluruh strategi
untuk mengubah emosi negatif yang muncul pasca putus secara sepihak hingga
emosi tersebut berubah menjadi emosi positif. Seluruh informan mendapatkan
berbagai pelajaran baik yang digunakan untuk merencanakan masa depan yang
lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang telah diputus secara
sepihak pada penelitian ini mengalami kesedihan dan kekecewaan. Kondisi
tersebut terjadi karena putus cinta tanpa alasan yang jelas. Emosi-emosi yang
dialami informan diregulasi dengan strategi regulasi emosi sebagai berikut:
1. Situation Selection, pemilihan situasi yang dilakukan dengan
pertimbangan subjektif informan seperti menghindari tempat atau
orang yang berkaitan dengan objek cinta. Namun, informan dapat
mendekati orang yang nyaman untuk bercerita.
2. Situation Modification, modifikasi situasi yang dilakukan informan
pada situasi putus cinta secara sepihak yaitu untuk mengurangi emosi
negatif. Hal yang dilakukan informan, yaitu: (1) menolong orang lain,
(2) bertemu teman, (3) menghapus dokumentasi, (4) memblokir kontak
supaya tidak teringat dengan kesedihannya, dan (5) menelpon ibu.
Namun, ada hal menarik ketika alasan putus tidak jelas, seorang
informan dapat mengusahakan mendapatkan alasannya meski ia akan
kecewa. Hal yang dilakukan sebenarnya akan meningkatkan emosi
negatif yang tidak diinginkan.
3. Attentional Deployment, informan penelitian ini mengawali dengan
pikiran tentang memori saat bersama. Semakin banyak memori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
bersama, maka akan lebih banyak hal yang diingat sehingga emosi bisa
lebih kuat terjadi. Terkadang seseorang informan sedih karena putus
cinta, tetapi ingatan dapat memanggil peristiwa yang tidak ada
hubungannya dengan putus cinta.
Seorang informan dalam penelitian ini memunculkan
kebencian dengan mengingat kebohongan-kebohongan yang dilakukan
mantan pacar. Pada kasus ini, penemuan kebohongan dapat membuat
hal baik bagi pendamba cinta karena alasannya menjadi lebih jelas.
Namun, informan tersebut tidak menginginkan peristiwa tersebut
terulang kembali.
4. Cognitive Change, penilaian yang berubah dari peristiwa diputus secara
sepihak pada informan penelitian ini, yaitu sebagai pelajaran dan
pengalaman untuk lebih baik kedepannya. Seluruh informan
menjadikan peristiwa tersebut adalah pengalaman yang menjadi
refleksi perbaikan diri.
5. Response Modulation, strategi ini dapat diamati dari seseorang yang
mencoba untuk menghambat perilaku ekspresifnya. Hal ini dilakukan
seorang pendamba cinta dengan melakukan kegiatan lain yang tidak ada
hubungannya dengan putus cinta. Pada penelitian ini yang dilakukan
para informan, yaitu: (1) menonton film, (2) menjadi relawan bencana,
(3) berjalan-jalan, atau (4) mengonsumsi obat dan alkohol. Perilaku
positif disyukuri oleh informan tetapi perilaku yang negatif, pada
akhirnya disesali oleh informan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Perilaku yang dilakukan oleh informan berbeda-beda. Beberapa perilaku
disyukuri oleh informan. Namun, perilaku negatif pada strategi regulasi emosi
menimbulkan penyesalan.
B. Keterbatasan Penelitian dan Saran
Keterbatasan penelitian ini terletak pada jumlah informan yang masih
sedikit. Selain itu, komposisi jenis kelamin bisa ditambahkan lagi supaya lebih
proporsional. Peneliti juga menyadari jika membangun rapport yang lebih
intens akan lebih nyaman bercerita. Selain itu, penelitian ini belum sampai pada
efektivitas strategi emosi sehingga perlu pendalaman kembali tentang
efektivitas seseorang dalam menggunakan strategi regulasi emosinya.
Saran kepada seseorang yang mengalami kondisi putus sepihak yaitu,
pertu memiliki kemampuan strategi regulasi emosi khususnya dalam
menghadapi dampak putus pacaran. Peneliti juga menyarankan untuk
mengambil langkah yang produktif dalam menghadapi dampak putus cinta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
DAFTAR PUSTAKA
Arnett, J.J. (2000). Emerging adulthood: A theory of development from the late
teens through the twenties. American Psychologist, 55, 469-480.
Arnett, J. J. (2001). Conceptions of the Transition to Adulthood: Perspectives From
Adolescence Through Midlife. Journal of Adult Development, 8(2), 113–
143.
Afiyanti, Y. (2008). Validitas dan reliabilitas dalam penelitian kualitatif. Jurnal.
Penelitian, 12(2), Anggraeny, N. (2014). Rational Emotive Behaviour
Therapy (REBT) Untuk Meningkatkan Regulasi Emosi Pada Remaja
Korban Kekerasan Seksual. (Tesis). Universitas Sumatera Utara.
Berk, E.L. (2012). Development Through The Lifespan. Yogyakarta: Pustaka.
Pelajar.
Blanchard-fields, F., Coats, A. H., Arthur, L., Barbeite, C., Ksendzovsky, S.,
Kelling, N., & Mienaltowski, A. (2008). The Experience of Anger and
Sadness in Everyday Problems Impacts Age Differences in Emotion
Regulation, 44(6), 1547–1556. https://doi.org/10.1037/a0013915
Boelen, P. A., Hout, M. A. Van Den, & Field, T. (2011). Journal of Loss and
Trauma: International Perspectives on Stress & Coping Inclusion of Other
in the Self and Breakup-Related Grief Following Relationship Dissolution
Inclusion of Other in the Self and Breakup-Related Grief Following
Relationship Dissolution, 2(4), 37–41.
https://doi.org/10.1080/15325024.2010.519274
Bryant, M. L. (2015). Handbook on Emotion Regulation: Processes, Cognitive
Effects and Social Consequences, 274. Retrieved from
https://books.google.no/books/about/Handbook_on_Emotion_Regulation.h
tml?id=WdD8rQEACAAJ&redir_esc=y
Carstensen, L.L. (1995). Evidence for a life-span theory of socioemotional
selectivity. Current directions in psychological science, 4, 151-156
Coon, D. 2005. Psychology a journey (2nd ed.). USA: Thomson Wadsworth.
Creswell, John W. (2014). Research Design: Qualitative, Quantitative and Mixed
Methods. Approaches: Fourth edition. Thousand OaksCA: Sage
Publications.
Estefan, Gredyana dan Wijaya, Yeni Duriana. Gambaran Proses Regulasi Emosi
Pada Pelaku Self Injury. Jurnal Psikologi: Media Ilmiah Psikologi Vol. 12
No. 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Frijda, N. H. (1986). The Emotions. Cambridge University Press; Editions de la
Maison des Sciences de l'Homme.
Frijda, N. H., & Mesquita, B. (1994). The social roles and functions of emotions. In
S. Kitayama & H. R. Markus (Eds.), Emotion and culture: Empirical studies
of mutual influence (pp. 51–87). American Psychological Association.
https://doi.org/10.1037/10152-002
Fisher, H. E., Brown, L. L., Aron, A., Strong, G., & Mashek, D. (2010). Reward,
Addiction, and Emotion Regulation Systems Associated with Rejection in
Love. Neurophysial, 104, 51–60. https://doi.org/10.1152/jn.00784.2009.
Galambos, N. L., Barker, E. T., & Krahn, H. J. (2006). Depression Self-Esteem and
Anger in Emerging Adulthood : Seven-Year Trajectories, 42(2), 350–365.
https://doi.org/10.1037/0012-1649.42.2.350
Goleman, Daniel. 2003. Emotional Intelligence. Jakarta: PT Gramedia. Pustaka
Utama.
Gross, J. J. (2014). Handbook of Emotion Regulation. New York: The Guilford
Press.
Gross, James J. & Barrett Lisa Feldman. (2011). Emotion Generation and Emotion
Regulation: One or Two Depends on Your Point of View. Journal Published
in final edited form as: Emot Rev. 2011 January; 3(1): 8–16.
doi:10.1177/1754073910380974.
Gunawan, Imam. (2014). Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta:
Bumi Aksara.
Haidt, J., & Keltner, D. (1999). Culture and facial expression: Open-ended methods
find more expressions and a gradient of recognition. Cognition and
Emotion, 13(3), 225–266. https://doi.org/10.1080/026999399379168
Hendriana, Alifa Astari, & Wiwin Hendriani. 2015. Regulasi Emosi pada Wanita
Dewasa awal yang Ditolak Cintanya (Studi Kasus Pada Cinta Tak Terbalas).
Jurnal Psikologi: Pendidikan dan Perkembangan Vol. 04 No. 1
Hurlock, Elizabeth.B. (2000). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan.
Sepanjang Rentang Kehidupan. Terjemahan. (edisi kelima). Jakarta:
Erlangga.
Lang, P.J., and Bradley M. M. (2010). Emotion and the motivational brain. Biol.
Psychol. doi: 10.1016/j.biopsycho.2009.10.007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Lewandowski, G. W., Aron, A., & Bassis, S. (2006). Losing a self-expanding
relationship: Implications for the self-concept, 13, 317–331.
Mauss, I. B., Levenson, R. W., McCarter, L., Wilhelm, F. H., & Gross, J. J. (2005).
The Tie That Binds? Coherence Among Emotion Experience, Behavior, and
Physiology Emotion, 5(2), 175–190. https://doi.org/10.1037/1528-
3542.5.2.175
Miller, P.H. (2011). Theories of Development Psychology (fifth edit). USA:
Cathrine Woods
Neuman, L. W. (2006). Social Research Method: Qualitative & Quantitative
Approach. (6th ed.). Boston: Pearson Education.
Panksepp, Jaak. 2005. Affective Consciousness: Core Emotional Feelings in
Animals and Humans. Consciousness and Cognition 14(1):30-
80DOI:10.1016/j.concog.2004.10.004
Papalia, D. E., Olds, S. E., Feldman, R. D. (2004). Human Development: 9th ed.
New York: McGraw-Hill.
Park, L. E., Sanchez, D. T., & Brynildsen, K. (2011). Maladaptive responses to
romantic breakup: The role of relationship contingent self-worth. Journal
of Applied Social Psychology Vol. 41, Issue 7, pg. 1749-1773, July 2011.
Poerwandari, E.K. (2005). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku
Manusia. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Ratnasari, Shinantya, Julia Suleeman. 2017. Perbedaan Regulasi Emosi
Perempuan dan Laki-Laki di Perguruan Tinggi. Jurnal Psikologi Sosial vol
(15), 35-46.
Robert, G. Bringle; Terri Winnick and Robert J. Rydell. 2013. The Prevalence and
Nature of Unrequited Love. Penerbit: Sage.
Ruben, Brent D., Lea P. Stewart. 2006. Communication and Human Behaviour.
USA: Pearson Education, Inc.
Sample, C., Gosling, S. D., Soto, C. J., John, O. P., Gosling, S. D., & Potter, J.
(2011). Age Differences in Personality Traits From 10 to 65 : Big Five
Domains and Facets in a Large Age Differences in Personality Traits From
10 to 65 : Big Five Domains and Facets in a Large Cross-Sectional Sample,
(February). https://doi.org/10.1037/a0021717
Sasangka, Hari. (2003). Narkotika dan psikotropika dalam hukum pidana / Hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Sasangka. Bandung. Mandar Maju.
Sbarra, D. A., & Emery, R. E. (2005). The emotional sequelae of nonmarital
relationship dissolution: Analysis of change and intraindividual variability
over time. Journal of Applied Social Psychology, 12, 213–232.
Slotter, E. B., Finkel, E. J., & Gardner, W. L. (2009). Who Am I without You?
Personality and Social Psychology Bulletin, 1–46.
Siemer, M. (2001). Mood-specific effects on appraisal and emotion judgements.
Cognition and Emotion, 15(4), 453–485.
https://doi.org/10.1080/0269993004200178
Smith, J.A. (2013). Dasar-dasar psikologi kualitatif pedoman praktis metode
penelitian. Bandung: Penerbit Nusa Media.
Sprecher, S. (1994). Two sides to the breakup of dating relationships, 1, 199–222.
Supratiknya, A. (2015). Metodologi penelitian kuantitatif dan kualitatif dalam
psikologi. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.
Tyng, Chai M., Hafeez U. Amin, Mohamad N. M. Saad, & Aamir S. Malik. 2017.
The Influences of Emotion on Learning and Memory. DOI:
10.3389/fpsyg.2017.01454
Willig, Carla. 2013. Introducing Qualitative Research In Psychology Third Edition.
New York: Open University Press.
Zimmermann, P., & Iwanski, A. (2014). Emotion regulation from early
adolescence to emerging adulthood and middle adulthood: Age differences,
gender differences, and emotion-specific developmental variations, 38(2),
182–194. https://doi.org/10.1177/01650254135154
Zomeren, Martijn Van & Hein FM Lodewijkx. (2005). Motivated responses to
‘senseless’ violence: Explaining emotional and behavioural responses
through person and position identification. European Journal of Social
Psychology 35 (6), 755-766.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI