Date post: | 02-Dec-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | telkomuniversity |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan populasi dan perkembangan ekonomi dunia menyebabkan kebutuhan
energi primer dunia meningkat. Sampai dengan pertengahan 2013 kebutuhan energi
dunia meningkat sebesar 45% dari tahun 2011 atau rata-rata mengalami peningkatan
sebesar 1,6% per tahun [1]. Sebagian besar atau sekitar 82% dari total kebutuhan energi
tersebut dipasok oleh bahan bakar fosil [2] , ketersediaan bahan bakar fosil itu sendiri
terbatas dan tidak dapat diperbaharui. Cadangan energi fosil berupa minyak bumi di
Indonesia diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 18 tahun [3]. Sehingga diperlukan
suatu usaha salah satunya berupa penelitian dan pengembangan untuk memanfaatkan
sumber energi alternatif secara efisien dan efektif.
Penggunaan energi secara efektif adalah salah satu faktor kunci dalam menjaga
kelangsungan pasokan energi [4]. Hampir seluruh proses konversi menghasilkan energi
yang hilang melalui panas dengan jumlah yang sangat besar. Sebagai contoh energi yang
dikonversikan oleh kendaraan bermotor untuk menggerakkan kendaraan tersebut hanya
berjumlah 21,5% dan sekitar 78,5% energi hilang melalui panas yang tidak termanfaatkan
[5].
Generator termoelektrik memiliki potensi yang menjanjikan sebagai salah satu dari
piranti elektronik yang berbasiskan material semikonduktor untuk memanfaatkan energi
panas yang tak termanfaatkan sebagai efek dari proses pengkonversian energi [4]. Prinsip
kerja dari termoelektrik adalah dengan cara mengubah energi panas menjadi energi listrik
berdasarkan efek seebeck. Bila dua buah logam yang berbeda disambungkan salah satu
ujungnya, kemudian diberikan suhu yang berbeda pada sambungan, maka terjadi
perbedaan tegangan pada ujung satu dengan ujung lain yang akan menghasilkan arus
listrik dan menimbulkan medan magnet. Fenomena inilah yang dikenal sebagai efek
seebeck dan dijadikan dasar untuk pengembangan termolektrik.
Salah satu tantangan dalam pengembangan modul termoelektrik adalah biaya
pembuatan yang dinilai mahal, metode screen printing dapat menjadi solusi karena dapat
mengurangi biaya pembuatan dan memungkinkan untuk menerapkan TEG pada substrat
fleksibel [4].
1
Material yang dipilih dalam pembuatan modul ini adalalah Bi2Te3 dan SB2Te3,
material ini dipilih karena sifatnya yang bekerja paling baik pada suhu dibawah 2000 C
[6].
1.2 Rumusan Masalah
Beberapa permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pembuatan dan komposisi yang tepat dari pasta Bi2Te3 dan
SB2Te3.
2. Bagaimana parameter yang tepat dan akurat dalam proses printing agar modul
elektrik yang dihasilkan memiliki karakteristik yang baik.
3. Bagaimana desain generator termolektrik agar dapat diaplikasikan pada substrat
alumina.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tugas akhir ini adalah :
1. Mendapatkan komposisi pasta yang sesuai agar proses screen printing dalam
pembuatan modul generator termoelektrik optimal.
2. Membuat modul generator termoelektrik yang dapat menghasilkan arus listrik
sebagai keluaran.
3. Mendapatkan besaran koofisien seebeck dari modul generator termoelektrik
yang telah dibuat.
1.4 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada tugas akhir ini, yaitu :
1. Material yang dipilih dalam pembuatan pasta adalah Bi2Te3 (Bi2Se3) dan SB2Te3.
2. Screen Printing dilakukan pada tekanan terkontrol yang dapat diatur dan
dilakukan pada substrat alumina.
3. Desain generator termoelektrik terbatas pada substrat alumina untuk dapat
diukur arus keluaran listriknya.
1.5 Manfaat Penelitian
2
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk mengaplikasikan modul
generator termoelektrik dengan metode screen printing untuk kemudian diterapkan
untuk memanfaatkan energi panas yang tak termanfaatkan sebagai efek dari proses
pengkonversian energi
1.6 Metodologi Peneltian
Metode penelitian yang dilakukan pada tugas akhir ini dibagi dalam 3 tahap :
1. Persiapan Pasta Material Termoelektrik
Pada tahap ini dilakukan persiapan pembuatan pasta material termoelektrik
dengan mencampurkan binder, solvent dan material termoelektrik
menggunakan shaker mill.
2. Pengaplikasian Pasta Pada Substrat Alumina
Pengaplikasian pasta dilakukan dengan menggunakan alat screen printing De
Haart automatic screen printer model SPSA 10 yang berada pada laboratorium
riset PPET – LIPI.
3. Karaterisasi Modul Generator Termoelektrik
Karakterisasi Modul yang telah dibuat baik secara termal maupun kelistrikan
dengan menggunakan alat ukur tertentu yaitu multimeter, i-v analyzer dan
thermometer
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan proposal tugas akhir ini terdiri dari beberapa bab, meliputi :
BAB 1 PENDAHULUAN, Pada bab pendahuluan, dijelaskan mengenai hal yang
melatarbelakangi pemilihan topik tugas akhir, rumusan masalah yang dibahas
dalam penelitian tugas akhir, pembatasan masalah, tujuan penelitian, metode
penelitian, serta sistematika penulisan laporan tugas akhir.
BAB 2 DASAR TEORI, Pada bab ini dibahas mengenai dasar teori yang
mendukung dan mendasari penulisan tugas akhir.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN, Pada bab metodologi penelitian ini akan
dijelaskan mengenai metode yang digunakan dan perancangan sistem kerja yang
dibuat pada penyusunan tugas akhir ini.
3
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Prinsip Dasar Termoelektrik
Termoelektrik merupakan salah satu teknologi konversi pasokan listrik yang
mengubah energi panas menjadi listrik menggunakan material semikonduktor. Material
semikonduktor terdiri dari dua buah tipe yaitu tipe-p dan tipe-n. Kedua buah material
semikonduktor tersebut dihubungkan secara seri dengan sebuah plat logam. Di atas dan
di bawah sambungan tersebut diberi substrate dari bahan keramik sebagai penahan panas
dan dihubungkan secara paralel dan dapat dilihat pada gambar 2.
(a) Aliran energi pada termoelektrik [7]
(b) Model hubungan material tipe-p dan tipe-n pada termoelektrik [8].
Gambar 1. Termoelectric Generator (TEG)
Sebagai generator listrik, panas yang diberikan menyebabkan pembawa muatan
(charge carriers) dalam logam semikonduktor bergerak bebas (berdifusi) seperti molekul
gas. Ketika terjadi perbedaan suhu antara dua sisi dari termoelektrik, maka pembawa
muatan cenderung bergerak dan menyebar dari sisi yang panas ke sisi yang lebih dingin.
Pada sisi dingin termoelektrik terjadi penumpukan muatan (negatif untuk tipe-n dan
positif untuk tipe-p) yang menghasilkan potential elektrostatis (tegangan). Tegangan satu
pasangan termoelektrik disebut thermopile. Tegangan yang dihasilkan oleh thermopile
4
biasanya masih rendah sehingga disusun secara seri beberapa thermopile untuk
menghasilkan tegangan yang cukup besar [8] [9].
Gambar 1. Grafik performansi berbagai material penyusun generator termoelektrik
[6].
2.2 Parameter – Parameter Performance Material Termoelektrik
2.2.1 Seebeck Effect
Proses terjadinya pergerakan pembawa muatan akibat adanya perbedaan
panas dikenal sebagai seebeck effect yang merupakan prinsip dasar dari
termoelektrik [7] . Nilai koefisien seebeck merupakan sifat suatu material yang
dipengaruhi oleh perubahan tegangan yang terjadi pada material semikonduktor
terhadap perubahan perbedaan suhu pada material tersebut [10].
S= ∆V∆ T …………………………………… (2.1)
S adalah koefisien seebeck dengan satuan V K-1. V adalah besarnya perbedaan
voltase dengan satuan V. ∆ T adalah besarnya perbedaan temperatur dengan
satuan K (Kelvin).
5
2.2.2 Figure Of Merit
Performance dari termoelektrik diukur dengan suatu besaran yang
dikenal dengan sebutan figure of merit [11].
ZT= S2 σT❑
…………………………………… (2.2)
Gambar 2. Figure of merit dari termoelektrik [9]
Gambar 3. menunjukkan ZT (figure of merit) dari material isolator,
semikonduktor dan metal. S adalah koefisien seebeck dengan satuan V K-1,
adalah konduktivitas listrik dengan satuan Siemen/m, adalah konduktivitas
termal dengan satuan W·m−1·K−1 dan T adalah temperatur termoelektrik dengan
satuan Kelvin. Berdasarkan persamaan (2.2), sifat material lain yang
mempengaruhi performance dari termoelektrik adalah konduktivitas listrik ()
dan konduktivitas termal () dari material semikonduktor. Semua sifat material
semikonduktor antara yang satu dengan yang lain saling berkaitan dan tidak
berdiri sendiri. Fenomena inilah yang menyebabkan material logam dan non
logam tidak dapat menjadi bahan untuk termoelektrik. Material yang memiliki
sifat konduktivitas listrik dan konduktivitas termal yang tinggi akan memiliki
sifat koefisien seebeck yang rendah sedangkan material yang memiliki sifat
konduktivitas listrik dan konduktivitas termal yang rendah akan memiliki sifat
koefisien seebeck yang tinggi. Untuk termoelektrik dibutuhkan material yang
memiliki sifat konduktivitas listrik dan koefisien seebeck yang tinggi sedangkan
6
sifat konduktivitas termal rendah. Material semikonduktor memiliki sifat tersebut
karena besarnya charge carriers 1018 – 1019 cm-3[9].
2.2.2.1 Konduktivitas listrik
Sifat konduktivitas listrik material dipengaruhi oleh nilainya
resistivity material tersebut. Nilai dari resistivity berbanding terbalik
dengan konduktivitas listrik nya [7].
σ=1ρ ...................................................... (2.3)
adalah konduktivitas listrik dengan satuan Siemen/m, adalah
resistivity dari material semikonduktor dengan satuan m. Semakin
besar nilai resistivity suatu material maka semakin kecil nilai
konduktivitas listrik nya.
2.2.2.2 Konduktivitas Termal
Sifat konduktivitas termal berkaitan dengan perpindahan panas
melalui material. Berdasarkan pandangan para ahli mengenai material,
material yang padat terdiri dari elektron bebas dan atom yang terikat
dalam susunan periodiknya yang disebut dengan lattice (kisi). Oleh sebab
itu, perpindahan panas kemungkinan terjadi karena perpindahan elektron
yang bebas dan getaran gelombang kisi. Bila dilihat sebagai fenomena
partikel, getaran gelombang kisi tersebut disebut dengan fonon. Pada saat
elektron dan fonon bersama-sama membawa energi panas sehingga
menyebabkan perpindahan panas pada material, besarnya konduktivitas
termal dinyatakan dalam persamaan [12][13].
¿❑e+❑p h............................................... (2.4)
adalah konduktivitas termal, e adalah konduktivitas termal elektron
dan ph adalah konduktivitas termal foton. Konduktivitas termal dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan [14] :
¿ ρ C p .................................................... (2.5)
adalah konduktivitas termal, adalah density material dengan satuan
kg/m3, thermal diffusivity dengan satuan m2/s dan Cp adalah heat
capacity dengan satuan J/(kg. K). Besarnya nilai konduktivitas termal
7
elektron berkaitan dengan besarnya nilai resistivity yang dihitung dengan
menggunakan hukum Wiedemann-Franz sebagai berikut .
❑e=¿ρ ................................................... (2.6)
e adalah konduktivitas termal elektron dalam W/mK, L adalah lorentz
number yang besarnya 2.45 x 10-8 WK-2, T adalah temperatur dengan
satuannya K dan adalah resistivity dengan satuan m. Besarnya nilai
konduktivitas termal foton dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan:
❑ph=13
C p❑s❑p h ............................... (2.7)
ph adalah konduktivitas termal foton dalam W/mK, Cp adalah heat
capacity dengan satuan J/(kg. K), S adalah kecepatan suara (m/s2) dan
PH adalah lintasan bebas dari fonon dengan satuan mph.
2.2.2.3 Temperatur Rata-Rata
Temperatur dari termoelektrik merupakan temperatur rata-rata
(Tm) termoelektrik. Besarnya temperatur rata-rata pada termoelektrik
dinyatakan dalam persamaan [9] .
T m=TC+T H
2......................................... (2.8)
Tm adalah temperatur rata-rata dengan satuanya K, TC adalah temperatur
sisi dingin dengan satuannya K dan TH adalah temperatur sisi panas
dengan satuannya K.
2.3 Screen Printing
2.3.1 Pasta
Secara umum, komposisi pasta yang digunakan pada proses screen printing
terdiri dari serbuk aktif, binder, frit, dan pelarut [15]. Serbuk aktif merupakan
elemen fungsional yang setelah proses firing akan menentukan sifat-sifat film
yang terbentuk. Binder atau organic binder berfungsi menjaga serbuk aktif dalam
pasta tidak mengendap. Frit berfungsi menimbulkan pelekatan (adhesion)
partikel serbuk aktif pada substrat. Pelarut berfungsi untuk mengatur kekentalan
8
pasta selama proses screen printing. Pelarut dan binder akan terbakar dan
menguap pada proses pengeringan (drying) atau pembakaran (firing).
2.3.2 Proses Printing
Tahapan proses printing dibagi menjadi tiga tahap. Gambar 2.4.a
memperlihatkan posisi awal dari pasta, squeegee dan substrat. Gambar 2.4.b
memperlihatkan gerakan dari squeegee . Pada tahap ini, squeegee mendorong
pasta melalui lubang-lubang pada screen ke atas substrat dengan tekanan yang
terdefinisi baik dan dapat diatur. Gambar 2.4.c menunjukan gerakan akhir dari
squeegee.
Gambar 4. Proses screen printing
Parameter-parameter paling penting dalam proses Printing adalah jarak
snap-off, kecepatan dan tekanan squeegee. Jarak snap-off adalah jarak antara
substrat dengan screen. Jarak snap-off tidak boleh terlalu besar atau terlalu kecil
dan bergantung pada tensi screen . Kecepatan dan tekanan squeegee menentukan
banyaknya material yang tercetak pada substrat. Akan tetapi, banyaknya pasta
yang tercetak pada substrat tidak hanya bergantung pada kecepatan dan tegangan
squeegee tetapi juga bergantung pada ketebalan screen yang digunakan. Gambar
5 memperlihatkan penampang melintang dari screen.
Screen yang digunakan pada proses screen printing dibentuk dari kawat-
kawat stainless steel (yang disebut mesh). Mesh ini ditutupi dengan suatu emulsi
photosensitive yang dapat dibangun menurut pola tertentu. Melalui lubang-
lubang pada pola, pasta akan dicetakkan. Perbedaan screen dikarakterisasi oleh
luasnya, jumlah kawat per inci (disebut mesh number), orientasi kawat terhadap
9
frame dan ketebalan emulsi. Banyaknya kawat per inci menentukan kehalusan
mesh.
Gambar 5. Penampang Melintang Screen
2.3.3 Proses Drying dan Firing
Setelah proses screen printing lapisan pasta pada substrat dikeringkan
pada temperatur 120-150o C untuk menguapkan pelarut. Proses pengeringan
(drying) dapat dilakukan menggunakan hot-plate, pemanas listrik dan pemanas
inframerah. Pengeringan menggunakan hot-plate memiliki kekurangan tidak
kontinu atau otomatis. Pengeringan menggunakan pemanas listrik memiliki
kekurangan karena permukaan lapisan lebih dulu mengering yang membuat
penguapan pelarut di bagian dalam lapisan menjadi sulit. Pengeringan dengan
pemanas inframerah adalah yang terbaik. Pengeringan dengan pemanas
inframerah adalah suatu proses kontinu menggunakan sebuah sabuk (belt) yang
bergerak melewati sebuah tungku pemanas inframerah. Dengan memilih panjang
gelombang yang tepat radiasi akan menembus ke dalam material sedemikian
sehingga pelarut dalam setiap lapisan Pasta dapat menguap di dalam tungku.
Setelah proses pengeringan, proses selanjutnya adalah proses firing. Proses firing
berlangsung di dalam tungku ban berjalan. Profil temperatur dalam tungku ban
berjalan dapat di bagi kedalam tiga fase seperti diperlihatkan pada gambar 6 [15].
10
Gambar 6. Profil Temperatur dalam belt furnace (skala relatif)
Fase kenaikan temperatur (a). Pada temperatur ini binder akan terbakar dan
terlepas dari pasta. Fase suhu puncak (b), Proses sintering atau firing
berlangsung. Lama dan tinggi temperatur firing bergantung pada jenis pasta yang
digunakan. Pada fase ini, atom-atom serbuk aktif akan bertumbukan akibat energi
termal dan akibatnya partikel-partikel serbuk aktif akan saling bergabung dan
membentuk butir yang lebih besar. Beberapa waktu kemudian proses densifikasi
terjadi akibat adanya pertumbuhan butir. Fase terakhir adalah fase penurunan
temperatur (c). Proses penurunan temperatur harus berlangsung sedemikian rupa
sehingga tidak terjadi ke tegangan pada substrat.
2.4 Pemaduan Mekanik
Proses pemaduan mekanik adalah dengan cara menempatkan suatu
campuran serbuk dalam suatu wadah penggilingan dipadu dengan cara dikenai
benturan bola-bola berenergi tinggi. Paduan yang terbentuk melalui metoda
tersebut bergantung pada komponen, parameter proses dan mekanisme pemaduan
mekaniknya .
Pada penelitian ini pemaduan mekanik dilakukan dengan menggunakan
Shaker Mill PPF-UG. Shaker Mill PPF-UG (Pusat Penelitian Fisika - Ultimate
Gravity) merupakan inovasi terbaru sistem milling yang merupakan
pengembangan dari sistem milling HEM-E3D (produk sebelumnya). Sistem ini
menyediakan kecepatan shaking mencapai 700-800 rpm, dengan percepatan bola
milling yaitu 10-20g (g=grafitasi bumi)).. Volume jar yang dipakai adalah 100ml,
dengan power suply 220V, 500W.
11
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini berbeda pada setiap
tahapannya, yaitu sebagai berikut :
a. Proses Persiapan Pasta
Alat :
1. Mortar dan Alu
2. Pengayak 400 Mesh
3. Shaker Mill (LIPI PPF-UG )
4. Spatula
5. Timbangan Analitik (Nagata EK-15000)
6. Cawan Petri
7. Kertas TImbang
8. Viscometer (Brokfield DV-I Model HBDV-I +CP)
Bahan
1. Antimoni Telurride SB2Te3 (bentuk serbuk)
2. Bismuth Telurride Bi2Te3 (bentuk serbuk)
3. Polimer Binder
4. Thinner Shoei Chemical Ink T-118
b. Proses Screen Printing
Alat :
1. Screen 400 Mesh
2. Pressure sprayer model ms-68
3. Emulsion Remover (Ulano 5)
4. Sikat
5. Emulsion-Hardener (Ulano 155)
6. Screen Printer (de haart automatic screen apparatus)
7. Infrared Furnace (Radiant Technology Corp.)
8. Squeege
9. Vacuum Oven (The Grieve Corp. Model VR-160)
Bahan
13
1. Substrat Alumina (AL2O3)
2. Pasta Tembaga (Cu)
3. Pasta SB2Te3
4. Pasta Bi2Te3
c. Proses Karakterisasi
1. Multimeter
2. Hot Plate
3. I-V Analyzer
4. Scanning Electron Microscope
5. Xray Diffraction
3.2 Metodologi Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menyiapkan pasta dengan mencari formula
perbandingan larutan yang pas dengan cara membandingkan viskositas pasta
tersebut, viskositas diukur dengan menggunakan Viscometer (Brokfield DV-I
Model HBDV-I +CP), Kemudian campuran antara binder, solvent dan material
termoelektrik dicampur menggunakan shaker mill.
Pasta yang telah disiapkan tersebut kemudian diaplikasikan pada substrat
alumina dengan menggunakan alat screen printing Screen Printer (de haart
automatic screen apparatus) sesuai dengan desain film yang telah dibuat
sebelumnya. Terdapat tiga lapis film yang telah disiapkan lapisan pertama yaitu
lapisan tembaga, lapisan kedua adalah lapisan material termoelektrik yaitu Sb2Te3
untuk tipe-p dan Bi2Te3 untuk tipe-n dan lapisan ketiga adalah lapisan tembaga
penghubung antara tipe-p dan tipe-n.
Substrat alumina yang telah dicetak dipanaskan menggunakan vacuum oven
dan firing furnace untuk menghilangkan pelarut dan binder. Kemudian
karakterisasi dilakukan untuk mengetahui sifat termal dan listrik dari modul
generator termoelektrik.
Adapun gambar.7 adalah skema dari penelitian ini.
14
Persiapan Bahan Pasta
4.
Gambar 7. Skema Proses Modul Termoelektrik
3.2.1 Perancangan Modul Generator Termolektrik Pada Substrat Alumina.
Perancangan layout dilakukani Dengan memperhatikan luas permukaan
substrat, material termoelektrik, konektor tembaga dan kesesuaian antara top
dan bottom . layout dirancang pada substrat alumina persegi seluas 25cm2.
Gambar 9. Rancangan layout film menggunakan software coreldraw
15
Penentuan Komposisi Pasta Bi2Te3 (Bi2Se3) dan SB2Te3
Pas
Milling
Menyiapkan substrat Alumina
Screen Printing di atas substrat Alumina
Drying
Pembuatan Modul Termoelektrik
Pengukuran dan Karakterisasi Sifat Listrik dan Termal
Pengukuran dan Analisa
Gambar 10. Tampak samping rancangan modul generator termoelektrik.
3.2.2 Penentuan Komposisi Pasta Bi2Te3 (Bi2Se3) dan SB2Te3.
Pasta dari termoelektrik screen printing terdiri dari 3 bagian utama yaitu :
fillers, epoxy binder system dan pelarut. Pada percobaan ini , Filler adalah material
termoelektrik yaitu partikel Bi1.8Te3. 2 dan SB2Te3 dengan ukuran partikel sebesar 325
mesh dan 99.99% puritas. -terpineol digunakan sebagai pelarut , dan DisperBYK
110 sebagai dispersan. Campuran Bi2Te3 dan SB2Te3. (10 gr), 10 ml -terpineol dan
1ml DisperBYK 110 dicampur dengan alat shaker mill selama 60 menit.. Viskositas
dari pasta yang ingin dicapai harus memiliki rentang dari 3000 cP sampai 15000 cP,
diukur dengan viscometer (Brokfield DV-I Model HBDV-I +CP)
3.2.3 Penentuan Parameter Optimal Screen Printing
Screen printer yang digunakan pada penelitian ini adalah De Haart automatic
screen printer model SPSA 10 yang berada pada laboratorium riset PPET – LIPI ,
proses pencetakan dilakukan secara otomatis dengan memanfaatkan screen dengan
ukuran 325 mesh. Dengan jarak snap-off bervariasi yaitu jarak antara screen dengan
substrat yang akan dicetak ,dengan fitur ini jarak snap off diatur memiliki jarak yang
kecil pada cetakan pertama dan jaraknya bertambah pada cetakan kedua dan
seterusnya. Substrat dicetak empat sampai lima kali sampai ketebalan sesuai dengan
yang diharapkan. kecepatan dan tekanan squeegee diatur pada parameter default
sesuai untuk mencetak modul elektronik.
16
Gambar 9. Proses pencetakan menggunakan screen printer
3.2.4 Karakterisasi Modul Generator Termoelektrik.
Percobaan dirancang untuk menentukan koofisiensi seebeck, konduktivitas, dan
power factor. Dari modul termolektrik digunakan rancangan percobaan dengan
menggunakan sumber panas pada satu sisi dan pendisipasi panas pada sisi lainnya.
Pada saat perbedaan temperatur antara sisi pendisipasi dan sumber panas steady
voltmeter digunakan untuk mengukur tegangan keluaran, dan thermometer digunakan
untuk mengukur perbedaan temperature kedua sisi.
Gambar. 11 experiment set-up untuk karakterisasi kooefisien seebeck modul.
17
3.3 Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di gedung 20 Pusat Penelitian
Elektronika dan Telekomunikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPET-
LIPI) , Jalan Cisitu No.21/154D Kota Bandung.
3.4 Jadwal Penelitian
Rencana jadwal penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada tabel
3.1
No KegiatanBulan
Mei 2016 Juni 2016 Juli 2016I II III IV I II III IV I II III IV
1 Studi Literatur mengenai termoelektrik dan screen printing
2 Perancangan Desain Film untuk screen
3 Persiapan pasta Bi2Te3 dan Sb2Te3
4 Pencetakan Pasta pada substrat Alumina
5 Karakterisasi Sifat Termal, Listrik dan Morfologi Modul Generator Termoelektrik
6 Penulisan Buku Tugas Akhir
Tabel 3.1 Rencana Jadwal Penelitian
18
Daftar Pustaka
[1] International Energy Agency (IEA), (2013). Southeast Asia Energy Outlook, World
Energy Outlook Special Report.
[2] Dewan Energi Nasional, 2014, Outlook Energi Indonesia, Dewan Energi
Nasional
[3] Badan Koordinasi Energi Nasional (BAKOREN), 2005,“Blue Print Pengelolaan
Energi Nasional 2005-2025”, Departemen ESDM, Jakarta
[4] Willfahrt A. Screen printed thermoelectric devices. Stuttgart Media University.
2014
[5] Holmberg K et al. Global energy consumption due to friction in passenger cars.
Tribology International. 2012.
[6] D.M. Rowe (Ed.), Thermoelectrics Handbook Macro to Nano, CRC Press (2006),
pp. 1-9
[7] Snyder, G.J., and Toberer, E.S., 2008, Complex Thermoelectric Materials, nature materials, Vol. 7 pp. 105-114.
[8] Electropeida, 2005, Thermocouple Electric Generators.
[9] Sparks, T.D., 2013, Oxide Thermoelectrics: The Role of Crystal Structure on Thermopower in Strongly Correlated Spinels, Dr pp. 200.
[10] Kasap, S.O., 2001, Thermeloectric Effects in Metals: Thermocouples.
[11] Navone, C., Soulier, M., Plissonnier, M., and Seiler, A.L., 2010, Development of (Bi,Sb)2(Te,Se)3-Based Thermoelectric Modules by a Screen-Printing Process, Journal of Electronic Materials, Vol. 39 pp. 1755-1759.
[12] Bergman, T.L., Lavine, A.S., Incropera, F.P., and Dewitt, D.P., 2011, Fundamentals of Heat and Mass Transfer - Seventh Edition
[13] Tritt, T.M., 2002, Thermoelectric Materials: Principles, Structure, Properties, and Applications.
[14] .Zhao, D., Zuo, M., Leng, J., and Geng, H., 2013, Synthesis and Thermoelectric Properties of Cosb3/Wo3 Thermoelectric Composites, Intermetallics, Vol. 40 pp. 71-75.
[15] R.J. Van Overstraeten dan R.P. Mertens., 1986. Physic, Technology and Use of
Photovoltaics. Boston: Adam Hilger Ltd.
19
[16] Vazquez J., Palacios R., Sanz-Bobi M. a., and Arenas A., 2003, “Test bench for measuring the electrical properties of commercial thermoelectric modules,” Proceedings ICT’03. 22nd International Conference on Thermoelectrics (IEEE Cat. No.03TH8726), pp. 589– 593
20
PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MODUL THERMOELECTRIC
GENERATOR DENGAN MENGGUNAKAN METODA SCREEN PRINTING
PROPOSAL TUGAS AKHIR
Proposal Tugas Akhir ini diajukan sebagai pertimbangan judul tugas akhir untuk
memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom
Disusun Oleh :
RIZVI AHMADI
1108112042
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
BANDUNG
2016
21