+ All Categories
Home > Documents > Teladan Kristus dalam pelayanan anak

Teladan Kristus dalam pelayanan anak

Date post: 02-Mar-2023
Category:
Upload: independent
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
50
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Alkitab memberi perintah kepada umat-Nya untuk mengasihi, serta memperkenalkan Tuhan dan firman-Nya kepada anak-anak. Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sepakat bahwa pelayanan terhadap anak-anak adalah penting demi tumbuhnya sebuah generasi yang mengenal dan takut akan Alah. Kebenaran diteladankan Yesus dalam Markus 10:13-16: Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang- orang itu. Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka, “Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang- orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.” Aku berkata kepadamu, “Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.” Lalu ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka. 1 Nats Alkitab ini memberi pesan jelas kepada gereja (orang-orang yang percaya kepada Yesus) untuk meneladani Yesus dalam bersikap 1 Alkitab Terjemahan Baru. (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2005).
Transcript

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Alkitab memberi perintah kepada umat-Nya untuk mengasihi,

serta memperkenalkan Tuhan dan firman-Nya kepada anak-anak.

Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sepakat bahwa pelayanan

terhadap anak-anak adalah penting demi tumbuhnya sebuah generasi

yang mengenal dan takut akan Alah. Kebenaran diteladankan Yesus

dalam Markus 10:13-16:

Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka, “Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.” Aku berkata kepadamu, “Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.” Lalu ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka.1

Nats Alkitab ini memberi pesan jelas kepada gereja (orang-orang

yang percaya kepada Yesus) untuk meneladani Yesus dalam bersikap

1 Alkitab Terjemahan Baru. (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2005).

dan bertindak terhadap anak-anak. Gereja harus menerima,

menghargai, menjunjung tinggi, dan melayani anak-anak.

Sumbangan ilmu psikologi menegaskan bahwa diperlukannya

sebuah pelayanan khusus kepada anak-anak. Gladys Gardner

Jenkins, Helen Shacter, dan William W. Bauer dalam bukunya These

Are Your Children mengatakan:

Children are not small adults. They do not think, feel, react as grown-up people do. Physically, mentally, and emotionally each child is a growing, changing person with needs an potentialities which are his alone. Often the child who is difficult, whose behavior is not desireable, who is labeled ’naughty’ or ’badly behaved’ is only a child who has not been understood by the adult around him. Sometimes they have pushed him too hard and expected too much from him; sometimes they have not known enough about boys and girls to realize that he is reacting like other children of his own age in similar circumstances, that he is not deliberately naughty but is ’growing pains’ and trying to assert himself as a person.2

Keadaan fisik, mental, dan emosional anak bersifat unik dan

khusus sehingga membutuhkan perhatian yang khusus juga dalam

melayani mereka. Di sisi lain, sumber pelayanan Kristen, yaitu

Alkitab ditulis dalam peruntukan orang dewasa. Lawrence O.

Richard mengatakan, ”The bible really is an adult book, written by adult and for

2 Jenkins, Gardner Gladys dkk. These Are Your Children (Chicago:Scott Foresman Company, 1953), 12.

adult.”3 Oleh karena itu diperlukan keseriusan gereja untuk

melayani dan mengajar anak-anak.

Bentuk pelayanan anak yang selama ini dikerjakan oleh Gereja

Baptis Indonesia adalah Sekolah Minggu. Istilah Sekolah Minggu

pada mulanya dimunculkan di Inggris pada abad ke-18 oleh seorang

bernama Robert Raikes, seorang penerbit dari Gloucester, Inggris

yang memperhatikan keadaan masyarakat Inggris yang memprihatinkan

pada masa revolusi industri. Robert Raikes membuka kelas membaca

dan mempelajari Alkitab untuk anak-anak yang sedang menikmati

liburan setelah enam hari lamanya mereka bekerja. Istilah dan

gagasan Sekolah Minggu ini kemudian tersebarluaskan ke seluruh

dunia, termasuk Indonesia.

Di Gereja Baptis Indonesia, program Sekolah Minggu pada

umumnya berbentuk kelas-kelas pemahaman Alkitab terhadap semua

golongan umur. Kelas-kelas Sekolah Minggu pada Gereja Baptis

Indonesia biasanya terdiri dari kelas Asuhan (0-3 tahun), Indria

(4-6 tahun), Pratama (7-9 tahun), Madya (10-12 tahun), Tunas Muda

(13-15 tahun), Muda Remaja (16-19 tahun), Pemuda (20-29 tahun),

3 Lawrence, O. Richard dkk. Creative Bible Teaching (Chicago: Moody Press, 1998), 270.

Dewasa Muda (30-50 tahun), dan Dewasa Senior (50 tahun ke atas).4

Sekalipun Sekolah Minggu bukanlah program pelayanan anak secara

khusus, namun Gereja Baptis Indonesia tetap menumpukan pelayanan

anaknya pada program tersebut. Alasannya adalah karena Sekolah

Minggu memiliki kelas-kelas untuk anak-anak (Asuhan, Indria,

Pratama, Madya) dimana seluruh pelayanan dan pendidikan anak

dapat terakomodasi didalamnya.

Seperti Gereja Baptis Indonesia pada umumnya, Gereja Baptis

Indonesia Badan Pengurus Daerah (BPD) Surabaya juga menjadikan

Sekolah Minggu kelas Asuhan, Indria, Pratama, dan Madya menjadi

titik tumpu pelayanan anak. Pelayanan anak di Gereja Baptis

Indonesia BPD Surabaya telah dimulai sejak pada awal mulanya

pelayanan Injil dirintis di Surabaya pada tahun 1952. Fakta

sejarah bahkan menunjukkan pelayanan Injil di Surabaya dimulai

melalui pelayanan anak Sekolah Minggu.

Pada periode ini (2010-2015) pengurus Gabungan Gereja Baptis

Indonesia (GGBI) BPD Surabaya menempatkan pengembangan pelayanan

anak sebagai salah satu tugas yang hendak dikerjakan dengan

serius. Hal ini dinyatakan oleh ketua GGBI BPD Surabaya dalam

4 Ibid, 55.

sambutannya dalam acara natal bersama GGBI BPD Surabaya 7 Januari

2012 dan rapat pengurus pada tanggal 14 Maret 2012. Berkaitan

dengan upaya Pengurus BPD Surabaya mengembangkan pelayanan anak

melalui Sekolah Minggu menuju kondisi ideal, Pilland dalam

bukunya “Perkembangan Gereja dan Penginjilan Melalui Sekolah”

mencatat bahwa kondisi ideal Sekolah Minggu adalah: 1)Sekolah

Minggu yang seluruh organisasinya diarahkan untuk menjangkau

orang sesat dan mengembangkan murid menuju keserupaan dengan

Kristus; 2)Sekolah Minggu yang Mengenali dan mendaftarkan calon-

calon anggota; 3) Sekolah Minggu yang terbagi kedalam kelas-kelas

berdasarkan kelompok umur; 4) Sekolah Minggu yang memiliki

pekerja dan guru yang terlatih dan terorganisir; 5)Sekolah Minggu

yang memiliki ruangan nyaman beserta dengan sarana yang memadai;

6)Sekolah Minggu yang mengadakan kunjungan secara mingguan.

Dari antara beberapa faktor mengenai kondisi ideal pelayanan

Sekolah Minggu di atas, Stephen Tong mencatat bahwa guru adalah

faktor terpenting bagi pengembangan pelayanan anak melalui

Sekolah Minggu. 5 Yakobus 3:1 mengatakan, “Janganlah banyak

5 Tong, Stephen. Arsitek Jiwa 1 (Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1993), 51.

orang di antara kamu mau menjadi guru, sebab kita tahu, bahwa

guru akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat.”6 Kalimat

Firman Allah ini tidak berarti bahwa fungsi guru tidak penting,

tetapi justru memberikan arti bahwa kualitas guru lebih penting

daripada kuantitasnya. Berkaitan dengan pentingnya guru Sekolah

Minggu, JM. Price mencatat bahwa Yesus adalah guru yang sempurna

baik dari segi illahi maupun insani.7 Oleh karena hal itu semua

guru Sekolah Minggu harus melihat Yesus sebagai model dalam

kehidupan dan pelayanan mereka sebagai guru. Teladan Yesus dalam

pelayanan terhadap anak terlihat jelas dalam Markus 10:13-16.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa teladan Yesus dalam Markus

10:13-16 adalah model ideal bagi pelayanan guru-guru Sekolah

Minggu kelas anak di Gereja Baptis Indonesia.

BAB II

KAJIAN TEORI, DAN KERANGKA BERPIKIR6 Alkitab Terjemahan Baru. (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia,

2005).

7 Price, JM. Yesus Guru Agung (Bandung, Lembaga Literatur Baptis, 1975), 5.

Eksposisi Markus 10:13-16

Pada bagian ini akan dieksposisi Markus 10:13-16.

Pertimbangan dari dipilihnya nats ini adalah karena dalam nats

ini terdapat persentuhan antara Yesus dengan anak-anak. Dalam

eksposisi ini penulis akan membandingkan nats ini dengan nats-

nats lain dalam Injil Sinoptik dengan tetap menjadikan nats ini

sebagai acuan.

Latar Belakang Kitab Markus

Sampai pertengahan abad kedua, Injil Markus hampir tidak

pernah dikutip. Demikian juga hampir tidak ada komentar mengenai

Injil ini sampai abad kelima. Boleh dikatakan selama berabad-

abad Injil Markus merupakan Injil yang kurang diperhitungkan.

Hal tersebut tentu disebabkan oleh bermacam-macam alasan. Alasan

tersebut antara lain adalah bahwa Injil Markus merupakan Injil

yang paling pendek. Hampir seluruh bahan yang ditemukan dalam

Injil Markus ditemukan juga dalam Injil Matius dan Lukas, maka

dari itu dari sudut pandang bahan, Injil Markus diangap tidak

memiliki keistimewaan.8

Pergeseran pandangan mulai tampak pada abad ke sembilan

belas. Pada waktu itu Markus dianggap sebagai orang yang paling

lugu meneruskan tradisi-tradisi yang paling tua mengenai Yesus

tanpa polesan apapun. Ia meneruskan begitu saja bahan-bahan yang

sampai kepadanya. Disitulah keistimewaan Injil Markus. Dan

keunggulan berikutnya adalah bahwa Markus adalah Injil yang

paling tua diantara keempat Injil dan digunakan sebagai sumber

penulisan Injil-Injil Matius dan Lukas.9

Penulis

Meskipun penulis Injil kedua ini tidak membubuhkan namanya

sendiri, namun sejak abad kedua Injil Markus ini sudah disebut

’Injil dari Markus’. Kesaksian ini diterima sampai sekarang

tanpa kesulitan. Menurut kesaksian Papias (sekitar tahun 120),

Markus adalah murid dan juru bicara Petrus. Markus mengumpulkan

8 Suharyo. Pengantar Injil Sinoptik (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1988), 75.

9 Ibid, 49-50.

pengajaran-pengajaran Petrus sebagai bahan pendukung bagi

pelayanan kepada jemaat. Biasanya dia disamakan dengan Markus

yang menitipkan salam dalam 1 Petrus 5:13. Di dalam ayat

tersebut Markus disebut ’anakku’, mungkin karena Petruslah yang

menjadikannya Kristen.

Kecuali Petrus, Paulus dalam dua surat yag ditulisnya di

penjara Roma pada tahun 61-63 menyebut pula seorang yang bernama

Markus. Dalam Kolose 4:10 Paulus mengirimkan salam kepada Markus

yang adalah kemenakan Barnabas. Demikian pula dalam Filemon 24

Paulus mengirimkan salam dari teman-teman sekerjanya, diantaranya

disebut Markus.10

Tanggal dan Tempat Penulisan

Tradisi kuno mengatakan bahwa Markus menuliskan Injilnya di

Roma, dan ditujukan kepada jemaat di kota itu. Jemaat Kristiani

di Roma sebagian besar adalah orang-orang yang datang dari

lingkungan non Yahudi. Bahkan didapat kesan juga bahwa jemaat 10 Ibid, 50-51.

ini merasa ’alergi’ terhadap hal-hal yang berbau Yahudi (Markus

7:7; 8:15; 12:38-40; 15:6-15).

Sebagian besar ahli tafsir menempatkan penulisan Injil

Markus antara tahun 65-70. Tahun 65 diambil sebagai batas awal

berdasarkan kesaksian kuno dari Papias dan Irenius yang

mengatakan bahwa Markus menuliskan Injilnya sesudah kematian

Petrus. Batas akhir tahun 1970 diambil sehubungan dengan

peristiwa dihancurkannya kota Yerusalem pada tahun itu.11

Tujuan Penulisan

Tujuan yang terutama dari Injil ini adalah penginjilan atau

penyampaian kabar baik. Penginjilan yaitu suatu usaha untuk

memperkenalkan diri dan karya Yesus kepada masyarakat sebagai

suatu kabar baru tanpa mengharapkan terlalu banyak pengetahuan

pihak pendengar tentang teologi dan ajaran Perjanjian Lama.

Cerita-ceritanya yang singkat, ajarannya yang berupa kata-kata

bijaksana, penerapan tentang kebenaran yang mengena, adalah

sesuatu yang lazim digunakan oleh para pengkhotbah di depan umum

11 Ibid, 52-53.

untuk menceritakan tentang Kristus di atanra kelompok pendengar

yang terdiri dari pelbagai golongan.12

Studi Teks

Pada bagian ini kita akan mengkaji teks Alkitab dari Markus

10:13-16 yang membahas mengenai perjumpaan antara Yesus dengan

anak-anak. Berikut ini adalah teks tersebut:

Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya. Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkantangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka.

Studi terhadap Markus 10:13

Markus 10:13 berkata ”Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada

Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-

orang itu.” Kalimat Alkitab bahasa indonesia ini terjemahan dari

bahasa Yunani, ” Kai. prose,feron auvtw/| paidi,a i[na auvtw/n

a[yhtai\ oi` de. maqhtai. evpeti,mhsan auvtoi/jŔ12 Tenney, Merril C. Survei Perjanjian Baru (Malang: Penerbit

Gandum Mas, 1992), 210.

Kata ’lalu’ berasal dari kata Yunani kai, yang berarti dan,

juga, bahkan, atau tetapi.13 Artinya kata ‘lalu’ tersebut

merupakan kata sambung dari kejadian sebelumnya bahwa Yesus dan

muridnya baru tiba di rumah setelah pulang mengajar orang banyak

di Yudea (Markus 10:1). Rumah tersebut berada di Kapernaum

sesuai dengan setting peristiwa sebelumnya (Markus 9:33),

kemungkinan besar rumah ini adalah rumah Petrus, Yakobus, dan

Yohanes karena Kapernaum merupakan kampung nelayan. Kemungkinan

besar rumah ini menjadi pos persinggahan Yesus selama melayani di

sekitar Galilea. Dengan penjelasan ini kita dapat mengerti bahwa

setting peristiwa dalam nats ini adalah di rumah Kapernaum.

prose,feron kata kerja indikatif imperfek aktif orang ketiga

jamak dari prosfe,rw yang berarti ‘membawa’. Secara lengkapnya

‘mereka dulu sedang membawa’ (peristiwa yang dilakukan aktif di

masa lalu).

auvtw/| kata ganti tunggal maskulin pribadi datif dari

auvto,j yang berarti ‘penekanan diri intensif’. Kata ini

menunjuk pribadi Yesus.

13 Dicopi dari Bible Work 7 pada tanggal 21 Juni 2012.

paidi,a kata benda akusatif jamak netral dari paidi,on yang

berarti ‘anak-anak’ (very young children). Menunjuk pada kata yang

dipakai dalam Lukas 18:15 adalah bre,fh yang berarti bayi. Jadi

kemungkinan besar anak-anak yang dimaksud adalah para bayi, atau

balita.

i[na conjunction subordinating dari i[na yang merupakan kata

penghubung, yang dapat diartikan sebagai ‘supaya’ atau ‘untuk’.

auvtw/n kata benda genitif neuter jamak dari auvto,j yang

berarti kata benda penunjuk kepada anak-anak tersebut.

a[yhtai kata kerja subjunctive aorist middle orang ketiga tunggal

dari a[ptw yang berarti ‘menyentuh’ atau ‘memegang’.

‘Memegang’ atau ‘menjamah’ dalam ayat ini tidak menunjukkan bahwa

bahwa anak-anak itu memerlukan kesembuhan jasmani atas penyakit

apa saja, namun sebagai tanda bahwa Ia memerintah atas dan

memberkati mereka.14 Sedangkan William Lane berpendapat bahwa

‘menjamah’ disini berarti memberikan berkat pada masa depan

mereka.15 Hal ini senada dengan kitab nats sejajar dalam Matius

14 Henry, Mattew. Tafsiran Mattew Henry: Injil Markus (Surabaya: Penerbit Momentum, 2007), 218.

15 Lane, William L. The Gospel According To Mark (Michigan: William B. Eerdmans Publishing Company, 1974), 359

19:13 bahwa “Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan mendoakan

mereka.” Jadi kita bisa tahu bahwa peristiwa ‘menjamah’ oleh

Yesus Kristus menyatakan berkat dan doa bagi anak-anak.

oi` definite article jamak maskulin nominative dari o` yang

berarti “mereka itu”.

de merupakan kata penghubung yang berarti ‘tetapi’

maqhtai. kata benda nominatif maskulin jamak dari maqhth,j

yang menunjuk pada 12 murid yang mengikuti Yesus.

evpeti,mhsan kata kerja indikatif aorist aktif orang ketiga

tunggal jamak dari evpitima,w yang berarti ‘mereka dulu sedang

menegur’. Sedangkan auvtoi/j kata benda personal datif maskulin

jamak auvto,j yang berarti ‘mereka’ (mereka yang dimaksud dapat

berarti orang-orang yang membawa anak-anak atau malahan anak-anak

tersebut). Dalam kisah ini agaknya murid-murid ingin melindungi

Yesus agar tidak terganggu dengan anak-anak yang ‘kurang

penting’. Sikap para murid tampaknya dilandasi pemahaman bahwa

waktu Tuhan terlalu berharga untuk dibuang-buang bagi anak-

anak.16

16 Hiebert, Edmond. The Gospel of Mark (Greenville: Bob Jones University Press, 1994), 282.

Studi terhadap Markus 10:14

Nats Indonesia Terjemahan Baru dari Markus 10:14 adalah

“Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada

mereka: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan

menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah

yang empunya Kerajaan Allah.” Sedangkan dalam bahasa aslinya

adalah ivdw.n de. o` VIhsou/j hvgana,kthsen kai. ei=pen auvtoi/j\

a;fete ta. paidi,a e;rcesqai pro,j me( mh. kwlu,ete auvta,( tw/n

ga.r toiou,twn evsti.n h` basilei,a tou/ qeou/Å

Kata VIdw.n adalah kata kerja participel aoris aktif

nominatif maskulin tunggal dari o`ra,w yang berarti ‘melihat’,

‘menangkap melihat’, ‘memperhatikan’. Aoris aktif menunjukkan

tindakan ini sedang dilakukan di masa lampau, dan yang melakukan

adalah satu orang, tentunya hal ini adalah Yesus. Kata melihat

ini menunjukkan bahwa peristiwa murid-murid marah kepada orang-

orang yang membawa anak-anak adalah berada dalam posisi agak jauh

dari Yesus tetapi terlihat dari pandangan Yesus. Jika kembali

melihat konteks Yesus berada adalah di dalam rumah, kemungkinan

peristiwa murid-murid menegur orang-orang yang membawa anak-anak

adalah di luar rumah.

Kata de. adalah kata penghubung yang berarti ‘tetapi’ atau

dapat juga diterjemahkan dengan ‘kemudian’.

Kata o` merupakan kata penunjuk maskulin tunggal yang

menegaskan pada ‘dia itu’ atau ‘Yesus itu’.

VIhsou/j adalah Yesus Kristus orang Nazaret yang menjadi

tema sentral dalam Injil ini.

hvgana,kthsen kata kerja aoris aktif orang ketiga tunggal

dari avganakte,w yang lebih menunjuk pada ‘gusar’ atau

‘menunjukkan ketidaksenangan’ daripada ‘marah’. Kata avganakte,w

dalam ayat ini adalah kegusaran satu-satunya yang dilakukan oleh

Yesus yang tertulis dalam Alkitab. Beberapa alasan kegusaran

Yesus adalah karena Yesus menganggap anak kecil itu penting,

alasan bahwa anak kecil itu penting di hadapan Yesus akan

terdapat pada penggalian ayat berikutnya. Alasan yang lain

adalah karena Yesus sudah pernah mengajarkan kepada murid-murid-

Nya untuk menyambut anak kecil nats sebelumnya yaitu Markus 9:37

“Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut

Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang

mengutus Aku.” Bahkan dalam Injil Matius 18:10 dikatakan “Ingatlah,

janganlah menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini.” Karena murid-

murid Yesus tidak mengindahkan ajaran dan peringatan Yesus ini

maka Dia menjadi gusar. Dari nats ini kita tahu bahwa Yesus

menyambut anak-anak dan dia ingin orang lain menyambut anak-anak

juga.

kai. merupakan kata penghubung yang berarti ‘dan’

ei=pen merupakan kata kerja indikatif aoris aktif orang

ketiga tunggal le,gw yang berarti ‘berkata’. Namun dalam ayat

ini lebih tepat diterjemahkan dengan ‘berbicara dengan nada

tegas’.

auvtoi/j yaitu kata benda personal datif maskulin jamak dari

auvto,j . Yang berarti ‘mereka’ yang menunjuk pada murid-murid

Yesus.

a;fete merupakan kata kerja imperatif aktif orang kedua

jamak dari avfi,hmi. avfi,hmi tidak hanya berarti ‘biarkan’

sebagaimana dalam Alkitab Terjemahan Baru, tetapi lebih mengarah

kepada kata ‘send away’ dalam bahasa Inggris, yang secara literal

jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti “kirimkan

pergi”. Kata ini mengandung perintah ‘upayakan agar pergi’.

Karena kasus dari kata ini adalah imperatif aktif maka kata ini

berarti ‘upayakan agar mereka dapat pergi!’ dan bukanlah

‘hendaknya engkau mengupayakan agar mereka dapat pergi’.

ta. definit artikel akusatif neuter jamak dari o` yang

menegaskan kata ganti pada kata berikutnya dengan penegasan ‘itu’

atau dalam bahasa inggris diterjemahkan dengan ‘the’.

Kata paidi,a sebagaimana Markus 10:13 adalah kata benda

akusatif jamak netral dari paidi,on yang berarti ‘anak-anak’

(very young children).

e;rcesqai kata kerja infinitif present middle dari e;rcomai

yang dapat berarti ‘datang’ atau ‘pergi’. Jika diterjemahkan

dengan kata ‘pergi’. pro,j preposisi akusatif dari pro,j yang

berarti ‘toward’ yaitu ‘terhadap’ atau ‘kepada’. Dan me kata

benda personal akusatif tunggal dari evgw, yang berarti ‘saya’

dalam hal ini adalah Yesus sendiri.

mh. berarti ‘tidak’ atau ‘supaya jangan’.

kwlu,ete kata kerja imperatif present aktif orang kedua

jamak dari kwlu,w yang berarti perintah tegas agar jangan

‘merintangi’, ‘mencegah’, ‘melarang’, ‘menolak’, ‘menyangkal’,

atau ‘menahan’.

auvta, adalah kata benda personal akusatif neuter jamak dari

auvto,j yang menunjuk pada ‘anak-anak itu’ atau ‘mereka itu’.

Jadi jika dilihat secara utuh frasa ivdw.n de. o` VIhsou/j

hvgana,kthsen kai. ei=pen auvtoi/j\ a;fete ta. paidi,a e;rcesqai

pro,j me( mh. kwlu,ete auvta dapat diterjemahkan dengan ‘kemudian

Yesus melihat hal itu dan menjadi gusar Ia berbicara dengan nada

tegas “upayakan agar anak-anak dapat pergi kepada Saya! Jangan

merintangi, mencegah, menahan, atau menolak anak-anak itu!”’.

tw/n merupakan definit artikel neuter jamak dari o` yang

menegaskan ‘anak-anak ini’.

ga.r merupakan kata penghubung penyebab, dapat diterjemahkan

dengan ‘karena’.

toiou,twn kata sifat demontratif neuter jamak tanpa

tingkatan dari toiou/toj berarti ‘seperti ini’.

evsti.n kata kerja indikatif present aktif person orang

ketiga tunggal dari eivmi, yang berarti ‘ada’, ‘tinggal’, atau

‘termasuk’.

h` definit artikel nominatif feminin tunggal dari o` yang

berarti ‘the’ atau ‘itu’. basilei,a kata benda nominatif feminin

tunggal yang berarti ‘kerajaan’. tou/ definit artikel genitif

maskulin tunggal dari o` yang berarti ‘the’ atau ‘itu’. qeou/

kata benda genitif maskulin tunggal dari qeo,j yang berarti

‘Allah’, dalam hal ini tentunya Allah Israel, menunjuk pada Allah

Yahweh atau Allah Bapa.

Secara literal frasa tw/n ga.r toiou,twn evsti.n h` basilei,a

tou/ qeou/Å berarti ‘karena anak-anak seperti ini termasuk dalam

kerajaan Allah.’ Kata ‘anak-anak seperti ini’ tidak menunjukkan

kepada diri anak sebagai pribadi, tetapi menunjuk pada

karakteristik anak yang mampu menerima orang lain (receptivity),

bergantung (dependence), dan memiliki kepercayaan penuh kepada

orang lain (trustfulness).17 Akar dari sifat tersebut adalah anak

memiliki sifat rendah hati sebagaimana dijelaskan Yesus saat

murid-murid-Nya menginginkan menjadi yang terbesar dalam Matius

18:1-4. Karena kerendahan hati inilah maka Yesus mengaitkan

karateristik ini sebagai karakteristik orang yang termasuk dalam

kerajaan Allah. Hal ini senada dengan Matius 5:3 yang mengatakan

bahwa “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah karena

merekalah yang empunya kerajaan surga.”

17 Hiebert, Edmond. The Gospel of Mark (Greenville: Bob Jones University Press, 1994), 283.

Kerajaan Allah dalam Perjanjian Baru ini mempunyai aspek

yang berhubungan dengan masa kini dan masa yang akan datang.

Kerajaan itu merupakan suatu kenyataan yang sekarang di dalam

dunia ini (Markus 1:15; Lukas 18:16-17; Kolose 1:13; Ibrani

12:28), namun pemerintahan dan kuasa Allah belum benar-benar

diwujudkan. Pekerjaan dan pengaruh Iblis serta orang fasik akan

terus berlangsung hingga akhir zaman (1 Timotius 4:1; 2 Timotius

3:1-5; Wahyu 19:19-20:10). Penyataan yang akan datang dari

kemuliaan, kuasa, dan Kerajaan Allah akan terjadi ketika Yesus

kembali untuk menghakimi dunia (Matius 24:30; Lukas 21:27; Wahyu

19:11-20; 20:1-6). Penggenapan Kerajaan Allah pada akhirnya akan

datang ketika Kristus menang secara mutlak atas semua kejahatan

dan perlawanan serta menyerahkan Kerajaan itu kepada Allah Bapa

(1 Korintus 15:24-28; Wahyu 20:7-21:8).18

Dalam hal ini anak-anak adalah termasuk dalam anggota

kerajaan Allah, baik kerajaan Allah pada masa kini, yaitu

pemerintahan Allah dalam kehidupan, maupun kerajaan Allah pada

masa yang akan datang.

18 Artikel Penuntun Kerajaan Allah, Alkitab Sabda, http://alkitab.sabda.org/article.php?id=8437 (diakses pada tanggal 11 Juli 2012).

Studi terhadap Markus 10:15

Nats Indonesia Terjemahan Baru dari Markus 10:14 adalah “Aku

berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah

seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya." Sedangkan dalam

bahasa aslinya adalah avmh.n le,gw u`mi/n( o]j eva.n mh. de,xhtai

th.n basilei,an tou/ qeou/ w`j paidi,on( ouv mh. eivse,lqh| eivj

auvth,nÅ

avmh.n berarti sungguh-sungguh benar. Biasanya kata ini

juga dipakai menyertai perkataan Yesus.

le,gw merupakan kata kerja indikatif present aktif orang

pertama tunggal. le,gw berarti ‘berbicara’, ‘berkata’,

‘memberitahukan’. Dalam hal ini subyek yang berbicara adalah

Yesus.

u`mi/n kata ganti personal datif jamak dari su, yang berarti

‘mereka’. ‘Mereka’ dalam nats itu menunjuk pada murid-murid

Yesus yang merupakan obyek pembicaraan.

o]j merupakan kata ganti relatif nominatif maskulin tunggal

yang berarti ‘barangsiapa’, ‘siapa’, ‘apa’.

eva.n mh. Berarti ‘jika tidak’ atau ‘kecuali’.

de,xhtai merupakan kata kerja subjungtif aoris middle

subjunctive aoris middle orang ketiga tunggal dari kata de,comai

yang berarti ‘menerima’, ‘mengambil’ atau ‘menyambut’. Kata

kerja aoris dalam kata ini menunjuk pada tindakan menyambut atau

menerima kerajaan Allah terjadi sekali untuk seterusnya. Kata

kerja aoris dalam kata ini juga menunjukkan bahwa tindakan

menyambut kerajaan Allah merupakan sebuah sikap atau tindakan

yang sungguh-sungguh.

th.n definit artikel akusatif feminin tunggal dari o`yang

berarti ‘the’ atau ‘this one’ dalam bahasa Indonesia diterjemahkan

dengan kata ‘itu’ yang menunjuk pada kata benda kata benda

‘kerajaan Allah’ pada frasa sesudahnya.

basilei,an tou/ qeou berarti ‘kerajaan Allah’ dengan konsep

sebagaimana terdapat dalam penjelasan dalam Markus 10:14 diatas.

w`j adalah partikel pembanding dengan arti ‘sebagaimana’

atau ‘seperti’.

paidi,on adalah kata benda nominatif neuter tunggal dari

paidi,on yang berarti ‘seorang anak kecil’ dapat juga berarti

‘seorang bayi’.

Kata ouv mh. mempunyai arti yang sama yaitu tidak. Secara

literal ouv mh. dapat diterjemahkan dengan ‘tidak-tidak’. Secara

maknawi kata dobel negatif ini menunjukkan ketegasan negatif yang

dapat diartikan ‘sangatlah tidak’ atau ‘tidak ada cara lain’.

eivse,lqh adalah kata kerja subjungtif aoris aktif orang

ketiga tunggal dari kata eivse,rcomai yang berarti ‘masuk’ atau

‘pergi’. Dalam kalimat ini lebih tepat diterjemahkan dengan kata

‘masuk’. Kata kerja aoris menunjukkan bahwa tindakan masuk ke

dalam kerajaan Allah adalah tindakan yang dilakukan sekali untuk

seterusnya.

eivj adalah kata depan yang berarti ‘ke dalam’.

Dan auvth,n adalah kata ganti personal akusatif feminine

tunggal dari kata auvto,j yang berarti ‘dirinya’. ‘dirinya’

dalam kata ini menunjuk kepada ‘kerajaan Allah’ yang sama-sama

memiliki kelamin feminine tunggal.

Makna kunci dalam nats ini adalah ‘menyambut Kerajaan Allah

seperti seorang anak kecil’. Frasa ini dinilai kunci karena

merupakan petunjuk agar setiap orang dapat memasuki Kerajaan

Allah. ‘Menyambut kerajaan Allah seperti seorang anak kecil’

dalam nats ini tidak menunjuk pada kepolosan seorang anak, tetapi

mereka mempunyai sifat mau menerima dan memiliki kemauan untuk

bergantung kepada orang lain terhadap apa yang mereka butuhkan.

Kerajaan Allah harus diterima sebagai hadiah, bukan sebagai

pencapaian manusia. Kerajaan Allah tidak didapat berdasarkan

kepantasan manusia. Hanya seperti seorang anak yang menerima

hadiah dengan penuh rasa percaya, begitu juga Kerajaan Allah

harus diterima sebagai hadiah dari Allah dengan iman percaya yang

sederhana. Disinilah kita dapat melihat esensi dari doktrin

pembenaran hanya oleh karena iman.19

Studi terhadap Markus 10:16

Terjemahan baru bahasa Indonesia menerjemahkan Markus 10:16

ini dengan kalimat “lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan

tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka.” Terjemahan baru ini

diambil dari bahasa Yunani kai. evnagkalisa,menoj auvta.

kateulo,gei tiqei.j ta.j cei/raj evpV auvta,Å

Kata kai. lebih tepat diterjemahkan dengan kata ’lalu’

meskipun dapat juga berarti ‘dan’, ‘juga’, ‘bahkan’, atau

19 Hiebert, Edmond. The Gospel of Mark (Greenville: Bob Jones University Press, 1994), 283.

‘tetapi’.20 Kata ‘lalu’ tersebut menjelaskan bahwa kejadian

berikut merupakan lanjutan waktu dari peristiwa sebelumnya.

evnagkalisa,menoj merupakan kata kerja partisipel aorist

nominatif maskulin tunggal dari kata evnagkali,zomai yang berarti

‘mengambil pada satu lengannya’ atau ‘melingkarkan satu

lengannya’. Dalam hal ini yang melakukan adalah Yesus terhadap

anak-anak. Tindakan merangkul ini berarti tindakan menerima

mereka yang melampaui keinginan untuk menyentuh (ayat 13).21

Dalam hal ini Yesus menerima anak-anak lebih dari yang diharapkan

oleh para orang tua, Yesus bukan hanya menyentuh tetapi juga

menerima seperti seorang anak dalam pelukan ibunya.

auvta. kata ganti personal akusatif neuter jamak dari

auvto,j yang berarti ‘mereka’ dalam arti anak-anak kecil.

kateulo,gei kata kerja indikatif imperfect aktif orang

ketiga tunggal dari kata kateuloge,w yang berarti ‘memberkati’.

Kata kateulo,gei ini adalah kata majemuk yang tidak muncul di

tempat lain dalam Perjanjian Baru. Jadi jika diterjemahkan dalam

bahasa Indonesia kata ini berarti ‘Ia memberkati mereka dengan

20

21 Ibid, 284.

sangat, berulangkali.’22 Berkat yang diberikan Yesus adalah

berkat yang dibawa-Nya serta ketika Ia datang ke dunia.23

tiqei.j merupakan kata kerja participel masa sekarang aktif

nominatif maskulin tunggal dari ti,qhmiyang berarti ‘menaruh’

atau ‘meletakkan’. ta.j definit artikel feminin plural o` yang

berarti ‘the’ atau ‘itu’. cei/raj adalah kata benda nominative

feminine jamak cei,r yang berarti tangan. Meletakkan tangan

berarti penganugerahan roh-Nya atas mereka.24 Ini adalah sebuah

bentuk pelayanan rohani yang dilakukan oleh Yesus kepada anak-

anak, yaitu menumpangkan tangan dan memberkati anak-anak.

evpV adalah kata depan akusatif dari evpi, yang berarti ‘di

atas’ atau ‘pada’.

auvta, kata benda personal akusatif neuter jamak auvto,j

yang berarti ‘nya’, atau dalam bahasa inggris ‘self’. Kata ‘nya’

ini menunjuk pada anak-anak kecil karena berkelamin neuter dan

jamak.

22 Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1986), 166.

23 Henry, Mattew. Injil Markus (Surabaya: Penerbit Momentum, 2007), 220.

24 Ibid, 221.

Teladan Yesus dalam Pelayanan Anak

Yesus adalah guru teladan. Keteladanan Yesus tidak hanya

bagi pelayanan kaum dewasa, namun juga anak-anak. Keteladanan

Yesus dalam Markus 10:13-16 telah menjadi gambaran ideal bagi

pengajar Sekolah Minggu kelas anak. Berdasarkan studi nats

Markus 10:13-16 di atas kita dapat melihat bahwa terdapat lima

teladan Yesus bagi pelayanan anak. Yang pertama, Yesus memandang

penting Anak; kedua, Yesus berkomunikasi dengan anak, ketiga,

Yesus mengupayakan agar anak datang kepada-Nya; Yang keempat,

Yesus melakukan tindakan kasih terhadap anak, dan yang kelima,

Yesus mendoakan anak.

Memandang Penting Anak

Dalam Markus 10:13-16 kita dapat melihat bahwa murid-murid

Yesus marah kepada orang yang membawa anak kepada-Nya. Kemarahan

murid-murid Yesus tersebut didasarkan pada pandangan bahwa anak

tidaklah penting dihadapan Yesus. Namun ‘sikap baik’ murid Yesus

ini malahan menjadi boomerang bagi mereka. Yesus marah kepada

murid-murid-Nya karena telah menghalangi anak-anak datang kepada-

Nya. Alasan kemarahan Yesus karena Yesus menganggap anak-anak

penting dihadapan-Nya.

Dalam kamus Bahasa Indonesia kata ‘memandang’ diartikan

sebagai menganggap, atau memperlakukan (sebagai). Dalam bagian

ini memandang penting anak berarti menganggap anak sebagai

pribadi yang penting. Ada dua alasan mengapa anak dipandang

sebagai pribadi yang penting oleh Yesus. Yang pertama karena

anak memiliki karakteristik kerajaan surga, dan yang kedua karena

anak adalah ‘domba’-Nya.

Memandang Anak Memiliki Karakteristik Kerajaan Surga

Berdasar pada studi Markus 10:15-16 kita dapat mengetahui

bahwa Yesus menganggap penting anak-anak karena anak-anak

memiliki karakteristik/kriteria anggota kerajaan surga. Seorang

anak mampu menerima orang lain (receptivity), bergantung

(dependence), dan memiliki kepercayaan penuh kepada orang lain

(trustfulness).25 Anak juga memiliki sifat rendah hati sebagaimana

25 Hiebert, Edmond. The Gospel of Mark (Greenville: Bob Jones University Press, 1994), 283.

dijelaskan Yesus saat murid-murid-Nya menginginkan menjadi yang

terbesar dalam Matius 18:1-4.

Oleh karena karakteristik inilah Yesus menganggap penting

anak-anak, bahkan Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya bahwa

tidak ada cara lain untuk masuk ke dalam kerajaan surga selain

dengan cara memiliki sikap seperti anak-anak ini, yaitu menerima

keselamatan sebagai hadiah dengan iman dan percaya yang

sederhana.26

Memandang Anak Sebagai Domba Allah

Yesus menganggap penting anak-anak karena mereka juga adalah

domba Yesus. Dalam Markus 10:13-16 tersirat bahwa anak-anak juga

adalah domba yang perlu dilayani. Berdasarkan tindakan dan

perlakukan Yesus terhadap anak tersebut, kita dapat melihat bahwa

Yesus menganggap anak sebagai domba-Nya.

Didukung oleh teks lain dalam Yohanes 21:16, Stephen Tong

menafsirkan ayat tentang pertanyaan Yesus yang kedua kepada

Simon, “Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes,

apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau

26 Ibid, 283.

tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.”” Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah

domba-domba-Ku." Di sini Stephen Tong menafsirkan perkataan

Yesus ini dengan kalimat, “Gembalakanlah domba-domba kecil-Ku.”27

Dalam hal ini berarti bahwa barangsiapa mengasihi Yesus, ia harus

mengasihi anak-anak yang adalah domba-domba kecil-Nya.28 Dengan

demikian kita dapat mengerti bahwa anak-anak adalah pribadi yang

harus digembalakan oleh setiap orang yang mengasihi Yesus

termasuk di dalamnya guru-guru Sekolah Minggu.

Ada dua macam gembala dalam Alkitab. Pertama, orang yang

menggembalakan ternak, Kedua, yang mengasuh dan membina

manusia.29 Dalam hal ini hubungan antara gembala yang membina

manusia dan domba yang adalah manusia nampak jelas dalam Mazmur

23 dan Yohanes 10:1-18. Dalam perikop-perikop tersebut

dinyatakan jelas bahwa Yesus/Allah adalah gembala dan orang yang

percaya kepada-Nya adalah domba-Nya.

27 Tong, Stephen. Arsitek Jiwa (Jakarta: Lembaga Reformed Indonesia, 1993), 19.

28 Ibid.

29 Ensiklopedia Alkitab Masa Kini A-L (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1995), 330.

Berdasarkan penjelasan Alkitab dalam Mazmur 23 dan Yohanes

10:1-18 kita dapat mengerti bahwa tugas seorang gembala adalah

mengenal, mengasuh, mengayomi, dan melindungi domba-dombanya.30

Jika seorang anak adalah domba-domba Yesus berarti seorang guru

Sekolah Minggu pun harus menganggap anak-anak demikian sehingga

mereka mengenal, mengasuh, mengayomi, dan melindunginya juga.

Berkomunikasi dengan Anak

Dalam studi Markus 10:13-16 kita dapat memahami bahwa

keberhasilan Yesus dalam berkomunikasi dengan anak dimulai dari

keterbukaan-Nya untuk berkomunikasi dengan anak. Kesediaan-Nya

berkomunikasi dengan anak ditunjukkan bukan hanya pada saat ia

melayani di ‘ruang‘ mengajar, namun juga saat ia beristirahat di

rumah. Pada saat Yesus kembali ke rumah Simon, Yakobus, dan

Yohanes dari pelayanan mengajarnya, para orang tua membawa anak-

anak kepada Yesus agar Ia menyentuh-Nya, namun para murid

memarahi orang tua karena beranggapan bahwa Yesus tidak perlu

‘terganggu‘ dengan anak-anak, namun malahan Yesus marah kepada

30 Surbakti, EB. Kepemimpinan Model Gembala: Melayani bukan Dilayani,xa.yimg.com/kq/.../KEPEMIMPINAN+MODEL+ GEMBALA.doc (diakses pada tanggal 12 Juli 2012).

murid-murid. Yesus menyediakan diri untuk berkomunikasi dengan

anak-anak baik di dalam ‘kelas‘ maupun ‘diluar kelas‘.

Menurut kamus bahasa Indonesia komunikasi adalah pengiriman

dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih

sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.31 Komunikasi dapat

juga berarti kontak atau hubungan.32 Istilah komunikasi berasal

dari kata latin Communicare atau Communis yang berarti sama atau

menjadikan milik bersama. Berdasarkan asal katanya kita dapat

mengerti bahwa berkomunikasi berarti berusaha agar pesan yang

disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi miliknya.33

Proses komunikasi mempunyai tiga komponen dasar yaitu:

pengirim pesan, penerima pesan, dan pesan itu sendiri (kode atau

simbol).34 Ketiga komponen dasar tersebut harus dapat berfungsi

dengan baik agar proses komunikasi dapat berjalan dengan lancar.

Oleh karena itu untuk dapat berkomunikasi dengan anak,

31 Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 585.32

? Ibid.

33 Materi Pelatihan Keterampilan SPMK Januari 2003, Universitas Gajah Mada, www.kmpk.ugm.ac.id/data/.../3d-KOMUNIKASI(revJan'03).doc (diakses pada tanggal 11 Juli 2012).

34 Ibid.

seorang guru Sekolah Minggu haruslah seorang yang mengenal anak

yang dilayaninya, mampu berbicara dalam bahasa anak, dan

menyediakan diri untuk berkomunikasi dengan anak.

Mengenal Anak yang Dilayani

Aspek keberhasilan komunikasi dengan anak yang kedua anak

mengenal yang dilayani. Pengenalan terhadap anak yang dilayani

terbagi menjadi dua pengenalan. Pengenalan yang pertama adalah

pengenalan psikologis anak secara umum. Pengenalan psikologis

ini adalah memahami karakteristik anak secara lengkap baik fisik,

kognitif, emosi, moral, maupun sosial. Dalam hal ini seluruh

karakteristik anak telah dijelaskan dalam bab ini halaman

sebelumnya.

Pengenalan yang kedua adalah pengenalan pribadi anak.

Paulus Lie mencatat bahwa pengenalan pribadi anak yang penting

dalam proses komunikasi mencakup nama, alamat, nama orang tua,

hobi, kegiatan sehari-hari dan masalah yang sedang dihadapinya.35

Paulus Lie dalam bukunya ’Mereformasi Sekolah Minggu‘ bahkan

35 Lie, Paulus. Mereformasi Sekolah Minggu (Yogyakarta: PenerbitAndi, 2003), 2.

menegaskan bahwa seluruh kegiatan Sekolah Minggu tidak boleh

tidak harus dimulai dari tahap mengenali pribadi anak ini. Guru

harus memahami dan mengenali dengan baik setiap anaknya, seperti

Yesus sang gembala yang baik yang mengenali domba-dombanya begitu

juga guru yang baik harus mengenali setiap anak yang

dilayaninya.36

Berbicara dalam Bahasa Anak

Bahasa adalah bentuk komunikasi, entah itu lisan, tertulis

atau tanda, yang didasarkan pada sistem simbol.37 Ahli bahasa

terkenal Noam Chomsky (1957) mengatakan bahwa manusia cenderung

mempelajari bahasa pada waktu tertentu dan dengan cara tertentu.

Bukti paling kuat untuk basis bilogis dari bahasa adalah bahwa

anak-anak di seluruh dunia mencapai titik penting dalam berbahasa

pada saat yang hampir bersamaan dalam perkembangan mereka, dan

dengan urutan yang hampir sama, meskipun ada banyak variasi dalam

input bahasa yang mereka terima. Penelitian menunjukkan bahwa

36 Ibid, 6.

37 Santrock, John W. Psikologi Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), 67.

perkembangan bahasa pada masa anak-anak lebih banyak dipengaruhi

oleh faktor biologis, sekalipun faktor lingkungan juga

mempengaruhi.38

Tabel 2.1

Perkembangan Bahasa pada Anak

Periode Umur Perkembangan Bahasa Anak0-6 bulan Sekadar bersuara, membedakan huruf

hidup, berceloteh pada akhir periode.

6-12 bulan Celoteh bertambah dengan mencakup suara dari bahasa ucap, isyarat digunakan untuk mengomunikasikan suatu obyek.

12-18 bulan Kata pertama diucapkan, rata-rata memahami 50 kosakata lebih.

18-24 bulan Kosakata bertambah sapai rata-rata 200 buah, kombinasi dua kata.

2 tahun Kosakata bertambah cepat, penggunaanbentuk jamak secara tepat, penggunaan kata lampau (past tense),penggunaan beberapa preposisi atau awalan.

3-4 tahun Rata-rata panjang ucapan naik dari 3-4 morfem per kalimat, menggunakan pertanyaan ’ya‘ dan ’tidak‘ dan pertanyaan ’mengapa, di mana, siapa,kapan.‘

5-6 tahun Kosakata rata-rata mencapai 10.000 kata, koordinasi kalimat sederhana.

6-8 tahun Kosakata terus bertambah cepat, lebih ahli menggunakan aturan sintaksis, keahlian bercakap

38 Ibid, 69.

meningkat9-11 tahun Definisi kata mencakup sinonim,

strategi berbicara terus bertambah11-14 tahun Kosakata bertambah dengan kata-kata

abstrak, pemahaman bentuk tata bahasa kompleks, pemahaman fungsi kata dalam kalimat, dan memahami metafora dan satire

Dari tabel ini kita dapat mengetahui bahwa keabstrakan dan

kompleksitas berbahasa pada anak hanya dapat ia mengerti pada

usia diatas 11 tahun. Dengan demikian kita dapat memahami bahwa

secara umum seorang guru harus berkata-kata dengan anak dalam

bahasa yang konkret dan sederhana.

Menyediakan Diri Berkomunikasi dengan Anak

Sebagaimana teladan Yesus dalam Markus 10:13-16, guru

Sekolah Minggu sewajarnya juga menyediakan diri berkomunikasi

dengan anak. Dalam keadaan lelah Yesus menerima tamu anak-anak.

Dia berkomunikasi dengan anak-anak baik di dalam ‘kelas’ maupun

di luar ‘kelas’. Oleh karena itu setiap guru Sekolah Minggu pun

wajib melakukan hal sama juga.

Mengupayakan Anak Datang Kepada Yesus

Terdapat dua tindakan yang dilakukan Yesus agar anak-anak

datang kepada-Nya. Yang pertama, Yesus membuat diri-Nya dikenal

oleh anak-anak; Yang kedua, Yesus mengajar orang lain agar

mendukung anak-anak datang kepada-Nya.

Memperkenalkan Yesus Kepada Anak

Peristiwa datangnya orangtua membawa anak-anak kepada Yesus

bukanlah kisah tanpa konteks. Dalam pasal sebelumnya Markus

9:33-34 di rumah yang sama, di Kapernaum, Yesus menanggapi murid-

murid-Nya yang memperdebatkan siapa yang terbesar dalam kerajaan

sorga. Kemudian dalam kisah itu Yesus mengambil seorang anak

kecil dan menempatkan seorang anak itu di tengah-tengah Yesus dan

murid-murid-Nya. Ia memeluk anak itu dan berkata “Barangsiapa

menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku ia menyambut Aku. Dan

barangsiapa menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang

disambutnya, tetapi Dia yang mengutus aku.” Dalam konteks ini kita dapat

melihat bahwa Yesus telah membuat anak-anak mengenal diri-Nya,

sehingga mereka datang bersama dengan orang tuanya kepada-Nya.

Sebagai teladan bagi guru-guru Sekolah Minggu masa kini,

tentunya guru sekolah Minggu harus membawa anak-anak kepada

Yesus. Terdapat dua cara bagi guru Sekolah Minggu untuk membawa

anak-anak kepada Yesus. Cara yang pertama adalah dengan melakukan

penginjilan Anak; yang kedua adalah mengajarkan Alkitab kepada

anak.

Melakukan Penginjilan Anak

Berkunjung adalah pusat penginjilan anak. Bagi banyak orang

berkunjung adalah penginjilan yang natural dimana mereka dapat

menceritakan Yesus kepada anak-anak, mengunjungi orang yang

sakit, maupun mengundang orang baru untuk datang di kelas Sekolah

Minggu. Sekalipun pemberitaan Injil tidak dapat ditumpukan

dengan kunjungan, namun kunjungan adalah pintu pembuka bagi upaya

pemberitaan Injil.39

Kunjungan sebaiknya dilakukan secara berkala oleh guru

Sekolah Minggu. Hal ini dapat berarti setiap minggu, setiap dua

minggu, setiap bulan, pada pagi maupun sore hari. Kunci dari

39 Powers, Bruce P. Guiding Outreach and Enlistment on Christian Education Handbook (Tennese: Broadman & Holman, 1996), 244.

berjalannya program kunjungan ini adalah adanya dukungan dan

dorongan gereja sebagai program prioritas.40

Mengajarkan Alkitab Kepada Anak

Mengajarkan Alkitab adalah kegiatan terpenting untuk

memperkenalkan anak-anak kepada Yesus. Alkitab adalah penyataan

Allah yang akan membawa anak-anak kepada Yesus, oleh karena itu

setiap pengajaran di kelas-kelas Sekolah Minggu harus berbasis

pada Alkitab.

Berkaitan dengan hal ini Harry M. Pilland menjelaskan alasan

pengajaran Alkitab merupakan alat yang efektif bagi penginjilan:

1) Pelajaran Alkitab mempertemukan kehidupan manusia dengan

Firman Tuhan; 2) Pelajaran Alkitab menghasilkan menghasilkan

suasana pribadi antara sesama yang dapat membimbing kepada

keputusan untuk menerima Kristus; 3) Pelajaran Alkitab

membangkitkan rasa prihatin kepada orang yang tersesat; 4)

Pelajaran Alkitab menyediakan struktur logis untuk penginjilan;

5) Kelompok-kelompok pelajaran Alkitab menyediakan lingkungan

40 Ibid.

untuk penerimaan orang baru bertobat ke dalam persekutuan

gereja.41

Mengajar Orang Lain Membawa Anak Datang Pada Yesus

Ketika murid-murid-Nya marah kepada orangtua yang membawa

anak-anaknya datang kepada Yesus, Yesus berkata kepada murid-

murid dalam Markus 10:14, “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan

menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang seperti itulah yang empunya

kerajaan Allah.” Berdasarkan studi Alkitab kita dapat melihat bahwa

bahwa kata ‘biarkan’ berarti ‘send away’ yang lebih tepat

diterjemahkan dengan ‘kirimkan’ atau dukunglah. Jadi melalui

perkataan ini Yesus mengajar secara langsung kepada murid-murid,

maupun secara tidak langsung kepada orang tua bahwa mereka harus

mendukung agar anak-anak datang kepada Yesus.

Mengajar Orang Tua Membawa Anak Kepada Yesus

Yesus mengajar orang tua untuk mendukung anak-anaknya datang

kepada-Nya. Harus kita akui bahwa orang tua adalah agen

41 Pilland, Harry M. Perkembangan Gereja dan Penginjilan Melalui Sekolah Minggu (Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 1984), 154-156.

sosialisasi primer bagi anak-anak. 42 Dan kita pun harus

menerima keadaan bahwa sosialisasi seringkali lebih berpengaruh

daripada ‘pendidikan’ untuk mengkomunikasikan iman Kristen kepada

anak-anak.43 Oleh karena hal ini, kita juga mengetahui bahwa

Perjanjian Lama memfokuskan pendidikan iman pada keluarga.

Sesungguhnya, Perjanjian Baru pun tidak mengubah hal tersebut,

pusat pendidikan anak tetaplah berada dalam keluarga. Oleh

karena hal tersebut maka guru Sekolah Minggu harus mengajar dan

mendampingi orangtua untuk terlibat dalam membawa anak-anak

kepada Yesus.

Secara umum, pengajaran guru Sekolah Minggu kepada orangtua

dapat dilakukan dalam dua cara: Yang pertama yaitu secara formal

mengumpulkan orangtua murid dan memberi pelatihan/pengarahan

berkaitan dengan pendidikan Kristen kepada anak-anak, yang kedua

secara informal memberi pendampingan dan konsultasi kepada

orangtua murid dan membesarkan anak-anaknya untuk taat kepada

Allahh.

42 Richard, Lawrence. A Theology of Christian Education (Michigan: Zondervan Publishing House, 1980), 194.

43 Ibid.

Mengajar Anggota Gereja Mendukung Anak Datang Kepada Yesus

Yesus mengajar murid-murid-Nya untuk mendukung anak-anak

datang kepada-Nya. Hal ini memberi pengertian kepada guru

Sekolah Minggu untuk mengajar anggota gereja lainnya, baik secara

institusi ataupun secara pribadi untuk mendukung anak-anak datang

kepada Yesus. Secara institusi guru Sekolah Minggu dapat memberi

pengertian kepada pengurus gereja untuk mendukung program-program

yang diperuntukkan untuk membawa anak-anak datang kepada Yesus.

Secara pribadi lainnya guru Sekolah Minggu juga harus mendorong

pemimpin gereja dan anggota jemaat lainnya untuk bersifat

‘welcome’ terhadap anak-anak yang datang kepada Kristus. Gereja

secara umum harus terlibat untuk menciptakan suasana nyaman bagi

anak-anak untuk beribadah dan belajar Firman Tuhan di gereja.

Melakukan Tindakan Kasih

Yesus memeluk anak-anak (Markus 10:16). Pelukan Yesus

kepada anak-anak adalah tindakan wujud kasih dan penerimaan

seperti seorang anak yang yang nyaman dalam pelukan ibu.44

Sentuhan sangat penting bagi anak-anak terutama bagi bayi.45

Sentuhan adalah kontak mereka dengan orang, dan cara pertama

mereka dikasihi atau tidak. Anak-anak merasakan hubungan dengan

orang lain, dan sadar akan hubungan kemanusiaan melalui sentuhan.

Sentuhan merupakan cara berarti untuk menyatakan kasih, minat,

sukacita dan penerimaan.46

Menurut Gary Champman dalam bukunya “Lima Bahasa Kasih untuk

Anak” sebagaimana ditulis Kristin dalam situs Sekolah Kristen

Pelita Nusantara Kasih, terdapat lima bahasa kasih yang dipahami

oleh anak-anak: Yang pertama, kata-kata yang membesarkan hati

(word of affirmation). Yang kedua, menciptakan saat-saat

menyenangkan (quality time), yang ketiga memberikan hadiah, yang

keempat melakukan tindakan melayani (act of service), dan yang kelima

sentuhan fisik (physical touch).

44 Hiebert, Edmond. The Gospel of Mark (Greenville: Bob Jones University Press, 1994), 283.

45 Lester, Andrew D. Pelayanan Bersama Anak-Anak dalam Krisis (Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 2003), 40.

46 Ibid.

Mengucapkan Kata-Kata yang Membesarkan Hati

Kata-kata yang membesarkan hati berupa ucapan terima kasih,

kata penghargaan, kata pujian, rayuan, kata yang bersifat

peneguhan, kata motivasi akan sangat bermakna bagi anak-anak.

Namun sebaliknya kata cacian, makian, kata-kata meremehkan,

penghinaan, kata - kata memvonis yang buruk akan sangat

menyakitkan bagi mereka.47

Menciptakan Saat Mengesankan

Anak-anak mengalami saat-saat yang mengesankan ketika mereka

bermain. Bermain dapat berarti melakukan permainan (game) atau

dapat berarti berjalan-jalan atau berekreasi bersama mereka.48

Oleh karena itu sangat penting bagi guru Sekolah Minggu untuk

memiliki saat-saat mengesankan dengan bermain bersama dengan

anak-anak ataupun melakukan kegiatan bersama lainnya.

Memberikan Hadiah

47 Lima Bahasa Kasih untuk Anak-Anak, Sekolah Kristen Pelita Nusantara Kasih. http://pelitanusantarakasih.sch.id/ home/oneArticle/30 (diakses pada tanggal 12 Juli 2012).

48 Ibid.

Anak-anak merasa dicintai bila menerima pemberian istimewa

dari orang lain. Memberi hadiah merupakan bahasa cinta yang

paling mudah dipelajari. Hadiah yang diberikan tidak harus

sesuatu yang mahal, tetapi menunjukkan bahwa ungkapan cinta kita.

Pemberian hadiah akan semakin dihargai bila berupa ‘kejutan

menyenangkan’. Selain dalam bentuk benda atau hasil karya lain.49

Melakukan Tindakan Pelayanan

Anak-anak merasa dicintai ketika kita melayani mereka.

Sesekali kita perlu melayani mereka untuk menunjukkan kasih kita

kepada mereka. Tindakan melayani itu dapat berupa mengambilkan

makanan atau minuman, menemani anak-anak ke kamar mandi, menolong

mereka saat mereka terjatuh, atau menolong mereka saat mengalami

kesulitan dalam mengerjakan kegiatan kelas.50

Sentuhan Kasih

Yang kelima adalah sentuhan fisik (physical Touch). Menurut

Andrew D. Lester sentuhan fisik yang bisa dilakukan untuk dapat 49 Ibid.

50 Ibid.

mengasihi anak-anak adalah dengan mendudukkan anak di pangkuan,

menyentuh bahu, menggandeng tangan, memeluk, atau berjabatan

tangan dengan anak-anak. Dalam hal ini dengan bertambahnya usia

anak sentuhan fisik harus diubah, karena semakin dewasa anak,

semakin ia memiliki ruang pribadi.51

Mendoakan Anak

Dalam Markus 10:16 tercatat bahwa Yesus memeluk anak-anak

dan kemudian menumpangkan tangan atas mereka dan memberkati

mereka. Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa Yesus

mendoakan anak-anak. Begitu juga guru Sekolah Minggu, seorang

guru Sekolah Minggu haruslah menjadi juru syafaat yang baik bagi

murid-muridnya.52 Itulah pentingnya bagi guru untuk mengenal dan

memahami persoalan anak-anak. Secara umum terdapat dua macam

cara berdoa, yang pertama adalah doa pribadi, dan yang kedua

adalah doa bersama.

51 Lester, Andrew D. Pelayanan Bersama Anak-Anak dalam Krisis (Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 2003), 41.

52 Lie, Paulus. Mereformasi Sekolah Minggu (Yogyakarta: PenerbitAndi, 2003), 97.

Mendoakan Anak Secara Pribadi

Sama seperti Yesus yang membangun kehidupan doa secara

pribadi, seorang guru Sekolah Minggu juga harus membangun

kehidupan doa secara pribadi. Menurut Paul Yonggi Cho terdapat

tiga kepentingan doa. Yang pertama doa untuk membangun hubungan

dengan Allah, yang kedua doa sebagai permohonan, dan yang ketiga

doa sebagai syafaat yaitu mendoakan kepentingan orang lain kepada

Allah.53 Guru Sekolah Minggu perlu berdoa untuk dirinya sendiri

dalam kaitan membangun relasi dengan Allah dan memohon kepada

Allah untuk kepentingannya sendiri, maupun memohon kepada Allah

untuk anak-anak yang dilayaninya. Dalam hal ini kehidupan doa

harus dilakukan secara konstan dan konsisten.54

Mendoakan Anak Secara Bersama

Doa pribadi sangat penting, namun penting juga untuk berdoa

menyatukan hati dengan orang Kristen lain dalam doa bersama di

gereja. Teladan ini dimulai dalam kehidupan Gereja mula-mula 53 Cho, Paul Y. Doa: Kunci ke Arah Kebangunan Rohani (Jakarta:

Yayasan Pekabaran Injil Imanuel, 1989), 101.

54 Doa Pribadi, http://doa.sabda.org/doa_pribadi_3. Diakses pada tanggal 19 Juli 2012.

yang berkumpul secara rutin untuk bertekun dalam pengajaran

rasul-rasul, memecahkan roti dan berdoa bersama (Kisah Rasul

2:42). Ketika melakukan doa bersama dengan orang-orang percaya

lainnya, pengaruhnya sangatlah positif. Doa bersama membangun

dan menyatukan orang Kristen dalam iman yang satu.55 Pergumulan-

pergumulan dalam pelayanan anak di Sekolah Minggu sangat penting

untuk dibawa dalam pergumulan doa bersama di gereja.

Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam istilah Sasmoko merupakan sebuah

justifikasi ‘apriori’ yang disusun sebelum data penelitian

dikumpulkan. Kerangka berpikir berhubungan dengan apa yang

diduga akan terjadi dan apa alasan kejadian itu.56

Kecenderungan Tingkah Laku

Sesuai dengan kajian teori yang telah dipaparkan sebelumnya

tingkah laku pelayanan anak berdasarkan teladan Yesus dalam

55 http://www.gotquestions.org/indonesia/berdoa-bersama.html Diakses pada tanggal 19 Juli 2012.

56 Sasmoko. Metode Penelitian, Pengukuran dan Analisis Data (Jakarta: HITS, 2005), 252.

Markus 10:13-16 di kalangan guru Sekolah Minggu kelas anak Gereja

Baptis Indonesia wilayah Surabaya ditentukan oleh lima dimensi,

yaitu memandang penting anak, berkomunikasi dengan anak,

mengupayakan agar anak-anak datang kepada Yesus, melakukan

tindakan kasih, dan mendoakan anak. Dengan kata lain kualifikasi

seorang guru Sekolah Minggu kelas anak ditentukan oleh kemauan

dan kemampuan guru dalam bersikap dan bertindak sesuai dengan

teladan Yesus yang terdapat dalam dimensi-dimensi tersebut.


Recommended