Date post: | 02-Mar-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | independent |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Alkitab memberi perintah kepada umat-Nya untuk mengasihi,
serta memperkenalkan Tuhan dan firman-Nya kepada anak-anak.
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sepakat bahwa pelayanan
terhadap anak-anak adalah penting demi tumbuhnya sebuah generasi
yang mengenal dan takut akan Alah. Kebenaran diteladankan Yesus
dalam Markus 10:13-16:
Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka, “Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.” Aku berkata kepadamu, “Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.” Lalu ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka.1
Nats Alkitab ini memberi pesan jelas kepada gereja (orang-orang
yang percaya kepada Yesus) untuk meneladani Yesus dalam bersikap
1 Alkitab Terjemahan Baru. (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2005).
dan bertindak terhadap anak-anak. Gereja harus menerima,
menghargai, menjunjung tinggi, dan melayani anak-anak.
Sumbangan ilmu psikologi menegaskan bahwa diperlukannya
sebuah pelayanan khusus kepada anak-anak. Gladys Gardner
Jenkins, Helen Shacter, dan William W. Bauer dalam bukunya These
Are Your Children mengatakan:
Children are not small adults. They do not think, feel, react as grown-up people do. Physically, mentally, and emotionally each child is a growing, changing person with needs an potentialities which are his alone. Often the child who is difficult, whose behavior is not desireable, who is labeled ’naughty’ or ’badly behaved’ is only a child who has not been understood by the adult around him. Sometimes they have pushed him too hard and expected too much from him; sometimes they have not known enough about boys and girls to realize that he is reacting like other children of his own age in similar circumstances, that he is not deliberately naughty but is ’growing pains’ and trying to assert himself as a person.2
Keadaan fisik, mental, dan emosional anak bersifat unik dan
khusus sehingga membutuhkan perhatian yang khusus juga dalam
melayani mereka. Di sisi lain, sumber pelayanan Kristen, yaitu
Alkitab ditulis dalam peruntukan orang dewasa. Lawrence O.
Richard mengatakan, ”The bible really is an adult book, written by adult and for
2 Jenkins, Gardner Gladys dkk. These Are Your Children (Chicago:Scott Foresman Company, 1953), 12.
adult.”3 Oleh karena itu diperlukan keseriusan gereja untuk
melayani dan mengajar anak-anak.
Bentuk pelayanan anak yang selama ini dikerjakan oleh Gereja
Baptis Indonesia adalah Sekolah Minggu. Istilah Sekolah Minggu
pada mulanya dimunculkan di Inggris pada abad ke-18 oleh seorang
bernama Robert Raikes, seorang penerbit dari Gloucester, Inggris
yang memperhatikan keadaan masyarakat Inggris yang memprihatinkan
pada masa revolusi industri. Robert Raikes membuka kelas membaca
dan mempelajari Alkitab untuk anak-anak yang sedang menikmati
liburan setelah enam hari lamanya mereka bekerja. Istilah dan
gagasan Sekolah Minggu ini kemudian tersebarluaskan ke seluruh
dunia, termasuk Indonesia.
Di Gereja Baptis Indonesia, program Sekolah Minggu pada
umumnya berbentuk kelas-kelas pemahaman Alkitab terhadap semua
golongan umur. Kelas-kelas Sekolah Minggu pada Gereja Baptis
Indonesia biasanya terdiri dari kelas Asuhan (0-3 tahun), Indria
(4-6 tahun), Pratama (7-9 tahun), Madya (10-12 tahun), Tunas Muda
(13-15 tahun), Muda Remaja (16-19 tahun), Pemuda (20-29 tahun),
3 Lawrence, O. Richard dkk. Creative Bible Teaching (Chicago: Moody Press, 1998), 270.
Dewasa Muda (30-50 tahun), dan Dewasa Senior (50 tahun ke atas).4
Sekalipun Sekolah Minggu bukanlah program pelayanan anak secara
khusus, namun Gereja Baptis Indonesia tetap menumpukan pelayanan
anaknya pada program tersebut. Alasannya adalah karena Sekolah
Minggu memiliki kelas-kelas untuk anak-anak (Asuhan, Indria,
Pratama, Madya) dimana seluruh pelayanan dan pendidikan anak
dapat terakomodasi didalamnya.
Seperti Gereja Baptis Indonesia pada umumnya, Gereja Baptis
Indonesia Badan Pengurus Daerah (BPD) Surabaya juga menjadikan
Sekolah Minggu kelas Asuhan, Indria, Pratama, dan Madya menjadi
titik tumpu pelayanan anak. Pelayanan anak di Gereja Baptis
Indonesia BPD Surabaya telah dimulai sejak pada awal mulanya
pelayanan Injil dirintis di Surabaya pada tahun 1952. Fakta
sejarah bahkan menunjukkan pelayanan Injil di Surabaya dimulai
melalui pelayanan anak Sekolah Minggu.
Pada periode ini (2010-2015) pengurus Gabungan Gereja Baptis
Indonesia (GGBI) BPD Surabaya menempatkan pengembangan pelayanan
anak sebagai salah satu tugas yang hendak dikerjakan dengan
serius. Hal ini dinyatakan oleh ketua GGBI BPD Surabaya dalam
4 Ibid, 55.
sambutannya dalam acara natal bersama GGBI BPD Surabaya 7 Januari
2012 dan rapat pengurus pada tanggal 14 Maret 2012. Berkaitan
dengan upaya Pengurus BPD Surabaya mengembangkan pelayanan anak
melalui Sekolah Minggu menuju kondisi ideal, Pilland dalam
bukunya “Perkembangan Gereja dan Penginjilan Melalui Sekolah”
mencatat bahwa kondisi ideal Sekolah Minggu adalah: 1)Sekolah
Minggu yang seluruh organisasinya diarahkan untuk menjangkau
orang sesat dan mengembangkan murid menuju keserupaan dengan
Kristus; 2)Sekolah Minggu yang Mengenali dan mendaftarkan calon-
calon anggota; 3) Sekolah Minggu yang terbagi kedalam kelas-kelas
berdasarkan kelompok umur; 4) Sekolah Minggu yang memiliki
pekerja dan guru yang terlatih dan terorganisir; 5)Sekolah Minggu
yang memiliki ruangan nyaman beserta dengan sarana yang memadai;
6)Sekolah Minggu yang mengadakan kunjungan secara mingguan.
Dari antara beberapa faktor mengenai kondisi ideal pelayanan
Sekolah Minggu di atas, Stephen Tong mencatat bahwa guru adalah
faktor terpenting bagi pengembangan pelayanan anak melalui
Sekolah Minggu. 5 Yakobus 3:1 mengatakan, “Janganlah banyak
5 Tong, Stephen. Arsitek Jiwa 1 (Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1993), 51.
orang di antara kamu mau menjadi guru, sebab kita tahu, bahwa
guru akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat.”6 Kalimat
Firman Allah ini tidak berarti bahwa fungsi guru tidak penting,
tetapi justru memberikan arti bahwa kualitas guru lebih penting
daripada kuantitasnya. Berkaitan dengan pentingnya guru Sekolah
Minggu, JM. Price mencatat bahwa Yesus adalah guru yang sempurna
baik dari segi illahi maupun insani.7 Oleh karena hal itu semua
guru Sekolah Minggu harus melihat Yesus sebagai model dalam
kehidupan dan pelayanan mereka sebagai guru. Teladan Yesus dalam
pelayanan terhadap anak terlihat jelas dalam Markus 10:13-16.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa teladan Yesus dalam Markus
10:13-16 adalah model ideal bagi pelayanan guru-guru Sekolah
Minggu kelas anak di Gereja Baptis Indonesia.
BAB II
KAJIAN TEORI, DAN KERANGKA BERPIKIR6 Alkitab Terjemahan Baru. (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia,
2005).
7 Price, JM. Yesus Guru Agung (Bandung, Lembaga Literatur Baptis, 1975), 5.
Eksposisi Markus 10:13-16
Pada bagian ini akan dieksposisi Markus 10:13-16.
Pertimbangan dari dipilihnya nats ini adalah karena dalam nats
ini terdapat persentuhan antara Yesus dengan anak-anak. Dalam
eksposisi ini penulis akan membandingkan nats ini dengan nats-
nats lain dalam Injil Sinoptik dengan tetap menjadikan nats ini
sebagai acuan.
Latar Belakang Kitab Markus
Sampai pertengahan abad kedua, Injil Markus hampir tidak
pernah dikutip. Demikian juga hampir tidak ada komentar mengenai
Injil ini sampai abad kelima. Boleh dikatakan selama berabad-
abad Injil Markus merupakan Injil yang kurang diperhitungkan.
Hal tersebut tentu disebabkan oleh bermacam-macam alasan. Alasan
tersebut antara lain adalah bahwa Injil Markus merupakan Injil
yang paling pendek. Hampir seluruh bahan yang ditemukan dalam
Injil Markus ditemukan juga dalam Injil Matius dan Lukas, maka
dari itu dari sudut pandang bahan, Injil Markus diangap tidak
memiliki keistimewaan.8
Pergeseran pandangan mulai tampak pada abad ke sembilan
belas. Pada waktu itu Markus dianggap sebagai orang yang paling
lugu meneruskan tradisi-tradisi yang paling tua mengenai Yesus
tanpa polesan apapun. Ia meneruskan begitu saja bahan-bahan yang
sampai kepadanya. Disitulah keistimewaan Injil Markus. Dan
keunggulan berikutnya adalah bahwa Markus adalah Injil yang
paling tua diantara keempat Injil dan digunakan sebagai sumber
penulisan Injil-Injil Matius dan Lukas.9
Penulis
Meskipun penulis Injil kedua ini tidak membubuhkan namanya
sendiri, namun sejak abad kedua Injil Markus ini sudah disebut
’Injil dari Markus’. Kesaksian ini diterima sampai sekarang
tanpa kesulitan. Menurut kesaksian Papias (sekitar tahun 120),
Markus adalah murid dan juru bicara Petrus. Markus mengumpulkan
8 Suharyo. Pengantar Injil Sinoptik (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1988), 75.
9 Ibid, 49-50.
pengajaran-pengajaran Petrus sebagai bahan pendukung bagi
pelayanan kepada jemaat. Biasanya dia disamakan dengan Markus
yang menitipkan salam dalam 1 Petrus 5:13. Di dalam ayat
tersebut Markus disebut ’anakku’, mungkin karena Petruslah yang
menjadikannya Kristen.
Kecuali Petrus, Paulus dalam dua surat yag ditulisnya di
penjara Roma pada tahun 61-63 menyebut pula seorang yang bernama
Markus. Dalam Kolose 4:10 Paulus mengirimkan salam kepada Markus
yang adalah kemenakan Barnabas. Demikian pula dalam Filemon 24
Paulus mengirimkan salam dari teman-teman sekerjanya, diantaranya
disebut Markus.10
Tanggal dan Tempat Penulisan
Tradisi kuno mengatakan bahwa Markus menuliskan Injilnya di
Roma, dan ditujukan kepada jemaat di kota itu. Jemaat Kristiani
di Roma sebagian besar adalah orang-orang yang datang dari
lingkungan non Yahudi. Bahkan didapat kesan juga bahwa jemaat 10 Ibid, 50-51.
ini merasa ’alergi’ terhadap hal-hal yang berbau Yahudi (Markus
7:7; 8:15; 12:38-40; 15:6-15).
Sebagian besar ahli tafsir menempatkan penulisan Injil
Markus antara tahun 65-70. Tahun 65 diambil sebagai batas awal
berdasarkan kesaksian kuno dari Papias dan Irenius yang
mengatakan bahwa Markus menuliskan Injilnya sesudah kematian
Petrus. Batas akhir tahun 1970 diambil sehubungan dengan
peristiwa dihancurkannya kota Yerusalem pada tahun itu.11
Tujuan Penulisan
Tujuan yang terutama dari Injil ini adalah penginjilan atau
penyampaian kabar baik. Penginjilan yaitu suatu usaha untuk
memperkenalkan diri dan karya Yesus kepada masyarakat sebagai
suatu kabar baru tanpa mengharapkan terlalu banyak pengetahuan
pihak pendengar tentang teologi dan ajaran Perjanjian Lama.
Cerita-ceritanya yang singkat, ajarannya yang berupa kata-kata
bijaksana, penerapan tentang kebenaran yang mengena, adalah
sesuatu yang lazim digunakan oleh para pengkhotbah di depan umum
11 Ibid, 52-53.
untuk menceritakan tentang Kristus di atanra kelompok pendengar
yang terdiri dari pelbagai golongan.12
Studi Teks
Pada bagian ini kita akan mengkaji teks Alkitab dari Markus
10:13-16 yang membahas mengenai perjumpaan antara Yesus dengan
anak-anak. Berikut ini adalah teks tersebut:
Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya. Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkantangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka.
Studi terhadap Markus 10:13
Markus 10:13 berkata ”Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada
Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-
orang itu.” Kalimat Alkitab bahasa indonesia ini terjemahan dari
bahasa Yunani, ” Kai. prose,feron auvtw/| paidi,a i[na auvtw/n
a[yhtai\ oi` de. maqhtai. evpeti,mhsan auvtoi/jŔ12 Tenney, Merril C. Survei Perjanjian Baru (Malang: Penerbit
Gandum Mas, 1992), 210.
Kata ’lalu’ berasal dari kata Yunani kai, yang berarti dan,
juga, bahkan, atau tetapi.13 Artinya kata ‘lalu’ tersebut
merupakan kata sambung dari kejadian sebelumnya bahwa Yesus dan
muridnya baru tiba di rumah setelah pulang mengajar orang banyak
di Yudea (Markus 10:1). Rumah tersebut berada di Kapernaum
sesuai dengan setting peristiwa sebelumnya (Markus 9:33),
kemungkinan besar rumah ini adalah rumah Petrus, Yakobus, dan
Yohanes karena Kapernaum merupakan kampung nelayan. Kemungkinan
besar rumah ini menjadi pos persinggahan Yesus selama melayani di
sekitar Galilea. Dengan penjelasan ini kita dapat mengerti bahwa
setting peristiwa dalam nats ini adalah di rumah Kapernaum.
prose,feron kata kerja indikatif imperfek aktif orang ketiga
jamak dari prosfe,rw yang berarti ‘membawa’. Secara lengkapnya
‘mereka dulu sedang membawa’ (peristiwa yang dilakukan aktif di
masa lalu).
auvtw/| kata ganti tunggal maskulin pribadi datif dari
auvto,j yang berarti ‘penekanan diri intensif’. Kata ini
menunjuk pribadi Yesus.
13 Dicopi dari Bible Work 7 pada tanggal 21 Juni 2012.
paidi,a kata benda akusatif jamak netral dari paidi,on yang
berarti ‘anak-anak’ (very young children). Menunjuk pada kata yang
dipakai dalam Lukas 18:15 adalah bre,fh yang berarti bayi. Jadi
kemungkinan besar anak-anak yang dimaksud adalah para bayi, atau
balita.
i[na conjunction subordinating dari i[na yang merupakan kata
penghubung, yang dapat diartikan sebagai ‘supaya’ atau ‘untuk’.
auvtw/n kata benda genitif neuter jamak dari auvto,j yang
berarti kata benda penunjuk kepada anak-anak tersebut.
a[yhtai kata kerja subjunctive aorist middle orang ketiga tunggal
dari a[ptw yang berarti ‘menyentuh’ atau ‘memegang’.
‘Memegang’ atau ‘menjamah’ dalam ayat ini tidak menunjukkan bahwa
bahwa anak-anak itu memerlukan kesembuhan jasmani atas penyakit
apa saja, namun sebagai tanda bahwa Ia memerintah atas dan
memberkati mereka.14 Sedangkan William Lane berpendapat bahwa
‘menjamah’ disini berarti memberikan berkat pada masa depan
mereka.15 Hal ini senada dengan kitab nats sejajar dalam Matius
14 Henry, Mattew. Tafsiran Mattew Henry: Injil Markus (Surabaya: Penerbit Momentum, 2007), 218.
15 Lane, William L. The Gospel According To Mark (Michigan: William B. Eerdmans Publishing Company, 1974), 359
19:13 bahwa “Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan mendoakan
mereka.” Jadi kita bisa tahu bahwa peristiwa ‘menjamah’ oleh
Yesus Kristus menyatakan berkat dan doa bagi anak-anak.
oi` definite article jamak maskulin nominative dari o` yang
berarti “mereka itu”.
de merupakan kata penghubung yang berarti ‘tetapi’
maqhtai. kata benda nominatif maskulin jamak dari maqhth,j
yang menunjuk pada 12 murid yang mengikuti Yesus.
evpeti,mhsan kata kerja indikatif aorist aktif orang ketiga
tunggal jamak dari evpitima,w yang berarti ‘mereka dulu sedang
menegur’. Sedangkan auvtoi/j kata benda personal datif maskulin
jamak auvto,j yang berarti ‘mereka’ (mereka yang dimaksud dapat
berarti orang-orang yang membawa anak-anak atau malahan anak-anak
tersebut). Dalam kisah ini agaknya murid-murid ingin melindungi
Yesus agar tidak terganggu dengan anak-anak yang ‘kurang
penting’. Sikap para murid tampaknya dilandasi pemahaman bahwa
waktu Tuhan terlalu berharga untuk dibuang-buang bagi anak-
anak.16
16 Hiebert, Edmond. The Gospel of Mark (Greenville: Bob Jones University Press, 1994), 282.
Studi terhadap Markus 10:14
Nats Indonesia Terjemahan Baru dari Markus 10:14 adalah
“Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada
mereka: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan
menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah
yang empunya Kerajaan Allah.” Sedangkan dalam bahasa aslinya
adalah ivdw.n de. o` VIhsou/j hvgana,kthsen kai. ei=pen auvtoi/j\
a;fete ta. paidi,a e;rcesqai pro,j me( mh. kwlu,ete auvta,( tw/n
ga.r toiou,twn evsti.n h` basilei,a tou/ qeou/Å
Kata VIdw.n adalah kata kerja participel aoris aktif
nominatif maskulin tunggal dari o`ra,w yang berarti ‘melihat’,
‘menangkap melihat’, ‘memperhatikan’. Aoris aktif menunjukkan
tindakan ini sedang dilakukan di masa lampau, dan yang melakukan
adalah satu orang, tentunya hal ini adalah Yesus. Kata melihat
ini menunjukkan bahwa peristiwa murid-murid marah kepada orang-
orang yang membawa anak-anak adalah berada dalam posisi agak jauh
dari Yesus tetapi terlihat dari pandangan Yesus. Jika kembali
melihat konteks Yesus berada adalah di dalam rumah, kemungkinan
peristiwa murid-murid menegur orang-orang yang membawa anak-anak
adalah di luar rumah.
Kata de. adalah kata penghubung yang berarti ‘tetapi’ atau
dapat juga diterjemahkan dengan ‘kemudian’.
Kata o` merupakan kata penunjuk maskulin tunggal yang
menegaskan pada ‘dia itu’ atau ‘Yesus itu’.
VIhsou/j adalah Yesus Kristus orang Nazaret yang menjadi
tema sentral dalam Injil ini.
hvgana,kthsen kata kerja aoris aktif orang ketiga tunggal
dari avganakte,w yang lebih menunjuk pada ‘gusar’ atau
‘menunjukkan ketidaksenangan’ daripada ‘marah’. Kata avganakte,w
dalam ayat ini adalah kegusaran satu-satunya yang dilakukan oleh
Yesus yang tertulis dalam Alkitab. Beberapa alasan kegusaran
Yesus adalah karena Yesus menganggap anak kecil itu penting,
alasan bahwa anak kecil itu penting di hadapan Yesus akan
terdapat pada penggalian ayat berikutnya. Alasan yang lain
adalah karena Yesus sudah pernah mengajarkan kepada murid-murid-
Nya untuk menyambut anak kecil nats sebelumnya yaitu Markus 9:37
“Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut
Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang
mengutus Aku.” Bahkan dalam Injil Matius 18:10 dikatakan “Ingatlah,
janganlah menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini.” Karena murid-
murid Yesus tidak mengindahkan ajaran dan peringatan Yesus ini
maka Dia menjadi gusar. Dari nats ini kita tahu bahwa Yesus
menyambut anak-anak dan dia ingin orang lain menyambut anak-anak
juga.
kai. merupakan kata penghubung yang berarti ‘dan’
ei=pen merupakan kata kerja indikatif aoris aktif orang
ketiga tunggal le,gw yang berarti ‘berkata’. Namun dalam ayat
ini lebih tepat diterjemahkan dengan ‘berbicara dengan nada
tegas’.
auvtoi/j yaitu kata benda personal datif maskulin jamak dari
auvto,j . Yang berarti ‘mereka’ yang menunjuk pada murid-murid
Yesus.
a;fete merupakan kata kerja imperatif aktif orang kedua
jamak dari avfi,hmi. avfi,hmi tidak hanya berarti ‘biarkan’
sebagaimana dalam Alkitab Terjemahan Baru, tetapi lebih mengarah
kepada kata ‘send away’ dalam bahasa Inggris, yang secara literal
jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti “kirimkan
pergi”. Kata ini mengandung perintah ‘upayakan agar pergi’.
Karena kasus dari kata ini adalah imperatif aktif maka kata ini
berarti ‘upayakan agar mereka dapat pergi!’ dan bukanlah
‘hendaknya engkau mengupayakan agar mereka dapat pergi’.
ta. definit artikel akusatif neuter jamak dari o` yang
menegaskan kata ganti pada kata berikutnya dengan penegasan ‘itu’
atau dalam bahasa inggris diterjemahkan dengan ‘the’.
Kata paidi,a sebagaimana Markus 10:13 adalah kata benda
akusatif jamak netral dari paidi,on yang berarti ‘anak-anak’
(very young children).
e;rcesqai kata kerja infinitif present middle dari e;rcomai
yang dapat berarti ‘datang’ atau ‘pergi’. Jika diterjemahkan
dengan kata ‘pergi’. pro,j preposisi akusatif dari pro,j yang
berarti ‘toward’ yaitu ‘terhadap’ atau ‘kepada’. Dan me kata
benda personal akusatif tunggal dari evgw, yang berarti ‘saya’
dalam hal ini adalah Yesus sendiri.
mh. berarti ‘tidak’ atau ‘supaya jangan’.
kwlu,ete kata kerja imperatif present aktif orang kedua
jamak dari kwlu,w yang berarti perintah tegas agar jangan
‘merintangi’, ‘mencegah’, ‘melarang’, ‘menolak’, ‘menyangkal’,
atau ‘menahan’.
auvta, adalah kata benda personal akusatif neuter jamak dari
auvto,j yang menunjuk pada ‘anak-anak itu’ atau ‘mereka itu’.
Jadi jika dilihat secara utuh frasa ivdw.n de. o` VIhsou/j
hvgana,kthsen kai. ei=pen auvtoi/j\ a;fete ta. paidi,a e;rcesqai
pro,j me( mh. kwlu,ete auvta dapat diterjemahkan dengan ‘kemudian
Yesus melihat hal itu dan menjadi gusar Ia berbicara dengan nada
tegas “upayakan agar anak-anak dapat pergi kepada Saya! Jangan
merintangi, mencegah, menahan, atau menolak anak-anak itu!”’.
tw/n merupakan definit artikel neuter jamak dari o` yang
menegaskan ‘anak-anak ini’.
ga.r merupakan kata penghubung penyebab, dapat diterjemahkan
dengan ‘karena’.
toiou,twn kata sifat demontratif neuter jamak tanpa
tingkatan dari toiou/toj berarti ‘seperti ini’.
evsti.n kata kerja indikatif present aktif person orang
ketiga tunggal dari eivmi, yang berarti ‘ada’, ‘tinggal’, atau
‘termasuk’.
h` definit artikel nominatif feminin tunggal dari o` yang
berarti ‘the’ atau ‘itu’. basilei,a kata benda nominatif feminin
tunggal yang berarti ‘kerajaan’. tou/ definit artikel genitif
maskulin tunggal dari o` yang berarti ‘the’ atau ‘itu’. qeou/
kata benda genitif maskulin tunggal dari qeo,j yang berarti
‘Allah’, dalam hal ini tentunya Allah Israel, menunjuk pada Allah
Yahweh atau Allah Bapa.
Secara literal frasa tw/n ga.r toiou,twn evsti.n h` basilei,a
tou/ qeou/Å berarti ‘karena anak-anak seperti ini termasuk dalam
kerajaan Allah.’ Kata ‘anak-anak seperti ini’ tidak menunjukkan
kepada diri anak sebagai pribadi, tetapi menunjuk pada
karakteristik anak yang mampu menerima orang lain (receptivity),
bergantung (dependence), dan memiliki kepercayaan penuh kepada
orang lain (trustfulness).17 Akar dari sifat tersebut adalah anak
memiliki sifat rendah hati sebagaimana dijelaskan Yesus saat
murid-murid-Nya menginginkan menjadi yang terbesar dalam Matius
18:1-4. Karena kerendahan hati inilah maka Yesus mengaitkan
karateristik ini sebagai karakteristik orang yang termasuk dalam
kerajaan Allah. Hal ini senada dengan Matius 5:3 yang mengatakan
bahwa “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah karena
merekalah yang empunya kerajaan surga.”
17 Hiebert, Edmond. The Gospel of Mark (Greenville: Bob Jones University Press, 1994), 283.
Kerajaan Allah dalam Perjanjian Baru ini mempunyai aspek
yang berhubungan dengan masa kini dan masa yang akan datang.
Kerajaan itu merupakan suatu kenyataan yang sekarang di dalam
dunia ini (Markus 1:15; Lukas 18:16-17; Kolose 1:13; Ibrani
12:28), namun pemerintahan dan kuasa Allah belum benar-benar
diwujudkan. Pekerjaan dan pengaruh Iblis serta orang fasik akan
terus berlangsung hingga akhir zaman (1 Timotius 4:1; 2 Timotius
3:1-5; Wahyu 19:19-20:10). Penyataan yang akan datang dari
kemuliaan, kuasa, dan Kerajaan Allah akan terjadi ketika Yesus
kembali untuk menghakimi dunia (Matius 24:30; Lukas 21:27; Wahyu
19:11-20; 20:1-6). Penggenapan Kerajaan Allah pada akhirnya akan
datang ketika Kristus menang secara mutlak atas semua kejahatan
dan perlawanan serta menyerahkan Kerajaan itu kepada Allah Bapa
(1 Korintus 15:24-28; Wahyu 20:7-21:8).18
Dalam hal ini anak-anak adalah termasuk dalam anggota
kerajaan Allah, baik kerajaan Allah pada masa kini, yaitu
pemerintahan Allah dalam kehidupan, maupun kerajaan Allah pada
masa yang akan datang.
18 Artikel Penuntun Kerajaan Allah, Alkitab Sabda, http://alkitab.sabda.org/article.php?id=8437 (diakses pada tanggal 11 Juli 2012).
Studi terhadap Markus 10:15
Nats Indonesia Terjemahan Baru dari Markus 10:14 adalah “Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah
seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya." Sedangkan dalam
bahasa aslinya adalah avmh.n le,gw u`mi/n( o]j eva.n mh. de,xhtai
th.n basilei,an tou/ qeou/ w`j paidi,on( ouv mh. eivse,lqh| eivj
auvth,nÅ
avmh.n berarti sungguh-sungguh benar. Biasanya kata ini
juga dipakai menyertai perkataan Yesus.
le,gw merupakan kata kerja indikatif present aktif orang
pertama tunggal. le,gw berarti ‘berbicara’, ‘berkata’,
‘memberitahukan’. Dalam hal ini subyek yang berbicara adalah
Yesus.
u`mi/n kata ganti personal datif jamak dari su, yang berarti
‘mereka’. ‘Mereka’ dalam nats itu menunjuk pada murid-murid
Yesus yang merupakan obyek pembicaraan.
o]j merupakan kata ganti relatif nominatif maskulin tunggal
yang berarti ‘barangsiapa’, ‘siapa’, ‘apa’.
eva.n mh. Berarti ‘jika tidak’ atau ‘kecuali’.
de,xhtai merupakan kata kerja subjungtif aoris middle
subjunctive aoris middle orang ketiga tunggal dari kata de,comai
yang berarti ‘menerima’, ‘mengambil’ atau ‘menyambut’. Kata
kerja aoris dalam kata ini menunjuk pada tindakan menyambut atau
menerima kerajaan Allah terjadi sekali untuk seterusnya. Kata
kerja aoris dalam kata ini juga menunjukkan bahwa tindakan
menyambut kerajaan Allah merupakan sebuah sikap atau tindakan
yang sungguh-sungguh.
th.n definit artikel akusatif feminin tunggal dari o`yang
berarti ‘the’ atau ‘this one’ dalam bahasa Indonesia diterjemahkan
dengan kata ‘itu’ yang menunjuk pada kata benda kata benda
‘kerajaan Allah’ pada frasa sesudahnya.
basilei,an tou/ qeou berarti ‘kerajaan Allah’ dengan konsep
sebagaimana terdapat dalam penjelasan dalam Markus 10:14 diatas.
w`j adalah partikel pembanding dengan arti ‘sebagaimana’
atau ‘seperti’.
paidi,on adalah kata benda nominatif neuter tunggal dari
paidi,on yang berarti ‘seorang anak kecil’ dapat juga berarti
‘seorang bayi’.
Kata ouv mh. mempunyai arti yang sama yaitu tidak. Secara
literal ouv mh. dapat diterjemahkan dengan ‘tidak-tidak’. Secara
maknawi kata dobel negatif ini menunjukkan ketegasan negatif yang
dapat diartikan ‘sangatlah tidak’ atau ‘tidak ada cara lain’.
eivse,lqh adalah kata kerja subjungtif aoris aktif orang
ketiga tunggal dari kata eivse,rcomai yang berarti ‘masuk’ atau
‘pergi’. Dalam kalimat ini lebih tepat diterjemahkan dengan kata
‘masuk’. Kata kerja aoris menunjukkan bahwa tindakan masuk ke
dalam kerajaan Allah adalah tindakan yang dilakukan sekali untuk
seterusnya.
eivj adalah kata depan yang berarti ‘ke dalam’.
Dan auvth,n adalah kata ganti personal akusatif feminine
tunggal dari kata auvto,j yang berarti ‘dirinya’. ‘dirinya’
dalam kata ini menunjuk kepada ‘kerajaan Allah’ yang sama-sama
memiliki kelamin feminine tunggal.
Makna kunci dalam nats ini adalah ‘menyambut Kerajaan Allah
seperti seorang anak kecil’. Frasa ini dinilai kunci karena
merupakan petunjuk agar setiap orang dapat memasuki Kerajaan
Allah. ‘Menyambut kerajaan Allah seperti seorang anak kecil’
dalam nats ini tidak menunjuk pada kepolosan seorang anak, tetapi
mereka mempunyai sifat mau menerima dan memiliki kemauan untuk
bergantung kepada orang lain terhadap apa yang mereka butuhkan.
Kerajaan Allah harus diterima sebagai hadiah, bukan sebagai
pencapaian manusia. Kerajaan Allah tidak didapat berdasarkan
kepantasan manusia. Hanya seperti seorang anak yang menerima
hadiah dengan penuh rasa percaya, begitu juga Kerajaan Allah
harus diterima sebagai hadiah dari Allah dengan iman percaya yang
sederhana. Disinilah kita dapat melihat esensi dari doktrin
pembenaran hanya oleh karena iman.19
Studi terhadap Markus 10:16
Terjemahan baru bahasa Indonesia menerjemahkan Markus 10:16
ini dengan kalimat “lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan
tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka.” Terjemahan baru ini
diambil dari bahasa Yunani kai. evnagkalisa,menoj auvta.
kateulo,gei tiqei.j ta.j cei/raj evpV auvta,Å
Kata kai. lebih tepat diterjemahkan dengan kata ’lalu’
meskipun dapat juga berarti ‘dan’, ‘juga’, ‘bahkan’, atau
19 Hiebert, Edmond. The Gospel of Mark (Greenville: Bob Jones University Press, 1994), 283.
‘tetapi’.20 Kata ‘lalu’ tersebut menjelaskan bahwa kejadian
berikut merupakan lanjutan waktu dari peristiwa sebelumnya.
evnagkalisa,menoj merupakan kata kerja partisipel aorist
nominatif maskulin tunggal dari kata evnagkali,zomai yang berarti
‘mengambil pada satu lengannya’ atau ‘melingkarkan satu
lengannya’. Dalam hal ini yang melakukan adalah Yesus terhadap
anak-anak. Tindakan merangkul ini berarti tindakan menerima
mereka yang melampaui keinginan untuk menyentuh (ayat 13).21
Dalam hal ini Yesus menerima anak-anak lebih dari yang diharapkan
oleh para orang tua, Yesus bukan hanya menyentuh tetapi juga
menerima seperti seorang anak dalam pelukan ibunya.
auvta. kata ganti personal akusatif neuter jamak dari
auvto,j yang berarti ‘mereka’ dalam arti anak-anak kecil.
kateulo,gei kata kerja indikatif imperfect aktif orang
ketiga tunggal dari kata kateuloge,w yang berarti ‘memberkati’.
Kata kateulo,gei ini adalah kata majemuk yang tidak muncul di
tempat lain dalam Perjanjian Baru. Jadi jika diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia kata ini berarti ‘Ia memberkati mereka dengan
20
21 Ibid, 284.
sangat, berulangkali.’22 Berkat yang diberikan Yesus adalah
berkat yang dibawa-Nya serta ketika Ia datang ke dunia.23
tiqei.j merupakan kata kerja participel masa sekarang aktif
nominatif maskulin tunggal dari ti,qhmiyang berarti ‘menaruh’
atau ‘meletakkan’. ta.j definit artikel feminin plural o` yang
berarti ‘the’ atau ‘itu’. cei/raj adalah kata benda nominative
feminine jamak cei,r yang berarti tangan. Meletakkan tangan
berarti penganugerahan roh-Nya atas mereka.24 Ini adalah sebuah
bentuk pelayanan rohani yang dilakukan oleh Yesus kepada anak-
anak, yaitu menumpangkan tangan dan memberkati anak-anak.
evpV adalah kata depan akusatif dari evpi, yang berarti ‘di
atas’ atau ‘pada’.
auvta, kata benda personal akusatif neuter jamak auvto,j
yang berarti ‘nya’, atau dalam bahasa inggris ‘self’. Kata ‘nya’
ini menunjuk pada anak-anak kecil karena berkelamin neuter dan
jamak.
22 Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1986), 166.
23 Henry, Mattew. Injil Markus (Surabaya: Penerbit Momentum, 2007), 220.
24 Ibid, 221.
Teladan Yesus dalam Pelayanan Anak
Yesus adalah guru teladan. Keteladanan Yesus tidak hanya
bagi pelayanan kaum dewasa, namun juga anak-anak. Keteladanan
Yesus dalam Markus 10:13-16 telah menjadi gambaran ideal bagi
pengajar Sekolah Minggu kelas anak. Berdasarkan studi nats
Markus 10:13-16 di atas kita dapat melihat bahwa terdapat lima
teladan Yesus bagi pelayanan anak. Yang pertama, Yesus memandang
penting Anak; kedua, Yesus berkomunikasi dengan anak, ketiga,
Yesus mengupayakan agar anak datang kepada-Nya; Yang keempat,
Yesus melakukan tindakan kasih terhadap anak, dan yang kelima,
Yesus mendoakan anak.
Memandang Penting Anak
Dalam Markus 10:13-16 kita dapat melihat bahwa murid-murid
Yesus marah kepada orang yang membawa anak kepada-Nya. Kemarahan
murid-murid Yesus tersebut didasarkan pada pandangan bahwa anak
tidaklah penting dihadapan Yesus. Namun ‘sikap baik’ murid Yesus
ini malahan menjadi boomerang bagi mereka. Yesus marah kepada
murid-murid-Nya karena telah menghalangi anak-anak datang kepada-
Nya. Alasan kemarahan Yesus karena Yesus menganggap anak-anak
penting dihadapan-Nya.
Dalam kamus Bahasa Indonesia kata ‘memandang’ diartikan
sebagai menganggap, atau memperlakukan (sebagai). Dalam bagian
ini memandang penting anak berarti menganggap anak sebagai
pribadi yang penting. Ada dua alasan mengapa anak dipandang
sebagai pribadi yang penting oleh Yesus. Yang pertama karena
anak memiliki karakteristik kerajaan surga, dan yang kedua karena
anak adalah ‘domba’-Nya.
Memandang Anak Memiliki Karakteristik Kerajaan Surga
Berdasar pada studi Markus 10:15-16 kita dapat mengetahui
bahwa Yesus menganggap penting anak-anak karena anak-anak
memiliki karakteristik/kriteria anggota kerajaan surga. Seorang
anak mampu menerima orang lain (receptivity), bergantung
(dependence), dan memiliki kepercayaan penuh kepada orang lain
(trustfulness).25 Anak juga memiliki sifat rendah hati sebagaimana
25 Hiebert, Edmond. The Gospel of Mark (Greenville: Bob Jones University Press, 1994), 283.
dijelaskan Yesus saat murid-murid-Nya menginginkan menjadi yang
terbesar dalam Matius 18:1-4.
Oleh karena karakteristik inilah Yesus menganggap penting
anak-anak, bahkan Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya bahwa
tidak ada cara lain untuk masuk ke dalam kerajaan surga selain
dengan cara memiliki sikap seperti anak-anak ini, yaitu menerima
keselamatan sebagai hadiah dengan iman dan percaya yang
sederhana.26
Memandang Anak Sebagai Domba Allah
Yesus menganggap penting anak-anak karena mereka juga adalah
domba Yesus. Dalam Markus 10:13-16 tersirat bahwa anak-anak juga
adalah domba yang perlu dilayani. Berdasarkan tindakan dan
perlakukan Yesus terhadap anak tersebut, kita dapat melihat bahwa
Yesus menganggap anak sebagai domba-Nya.
Didukung oleh teks lain dalam Yohanes 21:16, Stephen Tong
menafsirkan ayat tentang pertanyaan Yesus yang kedua kepada
Simon, “Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes,
apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau
26 Ibid, 283.
tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.”” Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah
domba-domba-Ku." Di sini Stephen Tong menafsirkan perkataan
Yesus ini dengan kalimat, “Gembalakanlah domba-domba kecil-Ku.”27
Dalam hal ini berarti bahwa barangsiapa mengasihi Yesus, ia harus
mengasihi anak-anak yang adalah domba-domba kecil-Nya.28 Dengan
demikian kita dapat mengerti bahwa anak-anak adalah pribadi yang
harus digembalakan oleh setiap orang yang mengasihi Yesus
termasuk di dalamnya guru-guru Sekolah Minggu.
Ada dua macam gembala dalam Alkitab. Pertama, orang yang
menggembalakan ternak, Kedua, yang mengasuh dan membina
manusia.29 Dalam hal ini hubungan antara gembala yang membina
manusia dan domba yang adalah manusia nampak jelas dalam Mazmur
23 dan Yohanes 10:1-18. Dalam perikop-perikop tersebut
dinyatakan jelas bahwa Yesus/Allah adalah gembala dan orang yang
percaya kepada-Nya adalah domba-Nya.
27 Tong, Stephen. Arsitek Jiwa (Jakarta: Lembaga Reformed Indonesia, 1993), 19.
28 Ibid.
29 Ensiklopedia Alkitab Masa Kini A-L (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1995), 330.
Berdasarkan penjelasan Alkitab dalam Mazmur 23 dan Yohanes
10:1-18 kita dapat mengerti bahwa tugas seorang gembala adalah
mengenal, mengasuh, mengayomi, dan melindungi domba-dombanya.30
Jika seorang anak adalah domba-domba Yesus berarti seorang guru
Sekolah Minggu pun harus menganggap anak-anak demikian sehingga
mereka mengenal, mengasuh, mengayomi, dan melindunginya juga.
Berkomunikasi dengan Anak
Dalam studi Markus 10:13-16 kita dapat memahami bahwa
keberhasilan Yesus dalam berkomunikasi dengan anak dimulai dari
keterbukaan-Nya untuk berkomunikasi dengan anak. Kesediaan-Nya
berkomunikasi dengan anak ditunjukkan bukan hanya pada saat ia
melayani di ‘ruang‘ mengajar, namun juga saat ia beristirahat di
rumah. Pada saat Yesus kembali ke rumah Simon, Yakobus, dan
Yohanes dari pelayanan mengajarnya, para orang tua membawa anak-
anak kepada Yesus agar Ia menyentuh-Nya, namun para murid
memarahi orang tua karena beranggapan bahwa Yesus tidak perlu
‘terganggu‘ dengan anak-anak, namun malahan Yesus marah kepada
30 Surbakti, EB. Kepemimpinan Model Gembala: Melayani bukan Dilayani,xa.yimg.com/kq/.../KEPEMIMPINAN+MODEL+ GEMBALA.doc (diakses pada tanggal 12 Juli 2012).
murid-murid. Yesus menyediakan diri untuk berkomunikasi dengan
anak-anak baik di dalam ‘kelas‘ maupun ‘diluar kelas‘.
Menurut kamus bahasa Indonesia komunikasi adalah pengiriman
dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih
sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.31 Komunikasi dapat
juga berarti kontak atau hubungan.32 Istilah komunikasi berasal
dari kata latin Communicare atau Communis yang berarti sama atau
menjadikan milik bersama. Berdasarkan asal katanya kita dapat
mengerti bahwa berkomunikasi berarti berusaha agar pesan yang
disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi miliknya.33
Proses komunikasi mempunyai tiga komponen dasar yaitu:
pengirim pesan, penerima pesan, dan pesan itu sendiri (kode atau
simbol).34 Ketiga komponen dasar tersebut harus dapat berfungsi
dengan baik agar proses komunikasi dapat berjalan dengan lancar.
Oleh karena itu untuk dapat berkomunikasi dengan anak,
31 Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 585.32
? Ibid.
33 Materi Pelatihan Keterampilan SPMK Januari 2003, Universitas Gajah Mada, www.kmpk.ugm.ac.id/data/.../3d-KOMUNIKASI(revJan'03).doc (diakses pada tanggal 11 Juli 2012).
34 Ibid.
seorang guru Sekolah Minggu haruslah seorang yang mengenal anak
yang dilayaninya, mampu berbicara dalam bahasa anak, dan
menyediakan diri untuk berkomunikasi dengan anak.
Mengenal Anak yang Dilayani
Aspek keberhasilan komunikasi dengan anak yang kedua anak
mengenal yang dilayani. Pengenalan terhadap anak yang dilayani
terbagi menjadi dua pengenalan. Pengenalan yang pertama adalah
pengenalan psikologis anak secara umum. Pengenalan psikologis
ini adalah memahami karakteristik anak secara lengkap baik fisik,
kognitif, emosi, moral, maupun sosial. Dalam hal ini seluruh
karakteristik anak telah dijelaskan dalam bab ini halaman
sebelumnya.
Pengenalan yang kedua adalah pengenalan pribadi anak.
Paulus Lie mencatat bahwa pengenalan pribadi anak yang penting
dalam proses komunikasi mencakup nama, alamat, nama orang tua,
hobi, kegiatan sehari-hari dan masalah yang sedang dihadapinya.35
Paulus Lie dalam bukunya ’Mereformasi Sekolah Minggu‘ bahkan
35 Lie, Paulus. Mereformasi Sekolah Minggu (Yogyakarta: PenerbitAndi, 2003), 2.
menegaskan bahwa seluruh kegiatan Sekolah Minggu tidak boleh
tidak harus dimulai dari tahap mengenali pribadi anak ini. Guru
harus memahami dan mengenali dengan baik setiap anaknya, seperti
Yesus sang gembala yang baik yang mengenali domba-dombanya begitu
juga guru yang baik harus mengenali setiap anak yang
dilayaninya.36
Berbicara dalam Bahasa Anak
Bahasa adalah bentuk komunikasi, entah itu lisan, tertulis
atau tanda, yang didasarkan pada sistem simbol.37 Ahli bahasa
terkenal Noam Chomsky (1957) mengatakan bahwa manusia cenderung
mempelajari bahasa pada waktu tertentu dan dengan cara tertentu.
Bukti paling kuat untuk basis bilogis dari bahasa adalah bahwa
anak-anak di seluruh dunia mencapai titik penting dalam berbahasa
pada saat yang hampir bersamaan dalam perkembangan mereka, dan
dengan urutan yang hampir sama, meskipun ada banyak variasi dalam
input bahasa yang mereka terima. Penelitian menunjukkan bahwa
36 Ibid, 6.
37 Santrock, John W. Psikologi Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), 67.
perkembangan bahasa pada masa anak-anak lebih banyak dipengaruhi
oleh faktor biologis, sekalipun faktor lingkungan juga
mempengaruhi.38
Tabel 2.1
Perkembangan Bahasa pada Anak
Periode Umur Perkembangan Bahasa Anak0-6 bulan Sekadar bersuara, membedakan huruf
hidup, berceloteh pada akhir periode.
6-12 bulan Celoteh bertambah dengan mencakup suara dari bahasa ucap, isyarat digunakan untuk mengomunikasikan suatu obyek.
12-18 bulan Kata pertama diucapkan, rata-rata memahami 50 kosakata lebih.
18-24 bulan Kosakata bertambah sapai rata-rata 200 buah, kombinasi dua kata.
2 tahun Kosakata bertambah cepat, penggunaanbentuk jamak secara tepat, penggunaan kata lampau (past tense),penggunaan beberapa preposisi atau awalan.
3-4 tahun Rata-rata panjang ucapan naik dari 3-4 morfem per kalimat, menggunakan pertanyaan ’ya‘ dan ’tidak‘ dan pertanyaan ’mengapa, di mana, siapa,kapan.‘
5-6 tahun Kosakata rata-rata mencapai 10.000 kata, koordinasi kalimat sederhana.
6-8 tahun Kosakata terus bertambah cepat, lebih ahli menggunakan aturan sintaksis, keahlian bercakap
38 Ibid, 69.
meningkat9-11 tahun Definisi kata mencakup sinonim,
strategi berbicara terus bertambah11-14 tahun Kosakata bertambah dengan kata-kata
abstrak, pemahaman bentuk tata bahasa kompleks, pemahaman fungsi kata dalam kalimat, dan memahami metafora dan satire
Dari tabel ini kita dapat mengetahui bahwa keabstrakan dan
kompleksitas berbahasa pada anak hanya dapat ia mengerti pada
usia diatas 11 tahun. Dengan demikian kita dapat memahami bahwa
secara umum seorang guru harus berkata-kata dengan anak dalam
bahasa yang konkret dan sederhana.
Menyediakan Diri Berkomunikasi dengan Anak
Sebagaimana teladan Yesus dalam Markus 10:13-16, guru
Sekolah Minggu sewajarnya juga menyediakan diri berkomunikasi
dengan anak. Dalam keadaan lelah Yesus menerima tamu anak-anak.
Dia berkomunikasi dengan anak-anak baik di dalam ‘kelas’ maupun
di luar ‘kelas’. Oleh karena itu setiap guru Sekolah Minggu pun
wajib melakukan hal sama juga.
Mengupayakan Anak Datang Kepada Yesus
Terdapat dua tindakan yang dilakukan Yesus agar anak-anak
datang kepada-Nya. Yang pertama, Yesus membuat diri-Nya dikenal
oleh anak-anak; Yang kedua, Yesus mengajar orang lain agar
mendukung anak-anak datang kepada-Nya.
Memperkenalkan Yesus Kepada Anak
Peristiwa datangnya orangtua membawa anak-anak kepada Yesus
bukanlah kisah tanpa konteks. Dalam pasal sebelumnya Markus
9:33-34 di rumah yang sama, di Kapernaum, Yesus menanggapi murid-
murid-Nya yang memperdebatkan siapa yang terbesar dalam kerajaan
sorga. Kemudian dalam kisah itu Yesus mengambil seorang anak
kecil dan menempatkan seorang anak itu di tengah-tengah Yesus dan
murid-murid-Nya. Ia memeluk anak itu dan berkata “Barangsiapa
menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku ia menyambut Aku. Dan
barangsiapa menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang
disambutnya, tetapi Dia yang mengutus aku.” Dalam konteks ini kita dapat
melihat bahwa Yesus telah membuat anak-anak mengenal diri-Nya,
sehingga mereka datang bersama dengan orang tuanya kepada-Nya.
Sebagai teladan bagi guru-guru Sekolah Minggu masa kini,
tentunya guru sekolah Minggu harus membawa anak-anak kepada
Yesus. Terdapat dua cara bagi guru Sekolah Minggu untuk membawa
anak-anak kepada Yesus. Cara yang pertama adalah dengan melakukan
penginjilan Anak; yang kedua adalah mengajarkan Alkitab kepada
anak.
Melakukan Penginjilan Anak
Berkunjung adalah pusat penginjilan anak. Bagi banyak orang
berkunjung adalah penginjilan yang natural dimana mereka dapat
menceritakan Yesus kepada anak-anak, mengunjungi orang yang
sakit, maupun mengundang orang baru untuk datang di kelas Sekolah
Minggu. Sekalipun pemberitaan Injil tidak dapat ditumpukan
dengan kunjungan, namun kunjungan adalah pintu pembuka bagi upaya
pemberitaan Injil.39
Kunjungan sebaiknya dilakukan secara berkala oleh guru
Sekolah Minggu. Hal ini dapat berarti setiap minggu, setiap dua
minggu, setiap bulan, pada pagi maupun sore hari. Kunci dari
39 Powers, Bruce P. Guiding Outreach and Enlistment on Christian Education Handbook (Tennese: Broadman & Holman, 1996), 244.
berjalannya program kunjungan ini adalah adanya dukungan dan
dorongan gereja sebagai program prioritas.40
Mengajarkan Alkitab Kepada Anak
Mengajarkan Alkitab adalah kegiatan terpenting untuk
memperkenalkan anak-anak kepada Yesus. Alkitab adalah penyataan
Allah yang akan membawa anak-anak kepada Yesus, oleh karena itu
setiap pengajaran di kelas-kelas Sekolah Minggu harus berbasis
pada Alkitab.
Berkaitan dengan hal ini Harry M. Pilland menjelaskan alasan
pengajaran Alkitab merupakan alat yang efektif bagi penginjilan:
1) Pelajaran Alkitab mempertemukan kehidupan manusia dengan
Firman Tuhan; 2) Pelajaran Alkitab menghasilkan menghasilkan
suasana pribadi antara sesama yang dapat membimbing kepada
keputusan untuk menerima Kristus; 3) Pelajaran Alkitab
membangkitkan rasa prihatin kepada orang yang tersesat; 4)
Pelajaran Alkitab menyediakan struktur logis untuk penginjilan;
5) Kelompok-kelompok pelajaran Alkitab menyediakan lingkungan
40 Ibid.
untuk penerimaan orang baru bertobat ke dalam persekutuan
gereja.41
Mengajar Orang Lain Membawa Anak Datang Pada Yesus
Ketika murid-murid-Nya marah kepada orangtua yang membawa
anak-anaknya datang kepada Yesus, Yesus berkata kepada murid-
murid dalam Markus 10:14, “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan
menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang seperti itulah yang empunya
kerajaan Allah.” Berdasarkan studi Alkitab kita dapat melihat bahwa
bahwa kata ‘biarkan’ berarti ‘send away’ yang lebih tepat
diterjemahkan dengan ‘kirimkan’ atau dukunglah. Jadi melalui
perkataan ini Yesus mengajar secara langsung kepada murid-murid,
maupun secara tidak langsung kepada orang tua bahwa mereka harus
mendukung agar anak-anak datang kepada Yesus.
Mengajar Orang Tua Membawa Anak Kepada Yesus
Yesus mengajar orang tua untuk mendukung anak-anaknya datang
kepada-Nya. Harus kita akui bahwa orang tua adalah agen
41 Pilland, Harry M. Perkembangan Gereja dan Penginjilan Melalui Sekolah Minggu (Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 1984), 154-156.
sosialisasi primer bagi anak-anak. 42 Dan kita pun harus
menerima keadaan bahwa sosialisasi seringkali lebih berpengaruh
daripada ‘pendidikan’ untuk mengkomunikasikan iman Kristen kepada
anak-anak.43 Oleh karena hal ini, kita juga mengetahui bahwa
Perjanjian Lama memfokuskan pendidikan iman pada keluarga.
Sesungguhnya, Perjanjian Baru pun tidak mengubah hal tersebut,
pusat pendidikan anak tetaplah berada dalam keluarga. Oleh
karena hal tersebut maka guru Sekolah Minggu harus mengajar dan
mendampingi orangtua untuk terlibat dalam membawa anak-anak
kepada Yesus.
Secara umum, pengajaran guru Sekolah Minggu kepada orangtua
dapat dilakukan dalam dua cara: Yang pertama yaitu secara formal
mengumpulkan orangtua murid dan memberi pelatihan/pengarahan
berkaitan dengan pendidikan Kristen kepada anak-anak, yang kedua
secara informal memberi pendampingan dan konsultasi kepada
orangtua murid dan membesarkan anak-anaknya untuk taat kepada
Allahh.
42 Richard, Lawrence. A Theology of Christian Education (Michigan: Zondervan Publishing House, 1980), 194.
43 Ibid.
Mengajar Anggota Gereja Mendukung Anak Datang Kepada Yesus
Yesus mengajar murid-murid-Nya untuk mendukung anak-anak
datang kepada-Nya. Hal ini memberi pengertian kepada guru
Sekolah Minggu untuk mengajar anggota gereja lainnya, baik secara
institusi ataupun secara pribadi untuk mendukung anak-anak datang
kepada Yesus. Secara institusi guru Sekolah Minggu dapat memberi
pengertian kepada pengurus gereja untuk mendukung program-program
yang diperuntukkan untuk membawa anak-anak datang kepada Yesus.
Secara pribadi lainnya guru Sekolah Minggu juga harus mendorong
pemimpin gereja dan anggota jemaat lainnya untuk bersifat
‘welcome’ terhadap anak-anak yang datang kepada Kristus. Gereja
secara umum harus terlibat untuk menciptakan suasana nyaman bagi
anak-anak untuk beribadah dan belajar Firman Tuhan di gereja.
Melakukan Tindakan Kasih
Yesus memeluk anak-anak (Markus 10:16). Pelukan Yesus
kepada anak-anak adalah tindakan wujud kasih dan penerimaan
seperti seorang anak yang yang nyaman dalam pelukan ibu.44
Sentuhan sangat penting bagi anak-anak terutama bagi bayi.45
Sentuhan adalah kontak mereka dengan orang, dan cara pertama
mereka dikasihi atau tidak. Anak-anak merasakan hubungan dengan
orang lain, dan sadar akan hubungan kemanusiaan melalui sentuhan.
Sentuhan merupakan cara berarti untuk menyatakan kasih, minat,
sukacita dan penerimaan.46
Menurut Gary Champman dalam bukunya “Lima Bahasa Kasih untuk
Anak” sebagaimana ditulis Kristin dalam situs Sekolah Kristen
Pelita Nusantara Kasih, terdapat lima bahasa kasih yang dipahami
oleh anak-anak: Yang pertama, kata-kata yang membesarkan hati
(word of affirmation). Yang kedua, menciptakan saat-saat
menyenangkan (quality time), yang ketiga memberikan hadiah, yang
keempat melakukan tindakan melayani (act of service), dan yang kelima
sentuhan fisik (physical touch).
44 Hiebert, Edmond. The Gospel of Mark (Greenville: Bob Jones University Press, 1994), 283.
45 Lester, Andrew D. Pelayanan Bersama Anak-Anak dalam Krisis (Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 2003), 40.
46 Ibid.
Mengucapkan Kata-Kata yang Membesarkan Hati
Kata-kata yang membesarkan hati berupa ucapan terima kasih,
kata penghargaan, kata pujian, rayuan, kata yang bersifat
peneguhan, kata motivasi akan sangat bermakna bagi anak-anak.
Namun sebaliknya kata cacian, makian, kata-kata meremehkan,
penghinaan, kata - kata memvonis yang buruk akan sangat
menyakitkan bagi mereka.47
Menciptakan Saat Mengesankan
Anak-anak mengalami saat-saat yang mengesankan ketika mereka
bermain. Bermain dapat berarti melakukan permainan (game) atau
dapat berarti berjalan-jalan atau berekreasi bersama mereka.48
Oleh karena itu sangat penting bagi guru Sekolah Minggu untuk
memiliki saat-saat mengesankan dengan bermain bersama dengan
anak-anak ataupun melakukan kegiatan bersama lainnya.
Memberikan Hadiah
47 Lima Bahasa Kasih untuk Anak-Anak, Sekolah Kristen Pelita Nusantara Kasih. http://pelitanusantarakasih.sch.id/ home/oneArticle/30 (diakses pada tanggal 12 Juli 2012).
48 Ibid.
Anak-anak merasa dicintai bila menerima pemberian istimewa
dari orang lain. Memberi hadiah merupakan bahasa cinta yang
paling mudah dipelajari. Hadiah yang diberikan tidak harus
sesuatu yang mahal, tetapi menunjukkan bahwa ungkapan cinta kita.
Pemberian hadiah akan semakin dihargai bila berupa ‘kejutan
menyenangkan’. Selain dalam bentuk benda atau hasil karya lain.49
Melakukan Tindakan Pelayanan
Anak-anak merasa dicintai ketika kita melayani mereka.
Sesekali kita perlu melayani mereka untuk menunjukkan kasih kita
kepada mereka. Tindakan melayani itu dapat berupa mengambilkan
makanan atau minuman, menemani anak-anak ke kamar mandi, menolong
mereka saat mereka terjatuh, atau menolong mereka saat mengalami
kesulitan dalam mengerjakan kegiatan kelas.50
Sentuhan Kasih
Yang kelima adalah sentuhan fisik (physical Touch). Menurut
Andrew D. Lester sentuhan fisik yang bisa dilakukan untuk dapat 49 Ibid.
50 Ibid.
mengasihi anak-anak adalah dengan mendudukkan anak di pangkuan,
menyentuh bahu, menggandeng tangan, memeluk, atau berjabatan
tangan dengan anak-anak. Dalam hal ini dengan bertambahnya usia
anak sentuhan fisik harus diubah, karena semakin dewasa anak,
semakin ia memiliki ruang pribadi.51
Mendoakan Anak
Dalam Markus 10:16 tercatat bahwa Yesus memeluk anak-anak
dan kemudian menumpangkan tangan atas mereka dan memberkati
mereka. Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa Yesus
mendoakan anak-anak. Begitu juga guru Sekolah Minggu, seorang
guru Sekolah Minggu haruslah menjadi juru syafaat yang baik bagi
murid-muridnya.52 Itulah pentingnya bagi guru untuk mengenal dan
memahami persoalan anak-anak. Secara umum terdapat dua macam
cara berdoa, yang pertama adalah doa pribadi, dan yang kedua
adalah doa bersama.
51 Lester, Andrew D. Pelayanan Bersama Anak-Anak dalam Krisis (Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 2003), 41.
52 Lie, Paulus. Mereformasi Sekolah Minggu (Yogyakarta: PenerbitAndi, 2003), 97.
Mendoakan Anak Secara Pribadi
Sama seperti Yesus yang membangun kehidupan doa secara
pribadi, seorang guru Sekolah Minggu juga harus membangun
kehidupan doa secara pribadi. Menurut Paul Yonggi Cho terdapat
tiga kepentingan doa. Yang pertama doa untuk membangun hubungan
dengan Allah, yang kedua doa sebagai permohonan, dan yang ketiga
doa sebagai syafaat yaitu mendoakan kepentingan orang lain kepada
Allah.53 Guru Sekolah Minggu perlu berdoa untuk dirinya sendiri
dalam kaitan membangun relasi dengan Allah dan memohon kepada
Allah untuk kepentingannya sendiri, maupun memohon kepada Allah
untuk anak-anak yang dilayaninya. Dalam hal ini kehidupan doa
harus dilakukan secara konstan dan konsisten.54
Mendoakan Anak Secara Bersama
Doa pribadi sangat penting, namun penting juga untuk berdoa
menyatukan hati dengan orang Kristen lain dalam doa bersama di
gereja. Teladan ini dimulai dalam kehidupan Gereja mula-mula 53 Cho, Paul Y. Doa: Kunci ke Arah Kebangunan Rohani (Jakarta:
Yayasan Pekabaran Injil Imanuel, 1989), 101.
54 Doa Pribadi, http://doa.sabda.org/doa_pribadi_3. Diakses pada tanggal 19 Juli 2012.
yang berkumpul secara rutin untuk bertekun dalam pengajaran
rasul-rasul, memecahkan roti dan berdoa bersama (Kisah Rasul
2:42). Ketika melakukan doa bersama dengan orang-orang percaya
lainnya, pengaruhnya sangatlah positif. Doa bersama membangun
dan menyatukan orang Kristen dalam iman yang satu.55 Pergumulan-
pergumulan dalam pelayanan anak di Sekolah Minggu sangat penting
untuk dibawa dalam pergumulan doa bersama di gereja.
Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam istilah Sasmoko merupakan sebuah
justifikasi ‘apriori’ yang disusun sebelum data penelitian
dikumpulkan. Kerangka berpikir berhubungan dengan apa yang
diduga akan terjadi dan apa alasan kejadian itu.56
Kecenderungan Tingkah Laku
Sesuai dengan kajian teori yang telah dipaparkan sebelumnya
tingkah laku pelayanan anak berdasarkan teladan Yesus dalam
55 http://www.gotquestions.org/indonesia/berdoa-bersama.html Diakses pada tanggal 19 Juli 2012.
56 Sasmoko. Metode Penelitian, Pengukuran dan Analisis Data (Jakarta: HITS, 2005), 252.
Markus 10:13-16 di kalangan guru Sekolah Minggu kelas anak Gereja
Baptis Indonesia wilayah Surabaya ditentukan oleh lima dimensi,
yaitu memandang penting anak, berkomunikasi dengan anak,
mengupayakan agar anak-anak datang kepada Yesus, melakukan
tindakan kasih, dan mendoakan anak. Dengan kata lain kualifikasi
seorang guru Sekolah Minggu kelas anak ditentukan oleh kemauan
dan kemampuan guru dalam bersikap dan bertindak sesuai dengan
teladan Yesus yang terdapat dalam dimensi-dimensi tersebut.