+ All Categories
Home > Documents > Tipologi Rancang Pintu dan Jendela Rumah Kolonial Belanda di Kayutangan Malang

Tipologi Rancang Pintu dan Jendela Rumah Kolonial Belanda di Kayutangan Malang

Date post: 23-Jan-2023
Category:
Upload: ubrawijaya
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
15
TIPOLOGI RANCANGAN PINTU DAN JENDELA RUMAH KOLONIAL BELANDA DI KAYUTANGAN MALANG Nova Juwita Hersanti Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya E-mail: [email protected] Galih Widjil Pangarsa Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya E-mail: [email protected] Antariksa Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya E-mail: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kepedulian nyata terhadap konservasi bangunan rumah tinggal kolonial Belanda. Lokasi penelitian di perkampungan kota, yaitu di belakang koridor Jl. Jendral Basuki Rahmat, Malang. Pintu dan jendela merupakan elemen arsitektur yang penting dalam sebuah hunian. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, menganalisa, dan mendeskripsikan tipologi rancangan pintu dan jendela rumah tinggal kolonial Belanda di Kayutangan Malang. Metode penelitian riset ini mengunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan tipologi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan, wawancara, kuisioner, pengukuran, dan rekaman foto. Tipologi dianalisa berdasarkan aspek ruang, bentuk, dan sistem teknologi struktur dan konstruksinya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hirarki ruang publik-privat pada sebuah rumah tinggal kolonial Belanda mempengaruhi rancangan pintu dan jendela. Tipe, ornamen, dan ukuran pintu dan jendela setiap ruang memiliki karakter. Bentuk geometris banyak digunakan dalam rancangan bentuk pintu dan jendela rumah tinggal kolonial Belanda di Kayutangan Malang. Kayu jati adalah material utama yang digunakan untuk rancangan pintu dan jendela. Kata kunci: rumah tinggal kolonial Belanda, pintu, dan jendela. ABSTRACT This research was carried out as one the real concerns for the conservation of Dutch colonial dwellings. The research sites are in kampoeng’s urban space, focused on behind the corridor of Jl. Jendral Basuki Rahmat, Malang. Door and window are the most important architecture element for a residence. The research is aimed to identify, to analyze, and to describe typology of door and window designs of the Dutch colonial dwellings at Kayutangan Malang.The research method is using descriptive qualitative method with typology approach. The collecting data were a performed by using observation, interview, quistionair, measurement, and taking some photographs. Typology was analyzed based on the aspects of room, form, and structure technology system and its construction. The result of this study shows that the hierarchi of public- private room on the Dutch colonial dwellings influence door and window designs. Types, ornaments, and the measure of door and window in every room have their own character. Geometrical style is much used in the door and window form designs for Dutch colonial dwellings at Kayutangan Malang. Jati wood is the main material used for the door and window designs. Key words: Dutch colonial dwellings, door, and window. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan bekas daerah jajahan Belanda selama lebih dari tiga ratus tahun. Hal ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap perkembangan Indonesia dalam segala hal, termasuk peninggalan-peninggalan bersejarah pada dunia arsitektur di Indonesia. Belanda membawa gaya bangunannya yang disebut dengan gaya kolonial. Bangunan dengan gaya arsitektur kolonial tidak sedikit yang ada di Indonesia termasuk Kota Malang. Saat ini, tidak sedikit bangunan bersejarah diabaikan, dibongkar tanpa melihat nilai- nilai sejarah dan arsitekturnya. Hali ini terjadi karena perubahan fungsi ruang dalam kota.
Transcript

TIPOLOGI RANCANGAN PINTU DAN JENDELA RUMAH KOLONIALBELANDA DI KAYUTANGAN MALANG

Nova Juwita HersantiJurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

E-mail: [email protected]

Galih Widjil PangarsaStaf Pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

E-mail: [email protected]

AntariksaStaf Pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

E-mail: [email protected]

ABSTRAKPenelitian ini dilakukan sebagai salah satu kepedulian nyata terhadap konservasi bangunan rumah

tinggal kolonial Belanda. Lokasi penelitian di perkampungan kota, yaitu di belakang koridor Jl. JendralBasuki Rahmat, Malang. Pintu dan jendela merupakan elemen arsitektur yang penting dalam sebuah hunian.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, menganalisa, dan mendeskripsikan tipologi rancangan pintudan jendela rumah tinggal kolonial Belanda di Kayutangan Malang. Metode penelitian riset ini mengunakanmetode deskriptif kualitatif dengan pendekatan tipologi. Pengumpulan data dilakukan dengan carapengamatan, wawancara, kuisioner, pengukuran, dan rekaman foto. Tipologi dianalisa berdasarkan aspekruang, bentuk, dan sistem teknologi struktur dan konstruksinya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwahirarki ruang publik-privat pada sebuah rumah tinggal kolonial Belanda mempengaruhi rancangan pintu danjendela. Tipe, ornamen, dan ukuran pintu dan jendela setiap ruang memiliki karakter. Bentuk geometrisbanyak digunakan dalam rancangan bentuk pintu dan jendela rumah tinggal kolonial Belanda di KayutanganMalang. Kayu jati adalah material utama yang digunakan untuk rancangan pintu dan jendela.

Kata kunci: rumah tinggal kolonial Belanda, pintu, dan jendela.

ABSTRACTThis research was carried out as one the real concerns for the conservation of Dutch colonial

dwellings. The research sites are in kampoeng’s urban space, focused on behind the corridor of Jl. JendralBasuki Rahmat, Malang. Door and window are the most important architecture element for a residence. Theresearch is aimed to identify, to analyze, and to describe typology of door and window designs of the Dutchcolonial dwellings at Kayutangan Malang.The research method is using descriptive qualitative method withtypology approach. The collecting data were a performed by using observation, interview, quistionair,measurement, and taking some photographs. Typology was analyzed based on the aspects of room, form, andstructure technology system and its construction. The result of this study shows that the hierarchi of public-private room on the Dutch colonial dwellings influence door and window designs. Types, ornaments, and themeasure of door and window in every room have their own character. Geometrical style is much used in thedoor and window form designs for Dutch colonial dwellings at Kayutangan Malang. Jati wood is the mainmaterial used for the door and window designs.

Key words: Dutch colonial dwellings, door, and window.

LATAR BELAKANGIndonesia merupakan bekas daerah jajahan Belanda selama lebih dari tiga ratus

tahun. Hal ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap perkembangan Indonesia dalamsegala hal, termasuk peninggalan-peninggalan bersejarah pada dunia arsitektur diIndonesia. Belanda membawa gaya bangunannya yang disebut dengan gaya kolonial.Bangunan dengan gaya arsitektur kolonial tidak sedikit yang ada di Indonesia termasukKota Malang.

Saat ini, tidak sedikit bangunan bersejarah diabaikan, dibongkar tanpa melihat nilai-nilai sejarah dan arsitekturnya. Hali ini terjadi karena perubahan fungsi ruang dalam kota.

2

Tidak tingginya apresiasi masyarakat terhadap bangunan bersejarah, banyak bangunanyang bernilai sejarah dan seni tinggi tidak dirawat, hingga rusak, dirombak bahkandibongkar (Sumalyo, 2001: 41). Pada kondisi sekarang ini di Kayutangan masih ditemukanterdapat beberapa bangunan kolonial Belanda. Beberapa rumah tinggal yang berada diperkampungan kota di Kayutangan ini beberapa masih terawat dan dipelihara, sehinggadapat digunakan sebagai objek penelitian. Oleh karena itu, fokus penelitian ini pada rumahkolonial Belanda perkampungan kota di Kayutangan, Malang (Jl. Basuki Rahmat),tepatnya di Kayutangan bagian Barat dan Kayutangan bagian Timur.

Arsitektur rumah tinggal sebagai hasil kebudayaan adalah perpaduan suatu karya senidan pengetahuan tentang bangunan, dengan demikian arsitektur juga membicarakanberbagai aspek tentang keindahan dan konstruksi bangunan. Dalam menelaah rumah-rumahkolonial tidak terlepas dari gaya arsitektur yang dibawa oleh Belanda pada saat itu (Tutuko,2003:1). Terbentuknya rumah tinggal berkaitan dengan proses adaptasi manusia denganalam, sebagai usaha untuk menanggapi kondisi alam yang ditempatinya (Asikin, 2003:76).Iklim dan gaya hidup masyarakat setempat menjadi bagian yang menyatu denganbangunan. Dalam merancang selain aspek tata letak dan morfologi bangunan, selalumemperhatikan aspek pencahayaan dan penghawaan pada bangunan (Sumalyo 1993:9).Pemukiman orang-orang Belanda dibangun dengan gaya yang diadopsi dari negara asaldengan adanya penyesuaian terhadap iklim tropis basah di Indonesia. Penyesuaian terhadapiklim tropis basah tersebut sangat mempengaruhi corak arsitektur kolonial di Kota Malang.Rumah tinggal kolonial Belanda memiliki ciri khas pada bukaan bangunannya. Bukaanpada bangunan seperti pintu dan jendela merupakan suatu elemen penting pada suatu ruang.Rancangan pintu dan jendela, serta dimensi dan tata letaknya dalam suatu ruang juga akanmempengaruhi sirkulasi bangunan tersebut dan aktivitas di dalamnya.

Pintu tidak hanya sebagai pembatas antar ruang, tetapi juga sebagai akses masuk,transisi ruang, penghubung antar ruang, dan sekaligus pengaman. Oleh karena itu,rancangan desain pintu harus disesuaikan dengan fungsinya dan peletakannya. Perananpintu sebagai penghubung antar ruang juga mempengaruhi visual penghuni bangunan,meskipun antar ruang memiliki keterkaitan, tetapi ada batasan-batasan yangmelingkupinya. Jendela merupakan elemen bukaan pada rumah tinggal yang memilikiperanan penting memberikan kenyamanan pergantian sirkulasi udara, memasukkan cahayake dalam ruang, penghubung visual dari sisi dalam maupun luar rumah, dan jendela dapatmempercantik rumah. Jendela pada rumah tinggal kolonial memiliki karakteristik yangunik dari segi fungsi, material, maupun rancangannya. Penelitian tentang elemen arsitekturmasih sangat jarang sekali. Penelitian tipologi rancangan pintu dan jendela rumah tinggalkolonial ini penting untuk dianalisa karena arsitektur kolonial Belanda mempunyai cirikhas, yaitu adaptif dengan iklim setempat. Oleh karena itu, rancangan bukaan rumahtinggal sangat penting diperhatikan karena memegang peranan penting terhadapkenyamanan penghuni rumah dan desain bukaan juga menambah nilai estetis pada suatubangunan.

Tipologi merupakan suatu konsep mendeskripsikan kelompok objek berdasarkan ataskesamaan sifat-sifat dasar yang berupaya untuk memilah atau mengklasifikasikan bentukkeragaman dan kesamaan jenis. Pengelompokkan atau pengklasifikasian ini dilakukan agardapat dianalisa rancangan bukaan pintu dan jendela yang cocok untuk tiap ruangan, karenakebutuhan masing-masing ruang tidak sama, bukaan pada bangunan juga disesuaikandengan sifat ruangan (publik-privat), dan akses hubungannya dengan ruang lainnya. Studiini dilakukan untuk untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mendeskripsikan tipologirancangan pintu dan jendela pada bangunan rumah tinggal kolonial Belanda diKayutangan, Malang pada periode masa penjajahan Belanda.

3

Arsitektur merupakan wujud aktivitas ’desain’ yang cukup tua sejalan denganperadaban manusia itu sendiri. Sejak surutnya masa kejayaan kebudayaan Hindu dan Islamdi Indonesia, pada masa kolonial awal pembangunan perumahan dan kawasan hunianmemiliki kecenderungan mengadopsi kebudayaan arsitektur yang ada di Eropa (Sachari &Sunarya, 2002:57).

Tipologi adalah studi tentang tipe. Tipe adalah kelompok dari objek yang memilikiciri khas struktur formal yang sama. Tipologi merupakan studi tentang pengelompokkanobjek sebagai model, melalui kesamaan struktur. Tipologi adalah studi tentang tipe dengankegiatan kategorisasi dan klasifikasi untuk menghasilkan tipe. Kegiatan kategori dan tipetersebut sekaligus dapat dilihat keragaman dan keseragaman (Iswati, 2003: 124).

Ragam dan jenis daun pintu memiliki estetika tersendiri dalam mempermanis suatubangunan, selain itu daun pintu juga berfungsi untuk menyaring gangguan-gangguan.Menurut Istiawan (www.kompas.com, 2005) daun pintu punya fungsi penyaringanterhadap empat jenis gangguan atau sumber daya yang ingin kita hindari atau hendak kitatetap biarkan masuk, yaitu penglihatan dan suara yang umumnya berhubungan denganmasalah privasi, serta sumber daya angin dan cahaya alam yang berhubungan dengankondisi suasana (ambience) dalam ruangan rumah kita. Menurut Kindangen (2003: 159)ada banyak variasi jendela yang sering digunakan secara luas dan ada di pasaran umum.Tipe jendela dapat diklasifikasikan ke dalam satu atau kombinasi dari beberapa tipe dasarterutama dalam hubungannya dengan pengaturan aliran udara. Jendela dapat dikelompokandalam empat kategori, sebagai berikut:1. Tipe putar, putar horisontal dan vertikal;2. Tipe gantung, gantung-samping, atas atau bawah;3. Tipe lipat; dan4. Tipe sorong atau geser, geser secara vertikal dan horisontal.

Rumah tinggal yang menunjukkan ciri-ciri rumah kolonial menggunakan pengamatantampang rumah. Menurut Prijotomo, Latief & Christiyani (1987) membedakan beberapatampang rumah, sebagai berikut:1. Tampang rumah tipe kolonial pertama, dengan ciri-ciri tampang bangunan ornamental

penggarapan atau penyelesaian detil cermat (tapi bukan ruwet), pintu dan jendela tinggisehingga terkesan menegak (vertikal) yang kuat, penataan unsur dan komponentampang cenderung setangkup;

2. Tampang tipe tahun 1950-an (tipe jengki), memiliki ciri-ciri menghilangkan ornamen,menampilkan dekorasi berupa garis geometrik, penyelesaian detil lugas, harafiah, pintudan jendela masih senada dengan tipe kolonial, penataan sudah tidak setangkup, tetapipintu rumah telah bergeser ke pinggir;

3. Tampang tipe ketiga adalah tipe tahun 1970-an, yaitu tipe rumah dengan ciri-ciri tidakmenampilkan ornamen atau dekorasi, penyelesaian detil tidak khusus, lebih harafiah,pintu dengan jendela lebar atau dengan jendela nako, penataan seperti tipe 1950-an;dan

4. Tipe terakhir adalah tipe campuran yaitu penggabungan antara tipe 1970-an dengansalah satu tipe yang ada (tipe kolonial atau 1950-an). Cirinya adalah bagian pintu-jendela, yakni tubuh bangunan menunjukkan tipe 1970-an sementara bagian kepalabangunan dari tipe kolonial atau 1950-an. Tipe ini hadir sebagai hasil peremajaan(vermaakt) bangunan lama. Selain ciri-ciri tersebut di atas, pengamatan terhadap warnacat, tekstur bahan dan ventilasi juga bisa memperlengkap ciri-ciri masing-masing tipe.

4

METODE PENELITIANPenelitian yang dilakukan ini secara umum menggunakan metode kualitatif deskriptif

dengan pendekatan tipologi. Pendekatan tipologi ini dipakai untuk mengklasifikasikanobjek ke dalam tipe tertentu. Menurut Moleong (2007:6) Penelitian kualitatif adalahpenelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami olehsubyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secaraholistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu kontekskhusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Objek penelitian yang diambil, yaitu rumah tinggal kolonial Belanda di Kayutangan,yang dibangun pada periode masa penjajahan Belanda (1600-1942). Lokasi penelitianberada di perkampungan kota yang terdapat di koridor Kayutangan bagian Barat danTimur (Gambar 1). Lokasi penelitian secara administratif masuk ke dalam KecamatanKlojen, Malang.

Metode penentuan sampel dengan teknik purposive sampling. Metode pengumpulandata untuk keperluan penelitian dilakukan dengan dua metode, yaitu pengumpulan dataprimer dan sekunder. Pengumpulan data primer, yaitu observasi lapangan, wawancara,kuisioner, pengukuran, dan dokumentasi. Pengumpulan data sekunder, yaitu berupapengumpulan data dari instansi terkait maupun dokumen yang dimiliki oleh pemilikrumah.

HASIL DAN PEMBAHASANKayutangan termasuk ke dalam Kecamatan Klojen. Kecamatan Klojen ini

mempunyai banyak bukti bangunan bersejarah pada masa penjajahan Belanda yangmenjadi saksi perkembangan kota dan arsitektur kolonial Belanda di Malang. MenurutHandinoto & Soehargo (1996:15) Belanda mulai menguasai daerah Kota Malang sejaktahun 1767 dengan mendirikan benteng di daerah yang sekarang ditempati Rumah SakitUmum Daerah Syaiful Anwar di daerah Klojen Lor. Pemukiman awal Belanda didirikan didalam benteng. Kata ”Klojen” berasal dari kata ”loji” yang berarti sebutan untuk rumahorang Belanda. Kata tersebut berkembang menjadi ”ke-loji-an” dan akhirnya menjadiKlojen.

Gambar 1. Lokasi penelitian di Kayutangan.Sumber: Hasil survey, 2007

5

Beberapa sumber sejarah telah banyak menyebutkan, bahwa pusat keramaian kotaMalang pada awal abad ke-19 terletak di sekitar alun-alun. Kayutangan merupakan salahsatu kawasan bersejarah di Kota Malang. Kawasan perdagangan “elit” yang disediakanuntuk kaum Belanda adalah di sepanjang Jl. Kajoetangan, dan di seputar alun-alun.Kayutangan merupakan daerah perdagangan sektor formal. Daerah ini terbentuk padaproses perkembangan Kota Malang pada masa penjajahan Belanda. Daerah ini terbentukmemanjang dikarenakan pada masa itu perkembangan Kota Malang seperti "pita"(memanjang). Kayutangan merupakan salah satu koridor jalan yang menyimpan sejarahperkembangan dan arsitektur Kota Malang pada masa kolonial Belanda.

Pada awalnya, Kajoetangan straat merupakan cikal bakal pemukiman bagi wargaEropa di Malang. Seiring dengan perkembangan kota, penggunaan lahan di sepanjangKajoetangan straat beralih menjadi guna lahan yang lebih komersial. Pada sekitar tahun1930-1940-an, Kajoetangan straat berkembang menjadi suatu pusat perdagangan danperbelanjaan bagi masyarakat kalangan menengah ke atas dan warga Eropa di KotaMalang (Utomo, 2007: 1).

Menurut Handinoto & Soehargo (1996:29) Pemukiman Belanda menempati tempat-tempat yang sangat strategis di dalam Kota Malang, yaitu daerah sekitar alun-alun (Taloon,Tongan, dan Sawahan) dan daerah strategis sepanjang jalan kereta api yang menuju kota(Kayutangan, Klojen lor, Rampal, dan sebagainya). Daerah orang pribumi sendiri, yangberjumlah paling banyak, justru kurang mendapat perhatian dari pemerintah kolonial.Penduduk setempat berdiam di perkampungan kota dan di gang-gang.

Sejarah Kayutangan berdasarkan survey primer wawancara langsung dengan 1Bpk.Rd. Bambang Sutrisno bercerita bahwa Kayutangan awal mulanya berupa tanah kosong,hal tersebut juga sesuai dengan 2Bpk Sabar Iman yang bercerita bahwa awalnyaKayutangan dulu berupa hutan kecil dan tidak banyak rumah. Jalan Jendral Basuki Rahmatdulu bernama Kajoetangan straat.

Pada awalnya, Kajoetangan straat merupakan cikal bakal pemukiman bagi wargaEropa di Malang. Seiring dengan perkembangan kota, penggunaan lahan di sepanjangKajoetangan straat beralih menjadi guna lahan yang lebih komersial (Utomo, 2007: 1).Menurut Handinoto & Soehargo (1996:29) Pemukiman Belanda menempati tempat-tempatyang sangat strategi di dalam Kota Malang, yaitu daerah sekitar alun-alun (Taloon,Tongan, dan Sawahan) dan daerah strategis sepanjang jalan kereta api yang menuju keluarkota (Kayutangan, Klojen lor, Rampal, dan sebagainya). Daerah orang pribumi sendiri,yang berjumlah paling banyak, justru kurang mendapat perhatian dari pemerintah kolonial.Penduduk setempat berdiam di perkampungan kota dan di gang-gang.

Terbentuknya kampung di Kayutangan juga tidak lepas dari peran Mbah HonggoKoesoemo. Pangeran Honggo Koesoemo adalah salah seorang keturunan Mataram. Padamasa penjajahan Belanda beliau berjuang bersama Pangeran Diponegoro untuk melawanBelanda (1825-1830).Peran Mbah Honggo Koesoemo di Malang, yaitu membuka pasarTalun, mengubah area perkuburan menjadi perkampungan belakang pertokoan Kayutangan(Kelurahan Kauman) sehingga lambat laun daerah ini menjadi ramai dan banyak didirikanrumah. Pada masa hidupnya Mbah Honggo mempunyai peran dan jasa dalamperkembangan Kota Malang, hingga akhir hayatnya disemayamkan di makam Jl. JendralBasuki Rahmad Gg IV, Malang.

Sepanjang koridor Jl. Basuki Rahmad terlihat jejeran bangunan-bangunan kolonialBelanda yang masih terlihat kokoh dan indah, tetapi ironisnya di belakang koridor jalantersebut terdapat pemukiman kampung yang memiliki bangunan yang kurang terawat.Rumah-rumah kolonial Belanda yang masih berdiri kokoh tersebut terlihat kusam bahkanada beberapa rumah yang tidak berpenghuni, maka perlu kesadaran pemilik bangunan dan

1Bpk. Rd. Bambang Sutrisno merupakan seorang saksi hidup Kota Malang yang sekarang berusia 93 tahun. Dulubeliau merupakan seorang jurnalis yang menguasai lima bahasa.2Bpk. Sabar Iman merupakan seorang juru kunci kuburan Mbah Honggo Koesoemo yang sekarang berusia 80 tahun.Kuburan ini terletak di Jl. Jendral Basuki Rahmat Gg IV, Malang.

6

usaha dari pemerintah untuk tetap melestarikan bangunan-bangunan yang masihmenyimpan sejarah masa lalu.

Berdasarkaan telaah hasil survey primer yang telah peneliti lakukan maka didapat 12kasus bangunan rumah tinggal kolonial Belanda yang diteliti. Bangunan rumah tinggalyang terpilih menjadi kasus bangunan ini telah melewati tahap seleksi karena metode yangdigunakan , yaitu metode purposive sampling. Pemilihan kasus bangunan ini diharapkanagar tiap kasus bangunan dapat diperbandingkan satu sama lainnya sehingga dapatdiperoleh tipologi rancangan pintu dan jendela rumah tinggal kolonial Belanda diKayutangan , Malang. Kasus bangunan yang terpilih jumlahnya 12 rumah tinggal KolonialBelanda yang berlokasi di koridor Kayutangan bagian Barat dan Timur (Tabel 1).

Tabel 1. Urutan Kasus Bangunan berdasarkan Tahun berdirinya

No Nama Pemilik Lokasi Tahun

1 Bu Naily Jl. Jendral Basuki Rahmat Gg VI/ 988Malang

1870

2 Bpk Habib Salih Jl. Jendral Basuki Rahmat Gg IV/ 942Malang

1870-an

3 Bu WahyuSuparno

Jl. Jendral Basuki Rahmad Gg VII/ 29Malang

1900-an

4 Bu Indah Jl. Jendral Basuki Rahmad Gg VI/ 974Malang

1900-an

5 Bu Ana NingSuci

Jl. Arif Rahman Hakim Gg IV/ 193Malang

1924

6 Bu Sutopo Jl. Semeru Gg IV/ 23 Malang 19287 Bu Siti Jl. Jendral Basuki Rahmat Gg VIII/ 5

Malang1929

8 Bu Hauw HienNio

Jl. Jendral Basuki Rahmad Gg VIII/ 90,Malang

1920-an

9 Bu Rahardjo Jl. Arif Rahman Hakim Gg IV/ 835Malang.

1920-an

10 Bu Susiati Jl. Jendral Basuki Rahmat Gg IIA/ 505Malang

1920-an

11 Bu Yuris Jl. Jendral Basuki Rahmad Gg IIC/ 1193,Malang

1920-an

12 Bu Toha Jl. Jendral Basuki Rahmat Gg VI/ 962Malang

1930-an

Sumber: Hasil survey, 2007

Analisa rancangan pintu dan jendela rumah tinggal kolonial Belanda ditinjau dariaspek ruang

Pintu merupakan elemen arsitektur yang penting dalam sebuah hunian atau rumahtinggal, karena pintu merupakan media yang menghubungkan antar ruang. Pintumerupakan media penghubung atau transisi ruang. Fungsi pintu sebagai transisi ruang,maksudnya adalah pintu sebagai penghubung sehingga ada keterkaitan antar ruang, tetapiada batas yang melingkupinya. Pintu memberikan kemudahan bagi penghuni rumah untukmencapai satu ruangan dengan ruang lainnya. Klasifikasi pintu dibedakan berdasarkan atasfungsinya. Jenis pintu berdasarkan fungsi ruang, antara lain sebagai berikut (Gambar 2):

a. Pintu utama rumah;b. Pintu kamar;c. Pintu ruang lain dalam rumah (ruang makan, dapur, ruang keluarga);d. Pintu kamar mandi/ WC; dan

7

1

2

3

4

5

6

Gambar 2. Jenis pintu berdasarkan fungsi ruang.Sumber: Hersanti, 2007.

Keterangan:1. Pintu utama (entrance)2. Pintu ruang keluarga3. Pintu samping (side entrance)4. Pintu kamar5. Pintu dapur6. Pintu kamar mandi

e. Pintu belakang atau pintu samping.

Perubahan maupun penambahan ruang pada kasus rumah tinggal kolonial Belanda diKayutangan ini juga berpengaruh terhadap pola sirkulasi, akses, dan tata letak pintu danjendela. Kasus tersebut antara lain sebagai berikut (Gambar 3 dan Gambar 4):a. Penutupan teras. Teras yang dulu berfungsi sebagai ruang tamu terbuka, karena

pertimbangan faktor keamanan kemudian teras menjadi ruang tamu tertutup yang diberipembatas dengan ruang luar berupa dinding. Letak teras berada di posisi paling depanpada sebuah rumah maka diberi penambahan pintu masuk dan jendela depan (Kasusbangunan rumah Bu Wahyu dan Bu Ana).

b. Penambahan dan perubahan lorong atau koridor samping rumah yang berupalompongan mulai dibangun. Salah satu ciri rumah tinggal kolonial Belanda yaitumemiliki koridor atau lorong di samping rumah, sehingga dapat menjadi akses pintusamping. Kebutuhan ruang yang meningkat sejalan dengan bertambahnya penghunirumah maka lorong samping rumah mulai dibangun sebagai penambah fungsi ruangdalam suatu hunian.

c. Penambahan ruang usaha. Objek penelitian pada awalnya berfungsi sebagai rumahtinggal, karena desakan ekonomi maka diberi penambahan ruang usaha untukmenambah pemasukkan perekonomian keluarga. Hal ini berpengaruh terhadap tataletak jendela pada fasade dan pintu sebagai akses masuk. Perubahan fungsi terjadi padateras dan ruang tamu, karena ruang usaha pada kasus rumah tinggal kolonial Belanda diKayutangan berada di depan rumah, maka teras mengalami perubahan fungsi sebagaitempat untuk memajang etalase (kasus rumah Bu Naily).

d. Penambahan lantai bangunan menjadi bertingkat. Rumah tinggal kolonial Belanda diKayutangan menggunakan pola sirkulasi horisontal karena hanya berlantai satu. Ketikaada penambahan ruang atas pada lantai dua maka pola sirkulasinya juga berpengaruh,

8

sirkulasi berupa sirkulasi horisontal dan sirkulasi vertikal yang dihubungkan olehtangga (kasus rumah Bu Toha). Penambahan ruang pada bagian atas berpengaruh padabentuk fasade, denah, dan tata letak pintu dan jendela.

Berdasarkan pengamatan setiap kasus bangunan dan analisa rancangan pintu kasusrumah tinggal kolonial Belanda di Kayutangan antara lain sebagai berikut: Pada bagian fasade rumah terdapat pintu utama yang terletak di antara dua buah jendela.

Gambar 3. Fasade rumah Bu Ana Ning Suci.Sumber: Hersanti, 2007.

Jendela dan pintudepan merupakanpenambahan padatahun 1980. Dulubagian palingdepan rumah inimerupakan ruangteras terbuka.

Jendela rangkappada fasade.Jendela inimerupakanjendela asli sejakawal rumah inidibangun tahun1924.

Keterangan:publiksemi publikprivatservis

Pintu rangkap cirikhas rumah tinggalkolonial Belanda.

Zona servis terletak dibagian belakang rumah.

Penambahan pintu masuk dan jendela depan tahun 1980.

Jendela rangkappada fasade rumah.

Pola sirkulasi berupa polalinier, pintu terletak padasatu garis lurus (pintu utama-pintu r. keluarga-pintubelakang).

Gambar. 4. Ilustrasi rumah Bu Ana Ning Suci.Sumber: Hasil survey dan analisa, 2007

9

Letak rumah pasti lebih tinggi daripada ketinggian jalan. Pada beberapa rumah di bawahpintu utama terdapat trap 2-3 buah anak tangga. Jika memasuki sebuah teras jugasebelumnya melewati trap anak tangga terlebih dahulu. Ada perbedaan tinggi lantai disetiap zona ruangnya.

Penataan ruang tersekat-sekat. Antara zona publik dan semi publik (ruang tamu danruang keluarga terdapat pintu penghubung dengan model pintu ganda (dua buah daunpintu)).

Terdapat ruang transisi antara jalan dengan rumah. Ruang tersebut berupa halaman atauteras rumah. Objek penelitian berada di perkampungan kota, maka jarang yangmempunyai halaman di depan rumahnya. Ruang transisi yang paling banyak ditemukanpada kasus bangunan adalah teras rumah.

Pola sirkulasi pada setiap rumah, yaitu pola linier. Pada kasus rumah tinggal kolonialdi Kayutangan ditemukan beberapa pintu yang terletak satu garis sehingga membentuksebuah jalur sirkulasi. Menurut Titisari (2006:21) pola ruang yang mengandung konseppublik-privat yang menunjukkan konsep hubungan sosial lebih mampu bertahandibandingkan bentuk fisiknya.

Hubungan antar zona ruang berpengaruh terhadap ukuran setiap pintu. Pintu – pintudalam suatu hunian di desain berbeda-beda sesuai kebutuhannya. Ukuran lebar pintu kamarlebih kecil daripada pintu utama, dan setiap pintu samping yang teletak di ruang makanmenggunakan model pintu model Belanda, yaitu pintu bagian bidang atas dan bawah dapatdibuka dan ditutup secara terpisah (Gambar 5). Material pintu juga mempengaruhi fungsidan letak suatu pintu pada suatu ruang.

Jendela merupakan salah satu bagian bukaan dalam suatu hunian. Jenis jendela adadua, yaitu jendela hidup dan jendela mati. Jendela hidup adalah jendela yang dapat dibukadan ditutup sehingga dapat memasukkan aliran udara segar ke dalam ruangan. Jendela matiadalah jendela yang tidak dapat dibuka dan ditutup karena tidak meiliki engsel pada daunjendelanya. Jendela mati hanya berfungsi sebagai penghubung visual, dan memasukancahaya matahari ke dalam ruang sehingga terjadi penerangan alami pada sebuah rumah.Jendela-jendela yang terdapat pada kasus bangunan rumah tinggal kolonial Belanda diKayutangan hanya menghubungkan antara ruang dalam dengan ruang luar saja. Jendelayang secara visual menghubungkan antar ruang di dalam rumah jarang ditemukan.

Analisa rancangan pintu dan jendela rumah tinggal kolonial Belanda ditinjau dariaspek bentuk

Pada kasus rumah tinggal kolonial Belanda di Kayutangan penataan pintu dan jendelautama (fasade) dijumpai memiliki kecenderungan dominan, yaitu tatanannya setangkup

Daun pintubagian atas

Daun pintubagian bawah

Daun pintubagian atas& bawahdapatdibuka-tutup secaraterpisah

Pintu samping (Pintu modelBelanda).

Pintu utamaterdiri dari 4 buahdaun pintu (pinturangkap/ dualapis)

Pintu kamarterdiri dari 2buah daunpintu (pintuganda)

Gambar 5. Jenis pintu utama, pintu kamar, dan pintu samping.Sumber: Hasil survey dan analisa, 2007.

10

(simetris). Jenis pintu dan jendela utama yang cenderung dominan pada fasade rumahobjek penelitian adalah penggunaan pintu dan jendela rangkap (dua lapis), yaitumenggunakan empat buah daun pintu/ jendela. Kecenderungan dominan daun pintu/jendelalapis depan menggunakan panil masif dari kayu jati dengan hiasan kayu-kayu kecil padabagian permukaannya. Panil masif kayu jati digunakan pada bagian lapis depan karenabahan ini kuat dan kokoh sebagai pelindung pertama rumah tinggal kolonial Belanda diKayutangan. Pada bagian lapis dalam kecenderungan dominan daun pintu/ jendelamenggunakan kombinasi perpaduan antara panil masif kayu dengan kaca (Gambar 6).

Bentuk pintu utama kasus rumah tinggal kolonial Belanda di Kayutangan yangdidirikan pada periode masa penjajahan Belanda secara umum bentuk pintu utamanyasederhana menggunakan bentuk kotak-kotak tanpa unsur lengkung. Unsur lengkung itupunhanya ditemui pada bovenlicht besi tempa motif sulur-suluran di atas pintu utama kasusrumah tertua (Rumah Bu Naily dan Habib Salih). Motif besi tempa sulur-suluran padarumah yang dibangun tahun 1870 mendapat pengaruh gaya art noveau (Gambar 7).

Pintu kamar didesain solid namun tidak sekokoh pintu utama. Oleh karena itu,penggunaan kaca transparan tidak digunakan dalam pintu kamar. Bentuk ukuran daunpintu kamar lebih kecil daripada pintu utama. Dimensi lubang pintu kamar adalah ± 0.80 m

Jendela dan pintu utama jenis rangkap. Pintu lapis luarmenggunakan panil masif kayu dengan sedikit hiasanornamen kaca es. Pada pintu lapis dalam menggunakanperpaduan bagian daun pintu bagian tengah ke bawahberupa panil masif kayu jati, sedangkan daun pintu bagiantengah ke atas menggunakan material kaca es.

Jendela dan pintu utama jenis rangkap. Daun pintu lapis pertamamenggunakan bahan panil kayu jati berkisi-kisi/ krepyak, sedangkan

lapis bagian dalam menggunakan perpaduan panil kayu jati dankaca transparan. Jika ditarik sumbu simetri fasade maka penataan

pintu dan jendela simetris (setangkup).

Gambar 6. Rancangan pintu dan jendela fasade rumah tinggal kolonial Belanda di Kayutangan, Malang.Sumber: Hasil survey dan analisa, 2007.

Pintu utama kasus rumah Bu Naily.

Daun pintudalammenggunakanbahanpenyusunkayu jati dankaca es

Daun pintudalammembukake arahdalam

Angin-angin besitempa motifsulur-suluran

Daun pintuluarmembuka kearah luar

Daun pintukrepyak/berkisi-kisi

Pintu utama kasus rumah Habib Salih.

Gambar 7. Bentuk rancangan pintu utama rumah tinggal kolonial Belanda.Sumber: Hersanti, 2007.

11

x 1.80 m. Kaca yang digunakan pada pintu kamar adalah kaca yang sifatnya tidak tembuspandang, karena pintu kamar bersifat pribadi maka material pintu yang dipakaimenyesuaikan dengan sifat ruang. Bahan penyusun pintu kamar yang digunakan umunyaadalah pintu papan panil kayu jati, namun kemudian pintu papan panil kayu ini bervariasidengan perpaduan antara papan kayu jati dengan kaca. Ornamen kaca yang digunakanpada pintu kamar adalah kaca es dan kaca patri, maupun kombinasi antar keduanya.

Pintu kamar berdasarkan bahan penyusunnya terdapat beberapa variasi, sebagaiberikut (Gambar 8): Pintu kamar varian 1.Pintu kamar varian 1 menggunakan pintu panil papan masif kayu dengan ornamen bentukkotak-kotak dari rangka kayu, tanpa ada unsur lengkung. Pada bagian atas pintu terdapatventilasi dari kisi-kisi kayu untuk sirkulasi udara. Pintu kamar varian 2.Pintu kamar varian 2 menggunakan bahan penyusun pintu berupa papan kayu jati dengankaca es. Penggunaan kaca es membuat ruang kamar terkesan lebih terang karena cahayadapat masuk menembus masuk melalui ornamen kaca es ini. Pintu kamar varian 3Pintu kamar varian 3 menggunakan bahan penyusun daun pintu dengan bahan kombinasiantara papan kayu jati, kaca es, dan kaca patri. Pintu dengan variasi seperti ini jarangdigunakan pada rumah kolonial Belanda di Kayutangan. Pintu ini digunakan pada rumahBu Toha yang didrikan pada tahun 1930-an. Pintu kamar jenis ini merupakan pintu kacapatri dengan bukaan sorong rel bawah. Motif kaca patri menggunakan bentuk geometrisdengan permainan warna. Ornamen pada pintu tersebut simetris.

Pintu samping biasa disebut dengan istilah side entrance. Pintu samping adalah suatumedia penghubung aktivitas masuk dan keluar hunian melalui halaman samping ataubelakang, tanpa melalui pintu utama. Lokasi objek penelitian berada di perkampungan kotaMalang. Fenomena pintu samping juga terlihat pada setiap kasus bangunan rumah tinggalkolonial Belanda. Pintu samping merupakan salah satu unsur rancangan sebuah rumahyang menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kebiasaan masyarakat disekitarnya. Pintusamping kerap kali dipakai sebagai jalur “belakang” tetangga yang saling gotong royongmemngirim makanan ketika ada sebuah hajatan. Akses lewat pintu belakang (sideentrance) ibu-ibu tetangga membantu memasak, tanpa perlu menganggu aktivitas pada

Kisi-kisi darikayu sebagaiventilasi udara.

Ilustrasi pintu kamar Tampak pintu kamar

Pintu kamar varian 1.

Pintu tunggal denganornamen kaca es

Pintu ganda dengan ornamen kacaes, terbagi atas tiga buah kotak

Pintu kamar varian 2. Pintu kamar varian 3.

Tampak pintu sorongkaca patri.

Panilpapankayujati

Kacaes

Kacapatri

Gambar 8. Variasi pintu kamar.Sumber: Hasil survey dan anlisa, 2007.

12

Gambar 10. Jendela ayun varian 1 dan varian 2 (kiri-kanan).Sumber: Hersanti, 2007.

pintu utama. Bentuk pintu samping pada kasus rumah tinggal kolonial Belanda diKayutangan, bentuknya sederhana tidak seindah pintu utama.

Bentuk pintu dan jendela rumah tinggal kolonial Belanda di Kayutangan memilikibentuk-bentuk yang geometris dan simetris. Ciri ornamen bentuk yang sering digunakanpada rancangan pintu / jendela adalah tata-susun bentuk-bentuk persegi. Bentuk daunjendelanya dan bukaannya pun memiliki bentuk yang bervariasi, misalnya ada jendelayang terdiri dari dua buah daun jendela, adapula jendela yang hanya terdiri dari satu daunjendela saja, adapula yang yang daun jendelanya hanya menutup sebagian dari lubangjendela. Model bukaannya berupa bukaan ayun. Adapula variasi bukaan ayun denganbagian bidang daun jendela atas dan bawah dapat dibuka dan ditutup secara terpisah. Variasi jendela rangkap (Gambar 9).o Varian 1Jendela rangkap yang terdiri dari empat daun jendela. Jendela lapis depan dua buah daunjendela, dan jendela lapis dalam dua buah daun jendelao Varian 2Jendela rangkap dengan tiga buah daun jendela. Pada bagian jendela lapis depan terdiridari dua buah daun jendela, sedangkan bagian lapis dalamnya terdiri dari satu buah daunjendela (jendela tunggal).o Varian 3Jendela rangkap yang terdiri dari empat daun jendela. Jendela lapis depan dua buah daunjendela penuh, dan jendela lapis dalam dua buah daun jendela yang tingginya hanya ± 1/3

dari lubang jendela.

Variasi jendela ayun (Gambar 10).o Varian 1Jendela ayun dengan bukaan satu bidang daun jendela utuho Varian 2Jendela ayun dengan bukaan bidang daun jendela atas dan bawah terpisah, sehingga daunjendela bagian atas dan bawah dapat dibuka dan ditutup secara terpisah.

Jenis kaca yang digunakan juga bervariasi, yaitu kaca patri, kaca es, dan kacatransparan. Motif kaca yang dipakai oleh kaca patri kasus rumah Bu Toha adalah motif

Varian 1 Varian 2 Varian 3Gambar 9. Variasi jendela rangkap.

Sumber: Hersanti, 2007.

13

dengan bentuk-bentuk geometris, dengan kaca warna merah, kuning, dan biru. Kaca patriini adalah salah satu bentuk seni kaca yang berasal dari Eropa (Gambar 11).

Gaya art noveau terlihat pada bovenlicht yang terletak di bovenlicht bagian ataskasus pintu rumah Bu Naily dan Habib Salih, yaitu berupa motif sulur-suluran besi tempa.Pada kasus rumah tinggal kolonial Belanda di Kayutangan maka pengaruh gaya art decoterlihat pada motif kaca patri kasus rumah Bu Toha dengan bentuk zig-zag geometris, danbentukan geometris lainnya seperti bovenlicht di atas pintu yang terbuat dari bilah-bilahkayu kecil yang di tata-susun membentuk bentukan geometris

Tampilan sebuah jendela dapat terlihat menarik dengan penambahan ornamen ‘ilat-ilatan’ pada bagian bawah kusen. Menurut Pangarsa (2006: 33) berpendapat bahwa suatudetil rancangan dapat dengan cepat “menjalar” ke berbagai tempat dan lokasi, meskipunterjadi varian-varian, misalnya di sekitar tahun 1930-an, ornamen jendela, kolom dandinding batu kali dengan penyelesaian ornamen yang dalam bahasa tukang batu adalah‘ilat-ilatan', bergaya platonik dari mortar (Gambar 12).

Analisa rancangan pintu dan jendela dari aspek sistem teknologi struktur dankonstruksi

Kayu jati adalah bahan satu-satunya yang digunakan sebagai bahan strukturrancangan pintu dan jendela kolonial Belanda di Kayutangan yang didirikan pada masapenjajahan Belanda. Kayu jati adalah kayu yang kuat dan awet. Jika ada perubahan hanyaberupa pelepasan lapis pertama pintu/ jendela rangkap. Pelepasan jendela/ pintu lapispertama bukan dikarenakan pintu atau jendela tersebut rusak, tetapi agar memberikankesan terbuka dan terang ke dalam ruangan. Hal ini merupakan bukti meskipun rumah-rumah ini telah dibangun puluhan tahun lalu, tetapi sistem teknologi struktur dankonstruksinya masih kokoh dan kuat. Ornamen kaca yang digunakan pada rancangan pintudan jendela rumah tinggal kolonial Belanda di Kayutangan, yaitu kaca es, kaca patri, dan

Gambar 11. Motif kaca es dan kaca patriSumber: Hersanti, 2007.

Kaca esKaca patri

Gambar 12. “Ilat-ilatan” detail ornamen jendela pada rumah tinggal kolonial Belanda.Sumber: Hersanti, 2007.

Foto ornamen ”ilat-ilatan”.

14

kaca transparan. Penggunaan jenis kacanya disesuaikan dengan kebutuhan dan fungsiruang. Finishing pintu dan jendela menggunakan cat (Gambar 13).

Window hook (hak angin jendela) dipasang di sudut bawah dari sebuah jendela.Fungsi window hook adalah untuk menahan dan menyangga daun jendela. Bentuknyaseperti semacam pengait yang dikaitkan pada kusen dan daun jendela. Pemasangan hakangin jendela dilakukan agar ketika angin berhembus dengan kencang ada pengait yangmenahan daun jendela agar tidak terhempas menutup.

Jendela rangkap kolonial Belanda ini juga menggunakan espanyolet sebagaipengunci sayap jendela pada ibu jendela. Cara kerja espanyolet menurut Frick & Pujo(1980: 360) pada umumnya kruk espanyolet jika diputar ke arah kanan, batang pengunciakan terdorong keluar (mengunci) dengan diputarnya kruk itu maka roda gigimenggerakkan pelat yang bergigi atau pelat yang berlubang-lubang untuk mendorong/menarik batang pengunci. Batang pengunci dikaitkan oleh pasak atau lobang yang adapada bagian pelat pendorong itu. Selanjutnya jika hendak dibuka, kruk tersebut diputarkanke arah kiri, berarti batang-batang pengunci tertarik masuk ke rumah-rumahnya.

KESIMPULANa. Klasifikasi pintu berdasarkan fungsi ruang, yaitu pintu utama, pintu kamar, pintu ruang

lain dalam rumah (ruang makan, dapur, ruang keluarga), pintu kamar mandi/ WC, danpintu belakang atau pintu samping. Sifat atau zona ruang berpengaruh pada bentuk,ukuran, dan material pintu. Letak jendela pada rumah tinggal kolonial Belandaberfungsi sebagai ventilasi sirkulasi udara, dan penghubung visual dengan ruang luar.Jenis kaca es dan kaca patri yang digunakan pada jendela rumah tinggal kolonialBelanda mendapat pengaruh dari gaya art deco.

b. Bentuk-bentuk geometris digunakan dalam rancangan desain pintu dan jendela rumahtinggal kolonial Belanda. Susunan ornamen pada daun pintu dan jendela simetris(setangkup)

c. Pintu dan jendela rangkap merupakan ciri khas bukaan rumah tinggal kolonial Belanda.Penggunaan teritisan, serta pintu dan jendela krepyak (jalusi) merupakan salah satubentuk adaptasi rancangan terhadap iklim Indonesia. Namun dalam perkembangannya

Ornamen‘ilat-ilatan',bergayaplatonik darimortar.

Sun shadingmenggunakan bahanseng gelombang

Daun jendelakrepyak, dengan arahbukaan keluar.

Window hook

Espanyolet

Gambar 13. Detil jendela rangkap.Sumber: Hasil survey dan analisa, 2007.

15

rancangan pintu dan jendela disesuaikan meurut tujuan dan kebutuhan pemilik ataupemakainya. Komposisi pintu dan jendela terhadap fasade rumah setangkup (simetris).

d. Variasi model dan jenis pintu dan jendela rumah tinggal kolonial Belanda bermacam-macam variannya.

e. Kayu jati merupakan bahan kerangka utama yang digunakan untuk rancangan pintu danjendela rumah tinggal kolonial Belanda.

DAFTAR PUSTAKAAsikin. (2003). ‘Skema Publik Privat Pada Keragaman Pola Spasial Studi Kasus Rumah

Tinggal di Daerah Pengaliran Sungai Brantas Kelurahan Kotalama Malang’. JurnalRUAS, Volume 1 Nomor 2, Desember, hlm. 76-85.

Handinoto & Soehargo. (1996). Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda diMalang. Surabaya: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat,Universitas Kristen PETRA.

Frick & Pujo. (2002). Ilmu Konstruksi Perlengkapan Dan Utilitas Bangunan. Yogyakarta:Kanisius.

Istiawan. (2005). Memanfaatkan Beberapa Elemen Praktis, Jakarta: Kompas,http://www.kompas.com/ kompas-cetak/ Memanfaatkan Beberapa Elemen Praktis -Jumat, 07 Oktober 2005.html (24 November 2007).

Iswati. (2003). ‘Tipologi Morfologi Ruang Dalam Rumah-Rumah di Kampung KudusanKotagede’. Jurnal Arsitektur Komposisi Volume 1 Nomor 2, Oktober, hlm.123-133.

Kindangen. (2003). ‘Pengaruh Tipe Jendela Terhadap Pola Aliran Udara Dalam Ruang’,Dimensi Teknik Arsitektur Volume 31 Nomor 2, Desember, hlm. 158-162.

Moleong. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Pangarsa. (2006). Ambachtsschool di Malang Membentuk Kelas Pekerja Agen Perubahan

Arsitektur Rakyat. Jurnal RUAS, Volume 4 Nomor 1, Juni, hlm. 23-37.Prijotomo, Latief & Christiyani. 1987. Komposisi Olah Tampang Arsitektur Kampung,

Telaah Kasus Kampung Surabaya. Surabaya : ITS.Sachari & Sunarya. (2002). Sejarah dan Perkembangan Desain & Dunia Kesenirupaan di

Indonesia. Bandung: ITB.Sumalyo. (1993). Arsitektur Kolonial Belanda Di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.Sumalyo. (2001). ‘Arsitektur Kolonial Belanda di Kota Lama Semarang’, Jurnal Teknik

Volume 8 Nomor 3, Desember, hlm. 40-48.Titisari. (2006). ‘Gaya Arsitektur Kolonial Belanda pada Rumah Rakyat di Sekitar PG

Kebon Agung Malang’. Jurnal RUAS, Volume 4 Nomor 1, Juni, hlm. 13-22.Tutuko. (2003). ‘Ciri Khas Arsitektur Rumah Belanda’. Jurnal Mintakat, Universitas

Merdeka, Volume 2 Nomor 1, September, hlm. 1-14.Utomo. (2007). Tingkat Pelayanan Jalur Pedestrian di Koridor Kayutangan Malang,

Skripsi, Malang: Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik UniversitasBrawijaya. (Tidak dipublikasikan)

Widodo. (2006). Malang Tempoe Doloe 2. Malang: Bayumedia Publishing.


Recommended