Date post: | 04-Mar-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | khangminh22 |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
TUGAS AKHIR
ESTIMASI CADANGAN BATUBARA MENGGUNAKAN
METODE CROSS SECTION UNTUK MENJAGA
KEBERLANGSUNGAN PRODUKSI BATUBARA
DI PT. DUTADHARMA UTAMA
KALIMANTAN SELATAN
Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1)
Disusun :
DIOS PERKASA
1810024427028
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
YAYASAN MUHAMMAD YAMIN PADANG
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
(STTIND) PADANG
2020
TUGAS AKHIR
ESTIMASI CADANGAN BATUBARA MENGGUNAKAN
METODE CROSS SECTION UNTUK MENJAGA
KEBERLANGSUNGAN PRODUKSI BATUBARA
DI PT. DUTADHARMA UTAMA
KALIMANTAN SELATAN
Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1)
Disusun Oleh:
DIOS PERKASA
1810024427028
Disetujui,
Dosen Pembimbing I
Refky Adi Nata ST, MT
NIDN: 1028099002
Dosen Pembimbing II
Afni Nelvi, S.Si., M.Si
NIDN: 1002029201
Ketua Program Studi
Riam Marlina ST, MT
NIDN: 1027098501
Ketua STTIND Padang
Riko Ervil, MT
NIDN: 1014057501
i
ESTIMASI CADANGAN BATUBARA MENGGUNAKAN
METODE CROSS SECTION UNTUK MENJAGA
KEBERLANGSUNGAN PRODUKSI BATUBARA
DI PT. DUTADHARMA UTAMA
KALIMANTAN SELATAN
Nama : Dios Perkasa
NPM :1810024427028 Pembimbing I : Refky Adi Nata ST, MT
Pembimbing II : Afni Nelvi, S.Si, M.Si
ABSTRACT
Estimation of coal reserves is one important step to find out the amount of
reserves. The research objective is to calculate the slope of coal seam thickness and
thickness of the overburden, calculate the amount of coal reserves and overburden
using the cross section method with the rule of gradual change and the rule of nearest
point guidelines, and calculate the difference in coal reserves and overburden between
the guidelines rule of gradual change with the rule of nearest point. Drilling activities
produce 9 coal seams including A20, A, B70, B60, B50, C, D, E and F seam with the
direction of the northeast - southwest direction and have a thickness that varies from
0.1 - 3 meters and the slope (dip) between 5⁰ to 10⁰. The value of the calculation using
the standard cross section method obtained coal tonnage of 619,370.05 tons. The value
of the calculation using the linear cross section method is obtained coal tonnage of
630,219.85 tons. The total volume of overburden with the standard cross section
method is 3,369,361.50 m3. The total volume of overburden with the linear cross
section method is 3,400,483.50 m3. Difference in coal reserves and overburden
between the rule of gradual change 6: 1. Difference in coal reserves and overburden
between the rule of the nearest point (rule of nearest point) 6: 1.
Keywords: Reserve Estimation, standard cross section method, linear cross section
method, seam, overburden, dip, rule of nearest point, rule of gradual change.
ii
ESTIMASI CADANGAN BATUBARA MENGGUNAKAN
METODE CROSS SECTION UNTUK MENJAGA
KEBERLANGSUNGAN PRODUKSI BATUBARA
DI PT. DUTADHARMA UTAMA
KALIMANTAN SELATAN
Nama : Dios Perkasa
NPM :1810024427028 Pembimbing I : Refky Adi Nata ST, MT
Pembimbing II : Afni Nelvi, S.Si, M.Si
RINGKASAN
Estimasi cadangan batubara merupakan salah satu tahapan penting untuk
mengetahui jumlah cadangan. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan
kemiringan, ketebalan seam batubara dan ketebalan lapisan overburden. Menghitung
besarnya cadangan batubara dan overburden dengan menggunakan metode cross
section dengan pedoman rule of gradual change dan pedoman rule of nearest point,
serta menghitung selisih cadangan batubara dan overburden antara pedoman perubahan
bertahap (rule of gradual change) dengan pedoman titik terdekat (rule of nearest
point). Kegiatan pemboran menghasilkan 9 seam batubara diantaranya seam A20, A,
B70, B60, B50, C, D, E dan F dengan arah perlapisan berarah timur laut – barat daya,
memiliki ketebalan yang bervariasi dari 0.1 - 3 meter dan kemiringan (dip) antara 5⁰
sampai 10⁰. Nilai dari hasil perhitungan dengan metode cross section standard
diperoleh tonase batubara sebesar 619.370,05 ton. Nilai dari hasil perhitungan metode
cross section linear diperoleh tonase batubara sebesar 630.219,85 ton. Jumlah volume
overburden dengan metode cross section standard adalah 3.369.361,50m3. Jumlah
volume overburden dengan metode cross section linear adalah 3.400.483,50 m3.
Selisih cadangan batubara dan overburden antara pedoman perubahan bertahap (rule
of gradual change) 6:1. Selisih cadangan batubara dan overburden antara pedoman
titik terdekat (rule of nearest point) 6:1.
Kata Kunci: Estimasi Cadangan, seam, overburden, dip, metode cross section
standard, metode cross section linear, rule of gradual change, rule of nearest point.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Eestimasi cadangan
batubara mengunakan metode cross section untuk menjaga keberlangsungan
produksi batubara di PT. Dutadharma Utama Kalimantan Selatan”. Dalam proses
ini penulis telah didorong dan dibantu oleh berbagai pihak, oleh karena itu dalam
kesempatan ini, penulis dengan tulus hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Kedua orang tua tersayang yang telah melahirkan, merawat mendidik dan
memberikan kasih sayang sehingga saya bisa menjadi pribadi seperti sekarang.
2. Istri tercinta Fida, yang telah merawat anak-anak dan selalu memberikan doa pada
setiap langkah saya.
3. Dua karya terbaik saya, Kio dan Sano, dua orang anak yang selalu memberikan
kedamaian dan keceriaan di rumah.
4. Bapak H. Riko Ervil, MT selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(STTIND) Padang.
5. Ibu Riam Marlina, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Pertambangan Sekolah
Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.
6. Bapak Refky Adi Nata ST, MT selaku Dosen Pembimbing I dalam melaksanakan
penelitian Tugas Akhir.
iv
7. Ibu Afni Nelvi, S.Si, M.Si selaku Dosen Pembimbing II dalam melaksanakan
penelitian Tugas Akhir.
8. Seluruh Dosen Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(STTIND) Padang.
9. Bapak A. Zaini Miftah, ST selaku Kepala Teknik Tambang PT. Dutadharma
Utama.
10. Bapak Imron Rosyadi, ST selaku pembimbing di lapangan.
11. Rekan-rekan Jurusan Teknik Pertambangan dan semua pihak yang banyak
membantu penulis.
12. Rekan – Rekan Mahasiswa Transfer STTIND Padang yang tidak bisa disebutkan
namanya satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini tidak lepas dari
kesalahan dan kekurangan, karena itu penulis mengharapkan saran serta kritik yang
sifatnya membangun guna memperbaiki isi dari Tugas Akhir ini.
Akhir kata penulis berharap semoga penulisan Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Terimakasih.
Padang, Agustus 2020
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN
ABSTRACT.. .................................................................................................. i
RINGKASAN ................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah ................................................................................ 4
1.4 Rumusan Masalah .............................................................................. 4
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 7
2.1 Tinjauan Umum Perusahaan .............................................................. 7
2.1.1 Profil PT. Dutadharma Utama ............................................... 7
2.1.2 Iklim dan Curah Hujan ........................................................... 8
vi
2.1.3 Kondisi Geologi Regional...................................................... 11
2.2 Landasan Teori ................................................................................... 17
2.2.1 Klasifikasi Sumberdaya (Coal Resources) ............................ 17
2.2.2 Klasifikasi Cadangan Batubara (Coal Riserve) ..................... 18
2.2.3 Metode Penaksiran Cadangan Cross Section ........................ 21
2.2.4 Metode Cross SectionStandard ............................................. 25
2.2.5 Metode CrossSection Linier .................................................. 26
2.3 Tahapan - Tahapan Perhitungan Cadangan ...................................... 28
2.4 Perhitungan Luas dengan Menggunakan Minescape ........................ 30
2.5 Perhitungan Volume Dengan Metode Cross Section ....................... 31
2.5.1 Perhitungan Cadangan Metode (Cross Section Standard) ..... 32
2.5.2 Perhitungan Cadangan Metode (Cross Section Linier) ......... 33
2.5.3 Perhitungan Volume Overburden (Cross Section Standard) 34
2.5.4 Perhitungan Volume Overburden (Cross Section Linier) ..... 35
2.6 Perhitungan Striping Ratio ................................................................ 35
2.7 Kerangka Konseptual ........................................................................ 36
2.7.1 Input ....................................................................................... 36
2.7.2 Proses ..................................................................................... 37
2.7.3 Output .................................................................................... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 39
3.1 Jenis Penelitian ................................................................................... 39
vii
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 39
3.2.1 Tempat Penelitian .................................................................. 39
3.2.2 Waktu Penelitian .................................................................... 40
3.2.3 Rencana Waktu Penelitian ..................................................... 40
3.3 Variabel Penelitian ............................................................................. 41
3.4 Data, Jenis Data, dan Sumber Data .................................................... 42
3.4.1 Jenis Data ............................................................................... 42
3.4.2 Sumber Data ........................................................................... 43
3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 43
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............................................... 44
3.6.1 Teknik Pengolahan Data ........................................................ 45
3.6.2 Teknik Analisa Data ............................................................... 46
3.7 Kerangka Metodologi ........................................................................ 46
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ........................ 49
4.1 Pengumpulan Data .............................................................................. 49
4.1.1 Hasil Eksplorasi dan Pengeboran........................................... 49
4.2 Pengolahan Data ................................................................................ 50
4.2.1 Pembuatan Penampang .......................................................... 50
4.2.2 Perhitungan Cadangan Batubara dan Overburden ................. 52
4.2.3 Perhitungan Nisbah Pengupasan (Stripping Ratio) ................ 59
viii
BAB V ANALISIS DATA ............................................................................. 61
5.1 Seam Batubara ..................................................................................... 61
5.2 Perhitungan Cadangan Batubara dan Overburden ............................... 66
5.3 Perhitungan Nisbah Pengupasan ( Stripping Ratio) ............................. 72
BAB VI PENUTUP ........................................................................................ 74
6.1 Kesimpulan ........................................................................................... 74
6.2 Saran ..................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Koordinat IUP PT. Dutadharma Utama ........................................... 7
Tabel 2.2 Data Curah Hujan Rata-Rata Bulanan ............................................. 9
Tabel 2.3 Data Suhu Udara Rata-Rata Bulanan ............................................... 10
Tabel 2.4 Data Kecepatan Angin Rata-Rata .................................................... 10
Tabel 2.5 Arah Angin Dominan di Stasiun Pengamatan Banjarbaru ............... 11
Tabel 2.6 Statigrafi Regional Cekungan Barito .............................................. 14
Tabel 2.7 Jarak Informasi Menurut Kondisi Geologi ...................................... 20
Tabel 2.8 Klasifikasi Sumber Daya dan Cadangan Batubara .......................... 21
Tabel 3.1 Rencana Waktu Penelitian ............................................................... 41
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Cadangan Metode Cross Section Standard ........ 54
Tabel 4.2Hasil Perhitungan Cadangan Metode Cross section Linear ............. 56
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Overburden......................................................... 57
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Overburden......................................................... 59
Tabel 5.1 Ketebalan Seam Batubara Model PT. DDU .................................... 63
Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Cadangan Metode Cross Section Standard ........ 67
Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Cadangan Metode Cross Section Linear ............ 69
Tabel 5.4 Hasil Perhitungan Overburden......................................................... 70
Tabel 5.5Hasil Perhitungan Overburden.......................................................... 72
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Peta IUP PT. Dutadharma Utama ............................................... 8
Gambar 2.2 Peta Geologi PT. Dutadharma Utama .......................................... 15
Gambar 2.3 Penampang Melintang PT. Dutadharma Utama .......................... 15
Gambar 2.4 Peta Topografi .............................................................................. 16
Gambar 2.5 Metode Penampang ...................................................................... 24
Gambar 2.6 Metode Cross Section Standard ................................................... 26
Gambar 2.7 Metode Cross section Linear ....................................................... 28
Gambar 2.8 Bentuk Bidang Tidak Beraturan ................................................... 31
Gambar 2.9 Kerangka Konseptual ................................................................... 38
Gambar 3.1 Peta Lokasi Wilayah IUP PT. Dutadharma Utama ...................... 40
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian ............................................................... 48
Gambar 4.1 Dimensi Jenjang ........................................................................... 52
Gambar 5.1 Peta Sebaran Seam Batubara ........................................................ 62
Gambar 5.2 Urutan Perlapisan Seam Batubara ................................................ 65
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A. Peta Titik Bor ....................................................................................... 78
B. Peta Sayatan ......................................................................................... 79
C. Sayatan ................................................................................................. 80
D. Peta Area fokus Eksplorasi .................................................................. 86
E. Peta Lokasi Pemboran Detail dan Quality ........................................... 87
F. Kegiatan Eksplorasi ............................................................................. 88
G. Ringkasan Kualitas Batubara ............................................................... 93
H. Korelasi Seam Batubara ....................................................................... 94
I. Peta Sumberdaya Seam PT. DDU ........................................................ 95
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Provinsi Kalimantan Selatan adalah daerah yang kaya dengan
sumberdaya alam, salah satunya batubara yang sampai saat ini masih menjadi
salah satu industri utama penggerak ekonomi di daerah tersebut. Di tahun 2019
saja, berdasarkan keterangan Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral
(ESDM) Provinsi Kalimantan yang dikutip oleh salah satu media daring yakni
Kumparan.com, produksi batubara di Kalimantan Selatan mencapai 69.1 juta
ton. Sangat banyak sekali ditemukan tambang-tambang batubara di daerah ini,
baik pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP), maupun Perjanjian Karya
Pengusahaan Pertambangan Batubara(PKP2B), salah satu perusahaan
pertambangan yang dapat ditemui di Kalimantan Selatan adalah PT.
Dutadharma Utama yang sudah beroperasi sejak tahun 2012.
PT. Dutadharma Utama adalah perusahaan yang bergerak di bidang
pertambangan batubara pemegangan Izin Usaha Pertambangan Operasi
Produksi (IUP OP) yang berlokasi di Kecamatan Kintap, Kabupaten Tanah
Laut, Propinsi Kalimantan Selatan. Sejak mulai melakukan kegiatan operasi
produksi pada tahun 2016 PT. Dutadharma Utama mampu memproduksi
2
batubara rata-rata 200.000 ton setiap bulannya. Dengan tingkat produksi yang
relatif tinggi ini, tentunya akan membuat cadangan batubara yang ada akan
cepat habis pula, maka untuk menjaga keberlangsungan bisnisnya PT.
Dutadharma Utama harus menjaga ketersedian cadangan batubaranya.
Perusahan belum dapat menentukan metode dan design penambangan yang
tepat untuk rencana area pengembangan karena belum diketahui karakteristik
batubara pada area tersebut.
Dalam dunia pertambangan batubara untuk menambah cadangan
batubara suatu tambang, perlu dilakukan penyelidikan (eksplorasi), baik
penyelidikan umum maupun detail. Penyelidikan secara umun telah dilakukan
dan sekarang sedang berlangsung penyelidikan secara detil pada tahap ini
dilakukan penyempurnaan terhadap data pada penyelidikan sebelumnya. Pada
penyelidikan detail akan didapat data logging dan data cutting pemboran yang
selanjutnya ditambah dengan data topografi akan diolah untuk membuat model
geologi daerah penyelidikan yang akan mengambarkan kemiringan seam
batubara dan ketebalan seam batubara yang akan sangat berguna dalam
membuat pit design yang menjadi acuan kegiatan penambangan nantinya .
Setelah dilakukan kegiatan penyelidikan, langkah selanjutnya yang
dilakukan adalah mengestimasi cadangan, estimasi cadangan batubara
memiliki banyak metode, salah satunya adalah metode penampang atau cross
section. Metode cross section merupakan salah satu metode konvensional yang
3
sering dipakai dalam estimasi cadangan batubara dengan menghitung luas,
volume, dan tonase dari tiap sayatan yang telah dibuat searah dengan seam
batubara.
Estimasi cadangan didapatkan melalui perhitungan dan analisis
terhadap data eksplorasi yang telah didapatkan yaitu hasil pengeboran dan hasil
pemetaan topografi. Estimasi cadangan dilakukan agar dapat mengetahui
taksiran jumlah tonase cadangan batubara dan selanjutnya akan dilakukan
perhitungan stripping ratio pada lahan tersebut.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis telah
melakukan penelitian dengan judul “Estimasi Cadangan Batubara
Menggunakan Metode Cross Section Untuk Menjaga Keberlangsungan
Produksi Batubara Pada PT. Dutadharma Utama Desa Sungai Cuka, Kecamatan
Kintap, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan”.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari hasil observasi yang dilakukan di PT. Dutadharma Utama , maka
dapat diidentifikasi beberapa masalah diantaranya.
1. Perusahan belum dapat menentukan metode dan design penambangan yang
tepat untuk rencana area pengembangan karena belum diketahui karakteristik
batubara pada area tersebut.
4
2. Rencana investasi jangka panjang belum bisa dibuat karena belum jelasnya
jumlah cadangan batubara yang dapat ditambang.
1.3 Batasan Masalah
Penelitian yang dilakukan hanya terbatas pada masalah penaksiran
cadangan batubara dan membahas lebih lanjut mengenai jumlah cadangan
batubara, lapisan tanah penutup (overburden) dengan batasan stripping ratio
(SR) yang telah ditetapkan oleh perusahaan 7:1.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah
diuraikan di atas, maka penulis merumuskan permasalahan ditinjau dari
beberapa aspek diantaranya:
1. Berapakah kemiringan seam batubara, ketebalan seam batubara dan ketebalan
lapisan tanah penutup?
2. Berapakah jumlah cadangan batubara dan lapisan tanah penutup (overburden)
dengan menggunakan metode Cross Section dengan pedoman Ruel of Gradual
Change dan pedoman Rule of Nearest Point?
3. Berapakah stripping ratio batubara dan overburden menggunakan pedoman
perubahan bertahap (rule of gradual change) dengan pedoman titik terdekat
(rule of nearest point)?
5
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian pada rumusan masalah maka dapat di tentukan tujuan
penelitian sebagai berikut:
1. Menghitung kemiringan seam batubara ketebalan seam batubara dan ketebalan
lapisan tanah penutup.
2. Menghitung besarnya cadangan batubara dan overburden dengan
menggunakan metode Cross Section dengan pedoman Rule of Gradual Change
dan pedoman Rule of Nearest Point.
3. Menghitung nilai stripping ratio batubara dan overburden menggunakan
pedoman perubahan bertahap (rule of gradual change) dengan pedoman titik
terdekat (rule of nearest point).
1.6 Manfaat Penelitian
Setelah penelitian dilakukan, penulis berharap hasil penelitian dapat
memberikan manfaat:
1. Bagi Perusahaan
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui besarnya
cadangan batubara di daerah prospek tersebut dan memberi masukan kepada
perusahaan sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan
proses selanjutnya.
6
2. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam menganalisis suatu
masalah serta dapat menuangkan ide-ide kritis dalam bentuk karya tulis ilmiah.
3. Bagi Institusi STTIND Padang
Dapat menjadi data dalam melakukan penelitian selanjutnya serta
menjadi referensi penulisan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Perusahaan
2.1.1 Profil PT. Dutadharma Utama (PT. DDU)
PT. Dutadharma Utama adalah salah satu perusahaan yang bergerak
dalam bidang pertambangan batubara. PT. Dutadharma Utama berlokasi di desa
Bukit Mulia dan desa Sumberjaya. Kecamatan Kintap, Kabupaten Tanah Laut,
Provinsi Kalimantan Selatan. Luas ijin usaha pertambangan PT. Dutadharma
Utama adalah 724,97 ha, dengan batas koordinat seperti terlihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1
Koordinat IUP PT. Dutadharma Utama
Sumber: PT. Dutadharma Utama
8
Sumber: PT. Dutadharma Utama
Gambar 2.1
Peta IUP PT. DutadharmaUtama
2.1.2 Iklim dan Curah Hujan
Iklim di Kalimantan Selatan pada umumnya beriklim Tropis. Rata-rata
curah hujan tahunan berdasarkan data dari BMKG adalah 2600 mm dan tingkat
kelembaban maksimum 1750 mm. Musim hujan biasanya dimulai pada bulan
Desember hingga April dan musim kemarau dimulai pada bulan Juni sampai
Oktober. Suhu udara rata-rata setiap bulan relatif stabil, suhu berkisar antara
25°C dan 26°C terjadi pada bulan Januari dan sekitar 32°C suhu udara terjadi
pada bulan Juli. Rata rata suhu berkisar antara 21,4°C - 33°C. Suhu udara
9
sepanjang tahun bervariasi dari 23,4oC hingga 32,4°C dengan kelembaban udara
relatif tinggi sekitar 81oC. Hal ini disebabkan oleh tingginya curah hujan dan
rendahnya penyinaran matahari. Penyinaran matahari dengan intensitas tertinggi
terjadi pada bulan Agustus (60%) dan intensitas terendah terjadi pada bulan
Maret sebesar 14%. Sedangkan di kabupaten Tanah Laut kecepatan angin rata-
rata tiap bulan berkisar 0,2 - 3,06 Knot.
Tabel 2.2
Data Curah Hujan Rata – Rata Bulanan
Sumber: Data Lapangan PT. Dutadharma Utama
10
Tabel 2.3
Data Suhu Udara Rata – Rata Bulanan
Tabel 2.4
Data Kecepatan Angin Rata-Rata dalam Knot di Stasiun Banjarbaru
11
Berdasar data dari SMPK Pelaihari 1996 - 2006, kelembaban udara
relative berfluktuasi antara 77 – 84%. Kelembaban udara tertinggi terjadi pada
bulan Desember 83,5% dan terendah pada bulan September yaitu 77,8%.
Berdasarkan data rata-rata tahunan, kelembaban udara relatif mengalami
penurunan dan paling rendah terjadi pada tahun 2001 dan tahun 2002 yaitu 70
% dan tertinggi tahun 1998 yaitu 82,9%.
Tabel 2.5
Arah Angin Dominan di Stasiun Pengamatan Banjarbaru
Sumber: Data Lapangan PT. Dutadharma Utama
2.1.3 Kondisi Geologi Regional
a. Kondisi Umum Geologi Regional
Kondisi geologi dan perkembangan struktur geologi di Indonesia secara
regional, dipengaruhi oleh tumbukan antar Lempeng Eurasia dan Lempeng
Australia. Sebagai akibatnya antara lain terbentuk cekungan busur belakang dengan
12
tepian busurnya berupa Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Sulawesidan Filipina,
sedangkan sebagian Pulau Kalimantan dan Laut China Selatan, membentuk
cekungan sedimentasi yang sebagian diantaranya merupakan pembentukan
cekungan asam-asam yang berada di areal tambang.
Urutan stratigrafi daerah penyelidikan sesuai Peta Geologi skala 1:250.000
lembar Banjarmasin (E. Susanto, dkk, 1994) dari tua ke muda terdiri dari Formasi
Tanjung (Tet), Formasi Berai (Tomb), Formasi Dahor (TQd) dan sebagian kecil
Endapan Aluvial.
1) Formasi Tanjung (Tet)
Batupasir kuarsa berbutir halus sampai kasar dengan tebal perlapisan
50–150cm, berstruktur sedimen perairan halus dan perlapisan silang siur,
sisipan batulempung berwarna kelabu setempat menyerpih, ketebalan
perlapisan 30-150 cm,dijumpai pada bagian atas formasi, sisispan batubara
berwarna hitam, mengkilat, pejal, dijumpai pada bagian bawah formasi dengan
tebal lapisan 50 - 150 cm, setempat dijumpai lensa batugamping warna kelabu
kecoklatan mengandung kepingan moluska, echinoid dan foraminifera yang
menunjukkan umur Eosen, terendapkan di lingkungan paralis – neritik,
ketebalan formasi lebih kurang 750 m.
2) Formasi Berai (Tomb)
Batugamping bioklastik, setempat berselingan dengan napal dan
batupasir, mengandung bintal rijang. Fosil foraminifera yang diidentifikasi
13
adalah Spiroclypeus sp, Discocyclina sp, Pelatispira sp dan Nummulites sp,
menunjukkan umur Oligosen – Miosen awal. Lingkungan pengandapan neritik.
Tebal satuan antara 500 – 1500 m. Formasi Berai menjemari dengan formasi
pamaluan dan menindih selaras formasi Tanjung.
3) Formasi Dahor (TQd)
Batupasir kuarsa kurang padu, konglomerat dan batugamping lunak
dengan sisipan lignit (5 – 10 cm), kaolin ( 30 – 100 cm) dan limonit. Formasi
initerendapkan dalam lingkungan paralas dengan tebal formasi diperkirakan
250 m, umur diduga pleistosen.
4) Aluvium (Qa)
Aluvium terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lempung, lumpur, dan
fragmen batuan sebagai endapan sungai, rawa, dan pantai.
Untuk areal PT. Dutadharma Utama berdasarkan peta geologi regional
yang diterbitkan oleh P3G Bandung lembar Banjarmasin 1712, merupakan
formasi Warukin dan formasi Dahor.
b. Stratigrafi
Berdasarkan hasil korelasi didapatkan informasi bahwa litologi
batubara sebagai bahan galian prospek terlingkupi oleh batuan penutup berupa
batupasir dan batulempung. Selain itu juga didapatkan data dari hasil pemboran
bahwa terdapat batupasir dan batulempung sebagai bagian dari batuan penutup
baik sebagai interburden maupun sebagai overburden.
15
Sumber: Data Lapangan PT. Dutadharma Utama
Gambar 2.2
Peta Geologi PT.Dutadharma Utama
Sumber: Data Lapangan PT. Dutadharma Utama
Gambar 2.3
Penampang Melintang PT. Dutadharma Utama
16
c. Kondisi Topografi
Secara garis besar keadaan IUP PT. Dutadharma Utama (PT. DDU)
adalah daerah pebukitan dengan elevasi terendah berada pada kisaran 20 meter
diatas permukaan laut hingga 150 meter di atas permukaan laut.
Sumber : PT. Dutadharma Utama
Gambar 2.4
Peta Topografi
17
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Klasifikasi Sumberdaya (Coal Resources)
Sumberdaya batubara adalah bagian dari endapan batubara yang
diharapkan dapat dimanfaatkan. Sumber daya batubara ini dibagi dalam kelas-
kelas sumber daya berdasarkan tingkat keyakinan geologi yang ditentukan secara
kualitatif oleh kondisi geologi atau tingkat kompleksitas dan secara kuantitatif
oleh jarak titik informasi. Sumber daya ini dapat meningkat menjadi cadangan
apabila setelah dilakukan kajian kelayakan dan dinyatakan layak. Sumberdaya
batubara dibagi menjadi 4 (empat) klasifikasi yaitu :
a. Sumberdaya Batubara Hipotetik (Hypothetical Coal Resource)
Jumlah batubara di daerah penelitian atau bagian dari daerah penelitian
yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat survey tinjau.
b. Sumberdaya Batubara Tereka (Inferred Coal Resource)
Jumlah batubara di daerah penelitian atau bagian dari daerah yang
memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap prospeksi.
c. Sumberdaya Batubara Tertunjuk (Indicated Coal Resource)
Jumlah batubara di daerah penelitian atau bagian dari daerah penelitian
yang dihitung berdasarkan data yang mernenuhi syarat-syarat yang ditetapkan
untuk tahap eksplorasi umum.
18
d. Sumberdaya Batubara Terukur (Measured Coal Resource)
Jumlah batubara di daerah penelitian atau bagian dari daerah penelitian
yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan
untuk tahap eksplorasi rinci.
2.2.2 Klasifikasi Cadangan Batubara (Coal Reserve)
Cadangan batubara yaitu bagian dari sumber daya batu bara yang telah
diketahui dimensi, sebaran kuantitas, dan kualitasnya, yang pada saat pengkajian
kelayakan dinyatakan layak untuk ditambang. Ada dua kategori yang dikenal :
a. Cadangan Batubara Terkira (Probable Reserve)
Cadangan Batubara Terkira (Probable Coal Reserves) adalah
sumberdaya batubara tertunjuk dan sebagian sumberdaya batubara terukur,
tetapi berdasarkan kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi
sehingga hasil kajian dinyatakan layak atau bisa juga diartikan sebagai
cadangan batubara insitu dari cadangan terukur atau terindikasi yang
diharapkan terambil dengan menggunakan metode penambangan yang tepat
atas pertimbangan lingkungan,peraturan pemerintah dan teknologi saat ini.
Adapun dasar perhitungan yaitu:
1) Persyaratan yang Berhubungan dengan Aspek Geologi
Berdasarkan tingkat keyakinan geologi, sumber daya terukur
harus mempunyai tingkat keyakinan yang lebih besar dibandingkan dengan
sumberdaya tertunjuk, begitu pula sumber daya tertunjuk harus
19
mempunyai tingkat keyakinan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
sumber daya tereka. Sumberdaya terukur dan tertunjuk dapat ditingkatkan
menjadi cadangan terkira dan terbukti apabila telah memenuhi kriteria
layak (Tabel 3.1). Tingkat keyakinan geologi tersebut secara kuantitatif
dicerminkan oleh jarak titik informasi (singkapan, lubang bor).
2) Persyaratan yang Berhubungan dengan Aspek Ekonomi
Ketebalan minimal lapisan batu bara yang dapat ditambang dan
ketebalan maksimal lapisan pengotor atau “dirt parting” yang tidak dapat
dipisahkan pada saat ditambangyang menyebabkan kualitas batu baranya
menurun karena kandungan abunya meningkat, merupakan beberapa
unsure yang terkait dengan aspek ekonomi dan perlu diperhatikan dalam
menggolongkan sumber daya batubara.
3) Metode Penambangan Tambang Terbuka atau Tambang Bawah Tanah
Maksimum overburden yang diangkat ke disposal area
berdasarkan faktor slope penambangan, kelongsoran, pengendalian air
permukaan dan pembuatan jalan disposal.
4) Kualitas batubara yang sesuai dengan spesifikasi penjualan.
b. Cadangan Batubara Terbukti (Proven Coal Reserves)
Cadangan Batubara Terbukti (Proven Coal Reserves) adalah
sumberdaya batubara terukur yang berdasarkan kajian kelayakan semua faktor
yang terkait telah terpenuhi sehingga hasil kajian dinyatakan layak atau bisa
20
juga diartikan sebagai cadangan batubara dari mineable yang pasti tertambang
atas dasar pertimbangan biaya operasi penambangan yang ditetapkan pada saat
ini. Adapun beberapa persyaratan untuk menentukan cadangan batubara
terbukti adalah sebagai berikut:
1) Ketebalan minimum batubara yang ekonomis yang terambil.
2) Ketebalan lapisan tanah penutup.
3) Kualitas batubara yang sesuai dengan spesifikasi penjualan.
4) Kedalaman maksimum perencanaan disesuaikan dengan kondisi alat.
5) Metode penambangan tambang terbuka atau tambang bawah tanah.
6) Nisbah pengupasan atau stripping rasio atau pertambangan harga jual
batubara dan biaya operasi saat ini.
Tabel 2.7
Jarak Informasi Menurut Kondisi Geologi
Kondisi
Geologi Kriteria
Sumber daya
Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur
Sederhana Jarak titik
informasi (m)
Tidak
Terbatas
1000 < x
< 1500
500 < x
<1000
x <500
Moderat Jarak titik
informasi (m)
Tidak
Terbatas
500 < x
< 1000
250 < x
<500
x <250
Komplek Jarak titik
informasi (m)
Tidak
Terbatas
200 < x
< 400
100 < x
<200
x <100
SNI 13-6011-1999
Tabel 2.8
21
Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara
SNI 13-6011-1999
Kajian kelayakan didasarkan pada faktor ekonomi, penambangan,
pengolahan, pemasaran, kebijakan pemerintah, peraturan atau perundang-
undangan, lingkungan dan sosial.
2.2.3 Metode Penaksiran Cadangan dengan Cross Section
Prinsip dasar metode ini adalah membuat sayatan yang memotong
lapisan tanah penutup, lalu kemudian dihitung luas masing-masing sayatan dan
akhirnya dapat ditentukan volume dengan menggunakan jarak sayatan. Untuk
membantu menentukan atau menghitung luas sayatan digunakan software
Minescape. Adapun tahapan pembuatan cross section (sayatan penampang
tegak) menggunakan software Minescape adalah sebagai berikut:
22
a. Section dan Section 2D
Open Drill Hole kemudian attach kontur struktur
b. Layer Dip
1) Pada window create layer baru : layer_dip
2) Draw line : garis yang dibuat harus mengenai garis kontur struktur dimana
“a” berfungsi untuk menentukan sudut (angel) yang secara otomatis akan
terarah sendiri.
3) Edit – Copy – Paralel
Spacing : 150. Replications : 25
c. Schema
Graphics – Section – Stratmodel
1) Tab IO
a) Pada schema drill holes agar dalam posisi di centang untuk membuat
dan memunculkan section 2D.
b) Input : topo_grid, dhole, dhole
c) Output : create section dalam format 2D
2) Tab Sections
a) Section line design file : dhole
b) Pada tabel ID klik pick dan blok garis pembagi kontur dengan cara shift
(tahan) + cursor. Setelah itu fill down semua data.
23
c) 2D X Origin : masukkan koordinat X dengan cara menempatkan posisi
kursor tepat dimana posisi section 2D akan ditempatkan (dapat dilihat
pada pojok kiri bawah window) kemudian catat koordinat dan fill down
dan ok.
d) 2D Y Origin: caranya sama dengan 2D X Origin, yang mana dalam fill
down kita mesti generate terlebih dahulu untuk membagi step posisi
section pada layar kemudian ok.
3) Tab Controls
Section Controls
a) Grid Z Interval : 40
b) Grid Y Interval : 200
c) Minimum Level : -200
d) Maximum Level: 200
Model Controls
a) Number Of Steps : 100
b) Step Size : 25
Drill Hole Controls
a) Pada format use lithologies, display hole source dan display hole type
agar dicentang. Untuk corridor width 75 dan hole display width 20. Ok
Perhitungan metode Cross Section (sayatan penampang tegak),
berdasarkan penyusunan segmen atau seksi dibagi menjadi:
24
a. Metode Sayatan Standar
Metode ini mengikuti metode cross section dengan pedoman perubahan
bertahap (rule of gradual changes) dengan menghubungkan titik pengamatan
terluar. Sehingga untuk mencari satu volume dibutuhkan dua penampang.
b. Metode Sayatan Linier
Metode ini mengikuti metode cross section dengan pedoman titik
terdekat (rule of nearest point) dengan membuat batas terluar endapan secara
linier. Panjang garis linier sama dengan batas blok, setengah jarak antara dua
titik. Sehingga untuk mencari satu volume hanya dibutuhkan satu penampang.
Gambar 2.5
Metode Penampang
2.2.4 Metode Cross Section Standard (Rule of Gradual Change)
Metode ini adalah salah satu metode estimasi cadangan secara
konvensional. Mengikuti pedoman perubahan bertahap (rule of gradual change),
Luas Overburden
Pada Penampang 1
Luas Overburden
Pada Penampang 2
Penampang 1
Penampang 2
Jarak Antar Penampang
25
menghubungkan titik pengamatan terluar, maka ada beberapa tahap yang
dilakukan pada metode cross section standard yaitu :
a. Tahap pertama
Membagi endapan mineral menjadi blok-blok dengan interval sayatan
sama atau dengan membagi endapan mineral menjadi blok-blok dengan interval
sayatan berbeda sesuai dengan keadaan geologi berupa puncak dan lembah.
b. Tahap kedua
Membuat sayatan pada garis contour yang memotong endapan
batubara. Blok penambangan dibatasi oleh dua buah penampang atau sayatan
dan sebuah bidang permukaan yang tidak teratur. Masing-masing blok terakhir
dibatasi oleh bidang permukaan yang tidak teratur.
c. Tahap ketiga
Menghitung luas masing-masing sayatan dengan menggunakan
perhitungan luas untuk bentuk bidang yang tidak teratur.
d. Tahap Keempat
Pedoman perubahan bertahap dilakukan dengan prosedur matematik
dan prosedur grafis. Kedua prosedur ini sama-sama mengunakan fungsi linier.
Secara numerik, perubahan kondisi endapan mineral dianggap sama sepanjang
garis lurus yang menghubungkan dua titik pengamatan. Pedoman ini dapat
diterapkan untuk interpretasi kadar, berat, luas, volume dan tonase cadangan.
e. Tahap kelima
26
Pada tahap ini untuk menentukan volume dari endapan batubara
tersebut dengan cara mengalikan luas rata-rata antar dua sayatan dengan jarak
antar sayatan sehingga volume tersebut dapat diketahui.
Gambar 2.6
Metode Cross Section Standard
2.2.5 Metode Cross Section Linier (Rule of Nearest Point)
Berdasarkan objeknya metode ini menggunakan interpretasi analitis
yang dilakukan dengan pedoman titik terdekat (rule of nearest point). Pada
metode cross section linier dalam perhitungan volume terletak pada pembagian
sama besar jarak antara dua sayatan terdekat, sehingga setiap penampang
menjadi blok dan memiliki volume sendiri yang didapat dari perkalian luas
dengan jarak terluar dari blok sayatan. Beberapa tahapan yang dilakukan pada
metode cross section linier yaitu:
a. Tahap Pertama
d=jarak antar sayatan
27
Membagi endapan mineral menjadi beberapa blok dengan interval
tertentu. Interval jarak sayatan pada berbagai bagian konstan atau berubah-ubah
sesuai dengan syarat-syarat geologi dan pertambangan.
b. Tahap Kedua
Membuat sayatan pada garis contour yang memotong endapan
batubara. Blok penambangan dibatasi oleh dua buah penampang atau sayatan
dan sebuah bidang permukaan yang tidak teratur. Masing-masing blok terakhir
dibatasi oleh bidang permukaan yang tidak teratur.
c. Tahap Ketiga
Menghitung luas masing-masing sayatan dengan menggunakan
perhitungan luas untuk bentuk bidang yang tidak teratur.
d. Tahap Keempat
Pedoman titik terdekat (rule of nearest point) dilakukan dengan
prosedur matematik dan prosedur grafis. Menentukan antar sayatan-sayatan
terdekat, kemudian membagi jarak antar sayatan tersebut sama besar, sehingga
tiap-tiap sayatan menjadi suatu block yang berdiri sendiri. Secara numerik,
perubahan dari kondisi endapan batubara dianggap sama. Pedoman ini dapat
diterapkan untuk interpretasi kadar, berat, luas, volume dan tonase cadangan.
e. Tahap Kelima
Menentukan volume dengan mengkalikan luas sayatan masing-masing
dengan jarak terluar dari masing-masing blok. Pada metode ini volume antara
28
blok terakhir dengan daerah yang dibatasi oleh bidang permukaan yang tidak
teratur terluar diabaikan.
Gambar 2.7
Metode Cross Section Linier
2.3 Tahapan-Tahapan Perhitungan Cadangan
Untuk mendapatkan perhitungan cadangan yang yang akurat, dibutuhkan
tahap-tahap perhitungan cadangan yang baik. Adapun tahap-tahap perhitungan
cadangan meliputi:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan meliputi persiapan peta topografi, penggaris skala,
kalkulator, alat-alat tulis, dan data penyerta seperti data-data bor daerah penelitian
dan menggunakan program Minescape untuk menentukan besarnya cadangan
didaerah penelitian tersebut.
2. Pengeplotan Data Bor
h=setengah jarak
antar sayatan
h1
h2
29
Data-data bor tersebut diplot berdasarkan koordinat yang ada. Dalam data
bor tersebut terdapat pula kedalaman batubara, total kedalaman batubara dan jenis
seam batubara yang ada di daerah penelitian.
3. Penentuan Arah Strike dan Dip
Penentuan arah srike dan dip dilakukan dengan menggunakan metode tiga
titik bor, dimana setiap titik titik bor disertakan ketinggian batubara. Dari
ketinggian-ketingian tersebut dapat diketahui arah umum strike dan dip. Dari hasil
arah umum strike dan dip dapat diketahui arah penyebaran batubara sehingga
dapat dipakai dasar sebagai pembuatan garis penampangnya.
4. Pembuatan Penampang
Lapisan batubara yang terdapat didaerah penelitian dibagi menjadi
beberapa penampang, setiap penampang terdapat lapisan batubara yang
kemiringannya sesuai dengan dip-nya, sehingga batubara-batubara tersebut
diinterprestasikan sebagai bidang miring pada penampang yang dibuat.
Pembuatan sayatan ini tegak lurus dengan garis base-line dan dalam pembuatan
penampang juga disertakan keterangan jarak horizontal dan total kedalaman
batubara setiap titik-titik bornya.
5. Perhitungan Cadangan Batubara dan Volume Overburden
Perhitungan cadangan batubara dimaksudkan untuk memperoleh besarnya
tonase batubara pada suatu daerah penelitian. Penerapan perhitungan overburden
30
pada prinsipnya sama dengan perhitungan cadangan batubara. Perbedaannya
adalah pada perhitungan cadangan batubara dikalikan dengan densitas batuan,
sedangkan overburden tidak dikalikan dengan densitas batuan sehingga hasilnya
adalah volume. Tonase batubara dan volume overburden tersebut nantinya akan
digunakan untuk penentuan stripping ratio. Nantinya dari nilai tersebut dapat
dilihat daerah mana yang mempunyai nilai stripping ratio yang memungkinkan
untuk ditambang.
2.4 Perhitungan Luas dengan Menggunakan Minescape
Dasar dari penaksiran cadangan dengan menggunakan metode cross section
adalah dengan menghitung luas dengan bentuk yang tidak beraturan. Luas daerah
tidak beraturan tersebut tidak dapat dihitung langsung menggunakan rumus luas
beraturan. Luasnya baru dapat dihitung setelah dibagi menjadi beberapa segmen.
Satu segmen ini akan terlihat seperti sebuah bentuk yang beraturan dan pada
Autocad biasanya menggunakan rumus Simpsons yaitu:
L=1/3xhx(A1+2∑Aganjil+4∑Agenap+ An) ................................ (2.1)
Keterangan:
L : Luas bangun tidak beraturan (m2)
H : Jarak antar segmen (m)
31
A1 : Luas segmen ke-1 (m2)
An : Luas segmen ke-n (m2)
Aganjil : Luas segmen ganjil (m2)
Agenap : Luas segmen genap (m2)
Gambar 2.8
Bentuk Bidang Tidak Beraturan
2.5 Perhitungan Volume dengan Metode Cross Section
Penerapan perhitungan volume dengan menggunakan metode cross section
sangat tergantung pada beberapa langkah dalam perhitungan yaitu, membagi
lapisan tanah penutup menjadi beberapa blok-blok penampang dengan selang jarak
tertentu. Selang jarak tersebut dapat sama tiap blok atau berbeda tergantung pada
kondisinya. Langkah - langkahnya sebagai berikut:
a. Menghitung luas sayatan
b. Menghitung jarak tiap sayatan
2.5.1. Perhitungan Cadangan dengan Metode Cross Section Standard
32
Perhitungan volume untuk metode cross section standard dapat dilakukan
dengan menggunakan cara yaitu dengan menggunakan rumus mean area dan
frustum.
a. Rumus Mean Area
Persamaan mean area merupakan salah satu persamaan yang digunakan
untuk menghitung volume dari suatu endapan. Persamaan ini digunakan
apabila terdapat dua buah penampang dengan luas A1 dan A2 dengan jarak L.
Adapun persamaan untuk mengestimasi volume batubara dengan
menggunakan persamaan Mean Area adalah sebagai berikut:
Tbb = 𝐿𝑥(𝐴 1 + 𝐴2)𝑥𝑑
2 ................................................................. (2.2)
Keterangan:
A1 : Luas penampang 1 (m2)
A2 : Luas penampang 2 (m2)
L : Jarak antar penampang (m)
d : Densitas batubara (1,3 ton/m³)
Tbb : Tonnase batubara ( ton )
b. Rumus Frustum
Persamaan frustum merupakan salah satu persamaan yang digunakan
untuk menghitung volume suatu endapan. Persamaan ini digunakan apabila
terdapat dua buah penampang dimana luas A1< ½ A2. Adapun persamaan untuk
33
mengestimasi volume batubara dengan menggunakan persamaan frustum
adalah sebagai berikut :
Tbb = 1
3 x L x d x (A1 + A2 + √𝐴1𝑥𝐴2) ................................ (2.3)
Keterangan:
A1 : Luas penampang 1 (m2)
A2 : Luas penampang 2 (m2)
L : Jarak antar penampang (m)
D : Densitas batubara (1,3 ton/m³)
Tbb : Tonnase batubara (ton)
2.5.2 Perhitungan Cadangan dengan Metode Cross Section Linier
Metode cross section linier yang menggunakan pedoman rule of nearest
point dimana tiap sayatan memiliki volume sendiri. Mencari antar sayatan
terdekat kemudian membagi jarak antar sayatan terdekat menjadi dua sama
besar. Membuat blok dari sayatan ke garis terluar dari jarak antar sayatan.
Langkah - langkahnya sebagai berikut:
a. Menghitung luas sayatan
b. Menghitung setengah jarak antar dua sayatan.
Volume yang terdapat di daerah penelitian dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
34
Tbb = 𝐴𝑥 (ℎ1+ ℎ2) ................................................................ (2.4)
Keterangan :
Tbb : Tonnase batubara (ton)
A : Luas sayatan a, m2
h1 : Setengah jarak antara sayatan a dengan sayatan sebelumnya, m
h2 : Setengah jarak antara sayatan a dengan sayatan berikutnya, m
d : Densitas batubara (1,3 ton/m³)
2.5.3 Perhitungan Volume Overburden dengan Metode Cross Section Standard
Jumlah volume overburden yang terdapat di daerah penelitian dihitung
dengan rumus sebagai berkut:
𝑉𝑜𝑏= 𝐿𝑥(𝐴1+ 𝐴2
2) .................................................................... (2.5)
Keterangan :
A1 : Luas penampang 1 (m2)
A2 : Luas penampang 2 (m2)
L : Jarak antar penampang (m)
Vob : Volume overburden (BCM)
Penerapan perhitungan lapisan tanah penutup dengan metode cross section
sangat tergantung pada data pemboran dan data singkapan endapan. Pada
prinsipnya ada beberapa langkah dalam perhitungan, yaitu membagi lapisan tanah
penutup menjadi beberapa blok-blok penampang dengan selang jarak tertentu.
35
Selang jarak tersebut dapat sama tiap blok atau berbeda tergantung pada
kondisinya. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Menghitung luas sayatan
b. Menghitung jarak setiap sayatan
c. Menghitung volume lapisan tanah penutup
2.5.4 Perhitungan Volume Overburden dengan Metode Cross Section Linier
Perhitungan overburden dengan metode sayatan linier pada dasarnya sama
dengan penaksiran cadangan batubara. Jumlah volume overburden yang terdapat
di daerah penelitian dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Vob = A x (h1 + h2) ............................................................... (2.6)
Keterangan:
Vob : Volume overburden (BCM)
A : Luas sayatan a (m2)
h1 : Setengah jarak antara sayatan a dengan sayatan sebelumnya (m)
h2 : Setengah jarak antara sayatan a dengan sayatan berikutnya (m)
2.6 Perhitungan Striping Ratio
Stripping Ratio adalah perbandingan antara volume lapisan tanah penutup
yang akan digali dengan jumlah tonase batubara yang akan diambil. Ini dilakukan
untuk dapat menentukan pada elevasi berapakah Stripping Ratio yang paling
menguntungkan untuk ditambang dengan cara tambang terbuka. Nisbah
36
pengupasan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan ekonomis
tidaknya pengambilan suatu cadangan batubara. Semakin besar Stripping Rationya,
berarti semakin banyak overburden yang harus digali untuk mengambil endapan
batubara. Semakin kecil nisbah pengupasannya, semakin sedikit overburden yang
harus digali.
SR = Vob/Tbb ........................................................................ (2.7)
Keterangan:
SR : Stripping Ratio
Vob : Volume overburden (BCM)
Tbb : Tonnase Batubara (ton)
2.7 Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini ada kerangka konseptual yang akan membantu penulis
dalam penyempurnaan tugas akhir ini yang meliputi:
2.7.1 Input
Input dalam kegiatan penelitian ini di peroleh dari sumber yaitu:
a. Data Primer yaitu data- data yang di peroleh dari kegiatan lapangan yang
bersumber dari pengamatan langsung dan observasi di lapangan seperti, cutting
pemboran, logging pemboran, titik koordinat pemboran pemboran, dan
kedalaman pemboran.
37
b. Data Sekunder yaitu data-data yang di ambil dari instansi perusahaan, peta
lokasi perusahaan, peta wilayah IUP, kondisi geologi setempat, tahap aktifitas
penambangan, data topografi dan produksi batubara per tahun.
2.7.2 Proses
Proses dilakukan dengan melakukan analisa data pemboran dan data
topografi yang selanjunya dijadikan model geologi. Dari model geologi tersebut
dapat dibuat cross section dan dapat dihitung cadangan batubara menggunakan
metode cross section.
2.7.3 Output
Output atau hasil dari penelitian ini adalah menghitung kemiringan
seam batubara ketebalan seam batubara dan ketebalan lapisan tanah penutup.
Dapat menentukan besarnya cadangan batubara dan overburden serta dapat
menentukan nilai stripping ratio batubara.
38
Sumber : Data p
Gambar 2.9
Gambar 2.9
Kerangka Konseptual
Input Proses Output
Data Primer:
a. Log Bor.
b. Cutting pengeboran.
c. Koordinat X (easting) Y
(northing) Z (elevasi)
pengeboran.
Data sekunder:
a. Peta kesampaian daerah
b. Peta topografi
c. Data hasil pengeboran
d. Peta IUP
e. Data kajian geoteknik
1.
2.
3.
4.
5.
a. Perhitungan luas menggunakan
Minescape dengan rumus
Simpsons.
b. Perhitungan Cadangan dengan
Metode Cross Section Standard
menggunakan rumus Mean Area
dan rumus Frustum.
c. Perhitungan Cadangan dengan
Metode Cross Section Linier
menggunakan rumus 2.4
d. Perhitungan Volume Overburden
dengan Metode Cross Section
Standard menggunakan rumus
2.5
e. Perhitungan Volume Overburden
dengan Metode Cross Section
Linier menggunakan rumus 2.6
f. Perhitungan Striping Ratio
menggunakan rumus 2.7
a. Mendapatkan kemiringan
seam batubara ketebalan
seam batubara dan ketebalan
lapisan tanah penutup.
b. Mendapatkan besarnya
cadangan batubara dan
overburden dengan
menggunakan metode Cross
Section dengan pedoman
Rule of Gradual Change dan
pedoman Rule of Nearest
Point.
c. Mendapatkan nilai stripping
ratio batubara dan
overburden antara pedoman
perubahan bertahap (rule of
gradual change) dengan
pedoman titik terdekat (rule
of nearest point).
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian terapan (applied
research). Penelitian terapan adalah penelitian yang bertujuan untuk hati-hati,
sistematik dan terus menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan digunakan
segera untuk keperluan tertentu. Hasil penelitian yang dilakukan tidak perlu
sebagai suatu penemuan baru, akan tetapi merupakan aplikasi yang baru dari
penelitian yang telah ada. Menurut Sutrisno hadi (1995), penelitian ini
digolongkan menurut pemakaiannya yaitu penelitian penerapan yang lebih
berorientasi pada pemenuhan kebutuhan.
Tujuan utamanya adalah pemecahan masalah sehingga hasil penelitian
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia baik secara individu atau
kelompok maupun untuk keperluan industry atau politik dan bukan untuk
wawasan keilmuan semata.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penulis melakukan penelitian di lokasi penambangan batubara PT.
Dutadharma Utama, Desa Bukit Mulia dan Desa Sumberjaya, Kecamatan Kintap,
40
Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Secara administratif
konsensi penambangan PT. Dutadharma Utama termasuk dalam wilayah
penambangan, Kecamatan Kintap, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan
Selatan. Jarak antara kecamatan Kintap dengan kota Banjarmasin ± 140 km dengan
waktu tempuh ± 4-5 jam. Dari kintap menuju areal tambang dapat ditempuh
dengan kendaraan roda dua maupun roda empat selama lebih kurang 45 menit atau
sejauh 20 km dengan kondisi jalan perkerasan. Berikut peta lokasi IUP batubara
PT. Dutadharma Utama dapat dilihat pada gambar.
Sumber : PT. Dutadharma Utama
Gambar 3.1 Peta Lokasi Wilayah IUP PT. DDU
41
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan oleh penulis dalam melakukan penelitian ini
yaitu mulai bulan Juni 2020 sampai dengan selesai pengambilan data.
Tabel 3.1
Waktu Penelitian
No Kegiatan
Bulanan
April
2020
Mei
2020
Juni
2020
Juli
2020
Agustus
2020
1 Bimbingan Proposal ✓ ✓
2 Seminar Proposal ✓
3 Penelitian ✓
4 Bimbingan Tugas Akhir ✓ ✓ ✓
5 Kompre ✓
3.3 Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas
Variabel bebas atau variable penyebab adalah variabel yang
menyebabkan atau memengaruhi, yaitu fakto-faktor yang diukur, dimanipulasi,
atau dipilih oleh penelitian untuk menentukan hubungan antara fenomena yang
diobservasi atau diamati. Variabel bebas disebut juga variabel X, Dalam
penelitian ini variable bebas adalah penaksiran cadangan batubara.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk
menentukan adanya pengaruh variable bebas, yaitu faktor yang muncul atau
tidak muncul atau perubahan sesuai dengan yang diperkenalkan oleh peneliti.
42
Variabel terikat disebut juga variabel Y, dalam penelitian ini variabel terikat
adalah kemiringan batubara, ketebalan batubara dan tebal lapisan tanah
penutup.
3.4 Data, Jenis Data dan Sumber Data
3.4.1 Data dan Jenis Data
Data yang dikumpulkan berupa:
a. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan dengan melakukan pengamatan atau
pengukuran secara langsung dilapangan. Data primer dalam penelitian ini
adalah:
1) Log Bor
2) Cutting pengeboran
3) Koordinat X (easting) Y (northing) Z (elevasi) pengeboran.
b. Data sekunder, yaitu merupakan data yang diperolehdari data-data yang sudah
ada di PT. Dutadharma Utama, buku atau studi kepustakaan dan beberapa
literatur yang mendukung penelitian ini. Data sekunder dalam penelitian ini
adalah:
1) Peta kesampaian daerah
2) Peta topografi
3) Data hasil pengeboran
4) Peta IUP
5) Data kajian geoteknik
43
3.4.2 Sumber Data
Sumber data yang didapatkan berasal dari pengamatan langsung di
lapangan ataupun studi kepustakaan serta dari arsip-arsip PT. Dutadharma Utama.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah pengambilan
secara langsung ke perusahaan tambang. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan data primer dan data sekunder. Urutan pengambilan data sebagai
berikut:
a. Studi literatur merupakan data perusahaan, perpustakaan, jurnal, dan laporan
penelitian terdahulu.
b. Data primer merupakan data yang diambil dan terlibat langsung dalam kegiatan
di lapangan seperti:
1) Log Bor, yaitu data yang diambil didaerah lokasi penelitian mulai dari
jumlah seam sampai kedalaman lubang bor.
2) Cutting, yaitu data yang diambil didaerah lokasi peneltian berupa parting
yang keluar dari lumpur pemboran diambil permeter untuk mengetahui
litologi bawah permukaan.
3) Koordinat X (easting) Y (northing) Z (elevasi) pengeboran.
c. Data Sekunder merupakan data yang dikumpulkan berdasarkan literatur dan
berbagai sumber referensi terkait dengan penelitian ini seperti:
44
1) Peta topografi yang berisi tentang data koordinat X (easting) Y (northing)
Z (elevasi).
2) Kualitas batubara yang didapat dari hasil uji lab.
3) Ketebalan batubara yang didapat dari hasil pemboran yang dilakukan.
3.6 Teknik Pengolahan Dan Analisa Data
3.6.1 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara dan
proses untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sesuai dengan tujuan
yang sudah di tetepkan. Pada pengolahan data ini yang akan di bahas yaitu:
a. Tahap Persiapan.
Tahap persiapan meliputi persiapan peta topografi, penggaris skala,
kalkulator, alat-alat tulis, dan data penyerta seperti data-data bor daerah
penelitian dan menggunakan program Minescape untuk menentukan besarnya
cadangan didaerah penelitian tersebut.
b. Pengeplotan Data Bor. Data bor tersebut diplot berdasarkan koordinat yang
yang ada. Dalam data bor tersebut terdapat pula kedalaman batubara, total
kedalaman batubara dan jenis seam batubara yang ada di daerah penelitian.
c. Penentuan Arah Strike dan Dip
Penentuan arah srike dan dip dilakukan dengan menggunakan metode
tiga titik bor, dimana setiap titik titik bor disertakan ketinggian batubara. Dari
45
ketinggian-ketingian tersebut dapat diketahui arah umum strike dan dip. Dari
hasil arah umum strike dan dip dapat diketahui arah penyebaran batubara
sehingga dapat dipakai dasar sebagai pembuatan garis penampangnya.
d. Pembuatan Penampang
Lapisan batubara yang terdapat didaerah penelitian dibagi menjadi
beberapa penampang, setiap penampang terdapat lapisan batubara yang
kemiringannya sesuai dengan dip-nya, sehingga batubara-batubara tersebut
diinterprestasikan sebagai bidang miring pada penampang yang dibuat.
Pembuatan sayatan ini tegak lurus dengan garis base-line dan dalam pembuatan
penampang juga disertakan keterangan jarak horizontal dan total kedalaman
batubara setiap titik-titik bornya.
e. Perhitungan Cadangan Batubara dan Volume Overburden Menggunakan
Rumus (2.2) sampai dengan (2.6)
Perhitungan cadangan batubara dimaksudkan untuk memperoleh
besarnya tonase batubara pada suatu daerah penelitian. Penerapan perhitungan
overburden pada prinsipnya sama dengan perhitungan cadangan batubara.
Perbedaannya adalah pada perhitungan cadangan batubara dikalikan dengan
densitas batuan, sedangkan overburden tidak dikalikan dengan densitas batuan
sehingga hasilnya adalah volume. Tonase batubara dan volume overburden
tersebut nantinya akan digunakan untuk penentuan stripping ratio. Nantinya
46
dari nilai tersebut dapat dilihat daerah mana yang mempunyai nilai stripping
ratio yang memungkinkan untuk ditambang.
3.6.2 Teknik Analisa Data
Setelah melalui tahap dalam pengumpulan data dan pengolahan data maka
dilakukan perhitungan data ini dapat menentukan hasil akhir dari penelitian yang
di lakukan, yaitu mendapatkan cadangan batubara mengunakan metode cross
section PT. Dutadharama Utama.
3.7 Kerangka Metodologi
Adapun langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam melakukan
penelitian di PT. Dutadharama Utama, antara lain:
Identifikasi Masalah
1. Perusahan belum dapat menentukan metode dan design penambangan yang
tepat untuk rencana area pengembangan karena belum diketahui karakteristik
batubara pada area tersebut.
2. Rencana investasi jangka panjang belum bisa dibuat karena belum jelasnya
jumlah cadangan batubara yang dapat ditambang.
Estimasi Cadangan Batubara Menggunakan Metode Cross Section di
PT. Dutadharma Utama Desa Sungai Cuka, Kecamatan Kintap, Kabupaten
Tanah Laut, Kalimantan Selatan
A
47
Tujuan Penelitian
1. Menghitung kemiringan seam batubara ketebalan seam batubara dan ketebalan
lapisan tanah penutup.
2. Menghitung besarnya cadangan batubara dan overburden dengan menggunakan
metode cross section dengan pedoman Rule of Gradual Change dan pedoman
Rule of Nearest Point.
3. Menghitung stripping ratio batubara dan overburden antara pedoman perubahan
bertahap (rule of gradual change) dengan pedoman titik terdekat (rule of nearest
point).
Pengumpulan Data
Data Primer
1. Log Bor
2. Cutting pengeboran
3. Koordinat X (easting) Y
(northing) Z (elevasi) pengeboran.
Data Sekunder
1. Peta kesampaian daerah
2. Peta topografi
3. Data hasil pengeboran
4. Peta IUP
5. Data kajian geoteknik
Pengolahan Data
1. Data hasil pengeboran
2. Data penampang
B
A
48
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian
Hasil
1. Mendapatkan kemiringan seam batubara dan ketebalan
lapisan tanah penutup
2. Mendapatkan besarnya cadangan batubara dan overburden
3. Mendapatkan nilai stripping ratio batubara dan overburden
Analisa Data
1. Menghitung kemiringan seam batubara
2. Menghitung cadangan batubara dengan pedoman Rule of
Gradual Change dan pedoman Rule of Nearest Point.
3. Menghitung nilai stripping ratio batubara dan overburden
antara rule of gradual change dengan rule of nearest point.
B
49
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data
Pengambilan data dilakukan pada PIT 1 block B yang terdapat di lokasi PT.
Dutadharama Utama, pengumpulan data di lakukan dengan mengambil data bor
yang di lakukan oleh PT. Indo Sejahtera Manunggal yang merupakan kontraktor
yang ditunjuk oleh PT. Dutadharma Utama untuk melakukan pengeboran.
4.1.1 Hasil Eksplorasi dan Pengeboran
Data pengeboran pada daerah seluas 22,53 ha, disusun menurut nomor
seam untuk dimasukkan dalam perangkat komputer menggunakan Excel dan
Minescape untuk memperoleh gridded seam model (GSM) seam A dan seam B60
termasuk ketebalan dan jenis seam batubara tersebut.
Dalam eksplorasi ini data didapatkan melalui tahap pengeboran, dalam
pengeboran tersebut dapat diketahui keadalaman batubara, tebal batubara dan
jenis batubara maupun arah penyebaran dan kemiringan batubara yang ada di
daerah penelitian. Pengeboran di daerah penelitian menggunakan pengeboran
touch coring.Setelah pengeboran selesai maka dilakukan logging pada setiap
lubang bor. Dari hasil logging tersebut nantinya dapat di korelasi dengan data
open hole untuk mengetahui kedalaman batubara, tebal batubara maupun jenis
batubara yang ada di daerah penelitian agar hasilnya lebih akurat.
50
Data bor yang didapat pada tahap eksplorasi ini digunakan untuk
menghitung besarnya sumberdaya. Dari hasil pengeboran ini digunakan pula
untuk keperluan perolehan kualitas apakah batubaranya mempunyai kualitas baik
atau mempunyai kandungan abu yang banyak pada daerah penelitian.
Lokasi pengeboran mengejar arah singkapan, sehingga dapat diketahui
atau di korelasikan untuk meyakinkan arah dip endapan batubara (Lampiran C).
Jumlah dari keseluruhan lubang bor pada daerah penelitian yaitu 16 lubang bor
(Lampiran A). Dari setiap lubang bor dapat berbeda-beda total kedalamannya
karena di pengaruhi oleh seam yang ada didalamnya.
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Pembuatan Penampang
Pada prinsipnya metode ini adalah membuat garis sayatan yang
memotong topografi dan titik-titik bor yang sudah diplotkan pada peta topografi
dan kemudian didapatkan gambar penampang dari sayatan tersebut berupa
model endapan batubara dan bentuk topografi. Kemudian dihitung luas model
batubara dari tiap penampang dan akhirnya dapat didapatkan volume dengan
mengalikan jarak antar sayatan.
Dalam pembuatan penampang ini ditarik garis lurus mengenai titik-titik
bor (Lampiran B). Pembuatan penampang ini harus tegak lurus denganarah
umum strike batubara di lokasi penelitian. Jarak antara penampang 50 m untuk
51
metode cross section linear (rule of nearest point), dan 50 m untuk metode cross
section standard (rule of gradual change). Penampang itu sendiri dibuat
beberapa penampang sampai daerah yang berpotensi batubara tercover semua.
Kemudian untuk penampang yang tidak mengenai titik bor tersebut dapat di
korelasikan berdasarkan titik-titik bor disekitarnya. Setelah pembuatan
penampang selesai dilakukanakan dapat dilakukan perhitungan besarnya luas
penampang untuk mengetahui besarnya volume dari overburden dan tonnage
batubara dengan menggunakan software Minescape. Menggunakan software
Minescape dapat memudahkan pekerjaan menghitung luas, volume dan tonage
menjadi lebih ringan dan efisien dari pada menghitung dengan cara manual.
Pekerjaan akan lebih cepat selesai dibanding dengan cara manual, berarti dapat
menghemat waktu juga.
Untuk perhitungan break even stripping ratio (BESR) berpatokan pada
stripping ratio (SR), sehingga setiap penampang memiliki jenjang yang
bervariasi (multibench), tergantung dari ketebalan tanah penutup dari batubara
masing-masing penampang sesuai SR - nya. Didaerah penyelidikan berdasar
analisis geoteknik yang dilakukan perusahaan, tinggi bench yang digunakan
adalah 10 m dan lebar bench 5m (Gambar 4.1 ).
52
Gambar 4.1 Dimensi Jenjang
4.2.2 Perhitungan Cadangan Batubara dan Overburden
Metode Cross Section merupakan salah satu metode perhitungan
cadangan konvensional yang banyak digunakan karena memiliki beberapa
keuntungan yang cocok digunakan pada batubara. Dalam perkembangannya
metode cross section semakin mudah dilakukan karena perkembangan
teknologi yang dulunya dikerjakan secara manual sekarang dapat dikerjakan
dengan bantuan software sehingga lebih cepat dan akurat.
Dalam perhitungan ini digunakan metode cross section dengan dua
pedoman yaitu metode cross section dengan pedoman perubahan bertahap (rule
of gradual change) dan metode cross section dengan pedoman titik terdekat
(rule of nearest point).
53
a. Perhitungan Cadangan Batubara Metode Cross Section Standar (Rule Of
Gradual Change)
Perhitungan cadangan batubara metode cross section standar
berdasarkan Rule of Gradual change digunakan perhitungan luas setiap
penampang, sehingga perhitungan ini tergantung pada ketebalan, panjang,
massa jenis batubara disetiap penampang dan jarak interval setiap penampang.
Jumlah sayatan pada perhitungan cadangan ini adalah 17 sayatan
sehingga memiliki 17 penampang. Pada metode cross section standar untuk
dapat menghitung nilai cadangan harus memiliki minimal 2 sayatan penampang
yang masing-masing dihitung luasnya kemudian dijumlahkan dan dibagi dua
lalu dikalikan dengan jarak antar sayatan.sehingga jika dibagi menjadi blok-
blok luas penampang terdapat 16 blok dari 17 sayatan. Jarak antar penampang
adalah 50 m dan asumsi berat jenis Batubara yang digunakan adalah 1,3 ton/m3.
Perhitungan cadangan batubara menggunakan perhitungan luas setiap
penampang, sehingga perhitungan ini tergantung pada ketebalan, panjang,
massa jenis batubara disetiap penampang dan jarak interval setiap penampang.
Berdasarkan penjelasan diatas, didaerah penelitian dapat dihitung cadangan
batubara dan didapatkan hasil sebagai berikut (Tabel 4.1 ).
54
Tabel 4.1
Hasil Perhitungan Cadangan Batubara Metode Cross Section Standar
No. Sayatan Luas Coal Seam / Section m²
Jarak
(m) Densitas
(kg/m) Tonnage
(ton) B60
(m) A (m)
Total
Coal (m2)
1 A-A' 86.31 86.31
50 1.3 10,885.23 B-B' 248.62 248.62
2 B-B' 248.62 248.62
50 1.3 18,789.55 C-C' 329.52 329.52
3 C-C' 329.52 329.52
50 1.3 26,055.58 D-D' 472.19 472.19
4 D-D' 472.19 59.08 531.27
50 1.3 39,655.85 E-E' 559.60 129.31 688.91
5 E-E' 559.60 129.31 688.91
50 1.3 52,435.50 F-F' 730.11 194.38 924.49
6 F-F' 730.11 194.38 924.49
50 1.3 64,079.93 G-G' 770.56 276.64 1047.20
7 G-G' 770.56 276.64 1047.20
50 1.3 66,722.18 H-H' 767.85 237.94 1005.79
8 H-H' 767.85 237.94 1005.79
50 1.3 62,824.45 I-I' 720.42 206.85 927.27
9 I-I' 720.42 206.85 927.27
50 1.3 54,117.38 J-J' 595.79 142.09 737.88
10 J-J' 595.79 142.09 737.88
50 1.3 42,945.50 K-K' 548.15 35.37 583.52
11 K-K' 548.15 548.15
50 1.3 37,588.20 L-L' 608.41 608.41
12 L-L' 608.41 608.41
50 1.3 37,580.40 M-M' 547.91 547.91
13 M-M' 547.91 547.91
50 1.3 34,643.05 N-N' 518.03 518.03
14 N-N' 518.03 518.03
50 1.3 31,571.48 O-O' 453.40 453.40
15 O-O' 453.40 453.40
50 1.3 24,618.10 P-P' 304.08 304.08
16 P-P' 304.08 304.08
50 1.3 14,857.70 Q-Q' 153.08 153.08
Total 619,370.05
55
b. Perhitungan Cadangan Batubara Metode Linear (Rule of Nearest Point)
Perhitungan cadangan menggunakan metode ini adalah dengan cara
menentukan antar sayatan-sayatan terdekat, kemudian membagi jarak antar
sayatan tersebut sama besar, sehingga tiap-tiap sayatan menjadi suatu blok yang
berdiri sendiri, sehingga dari 17 sayatan terdapat 17 blok yang dihitung luasnya,
inilah faktor yang membedakan antar cross section standard dengan cross
section linear ( Tabel 4.2 ).
Perhitungan cadangan batubara menggunakan perhitungan luas setiap
penampang, sehingga perhitungan ini tergantung pada ketebalan, panjang,
massa jenis batubara disetiap penampang dan jarak interval setiap penampang.
Berdasarkan penjelasan diatas, didaerah penelitian dapat dihitung cadangan
batubara.
56
Tabel 4.2
Hasil Perhitungan Cadangan Batubara Metode Cross Section Linear
No. Sayatan Luas Coal Seam / Section m²
Jarak (m)
Densitas (kg/m)
Tonnage (ton) B60
(m) A (m)
Total Coal
(m2)
1 A-A' 86.31 86.31 50 1.3 5,610.15
2 B-B' 248.62 248.62 50 1.3 16,160.30
3 C-C' 329.52 329.52 50 1.3 21,418.80
4 D-D' 472.19 59.08 531.27 50 1.3 34,532.55
5 E-E' 559.60 129.31 688.91 50 1.3 44,779.15
6 F-F' 730.11 194.38 924.49 50 1.3 60,091.85
7 G-G' 770.56 276.64 1047.20 50 1.3 68,068.00
8 H-H' 767.85 237.94 1005.79 50 1.3 65,376.35
9 I-I' 720.42 206.85 927.27 50 1.3 60,272.55
10 J-J' 595.79 142.09 737.88 50 1.3 47,962.20
11 K-K' 548.15 35.37 583.52 50 1.3 37,928.80
12 L-L' 608.41 608.41 50 1.3 39,546.65
13 M-M' 547.91 547.91 50 1.3 13
14 N-N' 518.03 518.03 50 1.3 14
15 O-O' 453.40 453.40 50 1.3 15
16 P-P' 304.08 304.08 50 1.3 16
17 Q-Q' 153.08 153.08 50 1.3 17
Total 630,219.85
c. Perhitungan Overburden dengan Metode Standar (The Rule Of Gradual Change)
Perhitungan overburden juga dilakukan dengan metode cross section.
Volume overburden dipengaruhi oleh luasan overburden dan jarak antar
penampang. Luas overburden didapatkan dari pengurangan luas jenjang pada
penampang dikurangi luas batubara pada penampang.Tahapan perhitungannya
pun sama dengan tahapan perhitungan cadangan dengan metode standar,
bedanya pada overburden tidak perlu dilakukan perhitungan tonasenya. Hasil
57
perhitungan overburden dengan metode standar pada adalah 3.369.361,50 BCM
. (Tabel 4.3)
Perlu diperhatikan pada penambangan batubara dapat dilakukan dengan
multi seam dan singleseam, jadi dalam penentuan luasan overburden harus
sangat diperhatikan jangan sampai luasan yang berada diantara dua seam atau
lebih menjadi tidak terhitung.
Tabel 4.3
Hasil Perhitungan Overburden
No. Sayatan Jarak
(m)
Luas Penampang
(m2)
Luas Waste
(m)
Volume
Waste By
Section (m3)
1 A-A'
50 1,007.73 921.42
67,665.00 B-B' 2,033.80 1,785.18
2 B-B'
50 2,033.80 1,785.18
108,359.25 C-C' 2878.71 2,549.19
3 C-C'
50 2878.71 2,549.19
170,610.75 D-D' 4747.43 4,275.24
4 D-D'
50 4747.43 4,216.16
266,322.00 E-E' 7125.63 6,436.72
5 E-E'
50 7125.63 6,436.72
372,645.00 F-F' 9393.57 8,469.08
6 F-F'
50 9393.57 8,469.08
419,625.75 G-G' 9363.15 8,315.95
7 G-G'
50 9363.15 8,315.95
349,974.00 H-H' 6688.80 5,683.01
8 H-H'
50 6688.80 5,683.01
294,139.50 I-I' 7009.84 6,082.57
9 I-I'
50 7009.84 6,082.57
280,507.75 J-J' 5875.62 5,137.74
10 J-J'
50 5875.62 5,137.74
244,654.50 K-K' 5231.96 4,648.44
58
11 K-K'
50 5231.96 4,683.81
193,575.50 L-L' 3667.62 3,059.21
12 L-L'
50 3667.62 3,059.21
161,982.25 M-M' 3967.99 3,420.08
13 M-M'
50 3967.99 3,420.08
165,394.00 N-N' 3713.71 3,195.68
14 N-N'
50 3713.71 3,195.68
139,605.25 O-O' 2841.93 2,388.53
15 O-O'
50 2841.93 2,388.53
91,783.25 P-P' 1586.88 1,282.80
16 P-P'
50 1586.88 1,282.80
42,517.75 Q-Q' 570.99 417.91
Total 44,518.36 3,369,361.50
d. Perhitungan Overburden dengan Metode Linier (The Rule Of Nearest Point)
Tahapan perhitungan overburden dengan metode linier sama dengan
tahapan perhitungan cadangan dengan metode linier, sedangkan prinsip dan hal
– hal yang perlu diperhatikan pada perhitungannya sama dengan cara
perhitungan overburden dengan metode standar. Hasil perhitungan overburden
dengan metode linier adalah 3.400.483,50 BCM
(Tabel 4.4)
59
Tabel 4.4
Hasil Perhitungan Overburden
No. Sayatan Jarak
(m)
Luas Penampang
(m2)
Luas Waste
(m)
Volume
Waste By
Section (m3)
1 A-A' 50 1,007.73 921.42 46,071.00
2 B-B' 50 2,033.80 1,785.18 89,259.00
3 C-C' 50 2,878.71 2,549.19 127,459.50
4 D-D' 50 4,747.43 4,216.16 210,808.00
5 E-E' 50 7,125.63 6,436.72 321,836.00
6 F-F' 50 9,393.57 8,469.08 423,454.00
7 G-G' 50 9,363.15 8,315.95 415,797.50
8 H-H' 50 6,688.80 5,683.01 284,150.50
9 I-I' 50 7,009.84 6,082.57 304,128.50
10 J-J' 50 5,875.62 5,137.74 256,887.00
11 K-K' 50 5,231.96 4,648.44 232,422.00
12 L-L' 50 3,667.62 3,059.21 152,960.50
13 M-M' 50 3,967.99 3,420.08 171,004.00
14 N-N' 50 3,713.71 3,195.68 159,784.00
15 O-O' 50 2,841.93 2,388.53 119,426.50
16 P-P' 50 1,586.88 1,282.80 64,140.00
17 Q-Q' 50 570.99 417.91 20,895.50
Total 68,009.67 3,400,483.50
4.2.3 Perhitungan Nisbah Pengupasan (Stripping Ratio)
Perhitungan nisbah pengupasan (stripping ratio) merupakan
perbandingan antara volume overburden dengan tonase batubara. Perusahaan
menentukan batas nisbah pengupasan adalah 7 (m3) overburden : 1 (ton)
batubara, dengan melakukan perhitungan nisbah pengupasan nantinya dapat
60
dilihat di daerah mana saja yang dapat dilakukan penambangan dengan
ketentuan nisbah pengupasan kurang dari 7:1.
Nilai dari hasil perhitungan dengan metode Cross Section Standard
diperoleh tonase batubara sebesar 619.370,05 ton, sedangkan jumlah volume
overburden dengan metode Cross Section Standard adalah sebesar
3.369.361,50 m3. Perhitungan nisbah pengupasan total adalah sebagai berikut:
SR = 3.369.361,50 m3 : 619.370,05 ton
= 5,44 m3: 1 ton
= 6 : 1 (pembulatan keatas)
Nilai dari hasil perhitungan dengan metode Cross Section Linear
diperoleh tonase batubara sebesar 630.219,85 ton, sedangkan jumlah volume
overburden dengan metode Cross Section Linear adalah sebesar 3.400.483,50
m3. Perhitungan nisbah pengupasan total adalah sebagai berikut:
SR = 3.400.483,50 m3 : 630.219,85 ton
= 5,40 m3: 1 ton
= 6 : 1 (pembulatan keatas)
61
BAB V
ANALISIS DATA
Dari hasil pengolahaan data yang didapatkan analisa data dibuat sesuai dengan
pengolahan data atau hasil dari pengolahan data yang dibandingkan dengan metode
yang berbeda.
5.1 Seam Batubara
Kondisi geologi di area PT. DDU termasuk kedalam kelompok geologi
moderat, hal ini dicirikan dengan kondisi sedimentasi yang bervariasi dengan
adanya perubahan ketebalan dan kemenerusan lapisan batubara. Arah perlapisan
di wilayah eksplorasi pada umumnya berarah timur laut – barat daya dengan
kemiringan batuan berkisar antara 5⁰ sampai 10⁰ kearah tenggara.
Berdasarkan analisa fisik, ketebalan, arah kemenerusan dan logging
geofisika, terdapat 9 seam batubara yang telah dimodelkan, diantaranya seam A20,
A, B70, B60, B50, C, D, E dan F. Persebaran seam batubara dapat dilihat pada
gambar 5.1.
62
Gambar 5.1 Peta Sebaran Seam Batubara
Ketebalan batubara di area PT. DDU cukup bervariasi. Seam B60
memiliki kemenerusan dengan ketebalan yang paling konsisten diantara seam
lainnya. Ketebalan rata-rata seam B60 adalah 2.28 meter. Sedangkan seam yang
memiliki ketebalan paling tipis adalah seam E yakni sekitar 0.32 meter.
Ringkasan ketebalan seam batubara terdapat pada tabel 5.1.
63
Tabel 5.1
Ketebalan Seam Batubara Model PT. DDU
No. Parent
Seam
Splitting
Seam
Jumlah
Titik
Ketebalan
Minimum Maximum Rata-Rata
1 A20 23 0.20 1.06 0.50
2 A20L 31 0.12 0.85 0.38
3 A20U 29 0.15 1.28 0.59
4 A20UL 2 0.37 0.37 0.37
5 A20UU 2 0.25 0.27 0.26
6 A 41 0.33 6.20 2.61
7 AL 25 0.20 4.74 1.41
8 AU 31 0.18 2.27 0.72
9 ALL 6 0.26 0.66 0.46
10 ALU 6 0.17 1.09 0.63
11 B70 24 0.12 3.88 1.02
12 B70L 22 0.18 4.49 2.04
13 B70U 26 0.24 1.71 0.67
14 B70LL 2 0.29 0.42 0.36
15 B70LU 2 1.76 2.71 2.24
16 B60 47 0.39 3.41 2.28
17 B60L 12 0.18 1.12 0.57
18 B60U 12 0.46 1.87 1.02
19 B50 8 0.27 4.65 1.88
20 B50L 30 0.23 2.67 0.88
21 B50U 24 0.23 0.88 0.52
22 B50LL 4 0.25 1.40 0.59
23 B50LU 4 0.23 0.40 0.31
24 B50UL 14 0.30 1.04 0.63
25 B50UU 14 0.18 1.94 0.69
26 C 32 0.12 0.90 0.38
27 CL 2 0.25 0.40 0.33
28 CU 2 0.25 0.30 0.28
29 D 8 0.25 1.42 0.49
30 DL 13 0.16 0.41 0.27
64
31 DU 13 0.24 0.40 0.32
32 E 20 0.18 0.50 0.32
33 EL 2 0.39 0.55 0.47
34 EU 2 0.30 0.35 0.33
35 F 17 0.20 0.60 0.38
Data pengeboran pada daerah seluas 22,53 ha, disusun menurut nomor
seam untuk dimasukkan dalam perangkat komputer menggunakan Excel dan
Minescape untuk memperoleh gridded seam model (GSM) seam A dan seam B60
termasuk ketebalan dan jenis seam batubara tersebut.
66
5.2 Perhitungan Cadangan Batubara dan Overburden
Dalam perhitungan ini digunakan metode cross section dengan dua
pedoman yaitu metode cross section dengan pedoman perubahan bertahap (rule of
gradual change) dan metode cross section dengan pedoman titik terdekat (rule of
nearest point).
a. Perhitungan Cadangan Batubara Metode Cross Section Standar (Rule Of
Gradual Change)
Jumlah sayatan pada perhitungan cadangan ini adalah 17 sayatan
sehingga memiliki 17 penampang. Pada metode cross section standar untuk
dapat menghitung nilai cadangan harus memiliki minimal 2 sayatan penampang
yang masing-masing dihitung luasnya kemudian dijumlahkan dan dibagi dua
lalu dikalikan dengan jarak antar sayatan, sehingga jika dibagi menjadi blok-
blok luas penampang terdapat 16 blok dari 17 sayatan. Jarak antar penampang
adalah 50 m dan asumsi berat jenis batubara yang digunakan adalah 1,3 ton/m3.
Perhitungan cadangan batubara menggunakan perhitungan luas setiap
penampang, sehingga perhitungan ini tergantung pada ketebalan, panjang, masa
jenis batubara disetiap penampang dan jarak interval setiap penampang.
Berdasarkan penjelasan diatas, didaerah penelitian dapat dihitung cadangan
batubara dan didapatkan hasil sebagai berikut (Tabel 5.2 ).
67
Tabel 5.2
Hasil Perhitungan Cadangan Metode Cross Section Standar
No. Sayatan
Luas Coal Seam / Section
m² Jarak (m)
Densitas (kg/m)
Tonnage (ton) B60
(m) A (m)
Total
Coal (m2)
1 A-A' 86.31 86.31
50 1.3 10,885.23 B-B' 248.62 248.62
2 B-B' 248.62 248.62
50 1.3 18,789.55 C-C' 329.52 329.52
3 C-C' 329.52 329.52
50 1.3 26,055.58 D-D' 472.19 472.19
4 D-D' 472.19 59.08 531.27
50 1.3 39,655.85 E-E' 559.60 129.31 688.91
5 E-E' 559.60 129.31 688.91
50 1.3 52,435.50 F-F' 730.11 194.38 924.49
6 F-F' 730.11 194.38 924.49
50 1.3 64,079.93 G-G' 770.56 276.64 1047.20
7 G-G' 770.56 276.64 1047.20
50 1.3 66,722.18 H-H' 767.85 237.94 1005.79
8 H-H' 767.85 237.94 1005.79
50 1.3 62,824.45 I-I' 720.42 206.85 927.27
9 I-I' 720.42 206.85 927.27
50 1.3 54,117.38 J-J' 595.79 142.09 737.88
10 J-J' 595.79 142.09 737.88
50 1.3 42,945.50 K-K' 548.15 35.37 583.52
11 K-K' 548.15 548.15
50 1.3 37,588.20 L-L' 608.41 608.41
12 L-L' 608.41 608.41
50 1.3 37,580.40 M-M' 547.91 547.91
13 M-M' 547.91 547.91
50 1.3 34,643.05 N-N' 518.03 518.03
14 N-N' 518.03 518.03
50 1.3 31,571.48 O-O' 453.40 453.40
15 O-O' 453.40 453.40
50 1.3 24,618.10 P-P' 304.08 304.08
16 P-P' 304.08 304.08
50 1.3 14,857.70 Q-Q' 153.08 153.08
Total 619,370.05
68
b. Perhitungan Cadangan Batubara Metode Linear (Rule of Nearest Point)
Perhitungan cadangan menggunakan metode ini adalah dengan cara
menentukan antar sayatan-sayatan terdekat, kemudian membagi jarak antar
sayatan tersebut sama besar, sehingga tiap-tiap sayatan menjadi suatu blok yang
berdiri sendiri, sehingga dari 17 sayatan terdapat 17 blok yang dihitung luasnya,
inilah faktor yang membedakan antaracross section standard dengan cross
section linear ( Tabel 5.3).
Perhitungan cadangan batubara menggunakan perhitungan luas setiap
penampang, sehingga perhitungan ini tergantung pada ketebalan, panjang,
massa jenis batubara disetiap penampang dan jarak interval setiap penampang.
Berdasarkan penjelasan diatas, didaerah penelitian dapat dihitung cadangan
batubara.
69
Tabel 5.3
Hasil Perhitungan Cadangan Metode Cross Section Linear
No. Sayatan
Luas Coal Seam / Section m² Jarak
(m)
Densitas
(kg/m)
Tonnage
(ton) B60
(m)
A
(m)
Total Coal
(m2)
1 A-A' 86.31 86.31 50 1.3 5,610.15
2 B-B' 248.62 248.62 50 1.3 16,160.30
3 C-C' 329.52 329.52 50 1.3 21,418.80
4 D-D' 472.19 59.08 531.27 50 1.3 34,532.55
5 E-E' 559.60 129.31 688.91 50 1.3 44,779.15
6 F-F' 730.11 194.38 924.49 50 1.3 60,091.85
7 G-G' 770.56 276.64 1047.20 50 1.3 68,068.00
8 H-H' 767.85 237.94 1005.79 50 1.3 65,376.35
9 I-I' 720.42 206.85 927.27 50 1.3 60,272.55
10 J-J' 595.79 142.09 737.88 50 1.3 47,962.20
11 K-K' 548.15 35.37 583.52 50 1.3 37,928.80
12 L-L' 608.41 608.41 50 1.3 39,546.65
13 M-M' 547.91 547.91 50 1.3 13
14 N-N' 518.03 518.03 50 1.3 14
15 O-O' 453.40 453.40 50 1.3 15
16 P-P' 304.08 304.08 50 1.3 16
17 Q-Q' 153.08 153.08 50 1.3 17
Total 630,219.85
c. Perhitungan Overburden dengan Metode Standar (The Rule Of Gradual
Change)
Tahapan perhitungan cadangan dengan metode standar, bedanya pada
overburden tidak perlu dilakukan perhitungan tonasenya. Hasil perhitungan
overburden dengan metode standar adalah 3.369.361,50BCM. (Tabel 5.4)
70
Perlu diperhatikan pada penambangan batubara dapat dilakukan dengan
multi seam dan single seam, jadi dalam penentuan luasan overburden harus
sangat diperhatikan jangan sampai luasan yang berada diantara dua seam atau
lebih menjadi tidak terhitung.
Tabel 5.4
Hasil Perhitungan Overburden
No Sayatan Jarak
(m)
Luas Penampang
(m2)
Luas Waste
(m)
Volume
Waste By
Section (m3)
1 A-A'
50 1,007.73 921.42
67,665.00 B-B' 2,033.80 1,785.18
2 B-B'
50 2,033.80 1,785.18
108,359.25 C-C' 2878.71 2,549.19
3 C-C'
50 2878.71 2,549.19
170,610.75 D-D' 4747.43 4,275.24
4 D-D'
50 4747.43 4,216.16
266,322.00 E-E' 7125.63 6,436.72
5 E-E'
50 7125.63 6,436.72
372,645.00 F-F' 9393.57 8,469.08
6 F-F'
50 9393.57 8,469.08
419,625.75 G-G' 9363.15 8,315.95
7 G-G'
50 9363.15 8,315.95
349,974.00 H-H' 6688.80 5,683.01
8 H-H'
50 6688.80 5,683.01
294,139.50 I-I' 7009.84 6,082.57
9 I-I'
50 7009.84 6,082.57
280,507.75 J-J' 5875.62 5,137.74
10 J-J'
50 5875.62 5,137.74
244,654.50 K-K' 5231.96 4,648.44
11 K-K' 50 5231.96 4,683.81 193,575.50
71
L-L' 3667.62 3,059.21
12 L-L'
50 3667.62 3,059.21
161,982.25 M-M' 3967.99 3,420.08
13 M-M'
50 3967.99 3,420.08
165,394.00 N-N' 3713.71 3,195.68
14 N-N'
50 3713.71 3,195.68
139,605.25 O-O' 2841.93 2,388.53
15 O-O'
50 2841.93 2,388.53
91,783.25 P-P' 1586.88 1,282.80
16 P-P'
50 1586.88 1,282.80
42,517.75 Q-Q' 570.99 417.91
Total 44,518.36 3,369,361.50
d. Perhitungan Overburden dengan Metode Linier(The Rule Of Nearest Point)
Tahapan perhitungan overburden dengan metode linier sama dengan
tahapan perhitungan cadangan dengan metode linier, sedangkan prinsip dan hal
– hal yang perlu diperhatikan pada perhitungannya sama dengan cara
perhitungan overburdendengan metode standar. Hasil perhitungan overburden
dengan metode linier adalah 3.400.483,50BCM
(Tabel 5.5)
72
Tabel 5.5
Hasil Perhitungan Overburden
No. Sayatan Jarak
(m)
Luas
Penampang
(m2)
Luas
Waste
(m)
Volume
Waste By
Section (m3)
1 A-A' 50 1,007.73 921.42 46,071.00
2 B-B' 50 2,033.80 1,785.18 89,259.00
3 C-C' 50 2,878.71 2,549.19 127,459.50
4 D-D' 50 4,747.43 4,216.16 210,808.00
5 E-E' 50 7,125.63 6,436.72 321,836.00
6 F-F' 50 9,393.57 8,469.08 423,454.00
7 G-G' 50 9,363.15 8,315.95 415,797.50
8 H-H' 50 6,688.80 5,683.01 284,150.50
9 I-I' 50 7,009.84 6,082.57 304,128.50
10 J-J' 50 5,875.62 5,137.74 256,887.00
11 K-K' 50 5,231.96 4,648.44 232,422.00
12 L-L' 50 3,667.62 3,059.21 152,960.50
13 M-M' 50 3,967.99 3,420.08 171,004.00
14 N-N' 50 3,713.71 3,195.68 159,784.00
15 O-O' 50 2,841.93 2,388.53 119,426.50
16 P-P' 50 1,586.88 1,282.80 64,140.00
17 Q-Q' 50 570.99 417.91 20,895.50
Total 68,009.67 3,400,483.50
5.3 Perhitungan Nisbah Pengupasan ( Stripping Ratio)
Perhitungan nisbah pengupasan (stripping ratio) merupakan perbandingan
antara volume overburden dengan tonase batubara. Perusahaan menentukan batas
nisbah pengupasan adalah 7 (m3) overburden : 1 (ton) batubara, dengan melakukan
73
perhitungan nisbah pengupasan nantinya dapat dilihat di daerah mana saja yang
dapat dilakukan penambangan dengan ketentuan nisbah pengupasan kurang dari
7:1.
Nilai dari hasil perhitungan dengan metode Cross Section Standard
diperoleh tonase batubara sebesar 619.370,05 ton, sedangkan jumlah volume
overburden dengan metode Cross Section Standard adalah sebesar 3.369.361,50
m3. Perhitungan nisbah pengupasan total adalah sebagai berikut:
SR = 3.369.361,50 m3 : 619.370,05 ton
= 5,44 m3: 1 ton
= 6 : 1 (pembulatan keatas)
Nilai dari hasil perhitungan dengan metode Cross Section Linear diperoleh
tonase batubara sebesar 630.219,85 ton, sedangkan jumlah volume overburden
dengan metode Cross Section Linear adalah sebesar 3.400.483,50 m3. Perhitungan
nisbah pengupasan total adalah sebagai berikut:
SR = 3.400.483,50 m3 : 630.219,85 ton
= 5,40 m3: 1 ton
= 6 : 1 (pembulatan keatas)
Selisih tersebut didapat karena adanya perbedaan metode dan pendekatan
dalam perhitungan luas penampang rata-rata.
74
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Hasil pembahasan yang didapatkan dari pengolahan data PT.
Dutadharma Utama, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengambilan data dilakukan pada PIT 1 block B yang terdapat di lokasi PT.
Dutadharama Utama. Data pengeboran pada daerah seluas 22,53 ha. Jumlah
dari keseluruhan lubang bor pada daerah penelitian yaitu 16 lubang bor.
Kegiatan pemboran menghasilkan 9 seam batubara diantaranya seam A20, A,
B70, B60, B50, C, D, E dan F dengan arah perlapisan berarah timur laut – barat
daya, kemiringan (dip) antara 5⁰ sampai 10⁰. Ketebalan rata-rata seam adalah
2.28 meter (B60) dan 7 meter overburden.
2. Nilai dari hasil perhitungan dengan metode Cross Section Standard diperoleh
tonase batubara sebesar 619.370,05 ton. Nilai dari hasil perhitungan dengan
metode Cross Section Linear diperoleh tonase batubara sebesar 630.219,85 ton.
Jumlah volume overburden dengan metode Cross Section Standard adalah
sebesar 3.369.361,50 m3. Jumlah volume overburden dengan metode Cross
Section Linear adalah sebesar 3.400.483,50 m3.
75
3. Nilai stripping ratio batubara dan overburden dengan metode Cross Section
Standard adalah : 1. Nilai stripping ratio batubara dan overburden dengan
metode Cross Section Linear sebagai berikut 6 : 1.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan yang dilakukan, maka
dapat diberikan saran adalah perlunya dilakukan kajian selanjutnya untuk
menghitung cadangan batubara.
76
DAFTAR PUSTAKA
Anggayana, 2002. Genesa Batubara. Departemen Teknik Pertambangan Fakultas
Ilmu Kebumiandan Teknologi Mineral, Institut Teknologi Bandung,
Bandung.
Byma Bryanco, Dedi Yulhendra, Adree Octova, 2016. Skripsi, Estimasi Sumberdaya
Batubara Menggunakan Metode Penampang dan Geostatistik Pada Area
DDU Blok Timur Site Sungai Cuka, Kecamatan Kintap, Kabupaten
Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan, Bina Tambang, Kalimantan
Selatan.
Dewanto, O, 2009. Well Logging Vol-6 Diktat, Universitas Lampung, Lampung.
E. Susanto, 1994. Urutan Stratigrafi Daerah Penyelidikan Sesuai Peta Geologi
Skala 1:250.000 Lembar, Banjarmasin.
Irwandi Arif, 2014. Batubara Indonesia PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kantjojo, 2009. Metodologi Penelitian, Kediri.
Larry Thomas,1994. Coal Geology, 2nd edition, USA: ohn Wiley & Sons Ltd, Amerika
Serikat.
Mahrunzen, Machali Muchsin A, Usman Nasrudin Dudi, 2014. Estimasi Sumberdaya
Batubara Untuk Rencana Kegiatan Penambangan Batubara di PT. Mega
Surya Jaya Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi
Kalimantan Selatan, ISSN: 2460-6499, Kalimantan Selatan.
PT. Dutadharma Utama, 2016. Laporan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya Izin
Usaha Pertambangan (IUP) Periode Tahun 2018 s/d 2020. Kalimantan
Selatan.
PT. Dutadharma Utama, 2019. Laporan Eksplorasi PT. Dutadharma Utama,
Kalimantan Selatan.
Rahim, Ibrahim, Nurlina, 2015. Intepretasi Sebaran Batubara Dan Analisis
Korelasi Antara Log Densitas Dengan Kualitas Batubara Di Daerah
Gunung Mas, Jurnal Fisika Flux, Vol. 12 No. 1. Universitas Lambung
Mangkurat, Program Studi Fisika FMIPA, Kalimantan Selatan.
77
Rauf Abdu, 1998. Diktat Kuliah Perhitungan Cadangan Endapan Mineral, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Universitas Pembangunan Nasional, Yogyakarta.
Rider, M. 1996. The Geological Interpretation of Well Logs 2nd Edition, Malta:
Interprint Ltd.
Riko Ervil, 2016. Buku Panduan Penulisan dan Ujian Skripsi, Sekolah Tinggi
Teknologi Industri STTIND Padang, Padang.
Saputra N, Dr.Ir. Winarno Eddy MT, Ir. Hariyanto R. MT, 2013. Estimasi Cadangan
Batubara Menggunakan Metode Cross Section Pada Daerah Rencana
Penambangan Pit F Blok III, Site Air Kotok, PT. Ratu Samban Mining,
Kabupaten Bengkulu Tengah, Bengkulu.
Sikumbang. N, Heriyanto. R, 1994. Geological Map Of The Banjarmasin Sheet,
SNIKlasifikasi Sumber Daya dan Cadangan Batubara, Kalimantan.
SNI, 1998. Klasifikasi Sumber Daya dan Cadangan Batubara, Amandemen 1.
SNI, 1999. Klarifikasi Sumber Daya dan Cadangan Batubara.
SNI, 2003. Kompetensi Tenaga Kerja Teknik Khusus Geologi – Bagian 3, Teknisi
Pengeboran Geologi.
Sutrisno hadi, 1995. Penelitian Ini Digolongkan Menurut Pemakaiannya Yaitu
Penelitian Penerapan yang Lebih Berorientasi Pada Pemenuhan
Kebutuhan.
Tim Kajian Batubara Nasional, 2006. Batubara Indonesia, Pusat Litbang Teknologi
Mineral dan Batubara, Jakarta.
Wiradana Bayu Gede, 2014. Estimasi Cadangan Batubara Menggunakan
Penampang Tegak Pada PT. Taido Borneo Bersama, Desa Tungkaran
Pangeran, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan,
Kalimantan Selatan.
92
Gambar F.6 Kegiatan Pengambilan Sampel Batubara
Gambar F.7 Foto Bersama Anggota Karyawan PT. Dutadharma Utama