1
BAB I
PENDAHULUAN
Secara geografis Indonesia terletak berdekatan
dengan Australia. Hal ini membuat kedua negara mau
tidak mau sering terlibat dalam berbagai interaksi baik
sosial maupun politik. Dampaknya, kedua negara ini
membentuk sebuah hubungan ketergantungan yang saling
mempengaruhi keadaan masing-masing negara. Keadaan
geografis seperti itu membuat kedua negara dituntut
untuk membangun sebuah relasi yang baik demi menjaga
kestabilan kawasan mereka.
Namun dalam perkembangannya hubungan itu tidak
selalu berjalan dengan baik. Perbedaan budaya serta
kebijakan dalam dan luar negeri membuat hubungan kedua
negara menjadi tidak sehat. Tercatat beberapa konflik
dan persilangan pendapat sering terjadi di antara kedua
negara.
Melihat perkembangan yang terjadi di antara kedua
negara yang notabene bertetangga, akan diulas lebih
dalam hubungan Indonesia – Australia. Bagaimana cara
kedua negara mengatasi perbedaan-perbedaan tersebut dan
menciptakan sebuah hubungan yang baik. Makalah ini akan
membahas sejarah perkembangan hubungan Indonesia –
Australia, konflik-konflik yang pernah terjadi antara
keduanya, usaha mereka dalam memperbaiki hubungan
2
kerjasamanya, dan implikasi hubungan Indonesia –
Australia terhadap Indonesia.
I.1. Hubungan Diplomatik Indonesia – Australia
I.1.1. Sejarah Perkembangan Hubungan Diplomatik
antara Indonesia – Australia
Indonesia adalah tetangga Australia yang
terdekat. Hubungan antara kedua negara ini
mempunyai sejarah yang panjang. Persamaan antara
hewan dan tanaman yang ada di Australia, Irian
Jaya, Nusa Tenggara dan Sulawesi merupakan bukti
adanya hubungan tersebut. Juga terdapat hubungan
sosial dan budaya. Cerita mengenai hubungan ini
sudah lama dimulai dalam sejarah manusia. Namun
sulit untuk mengatakan kapan tepatnya hubungan
antara Australia – Indonesia itu dimulai.
Hubungan paling awal yang dicatat sejarah
tentang kerjasama Indonesia – Australia dimulai
bahkan jauh sejak sebelum adanya bangsa Eropa di
Australia, hubungan ini dimulai dengan nelayan-
nelayan dari Bugis dan Makassar yang secara
teratur berlayar ke perairan Australia untuk
mencari ikan Teripang. Pelayaran ini kemungkinan
dilakukan pada waktu kekuasaan kerajaan Gowa di
Makassar sekitar tahun 1720-an. Para pelaut
Makassar dan Bugis menyebut tanah Arnhem (salah
3
satu dari lima region atau wilayah utara Australia
dibawah administrasi Northern Territory Australia) dengan
sebutan Marege dan bagian daerah barat laut
Australia, Kayu Jawa.
Para nelayan ikan Teripang ini membangun
rumah-rumah sementara, menggali sumur dan menanam
pohon-pohon asam di tanah Australia ini. Hutan
kecil pohon asam tersebut masih ada sampai saat
ini. Banyak orang-orang Aborijin yang bekerja
untuk para nelayan Teripang tersebut, mempelajari
bahasa mereka, menggunakan kebiasaan menghisap
tembakau, membuat gambar perahu, mempelajari
tarian mereka dan meminjam beberapa kisah yang
mereka ceritakan.
Gambar 1Lukisan perahu Makassar di atas batu oleh suku Aborijin yang
diambil dari Groote Eylandt (sumber: www.dfat.gov.au)
4
Bahkan ada beberapa orang Aborijin yang juga
ikut berlayar dengan para nelayan itu pada saat
mereka pulang ke Sulawesi, dan kembali ke Austalia
pada musim monsun (awal musim hujan sekitar bulan
Desember) berikutnya, dan beberapa di antaranya
ada yang menetap di Sulawesi. Pengaruh orang Bugis
dan Makasar masih dapat dilihat dalam bahasa dan
kebiasaan yang digunakan oleh orang-orang tersebut
pada saat ini.
Hingga saat ini para nelayan tradisional
Indonesia masih terus mengunjungi perairan
Australia. Mereka mencari ikan di sekitar karang
dan kepulauan yang terletak di antara Australia
dan Indonesia. Meskipun perairan ini milik
Australia para nelayan Indonesia ini diberi hak
untuk mencari ikan disana asal dengan syarat
mereka menggunakan perahu layar tradisional dan
teknik-teknik mencari ikan secara tradisional.
I.1.2. Perkembangan Hubungan Diplomatik antara
Indonesia – Australia pada Masa Kolonial
Tahun 1788 sampai dengan tahun 1901 merupakan
zaman penjajahan Inggris. Negara-negara bagian di
Australia diperintah oleh para gubernur yang
ditunjuk oleh pemerintah Inggris. Pada saat itu,
Indonesia berada di bawah jajahan Belanda.
5
Hubungan antara Australia dan Indonesia
dikendalikan oleh Inggris dan Belanda.
Sejak tahun 1790 dan seterusnya, Belanda dan
Inggris memperluas perdagangan mereka di seluruh
dunia. Mulailah berkembang jalur palayaran tetap
antara Australia dan Indonesia, ini bisa dibilang
awal mula hubungan Indonesia dengan bangsa Eropa
di Australia.
Pemukiman Eropa yang pertama di Australia
adalah di kawasan yang kemudian disebut Sydney.
Persediaan makanan merupakan hal yang penting bagi
kelangsungan hidup para pemukim pertama ini. Pada
tahun-tahun pertama pemukiman, para pemukim
bergantung kepada persediaan makanan yang dibawa
dari Eropa melalui perahu layar. Pada saat itu
persediaan makanan seringkali dibawa dari Jawa.
Oleh karena itu, mulailah terjadi hubungan terawal
antara orang Eropa di Australia dengan pulau-pulau
di Indonesia.
Kapal pertama yang datang di Sydney dari
Indonesia adalah kapal Waaksamheyd pada tahun
1790. Kapal itu membawa persediaan makanan dari
Batavia (nama Jakarta pada saat itu). Persediaan
makanan itu mencakup:
171 ton daging sapi
172 ton daging babi
6
39 ton tepung
4.500 kg gula
31.000 kg beras
Pada pelayaran pertama yang dilakukan oleh
Waaksamsheyd ke Sydney ini, banyak awak kapal
Indonesia yang terkena sakit demam, dan 16 di
antaranya meninggal. Pelayaran perdagangan ini
sulit dan berbahaya. Banyak kapal Belanda yang
juga terdampar di sepanjang garis pantai barat di
Australia pada perjalanan mereka dari Eropa ke
Batavia.
Pada masa-masa kolonialisme kedua negera,
perdagangan Teripang berlanjut selama abad ke-19,
yang bebas dari pengendalian Inggris maupun
Belanda. Ikan, tiram mutiara, kerang jenis trokus,
kura-kura, dan kayu dalam jumlah terbatas juga
telah dikumpulkan oleh para nelayan Indonesia
tersebut.
Para pemukim Eropa di Australia Utara
mengimpor ternak banteng dari Indonesia dan mereka
mencoba membuat industri daging sapi. Usaha ini
tidak berhasil. Kemudian kerbau diimpor juga.
Kedua jenis hewan ini sekarang masih ada di
Australia bagian utara.
7
I.1.3. Perkembangan Hubungan Diplomatik Indonesia
– Australia pada Masa Pra-Kemerdekaan dan Pasca
Kemerdekaan
Ketika bangsa Jepang menjajah Indonesia pada
tahun 1942, dibentuklah pemerintahan Kolonial
Belanda dalam pengasingan di Australia. Sebagai
anggota tentara Sekutu, Belanda dan
pemerintahannya yang dalam pengasingan tersebut
mendapatkan kekuasaan ekstra teritorial serta
dibantu oleh pemerintah Australia.
Oleh karena adanya penjajahan Jepang
tersebut, banyak pengungsi Indonesia yang
berkumpul di Australia. Di antara pengungsi ini
ada pelaut dan pramugara Indonesia dari kapal-
kapal Belanda, dan ada juga tentara Indonesia dari
angkatan bersenjata Belanda, serta petugas dan
pegawai kesehatan.
Pada tahun 1943 Belanda mengangkut 500 orang
lebih ke Australia, baik pria, wanita dan anak-
anak, dari perkampungan tawanan di Tanah Merah.
Juga, Belanda bermaksud untuk mengasingkan para
tawanan ini di Australia.
Para tawanan ini berhasil menyampaikan surat
kepada seorang Australia pekerja pelabuhan dan
kemudian juga kepada seorang pegawai kereta api.
Surat-surat ini berisi penjelasan mengenai maksud
8
Belanda tersebut di atas dan mereka meminta
bantuan kepada masyarakat Australia. Tanggapan
terhadap surat ini cepat dan kuat. Serikat Buruh
Australia melakukan kampanye secara bersemangat
dan berhasil membebaskan para tawanan ini.
Mereka juga membantu orang-orang Indonesia
yang terdampar di Australia akibat Perang Dunia,
untuk mengatur pemberian dukungan bagi negaranya.
Sesudah Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada
tanggal 17 Agustus 1945, semakin bersemangatlah
kampanye yang dilakukan oleh Serikat Buruh di
Australia. Serikat Buruh tersebut menekan
Pemerintah Australia agar mendukung perjuangan
kemerdekaan Indonesia. Australia merupakan salah
satu dari negara-negara yang pertama mengakui hak
Indonesia untuk merdeka.
Usaha-usaha Pemerintah Belanda untuk
meneguhkan kembali kendali kolonialnya di
Indonesia di antara tahun 1945 dan 1949 benar-
benar dihalangi oleh Serikat Buruh dan oleh
Pemerintah Australia yang waktu itu dikuasai
Partai Buruh. Kapal-kapal Belanda tidak diberi
bahan bakar, dan para pekerja pelabuhan tidak mau
menaikkan muatan bahan persediaan ke atas kapal
Belanda.
9
Gambar 2Demonstrasi di Australia untuk mendukung Kemerdekaan Indonesia
pada tahun 1945
Pada bulan Oktober 1945, Pemerintah Indonesia
mulai memulangkan orang-orang Indonesia ke
beberapa daerah di Indonesia yang dikuasai oleh
tentara Republik, meskipun usaha ini ditentang
oleh Belanda.
Australia membantu para pejuang nasionalis
Indonesia dalam perjuangan mereka mencapai
kemerdekaan. Pada tahun 1947, Indonesia meminta
Australia untuk mewakili Indonesia dalam Komisi
Tiga Negara yang diusahakan oleh Perserikatan
Bangsa-bangsa (PBB). Australia mewakili Indonesia
dalam perundingan-perundingan yang menuju ke
10
pengakuan Belanda terhadap Indonesia pada tahun
1949. Australia juga mensponsori masuknya
Indonesia ke PBB pada tahun 1950.
Hubungan antara Indonesia dengan Australia
pada tahun 1945-1950 bisa dikatakan sangat kuat.
Pada saat itu, Australia mendukung gerakan
kemerdekaan Indonesia. Pada awal usaha mendapatkan
pengakuan kedaulatan dari Belanda melalui
perundingan yang dirangkum dalam perwakilan tiga
negara, Indonesia menunjuk Australia sebagai
mediator dalam perundingan.
Perjalanan hubungan Indonesia dan Australia
pertama kali ditandai pada masa perjuangan
Indonesia untuk kemerdekaan. Pada masa
kepresidenan Soekarno, Indonesia menjalankan
politik luar negeri yang militan dalam usaha
menggalakkan kampanye pembebasan Irian Barat,
hubungan diplomatik keduanya pun dinilai dingin
(Suryadinata, 1998: 115).
Pada tahun 1949, terjadi pengakuan kedaulatan
Indonesia oleh Belanda. Akan tetapi muncul isu
Belanda tidak berniat melepaskan Irian Barat.
Sebaliknya pada saat itu, presiden Soekarno
bersikeras ingin menjadikan Irian Barat masuk
dalam Indonesia karena Irian Barat bekas jajahan
Belanda. Pada poin ini, hubungan antara Indonesia
11
dengan Australia merenggang karena Australia
mendukung Belanda. Australia dibawah pemerintahan
Menzies Australia melihat tindakan Soekarno
sebagai ekspansi teritori yang dikawatirkan
menjadi ancaman keamanan Australia (Suryadinata,
1998).
Pada tahun 1961, sikap Australia terhadap
Indonesia perlahan-lahan melunak. Bila terjadi
perjanjian yang damai dan sah antara Indonesia
dengan belanda tentang masa depan Irian Barat,
maka Australia akan menyetujui keputusan tersebut.
Kemudian pada tahun itu pula menteri luar negeri
Australia Barwick menyatakan bahwa tidak ada
alasan bagi Australia untuk takut terhadap klaim
Indonesia atas irian Barat. Barwick juga mengubah
haluan Australia yang kemudian mendukung Indonesia
asal semua berjalan dengan damai. Menzies sepakat
dengan Barwick dan setuju atas kontrol Indonesia
terhadap Irian Barat walaupun banyak dikritk oleh
opini publik. Pertimbangan Australia mendukung
Indonesia adalah karena kerjasama dengan Indonesia
akan lebih menguntungkan dari pada dengan Belanda,
Australia ingin menghindari peperangan dengan
negara tetangga terdekat dan mispersepsi tentang
Indonesia.
12
Australia dan Indonesia tetap menjaga
hubungan baik sejak saat itu. Kedua negara saling
bertukar duta besar, duta besar Australia di
Indonesia terletak di komplek HR. Rasuna Said,
Jakarta Selatan, sedangkan duta besar Indonesia di
Austalia terletak di Yarralumla, Canbera. Namun,
terdapat juga beberapa perbedaan pendapat yang
menyebabkan kondisi hubungan kerjasama Indonesia –
Australia juga mengalami pasang surut. Salah satu
perbedaan tersebut berkenaan dengan perselisihan
yang terjadi antara pemerintah Indonesia dan
Belanda atas Nugini Barat (Irian Jaya dan kemudian
menjadi Papua sekarang) dan konfrontasi dengan
Malaysia pada sekitar tahun 1960-an serta yang
terakhir isu penyadapan oleh Australia terhadap
tokoh pemimpin di Indonesia baru-baru ini.
I.1.4. Konflik Irian Jaya/Papua
Antara tahun 1959 dan tahun 1962 pemerintah
Australia berpihak kepada pemerintah Belanda
selama perjuangan Indonesia menentang pemerintahan
Belanda di Irian Barat. Pada saat itu Partai
Komunis Indonesia mulai berpengaruh dan ada
kekhawatiran di Australia mengenai pengaruh itu.
Dikhawatirkan bahwa integrasi daerah jajahan
Belanda yang dulu disebut Nugini Barat itu dengan
13
Indonesia akan memperluas pengaruh komunisme.
Masalah tersebut di atas menimbulkan
ketegangan terhadap hubungan antara Australia dan
Indonesia. Akhirnya dirundingkanlah penyelesaian
pada tahun 1962, dengan bantuan PBB, dan Irian
Jaya menjadi propinsi Indonesia yang ke-26.
Sejak tahun 1962, Australia telah mengakui
Irian Jaya (yang sejak awal tahun 2002 disebut
Papua) sebagai bagian integral dari Republik
Indonesia.
I.1.5. Perseteruan antara Indonesia dengan
Australia
Dalam periode tahun 1963 hingga 1965 terjadi
konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia.
Australia dan Indonesia mempunyai pandangan yang
berlainan mengenai pembentukan negara Malaysia.
Daerah bekas jajahan Inggris ini meliputi Malaya,
Sarawak, Sabah, dan Singapura. Namun, pada tahun
1965 Singapura keluar dari Malaysia.
Sebagai sebuah negara Persemakmuran, Malaysia
mempunyai kaitan yang penting dalam hubungan
militer dan pendidikan dengan Australia. Angkatan
Bersenjata Australia sebelumnya telah membantu
tentara Malaysia dan Inggris dalam perjuangannya
14
melawan gerilya komunis yang aktif di Malaysia.
Pemerintah Indonesia di bawah Presiden Soekarno
waktu itu menyebut Malaysia sebagai rezim ciptaan
neo-kolonialis dan menganggapnya ancaman bagi
Indonesia.
Australia waktu itu terus mendukung Malaysia
dan semakin mengkhawatirkan perkembangan komunisme
di Indonesia. Australia juga mengkhawatirkan
adanya pendekatan konfrontasi yang digunakan
Indonesia untuk menghadapi Malaysia. Akhirnya
tentara Australia, yang mendukung Pemerintah
Malaysia, terlibat dalam pertempuran dengan
tentara Indonesia di Borneo (sekarang Kalimantan).
Masalah tersebut di atas terpecahkan dengan
adanya kudeta yang gagal di Indonesia pada tahun
1965, dan dengan diangkatnya President Soeharto
sebagai pemimpin. Sesudah tahun 1965 hubungan
antara Australia-Indonesia mulai berkembang lagi,
dan menjelang tahun 1967 Australia memberikan dana
bantuan untuk membantu membangun kembali ekonomi
Indonesia.
I.1.6. Hubungan Diplomatik Indonesia – Australia
sesudah tahun 1966
Masa Pemerintahan Orde Baru di Indonesia
merupakan suatu masa berkembangnya hubungan antara
15
Australia – Indonesia. Hubungan kita telah
berkembang semakin luas dan semakin dalam.
a. Wisatawan Australia memilih Indonesia
Sejak awal 1970-an Indonesia telah menjadi
tujuan utama wisata bagi orang Australia.
Penerbangan Garuda, Qantas, Sempati dan Merpati
mengangkut penumpang dari Australia ke
Indonesia dan sebaliknya. Australia telah
menjadi sumber wisatawan yang penting bagi
Indonesia. Bali merupakan propinsi yang paling
dikenal. Ada sebuah lagu populer di Australia
berjudul "I've been to Bali too" (Saya juga
pernah ke Bali).
Sekarang, orang Australia mulai tertarik
mengunjungi daerah-daerah lain di Indonesia.
Semakin banyak yang mulai mengunjungi kota-
kota, seperti Jakarta, Medan, Yogyakarta,
Surabaya, Ujung Pandang dan Kupang, selain
Denpasar. Kepariwisataan telah menjadi cara
yang penting untuk meningkatkan pengetahuan
orang Australia tentang bahasa dan budaya
Indonesia.
b. Integrasi Timor-Timur
Peristiwa-peristiwa sekitar integrasi
16
Timor Timur dengan Indonesia pada tahun 1976
telah ikut memegang peranan dalam hubungan
Australia-Indonesia. Sesudah Portugis
meninggalkan bekas daerah jajahannya tersebut
di tahun 1975, terjadi perselisihan di antara
berbagai kelompok politik di Timor Timur.
Angkatan bersenjata Indonesia memasuki Timor
Timur pada bulan Desember 1975 dan kawasan ini
menjadi satu dengan Republik Indonesia di tahun
1976. Hal ini menyebabkan perdebatan di
Australia. Di samping itu, kematian lima
wartawan Australia di Timor Timur di tahun 1975
telah menjadi perhatian masyarakat Australia
dan media. Australia mengakui kedaulatan
Indonesia atas Timor Timur secara de jure tahun
1979.
c. Kemerdekaan bagi Timor Timur
Dinamika politik dalam negeri Indonesia
telah berubah secara dramatis dengan jatuhnya
Pemerintahan mantan Presiden Soeharto. Di bulan
Januari 1999, diumumkan bahwa Indonesia akan
menawarkan otonomi kepada Timor Timur. Jika
rakyat Timor Timur menolak tawaran ini, maka
Indonesia akan menerima pemisahan diri Timor
Timur dari Republik Indonesia. Pada tanggal 5
17
Mei 1999, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),
Indonesia dan Portugis menandatangani
Perjanjian Tripartit yang menyatakan bahwa PBB
akan menyelenggarakan jajak pendapat di Timor
Timur. Rakyat diminta memilih apakah Timor
Timur tetap menjadi bagian dari Indonesia
ataukah Timor Timur menjadi negara merdeka.
Pada tanggal 30 Agustus 1999, rakyat Timor
Timur memilih merdeka (78.5%).
Pengumuman hasil pemilihan umum tersebut
diikuti dengan kekerasan yang meluas oleh
unsur-unsur pro-integrasi. Australia memainkan
peranan pokok dalam memobilisasi tanggapan
internasional terhadap krisis kemanusiaan yang
membayang nyata. Jakarta menyetujui
keterlibatan angkatan internasional pemilihara
keamanan di kawasan ini. Australia diminta oleh
PBB untuk memimpin angkatan tersebut, dan
menerima tugas ini. Kekuatan internasional di
Timor Timur atauInternational Force in East
Timor (disingkat INTERFET) telah berhasil
dikirim ke Timor Timur dan menjalankan tugasnya
untuk mengembalikan perdamaian dan keamanan di
kawasan tersebut. Pada tanggal 20 Oktober,
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) mencabut
keputusan penyatuan Timor Timur dengan
18
Indonesia.
Peristiwa-peristiwa ini telah menimbulkan
ketegangan dalam hubungan Australia-Indonesia
dalam jangka pendek tersebut. Namun, kedua
negara telah sepakat untuk memandang ke depan,
bukan ke belakang, disertai semangat yang
positif, dan keduanya sepakat untuk membangun
hubungan yang saling menguntungkan.
d. Kerjasama semakin meningkat
Kerja sama antara Pemerintah Australia-
Indonesia dan hubungan antara kedua bangsa
telah semakin meningkat. Pemerintah kedua
negara bekerja keras untuk membina saling
pengertian antara bangsa Indonesia dan
Australia. Sehubungan dengan hal tersebut,
sedang dikembangkan hubungan yang lebih akrab
dalam perniagaan, politik, pendidikan,
kesenian, media dan komunikasi, olahraga dan
profesi.
e. Kerjasama Kawasan Celah Timor
Salah satu perkembangan yang penting dalam
hubungan Australia-Indonesia adalah
ditandatanganinya Perjanjian Celah Timor pada
tahun 1989. Perjanjian tersebut adalah mengenai
19
pemanfaatan bersama minyak/gas alam di Laut
Timor pada perbatasan Timor Timur dan
Australia. Perjanjian yang dibicarakan antara
Indonesia dan Australia tersebut digantikan
dengan perjanjian baru yang ditandatangani oleh
Australia dan Timor Timur sesudah kawasan ini
mencapai kemerdekaannya.
Gambar 3Kawasan Kerjasama
f. Lembaga Australia-Indonesia
Lembaga Australia-Indonesia didirikan pada
tahun 1989.
Lembaga ini bertujuan untuk:
ikut mengembangkan hubungan yang stabil
antara kedua negara kita;
memberikan informasi kepada masyarakat
Indonesia mengenai keanekaragaman budaya
20
di Australia, pendidikan, ilmu
pengetahuan, teknologi dan ekonomi;
mengembangkan pengertian masyarakat
Australia mengenai keanekaragaman budaya
di Indonesia dan peluang kerja sama
ekonomi.
Lembaga ini mendorong adanya hubungan
antara orang Australia dan Indonesia dalam
berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan,
media, perniagaan, ilmu pengetahuan, teknologi,
olahraga, dan kesenian.
Gambar 4Lambang Lembaga Australia – Indonesia
g. Wisatawan Indonesia menemukan Australia
Sekarang Australia menjadi tujuan wisata
yang semakin populer bagi wisatawan Indonesia.
Sejak tahun 1991, jumlah orang Indonesia yang
mengunjungi Australia telah meningkat rata-rata
55% setiap tahun.
Lebih dari 106.000 orang Indonesia yang
mengunjungi Australia di tahun 1994/1995.
Kebanyakan orang-orang ini berkunjung sebagai
21
bagian dari suatu kelompok orang yang sedang
berlibur. Tujuan utama bagi orang Indonesia
yang mengunjungi Australia adalah untuk
berlibur, melanjutkan pendidikan, dan untuk
berniaga.
h. Bantuan dari Australia ke Indonesia
Pada tahun 2001 hingga 2002 Australia akan
menyediakan bantuan pembangunan kepada negara-
negara lain sejumlah 1,725 juta dolar
Australia. Indonesia akan menerima kira-kira
7,04% dari dana bantuan ini, yang berjumlah
121,5 juta dolar, melalui Program Kerjasama
Pembangunan.
Australia merupakan negara pemberi donor
terbesar kelima kepada Indonesia. Australia
telah menyumbang 1.5% sampai 6% dana bantuan
luar negeri Indonesia. Tujuan bantuan Australia
adalah pengurangan kemiskinan dengan bantuan
yang melalui dua aliran:
Memperbaiki pemerintahan termasuk
administrasi pemerintah, lembaga perbankan,
keuangan dan keadilan;
pengembangan sumber daya manusia masyarakat
yang miskin dengan memperbaiki pendidikan;
Kesehatan, khususnya ibu dan anak serta
22
pengendalian HIV/AIDS; dan penyediaan air
minum;
Banyak sumbangan Australia yang diarahkan
ke Indonesia bagian timur, terutama ke Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Irian
Jaya sebab daerah-daerah ini merupakan daerah
yang paling miskin dan paling ketinggalan di
Indonesia. Kebanyakan bantuan Australia
berbentuk program pendidikan dan pelatihan.
Dalam sektor pendidikan di Indonesia, Australia
menyediakan program beasiswa yang terbesar.
Pada masa pemerintahan Soeharto, yang menjadi
isu dalam hubungan diplomatik Indonesia –
Australia adalah Timor Timur (pemberontakan
Fretilin) 1974-1982, peristiwa D Jenkins yang
berbuntut pertentangan dengan pers Australia 1976-
1986, Timor Timur II 1991.
Hubungan diplomatik sepanjang 1974 antara
pemerintahan Soeharto dan PM Australia, Gough
Whitlam tercermin dalam sikap kooperatif Australia
manakala Timor Timur hendak diintegrasikan ke
dalam wilayah Indonesia secara damai (Suryadinata,
1998, p.116). akan tetapi, tindakan Indonesia yang
melakukan pendudukan agresif di Timor Timur
dikritik publik Australia dan akhirnya pemerintah
23
Australia pun mengkritiknya di PBB. Kritik ini
diyakini muncul akibat aksi invasif Indonesia yang
mengakibatkan lima wartawan Australia tewas. Sejak
saat itu, pers Australia gencar melakukan
pemberitaan yang konfrontatif dan kritis terhadap
Indonesia.
Ketika kursi perdana menteri dipegang oleh
Malcolm Fraser pada 1976. Indonesia masih kerap
mendapatkan kritik tajam dari Australia, antara
lain Fraser dan James Dunn, mantan konsul
Australia di Timor Timur 1977. Pada 1982, hubungan
diplomatik Indonesia-Australia mulai meninggalkan
isu Timor Timur, ketika Perdana Menteri Australia,
Anthony Street mengajak masyarakat Internasional
untuk mulai mengesampingkan isu tersebut
(Suryadinata, 1998: 118).
Konflik pers Australia menyusul pemberitaan
oleh D Jenkins (1986) mengakibatkan pembekuan
hubungan Indonesia dengan Australia secara sepihak
(Suryadinata, 1998: 118-120). Hal itu dianggap
oleh pemerintah Indonesia sebagai cermin dari
kemarahan dari rasa tersinggung terhadap
pemberitaan yang mengungkap jaringan usaha
Soeharto, singkat kata nepotisme. konflik
Indonesia melawan publik pers Australia semata-
mata merupakan mispersepsi yang terjadi seputar
24
arti dan implementasi demokrasi masing-masing,
yang mana demokrasi di Australia mengijinkan
seluas-luasnya kebebasan pers dan berpendapat di
daerahnya, sementara saat itu pemerintah Indonesia
masih tertutup dari keterbukaan yang demikian yang
menjadi karakter era Soeharto yang terlalu
proteksionis.
Pada masa Menteri Luar Negeri Ali Alatas,
menggunakan pendekatan personal antara Alatas
dengan PM Australia Gareth Evans, hubungan
bilateral kedua negara pun melunak kembali hingga
isu Timor-Timur untuk kedua kalinya muncul ke
permukaan di tahun 1991 (Suryadinata, 1998: 122).
Meskipun isu Timor Timur tidak menghilang, peran
PM Australia Paul Keating dalam menjalin hubungan
diplomatik dengan Indonesia dinilai sangat
akomodatif dan kooperatif, lebih singkat
Suryadinata (1998) menjelaskan bahwa semata-mata
dikarenakan adanya pergeseran kepentingan
Australia terhadap isu pembangunan blok
kepentingan ekonomi non-China yang memposisikan
Indonesia sejajar dengan Vietnam dan Australia
untuk tidak terlibat ke dalam orbit China.
Kemudian hubungan baik Indonesia-Australia dengan
berhasil diimplementasikan ke dalam penandatangan
perjanjian seputar penghormatan keamanan
25
kemerdekaan politik dan keutuhan wilayah kedua
negara (Suryadinata, 1998: 124).
I.2. Hubungan Dagang antara Indonesia – Australia
I.2.1. APEC
APEC atau Asia Pacific Economic Cooperation (Kerjasama
Ekonomi Asia Pasifik) adalah kelompok 18 negara di
kawasan Asia-Pasifik.
APEC pertama kali disarankan oleh Australia
pada tahun 1989. APEC bertujuan untuk mendorong
kerjasama ekonomi, penanaman modal dan perdagangan
di kawasan ini. Kawasan Asia-Pasifik menghasilkan
kira-kira 50% dari barang dan jasa di dunia dan
merupakan 40% dari perdagangan dunia.
APEC telah sangat didukung oleh Australia dan
Indonesia. Pada tahun 1994 para pemimpin APEC
mengadakan pertemuan di Bogor dan sepakat untuk
melakukan penanaman modal dan perdagangan bebas di
kawasan tersebut menjelang tahun 2020.
I.2.2. Perkembangan dalam Perdagangan
Indonesia telah menjadi mitra dagang yang
berharga bagi Australia. Ekonomi Industri Indonesia
yang berkembang pesat dan tenaga kerja yang besar,
digabung dengan teknologi tinggi Australia dan
sumber daya alamnya telah memberikan banyak peluang
26
usaha.
I.2.2.1. Hubungan Perdagangan dan Perniagaan
Pada tahun 1994 nilai barang dan jasa yang
diperjual-belikan antara Australia dan
Indonesia mencapai 3.050 juta dolar.
Perdagangan ini berbentuk ekspor Australia ke
Indonesia seharga 2.100 juta dolar dan impor
dari Indonesia ke Australia seharga 1.040 juta
dolar. Australia merupakan mitra dagang
Indonesia terbesar ke delapan dan Indonesia
adalah mitra dagang terbesar ke duabelas.
Semakin banyak jenis barang dan jasa yang
diperjualbelikan di antara kedua negara ini.
Gambar 5Perkembangan perdagangan Australia dengan Indonesia
Produk-produk dari Australia Produk-produk dari Indonesia
Barang hasil tambang dan Hasil Barang hasil tambang dan Hasil
27
pabrik pertanian pabrik pertanian
Produk dari gandum
alumina
alumunium
seng
logam dasar
produk logam bangun
bahan bangunan
alat-alat rekayasa
alat angkutan
ternak
hidup
susu
gandum
mentega
buah
kapas
minyak mentah
minyak sulingan
tekstil
pakaian
sepatu dan sandal
kayu papan olahan
produk dari kertas
perabotan
kopi
teh
karet
Tabel 1Perdagangan Australia dengan Indonesia
Gandum, alumina, minyak/minyak mentah dan
kapas yang merupakan 40% lebih ekspor
Australia ke Indonesia.
Indonesia merupakan pasar terbesar bagi
Australia untuk ekspor hasil-hasil pertanian,
di kawasan Asia Tenggara.
Indonesia mengimpor kira-kira 33% dari ekspor
pertanian Australia.
Ekspor barang hasil pabrik ke Indonesia telah
berkembang menjadi kira-kira 38% setiap
tahun.
Seiring dengan semakin tumbuhnya ekonomi
Indonesia, tampaknya produk barang olahan
akan menjadi ekspor yang sangat penting ke
Indonesia.
Australia juga menjual banyak jasa kepada
Indonesia.
28
Perdagangan dan perniagaan antara
Australia dan Indonesia semakin tumbuh,
sebagaimana telah digambarkan Perdagangan dua-
arah telah meningkat menjadi 25, 2% selama
tahun 2000-2002. Lebih dari 400 perusahaan
Australia sedang melakukan perniagaan di
Indonesia, mulai dari usaha pertambangan sampai
telekomunikasi. Perusahaan-perusahaan ini
bekerja sebagai mitra dagang dengan perusahaan
dan pemerintah Indonesia. Sejak berkembangnya
hubungan niaga, jumlah perdagangan antara
Australia dan Indonesia semakin meningkat.
I.2.2.2. Jual Beli dalam Bidang Jasa
Bidang terbaru dalam perdagangan yang
semakin meningkat tersebut adalah bidang jasa.
Australia menyediakan berbagai ragam jasa bagi
usaha perniagaan di Indonesia. Beberapa dari
jenis jasa yang disediakan oleh perusahaan
Australia mencakup:
Jasa perbankan dan keuangan
Pendidikan dan pelatihan
Perencanaan perkotaan dan arsitektur.
Sebelumnya telah diulas secara historis ikatan
29
hubungan diplomatik bilateral antar Indonesia dengan
Australia. Implementasi hubungan diplomatik yang ideal
adalah terjalinnya suatu kerjasama berdasarkan mutual
understanding antara lain meliputi berbagai aspek sebagai
berikut:
1) Standarisasi melalui MoU Concerning Cooperation on
Standards and Conformance;
2) Perdagangan, direfleksikan melalui agreement: A
trade Agreement between the Republic of Indonesia and the
Commonwealth of Australia nota persetujuan dagang No.
agenda 346;
3) Kultur melalui Cultural Agreement between the Government
of Republic Indonesia and the Government of Commonwealth of
Australia;
4) Ekonomi melalui Exchange of Letters;
5) Wilayah melalui Establishing Certain Seabed Boundaries.
30
BAB II
TEORI KONFLIK DAN KOMUNIKASI NEGOSIASI
II.1. Teori Konflik
Menurut Alo Liliweri (2004: 254-255) terdapat 6
teori yang menjelaskan mengenai konflik, yaitu:
1. Teori Hubungan Masyarakat
Teori ini menganggap bahwa konflik disebabkan
oleh polarisasi yang terus terjadi,
ketidakpercayaan dan permusuhan di antara kelompok
yang berbeda dalam suatu organisasi. Sasaran yang
ingin dicapai oleh teori ini adalah:
a. Meningkatkan komunikasi dan saling
pengertian antara kelompok-kelompok yang
mengalami konflik,
b. Mengusahakan toleransi dan agar masyarakat
lebih bisa saling menerima keragaman yang
ada di dalamnya.
2. Teori Negosiasi Prinsip
Teori ini menganggap bahwa konflik disebabkan
oleh posisi yang tidak selaras dan perbedaan
pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang
mengalami konflik. Sasaran yang ingin dicapai
teori ini adalah:
31
a. Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik
untuk memisahkan perasaan pribadi dengan
berbagai masalah dan isu, dan memampukan
mereka untuk melakukan negosiasi berdasarkan
kepentingan-kepentingan mereka daripada
posisi tertentu yang sudah tetap,
b. Melancarkan proses pencapaian kesepakatan
yang menguntungkan kedua belah pihak atau
semua pihak.
3. Teori Kebutuhan Manusia
Teori ini berasumsi bahwa konflik yang berakar
dalam (latent conflict) disebabkan oleh kebutuhan dasar
manusia: fisik, mental, dan sosial. Keamanan,
identitas, pengakuan, partisipasi, dan otonomi
sering merupakan inti pembicaraan. Sasaran yang
ingin dicapai teori ini adalah:
a. Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik
untuk mengidentifikasi dan mengupayakan
bersama kebutuhan mereka yang tidak
terpenuhi, dan menghasilkan pilihan-pilihan
untuk memenuhi kebutuhan itu,
b. Agar pihak-pihak yang mengalami konflik
mencapai kesepakatan untuk memenuhi kebutuhan
dasar semua pihak.
32
4. Teori Identitas
Asumsi teori ini menyatakan bahwa konflik
disebabkan karena identitas yang terancam, yang
sering berakar pada hilangnya sesuatu atau
penderitaan di masa lalu yang tidak diselesaikan.
Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah:
a. Melalui fasilitasi lokakarya dan dialog
antara pihak-pihak yang mengalami konflik.
Mereka diharapkan dapat mengidentifikasi
ancaman-ancaman dan ketakutan yang mereka
rasakan masing-masing dan untuk membangun
empati dan rekonsiliasi di antara mereka,
b. Meraih kesepakatan bersama yang mengakui
kebutuhan identitas pokok semua pihak.
5. Teori Kesalahpahaman Antarbudaya
Teori ini berasumsi bahwa konflik disebabkan
oleh ketidakcocokan dalam cara-cara berkomunikasi
di antara berbagai budaya yang berbeda. Sasaran
yang ingin dicapai teori ini adalah:
a. Menambah pengetahuan pihak-pihak yang
mengalami konflik mengenai budaya pihak lain,
b. Mengurangi stereotip negatif yang mereka
miliki tentang pihak lain,
c. Meningkatkan keefektifan komunikasi antar
budaya.
33
6. Teori Transformasi Konflik
Asumsi teori ini bahwa konflik disebabkan oleh
masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang
muncul sebagai masalah-masalah sosial, budaya dan
ekonomi. Sasaran yang ingin dicapai teori ini
adalah:
a. Mengubah berbagai struktur dan kerangka kerja
yang menyebabkan ketidaksetaraan dan
ketidakadilan, ternasuk kesenjangan ekonomi,
b. Meningkatkan jalinan hubungan dan sikap
jangka panjang di antara pihak-pihak yang
mengalami konflik,
c. Mengembangkan berbagai proses dan sistem
untuk mempromosikan pemberdayaan, keadilan,
perdamaian, pengampunan, rekonsiliasi,
pengakuan.
II.2. Penanganan Konflik
Untuk menangani konflik dengan efektif, kita harus
mengetahui kemampuan diri sendiri dan juga pihak-pihak
yang mempunyai konflik. Ada beberapa cara untuk
menangani konflik antara lain (Juanita, 2002: 5):
1. Introspeksi diri
Bagaimana kita biasanya menghadapi konflik?
Gaya apa yang biasanya digunakan? Apa saja yang
menjadi dasar dan persepsi kita. Hal ini penting
34
untuk dilakukan sehingga kita dapat mengukur
kekuatan kita.
2. Mengevaluasi pihak-pihak yang terlibat
Sangat penting bagi kita untuk mengetahui
pihak-pihak yang terlibat. Kita dapat
mengidentifikasi kepentingan apa saja yang mereka
miliki, bagaimana nilai dan sikap mereka atas
konflik tersebut dan apa perasaan mereka atas
terjadinya konflik. Kesempatan kita untuk sukses
dalam menangani konflik semakin besar jika kita
melihat konflik yang terjadi dari semua sudut
pandang.
3. Identifikasi sumber konflik
Seperti dituliskan di atas, konflik tidak
muncul begitu saja. Sumber konflik sebaiknya dapat
teridentifikasi sehingga sasaran penanganannya
lebih terarah kepada sebab konflik.
4. Mengetahui pilihan penyelesaian atau penanganan
konflik yang ada dan memilih yang tepat
Spiegel (1994 dalam Juanita, 2002: 6)
menjelaskan ada lima tindakan yang dapat kita
lakukan dalam penanganan konflik:
35
a. Berkompetisi
Tindakan ini dilakukan jika kita
mencoba memaksakan kepentingan sendiri di
atas kepentingan pihak lain. Pilihan
tindakan ini bisa sukses dilakukan jika
situasi saat itu membutuhkan keputusan
yang cepat, kepentingan salah satu pihak
lebih utama dan pilihan kita sangat vital.
Hanya perlu diperhatikan situasi menang-
kalah (win-win solution) akan terjadi disini.
Pihak yang kalah akan merasa dirugikan dan
dapat menjadi konflik yang berkepanjangan.
Tindakan ini bisa dilakukan dalam hubungan
atasan-bawahan, dimana atasan menempatkan
kepentingannya (kepentingan organisasi) di
atas kepentingan bawahan.
b. Menghindari konflik
Tindakan ini dilakukan jika salah
satu pihak menghindari dari situasi
tersebut secara fisik ataupun psikologis.
Sifat tindakan ini hanyalah menunda
konflik yang terjadi. Situasi menang kalah
terjadi lagi disini. Menghindari konflik
bisa dilakukan jika masing-masing pihak
mencoba untuk mendinginkan suasana,
36
membekukan konflik untuk sementara. Dampak
kurang baik bisa terjadi jika pada saat
yang kurang tepat konflik meletus kembali,
ditambah lagi jika salah satu pihak
menjadi stres karena merasa masih memiliki
hutang menyelesaikan persoalan tersebut.
c. Akomodasi
Yaitu jika kita mengalah dan
mengorbankan beberapa kepentingan sendiri
agar pihak lain mendapat keuntungan dari
situasi konflik itu. Disebut juga sebagai
self sacrifying behaviour. Hal ini dilakukan jika
kita merasa bahwa kepentingan pihak lain
lebih utama atau kita ingin tetap menjaga
hubungan baik dengan pihak tersebut.
Pertimbangan antara kepentingan pribadi
dan hubungan baik menjadi hal yang utama
di sini.
d. Kompromi
Tindakan ini dapat dilakukan jika ke
dua belah pihak merasa bahwa kedua hal
tersebut sama-sama penting dan hubungan
baik menjadi yang utama. Masing-masing
pihak akan mengorbankan sebagian
37
kepentingannya untuk mendapatkan situasi
menang-menang (win-win solution).
e. Berkolaborasi
Menciptakan situasi menang-menang
dengan saling bekerja sama. Pilihan
tindakan ada pada diri kita sendiri dengan
konsekuensi dari masing-masing tindakan.
Mengendalikan konflik berarti menjaga tingkat
konflik yang kondusif bagi perkembangan organisasi
sehingga dapat berfungsi untuk menjamin efektivitas dan
dinamika organisasi yang optimal. Namun bila konflik
telah terlalu besar dan disfungsional, maka konflik
perlu diturunkan intensitasnya, antara lain dengan
cara1:
1. Mempertegas atau menciptakan tujuan bersama.
Perlunya dikembangkan tujuan kolektif di antara
dua atau lebih unit kerja yang dirasakan bersama
dan tidak bisa dicapai suatu unit kerja saja,
2. Meminimalkan kondisi ketidak-tergantungan.
Menghindari terjadinya eksklusivisme diatara unit-
unit kerja melalui kerjasama yang sinergis serta
1 http://tkampus.blogspot.com/2012/04/strategi-penyelesaian-konflik.html
38
membentuk koordinator dari dua atau lebih unit
kerja,
3. Memperbesar sumber-sumber organisasi seperti:
menambah fasilitas kerja, tenaga serta anggaran
sehingga mencukupi kebutuhan semua unit kerja,
4. Membentuk forum bersama untuk mendiskusikan dan
menyelesaikan masalah bersama. Pihak-pihak yang
berselisih membahas sebab-sebab konflik dan
memecahkan permasalahannya atas dasar kepentingan
yang sama,
5. Membentuk sistem banding, dimana konflik
diselesaikan melalui saluran banding yang akan
mendengarkan dan membuat keputusan,
6. Pelembagaan kewenangan formal, sehingga wewenang
yang dimiliki oleh atasan atas pihak-pihak yang
berkonflik dapat mengambil keputusan untuk
menyelesaikan perselisihan,
7. Meningkatkan intensitas interaksi antar unit-unit
kerja, dengan demikian diharapkan makin sering
pihak-pihak berkomunikasi dan berinteraksi, makin
besar pula kemungkinan untuk memahami kepentingan
satu sama lain sehingga dapat mempermudah
kerjasama,
8. Me-redesign kriteria evaluasi dengan cara
mengembangkan ukuran-ukuran prestasi yang dianggap
39
adil dan acceptable dalam menilai kemampuan, promosi
dan balas jasa.
II.3. Pengelolaan Konflik dalam Organisasi
Secara umum strategi dalam pengelolaan konflik
yang diajukan oleh Frost dan Wilmot (Usman, 2004: 226-
227) terdiri atas empat bagian, yaitu:
1. Menghindar, cara ini tergolong paling tradisional,
yakni menjauhkan diri atau organisasi dari
konflik.
2. Eskalasi, kebalikan dari menghindar, yaitu
meningkatkan intensitas pertentangan.
3. Reduksi, menurunkan intensitas pertentangan.
4. Pemeliharaan, menjaga keseimbangan agar konflik
yang tetap ada namun dalam kadar normal.
Pendapat lain tentang strategi mengatasi konflik
diungkapkan oleh Dunnete (dalam Usman 2004: 227), yakni
sebagai berikut:
1. Jika kerjasama rendah dan kepuasan diri tinggi,
maka gunakan pemaksaan (forcing) atau persaingan
(competing)
2. Jika kerjasama rendah dan kepuasan diri sendiri
rendah, maka gunakan penghindaran (avoiding)
3. Jika kerjasama dan kepuasan diri seimbang (cukup),
maka gunakan kompromi
40
4. Jika kerjasama tinggi dan kepuasan diri sendiri
tinggi, maka gunakan kolaboratif
5. Jika kerjasama tinggi dan kepuasan diri sendiri
rendah, maka gunakan penghalusan (smoothing).
Kesemua rumusan strategi yang dipaparkan tersebut
sesungguhnya mengandung nilai situasional yang sangat
kental. Dengan kata lain tidak ada cara terbaik dalam
mengatasi sebuah konflik. Sebagai contoh adalah gagasan
Dunnete yang secara eksplisit memperlihatkan
kontingensi. Forcing atau pemaksaan menyangkut penggunaan
kekerasan, ancaman, dan taktik penekanan yang membuat
lawan melakukan seperti yang dikehendaki. Catatan
penting terhadap strategi ini adalah bahwa pemaksaan
hanya cocok untuk melaksanakan perubahan penting dan
mendesak. Kehati-kehatian sangat diperlukan ketika
mengggunakan strategi ini karena salah-salah hanya akan
menimbulkan bentuk-bentuk perlawanan atau sabotase.
Untuk langkah kedua yaitu avoiding, lebih tepat
digunakan pada pihak yang tidak tergantung pada pihak
lawan serta tidak memiliki kebutuhan lanjut untuk
berhubungan dengan lawan tersebut. Kompromi sendiri
merupakan istilah lain untuk tawar-menawar. Hal ini
hanya akan berhasil apabila kedua belah pihak saling
menghargai dan saling percaya. Adapun kolaborasi cocok
ditempatkan pada konflik yang kedua belah pihaknya
41
masih saling mempertahankan keuntungan terbesar pada
masing-masing kubu. Untuk smoothing, istilah lain yang
dipakai ialah conciliation, yaitu tindakan mendamaikan
yang ditujukan untuk memperbaiki hubungan dan
menghindarkan rasa permusuhan terbuka tanpa memecahkan
dasar ketidaksepakatan itu. Cara seperti ini cocok
untuk kesepakatan yang sudah tidak relevan lagi dalam
hubungan kerjasama. Umumnya konsiliasi berupa upaya
mengambil muka (menjilat) dan memberi pengakuan.
II.4. Komunikasi Negosiasi
II.4.1. Pengertian Komunikasi
Tidak ada kelompok yang dapat eksis tanpa
komunikasi, yaitu proses perpindahan (transfer)
makna diantara anggota-anggotanya. Melalui
transfer makna dari satu orang ke orang lain
informasi dan ide dapat disampaikan. Tetapi,
komunikasi tidak sekedar berarti transfer makna.
Makna tersebut juga harus dimengerti. Jadi,
komunikasi (communication) meliputi transfer maupun
pemahaman makna (Robbins & Judge, 2009: 5).
Komunikasi adalah proses mengirimkan dan
menerima pesan-pesan. Namun, komunikasi dianggap
efektif hanya jika orang lain memahami pesan
dengan benar dan memberikan respons sesuai dengan
tujuan yang diinginkan. Komunikasi yang efektif
42
membantu pengirim pesan untuk mengatur dan
memperbaiki arus atau hubungan kerja dalam bisnis,
meningkatkan citra profesional dan memberikan
berbagai manfaat penting lainnya. Dalam semua
aktivitas tersebut, esensi dari komunikasi yang
berhasil adalah berbagi (share) – dengan
menyediakan data, informasi, dan pengetahuan untuk
saling dipertukarkan yang akan menguntungkan
berbagai pihak (Bovee and Thill, 2007: 4).
II.4.2. Pengertian Negosiasi
Colquitt dalam bukunya Organizational Behavior
menerangkan “Negotiations is a process in which two or more
interdependent individuals discuss and attempt to come to an
agreement about their different preferences” (Negosiasi
adalah proses dimana dua atau lebih
individu saling tergantung membahas dan mencoba
untuk mencapai kesepakatan tentang preferensi yang
berbeda) (Colquitt, 2011 dalam Nasir, 2013).
Sementara itu Phil Baguley dalam bukunya
Teach Yourself Negotiating menjelaskan negosiasi
adalah suatu cara untuk menetapkan keputusan yang
dapat disepakati dan diterima oleh dua pihak dan
menyetujui apa dan bagaimana tindakan yang akan
dilakukan di masa mendatang. Begitu juga Robbins
menjelaskan bahwa negosiasi adalah sebuah proses
43
dimana dua pihak atau lebih melakukan pertukaran
barang atau jasa dan berupaya untuk menyepakati
nilai tukarnya (Robbins, et al, 2009: 190).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa negosiasi
ialah proses interaksi dua pihak atau lebih yang
masing-masing mempunyai tujuan berbeda, tetapi
mereka berusaha melalui argumentasi dan persuasi
untuk mencapai perjanjian secara kooperatif atau
kompetitif.
Berdasarkan beberapa definisi negosiasi di
atas, dapat disimpulkan bahwa negosiasi ialah
proses perundingan dua pihak atau lebih untuk
mendapatkan kesepakatan.
II.4.2.1. Karakteristik Negosiasi
Negosiasi memiliki sejumlah
karakteristik utama, yaitu (Nasir, 2013):
a. Senantiasa melibatkan orang – baik sebagai
individual, perwakilan organisasi atau
perusahaan – sendiri atau dalam kelompok.
b. Memiliki ancaman terjadinya atau di
dalamnya mengandung konflik yang terjadi
mulai dari awal sampai terjadi kesepakatan
dalam akhir negosiasi.
44
c. Menggunakan cara-cara pertukaran sesuatu –
baik berupa tawar menawar (bargain) –
maupun tukar menukar (barter).
d. Hampir selalu berbentuk tatap-muka – yang
menggunakan bahasa lisan, gerak tubuh –
maupun ekspresi wajah.
e. Negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di
masa depan atau sesuatu yang belum terjadi
dan kita inginkan terjadi.
f. Ujung dari negosiasi adalah adanya
kesepakatan yang diambil oleh kedua belah
pihak, meskipun kesepakatan itu misalnya
kedua belah pihak sepakat untuk tidak
sepakat.
II.4.2.2. Macam-Macam Negosiasi
Negosiasi dapat terjadi dalam empat
keadaan (Nasir, 2013): (1) saya kalah, anda
kalah; (2) saya menang, anda kalah; (3) saya
kalah, anda menang, dan (4) saya menang, anda
menang. Kejadian nomor empat merupakan hasil
negosiasi terbaik. Dari keempat keadaan
tersebut dapat kita tarik dua macam
kesimpulan, yaitu (a) kompetitif atau
ditributif, yaitu suatu negosiasi yang
menghasilkan ada pihak yang kalah dan ada
45
pihak yang menang; (b) kooperatif atau
integratif, yaitu negosiasi yang menghasilkan
kemenangan (keuntungan) untuk pihak-pihak
yang bernegosiasi.
Berikut ini kami tampilkan perbedaan
antara negosiasi kompetitif dan kooperatif:
Tabel 1:Perbedaan Negosiasi Kompetitif dan Kooperatif
No.
NegosiasiKompetitif
Negosiasi Kooperatif
1.
2.
3.
4.
Ada pihak yangkalah (ada pihakyang dirugikan)
Minat kedua pihakbertentangan
Strategi pemaksaankehendak
Individualistis
Semua pihak menang(salingmenguntungkan)
Minat kedua pihakada kesamaan
Strategi salingmenghargai kehendak
Kerja sama
a. Negosiasi Menang-Kalah (Win-Lose)
Pandangan klasik menyatakan bahwa
negosiasi terjadi dalam bentuk sebuah
46
permainan yang nilai totalnya adalah nol
(zero sum game). Artinya, apapun yang terjadi
dalam negosiasi pastilah salah satu pihak aka
n menang. Sedangkan pihak yang lainnya kalah.
Disini, terdapat asumsi bahwa sumber daya
yang tersedia terbatas, dan proses negosiasi
adalah mekanisme untuk menentukan siapa yang
akan menerima sumber daya tersebut. Ini juga
dikenal sebagai negosiasi distributif.
Istilah ini mengacu pada proses membagi, atau
“mendistribusikan”, sumber daya yang
terbatas. Pendekatan menang kalah sering kali
mewarnai sejumlah situasi negosiasi. Dalam
organisasi, negosiasi menang-kalah cukup
umum. Hal ini mewarnai sebagian proses tawar
menawar material pabrik, seperti pembelian
perlengkapan atau produksi bahan mentah.
Negosiasi menang-kalah dapat dilihat di
universitas dimana setiap fakultas berusaha
menegosiasikan anggaran yang terbaik untuk
dirinya sendiri, tentunya dengan mengorbankan
anggaran fakultas lainnya. Sering kali
terjadi, contoh yang paling bervariasi dari
negosiasi distributif dalam organisasi adalah
kasus-kasus yang terjadi antara tenaga kerja
dan manajemen. Masalah-masalah yang berkaitan
47
dengan gaji, keuntungan, situasi kerja, dan
hal-hal terkait lainya dilihat sebagai sebuah
konflik atas sumber daya yang terbatas.
b. Negosiasi Menang-Menang (Win-Win Solution)
Pendekatan yang sama-sama menguntungkan,
atau pendekatan integratif, dalam
bernegosiasi memberikan cara pandang yang
berbeda dalam proses negosiasi. Tidak seperti
orientasi total yang sama dengan nol dalam
pendekatan menang-kalah, negosiasi menang-
menang adalah pendekatan penjumlahan positif.
Situasi-situasi penjumlahan positif adalah
pendekatan dimana setiap pihak mendapatkan
keuntungan tanpa harus merugikan pihak lain.
Ini tidak berarti bahwa setiap orang
mendapatkan semua yang mereka inginkan,
karena ini jarang terjadi. Tapi ini berarti
bahwa sebuah kesepakatan yang dicapai membuat
semua pihak yang terlibat berada dalam posisi
yang lebih baik dibandingkan sebelumnya.
II.4.2.3. Langkah-Langkah Negosiasi
Langkah-langkah untuk mendapatkan
kesepakatan dalam bernegosiasi menurut Mills
(dalam Nasir, 2013) adalah RESPECT yang
48
urainnya seperti ditunjukan pada tabel 2
berikut:
No.
Langkah Kegiatan
1. R (Ready)=menyiapkandiri
1) Mengembangkanalternatif terbaikuntuk disepakati dalambernegosiasi
2) Mengidentifikasikepentingan sendiri
3) Mengidentifikasikepentingan pihak lain.
4) Mendaftar, mengingat,menilai isu-isunya
5) Mengadakan konsultasidengan pihak lain
6) Menetukan bataswewenang dan agendakerja
7) Menentukan tawaranpertama
8) Memilih anggota tim,waktu, dan tempatbernegosiasi
9) Merencanakan danmemilih taktik yangtepat.
2. E (Explore) =Menjajakikebutuhansatu samalain
1) Mengkomunikasikanposisi diri dan lawan
2) Mengajukan pertanyaantertutup dan tidakdestruktif
3) Merefleksikan perasaanpihak lain
4) Menciptakan iklimnonverbal yang positif
49
dan terbuka5) Mengungkapkan
pembicaraan secarajelas dan percaya diridengan bahasa yangasertif.
3. S (Signal) =mengisyaratkan untukmelangkah
1) Menjadi pendengar yangbaik
2) Membalas isyarat yangditerima
3) Mengulangi isyarat yangtidak lengkap.
4. P (Probe) =mencermatiusulan-usulan
1) Menggunakan usulanpenentuan prioritas
2) Mengemukakanpersyaratan dirisendiri
3) Menghindari danpenolakan usul
4) Mengemas usulan agardapat diterima
5. E (Exchange) =mempertukarkankonsensi
1) Menegaskan isu-isusecara menyeluruh
2) Melakukan penawarantinggi untuk “menjual”dan penawaran rendahuntuk “membeli” secararealistis
3) Menghindari konsensibesar lebih dahulu,namun mendukung semuakonsensi dengan alasanyang tepat
4) Mengubah isu jikaditemui jalan buntu.
50
6. C (Close) =menutuptransaksi
1) Menentukan waktu dantitik batas terjadinyatawar menawar
2) Mempertimbangkanpenggantian negosiatoratau menggunakanmediator jika terjadikebuntuan
3) Melakukan verifikasiterhadap yang sudahdisepakati
4) Menuangkan perjanjiantertulis.
7. T (Tie Up) =mengikatujung-ujung
1) Memperkirakan perbedaandi masa yang akandatang
2) Meninjau hasil.
II.4.2.4. Taktik dalam Negosiasi
Agar dapat mencapai hasil menang-menang
atau menang-kalah, para pemimpin yang menjadi
negosiator dapat menerapkan beberapa taktik
negosiasi (Ivancevich, et al.: 2006: 61).
Beberapa taktik yang paling sering digunakan
akan dibahas dibawah ini:
1. Tim orang baik/orang jahat (good guy/bad
guy)
Setiap orang yang telah membaca
cerita atau menyaksikan film detektif di
televisi tentu sangat sering melihat
51
taktik ini. Anggota tim yang berperan
sebagai orang jahat akan mengajukan
tawaran-tawaran yang ekstrem (yang sulit
dan hampir tidak masuk akal) kepada pihak
lawan sehingga apapun yang dikatakan oleh
anggota tim yang ‘baik hati’ akan
cenderung diterima oleh pihak lawan
(tetapi kita tahu bahwa ini hanyalah
sebuah trik. ‘orang jahat’ dan ‘orang
baik’ itu bekerja sama untuk mencari
konsesi yang paling baik).
2. The Nibble
Taktik ini melibatkan dicarinya
kesepakatan tambahan sesudah terjadinya
persetujuan antara pihak-pihak yang
terlibat (mirip dengan pepatah ‘sedikit-
sedikit lama menjadi bukit’). Sebagai
contoh: seorang mahasiswa meminta
‘tambahan nilai’ untuk hasil ujiannya.
Profesornya menyetujui dan menambahkan
nilai si mahasiswa sebanyak tiga angka,
dan setelah kesepakatan dicapai,
mahasiswa itu meminta nilainya ditambah
‘sedikit lagi’, inilah the nibble.
52
3. Pemecahan masalah bersama-sama (joint
problem solving)
Seorang pemimpin tidak boleh
mengasumsikan bahwa dengan semakin
banyaknya kemenangan yang didapatkan satu
pihak, semakin banyak pula kekalahan yang
diderita pihak yang lain. Alternatif-
laternatif lainnya mungkin saja belum
muncul. Sebagai contoh, dalam upayanya
mengurangi panggilan masuk ke departemen
sebuah perusahaan penghasil peranti lunak
komputer, mungkin saja perancang situs
perusahan tersebut dapat menambahkan
halaman berisi jumlah daftar pertanyaan
yang sering diajukan pada situs perusahaan
tersebut. Ini akan menurunkan jumlah
panggilan masuk dan karenanya akan
mengurangi konflik yang terjadi antara
departemen pelayanan dan departemen
perancang situs perusahaan.
4. Kekuatan persaingan (power of competition)
Para negosiator ulung menggunakan
persaingan untuk membuat lawan bicaranya
berpikir bahwa mereka tidak dibutuhkan.
Anggaplah anda seorang pimpinan sebuah
53
perusahaan layanan komputer. Seorang
manajer dari sebuah perusahan yang
menggunakan jasa perusahaan anda suatu
kali mengancam bahwa kelompokna akan
membeli layanan komputer dari pesaing bila
perusahaan anda tidak memenuhi permintaan
pihaknya (seperti menurunkan harga atau
mempercepat waktu produksi). Pertahanan
paling efektif terhadap taktik ini adalah
menjaga objektivitas anda. Jangan terlalu
cepat menuruti permintaan yang tidak masuk
akal karena takut akan reaksi kelompok
lain.
5. Menawarkan jalan tengah (splitting the
difference)
Ini dapat menjadi teknik yang sangat
berguna ketika dua kelompok menghadapi
jalan buntu. Meski demikian, para pimpinan
harus berhati-hati ketika kelompok lain
terlalu cepat menawarkan suatu jalan
tengah. Mungkin saja kelompok itu telah
menerima lebih dari yang seharusnya.
II.4.2.5. Meningkatkan Efektivitas Negosiasi
54
Suatu model untuk meningkatkan
efektivitas negosiasi ditemukan pada
penelitian seorang praktisi manajemen
berkebangsaan Belanda, Willem Mastenbroek.
Walaupun model ini sangat komprehensif, fokus
kuncinya terdapat pada empat aktivitas
berikut (Ivancevich, et al., 2006: 62):
1. Memperoleh hasil yang substansial
Ini mengacu pada aktivitas-aktivitas
yang berfokus pada isi apa yang
dinegosiasikan. Hasil-hasil yang diharapkan
tidak akan dapat tercapai apabila negosiasi-
negosiasi tidak secara konstruksi difokuskan
pada masalah yang sebenarnya. Proses
pertukaran informasi mengenai tujuan-tujuan
dan harapan setiap pihak dalam peroses adalah
contoh jenis aktivitas ini.
2. Mempengaruhi keseimbangan kekuasaan
Hasil akhir negosiasi-negosiasi hampir
pasti terkait langsung dengan kekuasaan dan
hubungan saling ketergantungan antara para
negosiator. Tidak satu pun dari mereka
berupaya meningkatkan kekuasaannya melalui
dominasi, ataupun merespons penuh hormat
55
setiap usaha yang dilakukan pihak lawan yang
ditujukan untuk meningkatkan kekuasaan,
mewakili cara yang paling efektif untuk dalam
menghadapi isu kekuasaan. Membuat sedikit
pergeseran kekuasaan melalui persuasi, fakta-
fakta, dan keahlian hampir selalu lebih
efektif.
3. Meningkatkan iklim yang konstruktif
Ini terkait dengan aktivitas-aktivitas
yang dirancang untuk memfasilitasi kemajuan,
dengan cara meminimalkan kemungkinan
ketegangan dan permasalahan antar pihak
menjadi sesuatu yang mengganggu. Aktivitas-
aktivitas spesifik dapat mencakup aktivitas
memperhatikan opini-opini pihak dengan
hormat, dan menunjukkan rasa humor. Berbeda
pada sisi yang berlawanan mengenai sebuah
masalah tidak berarti harus menunjukkan sikap
bermusuhan secara pribadi.
4. Mencapai fleksibilitas prosedur
Aktivitas-aktivitas ini
memungkingkan seorang negosiator meningkatkan
efektivitas negosiasi melalui peningkatan
jumlah dan jenis opsi yang disediakan dalam
56
negosiasi. Semakin lama seorang negosiator
menyediakan pilihan yang beragam, kemungkinan
dicapainya hasil yang diharapkan juga semakin
besar. Contoh-contoh yang ada mencakup secara
bijaksana memilih posisi awal, mengatasi
beberapa isu secara bersamaan, dan
menyediakan sebanyak mungkin alternatif yang
dapat dipilih.
BAB III
ANALISIS DESKRIPTIF TENTANG KONFLIK
HUBUNGAN KERJASAMA INDONESIA – AUSTRALIA
III.1. Analisis dari Sudut Pandang Teori Konflik
III.1.1. Kasus Timor Timur
Menurut Haryono (2013) bahwa faktor potensial
yang dapat menyulut persengketaan terbuka negara
yang saling berbatasan antara lain:
a. Implikasi dari internasionalisasi konflik
internal di satu negara yang dapat menyeret
57
negara lain ikut dalam persengketaan.
b. Pertarungan antar elit di suatu negara yang
karena berbagai faktor merambat ke luar
negeri.
c. Meningkatnya persaingan antara negara-negara
maju dalam membangun pengaruh di kawasan
Asia Pasifik. Konfliknya bisa berwujud
persengketaan antar sesama negara maju, atau
salah satu negara maju dengan salah satu
negara yang ada di kawasan ini.
d. Eskalasi konflik laten atau konflik
intensitas rendah (low intensity) antar negara
yang berkembang melampaui ambang batas
toleransi keamanan regional sehingga
menyeret pihak ketiga terlibat di dalamnya.
Ini biasanya, bermula dari "dispute territorial"
antar negara terutama mengenai garis batas
perbatasan antar negara2.
Konflik antara Australia dengan Indonesia
terkait masalah Timor Timur juga tidak terlepas
dari hal di atas. Konflik terjadi tidak lepas dari
adanya kepentingan antara dua negara dan bisa jadi
ada kepentingan negara lain yang ikut serta dalam
konflik.2http://indronet.files.wordpress.com/2007/09/konflik-perbatasan- asia-pasifikrefisi1.pdf,diunduh
58
Jika dilihat dari Teori Konflik Negosiasi maka
konflik tersebut disebabkan oleh posisi yang tidak
selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik
oleh pihak-pihak yang mengalami konflik.
Dalam hal ini, Timor Timur pada saat menjadi
bagian dari kedaulatan RI maka sudah menjadi hal
wajar Indonesia berkepentingan menjaga wilayahnya
terutama wilayah terluar yang berbatasan dengan
negara lain. Di sisi lain Australia juga
berkepentingan menjaga keamanan wilayahnya atas
konflik yang terjadi di Timor Timur.
Pertikaian antar kelompok pada masa pelepasan
Timor Timur sebagai daerah jajahan Portugis
menyebabkan perdebatan di Australia untuk
menentukan kepada kelompok mana akan berpihak.
Ditengarai salah satu pihak yang bertikai pernah
menempuh pendidikan di Moskow sehingga timbul
kekhawatiran jika pihak yang menginginkan Timor
Timur merdeka maka komunisme akan tumbuh di situ.
Konflik Indonesia – Australia diwarnai pula
masalah dengan adanya kematian lima wartawan
Australia di Timor Timur di tahun 1975 yang
mendapat perhatian dari pers dan masyarakat
Australia. Meskipun pada akhirnya Australia
mengakui kedaulatan Indonesia atas Timor Timur
secara de jure tahun 1979.
59
Selanjutnya panas dinginnya hubungan Indonesia
– Australia berkaitan dengan Timor Timur
dipengaruhi konflik yang masih terjadi di daerah
tersebut dan kepentingan Australia terhadap kawasan
tersebut.
Salah satu kepentingan Australia adalah
masalah Celah Timor atau Timor Gap dimana di Laut
Timor ditemukan cadangan minyak/gas alam yang cukup
melimpah. Untuk sampai pada proses perjanjian tahun
1999 melalui berbagai polemik secara internal. Pers
dan akademisi banyak menyorot pada tidak
proposionalnya pembagian dalam pemanfaatan bersama
Celah Timor tersebut. Dalam hal ini dirasakan
Pemerintah Indonesia banyak dirugikan karena
cadangan minyak/gas alam banyak terdapat di wilayah
laut Indonesia.
III.1.2. Kasus Pemicu Konflik Hubungan Indonesia –
Australia
Berbagai peristiwa yang terjadi selanjutnya
mewarnai panas dinginnya konflik dalam hubungan
Indonesia – Australia. Kasus impor daging sapi dari
Australia dimana Indonesia akan melakukan program
swasembada daging. Indonesia berencana membeli
sejuta hektar berikut ternaknya untuk cadangan
pasokan daging sapi dan rencana tersebut ditolak
60
Australia. Hal ini berbeda dengan Tiongkok yang
justru lebih difasilitasi (Subiyanto, 2013).
Selanjutnya, beredar isu penyembelihan sapi di
Indonesia yang dianggap tidak manusiawi. Gambar
penyembelihan sapi di salah satu rumah potong hewan
di Indonesia beredar luas di media Australia.
Polemik dan konflik terjadi, berakhir pada terus
berjalannya impor daging karena adanya ancaman
menghentikan sejumlah bantuan pertanian dari
Australia. Australia telah bertindak untuk
menghentikan pasokan sapi potong hidup untuk tiga
Rumah Pemotongan Hewan Indonesia setelah sebuah
dokumen mengungkapkan bukti kekejaman terhadap
binatang yang dikirim ke sana untuk dipotong.
Program "Four Corners" ABC -- yang akan ditayangkan
pada saat itu -- mengatakan pihaknya memiliki
rekaman kekejaman terhadap sapi, termasuk mencungkil
mata mereka, mematahkan ekor dan memotong
tenggorokan di empat rumah pemotongan hewan (RPH) di
Indonesia3.
Kasus penjatuhan hukuman pada penyelundup ganja
ke Indonesia, Schapelle Leigh Corby menjadi konflik
juga antara Indonesia – Australia. Diberikannya
grasi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
3http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/11/05/30/lm0eww- kejam-terhadap-sapi-australia-hentikan-pasokan-sapi-potong-ke-rph-indonesia
61
kepada Corby menjadikan polemik di dalam negeri.
III.2.3. Tindakan Penyadapan Intelejen Australia
terhadap Pemerintah Indonesia
Konflik yang memuncak adalah terkuaknya
penyadapan Australia terhadap sejumlah tokoh penting
di Indonesia. Penyadapan dilakukan terhadap Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono, ibu negara Ani Yudhoyono,
wakil presiden, juru bicara kepresidenan serta
sejumlah menteri. Dalam dokumen yang dimuat di media
Australia Guardian dan ABC, menunjukkan penyadapan
tersebut dilakukan pada bulan November 2009 pada
masa pemerintahan Perdana Menteri Kevin Ruud dari
Partai Buruh. Dokumen tersebut merupakan bocoran
dari Edward Snowden, mantan kontraktor intelijen
Amerika Serikat. Seperti diberitakan oleh Jawa Pos
pada 19 November 2013 (dalam Republika Online, 22
November 2013), disebutkan bahwa lima negara
mengendalikan dunia: Amerika Serikat, Australia,
Inggris, Selandia Baru, dan Kanada. Semua negeri itu
berasal dari satu rumpun, yaitu Inggris Raya. Mereka
bekerja sama melakukan penyadapan di seluruh dunia.
Mereka berbagi tugas, setelah itu mereka
mendistribusikan hasil penyadapannya tersebut ke
pemerintah mereka masing-masing. Tentu saja pada
tahap berikutnya hasil sadapan itu dibagi ke mitra-
62
mitra utama mereka. Tujuannya tentu untuk kemajuan
negeri dan kesejahteraan rakyat mereka.
Beberapa langkah awal yang diambil Pemerintah
Indonesia dalam menyikapi masalah tersebut adalah:
1. Memanggil perwakilan Australia yang ada
di Indonesia. Selain itu meminta Australia
untuk menyampaikan official and public
explanation serta komitmen untuk tidak
mengulang hal tersebut.
2. Duta Besar Indonesia untuk Australia,
Najib Riphat Kesoema dipulangkan ke Indonesia
untuk memperoleh informasi mengenai isu
penyadapan yang terjadi.
3. Pemerintah Indonesia mengkaji ulang
hubungan bilateral kedua negara. (Jawa Pos,
19 November 2013).
Pernyataan SBY melalui akun Twitternya bahwa
tindakan Australia tersebut telah merusak kemitraan
strategis dengan Indonesia sebagai sesama negara
penganut sistem demokrasi tidak mendapat tanggapan
positif Australia. Pemerintah Australia melalui
pernyataan perdana menterinya Tony Abbot terang-
terangan menolak meminta maaf kepada Indonesia
terkait dengan aksi intelijen yang dibocorkan
Edward Snowden kepada media Australia. Dalam sidang
63
parlemen, Tony Abott menyatakan Australia tidak
bisa dituntut untuk minta maaf atas langkah-langkah
yang diambil untuk melindungi kepentingan negara
baik sekarang maupun sebelumnya (Jawa Pos, 20
November 2013). Australia justru mengeluarkan travel
advisory bagi warganya yang berlibur dan akan
berlibur di Indonesia.
Reaksi selanjutnya SBY memberikan pernyataan,
mengharapkan sikap resmi Australia serta menarik
sejumlah kerjasama militer. Indonesia juga mencoret
keikutsertaan Australia dalam Forum Budaya (World
Culture Forum) di Bali (Jawa Pos, 22 November 2013).
Pernyataan SBY yang akan menyampaikan nota
protes, maka Tony Abott agak melunak. Abott
memberikan pernyataan menyesal atas rasa malu yang
dirasakan SBY namun tetap menolak meminta maaf
serta akan menanggapi surat tersebut dengan cepat,
terperinci, dan penuh dengan hormat (Jawa Pos 21
November 2013).
Namun di sisi lain reaksi BUMN Rajawali
Nusantara Indonesia yang menghentikan negosiasi
akusisi peternakan sapi di Australia dikecam Wakil
Menteri Pertanian Bayu Krisnamurti karena apabila
diarahkan ke Selandia Baru tidak tepat sasaran.
Peternakan sapi di Selandia Baru adalah sapi perah
bukan sapi potong (Merdeka.com, 18 Desember 2013).
64
Dilihat dari kondisi antara Indonesia dan
Australia dalam beberapa bidang, selain diantaranya
telah disinggung di Bab I, adalah:
1. Kekuatan pertahanan
No UnsurPerbandingan jumlah
IndonesiaAustrali
a1 Jumlah penduduk 242.325.6
38
22.620.6
002 Personel aktif
garis depan
436.410 47.135
3 Personel
cadangan
400.000 29.395
4 Tank 400 595 Kendaraan tempur 506 1.5266 Pesawat tempur 444 3777 Helikopter 187 1068 Kapal selam 0 69 Kendaraan amfibi 26 8
(Jawa Pos, 21 November 2013)
Kerjasama militer yang dilakukan antara lain,
latihan bersama TNI – AU dengan Royal Air Force
Australia di Darwin dan Kopassus di Lembang.
Kerjasama Polri dengan kepolisian Australia Federal
Police (AFP) antara lain penanggulangan organize crime,
trafficking person, people smuggling dan terorisme dimana
65
seluruh bantuan Australia digunakan untuk menangani
kejahatan transnasional (Jawa Pos, 20 November
2013).
Polri menerima bantuan sekitar 200 milyar
rupiah dalam bentuk peralatan laboratorium forensik
terbesar di Asia (Subiyanto, 2013).
2. Dalam bidang pendidikan, pemerintah
Australia merupakan pemberi beasiswa
terbanyak di Indonesia. Setidaknya saat ini
ada 19 ribu pelajar Indonesia di Australia
(Jawa Pos, 20 November 2013).
3. Dalam bidang ekonomi Australia juga
banyak memberikan bantuan baik dana maupun
pelatihan. Wisatawan Australia menjadikan
Indonesia sebagai salah satu daerah utama
tujuan wisatanya.
4. Indonesia menerima hibah dalam bidang
transportasi sekitar 245 milyar rupiah pada
tahun 2009 dan 145 milyar rupiah pada tahun
2012, sementara Kementerian Pekerjaan Umum
menerima bantuan sekitar 1,9 trilyun rupiah
pada tahun ini (Subiyanto, 2013).
Bagi Australia penyadapan dilakukan untuk
kepentingan negara, pengukuhan eksistensi,
66
keberlangsungan superioritas dalam politik dan
ekonomi. Di sisi lain sikap Indonesia juga menjaga
kedaulatan sebagai negara yang merdeka dan
bermartabat.
Melihat pada ketidaksetaraannya posisi
Indonesia dan Australia juga menjadi salah satu
sumber konflik karena sikap superior Australia akan
memicu konflik. Bagi Indonesia superioritas
Australia yang muncul dalam sikap tidak menghormati
negara tetangganya tersebut dirasa melewati batas
dan menjadikan semacam ancaman terhadap identitas
kedaulatan negara.
III.2. Analisis dari Sudut Pandang Komunikasi Negosiasi
III.2.1. Kasus Timor Timur
Salah satu langkah krusial dalam sejarah
persatuan dan kesatuan Negara Indonesia adalah
keputusan untuk melepaskan Timor Timur dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Setelah proses integrasi Timor Timur ke
Indonesia, daerah ini tidak lepas dari konflik
secara internal yang mengharuskan Indonesia
mengambil tindakan militer untuk menghentikan
pemberontakan. Pihak yang menginginkan Timor Timur
merdeka dari Indonesia melakukan lobi atau
negosiasi ke organisasi dunia dan negara-negara di
67
dunia khususnya Australia untuk mendapatkan
dukungan. Berbagai tekanan internasional kemudian
diberikan kepada Indonesia karena dianggap
melakukan pelanggaran hak azasi manusia di Timor
Timur.
Akhirnya referendum dilaksanakan dengan hasil
rakyat Timor Timur memilih merdeka dari Indonesia.
Hasil tersebut diikuti dengan kekerasan yang meluas
oleh unsur-unsur pro-integrasi. Selanjutnya
Australia memainkan peranan pokok dalam
memobilisasi tanggapan internasional terhadap
krisis kemanusiaan yang membayang nyata. Indonesia
menyetujui keterlibatan angkatan internasional
pemelihara keamanan di kawasan ini. Australia
diminta oleh PBB untuk memimpin angkatan tersebut,
dan menerima tugas ini.
Tercapainya perdamaian di Australia diikuti
lobi Australia kepada Timor Leste terkait dengan
Celah Timor. Dalam www. t empo.co.id edisi 23
Februari 2004 memberitakan Presiden Republik
Demokratik Timor Leste (RDTL) Kay Rala Xanana
Gusmau menyambut baik permintaan Indonesia untuk
membicarakan kembali masalah Celah Timor (Timor Gap)
dengan melibatkan tiga negara, masing-masing Timor
Leste, Indonesia, dan Australia.
Lobi atau negosiasi Indonesia kepada Timor
68
Leste dilakukan melalui Kelompok Kerja (Pokja)
Celah Timor dan Pulau Pasir. Presiden Republik
Demokratik Timor Leste (RDTL) Kay Rala Xanana
Gusmau menyambut baik dengan mengirimkan Nota Dinas
Kepresidenan yang ditujukan kepada Ketua Yayasan
Peduli Timor Barat (YPTB) yang juga Ketua Kelompok
Kerja (Pokja) Celah Timor dan Pulau Pasir, Ferdi
Tanoni.
Bagi Australia dengan merdekanya Timor Leste
maka perjanjian Celah Timor otomatis melibatkan dua
pihak saja yakni Timor Leste dengan Australia.
Itikad baik ditunjukkan oleh Timor Leste untuk
melakukan kompromi dengan kesediaan duduk bersama
membicarakan masalah Celah Timor secara
multilateral antara Indonesia, Australia dan Timor
Leste. Dengan duduk bersama diharapkan akan
mendapatkan keputusan yang saling menguntungkan
bagi semua pihak.
III.2.2 Kasus Penyadapan Australia terhadap
Indonesia Beberapa reaksi Pemerintah Indonesia
bagaimanapun direspon oleh Australia terkait adanya
kasus penyadapan terhadap sejumlah tokoh penting di
Indonesia. Artinya dalam hal ini Australia tetap
melakukan instropeksi diri terhadap apa yang sudah
69
dilakukan walaupun dalam kadar yang belum optimal.
Sebelumnya Indonesia – Australia telah
mempunyai kesepakatan kerjasama yang telah
dilakukan dan tertuang dalam Lombok Treaty tahun
2006. Lombok Treaty meliputi 21 area kerjasama untuk
10 bidang di antaranya kerjasama di bidang
pertahanan, keamanan laut, keselamatan dan keamanan
penerbangan, terorisme, penegakan hukum, dan
intelijen.
Dengan adanya penyadapan ini tentu saja
mencederai kepercayaan yang sudah terjalin dan
tertuang dalam Lombok Treaty tersebut. Dengan
perkembangan yang terjadi akibat adanya penyadapan
sepertinya kedua belah pihak juga tetap ingin
mempertahankan hubungan yang baik dan tidak
bersifat konfrontatif.
Secara mendasar Indonesia dan Australia sama-
sama tetap merasa bahwa hubungan bilateral kedua
negara sangat penting dan hubungan baik menjadi
yang utama sehingga perlu dilakukan langkah-langkah
kompromi.
Pernyataan penyesalan yang mendalam, yang
disampaikan Tony Abbott serta surat jawaban atas
nota protes Presiden SBY menjadi awal agak
melumernya hubungan Indonesia-Australia yang sempat
memanas.
70
Melalui negosiasi yang dilakukan antara Badan
Intelijen Indonesia dan pihak intelijen Australia
telah dicapai kesepakatan. Australia mengakui
secara gamblang adanya penyadapan yang dilakukan
sejak tahun 2007 sampai dengan 2009. Pihak
intelijen Australia berjanji tidak akan mengulangi
tindakan penyadapan tersebut (Jawa Pos, 21 November
2013).
Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia Marty
Natalegawa dan Menlu Australia Julie Bishop
mengadakan pertemuan untuk membahas kelanjutan
hubungan kedua negara di Jakarta pada tanggal 5
Desember 2013. Pihak Australia memenuhi permintaan
Indonesia untuk berkomitmen bahwa di masa mendatang
tidak akan melakukan aksi dan menggunakan sumber
daya dalam bentuk apa pun, termasuk intelijen,
untuk membahayakan Indonesia. Di sisi lain tidak
memenuhi permintaan Indonesia untuk menyatakan
permintaan maaf namun hanya pernyataan penyesalan
yang mendalam termasuk penyesalan atas memburuknya
hubungan kedua negara (Jawa Pos, 8 Desember 2013).
Artinya kesepakatan yang didapat belum
merupakan win-win solution bagi kedua belah pihak.
Bagaimanapun hasil akhir negosiasi-negosiasi hampir
pasti terkait langsung dengan kekuasaan dan
hubungan saling ketergantungan antara para
71
negosiator.
BAB IV
KESIMPULAN
Setelah pembahasan yang sudah dijabarkan pada bab
sebelumnya, bisa disimpulkan bagaimana proses
komunikasi negosiasi menjadi sebuah jalan solusi yang
diterapkan dalam menyelesaikan kasus bilateral
Indonesia – Australia.
4.1. Kasus Timor – timor.
Konflik tersebut telah melalui proses
komunikasi negosiasi dimana apabila melihat dari
analisa pada bab sebelumnya dijelaskan proses
negosiasi yang terjadi berawal adalah adanya panas
dinginnya hubungan Indonesia – Australia berkaitan
dengan Timor Timur dipengaruhi konflik yang masih
terjadi di daerah tersebut dan kepentingan
Australia terhadap kawasan tersebut. Salah satu
kepentingan Australia adalah masalah Celah Timor
72
atau Timor Gap dimana di Laut Timor ditemukan
cadangan minyak/gas alam yang cukup melimpah. Dalam
kasus ini Australia menggunakan strategi kompetitif
Negosiasi, yaitu ada pihak yang kalah (ada pihak
yang dirugikan), minat kedua pihak bertentangan,
strategi pemaksaan kehendak, Individualistis .
Dalam hal ini sudah jelas karena pada akhirnya
Timor–timor memilih untuk merdeka atau lepas dari
NKRI, dengan lepasnya Timor – timor maka Australia
semakin mudah untuk melancarkan tujuannya. Bagi
Australia dengan merdekanya Timor Leste maka
perjanjian Celah Timor otomatis melibatkan dua
pihak saja yakni Timor Leste dengan Australia.
Namun disini terlihat efektivitas negosiasi dengan
tiga negara terkait yaitu Indonesia, Australia dan
Timor Leste, dengan meningkatkan iklim yang
konstruktif. Ini terkait dengan aktivitas-aktivitas
yang dirancang untuk memfasilitasi kemajuan, dengan
cara meminimalkan kemungkinan ketegangan dan
permasalahan antar pihak menjadi sesuatu yang
mengganggu. Aktivitas-aktivitas spesifik dapat
mencakup aktivitas memperhatikan opini-opini pihak
dengan hormat. Berbeda pada sisi yang berlawanan
mengenai sebuah masalah tidak berarti harus
menunjukkan sikap bermusuhan secara pribadi.
Walaupun sebelumnya pihak Australia hanya
73
berkehendak untuk melakukan negosiasi individu
terhadap Timor Leste saja, namun oleh Timor Leste
melakukan kompromi dengan kesediaan duduk bersama
membicarakan masalah Celah Timor secara
multilateral antara Indonesia, Australia dan Timor
Leste. Dengan duduk bersama diharapkan akan
mendapatkan keputusan yang saling menguntungkan
bagi semua pihak. Walaupun dalam hal ini sepertinya
sudah mencapai win-win solution yang didaptkan dari
sebuah proses negosiasi, namun Pers dan akademisi
banyak menyorot pada tidak proposionalnya pembagian
dalam pemanfaatan bersama Celah Timor tersebut.
Dalam hal ini dirasakan Pemerintah Indonesia banyak
dirugikan karena cadangan minyak/gas alam banyak
terdapat di wilayah laut Indonesia.
4.2. Kasus penyadapan Australia terhadap Indonesia.
Proses komunikasi sudah berjalan dimana pada
awalnya presiden Indonesia meminta pihak Australia
untuk meminta maaf terhadap Indonesia atas perbuatan
penyadapannya yang memang merupakan sebuah pelanggaran
terhadap privasi maupun Hak Asasi Manusia. Namun pihak
Australia dalam hal ini melakukan negosiasi karena
menolak permintaan tersebut dan lebih memilih untuk
melayangkan surat pernyataan penyesalan atas perbuatan
tersebut, tanpa adanya pernyataan permintaan maaf.
74
Dalam proses negosiasinya, Indonesia melakukan tahap
R (Ready), menyiapkan diri, konflik tersebut mau tidak
mau membuat Indonesia harus mempersiapkan diri dengan
segala kemungkinan yang akan terjadi selanjutnya.
Selanjutnya memasuki tahap E (Explore), menjajaki
kebutuhan satu sama lain, mengevaluasi bagaiamana dan
apa saja kebutuhan diri sendiri maupun lawan dan
kerjasama bilateral yang telah terjalin dengan tetap
focus terhadap kasus yang terjadi. Dengan demikian
Indonesia mengirimkan S (Signal), mengisyaratkan untuk
melangkah, dalam hal ini presiden Indonesia memutuskan
untuk tidak mengikutkan Australia dalam pertemuan
kebudayaan yang akan di selenggarakan di Bali dimana
disebutkan pada bab sebelumnya bahwa reaksi selanjutnya
Presiden Indonesia memberikan pernyataan, mengharapkan
sikap resmi Australia serta menarik sejumlah kerjasama
militer. Indonesia juga mencoret keikutsertaan
Australia dalam Forum Budaya (World Culture Forum) di
Bali. Setelah adanya ketegasan tersebut, pihak
Australia berusaha mengajukan penawaran disinilah
proses P (Probe) , mencermati usulan-usulan, dengan
berbagai pertimbangan Australia melunak dengan
memberikan pengakuan atas penyadapannya dan pernyataan
menyesalnya walaupun tetap tanpa adanya permintaan maaf
kepada Indonesia. Melihat reaksi tersebut proses
komuniksi negosiasi akan menjurus kepada E (Exchange),
75
mempertukarkan konsensi, namun sampai saat ini belum
mencapai titik C (Close), menutup transaksi, apalagi
win-win solution, karena hingga saat ini kesepakatan
bersama masih bersifat menggantung dalam proses
negosiasi antara Indonesia dan Australia, bisa jadi
Australia masih mengedepankan kekuatan persaingan,
dikarenakan efektivitas negosiasi hasil akhirnya akan
mempengaruhi keseimbangan kekuasaan. Namun dengan
adanya kejadian penyadapan ini, dan juga fakta-fakta
penyadapan ke negara selain Indonesia yang telah
dibeberkan oleh Snowden, akan membuat perubahan
pandangan masyarakat dunia dan juga kepercayaan
terhadap Australia, bahkan komisi HAM PBB menyatakan
bahwa perbuatan penyadapan tersebut sebuah pelanggaran
privasi. Diharapkan kasus penyadapan ini kedepannya
menjadi resolusi baru tentang anti penyadapan, dan hal
ini merupakan dukungan secara tidak langsung atas kasus
yang terjadi antara Australia dan Indonesia.
76
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Bovee, Courtland L. and John V. Thill. 2007. KomunikasiBisnis (Edisi Kedelapan). Jakarta: PT. Indeks.
Ivancevich, John M., Robert Konopaske & Michael T.Matteson. 2006. Perilaku dan Manajemen Organisasi.Jakarta: Erlangga.
Liliweri, Alo. 2004. Wacana Komunikasi Organisasi. Bandung:CV. Mandar Maju.
Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge. 2009. PerilakuOrganisasi (Edisi 12 – Buku 2). Jakarta: Salemba Empat.
Usman. 2004. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta:
Pascasarjana UNY.
Non Buku:
Haryono, Indo Dwi. 2013. Konflik Perbatasan Negara di AsiaPasifik. Diakses melalui:http://indronet.files.wordpress.com/2007/09/konflik-perbatasan-asia-pasifikrefisi1.pdf, pada:Selasa, 24 Desember 2013.
http://tkampus.blogspot.com/2012/04/strategi-penyelesaian-konflik.html, diakses pada: Rabu: 18Desember 2013.
http://www.dfat.gov.au/AII/publications/bab10/index.html, diakses pada: Kamis, 19 Desember 2013.
77
http://www.dfat.gov.au/AII/publications/bab11/index.html, diakses pada: Kamis, 19 Desember 2013.
Juanita. 2000. Memanajemeni Konflik dalam Suatu Organisasi.Medan: Universitas Sumatera Utara. Diakses melalui:http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-juanita3.pdf, pada: Minggu, 22 Desember 2013.
Nasir, Muh. 2013. Komunikasi dan Negosiasi. Yogyakarta.http://nasirjogja1.blogspot.com/2013/04/negoisasi-dan-komunikasi.html, diakses pada: Minggu, 22Desember 2013.
Purwoko, Krisman. 2011. Kejam Terhadap Sapi, Australia HentikanPasokan Sapi Potong ke RPH Indonesia. Jakarta: ROL(Republika Online). Diakses melalui:http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/11/05/30/lm0eww-kejam-terhadap-sapi-australia-hentikan-pasokan-sapi-potong-ke-rph-indonesia,pada: Senin, 30 Desember 2013.
Subiyanto, Effnu. 2013. Jebakan Politik Transaksional RI –Australia. Surabaya: Jawa Pos edisi Jumat, 22November 2013.